Anda di halaman 1dari 16

Apa yang harus dilakukan setelah operasi katarak?

Anda berhak meminta rawat inap atau memperoleh surat keterangan sakit setelah operasi
katarak, maka cobalah untuk beristirahat.

Anda diperbolehkan membaca dan menonton TV. Olah raga ringan juga diperbolehkan. Anda
dapat pergi keluar, tetapi sebaiknya hindari keramaian dan tempat berdebu. Mengenakan
kacamata hitam ketika pergi keluar dapat membantu menjaga mata anda agar tetap nyaman dan
mengurangi kepekaan terhadap cahaya.

Anda akan diberi obat tetes mata selama sekitar sebulan untuk mencegah infeksi dan mengurangi
resiko inflamasi. Ikuti petunjuk dokter dengan hati-hati. Jika perlu, anda dapat minta anggota
keluarga atau teman untuk membantu meneteskan obat tetes mata. Jika anda keluar rumah,
pastikan Anda memiliki akses terhadap fasilitas kebersihan tangan sehingga Anda dapat
membersihkan tangan sebelum meneteskan obat tetes mata.

Untuk nyeri ringan, Anda dapat mengkonsumsi parasetamol. Jika nyeri Anda tidak bisa hilang
dengan obat ini, hubungi dokter anda.

Ketika Anda tidur, gunakan pelindung mata yang diberikan paling sedikit selama seminggu
sehingga anda tidak menekan mata yang dioperasi.

Apa yang perlu saya hindari setelah operasi katarak?


Untuk beberapa hari pertama, pandangan Anda mungkin buram, karena itu berhati-hatilah agar
tidak terjatuh atau melukai kepala atau mata Anda, khususnya jika mata yang dioperasi diperban
dan mata lainnya juga tidak dapat melihat dengan jelas.

Mengalami berbagai iritasi mata dan keluar cairan mata setelah operasi adalah umum. Namun,
selama bulan pertama, hindari menggosok atau memegang mata Anda. Juga hindari debu atau air
sabun agar tidak masuk ke dalam mata anda. Jangan berenang; berendam di kolam air panas,
mengunjungi sauna atau spa. Hal ini dikarenakan adanya luka kecil pada mata Anda, dan Anda
perlu mencegahnya agar tidak terkontaminasi.

Sekecil apapun luka Anda, jangan paksakan diri Anda. Coba untuk tidak membungkuk,
membawa barang berat atau melakukan olah raga berat. Tinggalkan lari maraton 10 km untuk
beberapa bulan, dan istirahatlah menggendong cucu untuk 2 hingga 3 minggu. Biarkan mata
Anda sembuh.

Setelah operasi katarak anda mungkin merasa bahwa kacamata anda saat ini tidak lagi sesuai.
Hal ini disebabkan oleh berubahnya kekuatan mata karena pembedahan. Biasanya ukuran mata
yang dioperasi akan stabil setelah 1 bulan, dimana saat itu anda dapat mengukur kembali ukuran
kacamata anda.
Hindari mengemudikan mobil atau sepeda motor hingga anda percaya diri bahwa penglihatan
anda sudah jelas.

Obat-obatan dan Pola Makan


Untuk beberapa hari pertama, bersihkan mata yang dioperasi dengan cairan pembersih mata
steril dan bola kapas yang diberikan kepada anda. Anda dapat terus membersihkan mata Anda
dengan air matang dan kain kasa bersih kemudian.

Mohon gunakan obat tetes mata dan obat-obatan yang diresepkan dokter, bahkan jika anda
merasa mata anda baik-baik saja. Jangan teteskan apapun ke dalam mata Anda selain tetes mata
yang diresepkan. Selalu cuci tangan anda sebelum meneteskan obat tetes mata.

Simpan obat tetes mata anda dan obat-obatan sesuai petunjuk. Jangan simpan obat melebihi
petunjuk waktu karena obat mungkin terkontaminasi.

Kocok botol obat tetes mata sebelum digunakan. Tengadahkan kepala Anda ke belakang, lihat ke
atas dan tarik kelopak mata bawah. Teteskan hanya SATU tetes ke dalam mata, hindari kontak
dengan bulu mata. Tunggu 5 menit sebelum meneteskan obat tetes mata lainnya.

Anda diperbolehkan makan seperti biasa. Tidak ada larangan makanan sesudah operasi katarak.
Pola makan yang biasa dapat dilanjutkan.

Kapan saya bertemu dokter setelah operasi?


Anda perlu kembali ke dokter untuk pemeriksaan mata sehari setelah operasi. Janji temu
berikutnya biasanya setelah 1 minggu dan 1 bulan setelah operasi. Tepati semua janji temu anda,
bahkan jika anda merasa sehat dan melihat dengan baik.

Kapan saya perlu menghubungi dokter?


Jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami jika Anda mengalami hal berikut ini:

Nyeri yang tidak teratasi oleh obat-obatan


Penglihatan memburuk seketika
Cairan mata berlebih dari mata yang di operasi
Timbulnya bayangan atau kilatan secara tiba-tiba

Silahkan kunjungi link berikut ini :

Saya Ingin Pemeriksaan Mata / Pembuatan Janji Temu


Kondisi & Prosedur Mata Umum
Aplikasi Smartphone SNEC Untuk Pasien
Saran
Baca lebih lanjut tentang Kondisi Mata dan Pengobatannya:

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti Kristal,

jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja terjadi saat lahir.

Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi, penggunaan kortikostiroid

jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes militus, hipoparatiroidisme, pemajanan

terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang atau cahaya matahari yang lama

(cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya. ( Baughman, 2000, hal 319)

Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna

putih abu abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apa bila protein pada lensa

yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009. Hal

38)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih, biasanya terjadi akibat

proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran yang disebut katarak kongenital dapat juga

berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikostiroid jangka

panjang dan penyakit sistemis (Smeltzer, 2002. Hal 1996).


Dari beberapa pengertian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa dan atau opasifikasi

pada lensa yang pada normalnya lensa tersebut jernih.

2. Klasifikasi katarak

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa.

Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis,

hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.

b. Katarak Senile.

Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia

diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini

jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan

yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh

makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih

baik tanpa kaca mata (second sight).

c. Katarak Juvenile.

Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa

sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital.

d. Katarak Komplikata.

Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab

katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma (Sidarta, 2008, hal 107).

3. Etiologi

Menurut Gruendemann, (2005, hal 44) ada beberapa penyebab terajadinya katarak yaitu :

Infeksi, Kelainan perkembangan, Herediter, Cedera mata traumatic, Ketidak seimbagan kimiawi

misalnya galaktosemia dan diabetes, Terpajan sinar ultraviolet berkepanjangan, Beberapa obat

(misalnya obat-obatan yang digunakan untuk glaukoma), Bagian dari proses penuaan normal.

4. Patofisiologi

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer

ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan

bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar

opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul

posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar

daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,

sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu

teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini

mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

katarak (Smeltzer, 2001. Hal 1996).

5. Tanda dan gejala

Tajam penglihatan berkurang. Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur diruangan

gelap mungkin tampak memuaskan, semetara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang

maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.

Katarak terlihat hitam terhadap reflek fundus ketika mata diperiksa mungkinkan pemeriksaan

katarak secara rinci dan indentifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasnya

terletak didaerah neukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya

terletak disubkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat

ditemukan. Sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau

kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.

Suatu opasitas pada lensa mata menyebabkan hilangnya penglihatan tapa adanya rasa nyeri,

menyebabkan rasa silau, dapat mengubah kelainan refraksi. Pada bayi katarak dapat

mengakibatkan ambliopia (kekgagalan perkembangan penglihatan normal) karena pembentukan

bayangan pada retina buruk. Bayi dengan dugaan katarak atau dengan riwayat keluarga katarak

kongenital harus dianggap sebagai masalah yang penting oleh spesialis mata. (James, 2006, hal

77).

6. Penatalaksanaan

Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak intra

kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari pembedahan adalah

kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau katarak yang menyebabkan
glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan rawat jalan. Kehilangan penglihatan

berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi kecuali dilakukan pembedahan (Baughman, 2000, hal

320).

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penujang pada klien katarak yang dikemukakan oleh Doengoes (2000. Hal

412) antara lain ialah sebagai berikut:

a. Tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan; mungkin terganggu dengan kerusakan

kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor, kesalahan refrkasasi, atau penyakit saraf atau

penyakit sistem sararaf atau penglihatan keretina atau jalan optik.

b. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa tumor pada

hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaucoma.

c. Pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler ( TIO ) (normal 12 25 mmHg)

d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

e. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila TIO normal atau

hanya meningkat ringan.

f. Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan retina dan mikroaneurisme.

g. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnose katarak.

h. Darah lengkap,laju sendimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

i. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis,

PAK.

j. Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.


8. Komplikasi

Komplikasi tersering adalah dislokasi lensa selama pembedahan katarak, yang sering

menyebabkan uveitis berat, glaucoma, dan kondensasi vitreosa. Apa bila dibiarkan, penglihatan

dapat hilang selamanya. Terapi untuk dislokasi lensa dan fragmen lensa telah semakin baik

akibat kemajuan dalam teknik vitrektomi. Lensa yang lunak sampai agak keras dapat dengan

aman diterapi dengan pemeriksaan vitrektomi. Pemeriksaan mikrofragmentasi, dan fosep

mikrovitrektomi. Bagaimanapun, pengeluaran lensa yang keras tetap merupakan tindakan yang

berbahaya.( Barbara, 2005. hal, 46).

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada klien dengan post op katarak dilaksanakan melalui pendekatan

proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

(Doengoes, 2000, hal 412)

1. Dasar data pengkajian pasien

a. Aktivitas/istirahat :

Gejala : perubahan aktivitas biasanya hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan

Gejala : mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori

Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan

kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan menfokuskan kerja dengan dekat/merasa

diruang gelap (katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar

sinar, kehilangan penglihatan perifer.


Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan

merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair.Nyeri/tiba tiba berat menetap atau tekanan pada

dan sekitar mata, sakit kepala.

e. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi,

gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), ketidak seimbangan endokrin, diabetes

(glaukoma).

Pertimbangan rencana pemulanngan : menunjukkan rerata lama dirawat 4,2 hari (biasanya

dilakukan sebagai prosedur rawat jalan ).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penydiayaan makanan, perawatan diri,

perawatan/pemeliharaan rumah.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Kartu mata snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan);

mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor, kesalahan

refrkasasi, atau penyakit saraf atau penyakit sistem sararaf atau penglihatan keretina atau jalan

optik.

Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis/otak,

karotis atau patologis arteri serebral atau glaucoma.

Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila TIO normal atau

hanya meningkat ringan.


Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan retina dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan

diagnose katarak.

EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis,

PAK.

Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.

2. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien pre dan post op katarak

adalah sebagai berikut :

a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intra okuler, kehilangan vitreous.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan

katarak.

c. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang

terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah

konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

3. Perencanaan keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous.

Tujuan : cedera dapat dicegah. Kriteria hasil : mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk

meningkatkan keamanan.

Intervensi/Rasional

1) Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,

penampilan,balutan mata. Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja

sama dalam pembatasan yang diperlukan.

2) Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring keposisi yang tak sakit sesuai keinginan.

Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau

menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,

meminimalkan resiko perdahan atau stres pada jahitan terbuka.

3) Batasi aktivitas seperti menggerkkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. Rasional

: menurunkan stres pada area operasi.

4) Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi. Rasional :

memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot.

5) Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru. Rasional : batuk meningkatkan tio.

6) Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi, visualisasi, napas

dalam dan latihan relaksasi. Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping.

7) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. Rasional : digunakan untuk melindugi dari

cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

8) Minta pasien untuk membedakan antara ketidak nyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba.

Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan pada mata)

pada mata dengan senter sesuai indikasi. Rasional : ketidaknyamanan mungkin karena prosedur
pembedahan; nyeri akut menunjukkan perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui

penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangan rentan).

9) Observasi pembekakan luka, bilik anterior kemps, pupil bebentuk buah pir. Rasional :

menunjukkan prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata.

10) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi. Amoxilin, Asam Mefenamat, Methylprednison,

cloramfenikol salam. Rasional : mual/muntah dapat meningkatkan resiko cedera okuler,

memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan

katarak. Tujuan : infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat

waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam dan Mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah / menurunkan resiko infeksi

Intervensi/Rasional

1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata Rasional :

Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

2) Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/bola

kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan. Rasional :

tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.

3) Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi. Rasional : mancegah

kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

4) Observasi tanda terjadinya infeksi. Rasional : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan

memerlukan upaya intervensi.


5) Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana

terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.

6) Kolaborasi ; Berikan obat sesuai indikasi, anti biotik (topical, paranteral, atau subkonjungtival).

Rasional : ssediaan topical digunakan secaraprofilaksis.

c. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Tujuan : tidak

terjadi perubahan visual Kriteria hasil : meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas

situasi individu.

Intervensi/Rasional

1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu atau kedua mata terlibat Rasional :

Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan terjadi lambat dan

progresif.

2) Oreintasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya Rasional : Memberikan

peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.

3) Observasikan tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi; pertahankan pagar tempat tidur sampai

benar-benar sampai benar-benar sembuh dari anastesia. Rasional : terbangun dalam lingkungan

yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada

orang tua.

4) Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi. Bicara dan menyentuh sering; dorong orang orang

terdekat tinggal dengan pasien. Rasional : memberikan rangsang sensoritepat terhadap isolasi

dan menurunkan bingung.


5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kaburdan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila

menggunakan tetes mata. Rasional : gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah

tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak dengan tujuannya memperbesar kurang lebih

25%, penglihatan perifer dan buta titik mungkin ada. Rasional : perubahan ketajaman dan

kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/menigkatkan resiko cedera sampai

pasien belajar untuk mengkompensasi.

7) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil pada sisi yang tak dioperasi. Rasional :

memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk petolongan

bila diperlukan.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang

terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah

konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah Tujuan : pasien

mengerti tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman

kondisi/proses penyakit dan pengobatan, melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan

alasan tindakan.

Intervensi/Rasional

1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa. Rasional :

meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pasca operasi.

2) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan

berawan. Rasional : pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.


3) Informasikan pasien untuk menghindari obat tetes mata yang dijual bebas. Rasional : dapat

bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.

4) Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien, contoh

peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes

untuk meminimalkan efek sistemik. Rasional : penggunaan obat mata topical, contoh agen

simpatomimetik. Penyekat beta, dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada

pasien hipertensi; pencetus dispnea pada pasien PPOM; hipo glikemik pada diabetes tergantung

pada insulin.

5) Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan dan defekasi.

Membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok

(sendiri/orang lain). Rasional: Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver

Valsalva atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan pendarahan.

Catatan : iritasi pernapasna yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.

6) Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang dan menonton televisi.

Rasional : memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas. Melalui waktu lebih

mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.

7) Anjurkan pasien memeriksa kedokter tetang aktivitas seksual. Rasional: dapat meningkatkan

TIO, menyebakan cedera kecelakaan pada mata.

8) Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan/penutup pada

mala. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan

TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.

9) Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunkan kacamata gelap

bila keluar/dalam ruangan terang. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata.
10) Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan perabot

dari lulu lalang jalan. Rasional :menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman

persepsi dapat menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak

perabot.

11) Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yang dijual

bebas bila di indikasikan. Rasional :mempertahkan konsistensi feses untuk menghindari

mengejan.

12) Identifikasi tanda/gejala memelukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba,

penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.

Rasional :intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan

penglihatan.

Anda mungkin juga menyukai