BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan
metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka,
bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
2.2 Kulit
Minyak yang dihasilkan kelenjar minyak dikeluarkan melalui kulit. Kandungan urea
hasil metabolisme tubuh sebagian dikeluarkan melalui kulit (yaitu dengan
berkeringat).
Dalam kulit juga terdapat syaraf-syaraf yang jika terstimulasi akan diteruskan ke
otak sehingga dapat memberikan sensasi panas, dingin, tekanan, getaran, rasa
sakit. Kulit juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, sekaligus
mensintesa vitamin D, dengan bantuan sinar matahari yang mengandung
ultraviolet.
Integritas Luka
1. Luka tertutup
2. Luka terbuka
Mekanisme Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
2.6.1 Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan
sangat nyeri dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing
dapat masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam dan dalam jaringan subkutan.
Perdarahan biasanya sedikit.
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai
pisau atau peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan
jaringan internal dan perdarahan dapat sangat meluas dan mempunyai resiko
tinggi terhadap infeksi sehubungan adanya benda asing pada tubuh.
2.6.3 Avulsi
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali
menimbulkan perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada
struktur dibawahnya sedemikian rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-luka
ini harus dilindungi utuk menghambat terjadinya infeksi, bersamaan dengan
pengontrolan perdarahan.
2.6.5 Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Serigkali meliputi kerusakan
jaringan yang berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius
dan kemudian pasien akan mengalami syok hipovolemik.
2.7 Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan
kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang
menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari
tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka
panjang.
2.7.1 Penyebab
1. Stadium Satu
2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya.
Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang
yang dangkal.
3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat
seperti lubang yang dalam
4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis
jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam
serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentuknya ulkus.
2.7.4 Pengobatan
1. Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam
sekali untuk mengurangi tekanan
5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan
6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri.
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan
seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
2.9.1 Hemostasis
Tujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah
kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran darah selama proses
penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan untuk menghentikan dan
mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Hemostasis terdiri dari 3 tahap:
1. Hemostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah,. Hemostasis primer
ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Hemostasis primer
ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika hemostasis primer belum
cukup untuk mengkompensasi luka.
2. Hemostasis Sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi
dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka,
terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
Hemostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. dan bersifat
delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup
luka, maka proses berlanjut ke hemostasis tersier.
3. Hemostasis Tersier
Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak
berlebihan. Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
2.9.2 Inflamatory
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang
menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab
(keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan
untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang
meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada
proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit
bengkak.
2.9.3 Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan
mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari
setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
2.9.4 Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan.
Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih.
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
3. Infeksi
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
9. Keadaan Luka
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
1. Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup,
dan tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah
lama dan sukar untuk disembuhkan.
2. Apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus
asa, tidak peduli lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
3. Agresi
Rasa ketakutan terhadap dirinya, dan kehilangan akan semua yang ada
disampingnya.
1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat
diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah
pembedahan.
2. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah
sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 48 jam, denyut nadi dan
temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka
biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
* Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke
sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
4. Keloid
Keloid adalah jaringan kulit tambahan yang tumbuh di bekas luka. Keloid
merupakan bekas luka hipertrofik. Keloid biasanya warnanya merah muda sampai
coklat tua. Keloid tidak menular dan tidak berbahaya, hanya saja tampaknya bisa
mengganggu dan rasanya bisa agak gatal.
Yang memiliki keloid biasanya orang berkulit gelap dan jarang ditemukan pada
orang berkulit terang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah perawatan luka merupakan suatu tindakan
pembersihan luka dengan menggunakan prinsip bersih ataupun steril agar tidak
terkontaminasi oleh bakteri dan terkena infeksi.
DAFTAR PUSTAKA :
http://askep-supriyono.blogspot.com/2010/02/askep-perawatan-luka.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Keloid