KARBAMAT
KARBAMAT
I. Pendahuluan
Istilah "bahan kimia pertanian" sebagian besar telah digantikan dengan istilah
"pestisida," didefinisikan sebagai racun ekonomis, diatur oleh undang-undang federal dan
negara bagian, yang digunakan untuk mengontrol, membunuh, atau mengusir hama.
Berdasarkan senyawa yang dirancang, pestisida dikelompokkan menjadi beberapa kategori
primer kelas pestisida yang digunakan saat ini adalah Fumigan, fungisida, herbisida, dan
insektisida.
Insektisida adalah racun serangga yang banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan,
dan dalam rumah tangga. Penggolongan insektisida adalah hidrokarbon terkhlorinasi,
inhibitor kolinesterasi, dan lain-lain. Insektisida golongan inhibitor kolinesterasi terbagi atas
golongan fosfat organic dan karbamat.
II. Definisi
Secara umum, pestisida pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an
bertepatan dengan pelaksanaan program intensifikasi pertanian padi dan tanaman pangan lain
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Sepuluh tahun kemudian pada awal tahun
1980-an, Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dalam menggunakan pestisida untuk
kegiatan tanaman pangan setelah Cina dan India, dan antara tahun 1989 sampai 1993
peningkatan penggunaan pestisida terjadi untuk seluruh tanaman. Berdasarkan golongannya,
pestisida dikelompokkan menjadi golongan OC, OP dan karbamat yang masingmasingnya
memiliki toksisitas yang berbeda.
Karbamat merupakan insektisida yang bersifat sistemik dan berspektrum luas sebagai
nematosida dan akarisida. Golongan karbamat pertama kali disintesis pada tahun 1967 di
Amerika Serikat dengan nama dagang Furadan. Umumnya karbamat digunakan untuk
membasmi hama tanaman pangan dan buah-buahan pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi
jalar, kacang-kacangan dan tembakau. Dengan dilarangnya sebagian besar pestisida golongan
organokhlorin (OC) di Indonesia, maka pestisida golongan organofosfat (OP) dan karbamat
menjadi alternatif bagi petani di dalam mengendalikan hama penyakit tanaman di lapangan.
III. Farmakokinetik
Inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat dan efektil melalui oral, inhalasi,
mukosa dan kulit. Setelah diabsorpsi sebagian besar diekskresikan dalam urin, hampir
seluruhnya dalam bentuk metabolic. Metabolic dan senyawa aslinya didalam darah dan
jaringan tubuh terikat pada protein. Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam
metabolism senyawa organosfosfat. Selang waktu antar absorbsi dengan ekskresi bervariasi.
IV. Farmakodinamik
Setelah masuk dalam tubuh akan mengikat enzim asetil kolinesterase (AChE),
sehingga AChE menjadi inaktif dan terjadi akumulasi asetil kolin. Asetil kolin bekerja pada
ganglion simpatis dan parasimpatis, receptor parasimpatik, neuromuscular junction,
neurotransmitter, sel-sel saraf dan medulla kelenjar suprarenal. Keadaan ini akan
menimbulkan efek yang luas.
Potensiasi aktifitas parasimpatik post ganglionik, mengakibatkan kontraksi pupil,
stimulasi otot saluran cerna, stimulasi saliva dan kelenjar keringat, kontaksi otot brochial,
kontraksi kandung kemih, nodus sinus jantung dan nodus atrioventikular dihambat.
Depolarisasi yang menetap pada otot-otot rangka, sehingga mula-mula terjadi fasikulasi yang
disusul dengan blok neuromuscular dan paralisis. Mula-mula stimulasi disusul dengan
depresi pada sel SSP, sehingga menghambat pusat pernapasan dan pusat kejang.
Stimulasi dan blok yang bervariasi pada ganglion, sehingga tekanan darah dapat naik
atau turun serta dilatasi atau miosis pupil. Kematian disebabkan kegagalan pernapasan dan
blok jantung. Takaran fatal untuk golongan karbamat, aldicarb 0,9-1mg/kgBB dan propoxur
95mg/kgBB.
V. Penggunaan Karbamat
Keracunan karbamat bersifat akut yang dapat terjadi melalui inhalasi, gastrointestinal
(oral) atau kontak kulit. Karbamat dapat menimbulkan efek neurotoksik melalui hambatan
enzim asetilkholinesterase (AchE) pada sinapsis syaraf dan myoneural junctions yang bersifat
reversible. Gejala klinis keracunan karbamat merupakan reaksi kholinergik yang berlangsung
selama 6 jam. Tingkat keparahannya tergantung pada jumlah karbamat yang terkonsumsi
dengan gejala klinis berupa pusing, kelemahan otot, diare, berkeringat, mual, muntah, tidak
ada respon pada pupil mata, penglihatan kabur, sesak napas dan konvulsi. Keracunan
karbamat pada manusia dilaporkan pernah terjadi di Spanyol pada tahun 1998 dengan gejala
berkeringat, tremor, myosis, gangguan pernapasan, dan muntah. Karbamat, khususnya
karbofuran dilaporkan dapat menimbulkan kanker paru-paru pada manusia.
Tanda dan gejala keracunan berdasarkan lama keracunan dan tingkat keparahan
- Pada keracunan akut, gejala-gejala timbul dalam 30 sampai 60 menit dan mencapai
puncaknya dalam 2-8 jam.
- Pada keracunan ringan tampak anoreksi, sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, tremor
lidah dan kelopak mata, miosis dan penglihatan kabur.
- Pada keracunan sedang, mual, salvias, lacrimasi, kejang perut, muntah, banyak
keringat, nadi lambat, dan fasiculasi otot-otot.
- Pada keracunan berat, diare, pupil pin point dan tidak bereaksi, pernapasan sukar,
edema paru, sianosis, kendali sfingter hilang, kejang, koma, dan blok jantung.
- Pada keracunan kronik, tidak akan timbul keracunan kronik.
VII. Penanganan
Tindakan darurat :
- Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.
- Pernapasan buatan dan oksigen. Pernapasan buatan mulut kemulut tidak boleh
dilakukan.
- Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan dilakukan sebelum
timbul gejala atau setelah gejala terkontrol dengan atropine.
- Bilas lambung atau emetika. Bila gejala-gejala belum timbul, lakukan bilas
lambung dengan air hangat atau induksi muntah dengan sirup ipekak.
- Laksativa, magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air. Castrol oil merupakan
kontaindikasi karena dapat mempermudah larutnya racun.
- Pemberian antidotum : sulfas atropine, 2 mg IM dan diulang tiap 3-6 menit
sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil
dan nadi cepat). Pertahankan atroinisasi dengan mengulang pemberian
atropine 2 mg. Pemberian atropine sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama
cukup aman. Terapi atropine yang terputus akan segera disusul dengan
kegagalan pernapasan. Takaran sulfat atropine untuk anak-anak adalah 0,04
mg/kgBB. Bila timbul taki kardi hebat dapat diberi propanolol.
- 2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat timbul aging phenomen,
yaitu keadaan dengan ikatan insektisida AChE telah mengalami dialkilasi
sehingga 2-PAM tidak lagi dapat melepaskan ikatan tesebut. Hal ini berbahaya
karena atropine tidak memperbaiki paralisis otot-otot pernapasan.
Tindakan Umum :
- Sekresi jalan napas dikeluarkan dengan postural drainase atau dengan
penyedot kateter.
- Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturate, fenotiazin dan obat yang
menimbulkan depresi pernapasan lain.
- Kejang-kejang diatasi dengan obat anti kejang.
Prognosis
Pada keracunan saat kritis adalah 4-6 jam pertama. Pengobatan yang tepat sangat
menentukan.
Pada kasus kematian akibat keracunan, Pasal 133 (1) KUHAP, berbunyi : dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peistiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwewenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya, pengertian atau batasan racun itu sendiri tidak dijelaskan, dengan demikian
dipakai pengertian racun yang telah disepakati oleh para ahli.
Tugas dokter ahli forensic dan atau ahli toksikologi forensic pada pemeriksaan di TKP antara
lain :
Ditinjau dari kejadiannya, maka pemeriksaan pada peristiwa keracunan diatas dapat berupa :