Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
ISO diambil dari bahasa yunani yakni ISOS yang artinya equal alias sama,
ISO memiliki janganinternasional yang terdiri dari 153 negara dengan pusat yang
berada di Jenwa ( Swiss) dan ini bukanlah organisasi yang dikeluarkan oleh satu satu
negara saja, ISO ini telah engeluarkan 15000 std.
1906 : Internationa Electrotechnical Commission (IEC) bergerak dalam
bidang teknik elektro.
1946 : degelasi dari 25 negara rapat dilondon dan memutuskan untuk
membuat organisasi baru, dengan tujuan memberikan failitas koordinasi dan
penyatuan standar industri secara internasional.
Dan pada tanggal 23 February 1947 resmi berdiri ISO.

Tahun 1987 ISO mengeluarkan 5 standar sistem manajemen mutu (ISO 9000)
:
ISO 9000
Quality Manajemen and Quality standardization Guidelines for
Selection and Use.
ISO 9001
Quality System-Model quality assurance in
desing/development, production, instalation and servicing.
ISO 9002
Quality System-Model quality assurance in instalation and
servicing.
ISO 9003
Quality System-Model quality assurance in final inspection and
test.
ISO 9004
Guidelines-quality management and quality system element.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan standar mutu suatu konstruksi ?
2. Apa yang mempengaruhi mutu suatu bangunan ?
3. Apa yang dimaksud dengan standar ISO 9000 ?

III. Tujuan
1. Agar engeneering dapat menetukan standar mutu suatu konstruksi.
2. Agar engeneering dapat mencegah faktor yang dapat mengatasi masalah yang
terjadi pada suatu konstruksi.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ISO 9000

IV. Manfaat
1. Mengetahui jenis-jenis ISO.
2. Dapat melakukan penggunaan ISO dengan tepat.
3. Mempermudah mengendalikan mutu suatu konstruksi.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Terbentuknya ISO

1. Pendirian Organisasi
ISO lahir dari penyatuan dua organisasi - ISA (Federasi Internasional
Asosiasi Standarisasi Nasional),. didirikan di New York pada 1926, dan
UNSCC (Perserikatan Bangsa-Bangsa Standar Komite Koordinasi), didirikan
pada tahun 1944.
Pada Oktober 1946, delegasi dari 25 negara, bertemu di Institute of Civil
Engineers di London, memutuskan untuk menciptakan sebuah organisasi
internasional, di mana bertujuan "untuk memfasilitasi koordinasi internasional
dan penyatuan standar industri ". Organisasi baru, ISO, secara resmi mulai
beroperasi pada tanggal 23 Februari 1947.

Pada April 1947, sebuah pertemuan di Paris menghasilkan daftar rekomendasi


dari 67 ISO komite teknis, sekitar dua-pertiganya didasarkan pada komite ISA
sebelumnya. Pada awal 1950-an, komite teknis ISO mulai menghasilkan apa
yang dikenal pada saat itu sebagai "Rekomendasi".
Ide dasar pasca perang standardisasi internasional adalah untuk memperoleh
Standar Internasional dari mereka yang sudah dikembangkan secara nasional,
dan kemudian kembali menerapkannya secara nasional. Rekomendasi ISO
karena itu hanya dimaksudkan untuk mempengaruhi standar nasional yang
ada.
ISO pertama diselenggarakan Majelis Umum di Paris pada 1949. Ini
diresmikan pada rapat umum diadakan di grand ampiteater di Universitas
Sorbonne.

Pada tahun 1971 hasil teknis ISO mulai bekerja menerbitkan Standar
Internasional ketimbang hanya sebuah Rekomendasi.

2. Pembentukan Standar Kode GATT


Dari 1948 sampai 1994, Perjanjian Umum mengenai Tarif dan
Perdagangan (GATT) menyediakan aturan untuk sebagian besar perdagangan
dunia dan memimpin periode yang melihat beberapa tingkat pertumbuhan
tertinggi dalam perdagangan internasional.
Pada awal tahun, perdagangan GATT putaran berkonsentrasi pada
pengurangan tarif. Kemudian, Kennedy Round di pertengahan tahun 60an
membawa tentang GATT Perjanjian Anti-Dumping dan bagian pembangunan.
Putaran Tokyo selama tahun 70-an adalah upaya besar pertama untuk
mengatasi hambatan perdagangan yang tidak mengambil bentuk tarif, dan
untuk memperbaiki sistem. Putaran Uruguay dari 1986-94, adalah yang
terakhir dan paling luas dari semua. Ini menyebabkan WTO (World Trade
Organization) dan serangkaian perjanjian baru.
Persetujuan Perdagangan Hambatan Teknis (yang disebut Standar Kode
GATT) diperkenalkan pada tahun 1979 bertujuan untuk memastikan bahwa
peraturan-peraturan, standar, pengujian dan prosedur sertifikasi tidak perlu
menciptakan hambatan untuk berdagang. Perjanjian juga memuat kode praktek
yang baik untuk kedua pemerintah dan non-pemerintah atau badan-badan
industri untuk mempersiapkan, mengadopsi dan menerapkan standar-standar
sukarela.
ISO segera menangkap pentingnya GATT Kode Standar dan aktif
mempromosikan nilai Standar Internasional ISO untuk digunakan di seluruh
dunia sebagai instrumen memfasilitasi penghapusan hambatan perdagangan
yang tidak perlu, dan, kapan saja diperlukan, sebagai dasar sesuai peraturan
teknis.
Persetujuan Perdagangan Hambatan Teknis (sekarang WTO TBT) akhirnya
diamandemen pada Putaran Uruguay dan berubah menjadi komitmen
multilateral diterima oleh semua anggota WTO.
Sejak 1979, ISO telah mengambil komitmen dan menerapkan semua langkah-
langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa Standar Internasional ISO
sepenuhnya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Persetujuan
Hambatan Teknis Perdagangan WTO.

3. Faktor yang mempengaruhi Mutu.


1. Fungsi Suatu Barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk
apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang
yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh
karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para konsumen
(sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau
dicapai), maka tingkat suatu barang tergantung pada tingkat pemenuhan
fungsi suatu kepuasan penggunaan barang yang dapat dicapai.

2. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh konsumen
dalam melihat suatu barang pertama kalinya (untuk menentukan mutu
barang) adalah wujud barang tersebut. Walaupun barang yang dihasilkan
secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau
kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut
tidak disenangi oleh konsumen karena dianggap mutunya kurang memenuhi
syarat.

3. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu
barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya
atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut
relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu
yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal.
II. ISO 9000.
ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM).
ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di
bidang standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh
International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176.
ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen
mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna
menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan
untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994
dan tahun 2000.

adanya satu set prosedur yang mencakup semua proses penting dalam bisnis;
adanya pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan bahwa sistem
menghasilkan produk-produk berkualitas;
tersimpannya data dan arsip penting dengan baik;
adanya pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari unit-
unit yang rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang benar apabila
dibutuhkan;
secara teratur meninjau keefektifan tiap-tiap proses dan sistem kualitas itu
sendiri.

Sebuah perusahaan atau organisasi yang telah diaudit dan disertifikasi sebagai
perusahaan yang memenuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak mencantumkan
label "ISO 9001 Certified" atau "ISO 9001 Registered".

Sertifikasi terhadap salah satu ISO 9000 standar tidak menjamin kualitas dari barang
dan jasa yang dihasilkan. Sertifikasi hanya menyatakan bahwa bisnis proses yang
berkualitas dan konsisten dilaksanakan di perusahaan atau organisasi tersebut.

Walaupan standar-standar ini pada mulanya untuk pabrik-pabrik, saat ini mereka
telah diaplikasikan ke berbagai perusahaan dan organisasi, termasuk perguruan
tinggi dan universitas.

ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem
kualitas, yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk
menjamin bahwa pemasok (perusahaan) akan menyerahkan barang dan / atau jasa
yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Pengertian tersebut selaras dengan yang dikemukakan oleh Perry L. Johnson (1997:
6) bahwa ISO 9000 is a series of quality assurance standards that were created by
the International Organization for Standardization, based in Geneva, Switzerland.
Artinya bahwa ISO 9000 merupakan serangkaian standar sistem kualitas yang
diciptakan oleh Internatinal Organization for Standardization yang berbasis di
Jenewa, Swiss.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ISO 9000 merupakan suatu
standar yang memegang peranan penting dalam bidang sistem mutu, khususnya
yang membahas pengenda1ian langkah-langkah produksi atau pelayanan dalam
lingkup produk atau jasa.

Seperti halnya ISO, seri ISO 9000 juga mempunyai beberapa tujuan. M. N. Nasution
(2001: 219) mengatakan bahwa tujuan utama dari ISO 9000 adalah sebagai berikut:

2. Organisasi dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa


yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi
kebutuhan para pembeli.
3. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri
bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.
4. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas
yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang
dijual.

III. Penggunaan ISO

Ini merupakan sebuah mekanisme check and recheck atas proses yang anda
kerjakan sehingga meminimalkan human error yang timbul. Ada 3 jenis sertifikasi
yang terkait dengan penerapan system pada lingkungan perusahaan berdasarkan
jumlah persyaratan yang diterapkan. Standar dan mekanisme dasar system sangat
dipengaruhi oleh standar militer amerika dan standar system manajemen mutu
inggris.

a. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:1994


Setelah mengalami proses KONSISTENSI pada system manajemen
terdahulu, maka pada tahun 1994 di tambahkan unsur PREVENTIVE. Pada system
manajemen mutu ISO 9000:1994 ini, di terapkan proses pencegahan. Lakukan prosedur
untuk memastikan bahwa kesalahan tersebut tak terulang. Karena kesalahan yang sering
terjadi akan mengakibatkan biaya yang tersembunyi seperti biaya perbaikan dan yang lebih
mengkhawatirkan adalah rasa frustasi atas kesalahan yang timbul.
Proses untuk melakukan pencegahan di lakukan dengan berbagai macam cara. Baik
berdasarkan pengalaman personil atau pun dengan brainstorming. Akan tetapi di
upayakan menggunakan teknik statitik terhadap pelaksanaan tindakan serta hasil yang
dilaksanakan.

Disisi persyaratan, pada ISO 9000:1994 masih terdapat 20 klausul dengan perbedaan
pada :
- QA pada tindakan preventive.
- Prosedur mengikuti persyaratan.
- Terlalu banyak aturan administratif.

b. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000

Pada versi tahun 2000 ini, ISO membuat beberapa perubahan besar terkait
dengan persyaratan yang diminta dalam memenuhi Sistem Manajemen Mutu ISO
9000. Model pendekatannya juga ditambah. Dari KONSISTENSI menuju
PREVENTIVE pada bagian ini ditambahkan CONTINOUS IMPROVEMENT /
PERBAIKAN BERKELANJUTAN. Dan terkait persyaratan persyaratan yang pada
awalnya terdiri dari 20 klausul menjadi 8 klausul dan dari 8 klausul ini hanya klausul
4, 5, 6, 7, 8 yang mengandung persyaratan. Jadi pada persyaratan terdahulu ada
klausul 4 yang berisi 20 klausul dengan penomoran 4.1 ; 4.2 ; .dst sampai klausul
4.20 maka pada versi 2000.

klausul2 tersebut di disebar pada klausul


Klausul 4 : Sistem Manajemen Mutu
Klausul 5 : Tanggung Jawab Manajemen
Klausul 6 : Manajemen Sumber Daya
Klausul 7 : Realisasi Produk
Klausul 8 : Pengukuran, Analisa dan Perbaikan Berkelanjutan

Untuk Klausul 1 sampai klausul 3 bukan merupakan persyaratan, yang terdiri dari :

Klausul 1 : Skup/Ruang lingkup persyaratan : Keterangan tentang ruang


lingkup persyaratan apakah menyeluruh atau hanya sebagian
proses/produk/divisi.
Klausul 2 : Penjelasan Umum : Biasanya berisi penjelasan tentang perusahaan
Klausul 3 : Definisi :Terkait definisi yang umum digunakan di perusahaan tapi
tidak umum di gunakan oleh orang di luar perusahaan

Pada ISO 9000:2000 ini juga dikenal 8 prinsip manajemen mutu yang terdiri dari :
1. CUSTOMER FOCUS ORGANIZATION (Organisasi terfokus pada
pelanggan )
2. LEADERSHIP (Kepemimpinan)
3. INVOLVEMENT OF PEOPLE (Keterlibatan Karyawan)
4. PROCESS APPROACH (Pendekatan Proses)
5. SYSTEM APPROACH TO MANAGEMENT (Pendekatan Sistem terhadap Manajemen)
6. CONTINUAL IMPROVEMENT (Perbaikan berkelanjutan)
7. FACTUAL APPROACH TO DECISION MAKING (Pendekatan Fakta dalam mengembil
keputusan)
8. MUTUALLY BENEFICIAL SUPPLIER RELATIONSHIP (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT)
(Keuntungan yang lebih baik atas hubungan baik dengan para suppliernya)

Sedangkan perbedaan dengan prinsip terdahulu adalah :

Memadukan 3 standar ISO 9001, 9002, 9003


Menyediakan bukti objektif bukan sekedar prosedur terdokumentasi
Analisis proses sebagai sumber dokumentasi bukan dokumentasi yang
menentukan proses
Dapat memilih sistem mana yang akan di dokumentasikan
Documented quality management system not system of document
IV. TUJUAN DAN MANFAAT SERTA KESULITAN PENERAPAN ISO

I. Tujuan ISO
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2002) menyatakan bahwa tujuan utama
dari ISO9 000 adalah:
1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para
pengguna (costumer).
2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri
bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.
3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak costumer bahwa kualitas
yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.

II. Manfaat ISO


Menurut Rabbit dan Bergh (1994), ISO digunakan sebagai :
1. Fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinu untuk kepuasan
pelanggan.
2. Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan.
3. Cara yang jelas dan sistematik dari manajemen mutu.
4. Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan sistem.
5. Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu.
6. Praktek manajemen yang lebih efektif dengan otoritas dan
tanggung jawab yang jelas terhadap orang yang berkaitan dengan mutu
proses dan produk.
7. Pedoman untuk melakukan segala sesuatu dengan benar di setiap
saat.
8. Cara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, dan
kemampuan berkompetensi dari perusahaan.
9. Persyaratan untuk melakukan bisnis internasional.
Menurut Chow-Chua, et al. (2002) menemukan bahwa manfaat terbesar yang
diperoleh perusahaan-perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi ISO
berturut-turut antara lain :
1. Prosedur pendokumentasian menjadi lebih baik.
2. Instruksi dan prosedur kerja lebih jelas, dan
3. Kemampuan akses, pelacakan, dan audit prosedur kerja menjadi
lebih mudah.
III. Kesulitan Penerapan ISO
Hambatan terbesar dalam penerapan standar ISO adalah organisasi gagal
mendefinisikan pertanggungjawaban dan wewenang dengan jelas, sedangkan
hambatan terbesar setelah penerapan standar ISO adalah organisasi gagal
membawa tinjauan manajemen terhadap sistem manajemen kualitas mencapai
efektivitas sistem.

Tabel 3.1. Faktor Kritis dan Kesulitan dalam Penerapan Standar ISO 9000

Tingkat Kepentingan Tingkat Kesulitan


Faktor Kritis
Skala 1 - 5 Skala 1 - 5

Dukungan dan komitmen top management 4,73 (Sangat Penting) 2,83 (Cukup Sulit)

Dukungan dan komitmen middle management 4,58 (sangat Penting 3,27 (Cukup Sulit)

Dukungan dan komitmen karyawan 4,40 (Sangat Penting) 3,44 (Sulit)

Ketepatan dokumentasi proses 4,36 (Sangat Penting) 3,51 (Sulit)

Antusiasme yang kontinyu dari top management 4,32 (Sangat Penting) 3,24 (Cukup Sulit)

Antusiasme yang kontinyu dari middle 4,28 (Sangat Penting) 3,37 (Cukup Sulit)
management

Pemahaman tentang sistem manajemen kualitas 4,22 (Sangat Penting) 3,69 (Sulit)

Antusiasme yang kontinyu dari karyawan 4,15 (Penting) 3,51 (Sulit)

Komunikasi yang baik antara manajemen dengan 4,07 (Penting) 3,24 (Cukup Sulit)
karyawan

Pengalokasian sumber daya yang memadai 4,07 (Penting) 3,59 (Sulit)

Ketersediaan waktu untuk pelatihan dan pertemuan 3,96 (Penting) 3,54 (Sulit)

Peningkatan pangsa pasar 3,23 (Cukup Penting) 3,43 (Sulit)

Tercapainya penghematan biaya 3,22 (Cukup Penting) 3,48 (Sulit)

Sumber: Ek dan Cheng (1995)


V. AUDIT MUTU dan DOKUMENTASI STUDI MUTU

Menurut Ariani (1995), audit mutu didefinisikan sebagai evaluasi secara


sistematik dan independen yang dilaksanakan untuk menentukan apakah kegiatan
mutu yang berhubungan dengan hasil produksi telah sesuai dengan dokuemntasi
sistem mutu dan apakah prosedur dalam dokumen sistem mutu diterapkan secara
efektif dan pantas untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Menurut The
International Standard For Terminology in Quality Management mendefinisikaan
audit mutu sebagai suatu pengujian yang sistematis dan independen untuk
menentukan apakah aktivitas mutu dan hasil sesuai dengan pengaturan yang
direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan
cocok untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain audit mutu didefinisikan sebagai
proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria
audit dipenuhi. Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan
terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif
untuk menentukan sampai sejauhmana kriteria audit dipenuhi.

Tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan
signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan
dan/atau perubahan. Temuan hasil audit selanjutnya dianalisis, dinilai kecukupan dan
kesesuaiannya terhadap standar ISO 9001:2000. Hasil temuan auditor tersebut akan
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen,
perbaikan dan/atau perubahan.
Secara rinci tujuan umum dari audit mutu menurut Willy Susilo (2000) adalah :
1. Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi organisasi.
2. Untuk merencanakan pengembangan usaha.
3. Untuk memenuhi persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai
acuan.
4. Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak dengan
pelanggan.
5. Untuk mengevaluasi terhadap pemasok.
6. Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi.
Sedangkan tujuan khusus dari audit mutu menurut Iskandar Indranata (2006) adalah :
1. Mengarahkan pencapaian sasaran.
2. Memberikan sense of urgency.
3. Menemukan peluang perbaikan.

4. Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif.

5. Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terhadap kebijakan mutu sedini


mungkin.
Hasil audit dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah
manfaat audit yang paling sentral yakni sebagai dasar untuk mengambil keputusan,
melakukan perbaikan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi organisasi.
Dengan informasi hasil penilaian auditor dan rekomendasi yang disampaikan, akan
memungkinkan pimpinan unit operasi melakukan tindakan perbaikan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas maupun produktivitas usaha secara lebih terarah.
Proses audit merupakan media pembelajaran dan pertumbuhan yang tidak ternilai
harganya bagi para pelaku audit itu sendiri. Karena melalui proses audit, tejadi proses
pemahaman secara mendalam tentang seluk beluk operasi organisasi serta
permasalahannya yang dihadapinya, baik permasalahan skala organisasi maupun
permasalahan spesifik yang ada pada setiap fungsi dalam organisasi. Dengan
demikian seorang auditor secara disadari atau tidak telah mempelajari proses
manajemen organisasi secara komprehensif dan manajemen fungsional secara
intensif.

VI. HUBUNGAN TQM DENGAN ISO:9000


Dari dulu sampai sekarang, pandangan organisasi terhadap mutu produk telah
mengalami evolusi, yang semula mutu priduk tidak diperhatikan, kini menjadi hal
yang utama. Secara rinci, konsep mutu dibagi atas lima tahap, yaitu:
1. Era tanpa mutu
Era ini dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat tidak
diperhatikan mutunya. Kondisi ini mungkin terjadi jika organisasi tidak mendapat
pesaing (monopoli).
2. Inspection era
Pada zaman ini, mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain,
masalah mutu berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di
negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini, produsen mulai mendapatkan
pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilahan terhadap
produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap
mutu sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian
terhadap kualitas produk dan tanggung jawab terhadap mutu produk didelegasikan ke
departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak pada produk akhir
sebelum dilepas ke konsumen.
3. Statistical Quality Control Era
Jika pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan
dari atribut standar, departmen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan
tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap produksi untuk mencegah terjadinya hal serupa. Dalam era ini,
departemen inspeksi sudah dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam
mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan pada
proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada departemen
produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan sistem yang
digunakan dalam mengolah produk. Dengan demikian , kualitas produk sudah mulai
dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekada diinspeksi oleh departemen
inspeksi. Era ini mulai berkembang pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter
A. Shewart.
4. Quality Assurance Era
Dalam era ini, konsep mutu mengalami perluasan, dari konsep yang sempit
(hanya terbatas pada tahap produksi) ke tahap desain dan koordinasi dengan
departemen jasa (bengkel, gudang, perencanaan dan pengendalian produksi).
Keterlibatan manajemen dalam penanganan mutu produk mulai disadari pentingnya
karena keterlibatan pemasok dalam penentuan mutu produk memerlukan koordinasi
dan kebijakan manajemen. Pada zaman ini mulai diperkenalkan tentang biaya mutu.
Berdasarkan konsep ini, pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen
meningkatkan aktivitas pencegahan yang merupakan suatu hal yang lebih penting
daripada upaya perbaikan mutu atas penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi. Era
ini dimulai pada tahun 1950-an.
BAB III
KESIMPULAN

ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000
yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi.
ISO-9000 memiliki kelebihan sistem manajemen yang antisipatif, adaptif dan inofatif. Akan
menjadi penting bila pasar bersifat international atau global sesuai dengan tuntutan konsumen
untuk menerapkan sistem standar ISO-9000 karena dapat meningkatkan daya saing
perusahaan. ISO 9000 mencakup standar-standar sbb :
Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary: mencakup
dasar-dasar sistem manajemen kualitas dan spesifikasi terminologi dari Sistem
Manajemen Mutu (SMM).
Quality Management Systems - Requirements: ditujukan untuk digunakan di
organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang
dan/atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun.
Quality Management Systems - Guidelines for Performance Improvements:
mencakup perihal perbaikan sistem yang terus-menerus.

Perusahaan yang telah menerapkan sistem standar ISO berhak mencantumkan label
ISO 9000 sertificate dengan syarat perusahaan tersebut mempunyai komitmen terhadap
standar mutu dan telah di audit dan disertifikasi oleh pihak ISO. Dengan menerepkan sistem
standar ISO-9000 suatu perusahaan akan memperoleh banyak manfaat internal dan eksternal,
manfaat tersebut antara lain penghematan biaya, peningkatan efisiensi, produktifitas dan
tingkat kompetetif yang semakin tinggi. Penerapan ISO-9000 akan meningkatkan daya saing
perusahaan dalam pasar internasional atau global sesuai dengan tuntun dari konsumen.
Semakin tinggi daya saing perusahaan dalam pasar internasional secara otomatis akan
member dampak positif terhadap perekonomian suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA

1. staff.uny.ac.id/sites/default/..../standardisasi-3.4%20(ISO%209000).pdf
2. https://id.wikipedia.org/wiki/ISO_9000
3. http://www.pendidikanekonomi.com/2012/09/pengertian-dan-tujuan-iso-9000.html
4. http://qualityf.blogspot.com/p/iso-9000.html
5. http://tripconsultant.blogspot.com/2009/10/belajar-sistem-manajemen-iso-iso-
9000_27.html
6. http://frskelompokikhwanb.blogspot.com/2012/12/iso-9000.html
7. http://dokumen.tips/documents/iso-9000-55c1ebd91b740.html

Anda mungkin juga menyukai