BAB IV
DISKUSI
benjolan dan nyeri di leher dan pipi kanan sejak 7 hari yang lalu, pasien merupakan
rujukan dari RS Datu Sanggul Rantau ke RSUD Ulin Banjarmasin. Laki-laki tersebut
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dirawat dari tanggal 24 Juli
hari yang lalu. Pada pasien dengan abses memang datang dengan benjolan dan nyeri.
Bisa terjadi pada seluruh tubuh. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit
biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga,
dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan
menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada
Pasien juga mengalami demam tinggi badan lemas. Hal ini biasa terjadi pada
pasien dengan abses. Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda
mungkin mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih
Benjolan pada pipi dan leher pasien terasa panas dan keluar nanah. Hal ini
merupakan ciri khas dari abses, Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan
setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah
yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas.
Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam
tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik secara
flora normal yang ada di bagian tubuh tertentu maka kuman dari abses yang terbentuk
dapat diprediksi berdasar lokasinya. Sebagian besar abses leher dalam disebabkan
oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif
anaerob.
Pasien mengeluh gigi rahang kanan bawah bolong sejak 2 tahun yang lalu.
Nyeri pada gigi yang berlubang dirasakan pasien 1 bulan yang lalu sebelum masuk
46
rumah sakit. Awalnya pasien mengaku tersangkut makanan pada giginya yang
berlubang pada pagi hari. Kemudian pasien berusaha untuk mengeluarkannya dengan
cara mencongkel tusuk gigi. Pada malam harinya pasien merasakan nyeri pada gusi
dan gigi kanan bawah belakang. Pada pasien ditemukan riwayat sakit gigi, hal ini
merupakan faktor pemicu dari abses manibula dan abses leher. Akibat dari infeksi
pada gigi.
Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak sempurna pada
pulpa yang terinfeksi, namun dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan
menyebar kearah jaringan periapikal secara progresif. Ketika infeksi mencapai akar
gigi, jalur patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi
bakteri, ketahanan host, dan anatomi jaringan yang terlibat. Staphylococcus aureus
dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk
hyaluronidase.
Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan antar sel yang
terbuat dari jaringan ikat (hyalin/hyaluronat), yang pada fase aktifnya nanti, enzim ini
antar sel penting sebagai transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi antar sel,
juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini mengalami
47
terdapat Tampak gangrene radix gigi 6 kanan dan kiri bawah. Tampak gangrene
pukpa gigi 7 kanan bawah dan 7-8 kiri bawah. Hal ini menunjukkan memang abses
mandibular da abses colli pada pasien diakibatkan komplikasi infeksi yang terjadi
Pada pemeriksaan ditemukan adanya abses luas dengan ukuran 4x4 cm pada
mandibular dextra dan 6x6 cm pada colli dextra bentuk bulat, dengan terlihat mukosa,
tepi rata, dan terdapat perdarahan atau luka.Sesuai dengan karakteristik abses yang
membentuk lingkaran karena didingnya dilindungi oleh sel darah putih sebagai
mekanisme pertahanan tubuh supaya infeksi tidak meluas ke seluruh tubuh hanya di
Ketika pasien datang ke IGD RSUD Ulin. Tampak sakit sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 140/90 merupakan tekanan darah yang
tinggi dengan nadi teraba kuat angkat, pernapasan dalam batas normal, dan akral
hangat tidak dingin. Dari pemeriksaan fisik selain leher dan pipi kanan tdalam batas
Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang lain yanitu foto rontgen thorax,
soft tissue leher, pemeriksaan darah lengkap, kultur pus, foto panoramic, dan EKG.
berikutnya, pada pasien terdapat anemia, yang dikarenakan perdarahan dari abses
mandibular dan colli tersebut. Tidak terdapat gambaran abnormal dari leukosit, hal ini
disebabkan infeksi belum meluas ke seluruh tubuh, masih lokal hanya pada asbes
saja. Gula darah pasien dalam batas normal, untuk menyingkirkan infeksi sekunder
akibat diabetes mellitus. Tes faal hati meningkat sedikit menunjukkan adanya
inflamasi pada tubuh. Tes ginjal dalam batas normal. EKG juga dalam batas normal.
faktor predisposisi yang lain yang memperparah keluhan dan penyakit pasien adalah
akar gigi yang merupakan penyebab abes mandibular dan abses colli pada pasien.
Pada saat awal datang di IGD, pasien tidak diberikan penanganan khusus
seperti oksigen nasal kanul ataupun pemasangan iv line dua jalur, dikarenakan
kondisi pasien yang relative stabil. Pasien diberikan infus RL 500cc 20 tetes per
menit. Diberikan injeksi ceftriaxone 2 kali 1 ampul dan injeksi metronidazole 3 kali
500 gr sebagai terapi antibiotic pada pasien tersebut. Pasien juga diberikan injeksi
ketorolac 2 kali 1 ampul sebagai penahan nyeri pada kasus ini. Pasien dikonsulkan ke
bagian penyakit dalam dan diberikan assessment mid malnutrition. Kemudian pasien
diberikan vitamin A, vitamin 6000 IU 1x1, vitamin B complek 3x1, VIP albumin 2x1,
zink 20 mg 2x1, hal ini agar nutrisi yang didapatkan pasien terpenuhi. Juga diberikan
anti trombolitik, agar perdarahan dapat berkurang, pemberian injeksi antrain sebagai
Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah dan
penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing
tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya
perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik
dan antibiotik.
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih
lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa
diproduksi bakteri.
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang
perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak
yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk
50
efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam
abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang
rendah.
Pada pasien dilakukan persiapan untuk insisi dan drainase abses. Sesuai