Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Tauhid dan Konsep Akhlak tidak lupa kamipun berterima kasih pada
Bapak H. Nurrohman Said, S.PdI. selaku Dosen mata kuliah Agama Islam yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai manfaat Tauhid dan Konsep Akhlak.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 30 Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN ..........................................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Tauhid .............................................................................................................
1) Pengertian ilmu tauhid ..........................................................................................
2) Macam-macam tauhid ...........................................................................................
3) Hal yang merusak sifat tauhid ...............................................................................
4) Penerapan tauhid dalam kehidupan .......................................................................
5) Pengaruh tauhiid terhadap kehidupan orang muslim ............................................

B. Akhlak .............................................................................................................
1) Pengertian akhlak .................................................................................................
2) Karakteristik akhlak .............................................................................................
3) Prinsip-prinsip akhlak ..........................................................................................
4) Aktualisasi akhlak dalam islam ...........................................................................

BAB III: PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. Saran ................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwa Allah itu
esa, tidak bersekutu. Istilah ini yang disebut dengan tauhid. Tauhid adalah kunci
dari makna hidup, bahkan manusia dan jin diciptakan hanya untuk bertauhid
kepada Allah SWT semata. Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling penting bagi tiap-
tiap muslim karena bahasan ilmu tauhid ini menyangkut aqidah islam. Sedangkan
aqidah islam merupakan pondasi bagi keberagaman seseorang dan benteng yang
kokoh untuk memelihara aqidah muslim dari setiap ancaman keraguan dan
kesesatan. Tanpa mengetahui ilmu tauhid kita tidak akan mengetahui tujuan hidup
yang sebenarnya.
Namun, akhlak dalam ajaran islam juga memiliki kedudukan yang penting.
Karena akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah
dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan
tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini
akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang
baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang
sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.
Nabi Muhammad saw dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa
kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan
akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang
sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya
membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi
melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih
13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya
mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat
merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat islam pada waktu itu

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk mengkaji tentang tauhid dan konsep akhlak, maka diperlukan bahasan
yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa pengertian dari ilmu tauhid?


2. Apa itu macam-macam tauhid?
3. Hal apakah yang merusak sifat tauhid?
4. Bagaimana penerapan tauhid dalam kehidupan?
5. Bagaimana pengaruh tauhiid terhadap kehidupan orang muslim?
6. Apa pengertian dari akhlak?
7. Apa yang dimaksud dengan karakteristik akhlak?
8. Sebutkan prinsip-prinsip akhlak?
9. Bagaimana aktualisasi akhlak dalam islam?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
Adapun tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk menerangkan
tentang ilmu tauhid dan konsp akhlak. Sehingga para pembaca yang
awalnya kurang paham bisa memahami secara lebih baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAUHID
1. Pengertian Tauhid
a. Pengertian Tauhid Secara Etimologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda
yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.

Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada
( )yuwahhidu ( ).Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya,
keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa;Tunggal;satu. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu keesaan
Allah; mentauhidkan berarti mengakui akan keesaan Allah;mengeesakan
Allah.

b. Pengertian Tauhid Secara Terminologi

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau


kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar. Tidak
ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil ada yang mampu
menyamai-Nya.

Firman-firman Allah:







11. (dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat (Q.S 42:11)

163. dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S 2:163)

51. Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya


Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (Q.S
16:51)

39. Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (Q.S
yusuf)





73. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah


salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari
Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu,
pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
(Q.S 5:73)

2. Macam-Macam Tauhid
Pembagian Tauhid dalam Al Quran
Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian
tauhid menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.
Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Quran:

65. Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-
Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)? (Q.S 19:65)

Berikut penjelasan tentang tiga jenis tauhid tersebut:


1) Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal
penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah firman Allah:










54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
[548] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita
imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

2) Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena


penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena
penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah
pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-
satunya yang berhak diibadahi. Allah Taala berfirman:





30. Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak[1185]
dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang
batil; dan Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.
(Q.S 31:30)

[1185] Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang sebenarnya, yang wajib


disembah, yang berkuasa dan sebagainya.

3) Tauhid asma wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah Azza wa


Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid
ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus
menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebagaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak
menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya.
Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan tathil, tahrif,
tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

11. (dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat. (Q.S 42:11)
3. Hal yang Merusak Sikap Tauhid

Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan
menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat
mengurangi sikap tauhid, yaitu:

1) Penyakit riya

Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Quran sebagai
peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir. (Al-Maaarij: 19-21)

2) Penyakit ananiah (egoism)

Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain
sikap riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya
dengan mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam
pribadi yang mau beribadah ihsan dan khusyu.

3) Penyakit takut dan bimbang

Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang
belum terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakalalallah
artinya mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah
akan memberikan pemecahan masalah tersebut.

4) Penyakit Zhalim

Zhalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan


sesuatu yang tidak semestinya.

5) Penyakit has ad atau dengki

Hasad tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan


orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling
hebat dan paling berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat
ada orang lain yang kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi.

4. Penerapan Tauhid dalam Kehidupan

Contoh penerapan tauhid dalam kehidupan sehari hari adalah dengan selalu
mentaati perintah Nya dan menjauhi larangan Nya, seperti beribadah, puasa,
nadzar, berdoa hanya kepada Allah, ibadah apapun yg dilakukan semata mata
diniatkan hanya karna Allah, tidak b`erlebih-lebihan dalam mencintai sesuatu.
Tawakal dan bersabar dalam menghadapi musibah.
5. Pengaruh Tauhid terhadap Kehidupan Seorang Muslim

Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat,
maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses penghambaannya kepada
Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka hidup
yaitu keinginan mereka untuk bertemu dengan tuhannya Allah SWT.

Implementasi penghambaan mutlak kepada Allah SWT tersebut terwujud


dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim, mulai hubungan antara manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan
manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan terwujud secara selaras dan
harmonis, karena memang itulah perintah Allah. Dengan mempunyai aqidah yang
kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya dengan baik dan ringan.

Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global, seorang
muslim harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan
pengaruh global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-
tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai
muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk
mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.

B. KONSEP AKHLAK
1. Pengertian Akhlak

Akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, jama dari Khuluqun
yang berarti budi pekerti. Kata akhlak mengandung segi-segi persesuaian
dengan khalqun (ciptaan) serta erat hubungannya dengan khaliq dan makhluq.
Khaliq berarti Tuhan sedangkan makluq berarti perbuatan dan perilaku manusia.
Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah saw
yang bermaksud : "Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak Rasulullah
yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan,
pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan
pelaksanaan ajaran al-Quran.

Akhlak dari segi istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.

Sedangkan Akhlak menurut para ahli sebagai berikut:

Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."
Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan
akal fikiran terlebih dahulu."
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, "Akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan dan ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan."
Menurut Abdullah Dirroz dalam Tatapangarsa (1984) menegaskan
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan
pihak yang benar ( dalam hal akhlak baik ) atau pihak yang jahat ( dalam
hal akhlak yang tidak baik ).

2. Karakteristik Akhlak

Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah,


mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik
merupakan common platform(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di
dunia, sedangkan muatan partikularistik menunjukkan ciri khas dan karakteristik
akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik
akhlak Islam itu meliputi:
1) Akhlak Rabbaniyah

Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan


reference source (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti
mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang
diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai
keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.

2) Akhlak Insaniyah

Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi


manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran
akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal
tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan
ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan
yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup
kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap
semua makhluk Allah.

3) Akhlak Jamiiyah

Akhlak jamiiyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya


sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat
manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan
baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal.

4) Akhlak Wasithiyah

Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan


keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan
antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.
Allah swt, dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia
yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya
memprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi
tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan
akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan
hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok
pertama akan mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat
tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Akhlak Waqiiyah

Akhlak waqiiyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak


memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan,
bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga
memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif
manusia paling mendasar: Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S.
91:7-8)

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi


yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah
dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat lain terdapat sebuah
ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu
yang tadinya terlarang. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. 2:173)

3. Prinsip-prinsip Akhlak
Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas al-Quran dan as-Sunah
bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat.
Aliran ahlus sunah memandang baik buruk didasarkan atas agama, dan
akal tidak mungkin mengetahui yang baik dan buruk tergantung pada
kesesuaian dengan akal, karena akal merupakan anugerah Allah yang
mulia. Al-Ghazali memandang baik buruk atas akal yang didasari dengan
jiwa agama baik berdasarkan al-Quran maupun hadis. sedang Abu A'la al-
Maududi memandang baik buruk ditentukan oleh pengalaman, rasio, dan
intuisi manusia yang dibimbing tuhan melalui wahyu-Nya. Tampaknya
pendapat yang terakhir inilah yang dapat dijadikan prinsip baik akhlak
alami, karena kenyataannya akhlak merupakan kebiasaan yang reflektif
yang semestinya ditopang oleh kebenaran rasio, dan intuisi dibimbing oleh
wahyu Allah.
Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama
manusia, dan kepada makhluk Allah. Berakhlak kepada manusia adalah
toleransi antaragama, memberikan hak sebagai tetangga, warga negara
atau warga agama, ikut terlibat dalam segala hal, tidak ingin menang
sendiri, bertanggungjawab atas masalah sosial, tolong menolong, saling
memaafkan, saling menghormati, dan sabar serta menahan diri. Sedangkan
akhlak kepada hewan dan tumbuhan adalah melestarikan, memanfaatkan
untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga Nabi SAW,
menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin menyembelih
hewan.
Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena
ketiga unsur diatas merupakan bagian integral dari syariah Allah swt.
Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak
adalah kepada makhluk. Sedangkan ahklak kepada Allah harus lebih
diutamakan dari pada akhlak kepada makhluk.
Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus lebih
hormat kepada orang tuanya dari pada orang lain.

4. Aktualisasi Akhlak dalam Islam

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat


mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran
islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari. Dan akhlak seharusnya
diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim seperti di bawah ini:
1) Akhlak terhadap Allah
a. Mentauhidkan Allah

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah dan
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagiNya

b. Banyak Berzdikir pada Allah

Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan
memuji nama Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dengan berzikir hati menjadi
tenteram.

c. Berdoa kepada Allah SWT.

berdoa adalah inti dari ibadah. Orang-orang yang tidak mau berdoa adalah
orang-orang yang sombong karena tidak mau mengakui kelemahan dirinya di
hadapan Allah SWT.

d. Bertawakal Hanya Pada Allah

Tawakal kepada Allah SWT merupakan gambaran dari sikap sabar dan kerja
keras yang sungguh-sungguh dalm pelaksanaanya yang di harapkan gagal dari
harapan semestinya,sehingga ia akan mamppu menerima dengan lapang dada
tanpa ada penyesalan.

e. Berhusnudzhon kepada Allah

yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sewsungguhnya apa saja yang di
berijan Allah merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.

2) Akhlak terhadap Rasulullah


a. Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani Hidupnya
atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah
merupakan sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran.

b. Bersholawat Kepada Rosul

Mengucapkan puji-pujian kepada Rosulullah S.A.W . Sesungguhnya Tuhan


beserta para malaikatnya semua memberikan Sholawat kepada Nabi (dari Allah
berarti memberi rakhmat, dan dari malaikat berarti memohonkan ampunan). Hai
orang-orang beriman, ucapkanlah Sholawat kepadanya (AQ Al Ahzab : 56)

3) Akhlak Terhadap diri sendiri


a. Sikap sabar

Sabar adalah menahan amarah dan nafsu yang pada dasarnya bersifat negative.
Kemudian manusia harus sabar dalam menghadapi segala cobaan.

b. Sikap Syukur.

Dalam keseharian, kadang atau bahkan sering kali kita lupa untuk ber-Syukur,
atau men-Syukuri segala Nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. ada 3
(tiga) Cara yang mudah untuk men-Syukuri Nikmat Allah yaitu bersyukur dengan
hati yang tulus, mensyukuri dengan lisan yang dilakukan dengan memuji Allah
melalui ucapan Alhamdulillah, dan bersyukur dengan perbuatan yang dilakukan
dengan menggunakan Nikmat dan Rahmat Allah pada jalan dan perbuatan yang
diridhoi-Nya

c. Sikap Tawadlhu

Tawadlhu atau Rendah hati merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi
sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu
merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam.
Orang yang tawadhu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang
didapatnya bersumber dari Allah SWT
d. Bertaubat.

apabila melakukan kesalahan, maka segera bertaubat dan tidak mengulanginya


lagi. Apabila ada dari kita yang merasa telah terlalu banyak berbuat dosa dan
maksiat sebaiknya kita jangan berputus asa dari rahmat ampunan Allah, karena
Allah SWT selalu memberikan kesempatan pada kita untuk bertobat,

4) Aklak Terhadap Sesama Manusia


a. Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan

Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh semua agama,
termasuk agama Islam. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya kalau semua elemen
membangun ukhuwwah dalam komunitasnya. Apabila ada kelompok tertentu
dengan mengatas-namakan agama tetapi enggan memperjuangkan perdamaian
dan persaudaraan maka perlu dipertanyakan kembali komitmen keagamaannya,

b. Taawun atau saling tolong menolong

Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Sudah


semestinya konsep tolong-menolong tidak hanya dilakukan dalam lingkup yang
sempit. Tolong-menolong menjadi sebuah keharusan karena apapun yang kita
kerjakan membutuhkan pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang
pun di muka bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain.

c. Suka memaafkan kesalahan orang lain

Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan kesalahan
orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada orang yang berbuat salah
kepadanya. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang
lain tanpa ada sedikit pun rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah
salah satu perwujudan daripada ketakwaan kepada Allah.
d. Menepati Janji

Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Menepati janji
adalah bagian dari iman. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda
kemunafikan.

5) Akhlak Terhadap sesama Makhluk


a. Tafakur (Berfikir)

salah satu ciri khas manusia yang membedakanya dari makhluk yang lain, bahwa
manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan itulah manusia bisa
meraih berbagai kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan.

b. Memanfaatkan Alam

Kedudukan manusia di bumi ini bukanlah sebagai penguasa yang sewenang-


wenang, tetapi sebagai khalifah yang mengemban amanat Allah. Karena itu,
segala pemanfaatan manusia atas bumi ini harus dengan penuh tanggung jawab
dan tidak menimbulkan kerusakan. Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam mempelajari ilmu tauhid dan akhlak terdapat hubungan diantara


keduanya yang menjadi unsur terpenting dan harus dimiliki oleh seorang muslim.
Sebab, Ilmu tauhid adalah perbuatan yang dibahas dalam Ilmu akhlak. Ilmu tauhid
tampil dalam memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak tampil
dengan memberikan penjabaran dan pengalaman dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa
akhlak yang mulia tiada artinya, dan akhlak yang mulia tampa tauhid maka tidak
akan kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak
memberi isi terhadap arahan tersebut.

B. SARAN
Dari penjelasan diatas, kita dapat menjadikan tauhid sebagai landasan dalam
kehidupan seorang muslim. Sudah dijelaskan pula bahwa peranan sosial tauhid
sangatlah penting. Maka dari itu baiknya kita mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat menjadi manusia yang tentram dan
bahagia di dunia maupun di akhirat.
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang
menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah
kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai
aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai