Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem penghantaran obat mulai banyak dikembangkan dalam teknologi

farmasi. Salah satu sistem penghantaran obat secara tertarget yaitu rute pemberian

intranasal. Pemberian obat melalui rute intranasal akan membantu melewati sawar

darah otak (BBB) dan langsung tertarget pada otak. Rute pemberian intranasal telah

diakui sebagai alternatif yang dapat diandalkan selain rute oral dan parenteral.

Sediaan obat dengan rute pemberian intranasal baik digunakan untuk dosis kecil,

meningkatkan bioavailabilitas obat, meminimalkan efek samping, dan onset obat

yang cepat (Chhajed et al., 2011).

Penyerapan obat melalui intranasal lebih baik jika obat memiliki berat

molekul 300 Da dan penyerapan obat akan menurun jika berat molekul lebih dari

1000 Da. Selain itu, ukuran partikel lebih besar dari 10 m akan tertahan pada

rongga hidung (Ali et al., 2012). Penghantaran obat dapat ditingkatkan dengan

sediaan submikro partikel yang merupakan partikel koloid padat dengan diameter

antara 100 1000 nm (Pires et al., 2009). Submikro partikel bertujuan untuk

mengontrol ukuran partikel, karakteristik permukaan, dan pelepasan sisi aktif dari

obat untuk mencapai efek terapi pada tempat yang spesifik (Vyjayanthimala et al.,

2014).

Salah satu penyakit yang memerlukan sistem penghantaran obat tertarget

adalah penyakit Alzheimer. Pengobatan Alzheimer memerlukan penghantaran obat

ke otak secara langsung tanpa melewati sawar darah otak (BBB). Salah satu

penyebab penyakit Alzheimer adalah berkurangnya aktivitas kolin transferase

1
2

(enzim pembentuk asetilkolin) atau peningkatan aktivitas asetilkolinesterase

sehingga terjadi penurunan tingkat asetilkolin di otak (Saputra dkk., 2015).

Penanganan penyakit Alzheimer dapat dilakukan dengan mencegah penurunan

konsentrasi asetilkolin dengan menginhibisi asetilkolinesterase. Aktivitas

asetilkolinesterase dapat ditingkatkan oleh radikal bebas (Carageorgiou et al.,

2005). Senyawa radikal bebas dapat meningkatkan hidrolisis asetilkolin menjadi

asetat dan kolin (Jubran and Mashhedy, 2012).

Senyawa yang dapat melawan radikal bebas yaitu antioksidan. Salah satu

tanaman yang mengandung antioksidan adalah polong petai. Tanaman petai

(Parkia speciosa Hassk.) yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah buah

petai sedangkan polong petai tidak dimanfaatkan. Polong petai mengandung

senyawa terpenoid, fenolik, dan flavonoid. Komponen fenolik total dalam polong

petai berfungsi sebagai senyawa antioksidan. Nilai IC50 ekstrak etanol polong petai

adalah 0,667 g/ml yang termasuk dalam antioksidan yang tinggi (Kamisiah et al.,

2013). Antioksidan yang terdapat pada polong petai merupakan antioksidan alami

yang bekerja sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, dan pengkhelat logam

(Ayucitra dkk., 2011).

Terdapat beberapa penelitian yang memformulasikan obat Alzheimer

menjadi sediaan nanopartikel dengan rute pemberian intranasal seperti memantine

hidrokloida, piperin, dan estradiol. Obat memantine hidroklorida, piperin, dan

estradiol dipreparasikan menjadi sediaan nanopartikel gelasi ionik dengan polimer

kitosan dan natrium tripolifosfat (Wang et al., 2008; Ruby and Pandey, 2014;

Elnaggar et al., 2015). Oleh sebab itu, peneliti ingin mempreparasi sediaan

submikro partikel dengan metode pembuatan gelasi ionik sebagai pembawa ekstrak
3

polong petai. Ekstrak petai yang dijerap dengan kitosan akan membuat ekstrak

polong petai lebih stabil karena dapat mencegah degradasi dari lingkungan luar.

Pemilihan kitosan ini dikarenakan kitosan memiliki sifat bioadhesi dan pelebaran

tight junctions sel-sel epitel sehingga akan membantu penghantaran obat ke otak.

Pembuatan submikro partikel polong petai menggunakan metode gelasi ionik.

Metode gelasi ionik ini biasa digunakan untuk polimer hidrofilik yang

biodegradabel seperti kitosan (Mohanraj and Chen, 2006). Metode gelasi ionik

dilakukan dengan sederhana dan tidak merusak bahan aktif (Laili dkk., 2014).

Kitosan berikatan dengan crosslinker untuk menjerap obat dan membantu

penghantaran obat. Crosslinker yang digunakan untuk berinteraksi dengan kitosan

dalam metode gelasi ionik juga harus bersifat hidrofil seperti natrium tripolifosfat,

alginat, dan kalsium klorida. Submikro partikel dengan metode gelasi ionik

terbentuk dari gugus yang bermuatan positif dari kitosan dan gugus yang bermuatan

negatif dari natrium tripolifosfat dan kalsium klorida (Mohanraj and Chen, 2006).

Pemilihan polimer dan penentuan konsentrasi polimer akan mempengaruhi

kualitas dari sediaan submikro partikel. Konsentrasi kitosan akan mempengaruhi

ukuran dari submikro partikel sehingga semakin besar konsentrasi kitosan maka

ukuran partikel akan semakin besar yang akan menyebabkan terjadinya aglomerasi.

Agregat yang terbentuk dapat membuat ukuran menjadi mikropartikel (Dewandari

dkk., 2013). Menurut Taurina dkk. (2017) kecepatan pengadukan mempengaruhi

ukuran partikel. Semakin tinggi kecepatan pengadukan maka ukuran partikel akan

semakin kecil. Hal ini disebabkan karena intensitas molekul untuk saling

bersentuhan akan semakin cepat sehingga ukuran partikel akan semakin kecil.
4

Pada penelitian ini dilakukan proses optimasi sediaan submikro partikel

dengan melakukan pemilihan crosslinker yang terbaik yang berikatan dengan

kitosan, penentuan konsentrasi optimum dari kitosan dan crosslinker, serta

dilakukan juga penentuan kecepatan pengadukan yang akan menghasilkan sediaan

submikro partikel yang optimum. Crosslinker dan kecepatan pengadukan akan

mempengaruhi ukuran partikel dan persen efisiensi penjerapan (Dangi and Shakya,

2013). Respon organoleptis, pH, persen efisiensi penjerapan, stabilitas

termodinamik, volume sedimentasi, waktu sedimentasi, jumlah redispersi, dan

organoleptis 45 hari akan dianalisis menggunakan desain Box-Behnken pada

program Design Expert (DX) 10 sehingga didapatkan formula optimum.

Karakterisasi sediaan submikro partikel dilakukan pengujian ukuran partikel,

distribusi partikel, morfologi partikel, zeta potensial, viskositas, dan kecepatan

disolusi ekstrak polong petai. Karakterisasi sediaan intranasal dilakukan pengujian

pump delivery, keseragaman bobot semprot, pola semprot, dan geometri semprot.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapat beberapa

rumusan masalah antara lain :

1. Crosslinker apa yang akan menghasilkan sediaan submikro partikel ekstrak

kitosan-polong petai yang optimum?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi kitosan, konsentrasi crosslinker, jenis

crosslinker, dan kecepatan pengadukan terhadap organoleptis, %EE,

stabilitas termodinamik, pH, volume sedimentasi, waktu sedimentasi,

jumlah redispersi, dan organoleptis 45 hari?


5

3. Berapa proporsi konsentrasi kitosan, crosslinker, dan kecepatan

pengadukan untuk memperoleh formula optimum submikro partikel

kitosan-ekstrak polong petai?

4. Bagaimana hasil ukuran partikel, distribusi partikel (PDI), morfologi

partikel, interaksi submikro partikel-ekstrak polong petai, dan viskositas

pada formula optimum submikro partikel kitosan-ekstrak polong petai?

5. Bagaimana laju difusi sediaan intranasal submikro partikel-ekstrak polong

petai dibandingkan dengan ekstrak polong petai?

6. Bagaimana hasil karakteristik sediaan intranasal (pump delivery,

keseragaman bobot semprot, pola semprot, dan geometri semprot)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui crosslinker yang akan menghasilkan sediaan submikro partikel

ekstrak kitosan-polong petai yang optimum

2. Menganalisis pengaruh konsentrasi kitosan, konsentrasi crosslinker, jenis

crosslinker, dan kecepatan pengadukan terhadap organoleptis, %EE,

stabilitas termodinamik, pH, volume sedimentasi, waktu sedimentasi,

jumlah redispersi, dan organoleptis setelah 45 hari.

3. Menentukan proporsi konsentrasi kitosan, crosslinker, dan kecepatan

pengadukan untuk memperoleh formula optimum submikro partikel

kitosan-ekstrak polong petai.

4. Mengetahui hasil ukuran partikel, distribusi partikel (PDI), morfologi

partikel, interaksi submikro partikel-ekstrak polong petai, dan viskositas

pada formula optimum submikro partikel kitosan-ekstrak polong petai.


6

5. Mengetahui laju difusi sediaan intranasal submikro partikel-ekstrak polong

petai yang dibandingkan dengan ekstrak polong petai.

6. Menganalisis hasil karakteristik sediaan intranasal (pump delivery,

keseragaman bobot semprot, pola semprot, dan geometri semprot).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

pembaca. Manfaat penelitian ini adalah memperluas wawasan pemahaman tentang

submikro partikel berbahan dasar ekstrak. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai sediaan obat untuk terapi Alzheimer. Pada jangka

panjang penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dasar pengembangan

sediaan obat berbahan dasar ekstrak untuk terapi Alzheimer.


7

Ayucitra, A., Indraswati, N., Mulyandasari, V., Dengi, Y. K., & Francisco, G.

(2011). Potensi Senyawa Fenolik Bahan Alam Sebagai. Widya Teknik, 10(1),

110.

Chhajed, S., Sangale, S., & Barhate, S. D. (2011). Advantageous Nasal Drug

Delivery System: a Review. International Journal of Pharmaceutical

Sciences and Research, 2(6), 13221336.

Dewandari, K. T., Yuliani, S., & Yasni, S. (2013). Ekstraksi dan Karakterisasi

Nanopartikel Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum).

Elnaggar, Y. S. R., Etman, S. M., Abdelmonsif, D. A., & Abdallah, O. Y. (2015).

Intranasal Piperine-Loaded Chitosan Nanoparticles as Brain-Targeted

Therapy in Alzheimer s Disease: Optimization , Biological Efficacy , and

Potential Toxicity. Journal of Pharmaceutical Sciences, 104(10), 3544

3556. https://doi.org/10.1002/jps.24557

Klafki, H. W., Staufenbiel, M., Kornhuber, J., & Wiltfang, J. (2006). Therapeutic

approaches to Alzheimers disease. Journal about Brain, 129(Pt 11), 2840


8

2855. https://doi.org/10.1093/brain/awl280

Laili, H. N., Winarti, L., Oktora, L., & Kumala, R. (2014). Preparasi dan

Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Naringenin dengan Variasi Rasio Massa

Kitosan-Natrium Tripolifosfat ( Preparation and Caracterization of

Naringenin-Chitosan Nanoparticles with Various Mass Ratio of Chitosan-

Sodium Tripolyphosphat ). Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(2), 308313.

Medina, L. ., Gomez, A. ., Ortega, F. ., Sousa, I. M. ., Queiroz, N. C. ., Jorge, M.

., Foglio, M. . (2015). Chitosan Tripolyphosphate Nanoparticles as

Arrabidaea chica Standardized Extract Carrier: Synthesis, Characterization ,

Biocompatibility , and Antiulcerogenic Activity. International Journal of

Nanomedicine, 10, 38973909.

Mohanraj, V., & Chen, Y. (2006). Nanoparticles A Review. Tropical Journal of

Pharmaceutical Research Trop J Pharm Res, 5(1), 561573.

https://doi.org/10.4314/tjpr.v5i1.14634

Pires, A., Fortuna, A., Alves, G., & Falco, A. (2009). Intranasal drug delivery:

How, why and what for? Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,

12(3), 288311. https://doi.org/10.18433/J3NC79

Ruby, J. J., & Pandey, V. P. (2014). CHITOSAN NANOPARTICLES AS A

NASAL DRUG DELIVERY FOR MEMANTINE HYDROCHLORIDE.

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 7(1), 34

37.

Sachan, A. K., & Singh, S. (2014). Nanoparticles: Nasal Delivery of Drugs

International Journal for Pharmaceutical Research Scholars ( IJPRS ).


9

International Journal Pharmaceutical Reasearch Scholars, 3(3).

Stoica, R., Somoghi, R., & Ion, R. (2013). Preparation of Chitosan-

Triplyphosphate Nanoparticles for The Encapsulation of Polyphenols

Extracted From Rose Hips. Digest Journal of Nanomaterial and

Biostructures, 8(3), 955963.

Syaefudin, Juniarti, A., Rosiyana, L., Setyani, A., & Khodijah, S. (2016).

Nanoparticles of Selaginella doederleinii leaf extract inhibit human lung

cancer cells A549. IOP Science, 31, 15. https://doi.org/10.1088/1755-

1315/31/1/012029

Tuppo, E. E., & Forman, L. J. (2001). Free radical oxidative damage and

Alzheimers disease. Journal Am Osteopath Assoc, 101(12 Suppl Pt 1), S11-

15. Retrieved from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed

&dopt=Citation&list_uids=11794746

Vyjayanthimala T, Bharathi, D., Radhika, G. L., Mallamma, T., & Dinesh, R.

(2014). Formulation and evaluation of zidovudine loaded. International

Journal of Biopharmaceutics, 5(1), 14.

Wang, X., Chi, N., & Tang, X. (2008). Preparation of estradiol chitosan

nanoparticles for improving nasal absorption and brain targeting. European

Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 70(3), 735740.

https://doi.org/10.1016/j.ejpb.2008.07.005
10

Anda mungkin juga menyukai