Contoh Batuan Sedimen Klastik Dan Nonkla
Contoh Batuan Sedimen Klastik Dan Nonkla
atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada
batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa
e. Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang
f. Compaction (kompaksi)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis.
Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi
Mesodiagenesis = earlydiagenesis
Latelydiagenesis
tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini,
kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu
dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang
burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang
disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu
150 derajat celcius.. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses
metamorfisme.
Telodiagenesis
pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll)
b. Konglomerat
Gambar : batu Konglomerat
Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256
milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain,
hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak
membulat. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material
penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang
membulat.
c. Standstone (Batu Pasir)
Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir
yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada
suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi
batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir
umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan
Graywacke.
2. Batuan Sedimen Non-Klastik
a. Limestone (Batu Gamping)
Gambar : Batu Gamping
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi
material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun.
Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna
biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.
Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya
mengandung sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar
rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-
kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air
keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
D. Hukum Superposisi
Hukum superposisi (atau prinsip superposisi) adalah sebuah aksioma kunci
berdasarkan observasi sejarah alam yang merupakan prinsip dasar stratigrafi sedimen
dan ilmu geologi lain tergantung alam:"Lapisan sedimen yang diendapkan dalam urutan
waktu, dengan yang tertua di bagian bawah dan yang termuda di atas.
Pada saat sedimen di endapkan, mengikuti hukum alam, maka material yang
terberat akan terendapakan telebih dahulu di bandingkan dengan yang lebih ringan,
sesuai dengan kecepatan atau medium pembawanya. Mekanisme dan kondisi
lingkungan pengenapan akan terekam dalam sedimen meskipun telah mengalami
diagenesa menjadi batuan sedimen.
Pada pertengahan abad 17 Nicholaus Steno memperhatikan bahwa sedimen
akan terkumpul oleh proses pengendapan melalui suatu medium air atau angin.
Endapan ini akan membentuk lapisan-lapisan mendatar atau horizontal, yang
terendapkan terlebih dahulu berada di sebelah bawah yang kemudian berada di
atasnya. Berdasarkan pengamatannya ini, pada tahun 1669 ia mencetuskan 3 prinsip
dasar pengendapan yang lebih di kenal dengan Hukum steno yaitu :
1. Horizontalitas (Horizontality) : Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan
adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-
dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut.
2. Superposisi (Superposition) : Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan
suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang
pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
3. Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) : Pelamparan suatu lapisan batuan akan
menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila
pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya
maka dikatakan bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan
demikian, konsep perubahan facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat
sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda satu dengan lainnya