SEMINAR NASIONAL
Ke-4 Tahun 2009
SUSUNAN PANITIA
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur yang tulus kehadirat Allah SWT. karena
hanya oleh ridhoNya kita bisa berkumpul di sini dalam rangka temu ilmiah, yaitu Seminar ReTII,
tanpa halangan suatu apa, di pagi yang cerah ini. Mudah-mudahan Allah SWT juga memudahkan
panitia dalam menyelenggarakan seminar ini, dan memudahkan serta meringankan peserta dalam
mengikuti acara demi acara.
Pertemuan ilmiah yang berupa Seminar ini dimaksudkan, agar ada kesempatan bagi para pakar
untuk bertukar pengalaman, memperkaya atau memperluas wawasan, berdiskusi untuk mengatasi
kesulitan yang hampir sama, memaksimalkan kemampuan peralatan yang ada, sekaligus
meningkatkan keberanian para pakar menghadapi masalah. Selain itu ada harapan juga kemungkinan
terjadi kerjasama atau sinergi antar pakar yang dapat membuahkan penelitian bersama multi years,
yang pada gilirannya akan mampu mendongkrak kemandirian bangsa yang sudah terlanjur jauh
terpuruk,
Ada 3 unsur pokok untuk memajukan bangsa ini, yaitu: (1). Ilmu yang cukup, (2) Keberanian
berdasar pengalaman, dan (3) Wewenang/ kesempatan/ kepercayaan pemerintah terhadap pakar
domestic (government policy). Saya yaqin bila ketiga unsur ini ada, Kemandirian Bangsa akan segera
terwujud.
Semoga Seminar ini bisa terselenggara dengan baik, lancar, memenuhi keinginan para peserta,
bemanfaat dan berakhir sukses. Untuk itu kami memohon kerjasama yang baik, bantu membantu,
saling mengingatkan, dan berlomba dalam kebaikan
Kami sudah mengusahakan yang terbaik, namun seandainya masih banyak kekurangan yang
terasakan selama penyelenggaraan Seminar ini, nanti, kami panitia mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
ttd.
Ketua STTNAS
Alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan YME, panitia seminar nasional telah berhasil
menyelesaikan tahapan-tahapan seminar hingga dapat terlaksananya Seminar Nasional Rekayasa
Teknologi Industri dan Informasi (ReTII),yang dilaksanakan di Kampus STTNAS Yogyakarta pada
tanggal 19 Desember 2009. Temak yang diangkat dalam seminar ini adalah Environment and
resources for better life. Seminar ini terlaksana atas kerjasama Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin,
Teknik Elektro dan Teknik Geologi. Seminar ReTII pada tahun 2009 merupakan seminar Rutin
tahunan yang disellenggarakan oleh STTNAS Yogyakarta.
Seminar ini diselenggarakan sebagai sarana untuk mempublikasikan artikel ilmiah yang
berkualitas dalam prosiding seminar yang sekaligus untuk mengembangkan ilmu melalui penelitian
maupun pengembangan bidang teknologi dan membangun forum diskusi antar instansi terkait yang
bersifat berkelanjutan.
Dalam kesempatan ini, panitia seminar Nasional juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai fihakyang telah membantu terselenggaranya kegiatan seminar ini. Semoga kegiatan ini dapat
diambil manfaat yang sebaik-baiknya.
Selamat berseminar
Ketua Panitia
DAFTAR ISI
TEKNOLOGI INDUSTRI
1 PENGARUH HEAT INPUT TERHADAP KEKUATAN TARIK PENGELASAN
SMAW POSISI VERTIKAL BAJA St 60
Sigit Edy Purwanto ................................................................................................. 1
2 STUDI PENGARUH MEDIA KARBURISER TERHADAP KETAHANAN AUS
SPROKET SEPEDA MOTOR BEBEK
Djoko Suprijanto .......................................................................................................... 7
3 PENGARUH TEKANAN VAKUM TERHADAP EFISIENSI PADA EJECTOR
VACUUM PUMP YANG DIGUNAKAN PADA VACUUM FRYING
Joko Pitoyo & Fabianus Dodik Daru Wibowo ......................................................... 14
4 SISTEM IDENTIFIKASI UAP ALKOHOL MENGGUNAKAN DERET SENSOR
QUARTZ CRYSTAL MICROBALANCE DAN JARINGAN SARAF TIRUAN
Mulyadi .................................................................................................................. 17
5 DESAIN SISTEM PENGATURAN ENGINE TORQUE PADA SPARK IGNITION
ENGINE DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY GAIN SCHEDULLING
Aris Triwiyatno & Ismit Mado 22
6 PENINGKATAN KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION DENGAN
SELECTION DIVERSITY UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN
DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS DI SURABAYA
Syahfrizal Tahcfulloh ............................................................................................... 28
7 IMPLEMENTATION OF VISION SYSTEM IN CONTROLING A MODELLED
GANTRY CRANE
Adelhard Beni Rehiara ... 35
8 REKAYASA DAN ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI
DENGAN MENGUBAH FREKUENSI
Suyamto & Yadi Yunus ............................................................................................... 40
9 APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UNTUK PENGUKURAN KONSENTRASI
CAFFEINE DAN PARACETAMOL
B. Wuri Harini, Antonius Tri Priantoro & Agung Bambang Setyo Utomo ... 46
10 PEMANCAR MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY
HOPPING
Nova Budi Prasetyo & Damar Widjaja . 52
11 MODEL SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA SANATA DHARMA
MENGGUNAKAN HIMPUNAN KABUR
Eko Hari Parmadi .................................................................................................... 58
12 SINKRONISASI ANTARA PEMANCAR DAN PENERIMA MODULASI
FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING
Damar Widjaja & Tulus Setiadi . 63
13 PENERIMA MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY
HOPPING
Yanuarius Vendy Purnomo & Damar Widjaja . 70
14 REKAYASA ROBOT CERDAS PEMADAM API PADA AREA EMPAT
RUANGAN
Joko Prasojo, Tugino & Dian Figana ..................................................................... 76
15 ANALISIS STABILITAS TRANSIENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN AYUNAN PADA JARINGAN
TEGANGAN 150 Kv
M. Arsyad, & Furqonul Fahmi . 82
16 PERAMALAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV
WIROBRAJAN YOGYAKARTA
Diah Suwarti W, Elias K. Bawan, Fitrizawati & Risanuri Hidayat ............................. 89
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pengaruh heat input pengelasan SMAW pada baja St
60 terhadap kekerasan dan kekuatan tarik. Penelitian dilakukan terhadap pengelasan SMAW baja St 60 dengan
heat input yang berbeda yaitu 18480 J/mm, 21120 J/mm, 26400 J/mm, 29040 J/mm dan 31680 J/mm.
Pada hasil uji kekerasan diperoleh nilai kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada spesimen
dengan heat input terendah 18480 J/mm yaitu sebesar 254,4 kg/mm2, sedang nilai kekerasan terendah terjadi
pada spesimen dengan heat input tertinggi 31680 J/mm yaitu sebesar 236,5 kg/mm2. Pada hasil uji tarik
diperoleh kekuatan tarik tertinggi terjadi pada spesimen dengan heat input tertinggi yaitu sebesar 67,61 kg/mm2
dengan regangan 21,97 %, sedang kekuatan tarik terendah terjadi pada spesimen dengan heat input terendah
yaitu sebesar 48,84 kg/mm2 dengan regangan 2,96 %.
Kata kunci: Pengelasan SMAW, Heat Input, Uji Kekerasan dan Uji Tarik.
Analisa Data
Gambar 1. : Daerah pengelasan (Harsono
Wiryasumarto, 2004)
Kesimpulan
Selesai
Heat Input
Perhitungan Heat Input dihitung dengan
rumus :
E .I E . I .t
H
v L
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini berupa.
1. Baja St 60 dalam bentuk pelat.
2. Kawat elektroda E 6013 dengan ukuran
diameter 4.0 mm
3. Bahan-bahan pendukung lainnya :
- Amplas dengan grid 80 sampai 1500 mesh
- Autosol
- Kain bludru dan kain katun
- Bahan etsa : HNO3 (Nitrat) dengan kadar
5% dan Alkohol 95%
Hasil Uji Tarik Tabel 11. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input
31680 J/mm
Tabel 7. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input No 1 2 3
Nilai rata-
18480 J/mm rata
Nilai rata- F (kg/mm2) 8329 8435 8589
No 1 2 3 W (mm) 12,5 12,5 12,5
rata
F (kg/mm2) 5978 6166 6171 T (mm) 10 10 10
W (mm) 12,5 12,5 12,5 Ao (mm) 125 125 125
T (mm) 10 10 10 Lo (mm) 50 50 50
Ao (mm) 125 125 125 L (mm) 62,3 61,6 63,9
Lo (mm) 50 50 50 (kg/mm2) 66,632 67,480 68,712 67,61
L (mm) 50,45 51,1 52,9 (%) 24,6 23,2 27,8 21,97
(kg/mm2) 47,824 49,328 49,368 48,84
(%) 0,9 2,2 5,8 2,96
80
Tabel 8. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input 70 65.05
67.61
21120 J/mm
61.2
Lo (mm) 50 50 50
L (mm) 57,75 57,25 53,55 0
18480 21120 26400 29040 31680
(kg/mm2) 59,016 61,304 63,280 61,20 Heat Input (J/mm)
(%) 15,5 14,5 7,1 12,36
Gambar 4.19. Histogram antara regangan
dengan heat input yang masuk
Tabel 10. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input
29040 J/mm Pembahasan Hasil Uji Tarik
No 1 2 3
Nilai rata- Pada pengujian tarik ini kekuatan tarik
rata sangat dipengaruhi oleh besarnya panas yang
2
F (kg/mm ) 7969 8165 8261 masuk pada saat pengelasan berlangsung, semakin
W (mm) 12,5 12,5 12,5 tinggi panas yang masuk maka akan memperlambat
T (mm) 10 10 10 laju pendinginan sehingga hasil pengelasan menjadi
Ao (mm) 125 125 125 semakin ulet.
Lo (mm) 50 50 50
Pada heat input 18480 J/mm kekuatan
L (mm) 56,75 61,6 55,25
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 48,84
(kg/mm2) 63,752 65,320 66,088 65,05
(%) 13,5 23,2 10,5 15,73 kg/mm2, hal ini disebabkan karena laju pendinginan
cepat sehingga membuat baja menjadi keras.
Pada heat input 21120 J/mm kekutan tarik
rata-rata dari tiga spesimen adalah 53,01 kg/mm2,
hal ini disebabkan karena laju pendinginan cepat
sehingga membuat baja menjadi keras.
Pada heat input 26400 J/mm kekuatan
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 61,2
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik mulai
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju
pendinginan lambat sehingga membuat baja Messler, Robert. W., 1999, Principles Of
menjadi sedikit ulet. Welding, John Willey & Son Inc, New
Pada heat input 29040 J/mm kekuatan York
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 65,05 Suharno, 2008, Prinsip-prinsip Teknologi dan
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik Metalurgi Pengelasan Logam, UNS
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju Press, Surakarta.
pendinginan yang lebih lambat sehingga membuat Wiryosumarto, H., Okumura, T., 2004,Teknik
baja jadi lebih ulet. Pengelasan Logam, Pradnya Paramita,
Pada heat input 31680 J/mm kekuatan Jakarta.
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 67,61
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik Daftar Lambang
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju E = Tegangan las (Volt)
pendinginan yang semakin lambat sehingga H = Masukan panas (J/mm)
membuat baja menjadi semakin ulet. I = Arus las (Ampere)
Pada pengujian tarik ini semua spesimen L = Panjang bahan (mm)
mengalami patah ulet, hal ini terlihat dengan P = Tenaga input (watt)
mengecilnya penampang lintang dan muka t = Waktu pengelasan (detik
patahannya berwarna keabu-abuan. Semakin tinggi V = Laju las (mm/detik)
masukan panasnya maka semakin tinggi tingkat v = Kecepatan pengelasan (mm/detik)
keuletannya, hal ini ditunjukkan pula dengan = Efisiensi perpindahan
semakin meningkatnya nilai regangannya.
Sebaliknya dengan masukan panas yang rendah
membuat tingkat keuletannya semakin rendah pula,
hal ini disebabkan karena laju pendinginan yang
cepat menjadikan baja semakin keras.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengujian kekerasan dan
kekuatan tarik maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dari hasil uji kekerasan diperoleh nilai
kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada
spesimen dengan heat input terendah yaitu
sebesar 254,4 Kg/mm2, sedangkan nilai
kekerasan terendah pada daerah HAZ terjadi
pada spesimen dengan heat input 21120 J/mm
yaitu 216,7 Kg/mm2. Sedangkan pada daerah
las nilai kekerasan tertinggi terjadi pada heat
input 18480 J/mm yaitu sebesar 167,7 Kg/mm2
dan nilai kekerasn terendah pada daerah las
terjadi pada heat input 21120 J/mm yaitu
sebesar 147,1 Kg/mm2, hal ini dikarenakan
terjadinya cacat las, sehingga nilai
kekerasannya turun.
2. Dari hasil uji tarik diperoleh kekuatan tarik
tertinggi didapat pada spesimen dengan heat
input yang paling tinggi yaitu sebesar 67,61
Kg/mm2. Sedangkan kekuatan tarik terendah
didapat pada spesimen dengan heat input
paling rendah yaitu sebesar 48,84 Kg/mm2, hal
ini disebabkan laju pendinginan yang cepat
membuat baja semakin keras sehingga tingkat
keuletannya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Amstead., B. H., 1986, Teknologi Mekanik
Erlangga, Jakarta.
Abstrak
Komponen sepeda motor seperti sproket memerlukan ketahanan aus yang tinggi karena dalam operasinya selalu
bergesekan dengan rantai. Apabila ketahanan aus rendah maka umur komponen mejadi lebih pendek. Untuk
meningkatkan ketahanan aus sproket dilakukan pengerasan permukaan melalui proses pack karburizing. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan membuat cuplikan sproket Honda Supra X 125 dikarburising dengan beberapa
media karburizer arang sirep, kokas, briket batu bara dan arang tempurung kelapa dengan tambahan 3,5 % Ba
CO 3 sebagai energizer pada suhu 9000 C selama 120 menit, kemudian dilanjutkan dengan quenching pada oli
SAE 20. Struktur mula-mula adalah perlit diantara matrik ferit yang dominan dengan sifat yang lunak, setelah
treatment akan berubah menjadi martensit pada pemukaan yang sangat keras. Dalamnya penetrasi karbon yang
menjadi martensit pada permukaan tergantung pada kadar karbon yang dikandung pada media karburisernya.
Untuk media arang tempurung kelapa dengan 76,84% C, mencapai 145 m , kokas yang berkadar 61,25 % C
penetrasi mencapai 165 m, briket batubara dengan 78,75% C mencapai 180 m, sedangkan arang sirep
dengan kadar 92,54 % C mencapai 190 m. Kepadatan butiran karbon menentukan kekerasan permukaan yang
dicapai. Raw material dengan kadar 0,3 % C merupakan baja karbon medium mempunyai kekerasan 179,87
kg/mm2, untuk media karburiser arang tempurung kelapa 550,6 kg//mm2 , briket batu bara 579 kg/mm2, kokas
598kg/mm2 sedangkan arang sirep dengan kepadatan dan kedalaman penetrasi tertinggi mempunyai kekerasan
629 kg/mm2 .Terlihat terjadi peningkatan kekerasan tertinggi sebesar 350 % pada media arang sirep. Keausan
specifik yang terjadi bisa turun 594 % pada media karburiser arang sirep yaitu sebesar 1,265 x 10 -7 mm2/kg
dibanding bahan mula-mula 7,525x10-7 mm2/kg. Sementara media kokas 1,590x10-7 mm2/kg, media briket batu
bara 1,643 x 10-7 mm2/kg dan media arang tempurung kelapa 1,867 x 10-7 mm2 /kg
Kata-kata kunci : pack carburizing, keausan, sproket, kekerasan, penetrasi karbon
sehingga lebih keras disekeliling inti yang ulet. Gambar 1. Kurva pendinginan dalam diagram
Untuk memberi perlakuan panas yang tepat maka T-T-T ( Avner, 1982)
komposisi kimia bahan harus diketahui lebih dulu,
karena perubahan unsur kimia terutama karbida Jika austenit diberi waktu yang cukup pada
akan merubah sifat-sifat fisis logam tersebut pendinginan lambat maka akan terbentuk ferit dan
(Amstead, BH,1985). Dasar dari perlakuan panas karbida, Karbida dan ferit terbentuk bersama
adalah transformasi atau dekomposisi austenit. menjadi perlit. Jika austenit didinginkan secara
Untuk dapat tercapai proses perubahan cepat maka akan membentuk martensit. Martensit
(tranformasi) perlu waktu (time) dan tenaga merupakan perubahan fase austenit dengan
(temperatur). pergeseran secara serentak yang membentuk kisi
Prinsip perlakuan panas adalah : Logam dipanaskan tetragonal pusat ruang yang bersifat keras dan
sampai suhu tertentu (temperatur) , dengan jangka rapuh. Martensit ini tidak stabil, jika diberi waktu
waktu tertentu (holding time ) dan dengan laju dn tenaga yang cukup akan kembali berubah
pendinginan tertentu ( cooling rate) menjadi perlit dan ferit. (Van Valk, 1993). Semakin
Proses perlakuan panas baja dapat dilakukan besar angka dalam grafik, laju pendingnan semakin
dengan 2 cara yaitu : besar sehingga pembentukan martensit semakin
A. Secara mekanik : anealing, normalizing , sempurna, bahan akan semakin keras.
hardening dan tempering
B. Secara kimia : Carburizing, nitriding, carbo KARBURIZING
nitriding dan diffusion coating Karburising adalah proses penambahan unsur
karbon ( C ) kedalam permukaan baja ( baja karbon
PENGERASAN (HARDENING) rendah ) untuk meningkatkan kekerasannya. Kadar
Tujuan pengerasan bahan baja adalah : karbon pada permukaan dapat mencapai 0,75 %
1. Membentuk struktur martensit yang sehingga dapat meningkatkan kekerasan bahan
sempurna sehingga meningkatkan kekerasan secara signifikan. Pemanasan dilakukan sampai
2. Memperbaiki sifat mekanis suhu 8500 C 9000 C Kedalaman penetrasi unsur C
3. Mempertahankan keuletan dapat mencapai 0,5 1,2 m. dari permukaan luar.
Dalamnya penetrasi karbon dirumuskan oleh Smith,
Proses pengerasan menghasilkan baja dengan 1982 sebagai berikut :
kekerasan lebih tinggi dengan struktur mikro
martensit yang merupakan larutan padat lewat (Cs Cx (/(Cs Co ) = erf X/2(Dt)0,5 ..(1)
jenuh, dimana atom karbon terperangkap tetragonal
dalam pemusatan ruang. Proses pengerasan Dimana : Cs = konsentrasi akhir difusi
dilakukan dengan memanaskan sampai suhu Co = konsentrai awal difusi
tertentu (austenit) ditahan beberapa waktu Cx = konsentrasi pada jarak X
kemudian didinginkan dengan cepat (quench). t = waktu
Sebagai media quench dipakai air, oli, air garam D = difusifitas bahan
dan lain-lain. Jenis media pendingin (cooling X = jarak
media) disesuaikan dengan jenis baja yang akan
dikeraskan, semakin encer media pendinginnya ,
maka laju pendinginan semakin cepat sehingga
kekerasannya semakin besar peningkatannya. Laju
pendinginan yang cepat akan membentuk martensit
yang sempurna.
PENGUJIAN KEKERASAN
Ws= (4) Pengujian kekerasan yang dilakukan memakai
metode pengujian kekerasan Vickers. Disini bahan
cuplikan diuji kekerasan permukaannya dengan
Dimana: W s = keausan specifik (mm2/kg)
indentor piramida intan dengan sudut diagonal
B = lebar piringan pengaus (mm)
B o = lebar keausan spesimen uji (mm) 1360. Bekas injakan penetrator berupa bujur
sangkar.
R = Jari-jari pengaus (mm)
P o = gaya tekan pada poros keausan (Kg)
L o = jarak tempuh pada poros pengaus(mm)
Kedalaman penetrasi karbon tergantung pada suhu
dan lama waktu tahan pemanasan serta jenis media
karburisernya (Anner, 1982). Hal ini dinyatakan
dalam gambar dibawah :
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 8. Struktur mikro bahan dikarburasi Gambar 12. Histogram penetrasi karbon media
kokas bagian tepi, perbesaran 200 x Karburiser dalam bahan sproket
PENGUJIAN KEKERASAN
Pengujian kekerasan dilakukan dengan Mikro
Vickers Hardness Tester terhadap cuplikan
masing-masing 3 buah kemudian diambil rata-
ratanya. Hasilnya dapat ditampilkan pada histogram
dibawah
Ws=
SARAN
1. Untuk pengerasan permukaan dengan
karburasi sebaiknya menggunakan arang
sirep dengan energiser BaCO 3 sebesar 3,5
%
2. Perlu dilakukan penelitian keausan bahan
terkarburasi arang sirep dengan variasi
suhu dan variasi waktu treatment
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan efisiensi sebuah ejector yang difungsikan sebagai pompa
hampa atau vakum pada vacuum frying. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mekanika Fluida Jurusan
Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta.
Sebagai fluida primer digunakan air dan fluida sekunder adalah udara, parameter yang di teliti adalah
hubungan debit udara (Qs) terhadap efisiensi ejector () dan tekanan vacum (Ps) terhadap debit udara (Qs).
Pada penelitian dilakukan berbagai variasi terhadap pengaturan valve pada aliran udara sehingga didapatkan
variasi data pada debit udara (Qs) yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan efisiensi () terhadap debit udara (Qs), Efisiensi maksimum
terjadi pada Pi = 1,25 bar, tekanan vakum (Ps) mencapai 69 cmHg, debit udara sebesar 8 liter/menit yaitu
sebesar 0,064 atau 6,4 %
7
8
9
Efisiensi vs debit udara (Qs)
7
4
10 6
3
5
Efisiensi
4
1 nosel
3
2
P-2
2
1
E-1
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3. Skema Instalasi Penelitian Qs (liter/menit)
50
1 nosel
40
30
Sons, Inc, New York
20 Streeter, 1981, Fluids Mechanic, cetakan 7, Mc
10 Graw-Hill International Book Company,
0 Michigan
0 2 4 6 8 10
Qs (liter/menit)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Efisiensi maksimum ejector vacuum pump
pada vacuum frying terdapat di penggunaan 1
nosel dengan daya fluida (H) sebesar 81.94048
kW di mana kevakumannya mencapai -69
cmHg dan tekanan airnya sampai 1,25 bar.
2. Perubahan pada efisiensi sangat dipengaruhi
oleh perubahan nosel, ini terlihat pada gambar-
gambar pada pembahasan.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
alat yang lebih lengkap dan bak penampungan yang
digunakan lebih besar, karena pompa yang
digunakan mempunyai debit yang sangat besar
yang membutuhkan air yang cukup banyak.
Mulyadi
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Borneo
Kampus Jl. Amal Lama No. 1 Tarakan, 77123
E-mail: mul.ubt@gmail.com
Abstract
An identification odour sensor system consisting of four sensors based on Quartz Crystal Microbalance (QCM)
and its response patterns to volatile organic compounds (VOCs) such as Alcohol, Benzene, Chloroform, Ethanol
and Methanol was built. Microcomputer-controlled measurement of the frequency of four differently-coated
quartz piezoelectric crystals and subsequent data processing permits the immediate correction of instrumental
response for fluctuations in water vapour concentration and the display of the corrected VOCs concentration in
air. Crystal pairs with coatings of OV-101, OV-17, PEG-6000 and PEG-1540 were used to illustrate the
performance of the instrument. VOCs can be detected over the range 0.1--15 ppm in atmospheres with relative
humidities ranging from 30 to 60% without significant interference from changes in odour concentration with
error rate 8,33%.
2 f0
2 hidden layer dan output layer. `Setiap layer terdiri
f m (1)
dari satu atau lebih neuron. Nama umum dari
A q q arsitektur ini
dengan,
f - perubahan frekuensi (Hz)
f 0 - resonan frekuensi dasar dari kristal (Hz)
A - daerah piezoelektrik kristal (m2)
q - densitas dari kristal (= 2,684 g/cm3)
q - modulus dari kuarsa (=2.947x1011 g/cm.s2)
Proses learning dilakukan sampai dicapai nilai backpropagation seperti ditunjukkan dalam
kesalahan (error) tertentu, misalnya sampai nilai Gambar 4.
Mean Square Error (MSE) < 10-3 atau bila telah
mencapai epoch maksimum III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis bahan bakar yang diuji antara lain alkohol,
benzena, solar, dengan pembanding air mineral. A. Hasil Pengukuran
Untuk mengakuisisi data hasil pengukuran, Pengujian ini dilakukan pada keempat
pembelajaran JST, dan aplikasi identifikasi dalam sensor dengan memberi respon dari empat jenis
unit komputer menggunakan program yang dibuat odor yaitu benzena, alkohol, minyak kayu putih dan
dengan bantuan software Visual Basic 6.0. solar. Data yang diambil setiap sensor adalah rata-
Tahap terakhir setelah diperoleh hasil learning rata setiap 20 detik. Berikut ini adalah gambar-
adalah aplikasi sistem identifikasi alkohol yang gambar pola yang dibentuk oleh deret sensor ketika
dilakukan pada proses forward dari algoritma diberi 4 sampel odor.
Hasil perhitungan rata-rata tiap sensor ketika diberi Tabel 1. Data Pelatihan keempat sensor QCM
4 sampel gas
70
60
50 OV-101
40 OV-17
30 PEG-6000
20 PEG-1540
10
0
Bensin Alkohol K. Putih Solar Pada proses pelatihan ini menggunakan 4
input sensor dengan polimer meliputi OV-101, OV-
Gambar 7. Pola respon sensor terhadap 4 jenis 17, PEG-6000 dan PEG-1540. Dengan lapis
sample uap tersembunyi (hidden layer) sebanyak satu buah
yang berjumlah 64 neuron. Pelatihan ini
B. Pelatihan Data menghasilkan bobot antara lapis input-hidden dan
Pada proses ini data yang diambil untuk dilatih lapis hidden-output. Hasil yang diinginkan (target)
adalah data pergeseran frekuensi resonansi sensor ada 4 buah yaitu bensin (1000), alkohol (0100),
dalam satuan Hertz dari pelatihan 1, pelatihan 2 dan minyak kayu putih (0010) dan solar (0001).
pelatihan 3. Data pada Tabel 1. adalah data yang
akan dilatih. C. Pengujian Data
Data yang digunakan untuk proses
pengujian adalah data pada detik ke-60,80 dan 100
seperti tabel 2. dengan satuan Hertz.
IV. KESIMPULAN
Abstrak
Pada mesin injeksi berbahan bakar bensin, atau yang lebih dikenal dengan nama spark ignition engine,
pengaturan engine torque merupakan upaya untuk menaikkan performansi mesin sekaligus untuk meminimalis
konsumsi bahan bakar. Namun untuk mencapai keduanya, adalah permasalahan yang cukup sulit, sehingga
penyelesaiaannya hanya dapat dilakukan dengan kompromi dari kedua arah. Solusi yang ditawarkan untuk
permasalahan tersebut pada penelitian ini adalah dengan memanfaatkan fuzzy logic inference mechanism dalam
menentukan feedback gain untuk memperbaiki pembukaan throttle plate yang diberikan pengemudi sehingga
menghasilkan engine torque sedekat mungkin dengan desired engine torque. Penggunaan metode kontrol
tersebut terbukti mampu memperbaiki engine torque absolute error sebesar 33.98 % dan melakukan
pengurangan penggunaan bahan bakar sebesar 12.81 %.
Kata kunci: spark ignition engine, engine torque, fuzzy logic inference mechanism, feedback gain.
(4)
(1)
(5)
Karakteristik input-output dari torque
converter dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi
Gambar 2 memberikan ilustrasi skedul pergeseran
engine speed dan turbine speed.
gear ratio. Transmisi gear ratio-nya diberikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Gear Ratios
(2)
dalam strategi kontrol engine torque dikenal adanya digunakan Takagi-Sugeno fuzzy inference
mapping antara Posisi Pedal Gas (pedal position) mechanism dengan input engine torque error dan
dan Kecepatan Putar Mesin (engine speed) dengan derivative engine torque error serta output
Engine Torque Command (Heintz dkk, 2001). pembobot terhadap absolute feedback gain yang
Gambar 3 menunjukkan mapping untuk sporty digunakan untuk menentukan koreksi terhadap
vehicle feel dan Gambar 4 menunjukkan mapping throttle plate angle yang diberikan pengemudi.
untuk economical vehicle feel. Gambar 5, 6 dan 7 masing-masing
menyatakan membership functions dari input dan
output kontroler logika fuzzy yang akan digunakan.
Gambar 4. Pemetaan Pedal Position dan Engine Basis aturan yang digunakan diberikan adalah
Speed terhadap Desired Engine Torque sebagai berikut:
untuk Economical Vehicle Feel (Heintz
dkk, 2001)
5. Simulasi dan Analisa 9, 10, 11, dan 12. Gambar 13, 14, 15, dan 16
Simulasi dilakukan dengan Matlab Simulink menunjukkan hasil setelah diberi kontroler fuzzy
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Hasil gain schedulling dengan menggunakan engine
simulasi tanpa kontroler ditunjukkan pada Gambar torque mapping untuk Economical Vehicle Feel.
60 30
Throttle Opening (deg)
Engine Torque (Nm)
50 25
40 20
30 15
20 10
10 5
0 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Time (s) Time (s)
Gambar 9. Operasi tanpa kontroler: desired engine Gambar 10. Operasi tanpa kontroler: throttle
torque vs engine torque input vs throttle actual
2400 40
throttle input
2200 35 throttle actual
2000
30
25
1600
20
1400
15
1200
10
1000
800 5
600 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Time (s) Time (s)
Gambar 11. Operasi tanpa kontroler: engine Speed Gambar 14. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
60
throttle input vs throttle actual
2200
50
2000
1800
40
Vehicle Speed (mph)
1600
30
1400
20 1200
1000
10
800
0
0 50 100 150 200 250 300 600
0 50 100 150 200 250 300
Time (s)
Time (s)
Gambar 12. Operasi tanpa kontroler: vehicle Speed Gambar 15. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
80 engine Speed
desired engine torque
60
70 engine torque
50
60
40
Engine Torque (Nm)
50
30
40
20
30
20 10
10 0
0 50 100 150 200 250 300
Time (s)
0
0 50 100 150 200 250 300 Gambar 16. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
Time (s)
vehicle Speed
Gambar 13. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
desired engine torque vs engine Hasil lain simulasi menunjukkan : integral
torque torque absolute error menunjukkan pada operasi
tanpa kontroler sebesar 407.3 dan pada aplikasi
kontroler fuzzy gain schedulling sebesar 268.9 atau
ada perbaikan sebesar 33.98 %. Penggunaan bahan
bakar pada operasi tanpa kontroler sebanyak 3.896
gram sedangkan pada aplikasi fuzzy gain
schedulling sebanyak 3.397 atau ada pengiritan
sebesar 12.81 %.
6. Kesimpulan
Dari riset ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan aplikasi sistem kontrol berbasis
knowledge akan sangat menguntungkan untuk
mengatasi permasalahan kontrol dengan indeks Braae, M and Rutherford D A, Theoritical and
performansi yang kontradiktif sebagaimana Linguistic Aspects of the Fuzzy Logic
pengaturan torsi pada spark ignition engine. Hanya Controller, Automatica, Vol. 15, 1979.
saja untuk menyempurnakan riset ini perlu Denton T, Automobile Electrical and Electronic
dilakukan klarifikasi basis aturan sesuai standar System, Colchester Institute, Colchester,
pabrikan dan drive action yang diberikan tidak Essex, 1995.
hanya opening throttle valve saja, tetapi juga Fukami, S, Mizumoto M, and Tanaka K, Some
meliputi pengaturan air to fuel ratio dan time Considerations of Fuzzy Conditional
ignition. Dengan demikian fuzzy rule punya Inference, Fuzzy Sets Systems, Vol. 4, 1980,
keleluasaan untuk meredam penggunaan bahan pp. 243-273.
bakar berlebih untuk mendapatkan engine torque Harris, C.J., Moore C.G., and Brown M,
sedekat mungkin dengan desired engine torque. Intelligent Control: Aspect of Fuzzy Logic
and Neural Nets, World Scientific Series in
7. Referensi Robotics and Automated Systems, Vol. 6, 1993.
Abate, M, et.al, Using Simulink and Stateflow in Irianto, Analisis Sistem Pengaturan Kecepatan
Automotive Applications, The MathWorks Spark Ignition Engine Menggunakan
Inc. Kontrol Robust MIMO, Tesis, ITS, Surabaya,
__________, Application of Some New Tools to 2005.
Robust Stability Analysis of Spark Ignition Shahian, B, Hassul, M, Control System Design
Engines: A Case Study, IEEE Transactions on Using Matlab, Prentice-Hall Int. Inc.
Control Systems Technology, Vol. 2, No. 1, Heintz, N., Mews, M., Stier, G., Beaumont, A.J.,
March, 1994. dan Noble, A.D. (2001), "An Approach to
Agung Nugroho, Desain Kompensator Sistem Torque-Based Engine Management Systems",
Pengaturan Kecepatan pada Spark Ignition SAE 2001-01-0269.
Engine dengan Menggunakan QFT, Tugas Kolmanovsky, I., Druzhinina, M., dan Sun, J.
Akhir, ITS, Surabaya, 2004. (2000), Nonlinear Torque and Air-to-Fuel
Agus Salim, Desain Kompensator sebagai Ratio Controller for Direct Injection Stratified
Kontrol Robust pada Sistem Pengapian Charge Gasoline Engines, Proceeding of
Spark Ignition Engine, Tesis, ITS, Surabaya, AVEC 2000, 5th Int'l Symposium on
2004. Advanced Vehicle Control, Michigan.
Bosch, Automotive Electric/Electronic System, Lamberson, D.M. (2003), Torque Management of
Robert Bosch GmbH, Postfach 30 02 20 D- Gasoline Engine, Tesis Master, Mechanical
70442 Stutgart, 1995. Engineering, University of California at Berkeley.
Blaich B., Schwarz H., Spark Ignition Engine,
Engine Design and Operating Conditions,
Fuel for SI Engine, Bosch, USA, 1995.
ABSTRACT
Local Multipoint Distribution Service (LMDS) is used to broadband communication with bandwidth and
highspeed data. The system uses millimeter wave frequency that has very high rain fading and also intercell
interference especially in tropical region like as Indonesia can decrease performance of the system. In this
implementation more significant to investigate the mitigation technique. In this paper is presented the
improvment of performance mitigation technique of ACM with Selection Diversity. In ACM system is
guaranteed to have maximum BER 10-6 and 10-11 in 4 km length between terminal station and base station have
link availability 99.9368% and 99.9356%, and channel capacities are 1.5847 bps/Hz and 0.7726 bps/Hz
respectively. The ACM with SD is better than ACM that are effective to improve the link availability about
0.004% and 0.003% and also channel capacities about 0.022% and 0.04% for BER maximum 10-6 and 10-11
respectively.
KeywordsAdaptive coded modulation (ACM), selection diversity (SD), intercell interference, millimeter wave.
polarisasi horizontal. Garis tebal menandakan batas informasi r[k] sebelum dimodulasi dilakukan
sel. TS mendapatkan sinyal dari BS bernotasi proses pengkodean rangkap yaitu pengkodean RS
nomor 1 atau disebut BS target dan BS-BS lain dan dilanjutkan dengan proses pengkodean CC.
yang bernotasi 2, 3, dan 4 sebagai BS Setelah proses pengkodean rangkap, bit informasi
penginterferensi serta BS bernotasi 5, 6, 7, 8, dan 9 dipetakan sesuai dengan level modulasi yang
sebagai BS untuk konfigurasi SD. Antena BS digunakan x[k]. Level modulasi tergantung pada
adalah antena sektor dengan beamwidth 90o dengan kondisi kanal yang dipengaruhi hujan yang
gain hampir uniform yang berada di pusat sel dan ditentukan oleh harga SNR (signal to nosie ratio)
beamwidth dari antena TS berjenis Cassegrain pada sisi penerima. Estimasi kanal diasumsikan
sangat sempit sekitar 3o [3]. ideal dan waktu tunda (delay) pada umpan balik
Parameterparameter sistem LMDS yang diasumsikan mendekati nol.
digunakan untuk perhitungan harga SNR pada jarak
L km adalah dengan menggunakan perhitungan - Redaman Hujan di Indonesia
yang bersumber dari Chu Y.C yang dinamakan SNR Pengukuran curah hujan dilakukan di
clear sky (SNR CS ). Dalam penelitiannya Chu lingkungan kampus ITS Surabaya menggunakan
menggunakan parameter LMDS yang diproduksi alat ukur disdrometer optik. Dari hasil pengukuran
oleh New Bridge Corporation Canada [3]. diperoleh data curah hujan selama 2 tahun dari
tahun 2007 dan 2008 dengan waktu sampling T=10
detik. Metode synthetic storm technique (SST)
[5][8] merupakan metode yang digunakan untuk
mengestimasi redaman hujan berdasarkan
kecepatan dan arah angin. Hasil pengukuran curah
hujan di Surabaya menunjukan bahwa probabilitas
curah hujan 0,01% untuk curah hujan lebih dari
140,1 mm/jam. Hal ini menunjukkan curah hujan di
Surabaya, Indonesia sangat tinggi.
Salah satu hasil perhitungan redaman hujan
dengan SST yang berupa grafik complementary
cumulative distribution function (CCDF) redaman
hujan untuk jarak TS ke BS target sejauh 4 km
dengan polarisasi horizontal tampak pada Gambar
3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terjadi
redaman hujan di Surabaya (Indonesia) dengan
Gambar 1. Skenario plan frekuensi pada layanan probabilitas 0,01% sebesar 283.6 dB di lintasan TS
LMDS, H = polarisasi horizontal, V = polarisasi ke BS nomor 3.
vertikal, TS = terminal station dan o = base station 1
(BS). 10
TS-BS1
TS-BS2
0
10 TS-BS3
Penerima TS-BS4
^
TS-BS5
Prob.[Redaman > absis] (%)
Kanal r[k] -1
10 TS-BS6
Pemancar (redaman hujan) Demodulasi
TS-BS7
Adaptif TS-BS8
1/ n[k] -2
Mod & x[k] y[k] 10 TS-BS9
Coding Estimasi
Adaptif Kanal -3
10
-4
10
Delay
dipengaruhi redaman hujan saat itu. Apabila selama Tabel 2. Skenario ACM BER 10-11
periode tertentu nilai redaman rendah, maka nilai ACM menjamin BER maksimal 10-11
SNR akan naik dan memungkinkan tingkat Jenis Modulasi Interval SNR
modulasi yang tinggi diterapkan dengan BER (dB)
rendah. Sedangkan, apabila nilai redaman selama No Transmisi SNR< 1.79
periode tertentu tinggi, maka nilai SNR akan 4 1.79<SNR<12.62
menurun dan memaksa untuk menggunakan tingkat
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
modulasi yang rendah agar BER terjaga.
16 12.62<SNR<23.53
Perhitungan teoritis dari BER untuk masing-
masing skema modulasi dilakukan menggunakan QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
persamaan: [9] 64 SNR>23.53
m m QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
1 2 1 j 2m 1Pe j 1 Pe 2 1 j log M
P
B m cc cc 2 (1)
2 1 j t 1 j
dimana: m adalah banyaknya bit dalam satu simbol, - Selection Diversity (SD)
M adalah nilai dari orde modulasi, dan Pe cc adalah SD merupakan teknik diversity combining yang
probabilitas kesalahan simbol setelah pengkodean paling sederhana. Pada teknik ini, penerima
CC. memilih sinyal yang paling baik, dalam hal ini
Persamaan Pe cc untuk 4-QAM, 16-QAM, dan sinyal dengan SNR terbesar. Blok diagram dari
64-QAM berturut-turut yaitu: metode ini ditunjukkan pada Gambar 4, ada M
1 d free rSNR cabang diversitas untuk sinyal yang masuk ke
CC 1.06 d free
A d free exp l (2)
rangkaian pemilih, SNR g merupakan sinyal terkuat
k 2 yang dipilih dan merupakan output dari rangkaian
ini.
1 d free rSNR
0.92 free Ad free exp log2 M
d
C (3) 1
k 5
G1
d rSNR
2
1
0.81 d free A d free exp free
G2
log 2 M (4) Rangkaian Output
k 14 Pemilih
M
GM
Antena Variabel Gain
R N
k kCCi
log 2 ( M i ) P ( M i ). RSi (6)
B i 0 nRSi nCCi
R 1
B SNRk1
SNRk2
10
-2
BER
BER
-4
10
Jarak maks 10-11
maks 10-6
TS ke
Mode Transmisi
BS
-5
10
-140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 Link Link
SNR (dB) Target Availabilit Availabilit
y (%) y (%)
Gambar 7. CCDF SNRk SD untuk beberapa
ACM 99.9995 99.9995
kombinasi BS target dengan BS SD untuk jarak TS
4
ke BS target 4 km. QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9995 99.9995
1
10
3)
SINR SD15 1 km 16
0
SINR SD16
QAM+RS(63,51)+CC(1/ 99.9991 99.9990
10 SINR SD18
2)
64
Prob.[SINR-SD => absis] (%)
-1
10 QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7799 96.7376
3)
-2
10
ACM 99.9880 99.9874
4
-3 QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9880 99.9874
10
3)
2 km 16
99.9789 99.9756
-4
10 QAM+RS(63,51)+CC(1/
2)
-5
10
64
QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7621 96.7358
-160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40
SINR-SD (dB)
3)
ACM 99.9619 99.9612
Gambar 8. CCDF SINRk sistem ACM dengan SD 4
untuk beberapa BS target dengan BS SD jarak TS QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9619 99.9612
ke BS target 4 km. 3 km
3)
16 99.9416 98.1186
QAM+RS(63 51)+CC(1/
64
QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7480 96.7318
Pada Gambar 7 merupakan CCDF dari SINRk 3)
untuk masukan hasil SD berbagai kombinasi ACM 99.9368 99.9356
konfigurasi SD ada tiga macam yaitu: SD untuk 4 99.9368 99.9356
SNRk 1 dan SNRk 5 , SD untuk SNRk 1 dan SNRk 6 , QAM
16 RS(63 31) CC(1/
dan SD untuk SNRk 1 dan SNRk 8 . Ketiga kombinasi 4 km QAM+RS(63,51)+CC(1/ 99.8970 97.8175
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sudut 2)
64
diversity dan jarak link pada SD. Dari hasil QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7742 96.7571
3)
pengamatan ketiga konfigurasi SD diputuskan
diambil SD untuk SNRk 1 dan SNRk 6 karena
memberikan nilai SINRk yang terbaik yaitu yang Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa sistem ACM
paling rendah nilai dB-nya seperti tampak pada gelombang milimeter pada BER maksimal 10-6
Gambar 8. Setelah diperoleh SINRk SD maka hasil pada jarak TS ke BS target sejauh 4 km mempunyai
ini diterapkan ke persamaan (8) untuk menjadi link availability 99.9368%, sedangkan untuk BER
SINRk sistem ACM dengan SD untuk jarak TS ke maksimal 10-11 mempunyai link availability
BS target dari 1 km sampai 4 km. Dari hasil SINRk 99.9356%.
sistem ACM dengan SD, maka diterapkan pada Dari Tabel 3 akan didapati nilai link avalability
persamaan (1) untuk memperoleh link availability sistem ACM akan selalu sama dengan nilai link
dan persamaan (6) untuk memperoleh kapasitas avalability pada sistem
kanal pada kondisi BER 10-6 dan BER 10-11. Hasil 4QAM+RS(63,31)+CC(1/3). Hal ini disebabkan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 untuk link pada sistem ACM hanya menggunakan 3 mode
availability dan Tabel 6 untuk kapasitas kanal sistem transmisi yaitu 4QAM, 16QAM dan
sistem ACM dengan SD. 64QAM, sehingga sistem adaptif itu akan
menggunakan mode transmisi 4QAM untuk kondisi
SNR yang terburuk dari data SNR yang memenuhi Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sistem
syarat untuk dilakukan transmisi gelombang. ACM dengan SD pada BER maksimal 10-6 pada
Disamping itu pada subbahasan ini, dapat ditarik jarak TS ke BS target sejauh 4 km mempunyai link
kesimpulan bahwa semakin jauh jarak link availability 99.9404% naik sebesar 0.004% dari
komunikasi maka akan didapati nilai outage yang sistem ACM saja, sedangkan untuk BER maksimal
semakin besar sehingga akan menurunkan nilai link 10-11 mempunyai link availability 99.9389% naik
avalability sistem. Dari penjelasan tersebut dapat sebesar 0.003%.
dikatakan bahwa nilai link availability akan Hasil simulasi efisiensi bandwidth untuk sistem
semakin menurun seiring dengan meningkatnya ACM dengan SD pada berbagai jarak TS ke BS
level modulasi dan semakin menurun seiring target dari 1-4 km seperti yang disajikan pada Tabel
dengan bertambahnya panjang lintasan pada 6. Nilai efisiensi bandwidth sistem ACM dengan
penggunaan mode transmisi yang sama. SD untuk BER 10-6 mencapai 1.5850 bps/Hz naik
Hasil simulasi efisiensi bandwidth dilakukan sekitar 0.022% dari sistem ACM saja dan untuk
pada sistem ACM maupun sistem non-adaptif pada BER 10-11 mencapai 0.7729 bps/Hz naik sebesar
berbagai jarak TS ke BS target dari 1-4 km seperti 0.04% dari sistem ACM saja.
yang disajikan pada Tabel 4. Nilai efisiensi
bandwidth sistem ACM pada jarak TS ke BS target
4 km untuk BER 10-6 mencapai 1.5847 bps/Hz dan Tabel 5. Nilai Link Avalability Sistem ACM dengan
untuk BER 10-11 mencapai 0.7726 bps/Hz. Hal ini SD
dapat disimpulkan bahwa efisiensi bandwidth
sistem ACM mempunyai nilai yang lebih besar BER maks
BER maks
daripada nilai efisiensi bandwidth untuk modulasi Jarak 10-11
10-6
TS ke
non adaptif. BS Mode Transmisi
Tampak dari Tabel 3 dan 4 juga bahwa nilai Targe Link Link
effisiensi bandwidth akan sangat berkaitan dengan t Availability Availability
(%) (%)
nilai link avalability. Nilai effisiensi bandwidth
juga dipengaruhi jenis pengkodean rangkapnya ACM + SD 99.9995 99.9995
seperti kode rate pada kode konvolusionalnya serta 4
99.9995 99.9995
ukuran (n,k) dari kode RS-nya. Sistem 16 QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
QAM+RS(63,51)+CC(1/2) lebih tinggi effisiensi 1 km
16
bandwidthnya ketimbang jenis lain tapi masih 99.9991 99.9990
QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
dibawah sistem ACM.
64
96.7799 96.7376
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
Tabel 4. Perbandingan Efisiensi bandwidth Sistem ACM + SD 99.9880 99.9874
ACM 4
99.9880 99.9874
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
Efisiensi
Jarak TS 2 km 16
Mode BER BER 99.9789 99.9756
ke BS QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
Transmisi maks maks
Target
10-6 10-11 64
ACM 1.6726 1.6450 96.7621 96.7358
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3280 0.3280 ACM + SD 99.9630 99.9623
1 km
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6184 1.6184
4
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0952 0.0467 99.9630 99.9623
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
ACM 1.6396 1.6195
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3268 0.3268 3 km 16
2 km 99.9422 98.1191
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6060 1.6044 QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0566 0.0236 64
ACM 1.6081 0.9022 96.7472 96.7310
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3243 0.3242
3 km ACM + SD 99.9404 99.9389
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5875 0.7152
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0317 0.0136 4
99.9404 99.9389
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
ACM 1.5847 0.7726
4 km
4 km 4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3218 0.3217 16
99.8996 97.8202
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5634 0.5588 QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0287 0.0095 64
96.7718 96.7547
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
8. Kinerja Sistem ACM dengan Selection
Diversity
Kinerja sistem ACM dengan SD untuk jarak TS Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem ACM
ke BS target 1km sampai 4 km dievaluasi pada dengan SD efektif meningkatkan kinerja sistem
pengamatan untuk BER maksimum 10-6 dan 10-11. ACM dalam memitigasi pengaruh redaman hujan
dan interferensi.
Secara umum setelah dibandingkan antara nilai untuk BER 10-11. Jadi dapat disimpulkan bahwa
efisiensi bandwitdh sistem ACM dengan dan tanpa sistem ACM dengan SD efektif meningkatkan
SD untuk BER maksimum 10-6 dan BER kinerja sistem ACM dalam memitigasi pengaruh
maksimum 10-11, maka dapat dianalisa bahwa redaman hujan dan interferensi.
semakin kecil nilai BER maka akan semakin kecil
nilai efisiensi bandwidth yang diperoleh. REFERENSI
Tabel 6. Perbandingan Efisiensi bandwidth Sistem 1. Abbiati Fausto, Gaspare L., Santacesaria C,
ACM dengan SD Reception And Transmission Power Gains
Control in a Point-to-Multipoint System, EP
Efisiensi 1427117A1, 1994.
Bandwidth 2. Boch,Yee, Ployer, Power Control of
Jarak TS
Mode (bps/Hz)
ke BS
Transmisi BER BER
LMDS/LMCS Base Station to Provide Rain
Target Fade Compensation, EP 0987832A2, 2000.
maks maks
10-6
10-11 3. Chu, C. Y., Chen, K. S. Effects of Rain
ACM + SD 1.6726 1.6450 Fading on the Efficiency of the Ka-Band
LMDS System in the Taiwan Area, IEEE
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3280 0.3280 Transactions on Vehicular Technology, vol. 54,
no. 1, Januari 2005.
1 km
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6184 1.6184 4. Goldsmith, A.J. dan Chua, S.G. Variable-Rate
Variable Power MQAM for fading Channels,
IEEE transactions of communication, vol. 45,
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0952 0.0467
no. 10, October 1997
ACM + SD 1.6396 1.6195 5. Haniah Mahmudah, Achmad Mauludiyanto
dan Gamantyo Hendrantoro Prediksi
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3268 0.3268 Redaman Hujan Menggnakan Synthetic Storm
2 km
Technique (SST), Tesis, Jurusan Teknik
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6060 1.6044 Elektro, ITS, Surabaya, 2006.
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0566 0.0236 6. Haykin, S. Digital Communication System,
ACM + SD 1.6082 0.9023 Jhon Wiley & Sons, 2004
7. Hendrantoro, G. R.J.C. Bultitude and D.D
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3244 0.3243
Falconer, Use of Cell-Site Diversity in
3 km
Millimeter Wave Fixed Cellular Systems to
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5875 0.7152 Combat the Effects of Rain Attenuation,
IEEE Journal on Selected Areas in
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0317 0.0136
Communications, Vol. 20, No. 3, Page 602,
ACM + SD 1.5850 0.7729
April 2002
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3221 0.3220 8. Kanellopoulos, J. D. and P. Kafetzis,
Comparison of the Synthetic Storm Technique
4 km with a Conventional Rain Attenuation
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5634 0.5588
Prediction Model, IEEE transactions on
Antennas and Propagation, Vol. AP-34, No. 5
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0287 0.0095
hal: 714, May 1986.
9. Sklar, B. Digital Communication, Prentice
KESIMPULAN Hall, New Jersey, 1994
10. Suwadi, Hendrantoro, G. dan Kurniawati, T.
Dapat dinyatakan bahwa kinerja sistem LMDS Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif Untuk
dipengaruhi oleh redaman hujan dan interferensi Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan di Daerah
sebagai fungsi panjang lintasan TS ke BS, sudut Tropis Pada kanal komunikasi gelombang
antara TS ke BS target dan arah kecepatan angin Milimeter Seminar EECCIS, Juni 2008.
maupun BS penginterferensi, serta jenis modulasi 11. ITU-R P.530, Propagation Data and
koding rangkapnya. Teknik sistem ACM dengan Prediction Methods Required for Design of
SD mampu meningkatkan link availability sistem Terrestrial Line-Of-Sight Systems, 2005.
ACM sebesar 0.004% pada BER maksimal 10-6 12. ITU-R P.838-3, Specific attenuation model
untuk jarak TS ke BS target sejauh 4 km dan for rain for use in prediction, 2005.
meningkatkan link availability sebesar 0.003% 13. Rappaport, T.S., Wireless Communications
untuk BER maksimal 10-11. Sedangkan pada Principles and Practice, Prentice Hall, hal 386,
efisiensi bandwidth, sistem ACM dengan SD 2002.
mampu meningkatkan efisiensi bandwidth sistem
ACM sebesar 0.022% untuk BER 10-6 dan 0.04%
ABSTRACT
Gantry cranes are useful for helping the human works especially in industrial sector. In operation of a
crane, two primary factors which need to be paid in attention are safety and productivity. To increase these
factors, good controllers are needed to deal with swaying phenomenon of the crane movement. A vision
system was applied in this project as a distance detector to detect the distance along the journey of the crane
trolley. Fuzzy controller as a type of intelligent controller was chosen to solve the nonlinearity introduced by
both vision and angle sensor. Implementation was done in LabView with Vision and Fuzzy Control Toolkits.
This project is success to bring vision system together with fuzzy control in controlling a modelled gantry
crane
Keywords: Gantry crane, vision system, fuzzy control, LabView.
Abstrak
Mesin derek sangat bermanfaat dalam membantu pekerjaan manusia. Dalam pengoperasian
mesin derek, dua faktor utama yang perlu diperhatikan adalah keselamatan kerja dan
produktivitas. Untuk meningkatkan kedua faktor tersebut, dibutuhkan alat pengontrol yang
baik untuk mengantisipasi fenomena ayunan yang timbul akibat pergerakan mesin. Vision
system telah diaplikasikan dalam proyek ini sebagai detektor jarak untuk mendeteksi jarak
sepanjang pergerakan troli mesin derek. Pengontrol fuzzy merupakan jenis pengontrol cerdas
yang dipilih untuk memecahkan ketidaklinearan yang ditimbulkan oleh vision system dan
sensor sudut. Pengimplementasian dilakukan menggunakan software Labview dengan Vision
dan Fuzzy Control toolkit. Proyek ini berhasil menerapkan vision system dan pengontrol fuzzy
dalam mengendalikan sebuah model mesin derek.
2. CONTROLLER DESIGN Therefore the rule base only consists of six rules as
simplified in table 1.
The goals for designing the controller are stable, no Table 1. Rule base
steady state error (container exactly on truck), no
overshoot (no bump in the cabin of the truck), and the UTILS IF THEN
settling time is as fast as possible. RULE DISTANCE VOLT
1 FN FastN
A fuzzy control was chosen for controlling the 2 MN MedN
crane and it was done with LabView Fuzzy Control 3 NN Slow
Toolkit. LabView is a graphical programming language 4 NP Slow
that is produced by National Instrument. Its features are 5 MP MedP
6 FP FastP
simple, user friendly and easy to be learned.
The aim of fuzzy control is normally to substitute a
fuzzy rule-based system with a skilled human operator. As the result of defuzzification, some amount of
A fuzzy controller is comprised of three basic voltage will be applied to the gantry crane.
components: the fuzzifier, the rule base, and the de-
fuzzifier as seen in the figure below (Anonymous,
2009). 3. IMPLEMENTATION
The membership functions of the controller are Trolley, sway and angle sensor represent the real
separated into one input and one output member and the crane system. The system will be connected to a
input member is distance and the output is voltage as computer using an interface coded NI cDAQ-9172
follows. produced by National Instrument.
The angle sensor and vision system will give the
current position of the trolley and the pendulum. The
difference between current position and desired position
will be processed inside fuzzy controller. Finally the
controller will apply voltages to the crane system.
Front panel of the software is shown in figure 6. In Curves of sway, voltage and distace for right movement
S w a y ( d e g .)
0
this figure, the program finds 3 edges and the controller -20
was run with soft start. The camera can detect the length -40
-60
of the crane block about 247.6 pixels. The distance about
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
149.5 cm and so the intensity is about 0.652 cm/pixels.
V o lta g e ( v o lt)
The voltage control box will show the voltage applied to 0
-1
the crane motor and the direction button is used to select -2
direction of the crane (left or right). -3
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
0
D is t a n c e ( c m )
4. RESULTS AND DISCUSSION -50
-100
-150
To test the software, some experiments were done. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Time
As the result, the software is success to control the crane
with very small overshoot at the end of every test
although some problems happen along the testing. Figure 8. Graph of the right movement
The problems introduced in the experiments are On figure 8, the voltage input was increased by the
probably because of the lamp using for lighting inside soft start action and after it reaches the controller voltage
the room. The lamp is near to the right side of the crane then the voltage was fully controlled by the controller.
block and because the block is made from bright Controller will drive the voltage down proportionally
material, the light is easy to be reflected. Therefore the with decreasing of the distance. Because of the errors
light distribution along the crane block is not same. The after soft start released the voltage to controller, the
problem is not appeared when the trolley moves to the voltage is directly going to zero and it makes more
left because the controller can detect not more than 4 swaying. Actually before the voltage is given to the
edges and the distance is calculated correctly. controller, the errors were introduced. It is not affecting
the soft start because it can only give the voltage to the
When the trolley moves to the right side, any edges
controller if it has voltage lower then or equal to the
are found. The edges which are detected by the camera
controller voltage. The experiments data of swaying at
are more than 4 and it made errors in calculating the
starting and ending of the trolley are given in the table 2.
resolution. Finally it will introduce errors for calculating
the distance. Data recorded from the experiment was Table 2. Sway data
used to produce both two graphs below. Time
Experi Right Left
consumption is fixed to 1/10 second of the curves time.
ment Start End Start End
1st 1.47098 1.97573 1.34479 0.89740
Curves of sway, voltage and distace for left movement
2nd 1.11536 1.43656 0.65649 0.75974
3rd 1.20713 2.07898 2.10192 2.73286
S w ay ( de g .)
0
-20 4th 2.58373 2.36577 1.02358 2.72139
-40 5th 1.78071 0.84004 -13.2242 2.33135
-60
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Average 1.63158 1.73942 -1.61948 1.88855
4 pOS (%) 0.45322 0.48317 -0.44986 0.52460
V o lta g e (v o lt)
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 The data on table 2 shows that the overshoot
150
percentages (pOS) are very small about less than 1%.
D is tan ce ( cm )
100
50 According to the data, it can be assumed that the crane
0 exactly reaches its position and the controlling objectives
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Time are fulfilled.
Figure 7. Curves of the left movement
From figure 7, when the controller is switched to 5. CONCLUSIONS
work, voltage is going to maximum for a while. After A vision system was used in this project to solve
the condition, voltage is going down proportionally by the gantry crane needs of a distance sensor. Using a
decreasing of the distance. Because the system is started Logitech camera, the vision device detected the distance
without soft start, the sway is appeared along the process in pixel unit about 247.6 pixels.
but finally there is no sway and the crane reaches its For controlling the crane, a fuzzy controller was
position faster. chosen with distance as input member and voltage as
Spikes of voltage are caused by errors which are output member. A simple IF..THEN condition to
introduced in edges detection of the camera and the connect both memberships is offering 6 rules for the
voltage will be applied incorrectly. The other spikes in controller.
sway are caused by interference inside the angle sensor. Implementation is fully done in LabView 8.2.
Both LabView toolkits, Vision and Fuzzy Control
Toolkit, are additional toolkit using in this project. The Michael C Reynolds, Peter H. Meckl, Bin Yao, 2002.
computer vision was done with LabView Vision Toolkit The Educational Impact of a Gantry Crane
and Fuzzy Control Toolkit is used to design software of Project in an Undergraduate Controls Class,
the controller. Proceedings of International Mechanical
Engineering Congress & Exposition, New
Effect of lighting and characteristic of the material
Orleans, Louisiana, pp 1-6.
which is measured can make some influence in vision
Ziyad N. Masoud, Mohammed F. Daqaq, 2007. A
measurement. Therefore it will give errors in finding an
Graphical Design of an Input-Shaping Controller
object based on edge detection.
for Quay-Side Container Cranes with Large
Result of the experiments show that the Hoisting: Theory and Experiments, Jordan
implemented software is success to drive the crane with Journal of Mechanical and Industrial
fulfilling all of the controller requirements. Engineering, Vol.1, No. 1, pp 57 67.
Ziyad N. Masoud, Ali H. Nayfeh, 2002. Sway
Reduction on Container Cranes Using Delayed
REFERENCES Feedback Controller, Procedings of 43rd
Brian Roffel, Ben Betlem, 2006. Process Dynamics and AIAA/ASME/ASCE/ AHS/ASC Structures,
Control: Modeling for Control and Prediction, Structural Dynamics, and Materials Conference,
John Willey & Sons Ltd. Denver, Colorado, pp 1-3.
David Frakes, Karen Grosser, Joel Fortgang, William Anonymous, Using Edge Detection in Machine Vision
Singhose, 2000. Simulating Motion of an Gauging Applications, Retrieved from
Operatorcontrolled Gantry Crane in a Cluttered http://zone.ni.com/devzone/cda/tut/p/id/4536, on
Work Environment, Proceedings of the IMECE 02/01/2009 11:05:12.
2000 Conference, Orlando. Anonymous, Fuzzy Control of Compound Pendulum
Fetah Kolonic, Alen Poljugan, Ivan Petrovic, 2006. Angle, Retrieved from
Tensor Product Model Transformation-based http://www.pages.drexel.edu/
Controller Design for Gantry Crane Control ~weg22/fuzzyTutorial.html, on 02/01/2009
System An Application Approach, Acta 11:08:32.
Polytechnica Hungarica, Vol. 3, No. 4, pp 95-
112.
Linda G. Saphiro, George C. Stockman, 2001.
Computer Vision, Prectice Hall, New Jersey.
ABSTRAK
REKAYASA DAN ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI DENGAN
MENGUBAH FREKUENSI. Telah dilakukan rekayasa dan analisis pengaturan kecepatan motor induksi
dengan mengubah frekuensi. Motor induksi mempunyai kecepatan yang hampir konstan, banyak digunakan di
dalam industri yang sering memerlukan perubahan kecepatan putar yang halus dengan daerah pengaturan yang
luas. Hal tersebut dapat dilakukan bila digunakan motor induksi jenis rotor lilit, namun konstruksinya sulit dan
harganya mahal. Untuk itu motor induksi yang paling banyak dipakai adalah jenis sangkar tupai dimana cara
pengaturan kecepatan yang paling sesuai adalah dengan mengubah frekuensi catu dayanya. Rekayasa dilakukan
dengan membuat catu daya dengan daya yang cukup besar dan dapat diatur frekuensinya karena tidak mungkin
digunakan function generator yang dayanya terbatas. Peralatan terdiri dari penyearah, penapis, inverter,
osilator dan transformator, dimana sumber tegangan sumber 220 VAC, 50 Hz disearahkan, lalu diubah menjadi
tegangan bolak-balik kembali dengan frekuensi yang dapat diatur. Motor induksi yang dipakai jenis runing
capacitor dengan daya 120 watt, tegangan 220 VAC, arus 0,7 A, frekuensi 50 Hz dan putaran 2900 rpm. Dari
pengujian diketahui bahwa peralatan dapat berfungsi cukup baik walaupun ditemukan beberapa kesulitan
namun arus arus ke motor cukup stabil meskipun kecepatan putar diubah-ubah. Jangkau putaran motor yang
diperoleh adalah dari 133 rpm dengan frekuensi 12 Hz sampai dengan 2.200 rpm pada frekuensi 70 Hz saat
tanpa beban, sedangkan kehalusan perubahan kecepatan putar motor adalah 40,233 rpm/Hz.
ABSTRACT
ENGINEERING AND ANALYSIS OF INDUCTION MOTOR SPEED REGULATOR BY
FREQUENCY CHANGE. Engineering and analysis of induction motor speed regulator by frequency change
has been carried out. Almost of induction motor have constant speed and majority is used in industry which
often desired the speed changeable in the width range and soft or smooth. By using wound rotor motor it can be
conducted, but the construction is difficult and the price is too expensive. So that almost industry used the
squirrel cage induction motor type, where the best suitable speed regulation is done by the changing of the
power supply frequency. The design was done by perform the power supply which has enough power capacity
and its frequency can be adjusted, while by application of function generator is impossible correspond to its
limited power capacity. The power supply which has been constructed consist of main components i.e :
rectifier, filter, inverter, oscillator and transformer. Here the 220 VAC, 50 Hz power supply was rectified, then
converted to the alternating current again with adjustable frequency, and finally supplied to the induction
motor of running capacitor type, 120 watt, 220 VAC, 0.7 A, 50 Hz and 2900 rpm. From the functional test
which has been carried out shows the device in good condition although found many difficulties, but the current
input to the motor enough stable when the motor speed changed. The motor speed can be controlled well in the
range of from 133 rpm with frequency of 12 Hz until 2200 rpm with frequency of 70 Hz at the no load
condition, while the soft change of motor speed is 40.233 rpm/Hz.
*Dipresentasikan pada Seminar di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta 19 Desember 2009.
fan pada laboratorium gedung kimia dan lain-lain. perubahannya sangat kasar. Sehingga satu-satunya
Hal tersebut diperlukan dengan tujuan antara lain cara pengaturan putaran dengan jangkau yang lebar
untuk mengurangi besarnya arus start, meredam dan halus hanya dapat dilakukan dengan mengatur
getaran dan hentakan mekanis saat starting. Karena frekuensi. Penyediaan catu daya dengan frekuensi
manfaatnya sangat besar maka banyak dilakukan yang dapat diatur salah satunya dapat dilakukan
usaha bagaimana cara mengubah putaran motor dengan mengubah catu daya AC, 50 Hz menjadi
induksi yang salah satunya adalah dengan cara DC menggunakan penyearah, kemudian diubah lagi
mengubah frekuensi catu daya yang masuk ke menjadi sumber listrik AC dengan frekuensi yang
motor. Jadi tujuan dari rekayasa dan analisis dapat diatur menggunakan inverter dan osilator .
pengatur kecepatan motor induksi dengan Blok diagram pengaturan kecepatan motor dengan
mengubah frekuensi ini adalah untuk menghasilkan mengubah frekuensi ditunjukkan pada Gambar 1.[5]
peralatan yang dapat dipakai untuk mengatur
kecepatan putar motor dengan jangkau (range) Kontrol Kontrol
putaran yang luas dan dengan perubahan putaran tegangan frekuensi
yang halus. Pengubahan frekuensi dengan jangkau
yang luas adalah tidak sederhana, sehingga jarang
dilakukan karena sulit dan diperlukan biaya yang Sum Penye Inver
Filter M
relatif besar. [1, 2, 3] ber arah ter
AC
II. DASAR TEORI
Seperti diketahui bahwa sebagai penggerak Gambar 1. Blok diagram pengaturan kecepatan
mula, motor induksi mempunyai banyak kelebihan motor induksi dengan mengubah frekuensi
dibanding dengan motor jenis lain khususnya bila
dibadingkan dengan motor DC. Ditinjau dari jenis
rotornya, motor induksi dibagi 2 yaitu motor A. Penyearah
induksi sangkar tupai dan motor induksi rotor lilit Penyearah adalah alat pengubah sumber listrik
(wound rotor induction motor). Motor induksi dari AC menjadi DC. Pada catu daya DC dengan
sangkar tupai mempunyai kecepatan putar yang penyearah kebanyakan digunakan jenis gelombang
hampir konstan, sedangkan motor induksi rotor lilit penuh dengan memakai empat buah diode yang
mempunyai kecepatan putar dan torsi yang dapat tersusun secara jembatan. Dengan cara tersebut
diatur (adjustable). Sebetulnya dengan motor akan diperoleh keluaran yang lebih baik bila
induksi rotor lilit, kebutuhan teradap pengturan dibandingkan dengan penyearah setengah
kecepatan putar motor induksi dapat dipenuhi, gelombang. [6,7]
tetapi motor induksi rotor lilit mempunyai
konstruksi yang tidak sederhana, pengoperasiannya B. Osilator
cukup sulit dan perlu peralatan tambahan serta Osilator merupakan pembangkit gelombang
harganya mahal. Rumus kecepatan putar motor yang berdasarkan cara kerjanya terdapat
induksi adalah sebagai berikut. beberapa jenis yang salah satu di antaranya
adalah multivibrator tak stabil (Astable
n m (1 s ) n s Multivibrator) . Pada osilator jenis ini
60 f digunakan transistor yang bekerja berdasar pada
ns sifat kejenuhannya dan kondensator yang
p bekerja berdasarkan sifat menyimpan dan
(1 s ) 60 f melepas muatan. Kejenuhan transistor terjadi
nm ......................(1)
p pada saat nilai arus basis (I B ) cukup besar
dimana daerah jenuh tersebut berada pada garis
Dengan : n m : kecepatan putar motor (rpm) kurva mulai melengkung dari karakteristrik
n s : kecepatan putar medan sinkron (rpm) transistor. Bila I B sama dengan nol atau turun
s : slip dengan drastis, arus kolektor I C juga langsung
f : frekuensi sumber atau catu daya (Hz) menjadi nol sehingga transistor dalam keadaan
p : jumlah pasang kutub tersumbat (cut-off) atau tidak konduksi. Dengan
Besarnya slip tergantung dari beban motor rangkaian transistor dan kondensator dapat
dan untuk beban yang konstan besar slip dari dibangkitkan gelombang yang diinginkan. Pada
motor akan berharga tetap. Maka dari rumus 1 Gambar 2 ditunjukkan sebuah rangkaian osilator
tersebut di atas dapat diketahui bahwa kecepatan sebagai pembangkit sinyal dari jenis
putar motor n m dapat diatur dengan cara mengubah multivibrator tak stabil.
frekuensi maupun jumlah kutub. [1, 2, 3, 4] Mengatur
kecepatan dengan cara mengatur jumlah kutub
sudah banyak dilakukan namun daerah pengaturan
putaran yang diperoleh sangat terbatas dan
Pada Gambar 3, SCR 1 dan SCR 2 disulut secara menahan tegangan balik induksi dari SCR agar
bergantian melalui titik A dan titik B (oleh sinyal transistor terhindar dari kerusakan.
yang dihasilkan osilator astable multivibrator pada Pemilihan kondensator C 1 dan C 2 disesuaikan
Gambar 2). Sedangkan pemutusan SCR dilakukan dengan tahanan R B1 dan R B3 untuk memperoleh
oleh rangkaian komutator berupa kapasitor C yang frekuensi yang diinginkan. Tahanan R B terdiri dari
dipasang pada lilitan primer dari transformator. tahanan tetap R b sebesar 1,2 K dan tahanan
Dengan SCR ON dan OFF saling bergantian maka variabel 0 10 K sebagi pengubah frekuensi,
arus dari sumber + (positif) melewati tap tengah sedangkan kapasitor dipilih 10 F. Dengan
(center tap) trafo ke lilitan primer P 1 dan P 2 saling mengacu pada persamaan 3 maka diperoleh jangkau
bergantian. Arus yang mengalir pada sisi primer frekuensi osilator dari 6 sampai dengan 60 Hz.
transformator selalu bergantian atau bolak-balik
sehingga dihasilkan tegangan induksi bolak-balik C. Perancangan Inveter.
(AC) pada sisi sekunder. Frekuensi dari tegangan Rangkaian inverter yang dibuat adalah seperti
induksi tersebut dapat dikontrol dan diatur oleh yang ditunjukkan pada Gambar 3, dimana
osilator sebagai penyulut dua SCR tersebut. [4, 8, 9] komponen utamanya adalah SCR 5P4M yang
mempunyai rating arus 5 Ampere, tegangan 400 V.
III. PERANCANGAN PERALATAN Sedangkan untuk transformator diambil kawat
Perancangan meliputi perencanaan email 0,25 mm berdasarkan luas jendela inti trafo
penyearah, osilator, inverter, transformator, sampai yang tersedia dengan luas penampang inti 20 cm2,
dengan pembuatan casing untuk pengendalian frekuensi terendah 15 Hz sehingga jumlah lilitan
kecepatan putar motor induksi Berdasarkan teori di kumparan primer 2 X 2000. Untuk keperluan
atas, perancangan dilaksanakan sebagai berikut. komutasi dipasang kondensator non polar 4
F/400V agar 2 SCR beroperasi ON dan OFF
A. Perancangan penyearah. secara bergantian sebagai inverter dengan
Penyearah direncanakan memakai satu buah penyulutan di titik A dan B seperti yang
dioda bridge yang di dalamnya terdiri dari 4 buah ditunjukkan pada Gambar 3.
dioda, sehingga tidak perlu adanya centertap trafo.
Keluaran dari penyearah dipakai untuk input ke ke
inverter dan osilator seperti yang ditujnjukkan pada IV. HASIL, PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Hasil rancangan peralatan secara lengkap
ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.
220 33K
ke
Vac
3.3
300 Inver
F, Vdc Osi ter
450 V 220K lator
60
f (Hz)
Gambar 6. Rangkaian lengkap alat pengatur
kecepatan motor induksi 40
Keterangan : 20
R 1 =33 k R 5 = R 6 = 1,2 k 0
R 2 = 220 k R 7 = R 8 = 23 0 5 10 15
RB (k Ohm)
k
R 3 = R 4 = 10 k R 9 =R 10 = 1,2 k (var)
C 1 = 3,3 F/ 450V C 4 = 4 F/400V
C 2 = C3 =10 F/50V Gambar 6. Kurva R B versus f
Tr 1 = Tr 2 : A1015 SCR 1 = SCR 2 : 5P4M
2500
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui 2000
besaran-besaran tegangan, arus dan frekuensi
n (rpm)
1500
keluaran serta putaran dari motor. Hal ini dilakukan
dengan mengubah-ubah tahanan variabel R 9 .dan 1000
R 10 .sebagai pengubah frekuensi dari osilator pada 500
Gambar 5. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 0
1 0 20 40 60 80
Tabel 1. Data hasil uji coba alat pengendali f (Hz)
kecepatan motor induksi
Gambar 7. Kurva f versus n
R B1 = R B2 Io Vo f n
No (k) (mA) (volt) (Hz) (rpm)
1 10,00 200 40 12 133 V. KESIMPULAN
Dari rancang bangun dan pengujian yang
2 8,00 200 45 20 256 telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
3 6,50 250 50 25 405 sebagai berikut.
- Peralatan yang dibuat dapat berfungsi cukup
4 4,70 250 55 35 655 baik walaupun ditemukan beberapa kendala
5 2,00 405 100 47 1.600 misalnya trafonya panas
- Putaran motor bisa diatur dengan mengubah
6 1,61 480 115 61 2.075 frekuensi atau secara tidak langsung dengan
mengubah tahanan basis R B pada osilator
7 1,54 500 125 70 2.200
- Motor induksi dapat diatur putarannya dengan
jangkau yang luas dari 133 rpm dengan
Dari data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi 12 Hz sampai dengan 2200 rpm pada
semakin kecil tahanan basis (R B1 atau R B2 ), frekuensi 70 Hz pada keadaan tanpa beban.
frekuensi keluaran (f) semakin besar. Hal ini sesuai - Pengaturan putaran motor dapat halus dengat
dengan persamaan 3, bahwa frekuensi yang tingkat kehalusan sebesar 40,233 rpm/Hz.
dihasilkan berbanding terbalik terhadap tahanan
basis, lihat Gambar 6. Begitu juga putaran motor
yang dihasilkan sebanding secara linear terhadap
frekuensi sesuai dengan persamaan 1. Dari Tabel 1
DAFTAR PUSTAKA
Abstract
This research has two aspects. They are spectrophotometer design and its application. In this
research, we design spectrophotometer that can be used to measure caffeine and paracetamol manually.
Spectrophotometer system consists of polychromatic light source, monochromator, sample, and
detector. Microcontroller is used to get data of absorbance and to determine wavelength. Then, the
concentration of caffeine and paracetamol are calculated manually.
The result of this system is the system can detect caffeine and paracetamol absorbances, with linearity
degree of caffeine is 0.991 and paracetamol is 0.992. However, this system needs some improvements, so it has
better performance.
1. Penyiapan Bahan
Gambar 6. Flow chart program utama ma Penyiapan bahan meliputi penimbangan baku
parasetamol dan kafein untuk membuat larutan
2.2.2. Pengujian alat baku. Dari larutan baku kemudian dibuat seri
Pengujian alat meliputi hal-hal sebagai berikut: larutan untuk dipergunakan dalam pembuatan kurva
1. Penentuan panjang gelombang baku, masing-masing dengan 5 seri. Ditimbang 10
spektrofotometer duplikasi dengan gelas mg baku parasetamol, dilarutkan dalam 100 ml
dydinium aquades. Dari larutan induk ini dipipet 5 ml, 7.5 ml,
2. Pengujian dengan sampel caffeine dan 10 ml, 12.5 ml, dan 15 ml yang masing-masing
paracetamol dimasukkan dalam labu 50 ml. Ke dalam masing-
masing labu ukur ditambahkan 2,0 ml HCl 6N dan
2.2.3. Pengambilan data 5,0 ml larutan Natrium Nitrit 10 %, campur dan
Aplikasi penggunaan alat dilakukan dengan biarkan selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan
mengukur konsentrasi campuran parasetamol dan 5,0 ml larutan asam sulfamat 15% dan 15,0 ml
kafein. Kedua bahan ini sebenarnya tidak berwarna, larutan NaOH 10%, dinginkan dan encerkan dengan
sehingga pengukuran secara langsung hanya bisa aquadest sampai tanda. Kemudian degasing 5
dilakukan dengan mempergunakan spektroskopi menit.
Ultra Violet (UV), sedangkan spektroskopi visible Ditimbang 10 mg baku kafein, dilarutkan dalam
hanya bisa mengukr senyawa-senyawa berwarna. 100 ml aquades. Dari larutan induk ini dipipet 5 ml,
Untuk bisa diukur dengan spektroskopi yang 7.5 ml, 10 ml, 12.5 ml, dan 15 ml yang masing-
mempergunakan sumber cahaya visible kedua masing dimasukkan dalam labu 50 ml. Ke dalam
bahan tersebut harus direaksikan dengan bahan lain masing-masing labu ukur ditambahkan 6 tetes
sehingga bahan yang bersangkutan menjadi larutan bromida, 1 tetes asam hidroklorik (1:9),
berwarna. Pengukuran ini meliputi 4 tahap, yaitu dipanaskan, kemudian ditambahkan 5% mercuri
persiapan bahan, scanning parasetamol dan kafein asetat, dan 2% asam asetat, didinginkan dan
untuk memperoleh panjang gelombang maksimum diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
500
3. Pembuatan Kurva Baku
400
Pembuatan kurva baku merupakan hal pokok yang
akan dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan 300 Series1
3.2.2.2. Pembuatan Kurva Baku sama memberikan hasil yang berbeda. Beberapa hal
Pembuatan kurva baku merupakan hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan dalam
pokok yang akan dipakai untuk menentukan pengukuran ini antara lain belum adanya penutup
konsentrasi larutan sampel berdasarkan (chasing) sehingga cahaya yang ditangkap oleh
perbandingan penyerapan sinar oleh larutan sampel. detektor tidak hanya dari cahaya yang telah
Kurva baku yang baik akan mempunyai tingkat melewati kuvet. Cahaya dari sekitar masih bisa
linearitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh harga masuk kedalam sistem yang akan mempengaruhi
koefisien determinasi (R2). Harga R2 yang dianggap pembacaan serapan oleh detektor.
mempunyai daya prediksi yang baik adalah 0.999. Selain kedua hal tersebut di atas, kuvet
Pada pengukuran serapan cahaya tampak yang dipergunakan tampaknya juga mempengaruhi
oleh seri larutan baku parasetamol pada panjang harga R2 yang diperoleh. Pada waktu pembuatan
gelombang 520nm yang kemudian diplotkan pada dudukan untuk kuvet, contoh kuvet yang
grafik konsentrasi vs serapan, diperoleh garis linear ditunjukkan adalah kuvet disposible bentuk Y yang
dengan persamaan y=9.191x dengan harga R2 = bagian bawahnya terdapat lekukan sehingga hanya
0.992, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5.12. kuvet model tersebut yang bisa dipergunakan.
Y merupakan fungsi serapan sedangkan x mewakili Kuvet model penuh tidak bisa bisa dimasukkan
konsentrasi. Pada pengukuran serapan cahaya kedalam dudukan kuvet karena ukuran luarnya
tampak oleh seri larutan baku parasetamol pada lebih besar. Hal ini menjadi masalah karena stok
panjang gelombang 580nm yang kemudian kuvet yang ada adalah model penuh, sedang kuvet
diplotkan pada grafik konsentrasi vs serapan, model Y yang baru tidak tersedia dan pembelian
diperoleh garis linear dengan persamaan y=10.12x masih harus indent. Pada waktu pengukuran
dengan harga R2 = 0.991, seperti yang ditunjukkan terpaksa memakai kuvet disposible yang telah
dalam gambar 5.13. dipakai ulang yang beberapa diantaranya terdapat
goresan terkena tepi dudukan kuvet yang masih
tajam.
Dari ketiga keterangan diatas, hal terakhir inilah
yang tampaknya menjadi faktor paling dominan.
6.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
a. Spektrofotometer mampu mengukur
sampel paracetamol dengan tingkat
linieritas sebesar 0,992
b. Spektrofotometer mampu mengukur
sampel kafein dengan tingkat linieritas
sebesar 0,991
c. Hasil pengukuran campuran paracetamol
dan kafein menunjukkan sistem
spektrofotometer masih perlu perbaikan,
terutama dalam hal sumber cahaya,
penutup alat dan tempat kuvet.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. http://lemlit.unila.ac.id, diakses tanggal 18
November 2009
[2]. Skoog, D.A., Leary, J.L. 1992. Principles of
Instrumental Analysis. Fort Worth: Saunders
College Publishing.
[3]. Harris, D.C. 1999. Quantitative Chemical
Analysis. New York: W.H. Freeman and
Company.
[4]. Lewis, S.A., OHaver, T.C., Harnly, J.M.
1984. Simultaneous Multielement Analysis of
Microliter Quantities of Serum for Copper,
Iron, and Zinc by Graphite Furnace Atomic
Absorption Spectrometry. Anal. Chem. 56:
1651-1654.
[5]. Dunkerley, S., Adams, M.J. 1997. The
simultaneous determination of caffeine, aspirin
and paracetamol by principal components
regression using automatic dilution and
calibration. Laboratory Automation and
Information Management 33: 107-l 17.
[6]. Moeckli, M.A., Hilbes, C., Sigrist, M.W. 1998.
Photoacoustic multicomponent gas analysis
Abstrak
Faktor keamanan dan kualitas layanan pada komunikasi radio dapat ditingkatkan dengan teknik
frequency hopping (FH). Frequency hopping (FH) adalah perpindahan atau lompatan dari satu frekuensi ke
frekuensi yang lain secara acak, semi acak, atau berurutan. Dengan teknik frequency hopping, gangguan-
gangguan yang sering terjadi pada komunikasi radio seperti jamming, multipath fading, dan derau dapat
dikurangi. Pemancar FM dengan frequency hopping ini disusun menggunakan komponen utama berupa phase
locked loop. Phase locked loop terdiri dari phase detector, low pass filter, dan voltage controlled oscillator
yang berfungsi sebagai pembangkit sinyal carrier yang digunakan sebagai sinyal modulasi. Phase locked loop
yang digunakan pada penelitian ini untuk menghasilkan pemancar FM dengan 4 frequency hopping. Pemancar
bekerja secara sinkron dengan frekuensi carrier yang bergantian pada empat frekuensi yang berbeda yaitu 97
MHz, 99 MHz, 101 MHz, dan 103 MHz dengan periode hopping 0,25 detik.
f in . Diagram blok PLL ditunjukkan seperti pada V o (t). Sinyal output V 1 (t) akan berada pada
Gambar 2.1. Tegangan v 3 menjadi input VCO agar keadaan yang sama jika antara sinyal V i (t) dan
output tetap pada frekuensi FR yang sama dengan V o (t) tidak terjadi perbedaan fasa.
i , sehingga loop terjaga atau yang sering disebut II.2. Low Pass Filter (LPF) dan Amplifier
equilibrium loop. Apabila i berubah naik, maka i Filter merupakan rangkaian yang bekerja
semakin besar, sehingga i sama dengan o . melewatkan sinyal dengan range frekuensi tertentu
Pada saat terjadi beda fasa (), maka dan menekan atau menghilangkan range frekuensi
muncul tegangan v 1 dan setelah itu, ditapis dan yang lain. Low pass filter (LPF) pada dasarnya
dikuatkan sehingga tegangan v 3 semakin tinggi. digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi
Kecepatan sudut o akan naik mencapai o yang rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi [6].
sama dengan i sehingga kedua vektor berotasi
pada kecepatan yang sama. Saat kondisi lock
tercapai, tegangan v 3 proposional terhadap
frekuensi VCO (Voltage Controlled Oscillator).
sangat terbatas, karena perioda antar lompatan Generator), sedangkan pembangkit frekuensi
frekuensi sangat singkat (400s 577 s). Sandi referensi menggunakan osilator Kristal. Sinyal
pseudonoise merupakan sandi acak yang referensi akan dibandingkan dengan sinyal output
mempunyai deretan sandi yang akan terulang secara pembagi terprogram yang masuk ke PD. Output
periodis dalam perioda yang cukup lama [8]. blok PD merupakan sinyal dengan tegangan rata-
rata sesuai karakteristik. Tegangan rata-rata akan
mengontrol VCO sehingga menghasilkan frekuensi
carrier yang diinginkan. Pada blok VCO,
terintegrasi modulator yang digunakan untuk
memodulasi sinyal carrier dan sinyal informasi.
LPF berfungsi untuk meredam / menghilangkan
ripple tegangan output dari PD. Prescaler
digunakan sebagai pembagi awal frekuensi sinyal
output VCO. Electronic switch menggunakan shift
Gambar 2.5. Penebaran sinyal pada frequency register untuk menggeser data input yang berguna
hopping [8]. sebagai pencacah untuk mengontrol clock.
3 1
input dari TC 9122P
4 CIN PP 2
VCOUT P1
14 13
input Frekuensi Ref erensi SIN P2 Output Phase Detector
6
Gambar 3.1. Blok diagram umum sistem CX
rangkaian LPF.
PD
R1
VCO
IV.1. Pengujian Transmisi Pemancar
212.2 Pemancar juga diuji dengan modulasi
C1
0.1u
frekuensi antara sinyal informasi dan sinyal DTMF
dengan beberapa sinyal carrier, sehingga
didapatkan bentuk sinyal FM seperti yang
Gambar 3.4. Rangkaian LPF [6].
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Sinyal sinkronisasi berupa sinyal DTMF
III.3. Perancangan rangkaian VCO
(Dual Tone Multi Frequency) yang berasal dari sub
Perancangan VCO menggunakan
blok tone generator. Sinyal-sinyal yang
komponen diode varactor D1 dan D2 sebagai
dipancarkan diterima oleh satu perangkat keras
kapasitor variabel yang dikendalikan oleh tegangan
penerima FM FH yang ditala secara berurutan pada
LPF. Nilai kapasitansi D1 dan D2 akan berubah
frekuensi carrier 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz dan
ubah sesuai dengan besarnya tegangan dari LPF.
103 MHz.
Frekuensi modulasi 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz,
dan 103 MHz didapat dengan cara mengubah nilai
kapasitansi komponen D1 dan D2 [10].
(a)
(b)
(a)
(b)
Gambar 4.1. (a) Pemancar FM tampak sisi depan (c)
(b) Pemancar FM tampak sisi atas.
Gambar 4.2. Sinyal termodulasi. (a) Frekuensi 97
MHz, (b) Frekuensi 99 MHz, (c) Frekuensi 101
MHz, (d) Frekuensi 103 MHz.
(d)
(4.1)
V. Penutup
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka
penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Alat yang dibuat bekerja dengan baik
sesuai perancangan.
2. Pemancar yang dibuat dapat melakukan
proses hopping dan dapat bekerja dengan
modulasi FM pada frekuensi 97 MHz, 99
MHz, 101 MHz, dan 103 MHz.
3. Pemancar mampu bekerja dengan tunda
waktu FH sebesar 0,25 detik.
V.2. Saran
Penelitian ini dapat lebih disempurnakan
dengan memperhatikan hal, yaitu,
Grounding pada rangkaian PLL harus diperhatikan,
karena sangat berpengaruh terhadap kestabilan
proses hopping perangkat keras yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0311/14/muda/685510.htm
[2] Hioki, Warren., Telecommunication, 3rd
edition. Prentice Hall, 1998.
[3] Stanley.D, William, Operational Amplifier
with Linear Integrated Circuit, 3rd edition.
Maxmillan College Publishing Company,
New York, 1994.
[4] Malvino, Albert Paul, Prinsip-Prinsip
Elektronika, Mc Graw Hill Education,
Salemba Teknika, 1995.
[5] Shrader, R.L, Komunikasi Elektronika,
Erlangga, Jakarta, 1989.
[6] Malik.R, Norbert, Electronic Circuits
Analysis, Simulation and Design, Prentice-
Hall international Inc, 1995.
[7] Rustamaji dan Elan, Djaelani., Pemancar
Frequency Hooping Spread Spectrum untuk
pengamanan sinyal informasi. IT jurnal, 2002.
[8] Wijaya, Damar, Peningkatan Kapasitas
Sistem dan Kualitas Sinyal Pada Jaringan
GSM dengan Frekuensi Hopping, Majalah
SIGMA., vol 5. No 2, hal. 171-183, Juli 2002.
[9] _____, ________, 74HC4046 Phase Locked
Loop with VCO, www.TOSHIBA.com.
[10] The Norwegian Radio Pirate League, The
Veronica PLL.
Abstract
The Schoolarship selection process in Sanata Dharma involves Wakaprodi and WR III. This selection
process based on quota and criteria, namely: Great Point Average (IPK), Parents Salary (PHOT), Total
Family Members (TOT) and Student Activities (GIAT). In, this paper we proposed a new selection system based
on fuzzy multicriteria decision making. Final decision depends on fuzzy criteria and reciprocal matrix. In this
system , final score of each applicant is different for others. It makes easy to make ranking for all applicant. The
system result are final decision and membership function of final decision.
Keyword: fuzzy criteria, reciprocal matrix, final decision, membership function of final decision
Dharma harus mengisi dan melengkapi program studi. Apabila terdapat skor yang
persyaratan kemudian berkas dikumpulkan ke sama, biasanya wakaprodi melihat kembali
sekretariat Wakil Rektor III. Staff sekretariat IPK, penghasilan orang tua atau kriteria-
WR III menyeleksi kelengkapan berkas dan kriteria yang lain.Berikut ini cuplikan tabel
melakukan rekapitulasi. Tim seleksi (WR III rekapitulasi pelamar beasiswa Sanata Dharma
dan Wakaprodi) melakukan seleksi yang dinyatakan lolos seleksi dan berhak
berdasarkan data skor total maupun kuota tiap mendapatkan beasiswa Sanata Dharma.
Tabel 4. Keputusan Akhir & Derajat Keputusan Pelamar Beasiswa Sanata Dharma
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Keputusan akhir sangat bergantung pada
matriks resiprok yang digunakan dan nilai
IPK, PHOT, GIAT dan TOT
2. Keputusan akhir akan memberikan derajat
keputusan yang berbeda untuk setiap
pelamar beasiswa sehingga akan
memudahkan pengambil keputusan
(Wakaprodi atau Wakil Rektor III) dalam
menentukan urutan penerima beasiswa.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Turban Efraim, 1995, Decision Support
and Expert Systems, Prentice Hall
International. Inc, Englewood Cliffs
[2] Streimikiene Dalia ,2001, Applying
Multi_Criteria Aid for Decision Making
in Favor of Clean Coal Technologies,
Environmental Research, Engineering
and Management, No. 4 (18). P.11-18.
[3] Moldovanyi Aurora , 2003, GIS and
Multi-Criteria Decision Making to
Determine Marketability of Pay Pond
Bussinesses in West Virginia.
[4] Ortega Juan F., 2002 , Multi-Criteria
Decision Making for Low Income and
Labor-Market: A Literature Review,
http://www.utc.uic.edu.
[5] Priyatma J.E., Gede S., Windyawan F.N.,
Kusuma P.H.,2005, Laporan Penelitian
Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan Pemilihan Presiden
Indonesia, Lembaga Penelitian
Universitas Sanata Dharma
[6] Susilo Frans.,2003, Pengantar Himpunan
dan Logika Kabur serta Aplikasinya.
Penerbit Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
[7] Wang, Li Xin, 1997, A Course in Fuzzy
System and Control, Prentice Hall, New
Jersey.
[8] Zimmermann, H.J., 1991, Fuzzy Set,
Decision Making, and Expert Systems,
Kluwer Academic Publishers, Boston.
SINKRONISASI ANTARA
PEMANCAR DAN PENERIMA MODULASI
FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING
Damar Widjaja1, Tulus Setiadi 2
1,2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
1
Tulluss86@gmail.co.id, 2damar@staff.usd.ac.id
Abstract
Frequency hopping technique is one of data transmission method in telecommunication. Frequency
hopping can minimize the effect of the telecommunication disturbances such as jamming and noise. This
research goal aim is to produce synchonization subsystem that can synchronize between frequency hopping FM
transmitter and frequency hopping FM receiver.
Synchonization subsystem on transmitter and frequency hopping FM receiver consists of two main
section. There are tone generator and tone decoder. DTMF signal is used for synchonization between transmitter
and frequency hopping FM receiver.
The result of the research are synchonization subsystem that can be synchronize between frequency
hopping FM transmitter and frequency hopping FM receiver in transmitting data. DTMF signal that have been
resulted synchonization subsystem equipment operates with modulation four carrier frequency, 97 MHz, 99
MHz, 101 MHz and 103 MHz with 0.25 second hopping period.
Keyword : frequency hopping, tone generator, tone decoder, synchronization, FM, DTMF, subsystem.
a) b)
Gambar 4.1. Blok tone generator.
(a) Tone generator tampak sisi depan.
(b) Tone decoder tampak sisi depan.
Pengujian sinkronisasi dilakukan saat Hasil pengujian pada Gambar 4.2, Gambar
pemancar menghasilkan frekuensi carrier 97 MHz 4.3, dan Gambar 4.4 diambil saat terjadi
yang akan dimodulasi dengan sinyal sinkronisasi. sinkronisasi antara pemancar dan penerima dengan
sinyal sinkronisasi yang memodulasi frekuensi kanal frekuensi carrier sebesar 97 MHz. Hasil
carrier 97 MHz tersusun oleh tone 1 dan sinyal pengujian mixer pada penerima dalam Gambar 4.18
informasi sebesar 5 kHz. Tone 1 tersusun oleh dua sesuai dengan sinyal hasil keluaran mixer audio
frekuensi yaitu frekuensi rendah dan frekuensi pada tone generator yang ditransmisikan
tinggi. Kedua frekuensi yang menyusun tone 1 menggunakan pemancar FM FH. Gambar 4.2 dan
adalah 700 Hz dan 1.240 kHz. Bentuk gelombang Gambar 4.4 tersusun dari tone 1 dan sinyal
frekuensi carrier 97 MHz yang telah termodulasi informasi sebesar 5 kHz. Perbandingan antara hasil
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Spektrum dari keluaran mixer audio pada pemancar dengan hasil
sinyal informasi sebesar 5 kHZ dan tone 1 yang keluaran mixer pada penerima dapat diketahui
digunakan sebagai sinyal pemodulasi ditunjukkan bahwa amplitudo berbeda. Amplitudo hasil
oleh Gambar 4.3. Hasil keluaran mixer saat keluaran mixer audio pada pemancar lebih besar
penerima menala 97 MHz dapat dilihat pada daripada amplitudo hasil keluaran mixer pada
Gambar 4.4. penerima.
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka penelitian
yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
1. Alat subsistem sinkronisasi yang dibuat
bekerja dengan baik sesuai perancangan.
2. Perangkat subsistem sinkronisasi pada
pemancar dapat menghasilkan sinyal
DTMF yang dicampur dengan sinyal
informasi.
3. Perangkat subsistem sinkronisasi pada
Gambar 4.7. Sinyal ouput mixer saat penerima
penerima dapat mendeteksi sinyal DTMF
menala frekuensi 99 MHz.
yang diterima oleh perangkat penerima
radio.
4. Perangkat subsistem sinkronisasi dapat
IV.5. Tunda Waktu
melakukan sinkronisasi antara perangkat
Tunda waktu sebesar 0,25 detik pada
pemancar dan penerima FM FH.
proses hopping ditunjukkan seperti pada Gambar
4.8. Tunda waktu pada percobaan ini dihasilkan
V.2. Saran
oleh program dari mikrokontroler ATTINY1323.
Penelitian ini dapat lebih disempurnakan
Pengamatan tunda waktu dilakukan dengan
dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu :
mengamati periode sinyal yang dihasilkan oleh
1. Perangkat pemancar dan penerima radio yang
counter (pencacah) pada blok tone generator.
akan digunakan untuk komunikasi yang
Persamaan yang dapat digunakan untuk
sinkron harus mempunyai kriteria yang sama,
mendapatkan tunda waktu adalah
pada pemancar tidak menggandung banyak
noise dan harmonisanya tidak besar.
2. Perangkat subsistem sinkronisasi dapat
dikembangkan lagi dengan menambahkan
beberapa program pada mikrokontroler
ATTINY2314.
Abstrak
Teknik frequency hopping (FH) merupakan salah satu metode transmisi data dalam bidang
telekomunikasi. Dengan frequency hopping, gangguan-gangguan pada telekomunikasi seperti jamming dan
noise dapat dikurangi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan penerima FM dengan frequency hopping
yang tersinkronisasi dengan pemancar FM FH. Radio penerima FM dengan frequency hopping ini terdiri dari
dua bagian utama yaitu bagian pengolahan sinyal radio dan bagian pengaturan frequency hopping. Bagian
pengolahan sinyal radio terdiri dari penguat RF, mixer, penguat IF, dan penguat audio. Sedangkan untuk
pengaturan FH terdiri dari osilator referensi, PLL, VCO, presclaer dan pembagi terprogram. Hasil dari
penelitian ini adalah radio penerima FM dengan frequency hopping yang dapat bekerja dengan baik, sinkron
dengan pemancar. Radio penerima ini bekerja dengan frekuensi carrier yang bergantian pada empat frekuensi
yang berbeda yaitu 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz dan 100 MHz dengan periode hopping 0,25 detik.
Abstrac
Frequency hopping technique is one of data transmission method in telecommunication. Frequency
hopping can minimize the effect of the telecommunication disturbances such as jamming and noise. This
research is aimed to bulid the FM receiver with synchronized frequency hopping. The FM receiver with
frequency hopping is consists of two part. First, radio signal processing. This part is consists of RF amplifier,
mixer, IF amplifier and Audio amplifier. The second is frequency hopping control. This part is consists of PLL
(Phase Locked Loop), VCO (Voltage Controlled Oscillator), prescaler and programmable counter. The result of
this research is a FM receiver radio with the frequency which is able to work well synchronize with the
transmitter. The receiver operates in four carrier frequency, 97 MHz, 99 MHz, 101 MHZ and 103 MHz with 0.25
second hopping period.
II. DASAR TEORI sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Bagian
II.1. Modulasi Frekuensi mixer berfungsi untuk mengurangi frekuensi
Modulasi adalah pengaturan parameter penerimaan menjadi frekuensi intermediate.
suatu sinyal pembawa (carrier) berfrekuensi tinggi Penguat IF mempunyai dua fungsi utama, yang
oleh sinyal informasi berfrekuensi rendah [4]. FM pertama adalah sebagai bandpass untuk
(Frequency Modulation) merupakan salah satu memungkinkan hanya sinyal yang dikehendaki saja
jenis modulasi dimana sinyal modulasi digunakan yang diteruskan ke detektor. Yang kedua adalah
untuk merubah frekuensi frekuensi sinyal sebagai penguat sinyal yang diterima dari mixer.
pembawa. Amplitudo relatif sama. Setelah dikonversi ke frekuensi intermediate, sinyal
FM menjadi teknik modulasi yang sering keluaran mixer dikuatkan oleh beberapa penguat IF.
digunakan karena mempunyai kelebihan dibanding
AM (Amplitude Modulation) antara lain : II.3. Frequency Hopping
1. Perbandingan daya sinyal terhadap daya derau Frequency hopping atau lompatan
S/N (signal to noise ratio) pada FM dapat frekuensi adalah perubahan frekuensi sinyal
ditingkatkan tanpa harus meningkatkan daya pembawa secara periodis dari suatu transmisi sinyal
yang dipancarkan tetapi dengan pelebaran yang diatur oleh algoritma tertentu [5]. Frekuensi
bandwidth. ini akan membawa informasi selama perioda
2. Lebih tahan terhadap noise. Alokasi frekuensi tertentu dan berpindah ke frekuensi yang lain,
untuk FM antara 88 MHz 108 MHz yang begitu seterusnya, seperti diperlihatkan pada
terletak dalam pita VHF (Very High Gambar 2.2.
Frequency) relatif lebih bebas dari gangguan
akibat atmosfer maupun interferensi.
3. Bandwidth yang lebih lebar. FM terletak pada
bagian VHF dari spektrum frekuensi yang
mempunyai bandwidth lebih lebar daripada
gelombang pada bagian MF (Medium
Frequency) .
II.2. Penerima FM
Pesawat penerima harus melaksanakan
sejumlah fungsi [4]. Pertama, penerima harus dapat
memilih sinyal radio FM yaitu dari 88 MHz sampai
108 MHz dan menolak sinyal lain yang tidak
diinginkan. Selanjutnya, penerima harus dapat
Gambar 2.2. Teknik frequency hopping [5].
menguatkan sinyal yang diterima tersebut agar
dapat digunakan pada proses selanjutnya. Akhirnya,
Anak panah pada Gambar 2.21
penerima harus dapat memisahkan sinyal informasi
menunjukkan urutan lompatan (hop) frekuensi dari
dari sinyal pembawa dan menyampaikan kepada
frekuensi
pemakai. Gambar 2.1 menunjukkan diagram blok
penerima FM secara umum. demikian berulang-ulang. Perpindahan frekuensi
terjadi beberapa ratus sampai beberapa ribu kali
dalam satu detik. Stasiun penerima juga harus
melakukan perpindahan frekuensi dengan lompatan
yang sama supaya informasi yang dikirimkan dapat
diterima kembali.
telah tersinkronisasi tersebut kemudian diterima termodulasi. Keluaran dari mixer belum
oleh penerima FM (Rx, Receiver) secara bergantian sepenuhnya berupa sinyal informasi tetapi masih
sesuai waktu yang telah ditentukan. TD (Tone berupa sinyal frekuensi intermediate. Rangkaian
Detector) pada Rx berfungsi untuk mendeteksi mixer pada radio penerima FM FH mendapat
sinyal yang sesuai dengan sinyal yang transmisikan masukan dari sinyal VCO dan penguat RF. Kedua
dari TG (Tone Generator). sinyal ini akan dicampur untuk mendapatkan sinyal
IF, agar sesuai dengan sinyal yang dikehendaki oleh
penguat IF. Rangkaian mixer menggunakan IC
CXA1538. Gambar 3.3 adalah gambar hasil
perancangan mixer.
C1 0.01u
R2
7.5k
CXA1538
Gambar 3.2. menunjukkan blok diagram 7
8
24
23
radio penerima FM FH. Pada awalnya, sinyal radio C2
100u
9
10
22
21
keluaran VCO
dikuatkan.
ANTENA
Penguat
Penguat
Penguat Gambar 3.3. Rangkaian mixer [6].
RF Mixer audio
IF
III.4. Osilator Referensi
Osilator kristal yang terpasang pada
Local oscilator PLL VCO masukan PLL akan digunakan sebagai frekuensi
step untuk mengatur kenaikan dari frekuensi yang
dihasilkan VCO. Frekuensi step yang digunakan
Pembagi Terprogram Prescaler adalah 6.25kHz. Gambar 3.4 adalah gambar hasil
perancangan osilator referensi.
Sub sistem U1
Sinkronisasi 11 7
PI Q4 5
12 Q5 4
RST Q6 6
Q7 14
Q8 13
Q9 15
Gambar 3.2. Diagram blok radio Q10
Q12
1
out 6.25kHz
2
penerima FM FH. Q13 3
Q14
9
Setelah sinyal tersebut dikuatkan oleh PO
PO
10 C3
III.4. VCO
Perancangan VCO mengacu pada Gambar
3.6 yang didapat dari salah satu referensi VCO PLL
[7]. Dioda varactor D1 dan D2 sebagai kapasitor Gambar 3.8. Rangkaian Pembagi Terprogram [6]
variabel dikendalikan oleh tegangan LPF (Low Pass
Filter), sehingga memiliki nilai kapasitansi tertentu IV. PENGUJIAN
pada saat tegangan LPF tertentu. Hasil perancangan perangkat keras yang
tergabung dalam blok penerima FH ditunjukkan
pada Gambar 4.1.
R3 330 R5 150 Q1 R7 150
BF494
2 1
12 V
C5
R4 22k R6 15k
1 nF
3
C6 22 pF
C18 C7 15 pF
Siny al Inf ormasi
L1 R9
4700 uF R1 R8 120 68k C15
C1
330 C13 C14 1 nF
68 pF
3
L7 220 uF 0,01 uF
L2 C8 1 nF
2 1 FB1
BF494
1
D1 L3 Q2
C9 1 nF Q3
MV2107 BF494
2 1
C3 C4
dari LPF 22 pF 5 pF
R10 120
2
out
R11
(b)
2
L4 68k
3
MV2107 C10 15 pF
D2
L5
C11 22 pF R15 15k
1
C12
R2 L6
C2 1 nF
330
68 pF R12 22k
3
(a)
Gambar 3.6. Rangkaian VCO [7].
III.4. Prescaler
Prescaler LB3500 dirancang sebagai
pembagi delapan. Perancangan Prescaler LB3500
mengacu pada rancangan yang terdapat pada
referensi datasheet. Frekuensi carrier harus dibagi
karena komponen pembagi terprogram mempunyai
range frekuensi operasi maksimal sebesar 15 MHz,
yang mengacu pada referensi datasheet. Gambar
3.7 adalah gambar hasil perancangan prescaler. (b)
5V
out
C7 1 nF
C1
10 nF
C3
IV.1. Hasil Pengujian Penerimaan
100 pF C2 47 pF Proses pengujian dilakukan dengan model
100 pF C4 C5
10 nF 10 nF sistem yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Pada
bagian pemancar disusun oleh gabungan pemancar
radio FM FH dan tone generator, sedang pada blok
penerima disusun oleh gabungan penerima radio
in
FM FH dengan tone detector.
Gambar 3.7. Rangkaian Prescaler [6].
Sinyal termodulasi
97MHZ, 99MHZ,
101MHz, 103MHz Sinyal
DTMF
Sinyal informasi
Tone detector
Tone
generator
Penerima radio FM FH
Pemancar radio
FM FH
(a)
(d)
Gambar 4.3. Sinyal termodulasi. (a) Frekuensi 97
MHz, (b) Frekuensi 99 MHz,
(c) Frekuensi 101 MHz, (d) Frekuensi 103 MHz.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan
pada rangkaian Radio Penerima FM Frequency
Hopping, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Alat yang telah dibuat dapat bekerja dengan
(c) baik sesuai dengan perancangan.
2. Radio penerima dapat menala dengan baik
pemancar dengan frekuensi carrier 97 MHz,
99 MHz, 101 MHz dan 103 MHz secara
bergantian.
3. Periode hopping untuk satu frekuensi adalah
0,25 detik. Dengan mendeteksi sinyal DTMF
sebagai sinyal tersinkronisasi yang dipakai
pada tone detector.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hioki, Warren., Telecommunication, 3rd
edition. Prentice Hall, 1998.
[2] www.answer.com
[3] Ulrici Rohde, Jerry Whitaker., Communications
Receiver.Third edition, McGraw-
Hill,2002
[4] Dennis Roddy, Kamal Idris, Jhon Coolen.,
rd
Electronic Communication. 3 edition,
Prentice Hall Inc, New Jersey, 1995.
[5] Wijaya, Damar, Peningkatan Kapasitas Sistem
dan Kualitas Sinyal Pada Jaringan GSM dengan
Frekuensi Hopping, Majalah SIGMA., vol 5.
No 2, hal. 171-183, Juli 2002..
[6] www.alldatasheet.com
[7] www.irational.org/veronica
ABSTRAK
Setiap ada peristiwa kebakaran, pasti akan merugikan berbagai fihak. Kebakaran adalah peristiwa
yang sangat merugikan, untuk itu diperlukan suatu operator pemadam kebakaran yang sigap dan cekatan untuk
mengatasinya, termasuk harus mampu menjangkau daerah yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia
sekalipun, sehingga kerugian materi dan non materi dapat diminimalisir. Robot pemadam api berbasis
mikrokontroler menawarkan sebuah alternatif pemecahan. Untuk melakukan hal tersebut dirancang sebuah
model robot cerdas pemadam api dengan pengendali mikrokontroler AT89S51 sebagai prosesor utama. Sistem
penggerak roda utama menggunakan motor DC 12 Volt, detektor dinding menggunakan sensor ultrasonik ping
parallax, sensor api menggunakan UVTRON, dan alat pemadam api menggunakan kipas yang diputar oleh
motor DC. Api disini dimodelkan dengan api lilin. Panas api lilin akan dideteksi oleh sensor panas UVTRON,
sensor ini mendeteksi besarnya radiasi yang dipancarkan oleh api lilin . Saat dijalankan, robot akan memasuki
ruangan, yang mana pendeteksian ruangan menggunakan sensor dinding, jika di ruangan tersebut terdapat api,
maka robot akan memadamkan api lilin tersebut. Setelah itu robot akan memeriksa apakah api sudah padam
atau belum. Hasil percobaan robot pemadam telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu berawal dari
home kemudian berjalan menyusuri ruangan 4 (empat), kemudian robot memasuki ruang 3 (tiga) ,selanjutnya
ruangan 2 (dua) dan ruangan 1 (satu). Apabila di salah satu ruangan tersebut terdapat api lilin, maka robot
akan mendekati api lilin tersebut dan memadamkannya dengan alat pemadam yang sudah disiapkan yaitu
berupa kipas. Durasi waktu rata-rata yang diperlukan robot mulai saat bergerak hingga selesai memadamkan
api berkisar 1 menit.
2.2. Op-amp (operational amplifier) penampil kristal cair matrik. LCD sepenuhnya
dikendalikan oleh perintah-perintah yang telah
Penguat operasional yang disingkat dengan
diprogram, sehingga tampilan dapat terlihat dan
op-amp merupakan piranti elektronika yang
dimengerti. Rancangan robot ini menggunakan
dirancang dan di desain dengan berbagai macam
LCD tipe M1632 buatan Hitachi Corp.
komponen baik aktif maupun pasif menjadi suatu
rangkaian khusus, dan dikemas dalam bentuk IC,
sehingga hanya menambahkan beberapa komponen 2.9 .Sensor jarak (distance sensor)
saja menjadi rangkaian tertutup.
Sensor jarak digunakan untuk mengetahui
posisi robot terhadap dinding kanan, dinding kiri,
2.3.Transistor dan dinding depan. Dengan diketahuinya posisi ini
maka robot dapat memberikan keputusan gerakan
Perancangan robot ini menggunakan
apa yang akan dilakukan. Pada rancangan robot ini
transistor sebagai driver motor DC, yakni rangkaian
menggunakan sensor jarak buatan PING parallax.
untuk menggerakkan motor DC dengan luaran arus
yang lebih besar. Penguat Common-Emiter ( CE )
digunakan dalam penelitian ini sebagai rangkaian 2.10. Sensor api (flame detector)
driver motor DC dengan prinsip kerja pensaklaran
ON-OFF. Sensor api yang digunakan pada penelitian ini
adalah hamamatsu UVTRON flame detektor yang
dapat mendeteksi api dari lilin dalam jarak 5 meter.
2.4. Ligthing Emitor Diode (LED) Biasanya digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
sumber api seperti lilin, yang beroperasi pada
LED yaitu suatu komponen dioda
panjang spektral 185-160 nm.
semikonduktor yang jika diberikan tegangan bias
maju maka dapat memancarkan cahaya. Prinsip
kerja LED sama dengan prinsip kerja dioda. 2.11. Motor servo
Motor servo adalah motor yang mampu
2.5. Fototransistor bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan
sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan
Fototransistor merupakan sensor peka
hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle
cahaya yang dapat digunakan untuk mentrans-
isyarat PWM pada bagian pin kontrolnya.
formasikan perubahan intensitas cahaya menjadi
perubahan arus listrik. Fototransistor memiliki dua
rangkaian yaitu rangkaian common collector dan 2.12. Mikrokontroller AT89S51
rangkaian common emitter.
Mikrokontroller AT89S51 merupakan salah
satu seri dari keluarga mikrokontroller AT89S.
2.6. Optocoupler Mikrokontroller AT89S51 mempunyai 32 jalur I/O,
4Kbyte ISP Flash, 256 x 8 bit RAM internal, 3
Optocoupler merupakan komponen buah 16-bit pewaktu (timer)/ pencacah (counter), 2
elektronika yang dapat mentransfer isyarat elektrik buah data pointer, 8 buah sumber interupsi (Atmel,
atau tegangan dari rangkaian satu dengan rangkaian 2003).
yang lain tanpa menghubungkan isyarat elektrik
pada masing-masing rangkaian. Dalam satu chip,
optocoupler terdiri dari Infrared LED dan III. METODOLOGI PENELITIAN
komponen photodetector. 3.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian
2.7. Motor DC yakni Bagian konstruksi robot, bagian perangkat
Motor DC ( Direct Current ) adalah mesin lunak (software) dan bagian rangkaian elektronis.
listrik yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus Perangkat lunak yang digunakan adalah; ISP
searah menjadi tenaga mekanik berupa putaran. programmer sebagai editor program, TS Control
Konstruksi dasar motor DC sama seperti generator, Emulator 8051 buatan Tarvydas-Stanford Controls
dan sebenarnya suatu mesin listrik DC dapat Inc. Skema rangkaian menggunakan Electronic
difungsikan sebagai motor dan juga sebagai Workbench dan EAGLE Layout Editor 4.02r2
generator. buatan CadSoft Computer GmbH. Desain layout
PCB menggunakan Protel15 PCB Untuk bagian
2.8.Liquid Chrystal Display ( LCD ) elektronois adalah komponen-komponen elektonika
dan bahan baku yang dipergunakan pada rancangan
Liquid Chrystal Display (LCD) atau robot. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari
tampilan kristal cair merupakan sebuah modul peralatan elektrik dan peralatan mekanik.
3.2.10. Rangkaian pemrogram (downloader) diruangan tersebut. Hasil dari pengujian dapat
Untuk bekerja secara otomatis, robot harus dilihat pada tabel 1.
terlebih dahulu dilakukan pemrograman.
Pemrograman dilakukan dengan menggunakan Tabel 1. Hasil pengujian sensor api
rangkaian pemrogram yang terhubung dengan INDIKATOR
komputer yang telah terinstal software ISP JARAK (meter) SENSOR API
progammer.
1 nyala
2 nyala
3.3. Pembuatan program 3 nyala
Pembuatan program dilakukan berdasar 4 nyala
atas kebutuhan pergerakan robot yang akan dibuat.
Sehingga dapat dipastikan listing program yang 5 nyala
akan dibuat guna menunjang pergerakan robot. 6 mati
Diagram alir (flowchart) program untuk
mengendalikan robot yang dibuat adalah seperti Pengujian dilakukan untuk mengamati seberapa
pada gambar 2. jauh dan akurat sensor api, UVTRON flame
detector dapat dipergunakan untuk mendeteksi
sumber api sampai dengan jarak 5 meter.
4.5. Pengamatan LCD M1632 Tabel 3. Hasil pengujian kerja robot pemadam
Perancangan robot menggunakan LCD
tipe M1632 untuk menampilkan tulisan berupa Per- Msk Msk Msk Msk BD
Pmdm Waktu
jarak dari sensor jarak terhadap objek, strategi dan nyala mn,
cob R1 R2 R3 R4 (kali)
alur program. api dt
1 Tdk Tdk Tdk Ya 2 Ya 22
4.6. Pengujian Motor Servo 2 Tdk Tdk Tdk Ya 3 Ya 36
3 Tdk Tdk Tdk Ya 3 Ya 33
Pengujian ini bermaksud untuk mendapat-
4 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:20
kan besar sudut yang mampu dilakukan oleh motor
5 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:30
servo. Seperti yang telah dibahas pada bab 3 bahwa 6 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:21
motor servo mampu bekerja dua arah ( Clockwise 7 Tdk Ya Ya Ya 4 Ya 1:40
(CW) dan Counter Clockwise (CCW)) dimana arah 8 Tdk Ya Ya Ya 3 Ya 1:38
dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan 9 Ya Ya Ya Ya 5 Ya 2:28
hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle 10 Ya Ya Ya Ya 5 Ya 2:30
sinyal PWM. Hasil dari pengujian dapat dilihat
pada Tabel 2. Keterangan :
BD : Bentur Dinding
Tabel 2. hasil pengujian jarak motor servo Pmdm : Pemadaman
Vcc=5,2 volt
NO. gerakan gerakan FK (%)
(derajat) (derajat) V. PENUTUP
1 20 10 33,33 5.1. Simpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan
2 30 32 3,22
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
3 60 74 10,44
dapat diambil beberapa simpulan, sebagai berikut.
4 90 106 8,16
1. Dalam pegujian fungsi kerja robot
5 120 137 6,61 pemadam api, robot sudah dapat bekerja
6 180 217 9,31 sesuai dengan yang diharapkan yaitu robot
dapat bergerak menyusuri ruang kerja dan
4.7. Pengujian Robot Dilapangan mencari sumber nyala api, memadamkan
Dalam percobaan ini, lilin akan diletakkan nyala api tersebut.
secara acak di salah satu ruangan. Robot tidak harus 2. Sensor-sensor yang digunakan sudah
mengetahui pasti keberadaan dari posisi lilin, dan berfungsi sesuai dengan yang diinginkan.
yang terpenting adalah keakuratan dan kecepatan
robot dalam memeriksa masing-masing ruangan.
Hasil pengujian menunjukkan robot 5.2. Saran
mampu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, Untuk pengembangan robot pemadam api
tetapi hasil-hasil pengujian kerja robot pemadam ini, maka ada beberapa saran yang diharapkan dapat
ditinjau dari pergerakan yang terjadi dan waktu membantu menyempurnakan robot ini yaitu:
tempuh yang diperlukan bersifat tidak sama. Durasi 1. Agar dapat bernavigasi dengan baik maka
waktu rata-rata yang diperlukan robot saat mulai diperlukan counter putaran roda.
bergerak hingga selesai berkisar 1 menit 30 detik. 2. Modifikasi motor dc penggerak roda
Dengan melihat hasil percobaan mulai dari dengan cara melilit ulang lilitan motor dc.
robot sampai memadamkan api sudah sesuai 3. Mengganti aki kering robot dengan aki
dengan tujuan dari penelitian ini, namun masih ada kering yang lebih ringan.
beberapa hal yang perlu perbaikan yaitu mengenai 4. Karena sensor api tidak bisa mengetahui
motor dc-nya. Karena motor yang digunakan jarak api dengan robot, maka diperlukan
adalah motor bekas dengan tegangan 24 volt, tambahan sensor yang bisa mengetahui
sehingga performa tidak dapat maksimal. jarak api dengan robot.
Secara rinci hasil pengujian kinerja robot
dapat dilihat seperti pada table 3 .
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Kestabilan berhubungan langsung dengan kualitas dan kontinyuitas layanan. Kestabilan sistem tenaga
ditentukan oleh perilaku dinamis unit - unit pembangkit. Penelitian membahas perilaku dinamis pengoperasian
beberapa generator sinkron dan untuk menyelidiki berbagai faktor yang mempengaruhi kestabilan sistem tenaga
listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu metode analisis kestabilan yang praktis, informatif,
dan cukup akurat. Analisis dilakukan dengan metode penyelesaian numerik persamaan ayunan. Pengamatan
dilakukan terhadap osilasi antar rotor, keserempakan generator, kemampuan dan kecepatan sistem mencapai
keadaan steady state yang baru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan dapat menyebabkan osilasi antar generator yang
mengurangi kemampuan dan kecepatan sistem dalam mencapai kondisi steady state. Osilasi ini mengakibatkan
perubahan tegangan dan frekuensi untuk waktu yang lama. Tingkat kestabilan dapat ditingkatkan dengan
mengatur pembebanan untuk setiap unit pembangkit sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing
masing pembangkit, konfigurasi jaringan, serta beban beroperasi. Simulasi dari beberapa kasus menunjukkan
bahwa respon generator terhadap gangguan sangat dipengaruhi oleh kondisi pengoperasian, lama waktu
gangguan, lokasi gangguan, dan perubahan konfigurasi jaringan.
Kata kunci: integrasi numerik, stabilitas transien, sistem multi machine, swing equation.
b. Data generator dalam satuan per unit (pu) e. Data Beban dalam satuan per unit (pu)
Gen 0 o V G0 P e0
1 0 18.000 1.0500 0,1898
2 -1.308 18.000 1.0500 - 0,1453
3 -2.435 18.000 1.0500 - 0,3516
4 43.028 18.000 1.0000 0,1489
5 40.579 18.000 1.0000 0.1712
6 41.070 18.000 1.0000 0.1712
7 40.857 18.000 1.0000 0.1712
8,601 71,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 8,5953 88,8 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1,299 68,762 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0
Dari matrik admitansi terlihat bahwa gangguan di nilai admitansi awal menunjukkan kedekatan bus
bus 22 menyebabkan bus 1, 2, dan 3 terpisah dari ini ke reference yang disebabkan oleh gangguan
bus - bus lain selama gangguan berlangsung. Hal short circuit bus 22. Selama periode ini G 1 , G 2, dan
ini ditunjukkan oleh elemen diagonal yang sama G 3 tidak mentransfer daya ke jaringan.
dengan nol. Pertambahan nilai elemen diagonal dari
b. Periode gangguan
Matrik admitansi Y PF periode pasca gangguan :
6,149 72,10 5,402 73,90 0,581 68,7 0 000 000 000 000
5,402 73,90 6,143 72,10 0,581 68,7 0 000 000 000 000
0,581 68,7 0 0,581 68,7 0 1,162 68,7 0 000 000 000 000
000 000 000 1,1137 68,50 0,3616 70,10 0,3591 70,20 0,3616 70,10
000 000 000 0,3616 70,10 1,826 68.10 0,6651 70,10 0,7043 69,90
000 000 000 0,3591 70,20 0,6651 70,10 1,761 68,20 0,6651 70,10
000 000 000 0,3616 70,10 0,7043 69,90 0,6651 70,10 1,826 71,50
B. Hasil Simulasi
IV. KESIMPULAN
1. Hasil simulasi pada lokasi gangguan hubung
singkat di bus 22 dan saluran 22 menunjukkan
untuk lama waktu gangguan 0,19 detik sistem
stabil ditunjukkan oleh osilasi yang semakin
kecil dan stabil, sedangkan untuk lama waktu
gangguan 0,20 detik sistem tidak stabil
dtunjukkan oleh osilasi yang terjadi naik turun
tidak teredam, dapat disimpulkan kestabilan
suatu sistem tenaga listrik pada saat terjadi
gangguan simetris sangat dipengaruhi oleh
lamanya waktu gangguan (T cr )
2. Hasil simulasi pada lokasi gangguan hubung
singkat di bus 22 dan saluran 22 untuk lama
waktu ganguan 0,20 detik menunjukkan osilasi
yang tidak teredam atau terus terjadi
mengakibatkan kondisi kesetimbangan atau
steady state tidak tercapai
3. Lokasi gangguan hubung singkat di bus 8 dan
saluran 1 yang bearada dekat unit pembangkit
dengan lama waktu gangguan maksimal (Tcr)
0,12 detik menunjukkan gangguan hubung
singkat harus cepat diatasi karena
mempengaruhi kestabilan sistem, maka
sebaiknya ganguan dapat diatasi sebelum 0,12
detik
4. Lokasi gangguan di bus 24 dan saluran 15 yang
berada jauh dari unit pembangkit dengan lama
waktu gangguan maksimal (Tcr) 0,20 detik
menunjukkan gangguan hubung singkat kurang
mempengaruhi kestabilan sistem.
V. DAFTAR PUSTAKA
INTISARI
Percepatan pembangunan suatu daerah seperti halnya daerah Yogyakarta dapat tergambar dari peningkatan
pemakaian energy listrik pada daerah tersebut. Transformator pada gardu induk 150KV Wirobrajan dengan
kapasitas 60 MVA merupakan salah satu peralatan utama pada sistem tenaga listrik.
Peramalan beban pada penelitian ini mengambil data beban puncak rata-rata harian selama lima tahun
mulai tahun 2003 sampai 2008. Berdasarkan hasil analisa dengan metode pendekatan non linear model
exponensial diperoleh persamaan Y = 5.29e0.04057X. Peramalan pertumbuhan beban rata-rata transformator pada
tahun 2009 sampai dengan 2025 masih layak atau mampu melayani kebutuhan beban berdasarkan standar
toleransi kelayakannya yaitu pembebanan 85% sebesar 50.89 MVA dan arus pembebanan pada tahun 2025
sebesar 230.72 A atau 84.82% dari beban maksimum.
Peramalan beban adalah suatu cara Berdasarkan data beban puncak rata rata
memperkirakan atau mengambarkan beban dimasa dan beban rendah rata rata transformator dari
yang akan datang, model pendekatan peramalan tahun 200 3 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Y
St So
(6)
Tabel 2. Beban puncak minimum (pukul 10.00) Tabel 3. Beban puncak minimum (pukul 19.00)
koefisien berikut :
a 5 . 296
Harga b:
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh
b=
m Xi ln Yi Xi ln Yi persamaan pendekatan peramalan beban untuk
m Xi Xi
2 2
beban puncak adalah:
Y = 5.296e 0.04057x
6 66 . 30 21 . 00 18 . 74 Dengan menggunakan persamaan 5, kita
b
6 91 21 menghitung faktor pengali. Faktor pengali pada
2
b
4 . 26 1 . 0414
105 Tabel 5. Faktor Pengali
b 0 .04057
Harga a: Tahun Ke Tahun Faktor Pengali ()
1 1 2009 1.0414
ln Yi b Xi
ae m 2 2010 1.0845
1 3 2011 1.1294
18 . 74 0 . 416 x 21
a e6 4 2012 1.1762
1
18 . 74 8 . 736
5 2013 1.2249
a e6 6 2014 1.2755
1
10 . 004 7 2015 1.3284
a e6
8 2016 1.3835
9 2017 1.4406
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
didapatkan hasil :
1. Persamaan garis beban untuk pertumbuhan
beban gardu induk 150 kV Wirobrajan
Yogyakarta adalah Y = 5.29e0.04057X
2. Hasil prediksi menunjukkan bahwa pada tahun
2025 trafo gardu induk 150 kV Wirobrajan
Yogyakarta sudah mencapai pembebanan 85%
sebesar 50.89 MVA.
3. Arus pembebanan pada tahun 2025 sebesar
230.72 A atau 84.82%
Saran
- Pemakaian beban harus memperhatikan
ketentuan yang diizinkan yaitu tidak melebihi
dari 85 % dari kapasitas daya terpasang.
- Pemeliharaan dari transformator harus
mengikuti aturan yang sudah ditentukan, yaitu
secara rutin dan berkala.
- Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimum
maka sebaiknya menggunakan data yang lebih
banyak
REFERENSI
Abdul Kadir, 1979, Transformator, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Abdul Kadir, 1988, Transmisi Tenaga Listrik,
Universitas Indonesia, Jakarta
Anto Dajan, 1986, Pengantar Metoda Statistik Jilid
1, LP3ES, Jakarta.
A.S. Pabla, Abdul hadi, 1992, Sistem Distribusi
Daya Listrik. Erlangga, Jakarta Indonesia.
Pamungkas, . 2005, Trik Pemrograman Microsoft
Excel, PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Suharyanto
Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Teknologi Nasional Yogyakarta
suharyanto_2000@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengurangan rugi-rugi daya listrik akibat beban tak linier menggunakan
tapis di PT BRANITA SANDHINI Klaten, untuk menganalisa rugi daya listrik akibat harmonik dan bagaimana
cara mereduksi rugi-rugi akibat harmonik tersebut. Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data
jaringan dan data-data peralatan listrik yang dimiliki oleh perusahaan tersebut , kemudian dilakukan simulasi
menggunakan bantuan perangkat lunak ETAP 4.0 dan selanjutnya mendisain filter untuk mereduksi rugi-rugi
akibat harmonik tersebut.Hasil penelitian meujukkan bahwa Pemasangan filter bypass untuk harmonik ke-11
dan ke-13 pada Bus Panel Utama beban tanpa menggunakan kapasitor bank terbukti dapat mengurangi THD
(Total Harmonic Distortion), untuk tegangan dari 23,36 % menjadi 4,66 % dengan persentase penurunan
18,70 % dan untuk arus dari 15,21 % menjadi 6,00 % dengan persen penurunan 9,21 %. Komponen-komponen
filter bypass yang dibutuhkan untuk mereduksi nilai harmonik pada jaringan distribusi di PT. BRANITA
SANDHINI Klaten adalah sebesar X c = 10,86 ; X L11 = 0,089 ; X L13 = 0,064 ; R = 2,070
sedangkan Pemasangan filter bypass disamping mengurangi THD juga menyumbang KVAR dalam frekuensi
dasar, sehingga dapat memperbaiki faktor daya beban tak linier dan kualitas daya yang disalurkan akan
semakin baik faktor daya beban dapat meningkat dari 0.869 lagging menjadi 0.992 lagging.
Kata Kunci :rugi daya listrik, harmonik, filter harmonik, dan faktor daya.
V rms =
2
V 1 1 THD V ....................................(3.7)
100
dan
1
Dengan: 100
Id = Arus beban tak linier
Ih = Arus harmonik ke-h Pf tot cos ( 1 - 1 ) . Pf dist .................(3.11)
Xh = Reaktansi sistem untuk harmonik ke-n
fo = Frekuensi dasar (fundamental) Dimana cos ( 1 - 1 ) dikenal sebagai
h = Orde harmonik Displacement Power Factor dan Pf dist disebut
L = Induktansi sistem Distortion Power Factor.
R = Resistansi sistem
4. Cara Penelitian
Faktor distorsi menggambarkan tingkat Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
gangguan harmonik pada jaringan listrik, Ada penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi:
beberapa pengukuran yang umum digunakan, salah 1. Membuat gambar sistem tenaga listrik pada
satu yang paling umum adalah distorsi harmonik lembar kerja program aplikasi ETAP
total (THD) yang akan digunakan dalam penelitian (Electrical Transient Analyser Program)
ini, untuk tegangan ataupun arusnya. powerstation versi 4.0.0
2. Meng-input semua data yang diperlukan dalam
simulasi yaitu data parameter sumber, saluran
V
h 2
2
h
dan beban sistem.
3. Memulai langkah pertama yaitu melakukan
THD V = .........................(3.5) simulasi pada saat filter belum terpasang,
V1
kemudian simulasi dilakukan dengan
memasang filter.
I
h 2
2
h
THD I = ...................(3.6)
I1
5. Hasil Penelitian
Tanpa filter tanpa pemasangan kapasitor bank
Tabel 5.1 Total Data Daya, Tegangan, Arus dan Faktor Daya keseluruhansebelum filter tanpa pemasangan
Kapasitor Bank
Table 5.2 Total Harmonic Distortion Voltage (THD V ) dan Total Harmonic Distortion Current (THD I ) pada
masing-masing Bus sebelum filter tanpa pemasangan Kapasitor Bank
THD V THD I
Bus (%) (%)
Bus A PLN 8,86 35,02
Bus B PLN 8,86 35,02
Bus Panel PSGP 11,34 35,02
Gambar 5.3 Gelombang Harmonik pada Bus A
Bus Kapasitor Bank 11,34 15,18
PLN, Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan
Bus Panel Utama 11,29 15,18 Bus Panel Utama Beban sebelum filter
Panel Daya Mekanikal 11,29 15,18 dengan pemasangan Kapasitor Bank
Panel Utility Building 11,29 15,18
7. Daftar Pustaka
ABSTRACT
The load unbalance can make vary significantly an impact into the losses of transmission network. Here, an
analysis of transmission system losses is presented that considers unbalanced load. A general power flow
algorithm for three-phases radial distribution based on the fast decoupled algorithm is applied. Loss analysis
results obtained from three-phase 500kV Java interconnection with unbalanced load scenarios are presented
and discussed considering varied loads.
Keywords: Transmission networks, losses, unbalanced load, fast decoupled power flow,
1. INTRODUCTION evaluation is reviewed and (III) describes the test
network that is validated with Java 500 kV 68-
The most complicated tasks in the buses interconnection lines. Section (IV) presents a
restructuring of electric power system that simulation results of the test network using by
accompanied by redefinition of the rules and EDSA 2000 [7]. In the end, conclusion about the
practices observed by the traditional industrial analyzed phenomenon are derived.
sector is the creation of open acces transmission
grid [1]. 2. LOSS EVALUATION
System loss has become a bigger issue and
Fig. 1 shows the circuit model of a
represents a considerable cost for utilities, its
transmission line. The resistance of the
reduction have been recognized as of interest by
transmission line is relatively small compared with
researchers. There are many transmission network
the inductive reactance. In calculating power flows,
devices responsible for energy losses, due mainly to
bus voltages, and branch currents, the resistances
unbalanced loads. [2].
have a minor effect compared with the inductive
Unbalance is a common occurance in
reactances. However, the resistance is more
three-phase tranmission system. The unequal
important when performing these operating type
distribution loads between the three-phases of
calculations under three-phase load unbalance. The
supply system appears supplementary negative/or
real power loss can be calculated using basic circuit
zero sequence currents and determines the flow of
theory.
unbalanced currents that produce unbalanced
voltage drops on the electric lines; as a result, the
voltage system within the supply network becomes
also unbalanced. However, it can be harmful to the
operation of the network such as its realibility and
its safety. Furthermore, measurements show that
real power losses increase due to unbalanced loads
[3][4].
In EHV transmission networks in Java,
unbalance is due to the presence of inconsitent
loads or hourly electricity loads. Furthermore,
although the EHV transmission system is Figure 1. An example of three-phase transmission
developed as a three-wire or four-wire, unbalanced lines
load problem also arise. Therefore, considering the
importance of loss analysis, the objective of this To analize the unbalanced operation of a
work is to evaluate losses due to unbalanced load. power system, the symmetrical components theory
A fast decoupled power flow algorithm for three- is used. According to Fortescue theorem, every
phase radial distribution networks is applied [5][6]. three-phase asymmetrical system of phasors can be
The paper (I) summarizes some theoritical decomposed into three symmetrical systems of
aspects regarding unbalanced distortion in three- positive, negative and zero sequence, respectively
phase distribution networks; In section (II) the loss [8] . This aspect can be seen in figure (2) where
every sequence system contains three phasors on EHV transmission networks. In this paper the
characterized by equal magnitudes; following networks are used: Java 500 kV
interconnection lines: 68-bus four-wire three-
phase EHV transmission lines can be seen at figure
3 [11]. The total demand is 7,786 kW, and the loads
are distributed into 4-zonal transmission system.
Line-to-line base voltage is = 289 volt. The bus,
load, and branch data for the test network is given
in appendix B, C and D, respectively.
Figure 2. Decomposition of a unsymmetrical
phasors system in three symmetrical phasors 4. APPLICATIONS
systems
In this work, the three-phase fast-
in the case of positive and negative sequences, decoupled power flow algorithm is applied on the
components are rotated between them with 120 EHV transmission networks presented previously.
electrical degrees in counter-clockwise direction The presentation is focused in the discrepancy of
and negative clockwise direction,respectively. In loss calculation when original phase are used in the
the case of zero sequence components, there is no formula. The load are modelled as constant
rotation between phasors. If an asymmetrical power.
system of line currents is taken into account, the The following type of unbalance is
relationship between the initial and the symmetrical considered: Firstly the overall network load is
sequence systems can be written as follows : balanced for three phases. Afterward, a percetage of
the b-phase load is decreased, while the same value
is increased in phase c. In this way, the total
(10) network load remains constant under each
unbalance scenario.
useful to evidance how neutral wire losses affect Applications, Vol. 1A-14, No. 5,
the value of losses in unbalanced load scenarios. September/October 1978, pp. 373-387.
Neutral losses account for 0.025% at balanced load 4. L. S. Czarnecki, Power Related Phenomena in
scenario and 3.47% at the last unbalanced scenario. Three-phase Unbalanced System, IEEE Trans.
on Power Delivery, vol. 10, no. 3, pp. 1168-
1176, July 1995.
5. B. Stott and O. Alsac, Fast Decoupled Power
Phase and Neutral Wire Losses Flow, IEEE Trans. on Power Apparatus
(kW) System, vol. PAS-93, pp. 859-869, May/June
1974.
200 6. B. Stott, Review of Load-Flow Calculation
Methods, Proceeding of the IEEE, vol. 62, no.
150
7, July 1974.
100 7. G. Gates, D.D Shipp, and W.S Vilcheck,
Electrical Distribution System Analysis for
50 Off-Shore Oil Production Facilities, IEEE
0 Trans. on Industry Applications, vol. 36, no. 1,
January/February 2000
EQ. 2.5% 7.5% 10% 15% 8. C. L Forteque, Method of Symmetrical Co-
Neutral Wire Phase a Ordinates Applied to The Solutions of
Polyphase Networks, presented at the 34th
Phase b Phase c Annual Convention AIEE, Atlantic City, N.J,
June 28, 1918
9. T. H. Chen, Evaluation of Line Loss Under
Load Unbalance Using the Complex Unbalance
Figure 4. Phase and Neutral Wire Losses for Java Factor, IEE Proc. On Generation, Transmission
500 kV interconnection lines with unbalanced load and Distribution, vol. 142, no. 2, March 1995.
10. L. F. Ochoa, R. M. Ciric, A. Padilha-Feltrin, G.
5. CONCLUDING REMAKS P. Harrison, Evaluation of Distribution System
Losses Due to Load Unbalance, presented at
This paper presented a loss analysis in the 15th PSCC, Liege, 22-26 August 2005.
transmission system cnsidering different load 11. Target Kelistrikan Nasional di Tahun 2009,
unbalance scenarios. A general power flow available from: http://dunia-
algorithm for four-wire three phase transmission listrik.blogspot.com/2009/.../target-kelistrikan-
network, based on fast-decoupled technique was nasional-di-tahun.html [accessed: 17/11/09].
applied. The simulation can be done by EDSA
2000.
High levels of load unbalance produced
greater losses while the same demand is maintained
at each unbalance scenario. A neutral wire losses
affect indeed the overall value of losses in
unbalanced load system. This means that network
reconfiguration considering load balancing is
highly recomend in order to diminish overall losses.
REFERENCES
G G BE KAS I SA GULIN G
IB T_GR SK
SU R ALAYA BD GSLTAN
IB T_SBT1 IB T_SBT2
IB T_BKS 1 IB T_BKS 2
C AWANG
G10_GR TI
G7_C R ATA G
IB T_BDG2
G IB T_BDG1
IB T_SLY1 IB T_SLY2
G4_M KR NG
G G_PAI TON
IB T_CLG2 IB T_CRT2
G IB T_GRTI
IB T_CLG1 IB T_CR T1 IB T_UGN1 IB T_UGN 2
GAN DU L
C IBNONG
PA ITON
MD RN C AN G
IB T_GD L1 IB T_GD L2
IB T_MDR C
G5_M TWA R
IB T_CBG1
KE MBN GAN IB T_CBG2
D EPOK G C IBA TU TAS IK
IB T_PTN 1 IB T_PTN 2
PE DA N KE DI RI
M. TAW AR
IB T_KDR I
IB T_PDN 1 IB T_PDN 2
Abstract In distribution systems, capacitor gene-rally are used to provide reactive power compen-sation, to
correction power factor, to reduce real power losses and to improve voltage profiles. The main problem of
capacitor placement is to determine of the location and size of the capacitor to be placed in the system. In this
research, adaptive genetic algorithm (AGA) is used to determine of the location and size of the capacitor. In the
AGA, searching performance is improved by adaptively changing crossover and mutation probability to prevent
premature convergence. The solution algorithm has been implemented into a Matlab 7.1 and tested on the 20 kV
distribution system, Tanjung Sari feeder, Sanur substation. Numerical results are presented and compared with
results of other approaches.
Keywords : Capacitor placement, losses reduction, adaptive genetic algorithms.
dihindari dan akan mempercepat proses pencarian Evolutionary Algorithm (VEA) [12] menjadi 27,51
ketika populasi mendekati konvergen. kW dan menggunakan AGA menjadi 26,14
Dari persamaan (7) didapatkan bahwa rugi-rugi kW.Untuk hasil simulasi lebih lengkap dan hasil
daya terbesar adalah kromosom dengan nilai fitness simulasi menggunakan metode lain dapat dilihat
terendah. Hal tersebut berarti sudah sesuai dengan pada tabel I.
tujuan optimisasi penentuan letak dan ukuran
kapasitor yaitu untuk mereduksi rugi-rugi daya.
5. KESIMPULAN
4. HASIL SIMULASI
Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
Pada penelitian ini simulasi penentuan lokasi metode AGA dapat mengkompensasi daya reaktif,
dan ukuran kapasitor dengan AGA dilakukan memperbaiki faktor daya dan tegangan, sehingga
dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi dengan penentuan posisi dan ukuran kapasitor dapat
proses-sor AMD Turion 64 X2 1,61 GHz, RAM meminimalkan rugi-rugi daya pada sistem
896 MB. Dengan software Matlab 7.1. distribusi. Pada simulasi menggunakan data sistem
Data yang digunakan adalah sistem distribusi 20 distribusi 20 kV penyulang Tanjung Sari, GI Sanur,
kV penyulang Tanjung Sari, Gardu Induk Sanur, Bali, didapatkan bahwa AG menempatkan kapasitor
Bali [12]. Sistem distribusi 20 kV penyulang di 5 bus dengan total ukuran kapasitor sebesar 1950
Tanjung Sari, Gardu Induk Sanur, Bali terdiri dari kVAr, VEA menempatkan kapasitor di 8 bus
15 bus, 1 slack bus dan 14 bus beban. dengan total ukuran kapasitor sebesar 2100 kVAr.
Tabel I Sedangkan AGA menempatkan kapasitor di 4 bus
Hasil Simulasi Sistem Distribusi 20 kV Penyulang dengan total ukuran kapasitor sebesar 1650 kVAr.
Tanjung Sari, GI Sanur, Bali Setelah optimisasi, GA mampu menurunkan rugi-
Metode Optimisasi Optimisasi Optimisasi rugi menjadi 27,95 kW (21,96 %), VEA mampu
Optimisasi GA VEA AGA menurunkan rugi-rugi menjadi 27,51 kW (23,19
Q1 = 000 Q1 = 000 Q1 = 000
Q2 = 900 Q2 = 600 Q2 = 000
%), sedangkan AGA mampu menurunkan rugi-rugi
Q3 = 000 Q3 = 000 Q3 = 000 menjadi 26,14 kW (27 %).
Q4 = 000 Q4 = 000 Q4 = 000
Q5 = 000 Q5 = 000 Q5 = 000
Q6 = 450 Q6 = 300 Q6 = 000 REFERENSI
Lokasi dan Q7 = 000 Q7 = 150 Q7 = 600
Ukuran Q8 = 000 Q8 = 000 Q8 = 600
Kapasitor Q9 = 000 Q9 = 150 Q9 = 300 [1] M. E. Baran and F. F.Wu, Optimal
Q10 = 000 Q10 = 000 Q10 = 000 capacitor placement on radial distribution
Q11 = 000 Q11 = 150 Q11 = 000 systems, IEEE Trans. Power Del., vol. 4,
Q12 = 150 Q12 = 450 Q12 = 000 no. 1, pp. 725734, Jan. 1989.
Q13 = 000 Q13 = 000 Q13 = 150
[2] M. E. Baran and F. F. Wu, Optimal sizing
Q14 = 150 Q14 = 150 Q14 = 000
Q15 = 300 Q15 = 150 Q15 = 000 of capacitors placed on a radial
Total QT = 1950 QT = 2100 QT = 1650 distribution system, IEEE Trans.
kapasitor Power Del., vol. 4, no. 1, pp.735743, Jan.
(kVAr) 1989.
Tegangan 20,2768 20,2851 20,2792
min. (kV)
[3] M. H. Haque, Capacitor placement in radial
Tegangan 20,5000 20,5000 20,5000 distribution systems for loss
maks. (kV) reduction,Proc. Inst. Elect. Eng., Gen.,
Faktor daya 0,7894 0,7474 0,7915 Transm., Distrib., vol.146, no. 3, pp.501
min. 505, Apr. 1999.
Faktor daya 0,9955 0,9987 0,9972
maks. [4] H. D. Chiang, et.al.,Optimal capacitor
Rugi-rugi 27,9450 27,5100 26,1427 placement in distribution systems-Part I: A
(MW) new formulation and the overall problem,
IEEE Trans. Power Del., vol. 5, no. 2,
Parameter-parameter pada GA ditentukan pp.634642, Apr. 1990.
sebagai berikut : ukuran populasi sebesar 80, [5] H.D. Chiang, J. C. Wang, O. Cockings, and
generasi maksimum 200, probabilitas crossover H. D. Shin, Optimal capacitor placement
terdiri dari batas bawah dan batas atas masing- in distribution systems-Part II:
masing sebesar 0,5 dan 0,9, dan probabilitas mutasi Solution algorithms and numerical
terdiri dari batas bawah dan batas atas masing- results, IEEE Trans. Power Del., vol.
masing sebesar 0,001 dan 0,3. 5, no. 2, pp.643649, Apr. 1990.
Dari hasil simulasi, pada kondisi sebelum [6] S. Srinivasan and P. Anil, Optimal
optimisasi rugi-rugi yang dihasilkan sebesar 35,82 selection of capacitors for radial
kW. Setelah dilakukan optimisasi menggunakan distribution systems using a genetic
GA [12] menjadi 27,95 kW, menggunakan Virus
ABSTRAK
Perencanaan jaringan bergerak seluler dengan metode konvensional yang lebih mengutamakan area
cakupan dengan penekanan pada pemodelan perambatan gelombang radio dan analisis interferensi menjadi tidak
efisien saat berhadapan dengan fakta yaitu (1) meningkatnya jumlah permintaan layanan komunikasi bergerak;
(2)cepatnya perkembangan teknologi komunikasi seluler yang lebih membutuhkan perencanaan berdasarkan
permintaan layanan dan (3)ketatnya persaingan antar operator. Salah satu pembaruan metode yang dapat
digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah perencanaan dengan pendekatan terintegrasi. Dalam metode ini,
tiga aspek perencanaan jaringan seluler: area cakupan, kapasitas dan permintaan trafik yang diimplementasikan
dengan konsep demand node, serta aspek ekonomis dipadukan dan disusun menjadi empat modul yaitu
karakteristik pelanggan bergerak, transmisi radio, alokasi sumber daya, dan arsitektur sistem.
Kata kunci: demand node, pelanggan bergerak, transmisi radio, alokasi sumber daya, arsitektur sistem
ABSTRACT
Conventional mobile network planning is focusing in coverage with radio wave propagation model and
interference analysis and that is not efficient when it faces three challenges: first, tremendous increase in the
demand for mobile communication services; second, new technologies mobile cellular network require demand
based planning methods; and third, competition between the mobile service operators is increased. Therefore
new planning method, integrated approach to cellular network planning is proposed. In this method, three
aspects like coverage area, capacity and traffic demand, that be implemented in demand node concept with
economic are integrated and constructed to four modules, mobile subscriber, radio transmission, resource
allocation and system architecture.
seperti rumus Erlang B (Mouly dan Pautet, 1992). 1. Demand node merupakan representasi pusat
Jika dengan pola frequency reuse yang digunakan dari sebuah area yang menyatakan permintaan
dan batasan interferensi yang diberikan sudah trafik, yang ditentukan berdasarkan banyaknya
memenuhi ketentuan, maka proses perancangan permintaan panggilan per satuan waktu. Dari
dapat dilanjutkan ke analisis jaringan radio, dan jika banyaknya permintaan trafik yang ada, akan
belum memenuhi, maka proses harus diulang dari dilakukan diskretisasi dalam ruang dan
awal. demand, sehingga didapatkan titik-titik(nodes)
Demikian juga dengan perhitungan kualitas dengan permintaan trafik tinggi dan rendah.
layanan. Jika Grade of Service (GoS) yang dihitung 2. Supplying area dari transmitter (TRX) adalah
berdasarkan probabilitas blocking dan dropping sekumpulan demand nodes yang mempunyai
hand-over telah memenuhi kriteria yang ditentukan, rugi lintasan (path loss) pada arah maju
maka proses perancangan dapat diakhiri dan jika (forward link) dan arah balik (reverse link)
tidak proses harus diulangi lagi. lebih tinggi daripada nilai ambang yang
didefinisikan oleh parameter link budget atau
PERENCANAAN JARINGAN SELULER dengan kata lain area cakupan demand nodes.
TERINTEGRASI
Dengan meletakkan demand nodes sebagai dasar
Konsep perencanaan jaringan bergerak semua aspek, maka demand nodes berperan sebagai
seluler terintegrasi terdiri atas empat aspek utama link penghubung antara aspek-aspek tersebut dan
dari sistem komunikasi bergerak seluler, yaitu: memfasilitasi integrasi antara keempat aspek
1. Transmisi Radio tersebut.
2. Pelanggan bergerak
3. Alokasi sumber daya Pelanggan bergerak
4. Arsitektur sistem Karakteristik pelanggan bergerak pada
sistem seluler dapat digambarkan dalam dua level,
Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. yaitu statis dan dinamis. Karakteristik statis terdiri
atas distribusi spasial pengguna pada area layanan
Pelanggan jaringan dan model populasi merupakan model
Transmisi Radio yang tepat untuk menggambarkan tingkah laku
bergerak
pelanggan. Sementara karakteristik dinamis lebih
menggambarkan tingkah laku pelanggan yang
Perancangan jaringan Otomatis tergantung pada waktu, seperti pola mobilitas dari
Evaluasi kinerja dan Optimisasi pengguna.
Transmisi radio
Alokasi sumber Arsitektur
Dalam merancang jaringan seluler, salah
daya Sistem
satu hal yang harus diperhatikan adalah memastikan
bahwa kehandalan transmisi radio dalam area
Gambar 1. Konsep perencanaan jaringan layanan adalah optimal dalam batasan-batasan
terintegrasi kondisi yang disyaratkan. Tujuan ini dapat tercapai
dengan menempatkan transmiter sedemikian rupa
Secara paralel, aspek-aspek tersebut berlaku sehingga kuat sinyal yang diterima pada titik-titik
sebagai input dan memberikan kontribusi pada layanan adalah maksimal dan interferensi karena
komponen integrasi yang lebih tinggi, yaitu sumber-sumber radio lain dapat diminimalisir.
perancangan jaringan otomatis yang juga Demand nodes dalam hal ini berlaku seperti sensor
bertanggungjawab dalam mengatur perbedaan- kuat medan listrik yang dihitung dengan
perbedaan tujuan dari masing-masing aspek, menggunakan model-model perambatan gelombang
disamping melakukan evaluasi dan optimisasi radio yang telah dikenal selama ini.
jaringan. Karena sifat keempat aspek tersebut yang Sebuah node dikatakan mendapatkan
saling berinteraksi dan saling bergantung, maka layanan jika node tersebut menerima kuat medan
aspek-aspek tersebut dibentuk secara modular dan minimum yang dibutuhkan dari sedikitnya sebuah
diimplementasikan dalam konsep Demand Node. base station. Oleh karena itu, transmiter harus
diposisikan sedemikian rupa sehingga jumlah
Konsep Demand Node demand nodes yang terlayani menjadi maksimal.
Demand Node merupakan inti dari
perancangan dengan pendekatan terintegrasi, yang Alokasi Sumber Daya
akan dipakai untuk menyatakan distribusi spasial Sumber daya yang dimaksud disini adalah
dari permintaan trafik titik-titik (Nodes) yang frekuensi dan kanal yang tersedia, dimana keduanya
berlainan. Terdapat dua definisi dari konsep merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak
demand node, yaitu: dapat ditingkatkan secara sembarangan.
114 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
(3)
dengan:
S service area : ukuran area layanan,
S elemen unit : ukuran unit elemen area,
A total : trafik total pada area yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Fritsch, Th., Tutschku, K., Leibnitz, K., 1995, Field
strength prediction by ray tracing for
adaptive base station positioning in mobile
communication networks, ITG Conference
on Mobile Communication.
Gamst, A., E.G. Zinn, R Beck, and R. Simon, 1986,
Cellular Radio Network Planning, IEEE
Aerospace and Electronic Systems
Magazine.
Mouly, M., Pautet, M.B., 1992, The GSM System
for Mobile Communications, France.
Tutschku, K., 1997, Demand based Radio Network
Planning of Cellular Mobile Communication
Systems, Research Report Series.
Tutschku, K., Gia, P.T,, 1998, Spatial Traffic
Estimation and Characterization for Mobile
Communication Network Design, IEEE
Journal on Selected Areas in
Communication
JB Budi Darmawan
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III Paingan Maguwohardjo Depok Sleman Yogyakarta
b.darmawan@staff.usd.ac.id, jbbudi@yahoo.com
Abstraksi
Indek memungkinkan basisdata melakukan proses pencarian dari jutaan bahkan milyaran data dengan cepat.
Indek menyeimbangkan antara penyimpan dan waktu akses. Dengan menggunakan indek bisa membuat query
SELECT lebih cepat, tetapi membuat beberapa tambahan penyimpan disk.
Dalam paper ini akan diuji pengunaan partial indek pada data ukuran besar dalam basisdata MySQL 5.1 untuk
beberapa variasi ukuran panjang partial indek dalam tipe data karakter varchar dan variasi posisi record.
Sebuah generator data digunakan untuk membangkitkan data satu juta record.
Penggunaan partial indek dapat meningkatkan unjuk kerja query select dengan menyeimbangkan kebutuhan
waktu akses dan kapasitas tambahan penyimpan disk pada basisdata MySQL. Ukuran panjang partial indek
yang terlalu kecil akan memperlama waktu akses sedangkan peningkatan ukuran panjang indek yang dibayar
dengan tambahan kapasitas penyimpan tidak menjamin peningkatan unjuk kerja yang lebih baik. Pemilihan
panjang partial indek yang tepat akan menghasilkan unjuk kerja optimal yang diharapkan disesuaikan dengan
kebutuhan kecepatan akses yang dapat diterima dan kapasitas pengingat yang tersedia
b. Membandingkan kecepatan query pada data # Example MySQL config file for very large systems.
#
dengan tipe data karakter varchar dengan # This is for a large system with memory of 1G-2G where the system runs
panjang data 255 dengan variasi panjang partial mainly
# MySQL.
indek 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128. Kecepatan #
query diukur dengan tiga variasi posisi record, # You can copy this file to
yaitu awal, tengah dan akhir. # /etc/my.cnf to set global options,
# mysql-data-dir/my.cnf to set server-specific options (in this
c. Membandingkan kecepatan query pada data # installation this directory is C:\mysql\data) or
dengan tipe data karakter varchar dengan # ~/.my.cnf to set user-specific options.
#
panjang data 255 dengan full indek. Kecepatan # In this file, you can use all long options that a program supports.
query diukur dengan tiga variasi posisi record, # If you want to know which options a program supports, run the program
# with the "--help" option.
yaitu awal, tengah dan akhir.
# The following options will be passed to all MySQL clients [client]
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan #password = your_password
port = 3306
sebuah komputer dengan spesifikasi sebagai socket = /tmp/mysql.sock
berikut:
# Here follows entries for some specific programs
a. Perangkat lunak
1. Sistem operasi, Microsoft Windows # The MySQL server
[mysqld]
XP SP2 port = 3306
2. DBMS, MySQL versi 5.1.40. [4] socket = /tmp/mysql.sock
3. Program interfase MySQL Query skip-locking
key_buffer_size = 384M
Browser. [4] max_allowed_packet = 1M
4. Program interfase MySQL, SQLYog table_open_cache = 512
sort_buffer_size = 2M
versi 5.22a. [5] read_buffer_size = 2M
5. Program data generator, Dbmonster read_rnd_buffer_size = 8M
myisam_sort_buffer_size = 64M
v.1.0.3. [6] thread_cache_size = 8
b. Perangkat keras query_cache_size = 32M
1. Prosesor Intel Core 2 Quad 6600 # Try number of CPU's*2 for thread_concurrency
thread_concurrency = 8
2. Memori RAM 2 GB/5300 DDR2
3. Hardisk 160 GB SATA 2
Gambar 2. File konfigurasi basisdata MySQL
4. Motherboard chipset Intel DP35DP
(my.ini) yang digunakan
Struktur tabel yang digunakan pada percobaan ini
Isi file konfigurasi yang digunakan pada percobaan
disajikan pada gambar 1. Kolom nomor bertipe int
ini disajikan pada gambar 2.
11 bersifat auto increment berguna untuk
membantu mencari record awal, tengah dan akhir.
Percobaan ini menggunakan data yang
dibangkitkan oleh sebuah program data generator
dbmonster. Dbmonster adalah sebuah tool yang
dapat digunakan untuk membangkitkan data
random test dan meletakkannya dalam basisdata
SQL dengan ukuran yang besar [6].
Gambar 3. Waktu eksekusi pembangkitan data Gambar 4. Informasi tambahan memori untuk
implementasi index dari information_schema.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN TABLE menggunakan MySQL Query Browser.
Hasil percobaan yang telah dilakukan disajikan Dalam percobaan menggunakan data dengan
pada tabel 1. panjang satu record 586 sejumlah 1.000.000 record
menghasilkan hasil seperti tersaji pada tabel 1. Dari
Tabel 1. Hasil percobaan tabel ini, peningkatan kecepatan akses terlihat mulai
Operasi Select data Waktu Akses (dalam detik) penggunaan partial indek dengan panjang 4,
kemudian terus mengalami kenaikan peningkatan
bertipe varchar(255) Posisi Record
akses sampai penggunaan partial indek dengan
Tabel 1.000.000 record panjang 64. Pada penggunaan partial indek dengan
panjang 128 terjadi penurunan akses dari kecepatan
No Panjang Ukuran Awal Tengah Akhir Rata- akses sebelumnya. Kecepatan akses maksimal
rata memang didapat dari penggunaan panjang data
partial indek
keseluruhan sebagai indek (full indek).
indek
Dari hasil pengamatan ini dapat dilihat bahwa
(karakter)(Byte) pemilihah panjang partial indek yang terlalu kecil
(panjang partial indek 1 dan 2) tidak meningkatkan
1 0 0 9,9566 9,9559 9,9623 9,9583
kecepatan akses dibandingkan dengan tidak
2 1 14172160 16,9522 12,5339 13,0723 14,1861
menggunakan indek. Peningkatan panjang partial
indek (panjang partial indek 128) juga tidak
3 2 18366464 11,4192 15,1883 10,3855 12,3310 menjamin peningkatan kecepatan akses yang lebih
baik dibandingkan dengan panjang partial indek
4 4 24690688 2,4880 2,2099 1,0600 1,9193 yang lebih pendek (panjang partial indek 64)
5 8 37306368 0,6364 0,1354 0,1532 0,3083
Tetapi dari tabel 1, seiring peningkatan penggunaan
6 16 40484864 0,3872 0,0460 0,0264 0,1532
panjang partial indek dibayar dengan peningkatan
penggunaan media penyimpan yang digunakan
7 32 75251712 0,0684 0,0321 0,0082 0,0362 untuk menyimpan indek seperti terlihat pada kolom
ukuran indek. Untuk data dengan panjang sekitar
8 64 128974848 0,0383 0,0341 0,0123 0,0282
586.000.000 dengan kolom yang diindek penuh
9 128
(full indek) bertipe varchar 255 sebanyak 1.000.000
238026752 0,0424 0,0452 0,0186 0,0354
record diperlukan tambahan penyimpanan indek
10 Full 460324864 0,0253 0,0184 0,0210 0,0216 sebesar 460.324.864.
4. PENUTUP
5. DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKS
Tulisan ini menunjukkan implementasi alat ukur daya nyata (apparent power) dengan satuan Volt- Amper
berbasis mikrokontroler AT89S52. Daya beban diukur melalui pengukuran tegangan dan arus beban. Tegangan
beban disensor menggunakan hambatan pembagi tegangan, kemudian disesuaikan level tegangan dan diambil
nilai mutlaknya menggunakan penyearah presisi. Besaran arus beban diubah menjadi besaran tegangan melalui
hambatan, kemudian disesuaikan level tegangan melalui pengondisi sinyal dengan tiga skala pemilih, dan
kemudian diambil nilai mutlaknya. Keluaran penyearah presisi diubah menjadi sinyal digital oleh ADC.
AT89S52 kemudian menerima data tegangan dan arus dari ADC dan mencari nilai rms serta melakukan
mencari nilai rms daya nyata. Hasil pengukuran tegangan, arus dan daya ditampilkan pada LCD. Pengujian
tegangan mulai dari 195Vrms hingga 240 Vrms dengan galat sebesar 2%. Pengukuran arus cukup baik untuk
skala 5A.Tampilan daya nyata telah sesuai dengan perkalian arus dan tegangan tertampil.
M IK R O K O N T R O L E R
BEBAN
U N IT P E N G O L A H
U N IT P E N A M P IL
AC
3.2. Rangkaian sensor tegangan dan arus pengondisi adalah satu sehingga nilai Ri inv
Rangkaian sensor tegangan terdiri dari diperoleh sebesar 100k. Untuk skala arus 500mA,
resistor R 1 dan R 2 sebagai pembagi tegangan, penguatan sebesar 10, diperoleh nilai Ri inv sebesar
ditunjukkan oleh Gambar 4a. Tegangan maksimum 10k. Untuk skala arus 50mA, penguatan sebesar
dari beban sebesar 240 x 2 (peak) dan keluaran 100, sehingga diperoleh nilai Ri inv sebesar 1k.
sensor yang dinginkan adalah sebesar 5v(peak). Pemilihan skala arus menggunakan relay yang
Dengan menentukan R 2 =10k maka diperoleh R 1 dikendalikan menggunakan tegangan IN_1 untuk
= 668,82k. skala 5A peak , tegangan IN_2 untuk skala
500mA peak , dan tegangan IN_3 untuk skala
50mA peak .
(a) (b)
Gambar 4. Rangkaian sensor tegangan (a) dan
sensor arus (b)
Gambar 6. Rangkaian pengondisi sinyal arus
Besaran arus beban diambil oleh sebuah
resistor yang resistansinya 1/220W, ditunjukkan
3.4. Rangkaian Penyearah Presisi
oleh Gambar 4b. Skala arus yang dibuat ada 3,
Rangkaian penyearah presisi digunakan sebagai
yaitu skala 5A(peak), 0,5 A(peak), dan 0,05
penyearah tegangan keluaran pengondisi sinyal,
A(peak). Tegangan masukan beban listrik akan
untuk memperoleh harga mutlak. Rangkaian yang
berkurang sebesar 5(peak) dari tegangan puncak
digunakan ditunjukkan oleh Gambar 7(Stanley,
masukan jala-jala 220 2 (peak) pada saat arus 1994). Nilai R sebesar 20k dan resistor R/2
yang mengalir sebesar 5A(peak). Untuk arus sebesar 10k. Dioda yang digunakan adalah
sinusoidal penurunan tegangan pada beban dihitung 1N4148.
sebesar 3,53V(rms), atau penurunan tegangan R2 pp
50mV(peak).
6
20K
3 +
10K 20K
1N4148
U2
R3 pp LF356
2 -
digunakan adalah 5V peak . Keluaran dari rangkaian Gambar 7. Rangkaian penyearah presisi
pembagi tegangan sebagai sensor tegangan 5Vpeak
Rangkaian pengondisi sinyal menggunakan penguat
inverting (Stanley, 1994), ditunjukkan oleh Gambar 3.5. Pengubah tegangan analog menjadi digital
5. Nilai penguatan rangkaian pengondisi sinyal ADC yang digunakan adalah ADC0804. Pin
sama dengan 1, sehingga Rf inv ditentukan sebesar start conversion ADC ( C S ) dihubungkan ke
100 k maka nilai R inv sama dengan 100 k. ground agar ADC selalu melakukan konversi data.
Pin R D pada juga dihubungkan ke ground. Pin
WR dihubungkan dengan P0.0 mikrokontroler
AT89s52 yang bertujuan agar penulisan data dari
ADC0804 menuju mikrokontroler dapat
dikendalikan oleh mikrokontroler. Berdasarkan
datasheet (), untuk mencapai waktu konversi
Gambar 5. Rangkaian penguat inverting ADC0804 sebesar 100 s, dibutuhkan resistor
10k dan kapasitor 150pF. Dioda zener 5,1 Volt
dipasang pada masukan ADC sebagai pembatas
Pengondisi sinyal kedua untuk mengondisikan tegangan masukan ADC. Hubungan sinyal
sinyal tegangan dari sensor arus, ditunjukkan oleh terkondisi dengan ADC0804 ditunjukkan pada
Gambar 6. Nilai Rf inv ditentukan sebesar 100k. Gambar 8.
Untuk skala arus 5A peak penguatan tegangan
124 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
U4
1 20 5 Volt
2 CS VCC 19
3 RD CLKR 18
WR DB0 10k 150pf
4 17
5 CLKIN DB1 16 R ADC CAP ADC
6 INTR DB2 15
7 +IN DB3 14
tegangan keluaran peny earah presisi 8 -IN DB4 13
9 A GND DB5 12
D5 10 VREF/2 DB6 11
5,1V D GND DB7
ADC0804
Gambar 8. ADC0804
3.6. Penampil LCD
Penampil LCD menggunakan HD44780.
Antarmuka antara AT89S52 dengan HD44780 Gambar 10. Diagram alir
ditunjukkan oleh Gambar 9. Jalur data HD44780 Subrutin inisialisasi LCD digunakan untuk
pada pin 7 sampai 14 dihubungkan dengan pin P2.0 mengatur operasi LCD. Data yang dikirimkan
sampai P2.7 pada AT89S52. Pin E (enable clock)
untuk mengatur operasi LCD merupakan data-data
pada HD44780 dihubungkan dengan pin P0.7 pada instruksi LCD. LCD memerlukan waktu untuk
AT89S52. Pin RS pada HD44780 dihubungkan menunggu VCC naik mencapai 4,5Volt sebesar
dengan pin P0.6 AT89S52. Pin RW dihubungkan
15mS, maka untuk mengatasi LCD yang tidak
dengan ground supaya HD44780 selalu melakukan ideal, digunakan tunda waktu sebesar 20mS. Pin
proses menulis. R/W LCD dihubungkan ke ground, yang berarti
selalu menulis ke LCD. Subrutin kirim perintah
digunakan untuk memberi logika rendah pada pin
RS, mengirim data instruksi ke LCD, dan
digunakan untuk membuat perubahan pada
masukkan enable clock LCD.
Subrutin ambil nilai tegangan, arus,
kuadratkan, dan jumlahkan berfungsi untuk
mengambil pencuplikan amplitudo tegangan dan
arus masukkan dalam bentuk digital sebanyak 256
kali, mengkuadratkan tiap data, dan menjumlahkan
setiap kuadrat data. Waktu konversi ADC0804
berdasarkan datasheet sebesar 100S, digunakan
waktu konversi sebesar 114 S. Pengambilan data
Gambar 9. Antarmuka AT89S52 dengan HD44780
dilakukan dengan memberi logika rendah pin WR
dan menunggu selama 114S sebelum data dapat
diambil oleh mikrokontroler. Setelah data diambil,
pin WR ADC diberi logika tinggi agar ADC
berhenti menulis. Data yang diambil langsung
3.7. Perancangan Perangkat lunak dikuadratkan dan dijumlahkan dengan kuadrat data
Kerangka utama program mikrokontroler sebelumnya. Proses pengambilan data,
tampak pada Gambar 10. Program dimulai dengan mengkuadratkan data dan menjumlahkan data akan
inisialisasi LCD. Lalu mengambil nilai tegangan diulang sampai 256 kali. Berdasarkan waktu
dan arus sebanyak 256 kali pencuplikan dengan konversi sebesar 114S dan waktu tunggu sebelum
kecepatan pengambilan data konstan. Nilai data dapat diambil oleh mikrokontroler sebesar
tegangan dan arus digunakan untuk mencari nilai 114S, didapatkan laju pencuplikan sebesar 228S
rms dengan cara menghitung kuadrat nilai tegangan (4385Hz). Dengan frekuensi tegangan masukan
dan arus, kemudian mencari reratanya dan akhirnya sebesar 50Hz, maka laju pencuplikan yang
mencari akar kuadrat. Proses mencari nilai rms digunakan telah memenuhi syarat cukup supaya
dilakukan sebanyak 16 kali. Mikrokontroler akan tegangan masukan bisa didapatkan kembali dari
mencari rerata dari 16 nilai rms yang telah sinyal diskret tercuplik.
didapatkan. Hasil rerata diolah kembali untuk Subrutin hitung rerata dan akar berfungsi
menghasilkan keluaran berupa informasi yang akan untuk menghitung nilai rerata hasil subrutin ambil
ditampilkan pada LCD. Selanjutnya program nilai tegangan, arus, kuadratkan dan jumlahkan
kembali melakukan pencuplikan nilai tegangan. dan menghitung akar dari nilai rerata tersebut.
Proses pertama adalah menghitung nilai rata-rata,
yaitu dengan menggunakan 256 sebagai pembagi
data hasil subrutin ambil nilai tegangan dan arus,
kuadratkan, dan jumlahkan. Proses kedua adalah
menghitung akar. Proses menghitung akar diawali
(a)
250
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengukuran Tegangan 200
y = 1.1169x + 10.379
Irms Alat [mA]
R2 = 0.9953
Tegangan beban untuk pengujian diperoleh 150
rancangan.
Irms Alat [mA]
15 y = 1.5419x + 1.8261
R2 = 0.9924
10
240 5
y = 1.0048x
Vrms Alat [V]
R2 = 0.9896 0
220 0 5 10 15
Irms Ref [mA]
200
180
180 200 220 240 Gambar 12. Kurva hasil pengukuran arus. (a) skala
Vrms Ref. [V]
5A, (b) skala 500mA, dan (c) skala
50mA
Gambar 11. Kurva hasil pengkuran tegangan
4.3. Pengukuran daya rms (ac) Tabel 2. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
Pengukuran ay arms atau daya ac dilakukan untuk 500mA peak
tegangan sumber tertentu, dan untuk setiap skala
arus dilakukan pengujian untuk beberapa beban. No Vrms [V] Irms [mA] P [W]
Gambar 13 menujukkan tampilan LCD pengukuran 1 218 10 2.18
tegangan (V), arus (I), dan daya (P), pada saat 2 218 30 6.54
tegangan 218V, arus 2,9A, diperoleh daya sebesar 3 218 40 8.72
0632,2W. Hasil pengujian untuk skala arus 5A 4 218 50 10.90
ditunjukkan pada Tabel 1, untuk skala arus 500mA 5 218 70 15.26
ditunjukkan pada Tabel 2, dan untuk skala arus 6 218 80 17.44
50mA ditunjukkan pada Tabel 3. 7 218 90 19.62
8 218 100 21.80
9 218 110 23.98
Tabel 3. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
50mA peak )
No Vrms [V] Ims [mA] P [W]
1 218 2 0.436
2 218 5 1.090
3 218 9 1.962
4 218 13 2.834
5 218 17 3.706
Gambar 13. Tampilan LCD pengukuran tegangan,
6 218 19 4.142
arus dan daya
Berdasar data Tabel 1 sampai Tabel 3, ditunjukkan
bahwa hasil perhitungan daya telah sesuai dengan 5. KESIMPULAN
perancangan, yaitu bahwa daya P merupakan 1. Alat dapat mengukur nilai V rms dengan baik
perkalian antara Vrms dengan Irms. Tetapi oleh pada jangkauan 195~240 Vrms dengan tingkat
karena pengukuran arus untuk skala 500mA, dan rerata kesalahan 2%.
50mA memiliki kesalahan yang besar, maka 2. Pengukuran arus dapat berkerja dengan baik
pengukuran daya masih belum sesuai dengan untuk skala 5A peak , sedangkan untuk skala
perancangan, sedangkan yang sesuai dengan 0,5A dan 0,05 A memiliki kesalahan yang
perancangan adalah untuk skala arus 5A. cukup besar.
3. Perhitungan daya nyata (rms) pada LCD sudah
sesuai dengan perkalian antara nilai arus dan
Tabel 1. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
tegangan yang ditampilkan pada LCD.
5A peak
No Vrms [V] Ims [A] P [W]
1 218 0.4 87.20 PUSTAKA
2 218 0.4 152.60
3 218 1.0 218.00 Atmel Corporation, Data Sheet,
4 218 1.3 283.40 http://www.atmel.com, diakses Januari 2006.
5 218 1.6 348.80 Boylestad, Robert L., Electronic Devices and
6 218 1.8 392.40 Circuit Theory, 7th edition, New Jersey:
7 218 1.9 414.20 Pretince Hall, 1999
8 218 2.1 457.80 Craig, P., Interfacing the Parallel Port to a 16
9 218 2.3 501.40 Character x 2 Line LCD,
10 218 2.9 632.20 http://www.beyondlogic.com, diakses Mei
2006.
Edminister, Joseph A., Rangkaian Listrik, Edisi
Keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006
Floyd, Thomas L., Principles of Electric Circuits,
New York: Macmillan College Publishing
Company, 1991.
Jogiyanto, HM., Pengenalan Komputer: Dasar Ilmu
Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi, dan
Intelegensi Buatan, Yogyakarta: Andi Offset,
1989.
Rashid, Muhammad H., Power Electronic Circuits,
Devices, and Applications, 3nd edition, New
Jersey: Prentice Hall, 2003.
ABSTRAK
Adanya proses alam yang mengalami perubahan untuk mencari keseimbangan baru, dapat disebabkan karena
terganggunya keseimbangan oleh aktivitas manusia maupun oleh proses morfodinamika sehingga timbul
bencana alam seperti longsor, banjir, gempa, dan sebagainya. Kawasan yang terkena bencana alam di tanah air
tampaknya cenderung meningkat dan kondisi ini tidak dapat diabaikan. Salah satu faktor yang menyebabkan
bencana alam senantiasa menelan banyak korban adalah lemahnya informasi kepada penduduk tentang deskripsi
daerah yang mereka tempati. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dan Sistem Informasi
Geografis untuk interpretasi citra satelit, diharapkan penyusunan peta rentan bencana alam longsor mampu
memberikan informasi potensi daerah rawan bencana alam longsor di Propinsi DIY sehingga dapat dimanfaatkan
oleh pihak-pihak terkait dalam mengantisipasi bencana dan mengurangi resiko akibat bencana alam longsor.
Kata kunci : Longsor, Inderaja, Sistem Informasi Geografis dan citra satelit
a. Penyusunan peta-peta rentan bencana alam eksternal yang dapat mempercepat dan
longsor di Propinsi DIY. memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari
b. Untuk memperoleh informasi potensi berbagai sebab yang komplek seperti sudut
daerah rawan bencana alam longsor di kemiringan lereng, perubahan kelembaban
Propinsi DIY. tanah/batuan karena masuknya air hujan,
c. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan tutupan lahan dan pola pengolahan lahan,
oleh pihak-pihak terkait dalam pengikisan oleh aliran air, ulah manusia
mengantisipasi bencana untuk mengurangi seperti penggalian dan sebagainya.
resiko akibat bencana alam longsor.
2. Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja)
4. Metodologi Penelitian Penginderaan jauh didefinisikan
Metode penelitian yang dilakukan meliputi sebagai suatu metoda untuk mengenal dan
materi serta alat yang digunakan, dan tahapan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa
penelitian secara ringkas akan dijelaskan melalui kontak langsung dengan obyek
sebagai berikut : tersebut. Dalam teknologi penginderaan jauh
a. Studi literatur melalui buku-buku dan dikenal dua sistem yaitu penginderaan jauh
jurnal. Studi literatur ini dilakukan untuk dengan sistem pasif (passive sensing) dan
meningkatkan wawasan dan pengetahuan sistem aktif (active sensing). Penginderaan
bagi peneliti sehingga penerapan ilmu dan dengan sistem pasif adalah suatu sistem yang
teori dapat dilaksanakan dengan update memanfaatkan energi almiah, khususnya
teknologi dan current research yang energi (baca: cahaya) matahari, sedangkan
meliputi teknologi remote sensing dan sistem aktif menggunakan energi buatan yang
image processing dalam pembuatan peta dibangkitkan untuk berinteraksi dengan
daerah-daerah rawan bencana alam. benda/obyek. Sebagian besar data
b. Metode yang dipakai adalah teknik penginderaan jauh didasarkan pada energi
penginderaan jauh melalui interpretasi matahari. Sistem pasif antara lain diterapkan
digital/visual untuk citra Landsat TM pada Landsat (USA) dan SPOT (France).
(Thematic Mapper - USA), dan ERS-1 Selain sistem pasif penginderaan dengan
(First European Remote Sensing Satellite) sistem aktif menggunakan sumber energi
SAR (Synthetic Aperture Radar). buatan yang dipancarkan ke permukaan bumi
c. Hasil Interpretasi citra di ploting ke dalam dan direkam nilai pantulnya oleh sensor.
peta kerja, kemudian di digitasi untuk Sistem aktif ini biasanya menggunakan
menghasilkan coverage atau layer input gelombang mikro (microwave) yang
yang diperlukan. mempunyai panjang gelombang lebih panjang
dan dikenal dengan pencitraan radar (radar
imaging). Sistem aktif pada umumnya berupa
II. STUDI PUSTAKA saluran tunggal (single channel). Ia
1. Definisi Longsor mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
Peristiwa tanah longsor (landslides) sistem optik dalam hal mampu menembus
atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, awan dan dapat dioperasikan pada malam hari
batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada karena tidak tergantung pada sinar matahari.
lereng-lereng alam atau buatan, dan Sistem aktif antara lain diterapkan pada
sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu Radarsat (Kanada), ERS-1 (Eropa) dan JERS
alam mencari keseimbangan baru akibat (Jepang).
adanya gangguan atau faktor yang
mempengaruhinya dan menyebabkan
terjadinya pengurangan kuat geser serta 3. Pemrosesan Data Citra Satelit (Image
peningkatan tegangan geser tanah. Processing)
Faktor internal yang dapat Karena data penginderaan jauh berupa
menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah data digital maka penggunaan data
daya ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah memerlukan suatu perangkat keras dan lunak
sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat khusus untuk pemrosesannya. Komputer PC
terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dan berbagai software seperti ERMapper,
dengan menyeret butiran lainnya yang ada ILWIS, IDRISI, ERDAS, PCI, ENVI, dll dapat
disekitarnya membentuk massa yang lebih dipergunakan sebagai pilihan. Untuk keperluan
besar. Lemahnya daya ikat tanah/batuan dapat analisis dan interpretasi dapat dilakukan
disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dengan dua cara : (1). Pemrosesan dan analisis
dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan digital dan (2). Analisis dan interpretasi visual.
maupun rekahan yang intensif dari masa Kedua metoda ini mempunyai keunggulan dan
tanah/batuan tersebut. Sedangkan faktor kekurangan, seyogyanya kedua metode
dipergunakan bersama-sama untuk saling Tabel 2. Skor Untuk Parameter Curah Hujan
melengkapi. Pemrosesan digital berfungsi No Curah Hujan (mm/tahun) Skor
untuk membaca data, menampilkan data, 1 < 1000 1
memodifikasi dan memproses, ekstraksi data 2 1000 1500 2
secara otomatik, menyimpan, mendesain
3 1500 2000 3
format peta dan mencetak. Sedangkan analisis
dan interpretasi visual dipergunakan apabila 4 2000 2500 4
pemrosesan data secara digital tidak dapat 5 >2500 5
dilakukan dan kurang berfungsi baik.
Tabel 3. Skor Untuk Penggunaan Lahan
4. Sistem Informasi Geografis No Penggunaan Lahan Skor
SIG diartikan sebagai sistem 1 Water body 0
informasi yang digunakan untuk memasukkan, 2 Grass 1
menyimpan, memanggil kembali, mengolah 3 Bush, open space 2
menganalisis dan menghasilkan data 4 Forest, mix garden 3
bereferensi geografis atau dat geospasial, 5 Settlement, dry land 4
untuk mendukung pengambilan keputusan 6 Paddy field 5
dalam perencanaan dan penolahan
penggunaan lahan, sumberdaya alam,
lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan Tabel 4. Skor Untuk Permeabilitas Tanah
pelayanan umun lainnya. No Permeabilitas Tanah Skor
Analisis data spasial dalam SIG 1 Excessive 1
berdasarkan tahapan yang dimulai dari desain 2 Moderate, Poor 2
basisdata sampai pada tahap iuran yang 3 Well 5
menghasilkan suatu informasi baru hasil
pengukuran teknik manipulasi dan analisis Tabel 5. Skor Untuk Tekstur Tanah
SIG bedasarkan variable-variabel masukan No Tekstur Skor
sesuai dengan metode yang telah ditentukan Tanah
dan penelusuran kembali untuk memperoleh 1 Sandy 1
informasi baru dari proses pengolahan data dan 2 Silt 2
penyusunan basisdata SIG. 3 Clay 5
dengan pembagian kelas disajikan pada tabel 8 lereng yang cukup terjal yang dihasilkan dari
di bawah. kekar dan sesar merupakan faktor dasar
terjadinya longsor. Sedangkan berdasarkan
Tabel 8. Potensi tingkat kelongsoran tanah
kecepatan kejadian longsor faktor yang sangat
No Tingkat Skor
mempengaruhi adalah intensitas hujan,
Kelongsoran Tanah
1 Sangat rendah < 19 pembuatan jalan, dan pembabatan hutan. Selain
2 Rendah 19 27,9 itu tingkat kejadian longsor pada daerah hutan
3 Sedang 28 38.9 dengan kemiringan lereng yang tinggi dan
4 Tinggi 39 47.9 dieksploitasi menunjukkan nilai 9 kali lebih
5 Sangat Tinggi 48 tinggi daripada daerah hutan pada lerengan
yang sama dan tidak dieksploitasi (Jakob,
Pada laporan ini pemetaan yang dilakukan adalah 2000). Penutupan lahan berupa vegetasi
pendekatan kualitatif dengan metode scoring. Hasil
merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pemetaan dengan metode scoring ini disajikan pada
gambar 1. kekuatan curah hujan sehingga memicu adanya
longsor. Sedangkan perubahan tutupan lahan
berupa vegetasi pada akhirnya merubah pola
kejadian longsor (Glade, 2003).
IV. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Dari hasil pengolahan data citra diperoleh
peta rawan bencana longsor untuk
Propinsi DIY.
b. Sistem Informasi Geografis dapat
dimanfaatkan untuk memetakan resiko
kerawanan longsor dengan cepat.
c. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat
longsor suatu lahan adalah tingkat
kemiringan lereng, tanah, penggunaan
lahan dan curah hujan.
d. Peta rawan bencana longsor tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait,
baik pemerintah, akademisi, maupun
Gambar 1 Hasil Pemetaan dengan metode
LSM dalam mengantisipasi bencana
Scoring
untuk mengurangi resiko akibat bencana
Warna-warna pada peta menunjukkan potensi
alam.
gempa:
kuning : sangat tinggi 2. SARAN
hijau : tinggi a. Penyusunan peta rawan bencana longsor
biru muda : sedang ini akan lebih optimal jika dipadukan
merah muda : rendah dengan sistem prediksi longsor dan
ungu : sangat rendah sistem alarm.
b. Pembuatan Sistem Informasi Online
mengenai kondisi di daerah rawan
Berdasarkan pengali faktor pembobot
bencana alam longsor akan lebih
berdasarkan analisa maka secara berurutan bermanfaat bagi penduduk setempat
faktor yang paling utama mempengaruhi suatu untuk antisipasi dini.
kejadian longsor adalah kelerengan (3), curah
hujan, penggunaan lahan (2), dan yang lainnya
geologi, kedalaman tanah, tekstur tanah, dan
permeabilitas tanah. Hal ini sejalan dengan DAFTAR PUSTAKA
Chang, J. and O. Slaymaker. 2002. Frequency and
Penelitian Chang dan Slaymaker (2002) di spatial distribution of landslides in a
daerah Ho She (Taiwan) menyebutkan bahwa mountainous drainage basin: Western
banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Foothills, Taiwan. Catena 46 (285307).
longsor pada daerah tersebut. Jumlah rekahan Glade, T. 2003. Landslide occurrence as a response
batuan yang banyak dengan tingkat kemiringan to land use change: a review of evidence
132 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Abstrak
Air limbah laundry memiliki kandungan surfaktan dan bahan organik yang cukup tinggi. Berbagai sistem
pengolahan digunakan untuk mengolah air limbah tersebut, salah satunya adalah elektrokoagulasi. Terdapat
dua jenis konfigurasi elektroda pada reaktor elektrokoagulasi yaitu monopolar dan bipolar. Penelitian ini
membandingkan antara kedua konfigurasi tersebut di dalam mengolah air limbah laundry. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan mengetahui laju pelepasan ion aluminium pada kedua konfigurasi beserta distribusi spesies
senyawa aluminium. Reaktor elektrokoagulasi dioperasikan secara batch dan kontinyu dengan menggunakan
limbah asli. Elektroda yang digunakan adalah aluminium dengan variasi kerapatan arus 50, 75 dan 100 A/m2.
Parameter yang diukur adalah surfaktan, COD, fosfat, kekeruhan, konduktivitas, pH dan suhu. Semua
percobaan dilakukan pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 C. Penentuan distribusi spesies senyawa aluminium
pada proses elektrokoagulasi menggunakan metode Ferron. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk waktu
detensi 30 menit tingkat penyisihan surfaktan sebesar 74.25% untuk monopolar dan 72.31% untuk bipolar.
Tingkat penyisihan COD sebesar 85.80% untuk monopolar dan 79.11% untuk bipolar. Penyisihan fosfat sebesar
83.02% untuk monopolar dan 81.26% untuk bipolar. Sedangkan penyisihan kekeruhan sebesar 98.99% untuk
monopolar dan 98.54% untuk bipolar. Dari penelitian ini diperoleh bahwa konfigurasi monopolar mempunyai
tingkat penyisihan yang sama dengan konfigurasi bipolar.
Abstract :
Laundry wastewater contain high surfaktan and organic matter. Various of processing systems are used to treat
laundry wastewater, one of them is electrocoagulation. There is two type of electrode configuratons at reactor
electrocoagulation that is monopolar and bipolar. This research compare between the two configuraton in
laundry wastewater treatment. In other hand this research also to know rate dissolution of aluminum ion on the
two configuraton and distribution of aluminum compound species. Reactor electrocoagulation is operated in
batch and continuous by using real wastewater. Electrode that used is aluminum with current density variation
50, 75 and 100 A/m2. Parameter that measured is surfaktan, COD, phosphate, turbidity, conductivity, pH and
temperature. All experiments are conducted at room temperature, which is about 25 C. Determination of
compound species distribution aluminum at process elektrokoagulasi used Ferron method. Test result indicates
that for time detensi 30 minute removal efficiency of surfaktan was 74.25% for monopolar and 72.31% for
bipolar. Removal efficiency of COD was 85.80% for monopolar and 79.11% for bipolar. Removal efficiency of
phosphate was 83.02% for monopolar and 81.26% for bipolar. Whereas removal efficiency of turbidity was
98.99% for monopolar and 98.54% for bipolar. From this research obtained that configuraton monopolar have
same removal rate with configuraton bipolar.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air Teknik Lingkungan ITB ini
menggunakan limbah asli yang berasal dari jasa
laundry di daerah perumahan Antapani Bandung.
Reaktor elektrokoagulasi pada penelitian ini
dioperasikan secara batch dan kontinyu.
- A
+ V
DC Power
Supply - A
+ V Gambar 2. Skema reaktor elektrokoagulasi dengan
pengoperasian kontinyu
0.00 0.00
Digital Parameter yang diukur pada percobaan ini
Multimeter
adalah surfaktan, COD, fosfat, kekeruhan,
konduktivitas, pH dan suhu. Semua percobaan
- + - + - +
dilakukan pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 C.
Elektroda
Laju perubahan konsentrasi pada reaktor
Elektroda
Reaktor
elektrokoagulasi dinyatakan dengan model kinetika
Elektrokoagulasi reaksi orde satu (Emamjomeh, 2006) yaitu :
Magnetic Stirrer
...........................Pers. 1
Percobaan Batch
Dari hasil pengukuran pada percobaan
secara batch diperoleh tingkat penyisihan surfaktan,
COD, fosfat dan kekeruhan. Pada gambar dibawah
ini disajikan hasil percobaan untuk proses
elektrokoagulasi. Gambar 4. Penyisihan COD pada konfigurasi (a)
monopolar (b) bipolar untuk kerapatan arus 100
A/m2
(a)
Penurunan kandungan surfaktan dan COD
pada percobaan elektrokoagulasi ini disebabkan
terjadinya suatu proses yang disebut Adsortive
Micelle Flocculation (AMF) (Aboulhassan, 2006).
Proses ini terjadi ketika struktur surfaktan yang
berbentuk micelle beradsorbsi dengan ion Al yang
akan mengikat bahan organik dari air limbah dan
membentuk flok yang dapat dipisahkan dengan
mudah (Talens-Alesson, 2004).
Dari hasil pengukuran diperoleh nilai
(b)
Critical Micelle Concentration (CMC) sebesar
0.008 mol/L atau 2,307 mg/L. Air limbah laundry
yang digunakan pada penelitian ini memiliki
konsentrasi surfaktan antara 256,87 363,72 mg/L
yang berarti bahwa struktur micelle sudah
terbentuk. Sehingga proses AMF dapat terjadi pada
pengolahan air limbah laundry ini.
Menurut Ge (2004) penyisihan surfaktan
dalam proses elektrokoagulasi disebabkan karena
terjadi adsorbsi surfaktan pada permukaan partikel
sehingga terbentuk permukaan yang hydropobic
yang menyebabkan partikel dalam air limbah akan
naik ke permukaan dengan bantuan gelembung gas
Gambar 3. Penyisihan surfaktan pada konfigurasi
yang terbentuk. Sedangkan penurunan COD
(a) monopolar (b) bipolar untuk kerapatan arus 100
disebabkan oleh proses elektrokoagulasi,
A/m2
elektroflotasi, dan oksidasi langsung di anoda (Ge,
2004).
(a)
Sedangkan untuk penyisihan fosfat, hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Percobaan Kontinyu
Gambar 5. Profil penurunan fosfat pada Hasil percobaan pada percobaan kontinyu untuk
konfigurasi monopolar dengan variasi kerapatan waktu detensi 10 dan 30 menit dapat dilihat pada
arus Gambar 7.
hambatan pada larutan. Kondisi ini berlainan Holt, P., (2002), Electrocoagulation : Unravelling
dengan aliran arus listrik pada konfigurasi and Synthesising the Mechanisms
monopolar yang hanya terhambat oleh hambatan Behind a Water Treatment Process,
dari logam dan kabel penghubung. Department of Chemical Engineering,
University of Sydney
rdemez, S., Yildiz, Y.S., dan Tosunolu, V.,
KESIMPULAN (2006), Optimization of phosphate
Dari penelitian ini dapat disimpulkan removal from wastewater by
bahwa konfigurasi monopolar mempunyai tingkat electrocoagulation with aluminum plate
penyisihan yang sama dengan konfigurasi bipolar. electrodes, Separation and Purification
Untuk waktu detensi 30 menit tingkat penyisihan Technology, 52, 394401
surfaktan sebesar 74.25% untuk monopolar dan Mollah, M.Y.A., Morkovsky, P., Gomes, J. A. G.,
72.31% untuk bipolar. Tingkat penyisihan COD Kesmez, M., Parga, J., and Cocke, D. L.
sebesar 85.80% untuk monopolar dan 79.11% (2004), Fundamentals, Present and
untuk bipolar. Penyisihan fosfat sebesar 83.02% Future Perspectives of
untuk monopolar dan 81.26% untuk bipolar. Electrocoagulation, Journal of
Sedangkan penyisihan kekeruhan sebesar 98.99% Hazardous Materials, B114, 199 210.
untuk monopolar dan 98.54% untuk bipolar. Pakalns, P., dan Farrar, Y.J., (1977), Effect of
Sehingga untuk mengolah air limbah laundry surfactants on the determination of
proses elektrokoagulasi dapat dipergunakan dan aluminium in waters, Water Research,
menghasilkan efisiensi yang cukup tinggi. 11, 387-392
Parker, D.R., dan Bertsch, P.M., (1992),
Identification and quantification of the
DAFTAR PUSTAKA Al 13 tridecameric polycation using
Aboulhassan, M. A., Souabi, S., Yaacoubi, A., dan Ferron, Environ. Sci. Technol. 26 (5),
Baudu, M., (2006), Removal of 908914.
surfactant from industrial wastewaters by Sostar-Turka, S., Petrini, I., dan Simoni, M.,
coagulation flocculation process, Int. J. (2005), Laundry wastewater treatment
Environ. Sci. Tech., 3 (4), 327-332 using coagulation and membrane
Arkendita, N., & Soewondo, P., (2004), Evaluasi filtration, Resources, Conservation and
dan Pengembangan Kinerja Pengolahan Recycling, 44, 185196
Air Buangan Domestik dengan Sistem Talens-Alesson, F.I., Anthony,S., dan Bryce, M.,
PemisahBlack Water dan Grey (2004), Complexation of organic
Water: Studi Kasus Biogas Digester dan compounds in the presence of Al3+
Anaerobic Baffled Septic Tank di during micellar flocculation, Water
Tangerang Banten, Tugas Akhir ITB Research, 38, 14771483
Bektas, N., Akbulut, H., Inan, H., dan Dimoglo, A.,
(2004), Removal of phosphate from
aqueous solutions by electro-coagulation,
Journal of Hazardous Materials, 106B,
101105
Dieu, L.Q., (2006), Determination of the critical
micelle concentration of an amphiphile
by conductivity measurements,
Praktikum Pharmazie, PCI
Emamjomeh, M.M., dan Sivakumar, M., (2006),
An empirical model for defluoridation by
batch monopolar
electrocoagulation/flotation (ECF)
process, Journal of Hazardous
Materials, B131, 118125
Ge, J., Qu, J., Lei, P., dan Liu, H., (2004), New
bipolar electrocoagulation
electroflotation process for the treatment
of laundry wastewater, Separation and
Purification Technology, 36, 3339
Holmberg K., et al. (2002) Handbook of applied
surface and colloid chemistry Vol.2,
John Wiley & Sons, 239-248
Oleh :
Kurniawan Yuniarto1, Sukmawaty1, Sirajuddin1
Staf Pengajar, Program Studi teknik Pertanian, Fakultas Pertanian UNRAM.
email : foodengineering@yahoo.co.id
ABSTRAK
Hidrolisa serbuk bonggol jagung yang merupakan bahan berlignoselulosa dipelajari dengan menggunakan
variabel suhu hidrolisa dan konsentrasi H 2 SO 4 . Suhu hidrolisa yang digunakan 150oC, 170oC dan 190oC,
sedangkan konsentrasi H 2 SO 4 0,75%, 1.0% dan 1.5%. Lama hidrolisa 30 menit dengan perbandingan serbuk
bonggol jagung terhadap larutan hidrolisa 200/1000 (gram/liter). Tangki hidrolisa yang dihasilkan dalam
penelitian tahun I memiliki kemampuan beroperasi sampai dengan tekanan 15 atm. Dinamika perubahan suhu
dan tekanan hidrolisa bonggol jagung memiliki pola yang sama dengan steam table. Nilai keasaman hidrolisat
semakin rendah dengan suhu hidrolisa semakin tinggi dan konsentrasi yang semakin tinggi dengan kisaran nilai
pH antara 2.8 3.7. Kadar gula reduksi meningkat selama proses hidrolisa dengan nilai peningkatan terhadap
serbuk bonggol jagung kasar sebesar 8.03 (150oC), sebesar 5.77 (170oC) dan 1.26 (190oC). Konversi celulosa
dari serbuk bonggol jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75% menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC
menghasilkan konversi celulosa sebesar 0.99, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.97 dan suhu hidrolisa 190oC
sebesar 1.04. Konversi hemiselulosa dari serbuk bonggol jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
menghasilkan nilai konversi sebesar 1.15, konsentrasi asam 1% sebesar 1.00 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar
0.94. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi hemiselulosa sebesar 1.26, suhu hidrolisa 170oC
sebesar 1.09 dan suhu hidrolisa 190oC sebesar 0.74. Hidrolisa lignin pada serbuk bonggol jagung menghasilkan
nilai konversi lignin pada konsentrasi H 2 SO 4 0.75% adalah 1.36, konsentrasi H 2 SO 4 1.00% adalah 0.90,
konsentrasi H 2 SO 4 1.50% adalah 0.74. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi lignin sebesar
1.5, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.95 dan suhu hidrolisa 190oC sebesar 0.51. Suhu hidrolisa optimal serbuk
bonggol jagung adalah 170oC dan konsentrasi H 2 SO 4 1.0%.
Kata kunci : Serbuk bonggol jagung, hidrolisa, suhu, konsentrasi asam, lignoselulosa
Lignin, hemiselulosa,
selulosa, gula reduksi
Bonggol jagung diparut menggunakan pemarut hidrolisa selama 30 menit akan didapatkan
mekanis, serbuk diayak menggunakan ayakan 60 hidrolisat (analisa gula reduksi dan keasaman),
mesh. Sebanyak 200 gram serbuk bonggol jagung padatan (lignin, selulosa, hemiselulosa).
dianalisa (lignin, selulosa, hemiselulosa, gula
reduksi dan kadar air). Selanjutnya serbuk bonggol
jagung sebanyak 200 gram dilarutkan didalam
larutan asam sesuai variabel percobaan. Hasil
(a)
2. Komposisi Kimia Serbuk Bonggol Jagung diambil pada bagian luar dari bonggol, sedangkan
Lignoselulosa didalam bahan pertanian bagian inti sulit untuk diambil meskipun melalui
terukur dalam bentuk lignin, selulosa dan proses pemarutan. Hasil analisa bahan baku
hemiselulosa. Bonggol jagung yang dibuat serbuk bonggol jagung disajikan pada tabel berikut.
untuk penelitian sebagian besar komponennya
Tabel 1. Analisa Lignoselulosa, Kadar Air, Gula Reduksi Serbuk Bonggol Jagung
A 2.0230 2.1203 4.1488 4.1063 10.4405 10.8705 9.0074 9.0627 0.4531 0.454
B 4.0789 3.9173 6.1846 5.8903 15.5941 15.5914 9.5657 9.4437 0.4868 0.4876
C 4.4226 4.3392 7.1966 6.9186 15.8536 15.3846 9.2521 9.2096 0.5059 0.5074
D 1.0224 1.5160 3.754 3.6355 9.3777 9.2434 9.0746 9.4066 0.539 0.5401
E 4.3972 5.1239 6.8124 6.7509 14.7232 14.0273 9.0342 8.6206 0.5076 0.5033
F 10.1885 10.7602 9.8459 4.5255 19.8508 19.8387 8.9766 9.037 0.5493 0.5505
G 5.9203 5.6150 8.0741 7.6755 15.9926 15.8334 9.2609 8.8982 0.5458 0.5421
H 3.2036 3.8014 6.7968 6.9344 11.4559 11.0788 9.329 9.2562 0.5412 0.5419
I 4.7661 4.2436 6.7566 7.1489 13.3474 13.9127 9.2015 9.1165 0.5388 0.542
Rerata 4.4470 4.6041 6.6189 5.9540 14.0706 13.9756 9.1891 9.1168 0.5186 0.5188
Rerata
Total 4.5255 6.2864 14.0231 9.1530 0.5187
2.5000 150 C
lignin dan hemiselulosa pada serbuk bonggol
2.0000 170 C
jagung secara umum sangat kecil dibandingkan 1.5000 190 C
dengan kandungan selulosa karena pada bonggol 1.0000
jagung yang dikategorikan dengan softwood 0.5000
Konsentrasi Asam
3. Keasaman Filtrat
Hidrolisa serbuk bonggol jagung akan Gambar 4. Hubungan suhu dengan Tekanan pada
dihasilkan filtrat sebagai hasil utama dengan proses hidrolisa.
componen yang terlarut dapat berupa asam sulfat Nilai keasaman filtrate akan semakin kecil
dan gugusan gula. Nilai keasaman filtrat estela dengan konsentrasi larutan pengencer (H 2 SO 4 )
proses hidrolisa diukur sengan menggunakan pH yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan pada
meter. Adapun nilai keasaman filtrat dalam konsentrasi larutan pengencer yang semakin tinggi
berbagai konsentrasi asam dan suhu hidrolisa akan menyebabkan tingkat keasaman dari bubur
disajikan pada gambar 4. bonggol jagung semakin tinggi. Pengukuran
keasaman filtrat dengan nilai yang semakin rendah
menunjukkan bahwa di dalam filtrat dikandung
asam dalam jumlah yang besar. Rincian nilai
keasaman filtrate dari perlakuan suhu dan
konsentrasi ditunjukkan pada table.
Konsentrasi Asam
Hasil analisa terhadap nilai keasaman filtrate
didapatka bahwa kisaran nilai keasaman filtrate Gambar 5. Hubungan suhu dengan Tekanan pada
untuk hidrolisa pada larutan penghidrolisa H 2 SO 4 proses hidrolisa.
kemurnian 98% antara 2.8 3.7. Nilai keasaman Kandungan gula reduksi pada perlakuan
paling rendah yang menunjuk kepada keasaman suhu hidrolisa 150oC dan konsentrasi asam 0.75%
filtrate yang semakn besar ditunjukkan pada menunjukkan hasil konsentrasi gula reduksi filtrat
konsentrasi larutan pengencer atau katalisator 1.5% yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
dengan suhu hidrolisa 190oC. suu hidrolisa dan konsentrasi asam sulfat sebagai
Nilai keasaman filtrate hasil hidrolisa diduga katalisator yang lebih tinggi. Hasil rerata gula
erat kaitannya dengan pembentukan asam asetat reduksi pada perlakuan suhu hidrolisa 150oC dan
selama proses hidrolisa. Adanya akumulasi asam konsentrasi asam sulfat 0.75% adalah 5.8281%.
asetat pada proses hidrolisa yang disebabkan oleh Rincian kadar gula reduksi filtrat dalam berbagai
dekomposisi lignoselulosa terutama hemiselulosa perlakuan suhu dan konsentrasi asam sulfat
sebagai salah satu komponen yang terlibat didalam disajikan pada tabel berikut.
proses hidrolisa. Hal ini dapat dirujuk dengan hasil
penelitian dari Aden et al (2002) yang
mengembangkan model stokiometri hemiselulosa Tabel 3. Kandungan gula reduksi fiktrat dalam
selama hidrolisa asam bahwa terjadi liberasi asam berbagai suhu dan konsentrasi asam sulfat.
asetat selama proses hidrolisa kulit jagung.
Dampak dari suhu hidrolisa terhadap Suhu Konsentrasi H2SO4 (%)
peningkatan keasaman fltrat juga erat kaitannya
dengan efektivitas dari panas dalam memutus (oC) 0.75 1.00 1.50
ikatan kimia hemiselulosa menjadi sebyawa asam
150 5.828114 4.2323 2.4383
asetat. Suhu yang semakin tinggi akan dapat
mengurangi kestabilan struktur hemiselulosa Hasil 170 3.792086 4.2323 0.9470
korelasi antara hemiselulosa terhadap nilai
keasaman didapatkan angka 0.87 dimana dengan 190 0.89744 0.6557 0.4022
angka korelasi tersebut menunjukkan bahwa
peranan hemiselulosa terhadap peningkatan
keasaman filtrate sangat tinggi. Gula reduksi serbuk bonggol jagung yang
digunakan dalam penelitian adalah 0.5187%,
4. Gula Reduksi sedangkan dengan perlakuan hidrolisa suhu 150oC
Gugus gula reduksi menjadi salah satu tolok meningkat sebanyak 8.03 kali menjadi 4.1662%,
ukur dalam proses hidrolisa karena diharapkan perlakuan hidrolisa suhu 170oC meningkat
dengan adanya hidrolisa akan terjadi pembentukan sebanyak 5.77 kali menjadi 2.9904% dan perlakuan
gula reduksi yang akan digunakan sebagai bahan hidrolisa suhu 190oC meningkat sebanyak 1.26 kali
fermentasi yeast untuk menghasilkan bioethanol. menjadi 0.6518%.
Hasil pembentukan gula reduksi selama hidrolisa
serbuk bonggol jagung disajikan pada gambar 5. Peningkatan gula reduksi selama hidrolisa
disebabkan adanya konversi celulosa dari serbuk
bonggol jagung menjadi glucosa akibat adanya
asam dan panas. Hal ini diperkuat oleh Wooley
(1999) yang meneliti konversi celulosa menjadi
glucosa dan selobiosa selama proses hidrolisa
bahan-bahan berlignoselulosa dengan perlakuan
asam dengan konsentrasi 0.5% pada tekanan 13 akibat perlakuan asam dengan konsentrasi asam
atm. sulfat yang lebih tinggi dan suhu hidrolisa yang
lebih tinggi karena berhubungan dengan penetrasi
5. Selulosa
panas dalam suasana asam akan menimbulkan efek
Celulosa serbuk bonggol jagung dianalisa
ganda terhadap perusakan jaringan kuat dari
menggunakan metode Rathin Datta (1981) dengan
celulosa.
nilai kandungan celulosa serbuk bonggol jagung
rata-rata dari 9 sampel yang dianalisa adalah Konversi celulosa dari serbuk bonggol
14.0231%. Hasil analisa celulosa pada operasi jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
hidrolisa serbuk bonggol jagung dalam berbagai menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
suhu dan konsentrasi asam sulfat disajikan pada konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan konsentrasi
gambar 6. asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan suhu hidrolisa
150oC menghasilkan konversi celulosa sebesar
Kandungan Selulosa 0.99, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.97 dan suhu
Residu Bonggol Jagung hidrolisa 190oC sebesar 1.04.
25.0000
20.0000
6. Hemiselulosa
Selulosa (%)
150 C
15.0000
170 C
Hemiselulosa serbuk bonggol jagung
10.0000
190 C
dianalisa menggunakan metode Rathin Datta (1981)
5.0000 dengan nilai kandungan hemiselulosa serbuk
0.0000
bonggol jagung rata-rata dari 9 sampel yang
0.75% 1.00% 1.50% dianalisa adalah 6.2864 %. Hasil analisa
Konsentrasi Asam hemiselulosa pada operasi hidrolisa serbuk bonggol
jagung dalam berbagai suhu dan konsentrasi asam
sulfat disajikan pada gambar 7.
Gambar 6. Kandungan celulosa padatan serbuk
bonggol jagung pasca hidrolisa.
Kandungan Hemiselulosa
Peran asam sulfat (H 2 SO 4 ) suhu dalam Residu Bonggol Jagung
8.0000
hidrolisa, hasil penghitungan rata-rata celulosa 6.0000
150 C
serbuk bonggol jagung perlakuan konsentrasi asam 4.0000
170 C
0.0000
Rincian kandungan celulosa serbuk bonggol jagung 0.75% 1.00% 1.50%
pada proses hidrolisa asam disajikan pada tabel Konsentrasi Asam
berikut.
Tabel 4. Kandungan celulosa serrbuk bonggol Gambar 7. Kandungan hemiselulosa padatan serbuk
jagung setelah hidrolisa. bonggol jagung pasca hidrolisa.
Hasil analisa terhadap kandungan
Suhu Konsentrasi H 2 SO 4 (%) hemiselulosa sebagai fungs dari suhu dan
konsentrasi katalisator (H 2 SO 4 ) menunjukkan pola
meningkat terhadap kenaikan suhu hidrolisa dan
(oC) 0.75 1.00 1.50
konsentrasi H 2 SO 4 . Panas tinggi dan konsentrasi
asam yang semakin besar pada serbuk bonggol
150 10.6555 15.5928 15.6191 jagung akan menyebabkan hemiselulosa
terdekomposisi membentuk xylosa. Hal ini
170 11.2674 13.6301 15.9130 diperkuat dengan hasil penelitian Lee and Elander
(2002), bahwa konsentrasi xylosa akan meningkat
190 9.3106 14.3753 19.8448 pada perlakuan asam antara 0.2%-1.0% pada suhu
hidrolisa antara 160-180oC.
Kandungan celulosa paling tinggi didapatkan Penghitungan rata-rata hemiselulosa serbuk
pada perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan bonggol jagung perlakuan konsentrasi asam sulfat
konsentrasi H 2 SO 4 sebesar 1.5%. Sedangkan (H 2 SO 4 ) 0.75% adalah 7.21%, konsentrasi asam
konsentrasi paling rendah dihasilkan pada sulfat (H 2 SO 4 ) 1.00% adalah 6.29%, konsentrasi
perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 ) 1.50% adalah 5.90%.
H 2 SO 4 sebesar 0.75%. Celulosa didalam jaringan Sedangkan perlakuan suhu hidrolisa 150oC adalah
serbuk bonggol jagung dapat terpecah ikatan selnya 7.91%, suhu hidrolisa 170oC adalah 6.87% dan
suhu hidrolisa 190oC adalah 0.74%. Rincian berlangsung, karena hasil analisa terhadap filtrat
kandungan hemiselulosa serbuk bonggol jagung terjadi kenaikan angka keasaman dengan perlakuan
pada proses hidrolisa asam disajikan pada tabel suhu dan konsentrasi asam yang semakin tinggi.
berikut. Selama hidrolisa lignin dapat berubah menjadi
turunan seperti asam format, metanol, asam asetat,
Tabel 5. Kandungan hemiselulosa serrbuk bonggol
aseton, vanilin dan lain-lain, sedangkan bagian
jagung setelah hidrolisa.
lainnya mengalami kondensasi (Judoamidjojo et al.,
1989).
Suhu Konsentrasi H 2 SO 4
Penghitungan rata-rata lignin serbuk bonggol
(oC) 0.75 1.00 1.50
jagung perlakuan konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 )
150 8.8019 7.8748 7.0576 0.75% adalah 6.16%, konsentrasi asam sulfat
(H 2 SO 4 ) 1.00% adalah 4.09%, konsentrasi asam
170 6.7817 6.8656 6.9528 sulfat (H 2 SO 4 ) 1.50% adalah 3.34%. Sedangkan
190 6.0375 4.1276 3.6948 perlakuan suhu hidrolisa 150oC adalah 7.00%, suhu
hidrolisa 170oC adalah 4.31% dan suhu hidrolisa
190oC adalah 2.28%. Rincian kandungan
Kandungan hemiselulosa paling tinggi hemiselulosa serbuk bonggol jagung pada proses
didapatkan pada perlakuan suhu hidrolisa 150oC hidrolisa asam disajikan pada tabel berikut.
dan konsentrasi H 2 SO 4 sebesar 0.75%. Sedangkan
konsentrasi paling rendah dihasilkan pada Tabel 6. Kandungan celulosa serrbuk bonggol
perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan konsentrasi jagung setelah hidrolisa.
H 2 SO 4 sebesar 1.50%. Konversi hemiselulosa dari
serbuk bonggol jagung dengan perlakuan Suhu Konsentrasi H 2 SO 4
konsentrasi asam 0.75% menghasilkan nilai
(oC) 0.75 1.00 1.50
konversi sebesar 1.15, konsentrasi asam 1% sebesar
1.00 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar 0.94. 150 10.4744 5.7677 4.7606
Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan
konversi hemiselulosa sebesar 1.26, suhu hidrolisa 170 4.5049 4.4283 3.9981
170oC sebesar 1.09 dan suhu hidrolisa 190oC 190 3.5025 2.0716 1.2692
sebesar 0.74. Hidrolisa lignin pada serbuk bonggol jagung
7. Lignin menghasilkan nilai konversi lignin pada konsentrasi
Lignin serbuk bonggol jagung dianalisa H 2 SO 4 0.75% adalah 1.36, konsentrasi H 2 SO 4
menggunakan metode Rathin Datta (1981) dengan 1.00% adalah 0.90, konsentrasi H 2 SO 4 1.50%
nilai kandungan lignin serbuk bonggol jagung rata- adalah 0.74. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC
rata dari 9 sampel yang dianalisa adalah 4.5255 %. menghasilkan konversi lignin sebesar 1.5, suhu
Hasil analisa lignin pada operasi hidrolisa serbuk hidrolisa 170oC sebesar 0.95 dan suhu hidrolisa
bonggol jagung dalam berbagai suhu dan 190oC sebesar 0.51.
konsentrasi asam sulfat disajikan pada gambar 8.
8.0000 150 C
6.0000 170 C 2. Keasaman filtrat semakin tinggi dengan
4.0000 190 C perlakuan suhu dan konsentrasi asam yang
2.0000 semakin tinggi.
0.0000
0.75% 1.00% 1.50% 3. Kadar gula reduksi meningkat selama proses
Konsentrasi Asam hidrolisa dengan nilai peningkatan terhadap
serbuk bonggol jagung kasar sebesar 8.03
Gambar 8. Kandungan lignin padatan serbuk (150oC), sebesar 5.77 (170oC) dan 1.26
bonggol jagung pasca hidrolisa. (190oC).
Hasil analisa terhadap kandungan lignin 4. Konversi celulosa dari serbuk bonggol jagung
sebagai fungsi dari suhu dan konsentrasi katalisator dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
(H 2 SO 4 ) menunjukkan pola menurun terhadap menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
kenaikan suhu hidrolisa dan konsentrasi H 2 SO 4 . konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan
Hal ini terjadi ada kemungkinan terhadap konsentrasi asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan
pembentukan turunan lignin selama hidrolisa suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi
DAFTAR PUSTAKA
1. Aden, A.,M.Ruth., K.Ibsen., J.Jechura,
K.Neeves, J. Sheehan and B. Wallace. 2002.
Lignocellulosic Biomass to Ethanol Process
Design and Economics Utilizing Co-Current
Dilute Acid Prehydrolysis and Enzimatic
Hydrolysis for Corn Stover. National
Renewable Energy Laboratory, Colorado
80401-3393.
2. Anonymous. 2006. Bioethanol Indonesia.
www.bfi.org.id
3. Dewan Riset Nasional. 2006. Agenda Riset
Nasional. Jakarta.
4. Erikkson T, Karlsson J, Tjerneld F. 2002. A
model explaining declining rate in hydrolysis
of lignocelluloses substrats with
cellobiohidrolase. J. Appl. Biochem
.Biotech.101. pp 41-60.
5. Tjokroeadikoesoemo,P.S.1995. HFS dan
industri ubi kayu lainnya. PT Gramedia.
Jakarta.
6. Wyman, C.E., Taylor,F., and Bristol.
1996. Ethanol production from
ABSTRAK
Salah satu jenis tanaman yang telah lama berkembang di wilayah nusantara adalah pepaya. Diantara
susunan buah pepaya yang diduga memiliki potensi yang cukup besar dan belum banyak dikembangkan adalah
pada bijinya yaitu terdapat kandungan minyak dan protein yang cukup tinggi. Dalam berat kering, biji pepaya
mengandung minyak 32,97%. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengambil minyak dari biji
pepaya adalah ekstraksi. Metode ini sangat mudah karena dapat dilakukan pada tekanan atmosferis dan suhu
didih pelarutnya. Salah satu pelarut yang dapat digunakan adalah alkohol karena lebih murah, pemisahannya
dari minyak cukup mudah, tidak bersifat racun, bersifat inert (tidak reaktif) sehingga tidak bereaksi dengan
komponen minyak biji pepaya dan kelarutan minyak dalam alkohol yang cukup tinggi.
Sebelum diekstraksi, biji pepaya dibersihkan, dikeringkan dibawah sinar matahari, digiling dan diayak
halus (tepung biji pepaya). Tepung biji pepaya selanjutnya ditimbang dengan berat tertentu (variabel)
dimasukkan dalam alat ekstraksi, dan ditambahkan pelarut alkohol 95%. Hasil yang didapat selanjutnya
disaring untuk dipisahkan padatan dan cairannya. Filtrat yang didapat selanjutnya dimasukkan kedalam alat
distilasi untuk dipisahkan antara minyak dengan alkohol. Minyak yang didapat selanjutnya dipanaskan sampai
didapat berat konstan dengan asumsi alkohol yang terdapat dalam minyak sudah teruapkan seluruhnya. Minyak
biji pepaya yang diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut alkohol dengan kadar 95%, kondisi
opeasi terbaik adalah pada waktu ekstraksi 120 menit, perbandingan berat bahan dengan volum 1 : 5 pada suhu
ekstraksi 780C. Pada kondisi tersebut didapatkan hasil minyak biji papaya sebesar 3,1 gram.
2.9
2.8
2.7
2.6
80 100 120 140 160 180 200
wa k t u e k st r a k si ( m e n i t )
1.0000
0.5000
p e r b a n di ng a n be r a t so l i d d e n ga n v ol um a l k o ho l
Budiani, S. E., 22 januari 2009, Pemodelan
ekstraksi pada cair dalam kolom
Gambar 2. Grafik hubungan antara perbandingan
unggun tetap berdasarkan teori
berat solid dengan volum alkohol
perkolasi, ,
terhadap berat minyak terambil
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=brows
e&op=read&id=itb-s2-tk-2000-
Dari daftar 3 dan gambar 2 dapat dilihat
ShantyEga-cair&q=Operasi,
semakin banyak jumlah solid yang ditujukkan
Brown, G.G., 1958, Unit Operations, Modern
dengan semakin kecil angka perbandingan, semakin
Asia Edition, pp. 277, John Willey and
besar jumlah minyak yang dapat terambil. Hal ini
Sons, Inc., New York
disebabkan karena semakin besar jumlah bahan
Chan, Ir., Hev R.A., Thang, C.S., Okazaki, E.N.
baku yang berarti ketersediaan minyak semakin
and Ishizaki, S.M., 1978, Compotition of
banyak. Hal ini berpengaruh pada hasil minyak
Papaya Seed, J. Food Sci 43, pp. 225-
yang terambil. Tetapi pada saat tertentu berat solid
256, IFT Scientific Editor, West Lafayet,
yang semakin besar tidak mempengaruhi berat
USA
minyak yang terambil. Hal ini terjadi karena
Hadiwityato, S., 1992, Pemanfaatan Biji Pepaya
semakin banyak jumlah solid kontak antara pelarut
Carica Papaya L Untuk Bahan
dengan bahan padat menjadi kurang sempurna,
Makanan, Penelititan Tanaman Obat di
sehingga jumlah minyak yang terambil tidak
Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia
optimal. Didalam penelitian ini hal tersebut terjadi
edisi ke-4, Pusat Penelitian dan
pada perbandingan solid dengan volum alkhol
Pengembangan Farmasi BadanPenelitian
sebesar 1/18.18 atau 11 gram bahan padat dalam
dan Pengembangan Kesehatan
200 mL alcohol. Kondisi terbaik pengambilan
Departemen Kesehatan Republik
minyak terjadi pada perbandingan solid dengan
Indonesia, Jakarta
alcohol 1/20 atau 10 gram bahan padat dalam 200
Herawati, D.A. dan Setyowati, T., 2006,
mL alcohol dengan berat minyak terambil sebanyak
Penurunan Angka Asam Lemak Bebas
3.2160 gram.
(FFA) dan Angka Peroksida Minyak
Pada gambar 2 terlihat, trend grafik
Goreng Bekas dengan Buah
menunjukkan persamaan
Mengkudu, Jurnal Ilmiah Kimia dan
Y =-0.0167 X2 + 0,3398 X + 1.6405
Teknologi, Vol.1, No.2, Januari 2006,
Jika persamaan ini digunakan untuk menghitung
hlm.112-116
kembali berat minyak terambil dengan data
(http://balittro.litbang.deptan.go.id/index.php?optio
perbandingan berat solid, maka diperoleh ralat rata-
n=com_content&task=view&id=67&Itemi
rata sebesar 1.77%.
d=44)
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1949, Encyclopedia
5. SIMPULAN
of Chemical Technology, 3 rd ed., pp.
808, John Willey and Sons Inc., New York
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
Rukmana, R., 1994, Pepaya Budidaya dan Pasca
1. Minyak biji pepaya dapat diperoleh dengan
Panen, Kanisius, Jakarta
cara ekstraksi menggunakan pelarut alkohol
dengan kadar 95%.
Sudarmaji, S., Haryono, B. dan Suhardi, 1996,
2. Kondisi opeasi terbaik adalah pada waktu
Prosedur Analisa Untuk Bahan
ekstraksi 120 menit, perbandingan berat
Makanan dan Pertanian, Edisi kedua,
bahan dengan volum 1 : 5 pada suhu
Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta
ekstraksi 780C.
Sulistyo, H., 1998, Analisa Kimia Bahan
3. Pada kondisi tersebut didapatkan hasil
Organik, Gadjah Mada University Press,
minyak biji papaya sebesar 3,1 gram.
Yogyakarta
Abstrak
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, selain untuk obat-obatan, bahan pangan maupun juga
digunakan sebagai bahan aroma. Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar sebagai penghasil
minyak atsiri termasuk minyak atsiri dari biji kapulaga. Perkembangan berbagai industri dalam negeri membuat
kebutuhan minyak atsiri dan turunannya semakin meningkat baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Penelitian
ini mempelajari pengaruh waktu distilasi, dan ukuran bahan serta volume air distilasi dalam pengambilan miyak
atsiri dari bahan kapulaga. Penelitian ini menggunakan bahan kapulaga yang berasal dari biji dan kulit kapulaga
yang telah dikeringkan. Berat kapulaga yang digunakan 80 gram yang telah dihaluskan dengan ukuran 60 mesh,
80 mesh dan 100 mesh dengan volume air bervariasi mulai 1 liter sampai 5 liter dengan waktu reaksi 1 jam
sampai 4 jam. Pengambilan minyak atsiri dilakukan dengan metoda distilasi uap pada suhu 1000C. Hasil
penelitian didapatkan kondisi yang relatif baik yaitu waktu distilasi 4 jam, ukuran bahan 100 mesh, volume air 4
liter dengan minyak yang terambil 2,9786 gram.
Distilasi merupakan proses pemisahan menguap dan bersama-sama uap air naik ke arah
komponen yang berupa cairan dari dua macam pendingin lurus.
campuran atau lebih, berdasarkan titik didihnya. Tetesan pertama dari pendingin dianggap
Armando (2009), Dalam industri pengolahan sebagai waktu awal distilasi dan setelah waktu
minyak atsiri dikenal 3 macam sistim yaitu tertentu distilasi dihentikan. Distilat yang dihasilkan
penyulingan dengan air (water distillation), ditampung dalam penampung distilat yang
penyulinagn dengan air dan uap (water and steam dilengkapi dengan corong pemisah. Pemisahan
distillation), dan penyulingan uap (steam terjadi berdasarkan perbedaab berat jenisnya.
distillation). Minyak akan berada di bagian atas karena berat
Distilasi/Penyulingan dengan air merupa-kan jenisnya lebih kecil dari berat jenis air.
metode paling sederhana dibanding dua metode Percobaan diulangi dengan variasi waktu dan
lainnya. Pada metode ini, bahan yang disuling volume air yang berbeda. Hasil minyak yang
dicampur dengan air dalam ketel. Metode ini cocok diperoleh ditampung dalam botol lalu ditimbang
untuk penyulingan bahan berbentuk tepung dan serta dianalisa hasil minyaknya.
bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan
jika terkena panas yang tinggi. Namun karena Hasil dan Pembahasan
dicampur menjadi satu, selain waktu untuk distilasi Pengaruh waktu distilasi dan ukuran bahan
lama juga jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan terhadap minyak atsiri yang dihasilkan dapat dilihat
rendah. pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Pada metoda water and steam distillation
(sistem kukus) bahan diletakkan di atas piringan Tabel 1. Pengaruh waktu distilasi dan ukuran bahan
berlubang yang terletak beberapa sentimeter di atas terhadap minyak atsiri yang dihasilkan
permukaan air yang masih berada dalam satu ketel. ( Berat bahan 80 gram, suhu 1000C )
Kelebihan metoda ini uap dapat masuk merata ke
bahan, suhu dapat dipertahankan sampai 1000C, Waktu Ukuran Bahan (mesh)
lama waktu distilasi relatif lebih singkat, rendemen No (jam) 60 80 100
minyak lebih besar dan mutunya lebih baik
dibanding dengan minyak hasil sistem distilasi air. 1 1 1,2132 1,3568 1,4164
Metode Distilasi Uap, air sebagai sumber uap 2 2 1,5852 1,6426 1,9306
panas terdapat pada ketel yang letaknya terpisah
3 3 1,9902 2,1743 2,5972
dengan bahan yang akan didistilasi. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari 4 4 2,5561 2,7100 2,9786
tekanan udara luar. Metoda ini baik jika digunakan
untuk mendistilasi bahan baku minyak atsiri berupa
kayu, kulit batang, maupun biji-bijian yang relatif 3.5
keras. 3
bahan maka luas permukaan kontak bahan dengan 3. Kondisi yang relatif baik yaitu pada waktu
uap air makin besar. distilasi 4 jam, ukuran bahan 100 mesh,
Kondisi yang relatif baik didapat pada wktu 4 volume air 4 liter dengan minyak yang
jam, ukuran bahan 100 mesh dengan minyak yang terambil 2,9786 gram.
dihasilkan sebanyak 2,9786 gram.
Volume 2 Lt
2.0 Volume 3 Lt
Volume 4 Lt
1.5 Volume 5 Lt
1.0
0.5
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu Distilasi ( Jam )
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah :
2. Minyak atsiri dari biji kapulaga dapat diambil
dengan metode distilasi uap.
Oni Yuliani
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta
oniyuliani@yahoo.com
Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang merupakan produk pertanian dan banyak
terdapat di Indonesia adalah kunyit. Bahan yang dimanfaatkan dari kunyit adalah akar tinggal (rhizome). Akar
tinggal ini mempunyai sifat spesifik, warnanya akan berubah sesuai dengan pH lingkungannya. Zat warna
(kurkumin) yang terdapat pada tanaman kunyit ini dapat diambil dengan cara ekstraksi dan larutan ekstraknya
dapat dijadikan sebagai indikator keasaman alami karena dapat berubah warna
Sebelum diekstraksi kunyit dikupas, dicuci, diiris tipis, dan dikering kan. lalu diblender menjadi
ukuran kecil kemudian diayak hingga didapat ukuran yang diinginkan. Hasil ekstraksi kemudian di uapkan
(didistilasi) untuk memisahkan kurkumin dari pelarutnya. Larutan kurkumin lalu di gunakan sebagai indikator
titrasi. Dari hasil yang terbaik kemudian dibuat larutan indicator kurkumin dengan konsentrasi tertentu untuk
menitrasi NaOH 0,1 N dan HCL 0,1 N
poli-fenol dan menjadikan warna kuning pada pelarut aseton, heksana atau etilen khlorida
turmeric. Kurkumin ada dalam bentuk paling (Djubaedah, 1989)
sedikit dua bentuk tautomerik, keto dan enol.
Bentuk enol lebih stabil energinya pada fase padat METODE PENELITIAN
dan fase larutan. Kurkumin dikenal karena sifat Kunyit kuning yang dipergunakan pada
antitumor dan antioksidan yang dimilikinya penelitian ini berupa rimpang kunyit kuning basah ,
(http://id.wikipedia.org/ wiki/ Kunyit ). yang sudah dikupas, dicuci, diiris tipis, dan
Senyawa utama yang terkandung dalam dikering kan. lalu diblender menjadi ukuran kecil
tanaman kunyit kuning adalah kurkuminoid yang kemudian diayak hingga didapat ukuran yang
memberi warna kuning pada kunyit. Zat warna ini diinginkan. Isolasi kurkuminoid yang terkandung
mempunyai sifat yang spesifik, warnanya akan dalam rimpang kunyit kuning kering menggunakan
berubah (sesuai dengan pH) dari suasana asam metode ekstraksi dengan pelarut etanol. Sejumlah
sampai suasana basa, sehingga dapat dimanfaatkan kunyit kering di ekstraksi dengan waktu tertentu,
sebagai indikator titrasi asam basa alami karena hasil ekstrak didistilasi (diuapkan) untuk
dapat berubah warna jika terjadi perubahan pH. memisahkan kurkumin dari pelarutnyak hingga
Setiap indikator asam-basa mempunyai trayek diperoleh suatu residu berupa kurkumin. Larutan
perubahan warna sendiri-sendiri. Beberapa contoh kurkumin yang dihasilkan digunakan untuk
indikator dapat dilihat pada Tabel 1 (Harjadi, 1993) menitrasi NaOH, HCl, sampai terlihat ada
perubahan warna.
Tabel 1. Trayek pH beberapa indikator
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Indikator Trayek Warna Pengaruh ukuran bahan dan waktu ekstraksi
pH terhadap kemampuan indikasi ekstrak kunyit dapat
Metil Jingga 3,0 - 4,4 Merah - jingga dilihat pada tabel 3 dan gambar. 1. Pengambilan
Metil Merah 4,2 - 6,2 Merah - kuning kurkumin dilakukan dengan cara ekstraksi
Bromotimol Biru 6,0 - 7,8 Kuning biru menggunakan pelarut alkohol dengan konsentrasi
Fenolftalein 8,0 - 9,2 Tidak berwarna 96%, pada suhu operasi 780C, berat serbuk kunyit
- merah 40 gram
Tabel 3. Pengaruh ukuran bahan serbuk kunyit.
Tabel 2. adalah perubahan warna dari zat warna Dan waktu ekstraksi terhadap kemampuan
kurkumin (Kusumopradono, 1990) indikasi ekstrak kunyit
Tabel 2. Perubahan warna dari zat warna Waktu Kemampuan Indikasi (ml)
Kurkumin Ekstraksi
(menit)
pH Larutan Warna 50 Mesh 100 Mesh 150 Mesh
4,5 Kuning muda pucat 25 9.66 8.96 7.80
6,7 Kuning 50 9.12 8.37 7.52
7,2 Kuning merah 75 8.60 7.80 7.09
7,5 Kuning merah coklat 100 7.77 6.85 6.10
8.0 Kuning coklat 125 6.90 6.18 5.45
8,3 Kuning coklat
8,5 Kuning coklat
9,7 Coklat kemerahan
9,9 coklat
8 1 2 3
7 1% - - -
6
2% - # #
3% # ## ##
5
4% ## ## ###
4 5% ### ### ####
3
2 Keterangan :
- = tidak terjadi perubahan warna
1
# = terjadi perubahan warna (tidak jelas)
0 ## = terjadi perubahan warna (cukup jelas)
0 25 50 75 100 125 150 ### = terjadi perubahan warna (jelas)
Waktu Ekstraksi (menit) #### = terjadi perubahan warna (sangat jelas)
ABSTRAK
Keberadaan air panas di Parangwedang merupakan salah satu manifestasi gejala panas bumi yang
mungkin berasosiasi dengan keberadaan intrusi batuan beku yang terjadi pada Jaman Tersier atau Miosen
Bawah. Hidrokimia air panas tersebut ditentukan oleh imbuhan serta proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Batuan samping yang diterobos magma yang berfungsi sebagai akifer di daerah penelitian adalah Formasi
Nglanggran. Oleh karenanya, batuan dari Formasi Nglanggran yang dilalui airtanah akan berpengaruh pada
komposisi kimia air panas ini. Hubungan antara komposisi kimiawi / mineralogi batuan samping dengan
hidrokimia mataair panas tersebut perlu dikaji untuk mengetahui geologi air panas ini.
Metode penelitian diawali dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang berupa hasil
penelitian geologi di daerah Parangwedang dan sekitarnya. Data primer diambil langsung di lapangan dengan
melakukan survai hidrogeologi disertai dengan pengambilan contoh batuan dan air panas di Parangwedang.
Analisis kimia terhadap contoh air panas dikompilasikan dengan analisis petrografi batuan diharapkan akan
memberikan gambaran komposisi kimiawi batuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mataair panas yang muncul di Parangwedang dikontrol oleh
porositas antar butir dan rekahan / kekar. Batuan samping yang merupakan Formasi Nglanggran memiliki
pengaruh terhadap keberadaan beberapa unsur kimia pada air panas yang diteliti. Komposisi dominan yang
berupa ion klorida dapat dipasok dari hornblende dan gelas vulkanik yang terdapat cukup melimpah pada satuan
breksi, lava dan intrusi andesit Formasi Nglanggran. Namun, air panas dengan tingkat keasinan yang merupakan
air asin dan tipe kimia berupa kalsium natrium klorida menunjukkan bahwa proses hidrokimia seperti evolusi,
percampuran / mixing dan intrusi air laut sangat dominan dalam mempengaruhi hidrokimia air panas tersebut.
terhadap komposisi kimiawi airtanah di daerah Airtanah pada batuan endapan mempunyai
tersebut. kualitas yang beragam mulai dari air yang asin
sampai air yang kandungan jumlah garam
Geologi Daerah Parangwedang terlarutnya kurang dari 100 ppm. Airtanah yang
Daerah Parangwedang dan sekitarnya letaknya jauh di bawah permukaan bumi
terdapat di perbatasan zona fisiografi Pegunungan mempunyai kadar yang semakin jelek. Kualitas
Selatan dengan dataran rendah Yogya Bantul. airtanah pada batupasir umumnya beragam
Air panas Parangwedang dijumpai di ujung barat tergantung pada komposisi mineral, kedalaman
laut dari Zona Pegunungan Selatan ini. Zona akifer, jauh dekatnya pengaliran dan sebagainya
Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran tetapi pada umumnya berupa airtanah yang
YogyakartaSurakarta di sebelah baratutara, kualitasnya baik (Suharyadi, 1984).
sedang di sebelah timur oleh Waduk Matthess (1982) mengatakan bahwa
Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan karakteristik airtanah pada batupasir umumnya
oleh Lautan India. Di sebelah barat antara Dataran memiliki TDS yang tergantung dari material
Yogyakarta dengan Pegunungan Selatan dibatasi batupasir. TDS yang rendah bisa diakibatkan oleh
oleh Sungai Opak, sedangkan di bagian utara air hujan.
berupa Gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Hidrokimia airtanah dapat dilihat dari
Selatan ini membujur dengan dimensi melengkung komposisi kimia yang terkandung dalam airtanah.
sepanjang barat hingga timur. Zona Pegunungan Komposisi kimia ini mempengaruhi kualitas
Selatan ini dapat dibagi menjadi tiga Subzona airtanah. Kualitas airtanah dipengaruhi oleh
(Harsolumakso dkk., 1997, dalam Bronto dan material batuan yang dilaluinya. Davis dan De
Hartono, 2001), yaitu Subzona Baturagung, Wiest (1966) mengatakan bahwa perkembangan ion
Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. pada airtanah tergantung pada mineral availability
Soladopo (2007) telah melakukan pemetaan dan mineral solubility-nya. Peneliti tersebut juga
geologi di daerah Parangwedang dan sekitarnya. mengungkapkan hubungan antara ion-ion penyusun
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa daerah airtanah dengan mineral batuan. Tabel 2 secara
penelitian tersusun atas endapan vulkaniklastik ringkas menjelaskan beberapa komposisi kimia
Merapi, endapan hasil rombakan batuan (endapan airtanah dan kemungkinan sumber mineral / batuan
talus) dan endapan gumuk pasir pantai yang yang mempengaruhinya.
berumur Kuarter serta batuan yang berumur Domenico & Schwartz (1990) mengatakan
Tersier. Selanjutnya, peneliti tersebut mengatakan bahwa beberapa padatan inorganik dan organik,
bahwa daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan cairan organik dan gas-gas dijumpai dalam
batuan Tersier dan 6 satuan endapan Kuarter. airtanah. Keragaman zat terlarut dalam airtanah
Beberapa satuan batuan yang diinterpretasikan dapat terjadi. Kandungan inorganik terlarut
berhubungan erat dengan kemunculan air panas di diklasifikasikan sebagai komponen utama dengan
Parangwedang antara lain satuan breksi andesit konsentrasi >5 mg/l, kandungan minor dengan
Nglanggran, satuan lava andesit Nglanggran serta konsentrasi < 0,01 mg/l (Davis & De Wiest, 1966).
satuan intrusi andesit Nglanggran (Tabel 1). Analisis terhadap airtanah umumnya dilakukan
untuk mengetahui komponen mayor dan minor.
Pengaruh Batuan terhadap Hidrokimia Komposisi airtanah bervariasi dalam proses
Airtanah alirannya. Kandungan kimia ini juga mengalami
Matthess (1982) mengatakan bahwa kualitas perubahan / evolusi selama airtanah bergerak di
airtanah dipengaruhi oleh material akifer karena bawah permukaan. Dari sudut pandang geokimia,
perubahan diagenetik yang terjadi selama airtanah urutan evolusi anion sangat ditentukan oleh
melewati akifer tersebut, misalnya karena berbagai ketersediaan dan kelarutan mineral. Kandungan
proses hidrokimia. Proses-proses itu antara lain HCO 3 - dalam airtanah umumnya berasal dari CO 2
adalah disolusi hidrolisis presipitasi, adsorpsi, zone tanah dan dari disolusi kalsit / dolomit. Karena
pertukaran ion, reduksi oksidasi, kalsit dan dolomit terdapat dalam jumlah cukup
percampuran/mixing, membran filtrasi maupun besar pada hampir semua cekungan sedimen dan
metabolisme mikrobiologi. Komposisi kimia karena mineral ini cepat larut, HCO 3 - hampir
airtanah tergantung pada komposisi kimia air di selalu merupakan anion dominan pada daerah
daerah imbuhan serta reaksi-reaksi yang terjadi imbuhan (Freeze & Cherry, 1979).
pada sistem aliran tersebut. Parameter pH yang berhasil diukur di
Kualitas airtanah merupakan suatu sistem lapangan terhadap mataair panas di pemandian air
bersama dengan komponen-komponen sistem lain panas Parangwedang adalah sebesar 7,28,
yang saling berinteraksi sehingga sangat mungkin sedangkan dari hasil uji laboratorium sebesar 6 7
terjadi perbedaan-perbedaan kualitas airtanah di (BTKL, 1998; Tabel 3). Sementara itu pH air panas
setiap tempat (Suharyadi, 1984). Walaupun dari sumur gali diketahui sebesar 7,3 dari hasil uji
demikian, secara umum kualitas airtanah di BTKL (2008; Tabel 4). Hal tersebut
mempunyai sifat yang khas di setiap jenis batuan. menunjukkan bahwa air panas yang diteliti
merupakan air yang netral. Dengan melihat nilai sumber silika, natrium, magnesium, besi dan
DHL dan besarnya kandungan Cl-nya maka air kalium seperti pada fragmen andesit.
panas yang diteliti merupakan air asin. - Fragmen batuan yang berupa pecahan batuan
Unsur-unsur yang didapatkan dalam jumlah beku berfungsi sebagai pemasok unsur silika,
sedikit dalam air panas yang diteliti, seperti K, Mg, besi, magnesium, kalsium, natrium, serta
SO 4 , B, Al, Fe tidak mudah dikorelasikan dengan kalium.
komposisi kimia / mineralogi batuan samping. - Piroksen dapat menambah unsur besi,
Kebasaan CaCO 3 yang rendah juga menunjukkan magnesium, kalsium, natrium maupun kalium.
tidak ada / sedikitnya batuan karbonat yang - Mineral opak dan gelas vulkanik dapat
berpengaruh dalam menentukan komposisi kimia bertindak sebagai pemasok beberapa unsur
air panas yang diteliti. sama seperti yang telah dijelaskan pada fragmen
Walaupun proses hidrokimia sangat andesit di atas.
dominan menentukan kaakteristik kimiawi air
panas di Parangwedang, namun dalam penelitian ini 2. Satuan Lava Andesit Nglanggran
ingin dikaji pengaruh litologi batuan samping Satuan lava andesit memiliki komposisi
terhadap hidrokimia air panas ini. Air panas ini batuan andesit, dengan komposisi mineral tersusun
sangat mungkin berasal dari imbuhan air hujan oleh plagioklas, hornblende, piroksen, kuarsa,
masa kini, berada pada akifer dangkal, kemudian mineral opak dan gelas vulkanik.
terpanasi oleh gas volkanik yang terkait dengan - Plagioklas, piroksen, mineral opak dapat
keberadaan intrusi pada Formasi Nglanggran. berfungsi sebagai pemasok beberapa unsur
Namun demikian, asal-usul (origin) air panas ini kimia seperti telah diterangkan pada fragmen
perlu diteliti lebih lanjut. Untuk mendukung hal itu, andesit pada satuan breksi andesit.
maka perlu dilakukan penanggalan (dating) dari - Kuarsa merupakan sumber unsur silika yang
umur air panas ini. potensial karena mineral ini umumnya hanya
Dengan menganggap bahwa air panas ini mengandung silika, kecuali jika ada mineral-
merupakan air meteorik yang keluar melalui celah- mineral pengotornya.
celah, baik pori maupun retakan pada batuan dari - Hornblende juga dapat menambah unsur silika,
Formasi Nglanggran, maka berikut ini akan besi, magnesium, kalsium, natrium ataupun
diuraikan kajian komposisi kimia batuan formasi kalium serta klorida.
ini dalam kaitannya dengan komposisi kimiawi air
panas yang diteliti. 3. Satuan Intrusi Andesit Nglanggran
Satuan ini terdiri dari andesit, dengan
1. Satuan Breksi Andesit Nglanggran komposisi mineral plagioklas, piroksen, mineral
Satuan ini disusun oleh breksi, dengan opak dan gelas vulkanik. Berbagai macam mineral
fragmen berupa andesit dan matriksnya adalah tersebut dapat bertindak sebagai sumber silika, besi,
batupasir tuf (Gambar 2). Fragmen andesit magnesium, kalsium, natrium, kalium, sulfat,
memiliki komposisi mineral yang terdiri dari maupun klorida.
plagioklas, mineral opak dan gelas vulkanik : Namun perlu dicatat dalam tulisan ini,
- Mineral plagioklas merupakan termasuk dalam walaupun Formasi Nglanggran didominasi oleh
keluarga mineral feldspar dan dapat menjadi batuan beku yang dapat memasok begitu banyak
sumber silika bagi airtanah yang melarutkannya. unsur silika, ternyata unsur ini tidaklah terlalu
Dengan komposisi plagioklas berupa andesin, dominan pada airtanah yang diteliti. Hal ini perlu
maka mineral ini dapat juga berfungsi sebagai dikaji lebih lanjut dengan melihat kapasitas
sumber natrium / sodium. Selain itu, kelarutan unsur ini. Silika merupakan mineral yang
magnesium, besi, dan kalium juga dapat sulit larut, apalagi pada suhu normal. Mineral
dihasilkan dari pelarutan mineral ini. dengan unsur dominan silika juga merupakan
- Mineral opak dapat berfungsi sebagai sumber mineral yang resisten dan sulit lapuk (ingat Deret
silika, besi, dan magnesium, kalsium, natrium Bowen dalam urut-urutan pelapukan batuan).
dan kalium. Unsur klorida yang sangat mendominasi
- Gelas vulkanik merupakan mineral yang dapat komposisi kimia air panas yang diteliti sangat
memberikan komponen kimiawi seperti : silika, mungkin dihasilkan terutama oleh penyusupan air
besi, magnesium, kalsium, natrium, kalium, laut. Namun, pelapukan hornblende dan gelas
serta sebagian kecil klorida. vulkanik dapat menyumbang sebagian unsur ini
Matriks breksi andesit berupa batupasir tuf, sehingga klorida dalam air panas yang diteliti
dengam komposisi mineral tersusun oleh feldspar, semakin berlimpah. Selain itu, kehadiran beberapa
fragmen batuan, piroksen, mineral opak dan gelas ion mayor yang dominan juga membuktikan adanya
vulkanik. proses evolusi hidrokimia maupun percampuran /
- Mineral plagioklas yang didominasi oleh mixing dalam sistem aliran airtanah di daerah
andesin dalam batuan ini juga berfungsi sebagai penelitian.
Tabel 1. Kolom litologi satuan breksi andesit Nglanggran (tidak dalam skala sebenarnya; Soladopo, 2007).
500
Tabel 2. Asosiasi mineral batuan dengan unsur kimia airtanah (modifikasi dari Davis & De Wiest, 1966 dan
Bowen, 1986).
No. Unsur
Sumber / asosiasi mineral dan batuan Keterangan
terlarut
1. Silika Feldspar, kuarsa, mineral lempung, batuan volkanik, Berkisar 1-30 mg/l tetapi bisa mencapai
batuan granitik, dan mineral-mineral ferromagnesian 100 mg/l; dalam air asin bisa mencapai
silikat, silika seperti rijang dan opal. 4.000 mg/l.
2. Besi Mineral penyusun batuan beku seperti amfibol, mika, Biasanya pada air yang jenuh gas / zona
mineral ferromagnesian, piroksen, pirit, magnesit, aerasi di bawah 0,5 mg/l. Airtanah yang
Fe 2 O 3 ; mineral lempung, biotit, garnet, batupasir, pH-nya <8 dapat mangandung 10-50 mg/l.
mineral bijih besi, oksida / sulfida besi.
3. Magnesiu Berasal dari tanah dan sedimen, batuan sedimen / Biasanya berkisar 0,210 mg/l.
m dolomit, mineral penyusun batuan beku (olivin, biotit,
hornblende, augit), batuan metamorf (serpentin, talk,
diopsid, tremolit).
4. Kalsium Terutama dari mineral dalam batuan sedimen asal laut Biasanya di bawah 100 mg/l; pada air asin
(kalsit, aragonit, dolomit, anhidrit, gypsum), hasil bisa mencapai >75.000 mg/l.
pelapukan batuan beku / metamorf (apatit, wolastonit,
fluorit, feldspar, amfibol, kelompok piroksen, olivin),
mineral lempung.
5. Sodium / Feldspar (albit), mineral lempung, hasil evaporasi / Pada umumnya di bawah 200 mg/l, 10.000
natrium halit, hasil pelapukan batuan beku / metamorf (nefelin, mg/l di air laut sampai 25.000 mg/l di air
sodalit, stilbit, natrolit, jadeit, glaukofan, aegirit). asin.
6. Potasium / Mineral lempung, mineral penyusun batuan beku / Biasanya di bawah 10 mg/l; pada mata air
kalium metamorf (ortoklas, mikroklin, mika, biotit, panas di atas 100 mg/l dan mencapai
feldspatoid, leusit, nefelin), evaporit (silvit, niter). 25.000 mg/l pada air asin.
7. Karbonat CO 2 dari atmosfer dan tanah, pelarutan batuan Kandungan karbonat biasanya di bawah
dan karbonat (batugamping dan dolomit), presipitasi 20 mg/l tetapi dapat > 50 mg/l pada air
bikarbonat CaCO 3 . bersodium.
Kandungan bikarbonat biasanya < 500
mg/l tapi dapat melebihi 1000 mg/l pada
air yang banyak mengandung CO 2 .
8. Sulfat Hasil oksidasi mineral sulfida pada batuan beku / Biasanya di bawah 300 mg/l kecuali pada
volkanik, presipitasi atmosferik, organic shales, mata air yang bersifat asam; di beberapa
endapan evaporasi, pirit, markasit, gas-gas di daerah air asin mencapai 20.000 mg/l.
volkanik.
9. Klorida - Air laut purba Biasanya di bawah 10 mg/l di daerah
- Endapan evaporasi (halit) pemukiman, di atas 1.000 mg/l di
- Hasil evaporasi hujan / salju beberapa daerah kering.
- Pelarutan atmosferik di daerah arid.
- Penyusupan air laut
- Batuan sedimen, sebagian kecil dari batuan
beku / metamorf.
10. Total zat Mineral terlarut dalam air. Biasanya di bawah 5.000 mg/l tetapi pada
padat air asin dapat mencapai 300.000 mg/l.
Tabel 3. Hasil analisis kimia mataair panas Parangwedang (BTKL DIY, 1998, dalam Nasruli, 2005).
Tabel 4. Hasil uji kimiawi air panas dari sumur gali di timur pemandian Parangwedang.
Sukartono
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
ABSTRAK
Jalan Wates km 22 dan sekitarnya adalah salah satu jalan di daerah Kabupaten Kulonprogo,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang selalu bergelombang, retak-retak, terjadi
amblesan dan cepat rusak bila dibanding dengan jalan di daerah lain. Tujuan studi sifat
pengembangan (Swealling) lempung sebagai dasar pondasi ini adalah untuk mengetahui
penyebab jalan menjadi cepat rusak, sehingga dapat membantu mengatasi masalah perbaikan
kondisi jalan dan merekomendasi cara-cara perbaikannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis mekanika tanah lempung untuk mengetahui sifat-
sifat keteknikannya. Daerah penelitian secara fisiografi termasuk Zona Solo, yang terendapkan material hasil
pelapukan yang sebagian besar batuan vulkanik. Secara geomorfologi termasuk dataran alluvial dengan
kelerengan 0 - 2 %. Jenis batuan yang tersingkap adalah endapan lempung.
Hasil analisis laboratorium mekanika tanah tersebut diketahui bahwa dasar pondasi jalan wates mempunyai
keaktifan tidak aktif tetapi mempunyai pengengembangan tingkat tinggi, dari jenis mineral lempung ilit.
Berdasarkan hasil tersebut penulis merekomendasikan beberapa alternatif cara perbaikannya, yaitu: lempung
abu-abu kehitaman sebagai dasar pondasi jalan di buat stabil dengan campuran kapur 7,5% untuk menurunankan
nilai sifat pengembangan dan diusahakan air hujan atau saluran irigasi tidak dapat masuk ke dalam lempung
sebagai dasar pondasi jalan, dengan cara saluran irigasi dibuat beton dan sawah disekitar jalan dibuat ladang.
Garis U
60 Montmorilonit Garis A
50
40 Ilite
Indek plastis
30 Kaolinit
20 Haloisit
10
Klorit
0
Batas cair
Gambar 4. Foto jalan ambles 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
4
Sangat Tinggi
3
Gambar 5. Foto lapisan-lapisan aspal
Tinggi
Aktifitas
2
Rendah
Sedang
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Persentase lempung ( < 0,002 mm)
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta,
Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta dan
Gambar 9. Foto sawah di timur jalan Wates CV. Geoteknika Indonesia yang telah memfasilitasi
untuk dapat di presentasikan di seminar RETII ke 4
di STTNAS Yogyakarta.
3. Geomorfologi jalur jalan dan sekitarnya terletak
pada dataran rendah dengan kelerengan 0 2 %,
sehingga sering terjadi banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. Z, Suyono, S.E., Pujono, 1994. Studi
Geoteknik Mengenai Kemantapan Jalan Raya
di Daerah Purwodadi, Proseding hasil-hasil
KESIMPULAN
penelitian Puslitbang Geoteknologi LIPI,
Lokasi penelitian di Jalan Wates km 22 dan
Bandung, Vol I:349-357
sekitarnya, Desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Wates, Propinsi Daerah Istimewa Anwar, H.Z, Djakamihardja, A.S., 1995,
Yogyakarta. Penyebaran dan Karakteristik Teknik Lempung
Secara fisiografi daerah penelitian Ekspansif di Daerah Purwodadi Jawa Tengah,
termasuk Zona Solo, yang terendapkan Proseding Kongres Ahli Ilmu Kebumian
material hasil pelapukan sebagian besar batuan (KAIKNAS), Yogyakarta 6-7 Desember, P:
vulkanik. Morfologi jalur jalan dan sekitarnya 495-498.
terletak pada dataran rendah dengan kelerengan Bemmelen, R.W. Van., 1970. The Geologi of
0 2 %, sehingga sering terjadi banjir. Indonesia; General of Indonesia and Adjacent
Geohidrologi secara umum mempunyai aliran Arhipelagoes. Vol. IA. Ed.II. The Netherlands:
air bawah permukaan ke arah utara, jenis the Government Printing Office, The Hague.
batuan yang tersingkap adalah endapan Bowles, 1991,Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah
lempung. , Erlangga Jakarta
Bjerrum, L. and Skempton, A. M., (1960), From
Hasil analisis laboratorium mekanika
Theory to practice in Soil Mechanic, John
tanah lempung tersebut mempunyai kadar air
Wiley and Son, Inc., New York.
81,2 %, batas cair 80,7 %, plastis limit 45 %,
Djakamihardja, A. S., dan Anwar, H. Z, 1995. Studi
indek plastis 35,70 %, Flow Index 21, berat
Geologi Teknik di Daerah Lempung Ekspansif
jenis 2,567, batas susut 10,650 dan analisis
Purwodadi, Proseding seminar sehari,
saringan menunjukkan 63,46% yang lolos
Geoteknologi dalam indutrialisasi, Puslitbang
saringan 200, keaktifan lempung termasuk
Geoteknologi LIPI: 457 - 466
tidak aktif, dan mempunyai sifat
pengembangan tinkat tinggi dari jenis mineral Dun.I,S., Anderson, L.R. Kiefer, F.W., 1980,
ilit. Dasar-dasar Analisis Geoteknik, Terjemahan
IKIP Semarang Press, Cetakan I, 1992 ISBN,
Penyebab rusaknya jalan di interpretasikan dari
979-8107-79-9
lempung abu-abu kehitaman dari mineral ilit telah
terjadi kontak dengan air sehingga mengembang Holtz, R.D., and Kovacs, W. D., 1981, An
dan mendesak keatas jalan beraspal, maka akan Introduction to Geotechnical Engineering,
terjadi jalan retak-retak, bergelombang dan ambles. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
York.
SARAN
Cara mengatasi kondisi jalan Wates km 22 dan
sekitarnya adalah sebagai berikut :
1. Litologi lempung abu-abu kehitaman dari
mineral ilit sebagai dasar pondasi jalan di buat
stabil dengan campuran kapur 7,5 %, untuk
penurunan nilai pengembangan .
Oleh:
Hita Pandita *, Yahdi Zaim**
*Program Studi T. Geologi, STTNAS Yogyakarta, Jl. Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281, e-
mail: hita@indo.net.id
*Mahasiswa S.3, Program Studi T. Geologi, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha no. 10, Bandung, 40132
**Program Studi T. Geologi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10, Bandung, 40132, e-mail:
zaim@gc.itb.ac.id
ABSTRAK
Kajian paleoekologi sangat menarik untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran hubungan antara
fosil dengan lingkungan pengendapannya. Pemahaman terhadap paleoekologi akan dapat membantu mengetahui
sejarah geologi suatu daerah dengan lebih akurat. Fosil Moluska merupakan salah satu parameter yang baik
untuk dipergunakan dalam penentuan paleoekologi dari suatu batuan.
Formasi Pucangan di Zona Kendeng merupakan formasi yang kaya akan kandungan fosil Moluska. Fosil
Moluska tersebut terdapat pada tiga perlapisan batuan yang dikenal dengan tiga Horison Moluska. Salah satu
horison dapat dijumpai di daerah Kabuh, Kabupaten Jombang. Namun belum ada yang menggunakan kandungan
fosil moluska tersebut untuk penentuan paleoekologinya. Untuk itulah maka paleoekologi dari moluska di daerah
tersebut menarik untuk dijadikan obyek penelitian.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana paleoekologi Formasi Pucangan dengan menggunakan
data fosil moluska. Kajian ini diharapkan memberikan gambaran perkembangan sedimentasi dari Formasi
Pucangan. Metode yang dipergunakan adalah pembuatan penampang stratigrafi terukur, analisa kandungan fosil
moluska dan analisa sedimentologi.
Hasil kajian memberikan gambaran bahwa terdapat dua asosiasi moluska yang berkembang di derah
penelitian, yaitu: Corbula-Ostrea, dan Arca-Ostrea. Dari asosiasi tersebut dikombinasikan dengan data
sedimentologi dijumpai dua paleoekologi, yaitu: Brackish-marine lower deltaic plain dan Marine lower deltaic
plain.
Kata Kunci: Moluska, Paleoekologi, Pucangan, Lingkungan pengendapan
ABSTRACT
Study of paleoecology is interesting, because it will give some information about connectivity of fossil and
their environment. The understanding of paleoecology will be help for knowing historical geology to some area.
Mollusk fossil is ones parameter for interpretation of paleoecology.
Pucangan Formation where find in Kendeng Zone is a formation contained mollusk fossils. The Mollusk
fossils are finding at three layers which known as three Mollusk Horizons. Ones of horizon is finding at Kabuh
area, Jombang Region. Jombang and Mojokerto are area where we can find the out crops of Mollusk Horizons.
Unfortunately, it was very little who taken attention in the study of paleoecology and sedimentary environments
based on the mollusk faunas. So paleoecology of Mollusk is interesting to become as object of research.
The aim of this study is to understanding paleoecology of Pucangan Formation based of mollusk fossil. This
study would be some reasonable of sedimentation succession of Pucangan Formation. The methods are
stratigraphic measurement, mollusks contain analyze, and sedimentology analyze.
The result is two mollusk associations have developed at this area, they were: Corbula-Ostrea and Arca-
Ostrea. Based of two association it could be reconstruct two paleoecology, there are: Brackish-marine lower
deltaic plain and Marine lower deltaic plain.
Key words: Mollusk, Paleoecology, Pucangan, Paleoenvironment.
LAUT JAWA U
Mur ia
Rembang 0 100 200 km
Pekalongan ZONA REMBANG
Semarang
SERAYU Ungar an ZONA MADURA
ZONABOGOR UTARA
Sindor o
ZONA RANDUBE
LATUNG
Slamet Sumbing KENDENG
Mer babu Sr agen
Ngawi
SERAYU SELATAN Lawu Pandan SELAT MADURA
PROGO Mer api Madiun
BARAT Wilis Arjuno
Yogyakar ta Anjasmoro Bromo
Argopuro Balur an
ZONA P Butak
EGUNUN Semeru Lamongan
GAN SEL Raung
Gunungapi Kuarter ATAN Ijen
BALI
Dataran Aluvial Pantai jawa bagian Utara
Antiklinorium Rembang - Madura
Antiklinorium Bogor - Serayu Utara - Kendeng
Pematang dan Dome Pada Pusat Depresi
Stratigrafi
Perkembangan stratigrafi zona Kendeng sudah
banyak dibahas oleh para ahli geologi/stratigrafi.
Duyfjes (1938) yang pertama kali menghasilkan
peta geologi daerah Kendeng serta tataan stratigrafi.
Sartono, dkk (1981, dalam Pandita, 2003) yang
membahas tentang umur dari Homo
modjokertensis yang ditemukan di zona
Kendeng, serta Zaim (1981, dalam Pandita, 2003)
yang mencoba memberikan revisi stratigrafi zona
Kendeng, khususnya pada Formasi Pucangan dan
A Formasi Kabuh. Pringgoprawiro (1983)
U Skala memberikan ulasan biostratigrafi dari Cekungan
0 1 km Jawa Timur Utara termasuk di dalamnya Zona
Kendeng. Dari hasil penelitian mereka tersebut,
terdapat beberapa perbedaan terutama di dalam
penentuan umur dari tiap-tiap formasi (Tabel 1).
TIL
PLEISTOSEN
N 22
BAWAH FASIES FASIES
PUCANGAN
Tabel 1. Stratigrafi Regional Zona Kendeng dari beberapa peneliti (Pandita, 2003)
Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh dua Pucangan, dengan lapisan moluska yang dijumpai
formasi yaitu Formasi Pucangan yang tertua termasuk dalam horison moluska II (van Altena,
kemudian di atasnya diendapkan Formasi Kabuh. 1938). Ketebalan Formasi Pucangan yang dijumpai
Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih di lapangan mencapai 11,5 meter.
terkonsentrasi pada Formasi Pucangan yang Pada bagian bawah yang merupakan fasies
berdasarkan hasil dari beberapa penelitian lempungan (Duyfjes, 1938) terdiri atas perselingan
didapatkan umur Pliosen Atas - Pleistosen Bawah batulempung dengan batupasir. Ketebalan terukur
(Duyfjes, 1938, dan Bemmelen, 1949,). Urut-urutan di lapangan mencapai 6 meter. Batulempung yang
stratigrafi di daerah penelitian dari tua kemuda dijumpai berwarna abu-abu, masif, dengan lensa-
adalah sebagai berikut. lensa batupasir. Batupasir yang dijumpai berwarna
Perkembangan Formasi Pucangan di bagian abu-abu, berukuran butir halus dengan struktur
barat dan di bagian timur daerah penelitian sedimen bioturbasi.
memperlihatkan variasi litologi yang agak berbeda. Di atas fasies perselingan batulempung dengan
Di bagian barat daerah penelitian, Formasi batupasir diendapkan secara selaras breksi
Pucangan yang dijumpai berupa fasies volkanik batuapung dengan ketebalan sekitar 5,5 m. Breksi
dengan sisipan tipis fasies marin. Pada bagian ini dicirikan oleh warna coklat kemerahan, struktur
bawah berupa perselingan antara batupasir dengan sedimen masif, dengan fragmen berukuran butir
batulempung yang masuk dalam fasies marin. kerikil sampai bongkah, dengan matrik berukuran
Batupasirnya berwarna abu-abu kebiruan dengan pasir sedang, serta kemas terbuka. Komposisi
ukuran butir halus, mempunyai kandungan fragmen tersusun oleh batuapung, batulempung,
karbonat kaya akan fosil moluska. Batulempung dan batuan beku. Duyfjes (1936, dalam van Altena,
yang dijumpai berwarna abu-abu kebiruan, 1938) dan Noya, dkk. (1992) memasukkan satuan
mengandung karbonat. batuan ini ke dalam Formasi Pucangan fasies
Sedangkan di bagian atasnya berupa breksi volkanik.
vokanik yang merupakan fasies volkanik. Pada Berdasarkan analisa umur dari beberapa
breksi volkanik ini tersusun oleh fragmen berupa penelitian terdahulu, Formasi Pucangan di daerah
batuapung, batuan beku, batulempung dan penelitian berumur Pliosen Pleistosen. Pada
batupasir. Struktur sedimen yang dijumpai adalah penelitian ini keempat sampel tidak menunjukkan
masif. kandungan foraminifera plangtonik.
Formasi Kabuh dijumpai selaras di atas
Formasi Pucangan. Formasi Kabuh diendapkan Data Paleontologi Moluska
secara bergradasi di atas Formasi Pucangan. Di daerah penelitian dari 7 lokasi pengamatan
Dicirikan oleh batupasir abu-abu, dengan struktur hanya 4 lokasi yang dilakukan pengambilan sampel
masif di bagian bawahnya dan berkembang menjadi untuk dianalisa kandungan fosil moluskanya. Ke 3
struktur silang-siur di bagian atasnya. Lingkungan lokasi yang lainnya secara pengamatan di lapangan
pengendapannya diperkirakan terbentuk pada tidak menunjukkan adanya kandungan fosil
fluvialtil. moluska.
Pada bagian bawah yaitu sampel KM0101
DATA secara stratigrafi dapat dikorelasikan dengan bagian
Data Sedimentologi bawah Horison Moluska II pada Formasi Pucangan
Lokasi berada di utara Desa Kabuh. Dua (van Altena, 1938). Kandungan fosil moluska yang
formasi di jumpai disini, yaitu Formasi Pucangan di dijumpai pada sampel ini baik dari jumlah
bagian bawahnya, serta Formasi Kabuh di bagian spesiesnya, maupun kelimpahan dari masing-
atasnya. Kontak keduanya dijumpai selaras. masing spesies tidak banyak (Gambar 2). Corbula
Formasi Pucangan yang dijumpai disini secara socialis merupakan spesies terbanyak pada sampel
stratigrafi termasuk dalam fasies perselingan ini dengan tingkat kelimpahan sedang. Spesies lain
batulempung-batupasir dan fasies volkanik. Duyfjes yang dijumpai berada dalam tingkat kelimpahan
(1938) memasukkan satuan ini kedalam fasies jarang antara lain Ostrea spp, Nuculana
lempungan dan fasies volkanik dari Formasi bantamensis, dan Pecten sp.2.
40
35
Jumlah kelimpahan
30
25
20
15 12
9
10
6 5
4 3 4
5 2 21 2 2
1 1 1
0
Spesies
Di atasnya pada sampel KM0102, jumlah taksa yang dijumpai tidak banyak berbeda dengan sampel
KM0101. Namun sedikit terjadi perubahan pada jenis taksa-taksa yang muncul. Ostrea spp tingkat
kelimpahannya meningkat menjadi sedang.
20
Jumlah Kelim pahan
16
15
10 10
10 9
5 4
3 3
2 2 22
1 1 1
Spesies
Peningkatan tingkat kelimpahan pada Ostrea spp. ini diikuti dengan kemunculan dari Ostrea lingula. Pada
sampel ini Corbula socialis mengalami penurunan tingkat kelimpahan menjadi jarang, dan Nuculana
bantamensis sudah tidak dijumpai lagi (Gambar 3).
35
31 30
30
Jumlah Kelimpahan
24 24
25
20
15
15
10 88
5 5 5 4 4
5 3 2 3 2 3
1 1 1 1
0
Spesies
Peningkatan jumlah taksa moluska yang Penamaan assosiasi didasarkan pada kelimpahan
muncul baru terjadi pada sampel KM0202, yang dari kandungan fosil moluska.
secara stratigrafi berada 1,2 m di atas sampel Setelah diketahui assossiasi moluska yang ada,
KM0102. Lebih dari 20 spesies muncul pada kemudian ditentukan paleoekologi dari masing-
sampel ini. Sampel ini ditandai dengan 4 spesies masing assosiasi tersebut. Penentuan paleoekologi
mencapai tingkat melimpah yaitu, Ostrea spp., lebih didasarkan pada metode paleosynecology dari
Ostrea lingula, Corbula socialis, dan assossiasi moluska yang ada ditunjang dengan data
Laevidentalium eburneum. Nuculana bantamensis sedimentologi serta paleontologi selain moluska.
yang tidak muncul pada KM0102 kembali muncul
pada sampel ini dengan tingkat kelimpahan sedang. Assosiasi Corbula-Ostrea
Sedangkan spesies-spesies lainnya kemunculannya Assosiasi ini dapat dijumpai pada sampel
hanya pada tingkat jarang (Gambar 4). KM0101, KM0102, dan KM0202. Assosiasi ini
Perubahan yang cukup banyak juga terjadi ditandai dengan kemunculan yang dominan dari
pada sampel KM0203, yang secara stratigrafi Ostrea, Corbula socialis, dan Laevidentalium
terletak 1 m di atas sampel KM0202. Jumlah taksa eburneum (Gambar 6). Secara litologi hanya pada
yang muncul relatif tidak berubah, namun sampel KM0102 saja yang menunjukkan satuan
ditandai dengan kelimpahan dari taksa-taksa batupasir, sedangkan pada kedua sampel yang
tertentu yang berbeda dari KM0202. Pada sampel lainnya menunjukkan satuan batuan batulempung.
ini terdapat 5 spesies yang dijumpai melimpah, Adanya kemunculan dengan kelimpahan jarang dari
yaitu Arca nodosa, Arca (Barbatia) cf. bistrigata, Tarebia sp.1, menunjukkan bahwa assosiasi ini
Ostrea spp., Venus (Cryptogamma) squamosa, dan hidup pada lingkungan yang tidak jauh dari fresh-
Laevidentalium eburneum (Gambar 5). Satu spesies brackish water. Namun Ostrea dan Corbula sendiri
yaitu Arca (Barbatia) sp. 1 dijumpai dengan banyak dijumpai pada marine water (Parker, 1956).
kelimpahan sedang. Untuk spesies lainnya Berdasarkan data tersebut, assosiasi ini
kemunculannya jarang. diperkirakan hidup pada lingkungan dengan
intensitas arus yang rendah, dengan kadar salinitas
ANALISIS brackish-marine. Dalam fasies delta, maka
Analisa yang dilakukan berdasarkan atas hasil lingkungan pengendapannya adalah
dari data yang didapat, berupa data fosil moluska, interdistributary bay (Coleman, 1981, dalam
makro fosil yang lain, foraminifera, dan data Boggs, 1995) atau lower delta plain.
sedimentologi. Ketiga data tersebut dirangkai untuk
menghasilkan berbagai assosiasi yang ada.
30
Jumlah kelimpahan
27
26
25
25
22
20
15
12
10
10 8 8
5 5
4 4
5 2 2 2
1 1 1
0
Spesies
Sari
Mangan merupakan salah satu mineral dari 12 unsur yang cukup banyak terdapat di kerak bumi ini.
Daerah Srati, Kecamatan Ayah, Kebumen, merupakan salah satu daerah yang berpotensi terdapat mangan.
Mangan di daerah ini dijumpai berupa nodul-nodul yang tersebar di dalam fragmen breksi volkanik yang
berukuran bolder hingga bongkah dan berasosiasi dengan rijang. Keberadaan mangan ini berada pada
Formasi Gabon. Metode IP (Induced Polarization) konfigurasi dipole-dipole dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan pada sifat kelistrikan material atau batuan di dalam tanah.
Keberadaan mangan dapat diketahui berdasarkan pada perbedaan nilai resistivitas dan chargebilitas batuan.
Pengukuran di daerah penelitian dilakukan sebanyak 4 lintasan, dengan panjang masing-masing lintasan 600
meter. Penentuan arah lintasan berdasarkan pada data singkapan, yaitu berarah timur laut barat daya dan
tenggara barat laut. Mangan mempunyai karakteristik nilai resistivitas dari kecil sampai sedang dan nilai
chargeabilitas yang cukup tinggi. Pada survei ini, nilai resistivitas mangan berkisar antara 0 - 40 ohm meter,
dan nilai chargeabilitas antara 135 250 msec. Hasil pengukuran metode IP dari ke-4 lintasan
mengindikasikan bahwa mangan tersebar luas, menempati morfologi bukit maupun lembah. Sebagian besar
mangan terdapat dikedalaman 5 40 meter. Keberadaan mangan berbentuk spot kecil sampai besar, nodul, dan
bolder serta dijumpai tidak menerus baik lateral maupun vertikal. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan,
maka diperkirakan cadangan yang terukur sebesar 7,9824 m3.
Kata Kunci : mangan, induksi polarisasi, resistivitas, chargeabilitas
Abstrac
Manganese is one of mineral from 12 elements that has considerable quantities in this earth crust. Srati
area, sub district Ayah, Kebumen, is one of area that potentially has manganese. Manganese founded in this
area is nodes spreading in volcanic brecciate fragments that have size of bolder and it is associated with chert.
The existence of this manganese is in Gabon Formation. Configuration of IP (Induced Polarization) method in
the poles is conducted with the aim to know the under surface condition based on electrical characteristics of
material or rocks in the ground. The existence of manganese can be known by the differences of resistivity and
chargeability value of rocks. The measurement in the research area is conducted in 4 tracks, with each length is
600 metres. The determination of tracks direction is based on exposure data, that is direction of northeast-
southwest and souteast-northwest. The manganese has characteristic of resistivity value from small until mdium
and quide high chargeability value. In this survey, resistivity value of manganese is in the range of 0-40 ohm
metres, and chargeability value between 135-250 msec. The measurement results of IP method of the four tracks
indicated that the manganese is spreading widely, occupying morphology of hills and valleys. Most of
manganese is in the depth of 5-40 metres. The existence of manganese in the form of little until big spot, node
and bolder and founded discontinuously both laterally and vertically. Based on the reserve measurement results,
the it is expected that the measured reserves is 7,9824 m.3
Key words : manganese, induced polarization, resistivity and chargeability
Gambar 2. Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)
Dari urutan batuan tersebut, daerah ada di Formasi Gabon diterobos oleh intrusi
penelitian menempati 1 (satu) formasi yaitu andesit.
Formasi Gabon yang berumur Miosen Awal. Dari hasil pengamatan lapangan
Formasi ini sebagian besar tersusun oleh breksi menunjukkan bahwa mangan berada di antara
volkanik dengan sisipan lava andesit, tuf, tuf-lapili breksi andesit berukuran bolder hingga bongkah,
dan breksi laharik. Formasi Gabon tersebar dan berasosiasi dengan rijang berbentuk nodul
disekitar Karangbolong. Pada beberapa tempat, (Gambar 3). Hal ini mengindikasikan bahwa
matrik breksi sudah mengalami pelapukan mangan tersebut terbentuk bersamaan dengan
membentuk tras dan sebagian tuf juga telah terubah terbentuknya rijang yang dimungkinkan terbentuk
membentuk bentonit. Sebagian besar breksi yang pada lingkungan laut.
baja, Monoklin, prismatic, sedangkan kekerasan 4, 3. Proses yang berasosiasi dengan aliran lava
berat jenis 4,2 - 4,4 gr/cc, belahan sempurna, bawah laut. Cebakan sedimen laut mempunyai
pecahan britle. Basic manganese ixide, umumnya ciri khusus berbentuk perlapisan dan lensa.
dijumpai dalam bentuk urat atau vein yang 4. Cebakan laterit serta akumulasi residual.
terbentuk pada temperatur cukup tinggi pada batuan Merupakan endapan oksida umumnya
basa. Braunit (3Mn 2 O 3 .MnSiO 3 ), merupakan berasosiasi dengan batuan klastik kasar.
mangan berkomposisi oksida berwama coklat
kehitaman sering mengandung silika sebanyak 10 Sumber mangan yang komersial umumnya
%. Berat jenis 4 - 4,2 gr/cc, fibrous atau berasal dari cebakan sedimenter yang terpisah dari
kolumnar, mineral ini umumnya dijumpai dalam aktivitas volkanik dan cebakan akumulasi residual.
urat vein atau cebakan sekunder. Umumnya
berasosiasi dengan bixbyite (Mn,Fe) 2 O 3 dan METODE PENELITIAN
hausmanie (MnMn 2 O 4 ). Sedangkan Rhodokrosit
(MnCO 3 ) mempunyai ciri, warna merah muda Penelitian ini dilakukan dengan metode
hingga coklat, hexagonal, kilat kaca, pecahan geofisika berupa metode Induced Polarization (IP)
choncoidal, belahan sempurna, kekerasan 3,5 - 4 dengan aturan dipole-dipole. Pengukuran ini
skala mosh, berat jenis 3,4 - 3,6 gr/cc. Mineral ini dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa
banyak dijumpai pada vein bersama kuarsa karena harga resistivitas dan chargebilitas. Pengukuran IP
proses metamorfisme yang bersentuhan dengan dilakukan pada lintasan sebanyak 4 buah (Gambar
batuan berkomposisi karbonat membentuk 1), dengan panjang masing-masing lintasan 600
replacement pada batuan kapur. meter dan jarak spasi elektroda 15 meter.
Menurut Park and Mac Diarmid, (1964)
mineral mangan dapat terbentuk karena proses sbb
:
1. Proses hydrotermal dan metamorfosa. Proses PERALATAN
ini mempunyai ciri khas banyak mengisi vein Peralatan yang digunakan dalam penelitian
bersama kwarsa. adalah seperangkat Resistivity-meter SCIENTREX
2. Proses sedimentasi, baik bersama maupun TSQ-3, dan SCIENTREX IPR12, yang didukung
tanpa proses volkanik. Mn kadang dijumpai oleh peralatan lainya berupa GPS, genset, kabel,
bersama dengan lempung yan menunjukkan elektroda, multimeter, porospot, kompas geologi,
pengurangan oksida dalam lingkungan HT, palu dan perlengkapan tulis menulis (Gambar
pengendapannya. 4).
I v v v v
c2 a c1 P1 a a a
P
N1
N2
N3
N4
Datadata resistivitas yang terukur diplot selama durasi pengukuran untuk meningkatkan
pada titiktitik yang sesuai dengan harga n kualitas sinyal.
(n=1,2,3,...) dengan kedalaman yang ditunjukkan
adalah tingkat kedalaman semu, sehingga dapat 3. Chargeability (Mx)
dibuat kontur pseudodepth section variasi
resistivitas ke arah lateral dan ke arah kedalaman Parameter IP kawasan waktu ini akan diukur
semu. Hasil pengukuran dengan mengunakan spasi selama arus tidak ditransmisikan ke medium bumi.
antar elektroda arus dan elektroda potensial yang IPR-12 akan membagi peluruhan tegangan dalam
semakin lebar akan memberikan informasi struktur kawasan waktu menjadi bagian-bagian menurut
bawah permukaan yang lebih dalam. Dengan rentang waktu tertentu (preset) maupun dalam
demikian, konfigurasi dipole-dipole ini dapat selang waktu yang ditentukan oleh pengguna.
dianggap efektif untuk dipergunakan dalam Pemilihan selang waktu yang digunakan dalam
pemetaan, baik kearah lateral maupun vertikal. pengukuran tergantung kebutuhan dan kondisi
medium pada daerah penelitian. Chargeability
2. Tegangan Primer (Vp) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
t
1 2
Tegangan primer diukur pada saat arus M Vs (t ) dt 1)
diinjeksikan ke medium bumi. Hal ini dilakukan V t1
untuk mengkompensasikan deformasi tegangan dimana :
primer pada beberapa medium yang memiliki efek t 1 = waktu awal bagian peluruhan
IP cukup besar, ketidakstabilan transmisi dan noise. t 2 = waktu akhir bagian peluruhan
Harga tegangan primer akan terus dirata-ratakan V s = tegangan terukur selama peluruhan
V p = tegangan terukur saat arus diinjeksikan
180
Perhitungan harga geometri didasarkan60 pada rumusan distribusi potensial pada dipole arus.
105 120 180
75 90 135 150 165
330 345 360 375
160I 1 1
45
255 270 285 300 315
1 1
195 390 405
30
-150 -135 -120 -105 -90 210 225 240 420 435 450
V 140 ...2)
15
-165 0
2 C1 P1 C1 P2 C2 P1 C2 P2
-180 -75 -60 -15
-45 -30
-195
-210
120
100
Gambar 6. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 1, yang mengindikasikan mangan
LINE 2
180
360 375
345 390
270 330
255 285 315 405
160 240
300
420
585
600
435 570
225 450 555
540
140 105 150 165 195
210 465 510
525
75 90 120 480 495
135 180
120
100
80
Gambar 7. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 2, yang mengindikasikan
mangan
LINE 3
180 345
330 360
585 600
160 300
315 375
390
405 555
570
420
285 540
435
140 270
450
465 510
525
480 495
255
120 210 225
240
195
100 105 120 135
150
165 180
90
80 75
0 60
15
60 30 45
40
20
Low Resistivity (0-40 Ohm.m)
High Chargeability (135-250 msec)
Gambar 8. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 3, yang mengindikasikan
mangan
LINE 4
180 555
570
585
540
150 165 180 600
160 135 195
450 465
480 495
510
525
615
630
210 270 285
225 300 315 435 645
140 240 255 330 345
360 375 390 405
420 660
675 690
120 705
720
735
100 750
80
Low Resistivity (0-40 Ohm.m)
High Chargeability (135-250 msec)
Gambar 9. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 4, yang mengindikasikan mangan
Berdasarkan pada hasil kompilasi data di atas, Inferred resource, sedangkan cadangan mineral
maka dapat terbaca bahwa bahwa pada lintasan 1 mangan pastinya perlu dilakukan pemboran
mangan dijumpai dalam bentuk nodul-nodul yang eksplorasi.
tersebar hampir di sepanjang lintasan terutama pada Hasil akhir perhitungan cadangan yang
bagian tenggara sampai tengah lintasan, dengan didapatkan adalah mewakili tiap-tiap lintasan
ukuran bervariasi dari kecil hingga besar dengan pengukuran, dan setelah dijumlah-kan menjadi
kedalaman yang bervariasi juga antara 5 sampai 40 jumlah cadangan total dari mangan dan mineral
meter. logam lainnya yang terkandung dalam batuan yaitu
Sedangkan pada lintasan 2, mangan sebesar yaitu sebesar7,9824 m3.
diperkirakan berada di sekitar permukaan yaitu
pada kedalaman 5 sampai 30 meter, terutama KESIMPULAN
banyak tersebar pada bagian timur laut dan Berdasarkan pada data pengukuran IP yang
cenderung menempati morfologi berupa lembah. didukung oleh data geologi permukaan, maka dapat
Pada bagian barat daya keberadaannya relatif lebih disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
dalam (> 40 meter). Pada lintasan 3, mangan
1. Daerah Srati berpotensi dijumpai adanya
diprediksi berada relatif lebih dangkal yaitu pada
mangan.
kedalaman 5 sampai 20 meter dan menempati
2. Dari hasil pengukuran dengan meng-gunakan
morfologi berupa lereng. Pada meter ke 30 s/d 160,
IP, dapat diketahui bahwa penyebaran mangan
juga dimungkinkan adanya mangan yang
cukup luas, menempati morfologi bukit maupun
diperkirakan berupa runtuhan. Sedangkan pada
lembah, berbentuk nodul berukuran antara 0,5
lintasan 4 mangan dijumpai hampir di sepanjang
meter sampai 2 meter.
lintasan, berada pada kedalaman 5 s/d 40 m,
3. Harga resistivitas mangan di daerah penelitian
umumnya menampati morfologi lereng.
berkisar anatar antara 0 - 40 ohm meter, dengan
nilai chargeabilitas antara 135 250 msec.
2. Perhitungan Cadangan
4. Keberadaan mangan sebagian besar tersingkap
Perhitungan besarnya cadangan dengan di permukaan dan sebagian berada pada
menggunakan rumus empiris yaitu rumus kedalaman antara 5-40 meter. Dibeberapa
pendekatan yang dibuat untuk mempermu-dah cara tempat diduga terdapat potensi mangan yang
perhitungan secara kasar saja. Hal ini dikarenakan lebih dalam, tetapi tidak terlalu banyak.
pada kondisi lapangan keberadaan mangan sangat 5. Dari ke-4 lintasan pengukuran IP dapat ketahui
tidak beraturan. Perhitungan dilakukan pada setiap besarnya cadangan sebesar 7,9824 m3.
lintasan.
Rumusan yang digunakan dalam perhitungan DAFTAR PUSTAKA
cadangan dalah sebagai berikut : Asikin, S., 1994, Peta Geologi Lembar Kebumen
Skala 1:10.000, Pusat Pengembangan dan
Besar Cadangan Metal = Luas area Penelitian Geologi Bandung
nodul x Dobrin, B.M., and Savit, C.H., 1988, Introduction
Ketebalan to Geophysical Prospecting, 4th ed., McGraw
nodul x Hill International, Singapore.
Faktor resiko Park, Jr.C.F. and Mac Diarmid, (1964), Ore
Deposits, W.H. Freeman and Company, San
dimana : Fransisco, USA.
Luas area nodul (m2) : panjang dan lebar dari nodul Sulistijo, B, 2003, Geofisika Cebakan Mineral I,
yang ada di setiap lintasan. ITB, Bandung.
Ketebalan nodul : ketebalan bolder yang tersingkap Telford., W.M., 1990, Applied Geophysics,
di permukaan (rata-rata terukur 2 meter). Cambridge University Press, Cambridge,
Faktor resiko : mendasarkan pada bentuk singkapan London, New York, Melbboune.
di permukaan yang berupa nodul-nodul (0,4). Van Bemmelen (1949), The Geology of Indonesia,
Vol. IA, Martinus Nijhoff, The Hague,
Besarnya cadangan yang terukur ini masih Holland
merupakan cadangan yang diperkirakan. atau
Hill. Gendoet Hartono1), Partama Misdiyanta1), Djoko Purwanto2), Faidzil Chabib3), dan Ones Kambu3)
1)
Pengajar di Jurusan Teknik Geologi, STTNAS, Yogyakarta
2)
Staf LP3M STTNAS, Yogyakarta
3)
Mahasiswa Teknik Geologi STTNAS, Yogyakarta
E-mail: hillgendoet@sttnas.ac.id
Abstrak
Pulau Flores terletak di antara busur Sunda di bagian barat dan busur Banda di bagian timur serta di
perbatasan antara cekungan Flores di utara dan cekungan Savu di selatan. Secara umum tataan geologi Pulau
Flores bagian utara sangat rumit, tersusun oleh batuan berumur Tersier seperti batuan beku, klastika gunung api
dan batuan sedimen, sedangkan bagian selatan terdapat gunung api aktif. Daerah penelitian terletak di
Gololajang, Manggarai Barat tersusun sebagian besar oleh batuan gunung api yang membentuk bentang alam
berelief kasar dan beberapa diantaranya memperlihatkan bentuk bulan sabit dengan batuan intrusi di bagian
dalamnya. Genesis yang meliputi proses, umur, sumber material dan lingkungan pengendapan hingga saat ini
masih diperdebatkan dan diteliti oleh para ahli kebumian. Stratigrafi yang ada mencerminkan kerumitan tersebut
terlebih bila dikaitkan dengan pentarikhan umur absolut terhadap batuan beku dan batuan gunung api yang
terletak berdekatan dengan batuan sedimen yang menjadi dasar penyatuan. Metode pendekatan yang dilakukan
adalah pembelajaran geologi gunung api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formasi Kiro, Formasi
Nangapanda dan Formasi Bari sebagai penyusun utama. Formasi Kiro dan Nangapanda umumnya disusun oleh
material asal gunung api yang terdiri atas batuan intrusi, batuan gunung api produk lelehan dan letusan dengan
berbagai variasi komposisinya. Berdasarkan analisis bentang alam dan stratigrafi gunung api maka daerah
Gololajang dan sekitarnya disusun oleh satuan gunung api Khuluk Gololajang, Khuluk Tueng, Khuluk Mawe,
yang berkembang di dalam Bregada Ruteng.
Gambar 1. Peta yang memperlihatkan Pulau Flores yang terletak diantara busur Sunda di bagian barat dan busur
Banda di bagian timur (Wensink dan van Bergen, 1995).
Penelitian geologi telah banyak dilakukan, keberadaan gunung api purba dengan menerapkan
sebagai contoh Abbot dan Chamalaun (1981); prinsip geologi The present is the key to the past
Katili dan Sudradjat (1989); Abdullah et al. (2000); serta pemerian berbagai jenis batuan gunung api
dan Soeria-Atmadja et al. (2001), namun penelitian yang tersingkap di permukaan bumi, dan kompilasi
tentang keberadaan gunung api purba yang data sekunder yang terkait dengan topik bahasan.
dikaitkan dengan genesis, lokasi sumber erupsinya Lokasi daerah yang menjadi fokus pembahasan
belum banyak dilakukan, terlebih bila dihubungkan adalah Desa Gololajang, Desa Goloriwu,
dengan keberadaan mineralisasi primer. Kecamatan Macang Pacar dan sekitarnya, lebih
Tujuan penelitian awal ini adalah untuk kurang 30 km sebelah baratlaut dari kota Ruteng,
mengungkap keberadaan tubuh gunung api purba Manggarai Barat (Gambar 2). Lokasi ini dipilih
dan suksesi pembentukan batuan gunung api di karena terkait dengan pekerjaan pemetaan mineral
Daerah Manggarai Barat, Flores berdasar ekonomi mangan (Mn) yang diberikan oleh pihak
litostratigrafi yang dilandasi pemahaman PT. GEORE bekerja sama dengan Jurusan Teknik
volkanologi dan citra Landsat. Metode pendekatan Geologi STTNAS. Pekerjaan lapangan berlangsung
yang dilakukan adalah penelitian geologi selama satu bulan pada bulan Nopember tahun
permukaan, sedangkan untuk mengetahui 2008.
oleh perselingan berbagai jenis batuan gunung api material hasil pengerjaan ulang bahan asal gunung
(koheren lava dan piroklastika) membentuk suatu api.
keteraturan-keteraturan sesuai jarak pengendapan
dari pusat erupsinya. Peneliti sebelumnya seperti TATAAN GEOLOGI
Williams dan MacBirney (1979) membagi sebuah Indonesia merupakan tempat pertemuan,
kerucut gunung api komposit menjadi tiga zona interaksi dan tumbukan tiga lempeng kerak
(Gambar 3), yakni Zona Pusat (Central Zone; di tektonik. Ketiga lempeng tektonik yang terlibat
dalam sekitar 0,5 hingga 2 km dari zona pusat), tersebut meliputi Lempeng Pasifik, Lempeng
Zona Proksi (Proximal Zone; di atas 5 hingga 15 Hindia-Australia, dan Lempeng Eropa-Asia serta
km dari zona pusat), dan Zona Distal (Distal Zone; ketiganya bergerak dengan kecepatan yang tidak
lebih daripada 5 hingga 15 dari zona pusat). (1) sama. Pergerakan lempeng-lempeng itulah yang
Zona Pusat disusun oleh batuan intrusi dan kubah diperkirakan bertanggung jawab terhadap kehadiran
lava; (2) Zona Proksi disusun oleh aliran lava dan ratusan gunung api aktif dan tidak aktif di wilayah
bahan piroklastika, serta perselingan antara lava dan Indonesia (Katili, 1975).
bahan piroklastika; (3) Zona Distal disusun oleh
Gambar 3. Penampang variasi fasies dasar batuan gunung api yang berkaitan dengan pusat gunung api
(modifikasi dari Williams dan MacBirney, 1979).
Pulau Flores sedikitnya terdapat 13 gunung api antara 50 70 % berat dan kandungan K 2 O
aktif yang berjajar di bagian selatan berarah barat umumnya kurang dari 1 % berat yang menunjuk
timur dan terdapat sekurangnya 5 gunung api yang pada tipe magma tholeiit hingga kapur alkali
merupakan lapangan panas bumi, sedangkan normal.
gunung api yang kegiatannya terjadi pada masa Selain pernyataan yang disebutkan
prasejarah lebih kurang sejumlah 4 buah (van sebelumnya, Katili (1975) juga menyatakan bahwa
Padang, 1951). Di pihak lain, Soeria-Atmadja et al. terdapat perbedaan tataan geologi antara sistem
(2001) menyebutkan bahwa terdapat dua jalur palung busur Jawa dengan sistem palung busur
magmatik sejajar yang menyusun busur Sunda Timor. Pada Gambar 5 memperlihatkan adanya dua
Banda yaitu jalur magmatik berumur Tersier Awal fase perkembangan busur Banda. Di dalam fase
dan Tersier Akhir Kuarter (Gambar 4). awal, lempeng samudera Hindia-Australia
Hendaryono et al. (2001) memperkirakan bahwa di menunjam di bawah lempeng samudera Banda, dan
Pulau Flores, Indonesia Timur mengalami dua dalam fase akhir diikuti oleh subduksi kerak benua
siklus kegiatan magmatisme yang didasarkan pada Australia ke dalam zona subduksi busur Banda
sistesa penampang stratigrafi yang didukung sebagai pengapungan Australia yang menerus ke
pentharikan umur radiometri 40K-40Ar. Volkanisme arah utara. Genrich et al. (1996) menyebutkan
pertama berumur Oligosen Akhir hingga Miosen bahwa pengukuran geodetik sistem informasi
Atas. Kegiatan volkanisme tertua menunjukkan geografis pada 30 lokasi di Indonesia (termasuk di
umur 27,7 25 juta tahun lalu dan periode yang Ruteng) dan 4 lokasi di Australia menunjukkan
lebih muda menunjukkan umur 16 8,4 juta tahun bahwa daerah pinggir benua Australia tumbuh di
lalu. Volkanisme kedua terjadi pada akhir Miosen busur kepulauan Banda. Peristiwa ini memberikan
hingga Plio-Kuarter yang menunjuk pada angka 6,7 gambaran adanya persentuhan kerak benua
hingga 1,2 juta tahun lalu. Selain hal tersebut, Australia dengan kerak benua Eurasia, yang
peneliti ini juga memperlihatkan analisis unsure memberikan pengaruh perkembangan struktur
oksida utama dengan kisaran kandungan silika geologi, stratigrafi, geokimia, magmatisme dan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 191
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
volkanisme pada wilayah Indonesia bagian timur Abers, 1991; Macpherson dan Hall, 1999).
(Carter et al. 1976; Elburg et al. ?; McCaffrey dan
Gambar 4. Jalur gunung api Oligosen-Miosen dan Pliosen-Kuarter dalam Busur Sunda-Banda (Sumatra-Flores)
menurut Soeria-Atmadja et al. (2001).
Bacharudin (1988; dalam Katili dan disusun oleh batuan gunung api yang dimasukkan
Sudradjat, 1989) melakukan analisis berdasarkan ke dalam kelompok Formasi Kiro (Tmk) berumur
citra Landsat daerah Flores Barat. Hasil analisis Miosen Awal. Formasi Kiro merupakan batuan
memperlihatkan adanya dominasi litologi berupa tertua di Flores Barat terdiri dari breksi, lava, tuf
batuan sedimen berumur Miosen di bagian utara dengan sisipan batupasir tuf yang mempunyai
dan batuan gunung api berumur Kuarter di bagian kedudukan jurus tenggara hingga timurlaut dan
selatan, yang kedua batuan tersebut kemiringan antara 10 o 20o. Breksi dengan
memperlihatkan penyebaran barat timur (Gambar komponen pecahan andesit dan basal, dan di
6). Namun, di pihak lain (Koesoemadinata et al. beberapa tempat telah mengalami alterasi dan
1994) menyatakan bahwa bagian utara terutama mineralisasi membentuk magnetit dan mangan.
Gambar 5. Penampang utara-selatan yang memotong Timor-Flores (Katili, 1975), memperlihatkan konfigurasi
lempeng bawah permukaan dan perkiraan genesis Pulau Timor dan Pulau Flores.
Gambar 6. Hasil interpretasi geologi Flores Barat dari citra Landsat (Bacharudin, 1988; dalam Katili dan
Sudradjat, 1989).
Stratigrafi atau urut-urutan litologi yang (Tmpw) yang menjari dengan Formasi Laka (Tmpl)
menyusun Pulau Flores secara umum dari tua ke berumur Pliosen, dan kemudian ditutupi oleh
muda (Gambar 7) menurut Koesoemadinata et al. produk kegiatan gunung api tua (QTv) berumur
(1994) adalah Formasi Kiro (Tmk) berumur Miosen Pleistosen. Secara tidak selaras di atasnya
Awal, kemudian menumpang menjari di atasnya diendapkan kelompok batuan dan endapan paling
Formasi Nangapanda (Tmn), Formasi Bari (Tmb), muda atau sekarang masih berlangsung
Formasi Tanahau (Tmt) berumur Miosen Tengah, pembentukannya yang diwakili oleh batuan gunung
selanjutnya diterobos batuan granit (Tmg) dan api muda (Qhv), undak pantai (Qct), batugamping
batuan diorit (Tmd) berumur Miosen Akhir. Setelah koral (Ql), dan aluvium (Qal).
itu berkembang di atasnya Formasi Waihekang
Gambar 7. Stratigrafi Pulau Flores, Nusa Tenggara pada lembar Ruteng (Koesoemadinata et al. 1994).
Gambar 8. Lokasi pengamatan geologi dan pengambilan contoh setangan batuan segar dan batuan yang
diperkirakan mengandung mineral bijih mangan (Mn) di daerah penelitian.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan dengan beda tinggi antara + 1000 m dpl. hingga +
analisis citra Landsat yang dipandu oleh peta 275 m dpl. Bentang alam bagian timur diwakili
topografi, daerah penelitian berbentuk perbukitan oleh Desa Goloriwu dan Desa Tueng. Kedua
bergelombang kuat yang berelief kasar sangat bentang alam utama tersebut dibatasi oleh aliran
kasar berarah relatir barat timur, dan terdapat sungai utama Wae Songkang yang arah alirannya
tonjolan-tonjolan bukit yang membentuk bentang ke utara hingga bermuara di Teluk Reo (lihat
alam anomali yaitu relatif melingkar dan membuka Gambar 9A).
ke suatu arah tertentu (Gambar 9). Pada Gambar 9B Pada Gambar 9C terdapat bentukan bentukan
memperlihatkan adanya perbedaan pola kontur yang relatif melingkar setengah melingkar
daerah penelitian bagian barat dan bagian timur. menyerupai bulan sabit (half moon) atau
Bentang alam bagian barat membentuk perbukitan menyerupai bentuk tapal kuda (horseshoe shape).
bergelombang lemah, berelief relatif landai dengan Daerah penelitian sedikitnya disusun oleh tiga
beda tinggi antara + 825 m dpl. hingga + 625 m dpl. bentuk bentuk bentang alam melingkar setengah
Bentang alam ini diwakili oleh Desa Gololajang melingkar yaitu di bagian timur diwakili oleh Desa
dan melandai ke arah bagian barat dan utara, Gololajang dan Desa Tueng, sedangkan di bagian
sedangkan bentang alam bagian timur barat diwakili oleh Desa Golomawe. Tampak
bergelombang kasar sangat kasar, berelief kuat bagian dalam pada ketiga tinggian yang membentuk
194 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
bentang alam anomali ini terdapat bentuk tonjolan mengalami alterasi dan tererosi sehingga
dan rendahan. Bentuk tonjolan tersebut disusun membentuk cekungan. Bentuk lengkungan bagian
oleh batuan terobosan (Gambar 10), sedangkan luar yang lebih besar disusun oleh perselingan
bentuk rendahan disusun oleh batuan yang telah breksi gunung api dan lava membentuk gawir terjal.
Gambar 9. Lokasi penelitian bagian dari wilayah Flores Barat: A) Tampak dari citra Landsat; B) Tampak pola
kontur dan pola aliran sungai, dan C) Tampak hasil olahan tiga dimensi yang menunjukkan relief
kasar melingkar-setengah melingkar menyerupai bentuk bulan sabit.
Gambar 10. Batuan intrusi andesit yang memperlihatkan bentuk kerucut simetri di Desa Gololajang. A) Tampak
dekat, dan B) tampak jauh dengan latarbelakang gawir terjal yang melingkupinya.
Tampak juga pada Gambar 9C bahwa daerah sebelah utara yaitu di Desa Kombo pada aliran
bukaan dikuasai oleh aliran lava dan material sungai utama Wai Ncuring yang arah alirannya ke
gunung api lainnya, kecuali pada daerah bukaan timurlaut dan membelok ke utara menuju Teluk
yang menempati bagian timurlaut. Pada daerah Reo. Cabang cabang sungai mengalir mengikuti
yang terakhir ini bentuk lengkungannya paling bentuk bentang alamnya yaitu berpola memusat dan
besar dan mempunyai relief lebih rendah dibanding kemudian menyatu di daerah bukaan bilamana
dua bentukan lainnya. aliran tersebut di dalam daerah kawah, sedangkan
Pola pengaliran daerah penelitian dibangun berpola menyebar menjauhi daerah sumber/
oleh tiga sungai utama yaitu Wai Songkang, Wai kawahnya.
Pou Wai Kodal, dan Wae Raeng. Ketiga sungai Secara umum batuan yang menyusun daerah
utama di daerah penelitian ini kemudian menyatu di penelitian berupa batuan beku, breksi andesit,
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 195
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
breksi pumis tuf, dan batugamping (Gambar 11). Batuan beku intrusi yang tersingkap di Desa
Menurut Koesoemadinata et al. (1994) batuan Gololajang berkomposisi dari diorit dan andesit
batuan tersebut dikelompokkan ke dalam Formasi porfiri andesit, sedangkan di Desa Tueng dan
Kiro, Formasi Nangapanda, dan Formasi Bari. Desa Golomawe berkomposisi andesit porfiri
Daerah penelitian dikuasai oleh batuan beku, dan andesit afanit. Breksi andesit disusun oleh
batuan gunung api (Gambar 12). Batuan beku di komponen bom dan blok gunung api, umumnya
sini terdiri dari batuan beku intrusi dalam (diorit), berkomposisi andesit. Singkapan breksi andesit ini
dan batuan beku intrusi dangkal (andesit) atau sering dijumpai berselingan dengan lava andesit
koheren lava. Batuan intrusi ini dilingkupi dan batutuf. Lava andesit sering memperlihatkan
perselingan breksi andesit, lava, dan tuf. Di bagian struktur permukaan kasar dan menyudut (breksi
barat laut daerah penelitian dijumpai breksi pumis autoklastika). Kelompok ini membentuk bentang
yang berselingan dengan tuf yang mempunyai alam tinggian berelief kasar dan mempunyai
kemiringan 15o ke arah baratlaut. kemiringan melandai menjauhi bentang alam
intrusi.
Gambar 11. Berbagai ragam jenis batuan di daerah penelitian: A) batuan beku andesit; B) breksi andesit; C)
batutuf; D) batugamping; E) intrusi sill basal diantara tuf; dan F) batuan beku andesit porfiri dengan
struktur kolumnar.
Batugamping berkembang baik di bagian utara Struktur geologi yang berkembang di daerah
dan bagian timur daerah penelitian, umumnya penelitian berupa kekar dan sesar mendatar
berlapis dan di beberapa lokasi dijumpai (diperkirakan) mengkiri memotong diagonal
batugamping koral atau reef dalam bentuk bongkah. berarah baratlaut tenggara daerah penelitian.
Batugamping yang tersingkap di utara menempati Struktur geologi yang lain berupa intrusi, perlapisan
daerah dataran, sedangkan di timurlaut dan timur batuan (radier), struktur melingkar, dan kekar
menempati daerah dengan lereng terjal menempel pendinginan pada batuan beku.
di atas breksi gunung api.
Gambar 12. Peta geologi daerah penelitian yang didominasi batuan beku dan batuan gunung api, dan sedikit
batuan sedimen.
Ev.Budiadi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
SARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mineral lempung di daerah telitian. Untuk lingkungan pengendapan di
daerah telitian dibedakan menjadi dua yaitu untuk lempung Nanggulan diendapakan pada Lagoon dan untuk
lempung kuarter diendapkan lingkungan darat pola pengaliran teranyam. Untuk mengkaji kajian mineral
lempung daerah telitian dilakukan dengan menggunakan analisa X-RD batulempung didapatkan mineral
lempung jenis halloysite dimana halloysite ini merupakan mineral yang termasuk dalam golongan kaolin yang
jenuh air dan secara fisik plastis, dengan rumus kimia Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 2H 2 O, dari analisis XRF didapatkan
kandungan SiO 2 = 58,25%, Al 2 O 3 = 20,38%, Fe 2 O 3= 5,10%, T i O 2 = 0,25%, CaO = 1,49%, MgO = 0,40%,
Na 2 O=1,02%, K 2 O = 1,07%, dan hilang pijar 12,04%. Untuk mineral lempung jenis halloysite ini dapat
digunakan untuk keramik dengan cara mencampur lapukan dari batu beku andesit.
Kata Kunci : analisis Petrografi, analisis X-RD, analisis XRF
ABSTRACT
The research to aims of clay mineral in the research area. For the sedimentary environment in the research
area, it this divided into two, namely for the Nanggulan clay, it must be sedimented in lagoon and for kuarter
clay it must be sedimented in a land environment, on which braid drainage. To study the learning of clay mineral
in research area it this conducted the procces X-RD analysis of clay, it will then produce halloysite typed clay
mineral, which this halloysite constitutes the mineral belongs to caolin class, which is saturate and physically
plastic, with the chemistry basis Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 2H 2 O, by XRF analysis it will produce the composition SiO 2 =
58,25%, Al 2 O 3 = 20,38%, Fe 2 O 3 = 5,10%, TiO 2 = 0,25%, CaO = 1,49%, MgO = 0,40%, Na2O = 1,02%, K2O
= 1,07% & hilang pijar 12,04%. For the clay mineral with it belong to this halloysite type, it can be use for
ceramic by mixing weathered of andesite igneous rock.
dengan ketinggian 137,5 meter sampai 193,75 berumur kuarter. Sedangkan lempung yang diteliti
meter. berupa lempung resedual hasil pelapukan dari
batuan-batuan yang termasuk endapan volkanik
muda Merapi (batuan beku, breksi andesit yang
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
sebagian besar dalam keadaan lapuk) (Tabel 1).
Stratigrafi daerah penelitian menurut Rahardjo,
dkk. (1977) termasuk endapan yang peling muda
yaitu : endapan volkanik Merapi muda yang
Dari analisis X-RD pada lempung didapatkan andesitnya didapatkan mineral-mineral sebagai
mineral-mineral seperti halloysite, feldspar dan berikut montmorillonite, halloysite, feldspar,
kuarsa. Sedangkan untuk lapukan batu beku kuarsa, dan hematite.
Keterangan:
24 - Halloisit
22 -
Persen kehilangan berat
18 - - 1.57
Indeks
16 - - 1.56
14 - - 1.55
12 - - 1.54
-
10 1.53
0 100 200 300 400 500 600 70 0
Suhu C
Grafik 1. Hubungan indeks bias pembiasan min dengan persen kehilangan berat pada suhu 900oC dan 1000oC
(men Mehmel).
A. Isjudarto
Teknik Pertambangan STTNAS
Abtrak
Daerah Kokap, Kabupaten Kulon Progo ini menarik dipilih untuk obyek penelitian geologi-mineralisasi
karena daerah ini merupakan daerah bekas gunungapi purba yang telah tererosi kuat. Di daerah ini banyak
dijmpai kekar-kekar. Kekar-kekar tersebut sebagian terisi urat-urat kuarsa disertai oleh mineralisasi sulfida,
sebagian hanya terdiri urat kuarsa tanpa mineralisasi sulfida.
Sesar di daerah penelitian umumnya berupa sesar turun dengan dua arah kelurusan yang utama yaitu
barat laut tenggara (NW SE) serta timur laut barat daya (NE SW). Arah umum kekar yang terisi oleh urat
kuarsa di daerah Hargorejo arah dominan urat kuarsa adalah N 350o-360o E, sedang urat kuarsa di daerah
Plampang arah dominan adalah N 40o-50o E dan arah dominan urat kuarsa di daerah Sangon adalah N 280o-290o
E.
Analisis terhadap kekar-kekar yang terisi oleh urat kuarsa di daerah Kokap menunjukkan adanya dua kali
fase pembentukan kekar. Fase pertama menyebabkan terbentuknya kekar-kekar yang berarah timur laut-barat
daya serta barat laut tenggara. Kekar-kekar ini umumnya terisi oleh urat-urat kuarsa, dan beberapa
mengandung bahan galian logam berharga. Fase kedua menghasilkan kekar-kekar yang berarah barat timur.
Kekar-kekar yang berarah barat timur umumnya tidak terisi oleh urat kuarsa.
Abstract
Kokap area, Kulon Progo District, interesting to choose as an geological-mineralogical research,
because this area is an old volcanic that eroded very strong. In this area founded many joints. Some joints filled
by quartz vein with sulfide mineralization, but the others are empty.
Joints in this area generally normal with dominant trend Northwest-Southeast and Northeast
Southwest. General trend joints with quartz filled in Hargorejo is N 350o-360o E, in Plampang area is N 40o-50o
E and Sangon area is N 280o-290o E.
Analysis about joints with filled by quartz in Kokap area shown there are twice phase to formed joints.
First, formed of joints with trend Northeast-soutwest and Northwest-Southeast. These joint commonly filled with
quartz vein and sometimes contained precious metals. Second phase formed joints with trend East West and
commonly no filled by quartz vein.
Geologi
Daerah Kokap dan sekitarnya Kabupaten
Kulon Progo khususnya daerah sekitar G. Ijo, G.
Gajah, G. Menoreh secara litologi di dominasi
oleh endapan piroklastik berupa tufa, batuan beku
lava, breksi, retas-retas dan sebagainya yang
merupakan satuan-satuan batuan dari Formasi
Andesit Tua. Litologi ini mencerminkan adanya
kegiatan vulkanisme yang cukup besar.
Gambar 2. Struktur kubah pada kompleks Pegunungan Kulon Progo (Bemmelen, 1949)
Dari segi tektonik jalur pegunungan Kulon sedimen-sedimen yang berumur Paleogen. Jalur
Progo telah mengalami siklus orogenesa Tersier ini paling potensial dalam pembentukan emas.
yang menggambarkan tiga evolusi tektonik utama 3. Jalur sedimen sebelah utara. Jalur ini terdiri dari
yaitu pada akhir Paleogen, Miosen Tengah dan endapan-endapan geosinklinal seperti lipatan-
akhir Pliosen. Secara regional daerah kubah lipatan dari Formasi Kerek, Formasi Tuban dan
Kulonprogo (Kulonprogo Dome) berdasarkan lain-lain dan ditutupi secara diskordan oleh
kondisi litologi, fisiografi terbagi atas tiga jalur lapisan volkanik berumur Pliosen.
(Bemmelen, 1949) yaitu : Menurut Bemmelen, 1949, penyebaran ketiga
1. Jalur sedimen sebelah selatan. Jalur ini terdiri jalur tersebut diatas disebabkan adanya subduksi
dari sedimen-sedimen Paleogen yang ditutup yang membentuk kubah.
secara diskordan oleh lapisan yang berumur Stratigrafi regional daerah Kulon Progo telah
lebih muda. Lapisan Paleogen ini umumnya diteliti oleh beberapa ahli dengan berbagai
terlipat dan tersesarkan (thrusted). Sedangkan pendekatan, diantaranya Bemmelen (1949), Marks
lipatan-lipatan umumnya mempunyai sumbu (1957), Suyanto dan Roskamil (1977), Raharjo dkk
berarah barat-barat laut. (1977), Harsono dan Riyanto (1981) dan Soeria-
2. Jalur Eruptiva bagian tengah. Jalur ini sebagian Atmadja dkk (1991).
besar terdiri dari Formasi Andesit Tua dengan
: Lokasi Penelitian
gunungapi Pegunungan Kulon Progo yang sumber panas umumnya berupa zona silisik atau
berbentuk kubah segiempat (elongated dome). serisitik, sedang yang terjauh berupa zona potasik
Formasi ini dapat dibagi dua bagian yaitu : (Corbett and Leach, 1996).
1. Sekuen bagian bawah dari OAF (Low Old
Lindgren, 1933 vide Bateman (1950)
Andesit, LOA) berhubungan dengan aktifitas
mengemukakan ada beberapa faktor yang memegang
subduksi jaman Kapur Akhir sampai Tersier
peran penting dalam pembentukan deposit
Awal. LOA interfingering dengan anggota
hidrotermal antara lain :
Cipager Formasi Bayah (Eosen) sedang UOA
interfingering dengan Formasi Cijengkol Tersedianya larutan mineralisasi
bagian Atas dan Formasi Citarate (Oligosen Adanya pori-pori atau rekahan-rekahan batuan
Akhir Miosen Awal). yang berhubungan dengan larutan sehingga
Sedang bagian atas (Upper Old Andesit, larutan bisa bergerak naik ke permukaan bumi
UOA) berhubungan dengan aktifitas Adanya reaksi dan perubahan kimia yang
subduksi Oligosen-Miosen. menyebabkan terbentuknya deposit bijih
Mineralisasi Tekanan dan temperatur yang cukup untuk
terjadinya reaksi
Terbentuknya gunungapi serta naiknya fluida
Konsentrasi unsur yang cukup untuk
hidrotermal ke permukaan akan menghasilkan
menghasilkan endapan yang ekonomis.
mineral bijih maupun mineral ubahan (mineral
Lindgren, 1933, mengelompokkan pembentukan
alterasi). Naiknya magma ke permukaan ini
deposit bijih hidrotermal atas dasar temperatur,
sering dipicu oleh kegiatan tektonik pada litosfera
tekanan dan kedalamannya sbb :
yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan
Deposit hipotermal, terbentuk pada temperatur
tektonik. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
300o 500oC pada kedalaman lebih dari 12.000 kaki
rekahan-rekahan radier menuju pusat erupsi pada
dan tekanan cukup tinggi. Deposit yang umum
tubuh gunungapi.` Larutan sisa magma membawa
dijumpai pada proses hipotermal antara lain emas,
unsur-unsur logam berharga dan terbentuk
wolfram, skeelit, pirhotit, pentlandit, pirit,
belakangan akan melewati dan mengisi sistem
arsenopirit, kalkopirit, sfalerit, galena, stanit,
rekahan volkanik yang ada. Apabila larutan sisa
kasiterit, uranit, kobalt, bismutinit dan nikel arsenit.
magma ini menjadi dingin maka akan mengendap
Deposit mesotermal, terbentuk pada suhu
menjadi mineral bijih dalam bentuk endapan
sekitar 200o 300oC pada kedalaman antara 4.000
hidrotermal.
12.000 kaki. Deposit yang umum dijumpai pada
Larutan sisa magma yang suhunya masih proses mesotermal adalah kalkopirit, enargit,
cukup tinggi (500oC) dalam perjalanannya naik kalaverit, bornit, tetrahedrit, tennantit, kalkosit,
ke atas, juga akan mempengaruhi dan mengubah tembaga, perak, seng, molibdenum dan emas.
batuan samping yang dilaluinya menjadi batuan Deposit epitermal, sebagian besar merupakan
teralterasi. Jenis dan intensitas alterasi akan deposit yang dihasilkan oleh proses pengisian celah
sangat dipengaruhi oleh temperatur serta kimia yang terbentuk pada suhu antara 100o 200oC,
fluida hidrotermal. Jenis alterasi akan dicirikan letaknya dekat dengan permukaan sampai kedalaman
oleh himpunan mineral tertentu yang 4000 kaki Endapan mineral bijih yang terbentuk
mencerminkan temperatur alterasi. Alterasi ini adalah emas dan perak, disamping itu juga pirit,
akan membentuk zona-zona alterasi yang kalkopirit, sinnabar, galena dan sfalerit.
berkaitan dengan jaraknya terhadap sumber panas
(heat source). Zona alterasi yang terdekat dengan
Katili, J.A., 1980, Geotectonic of Indonesia, a B., 1991, The Tertiary magmatic belt in Jawa,
Modern View, Directorate General of Proc. Sympos. In the Dynamic of Subduction
Mines, Jakarta. and Its Products, p. 96-121, Yogyakarta,
Rahardjo, W., Sukadarrumidi & Rosisi, H. M. D., Puslitbang Geoteknologi-LIPI, Bandung.
1977, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Suyanto FX dan Roskamil, 1977, The Geology and
Direktorat Geologi Bandung Hydrocarbon Aspect of South Central Java,
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, Presented at 4th Annual Meeting Indonesian
Pringgoprawiro, H., Polve, M. & Priadi, Association of Geologist, Bandung
Foto 1. Material sisa hasil pengolahan bijih Foto 2. Batuan yang mengandung veinlet
emas berupa batuan yang veinlet kuarsa dengan ketebalan 1-4
berkadar rendah (barren rocks) mm, lokasi desa Hargorejo
Foto 3. Alterasi Argilik, dijumpai setempat- Foto 4. Proses pengolahan batuan menjadi
setempat di daerah Plampang emas, lokasi di Desa Hargorejo
Ircham
Staf Pengajar Jurusan / Prodi Teknik Sipil, STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
Irc276@yahoo.co.id
ABSTRAK
Angkutan umum perkotaan sebagai salah satu sarana transportasi di Yogyakarta, tingkat pelayanannya
kurang baik sehingga mengurangi minat penumpang, bahkan rata-rata load factor (tingkat keterisiannya) hanya
27%. Hal ini membuat jalan raya makin padat dengan kendaraan pribadi, kemacetan tinggi terutama pada jam
sibuk (peak hours) baik pagi, siang maupun sore serta peningkatan polusi udara. Untuk meningkatkan citra
angkutan umum, Pemerintah Daerah dalam ini Departemen Perhubungan (Dephub) meluncurkan program
angkutan umum perkotaan yang baru (bus Trans Jogja) dengan tingkat pelayanan yang lebih baik, yaitu dengan
sistem buy the service.
Program ini telah berjalan lebih dari satu tahun, sehingga perlu dievaluasi apakah masyarakat
merespon baik sistem ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisa pendapatan bus
Trans Jogja ini sejak diluncurkanyaitu Februari 2008 sampai Desember 2008.
Dari data pendapatan yang ada di departemen perhubungan DIY, terlihat bahwa respon / minat
masyarakat untuk menggunakan bus Trans Jogja cukup baik. Walau diawal peluncuran masyarakat masih ragu,
tetapi setelah bulan kelima minat masyarakat mulai meningkat. Ini terlihat dari pendapatan rata-rata tiap
bulannya setelah bulan kelima diatas 1 milyar, bahkan mencapai 1,2 sampai 1,3 milyar.
oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi / 5. Cost, berarti ongkos yang wajar, ongkos yang
angkutan disebut sebagai permintaan turunan pasti dan ada kemungkinan pengurangan untuk
(derived demand) yang timbul akibat adanya yang berlangganan atau kelompok tertentu
permintaan akan komoditi atau jasa lain. Alasan (pelajar, anak-anak, manula). Biaya ini harus
orang untuk melakukan perjalanan antara lain dirasakan menguntungkan jika dibanding
untuk bekerja, sekolah, belanja, rekreasi dan lain- menggunakan kendaraan lain.
lain, ini semua membutuhkan jasa transportasi. 6. Efficiency, meliputi kecepatan rata-rata yang
Secara umum angkutan / kendaraan tinggi dan waktu henti minimum, bebas dari
dibedakan menjadi dua : tundaan, jumlah hentian yang memadai untuk
1. Kendaraan pribadi adalah kendaraan yang berjalan minimum, fasilitas memadai,
dimiliki secara pribadi dan dioperasikan manajemen yang efisien serta jumlah awak
pemiliknya untuk keperluan pemiliknya. terbatas.
Termasuk dalam hal ini adalah mobil Dengan kata lain untuk menarik minat
penumpang, sepeda motor dan sepeda. masyarakat menggunakan angkutan umum perlu
2. Kendaraan umum (public transport) adalah diupayakan supaya citra angkutan umum menjadi
kendaraan yang disewakan untuk umum baik dulu.
dengan membayar tarif tertentu yang sudah
ditetapkan. C. Permasalahan
Tarif yang relatif lebih tinggi yaitu Rp.3000
Angkutan / kendaraan umum ini juga sekali jalan dibanding tarif bus lama yaitu Rp.2000
dibedakan menjadi dua, yaitu : untuk umum dan Rp. 1500 untuk pelajar, membuat
1. Masstransit, angkutan umum dengan jadwal beberapa pengguna angkutan masih memilih
dan rutenya sudah tetap, termasuk dalam hal menggunakan angkutan kota yang lama.
ini adalah bus kota, angkutan kota, kopata
dan lain-lain D. PEMBAHASAN
2. Paratransit, angkutan umum dengan jadwal Untuk melayani pergerakan penduduk DIY
dan rute tidak tetap tergantung permintaan yang berjumlah lebih kurang 3,5 juta jiwa dengan
pengguna, jadi bersifat demand responsive. luas wilayah 3.185,80 km2 (Dephub, 2007) selain
Termasuk dalam kategori ini adalah taksi dan angkutan umum yang lain, tersedia angkutan
beberapa kendaraan sewa lainnya. Karena perkotaan yang berupa bus (lama) dengan jumlah
sifatnya yang demand responsive dan siap 24 seperti dalam Tabel 2.1.
jam, maka tarifnya lebih mahal dari angkutan
umum lainnya. Tabel 2.1 Jumlah Bus Kota
Jml Sesuai Jml Yang
No Perusahaan
Menurut Heru Sutomo (1996), faktor yang SK Gubernur Beroperasi
berpengaruh pada angkutan umum 1 Kop. KOPATA 202 200
dikelompokkan menjadi 6 faktor yang disingkat 2 Kop. KOBUTRI 122 117
SCARCE yaitu : 3 Kop. PUSKOPKAR 111 111
1. Safety, meliputi keselamatan dalam 4 Kop. ASPADA 126 124
kendaraan dan hentian (halte), aman dari 5 Kop. DAMRI 30 19
kecelakaan dan dari pencopetan maupun JUMLAH 591 571
kekerasan fisik lainnya. Sumber : Dephub DIY, 2007
2. Comfort, meliputi kenyamanan penumpang
dalan kendaraan dan hentian, termasuk Armada bus perkotaan ini merupakan bus yang
penataan kursi, pegangan tangan, kemudahan pertama dengan manajemen yang masih sederhana
keluar masuk dan pembayaran ongkos, dan dikelola oleh beberapa koperasi, selain rute yang
kebersihan, juga tempat barang bawaan se- sudah ditentukan, kondisi bus yang kurang baik
perlunya serta awak bus yang (tidak berac) dan jadwal yang tidak teratur, bus ini
menyenangkan. sering berhenti di sembarang tempat sepanjang
3. Accessibility, meliputi distribusi rute, rutenya, sehingga dari segi waktu tidak dapat
kapasitas kendaraan, frekuensi dan jam diandalkan. Untuk menaikkan citra angkutan umum,
operasi, skedul dan penempatan halte dan pemerintah mulai Februari 2008 meluncurkan
terminal yang tepat. angkutan perkotaan baru dengan sistem buy the
4. Reliability, mencerminkan tingkat gangguan service, bekerjasama dengan pihak swasta yaitu PT.
yang rendah, armada yang selalu siap, Jogja Tugu Trans sebagai pengelola. Secara fisik bus
ketepatan terhadap jadual, informasi yang ini lebih baik karena berac, berhenti hanya pada
memadai jika ada perubahan layanan serta halte, jarak kedatangan antar bus (headway) sekitar
jaminan perjalanan sambungan di titik 15 menit, pembayaran ongkos / tiket dilakukan di
transfer. halte, jadi kondektur maupun sopir tidak menerima
pembayaran langsung. Dengan demikian angkutan
perkotaan yang baru ini (Trans Jogja) tingkat Tabel 2.4 Pendapatan Trans Jogja Tahun 2008
pelayanan lebih baik dari yang dulu serta dari segi Pendapatan Kumulatif
waktu dapat diandalkan. Jumlah bus Trans Jogja No Bulan
(Rp.) (Rp.)
seperti pada Tabel 2.2 (Sigith, 2008). 1 Februari 265.627.000 265.627.000
2 Maret 864.314.500 1.129.941.500
Tabel 2.2 Jumlah Dan Komposisi Bus Trans 3 April 793.687.000 1.923.628.500
Jogja 4 Mei 920.062.000 2.843.690.500
Jumlah 5 Juni 1.051.079.000 3.894.769.500
No Jalur Cadangan 6 Juli 1.300.278.000 5.195.047.000
Bus
1 IA 8 1 7 Agustus 1.290.960.000 6.486.007.500
2 IB 8 1 8 September 1.290.969.000 7.606.976.500
3 IIA 8 1 9 Oktober 1.290.727.000 8.897.703.500
4 IIB 8 1 10 Nopember 1.165.034.000 10.062.737.500
5 IIIA 8 1 11 Desember 1.295.155.000 11.357.892.500
6 IIIB 8 1 Sumber : Dephub DIY, 2009
Jumlah 48 6
Sumber : Dephub DIY, 2009 Dari Tabel 2.3 di atas terlihat bahwa
pendapatan pada bulan Februari hanya sedikit, hal ini
Dengan jumlah yang hanya 54 bus, maka disebabkan oleh beberapa hal antara lain : peluncuran
rute / jalur yang dapat dilayani masih sangat bus Trans Jogja dimulai pada pertengahan bulan yaitu
terbatas yaitu I, II dan III, sedangkan huruf A dan tanggal 18, tarif promosi selama 1 minggu Rp. 1000,
B menunjukkan arah sebaliknya. Sejak warga belum familiar atau belum terbiasa dengan
diluncurkan 18 Februari 2008 sampai dengan bus Trans Jogja termasuk jalurnya, sehingga masih
Desember 2008, bus Trans Jogja telah banyak yang ragu untuk menggunakannya. Hal inilah
mengangkut penumpang sebanyak 3.860.271 antara lain yang menyebabkan pendapatan bulan
penumpang. Lebih detail jumlah tiap bulannya Februari masih sedikit. Selanjutnya dari Tabel 2.3
dapat dilihat pada Tabel 2.3. terlihat mulai bulan Maret jumlah penumpang
meningkat terus sampai bulan Juni dan mulai bulan
Juli sampai Desember 2008 jumlah penumpang
relative stabil. Dengan demikian jumlah
Tabel 2.3 Jumlah Penumpang Tahun 2008 pendapatanpun meningkat dan stabil di sekitar 1,2
Jumlah sampai 1,3 juta rupiah tiap bulan.
No Bulan Komulatif
Penumpang
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1 Februari 162.849 162.849
1. Kesimpulan
2 Maret 288.105 450.954
Pada awalnya (4 bulan pertama) pendapatan
3 April 264.562 715.516 masih dibawah 1 milyar perbulan.
4 Mei 306.687 1.022.204 Mulai bulan kelima pengoperasian bus Trans
5 Juni 350.360 1.372.563 Jogja pendapatan sudah stabil antara 1,2 sampai
6 Juli 433.426 1.805.989 1,3 juta perbulan.
7 Agustus 430.320 2.236.309 Belum terlihat adanya lonjakan penumpang /
8 September 373.656 2.609.966 pendapatan sampai akhir tahun (Desember 2008).
9 Oktober 430.242 3.040.208
10 Nopember 388.345 3.428.553 2. Saran
11 Desember 431.718 3.860.271 Perlu diteliti lebih lanjut terkait faktor yang
Sumber : Dephub, 2009 mempengaruhi angkutan umum, khususnya bus
Trans Jogja ; rute, halte, pelayanan (di dalam
Dengan jumlah penumpang yang diangkut dan di luar bus)
selama tahun 2008 tersebut, pendapatan yang Perlu juga ditinjau tentang load factor
diperoleh dari tiket sebesar Rp.11.357.892.500 Perlu diupayakan adanya kenaikan jumlah
yang selengkapnya ada pada Tabel 2.4. penumpang supaya pendapatan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Tataran Transportasi Wilayah dan
legalitasnya, Dephub, DIY.
Agus Budiono, 2007, Jaringan Transportasi Jalan
Menuju Tataran Transportasi Kota
Yogyakarta, makalah Dephub.
mineral karbonat dan berfosil mempunyai sifat 1. Karena penghabluran kembali larutan batu
lunak dan kompak Kalkarenit Halus mempunyai gamping akibat air tanah / hujan.
sisipan Kalkarenit halus keras, Kalkarenit Kasar, 2. Karena batu gamping non klastik mengalami
Batu Pasir Tufan, Batu Pasir dan lereng terumbu. proses perlipatan / tektonik sehingga terbentuk
Kuat desak beton ditentukan oleh pengaturan rekahan dimana endapan kalsit berada.
dari perbandingan semen, agregat kasar, agregat 3. Karena proses metamorphose kontak atau
halus, air dan berbagai jenis campuran. Semakin regional pada batu gamping yang diterobos oleh
rendah perbandingan air semen, semakin tinggi batuan beku.
kuat desaknya, menurut Wang and Salmon 4. Akibat proses hidrotermal temperature rendah
(1985). dan berasosiasi dengan senyawa sulfida.
Menurut Tjokrodimuljo, K. (1996), cara Batu putih digolongkan dalam jenis batuan
perawatan di lapangan harus ditingkatkan apabila gamping dengan nama Kalkarenit Halus berwarna
kuat desak benda uji yang dirawat di lapangan putih cerah, tekstur klastik, terdukung butiran,
kurang dari 85% dari pada kuat desak benda uji tersusun oleh fosil 20% -70%, lumpur karbonat 20%
yang dirawat di laboratorium, kecuali jika kuat - 70%, semen 10% - 30%, hornblende 0% - 1% dan
desak benda uji yang dirawat di lapangan masih pori 5% - 35%. Hasil analisis kimia menunjukan
tinggi dari f c 4 (MPa).
' bahwa kandungan unsur-unsur penyusun batu
kalkarenit halus mempunyai komposisi yang tersusun
Menurut Tjokrodimuljo, K. (1996), sifat sebagai berikut; CaCo 3 , SiO 2, MgO, Al 2 O 3, Fe 2 O 3
beton pada umumnya lebih baik jika kuat dan TiO 2.
desaknya lebih tinggi, dengan demikian untuk
meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya C. Semen
ditinjau kuat desaknya saja. Agregat merupakan Semen Portland adalah semen hidrolis yang
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
kekuatan beton, sifat agregat yang paling terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah bersifat hidrolis dengan gibs sebagai bahan tambahan
kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. dalam PUBI (1982) klinker semen Portland dibuat
Pada beton kuat desak tinggi dianjurkan memakai dari batu kapur (CaCo 3 ), tanah liat dan bahan dasar
agregat dengan ukuran besar butir maksimum 20 berkadar besi. Semen Portland terdiri dari 4 unsur
mm. yang paling penting yaitu :
1. Trikalsium Silikat (C 3 S) atau 3CaO.SiO 2
A. Agregat 2. Dikalsium Silikat (C 2 S) atau 2CaO.SiO 2
Agregat dalam SNI T-15-1991-03 3. Trikalsium Aluminat (C 3 A) atau 3CaO.Al 2 O 3
didefinisikan sebagai material granular misalnya : 4. Tetra Kalsium Alumino Ferrite (CaAF) atau
(pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi) 4CaOAl 2 O 3 Fe 2 O 3
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik D. Air
atau adukan. Berdasarkan ukurannya agregat Air diperlukan sebagai bahan dasar pembuat
dibedakan menjadi : beton karena air diperlukan untuk bereaksi dengan
1. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm. semen dan juga membuat semen menjadi pasta
2. Kerikil (aggregat kasar), untuk butiran antara sehingga adukan menjadi mudah dikerjakan. Air
5 mm dan 40 mm. juga diperlukan dalam proses hidrasi semen, sehingga
3. Pasir (aggregat halus), untuk butiran antara antara semen dengan agregat ada lekatan. Air yang
0,15 mm dan 5 mm. terlalu banyak unsur kimia yang melemahkan seperti
Tingkat kekuatan beton tidak lebih tinggi dari : asam, gula, sulfat dan klorida tentu saja tidak
pada kekuatan agregatnya, oleh sebab itu digunakan. Dalam hal khusus, air laut juga dapat
sepanjang kuat desak agregat lebih tinggi dari digunakan.
pada beton yang dihasilkan dari agregat tersebut, E. Perawatan Beton
maka agregat tersebut masih dianggap cukup Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga
kuat. Ada dua sebab yang dapat membuat butir- agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak
butir agregat bisa bersifat kurang kuat yaitu, adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap
karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri cukup keras. Kelembaban permukaan beton itu harus
dari partikel-partikel yang kuat tetapi tidak terikat dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi
dengan kuat, jadi bahan ikatannya yang kurang semen dan pasir) berlangsung dengan sempurna.
kuat, menurut Tjokrodimuljo, K. (1996). Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang
B. Batu Putih kurang kuat, dan juga timbul retak-retak. Selain itu,
Batu putih Gunung Kidul termasuk batu kelembaban permukaan tadi juga menambah beton
kalsit, yang umumnya juga dijumpai berasosiasi lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air, menurut
dengan batu gamping khususnya batu gamping Tjokrodimuljo, K. (1996).
non klastik dan terbentuk karena beberapa faktor Cara perawatan beton yang biasa dilakukan
yaitu : terhadap contoh beton yang berbentuk kubus atau
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 217
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
silinder adalah : menaruh beton segar di dalam beton, agar dapat langsung diterapkan dalam
ruangan yang lembab, menaruh beton segar diatas praktek praktek pelaksanaan pembangunan.
genangan air dan menaruh beton segar di dalam 2. Mendapatkan bahan susun beton yang baru yaitu
air. Dan cara perawatan beton yang biasa menggunakan bahan yang tersedia di sekitar
dilakukan untuk beton segar dilapangan / di proyek terutama di daerah daerah pegunungan
proyek adalah : menyelimuti permukaan beton yang banyak mengandung batu putih.
dengan karung basah, menggenangi permukaan Penggunaan material lokal diharapkan mampu
beton dengan air dan menyirami permukaan beton mengatasi keterbatasan bahan susun beton di daerah
setiap saat secara terus-menerus. tertentu sehingga mampu menekan biaya ongkos
Untuk memeriksa mutu pelaksanaan transportasi dan untuk menggali potensi material
perawatan dan perlindungan dari beton yang lokal sehingga bisa diterima masyarakat umum.
dibuat di lapangan, dilakukan dengan membuat Perawatan beton harus dilakukan sejak beton
benda uji silinder beton yang dirawat dilapangan dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras,
yang dicetak pada saat yang sama dan diambil perawatan tersebut dilakukan untuk menjaga agar
dari contoh yang sama dengan benda uji yang permukaan beton segar selalu lembab. Untuk
dirawat di laboratorium. Perawatan benda uji di menghasilkan kekuatan beton yang baik, kelembaban
lapangan harus sama dengan kondisi perawatan permukaan beton harus selalu dijaga agar proses
beton yang sebenarnya di lapangan. hidrasi semen berlangsung dengan sempurna,
mengurangi retak-retak pada permukaan beton, dan
F. Pengujian Kuat Desak
beton menjadi lebih tahan cuaca serta lebih kedap air.
Pada umumnya bahwa sifat beton akan lebih
Kekuatan dari beton antara lain tergantung dari
baik apabila kuat desaknya tinggi. Maka untuk
jenis bahan susun yang digunakan dan perawatan
meninjau mutu beton, biasanya secara kasar
beton, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk
ditinjau dari kuat desaknya saja. Dalam
melihat : sejauh mana fungsi perawatan beton yang
menyatakan nilai kuat desak beton dilakukan
menggunakan material pengganti agregat kasar
dengan tata cara pengujian standar, menggunakan
dengan batu putih di dalam peningkatan kuat desak
mesin uji dengan cara memberikan beban desak
beton.
bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu atas benda uji silinder beton (diameter METODE PENELITIAN
150 mm dan tinggi 300 mm) sampai hancur.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini
G. Metode Perencanaan Campuran Beton adalah metode eksperimen, yaitu penelitian yang
Perencanaan campuran beton adalah untuk bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
menentukan jumlah masing-masing bahan yang antara satu sama lain dan membandingkan hasilnya.
akan digunakan dalam adukan beton. Perencanan Pada penelitian ini dipakai percobaan langsung di
adukan beton dalam penelitian ini menggunakan Laboratorium. Metode penelitian yang digunakan
cara Inggris (The British Mix Design Method) disesuaikan dengan prosedur, alat serta jenis
yang tercantum dalam Design of Normal penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan
Concrete Mixes, yang di Indonesia cara ini sistimatis dan lancar. Metode yang digunakan pada
dikenal dengan cara DOE (Departement of penelitian ini adalah :
Environment). Cara DOE ini dipakai sebagai
1. Tahap perumusan masalah, tahap ini meliputi
standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan
perumusan topik penelitian termasuk perumusan
Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku
serta pembatasan masalah.
standar No. SK-SNI-T-15-1990-03 tentang Tata
2. Tahap perumusan teori, pada tahap ini
Cara Pembuatan Rencana Beton Normal
dilakukan pengkajian pustaka terhadap teori
(Tjokrodimuljo, K. (1996)).
yang melandasi penelitian serta ketentuan-
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ketentuan yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
3. Tahap perancangan dan pelaksanaan,
perbandingan dari hasil uji desak beton terhadap
perancangan dalam penelitian ini menggunakan
benda uji yang dilakukan perawatan dan benda uji
metode The British Standart yang juga dipakai di
yang tidak dilakukan perawatan. Dari hasil
Indonesia saat ini (SK SNI-T-15-1990-03).
pengujian ini diharapkan dapat diketahui seberapa
4. Tahap analisa dan pembahasan, analisa
besar fungsi perawatan dan dapat diketahui
dilakukan terhadap hasil uji laboratorium. Hasil
kelayakan penggunaan batu putih sebagai bahan
uji laboratorium tersebut dicatat dan pembahasan
campuran dalam adukan beton.
dilakukan berdasarkan teori yang melandasi.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
5. Kesimpulan, dari hasil uji percobaan dapat
akan diperoleh beberapa manfaat yaitu :
diambil kesimpulan berdasarkan teori yang
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam
digunakan dan untuk menjawab pemecahan
bidang Teknik Sipil khususnya teknologi
terhadap permasalahan.
Jumlah benda uji yang digunakan sebanyak sebanyak 5 buah benda uji yang dilakukan perawatan
40 buah dengan variasi 0% dan 100% dari berat (direndam didalam air) dan 5 benda uji tanpa
agregat kasar dalam adukan beton. Pengujian kuat perawatan. Untuk lebih jelasnya rincian benda uji
desak beton dilakukan pada beton berumur 14 yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
hari dan 28 hari dengan masing-masing variasi
Adapun garis besar pelaksanaan penelitian berbagai cara perawatan beton terhadap kuat desak beton
dengan menggunakan batu putih Gunung Kidul sebagai material pengganti agregat kasar dapat dilihat pada
flowchart Gambar 1.
maka pasir dibasahi sebelumnya kemudian hancur), Beban maksimum tersebut dicatat. Kuat
diangin-anginkan. desak beton dihitung menurut rumus :
c. Agregat kasar (split) P
Agregat kasar yang digunakan adalah f c'
agregat alami yang dipecahkan (split), A
berasal dari Clereng, Yogyakarta. Pada (1)
penelitian ini digunakan split dengan Keterangan :
diameter maksimum 20 mm. Sebelum f c' = kuat desak beton (kg / cm2)
dicampur dalam adukan beton, split disiram P = Beban maksimum (kg)
dengan air dan diangin-anginkan sehingga A = Luas penampang (cm2)
tercapai kondisi kering jenuh permukaan.
d. Batu Putih HASIL DAN PEMBAHASAN
Batu putih yang digunakan dalam penelitian A. Pemeriksaan Gradasi
ini diperoleh dari pecahanpecahan batu Analisis gradasi dilakukan terhadap agregat
putih sisa kerajinan batu putih. Batu putih halus (pasir) dan agregat kasar (split). Agregat halus
yang digunakan berdiameter maksimum 20 yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kali
mm. Krasak dan agregat kasar yang digunakan dalam
e. Air penelitian ini berasal dari Clereng.
Air yang digunakan dalam penelitian ini
adalah air yang diambil dari Laboratorium Nilai modulus halus butir pasir Krasak 2,9054
Bahan Bangunan STTNAS Yogyakarta. masih memenuhi syarat modulus halus butir pasir
Secara visual dapat diamati kondisi air dalam yang ditentukan yaitu antara 1,5 3,8 dan nilai
keadaan jernih dan tidak berbau. modulus halus butir split Clereng 6,5374 masih
memenuhi syarat modulus halus butir yang
B. Perawatan ditentukan yaitu antara 5 8 (Tjokrodimuljo, K.
Setelah 24 jam cetakan silinder dibuka, (1996)).
kemudian dilakukan perawatan beton. Perawatan Analisis gradasi pasir menunjukkan pasir Krasak
beton dilakukan untuk menjamin berlangsungnya yang digunakan sebagai benda uji masuk pada
proses hidrasi semen dengan sempurna, hal ini gradasi daerah 2, bahwa garis grafik pasir Krasak
dapat dilakukan dengan menjaga kelembaban masuk dalam batas-batas gradasi daerah 2 yaitu
permukaan beton. Bila hal ini tidak dilakukan tergolong pada pasir agak kasar.
beton kurang kuat dan timbul retak-retak. Analisis gradasi split menunjukkan split Clereng
Pada penelitian ini dilakukan perawatan yang digunakan sebagai benda uji masuk dalam
dengan merendam benda uji silinder beton ke
syarat gradasi 20 mm, bahwa garis grafik split
dalam kolam berisi air selama 13 hari untuk
Clereng masuk dalam batas-batas gradasi 20 mm.
pengujian umur 14 hari dan 27 hari untuk
pengujian umur 28 hari. B. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air
Hasil analisis berat jenis pasir Krasar sebesar
C. Pengujian
2,6665 gram/cm3 dan kerikil Clereng 2,5148
Setelah perendaman selesai lalu benda uji
gram/cm3, kedua jenis agregat tersebut termasuk
dikeluarkan dari kolam air dan diletakkan di
agregat normal karena berat jenisnya masih dalam
tempat yang teduh selama 1 hari untuk
batas 2,5 2,7 (Tjokrodimuljo, K. (1996)).
selanjutnya dilakukan pengujian. Pengujian pada
Kemampuan menyerap air untuk pasir Krasak
penelitian ini menggunakan mesin uji merk ELE
sebesar 2,1367 % dan split Clereng 3,0141 %.
berkapasitas 100 ton.
Pengujian dilakukan sebagai berikut : C. Pengujian Desak Beton
a. Pemeriksaan berat dan dimensi Untuk hasil pengujian kuat desak beton
Benda uji diukur dimensinya yaitu tinggi dan dapat diperoleh dengan menggunakan
diameternya. Untuk memperkecil kesalahan
dalam pengukuran, sisi silinder beton diukur Rumus (1). Pengujian kuat desak beton
3 kali dengan tempat pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 berikut.
berbeda, kemudian diambil rata-ratanya.
Benda uji ditimbang untuk mengetahui Tabel 2. Hasil Uji Desak Beton Umur 14 Hari
beratnya. Terawat Tak Terawat
b. Pengujian kuat desak beton Keterangan BP BP
Pertama-tama letakkan benda uji silinder Normal
100%
Normal
100%
beton pada mesin uji desak, kemudiam mesin Kode BU NRt 1 BPt 1 NRtt 1 BPtt 1
uji desak dijalankan dengan besar
Dia. (cm) 15.10 14.95 15.00 15.10
pembebanan secara bertahap mulai dengan
nol sampai beban maksimum (benda uji Tinggi (cm) 30.30 29.60 30.00 30.20
Berat (kg) 12.70 10.65 12.20 9.90
Pmaks. (kN) 254.30 160.60 385.10 142.00 Berat (kg) 12.70 10.20 12.50 9.90
f c (MPa) 14.19 9.15 21.78 7.93 Pmaks. (kN) 420.70 200.10 325.80 231.50
Kode BU NRt 2 BPt 2 NRtt 2 BPtt 2 f c (MPa) 23.80 11.17 17.26 12.92
Dia. (cm) 15.10 15.05 15.00 15.10 Kode BU NRt 10 BPt 10 NRtt 10 BPtt 10
Tinggi (cm) 30.20 30.30 30.00 30.10 Dia. (cm) 14.00 14.90 15.00 15.20
Berat (kg) 12.60 10.70 12.40 10.30 Tinggi (cm) 32.00 30.40 31.00 30.50
Pmaks. (kN) 384.30 180.90 322.20 211.90 Berat (kg) 12.60 9.98 12.60 10.30
f c (MPa) 21.45 10.16 18.23 11.83 Pmaks. (kN) 390.50 187.60 395.40 251.20
Kode BU NRt 3 BPt 3 NRtt 3 BPtt 3 f c (MPa) 25.36 10.75 22.37 13.84
Dia. (cm) 15.00 15.00 14.90 15.10 Dari nilai yang tertera pada Tabel 2, 3 dan
Tinggi (cm) 30.15 29.90 30.10 30.30 Gambar 2, dapat dilihat bahwa untuk beton normal
Berat (kg) 12.90 10.50 12.60 9.90 kuat desak beton yang dirawat diperoleh hasil 23,17
MPa dan yang tidak dirawat diperoleh hasil 16,21
Pmaks. (kN) 400.60 221.40 339.30 190.70
MPa; hal ini menunjukkan besarnya pengaruh
f c (MPa) 22.66 12.52 19.45 10.64 perawatan pada beton. Untuk beton dengan Batu
Kode BU NRt 4 BPt 4 NRtt 4 BPtt 4 Putih menunjukkan hal yang sebaliknya, untuk
Dia. (cm) 15.10 15.00 15.00 15.20 beton dengan Batu Putih yang dirawat besarnya
Tinggi (cm) 30.15 30.00 30.00 30.10 kuat desak 9,25 MPa dan yang tidak dirawat sebesar
Berat (kg) 12.60 10.50 12.50 10.10
12,20 MPa; hal ini menunjukkan bahwa untuk beton
dengan menggunakan material Batu Putih tidak
Pmaks. (kN) 358.80 189.00 331.40 200.10
memerlukan perawatan.
f c (MPa) 20.03 10.69 18.75 11.02
Kode BU NRt 5 BPt 5 NRtt 5 BPtt 5
30
Dia. (cm) 15.00 15.20 15.20 15.30 23,17
25
Kuat Desak (MPa)
0
Tabel 3. Hasil Uji Desak Beton Umur 28 Hari NRt BPt NRtt BPtt
Terawat Tak Terawat Nam a Benda Uji
Keterangan BP BP
Normal Normal Gambar 2. Kuat Desak Rerata Beton
100% 100%
Kode BU NRt 6 BPt 6 NRtt 6 BPtt 6
Dia. (cm) 14.50 14.80 15.00 15.00
Keterangan :
NRt : Beton normal yang terawat
Tinggi (cm) 33.00 32.00 31.00 31.00
BPt : Beton Batu Putih yang terawat
Berat (kg) 12.30 10.70 12.50 9.80 NRtt : Beton normal yang tak terawat
Pmaks. (kN) 332.20 125.20 431.30 181.70 BPtt : Beton Batu Putih yang tak terawat
f c (MPa) 20.11 7.27 24.40 10.28
Kode BU NRt 7 BPt 7 NRtt 7 BPtt 7 Untuk beton normal, pengaruh dari perawatan
Dia. (cm) 15.00 15.00 15.00 14.80
adalah untuk menjaga permukaan beton selalu
lembab sejak beton dipadatkan sampai beton
Tinggi (cm) 31.00 29.00 30.50 30.00
dianggap cukup keras. Kelembaban permukaan
Berat (kg) 12.80 10.70 12.50 10.20 betonnya harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi
Pmaks. (kN) 428.00 181.60 435.20 230.70 semen (reaksi semen dan pasir) berlangsung dengan
f c (MPa) 24.21 10.27 24.62 13.40 sempurna. Karena pada beton normal material yang
Kode BU NRt 8 BPt 8 NRtt 8 BPtt 8 terkandung adalah kerikil, pasir, semen dan air tanpa
ada tambahan bahan yang lain; maka adukan beton
Dia. (cm) 15.00 15.00 15.00 15.00
ini memerlukan perawatan.
Tinggi (cm) 32.00 30.00 29.00 30.50
Untuk Beton Batu Putih yang tak terawat,
Berat (kg) 12.80 10.10 12.40 10.00 dengan melihat kuat desak yang dihasilkan tersebut
Pmaks. (kN) 447.10 190.30 407.20 233.00 menunjukkan fenomena bahwa unsur-unsur yang
f c (MPa) 25.29 10.76 23.03 13.18 terkandung didalam batu putih seperti CaCo 3 , SiO 2,
Kode BU NRt 9 BPt 9 NRtt 9 BPtt 9
MgO, Al 2 O 3, Fe 2 O 3 dan TiO 2 mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap kuat desak beton.
Dia. (cm) 15.00 15.10 15.50 15.10
Untuk beton dengan Batu Putih yang dirawat kuat
Tinggi (cm) 31.00 31.00 31.00 31.00
B. Saran
Beberapa saran-saran yang dapat diberikan
dan perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut
:
1. Apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis maka perlu juga dilakukan analisis
kelayakan batu putih sebagai pengganti
agregat diantaranya pengujian keausan dan
dimungkinkan juga sifat kimia batu putih.
2. Dengan melihat nilai kuat desak yang tidak
dirawat untuk adukan beton normal 16,21
MPa dan beton Batu Putih 12,20
dikarenakan wilayah Gunung Kidul
merupakan wilayah yang keberadaan airnya
terbatas, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang besarnya persentase
penambahan Batu Putih pada adukan beton.
Marwanto
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
marwantokotagede@gmail.com
ABSTRAK
Beton dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal berupa pasir dan batu pecah, yang dicampur dengan semen dan
air dalam proporsi campuran tertentu. Kelemahan yang ada pada beton tersebut telah dapat diatasi dengan
memberikan baja tulangan yang ditempatkan pada elemen struktur pada posisi yang benar. Dengan
menambahkan serat dapat memperbaiki kinerja beton yaitu mengurangi terjadinya retak yang disebabkan oleh
panas hidrasi saat pencampuran bahan susun beton maupun akibat pembebanan.
Dalam penelitian ini limbah mesin bubut dimaksudkan sebagai serat dalam beton yang berbentuk gumpalan
serat seperti kawat baja yang tidak teratur dengan penampang rata-rata 0,18 mm x 1,9 mm dan panjang serat
tersebut dipotong dengan panjang yang bervariasi antara 60 sampai 150 mm. Dalam penelitian ini serat
diasumsikan sebagai pengganti sebagian agregat kasar yang bentuknya sangat tidak bulat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memsubstitusikan limbah serutan baja kedalam adukan beton
ternyata dapat meningkatkan kinerja beton yaitu dapat menaikkan nilai kuat desak beton dan kuat tarik beton
masing-masing mencapai 14,16 % dan 53,53 %.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
pemakaian limbah serutan baja yang ditambahkan
Persiapan
kasar/halu
serutan
pengujian bahan
- berat jenis pengujian
- berat satuan bahan
- gradasi butiran
Perencanaan campuran:
- beton normal
- beton serat
Perawatan
benda uji
Pengujian
benda uji
Analisis dan
pembahasan
Selesai
Menurut Suhendro (2000), bahwa kuat tarik bahan Pengujian silinder beton
serat lokal dari kawat baja, kawat bendrat dan Setelah benda uji berupa silinder beton selesai
kawat biasa berturut-turut adalah 230 MPa; 38,5 dibuat, dirawan dan dalam umur sesuai aturan
MPa dan 25 MPa. Jadi apabila dilihat dari nilai pengujian, maka dilakukan pengujian kuat desak
kuat tarik limbah serutan baja yang cukup tinggi dan kuat tarik belah beton. Hasil pengujian kuat
tersebut diatas, nilai ini jauh melebihi nilai kuat desak silinder beton ditunjukkan pada Tabel 3 atau
tarik kawat bendrat 38,5 MPa dan kawat biasa 25 pada Gambar 2 sedangkan pengujian kuat tarik
MPa, maka limbah serutan baja ini layak beton seperti ditunjukkan pada Tabel 4 atau pada
dipertimbangan sebagai bahan serat untuk struktur Gambar 3.
beton serat.
Dari data-data diatas terlihat bahwa dengan dan meningkatnya kuat tarik beton mencapai
mengganti agregat kasar dengan limbah serutan 53,53 %.
baja dapat menaikkan nilai tegangan desak beton 2). Penggunaan beton serat serutan baja ini dapat
mencapai 14,16 % sedangkan kuat tarik beton memanfaatkan limbah mesin bubut yang
meningkat cukup tajam mencapai 53,53 %. kurang bernilai ekonomis.
Naiknya kuat tarik beton diindikasikan dapat 3). Jika dilihat dari hasil pengujian desak maupun
mereduksi terjadinya retak-retak pada beton. tarik beton, bekas silinder yang pecah ternyata
serat serutan baja tidak terlepas tapi putus, hal
KESIMPULAN ini meng-indikasikan serat telah bekerja
Berdasarkan hasil percobaan pengujian kuat desak dengan baik.
dan kuat taril beton yang telah dilakukan pada
penelitian ini, baik untuk beton normal maupun
beton serat serutan baja diperoleh beberapa DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut : Badan Standardisasi Nasional, SK SNI 03-xxx-
1). Pemakaian serat serutan baja sebagai 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
pengganti agregat kasar ini dapat untuk Bangunan Gedung.
meningkatkan kinerja beton yaitu Purwanto, E 1996, Pengaruh Pemakaian Fiber
meningkatnya kuat desak mencapai 14,16 %, Lokal pada Kuat Torsi Balok Beton
Lilis Zulaicha
ABSTRAK
Ada beberapa serat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton. Penelitian ini memanfaatkan
jenis serat baja Harex SF yang sebelumnya hanya terbatas pemakaiannya yaitu hanya pada struktur lantai.
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa pemakaian serat baja HAREX SF dapat
meningkatkan kuat tekan. Serat baja yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan prosentase 1% - 4% dari
berat campuran beton dan melakukan kontrol kualitas untuk kuat tekan beton pada umur 28 hari. Dari
penelitian ini diperoleh nilai 3% sebagai nilai optimum dan nilai ini dipakai untuk penelitian kuat tekan
selanjutnya serta membandingkan hasilnya dengan beton normal. Dari pengujian yang telah dilakukan
diperoleh hasil: Kuat tekan beton serat 3% mengalami peningkatan sebesar 12,35% dari kuat tekan beton
normal.
ABSTRACT
There are some fiber that can be used to repair concrete characters. this examination makes use steel fiber
kind Harex SF previous only limited the use that is only in floor structure. The aim from this examination be
meant to prove that steel fiber use Harex SF can increase tension strength of concrete all at once detect
distribution and orientation from steel fiber. Steel fiber that worn in this examination uses prosentase 1% - 4%
from heavy concrete mixture and do quality control to compression strength of concrete in age 28 days. From
this examination is got value 3% as optimum value and this value is worn for compression strength of concrete
examination, with compare the result with normal concrete. From testing that done got result: compression
strength of fiber concrete 3% experience enhanced as big as 12,35% compared compression strength of normal
concrete
retakan beton di daerah tarik yang terlalu dini walau jumlah retak bertambah. Jumlah retak
akibat pembebanan (Soroushian & Bayasi 1987). banyak dengan lebar retak yang kecil tidak
Dengan penambahan serat ini ternyata menjadikan membahayakan suatu struktur karena dengan lebar
beton menjadi tahan retak dan tahan benturan serta halus kedalaman retak sepanjang tinggi struktur
dapat memperbaiki sifat-sifat sebagai berikut : akan berkurang.
- Beton akan menjadi lebih daktail Perbandingan antara l (panjang) dan d (lebar
- Ketahanan terhadap kejut serat) akan berpengaruh pada system
- Peningkatan kuat tarik dan atau lentur pelaksanaannya. Untuk l/d < 45, pencampuran serat
ke dalam beton tidak memerlukan teknik tertentu.
- Daya tahan lelah (fatique)
Apabila 45 < l/d < 100, pencampuran memerlukan
- Susut teknik tertentu agar dapat homogen. Untuk l/d >
- Tahan terhadap aus 100, hampir tidak mungkin dilaksanakan agar
Penambahan serat pada akhir pengadukan spesi homogen, jalan keluarnya dengan membuat
menghasilkan adukan beton dengan penyebaran kelompok. l/d di atas hanya untuk serat dengan
serat yang merata berorientasi random, asal kadar penampang bulat. Untuk penampang persegi atau
serat tidak melebihi kadar maksimumnya. Pada lonjong l/d < 45 (pada umumnya) maka tidak
kadar yang terlalu tinggi akan menyebabkan memerlukan teknis pencampuran yang khusus agar
penggumpalan/pengelompokan pada serat-serat homogen. Fiber Volume Fraction,vf adalah
seperti bola-bola serat. Keadaan ini akan banyak prosentase/konsentrasi bagian serat dalam satuan
mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan. volume beton.
Penambahan serat dengan orientasi random akan
meningkatkan kuat lentur beton serat dibandingkan
beton non- serat. Sifat getas dari beton dapat diatasi Vf = dengan
oleh fiber sehingga beton fiber menjadi liat (Swamy
= Jumlah luasan serat
dan Al-Noori, 1975). Selain itu serat pada adukan
menambah kekakuan dan mengurangi lendutan atau = Luas penampang serat
defleksi (Swamy dkk, 1979). = Sudut antara sumbu serat dengan garis sumbu
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil spesimen
pencampuran serat dalam beton yaitu : Makin besar volume fraction dari serat yang
2. Tipe serat ditambahkan pada campuran beton, semakin
3. Rasio kelangsingan, l/d dari serat meningkat kekuatan beton serat yang dihasilkan.
4. Fiber volume fraction, vf Namun prosentase peningkatan mutu berkurang
Tipe serat berbeda dari jenis bahan yang dipakai, bila vf melebihi vf maksimum dari berat tersebut.
juga bisa berbeda pada bentuknya. Serat atau fiber Salah satu serat yang saat ini banyak dipakai
dari bahan yang sama, tetapi bentuknya berbeda adalah Merk HAREX SF yang pada awal di
mempunyai efek yang berlainan apabila produksi pemakaiannya masih terbatas untuk
dicampurkan pada beton. Ada berbagai macam kekuatan lantai. Serat HAREX SF ini mempunyai
bentuk serat dan ukuran penampang serat. Untuk keuntungan-keuntungan antara lain :
penampang bujur sangkar, empat persegi panjang Meningkatkan kekuatan lentur
mempunyai panjang rata-rata dari 6-60 mm, lebar Meningkatkan tahanan kejut
0,5 x 0,5 mm sampai dengan 1 x 1 mm dan untuk Efektif untuk kekuatan pada tepi dan sudut-
penampang bulat mempunyai diameter ekivalen sudut beton (joint)
dari 0,5 mm sampai dengan 1 mm. Rasio Tidak ada balling effect pada beton
kelangsingan, l/d dari serat adalah perbandingan Tidak ada kegagalan pada kekuatan beton
antara panjang serat dengan diameter serat. Tidak berpengaruh terhadap workability
Semakin kecil diameter semakin besar rasio Memberikan reduksi terhadap retak yang
kelangsingannya. Hal ini berarti serat-serat tersebut diakibatkan oleh susut
semakin halus. Rasio kelangsingan yang semakin Selain itu HAREX SF memberikan keuntungan
besar (diameter tidak terlalu kecil) akan banyak dalam segi ekonomi, yaitu :
mempengaruhi workability beton. Workability Aman untuk beton
beton akan menurun dan kemungkinan beton akan Lapisan beton diatas sub base dapat
keropos semakin besar. Namun bila workability dihilangkan khusus untuk keperluan lantai
bisa dipertahankan baik, semakin besar kehalusan Meningkatkan beban retak
serat, lebar retak dan jarak retak akan berkurang
Gambar 1 . Peningkatan beban retak Gambar 2. Reduksi terhadap retak yang diakibatkan
oleh susut
Untuk serat baja HAREX SF ini belum
f c ={0,75 + 0,2
pernah dilakukan pengujian tekan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pemakaiannya yang f c = kuat tekan beton yang disarankan (MPa)
hanya untuk kebutuhan kekuatan lantai. dengan bentuk silinder
Kekuatan tekan beton tergantung pada air = kuat tekan beton (MPa) yang didapat dari
semen, selain itu juga tergantung dari pemadatan benda uji kubus dengan sisi 150 mm
saat pelaksanaan. Kekuatan tekan beton fc
ditentukan dari hasil percobaan pada silinder
standar berukuran 15 cm x 30 cm yang dirawat di METODE PENELITIAN
bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan
pembebanan tertentu (sebesar 6 4 kg/cm2 tiap Metodologi penelitian adalah angkah-langkah
detik) pada umur 28 hari. atau cara-cara penelitian suatu masalah, gejala,
Kekuatan beton pada specimen yang berbeda fenomena dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan
adalah tidak sama. Kekuatan pada benda uji kubus jawaban yang rasional. Dalam penelitian ini dipakai
adalah 0,85 dari kekuatan silinder 150 mm x 300 metode eksperimental dengan tahapan-tahapan
mm atau dengan rumus : seperti dibawah ini :
Perbaikan
Pembuatan adukan beton
Tidak Baik
Tes
slump
Baik
Perawatan
Tahap III
Kesimpulan Tahap V
Pada tahap yang ke IV dilakukan dua langkah pengujian seperti pada skema di bawah ini :
Tahap 1V ( Uji Kadar Optimum Pemakaian Harex SF di Tinjau dari Workability) :
SF 1 % 28 hari 3 sample
SF 2 % 28 hari 3 sample
BETON Kuat Beton Silinder
25 MPa 10 x 20 cm SF 3 % 28 hari 3 sample
SF 4 % 28 hari 3 sample
B. Hasil Percobaan Kuat Tekan Beton Normal Tabel.4. Uji Kuat Tekan Beton dengan Kadar
Serat 3 %
Tabel.2. Uji Kuat Tekan Beton Normal
No. Umur Berat Tekanan Tekanan Tegangan
No Umur Berat Tekanan Tekanan Tegangan (hari) (kg) Hancur Rata-rata Hancur
. (hari) (kg) Hancur Rata-rata Hancur (kg) (kg/cm2)
(kg) (kg/cm2) 1. 3 3,92 9600 122,231
1. 3 3,85 10550 134,327 2. 3 3,91 10750 10017 136,873
2. 3 3,87 8950 9417 113,955 3. 3 3,90 9700 123,504
3. 3 3,85 8750 111,408 4. 7 3,91 15800 201,171
4. 7 3,83 13000 165,521 5. 7 3,93 13700 14767 174,433
5. 7 3,87 12850 13000 163,611 6. 7 3,91 14800 188,439
6. 7 3,85 13150 167,431 7. 14 3,93 20050 255,284
7. 14 3,88 18750 238,732 8. 14 3,89 19850 19984 252,738
8. 14 3,85 17850 18484 227,273 9. 14 3,89 20050 255,284
9. 14 3,81 18850 240,005 10. 21 3,87 20350 259,104
10. 21 3,84 19750 251,464 11. 21 3,89 23800 21967 303,03
11. 21 3,83 20600 20284 262,287 12. 21 3,91 21750 276,929
12. 21 3,85 20500 261,014 13. 28 3,91 25700 327,222
13. 28 3,83 21600 275,019 14. 28 3,89 22500 24267 286,478
14. 28 3,83 22150 21600 282,022 15. 28 3,89 24600 313,216
15. 28 3,85 21050 268,016
KESIMPULAN
Lilik Karnaen
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Abstrak
Pembangunan sarana fisik di Indonesia umumnya dikerjakan oleh pihak swasta dimana pemerintah
bertindak sebagai pemilik proyek. Kerja sama pemilik dan pelaksana pembangunan pada kenyataannya sering
mengalami hambatan-hambatan dan menimbulkan perselisihan. Jalur penyelesaian perselisihan bidang
konstruksi ini ada 2 macam yaitu jalur non-litigas yang terdiri dari negosiasi, meditasi dan arbitrasi, serta jalur
litigasi atau melalui pengadilan negeri. Dalam prakteknya jalur yang sering digunakan oleh para pelaku bisnis
konstruksi untuk penyelesaian perselisihan adalah jalur non-litigasi khususnya metode negosiasi. Studi ini
mengkaji pendapat-pendapat dari para pemilik proyek maupun kontraktor tentang metode penyelesaian sengketa
negosiasi, faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga metode tersebut lebih disukai, dan efektifitas keputusan
yang diambil.
Data untuk penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan didukung dengan wawancara terstruktur
kepada responden di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang dan Jakarta. Data tersebut dianalisis
menggunakan Program Statistik SPSS 6,0 for Windows, metode Kendall Concordance Analysis, untuk
menentukan prioritas ranking pilihan para responden.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penyelesaian perselisihan dengan metode negosiasi memang menjadi
pilihan utama para pelaku bisnis konstruksi. Keputusan akhir hasil metode tersebut mempunyai kekuatan hukum
karena dituangkan dalam suatu berita acara bermeterai yang ditanda tangani para pihak yang bersengketa.
Prosesnya cepat karena prosedurnya tidak berbelit-belit dan biaya yang dibutuhkan relatif murah. Karena proses
negosiasi dilakukan secara tertutup. Privacy para pihak yang bersengketa dapat dijamin. Keputusan akhirnya
dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya dipantau bersama oleh pihak-pihak yang terkait. Arbitrasi merupakan
jalan penyelesaian terbaik bila metode negosiasi tidak dapat mencapai kesepakatan. Studi ini menemukan bahwa
arbitrasi kurang disukai karena lamanya waktu penyelesaian, besarnya biaya yang harus dikeluarkan para pihak
serta tidak ada jaminan privacy.
Kata kunci : konstruksi, perselisihan, kontraktor, negosiasi
Perselisihan akibat masalah teknis antara lain Mengidentifikasikan metode negosiasi yang
disebabkan oleh : hambatan atau gangguan dari dilakukan mempunyai kekuatan hukum, dapat
alam, hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, dilaksanakan secara efektif serta
adanya perubahan disain dari owner sehingga menguntungkan para pihak yang berselisih.
pekerjaan berikutnya tertunda. Sedangkan
penyebab perselisihan masalah non teknis antara METODE PENELITIAN
lain : kenaikan harga material yang terlalu besar Dalam penelitian ini digunakan penelitian
dan keterlambatan pembayaran dari owner. lapangan yang didukung oleh kepustakaan yang
Sesungguhnya perselisihan yang terjadi dapat berhubungan dengan pokok permasalahan yang
diselesaikan melalui jalur litigasi maupun non- akan diteliti, sehingga hasil yang didapatkan
litigasi dengan menggunakan arbitrasi, mediasi atau merupakan gabungan dari teori dan kenyataan di
negosiasi tetapi di Indonesia pada umumnya lapangan. Sasaran responden dalam penelitian ini
perselisihan dalam bidang konstruksi diselesaikan adalah para kontraktor dan pemilik proyek yang
melalui jalur non-litigas yaitu menggunakan pernah mengalami sengketa dalam kontrak
metode negosiasi. konstruksinya. Responden yang dipilih adalah para
kontraktor dan pemilik proyek dari beberapa kota
PERMASALAHAN antara lain :
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada a. Jakarta dan Surabaya yang perkembangan
pendahuluan maka permasalahan yang timbul dan industri konstruksinya maju demikian
perlu ditinjau dalam sengketa bidang konstruksi pesatnya.
adalah : b. Semarang dan Yogyakarta yang perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga industri konstruksinya juga cukup pesat.
para pihak yang bersengketa lebih suka atau Dipilihnya dua tipe responden karena ingin
tidak suka menggunakan metode negosiasi diketahui perbedaan persepsi terhadap penyelesaian
sebagai pilihan penyelesaian perselisihan di masalah perselisihan bidang konstruksi ini antara
bidang konstruksi ditinjau dari segi yuridis- pihak pemilik proyek dan kontraktor karena
ekonomis. biasanya dua grup responden tersebutlah yang
Apabila mereka lebih suka menggunakan terlibat, dan keduanya biasanya berhadapan sebagai
metode negosiasi, perlu ditinjau bahwa metode lawan.
yang digunakan tersebut benar-benar efektif Cara pemilihan dan penggolongan responden
dari segi waktu, ekonomis dalam biaya, tersebut dilakukan dengan purposive random
menguntungkan semua pihak, dan berkekuatan sampling, untuk menentukan daftar para responden
hukum. yang pernah bersengketa dalam kontrak
konstruksinya serta menyelesaikannya dengan
BATASAN MASALAH metode negosiasi.
Dalam penelitian ini diberikan batasan pada Adapun tolok ukur yang akan dipakai secara
masalah agar penulisan ini tidak menyimpang dari kualitatif dan kuantitatif dalam menentukan ratting
tujuan yang hendak dicapai. Responden yang dituju adalah :
pada penelitian ini adalah pimpinan kontraktor atau Alasan dari para pihak untuk lebih suka
yang mewakili perusahaannya, dan para prinsipal menggunakan metode negosiasi sebagai sarana
atau yang mewakili pemilik proyek, untuk penyelesaian sengketa.
memperoleh data tentang apa saja yang mereka Efektifitas metode negosiasi ini dari segi waktu,
tempuh dalam menyelesaikan perselisihan dalam biaya, keputusan, serta bagaimana kekuatan
proyek yang mereka kerjakan serta pertimbangan- hukumnya.
pertimbangan pilihan cara penyelesaian tersebut. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal
Proyek yang ditinjau adalah proyek pemerintah dan 21 September 2009 sampai dengan 29 September
swasta murni. Kontraktor yang dituju sebagai 2009, dengan menggunakan jasa pos untuk kota-
responden adalah kontraktor kelas M 1 dan M 2 yang kota Semarang, Surabaya dan Malang, sedangkan
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang untuk kota Yogyakarta dan Jakarta dilakukan
dan Jakarta. dengan mendatangi langsung para responden
dibantu oleh beberapa orang yang bersedia
TUJUAN PENELITIAN mewakili pengumpulan data sesuai kuesioner yang
Mengidentifikasikan metode penyelesaian disebarkan. Kuesioner dirancang dengan sistem
perselisihan yang digunakan dalam bisnis pilihan berganda (multiple choice) dan pertanyaan
konstruksi oleh para prinsipal maupun bersifat semi terbuka dengan tujuan memberikan
kontraktor. keleluasaan bagi para responden untuk menjawab
Mengidentifikasikan faktor-faktor yang Pertanyaan yang tepat dan sesuai dengan pilihan
membuat mereka lebih suka memilih metode mereka.
negosiasi dalam penyelesaian perselisihan bisnis Kuesioner dibedakan menjadi 2 macam yaitu
konstruksi. kuesioner untuk para kontraktor dan kuesioner
untuk para pemilik proyek. Perbedaan kedua jenis h. Metode penyelesaian perselisihan yang paling
kuesioner ini hanyalah pada data responden, dan diminati
pertanyaan mengenai profil perusahaan tidak i. Waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing
terdapat pada kuesioner untuk para pemilik proyek. metode penyelesaian perselisihan
Setelah seluruh data terkumpul kemudian j. Biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing
dilakukan teknik analisis. Teknik analisis data metode penyelesaian perselisihan
merupakan suatu proses penyederhanaan data ke k. Sifat keputusan akhir dari masing-masing
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan metode penyelesaian yang ditawarkan
diinterpretasikan. Untuk memperoleh data yang l. Kekuatan hukum dari masing-masing metode
sederhana dan mudah dipahami diperlukan media penyelesaian yang ditawarkan
berupa statistik dan pengoperasian paket program m. Prosedur untuk masing-masing metode
SPSS. Proses analisis data dalam penelitian ini penyelesaian yang ditawarkan
adalah mencari prioritas pilihan responden atas cara n. Privacy para pihak yang diakibatkan metode
penyelesaian perselisihan yang ditempuh sekaligus penyelesaian yang ditawarkan
prioritas tentang faktor-faktor yang menyebabkan o. Ketersediaan tenaga ahli dari masing-masing
para responden memilih cara tersebut dan metode penyelesaian yang ditawarkan
efektifitas dari cara atau metode yang dipilih. p. Hubungan para pihak setelah sesudahnya
Metode statistik yang dipakai pada penelitian sesuai metode penyelesaian yang ditawarkan.
ini ialah Kendall Concordance Analysis, yang Selanjutnya dilakukan interpretasi hasil
merupakan metode nonparametrik untuk analisis dan studi banding dimana dalam tahapan
mengidentifikasikan urutan prioritas dengan ini hasil dari tabel, grafik, maupun diagram yang
melihat nilai hasil mean rank. memberikan pengaruh terhadap kesimpulan
Dalam penelitian ini Kendall Concordance penelitian diterangkan dalam bentuk teks sehingga
Analysis digunakan untuk mengidentifikasikan jawaban terhadap permasalahan yang dikemukakan
ranking yang menjadi urutan prioritas pada : terlihat dengan jelas. Setelah dilakukan penjelasan
a. Proses terjadinya perjanjian pemborongan terhadap hasil dari tabel, grafik maupun diagram,
b. Peraturan yang dipakai untuk perjanjian kemudian dilakukan studi banding dengan
pemborongan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau
c. Jenis kontrak yang biasa ditangani dengan dasar teori yang ada sehingga hasil dari
d. Standar atau acuan kontrak yang sering dipakai penelitian ini akan menjadi lebih bermanfaat.
e. Jenis kontrak yang sering menimbulkan klaim
f. Penanggung jawab kesalahan pelaksanaan HASIL ANALISIS
akibat salah perencanaan
g. Penanggung jawab kerusakan akibat force Analisis hasil kuesioner responden dengan metode
majeure Kendall Concordance Analysis sebagai berikut :
e. Penanggung jawab kerugian bila terjadi kesalahan pelaksanaan yang diakibatkan salah perencanaan :
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Pemberi tugas 3.00 1 2.92 1
Kontraktor 1.42 3 1.35 3
Pemberi tugas dan kontraktor 1.58 2 1.73 2
Prosentase dari seluruh responden yang berpartisipasi : 57 responden (76%) selalu memilih negosiasi untuk
menyelesaikan perselisihan mereka sedangkan 18 responden (28%) mengatakan sering memakai metode tersebut
disamping metode lainnya.
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.61 1 3.78 1
Mediasi 1.42 4 1.47 4
Arbitrasi 1.58 3 1.81 3
Litigasi 3.39 2 2.94 2
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.84 1 3.79 1
Mediasi 2.14 3 2.23 3
Arbitrasi 2.31 2 2.48 2
Litigasi 1.70 4 1.50 4
as
DISKUSI 3. Penelitian ini dilakukan di Indonesia khusus
Studi yang dilakukan oleh S.Melanovi (1995), terhadap pemilik proyek pemerintah dan
yang ditulisnya dalam majalah Konstruksi edisi kontraktor BUMN atau swasta murni, tidak
Nopember 1995 mempunyai perbedaan dengan termasuk kontraktor yang joint operation
hasil studi ini yaitu : dengan asing, sehingga belum didapatkan data
a. Negara-negara maju misalnya Inggris, telah bagaimana kontraktor dengan penanaman
mempunyai peraturan perundang-undangan modal asing menyelesaikan perselisihannya
dalam bidang konstruksi yang disebut Official dengan owner di Indonesia, mengingat di
Referees (disahkan dan diumumkan pada tahun negara-negara maju sudah berlaku undang-
1982) dan sejak tahun 1988 memiliki registrasi undang jasa konstruksi yang mengatur tentang
sendiri. Badan ini banyak menyelesaikan perselisihan ini.
berbagai persengketaan dalam bidang 4. Faktor-faktor yang membuat mereka lebih suka
konstruksi menggantikan cara atau metode menggunakan metode negosiasi adalah :
negosiasi. a. Proses metode ini cepat dan prosedurnya
b. Jepang dan Korea sudah memberlakukan praktis serta tidak rumit dengan demikian
undang-undang yang mengatur industri proyek yang mereka kerjakan dapat
konstruksinya yang disebut Construction segera diselesaikan.
Business Law yang diumumkan pada tahun b. Biaya untuk penyelesaian perselisihan
1985. Undang-undang ini mengatur cara dengan metode negosiasi dikategorikan
penyelesaian perselisihan bidang konstruksi murah (<1 % nilai kontrak).
dan metode negosiasi sudah jarang, bahkan c. Keputusan akhir penyelesaian
hampir tidak pernah dipergunakan. perselisihan dengan metode negosiasi adil
dan memuaskan para pihak yang
berselisih.
d. Karena dibuat dalam suatu berita acara
KESIMPULAN yang bermeterai dan ditanda tangani oleh
Dari hasil penelitian dan perbandingan yang para pihak yang berselisih maka
dilakukan dapat disimpilkan sebagai berikut : keputusan akhir yang diterbitkan
1. Perjanjian pemborongan yang lebih besar mempunyai kekuatan hukum serta dapat
frekuensinya menimbulkan klaim adalah dilaksanakan. Mekanisme pelaksanaannya
perjanjian pemborongan dengan harga satuan dipantau oleh para pihak yang menanda
atau unit price. Dari 75 orang responden hanya tangani berita acara tersebut.
23 % yang tidak pernah mengalami klaim e. Dengan menggunakan metode negosiasi
dalam perjanjian pemborongan dengan harga privacy para pihak yang bersengketa tetap
satuan (unit price). terjaga baik sehingga hubungan mereka
2. Seluruh responden yang berpartisipasi baik yang semula baik akan tetap baik.
pemilik proyek maupun kontraktor lebih suka Metode arbitrasi kurang disukai karena
menggunakan metode negosiasi untuk selain biayanya mahal, waktu yang
menyelesaikan perselisihan bidang konstruksi dibutuhkan lama, privacy tidak terjamin.
yang mereka alami. f. Jalur Litigasi paling dihindari oleh para
pelaku bisnis konstruksi karena selain
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 239
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
prosedurnya yang terlalu lama yang Gunning, J.G., (1995), Negotiating Practice in
diakibatkan tenaga ahli yang menangani Construction Management, 11th Conference
amat terbatas, proses penyelesaiannya Proceeding ARCOM, volume II
juga seringkali diketahui umum sehingga McKenna, E. & Beech, N., (1995), The Essence of
nama baik sering dirugikan. Human Resource Management, Prentice hall
International Inc. London.
SARAN-SARAN Melanovi, S., (1995), Majalah Konstruksi, bulan
Permasalahan yang timbul kemudian ialah Nopember, Jakarta
apabila metode negosiasi ternyata tidak mampu Pongoh, T., (1998), Seminar Kontrak Dalam
menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang Bidang Konstruksi, Universitas Atma Jaya,
terjadi. Penggunaan jalur litigasi kecil sekali Yogyakarta
kemungkinannya sedangkan penggunaan mediasi Rifai, M.A., (1997), Pegangan Gaya Penulisan
atau arbitrasi kurang disukai. Penyuntingan dan Penerbitan, Gadjah Mada
Berdasarkan data-data dan keterangan- University Press, Yogyakarta
keterangan yang disampaikan para responden dapat Shahab, H., (1996), Aspek Hukum Dalam Sengketa
disarankan beberapa hal sebagai berikut : Bidang Konstruksi, Penerbit Djambatan,
a. Bila jalur Litigasi akan dijadikan sarana untuk Jakarta
penyelesaian sengketa bidang konstruksi, Sherman, M., Bohlander, G. & Snell, S., (1996),
seharusnyalah Undang-undang Jasa Konstruksi Managing Human Resources, South Western
yang sudah ada didukung pakar bidang ini College Publishing, Cincinnati, Ohio
dalam jumlah yang memadai, sehingga jalur ini Siegel, S. & Castellan, N. Jr., (1988),
dapat dijadikan jaminan bagi para pelaku bisnis Nonparametric Statistics for The Behavioral
konstruksi untuk menyelesaikan perselisihan sciences, Mc Graw Hill, New York.
mereka. Singarimbun, M., & Effendi, S., (1995) Metode
b. Jalur arbitrasi akan merupakan alternatif Penelitian Survai, LP3S, Jakarta
penyelesaian yang baik, seharusnya ditangani Soeharto, B., (1989), Menyiapkan penelitian dan
secara profesional, prosesnya tidak terlalu Penulisan Karya Ilmiah, Penerbit Tarsito,
berbelit-belit dan yang utama kerahasiaan Bandung .
konsumen harus dijaga baik. Penyelesaian Subekti(1987), Hukum Perjanjian, PT Intermasa,
melalui arbiter yang memang tertutup untuk Jakarta
umum harus benar-benar dijaga kerahasiaannya Verma, V. K., (1995), Human Resource Skills for
sehingga para pihak yang bersengketa akan The Project Manager, Project Management
merasa aman privacy-nya, dan tidak ragu-ragu Institute, USA.
lagi memilih jalur ini sebagai sarana
penyelesaian perselisihan bidang konstruksi.
c. Mediasi juga merupakan alternatif yang efektif
kalau saja si mediator yang bersangkutan tidak
merasa dirinya amat penting dan memasang
tarif seenaknya, atau merasa dirinya paling
tahu dan para pihak yang bersengketa harus
mau mengikuti saran dan pendapatnya yang
dianggapnya paling benar. Seorang mediator
seharusnya profesional dan dapat
menempatkan diri bebar-benar sebagai
penengah yang obyektif, terbuka dan netral,
tanpa motivasi untuk keuntungan diri sendiri
atau kelompok tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1996), Syarat-syarat Kontrak,
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga, Jakarta.
Djumialdji, (1995), Perjanjian Pemborongan, PT
Rineka Cipta, Jakarta
Fisher, R., Brown, S., (1988), Getting Together,
Penguin Books, USA
Greenberg, J. & Baron, R.A. (1995) Behavior in
Organizations, Prentice Hall International Inc,
London.
ABSTRAK
Lapangan Terbang Militer Gading Yogyakarta, dibangun untuk menampung beberapa pesawat latih
dalam latihan penerbangan calon penerbang TNI AU. Tetapi lapangan terbang tersebut juga harus
mampu menerima operasi lepas landas dan pendaratan pesawat terbang jenis F-27 sekali dalam sebulan.
Memperpanjang landas pacu lapangan terbang bukan sekedar memenuhi panjang landas pacu yang
diperlukan, tetapi harus menjamin keselamatan operasi penerbangan diatasnya. Alinemen memanjang
landas pacu lapangan terbang (militer) Gading Yogyakarta, yang dibangun pada pembangunan tahap
pertama tahun 2004 - 2005 ternyata meninggalkan masalah yang harus dapat diatasi pada pembangunan
tahap kedua yang harus selesai pada tahun 2005 2006.
Alinemen memanjang landas pacu lapangan terbang mititer Gading dapat diperpanjang 200 m dengan
slope memanjang 0% atau slope memanjang -0,75%. Keduanya memenuhi persyaratan ICAO, tentang
jarak minimum antara 2 titik terjadinya perubahan slope, untuk pesawat terbang latih. Tetapi untuk
pesawat Fokker 27, perpanjangan landas pacu dengan kemiringan -0,75% saja yang memenuhi
persyaratan. Hanya dengan perpanjangan ini, ujung landas pacu 28 akan berada 1,5 meter dibawah muka
tanah asli. Drainase dengan gravitasi tidak dapat dilaksanakan, dan untuk operasi F-27 perlu pemotongan
tanah dengan volume yang cukup besar, baik kearah samping maupun kearah perpanjangan landas pacu.
Hasilnya harus dibuat kompromi, perpanjangan 200 m dilakukan dengan dengan slope 0%, operasi
penerbangan pesawat latih dapat dilakukan dengan aman dari kedua arah (arah 10 maupun 28), hanya
operasi lepas landas dan pendaratan F-27 hanya bisa dilakukan dari arah ujung landas pacu 10. Drainase
pada ujung landas pacu 28 dapat dilakukan dengan cara gravitasi.
Kata-kata kunci : runway arah 10 (28), alinemen memanjang, pesawat latih, drainase dengan gravitasi.
1200 m 200 m
As landas pacu
Data yang dikumpulkan dari Proyek dimana perubahan slope (kemiringan) terjadi.
Pengembangan Bandar Udara Gading, Dinas Serta hanya kira kira 500 meter pada ujung
Perhubungan DIT, sesuai batasan masalah landas pacu 28 yang direncanakan.
yang telah ditetapkan, adalah data alinemen Data beda tinggi titik titik perubahan slope
vertikal memanjang as landas pacu yang telah (kemiringan) pada as landas pacu yang didata
dibangun. Data yang ditampilkan hanya data adalah sebagai berikut ini.
beda tinggi titik-titik pada as landas pacu
+209,01
Elevasi +207,34
Kaitan keselamatan penerbangan pada saat pesawat (kemiringan) harus memenuhi peraturan pada
terbang lepas landas dan mendarat pada landas pacu Aerodrome Annex 14, 1999, pada bab 3.1.17.,
adalah jarak antara dua titik perubahan slope
z slope
x slope y slope
Point of
intersection D
Point of
intersection
Gambar 2-3 Profil as landas pacu (Annex 14)
Sedang rumusnya (untuk code number 3) terbukti runway strip (runway safety area)
adalah sebagai berikut : yang disediakan hanya 2 x 75 m, diukur dari as
landas pacu. Meskipun begitu dalam
D 15000 x y y z m perancangan ditambahkan bahwa panjang
runway harus menerima operasi lepas landas
dengan notasi : dan pendaratan pesawat jenis F-27 (pesawat
|x-y| being the absolute numerical value of x y terbang yang ARFL-nya masuk code number
|y-z| being the absolute numerical value of y z 3), yang terjadi hanya sebulan sekali. Sehingga
kelas lapangan terbang bukan code number 3,
Lapangan terbang Gading dirancang untuk tetapi code number 1 atau 2. Lihat tabel
melayani pesawat latih, sehingga code number dibawah ini :
akan terletak pada code number 1 atau 2. Ini
3. OLAH DATA DAN PEMBAHASAN pada ujung lapis keras yang telah ada (-1,40 %
juga -.0,117%) harus memenuhi syarat.
Slope perpanjangan landas pacu bisa dibuat
dengan banyak kemungkinan, tetapi dengan A. Alternatif I :
pertimbangan ekonomi pasti harus dicari
perpanjangan yang menggunakan biaya yang Dianggap hanya melayani pesawat latih saja
paling murah, tetapi jarak titik perubahan slope (code number 2) :
+209,01
Elevasi +207,34
D1 D2
D 1 = 5000 (|x-y|+|y-z|)
= 5000 (|0,00587+0,00117| + |-0,00117+0,0140|) nilai |x-y| dan |y-z| adalah absolut (+)
= 5000 (0,01704 + 0,00283)
= 5000 x 0,01987 = 99,35 m < 165,00 m memenuhi syarat
D 2 = 5000 (|x-y|+|y-z|)
= 5000 (|-0,1117+0,014| + |-0,0140-0,00|)
= 5000 (0,00283 + 0,0140)
= 5000 x 0,01683 = 84,15 m < 140,00 m memenuhi syarat
D 1 = 15000 (|x-y|+|y-z|)
= 15000 (|0,00587+0,00117| + |-0,00117+0,0140|)
= 15000 (0,01704 + 0,00283)
= 15000 x 0,01987 = 298,05 m > 165,00 m tidak memenuhi syarat
B. Alternatif II
+209,01
Elevasi +207,34
D1 D2
Agar D 2 = 140 m memenuhi syarat, perpanjangan landas pacu menggunakan slope 0,75%
C. Alternatif 3
+209,01
Elevasi +207,34
-0,117%
+0,587% Slope -0,117% -0,75%
-1,40%
D1
Pada alternatif ini landas pacu diperpanjang landas pacu dan kearah kiri dan
dengan slope 0,117% (mengabaikan ujung kanan ujung landas pacu harus
landas pacu sepanjang 140 m dengan slope dilakukan pemotongan tanah.
1,40%) dari titik elevasi +207,34 dan kemudian Pekerjaan ini juga mahal biayanya.
dilanjutkan dengan perpanjangan dengan slope
0,00% sampai mencapai panjang keseluruhan c. Dari alternatif c, perpanjang dimulai dari
1400 m. awal slope -1,4%, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Alternatif ini tanpa dihitungpun dapat
dipastikan akan memenuhi syarat untuk operasi 1). Dilihat dari segi teknik, perpanjangan
F-27, dan pesawat latih. landas pacu (dengan mengabaikan
lapis keras sepanjang 140 m dengan
4. KESIMPULAN DAN SARAN lebar 45 m) dengan meneruskan slope
-0,0117% sangat ideal dan dapat
Kesimpulan : memenuhi syarat keselamatan
penerbangan dengan sangat baik.
a. Dari alternatif a,perpanjangan landas pacu 2). Kesulitan pertama adalah
dengan slope 0,00%, dapat disimpulkan menghindari terjadinya konstruksi
sebagai berikut ini. lapis keras sandwich (sandwich
pavement), yang dapat merusak lapis
1). Perpanjangan landas pacu dengan keras yang dibangun.
slope 0,00% dapat dilakukan dengan 3). Tidak dimanfaatkannya lapis keras
biaya murah. sepanjang 140 m lebar 45 m dengan
2). Drainase air permukaan dapat dibuat slope -1,40% akan berarti membuang
dengan mengandalkan aliran air banyak dana yang telah dikeluarkan
dengan gravitasi bumi. pada pembangunan sebelumnya.
3). Tidak perlu melakukan pemotongan Pembangunan sendiri mahal dan dana
tanah, hanya stripping harus yang dibuang juga besar.
dilakukan dan perataan tanah bila
diperlukan. Pemotongan tanah Saran :
dilakukan bila mutu tanah dasar tidak
memenuhi spesifikasi yang telah a. Pembangunan disarankan untuk memilih
ditentukan. alternatif pertama (paling murah).
4). Pada sambungan, antara landas pacu b. Hanya perlu disarankan operasi lepas
lama dan baru, harus diberi tappering landas dan pendaratan pesawat terbang F-
agar sambungan tidak bersudut tetapi 27, tidak dilakukan dari arah runway 28,
merupakan permukaan lengkung. tetapi dari arah runway 10. Operasi
penerbangan ini hanya terjadi satu kali
b. Dari alternatif b, perpanjangan landas pacu dalam satu bulan.
dengan slope -0,75 %, dapat disimpulkan
sebagai berikut ini. 5. DAFTAR PUSTAKA
1). Perpanjang landas pacu dengan slope Aerodromes Annex 14, Volume I, third edition,
-0,75% akan membuat ujung landas July 1999, International Civil Aviation
pacu 28 berada 1,5 m dibawah muka Organization, Montreal, Canada.
tanah asli. Airport Design, AC : 150/5300-13, 1989,
2). Ujung landas pacu ini akan tergenang Federal Aviation Administration, Washington
pada saat hujan, sedang drainase DC, U. S. A.
dengan gravitasi tidak mungkin Perencanaan Lapangan Terbang Gading
dilaksanakan karena muka dasar Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D. I.
selokan drainase yang ada elevasinya Yogyakarta, Final report, 2004, Dinas
lebih dari satu meter diatas muka Perhubungan Propinsi Daerah Istimewa
ujung landas pacu. Drainase harus Yogyakarta
menggunakan pompa. Mahal dalam
konstruksi dan operasinya.
3). Untuk keamanan operasi
penerbangan, pada perpanjangan
Abstrak
Kekeringan secara rutin masih sering terjadidi beberapa tempat, seperti halnya di wilayah Desa Serut,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Namun sebenarnya tempat ini memiliki potensi sumber daya
air yang belum dikembangkan.
Wilayah Desa Serut memiliki sebuah sungai (Kalinongko), dengan cekungan yang terletak di sebelah hulu
jembatan. Luas DAS sungai ini sebesar 48 ha, bagian cekungan sebelah hulu jembtan sangat memungkinkan
untuk pembuatan embung. Jika lokasi ini dibuat engbung maka volume air yang dapat ditampung oleh embung
sebesar 31.000 m3, volume air yang sangat didambakan oleh masyarakat Desa Serut dan sekitanya
Abstract
In some places, dryness occurs in routine, like in Serut Village, Gedangsari Subdistrict, Gunung Kidul Regency.
However, this place actually has potential water resources which has not been developed yet.
Serut Village Area has a river (Kalinongko) with a slope which is located in the beginning of the bridge. The size
of the DAS (Daerah Aliran Sungai-River Watercourse Area) of this river is 48 ha, the slope part in the side of
the bridge is possibly to be made embung. If there is embung which is made in this location, water volume
which can be accomodated by the embung is 31.000 m3, water volume which is longed by Serut Village society
and its surrounding.
3.1.a. Volume Berdasarkan Kebutuhan Air (Vn) Penguapan selama musim kemarau perlu
Kolam embung direncanakan dapat menampung diperhitungkan dalam penentuan volume embung.
penuh air di musim hujan dan kemudian Penguapan di permukaan kolam embung dihitung
dioperasikan selama musim kemarau untuk secara sederhana seperti berikut ini.
melayani berbagai kebutuhan, oleh karena itu Ve = 10 x Akt x Ekj. . . . . . . . . . . . . . (3.3)
volume tampung embung yang akan dibangun dengan :
harus dapat memenuhi kebutuhan pada saat musim Ve = jumlah penguapan dari kolam embung
kemarau. Selain itu juga harus mempertimbangkan selama musim kemarau (m3)
kehilangan air oleh penguapan di kolam dan Akt = luas permukaan kolam embung pada
resapan di dasar dan di dinding kolam, serta setengah tinggi/kedalaman (ha)
menyediakan ruangan untuk sedimen. Jadi Volume Ekj = penguapan bulanan di musim kemarau pada
tampung yang diperlukan (Vn) untuk embung bulan j (mm/bulan )
adalah :
c). Jumlah resapan melalui dasar dinding dan
Vn = Vu + Ve + Vi + Vs . . . . .. . . . . . .(3.1.) tubuh embung (Vi)
dengan : Air tampungan di kolam embung sebagian
Vn = Volume tampungan berdasarkan kebutuhan mengalami infiltrasi yang nilainya cukup signifikan
air (m3) sehingga harus dihitung jumlah kehilangan air
Vu = volume tampungan hidup untuk melayani tersebut. Besarnya resapan ini tergantung dari sifat
berbagai kebutuhan (m3) lulus air tanah dasar dan dinding embung. Secara
Ve = jumlah penguapan dari kolam selama musim teoritis analisis resapan air cukup rumit, namun
kering (m3) pada pekerjaan ini analisis resapan memakai
Vi = jumlah resapan melalui dasar dinding dan pendekatan praktis yang diberikan oleh Puslitbang
tubuh embung selama musim kemarau (m3) Pengairan seperti berikut ini.
Vs = ruangan yang disediakan untuk sedimen (m3)
Vi = K x Vu . . . . . . . . . . . . . . . . (3.4)
a). Volume tampungan hidup untuk pelayanan dengan :
berbagai kebutuhan (Vu) Vi = jumlah resapan tahunan (m3).
Kebutuhan air yang harus dilayani embung (Vu) K = factor yang nilainya tergantung dari sifat
diperhitungkan dari macam penggunaan air oleh lulus air material dasar dan dinding kolam
penduduk di daerah pelayanan. Persamaan berikut embung.
dipakai untuk menghitung kebutuhan air tersebut. Vu = Jumlah air untuk berbagai kebutuhan (m3)
Nilai K = 10 % bila dasar dan dinding kolam
Vu = Jh x JKK x Qu . . . . .. . . . . . . . . . (3.2) embung rapat air (k=10-5cm/dt )
dengan : Nilai K = 25 % bila dasar dan dinding kolam
Jh = Jumlah hari selama musim kemarau, embung bersifat semi lulus air (k = 10-4
= 6 bulan x 30 hari =180 hari. cm/dt ).
JKK = Jumlah KK yang dilayani
Qu = Kebutuhan air penduduk, ternak dan d). Ruangan yang disediakan untuk sedimen
kebun (l/hari/KK) (Vs)
Untuk memperpanjang umur suatu embung perlu
Satuan kebutuhan air untuk penduduk, ternak dan ruang untuk sedimen. Secara praktis ruang sedimen
kebun diambil dari buku Kriteria Desain Embung dianggap setinggi 1,0 m dari dasar kolam embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia oleh atau kurang lebih 5 % dari Vu.
Puslitbang Pengairan PU 1994 (Tabel 3.1). Vs = 0,05 x Vu . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.5)
Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah KK,
dengan anggapan setiap KK mempunyai ternak dan
kebun
3.1.b. Volume Berdasarkan Ketersediaan Air tertentu, yaitu menunjukkan kemungkinan besarnya
(Vh) curah hujan akan tersamai atau terlampaui selama
periode waktu tertentu. Beberapa sebaran
Air yang mengalir ke dalam embung terdiri atas
(distribusi) yang akan digunakan dalam melakukan
dua kelompok, yaitu air permukaandariseluruh
analisis frekwensi antara lain sebaran normal, log
daerah tadah hujan (tangkapan) dan air hujan yang
normal, log pearson III dan sebaran Gumbel.
langsung jatuh diatas permukaan kolam. Dengan
Pemilihan jenis sebaran terhadap suatu seri
demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung
data tertentu ditentukan oleh sifat-sifat parameter
dapat dinyatakan sebagai berikut :
statistiknya, adapun parameter-parameternya
tersebut adalah sebagai tersebut di bawah :
Vh = Vj + 10.Akt.Rj . . . . . . . . . .. . . . (3.6)
Yr =
Yi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3.9.a)
dengan : N
V h = volume air yang dapat mengisi kolam N
embung \ selama musim hujan (m3)
S=
(X i X )2
. . . . .. . . . . . (3.9.b)
Vj = aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) i 1
Vj = jumlah aliran total selama musim hujan (m3) N 1
Rj = curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan) S
Rj = curah hujan total selama musim hujan (mm), Cv = Y . . . . . . . . . . . . . . . .. (3.9.c)
curah hujan musim kemarau diabaikan r
Akt = luas permukaan kolam embung (ha) N
Cs = ( N 1)( N 2 ) S 3 (Y Y )
i r
3
.(3.9.d)
a). Aliran Masuk Kolam Embung (Inflow = Vj)
N2
4 (Yi Yr ) .(3.9.e)
4
Aliran masuk kolam embung Vj adalah : Ck =
( N 1)( N 2)( N 3)S
Vj = 10 x Cj x Rj x A . . . . . . . . . . . . . . (3.7.a) dengan :
V = Vj . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.7.b) Yi = data hujan R.24 maksimum pada tahun ke i,
dengan : Yr = rata-rata dari suatu seri data hujan,
Vj = aliran bulanan dari seluruh DPS pada bulan j N = jumlah data hujan,
(m3/bl) S = standar deviasi,
Rj = hujan bulanan pada bulan j (mm/bl) Cv = koefisien variasi,
Cj = koefisien pengaliran pada bulan j Cs = koefisien asimeteri,
A =luas daerah tadah hujan DPS efektif (ha) Ck = koefisien kurtosis.
V = Aliran masuk ke kolam embung (m3)
3.3 Pemilihan Distribusi
Secara teoritis masing-masing distribusi akan
b). Hujan Efektif dicirikan oleh nilai-nilai koefisien statistik, yang
Hujan efektif dimaksudkan sebagai hujan yang meliputi harga rata-rata, standar deviasi, koefisien
jatuh langsung di kolam embung, yang besarnya variasi, koefisien kemencengan, dan koefisien
dapat dihitung sebagai persamaan berikut ; kurtosis. Secara lengkap Tabel 3.2., menampilkan
nilai-nilai koefisien yang mencirikan untuk setiap
Vhe = 10 x Akt x Rj . . . . . . . . . . . . . . (3.8) jenis distribusi tersebut.
dengan :
Akt = luas permukaan embung Tabel 3.2. : Persyaratan Distribusi Data
Rj = curah hujan total selama musim hujan (mm)
Sebaran Syarat
3.1.c. Volume Berdasar Kondisi Topografi (Vp) Normal Cs = 0
Volume tampungan embung diperoleh dengan cara
Ck = 3
membuat tanggul/bendung tegak lurus sungai
dengan ketinggian tertentu. Volume tampungan Log Normal Cs/Cv = 3
dihitung dengan cara menghitung luasan kontur Log Pearson III Cs = (+)/ (-)
dikalikan dengan kedalaman rerata rencana Gumbel Cs = 1.1396
genangan. Berdasarkan hasil hitungan Ck = 5.4002
dibandingkan antara Vn, Vh & Vp dipilih nilai Sumber : Sri Harto, 2000
yang terkecil.
Penelitian jenis sebaran dilakukan dengan
mencocokan nilai parameter-parameter statistik
3.2. Analisis Frekwensi Hujan. tersebut dengan syarat-syarat dari masing-masing
Analisis frekwensi hujan dilakukan untuk jenis sebaran. Adapun syarat-syarat tersebut adalah
menentukan hujan rencana dengan periode ulang :
Tabel 4.3. : Hujan harian maksimum tahunan a). Data pengukuran rencana embung skala 1 : 400
Hasil pengukuran terlampir.
b). Data geologi dan mekanika tanah
Nomor Hujan Harian Maksimum Rereta Berdasarkan pengamatan terdapat sesar patahan
H (mm) tetapi sudah tidak aktif dan hasil uji kebocoran
aman artinya tidak bocor dan pemeriksaan
pengeboran sampai 1,60 m mencapai batuan tuf
1 39.50
asam yang sangat keras dan hasil pemeriksaan
2 41.40
3 44.67
laboratorium tanah mempunyai batas cair 48 %,
4 45.00 batas plastic 28 % atau indeks plastisitas 20 %,
5 51.33 artinya tanah dapat dipakai untuk timbunan
6 51.67 (Puslitbang Pengairan, 1994).
7 53.50
8 55.97 V. ANALISIS PERHITUNGAN
9 60.00
10 62.53
11 63.67 Kapasitas tampungan embung didasarkan pada
12 63.90 kebutuhan air didasarkan pada :
13 70.00 5.1. Kebutuhan (Vn = Vu + Ve + Vi + Vs)
14 71.75
a). Kebutuhan pelayanan dalam satu tahun (Vu)
15 72.50
Vu = 86.256 m3 (sudah dihitung tabel 4.4)
16 73.30
17 75.00 b). Kebutuhan air untuk penguapan (Ve)
18 78.00 Besar penguapan merupakan faktor dari
19 83.00 penyinaran/panas matahari, kecepatan angin,
20 93.35 vegetasi penutup, besarnya penguapan diambil
21 125.00 sebesar 3,5 mm/hari (berdasarkan pengukuran
22 144.97 penguapan di tempat terbuka sebesar 3,5 - 4
23 150.00 mm/hari). Jika luas genangan diambil 1 ha (
10.000 m2), maka air yang hilang selama satu
Sumber Analisis Peneliti tahun ( enam bulan)
Ve = 180 x 10.000 x 0,0004 = 6.300 m3
c). Kebutuhan air untuk rembesan (Vi)
b). Data peta dari Bakosurtanal, berupa peta rupa Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
bumi skala 1 : 25.000 besarnya permiabilikats tanah k = 2 x 10 -6
c). Data jumlah penduduk dari dua Kabupaten cm/dt, maka menurut persamaan 3.4. nilai K =
Data jumlah penduduk di sekitar lokasi Embung 0,10 dan Vi = 0,10 x Vu = 8.325 m3/th
Serut diperlukan untuk menentukan jumlah
kebutuhan air. Data Jumlah penduduk tersebut
diperoleh dari survey dilapangan, dengan hasil d). Kebutuhan air untuk ruang sedimen (Vs)
sebagai berikut ini. Untuk memperpanjang umur suatu embung
perlu ruang untuk sedimen. Secara praktis ruang
Tabel 4.3. : Jumlah KK Daerah Embung Serut sedimen dianggap setinggi 1,0 m dari dasar
No Dusun Jumlah KK kolam embung atau kurang lebih 5 % dari Vu.
Vs = 0,05 x Vu = 0,05 * 86.256 = 4.312
1 Kalinongko Lor 171
m3
2 Kalinongko Kidul 165
Volume kolam embung berdasarkan kebutuhan
3 Kayoman 253
air (Vn) adalah sebesar :
Jumlah 599
Vn = Vu + Ve + Vi + Vs = 105.193 m3
Sumber : RT Dusun Kayoman & KalinongkoLor
Jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan masyarakat 5.2. Ketersediaan Air (Vh)
sebesar jumlah KK dikalikan satuan kebutuhan air
sesuai tabel 3.1. sebagai tabel 4.4. berikut : Vj = 399.450 m3/th
Vhe = 10 x 1 x 1291 =12.910 m3
Vh = Vj + Vhe = 412.360 m3/tahun
Tabel 4.4. : Kebutuhan Air Untuk Satu Tahun
No Jumlah SKA Kebutuhan/ Kebutuhan - Kondisi Topografi (Vp)
KK (lt/hr/KK) hari (m3) (m3)
Volume tampungan embung diperoleh dengan cara
1 599 800 479,200 86.256 membuat tanggul/bendung tegak lurus sungai
Sumber Analisis Peneliti dengan ketinggian tertentu. Volume dihitung
dengan cara menghitung luasan kontur dikalikan
dengan kedalaman rerata rencana genangan.
4.2. Pengumpulan Data Primer
Berdasarkan hasil trial error dari peta hasil - Dimensi Saluran Pelimpah
pengukuran didapat volume sebesar 31.000 m3,
yaitu volume pada elevasi mercu pelimpah +235.00
m, tinggi badan embung 14,00 m dan genangan l
seluas 7894 m2.
Volume menentukan dipilih terkeci 31.000 m3 Gambar 5.1. : Tampang memanjang Spillway
DAFTAR PUSTAKA
DPU, 1994, Pedoman Kriteria Desain Embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di
Indonesia, Puslitbang Pengairan,
DPU, Bandung
Sri Harto, 2000, Analisis Hidrologi, PT. Gramedia,
Jakarta.
Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumber Daya Air,
KMTS UGM, Yogyakarta.
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui realisasi pelaksanaan sistem pengupahan terhadap tenaga kerja
perempuan pada perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta. Jika ditinjau dari tingkat nasional perempuan
merupakan aset negara yang cukup potensial karena jumlah wanita lebih banyak dibanding laki-laki, dengan
demikian kurang tepat jika wanita hanya diposisikan dalam pekerja di sektor domestik. Dalam tahun tahun
terakhir ini sudah banyak perempuan yang bekerja di perkantoran seperti misalnya Pegawai negeri, Polisi,
karyawan hotel, buruh bangunan, dll.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga kegiatan proyek konstuksi yaitu di Proyek pembangunan rumah
dinas Kantor Imigrasi dan Beacukai, Proyek Pembangunan kantor Pengadilan Tinggi Yogyakarta, PPPG
Matematika Catur Tunggal Depok Sleman dapat di ketahui bahwa tidak terjadi diskriminasi dalam pengupahan
pekerja (antara laki-laki dan perempuan). Sebagai contoh untuk proyek pembangunan rumah dinas Kantor
Imigrasi dan Beacukai upah pekerja berkisar antara Rp 28.000,00 Rp 35.000,00 sesuai dengan jenis
pekerjaannya, dan tidak ada perbedaaan upah antara laki-laki dan perempuan. Umumnya para pekerja yang
bekerja pada perusahaan pemborong bangunan gedung rata rata berumur sekitar 20 sampai dengan 45 tahun
yang kebanyakan tidak lulus SD, tamatan SD dan beberapa tamatan SMP. Rata rata mereka bekerja 7 jam sehari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya perlakuan diskriminatif terhadap para tenaga kerja dalam
sistem pengupahan oleh pengusaha pada jenis pekerjaan yang sama nilainya. Faktor faktor yang mendukung
tidak dilakukannya tindakan diskriminatif dikarenakan para pengusaha memahami betul tentang peraturan
perundang undangan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perlakuan diskriminatif
terhadap tenaga kerja pada perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta.
bekerja pada sektor publik seperti tersebut tadi mengikuti laki-laki atau tinggal di pihak kerabat
tidak melupakan pekerjaan domestiknya oleh suami, merupakan salah satu faktor yang secara
karena itu adalah tepat apabila perempuan relatif cenderung mempengaruhi status dan peranan
dikatakan mempunyai peran ganda. perempuan yakni status dan peranan perempuan
menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu
B. Batasan Masalah perempuan tidak bisa menjadi pemilik tanah dan
Dalam tulisan ini difokuskan pada pekerja kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga
perempuan yang bekerja pada perusahaan status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah
pemborong bangunan gedung. Dalam pengamatan dari pada laki-laki. Hal ini juga menyebabkan
sementara, pada sistem pengupahannya terutama sumber daya pribadi (Khususnya yang menyangkut
dalam hal besarnya upah yang diterima kiranya tanah, uang atau material) yang dapat
relatif berbeda atau terjadi diskriminasi bila disumbangkan oleh wanita kedalam perkawinan
dibandingkan dengan pekerja laki-laki dalam jenis atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas,
pekerjaan yang sama nilainya. akibatnya status dan peranan perempuan menjadi
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki.
penelitian adalah proyek bangunan gedung, Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya
diantaranya adalah pribadi bisa berupa pendidikan, keterampilan, uang
Proyek pembangunan rumah dinas Kantor atau material, tanah, dll. Akibat masih berlakunya
Imigrasi dan Beacukai yang berlokasi di berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
Kalitirto, Berbah, Sleman. tersebut di masyarakat maka akses wanita terhadap
Proyek Pembangunan kantor Pengadilan sumber daya dibidang politik, ekonomi, sosial
Tinggi Yogyakarta yang berlokasi di Jalan budaya, pertahanan keamanan menjadi terbatas.
Ringroad Selatan, Wojo, Bantul, Yogya. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan
PPPG Matematika Catur Tunggal Depok wanita itu perlu pemahaman dan penghayatan yang
Sleman. baik tentang peranan wanita dalam pembangunan.
Dalam kapasitas sebagai pekerja, para
C. Tujuan Penelitian pekerja perempuan mempunyai hak yang sama
Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan pekerja laki-laki dan hal tersebut diatur
mengetahui Realisasi pelaksanaan sistem dalam pasal 2 ayat 1 Pernyataan umum hak asasi
pengupahan terhadap tenaga kerja perempuan pada manusia sedunia yang menyatakan Setiap orang
perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta. berhak atas segala hak dan kebebasan diuraikan
dalam pernyataan ini, tanpa perbedaan macam
DASAR TEORI apapun, seperti ras, warna, kelamin, bahasa, agama,
Para pendiri negeri ini sungguh sangatlah pendapat, politik apapun, asal nasional atau sosial,
arif dan bijaksana dalam menyusun UUD 45 harta, kelahiran, atau status sosialnya. Di
menghargai peran perempuan pada masa silam dan Indonesia tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
mengantisipasi pada masa yang akan datang dengan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
tidak ada satu kata pun yang bersifat diskriminatif Nomor 39 Tahun 1999 (UU No.39 Th. 1999)
terhadap perempuan. Konstitusi ini dengan tegas pasal 3 ayat 1 yang menyatakan Setiap orang
menyatakan persamaan hak dan kewajiban bagi dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat
setiap warga negara baik laki-laki maupun manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai
perempuan. Menurut kondisi normatif, laki-laki dan akal dan hati nurani untuk bermasyarakat,
perempuan mempunyai status atau kedudukan dan berbangsa dan bernegara dalam semangat
peranan (Hak dan kewajibannya) yang sama, akan persaudaraan.
tetapi menurut kondisi obyektif, perempuan Dalam hubungannya perempuan sebagai
mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pekerja pada perusahaan bangunan gedung,
pada pria dalam berbagai bidang kehidupan dan seharusnya tidak ada perlakuan diskriminasi pada
pembangunan. Kondisi obyektif ini tidak lain sistem pengupahan khususnya dalam besaran upah
disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial pada jenis pekerjaan yang sama, yaitu laki-laki
budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma diberikan upah lebih tinggi dibandingkan
sosial dan nilai sosial budaya tersebut, diantaranya perempuan pada jenis pekerjaan yang sama dan
disatu pihak, menciptakan status dan peranan juga pada jumlah jam yang diberlakukan yaitu
perempuan di sektor domestik yakni berstatus perempuan diberikan jumlah jam yang lebih
sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan panjang dibanding laki-laki mengingat perempuan
pekerjaan urusan rumah tangga, sedangkan dilain tidak segesit dan sekuat laki-laki dalam bekerja.
pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di Hal tersebut diatur dalam pasal 113 ayat 2 UU no
sektor publik yakni sebagai kepala keluarga dan 25 Tahun 1997 dan pasal 1 ayat 3 serta pasal 3 ayat
pencari nafkah. Dalam sistem kekerabatan 1 UU no.39 Tahun 1999 dan memang UU yang
patrilinear, menurut White dan Hastuti (1980) ada dibuat untuk kaum buruh Indonesia dimaksudkan
adat dalam perkawinan yang biasanya perempuan untuk melindungi mereka. Mengapa? Kaum buruh
(yang hanya memiliki tenaga) berada dalam posisi dan khususnya bagi Yogyakarta. Hal tersebut
yang rentan dibandingkan dengan kaum pengusaha sangat berpengaruh bagi kelangsungan jalannya
(yang memiliki modal) dan penguasa (yang proyek proyek bangunan gedung yang ada di
memiliki kuasa politik). Oleh karena itu, niat untuk Yogyakarta. Akibatnya tidak sedikit para
merevisi UU Ketenagakerjaan (yang dianggap pengusaha pemborong bangunan gedung tutup atau
memihak kaum buruh) adalah a-historis. Upaya bangkrut dan merumahkan karyawannya.
revisi UU Ketenagakerjaan hanya bisa dilakukan Walaupun demikian tidak menyurutkan niat orang
untuk makin melindungi kaum buruh, dan bukan orang baik laki-laki maupun perempuan desa untuk
sebaliknya (Imam Soepomo, 1975). Indonesia datang ke kota untuk mencari pekerjaan sekalipun
pernah punya kisah menarik untuk pembatalan UU hanya sebagai pekerja bangunan (Pekerja kasar).
Ketenagakerjaan yang tidak pro buruh. Pada masa Dalam proses pembangunan gedung banyak
akhir pemerintahannya, rezim Soeharto, melalui terserap tenaga kerja, baik laki-laki maupun
DPR-nya, mengesahkan UU No 25/1997 mengenai perempuan. Sebagai pekerja bangunan dituntut
Ketenagakerjaan. Dalam proses pembahasan RUU keuletan, ketrampilan dalam melakukan pekerjaan
ini juga berlangsung penentangan yang meluas dari disamping juga memperhitungkan masalah fisik
kaum buruh dan aktivis pembelanya. UU ini para pekerja yang bersangkutan. Penelitian ini
akhirnya disahkan tanpa pernah berlaku, karena khusus menekankan pada pekerja wanita yang
pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman bekerja pada perusahaan pemborong bangunan
Wahid, UU ini dibatalkan dengan Peraturan gedung di Yogyakarta dan tidak membahas pekerja
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No wanita yang bekerja pada proyek jalan , proyek
1/1999 dan kembali ke UU No 14/1969 mengenai jembatan dan lain lainnya. Umumnya para pekerja
Pokok-pokok Ketenagakerjaan yang lebih meng- yang bekerja pada perusahaan pemborong
akomodasi kepentingan kaum buruh. bangunan gedung rata rata berumur sekitar 20
(http://groups.yahoo.com/group/nasional- sampai dengan 45 tahun. Dilihat dari sudut
list/message/32799) pendidikannya sebagian besar tidak lulus SD,
tamatan SD dan beberapa tamatan SMP, namun
HASIL DAN PEMBAHASAN sebaliknya dipihak pengusaha rata rata
Gambaran Umum tentang Perusahaan pendidikannya S1 dan S2.
Pemborong Bangunan di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan wilayah yang cukup Sistem Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja
luas dan padat penduduknya, sudah barang tentu Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga
dalam mencari pekerjaan dalam berbagai sektor kegiatan proyek konstuksi yaitu di Proyek
sangat selektif baik disektor formal maupun non pembangunan rumah dinas Kantor Imigrasi dan
formal, jelas mereka yang tidak berpendidikan Beacukai, Proyek Pembangunan kantor Pengadilan
tinggi akan terisolir, sehingga banyak dari mereka Tinggi Yogyakarta, PPPG Matematika Catur
khususnya yang tidak berpendidikan tinggi baik Tunggal Depok Sleman dapat di ketahui bahwa
laki-laki maupun perempuan asal bekerja saja yaitu tidak terjadi diskriminasi dalam pengupahan
termasuk mencari pekerjaan sebagai pekerja pekerja (antara laki-laki dan perempuan). Sebagai
bangunan gedung, apakah bangunan gedung itu contoh untuk proyek pembangunan rumah dinas
milik pemerintah, swasta maupun milik pribadi Kantor Imigrasi dan Beacukai upah pekerja
sekalipun. berkisar antara Rp 28.000,00 Rp
Kita ketahui bahwa pekerjaan bangunan 35.000,00 sesuai dengan jenis pekerjaannya, dan
gedung milik pemerintah maupun swasta tidak ada perbedaaan upah antara laki-laki dan
belakangan ini tidak sebanyak sepuluh tahun yang perempuan. Meskipun dalam sistem pengupahan
lalu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tidak ada perbedaan tetapi dalam komposisi jumlah
misalnya adanya krisis moneter yang melanda pekerja antara laki-laki dan perempuan masih
negara kita (Indonesia) yang cukup berke- terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan
panjangan dan adanya Gempa Yogyakarta, 27 Mei perbandingan rata-rata 1:3. Secara rinci dapat
2006 yang menambah panjang keadaan yang tidak dilihat pada Tabel berikut :
menguntungkan bagi Negara Indonesia umumnya
Dilihat dari lamanya bekerja dalam satu memang sering dijalani oleh para pekerja baik laki-
hari baik laki-laki maupun perempuan hasil laki maupun perempuan karena ada beberapa
penelitian menunjukkan rata rata bekerja adalah 7 pekerjaan yang menargetkan harus segera selesai
(tujuh) jam kerja yaitu mulai pukul 08.00-16.00 pada waktu tertentu. Namun pekerjaan lembur tidak
WIB dengan waktu istirahat 1 (satu) jam yaitu dari dapat dipastikan lamanya bekerja apakah beberapa
pukul 12.00-13.00 WIB. Bila para pekerja hari, beberapa minggu atau beberapa bulan
melakukan pekerjaan melebihi 7 jam dalam satu tergantung kondisi fisik dan juga lamanya proyek
hari maka kelebihannya dihitung lembur dengan gedung tersebut. Dalam melakukan pekerjaan
kelipatan yang tidak sama antara perusahaan yang seperti itu tidak ada istilah cuti atau hari libur
satu dengan yang lainnya. Pekerjaan lembur ini seperti misalnya cuti mingguan, cuti bulanan
apalagi cuti melahirkan. Para pekerja bekerja setiap Faktor faktor yang mempengaruhi tidak adanya
hari kecuali hari hari besar seperti hari ulang tahun diskriminasi sistem pengupahan.
kemerdekaan RI, dan pada hari hari seperti itu Dilihat dari tingkat pendidikan baik
pekerja juga tidak mendapatkan upah karena pendidikan para pengusaha yang rata rata S1 dan
memang tidak bekerja. Tetapi sebenarnya tidak S2, sedangkan mandor yang sebagai penghubung
dibenarkan oleh undang undang ketenaga-kerjaan langsung dengan pekerjanya tingkat pendidik-
jika dalam satu minggu tidak ada hari istirahat bagi annya paling tinggi SMA, namun para pekerjanya
pekerja apapun termasuk pekerja bangunan gedung. kebanyakan lulusan SD, SMP, bahkan ada yang
Larangan mempekerjakan pekerja tanpa istirahat tidak lulus SD. Bagi para pengusaha dengan tingkat
mingguan diatur dalam pasal 102 UU No.25 Tahun pendidikan yang tinggi memahami betul akan
1997. Ketentuan itu berlaku bagi semua pekerja perlindungan hukum terhadap para pekerja yang
baik laki-laki maupun perempuan dan hal itu tidak diatur dalam peraturan perundang undangan yang
ada diskriminasi atas dasar apapun. berlaku baik yang mengatur tentang
Dilihat dari sistem pengupahannya, hasil ketenagakerjaan maupun yang mengatur tentang
penelitian menunjukkan bahwa para pengusaha Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini dapat diketahui
pemborong bangunan sudah berlaku adil artinya dari penelitian yang peneliti lakukan dilokasi
bahwa baik terhadap para pekerja perempuan penelitian yang menunjukkan bahwa tidak adanya
maupun pekerja laki-laki tidak ada diskriminasi perlakuan yang diskriminatif terhadap para pekerja
pada jenis jenis pekerjaan yang nilainya sama. perempuan dalam hal pengupahan. Hal tersebut
Bahkan pada pekerjaan pekerjaan tertentu seperti menunjukkan bahwa pelaksanaan pasal 113 ayat 2
plester, aci, labur, memasang keramik banyak UU No.25 Tahun 1997 dan pasal 3 ayat 1 UU
dilakukan oleh para pekerja perempuan, karena No.39 Tahun 1999 sudah berlaku secara efektif.
mereka lebih hati hati dan telaten. Dengan tidak Terlaksananya kedua pasal tersebut tidak terlepas
dilakukannya diskriminasi dalam sistem peng- dari tingkat pemahaman tentang peraturan
upahan terhadap para tenaga kerja perempuan oleh perundang- undangan yang berlaku oleh para
beberapa pengusaha ini dalam pekerjaan yang sama pengusaha pemborong bangunan gedung. Faktor
nilainya menunjukkan bahwa pelak-sanaan pendukung lainnya adalah bahwa para pengusaha
ketentuan pasal 113 ayat 2 UU No.25 Tahun 1997 ada yang lebih suka mempekerjakan tenaga kerja
sudah berlaku secara efektif. Disamping sudah perempuan dalam jenis pekerjaan tertentu,
tidak dilakukan diskriminasi oleh para pengusaha walaupun fisiknya tidak sekuat laki-laki namun
terhadap para pekerja wanita dalam sistem tenaga kerja perempuan dalam hal tertentu
pengupahannya, namun masih perlu di ketahui mempunyai kelebihan seperti dalam pekerjaan
tentang waktu pengupahannya. Hasil penelitian acian atau memasang keramik misalnya, tenaga
menunjukkan bahwa pengupahan dihitung harian kerja perempuan lebih hati hati dan lebih sabar
dan ditambah upah lembur atau kelebihan jam kerja dalam bekerja sehingga hasilnya lebih rapi. Tenaga
bagi para pekerja yang melakukan jam lembur, kerja perempuan juga bisa digunakan untuk
sebab ada kalanya pekerja tidak bisa melakukan memacu tenaga kerja laki-laki agar lebih giat dalam
pekerjaan lembur secara bersama sama. bekerja karena jika perempuan saja kerjanya cepat
Pelaksanaan pengupahan atau besarnya upah dan giat, maka laki-laki harusnya malu.
bervariasi atau tidak ada keseragaman antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain KESIMPULAN
yang peneliti jadikan obyek penelitian. Dalam Berdasarkan tujuan penelitian ini dapat
pengupahan ada yang di bayar satu minggu sekali, diketahui bahwa Realisasi pelaksanaan sistem
ada yang dibayar dua minggu sekali, namun belum pengupahan terhadap tenaga kerja pada perusahaan
ditemukan yang dibayar bulanan. Upah itu pemborong bangunan di Yogyakarta, adalah
langsung dibayar oleh mandor karena mandorlah sebagai berikut:
yang berhubungan langsung dengan pekerja (buruh 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
kasar) dan apabila ada pekerja yang tidak bekerja adanya perlakuan diskriminatif terhadap para
dalam satu hari atau beberapa hari maka terhadap tenaga kerja (baik laki-laki maupun perempuan)
pekerja tersebut tidak akan menerima upah selama dalam sistem pengupahan oleh pengusaha pada
tidak bekerja dengan alasan apapun termasuk sakit. jenis pekerjaan yang sama nilainya.
Para pekerja harian ini juga tidak mengenal istilah 2. Faktor faktor yang mendukung tidak
istirahat mingguan atau hari libur resmi, jadi jika dilakukannya tindakan yang diskriminatif
mereka ingin libur pada hari hari tertentu langsung terhadap para tenaga kerja dalam pekerjaan yang
saja tidak berangkat dan tidak perlu menggunakan sama nilainya, dikarenakan para pengusaha
surat ijin dengan konsekwensi tidak mendapatkan memahami betul tentang per-aturan perundang
upah. undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Blood, RO.Jr. and Wolfe, D.M. 1960; Husband and
Wives. The Dinamics of Married Living. The
Free Press, New York.
Imam Soepomo, 1975; Hukum Perburuhan bidang
kesehatan kerja (Perlindungan buruh), PT
Pradnya paramita, Jakarta.
Imam Syahputra Tunggal dan Amin Wijaya
Tunggal, 1999; Peraturan perundang
undangan ketenagakerjaan baru di
Indonesia, Harvarindo.
UU No.7 Tahun 1984; Tentang pengesahan
konvensi mengenai penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita serta
penjelasannya.
UU No.39 Tahun1999; Tentang Hak Asasi
Manusia.
White, B. Dan Hastuti, E.L. 1980. Pola
pengambilan keputusan ditingkat rumah
Tangga dan Masyarakat (Studi Kasus di dua
desa di Jawa Barat) Kerjasama antar menteri
urusan peranan wanita, Studi Dinamika
pedesaan SAE. Bogor, Lembaga Penelitian
sosiologi perdesaan IPB dan UUKEF Bogor.
http://groups.yahoo.com/group/nasional-
list/message/32799
Achmad Wismoro
Staf Pengajar Prodi Teknik Planologi, Jurusan Teknik Sipil
STTNAS YOGYAKARTA
Abstrak
Fenomena lazimnya perkembangan kota, yaitu terjadinya perkembangan lahan terutama ke arah
pinggiran kota atau di dalam kota pada lahan sempadan sungai / wedi kengser, dimana lahan tersebut
merupakan kawasan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai, karena pada
umumnya melihat adanya peluang lahan yang kepemilikannya kurang diketahui atau dimengerti oleh sebagian
besar masyarakat sehingga terjadi invasi/pemanfaatan pada lahan tersebut.
Untuk mengetahui faktor yang mendorong proses pemanfaatan / invasi lahan wedi kengser kali code,
dilakukan pencaian data dengan memberikan kuesioner kepada warga masyarakat yang bertempat tinggal pada
lahan wedi kengser kali Code yaitu RT.05. RT.06, RW.32 dan RT.07, RT.08, RT.09, RW.33 Dusun Blunyah
Gede, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh
dianalisa dengan metoda deskriptif serta menggunakan bantuan komputer program SPSS ver 9,91 for windows
98 untuk mencari nilai mean dan meranking dari tanggapan responden mengenai faktor yang mendorong proses
pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code
Hasil penelitian faktor yang mendorong proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code yang
sangat domoinan dan sangat dibutuhkan untuk mengurangi atau memperkecil terjadinya faktor pendorong
proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code dibuat ranking sebagai berikut : ranking 1. Lama
bertempat tinggal dilahan wedi kengser kali Code tanpa adanya peringatan atau teguran dari yang
bertanggung jawab (Pemerintah Desa), di lain pihak prasarana dan sarana publik diusahakan dan tersedia
melayani masyarakat, yang mengakibatkan merasa tentram dalam hidup sehariannya, dan untuk ranking 2.
Ketegasan melaksanakan peraturan hukum dalam menangani lahan sempadan sungai wedi kengser kali Code
merupakan salah satu usaha memperlambat proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code, sedangkan
ranking 3. Dengan pendekatan Sosial, Buadaya dan Ekonomi, mengarah kepada kesadaran bahwa lahan
sempadan sungai/wedi kengser merupakan lahan/kawasan yang harus dilindungi dari segala kegiatan yang
akan merusak ekosistem lingkungan sungai.
Kata Kunci : Invasi / pemanfaatan, sempadan/wedi kengser
saat ini masih sulit dipecahkan, terutama bagi Code oleh sekelompok masyarakat yang diperguna
masyarakat berpenghasilan rendah. Di lain pihak kan untuk pemukiman. Hal ini terjadi karena dari
kebutuhan perumahan di daerah perkotaan selalu pihak Pemerintah Desa Sinduadi kurang begitu ada
meningkat dengan pesat. Akibatnya sebagian perhatian terhadap lahan wedi kengser kali Code
penduduk yang kurang mampu mencari tempat yang berada di Dusun Blunyah Gede, dilain pihak
tinggal pada kawasan yang tidak teratur, kelompok masyarakat beranggapan lahan wedi
lingkungan kurang baik, kawas an slum,kawasan kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede adalah
squarter, atau pada kawasan marginal seperti pada lahan/tanah semak belukar yang tadinya tidak
lahan wedi kengser atau pada bantaran sungai yang terurus dan terawat, yang kepemilikannya dari awal
pada akhirnya muncul pemukiman-pemukiman liar kurang diketahui atau dimengerti oleh sebagian
dalam usaha menda patkan tempat untuk besar masyarakat, kemudian dipergunakan oleh
berlindung yang dekat dengan tempat kerjanya. masyara kat untuk pemukiman. Meskipun sampai
Menurut Badan Koordinasi Tata Ruang saat ini status wedi kengser masih diberlakukan,
Nasional (1994), Sempadan sungai merupakan namun penghuni yang ada di pemukiman lahan
wilayah tepian sungai yang dahulunya merupakan wedi kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede
daerah aliran sungai, dimana aliran material diwajibkan membayar sewa tanah/lahan atas nama
tersebut berupa pasir atau wedi, maka oleh sebagian tanah Kas Desa Sinduadi dan membayar PBB.
orang Jawa,wilayah tepian sungai yang dahulunya Penelitian ini ingin mengungkap kebenaran status
merupakan daerah aliran sungai tersebut dinamakan tanah/lahan yang dipergunakan untuk pemukiman
Wedi Kengser atau lahan sempadan sungai. secara hukum yang berlaku, sehingga memberikan
Dalam hal ini perlindungan terhadap sempa perlindungan hukum dan rasa aman kepada
dan sungai atau wedi kengser dilakukan untuk penghuni pemukiman dari tindakan penggusuran
melin dungi sungai dari kegiatan manusia yang dimasa yang akan datang.
dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta Landasan Teori
mengamankan aliran sungai. Proses pengembangan lahan untuk perumahan
Adapun kriteria penetapan sempadan sungai mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk formal dan
menurut Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional informal. Proses formal adalah pengembangan yang
(1994) adalah sebagai berikut : dilakukan secara teratur dan formal oleh
1. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan pemerintah. Proses pengembangan lahan secara
sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan untuk formal ini diharapkan dapat mengarah kepada
anak sungai yang berada di luar permukiman pembangunan fisik yang terencana dan terkendali
2. Untuk sungai di kawasan permukiman, lahan (planned and controlled land develop ment)
berupa sempadan sungai yang diperkirakan Pengembangan lahan formal (legal) biasanya
cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 mengikuti pola SPBO (Servicing, Planning,
15 meter. Building, and Oucuption). Di Negara-negara
dengan sistem campuran (gabungan sistem
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Kapitalis dan Sosialis) seperti juga di Indonesia,
Indonesia Nomor. 80 Tahun 1999, Tentang Kawas proporsi pengembangan lahan dengan bentuk
an siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan siap formal ini dapat dikatakan lebih sedikit dari proses
Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri. Adapun informal (ilegal).
kawasan Permukiman adalah Kawasan budidaya Hal ini disebabkan karena status pemilikan
yang ditetapkan dalam rencana tataruang dengan tanah sebagian besar adalah hak pribadi atau
fungsi utama untuk permukiman, dimana permuki individu. Dalam pandangan masyarakat setiap
man adalah bagian dari lingkungan hidup diluar orang memiliki hak yang luas untuk menggunakan
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan tanah bagi kepen tingan apapun tanpa harus
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai meminta izin dari pemerin tah, sebaliknya
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian pemerintah tidak mampu mengontrol dalam
dan tempat kegiatan yang mendukung pelaksana an hukum (law inforce ment), terhadap
perikehidupan dan penghidupan, dimana tersedia individu-individu yang melakukan pengem bangan
sarana dan prasarana dasar fisik lingkungan yang lahan. Pengembangan lahan dengan bentuk
memungkinkan permukiman dapat berfungsi untuk informal (ilegal) ini biasanya mengikuti formula
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan OBSP (Oucuption, Building, Servicing, and
ekonomi, sosial dan budaya Planning). Dampak negatif dari pengembangan
Kabupaten Sleman bagian selatan, tepatnya di lahan informal (ilegal) ini adalah terjadinya
wilayah RT.05, RT.06, RW.32 dan RT.07, RT.08, perkembangan fisik kota atau kawasan yang tidak
RT.09, RW.33 Dusun Blunyah Gede, Desa teratur, dan mahalnya biaya pengembangan infras
Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, truktur, karena tanah-tanah yang ada telah dimili
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, telah terjadi ki dan dikembangkan oleh individu atau pihak
pemanfaatan lahan (invasi) Wedi Kengser kali swasta sesuai dengan motif individunya, tanpa
memperhatikan kepentingan public (umum). dari kepastian hukum pemilikan tanah tidak hanya
Dampak pada level yang lebih besar adalah pola mempunyai sertifikat tanah saja, akan tetapi meski
perkembangan fisik menyerupai pita (ribbon pun tidak selalu mempunyai kepastian hukum
development) pada kawasan yang memiliki kepemi likan tanah, namun ada perasaan aman bagi
aksesibilitas, dan sporadic pada kawasan pinggiran pemilik nya dari penggusuran. Rasa kepastian
kota. hukum atau rasa aman dalam kepemilikan tanah
Konfigurasi sistem pengembangan lahan ini, di dapat dari sistem sosial yang ada, dimana
memfokuskan pada proses konversi atau rekonversi tokoh masyarakat atau pimpinan komunitas
ruang untuk kebutuhan manusia. Menggambarkan masyarakat memberi jamin an keamanan dan
bahwa aktor atau agen pengembangan lahan kepemilikan tanah tersebut. Mereka ini bisa dari
meliputi : pimpinan komunitas formal (Kepala Dusun, RW,
a. Pemilik lahan (land owner) dan RT), pimpinan komunitas adat atau ulama.
b. Pengembang (developer) Situasi seperti ini menjelaskan mengapa banyak
c. Konsumen kasus penjarahan tanah atau invasi tanah legal
d. Lembaga Keuangan (financial intermedieries) (seperti wedi kengser), yang kemudian diikuti
e. Instansi Pemerintah dengan proses pembangunan rumah tempat
tinggal,?
Mengklasifikasikan proses pengembangan
lahan terutama untuk perumahan ke dalam bentuk Metodelogi Penelitian
formal dan informal serta diklasifikasikan menjadi Metodologi penelitian merupakan tahap
komersial dan non komersial. Proses formal penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan
komersial yaitu penyediaan tanah yang dilakukan suatu masalah, sehingga penelitian yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat atau peru sahaan dalam menjadi terarah dan membantu dalam proses
bentuk penyediaan tanah, pembangunan perumah pemecahan masalah. Tinjauan pustaka dalam
an dan penyewaan. Sedangkan secara formal non penelitian tidak mampu menjawab pertanyaan
komersial prosesnya dilakukan oleh pemerintah pertanyaan penelitian secara umum, tetapi menurut
dalam bentuk bantuan penyediaan tanah, pengatu penulis telah berhasil menyiapkan teori-teori yang
ran pemanfaatan tanah, dan mengenai hibah serta dapat dijadikan dasar untuk mencari jawaban di
hadiah. lapangan. Dalam keadaan demikian, menurut
Proses informal komersial dilakukan dalam Djunaedi.A (2002) lebih lanjut, teori teori tersebut
bentuk penjualan, baik legal maupun ilegal dari perlu disusun sebagai landasan teori. Berbekal
tanah yang di miliki masyarakat (kasus pemecahan teori tersebut dapat dikembangkan daftar
lahan/sub divisi) yang dimiliki dalam 1 (satu) pertanyaan atau daftar hal-hal yang akan di survei.
perkampungan dan tanah yang tidak memenuhi Sejalan dengan metode berfikir induktif yang
standar. Secara informal non komersial berupa digunakan dalam penelitian ini, maka metode
pengadaan lahan dalam perkam pungan di atas penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
tanah adat, penghuni liar di atas tanah negara, serta kualitatif. Menurut Locke, Spridouso, dan
penghu ni liar sementara. Silverman dalam Cresswell (1994), penelitian
Proses memperoleh akses tanah untuk kota- kualitatif merupa kan penelitian interpretatif.
kota di indonesia diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Dalam kaitan ini bias atau prasangka, penilaian, dan
bentuk transfer tanah (Struyk, 1960) adalah pendapat dari peneliti tertuang secara eksplisit di
sebagai berikut : dalam laporan penelitian. Keterbukaan tersebut
1.Kelompok pengadaan tanah yang langsung dianggap sebagai sesuatu yang sangat berguna dan
diperoleh dari transfer pemilik tanah atau positif (tidak diasingkan). Sejalan dengan hal
pemilik asli, kemudian dijual kepada keluarga tersebut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1997),
yang membutuh kan. mengartikan penelitian kualitatif sebagai prosedur
2.Kelompok pengkapling informal dan investor penelitian yang menghasilkan data deskriptif
spekulan tanah berupa kata kata tertulis atau lisan, gambar dari
3.Kelompok pengembang spekulan yang memper orang-orang dan perilaku yang dapat
oleh dari hasil transfer pertama, kemudian di jual diamati..Metode penelitian kualitatif yang
kembali pada keluarga yang membutuhkan atau digunakan dalam penelitian ini berdasarkan para
keluarga yang membeli tanah pada transfer digma phenomenologi. Menurut Muhadjir (2000),
kedua, termasuk dalam pembelian transfer Ontologik penelitian kualitatif berdasarkan pheno
ketiga. menologi menurut pendekatan holostik. Mendu
Persoalan yang kompleks dari status kepastian dukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi
kepemilikan tanah itu sendiri tidak bisa dilihat ganda, melihat obyeknya dalam satu konteks
hanya dari sisi formal legal saja. Di negara barat natural, bukan parsial. Dari sisi epistimo logik,
atau negara lain, dengan adanya sertifikat tanah penelitian kualitatif berlandaskan paradigma
sudah menjadi kepastian hukum kepemili kan tanah phenomenologi menolak penggunaan kerangka
dari seseorang, sedangkan di Indonesia yang diukur teori sebagai langkah persiapan penelitian, karena
hal itu akan menjadikan hasil penelitian menjadi Blunyah Gede, desa Sinduadi, Kecamatan
produk artifisial, jauh dari sifat naturalnya. Obyek Mlati, Kabupaten Sleman, berdasarkan kriteria
dilihat dalam konteksnya dan menggunakan tata penetap an sempa dan sungai, menurut Badan
pikir logik lebih dari sekedar linier kausal. Ilmu Koordinasi Tata Ruang Nasional (1994) yaitu :
yang dibangun adalah ilmu idiografik. Sedangkan 1. Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri
dari sisi aksiologik phenomenologik mengakui ada sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri
4 (empat) kebenaran empirik yaitu : 1). Empirik untuk anak sungai yang berada di luar
sensual, 2). Empirik logik, 3). Empirik etik dan 4). permukiman.
Empirik transendental. Berdasarkan tujuan peneliti 2. Untuk sungai di kawasan permukiman, lahan
an yang ingin dicapai, maka penelitian ini bersifat berupa sempa dan sungai yang diperkirakan
deskriptif yang berarti pencarian fakta dengan cukup untuk dibangun jalan ins peksi
interprestasi yang tepat dengan tujuan untuk selebar antara 10 15 meter
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara Serta Peraturan Penerintah Republik Indonesia
sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, Nomor. 80 Tahun.1999, tentang Kawasan siap
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang Bangun (Kasiba) dan Lingkungan siap Bangun
diselidiki (Whitney dalam Nasir, 1999). Lebih (Lisiba)
lanjut dikemukakan oleh Triastuti (2001), bahwa c. Obyek Penelitian
penelitian deskriptif adalah menyajikan gambaran Penggunaan/pemanfaatan/invasi lahan sem
yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan padan sungai atau Wedi kengser kali Code
yang terdapat dalam penelitian. yang bertentangan dengan kriteria penetapan
sempadan sungai menurut Badan Koordinasi
a. Jenis Penelitian Tata Ruang Nasional (1994) dan Peraturan
Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan , Penerintah Republik Indonesia Nomor. 80
yang dilakukan dengan memberikan kuisioner Tahun.1999, tentang Kawasan siap Bangun
kepada kepala keluarga yang bertempat (Kasiba) dan Lingkungan siap Bangun (Lisiba)
tinggal di wilayah RT.05, RT.06 ; RW.32 dan d. Wilayah Penelitian
RT.07, RT,08, RT.09; RW.33 pada lahan wedi Penelitian dilakukan di wilayah Dusun
kengser kali Code Dusun Blunyah Gede, Desa Blunyah Gede,RT.05, RT.06 ; RW.32 dan
Sinduasi, Kecamatan Mlati, Kabupaten RT.07, RT,08, RT.09; RW.33, desa Sinduadi,
Sleman. Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah
b. Subyek Penelitian Istimewa Yogyakarta. Untuk fisualisasi lihat
Subyek penelitian ini adalah terjadinya Peta Dusun Blunyah Gede, Sinduadi, Mlati,
penggunaan/invasi lahan sempadan sungai atau Sleman pada Gambar 1,
Wedi kengser kali Code diwilayah dusun
e. Teknik Pengumpulan Data ser kali Code di Dusun Blunyah Gede, desa
Pengumpulan data dilakukan dengan cara Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
memberikan kuisioner kepada setiap kepala Tiap variabel pertanyaan tersedia 5 (lima) jawaban,
keluarga yang bertempat tinggal di wilayah sebagai berikut :
RT.05, RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08, 1). Sangat tidak membutuhkan lahan wedi keng
RT.09; RW.33, Dusun Blunyah Gede, ser kali Code
Sinduadi, Mlati, Sleman. Daerah Istimewa 2). Tidak membutuhkan lahan wedi keng ser kali
Yogyakarta, yang berhubungan dengan Code
masalah penelitian 3). Ragu-ragu untuk memanfaatkan lahan wedi
kengser kali Code
f. Teknik Analisis Data 4). Membutuhkan lahan wedi kengser kali Code
Analisis data yang dipergunakan dalam 5). Sangat membutuhkan lahan wedi keng ser kali
penelitian ini, adalah menggunakan Program Code
Microsoft Exel, dan di analisis dengan metode Jawaban responden tersebut meru pakan
diskriptif dari Program SPSS 9,01 for windows data yang di analisis, data yang terkumpul di bagi
98 yang merupakan salah satu program dalam beberapa kelas yang dinamakan dengan
komputer khusus untuk menguji data statistik. interval kelas. Penentuan interval kelas ini harus
Jawaban dari setiap variabel pertanyaan dirata- memenuhi persyaratan sebagai berikut :
rata menjadi nilai mean dari setiap item faktor Interval kelas tidak tumpang tindih dengan yang
yang mendorong dan proses lain, artinya suatu observasi tidak dapat masuk
pemanfaatan/invasi lahan . dalam dua interval kelas atau lebih.
Selanjutnya nilai mean tersebut di ranking Antar interval kelas jangan sampai ada gap
berdasarkan item faktor yang mendorong atau (celah) yang terlalu besar, sehingga kemungkinan
proses pemanfaatan/invasi dan ranking secara data masuk dalam celah tersebut.
keseluruhan, sehingga didapatkan variabel yang Interval kelas yang digunakan mempunyai lebar
memiliki nilai mean tertinggi dan dianggap sebagai yang sama.
faktor yang mendorong terjadinya proses Untuk menentukan interval kelas dalam analisis ini
pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali Code menggunakan rentang, yaitu selisih antara harga
di Dusun Blunyah Gede, desa Sinduadi, Kecamatan tertinggi dan harga terendah, kemudian di bagi
Mlati, Kabupaten Sleman. dengan jumlah interval yang diinginkan.
Dalam kesempatan ini responden diberi Dalam penelitian ini, interval kelas yang diinginkan
kesempatan untuk menjawab (memberi tanggapan) terdiri dari lima interval kelas yang dapat dilihat
terhadap pertanyaan mengenai faktor yang mendo pada Tabel. 3
rong proses pemanfaatan/invasi lahan wedi keng
Pilihan (1), yang menyatakan bahwa pernyata an 2. Makin padatnya hunian, bagi pemilik lahan
tersebut sangat tidak membutuhkan lahan wedi wedi kengser kali Code berhasrat membangun
kengser kali Code, mendapatankan nilai = 1 rumah untuk disewakan atau di kontrakkan,
Pilihan (2), yang menyatakan bahwa pernyata an membuka usaha kost kossan, warung makan,
tersebut tidak membu tuhkan lahan wedi kengser ruko dan usaha wartel yang mereka lakukan
kali Code, mendapatankan nilai = 2 adalah usaha untuk meningkatkan kesejahtera
Pilihan (3), yang menyatakan bahwa pernyata an an hidupnya.
tersebut ragu-ragu untuk memanfaatkan lahan 3. Kurangnya pengetahuan masalah hukum dan
wedi kengser kali Code, mendapatankan nilai = 3 tidak ada larangan/teguran dari pihak pengu
Pilihan (4), yang menyatakan bahwa pernyataan asa/pemerintah selama menempati lahan wedi
tersebut membutuh kan lahan wedi kengser kali kengser kali Code, meskipun sesekali ada
Code, mendapatankan nilai = 4 sosialisa si hukum mengenai status keberadaan
Pilihan (5), yang menyatakan bahwa pernyata an lahan wedi kengser kali Code. Persoalan
tersebut sangat membutuh kan lahan wedi hukum menempati lahan wedi kengser bagi
kengser kali Code, mendapatankan nilai = 5 nya tidak perlu dipahami atau dimengerti,
Nilai nilai dari setiap variabel pernyataan terse larangan/ teguran dari pihak penguasa/ Peme
but dijumlahkan dan di rata-rata, sehingga rintah jarang di sosialisasikan, tawaran lahan
didapatkan data dalam bentuk tabel yang menyusun wedi kengser kali Code relatif murah dan
setiap variabel tersebut menurut ranking, yaitu menjanjikan, dari sinilah awal terjadinya faktor
mulai dari nilai tertinggi sampai nilai yang yang mendorong proses pemanfaatan lahan
terendah. wedi kengser kali Code di Dusun Blunyah
Berdasar pada penelitian yang dilakukan, Gede
diperoleh sebanyak 61 responden (dari wilayah 4. Kurun waktu yang cukup lama kurang lebih 55
Dusun Blunyah Gede RT.05, RT.06 ; RW.32 dan tahunan keberadaan hunian di lahan wedi
RT.07, RT,08, RT.09; RW.33, Sinduadi, Mlati, kengser kali Code menyebabkan dari para
Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan penghuni mengungkapkan masalah hukum
hasil sebagai berikut : sebagai berikut : Saya serahkan sepenuhnya
lahan wedi kengser ini kepada Pemerintah
b. Nilai Mean Hasil Penelitian berdasarkan tiap tanpa ganti rugi. Saya serahkan sepenuhnya
item Faktor yang Mendorong Proses Invasi lahan wedi kengser ini kepada Pemerintah
Lahan wedi kengser kali Code dengan ganti rugi. Saya pertahankan menem
Nilai mean didapatkan dari mem bagi jumlah pati lahan wedi kengser ini, karena warisan
bobot kepentingan (Tabel. 4) dengan jumlah pemberian dari orang tua. Saya pertahankan
responden (61 responden) yang ada, sedangkan menempati lahan wedi kengser ini, karena
jumlah bobot kepentingan didapat dari penjumlah membeli dengan penuh perjuangan. Saya
an seluruh nilai jawaban responden, yang masing- pertahankan menempati lahan wedi kengser
masing jawaban responden tersebut telah dikalikan ini, dengan memohon bantuan hukum.
dengan nilai bobot pilihan yang ada. 5. Dari perkembangan lama bertempat tinggal di
Setelah mean tiap variabel pertanyaan didapat lahan wedi kengser kali Code, pada tahun 1980
kan, maka variabel tersebut di ranking menurut dan tahun 2000 menunjukan peningkatan
item faktor yang mendorong proses hunian yang dominan.
pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali Code. 6. Kondisi kehidupan perekonomian yang seim
Maka hasil keseluruhan penelitian ini adalah bang, kompak dan tenggang rasa yang tinggi
sebagai berikut : dalam kehidupan keluarga, dicerminkan
Berdasarkan tiap variabel pertanyaan didapat dengan saling gotong royong, guyub rukun
kan ranking menurut item, faktor budaya, hukum, serta lahan hunian yang bebas dari banjir.
sosial dan ekonomi yang mendorong terjadinya 7. Kehidupan sosial yang di dasari dengan
proses pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali kekompakkan dan tenggang rasa yang tinggi,
Code menurut responden secara keseluruhan dapat saling gotong royong, guyub rukun, menyebab
diuraikan sebagai berikut : kan ketentraman dalam hidup sehariannya
1. Budaya salah satupendorong untuk memperta 8. Tersedianya fasilitas sarana dan prasa rana
hankan kepemilikan tanah warisan untuk penerangan listrik untuk kebutuhan hunian dan
disewa atau di kontrakkan, bahkan dijual lingkungan menjadikan kehidupan sosial pada
belikan, meskipun lahan wedi kengser kali hunian di lahan wedi kengser kali Code makin
Code merupakan lahan informal. Sedangkan menjanjikan
lingku ngan yang semakin tertata dan terbebas 9. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana air
dari bahaya banjir merupakan faktor yang bersih untuk kebutuhan hunian dan lingkungan
mendorong proses pemanfaatan lahan wedi menjadikan kehidupan sosial pada hunian di
kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede lahan wedi kengser kali Code makin menjanji
kan, meskipun sebagian kecil dari masyarakat bersama sama berdasarkan mean yang telah
masih menggunakan air sumur. diperoleh.
10. Dari sudut pandang ekonomi lahan wedi Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede mean tertinggi ke nilai mean terendah, maka akan
merupakan lahan yang murah, menjanjikan dan ditinjau 5 (lima) ranking teratas faktor yang
dekat dengan tempat kerja. mendorong proses pemanfaatan lahan wedi kengser
11. Dengan terbentuknya Rukun Tetangga (RT) kali Code di wilayah dusun Blunyah Gede RT.05,
dan Rukun Warga (RW) di lahan hunian wedi RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08, RT.09; RW.33,
kengser kali Code, Dusun Blunyah Gede, dan Desa Sinduadi, Mlati,Sleman. Daerah Istimewa
adanya kewajiban membayar sewa lahan wedi Yogyakarta masing-masing adalah sebagai berikut :
kengser dan PBB bagi penghuni lahan wedi 1. Ranking I adalah variabel Jaminan keama nan
kengser kali Code dijadikan jaminan dan Lama bertempat tinggal di lahan wedi
keamanan bertempat tinggal di lahan wedi kengser, mempunyai nilai mean sebesar 4,6196.
kengser kali Code Nilai mean tersebut terletak pada interval kelas
12. Keakraban warga penghuni lahan wedi 4,215,00, untuk pertanyaan sangat membutuh
kengser kali Code Blunyah Gede dalam kan lahan wedi kengser kali Code dan menun
menjaga keamanan lingkungan menimbulkan jang bahwa lama bertempat tinggal serta adanya
ketentraman hidup bermasyarakat. media keakraban warga merupakan faktor yang
13. Warga masyarakat penghuni lahan wedi mendorong proses pemanfaatan lahan wedi
kengser kali Code Dusun Blunyah Gede sangat kengser kali Code (Faktor timbulnya invasi)
mendukung program pemerintah dalam 2. Ranking II adalah variabel Latar belakang
pengem bangan obyek pariwisata di sepanjang Hukum yang diketahui, Pendekatan Sosial,
kali Code, karena prospek yang menjanjikan Ekonomi dan Jaminan Keamanan, sama-sama
kesejahteraan masyarakat yang bertempat mempunyai nilai mean sebesar 4,5082. Nilai
tinggal di lahan wedi kengser kali Code Dusun mean tersebut tersebut terletak pada interval kelas
Blunyah Gede. 4,215,00, untuk pertanyaan sangat membu
14. Bila dengan terpaksa lahan wedi kengser kali tuhkan lahan wedi kengser kali Code dan
Code di dusun Blunyah Gede harus di menunjang 3 (tiga) hal yang sangat serta adanya
bebaskan dari hunian, komentar responden kesamaan dalam usaha kehidupan (dukungan
sebagai berikut : Ikhlas tidak minta ganti rugi yang kuat terjadinya invasi pada lahan wedi
tanah. Ikhlas tidak minta ganti rugi tanah, tapi kengser kali Code )
minta ganti rugi fisik bangunan. Menentang 3. Ranking III adalah variabel Pendekatan Bu
tidak mau digusur Minta ganti rugi tanah dan daya dan Lingkungan, mempunyai nilai mean
bangunan. Dan minta dipindahkan sebesar 4,4918. Nllai mean tersebut terlrtak pada
15. Jaminan keamanan yang masyarakat andalkan interval kelas 4,215,00, untuk pertanyaan sangat
adalah : Tanah warisan dan tidak mungkin ada dibutuhkan dan menunjang bahwa hunian atau
penggusuran. Merasa tentram dan aman . tempat tinggal di lahan wedi kengser kali Code
Adanya kesamaan dalam usaha kehidupan. yang padat hunian menjanjikan untuk membuka
Dekat dengan tempat kerja dan aman usaha perdaga ngan (dukungan yang kuat
lingkungan nya. Masyarakatnya Guyub Rukun bertempat tinggal untuk usaha perdagangan di
dan peduli lingkungan, faktor-faktor semacam lahan wedi kengser kali Code)
inilah yang menyebabkan mendorong proses 4. Ranking IV adalah variabel Pendekatan Latar
Invasi lahan wedi kengser kali Code di Dusun belakang Hukum yang diketahui dan Sosial ,
Blunyah Gede. mempunyai nilai mean sebesar 4,4754. Nilai
mean tersebut terletak pada interval kelas 4,21
5,00, untuk pertanyaan sangat dibutuhkan dan
c. Ranking Mean Hasil Penelitian secara
menun jang bahwa selama bertempat tinggal di
keselu ruhan
lahan wedi kengser kali Code , tidak ada
Dari kelima belas item faktor yang mendo
teguran/larangan, masyarakat saling gotong
rong proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali
royong, Guyub Rukun dan berkehidupan sosial
Code yang dibutuhkan untuk mencagah atau tidak
yang seimbang (warna kehidupan masyarakat
terulangnya kembali faktor yang mendorong proses
yang menyebabkan krasan / betah bertempat
pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code di
tinggal di lahan wedi kengser kali Code )
tempat lain, yaitu dalam Pendekatan budaya dan
5. Ranking V adalah variabel Lamanya bertempat
lingkungan. Pendekatan Latar Belakang hukum
tinggal di lahan wedi kengser kali Code Dusun
yang di ketahui. Lama bertempat tinggal di lahan
Blunyah Gede, Pendekatan Sosial dan Ekonomi
wedi kengser. Kesan-kesan bertempat tinggal di
, sama-sama mempunyai nilai mean 4,3278.
lahan wedi kengser. Pendekatan sosial, Pendekatan
Nilai mean tersebut terletak pada interval kelas
Ekonomi, dan Pendekatan Keamanan beserta
4,215,00, untuk pertanyaan sangat dibutuhkan
variabelnya akan diurutkan rankingnya secara
266 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi