Anda di halaman 1dari 278

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL
Ke-4 Tahun 2009

Environment Resources And Technology for Better Life

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SUSUNAN PANITIA

Penanggungjawab : Ketua STTNAS Yogyakarta


( Ir. H.R. Soekrisno, MSME, Ph.D. )
Pengarah : Pembantu Ketua I STTNAS Yogyakarta
( Ir. Harianto, M.T. )
Pembantu Ketua II STTNAS Yogyakarta
( Ir. H. Ircham, M.T. )
Pembantu Ketua III STTNAS Yogyakarta
( Ir. Rr. Amara Nugrahini, M.T.)

Ketua Pelaksana : Joko Prasojo, S.T., M.T.


Sekretaris Pelaksana : Muhammad Arsyad, S.T.
Anggota : Trie Handayani, S.T.
Bendahara Pelaksana : Titin Nurani, S.T., M.T.
Anggota : Ir. Hj. Oni Yuliani, M.Kom.
Seksi Makalah
a. Teknik Sipil : 1. Retnowati Setioningsih, S.T., M.T.
2. Lilis Zulaicha, S.T., M.T.
b. Teknik Planologi : 1. Drs. Achmad Wismoro, S.T., M.T.
2. Solikhah Retno Hidayati, S.T.
c. Teknik Mesin : 1. Ir. Muhammad Abdulkadir, M.T.
2. Ratna Kartikasari, S.T., M.T.
d. Teknik Elektro : 1. Suyanta, S.T.
2. Ir. Budi Utama, M.T.
e. Teknik Geologi : 1. Ir. Sukartono, M.T.
2. Th. Listyani Retno Astuti, S.T., M.T.
f. Teknik Pertambangan : 1. Ir. agustinus isjudarto, M.T.
2. R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T.
Seksi Redaksional dan Proseding
Koordinator : Ir. H. Sugiarto, M.t.
Anggota : Arif Basuki, S.T., M.T.
Djoko Purwanto, S.T.
Seksi Acara
Koordinator : Janny F. Abidin, S.T., M.T.
Anggota : Indra Gunawan, S.T., M.T.
Seksi Publikasi dan dokumentasi
Koordinator : Tugino, S.T., M.T.
Anggota : Fathie Kumalasari, S.T.
Ferry Okto Satriya, S.T.
Seksi Perlengkapan
Koordinator : Suharyanto, S.T., M.T
Anggota : Dra. Hj. Aminah, M.Ag.
Diah Suwarti Widyastuti, S.T.
Saldiono

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 iii


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sambutan Ketua STTNAS


dalam rangka
Pembukaan Seminar Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi STTNAS
Hari Sabtu Tanggal 19 Desember 2009

Assamualaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati Bapak Gubernur DIY


Yang saya hormati Bapak-bapak Bupati Kepala Daerah
Yang saya hormati Bapak Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta
Yang saya hormati Bapak Ketua YPTN dan staf
Yang saya hormati Bapak Prof. Dr. H. Sukendar Asikin
Yang saya hormati Bapak Pimpinan, staf dan dosen STTNAS termasuk Panitia
Yang saya hormati Bapak dan ibu Tamu Undangan
Yang saya hormati seluruh peserta Seminar

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur yang tulus kehadirat Allah SWT. karena
hanya oleh ridhoNya kita bisa berkumpul di sini dalam rangka temu ilmiah, yaitu Seminar ReTII,
tanpa halangan suatu apa, di pagi yang cerah ini. Mudah-mudahan Allah SWT juga memudahkan
panitia dalam menyelenggarakan seminar ini, dan memudahkan serta meringankan peserta dalam
mengikuti acara demi acara.
Pertemuan ilmiah yang berupa Seminar ini dimaksudkan, agar ada kesempatan bagi para pakar
untuk bertukar pengalaman, memperkaya atau memperluas wawasan, berdiskusi untuk mengatasi
kesulitan yang hampir sama, memaksimalkan kemampuan peralatan yang ada, sekaligus
meningkatkan keberanian para pakar menghadapi masalah. Selain itu ada harapan juga kemungkinan
terjadi kerjasama atau sinergi antar pakar yang dapat membuahkan penelitian bersama multi years,
yang pada gilirannya akan mampu mendongkrak kemandirian bangsa yang sudah terlanjur jauh
terpuruk,
Ada 3 unsur pokok untuk memajukan bangsa ini, yaitu: (1). Ilmu yang cukup, (2) Keberanian
berdasar pengalaman, dan (3) Wewenang/ kesempatan/ kepercayaan pemerintah terhadap pakar
domestic (government policy). Saya yaqin bila ketiga unsur ini ada, Kemandirian Bangsa akan segera
terwujud.
Semoga Seminar ini bisa terselenggara dengan baik, lancar, memenuhi keinginan para peserta,
bemanfaat dan berakhir sukses. Untuk itu kami memohon kerjasama yang baik, bantu membantu,
saling mengingatkan, dan berlomba dalam kebaikan
Kami sudah mengusahakan yang terbaik, namun seandainya masih banyak kekurangan yang
terasakan selama penyelenggaraan Seminar ini, nanti, kami panitia mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Yogyakarta, 19 Desember 2009

ttd.

Ketua STTNAS

iv SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SAMBUTAN RETII 2009

Alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan YME, panitia seminar nasional telah berhasil
menyelesaikan tahapan-tahapan seminar hingga dapat terlaksananya Seminar Nasional Rekayasa
Teknologi Industri dan Informasi (ReTII),yang dilaksanakan di Kampus STTNAS Yogyakarta pada
tanggal 19 Desember 2009. Temak yang diangkat dalam seminar ini adalah Environment and
resources for better life. Seminar ini terlaksana atas kerjasama Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin,
Teknik Elektro dan Teknik Geologi. Seminar ReTII pada tahun 2009 merupakan seminar Rutin
tahunan yang disellenggarakan oleh STTNAS Yogyakarta.

Seminar ini diselenggarakan sebagai sarana untuk mempublikasikan artikel ilmiah yang
berkualitas dalam prosiding seminar yang sekaligus untuk mengembangkan ilmu melalui penelitian
maupun pengembangan bidang teknologi dan membangun forum diskusi antar instansi terkait yang
bersifat berkelanjutan.

Dalam kesempatan ini, panitia seminar Nasional juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai fihakyang telah membantu terselenggaranya kegiatan seminar ini. Semoga kegiatan ini dapat
diambil manfaat yang sebaik-baiknya.

Selamat berseminar

Yogyakarta, 19 Desember 2009

Ketua Panitia

Joko Prasojo, ST, MT.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 v


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

vi SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR ISI

SUSUNAN PANITIA ............................................................................................................ iii


SAMBUTAN KETUA STTNAS ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vi

TEKNOLOGI INDUSTRI
1 PENGARUH HEAT INPUT TERHADAP KEKUATAN TARIK PENGELASAN
SMAW POSISI VERTIKAL BAJA St 60
Sigit Edy Purwanto ................................................................................................. 1
2 STUDI PENGARUH MEDIA KARBURISER TERHADAP KETAHANAN AUS
SPROKET SEPEDA MOTOR BEBEK
Djoko Suprijanto .......................................................................................................... 7
3 PENGARUH TEKANAN VAKUM TERHADAP EFISIENSI PADA EJECTOR
VACUUM PUMP YANG DIGUNAKAN PADA VACUUM FRYING
Joko Pitoyo & Fabianus Dodik Daru Wibowo ......................................................... 14
4 SISTEM IDENTIFIKASI UAP ALKOHOL MENGGUNAKAN DERET SENSOR
QUARTZ CRYSTAL MICROBALANCE DAN JARINGAN SARAF TIRUAN
Mulyadi .................................................................................................................. 17
5 DESAIN SISTEM PENGATURAN ENGINE TORQUE PADA SPARK IGNITION
ENGINE DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY GAIN SCHEDULLING
Aris Triwiyatno & Ismit Mado 22
6 PENINGKATAN KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION DENGAN
SELECTION DIVERSITY UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN
DAN INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS DI SURABAYA
Syahfrizal Tahcfulloh ............................................................................................... 28
7 IMPLEMENTATION OF VISION SYSTEM IN CONTROLING A MODELLED
GANTRY CRANE
Adelhard Beni Rehiara ... 35
8 REKAYASA DAN ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI
DENGAN MENGUBAH FREKUENSI
Suyamto & Yadi Yunus ............................................................................................... 40
9 APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UNTUK PENGUKURAN KONSENTRASI
CAFFEINE DAN PARACETAMOL
B. Wuri Harini, Antonius Tri Priantoro & Agung Bambang Setyo Utomo ... 46
10 PEMANCAR MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY
HOPPING
Nova Budi Prasetyo & Damar Widjaja . 52
11 MODEL SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA SANATA DHARMA
MENGGUNAKAN HIMPUNAN KABUR
Eko Hari Parmadi .................................................................................................... 58
12 SINKRONISASI ANTARA PEMANCAR DAN PENERIMA MODULASI
FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING
Damar Widjaja & Tulus Setiadi . 63
13 PENERIMA MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY
HOPPING
Yanuarius Vendy Purnomo & Damar Widjaja . 70
14 REKAYASA ROBOT CERDAS PEMADAM API PADA AREA EMPAT
RUANGAN
Joko Prasojo, Tugino & Dian Figana ..................................................................... 76
15 ANALISIS STABILITAS TRANSIENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN AYUNAN PADA JARINGAN
TEGANGAN 150 Kv
M. Arsyad, & Furqonul Fahmi . 82
16 PERAMALAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV
WIROBRAJAN YOGYAKARTA
Diah Suwarti W, Elias K. Bawan, Fitrizawati & Risanuri Hidayat ............................. 89

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 vii


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

17 PENGURANGAN RUGI-RUGI DAYA LISTRIK AKIBAT BEBAN TAK LINIER


MENGGUNAKAN TAPIS DI PT. BRANITA SANDHINI KLATEN
Suharyanto 94
18 EVALUATION OF TRANSMISSION SYSTEM LOSSES TO UNBALANCED LOAD: THE CASE
OF JAVA 500 KV INTERCONNECTION LINES
Sugiarto 101
19 PENENTUAN LETAK DAN UKURAN KAPASITOR PADA SISTEM DISTRIBUSI
DENGAN ADAPTIVE GENETIC ALGORITHM
Patria Julianto ............................................................................................................... 108
20 STUDI PERENCANAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN
METODE PENDEKATAN TERINTEGRASI
Mytha Arena ............................................................................................................. 113
21 IMPLEMENTASI PARTIAL INDEK UNTUK MENINGKATKAN UNJUK KERJA
QUERY PADA TIPE DATA KARAKTER VARCHAR
JB Budi Darmawan ... 118
22 VOLT-AMPERE METER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52
Martanto, A. Bayu Primawan, Frederik Erik, & Lucia Santi Palupi Darmakusuma ... 122
23 PENYUSUNAN PETA RENTAN BENCANA ALAM LONGSOR DENGAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MELALUI INTERPRETASI CITRA
SATELIT DI PROPINSI DIY
Anggun Fitrian Isnawati, Sulistyaningsih, Rintania Elliyati Nuryaningsih, Iis Hamsir
Wahab & Risanuri Hidayat ....................................................................................... 129
24 PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN
ELEKTROKOAGULASI
Hudori & P. Soewondo .. 134
25 OPTIMASI HIDROLISA ASAM PADA PROSES SAKARIFIKASI BONGGOL
JAGUNG SEBAGAI TAHAPAN PREREATMENT DALAM PEMBUATAN
BIOETHANOL
Kurniawan Yuniarto, Sukmawaty & Sirajuddin 139
26 PENGARUH PERBANDINGAN BERAT BAHAN DAN WAKTU EKSTRAKSI
TERHADAP MINYAK BIJI PEPAYA TERAMBIL
Sri Rahayu Gusmarwani ... 147
27 PENGARUH WAKTU PROSES, UKURAN BAHAN DAN VOLUME AIR PADA
PENGAMBILAN MINYAK KAPULAGA DENGAN DISTILASI UAP
M.Sri Prasetyo Budi ................................................................................................ 152
28 PENGARUH UKURAN BAHAN DAN WAKTU EKSTRAKSI RIMPANG
KUNYIT SEBAGAI INDIKATOR KEASAMAN ALAMI
Oni Yuliani ............................................................................................................. 155

BUMI, LINGKUNGAN DAN TEKNIK SIPIL


1 Hidrokimia dan Geologi Air Panas daerah Parangwedang, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta,
T. Listyani R.A. .. 161
2 STUDI SIFAT PENGEMBANGAN (SWEALLING) LEMPUNG SEBAGAI DASAR
PONDASI JALAN WATES DI KM 22 DAN SEKITARNYA KABUPATEN
KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Sukartono . 178
3 PALEOEKOLOGI FORMASI PUCANGAN DI DAERAH KABUH DITINJAU
DARI KANDUNGAN FOSIL MOLUSKA
Hita Pandita, &Yahdi Zaim ...................................................................................... 172
4 STUDI INDUCED POLARIZATION (IP) UNTUK EKSPLORASI MINERAL
MANGAN DI DAERAH SRATI, KECAMATAN AYAH, KABUPATEN
KEBUMEN, JAWA TENGAH
Winarti, Chusni Ansori . 181
5 PENELITIAN AWAL GUNUNG API PURBA DI DAERAH MANGGARAI
BARAT, FLORES, NUSA TENGGARA BARAT, INDONESIA
Hill. Gendoet Hartono, Partama Misdiyanta, Djoko Purwanto, Faidzil Chabib, dan
Ones Kambu ..... 188

viii SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

6 KAJIAN MINERAL LEMPUNG SEBAGAI BAHAN GALIAN INDUSTRI DI


DAERAH SIWARENG KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA
Ev.Budiadi 200
9 HUBUNGAN TEKTONIK PEMBENTUKAN KUBAH KULON PROGO
DENGAN TERDAPATNYA ENDAPAN MINERAL LOGAM DI DAERAH
KOKAP, KULON PROGO
A. Isjudarto ...................................................................................................................... 205
10 PROFIL PENDAPATAN ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI YOGYAKARTA
(STUDI KASUS : BUS TRANS JOGJA)
Ircham . 212
11 PENGARUH PERAWATAN BETON YANG MENGGUNAKAN BATU PUTIH
GUNUNG KIDUL SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT DESAK
BETON
Retnowati Setioningsi .. 216
12 PEMAKAIAN LIMBAH SERUTAN BAJA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
BETON
Marwanto .......................................................................................................................... 228
13 PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN
TEKAN BETON
Lilis Zulaicha ....................................................................................................................
14 TINJAUAN YURIDIS-EKONOMIS TERHADAP PENGGUNAAN METODE
NEGOSIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BIDANG KONSTRUKSI
Lilik Karnaen 234
15 HUBUNGAN ANTARA OPERASI PENERBANGAN DAN KESELAMATAN
PENERBANGAN DALAM PEKERJAAN MEMPERPANJANG LANDAS PACU
BANDAR UDARA STUDI KASUS LAPANGAN TERBANG GADING
WONOSARI
Otto Santjoko, Ircham ....................................................................................................... 241
16 PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI DESA SERUT, KECAMATAN
GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA
Sujendro .................................................................................................................... 247
17 REALISASI SISTEM PENGUPAHAN TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA
PERUSAHAAN PEMBORONG BANGUNAN DI YOGYAKARTA
Ridayati ............................................................................................................................. 254
18 INVASI LAHAN WEDI KENGSER KALI CODE STUDI KASUS DI DUSUN
BLUYAH GEDE, DESA SINDUADI, KECAMATAN MLATI, KABUPATEN
SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Achmad Wismoro.............................................................................................................. 260

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 ix


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

x SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 xi


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH HEAT INPUT TERHADAP KEKUATAN TARIK PENGELASAN


SMAW POSISI VERTIKAL BAJA St 60
Sigit Edy Purwanto
Jurusan Teknik Mesin, STTNAS Yogyakarta
Jl. Babarsari, Depok, Yogyakarta
e-mail : seagate.sttnas@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pengaruh heat input pengelasan SMAW pada baja St
60 terhadap kekerasan dan kekuatan tarik. Penelitian dilakukan terhadap pengelasan SMAW baja St 60 dengan
heat input yang berbeda yaitu 18480 J/mm, 21120 J/mm, 26400 J/mm, 29040 J/mm dan 31680 J/mm.
Pada hasil uji kekerasan diperoleh nilai kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada spesimen
dengan heat input terendah 18480 J/mm yaitu sebesar 254,4 kg/mm2, sedang nilai kekerasan terendah terjadi
pada spesimen dengan heat input tertinggi 31680 J/mm yaitu sebesar 236,5 kg/mm2. Pada hasil uji tarik
diperoleh kekuatan tarik tertinggi terjadi pada spesimen dengan heat input tertinggi yaitu sebesar 67,61 kg/mm2
dengan regangan 21,97 %, sedang kekuatan tarik terendah terjadi pada spesimen dengan heat input terendah
yaitu sebesar 48,84 kg/mm2 dengan regangan 2,96 %.

Kata kunci: Pengelasan SMAW, Heat Input, Uji Kekerasan dan Uji Tarik.

PENDAHULUAN Las busur dengan elektroda terbungkus


(Shielded Metal Arc Welding/SMAW) adalah las
Saat ini las telah dipergunakan secara luas busur listrik terlindung dimana panas dihasilkan
dalam penyambungan batang-batang pada dari busur listrik antara ujung elektroda dengan
konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. logam yang dilas (Suharno, 2008).
Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan
karena konstruksikonstruksi khususnya mesin
Kecepatan Pengelasan
yang menggunakan teknik penyambungan ini
Kecepatan pengelasan tergantung dari jenis
menjadi lebih ringan dan proses penyambungannya
elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang dilas,
akan lebih sederhana sehingga biaya
geometri sambungan, ketelitian sambungan Dalam
keseluruhannya akan lebih murah.
hal hubungan arus dan tegangan las, dapat
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
dikatakan bahwa kecepatan las ampere tidak ada
konstruksi sangat luas meliputi; perkapalan,
hubungan dengan tegangan las tetapi berbanding
jembatan, rangka baja, bejana tekan, perpipaan,
lurus dengan arus las. Karena pengelasan yang
kendaraan rel dan lain sebagainya.
cepat memerlukan arus las yang tinggi. Bila
Pengelasan adalah proses penyambungan dua
tegangan dan arus dibuat tetap, sedangkan
logam atau paduan dalam keadaan lumer atau cair,
kecepatan las dinaikkan maka jumlah deposit
dengan menggunakan energi panas. Akibat proses
persatuan panjang las jadi turun. Tetapi pada
ini maka logam disekitar pengelasan mengalami
kecepatan tertentu kenaikan kecepatan akan
siklus thermal yang menyebabkan terjadinya
memperbesar penembusan
perubahan secara metalurgi, deformasi dan
tegangan-tegangan thermal. Sehingga bahan L
v (1)
mengalami perubahan sifat-sifat mekanik t
(Wiryosumarto H., 1986).
Penelitian ini mempelajari pengaruh heat input Sumber Energi / Panas.
terhadap struktur Baja St 60 setelah dilas. Besar energi (Q) yang tergantung dalam
sumber panas dinamakan tinggi energi (energy
LANDASAN TEORI level) atau kapasitas energi (energy capasity).
Pada las busur litrik (Messler, Robert. W.,
1999) :
Las merupakan salah satu cara penyambungan Q (W ) E I
yang bersifat permanen dari bagian logam, sehingga (2)
menjadi satu kesatuan. Dari definisi diatas maka
dapat diketahui bahwa, pengelasan adalah proses Masukan Panas (Heat Input)
penyambungan antara dua bagian logam atau lebih Masukan panas adalah besarnya energi panas
dengan menggunakan panas (B.H. Amstead, 1993). tiap satuan panjang las ketika sumber panas (yang
berupa nyala api, busur listrik, plasma atau cahaya
energi tinggi) bergerak.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 1


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Masukan panas (Messler, Robert. W., 1999) : METODE PENELITIAN


P EI
H (3) Diagram Alir Penelitian
v v
Metalurgi Las
Bahan
Pada proses pengelasan hal-hal yang
terjadi adalah memanaskan logam sampai
temperatur puncak, dan logam tersebut dingin Baja St 60
dikarenakan sumber-sumber panas bergerak ke arah
benda kerja lain, logam dan elektroda mencair
akibat pemanasan itu akan terjadi suatu reaksi yang Uji Komposisi
akan membentuk elemen tertentu atau elemen baru
dari logam las sehingga terjadi kristal baru yang Proses Pengelasan SMAW
berbeda dengan struktur sebelum dilas.
Daerah batas adalah daerah yang
membatasi daerah logam las dan daerah HAZ (Heat
H1 H2 H3 H4 H5
Affected Zones / struktur logam pada daerah
18480 21120 26400 29040 31680
pengaruh panas), ditunjukkan pada Gambar 1.
J/mm J/mm J/mm J/mm J/mm
Logam
lasan
Pembuatan
Logam
induk Pengujian

Daerah dipengaruhi panas


Uji Kekerasan Uji Tarik
(HAZ)

Analisa Data
Gambar 1. : Daerah pengelasan (Harsono
Wiryasumarto, 2004)
Kesimpulan

Selesai

Gambar 2. : Diagram Alir Penelitian

Heat Input
Perhitungan Heat Input dihitung dengan
rumus :
E .I E . I .t
H
v L

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini berupa.
1. Baja St 60 dalam bentuk pelat.
2. Kawat elektroda E 6013 dengan ukuran
diameter 4.0 mm
3. Bahan-bahan pendukung lainnya :
- Amplas dengan grid 80 sampai 1500 mesh
- Autosol
- Kain bludru dan kain katun
- Bahan etsa : HNO3 (Nitrat) dengan kadar
5% dan Alkohol 95%

2 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Alat Penelitian Persiapan Sampel Uji Kekerasan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Spesimen untuk uji kekerasan dibuat
ini berupa. dengan ukuran seperti pada Gambar 4.
1. Gergaji mesin, dan Mesin Frais milik Bengkel 60 mm
ARMATECH Solo.
2. Mesin Pengamplas, milik Laboratorium
Teknologi Bahan STTNAS dengan spesifikasi :
Penggerak : Motor DC 8 Watt / 24 Volt / 0,4 A
3. Mesin las AC, milik Bengkel PT. Anindya 10 mm
PuroSani Yogyakarta. 20 mm

- Merek : SIP 200
4. Alat uji Kekerasan :
- Merek : Karl Frank Gmbh 3 mm
Weinheim Birkenau Type : 38505
5. Alat uji tarik milik laboratorium pengujian bahan Gambar 4. : Sampel pemotongan bahan uji
AKPRIND dengan spesifikasi : kekerasan setelah proses las.
- Merk : GOTECH , Buatan : Jepang
Persiapan Sampel Uji tarik
Persiapan Bentuk dan Ukuran Spesimen Spesimen untuk uji tarik dibuat dengan
ukuran seperti pada gambar 5.
Persiapan Bentuk Spesimen
Benda berupa plat baja St 60 dengan ukuran
200 x 60 mm dengan tebal 10 mm sebanyak 15
buah, dilas dengan 1 jenis elektroda dengan variasi
arus masuk yang berbeda.

Persiapan Sampel untuk Pengujian


Benda uji berupa plat baja St 60 yang telah
dilas, langkah persiapan benda uji adalah : Gambar 5. : Ukuran bahan untuk uji tarik
1. Memotong menurut tabel 13 B JIS
Plat baja St 60 dengan ukuran 200 x 60
mm dengan tebal 10 mm yang telah dilas HASIL DAN PEMBAHASAN
dibuat spesimen untuk uji tarik menurut standar Hasil Uji Kekerasan
ASTM yaitu dengan ukuran 150 x 40 mm dan
tebal 10 mm sebanyak 15 spesimen, kemudian Tabel 1. Hasil Pengujian Kekerasan RAW
dipotong sepanjang 20 mm, digunakan untuk Material Baja St 60
sampel uji kekerasan. Drata- Kekerasan
Posisi D1 D2
No rata VHN
2. Pengamplasan Titik (mm) (mm)
(mm) (kg/mm2)
Pada penelitian ini amplas yang digunakan
1 Acak 0.64 0.65 0.645 178.3
jenis amplas tahan air yang terdiri dari nomor
amplas 80, 100, 200, 400, 800, 1000, dan 1500 2 Acak 0.64 0.66 0.65 175.6
mest 3 Acak 0.63 0.65 0.64 181.1
3. Memoles Nilai rata-rata 178.3
Pemolesan dilakukan dengan memberikan
autosol pada permukaan benda uji. Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan Heat
Input 18480 J/mm
Persiapan Sampel Pengelasan Posisi
titik
Drata- Kekerasan
3 No
dari D1 D2
rata VHN
sumbu (mm) (mm)
(mm) (kg/mm2)
las
(mm)
1 0 0.67 0.66 0.665 167.7
200
2 3 0.65 0.65 0.650 175.6
30 6
2 2 3 0.54 0.54 0.540 254.4
30 30 4 9 0.57 0.58 0.575 224.4
60 5 12 0.62 0.62 0.620 193.0
Gambar 3. :Ukuran bahan dan bentuk kampuh V-
Tunggal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 3


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3. Hasil Pengujian Kekerasan Heat Pembahasan Hasil Uji Kekerasan


Input 21120 J/mm Pada hasil uji kekerasan ini besarnya panas
Posisi yang masuk pada setiap titik yang diuji
titik berpengaruh juga pada terbentuknya butir-butir
Drata- Kekerasan
dari D1 D2 sehingga berpengaruh pada nilai kekerasan.
No rata VHN
sumbu (mm) (mm) Hasil pengujian kekerasan Vickers diatas
(mm) (kg/mm2)
las
diketehui bahwa raw material baja St60 tanpa
(mm)
proses pengelasan memiliki nilai kekerasan rata-
1 0 0.71 0.71 0.710 147.1
rata 178,3 kg/mm2.
2 3 0.71 0.70 0.705 149.2 Pada heat input 18480 J/mm diperoleh nilai
3 6 0.58 0.59 0.585 216.7 kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada titik
4 9 0.58 0.60 0.590 213.1 6 mm dari sumbu las yaitu 254,4 kg/mm2. Nilai
5 12 0.62 0.61 0.615 196.1 kekerasan terendah terjadi di daerah logam las pada
titik 0 mm yaitu 167,7 kg/mm2.
Pada heat input 21120 J/mm diperoleh nilai
Tabel 4. Hasil Pengujian Kekerasan Heat
kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada titik
Input 26400 J/mm
Posisi
6 mm dari sumbu las yaitu 216,7 kg/mm2. Nilai
titik kekerasan terendah terjadi di daerah logam las pada
Drata- Kekerasan titik 0 mm yaitu 147,1 kg/mm2.
dari D1 D2
No rata VHN Pada heat input 26400 J/mm diperoleh nilai
sumbu (mm) (mm)
(mm) (kg/mm2)
las kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada titik
(mm) 6 mm dari sumbu las yaitu 245,2 kg/mm2. Nilai
1 0 0.67 0.67 0.670 165.2 kekerasan terendah terjadi di daerah logam las pada
2 3 0.67 0.67 0.670 165.2 titik 0 mm yaitu 165,2 kg/mm2.
3 6 0.55 0.55 0.550 245.2 Pada heat input 29040 J/mm diperoleh nilai
kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada titik
4 9 0.60 0.59 0.595 209.5
6 mm dari sumbu las yaitu 245,2 kg/mm2. Dan nilai
5 12 0.64 0.64 0.640 181.1 kekerasan terendah terjadi di daerah logam las pada
titik 0 mm yaitu 158,1 kg/mm2.
Tabel 5. Hasil Pengujian Kekerasan Heat Pada heat input 31680 J/mm diperoleh nilai
Input 29040 J/mm kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada titik
Posisi 6 mm dari sumbu las yaitu 236,5 kg/mm2. Dan nilai
titik kekerasan terendah terjadi di daerah logam las pada
Drata- Kekerasan
dari D1 D2 titik 0 mm yaitu 158,1 kg/mm2.
No rata VHN
sumbu (mm) (mm)
(mm) (kg/mm2) Pada umumnya nilai kekerasan tertinggi
las
(mm) terjadi pada daerah HAZ yang berjarak 6 mm dari
sumbu las, hal ini sangat dipengaruhi oleh laju
1 0 0.68 0.69 0.685 158.1
pendinginan yang lambat sehingga terbentuk butir-
2 3 0.68 0.69 0.685 158.1 butir halus. Sedangkan nilai kekerasan terendah
3 6 0.55 0.56 0.550 245.2 terjadi di daerah logam las pada titik 0 mm, hal ini
4 9 0.59 0.59 0.590 213.1 sangat dipengaruhi oleh laju pendinginan yang
5 12 0.63 0.63 0.640 181.1 sangat lambat.
Semakin rendah masukan panas maka
Tabel 6. Hasil Pengujian Kekerasan Heat semakin tinggi nilai kekerasannya, hal ini
Input 31680 J/mm disebabkan karena laju pendinginan yang cepat
membuat baja menjadi keras tetapi tangguh.
Posisi Kecuali untuk heat input 21120 J/mm yang
titik kemungkinan terjadi cacat las sehingga nilai
Drata- Kekerasan kekerasannya turun.
dari D1 D2
No rata VHN
sumbu (mm) (mm)
(mm) (kg/mm2)
las
(mm)
1 0 0.68 0.69 0.685 158.1
2 3 0.68 0.68 0.680 160.4
3 6 0.56 0.56 0.560 236.5
4 9 0.58 0.59 0.585 216.7
5 12 0.64 0.63 0.635 184.0
Keterangan :
Posisi titik pengujian 3 mm dari permukaan las
dengan beban 40 kg

4 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil Uji Tarik Tabel 11. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input
31680 J/mm
Tabel 7. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input No 1 2 3
Nilai rata-
18480 J/mm rata
Nilai rata- F (kg/mm2) 8329 8435 8589
No 1 2 3 W (mm) 12,5 12,5 12,5
rata
F (kg/mm2) 5978 6166 6171 T (mm) 10 10 10
W (mm) 12,5 12,5 12,5 Ao (mm) 125 125 125
T (mm) 10 10 10 Lo (mm) 50 50 50
Ao (mm) 125 125 125 L (mm) 62,3 61,6 63,9
Lo (mm) 50 50 50 (kg/mm2) 66,632 67,480 68,712 67,61
L (mm) 50,45 51,1 52,9 (%) 24,6 23,2 27,8 21,97
(kg/mm2) 47,824 49,328 49,368 48,84
(%) 0,9 2,2 5,8 2,96
80
Tabel 8. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input 70 65.05
67.61

21120 J/mm
61.2

Kekutan Tarik (Kg/mm 2)


60 53.01
Nilai rata- 48.84
No 1 2 3 50
rata 40
F (kg/mm2) 6343 6541 6995 30
W (mm) 12,5 12,5 12,5 20
T (mm) 10 10 10 10
Ao (mm) 125 125 125 0
Lo (mm) 50 50 50 18480 21120 26400 29040 31680

L (mm) 51,3 53,15 52,95 Heat Input (J/mm)

(kg/mm2) 50,744 52,328 55,960 53,01


(%) 2,6 6,3 5,9 4,93 Gambar 4.18. Histogram antara kekuatan tarik
dengan heat input yang masuk
Tabel 9. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input
26400 J/mm 25
21.97
Nilai rata-
No 1 2 3 20
rata 15.73
Regangan (%)

F (kg/mm2) 7377 7663 7910 15


12.36
W (mm) 12,5 12,5 12,5
10
T (mm) 10 10 10
Ao (mm) 125 125 125 5 2.96
4.93

Lo (mm) 50 50 50
L (mm) 57,75 57,25 53,55 0
18480 21120 26400 29040 31680
(kg/mm2) 59,016 61,304 63,280 61,20 Heat Input (J/mm)
(%) 15,5 14,5 7,1 12,36
Gambar 4.19. Histogram antara regangan
dengan heat input yang masuk
Tabel 10. Hasil Uji Tarik dengan Heat Input
29040 J/mm Pembahasan Hasil Uji Tarik
No 1 2 3
Nilai rata- Pada pengujian tarik ini kekuatan tarik
rata sangat dipengaruhi oleh besarnya panas yang
2
F (kg/mm ) 7969 8165 8261 masuk pada saat pengelasan berlangsung, semakin
W (mm) 12,5 12,5 12,5 tinggi panas yang masuk maka akan memperlambat
T (mm) 10 10 10 laju pendinginan sehingga hasil pengelasan menjadi
Ao (mm) 125 125 125 semakin ulet.
Lo (mm) 50 50 50
Pada heat input 18480 J/mm kekuatan
L (mm) 56,75 61,6 55,25
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 48,84
(kg/mm2) 63,752 65,320 66,088 65,05
(%) 13,5 23,2 10,5 15,73 kg/mm2, hal ini disebabkan karena laju pendinginan
cepat sehingga membuat baja menjadi keras.
Pada heat input 21120 J/mm kekutan tarik
rata-rata dari tiga spesimen adalah 53,01 kg/mm2,
hal ini disebabkan karena laju pendinginan cepat
sehingga membuat baja menjadi keras.
Pada heat input 26400 J/mm kekuatan
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 61,2
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik mulai
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 5


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pendinginan lambat sehingga membuat baja Messler, Robert. W., 1999, Principles Of
menjadi sedikit ulet. Welding, John Willey & Son Inc, New
Pada heat input 29040 J/mm kekuatan York
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 65,05 Suharno, 2008, Prinsip-prinsip Teknologi dan
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik Metalurgi Pengelasan Logam, UNS
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju Press, Surakarta.
pendinginan yang lebih lambat sehingga membuat Wiryosumarto, H., Okumura, T., 2004,Teknik
baja jadi lebih ulet. Pengelasan Logam, Pradnya Paramita,
Pada heat input 31680 J/mm kekuatan Jakarta.
tarik rata-rata dari tiga spesimen adalah 67,61
kg/mm2, pada heat input ini kekuatan tarik Daftar Lambang
mengalami kenaikan, hal ini dipicu karena laju E = Tegangan las (Volt)
pendinginan yang semakin lambat sehingga H = Masukan panas (J/mm)
membuat baja menjadi semakin ulet. I = Arus las (Ampere)
Pada pengujian tarik ini semua spesimen L = Panjang bahan (mm)
mengalami patah ulet, hal ini terlihat dengan P = Tenaga input (watt)
mengecilnya penampang lintang dan muka t = Waktu pengelasan (detik
patahannya berwarna keabu-abuan. Semakin tinggi V = Laju las (mm/detik)
masukan panasnya maka semakin tinggi tingkat v = Kecepatan pengelasan (mm/detik)
keuletannya, hal ini ditunjukkan pula dengan = Efisiensi perpindahan
semakin meningkatnya nilai regangannya.
Sebaliknya dengan masukan panas yang rendah
membuat tingkat keuletannya semakin rendah pula,
hal ini disebabkan karena laju pendinginan yang
cepat menjadikan baja semakin keras.

KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengujian kekerasan dan
kekuatan tarik maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dari hasil uji kekerasan diperoleh nilai
kekerasan tertinggi terjadi di daerah HAZ pada
spesimen dengan heat input terendah yaitu
sebesar 254,4 Kg/mm2, sedangkan nilai
kekerasan terendah pada daerah HAZ terjadi
pada spesimen dengan heat input 21120 J/mm
yaitu 216,7 Kg/mm2. Sedangkan pada daerah
las nilai kekerasan tertinggi terjadi pada heat
input 18480 J/mm yaitu sebesar 167,7 Kg/mm2
dan nilai kekerasn terendah pada daerah las
terjadi pada heat input 21120 J/mm yaitu
sebesar 147,1 Kg/mm2, hal ini dikarenakan
terjadinya cacat las, sehingga nilai
kekerasannya turun.
2. Dari hasil uji tarik diperoleh kekuatan tarik
tertinggi didapat pada spesimen dengan heat
input yang paling tinggi yaitu sebesar 67,61
Kg/mm2. Sedangkan kekuatan tarik terendah
didapat pada spesimen dengan heat input
paling rendah yaitu sebesar 48,84 Kg/mm2, hal
ini disebabkan laju pendinginan yang cepat
membuat baja semakin keras sehingga tingkat
keuletannya rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Amstead., B. H., 1986, Teknologi Mekanik
Erlangga, Jakarta.

6 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI PENGARUH MEDIA KARBURISER TERHADAP KETAHANAN AUS


SPROKET SEPEDA MOTOR BEBEK
Djoko Suprijanto
Staf Dosen Jurusan Teknik Mesin, STTNAS Yogyakarta
Jl. Babarsari, Depok ,Sleman, 55281
djokosuprijanto@yahoo.com

Abstrak
Komponen sepeda motor seperti sproket memerlukan ketahanan aus yang tinggi karena dalam operasinya selalu
bergesekan dengan rantai. Apabila ketahanan aus rendah maka umur komponen mejadi lebih pendek. Untuk
meningkatkan ketahanan aus sproket dilakukan pengerasan permukaan melalui proses pack karburizing. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan membuat cuplikan sproket Honda Supra X 125 dikarburising dengan beberapa
media karburizer arang sirep, kokas, briket batu bara dan arang tempurung kelapa dengan tambahan 3,5 % Ba
CO 3 sebagai energizer pada suhu 9000 C selama 120 menit, kemudian dilanjutkan dengan quenching pada oli
SAE 20. Struktur mula-mula adalah perlit diantara matrik ferit yang dominan dengan sifat yang lunak, setelah
treatment akan berubah menjadi martensit pada pemukaan yang sangat keras. Dalamnya penetrasi karbon yang
menjadi martensit pada permukaan tergantung pada kadar karbon yang dikandung pada media karburisernya.
Untuk media arang tempurung kelapa dengan 76,84% C, mencapai 145 m , kokas yang berkadar 61,25 % C
penetrasi mencapai 165 m, briket batubara dengan 78,75% C mencapai 180 m, sedangkan arang sirep
dengan kadar 92,54 % C mencapai 190 m. Kepadatan butiran karbon menentukan kekerasan permukaan yang
dicapai. Raw material dengan kadar 0,3 % C merupakan baja karbon medium mempunyai kekerasan 179,87
kg/mm2, untuk media karburiser arang tempurung kelapa 550,6 kg//mm2 , briket batu bara 579 kg/mm2, kokas
598kg/mm2 sedangkan arang sirep dengan kepadatan dan kedalaman penetrasi tertinggi mempunyai kekerasan
629 kg/mm2 .Terlihat terjadi peningkatan kekerasan tertinggi sebesar 350 % pada media arang sirep. Keausan
specifik yang terjadi bisa turun 594 % pada media karburiser arang sirep yaitu sebesar 1,265 x 10 -7 mm2/kg
dibanding bahan mula-mula 7,525x10-7 mm2/kg. Sementara media kokas 1,590x10-7 mm2/kg, media briket batu
bara 1,643 x 10-7 mm2/kg dan media arang tempurung kelapa 1,867 x 10-7 mm2 /kg
Kata-kata kunci : pack carburizing, keausan, sproket, kekerasan, penetrasi karbon

PENDAHULUAN pembuatannya. Kandungan karbon akan


mempengaruhi sifat fisis dan mekanik baja,
Banyak ditemui kerusakan yang terjadi pada
semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan dan
pemakaian sproket sepeda motor yang cepat aus
kekuatan baja akan semakin meningkat.
sehingga harus sering menggantikan komponen
sebelum waktunya. Sistem transmisi pada motor Dari kandungan karbonnya baja dapat dibedakan
bebek dengan transmisi sentrifugal mengakibatkan menjadi 3 kelompok yaitu :
beban yang berat yang diteruskan pada sproket dan
a. Baja Karbon rendah (low carbon steel) dengan
rantai. Keausan bahan sproket sering terjadi secara
kadar karbon 0,01 0,30 % C. Baja ini bersifat
berlebihan lebih-lebih pada pemakaian sistem
lunak tetapi keuletannya tinggi, mudah ditempa
pelumasan kering saat motor beroperasi. Bahan
dan dikerjakan dengan mesin. Banyak dipakai
sproket yang terbuat dari bahan baja karbon
pada konstruksi.
medium biasanya mempuyai kekerasan yang
b. Baja karbon medium (medium carbon steel)
rendah sehingga secara relatif akan mempunyai
dengan kadar karbon 0,3 0,6 % mempunyai
keausan yang besar dibanding dengan bahan-bahan
sifat lebih kuat dan lebih keras dan dapat
yang keras. Dengan sendirinya ketahanan ausnya
dikeraskan. Banyak dipakai pada komponen
bernilai rendah. Untuk meningkatkan ketahanan
mesin.
aus dapat dilakukan dengan meningkatkan
c. Baja karbon tinggi (high carbon steel) dengan
kekerasan permukaan bahan yang bersinggungan
kandungan karbon 0,7 1,7 % bersifat lebih
dengan bahan lain pada saat operasinya. Cara
keras dan lebih kuat dibanding dengan baja
karburising dipilih karena prosesnya sederhana.
karbon medium. Mempunyai sifat ketahanan
BAJA KARBON aus yang baik tetapi sukar dikerjakan dengan
mesin. Banyak dipakai sebagai alat
Baja karbon merupakan logam ferro yang
perkakas/alat iris dan bantalan peluru
merupakan paduan besi dan karbon. Baja ini adalah
Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan
jenis baja yang paling banyak dipakai dalam
dalam dapat dihilangkan, butiran dapat diperbesar
konstruksi teknik karena mudah dan murah
atau diperkecil, permukaan dapat diisi unsur lain

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 7


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sehingga lebih keras disekeliling inti yang ulet. Gambar 1. Kurva pendinginan dalam diagram
Untuk memberi perlakuan panas yang tepat maka T-T-T ( Avner, 1982)
komposisi kimia bahan harus diketahui lebih dulu,
karena perubahan unsur kimia terutama karbida Jika austenit diberi waktu yang cukup pada
akan merubah sifat-sifat fisis logam tersebut pendinginan lambat maka akan terbentuk ferit dan
(Amstead, BH,1985). Dasar dari perlakuan panas karbida, Karbida dan ferit terbentuk bersama
adalah transformasi atau dekomposisi austenit. menjadi perlit. Jika austenit didinginkan secara
Untuk dapat tercapai proses perubahan cepat maka akan membentuk martensit. Martensit
(tranformasi) perlu waktu (time) dan tenaga merupakan perubahan fase austenit dengan
(temperatur). pergeseran secara serentak yang membentuk kisi
Prinsip perlakuan panas adalah : Logam dipanaskan tetragonal pusat ruang yang bersifat keras dan
sampai suhu tertentu (temperatur) , dengan jangka rapuh. Martensit ini tidak stabil, jika diberi waktu
waktu tertentu (holding time ) dan dengan laju dn tenaga yang cukup akan kembali berubah
pendinginan tertentu ( cooling rate) menjadi perlit dan ferit. (Van Valk, 1993). Semakin
Proses perlakuan panas baja dapat dilakukan besar angka dalam grafik, laju pendingnan semakin
dengan 2 cara yaitu : besar sehingga pembentukan martensit semakin
A. Secara mekanik : anealing, normalizing , sempurna, bahan akan semakin keras.
hardening dan tempering
B. Secara kimia : Carburizing, nitriding, carbo KARBURIZING
nitriding dan diffusion coating Karburising adalah proses penambahan unsur
karbon ( C ) kedalam permukaan baja ( baja karbon
PENGERASAN (HARDENING) rendah ) untuk meningkatkan kekerasannya. Kadar
Tujuan pengerasan bahan baja adalah : karbon pada permukaan dapat mencapai 0,75 %
1. Membentuk struktur martensit yang sehingga dapat meningkatkan kekerasan bahan
sempurna sehingga meningkatkan kekerasan secara signifikan. Pemanasan dilakukan sampai
2. Memperbaiki sifat mekanis suhu 8500 C 9000 C Kedalaman penetrasi unsur C
3. Mempertahankan keuletan dapat mencapai 0,5 1,2 m. dari permukaan luar.
Dalamnya penetrasi karbon dirumuskan oleh Smith,
Proses pengerasan menghasilkan baja dengan 1982 sebagai berikut :
kekerasan lebih tinggi dengan struktur mikro
martensit yang merupakan larutan padat lewat (Cs Cx (/(Cs Co ) = erf X/2(Dt)0,5 ..(1)
jenuh, dimana atom karbon terperangkap tetragonal
dalam pemusatan ruang. Proses pengerasan Dimana : Cs = konsentrasi akhir difusi
dilakukan dengan memanaskan sampai suhu Co = konsentrai awal difusi
tertentu (austenit) ditahan beberapa waktu Cx = konsentrasi pada jarak X
kemudian didinginkan dengan cepat (quench). t = waktu
Sebagai media quench dipakai air, oli, air garam D = difusifitas bahan
dan lain-lain. Jenis media pendingin (cooling X = jarak
media) disesuaikan dengan jenis baja yang akan
dikeraskan, semakin encer media pendinginnya ,
maka laju pendinginan semakin cepat sehingga
kekerasannya semakin besar peningkatannya. Laju
pendinginan yang cepat akan membentuk martensit
yang sempurna.

Gambar 2. Proses Pack Karburizing

KEAUSAN ABRASIF TEORITIS


Keausan abrasif adalah keausan dimana salah satu
bahan mengabrasi yang lain dalam hal ini kekerasan
bahan yang satu jauh lebih tinggi dari yang lain.
Keausan abrasif teoritis adalah keausan abrasif
yang tergantung pada sifat-sifat fisis/mekanis bahan
seperti tegangan tarik, tegangan geser, kekerasan.

8 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Keausan teoritis dinyatakan sebagai Rumus


Hamrock, 1999.

V abr =( W.L/H). k 1 .k2 ( mm3) ......... (2)


Dimana W : beban Newton
L : Jarak luncur ( mm)
K 1 ,k 2 : konstanta keausan bahan

Keausan Adhesif teorits


Keausan adhesif adalah keausan yang timbul
antara kedua bahan yang selalu saling menempel
dan bergesekan dimana sifat kedua bahan hampir
sama

V ads = (W.L/3H) k 1 ................(3)

Dimana W : beban Newton


L : Jarak luncur ( mm)
K : konstanta keausan adhesif
H : kekerasan bahan (N/mm2)
Gambar 4. Hasil proses karburasi (Van Valk, 1991)
Keausan specifik
Keausan specifik adalah keausan yang tidak Dari gambar terlihat semakin tinggi suhu maka
tergantung pada sifat bahan. Dalam hal ini keuasan semakin dalam penetrasi yang dapat diperoleh pada
abrasif spesifik dirumuskan sebagai : proses pack karburising

PENGUJIAN KEKERASAN
Ws= (4) Pengujian kekerasan yang dilakukan memakai
metode pengujian kekerasan Vickers. Disini bahan
cuplikan diuji kekerasan permukaannya dengan
Dimana: W s = keausan specifik (mm2/kg)
indentor piramida intan dengan sudut diagonal
B = lebar piringan pengaus (mm)
B o = lebar keausan spesimen uji (mm) 1360. Bekas injakan penetrator berupa bujur
sangkar.
R = Jari-jari pengaus (mm)
P o = gaya tekan pada poros keausan (Kg)
L o = jarak tempuh pada poros pengaus(mm)
Kedalaman penetrasi karbon tergantung pada suhu
dan lama waktu tahan pemanasan serta jenis media
karburisernya (Anner, 1982). Hal ini dinyatakan
dalam gambar dibawah :

Gambar. 5. Metode pengujian kekerasan


Vickers (Van Valk, 1991)

Rumus harga kekerasan Vickers sebagai:

HV = 1,857 P/D2 ... kg/mm2..(5)

Dimana : P = besarnya beban - kg


D = diagonal bekas injakan rata-rata - mm
Gambar 3: Hubungan dalamnya penetrasi dengan
suhu dan waktu ( Avner, 1982 )

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 9


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HIPOTESIS: DIAGRAM ALIR PENELITIAN

1. Semakin tinggi kadar karbon, semakin


tinggi kekerasan yang diperoleh
2. Semakin keras bahan , angka keausan yang
diperoleh semakin rendah.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap cuplikan sproket


Honda Supra X 125 cc asli yang dipotong seperti
gambar dibawah. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah
a. Pemeriksaan komposisi kimia
b. Pemeriksaan struktur mikro
c. Pemeriksaan kekerasan
d. Pemeriksaan keausan
Cuplikan diambil dari bahan sproket yang belum
ditreatment sebagai raw material dan bahan sproket
yang sudah ditreatment dengan pack karburising
dengan media : arang tempurung kelapa, kokas,
briket dan arang sirep pada suhu 900 0 C selama
120 menit, kemudian diteruskan dengan
quenching pada oli SAE 20. Masing-masing HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
diambil 3 buah cuplikan kemudian diambil harga
rata-ratanya. Sebelum penelitian proses karburising , dilakukan
dulu pemeriksaan kadar karbon bahan media
karburasi yang dilakukan dengan metode grafimeti
di Laboratorium Analisa Kimia dan Fisika di UGM
dengan hasil seperti pada tabel dibawah :

Tabel 3: Kadar karbon media karburiser


No Bahan Kadar karbon (%)
1 Kokas 61,25
2 tempurung kelapa 76,84
3 Briket batu bara 78,75
4 Arang sirep 92,54
Dari hasil diatas terlihat arang sirep mengandung
karbon paling tinggi. Pemeriksaan komposisi kimia
bahan sproket dengan spektrograf menghasilkan
data seperti dibawah.

Gambar 6. Cuplikan bahan uji Tabel komposisi kimia bahan sproket

10 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dari hasil uji komposisi kimia terlihat bahwa bahan


sproket adalah baja karbon medium dengan kadar
karbon 0,347 %. Agar dapat dikeraskan maka bahan
sproket harus dinaikkan dulu kadar karbonnya
mendekati 0,50 % dengan salah satu cara. Disini
dipilih pack karburising karena prosesnya
sederhana.

HASIL PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO


Pengujian strutur mikro dilakukan dengan
mikroskop logam dengan perbesaran 200x setelah Gambar 10. Struktur mikro bahan dikarburasi
bahan dihaluskan secara bertahap melalui Briket batu bara bagian tepi,
pengamplasan, dan dipoles kemudian dietsa dengan perbesaran 200 x
asam HNO 3 kadar 5% selama 5-10 menit dan
dikeringkan. Komposisi struktur mikro bahan
seperti disajikan pada gambar-gambar dibawah.

Gambar 11. Struktur mikro bahan dikarburasi


Arang sirep bagian tepi, perbesaran
200 x
Gambar 7. Struktur mikro raw material tanpa
treatment perbesaran 200 x, daerah
tepi

Gambar 8. Struktur mikro bahan dikarburasi Gambar 12. Histogram penetrasi karbon media
kokas bagian tepi, perbesaran 200 x Karburiser dalam bahan sproket

Pada struktur mikro raw material komposisi


struktur mikro terdiri dari unsur halus seragam
dengan butir yang teratur disemua bagian sehingga
sifatnya agak lunak. Sementara pada bahan
terkarburasi terlihat adanya lapisan yang berbeda
dipinggir. Ini memperlihatkan terjadinya penetrasi
unsur karbon kedalam baja yang berubah menjadi
martensit saat laju pendinginan cepat (diquench
dengan oli). Terlihat bahwa semakin tinggi kadar
karbon penetrasi karbon relatif semakin besar.
Gambar 9. Struktur mikro bahan dikarburasi Pada media karburiser arang sirep terjadi lapisan
arang tempurung kelapa bagian tepi, martensit 190 m, sementara pada media
perbesaran 200 x karburiser arang tempurung kelapa lapisan
martensit 145 m. Lihat gambar 7 sampai gambar
11. Penyimpangan pada media karburiser kokas
karena butirannya lebih keras sehingga unsur
karbon tidak mudah terbakar dan masuknya lebih

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 11


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

efektif . Penomena yang sama muncul juga pada


pengamatan terhadap bahan sproket Shogun 125 cc.

PENGUJIAN KEKERASAN
Pengujian kekerasan dilakukan dengan Mikro
Vickers Hardness Tester terhadap cuplikan
masing-masing 3 buah kemudian diambil rata-
ratanya. Hasilnya dapat ditampilkan pada histogram
dibawah

Gambar 14. Histogram keausan specifik bahan


sproket x 10 -7

Terlihat dari gambar bahwa semakin keras bahan


maka keausan spesifik semakin kecil, sehingga
bahan lebih tahan aus. Disini bahan terkarburasi
arang sirep menjadi bahan paling tahan aus
dibanding dengan yang lain.
Pengujian yang dilakukan pada bahan sproket
Shogun 125 cc asli dengan kondisi dan metode
Gambar 13. Histogram kekerasan Vickers bahan yang sama dapat ditampilkan seperti gambar 15,
Sproket gambar 16 dan gambar 17.
Hasil pengujian kekerasan bahan sproket tanpa
treatment (raw material) sebesar 179,87m kg/mm2,
Pada pengujian kekerasan terlihat bahwa terjadi
peningkatan kekerasan yang signifikan pada bahan
terkarburasi dibanding raw material, seiring dengan
ketebalan penetrasi dan kandungan karbon pada
media karburiser. Semakin besar kadar karbon dan
semakin tebal penetrasi, semakin tinggi kekerasan
yang dapat dicapai. Pada media karburiser arang
tempurung kelapa yang paling kecil peningkatan
kekerasannya mencapai 550,333 kg/mm2 atau
terjadi peningkatan sebesar 306% , sementara pada
media karburiser arang sirep mencapai 629 kg/mm2
atau peningkatan sebesar 350 % dibanding
kekerasan raw material. Gambar 15. Kedalaman penetrasi karbon pada
bahan sproket Shogun 125 cc
PENGUJIAN KEAUSAN
Pengujian keausan menggunakan Ogoshi High
Speed Universal Wear Tester milik Lab Bahan
UGM dengan rumus sebagai berikut:

Ws=

Dengan B = lebar piringan pengaus 3 mm, r = jari-


jari pengaus 14,4 mm , beban pengaus Po =2, 12 kg
serta panjang pengaus L 0 = 100 m = 100000 mm
Dengan mengukur lebar keausan yang didapat
maka dapat ditampilkan harga keausan specifik
yang terjadi sebagai histogram dibawah:
Gambar 16. Kekerasan permukaan bahan uji
sproket Shogun 125 cc

12 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SARAN
1. Untuk pengerasan permukaan dengan
karburasi sebaiknya menggunakan arang
sirep dengan energiser BaCO 3 sebesar 3,5
%
2. Perlu dilakukan penelitian keausan bahan
terkarburasi arang sirep dengan variasi
suhu dan variasi waktu treatment

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Sdr
Gambar 17. Keausan spesifik bahan sproket Priswantoro Nugroho dan Sdr. Mohd. Helmy
Shogun 125 cc x 10 -7 Alawy serta staf Laboratorium Bahan Teknik S1
dan D3 UGM yang telah banyak membantu
KESIMPULAN pelaksanaan penelitian ini.

1. Penetrasi makin besar jika kadar karbon media


makin besar, penetrasi maksimum terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
media arang sirep dengan 92,78 % C sebesar
190 m pada Honda Supra X 125 cc, dan 195 Amstead BH, terj .Sriati Japrie, 1985, Teknologi
m pada Shogun 125 cc Mekanik jilid , Certakan 7, Erlangga,
2 Semakin tinggi kadar karbon pada media Jakarta.
karburiser, kekerasan permukaannya makin Avner, Sidney H, 1992, Introduction to Phisichal
tiggi. Kenaikan tertinggi pada media arang Metallurgy2nd edition, McGraw Hill,
sirep yaitu 629 kg/mm2 atau naik 350% dari Tokyo,Japan.
raw material yang berharga 179,87 kg/mm2 Beumer,BJM, trj, BS Anwir, 1994,Ilmu Bahan
Honda Supra X 125 cc sementara pada Shogun Logam, Jilid III, Bharata, Jakarta.
125 cc menjadi 661,67 kg/mm2, atau Dieter, trj . Sriati Japrie, 1996, Metalurgy mekanik
meningkat sebesar 356% dari raw material , edisi 3 , Erlangga, Jakarta.
yang berharga 185,67 kg/mm2 Hamrock, BJ, 1999, Fundamental of Machine
3. Keausan semakin rendah seiring dengan naiknya Elemen Mc Graw Hill Edition, Singapura
kekerasan permukaan bahan, dengan I.M. Hutching, 1992, TRIBOLOGY,Friction Wear
sendirinya ketahanan ausnya meningkat. of Enginering Material, Member Holding
Penurunan keausan maksimum terjadi pada Headline Group, London
media arang sirep. . Untuk Honda Supra X 125 Kenneth C Lugema , 1985, ASM International,
cc berharga sebesar 1,265 x 10-7mm2/kg atau Wear friction and Lubrication, Mc Graw Hill
turun 594% dari mula-mula 7,525x10 -7 mm2 International Edition, Singapura.
/kg, sementara untuk Shogun berharga 0,925 Smalman RE, trj Sriati Japri , 2000, Metalurgi
mm2/g atau turun 761% dari mula-mula 7,034 Phisik Modern dan Rekayasa Material, Edisi 6,
mm2/kg. Erlangga, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 13


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH TEKANAN VAKUM TERHADAP EFISIENSI PADA EJECTOR


VACUUM PUMP YANG DIGUNAKAN PADA VACUUM FRYING

Joko Pitoyo, Fabianus Dodik Daru Wibowo


Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta
Jl. Babarsari no. 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, Telp. (0274) 485390
Email : fabianus.dodik@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan efisiensi sebuah ejector yang difungsikan sebagai pompa
hampa atau vakum pada vacuum frying. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mekanika Fluida Jurusan
Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta.
Sebagai fluida primer digunakan air dan fluida sekunder adalah udara, parameter yang di teliti adalah
hubungan debit udara (Qs) terhadap efisiensi ejector () dan tekanan vacum (Ps) terhadap debit udara (Qs).
Pada penelitian dilakukan berbagai variasi terhadap pengaturan valve pada aliran udara sehingga didapatkan
variasi data pada debit udara (Qs) yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan efisiensi () terhadap debit udara (Qs), Efisiensi maksimum
terjadi pada Pi = 1,25 bar, tekanan vakum (Ps) mencapai 69 cmHg, debit udara sebesar 8 liter/menit yaitu
sebesar 0,064 atau 6,4 %

PENDAHULUAN penelitian ini dilakukan pengujian dengan


Ejector adalah sebuah alat yang mampu menggunakan udara sebagai fluida pada sisi
memberikan beda tekanan fluida sehingga mampu sekundernya.
mengalir tanpa menggunakan bagian yang Teori ejector dikembangkan dari teori
bergerak. Keunggulan dari ejector ini menjadikan Bernoulli, tekanan statis pada saluran masuk nosel
alat ini digunakan untuk mengalirkan fluida dalam dikonversikan menjadi energi kinetik dengan
berbagai fase. Komponen utama ejector terdiri dari membiarkan cairan mengalir secara bebas melalui
nosel, throat, difuser dan ruang pencampur sebuah nosel tipe kovergen. Aliran yang
berfungsi juga sebagai rumah, seperti terlihat pada berkecepatan tinggi mengangkut fluida masuk ke
gambar 1. daerah percampuran sehingga menghasilkan fluida
campuran pada kecepatan menengah. Sisi difuser
kemudian mengkonversikan head dinamik kembali
menjadi tekanan statis pada ujung ejector.
Indikator yang dipakai untuk menyatakan
unjuk kerja adalah efisiensi ejector terhadap
beberapa besaran lain. Besaran-besaran
nondimensional yang dipakai pada pengujian
ejector adalah :
Gambar 1. Skema Ejector 1. Rasio kapasitas aliran sekunder dan primer, s
= Q 2 /Q 1
Kinerja ejector dipengaruhi oleh 2. Rasio tekanan, N = P s ln(P d /P s )/P i -P d
konfigurasi dari komponen utama tersebut. Untuk 3. Efisiensi, = {P s s ln (P d /P s ) + M(P d P s )} /
menyatakan unjuk kerja dari sebuah ejector (P i P d ) = G + L
dinyatakan dengan parameter efisiensi. Pengujian Pengukuran laju aliran atau debit air melalui bak
beberapa konfigurasi ejector akan memberikan peluap segitiga (V-notch).
karakteristik ejector yang berbeda. Ejector sebagai Gambar 2 menunjukkan peluap segitiga, di mana
pompa vakum adalah ejector yang digunakan mengalir melalui peluap tersebut. Tinggi muka
sebagai alat untuk memvakumkan (memberikan limpahan air adalah H dan sudut puncak peluap
tekanan di bawah tekanan atmosfir) melalui sisi segitiga adalah
sekunder ejector.
Penelitian yang dilakukan telah
memberikan gambaran bahwa efisiensi ejector
dipengaruhi oleh beberapa parameter. Dari berbagai
penelitian yang telah dilakukan tidak menggunakan
udara sebagai fluida pada sisi sekunder, tapi pada

14 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Variasi pengujian yang dipakai adalah perubahan


nosel, proses penelitian mengikuti prosedur atau
urutan seperti di bawah ini :
1. Pasang semua alat seperti pada gambar alat uji.
2. Pastikan volume air pada reservoir (bak
penampungan) dan V-notch cukup.
3. Buka by pass yang ada pada alat uji.
4. Gunakan nosel mulai dari 7 sampai 1 nosel.
5. Nyalakan pompa, biarkan air mengalir menuju
ejector lalu ke V-notch dan kembali ke
reservoir. Tunggu beberapa saat hingga aliran
Gambar 2. Peluap segitiga (V-notch) stabil.
6. Percobaan dilakukan dengan menutup by pass
Bila sudut puncak celah segitiga adalah 90o, maka pada aliran sekunder yang menuju reservoir,
laju atau debit limpahan yang melalui celah segitiga penutupan by pass dikakukan 30o dimuali
dapat dinyatakan : dari 0o 90o.
7. Tunggu beberapa saat hingga aliran stabil.
Q = 1.38 (H)2.5 8. Pada V-notch, catat ketinggian airnya juga catat
Dengan, tekanan yang dihasilkan pada manometer
Q : laju aliran atau debit air (m3/s) vacum dan manometer tekanan air.
H : tinggi muka limpahan air (m) 9. Buka valve pada aliran udara masuk (vakum)
sedikit demi sedikit, catat tekanan vacum pada
Dimana perhitungan pada peluap segitiga manometer vakum dan aliran udara pada flow
(V-notch) digunakan untuk menghitung rasio debit meter di setiap pembukaan.
udara dengan deib air ( s ) yang ada dalam efisiensi. 10. Ulangi percobaan, mulai dari angka 5 di atas.
Tapi dengan mengurangi jumlah nosel yang
METODE PENELITIAN digunakan mulai 7 sampai 1 nosel.
Penelitian ejector ini merupakan penelitian
eksperimen dengan instalasi pengujian, seperti HASIL PEMBAHASAN
tampak pada gambar 3. Gambar 4 dan gambar 5 menyajikan
grafik-grafik yang bersumber dari data-data hasil
5 pengukuran pada eksperimen.
6

7
8

9
Efisiensi vs debit udara (Qs)

7
4
10 6
3
5
Efisiensi

4
1 nosel
3
2
P-2

2
1
E-1
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 3. Skema Instalasi Penelitian Qs (liter/menit)

Keterangan : Gambar 4. Efisiensi () terhadap debit udara (Qs)


1. Pompa sentrifugal 6. Valve
2. Reservoir (bak penampungan) 7. Flow meter Dari hasil penelitian menunjukkan
3. V-notch 8. Manometer kenaikan efisiensi () terhadap debit udara di mana
tekanan efisiensi tertinggi mencapai 6 % pada debit udara
4. By pass 9. Ejector menunjukkan angka 6 liter/menit, dengan
5. Manometer vakum 10. Bak menggunakan 1 nosel. Tekanan air yang terjadi
penampung pada ejector mencapai 1,25 bar, perubahan tekanan
an air sangat berpengaruh pada perhitungan efisiensi,
sehingga didapatkan hasil sefisiensi seperti terlihat
pada gambar 4.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 15


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tekanan vakum (Ps) vs Debit udara (Qs) DAFTAR PUSTAKA


Karassik. J.I, Krutzsch. W.C., Fraser. W.H., 1976.,
80 Pump Hand Book, p.4.1-4.25., McGrawhill-
70
Book Company, New York.
60
Stepanoff,A.J,1957, Centrifugal and Axial Flow
Pump, 2nd ed, p 402-424, John Wiley &
P s (cm Hg)

50
1 nosel
40
30
Sons, Inc, New York
20 Streeter, 1981, Fluids Mechanic, cetakan 7, Mc
10 Graw-Hill International Book Company,
0 Michigan
0 2 4 6 8 10
Qs (liter/menit)

Gambar 5. Tekanan vakum (Ps) terhadap debit


udara (Qs)

Pada Gambar 5 menunjukkan perubahan


yang cukup signifikan pada tekanan vakum (Ps),
kenaikan pada debit udara (Qs) sebesar 8 liter/menit
menyebabkan tekanan vakum mengalami
penurunan sampai sebesar 20,5 cmHg dan nosel
yang digunakan pada ejector adalah 1 nosel.
Menurut gambar 5 penurunan tekanan vakum
sangat besar di mana setiap 1 liter/menit terjadi
penurunan sebesar 15 cmHg.
Gambar 4 terlihat efisiensi yang terus naik
tetapi efisiensi belum mencapai batas maksimum,
hal ini disebabkan keterbatasan alat yang
digunanakan. Maka dibutuhkan penelitian lebih
lanjut sehingga didapatkan data yang lebih lengkap
dan sempurna

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Efisiensi maksimum ejector vacuum pump
pada vacuum frying terdapat di penggunaan 1
nosel dengan daya fluida (H) sebesar 81.94048
kW di mana kevakumannya mencapai -69
cmHg dan tekanan airnya sampai 1,25 bar.
2. Perubahan pada efisiensi sangat dipengaruhi
oleh perubahan nosel, ini terlihat pada gambar-
gambar pada pembahasan.

Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
alat yang lebih lengkap dan bak penampungan yang
digunakan lebih besar, karena pompa yang
digunakan mempunyai debit yang sangat besar
yang membutuhkan air yang cukup banyak.

16 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SISTEM IDENTIFIKASI UAP ALKOHOL MENGGUNAKAN DERET SENSOR


QUARTZ CRYSTAL MICROBALANCE DAN JARINGAN SARAF TIRUAN

Mulyadi
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Borneo
Kampus Jl. Amal Lama No. 1 Tarakan, 77123
E-mail: mul.ubt@gmail.com

Abstract
An identification odour sensor system consisting of four sensors based on Quartz Crystal Microbalance (QCM)
and its response patterns to volatile organic compounds (VOCs) such as Alcohol, Benzene, Chloroform, Ethanol
and Methanol was built. Microcomputer-controlled measurement of the frequency of four differently-coated
quartz piezoelectric crystals and subsequent data processing permits the immediate correction of instrumental
response for fluctuations in water vapour concentration and the display of the corrected VOCs concentration in
air. Crystal pairs with coatings of OV-101, OV-17, PEG-6000 and PEG-1540 were used to illustrate the
performance of the instrument. VOCs can be detected over the range 0.1--15 ppm in atmospheres with relative
humidities ranging from 30 to 60% without significant interference from changes in odour concentration with
error rate 8,33%.

Keywords - quartz crystal microbalance, odour sensor array,

I. PENDAHULUAN frekuensi pada kuarsa kristal. Prinsip kerja QCM ini


didasari oleh efek Piezoelektrik. Piezoelektrik
Indra penciuman manusia dapat dibuat adalah suatu kemampuan yang dimiliki sebagian
tiruannya dengan menggunakan beberapa sensor. kristal maupun bahan-bahan tertentu lainnya yang
Alat deteksi uap organik ini sangat luas aplikasinya,
dapat menghasilkan suatu arus listrik jika
antara lain memonitor kondisi lingkungan,
menentukan kualitas makanan dan minuman, mendapatkan perlakuan tekanan. Sensor QCM
mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan terbuat dari bahan kristal yang terdapat lapisan
menentukan bau parfum yang akan dibuat. SiO 2 yang diapit oleh dua elektrode sehingga dapat
Beberapa uap organik memiliki karakteristik yang menghasilkan potensial listrik sebagai respon
khas. Dengan memanfaatkan deret sensor Quartz terhadap tekanan mekanik yang diberikan[1].
Crystal Microbalance (QCM) sangat
memungkinkan untuk dibuat alat pengidentifikasi
jenis odor
Sistem pengidentifikasian uap organik
yang mudah menguap ini terdiri dari kombinasi 4
buah sensor yang dilapisi polimer berbeda, meliputi
OV-101, OV-17, PEG-6000 dan PEG-1540.
Kombinasi dari 4 sensor tersebut menghasilkan
pola yang berbeda terhadap setiap jenis uap. Pola
inilah yang dimanfaatkan sebagai data untuk diolah.
Neural network digunakan untuk mengolah data.
Data akan dilatih dengan metode jaringan saraf
tiruan backpropagation hingga dapat
mengidentifikasi setiap jenis odor yang diinginkan.
Gambar 1. Sensor QCM
II. METODOLOGI
3. A. Sensor Quartz Crystal Microbalance Menurut Sauerbrey. Fenomena yang
(QCM) terjadi ini didasari dari pengaruh piezoelektrik,
Quartz Crystal Microbalance (QCM) yaitu perubahan di permukaan elektroda QCM.
adalah sebuah sistem untuk mengukur perubahan Berdasarkan penemuan tersebut dihasilkan sebuah
massa di tingkat nanogram. QCM merupakan persamaan Sauerbrey yang berhubungan dengan
fenomena molekul-molekul pada massa kristal perubahan massa per unit area di elektroda
bergerak-gerak sehingga terjadi perubahan ambang QCM[2]. Permukaan kristal perubahan frekuensi
goyangan kristal di udara :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 17


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2 f0
2 hidden layer dan output layer. `Setiap layer terdiri
f m (1)
dari satu atau lebih neuron. Nama umum dari
A q q arsitektur ini

dengan,
f - perubahan frekuensi (Hz)
f 0 - resonan frekuensi dasar dari kristal (Hz)
A - daerah piezoelektrik kristal (m2)
q - densitas dari kristal (= 2,684 g/cm3)
q - modulus dari kuarsa (=2.947x1011 g/cm.s2)

Karaketristik sensor QCM dapat dilihat


dari pergeseran frekuensi yang telah dinormalisasi
ketika mendapat sebuah respon sampel sehingga Gambar 4. Arsitektur backpropagation
dapat dihasilkan grafik respon sensor seperti pada
gambar 2. dibawah ini: adalah Multilayer neural network. Backpropagation
merupakan sebuah metode sistematik untuk
pelatihan multilayer jaringan syaraf tiruan. Metode
ini memiliki dasar matematis yang kuat, obyektif
dan algoritma ini mendapatkan bentuk persamaan
dan nilai koefisien dalam formula dengan
meminimalkan jumlah kuadrat galat melalui model
yang dikembangkan (training set).
Pada paper ini arsitektur backpropagation
menggunakan 4 buah sensor untuk layer
inputnya, sebuah hidden layer yang terdiri dari 64
neuron dan 4 buah neuron pada layer outputnya
seperti gambar 4.
Selanjutnya data pengukuran, yaitu f dan rasio
rata-rata normalisasi akan di latih dalam jaringan
syaraf tiruan lapis banyak menggunakan algoritma
backpropagtion.
Jaringan perceptron lapis jamak atau Multi
Gambar 2. Respon normalisasi sensor
Layer Perceptron (MLP) adalah jaringan syaraf
terhadap beberapa sampel gas
tiruan yang merupakan pengembangan dari
perceptron lapis tunggal. Jaringan saraf tiruan
dengan lapis tunggal memiliki keterbatasan dalam
pengenalan pola. Kelemahan ini diatasi dengan
menambahkan satu atau lebih lapis tersembunyi
diantara lapis masukan dan keluaran. Arsitektur
jaringan perceptron lapis banyak seperti terlihat
pada Gambar 4 terdiri dari lapisan masukan (input
layer) yang ditambah dengan bias, lapisan
tersembunyi (hidden layer) ditambah dengan bias,
dan lapisan keluaran (output layer). Vij merupakan
bobot dari unit masukan Xi ke unit lapis
tersembunyi Zj, dan Wjk adalah bobot dari unit
lapis tersembunyi Zj ke unit keluaran Yk.
Pembelajaran menggunakan algoritma delta
yang disebut error backpropagation training
Gambar 3. Skematika Sistem Sensor
algoritm. Argumen masukan diumpankan secara
2. B. Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation arah maju sedangkan proses pembelajaran selain
Model JST yang digunakan dalam paper memanfaatkan perambatan arah maju juga
ini adalah arsitektur feedforward (umpan maju). memanfaatkan perambatan arah balik, bila hasil
Sedangkan konsep belajar yaitu algoritma belajar tidak sesuai dengan target maka bobot diperbaharui
backpropagation[4]. selama proses siklus pembelajaran hingga diperoleh
Backpropagation adalah salah satu nilai error yang diharapkan atau keluaran sama
pengembangan dari arsitektur Single Layer Neural dengan target.
Network. Arsitektur ini terdiri dari input layer,

18 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pelatihan Algoritma backpropagation meliputi - Alur mundur (Backward)


3 tahap. Tahap pertama adalah tahap maju. Pola Langkah-langkah dalam alur mundur adalah:
masukan dihitung maju mulai dari lapis masukan 3. Menghitung output error ( k )
hingga lapis keluaran menggunakan fungsi aktivasi Output error = Output layer3 desire
yang ditentukan. output
Tahap kedua adalah tahap mundur. Selisih
antara keluaran jaring dengan target yang Err k ( MSE )
1
2

d k Yk
'
...
2

diinginkan merupakan kesalahan yang terjadi.


Kesalahan tersebut dipropagasikan mundur, dimulai (7)
dari garis yang berhubungan langsung dengan unit- dErrk
unit di lapis keluaran. k '
d k Yk ' . .. . . (8)
dYk
4. Menghitung hidden error ( O )
'
dErrk dErrk dYk dZ j
O
dZ j dYk dZ j ' dZ j
dErrk dYk L
Err j k W jk
dYk dZ j ' k 1
Gambar 5. Bagan alur algoritma
backpropagation ' '
O Err j Z j (1 Z j ) . . . . (9)
Tahap ketiga adalah perubahan (updating)
bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjadi. 5. Updating Weight untuk weight pada Hidden
Proses pelatihan algoritma backporpagation Output layer
ditujukkan dalam Gambar 5. dErrk dErrk dY k
Algoritma backpropagtion adalah sebagai W jk
berikut: dW jk dYk dW jk
untuk proses learning dalam JST 3 layer secara k Z j
'
garis besar terdiri dari dua alur, yaitu:
- Alur maju (Forward) W jk W jk W jk . . . .. . . . . . 10)
Langkah-langkah dalam alur maju adalah:
2. normalisasi input dan nilai desire output 6. Updating nilai bias pada output layer
(menjadi dalam range 0 1). '
3. memberi nilai weight secara dErrk dErrk dYk
acak/random pada nilai -1 s/d +1
biask '

dbiask dYk dbiask
4. memberi inisialisasi nilai bias = 1
5. mencari nilai sum dan sigmoid untuk k 1
Hidden layer dan Ouput layer bias k bias k bias k . . . . . . . (11)
a). Hidden Layer
Nilai sum:
7. Updating weight untuk weight pada Input
N
Zj X i .V i j . . . . .(3) Hidden layer
dErr j dErr j daZ j '
i0
V ij
dengan N = jumlah synapse layer2 dV ij dZ j ' dV ij
(hidden layer)
O X i
Nilai Sigmoid:
1 V ij V ij V ij . . . . .. . . . . . . (12)
Z j ' Zj bias . . . . . . . . (4)
1 e 8. Updating bias pada hidden layer
b). Output Layer
Nilai sum:
M dErr j dErr j dZ j '
Yk
i0
Z j '. W j k . . . . .. . . . (5) bias j
dbias j

dZ j ' dbias j
dengan M = jumlah synapse layer3 O 1
Nilai Sigmoid: bias bias bias
j j j . .. . . . . . . (13)
1
Yk ' . . . . .. . . (6)
1 e Yk bias

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 19


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Proses learning dilakukan sampai dicapai nilai backpropagation seperti ditunjukkan dalam
kesalahan (error) tertentu, misalnya sampai nilai Gambar 4.
Mean Square Error (MSE) < 10-3 atau bila telah
mencapai epoch maksimum III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis bahan bakar yang diuji antara lain alkohol,
benzena, solar, dengan pembanding air mineral. A. Hasil Pengukuran
Untuk mengakuisisi data hasil pengukuran, Pengujian ini dilakukan pada keempat
pembelajaran JST, dan aplikasi identifikasi dalam sensor dengan memberi respon dari empat jenis
unit komputer menggunakan program yang dibuat odor yaitu benzena, alkohol, minyak kayu putih dan
dengan bantuan software Visual Basic 6.0. solar. Data yang diambil setiap sensor adalah rata-
Tahap terakhir setelah diperoleh hasil learning rata setiap 20 detik. Berikut ini adalah gambar-
adalah aplikasi sistem identifikasi alkohol yang gambar pola yang dibentuk oleh deret sensor ketika
dilakukan pada proses forward dari algoritma diberi 4 sampel odor.

Gambar 6. Pola yang dihasilkan dari 4 sensor

Hasil perhitungan rata-rata tiap sensor ketika diberi Tabel 1. Data Pelatihan keempat sensor QCM
4 sampel gas
70
60
50 OV-101
40 OV-17
30 PEG-6000
20 PEG-1540
10
0
Bensin Alkohol K. Putih Solar Pada proses pelatihan ini menggunakan 4
input sensor dengan polimer meliputi OV-101, OV-
Gambar 7. Pola respon sensor terhadap 4 jenis 17, PEG-6000 dan PEG-1540. Dengan lapis
sample uap tersembunyi (hidden layer) sebanyak satu buah
yang berjumlah 64 neuron. Pelatihan ini
B. Pelatihan Data menghasilkan bobot antara lapis input-hidden dan
Pada proses ini data yang diambil untuk dilatih lapis hidden-output. Hasil yang diinginkan (target)
adalah data pergeseran frekuensi resonansi sensor ada 4 buah yaitu bensin (1000), alkohol (0100),
dalam satuan Hertz dari pelatihan 1, pelatihan 2 dan minyak kayu putih (0010) dan solar (0001).
pelatihan 3. Data pada Tabel 1. adalah data yang
akan dilatih. C. Pengujian Data
Data yang digunakan untuk proses
pengujian adalah data pada detik ke-60,80 dan 100
seperti tabel 2. dengan satuan Hertz.

20 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Pengujian data REFERENSI

1. Nakamoto,T., dan Moriizini, T. 1998. Odor sensor


using quartz-resonator array and neural-network
pattern recognition, Proceeding Ultrason.
2. Smith L., Shirazi M., 2004. Principles of Quartz
Crystal Microbalance/Heat Conduction
Calorymetry: Measurement of the Sorption Enthalpy
of Hydrogen in Palladium, Chemistry Department,
Drexel University.
3. Kumar Ashok, 2000. Biosensors Based on
Piezoelectric Crystal Detectors, Jom-e.
4. Subiyanto, 2000. Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan
sebagai Metode Alternatif Prakiraan Beban Jangka
Pendek , elektro indonesia.
5. Nakamura M. and Sugimoto Iwao, 1999. A Neural
Untuk data hasil pengujian data dengan Network Model for an Electronic Nose Based on
algoritma backpropagation dapat dilihat dalam tabel Quartz-Crystal Microbalance Sensors, IEEE
3 di bawah ini : Proceeding on Artificial Neural Network. No. 470.
6. Jie Han, 2006. Technical background, applications
Tabel 3. Hasil Pengujian and implementation of quartz crystal microbalance
systems, University of Jyvaskyla Department of
Physics.

IV. KESIMPULAN

Implementasi 4 sensor QCM dengan lapisan polimer


OV-101, OV-17, PEG-6000 dan PEG-1540 mampu
menghasilkan perubahan nilai pergeseran frekuensi yang
terukur sesuai dengan perubahan paparan odor yang
diberikan dan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap
temperatur dan faktor kelembapan sehingga frekuensi
yang dihasilkan memiliki nilai getar kurang lebih 3
Hz. Algoritma Back-Propagation dapat mengenali pola
sesuai data sensor yang diberikan dengan tingkat
kesalahan sebesar 7,33%. Kesalahan identifikasi
terjadi karena pola perubahan tanggapan deret
sensor terhadap paparan suatu uap pelarut organik
memiliki kemiripan dengan pola perubahan
frekuensi uap pelarut organik lain dan jika deret
sensor dipapar dengan uap yang pola tanggapannya
tidak dimasukkan dalam pelatihan jaringan, maka
sistem akan mengidentifikasi uap tersebut sebagai
salah satu dari uap pelarut organik yang pola
perubahan tanggapannya digunakan dalam proses
pelatihan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 21


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Desain Sistem Pengaturan Engine Torque Pada Spark Ignition Engine


Dengan Menggunakan Fuzzy Gain Schedulling

Aris Triwiyatno1), Ismit Mado2)


1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro FT-Undip Semarang
e-mail: aristriwiyatno@yahoo.com
2)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Borneo Tarakan
e-mail: ismitmado@yahoo.co.id

Abstrak

Pada mesin injeksi berbahan bakar bensin, atau yang lebih dikenal dengan nama spark ignition engine,
pengaturan engine torque merupakan upaya untuk menaikkan performansi mesin sekaligus untuk meminimalis
konsumsi bahan bakar. Namun untuk mencapai keduanya, adalah permasalahan yang cukup sulit, sehingga
penyelesaiaannya hanya dapat dilakukan dengan kompromi dari kedua arah. Solusi yang ditawarkan untuk
permasalahan tersebut pada penelitian ini adalah dengan memanfaatkan fuzzy logic inference mechanism dalam
menentukan feedback gain untuk memperbaiki pembukaan throttle plate yang diberikan pengemudi sehingga
menghasilkan engine torque sedekat mungkin dengan desired engine torque. Penggunaan metode kontrol
tersebut terbukti mampu memperbaiki engine torque absolute error sebesar 33.98 % dan melakukan
pengurangan penggunaan bahan bakar sebesar 12.81 %.

Kata kunci: spark ignition engine, engine torque, fuzzy logic inference mechanism, feedback gain.

1. Pendahuluan kebutuhan torsi besar yang sewaktu-waktu muncul


Di dalam perkembangan dunia otomotif tak secara lebih responsif.
akan lepas dari permasalahan sistem spark ignition Pendekatan lain yang terbukti lebih efektif
engine, yaitu mesin bakar yang dipicu oleh busi. adalah dengan melakukan pengaturan engine
Sumber tenaga yang digunakan untuk mesin ini torque[13][14][15]. Dengan melakukan pengaturan
biasanya adalah pembakaran gas yang dilakukan di engine torque, maka secara otomatis akan
dalam ruang bakar. Dengan mengkombinasikan menaikkan performansi kendaraan dan juga
kerja dinamik silinder (cylinder) dan torak engkol pengiritan bahan bakar. Hal ini terjadi karena
(crank) akibat adanya kompresi bahan bakar yang engine torque maksimal bisa dicapai hanya dengan
tersulut api oleh busi, maka akan dihasilkan tenaga adanya pembakaran bahan bakar yang sempurna,
putaran mesin yang dikehendaki. artinya dengan menjaga pembakaran yang
Jika tenaga putaran ini diproses lebih lanjut, sempurna penggunaan bahan bakar menjadi efektif
akan menghasilkan tenaga yang bisa menggerakkan dan efisien.
kendaraan sesuai dengan keinginan pengendara. Pada penelitian ini dilakukan pengaturan
Permasalahannya adalah mengatur tenaga tersebut, engine torque dengan pendekatan metode kontrol
yang identik dengan torsi mesin, sesuai dengan fuzzy gain schedulling. Fungsi utama dari fuzzy gain
keinginan pengendara, secepat senyaman schedulling yang didesain adalah untuk
seaman mungkin dengan konsumsi bahan bakar menentukan pembobot bagi feedback gain yang
seirit mungkin, adalah permasalahan dilematis digunakan untuk mengoreksi masukan throttle plate
karena kenaikan performansi mesin hampir selalu angel yang diberikan pengemudi, sehingga
identik dengan kenaikan konsumsi bahan bakar. menghasilkan engine torque sesuai dengan desired
Oleh karena itu diperlukan suatu sistem kontrol engine torque.
yang mampu melakukan pendekatan dari dua arah,
disatu sisi mampu menaikkan performansi mesin, di 2. Spark Ignition Engine dengan Automatic
sisi lain mempertahankan kenaikan konsumsi bahan Transmisson
bakar tidak terlalu boros. Secara umum blok diagram dari spark ignition
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk engine lengkap dengan transmission control unit-
upaya ini, beberapa di antaranya memfokuskan nya digambarkan oleh Gambar 1. Pada riset ini,
pada pengaturan kecepatan putar mesin dan model tersebut menggunakan 4 step transmisi
manifold pressure[3][4][11]. Permasalahannya adalah gigi[1].
pengaturan kecepatan putar mesin dan manifold Engine menerima masukan berupa throttle
pressure belum bisa memberikan solusi terhadap opening yang diberikan oleh pengemudi. Putaran
mesin yang dihasilkan dikoneksikan dengan

22 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

impeller pada torque converter yang dikopel juga


dengan transmission control unit.

(4)

Load torque mencakup road load dan brake


Gambar 1. Blok diagram model spark ignition
torque. Road load adalah penjumlahan dari
engine dengan transmission control unit
frictional and aerodynamic losses.

(1)
(5)
Karakteristik input-output dari torque
converter dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi
Gambar 2 memberikan ilustrasi skedul pergeseran
engine speed dan turbine speed.
gear ratio. Transmisi gear ratio-nya diberikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Gear Ratios

(2)

Model transmission dinyatakan sebagai static


gear ratios, diasumsikan hanya memiliki waktu
pergeseran yang kecil, sehingga bisa diabaikan
(dalam kenyataannya masalah waktu pergeseran ini
akan menyebabkan permasalahan robustness).

Gambar 2. Gear Shift Schedule


(3)
3. Strategi Engine Torque Management
Dinamika kendaraan pada model ini Pada dasarnya strategi manajemen engine
dipengaruhi oleh final drive, inertia, dan torque menggunakan fungsi kontrol throttle, air to
dynamically varying load. fuel ratio (AFR), dan ignition timing secara
bersamaan untuk menghasilkan engine torque
sesuai dengan harapan. Dalam kenyataan praktis,
desired engine torque ini tidak pernah ada, karena
masukan yang diberikan pengemudi pada sistem
adalah posisi pedal gas (pedal position). Untuk itu,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 23


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dalam strategi kontrol engine torque dikenal adanya digunakan Takagi-Sugeno fuzzy inference
mapping antara Posisi Pedal Gas (pedal position) mechanism dengan input engine torque error dan
dan Kecepatan Putar Mesin (engine speed) dengan derivative engine torque error serta output
Engine Torque Command (Heintz dkk, 2001). pembobot terhadap absolute feedback gain yang
Gambar 3 menunjukkan mapping untuk sporty digunakan untuk menentukan koreksi terhadap
vehicle feel dan Gambar 4 menunjukkan mapping throttle plate angle yang diberikan pengemudi.
untuk economical vehicle feel. Gambar 5, 6 dan 7 masing-masing
menyatakan membership functions dari input dan
output kontroler logika fuzzy yang akan digunakan.

Gambar 5. Membership Functions dari input engine


torque error

Gambar 3. Pemetaan Pedal Position dan Engine


Speed terhadap Desired Engine Torque
untuk Sporty Vehicle Feel (Heintz dkk,
2001)

Gambar 6. Membership Functions dari input


derifative engine torque error

Gambar 7. Membership Functions dari gain


schedule (mf1 = 0, mf2 = 0.25, mf3 =
0.5, mf4 = 0.75, mf5 = 1)

Gambar 4. Pemetaan Pedal Position dan Engine Basis aturan yang digunakan diberikan adalah
Speed terhadap Desired Engine Torque sebagai berikut:
untuk Economical Vehicle Feel (Heintz
dkk, 2001)

Pada penelitian ini dilakukan mekanisme


pengaturan engine torque dengan melakukan
perubahan hanya pada throttle plate angel saja.
AFR dan ignition time dibiarkan standar pada
setelan engine torque maksimal, yaitu pada AFR
14.7 dan spark advance degree pada MBT 15o.

4. Kontroler Logika Fuzzy


Kontroler logika fuzzy adalah salah satu
kontroler berbasis if-then rules sehingga dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan
sebagaimana pola pikir manusia. Pada riset ini akan

24 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. Simulasi dan Analisa 9, 10, 11, dan 12. Gambar 13, 14, 15, dan 16
Simulasi dilakukan dengan Matlab Simulink menunjukkan hasil setelah diberi kontroler fuzzy
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Hasil gain schedulling dengan menggunakan engine
simulasi tanpa kontroler ditunjukkan pada Gambar torque mapping untuk Economical Vehicle Feel.

Gambar 8. Model Simulasi dengan menggunakan Matlab Simulink Toolbox


80 40
desired engine torque throttle input
70 engine torque 35 throttle actual

60 30
Throttle Opening (deg)
Engine Torque (Nm)

50 25

40 20

30 15

20 10

10 5

0 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Time (s) Time (s)

Gambar 9. Operasi tanpa kontroler: desired engine Gambar 10. Operasi tanpa kontroler: throttle
torque vs engine torque input vs throttle actual

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 25


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2400 40
throttle input
2200 35 throttle actual

2000
30

Throttle Opening (deg)


1800
Engine Speed (rpm)

25
1600
20
1400
15
1200

10
1000

800 5

600 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Time (s) Time (s)

Gambar 11. Operasi tanpa kontroler: engine Speed Gambar 14. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
60
throttle input vs throttle actual
2200

50
2000

1800
40
Vehicle Speed (mph)

Engine Speed (rpm)

1600
30
1400

20 1200

1000
10
800

0
0 50 100 150 200 250 300 600
0 50 100 150 200 250 300
Time (s)
Time (s)

Gambar 12. Operasi tanpa kontroler: vehicle Speed Gambar 15. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
80 engine Speed
desired engine torque
60
70 engine torque

50
60

40
Engine Torque (Nm)

Vehicle Speed (mph)

50

30
40

20
30

20 10

10 0
0 50 100 150 200 250 300
Time (s)

0
0 50 100 150 200 250 300 Gambar 16. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
Time (s)
vehicle Speed
Gambar 13. Operasi dengan fuzzy gain shedulling:
desired engine torque vs engine Hasil lain simulasi menunjukkan : integral
torque torque absolute error menunjukkan pada operasi
tanpa kontroler sebesar 407.3 dan pada aplikasi
kontroler fuzzy gain schedulling sebesar 268.9 atau
ada perbaikan sebesar 33.98 %. Penggunaan bahan
bakar pada operasi tanpa kontroler sebanyak 3.896
gram sedangkan pada aplikasi fuzzy gain
schedulling sebanyak 3.397 atau ada pengiritan
sebesar 12.81 %.

6. Kesimpulan
Dari riset ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan aplikasi sistem kontrol berbasis
knowledge akan sangat menguntungkan untuk

26 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mengatasi permasalahan kontrol dengan indeks Braae, M and Rutherford D A, Theoritical and
performansi yang kontradiktif sebagaimana Linguistic Aspects of the Fuzzy Logic
pengaturan torsi pada spark ignition engine. Hanya Controller, Automatica, Vol. 15, 1979.
saja untuk menyempurnakan riset ini perlu Denton T, Automobile Electrical and Electronic
dilakukan klarifikasi basis aturan sesuai standar System, Colchester Institute, Colchester,
pabrikan dan drive action yang diberikan tidak Essex, 1995.
hanya opening throttle valve saja, tetapi juga Fukami, S, Mizumoto M, and Tanaka K, Some
meliputi pengaturan air to fuel ratio dan time Considerations of Fuzzy Conditional
ignition. Dengan demikian fuzzy rule punya Inference, Fuzzy Sets Systems, Vol. 4, 1980,
keleluasaan untuk meredam penggunaan bahan pp. 243-273.
bakar berlebih untuk mendapatkan engine torque Harris, C.J., Moore C.G., and Brown M,
sedekat mungkin dengan desired engine torque. Intelligent Control: Aspect of Fuzzy Logic
and Neural Nets, World Scientific Series in
7. Referensi Robotics and Automated Systems, Vol. 6, 1993.
Abate, M, et.al, Using Simulink and Stateflow in Irianto, Analisis Sistem Pengaturan Kecepatan
Automotive Applications, The MathWorks Spark Ignition Engine Menggunakan
Inc. Kontrol Robust MIMO, Tesis, ITS, Surabaya,
__________, Application of Some New Tools to 2005.
Robust Stability Analysis of Spark Ignition Shahian, B, Hassul, M, Control System Design
Engines: A Case Study, IEEE Transactions on Using Matlab, Prentice-Hall Int. Inc.
Control Systems Technology, Vol. 2, No. 1, Heintz, N., Mews, M., Stier, G., Beaumont, A.J.,
March, 1994. dan Noble, A.D. (2001), "An Approach to
Agung Nugroho, Desain Kompensator Sistem Torque-Based Engine Management Systems",
Pengaturan Kecepatan pada Spark Ignition SAE 2001-01-0269.
Engine dengan Menggunakan QFT, Tugas Kolmanovsky, I., Druzhinina, M., dan Sun, J.
Akhir, ITS, Surabaya, 2004. (2000), Nonlinear Torque and Air-to-Fuel
Agus Salim, Desain Kompensator sebagai Ratio Controller for Direct Injection Stratified
Kontrol Robust pada Sistem Pengapian Charge Gasoline Engines, Proceeding of
Spark Ignition Engine, Tesis, ITS, Surabaya, AVEC 2000, 5th Int'l Symposium on
2004. Advanced Vehicle Control, Michigan.
Bosch, Automotive Electric/Electronic System, Lamberson, D.M. (2003), Torque Management of
Robert Bosch GmbH, Postfach 30 02 20 D- Gasoline Engine, Tesis Master, Mechanical
70442 Stutgart, 1995. Engineering, University of California at Berkeley.
Blaich B., Schwarz H., Spark Ignition Engine,
Engine Design and Operating Conditions,
Fuel for SI Engine, Bosch, USA, 1995.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 27


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENINGKATAN KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION DENGAN


SELECTION DIVERSITY UNTUK MITIGASI PENGARUH REDAMAN HUJAN DAN
INTERFERENSI PADA SISTEM LMDS DI SURABAYA
Syahfrizal Tahcfulloh
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Borneo
Kampus Jl. Amal Lama No. 1 Tarakan, 77123, INDONESIA
E-mail: rizh4ni@yahoo.com

ABSTRACT

Local Multipoint Distribution Service (LMDS) is used to broadband communication with bandwidth and
highspeed data. The system uses millimeter wave frequency that has very high rain fading and also intercell
interference especially in tropical region like as Indonesia can decrease performance of the system. In this
implementation more significant to investigate the mitigation technique. In this paper is presented the
improvment of performance mitigation technique of ACM with Selection Diversity. In ACM system is
guaranteed to have maximum BER 10-6 and 10-11 in 4 km length between terminal station and base station have
link availability 99.9368% and 99.9356%, and channel capacities are 1.5847 bps/Hz and 0.7726 bps/Hz
respectively. The ACM with SD is better than ACM that are effective to improve the link availability about
0.004% and 0.003% and also channel capacities about 0.022% and 0.04% for BER maximum 10-6 and 10-11
respectively.

KeywordsAdaptive coded modulation (ACM), selection diversity (SD), intercell interference, millimeter wave.

1. PENDAHULUAN tidak memanfaatkan modulasi adaptif maupun


pengodean adaptif sehingga tidak dapat mencapai
Sistem LMDS beroperasi pada frekuensi antara penggunaan sumber daya yang efisien. Teknik cell-
2040 GHz yang menggunakan sistem akses seluler site diversity juga telah terbukti sangat efektif untuk
untuk arsitektur jaringannya serta receiver-nya yang melawan pengaruh redaman yang diakibatkan oleh
tetap (fixed). Sistem ini dapat mengirimkan sinyal hujan di daerah non tropis [7]. Sistem transmisi
dengan cepat pada bit rate 1,5 GBps saat adaptif menggunakan variasi laju data dan variasi
downstream dan 200 MBps saat upstream serta daya pada sistem M-QAM telah diterapkan untuk
sistem ini mendapati gangguan minimal. mengatasi Rayleigh fading untuk mendapatkan
Sistem komunikasi pada pita frekuensi tinggi efisiensi spektrum serta unjuk kerja yang optimum
seperti sistem LMDS sangat peka terhadap fade [4]. Teknik modulasi MQAM adaptif pada kanal
(pelemahan) yang disebabkan oleh hujan, sehingga komunikasi gelombang milimeter telah digunakan
bisa memberikan efek yang signifikan pada untuk mengoptimalkan efisiensi spektrum atau
keandalan sistem komunikasi di Indonesia yang kapasitas kanal dibawah pengaruh hujan di
memiliki curah hujan tinggi. Oleh karena itu, Indonesia [10]. Pada penelitian ini dilakukan
penerapan sistem LMDS di Indonesia akan menjadi peningkatan kinerja terhadap teknik ACM dengan
permasalahan yang rumit mengingat besarnya menggunakan kode rangkap Reed-Solomon (RS)
redaman hujan yang terjadi. Dimana, semakin dan Convolotional Code (CC) dengan SD yang
tinggi curah hujan rata-rata maka akan semakin implementasinya pada sistem komunikasi nirkabel
besar pula redaman hujan yang terjadi. pita lebar gelombang milimeter dibawah pengaruh
Beberapa teknik mitigasi pengaruh redaman redaman hujan dan interferensi di Indonesia,
hujan sudah diteliti dibeberapa negara non tropis, kususnya dilakukan pengukuran curah hujan di
diantaranya teknik penggunaan kendali daya untuk Surabaya.
kompensasi redaman karena hujan pada sistem
seluler LMDS/LMCS [2]. Sistem ini dirancang 2. ASUMSI SISTEM LMDS
untuk bekerja pada daerah non-tropis dengan
redaman hujan yang tidak terlalu besar. Akibatnya - Sistem Nirkabel Pita Lebar
jika diterapkan di daerah tropis untuk sstem Umumnya sistem LMDS menggunakan
komunikasi nirkabel seluler pada gelombang arsitektur seluler heksagonal, namun bentuk
milimeter akan terjadi nilai BER yang terlalu besar. persegilah yang populer dijadikan pertimbangan
Penelitian [1] hanya menerapkan kendali daya yang dalam perancangan sistem komunikasi bergerak.
berbasis AGC (automatic gain control) untuk Suatu sel terdiri atas satu BS dan beberapa TS. Satu
mengatasi efek redaman hujan. Sistem mereka sel tersektorisasi menjadi 4 sektor sebesar 90o.
membedakan pelanggan dekat dan jauh dengan Gambar 1 memperlihatkan sekenario plan frekuensi
tujuan untuk membagi rentang dinamis AGC ke untuk layanan LMDS. A dan B menyatakan
dalam dua segmen yang lebih sempit. Sistem ini polarisasi vertikal, sedangkan a dan b berarti

28 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

polarisasi horizontal. Garis tebal menandakan batas informasi r[k] sebelum dimodulasi dilakukan
sel. TS mendapatkan sinyal dari BS bernotasi proses pengkodean rangkap yaitu pengkodean RS
nomor 1 atau disebut BS target dan BS-BS lain dan dilanjutkan dengan proses pengkodean CC.
yang bernotasi 2, 3, dan 4 sebagai BS Setelah proses pengkodean rangkap, bit informasi
penginterferensi serta BS bernotasi 5, 6, 7, 8, dan 9 dipetakan sesuai dengan level modulasi yang
sebagai BS untuk konfigurasi SD. Antena BS digunakan x[k]. Level modulasi tergantung pada
adalah antena sektor dengan beamwidth 90o dengan kondisi kanal yang dipengaruhi hujan yang
gain hampir uniform yang berada di pusat sel dan ditentukan oleh harga SNR (signal to nosie ratio)
beamwidth dari antena TS berjenis Cassegrain pada sisi penerima. Estimasi kanal diasumsikan
sangat sempit sekitar 3o [3]. ideal dan waktu tunda (delay) pada umpan balik
Parameterparameter sistem LMDS yang diasumsikan mendekati nol.
digunakan untuk perhitungan harga SNR pada jarak
L km adalah dengan menggunakan perhitungan - Redaman Hujan di Indonesia
yang bersumber dari Chu Y.C yang dinamakan SNR Pengukuran curah hujan dilakukan di
clear sky (SNR CS ). Dalam penelitiannya Chu lingkungan kampus ITS Surabaya menggunakan
menggunakan parameter LMDS yang diproduksi alat ukur disdrometer optik. Dari hasil pengukuran
oleh New Bridge Corporation Canada [3]. diperoleh data curah hujan selama 2 tahun dari
tahun 2007 dan 2008 dengan waktu sampling T=10
detik. Metode synthetic storm technique (SST)
[5][8] merupakan metode yang digunakan untuk
mengestimasi redaman hujan berdasarkan
kecepatan dan arah angin. Hasil pengukuran curah
hujan di Surabaya menunjukan bahwa probabilitas
curah hujan 0,01% untuk curah hujan lebih dari
140,1 mm/jam. Hal ini menunjukkan curah hujan di
Surabaya, Indonesia sangat tinggi.
Salah satu hasil perhitungan redaman hujan
dengan SST yang berupa grafik complementary
cumulative distribution function (CCDF) redaman
hujan untuk jarak TS ke BS target sejauh 4 km
dengan polarisasi horizontal tampak pada Gambar
3. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terjadi
redaman hujan di Surabaya (Indonesia) dengan
Gambar 1. Skenario plan frekuensi pada layanan probabilitas 0,01% sebesar 283.6 dB di lintasan TS
LMDS, H = polarisasi horizontal, V = polarisasi ke BS nomor 3.
vertikal, TS = terminal station dan o = base station 1

(BS). 10
TS-BS1
TS-BS2
0
10 TS-BS3
Penerima TS-BS4
^
TS-BS5
Prob.[Redaman > absis] (%)

Kanal r[k] -1
10 TS-BS6
Pemancar (redaman hujan) Demodulasi
TS-BS7
Adaptif TS-BS8
1/ n[k] -2
Mod & x[k] y[k] 10 TS-BS9
Coding Estimasi
Adaptif Kanal -3
10

-4
10
Delay

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900


Redaman (dB)

Gambar 2. Model sistem transmisi adaptif


Gambar 3. Distribusi kumulatif komplemen ter
- Sistem MQAM Adaptif dan ACM redaman hujan untuk jarak TS ke BS target 4 Km
Sistem nirkabel pita lebar gelombang milimeter berorientasi TS ke BS1, BS2, BS3, BS4, BS5, BS6,
yang dievaluasi bekerja pada frekuensi 30 GHz. BS7, BS8, dan BS9.
Penggunaan metode ACM yang memvariasikan
rate pengkodean dan modulasi M-QAM merupakan - Skenario Adaptive Coded Modulation
dasar pemodelan sistem transmisi adaptif pada Sistem adaptive coded modulation (ACM)
penelitian ini, dimana sistem adaptif ini dicirikan menggunakan skenario bahwa level modulasi yang
dengan adanya feedback di dalam blok diagram digunakan 4-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM
sistem yang disajikan seperti pada Gambar 2. Bit berturut-turut sesuai dengan harga SNR yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 29


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dipengaruhi redaman hujan saat itu. Apabila selama Tabel 2. Skenario ACM BER 10-11
periode tertentu nilai redaman rendah, maka nilai ACM menjamin BER maksimal 10-11
SNR akan naik dan memungkinkan tingkat Jenis Modulasi Interval SNR
modulasi yang tinggi diterapkan dengan BER (dB)
rendah. Sedangkan, apabila nilai redaman selama No Transmisi SNR< 1.79
periode tertentu tinggi, maka nilai SNR akan 4 1.79<SNR<12.62
menurun dan memaksa untuk menggunakan tingkat
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
modulasi yang rendah agar BER terjaga.
16 12.62<SNR<23.53
Perhitungan teoritis dari BER untuk masing-
masing skema modulasi dilakukan menggunakan QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
persamaan: [9] 64 SNR>23.53
m m QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
1 2 1 j 2m 1Pe j 1 Pe 2 1 j log M
P
B m cc cc 2 (1)
2 1 j t 1 j

dimana: m adalah banyaknya bit dalam satu simbol, - Selection Diversity (SD)
M adalah nilai dari orde modulasi, dan Pe cc adalah SD merupakan teknik diversity combining yang
probabilitas kesalahan simbol setelah pengkodean paling sederhana. Pada teknik ini, penerima
CC. memilih sinyal yang paling baik, dalam hal ini
Persamaan Pe cc untuk 4-QAM, 16-QAM, dan sinyal dengan SNR terbesar. Blok diagram dari
64-QAM berturut-turut yaitu: metode ini ditunjukkan pada Gambar 4, ada M
1 d free rSNR cabang diversitas untuk sinyal yang masuk ke
CC 1.06 d free
A d free exp l (2)

rangkaian pemilih, SNR g merupakan sinyal terkuat
k 2 yang dipilih dan merupakan output dari rangkaian
ini.
1 d free rSNR
0.92 free Ad free exp log2 M
d
C (3) 1

k 5
G1

d rSNR
2
1
0.81 d free A d free exp free
G2
log 2 M (4) Rangkaian Output

k 14 Pemilih

M
GM
Antena Variabel Gain

dimana; k adalah jumlah input enkoder, A dfree


Gambar 4. Selection diversity atau selection
adalah nilai koefisien deret pertama turunan fungsi
combining [13]
alih enkoder, r adalah laju pengkodean, dan d free
adalah free distance.
Nilai SNR dari SD dapat dituliskan sebagai
Menggunakan persamaan (1), dilakukan
berikut:
perhitungan teoritis BER untuk masing-masing
skema modulasi, maka didapatkan nilai operasi max ,...,
d 1 M
(5)
untuk BER 10-6 dan 10-11 seperti terlihat pada Tabel
1 dan 2. Persamaan (5) digunakan untuk mengevaluasi
peningkatan SNR rata-rata yang diberikan oleh SD.
Tabel 1. Skenario ACM BER 10-6 Teknik ini menawarkan perbaikan pada link margin
ACM menjamin BER maksimal 10-6 tanpa membutuhkan tambahan daya pada pengirim.
Jenis Modulasi Interval SNR Metode ini sangat mudah diimplementasikan.
(dB)
No Transmisi SNR< 1.18 - Kapasitas Kanal
4 1.18< SNR<11.45 Kapasitas kanal atau effisiensi bandwidth
QAM+RS(63,31)+CC(1/3) merupakan laju transmisi informasi per Hz dari
bandwidth yang digunakan, yang bertujuan untuk
16 11.45< SNR <21.63
mengirimkan sinyal informasi yang maksimum
QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
dengan bandwidth minimum. Satuan yang tepat
64 SNR >21.63
untuk effisiensi bandwidth adalah bit/s/Hz. Pada
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
sistem modulasi adaptif, effisiensi bandwitdh dapat
dinyatakan sebagai berikut [4]:

R N
k kCCi
log 2 ( M i ) P ( M i ). RSi (6)
B i 0 nRSi nCCi

30 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

R 1

dimana: menyatakan effisiensi bandwidth 10

B SNRk1
SNRk2

(bps/Hz), N adalah jumlah data, M i adalah


0 SNRk3
10
SNRk4

level modulasi, dan P ( M i ) adalah probabilitas


SNRk5
-1 SNRk6

Prob.[SNRk > absis] %


10
SNRk7
kemungkinan masing-masing modulasi, k RSi -2
SNRk8
SNRk9
adalah jumlah bit data pada pengkodean RS pada 10

mode n RSi adalah jumlah bit dalam


ke-i, -3
10

codeword mode ke-i, k CCi adalah jumlah bit data


-4

pada pengkodean CC pada mode ke-i, dan n CCi ,


10

adalah jumlah bit dalam codeword mode ke-i.


-900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100 0
SNRk (dB)
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Gambar 5. CCDF SNR sesaat untuk jarak TS ke BS
target 4 Km berorientasi TS ke BS1, BS2, BS3,
1. Signal to Noise Ratio Sesaat
BS4, BS5, BS6, BS7, BS8, dan BS9 berturut-turut
Setelah mendapatkan nilai redaman hujan A k
SNRk 1 , SNRk 2 , SNRk 3 , SNRk 4 , SNRk 5 , SNRk 6 ,
seperti tampak pada Gambar 3 di tiap link, maka
SNRk 7 , SNRk 8 , dan SNRk 9.
langkah selanjutnya adalah mendapatkan nilai dari
signal to noise ratio sesaat SNRk. Nilai SNR sesaat
Tampak pada Gambar 6 merupakan CCDF dari
sebelum proses ACM dihitung untuk masing-
SINRk untuk masukan bagi sistem ACM yang
masing jarak TS ke BS target dari 1 km, 2 km, 3 km
merupakan penerapan persamaan (8) untuk SIRk
dan 4 km untuk TS ke BS1 sampai BS9 yang
dan SNRk 1 tanpa SD untuk jarak TS ke BS target 4
berurutan diberi nama SNRk 1 , SNRk 2 , SNRk 3 ,
km. Untuk jarak TS ke BS target 1 km, 2 km, dan 3
SNRk 4 , SNRk 5 , SNRk 6 , SNRk 7 , SNRk 8 , dan SNRk 9 .
km akan diperoleh SINRk dengan cara yang sama
Grafik SNRk yang diperoleh direpresentasikan
guna memperoleh SINRk 4 km. Dari hasil SINRk,
dalam bentuk CCDF untuk semua event terjadinya
maka diterapkan pada persamaan (1) untuk
hujan dalam interval rentang waktu 2 tahun seperti
memperoleh link availability dan persamaan (6)
pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 di atas
untuk memperoleh kapasitas kanal pada kondisi
dapat diketahui bahwa semakin besar jarak lintasan
BER 10-6 dan BER 10-11.
komunikasi, semakin kecil nilai SNR sesaat. Secara
detail dapat dilihat bahwa harga SNR sesaat pada 1
10

penerima yang mempunyai probabilitas 0,01% SINR4k9L nonSD

sebesar -354.9 dB pada SNRk 2 hal ini menandakan 0


10

bahwa redaman hujan pada TS ke BS2 sangat besar


karena melebihi nilai SNR clear sky-nya.
-1
Prob.[SINR => absis] (%)

10

-2

6. Signal to Interferensi plus Noise Ratio Sesaat 10

Setelah mendapatkan SNRk untuk tiap-tiap jarak -3

TS ke BS1 hingga BS9, maka langkah selanjutnya 10

adalah menentukan signal to interference ratio -4


10
sesaat (SIRk) yang merupakan selisih dari SNRk 1
dengan SNRk 2 hingga SNRk 9 . SIRk 12 adalah selisih -5
10
SNRk 1 dengan SNRk 2 , begitu seterusnya. SIR Total -160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40
secara linear dinyatakan dengan SINR (dB)

1 1 1 1 Gambar 6. CCDF SINRk sistem ACM jarak TS ke


(7)
SIR Total SIRk 12 SIRk 13 SIRk 14 BS target 4 km.
Untuk menentukan signal to interference plus noise
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3
ratio sesaat (SINRk) jika telah diketahui SNRk 1 dan
SIR Total yaitu: untuk link availability dan Tabel 4 untuk kapasitas
kanal sistem ACM.
S 1
SINR (8)
I Total N 1 1

SIR Total SNR k1

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 31


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1 7. Kinerja Sistem Adaptive Coded Modulation


10
SD(SNRk1,SNRK5) Kinerja sistem ACM untuk jarak TS ke BS
0
SD(SNRk1,SNRK6)
SD(SNRk1,SNRK8)
target 1km, 2km, 3km dan 4 km dievaluasi pada
pengamatan untuk BER maksimum 10-6 dan 10-11.
10

-1 Nilai link availability merupakan suatu syarat


10
Prob.[SNR > absis] %

esensial dalam perencanaan sistem komunikasi


-2 radio.
10

-3 Tabel 3. Nilai Link Avalability Sistem ACM


10

BER
BER
-4
10
Jarak maks 10-11
maks 10-6
TS ke
Mode Transmisi
BS
-5
10
-140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 Link Link
SNR (dB) Target Availabilit Availabilit
y (%) y (%)
Gambar 7. CCDF SNRk SD untuk beberapa
ACM 99.9995 99.9995
kombinasi BS target dengan BS SD untuk jarak TS
4
ke BS target 4 km. QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9995 99.9995
1
10
3)
SINR SD15 1 km 16
0
SINR SD16
QAM+RS(63,51)+CC(1/ 99.9991 99.9990
10 SINR SD18
2)
64
Prob.[SINR-SD => absis] (%)

-1
10 QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7799 96.7376
3)
-2
10
ACM 99.9880 99.9874
4
-3 QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9880 99.9874
10
3)
2 km 16
99.9789 99.9756
-4
10 QAM+RS(63,51)+CC(1/
2)
-5
10
64
QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7621 96.7358
-160 -140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40
SINR-SD (dB)
3)
ACM 99.9619 99.9612
Gambar 8. CCDF SINRk sistem ACM dengan SD 4
untuk beberapa BS target dengan BS SD jarak TS QAM+RS(63,31)+CC(1/ 99.9619 99.9612
ke BS target 4 km. 3 km
3)
16 99.9416 98.1186
QAM+RS(63 51)+CC(1/
64
QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7480 96.7318
Pada Gambar 7 merupakan CCDF dari SINRk 3)
untuk masukan hasil SD berbagai kombinasi ACM 99.9368 99.9356
konfigurasi SD ada tiga macam yaitu: SD untuk 4 99.9368 99.9356
SNRk 1 dan SNRk 5 , SD untuk SNRk 1 dan SNRk 6 , QAM
16 RS(63 31) CC(1/
dan SD untuk SNRk 1 dan SNRk 8 . Ketiga kombinasi 4 km QAM+RS(63,51)+CC(1/ 99.8970 97.8175
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sudut 2)
64
diversity dan jarak link pada SD. Dari hasil QAM+RS(63,59)+CC(2/ 96.7742 96.7571
3)
pengamatan ketiga konfigurasi SD diputuskan
diambil SD untuk SNRk 1 dan SNRk 6 karena
memberikan nilai SINRk yang terbaik yaitu yang Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa sistem ACM
paling rendah nilai dB-nya seperti tampak pada gelombang milimeter pada BER maksimal 10-6
Gambar 8. Setelah diperoleh SINRk SD maka hasil pada jarak TS ke BS target sejauh 4 km mempunyai
ini diterapkan ke persamaan (8) untuk menjadi link availability 99.9368%, sedangkan untuk BER
SINRk sistem ACM dengan SD untuk jarak TS ke maksimal 10-11 mempunyai link availability
BS target dari 1 km sampai 4 km. Dari hasil SINRk 99.9356%.
sistem ACM dengan SD, maka diterapkan pada Dari Tabel 3 akan didapati nilai link avalability
persamaan (1) untuk memperoleh link availability sistem ACM akan selalu sama dengan nilai link
dan persamaan (6) untuk memperoleh kapasitas avalability pada sistem
kanal pada kondisi BER 10-6 dan BER 10-11. Hasil 4QAM+RS(63,31)+CC(1/3). Hal ini disebabkan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 untuk link pada sistem ACM hanya menggunakan 3 mode
availability dan Tabel 6 untuk kapasitas kanal sistem transmisi yaitu 4QAM, 16QAM dan
sistem ACM dengan SD. 64QAM, sehingga sistem adaptif itu akan
menggunakan mode transmisi 4QAM untuk kondisi

32 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SNR yang terburuk dari data SNR yang memenuhi Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sistem
syarat untuk dilakukan transmisi gelombang. ACM dengan SD pada BER maksimal 10-6 pada
Disamping itu pada subbahasan ini, dapat ditarik jarak TS ke BS target sejauh 4 km mempunyai link
kesimpulan bahwa semakin jauh jarak link availability 99.9404% naik sebesar 0.004% dari
komunikasi maka akan didapati nilai outage yang sistem ACM saja, sedangkan untuk BER maksimal
semakin besar sehingga akan menurunkan nilai link 10-11 mempunyai link availability 99.9389% naik
avalability sistem. Dari penjelasan tersebut dapat sebesar 0.003%.
dikatakan bahwa nilai link availability akan Hasil simulasi efisiensi bandwidth untuk sistem
semakin menurun seiring dengan meningkatnya ACM dengan SD pada berbagai jarak TS ke BS
level modulasi dan semakin menurun seiring target dari 1-4 km seperti yang disajikan pada Tabel
dengan bertambahnya panjang lintasan pada 6. Nilai efisiensi bandwidth sistem ACM dengan
penggunaan mode transmisi yang sama. SD untuk BER 10-6 mencapai 1.5850 bps/Hz naik
Hasil simulasi efisiensi bandwidth dilakukan sekitar 0.022% dari sistem ACM saja dan untuk
pada sistem ACM maupun sistem non-adaptif pada BER 10-11 mencapai 0.7729 bps/Hz naik sebesar
berbagai jarak TS ke BS target dari 1-4 km seperti 0.04% dari sistem ACM saja.
yang disajikan pada Tabel 4. Nilai efisiensi
bandwidth sistem ACM pada jarak TS ke BS target
4 km untuk BER 10-6 mencapai 1.5847 bps/Hz dan Tabel 5. Nilai Link Avalability Sistem ACM dengan
untuk BER 10-11 mencapai 0.7726 bps/Hz. Hal ini SD
dapat disimpulkan bahwa efisiensi bandwidth
sistem ACM mempunyai nilai yang lebih besar BER maks
BER maks
daripada nilai efisiensi bandwidth untuk modulasi Jarak 10-11
10-6
TS ke
non adaptif. BS Mode Transmisi
Tampak dari Tabel 3 dan 4 juga bahwa nilai Targe Link Link
effisiensi bandwidth akan sangat berkaitan dengan t Availability Availability
(%) (%)
nilai link avalability. Nilai effisiensi bandwidth
juga dipengaruhi jenis pengkodean rangkapnya ACM + SD 99.9995 99.9995
seperti kode rate pada kode konvolusionalnya serta 4
99.9995 99.9995
ukuran (n,k) dari kode RS-nya. Sistem 16 QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
QAM+RS(63,51)+CC(1/2) lebih tinggi effisiensi 1 km
16
bandwidthnya ketimbang jenis lain tapi masih 99.9991 99.9990
QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
dibawah sistem ACM.
64
96.7799 96.7376
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
Tabel 4. Perbandingan Efisiensi bandwidth Sistem ACM + SD 99.9880 99.9874
ACM 4
99.9880 99.9874
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
Efisiensi
Jarak TS 2 km 16
Mode BER BER 99.9789 99.9756
ke BS QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
Transmisi maks maks
Target
10-6 10-11 64
ACM 1.6726 1.6450 96.7621 96.7358
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3280 0.3280 ACM + SD 99.9630 99.9623
1 km
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6184 1.6184
4
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0952 0.0467 99.9630 99.9623
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
ACM 1.6396 1.6195
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3268 0.3268 3 km 16
2 km 99.9422 98.1191
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6060 1.6044 QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0566 0.0236 64
ACM 1.6081 0.9022 96.7472 96.7310
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3243 0.3242
3 km ACM + SD 99.9404 99.9389
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5875 0.7152
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0317 0.0136 4
99.9404 99.9389
QAM+RS(63,31)+CC(1/3)
ACM 1.5847 0.7726
4 km
4 km 4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3218 0.3217 16
99.8996 97.8202
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5634 0.5588 QAM+RS(63,51)+CC(1/2)
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0287 0.0095 64
96.7718 96.7547
QAM+RS(63,59)+CC(2/3)
8. Kinerja Sistem ACM dengan Selection
Diversity
Kinerja sistem ACM dengan SD untuk jarak TS Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem ACM
ke BS target 1km sampai 4 km dievaluasi pada dengan SD efektif meningkatkan kinerja sistem
pengamatan untuk BER maksimum 10-6 dan 10-11. ACM dalam memitigasi pengaruh redaman hujan
dan interferensi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 33


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Secara umum setelah dibandingkan antara nilai untuk BER 10-11. Jadi dapat disimpulkan bahwa
efisiensi bandwitdh sistem ACM dengan dan tanpa sistem ACM dengan SD efektif meningkatkan
SD untuk BER maksimum 10-6 dan BER kinerja sistem ACM dalam memitigasi pengaruh
maksimum 10-11, maka dapat dianalisa bahwa redaman hujan dan interferensi.
semakin kecil nilai BER maka akan semakin kecil
nilai efisiensi bandwidth yang diperoleh. REFERENSI

Tabel 6. Perbandingan Efisiensi bandwidth Sistem 1. Abbiati Fausto, Gaspare L., Santacesaria C,
ACM dengan SD Reception And Transmission Power Gains
Control in a Point-to-Multipoint System, EP
Efisiensi 1427117A1, 1994.
Bandwidth 2. Boch,Yee, Ployer, Power Control of
Jarak TS
Mode (bps/Hz)
ke BS
Transmisi BER BER
LMDS/LMCS Base Station to Provide Rain
Target Fade Compensation, EP 0987832A2, 2000.
maks maks
10-6
10-11 3. Chu, C. Y., Chen, K. S. Effects of Rain
ACM + SD 1.6726 1.6450 Fading on the Efficiency of the Ka-Band
LMDS System in the Taiwan Area, IEEE
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3280 0.3280 Transactions on Vehicular Technology, vol. 54,
no. 1, Januari 2005.
1 km
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6184 1.6184 4. Goldsmith, A.J. dan Chua, S.G. Variable-Rate
Variable Power MQAM for fading Channels,
IEEE transactions of communication, vol. 45,
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0952 0.0467
no. 10, October 1997
ACM + SD 1.6396 1.6195 5. Haniah Mahmudah, Achmad Mauludiyanto
dan Gamantyo Hendrantoro Prediksi
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3268 0.3268 Redaman Hujan Menggnakan Synthetic Storm
2 km
Technique (SST), Tesis, Jurusan Teknik
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.6060 1.6044 Elektro, ITS, Surabaya, 2006.
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0566 0.0236 6. Haykin, S. Digital Communication System,
ACM + SD 1.6082 0.9023 Jhon Wiley & Sons, 2004
7. Hendrantoro, G. R.J.C. Bultitude and D.D
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3244 0.3243
Falconer, Use of Cell-Site Diversity in
3 km
Millimeter Wave Fixed Cellular Systems to
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5875 0.7152 Combat the Effects of Rain Attenuation,
IEEE Journal on Selected Areas in
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0317 0.0136
Communications, Vol. 20, No. 3, Page 602,
ACM + SD 1.5850 0.7729
April 2002
4 QAM+RS(63,31)+CC(1/3) 0.3221 0.3220 8. Kanellopoulos, J. D. and P. Kafetzis,
Comparison of the Synthetic Storm Technique
4 km with a Conventional Rain Attenuation
16 QAM+RS(63,51)+CC(1/2) 1.5634 0.5588
Prediction Model, IEEE transactions on
Antennas and Propagation, Vol. AP-34, No. 5
64 QAM+RS(63,59)+CC(2/3) 0.0287 0.0095
hal: 714, May 1986.
9. Sklar, B. Digital Communication, Prentice
KESIMPULAN Hall, New Jersey, 1994
10. Suwadi, Hendrantoro, G. dan Kurniawati, T.
Dapat dinyatakan bahwa kinerja sistem LMDS Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif Untuk
dipengaruhi oleh redaman hujan dan interferensi Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan di Daerah
sebagai fungsi panjang lintasan TS ke BS, sudut Tropis Pada kanal komunikasi gelombang
antara TS ke BS target dan arah kecepatan angin Milimeter Seminar EECCIS, Juni 2008.
maupun BS penginterferensi, serta jenis modulasi 11. ITU-R P.530, Propagation Data and
koding rangkapnya. Teknik sistem ACM dengan Prediction Methods Required for Design of
SD mampu meningkatkan link availability sistem Terrestrial Line-Of-Sight Systems, 2005.
ACM sebesar 0.004% pada BER maksimal 10-6 12. ITU-R P.838-3, Specific attenuation model
untuk jarak TS ke BS target sejauh 4 km dan for rain for use in prediction, 2005.
meningkatkan link availability sebesar 0.003% 13. Rappaport, T.S., Wireless Communications
untuk BER maksimal 10-11. Sedangkan pada Principles and Practice, Prentice Hall, hal 386,
efisiensi bandwidth, sistem ACM dengan SD 2002.
mampu meningkatkan efisiensi bandwidth sistem
ACM sebesar 0.022% untuk BER 10-6 dan 0.04%

34 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

IMPLEMENTATION OF VISION SYSTEM IN CONTROLING A MODELLED


GANTRY CRANE

Adelhard Beni Rehiara 1


1)
Engineering Department, Papua University
Jl. Gunung Salju, Manokwari 98312
Email : adelhard.rehiara@fmipa.unipa.ac.id

ABSTRACT

Gantry cranes are useful for helping the human works especially in industrial sector. In operation of a
crane, two primary factors which need to be paid in attention are safety and productivity. To increase these
factors, good controllers are needed to deal with swaying phenomenon of the crane movement. A vision
system was applied in this project as a distance detector to detect the distance along the journey of the crane
trolley. Fuzzy controller as a type of intelligent controller was chosen to solve the nonlinearity introduced by
both vision and angle sensor. Implementation was done in LabView with Vision and Fuzzy Control Toolkits.
This project is success to bring vision system together with fuzzy control in controlling a modelled gantry
crane
Keywords: Gantry crane, vision system, fuzzy control, LabView.

Abstrak
Mesin derek sangat bermanfaat dalam membantu pekerjaan manusia. Dalam pengoperasian
mesin derek, dua faktor utama yang perlu diperhatikan adalah keselamatan kerja dan
produktivitas. Untuk meningkatkan kedua faktor tersebut, dibutuhkan alat pengontrol yang
baik untuk mengantisipasi fenomena ayunan yang timbul akibat pergerakan mesin. Vision
system telah diaplikasikan dalam proyek ini sebagai detektor jarak untuk mendeteksi jarak
sepanjang pergerakan troli mesin derek. Pengontrol fuzzy merupakan jenis pengontrol cerdas
yang dipilih untuk memecahkan ketidaklinearan yang ditimbulkan oleh vision system dan
sensor sudut. Pengimplementasian dilakukan menggunakan software Labview dengan Vision
dan Fuzzy Control toolkit. Proyek ini berhasil menerapkan vision system dan pengontrol fuzzy
dalam mengendalikan sebuah model mesin derek.

Kata kunci: Mesin derek, vision system, pengontrol fuzzy, Labview.

1. INTRODUCTION weight of the container and the angle of the cable is


equipped with a sensor. The other sensor is needed to
detect the trolley journey and it will be solved using a
Cranes as one of the major equipments in camera.
industries, exists in most places from domestic
industries to naval yards to warehouses. In these places Many control strategies based on the classic or
the productivity of the activities depends on how modern control techniques have been proposed and
efficiently the cranes are managed. One of the tested in laboratory level for controlling crane systems,
challenging in the control of the cranes is to deal with such as PID control, adaptive control, optimal control,
swaying phenomenon introduced by the trolley motion. and nonlinear control etc. However, from the practical
This swaying not only reduces the efficiency of the point of view, real-time control requires some
cranes, but also can cause safety problem in the simplification of the experimental model, and human
complicated working environment. intervention is always necessary for this type of control.
In general, a controller based on the experience of the
A gantry crane can be modelled as a pendulum in human operator is desired for the practical purpose.
laboratory level (Ziyad and Daqaq., 2007). Therefore a
pendulum will be a modelled gantry crane as the object Within this project the fuzzy control will be used to
of this project. Trolley of the crane is powered by an be implemented simultaneously with vision feedback
electromotor, the length of the cable is fixed as the system in controlling a modelled gantry crane.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 35


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. CONTROLLER DESIGN Therefore the rule base only consists of six rules as
simplified in table 1.
The goals for designing the controller are stable, no Table 1. Rule base
steady state error (container exactly on truck), no
overshoot (no bump in the cabin of the truck), and the UTILS IF THEN
settling time is as fast as possible. RULE DISTANCE VOLT
1 FN FastN
A fuzzy control was chosen for controlling the 2 MN MedN
crane and it was done with LabView Fuzzy Control 3 NN Slow
Toolkit. LabView is a graphical programming language 4 NP Slow
that is produced by National Instrument. Its features are 5 MP MedP
6 FP FastP
simple, user friendly and easy to be learned.
The aim of fuzzy control is normally to substitute a
fuzzy rule-based system with a skilled human operator. As the result of defuzzification, some amount of
A fuzzy controller is comprised of three basic voltage will be applied to the gantry crane.
components: the fuzzifier, the rule base, and the de-
fuzzifier as seen in the figure below (Anonymous,
2009). 3. IMPLEMENTATION

3.1. Block Diagram


Input Output
Fuzzifier Rulebase De-fuzzifier
Block diagram of the overall system can be figured in
following figure.
Figure 1. Basic of fuzzy components
Current

The process of converting crisp values into Position


+ Fuzzy
Trolley
Vision +
Position

membership functions is called fuzzification. The rule - Control System -

base, together with the formulation of the fuzzy sets,


forms the knowledge base of the fuzzy system. By Sway
Angle
Sensor
weighting, fine-tuning of the consequents of the rules is
possible, without changing the reference fuzzy sets. This
process is called defuzzification (Brian and Ben, 2006). Figure 4. Block diagram of the system

The membership functions of the controller are Trolley, sway and angle sensor represent the real
separated into one input and one output member and the crane system. The system will be connected to a
input member is distance and the output is voltage as computer using an interface coded NI cDAQ-9172
follows. produced by National Instrument.
The angle sensor and vision system will give the
current position of the trolley and the pendulum. The
difference between current position and desired position
will be processed inside fuzzy controller. Finally the
controller will apply voltages to the crane system.

Figure 2. Input membership 3.2. Programming

LabView 8.2 is a new version of LabView that


comes with Vision Toolkit. It gives possibility to
programme software based on vision system in
LabView 8.2.
Implementation of the controller was done in
LabView 8.2 and it was implemented into five parts as
shown on figure 5. These parts can be explained as
follows:
Figure 3. Output membership
Vision part
Because the crane system is very simple with one This part includes unit for connecting a
input and one output, the input and output memberships camera, finding edge coordinates, and also
are connected with simple IF..THEN conditions. setting and drawing line. To start the vision
part, a camera should be detected. If the

36 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

camera is not connected, software can not be IO part


run. The idea of vision part in this software is This part will connect a computer with the
to find some edges by setting values of crane system. Output of this interface is
contrast, filter width and steepness. Contrast voltage which is read from fuzzy control and
parameter specifies the threshold for the edge its input is data from angle sensor of the
contrast. Only edges with a contrast greater system.
than this value are used in the detection
process. Contrast is defined as the difference Fuzzy part
between the average pixel intensity before the Fuzzy part in this software is just a simple part
edge and the average pixel intensity after the with a VI (virtual instrument) to open and read
edge. Filter width specifies the number of a file which is containing information about
pixels and steepness specifies the slope of the membership, rule base and surface of the fuzzy
edge. This value represents the number of control.
pixels that correspond to the transition area of Soft start part
the edge (Anonymous, 2009). The soft start will give ramp voltage signal to
Conversion part the system until the voltage matches with
The edge coordinates will be found in a matrix voltage from fuzzy control. This unit can
and it is hard to take matrices calculation in reduce the sway of starting but it will increase
LabView. Therefore the matrix value should the consumption time.
be separated into vector values and this unit is
built to handle it.

Figure 5. Block diagram


Result of the implementation is software that can be run under LabView 8.2 or higher version.
3.3. Software Outline
After running the software, a dialog box will open
to select a fuzzy control file and then a camera should be
selected to run the software. A Logitech QuickCam Pro
5000 camera was used with this software.
In default, manual control is selected to give a
chance for an operator to select the coordinate for vision
system. For controlling the crane, at least 3 edges should
be found by vision part. Two of them will be used for
defining the length of block and the other for defining Figure 6. Front panel of software
the position of the crane trolley.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 37


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Front panel of the software is shown in figure 6. In Curves of sway, voltage and distace for right movement

S w a y ( d e g .)
0
this figure, the program finds 3 edges and the controller -20
was run with soft start. The camera can detect the length -40
-60
of the crane block about 247.6 pixels. The distance about
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
149.5 cm and so the intensity is about 0.652 cm/pixels.

V o lta g e ( v o lt)
The voltage control box will show the voltage applied to 0
-1
the crane motor and the direction button is used to select -2
direction of the crane (left or right). -3
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
0

D is t a n c e ( c m )
4. RESULTS AND DISCUSSION -50
-100
-150
To test the software, some experiments were done. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Time
As the result, the software is success to control the crane
with very small overshoot at the end of every test
although some problems happen along the testing. Figure 8. Graph of the right movement
The problems introduced in the experiments are On figure 8, the voltage input was increased by the
probably because of the lamp using for lighting inside soft start action and after it reaches the controller voltage
the room. The lamp is near to the right side of the crane then the voltage was fully controlled by the controller.
block and because the block is made from bright Controller will drive the voltage down proportionally
material, the light is easy to be reflected. Therefore the with decreasing of the distance. Because of the errors
light distribution along the crane block is not same. The after soft start released the voltage to controller, the
problem is not appeared when the trolley moves to the voltage is directly going to zero and it makes more
left because the controller can detect not more than 4 swaying. Actually before the voltage is given to the
edges and the distance is calculated correctly. controller, the errors were introduced. It is not affecting
the soft start because it can only give the voltage to the
When the trolley moves to the right side, any edges
controller if it has voltage lower then or equal to the
are found. The edges which are detected by the camera
controller voltage. The experiments data of swaying at
are more than 4 and it made errors in calculating the
starting and ending of the trolley are given in the table 2.
resolution. Finally it will introduce errors for calculating
the distance. Data recorded from the experiment was Table 2. Sway data
used to produce both two graphs below. Time
Experi Right Left
consumption is fixed to 1/10 second of the curves time.
ment Start End Start End
1st 1.47098 1.97573 1.34479 0.89740
Curves of sway, voltage and distace for left movement
2nd 1.11536 1.43656 0.65649 0.75974
3rd 1.20713 2.07898 2.10192 2.73286
S w ay ( de g .)

0
-20 4th 2.58373 2.36577 1.02358 2.72139
-40 5th 1.78071 0.84004 -13.2242 2.33135
-60
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Average 1.63158 1.73942 -1.61948 1.88855
4 pOS (%) 0.45322 0.48317 -0.44986 0.52460
V o lta g e (v o lt)

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 The data on table 2 shows that the overshoot
150
percentages (pOS) are very small about less than 1%.
D is tan ce ( cm )

100
50 According to the data, it can be assumed that the crane
0 exactly reaches its position and the controlling objectives
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Time are fulfilled.
Figure 7. Curves of the left movement
From figure 7, when the controller is switched to 5. CONCLUSIONS
work, voltage is going to maximum for a while. After A vision system was used in this project to solve
the condition, voltage is going down proportionally by the gantry crane needs of a distance sensor. Using a
decreasing of the distance. Because the system is started Logitech camera, the vision device detected the distance
without soft start, the sway is appeared along the process in pixel unit about 247.6 pixels.
but finally there is no sway and the crane reaches its For controlling the crane, a fuzzy controller was
position faster. chosen with distance as input member and voltage as
Spikes of voltage are caused by errors which are output member. A simple IF..THEN condition to
introduced in edges detection of the camera and the connect both memberships is offering 6 rules for the
voltage will be applied incorrectly. The other spikes in controller.
sway are caused by interference inside the angle sensor. Implementation is fully done in LabView 8.2.
Both LabView toolkits, Vision and Fuzzy Control

38 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Toolkit, are additional toolkit using in this project. The Michael C Reynolds, Peter H. Meckl, Bin Yao, 2002.
computer vision was done with LabView Vision Toolkit The Educational Impact of a Gantry Crane
and Fuzzy Control Toolkit is used to design software of Project in an Undergraduate Controls Class,
the controller. Proceedings of International Mechanical
Engineering Congress & Exposition, New
Effect of lighting and characteristic of the material
Orleans, Louisiana, pp 1-6.
which is measured can make some influence in vision
Ziyad N. Masoud, Mohammed F. Daqaq, 2007. A
measurement. Therefore it will give errors in finding an
Graphical Design of an Input-Shaping Controller
object based on edge detection.
for Quay-Side Container Cranes with Large
Result of the experiments show that the Hoisting: Theory and Experiments, Jordan
implemented software is success to drive the crane with Journal of Mechanical and Industrial
fulfilling all of the controller requirements. Engineering, Vol.1, No. 1, pp 57 67.
Ziyad N. Masoud, Ali H. Nayfeh, 2002. Sway
Reduction on Container Cranes Using Delayed
REFERENCES Feedback Controller, Procedings of 43rd
Brian Roffel, Ben Betlem, 2006. Process Dynamics and AIAA/ASME/ASCE/ AHS/ASC Structures,
Control: Modeling for Control and Prediction, Structural Dynamics, and Materials Conference,
John Willey & Sons Ltd. Denver, Colorado, pp 1-3.
David Frakes, Karen Grosser, Joel Fortgang, William Anonymous, Using Edge Detection in Machine Vision
Singhose, 2000. Simulating Motion of an Gauging Applications, Retrieved from
Operatorcontrolled Gantry Crane in a Cluttered http://zone.ni.com/devzone/cda/tut/p/id/4536, on
Work Environment, Proceedings of the IMECE 02/01/2009 11:05:12.
2000 Conference, Orlando. Anonymous, Fuzzy Control of Compound Pendulum
Fetah Kolonic, Alen Poljugan, Ivan Petrovic, 2006. Angle, Retrieved from
Tensor Product Model Transformation-based http://www.pages.drexel.edu/
Controller Design for Gantry Crane Control ~weg22/fuzzyTutorial.html, on 02/01/2009
System An Application Approach, Acta 11:08:32.
Polytechnica Hungarica, Vol. 3, No. 4, pp 95-
112.
Linda G. Saphiro, George C. Stockman, 2001.
Computer Vision, Prectice Hall, New Jersey.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 39


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

REKAYASA DAN ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI


DENGAN MENGUBAH FREKUENSI

Suyamto, Yadi Yunus


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101YKBB Yogyakarta 55281. Tilp : 0274-489116, E-mail : Suyamto@sttn-batan-ac.id

ABSTRAK
REKAYASA DAN ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI DENGAN
MENGUBAH FREKUENSI. Telah dilakukan rekayasa dan analisis pengaturan kecepatan motor induksi
dengan mengubah frekuensi. Motor induksi mempunyai kecepatan yang hampir konstan, banyak digunakan di
dalam industri yang sering memerlukan perubahan kecepatan putar yang halus dengan daerah pengaturan yang
luas. Hal tersebut dapat dilakukan bila digunakan motor induksi jenis rotor lilit, namun konstruksinya sulit dan
harganya mahal. Untuk itu motor induksi yang paling banyak dipakai adalah jenis sangkar tupai dimana cara
pengaturan kecepatan yang paling sesuai adalah dengan mengubah frekuensi catu dayanya. Rekayasa dilakukan
dengan membuat catu daya dengan daya yang cukup besar dan dapat diatur frekuensinya karena tidak mungkin
digunakan function generator yang dayanya terbatas. Peralatan terdiri dari penyearah, penapis, inverter,
osilator dan transformator, dimana sumber tegangan sumber 220 VAC, 50 Hz disearahkan, lalu diubah menjadi
tegangan bolak-balik kembali dengan frekuensi yang dapat diatur. Motor induksi yang dipakai jenis runing
capacitor dengan daya 120 watt, tegangan 220 VAC, arus 0,7 A, frekuensi 50 Hz dan putaran 2900 rpm. Dari
pengujian diketahui bahwa peralatan dapat berfungsi cukup baik walaupun ditemukan beberapa kesulitan
namun arus arus ke motor cukup stabil meskipun kecepatan putar diubah-ubah. Jangkau putaran motor yang
diperoleh adalah dari 133 rpm dengan frekuensi 12 Hz sampai dengan 2.200 rpm pada frekuensi 70 Hz saat
tanpa beban, sedangkan kehalusan perubahan kecepatan putar motor adalah 40,233 rpm/Hz.

Kata kunci : Motor induksi, pengaturan kecepatan, frekuensi

ABSTRACT
ENGINEERING AND ANALYSIS OF INDUCTION MOTOR SPEED REGULATOR BY
FREQUENCY CHANGE. Engineering and analysis of induction motor speed regulator by frequency change
has been carried out. Almost of induction motor have constant speed and majority is used in industry which
often desired the speed changeable in the width range and soft or smooth. By using wound rotor motor it can be
conducted, but the construction is difficult and the price is too expensive. So that almost industry used the
squirrel cage induction motor type, where the best suitable speed regulation is done by the changing of the
power supply frequency. The design was done by perform the power supply which has enough power capacity
and its frequency can be adjusted, while by application of function generator is impossible correspond to its
limited power capacity. The power supply which has been constructed consist of main components i.e :
rectifier, filter, inverter, oscillator and transformer. Here the 220 VAC, 50 Hz power supply was rectified, then
converted to the alternating current again with adjustable frequency, and finally supplied to the induction
motor of running capacitor type, 120 watt, 220 VAC, 0.7 A, 50 Hz and 2900 rpm. From the functional test
which has been carried out shows the device in good condition although found many difficulties, but the current
input to the motor enough stable when the motor speed changed. The motor speed can be controlled well in the
range of from 133 rpm with frequency of 12 Hz until 2200 rpm with frequency of 70 Hz at the no load
condition, while the soft change of motor speed is 40.233 rpm/Hz.

Key words : Induction motor, speed control, frequency

*Dipresentasikan pada Seminar di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta 19 Desember 2009.

I. PENDAHULUAN sekitar 3 sampai 5 kali dari arus nominal dan


Di bidang industri banyak dipakai motor putarannya relatif konstan sehingga sulit diatur.
listrik jenis induksi sangkar tupai (squrrel cage Pada hal dalam pemakaian motor listrik kadang-
induction motor) sebagai penggerak mula kadang diinginkan putaran yang dapat diubah-ubah
(primeover) karena mempunyai banyak sesuai dengan putaran beban. Di samping itu
keuntungan. Kelebihannya dibanding dengan motor pengaturan putaran yang lebar dan halus sering
jenis lain di antaranya adalah mempunyai torsi start diperlukan oleh mesin-mesin tertentu terutama yang
yang besar, konstruksinya sederhana dan berukuran besar (>50 HP). Misalnya pada pompa
pengoperasiannya. Lebih mudah Kekurangannya pengendali banjir, pompa-pompa primer dan
adalah pada saat start dibutuhkan arus yang besar skunder pada reaktor nuklir, blower atau exhaust

40 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

fan pada laboratorium gedung kimia dan lain-lain. perubahannya sangat kasar. Sehingga satu-satunya
Hal tersebut diperlukan dengan tujuan antara lain cara pengaturan putaran dengan jangkau yang lebar
untuk mengurangi besarnya arus start, meredam dan halus hanya dapat dilakukan dengan mengatur
getaran dan hentakan mekanis saat starting. Karena frekuensi. Penyediaan catu daya dengan frekuensi
manfaatnya sangat besar maka banyak dilakukan yang dapat diatur salah satunya dapat dilakukan
usaha bagaimana cara mengubah putaran motor dengan mengubah catu daya AC, 50 Hz menjadi
induksi yang salah satunya adalah dengan cara DC menggunakan penyearah, kemudian diubah lagi
mengubah frekuensi catu daya yang masuk ke menjadi sumber listrik AC dengan frekuensi yang
motor. Jadi tujuan dari rekayasa dan analisis dapat diatur menggunakan inverter dan osilator .
pengatur kecepatan motor induksi dengan Blok diagram pengaturan kecepatan motor dengan
mengubah frekuensi ini adalah untuk menghasilkan mengubah frekuensi ditunjukkan pada Gambar 1.[5]
peralatan yang dapat dipakai untuk mengatur
kecepatan putar motor dengan jangkau (range) Kontrol Kontrol
putaran yang luas dan dengan perubahan putaran tegangan frekuensi
yang halus. Pengubahan frekuensi dengan jangkau
yang luas adalah tidak sederhana, sehingga jarang
dilakukan karena sulit dan diperlukan biaya yang Sum Penye Inver
Filter M
relatif besar. [1, 2, 3] ber arah ter
AC
II. DASAR TEORI
Seperti diketahui bahwa sebagai penggerak Gambar 1. Blok diagram pengaturan kecepatan
mula, motor induksi mempunyai banyak kelebihan motor induksi dengan mengubah frekuensi
dibanding dengan motor jenis lain khususnya bila
dibadingkan dengan motor DC. Ditinjau dari jenis
rotornya, motor induksi dibagi 2 yaitu motor A. Penyearah
induksi sangkar tupai dan motor induksi rotor lilit Penyearah adalah alat pengubah sumber listrik
(wound rotor induction motor). Motor induksi dari AC menjadi DC. Pada catu daya DC dengan
sangkar tupai mempunyai kecepatan putar yang penyearah kebanyakan digunakan jenis gelombang
hampir konstan, sedangkan motor induksi rotor lilit penuh dengan memakai empat buah diode yang
mempunyai kecepatan putar dan torsi yang dapat tersusun secara jembatan. Dengan cara tersebut
diatur (adjustable). Sebetulnya dengan motor akan diperoleh keluaran yang lebih baik bila
induksi rotor lilit, kebutuhan teradap pengturan dibandingkan dengan penyearah setengah
kecepatan putar motor induksi dapat dipenuhi, gelombang. [6,7]
tetapi motor induksi rotor lilit mempunyai
konstruksi yang tidak sederhana, pengoperasiannya B. Osilator
cukup sulit dan perlu peralatan tambahan serta Osilator merupakan pembangkit gelombang
harganya mahal. Rumus kecepatan putar motor yang berdasarkan cara kerjanya terdapat
induksi adalah sebagai berikut. beberapa jenis yang salah satu di antaranya
adalah multivibrator tak stabil (Astable
n m (1 s ) n s Multivibrator) . Pada osilator jenis ini
60 f digunakan transistor yang bekerja berdasar pada
ns sifat kejenuhannya dan kondensator yang
p bekerja berdasarkan sifat menyimpan dan
(1 s ) 60 f melepas muatan. Kejenuhan transistor terjadi
nm ......................(1)
p pada saat nilai arus basis (I B ) cukup besar
dimana daerah jenuh tersebut berada pada garis
Dengan : n m : kecepatan putar motor (rpm) kurva mulai melengkung dari karakteristrik
n s : kecepatan putar medan sinkron (rpm) transistor. Bila I B sama dengan nol atau turun
s : slip dengan drastis, arus kolektor I C juga langsung
f : frekuensi sumber atau catu daya (Hz) menjadi nol sehingga transistor dalam keadaan
p : jumlah pasang kutub tersumbat (cut-off) atau tidak konduksi. Dengan
Besarnya slip tergantung dari beban motor rangkaian transistor dan kondensator dapat
dan untuk beban yang konstan besar slip dari dibangkitkan gelombang yang diinginkan. Pada
motor akan berharga tetap. Maka dari rumus 1 Gambar 2 ditunjukkan sebuah rangkaian osilator
tersebut di atas dapat diketahui bahwa kecepatan sebagai pembangkit sinyal dari jenis
putar motor n m dapat diatur dengan cara mengubah multivibrator tak stabil.
frekuensi maupun jumlah kutub. [1, 2, 3, 4] Mengatur
kecepatan dengan cara mengatur jumlah kutub
sudah banyak dilakukan namun daerah pengaturan
putaran yang diperoleh sangat terbatas dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 41


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

+Vc Persamaan untuk T 2 pada Q 2 sama


R L1 R b1 R b2 R L2 seperti di atas, hanya besarnya tahanan dan
kondensator rangkaian basis adalah R B2 dan C 2 .
Rv Rv Jadi :T 1 + T 2 = T = 0,69 x (R B1 x C 1 + R B2 x C 2
). Jika ditentukan R B1 = R B2 = R B dan C 1 = C 2
C1 C2 = C, maka diperoleh T = 0,69 x 2 x R B x C =
Q1 Q2 1,38 x R B x C. Karena frekuensi merupakan
kebalikan dari periode maka frekuensi osilasi
- + + - dari osilator adalah :
1
f (3)
1, 38 xR B xC
Dari rumus 3 di atas terlihat bahwa besarnya
Gambar 2 Osilator astable multivibrator. frekuensi osilasi dapat diubah dengan cara
mengubah R B dan atau C, dimana secara teknis
Transistor Q 1 dan Q 2 bekerja atau ON lebih mudah dilakukan dengan mengubah tahanan
(saturasi) dan OFF (cut off) secara bergantian. R B [8, 9].
Misalnya Q 1 sedang ON dan Q 2 OFF, maka
kolektor Q 1 terhubung ke ground, sehingga C. Inverter
tegangan sama dengan tegangan ground (nol)
sedangkan kolektor Q 2 sama dengan V cc . Rangkaian elektronika yang dapat digunakan
Sebelum Q 1 ON kondensator C 2 telah terisi untuk mengubah tegangan DC menjadi AC disebut
sehingga terdapat beda tegangan dengan inverter. Inverter dapat dibuat dengan
polaritas seperti pada Gambar 2. Ujung menggunakan komponen transistor maupun
positifnya terdapat pada tegangan ground, sebab thyristor SCR (Silicon Controlled Rectifier) sebagai
kolektor Q 1 yang sedang konduksi terhubung komponen utama. Bila digunakan transistor
dengan ground hingga menyebabkan ujung dayanya terbatas namun dapat dihasilkan frekuensui
negatif kondensator menjadi lebih negatif dari yang tinggi dan tidak diperlukan komutasi.
pada ground yang menyebabkan Q 2 menjadi Sedangkan bila dibuat dari SCR dayanya dapat
OFF. Pada saat itu kondensator C 1 dalam proses besar pada frekuensi rendah dan diperlukan
mengisi melalui jalur basis Q 1 dan RL 2 menuju rangkaian komutasi sebagai pemutus SCR. Gambar
tegangan V cc . Sedangkan C 2 dalam proses 3 adalah contoh rangkaian inverter dengan SCR .
pengosongan muatan melalui tahanan R b2 dan Output
Rv. Proses tersebut berlansung terus sampai
dicapai tegangan kondensator C 1 yang dapat
mengakibatkan basis Q 1 cukup negatif untuk tr
mendorong Q 1 mulai OFF. Sebaliknya +
pengosongan C 2 menjadikan tegangan basis Q 2 P1 P2
naik hingga transistor ini menjadi ON. C
Selanjutnya C 2 terisi, C 1 mengosongkan
muatan menjadikan Q 2 mulai OFF kembali dan Input
Q 1 juga ON kembali. Proses tersebut terjadi R1 SCR 1 SCR 2
d R2
terus menerus secara bergantian hingga
terbentuk suatu sinyal tegangan denyut pada A B
L
kolektor pada ke dua transistor tersebut. Selang D1 D2
waktu pergantian antar ON dan OFF dari ke dua --
transistor disebut sebagai konstanta waktu dari
osilator yang besarnya adalah: [7, 8] Gambar 3 Rangkaian inverter dengan SCR

SCR juga disebut thyristor mempunyai tiga


T 1 = 0,69 x R B1 x C 1 .(2) terminal yakni gate (gerbang), anoda dan katoda.
Konduksi antara anoda dan katoda terjadi bila
diberikan pulsa arus kecil pada gerbangnya.
dimana : Konduksi tersebut akan terus berlangsung selama
masih ada arus minimal antara anoda ke katoda
T 1 : waktu dari periode ON ke OFF kembali meskipun arus gerbang sudah hilang dan baru akan
ke ON lagi dari transistor Q 1 (dt) berhenti atau OFF bila arus anoda ke katoda
R B1 = R b1 + Rv : adalah tahanan rangkaian basis mendekati nol.
transistor ()
C 1 : kapasitansi kondensator rangkaian basis (F)

42 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada Gambar 3, SCR 1 dan SCR 2 disulut secara menahan tegangan balik induksi dari SCR agar
bergantian melalui titik A dan titik B (oleh sinyal transistor terhindar dari kerusakan.
yang dihasilkan osilator astable multivibrator pada Pemilihan kondensator C 1 dan C 2 disesuaikan
Gambar 2). Sedangkan pemutusan SCR dilakukan dengan tahanan R B1 dan R B3 untuk memperoleh
oleh rangkaian komutator berupa kapasitor C yang frekuensi yang diinginkan. Tahanan R B terdiri dari
dipasang pada lilitan primer dari transformator. tahanan tetap R b sebesar 1,2 K dan tahanan
Dengan SCR ON dan OFF saling bergantian maka variabel 0 10 K sebagi pengubah frekuensi,
arus dari sumber + (positif) melewati tap tengah sedangkan kapasitor dipilih 10 F. Dengan
(center tap) trafo ke lilitan primer P 1 dan P 2 saling mengacu pada persamaan 3 maka diperoleh jangkau
bergantian. Arus yang mengalir pada sisi primer frekuensi osilator dari 6 sampai dengan 60 Hz.
transformator selalu bergantian atau bolak-balik
sehingga dihasilkan tegangan induksi bolak-balik C. Perancangan Inveter.
(AC) pada sisi sekunder. Frekuensi dari tegangan Rangkaian inverter yang dibuat adalah seperti
induksi tersebut dapat dikontrol dan diatur oleh yang ditunjukkan pada Gambar 3, dimana
osilator sebagai penyulut dua SCR tersebut. [4, 8, 9] komponen utamanya adalah SCR 5P4M yang
mempunyai rating arus 5 Ampere, tegangan 400 V.
III. PERANCANGAN PERALATAN Sedangkan untuk transformator diambil kawat
Perancangan meliputi perencanaan email 0,25 mm berdasarkan luas jendela inti trafo
penyearah, osilator, inverter, transformator, sampai yang tersedia dengan luas penampang inti 20 cm2,
dengan pembuatan casing untuk pengendalian frekuensi terendah 15 Hz sehingga jumlah lilitan
kecepatan putar motor induksi Berdasarkan teori di kumparan primer 2 X 2000. Untuk keperluan
atas, perancangan dilaksanakan sebagai berikut. komutasi dipasang kondensator non polar 4
F/400V agar 2 SCR beroperasi ON dan OFF
A. Perancangan penyearah. secara bergantian sebagai inverter dengan
Penyearah direncanakan memakai satu buah penyulutan di titik A dan B seperti yang
dioda bridge yang di dalamnya terdiri dari 4 buah ditunjukkan pada Gambar 3.
dioda, sehingga tidak perlu adanya centertap trafo.
Keluaran dari penyearah dipakai untuk input ke ke
inverter dan osilator seperti yang ditujnjukkan pada IV. HASIL, PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Hasil rancangan peralatan secara lengkap
ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.

220 33K
ke
Vac
3.3
300 Inver
F, Vdc Osi ter
450 V 220K lator

Gambar 4. Penyearah dengan 4 dioda lengkap


dengan filter dan pembagi tegangan

Sesuai dengan beban yang akan dicatu, maka


dipilih dioda bridge MDA 3504 dengan kapasitas
arus 5 A dan tegangan 400 V, sedangkan sebagai
filter dipilih kondensator 33 F, 450 V.
Pemasangan tahanan 220 dan 33 K dimaksudkan
untuk memperoleh tegangan keluaran sebesar 50 V
yang akan diumpankan ke rangkaian osilator. Gambar 5. Alat pengatur kecepatan putar motor
induksi
B.. Perancangan Osilator Pengujian peralatan yang telah dibuat
Rangkaian osilator yang dibuat adalah seperti dilakukan terhadap motor induksi satu fase jenis
pada Gambar 2, yaitu merupakan rangkaian astable runing capacitor dengan daya 120 watt , tegangan
multivibrator. Dalam hal ini digunakan transistor 220 VAC, arus 0,7 A, frekuensi 50 Hz dan putaran
PNP A1015 dan diharapkan mampu menyulut SCR 2900 rpm
yang memerlukan tegangan 2 V dengan arus kecil
beberapa mikro amper. Pada titik yang akan
diambil untuk penyulutan SCR dipasang dioda D 1
dan D 2 dengan rating 1 A yang berfungsi untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 43


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dapat ditentukan persamaan linear antara n dan f


dengan regresi, hasilnya adalah n = 40,233 f -
A D1 505,57 dengan koefisisien korelasi r2 = 0,97
S F R1 R3 Q1 sehingga dapat dikatakan bahwa linearitasnya baik.
R7
SCR 1 Sedangkan dari slope persamaan tersebut dapat
tr
diartikan bahwa kehalusan perubahan kecepatan
R5 R putar motor adalah baik yaitu sebesar 40,233
C2
220 C1 rpm/Hz.
Vac Vo Di samping itu kenaikan frekuensi ternyata
C4 juga diikuti pula oleh tegangan output seperti yang
MDA R 10
C3 R6 terjadi dalam sistem komutasi.sedangkan tegangan
3504
R4 R8 input- nya konstan.
D 2 SCR 2
R2 Q2 B 80

60

f (Hz)
Gambar 6. Rangkaian lengkap alat pengatur
kecepatan motor induksi 40

Keterangan : 20

R 1 =33 k R 5 = R 6 = 1,2 k 0
R 2 = 220 k R 7 = R 8 = 23 0 5 10 15
RB (k Ohm)
k
R 3 = R 4 = 10 k R 9 =R 10 = 1,2 k (var)
C 1 = 3,3 F/ 450V C 4 = 4 F/400V
C 2 = C3 =10 F/50V Gambar 6. Kurva R B versus f
Tr 1 = Tr 2 : A1015 SCR 1 = SCR 2 : 5P4M
2500
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui 2000
besaran-besaran tegangan, arus dan frekuensi
n (rpm)

1500
keluaran serta putaran dari motor. Hal ini dilakukan
dengan mengubah-ubah tahanan variabel R 9 .dan 1000
R 10 .sebagai pengubah frekuensi dari osilator pada 500
Gambar 5. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 0
1 0 20 40 60 80
Tabel 1. Data hasil uji coba alat pengendali f (Hz)
kecepatan motor induksi
Gambar 7. Kurva f versus n
R B1 = R B2 Io Vo f n
No (k) (mA) (volt) (Hz) (rpm)
1 10,00 200 40 12 133 V. KESIMPULAN
Dari rancang bangun dan pengujian yang
2 8,00 200 45 20 256 telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
3 6,50 250 50 25 405 sebagai berikut.
- Peralatan yang dibuat dapat berfungsi cukup
4 4,70 250 55 35 655 baik walaupun ditemukan beberapa kendala
5 2,00 405 100 47 1.600 misalnya trafonya panas
- Putaran motor bisa diatur dengan mengubah
6 1,61 480 115 61 2.075 frekuensi atau secara tidak langsung dengan
mengubah tahanan basis R B pada osilator
7 1,54 500 125 70 2.200
- Motor induksi dapat diatur putarannya dengan
jangkau yang luas dari 133 rpm dengan
Dari data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi 12 Hz sampai dengan 2200 rpm pada
semakin kecil tahanan basis (R B1 atau R B2 ), frekuensi 70 Hz pada keadaan tanpa beban.
frekuensi keluaran (f) semakin besar. Hal ini sesuai - Pengaturan putaran motor dapat halus dengat
dengan persamaan 3, bahwa frekuensi yang tingkat kehalusan sebesar 40,233 rpm/Hz.
dihasilkan berbanding terbalik terhadap tahanan
basis, lihat Gambar 6. Begitu juga putaran motor
yang dihasilkan sebanding secara linear terhadap
frekuensi sesuai dengan persamaan 1. Dari Tabel 1

44 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA

1. SUMANTO, Motor listrik arus bolak-balik,


Andi offset Yogyakarta, Edisi pertama , 1993.
2. ZUHAL, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB,
Bandung ,1986
3. A.E. FITZGERALD, DJOKO
ACHYANTO, Mesin mesin listrik, Erlangga,
Edisi ke empat, Jakarta, 1992.
4. WASITO S., Elektronika dalam industri,
Karya utama, Jakarta, cetakan kedua, 1986.
5. GR SLEMON, A STRAUGHEN, Electric
Machine, Addison Wesley Publishing,
Copyright @1980
6. GEORGE M.CHUTE, ROBERT D.
CHUTE , Electronics in industry, McGraw-
Hill Kogakusha, Ltd ,fith edition, 1981.
7. BARRY G. WOOLLARD , H
.KRISTIONO, Elektronika praktis, Pradnya
Paramita, Jakarta, cetakan kelima, 2003.
8. A.E. FITZGERALD, PANTUR SILABAN,
Dasar-dasar elektro teknik, Erlangga, Edisi ke
lima, Jakarta, 1984.
9. EDWIN C.LOWENBERG, SUTISNA,
Rangkaian Elektronik, Erlangga, Edisi SI
(Metric), Jakarta, 1995.
10. ICHWAN HARYADI, Televisi transistor,
Bina ilmu, Surabaya, cetakan pertama, 1985.
11. G.LOVEDAY, Pengujian elektronik dan
diagnosa kesalahan, Elex Media komputindo,
Jakarta, 1994.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 45


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UNTUK PENGUKURAN KONSENTRASI


CAFFEINE DAN PARACETAMOL
B. Wuri Harini1, Antonius Tri Priantoro2, Agung Bambang Setyo Utomo3
1
Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2
Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
3
MIPA Fisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstract

This research has two aspects. They are spectrophotometer design and its application. In this
research, we design spectrophotometer that can be used to measure caffeine and paracetamol manually.
Spectrophotometer system consists of polychromatic light source, monochromator, sample, and
detector. Microcontroller is used to get data of absorbance and to determine wavelength. Then, the
concentration of caffeine and paracetamol are calculated manually.
The result of this system is the system can detect caffeine and paracetamol absorbances, with linearity
degree of caffeine is 0.991 and paracetamol is 0.992. However, this system needs some improvements, so it has
better performance.

1. Latar Belakang Spectrophotometer [4], UV/Visible diode-array


Pengukuran konsentrasi senyawa di dalam spectrophotometer [5] dan detektor fotoakustik [6].
suatu sampel, banyak dilakukan di berbagai bidang Pada metode semacam ini komponen komponen
seperti fisika, kimia, farmasi, kedokteran, biologi, yang ada di dalam sampel tidak dipisahkan.
pertanian, teknik dan lingkungan. Untuk keperluan Untuk pengukuran multikomponen
tersebut diperlukan instrumen yang sesuai, seperti diperlukan sejumlah nilai serapan pada panjang
spektrofotometer. Banyak penelitian yang gelombang yang berbeda. Selanjutnya nilai
memanfaatkan spektrofotometer ini. Di antaranya konsentrasi dapat dihitung dari satu sistim
adalah Diawati, C. dalam penelitian berjudul persamaan linear [3]. Pada pengukuran semacam
Penentuan logam besi dan seng dalam alga coklat ini perlu diperhatikan masalah selektivitas selain
sorgasum duplicatum di perairan pantai gading sensitivitasnya [7]. Selain itu pada kebanyakan alat
secara spektrofotometer serapan atom dan Studi yang tersedia, pengesetan panjang gelombang
penentuan logam berat Pb (II) dan Cu (II) dalam dilakukan secara manual. Mengingat hal-hal
alga merah eucheuma Sp di perairan pantai gading tersebut, spektrofotometer banyak dioperasikan
secara spektrofotometer atom, dan Supriyanto, R. untuk pengukuran satu komponen saja.
dalam penelitian berjudul Studi analisis spesial Pada penelitian ini akan dibuat sistem
fe(II) dan (III) menggunakan (Asam Tanat) ekstrak spektrofotometer dengan peralatan standard yang
getah gambir dengan spektrofotometer ultra ungu- bisa didapatkan di pasaran. Sistem ini akan
tampak [1]. diaplikasikan untuk mengukur caffeine dan
Pengoperasian spektrofotometer berdasar paracetamol secara simultan. Pengukuran kedua
pada proses penyerapan cahaya oleh senyawa senyawa ini banyak dilakukan untuk kepentingan
dalam sampel [2][3]. Pada sistim ini, cahaya dalam bidang farmasi. Salah satu pengukuran
dilewatkan pada sampel selanjutnya sebagian caffeine dan paracetamol sebelumnya
cahaya akan diserap dan bagian yang lain akan menggunakan metoda flow injection analysis (FIA)
diteruskan. Penyerapan cahaya tergantung pada [5]. Metoda FIA ini memerlukan peralatan yang
beberapa parameter antara lain koefisien serapan cukup kompleks dan metoda analisanya juga
dan konsentrasi. termasuk rumit. Pada penelitian tahun pertama ini
Pada umumnya sampel mengandung banyak penentuan konsentrasi caffeine dan paracetamol
komponen, karena itu penyerapan yang terukur dilakukan secara manual terlebih dahulu.
merupakan penyerapan total dari masing-masing
komponennya. Untuk dapat mengetahui konsentrasi 2. Metode Penelitian
masing-masing komponen, salah satu cara yang 2.1. Variabel penelitian
biasa dilakukan adalah dengan memisahkan satu Variabel terikat adalah variabel yang menjadi
komponen dari komponen yang lain. Pemisahan titik pusat penelitian. Variabel bebas adalah
komponen dapat dilakukan secara fisika maupun variabel yang diselidiki pengaruhnya terhadap
kimia, untuk itu diperlukan tambahan instrumen variabel terikat. Variabel terikat pada penelitian ini
yang cukup kompleks. Selain itu dapat pula adalah sistem spektrofotometer dan bagian-
dilakukan pengukuran multi komponen secara bagiannya, sedangkan variable bebas yang
serempak seperti pada Atomic Absorption digunakan adalah caffeine dan paracetamol

46 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2.2. Prosedur Penelitian


2.2.1. Pembuatan alat
Penelitian ini akan mencakup pembuatan
sistem spektrofotometer yang dapat bekerja secara
manual serta menerapkannya untuk mengukur
konsentrasi caffeine dan paracetamol. Sistem
spektrofotometer mempunyai susunan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar.1.

Gambar 2. Rangkaian detector

Gambar 1. Susunan Spektrofotometer pengukur


konsentrasi molekul

Bagian utama dari spektrofotometer ini adalah


sumber cahaya polikromatis, monokromator,
tempat sampel molekul penyerap, fotodetektor serta
mikrokontroler dan penampil. Cahaya polikromatis
yang berasal dari sumbernya dilewatkan pada
monokromator. Monokromator digunakan untuk Gambar 3. Rangkaian detector posisi
memilih panjang gelombang yang sesuai dengan
proses serapan oleh molekul penyerap yang diteliti.
Pemilihan panjang gelombang yang keluar dari
monokromator dilakukan dengan memutar
kedudukan kisi yang dapat dilakukan secara manual
maupun dikendalikan oleh mikrokonroler.
Selanjutnya cahaya monokromatis dengan panjang
gelombang dan intensitas I o akan melewati
sampel yang mengandung molekul sepanjang b
seperti yang telah dijelaskan dalam bab 3. Karena
itu sebagian cahaya tersebut akan diserap oleh
molekul. Hal ini mengakibatkan intensitasnya turun Gambar 4. Rangkaian mikrokontroler
menjadi I.
Perancangan sistem spektrofotometer
meliputi:
a. Perancangan perangkat keras
Perancangan perangkat keras meliputi:
- Perancangan detektor dengan rangkaian
seperti gambar 2.
- Perancangan sensor posisi dengan
rangkaian seperti gambar 3.
- Perancangan sistem mikrokontroler dan
penampil yang ditunjukkan dalam gambar
4 dan 5. Gambar 5. Rangkaian LCD
- Perancangan dudukan
b. Perancangan perangkat lunak dengan
mikrokontroler
Flow chart program utama sistem ini
ditunjukkan dalam gambar 6

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 47


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(lambda maks), pembuatan kurva baku parasetamol


dan kafein, dan pengukuran contoh bahan (sampel).

Gambar 6. (lanjutan) Flow chart program utama

1. Penyiapan Bahan
Gambar 6. Flow chart program utama ma Penyiapan bahan meliputi penimbangan baku
parasetamol dan kafein untuk membuat larutan
2.2.2. Pengujian alat baku. Dari larutan baku kemudian dibuat seri
Pengujian alat meliputi hal-hal sebagai berikut: larutan untuk dipergunakan dalam pembuatan kurva
1. Penentuan panjang gelombang baku, masing-masing dengan 5 seri. Ditimbang 10
spektrofotometer duplikasi dengan gelas mg baku parasetamol, dilarutkan dalam 100 ml
dydinium aquades. Dari larutan induk ini dipipet 5 ml, 7.5 ml,
2. Pengujian dengan sampel caffeine dan 10 ml, 12.5 ml, dan 15 ml yang masing-masing
paracetamol dimasukkan dalam labu 50 ml. Ke dalam masing-
masing labu ukur ditambahkan 2,0 ml HCl 6N dan
2.2.3. Pengambilan data 5,0 ml larutan Natrium Nitrit 10 %, campur dan
Aplikasi penggunaan alat dilakukan dengan biarkan selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan
mengukur konsentrasi campuran parasetamol dan 5,0 ml larutan asam sulfamat 15% dan 15,0 ml
kafein. Kedua bahan ini sebenarnya tidak berwarna, larutan NaOH 10%, dinginkan dan encerkan dengan
sehingga pengukuran secara langsung hanya bisa aquadest sampai tanda. Kemudian degasing 5
dilakukan dengan mempergunakan spektroskopi menit.
Ultra Violet (UV), sedangkan spektroskopi visible Ditimbang 10 mg baku kafein, dilarutkan dalam
hanya bisa mengukr senyawa-senyawa berwarna. 100 ml aquades. Dari larutan induk ini dipipet 5 ml,
Untuk bisa diukur dengan spektroskopi yang 7.5 ml, 10 ml, 12.5 ml, dan 15 ml yang masing-
mempergunakan sumber cahaya visible kedua masing dimasukkan dalam labu 50 ml. Ke dalam
bahan tersebut harus direaksikan dengan bahan lain masing-masing labu ukur ditambahkan 6 tetes
sehingga bahan yang bersangkutan menjadi larutan bromida, 1 tetes asam hidroklorik (1:9),
berwarna. Pengukuran ini meliputi 4 tahap, yaitu dipanaskan, kemudian ditambahkan 5% mercuri
persiapan bahan, scanning parasetamol dan kafein asetat, dan 2% asam asetat, didinginkan dan
untuk memperoleh panjang gelombang maksimum diencerkan dengan aquadest sampai tanda.

48 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dibuat sampel campuran 5 ml larutan parasetamol 3.2.1. Penentuan panjang gelombang


dan 5 ml larutan kafein dalam dua labu 50 ml. spektrofotometer
Kedalam labu I ditambahkan perekasi untuk Panjang gelombang spektrofotometer
parasetamol dengan prosedur yang sama, dan ditentukan dengan cara menguji penyerapan gelas
kedalam labu II ditambahkan perekasi untuk kafein dydinium. Hasil dari pengujian ini kemudian
dengan prosedur yang sama. dibandingkan dengan spektrum penyerapan gelas
dydinium pada alat yang standard. Hasil
2. Scanning pengukuran ditunjukkan dalam gambar 9. Dari
Scanning dilakukan untuk mencari panjang hasil perbandingan kedua grafik diperoleh bahwa 1
gelombang (lambda) yang akan memberikan lambda sama dengan 11 langkah motor stepper.
penyerapan paling tinggi (maksimum). Scanning
700
dilakukan mulai dari panjang gelombang 380-700
nm yang merupakan rentang cahaya tampak 600

500
3. Pembuatan Kurva Baku
400
Pembuatan kurva baku merupakan hal pokok yang
akan dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan 300 Series1

sampel berdasarkan perbandingan penyerapan sinar 200


oleh larutan sampel. Kurva baku yang baik akan 100
mempunyai tingkat linearitas yang tinggi yang
ditunjukkan oleh harga koefisien determinasi (R2). 0

Harga R2 yang dianggap mempunyai daya prediksi -100


1 39 77 115 153 191 229 267 305 343

yang baik adalah 0.999.


Gambar 9. Spektrum gelas dydinium pada
4. Pengukuran Sampel sistem spektrofotometer yang dibuat
Pengukuran sampel campuran parasetamol dan
kafein dilakukan dua kali pada panjang gelombang 3.2.2. Pengujian dengan sampel caffeine dan
maksimum masing senyawa. paracetamol
3.2.2.1. Hasil Scanning

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Scanning dilakukan untuk mencari panjang


gelombang (lambda) yang akan memberikan
Hasil perancangan sistem spektrofotometer secara penyerapan paling tinggi (maksimum). Hal ini akan
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 7. Sistem memberikan hasil yang paling sensitif dimana
mikrokontroler, keypad dan penampil LCD perubahan penyerapan akan memberikan hasil
ditunjukkan dalam gambar 8. pengukuran yang lebih akurat. Dalam pelaksanaan
Scanning dilakukan mulai dari panjang gelombang
380-700 nm yang merupakan rentang cahaya
tampak. Hasil scanning menunjukkan bahwa
lambda maks untuk parasetamol adalah 520 nm,
sedangkan untuk kafein adalah 580 nm seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 10 dan 11.

Gambar 7. Sistem Spektrofotometer

Gambar 10. Hasil Scanning larutan Parasetamol

Gambar 8. Mikrokontroler, keypad dan penampil


Gambar 11. Hasil Scanning larutan Kafein

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 49


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2.2.2. Pembuatan Kurva Baku sama memberikan hasil yang berbeda. Beberapa hal
Pembuatan kurva baku merupakan hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan dalam
pokok yang akan dipakai untuk menentukan pengukuran ini antara lain belum adanya penutup
konsentrasi larutan sampel berdasarkan (chasing) sehingga cahaya yang ditangkap oleh
perbandingan penyerapan sinar oleh larutan sampel. detektor tidak hanya dari cahaya yang telah
Kurva baku yang baik akan mempunyai tingkat melewati kuvet. Cahaya dari sekitar masih bisa
linearitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh harga masuk kedalam sistem yang akan mempengaruhi
koefisien determinasi (R2). Harga R2 yang dianggap pembacaan serapan oleh detektor.
mempunyai daya prediksi yang baik adalah 0.999. Selain kedua hal tersebut di atas, kuvet
Pada pengukuran serapan cahaya tampak yang dipergunakan tampaknya juga mempengaruhi
oleh seri larutan baku parasetamol pada panjang harga R2 yang diperoleh. Pada waktu pembuatan
gelombang 520nm yang kemudian diplotkan pada dudukan untuk kuvet, contoh kuvet yang
grafik konsentrasi vs serapan, diperoleh garis linear ditunjukkan adalah kuvet disposible bentuk Y yang
dengan persamaan y=9.191x dengan harga R2 = bagian bawahnya terdapat lekukan sehingga hanya
0.992, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5.12. kuvet model tersebut yang bisa dipergunakan.
Y merupakan fungsi serapan sedangkan x mewakili Kuvet model penuh tidak bisa bisa dimasukkan
konsentrasi. Pada pengukuran serapan cahaya kedalam dudukan kuvet karena ukuran luarnya
tampak oleh seri larutan baku parasetamol pada lebih besar. Hal ini menjadi masalah karena stok
panjang gelombang 580nm yang kemudian kuvet yang ada adalah model penuh, sedang kuvet
diplotkan pada grafik konsentrasi vs serapan, model Y yang baru tidak tersedia dan pembelian
diperoleh garis linear dengan persamaan y=10.12x masih harus indent. Pada waktu pengukuran
dengan harga R2 = 0.991, seperti yang ditunjukkan terpaksa memakai kuvet disposible yang telah
dalam gambar 5.13. dipakai ulang yang beberapa diantaranya terdapat
goresan terkena tepi dudukan kuvet yang masih
tajam.
Dari ketiga keterangan diatas, hal terakhir inilah
yang tampaknya menjadi faktor paling dominan.

3.2.2.3. Pengukuran Sampel


Pengukuran sampel campuran parasetamol
dan kafein dilakukan dua kali pada panjang
gelombang maksimum masing-masing senyawa.
Gambar 12. Kurva baku Parasetamol Yang pertama campuran diukur pada panjang
gelombang 520nm dan yang kedua pada panjang
gelombang 580 nm. Kedua senyawa tersebut
dicampur dengan pereaksi 1 (pereaksi untuk
paracetamol) dan pereaksi 2 (pereaksi untuk
kafein). Hasil pengukuran ditunjukkan dalam
gambar 5.14 dan 5.15. Dari perhitungan secara
manual diperoleh harga konsentrasi parasetamol
20,45 mg/l dan kafein 16,9 mg/l. Harga tersebut
jauh diatas harga sesungguhnya yaitu parasetamol
10 mg/l dan kafein 10 mg/l. Hal ini berarti nilai
Gambar 13. Kurva baku Kafein recovery adalah lebih dari 200% untuk parasetamol
dan lebih dari 160% untuk kafein. Harga recovery
Harga R2 untuk kedua larutan tersebut yang dianggap baik adalah 98-102%. Dengan
lebih rendah dari pada harga ideal. Keadaan ini demikian alat ukur ini bisa dikatakan relatif kurang
dapat ditinjau dari beberapa sisi. Jika dianggap baik atau kurang sensitif sehingga masih perlu
alatnya sudah baik maka yang menjadi masalah diperbaiki.
adalah kualitas larutan bakunya, dalam hal ini
penyiapan larutan, termasuk penimbangan dan
pengenceran belum cukup baik sehingga
mengakibatkan harga konsentrasi tidak sama
dengan nilai yang seharusnya. Sebaliknya jika
harga konsentrasi sudah sesuai dengan nilai yang
seharusnya, maka harga R2 sangat ditentukan oleh
alat ukur pengukur yang dipergunakan, dalam hal
ini spektrofotometer visibel yang sedang dalam
tahap penyempurnaan. Hal ini tampak dari
pembacaan serapan yang kurang stabil, Gambar 14. Serapan campuran parasetamol dan
pengulangan pembacaan serapan untuk larutan yang kafein dalam pereaksi 1

50 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

using a Levenberg-Marquardt fitting


algorithm. Appl. Phys.B 67: 449-458.
[7]. Olivieri, A.C. 2005. Computing Sensitivity and
Selectivity in ParallelFactor Analysis and
Related Multiway Techniques: The Need for
Further Developments in Net Analyte Signal
Theory .Anal. Chem. 77: 4936-4946

Gambar 15. Serapan campuran parasetamol dan


kafein dalam pereaksi 2

6.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
a. Spektrofotometer mampu mengukur
sampel paracetamol dengan tingkat
linieritas sebesar 0,992
b. Spektrofotometer mampu mengukur
sampel kafein dengan tingkat linieritas
sebesar 0,991
c. Hasil pengukuran campuran paracetamol
dan kafein menunjukkan sistem
spektrofotometer masih perlu perbaikan,
terutama dalam hal sumber cahaya,
penutup alat dan tempat kuvet.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. http://lemlit.unila.ac.id, diakses tanggal 18
November 2009
[2]. Skoog, D.A., Leary, J.L. 1992. Principles of
Instrumental Analysis. Fort Worth: Saunders
College Publishing.
[3]. Harris, D.C. 1999. Quantitative Chemical
Analysis. New York: W.H. Freeman and
Company.
[4]. Lewis, S.A., OHaver, T.C., Harnly, J.M.
1984. Simultaneous Multielement Analysis of
Microliter Quantities of Serum for Copper,
Iron, and Zinc by Graphite Furnace Atomic
Absorption Spectrometry. Anal. Chem. 56:
1651-1654.
[5]. Dunkerley, S., Adams, M.J. 1997. The
simultaneous determination of caffeine, aspirin
and paracetamol by principal components
regression using automatic dilution and
calibration. Laboratory Automation and
Information Management 33: 107-l 17.
[6]. Moeckli, M.A., Hilbes, C., Sigrist, M.W. 1998.
Photoacoustic multicomponent gas analysis

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 51


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMANCAR MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING


Nova Budi Prasetyo1, Damar Widjaja2
1, 2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1
gre_activa@yahoo.com, 2damar@staff.usd.ac.id

Abstrak

Faktor keamanan dan kualitas layanan pada komunikasi radio dapat ditingkatkan dengan teknik
frequency hopping (FH). Frequency hopping (FH) adalah perpindahan atau lompatan dari satu frekuensi ke
frekuensi yang lain secara acak, semi acak, atau berurutan. Dengan teknik frequency hopping, gangguan-
gangguan yang sering terjadi pada komunikasi radio seperti jamming, multipath fading, dan derau dapat
dikurangi. Pemancar FM dengan frequency hopping ini disusun menggunakan komponen utama berupa phase
locked loop. Phase locked loop terdiri dari phase detector, low pass filter, dan voltage controlled oscillator
yang berfungsi sebagai pembangkit sinyal carrier yang digunakan sebagai sinyal modulasi. Phase locked loop
yang digunakan pada penelitian ini untuk menghasilkan pemancar FM dengan 4 frequency hopping. Pemancar
bekerja secara sinkron dengan frekuensi carrier yang bergantian pada empat frekuensi yang berbeda yaitu 97
MHz, 99 MHz, 101 MHz, dan 103 MHz dengan periode hopping 0,25 detik.

Kata kunci : frequency hopping, frequency modulation, phase locked loop.

I. PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan


1.1. Latar Belakang pemancar FM yang mampu mengirimkan sinyal
Dewasa ini, sumber daya frekuensi informasi dengan menggunakan empat frekuensi
khususnya pada frekuensi radio yang tersedia carrier yaitu 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz, dan 103
sangat terbatas. Daerah Istimewa Yogyakarta, MHz secara berurutan yang telah diatur sebelumnya
terdapat banyak bermunculan stasiun-stasiun radio dengan menggunakan teknik FH.
broadcast baru yang menggunakan kanal-kanal
frekuensi yang masih tersedia. Jumlah kanal FM I.3. Manfaat Penelitian
(Modulation Frequency, Frekuensi Modulasi) yang Manfaat yang dapat diperoleh dari
tersedia untuk radio broadcast berada dalam alokasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
frekuensi 87,5 MHz hingga 108 MHz sebanyak 204 1. Teknik FH yang diaplikasikan pada perangkat
kanal. Jarak kanal-kanal frekuensi yang digunakan pemancar FM dapat digunakan untuk mengurangi
sangat dekat dan terkadang terjadi interferensi antar efek gangguan pada sistem komunikasi FM dan
sinyal carrier [1]. menghasilkan kualitas layanan yang lebih baik.
Pemancar FM menggunakan gelombang 2.Pengembangan dari teknik FH dapat
radio untuk mengirimkan sinyal termodulasi dimanfaatkan sebagai rujukan untuk pengembangan
menuju ke penerima FM. Pada saat pengiriman sistem komunikasi radio khususnya pada perangkat
sinyal termodulasi ke penerima FM, terdapat pemancar FM.
beberapa gangguan seperti noise (derau), distorsi
delay (tunda waktu) karena multipath fading dan II. DASAR TEORI
jamming. [2]. Perangkat Pemancar FM FH menggunakan
Pada komunikasi digital dikenal teknik teknik modulasi akses jamak yang menggunakan
modulasi akses jamak FHSS (Frequency Hopping FHSS (Frequency Hopping Spread Spectrum).
Spread Spectrum). Salah satu solusi yang dapat Perangkat pemancar FM FH menggunakan Phase
digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas locked loop (PLL) sebagai komponen utama. PLL
[2]. Implementasi dari teknik modulasi FHSS dapat berfungsi untuk mengatur frekuensi yang
digunakan pada perangkat komunikasi radio yang memanfaatkan sensitivitas deteksi fasa antara sinyal
membutuhkan keamanan seperti HT (Handy Talkie) input dan output dari sebuah rangkaian osilasi yang
yang digunakan oleh pihak militer [1]. telah diatur. PLL mempunyai beberapa komponen
Penulis akan, melakukan peningkatan penyusun yaitu Voltage Controlled Oscillator
keamanan di dalam komunikasi radio dengan (VCO), Phase Detector (PD), dan Low Pass Filter
membuat pemancar FM dengan 4 FH (Frequency (LPF) [3].
Hopping) yang akan ditransmisikan secara sinkron
ke penerima FM dengan 4 FH . Periode FH adalah II.1. Phase Locked Loop (PLL)
0,25 detik. Phase locked loop (PLL) merupakan
rangkaian yang bekerja dengan menggunakan
I.2. Tujuan Penelitian frekuensi f in sebagai sinyal input dan mempunyai
sinyal output dengan frekuensi yang sama dengan

52 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

f in . Diagram blok PLL ditunjukkan seperti pada V o (t). Sinyal output V 1 (t) akan berada pada
Gambar 2.1. Tegangan v 3 menjadi input VCO agar keadaan yang sama jika antara sinyal V i (t) dan
output tetap pada frekuensi FR yang sama dengan V o (t) tidak terjadi perbedaan fasa.
i , sehingga loop terjaga atau yang sering disebut II.2. Low Pass Filter (LPF) dan Amplifier
equilibrium loop. Apabila i berubah naik, maka i Filter merupakan rangkaian yang bekerja
semakin besar, sehingga i sama dengan o . melewatkan sinyal dengan range frekuensi tertentu
Pada saat terjadi beda fasa (), maka dan menekan atau menghilangkan range frekuensi
muncul tegangan v 1 dan setelah itu, ditapis dan yang lain. Low pass filter (LPF) pada dasarnya
dikuatkan sehingga tegangan v 3 semakin tinggi. digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi
Kecepatan sudut o akan naik mencapai o yang rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi [6].
sama dengan i sehingga kedua vektor berotasi
pada kecepatan yang sama. Saat kondisi lock
tercapai, tegangan v 3 proposional terhadap
frekuensi VCO (Voltage Controlled Oscillator).

Gambar 2.4. Kurva tanggapan LPF [6].

Sinyal yang dilewatkan dan diredam dapat


berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan dan
Gambar 2.1. Diagram Blok PLL [4]. data-data digital visual dan audio. Tanggapan
frekuensi untuk LPF ditunjukkan seperti pada
PD (Phase Detector) adalah rangkaian Gambar 2.4. Batas frekuensi antara sinyal yang
pendeteksi perbedaan sudut fasa dan beda frekuensi dapat dilewatkan dan yang diredam disebut dengan
antara dua gelombang, serta membangkitkan suatu frekuensi cutoff.
keluaran berupa tegangan dari perbedaan fasa yang Amplifier pada PLL digunakan sebagai
terjadi [4]. penguat tegangan yang digunakan untuk mengatur
frekuensi osilasi VCO. Pada penerapannya,
Vo(t) 2 Amplifier dapat digunakan atau tidak.
1
V1(t)
3
Vi(t) II.3. VCO (Voltage Controlled Oscillator)
VCO banyak terdapat dibeberapa aplikasi,
Gambar 2.2. Gerbang logika XOR [5].
seperti pada pengendali frekuensi otomatis, tuning
radio, dan PLL [4]. VCO dirancang untuk
Gambar 2.2 merupakan bentuk gerbang
menghasilkan frekuensi osilasi yang berbeda-beda
logika XOR yang merupakan acuan dari
dengan pengaturan tegangan. Tegangan yang
karakteristik PD (Phase Detector). Gambar 2.3
masuk ke dalam VCO bernilai positif, frekuensi
menunjukkan sinyal output yang terjadi pada saat
VCO akan lebih besar dari pada frekuensi free
PD menedeteksi perbedaan fasa.
runing, jika Tegangan yang masuk ke dalam VCO
bernilai negatif maka frekuensi VCO akan bernilai
lebih kecil daripada frekuensi free runing.

II.4. Frequency Hopping


FH (Frequency Hopping) adalah
perpindahan atau lompatan dari satu frekuensi yang
satu ke frekuensi yang lain secara acak ataupun
yang telah ditentukan sebelumnya secara otomatis
dengan menggunakan algoritma per satuan detik.
Pada FH, proses penyebaran spektral
dilakukan dengan mengubah-ubah frekuensi
gelombang pembawa secara periodik [7]. Lompatan
dari satu frekuensi ke frekuensi yang lain diatur
Gambar 2.3. Sinyal input dan output PD [5]. secara berurutan atau secara acak dengan
menggunakan kode pseudonoise (PN) [8]. Proses
Berdasarkan Gambar 2.3, sinyal output FH ditunjukkan pada Gambar 2.5.
V 1 (t) akan menghasilkan tegangan koreksi jika Pemancar FH hanya dapat mengirimkan
terjadi beda fasa antara sinyal V i (t) dengan sinyal data pada setiap frekuensi dalam jumlah yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 53


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sangat terbatas, karena perioda antar lompatan Generator), sedangkan pembangkit frekuensi
frekuensi sangat singkat (400s 577 s). Sandi referensi menggunakan osilator Kristal. Sinyal
pseudonoise merupakan sandi acak yang referensi akan dibandingkan dengan sinyal output
mempunyai deretan sandi yang akan terulang secara pembagi terprogram yang masuk ke PD. Output
periodis dalam perioda yang cukup lama [8]. blok PD merupakan sinyal dengan tegangan rata-
rata sesuai karakteristik. Tegangan rata-rata akan
mengontrol VCO sehingga menghasilkan frekuensi
carrier yang diinginkan. Pada blok VCO,
terintegrasi modulator yang digunakan untuk
memodulasi sinyal carrier dan sinyal informasi.
LPF berfungsi untuk meredam / menghilangkan
ripple tegangan output dari PD. Prescaler
digunakan sebagai pembagi awal frekuensi sinyal
output VCO. Electronic switch menggunakan shift
Gambar 2.5. Penebaran sinyal pada frequency register untuk menggeser data input yang berguna
hopping [8]. sebagai pencacah untuk mengontrol clock.

Gambar 2.5 memperlihatkan sinyal


informasi yang telah dimodulasi dan disebar pada
daerah spektral antara f 1 s/d f 4 . Dengan mengacak
pola lompatan, sinyal pengganggu (interfering
signal) diharapkan dapat dihindari. Jika interferensi
muncul dan mengganggu salah satu kanal
berfrekuensi, misal f 2 , maka sinyal pembawa akan
selalu mengalami gangguan tetapi hanya saat
berada pada frekuensi f 2 .

III. ALUR PERANCANGAN


Sistem komunikasi radio FM FH Gambar 3.2. Diagram blok pemancar FM
mempunyai blok-blok utama penyusun sistem dengan 4 FH.
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pada
bagian pemancar (Transmitter, Tx) terdapat sub III.1. Perancangan Rangkaian Phase Detector
blok tone generator yang berfungsi untuk Perancangan PD menggunakan IC PLL
membangkitkan sinyal sinkronisasi dari empat model 74HC/HCT4046A. IC ini digunakan karena
frekuensi carrier. Keempat frekuensi carrier yang mempunyai konsumsi daya yang rendah, input
telah disinkronisasi tersebut kemudian diterima sensitivity 400 mVp-p, mampu menghasilkan
oleh penerima FM (Receiver, Rx) secara bergantian frekuensi maksimal 17 MHz pada catu tegangan
sesuai waktu yang telah ditentukan. (VCC) 4,5Volt, dan stabil karena pergeseran
frekuensi yang terjadi sangat minim. Gambar 3.3
adalah skema rangkaian PD menggunakan IC
74HC/HCT4046A [9].

3 1
input dari TC 9122P
4 CIN PP 2
VCOUT P1
14 13
input Frekuensi Ref erensi SIN P2 Output Phase Detector
6
Gambar 3.1. Blok diagram umum sistem CX

komunikasi radio FM FH. 7 9


5 CX VCOIN
11 INH 10
12 R1 DEMO 15
Sistem perangkat pemancar FM FH terdiri dari R2 ZEN

beberapa blok komponen-komponen dasar dari 74HC4046

PLL. Pemancar FM dengan 4 FH menggunakan


rangkaian PLL yang terdiri dari pembangkit Gambar 3.3. Rangkaian PD [9].
frekuensi referensi, PD, LPF, VCO, Prescaler,
pembagi terprogram, dan komponen-komponen
pendukung lainnya. Diagram blok dari sistem III.2. Perancangan rangkaian LPF
perangkat pemancar FM dengan 4 FH yang akan Perancangan LPF menggunakan
dirancang ditunjukkan pada Gambar 3.2. komponen pasif yang terdiri dari tesistor dan
Perancangan pemancar FM ini bekerja kapasitor. Rangkaian LPF pada komponen PLL
pada empat frekuensi carrier yaitu 97 MHz, 99 berfungsi untuk meredam / menghilangkan ripple
MHz, 101 MHz, 103 MHz. Sinyal informasi yang tegangan output dari PD yang berupa tegangan DC
digunakan berasal dari AFG (Audio Frequncy agar lebih stabil. Gambar 3.4 merupakan skema

54 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

rangkaian LPF.
PD
R1
VCO
IV.1. Pengujian Transmisi Pemancar
212.2 Pemancar juga diuji dengan modulasi
C1
0.1u
frekuensi antara sinyal informasi dan sinyal DTMF
dengan beberapa sinyal carrier, sehingga
didapatkan bentuk sinyal FM seperti yang
Gambar 3.4. Rangkaian LPF [6].
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Sinyal sinkronisasi berupa sinyal DTMF
III.3. Perancangan rangkaian VCO
(Dual Tone Multi Frequency) yang berasal dari sub
Perancangan VCO menggunakan
blok tone generator. Sinyal-sinyal yang
komponen diode varactor D1 dan D2 sebagai
dipancarkan diterima oleh satu perangkat keras
kapasitor variabel yang dikendalikan oleh tegangan
penerima FM FH yang ditala secara berurutan pada
LPF. Nilai kapasitansi D1 dan D2 akan berubah
frekuensi carrier 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz dan
ubah sesuai dengan besarnya tegangan dari LPF.
103 MHz.
Frekuensi modulasi 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz,
dan 103 MHz didapat dengan cara mengubah nilai
kapasitansi komponen D1 dan D2 [10].

(a)

Gambar 3.5. Rangkaian VCO [10].

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perangkat keras yang dirancang terdiri dari
satu bagian perangkat keras pemancar FM
broadcast. Gambar 4.1 merupakan perangkat
pemancar FM FH yang telah dibuat.

(b)

(a)

(b)
Gambar 4.1. (a) Pemancar FM tampak sisi depan (c)
(b) Pemancar FM tampak sisi atas.
Gambar 4.2. Sinyal termodulasi. (a) Frekuensi 97
MHz, (b) Frekuensi 99 MHz, (c) Frekuensi 101
MHz, (d) Frekuensi 103 MHz.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 55


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berdasarkan hasil pengamatan dan


perhitungan menunjukkan bahwa tunda waktu
sebesar 0,25 detik mampu dicapai.

(d)

Gambar 4.2. (lanjutan) Sinyal termodulasi. (a)


Frekuensi 97 MHz, (b) Frekuensi 99 MHz, (c) Gambar 4.5. Tunda waktu sebesar 0,25 detik.
Frekuensi 101 MHz, (d) Frekuensi 103 MHz.
IV.3. Pengujian Kestabilan Frekuensi Carrier
Sinyal informasi yang digunakan sebagai Saat Proses Hopping
sinyal pemodulasi ditunjukkan seperti pada Gambar Pemancar diuji dengan mengamati proses
4.3. Sinyal informasi yang digunakan berasal dari hopping yang berlangsung. Pengamatan terhadap
AFG (Audio Frequency Generator). Sinyal DTMF proses hopping dilakukan dengan menggunakan
yang termasuk sebagai sinyal pemodulasi, tunda waktu (delay) sebesar 0,25 detik.
ditunjukkan seperti pada Gambar 4.4. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali
dengan kelipatan waktu tiap 20 detik.
Galat kestabilan frekuensi dapat dicari
dengan menggunakan persamaan 4.1

(4.1)

merupakan rata rata jumlah frekuensi yang


diamati ( frekuensi) dibagi dengan banyak data
yang diambil (N). dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 4.2.
Gambar 4.3. Sinyal informasi 5 KHz.
(4.2)

Tabel 4.3. Data pengamatan kestabilan frekuensi


hopping.

Gambar 4.4. Sinyal DTMF.

IV.2. Pengujian Tunda Waktu Proses Hopping


Tunda waktu sebesar 0,25 detik pada
proses hopping ditunjukkan seperti pada Gambar
4.5. Pengamatan tunda waktu dilakukan dengan
mengamati periode sinyal yang dihasilkan oleh
counter (pencacah) pada blok tone generator.
Persamaan yang dapat digunakan untuk
mendapatkan tunda waktu adalah

56 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

V. Penutup
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka
penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Alat yang dibuat bekerja dengan baik
sesuai perancangan.
2. Pemancar yang dibuat dapat melakukan
proses hopping dan dapat bekerja dengan
modulasi FM pada frekuensi 97 MHz, 99
MHz, 101 MHz, dan 103 MHz.
3. Pemancar mampu bekerja dengan tunda
waktu FH sebesar 0,25 detik.

V.2. Saran
Penelitian ini dapat lebih disempurnakan
dengan memperhatikan hal, yaitu,
Grounding pada rangkaian PLL harus diperhatikan,
karena sangat berpengaruh terhadap kestabilan
proses hopping perangkat keras yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0311/14/muda/685510.htm
[2] Hioki, Warren., Telecommunication, 3rd
edition. Prentice Hall, 1998.
[3] Stanley.D, William, Operational Amplifier
with Linear Integrated Circuit, 3rd edition.
Maxmillan College Publishing Company,
New York, 1994.
[4] Malvino, Albert Paul, Prinsip-Prinsip
Elektronika, Mc Graw Hill Education,
Salemba Teknika, 1995.
[5] Shrader, R.L, Komunikasi Elektronika,
Erlangga, Jakarta, 1989.
[6] Malik.R, Norbert, Electronic Circuits
Analysis, Simulation and Design, Prentice-
Hall international Inc, 1995.
[7] Rustamaji dan Elan, Djaelani., Pemancar
Frequency Hooping Spread Spectrum untuk
pengamanan sinyal informasi. IT jurnal, 2002.
[8] Wijaya, Damar, Peningkatan Kapasitas
Sistem dan Kualitas Sinyal Pada Jaringan
GSM dengan Frekuensi Hopping, Majalah
SIGMA., vol 5. No 2, hal. 171-183, Juli 2002.
[9] _____, ________, 74HC4046 Phase Locked
Loop with VCO, www.TOSHIBA.com.
[10] The Norwegian Radio Pirate League, The
Veronica PLL.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 57


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

MODEL SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA SANATA DHARMA


MENGGUNAKAN HIMPUNAN KABUR

Eko Hari Parmadi


Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains & Teknologi Univ. Sanata Dharma
Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Telp. 0274 883037
Email: hari@staff.usd.ac.id

Abstract
The Schoolarship selection process in Sanata Dharma involves Wakaprodi and WR III. This selection
process based on quota and criteria, namely: Great Point Average (IPK), Parents Salary (PHOT), Total
Family Members (TOT) and Student Activities (GIAT). In, this paper we proposed a new selection system based
on fuzzy multicriteria decision making. Final decision depends on fuzzy criteria and reciprocal matrix. In this
system , final score of each applicant is different for others. It makes easy to make ranking for all applicant. The
system result are final decision and membership function of final decision.

Keyword: fuzzy criteria, reciprocal matrix, final decision, membership function of final decision

1. PENDAHULUAN pengambilan keputusan pemakaian teknologi


Selama ini, proses seleksi penerimaan batubara [2], menentukan tingkat pemasaran
beasiswa di Univeritas Sanata Dharma didasarkan berbagai produk di West Virginia [3],
pada beberapa kriteria menggunakan model menangani masalah asesibilitas buruh
skoring. Kriteria-kriteria tersebut yaitu: Indeks berpendapatan rendah terhadap sarana
Prestasi Kumulatif (IPK), penghasilan orang tua transportasi [4], serta sistem pendukung
(POT), tanggungan orang tua (TOT) dan banyaknya pengambilan keputusan pemilihan presiden
kegiatan (GIAT) yang diikuti oleh mahasiswa Indonesia tahun 2004 [5]. Namun kriteria-
pelamar beasiswa. Banyaknya mahasiswa yang kriteria yang digunakan dalam semua sistem
mendapatkan beasiswa untuk masing-masing pendukung pengambilan keputusan tersebut
program studi berbeda-beda dan ditentukan masih menggunakan kriteria yang tegas atau
berdasarkan kuota dari Wakil Rektor III. Namun tidak kabur.
model skoring ini mempunyai kelemahan yaitu
selisih nilai yang tidak terlalu besar untuk tiap 2.1 Himpunan Kabur
kriteria mengakibatkan skor akhir yang sangat Tidak semua hal yang dijumpai dalam
berbeda. Kelemahan lain dari model skoring adalah kehidupan sehari-hari dapat didefinisikan
banyaknya skor akhir bernilai sama yang secara tegas. Hal ini disebabkan oleh batasan
mengakibatkan kesulitan dalam proses seleksi yang kabur atau tidak dapat ditentukan secara
terutama jika kuota yang diberikan lebih sedikit tegas. Banyak kata-kata, kriteria atau istilah
dari jumlah pelamar. Melalui pendekatan himpunan dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung
kabur ini, kelemahan proses seleksi beasiswa ketidaktegasan, seperti: tinggi, mahal, kaya,
menggunakan model skoring dicoba diatasi. cantik, menarik, hemat dan sebagainya. Untuk
Hasilnya adalah keputusan pelamar beasiswa layak mengatasi permasalahan himpunan dengan
menerima beasiswa atau tidak layak menerima batas yang tidak tegas ini, Zadeh mengaitkan
beasiswa dilengkapi dengan derajat keputusannya. himpunan semacam itu dengan suatu fungsi
yang menyatakan derajat kesesuaian unsur-
2. TINJAUAN PUSTAKA unsur dalam semestanya dengan syarat konsep
Sistem Pengambilan Keputusan yang merupakan syarat himpunan tersebut.
merupakan sebuah sistem komputer yang Fungsi ini disebut fungsi keanggotaan dan nilai
mampu membantu pengguna dalam mengambil fungsi itu disebut derajat keanggotaan suatu
keputusan terutama untuk masalah-masalah unsur dalam himpunan itu, yang selanjutnya
yang tidak terstruktur maupun yang semi disebut himpunan kabur[6]. Derajat
terstruktur. Masalah tidak terstruktur ini keanggotaan dinyatakan dengan suatu bilangan
muncul karena banyaknya variabel yang turut real dalam selang tertutup [0,1]. Dengan kata
menentukan suatu keputusan, adanya lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan
ketidakpastian, ketidaktegasan nilai variabel kabur dalam semesta X adalah pemetaan
yang terlibat ataupun terjadinya pertentangan dari X ke selang [0,1].
nilai antara satu variabel dengan variabel lain Misalkan diberikan himpunan semesta X,
[1]. ~
maka suatu himpunan kabur A didefinisikan
Berdasarkan penelusuran informasi sebagai:
melalui website, model banyak kriteria dipakai
dalam berbagai bidang seperti untuk

58 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

~ Yager juga mengijinkan adanya perbedaan


A {( x, A~ ( x)) | x X } ................... (1)
kepentingan di setiap tujuan kriteria yang
A~ ( x) : X [ 0 ,1 ] dinyatakan dalam bobot terhadap fungsi
A~ disebut fungsi keanggotaan dari suatu keanggotaan tujuan g~ j , yaitu:
~
himpunan kabur A dan nilai fungsi A~ ( x) g~ j ( x i ) ( g~ j ( x i ))
wj
. ............ (4)
menyatakan derajat keanggotaan Nilai w j dihitung berdasarkan perbandingan
~ kepentingan relatif antara dua pasangan kriteria
unsur x X dalam himpunan kabur A [7].
yang dinyatakan dengan matriks resiprok
W (a ij ), i 1,2,3, , n j 1,2,3, , n
2.2 Pengambilan Keputusan Kabur Banyak
Kriteria Matriks W (a ij ) disebut matriks resiprok jika
Pada dasarnya pengambilan keputusan dan hanya jika:
banyak kriteria terdiri dari dua tahap, yaitu:
evaluasi menyeluruh terhadap keputusan yang 1 , i j

diambil terkait dengan semua tujuan dan setiap a ij 1 , i j .................... (5)
alternatif keputusan serta pembuatan peringkat a ij

untuk menentukan keputusan terbaik Nilai bobot w j diperoleh dari vektor eigen
berdasarkan hasil pada tahap sebelumnya. w ( w j ) j 1,2,3, , n maupun nilai eigen
Pengambilan keputusan dengan kriteria tegas
biasanya diasumsikan bahwa penilaian akhir yang bersesuaian serta banyaknya kriteria yang
n
terhadap alternatif-alternatif keputusan
memakai bilangan nyata. Sedangkan model
ada atau dengan kata lain: wj n [8].
j 1
dengan kriteria kabur biasanya dilakukan
dengan alasan bahwa tujuan g j atau hasil
pencapaian untuk alternatif x i tidak dapat 3. METODE PENELITIAN
dievaluasi secara tegas tetapi hanya melalui Secara garis besar, metode yang
himpunan kabur. Penilaian finalpun digunakan dalam penelitian ini adalah
dinyatakan dengan himpunan kabur yang harus pengumpulan data penelitian, perancangan
diurutkan untuk menentukan penyelesaian model, implementasi model dan simulasi
optimalnya. Saaty, menyarankan untuk model.
menyelesaikan masalah pengambilan
keputusan kabur menggunakan dasar prioritas, 3.1 Pengumpulan Data Penelitian
melalui penggunaan bobot tegas [8]. Pengumpulan data penelitian
Yager mengasumsikan himpunan dari dilakukan dengan cara pencarian informasi
dari alternatif sebagai X {x i }, i 1,2,3, , n melalui internet, wawancara dengan staff
wakil rektor III yang bertugas melayani
dan himpunan berhingga kriteria sebagai
beasiswa, beberapa mahasiswa pelamar
G {g~ j }, j 1,2,3, , m . Masing-masing
beasiswa, para wakaprodi dan wakil rektor III
~
g ( x , ~ ( x )) merupakan himpunan selaku penyeleksi para pelamar beasiswa serta
j i gj i
studi literatur. Data yang dikumpulkan adalah
kabur. g~ j ( xi ) menyatakan
derajat data nama beasiswa, persyaratan untuk
pencapaian alternatif x i untuk kriteria g~ j . melamar beasiswa serta kriteria-kriteria untuk
seleksi beasiswa. Data lain yang dikumpulkan
Karena pengambilan keputusan harus adalah proses seleksi beasiswa menggunakan
memenuhi semua kriteria g~ j , maka derajat model skoring, cara menentukan skor, data
~ mahasiswa penerima beasiswa berdasarkan
keanggotaan pengambilan keputusan kabur D
adalah: hasil seleksi serta data skor dan nilai untuk
D~ ( xi ) min g~ j (xi ) , i 1,2,3, n. j 1,2,3, , m masing-masing kriteria dari semua pelamar
j 1 beasiswa Sanata Dharma. Sedangkan studi
.................... (2) literatur dimaksudkan sebagai landasan teori
maupun untuk mendukung perancangan model
yang akan dibuat.
dan x i adalah keputusan optimum apabila
3.2 Perancangan Model
memenuhi : Sebelum melakukan perancangan
D~ (xi ) maxming~j (xi ) , i 1,2,3,n. j 1,2,3,, m model seleksi penerimaan beasiswa, terlebih
xi j1
dahulu dianalisis model seleksi penerimaan
.................... (3) beasiswa dengan model skoring. Mahasiswa
yang ingin mendapatkan beasiswa Sanata

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 59


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dharma harus mengisi dan melengkapi program studi. Apabila terdapat skor yang
persyaratan kemudian berkas dikumpulkan ke sama, biasanya wakaprodi melihat kembali
sekretariat Wakil Rektor III. Staff sekretariat IPK, penghasilan orang tua atau kriteria-
WR III menyeleksi kelengkapan berkas dan kriteria yang lain.Berikut ini cuplikan tabel
melakukan rekapitulasi. Tim seleksi (WR III rekapitulasi pelamar beasiswa Sanata Dharma
dan Wakaprodi) melakukan seleksi yang dinyatakan lolos seleksi dan berhak
berdasarkan data skor total maupun kuota tiap mendapatkan beasiswa Sanata Dharma.

Tabel 1. Rekapitulasi Pelamar Beasiswa


Sanata Dharma

rendah, tanggungan orang tua banyak.


Tabel 2.Tabel Skor IPK dan Penghasilan Langkah berikutnya adalah menentukan hasil
Orang Tua (PHOT) keputusan akhir (alternatif). Kriteria inilah
yang akan digunakan untuk membuat model
seleksi penerimaan beasiswa Sanata Dharma.
Masukan dari model ini berupa nilai IPK,
PHOT, TOT dan GIAT. Setiap nilai tersebut
dipakai untuk menentukan derajat keanggotaan
keputusan untuk masing-masing kriteria.
Masukan lainnya adalah perbandingan
kepentingan relatif antara dua pasangan kriteria
yang akan dipakai untuk menentukan matriks
resiprok menggunakan persamaan (5). Hasil
Tabel 3. Tabel Skor TOTdan GIAT perhitungan vektor eigen dan nilai eigen dari
matriks resiprok ini, dipakai untuk menentukan
bobot. Keluaran dari sistem ini adalah
keputusan akhir (layak menerima beasiswa,
tidak layak menerima beasiswa) dan derajat
keputusannya yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan persamaan (4).

3.3 Implementasi Model


Model yang telah dibuat
diimplementasikan menggunakan Matlab 7.
Berdasarkan data tersebut di atas Data masukan dan keluaran dibandingkan
dapat diperoleh informasi bahwa secara umum kembali apakah sudah sesuai dengan rancangan
pelamar yang layak menerima beasiswa adalah model. Selanjutnya dilakukan evaluasi
pelamar yang mempunyai kriteria-kriteria: IPK terhadap sistem yang telah dibangun.
tinggi, kegiatan banyak, penghasilan orang tua

60 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Bersadarkan ujicoba yang dilakukan maka


untuk setiap pelamar dengan nilai kriteria yang
berbeda tetapi memiliki total skor sama akan
mempunyai derajat keputusan yang berbeda.
Hal tersebut akan mempermudah pengambil
keputusan (wakaprodi atau WR III) dalam
menentukan rangking / urutan para pelamar
untuk setiap program studi. Berikut ini hasil
perhitungan derajat keputusan menggunakan
1 3 5 7
0,33 1 2 4
matrik resiprok:
0,2 0,5 1 5
Gambar 1. Tampilan Masukan Sistem
0,14 0,25 0,2 1

Gambar 2. Tampilan Keluaran Sistem

Tabel 4. Keputusan Akhir & Derajat Keputusan Pelamar Beasiswa Sanata Dharma

3.4 Simulasi Model diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi


Pada tahap ini sistem diberi masukan keputusan akhir.
perbandingan kepentingan antar kriteria secara
berulang untuk sebuah data IPK, PHOT, GIAT 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan TOT. Hal ini dilakukan unutk melihat Berdasarkan hasil dan analisis pada
pengaruh perubahan matrik resiprok terhadap saat simulasi model dapat diperoleh hasil
keputusan akhir. Hal serupa juga dilakukan bahwa perubahan nilai IPK, PHOT, GIAT dan
untuk masukan matriks resiprok yang sama TOT sangat mempengaruhi hasil keputusan.
namun diberikan data IPK, PHOT, GIAT dan Apabila matriks resiprok dipilih sama atau
TOT pelamar beasiswa yang berbeda. tetap untuk nilai IPK, PHOT, GIAT dan TOT
Berdasarkan simulasi model tersebut dapat pelamar yang berbeda maka akan memperoleh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 61


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

keputusan akhir yang berbeda. Demikian pula


dengan derajat keputusan akhirnya juga
berbeda. Apabila suatu nilai IPK, PHOT,
GIAT dan TOT dikenai matrik resiprok yang
berbeda juga akan menghasilkan keputusan
yang berbeda. Agar proses seleksi berjalan
dengan baik dan tidak terjadi persepsi yang
berbeda maka harus disepakati terlebih dahulu
matriks resiprok yang akan digunakan.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Keputusan akhir sangat bergantung pada
matriks resiprok yang digunakan dan nilai
IPK, PHOT, GIAT dan TOT
2. Keputusan akhir akan memberikan derajat
keputusan yang berbeda untuk setiap
pelamar beasiswa sehingga akan
memudahkan pengambil keputusan
(Wakaprodi atau Wakil Rektor III) dalam
menentukan urutan penerima beasiswa.

6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Turban Efraim, 1995, Decision Support
and Expert Systems, Prentice Hall
International. Inc, Englewood Cliffs
[2] Streimikiene Dalia ,2001, Applying
Multi_Criteria Aid for Decision Making
in Favor of Clean Coal Technologies,
Environmental Research, Engineering
and Management, No. 4 (18). P.11-18.
[3] Moldovanyi Aurora , 2003, GIS and
Multi-Criteria Decision Making to
Determine Marketability of Pay Pond
Bussinesses in West Virginia.
[4] Ortega Juan F., 2002 , Multi-Criteria
Decision Making for Low Income and
Labor-Market: A Literature Review,
http://www.utc.uic.edu.
[5] Priyatma J.E., Gede S., Windyawan F.N.,
Kusuma P.H.,2005, Laporan Penelitian
Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan Pemilihan Presiden
Indonesia, Lembaga Penelitian
Universitas Sanata Dharma
[6] Susilo Frans.,2003, Pengantar Himpunan
dan Logika Kabur serta Aplikasinya.
Penerbit Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
[7] Wang, Li Xin, 1997, A Course in Fuzzy
System and Control, Prentice Hall, New
Jersey.
[8] Zimmermann, H.J., 1991, Fuzzy Set,
Decision Making, and Expert Systems,
Kluwer Academic Publishers, Boston.

62 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SINKRONISASI ANTARA
PEMANCAR DAN PENERIMA MODULASI
FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING
Damar Widjaja1, Tulus Setiadi 2
1,2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
1
Tulluss86@gmail.co.id, 2damar@staff.usd.ac.id
Abstract
Frequency hopping technique is one of data transmission method in telecommunication. Frequency
hopping can minimize the effect of the telecommunication disturbances such as jamming and noise. This
research goal aim is to produce synchonization subsystem that can synchronize between frequency hopping FM
transmitter and frequency hopping FM receiver.
Synchonization subsystem on transmitter and frequency hopping FM receiver consists of two main
section. There are tone generator and tone decoder. DTMF signal is used for synchonization between transmitter
and frequency hopping FM receiver.
The result of the research are synchonization subsystem that can be synchronize between frequency
hopping FM transmitter and frequency hopping FM receiver in transmitting data. DTMF signal that have been
resulted synchonization subsystem equipment operates with modulation four carrier frequency, 97 MHz, 99
MHz, 101 MHz and 103 MHz with 0.25 second hopping period.

Keyword : frequency hopping, tone generator, tone decoder, synchronization, FM, DTMF, subsystem.

I. PENDAHULUAN FH. Pengiriman sinyal informasi dari pemancar FM


a. Latar Belakang menggunakan empat frekuensi carrier secara
Sumber daya komunikasi, khususnya pada berurutan dengan metode FH diharapkan dapat
frekuensi radio tersedia sangat terbatas. Di DIY, diterima oleh pemerima FM sesuai kanal frekuensi
banyak bermunculan stasiun-stasiun radio masing-masing secara tepat dengan bantuan
broadcast baru pada kanal frekuensi yang masih perangkat subsistem sinkronisasi.
tersedia. Jumlah kanal FM yang disiapkan untuk
radio broadcast dalam alokasi frekuensi 87,5 MHz II. DASAR TEORI
hingga 108 MHz sebanyak 204 kanal. Jarak antar II.1. Modulasi Frekuensi
kanal yang digunakan sangat dekat dan terkadang Pengertian modulasi secara umum adalah
terjadi interferensi antar sinyal carrier [1]. proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal
Dalam bidang elektronika telekomunikasi, carrier yang berupa gelombang sinusoidal yang
khususnya komunikasai digital, teknik modulasi berfrekuensi tinggi. Sinyal carrier merupakan
spread spectrum secara umum terbagi menjadi dua sinyal radio yang mempunyai frekuensi jauh lebih
teknik yaitu DSSS (Direct Sequence Spread tinggi dari frekuensi sinyal informasi. Modulasi
Spectrum) dan FHSS (Frequency Hopping Spread frekuensi adalah proses penumpangan sinyal yang
Spectrum) atau secara singkat disebut FH. FH dapat berisi informasi ke sinyal carrier dengan frekuensi
digunakan pada perangkat komunikasi radio yang sinyal carrier yang akan berubah seiring dengan
membutuhkan keamanan seperti HT (Handy Talkie) perubahan frekuensi sinyal informasi tetapi
yang digunakan oleh pihak militer. amplitudo gelombang carrier relatif tetap [3].
Penelitian sebelumnya telah mencoba Persamaan dari sinyal carrier dapat dituliskan :
membuat sistem komunikasi radio FM FH dengan U c = A c sin ( c + c )
dua frequency carrier [2]. Pemancar dan penerima (2.1)
tersebut tidak dapat melakukan sinkronisasi. Pada dengan Ac adalah amplitudo sinyal carrier, c
penelitian ini, penulis akan membuat sebuah adalah besar frekuensi sinyal carrier, dan c adalah
perangkat subsistem sinkronisasi antara pemancar besar sudut fasa sinyal carrier. Pada teknik
dan penerima FM (frequency modulation) FH modulasi frekuensi, komponen c pada persamaan
dengan empat frequency carrier. Pemancar dan (2.1) diubah ubah untuk menentukan besarnya
penerima dalam sistem komunikasi radio FM FH frekuensi sinyal carrier. Jika sinyal carrier pada
harus menggunakan spesifikasi frekuensi dan delay persamaan (2.1) diubah oleh sinyal pemodulasi
yang sama. Perangkat subsistem sinkronisasi menjadi persamaan 2.2.
dirancang menggunakan metode tone generator dan
tone decoder. e m (t) = A m maks Sin m t (2.2)

b. Tujuan Penelitian maka frekuensi carrier sesaat dapat dituliskan


Menghasilkan perangkat subsistem sinkronisa- sebagai
si pada pemancar dan penerima FM dengan metode f i (t) = f C (t) + k A m maks Sin m t (2.3)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 63


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2.2 memperlihatkan sinyal informasi


yang telah dimodulasi dan disebar pada daerah
spektral antara f 1 s/d f 4 [6]. Dengan mengacak pola
lompatan, sinyal pengganggu (interfering signal)
diharapkan dapat dihindari. Jika interferensi muncul
dan mengganggu salah satu kanal berfrekuensi,
misal f 2 , maka sinyal pembawa akan selalu
mengalami gangguan tetapi hanya saat berada pada
frekuensi f 2 .
Sinkronisasi merupakan hal yang sangat
penting dalam FH karena waktu dan frekuensi
harus terdeteksi secara benar pada penerima.
Gambar 2.1. Modulasi Frekuensi [3].(a) Sinyal Pemancar harus selalu melakukan sinkronisasi
informasi. (b) Sinyal carrier. (c) Gelombang dengan penerima. Untuk sinkronisasi awal,
termodulasi frekuensi dengan amplitudo sebagai pemancar akan berada pada frekuensi tertentu
fungsi waktu. (d) Gelombang termodulasi frekuensi (parking frequency) sebelum komunikasi dimulai.
dengan frekuensi sebagai fungsi waktu. Jika interferensi muncul pada frekuensi ini, maka
pemancar akan kesulitan dalam melakukan FH dan
Besarnya amplitudo dari sinyal informasi melakukan sinkronisasi dengan penerima [5].
bernilai positif, frekuensi carrier disimpangkan
sebesar f. Sehingga bernilai f 1 pada saat II.5. Sinkronisasi
amplitudo sinyal informasi positif, dan akan Setiap proses telekomunikasi memerlukan
bernilai f 1 saat amplitudo sinyal informasi negatif. sinkronisasi antara pengirim dan penerima,
Deviasi frekuensi (f) adalah simpangan yang sehingga penerima dapat mengetahui kapan mulai
dialami oleh frekuensi pembawa (fc) karena dan kapan berakhirnya sebuah komunikasi [7].
amplitudo informasi (Am) seperti yang ditunjukkan Sinkronisasi dilakukan untuk membuat transmisi
pada Gambar 2.1. data atau informasi dapat dilakukan dalam waktu
bersama-sama. Sinkronisasi merupakan kebutuhan
II.4. Frequency Hopping yang paling penting dalam konteks sistem
FH (Frequency Hopping) adalah perpindahan komunikasi digital. Ada dua macam sinkronisasi,
atau lompatan dari satu frekuensi yang satu ke yaitu sinkronisasi carrier dan sinkronisasi waktu.
frekuensi yang lain secara acak ataupun yang telah Sedangkan sinkronisasi carrier ada dua jenis, yaitu
ditentukan sebelumnya secara otomatis dengan sinkronisasi frekuensi dan sinkronisasi fasa.
menggunakan algoritma per satuan detik.
Pada FH, proses penyebaran spektral - Sinkronisasi frekuensi
dilakukan dengan mengubah-ubah frekuensi Sistem kerja sinkronisasi frekuensi secara
gelombang pembawa secara periodik [4]. Lompatan umum adalah mendeteksi perbedaan frekuensi
dari satu frekuensi ke frekensi yang lain diatur masukan dan frekuensi keluaran dari controlled
secara berurutan atau secara acak dengan oscillator (CO) seperti ditunjukkan pada Gambar
menggunakan kode pseudonoise (PN) [5] 2.3 [7]. Sinyal keluaran dari CO kemudian diumpan
Pemancar FH hanya dapat mengirimkan data balik untuk mengurangi atau menghilangkan
pada setiap frekuensi dalam jumlah yang sangat perbedaan frekuensi yang terjadi. Mekanisme ini
terbatas, karena perioda antar lompatan frekuensi ekuivalen dengan sebuah PLL (Phase Locked
sangat singkat (400s577 s). Sandi pseudonoise Loop), namun dalam sinkronisasi frekuensi, hanya
merupakan sandi acak yang mempunyai deretan frekuensi saja yang diatur. Selain itu, saat
sandi yang akan terulang secara periodis dalam sinkronisasi berada pada keadaan seimbang
perioda yang cukup lama [5]. frekuensi keluaran yang dihasilkan dari CO sama
dengan sinyal referensi pada masukan. Kontrol
yang sempurna akan menghasilkan frekuensi yang
tepat. Jika keluaran CO terjadi error, maka keluaran
akan diumpan balikkan menuju frekuensi
comparator sampai keluaran CO tidak terdapat
error frekuensi.

Gambar 2.2. Penebaran sinyal pada frequency


Gambar 2.3. Contoh sistem sinkronisasi
hopping [5].
frekuensi [7].

64 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

III. ALUR PERANCANGAN


III.1. Model Sistem
Sistem komunikasi radio FM FH mempunyai
blok-blok utama penyusun sistem seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pada bagian
pemancar (Transmitter, Tx) terdapat sub blok tone
generator yang berfungsi untuk membangkitkan
sinyal sinkronisasi dari empat frekuensi carrier.
Keempat frekuensi carrier yang telah
disinkronisasi tersebut kemudian diterima oleh
penerima FM (Receiver, Rx) secara bergantian Gambar 3.2. Diagram blok lengkap subsistem
sesuai waktu yang telah ditentukan. sinkronisasi pada pemancar FM FH.

Perancangan subsistem sinkronisasi bagian


penerima FM dengan FH terdiri dari beberapa blok-
blok. Blok-blok tersebut, yaitu detektor sinyal
DTMF dan transistor sebagai saklar. Sinyal yang
diterima dari pemancar oleh penerima akan
dikuatkan oleh penguat RF. Rangkaian penguat RF
menerima sinyal radio, tetapi keluaran penguat RF
Gambar 3.1. Model Sistem. penerima merupakan penguatan frekuensi yang
diinginan saja. Keluaran dari penguat RF penerima
Sistem perangkat subsistem sinkronisasi FM masuk ke mixer untuk mendapatkan sinyal IF.
FH terdiri dari beberapa dua blok. Kedua blok Setelah diperoleh sinyal IF, maka sinyal IF tersebut
tersebut yaitu blok pada pemencar dan blok pada dikuatkan oleh penguat IF penerima.
penerima. Subsistem sinkronisasi bagian pemancar Keluaran dari penguat IF berupa sinyal audio.
FM dengan FH terdiri dari rangkaian keypad, Sinyal audio tersebut berisi gabungan sinyal DTMF
mikrokontroler, generator tone dan mixer audio. dan sinyal informasi. Sinyal audio kemudian
Diagram blok untuk rangkaian subsistem ditransmisikan ke tone detector untuk dideteksi
singkronisasi bagian pemancar dapat dilihat pada sinyal DTMF yang ada dalam sinyal audio. Tone
Gambar 3.2. detector berfungsi untuk mengartikan sinyal-sinyal
Rangkaian mikrokontroler ATTINY2313 DTMF yang dihasilkan oleh tone generator dan
merupakan rangkaian pengendali rangkaian tone memberikan data keluaran yang sesuai dengan
generator. Rangkaian mikrokontroler mendapat sinyal DTMF yang diterima.
masukan dari rangkaian keypad. Rangkaian keypad Fungsi transistor sebagai saklar pada
berfungsi sebagai pengatur waktu tunda dan untuk perancangan ini adalah untuk mengatur rangkaian
memilih mode manual atau otomatis dalam pembagi terprogram agar dapat aktif. Transistor
membangkitkan sinyal DTMF (Dual Tone Multi sebagai saklar merupakan sebuah transistor yang
Frequency) pada rangkaian tone generator. digunakan sebagai saklar elektrik dengan
Keluaran dari rangkaian mikrokontroler masukannya berupa keluaran tegangan dari tone
ATTINY2313 dihubungkan ketiga blok yaitu blok detector. Saklar elektrik dipengaruhi oleh
tone generator, blok penampil dan blok pengontrol. perubahan tegangan yang berasal dari rangkaian IC
Blok penampil terdiri dari dekoder BCD ke seven CD4514. Gambar 3.3 merupakan diagram blok dari
segment dan seven segment. radio penerima FM frequency hopping yang dapat
Blok pengontrol terdiri dari dekoder 4-bit ke melakukan sinkronisasi.
16 line dan rangkaian transistor sebagai saklar.
Fungsi dari blok pengontrol adalah untuk
mengontrol rangkaian pembagi terprogram untuk
menjalankan subsistem pemancar FM FH
Sinyal DTMF yang dihasilkan berupa
kombinasi dari kelompok frekuensi rendah dan
kelompok frekuensi tinggi yang kemudian
digabungkan dengan sinyal informasi dalam
rangkaian mixer audio. Sinyal keluaran dari
rangkaian mixer audio akan memodulasi sinyal
carrier dalam rangkaian VCO yang terdapat pada
subsistem pemancar FM FH. Sinyal hasil modulasi
tersebut kemudian ditransmisiskan ke bagian Gambar 3.3. Diagram blok lengkap subsistem
pemancar untuk dipancarkan dan diterima oleh TD sinkronisasi pada penerima FM FH.
pada penerima FM.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 65


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

III.2. Perancangan Perangkat Lunak FH dan penerima FM FH dinyalakan. Diagram alir


Rancangan penelitian subsistem sinkronisasi program utama tone decoder untuk mengatur
untuk pemancar dan penerima FM FH dekoder 4 bit ke 16 jalur dan switch transistor dapat
menggunakan dua mikrokontroler ATTINY23131. dilihat pada Gambar 3.5.
Satu mikrokontroler ATTINY23131 berada pada
rangkaian tone generator yang berfungsi untuk
membangkitkan tone pada IC MT8888 dan
mengatur waktu tunda dalam membangkitkan tone.
Mikrokontroler ATTINY23131 yang lain berada
pada rangkaian tone decoder yang berfungsi untuk
memberikan input pada pembagi terprogram agar
dapat mengeset frekuensi carrier awal yaitu 97
MHz. Pengesetan frekuensi carrier awal dilakukan
agar sinyal sinkronisasi, sinyal informasi dan
frekuensi carrier 97 MHz yang dikirim oleh
pemancar FM FH dapat diterima oleh penerima FM
FH.

III.2.1. Program Utama


Pada perancangan program utama digunakan
beberapa subrutin yang masing-masing mempunyai
fungsi tersendiri. Program subrutin dan program Gambar 3.5. Diagram alir program utama tone
inisialisasi Port yang akan dijalankan ketika decoder.
subsistem sinkronisasi pada pemancar FM FH
dinyalakan. Subrutin ini mempermudah dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengecekan program saat program dijalankan dan IV.1. Perangkat Keras Hasil Perancangan
juga mudah untuk dipanggil kembali saat Perangkat keras hasil perancangan terdiri dari
diperlukan. Sub routine tersebut antara lain timer, dua bagian alat subsistem sinkronisasi, yaitu blok
awal, cek_pin, pin1, pin2, manual_otomatis dan subsitem sinkronisai pada pemancar dan penerima.
proses. Diagram alir utama perancangan program Pengambilan data transmisi menggunakan satu
untuk membangkitkan rangkaian tone generator pemancar FM FH, satu penerima FM FH dan dua
dapat dilihat pada Gambar 3.4. blok subsistem sinkronisasi. Gambar 4.1.a dan
Gambar 4.1.b menampilkan alat subsistem
sinkronisasi pada pemancar dan penerima FM FH
yang telah dibuat.

a) b)
Gambar 4.1. Blok tone generator.
(a) Tone generator tampak sisi depan.
(b) Tone decoder tampak sisi depan.

IV.2. Pengujian saat Terjadi Sinkronisasi


Pengujian saat terjadi sinkronisasi antara
pemancar dan penerima FM FH dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil keluaran mixer audio
pada pemancar dan hasil keluaran mixer pada
penerima dalam kanal frekuensi yang sama. Hasil
Gambar 3.4. Diagram alir program utama untuk yang keluar pada mixer audio merupakan campuran
tone generator. dari sinyal DTMF atau tone dengan sinyal
informasi. Sinyal informasi yang digunakan berasal
Program utama tone decoder terdiri dari dari AFG (Audio Function Generator), sedangkan
program inisialisasi Port yang akan dijalankan sinyal DTMF yang digunakan berasal dari tone
ketika subsistem sinkronisasi pada penerima FM generator.

66 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pengujian sinkronisasi dilakukan saat Hasil pengujian pada Gambar 4.2, Gambar
pemancar menghasilkan frekuensi carrier 97 MHz 4.3, dan Gambar 4.4 diambil saat terjadi
yang akan dimodulasi dengan sinyal sinkronisasi. sinkronisasi antara pemancar dan penerima dengan
sinyal sinkronisasi yang memodulasi frekuensi kanal frekuensi carrier sebesar 97 MHz. Hasil
carrier 97 MHz tersusun oleh tone 1 dan sinyal pengujian mixer pada penerima dalam Gambar 4.18
informasi sebesar 5 kHz. Tone 1 tersusun oleh dua sesuai dengan sinyal hasil keluaran mixer audio
frekuensi yaitu frekuensi rendah dan frekuensi pada tone generator yang ditransmisikan
tinggi. Kedua frekuensi yang menyusun tone 1 menggunakan pemancar FM FH. Gambar 4.2 dan
adalah 700 Hz dan 1.240 kHz. Bentuk gelombang Gambar 4.4 tersusun dari tone 1 dan sinyal
frekuensi carrier 97 MHz yang telah termodulasi informasi sebesar 5 kHz. Perbandingan antara hasil
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Spektrum dari keluaran mixer audio pada pemancar dengan hasil
sinyal informasi sebesar 5 kHZ dan tone 1 yang keluaran mixer pada penerima dapat diketahui
digunakan sebagai sinyal pemodulasi ditunjukkan bahwa amplitudo berbeda. Amplitudo hasil
oleh Gambar 4.3. Hasil keluaran mixer saat keluaran mixer audio pada pemancar lebih besar
penerima menala 97 MHz dapat dilihat pada daripada amplitudo hasil keluaran mixer pada
Gambar 4.4. penerima.

IV.3. Pengujian saat Tidak Terjadi Sinkronisasi


Pengujian saat tidak terjadi sinkronisasi
antara pemancar dan penerima FM FH dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran
mixer audio pada pemancar dan hasil keluaran
mixer pada penerima dalam kanal frekuensi yang
berbeda. Pengujian untuk sistem yang tidak sinkron
dilakukan saat pemancar menghasilkan frekuensi
carrier sebesar 97 MHz. Frekuensi carrier 97 MHz
yang dihasilkan akan dimodulasi dengan sinyal
sinkronisasi sebelum dipancarkan.
Sinyal sinkronisasi sendiri terdiri dari tone 1
dan sinyal informasi sebesar 5 kHz. Tone 1 tersusun
oleh dua frekuensi yaitu frekuensi rendah dan
Gambar 4.2. Modulasi frekuensi dengan sinyal frekuensi tinggi. Kedua frekuensi yang menyusun
carrier 97 MHz. tone 1 adalah 700 Hz dan 1.240 kHz. Bentuk
gelombang frekuensi carrier 97 MHz yang telah
termodulasi dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Spektrum dari sinyal informasi sebesar 5 kHZ dan
tone 1 yang digunakan sebagai sinyal pemodulasi
ditunjukkan oleh Gambar 4.6. Hasil keluaran mixer
saat penerima menala 99 MHz dapat dilihat pada
Gambar 4.7.

Gambar 4.3. Sinyal informasi 5 kHz dan tone 1.

Gambar 4.5. Modulasi frekuensi dengan sinyal


carrier 97 MHz.
Gambar 4.4. Sinyal ouput mixer saat penerima
menala frekuensi 97 MHz.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 67


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 4.6. Sinyal informasi 5 kHz dan tone 1.

Hasil pengujian pada Gambar 4.5, Gambar


4.6, dan Gambar 4.7 diambil saat tidak terjadi
sinkronisasi antara pemancar dengan kanal Gambar 4.8. Tunda waktu selama 0.25 detik.
frekuensi carrier sebesar 97 MHz dan penerima
dengan kanal frekuensi carrier sebesar 99 MHz. Hasil pengamatan pada Gambar 4.8
Pengamatan pada percobaan ini dilakukan dengan menunjukkan tunda waktu yang dihasilkan sebesar
mengamati hasil keluaran mixer pada penerima dan 256 ms. Persen error dari tunda waktu yang diukur
hasil keluaran pada pemancar dalam waktu yang dengan tunda waktu dalam perancangan adalah
bersamaan. Gambar 4.6 dan Gambar 4.7
menunjukkan bahwa pemancar dan penerima tidak . Dengan persen error
sinkron, sehingga informasi yang dikirim pemancar 2,4% tunda waktu masih dapat bekerja dengan baik.
tidak dapat diterima penerima. Berdasarkan hasil persen error antara pengamatan
dan perhitungan menunjukkan bahwa tunda waktu
sebesar 0,25 detik mampu dicapai.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka penelitian
yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
1. Alat subsistem sinkronisasi yang dibuat
bekerja dengan baik sesuai perancangan.
2. Perangkat subsistem sinkronisasi pada
pemancar dapat menghasilkan sinyal
DTMF yang dicampur dengan sinyal
informasi.
3. Perangkat subsistem sinkronisasi pada
Gambar 4.7. Sinyal ouput mixer saat penerima
penerima dapat mendeteksi sinyal DTMF
menala frekuensi 99 MHz.
yang diterima oleh perangkat penerima
radio.
4. Perangkat subsistem sinkronisasi dapat
IV.5. Tunda Waktu
melakukan sinkronisasi antara perangkat
Tunda waktu sebesar 0,25 detik pada
pemancar dan penerima FM FH.
proses hopping ditunjukkan seperti pada Gambar
4.8. Tunda waktu pada percobaan ini dihasilkan
V.2. Saran
oleh program dari mikrokontroler ATTINY1323.
Penelitian ini dapat lebih disempurnakan
Pengamatan tunda waktu dilakukan dengan
dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu :
mengamati periode sinyal yang dihasilkan oleh
1. Perangkat pemancar dan penerima radio yang
counter (pencacah) pada blok tone generator.
akan digunakan untuk komunikasi yang
Persamaan yang dapat digunakan untuk
sinkron harus mempunyai kriteria yang sama,
mendapatkan tunda waktu adalah
pada pemancar tidak menggandung banyak
noise dan harmonisanya tidak besar.
2. Perangkat subsistem sinkronisasi dapat
dikembangkan lagi dengan menambahkan
beberapa program pada mikrokontroler
ATTINY2314.

68 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3. Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan


dengan menambah jumlah frekuensi hopping
berbasis mikrokontroler.
4. Perangkat penampil dapat menggunakan
indikator lain selain seven segment, antara lain
dengan menggunakan LCD.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0311/14/muda/685510.htm.
[2] Rustamaji dan Elan, Djaelani., Pemancar
Frequency Hooping Spread Spectrum untuk
pengamanan sinyal informasi. IT jurnal, 2002.
[3] Kennedy, George, Electronic Communication
System 3rd edition, Mcgraw Hill Book
Company, 1984.
[4] Malik.R, Norbert, Electronic Circuits Analysis,
Simulation and Design, Prentice Hall
international Inc, 1995.
[5] Wijaya, Damar, Peningkatan Kapasitas Sistem
dan Kualitas Sinyal Pada Jaringan GSM dengan
Frekuensi Hopping, Majalah SIGMA., vol 5.
No 2, hal. 171-183, Juli 2002.
[6]http://www.informatika.lipi.go.id/pemancar-
frequency-hopping-spread-spectrum-untuk-
pengamanan-sinyal-informasi.
[7]Kihara Masaki, Sadayasu Ono, Pekka
Eskelinen, Digital Clock For Synchronization
and Communications, Artech House Boston,
London, 2003.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 69


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENERIMA MODULASI FREKUENSI DENGAN EMPAT FREQUENCY HOPPING


Yanuarius Vendy Purnomo1, Damar Widjaja2
1,2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
1
w4yn3vendy@yahoo.com, 2damar@staff.usd.ac.id,

Abstrak
Teknik frequency hopping (FH) merupakan salah satu metode transmisi data dalam bidang
telekomunikasi. Dengan frequency hopping, gangguan-gangguan pada telekomunikasi seperti jamming dan
noise dapat dikurangi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan penerima FM dengan frequency hopping
yang tersinkronisasi dengan pemancar FM FH. Radio penerima FM dengan frequency hopping ini terdiri dari
dua bagian utama yaitu bagian pengolahan sinyal radio dan bagian pengaturan frequency hopping. Bagian
pengolahan sinyal radio terdiri dari penguat RF, mixer, penguat IF, dan penguat audio. Sedangkan untuk
pengaturan FH terdiri dari osilator referensi, PLL, VCO, presclaer dan pembagi terprogram. Hasil dari
penelitian ini adalah radio penerima FM dengan frequency hopping yang dapat bekerja dengan baik, sinkron
dengan pemancar. Radio penerima ini bekerja dengan frekuensi carrier yang bergantian pada empat frekuensi
yang berbeda yaitu 97 MHz, 99 MHz, 101 MHz dan 100 MHz dengan periode hopping 0,25 detik.

Kata Kunci: frequency hopping, frequency modulation, phase locked loop.

Abstrac
Frequency hopping technique is one of data transmission method in telecommunication. Frequency
hopping can minimize the effect of the telecommunication disturbances such as jamming and noise. This
research is aimed to bulid the FM receiver with synchronized frequency hopping. The FM receiver with
frequency hopping is consists of two part. First, radio signal processing. This part is consists of RF amplifier,
mixer, IF amplifier and Audio amplifier. The second is frequency hopping control. This part is consists of PLL
(Phase Locked Loop), VCO (Voltage Controlled Oscillator), prescaler and programmable counter. The result of
this research is a FM receiver radio with the frequency which is able to work well synchronize with the
transmitter. The receiver operates in four carrier frequency, 97 MHz, 99 MHz, 101 MHZ and 103 MHz with 0.25
second hopping period.

Keyword : frequency hopping, frequency modulation, phase locked loop.

I. PENDAHULUAN dengan menggunakan teknik modulasi FH yang


I.1. Latar Belakang sinkron dengan pemancar FM untuk meningkatkan
Dalam perambatan gelombang radio dari tingkat keamanan komunikasi radio. Periode FH
pemancar ke penerima terdapat beberapa gangguan adalah 0,25 detik. Penambahan 4 FH bertujuan
seperti derau (noise), distorsi tunda waktu (delay) untuk meningkatkan keamanan, sehingga dapat
karena multipath fading dan jamming [1]. Multipath mengantisipasi adanya penyadapan. Pada sistem
fading merupakan gangguan terhadap perambatan komunikasi radio FH menggunakan pemancar dan
gelombang di udara karena perubahan kondisi penerima dengan spesifikasi frekuensi, delay dan
atmosfer secara tiba-tiba [2]. Sedangkan jamming sistem yang sama. Sehingga pancaran dari
adalah pemancaran satu sinyal interferensi dengan pemancar dapat diterima oleh penerima.
sengaja pada kanal yang sama, dirancang untuk
merusak kanal pelayanan yang diganggu. I.2.Tujuan Penelitian
Perkembangan aplikasi sistem komunikasi berbasis Menghasilkan perangkat penerima FM FH
spread spectrum saat ini semakin luas. yang mampu menerima empat sinyal carrier yang
Pada komunikasi digital, teknik modulasi tersinkronisasi dengan pemancar FM FH .
spread spectrum secara umum terbagi menjadi dua
teknik, yaitu DSSS (Direct Sequence Spread I.3.Manfaat Penelitian
Spectrum) dan FHSS (Frequency Hopping Spread Tugas akhir ini juga bermanfaat bagi
Spectrum) [3]. FH (Frequency Hopping) perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
merupakan salah satu teknik spread spectrum yang bagaimana cara menghindari gangguan-gangguan
saat ini perkembangannya semakin luas di aplikasi seperti inteferensi sinyal lain, jamming frekuensi,
sistem komunikasi. Implementasi dari teknik dan lain-lain pada sistem komunikasi FM. Hasil
modulasi FHSS dapat digunakan pada perangkat penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan
komunikasi radio yang membutuhkan keamanan untuk pengembangan sistem komunikasi radio
dalam berkomunikasi. dengan FH.
Dari permasalahan yang telah diuraikan,
penulis akan mengembangkan penerima FM

70 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

II. DASAR TEORI sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Bagian
II.1. Modulasi Frekuensi mixer berfungsi untuk mengurangi frekuensi
Modulasi adalah pengaturan parameter penerimaan menjadi frekuensi intermediate.
suatu sinyal pembawa (carrier) berfrekuensi tinggi Penguat IF mempunyai dua fungsi utama, yang
oleh sinyal informasi berfrekuensi rendah [4]. FM pertama adalah sebagai bandpass untuk
(Frequency Modulation) merupakan salah satu memungkinkan hanya sinyal yang dikehendaki saja
jenis modulasi dimana sinyal modulasi digunakan yang diteruskan ke detektor. Yang kedua adalah
untuk merubah frekuensi frekuensi sinyal sebagai penguat sinyal yang diterima dari mixer.
pembawa. Amplitudo relatif sama. Setelah dikonversi ke frekuensi intermediate, sinyal
FM menjadi teknik modulasi yang sering keluaran mixer dikuatkan oleh beberapa penguat IF.
digunakan karena mempunyai kelebihan dibanding
AM (Amplitude Modulation) antara lain : II.3. Frequency Hopping
1. Perbandingan daya sinyal terhadap daya derau Frequency hopping atau lompatan
S/N (signal to noise ratio) pada FM dapat frekuensi adalah perubahan frekuensi sinyal
ditingkatkan tanpa harus meningkatkan daya pembawa secara periodis dari suatu transmisi sinyal
yang dipancarkan tetapi dengan pelebaran yang diatur oleh algoritma tertentu [5]. Frekuensi
bandwidth. ini akan membawa informasi selama perioda
2. Lebih tahan terhadap noise. Alokasi frekuensi tertentu dan berpindah ke frekuensi yang lain,
untuk FM antara 88 MHz 108 MHz yang begitu seterusnya, seperti diperlihatkan pada
terletak dalam pita VHF (Very High Gambar 2.2.
Frequency) relatif lebih bebas dari gangguan
akibat atmosfer maupun interferensi.
3. Bandwidth yang lebih lebar. FM terletak pada
bagian VHF dari spektrum frekuensi yang
mempunyai bandwidth lebih lebar daripada
gelombang pada bagian MF (Medium
Frequency) .

II.2. Penerima FM
Pesawat penerima harus melaksanakan
sejumlah fungsi [4]. Pertama, penerima harus dapat
memilih sinyal radio FM yaitu dari 88 MHz sampai
108 MHz dan menolak sinyal lain yang tidak
diinginkan. Selanjutnya, penerima harus dapat
Gambar 2.2. Teknik frequency hopping [5].
menguatkan sinyal yang diterima tersebut agar
dapat digunakan pada proses selanjutnya. Akhirnya,
Anak panah pada Gambar 2.21
penerima harus dapat memisahkan sinyal informasi
menunjukkan urutan lompatan (hop) frekuensi dari
dari sinyal pembawa dan menyampaikan kepada
frekuensi
pemakai. Gambar 2.1 menunjukkan diagram blok
penerima FM secara umum. demikian berulang-ulang. Perpindahan frekuensi
terjadi beberapa ratus sampai beberapa ribu kali
dalam satu detik. Stasiun penerima juga harus
melakukan perpindahan frekuensi dengan lompatan
yang sama supaya informasi yang dikirimkan dapat
diterima kembali.

III. PERANCANGAN ALAT


III.1.Model Sistem
Sistem komunikasi radio FM FH
mempunyai blok-blok utama penyusun sistem yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Untuk mendukung
sinkronisasi, pemancar dan penerima FM FH
Gambar 2.1. Diagram blok penerima FM [4]. menggunakan spesifikasi frekuensi, delay dan
sistem yang sama. Sinkronisasi antara pemancar
Penguat-penguat RF tertala (tuned RF amplifier) dan penerima ditunjukkan saat penerima mampu
digunakan untuk memberikan penguatan dan menerima sinyal FH sesuai kanal yang dipancarkan
selektivitas ujung depan (front end) untuk oleh pemancar.
memisahkan sinyal masuk dari antena, sehingga Bagian pemancar (Tx, Transmitter)
didapatkan penyaringan (filtering) bandpass yang mempunyai Tone Generator yang berfungsi untuk
tepat yang diperlukan penguat IF (Intermediate membangkitkan sinyal sinkronisasi dari empat
Frequency) [4]. Mixer digunakan untuk mengubah frekuensi carrier. Keempat frekuensi carrier yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 71


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

telah tersinkronisasi tersebut kemudian diterima termodulasi. Keluaran dari mixer belum
oleh penerima FM (Rx, Receiver) secara bergantian sepenuhnya berupa sinyal informasi tetapi masih
sesuai waktu yang telah ditentukan. TD (Tone berupa sinyal frekuensi intermediate. Rangkaian
Detector) pada Rx berfungsi untuk mendeteksi mixer pada radio penerima FM FH mendapat
sinyal yang sesuai dengan sinyal yang transmisikan masukan dari sinyal VCO dan penguat RF. Kedua
dari TG (Tone Generator). sinyal ini akan dicampur untuk mendapatkan sinyal
IF, agar sesuai dengan sinyal yang dikehendaki oleh
penguat IF. Rangkaian mixer menggunakan IC
CXA1538. Gambar 3.3 adalah gambar hasil
perancangan mixer.
C1 0.01u

R2
7.5k

masukan tone control


Gambar 3.1. Model Sistem. 1 J1
2
30
29
3 28
4 27
III.2. Penerima Radio FM FH 5V 5
6
26
25

CXA1538
Gambar 3.2. menunjukkan blok diagram 7
8
24
23
radio penerima FM FH. Pada awalnya, sinyal radio C2
100u
9
10
22
21
keluaran VCO

ditangkap oleh antena penerima. Karena antena R1 11


12
20
19
akan menangkap semua sinyal yang ada, maka 3k
13
14
18
17
keluaran RF
2
10.7MHz

penguat RF akan memilih sinyal FM dan kemudian 15 16


1
3

dikuatkan.
ANTENA

Penguat
Penguat
Penguat Gambar 3.3. Rangkaian mixer [6].
RF Mixer audio
IF
III.4. Osilator Referensi
Osilator kristal yang terpasang pada
Local oscilator PLL VCO masukan PLL akan digunakan sebagai frekuensi
step untuk mengatur kenaikan dari frekuensi yang
dihasilkan VCO. Frekuensi step yang digunakan
Pembagi Terprogram Prescaler adalah 6.25kHz. Gambar 3.4 adalah gambar hasil
perancangan osilator referensi.

Sub sistem U1
Sinkronisasi 11 7
PI Q4 5
12 Q5 4
RST Q6 6
Q7 14
Q8 13
Q9 15
Gambar 3.2. Diagram blok radio Q10
Q12
1
out 6.25kHz
2
penerima FM FH. Q13 3
Q14
9
Setelah sinyal tersebut dikuatkan oleh PO
PO
10 C3

penguat RF, kemudian sinyal FM tersebut 4060


37pF
dicampur menggunakan mixer dengan sinyal dari R1
osilator lokal yang berupa rangkaian PLL dan VCO 100k Y1
6.4Meg C2
yang telah diatur oleh pencacah 10 tingkat serta
pembagi terprogram. Hasil keluaran dari mixer 100pF

adalah sinyal IF. Sinyal IF ini akan dikuatkan oleh


penguat IF. Karena penguat IF juga berfungsi
sebagai filter bandpass, maka keluaran dari penguat Gambar 3.4. Rangkaian pembangkit frekuensi step
IF berupa sinyal audio. Setelah didapat sinyal 6,25 kHz [6].
audio, sinyal tersebut dikuatkan oleh penguat audio
agar daya dari sinyal tersebut dapat membunyikan III.4. PLL
speaker. PLL ini dirancang agar berfungsi sebagai
penghasil sinyal osilasi. IC PLL pada rancangan ini
III.3. Mixer tidak termasuk VCO, sehingga diperlukan VCO
Mixer pada penerima FM berfungsi untuk dari luar. IC PLL yang digunakan adalah HCT4046.
mendapatkan sinyal informasi dari sinyal Gambar rangkaian PLL ditunjukkan Gambar 3.5.

72 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

out VCO III.4. Perancangan Pembagi Terprogram


3
U1
1
Skema rangkaian pembagi terprogram
4 CIN
VCOUT
PP
P1
2 dengan IC TC9122P dapat dilihat pada Gambar 3.8.
out kristal
14
SIN P2
13
in VCO Pembagi terpogram dibangun dari sebuah IC
40p
6
CX
TC9122. IC ini merupakan IC pembagi yang
C1 memiliki masukan 14 bit. Pembagi ini bekerja
7 9
5 CX
INH
VCOIN dengan prinsip BCD (Binary Code Decimal).
11 10
R2 12 R1 DEMO 15
R1 R2 ZEN
R 4046
3k

Gambar 3.5. Rangkaian PLL [6].

III.4. VCO
Perancangan VCO mengacu pada Gambar
3.6 yang didapat dari salah satu referensi VCO PLL
[7]. Dioda varactor D1 dan D2 sebagai kapasitor Gambar 3.8. Rangkaian Pembagi Terprogram [6]
variabel dikendalikan oleh tegangan LPF (Low Pass
Filter), sehingga memiliki nilai kapasitansi tertentu IV. PENGUJIAN
pada saat tegangan LPF tertentu. Hasil perancangan perangkat keras yang
tergabung dalam blok penerima FH ditunjukkan
pada Gambar 4.1.
R3 330 R5 150 Q1 R7 150
BF494
2 1
12 V
C5
R4 22k R6 15k
1 nF
3

C6 22 pF

C18 C7 15 pF
Siny al Inf ormasi
L1 R9
4700 uF R1 R8 120 68k C15
C1
330 C13 C14 1 nF
68 pF
3

L7 220 uF 0,01 uF
L2 C8 1 nF
2 1 FB1
BF494
1

D1 L3 Q2
C9 1 nF Q3
MV2107 BF494
2 1
C3 C4
dari LPF 22 pF 5 pF
R10 120
2

out
R11

(b)
2

L4 68k
3

MV2107 C10 15 pF
D2

L5
C11 22 pF R15 15k
1

C12
R2 L6
C2 1 nF
330
68 pF R12 22k
3

R13 330 R14 150


2 1
BF494
Q4

(a)
Gambar 3.6. Rangkaian VCO [7].

III.4. Prescaler
Prescaler LB3500 dirancang sebagai
pembagi delapan. Perancangan Prescaler LB3500
mengacu pada rancangan yang terdapat pada
referensi datasheet. Frekuensi carrier harus dibagi
karena komponen pembagi terprogram mempunyai
range frekuensi operasi maksimal sebesar 15 MHz,
yang mengacu pada referensi datasheet. Gambar
3.7 adalah gambar hasil perancangan prescaler. (b)

LB3500 Gambar 4.1. (a) Penerima FM tampak sisi atas


C6
(b) Pemancar FM tampak sisi depan.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

5V
out
C7 1 nF

C1
10 nF
C3
IV.1. Hasil Pengujian Penerimaan
100 pF C2 47 pF Proses pengujian dilakukan dengan model
100 pF C4 C5
10 nF 10 nF sistem yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Pada
bagian pemancar disusun oleh gabungan pemancar
radio FM FH dan tone generator, sedang pada blok
penerima disusun oleh gabungan penerima radio
in
FM FH dengan tone detector.
Gambar 3.7. Rangkaian Prescaler [6].

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 73


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sinyal termodulasi
97MHZ, 99MHZ,
101MHz, 103MHz Sinyal
DTMF
Sinyal informasi

Tone detector

Tone
generator

Penerima radio FM FH
Pemancar radio
FM FH

Gambar 4.2. Pengujian Penerimaan

(a)
(d)
Gambar 4.3. Sinyal termodulasi. (a) Frekuensi 97
MHz, (b) Frekuensi 99 MHz,
(c) Frekuensi 101 MHz, (d) Frekuensi 103 MHz.

Blok penerima hopping menerima sinyal


sinkronisasi dan sinyal informasi. Sinyal informasi
dihasilkan oleh pemancar hopping sedangkan sinyal
sinkronisasi berupa sinyal DTMF yang berasal dari
sub blok tone generator. Sinyal FM terdiri dari
(b) empat frekuensi carrier yaitu 97 MHz, 99 MHz,
101 MHz dan 103 MHz. Sinyal FM yang diterima
oleh radio penerima FM FH ditunjukkan pada
Gambar 4.3.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan
pada rangkaian Radio Penerima FM Frequency
Hopping, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Alat yang telah dibuat dapat bekerja dengan
(c) baik sesuai dengan perancangan.
2. Radio penerima dapat menala dengan baik
pemancar dengan frekuensi carrier 97 MHz,
99 MHz, 101 MHz dan 103 MHz secara
bergantian.
3. Periode hopping untuk satu frekuensi adalah
0,25 detik. Dengan mendeteksi sinyal DTMF
sebagai sinyal tersinkronisasi yang dipakai
pada tone detector.

74 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA
[1] Hioki, Warren., Telecommunication, 3rd
edition. Prentice Hall, 1998.
[2] www.answer.com
[3] Ulrici Rohde, Jerry Whitaker., Communications
Receiver.Third edition, McGraw-
Hill,2002
[4] Dennis Roddy, Kamal Idris, Jhon Coolen.,
rd
Electronic Communication. 3 edition,
Prentice Hall Inc, New Jersey, 1995.
[5] Wijaya, Damar, Peningkatan Kapasitas Sistem
dan Kualitas Sinyal Pada Jaringan GSM dengan
Frekuensi Hopping, Majalah SIGMA., vol 5.
No 2, hal. 171-183, Juli 2002..
[6] www.alldatasheet.com
[7] www.irational.org/veronica

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 75


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

REKAYASA ROBOT CERDAS PEMADAM API


PADA AREA EMPAT RUANGAN
Joko Prasojo1, Tugino2, Dian Figana3
1,2)
Pengajar di Jurusan Teknik Elektro, STTNAS Yogyakarta
3)
Mahasiswa Teknik Elektro STTNAS, Yogyakarta
E-mail : Jepras05@yahoo.com

ABSTRAK

Setiap ada peristiwa kebakaran, pasti akan merugikan berbagai fihak. Kebakaran adalah peristiwa
yang sangat merugikan, untuk itu diperlukan suatu operator pemadam kebakaran yang sigap dan cekatan untuk
mengatasinya, termasuk harus mampu menjangkau daerah yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia
sekalipun, sehingga kerugian materi dan non materi dapat diminimalisir. Robot pemadam api berbasis
mikrokontroler menawarkan sebuah alternatif pemecahan. Untuk melakukan hal tersebut dirancang sebuah
model robot cerdas pemadam api dengan pengendali mikrokontroler AT89S51 sebagai prosesor utama. Sistem
penggerak roda utama menggunakan motor DC 12 Volt, detektor dinding menggunakan sensor ultrasonik ping
parallax, sensor api menggunakan UVTRON, dan alat pemadam api menggunakan kipas yang diputar oleh
motor DC. Api disini dimodelkan dengan api lilin. Panas api lilin akan dideteksi oleh sensor panas UVTRON,
sensor ini mendeteksi besarnya radiasi yang dipancarkan oleh api lilin . Saat dijalankan, robot akan memasuki
ruangan, yang mana pendeteksian ruangan menggunakan sensor dinding, jika di ruangan tersebut terdapat api,
maka robot akan memadamkan api lilin tersebut. Setelah itu robot akan memeriksa apakah api sudah padam
atau belum. Hasil percobaan robot pemadam telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu berawal dari
home kemudian berjalan menyusuri ruangan 4 (empat), kemudian robot memasuki ruang 3 (tiga) ,selanjutnya
ruangan 2 (dua) dan ruangan 1 (satu). Apabila di salah satu ruangan tersebut terdapat api lilin, maka robot
akan mendekati api lilin tersebut dan memadamkannya dengan alat pemadam yang sudah disiapkan yaitu
berupa kipas. Durasi waktu rata-rata yang diperlukan robot mulai saat bergerak hingga selesai memadamkan
api berkisar 1 menit.

Kata Kunci : Kebakaran, robot, mikrokontroler

I. PENDAHULUAN melalui gerakan-gerakan yang terprogram untuk


berbagai tugas.(Groover, M P, dkk, 1986).
Robot cerdas pemadam api adalah suatu Robotika merupakan sebuah teknologi yang
manipulator yang dapat diprogram multifungsi dan merupakan gabungan dari penerapan bermacam
dirancang untuk memadamkan api serta dapat disiplin ilmu. Untuk mengetahui kekomplekan dan
mendeteksi keadaan lingkungan di sekitarnya. aplikasi teknologi robotika diperlukan pengetahuan
Robot ini tersusun atas tiga bagian utama. Bagian bermacam disiplin ilmu, diantaranya : teknik mesin
pertama yakni struktur fisik robot yang dilengkapi yang akan berhubungan dengan mekanik dan teknik
dengan mekanisme 4 (empat) buah roda, bagian elektro yang akan berhubungan dengan teknik
kedua adalah sensor pengindera sebagai deteksi pengendaliannya.
keadaan sekitar dan deteksi keberadaan sumber
nyala api dan bagian ketiga adalah sebuah 2.1. Robot
mikrokontroler yang berfungsi sebagai pemroses Kata robot pertama kali diperkenalkan
utama yang bertugas menganalisa semua data oleh seorang penulis dari Czech yang bernama
masukan, menentukan keputusan yang akan Karel pada tahun 1921. Kata Robot berasal dari
dilakukan, serta mengendalikan keseluruhan sistem kata robota yang artinya gerak. Suatu prototip
yang ada pada robot. Rancangan Robot ini dapat diklasifikasikan sebagai robot, jika mampu
diharapkan mampu mendeteksi dan bergerak melakukan hal-hal sebagai berikut.
mencari sumber nyala api disalah satu dari empat 1. Penginderaan untuk mendapatkan informasi
ruangan yang berbeda dan selanjutnya mampu dari keadaan lokasi sekitarnya.
memadamkan nyala api tersebut dengan 2. Dapat melakukan tugas yang berbeda-beda
perlengkapan pemadam api yang dibawa oleh robot. seperti melakukan sesuatu yang berupa fisik
bisa berupa memindahkan atau memanipulasi
II. LANDASAN TEORI objek.
3. Dapat di program ulang, dapat melakukan
Robot menurut The Robot Institute of fungsi yang berbeda.
American (RIA), adalah suatu manipulator yang 4. Berfungsi secara otomatis dan/atau dapat
dapat diprogram multifungsi dan dirancang untuk berinteraksi dengan manusia.
memindahkan materi, benda atau alat tertentu

76 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2.2. Op-amp (operational amplifier) penampil kristal cair matrik. LCD sepenuhnya
dikendalikan oleh perintah-perintah yang telah
Penguat operasional yang disingkat dengan
diprogram, sehingga tampilan dapat terlihat dan
op-amp merupakan piranti elektronika yang
dimengerti. Rancangan robot ini menggunakan
dirancang dan di desain dengan berbagai macam
LCD tipe M1632 buatan Hitachi Corp.
komponen baik aktif maupun pasif menjadi suatu
rangkaian khusus, dan dikemas dalam bentuk IC,
sehingga hanya menambahkan beberapa komponen 2.9 .Sensor jarak (distance sensor)
saja menjadi rangkaian tertutup.
Sensor jarak digunakan untuk mengetahui
posisi robot terhadap dinding kanan, dinding kiri,
2.3.Transistor dan dinding depan. Dengan diketahuinya posisi ini
maka robot dapat memberikan keputusan gerakan
Perancangan robot ini menggunakan
apa yang akan dilakukan. Pada rancangan robot ini
transistor sebagai driver motor DC, yakni rangkaian
menggunakan sensor jarak buatan PING parallax.
untuk menggerakkan motor DC dengan luaran arus
yang lebih besar. Penguat Common-Emiter ( CE )
digunakan dalam penelitian ini sebagai rangkaian 2.10. Sensor api (flame detector)
driver motor DC dengan prinsip kerja pensaklaran
ON-OFF. Sensor api yang digunakan pada penelitian ini
adalah hamamatsu UVTRON flame detektor yang
dapat mendeteksi api dari lilin dalam jarak 5 meter.
2.4. Ligthing Emitor Diode (LED) Biasanya digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
sumber api seperti lilin, yang beroperasi pada
LED yaitu suatu komponen dioda
panjang spektral 185-160 nm.
semikonduktor yang jika diberikan tegangan bias
maju maka dapat memancarkan cahaya. Prinsip
kerja LED sama dengan prinsip kerja dioda. 2.11. Motor servo
Motor servo adalah motor yang mampu
2.5. Fototransistor bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan
sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan
Fototransistor merupakan sensor peka
hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle
cahaya yang dapat digunakan untuk mentrans-
isyarat PWM pada bagian pin kontrolnya.
formasikan perubahan intensitas cahaya menjadi
perubahan arus listrik. Fototransistor memiliki dua
rangkaian yaitu rangkaian common collector dan 2.12. Mikrokontroller AT89S51
rangkaian common emitter.
Mikrokontroller AT89S51 merupakan salah
satu seri dari keluarga mikrokontroller AT89S.
2.6. Optocoupler Mikrokontroller AT89S51 mempunyai 32 jalur I/O,
4Kbyte ISP Flash, 256 x 8 bit RAM internal, 3
Optocoupler merupakan komponen buah 16-bit pewaktu (timer)/ pencacah (counter), 2
elektronika yang dapat mentransfer isyarat elektrik buah data pointer, 8 buah sumber interupsi (Atmel,
atau tegangan dari rangkaian satu dengan rangkaian 2003).
yang lain tanpa menghubungkan isyarat elektrik
pada masing-masing rangkaian. Dalam satu chip,
optocoupler terdiri dari Infrared LED dan III. METODOLOGI PENELITIAN
komponen photodetector. 3.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian
2.7. Motor DC yakni Bagian konstruksi robot, bagian perangkat
Motor DC ( Direct Current ) adalah mesin lunak (software) dan bagian rangkaian elektronis.
listrik yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus Perangkat lunak yang digunakan adalah; ISP
searah menjadi tenaga mekanik berupa putaran. programmer sebagai editor program, TS Control
Konstruksi dasar motor DC sama seperti generator, Emulator 8051 buatan Tarvydas-Stanford Controls
dan sebenarnya suatu mesin listrik DC dapat Inc. Skema rangkaian menggunakan Electronic
difungsikan sebagai motor dan juga sebagai Workbench dan EAGLE Layout Editor 4.02r2
generator. buatan CadSoft Computer GmbH. Desain layout
PCB menggunakan Protel15 PCB Untuk bagian
2.8.Liquid Chrystal Display ( LCD ) elektronois adalah komponen-komponen elektonika
dan bahan baku yang dipergunakan pada rancangan
Liquid Chrystal Display (LCD) atau robot. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari
tampilan kristal cair merupakan sebuah modul peralatan elektrik dan peralatan mekanik.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 77


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2. Jalan Penelitian perangkat keras, pembuatan robot, percobaan, dan


Penelitian tentang perancangan dan analisa.
pembuatan robot pemadam api dengan konfigurasi
empat ruangan yang berbeda ini dilakukan dalam
beberapa tahap penelitian. Tahapan penelitian 3.2.1. Perancangan sisitem elektrik robot
tersebut antara lain adalah; pengumpulan bahan, Gambar 1 adalah diagram sistem elektrik
perancangan sistem kerja robot, perangkat lunak, robot.

Gambar 1. Diagram sistem elektrik robot

3.2.2. Sensor jarak 3.2.6. LCD


Sensor jarak digunakan untuk mengetahui Desain robot dilengkapi dengan modul
posisi robot terhadap dinding. Dengan diketahuinya LCD untuk menampilkan huruf dan angka yang
posisi ini maka robot dapat memberikan keputusan berhubungan dengan langkah kerja robot. LCD
gerakan selanjutnya yang akan dilakukan. tidak dapat bekerja sendiri, sehingga harus
dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51.
Hubungan ini menggunakan interface data 8-bit.
3.2.3. Sensor api
Hamamatsu UVTRON flame detektor dapat
mendeteksi api dari lilin dalam jarak 5 meter. 3.2.7. Motor servo
Biasanya digunakan sebagai alat untuk mendeteksi Motor servo adalah motor yang mampu
sumber api seperti lilin, yang beroperasi pada bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan
panjang spektral 185-160 nm. Sensor ini akan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan
mengeluarkan logika high atau logika low jika ada hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle
api yang terdeteksi. sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya.

3.2.4. Rangkaian sensor garis putih 3.2.8. Rangkaian optocoupler


Sensor garis putih digunakan untuk Dalam berbagai aplikasi, optocoupler
mendeteksi adanya lintasan garis dengan warna dihubung seri dengan resistor pada input dan output
dasar yang berbeda. Prinsip kerja sensor nya. Hal ini dilakukan agar dapat menahan arus
memanfaatkan pancaran cahaya LED ke arah garis, yang diterima oleh komponen input dan output
kemudian phototransistor akan menerima sinar pada optocoupler, sehingga tidak terjadi kerusakan
pantulan. akibat arus yang besar.

3.2.5. Rangkaian driver motor DC


Driver yang digunakan pada rancangan 3.2.9. Power suplai
robot pemadam api adalah driver motor yang dapat Rangkaian power suplai digunakan untuk
mengendalikan kecepatan motor DC menggunakan memberikan suplai tegangan yang stabil dan
prinsip PWM yaitu dengan pengaturan lebar pulsa terproteksi jika ada kelebihan tegangan maupun
yang dikontrol oleh mikrokontroller. hubung singkat.

78 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2.10. Rangkaian pemrogram (downloader) diruangan tersebut. Hasil dari pengujian dapat
Untuk bekerja secara otomatis, robot harus dilihat pada tabel 1.
terlebih dahulu dilakukan pemrograman.
Pemrograman dilakukan dengan menggunakan Tabel 1. Hasil pengujian sensor api
rangkaian pemrogram yang terhubung dengan INDIKATOR
komputer yang telah terinstal software ISP JARAK (meter) SENSOR API
progammer.
1 nyala
2 nyala
3.3. Pembuatan program 3 nyala
Pembuatan program dilakukan berdasar 4 nyala
atas kebutuhan pergerakan robot yang akan dibuat.
Sehingga dapat dipastikan listing program yang 5 nyala
akan dibuat guna menunjang pergerakan robot. 6 mati
Diagram alir (flowchart) program untuk
mengendalikan robot yang dibuat adalah seperti Pengujian dilakukan untuk mengamati seberapa
pada gambar 2. jauh dan akurat sensor api, UVTRON flame
detector dapat dipergunakan untuk mendeteksi
sumber api sampai dengan jarak 5 meter.

4.3. Pengujian Sensor Garis


Pada pengujian sensor garis ini ada beberapa
parameter yang ditentukan yaitu: tegangan input
(V in ), tegangan referensi (V ref ), tegangan output
komparator (V out komparator). V ref adalah tegangan
yang terukur pada VR (variable resistor)
merupakan tegangan input noninverting.
Pengujian rangkaian sensor garis dilakukan dalam 2
kondisi, yaitu kondisi phototransistor 0 dan 1.
Kondisi 0 adalah kondisi dimana phototransistor
tidak menerima cahaya infra merah hasil pantulan
suatu bidang datar berwarna hitam atau hijau dari
LED super bright. Kondisi ini bisa dikatakan
kondisi dimana phototransistor tidak menerima
cahaya infra merah. Sedangkan phototransistor
mempunyai kondisi 1 adalah kondisi dimana
phototransistor menerima cahaya infra merah hasil
pantulan dari bidang datar berwarna putih yang
Gambar 2. Flowchart program pengendali robot dipancarkan oleh LED super bright.
IV. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.4. Pengujian Rangkaian Driver Motor DC
4.1. Sensor Jarak (distance detector) Pengujian rangkaian driver motor DC
Pengujian dimaksudkan untuk mendapat-kan hanya satu parameter yang ditentukan yaitu V out
besaran jarak yang dideteksi oleh sensor jarak. Pada motor. V out motor merupakan tegangan yang
pengujian ini, digunakan alat bantu berupa LCD terukur pada motor. Sumber tegangan yang
untuk mengukur jarak yang dideteksi oleh sensor diperlukan dalam pengujian ini ada 2 yaitu
tersebut. Sensor jarak ini mampu bekerja dengan tegangan 5,2 volt dan 11,18 volt. Tegangan 5,2 volt
baik dan akurat, sensor jarak ini memiliki digunakan sebagai tegangan input, sedangkan
kemampuan pengukuran minimal 2 cm dan tegangan 11,18 volt digunakan untuk memberikan
maksimal 254 cm. tegangan pada motor. Pengujian ini dilakukan
dalam 6 kondisi seperti terlihat pada Tabel 4.4.
4.2. Pengujian Sensor Api (flame detector) Enam kondisi tersebut adalah kondisi ketika input
Pengujian pada bagian sensor api ini A dan input B bernilai 0 dan 0; 1 dan 0;
dimaksudkan untuk mendapatkan besaran jarak serta 0 dan 1 serta kondisi PWM bernilai 1
yang mampu dideteksi oleh sensor api yaitu dan0. Input bernilai 0 jika input tersebut
UVTRON flame detector dari robot ini. Seperti diberikan tegangan sebesar 0 volt atau sama seperti
yang telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa tidak diberikan tegangan. Sedangkan input bernilai
sensor api dapat mendeteksi keberadaan api dengan 1 jika input tersebut diberikan tegangan sebesar
melihat indikator berupa led, yaitu jika led indikator 5,2 volt.
menyala berarti sensor telah mendeteksi adanya api
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 79
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.5. Pengamatan LCD M1632 Tabel 3. Hasil pengujian kerja robot pemadam
Perancangan robot menggunakan LCD
tipe M1632 untuk menampilkan tulisan berupa Per- Msk Msk Msk Msk BD
Pmdm Waktu
jarak dari sensor jarak terhadap objek, strategi dan nyala mn,
cob R1 R2 R3 R4 (kali)
alur program. api dt
1 Tdk Tdk Tdk Ya 2 Ya 22
4.6. Pengujian Motor Servo 2 Tdk Tdk Tdk Ya 3 Ya 36
3 Tdk Tdk Tdk Ya 3 Ya 33
Pengujian ini bermaksud untuk mendapat-
4 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:20
kan besar sudut yang mampu dilakukan oleh motor
5 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:30
servo. Seperti yang telah dibahas pada bab 3 bahwa 6 Tdk Tdk Ya Ya 3 Ya 1:21
motor servo mampu bekerja dua arah ( Clockwise 7 Tdk Ya Ya Ya 4 Ya 1:40
(CW) dan Counter Clockwise (CCW)) dimana arah 8 Tdk Ya Ya Ya 3 Ya 1:38
dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan 9 Ya Ya Ya Ya 5 Ya 2:28
hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle 10 Ya Ya Ya Ya 5 Ya 2:30
sinyal PWM. Hasil dari pengujian dapat dilihat
pada Tabel 2. Keterangan :
BD : Bentur Dinding
Tabel 2. hasil pengujian jarak motor servo Pmdm : Pemadaman
Vcc=5,2 volt
NO. gerakan gerakan FK (%)
(derajat) (derajat) V. PENUTUP
1 20 10 33,33 5.1. Simpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan
2 30 32 3,22
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
3 60 74 10,44
dapat diambil beberapa simpulan, sebagai berikut.
4 90 106 8,16
1. Dalam pegujian fungsi kerja robot
5 120 137 6,61 pemadam api, robot sudah dapat bekerja
6 180 217 9,31 sesuai dengan yang diharapkan yaitu robot
dapat bergerak menyusuri ruang kerja dan
4.7. Pengujian Robot Dilapangan mencari sumber nyala api, memadamkan
Dalam percobaan ini, lilin akan diletakkan nyala api tersebut.
secara acak di salah satu ruangan. Robot tidak harus 2. Sensor-sensor yang digunakan sudah
mengetahui pasti keberadaan dari posisi lilin, dan berfungsi sesuai dengan yang diinginkan.
yang terpenting adalah keakuratan dan kecepatan
robot dalam memeriksa masing-masing ruangan.
Hasil pengujian menunjukkan robot 5.2. Saran
mampu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, Untuk pengembangan robot pemadam api
tetapi hasil-hasil pengujian kerja robot pemadam ini, maka ada beberapa saran yang diharapkan dapat
ditinjau dari pergerakan yang terjadi dan waktu membantu menyempurnakan robot ini yaitu:
tempuh yang diperlukan bersifat tidak sama. Durasi 1. Agar dapat bernavigasi dengan baik maka
waktu rata-rata yang diperlukan robot saat mulai diperlukan counter putaran roda.
bergerak hingga selesai berkisar 1 menit 30 detik. 2. Modifikasi motor dc penggerak roda
Dengan melihat hasil percobaan mulai dari dengan cara melilit ulang lilitan motor dc.
robot sampai memadamkan api sudah sesuai 3. Mengganti aki kering robot dengan aki
dengan tujuan dari penelitian ini, namun masih ada kering yang lebih ringan.
beberapa hal yang perlu perbaikan yaitu mengenai 4. Karena sensor api tidak bisa mengetahui
motor dc-nya. Karena motor yang digunakan jarak api dengan robot, maka diperlukan
adalah motor bekas dengan tegangan 24 volt, tambahan sensor yang bisa mengetahui
sehingga performa tidak dapat maksimal. jarak api dengan robot.
Secara rinci hasil pengujian kinerja robot
dapat dilihat seperti pada table 3 .

80 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA

Coughlin, Robert,F, dan Driscoll, Frederick,F,


1994, Penguat Operasional dan Rangkaian
Terpadu Linier, Erlangga, Jakarta.
Horn. Delton.T, 1988, Teknik Merancang
Rangkaian Dengan Transistor, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Malik. Moh.ibnu, 2003, Belajar Mikrokontroler
Atmel AT89S8252, Gava Media,
Yogyakarta.
Putra. Agfianto. Eko., 2003, Belajar Mikrokontroler
Edisi 2, Gava Media, Yogyakarta.
Sustrino, 1986, Elektronika teori dan Penerapannya
Edisi 1, ITB,Bandung.
Sustrino, 1987, Elektronika teori dan Penerapannya
Edisi 2, ITB,Bandung.
www.atmel.com
www.parallax.com
www.hamamatsu.com
www.ee.ccny.cuny.edu/www/web

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 81


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS STABILITAS TRANSIENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE


PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN AYUNAN PADA JARINGAN
TEGANGAN 150 kV

M. Arsyad1), Furqonul Fahmi2)


1)
Staf Pengajar Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
2)
Mahasiswa Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
1)
arsyad.mohammad@g.mail.com

Abstrak
Kestabilan berhubungan langsung dengan kualitas dan kontinyuitas layanan. Kestabilan sistem tenaga
ditentukan oleh perilaku dinamis unit - unit pembangkit. Penelitian membahas perilaku dinamis pengoperasian
beberapa generator sinkron dan untuk menyelidiki berbagai faktor yang mempengaruhi kestabilan sistem tenaga
listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu metode analisis kestabilan yang praktis, informatif,
dan cukup akurat. Analisis dilakukan dengan metode penyelesaian numerik persamaan ayunan. Pengamatan
dilakukan terhadap osilasi antar rotor, keserempakan generator, kemampuan dan kecepatan sistem mencapai
keadaan steady state yang baru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan dapat menyebabkan osilasi antar generator yang
mengurangi kemampuan dan kecepatan sistem dalam mencapai kondisi steady state. Osilasi ini mengakibatkan
perubahan tegangan dan frekuensi untuk waktu yang lama. Tingkat kestabilan dapat ditingkatkan dengan
mengatur pembebanan untuk setiap unit pembangkit sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing
masing pembangkit, konfigurasi jaringan, serta beban beroperasi. Simulasi dari beberapa kasus menunjukkan
bahwa respon generator terhadap gangguan sangat dipengaruhi oleh kondisi pengoperasian, lama waktu
gangguan, lokasi gangguan, dan perubahan konfigurasi jaringan.

Kata kunci: integrasi numerik, stabilitas transien, sistem multi machine, swing equation.

I. PENDAHULUAN Studi mengenai transient stability dibutuhkan


Stabilitas suatu sistem tenaga listrik adalah untuk menjamin bahwa sistem dapat bertahan
kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja dalam keadaan transien. Beberapa metode untuk
secara normal setelah mengalami gangguan. Suatu analisis kestabilan sudah tersedia dan masih
sistem dikatakan stabil, jika osilasi yang terjadi dikembangkan hingga saat ini. Untuk sistem multi
makin mengecil. Secara umum stabilitas pada suatu machine, metode yang memberikan hasil akurat dan
sistem tenaga diklasifikasikan menjadi 2, yaitu memuaskan adalah metode metode penyelesaian
stabilitas steady state, dan stabilitas transient. numerik persamaan ayunan, serta dapat memberi
Kestabilan sistem tenaga sangat dipengaruhi informasi tentang perubahan berbagai parameter
oleh perilaku dinamis generator sinkron dalam sistem.
merespon berbagai macam perubahan yang
mungkin terjadi. Ketika sistem multi machine II. METODE PENELITIAN
memasuki kondisi transien, terjadi osilasi inter
Secara umum analisis terdiri dari:
mesin melalui saluran transmisi yang
a. Menghitung aliran daya steady state
menghubungkan mesin-mesin tersebut. Osilasi ini
b. Mencari nilai mula dan parameter
mempengaruhi frekuensi, tegangan, sudut daya, dan
konstanMenyusun persamaan sistem
aliran daya pada sistem. Apabila sistem yang yang
c. Merepresentasi gangguan dan perubahan
sedang beroperasi dalam kondisi steady state
jaringan dengan modifikasi matrik admitansi
diganggu, maka ada penyesuaian kembali dari
jaringan
sudut daya generator sinkron. Ketidakseimbangan
d. Simulasi
antara pembangkitan dan beban menciptakan
kondisi steady state baru dengan penyesuaian sudut
1. Data
daya. Gangguan seperti : pelepasan generator,
hubung singkat, pelepasan saluran, pelepasan
Sistem yang diuji adalah sistem 150 KV
beban, ataupun perubahan kecil pada beban saat
dengan tujuh generator sinkron di Pusat
kondisi normal akan menyebabkan perubahan
Pembangkit Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
kondisi pengoperasian. Perilaku sistem selama
Tambaklorok.
masa ini disebut unjuk kerja dinamis.

82 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

b. Data generator dalam satuan per unit (pu) e. Data Beban dalam satuan per unit (pu)

Gen. Xd' H D Beban PL QL


G1 0,4745 0,8376 0,0716 L1 0.6375 0.3951
G2 0,4833 0,8223 0,0730 L2 0.6375 0.3951
G3 0,4221 0,9415 0,0637 L3 0.5950 0.3687
G4 0,5623 0,7068 0,0849 L4 0.5950 0.3687
G5 0,4442 0,8946 0,0671
L5 0.5525 0.3424
G6 0,4368 0,9098 0,0659
G7 0,4413 0,9005 0,0666 L6 0.5100 0.3161
L7 0.5865 0.3635
c. Data saluran dalam satuan per unit (pu) L8 0.5865 0.3635

Cab. R X 2. Persamaan sistem


1 0.0443 0.1325 Dinamika sistem direpresentasikan oleh:
a. Persamaan diferensial
2 0.0443 0.1325 d i
3 0.1907 0.5964 i S
4 0.1907 0.5964 dt (1)
d i S
5
6
0.0963
0.1037
0.2875
0.3096
P m ,i Pe ,i Di i S
dt Hi (2)
7 0.0963 0.2875
8 0.0220 0.0371
Persamaan ayunan ditranformasikan ke dalam
9 0.0220 0.0371
bentuk pernyataan variabel sebagai berikut :
10 0.0881 0.1480
d
11 0.0881 0.1480 (3)
12 0.0479 0.0805 dt 2
13 0.0479 0.0805
14 0.0479 0.0805 d f 0
Pa (4)
15 0.0331 0.0556 dt 2 H
16 0.0358 0.0602
17 0.1321 0.2220 Dengan menggunakan metode euler, harga
18 0.1321 0.2220 untuk dan ( t1 t 0 t ) adalah seperti
19 0.0718 0.1207
20 0.0718 0.1207 persama-an berikut :
21 0.0718 0.1207
22 0.1541 0.2590 d
i p1 i i t (5)
23 0.1541 0.2590 dt
d
d. Data Trafo dalam satuan per unit (pu) ip1 i i t (6)
dt
Trafo R X Dengan menggunakan pendekatan harga
T1 0.0030 0.1021
p
i 1 dan p
i 1 yang diturunkan pada akhir
T2 0.0030 0.1021
interval maka dapat ditentukan :
T3 0.0002 0.1021
T4 0.0002 0.1021
d
T5 0.0024 0.1021 ip1
ip1 (7)
T6 0.0024 0.1021 dt
T7 0.0024 0.1021 d f 0
ip1
Pa ip1
(8)
dt H

Sehingga harga rata-rata dan untuk yang


lebih baik adalah sebagai berikut :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 83


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

d d II. HASIL PENELITIAN


i ip 1
ie1 1 dt dt t (9) 1. Kondisi Steady State
2
Persamaan aliran daya yang diselesaikan
dengan metode Nwton Raphson menggunakan
d d bantuan program matlab diperoleh hasil sebagai
i i p 1 (10)
e
i 1 1 dt dt t berikut :
2

bus V v P Q
1 1.0500 0 0,1898 - 0,0386
b. Persamaan aljabar 2 1.0500 -1.3089 - 0,1453 0.0806

5
1 3 1.0500 -2.4355 - 0,3516 0,3925
E i' sin n Vk sin k YinVn cos( in n ) 0
'
X d ,i n 1
4 1.0000 43.0288 0,1489 - 0.0199
5 1.0000 40.8579 0.1712 - 0.0038

5
1
X d' ,i
E i
'
cos i V i cos i
n 1
YinVn sin( in n ) 0 6 1.0000 41,0700 0.1712 - 0.0060
7 1.0000 40.8579 0.1712 - 0.0038
i = 1, ..., 5 n = 1, ... 5 8 0.9420 14.0866 0 0
9 0.9397 13.7702 0 0
3. Metode penyelesaian 10 0.9383 13.7769 0 0
Karena solusi analitik dari persamaan 11 0.9905 38.7212 0 0
diferensialaljabar diatas tidak ada, maka 12 0.9878 38.3719 0 0
penyelesaian dilakukan menggunakan metode 13 0.9876 38.3789 0 0
numerik yakni integrasi step by step domain 14 0.9878 38.3719 0 0
waktu yang diimplementasikan dengan Matlab. 15 1.2065 -7.1518 0 0
Langkah pertama adalah mencari aliran 16 1.2008 -7.3598 0 0
daya kondisi steady state. Nilai mula dan 17 1.2633 -12.7440 0 0
parameter konstan untuk analisis kestabilan 18 1.2494 -13.4707 0 0
dicari berdasarkan hasil perhitungan aliran 19 1.2418 -14.0839 0 0
daya steady state. Langkah selanjutnya adalah
20 1.2418 -14.0839 0 0
menjalankan program simulasi yang telah
21 1.2418 -14.0839 0 0
dibuat dengan interval integrasi (step size)
0.005 detik. Diagram alir penelitian adalah 22 0.9388 19.1180 0 0
sebagai berikut: 23 0.9786 37.8054 0 0
24 1.2634 -12.7411 0.6375 0.3951
24 1.2634 -12.7411 0.6375 0.3951
24 1.2634 -12.7411 0.5950 0.3687
24 1.2634 -12.7411 0.5950 0.3687
25 1.2321 -14.8457 0.5525 0.3424
25 1.2321 -14.8457 0.5100 0.3161
25 1.2321 -14.8457 0.5865 0.3635
25 1.2321 -14.8457 0.5865 0.3635

2. Nilai mula dan Parameter konstan

Nilai mula untuk kondisi sebelum gangguan

Gen 0 o V G0 P e0
1 0 18.000 1.0500 0,1898
2 -1.308 18.000 1.0500 - 0,1453
3 -2.435 18.000 1.0500 - 0,3516
4 43.028 18.000 1.0000 0,1489
5 40.579 18.000 1.0000 0.1712
6 41.070 18.000 1.0000 0.1712
7 40.857 18.000 1.0000 0.1712

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

84 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Parameter konstan selama periode transien : A. Matrik admitansi


a. Periode gangguan
Gen. E' d Pm Pada saat terjadi hubung singkat berarti
1 1,0708 0,1898 elemen diagonal Y 22,22 dari Y TL nilainya
2 1,0890 - 0,1453 menjadi sangat besar (short circuit).
3 1,228 - 0,3516 Sedangkan elemen off - diagonal nilainya
4 1,0145 0,1489 sangat kecil (open). Keadaan jaringan periode
5 1,0044 0.1712 ini diwakili oleh matrik admitansi Y F . Pada
6 1,0052 0.1712 saat progaram simulasi dijalankan
7 1,0044 0.1712 menggunakan matlab, setelah dilakukan
3. Simulasi Gangguan hubung singkat dekat bus 22 eliminasi melalui reduksi kron diperoleh
dan clearing melalui trip saluran 22 matrik admitansi periode gangguan Y F,red
sebagai berikut :

8,601 71,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 8,5953 88,8 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1,299 68,762 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0

00 0 00 0 00 0 1,163 68,3 0,264 72,2 0,250 72,4 0,265 72,2

00 0 00 0 00 0 0,265 72,2 2,014 67,7 0,488 72,2 0,516 74,2

00 0 00 0 00 0 0,250 72,4 0,482 72,2 1,929 67,9 0,488 72,2

00 0 00 0 00 0 0,265 72,2 0,516 72,1 0,488 72,2 2,014 67,7

Dari matrik admitansi terlihat bahwa gangguan di nilai admitansi awal menunjukkan kedekatan bus
bus 22 menyebabkan bus 1, 2, dan 3 terpisah dari ini ke reference yang disebabkan oleh gangguan
bus - bus lain selama gangguan berlangsung. Hal short circuit bus 22. Selama periode ini G 1 , G 2, dan
ini ditunjukkan oleh elemen diagonal yang sama G 3 tidak mentransfer daya ke jaringan.
dengan nol. Pertambahan nilai elemen diagonal dari

b. Periode gangguan
Matrik admitansi Y PF periode pasca gangguan :
6,149 72,10 5,402 73,90 0,581 68,7 0 000 000 000 000
5,402 73,90 6,143 72,10 0,581 68,7 0 000 000 000 000
0,581 68,7 0 0,581 68,7 0 1,162 68,7 0 000 000 000 000
000 000 000 1,1137 68,50 0,3616 70,10 0,3591 70,20 0,3616 70,10
000 000 000 0,3616 70,10 1,826 68.10 0,6651 70,10 0,7043 69,90
000 000 000 0,3591 70,20 0,6651 70,10 1,761 68,20 0,6651 70,10

000 000 000 0,3616 70,10 0,7043 69,90 0,6651 70,10 1,826 71,50

Matrik admitansi Y PF menunjukkan bahwa trip


saluran 22 mengakibatkan keserempakan antara
generator kelompok 1 (G 1 , G 2 , G 3 ) dengan
kelompok 2 (G 4 , G 5, G 6, G 7 ) berkurang. Hal ini
dicerminkan oleh elemen diagonal kelompok 1 dan
kelompok 2 yang berkurang nilainya dari nilai
admitansi pra gangguan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 85


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

B. Hasil Simulasi

a. Untuk Tcr = 0,19 detik

Hasil simulasi menunjukkan bahwa sistem stabil,


ditunjukkan oleh osilasi semua generator yang
semakin kecil dan kembali ke daerah kestabilan

b. Untuk Tcr = 0,20 detik

86 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sistem tidak stabil. Dari aspek keserempakan antar


generator, terlihat kehilangan keserempakan. Grafik
Pm menunjukkan bahwa tidak ada damping bagi
semua generator. Dilihat dari tegangan terminal,
(V 1 , V 2 , V 3 ) terus berosilasi tidak teredam antara
0,6 pu sampai 1,15 pu. Sedangkan (V 4 , V 5, V 6 , V 7 )
naik dan terjadi osilasi namun tidak terlalu ekstrim.
Terlihat bahwa ketidakstabilan sudut rotor
mengakibatkan semua parameter penting seperti
tegangan, output daya aktif, dan frekuensi tidak
stabil. Untuk T cr = 0.20 detik, titik kesetimbangan
atau kondisi operasi stabil yang baru tidak dapat
tercapai.

IV. KESIMPULAN
1. Hasil simulasi pada lokasi gangguan hubung
singkat di bus 22 dan saluran 22 menunjukkan
untuk lama waktu gangguan 0,19 detik sistem
stabil ditunjukkan oleh osilasi yang semakin
kecil dan stabil, sedangkan untuk lama waktu
gangguan 0,20 detik sistem tidak stabil
dtunjukkan oleh osilasi yang terjadi naik turun
tidak teredam, dapat disimpulkan kestabilan
suatu sistem tenaga listrik pada saat terjadi
gangguan simetris sangat dipengaruhi oleh
lamanya waktu gangguan (T cr )
2. Hasil simulasi pada lokasi gangguan hubung
singkat di bus 22 dan saluran 22 untuk lama
waktu ganguan 0,20 detik menunjukkan osilasi
yang tidak teredam atau terus terjadi
mengakibatkan kondisi kesetimbangan atau
steady state tidak tercapai
3. Lokasi gangguan hubung singkat di bus 8 dan
saluran 1 yang bearada dekat unit pembangkit
dengan lama waktu gangguan maksimal (Tcr)
0,12 detik menunjukkan gangguan hubung
singkat harus cepat diatasi karena
mempengaruhi kestabilan sistem, maka
sebaiknya ganguan dapat diatasi sebelum 0,12
detik
4. Lokasi gangguan di bus 24 dan saluran 15 yang
berada jauh dari unit pembangkit dengan lama
waktu gangguan maksimal (Tcr) 0,20 detik
menunjukkan gangguan hubung singkat kurang
mempengaruhi kestabilan sistem.

V. DAFTAR PUSTAKA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 87


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Away, Abdia, Gunaidi., 2006, Matlab Programing,


Informatika, Bandung.
Cekdin, Cekmas., 2007, Sistem Tenaga Listrik
Contoh Soal Dan Penyelesaian
Menggunakan Matlab, Andi Offset,
Yogyakarta.
Chapra, S. C., 1991, Metode Numerik, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Grainger, J. J., 1994, Power System Analysis,
McGraw-Hill, New York.
Nagrath, I. J., Kothari, D. P., 1980, Modern Power
System Analysis, Tata McGraw - Hill
Publishing Company Limited, New Delhi.
Padiyar, K. R., Power System Dynamics Stability
And Control, John Wiley & Sons.
Saadat, Hadi., 1999, Power System Analysis,
McGraw-Hill, Singapore
Mahendro, Yoga., 2007, Analisis Kestabilan Pada
Sistem Kelistrikan Industri (Studi di PT
Conoco Indonesia, Belanak, Bangka), Skripsi
Jurusan Teknik Elektro STTNAS
Yogyakarta.

88 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERAMALAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV


WIROBRAJAN YOGYAKARTA

Diah Suwarti W1, Elias K. Bawan1, Fitrizawati1, Risanuri Hidayat 2)


1)
Mahasiswa Magister Jurusan Teknik Elektro FT UGM
2)
Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM
Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA
diah.w73@gmail.com,eliask_s209@mail.te.ugm.ac.id,
fitrizawati_s209_s209@mail.te.ugm.ac.id

INTISARI
Percepatan pembangunan suatu daerah seperti halnya daerah Yogyakarta dapat tergambar dari peningkatan
pemakaian energy listrik pada daerah tersebut. Transformator pada gardu induk 150KV Wirobrajan dengan
kapasitas 60 MVA merupakan salah satu peralatan utama pada sistem tenaga listrik.
Peramalan beban pada penelitian ini mengambil data beban puncak rata-rata harian selama lima tahun
mulai tahun 2003 sampai 2008. Berdasarkan hasil analisa dengan metode pendekatan non linear model
exponensial diperoleh persamaan Y = 5.29e0.04057X. Peramalan pertumbuhan beban rata-rata transformator pada
tahun 2009 sampai dengan 2025 masih layak atau mampu melayani kebutuhan beban berdasarkan standar
toleransi kelayakannya yaitu pembebanan 85% sebesar 50.89 MVA dan arus pembebanan pada tahun 2025
sebesar 230.72 A atau 84.82% dari beban maksimum.

Keywords : Power Demand, Transformer Capasity, Exponential Trend

PENDAHULUAN jika perubahan beban melampaui kapasitas dari


transformator maka bisa menimbulkan kerusakan.
Tenaga listrik merupakan kebutuhan primer Disamping itu perubahan beban akan
bagi kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena mempengaruhi tegangan keluaran pada terminal
hampir semua peralatan kebutuhan manusia sekunder transformator tersebut, padahal tegangan
menggunakan listrik. Sistem tenaga listrik yang dibutuhkan konsumen relatif stabil.
dirancang untuk dapat mengirim tenaga listrik Tingkat keandalan yang tinggi suatu
dengan cara efisien dan aman sampai pada sistem tenaga listrik merupakan salah satu
pelanggaan atau konsumen. persyaratan yang penting dalam mencatu dan
Kebutuhan tenaga listrik dihasilkan dan menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.
disalurkan oleh sistem pembangkit tenaga listrik Peningkatan keandalan dan kualitas penyediaan
melalui suatu media transmisi dan distribusi. tenaga listrik pada Gardu Induk 150 kV Wirobrajan
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat Yogyakarta dilakukan dengan memilih dan
pembangkit tenaga listrik disalurkan ke saluran memasang peralatan tenaga listrik termasuk
Transmisi Tegangan Tinggi (STT) dengan tegangan transformator distribusi dengan kapasitas yang
antara 150 KV sampai 500 KV yang kemudian sesuai sehingga dapat mengikuti pertumbuhan
diturunkan oleh transformator penurun tegangan beban didaerah pelayanannya
menjadi 20 KV, selanjutnya diturunkan lagi oleh
transformator distribusi menjadi tegangan rendah
220 /380 V. METODE PENELITIAN
Salah satu unsur pendukung keandalan
pelayanan sistem tenaga listrik yaitu dengan adanya Peralatan
gardu induk. Transformator sebagai media Peralatan yang digunakan dalam peneltiian
perantara dalam menyalurkan tenaga listrik adalah satu unit notebook dengan Pentium (R) Dual
mempunyai batas kemampuan maksimal. Batas Core 2.1 GHz, 2.86 GB, printer, camera dan buku-
kemampuan maksimal pembebanan pada buku referensi.
transformator didasarkan atas nilai pengenal
(rating) yang merupakan harga dalam keadaan Waktu dan Tempat
operasi normal yang tidak boleh dilampaui. Penelitian ini dilaksanakan di kampus
Transformator akan melayani beban yang Universitas Gadjah Mada selama empat (4) bulan
berubah-ubah dan tentu saja perubahan terhitung tanggal 9 September sampai 9 Desember
pembebanan ini sangat berpengaruh terhadap 2009.
kinerja transformator yaitu terjadinya perubahan
arus, tegangan, efisiensi, faktor daya maupun rugi-
rugi daya yang hilang pada transformator. Apalagi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 89


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Prosedur Penelitian dimana,


1. Teknik Pengumpulan Data St : Pemakaian beban pada tahun t (yang
Data untuk penelitian ini diambil secara diramalkan)
langsung di PT. PLN (Persero) UBD Jawa Tengah So: Pemakaian beban tenaga listrik (MVA) dasar
Unit Pelayanan Jaringan II Sub Area Yogyakarta di pada tahun perhitungan tahun pertama
GI 150 KV Wirobrajan. Data yang diambil mulai : Pertumbuhan beban rata-rata yang diamati
tahun 2003 sampai 2008. Jenis data yang diambil (faktor pengali)
adalah : Y : Hasil persamaan pendekatan.
1. Data beban puncak harian tahun 2003
2008 Pembebanan transformator didapat dari
2. Pemakaian Beban tahun 2003 2008 data hasil peramalan beban dibagi dengan kapasitas
pada WBP (19.00) dan LWBP (10.00) transformator, kapasitas transformator didapat dari
3. Kapasitas trafo 60 MVA data transformator yang dipakai.
(7)
St
2. Analisa Data % Pembebanan 100%
Pertumbuhan daya listrik pada suatu daerah K transformator
tidak selalu berbentuk linear. Pertambahan tahun dimana,
belum tentu diikuti oleh pertambahan pemakaian St : pemakaian beban pada tahun (yang
daya secara linear. Penggunaan energi pada suatu diramalkan)
daerah cenderung mengalami peningkatan dan tidak K transformator : Kapasitas trafo (data)
pernah berkurang selama daerah tersebut masih
dalam keadaan normal. Dengan latarbelakang Beban puncak merupakan beban tertinggi
tersebut maka peneliti memilih metode pendekatan yang dipikul oleh transformator pada selang waktu
non linear sehingga metode yang digunakan adalah tertentu selama transformator beroperasi. Mencari
regresi linear model exponensial. daya rata-rata puncak pertahun digunakan
Model eksponensial didekati dengan persamaan :
persamaan: S P2 Q2 (8)
Y = aebx (1) Pembebanan transformator menyebabkan
Dengan harga-harga: arus beban akan mengalami perubahan sesuai
pemakaian beban. Persamaan untuk menghitung
m Xi ln Yi Xi ln Yi arus beban adalah :
b S ( MVA )
m Xi 2 Xi
2 (2)
I pembebanan (9)
KV .Cos . 3
1

ln Yi b Xi (3)
a em
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
m XilnYi XilnYi Menghitung data beban puncak harian
r
mXi Xi mlnYi lnYi
2 2 2 2 12
menjadi data beban puncak rata-rata bulanan setiap
tahunan untuk setiap daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q). Dengan menggunakan persamaan 8 kita
mendapatkan beban puncak rata-rata tahun 2003
(4)
sampai 2008 GI Wirobrajan.
Faktor pengali atau pertumbuhan beban Tabel 1. Daya rata-rata tahun 2003 sampai 2008
() diperoleh dengan membagi hasil persamaan Tahun MVA
pendekatan peramalan beban puncak dengan
konstanta persamaan a. 2003 20.644
(5) 2004 21.162
2005 22.660
a
dimana, 2006 22.819
: faktor pengali (pertumbuhan beban) 2007 23.830
Y: hasil persamaan pendekatan
a : konstanta a 2008 25.531

Peramalan beban adalah suatu cara Berdasarkan data beban puncak rata rata
memperkirakan atau mengambarkan beban dimasa dan beban rendah rata rata transformator dari
yang akan datang, model pendekatan peramalan tahun 200 3 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Y
St So
(6)

90 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Beban puncak minimum (pukul 10.00) Tabel 3. Beban puncak minimum (pukul 19.00)

Beban Puncak Minimum Beban Puncak Maksimum


Tahun Arus Tahun Arus
MW MVAR MVA Cos beban MW MVAR MVA Cos beban
(A) (A)
2003 14.12 6.70 15.39 0.91 65.08 2003 18.08 10.08 20.64 0.87 91.02
2004 15.27 7.16 16.87 0.91 71.81 2004 18.57 10.15 21.16 0.88 92.99
2005 19.57 9.32 21.67 0.90 92.59 2005 22.61 12.13 22.66 0.88 98.89
2006 18.23 8.20 19.99 0.91 84.48 2006 20.61 9.80 22.82 0.90 97.38
2007 18.56 9.03 20.04 0.92 84.38 2007 21.23 10.07 23.83 0.90 101.92
2008 20.03 9.78 22.36 0.90 95.30 2008 23.53 14.66 25.53 0.90 109.80

Prediksi jumlah beban dilakukan dengan


menggunakan koefisien a dan b dengan
menggunakan persamaan 2 dan 3. Variabel-variable
yang diperlukan untuk koefisien a dan b terangkum
dalam tabel berikut ini.

Tabel 4. Varibel Perhitungan

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008


Xi 1 2 3 4 5 6 21.0
Yi 20.6 21.2 22.7 22.8 23.8 25.5 136.6
X i .Y i 20.6 42.3 68.0 91.3 119.2 153.2 494.6
Xi 2 1 4 9 16 25 36 91.0
Yi 2 426.2 447.8 513.5 520.7 567.9 651.8 3127.9
LnY i 3.0 3.1 3.1 3.1 3.2 3.2 18.7
X i .LnY i 3.0 6.1 9.4 12.5 15.9 19.4 66.3
(Ln Y i )2 9.2 9.3 9.7 9.8 10.1 10.5 58.6

Dari data-data yang ada kita menghitung koefisien


a e
1 . 667

koefisien berikut :
a 5 . 296
Harga b:
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh
b=
m Xi ln Yi Xi ln Yi persamaan pendekatan peramalan beban untuk
m Xi Xi
2 2
beban puncak adalah:
Y = 5.296e 0.04057x
6 66 . 30 21 . 00 18 . 74 Dengan menggunakan persamaan 5, kita
b
6 91 21 menghitung faktor pengali. Faktor pengali pada
2

tahun 2009 adalah:


397.8 393.54 5 . 5152
b=
546 441 5 . 296

b
4 . 26 1 . 0414
105 Tabel 5. Faktor Pengali
b 0 .04057
Harga a: Tahun Ke Tahun Faktor Pengali ()
1 1 2009 1.0414
ln Yi b Xi

ae m 2 2010 1.0845
1 3 2011 1.1294
18 . 74 0 . 416 x 21

a e6 4 2012 1.1762
1
18 . 74 8 . 736
5 2013 1.2249
a e6 6 2014 1.2755
1

10 . 004 7 2015 1.3284
a e6
8 2016 1.3835
9 2017 1.4406

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 91


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 20009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

10 2018 1.5003 Perubahan Arus Terhadap Pembebanan


11 2019 1.5625 Transformator
12 2020 1.6271
13 2021 1.6945 Akibat adanya beban yang berubah-ubah maka
besarnya arus beban juga akan mengalami
14 2022 1.7647
perubahan berupa kenaikan atau penurunan.
15 2023 1.8378
16 2024 1.9138
17 2025 1.9931 Tabel 7. Perubahan Arus Akibat Pembebanan
18 2026 2.0757
19 2027 2.1615 Arus
Pembebanan %
Tahun Pembebanan
20 2028 2.251 Pada Tahun Pembebanan
(A)
2009 26.59 44.31 120.55
Peramalan beban transformator GI Wirobrajan
tahun 2009 : 2010 27.69 46.15 125.54
S (t) = (S o ) x Faktor pengali () 2011 28.84 48.06 130.75
S (2009) = 25.531 x 1.0414
S (2007) = 26.5879 MVA 2012 30.03 50.05 136.14
26.5879 2013 31.27 52.12 141.77
%Pembebanan 100% 44.31%
60 2014 32.57 54.28 147.66
Dengan metode yang sama kita dapat
2015 33.92 56.53 153.78
menghitung peramalan beban untuk 20 tahun
kedepan, dengan hasil sebagai berikut: 2016 35.32 58.87 160.13
2017 36.78 61.30 166.75
Tabel 6. Hasil perhitungan pembebanan
transformator GI Wirobrajan 2018 38.31 63.84 173.68
2019 39.89 66.49 180.85
Tahun Pembebanan Pembebanan
Tahun 2020 41.54 69.24 188.33
Ke pada Tahun (%)
2021 43.26 72.11 196.12
1 2009 26.59 44.31
2022 45.06 75.09 204.28
2 2010 27.69 46.15
2023 46.92 78.20 212.72
3 2011 28.84 48.06
2024 48.86 81.44 221.51
4 2012 30.03 50.05
2025 50.89 84.81 230.72
5 2013 31.27 52.12
2026 53.00 88.33 240.28
6 2014 32.57 54.28
2027 55.19 91.98 250.21
7 2015 33.92 56.53
2028 57.47 95.79 260.55
8 2016 35.32 58.87
9 2017 36.78 61.3
Berdasarkan peramalan beban rata-rata pada
10 2018 38.31 63.84
transformator gardu induk Wirobrajan Yogyakarta
11 2019 39.89 66.49 dapat dievaluasi kelayakan kapasitas transformator
12 2020 41.54 69.24 tersebut dalam melayani kebutuhan beban tenaga
listrik. Kapasitas transformator pada gardu induk
13 2021 43.26 72.11 Wirobrajan adalah sebesar 60 MVA sedangkan
14 2022 45.06 75.09 untuk standar toleransi kelayakan kapasitas
transformator gardu induk wirobrajan adalah
15 2023 46.92 78.2 sebesar 85 % dari total kapasitas terpasang yaitu
16 2024 48.86 81.44 sebesar 50.89 MVA.
Berdasarkan peramalan beban rata-rata
17 2025 50.89 84.81
transformator pada tahun 2009 sampai dengan
18 2026 53 88.33 2025 masih layak atau mampu melayani kebutuhan
19 2027 55.19 91.98 beban berdasarkan dari standar toleransi
57.47 kelayakannya, sedangkan untuk tahun 2028 sudah
20 2028 95.79 tidak mampu lagi berdasarkan dari standar toleransi
kelayakan.

92 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Untuk mengatasi persolaan ini maka pihak


PLN Gardu Induk 150 kV Wirobrajan Yogyakarta
harus segera melaksanakan evaluasi dan
perencanaan penggantian atau penambahan trafo
gardu induk pada tahun 2025.

IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
didapatkan hasil :
1. Persamaan garis beban untuk pertumbuhan
beban gardu induk 150 kV Wirobrajan
Yogyakarta adalah Y = 5.29e0.04057X
2. Hasil prediksi menunjukkan bahwa pada tahun
2025 trafo gardu induk 150 kV Wirobrajan
Yogyakarta sudah mencapai pembebanan 85%
sebesar 50.89 MVA.
3. Arus pembebanan pada tahun 2025 sebesar
230.72 A atau 84.82%

Saran
- Pemakaian beban harus memperhatikan
ketentuan yang diizinkan yaitu tidak melebihi
dari 85 % dari kapasitas daya terpasang.
- Pemeliharaan dari transformator harus
mengikuti aturan yang sudah ditentukan, yaitu
secara rutin dan berkala.
- Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimum
maka sebaiknya menggunakan data yang lebih
banyak

REFERENSI
Abdul Kadir, 1979, Transformator, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Abdul Kadir, 1988, Transmisi Tenaga Listrik,
Universitas Indonesia, Jakarta
Anto Dajan, 1986, Pengantar Metoda Statistik Jilid
1, LP3ES, Jakarta.
A.S. Pabla, Abdul hadi, 1992, Sistem Distribusi
Daya Listrik. Erlangga, Jakarta Indonesia.
Pamungkas, . 2005, Trik Pemrograman Microsoft
Excel, PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 93


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGURANGAN RUGI-RUGI DAYA LISTRIK AKIBAT BEBAN TAK LINIER


MENGGUNAKAN TAPIS DI PT. BRANITA SANDHINI
KLATEN

Suharyanto
Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Teknologi Nasional Yogyakarta
suharyanto_2000@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pengurangan rugi-rugi daya listrik akibat beban tak linier menggunakan
tapis di PT BRANITA SANDHINI Klaten, untuk menganalisa rugi daya listrik akibat harmonik dan bagaimana
cara mereduksi rugi-rugi akibat harmonik tersebut. Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data
jaringan dan data-data peralatan listrik yang dimiliki oleh perusahaan tersebut , kemudian dilakukan simulasi
menggunakan bantuan perangkat lunak ETAP 4.0 dan selanjutnya mendisain filter untuk mereduksi rugi-rugi
akibat harmonik tersebut.Hasil penelitian meujukkan bahwa Pemasangan filter bypass untuk harmonik ke-11
dan ke-13 pada Bus Panel Utama beban tanpa menggunakan kapasitor bank terbukti dapat mengurangi THD
(Total Harmonic Distortion), untuk tegangan dari 23,36 % menjadi 4,66 % dengan persentase penurunan
18,70 % dan untuk arus dari 15,21 % menjadi 6,00 % dengan persen penurunan 9,21 %. Komponen-komponen
filter bypass yang dibutuhkan untuk mereduksi nilai harmonik pada jaringan distribusi di PT. BRANITA
SANDHINI Klaten adalah sebesar X c = 10,86 ; X L11 = 0,089 ; X L13 = 0,064 ; R = 2,070
sedangkan Pemasangan filter bypass disamping mengurangi THD juga menyumbang KVAR dalam frekuensi
dasar, sehingga dapat memperbaiki faktor daya beban tak linier dan kualitas daya yang disalurkan akan
semakin baik faktor daya beban dapat meningkat dari 0.869 lagging menjadi 0.992 lagging.

Kata Kunci :rugi daya listrik, harmonik, filter harmonik, dan faktor daya.

1. Pendahuluan. 2. Tujuan Penelitian


Perkembangan teknologi telekomunikasi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
yang sangat cepat akhir-akhir ini membutuhkan rugi-rugi daya yang diakibatkan arus harmonik dan
sarana dan prasarana yang handal untuk kelancaran mengetahui jenis filter yang sesuai digunakan untuk
tukar-menukar informasi dan komunikasi, untuk itu mereduksi nilai harmonik dan kemudian mendesain
diperlukannya penyediaan dan penyaluran suatu filter yang dapat mereduksi nilai harmonik
pelayanan jasa telekomunikasi yang lebih baik serta dapat mengurangi tingkat distorsi dari arus
untuk kenyamanan pelanggan. dan tegangan yang terjadi pada jaringan distribusi
di PT. BRANITA SANDHINI Klaten
Sumber daya listrik merupakan salah satu
kebutuhan yang sangat diperlukan oleh suatu
3. Landasan Teori
perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang
Harmonik dapat didefinisikan sebagai
jasa telekomunikasi. Daya listrik digunakan untuk
komponen sinusoidal dari periodik atau besaran
mengoperasikan berbagai macam peralatan
yang frekuensinya merupakan kelipatan bulat dari
telekomunikasi yang terdapat di suatu perusahaan
frekuensi fundamental. Apabila komponen frekuen-
tersebut.
sinya dua kali frekuensi fundamental, maka disebut
Harmonik disebabkan oleh beban tak linier
harmonik ke-2 (IEEE std 100-1992 [B-14]).
seperti konverter daya statis atau elektronika daya
Hal ini dapat dilihat pada gambar (3.1) berikut :
terkendali. Beban tak linier seperti penyearah
inverter, penggerak kecepatan variabel yang
menggunakan thyristor dan catu daya kontinyu
(Uninteruptible Power Systems), merupakan beban
yang paling banyak digunakan pada jaringan tenaga
listrik dalam suatu industri telekomunikasi yang
menimbulkan efek samping pada sistem tenaga
listrik yaitu timbulnya arus harmonik sebagai akibat
pengubahan energi listrik.

94 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 3.3 Bentuk Gelombang Arus dan Tegangan


yang Linier
Gambar 3.1 Gelombang total yang dibentuk oleh
gelombang dasar dan beberapa harmonik, Sedangkan beban tak linier adalah bentuk
digambarkan dalam kawasan frekuensi gelombang keluarannya tidak sebanding dengan
tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga
Harmonik merupakan gangguan yang bentuk gelombang arus maupun tegangan
terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik akibat keluarannya tidak sama dengan gelombang
terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. masukannya (mengalami distorsi).
Pada dasarnya, harmonik adalah gejala
pembentukan gelombang-gelombang dengan
frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini
disebut frekuensi harmonik yang timbul pada
bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan
bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan
harmonik.
Jadi pada sistem daya 50 Hz, komponen
harmonik, h, yang berbentuk sinusoidal mempunyai
frekuensi:
h = n 50 Hz................................................(3.1)
Gambar 3.4 Bentuk Gelombang Arus dan Tegangan
untuk Beban Tidak Linier

Beban tak linier yang umumnya


merupakan peralatan elektronik yang didalamnya
terdapat komponen semi konduktor, dalam proses
kerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja pada
setiap siklus gelombang dari sumber tegangan.
Proses kerja ini akan menghasilkan gangguan atau
distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal.
Bentuk gelombang ini tidak menentu dan dapat
Gambar 3.2 Spektrum harmonik tanpa komponen berubah menurut pengaturan pada parameter
fundamental, disajikan dalam kawasan frekuensi komponen semi konduktor dalam peralatan
Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua elektronik. Perubahan bentuk gelombang ini tidak
jenis beban yaitu beban linier dan beban tak linier. terkait dengan sumber tegangannya.
Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk Distorsi tegangan pada sistem tenaga
gelombang keluaran yang linier artinya arus yang disebabkan oleh interaksi antara arus beban yang
mengalir sebanding dengan impedansi dan terdistorsi dan impedansi linier sistem. Dimisalkan
perubahan tegangan. bahwa sumber pada gambar (3.5) adalah ideal
sehingga tidak ada distorsi pada titik A. Sumber
tersebut mengalirkan daya ke beban tak linier pada
bus B melalui jaringan distorsi linier. Impedansi
linier Z pada jaringan tersebut terdiri dari elemen
induktif L dan elemen resistif R.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 95


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dimana V 1 dan I 1 merupakan fundamental


sedangkan V h dan I h komponen harmonik. Ukuran
dari distorsi individual untuk tegangan dan arus
harmonik ke-h, masing-masing didefinisikan
sebagai V h /V 1 dan I h /I 1
Tegangan dan arus yang mengandung
komponen harmonik mempunyai nilai RMS
sebagai berikut:

V rms =
2
V 1 1 THD V ....................................(3.7)
100
dan

Gambar 3.5 Hubungan antara distorsi arus dan I rms = Imrs I 1 = I 1


2
distorsi tegangan THD I .......................(3.8)
1
100
Arus yang mengalir karena beban tak
linier akan menentukan distorsi tegangan pada bus sehingga total faktor daya menjadi:
B dapat dicari dengan: Pf tot = P ...(3.9)
V B = V S (I d x Z) ...............................(3.2) 2 2
THDV THD1
Bagian dari I d Z adalah tak sinusoidal V1I1 1 1
karena I d adalah tak sinusoidal. Jumlah distorsi 100 100
tegangan pada bus B akan tergantung dari besarnya
bagian I d Z. Jika sistem tidak mempunyai Sebagian besar kasus hanya sedikit porsi
impedansi (Z = 0, tidak ada rugi-rugi) maka tidak daya rata-rata yang disumbangkan oleh komponen
ada distorsi yang terjadi pada bus B. Selisih drop harmonik dan total distorsi tegangan kurang dari 10
tegangan I d Z adalah sebagai berikut : % sehingga:
n
Id Z = I R jX .......................(3.3)
n 1
h h
Pf tot
P1 1
...................... (3.10)
X h = 2f o hL ........................(3.4) V1I1 THDI
2

1
Dengan: 100
Id = Arus beban tak linier
Ih = Arus harmonik ke-h Pf tot cos ( 1 - 1 ) . Pf dist .................(3.11)
Xh = Reaktansi sistem untuk harmonik ke-n
fo = Frekuensi dasar (fundamental) Dimana cos ( 1 - 1 ) dikenal sebagai
h = Orde harmonik Displacement Power Factor dan Pf dist disebut
L = Induktansi sistem Distortion Power Factor.
R = Resistansi sistem
4. Cara Penelitian
Faktor distorsi menggambarkan tingkat Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
gangguan harmonik pada jaringan listrik, Ada penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi:
beberapa pengukuran yang umum digunakan, salah 1. Membuat gambar sistem tenaga listrik pada
satu yang paling umum adalah distorsi harmonik lembar kerja program aplikasi ETAP
total (THD) yang akan digunakan dalam penelitian (Electrical Transient Analyser Program)
ini, untuk tegangan ataupun arusnya. powerstation versi 4.0.0
2. Meng-input semua data yang diperlukan dalam
simulasi yaitu data parameter sumber, saluran
V
h 2
2
h
dan beban sistem.
3. Memulai langkah pertama yaitu melakukan
THD V = .........................(3.5) simulasi pada saat filter belum terpasang,
V1
kemudian simulasi dilakukan dengan
memasang filter.
I
h 2
2
h

THD I = ...................(3.6)
I1

96 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 4.1 Diagram alur penelitian

5. Hasil Penelitian
Tanpa filter tanpa pemasangan kapasitor bank

Tabel 5.1 Total Data Daya, Tegangan, Arus dan Faktor Daya keseluruhansebelum filter tanpa pemasangan
Kapasitor Bank

Teg Arus Aliran Daya Faktor Daya


Bus V I Total Total
(volt) (Amp) (Kw) (Kva) (Kvar) (%)
Bus A PLN 20.000 4 112 130 66,6 85,90
Bus B PLN 20.000 4 112 130 66,6 85,90
Bus Panel PSGP 380 198 112 130 66,5 86,00
Bus Kapasitor Bank 380 198 112 130 66,5 86,00
Bus Panel Utama 380 198 107 123 60,9 86,90
Panel Daya Mekanikal 380 183 100 115 56,7 87,00
Panel Utility Building 380 14 7,67 9 4,7 85.20

Table 5.2 Total Harmonic Distortion Voltage (THD V ) dan Total Harmonic Distortion Current (THD I ) pada
masing-masing Bus sebelum filter tanpa pemasangan Kapasitor Bank

Bus THD V (%) THD I (%)


Bus A PLN 9,29 18,00
Bus B PLN 9,29 17,13
Bus Panel PSGP 11,93 14,95
Bus Kapasitor Bank 11,93 14,95
Bus Panel Utama 23,36 15,21
Panel Daya Mekanikal 23,36 15,21
Panel Utility Building 23,36 15,21

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 97


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 5.1 Gelombang Harmonik pada Bus A


PLN, Bus B PLN, Bus Panel PSGP danBus Panel
Utama Beban sebelum filter tanpapemasangan Gambar 5.2 Spektrum Harmonik pada Bus A PLN,
Kapasitor Bank Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan Bus Panel Utama
Beban sebelum filter tanpa pemasangan
Kapasitor Bank
Setelah pemasangan kapasitor bank
Tabel 5.3 Data Daya, Tegangan, Arus dan Faktor Daya keseluruhan sebelum filter dengan pemasangan
Kapasitor Bank

Teg Arus Aliran Daya Faktor daya


Bus V I Total Total
(volt) (Amp) KW KVA KVAR (%)
Bus A PLN 20.000 3 112 114 22,1 98,10
Bus B PLN 20.000 3 112 114 22,1 98,10
Bus Panel PSGP 380 174,03 112 114 21,5 98,20
Bus Kapasitor Bank 380 198,60 112 130 66,3 86,00
Bus Panel Utama 380 198,56 107 124 63,3 86,00
Panel Daya
Mekanikal 380 184,43 100 115 56,7 87,00
Panel Utility Bulding 380 14 7,67 9 4,7 85,20

Tabel 5.4 Total Harmonic Distortion Voltage


(THD V ) dan Total Harmonic Distortion Current
(THD I ) pada masing-masing Bus sebelum filter
dengan pemasangan Kapasitor Bank

THD V THD I
Bus (%) (%)
Bus A PLN 8,86 35,02
Bus B PLN 8,86 35,02
Bus Panel PSGP 11,34 35,02
Gambar 5.3 Gelombang Harmonik pada Bus A
Bus Kapasitor Bank 11,34 15,18
PLN, Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan
Bus Panel Utama 11,29 15,18 Bus Panel Utama Beban sebelum filter
Panel Daya Mekanikal 11,29 15,18 dengan pemasangan Kapasitor Bank
Panel Utility Building 11,29 15,18

98 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 5.5 Gelombang Harmonik pada Bus A


Gambar 5.4 Spektrum Harmonik pada Bus A PLN, PLN, Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan Bus Panel
Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan Bus Panel Utama Utama Beban setelah pemasangan Filter Bypass
Beban sebelum filter dengan pemasangan tanpa Kapasitor Bank
Kapasitor Bank

Setelah pemasangan filter bypass tanpa


kapasitor bank.

Tabel 5.5 Total Data Daya, Tegangan, Arus dan


Faktor Daya keseluruhan setelah pemasangan
filter bypass tanpa Kapasitor Bank
Aliran Daya Faktor
Teg Arus Total daya
Bus V I Total
(volt) (Amp) (Kw) (Kva) (Kvar) (%)
Bus A
PLN 20.000 3 124 125 15,8 99,2
Bus B
PLN 20.000 3 124 125 15,8 99,2
Bus Panel
PSGP 380 190 124 125 15,8 99,2
Bus
Kapasitor
Bank 380 190 124 125 15,8 99,2 Gambar 5.6 Spektrum Harmonik pada Bus A PLN,
Bus Panel Bus B PLN, Bus Panel PSGP dan Bus Panel Utama
Utama 380 214 140 141 17,8 99,2 beban setelah pemasangan Filter
Panel Bypass tanpa Kapasitor Bank
Daya
Mekanikal 380 186 103 118 58,2 87,0
Panel 6. Kesimpulan
Utility
Building 380 14 7,67 9 4,7 85,2 Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya mengenai
Tabel 5.6 Total Harmonic Distortion Voltage reduksi nilai harmonik pada jaringan distribusi di
(THD V ) dan Total Harmonic Distortion Current PT. BRANITA SANDHINI Klaten, maka dapat
(THD I ) pada masing-masing Bus setelah diambil kesimpulan sebagai berikut :
pemasangan filter bypass tanpa Kapasitor Bank a. Pemasangan filter bypass untuk harmonik ke-
Bus THD V (%) THD I 11 dan ke-13 pada Bus Panel Utama beban
(%) tanpa menggunakan kapasitor bank terbukti
Bus A PLN 1,62 4,63 dapat mengurangi THD (Total Harmonic
Bus B PLN 1,62 4,63 Distortion), untuk tegangan dari 23,36 %
Bus Panel PSGP 2,08 6,00 menjadi 4,66 % dengan persentase penurunan
Bus Kapasitor Bank 2,08 6,00 18,70 % dan untuk arus dari 15,21 % menjadi
Bus Panel Utama 4,66 6,00 6,00 % dengan persen penurunan 9,21 %.
b. Komponen-komponen filter bypass yang
Panel Daya Mekanikal 4,66 6,00
dibutuhkan untuk mereduksi nilai harmonik
Panel Utility Building 4,66 6,00

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 99


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pada jaringan distribusi di PT. BRANITA


SANDHINI Klaten
Qc = 39,9 KVAR
Xc = 10,86
X L11 = 0,089
X L13 = 0,064
R = 2,070
c. Pemasangan filter bypass disamping
mengurangi THD juga menyumbang KVAR
dalam frekuensi dasar, sehingga dapat
memperbaiki faktor daya beban tak linier dan
kualitas daya yang disalurkan akan semakin
baik.
d. Perbaikan faktor daya beban dari 0.869 lagging
menjadi 0.992 lagging.

7. Daftar Pustaka

Arrillaga, J, D.A Bradley & P.S Bodger. Power


System Harmonics , John Wiley & Sons,
Interscience Publication, ISBN 0-471-
90640-9
Fassbinder, Stefan, 2004 Capacitor in harmonics -
rich environment, Deutsches
Kupferinstitut, www.lpqi.org. Germany.
Grady, Prof. Mack, 2006,Understanding Power
System Harmonics Department. Of
Electrical & Computer Engineering,
www.ece.utexas.edu/~grady University of
Texas at Austin, USA.
Harmonic Analysis and Power Factor Correction
Evaluation www.electrotek.com,
Electrotek Concepts, Inc. Knoxville, TN
IEEE Std. 519-1992., 1994, IEEE Guide for
Harmonic Control and Reactive
Compensation of Static Power Converter.
www.IEEE.com
Pabla, A.S., Ir. Abdul Hadi. 1986. Sistem
Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta
Peng, Fang Z. Akagi, H and Nabase, A. 1993.
"Compensation Characteristics of the
Combined System of Shunt Passive and
Series Active Filters", IEEE Trans. on
Industry Applications, Vol IA- 29, pp.
144-152.
Syafrudin, Pekik A Dahono, Sukisno, T.M
Soelaiman. 1999. Analisa penggunaan
autotrafo penggeser fase sebagai
minimisator harmonisa arus di system
distribusi tenaga listrik. Lab. Penelitian
Konversi Energi Listrik, ITB, Bandung.
Syafrudin, Disain Filter Pasif Untuk Meng-
eliminasi Harmonisa ke-5 dan ke-7 Pada
System Tenaga Listrik, Universitas
Tanjung Pura, Pontianak. Kalimantan
Barat. Email: Syaf@Yahoo.com.

100 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

EVALUATION OF TRANSMISSION SYSTEM LESSES TO UNBALANCED LOAD :


THE CASE OF JAVA 500KV INTERCONNECTION LINES
Sugiarto
Electrical Engineering Department,
Sekolah Tinggi Tenologi Nasional, Yogyakarta
Email: ugi_irma@yahoo.com

ABSTRACT

The load unbalance can make vary significantly an impact into the losses of transmission network. Here, an
analysis of transmission system losses is presented that considers unbalanced load. A general power flow
algorithm for three-phases radial distribution based on the fast decoupled algorithm is applied. Loss analysis
results obtained from three-phase 500kV Java interconnection with unbalanced load scenarios are presented
and discussed considering varied loads.

Keywords: Transmission networks, losses, unbalanced load, fast decoupled power flow,
1. INTRODUCTION evaluation is reviewed and (III) describes the test
network that is validated with Java 500 kV 68-
The most complicated tasks in the buses interconnection lines. Section (IV) presents a
restructuring of electric power system that simulation results of the test network using by
accompanied by redefinition of the rules and EDSA 2000 [7]. In the end, conclusion about the
practices observed by the traditional industrial analyzed phenomenon are derived.
sector is the creation of open acces transmission
grid [1]. 2. LOSS EVALUATION
System loss has become a bigger issue and
Fig. 1 shows the circuit model of a
represents a considerable cost for utilities, its
transmission line. The resistance of the
reduction have been recognized as of interest by
transmission line is relatively small compared with
researchers. There are many transmission network
the inductive reactance. In calculating power flows,
devices responsible for energy losses, due mainly to
bus voltages, and branch currents, the resistances
unbalanced loads. [2].
have a minor effect compared with the inductive
Unbalance is a common occurance in
reactances. However, the resistance is more
three-phase tranmission system. The unequal
important when performing these operating type
distribution loads between the three-phases of
calculations under three-phase load unbalance. The
supply system appears supplementary negative/or
real power loss can be calculated using basic circuit
zero sequence currents and determines the flow of
theory.
unbalanced currents that produce unbalanced
voltage drops on the electric lines; as a result, the
voltage system within the supply network becomes
also unbalanced. However, it can be harmful to the
operation of the network such as its realibility and
its safety. Furthermore, measurements show that
real power losses increase due to unbalanced loads
[3][4].
In EHV transmission networks in Java,
unbalance is due to the presence of inconsitent
loads or hourly electricity loads. Furthermore,
although the EHV transmission system is Figure 1. An example of three-phase transmission
developed as a three-wire or four-wire, unbalanced lines
load problem also arise. Therefore, considering the
importance of loss analysis, the objective of this To analize the unbalanced operation of a
work is to evaluate losses due to unbalanced load. power system, the symmetrical components theory
A fast decoupled power flow algorithm for three- is used. According to Fortescue theorem, every
phase radial distribution networks is applied [5][6]. three-phase asymmetrical system of phasors can be
The paper (I) summarizes some theoritical decomposed into three symmetrical systems of
aspects regarding unbalanced distortion in three- positive, negative and zero sequence, respectively
phase distribution networks; In section (II) the loss [8] . This aspect can be seen in figure (2) where

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 101


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

every sequence system contains three phasors on EHV transmission networks. In this paper the
characterized by equal magnitudes; following networks are used: Java 500 kV
interconnection lines: 68-bus four-wire three-
phase EHV transmission lines can be seen at figure
3 [11]. The total demand is 7,786 kW, and the loads
are distributed into 4-zonal transmission system.
Line-to-line base voltage is = 289 volt. The bus,
load, and branch data for the test network is given
in appendix B, C and D, respectively.
Figure 2. Decomposition of a unsymmetrical
phasors system in three symmetrical phasors 4. APPLICATIONS
systems
In this work, the three-phase fast-
in the case of positive and negative sequences, decoupled power flow algorithm is applied on the
components are rotated between them with 120 EHV transmission networks presented previously.
electrical degrees in counter-clockwise direction The presentation is focused in the discrepancy of
and negative clockwise direction,respectively. In loss calculation when original phase are used in the
the case of zero sequence components, there is no formula. The load are modelled as constant
rotation between phasors. If an asymmetrical power.
system of line currents is taken into account, the The following type of unbalance is
relationship between the initial and the symmetrical considered: Firstly the overall network load is
sequence systems can be written as follows : balanced for three phases. Afterward, a percetage of
the b-phase load is decreased, while the same value
is increased in phase c. In this way, the total
(10) network load remains constant under each
unbalance scenario.

4.1 Analysis of Real Power losses


where , and are the line current phasors;
Figure 3 presents real power losses for the
, and are the positive, negative and Java 500 kV interconnection lines. It shows the
zero symmetrical systems, respectively; results of losses analysis when the unbalance load
is the rotation operator. The reverse relationship is : (constant demand) was applied. It noticed that
despite demand being maintained, total calculated
by the explicit four-wire approach increased by
(11) 10.5% for 15% unbalance as compared to a fully
balanced system (EQ.).

These sequence systems are the reality: the


Real Power Losses (kW)
positive sequence components are created by the
generators while the negative and zero sequence 440
components appear at the place of unbalance. 430
In general, after solving the three- EQ.
420
phase fast-decoupled power flow of a given
410 2.5%
transmission network, line section loss calculation
can be performed utilizing resistances of the wires 400 7.5%
in the formula. Thus, losses on phase a, b and c 390
380 10.0%
losses can be computed. 370 15.0%
System losses are calculated
under various scenarios, from balanced loads to the
highest balance allowed the analyzed system. In
that way, the impact of load unbalance on system Figure 3. Real Power Losses for Java 500 kV
losses can be clearly visualized. interconnection lines with unbalanced load

3. TEST NETWORKS 4.2 Analysis of Phase and Neutral Wire losses


Figure 4 shows a, b and c phases and
The proposed methodology for evaluation neutral wire losses for Java 500 kV interconnection
of power losses due to load unbalance is inspired by lines considering unbalanced load. This
the work of L.F. Ochoa , et al [10] and is applied decomposition of total power losses (Figure 3) is
102 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

useful to evidance how neutral wire losses affect Applications, Vol. 1A-14, No. 5,
the value of losses in unbalanced load scenarios. September/October 1978, pp. 373-387.
Neutral losses account for 0.025% at balanced load 4. L. S. Czarnecki, Power Related Phenomena in
scenario and 3.47% at the last unbalanced scenario. Three-phase Unbalanced System, IEEE Trans.
on Power Delivery, vol. 10, no. 3, pp. 1168-
1176, July 1995.
5. B. Stott and O. Alsac, Fast Decoupled Power
Phase and Neutral Wire Losses Flow, IEEE Trans. on Power Apparatus
(kW) System, vol. PAS-93, pp. 859-869, May/June
1974.
200 6. B. Stott, Review of Load-Flow Calculation
Methods, Proceeding of the IEEE, vol. 62, no.
150
7, July 1974.
100 7. G. Gates, D.D Shipp, and W.S Vilcheck,
Electrical Distribution System Analysis for
50 Off-Shore Oil Production Facilities, IEEE
0 Trans. on Industry Applications, vol. 36, no. 1,
January/February 2000
EQ. 2.5% 7.5% 10% 15% 8. C. L Forteque, Method of Symmetrical Co-
Neutral Wire Phase a Ordinates Applied to The Solutions of
Polyphase Networks, presented at the 34th
Phase b Phase c Annual Convention AIEE, Atlantic City, N.J,
June 28, 1918
9. T. H. Chen, Evaluation of Line Loss Under
Load Unbalance Using the Complex Unbalance
Figure 4. Phase and Neutral Wire Losses for Java Factor, IEE Proc. On Generation, Transmission
500 kV interconnection lines with unbalanced load and Distribution, vol. 142, no. 2, March 1995.
10. L. F. Ochoa, R. M. Ciric, A. Padilha-Feltrin, G.
5. CONCLUDING REMAKS P. Harrison, Evaluation of Distribution System
Losses Due to Load Unbalance, presented at
This paper presented a loss analysis in the 15th PSCC, Liege, 22-26 August 2005.
transmission system cnsidering different load 11. Target Kelistrikan Nasional di Tahun 2009,
unbalance scenarios. A general power flow available from: http://dunia-
algorithm for four-wire three phase transmission listrik.blogspot.com/2009/.../target-kelistrikan-
network, based on fast-decoupled technique was nasional-di-tahun.html [accessed: 17/11/09].
applied. The simulation can be done by EDSA
2000.
High levels of load unbalance produced
greater losses while the same demand is maintained
at each unbalance scenario. A neutral wire losses
affect indeed the overall value of losses in
unbalanced load system. This means that network
reconfiguration considering load balancing is
highly recomend in order to diminish overall losses.

REFERENCES

1. J.M Zolezzi and H. Rudnick, Transmission


Cost Allocation by Cooperative Games and
Coalition Formation, IEEE Trans. Power
System, vol. 17, no. 4, pp. 1008-1015, Nov.
2002.
2. A. J. Conejo, J. M. Arroyyo, N. Alguacil, and
A. L. Guijarro, Transmission Loss Allocation:
A Comparison of Different Practical
Algorithms, IEEE Trans. Power System, vol.
17, no. 4, pp. 571-576, Nov. 2002.
3. H.N Hickok, Electrical Energy Losses in
Power System, IEEE Trans. on Industry

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 103


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Appendix A. The One-line Diagram of a Java 500 kV Interconnection Lines


G8_TJ T-B G9_GR SI K
G G
G3_P RI OK G6_S GLN
G G

G1_S RLYA G2_S RLYA SB YBA RT


TJATI_B GRE SK

G G BE KAS I SA GULIN G

IB T_GR SK

SU R ALAYA BD GSLTAN
IB T_SBT1 IB T_SBT2

IB T_BKS 1 IB T_BKS 2
C AWANG

G10_GR TI
G7_C R ATA G
IB T_BDG2
G IB T_BDG1

IB T_SLY1 IB T_SLY2

CILEGON UNGARN GRA TI


C IRATA
IB T_CWG1 IB T_CWG2

G4_M KR NG
G G_PAI TON

IB T_CLG2 IB T_CRT2
G IB T_GRTI
IB T_CLG1 IB T_CR T1 IB T_UGN1 IB T_UGN 2

GAN DU L

C IBNONG
PA ITON
MD RN C AN G

IB T_GD L1 IB T_GD L2
IB T_MDR C
G5_M TWA R
IB T_CBG1
KE MBN GAN IB T_CBG2
D EPOK G C IBA TU TAS IK
IB T_PTN 1 IB T_PTN 2

PE DA N KE DI RI

M. TAW AR

IB T_KBG1 IB T_KBG2 IB T_DPOK IB T_CBT 2 IB T_TSIK


IB T_CBT 1

IB T_KDR I

IB T_PDN 1 IB T_PDN 2

104 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Appendix B. The Bus Data of a Java 500 kV Interconnection Lines


BUS TYPE Mag(V) Ang(DEG) P(W) Q(VAR)
BDGSLTAN N 500000 0 -0 -0
BEKASI N 500000 0 -0 -0
CAWANG N 500000 0 -0 -0
CIBATU N 500000 0 -0 -0
CIBNONG N 500000 0 -0 -0
CILEGON N 500000 0 -0 -0
CIRATA N 500000 0 -0 -0
DEPOK N 500000 0 -0 -0
G10_GRTI GPV 500000 0 +192000000 -0
G1_SRLYA GPV 500000 0 +1847000000 -0
G2_SRLYA GPV 500000 0 +1000000000 -0
G3_PRIOK GPV 500000 0 +694000000 -0
G4_MKRNG GPV 500000 0 +732000000 -0
G5_MTWAR GPV 500000 0 +1169000000 -0
G6_SGLN GPV 500000 0 +95000000 -0
G7_CRATA GPV 500000 0 +49000000 -0
G8_TJT-B GPV 500000 0 +630000000 -0
G9_GRSIK GPV 500000 0 +1378000000 -0
GANDUL N 500000 0 -0 -0
GRATI N 500000 0 -0 -0
GRESK N 500000 0 -0 -0
G_PAITON S 500000 0 0 0
IBT_BDG1 L 500000 0 -265000000 -140000000
IBT_BDG2 L 500000 0 -265000000 -140000000
IBT_BKS1 L 500000 0 -325000000 -65000000
IBT_BKS2 L 500000 0 -325000000 -65000000
IBT_CBG1 L 500000 0 -290000000 -110000000
IBT_CBG2 L 500000 0 -295000000 -115000000
IBT_CBT1 L 500000 0 -344000000 -150000000
IBT_CBT2 L 500000 0 -344000000 -150000000
IBT_CLG1 L 500000 0 -320000000 -60000000
IBT_CLG2 L 500000 0 -320000000 -60000000
IBT_CRT1 L 500000 0 -174000000 -48000000
IBT_CRT2 L 500000 0 -168000000 -44000000
IBT_CWG2 L 500000 0 -330000000 -95000000
IBT_DPOK L 500000 0 -263000000 -37000000
IBT_GDL1 L 500000 0 -320000000 -15000000
IBT_GDL2 L 500000 0 -320000000 -15000000
IBT_GRSK L 500000 0 -180000000 +40000000
IBT_GRTI L 500000 0 -260000000 -120000000
IBT_KBG1 L 500000 0 -355000000 -75000000
IBT_KBG2 L 500000 0 -355000000 -80000000
IBT_KDRI L 500000 0 -215000000 -59000000
IBT_MDRC L 500000 0 -290000000 -50000000
IBT_PDN1 L 500000 0 -216000000 -23000000
IBT_PDN2 L 500000 0 -230000000 -19000000
IBT_PTN1 L 500000 0 218000000 -60000000
IBT_PTN2 L 500000 0 -230000000 -60000000
IBT_SBT1 L 500000 0 -375000000 -185000000
IBT_SBT2 L 500000 0 -375000000 -185000000
IBT_SLY1 L 500000 0 -55000000 +25000000
IBT_SLY2 L 500000 0 -40000000 -35000000
IBT_TSIK L 500000 0 -0 -0
IBT_UGN1 L 500000 0 -91000000 -77000000
IBT_UGN2 L 500000 0 -95000000 -80000000
KEDIRI L 500000 0 -0 -0
KEMBNGAN L 500000 0 -0 -0
M.TAWAR L 500000 0 -0 -0
MDRNCANG L 500000 0 -0 -0
PAITON L 500000 0 -0 -0
PEDAN L 500000 0 -0 -0
SAGULING L 500000 0 -0 -0
SBYBART L 500000 0 -0 -0
SURALAYA L 500000 0 -0 -0
TASIK L 500000 0 -0 -0
TJATI_B L 500000 0 -0 -0
UNGARN L 500000 0 -0 -0

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 105


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Appendix C. The Load Data of a Java 500 kV Interconnection Lines


BUS TYPE P(a) Q(a) P(b) Q(b) P(c) Q(c)
IBT_BDG1 L 88245000 46620000 88195313 46593750 88559688 46786250
IBT_BDG2 L 88245000 46620000 88195313 46593750 88559688 46786250
IBT_BKS1 L 108225000 21645000 108164062 21632813 108610938 21722188
IBT_BKS2 L 108225000 21645000 108164062 21632813 108610938 21722188
IBT_CBG1 L 96570000 36630000 96515625 36609375 96914375 36760625
IBT_CBG2 L 98235000 38295000 98179688 38273438 98585313 38431563
IBT_CBT1 L 114552000 49950000 114487500 49921875 114960500 50128125
IBT_CBT2 L 114552000 49950000 114487500 49921875 114960500 50128125
IBT_CLG1 L 106560000 19980000 106500000 19968750 106940000 20051250
IBT_CLG2 L 106560000 19980000 106500000 19968750 106940000 20051250
IBT_CRT1 L 57942000 15984000 57909375 15975000 58148625 16041000
IBT_CRT2 L 55944000 14652000 55912500 14643750 56143500 14704250
IBT_CWG1 L 109890000 31635000 109828125 31617188 110281875 31747813
IBT_CWG2 L 109890000 31635000 109828125 31617188 110281875 31747813
IBT_DPOK L 87579000 12321000 87529688 12314063 87891313 12364938
IBT_GDL1 L 106560000 4995000 106500000 4992188 106940000 5012813
IBT_GDL2 L 106560000 4995000 106500000 4992188 106940000 5012813
IBT_GRSK L 59940000 13320000 59906250 -13312500 60153750 -13367500
IBT_GRTI L 86580000 39960000 86531250 39937500 86888750 40102500
IBT_KBG1 L 118215000 24975000 118148437 24960938 118636563 25064063
IBT_KBG2 L 118215000 26640000 118148437 26625000 118636563 26735000
IBT_KDRI L 71595000 19647000 71554688 19635938 71850313 19717063
IBT_MDRC L 96570000 16650000 96515625 16640625 96914375 16709375
IBT_PDN1 L 71928000 7659000 71887500 7654688 72184500 7686313
IBT_PDN2 L 72594000 6327000 72553125 6323438 72852875 6349563
IBT_PTN1 L 76590000 19980000 76546875 19968750 76863125 20051250
IBT_PTN2 L 76590000 19980000 76546875 19968750 76863125 20051250
IBT_SBT1 L 124875000 61605000 124804688 61570313 125320313 61824688
IBT_SBT2 L 124875000 61605000 124804688 61570313 125320313 61824688
IBT_SLY1 L 18315000 -8325000 18304688 -8320313 18380313 -8354688
IBT_SLY2 L 13320000 11655000 13312500 11648438 13367500 11696563
IBT_TSIK L 0 0 0 0 0 0
IBT_UGN1 L 30303000 25641000 30285938 25626563 30411063 25732438
IBT_UGN2 L 31635000 26640000 31617188 26625000 31747813 26735000

Appendix D. The Branch Data of a Java 500 kV Interconnection Lines

106 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

# From To Type R0 X0 R X B/2 Tap


(Ohms) (Ohms) (Ohms) (Ohms) (Mhos) (PU)
1 BDGSLTAN IBT_BDG1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
2 BDGSLTAN IBT_BDG2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
3 BDGSLTAN MDRNCANG F 36.44 181.90 14.33 37.13 0.000000
4 BEKASI CAWANG F 5.14 25.67 2.02 5.24 0.000000
5 BEKASI CIBNONG F 6.94 32.68 1.13 10.89 0.000000
6 BEKASI IBT_BKS1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
7 BEKASI IBT_BKS2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
8 CAWANG CIBNONG F 9.97 46.95 1.63 15.65 0.000000
9 CAWANG IBT_CWG1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
10 CAWANG IBT_CWG2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
11 CAWANG M.TAWAR F 14.66 73.16 5.76 14.94 0.000000
12 CIBATU IBT_CBT1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
13 CIBATU IBT_CBT2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
14 CIBNONG DEPOK F 4.75 23.73 1.87 4.84 0.000000
15 CIBNONG IBT_CBG1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
16 CIBNONG IBT_CBG2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
17 CIBNONG M.TAWAR F 16.19 80.79 6.36 16.49 0.000000
18 CILEGON CIBNONG F 23.45 110.46 3.83 36.82 0.000000
19 CILEGON IBT_CLG1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
20 CILEGON IBT_CLG2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
21 CIRATA CIBATU F 14.28 71.27 5.61 14.55 0.000000
22 CIRATA IBT_CRT1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
23 CIRATA IBT_CRT2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
24 DEPOK IBT_DPOK F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
25 DEPOK TASIK F 85.36 426.03 33.56 86.97 0.000000
26 G10_GRTI GRATI F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
27 G1_SRLYA SURALAYA F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
28 G2_SRLYA SURALAYA F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
29 G3_PRIOK BEKASI F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
30 G4_MKRNG GANDUL F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
31 G5_MTWAR M.TAWAR F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
32 G6_SGLN SAGULING F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
33 G7_CRATA CIRATA F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
34 G8_TJT-B TJATI_B F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
35 G9_GRSIK GRESK F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
36 GANDUL DEPOK F 6.72 33.53 2.64 6.85 0.000000
37 GANDUL IBT_GDL1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
38 GANDUL IBT_GDL2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
39 GANDUL KEMBNGAN F 2.64 12.69 3.78 4.23 0.000000
40 GRATI IBT_GRTI F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
41 GRATI PAITON F 27.04 134.94 10.63 27.55 0.000000
42 GRESK IBT_GRSK F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
43 GRESK SBYBART F 72.99 364.30 28.69 74.37 0.000000
44 G_PAITON PAITON F 0.02 0.08 0.01 0.02 0.000000
45 KEDIRI IBT_KDRI F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
46 KEMBNGAN IBT_KBG1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
47 KEMBNGAN IBT_KBG2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
48 M.TAWAR CIBATU F 14.71 73.41 5.78 14.99 0.000000
49 MDRNCANG IBT_MDRC F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
50 PAITON IBT_PTN1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
51 PAITON IBT_PTN2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
52 PAITON KEDIRI F 27.04 134.94 10.63 27.55 0.000000
53 PEDAN IBT_PDN1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
54 PEDAN IBT_PDN2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
55 PEDAN KEDIRI F 61.93 309.09 24.35 63.10 0.000000
56 SAGULING BDGSLTAN F 11.46 57.17 4.50 11.67 0.000000
57 SAGULING CIBNONG F 25.59 127.72 10.06 26.07 0.000000
58 SAGULING CIRATA F 7.69 38.37 3.02 7.83 0.000000
59 SBYBART GRATI F 24.25 121.04 9.53 24.71 0.000000
60 SBYBART IBT_SBT1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
61 SBYBART IBT_SBT2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
62 SBYBART UNGARN F 77.08 307.78 30.30 62.83 0.000000
63 SURALAYA CILEGON F 1.20 5.77 0.17 1.92 0.000000
64 SURALAYA GANDUL F 10.18 47.97 1.66 15.99 0.000000
65 SURALAYA IBT_SLY1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
66 SURALAYA IBT_SLY2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
67 TASIK IBT_TSIK F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
68 TASIK PEDAN F 92.84 463.37 36.50 94.59 0.000000
69 TJATI_B SBYBART F 97.72 487.76 38.42 99.57 0.000000
70 TJATI_B UNGARN F 41.23 205.77 16.21 42.01 0.000000
71 UNGARN IBT_UGN1 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
72 UNGARN IBT_UGN2 F 0.00 0.01 0.00 0.00 0.000000
73 UNGARN MDRNCANG F 68.69 342.86 27.01 69.99 0.000000
74 UNGARN PEDAN F 23.01 114.87 9.05 23.45 0.000000

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 107


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENENTUAN LETAK DAN UKURAN KAPASITOR PADA SISTEM DISTRIBUSI


DENGAN ADAPTIVE GENETIC ALGORITHM
Patria Julianto
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Borneo
Jl. Amal Lama No.1, Tarakan, Kalimantan Timur, 77123.
e-mail : patria81@gmail.com

Abstract In distribution systems, capacitor gene-rally are used to provide reactive power compen-sation, to
correction power factor, to reduce real power losses and to improve voltage profiles. The main problem of
capacitor placement is to determine of the location and size of the capacitor to be placed in the system. In this
research, adaptive genetic algorithm (AGA) is used to determine of the location and size of the capacitor. In the
AGA, searching performance is improved by adaptively changing crossover and mutation probability to prevent
premature convergence. The solution algorithm has been implemented into a Matlab 7.1 and tested on the 20 kV
distribution system, Tanjung Sari feeder, Sanur substation. Numerical results are presented and compared with
results of other approaches.
Keywords : Capacitor placement, losses reduction, adaptive genetic algorithms.

PENDAHULUAN Pada metode genetic algortihm (GA) ada dua


masalah yang sering ditemui dalam proses
Kualitas suatu sistem tenaga listrik ditentukan pencarian yaitu efisiensi pencarian lokal yang
dari besarnya variasi frekuensi dan tegangan. Untuk rendah dan konvergensi prematur. Secara umum
frekuensi sistem, pengontrolan keseimbangannya pada GA, proses crossover dan mutasi secara acak
diatur dengan mengatur keseimbangan daya aktif ditentukan di dalam panjang kromosom suatu
antara daya aktif yang dibangkitkan sistem dengan individu. Hasilnya, semua individu baik itu individu
daya aktif beban ditambah rugi-rugi. Sedangkan dengan nilai fitness tinggi maupun individu dengan
kontrol tegangan dipengaruhi oleh pengaturan daya nilai fitnes rendah berpeluang sama untuk berubah.
reaktif sistem. Sumber daya reaktif pada sistem Untuk menyelesaikan optimisasi penentuan
tenaga listrik bisa dihasilkan oleh eksitasi generator lokasi dan ukuran kapasitor digunakan metode
sinkron, pengaturan tap transformator dan kompen- Adaptive Genetic Algorithm (AGA). Pada AGA,
sator daya reaktif. Kompensator daya reaktif yang untuk mencegah konvergensi prematur maka perlu
ada sangat bervariasi, kapasitor merupakan salah diciptakan keanekaragaman individu pada setiap
satu dari kompensator daya reaktif pada sistem populasi dalam satu generasi, dengan cara
tenaga listrik, yang digunakan untuk mengontrol mengadaptasi proses crossover dan mutasi sesuai
tegangan dan daya reaktif pada terminalnya secara dengan nilai fitness masing-masing individu.
cepat di dalam sistem. Panjang langkah pencarian berubah secara adaptif
Pengaturan kapasitor merupakan salah satu sesuai dengan nilai fitness, hasil dengan nilai fitness
teknik optimisasi yang umum dipakai pada sistem tinggi hanya melakukan pencarian lokal untuk
distribusi. Kapasitor pada sistem tenaga listrik meningkatkan efisiensi pencarian lokal dan hasil
digunakan untuk mengkompensasi daya reaktif, dengan nilai fitness rendah melakukan pencarian
memperbaiki faktor daya, meningkatkan profil global untuk mencegah konvergensi prematur.
tegangan, dan untuk mereduksi rugi-rugi daya aktif. Operasi mutasi aritmetika juga diterapkan untuk
Permasalahan utama peletakan kapasitor yaitu menyelesaikan permasalahan hamming distance
menentukan lokasi dan ukuran kapasitor untuk pada pengkodean biner.
dialokasikan pada sistem distribusi.
Penelitian untuk peletakan kapasitor telah
banyak dilakukan, Baran dan Wu [1,2] menyelesai- 2. FORMULASI MASALAH
kan masalah penempatan kapasitor menggunakan
mixed integer programming. Haque [3] menentukan Tujuan dari optimisasi penentuan letak dan
lokasi kapasitor dengan cara menempatkannya satu ukuran kapasitor pada sistem distribusi adalah
per satu, dan menentukan ukuran optimal dari untuk mereduksi rugi-rugi daya aktif pada sistem
kapasitor dengan minimisasi persamaan rugi-rugi distribusi tersebut. Dari tujuan tersebut maka dapat
dengan mempertimbangkan arus kapasitor. Algorit- dirumus-kan formulasi untuk minimisasi rugi-rugi
ma simulated annealing [4-5], genetic algorithm [6- daya aktif untuk optimisasi penentuan letak dan
7], fuzzy logic [8] dan tabu search [9] digunakan ukuran kapasitor, yang dinyatakan sebagai berikut :
untuk mengoptimisasi penempatan kapasitor.

108 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Nb 1) Seleksi orang tua


min Ploss i 1
Pi Seleksi orang tua merupakan prosedur
sederhana dengan dua kromosom dipilih dari
populasi orang tua berdasarkan pada nilai fitness
Subject to : masing-masing. Solusi dengan nilai fitness tinggi
g(x) 0 memiliki peluang yang besar untuk memberikan
keturunan baru pada generasi berikutnya. Aturan
V min V i V max seleksi yang digunakan pada penelitian ini
S i S i max (1) menggunakan seleksi roulette-wheel sederhana.
Keterangan : Schema H
Nb : jumlah total dari saluran.
Encoding String : { 1 0 1 }
P loss : rugi-rugi daya aktif sistem.
Td
P i : rugi-rugi daya aktif pada saluran i.
x : vektor tegangan bus. Hd
g(x) : persamaan aliran daya.
Vi : magnitude tegangan dari bus i.
V min : batas minimum dari tegangan bus. Gambar 1
V max : batas maksimum dari tegangan bus. Ilustrasi Konsep Pengkodean pada AGA
S imax : batas kapasitas maksimum dari saluran i.
2) Crossover
Fungsi objektif untuk mereduksi rugi-rugi daya Crossover memiliki tanggung jawab untuk
aktif sebagai berikut : rekombinasi struktur dan menentukan kecepatan
Nb konvergen dari GA, biasanya digunakan dengan
min F obj P
i 1
i k1 f v k 2 f c (2)
probabilitas yang tinggi (0,6-0,9). Kromosom-
kromosom dari dua orang tua yang terpilih di-
kombinasikan untuk membentuk kromosom baru
yang mewariskan segmen dari penyimpanan
Keterangan :
informasi dalam kromosom orang tua.
fv : fungsi penalti untuk pelanggaran batasan
3) Mutasi
tegangan bus.
Mutasi adalah operator yang bertanggung jawab
fc : fungsi penalti untuk pelanggaran batasan
untuk menginjeksikan informasi baru. Dengan
kapasitas saluran.
probabilitas yang kecil, bit-bit yang diacak dari
k 1 , k 2 : koefisien penalti.
kromosom keturunan diubah dari 0 ke 1 dan
sebaliknya dan memberikan karakteristik baru yang
3. PENENTUAN LETAK DAN UKURAN
tidak terdapat pada populasi orang tua. Pada
KAPASITOR DENGAN AGA
penelitian ini, operator mutasi diaplikasikan dengan
probabilitas yang relatif kecil (0,0001-0,001).
3.1. Genetic Algorithm (GA)
GA bekerja dengan populasi string dan mela-
3.2. Pengkodean
kukan proses pencarian nilai optimal secara paralel
Pada GA, pengkodean string biner digunakan
dengan menggunakan operator genetika. GA akan
untuk merepresentasikan parameter-parameter
melakukan rekombinasi antar individu. Elemen
pengaturan dari suatu permasalahan optimisasi
dasar yang diproses GA adalah string (kromosom)
diskrit, dalam penelitian ini optimisasi tersebut
dengan panjang tertentu yang tersusun dari
adalah penentuan kapasitor dan kapasitor
rangkaian substring (gen), dan biasanya merupakan
dikodekan dengan dua parameter, yaitu : lokasi dan
kode biner (0,1). GA merupakan prosedur iteratif,
ukuran. Untuk pendekodean kromosom sebagai
bekerja dengan suatu kumpulan string sebagai
berikut :
kandidat solusi dengan jumlah konstan. Populasi ini l
B A
kemudian berkembang dari generasi ke generasi
melalui operator genetika. Setiap langkah iterasi
X i A
2l 1
b
j 1
ij 2 j 1
(3)
disebut generasi, individu dalam populasi saat itu
akan dievaluasi dan diseleksi untuk menentukan
Keterangan :
populasi pada generasi selanjutnya.
A,B : batas terbawah dan teratas variabel.
Selama proses evolusi genetika, kromosom
l : panjang pengkodean.
yang lebih sehat memiliki kecenderungan
b ij : nilai (0 atau 1) dari gen j pada hasil i.
menghasilkan keturunan yang sehat pula, dan dari
2 j-1 : koefisien decoding dari gen j.
kromosom yang sehat diharapkan menghasilkan
Xi : variabel yang bersesuaian dengan hasil i.
keturunan yang lebih banyak serta mungkin dapat
bertahan pada generasi selanjutnya.
Terdapat tiga operator dasar pada GA yang
digunakan pada penelitian ini, yaitu :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 109


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Beberapa konsep yang digunakan pada AGA


diilustrasikan pada Gambar 1, dan didefinisikan dengan rand adalah angka acak seragam pada (0,1).
sebagai berikut : Untuk pengkodean secara biner, Hamming
1) Panjang langkah pencarian dari gen j distance merupakan masalah yang besar yang
didefinisikan sebagai jarak dari posisi gen j ke mempengaruhi performansi pencarian. String
bit terakhir dalam string pengkodean. pengkodean biner yang diberikan, misalnya L i =
2) T d didefinisikan sebagai jarak dari bit terakhir 01111111, sangat sulit untuk mengubah dari L i
yang sudah ditentukan dalam skema ke bit menjadi L i = 10000000 jika operasi crossover dan
terakhir dari string pengkodean sebagai panjang mutasi konvensional digunakan. Walaupun perbe-
ekor dari skema H. Pada gambar 1, T d = 2. daan dari nilai variabel antara L i dan L i hanya
3) H d didefinisikan sebagai jarak dari bit yang satu, dari 8 bit string berbeda.
ditentukan pertama dalam skema ke bit terakhir Pada optimisasi pengaturan kapasitor dengan
dari string pengkodean sebagai panjang kepala AGA, kapasitor bank dikodekan ke dalam string
dari skema H. Pada gambar 1, H d = 7. biner. Untuk mengubah probabilitas crossover dan
3.3. Adaptive Genetic Algorithm (AGA) [10], [11] mutasi secara adaptif, skema titik tunggal crossover
Pada AGA, panjang langkah pencarian berubah dan mutasi diterapkan pada operasi crossover dan
secara adaptif sesuai dengan nilai fitness dari untuk mutasi.
menjamin bahwa hasil genetika dengan nilai fitnes
yang tinggi atau hasil yang baik hanya melakukan Mulai
pencarian lokal untuk meningkatkan efisiensi
pencarian lokal dan hasil dengan nilai fitnes yang Generate probabilitas mutasi
rendah atau hasil tidak baik melakukan pencarian
global untuk mencegah konvergensi prematur. T
?
Sebagai tambahan strategi mutasi aritmetika
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan Y
Hamming distance pada pengkodean biner GA.
Pada AGA, untuk mencapai tujuan hasil baik ?
T Y
hanya melakukan pencarian lokal dan hasil tidak
Hitung M p Hitung N m dan M p
baik melakukan pencarian global, panjang langkah
dari crossover N c dan mutasi N m berubah secara
Operasi mutasi Operasi mutasi
adaptif menurut nilai fitnes dari hasil genetika.
konvensional aritmetika
Untuk masing-masing nilai crossover dan
mutasi diberikan sebagai berikut :
f f ' Hitung nilai fitnes
c1. max i c2 .(l 1) fi' fave
Nc f max fave
(4) Selesai

l 1 fi' f ave Gambar 2
Flowchart Operasi Mutasi
f f
m1. max i m2 l f1 fave
Nm fmax fave (5) 3.4. Fungsi Fitness
l 1 fi fave Pada GA, nilai fitness digunakan untuk menun-
jukkan performance dari hasil genetika. Fungsi
fitness pada optimisasi penentuan lokasi dan ukuran
Keterangan : kapasitor diberikan sebagai berikut :
c 1 , c 2 : koefisien dari panjang langkah crossover. Cm
m 1 , m 2 : koefisien dari panjang langkah mutasi. F ( x) (7)
f max : nilai fitness maksimum dari populasi. F obj ( g )
fi : nilai fitness tertinggi dari dua kromosom dengan C m 5 Po _ loss , P o_loss adalah rugi-rugi
untuk disilangkan. daya aktif dari sistem distribusi original, g adalah
fi : nilai fitness kromosom untuk dimutasi. hasil genetika dan F obj adalah nilai dari fungsi
f ave : nilai fitness rata-rata dari populasi. objektif (2).
Nilai fungsi fitness tidak dapat langsung
Titik crossover yang bersesuaian, C p , dan dihubungkan dengan nilai tujuannya melainkan
posisi mutasi, M p , ditentukan sebagai berikut : harus dirangking terlebih dahulu nilai tujuannya.
Dengan cara ini, dapat ditentukan kromosom-
C p rand N c kromosom yang layak digunakan dalam proses
M rand N (6) selanjutnya sehingga konvergensi awal dapat
p m

110 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dihindari dan akan mempercepat proses pencarian Evolutionary Algorithm (VEA) [12] menjadi 27,51
ketika populasi mendekati konvergen. kW dan menggunakan AGA menjadi 26,14
Dari persamaan (7) didapatkan bahwa rugi-rugi kW.Untuk hasil simulasi lebih lengkap dan hasil
daya terbesar adalah kromosom dengan nilai fitness simulasi menggunakan metode lain dapat dilihat
terendah. Hal tersebut berarti sudah sesuai dengan pada tabel I.
tujuan optimisasi penentuan letak dan ukuran
kapasitor yaitu untuk mereduksi rugi-rugi daya.
5. KESIMPULAN
4. HASIL SIMULASI
Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
Pada penelitian ini simulasi penentuan lokasi metode AGA dapat mengkompensasi daya reaktif,
dan ukuran kapasitor dengan AGA dilakukan memperbaiki faktor daya dan tegangan, sehingga
dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi dengan penentuan posisi dan ukuran kapasitor dapat
proses-sor AMD Turion 64 X2 1,61 GHz, RAM meminimalkan rugi-rugi daya pada sistem
896 MB. Dengan software Matlab 7.1. distribusi. Pada simulasi menggunakan data sistem
Data yang digunakan adalah sistem distribusi 20 distribusi 20 kV penyulang Tanjung Sari, GI Sanur,
kV penyulang Tanjung Sari, Gardu Induk Sanur, Bali, didapatkan bahwa AG menempatkan kapasitor
Bali [12]. Sistem distribusi 20 kV penyulang di 5 bus dengan total ukuran kapasitor sebesar 1950
Tanjung Sari, Gardu Induk Sanur, Bali terdiri dari kVAr, VEA menempatkan kapasitor di 8 bus
15 bus, 1 slack bus dan 14 bus beban. dengan total ukuran kapasitor sebesar 2100 kVAr.
Tabel I Sedangkan AGA menempatkan kapasitor di 4 bus
Hasil Simulasi Sistem Distribusi 20 kV Penyulang dengan total ukuran kapasitor sebesar 1650 kVAr.
Tanjung Sari, GI Sanur, Bali Setelah optimisasi, GA mampu menurunkan rugi-
Metode Optimisasi Optimisasi Optimisasi rugi menjadi 27,95 kW (21,96 %), VEA mampu
Optimisasi GA VEA AGA menurunkan rugi-rugi menjadi 27,51 kW (23,19
Q1 = 000 Q1 = 000 Q1 = 000
Q2 = 900 Q2 = 600 Q2 = 000
%), sedangkan AGA mampu menurunkan rugi-rugi
Q3 = 000 Q3 = 000 Q3 = 000 menjadi 26,14 kW (27 %).
Q4 = 000 Q4 = 000 Q4 = 000
Q5 = 000 Q5 = 000 Q5 = 000
Q6 = 450 Q6 = 300 Q6 = 000 REFERENSI
Lokasi dan Q7 = 000 Q7 = 150 Q7 = 600
Ukuran Q8 = 000 Q8 = 000 Q8 = 600
Kapasitor Q9 = 000 Q9 = 150 Q9 = 300 [1] M. E. Baran and F. F.Wu, Optimal
Q10 = 000 Q10 = 000 Q10 = 000 capacitor placement on radial distribution
Q11 = 000 Q11 = 150 Q11 = 000 systems, IEEE Trans. Power Del., vol. 4,
Q12 = 150 Q12 = 450 Q12 = 000 no. 1, pp. 725734, Jan. 1989.
Q13 = 000 Q13 = 000 Q13 = 150
[2] M. E. Baran and F. F. Wu, Optimal sizing
Q14 = 150 Q14 = 150 Q14 = 000
Q15 = 300 Q15 = 150 Q15 = 000 of capacitors placed on a radial
Total QT = 1950 QT = 2100 QT = 1650 distribution system, IEEE Trans.
kapasitor Power Del., vol. 4, no. 1, pp.735743, Jan.
(kVAr) 1989.
Tegangan 20,2768 20,2851 20,2792
min. (kV)
[3] M. H. Haque, Capacitor placement in radial
Tegangan 20,5000 20,5000 20,5000 distribution systems for loss
maks. (kV) reduction,Proc. Inst. Elect. Eng., Gen.,
Faktor daya 0,7894 0,7474 0,7915 Transm., Distrib., vol.146, no. 3, pp.501
min. 505, Apr. 1999.
Faktor daya 0,9955 0,9987 0,9972
maks. [4] H. D. Chiang, et.al.,Optimal capacitor
Rugi-rugi 27,9450 27,5100 26,1427 placement in distribution systems-Part I: A
(MW) new formulation and the overall problem,
IEEE Trans. Power Del., vol. 5, no. 2,
Parameter-parameter pada GA ditentukan pp.634642, Apr. 1990.
sebagai berikut : ukuran populasi sebesar 80, [5] H.D. Chiang, J. C. Wang, O. Cockings, and
generasi maksimum 200, probabilitas crossover H. D. Shin, Optimal capacitor placement
terdiri dari batas bawah dan batas atas masing- in distribution systems-Part II:
masing sebesar 0,5 dan 0,9, dan probabilitas mutasi Solution algorithms and numerical
terdiri dari batas bawah dan batas atas masing- results, IEEE Trans. Power Del., vol.
masing sebesar 0,001 dan 0,3. 5, no. 2, pp.643649, Apr. 1990.
Dari hasil simulasi, pada kondisi sebelum [6] S. Srinivasan and P. Anil, Optimal
optimisasi rugi-rugi yang dihasilkan sebesar 35,82 selection of capacitors for radial
kW. Setelah dilakukan optimisasi menggunakan distribution systems using a genetic
GA [12] menjadi 27,95 kW, menggunakan Virus

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 111


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

algorithm, IEEE Trans. Power Syst., vol. 9,


no. 3, pp. 14991507, Aug. 1994.
[7] M.S. Masoum, et.al., Optimal Placement,
Replacement and Sizing Capacitor Banks
in by Genetic Algorithm, IEEE
Trans. On Power Delivery, Vol. 19, No. 4,
Oct. 2004.
[8] H.C. Chin and W.M. Lin, Capacitor
Placements for Distribution Systems with
Fuzzy Algorithm, in Proc. IEEE Region
10s 9th Annu. Int. Conf., Theme, Frontiers
of Computer Technology, vol.2, pp.1025-
1029, 1994.
[9] Y. C. Huang, H. T. Yang, and C. L. Huang,
Solving the capacitor placement problem
in a radial distribution system using tabu
search approach, IEEE Trans. Power Syst.,
vol. 11, no. 4, pp. 18681873, Nov. 1996.
[10] M. Srinivas and L. M. Patnaik, Adaptive
probabilities of crossover and mutation in
genetic algorithms, IEEE Trans. Syst., Man,
Cybern., vol. 24, no.4, pp. 656666, Apr.
1994.
[11] D. Zhang, Zhengcai Fu, L. Zhang, Joint
optimization for power loss reduction in
distribution systems, IEEE Trans. Power
Syst., vol.23, no.1, pp. 161-169, February
2008.
[12] A.A. Ngurah Amrita, Penentuan Posisi dan
Kapasitas Optimal Bank Kapasitor Pada
Sistem Distribusi Menggunakan Virus
Evolutionary Algorithm (VEA), Tesis, ITS
Surabaya, 2007.

112 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI PERENCANAAN JARINGAN BERGERAK SELULER DENGAN METODE


PENDEKATAN TERINTEGRASI
Mytha Arena
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
mytha98@yahoo.com

ABSTRAK
Perencanaan jaringan bergerak seluler dengan metode konvensional yang lebih mengutamakan area
cakupan dengan penekanan pada pemodelan perambatan gelombang radio dan analisis interferensi menjadi tidak
efisien saat berhadapan dengan fakta yaitu (1) meningkatnya jumlah permintaan layanan komunikasi bergerak;
(2)cepatnya perkembangan teknologi komunikasi seluler yang lebih membutuhkan perencanaan berdasarkan
permintaan layanan dan (3)ketatnya persaingan antar operator. Salah satu pembaruan metode yang dapat
digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah perencanaan dengan pendekatan terintegrasi. Dalam metode ini,
tiga aspek perencanaan jaringan seluler: area cakupan, kapasitas dan permintaan trafik yang diimplementasikan
dengan konsep demand node, serta aspek ekonomis dipadukan dan disusun menjadi empat modul yaitu
karakteristik pelanggan bergerak, transmisi radio, alokasi sumber daya, dan arsitektur sistem.

Kata kunci: demand node, pelanggan bergerak, transmisi radio, alokasi sumber daya, arsitektur sistem

ABSTRACT
Conventional mobile network planning is focusing in coverage with radio wave propagation model and
interference analysis and that is not efficient when it faces three challenges: first, tremendous increase in the
demand for mobile communication services; second, new technologies mobile cellular network require demand
based planning methods; and third, competition between the mobile service operators is increased. Therefore
new planning method, integrated approach to cellular network planning is proposed. In this method, three
aspects like coverage area, capacity and traffic demand, that be implemented in demand node concept with
economic are integrated and constructed to four modules, mobile subscriber, radio transmission, resource
allocation and system architecture.

PENDAHULUAN 2. analisis propagasi dengan input morfografi dan


Pada dasarnya, perancangan sistem seluler model perambatan gelombang radio serta
mempunyai tujuan utama untuk men set-up jaringan output area cakupan,
radio secara optimal, dengan memberikan cakupan 3. alokasi frekuensi, didasarkan pada estimasi
terbaik dari area yang ditentukan. Akan tetapi, kasar dari pengelompokan land use dan
dengan perkembangan jumlah pengguna yang ketentuan besar interferensi maksimum serta
semakin besar, faktor biaya untuk penyediaan memberikan output jumlah kanal untuk setiap
layanan menjadi aspek penting dalam perancangan sel, dan
sistem. Oleh karena itu, dasar perencanaan jaringan 4. analisis jaringan radio, dengan input
juga harus diubah, dari parameter-parameter karakteristik kanal stokastik dan output nilai
frekuensi radio menjadi perencanaan berdasarkan kualitas layanan jaringan seperti probabilitas
analisis permintaan trafik. blocking dan dropping hand-over.

PERENCANAAN JARINGAN SELULER Pada fase definisi jaringan radio, keahlian


KONVENSIONAL dan pengalaman seseorang dalam memilih lokasi
Selama ini, perencanaan jaringan seluler pemancar base station sangat dibutuhkan dan
komersial yang ada, yang lebih dikenal dengan konsep yang biasa digunakan adalah mendis-
perencanaan secara konvensional, lebih tribusikan pemancar di setiap grid sel hexagonal.
menekankan pada pendekatan analitis dan lebih Konfigurasi pemancar-pemancar ini digu-
fokus pada aspek perencanaan radio (Gamst dkk, nakan untuk melakukan analisis propagasi pada
1986) seperti pemilihan tempat untuk base station, area cakupan dengan mengukur kekuatan sinyal
perencanaan frekuensi dan perancangan antena. yang ada. Jika level sinyal tidak cukup kuat, maka
Pada prinsipnya, pendekatan konvensional ini perlu dicari posisi pemancar yang baru dan
terdiri atas empat fase, yaitu: dillakukan lagi analisis propagasi hingga level
1. definisi jaringan radio dengan input peta sinyal cukup tinggi (diatas nilai ambang yang
geografis dan output estimasi lokasi pemancar ditentukan).
base station, Pada tahap alokasi frekuensi, banyaknya
kanal trafik dan frekuensi di sebuah sel dihitung
dengan menggunakan teknik perencanaan kapasitas

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 113


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

seperti rumus Erlang B (Mouly dan Pautet, 1992). 1. Demand node merupakan representasi pusat
Jika dengan pola frequency reuse yang digunakan dari sebuah area yang menyatakan permintaan
dan batasan interferensi yang diberikan sudah trafik, yang ditentukan berdasarkan banyaknya
memenuhi ketentuan, maka proses perancangan permintaan panggilan per satuan waktu. Dari
dapat dilanjutkan ke analisis jaringan radio, dan jika banyaknya permintaan trafik yang ada, akan
belum memenuhi, maka proses harus diulang dari dilakukan diskretisasi dalam ruang dan
awal. demand, sehingga didapatkan titik-titik(nodes)
Demikian juga dengan perhitungan kualitas dengan permintaan trafik tinggi dan rendah.
layanan. Jika Grade of Service (GoS) yang dihitung 2. Supplying area dari transmitter (TRX) adalah
berdasarkan probabilitas blocking dan dropping sekumpulan demand nodes yang mempunyai
hand-over telah memenuhi kriteria yang ditentukan, rugi lintasan (path loss) pada arah maju
maka proses perancangan dapat diakhiri dan jika (forward link) dan arah balik (reverse link)
tidak proses harus diulangi lagi. lebih tinggi daripada nilai ambang yang
didefinisikan oleh parameter link budget atau
PERENCANAAN JARINGAN SELULER dengan kata lain area cakupan demand nodes.
TERINTEGRASI
Dengan meletakkan demand nodes sebagai dasar
Konsep perencanaan jaringan bergerak semua aspek, maka demand nodes berperan sebagai
seluler terintegrasi terdiri atas empat aspek utama link penghubung antara aspek-aspek tersebut dan
dari sistem komunikasi bergerak seluler, yaitu: memfasilitasi integrasi antara keempat aspek
1. Transmisi Radio tersebut.
2. Pelanggan bergerak
3. Alokasi sumber daya Pelanggan bergerak
4. Arsitektur sistem Karakteristik pelanggan bergerak pada
sistem seluler dapat digambarkan dalam dua level,
Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. yaitu statis dan dinamis. Karakteristik statis terdiri
atas distribusi spasial pengguna pada area layanan
Pelanggan jaringan dan model populasi merupakan model
Transmisi Radio yang tepat untuk menggambarkan tingkah laku
bergerak
pelanggan. Sementara karakteristik dinamis lebih
menggambarkan tingkah laku pelanggan yang
Perancangan jaringan Otomatis tergantung pada waktu, seperti pola mobilitas dari
Evaluasi kinerja dan Optimisasi pengguna.

Transmisi radio
Alokasi sumber Arsitektur
Dalam merancang jaringan seluler, salah
daya Sistem
satu hal yang harus diperhatikan adalah memastikan
bahwa kehandalan transmisi radio dalam area
Gambar 1. Konsep perencanaan jaringan layanan adalah optimal dalam batasan-batasan
terintegrasi kondisi yang disyaratkan. Tujuan ini dapat tercapai
dengan menempatkan transmiter sedemikian rupa
Secara paralel, aspek-aspek tersebut berlaku sehingga kuat sinyal yang diterima pada titik-titik
sebagai input dan memberikan kontribusi pada layanan adalah maksimal dan interferensi karena
komponen integrasi yang lebih tinggi, yaitu sumber-sumber radio lain dapat diminimalisir.
perancangan jaringan otomatis yang juga Demand nodes dalam hal ini berlaku seperti sensor
bertanggungjawab dalam mengatur perbedaan- kuat medan listrik yang dihitung dengan
perbedaan tujuan dari masing-masing aspek, menggunakan model-model perambatan gelombang
disamping melakukan evaluasi dan optimisasi radio yang telah dikenal selama ini.
jaringan. Karena sifat keempat aspek tersebut yang Sebuah node dikatakan mendapatkan
saling berinteraksi dan saling bergantung, maka layanan jika node tersebut menerima kuat medan
aspek-aspek tersebut dibentuk secara modular dan minimum yang dibutuhkan dari sedikitnya sebuah
diimplementasikan dalam konsep Demand Node. base station. Oleh karena itu, transmiter harus
diposisikan sedemikian rupa sehingga jumlah
Konsep Demand Node demand nodes yang terlayani menjadi maksimal.
Demand Node merupakan inti dari
perancangan dengan pendekatan terintegrasi, yang Alokasi Sumber Daya
akan dipakai untuk menyatakan distribusi spasial Sumber daya yang dimaksud disini adalah
dari permintaan trafik titik-titik (Nodes) yang frekuensi dan kanal yang tersedia, dimana keduanya
berlainan. Terdapat dua definisi dari konsep merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak
demand node, yaitu: dapat ditingkatkan secara sembarangan.
114 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Jarak penggunaan kembali frekuensi start


(frequency reuse) sangat berperan dalam
menentukan jumlah kanal maksimum di setiap sel, Membangkitkan
yang selanjutnya akan membatasi besarnya trafik Demand Node
yang dapat ditangani oleh sel tersebut. Pada
pendekatan terintegrasi ini, trafik direpresentasikan Men set-up area-
dalam konsep Demand Nodes, maka permasalahan area cakupan

pada alokasi sumber daya adalah bagaimana


merencanakan sel sehingga jumlah demand nodes Memverifikasi ketentuan/
batasan TRX
dalam sebuah sel tidak melebihi ambang batas
maksimum atau dengan kata lain pola frequency
Optimisasi BTS
reuse akan digunakan sebagai parameter yang
membatasi banyaknya demand nodes dalam sebuah
sel. Dengan demikian, hanya sel-sel yang Menentukan batasan
pemisahan frekuensi
memenuhi ketentuan yang akan diperhitungkan
dalam perancangan jaringan.
perencanaan
pemecahan sel
frekuensi
Arsitektur Sistem
Secara umum, arsitektur sistem jaringan
komunikasi bergerak terdiri atas dua bagian utama, modifikasi ketentuan/ Apakah perencanaan
yaitu subsistem transmisi radio dan jaringan batasan pemisahan frekuensi sudah valid ?

transport. Dalam pendekatan jaringan terintegrasi,


kedua bagian tersebut mempunyai interkoneksi Memverifikasi
sangat erat dan dengan konfigurasi yang tepat dapat C/I
memberikan kinerja sistem yang bagus, selain
mengefisiensikan kerja jaringan secara keseluruhan.
Arsitektur sistem pada pendekatan Apakah verifikasi
C/I sudah valid?
terintegrasi memperhitungkan besarnya trafik yang
ditawarkan pada jaringan bergerak dan
pengaruhnya pada subsistem jaringan transport. Hal
ini sesuai dengan sasaran metode pendekatan ini stop

yaitu mendistribusikan dengan cermat beban trafik


dari subsistem transmisi radio ke subsistem jaringan Gambar 2 Urutan perancangan jaringan
transport. Misalnya base station dihubungkan terintegrasi
dengan mobile switching center dengan cara
sedemikian rupa sehingga trafik pensinyalan yang Algoritma SCBPA terdiri atas 4 fase, yaitu:
terjadi minimal dan sesuai dengan beban switch 1. Fase 0, melakukan perhitungan semua
tersebut. himpunan area cakupan yang mungkin, Pj,
termasuk level daya semua pemancar dan
Perancangan jaringan otomatis semua tipe antena yang digunakan dalam
Perancangan jaringan otomatis merupakan konfigurasi area layanan.
tool perencanaan jaringan bergerak seluler yang 2. Fase 1, melakukan verifikasi trafik dan
awalnya diimplementasikan di Universitas batasan-batasan hardware untuk semua Pj
Wrzburg, Jerman dan dikenal sebagai ICEPT 3. Fase 2, menghitung cakupan dengan
(Integrated Cellular Network Planning Tool) menggunakan heuristic greedy untuk
Komponen inti dari perancangan ini adalah MCLP (Maximal Coverage Location
algoritma SCBPA (Set Cover Base Station Problem). Dengan dapat dipilih posisi base
Positioning Algorithm) dan prosedur karakterisasi station optimal yang memaksimalkan
trafik. proporsi trafik yang tercakup (covered),
Adapun urutan langkah-langkah dalam peren- misalnya rasio demand node dalam
canaan jaringan seluler terintegrasi ditunjukkan kaitannya dengan nilai ambang batas rugi-
pada Gambar 2. rugi lintasan arah maju/balik
(forward/reverse link) yang harus
dipenuhi.
4. Melakukan optimasi cakupan, dengan
pengubahan posisi pemancar, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 115


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dengan mengasumsikan hubungan non linear dan


untuk memodelkan karakteristik trafik ini
digunakan fungsi eksponensial yang didefinisikan
sebagai:
a i = c . bxi ......................................(2)

dengan c adalah konstanta dan b adalah basis fungsi


eksponensial.
Untuk mengurangi kerumitan determinasi
parameter trafik dilakukan proses normalisasi,
Gambar 3. Penarikan pemancar yaitu:

(3)
dengan:
S service area : ukuran area layanan,
S elemen unit : ukuran unit elemen area,
A total : trafik total pada area yang bersangkutan.

2. Pra pengolahan data


Gambar 4. Penarikan kembali transmiter dari Pra pengolahan data merupakan pengolahan
multiple covered nodes informasi dalam basis data geografis dan
demografis. Proses ini dilaksanakan selama data
Karakterisasi trafik dilakukan dengan dalam sistem informasi geografis tidak dapat
menghitung intensitas trafik spasial dan terkumpul selama perencanaan jaringan bergerak.
merepresentasikan demand node diskret dari data- 3. Estimasi trafik
data yang ada. Berikut adalah tahapan proses dari Pada tahap ini, dilakukan perhitungan
karakterisasi trafik: matriks intensitas trafik spasial dari daerah layanan
1.Definisi model trafik yang ditentukan untuk memperkirakan permintaan
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi faktor trafik per unit elemen area. Besarnya permintaan
dan parameter trafik dalam model trafik geografis. trafik ditentukan dengan menentukan faktor-faktor
Pada model trafik jaringan secara geografis, trafik yang sesuai untuk unit elemen tersebut dan
didefinisikan besaran trafik yang ditawarkan, yang dihitung dengan persamaan 1. Nilai-nilai trafik
(t ) yang didapatkan disimpan dalam suatu matriks
dinyatakan dengan Ageo ( x, y ) , yang merupakan trafik.
agregat trafik asal dari berbagai faktor dan 4. Pembangkitan demand node
dinyatakan dengan persamaan: Tahap ini dilaksanakan melalui pembuatan
distribusi demand node diskret dengan
menggunakan metode clustering. Ada dua jenis
algoritma clustering yaitu: partitional clustering
...(1) dan hierarchical clustering. Pada partitional
dengan clustering, suatu area dibagi menjadi bagian-bagian
a i = i . E[B i ] adalah trafik yang dibangkitkan oleh kecil hingga nilai trafiknya dibawah ambang batas
faktor i pada unit area yang diukur dalam nilai kuantisasi trafik, , dari demand node tunggal.
Erlang/unit area, Sementara itu, pada hierarchical clustering,
(x,y) : bilangan bernilai integer yang menyatakan pengelompokan data masih dibagi 2, yaitu
permintaan panggilan oleh elemen jaringan tetap di agglomerative dan divisive. Pada agglomerative,
unit lokasi area, deretan partisi data tunggal dikelompokkan,
i : jumlah call attempt per satuan waktu dan satuan sedangkan pada divisive, sekelompok data dipecah-
ruang, pecah menjadi partisi-partisi yang lebih kecil
E[B i ] : durasi panggilan rata-rata faktor tipe i, hingga akhirnya terdapat beberapa partisi tunggal.
i(t ) : bernilai 0, jika faktor trafik i pada lokasi (x,y)
tidak benar, dan bernilai 1, jika faktor trafik i pada SIMPULAN
lokasi (x,y) bernilai benar. Perencanaan jaringan bergerak seluler
Pada parameter trafik, nilai a i , yang dengan pendekatan terintegrasi merupakan
merupakan nilai trafik asal dari faktor i di tiap perencanaan jaringan yang berdasarkan pada
elemen area diperoleh dari pengukuran jaringan permintaan layanan, yang diawali dengan
mobile existing dan koneksi-koneksi kausal antara melakukan perkiraan trafik yang dibangkitkan pada
trafik dan asal trafik. Pendekatan pertama adalah area layanan tertentu. Besarnya permintaan trafik
116 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tersebut direpresentasikan dengan demand node


yang menjadi link penghubung antara empat aspek
yang ada dalam sistem bergerak seluler, yaitu
transmisi radio, pelanggan bergerak, alokasi sumber
daya, dan arsitektur sistem.

DAFTAR PUSTAKA
Fritsch, Th., Tutschku, K., Leibnitz, K., 1995, Field
strength prediction by ray tracing for
adaptive base station positioning in mobile
communication networks, ITG Conference
on Mobile Communication.
Gamst, A., E.G. Zinn, R Beck, and R. Simon, 1986,
Cellular Radio Network Planning, IEEE
Aerospace and Electronic Systems
Magazine.
Mouly, M., Pautet, M.B., 1992, The GSM System
for Mobile Communications, France.
Tutschku, K., 1997, Demand based Radio Network
Planning of Cellular Mobile Communication
Systems, Research Report Series.
Tutschku, K., Gia, P.T,, 1998, Spatial Traffic
Estimation and Characterization for Mobile
Communication Network Design, IEEE
Journal on Selected Areas in
Communication

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 117


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

IMPLEMENTASI PARTIAL INDEK UNTUK MENINGKATKAN UNJUK KERJA


QUERY PADA TIPE DATA KARAKTER VARCHAR

JB Budi Darmawan
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III Paingan Maguwohardjo Depok Sleman Yogyakarta

b.darmawan@staff.usd.ac.id, jbbudi@yahoo.com

Abstraksi
Indek memungkinkan basisdata melakukan proses pencarian dari jutaan bahkan milyaran data dengan cepat.
Indek menyeimbangkan antara penyimpan dan waktu akses. Dengan menggunakan indek bisa membuat query
SELECT lebih cepat, tetapi membuat beberapa tambahan penyimpan disk.
Dalam paper ini akan diuji pengunaan partial indek pada data ukuran besar dalam basisdata MySQL 5.1 untuk
beberapa variasi ukuran panjang partial indek dalam tipe data karakter varchar dan variasi posisi record.
Sebuah generator data digunakan untuk membangkitkan data satu juta record.
Penggunaan partial indek dapat meningkatkan unjuk kerja query select dengan menyeimbangkan kebutuhan
waktu akses dan kapasitas tambahan penyimpan disk pada basisdata MySQL. Ukuran panjang partial indek
yang terlalu kecil akan memperlama waktu akses sedangkan peningkatan ukuran panjang indek yang dibayar
dengan tambahan kapasitas penyimpan tidak menjamin peningkatan unjuk kerja yang lebih baik. Pemilihan
panjang partial indek yang tepat akan menghasilkan unjuk kerja optimal yang diharapkan disesuaikan dengan
kebutuhan kecepatan akses yang dapat diterima dan kapasitas pengingat yang tersedia

Kata Kunci : basisdata, partial indek, unjuk kerja

1. PENDAHULUAN penyimpan ini kadang-kadang tidak sesuai


peningkatan unjuk kerja yang diharapkan. MySQL
Saat ini berbagai macam data banyak tersedia menyediakan kendali seberapa banyak memori
dalam bentuk elektronik baik berupa data teks penyimpan yang akan digunakan dengan
maupun data multimedia. Perkembangan data ini menggunakan partial indek. Full indek
sangat pesat dapat dilihat dari perkembangan menggunakan seluruh panjang suatu kolom untuk
kapasitas penyimpan yang tersedia di pasar. membuat indek [1]. Penggunaan full indek dapat
Kebutuhuan akan sistem yang dapat menyediakan digunakan untuk mempercepat akses data tetapi
informasi yang akurat dan cepat dari data yang dibayar mahal dengan meningkatnya kapasistas
sangat besar sangat dibutuhkan di era informasi ini. penyimpan[3].
Perkembangan ukuran data yang besar ini harus
diimbangi dengan kemampuan pengolahan data Dalam paper ini akan diuji pengunaan partial indek
yang lebih cepat. sekunder pada data ukuran besar dalam database
dengan beberapa variasi ukuran partial indek tipe
Indek dapat diterapkan pada basisdata untuk data karakter varchar, untuk mengetahui
melakukan proses pencarian dari jutaan bahkan peningkatan unjuk kerja query SELECT yang
milyaran data dengan cepat [1]. Indek primer akan didapatkan.
mempercepat pencarian data berdasarkan atribut
yang berperan sebagai key. Untuk 2. METODOLOGI PENELITIAN
menspesifikasikan key tambahan pada relasi yang
dapat digunakan untuk mengambil data dengan Dalam percobaan ini akan diteliti pengaruh partial
lebih efisien digunakan indek sekunder. [2] indek pada unjuk kerja basisdata untuk query
SELECT menggunakan sebuah tabel berisi satu juta
Indek menyeimbangkan antara penyimpan dan record.
waktu akses. Dengan menggunakan indek bisa Penelitian query SELECT dilakukan dengan
membuat query SELECT lebih cepat, tetapi langkah-langkah sebagai berikut:
membuat beberapa tambahan penyimpan disk dan a. Membandingkan kecepatan query pada data
tambahan penggunaan CPU yang digunakan untuk dengan tipe data karakter dengan tipe data
setiap operasi query INSERT, UPDATE dan varchar dengan panjang data 255 yang tidak
DELETE [2]. menggunakan indek. Kecepatan query diukur
dengan tiga variasi posisi record, yaitu awal,
Indek memerlukan tambahan penyimpan untuk tengah dan akhir.
meningkatkan unjuk kerja. Tetapi tambahan

118 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

b. Membandingkan kecepatan query pada data # Example MySQL config file for very large systems.
#
dengan tipe data karakter varchar dengan # This is for a large system with memory of 1G-2G where the system runs
panjang data 255 dengan variasi panjang partial mainly
# MySQL.
indek 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128. Kecepatan #
query diukur dengan tiga variasi posisi record, # You can copy this file to
yaitu awal, tengah dan akhir. # /etc/my.cnf to set global options,
# mysql-data-dir/my.cnf to set server-specific options (in this
c. Membandingkan kecepatan query pada data # installation this directory is C:\mysql\data) or
dengan tipe data karakter varchar dengan # ~/.my.cnf to set user-specific options.
#
panjang data 255 dengan full indek. Kecepatan # In this file, you can use all long options that a program supports.
query diukur dengan tiga variasi posisi record, # If you want to know which options a program supports, run the program
# with the "--help" option.
yaitu awal, tengah dan akhir.
# The following options will be passed to all MySQL clients [client]
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan #password = your_password
port = 3306
sebuah komputer dengan spesifikasi sebagai socket = /tmp/mysql.sock
berikut:
# Here follows entries for some specific programs
a. Perangkat lunak
1. Sistem operasi, Microsoft Windows # The MySQL server
[mysqld]
XP SP2 port = 3306
2. DBMS, MySQL versi 5.1.40. [4] socket = /tmp/mysql.sock
3. Program interfase MySQL Query skip-locking
key_buffer_size = 384M
Browser. [4] max_allowed_packet = 1M
4. Program interfase MySQL, SQLYog table_open_cache = 512
sort_buffer_size = 2M
versi 5.22a. [5] read_buffer_size = 2M
5. Program data generator, Dbmonster read_rnd_buffer_size = 8M
myisam_sort_buffer_size = 64M
v.1.0.3. [6] thread_cache_size = 8
b. Perangkat keras query_cache_size = 32M
1. Prosesor Intel Core 2 Quad 6600 # Try number of CPU's*2 for thread_concurrency
thread_concurrency = 8
2. Memori RAM 2 GB/5300 DDR2
3. Hardisk 160 GB SATA 2
Gambar 2. File konfigurasi basisdata MySQL
4. Motherboard chipset Intel DP35DP
(my.ini) yang digunakan
Struktur tabel yang digunakan pada percobaan ini
Isi file konfigurasi yang digunakan pada percobaan
disajikan pada gambar 1. Kolom nomor bertipe int
ini disajikan pada gambar 2.
11 bersifat auto increment berguna untuk
membantu mencari record awal, tengah dan akhir.
Percobaan ini menggunakan data yang
dibangkitkan oleh sebuah program data generator
dbmonster. Dbmonster adalah sebuah tool yang
dapat digunakan untuk membangkitkan data
random test dan meletakkannya dalam basisdata
SQL dengan ukuran yang besar [6].

DbMonster masih terus dikembangkan dan sampai


sejauh ini dbmonster dapat mengisi basisdata
dengan data random dan dengan data dari kamus
yang disediakan. Secara ideal data yang
dimasukkan dalam basisdata seharusnya dengan
Gambar 1. Struktur tabel yang digunakan data yang nyata seperti (nama, nama perusahan,
menggunakan SQLYog judul dll) [6]. Percobaan ini menggunakan kamus
data yang telah disediakan oleh dbmonster. Waktu
eksekusi pembangkitan data untuk kedua tabel ini
File konfigurasi my.ini yang digunakan dipilih dari tersaji pada gambar 3.
konfigurasi yang disediakan MySQL 5.1 yang
sesuai dengan ukuran memori RAM (2GB) yang
digunakan yaitu untuk large database (my-
large.ini).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 119


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 3. Waktu eksekusi pembangkitan data Gambar 4. Informasi tambahan memori untuk
implementasi index dari information_schema.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN TABLE menggunakan MySQL Query Browser.

Hasil percobaan yang telah dilakukan disajikan Dalam percobaan menggunakan data dengan
pada tabel 1. panjang satu record 586 sejumlah 1.000.000 record
menghasilkan hasil seperti tersaji pada tabel 1. Dari
Tabel 1. Hasil percobaan tabel ini, peningkatan kecepatan akses terlihat mulai
Operasi Select data Waktu Akses (dalam detik) penggunaan partial indek dengan panjang 4,
kemudian terus mengalami kenaikan peningkatan
bertipe varchar(255) Posisi Record
akses sampai penggunaan partial indek dengan
Tabel 1.000.000 record panjang 64. Pada penggunaan partial indek dengan
panjang 128 terjadi penurunan akses dari kecepatan
No Panjang Ukuran Awal Tengah Akhir Rata- akses sebelumnya. Kecepatan akses maksimal
rata memang didapat dari penggunaan panjang data
partial indek
keseluruhan sebagai indek (full indek).
indek
Dari hasil pengamatan ini dapat dilihat bahwa
(karakter)(Byte) pemilihah panjang partial indek yang terlalu kecil
(panjang partial indek 1 dan 2) tidak meningkatkan
1 0 0 9,9566 9,9559 9,9623 9,9583
kecepatan akses dibandingkan dengan tidak
2 1 14172160 16,9522 12,5339 13,0723 14,1861
menggunakan indek. Peningkatan panjang partial
indek (panjang partial indek 128) juga tidak
3 2 18366464 11,4192 15,1883 10,3855 12,3310 menjamin peningkatan kecepatan akses yang lebih
baik dibandingkan dengan panjang partial indek
4 4 24690688 2,4880 2,2099 1,0600 1,9193 yang lebih pendek (panjang partial indek 64)
5 8 37306368 0,6364 0,1354 0,1532 0,3083
Tetapi dari tabel 1, seiring peningkatan penggunaan
6 16 40484864 0,3872 0,0460 0,0264 0,1532
panjang partial indek dibayar dengan peningkatan
penggunaan media penyimpan yang digunakan
7 32 75251712 0,0684 0,0321 0,0082 0,0362 untuk menyimpan indek seperti terlihat pada kolom
ukuran indek. Untuk data dengan panjang sekitar
8 64 128974848 0,0383 0,0341 0,0123 0,0282
586.000.000 dengan kolom yang diindek penuh
9 128
(full indek) bertipe varchar 255 sebanyak 1.000.000
238026752 0,0424 0,0452 0,0186 0,0354
record diperlukan tambahan penyimpanan indek
10 Full 460324864 0,0253 0,0184 0,0210 0,0216 sebesar 460.324.864.

Dari hasil pengamatan, untuk panjang satu record


586 dengan jumlah record 1.000.000 untuk data
dari kamus data dbmonster menawarkan
keseimbangan antara kecepatan akses dan kapasitas
penyimpan tambahan pada panjang partial indek 32
karakter. Tentu saja pemilihan ini harus disesuaikan
lagi dengan menyeimbangan kebutuhan kecepatan
akses yang dapat diterima dan kapasitas pengingat
yang tersedia.

120 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dari hasil pengamatan pada data di atas, terlihat


bahwa penentuan panjang partial indek harus
disesuaikan dengan kebutuhan kecepatan akses
yang dapat diterima dan kapasitas pengingat yang
tersedia.

4. PENUTUP

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diambil


beberapa kesimpulan:
1. Penggunaan partial indek dapat menjadi
alternatif strategi pemilihan indek untuk
meningkatkan unjuk kerja query select
pada basisdata MySQL dengan
menggunakan tipe data varchar.
2. Pemilihah panjang partial indek yang
terlalu kecil (panjang partial indek 1 dan 2)
tidak meningkatkan kecepatan akses
dibandingkan dengan tidak menggunakan
indek.
3. Peningkatan panjang partial indek tidak
menjamin peningkatan kecepatan akses
yang lebih baik dibandingkan dengan
panjang partial indek yang lebih pendek.
4. Peningkatan penggunaan panjang partial
indek dibayar dengan peningkatan
penggunaan media penyimpan yang
digunakan untuk menyimpan indek.
5. Penentuan panjang partial indek harus
disesuaikan dengan kebutuhan kecepatan
akses yang dapat diterima dan kapasitas
pengingat yang tersedia, untuk panjang
satu record 586 dengan jumlah record
1.000.000 dengan data dari kamus data
dbmonster pemilihan panjang partial
indek 32 karakter dapat menjadi
pertimbangan.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1].Derek J. Balling, Jeremy Zawodny, High Performance


MySQL, O'Reilly Media, Inc, Canada, 2004.
[2].Thomas Connoly & Carolyn Begg, Database Systems :
A Practical Approach to Design, Implementation, and
Management, 4th edition, Pearson Education Limited,
England, 2005.
[3].Darmawan J.B.B. Implementasi Full Indek Untuk
Meningkatkan Unjuk Kerja Query Pada Tipe Data
Karakter. Proceeding Seminar Rekayasa Teknologi
Industri dan Informasi ke III, Sekolah Tinggi Teknologi
National, Yogyakarta, 2008.
[4]. MySQL, http://www.mysql.com, 2009.
diakses 18 Nopember 2009.
[5]. SQLYog,
http://www.webyog.com/en/downloads.php,
2007. diakses 15 Februari 2007.
[6].Welcome to dbMonster's cave!,
http://dbmonster.kernelpanic.pl/ , 19 Juni 2008.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 121


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

VOLT-AMPERE METER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

Martanto 1, A. Bayu Primawan2 , Frederik Erik3


Lucia Santi Palupi Darmakusuma4
1
,2Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknolog,Universitas Sanata Dharma
Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta
Telp. (0274) 883037
E-mail: martanto@staff.usd.ac.id, bayu@staff.usd.ac.id

ABSTRAKS
Tulisan ini menunjukkan implementasi alat ukur daya nyata (apparent power) dengan satuan Volt- Amper
berbasis mikrokontroler AT89S52. Daya beban diukur melalui pengukuran tegangan dan arus beban. Tegangan
beban disensor menggunakan hambatan pembagi tegangan, kemudian disesuaikan level tegangan dan diambil
nilai mutlaknya menggunakan penyearah presisi. Besaran arus beban diubah menjadi besaran tegangan melalui
hambatan, kemudian disesuaikan level tegangan melalui pengondisi sinyal dengan tiga skala pemilih, dan
kemudian diambil nilai mutlaknya. Keluaran penyearah presisi diubah menjadi sinyal digital oleh ADC.
AT89S52 kemudian menerima data tegangan dan arus dari ADC dan mencari nilai rms serta melakukan
mencari nilai rms daya nyata. Hasil pengukuran tegangan, arus dan daya ditampilkan pada LCD. Pengujian
tegangan mulai dari 195Vrms hingga 240 Vrms dengan galat sebesar 2%. Pengukuran arus cukup baik untuk
skala 5A.Tampilan daya nyata telah sesuai dengan perkalian arus dan tegangan tertampil.

Kata Kunci: alat ukur, beban, daya nyata, mikrokontroler

1. PENDAHULUAN 2. DASAR TEORI


Kemajuan bidang elektronika membawa 2.1 Daya AC
perkembangan dalam hal peralatan listrik dan Nilai daya sesaat p dalam kawasan tunak
peralatan elektronika. Peralatan listrik baik dalam sinusoida merupakan perkalian antara tegangan
dunia industri maupun peralatan rumah tangga sesaat v dan arus sesaat i, atau p= v i. Jika tegangan
mengarah pada aplikasi elektronika. Banyak terpasang v = V m cos t menghasilkan arus sebesar
kemudahan yang telah disumbangkan oleh i = I m cos(t), dengan nilai d a positif
teknologi bagi kehidupan manusia, namun tidak ataupun d an e sesuai dengan impedansi
menutup kemungkinan untuk terus berkembang pengganti induktif atau kapasitif, maka nilai daya
dan diciptakan berbagai temuan baru yang bisa sesaat dinyatakan oleh pesamaan 1 (Edminister,
menunjang kelancaran kehidupan manusia. 2006)
Penggunaan beban peralatan listrik yang non
linier, mengakibatkan bentuk gelombang arus tidak 1
p = Vm Im
sama dengan bentuk gelombang tegangan pada 2 [cos + cos (2t )]
komponen elektronika daya pada peralatan listrik.
(1)
Bentuk gelombang yang tidak sinus akan
menimbulkan adanya komponen harmonisa selain
untuk gelombang sinusoidal V m = V rms .2, dan
frekuensi fundamental. Komponen harmonisa dapat
I m =I rms 2 maka besar daya rata-rata (true power)
menimbulkan banyak implikasi pada jala-jala daya
ditunjukkan oleh persamaan 2.
listrik. Hal ini menyebabkan timbulnya rugi-rugi
daya listrik, selain itu dapat menginteferensi saluran
P = V rms I rms cos
komunikasi.
(2)
Dalam keseharian sering dilakukan
pengukuran nilai rms (root-mean-square) tegangan
Perkalian V rms I rms disebut daya nyata
dan arus AC dengan menggunakan alat pengukur
(apparent power) dengan satuan Volt-amper (VA).
tegangan dan arus, namun sebagian besar voltmeter
Nilai cos disebut dengan d an daya (power
yang ada hanya akurat jika digunakan untuk
factor, PF). Hubungan antara p, v, d an
mengukur nilai rms tegangan AC yang berbentuk
ditunjukkan pada Gambar 1.
sinusoidal. Oleh karena itu, akan lebih baik jika ada
alat ukur yang akurat untuk mengukur nilai rms
tegangan dan arus AC yang mempunyai bentuk
selain sinusoidal, sekaligus mengukur daya rms.

122 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

harus dikurangi dengan tegangan pada ampermeter.


Voltmeter dihubungkan langsung diantara ujung-
ujung hambatan seperti dalam Gambar 2b, sehingga
voltmeter mengukur tegangan beban yang
sebenarnya, tetapi ampermeter menghasilkan
kesalahan sebanding dengan arus yang melalui
voltmeter. Cara yang tepat untuk menghubungkan
voltmeter bergantung pada nilai Rx berserta
hambatan voltmeter dan ampermeter, umumnya
hambatan ampermeter adalah rendah sedangkan
hambatan voltmeter adalah tinggi(Wasito,1998).

Gambar 1. Hubungan p, v, i, dan


(Edminister,2006).
2.2. Nilai RMS (root-mean-square)
Nilai rms digunakan untuk mengukur (a)
efektifitas sebuah sumber dalam memberikan daya
pada sebuah beban dan menentukan keakuratan
penghantaran suatu alat dan tingkat arus suatu alat.
Nilai rms suatu gelombang dinyatakan dalam
persaaman 3 (Rashid, 2003).
(b)
T
1 Gambar 2. Penempatan voltmeter dan ampere meter
I rms I
2
. dt
T pada pengukuran.
0
(3)

dengan T adalah perioda dan I adalah arus dari 3. Perancangan


gelombang. Nilai rms merupakan akar kuadrat rata- 3.1 Diagram blok sistem
rata suatu gelombang. Nilai rms dapat dicari dengan Diagram blok ias m ditunjukkan oleh
kombinasi nilai rms setiap harmonisanya, seperti Gambar 3. Sensor tegangan mendeteksi tegangan
ditunjukkan pada persamaan 4. beban, kemudian dikondisikan agar level tegangan
yang diukur sesuai dengan level tegangan masukan
I rms
2 2 2
I dc I rms (1 ) I rms ( 2 ) ... I rms ( n )
2 ADC. Sebelum masuk ke ADC sinyal tegangan
diambil nilai mutlaknya menggunakan penyarah
(4) presisi. Arus beban disensor menggunakan sensor
arus. Keluaran sensor arus menjadi besaran
dengan I dc adalah arus komponen dc, I rms ( 1 ) dan tegangan. Tegangan keluaran sensor arus
I rms ( n ) adalah nilai rms dari frekuensi fundamental dikondisikan oleh pengondisi sinyal kedua, dengan
penguatan yang ias diatur. Mikrokontroler
dan komponen harmonis ke-n. mengambil data keluaran dari ADC sebanyak 8 bit
Pengukuran nilai rms berguna dalam perhitungan dengan 256 kali pencuplikan dengan kecepatan
daya nyata, seperti dalam rumus 5. pengambilan data yang konstan. Nilai tegangan rms
hasil pencuplikan akan dicari oleh mikrokontroler.
Pac V rms I rms (5) Nilai rms sebanyak 8 bit akan diteruskan
mikrokontroler menuju LCD sebagai penampil
dengan P ac adalah daya ac, V rms adalah rms setelah disesuaikan dengan pemilihan jangkauan
tegangan, dan I rms adalah arus rms, yang didapat level tegangan.
melalui perhitungan yang serupa untuk
mendapatkan nilai I rms . (Rashid,2003) SENSOR
TEGANGAN
PENGONDISI
SINYAL I
PENYEARAH
PRESISI
ADC
SUMBER

M IK R O K O N T R O L E R
BEBAN

U N IT P E N G O L A H

U N IT P E N A M P IL
AC

2.3 Pengukuran Tegangan dan Pengukuran Arus


(L C D )

SENSOR PENGONDISI PENYEARAH


Pengukuran tegangan dan arus beban ARUS SINYAL II PRESISI
ADC

ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar 2a, arus


sebenarnya (true current) yang disalurkan ke beban PEMILIH
diukur oleh ampermeter, voltmeter lebih tepat SKALA

mengukur tegangan sumber dari pada tegangan


Gambar 3. Diagram blok sistem
beban. Untuk mendapatkan tegangan yang
sebenarnya pada beban, penunjukan voltmeter

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 123


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2. Rangkaian sensor tegangan dan arus pengondisi adalah satu sehingga nilai Ri inv
Rangkaian sensor tegangan terdiri dari diperoleh sebesar 100k. Untuk skala arus 500mA,
resistor R 1 dan R 2 sebagai pembagi tegangan, penguatan sebesar 10, diperoleh nilai Ri inv sebesar
ditunjukkan oleh Gambar 4a. Tegangan maksimum 10k. Untuk skala arus 50mA, penguatan sebesar
dari beban sebesar 240 x 2 (peak) dan keluaran 100, sehingga diperoleh nilai Ri inv sebesar 1k.
sensor yang dinginkan adalah sebesar 5v(peak). Pemilihan skala arus menggunakan relay yang
Dengan menentukan R 2 =10k maka diperoleh R 1 dikendalikan menggunakan tegangan IN_1 untuk
= 668,82k. skala 5A peak , tegangan IN_2 untuk skala
500mA peak , dan tegangan IN_3 untuk skala
50mA peak .

(a) (b)
Gambar 4. Rangkaian sensor tegangan (a) dan
sensor arus (b)
Gambar 6. Rangkaian pengondisi sinyal arus
Besaran arus beban diambil oleh sebuah
resistor yang resistansinya 1/220W, ditunjukkan
3.4. Rangkaian Penyearah Presisi
oleh Gambar 4b. Skala arus yang dibuat ada 3,
Rangkaian penyearah presisi digunakan sebagai
yaitu skala 5A(peak), 0,5 A(peak), dan 0,05
penyearah tegangan keluaran pengondisi sinyal,
A(peak). Tegangan masukan beban listrik akan
untuk memperoleh harga mutlak. Rangkaian yang
berkurang sebesar 5(peak) dari tegangan puncak
digunakan ditunjukkan oleh Gambar 7(Stanley,
masukan jala-jala 220 2 (peak) pada saat arus 1994). Nilai R sebesar 20k dan resistor R/2
yang mengalir sebesar 5A(peak). Untuk arus sebesar 10k. Dioda yang digunakan adalah
sinusoidal penurunan tegangan pada beban dihitung 1N4148.
sebesar 3,53V(rms), atau penurunan tegangan R2 pp

sebesar 1,59%. Untuk skala arus 500mA, 20K

penurunan tegangan pada beban maksimum sebesar


D1 pp

0,5V(peak), dan untuk skala arus 50mA, penurunan


1N4148

maksimum tegangan pada beban sebesar tegangan keluaran pembalik R1 pp


2 -
LF356
D2 pp R pp/2 Rf pp

50mV(peak).
6
20K
3 +
10K 20K
1N4148
U2

R3 pp LF356
2 -

3.3. Rangkaian pengondisi sinyal


6
20K
3 +
tegangan keluaran peny earah presisi

Tegangan masukan maksimum ADC yang U3

digunakan adalah 5V peak . Keluaran dari rangkaian Gambar 7. Rangkaian penyearah presisi
pembagi tegangan sebagai sensor tegangan 5Vpeak
Rangkaian pengondisi sinyal menggunakan penguat
inverting (Stanley, 1994), ditunjukkan oleh Gambar 3.5. Pengubah tegangan analog menjadi digital
5. Nilai penguatan rangkaian pengondisi sinyal ADC yang digunakan adalah ADC0804. Pin
sama dengan 1, sehingga Rf inv ditentukan sebesar start conversion ADC ( C S ) dihubungkan ke
100 k maka nilai R inv sama dengan 100 k. ground agar ADC selalu melakukan konversi data.
Pin R D pada juga dihubungkan ke ground. Pin
WR dihubungkan dengan P0.0 mikrokontroler
AT89s52 yang bertujuan agar penulisan data dari
ADC0804 menuju mikrokontroler dapat
dikendalikan oleh mikrokontroler. Berdasarkan
datasheet (), untuk mencapai waktu konversi
Gambar 5. Rangkaian penguat inverting ADC0804 sebesar 100 s, dibutuhkan resistor
10k dan kapasitor 150pF. Dioda zener 5,1 Volt
dipasang pada masukan ADC sebagai pembatas
Pengondisi sinyal kedua untuk mengondisikan tegangan masukan ADC. Hubungan sinyal
sinyal tegangan dari sensor arus, ditunjukkan oleh terkondisi dengan ADC0804 ditunjukkan pada
Gambar 6. Nilai Rf inv ditentukan sebesar 100k. Gambar 8.
Untuk skala arus 5A peak penguatan tegangan
124 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

U4

1 20 5 Volt
2 CS VCC 19
3 RD CLKR 18
WR DB0 10k 150pf
4 17
5 CLKIN DB1 16 R ADC CAP ADC
6 INTR DB2 15
7 +IN DB3 14
tegangan keluaran peny earah presisi 8 -IN DB4 13
9 A GND DB5 12
D5 10 VREF/2 DB6 11
5,1V D GND DB7

ADC0804

Gambar 8. ADC0804
3.6. Penampil LCD
Penampil LCD menggunakan HD44780.
Antarmuka antara AT89S52 dengan HD44780 Gambar 10. Diagram alir
ditunjukkan oleh Gambar 9. Jalur data HD44780 Subrutin inisialisasi LCD digunakan untuk
pada pin 7 sampai 14 dihubungkan dengan pin P2.0 mengatur operasi LCD. Data yang dikirimkan
sampai P2.7 pada AT89S52. Pin E (enable clock)
untuk mengatur operasi LCD merupakan data-data
pada HD44780 dihubungkan dengan pin P0.7 pada instruksi LCD. LCD memerlukan waktu untuk
AT89S52. Pin RS pada HD44780 dihubungkan menunggu VCC naik mencapai 4,5Volt sebesar
dengan pin P0.6 AT89S52. Pin RW dihubungkan
15mS, maka untuk mengatasi LCD yang tidak
dengan ground supaya HD44780 selalu melakukan ideal, digunakan tunda waktu sebesar 20mS. Pin
proses menulis. R/W LCD dihubungkan ke ground, yang berarti
selalu menulis ke LCD. Subrutin kirim perintah
digunakan untuk memberi logika rendah pada pin
RS, mengirim data instruksi ke LCD, dan
digunakan untuk membuat perubahan pada
masukkan enable clock LCD.
Subrutin ambil nilai tegangan, arus,
kuadratkan, dan jumlahkan berfungsi untuk
mengambil pencuplikan amplitudo tegangan dan
arus masukkan dalam bentuk digital sebanyak 256
kali, mengkuadratkan tiap data, dan menjumlahkan
setiap kuadrat data. Waktu konversi ADC0804
berdasarkan datasheet sebesar 100S, digunakan
waktu konversi sebesar 114 S. Pengambilan data
Gambar 9. Antarmuka AT89S52 dengan HD44780
dilakukan dengan memberi logika rendah pin WR
dan menunggu selama 114S sebelum data dapat
diambil oleh mikrokontroler. Setelah data diambil,
pin WR ADC diberi logika tinggi agar ADC
berhenti menulis. Data yang diambil langsung
3.7. Perancangan Perangkat lunak dikuadratkan dan dijumlahkan dengan kuadrat data
Kerangka utama program mikrokontroler sebelumnya. Proses pengambilan data,
tampak pada Gambar 10. Program dimulai dengan mengkuadratkan data dan menjumlahkan data akan
inisialisasi LCD. Lalu mengambil nilai tegangan diulang sampai 256 kali. Berdasarkan waktu
dan arus sebanyak 256 kali pencuplikan dengan konversi sebesar 114S dan waktu tunggu sebelum
kecepatan pengambilan data konstan. Nilai data dapat diambil oleh mikrokontroler sebesar
tegangan dan arus digunakan untuk mencari nilai 114S, didapatkan laju pencuplikan sebesar 228S
rms dengan cara menghitung kuadrat nilai tegangan (4385Hz). Dengan frekuensi tegangan masukan
dan arus, kemudian mencari reratanya dan akhirnya sebesar 50Hz, maka laju pencuplikan yang
mencari akar kuadrat. Proses mencari nilai rms digunakan telah memenuhi syarat cukup supaya
dilakukan sebanyak 16 kali. Mikrokontroler akan tegangan masukan bisa didapatkan kembali dari
mencari rerata dari 16 nilai rms yang telah sinyal diskret tercuplik.
didapatkan. Hasil rerata diolah kembali untuk Subrutin hitung rerata dan akar berfungsi
menghasilkan keluaran berupa informasi yang akan untuk menghitung nilai rerata hasil subrutin ambil
ditampilkan pada LCD. Selanjutnya program nilai tegangan, arus, kuadratkan dan jumlahkan
kembali melakukan pencuplikan nilai tegangan. dan menghitung akar dari nilai rerata tersebut.
Proses pertama adalah menghitung nilai rata-rata,
yaitu dengan menggunakan 256 sebagai pembagi
data hasil subrutin ambil nilai tegangan dan arus,
kuadratkan, dan jumlahkan. Proses kedua adalah
menghitung akar. Proses menghitung akar diawali

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 125


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dengan menentukan alamat tempat menyimpan data 4.2. Pengukuran arus


hasil akar. Selanjutnya memberi logika tinggi pada Pengukuran arus dilakukan dengan
MSB tempat menyimpan data hasil akar. Setelah mengubah-ubah beban pada tegangan tertentu.
itu, data hasil akar dikuadratkan dan kemudian Multimeter referensi dipakai untuk mengukur arus
dibandingkan dengan dengan hasil rerata dari masukan yang kemudian dibandingkan dengan
subrutin ambil nilai tegangan, arus, kuadratkan, hasil tampilan LCD. Percobaan dilakukan untuk
dan jumlahkan. Bila hasil rata-rata dari subrutin ketiga skala arus. Hasil pengujian ditampilkan pada
ambil nilai tegangan dan arus, kuadratkan, dan Gambar 12, Gambar 12a untuk skala 5A, Gambar
jumlahkan lebih kecil atau sama besar dengan data 12b untuk skala 500mA, dan Gambar 12c untuk
hasil akar, maka nilai MSB dari alamat tempat skala 50mA. Untuk skala 5A, diperoleh kesalahan
menyimpan data hasil akar adalah 0. Apabila hasil rerata sebesar 2,33%. Untuk skala 500mA,
perbandingan lebih besar, maka nilai MSB dari diperoleh kesalahan rerata sebesar 27%, dan
alamat tempat menyimpan data hasil akar adalah 1. terlihat terdapat arus offset sebesar 10,37mA,
Setelah nilai MSB dari alamat tempat menyimpan merupakan nilai yang cukup signifikan untuk skala
data hasil akar diketahui, kemudian bit 6 dari 500mA. Untuk skala 50mA, diperoleh kesalahan
alamat tempat menyimpan data hasil akar diberi rerata sebesar 57%, dan terlihat terdapat arus offset
logika tinggi. Data hasil akar dikuadratkan yang signifikan dan konstanta kemiringan sebesar
kemudian dibandingkan dengan dengan hasil rerata 1,54, sangat jauh dari yang seharusnya yaitu
dari subrutin ambil nilai tegangan dan arus, sebesar 1 kali. Dari data ini diperoleh kesimpulan
kuadratkan, dan jumlahkan. Proses dilanjutkan bahwa untuk skala 500mA dan 50mA, alat belum
seperti sebelumnya. Setelah MSB, dan bit 6 dari sesuai dengan rancangan
alamat tempat menyimpan data hasil akar sudah
diketahui maka bit 5, bit 4, bit 3, bit 2, bit 1, dan bit 4
0 dari alamat tempat menyimpan data hasil akar
kemudian dicari nilainya dengan cara yang sama. 3
Irms Alat [A]

Subrutin hitung hasil akhir berfungsi untuk


y = 0.9767x + 0.0333
R2 = 0.9963
2
mencari nilai rerata dari 16 nilai akar dan yang
dihasilkan oleh proses sebelumnya. Hasil nilai 1

rerata dari V rms dan I rms akan dikalikan sehingga 0


menghasilkan nilai P rms yang nantinya akan 0 1 2 3 4

ditampilkan pada LCD. Irms Ref [A]

(a)
250
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengukuran Tegangan 200
y = 1.1169x + 10.379
Irms Alat [mA]

R2 = 0.9953
Tegangan beban untuk pengujian diperoleh 150

dengan memberikan tegangan AC didapatkan dari 100

keluaran trafo yang divariasi tegangannya. 50


Multimeter referensi dipakai untuk mengukur 0
tegangan masukan yang kemudain dibandingkan 0 50 100 150 200 250

dengan hasil tampilan LCD. Percobaan dilakukan Irms ref [mA]

untuk jangkauan tegangan 195 ~ 240 Vrms. Hasil (b)


pengujian ditampilkan pada Gambar 11, dengan
tingkat kesalahan rerata sebesar 2%, yang 25

membuktikan bahwa telah sesuai dengan 20

rancangan.
Irms Alat [mA]

15 y = 1.5419x + 1.8261
R2 = 0.9924
10

240 5
y = 1.0048x
Vrms Alat [V]

R2 = 0.9896 0
220 0 5 10 15
Irms Ref [mA]

200


180
180 200 220 240 Gambar 12. Kurva hasil pengukuran arus. (a) skala
Vrms Ref. [V]
5A, (b) skala 500mA, dan (c) skala
50mA
Gambar 11. Kurva hasil pengkuran tegangan

126 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.3. Pengukuran daya rms (ac) Tabel 2. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
Pengukuran ay arms atau daya ac dilakukan untuk 500mA peak
tegangan sumber tertentu, dan untuk setiap skala
arus dilakukan pengujian untuk beberapa beban. No Vrms [V] Irms [mA] P [W]
Gambar 13 menujukkan tampilan LCD pengukuran 1 218 10 2.18
tegangan (V), arus (I), dan daya (P), pada saat 2 218 30 6.54
tegangan 218V, arus 2,9A, diperoleh daya sebesar 3 218 40 8.72
0632,2W. Hasil pengujian untuk skala arus 5A 4 218 50 10.90
ditunjukkan pada Tabel 1, untuk skala arus 500mA 5 218 70 15.26
ditunjukkan pada Tabel 2, dan untuk skala arus 6 218 80 17.44
50mA ditunjukkan pada Tabel 3. 7 218 90 19.62
8 218 100 21.80
9 218 110 23.98
Tabel 3. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
50mA peak )
No Vrms [V] Ims [mA] P [W]
1 218 2 0.436
2 218 5 1.090
3 218 9 1.962
4 218 13 2.834
5 218 17 3.706
Gambar 13. Tampilan LCD pengukuran tegangan,
6 218 19 4.142
arus dan daya
Berdasar data Tabel 1 sampai Tabel 3, ditunjukkan
bahwa hasil perhitungan daya telah sesuai dengan 5. KESIMPULAN
perancangan, yaitu bahwa daya P merupakan 1. Alat dapat mengukur nilai V rms dengan baik
perkalian antara Vrms dengan Irms. Tetapi oleh pada jangkauan 195~240 Vrms dengan tingkat
karena pengukuran arus untuk skala 500mA, dan rerata kesalahan 2%.
50mA memiliki kesalahan yang besar, maka 2. Pengukuran arus dapat berkerja dengan baik
pengukuran daya masih belum sesuai dengan untuk skala 5A peak , sedangkan untuk skala
perancangan, sedangkan yang sesuai dengan 0,5A dan 0,05 A memiliki kesalahan yang
perancangan adalah untuk skala arus 5A. cukup besar.
3. Perhitungan daya nyata (rms) pada LCD sudah
sesuai dengan perkalian antara nilai arus dan
Tabel 1. Data pengamatan daya ac, untuk skala arus
tegangan yang ditampilkan pada LCD.
5A peak
No Vrms [V] Ims [A] P [W]
1 218 0.4 87.20 PUSTAKA
2 218 0.4 152.60
3 218 1.0 218.00 Atmel Corporation, Data Sheet,
4 218 1.3 283.40 http://www.atmel.com, diakses Januari 2006.
5 218 1.6 348.80 Boylestad, Robert L., Electronic Devices and
6 218 1.8 392.40 Circuit Theory, 7th edition, New Jersey:
7 218 1.9 414.20 Pretince Hall, 1999
8 218 2.1 457.80 Craig, P., Interfacing the Parallel Port to a 16
9 218 2.3 501.40 Character x 2 Line LCD,
10 218 2.9 632.20 http://www.beyondlogic.com, diakses Mei
2006.
Edminister, Joseph A., Rangkaian Listrik, Edisi
Keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006
Floyd, Thomas L., Principles of Electric Circuits,
New York: Macmillan College Publishing
Company, 1991.
Jogiyanto, HM., Pengenalan Komputer: Dasar Ilmu
Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi, dan
Intelegensi Buatan, Yogyakarta: Andi Offset,
1989.
Rashid, Muhammad H., Power Electronic Circuits,
Devices, and Applications, 3nd edition, New
Jersey: Prentice Hall, 2003.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 127


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Perla, H., Interfacing the LCD Module to Parallel


Port, http://www.electrosofts.com, diakses Mei
2006.
Stanley, William D., Operational Amplifiers with
Linear Integrated Circuits, 3rd ed, New York:
Macmillan College Publishing Company, 1994.
Steven C. Chapra, Raymond P.Canale, Metode
Numerik jilid 1, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit
Erlangga , 1996.
Wasito S., Teknik Ukur dan Peranti Ukur
Elektronik, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 1998.

128 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENYUSUNAN PETA RENTAN BENCANA ALAM LONGSOR


DENGAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
MELALUI INTERPRETASI CITRA SATELIT
DI PROPINSI DIY

Anggun Fitrian Isnawati 1)


Sulistyaningsih 2)
Rintania Elliyati Nuryaningsih 3)
Iis Hamsir Wahab4)
Risanuri Hidayat 5)
1)2)3)
Mahasiswa Magister Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM
4)
Mahasiswa Doktor Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM
5)
Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM
2)
sulistyaningsih@gmail.com
3)
rintania@gmail.com

ABSTRAK

Adanya proses alam yang mengalami perubahan untuk mencari keseimbangan baru, dapat disebabkan karena
terganggunya keseimbangan oleh aktivitas manusia maupun oleh proses morfodinamika sehingga timbul
bencana alam seperti longsor, banjir, gempa, dan sebagainya. Kawasan yang terkena bencana alam di tanah air
tampaknya cenderung meningkat dan kondisi ini tidak dapat diabaikan. Salah satu faktor yang menyebabkan
bencana alam senantiasa menelan banyak korban adalah lemahnya informasi kepada penduduk tentang deskripsi
daerah yang mereka tempati. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (inderaja) dan Sistem Informasi
Geografis untuk interpretasi citra satelit, diharapkan penyusunan peta rentan bencana alam longsor mampu
memberikan informasi potensi daerah rawan bencana alam longsor di Propinsi DIY sehingga dapat dimanfaatkan
oleh pihak-pihak terkait dalam mengantisipasi bencana dan mengurangi resiko akibat bencana alam longsor.

Kata kunci : Longsor, Inderaja, Sistem Informasi Geografis dan citra satelit

I. PENDAHULUAN tektonik yang cukup tinggi. Keadaan ini


1. Latar Belakang ditunjang sebagian wilayah yang berbentuk
Bencana alam selalu menelan korban daerah pegunungan, dataran rendah, dan
harta maupun jiwa yang tidak sedikit. kawasan pantai. Daerah-daerah tersebut pada
Ironisnya bencana alam tersebut senantiasa umumnya telah dihuni oleh masyarakat yang
terjadi pada saat penduduk sedang tidak sadar, tanpa memperhitungkan tingkat kerentanan
sehingga tidak terantisipasi oleh penduduk. terhadap bahaya bencana alam. Untuk itu
Keadaan ini menunjukkan lemahnya informasi perlu kiranya disusun peta potensi daerah yang
kepada penduduk terhadap deskripsi tentang rentan terhadap bencana alam.
daerah yang mereka tempati, apakah daerah
rawan bencana atau tidak. Bertolak dari 2. Rumusan Masalah
permasalahan di atas dan untuk Permasalahan yang akan dipecahkan
mengantisipasi bencana alam yang mungkin ditentukan berdasar permasalahan yang ada di
akan terjadi di masa mendatang, maka lapangan dalam mengantisipasi secara dini
penerapan teknologi Penginderaan Jauh dan terhadap resiko bencana alam longsor.
Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat perlu Perumusan masalah yang akan dipecahkan
dikembangkan. Keadaan ini ditunjang adalah bagaimana proses pemetaan daerah-
semakin pesatnya teknologi penginderaan jauh daerah rawan bencana longsor di propinsi DIY
dan SIG dalam mewarnai proses-proses dengan menggunakan teknologi penginderaan
perencanaan dalam pembangunan diberbagai jauh melalui interpretasi citra satelit?
daerah di Indonesia.
Propinsi DIY merupakan salah 3. Tujuan Penelitian
propinsi yang mempunyai kondisi potensi Tujuan dalam penelitian ini antara lain:
bencana baik banjir, tanah longsor dan gempa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 129


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

a. Penyusunan peta-peta rentan bencana alam eksternal yang dapat mempercepat dan
longsor di Propinsi DIY. memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari
b. Untuk memperoleh informasi potensi berbagai sebab yang komplek seperti sudut
daerah rawan bencana alam longsor di kemiringan lereng, perubahan kelembaban
Propinsi DIY. tanah/batuan karena masuknya air hujan,
c. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan tutupan lahan dan pola pengolahan lahan,
oleh pihak-pihak terkait dalam pengikisan oleh aliran air, ulah manusia
mengantisipasi bencana untuk mengurangi seperti penggalian dan sebagainya.
resiko akibat bencana alam longsor.
2. Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja)
4. Metodologi Penelitian Penginderaan jauh didefinisikan
Metode penelitian yang dilakukan meliputi sebagai suatu metoda untuk mengenal dan
materi serta alat yang digunakan, dan tahapan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa
penelitian secara ringkas akan dijelaskan melalui kontak langsung dengan obyek
sebagai berikut : tersebut. Dalam teknologi penginderaan jauh
a. Studi literatur melalui buku-buku dan dikenal dua sistem yaitu penginderaan jauh
jurnal. Studi literatur ini dilakukan untuk dengan sistem pasif (passive sensing) dan
meningkatkan wawasan dan pengetahuan sistem aktif (active sensing). Penginderaan
bagi peneliti sehingga penerapan ilmu dan dengan sistem pasif adalah suatu sistem yang
teori dapat dilaksanakan dengan update memanfaatkan energi almiah, khususnya
teknologi dan current research yang energi (baca: cahaya) matahari, sedangkan
meliputi teknologi remote sensing dan sistem aktif menggunakan energi buatan yang
image processing dalam pembuatan peta dibangkitkan untuk berinteraksi dengan
daerah-daerah rawan bencana alam. benda/obyek. Sebagian besar data
b. Metode yang dipakai adalah teknik penginderaan jauh didasarkan pada energi
penginderaan jauh melalui interpretasi matahari. Sistem pasif antara lain diterapkan
digital/visual untuk citra Landsat TM pada Landsat (USA) dan SPOT (France).
(Thematic Mapper - USA), dan ERS-1 Selain sistem pasif penginderaan dengan
(First European Remote Sensing Satellite) sistem aktif menggunakan sumber energi
SAR (Synthetic Aperture Radar). buatan yang dipancarkan ke permukaan bumi
c. Hasil Interpretasi citra di ploting ke dalam dan direkam nilai pantulnya oleh sensor.
peta kerja, kemudian di digitasi untuk Sistem aktif ini biasanya menggunakan
menghasilkan coverage atau layer input gelombang mikro (microwave) yang
yang diperlukan. mempunyai panjang gelombang lebih panjang
dan dikenal dengan pencitraan radar (radar
imaging). Sistem aktif pada umumnya berupa
II. STUDI PUSTAKA saluran tunggal (single channel). Ia
1. Definisi Longsor mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
Peristiwa tanah longsor (landslides) sistem optik dalam hal mampu menembus
atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, awan dan dapat dioperasikan pada malam hari
batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada karena tidak tergantung pada sinar matahari.
lereng-lereng alam atau buatan, dan Sistem aktif antara lain diterapkan pada
sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu Radarsat (Kanada), ERS-1 (Eropa) dan JERS
alam mencari keseimbangan baru akibat (Jepang).
adanya gangguan atau faktor yang
mempengaruhinya dan menyebabkan
terjadinya pengurangan kuat geser serta 3. Pemrosesan Data Citra Satelit (Image
peningkatan tegangan geser tanah. Processing)
Faktor internal yang dapat Karena data penginderaan jauh berupa
menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah data digital maka penggunaan data
daya ikat (kohesi) tanah/batuan yang lemah memerlukan suatu perangkat keras dan lunak
sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat khusus untuk pemrosesannya. Komputer PC
terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dan berbagai software seperti ERMapper,
dengan menyeret butiran lainnya yang ada ILWIS, IDRISI, ERDAS, PCI, ENVI, dll dapat
disekitarnya membentuk massa yang lebih dipergunakan sebagai pilihan. Untuk keperluan
besar. Lemahnya daya ikat tanah/batuan dapat analisis dan interpretasi dapat dilakukan
disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dengan dua cara : (1). Pemrosesan dan analisis
dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan digital dan (2). Analisis dan interpretasi visual.
maupun rekahan yang intensif dari masa Kedua metoda ini mempunyai keunggulan dan
tanah/batuan tersebut. Sedangkan faktor kekurangan, seyogyanya kedua metode

130 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dipergunakan bersama-sama untuk saling Tabel 2. Skor Untuk Parameter Curah Hujan
melengkapi. Pemrosesan digital berfungsi No Curah Hujan (mm/tahun) Skor
untuk membaca data, menampilkan data, 1 < 1000 1
memodifikasi dan memproses, ekstraksi data 2 1000 1500 2
secara otomatik, menyimpan, mendesain
3 1500 2000 3
format peta dan mencetak. Sedangkan analisis
dan interpretasi visual dipergunakan apabila 4 2000 2500 4
pemrosesan data secara digital tidak dapat 5 >2500 5
dilakukan dan kurang berfungsi baik.
Tabel 3. Skor Untuk Penggunaan Lahan
4. Sistem Informasi Geografis No Penggunaan Lahan Skor
SIG diartikan sebagai sistem 1 Water body 0
informasi yang digunakan untuk memasukkan, 2 Grass 1
menyimpan, memanggil kembali, mengolah 3 Bush, open space 2
menganalisis dan menghasilkan data 4 Forest, mix garden 3
bereferensi geografis atau dat geospasial, 5 Settlement, dry land 4
untuk mendukung pengambilan keputusan 6 Paddy field 5
dalam perencanaan dan penolahan
penggunaan lahan, sumberdaya alam,
lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan Tabel 4. Skor Untuk Permeabilitas Tanah
pelayanan umun lainnya. No Permeabilitas Tanah Skor
Analisis data spasial dalam SIG 1 Excessive 1
berdasarkan tahapan yang dimulai dari desain 2 Moderate, Poor 2
basisdata sampai pada tahap iuran yang 3 Well 5
menghasilkan suatu informasi baru hasil
pengukuran teknik manipulasi dan analisis Tabel 5. Skor Untuk Tekstur Tanah
SIG bedasarkan variable-variabel masukan No Tekstur Skor
sesuai dengan metode yang telah ditentukan Tanah
dan penelusuran kembali untuk memperoleh 1 Sandy 1
informasi baru dari proses pengolahan data dan 2 Silt 2
penyusunan basisdata SIG. 3 Clay 5

Tabel 6. Skor Untuk Kedalaman Tanah


III. HASIL DAN PEMBAHASAN No Kedalaman Tanah Skor
Seluruh peta yang meliputi peta 1 > 120 1
kemiringan lereng, curah hujan, tanah dan 2 90 120 2
penggunaan lahan di digitasi dan kemudian 3 60 90 3
diberi skor berdasarkan masing-masing
4 30 60 4
parameter. Skor masing-masing parameter
disajikan pada tabel 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Setelah
semua peta tematik yang terdigitasi diberi skor
Tabel 7. Faktor Bobot (Weighting factor) untuk
kemudian di overlay menggunakan operasi
masing-masing parameter
intersect. Setelah semua peta tergabung
No Variabel Faktor
menjadi satu kemudian skor masing-masing
Bobot
parameter dikalikan dengan faktor pembobot
yang disajikan pada tabel 7. 1 Kemiringan 3
Lereng
2 Curah Hujan 2
Tabel 1. Skor Untuk Parameter Kemiringan 3 Penggunaan 2
Lereng Lahan
No Kemiringan Lereng Skor 4 Tanah 2
1 0 - 8% 1
2 8 - 15% 2 Setelah masing-masing parameter dikalikan
3 15 - 25% 3 dengan faktor pengali kemudian dilakukan skor
4 25 - 45% 4 total menggunakan operasi field calculator,
5 > 45% 5 sehingga hasil akhirnya adalah kolom (field)
baru yang berisi hasil penjumlahan masig-
masing faktor berdasarkan faktor bobot. Angka
yang tertera pada skor total ini kemudian
diklasifikasikan menggunakan operasi query

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 131


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dengan pembagian kelas disajikan pada tabel 8 lereng yang cukup terjal yang dihasilkan dari
di bawah. kekar dan sesar merupakan faktor dasar
terjadinya longsor. Sedangkan berdasarkan
Tabel 8. Potensi tingkat kelongsoran tanah
kecepatan kejadian longsor faktor yang sangat
No Tingkat Skor
mempengaruhi adalah intensitas hujan,
Kelongsoran Tanah
1 Sangat rendah < 19 pembuatan jalan, dan pembabatan hutan. Selain
2 Rendah 19 27,9 itu tingkat kejadian longsor pada daerah hutan
3 Sedang 28 38.9 dengan kemiringan lereng yang tinggi dan
4 Tinggi 39 47.9 dieksploitasi menunjukkan nilai 9 kali lebih
5 Sangat Tinggi 48 tinggi daripada daerah hutan pada lerengan
yang sama dan tidak dieksploitasi (Jakob,
Pada laporan ini pemetaan yang dilakukan adalah 2000). Penutupan lahan berupa vegetasi
pendekatan kualitatif dengan metode scoring. Hasil
merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pemetaan dengan metode scoring ini disajikan pada
gambar 1. kekuatan curah hujan sehingga memicu adanya
longsor. Sedangkan perubahan tutupan lahan
berupa vegetasi pada akhirnya merubah pola
kejadian longsor (Glade, 2003).

IV. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Dari hasil pengolahan data citra diperoleh
peta rawan bencana longsor untuk
Propinsi DIY.
b. Sistem Informasi Geografis dapat
dimanfaatkan untuk memetakan resiko
kerawanan longsor dengan cepat.
c. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat
longsor suatu lahan adalah tingkat
kemiringan lereng, tanah, penggunaan
lahan dan curah hujan.
d. Peta rawan bencana longsor tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait,
baik pemerintah, akademisi, maupun
Gambar 1 Hasil Pemetaan dengan metode
LSM dalam mengantisipasi bencana
Scoring
untuk mengurangi resiko akibat bencana
Warna-warna pada peta menunjukkan potensi
alam.
gempa:
kuning : sangat tinggi 2. SARAN
hijau : tinggi a. Penyusunan peta rawan bencana longsor
biru muda : sedang ini akan lebih optimal jika dipadukan
merah muda : rendah dengan sistem prediksi longsor dan
ungu : sangat rendah sistem alarm.
b. Pembuatan Sistem Informasi Online
mengenai kondisi di daerah rawan
Berdasarkan pengali faktor pembobot
bencana alam longsor akan lebih
berdasarkan analisa maka secara berurutan bermanfaat bagi penduduk setempat
faktor yang paling utama mempengaruhi suatu untuk antisipasi dini.
kejadian longsor adalah kelerengan (3), curah
hujan, penggunaan lahan (2), dan yang lainnya
geologi, kedalaman tanah, tekstur tanah, dan
permeabilitas tanah. Hal ini sejalan dengan DAFTAR PUSTAKA
Chang, J. and O. Slaymaker. 2002. Frequency and
Penelitian Chang dan Slaymaker (2002) di spatial distribution of landslides in a
daerah Ho She (Taiwan) menyebutkan bahwa mountainous drainage basin: Western
banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Foothills, Taiwan. Catena 46 (285307).
longsor pada daerah tersebut. Jumlah rekahan Glade, T. 2003. Landslide occurrence as a response
batuan yang banyak dengan tingkat kemiringan to land use change: a review of evidence
132 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

from New Zealand. Catena 51 ( 297


314).
Jakob, M. 2000. The impacts of logging on
landslide activity at Clayoquot Sound,
British Columbia. Catena 38.(279300).
Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah
Pertanian dan Usaha Untuk
Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta.
Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M.
Sutedjo. 1985. Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.
Notohadinegoro, T. 1999. Diagnosis Fisik, Kimia
dan Hayati Kerusakan Lahan (dalam :
Prosiding Seminar Penyusunan Kriteria
Kerusakan Tanah). Direktorat Kerusakan
Lahan Bapedal dengan Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup UGM. Yogyakarta.
Puntodewo, A. Dewi, S. dan Tarigan, J. 2003.
Sistem Informasi Geografis Untuk
pengelolaan sumberdaya alam. Center for
International Forestry Research. Bogor,
Indonesia.
Sarief, S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka
Buana. Bandung.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 133


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN


ELEKTROKOAGULASI
Hudori1 & P. Soewondo2
1
Jurusan Teknik Lingkungan UII, Jl. Kaliurang km 14.4 Yogyakarta, 55584
2
Departemen Teknik Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132
email1: hudori@ftsp.uii.ac.id
email2: prayatnisoe@yahoo.com

Abstrak
Air limbah laundry memiliki kandungan surfaktan dan bahan organik yang cukup tinggi. Berbagai sistem
pengolahan digunakan untuk mengolah air limbah tersebut, salah satunya adalah elektrokoagulasi. Terdapat
dua jenis konfigurasi elektroda pada reaktor elektrokoagulasi yaitu monopolar dan bipolar. Penelitian ini
membandingkan antara kedua konfigurasi tersebut di dalam mengolah air limbah laundry. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan mengetahui laju pelepasan ion aluminium pada kedua konfigurasi beserta distribusi spesies
senyawa aluminium. Reaktor elektrokoagulasi dioperasikan secara batch dan kontinyu dengan menggunakan
limbah asli. Elektroda yang digunakan adalah aluminium dengan variasi kerapatan arus 50, 75 dan 100 A/m2.
Parameter yang diukur adalah surfaktan, COD, fosfat, kekeruhan, konduktivitas, pH dan suhu. Semua
percobaan dilakukan pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 C. Penentuan distribusi spesies senyawa aluminium
pada proses elektrokoagulasi menggunakan metode Ferron. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk waktu
detensi 30 menit tingkat penyisihan surfaktan sebesar 74.25% untuk monopolar dan 72.31% untuk bipolar.
Tingkat penyisihan COD sebesar 85.80% untuk monopolar dan 79.11% untuk bipolar. Penyisihan fosfat sebesar
83.02% untuk monopolar dan 81.26% untuk bipolar. Sedangkan penyisihan kekeruhan sebesar 98.99% untuk
monopolar dan 98.54% untuk bipolar. Dari penelitian ini diperoleh bahwa konfigurasi monopolar mempunyai
tingkat penyisihan yang sama dengan konfigurasi bipolar.

Kata kunci : elektrokoagulasi, air limbah laundry, monopolar, bipolar

Abstract :
Laundry wastewater contain high surfaktan and organic matter. Various of processing systems are used to treat
laundry wastewater, one of them is electrocoagulation. There is two type of electrode configuratons at reactor
electrocoagulation that is monopolar and bipolar. This research compare between the two configuraton in
laundry wastewater treatment. In other hand this research also to know rate dissolution of aluminum ion on the
two configuraton and distribution of aluminum compound species. Reactor electrocoagulation is operated in
batch and continuous by using real wastewater. Electrode that used is aluminum with current density variation
50, 75 and 100 A/m2. Parameter that measured is surfaktan, COD, phosphate, turbidity, conductivity, pH and
temperature. All experiments are conducted at room temperature, which is about 25 C. Determination of
compound species distribution aluminum at process elektrokoagulasi used Ferron method. Test result indicates
that for time detensi 30 minute removal efficiency of surfaktan was 74.25% for monopolar and 72.31% for
bipolar. Removal efficiency of COD was 85.80% for monopolar and 79.11% for bipolar. Removal efficiency of
phosphate was 83.02% for monopolar and 81.26% for bipolar. Whereas removal efficiency of turbidity was
98.99% for monopolar and 98.54% for bipolar. From this research obtained that configuraton monopolar have
same removal rate with configuraton bipolar.

Keywords : electrocoagulation, laundry wastewater, monopolar, bipolar

PENDAHULUAN diperlukan suatu sistem pengolahan untuk


Pada saat ini jasa pencucian pakaian atau mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu
laundry berkembang dimana-mana terutama di teknologi yang dapat menghasilkan kualitas hasil
daerah pemukiman. Sebagian besar usaha laundry pengolahan yang baik adalah elektrokoagulasi.
tersebut tidak memiliki instalasi pengolahan air Elektrokoagulasi adalah teknologi pengolahan air
limbah. Air limbah yang dihasilkan langsung dengan menggunakan proses elektrokimia dimana
disalurkan ke saluran drainase yang pada akhirnya anoda akan melepaskan koagulan aktif berupa ion
akan mengalir ke badan air. Padahal kandungan Al atau Fe ke dalam larutan.
bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah Secara umum penelitian ini terutama
laundry sangat tinggi seperti surfaktan dan COD. bertujuan untuk membandingkan kemampuan
Dengan tingginya kandungan surfaktan dan bahan reaktor elektrokoagulasi yang menggunakan
organik di dalam air limbah laundry, maka konfigurasi monopolar dan bipolar dalam
134 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

melakukan pengolahan air limbah laundry. Untuk


membandingkan kedua konfigurasi tersebut
parameter yang perlu dilihat adalah efisiensi
penyisihan, kinetika laju penyisihan dan mekanisme
penyisihannya.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air Teknik Lingkungan ITB ini
menggunakan limbah asli yang berasal dari jasa
laundry di daerah perumahan Antapani Bandung.
Reaktor elektrokoagulasi pada penelitian ini
dioperasikan secara batch dan kontinyu.

- A
+ V
DC Power
Supply - A
+ V Gambar 2. Skema reaktor elektrokoagulasi dengan
pengoperasian kontinyu
0.00 0.00
Digital Parameter yang diukur pada percobaan ini
Multimeter
adalah surfaktan, COD, fosfat, kekeruhan,
konduktivitas, pH dan suhu. Semua percobaan
- + - + - +
dilakukan pada suhu ruangan, yaitu sekitar 25 C.
Elektroda
Laju perubahan konsentrasi pada reaktor
Elektroda
Reaktor
elektrokoagulasi dinyatakan dengan model kinetika
Elektrokoagulasi reaksi orde satu (Emamjomeh, 2006) yaitu :
Magnetic Stirrer

...........................Pers. 1

dimana C t adalah konsentrasi pada waktu t, C o


(a) (b) adalah konsentrasi di awal percobaan (t=0) dan k
Gambar 1. Skema reaktor elektrokoagulasi dengan adalah nilai kinetika perubahan konsentrasi.
pengoperasian batch Salah satu fenomena yang terjadi pada
(a) monopolar (b) bipolar larutan surfaktan adalah terbentuknya suatu struktur
molekul berbentuk agregat yang dikenal sebagai
Untuk pengoperasian secara batch, reaktor Micelle. Struktur ini sangat berperan dalam proses
elektrokoagulasi yang digunakan berkapasitas 0.5 L penyisihan surfaktan dari air limbah. Untuk
yang dilengkapi dengan peralatan stirrer untuk mengetahui terbentuknya struktur ini maka
mengaduk air limbah supaya konsentrasi koagulan dilakukan percobaan untuk mencari nilai Critical
menjadi homogen (Gambar 1). Elektroda yang Micelle Concentration (CMC). Pada penelitian
digunakan adalah plat Aluminium dengan ukuran digunakan salah satu metode penentuan CMC yakni
5x10 cm sebanyak 4 buah. Kerapatan arus yang dengan mengukur konduktivitas dari konsentrasi
digunakan pada penelitian ini adalah 50, 75 dan 100 surfaktan. Metode ini dipilih karena merupakan
A/m2. Nilai ini didasarkan pada penelitian yang metode yang sering dipakai untuk penentuan CMC
dilakukan oleh Novikora et al. (1982) dalam Holt (Holmberg, 2002).
(2002) yaitu 100 A/m2 dan Sleptsov et al. (1988)
dalam Holt (2002) yaitu 50-100 A/m2.
Pada percobaan secara kontinyu, reaktor
elektrokoagulasi menggunakan model reaktor baffle HASIL DAN PEMBAHASAN
channel. Reaktor pada percobaan kontinyu Konsentrasi air limbah laundry yang
berukuran 20x7x15 cm dengan kapasitas sebesar digunakan pada penelitian ini berfluktuasi
1.68 L. Elektroda aluminium yang digunakan tergantung pada air limbah yang dihasilkan oleh
sebanyak 14 buah dengan ukuran 5x15 cm dengan jasa laundry. Adapun karakteristik air limbah
bagian yang terendam air sedalam 10 cm sehingga laundry yang diperoleh adalah sebagai berikut :
total luas elektroda anodanya ini adalah 0.084 m2.
Untuk pengaliran air limbah digunakan sistem
gravitasi dengan pengatur debit di bagian inlet.
Susunan peralatan pada percobaan secara kontinyu
dapat dilihat pada Gambar 2.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 135


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Karakteristik air limbah laundry


No Parameter Konsentrasi Satuan (b)
1. Surfaktan 256.87 363.72 mg/L
2. COD 599.44 754.35 mg/L
3. Fosfat 7.357 7.843 mg/L
4. Kekeruhan 144 759 NTU
5. pH 8.67 10.53
6. Konduktivitas 1073 1678 S/cm
o
7. Suhu 23.6 26.0 C

Percobaan Batch
Dari hasil pengukuran pada percobaan
secara batch diperoleh tingkat penyisihan surfaktan,
COD, fosfat dan kekeruhan. Pada gambar dibawah
ini disajikan hasil percobaan untuk proses
elektrokoagulasi. Gambar 4. Penyisihan COD pada konfigurasi (a)
monopolar (b) bipolar untuk kerapatan arus 100
A/m2
(a)
Penurunan kandungan surfaktan dan COD
pada percobaan elektrokoagulasi ini disebabkan
terjadinya suatu proses yang disebut Adsortive
Micelle Flocculation (AMF) (Aboulhassan, 2006).
Proses ini terjadi ketika struktur surfaktan yang
berbentuk micelle beradsorbsi dengan ion Al yang
akan mengikat bahan organik dari air limbah dan
membentuk flok yang dapat dipisahkan dengan
mudah (Talens-Alesson, 2004).
Dari hasil pengukuran diperoleh nilai
(b)
Critical Micelle Concentration (CMC) sebesar
0.008 mol/L atau 2,307 mg/L. Air limbah laundry
yang digunakan pada penelitian ini memiliki
konsentrasi surfaktan antara 256,87 363,72 mg/L
yang berarti bahwa struktur micelle sudah
terbentuk. Sehingga proses AMF dapat terjadi pada
pengolahan air limbah laundry ini.
Menurut Ge (2004) penyisihan surfaktan
dalam proses elektrokoagulasi disebabkan karena
terjadi adsorbsi surfaktan pada permukaan partikel
sehingga terbentuk permukaan yang hydropobic
yang menyebabkan partikel dalam air limbah akan
naik ke permukaan dengan bantuan gelembung gas
Gambar 3. Penyisihan surfaktan pada konfigurasi
yang terbentuk. Sedangkan penurunan COD
(a) monopolar (b) bipolar untuk kerapatan arus 100
disebabkan oleh proses elektrokoagulasi,
A/m2
elektroflotasi, dan oksidasi langsung di anoda (Ge,
2004).
(a)
Sedangkan untuk penyisihan fosfat, hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut :

136 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dari gambar diatas terlihat bahwa tingkat


penyisihan yang paling baik terjadi pada rentang
pH 4 10. Hal ini disebabkan pada rentang pH
tersebut terjadi proses hidrolisis ion Al yang
menghasilkan senyawa Al(OH)2+, Al2(OH)24+,
Al(OH)3 dan senyawa polimer Al 13 (OH) 32 7+ yang
efektif dalam proses koagulasi (Ge, 2004).
Sedangkan pada pH dibawah 4 senyawa yang
terbentuk adalah ion AL3+ dan pada pH diatas 10
senyawa yang terbentuk adalah Al(OH) 4 - .
Keduanya memiliki sifat kurang efektif dalam
proses koagulasi.

Percobaan Kontinyu
Gambar 5. Profil penurunan fosfat pada Hasil percobaan pada percobaan kontinyu untuk
konfigurasi monopolar dengan variasi kerapatan waktu detensi 10 dan 30 menit dapat dilihat pada
arus Gambar 7.

Dari gambar diatas diperoleh bahwa


kerapatan arus 100 A/m2 memberikan hasil yang
paling baik. Hal ini disebabkan jumlah ion
aluminium yang terbentuk berbanding lurus dengan
kuat arus yang mengalir sesuai denga hukum
Faraday. Dan kerapatan arus 100 A/m2
menggunakan kuat arus yang lebih tinggi
dibandingkan kerapatan arus yang lain. Sehingga
proses koagulasi yang terjadi menghasilkan
efisiensi yang paling baik. Penyisihan fosfat pada
percobaan elektrokoagulasi ini terjadi karena ion
Al3+ bereaksi dengan PO 4 3- membentuk AlPO4
yang sukar larut sehingga mudah dipisahkan
(Bektas, 2004; rdemez, 2006).
Nilai pH dari air limbah yang diolah
melalui proses elektrokoagulasi sangat menentukan Gambar 7. Tingkat penyisihan pada percobaan
dalam proses pengolahannya (Ge, 2004). Dari kontinyu
percobaan untuk variasi pH diperoleh hasil sebagai
berikut : Dari gambar tersebut terlihat bahwa
tingkat penyisihan pada konfigurasi monopolar dan
bipolar hampir sama, terutama pada penyisihan
fosfat dan kekeruhan. Sedangkan untuk surfaktan
dan COD, konfigurasi monopolar memiliki tingkat
penyisihan yang lebih tinggi. Tidak adanya
perbedaan hasil antara konfigurasi monopolar dan
bipolar disebabkan arus listrik yang dialirkan
jumlahnya sama sehingga menghasilkan agen
koagulan yang sama. Walaupun pada konfigurasi
bipolar terdapat elektroda yang tidak dialiri arus
secara langsung, namun akibat arus yang melalui
larutan membuat elektroda tersebut menjadi
bermuatan positif dan negatif sekaligus. Jadi dari
luasan anoda dan katoda, konfigurasi monopolar
dan bipolar menghasilkan luasan yang sama.
Sehingga dengan demikian ion aluminium yang
terlepas juga hampir sama.
Gambar 6. Tingkat penyisihan pada variasi pH Walaupun demikian, konfigurasi
untuk konfigurasi monopolar (kerapatan arus 100 monopolar masih lebih baik dibandingkan bipolar
A/m2, td=30 menit) dari segi penyisihan dan jumlah ion aluminium
yang terlepas. Hal ini kemungkinan disebabkan
jumlah arus yang mengalir pada elektroda netral
yang menjadi bipolar tidak bisa 100% disebabkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 137


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hambatan pada larutan. Kondisi ini berlainan Holt, P., (2002), Electrocoagulation : Unravelling
dengan aliran arus listrik pada konfigurasi and Synthesising the Mechanisms
monopolar yang hanya terhambat oleh hambatan Behind a Water Treatment Process,
dari logam dan kabel penghubung. Department of Chemical Engineering,
University of Sydney
rdemez, S., Yildiz, Y.S., dan Tosunolu, V.,
KESIMPULAN (2006), Optimization of phosphate
Dari penelitian ini dapat disimpulkan removal from wastewater by
bahwa konfigurasi monopolar mempunyai tingkat electrocoagulation with aluminum plate
penyisihan yang sama dengan konfigurasi bipolar. electrodes, Separation and Purification
Untuk waktu detensi 30 menit tingkat penyisihan Technology, 52, 394401
surfaktan sebesar 74.25% untuk monopolar dan Mollah, M.Y.A., Morkovsky, P., Gomes, J. A. G.,
72.31% untuk bipolar. Tingkat penyisihan COD Kesmez, M., Parga, J., and Cocke, D. L.
sebesar 85.80% untuk monopolar dan 79.11% (2004), Fundamentals, Present and
untuk bipolar. Penyisihan fosfat sebesar 83.02% Future Perspectives of
untuk monopolar dan 81.26% untuk bipolar. Electrocoagulation, Journal of
Sedangkan penyisihan kekeruhan sebesar 98.99% Hazardous Materials, B114, 199 210.
untuk monopolar dan 98.54% untuk bipolar. Pakalns, P., dan Farrar, Y.J., (1977), Effect of
Sehingga untuk mengolah air limbah laundry surfactants on the determination of
proses elektrokoagulasi dapat dipergunakan dan aluminium in waters, Water Research,
menghasilkan efisiensi yang cukup tinggi. 11, 387-392
Parker, D.R., dan Bertsch, P.M., (1992),
Identification and quantification of the
DAFTAR PUSTAKA Al 13 tridecameric polycation using
Aboulhassan, M. A., Souabi, S., Yaacoubi, A., dan Ferron, Environ. Sci. Technol. 26 (5),
Baudu, M., (2006), Removal of 908914.
surfactant from industrial wastewaters by Sostar-Turka, S., Petrini, I., dan Simoni, M.,
coagulation flocculation process, Int. J. (2005), Laundry wastewater treatment
Environ. Sci. Tech., 3 (4), 327-332 using coagulation and membrane
Arkendita, N., & Soewondo, P., (2004), Evaluasi filtration, Resources, Conservation and
dan Pengembangan Kinerja Pengolahan Recycling, 44, 185196
Air Buangan Domestik dengan Sistem Talens-Alesson, F.I., Anthony,S., dan Bryce, M.,
PemisahBlack Water dan Grey (2004), Complexation of organic
Water: Studi Kasus Biogas Digester dan compounds in the presence of Al3+
Anaerobic Baffled Septic Tank di during micellar flocculation, Water
Tangerang Banten, Tugas Akhir ITB Research, 38, 14771483
Bektas, N., Akbulut, H., Inan, H., dan Dimoglo, A.,
(2004), Removal of phosphate from
aqueous solutions by electro-coagulation,
Journal of Hazardous Materials, 106B,
101105
Dieu, L.Q., (2006), Determination of the critical
micelle concentration of an amphiphile
by conductivity measurements,
Praktikum Pharmazie, PCI
Emamjomeh, M.M., dan Sivakumar, M., (2006),
An empirical model for defluoridation by
batch monopolar
electrocoagulation/flotation (ECF)
process, Journal of Hazardous
Materials, B131, 118125
Ge, J., Qu, J., Lei, P., dan Liu, H., (2004), New
bipolar electrocoagulation
electroflotation process for the treatment
of laundry wastewater, Separation and
Purification Technology, 36, 3339
Holmberg K., et al. (2002) Handbook of applied
surface and colloid chemistry Vol.2,
John Wiley & Sons, 239-248

138 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

OPTIMASI HIDROLISA ASAM PADA PROSES SAKARIFIKASI BONGGOL JAGUNG SEBAGAI


TAHAPAN PREREATMENT DALAM PEMBUATAN BIOETHANOL

Oleh :
Kurniawan Yuniarto1, Sukmawaty1, Sirajuddin1
Staf Pengajar, Program Studi teknik Pertanian, Fakultas Pertanian UNRAM.
email : foodengineering@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hidrolisa serbuk bonggol jagung yang merupakan bahan berlignoselulosa dipelajari dengan menggunakan
variabel suhu hidrolisa dan konsentrasi H 2 SO 4 . Suhu hidrolisa yang digunakan 150oC, 170oC dan 190oC,
sedangkan konsentrasi H 2 SO 4 0,75%, 1.0% dan 1.5%. Lama hidrolisa 30 menit dengan perbandingan serbuk
bonggol jagung terhadap larutan hidrolisa 200/1000 (gram/liter). Tangki hidrolisa yang dihasilkan dalam
penelitian tahun I memiliki kemampuan beroperasi sampai dengan tekanan 15 atm. Dinamika perubahan suhu
dan tekanan hidrolisa bonggol jagung memiliki pola yang sama dengan steam table. Nilai keasaman hidrolisat
semakin rendah dengan suhu hidrolisa semakin tinggi dan konsentrasi yang semakin tinggi dengan kisaran nilai
pH antara 2.8 3.7. Kadar gula reduksi meningkat selama proses hidrolisa dengan nilai peningkatan terhadap
serbuk bonggol jagung kasar sebesar 8.03 (150oC), sebesar 5.77 (170oC) dan 1.26 (190oC). Konversi celulosa
dari serbuk bonggol jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75% menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC
menghasilkan konversi celulosa sebesar 0.99, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.97 dan suhu hidrolisa 190oC
sebesar 1.04. Konversi hemiselulosa dari serbuk bonggol jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
menghasilkan nilai konversi sebesar 1.15, konsentrasi asam 1% sebesar 1.00 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar
0.94. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi hemiselulosa sebesar 1.26, suhu hidrolisa 170oC
sebesar 1.09 dan suhu hidrolisa 190oC sebesar 0.74. Hidrolisa lignin pada serbuk bonggol jagung menghasilkan
nilai konversi lignin pada konsentrasi H 2 SO 4 0.75% adalah 1.36, konsentrasi H 2 SO 4 1.00% adalah 0.90,
konsentrasi H 2 SO 4 1.50% adalah 0.74. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi lignin sebesar
1.5, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.95 dan suhu hidrolisa 190oC sebesar 0.51. Suhu hidrolisa optimal serbuk
bonggol jagung adalah 170oC dan konsentrasi H 2 SO 4 1.0%.
Kata kunci : Serbuk bonggol jagung, hidrolisa, suhu, konsentrasi asam, lignoselulosa

PENDAHULUAN dalam produksi ethanol. Aden et al (2002)


menerangkan bahwa komponen lignoselulosa
Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil
akhir-akhir ini dikembangkan di Amerika sebagai
(fossil fuel) memunculkan ancaman serius terhadap
bahan pembuatan ethanol untuk tujuan
faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan
pengembangan energi alternatif terbarukan.
bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang yang
Pengembangan kegiatan produksi
akan terbentur dengan masalah suplai, harga, dan
bioethanol dengan memanfaatkan limbah jagung
fluktuasinya (Indartono, 2005). Kesadaran terhadap
berupa bonggol jagung merupakan bentuk inovasi
ancaman serius tersebut telah mengintensifkan
dalam mengembangkan sumber energi terbarukan
berbagai riset yang bertujuan menghasilkan
biomassa berbasis jagung. Tiap tongkol jagung
sumber-sumber energi (energy resources) ataupun
memiliki fraksi berat bonggol berkisar 60 %,
pembawa energi (energy carrier) yang lebih
sedangkan jagung pipilan berkisar 40 %, sehingga
terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih
tiap produksi jagung pipilan sebanyak 1 ton akan
ramah lingkungan. Hal ini juga sesuai dengan
menghasilkan bonggol jagung sebanyak 0.6 ton
program pemerintah yang dituangkan dalam
yang belum termanfaatkan lebih ekonomis.
INPRES No 1/ 2006 yang ditandatangani pada
Susunan kimiawi utama bonggol jagung adalah
tanggal 25 Januari 2006 tentang penyedian dan
lignoselulosa yang merupakan jenis gula komplek,
pemanfaatan bahan bakar alternatif (Anonymous,
menjadi kendala dalam menciptakan rangkaian unit
2006).
operasi. Dalam kajian pangan maupun energy,
Bonggol jagung sebagai limbah hasil produksi
rangkaian unit proses yang dapat dikembangkan
jagung pipilan yang selama ini belum dimanfaatkan
dalam pemanfaatan bonggol jagung adalah:
potensinya secara optimal sehingga dapat dikaji
hidrolisis dan fermentasi dimana lignoselulosa
lebih sistematis sebagai bahan pembuatan ethanol.
dapat dirubah menjadi gula dan tahap akhir dapat
Salah satu komponen dari bonggol jagung yaitu
menjadi bioethanol.
lignosellulosa dapat dimanfaatkan sebagai agen

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 139


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Lignoselulosa tersusun atas 3 (tiga) komponen


utama meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin. BAHAN DAN METODE
Selulosa adalah bagian yang paling besar dan
mencapai 50% dari total berat kering (Eriksson et 1. Waktu dan Tempat
al., 2002). Hidrolisa lanjutan dari selulosa dan Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan
hemiselulosa akan menghasilkan gula baik melalui Juli September tahun 2009. Penelitian
tahapan kimiawi maupun mikrobiologi dan akan dilaksanakan di laboratorium Mekanisasi
menghasilkan ethanol sebagai sumber energy Pertaian, Program Studi Teknik Pertanian,
melalui proses lanjutan (Wyman, 2002). Fakultas Pertanian UNRAM.
Pemecahan lignoselulosa menjadi selulosa
akan menghasilkan glukosa yang terikat melalui 2. Bahan dan Alat
gugus -glukosida. Selulosa berbentuk Kristal Alat yang digunakan dalam usulan penelitian
sedangkan dalam hidrolisa lanjut dari selulosa dapat ini adalah : tangki hidrolisa (Lintang Tama
melalui enzim selulase dilanjutkan enzim selubiase Teknik, Malang), pemarut bonggol jagung
maupun menggunakan panas dan asam (Lintang Tama Teknik, Malang), thermocontrol
(Tjokroadikoesoemo, 1995). omron E5CSZ (buatan Jepang), kompor gas
Sasaran penelitian ini menentukan kondisi (Rinnai), tabung lpg, oven listrik, shaker,
proses optimal dalam hidrolisa bonggol jagung spektrofotometer, alat gelas, pH meter.
dengan menggunakan variabel termanipulasi suhu Bahan-bahan yang digunakan meliputi:
hidrolisa dan konsentrasi asam sulfat. Tujuan bonggol jagung, H2SO4, larutan fehling,
penelitian adalah : 1)Mendapatkan kondisi larutan benedict, HCl, aquadest, kertas saring
pretreatment, hidrolisa dan sakarifikasi optimal Whitmann.
dengan mengukur laju pemecahan lignocellulosa
bonggol jagung menjadi lignin, selulosa dan 3. Pelaksanaan Penelitian
hemicelulosa; 2) Mengukur kandungan gula reduksi Variabel penelitian yang digunakan adalah
pemecahan lignoselulosa setelah mengalami suhu hidrolisa dengan 3 (tiga) tingkat yaitu
kondisi pretreatmen secara asam; 3) Mengukur nilai 150oC, 170oC dan 190oC. Variabel penelitian II
keasaman filtrat hasil hidrolisa; 4)Mengukur adalah konsentrasi H2SO4 (0.75%, 1.0% dan
kandungan gula reduksi pemecahan lignoselulosa 1.5 %). Tiap-tiap variabel penelitian
substrat yang telah diberikan perlakuan asam untuk dikombinasikan dengan lama hidrolisa 30
hidrolisa lanjutan dengan enzimatis; 5)Menjelaskan menit.
dinamika suhu dan tekanan selama hidrolisa serbuk
bonggol jagung.
Bonggol asam

Pemarut Serbuk Ayaka Hidrolisa Filtrat

Solid keasaman, gula reduksi

Lignin, hemiselulosa,
selulosa, gula reduksi

Gambar 1. Proses hidrolisa bonggol jagung secara asam.

Bonggol jagung diparut menggunakan pemarut hidrolisa selama 30 menit akan didapatkan
mekanis, serbuk diayak menggunakan ayakan 60 hidrolisat (analisa gula reduksi dan keasaman),
mesh. Sebanyak 200 gram serbuk bonggol jagung padatan (lignin, selulosa, hemiselulosa).
dianalisa (lignin, selulosa, hemiselulosa, gula
reduksi dan kadar air). Selanjutnya serbuk bonggol
jagung sebanyak 200 gram dilarutkan didalam
larutan asam sesuai variabel percobaan. Hasil

140 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Dinamika Tekanan dan Suhu Selama


Hidrolisa
Kondisi hidrolisa dengan perlakuan panas
akan terjadi proses perubahan tekanan uap air yang
disebabkan oleh adanya perubahan fase akibat
adanya sumber panas. Perubahan tekanan dengan
suhu memiliki hubungan sebanding tetapi tidak
menunjukkan angka yang linier. Hubungan antara
perubahan suhu dengan tekanan pada proses
hidrolisa ditunjukkan pada gambar 2.

(a)

Gambar 2. Hubungan suhu dengan Tekanan pada


proses hidrolisa
(b)

Tekanan pada ruang hidrolisa terjadi pada


kondisi ruangan tertutup sehingga adanya panas
yang disuplai secara kontinyu akan menghasilkan
uap yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan nilai tekanan di dalam ruangan atau
vessel. Perubahan tekanan akibat dari kondisi
perubahan suhu secara umum menunjukkan pola
yang bersifat eksponensial.
Perilaku suhu 190oC dengan 150oC tidak
menunjukkan perbedaan adanya perubahan nilai
tekanan ruang hidrolisa. Perilaku untuk perubahan
tekanan terhadap nilai suhu pada suhu hidrolisa
150oC dan 190oC memiliki perilaku yang sama (c)
dengan tabel uap acuan stndar internasional
(Cengel, 2002). Pegeseran perilaku perubahan suhu Gambar 3. Hubungan suhu dengan Tekanan pada
terhadap tekanan yang terjadi pada suhu 170oC proses hidrolisa.
terutama pada waktu hidrolisa mulai suhu 135oC - Grafik perubahan suhu di dalam ruang
170oC dimungkinkan terjadinya efek akumulasi hidrolisa yang dicatat dengan manometer berbeda
panas yang terbaca lebih lambat pada thermocontrol yaitu digital (OMRON E5CSZ) dengan manometer
dibandingkan dengan analog dari manometer. analog (air raksa) menunjukkan tidak adanya
Sedangkan untuk perilaku perubahan suhu antara perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa efek sensor
digital dan analog yang terbaca sat hidrolisa pada elektrik dengan sensor hantaran panas konveksi
berbagai suhu hidrolisa disajkan pada gambar 3. yang dialirkan uap ke air raksa seimbang/selaras.
Terjadinya kondisi yang sinkron baik aspek nilai
maupun aspek model plotting grafik menunjukkan
bahwa tangki hidrolisa yang dibuat telah memenuhi
standar fungsinya dalam menggambarkan perilaku
suhu selama hidrolisa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 141


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Komposisi Kimia Serbuk Bonggol Jagung diambil pada bagian luar dari bonggol, sedangkan
Lignoselulosa didalam bahan pertanian bagian inti sulit untuk diambil meskipun melalui
terukur dalam bentuk lignin, selulosa dan proses pemarutan. Hasil analisa bahan baku
hemiselulosa. Bonggol jagung yang dibuat serbuk bonggol jagung disajikan pada tabel berikut.
untuk penelitian sebagian besar komponennya

Tabel 1. Analisa Lignoselulosa, Kadar Air, Gula Reduksi Serbuk Bonggol Jagung

Sampel Lignin Hemiselulosa Selulosa Air Gula Reduksi

A 2.0230 2.1203 4.1488 4.1063 10.4405 10.8705 9.0074 9.0627 0.4531 0.454
B 4.0789 3.9173 6.1846 5.8903 15.5941 15.5914 9.5657 9.4437 0.4868 0.4876
C 4.4226 4.3392 7.1966 6.9186 15.8536 15.3846 9.2521 9.2096 0.5059 0.5074
D 1.0224 1.5160 3.754 3.6355 9.3777 9.2434 9.0746 9.4066 0.539 0.5401
E 4.3972 5.1239 6.8124 6.7509 14.7232 14.0273 9.0342 8.6206 0.5076 0.5033
F 10.1885 10.7602 9.8459 4.5255 19.8508 19.8387 8.9766 9.037 0.5493 0.5505
G 5.9203 5.6150 8.0741 7.6755 15.9926 15.8334 9.2609 8.8982 0.5458 0.5421
H 3.2036 3.8014 6.7968 6.9344 11.4559 11.0788 9.329 9.2562 0.5412 0.5419
I 4.7661 4.2436 6.7566 7.1489 13.3474 13.9127 9.2015 9.1165 0.5388 0.542
Rerata 4.4470 4.6041 6.6189 5.9540 14.0706 13.9756 9.1891 9.1168 0.5186 0.5188
Rerata
Total 4.5255 6.2864 14.0231 9.1530 0.5187

Hasil analisa kimia terhadap serbuk bonggol


Keasaman Filtrat
jagung dari 9 sampel secara acak menghasilkan
angka untuk parameter lignin 4.5255%, 4.0000
hemiselulosa 6.2864%, selulosa 14.0231%, kadar 3.5000
air 9.1530% dan gula reduksi 0.54187%. Jumlah 3.0000
K easaman

2.5000 150 C
lignin dan hemiselulosa pada serbuk bonggol
2.0000 170 C
jagung secara umum sangat kecil dibandingkan 1.5000 190 C
dengan kandungan selulosa karena pada bonggol 1.0000
jagung yang dikategorikan dengan softwood 0.5000

memiliki componen utama adalah celulosa. 0.0000


0.75% 1.00% 1.50%

Konsentrasi Asam
3. Keasaman Filtrat
Hidrolisa serbuk bonggol jagung akan Gambar 4. Hubungan suhu dengan Tekanan pada
dihasilkan filtrat sebagai hasil utama dengan proses hidrolisa.
componen yang terlarut dapat berupa asam sulfat Nilai keasaman filtrate akan semakin kecil
dan gugusan gula. Nilai keasaman filtrat estela dengan konsentrasi larutan pengencer (H 2 SO 4 )
proses hidrolisa diukur sengan menggunakan pH yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan pada
meter. Adapun nilai keasaman filtrat dalam konsentrasi larutan pengencer yang semakin tinggi
berbagai konsentrasi asam dan suhu hidrolisa akan menyebabkan tingkat keasaman dari bubur
disajikan pada gambar 4. bonggol jagung semakin tinggi. Pengukuran
keasaman filtrat dengan nilai yang semakin rendah
menunjukkan bahwa di dalam filtrat dikandung
asam dalam jumlah yang besar. Rincian nilai
keasaman filtrate dari perlakuan suhu dan
konsentrasi ditunjukkan pada table.

142 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Keasaman Filtrat pada Berbagai Suhu dan


Kandungan Gula Reduksi Hidrolisat
Konsentrasi Asam
7.0000
6.0000
Suhu Konsentrasi Asam Sulfat (%)

Gula R edu ksi (% )


5.0000
(oC) 0.75% 1.0% 1.5% 4.0000 150 C
3.0000 170 C
150 3.7 3.1 3.1 2.0000
190 C

170 3.5 3.1 3 1.0000


0.0000
190 3.4 3.0 2.8 0.75% 1.00% 1.50%

Konsentrasi Asam
Hasil analisa terhadap nilai keasaman filtrate
didapatka bahwa kisaran nilai keasaman filtrate Gambar 5. Hubungan suhu dengan Tekanan pada
untuk hidrolisa pada larutan penghidrolisa H 2 SO 4 proses hidrolisa.
kemurnian 98% antara 2.8 3.7. Nilai keasaman Kandungan gula reduksi pada perlakuan
paling rendah yang menunjuk kepada keasaman suhu hidrolisa 150oC dan konsentrasi asam 0.75%
filtrate yang semakn besar ditunjukkan pada menunjukkan hasil konsentrasi gula reduksi filtrat
konsentrasi larutan pengencer atau katalisator 1.5% yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
dengan suhu hidrolisa 190oC. suu hidrolisa dan konsentrasi asam sulfat sebagai
Nilai keasaman filtrate hasil hidrolisa diduga katalisator yang lebih tinggi. Hasil rerata gula
erat kaitannya dengan pembentukan asam asetat reduksi pada perlakuan suhu hidrolisa 150oC dan
selama proses hidrolisa. Adanya akumulasi asam konsentrasi asam sulfat 0.75% adalah 5.8281%.
asetat pada proses hidrolisa yang disebabkan oleh Rincian kadar gula reduksi filtrat dalam berbagai
dekomposisi lignoselulosa terutama hemiselulosa perlakuan suhu dan konsentrasi asam sulfat
sebagai salah satu komponen yang terlibat didalam disajikan pada tabel berikut.
proses hidrolisa. Hal ini dapat dirujuk dengan hasil
penelitian dari Aden et al (2002) yang
mengembangkan model stokiometri hemiselulosa Tabel 3. Kandungan gula reduksi fiktrat dalam
selama hidrolisa asam bahwa terjadi liberasi asam berbagai suhu dan konsentrasi asam sulfat.
asetat selama proses hidrolisa kulit jagung.
Dampak dari suhu hidrolisa terhadap Suhu Konsentrasi H2SO4 (%)
peningkatan keasaman fltrat juga erat kaitannya
dengan efektivitas dari panas dalam memutus (oC) 0.75 1.00 1.50
ikatan kimia hemiselulosa menjadi sebyawa asam
150 5.828114 4.2323 2.4383
asetat. Suhu yang semakin tinggi akan dapat
mengurangi kestabilan struktur hemiselulosa Hasil 170 3.792086 4.2323 0.9470
korelasi antara hemiselulosa terhadap nilai
keasaman didapatkan angka 0.87 dimana dengan 190 0.89744 0.6557 0.4022
angka korelasi tersebut menunjukkan bahwa
peranan hemiselulosa terhadap peningkatan
keasaman filtrate sangat tinggi. Gula reduksi serbuk bonggol jagung yang
digunakan dalam penelitian adalah 0.5187%,
4. Gula Reduksi sedangkan dengan perlakuan hidrolisa suhu 150oC
Gugus gula reduksi menjadi salah satu tolok meningkat sebanyak 8.03 kali menjadi 4.1662%,
ukur dalam proses hidrolisa karena diharapkan perlakuan hidrolisa suhu 170oC meningkat
dengan adanya hidrolisa akan terjadi pembentukan sebanyak 5.77 kali menjadi 2.9904% dan perlakuan
gula reduksi yang akan digunakan sebagai bahan hidrolisa suhu 190oC meningkat sebanyak 1.26 kali
fermentasi yeast untuk menghasilkan bioethanol. menjadi 0.6518%.
Hasil pembentukan gula reduksi selama hidrolisa
serbuk bonggol jagung disajikan pada gambar 5. Peningkatan gula reduksi selama hidrolisa
disebabkan adanya konversi celulosa dari serbuk
bonggol jagung menjadi glucosa akibat adanya
asam dan panas. Hal ini diperkuat oleh Wooley
(1999) yang meneliti konversi celulosa menjadi
glucosa dan selobiosa selama proses hidrolisa
bahan-bahan berlignoselulosa dengan perlakuan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 143


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

asam dengan konsentrasi 0.5% pada tekanan 13 akibat perlakuan asam dengan konsentrasi asam
atm. sulfat yang lebih tinggi dan suhu hidrolisa yang
lebih tinggi karena berhubungan dengan penetrasi
5. Selulosa
panas dalam suasana asam akan menimbulkan efek
Celulosa serbuk bonggol jagung dianalisa
ganda terhadap perusakan jaringan kuat dari
menggunakan metode Rathin Datta (1981) dengan
celulosa.
nilai kandungan celulosa serbuk bonggol jagung
rata-rata dari 9 sampel yang dianalisa adalah Konversi celulosa dari serbuk bonggol
14.0231%. Hasil analisa celulosa pada operasi jagung dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
hidrolisa serbuk bonggol jagung dalam berbagai menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
suhu dan konsentrasi asam sulfat disajikan pada konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan konsentrasi
gambar 6. asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan suhu hidrolisa
150oC menghasilkan konversi celulosa sebesar
Kandungan Selulosa 0.99, suhu hidrolisa 170oC sebesar 0.97 dan suhu
Residu Bonggol Jagung hidrolisa 190oC sebesar 1.04.
25.0000

20.0000
6. Hemiselulosa
Selulosa (%)

150 C
15.0000
170 C
Hemiselulosa serbuk bonggol jagung
10.0000
190 C
dianalisa menggunakan metode Rathin Datta (1981)
5.0000 dengan nilai kandungan hemiselulosa serbuk
0.0000
bonggol jagung rata-rata dari 9 sampel yang
0.75% 1.00% 1.50% dianalisa adalah 6.2864 %. Hasil analisa
Konsentrasi Asam hemiselulosa pada operasi hidrolisa serbuk bonggol
jagung dalam berbagai suhu dan konsentrasi asam
sulfat disajikan pada gambar 7.
Gambar 6. Kandungan celulosa padatan serbuk
bonggol jagung pasca hidrolisa.
Kandungan Hemiselulosa
Peran asam sulfat (H 2 SO 4 ) suhu dalam Residu Bonggol Jagung

membentuk celulosa dari serbuk bonggol jagung 10.0000


lebih tinggi dibanfingkan dengan paeran suhu
Hemiselulosa (%)

8.0000
hidrolisa, hasil penghitungan rata-rata celulosa 6.0000
150 C
serbuk bonggol jagung perlakuan konsentrasi asam 4.0000
170 C

sulfat (H 2 SO 4 ) 1.50% adalah 17.1256% sedangkan 190 C

perlakuan suhu hidrolisa 190oC adalah 14.5102%.


2.0000

0.0000
Rincian kandungan celulosa serbuk bonggol jagung 0.75% 1.00% 1.50%
pada proses hidrolisa asam disajikan pada tabel Konsentrasi Asam
berikut.
Tabel 4. Kandungan celulosa serrbuk bonggol Gambar 7. Kandungan hemiselulosa padatan serbuk
jagung setelah hidrolisa. bonggol jagung pasca hidrolisa.
Hasil analisa terhadap kandungan
Suhu Konsentrasi H 2 SO 4 (%) hemiselulosa sebagai fungs dari suhu dan
konsentrasi katalisator (H 2 SO 4 ) menunjukkan pola
meningkat terhadap kenaikan suhu hidrolisa dan
(oC) 0.75 1.00 1.50
konsentrasi H 2 SO 4 . Panas tinggi dan konsentrasi
asam yang semakin besar pada serbuk bonggol
150 10.6555 15.5928 15.6191 jagung akan menyebabkan hemiselulosa
terdekomposisi membentuk xylosa. Hal ini
170 11.2674 13.6301 15.9130 diperkuat dengan hasil penelitian Lee and Elander
(2002), bahwa konsentrasi xylosa akan meningkat
190 9.3106 14.3753 19.8448 pada perlakuan asam antara 0.2%-1.0% pada suhu
hidrolisa antara 160-180oC.
Kandungan celulosa paling tinggi didapatkan Penghitungan rata-rata hemiselulosa serbuk
pada perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan bonggol jagung perlakuan konsentrasi asam sulfat
konsentrasi H 2 SO 4 sebesar 1.5%. Sedangkan (H 2 SO 4 ) 0.75% adalah 7.21%, konsentrasi asam
konsentrasi paling rendah dihasilkan pada sulfat (H 2 SO 4 ) 1.00% adalah 6.29%, konsentrasi
perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 ) 1.50% adalah 5.90%.
H 2 SO 4 sebesar 0.75%. Celulosa didalam jaringan Sedangkan perlakuan suhu hidrolisa 150oC adalah
serbuk bonggol jagung dapat terpecah ikatan selnya 7.91%, suhu hidrolisa 170oC adalah 6.87% dan

144 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

suhu hidrolisa 190oC adalah 0.74%. Rincian berlangsung, karena hasil analisa terhadap filtrat
kandungan hemiselulosa serbuk bonggol jagung terjadi kenaikan angka keasaman dengan perlakuan
pada proses hidrolisa asam disajikan pada tabel suhu dan konsentrasi asam yang semakin tinggi.
berikut. Selama hidrolisa lignin dapat berubah menjadi
turunan seperti asam format, metanol, asam asetat,
Tabel 5. Kandungan hemiselulosa serrbuk bonggol
aseton, vanilin dan lain-lain, sedangkan bagian
jagung setelah hidrolisa.
lainnya mengalami kondensasi (Judoamidjojo et al.,
1989).
Suhu Konsentrasi H 2 SO 4
Penghitungan rata-rata lignin serbuk bonggol
(oC) 0.75 1.00 1.50
jagung perlakuan konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 )
150 8.8019 7.8748 7.0576 0.75% adalah 6.16%, konsentrasi asam sulfat
(H 2 SO 4 ) 1.00% adalah 4.09%, konsentrasi asam
170 6.7817 6.8656 6.9528 sulfat (H 2 SO 4 ) 1.50% adalah 3.34%. Sedangkan
190 6.0375 4.1276 3.6948 perlakuan suhu hidrolisa 150oC adalah 7.00%, suhu
hidrolisa 170oC adalah 4.31% dan suhu hidrolisa
190oC adalah 2.28%. Rincian kandungan
Kandungan hemiselulosa paling tinggi hemiselulosa serbuk bonggol jagung pada proses
didapatkan pada perlakuan suhu hidrolisa 150oC hidrolisa asam disajikan pada tabel berikut.
dan konsentrasi H 2 SO 4 sebesar 0.75%. Sedangkan
konsentrasi paling rendah dihasilkan pada Tabel 6. Kandungan celulosa serrbuk bonggol
perlakuan suhu hidrolisa 190oC dan konsentrasi jagung setelah hidrolisa.
H 2 SO 4 sebesar 1.50%. Konversi hemiselulosa dari
serbuk bonggol jagung dengan perlakuan Suhu Konsentrasi H 2 SO 4
konsentrasi asam 0.75% menghasilkan nilai
(oC) 0.75 1.00 1.50
konversi sebesar 1.15, konsentrasi asam 1% sebesar
1.00 dan konsentrasi asam 1.5% sebesar 0.94. 150 10.4744 5.7677 4.7606
Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan
konversi hemiselulosa sebesar 1.26, suhu hidrolisa 170 4.5049 4.4283 3.9981
170oC sebesar 1.09 dan suhu hidrolisa 190oC 190 3.5025 2.0716 1.2692
sebesar 0.74. Hidrolisa lignin pada serbuk bonggol jagung
7. Lignin menghasilkan nilai konversi lignin pada konsentrasi
Lignin serbuk bonggol jagung dianalisa H 2 SO 4 0.75% adalah 1.36, konsentrasi H 2 SO 4
menggunakan metode Rathin Datta (1981) dengan 1.00% adalah 0.90, konsentrasi H 2 SO 4 1.50%
nilai kandungan lignin serbuk bonggol jagung rata- adalah 0.74. Perlakuan suhu hidrolisa 150oC
rata dari 9 sampel yang dianalisa adalah 4.5255 %. menghasilkan konversi lignin sebesar 1.5, suhu
Hasil analisa lignin pada operasi hidrolisa serbuk hidrolisa 170oC sebesar 0.95 dan suhu hidrolisa
bonggol jagung dalam berbagai suhu dan 190oC sebesar 0.51.
konsentrasi asam sulfat disajikan pada gambar 8.

Kandungan Lignin KESIMPULAN


Residu Bonggol Jagung
1. Model fisik tangki hidrolisa memiliki perilaku
12.0000 tekanan dan suhu yang sama dengan steam
10.0000 table.
Lignin (%)

8.0000 150 C
6.0000 170 C 2. Keasaman filtrat semakin tinggi dengan
4.0000 190 C perlakuan suhu dan konsentrasi asam yang
2.0000 semakin tinggi.
0.0000
0.75% 1.00% 1.50% 3. Kadar gula reduksi meningkat selama proses
Konsentrasi Asam hidrolisa dengan nilai peningkatan terhadap
serbuk bonggol jagung kasar sebesar 8.03
Gambar 8. Kandungan lignin padatan serbuk (150oC), sebesar 5.77 (170oC) dan 1.26
bonggol jagung pasca hidrolisa. (190oC).
Hasil analisa terhadap kandungan lignin 4. Konversi celulosa dari serbuk bonggol jagung
sebagai fungsi dari suhu dan konsentrasi katalisator dengan perlakuan konsentrasi asam 0.75%
(H 2 SO 4 ) menunjukkan pola menurun terhadap menghasilkan nilai konversi sebesar 0.74,
kenaikan suhu hidrolisa dan konsentrasi H 2 SO 4 . konsentrasi asam 1% sebesar 1.04 dan
Hal ini terjadi ada kemungkinan terhadap konsentrasi asam 1.5% sebesar 1.22. Perlakuan
pembentukan turunan lignin selama hidrolisa suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 145


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

celulosa sebesar 0.99, suhu hidrolisa 170oC lignocellulosic biomass. J. Appl.


sebesar 0.97 dan suhu hidrolisa 190oC sebesar Biochem .Biotech.63. pp 75-80.
1.04.
5. Konversi hemiselulosa dari serbuk bonggol
jagung dengan perlakuan konsentrasi asam
0.75% menghasilkan nilai konversi sebesar
1.15, konsentrasi asam 1% sebesar 1.00 dan
konsentrasi asam 1.5% sebesar 0.94. Perlakuan
suhu hidrolisa 150oC menghasilkan konversi
hemiselulosa sebesar 1.26, suhu hidrolisa
170oC sebesar 1.09 dan suhu hidrolisa 190oC
sebesar 0.74.
6. Hidrolisa lignin pada serbuk bonggol jagung
menghasilkan nilai konversi lignin pada
konsentrasi H 2 SO 4 0.75% adalah 1.36,
konsentrasi H 2 SO 4 1.00% adalah 0.90,
konsentrasi H 2 SO 4 1.50% adalah 0.74.
Perlakuan suhu hidrolisa 150oC menghasilkan
konversi lignin sebesar 1.5, suhu hidrolisa
170oC sebesar 0.95 dan suhu hidrolisa 190oC
sebesar 0.51.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M
Dikti Depdiknas atas dukungan dalam pembiayaan
Penelitian Hibah Pekerti tahun 2009, Teknisi dan
staf pengajar Program Studi Teknik Pertanian,
UNRAM.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aden, A.,M.Ruth., K.Ibsen., J.Jechura,
K.Neeves, J. Sheehan and B. Wallace. 2002.
Lignocellulosic Biomass to Ethanol Process
Design and Economics Utilizing Co-Current
Dilute Acid Prehydrolysis and Enzimatic
Hydrolysis for Corn Stover. National
Renewable Energy Laboratory, Colorado
80401-3393.
2. Anonymous. 2006. Bioethanol Indonesia.
www.bfi.org.id
3. Dewan Riset Nasional. 2006. Agenda Riset
Nasional. Jakarta.
4. Erikkson T, Karlsson J, Tjerneld F. 2002. A
model explaining declining rate in hydrolysis
of lignocelluloses substrats with
cellobiohidrolase. J. Appl. Biochem
.Biotech.101. pp 41-60.
5. Tjokroeadikoesoemo,P.S.1995. HFS dan
industri ubi kayu lainnya. PT Gramedia.
Jakarta.
6. Wyman, C.E., Taylor,F., and Bristol.
1996. Ethanol production from

146 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PERBANDINGAN BERAT BAHAN DAN WAKTU EKSTRAKSI


TERHADAP MINYAK BIJI PEPAYA TERAMBIL

Sri Rahayu Gusmarwani


Teknik Planologi jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta
gusmarwani@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu jenis tanaman yang telah lama berkembang di wilayah nusantara adalah pepaya. Diantara
susunan buah pepaya yang diduga memiliki potensi yang cukup besar dan belum banyak dikembangkan adalah
pada bijinya yaitu terdapat kandungan minyak dan protein yang cukup tinggi. Dalam berat kering, biji pepaya
mengandung minyak 32,97%. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengambil minyak dari biji
pepaya adalah ekstraksi. Metode ini sangat mudah karena dapat dilakukan pada tekanan atmosferis dan suhu
didih pelarutnya. Salah satu pelarut yang dapat digunakan adalah alkohol karena lebih murah, pemisahannya
dari minyak cukup mudah, tidak bersifat racun, bersifat inert (tidak reaktif) sehingga tidak bereaksi dengan
komponen minyak biji pepaya dan kelarutan minyak dalam alkohol yang cukup tinggi.
Sebelum diekstraksi, biji pepaya dibersihkan, dikeringkan dibawah sinar matahari, digiling dan diayak
halus (tepung biji pepaya). Tepung biji pepaya selanjutnya ditimbang dengan berat tertentu (variabel)
dimasukkan dalam alat ekstraksi, dan ditambahkan pelarut alkohol 95%. Hasil yang didapat selanjutnya
disaring untuk dipisahkan padatan dan cairannya. Filtrat yang didapat selanjutnya dimasukkan kedalam alat
distilasi untuk dipisahkan antara minyak dengan alkohol. Minyak yang didapat selanjutnya dipanaskan sampai
didapat berat konstan dengan asumsi alkohol yang terdapat dalam minyak sudah teruapkan seluruhnya. Minyak
biji pepaya yang diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut alkohol dengan kadar 95%, kondisi
opeasi terbaik adalah pada waktu ekstraksi 120 menit, perbandingan berat bahan dengan volum 1 : 5 pada suhu
ekstraksi 780C. Pada kondisi tersebut didapatkan hasil minyak biji papaya sebesar 3,1 gram.

Kata kunci : pepaya, ekstraksi, minyak biji papaya

1. PENDAHULUAN Salah satu metode yang dapat digunakan


Tanaman pepaya termasuk komoditas untuk mengambil minyak dari biji pepaya adalah
utama dari kelompok buah-buahan yang mendapat ekstraksi. Metode ini sangat mudah karena dapat
prioritas penelitian dan pengembangan di dilakukan pada tekanan atmosferis dan suhu didih
lingkungan Puslitbang holtikultura. Hal ini pelarutnya. Salah satu pelarut yang dapat digunakan
menunjukkan bahwa pengembangan budidaya adalah alkohol karena lebih murah, pemisahannya
pepaya secara intensif dan komersial mempunyai dari minyak cukup mudah, tidak bersifat racun,
prospek yang baik dan cerah. Hampir seluruh bersifat inert (tidak reaktif) sehingga tidak bereaksi
susunan tubuh tanaman pepaya memiliki daya dan dengan komponen minyak biji pepaya dan yang
hasil guna bagi kehidupan manusia. Tanaman ini paling penting adalah kelarutan minyak dalam
layak disebut multiguna yakni antara lain sebagai alkohol yang cukup tinggi. Minyak biji pepaya
bahan makanan dan minuman, obat tradisional, merupakan minyak nabati yang dapat digunakan
pakan ternak, industri penyamakan kulit, pelunak untuk minyak goreng ataupun minyak pangan yang
daging, juga bahan kecantikan (kosmetika). Bagian berkadar kolesterol rendah. Dengan tingginya harga
tumbuhan yang sering dimanfaatkan dari pepaya minyak goreng di pasaran akhir-akhir ini,
adalah buahnya. keberadaan minyak goreng dari biji pepaya
Diantara susunan buah pepaya yang diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan. Selain
diduga memiliki potensi yang cukup besar dan dapat digunakan untuk minyak pangan, minyak dari
belum banyak dikembangkan adalah pada bijinya biji pepaya dapat juga digunakan untuk bahan baku
yaitu terdapat kandungan minyak dan protein yang biodiesel yang merupakan bahan bakar alternatif
cukup tinggi. Dalam berat kering, biji pepaya pengganti solar. Melihat hal-hal tersebut maka perlu
mengandung minyak 32,97%. Jika dibandingkan dilakukan penelitian pengaruh berbagai jenis
dengan kedelai 19,63%, biji bunga matahari 22- pelarut alkohol terhadap rendemen minyak biji
23% dan kelapa 54,7% maka kandungan minyak pepaya.
dalam biji pepaya relatif besar sehingga sangat
prospek untuk dikembangkan metode pengambilan
minyak dari biji pepaya.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 147
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. TEORI DASAR Ekstraksi dengan menggunakan pelarut adalah


suatu cara pemisahan dimana komponen dari
Dalam kehidupan sehari-hari, pepaya padatan atau cairan dipindahkan ke cairan yang lain
sangat dikenal semua lapisan masyarakat. Tanaman yang berfungsi sebagai pelarut (Brown, 1958).
pepaya merupakan salah satu sumber protein nabati Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
(Hadiwiyoto, 1977). Pepaya mengandung enzim ekstraksi (Sudarmaji, 1976) yaitu :
papain, semacam protease yang dapat digunakan 1. Jenis pelarut, semakin baik mutu pelarutnya,
untuk melunakkan daging dan protein lainnya maka semakin baik pula mutu minyak biji
(www.wikipedia.org.id, 2009). Daftar 1 pepaya.
menunjukkan komposisi yang terkandung dalam 2. Perbandingan berat bahan dengan volume
minyak biji pepaya. pelarut akan mempengaruhi tegangan
permukaan dari butir-butir bahan dan
Daftar 1. Komposisi asam lemak minyak biji berpengaruh terhadap proses keluarnya
papaya dan komposisi biji papaya minyak dari biji pepaya.
3. Suhu semakin tinggi akan memperbesar daya
Komposisi asam lemak Komposisi biji larut minyak ke dalam pelarutnya, namun
minyak biji pepaya pepaya semakin tinggi suhu akan menyebabkan
Asam Lemak Nilai Kandungan Jumlah komponen minyak yang volatil banyak yang
(%) (%) menguap.
Asam linoleat 71,60 Minyak 9,5 4. Kecepatan pengadukan, turbulensi dalam
Asam palmiat 15,13 Protein 8,4 larutan akan meningkat dengan adanya
Asam linolenat 7,68 Abu 1,47 kenaikan kecepatan pengaduk-an, tetapi bila
Asam stearat 3,60 Karbohidrat 9,44 terlalu cepat akan menimbulkan forteks yang
Cairan 71,89 akan menurun-kan turbulensi dalam larutan,
(Chan, dkk., 1978 turbulensi yang semakin besar akan
memperbe-sar koefisien trnsfer massa.
Menurut Rukmana, (1994), biji pepaya 5. Waktu ekstraksi. Semakin besar waktu yang
dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan digunakan maka kesempatan untuk
tepung. bertumbukan semakin besar, se-hingga
Menurut Winarno, (1986), ada 3 (tiga) cara semakin besar pula jumlah mi-nyak yang larut
yang dapat digunakan untuk pengambilan minyak sampai dicapai kese-imbangan.
dari bahan yang diduga mengandung minyak, yaitu Minyak biji pepaya berwarna kuning dan
dengan rendering (pemanasan), pengepresan dan merupakan salah satu sumber minyak nabati yang
ekstraksi. kaya akan asam-asam lemak esensial bagi tubuh,
1. Rendering adalah proses pemanasan yang seperti oleat, palmitat, linoleat serta asam lemak
dapat dilakukan dengan menggunakan air lainnya dalam jumlah yang relatif sedikit
panas (wet rendering). Minyak akan (Rukmana, 1986).
mengapung dipermukaan sehingga dapat Pengujian pada minyak biji pepaya diperlukan
dipisahkan. Alat yang digunakan biasanya untuk mengidentifikasi minyak ini sehingga dapat
dengan menggunakan ketel vakum. ditentukan sifat-sifat dan karakteristiknya yang
2. Pengepresan atau penekanan mekanis nantinya berguna untuk pemanfaatan minyak biji
merupakan suatu cara pengambilan pepaya itu sendiri sebagai minyak pangan atau
minyak terutama untuk bahan yang berasal penggunaan lainnya (Chan, dkk., 1978).
dari biji-bijian. Biasanya mengalami 3. METODE PENELITIAN
perlakuan pendahuluan, misalnya
dipotong-potong atau dihancurkan Proses pengambilan minyak dari biji pepaya
kemudian dipres dengan tekanan tinggi dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan
menggunakan tekanan hidrolik atau screw pelarut alkohol dengan kadar 95% pada tekanan
press dan sisa minyak yang masih terdapat atmosferis dan suhu didih larutan. Kondisi yang
dalam bahan kemudian dipres lagi dengan relatif baik (optimal) dalam proses ekstraksi
filter press. dibatasi untuk pengaruh waktu ekstraksi terhadap
3. Ekstraksi adalah operasi memindahkan zat minyak biji pepaya yang terambil serta pengaruh
padat atau cairan ke cairan lain (pelarut). perbandingan berat bahan dengan volum pelarut
Ekstraksi padat-cair adalah terhadap minyak biji pepaya yang terambil.
mempertemukan pelarut dengan zat padat Biji pepaya sebelum dieksraksi
yang diekstraksi (solute) pindah ke pelarut dikeringkan dan dihaluskan sehingga didapatkan
(solvent). Proses tersebut akan menjadi tepung biji pepaya. Selanjutnya tepung biji pepaya
sempurna jika solute ini dipisahkan dari dengan berat tertentu (variabel) diekstraksi selama
pelarutnya misalnya dengan cara distilasi waktu tertentu (variabel). Hasil yang didapat
atau penguapan. disaring untuk dipisahkan padatan dan cairannya.
148 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Filtrat yang didapat selanjutnya dimasukkan


kedalam alat distilasi untuk dipisahkan antara Gambar 1. Hubungan antara waktu ekstraksi
minyak dengan alkohol. Minyak yang didapat (menit) dengan berat minyak
terambil (gram).
perbandingan
berat minyak biji
berat solid Dari daftar 2 dan gambar 1 dapat dilihat
No pepaya terambil
dengan volum semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar
(gram)
alkohol pula jumlah minyak biji papaya yang dapat
1 1/40 1.9504 terambil. Hal ini disebabkan karena semakin lama
2 1/33.33 2.2550 waktu ekstraksi berarti semakin lama terjadi kontak
3 1/28.57 2.5741 antara bahan padat dan pelarut selama proses
4 1/25 2.5866 ekstraksi. Hal ini berpengaruh pada hasil minyak
5 1/22.22 2.8620 yang terambil. Tetapi pada saat tertentu waktu
6 1/20 3.2160 ekstraksi yang semakin lama tidak mempengaruhi
7 1/18.18 3.1002 berat minyak yang terambil. Hal ini terjadi karena
selanjutnya dipanaskan sampai didapat berat didalam pelarut sudah terjenuhkan oleh minyak
konstan dengan asumsi alkohol yang terdapat dalam yang terambil, sehingga waktu ekstraksi yang lama
minyak sudah teruapkan seluruhnya. tidak berpengaruh lagi pada hasil minyak yang
terambil. Didalam penelitian ini hal tersebut terjadi
Waktu pada waktu ekstraksi 90 menit sampai dengan 180
berat minyak biji
No ekstraksi menit. Kondisi terbaik pengambilan minyak terjadi
pepaya terambil (gram)
(menit) pada menit ke-120 dengan berat minyak terambil
1 90 2.6524 sebanyak 3.1013 gram. Pada gambar 1 terlihat,
2 105 2.7848 trend grafik menunjukkan persamaan
3 120 3.1013 Y = -0,0001 X2 + 0,037 X + 0,2767.
4 135 3.1010 Jika persamaan ini digunakan untuk menghitung
kembali berat minyak terambil dengan data waktu
5 150 3.1011
reaksi 90 180 menit, maka diperoleh ralat rata-
6 180 3.1011 rata sebesar 11.11%.
Pengaruh perbandingan berat bahan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan volum pelarut terhadap berat minyak
Pengaruh waktu ekstraksi terhadap berat terambil dapat dilihat pada daftar 3 dan gambar 2.
minyak terambil dapat dilihat pada daftar 2 dan Pengambilan minyak dilakukan dengan cara
gambar 1. Pengambilan minyak dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut alkohol dengan
cara ekstraksi menggunakan pelarut alkohol dengan konsentrasi 95%, pada suhu operasi 780C, waktu
konsentrasi 95%, pada suhu operasi 780C, berat ekstraksi 120 menit.
tepung biji papaya 10 gram.

Daftar 2. Hubungan antara waktu ekstraksi terhadap


berat minyak terambil

Dari data pada daftar 2 selanjutnya dibuat grafik


Daftar 3. Hubungan antara perbandingan berat solid
hubungan antara waktu ekstraksi (X) dengan berat
dengan volum alcohol terhadap berat
minyak terambil (Y). Hasil grafik dapat dilihat pada
minyak terambil
gambar 1.

Dari data pada daftar 3 selanjutnya dibuat grafik


grafik hubungan antara w aktu ekstraksi VS
hubungan antara perbandingan berat solid dengan
Berat m inyak teram bil
volum alkohol(X) terhadap berat minyak terambil
3.2 (Y). Hasil grafik dapat dilihat pada gambar 2.
3.1 y =- 0.0001x 2 + 0.037x + 0.2767
R2 =0.9185
3.0

2.9

2.8

2.7

2.6
80 100 120 140 160 180 200

wa k t u e k st r a k si ( m e n i t )

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 149


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

grafik hubungan antara perbandingan berat


6. UCAPAN TERIMA KASIH
solid dengan volum alkohol terhadap berat
m inyak terambil
Pada kesempatan ini kami mengucapkan
3.5000 2
terimakasih kepada Kopertis Wil.V melalui
y =-0.0167x + 0.3356x + 1.6405
3.0000 R2 =0.9542 program bantuan penelitian tahun anggaran 2009
2.5000 nomor 0.169.0/023-04.2/XIV/2009 yang telah
2.0000 membiayai penelitian ini.
1.5000

1.0000

0.5000

0.0000 7. DAFTAR PUSTAKA


0 1 2 3 4 5 6 7 8

p e r b a n di ng a n be r a t so l i d d e n ga n v ol um a l k o ho l
Budiani, S. E., 22 januari 2009, Pemodelan
ekstraksi pada cair dalam kolom
Gambar 2. Grafik hubungan antara perbandingan
unggun tetap berdasarkan teori
berat solid dengan volum alkohol
perkolasi, ,
terhadap berat minyak terambil
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=brows
e&op=read&id=itb-s2-tk-2000-
Dari daftar 3 dan gambar 2 dapat dilihat
ShantyEga-cair&q=Operasi,
semakin banyak jumlah solid yang ditujukkan
Brown, G.G., 1958, Unit Operations, Modern
dengan semakin kecil angka perbandingan, semakin
Asia Edition, pp. 277, John Willey and
besar jumlah minyak yang dapat terambil. Hal ini
Sons, Inc., New York
disebabkan karena semakin besar jumlah bahan
Chan, Ir., Hev R.A., Thang, C.S., Okazaki, E.N.
baku yang berarti ketersediaan minyak semakin
and Ishizaki, S.M., 1978, Compotition of
banyak. Hal ini berpengaruh pada hasil minyak
Papaya Seed, J. Food Sci 43, pp. 225-
yang terambil. Tetapi pada saat tertentu berat solid
256, IFT Scientific Editor, West Lafayet,
yang semakin besar tidak mempengaruhi berat
USA
minyak yang terambil. Hal ini terjadi karena
Hadiwityato, S., 1992, Pemanfaatan Biji Pepaya
semakin banyak jumlah solid kontak antara pelarut
Carica Papaya L Untuk Bahan
dengan bahan padat menjadi kurang sempurna,
Makanan, Penelititan Tanaman Obat di
sehingga jumlah minyak yang terambil tidak
Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia
optimal. Didalam penelitian ini hal tersebut terjadi
edisi ke-4, Pusat Penelitian dan
pada perbandingan solid dengan volum alkhol
Pengembangan Farmasi BadanPenelitian
sebesar 1/18.18 atau 11 gram bahan padat dalam
dan Pengembangan Kesehatan
200 mL alcohol. Kondisi terbaik pengambilan
Departemen Kesehatan Republik
minyak terjadi pada perbandingan solid dengan
Indonesia, Jakarta
alcohol 1/20 atau 10 gram bahan padat dalam 200
Herawati, D.A. dan Setyowati, T., 2006,
mL alcohol dengan berat minyak terambil sebanyak
Penurunan Angka Asam Lemak Bebas
3.2160 gram.
(FFA) dan Angka Peroksida Minyak
Pada gambar 2 terlihat, trend grafik
Goreng Bekas dengan Buah
menunjukkan persamaan
Mengkudu, Jurnal Ilmiah Kimia dan
Y =-0.0167 X2 + 0,3398 X + 1.6405
Teknologi, Vol.1, No.2, Januari 2006,
Jika persamaan ini digunakan untuk menghitung
hlm.112-116
kembali berat minyak terambil dengan data
(http://balittro.litbang.deptan.go.id/index.php?optio
perbandingan berat solid, maka diperoleh ralat rata-
n=com_content&task=view&id=67&Itemi
rata sebesar 1.77%.
d=44)
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1949, Encyclopedia
5. SIMPULAN
of Chemical Technology, 3 rd ed., pp.
808, John Willey and Sons Inc., New York
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
Rukmana, R., 1994, Pepaya Budidaya dan Pasca
1. Minyak biji pepaya dapat diperoleh dengan
Panen, Kanisius, Jakarta
cara ekstraksi menggunakan pelarut alkohol
dengan kadar 95%.
Sudarmaji, S., Haryono, B. dan Suhardi, 1996,
2. Kondisi opeasi terbaik adalah pada waktu
Prosedur Analisa Untuk Bahan
ekstraksi 120 menit, perbandingan berat
Makanan dan Pertanian, Edisi kedua,
bahan dengan volum 1 : 5 pada suhu
Cetakan Pertama, Liberty, Yogyakarta
ekstraksi 780C.
Sulistyo, H., 1998, Analisa Kimia Bahan
3. Pada kondisi tersebut didapatkan hasil
Organik, Gadjah Mada University Press,
minyak biji papaya sebesar 3,1 gram.
Yogyakarta

150 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Susantyo, Solent, 22 Januari 2009,


http://www.geocities.com/heri_susyanto/S
olvent.htm
Susinggih, W., Hidayat, N. dan Hidayat A., 2005,
Mengolah Minyak Goreng Bekas,
Trubus Agrisarana, Surabaya
Tjandrawati, Y.M.M, 2003, Analisis Butil
Hidroksianisol (BHA) dalam minyak goreng,
Sigma, Vol.6., No.1, Januari, 2003,
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/sgm/article/v
iewFile/2549/2536

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 151


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH WAKTU PROSES, UKURAN BAHAN DAN VOLUME AIR PADA


PENGAMBILAN MINYAK KAPULAGA DENGAN DISTILASI UAP

M.Sri Prasetyo Budi


Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta, Telp. (0274) 485390
Email : prasetyobudims88@yahoo.com

Abstrak
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, selain untuk obat-obatan, bahan pangan maupun juga
digunakan sebagai bahan aroma. Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar sebagai penghasil
minyak atsiri termasuk minyak atsiri dari biji kapulaga. Perkembangan berbagai industri dalam negeri membuat
kebutuhan minyak atsiri dan turunannya semakin meningkat baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Penelitian
ini mempelajari pengaruh waktu distilasi, dan ukuran bahan serta volume air distilasi dalam pengambilan miyak
atsiri dari bahan kapulaga. Penelitian ini menggunakan bahan kapulaga yang berasal dari biji dan kulit kapulaga
yang telah dikeringkan. Berat kapulaga yang digunakan 80 gram yang telah dihaluskan dengan ukuran 60 mesh,
80 mesh dan 100 mesh dengan volume air bervariasi mulai 1 liter sampai 5 liter dengan waktu reaksi 1 jam
sampai 4 jam. Pengambilan minyak atsiri dilakukan dengan metoda distilasi uap pada suhu 1000C. Hasil
penelitian didapatkan kondisi yang relatif baik yaitu waktu distilasi 4 jam, ukuran bahan 100 mesh, volume air 4
liter dengan minyak yang terambil 2,9786 gram.

Kata kunci: minyak atsiri, kapulaga, distilasi uap

Pendahuluan berbuah pada umur 2 tahun. Harga kapulaga lokal


1. Kapulaga selalu lebih murah dibanding kapulaga sabrang.
Kapulaga (Amomum cardamomum) selama Biasanya harga kapulaga sabrang tiga kali lipat
ini dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga dibanding kapulaga lokal.
lebih banyak digunakan untuk campuran jamu. Di Pemanfaatan kapulaga lokal sebagian untuk industri
beberapa daerah kapulaga dikenal dengan nama farmasi dan sebagian lagi sebagai bahan kuliner.
kapol, palago, karkolaka, garidimong dan lain-lain. Selain untuk kuliner dan industri farmasi, kapulaga
Kapulaga merupakan tanaman asli Indonesia, juga merupakan bahan minyak atsiri dan oleoresin.
sedangkan kapulaga sabrang merupakan hasil Kandungan True Cardamon Oil adalah terpen,
introduksi dari India pada medio abad ke-18 ( terpeneol dan sineol. Sementara False Cardamon
Santoso, 1988). Oil selain mengandung tiga bahan tadi juga masih
Ada dua jenis kapulaga yang dikembangkan di ada kandungan berneol dan kamfernya.
Indonesia, yaitu kapulaga sabrang (Elettaria Buah kapulaga kering mengandung minyak
cardamonum) dan kapulaga lokal (Amomum atsiri, minyak lemak, pigmen, protein, selulosa,
cardamonum). Kapulaga sabrang memiliki 2 pentosa, berbagai jenis gula, pati, silika dan
kultivar yaitu Malabar dan Mysore. Sebagian besar berbagai jenis mineral. Rata-ta 1 biji mengandung
yang diusahakan petani Indonesia ialah kapulaga 20 gr air, 10 gr protein, 2 gr lemak, 42 gr
lokal. Di dunia perdagangan internasional, kapulaga karbohidrat, 20 gr serat dan 6 gr abu. Kadar minyak
sabrang dikenal sebagai kapulaga asli (true atsiri pada buah 3,5 7%, kira-kira 59-79%
cardamom) karena kandungan minyak atsirinya terdapat pada biji (Anonim, 2009).
tinggi (5-8%) dan baunya aromatik, sedangkan Indonesia mempunyai peluang dan potensi
kapulaga lokal dikenal sebagai kapulaga palsu yang sangat besar dalam mengembangkan
(false cardamom) yang memiliki kadar minyak keanekaragaman minyak atsiri Indonesia, baik
atsiri hanya (2-3,5%) serta baunya kurang aromatik. untuk tujuan ekspor maupun untuk kebutuhan
Kapulaga lokal adalah tanaman dataran dalam negeri. Diperkirakan ada 160-200 jenis
rendah. Kapulaga hanya bisa tumbuh baik dan tanaman aromatik yang berpotensi untuk dibuat
berproduksi optimal pada lahan dengan ketinggian minyak atsiri. Perkembangan berbagai industri
mulai dari 0 sampai dengan 700 meter di atas dalam negeri membuat kebutuhan minyak atsiri dan
permukaan laut. Sebaliknya, kapulaga sabrang turunannya semakin meningkat,baik dari segi jenis
justru hanya mau tumbuh baik di dataran tinggi maupun jumlahnya.
mulai dari 700 sampai dengan 1.500 m. dpl. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk
mendapatkan minyak atsiri salah satunya dari biji
Kapulaga lokal sudah mampu berproduksi kapulaga.
pada umur 1,5 tahun setelah tanam dengan bibit
anakan yang baik. Sementara kapulaga sabrang, 2. Distilasi
baik yang malabar maupun mysore baru mulai

152 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Distilasi merupakan proses pemisahan menguap dan bersama-sama uap air naik ke arah
komponen yang berupa cairan dari dua macam pendingin lurus.
campuran atau lebih, berdasarkan titik didihnya. Tetesan pertama dari pendingin dianggap
Armando (2009), Dalam industri pengolahan sebagai waktu awal distilasi dan setelah waktu
minyak atsiri dikenal 3 macam sistim yaitu tertentu distilasi dihentikan. Distilat yang dihasilkan
penyulingan dengan air (water distillation), ditampung dalam penampung distilat yang
penyulinagn dengan air dan uap (water and steam dilengkapi dengan corong pemisah. Pemisahan
distillation), dan penyulingan uap (steam terjadi berdasarkan perbedaab berat jenisnya.
distillation). Minyak akan berada di bagian atas karena berat
Distilasi/Penyulingan dengan air merupa-kan jenisnya lebih kecil dari berat jenis air.
metode paling sederhana dibanding dua metode Percobaan diulangi dengan variasi waktu dan
lainnya. Pada metode ini, bahan yang disuling volume air yang berbeda. Hasil minyak yang
dicampur dengan air dalam ketel. Metode ini cocok diperoleh ditampung dalam botol lalu ditimbang
untuk penyulingan bahan berbentuk tepung dan serta dianalisa hasil minyaknya.
bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan
jika terkena panas yang tinggi. Namun karena Hasil dan Pembahasan
dicampur menjadi satu, selain waktu untuk distilasi Pengaruh waktu distilasi dan ukuran bahan
lama juga jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan terhadap minyak atsiri yang dihasilkan dapat dilihat
rendah. pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Pada metoda water and steam distillation
(sistem kukus) bahan diletakkan di atas piringan Tabel 1. Pengaruh waktu distilasi dan ukuran bahan
berlubang yang terletak beberapa sentimeter di atas terhadap minyak atsiri yang dihasilkan
permukaan air yang masih berada dalam satu ketel. ( Berat bahan 80 gram, suhu 1000C )
Kelebihan metoda ini uap dapat masuk merata ke
bahan, suhu dapat dipertahankan sampai 1000C, Waktu Ukuran Bahan (mesh)
lama waktu distilasi relatif lebih singkat, rendemen No (jam) 60 80 100
minyak lebih besar dan mutunya lebih baik
dibanding dengan minyak hasil sistem distilasi air. 1 1 1,2132 1,3568 1,4164
Metode Distilasi Uap, air sebagai sumber uap 2 2 1,5852 1,6426 1,9306
panas terdapat pada ketel yang letaknya terpisah
3 3 1,9902 2,1743 2,5972
dengan bahan yang akan didistilasi. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari 4 4 2,5561 2,7100 2,9786
tekanan udara luar. Metoda ini baik jika digunakan
untuk mendistilasi bahan baku minyak atsiri berupa
kayu, kulit batang, maupun biji-bijian yang relatif 3.5

keras. 3

Tujuan Penelitian 2.5


M ny a k A ts iri (Gr)

Tujuan penelitian adalah : 2 60 Mesh


80 Mesh
1. Mempelajari pengaruh waktu proses, ukuran 1.5
100 Mesh

bahan dan volume air pada pengambilan minyak


kapulaga dengan metode distilasi uap. 1

2. Mencari kondisi optimum pada distilasi uap 0.5

pada variabel yang ditelliti.


0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu Distilasi (Jam)

Gambar 1. Pengaruh waktu distilasi dan


Metode Penelitian
ukuran bahan terhadap minyak atsiri yang
Biji kapulaga mula-mula dibersihkan,
dihasilkan
dikeringkan lalu diblender menjadi ukuran kecil
kemudian diayak hingga didapat ukuran yang
Dari tabel I dan grafik 1 dapat dilihat bahwa
diinginkan. Selanjutnya kapulaga dimasukkan ke
semakin lama waktu reaksi jumlah minyak yang
kolom distilasi.
dihasilkan juga makin bertambah. Hal ini
Air dimasukkan ke dalam ketel dipanaskan
disebabkan makin lama waktu kontak uap air
sampai mendidih. Kemudian uap air dialirkan ke
dengan bahan maka minyak atsiri yang diperoleh
dalam kolom distilasi, sehingga uap air akan
semakin banyak.
menembus dan melewati saringan yang berisi
Demikian juga semakin besar ukuran mesh
kapulaga. Uap air akan membawa minyak yang
maka minyak yang dihasilkan juga makin
bertambah. Hal ini disebabkan makin kecil ukuran
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 153
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bahan maka luas permukaan kontak bahan dengan 3. Kondisi yang relatif baik yaitu pada waktu
uap air makin besar. distilasi 4 jam, ukuran bahan 100 mesh,
Kondisi yang relatif baik didapat pada wktu 4 volume air 4 liter dengan minyak yang
jam, ukuran bahan 100 mesh dengan minyak yang terambil 2,9786 gram.
dihasilkan sebanyak 2,9786 gram.

Pengaruh waktu distilasi dan Volume Air Daftar Pustaka


terhadap minyak atsiri yang dihasilkan dapat Anonim, 1982, Minyak Kapulaga (Oil
dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2. Cardamonum), Proceeding Minyak Atsiri
III, Balai Penelitian Kimia Departemen
Tabel 2. Pengaruh waktu distilasi dan Volume Air Perindustrian RI, Bogor
terhadap minyak atsiri yang dihasilkan Anonim, 2009, Minyak Atsiri , Trubus, vol .07,
(Berat bahan 80 gram, ukuran 100 mesh, suhu Niaga Swadaya, Jakarta
1000C) Armando,R., 2009, Memproduksi 15 Minyak
Atsiri Berkualitas Penebar Swadaya, Jakarta
Volume Guenter, 1987, Minyak Atsiri, Vol I,Penerbit UI,
Waktu(Jam)
No Air Jakarta.
(Liter) 1 2 3 4 Indo,A.M.,, 1987, Kapulaga : Budidaya,
Pengolahan dan Pemasaran , Swadaya,
1 2 0,7082 0.9511 1,1760 1,4230 Jakarta
2 3 0,9643 1,3220 1,5743 1,9968 Santoso,H.B., 1988, Kapulaga, Kanisius,
3 4 1,4164 1,9306 2,5972 2,9786 Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono,B., dan Suhardi, 1984,
4 5 1,4200 1,9252 2,5980 2,9792
Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan
Dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta
Thorpe.,J.F.,Whiteley, 1941, Thorpe Dictionery
3.5
of Applied Chemistry, Vol III, Loogman
3.0 and Co, London
2.5
M inyak Atsiri (Gr)

Volume 2 Lt
2.0 Volume 3 Lt
Volume 4 Lt
1.5 Volume 5 Lt

1.0

0.5

0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu Distilasi ( Jam )

Gambar 2. Pengaruh waktu distilasi dan Volume


Air terhadap minyak atsiri yang dihasilkan

Pada Tabel 2 dan Gambar 2 dapat dilihat


bahwa semakin banyak volume air yang digunakan
semakin besar minyak atsiri yang diperoleh. Hal ini
dikarenakan semakin banyak volume air yang
digunakan semakin banyak uap yang keluar dari
ketel untuk memisahkan minyak atsiri dari biji
kapulaga tersebut. Pada volume air 5 liter hasil
minyak yang didapakan hampir sama dengan
volume air 4 liter.Kondisi yang relatif baik didapat
pada volum air 4 liter dan waktu 4 jam dengan
minyak yang didapat sebesar 2,9786.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah :
2. Minyak atsiri dari biji kapulaga dapat diambil
dengan metode distilasi uap.

154 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH UKURAN BAHAN DAN WAKTU EKSTRAKSI


RIMPANG KUNYIT SEBAGAI INDIKATOR KEASAMAN ALAMI

Oni Yuliani
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta
oniyuliani@yahoo.com

Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang merupakan produk pertanian dan banyak
terdapat di Indonesia adalah kunyit. Bahan yang dimanfaatkan dari kunyit adalah akar tinggal (rhizome). Akar
tinggal ini mempunyai sifat spesifik, warnanya akan berubah sesuai dengan pH lingkungannya. Zat warna
(kurkumin) yang terdapat pada tanaman kunyit ini dapat diambil dengan cara ekstraksi dan larutan ekstraknya
dapat dijadikan sebagai indikator keasaman alami karena dapat berubah warna
Sebelum diekstraksi kunyit dikupas, dicuci, diiris tipis, dan dikering kan. lalu diblender menjadi
ukuran kecil kemudian diayak hingga didapat ukuran yang diinginkan. Hasil ekstraksi kemudian di uapkan
(didistilasi) untuk memisahkan kurkumin dari pelarutnya. Larutan kurkumin lalu di gunakan sebagai indikator
titrasi. Dari hasil yang terbaik kemudian dibuat larutan indicator kurkumin dengan konsentrasi tertentu untuk
menitrasi NaOH 0,1 N dan HCL 0,1 N

Kata kunci : kunyit, ekstraksi, indikasi keasaman

PENDAHULUAN ekstraksi, proses ini cukup sederhana dan dapat


Alam Indonesia memang penuh berisi hal-hal dilakukan dalam skala kecil. Ekstraksi merupakan
yang menakjubkan. Hampir semua elemen di alam salah satu metode pemisahan berdasarkan
memiliki manfaat yang besar terhadap kehidupan. perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat
Salah satunya adalah obat-obatan yang berasal dari didefinisikan sebagai proses pemisahan atau isolasi
alam seperti kunyit Kunir atau kunyit (Curcuma zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut
longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.) tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran
termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi
dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut
mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna
orang Indonesia dan India serta bangsa Asia jika solute dipisahkan dari pelarutnya, misalnya
umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah dengan cara distilasi/penguapan. Salah satu pelarut
ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu yang dapat digunakan adalah alkohol karena lebih
atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan . murah.
kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan
dalam masakan di negara-negara Asia.
TEORI
Susunan kunyit terdiri atas akar, rimpang,
batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga Tanaman kunyit sudah lama dimanfaatkan
dan kuntum bunga. Akar tinggal (rimpang/rhizoma) dalam kehidupan sehari-hari sebagai keperluan
kunyit kuning (Curcuma longa Linn) merupakan dapur (pewarna dan menyedap masakan), obat-
salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang obatan dan bahan pewarna. Komponen utama dari
kaya akan kandungan senyawa-senyawa bahan rimpang kunyit adalah zat warna kurkumin dan
alam. Senyawa utama yang terkandung dalam minyak atsirinya. Zat warna kurkumin merupakan
tanaman kunyit kuning adalah kurkuminoid yang kristal kuning oranye yang tidak larut dalam eter
memberi warna kuning pada kunyit. Zat warna ini tetapi larut dalam alkohol, asam asetat, minyak dan
mempunyai sifat yang spesifik, warnanya akan alkali. Dalam alkali warna kunyit adalah merah
berubah (sesuai dengan pH) dari suasana asam kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna
sampai suasana basa., sehingga dapat dimanfaatkan kuning muda (Rukmana, 1990)
sebagai indikator titrasi asam basa. Jika
dibandingkan dengan indikator produk pabrik, Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat
maka indikator kurkumin ini lebih murah. Indikator obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari
kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksi-
kurkumin ini dapat disimpan dalam fase cair
(terlarut dalam alkohol) ataupun dalam fase padat kurkumin dan zat-zat manfaat lainnya. Kurkumin
(bentuk kristal) merupakan kurkumioid dari rempah-rempah Indian,
dan dua yang lainnya adalah demetoksikurkumin
Salah satu metode yang digunakan dalam
pengambilan kurkumin adalah dengan cara dan bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid adalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 155


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

poli-fenol dan menjadikan warna kuning pada pelarut aseton, heksana atau etilen khlorida
turmeric. Kurkumin ada dalam bentuk paling (Djubaedah, 1989)
sedikit dua bentuk tautomerik, keto dan enol.
Bentuk enol lebih stabil energinya pada fase padat METODE PENELITIAN
dan fase larutan. Kurkumin dikenal karena sifat Kunyit kuning yang dipergunakan pada
antitumor dan antioksidan yang dimilikinya penelitian ini berupa rimpang kunyit kuning basah ,
(http://id.wikipedia.org/ wiki/ Kunyit ). yang sudah dikupas, dicuci, diiris tipis, dan
Senyawa utama yang terkandung dalam dikering kan. lalu diblender menjadi ukuran kecil
tanaman kunyit kuning adalah kurkuminoid yang kemudian diayak hingga didapat ukuran yang
memberi warna kuning pada kunyit. Zat warna ini diinginkan. Isolasi kurkuminoid yang terkandung
mempunyai sifat yang spesifik, warnanya akan dalam rimpang kunyit kuning kering menggunakan
berubah (sesuai dengan pH) dari suasana asam metode ekstraksi dengan pelarut etanol. Sejumlah
sampai suasana basa, sehingga dapat dimanfaatkan kunyit kering di ekstraksi dengan waktu tertentu,
sebagai indikator titrasi asam basa alami karena hasil ekstrak didistilasi (diuapkan) untuk
dapat berubah warna jika terjadi perubahan pH. memisahkan kurkumin dari pelarutnyak hingga
Setiap indikator asam-basa mempunyai trayek diperoleh suatu residu berupa kurkumin. Larutan
perubahan warna sendiri-sendiri. Beberapa contoh kurkumin yang dihasilkan digunakan untuk
indikator dapat dilihat pada Tabel 1 (Harjadi, 1993) menitrasi NaOH, HCl, sampai terlihat ada
perubahan warna.
Tabel 1. Trayek pH beberapa indikator
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Indikator Trayek Warna Pengaruh ukuran bahan dan waktu ekstraksi
pH terhadap kemampuan indikasi ekstrak kunyit dapat
Metil Jingga 3,0 - 4,4 Merah - jingga dilihat pada tabel 3 dan gambar. 1. Pengambilan
Metil Merah 4,2 - 6,2 Merah - kuning kurkumin dilakukan dengan cara ekstraksi
Bromotimol Biru 6,0 - 7,8 Kuning biru menggunakan pelarut alkohol dengan konsentrasi
Fenolftalein 8,0 - 9,2 Tidak berwarna 96%, pada suhu operasi 780C, berat serbuk kunyit
- merah 40 gram
Tabel 3. Pengaruh ukuran bahan serbuk kunyit.
Tabel 2. adalah perubahan warna dari zat warna Dan waktu ekstraksi terhadap kemampuan
kurkumin (Kusumopradono, 1990) indikasi ekstrak kunyit

Tabel 2. Perubahan warna dari zat warna Waktu Kemampuan Indikasi (ml)
Kurkumin Ekstraksi
(menit)
pH Larutan Warna 50 Mesh 100 Mesh 150 Mesh
4,5 Kuning muda pucat 25 9.66 8.96 7.80
6,7 Kuning 50 9.12 8.37 7.52
7,2 Kuning merah 75 8.60 7.80 7.09
7,5 Kuning merah coklat 100 7.77 6.85 6.10
8.0 Kuning coklat 125 6.90 6.18 5.45
8,3 Kuning coklat
8,5 Kuning coklat
9,7 Coklat kemerahan
9,9 coklat

Metode yang digunakan dalam pengambilan


kurkumin adalah dengan cara ekstraksi, Menurut
Guenther, 1952, dalam ekstraksi pemilihan pelarut
harus tepat atau mendekati sifat pelarut ideal antara
lain, dapat melarutkan semua senyawa yang
diinginkan dengan cepat dan sempurna, titik didih
rendah (agar mudah diuapkan), bersifat inert, tidak
mudah terbakar.
Dalam ekstraksi peranan pelarut, lama
ekstraksi, temperatur ekstraksi, dan ukuran partikel
sangat penting, karena pengambilan oleoresin dari
rempah-rempah diperoleh hasil yang optimum jika
digunakan pelarut alkohol dibandingkan dengan

156 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel.4. Pengaruh konsentrasi kurkumin dan


12 jumlah tetes terhadap kemampuan
11 indikasi keasaman
10
Konsentrasi Jumlah larutan indicator
9 kurkumin (tetes)
Kemampuan Indikasi (ml)

8 1 2 3
7 1% - - -
6
2% - # #
3% # ## ##
5
4% ## ## ###
4 5% ### ### ####
3
2 Keterangan :
- = tidak terjadi perubahan warna
1
# = terjadi perubahan warna (tidak jelas)
0 ## = terjadi perubahan warna (cukup jelas)
0 25 50 75 100 125 150 ### = terjadi perubahan warna (jelas)
Waktu Ekstraksi (menit) #### = terjadi perubahan warna (sangat jelas)

Dari tabel.4, terlihat bahwa larutan indikator


50 Mesh 100 Mesh 150 Mesh kurkumin serbuk kunyit dengan konsentrasi 5 %
sebanyak 3 tetes memberikan perubahan warna
yang sangat jelas.

Gambar 1. Pengaruh waktu ekstraksi dan ukuran


KESIMPULAN
bahan terhadap kemampuan indikasi
Dari hasil penelitian diambil kesimpulan
kurkumin
sebagai berikut
1. Zat warna kurkumin dapat diperoleh dengan
Dari tabel 3 dan gambar 1 terlihat bahwa
cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol
semakin lama waktu ekstraksi dan semakin besar
96% pada suhu operasi 78oC
ukuran mesh bahan (semakin kecil ukuran bahan)
2. Indikasi keasaman yang relatif baik yaitu
akan semakin baik kemampuan indikasinya karena
pada kondisi waktu ekstraksi 125 menit dan
ukuran bahan yang semakin kecil menyebabkan
ukuran bahan 150 mesh dengan kemampuan
luas permukaan bahan semakin besar sehingga
indikasi keasaman yang menunjukkan
mempermudah pelarut untuk larut dan mengambil
perubahan warna pada volime 5,45 ml dan
zat warna kurkumin dari serbuk kunyit. Kondisi
konsentrasi kurkumin 5 %.
yang baik diperoleh pada waktu ekstraksi 125 menit
dan ukuran bahan 150 mesh dengan kemampuan
indikasi 5,45 ml sudah dapat menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
perubahan warna.
Anomim, 14 Desember 2009, Kunir
Dari kondisi yang terbaik dibuat larutan
http://id.wikipedia.org/wiki/Kunir,
indikator kurkumin dengan kondisi yang berbeda
Djubaedah, E, 1989, Ekstraksi Obat
yaitu 1%, 2 %, 3%, 4%, 5% , larutan tersebut
Tradisional Indonesia , Vol.II, hal. 10-19,
kemudian digunakan untuk titrasi NaOH 0,1 N dan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan,
HCL 0,1 N sebanyak 10 ml. Larutan indikator
Bandung.
kurkumin diteteskan pada NaOH dan HCL sampai
Guenther, E, 1952, Ekstraksi Oleoresin Dari
terjadi perubahan warna
Jahe , Vol.V, pp. 106-120, D. Van
Nostrand Company Inc, New York.
Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analit Dasar ,
hal.121-146, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Indrayanti,S, 2002, Pengembangan Zat Warna
Kunyit Sebagai Indikator Keasaman,
Jurusan Teknik Kimia, Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional, Yogyakarta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 157


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Kusumapradono, M, 1990, Penggunaan


Kurkumin Sebagai Indikator, Universitas
Diponegoro, Semarang
Prangdimurti,E,Ir, Msi, Tjwee, 15 Desember 2009.
Laporan Praktikum kimia dan Biokimia
Pangan Pigmen Alami,
http://www.scribd.com/doc/6549706/Pigmen
-Mania,
Rukmana, R, 1994, Kunyit , hal.9-16, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Underwood, A,L, Day, R,A, 1984, Analisa Kimia
Kuantitatif, ed-4, hal 90-91, Erlangga,
Jakarta.
Wahyuni, Harjono.A,Paskalina, 2004, Ekastraksi
kurkumin dari kunyit, Prosiding seminar nasional
rekayasa kimia dan proses, jurusan teknik kimia
fakultas teknik universitas diponegoro,semarang

158 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 159


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

160 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HIDROKIMIA DAN GEOLOGI AIR PANAS


DAERAH PARANGWEDANG,
KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA
T. Listyani R.A.
Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
E-mail : listyani_theo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Keberadaan air panas di Parangwedang merupakan salah satu manifestasi gejala panas bumi yang
mungkin berasosiasi dengan keberadaan intrusi batuan beku yang terjadi pada Jaman Tersier atau Miosen
Bawah. Hidrokimia air panas tersebut ditentukan oleh imbuhan serta proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Batuan samping yang diterobos magma yang berfungsi sebagai akifer di daerah penelitian adalah Formasi
Nglanggran. Oleh karenanya, batuan dari Formasi Nglanggran yang dilalui airtanah akan berpengaruh pada
komposisi kimia air panas ini. Hubungan antara komposisi kimiawi / mineralogi batuan samping dengan
hidrokimia mataair panas tersebut perlu dikaji untuk mengetahui geologi air panas ini.
Metode penelitian diawali dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang berupa hasil
penelitian geologi di daerah Parangwedang dan sekitarnya. Data primer diambil langsung di lapangan dengan
melakukan survai hidrogeologi disertai dengan pengambilan contoh batuan dan air panas di Parangwedang.
Analisis kimia terhadap contoh air panas dikompilasikan dengan analisis petrografi batuan diharapkan akan
memberikan gambaran komposisi kimiawi batuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mataair panas yang muncul di Parangwedang dikontrol oleh
porositas antar butir dan rekahan / kekar. Batuan samping yang merupakan Formasi Nglanggran memiliki
pengaruh terhadap keberadaan beberapa unsur kimia pada air panas yang diteliti. Komposisi dominan yang
berupa ion klorida dapat dipasok dari hornblende dan gelas vulkanik yang terdapat cukup melimpah pada satuan
breksi, lava dan intrusi andesit Formasi Nglanggran. Namun, air panas dengan tingkat keasinan yang merupakan
air asin dan tipe kimia berupa kalsium natrium klorida menunjukkan bahwa proses hidrokimia seperti evolusi,
percampuran / mixing dan intrusi air laut sangat dominan dalam mempengaruhi hidrokimia air panas tersebut.

PENDAHULUAN dengan Pantai Parangtritis yang terletak di ujung


Keberadaan air panas merupakan salah satu selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
manifestasi gejala panas bumi yang tersingkap di Adanya air panas di daerah ini mungkin berkaitan
permukaan. Salah satu sumber air panas yang ada dengan panas bumi yang diakibatkan oleh proses
di daerah Bantul terdapat di Parangwedang. Air intrusi pada Jaman Tersier di daerah penelitian.
panas ini merupakan manifestasi panas bumi yang Intrusi batuan beku yang berupa dyke ini di
dapat berasosiasi dengan keberadaan intrusi batuan Parangkusumo menunjukkan umur yang berkisar
beku yang terjadi pada Jaman Tersier atau Miosen antara 26,40 26,55 Ma berdasarkan penanggalan
Bawah. K Ar (Soeria Atmadja dkk., 1994).
Panas bumi di daerah ini juga berkaitan Aktifitas magma yang bersifat plutonis
dengan tektonik lempeng yang mengakibatkan maupun vulkanis merupakan sumber panas bumi.
magma menerobos batuan yang sudah ada Batuan pemanas bisa berupa gunungapi, tubuh
sebelumnya sebagai intrusi dan memanaskan air intrusi atau batuan yang dipengaruhi oleh
pada batuan akifer. Proses pemanasan oleh magma pergeseran sesar aktif. Sementara itu, batuan
tersebut mengakibatkan terbentuknya air panas. tudung berfungsi sebagai penutup akumulasi
Hidrokimia mataair panas ditentukan oleh airtanah. Batuan tudung ini memiliki permeabilitas
recharge serta proses-proses yang terjadi di rendah, misalnya batuan alterasi, abu vulkanik atau
dalamnya. Batuan samping yang diterobos magma batulempung.
yang berfungsi sebagai akifer di daerah penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk
adalah Formasi Nglanggran. Penelitian kali ini menganalisis berbagai sifat fisik dan kimiawi dari
ingin mengungkapkan hubungan antara komposisi batuan serta airtanah di daerah Parangwedang,
kimiawi/mineralogi batuan samping dengan hidro- Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
kimia mataair panas tersebut. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui
Daerah Parangwedang dan sekitarnya hubungan antara geokimia batuan dengan
merupakan bagian dari fisiografi Pegunungan hidrokimia air panas di daerah penelitian.
Selatan bagian barat yang melampar di daerah Karakteristik hidrokimia airtanah yang berdekatan
Kabupaten Gunung Kidul sampai bagian timur dengan mataair panas Parangwedang diteliti untuk
Kabupaten Bantul. Lokasi penelitian ini berdekatan mendapatkan gambaran pengaruh batuan samping

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 161


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

terhadap komposisi kimiawi airtanah di daerah Airtanah pada batuan endapan mempunyai
tersebut. kualitas yang beragam mulai dari air yang asin
sampai air yang kandungan jumlah garam
Geologi Daerah Parangwedang terlarutnya kurang dari 100 ppm. Airtanah yang
Daerah Parangwedang dan sekitarnya letaknya jauh di bawah permukaan bumi
terdapat di perbatasan zona fisiografi Pegunungan mempunyai kadar yang semakin jelek. Kualitas
Selatan dengan dataran rendah Yogya Bantul. airtanah pada batupasir umumnya beragam
Air panas Parangwedang dijumpai di ujung barat tergantung pada komposisi mineral, kedalaman
laut dari Zona Pegunungan Selatan ini. Zona akifer, jauh dekatnya pengaliran dan sebagainya
Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran tetapi pada umumnya berupa airtanah yang
YogyakartaSurakarta di sebelah baratutara, kualitasnya baik (Suharyadi, 1984).
sedang di sebelah timur oleh Waduk Matthess (1982) mengatakan bahwa
Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan karakteristik airtanah pada batupasir umumnya
oleh Lautan India. Di sebelah barat antara Dataran memiliki TDS yang tergantung dari material
Yogyakarta dengan Pegunungan Selatan dibatasi batupasir. TDS yang rendah bisa diakibatkan oleh
oleh Sungai Opak, sedangkan di bagian utara air hujan.
berupa Gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Hidrokimia airtanah dapat dilihat dari
Selatan ini membujur dengan dimensi melengkung komposisi kimia yang terkandung dalam airtanah.
sepanjang barat hingga timur. Zona Pegunungan Komposisi kimia ini mempengaruhi kualitas
Selatan ini dapat dibagi menjadi tiga Subzona airtanah. Kualitas airtanah dipengaruhi oleh
(Harsolumakso dkk., 1997, dalam Bronto dan material batuan yang dilaluinya. Davis dan De
Hartono, 2001), yaitu Subzona Baturagung, Wiest (1966) mengatakan bahwa perkembangan ion
Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. pada airtanah tergantung pada mineral availability
Soladopo (2007) telah melakukan pemetaan dan mineral solubility-nya. Peneliti tersebut juga
geologi di daerah Parangwedang dan sekitarnya. mengungkapkan hubungan antara ion-ion penyusun
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa daerah airtanah dengan mineral batuan. Tabel 2 secara
penelitian tersusun atas endapan vulkaniklastik ringkas menjelaskan beberapa komposisi kimia
Merapi, endapan hasil rombakan batuan (endapan airtanah dan kemungkinan sumber mineral / batuan
talus) dan endapan gumuk pasir pantai yang yang mempengaruhinya.
berumur Kuarter serta batuan yang berumur Domenico & Schwartz (1990) mengatakan
Tersier. Selanjutnya, peneliti tersebut mengatakan bahwa beberapa padatan inorganik dan organik,
bahwa daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan cairan organik dan gas-gas dijumpai dalam
batuan Tersier dan 6 satuan endapan Kuarter. airtanah. Keragaman zat terlarut dalam airtanah
Beberapa satuan batuan yang diinterpretasikan dapat terjadi. Kandungan inorganik terlarut
berhubungan erat dengan kemunculan air panas di diklasifikasikan sebagai komponen utama dengan
Parangwedang antara lain satuan breksi andesit konsentrasi >5 mg/l, kandungan minor dengan
Nglanggran, satuan lava andesit Nglanggran serta konsentrasi < 0,01 mg/l (Davis & De Wiest, 1966).
satuan intrusi andesit Nglanggran (Tabel 1). Analisis terhadap airtanah umumnya dilakukan
untuk mengetahui komponen mayor dan minor.
Pengaruh Batuan terhadap Hidrokimia Komposisi airtanah bervariasi dalam proses
Airtanah alirannya. Kandungan kimia ini juga mengalami
Matthess (1982) mengatakan bahwa kualitas perubahan / evolusi selama airtanah bergerak di
airtanah dipengaruhi oleh material akifer karena bawah permukaan. Dari sudut pandang geokimia,
perubahan diagenetik yang terjadi selama airtanah urutan evolusi anion sangat ditentukan oleh
melewati akifer tersebut, misalnya karena berbagai ketersediaan dan kelarutan mineral. Kandungan
proses hidrokimia. Proses-proses itu antara lain HCO 3 - dalam airtanah umumnya berasal dari CO 2
adalah disolusi hidrolisis presipitasi, adsorpsi, zone tanah dan dari disolusi kalsit / dolomit. Karena
pertukaran ion, reduksi oksidasi, kalsit dan dolomit terdapat dalam jumlah cukup
percampuran/mixing, membran filtrasi maupun besar pada hampir semua cekungan sedimen dan
metabolisme mikrobiologi. Komposisi kimia karena mineral ini cepat larut, HCO 3 - hampir
airtanah tergantung pada komposisi kimia air di selalu merupakan anion dominan pada daerah
daerah imbuhan serta reaksi-reaksi yang terjadi imbuhan (Freeze & Cherry, 1979).
pada sistem aliran tersebut. Parameter pH yang berhasil diukur di
Kualitas airtanah merupakan suatu sistem lapangan terhadap mataair panas di pemandian air
bersama dengan komponen-komponen sistem lain panas Parangwedang adalah sebesar 7,28,
yang saling berinteraksi sehingga sangat mungkin sedangkan dari hasil uji laboratorium sebesar 6 7
terjadi perbedaan-perbedaan kualitas airtanah di (BTKL, 1998; Tabel 3). Sementara itu pH air panas
setiap tempat (Suharyadi, 1984). Walaupun dari sumur gali diketahui sebesar 7,3 dari hasil uji
demikian, secara umum kualitas airtanah di BTKL (2008; Tabel 4). Hal tersebut
mempunyai sifat yang khas di setiap jenis batuan. menunjukkan bahwa air panas yang diteliti

162 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

merupakan air yang netral. Dengan melihat nilai sumber silika, natrium, magnesium, besi dan
DHL dan besarnya kandungan Cl-nya maka air kalium seperti pada fragmen andesit.
panas yang diteliti merupakan air asin. - Fragmen batuan yang berupa pecahan batuan
Unsur-unsur yang didapatkan dalam jumlah beku berfungsi sebagai pemasok unsur silika,
sedikit dalam air panas yang diteliti, seperti K, Mg, besi, magnesium, kalsium, natrium, serta
SO 4 , B, Al, Fe tidak mudah dikorelasikan dengan kalium.
komposisi kimia / mineralogi batuan samping. - Piroksen dapat menambah unsur besi,
Kebasaan CaCO 3 yang rendah juga menunjukkan magnesium, kalsium, natrium maupun kalium.
tidak ada / sedikitnya batuan karbonat yang - Mineral opak dan gelas vulkanik dapat
berpengaruh dalam menentukan komposisi kimia bertindak sebagai pemasok beberapa unsur
air panas yang diteliti. sama seperti yang telah dijelaskan pada fragmen
Walaupun proses hidrokimia sangat andesit di atas.
dominan menentukan kaakteristik kimiawi air
panas di Parangwedang, namun dalam penelitian ini 2. Satuan Lava Andesit Nglanggran
ingin dikaji pengaruh litologi batuan samping Satuan lava andesit memiliki komposisi
terhadap hidrokimia air panas ini. Air panas ini batuan andesit, dengan komposisi mineral tersusun
sangat mungkin berasal dari imbuhan air hujan oleh plagioklas, hornblende, piroksen, kuarsa,
masa kini, berada pada akifer dangkal, kemudian mineral opak dan gelas vulkanik.
terpanasi oleh gas volkanik yang terkait dengan - Plagioklas, piroksen, mineral opak dapat
keberadaan intrusi pada Formasi Nglanggran. berfungsi sebagai pemasok beberapa unsur
Namun demikian, asal-usul (origin) air panas ini kimia seperti telah diterangkan pada fragmen
perlu diteliti lebih lanjut. Untuk mendukung hal itu, andesit pada satuan breksi andesit.
maka perlu dilakukan penanggalan (dating) dari - Kuarsa merupakan sumber unsur silika yang
umur air panas ini. potensial karena mineral ini umumnya hanya
Dengan menganggap bahwa air panas ini mengandung silika, kecuali jika ada mineral-
merupakan air meteorik yang keluar melalui celah- mineral pengotornya.
celah, baik pori maupun retakan pada batuan dari - Hornblende juga dapat menambah unsur silika,
Formasi Nglanggran, maka berikut ini akan besi, magnesium, kalsium, natrium ataupun
diuraikan kajian komposisi kimia batuan formasi kalium serta klorida.
ini dalam kaitannya dengan komposisi kimiawi air
panas yang diteliti. 3. Satuan Intrusi Andesit Nglanggran
Satuan ini terdiri dari andesit, dengan
1. Satuan Breksi Andesit Nglanggran komposisi mineral plagioklas, piroksen, mineral
Satuan ini disusun oleh breksi, dengan opak dan gelas vulkanik. Berbagai macam mineral
fragmen berupa andesit dan matriksnya adalah tersebut dapat bertindak sebagai sumber silika, besi,
batupasir tuf (Gambar 2). Fragmen andesit magnesium, kalsium, natrium, kalium, sulfat,
memiliki komposisi mineral yang terdiri dari maupun klorida.
plagioklas, mineral opak dan gelas vulkanik : Namun perlu dicatat dalam tulisan ini,
- Mineral plagioklas merupakan termasuk dalam walaupun Formasi Nglanggran didominasi oleh
keluarga mineral feldspar dan dapat menjadi batuan beku yang dapat memasok begitu banyak
sumber silika bagi airtanah yang melarutkannya. unsur silika, ternyata unsur ini tidaklah terlalu
Dengan komposisi plagioklas berupa andesin, dominan pada airtanah yang diteliti. Hal ini perlu
maka mineral ini dapat juga berfungsi sebagai dikaji lebih lanjut dengan melihat kapasitas
sumber natrium / sodium. Selain itu, kelarutan unsur ini. Silika merupakan mineral yang
magnesium, besi, dan kalium juga dapat sulit larut, apalagi pada suhu normal. Mineral
dihasilkan dari pelarutan mineral ini. dengan unsur dominan silika juga merupakan
- Mineral opak dapat berfungsi sebagai sumber mineral yang resisten dan sulit lapuk (ingat Deret
silika, besi, dan magnesium, kalsium, natrium Bowen dalam urut-urutan pelapukan batuan).
dan kalium. Unsur klorida yang sangat mendominasi
- Gelas vulkanik merupakan mineral yang dapat komposisi kimia air panas yang diteliti sangat
memberikan komponen kimiawi seperti : silika, mungkin dihasilkan terutama oleh penyusupan air
besi, magnesium, kalsium, natrium, kalium, laut. Namun, pelapukan hornblende dan gelas
serta sebagian kecil klorida. vulkanik dapat menyumbang sebagian unsur ini
Matriks breksi andesit berupa batupasir tuf, sehingga klorida dalam air panas yang diteliti
dengam komposisi mineral tersusun oleh feldspar, semakin berlimpah. Selain itu, kehadiran beberapa
fragmen batuan, piroksen, mineral opak dan gelas ion mayor yang dominan juga membuktikan adanya
vulkanik. proses evolusi hidrokimia maupun percampuran /
- Mineral plagioklas yang didominasi oleh mixing dalam sistem aliran airtanah di daerah
andesin dalam batuan ini juga berfungsi sebagai penelitian.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 163


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Mataair panas di Parangwedang muncul Bronto, S., dan Hartono, H.G, 2001, Panduan
melalui porositas antar butir dan rekahan / kekar Ekskursi Geologi Kuliah Lapangan 2,
batuan. Batuan samping yang sangat berpengaruh STTNAS, Yogyakarta.
terhadap komposisi kimia air panas yang diteliti
adalah Formasi Nglanggran. Formasi ini tersusun Davis, S.N. & De Wiest, R.J.M., 1966,
oleh breksi andesit, lava dan intrusi andesit. Hydrogeology, Edisi ke-1, John Wiley and
Air panas yang diteliti merupakan air asin, Sons, Inc., New York.
ditandai dengan DHL dan kandungan Cl yang Domenico P.A. dan Schwartz, F.W., 1990, Physical
tinggi. Komposisi kimia yang dominan pada air and Chemical Hydrogeology, John Wiley &
panas ini adalah Cl, Ca dan Na, dengan tipe kimia Sons, New York.
kalisum natrium klorida (CaNaCl 2 ). Sementara itu, Freeze, R.A. dan Cherry, J.A., 1979, Groundwater,
komposisi mineral yang dominan pada batuan Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
samping yang diteliti adalah plagioklas. Mineral ini Jersey.
menjadi pemasok unsur silika, Ca, Na dan sebagian Nasruli, E., 2005, Aspek Geologi Mataair Panas di
kecil Cl. Daerah Parangwedang Parangtritis,
Dengan melihat komposisi kimia dominan Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,
pada air panas yang diteliti, maka mineral pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
batuan dari Formasi Nganggran tidak sepenuhnya Seminar Industri, Jurusan Teknik Geologi,
bertanggung jawab terhadap komposisi kimia air STTNAS Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
panas tersebut. Proses hidrokimia seperti evolusi Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan Rosidi, H.M.D.,
kimia serta pertukaran kation pada saat terjadinya 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
intrusi air laut justru sangat berpengaruh terhadap Skala 1 : 100.000, Edisi Kedua, P3G,
pengayaan unsur Cl pada air panas di daerah Bandung.
Parangwedang. Soeria Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H.,
Satuan breksi dan lava andesit Nglanggran, Pringgoprawiro, H., Polves, M., Priadi, B.,
dengan komposisi mineral berupa plagioklas, 1994, Tertiary Magmatic Belts in Java,
mineral opak, gelas vulkanik, fragmen batuan beku dalam Noeradi, D. dan Koesoemadinata,
dan piroksen. berfungsi sebagai sumber silika, besi, R.P., 2003, Indonesian Island Arcs :
natrium, kalium, magnesium, kalsium dan mungkin Magmatism, Mineralization, and Tectonic
juga klorida. Mineral kuarsa pada batuan ini dapat Setting, ITB, Bandung.
menambah mineral silika terlarut dalam air panas. Soladopo, F.V., 2007, Geologi Daerah Kretek dan
Hornblende dapat berfungsi sebagai penambah Sekitarnya serta Kajian Dampak Kerusakan
silika, besi, magnesium, kalsium, natrium, kalium Akibat Gempa di Kecamatan Kretek
serta klorida. Satuan intrusi andesit Nglanggran Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah
memiliki komposisi mineral plagioklas, piroksen, Istimewa Yogyakarta, Tugas Akhir Tipe I,
mineral opak dan gelas vulkanik yang merupakan Jurusan Teknik Geologi, STTNAS,
sumber silika, besi, magnesium, kalsium, natrium, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
kalium, sulfat, maupun klorida. Todd, D.K., 1980, Groundwater Hydrology, 2nd
Kandungan silika yang tidak terlalu besar Edition, John Wiley & Sons, New York.
pada airtanah sangat tergantung dari kelarutan
mineral-mineral pada batuan dari Formasi
Nglanggran. Banyaknya unsur-unsur mayor
(terutama klorida) pada air panas yang diteliti
sangat dipengaruhi oleh proses evolusi hidrokimia,
percampuran / mixing dan penyusupan air laut,
namun mungkin juga dibantu oleh adanya pelarutan
mineral pada batuan dari Formasi Nglanggran ini.

164 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Lokasi terdapatnya air panas di


Parangwedang, Kabupaten Bantul,
kurang lebih 500 m dari Pantai
Parangtritis.

Gambar 2. Salah satu kenampakan breksi


volkanik Formasi Nglanggran,
tersingkap di utara pemandian
Parangwedang.

Tabel 1. Kolom litologi satuan breksi andesit Nglanggran (tidak dalam skala sebenarnya; Soladopo, 2007).
500

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 165


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Asosiasi mineral batuan dengan unsur kimia airtanah (modifikasi dari Davis & De Wiest, 1966 dan
Bowen, 1986).
No. Unsur
Sumber / asosiasi mineral dan batuan Keterangan
terlarut
1. Silika Feldspar, kuarsa, mineral lempung, batuan volkanik, Berkisar 1-30 mg/l tetapi bisa mencapai
batuan granitik, dan mineral-mineral ferromagnesian 100 mg/l; dalam air asin bisa mencapai
silikat, silika seperti rijang dan opal. 4.000 mg/l.
2. Besi Mineral penyusun batuan beku seperti amfibol, mika, Biasanya pada air yang jenuh gas / zona
mineral ferromagnesian, piroksen, pirit, magnesit, aerasi di bawah 0,5 mg/l. Airtanah yang
Fe 2 O 3 ; mineral lempung, biotit, garnet, batupasir, pH-nya <8 dapat mangandung 10-50 mg/l.
mineral bijih besi, oksida / sulfida besi.
3. Magnesiu Berasal dari tanah dan sedimen, batuan sedimen / Biasanya berkisar 0,210 mg/l.
m dolomit, mineral penyusun batuan beku (olivin, biotit,
hornblende, augit), batuan metamorf (serpentin, talk,
diopsid, tremolit).
4. Kalsium Terutama dari mineral dalam batuan sedimen asal laut Biasanya di bawah 100 mg/l; pada air asin
(kalsit, aragonit, dolomit, anhidrit, gypsum), hasil bisa mencapai >75.000 mg/l.
pelapukan batuan beku / metamorf (apatit, wolastonit,
fluorit, feldspar, amfibol, kelompok piroksen, olivin),
mineral lempung.
5. Sodium / Feldspar (albit), mineral lempung, hasil evaporasi / Pada umumnya di bawah 200 mg/l, 10.000
natrium halit, hasil pelapukan batuan beku / metamorf (nefelin, mg/l di air laut sampai 25.000 mg/l di air
sodalit, stilbit, natrolit, jadeit, glaukofan, aegirit). asin.
6. Potasium / Mineral lempung, mineral penyusun batuan beku / Biasanya di bawah 10 mg/l; pada mata air
kalium metamorf (ortoklas, mikroklin, mika, biotit, panas di atas 100 mg/l dan mencapai
feldspatoid, leusit, nefelin), evaporit (silvit, niter). 25.000 mg/l pada air asin.
7. Karbonat CO 2 dari atmosfer dan tanah, pelarutan batuan Kandungan karbonat biasanya di bawah
dan karbonat (batugamping dan dolomit), presipitasi 20 mg/l tetapi dapat > 50 mg/l pada air
bikarbonat CaCO 3 . bersodium.
Kandungan bikarbonat biasanya < 500
mg/l tapi dapat melebihi 1000 mg/l pada
air yang banyak mengandung CO 2 .
8. Sulfat Hasil oksidasi mineral sulfida pada batuan beku / Biasanya di bawah 300 mg/l kecuali pada
volkanik, presipitasi atmosferik, organic shales, mata air yang bersifat asam; di beberapa
endapan evaporasi, pirit, markasit, gas-gas di daerah air asin mencapai 20.000 mg/l.
volkanik.
9. Klorida - Air laut purba Biasanya di bawah 10 mg/l di daerah
- Endapan evaporasi (halit) pemukiman, di atas 1.000 mg/l di
- Hasil evaporasi hujan / salju beberapa daerah kering.
- Pelarutan atmosferik di daerah arid.
- Penyusupan air laut
- Batuan sedimen, sebagian kecil dari batuan
beku / metamorf.
10. Total zat Mineral terlarut dalam air. Biasanya di bawah 5.000 mg/l tetapi pada
padat air asin dapat mencapai 300.000 mg/l.

Tabel 3. Hasil analisis kimia mataair panas Parangwedang (BTKL DIY, 1998, dalam Nasruli, 2005).

Parameter Hasil Uji %


pH 6-7
Cl (mg/l) 6528,6 75
SO 4 (mg/l) 1122 20
HCO 3 (mg/l) 204,05 5

166 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4. Hasil uji kimiawi air panas dari sumur gali di timur pemandian Parangwedang.

Parameter Hasil Uji


pH 7,3
K (mg/l) 17
Na (mg/l) 1960
Cl (mg/l) 7498,0
Ca (mg/l) 2296,80
Mg (mg/l) 132,31
SO 4 (mg/l) 616
Kebasaan / CaCO 3 (mg/l) 40,61
B (mg/l) 12,0215
Al (mg/l) Tak terdeteksi
Fe (mg/l) < 0,0258
SiO 2 (mg/l) 39,910
Kekeruhan 1
DHL 17500

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 167


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI SIFAT PENGEMBANGAN (SWEALLING) LEMPUNG SEBAGAI DASAR


PONDASI JALAN WATES DI KM 22 DAN SEKITARNYA KABUPATEN
KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sukartono
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta

ABSTRAK
Jalan Wates km 22 dan sekitarnya adalah salah satu jalan di daerah Kabupaten Kulonprogo,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang selalu bergelombang, retak-retak, terjadi
amblesan dan cepat rusak bila dibanding dengan jalan di daerah lain. Tujuan studi sifat
pengembangan (Swealling) lempung sebagai dasar pondasi ini adalah untuk mengetahui
penyebab jalan menjadi cepat rusak, sehingga dapat membantu mengatasi masalah perbaikan
kondisi jalan dan merekomendasi cara-cara perbaikannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis mekanika tanah lempung untuk mengetahui sifat-
sifat keteknikannya. Daerah penelitian secara fisiografi termasuk Zona Solo, yang terendapkan material hasil
pelapukan yang sebagian besar batuan vulkanik. Secara geomorfologi termasuk dataran alluvial dengan
kelerengan 0 - 2 %. Jenis batuan yang tersingkap adalah endapan lempung.
Hasil analisis laboratorium mekanika tanah tersebut diketahui bahwa dasar pondasi jalan wates mempunyai
keaktifan tidak aktif tetapi mempunyai pengengembangan tingkat tinggi, dari jenis mineral lempung ilit.
Berdasarkan hasil tersebut penulis merekomendasikan beberapa alternatif cara perbaikannya, yaitu: lempung
abu-abu kehitaman sebagai dasar pondasi jalan di buat stabil dengan campuran kapur 7,5% untuk menurunankan
nilai sifat pengembangan dan diusahakan air hujan atau saluran irigasi tidak dapat masuk ke dalam lempung
sebagai dasar pondasi jalan, dengan cara saluran irigasi dibuat beton dan sawah disekitar jalan dibuat ladang.

Kata kunci : pondasi jalan, pengembangan lempung, sifat keteknikan.

PENDAHULUAN 52 20 LS dan 110 12 15 BT, lembar peta


Secara geologi daerah lokasi penelitian yang Sentolo nomor 1508-III, di cetak dan diterbitkan
terletak di jalan wates km 22 dan sekitarnya oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
mempunyai masalah yang sampai sekarang belum Nasional, Bogor.
ada penyelesaian yang pasti, karena secara geologi
daerah tersebut adalah di dominasi endapan
lempung sebagai dasar pondasi jalan. Secara Lokasi
regional daerah penelitian tersebut termasuk
Formasi Sentolo bagian dari Kubah Kulonprogo,
dengan satuan batuan batugamping dengan sisipan
napal dan lempung. Dasar pondasi jalan terletak
pada satuan endapan lempung berwarna abu-abu
kehitaman dari endapan kwarter yang mempunyai
sifat kenyal sampai sangat kenyal dan tidak stabil, Gambar 1. Peta lokasi penelitian
sehingga perlu di cari penyebabnya dengan
beberapa analisis lempung dengan mekanika tanah, METODE PENELITIAN
secara geologi teknik dapat diketahui tingkat sifat Cara penelitiannya adalah diawali studi
pengengembangan, keaktifian dan jenis mineral pustaka, mencari data primer dan pengambilan
lempungya. contoh dilanjutkan analisis laboratorium. Secara
rinci adalah sebagai berikut:
TUJUAN DAN MASALAH PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah terletak di Jalan 1. Studi pustaka, pengumpulan data-data meliputi :
Wates Km 22 dan sekitarnya, Desa Demangrejo, data sekunder, peta geologi, peta geohidrologi,
Kecamatan Sentolo, Kabupaten Wates, Propinsi curah hujan, pemanfaatan lahan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1). Secara 2. Penelitian lapangan meliputi pengamatan
geografis daerah tersebut terletak pada koordinat 7 lapangan, pencatatan, pemotretan dan

168 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pengambilan contoh tanah untuk analisis HASIL DAN PEMBAHASAN


mekanika tanah Hasil studi sifat pengembangan (swealling)
3. Penelitian laboratorium meliputi : analisis sudut lempung sebagai dasar pondasi di Jalan Wates Km
lereng, beda tinggi, batuan dan analisis 22 dan sekitarnya, secara fisiografi daerah
mekanika tanah yaitu, konsistensi, analisis penelitian termasuk Zona Solo, berupa dataran
ukuran butir, berat jenis, potensi pengembangan, dengan kelerengan sekitar 0-2 %. Material endapan
dan keaktifan. daerah dataran tersebut berupa tanah lempung,
berwarna abu-abu kenyal sampai sangat kenyal.
Mempunyai sifat agak sukar digali, penggalian
vertical harus dengan penyangga dan pemadatan
sukar dilaksanakan (Gambar 2).

Gambar 2. Peta geologi Teknik

Data kondisi jalan di sekitar daerah penelitian


tersebut dijumpai beberapa tempat terdapat retak-
retak (Gambar 3), ambles (Gambar 4) nampak
beberapa lapisan aspal yang telah ditimbun kembali
akibat ambles (Gambar 5) dan bergelombang
(Gambar 6).

Hasil analisis laboratorium mekanika tanah


tersebut mempunyai kadar air 81,2 %, batas cair
80,7 %, plastis limit 45 %, indek plastis 35,70 %,
Flow Index 21, berat jenis 2,567 dan batas susut
10,650 dan analisis saringan menunjukkan 63,46%
yang lolos saringan 200. Gambar 3. Foto jalan retak-retak

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 169


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Garis U

60 Montmorilonit Garis A

50

40 Ilite

Indek plastis
30 Kaolinit

20 Haloisit

10
Klorit
0
Batas cair
Gambar 4. Foto jalan ambles 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 7. Kurva Casagrande.

3. Jika dimasukan diagram potensi pengembangan


(Seed, 1962) yang mempunyai hubungan
Aktifitas(0,50) dan % lempung (63,4%) adalah
termasuk mempunyai potensi mengembang
tinggi (Gambar 8).
5

4
Sangat Tinggi

3
Gambar 5. Foto lapisan-lapisan aspal
Tinggi
Aktifitas

2
Rendah

Sedang
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Persentase lempung ( < 0,002 mm)

Gambar 8. Diagram Seed 1962

4. Keaktifan jenis lempung dengan melihat


hubungan antara indek plastas dan % fraksi
lempung adalah A = 0,5 adalah termasuk jenis
Gambar 6. Jalan bergelombang
lempung yang mempunyai keaktifan tidak aktif.
Kondisi lokasi sekitar daerah penelitian juga
Sifat keteknikan dasar pondasi Jl. Wates km
tidak menguntungkan antara lain :
22 dan sekitarnya adalah :
1. Aliran air bawah permukaan secara umum ke
1. Kalau dimasukkan dalam tabel korelasi
arah selatan, lempung abu-abu kehitaman dari
keaktifan dengan jenis mineral, termasuk antara
mineral ilit, yang mempunyai potensi
0,5-1,3 adalah termasuk jenis mineral lempung
mengembang tinggi.
ilit.
2. Pemanfaatan lahan sekitar jalur jalan kurang
2. Jenis mineral lempung pada kurva keplastikan
mendukung untuk stabil, karena sebagian besar
Casagrande (Gambar 7) dari indek plastis =
berupa lahan pertanian sawah yang banyak
35,70 % dan batas cair = 80,7 %, menunjukkan
membutuhkan air (Gambar 9), sedangkan dasar
jenis mineral lempung ilit.
pondasi jalan rawan terhadap air.

170 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Geomorfologi daerah penelitian terletak pada


dataran rendah yang berpotensi banjir, maka di
usahakan air hujan dan saluran irigasi tidak
mengalir di tepi jalan.
3. Irigasi di bawah jalan dibuat dengan saluran
beton dan sawah ditepi jalan tersebut di jadikan
ladang.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta,
Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta dan
Gambar 9. Foto sawah di timur jalan Wates CV. Geoteknika Indonesia yang telah memfasilitasi
untuk dapat di presentasikan di seminar RETII ke 4
di STTNAS Yogyakarta.
3. Geomorfologi jalur jalan dan sekitarnya terletak
pada dataran rendah dengan kelerengan 0 2 %,
sehingga sering terjadi banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. Z, Suyono, S.E., Pujono, 1994. Studi
Geoteknik Mengenai Kemantapan Jalan Raya
di Daerah Purwodadi, Proseding hasil-hasil
KESIMPULAN
penelitian Puslitbang Geoteknologi LIPI,
Lokasi penelitian di Jalan Wates km 22 dan
Bandung, Vol I:349-357
sekitarnya, Desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Wates, Propinsi Daerah Istimewa Anwar, H.Z, Djakamihardja, A.S., 1995,
Yogyakarta. Penyebaran dan Karakteristik Teknik Lempung
Secara fisiografi daerah penelitian Ekspansif di Daerah Purwodadi Jawa Tengah,
termasuk Zona Solo, yang terendapkan Proseding Kongres Ahli Ilmu Kebumian
material hasil pelapukan sebagian besar batuan (KAIKNAS), Yogyakarta 6-7 Desember, P:
vulkanik. Morfologi jalur jalan dan sekitarnya 495-498.
terletak pada dataran rendah dengan kelerengan Bemmelen, R.W. Van., 1970. The Geologi of
0 2 %, sehingga sering terjadi banjir. Indonesia; General of Indonesia and Adjacent
Geohidrologi secara umum mempunyai aliran Arhipelagoes. Vol. IA. Ed.II. The Netherlands:
air bawah permukaan ke arah utara, jenis the Government Printing Office, The Hague.
batuan yang tersingkap adalah endapan Bowles, 1991,Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah
lempung. , Erlangga Jakarta
Bjerrum, L. and Skempton, A. M., (1960), From
Hasil analisis laboratorium mekanika
Theory to practice in Soil Mechanic, John
tanah lempung tersebut mempunyai kadar air
Wiley and Son, Inc., New York.
81,2 %, batas cair 80,7 %, plastis limit 45 %,
Djakamihardja, A. S., dan Anwar, H. Z, 1995. Studi
indek plastis 35,70 %, Flow Index 21, berat
Geologi Teknik di Daerah Lempung Ekspansif
jenis 2,567, batas susut 10,650 dan analisis
Purwodadi, Proseding seminar sehari,
saringan menunjukkan 63,46% yang lolos
Geoteknologi dalam indutrialisasi, Puslitbang
saringan 200, keaktifan lempung termasuk
Geoteknologi LIPI: 457 - 466
tidak aktif, dan mempunyai sifat
pengembangan tinkat tinggi dari jenis mineral Dun.I,S., Anderson, L.R. Kiefer, F.W., 1980,
ilit. Dasar-dasar Analisis Geoteknik, Terjemahan
IKIP Semarang Press, Cetakan I, 1992 ISBN,
Penyebab rusaknya jalan di interpretasikan dari
979-8107-79-9
lempung abu-abu kehitaman dari mineral ilit telah
terjadi kontak dengan air sehingga mengembang Holtz, R.D., and Kovacs, W. D., 1981, An
dan mendesak keatas jalan beraspal, maka akan Introduction to Geotechnical Engineering,
terjadi jalan retak-retak, bergelombang dan ambles. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
York.
SARAN
Cara mengatasi kondisi jalan Wates km 22 dan
sekitarnya adalah sebagai berikut :
1. Litologi lempung abu-abu kehitaman dari
mineral ilit sebagai dasar pondasi jalan di buat
stabil dengan campuran kapur 7,5 %, untuk
penurunan nilai pengembangan .

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 171


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PALEOEKOLOGI FORMASI PUCANGAN DI DAERAH KABUH DITINJAU DARI


KANDUNGAN FOSIL MOLUSKA

Oleh:
Hita Pandita *, Yahdi Zaim**

*Program Studi T. Geologi, STTNAS Yogyakarta, Jl. Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281, e-
mail: hita@indo.net.id
*Mahasiswa S.3, Program Studi T. Geologi, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha no. 10, Bandung, 40132
**Program Studi T. Geologi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10, Bandung, 40132, e-mail:
zaim@gc.itb.ac.id

ABSTRAK

Kajian paleoekologi sangat menarik untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran hubungan antara
fosil dengan lingkungan pengendapannya. Pemahaman terhadap paleoekologi akan dapat membantu mengetahui
sejarah geologi suatu daerah dengan lebih akurat. Fosil Moluska merupakan salah satu parameter yang baik
untuk dipergunakan dalam penentuan paleoekologi dari suatu batuan.
Formasi Pucangan di Zona Kendeng merupakan formasi yang kaya akan kandungan fosil Moluska. Fosil
Moluska tersebut terdapat pada tiga perlapisan batuan yang dikenal dengan tiga Horison Moluska. Salah satu
horison dapat dijumpai di daerah Kabuh, Kabupaten Jombang. Namun belum ada yang menggunakan kandungan
fosil moluska tersebut untuk penentuan paleoekologinya. Untuk itulah maka paleoekologi dari moluska di daerah
tersebut menarik untuk dijadikan obyek penelitian.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana paleoekologi Formasi Pucangan dengan menggunakan
data fosil moluska. Kajian ini diharapkan memberikan gambaran perkembangan sedimentasi dari Formasi
Pucangan. Metode yang dipergunakan adalah pembuatan penampang stratigrafi terukur, analisa kandungan fosil
moluska dan analisa sedimentologi.
Hasil kajian memberikan gambaran bahwa terdapat dua asosiasi moluska yang berkembang di derah
penelitian, yaitu: Corbula-Ostrea, dan Arca-Ostrea. Dari asosiasi tersebut dikombinasikan dengan data
sedimentologi dijumpai dua paleoekologi, yaitu: Brackish-marine lower deltaic plain dan Marine lower deltaic
plain.
Kata Kunci: Moluska, Paleoekologi, Pucangan, Lingkungan pengendapan

ABSTRACT

Study of paleoecology is interesting, because it will give some information about connectivity of fossil and
their environment. The understanding of paleoecology will be help for knowing historical geology to some area.
Mollusk fossil is ones parameter for interpretation of paleoecology.
Pucangan Formation where find in Kendeng Zone is a formation contained mollusk fossils. The Mollusk
fossils are finding at three layers which known as three Mollusk Horizons. Ones of horizon is finding at Kabuh
area, Jombang Region. Jombang and Mojokerto are area where we can find the out crops of Mollusk Horizons.
Unfortunately, it was very little who taken attention in the study of paleoecology and sedimentary environments
based on the mollusk faunas. So paleoecology of Mollusk is interesting to become as object of research.
The aim of this study is to understanding paleoecology of Pucangan Formation based of mollusk fossil. This
study would be some reasonable of sedimentation succession of Pucangan Formation. The methods are
stratigraphic measurement, mollusks contain analyze, and sedimentology analyze.
The result is two mollusk associations have developed at this area, they were: Corbula-Ostrea and Arca-
Ostrea. Based of two association it could be reconstruct two paleoecology, there are: Brackish-marine lower
deltaic plain and Marine lower deltaic plain.
Key words: Mollusk, Paleoecology, Pucangan, Paleoenvironment.

172 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

LATAR BELAKANG paleoekologi dari masing-masing lokasi


Paleoekologi sudah cukup lama berkembang pengambilan sampel.
sebagaimana yang diuraikan antara lain oleh Ager
(1956), Imbrie dan Newell (1964), Stanley (1970), LOKASI PENELITIAN
dan beberapa peneliti lainnya. Berkembangnya Daerah penelitian terdapat di daerah Jombang
penelitian mengenai paleoekologi dalam kaitannya Propinsi Jawa Timur. Berada ditepi jalan raya
dengan ilmu geologi antara lain untuk mengetahui antara Jombang dengan Babat, di utara desa Kabuh,
hubungan antara fosil dengan lingkungannya terletak pada 112O05 112O10BT dan 7O20
(Imbrie dan Newell, 1964). yang nantinya berguna 7O25LS (Gambar 1).
untuk mengetahui sejarah pengendapan dan
lingkungan pengendapan pada saat itu (Ager, GEOLOGI UMUM
1963). Pada akhirnya paleoekologi diharapkan Fisiografi
dapat mengungkapkan sejarah geologi dengan lebih Secara fisiografi regional daerah penelitian
baik. oleh Bemmelen (1949) termasuk dalam zona
Kendeng bagian timur (Gambar 1). Terletak di
Untuk dapat mengetahui paleoekologi suatu
sebelah utara dari sungai Brantas. Penyebaran Zona
formasi dibutuhkan beberapa parameter. Salah satu
Kendeng sendiri dibatasi oleh depresi
parameter yang dapat digunakan untuk penentuan
Randublatung di bagian utara, menyebar ke timur
paleoekologi adalah menggunakan data-data
sampai selat Madura, ke barat sampai Ungaran dan
paleontologi. Fosil moluska merupakan salah satu
ke selatan di batasi gunungapi kuarter.
data paleontologi yang dapat digunakan. Peneltian
Morfologi daerah penelitian sendiri merupakan
paleoekologi berdasarkan moluska sudah sangat
suatu perbukitan yang dikontrol pembentukannya
berkembang terutama di luar negeri. Hal tersebut
oleh struktur lipatan. Di daerah Kabuh
terlihat dari hasil penelitian dari Nakagawa (1998),
geomorfologinya berupa suatu perbukitan homoklin
Matsuoka (1985), dan masih banyak lagi. Bahkan
dengan kemiringan lapisan ke arah selatan.
Stanley (1970) memberikan gambaran tentang
keterkaitan antara bentuk shell pelecypoda dengan
habitatnya.
Tektonik
Di Indonesia banyak sekali dijumpai lapisan Dipandang dari sudut tektonik lempeng, zona
batuan yang mengandung fosil moluska. Salah satu Kendeng termasuk dalam zona Lipatan anjakan
diantaranya terdapat di jalur Pegunungan Kendeng (Pandita, 2003)). Di bagian selatannya dibatasi oleh
Jawa Timur dimana terdapat lapisan-lapisan Busur Volkanik Kwarter (Bemmelen, 1949) dan di
moluska pada Formasi Pucangan yang berumur utaranya dibatasi oleh Cekungan retroarch (Pandita,
Pleistosen. Fosil fosil moluska tersebut dapat 2003). Perkembangan posisi tektonik zona
dijumpai pada tiga lapisan, yang dikenal dengan Kendeng sendiri selama Kenozoikum tidak
Tiga Horison Moluska (Duyfjes, 1938). Ketiga mengalami perubahan, namun pergerakan
horison tersebut digunakan oleh Duyfjes sebagai strukturnya memiliki intensitas yang tinggi, yang
datum untuk korelasi regional pada Formasi menghasilkan sedimentasi-sedimantasi yang tebal
Pucangan. Namun kandungan fosil moluska (Darmoyo, 2001). Hal ini terlihat dengan adanya
tersebut belum dikaji lebih jauh mengenai endapan-endapan laut dalam yang luas dan tebal
paleoekologinya, sehingga penggunaan horison berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir
tersebut sebagai datum perlu dicermati lagi. Salah yang diwakili oleh oleh Formasi Kerek dan Formasi
satu lokasi adalah di daerah Kabuh yang merupakan Kalibeng.
Horison Moluska II (van Altena, 1938). Barulah pada Pliosen sampai Pleistosen
intensitas tektonik menurun sehingga cekungan
MAKSUD DAN TUJUAN secara keseluruhan berubah ke arah darat. Hal ini
Maksud dari penelitian ini adalah terlihat dengan terbentuknya sedimentasi dari
mengidentifikasi kandungan fosil moluska pada Formasi Pucangan yang berupa fasies laut dan
Horison Mouska II didaerah Kabuh. Tujuan untuk fasies volkanik berubah menjadi fasies darat atau
mengetahui paleoekologi dari Horison Moluska II fluvial pada Formasi Kabuh. Intensitas tektonik
tersebut. kembali menguat pada Pleistosen Atas yang
membentuk struktur perlipatan pada zona Kendeng
(Bemmelen, 1949). Hal ini terbukti dengan ikut
METODE PENELITIAN
terlipatanya batuan yang berumur Pleistosen
Metode penelitian diawali dengan pembuatan
Tengah yaitu Formasi Kabuh dan Formasi
penampang stratigrafi terukur di lapangan. Empat
Jombang.
buah bulk sample yang mengandung fosil moluska
di ambil. Keempat sampel tersebut kemudian di
analisa kandungan fosil moluskanya. Hasil analisa
stratigrafi dan kandungan fosil moluska
digabungkan untuk menghasilkan kesimpulan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 173
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

LAUT JAWA U
Mur ia

Rembang 0 100 200 km
Pekalongan ZONA REMBANG
Semarang
SERAYU Ungar an ZONA MADURA
ZONABOGOR UTARA
Sindor o
ZONA RANDUBE
LATUNG
Slamet Sumbing KENDENG
Mer babu Sr agen
Ngawi
SERAYU SELATAN Lawu Pandan SELAT MADURA
PROGO Mer api Madiun
BARAT Wilis Arjuno
Yogyakar ta Anjasmoro Bromo
Argopuro Balur an
ZONA P Butak
EGUNUN Semeru Lamongan
GAN SEL Raung
Gunungapi Kuarter ATAN Ijen
BALI
Dataran Aluvial Pantai jawa bagian Utara
Antiklinorium Rembang - Madura
Antiklinorium Bogor - Serayu Utara - Kendeng
Pematang dan Dome Pada Pusat Depresi

Depresi Jawa dan Zona Randubelatung


SAMUDRAINDIA

Gambar 1. Fisiografi (atas) dan Lokasi


Penelitian (bawah)

Stratigrafi
Perkembangan stratigrafi zona Kendeng sudah
banyak dibahas oleh para ahli geologi/stratigrafi.
Duyfjes (1938) yang pertama kali menghasilkan
peta geologi daerah Kendeng serta tataan stratigrafi.
Sartono, dkk (1981, dalam Pandita, 2003) yang
membahas tentang umur dari Homo
modjokertensis yang ditemukan di zona
Kendeng, serta Zaim (1981, dalam Pandita, 2003)
yang mencoba memberikan revisi stratigrafi zona
Kendeng, khususnya pada Formasi Pucangan dan
A Formasi Kabuh. Pringgoprawiro (1983)
U Skala memberikan ulasan biostratigrafi dari Cekungan
0 1 km Jawa Timur Utara termasuk di dalamnya Zona
Kendeng. Dari hasil penelitian mereka tersebut,
terdapat beberapa perbedaan terutama di dalam
penentuan umur dari tiap-tiap formasi (Tabel 1).

UMUR ZONASI Duyfjes Bemmelen Sartono, dkk Zaim (1981) Pringgoprawiro


BLOW (1938) (1949) (1981) (1983)
TENGAH N 23 KABUH FASIES KABUH KABUH KABUH
FLUVIA
KABUH

TIL
PLEISTOSEN

N 22
BAWAH FASIES FASIES
PUCANGAN

VOLKA MARIN PUCANGAN


NIK
FASIES PUCANGAN PUCANGAN
MARIN

PLIOSEN ATAS N 21 KALIBENG KALIBENG PUCANGAN


KALIBENG LIDAH

Tabel 1. Stratigrafi Regional Zona Kendeng dari beberapa peneliti (Pandita, 2003)

174 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh dua Pucangan, dengan lapisan moluska yang dijumpai
formasi yaitu Formasi Pucangan yang tertua termasuk dalam horison moluska II (van Altena,
kemudian di atasnya diendapkan Formasi Kabuh. 1938). Ketebalan Formasi Pucangan yang dijumpai
Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih di lapangan mencapai 11,5 meter.
terkonsentrasi pada Formasi Pucangan yang Pada bagian bawah yang merupakan fasies
berdasarkan hasil dari beberapa penelitian lempungan (Duyfjes, 1938) terdiri atas perselingan
didapatkan umur Pliosen Atas - Pleistosen Bawah batulempung dengan batupasir. Ketebalan terukur
(Duyfjes, 1938, dan Bemmelen, 1949,). Urut-urutan di lapangan mencapai 6 meter. Batulempung yang
stratigrafi di daerah penelitian dari tua kemuda dijumpai berwarna abu-abu, masif, dengan lensa-
adalah sebagai berikut. lensa batupasir. Batupasir yang dijumpai berwarna
Perkembangan Formasi Pucangan di bagian abu-abu, berukuran butir halus dengan struktur
barat dan di bagian timur daerah penelitian sedimen bioturbasi.
memperlihatkan variasi litologi yang agak berbeda. Di atas fasies perselingan batulempung dengan
Di bagian barat daerah penelitian, Formasi batupasir diendapkan secara selaras breksi
Pucangan yang dijumpai berupa fasies volkanik batuapung dengan ketebalan sekitar 5,5 m. Breksi
dengan sisipan tipis fasies marin. Pada bagian ini dicirikan oleh warna coklat kemerahan, struktur
bawah berupa perselingan antara batupasir dengan sedimen masif, dengan fragmen berukuran butir
batulempung yang masuk dalam fasies marin. kerikil sampai bongkah, dengan matrik berukuran
Batupasirnya berwarna abu-abu kebiruan dengan pasir sedang, serta kemas terbuka. Komposisi
ukuran butir halus, mempunyai kandungan fragmen tersusun oleh batuapung, batulempung,
karbonat kaya akan fosil moluska. Batulempung dan batuan beku. Duyfjes (1936, dalam van Altena,
yang dijumpai berwarna abu-abu kebiruan, 1938) dan Noya, dkk. (1992) memasukkan satuan
mengandung karbonat. batuan ini ke dalam Formasi Pucangan fasies
Sedangkan di bagian atasnya berupa breksi volkanik.
vokanik yang merupakan fasies volkanik. Pada Berdasarkan analisa umur dari beberapa
breksi volkanik ini tersusun oleh fragmen berupa penelitian terdahulu, Formasi Pucangan di daerah
batuapung, batuan beku, batulempung dan penelitian berumur Pliosen Pleistosen. Pada
batupasir. Struktur sedimen yang dijumpai adalah penelitian ini keempat sampel tidak menunjukkan
masif. kandungan foraminifera plangtonik.
Formasi Kabuh dijumpai selaras di atas
Formasi Pucangan. Formasi Kabuh diendapkan Data Paleontologi Moluska
secara bergradasi di atas Formasi Pucangan. Di daerah penelitian dari 7 lokasi pengamatan
Dicirikan oleh batupasir abu-abu, dengan struktur hanya 4 lokasi yang dilakukan pengambilan sampel
masif di bagian bawahnya dan berkembang menjadi untuk dianalisa kandungan fosil moluskanya. Ke 3
struktur silang-siur di bagian atasnya. Lingkungan lokasi yang lainnya secara pengamatan di lapangan
pengendapannya diperkirakan terbentuk pada tidak menunjukkan adanya kandungan fosil
fluvialtil. moluska.
Pada bagian bawah yaitu sampel KM0101
DATA secara stratigrafi dapat dikorelasikan dengan bagian
Data Sedimentologi bawah Horison Moluska II pada Formasi Pucangan
Lokasi berada di utara Desa Kabuh. Dua (van Altena, 1938). Kandungan fosil moluska yang
formasi di jumpai disini, yaitu Formasi Pucangan di dijumpai pada sampel ini baik dari jumlah
bagian bawahnya, serta Formasi Kabuh di bagian spesiesnya, maupun kelimpahan dari masing-
atasnya. Kontak keduanya dijumpai selaras. masing spesies tidak banyak (Gambar 2). Corbula
Formasi Pucangan yang dijumpai disini secara socialis merupakan spesies terbanyak pada sampel
stratigrafi termasuk dalam fasies perselingan ini dengan tingkat kelimpahan sedang. Spesies lain
batulempung-batupasir dan fasies volkanik. Duyfjes yang dijumpai berada dalam tingkat kelimpahan
(1938) memasukkan satuan ini kedalam fasies jarang antara lain Ostrea spp, Nuculana
lempungan dan fasies volkanik dari Formasi bantamensis, dan Pecten sp.2.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 175


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sampel no. KM0101

40
35
Jumlah kelimpahan

30

25

20

15 12
9
10
6 5
4 3 4
5 2 21 2 2
1 1 1
0

Spesies

Gambar 2. Grafik kelimpahan fosil moluska pada sample KM0101

Di atasnya pada sampel KM0102, jumlah taksa yang dijumpai tidak banyak berbeda dengan sampel
KM0101. Namun sedikit terjadi perubahan pada jenis taksa-taksa yang muncul. Ostrea spp tingkat
kelimpahannya meningkat menjadi sedang.

Sample no. KM0102


25

20
Jumlah Kelim pahan

16

15

10 10
10 9

5 4
3 3
2 2 22
1 1 1

Spesies

Gambar 3. Grafik kelimpahan fosil moluska pada sample KM0102

Peningkatan tingkat kelimpahan pada Ostrea spp. ini diikuti dengan kemunculan dari Ostrea lingula. Pada
sampel ini Corbula socialis mengalami penurunan tingkat kelimpahan menjadi jarang, dan Nuculana
bantamensis sudah tidak dijumpai lagi (Gambar 3).

176 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sample no. KM 0202

35
31 30
30
Jumlah Kelimpahan

24 24
25

20
15
15

10 88
5 5 5 4 4
5 3 2 3 2 3
1 1 1 1
0

Spesies

Gambar 4. Grafik kelimpahan fosil moluska pada sample KM0202

Peningkatan jumlah taksa moluska yang Penamaan assosiasi didasarkan pada kelimpahan
muncul baru terjadi pada sampel KM0202, yang dari kandungan fosil moluska.
secara stratigrafi berada 1,2 m di atas sampel Setelah diketahui assossiasi moluska yang ada,
KM0102. Lebih dari 20 spesies muncul pada kemudian ditentukan paleoekologi dari masing-
sampel ini. Sampel ini ditandai dengan 4 spesies masing assosiasi tersebut. Penentuan paleoekologi
mencapai tingkat melimpah yaitu, Ostrea spp., lebih didasarkan pada metode paleosynecology dari
Ostrea lingula, Corbula socialis, dan assossiasi moluska yang ada ditunjang dengan data
Laevidentalium eburneum. Nuculana bantamensis sedimentologi serta paleontologi selain moluska.
yang tidak muncul pada KM0102 kembali muncul
pada sampel ini dengan tingkat kelimpahan sedang. Assosiasi Corbula-Ostrea
Sedangkan spesies-spesies lainnya kemunculannya Assosiasi ini dapat dijumpai pada sampel
hanya pada tingkat jarang (Gambar 4). KM0101, KM0102, dan KM0202. Assosiasi ini
Perubahan yang cukup banyak juga terjadi ditandai dengan kemunculan yang dominan dari
pada sampel KM0203, yang secara stratigrafi Ostrea, Corbula socialis, dan Laevidentalium
terletak 1 m di atas sampel KM0202. Jumlah taksa eburneum (Gambar 6). Secara litologi hanya pada
yang muncul relatif tidak berubah, namun sampel KM0102 saja yang menunjukkan satuan
ditandai dengan kelimpahan dari taksa-taksa batupasir, sedangkan pada kedua sampel yang
tertentu yang berbeda dari KM0202. Pada sampel lainnya menunjukkan satuan batuan batulempung.
ini terdapat 5 spesies yang dijumpai melimpah, Adanya kemunculan dengan kelimpahan jarang dari
yaitu Arca nodosa, Arca (Barbatia) cf. bistrigata, Tarebia sp.1, menunjukkan bahwa assosiasi ini
Ostrea spp., Venus (Cryptogamma) squamosa, dan hidup pada lingkungan yang tidak jauh dari fresh-
Laevidentalium eburneum (Gambar 5). Satu spesies brackish water. Namun Ostrea dan Corbula sendiri
yaitu Arca (Barbatia) sp. 1 dijumpai dengan banyak dijumpai pada marine water (Parker, 1956).
kelimpahan sedang. Untuk spesies lainnya Berdasarkan data tersebut, assosiasi ini
kemunculannya jarang. diperkirakan hidup pada lingkungan dengan
intensitas arus yang rendah, dengan kadar salinitas
ANALISIS brackish-marine. Dalam fasies delta, maka
Analisa yang dilakukan berdasarkan atas hasil lingkungan pengendapannya adalah
dari data yang didapat, berupa data fosil moluska, interdistributary bay (Coleman, 1981, dalam
makro fosil yang lain, foraminifera, dan data Boggs, 1995) atau lower delta plain.
sedimentologi. Ketiga data tersebut dirangkai untuk
menghasilkan berbagai assosiasi yang ada.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 177


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sampel no. KM0203


40
35
35

30
Jumlah kelimpahan

27
26
25
25
22

20

15
12
10
10 8 8
5 5
4 4
5 2 2 2
1 1 1
0

Spesies

Gambar 5. Grafik kelimpahan fosil moluska pada sample KM0203

Gambar 6. Perekembangan paleoekologi dari Formasi Pucangan.

Assosiasi Arca - Corbula lingkungan hidup marine water. Masih


Assosiasi ini berkembang pada bagian atas dari dijumpainya Tarebia sp.1 sebagai penciri fresh-
Horison Moluska II Formasi Pucangan. Hanya satu brackish water menunjukkan bahwa lingkungan
sampel yang menunujukkan assosiasi ini, yaitu hidupnya tidak jauh dari brackish water, atau masih
KM0203 (Gambar 6). terpengaruh oleh proses sedimentasi dari brackish
Assosiasi ini didominasi dengan kemunculan water.
genus Arca, Ostrea, Venus, dan spesies Lingkungan sedimentasinya terbentuk pada
Laevidentalium eburneum. Keempat taksa yang zona dengan intensitas arus yang lemah atau
dominan tersebut kesemuanya mempunyai suspensi, yang dicirikan dengan terbentuknya

178 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

batulempung (Bogs, 1995). Masih adanya KESIMPULAN


kandungan karbonat pada batulempung Kumpulan fosil moluska dalam suatu
menunjukkan bahwa lingkungan sedimennya perlapisan batuan bermanfaat sekali untuk
berada pada lingkungan laut. dipelajari. Hal ini akan dapat meMberikan
Berdasarkan pengamatan data paleontologi dan gambaran paleoekologinya. Pemahaman
sedimentologi, maka assosiasi Arca-Ostrea ini paleoekologi dapat membantu dalam
hidup pada lingkungan interdistributary bay menginterpretasi terjadinya perubahan lingkungan
(Coleman, 1981, dalam Boggs, 1995), dengan pengendapan masa lampau.
kondisi marine water. Dua asosiasi moluska hadir dalam perlapisan-
perlapisan batuan di Formasi Pucangan yang
PALEOEKOLOGI tersingkap di daerah Gunung Dowo Kabuh. Kedua
Dari data dan analisis yang telah dilakukan, aosiasi tersebut adalah Corbula Ostrea di bagian
didapatkan 2 assosiasi moluska. Kedua assosiasi bawah dan Arca Corbula di bagian atas.
moluska tersebut mencerminkan 2 paleoekologi
yang berbeda. Kedua paleoekologi tersebut adalah UCAPAN TERIMA KASIH
brackish-marine lower deltaic plain dan marine Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
lower deltaic plain. Pengurus Jurusan Teknik Geologi dan CV.
Geoteknika Indonesia dalam memberikan bantuan
akomodasi.
Brackish-marine Lower Deltaic Plain
Paleoekologi ini hanya dijumpai sekali didalam
perkembangan sedimentasi pada Formasi DAFTAR PUSTAKA
Pucangan. Assosiasi moluska yang hidup pada Ager, D.V., 1963, Principles of Paleoecology,
ekologi ini adalah Corbula-Ostrea. Ekologi ini McGraw-Hill Book Company, London.
dicirikan oleh kadar salinitas air berkisar antara 0,5 Altena, C. O., van R., 1938, The Marine Mollusc
30,00/00 (Ager, 1963). Sedangkan intensitas arus of the Kendeng Beds (East Java)
cenderung lemah atau suspensi, dengan litofasies Gastropods, Part I (Families Fissurellidae-
berupa batulempung-batupasir halus. Proses Vermetidae inclusive), Overdr. Uit Leidsche
sedimentasi sangat dipengaruhi oleh gelombang Geologische Mededeelingen, Dool X, Leiden.
pasang-surut. Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. The Hague, Martinus Nijhoff, vol.
Marine Lower Deltaic Plain IA.
Pada Formasi Pucangan paleoekologi ini Boggs, Sam, 1995, Principles of Sedimentology
dijumpai pada assosiasi moluska Arca-Corbula. And Stratigraphy, 2nd, Prentice Hall, New
Assosiasi Arca-Corbula dijumpai pada Horison Jersey.
Moluska II. Ekologi ini dicirikan oleh kadar Darmoyo, dkk., 2001, The Sedimentology
salinitas air lebih dari 300/00. Sedangkan intensitas Pleistocene Volcaniclastic in The Lapindo
arus yang terjadi adalah suspensi, dengan litofasies Brantas Block, East Java, Majalah Geologi
berupa batulempung. Indonesia, Vol. 16 no. 1, hal 15, IAGI, Jakarta
Duyfjes, J., 1938, Geologische Kaart van Java,
SEJARAH SEDIMENTASI Dients van den Mijnbouw in Nederlandsch-
Formasi Pucangan di daerah penelitian di awali Indie.
pada Kala Plio-Pleistosen dengan terbentuk di Imbrie, J. & Newell, N., 1964, Approaches to
daerah pasang surut dengan paleoekologi berupa Paleoecology, John Wiley and Sons, Inc., New
brackish-marine lower deltaic, dengan lingkungan York.
pengendapannya berupa delta. Lingkungan Matsuoka, K., 1988, Pliocene freshwater bivalves
pengendapan delta tetap terbentuk pada bagian (Lamprotula and Cuneopsis : Unionidae)
tengah, namun paleoekologi berubah menjadi from the Iga Formation, Mie Prefecture,
marine lower deltaic plain. Proses ini menandai Central Japan, Trans. Proc. Palaent. Soc.
adanya proses transgresi kecil. Japan.
Di bagian atas data moluska tidak dketemukan, Nakagawa, T., 1998, Miocene molluscan fauna and
namun berdasarkan kajian struktur sedimen dan paleoenvironment in the Niu Mountains, Fukui
batuan, maka diperkirakan terbentuk pada Prefecture, Central Japan, Science reports,
paleoekologi sungai. Proses ini menunjukkan vol. 19, section B, The Institute of Geoscience
adanya regresi kecil. University of Tsukuba, Japan.
Noya, Y. dkk., 1992, Geologi Lembar Mojokerto,
Jawa, Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi, Dirjen Geologi Dan Sumberdaya
Mineral, Bandung.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 179


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pandita, H., 2003, Paleoekologi Pleistosen Zona


Kendeng Jawa Timur di Daerah Jombang
dan Mojokerto di Tinjau Dari Kandungan
Fosil Moluska, Thesis Magister, Dept. Teknik
Geologi Prog. Pasca Sarjana, ITB, Bandung.
Parker, R. H., 1956, Macro-Inverebrate
Assemblages As Indicators of Sedimentary
Environments in East Mississippi Delta
Region, Bulletin of The AAPG Vol. 40, No.
2. California
Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan
Paleogeografi Cekungan Jawa Timur Utara,
suatu pendekatan baru, Disertasi Doktor
ITB, Tidak dipublikasi, Institut Teknologi
Bandung.
Stanley, S.M., 1970, Relation of Shell Form to
Life habits of the Bivalvia (Mollusca), The
Geological Society Of America, Inc, Colorado.

180 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI INDUCED POLARIZATION (IP) UNTUK EKSPLORASI MINERAL


MANGAN DI DAERAH SRATI, KECAMATAN AYAH, KABUPATEN KEBUMEN,
JAWA TENGAH
Oleh :
Winarti 1), Chusni Ansori 2)
1) Program Studi Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta, Jl. Babarsari, Depok, Sleman,
e-mail: winyayadida@yahoo.com, Tlp.: 081328533330
2) Balai Informasi & Konservasi Kebumian-LIPI, Karangsambung, Kebumen, email : chusni_63@yahoo.com

Sari
Mangan merupakan salah satu mineral dari 12 unsur yang cukup banyak terdapat di kerak bumi ini.
Daerah Srati, Kecamatan Ayah, Kebumen, merupakan salah satu daerah yang berpotensi terdapat mangan.
Mangan di daerah ini dijumpai berupa nodul-nodul yang tersebar di dalam fragmen breksi volkanik yang
berukuran bolder hingga bongkah dan berasosiasi dengan rijang. Keberadaan mangan ini berada pada
Formasi Gabon. Metode IP (Induced Polarization) konfigurasi dipole-dipole dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan berdasarkan pada sifat kelistrikan material atau batuan di dalam tanah.
Keberadaan mangan dapat diketahui berdasarkan pada perbedaan nilai resistivitas dan chargebilitas batuan.
Pengukuran di daerah penelitian dilakukan sebanyak 4 lintasan, dengan panjang masing-masing lintasan 600
meter. Penentuan arah lintasan berdasarkan pada data singkapan, yaitu berarah timur laut barat daya dan
tenggara barat laut. Mangan mempunyai karakteristik nilai resistivitas dari kecil sampai sedang dan nilai
chargeabilitas yang cukup tinggi. Pada survei ini, nilai resistivitas mangan berkisar antara 0 - 40 ohm meter,
dan nilai chargeabilitas antara 135 250 msec. Hasil pengukuran metode IP dari ke-4 lintasan
mengindikasikan bahwa mangan tersebar luas, menempati morfologi bukit maupun lembah. Sebagian besar
mangan terdapat dikedalaman 5 40 meter. Keberadaan mangan berbentuk spot kecil sampai besar, nodul, dan
bolder serta dijumpai tidak menerus baik lateral maupun vertikal. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan,
maka diperkirakan cadangan yang terukur sebesar 7,9824 m3.
Kata Kunci : mangan, induksi polarisasi, resistivitas, chargeabilitas

Abstrac
Manganese is one of mineral from 12 elements that has considerable quantities in this earth crust. Srati
area, sub district Ayah, Kebumen, is one of area that potentially has manganese. Manganese founded in this
area is nodes spreading in volcanic brecciate fragments that have size of bolder and it is associated with chert.
The existence of this manganese is in Gabon Formation. Configuration of IP (Induced Polarization) method in
the poles is conducted with the aim to know the under surface condition based on electrical characteristics of
material or rocks in the ground. The existence of manganese can be known by the differences of resistivity and
chargeability value of rocks. The measurement in the research area is conducted in 4 tracks, with each length is
600 metres. The determination of tracks direction is based on exposure data, that is direction of northeast-
southwest and souteast-northwest. The manganese has characteristic of resistivity value from small until mdium
and quide high chargeability value. In this survey, resistivity value of manganese is in the range of 0-40 ohm
metres, and chargeability value between 135-250 msec. The measurement results of IP method of the four tracks
indicated that the manganese is spreading widely, occupying morphology of hills and valleys. Most of
manganese is in the depth of 5-40 metres. The existence of manganese in the form of little until big spot, node
and bolder and founded discontinuously both laterally and vertically. Based on the reserve measurement results,
the it is expected that the measured reserves is 7,9824 m.3
Key words : manganese, induced polarization, resistivity and chargeability

PENDAHULUAN secara individu umumnya berbentuk lensa


1. Latar Belakang berukuran kecil dengan kadar yang bervariasi.
Mangan merupakan salah satu mineral dari 12
Kebutuhan akan mineral logam dari waktu ke unsur yang cukup banyak terdapat di kerak bumi
waktu selalu meningkat dikarenakan kemajuan ini. Berdasarkan hasil penyelidikan oleh USBM,
industri logam yang sangat pesat. Salah satunya diketahui bahwa zona kadar mangan terdapat dalam
adalah mangan. Cadangan mangan di Indonesia cekungan sedimen pasifik bagian timur yang
cukup besar. Cadangan yang telah diketahui sekitar terletak pada jarak 2200 km sebelah tenggara Los
5,35 juta ton, sedangkan cadangan yang sedang Angeles, California. Di zona ini nodul mangan
ditambang berjumlah 490 ribu ton. Cadangan terjadi dalam lapisan tunggal dan tidak teratur. Di
tersebut umumnya tersebar di banyak lokasi yang Indonesia mangan banyak dijumpai dalam bentuk
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 181
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

cebakan bijih sedimenter umumnya berkomposisi GEOLOGI UMUM


oksida serta berasosiasi dengan kegiatan vulkanik 1. Fisiografi
dan batuan yang bersifat basa. Mangan dijumpai Secara fisiografi Van Bemmelen (1949)
dalam bentuk mineral Pirolusit dan Psilomelan, membagi Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi 7
kadang-kadang dijumpai pula Rhodokrosit, zone dari utara hingga selatan (Gambar 2) yaitu : 1.
Rhodonit, Manganit, Brausit, dan Nsutit. Kegunaan Gunung Api Kwarter, 2. Dataran Alluvial Jawa
mangan salah satunya untuk tujuan nonmetalurgi Utara, 3. Antiklinorium Rembang Madura, 4.
seperti produksi baterai, kimia, keramik, gelas, Antiklinorium Kendeng Serayu Utara Zone
glasir dan frit. Kendeng, 5. Kubah dan Punggungan Zona Depresi
Tengah, 6. Zona Depresi Tengah Jawa Tengah dan
2. Maksud Dan Tujuan Zone Randublatung dan 7. Pegunungan Selatan.
Berdasarkan pada fisiografi (Gambar 2)
Maksud dari penelitian ini adalah untuk tersebut, maka daerah penelitian termasuk dalam
memperoleh data dan informasi tentang potensi Zone Pegunungan Selatan. Rangkaian Pegunungan
bijih mangan di daerah Srati, Kecamatan Ayah, Selatan di Jawa Tengah muncul membentuk
Kabupaten Kebumen. Tujuannya adalah untuk Pegunungan Karangbolong di daerah Kebumen
mengetahui cadangan bijih mangan secara serta rangkaian Pegunungan Seribu dari Gunung
kwantitatif. Dengan metode IP (Induced Kidul hingga Wonosari yang membentuk morfologi
Polarization) konfigurasi dipole-dipole ini maka karst.
dapat mengetahui kondisi bawah permukaan yang Morfologi di sekitar daerah penelitian sebagian
didasari oleh sifat-sifat kelistrikan material atau besar merupakan perbukitan yang mempunyai
batuan di dalam tanah. Dengan demikian kelerengan sedang hingga terjal dengan bentuk
keberadaan biji mangan dapat diketahui bukit membulat hingga kerucut. Di beberapa
keberadaannya berdasarkan perbedaan nilai tempat dijumpai tebing yang cukup terjal (slope
resistivitas dan chargebilitas batuan di daerah 80o). Sebagian besar perbukitan tersebut tersusun
tersebut. oleh litologi breksi dan batuan beku.

3. Lokasi Daerah Penelitian 2. Stratigrafi


Stratigrafi merupakan urut-urutan batuan yang
Lokasi penelitian berada di daerah Srati, ada pada suatu daerah mulai dari yang paling tua
Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa hingga muda. Urutan batuan daerah Kebumen
Tengah, (Gambar 1). Daerah penelitian dapat (Asikin, S., 1994) dari tertua hingga termuda adalah
dicapai melalui jalan darat dari Yogyakarta : Komplek Melange , Formasi Karangsambng,
melewati Kebumen, Petanahan, Ayah dan terakhir Formasi Totogan, Formasi Gabon, Formasi
daerah Srati, dengan lama perjalanan + 3,5 jam. Waturanda dan Anggota Tuf, Formasi Panosogan,
Formasi Kalipucang, Formasi Halang, Formasi
Peniron, Batuan Terobosan dan Endapan Alluvial.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian dan


distribusi lintasan pengukuran IP

182 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)

Dari urutan batuan tersebut, daerah ada di Formasi Gabon diterobos oleh intrusi
penelitian menempati 1 (satu) formasi yaitu andesit.
Formasi Gabon yang berumur Miosen Awal. Dari hasil pengamatan lapangan
Formasi ini sebagian besar tersusun oleh breksi menunjukkan bahwa mangan berada di antara
volkanik dengan sisipan lava andesit, tuf, tuf-lapili breksi andesit berukuran bolder hingga bongkah,
dan breksi laharik. Formasi Gabon tersebar dan berasosiasi dengan rijang berbentuk nodul
disekitar Karangbolong. Pada beberapa tempat, (Gambar 3). Hal ini mengindikasikan bahwa
matrik breksi sudah mengalami pelapukan mangan tersebut terbentuk bersamaan dengan
membentuk tras dan sebagian tuf juga telah terubah terbentuknya rijang yang dimungkinkan terbentuk
membentuk bentonit. Sebagian besar breksi yang pada lingkungan laut.

Gambar 3. Mangan yang keberadaannya berasosiasi dengan rijang

MINERALOGI MANGAN terbentuk sebagai pseudomorf dari manganit


Mangan di seluruh dunia terdapat dengan biasanya bersifat masif ataupun renoform kadang
jumlah 0,1 % dari kandungan kerak bumi, termasuk berstruktur fibrous dan radial. Sedangkan
dalam 12 unsur terbesar yang terdapat di kerak Psilomelan (Ba, H 2 O) 4 Mn 10 O 20 merupakan deposit
bumi. Bijih utama mangan adalah Pirolusit dan mineral sekunder berwarna abu-abu, kekerasan 5 -
Psilomelan, selain itu bisa berupa Manganit, 6, kilap submetalik, sebagai mineral amorf
Braunit, dan Rhodokrosit. Psilomelan bersifat massif, reniform botroidal atau
Pirolusit (MnO 2 ) merupakan mineral oksida stalak. Sehingga lebih umum dijumpai dalam
berwarna abu-abu kilap metalik, kekerasan 2 - 2,5, jebakan sekunder, berat jenis 3,3 - 4,7 gr/cc,
BD 4,4 - 4,8 gr/cc. Sistem kristal tetragonal, pecahan britle. Sistem kristal ortorombik.
belahan prismatik, merupakan mineral hasil Manganit MnO(OH), meruapakn mangan
oksidasi. Umumnya Pirolusit merupakan hasil berkomposisi oksida, dan merupakan mineral
oksidasi sekunder atau vein. Pirolusit yang terhidrasi yang berwarna hitam besi atau abu-abu
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 183
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

baja, Monoklin, prismatic, sedangkan kekerasan 4, 3. Proses yang berasosiasi dengan aliran lava
berat jenis 4,2 - 4,4 gr/cc, belahan sempurna, bawah laut. Cebakan sedimen laut mempunyai
pecahan britle. Basic manganese ixide, umumnya ciri khusus berbentuk perlapisan dan lensa.
dijumpai dalam bentuk urat atau vein yang 4. Cebakan laterit serta akumulasi residual.
terbentuk pada temperatur cukup tinggi pada batuan Merupakan endapan oksida umumnya
basa. Braunit (3Mn 2 O 3 .MnSiO 3 ), merupakan berasosiasi dengan batuan klastik kasar.
mangan berkomposisi oksida berwama coklat
kehitaman sering mengandung silika sebanyak 10 Sumber mangan yang komersial umumnya
%. Berat jenis 4 - 4,2 gr/cc, fibrous atau berasal dari cebakan sedimenter yang terpisah dari
kolumnar, mineral ini umumnya dijumpai dalam aktivitas volkanik dan cebakan akumulasi residual.
urat vein atau cebakan sekunder. Umumnya
berasosiasi dengan bixbyite (Mn,Fe) 2 O 3 dan METODE PENELITIAN
hausmanie (MnMn 2 O 4 ). Sedangkan Rhodokrosit
(MnCO 3 ) mempunyai ciri, warna merah muda Penelitian ini dilakukan dengan metode
hingga coklat, hexagonal, kilat kaca, pecahan geofisika berupa metode Induced Polarization (IP)
choncoidal, belahan sempurna, kekerasan 3,5 - 4 dengan aturan dipole-dipole. Pengukuran ini
skala mosh, berat jenis 3,4 - 3,6 gr/cc. Mineral ini dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa
banyak dijumpai pada vein bersama kuarsa karena harga resistivitas dan chargebilitas. Pengukuran IP
proses metamorfisme yang bersentuhan dengan dilakukan pada lintasan sebanyak 4 buah (Gambar
batuan berkomposisi karbonat membentuk 1), dengan panjang masing-masing lintasan 600
replacement pada batuan kapur. meter dan jarak spasi elektroda 15 meter.
Menurut Park and Mac Diarmid, (1964)
mineral mangan dapat terbentuk karena proses sbb
:
1. Proses hydrotermal dan metamorfosa. Proses PERALATAN
ini mempunyai ciri khas banyak mengisi vein Peralatan yang digunakan dalam penelitian
bersama kwarsa. adalah seperangkat Resistivity-meter SCIENTREX
2. Proses sedimentasi, baik bersama maupun TSQ-3, dan SCIENTREX IPR12, yang didukung
tanpa proses volkanik. Mn kadang dijumpai oleh peralatan lainya berupa GPS, genset, kabel,
bersama dengan lempung yan menunjukkan elektroda, multimeter, porospot, kompas geologi,
pengurangan oksida dalam lingkungan HT, palu dan perlengkapan tulis menulis (Gambar
pengendapannya. 4).

Gambar 4. Peralatan utama yang digunakan dalam survei IP

184 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PROSEDUR PENGAMBILAN DATA bersama-sama, sehingga diperoleh harga tahanan


1. Konfigurasi Elektroda jenis semu secara lateral (horizontal). Spasi
elektroda yang digunakan adalah 15 meter.
Pengukuran metode IP dilakukan dengan Konfigurasi elektroda dipole-dipole memiliki faktor
metode mapping menggunakan konfigurasi dipole- geometri K= x a x n(n+1)x(n+2).
dipole (Gambar 5). Konfigurasi ini menempatkan
elektroda arus dan elektroda potensial bergerak

I v v v v

c2 a c1 P1 a a a
P

N1

N2

N3

N4

Gambar 5. Konfigurasi elektroda dipole dipole

Datadata resistivitas yang terukur diplot selama durasi pengukuran untuk meningkatkan
pada titiktitik yang sesuai dengan harga n kualitas sinyal.
(n=1,2,3,...) dengan kedalaman yang ditunjukkan
adalah tingkat kedalaman semu, sehingga dapat 3. Chargeability (Mx)
dibuat kontur pseudodepth section variasi
resistivitas ke arah lateral dan ke arah kedalaman Parameter IP kawasan waktu ini akan diukur
semu. Hasil pengukuran dengan mengunakan spasi selama arus tidak ditransmisikan ke medium bumi.
antar elektroda arus dan elektroda potensial yang IPR-12 akan membagi peluruhan tegangan dalam
semakin lebar akan memberikan informasi struktur kawasan waktu menjadi bagian-bagian menurut
bawah permukaan yang lebih dalam. Dengan rentang waktu tertentu (preset) maupun dalam
demikian, konfigurasi dipole-dipole ini dapat selang waktu yang ditentukan oleh pengguna.
dianggap efektif untuk dipergunakan dalam Pemilihan selang waktu yang digunakan dalam
pemetaan, baik kearah lateral maupun vertikal. pengukuran tergantung kebutuhan dan kondisi
medium pada daerah penelitian. Chargeability
2. Tegangan Primer (Vp) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
t
1 2
Tegangan primer diukur pada saat arus M Vs (t ) dt 1)
diinjeksikan ke medium bumi. Hal ini dilakukan V t1
untuk mengkompensasikan deformasi tegangan dimana :
primer pada beberapa medium yang memiliki efek t 1 = waktu awal bagian peluruhan
IP cukup besar, ketidakstabilan transmisi dan noise. t 2 = waktu akhir bagian peluruhan
Harga tegangan primer akan terus dirata-ratakan V s = tegangan terukur selama peluruhan
V p = tegangan terukur saat arus diinjeksikan

4. Faktor Geometri (K) LINE 1

180
Perhitungan harga geometri didasarkan60 pada rumusan distribusi potensial pada dipole arus.
105 120 180
75 90 135 150 165
330 345 360 375
160I 1 1
45
255 270 285 300 315
1 1
195 390 405
30
-150 -135 -120 -105 -90 210 225 240 420 435 450

V 140 ...2)
15
-165 0

2 C1 P1 C1 P2 C2 P1 C2 P2
-180 -75 -60 -15
-45 -30
-195
-210

120
100

Low Resistivity (0-40 Ohm.m)


High Chargeability (135-250 msec)
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 185
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. Resistivitas semu a secara jelas adanya singkapan baik berupa bongkah


besar maupun kecil (dengan ukuran antara 50 cm
hingga 2 meter). Untuk lintasan yang memotong
Besarnya harga resistivitas semu dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut: singkapan dapat digunakan sebagai acuan nilai
resistivitas dan chargeabilitasnya untuk menentukan
Vp keberadaan mangan yang tidak tersingkap.
a K ..3)
Mangan diketahui berdasarkan pada
I
INTERPRETASI DAN PERHITUNGAN karakteristiknya yaitu mempunyai nilai resistivitas
CADANGAN dari kecil sampai sedang (0 - 40 ohm meter) dan
1. Interpretasi nilai chargeabilitas yang cukup tinggi (135 250
msec). Indikasi mangan pada setiap lintasan
Keberadaan mangan dapat dilokalisir pengukuran IP ditunjukkan pada gambar (6 sampai
berdasarkan pengamatan singkapan di lapangan 9).
yang dipadukan dengan hasil pengolahan data
pengukuran IP. Pada beberapa tempat terlihat

Gambar 6. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 1, yang mengindikasikan mangan
LINE 2

180
360 375
345 390
270 330
255 285 315 405
160 240
300
420
585
600
435 570
225 450 555
540
140 105 150 165 195
210 465 510
525
75 90 120 480 495
135 180

120

100

80

Low Resistivity (0-40 Ohm.m)


High Chargeability (135-250 msec)

Gambar 7. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 2, yang mengindikasikan
mangan
LINE 3
180 345
330 360
585 600
160 300
315 375
390
405 555
570
420
285 540
435
140 270
450
465 510
525

480 495
255
120 210 225
240

195
100 105 120 135
150
165 180
90
80 75

0 60
15
60 30 45

40
20
Low Resistivity (0-40 Ohm.m)
High Chargeability (135-250 msec)

Gambar 8. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 3, yang mengindikasikan
mangan
LINE 4
180 555
570
585
540
150 165 180 600
160 135 195
450 465
480 495
510
525
615
630
210 270 285
225 300 315 435 645
140 240 255 330 345
360 375 390 405
420 660
675 690

120 705
720
735
100 750

80
Low Resistivity (0-40 Ohm.m)
High Chargeability (135-250 msec)

Gambar 9. Kompilasi nilai tahanan jenis dengan chargeabilitas pada lintasan 4, yang mengindikasikan mangan

186 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berdasarkan pada hasil kompilasi data di atas, Inferred resource, sedangkan cadangan mineral
maka dapat terbaca bahwa bahwa pada lintasan 1 mangan pastinya perlu dilakukan pemboran
mangan dijumpai dalam bentuk nodul-nodul yang eksplorasi.
tersebar hampir di sepanjang lintasan terutama pada Hasil akhir perhitungan cadangan yang
bagian tenggara sampai tengah lintasan, dengan didapatkan adalah mewakili tiap-tiap lintasan
ukuran bervariasi dari kecil hingga besar dengan pengukuran, dan setelah dijumlah-kan menjadi
kedalaman yang bervariasi juga antara 5 sampai 40 jumlah cadangan total dari mangan dan mineral
meter. logam lainnya yang terkandung dalam batuan yaitu
Sedangkan pada lintasan 2, mangan sebesar yaitu sebesar7,9824 m3.
diperkirakan berada di sekitar permukaan yaitu
pada kedalaman 5 sampai 30 meter, terutama KESIMPULAN
banyak tersebar pada bagian timur laut dan Berdasarkan pada data pengukuran IP yang
cenderung menempati morfologi berupa lembah. didukung oleh data geologi permukaan, maka dapat
Pada bagian barat daya keberadaannya relatif lebih disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
dalam (> 40 meter). Pada lintasan 3, mangan
1. Daerah Srati berpotensi dijumpai adanya
diprediksi berada relatif lebih dangkal yaitu pada
mangan.
kedalaman 5 sampai 20 meter dan menempati
2. Dari hasil pengukuran dengan meng-gunakan
morfologi berupa lereng. Pada meter ke 30 s/d 160,
IP, dapat diketahui bahwa penyebaran mangan
juga dimungkinkan adanya mangan yang
cukup luas, menempati morfologi bukit maupun
diperkirakan berupa runtuhan. Sedangkan pada
lembah, berbentuk nodul berukuran antara 0,5
lintasan 4 mangan dijumpai hampir di sepanjang
meter sampai 2 meter.
lintasan, berada pada kedalaman 5 s/d 40 m,
3. Harga resistivitas mangan di daerah penelitian
umumnya menampati morfologi lereng.
berkisar anatar antara 0 - 40 ohm meter, dengan
nilai chargeabilitas antara 135 250 msec.
2. Perhitungan Cadangan
4. Keberadaan mangan sebagian besar tersingkap
Perhitungan besarnya cadangan dengan di permukaan dan sebagian berada pada
menggunakan rumus empiris yaitu rumus kedalaman antara 5-40 meter. Dibeberapa
pendekatan yang dibuat untuk mempermu-dah cara tempat diduga terdapat potensi mangan yang
perhitungan secara kasar saja. Hal ini dikarenakan lebih dalam, tetapi tidak terlalu banyak.
pada kondisi lapangan keberadaan mangan sangat 5. Dari ke-4 lintasan pengukuran IP dapat ketahui
tidak beraturan. Perhitungan dilakukan pada setiap besarnya cadangan sebesar 7,9824 m3.
lintasan.
Rumusan yang digunakan dalam perhitungan DAFTAR PUSTAKA
cadangan dalah sebagai berikut : Asikin, S., 1994, Peta Geologi Lembar Kebumen
Skala 1:10.000, Pusat Pengembangan dan
Besar Cadangan Metal = Luas area Penelitian Geologi Bandung
nodul x Dobrin, B.M., and Savit, C.H., 1988, Introduction
Ketebalan to Geophysical Prospecting, 4th ed., McGraw
nodul x Hill International, Singapore.
Faktor resiko Park, Jr.C.F. and Mac Diarmid, (1964), Ore
Deposits, W.H. Freeman and Company, San
dimana : Fransisco, USA.
Luas area nodul (m2) : panjang dan lebar dari nodul Sulistijo, B, 2003, Geofisika Cebakan Mineral I,
yang ada di setiap lintasan. ITB, Bandung.
Ketebalan nodul : ketebalan bolder yang tersingkap Telford., W.M., 1990, Applied Geophysics,
di permukaan (rata-rata terukur 2 meter). Cambridge University Press, Cambridge,
Faktor resiko : mendasarkan pada bentuk singkapan London, New York, Melbboune.
di permukaan yang berupa nodul-nodul (0,4). Van Bemmelen (1949), The Geology of Indonesia,
Vol. IA, Martinus Nijhoff, The Hague,
Besarnya cadangan yang terukur ini masih Holland
merupakan cadangan yang diperkirakan. atau

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 187


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENELITIAN AWAL GUNUNG API PURBA DI DAERAH MANGGARAI BARAT,


FLORES, NUSA TENGGARA BARAT, INDONESIA

Hill. Gendoet Hartono1), Partama Misdiyanta1), Djoko Purwanto2), Faidzil Chabib3), dan Ones Kambu3)
1)
Pengajar di Jurusan Teknik Geologi, STTNAS, Yogyakarta
2)
Staf LP3M STTNAS, Yogyakarta
3)
Mahasiswa Teknik Geologi STTNAS, Yogyakarta
E-mail: hillgendoet@sttnas.ac.id

Abstrak
Pulau Flores terletak di antara busur Sunda di bagian barat dan busur Banda di bagian timur serta di
perbatasan antara cekungan Flores di utara dan cekungan Savu di selatan. Secara umum tataan geologi Pulau
Flores bagian utara sangat rumit, tersusun oleh batuan berumur Tersier seperti batuan beku, klastika gunung api
dan batuan sedimen, sedangkan bagian selatan terdapat gunung api aktif. Daerah penelitian terletak di
Gololajang, Manggarai Barat tersusun sebagian besar oleh batuan gunung api yang membentuk bentang alam
berelief kasar dan beberapa diantaranya memperlihatkan bentuk bulan sabit dengan batuan intrusi di bagian
dalamnya. Genesis yang meliputi proses, umur, sumber material dan lingkungan pengendapan hingga saat ini
masih diperdebatkan dan diteliti oleh para ahli kebumian. Stratigrafi yang ada mencerminkan kerumitan tersebut
terlebih bila dikaitkan dengan pentarikhan umur absolut terhadap batuan beku dan batuan gunung api yang
terletak berdekatan dengan batuan sedimen yang menjadi dasar penyatuan. Metode pendekatan yang dilakukan
adalah pembelajaran geologi gunung api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formasi Kiro, Formasi
Nangapanda dan Formasi Bari sebagai penyusun utama. Formasi Kiro dan Nangapanda umumnya disusun oleh
material asal gunung api yang terdiri atas batuan intrusi, batuan gunung api produk lelehan dan letusan dengan
berbagai variasi komposisinya. Berdasarkan analisis bentang alam dan stratigrafi gunung api maka daerah
Gololajang dan sekitarnya disusun oleh satuan gunung api Khuluk Gololajang, Khuluk Tueng, Khuluk Mawe,
yang berkembang di dalam Bregada Ruteng.

Kata kunci: Pulau Flores, gunung api, khuluk, bregada.

PENDAHULUAN Flores serta melengkung ke arah utara menyerupai


Pulau Flores terletak di antara busur Sunda di bentuk sendok (Katili, 1975; Hamilton, 1978).
bagian barat dan busur Banda di bagian timur serta Keberadaan Pulau Flores khususnya dan kepulauan
di perbatasan antara cekungan Flores di utara dan Indonesia bagian timur tidak terlepas dari peran
cekungan Savu di selatan (Gambar 1). Busur Banda gerak-gerak tektonik lempeng samudera dan
terbentang dari Bali ke arah timur melalui lempeng benua yang menyertainya.
Sumbawa, Flores dan pulau-pulau kecil timur

188 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Peta yang memperlihatkan Pulau Flores yang terletak diantara busur Sunda di bagian barat dan busur
Banda di bagian timur (Wensink dan van Bergen, 1995).

Penelitian geologi telah banyak dilakukan, keberadaan gunung api purba dengan menerapkan
sebagai contoh Abbot dan Chamalaun (1981); prinsip geologi The present is the key to the past
Katili dan Sudradjat (1989); Abdullah et al. (2000); serta pemerian berbagai jenis batuan gunung api
dan Soeria-Atmadja et al. (2001), namun penelitian yang tersingkap di permukaan bumi, dan kompilasi
tentang keberadaan gunung api purba yang data sekunder yang terkait dengan topik bahasan.
dikaitkan dengan genesis, lokasi sumber erupsinya Lokasi daerah yang menjadi fokus pembahasan
belum banyak dilakukan, terlebih bila dihubungkan adalah Desa Gololajang, Desa Goloriwu,
dengan keberadaan mineralisasi primer. Kecamatan Macang Pacar dan sekitarnya, lebih
Tujuan penelitian awal ini adalah untuk kurang 30 km sebelah baratlaut dari kota Ruteng,
mengungkap keberadaan tubuh gunung api purba Manggarai Barat (Gambar 2). Lokasi ini dipilih
dan suksesi pembentukan batuan gunung api di karena terkait dengan pekerjaan pemetaan mineral
Daerah Manggarai Barat, Flores berdasar ekonomi mangan (Mn) yang diberikan oleh pihak
litostratigrafi yang dilandasi pemahaman PT. GEORE bekerja sama dengan Jurusan Teknik
volkanologi dan citra Landsat. Metode pendekatan Geologi STTNAS. Pekerjaan lapangan berlangsung
yang dilakukan adalah penelitian geologi selama satu bulan pada bulan Nopember tahun
permukaan, sedangkan untuk mengetahui 2008.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 189


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

oleh perselingan berbagai jenis batuan gunung api material hasil pengerjaan ulang bahan asal gunung
(koheren lava dan piroklastika) membentuk suatu api.
keteraturan-keteraturan sesuai jarak pengendapan
dari pusat erupsinya. Peneliti sebelumnya seperti TATAAN GEOLOGI
Williams dan MacBirney (1979) membagi sebuah Indonesia merupakan tempat pertemuan,
kerucut gunung api komposit menjadi tiga zona interaksi dan tumbukan tiga lempeng kerak
(Gambar 3), yakni Zona Pusat (Central Zone; di tektonik. Ketiga lempeng tektonik yang terlibat
dalam sekitar 0,5 hingga 2 km dari zona pusat), tersebut meliputi Lempeng Pasifik, Lempeng
Zona Proksi (Proximal Zone; di atas 5 hingga 15 Hindia-Australia, dan Lempeng Eropa-Asia serta
km dari zona pusat), dan Zona Distal (Distal Zone; ketiganya bergerak dengan kecepatan yang tidak
lebih daripada 5 hingga 15 dari zona pusat). (1) sama. Pergerakan lempeng-lempeng itulah yang
Zona Pusat disusun oleh batuan intrusi dan kubah diperkirakan bertanggung jawab terhadap kehadiran
lava; (2) Zona Proksi disusun oleh aliran lava dan ratusan gunung api aktif dan tidak aktif di wilayah
bahan piroklastika, serta perselingan antara lava dan Indonesia (Katili, 1975).
bahan piroklastika; (3) Zona Distal disusun oleh

Gambar 3. Penampang variasi fasies dasar batuan gunung api yang berkaitan dengan pusat gunung api
(modifikasi dari Williams dan MacBirney, 1979).

Pulau Flores sedikitnya terdapat 13 gunung api antara 50 70 % berat dan kandungan K 2 O
aktif yang berjajar di bagian selatan berarah barat umumnya kurang dari 1 % berat yang menunjuk
timur dan terdapat sekurangnya 5 gunung api yang pada tipe magma tholeiit hingga kapur alkali
merupakan lapangan panas bumi, sedangkan normal.
gunung api yang kegiatannya terjadi pada masa Selain pernyataan yang disebutkan
prasejarah lebih kurang sejumlah 4 buah (van sebelumnya, Katili (1975) juga menyatakan bahwa
Padang, 1951). Di pihak lain, Soeria-Atmadja et al. terdapat perbedaan tataan geologi antara sistem
(2001) menyebutkan bahwa terdapat dua jalur palung busur Jawa dengan sistem palung busur
magmatik sejajar yang menyusun busur Sunda Timor. Pada Gambar 5 memperlihatkan adanya dua
Banda yaitu jalur magmatik berumur Tersier Awal fase perkembangan busur Banda. Di dalam fase
dan Tersier Akhir Kuarter (Gambar 4). awal, lempeng samudera Hindia-Australia
Hendaryono et al. (2001) memperkirakan bahwa di menunjam di bawah lempeng samudera Banda, dan
Pulau Flores, Indonesia Timur mengalami dua dalam fase akhir diikuti oleh subduksi kerak benua
siklus kegiatan magmatisme yang didasarkan pada Australia ke dalam zona subduksi busur Banda
sistesa penampang stratigrafi yang didukung sebagai pengapungan Australia yang menerus ke
pentharikan umur radiometri 40K-40Ar. Volkanisme arah utara. Genrich et al. (1996) menyebutkan
pertama berumur Oligosen Akhir hingga Miosen bahwa pengukuran geodetik sistem informasi
Atas. Kegiatan volkanisme tertua menunjukkan geografis pada 30 lokasi di Indonesia (termasuk di
umur 27,7 25 juta tahun lalu dan periode yang Ruteng) dan 4 lokasi di Australia menunjukkan
lebih muda menunjukkan umur 16 8,4 juta tahun bahwa daerah pinggir benua Australia tumbuh di
lalu. Volkanisme kedua terjadi pada akhir Miosen busur kepulauan Banda. Peristiwa ini memberikan
hingga Plio-Kuarter yang menunjuk pada angka 6,7 gambaran adanya persentuhan kerak benua
hingga 1,2 juta tahun lalu. Selain hal tersebut, Australia dengan kerak benua Eurasia, yang
peneliti ini juga memperlihatkan analisis unsure memberikan pengaruh perkembangan struktur
oksida utama dengan kisaran kandungan silika geologi, stratigrafi, geokimia, magmatisme dan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 191
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

volkanisme pada wilayah Indonesia bagian timur Abers, 1991; Macpherson dan Hall, 1999).
(Carter et al. 1976; Elburg et al. ?; McCaffrey dan

Gambar 4. Jalur gunung api Oligosen-Miosen dan Pliosen-Kuarter dalam Busur Sunda-Banda (Sumatra-Flores)
menurut Soeria-Atmadja et al. (2001).

Bacharudin (1988; dalam Katili dan disusun oleh batuan gunung api yang dimasukkan
Sudradjat, 1989) melakukan analisis berdasarkan ke dalam kelompok Formasi Kiro (Tmk) berumur
citra Landsat daerah Flores Barat. Hasil analisis Miosen Awal. Formasi Kiro merupakan batuan
memperlihatkan adanya dominasi litologi berupa tertua di Flores Barat terdiri dari breksi, lava, tuf
batuan sedimen berumur Miosen di bagian utara dengan sisipan batupasir tuf yang mempunyai
dan batuan gunung api berumur Kuarter di bagian kedudukan jurus tenggara hingga timurlaut dan
selatan, yang kedua batuan tersebut kemiringan antara 10 o 20o. Breksi dengan
memperlihatkan penyebaran barat timur (Gambar komponen pecahan andesit dan basal, dan di
6). Namun, di pihak lain (Koesoemadinata et al. beberapa tempat telah mengalami alterasi dan
1994) menyatakan bahwa bagian utara terutama mineralisasi membentuk magnetit dan mangan.

192 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 5. Penampang utara-selatan yang memotong Timor-Flores (Katili, 1975), memperlihatkan konfigurasi
lempeng bawah permukaan dan perkiraan genesis Pulau Timor dan Pulau Flores.

Gambar 6. Hasil interpretasi geologi Flores Barat dari citra Landsat (Bacharudin, 1988; dalam Katili dan
Sudradjat, 1989).

Stratigrafi atau urut-urutan litologi yang (Tmpw) yang menjari dengan Formasi Laka (Tmpl)
menyusun Pulau Flores secara umum dari tua ke berumur Pliosen, dan kemudian ditutupi oleh
muda (Gambar 7) menurut Koesoemadinata et al. produk kegiatan gunung api tua (QTv) berumur
(1994) adalah Formasi Kiro (Tmk) berumur Miosen Pleistosen. Secara tidak selaras di atasnya
Awal, kemudian menumpang menjari di atasnya diendapkan kelompok batuan dan endapan paling
Formasi Nangapanda (Tmn), Formasi Bari (Tmb), muda atau sekarang masih berlangsung
Formasi Tanahau (Tmt) berumur Miosen Tengah, pembentukannya yang diwakili oleh batuan gunung
selanjutnya diterobos batuan granit (Tmg) dan api muda (Qhv), undak pantai (Qct), batugamping
batuan diorit (Tmd) berumur Miosen Akhir. Setelah koral (Ql), dan aluvium (Qal).
itu berkembang di atasnya Formasi Waihekang

Gambar 7. Stratigrafi Pulau Flores, Nusa Tenggara pada lembar Ruteng (Koesoemadinata et al. 1994).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 193


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HASIL PENELITIAN penelitian terdapat batuan yang mengandung unsur


Kegiatan pemetaan lapangan geologi mangan (walaupun diperkirakan dalam kadar kecil)
menghasilkan 202 lokasi pengamatan geologi dan hanya sebagian kecil di daerah tenggara yaitu
terpilih yang tersebar di daerah penelitian (Gambar di daerah Tueng kurang lebih satu kilometer persegi
8). Dari hasil pengamatan litologi dan pemerian disusun oleh tubuh bijih mangan (manganese ore
megaskopis dapat dibagi ke dalam 4 kelompok body). Ciri fisik bijih mangan yaitu warna hitam
batuan segar yaitu batuan beku masif, batuan arang-mengkilat, dapat berupa abu hitam dan padat,
gunung api breksi piroklastik, batuan gunung api berat, kenampakan permukaan sering
tuf, dan batuan sedimen karbonat yaitu memperlihatkan bentuk membulat. Hasil analisis
batugamping, sedangkan kelompok yang lain terdiri laboratorium berupa petrografi, geokimia (AAS),
dari 2 kelompok batuan terubah yaitu batuan dan analisis kadar mangan terhadap sampel terpilih
ubahan yang mengandung mangan dan tubuh bijih menjadi milik PT. GEORE dan tidak diperbolehkan
mangan (Mn). Hampir setengah dari daerah untuk dipublikasi.

Gambar 8. Lokasi pengamatan geologi dan pengambilan contoh setangan batuan segar dan batuan yang
diperkirakan mengandung mineral bijih mangan (Mn) di daerah penelitian.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan dengan beda tinggi antara + 1000 m dpl. hingga +
analisis citra Landsat yang dipandu oleh peta 275 m dpl. Bentang alam bagian timur diwakili
topografi, daerah penelitian berbentuk perbukitan oleh Desa Goloriwu dan Desa Tueng. Kedua
bergelombang kuat yang berelief kasar sangat bentang alam utama tersebut dibatasi oleh aliran
kasar berarah relatir barat timur, dan terdapat sungai utama Wae Songkang yang arah alirannya
tonjolan-tonjolan bukit yang membentuk bentang ke utara hingga bermuara di Teluk Reo (lihat
alam anomali yaitu relatif melingkar dan membuka Gambar 9A).
ke suatu arah tertentu (Gambar 9). Pada Gambar 9B Pada Gambar 9C terdapat bentukan bentukan
memperlihatkan adanya perbedaan pola kontur yang relatif melingkar setengah melingkar
daerah penelitian bagian barat dan bagian timur. menyerupai bulan sabit (half moon) atau
Bentang alam bagian barat membentuk perbukitan menyerupai bentuk tapal kuda (horseshoe shape).
bergelombang lemah, berelief relatif landai dengan Daerah penelitian sedikitnya disusun oleh tiga
beda tinggi antara + 825 m dpl. hingga + 625 m dpl. bentuk bentuk bentang alam melingkar setengah
Bentang alam ini diwakili oleh Desa Gololajang melingkar yaitu di bagian timur diwakili oleh Desa
dan melandai ke arah bagian barat dan utara, Gololajang dan Desa Tueng, sedangkan di bagian
sedangkan bentang alam bagian timur barat diwakili oleh Desa Golomawe. Tampak
bergelombang kasar sangat kasar, berelief kuat bagian dalam pada ketiga tinggian yang membentuk
194 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bentang alam anomali ini terdapat bentuk tonjolan mengalami alterasi dan tererosi sehingga
dan rendahan. Bentuk tonjolan tersebut disusun membentuk cekungan. Bentuk lengkungan bagian
oleh batuan terobosan (Gambar 10), sedangkan luar yang lebih besar disusun oleh perselingan
bentuk rendahan disusun oleh batuan yang telah breksi gunung api dan lava membentuk gawir terjal.

Gambar 9. Lokasi penelitian bagian dari wilayah Flores Barat: A) Tampak dari citra Landsat; B) Tampak pola
kontur dan pola aliran sungai, dan C) Tampak hasil olahan tiga dimensi yang menunjukkan relief
kasar melingkar-setengah melingkar menyerupai bentuk bulan sabit.

Gambar 10. Batuan intrusi andesit yang memperlihatkan bentuk kerucut simetri di Desa Gololajang. A) Tampak
dekat, dan B) tampak jauh dengan latarbelakang gawir terjal yang melingkupinya.

Tampak juga pada Gambar 9C bahwa daerah sebelah utara yaitu di Desa Kombo pada aliran
bukaan dikuasai oleh aliran lava dan material sungai utama Wai Ncuring yang arah alirannya ke
gunung api lainnya, kecuali pada daerah bukaan timurlaut dan membelok ke utara menuju Teluk
yang menempati bagian timurlaut. Pada daerah Reo. Cabang cabang sungai mengalir mengikuti
yang terakhir ini bentuk lengkungannya paling bentuk bentang alamnya yaitu berpola memusat dan
besar dan mempunyai relief lebih rendah dibanding kemudian menyatu di daerah bukaan bilamana
dua bentukan lainnya. aliran tersebut di dalam daerah kawah, sedangkan
Pola pengaliran daerah penelitian dibangun berpola menyebar menjauhi daerah sumber/
oleh tiga sungai utama yaitu Wai Songkang, Wai kawahnya.
Pou Wai Kodal, dan Wae Raeng. Ketiga sungai Secara umum batuan yang menyusun daerah
utama di daerah penelitian ini kemudian menyatu di penelitian berupa batuan beku, breksi andesit,
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 195
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

breksi pumis tuf, dan batugamping (Gambar 11). Batuan beku intrusi yang tersingkap di Desa
Menurut Koesoemadinata et al. (1994) batuan Gololajang berkomposisi dari diorit dan andesit
batuan tersebut dikelompokkan ke dalam Formasi porfiri andesit, sedangkan di Desa Tueng dan
Kiro, Formasi Nangapanda, dan Formasi Bari. Desa Golomawe berkomposisi andesit porfiri
Daerah penelitian dikuasai oleh batuan beku, dan andesit afanit. Breksi andesit disusun oleh
batuan gunung api (Gambar 12). Batuan beku di komponen bom dan blok gunung api, umumnya
sini terdiri dari batuan beku intrusi dalam (diorit), berkomposisi andesit. Singkapan breksi andesit ini
dan batuan beku intrusi dangkal (andesit) atau sering dijumpai berselingan dengan lava andesit
koheren lava. Batuan intrusi ini dilingkupi dan batutuf. Lava andesit sering memperlihatkan
perselingan breksi andesit, lava, dan tuf. Di bagian struktur permukaan kasar dan menyudut (breksi
barat laut daerah penelitian dijumpai breksi pumis autoklastika). Kelompok ini membentuk bentang
yang berselingan dengan tuf yang mempunyai alam tinggian berelief kasar dan mempunyai
kemiringan 15o ke arah baratlaut. kemiringan melandai menjauhi bentang alam
intrusi.

Gambar 11. Berbagai ragam jenis batuan di daerah penelitian: A) batuan beku andesit; B) breksi andesit; C)
batutuf; D) batugamping; E) intrusi sill basal diantara tuf; dan F) batuan beku andesit porfiri dengan
struktur kolumnar.

Batugamping berkembang baik di bagian utara Struktur geologi yang berkembang di daerah
dan bagian timur daerah penelitian, umumnya penelitian berupa kekar dan sesar mendatar
berlapis dan di beberapa lokasi dijumpai (diperkirakan) mengkiri memotong diagonal
batugamping koral atau reef dalam bentuk bongkah. berarah baratlaut tenggara daerah penelitian.
Batugamping yang tersingkap di utara menempati Struktur geologi yang lain berupa intrusi, perlapisan
daerah dataran, sedangkan di timurlaut dan timur batuan (radier), struktur melingkar, dan kekar
menempati daerah dengan lereng terjal menempel pendinginan pada batuan beku.
di atas breksi gunung api.

196 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 12. Peta geologi daerah penelitian yang didominasi batuan beku dan batuan gunung api, dan sedikit
batuan sedimen.

DISKUSI kemungkinan berhubungan dengan sisa tubuh


Berdasarkan hasil penelitian sebelum-nya, gunung api (volcanic edifice) in situ dan resistensi
genesis daerah penelitian dapat disimpulkan batuan penyusun. Artinya suatu gunung api
berasosiasi dengan peran gerak-gerak lempeng membangun tubuhnya sendiri terkait dengan
tektonik, dan magmatisme volkanisme (misal: perilaku magmanya. Misalkan magma dengan
Katili, 1975 dan Soeria-Atmadja et al., 2001). komposisi menengah hingga asam mempunyai
Namun demikian, penelitian awal ini menunjukkan kecenderungan untuk membangun tubuhnya
bahwa distribusi produk kegiatan gunung api setinggi dan sebesar mungkin, tetapi berbeda
mempunyai keteraturan-keteraturan yang dengan magma berkomposisi basa hanya mampu
signifikan, seperti misalnya bentuk struktur membangun tubuhnya kecil dan landai.
setengah melingkar membuka ke suatu arah Berdasarkan pentharikan umur absolut (K-Ar)
berasosiasi dengan letusan gunung api sektoral; yang dilakukan oleh Hendaryono et al. (2001)
batuan intrusi dikungkungi atau dilingkupi oleh bahwa batuan intrusi tertua berumur 16 13 juta
perselingan batuan beku luar dan piroklastika tahun lalu (jtl.); 12 8 jtl., dan kemudian disusul
artinya perselingan batuan ini merupakan produk intrusi yang menunjukkan umur 6,7 jtl. - 3,9 jtl. dan
primer gunung api yang berasosiasi dengan menerus hingga sekarang. Peneliti tersebut juga
endapan di sekitar lubang kawah; kemiringan menyatakan bahwa batuan intrusi tersebut
batuan gunung api fragmental berupa tuf dan lapili menerobos seluruh batuan sedimen dan batuan
hingga breksi halus berbentuk radier mengikuti gunung api klastik yang ada. Pernyataan umur
bentuk kerucut gunung api, kemiringan perlapisan batuan intrusi ini menunjukkan bahwa telah terjadi
batuan tersebut berasosiasi dengan kemiringan awal erupsi gunung api secara menerus di daerah Flores,
(initial dip) yang dibangun oleh batuan hasil NTT. Hal tersebut dapat diinterpretasikan dengan
kegiatan erupsi gunung api. terjadinya proses pengkayaan unsur di dalam
Bentang alam perbukitan bergelombang kuat batuan yang mempunyai sifat ekonomi, karena
dan berelief kasar bukan semata-mata merupakan batuan yang diterobos berulang-ulang akan
produk akhir dari suatu kegiatan tektonik rejim mengalami alterasi dan mungkin juga terjadi
kompresif dan pelapukan batuan, melainkan mineralisasi. Selain hal tersebut, pentharikan umur
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 197
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

juga mendukung terhadap pemahaman terjadinya KESIMPULAN


suksesi gunung api secara umum di daerah Dari hasil analisis bentang alam, pemerian
penelitian. Menurut hemat penulis berdasarkan rinci batuan, dan hasil diskusi dapat disimpulkan
hasil analisis awal stratigrafi gunung api bahwa bahwa :
daerah penelitian berkembang secara normal, Bentuk bentang alam daerah penelitian
artinya fase pembangunan membangun gunung api dibangun oleh kegiatan gunung api purba yaitu
komposit (Ruteng) hingga mencapai ketinggian kegiatan intrusi, erupsi meleleh, dan erupsi
maksimum, kemudian mengalami fase letusan, serta proses eksogenik yang sekarang
penghancuran berupa letusan kuat yang diikuti masih berlangsung.
pembentukan bregada (kaldera), terbukti dengan Daerah penelitian yang umumnya disusun oleh
adanya produk letusan berupa breksi pumis tuf dan stratigrafi batuan beku plutonik dan koheren
tersingkapnya batuan beku dalam berkomposisi lava (intrusi dangkal dan batuan gunung api)
diorit. Suksesi berikutnya terbentuklah beberapa yang tergabung dalam Formasi Kiro, Formasi
gunung api komposit (Khuluk Gololajang, Khuluk Nangapanda dan Formasi Bari membentuk
Tueng, dan Khuluk Golomawe) di dalam kaldera. Khuluk Gololajang, Khuluk Tueng, Khuluk
Suksesi gunung api berlanjut namun kegiatannya Mawe, dan merupakan bagian dari Bregada
terletak di sebelah selatan gunung api purbanya Ruteng.
(misal: G. Anak Ranakah, G. Mawe Sano, dan G. Daerah penelitian merupakan bagian suksesi
Todo). Hal ini berbeda dengan perkembangan gunung api Bregada (Kaldera) dan gunung api
suksesi gunung api yang terjadi di Pulau Jawa yaitu Khuluk.
terbalik, artinya gunung api komposit Kuarter
berkembang atau terjadi di sebelah utara gunung api
purbanya. Permasalahan ini kemungkinan UCAPAN TERIMAKASIH
berhubungan dengan penunjaman, yaitu di Pulau Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Flores lempeng yang menunjam menjadi pendek panitia penyelenggara seminar ReTII ke 4,
dan terjal, sedangkan di Pulau Jawa panjang dan STTNAS sehingga makalah ini dapat
sudut tunjamannya landai. dipresentasikan dan dipublikasikan, dan kepada
Berdasarkan kenampakan geomorfologi pimpinan PT. GEORE yang telah memfasilitasi
gunung api (Gambar 9C) Khuluk Gololajang yang selama observasi di lapangan serta Bapak Benny
terletak di timurlaut memperlihatkan bentang alam Padjo, kepala Dinas Kamar Dagang dan Industri
berelief kasar dan sudah rusak, bentuk kawah Labuan Bajo, Manggarai Barat atas kerjasamanya
melebar sebagai akibat peran erosi lanjut. Hal yang yang baik selama kerja lapangan.
berbeda ditunjukkan oleh bentuk gunung api
komposit Tueng dan Golomawe yang masih cukup DAFTAR PUSTAKA
jelas yaitu struktur bukaan relatif masih sempit dan Abbot M.J, dan Chamalaun F.H. 1981.
bentuk aliran lava yang mengalir ke arah selatan Geochronology of Some Banda Arc
menjauhi daerah sumber dan mengisi daerah Volcanics. The Geology and Tectonics of
bukaan masih dapat diamati. Batuan intrusi dalam Eastern Indonesia, Geological Research and
pada kedua khuluk yang disebut terakhir ini tidak Development Centre, Eds: Barber A.J. dan
dijumpai. Oleh sebab itu, kenampakan bentang Wiryosujono. Spec. Publ. No. 2. hal. 253-
alam di daerah penelitian dibangun oleh bentang 268.
alam gunung api berupa produk erupsi lelehan dan Abdullah C.I., Rampnoux J.P., Bellon H., Maury
produk erupsi letusan serta batuan intrusi, namun R.C., dan Soeria-Atmadja R. 2000. The
kedudukan gunung apinya dikendalikan oleh Evolution On Sumba Island (Indonesia)
keberadaan tataan tektoniknya. Revisited in The Light of New Data On The
Sehubungan dengan proses pelapukan lanjut Geochronology and Geochemistry of The
dan erosi yang cukup intensif di daerah penelitian Magmatic Rocks. J. Asian Earth Sci., 18,
terutama di bagian utara dan tengah, kemungkinan hal. 533-546.
hal inilah yang menjadi penyebab kenapa produk Carter D.J., Audley-Charles M.G., dan Barber A.J.
alterasi dan mineralisasi tidak dijumpai secara 1976. Stratigraphical analysis of island arc
ekonomis. Kemungkinan yang pertama adalah continental margin collision in eastern
produk akhir alterasi dan mineralisasi telah tererosi Indonesia. Journal of the Geological
dan tertransport secara alami dalam waktu yang Society. Vol. 132. issue 2. hal. 179-198.
panjang ke tempat lain melalui sungai-sungai utama Condie, K.C., 1982. Plate Tectonics & Crustal
dan mengendap di daerah muara Reo, sedangkan Evolution, Pergamon Press. 2nd Ed. 310 hal.
kemungkinan kedua yaitu proses magmatisme Elburg M.A., van Bergen M.J., dan Foden J.D.
volkanisme tidak menghasilkan atau tidak terjadi Subducted Upper and Lower Continental
pengkayaan bijih primer. Crust Contributes to Magmatism in The
Collision Sector of The Sunda-BandaArc,
Indonesia.
198 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

www.geophysics.rice.Edu/sota/papers/Elbur Neumann van Padang M., 1951. Catalogue of The


g, MarlinaElburgSOTA.pdf Active Volcanoes of The World Including
Genrich J.F., Bock Y., McCaffrey R., Calais E., Solfatara Fields: Indonesia, Part 1.
Stevens C.W., dan Subarya C. 1996. International Volcanological Association.
Accretion of The Southern Banda Arc to 271 hal.
The Australian Plate Margin Determined by Soeria-Atmadja R., Sunarya Y., Sutanto, dan
Global Positioning System Meauserement, Hendaryono, 2001. Epithermal Gold-Copper
Tectonics, Vol. 2, No. 15. hal. 288-295. Mineralization, Late Neogene Calc-Alkaline
Grove T.L. 2000. Origin of Magma, in Sigurdsson, to Potassic Calc-Alcaline Magmatism and
H., Houghton, B., McNutt, S.R., Rymer, H., Cristal Extensin in The Sunda-Banda Arc.
Stix, J., (Ed.), Encyclopedia of Volcanoes, Indonesian Island Arcs: Magmatism.
Academic Press., San Diego, hal. 133-147. Mineralization, and Tectonic Setting. Eds:
Hamilton W. 1979. Tectonics of The Indonesian R.P. Koesoemadinata dan D. Noeradi.
Region, Geol. Surv. Prof. Pap. 1078. 345 Penerbit ITB. hal. 100-111.
hal. Wensink H., dan van Bergen M.J. 1995. The
Hartono, G., 2009. Petrologi Batuan Beku dan Tectonic Emplacement of Sumba in The
Gunung Api, UNPAD Press., 105 hal. In Sunda Banda Arc: Paleomagnetic and
press. Geochemical Evidence From The Early
Hendaryono, Rampnoux J.P., Bellon H., Maury Miocene Jawila Volcanics, Tectonophysics,
R.C., Abdullah C.I., dan Soeria-Atmadja R. 250. hal. 15-30.
2001. New Data on The Geology and Williams dan Mac Birney. 1979. Volcanology,
Geodynamic of Flores Island, Eastern Freeman, Cooper & Co., San Francisco. 397
Indonesia. Prosiding Pertemuan Ilmiah hal.
Tahunan ke 30 IAGI dan ke 10 GEOSEA:
Dedicating Geoscience to Regional
Prosperity and Conservation, IAGI,
Yogyakarta, hal. 195-199.
Katili J.A. 1975. Volcanism and Plate Tectonics in
The Indonesian Island Arcs. Tectonophysics,
26. in Geotectonics of Indonesia: A Modern
View. hal. 200-224.
Katili J.A., dan Sudradjat A. 1989. A Short Note on
The Birth of a Volcano in Flores Island.
Geologi Indonesia. Majalah Ikatan Ahli
Geologi Indonesia. Volume Khusus 60
Tahun Prof. Dr. J.A. Katili. IAGI. Eds:
Sudradjat A., Tjia H.D., Asikin S., dan
Katili, A.N. Jakarta. hal.397-411.
Koesoemadinata S., Noya Y., dan Kadarisman, D.
1994. Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa
Tenggara, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Macdonald, A.G., 1972, Volcanoes, Prentice-Hall,
Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 510h.
Macpherson C.G., dan Hall R. 1999. Tectonic
Control of Geochemical Evolution in Arc
Magmatism of SE Asia. Proceeding 4th
PACRIM Congress, Australian Institute of
Mining and Metallurgy. hal. 359-368.
McCaffrey R., dan Abers G.A. 1991. Orogeny in
Arc-Continent Collision: The Banda Arc and
Western New Guinea. Geology. Vol. 19. hal.
563-566.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 199


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KAJIAN MINERAL LEMPUNG SEBAGAI BAHAN GALIAN INDUSTRI DI


DAERAH SIWARENG KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH
ISTIMEWA JOGJAKARTA

Ev.Budiadi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta

SARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mineral lempung di daerah telitian. Untuk lingkungan pengendapan di
daerah telitian dibedakan menjadi dua yaitu untuk lempung Nanggulan diendapakan pada Lagoon dan untuk
lempung kuarter diendapkan lingkungan darat pola pengaliran teranyam. Untuk mengkaji kajian mineral
lempung daerah telitian dilakukan dengan menggunakan analisa X-RD batulempung didapatkan mineral
lempung jenis halloysite dimana halloysite ini merupakan mineral yang termasuk dalam golongan kaolin yang
jenuh air dan secara fisik plastis, dengan rumus kimia Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 2H 2 O, dari analisis XRF didapatkan
kandungan SiO 2 = 58,25%, Al 2 O 3 = 20,38%, Fe 2 O 3= 5,10%, T i O 2 = 0,25%, CaO = 1,49%, MgO = 0,40%,
Na 2 O=1,02%, K 2 O = 1,07%, dan hilang pijar 12,04%. Untuk mineral lempung jenis halloysite ini dapat
digunakan untuk keramik dengan cara mencampur lapukan dari batu beku andesit.
Kata Kunci : analisis Petrografi, analisis X-RD, analisis XRF

ABSTRACT
The research to aims of clay mineral in the research area. For the sedimentary environment in the research
area, it this divided into two, namely for the Nanggulan clay, it must be sedimented in lagoon and for kuarter
clay it must be sedimented in a land environment, on which braid drainage. To study the learning of clay mineral
in research area it this conducted the procces X-RD analysis of clay, it will then produce halloysite typed clay
mineral, which this halloysite constitutes the mineral belongs to caolin class, which is saturate and physically
plastic, with the chemistry basis Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 2H 2 O, by XRF analysis it will produce the composition SiO 2 =
58,25%, Al 2 O 3 = 20,38%, Fe 2 O 3 = 5,10%, TiO 2 = 0,25%, CaO = 1,49%, MgO = 0,40%, Na2O = 1,02%, K2O
= 1,07% & hilang pijar 12,04%. For the clay mineral with it belong to this halloysite type, it can be use for
ceramic by mixing weathered of andesite igneous rock.

Key words : Petrography analysis, X-RD analysis, XRF analysis

PENDAHULUAN GEOMORFOLOGI DAERAH TELITIAN


Lempung merupakan salah satu jenis bahan galian
Pembagian topografi didaerah telitian berdasarkan
golongan C yang memiliki banyak manfaat. Contoh
klasifikasi Van Zuidam 1979;
pemanfaatannya sebagai bahan bangunan dan
1. Topografi dengan kemiringan lereng landai ini
keramik.
dengan kemiringan lereng 3% hingga 7%,
dengan ketinggian 125 meter sampai 131,25
Latar Belakang
meter.
Penulis melakukan penelitian di daerah telitian ini
2. Topografi dengan kemiringan lereng miring
adalah untuk mengetahui apakah litologi penyusun
Topografi dengan kemiringan lereng miring ini
di daerah telitian mempunyai kemenerusan dengan
dengan kemiringan lereng 8% hingga 13%,
litologi penyusun di daerah Kulonprogo, dan
dengan ketinggian 125 meter sampai 140,63
melihat cadangan lempung di daerah Kasongan
meter.
yang mulai menipis dan kecenderungan akhir-akhir
ini banyak dicari oleh masyarakat sebagai bahan 3. Topografi dengan kemiringan lereng sedang
keramik. Topografi dengan kemiringan lereng landai ini
dengan kemiringan lereng 14% hingga 20%,
Tujuan dengan ketinggian 125 meter sampai 150
Untuk mengkaji kajian mineral lempung dengan meter.
menggunakan analisis XRD, analisis XRF, dan
analisis kuat lentur yang berharap dapat mengetahui 4. Topografi dengan kemiringan lereng terjal
apakah lempung di daerah telitian berkualitas baik Topografi dengan kemiringan lereng landai ini
apa tidak. dengan kemiringan lereng 21% hingga 55%,

200 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dengan ketinggian 137,5 meter sampai 193,75 berumur kuarter. Sedangkan lempung yang diteliti
meter. berupa lempung resedual hasil pelapukan dari
batuan-batuan yang termasuk endapan volkanik
muda Merapi (batuan beku, breksi andesit yang
STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
sebagian besar dalam keadaan lapuk) (Tabel 1).
Stratigrafi daerah penelitian menurut Rahardjo,
dkk. (1977) termasuk endapan yang peling muda
yaitu : endapan volkanik Merapi muda yang

Tabel 1. STRATIGRAFI DAERAH TELITIAN

PEMBAHASAN TiO 2 0.25


Hasil Analisis Kimia
Hasil analisis kimia dari conto batu-lempung CaO 1.49
yang diambil di Gunung Siwareng Desa Margodadi MgO 0.40
Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Jogjakarta. Na 2 O 1.02

Dari analisa ini didapatkan prosentase K2O 1.07


kandungan CaO (1,49%), MgO (0,40%), Na 2 O Hilang Pijar 12.04
(1,02%), dan K2O (1,07%) adalah unsur-unsur
yang kehadirannya berperan proses suhu
pembakaran sehingga semakin besar kandungannya
semakin rendah suhu unsur. Seperti juga adanya HASIL ANALISIS PETROGRAFI
mineral-mineral yang dijumpai SiO 2 , Al 2 O 3 , K 2 O Hasil analisis petrografi dari lempung menunjukkan
dsb, akan sangat menguntungkan. Dari kandungan kandungan mineral yang dijumpai adalah feldspar,
SiO dan Al 2 O 3 cukup tinggi yaitu jika dijumlahkan mineral opaq, lithic, fosil, lempung, dan gelas.
mencapai 78,63% dimana kedua unsur ini
bermanfaat sebagai penguat rangka body keramik.
HASIL ANALISIS X-RD
Tabel 2. Hasil analisis kimia lempung Analisis X-RD ini dilakukan untuk mengetahui atau
mencari mineral dalam batuan yang berukuran
Kadar % berat sangat halus seperti mineral lempung yang tidak
Komponen Lempung bisa diamati dengan analisis petrografi ataupun
analisis X-RF, dengan cara ini mineral berukuran
SiO 2 58.25 kecil akan teridentifikasi berdasarkan peak yang
Al 2 O 3 20.38 muncul.
Untuk analisis X-RD ini penulis melakukan dua
Fe 2 O 3 5.10 analisis yaitu analisis X-RD pada lempung dan
analisis pada lapukan batu beku andesitnya.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 201
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dari analisis X-RD pada lempung didapatkan andesitnya didapatkan mineral-mineral sebagai
mineral-mineral seperti halloysite, feldspar dan berikut montmorillonite, halloysite, feldspar,
kuarsa. Sedangkan untuk lapukan batu beku kuarsa, dan hematite.

Gambar 1. Diagram X-RD untuk lempung murni

Gambar 2. Diagram X-RD untuk lapukan batu beku andesit

202 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil Analisis Kuat Lentur

Tabel 3. Hasil Analisis Kuat Lentur

MENTAH Dibakar pada suhu


AP SK KL 900 C 1000 C
% % kg/cm 2 Ket SJ% PA % KLkg/cm 2 Ket SJ% PA % KLkg/cm 2 Ket

-Warna -Warna -Warna


46.34 10.34 55.76 12.45 18.26 207.07 14.58 13.84 256.96
coklat tua coklat bata coklat bata

Keterangan:

AP= Air Pembentuk SK= Susut Kering SJ = Susut Jumlah


PA = Penyerapan Air KL = Kuat Lentur
didapatkan kuat lentur 256,96 kg/cm2. Maka
Dari hasil analisis ini didapatkan pada suhu dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu
pembakaran 900oC dengan kuat lentur 207,07 pembakaran maka kuat lenturnya semakin
kg/cm2 dan pada suhu pembakaran 1000oC tinggi dan akan berkualitas baik.
- - - - - - - -

24 - Halloisit

22 -
Persen kehilangan berat

Indeks pembiasan min


Kehilangan berat
20 -

18 - - 1.57
Indeks
16 - - 1.56
14 - - 1.55
12 - - 1.54
-
10 1.53
0 100 200 300 400 500 600 70 0
Suhu C
Grafik 1. Hubungan indeks bias pembiasan min dengan persen kehilangan berat pada suhu 900oC dan 1000oC
(men Mehmel).

KESIMPULAN DAN SARAN Mehmel3 pada pembakaran 900oC dengan


Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian baik di persen kehilangan berat 12,45% maka nilai
lapangan maupun di laboratorium, ada beberapa hal indeks biasnya kecil. Sedangkan untuk
yang perlu di kaji, antara lain : pembakaran 1000oC dengan persen
1. Berdasarkan analisis X-RD untuk kehilangan 14.58% maka nilai indeks
batulempung murni di dapatkan mineral biasnya semakin kecil.
lempung jenis halloysite, sedangkan dari 4. Saran penulis dengan sifat kejenuhan air
analisis X-RF didapatkan kandungan SiO 2 = dari halloysite tersebut untuk pembuatan
58,25%, Al 2 O 3 = 20,38%, Fe 2 O 3= 5,10%, keramik dapat mencampur dari lapukan
T i O 2 = 0,25%, CaO = 1,49%, MgO = batu beku andesit yang berfungsi
0,40%, Na 2 O=1,02%, dan K 2 O = 1,07%. mengurangi keplastisan, sehingga dapat
2. Lingkungan pengendapan daerah telitian membentuk kerangka atau bodi keramik.
adalah lingkungan darat (pola pengaliran
teranyam) yang dicirikan oleh litologi yang
DAFTAR PUSTAKA
belum terlitifikasi, dan didapatkan reworked
fosil.
Bemmelen,R.W. Van, 1949, The Geology of
3. Untuk kajian mineral lempung yang didapat
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, vol. IA,
dari hasil analisa X-RD, berupa mineral
Government printing office, Martinus Nijhoff,
lempung jenis halloysite, berdasarkan grafik
The Hague, p.732.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 203
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Grim, Ralph E., (1972), Applied Clay


Mineralogy McGraw- Hill Book Company,
New York. Hal 291 - 294
Humbarsono. A. Y., 1996,Kajian Mineralogi Dan
Pemanfaatan Lempung Serap Dengok Sebagai
Bahan Pencampur Keramik Di Kasongan,
Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta, tesis
program pasca sarjana ITB, Bandung. (130
hal).
Kerjasama Pemerintah Daerah Tingkat II
Kabupaten Sleman Dinas Pertambanga dengan
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Jogjakarta, 1996, Pemetaan Bahan Galian
Golongan C Di Kecamatan Seyegan
Kabupaten Dati II Sleman Daerah Istimewa
Jogjakarta. (101 hal).
Koesoemadinata, R.P., 1985, prinsip-prinsip
sedimentasi Jurusan Geologi Institut
Teknologi Bandung.
Murwanto, Helmy., 1999, Lingkungan Danau
Purba Daerah Borobudur Dan Sekitarnya
Propinsi Jawa Tengah, Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jogjakarta.Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary
Rocks, Harper and Bothers, New York. (371
hal).
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidim H.M.D.
1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta
Direktorat Geologi (P3G), Bandung.
Sukandarrumidi, 1999, Bahan Galian Industri,
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Hal 185 186.
Sam Boggs.J.R. Principles of sedimentatology and
Stratigraphy Second Edition, University of
orogen. Hal 307 313.
Sujanto, Fx., dan Roskamil, 1975, The Geology and
Hydrocarbon Aspect of South Central Jawa, 4
th Annual Meeting of Indonesian Association
of Geologist, Bandung.

204 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HUBUNGAN TEKTONIK PEMBENTUKAN KUBAH KULON PROGO


DENGAN TERDAPATNYA ENDAPAN MINERAL LOGAM DI DAERAH KOKAP,
KULON PROGO

A. Isjudarto
Teknik Pertambangan STTNAS

Abtrak
Daerah Kokap, Kabupaten Kulon Progo ini menarik dipilih untuk obyek penelitian geologi-mineralisasi
karena daerah ini merupakan daerah bekas gunungapi purba yang telah tererosi kuat. Di daerah ini banyak
dijmpai kekar-kekar. Kekar-kekar tersebut sebagian terisi urat-urat kuarsa disertai oleh mineralisasi sulfida,
sebagian hanya terdiri urat kuarsa tanpa mineralisasi sulfida.
Sesar di daerah penelitian umumnya berupa sesar turun dengan dua arah kelurusan yang utama yaitu
barat laut tenggara (NW SE) serta timur laut barat daya (NE SW). Arah umum kekar yang terisi oleh urat
kuarsa di daerah Hargorejo arah dominan urat kuarsa adalah N 350o-360o E, sedang urat kuarsa di daerah
Plampang arah dominan adalah N 40o-50o E dan arah dominan urat kuarsa di daerah Sangon adalah N 280o-290o
E.
Analisis terhadap kekar-kekar yang terisi oleh urat kuarsa di daerah Kokap menunjukkan adanya dua kali
fase pembentukan kekar. Fase pertama menyebabkan terbentuknya kekar-kekar yang berarah timur laut-barat
daya serta barat laut tenggara. Kekar-kekar ini umumnya terisi oleh urat-urat kuarsa, dan beberapa
mengandung bahan galian logam berharga. Fase kedua menghasilkan kekar-kekar yang berarah barat timur.
Kekar-kekar yang berarah barat timur umumnya tidak terisi oleh urat kuarsa.

Abstract
Kokap area, Kulon Progo District, interesting to choose as an geological-mineralogical research,
because this area is an old volcanic that eroded very strong. In this area founded many joints. Some joints filled
by quartz vein with sulfide mineralization, but the others are empty.
Joints in this area generally normal with dominant trend Northwest-Southeast and Northeast
Southwest. General trend joints with quartz filled in Hargorejo is N 350o-360o E, in Plampang area is N 40o-50o
E and Sangon area is N 280o-290o E.
Analysis about joints with filled by quartz in Kokap area shown there are twice phase to formed joints.
First, formed of joints with trend Northeast-soutwest and Northwest-Southeast. These joint commonly filled with
quartz vein and sometimes contained precious metals. Second phase formed joints with trend East West and
commonly no filled by quartz vein.

Latar Belakang tertimbun oleh material hasil pelapukan. Daerah


Di Daerah Sangon dan sekitarnya, Desa Kokap, Kabupaten Kulon Progo ini menarik dipilih
Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon untuk obyek penelitian geologi-mineralisasi karena
Progo dijumpai endapan logam berharga terutama daerah ini merupakan daerah bekas gunungapi purba
Au yang secara genetis merupakan endapan yang telah tererosi kuat, sehingga proses
hidrotermal. Untuk daerah yang beriklim tropis pembentukan endapan mineral hidrotermal yang pada
seperti Indonesia, tingkat pelapukan batuan relatif awalnya terbentuk jauh di dalam bumi dapat muncul
tinggi, sehingga endapan bahan galian seringkali ke permukaan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 205


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

Hasil pengamatan dan pengukuran di Menurut van Bemmelen (1949) di daerah


lapangan banyak dijumpai unsur-unsur struktur penelitian pada masa lampau terdapat gunungapi
seperti kekar maupun sesar. Kekar-kekar tersebut yang disebut Gunungapi Ijo, berumur Tersier atau
sebagian terisi urat-urat kuarsa disertai oleh sekitar 37 hingga 22 juta tahun yang lalu (Soeria-
mineralisasi sulfida, sebagian hanya terdiri urat Atmadja dkk., 1991). Gununungapi-gunungapi purba
kuarsa tanpa mineralisasi sulfida. yang ada di daerah ini membentuk morfologi tertentu
yang menyerupai bentuk kubah dan oleh Bemmelen
Hal ini menjadi hal yang menarik untuk
(1949) disebut sebagai West Progo Dome Complex.
dijadikan obyek penelitian karena tidak semua
Pada saat ini gunungapi purba tersebut sudah tererosi
kekar atau rekahan terisi oleh urat-urat kuarsa
lanjut dan membentuk beberapa puncak gunung
yang mengandung mineral logam.
antara lain G. Ijo dan G. Kukusan.
Pegunungan Kulon Progo merupakan
Metode Penelitian suatu tinggian yang berbentuk kubah dengan panjang
arah utara - selatan, timurlaut - baratdaya adalah
Metoda yang digunakan dalam penelitian
sekitar 32 km, sedang arah barat timur serta
berupa kajian pustaka, kajian dari citra inderaja
baratlaut tenggara adalah 15 20 km.
baik berupa foto udara maupun citra satelit,
pengamatan lapangan geologi seperti pengamatan Terdapat empat kegiatan gunung api yang
morfologi, litologi, arah-arah struktur, serta teramati di daerah ini yaitu :
mineralisasi-alterasi. Diharapkan dari kajian
Pembentukan Formasi Andesit Tua Eosen Atas -
pustaka, kajian lapangan serta kajian laboratorium
Oligosen Bawah
dapat diperkirakan pola-pola urat kuarsa
pembawa emas serta kemungkinan bahan galian Pembentukan Formasi Andesit Tua Oligo-
lain di lokasi penelitian serta hubungan antara Miosen
terdapatnya endapan bahan galian logam dengan Erupsi dan intrusi Andesit dan Dasit Pliosen
pembentukan Kubah Kulon Progo. Pembentukan Gunung api Kuarter dimulai
dengan intrusi basalt-andesit

Geologi
Daerah Kokap dan sekitarnya Kabupaten
Kulon Progo khususnya daerah sekitar G. Ijo, G.
Gajah, G. Menoreh secara litologi di dominasi
oleh endapan piroklastik berupa tufa, batuan beku
lava, breksi, retas-retas dan sebagainya yang
merupakan satuan-satuan batuan dari Formasi
Andesit Tua. Litologi ini mencerminkan adanya
kegiatan vulkanisme yang cukup besar.

206 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Struktur kubah pada kompleks Pegunungan Kulon Progo (Bemmelen, 1949)
Dari segi tektonik jalur pegunungan Kulon sedimen-sedimen yang berumur Paleogen. Jalur
Progo telah mengalami siklus orogenesa Tersier ini paling potensial dalam pembentukan emas.
yang menggambarkan tiga evolusi tektonik utama 3. Jalur sedimen sebelah utara. Jalur ini terdiri dari
yaitu pada akhir Paleogen, Miosen Tengah dan endapan-endapan geosinklinal seperti lipatan-
akhir Pliosen. Secara regional daerah kubah lipatan dari Formasi Kerek, Formasi Tuban dan
Kulonprogo (Kulonprogo Dome) berdasarkan lain-lain dan ditutupi secara diskordan oleh
kondisi litologi, fisiografi terbagi atas tiga jalur lapisan volkanik berumur Pliosen.
(Bemmelen, 1949) yaitu : Menurut Bemmelen, 1949, penyebaran ketiga
1. Jalur sedimen sebelah selatan. Jalur ini terdiri jalur tersebut diatas disebabkan adanya subduksi
dari sedimen-sedimen Paleogen yang ditutup yang membentuk kubah.
secara diskordan oleh lapisan yang berumur Stratigrafi regional daerah Kulon Progo telah
lebih muda. Lapisan Paleogen ini umumnya diteliti oleh beberapa ahli dengan berbagai
terlipat dan tersesarkan (thrusted). Sedangkan pendekatan, diantaranya Bemmelen (1949), Marks
lipatan-lipatan umumnya mempunyai sumbu (1957), Suyanto dan Roskamil (1977), Raharjo dkk
berarah barat-barat laut. (1977), Harsono dan Riyanto (1981) dan Soeria-
2. Jalur Eruptiva bagian tengah. Jalur ini sebagian Atmadja dkk (1991).
besar terdiri dari Formasi Andesit Tua dengan

: Lokasi Penelitian

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian


Secara garis besar stratigrafi regional Pada umumnya keberadaan urat-urat kuarsa
Kulon Progo dari tua ke muda sebagai berikut : pembawa logam terdapat di dalam Formasi Andesit
Tua (OAF). Formasi Andesit Tua tersusun dari breksi
1. Formasi Nanggulan
andesit, tufa, lapili, aglomerat dan sisipan lava
2. Formasi Andesit Tua
andesit serta terobosan dasit, andesit porfir dan diorit
3. Formasi Jonggrangan
porfir. Menurut Raharjo dkk (1977) batuan beku
4. Formasi Sentolo
terobosan yang berupa dasit, andesit porfir dan diorit
5. Endapan Gunungapi Kuarter Muda.
porfir ini menerobos hingga Formasi Nanggulan.
Terobosan ini sering disebut sebagai inti kubah
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 207
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

gunungapi Pegunungan Kulon Progo yang sumber panas umumnya berupa zona silisik atau
berbentuk kubah segiempat (elongated dome). serisitik, sedang yang terjauh berupa zona potasik
Formasi ini dapat dibagi dua bagian yaitu : (Corbett and Leach, 1996).
1. Sekuen bagian bawah dari OAF (Low Old
Lindgren, 1933 vide Bateman (1950)
Andesit, LOA) berhubungan dengan aktifitas
mengemukakan ada beberapa faktor yang memegang
subduksi jaman Kapur Akhir sampai Tersier
peran penting dalam pembentukan deposit
Awal. LOA interfingering dengan anggota
hidrotermal antara lain :
Cipager Formasi Bayah (Eosen) sedang UOA
interfingering dengan Formasi Cijengkol Tersedianya larutan mineralisasi
bagian Atas dan Formasi Citarate (Oligosen Adanya pori-pori atau rekahan-rekahan batuan
Akhir Miosen Awal). yang berhubungan dengan larutan sehingga
Sedang bagian atas (Upper Old Andesit, larutan bisa bergerak naik ke permukaan bumi
UOA) berhubungan dengan aktifitas Adanya reaksi dan perubahan kimia yang
subduksi Oligosen-Miosen. menyebabkan terbentuknya deposit bijih
Mineralisasi Tekanan dan temperatur yang cukup untuk
terjadinya reaksi
Terbentuknya gunungapi serta naiknya fluida
Konsentrasi unsur yang cukup untuk
hidrotermal ke permukaan akan menghasilkan
menghasilkan endapan yang ekonomis.
mineral bijih maupun mineral ubahan (mineral
Lindgren, 1933, mengelompokkan pembentukan
alterasi). Naiknya magma ke permukaan ini
deposit bijih hidrotermal atas dasar temperatur,
sering dipicu oleh kegiatan tektonik pada litosfera
tekanan dan kedalamannya sbb :
yang menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan
Deposit hipotermal, terbentuk pada temperatur
tektonik. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
300o 500oC pada kedalaman lebih dari 12.000 kaki
rekahan-rekahan radier menuju pusat erupsi pada
dan tekanan cukup tinggi. Deposit yang umum
tubuh gunungapi.` Larutan sisa magma membawa
dijumpai pada proses hipotermal antara lain emas,
unsur-unsur logam berharga dan terbentuk
wolfram, skeelit, pirhotit, pentlandit, pirit,
belakangan akan melewati dan mengisi sistem
arsenopirit, kalkopirit, sfalerit, galena, stanit,
rekahan volkanik yang ada. Apabila larutan sisa
kasiterit, uranit, kobalt, bismutinit dan nikel arsenit.
magma ini menjadi dingin maka akan mengendap
Deposit mesotermal, terbentuk pada suhu
menjadi mineral bijih dalam bentuk endapan
sekitar 200o 300oC pada kedalaman antara 4.000
hidrotermal.
12.000 kaki. Deposit yang umum dijumpai pada
Larutan sisa magma yang suhunya masih proses mesotermal adalah kalkopirit, enargit,
cukup tinggi (500oC) dalam perjalanannya naik kalaverit, bornit, tetrahedrit, tennantit, kalkosit,
ke atas, juga akan mempengaruhi dan mengubah tembaga, perak, seng, molibdenum dan emas.
batuan samping yang dilaluinya menjadi batuan Deposit epitermal, sebagian besar merupakan
teralterasi. Jenis dan intensitas alterasi akan deposit yang dihasilkan oleh proses pengisian celah
sangat dipengaruhi oleh temperatur serta kimia yang terbentuk pada suhu antara 100o 200oC,
fluida hidrotermal. Jenis alterasi akan dicirikan letaknya dekat dengan permukaan sampai kedalaman
oleh himpunan mineral tertentu yang 4000 kaki Endapan mineral bijih yang terbentuk
mencerminkan temperatur alterasi. Alterasi ini adalah emas dan perak, disamping itu juga pirit,
akan membentuk zona-zona alterasi yang kalkopirit, sinnabar, galena dan sfalerit.
berkaitan dengan jaraknya terhadap sumber panas
(heat source). Zona alterasi yang terdekat dengan

Tabel 2.1. Klasifikasi endapan hidrotermal (After Lindgren, 1933)


Hipotermal Deposit
1. Kedalaman/Temperatur - 3.000-15.000 m/300o-600oC
2. Pembentukan - Batuan plutonik asam, Precambrian
3. Logam berharga - Au, Sn, Mo, W, Cu, Pb, Zn, As
4. Mineral bijih - Magnetit, pirotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, elektrum, wolframit, scheelit, pirit,
galena
5. Mineral pengotor - Garnet, plagioklas, biotit, muskovit, topas, turmalin,
epidot, klorit
6. Tekstur dan struktur - Sangat kasar, banded
Mesotermal Deposit
Kedalaman/Temperatur 1.200-4.500 m/200o-300oC
Pembentukan Pada/dekat batuan intrusif
Logam berharga Au, Ag, Cu, As, Pb, Zn, Ni, Co, W, Mo, U
Mineral bijih Native Au, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena,

208 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

enargit, kalkosit, argentit, pitchblende, nocolit, cobaltit,


tetrahedrit
Mineral pengotor Albit, kuarsa, serisit, klorit, karbonat, siderit, epidot
Tekstur dan struktur Tidak begitu kasar, kadang banded
Epitermal Deposit
Kedalaman/Temperatur 1. Dekat permukaan-1.500 m/50o-200oC
Pembentukan 2. Berkaitan dengan batuan intrusif dangkal
Logam berharga 3. Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih 4. Native Au, Ag, Cu, Bi, pirit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit, sinabar, stibnit, realgar, orpiment, argentit
Mineral pengotor 5. Chert, kalsedon, klorit, epidot, karbonat, flourit, barit,
adularia, serisit, dickit, rodokrosit, zeolit
Tekstur dan struktur 6. Crustiform, banded, cockade, vuggy

Data dan Analisis Sribit. Sesar-sesar ini nampaknya memotong sesar-


sesar yang berarah timur laut barat daya. Dapat
Di daerah Kulon Progo (West Progo
ditafsirkan bahwa sesar yang berarah timur laut
Dome Complex) dijumpai beberapa batuan beku,
barat daya ini berumur lebih tua dibanding sesar yang
batuan sedimen yang dominasi oleh batupasir,
berarah barat laut tenggara. Pengukuran semi detil
breksi andesit, batugamping serta napal.
di Sungai Sangon terdapat bidang-bidang sesar yang
Kedudukan batuan sedimen Tersier ini diterobos
mempunyai arah N65oE/ 80o, N100oE/80o serta
oleh batuan beku berupa andesit porfir serta dasit
N155oE/85o.
di beberapa tempat. Batuan beku diperkirakan
merupakan batuan terobosan hasil aktifitas Kekar-kekar yang terisi oleh urat kuarsa di
gunungapi Tersier. Di daerah G. Kukusan, G. daerah Sangon agak melengkung di bagian barat pada
Rego, G. Ijo dan G. Jatisawit dijumpai batuan umumnya berarah barat laut - tenggara (NW SE),
andesit berwarna abu-abu, masif, dijumpai semakin ke timur arahnya menjadi timur laut barat
beberapa lubang gas (vesikuler), tekstur porfiro daya (NE-SW). Sedang arah umum kekar yang terisi
afanitik, dengan mineral dominan terdiri dari oleh urat-urat kuarsa di daerah Plampang cenderung
plagioklas serta piroksen. mengarah ke timur laut barat daya (NE-SW).
Pengukuran kekar-kekar di Hargorejo relatif berarah
Sesar di daerah penelitian umumnya
utara selatan. (N S). Mineral bijih yang hadir pada
berupa sesar turun dengan dua arah kelurusan
urat-urat kuarsa selain emas (elektrum) juga dijumpai
yang utama yaitu barat laut tenggara (NW SE)
mineral logam lain seperti magnetit, hematit, kovelit,
serta timur laut barat daya (NE SW). Sesar
pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena.
yang berarah barat laut tenggara (NW SE)
dijumpai di daerah aliran S. Progo, Sudu serta

Gambar 4. Arah umum urat kuarsa di Ds. Hargorejo

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 209


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 5. Arah umum urat kuarsa di Ds. Plampang dan Ds Sangon

Kesimpulan kepada semua yang telah membantu terselesaikannya


tulisan ini
Daerah Kulon Progo merupakan hasil
gerak-gerak pengangkatan dan penurunan yang
menerus sejak Eosen sampai Plio-Plistosen.
Gerak-gerak tersebut didahului oleh periode DAFTAR PUSTAKA
pembentukan cekungan, regresi intrusi dan Bateman, A.M., 1950, Economic Mineral Deposits,
pengkubahan (doming up) disertai oleh periode John Willey & Sons, New York
perlipatan, pematahan serta mineralisasi dan Bemmelen, Van, R.,W., 1949, The Geology of
pembentukan pegunungan. Urat-urat kuarsa yang Indonesia, Vol I dan II, Martinus Nishoff The
dijumpai di daerah telitian terutama berupa Haque, Netherlands.
veinlet dengan tebal antara 1 40 mm. Arah urat Budiadi E., 2008, Peranan Tektonik Dalam
kuarsa di daerah Ds. Hargorejo secara umum Mengontrol Geomorfologi Daerah
mengarah N 350-360 E, di daerah Ds. Plampang Pegunungan Kulon Progo, Yogyakarta,
mengarah N 40 -50 E, sedang di Ds. Sangon Disertasi Program Pascasarjana,Universitas
mengarah 280 -290 E. Padjadjaran, Bandung, tidak diterbitkan
Carlile, J.C., and Mitchell, A.H.G., 1994, Magmatic
Analisis terhadap kekar-kekar yang terisi Arcs and associated gold and copper
oleh urat kuarsa di daerah Kokap menunjukkan mineralisation in Indonesia, Journal of
adanya dua kali fase pembentukan kekar yang Geochemical Exploration 50, Elsevier
menghasilkan kekar-kekar yang terisi urat kuarsa Science, Amsterdam
dan kekar yang tidak terisi urat kuarsa. Fase Corbett, G.J. and Leach, T.M., 1996, Southwest
pertama menyebabkan terbentuknya kekar-kekar Pasific Rim Gold-Copper System; Structure,
yang berarah timur laut-barat daya serta barat laut Alteration and Mineralization, Manual for
tenggara. Kekar-kekar ini umumnya telah terisi Exploration Workshop presented at Jakarta.
oleh urat-urat kuarsa, dan beberapa mengandung Harsono, P., dan Riyanto, B., 1981, Stratigraphic and
bahan galian logam berharga, seperti emas, perak. Planktonic Foraminifera, Bandung Institute of
Fase kedua menghasilkan kekar-kekar yang Technology, Bandung
berarah barat timur. Kekar-kekar yang berarah Katili, J.A., 1975b, Geological Environment of The
barat timur umumnya tidak terisi oleh urat kuarsa. Indonesian Mineral Deposit, A Plate Tectonic
Approch in Economic and Social Commision
for Asia and Pacific Committee For
Ucapan Terima Kasih Coorganisation of Joint Prospecting for
Mineral Resources in Asia Offshore Area
Ucapan terima kasih kami sampaikan
(CCOP), Technical Bulletin V-9
kepada DP2M, Dirjen Dikti, Depdiknas yang
telah membiayai kegiatan penelitian ini dan

210 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Katili, J.A., 1980, Geotectonic of Indonesia, a B., 1991, The Tertiary magmatic belt in Jawa,
Modern View, Directorate General of Proc. Sympos. In the Dynamic of Subduction
Mines, Jakarta. and Its Products, p. 96-121, Yogyakarta,
Rahardjo, W., Sukadarrumidi & Rosisi, H. M. D., Puslitbang Geoteknologi-LIPI, Bandung.
1977, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Suyanto FX dan Roskamil, 1977, The Geology and
Direktorat Geologi Bandung Hydrocarbon Aspect of South Central Java,
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, Presented at 4th Annual Meeting Indonesian
Pringgoprawiro, H., Polve, M. & Priadi, Association of Geologist, Bandung

Foto 1. Material sisa hasil pengolahan bijih Foto 2. Batuan yang mengandung veinlet
emas berupa batuan yang veinlet kuarsa dengan ketebalan 1-4
berkadar rendah (barren rocks) mm, lokasi desa Hargorejo

Foto 3. Alterasi Argilik, dijumpai setempat- Foto 4. Proses pengolahan batuan menjadi
setempat di daerah Plampang emas, lokasi di Desa Hargorejo

Foto 5. Kemunculan mineral sekunder Foto 6. Lubang tambang horisontal dengan


kuarsa dan serisit yang panjang sekitar 200 meter di Ds
mengindikasikan adanya alterasi Plampang
phylitisasi di daerah penelitian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 211


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PROFIL PENDAPATAN ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI YOGYAKARTA


(STUDI KASUS : BUS TRANS JOGJA)

Ircham
Staf Pengajar Jurusan / Prodi Teknik Sipil, STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
Irc276@yahoo.co.id

ABSTRAK
Angkutan umum perkotaan sebagai salah satu sarana transportasi di Yogyakarta, tingkat pelayanannya
kurang baik sehingga mengurangi minat penumpang, bahkan rata-rata load factor (tingkat keterisiannya) hanya
27%. Hal ini membuat jalan raya makin padat dengan kendaraan pribadi, kemacetan tinggi terutama pada jam
sibuk (peak hours) baik pagi, siang maupun sore serta peningkatan polusi udara. Untuk meningkatkan citra
angkutan umum, Pemerintah Daerah dalam ini Departemen Perhubungan (Dephub) meluncurkan program
angkutan umum perkotaan yang baru (bus Trans Jogja) dengan tingkat pelayanan yang lebih baik, yaitu dengan
sistem buy the service.
Program ini telah berjalan lebih dari satu tahun, sehingga perlu dievaluasi apakah masyarakat
merespon baik sistem ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisa pendapatan bus
Trans Jogja ini sejak diluncurkanyaitu Februari 2008 sampai Desember 2008.
Dari data pendapatan yang ada di departemen perhubungan DIY, terlihat bahwa respon / minat
masyarakat untuk menggunakan bus Trans Jogja cukup baik. Walau diawal peluncuran masyarakat masih ragu,
tetapi setelah bulan kelima minat masyarakat mulai meningkat. Ini terlihat dari pendapatan rata-rata tiap
bulannya setelah bulan kelima diatas 1 milyar, bahkan mencapai 1,2 sampai 1,3 milyar.

Kata kunci: load factor, buy the service, peak hours.

PENDAHULUAN (captive user). Minat menggunakan angkutan umum


A. Latar Belakang (bus kota) terus menurun, load factor rata-rata hanya
Yogyakarta sebagai kota dengan bermacam 27% (Dephub, 2007). Rasio penggunaan kendaraan
predikat, antara lain; kota pelajar, kota tujuan pribadi dibanding kendaraan umum di DIY sebesar
wisata, kota budaya dan pernah dikenal juga 84,6% : 15,4% (Agus Budiono, 2007). Oleh karena
sebagai kota sepeda mempunyai aktifitas yang itu beberapa langkah diambil oleh Pemerintah Daerah
padat, kota yang tidak pernah tidur. Pergerakan / Departemen Perhubungan untuk meningkatkan citra
orang dan barang ini di fasilitasi dengan berbagai angkutan umum, yaitu diluncurkankannya program
moda mulai dari sepeda sampai pesawat udara, angkutan umum perkotaan yang baru (Trans Jogja)
baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. mulai tahun 2008. Berbeda dengan bus kota yang
Perkembangan kendaraan pribadi (sepeda sudah beroperasi, bus kota yang baru ini berac ,
motor) sangat cepat yaitu 7000 8000 sepeda jadwal yang relatif tepat (headway sekitar 15 menit),
motor tiap bulan (Dephub, 2007), belum lagi tidak berhenti di sembarang tempat, hanya berhenti
moda yang lain yang juga bertambah. pada halte yang sudah ditentukan dan beroperasi
Perkembangan kendaraan pribadi yang cepat ini sampai malam yaitu jam 21.00 WIB sehingga dapat
mulai menimbulkan dampak antara lain, mulai diandalkan waktunya. Jumlah armada bus baru masih
macetnya ruas ruas jalan utama, terutama pada terbatas, tetapi secara bertahap jumlah dan rutenya
saat jam sibuk (peak hours), demikian juga polusi akan ditambah, supaya dapat melayani / menjangkau
udara pada tempat-tempat tertentu (khususnya di seluruh wilayah perkotaan. Dengan penerapan sistem
persimpangan) sudah diatas ambang batas. buy the service pada angkutan umum yang baru ini,
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang 8,34% diharapkan akan menarik minat masyarakat untuk
pertahun sangat tidak sebanding dengan tingkat berpindah dari angkutan pribadi ke angkutan umum.
pertumbuhan jalan yang hanya 2,31% pertahun Dengan jumlah bus baru yang masih terbatas
(Agus Budiono, 2007). Munculnya pusat-pusat yaitu 54 buah dan tarif yang relatif lebih mahal
kegiatan baru juga andil dalam meningkatkan dibanding bus lama yang berjumlah 571 buah, masih
bangkitan lalulintas disekitar pusat kegiatan perlu dikaji sejauh manakah pengaruh bus baru
sehingga kemacetan makin parah. Hal ini terhadap minat pengguna angkutan umum.
diperparah dengan kurang baiknya pelayanan
angkutan umum (bus kota) antara lain ; panas
(tidak ber ac), berdesakan, jadwal tidak B. Tinjauan Pustaka
menentu, waktu tunggu yang lama, kurang Menurut Morlok (1991), transportasi manusia
nyaman dan kurang aman. Sehingga tidak dan barang biasanya bukan merupakan tujuan akhir,
menarik bagi pengguna kecuali yang terpaksa tetapi hal itu dilakukan untuk mencapai tujuan akhir,
212 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi / 5. Cost, berarti ongkos yang wajar, ongkos yang
angkutan disebut sebagai permintaan turunan pasti dan ada kemungkinan pengurangan untuk
(derived demand) yang timbul akibat adanya yang berlangganan atau kelompok tertentu
permintaan akan komoditi atau jasa lain. Alasan (pelajar, anak-anak, manula). Biaya ini harus
orang untuk melakukan perjalanan antara lain dirasakan menguntungkan jika dibanding
untuk bekerja, sekolah, belanja, rekreasi dan lain- menggunakan kendaraan lain.
lain, ini semua membutuhkan jasa transportasi. 6. Efficiency, meliputi kecepatan rata-rata yang
Secara umum angkutan / kendaraan tinggi dan waktu henti minimum, bebas dari
dibedakan menjadi dua : tundaan, jumlah hentian yang memadai untuk
1. Kendaraan pribadi adalah kendaraan yang berjalan minimum, fasilitas memadai,
dimiliki secara pribadi dan dioperasikan manajemen yang efisien serta jumlah awak
pemiliknya untuk keperluan pemiliknya. terbatas.
Termasuk dalam hal ini adalah mobil Dengan kata lain untuk menarik minat
penumpang, sepeda motor dan sepeda. masyarakat menggunakan angkutan umum perlu
2. Kendaraan umum (public transport) adalah diupayakan supaya citra angkutan umum menjadi
kendaraan yang disewakan untuk umum baik dulu.
dengan membayar tarif tertentu yang sudah
ditetapkan. C. Permasalahan
Tarif yang relatif lebih tinggi yaitu Rp.3000
Angkutan / kendaraan umum ini juga sekali jalan dibanding tarif bus lama yaitu Rp.2000
dibedakan menjadi dua, yaitu : untuk umum dan Rp. 1500 untuk pelajar, membuat
1. Masstransit, angkutan umum dengan jadwal beberapa pengguna angkutan masih memilih
dan rutenya sudah tetap, termasuk dalam hal menggunakan angkutan kota yang lama.
ini adalah bus kota, angkutan kota, kopata
dan lain-lain D. PEMBAHASAN
2. Paratransit, angkutan umum dengan jadwal Untuk melayani pergerakan penduduk DIY
dan rute tidak tetap tergantung permintaan yang berjumlah lebih kurang 3,5 juta jiwa dengan
pengguna, jadi bersifat demand responsive. luas wilayah 3.185,80 km2 (Dephub, 2007) selain
Termasuk dalam kategori ini adalah taksi dan angkutan umum yang lain, tersedia angkutan
beberapa kendaraan sewa lainnya. Karena perkotaan yang berupa bus (lama) dengan jumlah
sifatnya yang demand responsive dan siap 24 seperti dalam Tabel 2.1.
jam, maka tarifnya lebih mahal dari angkutan
umum lainnya. Tabel 2.1 Jumlah Bus Kota
Jml Sesuai Jml Yang
No Perusahaan
Menurut Heru Sutomo (1996), faktor yang SK Gubernur Beroperasi
berpengaruh pada angkutan umum 1 Kop. KOPATA 202 200
dikelompokkan menjadi 6 faktor yang disingkat 2 Kop. KOBUTRI 122 117
SCARCE yaitu : 3 Kop. PUSKOPKAR 111 111
1. Safety, meliputi keselamatan dalam 4 Kop. ASPADA 126 124
kendaraan dan hentian (halte), aman dari 5 Kop. DAMRI 30 19
kecelakaan dan dari pencopetan maupun JUMLAH 591 571
kekerasan fisik lainnya. Sumber : Dephub DIY, 2007
2. Comfort, meliputi kenyamanan penumpang
dalan kendaraan dan hentian, termasuk Armada bus perkotaan ini merupakan bus yang
penataan kursi, pegangan tangan, kemudahan pertama dengan manajemen yang masih sederhana
keluar masuk dan pembayaran ongkos, dan dikelola oleh beberapa koperasi, selain rute yang
kebersihan, juga tempat barang bawaan se- sudah ditentukan, kondisi bus yang kurang baik
perlunya serta awak bus yang (tidak berac) dan jadwal yang tidak teratur, bus ini
menyenangkan. sering berhenti di sembarang tempat sepanjang
3. Accessibility, meliputi distribusi rute, rutenya, sehingga dari segi waktu tidak dapat
kapasitas kendaraan, frekuensi dan jam diandalkan. Untuk menaikkan citra angkutan umum,
operasi, skedul dan penempatan halte dan pemerintah mulai Februari 2008 meluncurkan
terminal yang tepat. angkutan perkotaan baru dengan sistem buy the
4. Reliability, mencerminkan tingkat gangguan service, bekerjasama dengan pihak swasta yaitu PT.
yang rendah, armada yang selalu siap, Jogja Tugu Trans sebagai pengelola. Secara fisik bus
ketepatan terhadap jadual, informasi yang ini lebih baik karena berac, berhenti hanya pada
memadai jika ada perubahan layanan serta halte, jarak kedatangan antar bus (headway) sekitar
jaminan perjalanan sambungan di titik 15 menit, pembayaran ongkos / tiket dilakukan di
transfer. halte, jadi kondektur maupun sopir tidak menerima
pembayaran langsung. Dengan demikian angkutan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 213


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

perkotaan yang baru ini (Trans Jogja) tingkat Tabel 2.4 Pendapatan Trans Jogja Tahun 2008
pelayanan lebih baik dari yang dulu serta dari segi Pendapatan Kumulatif
waktu dapat diandalkan. Jumlah bus Trans Jogja No Bulan
(Rp.) (Rp.)
seperti pada Tabel 2.2 (Sigith, 2008). 1 Februari 265.627.000 265.627.000
2 Maret 864.314.500 1.129.941.500
Tabel 2.2 Jumlah Dan Komposisi Bus Trans 3 April 793.687.000 1.923.628.500
Jogja 4 Mei 920.062.000 2.843.690.500
Jumlah 5 Juni 1.051.079.000 3.894.769.500
No Jalur Cadangan 6 Juli 1.300.278.000 5.195.047.000
Bus
1 IA 8 1 7 Agustus 1.290.960.000 6.486.007.500
2 IB 8 1 8 September 1.290.969.000 7.606.976.500
3 IIA 8 1 9 Oktober 1.290.727.000 8.897.703.500
4 IIB 8 1 10 Nopember 1.165.034.000 10.062.737.500
5 IIIA 8 1 11 Desember 1.295.155.000 11.357.892.500
6 IIIB 8 1 Sumber : Dephub DIY, 2009
Jumlah 48 6
Sumber : Dephub DIY, 2009 Dari Tabel 2.3 di atas terlihat bahwa
pendapatan pada bulan Februari hanya sedikit, hal ini
Dengan jumlah yang hanya 54 bus, maka disebabkan oleh beberapa hal antara lain : peluncuran
rute / jalur yang dapat dilayani masih sangat bus Trans Jogja dimulai pada pertengahan bulan yaitu
terbatas yaitu I, II dan III, sedangkan huruf A dan tanggal 18, tarif promosi selama 1 minggu Rp. 1000,
B menunjukkan arah sebaliknya. Sejak warga belum familiar atau belum terbiasa dengan
diluncurkan 18 Februari 2008 sampai dengan bus Trans Jogja termasuk jalurnya, sehingga masih
Desember 2008, bus Trans Jogja telah banyak yang ragu untuk menggunakannya. Hal inilah
mengangkut penumpang sebanyak 3.860.271 antara lain yang menyebabkan pendapatan bulan
penumpang. Lebih detail jumlah tiap bulannya Februari masih sedikit. Selanjutnya dari Tabel 2.3
dapat dilihat pada Tabel 2.3. terlihat mulai bulan Maret jumlah penumpang
meningkat terus sampai bulan Juni dan mulai bulan
Juli sampai Desember 2008 jumlah penumpang
relative stabil. Dengan demikian jumlah
Tabel 2.3 Jumlah Penumpang Tahun 2008 pendapatanpun meningkat dan stabil di sekitar 1,2
Jumlah sampai 1,3 juta rupiah tiap bulan.
No Bulan Komulatif
Penumpang
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1 Februari 162.849 162.849
1. Kesimpulan
2 Maret 288.105 450.954
Pada awalnya (4 bulan pertama) pendapatan
3 April 264.562 715.516 masih dibawah 1 milyar perbulan.
4 Mei 306.687 1.022.204 Mulai bulan kelima pengoperasian bus Trans
5 Juni 350.360 1.372.563 Jogja pendapatan sudah stabil antara 1,2 sampai
6 Juli 433.426 1.805.989 1,3 juta perbulan.
7 Agustus 430.320 2.236.309 Belum terlihat adanya lonjakan penumpang /
8 September 373.656 2.609.966 pendapatan sampai akhir tahun (Desember 2008).
9 Oktober 430.242 3.040.208
10 Nopember 388.345 3.428.553 2. Saran
11 Desember 431.718 3.860.271 Perlu diteliti lebih lanjut terkait faktor yang
Sumber : Dephub, 2009 mempengaruhi angkutan umum, khususnya bus
Trans Jogja ; rute, halte, pelayanan (di dalam
Dengan jumlah penumpang yang diangkut dan di luar bus)
selama tahun 2008 tersebut, pendapatan yang Perlu juga ditinjau tentang load factor
diperoleh dari tiket sebesar Rp.11.357.892.500 Perlu diupayakan adanya kenaikan jumlah
yang selengkapnya ada pada Tabel 2.4. penumpang supaya pendapatan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Tataran Transportasi Wilayah dan
legalitasnya, Dephub, DIY.
Agus Budiono, 2007, Jaringan Transportasi Jalan
Menuju Tataran Transportasi Kota
Yogyakarta, makalah Dephub.

214 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Heru Sutomo, 1996, Perencanaan Angkutan


Umum, bahan kuliah MSTT-UGM.
Sigith, 2008, Reformasi Angkutan Umum di
DIY, Dephub. Prop. DIY.
Morlok, 1991, Pengantar Teknik Dan
Perencanaan Transportasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 215


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PERAWATAN BETON YANG MENGGUNAKAN


BATU PUTIH GUNUNG KIDUL SEBAGAI AGREGAT KASAR
TERHADAP KUAT DESAK BETON
Retnowati Setioningsih
Staf Pengajar Jurusan / Prodi Teknik Sipil, STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
rsetioningsih@yahoo.com
ABSTRAK
Bahan penyusun beton terdiri dari pasir, kerikil, semen dan air. Kekuatan, keawetan dan sifat beton
juga tergantung pada sifat-sifat bahan dasar penyusunnya, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan
maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan selama proses
pengerasan.
Penelitian ini mengetahui kuat desak antara adukan beton yang dirawat dan tidak beton normal dan
beton yang menggunakan agregat kasar batu putih Gunung Kidul. Perhitungan campuran pada penelitian ini
berdasarkan SK SNI T-15-1990-03. Dalam penelitian ini dibuat 40 buah benda uji, dengan masing-masing
jumlah benda uji 5, masing-masing variasi tersebut diuji pada umur 14 hari dan 28 hari.
Dalam penelitian ini didapat kesimpulan, kuat desak beton rata-rata : (a) beton normal dengan perawatan
23,171 MPa; (b) beton normal tanpa perawatan 16,210 MPa; (c) beton batu putih dengan perawatan 9,254 MPa
dan (d) beton batu putih tanpa perawatan 12,205 MPa.
Kata Kunci : Beton, Kuat Desak, Batu Putih

telah dapat memenuhi berbagai tuntutan tertentu,


PENDAHULUAN
misalnya pemakaian bahan lokal yang dapat
Beton masih banyak digunakan, hal ini diperoleh di suatu daerah tertentu dengan mengubah
dikarenakan beton merupakan salah satu bahan bahan dasar yang sesuai maupun cara pengerjaan
konstruksi yang mempunyai kelebihan dalam yang cocok dengan kemampuan pekerja.
mutu, ekonomis dan keawetan. Bahan penyusun Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa
beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar, Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang
semen sebagai bahan pengikat dan air sebagai sedang berkembang terutama dalam hal
bahan untuk membuat semen bersifat plastis pada pembangunan, yang tentunya tidak terlepas dari
pencampuran bahan adukan beton. pembangunan fisik berupa infrastruktur-infrastruktur
Kekuatan, keawetan dan sifat beton juga yang akan menunjang daerah tersebut. Dari
tergantung pada sifat-sifat bahan dasar kenyataan tersebut dapat dilihat adanya keterkaitan
penyusunnya, nilai perbandingan bahan- antara pembangunan infrastruktur dengan ketersedian
bahannya, cara pengadukan maupun cara bahan-bahan yang akan digunakan dalam
pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pembangunan.
pemadatan dan cara perawatan selama proses Topografi daerah Gunung Kidul merupakan
pengerasan. perbukitan yang banyak mengandung batuan-batuan
Untuk menjaga agar permukaan beton segar gamping, salah satunya batu putih. Selama ini
selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan pemanfaatan batu putih belum dioptimalkan,
sampai beton dianggap cukup keras adalah sebagian besar pemanfaatannya hanya sebatas
dengan melakukan perawatan. Kelembaban sebagai bahan kerajinan dan bahkan hanya ditumpuk
permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin dan dibuang begitu saja. Batu putih dapat
proses hidrasi semen (reaksi semen dan pasir) dimanfaatkan sebagai salah satu pengganti material
berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dalam pembuatan beton.
dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat,
TINJAUAN PUSTAKA
dan juga timbul retak-retak. Selain itu,
kelembaban permukaan tadi juga menambah Menurut penelitian Dinas Pertambangan DIY
beton lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air. (1995), batu putih Gunung Kidul digolongkan dalam
Luasnya pemakaian beton disebabkan oleh jenis batuan gamping dengan nama Kalkarenit
karena terbuat dari bahan-bahan yang umumnya Halus. Singkapan dilapangan bahan galian
mudah diperoleh serta mudah diolah sehingga Kalkarenit Halus berwarna putih agak kelabu, tekstur
menjadikan beton mempunyai sifat yang dituntut klastik, berlapis dengan ketebalan lapisan 10 125
sesuai dengan keadaan situasi pemakaian tertentu. cm, umumnya 50 cm, ukuran butir pasir halus-sedang
Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton dominan halus. Komposisi kandungan mineral-

216 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mineral karbonat dan berfosil mempunyai sifat 1. Karena penghabluran kembali larutan batu
lunak dan kompak Kalkarenit Halus mempunyai gamping akibat air tanah / hujan.
sisipan Kalkarenit halus keras, Kalkarenit Kasar, 2. Karena batu gamping non klastik mengalami
Batu Pasir Tufan, Batu Pasir dan lereng terumbu. proses perlipatan / tektonik sehingga terbentuk
Kuat desak beton ditentukan oleh pengaturan rekahan dimana endapan kalsit berada.
dari perbandingan semen, agregat kasar, agregat 3. Karena proses metamorphose kontak atau
halus, air dan berbagai jenis campuran. Semakin regional pada batu gamping yang diterobos oleh
rendah perbandingan air semen, semakin tinggi batuan beku.
kuat desaknya, menurut Wang and Salmon 4. Akibat proses hidrotermal temperature rendah
(1985). dan berasosiasi dengan senyawa sulfida.
Menurut Tjokrodimuljo, K. (1996), cara Batu putih digolongkan dalam jenis batuan
perawatan di lapangan harus ditingkatkan apabila gamping dengan nama Kalkarenit Halus berwarna
kuat desak benda uji yang dirawat di lapangan putih cerah, tekstur klastik, terdukung butiran,
kurang dari 85% dari pada kuat desak benda uji tersusun oleh fosil 20% -70%, lumpur karbonat 20%
yang dirawat di laboratorium, kecuali jika kuat - 70%, semen 10% - 30%, hornblende 0% - 1% dan
desak benda uji yang dirawat di lapangan masih pori 5% - 35%. Hasil analisis kimia menunjukan
tinggi dari f c 4 (MPa).
' bahwa kandungan unsur-unsur penyusun batu
kalkarenit halus mempunyai komposisi yang tersusun
Menurut Tjokrodimuljo, K. (1996), sifat sebagai berikut; CaCo 3 , SiO 2, MgO, Al 2 O 3, Fe 2 O 3
beton pada umumnya lebih baik jika kuat dan TiO 2.
desaknya lebih tinggi, dengan demikian untuk
meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya C. Semen
ditinjau kuat desaknya saja. Agregat merupakan Semen Portland adalah semen hidrolis yang
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
kekuatan beton, sifat agregat yang paling terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah bersifat hidrolis dengan gibs sebagai bahan tambahan
kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. dalam PUBI (1982) klinker semen Portland dibuat
Pada beton kuat desak tinggi dianjurkan memakai dari batu kapur (CaCo 3 ), tanah liat dan bahan dasar
agregat dengan ukuran besar butir maksimum 20 berkadar besi. Semen Portland terdiri dari 4 unsur
mm. yang paling penting yaitu :
1. Trikalsium Silikat (C 3 S) atau 3CaO.SiO 2
A. Agregat 2. Dikalsium Silikat (C 2 S) atau 2CaO.SiO 2
Agregat dalam SNI T-15-1991-03 3. Trikalsium Aluminat (C 3 A) atau 3CaO.Al 2 O 3
didefinisikan sebagai material granular misalnya : 4. Tetra Kalsium Alumino Ferrite (CaAF) atau
(pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi) 4CaOAl 2 O 3 Fe 2 O 3
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik D. Air
atau adukan. Berdasarkan ukurannya agregat Air diperlukan sebagai bahan dasar pembuat
dibedakan menjadi : beton karena air diperlukan untuk bereaksi dengan
1. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm. semen dan juga membuat semen menjadi pasta
2. Kerikil (aggregat kasar), untuk butiran antara sehingga adukan menjadi mudah dikerjakan. Air
5 mm dan 40 mm. juga diperlukan dalam proses hidrasi semen, sehingga
3. Pasir (aggregat halus), untuk butiran antara antara semen dengan agregat ada lekatan. Air yang
0,15 mm dan 5 mm. terlalu banyak unsur kimia yang melemahkan seperti
Tingkat kekuatan beton tidak lebih tinggi dari : asam, gula, sulfat dan klorida tentu saja tidak
pada kekuatan agregatnya, oleh sebab itu digunakan. Dalam hal khusus, air laut juga dapat
sepanjang kuat desak agregat lebih tinggi dari digunakan.
pada beton yang dihasilkan dari agregat tersebut, E. Perawatan Beton
maka agregat tersebut masih dianggap cukup Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga
kuat. Ada dua sebab yang dapat membuat butir- agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak
butir agregat bisa bersifat kurang kuat yaitu, adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap
karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri cukup keras. Kelembaban permukaan beton itu harus
dari partikel-partikel yang kuat tetapi tidak terikat dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi
dengan kuat, jadi bahan ikatannya yang kurang semen dan pasir) berlangsung dengan sempurna.
kuat, menurut Tjokrodimuljo, K. (1996). Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang
B. Batu Putih kurang kuat, dan juga timbul retak-retak. Selain itu,
Batu putih Gunung Kidul termasuk batu kelembaban permukaan tadi juga menambah beton
kalsit, yang umumnya juga dijumpai berasosiasi lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air, menurut
dengan batu gamping khususnya batu gamping Tjokrodimuljo, K. (1996).
non klastik dan terbentuk karena beberapa faktor Cara perawatan beton yang biasa dilakukan
yaitu : terhadap contoh beton yang berbentuk kubus atau
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 217
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

silinder adalah : menaruh beton segar di dalam beton, agar dapat langsung diterapkan dalam
ruangan yang lembab, menaruh beton segar diatas praktek praktek pelaksanaan pembangunan.
genangan air dan menaruh beton segar di dalam 2. Mendapatkan bahan susun beton yang baru yaitu
air. Dan cara perawatan beton yang biasa menggunakan bahan yang tersedia di sekitar
dilakukan untuk beton segar dilapangan / di proyek terutama di daerah daerah pegunungan
proyek adalah : menyelimuti permukaan beton yang banyak mengandung batu putih.
dengan karung basah, menggenangi permukaan Penggunaan material lokal diharapkan mampu
beton dengan air dan menyirami permukaan beton mengatasi keterbatasan bahan susun beton di daerah
setiap saat secara terus-menerus. tertentu sehingga mampu menekan biaya ongkos
Untuk memeriksa mutu pelaksanaan transportasi dan untuk menggali potensi material
perawatan dan perlindungan dari beton yang lokal sehingga bisa diterima masyarakat umum.
dibuat di lapangan, dilakukan dengan membuat Perawatan beton harus dilakukan sejak beton
benda uji silinder beton yang dirawat dilapangan dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras,
yang dicetak pada saat yang sama dan diambil perawatan tersebut dilakukan untuk menjaga agar
dari contoh yang sama dengan benda uji yang permukaan beton segar selalu lembab. Untuk
dirawat di laboratorium. Perawatan benda uji di menghasilkan kekuatan beton yang baik, kelembaban
lapangan harus sama dengan kondisi perawatan permukaan beton harus selalu dijaga agar proses
beton yang sebenarnya di lapangan. hidrasi semen berlangsung dengan sempurna,
mengurangi retak-retak pada permukaan beton, dan
F. Pengujian Kuat Desak
beton menjadi lebih tahan cuaca serta lebih kedap air.
Pada umumnya bahwa sifat beton akan lebih
Kekuatan dari beton antara lain tergantung dari
baik apabila kuat desaknya tinggi. Maka untuk
jenis bahan susun yang digunakan dan perawatan
meninjau mutu beton, biasanya secara kasar
beton, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk
ditinjau dari kuat desaknya saja. Dalam
melihat : sejauh mana fungsi perawatan beton yang
menyatakan nilai kuat desak beton dilakukan
menggunakan material pengganti agregat kasar
dengan tata cara pengujian standar, menggunakan
dengan batu putih di dalam peningkatan kuat desak
mesin uji dengan cara memberikan beban desak
beton.
bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu atas benda uji silinder beton (diameter METODE PENELITIAN
150 mm dan tinggi 300 mm) sampai hancur.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini
G. Metode Perencanaan Campuran Beton adalah metode eksperimen, yaitu penelitian yang
Perencanaan campuran beton adalah untuk bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
menentukan jumlah masing-masing bahan yang antara satu sama lain dan membandingkan hasilnya.
akan digunakan dalam adukan beton. Perencanan Pada penelitian ini dipakai percobaan langsung di
adukan beton dalam penelitian ini menggunakan Laboratorium. Metode penelitian yang digunakan
cara Inggris (The British Mix Design Method) disesuaikan dengan prosedur, alat serta jenis
yang tercantum dalam Design of Normal penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan
Concrete Mixes, yang di Indonesia cara ini sistimatis dan lancar. Metode yang digunakan pada
dikenal dengan cara DOE (Departement of penelitian ini adalah :
Environment). Cara DOE ini dipakai sebagai
1. Tahap perumusan masalah, tahap ini meliputi
standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan
perumusan topik penelitian termasuk perumusan
Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku
serta pembatasan masalah.
standar No. SK-SNI-T-15-1990-03 tentang Tata
2. Tahap perumusan teori, pada tahap ini
Cara Pembuatan Rencana Beton Normal
dilakukan pengkajian pustaka terhadap teori
(Tjokrodimuljo, K. (1996)).
yang melandasi penelitian serta ketentuan-
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ketentuan yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
3. Tahap perancangan dan pelaksanaan,
perbandingan dari hasil uji desak beton terhadap
perancangan dalam penelitian ini menggunakan
benda uji yang dilakukan perawatan dan benda uji
metode The British Standart yang juga dipakai di
yang tidak dilakukan perawatan. Dari hasil
Indonesia saat ini (SK SNI-T-15-1990-03).
pengujian ini diharapkan dapat diketahui seberapa
4. Tahap analisa dan pembahasan, analisa
besar fungsi perawatan dan dapat diketahui
dilakukan terhadap hasil uji laboratorium. Hasil
kelayakan penggunaan batu putih sebagai bahan
uji laboratorium tersebut dicatat dan pembahasan
campuran dalam adukan beton.
dilakukan berdasarkan teori yang melandasi.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
5. Kesimpulan, dari hasil uji percobaan dapat
akan diperoleh beberapa manfaat yaitu :
diambil kesimpulan berdasarkan teori yang
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam
digunakan dan untuk menjawab pemecahan
bidang Teknik Sipil khususnya teknologi
terhadap permasalahan.

218 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Jumlah benda uji yang digunakan sebanyak sebanyak 5 buah benda uji yang dilakukan perawatan
40 buah dengan variasi 0% dan 100% dari berat (direndam didalam air) dan 5 benda uji tanpa
agregat kasar dalam adukan beton. Pengujian kuat perawatan. Untuk lebih jelasnya rincian benda uji
desak beton dilakukan pada beton berumur 14 yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
hari dan 28 hari dengan masing-masing variasi

Tabel 1. Persentase Penggunaan Material dan Jumlah Benda Uji

Keadaan Benda Uji


Batu
Kerikil Jumlah
Kode Benda Putih Dengan Tanpa
Pasir Semen Air Benda
Uji Perawatan Perawatan
(KR) Uji
(BP)
14 hr 28 hr 14 hr 28 hr

KR100 BP0 100% 100% 0% 100% 100% 5 5 5 5 20

KR0 BP100 100% 0% 100% 100% 100% 5 5 5 5 20

Adapun garis besar pelaksanaan penelitian berbagai cara perawatan beton terhadap kuat desak beton
dengan menggunakan batu putih Gunung Kidul sebagai material pengganti agregat kasar dapat dilihat pada
flowchart Gambar 1.

Gambar 1. Flowchart Tahapan Penelitian


50 kg. Kemasan dalam keadaan tertutup rapat,
A. Bahan-bahan penelitian
tidak ada kerusakan, bahan butiran semen halus
Dalam penelitian ini menggunakan bahan-
tidak terdapat penggumpalan.
bahan sebagai berikut :
b. Agregat halus (pasir)
a. Semen,
Agregat yang digunakan adalah pasir yang
Semen yang digunakan adalah semen
berasal dari kali Krasak, Yogyakarta. Untuk
Portland jenis I merk Gresik dalam kemasan
mendapatkan kondisi kering jenuh permukaan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 219
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

maka pasir dibasahi sebelumnya kemudian hancur), Beban maksimum tersebut dicatat. Kuat
diangin-anginkan. desak beton dihitung menurut rumus :
c. Agregat kasar (split) P
Agregat kasar yang digunakan adalah f c'
agregat alami yang dipecahkan (split), A
berasal dari Clereng, Yogyakarta. Pada (1)
penelitian ini digunakan split dengan Keterangan :
diameter maksimum 20 mm. Sebelum f c' = kuat desak beton (kg / cm2)
dicampur dalam adukan beton, split disiram P = Beban maksimum (kg)
dengan air dan diangin-anginkan sehingga A = Luas penampang (cm2)
tercapai kondisi kering jenuh permukaan.
d. Batu Putih HASIL DAN PEMBAHASAN
Batu putih yang digunakan dalam penelitian A. Pemeriksaan Gradasi
ini diperoleh dari pecahanpecahan batu Analisis gradasi dilakukan terhadap agregat
putih sisa kerajinan batu putih. Batu putih halus (pasir) dan agregat kasar (split). Agregat halus
yang digunakan berdiameter maksimum 20 yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kali
mm. Krasak dan agregat kasar yang digunakan dalam
e. Air penelitian ini berasal dari Clereng.
Air yang digunakan dalam penelitian ini
adalah air yang diambil dari Laboratorium Nilai modulus halus butir pasir Krasak 2,9054
Bahan Bangunan STTNAS Yogyakarta. masih memenuhi syarat modulus halus butir pasir
Secara visual dapat diamati kondisi air dalam yang ditentukan yaitu antara 1,5 3,8 dan nilai
keadaan jernih dan tidak berbau. modulus halus butir split Clereng 6,5374 masih
memenuhi syarat modulus halus butir yang
B. Perawatan ditentukan yaitu antara 5 8 (Tjokrodimuljo, K.
Setelah 24 jam cetakan silinder dibuka, (1996)).
kemudian dilakukan perawatan beton. Perawatan Analisis gradasi pasir menunjukkan pasir Krasak
beton dilakukan untuk menjamin berlangsungnya yang digunakan sebagai benda uji masuk pada
proses hidrasi semen dengan sempurna, hal ini gradasi daerah 2, bahwa garis grafik pasir Krasak
dapat dilakukan dengan menjaga kelembaban masuk dalam batas-batas gradasi daerah 2 yaitu
permukaan beton. Bila hal ini tidak dilakukan tergolong pada pasir agak kasar.
beton kurang kuat dan timbul retak-retak. Analisis gradasi split menunjukkan split Clereng
Pada penelitian ini dilakukan perawatan yang digunakan sebagai benda uji masuk dalam
dengan merendam benda uji silinder beton ke
syarat gradasi 20 mm, bahwa garis grafik split
dalam kolam berisi air selama 13 hari untuk
Clereng masuk dalam batas-batas gradasi 20 mm.
pengujian umur 14 hari dan 27 hari untuk
pengujian umur 28 hari. B. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air
Hasil analisis berat jenis pasir Krasar sebesar
C. Pengujian
2,6665 gram/cm3 dan kerikil Clereng 2,5148
Setelah perendaman selesai lalu benda uji
gram/cm3, kedua jenis agregat tersebut termasuk
dikeluarkan dari kolam air dan diletakkan di
agregat normal karena berat jenisnya masih dalam
tempat yang teduh selama 1 hari untuk
batas 2,5 2,7 (Tjokrodimuljo, K. (1996)).
selanjutnya dilakukan pengujian. Pengujian pada
Kemampuan menyerap air untuk pasir Krasak
penelitian ini menggunakan mesin uji merk ELE
sebesar 2,1367 % dan split Clereng 3,0141 %.
berkapasitas 100 ton.
Pengujian dilakukan sebagai berikut : C. Pengujian Desak Beton
a. Pemeriksaan berat dan dimensi Untuk hasil pengujian kuat desak beton
Benda uji diukur dimensinya yaitu tinggi dan dapat diperoleh dengan menggunakan
diameternya. Untuk memperkecil kesalahan
dalam pengukuran, sisi silinder beton diukur Rumus (1). Pengujian kuat desak beton
3 kali dengan tempat pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 berikut.
berbeda, kemudian diambil rata-ratanya.
Benda uji ditimbang untuk mengetahui Tabel 2. Hasil Uji Desak Beton Umur 14 Hari
beratnya. Terawat Tak Terawat
b. Pengujian kuat desak beton Keterangan BP BP
Pertama-tama letakkan benda uji silinder Normal
100%
Normal
100%
beton pada mesin uji desak, kemudiam mesin Kode BU NRt 1 BPt 1 NRtt 1 BPtt 1
uji desak dijalankan dengan besar
Dia. (cm) 15.10 14.95 15.00 15.10
pembebanan secara bertahap mulai dengan
nol sampai beban maksimum (benda uji Tinggi (cm) 30.30 29.60 30.00 30.20
Berat (kg) 12.70 10.65 12.20 9.90

220 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pmaks. (kN) 254.30 160.60 385.10 142.00 Berat (kg) 12.70 10.20 12.50 9.90
f c (MPa) 14.19 9.15 21.78 7.93 Pmaks. (kN) 420.70 200.10 325.80 231.50
Kode BU NRt 2 BPt 2 NRtt 2 BPtt 2 f c (MPa) 23.80 11.17 17.26 12.92
Dia. (cm) 15.10 15.05 15.00 15.10 Kode BU NRt 10 BPt 10 NRtt 10 BPtt 10
Tinggi (cm) 30.20 30.30 30.00 30.10 Dia. (cm) 14.00 14.90 15.00 15.20
Berat (kg) 12.60 10.70 12.40 10.30 Tinggi (cm) 32.00 30.40 31.00 30.50
Pmaks. (kN) 384.30 180.90 322.20 211.90 Berat (kg) 12.60 9.98 12.60 10.30
f c (MPa) 21.45 10.16 18.23 11.83 Pmaks. (kN) 390.50 187.60 395.40 251.20
Kode BU NRt 3 BPt 3 NRtt 3 BPtt 3 f c (MPa) 25.36 10.75 22.37 13.84
Dia. (cm) 15.00 15.00 14.90 15.10 Dari nilai yang tertera pada Tabel 2, 3 dan
Tinggi (cm) 30.15 29.90 30.10 30.30 Gambar 2, dapat dilihat bahwa untuk beton normal
Berat (kg) 12.90 10.50 12.60 9.90 kuat desak beton yang dirawat diperoleh hasil 23,17
MPa dan yang tidak dirawat diperoleh hasil 16,21
Pmaks. (kN) 400.60 221.40 339.30 190.70
MPa; hal ini menunjukkan besarnya pengaruh
f c (MPa) 22.66 12.52 19.45 10.64 perawatan pada beton. Untuk beton dengan Batu
Kode BU NRt 4 BPt 4 NRtt 4 BPtt 4 Putih menunjukkan hal yang sebaliknya, untuk
Dia. (cm) 15.10 15.00 15.00 15.20 beton dengan Batu Putih yang dirawat besarnya
Tinggi (cm) 30.15 30.00 30.00 30.10 kuat desak 9,25 MPa dan yang tidak dirawat sebesar
Berat (kg) 12.60 10.50 12.50 10.10
12,20 MPa; hal ini menunjukkan bahwa untuk beton
dengan menggunakan material Batu Putih tidak
Pmaks. (kN) 358.80 189.00 331.40 200.10
memerlukan perawatan.
f c (MPa) 20.03 10.69 18.75 11.02
Kode BU NRt 5 BPt 5 NRtt 5 BPtt 5
30
Dia. (cm) 15.00 15.20 15.20 15.30 23,17
25
Kuat Desak (MPa)

Tinggi (cm) 30.20 31.30 30.10 30.10


20
16,21
Berat (kg) 12.80 10.20 12.60 10.40
15 12,20
Pmaks. (kN) 399.10 185.40 389.60 198.60 9,25
10
f c (MPa) 22.58 10.21 21.46 10.80
5

0
Tabel 3. Hasil Uji Desak Beton Umur 28 Hari NRt BPt NRtt BPtt
Terawat Tak Terawat Nam a Benda Uji
Keterangan BP BP
Normal Normal Gambar 2. Kuat Desak Rerata Beton
100% 100%
Kode BU NRt 6 BPt 6 NRtt 6 BPtt 6
Dia. (cm) 14.50 14.80 15.00 15.00
Keterangan :
NRt : Beton normal yang terawat
Tinggi (cm) 33.00 32.00 31.00 31.00
BPt : Beton Batu Putih yang terawat
Berat (kg) 12.30 10.70 12.50 9.80 NRtt : Beton normal yang tak terawat
Pmaks. (kN) 332.20 125.20 431.30 181.70 BPtt : Beton Batu Putih yang tak terawat
f c (MPa) 20.11 7.27 24.40 10.28
Kode BU NRt 7 BPt 7 NRtt 7 BPtt 7 Untuk beton normal, pengaruh dari perawatan
Dia. (cm) 15.00 15.00 15.00 14.80
adalah untuk menjaga permukaan beton selalu
lembab sejak beton dipadatkan sampai beton
Tinggi (cm) 31.00 29.00 30.50 30.00
dianggap cukup keras. Kelembaban permukaan
Berat (kg) 12.80 10.70 12.50 10.20 betonnya harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi
Pmaks. (kN) 428.00 181.60 435.20 230.70 semen (reaksi semen dan pasir) berlangsung dengan
f c (MPa) 24.21 10.27 24.62 13.40 sempurna. Karena pada beton normal material yang
Kode BU NRt 8 BPt 8 NRtt 8 BPtt 8 terkandung adalah kerikil, pasir, semen dan air tanpa
ada tambahan bahan yang lain; maka adukan beton
Dia. (cm) 15.00 15.00 15.00 15.00
ini memerlukan perawatan.
Tinggi (cm) 32.00 30.00 29.00 30.50
Untuk Beton Batu Putih yang tak terawat,
Berat (kg) 12.80 10.10 12.40 10.00 dengan melihat kuat desak yang dihasilkan tersebut
Pmaks. (kN) 447.10 190.30 407.20 233.00 menunjukkan fenomena bahwa unsur-unsur yang
f c (MPa) 25.29 10.76 23.03 13.18 terkandung didalam batu putih seperti CaCo 3 , SiO 2,
Kode BU NRt 9 BPt 9 NRtt 9 BPtt 9
MgO, Al 2 O 3, Fe 2 O 3 dan TiO 2 mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap kuat desak beton.
Dia. (cm) 15.00 15.10 15.50 15.10
Untuk beton dengan Batu Putih yang dirawat kuat
Tinggi (cm) 31.00 31.00 31.00 31.00

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 221


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

desaknya lebih kecil, hal ini dimungkinkan karena DAFTAR PUSTAKA


adanya pengaruh perendaman dapat
Anonim, 1985, Peraturan Umum Untuk Bahan
meningkatkan kandungan air yang terdapat pada
Bangunan di Indonesia (PUBI-1982),
adukan beton, sehingga kuat desaknya mengalami
Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian
penurunan.
dan Pengembangan Pemukiman, Bandung.
KESIMPULAN DAN SARAN Anonim, 1991, Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung (Standar SK
A. Kesimpulan
SNI T-15-1991-03), Yayasan LPMB,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
dilakukan tentang pengaruh perawatan pada beton
Anonim, 1995, Laporan Akhir Pekerjaan
normal dan beton Batu Putih terhadap kuat
Pemetaan Semi Mikro Bahan Galian
desak beton dapat diambil kesimpulan sebagai
Golongan C Kabupaten Dati II Gunung Kidul
berikut :
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas
1. Beton normal dengan perawatan mempunyai
Pertambangan, Yogyakarta.
kuat desak 23,17 MPa dan kuat desak beton
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Pusat
normal tanpa perawatan sebesar 16,21 MPa.
Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada,
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
Yogyakarta.
perawatan pada beton normal menunjukkan
Wang and Salmon, 1985, Desain Beton Bertulang,
hal yang sangat signifikan, karena dapat
alih bahasa Hariandja, B., Erlangga, Jakarta.
meningkatkan kuat desak beton sebesar 30,05
%.
2. Beton Batu Putih dengan perawatan
mempunyai kuat desak 9,25 MPa dan kuat
desak beton normal tanpa perawatan sebesar
12,20 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh perawatan pada beton Batu Putih
mengakibatkan kandungan air di dalam beton
meningkat sehingga menurunkan kuat desak
beton, dan penurunannya sebesar 24,18%.
3. Kuat desak beton dengan menggunakan
agregat kasar dari split Clereng menghasilkan
kuat desaknya yang lebih tinggi
dibandingkan beton yang menggunakan
agregat dari Batu Putih.
4. Untuk beton normal dan beton Batu Putih
yang dirawat kuat desaknya mengalami
penurunan sebesar 39,94%. Untuk beton
normal dan beton Batu Putih yang tidak
dirawat kuat desaknya mengalami penurunan
sebesar 24,71%.

B. Saran
Beberapa saran-saran yang dapat diberikan
dan perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut
:
1. Apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis maka perlu juga dilakukan analisis
kelayakan batu putih sebagai pengganti
agregat diantaranya pengujian keausan dan
dimungkinkan juga sifat kimia batu putih.
2. Dengan melihat nilai kuat desak yang tidak
dirawat untuk adukan beton normal 16,21
MPa dan beton Batu Putih 12,20
dikarenakan wilayah Gunung Kidul
merupakan wilayah yang keberadaan airnya
terbatas, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang besarnya persentase
penambahan Batu Putih pada adukan beton.

222 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMAKAIAN LIMBAH SERUTAN BAJA UNTUK MENINGKATKAN


KINERJA BETON

Marwanto
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
marwantokotagede@gmail.com

ABSTRAK
Beton dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal berupa pasir dan batu pecah, yang dicampur dengan semen dan
air dalam proporsi campuran tertentu. Kelemahan yang ada pada beton tersebut telah dapat diatasi dengan
memberikan baja tulangan yang ditempatkan pada elemen struktur pada posisi yang benar. Dengan
menambahkan serat dapat memperbaiki kinerja beton yaitu mengurangi terjadinya retak yang disebabkan oleh
panas hidrasi saat pencampuran bahan susun beton maupun akibat pembebanan.
Dalam penelitian ini limbah mesin bubut dimaksudkan sebagai serat dalam beton yang berbentuk gumpalan
serat seperti kawat baja yang tidak teratur dengan penampang rata-rata 0,18 mm x 1,9 mm dan panjang serat
tersebut dipotong dengan panjang yang bervariasi antara 60 sampai 150 mm. Dalam penelitian ini serat
diasumsikan sebagai pengganti sebagian agregat kasar yang bentuknya sangat tidak bulat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memsubstitusikan limbah serutan baja kedalam adukan beton
ternyata dapat meningkatkan kinerja beton yaitu dapat menaikkan nilai kuat desak beton dan kuat tarik beton
masing-masing mencapai 14,16 % dan 53,53 %.

Kata kunci : beton, serutan baja

PENDAHULUAN (sebagai pengganti seba-gian batu pecah) secara


Latar belakang acak terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton.
Beton dalam dunia konstruksi telah banyak
kita kenal dan mempunyai banyak kelebihan dan METODE PENELITIAN
salah satunya dalam hal kuat desaknya yang tinggi, Bahan Penelitian
tetapi lemah dalam hal menerima gaya tarik Bahan pokok yang dipakai dalam penelitian ini
sehingga beton sering disebut bersifat getas dan seperti Semen Portland (Gresik), pasir, batu
inilah yang menjadi kekurangan dari beton. pecah/split, air, limbah serutan baja dan bahan
Kelebihan lainnya beton dapat memanfaatkan viscocrete.
bahan-bahan lokal yang mudah diperoleh seperti
pasir dan krikil/batu pecah, sehingga biaya Peralatan
pembuatannya menjadi relatif murah. Peralatan pokok yang dipakai selama penelitian
Kelemahan yang ada pada beton tersebut berlangsung adalah alat pencampur beton (beton
telah dapat diatasi dengan memberikan baja mollen), timbangan, cetakan silinder beton, alat uji
tulangan yang ditempatkan pada elemen struktur desak/tarik beton dan alat bantu.
pada posisi yang benar, namun hal ini masih terjadi
kendala munculnya retak-retak kecil pada beton. Pelaksanaan Penelitian
Sekarang ini telah dilakukan usaha perbaikan Jalannya penelitian ditunjukkan dalam rangkuman
kinerja beton dengan cara menambahkan serat berupa bagan alir seperti Gambar 1 berikut ini.
kedalam adukan beton, agar dapat mencegah
terjadi-nya retak-retak yang terlalu dini.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
pemakaian limbah serutan baja yang ditambahkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 223


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Persiapan

Semen Agreg Air Baja Viscocret

kasar/halu
serutan
pengujian bahan
- berat jenis pengujian
- berat satuan bahan
- gradasi butiran

Perencanaan campuran:
- beton normal
- beton serat

Pembuatan benda uji


silinder beton

Perawatan
benda uji

Pengujian
benda uji

Analisis dan
pembahasan

Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Gradasi 2,695 6,015


Pengujian agregat butiran/mhb
Hasil pengujian agregat halus (pasir) dan juga
agregat kasar (batu pecah/split) meliputi pengujian
berat jenis, berat satuan dan distribusi ukuran butir Agregat sebagai bahan susun beton harus memiliki
agregat yang telah dilakukan dan hasilnya nilai modulus halus butir antara 1,5 sampai 3,8
dirangkum seperti ditunjukkan pada Tabel 1 untuk agregat halus dan 6,0 sampai 7,1 untuk
berikut ini. agregat kasar serta berat jenis agregat dalam
Tabel 1. Hasil pengujian agregat halus dan agregat keadaan jenuh kering muka bernilai 2,5 2,7 (SK
kasar SNI S-04-1989-F) sehingga material agregat
penyusun beton dalam penelitian ini telah
Hasil pengujian memenuhi persyaratan.
No. Jenis
agregat agregat
pengujian
halus kasar Pengujian limbah serutan baja
1. Berat jenis 2,809 2,661 Serutan baja dalam penelitian ini dimaksudkan
sebagai serat yang ditambahkan secara acak
2. Berat satuan, kedalam adukan beton serta dimaksudkan pula
kondisi : 1,427 1,363 sebagai pengganti sebagian agregat kasar, dan hasil
gembur 1,681 1,510 pengujian limbah serutan baja tersebut ditunjukkan
(shoveled) pada Tabel 2 berikut.
padat (rodded)

224 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Hasil pengujian limbah serutan baja.

No. Jenis pengujian Hasil pengujian

1. Kuat tarik, MPa 297,515


2. Volume rongga, % 88,777
3. Berat jenis SSD 6,828
4. Berat satuan, kg/m3 216,7
5. Penyerapan air, % 0,092

Menurut Suhendro (2000), bahwa kuat tarik bahan Pengujian silinder beton
serat lokal dari kawat baja, kawat bendrat dan Setelah benda uji berupa silinder beton selesai
kawat biasa berturut-turut adalah 230 MPa; 38,5 dibuat, dirawan dan dalam umur sesuai aturan
MPa dan 25 MPa. Jadi apabila dilihat dari nilai pengujian, maka dilakukan pengujian kuat desak
kuat tarik limbah serutan baja yang cukup tinggi dan kuat tarik belah beton. Hasil pengujian kuat
tersebut diatas, nilai ini jauh melebihi nilai kuat desak silinder beton ditunjukkan pada Tabel 3 atau
tarik kawat bendrat 38,5 MPa dan kawat biasa 25 pada Gambar 2 sedangkan pengujian kuat tarik
MPa, maka limbah serutan baja ini layak beton seperti ditunjukkan pada Tabel 4 atau pada
dipertimbangan sebagai bahan serat untuk struktur Gambar 3.
beton serat.

Tabel 3. Hasil pengujian kuat desak beton.


Tegangan Tegangan
Luas tampang Beban maks.
Kode desak desak
mm2 kN MPa rata-rata
BN-1 17820,213 392,00 21,99749
BN-2 17725,695 440,00 24,82272 23,171
BN-3 17979,093 408,00 22,69302
BF-1 17536,239 475,00 27,08677
BF-2 18068,327 470,00 26,01237 26,451
BF-3 17979,093 472,00 26,25271

Gambar 2. Kurva hasil pengujian kuat desak beton

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 225


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4 : Hasil pengujian kuat tarik beton.

Tinggi, L Diameter, D Beban maks Teg. tarik Teg. Tarik


Kode
mm mm x 1000 N f tc =2P/(LD) rata-rata
BN-4 296,83 150,27 205,00 2,92586
BN-5 302,26 150,67 165,00 2,30652
BN-6 301,13 150,57 210,00 2,94854 2,888
BN-7 296,10 151,68 250,00 3,54379
BN-8 303,50 150,60 195,00 2,71601
BF-4 300,15 150,25 290,00 4,09379
BF-5 291,30 150,03 320,00 4,66150
BF-6 300,00 150,10 325,00 4,59475 4,434
BF-7 302,60 150,03 345,00 4,83801
BF-8 292,73 150,28 275,00 3,97985

Gambar 3. Kurva hasil pengujian kuat tarik beton

Dari data-data diatas terlihat bahwa dengan dan meningkatnya kuat tarik beton mencapai
mengganti agregat kasar dengan limbah serutan 53,53 %.
baja dapat menaikkan nilai tegangan desak beton 2). Penggunaan beton serat serutan baja ini dapat
mencapai 14,16 % sedangkan kuat tarik beton memanfaatkan limbah mesin bubut yang
meningkat cukup tajam mencapai 53,53 %. kurang bernilai ekonomis.
Naiknya kuat tarik beton diindikasikan dapat 3). Jika dilihat dari hasil pengujian desak maupun
mereduksi terjadinya retak-retak pada beton. tarik beton, bekas silinder yang pecah ternyata
serat serutan baja tidak terlepas tapi putus, hal
KESIMPULAN ini meng-indikasikan serat telah bekerja
Berdasarkan hasil percobaan pengujian kuat desak dengan baik.
dan kuat taril beton yang telah dilakukan pada
penelitian ini, baik untuk beton normal maupun
beton serat serutan baja diperoleh beberapa DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut : Badan Standardisasi Nasional, SK SNI 03-xxx-
1). Pemakaian serat serutan baja sebagai 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
pengganti agregat kasar ini dapat untuk Bangunan Gedung.
meningkatkan kinerja beton yaitu Purwanto, E 1996, Pengaruh Pemakaian Fiber
meningkatnya kuat desak mencapai 14,16 %, Lokal pada Kuat Torsi Balok Beton

226 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Bertulang, Tesis Sekolah Pasca Sarjana


UGM, Yogyakarta.
Soroushian P, Bayashi Z, 1987, Concep of Fiber
Reinforced Concrete, Proceding of Inter.
Seminar on Fiber Reinforced Concrete,
Michigan State University, Michigan, USA.
Suhendro, B, 1991, Pengaruh Pemakaian Fiber
Secara Parsial pada Balok Beton Bertulang,
Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian
UGM, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton, Buku
Ajar Jurusan Teknik Sipil UGM, Nafiri,
Jogjakarta.
Vis, WC and Kusuma, G, 1997, Dasar Dasar
Perencanaan Beton Bertulang
(Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03), Edisi
Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Yayasan LPMB Departemen PU, 1991, Standart
SK SNI T.15-1991-03 Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, Bandung

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 227


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN


TEKAN BETON

Lilis Zulaicha

Jurusan Teknik Sipil, STTNAS Yogyakarta


Jl. Babarsari no. 1, Depok-Sleman, Yogyakarta
E-mail : lilis_zulaicha@yahoo.com

ABSTRAK
Ada beberapa serat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton. Penelitian ini memanfaatkan
jenis serat baja Harex SF yang sebelumnya hanya terbatas pemakaiannya yaitu hanya pada struktur lantai.
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa pemakaian serat baja HAREX SF dapat
meningkatkan kuat tekan. Serat baja yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan prosentase 1% - 4% dari
berat campuran beton dan melakukan kontrol kualitas untuk kuat tekan beton pada umur 28 hari. Dari
penelitian ini diperoleh nilai 3% sebagai nilai optimum dan nilai ini dipakai untuk penelitian kuat tekan
selanjutnya serta membandingkan hasilnya dengan beton normal. Dari pengujian yang telah dilakukan
diperoleh hasil: Kuat tekan beton serat 3% mengalami peningkatan sebesar 12,35% dari kuat tekan beton
normal.

Kata kunci : HAREX SF, kadar optimum, kuat tekan

ABSTRACT
There are some fiber that can be used to repair concrete characters. this examination makes use steel fiber
kind Harex SF previous only limited the use that is only in floor structure. The aim from this examination be
meant to prove that steel fiber use Harex SF can increase tension strength of concrete all at once detect
distribution and orientation from steel fiber. Steel fiber that worn in this examination uses prosentase 1% - 4%
from heavy concrete mixture and do quality control to compression strength of concrete in age 28 days. From
this examination is got value 3% as optimum value and this value is worn for compression strength of concrete
examination, with compare the result with normal concrete. From testing that done got result: compression
strength of fiber concrete 3% experience enhanced as big as 12,35% compared compression strength of normal
concrete

keyword: Harex SF, optimum value, compression strength

PENDAHULUAN Beberapa sifat tambahan yang dimiliki serat, seperti


kemudahan waktu pencampuran, ketahanan
Fiber reinforced concrete didefinisikan sebagai terhadap korosi dan sebagainya merupkan bahan
beton yang dibuat dari campuran semen, agregat petimbangan dalam penentuan pemakaian serat.
halus, atau agregat halus dan agregat kasar dan air Serat baja dan serat kaca lebih banyak dipakai
serta sejumlah fiber yang disebarkan secara random untuk keperluan struktur, karena serat tersebut
(Ezeldin, A.S. dkk,1992). mempunyai faktor-faktor prinsip penguat beton,
Serat sebagai salah satu bahan tambah beton yaitu kekuatan leleh, daktilitas dan lekatan yang
dengan maksud untuk menambah kuat tarik beton, cukup.
mengingat kuat tarik beton sangat rendah yang Serat baja memliki kekuatan serta modulus
berakibat beton mudah retak, yang pada akhirnya elastisitas yang relatif tinggi. Selain itu serat baja
akan mempercepat hilangnya regangan lekat. tidak mengalami perubahan bentuk terhadap
Jenis serat yang dapat dipakai untuk pengaruh alkali dalam semen. Pembebanan dalam
memperbaiki sifat kurang baik dari beton telah jangka waktu yang lama tidak berpengaruh
dilaporkan oleh ACI Committee 544, 1982. Bahan terhadap sifat mekanikal dari serat baja. Ikatan
yang dimaksud adalah baja (steel), plastic dalam komposisi campuran dapat meningkat karena
(polypropylene), kaca (glass), karbon (carbon). pengangkeran secara mekanikal. Kelemahan yang
Untuk keperluan non structural serat alamiah dimiliki dari serat baja ini adalah terjadinya korosi
(natural fiber) seperti ijuk dan serat tumbuhan apabila serat tidak dalam posisi terlindung dalam
lainnya juga bisa dipakai. Bahan-bahan serat beton. Selain itu serat baja akan menambah berat
tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan beton.
kekurangan dalam memperbaiki sifat-sifat beton. Dasar pemakaian serat baja ke dalam adukan
Dengan demikian pemilihan jenis bahan serat perlu beton adalah memberikan tulangan secara random,
disesuaikan dengan sifat yang akan diperbaiki. sehingga dapat mencegah terjadinya retakan-

228 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

retakan beton di daerah tarik yang terlalu dini walau jumlah retak bertambah. Jumlah retak
akibat pembebanan (Soroushian & Bayasi 1987). banyak dengan lebar retak yang kecil tidak
Dengan penambahan serat ini ternyata menjadikan membahayakan suatu struktur karena dengan lebar
beton menjadi tahan retak dan tahan benturan serta halus kedalaman retak sepanjang tinggi struktur
dapat memperbaiki sifat-sifat sebagai berikut : akan berkurang.
- Beton akan menjadi lebih daktail Perbandingan antara l (panjang) dan d (lebar
- Ketahanan terhadap kejut serat) akan berpengaruh pada system
- Peningkatan kuat tarik dan atau lentur pelaksanaannya. Untuk l/d < 45, pencampuran serat
ke dalam beton tidak memerlukan teknik tertentu.
- Daya tahan lelah (fatique)
Apabila 45 < l/d < 100, pencampuran memerlukan
- Susut teknik tertentu agar dapat homogen. Untuk l/d >
- Tahan terhadap aus 100, hampir tidak mungkin dilaksanakan agar
Penambahan serat pada akhir pengadukan spesi homogen, jalan keluarnya dengan membuat
menghasilkan adukan beton dengan penyebaran kelompok. l/d di atas hanya untuk serat dengan
serat yang merata berorientasi random, asal kadar penampang bulat. Untuk penampang persegi atau
serat tidak melebihi kadar maksimumnya. Pada lonjong l/d < 45 (pada umumnya) maka tidak
kadar yang terlalu tinggi akan menyebabkan memerlukan teknis pencampuran yang khusus agar
penggumpalan/pengelompokan pada serat-serat homogen. Fiber Volume Fraction,vf adalah
seperti bola-bola serat. Keadaan ini akan banyak prosentase/konsentrasi bagian serat dalam satuan
mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan. volume beton.
Penambahan serat dengan orientasi random akan
meningkatkan kuat lentur beton serat dibandingkan
beton non- serat. Sifat getas dari beton dapat diatasi Vf = dengan
oleh fiber sehingga beton fiber menjadi liat (Swamy
= Jumlah luasan serat
dan Al-Noori, 1975). Selain itu serat pada adukan
menambah kekakuan dan mengurangi lendutan atau = Luas penampang serat
defleksi (Swamy dkk, 1979). = Sudut antara sumbu serat dengan garis sumbu
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil spesimen
pencampuran serat dalam beton yaitu : Makin besar volume fraction dari serat yang
2. Tipe serat ditambahkan pada campuran beton, semakin
3. Rasio kelangsingan, l/d dari serat meningkat kekuatan beton serat yang dihasilkan.
4. Fiber volume fraction, vf Namun prosentase peningkatan mutu berkurang
Tipe serat berbeda dari jenis bahan yang dipakai, bila vf melebihi vf maksimum dari berat tersebut.
juga bisa berbeda pada bentuknya. Serat atau fiber Salah satu serat yang saat ini banyak dipakai
dari bahan yang sama, tetapi bentuknya berbeda adalah Merk HAREX SF yang pada awal di
mempunyai efek yang berlainan apabila produksi pemakaiannya masih terbatas untuk
dicampurkan pada beton. Ada berbagai macam kekuatan lantai. Serat HAREX SF ini mempunyai
bentuk serat dan ukuran penampang serat. Untuk keuntungan-keuntungan antara lain :
penampang bujur sangkar, empat persegi panjang Meningkatkan kekuatan lentur
mempunyai panjang rata-rata dari 6-60 mm, lebar Meningkatkan tahanan kejut
0,5 x 0,5 mm sampai dengan 1 x 1 mm dan untuk Efektif untuk kekuatan pada tepi dan sudut-
penampang bulat mempunyai diameter ekivalen sudut beton (joint)
dari 0,5 mm sampai dengan 1 mm. Rasio Tidak ada balling effect pada beton
kelangsingan, l/d dari serat adalah perbandingan Tidak ada kegagalan pada kekuatan beton
antara panjang serat dengan diameter serat. Tidak berpengaruh terhadap workability
Semakin kecil diameter semakin besar rasio Memberikan reduksi terhadap retak yang
kelangsingannya. Hal ini berarti serat-serat tersebut diakibatkan oleh susut
semakin halus. Rasio kelangsingan yang semakin Selain itu HAREX SF memberikan keuntungan
besar (diameter tidak terlalu kecil) akan banyak dalam segi ekonomi, yaitu :
mempengaruhi workability beton. Workability Aman untuk beton
beton akan menurun dan kemungkinan beton akan Lapisan beton diatas sub base dapat
keropos semakin besar. Namun bila workability dihilangkan khusus untuk keperluan lantai
bisa dipertahankan baik, semakin besar kehalusan Meningkatkan beban retak
serat, lebar retak dan jarak retak akan berkurang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 229


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1 . Peningkatan beban retak Gambar 2. Reduksi terhadap retak yang diakibatkan
oleh susut
Untuk serat baja HAREX SF ini belum
f c ={0,75 + 0,2
pernah dilakukan pengujian tekan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pemakaiannya yang f c = kuat tekan beton yang disarankan (MPa)
hanya untuk kebutuhan kekuatan lantai. dengan bentuk silinder
Kekuatan tekan beton tergantung pada air = kuat tekan beton (MPa) yang didapat dari
semen, selain itu juga tergantung dari pemadatan benda uji kubus dengan sisi 150 mm
saat pelaksanaan. Kekuatan tekan beton fc
ditentukan dari hasil percobaan pada silinder
standar berukuran 15 cm x 30 cm yang dirawat di METODE PENELITIAN
bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan
pembebanan tertentu (sebesar 6 4 kg/cm2 tiap Metodologi penelitian adalah angkah-langkah
detik) pada umur 28 hari. atau cara-cara penelitian suatu masalah, gejala,
Kekuatan beton pada specimen yang berbeda fenomena dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan
adalah tidak sama. Kekuatan pada benda uji kubus jawaban yang rasional. Dalam penelitian ini dipakai
adalah 0,85 dari kekuatan silinder 150 mm x 300 metode eksperimental dengan tahapan-tahapan
mm atau dengan rumus : seperti dibawah ini :

Persiapan alat dan penyediaan bahan


Tahap I

Semen Kerikil HAREX SF Air


Pasir

1. Uji kandungan bahan


organic 1. Uji berat jenis

2. Uji gradasi dan kadar 2. Uji berat satuan


Tahap II

230 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Perencanaan proporsi adukan beton

Perbaikan
Pembuatan adukan beton

Tidak Baik
Tes
slump
Baik

Pembuatan benda uji

Perawatan
Tahap III

Pengujian kuat tekan beton


Tahap IV

Analisa hasil dan pembahasan

Kesimpulan Tahap V

Pada tahap yang ke IV dilakukan dua langkah pengujian seperti pada skema di bawah ini :
Tahap 1V ( Uji Kadar Optimum Pemakaian Harex SF di Tinjau dari Workability) :

SF 1 % 28 hari 3 sample

SF 2 % 28 hari 3 sample
BETON Kuat Beton Silinder
25 MPa 10 x 20 cm SF 3 % 28 hari 3 sample

SF 4 % 28 hari 3 sample

Tahap IV (Berdasarkan Hasil Pemakaian Optimum Harex SF) :

normal 3,7,14,21,28 hari 3 sample


BETON Kuat Tekan Beton
25 MPa 10x20 cm
SF 3 % 3,7,14,21,28 hari 3 sample

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 231


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

A. Hasil Percobaan Kuat Tekan Beton Serat


dengan Kadar Optimum (Umur 28 Hari)

Tabel.1. Uji Kuat Tekan Beton Serat Kadar


Optimum
Kadar Benda Luas Beban
serat uji (A) (P)
(%) (cm2) (kg)
1 I 78,54 19700 250,828
II 78,54 19400 247,008
III 78,54 20200 257,194
2 I 78,54 19800 252,101
II 78,54 19400 247,008
III 78,54 19950 254,011
3 I 78,54 19800 252,101
II 78,54 19950 254,011
III 78,54 19800 252,101
4 I 78,54 19600 249,554 Gambar 3. Grafik Hubungan Kuat Tekan Beton Normal dengan
II 78,54 19850 252,737 Umur Beton
III 78,54 19700 250,828

Pada pelaksanaan menunjukkan bahwa pemakaian


HAREX SF kadar serat 3 % memenuhi syarat
workability beton, sehingga dipakai untuk C. Hasil Percobaan Kuat Tekan Beton Serat 3
pengujian kuat tekan lebih lanjut. %

B. Hasil Percobaan Kuat Tekan Beton Normal Tabel.4. Uji Kuat Tekan Beton dengan Kadar
Serat 3 %
Tabel.2. Uji Kuat Tekan Beton Normal
No. Umur Berat Tekanan Tekanan Tegangan
No Umur Berat Tekanan Tekanan Tegangan (hari) (kg) Hancur Rata-rata Hancur
. (hari) (kg) Hancur Rata-rata Hancur (kg) (kg/cm2)
(kg) (kg/cm2) 1. 3 3,92 9600 122,231
1. 3 3,85 10550 134,327 2. 3 3,91 10750 10017 136,873
2. 3 3,87 8950 9417 113,955 3. 3 3,90 9700 123,504
3. 3 3,85 8750 111,408 4. 7 3,91 15800 201,171
4. 7 3,83 13000 165,521 5. 7 3,93 13700 14767 174,433
5. 7 3,87 12850 13000 163,611 6. 7 3,91 14800 188,439
6. 7 3,85 13150 167,431 7. 14 3,93 20050 255,284
7. 14 3,88 18750 238,732 8. 14 3,89 19850 19984 252,738
8. 14 3,85 17850 18484 227,273 9. 14 3,89 20050 255,284
9. 14 3,81 18850 240,005 10. 21 3,87 20350 259,104
10. 21 3,84 19750 251,464 11. 21 3,89 23800 21967 303,03
11. 21 3,83 20600 20284 262,287 12. 21 3,91 21750 276,929
12. 21 3,85 20500 261,014 13. 28 3,91 25700 327,222
13. 28 3,83 21600 275,019 14. 28 3,89 22500 24267 286,478
14. 28 3,83 22150 21600 282,022 15. 28 3,89 24600 313,216
15. 28 3,85 21050 268,016

Tabel.5. Uji Kuat Tekan Rata-rata Beton dengan


Kadar Serat 3 %
Tabel.3. Uji Kuat Tekan Rata-rata Beton Normal
Umur Kuat Tekan 1 Kuat Tekan Kuat Tekan 3
Umur Kuat Tekan 1 Kuat Tekan 2 Kuat Tekan 3 (hari) (kg/cm2) 2 (kg/cm2)
(hari) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
3 122,231 136,873 123,504
7 201,171 174,433 188,439
3 134,327 113,955 111,408 14 255,284 252,738 255,284
7 165,521 163,611 167,431 21 259,104 303,029 276,929
14 238,732 227,273 240,005 28 327,222 286,478 313,216
21 251,464 262,287 261,014
28 275,019 282,022 268,016

232 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN

1. Penggunaan serat HAREX SF pada beton


ditinjau dari workabilitasnya yaitu pada
pemakaian serat 3 % dari berat campuran beton.
Hal ini dikarenakan penggunaan serat pada
campuran yang lebih besar dari 3% sangat sulit
dilaksanakan dan kurang dapat menyatu dengan
campuran beton.
2. Pada hasil tes beton yang menggunakan serat 3
%
menunjukkan bahwa kuat tekan beton
meningkat 12,35% dibanding beton normal.
3. Dari hasil di atas yang menunjukkan bahwa
adanya peningkatan kuat tekan beton dengan
penggunaan HAREX SF maka dapat
Gambar 4. Grafik Hubungan Kuat Tekan Beton direkomendasi pemakaian HAREX SF tersebut
Serat 3% dengan Umur Beton tidak hanya terbatas untuk kekuatan lantai, akan
tetapi untuk struktur-struktur yang berhubungan
D. Perbandingan Hasil Kuat Tekan Beton Serat langsung dengan beban seperti balok, kolom
Dengan Beton Normal dsb.

Tabel.6. Uji Kuat Tekan Rata-rataBeton Normal


dengan Beton Kadar Serat 3 %
Umur Beton Beton Normal Beton serat 3% DAFTAR PUSTAKA
( hari) (kg/cm2) (kg/cm2)
3 119,897 127,536 1. ACI Committee 544 1 R-82, 1982 State of The
7 165,521 188,014
Report on Fiber Reinforced Concrete American
14 Concrete Institut, Detroit, Michigan, P16
235,337 254,435 2. ASTM C 1116 1991, Standart Specification
21
258,255 279,688 for
28 Fiber Reinforced Concrete and Shortcrete.
275,019 308,972
3. I ll Ston, JM Contruction Materials Their
Nature
And behavior Consultant & Professor Emeritus,
University of Hert Ford Shire
4. Naaman, A.E and Reinhardt, H.W, 1995 High
Performance Fiber Reinforced Cement
Composites 2 (HPFRCC 2) Proccedings of The
Second International RILEM Workshop, Ann
Arbor, USA.
5. Neville, AM, 1981 Property of Concrete 3rd
Edition, Longman Publishing Essex, England

Gambar 5. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton


Normal dengan Beton Serat 3%

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 233


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

TINJAUAN YURIDIS-EKONOMIS TERHADAP PENGGUNAAN METODE NEGOSIASI


DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BIDANG KONSTRUKSI

Lilik Karnaen
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Abstrak
Pembangunan sarana fisik di Indonesia umumnya dikerjakan oleh pihak swasta dimana pemerintah
bertindak sebagai pemilik proyek. Kerja sama pemilik dan pelaksana pembangunan pada kenyataannya sering
mengalami hambatan-hambatan dan menimbulkan perselisihan. Jalur penyelesaian perselisihan bidang
konstruksi ini ada 2 macam yaitu jalur non-litigas yang terdiri dari negosiasi, meditasi dan arbitrasi, serta jalur
litigasi atau melalui pengadilan negeri. Dalam prakteknya jalur yang sering digunakan oleh para pelaku bisnis
konstruksi untuk penyelesaian perselisihan adalah jalur non-litigasi khususnya metode negosiasi. Studi ini
mengkaji pendapat-pendapat dari para pemilik proyek maupun kontraktor tentang metode penyelesaian sengketa
negosiasi, faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga metode tersebut lebih disukai, dan efektifitas keputusan
yang diambil.
Data untuk penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan didukung dengan wawancara terstruktur
kepada responden di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang dan Jakarta. Data tersebut dianalisis
menggunakan Program Statistik SPSS 6,0 for Windows, metode Kendall Concordance Analysis, untuk
menentukan prioritas ranking pilihan para responden.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penyelesaian perselisihan dengan metode negosiasi memang menjadi
pilihan utama para pelaku bisnis konstruksi. Keputusan akhir hasil metode tersebut mempunyai kekuatan hukum
karena dituangkan dalam suatu berita acara bermeterai yang ditanda tangani para pihak yang bersengketa.
Prosesnya cepat karena prosedurnya tidak berbelit-belit dan biaya yang dibutuhkan relatif murah. Karena proses
negosiasi dilakukan secara tertutup. Privacy para pihak yang bersengketa dapat dijamin. Keputusan akhirnya
dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya dipantau bersama oleh pihak-pihak yang terkait. Arbitrasi merupakan
jalan penyelesaian terbaik bila metode negosiasi tidak dapat mencapai kesepakatan. Studi ini menemukan bahwa
arbitrasi kurang disukai karena lamanya waktu penyelesaian, besarnya biaya yang harus dikeluarkan para pihak
serta tidak ada jaminan privacy.
Kata kunci : konstruksi, perselisihan, kontraktor, negosiasi

PENDAHULUAN Kerja sama antara pemilik dan pelaksana


Perkembangan industri konstruksi di pembangunan tersebut diatas diwujudkan dalam
Indonesia berkembang demikian pesatnya. bentuk perjanjian yang disebut perjanjian
Keberhasilan Pembangunan Jangka Panjang Tahap pemborongan pekerjaan dimana pemiliki disebut
I telah membawa dampak positif bagi pertumbuhan prinsipal (Bouwheer, Owner, Pemimpin Proyek)
industri jasa konstruksi nasional. Sebelum dan pelaksana disebut kontraktor (pemborong,
terjadinya krisis moneter, pada masa pemerintahan rekanan).
kabinet pembangunan VI telah terjadi boom atau Perjanjian pemborongan secara tertulis yang
peningkatan besar-besaran bagi dunia industri jasa dirangkum dalam suatu dokumen kontrak tersebut
konstruksi dan properti. dalam prateknya di lapangan sering mengalami
Pada masa itu pemerintah meningkatkan perubahan-perubahan tidak resmi dan hanya dalam
jumlah sarana fisik sebagai penunjang laju bentuk lisan, tidak tertulis, hanya berdasarkan rasa
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia, terutama saling percaya dan hubungan baik antara prinsipal
sarana fisik dalam bentuk bangunan yang akan dan kontraktor terkait.
menunjang aspek ekonomi, sosial, pendidikan serta Dalam kenyataannya di lapangan sering
lainnya. Pelaksanaan pembangunan sarana fisik ini muncul masalah baik yang bersifat teknis maupun
sudah tentu tidak dikerjakan sendiri oleh pihak non-teknis dan kontraktor sebagai pelaksana
pemerintah tetapi ditawarkan juga kepada pihak diharapkan dapat menyelesaikan sendiri dengan
swasta. Dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai tidak menyalahi apa yang sudah ditetapkan dalam
pemilik yang dalam tugas sehari-harinya diwakili perjanjian yang ada. Hal inilah yang seringkali
oleh departemen yang terkait dan konsultan menjadi hambatan kontraktor dimana
pengawas biasanya juga pihak swasta yang penyelesaiannya tidak sesuai dengan perjanjian
kualifikasinya memenuhi syarat. yang ada.

234 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Perselisihan akibat masalah teknis antara lain Mengidentifikasikan metode negosiasi yang
disebabkan oleh : hambatan atau gangguan dari dilakukan mempunyai kekuatan hukum, dapat
alam, hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, dilaksanakan secara efektif serta
adanya perubahan disain dari owner sehingga menguntungkan para pihak yang berselisih.
pekerjaan berikutnya tertunda. Sedangkan
penyebab perselisihan masalah non teknis antara METODE PENELITIAN
lain : kenaikan harga material yang terlalu besar Dalam penelitian ini digunakan penelitian
dan keterlambatan pembayaran dari owner. lapangan yang didukung oleh kepustakaan yang
Sesungguhnya perselisihan yang terjadi dapat berhubungan dengan pokok permasalahan yang
diselesaikan melalui jalur litigasi maupun non- akan diteliti, sehingga hasil yang didapatkan
litigasi dengan menggunakan arbitrasi, mediasi atau merupakan gabungan dari teori dan kenyataan di
negosiasi tetapi di Indonesia pada umumnya lapangan. Sasaran responden dalam penelitian ini
perselisihan dalam bidang konstruksi diselesaikan adalah para kontraktor dan pemilik proyek yang
melalui jalur non-litigas yaitu menggunakan pernah mengalami sengketa dalam kontrak
metode negosiasi. konstruksinya. Responden yang dipilih adalah para
kontraktor dan pemilik proyek dari beberapa kota
PERMASALAHAN antara lain :
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada a. Jakarta dan Surabaya yang perkembangan
pendahuluan maka permasalahan yang timbul dan industri konstruksinya maju demikian
perlu ditinjau dalam sengketa bidang konstruksi pesatnya.
adalah : b. Semarang dan Yogyakarta yang perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga industri konstruksinya juga cukup pesat.
para pihak yang bersengketa lebih suka atau Dipilihnya dua tipe responden karena ingin
tidak suka menggunakan metode negosiasi diketahui perbedaan persepsi terhadap penyelesaian
sebagai pilihan penyelesaian perselisihan di masalah perselisihan bidang konstruksi ini antara
bidang konstruksi ditinjau dari segi yuridis- pihak pemilik proyek dan kontraktor karena
ekonomis. biasanya dua grup responden tersebutlah yang
Apabila mereka lebih suka menggunakan terlibat, dan keduanya biasanya berhadapan sebagai
metode negosiasi, perlu ditinjau bahwa metode lawan.
yang digunakan tersebut benar-benar efektif Cara pemilihan dan penggolongan responden
dari segi waktu, ekonomis dalam biaya, tersebut dilakukan dengan purposive random
menguntungkan semua pihak, dan berkekuatan sampling, untuk menentukan daftar para responden
hukum. yang pernah bersengketa dalam kontrak
konstruksinya serta menyelesaikannya dengan
BATASAN MASALAH metode negosiasi.
Dalam penelitian ini diberikan batasan pada Adapun tolok ukur yang akan dipakai secara
masalah agar penulisan ini tidak menyimpang dari kualitatif dan kuantitatif dalam menentukan ratting
tujuan yang hendak dicapai. Responden yang dituju adalah :
pada penelitian ini adalah pimpinan kontraktor atau Alasan dari para pihak untuk lebih suka
yang mewakili perusahaannya, dan para prinsipal menggunakan metode negosiasi sebagai sarana
atau yang mewakili pemilik proyek, untuk penyelesaian sengketa.
memperoleh data tentang apa saja yang mereka Efektifitas metode negosiasi ini dari segi waktu,
tempuh dalam menyelesaikan perselisihan dalam biaya, keputusan, serta bagaimana kekuatan
proyek yang mereka kerjakan serta pertimbangan- hukumnya.
pertimbangan pilihan cara penyelesaian tersebut. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal
Proyek yang ditinjau adalah proyek pemerintah dan 21 September 2009 sampai dengan 29 September
swasta murni. Kontraktor yang dituju sebagai 2009, dengan menggunakan jasa pos untuk kota-
responden adalah kontraktor kelas M 1 dan M 2 yang kota Semarang, Surabaya dan Malang, sedangkan
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang untuk kota Yogyakarta dan Jakarta dilakukan
dan Jakarta. dengan mendatangi langsung para responden
dibantu oleh beberapa orang yang bersedia
TUJUAN PENELITIAN mewakili pengumpulan data sesuai kuesioner yang
Mengidentifikasikan metode penyelesaian disebarkan. Kuesioner dirancang dengan sistem
perselisihan yang digunakan dalam bisnis pilihan berganda (multiple choice) dan pertanyaan
konstruksi oleh para prinsipal maupun bersifat semi terbuka dengan tujuan memberikan
kontraktor. keleluasaan bagi para responden untuk menjawab
Mengidentifikasikan faktor-faktor yang Pertanyaan yang tepat dan sesuai dengan pilihan
membuat mereka lebih suka memilih metode mereka.
negosiasi dalam penyelesaian perselisihan bisnis Kuesioner dibedakan menjadi 2 macam yaitu
konstruksi. kuesioner untuk para kontraktor dan kuesioner

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 235


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

untuk para pemilik proyek. Perbedaan kedua jenis h. Metode penyelesaian perselisihan yang paling
kuesioner ini hanyalah pada data responden, dan diminati
pertanyaan mengenai profil perusahaan tidak i. Waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing
terdapat pada kuesioner untuk para pemilik proyek. metode penyelesaian perselisihan
Setelah seluruh data terkumpul kemudian j. Biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing
dilakukan teknik analisis. Teknik analisis data metode penyelesaian perselisihan
merupakan suatu proses penyederhanaan data ke k. Sifat keputusan akhir dari masing-masing
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan metode penyelesaian yang ditawarkan
diinterpretasikan. Untuk memperoleh data yang l. Kekuatan hukum dari masing-masing metode
sederhana dan mudah dipahami diperlukan media penyelesaian yang ditawarkan
berupa statistik dan pengoperasian paket program m. Prosedur untuk masing-masing metode
SPSS. Proses analisis data dalam penelitian ini penyelesaian yang ditawarkan
adalah mencari prioritas pilihan responden atas cara n. Privacy para pihak yang diakibatkan metode
penyelesaian perselisihan yang ditempuh sekaligus penyelesaian yang ditawarkan
prioritas tentang faktor-faktor yang menyebabkan o. Ketersediaan tenaga ahli dari masing-masing
para responden memilih cara tersebut dan metode penyelesaian yang ditawarkan
efektifitas dari cara atau metode yang dipilih. p. Hubungan para pihak setelah sesudahnya
Metode statistik yang dipakai pada penelitian sesuai metode penyelesaian yang ditawarkan.
ini ialah Kendall Concordance Analysis, yang Selanjutnya dilakukan interpretasi hasil
merupakan metode nonparametrik untuk analisis dan studi banding dimana dalam tahapan
mengidentifikasikan urutan prioritas dengan ini hasil dari tabel, grafik, maupun diagram yang
melihat nilai hasil mean rank. memberikan pengaruh terhadap kesimpulan
Dalam penelitian ini Kendall Concordance penelitian diterangkan dalam bentuk teks sehingga
Analysis digunakan untuk mengidentifikasikan jawaban terhadap permasalahan yang dikemukakan
ranking yang menjadi urutan prioritas pada : terlihat dengan jelas. Setelah dilakukan penjelasan
a. Proses terjadinya perjanjian pemborongan terhadap hasil dari tabel, grafik maupun diagram,
b. Peraturan yang dipakai untuk perjanjian kemudian dilakukan studi banding dengan
pemborongan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau
c. Jenis kontrak yang biasa ditangani dengan dasar teori yang ada sehingga hasil dari
d. Standar atau acuan kontrak yang sering dipakai penelitian ini akan menjadi lebih bermanfaat.
e. Jenis kontrak yang sering menimbulkan klaim
f. Penanggung jawab kesalahan pelaksanaan HASIL ANALISIS
akibat salah perencanaan
g. Penanggung jawab kerusakan akibat force Analisis hasil kuesioner responden dengan metode
majeure Kendall Concordance Analysis sebagai berikut :

a. Proses terjadinya perjanjian pemborongan


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Melalui proses pelelangan 3.98 1 3.93 1
Penunjukan langsung 2.14 2 2.33 2
Perundingan dengan principal 1.94 3.5 1.87 3.5
Lainnya 1.94 3.5 1.87 3.5

b. Dasar peraturan yang dipakai untuk perjanjian pemborongan (kontrak)


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Peraturan standar pemerintah 5.00 1 4.97 1
Peraturan yang dibuat principal 2.50 3.50 2.77 2
Kesepakatan kontraktor & owner 2.50 3.50 2.59 3
Prt. Berdasarkan hkm yg berlaku 2.50 3.50 2.41 4
Lainnya 2.50 3.50 2.27 5

236 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

c. Standar perjanjian atau kontrak yang sering digunakan


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
FIDIC 2.31 3 2.17 4
AV41 1.98 4 2.84 1
PU BINA MARGA 3.09 1 2.78 2
Lainnya 2.61 2 2.21 3

d. Jenis perjanjian kontrak yang paling sering menimbulkan klaim


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Lump Sum 2.70 2 2.52 2
Unit Price 3.39 1 3.64 1
Cost plus Fee 1.95 3.50 1.92 3.50
Lainnya 1.95 3.50 1.92 3.50

e. Penanggung jawab kerugian bila terjadi kesalahan pelaksanaan yang diakibatkan salah perencanaan :
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Pemberi tugas 3.00 1 2.92 1
Kontraktor 1.42 3 1.35 3
Pemberi tugas dan kontraktor 1.58 2 1.73 2

f. Penanggung jawab kerusakan bila terjadi Force majeure :


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Pemberi tugas 3.00 1 1.50 2.50
Kontraktor 1.50 2.50 3.00 1
Pemberi tugas dan kontraktor 1.50 2.50 1.50 2.50

g. Metode yang dipilih sebagai penyelesaian bila terjadi perselisihan ialah :


Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 4.00 1 3.97 1
Mediasi 1.94 3.50 1.84 3.50
Arbitrasi 2.13 2 2.36 2
Litigasi 1.94 3.50 1.84 3.50

Prosentase dari seluruh responden yang berpartisipasi : 57 responden (76%) selalu memilih negosiasi untuk
menyelesaikan perselisihan mereka sedangkan 18 responden (28%) mengatakan sering memakai metode tersebut
disamping metode lainnya.

h. Waktu yang dipergunakan untuk penyelesaian perselisihan bidang konstruksi


Pilihan jawaban : 1: tidak pernah terselesaikan, 2 : terlalu lama (> 3 bulan)
3 : lama ( 1 3 bulan), 4 : cepat (< 1 bulan)
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 4.00 1 4.00 1
Mediasi 2.20 2 2.37 3
Arbitrasi 2.11 3 2.41 2
Litigasi 1.69 4 1.22 4

i. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian perselisihan bidang konstruksi


Pilihan jawaban : 1 : terlalu mahal ( >1% nilai kontrak)
2 : mahal (3 5% nilai kontrak)
3 : wajar ( 1 3% nilai kontrak)
4 : murah ( < 1% nilai kontrak)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 237


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.61 1 3.78 1
Mediasi 1.42 4 1.47 4
Arbitrasi 1.58 3 1.81 3
Litigasi 3.39 2 2.94 2

j. Keputusan akhir penyelesaian perselisihan bidang konstruksi :


Pilihan jawaban : 1 : tidak memuaskan, formalitas saja
2 : hanya menguntungkan pihak pemilik proyek
3 : hanya menguntungkan pihak kontraktor
4 : adil dan memuaskan semua pihak yang bersengketa
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 2.64 1 2.62 1
Mediasi 2.08 2 2.62 1
Arbitrasi 2.64 1 2.62 1
Litigasi 2.64 1 2.15 2

k. Kekuatan hukum serta pelaksanaan keputusan akhir persilisihan bidang konstruksi


Pilihan jawaban : 1 : tidak berkekuatan hukum, tidak dapat dilaksanakan
2 : berkekuatan hukum tapi tidak dapat dilaksanakan
3 : tidak berkekuatan hukum tapi dapat dilaksanakan
4 : berkekuatan hukum dan dapat dilaksanakan
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 2.64 1 2.59 1
Mediasi 2.08 2 2.22 2
Arbitrasi 2.64 1 2.59 1
Litigasi 2.64 1 2.59 1

l. Prosedur yang ditempuh untuk penyelesaian perselisihan :


Pilihan jawaban : 1 : terlalu rumit dan berbelit-belit
2 : cukup rumit
3 : praktis dan tidak rumit
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.86 1 3.94 1
Mediasi 2.94 2 2.38 2
Arbitrasi 1.66 3 2.08 3
Litigasi 1.55 4 1.59 4

m. Privacy para pihak setelah penyelesaian perselisihan


Pilihan jawaban : 1 : tidak tahu
2 : penyelesaian diketahui umum, nama baik sering dirugikan
3 : privacy pihak yang bersengketa tetap terjaga baik
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.00 1 3.76 1
Mediasi 2.38 3 2.27 2
Arbitrasi 2.44 2 2.08 3
Litigasi 2.19 4 1.90 4

n. Tenaga ahli yang menangani perselisihan bidang konstruksi


Pilihan jawaban : 1 : tidak ada tenaga ahli dalam bidang ini
2 : ada, tapi jumlahnya amat terbatas
3 : banyak tenaga ahli dalam bidang ini

238 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 3.84 1 3.79 1
Mediasi 2.14 3 2.23 3
Arbitrasi 2.31 2 2.48 2
Litigasi 1.70 4 1.50 4

o. Hubungan antar pihak setelah penyelesaian perselisihan


Pilihan jawaban : 1 : tidak tahu
2 : hubungan menjadi renggang atau rusak sama sekali
3 : hubungan tetap terjaga baik
Owner Kontraktor
Variabel pilihan responden Mean Rank Ranking Mean Rank Ranking
Negosiasi 2.98 1 3.77 1
Mediasi 2.42 2.50 2.28 2
Arbitrasi 2.42 2.50 2.05 3
Litigasi 2.17 4 1.91 4

as
DISKUSI 3. Penelitian ini dilakukan di Indonesia khusus
Studi yang dilakukan oleh S.Melanovi (1995), terhadap pemilik proyek pemerintah dan
yang ditulisnya dalam majalah Konstruksi edisi kontraktor BUMN atau swasta murni, tidak
Nopember 1995 mempunyai perbedaan dengan termasuk kontraktor yang joint operation
hasil studi ini yaitu : dengan asing, sehingga belum didapatkan data
a. Negara-negara maju misalnya Inggris, telah bagaimana kontraktor dengan penanaman
mempunyai peraturan perundang-undangan modal asing menyelesaikan perselisihannya
dalam bidang konstruksi yang disebut Official dengan owner di Indonesia, mengingat di
Referees (disahkan dan diumumkan pada tahun negara-negara maju sudah berlaku undang-
1982) dan sejak tahun 1988 memiliki registrasi undang jasa konstruksi yang mengatur tentang
sendiri. Badan ini banyak menyelesaikan perselisihan ini.
berbagai persengketaan dalam bidang 4. Faktor-faktor yang membuat mereka lebih suka
konstruksi menggantikan cara atau metode menggunakan metode negosiasi adalah :
negosiasi. a. Proses metode ini cepat dan prosedurnya
b. Jepang dan Korea sudah memberlakukan praktis serta tidak rumit dengan demikian
undang-undang yang mengatur industri proyek yang mereka kerjakan dapat
konstruksinya yang disebut Construction segera diselesaikan.
Business Law yang diumumkan pada tahun b. Biaya untuk penyelesaian perselisihan
1985. Undang-undang ini mengatur cara dengan metode negosiasi dikategorikan
penyelesaian perselisihan bidang konstruksi murah (<1 % nilai kontrak).
dan metode negosiasi sudah jarang, bahkan c. Keputusan akhir penyelesaian
hampir tidak pernah dipergunakan. perselisihan dengan metode negosiasi adil
dan memuaskan para pihak yang
berselisih.
d. Karena dibuat dalam suatu berita acara
KESIMPULAN yang bermeterai dan ditanda tangani oleh
Dari hasil penelitian dan perbandingan yang para pihak yang berselisih maka
dilakukan dapat disimpilkan sebagai berikut : keputusan akhir yang diterbitkan
1. Perjanjian pemborongan yang lebih besar mempunyai kekuatan hukum serta dapat
frekuensinya menimbulkan klaim adalah dilaksanakan. Mekanisme pelaksanaannya
perjanjian pemborongan dengan harga satuan dipantau oleh para pihak yang menanda
atau unit price. Dari 75 orang responden hanya tangani berita acara tersebut.
23 % yang tidak pernah mengalami klaim e. Dengan menggunakan metode negosiasi
dalam perjanjian pemborongan dengan harga privacy para pihak yang bersengketa tetap
satuan (unit price). terjaga baik sehingga hubungan mereka
2. Seluruh responden yang berpartisipasi baik yang semula baik akan tetap baik.
pemilik proyek maupun kontraktor lebih suka Metode arbitrasi kurang disukai karena
menggunakan metode negosiasi untuk selain biayanya mahal, waktu yang
menyelesaikan perselisihan bidang konstruksi dibutuhkan lama, privacy tidak terjamin.
yang mereka alami. f. Jalur Litigasi paling dihindari oleh para
pelaku bisnis konstruksi karena selain
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 239
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

prosedurnya yang terlalu lama yang Gunning, J.G., (1995), Negotiating Practice in
diakibatkan tenaga ahli yang menangani Construction Management, 11th Conference
amat terbatas, proses penyelesaiannya Proceeding ARCOM, volume II
juga seringkali diketahui umum sehingga McKenna, E. & Beech, N., (1995), The Essence of
nama baik sering dirugikan. Human Resource Management, Prentice hall
International Inc. London.
SARAN-SARAN Melanovi, S., (1995), Majalah Konstruksi, bulan
Permasalahan yang timbul kemudian ialah Nopember, Jakarta
apabila metode negosiasi ternyata tidak mampu Pongoh, T., (1998), Seminar Kontrak Dalam
menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang Bidang Konstruksi, Universitas Atma Jaya,
terjadi. Penggunaan jalur litigasi kecil sekali Yogyakarta
kemungkinannya sedangkan penggunaan mediasi Rifai, M.A., (1997), Pegangan Gaya Penulisan
atau arbitrasi kurang disukai. Penyuntingan dan Penerbitan, Gadjah Mada
Berdasarkan data-data dan keterangan- University Press, Yogyakarta
keterangan yang disampaikan para responden dapat Shahab, H., (1996), Aspek Hukum Dalam Sengketa
disarankan beberapa hal sebagai berikut : Bidang Konstruksi, Penerbit Djambatan,
a. Bila jalur Litigasi akan dijadikan sarana untuk Jakarta
penyelesaian sengketa bidang konstruksi, Sherman, M., Bohlander, G. & Snell, S., (1996),
seharusnyalah Undang-undang Jasa Konstruksi Managing Human Resources, South Western
yang sudah ada didukung pakar bidang ini College Publishing, Cincinnati, Ohio
dalam jumlah yang memadai, sehingga jalur ini Siegel, S. & Castellan, N. Jr., (1988),
dapat dijadikan jaminan bagi para pelaku bisnis Nonparametric Statistics for The Behavioral
konstruksi untuk menyelesaikan perselisihan sciences, Mc Graw Hill, New York.
mereka. Singarimbun, M., & Effendi, S., (1995) Metode
b. Jalur arbitrasi akan merupakan alternatif Penelitian Survai, LP3S, Jakarta
penyelesaian yang baik, seharusnya ditangani Soeharto, B., (1989), Menyiapkan penelitian dan
secara profesional, prosesnya tidak terlalu Penulisan Karya Ilmiah, Penerbit Tarsito,
berbelit-belit dan yang utama kerahasiaan Bandung .
konsumen harus dijaga baik. Penyelesaian Subekti(1987), Hukum Perjanjian, PT Intermasa,
melalui arbiter yang memang tertutup untuk Jakarta
umum harus benar-benar dijaga kerahasiaannya Verma, V. K., (1995), Human Resource Skills for
sehingga para pihak yang bersengketa akan The Project Manager, Project Management
merasa aman privacy-nya, dan tidak ragu-ragu Institute, USA.
lagi memilih jalur ini sebagai sarana
penyelesaian perselisihan bidang konstruksi.
c. Mediasi juga merupakan alternatif yang efektif
kalau saja si mediator yang bersangkutan tidak
merasa dirinya amat penting dan memasang
tarif seenaknya, atau merasa dirinya paling
tahu dan para pihak yang bersengketa harus
mau mengikuti saran dan pendapatnya yang
dianggapnya paling benar. Seorang mediator
seharusnya profesional dan dapat
menempatkan diri bebar-benar sebagai
penengah yang obyektif, terbuka dan netral,
tanpa motivasi untuk keuntungan diri sendiri
atau kelompok tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1996), Syarat-syarat Kontrak,
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga, Jakarta.
Djumialdji, (1995), Perjanjian Pemborongan, PT
Rineka Cipta, Jakarta
Fisher, R., Brown, S., (1988), Getting Together,
Penguin Books, USA
Greenberg, J. & Baron, R.A. (1995) Behavior in
Organizations, Prentice Hall International Inc,
London.

240 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HUBUNGAN ANTARA OPERASI PENERBANGAN DAN KESELAMATAN


PENERBANGAN DALAM PEKERJAAN MEMPERPANJANG LANDAS PACU
BANDAR UDARA : STUDI KASUS LAPANGAN TERBANG GADING WONOSARI

Otto Santjoko, Ircham


Staf Pengajar Jurusan teknik Sipil
Jl Babarsari CT, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Telp. 0274-486986 Fax: 0274-487429

ABSTRAK
Lapangan Terbang Militer Gading Yogyakarta, dibangun untuk menampung beberapa pesawat latih
dalam latihan penerbangan calon penerbang TNI AU. Tetapi lapangan terbang tersebut juga harus
mampu menerima operasi lepas landas dan pendaratan pesawat terbang jenis F-27 sekali dalam sebulan.
Memperpanjang landas pacu lapangan terbang bukan sekedar memenuhi panjang landas pacu yang
diperlukan, tetapi harus menjamin keselamatan operasi penerbangan diatasnya. Alinemen memanjang
landas pacu lapangan terbang (militer) Gading Yogyakarta, yang dibangun pada pembangunan tahap
pertama tahun 2004 - 2005 ternyata meninggalkan masalah yang harus dapat diatasi pada pembangunan
tahap kedua yang harus selesai pada tahun 2005 2006.
Alinemen memanjang landas pacu lapangan terbang mititer Gading dapat diperpanjang 200 m dengan
slope memanjang 0% atau slope memanjang -0,75%. Keduanya memenuhi persyaratan ICAO, tentang
jarak minimum antara 2 titik terjadinya perubahan slope, untuk pesawat terbang latih. Tetapi untuk
pesawat Fokker 27, perpanjangan landas pacu dengan kemiringan -0,75% saja yang memenuhi
persyaratan. Hanya dengan perpanjangan ini, ujung landas pacu 28 akan berada 1,5 meter dibawah muka
tanah asli. Drainase dengan gravitasi tidak dapat dilaksanakan, dan untuk operasi F-27 perlu pemotongan
tanah dengan volume yang cukup besar, baik kearah samping maupun kearah perpanjangan landas pacu.
Hasilnya harus dibuat kompromi, perpanjangan 200 m dilakukan dengan dengan slope 0%, operasi
penerbangan pesawat latih dapat dilakukan dengan aman dari kedua arah (arah 10 maupun 28), hanya
operasi lepas landas dan pendaratan F-27 hanya bisa dilakukan dari arah ujung landas pacu 10. Drainase
pada ujung landas pacu 28 dapat dilakukan dengan cara gravitasi.

Kata-kata kunci : runway arah 10 (28), alinemen memanjang, pesawat latih, drainase dengan gravitasi.

1. PENDAHULUAN (airspace) harus dibagi, sebagian untuk


Bandar Udara Adisutjipto adalah milik TNI keperluan penerbangan pesawat latih dan untuk
AU, namun digunakan bersama dengan penerbangan komersial dibuat gerbang diarah
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara perpanjangan landas pacu. Penerbangan untuk
sebagai bandar udara komersial dengan pesawat terbang datang maupun berangkat
penerbangan terjadwal. diatur dari ATC Tower yang dikelola TNI AU
dan ATC penerbangan sipil.
Sebagai pangkalan udara, Adisutjipto hanya
digunakan untuk melatih calon penerbang TNI Penerbangan komersial berkembang terus,
AU dengan beberapa pesawat latih seperti yang pada 4 5 tahun yang lalu hanya ada 13
Beechcraft T34C Mentor (pesawat Charlie, pesawat terbang yang beroperasi, pada saat ini
USA), AS202/T18A (pesawat Bravo, Swiss) ada 40 penerbangan pesawat komersial.
dan KT-1 (psawat buatan Korea Selatan). Bahkan pada tahun yang lalu bandar udara
Latihan terbang calon penerbang TNI AU ini Adisutjipto dinyatakan sebagai bandar udara
lebih banyak dilakukan pada malam hari, internasional, karena dibukanya penerbangan
dengan jadwal yang dibuat sesuai dengan ke negara Asean. Perubahan ini menimbulkan
kebutuhan akademi. ide untuk mengalihkan latihan penerbang TNI
AU ke lapangan terbang Gading yang sejak
Cukup lama kondisi penggunaan bersama ini. semula adalah milik TNI AU.
Namun penerbangan komersial tumbuh jauh
lebih cepat dari pertumbuhan Adisutjipto Dengan demikian Lapangan Terbang Gading
sebagai pangkalan udara. Untuk menjaga perlu dibenahi dan dkembangkan agar mampu
keselamatan penerbangan maka ruang udara mendukung latihan terbang para calon

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 241


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

penerbang TNI AU dengan menggunakan Pembebasan lahan telah dilakukan sebelum


ketiga jenis pesawat terbang latih yang ada. tahun 2004, dan tahun anggaran 2004-2005
Dan untuk menunjang kebutuhan logistik dibangun lapangan terbang tersebut oleh
Gading juga harus mampu menerima lepas Direktorat Teknik Bandar Udara, Jakarta. Pada
landas (takeoff) dan pendaratan (landing) waktu itu dibangun landas pacu dengan lebar
pesawat terbang F-27 sebagai pemasok 45 m dan panjang yang telah diselesaikan 1200
kebutuhan logistik. Maka dibuatlah rencana m. Pada tahun itu juga dilanjutkan
pengembangan Lapangan Terbang Gading oleh pembangunan landas pacu menjadi 1400 m,
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara taxiway dan apron serta bangunan bangunan
bersama Mabes TNI AU. Hasilnya adalah operasi dan administrasi yang diperlukan, oleh
lapang terbang dengan reference code 2 atau 3 Dinas Perhubungan Daerah Istimewa
(menurut Aerodrome Reference Code dari Yogyakarta.
International Civil Aviation Organization) (
Pengkelasan lapangan terbang Gading dengan Makalah ini akan menganalisis hubungan
menggunakan Aerodrome Reference Code perpanjang landas pacu dengan keselamatan
ICAO, karena tidak adanya referensi kelas penerbangan bagi pesawat terbang yang
lapangan terbang untuk militer), dengan beroperasi diatasnya, khususnya yang berkaitan
catatan harus mampu menerima operasi dengan dengan alinemen vertikal memanjang
penerbangan F-27 meskipun hanya satu kali as landas pacu pada peranjangan landas pacu
dalam sebulan. ini.

2. DATA DAN TEORI.

1200 m 200 m

As landas pacu

Landas pacu yang telah jadi Rencana perpanjangan landas pacu

Gambar 2-1 Ujung landas pacu 28 dan rencana perpanjangannya.

Data yang dikumpulkan dari Proyek dimana perubahan slope (kemiringan) terjadi.
Pengembangan Bandar Udara Gading, Dinas Serta hanya kira kira 500 meter pada ujung
Perhubungan DIT, sesuai batasan masalah landas pacu 28 yang direncanakan.
yang telah ditetapkan, adalah data alinemen Data beda tinggi titik titik perubahan slope
vertikal memanjang as landas pacu yang telah (kemiringan) pada as landas pacu yang didata
dibangun. Data yang ditampilkan hanya data adalah sebagai berikut ini.
beda tinggi titik-titik pada as landas pacu

+209,01
Elevasi +207,34

+0,587% Slope -0,117% +205,34 0,00%


-1,40%
-0,75%

150 m 165 m 140 m 200 m


Dengan datum = + 200,00 m

Gambar 2-2 Elevasi titik perubahan slope dengan slope-nya.

Kaitan keselamatan penerbangan pada saat pesawat (kemiringan) harus memenuhi peraturan pada
terbang lepas landas dan mendarat pada landas pacu Aerodrome Annex 14, 1999, pada bab 3.1.17.,
adalah jarak antara dua titik perubahan slope

242 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

distance between slope changes, halaman 16, 15 000 m where


tertulis sebagai berikut ini : the code number is 3;
and
Undulations or appreciable changes in slopes 5 000 m where the
located close together along a runway should be code number is 1 or 2;
avoided. The distance between the points of or
intersection of two successive curves should not be b. 45 m
less than : whichever the greater.
a. The sum of the absolute numerical values of
the corresponding slope changes muliplied by Dan bila digambarkan menjadi sebagai berikut
the appropriate value sa vollows : ini :
30 000 m where the code number is 4

z slope
x slope y slope

Point of
intersection D
Point of
intersection
Gambar 2-3 Profil as landas pacu (Annex 14)

Sedang rumusnya (untuk code number 3) terbukti runway strip (runway safety area)
adalah sebagai berikut : yang disediakan hanya 2 x 75 m, diukur dari as
landas pacu. Meskipun begitu dalam
D 15000 x y y z m perancangan ditambahkan bahwa panjang
runway harus menerima operasi lepas landas
dengan notasi : dan pendaratan pesawat jenis F-27 (pesawat
|x-y| being the absolute numerical value of x y terbang yang ARFL-nya masuk code number
|y-z| being the absolute numerical value of y z 3), yang terjadi hanya sebulan sekali. Sehingga
kelas lapangan terbang bukan code number 3,
Lapangan terbang Gading dirancang untuk tetapi code number 1 atau 2. Lihat tabel
melayani pesawat latih, sehingga code number dibawah ini :
akan terletak pada code number 1 atau 2. Ini

Tabel 2-1 Aerodrome Reference Code


Code element 1 Code element 2
Coce Aerodrome reference Code Wing span Outer main gear wheel
number field length letter span *
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Less than 800 m A Up to but not Up to but not
including 15 m including 4.5 m

2 800 m up to but not B 15 m up to but not 4.5 m up to but not


including 1 200 m including 24 m including 6 m

3 1 200 m up to but not C 24 m up to but not 6 m up to but not


including 1800 m including 36 m including 9 m

4 1 800 m and over D 36 m up to but not 9 m up to but not


including 52 m including 14 m

E 52 m up to but not 9 m up to but not


including 65 m including 14 m

F 65 m up to but not 14 m up to but not


including 80 m including 16 m
* Distance between the outside edge of the main gear wheel.
Sumber : Aerodrome Annex 14, 1999.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 243


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3. OLAH DATA DAN PEMBAHASAN pada ujung lapis keras yang telah ada (-1,40 %
juga -.0,117%) harus memenuhi syarat.
Slope perpanjangan landas pacu bisa dibuat
dengan banyak kemungkinan, tetapi dengan A. Alternatif I :
pertimbangan ekonomi pasti harus dicari
perpanjangan yang menggunakan biaya yang Dianggap hanya melayani pesawat latih saja
paling murah, tetapi jarak titik perubahan slope (code number 2) :

+209,01
Elevasi +207,34

+0,587% Slope -0,117% +205,34 0,00%


-1,40%

150 m 165 m 140 m 200 m

D1 D2

D 1 = 5000 (|x-y|+|y-z|)
= 5000 (|0,00587+0,00117| + |-0,00117+0,0140|) nilai |x-y| dan |y-z| adalah absolut (+)
= 5000 (0,01704 + 0,00283)
= 5000 x 0,01987 = 99,35 m < 165,00 m memenuhi syarat

Dengan cara yang sama (slope perpanjangan runway = 0,00%):

D 2 = 5000 (|x-y|+|y-z|)
= 5000 (|-0,1117+0,014| + |-0,0140-0,00|)
= 5000 (0,00283 + 0,0140)
= 5000 x 0,01683 = 84,15 m < 140,00 m memenuhi syarat

Bila dianggap code number 3 (untuk melayani F-27) :

D 1 = 15000 (|x-y|+|y-z|)
= 15000 (|0,00587+0,00117| + |-0,00117+0,0140|)
= 15000 (0,01704 + 0,00283)
= 15000 x 0,01987 = 298,05 m > 165,00 m tidak memenuhi syarat

Dengan cara yang sama (slope perpanjangan runway = 0,00%):


D 2 = 15000 (|x-y|+|y-z|)
= 15000 (|-0,1117+0,014| + |-0,0140-0,00|)
= 15000 (0,00283 + 0,0140)
= 15000 x 0,01683 = 252,42 m > 140,00 m tidak memenuhi syarat

244 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

B. Alternatif II

Dicari slope perpanjangan landas pacu agar D2 = 140 m memenuhi syarat

+209,01
Elevasi +207,34

+0,587% Slope -0,117% +205,34


-1,40%
-0,75%

150 m 165 m 140 m 200 m

D1 D2

D 1 tetap tidak memenuhi syarat

D 2 = 140 = 15000 (|x-y|+|y-z|)


= 15000 (|-0,1117+0,014| + |-0,0140-z|)
= 15000 (0,00283 + 0,0140 + z)
= 42,45 + 210,00 + 15000 z
= 252,45 + 15000 z
- 15000 z = 252,45 - 140 = 112,45
z = - 0,75 %

Agar D 2 = 140 m memenuhi syarat, perpanjangan landas pacu menggunakan slope 0,75%

C. Alternatif 3

+209,01
Elevasi +207,34
-0,117%
+0,587% Slope -0,117% -0,75%
-1,40%

150 m 165 m 140 m 200 m

D1

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 245


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada alternatif ini landas pacu diperpanjang landas pacu dan kearah kiri dan
dengan slope 0,117% (mengabaikan ujung kanan ujung landas pacu harus
landas pacu sepanjang 140 m dengan slope dilakukan pemotongan tanah.
1,40%) dari titik elevasi +207,34 dan kemudian Pekerjaan ini juga mahal biayanya.
dilanjutkan dengan perpanjangan dengan slope
0,00% sampai mencapai panjang keseluruhan c. Dari alternatif c, perpanjang dimulai dari
1400 m. awal slope -1,4%, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Alternatif ini tanpa dihitungpun dapat
dipastikan akan memenuhi syarat untuk operasi 1). Dilihat dari segi teknik, perpanjangan
F-27, dan pesawat latih. landas pacu (dengan mengabaikan
lapis keras sepanjang 140 m dengan
4. KESIMPULAN DAN SARAN lebar 45 m) dengan meneruskan slope
-0,0117% sangat ideal dan dapat
Kesimpulan : memenuhi syarat keselamatan
penerbangan dengan sangat baik.
a. Dari alternatif a,perpanjangan landas pacu 2). Kesulitan pertama adalah
dengan slope 0,00%, dapat disimpulkan menghindari terjadinya konstruksi
sebagai berikut ini. lapis keras sandwich (sandwich
pavement), yang dapat merusak lapis
1). Perpanjangan landas pacu dengan keras yang dibangun.
slope 0,00% dapat dilakukan dengan 3). Tidak dimanfaatkannya lapis keras
biaya murah. sepanjang 140 m lebar 45 m dengan
2). Drainase air permukaan dapat dibuat slope -1,40% akan berarti membuang
dengan mengandalkan aliran air banyak dana yang telah dikeluarkan
dengan gravitasi bumi. pada pembangunan sebelumnya.
3). Tidak perlu melakukan pemotongan Pembangunan sendiri mahal dan dana
tanah, hanya stripping harus yang dibuang juga besar.
dilakukan dan perataan tanah bila
diperlukan. Pemotongan tanah Saran :
dilakukan bila mutu tanah dasar tidak
memenuhi spesifikasi yang telah a. Pembangunan disarankan untuk memilih
ditentukan. alternatif pertama (paling murah).
4). Pada sambungan, antara landas pacu b. Hanya perlu disarankan operasi lepas
lama dan baru, harus diberi tappering landas dan pendaratan pesawat terbang F-
agar sambungan tidak bersudut tetapi 27, tidak dilakukan dari arah runway 28,
merupakan permukaan lengkung. tetapi dari arah runway 10. Operasi
penerbangan ini hanya terjadi satu kali
b. Dari alternatif b, perpanjangan landas pacu dalam satu bulan.
dengan slope -0,75 %, dapat disimpulkan
sebagai berikut ini. 5. DAFTAR PUSTAKA

1). Perpanjang landas pacu dengan slope Aerodromes Annex 14, Volume I, third edition,
-0,75% akan membuat ujung landas July 1999, International Civil Aviation
pacu 28 berada 1,5 m dibawah muka Organization, Montreal, Canada.
tanah asli. Airport Design, AC : 150/5300-13, 1989,
2). Ujung landas pacu ini akan tergenang Federal Aviation Administration, Washington
pada saat hujan, sedang drainase DC, U. S. A.
dengan gravitasi tidak mungkin Perencanaan Lapangan Terbang Gading
dilaksanakan karena muka dasar Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D. I.
selokan drainase yang ada elevasinya Yogyakarta, Final report, 2004, Dinas
lebih dari satu meter diatas muka Perhubungan Propinsi Daerah Istimewa
ujung landas pacu. Drainase harus Yogyakarta
menggunakan pompa. Mahal dalam
konstruksi dan operasinya.
3). Untuk keamanan operasi
penerbangan, pada perpanjangan

246 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI DESA SERUT, KECAMATAN


GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA
Sujendro
Staf Pengajar Jurusan / Prodi Teknik Sipil, STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta

Abstrak
Kekeringan secara rutin masih sering terjadidi beberapa tempat, seperti halnya di wilayah Desa Serut,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Namun sebenarnya tempat ini memiliki potensi sumber daya
air yang belum dikembangkan.
Wilayah Desa Serut memiliki sebuah sungai (Kalinongko), dengan cekungan yang terletak di sebelah hulu
jembatan. Luas DAS sungai ini sebesar 48 ha, bagian cekungan sebelah hulu jembtan sangat memungkinkan
untuk pembuatan embung. Jika lokasi ini dibuat engbung maka volume air yang dapat ditampung oleh embung
sebesar 31.000 m3, volume air yang sangat didambakan oleh masyarakat Desa Serut dan sekitanya

Abstract
In some places, dryness occurs in routine, like in Serut Village, Gedangsari Subdistrict, Gunung Kidul Regency.
However, this place actually has potential water resources which has not been developed yet.
Serut Village Area has a river (Kalinongko) with a slope which is located in the beginning of the bridge. The size
of the DAS (Daerah Aliran Sungai-River Watercourse Area) of this river is 48 ha, the slope part in the side of
the bridge is possibly to be made embung. If there is embung which is made in this location, water volume
which can be accomodated by the embung is 31.000 m3, water volume which is longed by Serut Village society
and its surrounding.

I. PENDAHULUAN berarah timur sedikit tenggara dan berjarak


sekitar 20 km.
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam (SDA)
terbarukan, sesuai dengan kondisi di egara kita
yang memiliki dua musim yaitu musim penghujan
dan musim kemarau, maka air tersedia melimpah di
musim hujan namum di banyak tempat kekurangan
air pada musim kemarau. Oleh karena itu perlu
pengaturan SDA dengan cara menampung pada
waktu musim penghujan dan memanfatakannya
pada waktu musim kemarau. Pada beberapa tahun
belakang-an ini Desa Serut, Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunungkidul, merupa-kan salah satu
wilayah/daerah yang selalu kekurangan air setiap
tahunnya pada musim kemarau. Sementara itu
wilayah ini sebenarnya mempunyai potensi untuk
pengembangan SDA yaitu dengan cara membuat Gambar 1. : Lokasi Penelitian
tampungan (retensi) embung yang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA
dimanfaatkan untuk memenuhi kebuthan air di Analisis hidrologi untuk tampungan embung,
musim kemarau. Tampungan embung dibuat pada meliputi tiga hal yaitu aliran masuk (inflow) yang
Sungai Kalinongka yang berupa tampungan mengisi embung, tampungan (daya tampung)
memanjang (long storage). embung berhubungan dengan tofografi rencana
lokasi embung dan banjir desain untuk menentukan
1.2. Maksud dan Tujuan kapasitas & dimensi bangunan pelimpah
Penelitian ini mempunyai maksud dan tujuan (Puslitbang Pengairan, 1994).
mengoptimalkan sumber daya alam yang kita miliki Debit banjir rancangan dapat dilakukan
untuk mensejahterakan masyarakat dalam hal dengan mudah berdasarkan rangkaian data debit,
pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat Desa jika catatan data debit tersebut tersedia tetapi jika
Serut, Kecamatan Gedangsari dan sekitarnya. catatan data debit tidak ada, namum catatan data
hujan tersedia cukup banyak/panjang, maka debit
1.3. Lokasi rancangan dapat dilakukan dengan
Desa Serut ini terletak di Kecamatan Gedangsari, pengalihragaman hujan rancangan menjadi debit
Kabupaten Gunungkidul, arah dari kota Yogyakarta rancangan (Sri Harto, 1990).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 247


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3.1. : Satuan Kebutuhan Air (SKA)


III. LANDASAN TEORI Uraian Kebutuhan Air (l/hari/KK)
3.1. Umum Volume Desain Embung Penduduk 150
Volume desain embung ditentukan berdasarkan 3 Ternak 200
kriteria, yaitu volume tampungan berdasarkan Kebun 450
kebutuhan air, volume tampungan berdasarkan Jumlah 800
ketersediaan air dan volume tampungan
berdasarkan kondisi topografi. Volume tampungan
yang dipakai diantara 3 (tiga) volume tersebut b). Jumlah penguapan dari kolam selama
adalah yang nilainya terkecil. musim kering (Ve)

3.1.a. Volume Berdasarkan Kebutuhan Air (Vn) Penguapan selama musim kemarau perlu
Kolam embung direncanakan dapat menampung diperhitungkan dalam penentuan volume embung.
penuh air di musim hujan dan kemudian Penguapan di permukaan kolam embung dihitung
dioperasikan selama musim kemarau untuk secara sederhana seperti berikut ini.
melayani berbagai kebutuhan, oleh karena itu Ve = 10 x Akt x Ekj. . . . . . . . . . . . . . (3.3)
volume tampung embung yang akan dibangun dengan :
harus dapat memenuhi kebutuhan pada saat musim Ve = jumlah penguapan dari kolam embung
kemarau. Selain itu juga harus mempertimbangkan selama musim kemarau (m3)
kehilangan air oleh penguapan di kolam dan Akt = luas permukaan kolam embung pada
resapan di dasar dan di dinding kolam, serta setengah tinggi/kedalaman (ha)
menyediakan ruangan untuk sedimen. Jadi Volume Ekj = penguapan bulanan di musim kemarau pada
tampung yang diperlukan (Vn) untuk embung bulan j (mm/bulan )
adalah :
c). Jumlah resapan melalui dasar dinding dan
Vn = Vu + Ve + Vi + Vs . . . . .. . . . . . .(3.1.) tubuh embung (Vi)
dengan : Air tampungan di kolam embung sebagian
Vn = Volume tampungan berdasarkan kebutuhan mengalami infiltrasi yang nilainya cukup signifikan
air (m3) sehingga harus dihitung jumlah kehilangan air
Vu = volume tampungan hidup untuk melayani tersebut. Besarnya resapan ini tergantung dari sifat
berbagai kebutuhan (m3) lulus air tanah dasar dan dinding embung. Secara
Ve = jumlah penguapan dari kolam selama musim teoritis analisis resapan air cukup rumit, namun
kering (m3) pada pekerjaan ini analisis resapan memakai
Vi = jumlah resapan melalui dasar dinding dan pendekatan praktis yang diberikan oleh Puslitbang
tubuh embung selama musim kemarau (m3) Pengairan seperti berikut ini.
Vs = ruangan yang disediakan untuk sedimen (m3)
Vi = K x Vu . . . . . . . . . . . . . . . . (3.4)
a). Volume tampungan hidup untuk pelayanan dengan :
berbagai kebutuhan (Vu) Vi = jumlah resapan tahunan (m3).
Kebutuhan air yang harus dilayani embung (Vu) K = factor yang nilainya tergantung dari sifat
diperhitungkan dari macam penggunaan air oleh lulus air material dasar dan dinding kolam
penduduk di daerah pelayanan. Persamaan berikut embung.
dipakai untuk menghitung kebutuhan air tersebut. Vu = Jumlah air untuk berbagai kebutuhan (m3)
Nilai K = 10 % bila dasar dan dinding kolam
Vu = Jh x JKK x Qu . . . . .. . . . . . . . . . (3.2) embung rapat air (k=10-5cm/dt )
dengan : Nilai K = 25 % bila dasar dan dinding kolam
Jh = Jumlah hari selama musim kemarau, embung bersifat semi lulus air (k = 10-4
= 6 bulan x 30 hari =180 hari. cm/dt ).
JKK = Jumlah KK yang dilayani
Qu = Kebutuhan air penduduk, ternak dan d). Ruangan yang disediakan untuk sedimen
kebun (l/hari/KK) (Vs)
Untuk memperpanjang umur suatu embung perlu
Satuan kebutuhan air untuk penduduk, ternak dan ruang untuk sedimen. Secara praktis ruang sedimen
kebun diambil dari buku Kriteria Desain Embung dianggap setinggi 1,0 m dari dasar kolam embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia oleh atau kurang lebih 5 % dari Vu.
Puslitbang Pengairan PU 1994 (Tabel 3.1). Vs = 0,05 x Vu . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.5)
Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah KK,
dengan anggapan setiap KK mempunyai ternak dan
kebun

248 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.1.b. Volume Berdasarkan Ketersediaan Air tertentu, yaitu menunjukkan kemungkinan besarnya
(Vh) curah hujan akan tersamai atau terlampaui selama
periode waktu tertentu. Beberapa sebaran
Air yang mengalir ke dalam embung terdiri atas
(distribusi) yang akan digunakan dalam melakukan
dua kelompok, yaitu air permukaandariseluruh
analisis frekwensi antara lain sebaran normal, log
daerah tadah hujan (tangkapan) dan air hujan yang
normal, log pearson III dan sebaran Gumbel.
langsung jatuh diatas permukaan kolam. Dengan
Pemilihan jenis sebaran terhadap suatu seri
demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung
data tertentu ditentukan oleh sifat-sifat parameter
dapat dinyatakan sebagai berikut :
statistiknya, adapun parameter-parameternya
tersebut adalah sebagai tersebut di bawah :
Vh = Vj + 10.Akt.Rj . . . . . . . . . .. . . . (3.6)
Yr =
Yi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3.9.a)
dengan : N
V h = volume air yang dapat mengisi kolam N
embung \ selama musim hujan (m3)
S=
(X i X )2
. . . . .. . . . . . (3.9.b)
Vj = aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) i 1
Vj = jumlah aliran total selama musim hujan (m3) N 1
Rj = curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan) S
Rj = curah hujan total selama musim hujan (mm), Cv = Y . . . . . . . . . . . . . . . .. (3.9.c)
curah hujan musim kemarau diabaikan r
Akt = luas permukaan kolam embung (ha) N
Cs = ( N 1)( N 2 ) S 3 (Y Y )
i r
3
.(3.9.d)
a). Aliran Masuk Kolam Embung (Inflow = Vj)
N2
4 (Yi Yr ) .(3.9.e)
4
Aliran masuk kolam embung Vj adalah : Ck =
( N 1)( N 2)( N 3)S
Vj = 10 x Cj x Rj x A . . . . . . . . . . . . . . (3.7.a) dengan :
V = Vj . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.7.b) Yi = data hujan R.24 maksimum pada tahun ke i,
dengan : Yr = rata-rata dari suatu seri data hujan,
Vj = aliran bulanan dari seluruh DPS pada bulan j N = jumlah data hujan,
(m3/bl) S = standar deviasi,
Rj = hujan bulanan pada bulan j (mm/bl) Cv = koefisien variasi,
Cj = koefisien pengaliran pada bulan j Cs = koefisien asimeteri,
A =luas daerah tadah hujan DPS efektif (ha) Ck = koefisien kurtosis.
V = Aliran masuk ke kolam embung (m3)
3.3 Pemilihan Distribusi
Secara teoritis masing-masing distribusi akan
b). Hujan Efektif dicirikan oleh nilai-nilai koefisien statistik, yang
Hujan efektif dimaksudkan sebagai hujan yang meliputi harga rata-rata, standar deviasi, koefisien
jatuh langsung di kolam embung, yang besarnya variasi, koefisien kemencengan, dan koefisien
dapat dihitung sebagai persamaan berikut ; kurtosis. Secara lengkap Tabel 3.2., menampilkan
nilai-nilai koefisien yang mencirikan untuk setiap
Vhe = 10 x Akt x Rj . . . . . . . . . . . . . . (3.8) jenis distribusi tersebut.
dengan :
Akt = luas permukaan embung Tabel 3.2. : Persyaratan Distribusi Data
Rj = curah hujan total selama musim hujan (mm)
Sebaran Syarat
3.1.c. Volume Berdasar Kondisi Topografi (Vp) Normal Cs = 0
Volume tampungan embung diperoleh dengan cara
Ck = 3
membuat tanggul/bendung tegak lurus sungai
dengan ketinggian tertentu. Volume tampungan Log Normal Cs/Cv = 3
dihitung dengan cara menghitung luasan kontur Log Pearson III Cs = (+)/ (-)
dikalikan dengan kedalaman rerata rencana Gumbel Cs = 1.1396
genangan. Berdasarkan hasil hitungan Ck = 5.4002
dibandingkan antara Vn, Vh & Vp dipilih nilai Sumber : Sri Harto, 2000
yang terkecil.
Penelitian jenis sebaran dilakukan dengan
mencocokan nilai parameter-parameter statistik
3.2. Analisis Frekwensi Hujan. tersebut dengan syarat-syarat dari masing-masing
Analisis frekwensi hujan dilakukan untuk jenis sebaran. Adapun syarat-syarat tersebut adalah
menentukan hujan rencana dengan periode ulang :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 249


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.4. Penetapan Banjir Rancangan 0,6


H
Analisis banjir rancangan dimaksudkan untuk W = 72 . . . . . . . . . . . .(3.10.c)
memperoleh hidrograf banjir rancangan sesuai L
dengan kala ulang tertentu, yaitu 5, 10, 25, 50 dan dengan :
100 tahun. Sungai Kalinongko/tidak memiliki alat T = Waktu tiba banjir (jam),
pencatat debit, oleh karena itu untuk menghitung L = panjang segmen sungai dari titik terjauh
debit banjir rancangan harus digunakan dalam DAS s.d. titik yang ditinjau
pengarihragaman hujan menjadi debit. (m),
Apabila data debit yang tersedia cukup W = kecepatan banjir (km/jam),
panjang, maka analisis hidrologi untuk l = Intensitas hujan rencana..
menghitung debit banjir rencana dapat dilakukan
dengan mudah tanpa harus memahami secara IV. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
mendalam proses pengalihragaman hujan menjadi
banjir. Namun jika debit yang tersedia tidak Pengumpulan data dibedakan untuk pengumpulan
tersedia cukup, tetapi data hujan cukup panjang data sekunder dan data primer, data sekunder
maka debit banjir rencana dapat dihitung dengan dimaksukan sebagai data yang diperoleh dari
mengalihragamkan besar hujan rencana menjadi instansi lain sedangkan data primer sebagai data
besar debit banjir rencana (Sri Harto,2000). yang diperoleh langsung dari lapangan.

3.5. Penetapan Hujan rancangan 4.1. Data Sekunder


Data hujan untuk DAS sungai Kalinongko a). Data Hidrologi, berupa data hujan dari Setasiun
diambil dari tigastasiun yaitu Kedungkeris, hujan Kedungkeris, Wonogomo dan
Prambanan dan Wanagama. Data-data tersebut Prambanan dari tahun 1987 sd 2007
akan dianalisis dengan cara statistik probabilitas. Tabel 4.1. : Jumlah hujan bulanan ketiga setasiun
Hasil analisis akan menentukan jenis sebaran Bulan Kedungkeris Wonogomo Prambanan
(distribusi), selanjutnya akan ditentukan hujan Januari 285.000 304.620 320.130
rancangannya. Pebruari 296.728 230.687 343.087
Maret 255.515 174.685 298.957
3.6. Cara hitungan banjir rancangan April 142.632 130.550 169.478
Analisis ini dilakukan berdasarkan asumsi Mei 56.918 58.650 61.739
Juni 62.489 25.273 3.797
hujan dengan kala ulang tertentu akan Juli 14.494 15.729 17.253
menghasilkan debit dengan kala ulang tertentu Agustus 6.733 8.279 14.955
(kala ulang yang sama). Pemilihan cara analisis September 24.835 8.460 16.182
banjir tergantung luas DPS yang bersangkutan, Oktober 70.250 75.433 71.818
Nopember 173.800 166.664 168.545
karena luasnya kurang dari 10 km2, maka dipakai
Desember 200.047 285.864 281.409
cara rasional : Sumber : Balai Besar POO

Q = 0,278 x C x I x A . . . .. . . . . . . . . . . (3.10) Tabel 4.2. : Prakiraan Inflow masuk Embung


dengan : Bulan Rerata 80 % jml hjn Koef. Inflow kolam
Q = debit puncak banjir (m3/det) Pengaliran Embung (m3/bl)
Januari 303.250 242.60 0.75 88136.622
C = koefisien aliran Pebruari 290.167 232.13 0.72 80960.809
I = intensitas hujan selama waktu tiba banjir Maret 243.052 194.44 0.69 64989.395
(mm/jam) April 147.553 118.04 0.66 37738.699
Mei 59.102 47.28 0 0.000
A = luas DPS (km2), diukur dari peta topografi Juni 30.520 24.42 0 0.000
Juli 15.825 12.66 0 0.000
Koefisien aliran C diperkirakan dengan Agustus 9.989 7.99 0 0.000
September 16.492 13.19 0 0.000
menggunakan tabel mononobe. Apabila tersedia Oktober 72.501 58.00 0 0.000
data aliran koefisien aliran dapat ditentukan dengan Nopember 169.670 135.74 0.72 47340.349
membandingkan antara aliran langsung yang Desember 255.773 204.62 0.81 80285.044
Jumlah 399450.918
diakibatkan oleh hujan pada suatu periode banjir Sumber : Analisis Peneliti
dengan jumlah curah hujan rata-rata pada DAS
yang bersangkutan. Koefisien aliran menurut
mononobe dapat diperiksa pada tabel 3.1. Intensitas
hujan selama waktu tiba banjir dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
0 , 67
R 24
I = . . . . . . .. . . . . . . . (3.10.a)
24 T
L
T = . . . . . . . . . . . . . . . . (3.10.b)
W

250 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4.3. : Hujan harian maksimum tahunan a). Data pengukuran rencana embung skala 1 : 400
Hasil pengukuran terlampir.
b). Data geologi dan mekanika tanah
Nomor Hujan Harian Maksimum Rereta Berdasarkan pengamatan terdapat sesar patahan
H (mm) tetapi sudah tidak aktif dan hasil uji kebocoran
aman artinya tidak bocor dan pemeriksaan
pengeboran sampai 1,60 m mencapai batuan tuf
1 39.50
asam yang sangat keras dan hasil pemeriksaan
2 41.40
3 44.67
laboratorium tanah mempunyai batas cair 48 %,
4 45.00 batas plastic 28 % atau indeks plastisitas 20 %,
5 51.33 artinya tanah dapat dipakai untuk timbunan
6 51.67 (Puslitbang Pengairan, 1994).
7 53.50
8 55.97 V. ANALISIS PERHITUNGAN
9 60.00
10 62.53
11 63.67 Kapasitas tampungan embung didasarkan pada
12 63.90 kebutuhan air didasarkan pada :
13 70.00 5.1. Kebutuhan (Vn = Vu + Ve + Vi + Vs)
14 71.75
a). Kebutuhan pelayanan dalam satu tahun (Vu)
15 72.50
Vu = 86.256 m3 (sudah dihitung tabel 4.4)
16 73.30
17 75.00 b). Kebutuhan air untuk penguapan (Ve)
18 78.00 Besar penguapan merupakan faktor dari
19 83.00 penyinaran/panas matahari, kecepatan angin,
20 93.35 vegetasi penutup, besarnya penguapan diambil
21 125.00 sebesar 3,5 mm/hari (berdasarkan pengukuran
22 144.97 penguapan di tempat terbuka sebesar 3,5 - 4
23 150.00 mm/hari). Jika luas genangan diambil 1 ha (
10.000 m2), maka air yang hilang selama satu
Sumber Analisis Peneliti tahun ( enam bulan)
Ve = 180 x 10.000 x 0,0004 = 6.300 m3
c). Kebutuhan air untuk rembesan (Vi)
b). Data peta dari Bakosurtanal, berupa peta rupa Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
bumi skala 1 : 25.000 besarnya permiabilikats tanah k = 2 x 10 -6
c). Data jumlah penduduk dari dua Kabupaten cm/dt, maka menurut persamaan 3.4. nilai K =
Data jumlah penduduk di sekitar lokasi Embung 0,10 dan Vi = 0,10 x Vu = 8.325 m3/th
Serut diperlukan untuk menentukan jumlah
kebutuhan air. Data Jumlah penduduk tersebut
diperoleh dari survey dilapangan, dengan hasil d). Kebutuhan air untuk ruang sedimen (Vs)
sebagai berikut ini. Untuk memperpanjang umur suatu embung
perlu ruang untuk sedimen. Secara praktis ruang
Tabel 4.3. : Jumlah KK Daerah Embung Serut sedimen dianggap setinggi 1,0 m dari dasar
No Dusun Jumlah KK kolam embung atau kurang lebih 5 % dari Vu.
Vs = 0,05 x Vu = 0,05 * 86.256 = 4.312
1 Kalinongko Lor 171
m3
2 Kalinongko Kidul 165
Volume kolam embung berdasarkan kebutuhan
3 Kayoman 253
air (Vn) adalah sebesar :
Jumlah 599
Vn = Vu + Ve + Vi + Vs = 105.193 m3
Sumber : RT Dusun Kayoman & KalinongkoLor

Jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan masyarakat 5.2. Ketersediaan Air (Vh)
sebesar jumlah KK dikalikan satuan kebutuhan air
sesuai tabel 3.1. sebagai tabel 4.4. berikut : Vj = 399.450 m3/th
Vhe = 10 x 1 x 1291 =12.910 m3
Vh = Vj + Vhe = 412.360 m3/tahun
Tabel 4.4. : Kebutuhan Air Untuk Satu Tahun
No Jumlah SKA Kebutuhan/ Kebutuhan - Kondisi Topografi (Vp)
KK (lt/hr/KK) hari (m3) (m3)
Volume tampungan embung diperoleh dengan cara
1 599 800 479,200 86.256 membuat tanggul/bendung tegak lurus sungai
Sumber Analisis Peneliti dengan ketinggian tertentu. Volume dihitung
dengan cara menghitung luasan kontur dikalikan
dengan kedalaman rerata rencana genangan.
4.2. Pengumpulan Data Primer

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 251


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berdasarkan hasil trial error dari peta hasil - Dimensi Saluran Pelimpah
pengukuran didapat volume sebesar 31.000 m3,
yaitu volume pada elevasi mercu pelimpah +235.00
m, tinggi badan embung 14,00 m dan genangan l
seluas 7894 m2.

Tabel 5.1. : Pemilihan Volume Tampungan


Embung
No Berdasarkan Volume (m3)
1 Kebutuhan air 105.193
2 Ketersediaan air 412.360
3 Kondisi Tofografis 31.000

Volume menentukan dipilih terkeci 31.000 m3 Gambar 5.1. : Tampang memanjang Spillway

- Perhitungan Hujan Rancangan


Analisis Frekuensi dilakukan pada data hujan Saluran Pelimpah (Spillway) dibuat selebar b =
maksimal untuk menghasilkan hujan rancangan dan 4,30 m, dibuat sama dengan lebar jembatan
selanjutnya dihitung debit rancangan dengan cara dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan sifat
rasional yang hasilnya sebagai tabel berikut : aliran sebelum dan sesudah dibuat embung
Tabel 5.2. : Hujan rancangan Wilayah Desa Serut
2
Tr PT G G*S Log H H rancangan hkr = 3 (12 / 4 , 3 ) / 9 , 80 = 0,9262 m
(th) (%) mm
kedalaman aliran di atas mercu pelimpah :
2 50 -0.124 -0.0196 1.812 64.799
5 20 0.785 0.1242 1.955 90.241 h = 3/2 hkr = 1,39 m
10 10 1.335 0.2112 2.042 110.264
Elevasi tanggul banjir = 235 + 1,40 + 0,50
25 4 1.980 0.3133 2.144 139.475
50 2 2.430 0.3845 2.216 164.325 = + 236,90 m
100 1 2.857 0.4521 2.283 191.986
200 0.5 3.268 0.5170 2.348 222.959
Sumber Analisis Peneliti VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis pemanfaatan potensi sumber
daya air di Desa Serut dapat diambil kesimpulan
Tabel 5.3. : Debit banjir rancangan S. Kalinongko dan saran sebagai berikut :
a). Volume tampungan embung direncanakan
Kala Ulang Tinggi Hujan Intensitas Debit (m3/dt) 31.000 m3, dengan tinggi badan embung 14 m
< 15 m persyaratan tinggi maksimal embung.
2 64.7993 34.6155 3.2630
b). Lebar saluran pelimpah diambil sama dengan
5 90.2415 50.1396 4.7264
10 110.2645 66.3778 6.7040 lebar jembatan yang ada b = 4,30 m,
25 139.4753 88.4155 9.5251 dimaksudkan akan tidak terjadi perubahan sifat
50 164.3249 110.6147 11.9166 aliran di hulu jembatan,
100 191.9862 132.4079 14.2644 c) Diharapkan sebagian masyarakat tercukupi
kebutuhan airnya,
Sumber Analisis Peneliti d). Adanya embung akan menyangga keberadaan
air tanah di dekat lokasi, sehingga sumur
penduduk airnya dapat diambil lagi.
e). Guna menjaga keberadaan air agar vegetasi
DAS di daerah hulu diperbaiki, dengan
tanaman yang dapat menambah hasil bagi
masyarakat,
f). Perlu dicermati lagi tinggi embung yang paling
ekonomis

252 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA
DPU, 1994, Pedoman Kriteria Desain Embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di
Indonesia, Puslitbang Pengairan,
DPU, Bandung
Sri Harto, 2000, Analisis Hidrologi, PT. Gramedia,
Jakarta.
Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumber Daya Air,
KMTS UGM, Yogyakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 253


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

REALISASI SISTEM PENGUPAHAN TENAGA KERJA PEREMPUAN


PADA PERUSAHAAN PEMBORONG BANGUNAN DI YOGYAKARTA
Ridayati
Dosen Teknik Sipil STTNAS
ridayati@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui realisasi pelaksanaan sistem pengupahan terhadap tenaga kerja
perempuan pada perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta. Jika ditinjau dari tingkat nasional perempuan
merupakan aset negara yang cukup potensial karena jumlah wanita lebih banyak dibanding laki-laki, dengan
demikian kurang tepat jika wanita hanya diposisikan dalam pekerja di sektor domestik. Dalam tahun tahun
terakhir ini sudah banyak perempuan yang bekerja di perkantoran seperti misalnya Pegawai negeri, Polisi,
karyawan hotel, buruh bangunan, dll.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga kegiatan proyek konstuksi yaitu di Proyek pembangunan rumah
dinas Kantor Imigrasi dan Beacukai, Proyek Pembangunan kantor Pengadilan Tinggi Yogyakarta, PPPG
Matematika Catur Tunggal Depok Sleman dapat di ketahui bahwa tidak terjadi diskriminasi dalam pengupahan
pekerja (antara laki-laki dan perempuan). Sebagai contoh untuk proyek pembangunan rumah dinas Kantor
Imigrasi dan Beacukai upah pekerja berkisar antara Rp 28.000,00 Rp 35.000,00 sesuai dengan jenis
pekerjaannya, dan tidak ada perbedaaan upah antara laki-laki dan perempuan. Umumnya para pekerja yang
bekerja pada perusahaan pemborong bangunan gedung rata rata berumur sekitar 20 sampai dengan 45 tahun
yang kebanyakan tidak lulus SD, tamatan SD dan beberapa tamatan SMP. Rata rata mereka bekerja 7 jam sehari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya perlakuan diskriminatif terhadap para tenaga kerja dalam
sistem pengupahan oleh pengusaha pada jenis pekerjaan yang sama nilainya. Faktor faktor yang mendukung
tidak dilakukannya tindakan diskriminatif dikarenakan para pengusaha memahami betul tentang peraturan
perundang undangan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perlakuan diskriminatif
terhadap tenaga kerja pada perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta.

Kata kunci: Sistem pengupahan, tenaga kerja, perusahaan pemborong bangunan.

PENDAHULUAN tangga lainnya sedangkan kaum laki-laki tugasnya


A. Latar Belakang adalah bekerja di sektor publik seperti menjadi
Perkembangan kondisi sosial ekonomi di pegawai negeri, karyawan swasta, pengusaha,
Yogyakarta, khususnya pedesaan yang cenderung politikus, sampai buruh bangunan. Anggapan
lambat disebabkan beberapa faktor, diantaranya sebagian orang yang seperti tersebut diatas di jaman
kualitas sumber daya manusia yang kurang sekarang yang berada dalam suasana hidup global
memadai. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurang tepat sebab apa yang dikerjakan laki-
kurangnya kualitas tersebut adalah tingkat laki adalah dapat juga dikerjakan oleh kaum
pendidikan yang rendah, terutama di kalangan perempuan.
kaum perempuan. Rendahnya tingkat pendidikan Jika ditinjau dari tingkat nasional
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial. perempuan merupakan aset negara yang cukup
Rendahnya tingkat ekonomi menyebabkan potensial karena jumlah wanita lebih banyak
pendidikan, terutama untuk kaum perempuan, dibanding laki-laki, dengan demikian kurang tepat
cenderung dinomorduakan. Sedangkan ditinjau dari jika wanita hanya diposisikan dalam pekerja di
aspek sosial, pandangan masyarakat bahwa kaum sektor domestik. Dalam tahun tahun terakhir ini
perempuan tidak harus menempuh pen-didikan sudah banyak perempuan yang bekerja di
hingga tingkat lanjut masih berkembang di perkantoran seperti misalnya Pegawai negeri,
masyarakat. Akibatnya, kualitas sosial dan tingkat Polisi, karyawan hotel, dll. Namun pekerjaan
pengetahuan kaum perempuan cenderung lebih seperti itu dituntut pendidikan yang tinggi,
rendah dibandingkan kaum laki-laki. Kaum bagaimana dengan perempuan pedesaan yang tidak
perempuan pun cenderung menghadapi kendala berpendidikan tinggi?
yang lebih banyak ketika hendak bekerja untuk Khusus bagi pekerja garment dan pekerja
sekedar membantu meningkatkan keadaan per- bangunan tidak menuntut pendidikan yang tinggi,
ekonomian keluarganya, sebab menurut anggapan sebab memang lapangan pekerjaan seperti tersebut
sebagian orang, perempuan hanya cocok bekerja tidak menuntut pendidikan yang tinggi. Pada
pada sektor domestik seperti mengasuh anak, perusahaan seperti disebut tadi banyak menampung
memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah para pekerja perempuan. Bagi perempuan yang

254 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bekerja pada sektor publik seperti tersebut tadi mengikuti laki-laki atau tinggal di pihak kerabat
tidak melupakan pekerjaan domestiknya oleh suami, merupakan salah satu faktor yang secara
karena itu adalah tepat apabila perempuan relatif cenderung mempengaruhi status dan peranan
dikatakan mempunyai peran ganda. perempuan yakni status dan peranan perempuan
menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu
B. Batasan Masalah perempuan tidak bisa menjadi pemilik tanah dan
Dalam tulisan ini difokuskan pada pekerja kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga
perempuan yang bekerja pada perusahaan status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah
pemborong bangunan gedung. Dalam pengamatan dari pada laki-laki. Hal ini juga menyebabkan
sementara, pada sistem pengupahannya terutama sumber daya pribadi (Khususnya yang menyangkut
dalam hal besarnya upah yang diterima kiranya tanah, uang atau material) yang dapat
relatif berbeda atau terjadi diskriminasi bila disumbangkan oleh wanita kedalam perkawinan
dibandingkan dengan pekerja laki-laki dalam jenis atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas,
pekerjaan yang sama nilainya. akibatnya status dan peranan perempuan menjadi
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki.
penelitian adalah proyek bangunan gedung, Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya
diantaranya adalah pribadi bisa berupa pendidikan, keterampilan, uang
Proyek pembangunan rumah dinas Kantor atau material, tanah, dll. Akibat masih berlakunya
Imigrasi dan Beacukai yang berlokasi di berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
Kalitirto, Berbah, Sleman. tersebut di masyarakat maka akses wanita terhadap
Proyek Pembangunan kantor Pengadilan sumber daya dibidang politik, ekonomi, sosial
Tinggi Yogyakarta yang berlokasi di Jalan budaya, pertahanan keamanan menjadi terbatas.
Ringroad Selatan, Wojo, Bantul, Yogya. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan
PPPG Matematika Catur Tunggal Depok wanita itu perlu pemahaman dan penghayatan yang
Sleman. baik tentang peranan wanita dalam pembangunan.
Dalam kapasitas sebagai pekerja, para
C. Tujuan Penelitian pekerja perempuan mempunyai hak yang sama
Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan pekerja laki-laki dan hal tersebut diatur
mengetahui Realisasi pelaksanaan sistem dalam pasal 2 ayat 1 Pernyataan umum hak asasi
pengupahan terhadap tenaga kerja perempuan pada manusia sedunia yang menyatakan Setiap orang
perusahaan pemborong bangunan di Yogyakarta. berhak atas segala hak dan kebebasan diuraikan
dalam pernyataan ini, tanpa perbedaan macam
DASAR TEORI apapun, seperti ras, warna, kelamin, bahasa, agama,
Para pendiri negeri ini sungguh sangatlah pendapat, politik apapun, asal nasional atau sosial,
arif dan bijaksana dalam menyusun UUD 45 harta, kelahiran, atau status sosialnya. Di
menghargai peran perempuan pada masa silam dan Indonesia tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
mengantisipasi pada masa yang akan datang dengan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
tidak ada satu kata pun yang bersifat diskriminatif Nomor 39 Tahun 1999 (UU No.39 Th. 1999)
terhadap perempuan. Konstitusi ini dengan tegas pasal 3 ayat 1 yang menyatakan Setiap orang
menyatakan persamaan hak dan kewajiban bagi dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat
setiap warga negara baik laki-laki maupun manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai
perempuan. Menurut kondisi normatif, laki-laki dan akal dan hati nurani untuk bermasyarakat,
perempuan mempunyai status atau kedudukan dan berbangsa dan bernegara dalam semangat
peranan (Hak dan kewajibannya) yang sama, akan persaudaraan.
tetapi menurut kondisi obyektif, perempuan Dalam hubungannya perempuan sebagai
mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pekerja pada perusahaan bangunan gedung,
pada pria dalam berbagai bidang kehidupan dan seharusnya tidak ada perlakuan diskriminasi pada
pembangunan. Kondisi obyektif ini tidak lain sistem pengupahan khususnya dalam besaran upah
disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial pada jenis pekerjaan yang sama, yaitu laki-laki
budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma diberikan upah lebih tinggi dibandingkan
sosial dan nilai sosial budaya tersebut, diantaranya perempuan pada jenis pekerjaan yang sama dan
disatu pihak, menciptakan status dan peranan juga pada jumlah jam yang diberlakukan yaitu
perempuan di sektor domestik yakni berstatus perempuan diberikan jumlah jam yang lebih
sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan panjang dibanding laki-laki mengingat perempuan
pekerjaan urusan rumah tangga, sedangkan dilain tidak segesit dan sekuat laki-laki dalam bekerja.
pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di Hal tersebut diatur dalam pasal 113 ayat 2 UU no
sektor publik yakni sebagai kepala keluarga dan 25 Tahun 1997 dan pasal 1 ayat 3 serta pasal 3 ayat
pencari nafkah. Dalam sistem kekerabatan 1 UU no.39 Tahun 1999 dan memang UU yang
patrilinear, menurut White dan Hastuti (1980) ada dibuat untuk kaum buruh Indonesia dimaksudkan
adat dalam perkawinan yang biasanya perempuan untuk melindungi mereka. Mengapa? Kaum buruh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 255


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(yang hanya memiliki tenaga) berada dalam posisi dan khususnya bagi Yogyakarta. Hal tersebut
yang rentan dibandingkan dengan kaum pengusaha sangat berpengaruh bagi kelangsungan jalannya
(yang memiliki modal) dan penguasa (yang proyek proyek bangunan gedung yang ada di
memiliki kuasa politik). Oleh karena itu, niat untuk Yogyakarta. Akibatnya tidak sedikit para
merevisi UU Ketenagakerjaan (yang dianggap pengusaha pemborong bangunan gedung tutup atau
memihak kaum buruh) adalah a-historis. Upaya bangkrut dan merumahkan karyawannya.
revisi UU Ketenagakerjaan hanya bisa dilakukan Walaupun demikian tidak menyurutkan niat orang
untuk makin melindungi kaum buruh, dan bukan orang baik laki-laki maupun perempuan desa untuk
sebaliknya (Imam Soepomo, 1975). Indonesia datang ke kota untuk mencari pekerjaan sekalipun
pernah punya kisah menarik untuk pembatalan UU hanya sebagai pekerja bangunan (Pekerja kasar).
Ketenagakerjaan yang tidak pro buruh. Pada masa Dalam proses pembangunan gedung banyak
akhir pemerintahannya, rezim Soeharto, melalui terserap tenaga kerja, baik laki-laki maupun
DPR-nya, mengesahkan UU No 25/1997 mengenai perempuan. Sebagai pekerja bangunan dituntut
Ketenagakerjaan. Dalam proses pembahasan RUU keuletan, ketrampilan dalam melakukan pekerjaan
ini juga berlangsung penentangan yang meluas dari disamping juga memperhitungkan masalah fisik
kaum buruh dan aktivis pembelanya. UU ini para pekerja yang bersangkutan. Penelitian ini
akhirnya disahkan tanpa pernah berlaku, karena khusus menekankan pada pekerja wanita yang
pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman bekerja pada perusahaan pemborong bangunan
Wahid, UU ini dibatalkan dengan Peraturan gedung di Yogyakarta dan tidak membahas pekerja
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No wanita yang bekerja pada proyek jalan , proyek
1/1999 dan kembali ke UU No 14/1969 mengenai jembatan dan lain lainnya. Umumnya para pekerja
Pokok-pokok Ketenagakerjaan yang lebih meng- yang bekerja pada perusahaan pemborong
akomodasi kepentingan kaum buruh. bangunan gedung rata rata berumur sekitar 20
(http://groups.yahoo.com/group/nasional- sampai dengan 45 tahun. Dilihat dari sudut
list/message/32799) pendidikannya sebagian besar tidak lulus SD,
tamatan SD dan beberapa tamatan SMP, namun
HASIL DAN PEMBAHASAN sebaliknya dipihak pengusaha rata rata
Gambaran Umum tentang Perusahaan pendidikannya S1 dan S2.
Pemborong Bangunan di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan wilayah yang cukup Sistem Pengupahan Terhadap Tenaga Kerja
luas dan padat penduduknya, sudah barang tentu Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga
dalam mencari pekerjaan dalam berbagai sektor kegiatan proyek konstuksi yaitu di Proyek
sangat selektif baik disektor formal maupun non pembangunan rumah dinas Kantor Imigrasi dan
formal, jelas mereka yang tidak berpendidikan Beacukai, Proyek Pembangunan kantor Pengadilan
tinggi akan terisolir, sehingga banyak dari mereka Tinggi Yogyakarta, PPPG Matematika Catur
khususnya yang tidak berpendidikan tinggi baik Tunggal Depok Sleman dapat di ketahui bahwa
laki-laki maupun perempuan asal bekerja saja yaitu tidak terjadi diskriminasi dalam pengupahan
termasuk mencari pekerjaan sebagai pekerja pekerja (antara laki-laki dan perempuan). Sebagai
bangunan gedung, apakah bangunan gedung itu contoh untuk proyek pembangunan rumah dinas
milik pemerintah, swasta maupun milik pribadi Kantor Imigrasi dan Beacukai upah pekerja
sekalipun. berkisar antara Rp 28.000,00 Rp
Kita ketahui bahwa pekerjaan bangunan 35.000,00 sesuai dengan jenis pekerjaannya, dan
gedung milik pemerintah maupun swasta tidak ada perbedaaan upah antara laki-laki dan
belakangan ini tidak sebanyak sepuluh tahun yang perempuan. Meskipun dalam sistem pengupahan
lalu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tidak ada perbedaan tetapi dalam komposisi jumlah
misalnya adanya krisis moneter yang melanda pekerja antara laki-laki dan perempuan masih
negara kita (Indonesia) yang cukup berke- terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan
panjangan dan adanya Gempa Yogyakarta, 27 Mei perbandingan rata-rata 1:3. Secara rinci dapat
2006 yang menambah panjang keadaan yang tidak dilihat pada Tabel berikut :
menguntungkan bagi Negara Indonesia umumnya

256 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Proyek pembangunan rumah dinas kantor Imigrasi dan Beacukai

Laki laki Perempuan


Jenis
No Upah/ Upah/
Pekerjaan
Jumlah pekerja/hari Total upah/ Jumlah pekerja/hari Total upah/
pekerja (Rp) hari (Rp) pekerja (Rp) hari (Rp)

1 Tukang 30 35000 1050000 0 35000 0

2 Laden Tukang 60 28000 1680000 30 28000 840000

3 Kepala Tukang 6 37500 225000 0 37500 0

4 Mandor 2 40000 80000 0 40000 0

Jumlah 98 140500 3035000 30 140500 840000

Tabel 2. Proyek Pembangunan Kantor Pengadilan Tinggi Yogya

Laki laki Perempuan


Jenis
No Upah/ Total Upah/
Pekerjaan
Jumlah pekerja/hari upah/ hari Jumlah pekerja/hari Total upah/
pekerja (Rp) (Rp) pekerja (Rp) hari (Rp)

1 Tukang 35 35000 1225000 0 35000 0

2 Laden Tukang 65 27500 1787500 20 27500 550000

3 Kepala Tukang 6 37500 225000 0 37500 0

4 Mandor 2 40000 80000 0 40000 0

Jumlah 108 140000 3317500 20 140000 550000

Tabel 3. Proyek PPPG Matematika

Laki laki Perempuan


Jenis Upah/ Total Upah/ Total
No
Pekerjaan Jumlah pekerja/ upah/ hari Jumlah pekerja/ upah/
pekerja Hari (Rp) (Rp) pekerja Hari (Rp) hari (Rp)
1 Tukang 25 35000 875000 0 35000 0
Laden
2 Tukang 65 27500 1787500 10 27500 275000
Kepala
3 Tukang 6 37500 225000 0 37500 0
4 Mandor 2 40000 80000 0 40000 0

Jumlah 98 140000 2967500 10 140000 275000

Dilihat dari lamanya bekerja dalam satu memang sering dijalani oleh para pekerja baik laki-
hari baik laki-laki maupun perempuan hasil laki maupun perempuan karena ada beberapa
penelitian menunjukkan rata rata bekerja adalah 7 pekerjaan yang menargetkan harus segera selesai
(tujuh) jam kerja yaitu mulai pukul 08.00-16.00 pada waktu tertentu. Namun pekerjaan lembur tidak
WIB dengan waktu istirahat 1 (satu) jam yaitu dari dapat dipastikan lamanya bekerja apakah beberapa
pukul 12.00-13.00 WIB. Bila para pekerja hari, beberapa minggu atau beberapa bulan
melakukan pekerjaan melebihi 7 jam dalam satu tergantung kondisi fisik dan juga lamanya proyek
hari maka kelebihannya dihitung lembur dengan gedung tersebut. Dalam melakukan pekerjaan
kelipatan yang tidak sama antara perusahaan yang seperti itu tidak ada istilah cuti atau hari libur
satu dengan yang lainnya. Pekerjaan lembur ini seperti misalnya cuti mingguan, cuti bulanan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 257


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

apalagi cuti melahirkan. Para pekerja bekerja setiap Faktor faktor yang mempengaruhi tidak adanya
hari kecuali hari hari besar seperti hari ulang tahun diskriminasi sistem pengupahan.
kemerdekaan RI, dan pada hari hari seperti itu Dilihat dari tingkat pendidikan baik
pekerja juga tidak mendapatkan upah karena pendidikan para pengusaha yang rata rata S1 dan
memang tidak bekerja. Tetapi sebenarnya tidak S2, sedangkan mandor yang sebagai penghubung
dibenarkan oleh undang undang ketenaga-kerjaan langsung dengan pekerjanya tingkat pendidik-
jika dalam satu minggu tidak ada hari istirahat bagi annya paling tinggi SMA, namun para pekerjanya
pekerja apapun termasuk pekerja bangunan gedung. kebanyakan lulusan SD, SMP, bahkan ada yang
Larangan mempekerjakan pekerja tanpa istirahat tidak lulus SD. Bagi para pengusaha dengan tingkat
mingguan diatur dalam pasal 102 UU No.25 Tahun pendidikan yang tinggi memahami betul akan
1997. Ketentuan itu berlaku bagi semua pekerja perlindungan hukum terhadap para pekerja yang
baik laki-laki maupun perempuan dan hal itu tidak diatur dalam peraturan perundang undangan yang
ada diskriminasi atas dasar apapun. berlaku baik yang mengatur tentang
Dilihat dari sistem pengupahannya, hasil ketenagakerjaan maupun yang mengatur tentang
penelitian menunjukkan bahwa para pengusaha Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini dapat diketahui
pemborong bangunan sudah berlaku adil artinya dari penelitian yang peneliti lakukan dilokasi
bahwa baik terhadap para pekerja perempuan penelitian yang menunjukkan bahwa tidak adanya
maupun pekerja laki-laki tidak ada diskriminasi perlakuan yang diskriminatif terhadap para pekerja
pada jenis jenis pekerjaan yang nilainya sama. perempuan dalam hal pengupahan. Hal tersebut
Bahkan pada pekerjaan pekerjaan tertentu seperti menunjukkan bahwa pelaksanaan pasal 113 ayat 2
plester, aci, labur, memasang keramik banyak UU No.25 Tahun 1997 dan pasal 3 ayat 1 UU
dilakukan oleh para pekerja perempuan, karena No.39 Tahun 1999 sudah berlaku secara efektif.
mereka lebih hati hati dan telaten. Dengan tidak Terlaksananya kedua pasal tersebut tidak terlepas
dilakukannya diskriminasi dalam sistem peng- dari tingkat pemahaman tentang peraturan
upahan terhadap para tenaga kerja perempuan oleh perundang- undangan yang berlaku oleh para
beberapa pengusaha ini dalam pekerjaan yang sama pengusaha pemborong bangunan gedung. Faktor
nilainya menunjukkan bahwa pelak-sanaan pendukung lainnya adalah bahwa para pengusaha
ketentuan pasal 113 ayat 2 UU No.25 Tahun 1997 ada yang lebih suka mempekerjakan tenaga kerja
sudah berlaku secara efektif. Disamping sudah perempuan dalam jenis pekerjaan tertentu,
tidak dilakukan diskriminasi oleh para pengusaha walaupun fisiknya tidak sekuat laki-laki namun
terhadap para pekerja wanita dalam sistem tenaga kerja perempuan dalam hal tertentu
pengupahannya, namun masih perlu di ketahui mempunyai kelebihan seperti dalam pekerjaan
tentang waktu pengupahannya. Hasil penelitian acian atau memasang keramik misalnya, tenaga
menunjukkan bahwa pengupahan dihitung harian kerja perempuan lebih hati hati dan lebih sabar
dan ditambah upah lembur atau kelebihan jam kerja dalam bekerja sehingga hasilnya lebih rapi. Tenaga
bagi para pekerja yang melakukan jam lembur, kerja perempuan juga bisa digunakan untuk
sebab ada kalanya pekerja tidak bisa melakukan memacu tenaga kerja laki-laki agar lebih giat dalam
pekerjaan lembur secara bersama sama. bekerja karena jika perempuan saja kerjanya cepat
Pelaksanaan pengupahan atau besarnya upah dan giat, maka laki-laki harusnya malu.
bervariasi atau tidak ada keseragaman antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain KESIMPULAN
yang peneliti jadikan obyek penelitian. Dalam Berdasarkan tujuan penelitian ini dapat
pengupahan ada yang di bayar satu minggu sekali, diketahui bahwa Realisasi pelaksanaan sistem
ada yang dibayar dua minggu sekali, namun belum pengupahan terhadap tenaga kerja pada perusahaan
ditemukan yang dibayar bulanan. Upah itu pemborong bangunan di Yogyakarta, adalah
langsung dibayar oleh mandor karena mandorlah sebagai berikut:
yang berhubungan langsung dengan pekerja (buruh 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
kasar) dan apabila ada pekerja yang tidak bekerja adanya perlakuan diskriminatif terhadap para
dalam satu hari atau beberapa hari maka terhadap tenaga kerja (baik laki-laki maupun perempuan)
pekerja tersebut tidak akan menerima upah selama dalam sistem pengupahan oleh pengusaha pada
tidak bekerja dengan alasan apapun termasuk sakit. jenis pekerjaan yang sama nilainya.
Para pekerja harian ini juga tidak mengenal istilah 2. Faktor faktor yang mendukung tidak
istirahat mingguan atau hari libur resmi, jadi jika dilakukannya tindakan yang diskriminatif
mereka ingin libur pada hari hari tertentu langsung terhadap para tenaga kerja dalam pekerjaan yang
saja tidak berangkat dan tidak perlu menggunakan sama nilainya, dikarenakan para pengusaha
surat ijin dengan konsekwensi tidak mendapatkan memahami betul tentang per-aturan perundang
upah. undangan yang berlaku.

258 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA
Blood, RO.Jr. and Wolfe, D.M. 1960; Husband and
Wives. The Dinamics of Married Living. The
Free Press, New York.
Imam Soepomo, 1975; Hukum Perburuhan bidang
kesehatan kerja (Perlindungan buruh), PT
Pradnya paramita, Jakarta.
Imam Syahputra Tunggal dan Amin Wijaya
Tunggal, 1999; Peraturan perundang
undangan ketenagakerjaan baru di
Indonesia, Harvarindo.
UU No.7 Tahun 1984; Tentang pengesahan
konvensi mengenai penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita serta
penjelasannya.
UU No.39 Tahun1999; Tentang Hak Asasi
Manusia.
White, B. Dan Hastuti, E.L. 1980. Pola
pengambilan keputusan ditingkat rumah
Tangga dan Masyarakat (Studi Kasus di dua
desa di Jawa Barat) Kerjasama antar menteri
urusan peranan wanita, Studi Dinamika
pedesaan SAE. Bogor, Lembaga Penelitian
sosiologi perdesaan IPB dan UUKEF Bogor.
http://groups.yahoo.com/group/nasional-
list/message/32799

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 259


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

INVASI LAHAN WEDI KENGSER KALI CODE


STUDI KASUS DI DUSUN BLUYAH GEDE,
DESA SINDUADI, KECAMATAN MLATI, KABUPATEN SLEMAN
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Achmad Wismoro
Staf Pengajar Prodi Teknik Planologi, Jurusan Teknik Sipil
STTNAS YOGYAKARTA

Abstrak
Fenomena lazimnya perkembangan kota, yaitu terjadinya perkembangan lahan terutama ke arah
pinggiran kota atau di dalam kota pada lahan sempadan sungai / wedi kengser, dimana lahan tersebut
merupakan kawasan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai, karena pada
umumnya melihat adanya peluang lahan yang kepemilikannya kurang diketahui atau dimengerti oleh sebagian
besar masyarakat sehingga terjadi invasi/pemanfaatan pada lahan tersebut.
Untuk mengetahui faktor yang mendorong proses pemanfaatan / invasi lahan wedi kengser kali code,
dilakukan pencaian data dengan memberikan kuesioner kepada warga masyarakat yang bertempat tinggal pada
lahan wedi kengser kali Code yaitu RT.05. RT.06, RW.32 dan RT.07, RT.08, RT.09, RW.33 Dusun Blunyah
Gede, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh
dianalisa dengan metoda deskriptif serta menggunakan bantuan komputer program SPSS ver 9,91 for windows
98 untuk mencari nilai mean dan meranking dari tanggapan responden mengenai faktor yang mendorong proses
pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code
Hasil penelitian faktor yang mendorong proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code yang
sangat domoinan dan sangat dibutuhkan untuk mengurangi atau memperkecil terjadinya faktor pendorong
proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code dibuat ranking sebagai berikut : ranking 1. Lama
bertempat tinggal dilahan wedi kengser kali Code tanpa adanya peringatan atau teguran dari yang
bertanggung jawab (Pemerintah Desa), di lain pihak prasarana dan sarana publik diusahakan dan tersedia
melayani masyarakat, yang mengakibatkan merasa tentram dalam hidup sehariannya, dan untuk ranking 2.
Ketegasan melaksanakan peraturan hukum dalam menangani lahan sempadan sungai wedi kengser kali Code
merupakan salah satu usaha memperlambat proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code, sedangkan
ranking 3. Dengan pendekatan Sosial, Buadaya dan Ekonomi, mengarah kepada kesadaran bahwa lahan
sempadan sungai/wedi kengser merupakan lahan/kawasan yang harus dilindungi dari segala kegiatan yang
akan merusak ekosistem lingkungan sungai.
Kata Kunci : Invasi / pemanfaatan, sempadan/wedi kengser

Latar Belakang pencerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi


Perkembangan dan pertumbuhan kota pada manusia baik secara perorangan maupun dalam
hakekatnya disebabkan oleh pertambahan suatu kesatuan dan persamaan dengan lingkungan
penduduk baik secara alamiah maupun migrasi nya. Bahkan di masyarakat ada suatu ungkapan
serta perubahan dan perkembangan kegiatan yang berbunyi : Rumahmu, Wajahmu dan Jiwamu.
usahanya yang disebabkan oleh perubahan pola Keadaan perumahan disuatu tempat mencerminkan
sosial budaya dan sosial ekonomi penduduk taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian dan
tersebut sebagai masyarakat kota (Djoko Sujarto peradaban manusia penghuninya dari suatu
,1992). Sejalan dengan pertambahan penduduk masyarakat atau suatu bangsa. Begitu pula menurut
daerah perkotaan, menurut Panudju (1999) Parwati (1988) dalam Eko Budiharjo (1991), rumah
mengakibatkan peningkatan kebutuhan sarana dan disamping menjadi tempat berlindung juga
prasarana perkotaan terutama kebutuhan peruma memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat
han. Salah satu permasalahan yang sampai sekarang berlansungnya proses sosiali sasi, proses dimana
belum bisa diselesaikan adalah penyedia an akan seseorang individu diperkenalkan kepada nilai adat
kebutuhan perumahan.Padahal rumah merupakan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat, juga
salah satu kebutuhan dasar bagi setiap manusia tempat membina, memenuhi kebutuhan hidupnya.
selain sandang, papan dan keamanan. Pengadaan perumahan daerah perkotaan sangat
Di dalam masyarakat Indonesia, menurut terbatas, sehingga menurut Panudju (1999),
Yudohusodo (1991), perumahan merupakan masalah pemenuhan kebutuhan perumahan sampai

260 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

saat ini masih sulit dipecahkan, terutama bagi Code oleh sekelompok masyarakat yang diperguna
masyarakat berpenghasilan rendah. Di lain pihak kan untuk pemukiman. Hal ini terjadi karena dari
kebutuhan perumahan di daerah perkotaan selalu pihak Pemerintah Desa Sinduadi kurang begitu ada
meningkat dengan pesat. Akibatnya sebagian perhatian terhadap lahan wedi kengser kali Code
penduduk yang kurang mampu mencari tempat yang berada di Dusun Blunyah Gede, dilain pihak
tinggal pada kawasan yang tidak teratur, kelompok masyarakat beranggapan lahan wedi
lingkungan kurang baik, kawas an slum,kawasan kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede adalah
squarter, atau pada kawasan marginal seperti pada lahan/tanah semak belukar yang tadinya tidak
lahan wedi kengser atau pada bantaran sungai yang terurus dan terawat, yang kepemilikannya dari awal
pada akhirnya muncul pemukiman-pemukiman liar kurang diketahui atau dimengerti oleh sebagian
dalam usaha menda patkan tempat untuk besar masyarakat, kemudian dipergunakan oleh
berlindung yang dekat dengan tempat kerjanya. masyara kat untuk pemukiman. Meskipun sampai
Menurut Badan Koordinasi Tata Ruang saat ini status wedi kengser masih diberlakukan,
Nasional (1994), Sempadan sungai merupakan namun penghuni yang ada di pemukiman lahan
wilayah tepian sungai yang dahulunya merupakan wedi kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede
daerah aliran sungai, dimana aliran material diwajibkan membayar sewa tanah/lahan atas nama
tersebut berupa pasir atau wedi, maka oleh sebagian tanah Kas Desa Sinduadi dan membayar PBB.
orang Jawa,wilayah tepian sungai yang dahulunya Penelitian ini ingin mengungkap kebenaran status
merupakan daerah aliran sungai tersebut dinamakan tanah/lahan yang dipergunakan untuk pemukiman
Wedi Kengser atau lahan sempadan sungai. secara hukum yang berlaku, sehingga memberikan
Dalam hal ini perlindungan terhadap sempa perlindungan hukum dan rasa aman kepada
dan sungai atau wedi kengser dilakukan untuk penghuni pemukiman dari tindakan penggusuran
melin dungi sungai dari kegiatan manusia yang dimasa yang akan datang.
dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta Landasan Teori
mengamankan aliran sungai. Proses pengembangan lahan untuk perumahan
Adapun kriteria penetapan sempadan sungai mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk formal dan
menurut Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional informal. Proses formal adalah pengembangan yang
(1994) adalah sebagai berikut : dilakukan secara teratur dan formal oleh
1. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan pemerintah. Proses pengembangan lahan secara
sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan untuk formal ini diharapkan dapat mengarah kepada
anak sungai yang berada di luar permukiman pembangunan fisik yang terencana dan terkendali
2. Untuk sungai di kawasan permukiman, lahan (planned and controlled land develop ment)
berupa sempadan sungai yang diperkirakan Pengembangan lahan formal (legal) biasanya
cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 mengikuti pola SPBO (Servicing, Planning,
15 meter. Building, and Oucuption). Di Negara-negara
dengan sistem campuran (gabungan sistem
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Kapitalis dan Sosialis) seperti juga di Indonesia,
Indonesia Nomor. 80 Tahun 1999, Tentang Kawas proporsi pengembangan lahan dengan bentuk
an siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan siap formal ini dapat dikatakan lebih sedikit dari proses
Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri. Adapun informal (ilegal).
kawasan Permukiman adalah Kawasan budidaya Hal ini disebabkan karena status pemilikan
yang ditetapkan dalam rencana tataruang dengan tanah sebagian besar adalah hak pribadi atau
fungsi utama untuk permukiman, dimana permuki individu. Dalam pandangan masyarakat setiap
man adalah bagian dari lingkungan hidup diluar orang memiliki hak yang luas untuk menggunakan
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan tanah bagi kepen tingan apapun tanpa harus
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai meminta izin dari pemerin tah, sebaliknya
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian pemerintah tidak mampu mengontrol dalam
dan tempat kegiatan yang mendukung pelaksana an hukum (law inforce ment), terhadap
perikehidupan dan penghidupan, dimana tersedia individu-individu yang melakukan pengem bangan
sarana dan prasarana dasar fisik lingkungan yang lahan. Pengembangan lahan dengan bentuk
memungkinkan permukiman dapat berfungsi untuk informal (ilegal) ini biasanya mengikuti formula
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan OBSP (Oucuption, Building, Servicing, and
ekonomi, sosial dan budaya Planning). Dampak negatif dari pengembangan
Kabupaten Sleman bagian selatan, tepatnya di lahan informal (ilegal) ini adalah terjadinya
wilayah RT.05, RT.06, RW.32 dan RT.07, RT.08, perkembangan fisik kota atau kawasan yang tidak
RT.09, RW.33 Dusun Blunyah Gede, Desa teratur, dan mahalnya biaya pengembangan infras
Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, truktur, karena tanah-tanah yang ada telah dimili
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, telah terjadi ki dan dikembangkan oleh individu atau pihak
pemanfaatan lahan (invasi) Wedi Kengser kali swasta sesuai dengan motif individunya, tanpa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 261


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

memperhatikan kepentingan public (umum). dari kepastian hukum pemilikan tanah tidak hanya
Dampak pada level yang lebih besar adalah pola mempunyai sertifikat tanah saja, akan tetapi meski
perkembangan fisik menyerupai pita (ribbon pun tidak selalu mempunyai kepastian hukum
development) pada kawasan yang memiliki kepemi likan tanah, namun ada perasaan aman bagi
aksesibilitas, dan sporadic pada kawasan pinggiran pemilik nya dari penggusuran. Rasa kepastian
kota. hukum atau rasa aman dalam kepemilikan tanah
Konfigurasi sistem pengembangan lahan ini, di dapat dari sistem sosial yang ada, dimana
memfokuskan pada proses konversi atau rekonversi tokoh masyarakat atau pimpinan komunitas
ruang untuk kebutuhan manusia. Menggambarkan masyarakat memberi jamin an keamanan dan
bahwa aktor atau agen pengembangan lahan kepemilikan tanah tersebut. Mereka ini bisa dari
meliputi : pimpinan komunitas formal (Kepala Dusun, RW,
a. Pemilik lahan (land owner) dan RT), pimpinan komunitas adat atau ulama.
b. Pengembang (developer) Situasi seperti ini menjelaskan mengapa banyak
c. Konsumen kasus penjarahan tanah atau invasi tanah legal
d. Lembaga Keuangan (financial intermedieries) (seperti wedi kengser), yang kemudian diikuti
e. Instansi Pemerintah dengan proses pembangunan rumah tempat
tinggal,?
Mengklasifikasikan proses pengembangan
lahan terutama untuk perumahan ke dalam bentuk Metodelogi Penelitian
formal dan informal serta diklasifikasikan menjadi Metodologi penelitian merupakan tahap
komersial dan non komersial. Proses formal penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan
komersial yaitu penyediaan tanah yang dilakukan suatu masalah, sehingga penelitian yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat atau peru sahaan dalam menjadi terarah dan membantu dalam proses
bentuk penyediaan tanah, pembangunan perumah pemecahan masalah. Tinjauan pustaka dalam
an dan penyewaan. Sedangkan secara formal non penelitian tidak mampu menjawab pertanyaan
komersial prosesnya dilakukan oleh pemerintah pertanyaan penelitian secara umum, tetapi menurut
dalam bentuk bantuan penyediaan tanah, pengatu penulis telah berhasil menyiapkan teori-teori yang
ran pemanfaatan tanah, dan mengenai hibah serta dapat dijadikan dasar untuk mencari jawaban di
hadiah. lapangan. Dalam keadaan demikian, menurut
Proses informal komersial dilakukan dalam Djunaedi.A (2002) lebih lanjut, teori teori tersebut
bentuk penjualan, baik legal maupun ilegal dari perlu disusun sebagai landasan teori. Berbekal
tanah yang di miliki masyarakat (kasus pemecahan teori tersebut dapat dikembangkan daftar
lahan/sub divisi) yang dimiliki dalam 1 (satu) pertanyaan atau daftar hal-hal yang akan di survei.
perkampungan dan tanah yang tidak memenuhi Sejalan dengan metode berfikir induktif yang
standar. Secara informal non komersial berupa digunakan dalam penelitian ini, maka metode
pengadaan lahan dalam perkam pungan di atas penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
tanah adat, penghuni liar di atas tanah negara, serta kualitatif. Menurut Locke, Spridouso, dan
penghu ni liar sementara. Silverman dalam Cresswell (1994), penelitian
Proses memperoleh akses tanah untuk kota- kualitatif merupa kan penelitian interpretatif.
kota di indonesia diklasifikasikan dalam 3 (tiga) Dalam kaitan ini bias atau prasangka, penilaian, dan
bentuk transfer tanah (Struyk, 1960) adalah pendapat dari peneliti tertuang secara eksplisit di
sebagai berikut : dalam laporan penelitian. Keterbukaan tersebut
1.Kelompok pengadaan tanah yang langsung dianggap sebagai sesuatu yang sangat berguna dan
diperoleh dari transfer pemilik tanah atau positif (tidak diasingkan). Sejalan dengan hal
pemilik asli, kemudian dijual kepada keluarga tersebut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1997),
yang membutuh kan. mengartikan penelitian kualitatif sebagai prosedur
2.Kelompok pengkapling informal dan investor penelitian yang menghasilkan data deskriptif
spekulan tanah berupa kata kata tertulis atau lisan, gambar dari
3.Kelompok pengembang spekulan yang memper orang-orang dan perilaku yang dapat
oleh dari hasil transfer pertama, kemudian di jual diamati..Metode penelitian kualitatif yang
kembali pada keluarga yang membutuhkan atau digunakan dalam penelitian ini berdasarkan para
keluarga yang membeli tanah pada transfer digma phenomenologi. Menurut Muhadjir (2000),
kedua, termasuk dalam pembelian transfer Ontologik penelitian kualitatif berdasarkan pheno
ketiga. menologi menurut pendekatan holostik. Mendu
Persoalan yang kompleks dari status kepastian dukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi
kepemilikan tanah itu sendiri tidak bisa dilihat ganda, melihat obyeknya dalam satu konteks
hanya dari sisi formal legal saja. Di negara barat natural, bukan parsial. Dari sisi epistimo logik,
atau negara lain, dengan adanya sertifikat tanah penelitian kualitatif berlandaskan paradigma
sudah menjadi kepastian hukum kepemili kan tanah phenomenologi menolak penggunaan kerangka
dari seseorang, sedangkan di Indonesia yang diukur teori sebagai langkah persiapan penelitian, karena

262 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hal itu akan menjadikan hasil penelitian menjadi Blunyah Gede, desa Sinduadi, Kecamatan
produk artifisial, jauh dari sifat naturalnya. Obyek Mlati, Kabupaten Sleman, berdasarkan kriteria
dilihat dalam konteksnya dan menggunakan tata penetap an sempa dan sungai, menurut Badan
pikir logik lebih dari sekedar linier kausal. Ilmu Koordinasi Tata Ruang Nasional (1994) yaitu :
yang dibangun adalah ilmu idiografik. Sedangkan 1. Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan-kiri
dari sisi aksiologik phenomenologik mengakui ada sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri
4 (empat) kebenaran empirik yaitu : 1). Empirik untuk anak sungai yang berada di luar
sensual, 2). Empirik logik, 3). Empirik etik dan 4). permukiman.
Empirik transendental. Berdasarkan tujuan peneliti 2. Untuk sungai di kawasan permukiman, lahan
an yang ingin dicapai, maka penelitian ini bersifat berupa sempa dan sungai yang diperkirakan
deskriptif yang berarti pencarian fakta dengan cukup untuk dibangun jalan ins peksi
interprestasi yang tepat dengan tujuan untuk selebar antara 10 15 meter
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara Serta Peraturan Penerintah Republik Indonesia
sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, Nomor. 80 Tahun.1999, tentang Kawasan siap
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang Bangun (Kasiba) dan Lingkungan siap Bangun
diselidiki (Whitney dalam Nasir, 1999). Lebih (Lisiba)
lanjut dikemukakan oleh Triastuti (2001), bahwa c. Obyek Penelitian
penelitian deskriptif adalah menyajikan gambaran Penggunaan/pemanfaatan/invasi lahan sem
yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan padan sungai atau Wedi kengser kali Code
yang terdapat dalam penelitian. yang bertentangan dengan kriteria penetapan
sempadan sungai menurut Badan Koordinasi
a. Jenis Penelitian Tata Ruang Nasional (1994) dan Peraturan
Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan , Penerintah Republik Indonesia Nomor. 80
yang dilakukan dengan memberikan kuisioner Tahun.1999, tentang Kawasan siap Bangun
kepada kepala keluarga yang bertempat (Kasiba) dan Lingkungan siap Bangun (Lisiba)
tinggal di wilayah RT.05, RT.06 ; RW.32 dan d. Wilayah Penelitian
RT.07, RT,08, RT.09; RW.33 pada lahan wedi Penelitian dilakukan di wilayah Dusun
kengser kali Code Dusun Blunyah Gede, Desa Blunyah Gede,RT.05, RT.06 ; RW.32 dan
Sinduasi, Kecamatan Mlati, Kabupaten RT.07, RT,08, RT.09; RW.33, desa Sinduadi,
Sleman. Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah
b. Subyek Penelitian Istimewa Yogyakarta. Untuk fisualisasi lihat
Subyek penelitian ini adalah terjadinya Peta Dusun Blunyah Gede, Sinduadi, Mlati,
penggunaan/invasi lahan sempadan sungai atau Sleman pada Gambar 1,
Wedi kengser kali Code diwilayah dusun

Gambar. 1 Peta Dusun Blunyah Gede, Sinduadi, Mlati, Sleman

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 263


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

e. Teknik Pengumpulan Data ser kali Code di Dusun Blunyah Gede, desa
Pengumpulan data dilakukan dengan cara Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
memberikan kuisioner kepada setiap kepala Tiap variabel pertanyaan tersedia 5 (lima) jawaban,
keluarga yang bertempat tinggal di wilayah sebagai berikut :
RT.05, RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08, 1). Sangat tidak membutuhkan lahan wedi keng
RT.09; RW.33, Dusun Blunyah Gede, ser kali Code
Sinduadi, Mlati, Sleman. Daerah Istimewa 2). Tidak membutuhkan lahan wedi keng ser kali
Yogyakarta, yang berhubungan dengan Code
masalah penelitian 3). Ragu-ragu untuk memanfaatkan lahan wedi
kengser kali Code
f. Teknik Analisis Data 4). Membutuhkan lahan wedi kengser kali Code
Analisis data yang dipergunakan dalam 5). Sangat membutuhkan lahan wedi keng ser kali
penelitian ini, adalah menggunakan Program Code
Microsoft Exel, dan di analisis dengan metode Jawaban responden tersebut meru pakan
diskriptif dari Program SPSS 9,01 for windows data yang di analisis, data yang terkumpul di bagi
98 yang merupakan salah satu program dalam beberapa kelas yang dinamakan dengan
komputer khusus untuk menguji data statistik. interval kelas. Penentuan interval kelas ini harus
Jawaban dari setiap variabel pertanyaan dirata- memenuhi persyaratan sebagai berikut :
rata menjadi nilai mean dari setiap item faktor Interval kelas tidak tumpang tindih dengan yang
yang mendorong dan proses lain, artinya suatu observasi tidak dapat masuk
pemanfaatan/invasi lahan . dalam dua interval kelas atau lebih.
Selanjutnya nilai mean tersebut di ranking Antar interval kelas jangan sampai ada gap
berdasarkan item faktor yang mendorong atau (celah) yang terlalu besar, sehingga kemungkinan
proses pemanfaatan/invasi dan ranking secara data masuk dalam celah tersebut.
keseluruhan, sehingga didapatkan variabel yang Interval kelas yang digunakan mempunyai lebar
memiliki nilai mean tertinggi dan dianggap sebagai yang sama.
faktor yang mendorong terjadinya proses Untuk menentukan interval kelas dalam analisis ini
pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali Code menggunakan rentang, yaitu selisih antara harga
di Dusun Blunyah Gede, desa Sinduadi, Kecamatan tertinggi dan harga terendah, kemudian di bagi
Mlati, Kabupaten Sleman. dengan jumlah interval yang diinginkan.
Dalam kesempatan ini responden diberi Dalam penelitian ini, interval kelas yang diinginkan
kesempatan untuk menjawab (memberi tanggapan) terdiri dari lima interval kelas yang dapat dilihat
terhadap pertanyaan mengenai faktor yang mendo pada Tabel. 3
rong proses pemanfaatan/invasi lahan wedi keng

Tabel. 3 Interval Kelas dari setiap Pilihan Jawaban


No Interval Kelas Keterangan
1. 1,00 1,80 Sangat tidak membutuhkan lahan wedi kengser kali Code
2. 1,81 2,60 Tidak membutuhkan lahan wedi kengser kali Code
3. 2,61 3,40 Ragu-ragu untuk memanfaatkan lahan wedi kengser kali Code
4. 3,41 4,20 Membutuhkan lahan wedi kengser kali Code
5. 4,21 5,00 Sangat membutuhkan lahan wedi kengser kali Code

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 angket, RT.08 sebanyak 15 angket, RT.09


Berdasarkan angket penelitian ini diberi sebanyak 13 angket
kan kepada respoden (kepala keluarga) yang
bertempat tinggal di wilayah Dusun Blunyah Gede a. Data Penelitian
RT.05, RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08, RT.09; Jawaban dari setiap responden mempunyai
RW.33, Desa Sinduadi, Mlati,Sleman. Daerah nilai yang disesuaikan dengan bobot kepentingan
Istimewa Yogyakarta, yaitu warga masyarakat nya. Perhitungan nilai dengan menggunakan
yang memanfaatkan wedi kengser kali Code di wila metode deskriptif dengan bantuan program SPSS (
yah tersebut Statistical Product and Service Solution ) for
Kuisioner penelitian yang disebarkan sebanyak Windows 98 ver 9,01 yang merupakan salah satu
75 angket, tetapi yang dikembalikan sebanyak 61 program komputer khusus untuk menguji data
angket yang terdiri dari wilayah RT.05 sebanyak 3 statistik. Nilai dari setiap bobot kepentingan
angket, RT.06 sebanyak 18 angket, RT.07 sebanyak tersebut diuraikan sebagai berikut :

264 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pilihan (1), yang menyatakan bahwa pernyata an 2. Makin padatnya hunian, bagi pemilik lahan
tersebut sangat tidak membutuhkan lahan wedi wedi kengser kali Code berhasrat membangun
kengser kali Code, mendapatankan nilai = 1 rumah untuk disewakan atau di kontrakkan,
Pilihan (2), yang menyatakan bahwa pernyata an membuka usaha kost kossan, warung makan,
tersebut tidak membu tuhkan lahan wedi kengser ruko dan usaha wartel yang mereka lakukan
kali Code, mendapatankan nilai = 2 adalah usaha untuk meningkatkan kesejahtera
Pilihan (3), yang menyatakan bahwa pernyata an an hidupnya.
tersebut ragu-ragu untuk memanfaatkan lahan 3. Kurangnya pengetahuan masalah hukum dan
wedi kengser kali Code, mendapatankan nilai = 3 tidak ada larangan/teguran dari pihak pengu
Pilihan (4), yang menyatakan bahwa pernyataan asa/pemerintah selama menempati lahan wedi
tersebut membutuh kan lahan wedi kengser kali kengser kali Code, meskipun sesekali ada
Code, mendapatankan nilai = 4 sosialisa si hukum mengenai status keberadaan
Pilihan (5), yang menyatakan bahwa pernyata an lahan wedi kengser kali Code. Persoalan
tersebut sangat membutuh kan lahan wedi hukum menempati lahan wedi kengser bagi
kengser kali Code, mendapatankan nilai = 5 nya tidak perlu dipahami atau dimengerti,
Nilai nilai dari setiap variabel pernyataan terse larangan/ teguran dari pihak penguasa/ Peme
but dijumlahkan dan di rata-rata, sehingga rintah jarang di sosialisasikan, tawaran lahan
didapatkan data dalam bentuk tabel yang menyusun wedi kengser kali Code relatif murah dan
setiap variabel tersebut menurut ranking, yaitu menjanjikan, dari sinilah awal terjadinya faktor
mulai dari nilai tertinggi sampai nilai yang yang mendorong proses pemanfaatan lahan
terendah. wedi kengser kali Code di Dusun Blunyah
Berdasar pada penelitian yang dilakukan, Gede
diperoleh sebanyak 61 responden (dari wilayah 4. Kurun waktu yang cukup lama kurang lebih 55
Dusun Blunyah Gede RT.05, RT.06 ; RW.32 dan tahunan keberadaan hunian di lahan wedi
RT.07, RT,08, RT.09; RW.33, Sinduadi, Mlati, kengser kali Code menyebabkan dari para
Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan penghuni mengungkapkan masalah hukum
hasil sebagai berikut : sebagai berikut : Saya serahkan sepenuhnya
lahan wedi kengser ini kepada Pemerintah
b. Nilai Mean Hasil Penelitian berdasarkan tiap tanpa ganti rugi. Saya serahkan sepenuhnya
item Faktor yang Mendorong Proses Invasi lahan wedi kengser ini kepada Pemerintah
Lahan wedi kengser kali Code dengan ganti rugi. Saya pertahankan menem
Nilai mean didapatkan dari mem bagi jumlah pati lahan wedi kengser ini, karena warisan
bobot kepentingan (Tabel. 4) dengan jumlah pemberian dari orang tua. Saya pertahankan
responden (61 responden) yang ada, sedangkan menempati lahan wedi kengser ini, karena
jumlah bobot kepentingan didapat dari penjumlah membeli dengan penuh perjuangan. Saya
an seluruh nilai jawaban responden, yang masing- pertahankan menempati lahan wedi kengser
masing jawaban responden tersebut telah dikalikan ini, dengan memohon bantuan hukum.
dengan nilai bobot pilihan yang ada. 5. Dari perkembangan lama bertempat tinggal di
Setelah mean tiap variabel pertanyaan didapat lahan wedi kengser kali Code, pada tahun 1980
kan, maka variabel tersebut di ranking menurut dan tahun 2000 menunjukan peningkatan
item faktor yang mendorong proses hunian yang dominan.
pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali Code. 6. Kondisi kehidupan perekonomian yang seim
Maka hasil keseluruhan penelitian ini adalah bang, kompak dan tenggang rasa yang tinggi
sebagai berikut : dalam kehidupan keluarga, dicerminkan
Berdasarkan tiap variabel pertanyaan didapat dengan saling gotong royong, guyub rukun
kan ranking menurut item, faktor budaya, hukum, serta lahan hunian yang bebas dari banjir.
sosial dan ekonomi yang mendorong terjadinya 7. Kehidupan sosial yang di dasari dengan
proses pemanfaatan/invasi lahan wedi kengser kali kekompakkan dan tenggang rasa yang tinggi,
Code menurut responden secara keseluruhan dapat saling gotong royong, guyub rukun, menyebab
diuraikan sebagai berikut : kan ketentraman dalam hidup sehariannya
1. Budaya salah satupendorong untuk memperta 8. Tersedianya fasilitas sarana dan prasa rana
hankan kepemilikan tanah warisan untuk penerangan listrik untuk kebutuhan hunian dan
disewa atau di kontrakkan, bahkan dijual lingkungan menjadikan kehidupan sosial pada
belikan, meskipun lahan wedi kengser kali hunian di lahan wedi kengser kali Code makin
Code merupakan lahan informal. Sedangkan menjanjikan
lingku ngan yang semakin tertata dan terbebas 9. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana air
dari bahaya banjir merupakan faktor yang bersih untuk kebutuhan hunian dan lingkungan
mendorong proses pemanfaatan lahan wedi menjadikan kehidupan sosial pada hunian di
kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede lahan wedi kengser kali Code makin menjanji

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 265


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kan, meskipun sebagian kecil dari masyarakat bersama sama berdasarkan mean yang telah
masih menggunakan air sumur. diperoleh.
10. Dari sudut pandang ekonomi lahan wedi Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
kengser kali Code di Dusun Blunyah Gede mean tertinggi ke nilai mean terendah, maka akan
merupakan lahan yang murah, menjanjikan dan ditinjau 5 (lima) ranking teratas faktor yang
dekat dengan tempat kerja. mendorong proses pemanfaatan lahan wedi kengser
11. Dengan terbentuknya Rukun Tetangga (RT) kali Code di wilayah dusun Blunyah Gede RT.05,
dan Rukun Warga (RW) di lahan hunian wedi RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08, RT.09; RW.33,
kengser kali Code, Dusun Blunyah Gede, dan Desa Sinduadi, Mlati,Sleman. Daerah Istimewa
adanya kewajiban membayar sewa lahan wedi Yogyakarta masing-masing adalah sebagai berikut :
kengser dan PBB bagi penghuni lahan wedi 1. Ranking I adalah variabel Jaminan keama nan
kengser kali Code dijadikan jaminan dan Lama bertempat tinggal di lahan wedi
keamanan bertempat tinggal di lahan wedi kengser, mempunyai nilai mean sebesar 4,6196.
kengser kali Code Nilai mean tersebut terletak pada interval kelas
12. Keakraban warga penghuni lahan wedi 4,215,00, untuk pertanyaan sangat membutuh
kengser kali Code Blunyah Gede dalam kan lahan wedi kengser kali Code dan menun
menjaga keamanan lingkungan menimbulkan jang bahwa lama bertempat tinggal serta adanya
ketentraman hidup bermasyarakat. media keakraban warga merupakan faktor yang
13. Warga masyarakat penghuni lahan wedi mendorong proses pemanfaatan lahan wedi
kengser kali Code Dusun Blunyah Gede sangat kengser kali Code (Faktor timbulnya invasi)
mendukung program pemerintah dalam 2. Ranking II adalah variabel Latar belakang
pengem bangan obyek pariwisata di sepanjang Hukum yang diketahui, Pendekatan Sosial,
kali Code, karena prospek yang menjanjikan Ekonomi dan Jaminan Keamanan, sama-sama
kesejahteraan masyarakat yang bertempat mempunyai nilai mean sebesar 4,5082. Nilai
tinggal di lahan wedi kengser kali Code Dusun mean tersebut tersebut terletak pada interval kelas
Blunyah Gede. 4,215,00, untuk pertanyaan sangat membu
14. Bila dengan terpaksa lahan wedi kengser kali tuhkan lahan wedi kengser kali Code dan
Code di dusun Blunyah Gede harus di menunjang 3 (tiga) hal yang sangat serta adanya
bebaskan dari hunian, komentar responden kesamaan dalam usaha kehidupan (dukungan
sebagai berikut : Ikhlas tidak minta ganti rugi yang kuat terjadinya invasi pada lahan wedi
tanah. Ikhlas tidak minta ganti rugi tanah, tapi kengser kali Code )
minta ganti rugi fisik bangunan. Menentang 3. Ranking III adalah variabel Pendekatan Bu
tidak mau digusur Minta ganti rugi tanah dan daya dan Lingkungan, mempunyai nilai mean
bangunan. Dan minta dipindahkan sebesar 4,4918. Nllai mean tersebut terlrtak pada
15. Jaminan keamanan yang masyarakat andalkan interval kelas 4,215,00, untuk pertanyaan sangat
adalah : Tanah warisan dan tidak mungkin ada dibutuhkan dan menunjang bahwa hunian atau
penggusuran. Merasa tentram dan aman . tempat tinggal di lahan wedi kengser kali Code
Adanya kesamaan dalam usaha kehidupan. yang padat hunian menjanjikan untuk membuka
Dekat dengan tempat kerja dan aman usaha perdaga ngan (dukungan yang kuat
lingkungan nya. Masyarakatnya Guyub Rukun bertempat tinggal untuk usaha perdagangan di
dan peduli lingkungan, faktor-faktor semacam lahan wedi kengser kali Code)
inilah yang menyebabkan mendorong proses 4. Ranking IV adalah variabel Pendekatan Latar
Invasi lahan wedi kengser kali Code di Dusun belakang Hukum yang diketahui dan Sosial ,
Blunyah Gede. mempunyai nilai mean sebesar 4,4754. Nilai
mean tersebut terletak pada interval kelas 4,21
5,00, untuk pertanyaan sangat dibutuhkan dan
c. Ranking Mean Hasil Penelitian secara
menun jang bahwa selama bertempat tinggal di
keselu ruhan
lahan wedi kengser kali Code , tidak ada
Dari kelima belas item faktor yang mendo
teguran/larangan, masyarakat saling gotong
rong proses pemanfaatan lahan wedi kengser kali
royong, Guyub Rukun dan berkehidupan sosial
Code yang dibutuhkan untuk mencagah atau tidak
yang seimbang (warna kehidupan masyarakat
terulangnya kembali faktor yang mendorong proses
yang menyebabkan krasan / betah bertempat
pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code di
tinggal di lahan wedi kengser kali Code )
tempat lain, yaitu dalam Pendekatan budaya dan
5. Ranking V adalah variabel Lamanya bertempat
lingkungan. Pendekatan Latar Belakang hukum
tinggal di lahan wedi kengser kali Code Dusun
yang di ketahui. Lama bertempat tinggal di lahan
Blunyah Gede, Pendekatan Sosial dan Ekonomi
wedi kengser. Kesan-kesan bertempat tinggal di
, sama-sama mempunyai nilai mean 4,3278.
lahan wedi kengser. Pendekatan sosial, Pendekatan
Nilai mean tersebut terletak pada interval kelas
Ekonomi, dan Pendekatan Keamanan beserta
4,215,00, untuk pertanyaan sangat dibutuhkan
variabelnya akan diurutkan rankingnya secara
266 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009
SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dan menunjang bahwa selama 5 tahun bertempat SARAN


tinggal di lahan wedi kengser kali Code, dengan Terbengkelainya lahan sempadan sungai /wedi
kehidupan masyarakat yang Guyub Rukun, kengser, dimana lahan tersebut sangat strategis
meski pun disebagian tempat penerangan (PLN) untuk hunian karena relatif dekat dengan tempat
lingku ngan belum terjangkau dan sayang lahan kerja, tempat sekolah dan keramaian kota, dimana
Warisan tidak dimanfaatkan (adanya suasana sarana publik telah tersedia yang cukup memadai
Guyub Rukun di lingkungan masyarakat yang dan nyaman. Berbagai faktor yang mendorong
bertempat tinggal di lahan wedi kengser kali pemanfaatan /invasi lahan wedi kengser kali Code
Code Dusun Blunyah Gede menyebabkan invasi dan memberi kan motivasi sekaligus menjadi unit
lahan wedi kengser kali Code terus dipertahan yang menyu sun proses tersebut, memiliki peranan
kan) yang saling mempengaruhi. Mengabaikan terhadap
Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat salah satu faktor atau motivasi yang
diketahui bahwa Faktor yang mendorong proses membangkitkan, akan dapat memutus rantai proses
pemanfaatan lahan wedi kengser kali Code di terjadinya pemanfaat an / invasi lahan sempadan
Dusun Blunyah Gede, Desa Sinduadi, Kecamatan sungai/wedi kengser kali Code. Hasil penelitian ini
Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa menunjukkan kepada para penentu kebijakan
Yogyakarta, dikarenakan kurang gencarnya (Perencana), bahwa berbagai macam proses dan
sosialisasi hukum dalam masalah pengertian motivasi sampai terjadinya pemanfaatan/invasi
sempadan sungai/wedi kengser (1, 3 dan 4), lahan sempadan sungai/ wedi kengser kali Code di
budaya dan lingkungan yang mendukung meman wilayah RT.05, RT.06 ; RW.32 dan RT.07, RT,08,
faatkan lahan wedi kengser digunakan ditanami RT.09; RW.33, Dusun Blunyah Gede, Desa
atau didirikan rumah tempat tinggal (2 dan 5). Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
Dilain pihak Pemerintah belum menjangkau untuk Daerah Istimewa Yogyakarta di lokasi penelitian
mengu rus kondisi lahan wedi kengser tersebut merupakan kecenderu ngan yang ada
secara tegas dan profesional sudah keburu di invasi pemanfaatan/invasi terjadi pada wilayah yang
oleh masyarakat yang dikarenakan faktor ekonomi strategis untuk hunian karena relatif dekat dengan
dan sosial yang sangat mendasar (6, 7, 8, 9, 10, 11, tempat kerja, tempat sekolah dan keramaian kota
12, 13, 14, 15 dan 17). dimana sarana publik telah tersedia yang cukup
memadai dan nyaman. Atas dasar penelitian ini
KESIMPULAN maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan komunitas warga masyarakat yang bertempat
tentang Faktor yang Mendorong Proses Peman tinggal berdekatan dengan lahan sempa dan
faatan Lahan wedi kengser kali Code di Dusun sungai/wedi kengser kali Code lain di sekitar
Blunyah Gede Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, wilayah penelitian atau wilayah lain yang
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjangkau populasi lebih luas, sehingga dapat di
kuisioner yang disampaikan kepada 75 responden, komparasikan dengan hasil penelitian ini yang
yang di kembalikan sebanyak 61 responden, maka selanjutnya dapat ditarik konsep atau teori yang
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : lebih umum tentang faktor yang mendorong proses
1. Kurang gencarnya sosialisasi hukum dalam masa pemanfa-atan/invasi lahan wedi kengser kali Code
lah pengertian sempadan sungai/wedi kengser di daerah padat permukiman.
merupakan faktor yang mendorong proses peman
faatan lahan sempadan sungai /wedi kengser
2. Budaya yang menganggap lahan sempadan DAFTAR PUSTAKA
sungai /wedi kengser merupakan lahan tak
bertuan dan sayang apabila tidak dimanfaatkan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, 1994
3. Pemerintah Desa harus pro aktif mensosialisa si Tentang : Kreteria dan Pola Pengelolaan
hukum dalam masalah pengertian sempadan Kawasan : Lindung, Budidaya, Tertentu.
sungai/wedi kengser dan berperan aktif dalam Branch, MC dalam Hari Wibisono, Djunaedi, 1996.
penataan kawasan lahan wedi kengser Perencanaan Kota Komprehensip
4. Masyarakat harus menyadari bahwa lahan sem (Pengantar dan Penjelasan) Gadjah Mada
padan sungai/wedi kengser merupakan lahan University Press
/kawasan yang harus dilindungi dari segala kegia Bintarto, 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasa
tan yang akan merusak ekosistem lingkungan lahannya, Penerbit Ghalia Indonesia
sungai. Cresswell, (1994) Metode Penelitian Kualitatif
yang merupakan Penelitian Interpretatif.
Penerbit Alumni Bandung
Djoko,Sujarto, 1992, Perencanaan Fisik, Bhatara,
Bandung
Daldjoeni, N, 1997. Geografi Kota dan Desa
Penerbit Alumni Bandung

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009 267


SEMINAR NASIONAL ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Djunaedi,A, (2002), Berfikir Induktif (Membangun


teori dari falta Lapangan / empiris, , Jurusan
Teknik Arsitektur, UGM, Yogyakarta
Evers, Hans-Dieter, 1979. Sosiologi Perkotaan,
Urbanisasi dan Sengketa Tanah di
Indonesia dan Malaysia, LP3ES, Jakarta
Eko, Budiharjo, 1991, Pemusatan Urbanisasi di
kota-kota besar, Penerbit Ghalia Indonesia
Heilbrun dalam Kawik Sugiyana, 2000.
Perkembang-an Kota-Kota, Ekonomi
Perkotaan, Jurusan Teknik Arsitektur,
UGM, Yogyakarta
Ismail, HP., 1991. Pokok-Pokok Sosiologi
Perkotaan. PPII-UNIBRAW, Malang
Muhadjir, Noeng, 2000. Metodologi Penelitian
Kuali tatif, Rake Sarasin, Yogyakarta
Nurmandi (1999). Pengembangan lahan dengan
bentuk informal, Penerbit Alumni Bandung
Peraturan Pemerintah R.I , Nomor. 80 Tahun 1999
Tentang. Kawasan siap Bangun dan
Lingkungan siap Bangun yang berdiri
sendiri
Panuju, B. 1996, 1999, Pengadaan Perumahan
Kota dengan Peran serta Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. Yayasan
Adikarya, IKAPI, dengan The For
Fuondatioan, Bandung
Undang-Undang RI Nomor. 4, Tahun 1992.
Tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang RI Nomor. 5, Tahun 1960.
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Undang-Undang RI Nomor. 5, Tahun 1974.
Tentang Pokok-Pokok Pemerintah di
Daerah
Undang-Undang RI Nomor. 5, Tahun 1979.
Tentang Pemerintah Desa
Undang-Undang RI Nomor. 4, Tahun 1982.
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Setiawan, B. 2002. Desertasi, Local Dinamics in
Informal settlement Developmen : A Case
Study of Yogyakarta, Indonesia
Soetrisno, L,.1995. Menuju Masyarakat
Partisipatif. Kanisius Yogyakarta
Struyk (1960) Proses memperoleh akses Tanah,
untuk Kota-Kota di Indonesia, Bhatara,
Bandung
Yudohusodo, 1991. Perumahan Pencerminan dan
Penge jawantahan dari Diri Pribadi
Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Yakarta

268 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 19 Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai