Perkembangan Partai Politik Di Indonesia Pasca Era Reformasi
Perkembangan Partai Politik Di Indonesia Pasca Era Reformasi
Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata
tidak konsisten dan konsekuen dalam mewujudkan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan
Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan,
Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan.
Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang menjadi penyebab
umum lahirnya gerakan reformasi dengan tuntutan-tuntutan sebagai berikut :
1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
2. Laksanakan Amandemen UUD1945,
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI,
4. Pelaksanaan Otonomi daerah seluas-luasnya,
5. Tegakkan Supermasi Hukum,
6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN.
Pasca masa reformasi, kehidupan politik Indonesia berjalan mengarah kepada hal yang
lebih baik jika dibandingkan dengan masa Orde Baru. Hal ini dapat dilihat dari adanya sistem
kepartaian yang baru. Sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptable apabila sistem
tersebut mampu menyerap dan menyatukan semua kekuatan nasional baru yang muncul
sebagai akibat modernisasi. Dari sudut pandang ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting
bila ia mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk saluran-saluran kelembagaan yang
diperlukan guna menampung partisipasi politik.
Tabel 1
Perolehan Suara dan Kursi Enam Besar dalam Pemilihan Umum 1999
Setelah pemilihan umum 1999 dan menjelang pemilihan umum tahun 2004 banyak
bermunculan partai-partai politik baru. Pada awal 2003, partai politik yang terdaftar di
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia bertambah lagi, hingga berjumlah 237 partai.
Oleh karena itu, pada pemilihan umum 2004 ada dua tahap seleksi yang harus dilalui untuk
dapat menjadi peserta pemilihan umum 2004. Pertama, seleksi yang dilakukan oleh
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Kedua, seleksi yang dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum. Partai politik yang tidak lolos pada seleksi tahap pertama tidak
diperbolehkan untuk mengikuti seleksi tahap kedua. Dari jumlah tersebut yang dapat mengikuti
seleksi di KPU hanya 50 partai, sedangkan yang lolos tahap kedua sehingga dapat mengikuti
pemilihan umum 2004 hanya 24 partai.
Dalam Pemilihan Umum Anggota Legislatif 2009, partai ini memeroleh suara sekitar
1,8 juta yang serata dengan 1,7% yang berarti tidak mampu meraih perolehan suara melebihi
parliamentary threshold 2,5% sehingga berakibat pada tidak memiliki wakil seorang pun di
DPR RI , meski di beberapa daerah pemilihan beberapa calon anggota DPR RI yang diajukan
memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Anggota DPR RI. Pada pemilu legislatif 2014,
partai ini diloloskan KPU sebagai peserta pemilu 2014 dan mendapat nomor urut 14. PBB
meraih suara sebesar 1 sampai 2 persen yang dianggap tidak lolos bersama PKPI. Namun,
partai yang memperjuangkan syari'at Islam masuk dalam sistem hukum di Indonesia sebagai
icon perjuangannya ini, masih memiliki sekitar 400 Anggota DPRD baik di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Partai politik yang memenuhi syarat untuk menjadi peserta pemilihan umum tahun
1999 hanya 48 partai saja. Hasilnya tidak ada partai yang secara tunggal mendominasi dan
memegang posisi mayoritas mutlak yang dapat mengendalikan pemerintahan. Partai politik
yang lolos seleksi untuk menjaadi peserta pemilu 2004 hanya 24 partai. Pada pemilihan umum
ini, terdapat 7 partai yang memenuhi electoral threshold. Partai-partai tersebut adalah Golkar,
PAN, PDIP, PPP, PBB .
DAFTAR PUSTAKA :