Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MIKOLOGI

UJI KUALITAS TEPUNG TERIGU BERDASARKAN


ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI KAPANG

Disusun oleh :
KELOMPOK 8 C1 D3 Analis Kesehatan
1. Sholikin NIM : 1163130
2. Sri Handayani NIM : 1163131
3. Waljiningsih NIM : 1163132
4. Yuni Tri Mujiastuti NIM : 1163133
5. Adang Surya P NIM : A103-09-001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
DAFTAR ISI

Daftar Isi.................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Lata Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Standar Jumlah Koloni Kapang ....................................................................... 3
2.2 Kapang .............................................................................................................. 4
2.2.1 Definisi Kapang ...................................................................................... 4
2.2.2 Klasifikasi Kapang .................................................................................. 4
2.2.3 Jenis Kapang Dalam Bidang Pangan ...................................................... 6
2.3 Pengujian ALT Koloni Kapang ........................................................................ 9
2.3.1 Tujuan ..................................................................................................... 9
2.3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 9
2.3.3 Cara Kerja ............................................................................................... 9
2.3.4 Data Tabel ............................................................................................... 11
2.3.5 Data Gambar ........................................................................................... 12
2.3.6 Analisis Data ........................................................................................... 13
2.3.7 Pembahasan ............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 17
3.2 Diskusi .............................................................................................................. 17

i
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia,
sehingga ketersediaan pangan perlu mendapat perhatian yang serius baik
kuantitas maupun kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan
pangandi implementasikan melalui program ketahanan pangan, agar
masyarakat memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi,
sehat, dan halal untuk dikonsumsi (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2004). Sifat kimia, biologis, dan fisik bahan pangan sangat memungkinkan
berbagai macam microorganisme dapat tumbuh dengan baik dan pada bahan
pangan yang biasanya bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung jenis
bahan serta kondisi tertentu dari penyimpanannya (Pratiwi dan Anjarsari,
2002).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh pada kualitas produknya. Secara spesifik dikatakan bahwa tepung
terigu yang terkontaminasi fungi akan berpengaruh terhadap kualitas produk
olahannya seperti roti dan pastry. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan
kualitas (Pratiwi dan Anjarsari, 2002). Lebih lanjut, cemaran fungi pada
tepung terigu sangat memungkinkan mengeluarkan mikotoksin pada kondisi
tertentu atau selama penyimpanan. Mikotoksin merupakan bagian dari
metebolit sekunder pada fungi yang dapat mengkontaminasi makanan dan
dapat menyebabkan keracunan pada manusia (Moss, 1992).

3.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi dan jenis kapang yang penting dalam bidang pangan?
2) Apa saja faktor dari organisme yang mempengaruhi kerusakan dalam
pangan?
3) Bagaimana standar cemaran kapang dalam pangan (tepung terigu)?

1
4) Bagaimana melakukan uji koloni kapang dalam tepung terigu?

3.3 Tujuan
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui apa definisi kapang dan jenis kapang
yang penting dalam bidang pangan.
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor dari organisme yang
mempengaruhi kerusakan dalam pangan.
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui standar cemaran kapang dalam pangan
(tepung terigu).
4) Agar mahasiswa mampu melakukan uji koloni kapang dalam tepung
terigu.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar Jumlah Koloni Kapang
Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat
berpengaruh pada kualitas produknya. Secara spesifik dikatakan bahwa tepung
terigu yang terkontaminasi fungi akan berpengaruh terhadap kualitas produk
olahannya seperti roti dan pastry. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan
kualitas (PratiwidanAnjarsari, 2002). Lebih lanjut, cemaran fungi pada tepung
terigu sangat memungkinkan mengeluarkan mikotoksin pada kondisi tertentu
atau selama penyimpanan. Mikotoksin merupakan bagian dari metebolit
sekunder pada fungi yang dapat mengkontaminasi makanan dan dapat
menyebabkan keracunan pada manusia (Moss, 1992). Selain contoh yang
disebutkan diatas, contoh kapang yang lain adalah Rhizopus
sp.Mikroorganisme ini memproduksi enzim a-amilase (Mien, tanpa tahun).

Kapang yang sering menyerang tepung terigu adalah jenis kapang


amilolitik yakni kapang yang mampu menghidrolisis polisakarida dan
disakarida menjadi molekul yang lebih sederhana. Contoh kapang amilolitik
antara lain Fusarium dan Penicilium (Fardiaz, 1992).

Jumlah koloni kapang dalam bahan makanan atau makanan tersebut


dapat dinyatakan dengan Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang dalam
makanan yang tercemar oleh kapang. Kualitas mikrobiologi makanan
ditentukan berdasarkan beberapa macam aspek, salah satu diantaranya
berdasarkan ALT koloni kapang dengan mengacu pada ketentuan dari
DIRJEN POM pada gambar 1.1, sehingga dapat ditentukan kelayakan
konsumsi bahan makanan atau makanan yang diperiksa.

3
Gambar 1.1 Standar jumlah koloni kapang pada bahan makanan tepung

2.2 Kapang
2.2.1 Definisi Kapang
Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi
dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk
mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain
berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi
penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang
mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat
karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora
telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang.

2.2.2 Klasifikasi Kapang


Berdasarkan ada tidaknya septa dibedakan beberapa kelas yaitu :
1. Kapang tidak bersepta
a) Kelas Oomycetes (spora seksual disebut oospora) terdiri dari ordo
saprolegniales (spesies Saprolegnia) dan ordo Peronosporales
(spesies Pythium).

4
b) Kelas Zygomycetes (spora seksual zigospora) terdiri dari ordo
Mucorales (spora aseksual adalah sporangiospora) seperti :
Mucor mucedo, Zygorrhynchus, Rhizopus, Absidia dan
Thamnidium.

2. Kapang bersepta
a) Kelas fungi tidak sempurna (imperfecti) tidak mempunyai spora
seksual
Ordo Moniales
Famili Monialiaceae : Aspergillus, Penicillium,
Trichothecium, Geotrichum, Neurospora, Sporatrichum,
Botrytis, Cephalosporium, Trichoderma, Scopulariopsis,
Pullularia.
Famili Dematiceae : Cladosporium, Helminthosporium,
Alternaria, Stempylium.
Famili Tuberculariaceae : Fusarium
Famili Cryptococcaceae (fungsi seperti khusus atau false
yeast) : Candida (khamir), Cryptococcus
Famili Rhodotorulacee : Rhodotorula (khamir)

Ordo Melanconiales : Colletotrichum, Gleosporium,


Pestalozzia.
Ordo Sphaeropsidales (konidia berbentuk botol, dinamakan
piknidia) : Phoma, Dlipodia.
b) Kelas Ascomycetes. Spora seksual adalah askospora, seperti :
jenis Endomyces, Monascus, Sclerotinia. Yang termasuk dalam
fungi imperfecti : Neurospora, Eurotium (tahap seksual dari
Aspergillus), dan Penicillium.

5
2.2.3 Jenis Kapang Yang Penting Dalam Mikrobiologi Pangan
1. Rhizopus
Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan
menyebabkan kerusakan pada roti. Selain itu kapang ini juga sering
tumbuh pada sayuran dan buah-buahan. Spesies Rhizopus yang
sering tumbuh pada roti adalah R. Stolonifer dan R.nigricans.selain
merusak makanan, beberapa spesies Rhizopus juga digunakan dalam
pembuatan beberapa makanan fermentasi tradisional, misal R.
oligosporus dan R. oryzae yang digunakan dalam fermentasi berbagai
macam tempe dan oncom hitam.

Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah :


a) Hifa nonseptat
b) Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah
tua
c) Sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid
d) Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam
e) Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir
f) Tidak mempunyai sporangiola
g) Membentuk hifa vegetative yang melakukan penetrasi pada
substrat dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung
sporangiofora
h) Pertumbuhannya cepat membentuk miselium seperti kapas

2. Aspergillus
Kapang ini tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi
gula dan garam tinggi, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan
dengan kadar air rendah. Grup ini mempunyai konidia berwarna
hijau, dan membentuk askospora yang terdapat didalam aski
perithesia berwarna kuning sampai merah.

6
Grup A niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar
yang dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam
atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen.
Grup A. flavus-oryzae termasuk spesies yang penting dalam
fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk memproduksi
enzim, tetapi kapang dalam grup ini sering menyebabkan
kerusakan makanan. A. oryzae digunakan dalam fermentasi
tahap pertama dalam pembuatan kecap dan tauco. Konidia
dalam grup ini berwarna kuning sampai hijau, dan mungkin
membentuk sklerotia.

Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah :


a) Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna,
yang terdapat dibawah permukaan merupakan hifa vegetatif
sedangkan yang muncul diatas permukaan adalah hifa fertil.
b) Koloni kelompok
c) Konidiofora septat dan nonseptat, muncul dari foot cell
(yaitu sel miselium yang bengkak dan berdinding tebal)
d) Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya,
membawa sterigmata dimana tumbuh konidia
e) Sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak
berwarna
f) Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau
hitam

g) Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 370C atau lebih.

3. Penicillium
Kapang ini sering menyababkan kerusakan pada sayuran,
buah-buahan dan serealia. Penicillium juga digunakan oleh dalam
industri untuk memproduksi antibiotik.

7
Beberapa ciri spesifik Pencicillium adalah :
a) Hifa septat, miselium bercabang, biasanya tidak berwarna
b) Konidiofora septet dan muncul di atas permukaan,
berasal dari hifa dibawah permukaan, bercabang atau tidak
bercabang
c) Kepala yang membawa spora berbentuk seperti sapu, dengan
sterigmata atau fialida muncul dalam kelompok
d) Konidia membentuk rantai karena muncul satu per satu dari
sterigmata
e) Konidia pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian
berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan

4. Neurospora (Monila)
Neurospora (Monila) sitophila dan N. crassa merupakan spesies
yang umum dijumpai pada makanan dan disebut kapang roti merah
atau kapang nasi merah karena pertumbuhannya yang cepat pada
roti atau nasi dengan membentuk warna merah-oranye. N. sitophila
juga digunakan dalam pembuatan oncom merah. Pembentukan
askospora yang terdapat didalam perithesia jarang terlihat pada
kapang ini.

Ciri-ciri spesifik Neurospora adalah sebagai berikut :


a) Miselium septat, kemudian dapat pecah menjadi sel-sel yang
terpisah
b) Miselium panjang dan bebas tumbuh diatas permukaan
c) Hifa aerial membawa konidia yang bertunas, berbentuk oval
dan berwarna merah jambu sampai oranye merah, serta
membentuk rantai bercabang pada ujungnya.

8
2.3 Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Koloni Kapang
2.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui adanya cemaran kapang dan jumlahnya dalam
sampel tepung terigu yang diperiksa.
2.3.2 Alat & Bahan
1. 6 Medium lempeng CA (A, B, C, D, E, dan F)
2. Bahan makanan (tepung terigu)
3. Pepton
4. Vortex
5. Mikropipet
6. Neraca digital
7. Pembakar spiritus
8. Korek Api
9. Inkubator
10. LAF (Laminar Air Flow)
11. Koloni counter
12. 5 Tabung reaksi A, B, C, D, dan E
13. Rak tabung reaksi
14. Kertas label
15. Alat tulis

2.3.3 Cara Kerja


1. Menimbang bahan makanan yang akan diuji sebanyak 10gr
2. Memasukkan bahan makanan yang telah ditimbang kedalam labu
Erlenmeyer dan menambahkan pepton sebanyak 90 ml untuk
melarutkan bahan makanan
3. Menghomogenkan bahan makanan yang telah diberi pepton
dengan menggunakan vortex

9
4. Mengambil 1 mL suspensi dalam labu Erlenmeyer kemudian
memasukkannya kedalam tabung reaksi A yang telah berisi
pepton
5. Menghomogenkan suspensi dengan menggunakan vortex
6. Mengambil 1 mL suspensi dari tabung reaksi A dan
memasukkannya kedalam tabung reaksi B
7. Menghomogenkannya dengan menggunakan vortex
8. Melakukan langkah yang sama sampai tabung reaksi E
9. Memberi label 10-1pada labu Erlenmeyer, dan memberi label
tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 secara berurutan
pada tabung reaksi A, B, C, D, dan E
10. Mengambil suspensi dari labu Erlenmeyer (tingkat pengenceran
10-1) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (A)
11. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
12. Memberi label 10-1pada cawan petri A
13. Mengambil suspensi dari tabung reaksi A (tingkat pengenceran
10-2) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (B)
14. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
15. Memberi label 10-2 pada cawan petri B
16. Mengambil suspensi dari tabung reaksi B (tingkat pengenceran
10-3) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (C)
17. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
18. Memberi label 10-3pada cawan petri C

10
19. Mengambil suspensi dari tabung reaksi C (tingkat pengenceran
10-4) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (D)
20. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
21. Memberi label 10-4pada cawan petri D
22. Mengambil suspensi dari tabung reaksi D (tingkat pengenceran
10-5) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (E)
23. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
24. Memberi label 10-5 pada cawan petri E
25. Mengambil suspensi dari tabung reaksi E (tingkat pengenceran
10-6) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada medium lempeng
CA (F)
26. Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah diberi
suspensi agar merata
27. Memberi label 10-6pada cawan petri F
28. Memasukkan cawan petri A-F (tingkat pengenceran 10-1 -10-6)
kedalam inkubator selama 1 minggu
29. Setelah 1 minggu menghitung jumlah koloni kapang pada
masing-masing tingkat pengenceran dengan menggunakan koloni
counter
30. Mencatat hasilnya

Catatan:
Semua langkah dilakukan secara aseptik.

2.3.4 Data Tabel


Jumlah Koloni Kapang pada Masing-masing Tingkat Pengenceran
No. Tingkat Pengenceran Jumlah Koloni Kapang

11
1 10-1 -
2 10-2 -
3 10-3 12
4 10-4 5
5 10-5 45
6 10-6 20

2.3.5 Data Gambar


1. Foto medium pada tingkat pengenceran a) 10-1 dan b) 10-2 tidak
tampak adanya koloni kapang.
a b

2. Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-3

3. Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-4

12
4. Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-5

5. Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-6

6. Foto koloni kapang yang terdapat pada bahan makanan tepung


terigu

2.3.6 Analisis Data


ALT koloni kapang pada masing-masing tingkat pengenceran
dihitung dengan menggunakan rumus :
1
= 10

13
Selanjutnya ALT pada masing-masing tingkat pengenceran
dijumlah dan dibagi banyaknya pengenceran yang dilakukan untuk
mengetahui rata-rata ALT koloni kapang pada bahan makanan yang
diuji.

ALT Koloni Kapang pada Tepung Terigu


Tingkat Jumlah Koloni
No. ALT
Pengenceran Kapang
1 10-1 - -
2 10-2 - -
3 10-3 12 1.2 x 105
4 10-4 5 5 x 105
5 10-5 45 4.5 x 107
6 10-6 20 2 x 108
Rata-rata 4.1 x107

Berdasarkan pehitungan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa


ALT kapang pada tepung terigu yang diuji memiliki rata-rata 4.1 x 107
yang berdasarkan BPOM, tepung terigu ini tidak layak digunakan
karena batas maksimal kapang dalam kategori masih layak digunakan
adalah 1 x 104.

2.3.7 Pembahasan
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui bahwa ALT koloni
kapang pada tepung terigu yang diuji sebesar 4,1 x107 melebihi dari
ALT koloni kapang maksimal tepung terigu sebesar 1x104. ALT
tepung terigu yang diuji menunjukkan bahwa tepung terigu tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah koloni kapang yang
ditemukan pada tepung terigu yang diuji melebihi dari batas
maksimal ALT koloni kapang yang masih layak konsumsi. Tepung
terigu yang diuji memiliki ALT koloni kapang yang tinggi karena ada
faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan kapang pada tepung

14
terigu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan pangan oleh
mikroorganisme seperti yang diungkapkan Mossel (Olivia, 2012)
sebagai berikut :
1. Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri.
Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water,
aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh),
kandungan nutrien, bahan antimikro badan struktur bahan
makanan (Yudhabuntara, 2003). Tepung terigu memiliki
kandungan makanan berupa protein, karbohidrat dan lemak yang
diperlukan oleh kapang untuk pertumbuhannya sehingga tepung
terigu yang tidak disimpan dengan baik maka dapat ditumbuhi
oleh kapang.
2. Pengolahan. Pada uji ini, tepung terigu didapatkan dari pabrik
sehingga tidak perlu ada pengolahan kembali selama uji ALT.
3. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan
penyimpanan bahan pangan. Faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu
penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya
berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti kelembaban,
tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar
ultraviolet (Yudhabuntara, 2003). Tepung terigu dapat ditumbuhi
kapang karena adanya faktor penyimpanan yang kurang baik.
Tepung terigu yang disimpan di tempat yang lembab akan
mendukung pertumbuhan kapang karena kapang dapat tumbuh
pada tempat yang bersuhu 250-300C dengan kelembaban yang
tinggi. Kelembaban yang tinggi menunjukkan bahwa kadar air di
tempat tersebut juga tinggi sehingga memungkinkan tumbuhnya
kapang pada tepung terigu yang diuji. Hal ini sangat sesuai dengan
keadaan penyimpanan pada tepung terigu yang diuji. Tepung
tersebut disimpan di dalam toples. Kita ketahui bahwa keadaan di
dalam toples adalah lembab, sehingga memungkinkan tumbuhnya

15
kapang pada tepung terigu yang disimpan. Selain itu, tepung yang
diuji juga telah disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama,
sehingga dapat dijumpai jumlah pertumbuhan kapang yang
banyak. Dengan demikian, tumbuhnya kapang pada tepung terigu
yang menyebabkan tepung terigu yang diuji tidak layak konsumsi
karena penyimpanan yang kurang baik dan waktu penyimpanan
yang lama.
4. Implisit sifat-sifat organisme itu sendiri.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tepung terigu yang diuji tidak layak dikonsumsi karena memiliki ALT
koloni kapang 4,1x107 melebihi ALT maksimal yang telah ditentukan yaitu
1x104. Hal ini disebabkan lama dan cara penyimpanan yang kurang baik
sehingga tepung terigu ditumbuhi kapang dalam jumlah banyak.

3.2 Diskusi
1. Berapakah jumlah total koloni kapang dalam tiap gram bahan makanan
yang diperiksa?
Jawab : Total koloni kapang rata-rata pada tiap gram bahan makanan yang
diperiksa (berupa tepung terigu) adalah sebesar 4.1 x107
2. Bagaimanakah kualitas mikrobiologi bahan makanan berdasarkan jumlah
total koloni kapang dalam tiap gram sampel bahan makanan?
Jawab : Kualitas mikrobiologi bahan makanan berdasarkan jumlah total
koloni kapang dalam tiap gram sampel makanan yang diperiksa adalah
tidak layak. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah ALT pada hasil
amatan yakni sebesar 4.1 x107 lebih besar dibandingkan yang tercantum
pada tabel BPOM yakni sebesar 1 x104
3. Mengapa perlu dilakukan pengenceran suspense bahan makanan yang
akan diperiksa?
Jawab : Pengenceran berfungsi untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri
yang mungkin kehilangan vitalitasnya karena kondisi sampel yang kurang
menguntungkan.pengenceran suspense sampel dilakukan untuk
mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah dan dapat dihitung
dengan mudah, haliniakan sangat membantu terutama untuk sampel
dengan cemaran yang sangat tinggi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004.Laporan Tahunan. Dinas Peternakan


Provinsi Jawa Barat, Bandung.

Fardiaz, S. 1992. MikrobiologiPangan I. GramediaPustakaUtama: Jakarta.

Fardiaz,s. 1989.Mikrobiologi Pangan. IPB: PAU Pangan dan Gizi. Bogor

Karmini, Mien dkk.Tanpatahun.AktivitasEnzimHidrolitikKapangRhizopus sp.


pada Proses Fermentasi Tempe.(online)
(http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/viewFile/2302/2392)
, diaksestanggal 13 Maret 2014.

Moss, M. O. 1992.Microbial Food Poisoning.Chapman& Hall. London.

Olivia, OD. 2012. Pemeriksaan Cemaran Mikroba Pada Biskuit Pop Corn
Crackers.(Online),

Pratiwi,RikadanAnjarsari.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator


Kontaminasi Cendawan pada Tepung Terigu. Jurnal, Teknol, dan
Industri Pangan.13 (3), 254.

Waluyo, L. 2007.Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Yudhabuntara, D. 2003. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan Makanan


asal Hewan, (Online),
(http://www.geocities.ws/kesmavetugm/PENGENDALIAN.doc),
diakses 11 April 2014.

Yuniarti, Pratiwi. Dkk. 2014. Kajian Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di
Indonesia.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34631/4/Chapter%20II.pdf),
diakses 11 April 2014.

ii

Anda mungkin juga menyukai