Anda di halaman 1dari 5

Continuing Medical Education

Akreditasi IDI 2 SKP

Luaran (Outcome) Terapi pada


Gangguan Depresi Mayor
Nurmiati Amir
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Pendahuluan berperan dalam terjadinya depresi. Keem- di akibat interaksi antara gen dengan ling-
Gangguan depresi mayor (GDM) meru- pat faktor risiko tersebut yaitu psikologik, kungan. Penelitian yang dilakukan terhadap
pakan gangguan jiwa serius dan sering re- lingkungan, biologik, dan genetik. 1.037 anak yang dinilai secara komprehen-
kuren. Gangguan depresi mayor menjadi sif pada usia 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 18, dan 21
isu utama kesehatan masyarakat dan beban Stresor Kehidupan dan Interaksi Gen-Ling- tahun menunjukkan bahwa polimorfisme
berat bagi manusia. kungan fungsional pada gen transporter serotonin
Kejadian-kejadian berbentuk stresor yang (5-HT) berperan dalam terjadinya depresi.
Mekanisme terjadinya depresi belum sepe- terjadi selama kehidupan manusia (stress- Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa:
nuhnya diketahui. Penyebabnya multifak- ful life events) dapat mempengaruhi awitan 1. Stresor kehidupan yang terjadi setelah
torial. Terdapat perbedaan respons terapi, (onset) atau perjalanan GDM. Hubungan usia 21 tahun, secara bermakna menye-
derajat kesembuhan, dan prognosis jangka antara stresor kehidupan yang bersifat de- babkan terjadinya depresi pada usia 26
panjang di antara pasien. Perbedaan ini di- penden (peristiwa kehidupan akibat peri- tahun. Depresi hanya terjadi pada kari-
sebabkan oleh tidak samanya patofisiologi, laku yang bersangkutan) atau stresor kehi- er dengan S-alel yang tidak mempunyai
subtipe psikopatologi, kontribusi neurobi- dupan yang bersifat independen (peristiwa riwayat depresi sebelumnya. Depresi
ologi, serta komorbiditas dengan penyakit kehidupan akibat ketidakberuntungan, mi- tidak terjadi pada l/l homozigot.
fisik dan psikitarik lainnya. Akibatnya, luar- salnya gempa bumi) telah banyak diteliti, 2. Ide bunuh diri - biasanya mempunyai
an hasil terapi, misalnya durasi respons dan baik pada kembar monozigot maupun dasar genetik juga terjadi pada indi-
remisi, sangat bervariasi.1 dizigot. Baik stresor kehidupan yang bersi- vidu dengan S-alel bukan pada l/l ho-
fat dependen maupun independen berhu- mozigot.
Banyak tantangan dalam mengobati depre- bungan dengan episode depresi. Hubung- 3. Anak-anak yang mengalami perlakuan
si. Pasien depresi sering tidak puas dengan an yang sangat kuat terlihat pada peristiwa salah (maltreatment) selama dekade
obat antidepresan yang tersedia saat ini, kehidupan yang bersifat dependen.3 pertama kehidupannya dan kemudian
disebabkan tidak efektif dan tidak baiknya mengalami depresi setelah dewasa
tolerabilitas. Akibatnya, sebagian besar pa- Stresor kehidupan yang berbentuk kehi- adalah anak-anak dengan S-alel bukan
sien GDM mengalami gejala sisa (residual langan (loss) berhubungan erat dengan yang dengan l/l homozigot.6
symptom). Gejala sisa merupakan faktor depresi, yang berbentuk ancaman atau
risiko relaps, rekurensi, serta buruknya kua- bahaya berhubungan dengan ansietas, se- Hipotesis Defisiensi Monoamin
litas hidup. Pasien yang mencapai remisi dangkan gabungan kedua stresor tersebut Hipotesis defisiensi monoamin tetap pen-
sempurna setelah pengobatan, prognosis (kehilangan dan bahaya) berhubungan de- ting. Antidepresan bekerja setidaknya pada
dan derajat fungsinya lebih baik bila diban- ngan komorbiditas antara depresi dengan salah satu monoamin (dopamin, serotonin,
dingkan dengan pasien yang tidak menca- ansietas. Selain itu, derajat gejala pada ko- norepinefrin). Triptofan merupakan sumber
pai remisi sempurna. morbiditas lebih berat dan lebih menetap.4 serotonin. Rendahnya kadar triptofan da-
Dampak stresor kehidupan lebih berat ter- pat menimbulkan depresi pada pasien yang
Akhir-akhir ini, konsep remisi dalam meng- hadap perempuan. Perbedaan dampak ini berhasil diobati dengan selective serotonin
obati GDM menjadi perhatian utama. menyebabkan adanya perbedaan preva- reuptake inhibitor (SSRI). Pada orang nor-
Untuk menilai efisiensi klinis antidepresan, lensi depresi antara laki-laki dengan perem- mal, defisiensi -methyl paratyrosine tidak
tidak hanya sekedar memperhatikan angka puan.5 menimbulkan depresi, kecuali pada pasien
respons, tetapi juga angka remisi. Angka yang berhasil dengan pengobatan norepi-
remisi dapat memprediksi stabilitas jangka Gangguan depresi mayor dapat terjadi nephrin reuptake inhibitor (NRI).7
panjang dan menjadi indikator dalam me- tanpa stresor kehidupan sebelumnya. Se-
nilai luaran (outcome) hasil terapi.2 baliknya, tidak semua individu yang terpa- Hypothalamic-Pituitary-Adrenal-Axis
jan dengan stresor kehidupan mengalami (HPA)
Etiologi Depresi depresi. Stresor kehidupan dapat menye- Hubungan antara stresor kehidupan de-
Penyebab depresi secara pasti belum dike- babkan depresi hanya pada orang-orang ngan depresi diduga melalui aksis HPA.
tahui. Ada empat faktor risiko yang diduga tertentu. Ada dugaan bahwa depresi terja- Peningkatan kadar kortisol plasma dan

92 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012

CDK-190 OK.indd 92 03/02/2012 13:51:10


Continuing Medical Education

corticotrophin releasing hormone (CRH) di Luaran Terapi pada Gangguan Depresi nelitian Sequenced Treatment Alternatives
cairan serebrospinal (CSS) sering terlihat Depresi merupakan penyakit kronik yang to Relieve Depression (STAR*D), meng-
pada pasien depresi.8 Pada sebagian be- cenderung rekuren. Tujuan pengobatan gunakan citalopram setelah pengobatan 12
sar penderita depresi, terdapat respons tes depresi adalah asimptomatik atau pulih. minggu, nilai skor HAM-D 8 tercatat se-
supresi kortisol, atau dexamethasone sup- Ada tiga jenis luaran terapi depresi: banyak 27,5%. Tidak ada perbedaan angka
pression test (DST), yang abnormal. An- 1. Responsif, yaitu berkurangnya gejala remisi antara pasien yang diobati di perawat-
tidepresan yang menyebabkan perbaikan depresi, bila dibandingkan dengan saat an primer (26,6%) dengan yang dirawat di
depresi dikaitkan dengan kemampuannya terapi dimulai (baseline), sebanyak perawatan psikiatri (28,0%).16
menormalkan kembali hasil pemeriksaan 50%, dinilai dengan HAM-D17, se-
DST. Hal ini menunjukkan adanya hubung- lama tiga minggu berturut-turut. Definisi remisi parsial adalah:
an antara depresi dengan aktivitas HPA. 3. Remisi, yaitu gejala depresi hampir atau a. Beberapa gejala depresi mayor masih
Beberapa obat antidepresan terbaru beker- tidak ada sama sekali. Nilai skor HAM- ada (residual), tetapi tidak lagi me-
ja dengan menghambat reseptor glukokor D17 7 atau skor MADRS 3, tiga menuhi kriteria episode depresi, atau
tikoid.9 minggu berturut-turut. b. Gejala depresi tidak ada lagi, tetapi la-
3. Pulih, yaitu menetapnya remisi (asimp- manya kurang dari dua bulan.
Tingginya kadar glukokortikoid dikaitkan tomatik) dalam waktu yang lebih lama
dengan berkurangnya neurogenesis dan ( 4-6 bulan). Fungsi pekerjaan dan Remisi parsial atau adanya gejala sisa me-
mengecilnya ukuran hipokampus pada sosial kembali pulih seperti semula. rupakan faktor risiko relaps. Menetapnya
pasien dengan depresi. Selain itu, brain- gejala, meskipun ringan, dapat mengurangi
derived neurotrophic factor (BDNF)yang Sampai saat ini, belum ada konsensus me- harapan pulihnya fungsi secara sempurna.
berperan penting dalam neurogenesis, ngenai definisi remisi. American College Karena itu, mengevaluasi gejala sisa meru-
plastisitas neuron, pertumbuhan sinaps, of Neuropsychopharmacology Task Force pakan strategi terapeutik untuk mencapai
dan kehidupan selsecara bermakna mendefinisikan remisi sebagai tidak adanya remisi sempurna.17
berkurang pada individu yang melakukan gejala utama depresi (mood depresif dan
bunuh diri. Terapi antidepresan, aktivitas hilangnya minat atau rasa senang) disertai Fungsi psikososial pasien yang memiliki
fisik teratur, dan electroconvulsive therapy dengan hampir atau tidak adanya sembilan skor HAM-D17 2 atau skor MADRS 4
(ECT) dapat meningkatkan BDNF secara gejala depresi lainnya, sesuai kriteria diag- lebih baik bila dibandingkan dengan yang
bermakna.10 nosis depresi berdasarkan DSM-IV, paling memiliki skor HAM-D17 antara 3-7 atau
sedikit 2-3 minggu berturut-turut. MADRS antara 5-9. Penetapan skor HAM-
Irama Sirkadian D17 atau MADRS untuk mendefinisikan
Gangguan irama sirkadian dapat terja- Konsensus American College of Neurop- remisi, sebelum ini, dianggap terlalu ting-
di pada depresi. Gangguan tersebut tidak sychopharmacology (ACNP) Task Force gi.18 Sebaliknya, bila nilai skor remisi terlalu
saja menganggu parameter fisiologik (mi- menetapkan kriteria remisi, yaitu bila nilai rendah, individu yang tidak depresi bisa
salnya, temperatur tubuh) atau parameter HAM-D17 7 menetap dalam tiga minggu dinilai seperti dalam keadaan depresi. Se-
biologik (misalnya, sekresi kortisol), tetapi berturut-turut. Fungsi sehari-hari tidak me- buah penelitian melaporkan bahwa rerata
juga mengganggu siklus tidur-bangun dan rupakan kriteria untuk definisi remisi.13 skor HAM-D17 pada kelompok kontrol se-
mood. Terapi yang bertujuan menormalkan hat yaitu 3,2 3,2 (SD).19
kembali ritme sirkadian, secara bermakna, Kriteria lain untuk remisi adalah bila skor
dapat menghilangkan gejala depresi.11 HAM-D17 7 atau HAM-D7 3. Dika- Untuk menilai ada/tidaknya depresi, Struc-
takan remisi parsial bila skor HAM-D17 tured Clinical Interview for DSM-IV (SCID)
Karena keanekaragaman dan kompleksnya antara 7-13. Skor 3 pada HAM-D7 ekuiva- dapat digunakan. Instrumen yang dapat
etiopatogenesis depresi dan mekanisme len dengan skor 7 pada HAM-D17. Skala digunakan untuk menilai beratnya derajat
kerja farmakologi antidepresan, pende- HAM-D7 cukup sensitif untuk menilai depresi, antara lain, adalah Hamilton De-
katan pengobatan depresi hendaklah ber- beratnya gejala depresi.14 Apabila menggu- pression Rating Scale (HAM-D) dan Mont-
sifat individual. Berbedanya kondisi medis, nakan MADRS, skor untuk menilai remisi gomery-Asberg Depression Rating Scale
respons terapi, dan derajat remisi yang bervariasi, yaitu 8, 9, 10, atau 11.15 (MADRS). Ada dua gejala kunci pada
dicapai menyebabkan strategi terapi tidak GDM, yaitu mood yang sedih dan hilang-
mungkin dalam bentuk tunggal. Dengan Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ang- nya minat. Kedua gejala ini tidak boleh ada
kata lain, untuk mencapai tujuan terapi ka remisi setelah terapi selama 8-12 minggu dalam keadaan remisi.
yang baik, hendaklah digunakan kombi- dengan bupropion dan SSRI, skor HAM-
nasi berbagai modalitas terapi, misalnya D17 7 tercatat sebanyak 47%, sedangkan Sebuah penelitian naturalistik, yang mengi-
penggunaan psikofarmakologi, kombinasi pada kelompok yang mendapat plasebo kutsertakan 1.014 pasien rawat inap, me-
farmakologi, strategi augmentasi, terapi adalah 36%. Angka remisi pada praktik klinik, laporkan bahwa setelah dua minggu per-
cahaya, deprivasi tidur, ECT, transcranial setelah diterapi selama 8-12 minggu, terlapor tama pengobatan, skor HAM-D21 turun
magnetic stimulation (TMS), dan psiko lebih rendah, yaitu sebesar 32% (HAM-D sebanyak 34% dan skor MADRS sebanyak
terapi.12 8). Angka remisi yang dilaporkan oleh pe- 33%.20 Sebuah penelitian lain pada 11.760

CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 93

CDK-190 OK.indd 93 03/02/2012 13:51:10


Continuing Medical Education

pasien GDM rawat jalan menunjukkan dalam menentukan remisi pada depresi. Sekitar 50% individu dengan episode per-
bahwa setelah dua minggu pengobatan de- Tujuan terapi depresi saat ini yaitu kem- tama depresi mayor pulih dalam tiga bu-
ngan escitalopram, terjadi penurunan skor balinya ke aktivitas normal dan fungsi pre- lan.29 Sebanyak 37% tidak pulih setelah 6
MADRS sebanyak 30%.21 morbid.23 bulan dan 20% tidak pulih setelah 24 bulan.
Terapi jangka panjang dapat mengurangi
Antidepresan mulai bekerja setelah satu Apabila fungsi tetap terganggu, sedangkan relaps. Obat antidepresan, psikoterapi, dan
bulan. Awitan kerja golongan obat ini gejala sudah tidak ada lagi, evaluasi kem- kombinasi keduanya efektif mencegah re-
masih menjadi perdebatan. Ada yang me- bali adanya gangguan kepribadian. Instru- laps dan rekurensi.28 Angka relaps dengan
nyatakan bahwa perbedaan awitan kerja men yang dapat digunakan yaitu SCID, terapi antidepresan adalah 18%, sedangkan
antara antidepresan dengan plasebo dapat Structured Interview for DSM-IV Personal- dengan plasebo sebesar 41%.30
dilihat sebelum tiga minggu pengobat- ity (SIDP-IV), atau Personality Assessment
an. Perbaikan lebih awal dikaitkan dengan Schedule (PAS).24 Tuntunan Terapi Episode Depresi Mayor
efek plasebo sehingga perbaikannya tidak Farmakoterapi
menetap. Awitan efek antidepresan lebih Gejala Sisa Depresi Respons terapi akan berkurang bila peng-
lambat, tetapi perbaikannya lebih menetap. Remisi sempurna menentukan luaran pe- obatan terlambat. Makin kronis depresi,
Cepatnya awitan perbaikan dapat mem- nyakit. Luaran pada pasien yang bebas makin buruk respons terhadap pengobatan.
prediksi luaran. Perbaikan dini didefinisikan gejala lebih baik bila dibandingkan dengan Episode depresi mayor sering tidak berha-
dengan berkurangnya skor HAM-D17 se- pasien dengan gejala sisa. Gejala sisa, mi- sil diobati. Tidak ada ketentuan pasti lama
banyak 20% dalam dua minggu pertama salnya ansietas dan keluhan somatik, dapat pengobatan yang dianggap tidak berhasil.
pengobatan. Cepatnya awitan kerja anti- menimbulkan kekambuhan atau rekurensi. Tahapan dalam pengobatan depresi:
depresan menunjukkan baiknya respons Kadang-kadang, sulit membedakan antara a. Meningkatkan dosis obat, bila tidak ada
antidepresan. Bila setelah dua minggu gejala sisa dengan efek samping antidepre- respons
tidak terlihat sama sekali perbaikan de- san. Beberapa gejala dapat disebabkan Hal ini dapat dilakukan bila obat memi-
ngan suatu antidepresan, obat sebaiknya oleh efek samping antidepresan, misalnya liki efek samping minimal atau tidak ada
disesuaikan atau diganti karena meskipun ganggguan tidur, hendaya kognitif, dan be- efek samping.
pengobatan diperpanjang, kemungkinan berapa keluhan somatik lainnya.25 b. Mengganti dengan antidepresan lain
akan berespons dengan antidepresan yang Sering dilakukan dengan mengganti
sedang digunakan sangatlah kecil (20%). Hendaya fungsi pekerjaan dan aktivitas lain- obat, terutama dari kelas yang sama.
Karena itu, lebih baik segera dilakukan pe- nya sering lebih dahulu hilang dibandingkan Terjadi peningkatan efikasi setelah SSRI
nyesuaian atau penggantian obat. Sebagai dengan gejala sisa. Status remisi hilang bila diganti dengan venlafaxine. Potensi
contoh contoh, pasien dapat diberi terapi muncul episode baru yang memenuhi kri- interaksi farmakokinetik atau farmako-
yang lebih sesuai, misalnya antidepersan teria episode depresi mayor. Apabila terjadi dinamik perlu diperhatikan. Misalnya,
kerja ganda, strategi penambahan (dengan perburukan gejala, tetapi tidak memenuhi penggantian dari monoamine oxidase
litium, antipsikotik atipikal), atau ECT. Bila kriteria remisi, status remisi masih tetap da- inhibitor (MAOI) ke SSRI dapat me-
dalam dua minggu pertama terlihat ada pat digunakan.26 nimbulkan sindrom serotonin.
perubahan, meskipun kecil, sebaiknya obat c. Penambahan obat lain
diteruskan atau dosis disesuaikan.22 Fase Pengobatan Depresi Terdapat bukti adanya perbaikan depresi
Ada tiga fase pengobatan depresi27: setelah antidepresan ditambah dengan
Evaluasi Remisi Fungsi pada Depresi 1. Fase akut, biasanya berlangsung selama lithium, olanzapine, risperidone, quetia
Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai re- 6-10 minggu pine, atau aripiprazole. Penambahan de-
misi fungsi. Beberapa hal yang perlu dieva- 2. Fase lanjutan, sering berlangsung seki- ngan aripiprazole terlihat lebih efektif.31
luasi yaitu fungsi sosial, pekerjaan, fungsi tar 16-20 minggu dan dapat hingga 9-12
eksekutif, rasa senang, dan kualitas hidup. bulan Terapi Psikologik
Ada tiga hal penting yang perlu dijadikan 3. Fase rumatan; pada pasien depresi re- Kombinasi antidepresan dengan cognitive
pertimbangan untuk menyatakan seorang kuren, fase ini dapat berlangsung se- behavioral therapy (CBT) lebih efektif di-
pasien mengalami remisi: lama hidup. bandingkan antidepresan atau CBT saja.
1. Memiliki kesehatan mental positif (mi-
salnya, optimis dan percaya diri) Tujuan terapi pada fase lanjutan yaitu un- Terapi Fisik
2. Kembali ke kehidupan normal tuk mempertahankan atau untuk mening- Electroconvulsive therapy dapat digunakan
3. Kembali ke derajat fungsi sebelumnya. katkan respons terhadap terapi akut dan pada depresi sangat berat yang tidak ber-
mencegah relaps. Terapi rumatan bertujuan hasil diatasi dengan dua atau lebih terapi
Selain tiga faktor di atas, tidak adanya untuk mencegah rekurensi.28 lainnya. Penempatan elektroda mempe-
gejala depresi merupakan prasyarat un- ngaruhi efikasi dan efek samping; unilateral
tuk mendefinisikan remisi. Jadi, kualitas Pasien depresi membutuhkan terapi jangka lebih baik. Vagal nerve stimulation, meru-
hidup dan derajat fungsi merupakan aspek panjang. Pada beberapa pasien, durasi epi- pakan pilihan untuk pasien depresi kronik
penting yang perlu dievaluasi secara rutin sode depresi berlangsung sangat panjang. yang resisten terhadap pengobatan.27

94 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012

CDK-190 OK.indd 94 03/02/2012 13:51:11


Continuing Medical Education

Simpulan tomatik atau pulih. Ada tiga bentuk luaran pada pasien yang mempunyai gejala sisa.
Gangguan depresi mayor merupakan terapi depresi, yaitu responsif, remisi, dan
gangguan berat dan sering rekuren. Terda- pulih. Tidak ada kesepakatan tentang defi- Pasien depresi membutuhkan terapi jangka
pat perbedaan respons terapi, derajat ke- nisi masing-masing bentuk luaran tersebut. panjang agar dapat mengurangi relaps atau
sembuhan, dan prognosis jangka panjang Pencapaian remisi sempurna masih sangat rekurensi. Karena beragamnya penyebab
di antara pasien, yang terjadi karena tidak rendah. Sebanyak 37% tidak pulih setelah 6 depresi, beberapa modalitas terapi dapat
samanya etiopatogenesis. Akibatnya, lu- bulan dan 20% tidak pulih setelah 24 bulan. digunakan. Kombinasi farmakoterapi de-
aran hasil terapi, seperti durasi respons dan Dengan kata lain, remisi parsial atau gejala ngan psikoterapi lebih efektif untuk meng-
remisi, sangat bervariasi. sisa sering ditemukan. Gejala sisa perlu di- obati depresi dan mencegah relaps atau
evaluasi karena merupakan faktor risiko re- rekurensi, dibandingkan dengan hanya far-
Tujuan pengobatan depresi adalah asimp- laps. Kualitas hidup dan fungsi lebih buruk makoterapi atau psikoterapi.

Daftar Pustaka

1. Moller HJ, Seemuler FH, Riedel M. Time course of response and remission during antidepressant treatment. Medicographia 2009;31:118-25.
2. Mendlewicz J. Defining remission in depression: the challenge of complete recovery. Medicographia 2009;31:113.
3. Kendler KS, Karskowski LM, Presscott CA. Causal relationship between stressful life events and the onset of major depression. Am J Psychiatry 1999;156:837-41.
4. Kessler RC. The effects of stressful life events on depression. Ann Rev Psychol. 1997;48:191-214.
5. Kendler KS, Kessler RC, Walters EE. Stressful life events, genetic liability, and onset of an episode of major depression in women. Am J Psychiatry 1995;152:833-42.
6. Caspi A, Sugden K, Moffitt TE. Influence of life stress on depression: moderation by a polymorphism in the 5-HTT gene. Science 2003;301:386-9.
7. Ruhe HG, Mason NS, Schene AH. Mood is indirectly related to serotonin, norepinephrine, and dopamine levels in human: a meta-analysis of monoamine depletion
studies. Mol Psychiatry 2007;12:331-59.
8. Burke HM, Davis MC, Otte C, Mohr DC. Depression and cortisol responses to psychological stress: a meta-analysis. Psychoneuroendocrinology 2005;30:846-56.
9. Flores BH, Kenna H, Keller J, Solvason HB, Schatzberg AF. Clinical and biological effects of mifepristone treatment for psychotic depression. Neuropsychopharmacol-
ogy 2006;31:628-36.
10. Karege F, Vaudan G, Schwald M, Perraud L, LaHarpe R. Neurotrophin levels in postmortem brains of suicide victims and the effects of antemortem diagnosis and
psychotropic drugs. Brain Res Mol Brain Res. 2005;136:29-37.
11. Kennedy SH. Agomelatine: an antidepressant with a novel mechanism of action. Future Neurolgy 2007;2:145-51.
12. Nierrenberg AA, McLean NE, Alpert JE, Worthington JJ, Rosenbaum JF, Fava F. Early no response to fluoxetine as a predictor of poor 8-week outcome. Am J Psy-
chiatry 1995;152:1500-3.
13. Rush AJ, Kraemer HC, Sackeim HA, Fava M, Trivedi MH, Frank E. Report by the ACNP Task Force on response and remission in major depressive disorder. Neurop-
sychipharmacology 2006;31:1841-53.
14. McIntyre R, Kennedy S, Bagby RM, Bakish D. Assessing full remission. J Psychiatr Neurosci. 2002;27:235-9.
15. Carmody TJ, Rush AJ, Berinstein I, Warden D, Brannan S, Burnham D. The Montgomery Asberg and the Hamilton ratings of depression: a comparison of measure.
Eur Neuropsychopharmacol 2006;16:601-11.
16. Trivedi MH, Rush AJ, Wisniewki SR, Nierenber AA, Warden D, Ritz L. Evaluation of outcome with citalopram for depression using measurement based-care in
STAR*D: implication for clinical practice. Am J Psychiatry 2006;163:28-40.
17. Thase ME. Evaluating antidepressant therapies: remission as the optimal outcome. J Clin Psychiatry 2003;64(suppl 13):18-25.
18. Zimmerman M, Posternak M, Chelmisnki I. Is the cutoff to define remission on the Hamilton Rating Scale for Depression too high? J Nerv Ment Dis. 2005;193:170-5.
19. Zimmerman M, Chelminski I, Posternak M. A review of the Hamilton Depression Rating Scale in healthy controls: implications for the definition of remission in treat-
ment studies of depression. J Rev Ment Dis. 2004;192:595-601.
20. Seemuller F, Riedel M, Obermeier M. Outcomes of 1014 naturalistic treated-inpatients with major depressive episode. Poster Presented at: XXVI CINP Congress; July
13-17, 2008, Munich, Germany.
21. Moller HJ, Langer S, Schmauss M. Escilatopram in clinical practice: results of an open-label trial in outpatients with naturalistic setting in Germany. Pharmacopsychiatry
2007;40:53-7.
22. Quitkin FM, McGrath PJ, Stewart JW, Taylor BP, Klein DF. Can the effects of antidepressants be observed in the first two weeks of treatment? Neuropsychopharmacol-
ogy 1996;15:390-4.
23. Zimmerman M, McGlinchey JB, Posternak MA, Friedman M, Boerescu D, Attiullah N. Discordance between self reported symptom severity and psychosocial function-
ing ratings in depressed outpatients: implications for how remission from depression should be defined. Psychiatry Res. 2006;141:185-91.
24. Pfohl B, Blum N, Zimmerman M. Structured Interview for DSM-IV Personality (SIDP-IV). Iowa City, USA: University of Iowa Hospitals and Clinics; 1983. Tyrer P, Cic-
chetti DV, Casey PR. Cross-national reliability study of schedule for assessing personality disorders. J Nerv Ment Dis. 1984;172:718-21.
25. Fava M, Graves LM, Benazzi F. A cross-sectional study of the prevalence of cognitive and physical symptoms during long-term antidepressant treatment. J Clin Psy-
chiatry 2006;67:1754-9.

CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012 95

CDK-190 OK.indd 95 03/02/2012 13:51:11


Continuing Medical Education

26. Mojtabai R. Residual symptoms and impairment in major depression in the community. Am J Psychiatry 2001;158:1645-51.
27. Mann JJ. The medical management of depression. New Eng J Med. 2005;353:1819-34.
28. Blier P, Keller MB, Pollack MH, Thase ME, Zajecka JM, Dunner DL. Preventing recurrent depression: long-term treatment for major depressive disorder. J Clin Psy-
chiatry 2007;68:e06.
29. Spijker J, de Graaf R, Bijl RV, Beekman ATF, Ormel J, Nolen WA. Duration of major depressive episodes in the general population: results from The Netherlands Mental
Health Survey and Incidence Study (NEMESIS). Br J Psychiatry 2002;181:208-13.
30. Geddes JR, Carney SM, Davies C, Furukawa TA, Kupfer DJ, Frank E. Relapse prevention with antidepressant drug treatment in depressive disorders: a systematic
review. Lancet 2003;361:653-61.
31. Nelson JC, Papaskostas GI. Atypical antipsychotic augmentation in major depressive disorder: a meta-analysis of place-controlled randomized trials. Am J Psychiatry
209;166:980-91.

96 CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012

CDK-190 OK.indd 96 03/02/2012 13:51:14

Anda mungkin juga menyukai