Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT SESSION/CLINICAL SCIENCE SESSION

CRS/CSS

ASFIKSIA NEONATORUM &


RESUSITASI NEONATUS

Oleh :
CHIN ANNSHA VEIMERN A/P CHIN CHIANG GEE

Preseptor
dr. Dewi Purnama, Sp.A
dr. Junita Sinaga, Sp.A
dr. Risa P., Sp.A,M.Kes.
dr. Amelia Harsanti, Sp.A,M.Kes.

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BANDUNG

2017
Identitas Pasien:

Nama : By Ny. M
Tanggal Lahir : 20/9/2017
Tempat Lahir : RSUD Kota Bandung
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Mekar Manik

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny M.M
Nama Ayah : Bpk. A.P
Alamat : Mekar Manik

Status Perinatologi

Pada Jam 08.20am tanggal 20 Sept 2017, lahir bayi perempuan dari ibu G5P3A1 yang hamil
kurang bulan: 34 minggu. Bayi lahir letak kaki secara bedah sesar atas indikasi letak kaki dan
ketuban pecah dini 7 hari.

Bayi tidak segera menangis. Segera setelah bayi lahir diletakkan di atas meja resusitasi yang
telah dihangatkan terlebih dahulu dalam posisi semi ekstensi. Kemudian bayi dikeringkan
memakai kain yang kering, bersih dan halus mulai dari muka, kepala dan seluruh tubuh
sambil dilakukan penghisapan lendir dari mulut, orofaring dan kedua lubang hidung.
Kemudian dilakukan rangsang taktil. Bayi belum menangis, LDJ < 100 kali per menit, warna
akral kebiruan. APGAR 1 menit=2. Resusitasi dilanjutkan dengan memberikan ventilasi
tekanan positif, sambil dilakukan rangsang taktil. Di re-evaluasi, LDJ<100 kali per menit,
dada tidak mengembang adekuat, evaluasi untuk MRSOPA. Re-evaluasi kembali, APGAR 5
Menit= 5, LDJ< 60x/menit, lalu dilakukan kompresi jantung dengan ritma 3 kali kompresi
setiap 1 kali napas. Bayi mulai tampak nangis lemah dan akral mulai tampak merah,
LDJ>100x/menit. Kemudian dilakukan perawatan tali pusat. Tali pusat diklem dan dipotong
kemudian dibungkus dengan kassa steril, APGAR 10 menit: 8. BBL: 1810gram, PBL:44 cm,
lingkar kepala: 29cm. Bayi dibawa ke ruang perawatan bayi untuk dilakukan pemasangan
CPAP dan tindakan lanjut.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum:
Warna : Merah
Pernapasan : 60x/menit Spo2 :87-90%
Kesadaran : Sadar

Anthropometri
BBL : 1810gram
PBL : 44 cm
Lingkar kepala : 29cm
Lingkar dada : 27cm
Lingkar Perut : 24cm
Jarak kepala-simfisis : 23cm

Rambut : Hitam.distribusi rata


Mata : konjungtiva tidak anemis, hiperemis
Hidung : PCH+
Telinga, mulut , lidah, gigi, leher : normal
Toraks dan paru : bentuk dan gerak simetris, BVS Kanan=Kiri,
180x/menit
Abdomen : rata, mendatar
Jaringan subkutis : Cukup
Anus : ada
Kelamin : kelamin perempuan

Reflex neurologis
Reflex moro : ada
Reflex hisap : ada
Reflex pegang : ada
New Ballard Score : 32-34 minggu

11
2

12

Diagnosa Awal

Bayi kurang bulan, sesuai masa kehamilan, sc letak kaki, asfiksia berat dengan distress
pernapasan dan ketuban pecah dini 7 hari.

Usulan Pemeriksaan

CBC, diff count, CRP


Kultur darah sebelum pemberian antibiotik
GDS
Golongan Darah
AGD
Foto thorax
Diagnosa Kerja
Bayi kurang bulan, sesuai masa kehamilan, sc letak kaki, asfiksia berat dengan distress
pernapasan dan ketuban pecah dini 7 hari.

Penatalaksaan

Edukasi keluarga tentang kondisi bayi dan pemasangan alat bantu napas, edukasi ibu
tentang pemberian ASI

Observasi 6 jam lalu dilihat CPAP nya membaik atau tidak kalau membaik bias
diberikan oral. Jika tidak memakai TPN

Pertahankan suhu 36,5-37,5C

Vitamin K 1 mg (i.m.) (tidak tergantung umur kehamilan)

Pemberian zalf mata ODS

CPAP Fi02: (tergantung dari premature atau tidak), PEEP: 8mmh2o (pemasangan
CPAP DOWNE SCORE <4)

Observasi Spo2, LDJ, laju pernapasan

Prognosa

Ad Functionam : Ad bonam

Ad vitam : Ad bonam
Persiapan Resusitasi
- Edukasi dan Persetujuan Keluarga
o Untuk mengurangi kesalahan dalam resusitasi
o Mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi
o Maternal information:
Riwayat Kehamilan sebelumnya
USG antenatal
Riwayat Penyulit dalam antenatal
Risiko infeksi kehamilan
Riwayat obat yang dikonsumsi ibu
o Baby Information:
Taksiran Usia Gestasi
Jumlah bayi (satu, kembar, triplet)
High-risk neonate which are requiring resuscitation
Ketuban hijau kental
Variasi dari denyut jantung janin
Kelainan Kongenital

- Pembentukan dan pengarahan tim resusitasi yang terdiri dari:


o Untuk circulation
o Untuk airway
o Untuk obat dan alat
*Jangan mengerjakan resusitasi tanpa tim yang lengkap
- Persiapan alat resusitasi & obat resusitasi
- Persiapan transportasi dan ruang perawatan BBL

Kriteria evaluasi bayi pada keadaan distress napas dan indikasi pemasangan CPAP
(DOWNE SCORE)
0 1 2
Cyanosis None In room air In 40% FIO2
Retractions None Mild Severe
Grunting None Audible with Audible without
stethoscope stethoscope
Air entry Clear Decreased or delayed Barely audible

Respiratory rate Under 60 60-80 Over 80 or apnea

Score:
> 4 = Clinical respiratory distress; monitor arterial blood gases
> 8 = Impending respiratory failure

- Evaluasi Distress pernapasan:


o Laju pernapasa
o Usaha untuk bernapas
Boleh didengar dari suara pernapasan ketika diauskultasi
Lihat apakah ada retraksi
Apakah ada grunting atau pernapasan cuping hidung
Apakah tidak bernapas
o Saturasi SpO2
o Analisis gas darah
Algoritma untuk resusitasi
Lanjutan Tatalaksan pasca resusitasi
S=SUGAR, SAFE CARE
T=TEMPERATURE
A=AIRWAY
B=BLOOD PRESSURE
L=LAB WORK
E=EMOTIONAL SUPPORT

Perbahasan

APGAR merupakan suatu penilaian awal pada bayi baru lahir dengan indikator tertentu yang
membantu penilaian keadaan bayi lebih lanjut, rangkaian upaya resusitasi, dan efektifitas upaya
resusitasi. Pada bayi Ny. M didapatkan APGAR 1=2 dan 5=5 dan 10=8.

TANDA 0 1 2
Appearance Biru, Tubuh Seluruh tubuh
(Warna) pucat merah merah muda
muda,
ekstrimitas
biru
Pulse (Denyut Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Jantung)
Grimace (Refleks/ Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin,
respon terhadap menangis
keteter dalam
hidung, stimulasi
taktil)
Activity (Tonus Lemah Sedikit Pergerakan
otot) fleksi aktif
Respiration Effort Tidak ada Lambat, Baik,
(respirasi) tidak teratur menangis

Penilaian APGAR dilakukan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir dan diulang setiap 5 menit,
sampai tanda vital stabil.

Interpretasi
03 Asfiksia Berat
47 Asfiksia Ringan Sedang
8 10 Tanpa Asfiksia

Tanda Vital Normal pada Neonatus


Heart Rate : 120 160 x/menit
Respiration Rate : 40 60 x/menit
Temperature : 36,5 37,5 C
Ukuran Antropometri
Berat Badan Lahir Normal : 2700 4100 g
BBLR : 1500 2700 g
BBLSR : 1000 1500 g
BBLASR : < 1000 g
Panjang Badan Lahir : 45 55 cm
Lingkar Kepala : 33 38 cm
Lingkar Dada : 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala

Usia Kehamilan
Usia kehamilan normal adalah antara 37 42 minggu. Bila usia kehamilan di bawah 37
minggu maka dikatakan bayi premature (PTI = Pre Term Infant). Sedangkan bila usia
kehamilan lebih dari 42 minggu maka dikatakan bayi postmatur.
Dengan menggunakan skor dari Ballard, yang membagi pemeriksaan menjadi 2 bagian,
yaitu Neuromuscular Maturity dan Physical Maturity, yang masing-masing terdiri dari 6
pemeriksaan. Pada bayi Ny. Y didapatkan Ballard Skor 23, yang menunjukkan usia kehamilan
antara 32 34minggu.

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurorogis yang paling umum dilakukan pada neonatus adalah
pmeriksaan refleks fisiologis, diantaranya:
Refleks Moro
Merupakan suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Bayi dalam
posisi terlentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan
hati-hati ke tangan pemeriksa. Reaksinya bayi akan kaget, lengan direntangkan dalm posisi
abduksi ekstensi, dan tangan terbuka disusul dengan gerakan adduksi dan fleksi.
Refleks Grasping
Terdapat pada kedua ekstremitas. Dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan
atau kaki pasien, maka akan terjadi fleksi pada jari.
Refleks Rooting
Dilakukan dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan
menengok ke arah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya.
Refleks Sucking
Terjadi bila ujung jari yang dimasukkan sedalam 3 cm ke dalam mulut pasien, diisap olehnya.
Refleks Babinski
Refleks patologis ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan. Dilakukan dengan menggores
permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing. Bila positif, akan terjadi reaksi
berupa ekstensi ibu jari disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
Periode Awal
Pada periode awal bayi baru lahir, maka diperlukan beberapa hal untuk membuat
kondisi bayi stabil di lingkungan yang baru, dan mencegah terjadinya infeksi pada bayi.
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap awal ini adalah : pembersihan kulit dengan air
atau sabun bayi, perawatan tali pusat dengan kasa steril dan alcohol, pemberian tetes mata
(Tetrasiklin atau AgNO3 1%), vitamin K1 1 mg IM, atau vitamin K1 2 mg oral (saat lahir, umur
3-7 hari, dan 1-2 bulan), menolong ibu untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi (kehangatan,
pernafasan, minum, dan mencuci tangan untuk mencegah infeksi), memberikan ASI dalam jam
pertama dan menjaga agar ASI diberikan secara eksklusif, dan mendeteksi tanda awal problem
bayi baru lahir, dan menyarankan ibu dan keluarga jika terjadi tanda bahaya (malas menghisap,
letargi, gangguan nafas, kejang demam, suhu teraba dingin, perdarahan tali pusat, kuning,
muntah terus-menerus, perut kembung, infeksi berat pada tali pusat, mata, atau kulit). Selain
itu, juga perlu untuk merencanakan perawatan lanjut (rencana imunisasi, dan pemantauan
pertumbuhan berat badan)
TERMOREGULASI
Definisi
Termoregulasi adalah keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas
tubuh. Tujuan utama adalah untuk mengontrol lingkungan neonatus dalam mempertahankan
lingkungan suhu netral dan meminimalkan pengeluaran energi. Suhu normal neonatus adalah
36,5- 37,5 C. Hipotermia apabila di bawah 36,5C dan hipertermia bila si atas 37,5C.
Lingkungan suhu netral adalah kondisi lingkungan di mana suhu tubuh normal dengan
pengeluaran kalori dan konsumsi oksigen minimal.

Tatalaksana
Bayi baru lahir memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan
masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.
Tatalaksana pengendalian suhu di kamar bersalin dengan memberikan lingkungan
hangat yang bebas dari aliran udara, mengeringkan neonatus segera, kontak kulit ibu-bayi, dan
tutup kepala neonatus dengan topi. Pemakaian radiant warmer apabila kontak kulit dengan kulit
tidak memungkinkan. Dalam penggunaan inkubator, suhu harus dipantau secara ketat agar
suhu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

PEMBERIAN ASI DINI DAN EKSKLUSIF


Definisi
Pemberian ASI secara dini berarti memberikan ASI dalam beberapa menit setelah bayi
lahir. Sedangkan ASI eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI tanpa cairan atau makanan
lain.

Kriteria Pemberian ASI Eksklusif


Semua neonatus cukup bulan yang sehat, atau neonatus prematur berisiko rendah ( 34
minggu tanpa masalah pernafasan) merupakan kandidat yang sesuai untuk pemberian ASI
secara eksklusif pada 6 bulan pertama usia bayi. Sedangkan untuk neonatus yang
memperlihatkan gejala-gejala atau tanda-tanda sakit (gawat pernafasan, pengisapan atau
kemampuan menelan yang buruk, letargi, distensi abdomen atau penurunan berat badan) harus
segera dievaluasi untuk disusun rencana penatalaksanaan nutrisinya.

VITAMIN K
Pemberian vitamin K segera setelah bayi lahir merupakan salah satu prosedur penting
untuk mencegah bayi mengalami gangguan pembekuan darah pada kemudian hari. Kekurangan
vitamin K berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut juga Perdarahan
Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK). Permasalahan akibat PDVK adalah terjadinya
perdarahan otak dengan angka kematian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam
rentang umur 2 minggu6 bulan, dengan akibat angka kecacatan 30-50%.
Manfaat vitamin K
Vitamin K termasuk golongan vitamin yang larut dalam lemak, merupakan salah satu
unsur yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
proses pembekuan darah seperti faktor-faktor pembekuan II, VII, IX, X, antikoagulan protein
C dan S, dan beberapa protein lain. Bila faktor pembekuan darah yang tergantung pada vitamin
K ini berkurang maka bayi mudah mengalami perdarahan.

Metode Pemberian pada Neonatus


1 mg IM, 2 mg oral saat lahir, umur 3-7 hari, dan 1-2 bulan

SALEP MATA
Mengingat tingginya angka gonorrhea di Indonesia, maka setiap bayi yang lahir
memiliki resiko terkena konjungtivitis yang didadapt saat bayi melalui jalan lahir. Oleh karena
itu, sebagai profilaksis konjungtivitis neonatal (ophtalmia neonatorum) akibat Neisseria
gonorrhoe atau Chlamydia trachomatis, perlu diberikan salep mata Tetrasiklin atau AgNO3.
Metode : salep mata Tetrasiklin Hidroklorida 1% atau Silver Nitrate AgNO3 1 %,
segera setelah bayi lahir, setelah mata dibersihkan dengan kasa steril

PEMOTONGAN TALI PUSAT


Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan
tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak
menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi
pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan dibuat ikatan baru. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut
kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap tali basah atau kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik
untuk mencegah terjadinya perdarahan. Alat pengikat tali pusat / klem dan gunting steril harus
selalu siap tersedia di ambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi, dan ruang perawatan
bayi, dan selalu pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat.
ASFIKSIA
1. PENDAHULUAN

Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatus. Selain itu, asfiksia
menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologis.
Insidensi asfiksia perinatal (asphyxia in the infant during labor, delivery or the immediate postnatal
period, a common cause of hypoxic-ischemic encephalopathy) 1,2 di negara maju berkisar antara 1,0-
1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5%,
sedangkan bayi prematur adalah 0,6%. Di Indonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3% kelahiran (1998)
atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi dilahirkan dengan keadaan asfiksia sedang dan berat. 1

1.1 Definisi
1
Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulasi CO2 dan asidosis.
Pathological changes caused by lack of O2 in respired air, resulting in hypoxia and hypercapnia. 2

1.2 Klasifikasi

Tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10)


Afiksia ringan-sedang (nilai APGAR 4-7)
Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) 1

Tabel 1. Tabel penilaian skor APGAR 1


TANDA Skor
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Respirasi Tidak ada Lambat, tidak Baik,
teratur menangis
Tonus otot Lemah Sedikit fleksi Pergerakan
Menyeringai aktif
Refleks (respon terhadap katete dalam hidung, Tidak ada Batuk, bersin,
stimulasi taktil) menangis
Tubuh merah Seluruh tubuh
Warna Biru, pucat muda, merah muda
ekstrimitas
biru

Penilaian APGAR dilakukan pada 1 dan 5 menit setelah lahir dan diulang setiap 5 menit sampai
tanda vital stabil. 1

1.3 Fisiologi dalam Asfiksia Neonatorum

Dua jenis pergerakan pernafasan fetal yang dapat dikenal pasti, seperti (1) pergerakan dinding
abdomen ke luar dan dinding dada ke dalam. (2) gerakan regular yang halus pada dinding dada dan
abdomen, yang bergerak ke dalam dan ke luar secara serentak. 4
Aktivitas pernafasan fetal membenarkan kematangan sistem neuromuskular dan skeletan, juga
pertumbuhan epitelium sistem respirasi fetus. Diafragma fetus selalu aktif pada waktu fetal rapid eye
movement (REM) sleep. Tanpa aktivitas ini, paru-paru fetus akan menjadi hipoplastik dan pertukaran
gas berkurang. Hipoksia dan asap rokok maternal menyebabkan gerakan pernafasan fetus berkurang.
Pergerakan ini di bawah pengawasan sistem saraf pusat yang mengawal kadar denyut jantung dan
gerakan fetus. Pada manusia, gerakan pernafasan fetus berkurang pada 24-36 jam sebelum partus yang
sebenarnya. Pada persalinan preterm dengan membran yang intak, kehadiran gerakan pernafasan fetus
menunjukan kehamilan akan berterusan, sementara fetus yang apnea menunjukan persalinan yang awal.
4

Nafas pertama bayi baru lahir biasanya terjadi dalam waktu sepuluh detik selepas persalinan.
Nafas ini biasa cepat dan dalam (gasp). Ini terjadi karena adanya reaksi sistem saraf pusat terhadap
perubahan tekanan, suhu yang mendadak dan stimuli dari luar. Dengan nafas yang pertama,terdapat
sedikit pertambahan pada PO2 yang mengaktifkan kemoreseptor untuk menghantar impuls ke sisitem
saraf pusat pernafasan dan seterusnya ke sistem otot pernafasan. Hasilnya terdapat pernafasan cepat
tetapi rhythmic yang bertahan selama periode neonatal. Cairan amnion biasanya meluap keluar atau
diserap. Mekonium akan teraspirasi, dan jika tidak dikeluarkan selepas proses persalinan, it will migrate
peripherally as continued respiration is established. Ini akan menyebabkan obstuksi saluran pernafasan
yang komplit atau partial dan atau pneumonitis kimia. 4
Pada permulaan pernafasan, pulmonary vascular resistance menurun dan saluran kapilari diisi
dengan darah. Secara normal, foramen ovale tertutup dan sirkulasi pulmonary berhasil. 4

Asfiksia waktu lahir adalah hasil daripada banyak mekanisme, seperti di bawah:
- Gangguan aliran darah di umbilikus yang akut seperti dalam tali pusat yang prolaps dan dengan
tali pusat yang terkompres
- Plasenta yang terpisah prematur
- Hipotensi atau hipoksia maternal
- Insufisien plasenta kronis
- Gagal dalam resusitasi pada bayi baru lahir 3

Sistem pertahanan yang kardinal yang melawan terhadap hipoksia adalah penurunan perfusi darah
pada sesetengah organ seperti kulit, otot, ginjal dan saluran lambung usus. Ini karena, membenarkan
perfusi pada organ vital seperti jantung, otot, dan adrenal dapat dipertahankan. 3
Pada apnea primer, stimuli fisik akan menyebabkan bayi mulai berespirasi. Ini merupakan tanda
awal pemulihan seperti meningkatnya kadar denyut jantung disusuli dengan peningkatan tensi darah
beserta perfusi yang membaik, berlaku. Waktu yang diperlukan untuk rhythm respirasi spontan terjadi
bergantung terhadap durasi apnea sekunder yang telah terjadi. Selepas satu menit dari gap yang terakhir,
dua menit pernafasan di bawah tekanan positif diperlukan sebelum pernafasan dalam dan cepat mulai
(gasping). Selepas ini, empat menit deprlukan untuk mendapatkan pernafasan yang regular (rhythmic).
Ini bergantung atas durasi atau derajat asfiksia intrauterine. 3

1.4 Patofisiologi

Tahap awal asfiksia ditandai dengan periode pernafasan cepat, bunyi jantung dan tekanan darah
yang meningkat, kemudian diikuti dengan apnea primer. Asfiksia akan menyebabkan reditribusi aliran
darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan oksigen dan substrat terhadap organ-organ vital
tersebut terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi tersebut melalui keadaan hipoksia dan
meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis dan kemoreseptor, bersama-sama dengan
pelepasan vasopressin arginin. 1
Hipoksia juga merangsang kemoreseptor melalui regulasi nervus vagus akan menyebabkan
bradikardia. Jika hipoksia berlanjut akan terjadi penurunan pH dan asidosis metabolik. 1
Jika asfiksia sangat berat akan terjadi gangguan autoregulasi aliran darah ke otak dan jantung
sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan curah jantung. Selama asfiksia berat aliran darah
ke otak lebih banyak ke batang otak daripada ke cerebrum. Akibat pengiriman oksigen yang berkurang
ke otak, maka akan terjadi focus injury di daerah aliran kolateral kortek (parasagital watershed area).
1

Akibat redistribusi darah ke otak dan jantung, ginjal akan mengalami ischemic injury pada
tubulus ginjal yang proximal. Jika proses belanjutan akan terjadi nekrosis epitel tubulus. 1

1.5 Etiologi

Periode antepartum
a) Insufisiensi plasenta
b) Hipotensi dalam kehamilan
c) Malformasi fetus
d) Prematuritas
Periode intrapartum
a) Trauma persalinan
b) Lahir songsang
c) Abruptio plasenta
d) Prolaps tali pusat
e) Hipotensi dalam kehamilan
f) Infeksi

Periode postnatal
a) Penyakit paru kronis
b) Apneic spells yang kronis & berulang
c) Penyakit jantung bawaan
d) Patent ductus arteriosus yang besar dengan gagal jantung
e) Sepsis dengan cardiovascular collapse

1.6 Faktor Predisposisi


Faktor antepartum:-
- Umur >35 tahun
- Ibu dengan diabetis
- Hipertensi dalam kehamilan
- Anemia atau isoimunisasi
- Infeksi pada ibu
- Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
- Kehamilan ganda
- Tidak ada PNC 1
Faktor intrapartum:-
- Seksio sesaria
- Sungsang atau kelainan letak
- Persalinan kurang bulan
- Persalinan lama
- Cairan amnion bercampur mekonium
- Prolaps tali pusat
- Abruptio plasenta
- Plasenta previa 1

1.7 Manifestasi Klinis


Tanda hipoksia pada fetus sering ditemukan dari beberapa hari sampai beberapa menit sebelum
persalinan. Intrauterine growth restriction dan peningkatan vaskular resistan merupakan indikasi awal
fetal hipoksia. Heart rate fetus perlahan dan beat-to-beat variabilitas menurun ketika persalinan.
Rakaman continuous heart rate akan menunjukkan variable atau late deceleration pattern dan fetal
scalp blood analysis akan menunjukkan pH kurang dari 7.20. Asidosis yang berlaku adalah metabolic
acidosis dan respiratory acidosis5.
Pada bayi yang hampir term, tanda ini merupakan petunjuk yang akan mengarah kepada
administrasi oksigen yang berkonsentrasi tinggi kepada ibu dan persalinan segera dilakukan untuk
mengelakkan kematian fetus atau kerusakan sistem saraf pusat. Ketika lahir, terdapat mekonium yang
berwarna kuning (menunjukkan fetal distress telah berlaku) dan seringkali bayinya tidak bernafas
spontan. Pada jam seterusnya, bayi bisa menjadi hipotonik atau bertukar dari hipotonik ke hipertonik
atau normal. Pucat, sianosis, apnea, heart rate perlahan, dan tidak merespon pada stimulasi juga
merupakan tanda hypoxic-ischemic encephalopathy. Hal ini terjadi kerana asfiksia akan menyebabkan
kurangnya oksigen suplai (hipoksia) dan atau kurangnya perfusi (iskemia) terhadap beberapa organ
tubuh5.
Tabel 2. Tanda Hipoksik-iskemik ensefalopati mengikut derajat penyakit5.

Hipoksia dan iskemi akan menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke otak, sehingga akan
terjadi gangguan metabolisme oksidatif otak dan metabolisme anaerob (glikolisis). Gangguan
metabolisme tersebut akan meningkatkan asam laktat dan penurunan pH serta tidak efisiennya produksi
ATP. Berkurangnya produksi ATP tersebut akan menjadi pencetus rangkaian mekanisme lain yang
menyebabkan kematian sel. Bangkitan epilepsi bisa berlaku dan mungkin berat derajatnya. Edema
cerebri bisa berlaku dua puluh empat jam berikutnya dan mengakibatkan penekanan batang otak yang
sangat dalam4,5,6.
Jantung merupakan organ aerob yang berarti seluruh metabolismenya tergantung pada oksigen.
Penyediaan oksigen pada miokardium tergantung kepada kapasitas angkut oksigen darah dan kecepatan
aliran darah koroner. Kapasitas angkut oksigen darah ditentukan oleh kadar hemoglobin dan kadar
oksigen sistemik. Menurunnya pasokan oksigen ke jaringan akan menyebabkan gangguan metabolisme
sel dan bahkan kematian sel miokardium terutama di daerah subendokardial dan otot papilaris kedua
bilik jantung yang mengakibatkan pengaruh terhadap fungsi miokardium. Gangguan fungsi
miokardium tersebut akan menyebabkan gagal jantung pada periode postnatal yang ditandai dengan
adanya takikardia, takipnea, bunyi galop dan kardiomegali4,5,6
Hipoksemia yang terjadi pada keadaan asfiksia akan menurunkan suplai oksigen ke jaringan
diantaranya ke ginjal. Nefron sangat sensitif pada keadaan hipoksia sehingga terjadi gangguan aktivitas
tubulus dan mungkin juga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular. Keadaan ini akan memperlambat
aliran darah sehingga terjadi penuruan aliran darah ke ginjal. Keadaan hipoperfusi melalui gangguan
vaskular akan mengakibatkan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LGF) yang biasanya ditandai
dengan gejala oliguria dan bila proses ini berlanjut dapat berakhir dengan gagal ginjal akut (GGA).
Hipoperfusi melalui gangguan tubular dapat menyebabkan iskemia yang selanjutnya menimbulkan
nekrosis sel epitel tubulus ginjal. Kedua gangguan vaskular dan tubular tersebut secara bersama sama
akan berakhir dengan GGA4,5,6.
Tabel 3. Efek respirasi dan jantung ketika asfiksia yang lama6

1.8 Diagnosis
Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan penunjang
Gejala klinis :
Sianosis, tubuh nampak berwarna kebiruan akibat hipoksia jaringan
Bradikardia
Hipotonia
Kurang respon pada stimuli, kesadaran menurun akibat suplai O2 tidak adekuat
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Darah : Analisis Gas Darah
Elektrolit
Glukosa
Radiologi :
Foto thoraks, USG, CT scan

1.9 Penatalaksanaan
1.9.1 Resusitasi
Dapat merangsang respon pernafasan awal dan mencegah progresivitas asfiksia
Tujuan :
Memberikan ventilasi oksigen yang adekuat
Memperbaiki suplai oksigen yang cukup ke otak, jantung, dan organ vital
lainnya
APGAR :
Membantu dalam penilaian keadaan bayi lebih lanjut, mengevaluasi efektivitas
dan keberhasilan usaha resusitasi.
Dinilai pada 1 & 5 menit APGAR < 7
520 menit dilakukan sampai 2 kali penilaian menunjukkan skor 8
Resusitasi dihentikan bila resusitasi tidak menghasilkan pernafasan spontan dalam 15 menit
pada bayi baru lahir yang mengalami henti jantung, karena jika bayi telah mengalami asistol selama
10 menit biasanya menyebabkan kematian atau terjadi kecacatan berat.
1.9.2 Pasca resusitasi asfiksia berat
Penanganan Umum :
Pertahankan cairan 40 60 mL / kgbb / hr
Jika tekanan darah menurun disertai hipovolemi :
Berikan plasma/albumin/darah : 10mL / kgbb selama 2jam
Penanganan Khusus :
Iskemia jaringan otak :
Pertahankan kadar O2 (50-80mmHg)
Pertahankan kadar CO2
(bayi aterm : 30-40 mmHg, premature : 40-50mmHg)
Pertahankan tekanan sistemik :
Bayi cukup bulan : Min. 45-50 mmHg
BBLR 1000-2000g : Min 35-40mmHg
BBLSR < 1000g : Min 30-40mmHg
Pertahankan tekanan vena sentral :
Bayi cukup bulan : 5-8mmHg
Bayi kurang bulan : 3-5 mmHg
Pertahankan kadar gula darah : 75-100mg/dL
Pertahankan suhu tubuh optimal : 36,5-37,5oC
Pertahankan kadar kalsium darah > 7mg/dL atau ion kalsium
> 4 mg/dL
Atasi kejang dengan luminal, jika tidak berhasil diberikan bersama dengan
dilantin
Jantung akibat asfiksia
Pertahankan ventilasi adekuat
Perhatikan tekanan darah arterial, saturasi darah & urin output
Jika kolaps miokardium Obat inotropik
bayi yang alami distress berat obat gol. Beta-agonis.
Inotropik :
Dopamin ( 2.5 * 5-15 * 20 mcg/kgbb/min, IV)
Dobutamin (Interval, 2.5-25 *Maks 40 mcg/kgbb/min, IV)
- Beta-agonis :
- Isoproterenol : 0.05-0.5 mcg/kgbb/min IV, titrasi
- Ginjal
Pertahankan ventilasi & perfusi yang adekuat
Cegah hipovolemia, pertahankan tekanan vena sentral yang adekuat (6-8cm
H2O)
Pemberian zat inotropik mungkin diperlukan untuk menjaga agar tekanan
darah dalam batas normal
Saluran cerna (Enterokolitis nekrotikans) :
Asfiksia berat dipuasakan selama 5-7hari, hingga bising usus terdengar
jelas, feces tidak berdarah, dan atau reducing substance negatif
2.0 Prognosis
Sering sulit diperkirakan
APGAR 5min 5 33% Hipoxic Ischemic Encephalopathy
Bayi cukup bulan dengan APGAR 0-3 pada 10, 15 dan 20 menit angka kematian 18%, 48%
dan 59%
Prognosis buruk apabila terjadi gagal nafas spontan dalam 1 jam setelah lahir, kejang menetap,
gangguan metabolik berat, dan adanya gambaran radiologik abnormal (pendarahan serebral,
infark serebral, atropi serebral)

DAFTAR PUSTAKA

1. Diktat kuliah, Perinatologi, oleh: Dr H Abdurachman Sukadi, dr, Sp. A (K), H Ali Usman, dr, Sp.
A (K), H Syarief Hidayat Effendi, dr, Sp. A (K), ms 85-7
2. Dorland Illustrated medical dictionary e.d. 29th, Saunder, ms 160-1
3. Current Pediatric Diagnosis and Treatment e.d. 9th, William W. Hay Jr, ms 25-6
4. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment e.d. 9th, Alan H. DeCherney, ms 183-4
5. Behrman; Kliengman; Jenson. Nelson Textbook Of Pediatrics 17th edition. Philadelphia, Saunders,
2004. 537-567
6. Gomella, T.; Cunningham, M.D; Eyal, F.G; Zenk, K.E. Neonatalogy 4th edition. United States of
Amerika, Lange, 1999. 480-489
7. Garna, H.; Nataprawira, H. M. D.; Rahayuningsih, S. E. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 3. Bandung, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad, 2005. 75-85

Anda mungkin juga menyukai