FAUNA
Oleh
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
METODE SURVAI FAUNA
1. Metode Transek
Stratifikasi
Metode ini merupakan salah satu cara yang sering digunakan dalam pengumpulan
data jenis dan jumlah individu satwaliar. Panjang dan lebar jalur yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi topografi dan kerapatan tegakan di lokasi pengamatan.
Data dicatat dari perjumpaan langsung dengan satwa mamalia yang berada
dalam lebar jalur pengamatan.
Keterangan :
L : garis transek
Z : posisi pengamat
Pada dasarnya metode transek garis hampir sama dengan transek jalur. Cara dan
prosedur yang dilakukan juga sama dengan metode transek jalur. Perbedaan
yang mendasar adalah metode transek garis tidak menentukan jarak ke kanan
dan ke kiri, harus menentukan jarak antara satwa dan pengamat (jarak lurus)
atau jarak pengamatan., serta harus menentukan sudut kontak antara posisi
satwa yang terdeteksi dengan jalur pengamatan atau sudut pengamatan.
Keterangan:
* Posisi pencatat
R2.
Gambar 4. Perangkap mamalia kecil
Beberapa kelemahan metode ini yaitu, memerlukan peta yang berkualitas untuk
studi area, memerlukan waktu sampai dengan 10 kali pengamatan, mencakup
areal yang relatif kecil (1-4 km2), memerlukan keterampilan tinggi dari
pengamat untuk mengidentifikasi dan merekam burung, kesulitan dalam
interpretasi hasil dan biasanya efektif untuk daerah temperate dan jarang
diterapkan di daerah tropik.
Metode Titik hitung: dilakukan dengan berjalan suatu transek, memberi tanda
dan mencatat semua jenis burung yang ditemukan selama jangka waktu yang
telah ditentukan sebelumnya (10 menit), sebelum bergerak ke titik selanjutnya.
Transek titik berbeda dengan transek garis, dimana pengamat berjalan
disepanjang garis transek dan berhenti pada titik-titik yang sudah ditentukan,
memberikan waktu bagi burung untuk diamati dan mencatat semua burung yang
terlihat dan terdengar pada waktu yang telah ditentukan yang berkisar antara 2-
20 menit.
9. Road cruising
Survai dilakukan pada suatu area atau habitat tertentu untuk periode waktu yang
ditentukan sebelumnya untuk mencari satwa. VES digunakan untuk
mengetahui kekayaan jenis suatu daerah, mengumpulkan daftar jenis dan
memperkirakan kelimpahan relatif spesies. Teknik ini bukan metode yang tepat
untuk menentukan kepadatan (density) karena tidak semua individu dalam area
tersebut dapat terlihat dalam survai. VES dapat dilakukan di sepanjang transek,
sepanjang sungai, sekitar kolam dan lainnya
Metode ini dilakukan dengan menaruh berbagai seri kuadrat secara acak pada
lokasi yang ditentukan dalam sebuah habitat dan mencari secara seksama
herpetofauna dalam kuadrat tersebut. Biasanya digunakan untuk mempelajari
herpetofauna yang terdapat dilantai hutan atau jenis-jenis yang menghuni daerah
di sekitar sungai. Cara ini kurang efektif dilakukan pada habitat yang memiliki
penutupan tanah yang rapat serta lokasi-lokasi yang terjal karena sulitnya
menaruh kuadrat secara acak.
12. Metode straight line drift fence dan pitfall traps
Jebakan penjatuh (Pitfall trapping) atau adalah salah satu metode yang paling banyak
digunakan untuk mengambil data herpetofauna. Umumnya metode ini menggunakan
wadah kotak atau bulat yang disimpan di bawah air atau dalam tanah dengan bagian atas
wadah terletak di permukaan. Ukuran dan bentuk wadah umumnya bervariasi tergantung
spesies yang akan dijebak. Pitfall trapping umumnya dikombinasikan dengan pagar
pembatas (drift fence). Drift fence adalah pagar pendek berukuran 0,5-1 meter yang terbuat
dari jaring atau plastik dan berguna untuk menuntun herpetofauna agar masuk ke dalam
pitfall trap, panjangnya biasanya antara 5-15 m. setiap beberapa meter akan dipasang pitfall
trap.
Metode ini banyak digunakan untuk menginventarisasi serangga yang tertarik dengan
cahaya misalnya ngengat. Hasil inventarisasi ngengat dapat dijadikan indikator umum
keragaman jenis. Lokasi dengan jumlah ngengat yang lebih banyak akan memiliki
keragaman jenis yang lebih baik.
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petakpetak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah
dikemukakan di Bab terdahulu.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan
efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain
itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang
lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan
luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk
lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan
efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak
berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari
petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.
Kerapatan (K) =
Jumlah individu
Luas petak ukur
Frekwensi (F) =
Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Dominansi (D) =
Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi relatif (DR) =
Dominansi suatu jenis x 100%
Dominansi seluruh jenis
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang
mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva
spesies-area. Untuk lebih jelasnya suatu contoh petak tunggal dapat dilihat pada
Gambar 4.
Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan
dana survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang,
semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam
petak contoh, dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola
distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan
lain-lain.
Cara menghitung besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode
petak tunggal.
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut
kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong
garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik
atau menurun lereng gunung. Untuk lebih jelasnya, contoh petak sampling berbentuk
jalur ini dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6. Desain jalur contoh di lapangan
Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak
tunggal.
Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur,
yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga
sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Gambar 7
memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan.
1.4. Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan
dengan metode garis berpetak. Untuk lebih jelasnya desain metodc ini dapat dilihat
pada Gambar 8.
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Bogor.