Anda di halaman 1dari 5

TUGAS EKOLOGI HEWAN

JAWABAN PERTANYAAN DISKUSI PRESENTASI METODE POINT COUNT

Disusun oleh :
Hasna Silmi

(140410120025)

Noviyanti Soleha

(140410120059)

Putri Kartikasari

(140410120045)

Aprilia Dyah Fitriani

(140410120002)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014

1. Kelompok 9
Pertanyaan

Jika jarak antar stasiun terlalu jauh apa pengaruhnya pada keakuratan data yang didapat?
Jawaban

Jarak yang dekat akan mengakibatkan besar terjadinya double counting, sedangkan jarak
yang terlalu jauh akan menghabiskan waktu pengamatan. Pengamatan populasi burung
dilakukan dalam rentang waktu yang terbatas. Misalnya melakukan pengamatan burung pada
pagi hari, aktivitas burung pada pagi hari antara jam 06.00 sampai 09.00, jika kita habiskan
waktu untuk berpindah dari satu titik ke titik yang lain, maka jumlah dan jenis spesies yang
terdata tidak dapat representatif atau mewakili keseluruhan populasi yang ada di tempat
tersebut, sehingga data yang didapat dan analisanya kurang akurat.

2. Kelompok 14 :
Pertanyaan

Apakah iklim memepengaruhi penggunaan metode point count? Bila memengaruhi, apa yang
dipengaruhi? Metode ini cocok pada iklim apa?
Jawaban

Perbedaan iklim dapat mempengaruhi keanekaragaman burung, namun penggunaan metode


ini tidak terbatas hanya untuk beberapa spesies burung saja, sehingga perbedaan iklim tidak
mempengaruhi penggunaan metode point count. Metode ini tidak terpengaruh oleh iklim,
maka metode ini dapat dilakukan untuk berbagai iklim, iklim akan memengaruhi jenis
vegetasi yang ada, vegetasinya inilah yang dapat memengaruhi jarak pandang pengamat dari
titik pengamatan. Menurut Bibby et all (1998), bila vegetasinnya terbuka, jarak pengamatan
dari titik dapat mencapai 50 m sedangkan bila vegetasi tertutup, seperti hutan hujan tropis
jarak pandang hanya mencapai 30 m. Iklim memiliki pengaruh terhadap hasil data yang akan
di dapat. Hal yang dipengaruhi adalah jumlah dan jenis burung yang ada. Misalnya, pada
iklim dingin, metode ini tetap dapat digunakan, namun jumlah dan jenis akan berkurang dari
iklim sebelum dingin karena kemungkinann besar pada musim dingin burung melakukan
migrasi ke tempat yang lebih sesuai untuk keberlangsungan hidupnya.

3. Kelompok 16 :
Pertanyaan

Penempatan stasiun pengamatan untuk metode point count lebih baik secara acak atau
ditempatkan sepanjang rute transek? Mengapa?
Jawaban

Lebih baik ditempatkan sesuai dengan jalur transek karena hal ini dapat mengefesienkan
waktu pengamatan, sehingga penempatan plot bisa lebih representatif untuk kehadiran dan
kelimpahan dari suatu spesies di kawasan vegetasi tersebut. Titik yang acak akan sedikit
dapat menyulitkan pengamat karena titik yang acak juga perlu ditempatkan dengan
pertimbangan dan jarak yang sesuai dengan tipe habitat.

4. Kelompok 11
Pertanyaan

Kenapa jumlah titik minimal yang digunakan sebanyak 20 titik? Bagaimana menentukan
jumlah titik minimal? Bagaimana menentukan titik awal pengamatan?
Jawaban

Kami mencantumkan minimal jumlah titik pengamatan adalah 20 titik dikarenakan kami
melihat referensi jumlah tersebut dari modul penuntun praktikum ekologi hewan, jumlah
tersebut merupakan titik yang dipakai Pak Ruhyat dalam disertasinya. Sebenarnya tidak ada
patokan internasional dalam hal jumlah titik minimal, seperti yang sudah dikatakan Pak
Ruhyat, ada beberapa penelitian yang pengamatannya menggunakan 15 titik atau bahkan
hanya 9 titik. Jumlah titik minimal adalah titik paling sedikit yang dapat digunakan dalam
pengambilan data burung yang hasil datanya sudah mewakili atau representatif populasi
burung yang ada di tempat tersebut. Titik awal pengatan dapat ditentukan dengan melakukan
survei terlebih dahulu pada habitat yang ingin diambil data populasi burungnya, kemudian
tempat yang representatif yang sesuai dengan karakteristik hidup burung dijadikan plot studi.
Setelah itu, dibuatlah titik pengamatan di daerah tersebut. Jadi, titik awal pengamatan

haruslah tempat yang mampu mewakili keragaman spesies di kawasan tersebut, dalam
menentukan jumlah titik minimal dapat disesuaikan dengan luas kawasan yang akan diamati
sehingga disesuaikan dengan panjang transek yang akan digunakan.

5. Kelompok 17 :
Pertanyaan

Berapa jarak point count yang ideal dalam pengamatan? Bagaimana cara menentukan jarak
yang ideal?
Jawaban

Jarak ideal pada pengamatan burung menggunakan metode poin count adalah 200 sampai 250
meter sesuai dengan kondisi keterbukaan vegetasi atau habitat yang menjadi tempat lokasi
pengamatan. Untuk menentukan jarak ideal pada lokasi pengamatan, ditentukan oleh kondisi
keterbukaan vegetasi pada lokasi pengamatan, selain kondisi keterbukaan ditentukan juga
oleh tujuan pengamatan burung itu sendiri, jika tujuan pengamatan untuk mengamati burung
kecil, cukup menetap dan tidak mencolok, jarak dapat lebih kecil misalnya 150 m. Jika tujuan
pengamatan untuk spesies yang lebih besar, lebih mencolok dan mobilitasnya tinggi dan
khususnya untuk studi di habitat terbuka, jarak harus lebih besar, sekitar 350 sampai 400m .
Cara menetukan jarak yang ideal pada tempat studi pengamatan kita dapat juga dilakukan
dengan mencari referensi jurnal dan penelitian pengamatan populasi burung menggunakan
metode point count yang sesuai dengan tipe vegetasi tempat penelitian kita, jarak yang
dipakai dalam refensi dapat kita jadikan acuan. Misalnya, kita ingin mengamati populasi
burung pada wilayah yaang memiliki kontur yang beragam, kita dapat menggunkan jarak 150
m karena penelitian burung di Buton oleh Winarni (2009) menggunakan jarak antar transek
150 m karena rentang aktivitas burung di pagi hari cukup sempit (pukul 6:00 9:00)
sementara lokasi cukup berundulasi dan sulit ditempuh. Untuk mendapatkan beberapa titik
sampel selama rentang waktu ini, maka jarak antar transek diperpendek.

6. Kelompok 8
Pertanyaan:

Apa fungsi strata dalam analisis data? Apakah pencatatan strata penting?
Jawaban:
Strata pada analisis data tidak terlalu berperan penting karena strata pada umumnya
digunakan untuk mengetahui penyebaran vertikal pada jenis-jenis burung di suatu daerah.
Menurut Wisnubudi (2009), berdasarkan stratifikasi profil hutan maka dapat diperoleh
gambaran mengenai burung dalam memanfaatkan ruang secara vertikal, yang terbagi dalam
kelompok burung penghuni bagian paling atas tajuk hutan, burung penghuni tajuk utama,
burung penghuni tajuk pertengahan, penghuni tajuk bawah, burung penghuni semak dan
lantai hutan, selain itu juga terdapat kelompok burung. Pencatatan strata dalam pengamatan
burung tergantung dengan tujuan yang dilakukan oleh peneliti. Jika pengamatan yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebaran vertical jenis-jenis burung pada suatu
daerah, pencatatan strata sangat penting untuk menunjang data penelitian.

Referensi
Bibby, Colin., Jones, Martin., & Marsden, Stuart. 1998. Expedition Field Techniques Bird
Surveys. Expedition Advisory Centre : London.
Wisnubudi, Gautama. 2009. Penggunaan Strata Vegetasi oleh Burung di Kawasan Wisata
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Vis Vitalis 02(2): 41-49.

Anda mungkin juga menyukai