Anda di halaman 1dari 103

ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI

TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG


DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN
(Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)

Oleh

EKA ASTRIANI
H24097036

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN

EKA ASTRIANI. H24097036. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti


Tawar Spesial (RTS) Dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus:
PT Nippon Indosari Corpindo). Di bawah bimbingan HETI MULYATI dan ALIM
SETIAWAN S

PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) adalah sebuah perusahaan yang


memproduksi roti yang permintaannya selalu meningkat. Salah satu produk yang
diproduksi PT NIC yang permintaannya terus meningkat adalah roti tawar spesial
(RTS). Meningkatnya permintaan RTS, mendorong PT NIC untuk memenuhi
permintaan pasar dan pelanggan. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan pengelolaan rantai pasokan, khususnya analisis kriteria dan pemilihan
pemasok bahan baku RTS. Pemasok berperan sangat penting bagi kelancaran
operasional perusahaan. Pemasok bahan baku yang akan dinilai adalah PT
Adyaceda,PT Jaya Fermex, dan PT Nusa Indah. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC, (2) mengidentifikasi proses
pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC, (3) menganalisis
pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang
sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk
menganalisis kondisi rantai pasokan PT NIC, dan metode Proses Hirarki Analitik
(PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT
NIC dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner identifikasi rantai pasokan
dan PHA adalah Spv. PPIC, Purchasing dan QC PT NIC.
Metode pengambilan sampel tersebut menggunakan metode pengambilan
sampel non acak yaitu judgement sampling. Pengolahan data secara horizontal
menggunakan Proses Hirarki Analitik dan untuk pengolahan data secara vertikal
menggunakan Microsoft Excel.
Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan dengan
mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan
kebutuhan perusahaan, kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan
kemampuan perusahaan, referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi
pemasok.
Analisis PHA menunjukkan Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam
memilih pemasok bahan baku RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya
sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik yaitu
PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI
TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG
DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN
(Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
EKA ASTRIANI
H24097036

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar
Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh
Perusahaan (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
Nama : Eka Astriani
NIM : H24097036

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(Heti Mulyati, S.TP, MT) (Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.)


NIP 19770812 200501 2 001 NIP 19820227 200912 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)


NIP 19610123 198601 1 0002

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 1 Juni 1988. Penulis merupakan


anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Bapak Abdul Chalik dan
Ibu Fakhiroh.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2000 di
Sekolah Dasar Negeri Bekasi Timur 3. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri (SLTPN) 3 Bekasi. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada tahun 2006 di SMA Yayasan Pendidikan Islam
(YPI) 45 Bekasi. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi
Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Diploma (D3) melalui Jalur Undangan
Seleksi Masuk (USM) IPB dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian
Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa. Pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan (D3) dan pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswi Program Alih Jenis Manajemen, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Saat duduk dibangku kuliah, penulis menjadi pengurus dalam acara Tour de Java
PPMJ Field Trip sebagai Seksi Konsumsi pada tahun 2008.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji dan syukur panjatkan kehadirat


Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar
Spesial dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Departemen, FEM IPB.
Pemilihan pemasok PT NIC merupakan hal yang strategis untuk
keberlangsungan perusahaan. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan
dalam memilih pemasok digunakan sebagai dasar untuk menilai pemasok bahan
baku utama Roti Tawar Spesial (RTS). Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang kriteria pemilihan pemasok di PT NIC dengan
kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan. RTS merupakan produk PT NIC,
dimana trend permintaan setiap tahunnya meningkat.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh
penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin Ya Robbal Alamin

Bogor, Desember 2011

Penulis

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak baik
secara moril maupun materil dan tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, MSi
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak R.Dikky Indrawan, SP, MM, sebagai dosen penguji yang telah
banyak memberikan pengarahan, saran, dan motivasi untuk terus
berprestasi.
3. Kedua orang tua dan adikku Fikri Hidayat atas kasih sayang dan ketulusan
atas segala dukungan moril, materil, waktu, tenaga, dan doa yang tak
terbatas.
4. Bapak Ir. Yusuf Hadi, MM sebagai Direktur Utama yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di PT Nippon Indosari Corpindo.
5. Supervisor Production Planning and Inventory Control Ibu Wahyuni, SE
atas bimbingan dan arahan selama penulis melakukan penelitian.
6. Staf Departemen SCM dan staf Production Planning and Inventory
Control (PPIC) yang banyak membantu dalam pengumpulan data,
wawancara dan bimbingan untuk penulisan skripsi ini.
7. Seluruh karyawan PT. Nippon Indosari Corpindo yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM
IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa.
9. Riki Ariwanda yang senantiasa meluangkan waktu dan memberi semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu bimbingan: Nola Noviawati dan M. Rivaldi, Mursaliena
Noor Laela, Izni Sorfina, Intan Sudarwati, Irma Oktavia, R.M Farida yang
telah bersama-sama saling memberikan motivasi selama proses bimbingan
dan penyusunan skripsi ini. Sahabat-sahabatku Firsty Dilliana
Romadhanti, Febri Ani Anggari, dan Gita pertiwi yang telah memberikan

v
semangat, mengarahkan, dan doa yang diberikan. Teman-teman terbaik
Program alih Jenis Manajemen, FEM IPB Angkatan 7 yang selalu
bersama-sama membuat kenangan dan memberikan dukungannya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya,
khususnya yang terkait dengan kriteria pemasok.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


2.1. Rantai Pasok ........................................................................... 5
2.2. Manajemen Rantai Pasokan .................................................... 6
2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan ................... 9
2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan ...... 9
2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok .................................................... 10
2.4. Proses Hirarki Analitik ............................................................ 12
2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................... 15

III. METODE PENELITIAN ............................................................... 17


3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................ 17
3.2. Tahapan Penelitian ................................................................... 18
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 20
3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data ......................................... 20
3.5. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 21
3.6. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26


4.1. Gambar Umum Perusahaan ..................................................... 26
4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan ............................... 26
4.1.2 Sumber Daya Manusia .................................................. 26
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan ...................................................... 29

vii
Halaman

4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku 32


4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku ................... 35
4.2.3 Proses Produksi RTS .................................................... 37
4.2.4 Distribusi ..................................................................... 46
4.2.5 Aliran Informasi .......................................................... 46
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk ............... 47
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Sub kriteria
Bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok RTS ............................................................. 48
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok ....................................... 48
4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok ....... 50
4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal .................... 54
4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi .............................. 60
4.5. Implikasi Manajerial ............................................................... 61

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 62


1. Kesimpulan ............................................................................. 62
2. Saran ....................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63

LAMPIRAN .......................................................................................... 65

viii
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok ...................................... 10
2. Tujuan, jenis dan metode pengumpulan dan analisis data ................ 21
3. Nilai skala banding berpasangan .................................................... 23
4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC............... 31
5. Produk roti PT NIC ......................................................................... 37
6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC ...................... 39
7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC ........................ 41
8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC ................................ 41
9. Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS .......... 55
10. Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS .... 56
11. Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria
perusahaan ...................................................................................... 60

ix
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Aliran rantai pasokan ..................................................................... 5
2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal
sampai konsumen akhir .................................................................. 8
3. Struktur hirarki fungsional ............................................................. 14
4. Kerangka pemikiran penelitian........................................................ 18
5. Tahapan penelitian ......................................................................... 19
6. Struktur hirarki .............................................................................. 22
7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC ................................................. 30
8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok
PT NIC .......................................................................................... 30
9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC ............................ 34
10. Mekanisme penerimaan bahan baku ................................................ 36
11. Peta proses operasi pembuatan RTS PT NIC ................................... 44
12. Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC ....................... 54
13. Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA ............... 55

x
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Kuesioner identifikasi rantai pasokan ............................................. 66
2. Kuesioner proses hirarki analitik ..................................................... 72
3. Struktur organisasi PT NIC ............................................................. 84
4. Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice ....... 85
5. Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan
Microsoft Excel .............................................................................. 89

xi
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan


industri nasional. Industri makanan, minuman dan tembakau memberikan
kontribusi 34,35 persen atas pertumbuhan industri nasional non-migas
berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tahun 2010.
Pertumbuhan tersebut diiringi dengan volume peningkatan penjualan pada tahun
2007 yang mencapai Rp 383 triliun, volume tersebut meningkat sampai dengan 58
persen pada tahun 2010 yaitu mencapai Rp 605 triliun (GAPMMI, 2011).
Industri roti atau bakery merupakan salah satu jenis industri yang bergerak
dalam bidang makanan dan minuman. Industri roti di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Industri roti rumahan (home industry), biasanya
produk roti yang dikeluarkan tanpa merek dagang dengan area distribusi mencapai
20 km, (2) industri roti masal (industrial), industri ini tidak terlalu banyak dengan
area distribusi 100-150 km, dan (3) Industri Boutique Bakery, ditandai dengan
adanya toko sendiri dan oven biasanya ada di toko serta menjual jenis kue juga
(Halomoan, 2007)
Roti tidak lagi hanya menjadi bahan makanan tambahan, tetapi sudah
dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Berdasarkan data
Kemenperin (2010) industri roti dan sejenisnya telah mampu menghasilkan output
total sebesar Rp 7,69 triliun dengan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 2,29
triliun dari 718 perusahaan yang terdaftar.
PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) merupakan perusahaan industri roti
berskala usaha besar dan area distribusinya sekitar 100-150 km dari pabriknya.
PT NIC merupakan perusahaan roti besar dan mempunyai visi untuk menjadi
pimpinan pasar penjualan roti untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi (Jabodetabek), Jawa Barat, dan Lampung. Roti yang diproduksi PT NIC
terkenal dengan nama Sari Roti. PT NIC memproduksi roti dengan karakteristik
umur simpan yang sangat singkat yaitu maksimum 5 (lima) hari. Dengan
demikian, kecepatan dan ketepatan dalam hal pengadaan bahan baku, produksi,
sampai distribusi sangat diperlukan. PT NIC dituntut untuk memberikan jaminan
2

mutu produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan bagi konsumen.
Hal tersebut tidak lepas dari peranan pemasok bahan baku yang berkomitmen
untuk menjaga agar pengiriman pasokan tidak terhambat, serta waktu pengiriman
yang tepat sehingga proses produksi dapat tercapai.
Salah satu roti produksi PT NIC adalah roti tawar spesial (RTS), RTS
merupakan roti tawar yang mempunyai perbedaan rasa dengan roti tawar lainnya
yaitu tidak terdapat tambahan cokelat atau kismis sehingga banyak konsumen
yang menyukainya. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta pcs.
Angka ini meningkat sebesar 61 persen pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar
742 juta pcs (Mulyadi 2010). Permintaan RTS sebesar 2.359.926 pcs untuk bulan
Februari 2011, 2.724.121 pcs untuk bulan Maret 2011 dan 2.592.915 pcs untuk
bulan April 2011. Permintaan tersebut sangat signifikan apabila dibandingkan
dengan permintaan roti tawar lainnya di PT NIC seperti Roti Tawar Kupas (RKU)
yang rata-rata hanya sekitar 900.000 pcs perbulan.
Saat ini konsumen roti tidak lagi identik dengan masyarakat perkotaan tetapi
juga sudah merambah ke masyarakat pedesaan. Roti yang dihasilkan PT NIC
didistribusikan ke agen, regular outlet seperti supermarket, minimarket dan
Proviand en Drank/P&D, serta institusi pemerintah dan pendidikan. Perusahaaan
telah menerapkan manajemen rantai pasokan yang merupakan konsep atau
mekanisme dalam koordinasi, kooperasi, dan kolaborasi antar pemasok,
manufaktur, dan jaringan dari distribusi dan ritel.
Perusahaan yang memprioritaskan manajemen rantai pasokan menawarkan
peluang baru sehingga dapat mengurangi biaya, meningkatkan mutu dan
tanggapan mengenai pengurangan waktu pengiriman (Hatani, 2008). Rantai
pasokan dapat memberikan kesempatan bagi peningkatan keseluruhan kinerja
secara hati-hati dalam mengatur mata rantai antara organisasi daripada hanya
memfokuskan perhatian terhadap isu operasi di dalam setiap perusahaan (Tracey
dan Vonderembse, 2004). Selain itu, pemilihan pemasok juga merupakan sebuah
strategi dalam meningkatkan kinerja sebuah perusahaan. Dengan pemilihan
pemasok yang tepat diharapkan dapat mendukung rencana perusahaan.
3

Pada saat ini PT NIC belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria
pemasok yang sudah baku. Selama ini PT NIC melakukan pemilihan dan
penilaian pemasok bahan baku berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang telah
terjalin antara PT NIC dengan pemasok yang sudah ada, sampai saat ini analisis
yang memadai terhadap kriteria pemasok dan pemilihan pemasok belum
dilakukan di PT NIC.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian Analisis Kesesuaian
Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang
ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT NIC).

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan Masalah dari penelitian ini adalah:


1. Bagaimana kondisi rantai pasokan untuk produk RTS di PT NIC?
2. Bagaimana proses pemilihan pemasok bahan baku yang selama ini
dilakukan oleh PT NIC?
3. Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan
kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok bahan baku RTS?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah:


1. Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan
oleh PT NIC.
3. Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan
sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam
memilih pemasok bahan baku RTS.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Supply Chain Management (SCM)


yang mengelola persediaan dan pengendalian bahan baku. Kriteria yang
diidentifikasi difokuskan kepada pemilihan pemasok RTS. Teknik pengambilan
keputusan menggunakan teknik Proses Hirarki Analitik (PHA).
4

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai


berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai
perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan
mengenai bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan, menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok
dan pelanggannya.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya
manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasok

Rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi
bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini
juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang
mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut (Indrajit, 2002).
Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing
perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di
perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai
masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang dari bahan dasar sampai
bahan jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan
barang (Indrajit, 2002). Gambar 1 menunjukkan aliran yang terjadi pada rantai
pasokan.

Informasi Penjadwalan Konsumen


Pemasok
Arus Kas

Persediaan Arus Pesanan

Arus Kredit

Pemasok Arus Bahan Baku

Perusahaan Konsumen
Persediaan Manufaktur Persediaan
Pemasok
Persediaan
Distributor Konsumen

Gambar 1. Aliran rantai pasokan (Heizer dan Render, 2006)

Menurut Chopra dkk. (2001), tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai
pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan.
Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang
dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Dalam sebuah rantai pasokan, jaringan
6

perusahaan-perusahaan secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan


menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di
sepanjang rantai pasokan yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan
sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Pujawan 2005). Strategi tidak
bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan
tercapai, untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai pasokan harus
bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

2.2. Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan adalah sebuah sistem untuk membuat suatu


produk dan menyampaikannya kepada konsumen dari sudut struktural (Kalakota,
dalam Irghandi, 2008). Menurut Irghandi (2008) munculnya manajemen rantai
pasokan dilatar belakangi oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu:
1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak
relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif
2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang
semakin ketat.
Kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen
yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak
berarti apabila pemasoknya tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu
(Pujawan, 2005). Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai
pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk
untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola
terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari pemasok, manufaktur, retailer
hingga kepada konsumen.
Menurut Kalakota dalam Irghandi (2008), manajemen rantai pasokan
merupakan koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan
yang berpartisipasi. Manajemen rantai pasokan bisa juga berarti seluruh jenis
kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk
mendaur ulang produk yang sudah dipakai, yaitu:
7

x Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen

melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang dan pembuangan.
x Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan

status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan
penyedia material mentah.
x Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal

pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.


Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam
komponen rantai pasokan, yaitu:
a. Bagian Hulu Rantai Pasokan
Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur,
assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur
mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat
diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua
jalur asal material. Contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan dan
lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan aktivitas
yang mendapat prioritas utama.
b. Bagian Internal Rantai Pasokan
Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para
penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai
pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi,
dan pengendalian persediaan.
c. Bagian Hilir Rantai Pasokan
Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai
pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan
pelayanan purna jual.
Menurut Pujawan (2005) pada suatu rantai pasokan biasanya ada 3 (tiga)
macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir
8

dari hulu ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang
mengalir dari hilir ke hulu (upstream). Yang ketiga adalaran aliran informasi yang
terjadi dari hulu kehilir maupun sebaliknya. Rantai pasok adalah sistem yang
terdiri dari pemasok, produsen, transportasi, distributor dan ritel yang ada untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Gambar 2 menunjukkan rancangan
manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir.

Kelompok 2 Kelompok 1 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


Pemasok Pemasok Konsumen Konsumen Konsumen Akhir

1 1

2 1 1 2

P n n
e
m
P a 1 1 K
E s 2 2 O
M o n N
A n S
k
S U
O 1 M
K 2 3 E
N
A 3 1 n
W 1 K A
A o K
L n H
n
2 s I
n u R
n n m
e
1 1 n

n n

Keterangan:
Hubungan pengelolaan Inti perusahaan
Hubungan monitoring Anggota inti perusahaan
Tidak ada hubungan Bukan anggota inti perusahaan
Bukan Anggota

Gambar 2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai


konsumen akhir (Lambert, Cooper dan Pagh, 1998)
9

2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan


Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa
mulai dari pemasok paling ideal sampai ke konsumen paling akhir dengan
menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, Said (2006) menyatakan bahwa prinsip dasar
manajemen rantai pasokan meliputi 5 (lima) hal yaitu:
1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian
manajemen rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan
menyadari adanya saling ketergantungan.
2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang
selaras.
3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen
pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai
pasokan menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan
kerja sama yang saling menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material.
2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan
Tujuan utama manajemen rantai pasokan adalah untuk memenuhi
permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang paling efisien,
termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa
perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasokan mereka
dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga (Poluha dalam
Hatani, 2008).
Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai pasokan
menerapkan sebuah pola yang memungkinkan ada interaksi yang harmonis dan
selaras antara pihak perusahaan dan pemasok sehingga manajemen logistiknya
tidak lagi bersifat adversarial. Pemilihan pemasok dilakukan dengan tujuan
mendapatkan jaminan akan ketersediaan barang yang bisa mendukung
kelangsungan produksi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan
kemampuan perusahaan, sehingga perlu upaya kedua belah pihak untuk mencapai
10

komitmen menjadi mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan


seluruh kebutuhan bahan sesuai yang dibutuhkan.

2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok


Pemilihan pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok
tersebut akan memasok bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi. Kriteria pemilihan merupakan salah satu hal penting dalam pemilihan
pemasok (Pujawan, 2005)
Menurut Pujawan (2005), secara umum banyak permintaan yang
menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan,
harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Bagaimanapun juga, seringkali pemilihan
pemasok membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh
perusahaan. Tabel 1 menunjukkan kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok yang
bisa digunakan untuk memilih pemasok.
Tabel 1. Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok
No Kriteria Nilai
1 Kualitas 3,5
2 Pengiriman 3,4
3 Sejarah kinerja 3,0
4 Garansi dan kebijakan tuntutan 2,8
5 Harga 2,8
6 Kemampuan teknis 2,8
7 Posisi keuangan 2,5
8 Prosedur komplain 2,5
9 Sistem komunikasi 2,5
10 Reputasi dan posisi di dunia industri 2,4
11 Keinginan untuk berbisnis 2,4
12 Manajemen dan organisasi 2,3
13 Kontrol operasi 2,2
14 Perbaikan layanan 2,2
15 Sikap 2,1
16 Kesan 2,1
17 Kemampuan pengemasan 2,0
18 Catatan terkait dengan tenaga kerja 2,0
19 Lokasi geografis 1,9
20 Jumlah usaha di masa lalu 1,6
21 Bantuan pelatihan 1,5
22 Perencanaan timbal balik 0,6
Sumber: Dickson dalam Pujawan (2005)
11

Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh, maka


perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan akan memilih satu atau
beberapa dari alternatif yang ada melalui perengkingan. Perengkingan dilakukan
untuk memnentukan mana pemasok yang akan dipilih atau mana yang akan
dijadikan sebagai pemasok utama dan mana yang akan dijadikan pemasok
cadangan (Pujawan 2005).
Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi pemting
sebagai akibat adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend
menunjukkan bahwa konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk
yang berkualitas tinggi, pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual
yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan melakukan pemilihan pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok
dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat diperoleh lebih dari satu pemasok
(Gaspersz dalam Irghandi 2008).
Menurut Chopra dkk (2006), perusahaan dapat memilih pemasok
berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau
negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada
biaya total yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga
penjualannya. Sebelum memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan
menggunakan pemasok tunggal atau banyak pemasok sebagai sumber dari
produk. Pemasok tunggal hanya melayani pemesanan produk yang spesifik.
Sedangkan banyak pemasok dapat meningkatkan persaingan dan ada
kemungkinan produk gagal untuk dikirim.
Trend globalisasi menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang
berskala besar telah menghubungkan rantai pasokan di hulu ke hilir untuk
mengefisienkan biaya. Kerjasama dengan sedikit pemasok dapat meningkatkan
kualitas dengan menggunakan sumber pasokan yang berbiaya rendah (Chopra
dkk, 2006).
12

2.4. Proses Hirarki Analitik

Proses hirarki analitik (PHA) adalah sebuah teknik pengambilan keputusan,


dimana dilakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif,
penetapan nilai kemungkinan untuk variabel, dan penetapan nilai yang semuanya
bertujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik . Teknik PHA menyediakan
prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan
prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Teknik ini juga
menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian sehingga
mengurangi bias dalam pengambilan keputusan (Firdaus dan Farid, 2008).
PHA telah digunakan secara luas karena memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Structuring Complexity
PHA membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang komplek
dengan menyusunnya menjadi hirarki yang lebih terstruktur.
2. Measurement on a Ratio Scale
Setiap elemen-elemen yang ada dalam hirarki memiliki prioritas yang
diukur menggunakan rasio skala prioritas.
3. Synthesis
Dalam membuat keputusan atas masalah dengan berbagai elemen
pembentuknya, PHA dapat mengkombinasikannya.
PHA adalah salah satu model pengambilan keputusan yang berusaha
menutupi semua kekurangan dari model-model berikutnya. Peralatan utama dari
model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam
kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi satu bentuk hirarki. Model
PHA adalah suatu model pengambilan keputusan komprehensif, artinya
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus.
Menurut Permadi (1992), keunggulan dan kelemahan PHA dibandingkan
dengan metode pengambilan keputusan pengambilan keputusan yang lain sebagai
berikut:
13

a. Keunggulan
Memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah
persepsi manusia. Sedangkan model sebelumnya hanya menggunakan
input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder.
Suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif,
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif.
Mampu memcahkan masalah yang multi objectives dan multi
criterias. Kebanyakan model yang sudah ada hanya memakai single
objectives dengan multi criteria.
b. Kelemahan
Ketergantungan PHA kepada input berupa persepsi seseorang yang
expert akan membuat hasil akhir dari model ini menjadi tidak ada
artinya apabila pakar memberikan penilaian yang keliru.
Bentuk struktur hirarkinya sangat sederhana. Bagi para pengambil
keputusan yang terbiasa dengan model PHA yang terlihat sederhana
bukan model yang sesuai untuk pengambilan keputusan.
2.4.1 Hirarki

Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang
kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya
melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan
keputusan apa yang akan diambil. Bentuk hirarki ada yang linear atau non linear.
Bentuk hirarki yang linear atau satu arah misalnya elemen terpenting atau yang
paling utama terletak paling atas, elemen yang kurang penting di bawahnya dan
yang paling tidak penting terletak paling bawah. Elemen-elemen pada level teratas
akan mempengaruhi elemen-elemen dibawahnya dan seterusnya sampai level
terakhir. Selain bentuk linear ada juga bentuk hirarki non linear dimana
hubungannya lebih dari satu arah. Pada jenis hirarki ini dapat diketahui dengan
pasti, mana elemen-elemen terpenting mana yang kurang penting atau dimana
level satu, level dua, dan level terakhir. Pada bentuk ini, alternatif keputusan yang
akan diambil tidak cukup dengan melihat hanya satu level saja seperti level
14

terakhir pada hirarki linear, melainkan harus melihat semua level atau keseluruhan
hirarki (Permadi, 1992).
Secara umum, hirarki dapat dibagi menjadi dua jenis (Saaty, 1991):
Hirarki Struktural
Dalam hirarki ini, masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponen-
komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya.
Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan, dan
gugusan yang lebih kecil lagi.
Hirarki fungsional
Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemen-
elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen
dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak
disebut fokus, terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya
luas. Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa
elemen.
Gambar 3 merupakan contoh struktur hirarki fungsional (Permadi 1992)

Utimate Goal

Kriteria Kriteria Kriteria

Sub Kriteria Sub Kriteria Sub Kriteria

Alternatif Alternatif Alternatif

Gambar 3. Struktur hirarki fungsional (Permadi, 1992)


15

2.5. Penelitian Terdahulu

Studi tentang analisis pemilihan pemasok dilakukan oleh Suryani (2010).


Peneliti melakukan analisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ dengan
menggunakan proses hirarki analitik. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ, dan
metode hirarki analitik untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang
dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner
identifikasi rantai pasokan adalah Direktur Utama PT XYZ. Sedangkan untuk
responden kuesioner PHA adalah Direktur Utama, Manajer Kebun, dan
Supervisor Panen dan Pascapanen. Metode pengambilan sampel tersebut
menggunakan metode pengambilan sampel non acak yaitu judgement sampling.
Bungsu (2010), melakukan penelitian mengenai Kajian kriteria pemasok
Buah-buahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi kasus Divisi Produce, Giant
Hypermarket Botani Square Bogor). Penelitian inibertujuan untuk (1)
Menganalisa proses pengadaan dan pengendalian buah-buahn dan pengendalian di
Giant Hypermarket Botani Square khususnya Divisi Produce, (2)
Mengidentifikasikan kriteria yang diprioritaskan Giant dalam memilih pemasok
buah-buahan, (3) Menyusun struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Giant dengan Proses Hirarki Analitis.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses pengadaan buah-buahan di
Giant Hypermarket Botani Square diawali dengan perencanaan pembelian yang
dilakukan oleh Divisi Produce. Tahap selanjutnya yaitu memeriksa kualitas buah-
buahan. Apabila ada cacat, maka dikembalikan ke pemasok. Selanjutnya buah-
buahan yang diterima sebagian disimpan kegudang dan sebagian lagi diletakkan
dikeranjang. Struktur Hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
Giant dengan PHA terdiri atas kriteria (kualitas, biaya operasional, lead time,
kemitraan dan sistem pembayaran), sub kriteria dan alternatif (pemasok A, B, C,
dan D). Alternatif pemasok yang diprioritaskan Giant dalam pengadaan dan
pengendalian buah-buahan yaitu pemasok D (0,488) yang memiliki beberapa
kriteria yaitu buah-buahan yang dipasok merupakan buah-buahan yang
berkualitas, mudah bernegosiasi dalam hal biaya operasional, tepat waktu, dan
16

sesuai pesanan, menjaga kemitraan, dan bersedia untuk dibayar dalam jangka 28
hari setelah penerimaan buah-buahan di Giant.
17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS).


Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat
sebanyak 6 persen yaitu dari 24.652.480 pcs pada tahun 2009 naik menjadi
26.137.030 pcs pada tahun 2010. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang prima, pengiriman tepat waktu dengan produk yang
berkualitas, sehingga konsumen merasa puas sehingga perusahaan dapat
memenangkan persaingan.
Kelancaran sistem produksi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor ini merupakan komponen-komponen proses produksi dan
pengelolaan rantai pasok. Beberapa komponen yang memiliki pengaruh terhadap
kelancaran sistem produksi yaitu, pelayanan operator/mesin, tata letak,
penanganan bahan baku dan bahan jadi, pengadaan bahan baku, pengiriman dan
lain-lain. Rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku
dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen.
Rantai pasokan melibatkan interaksi dengan aliran informasi dan aliran
kredit. Selain itu rantai pasokan juga melibatkan hubungan antara perusahaan
dengan pemasok. Hubungan dengan pemasok sebaiknya harus dibina secara
intensif untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Penilaian kinerja
pemasok merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan daya saing
perusahaan, mengefisienkan proses dan waktu produksi, dan menjamin kualitas
produk sehingga perusahaan bisa siap untuk menghadapi persaingan yang
kompetitif. Selain itu, efisiensi waktu dalam proses pengiriman bahan baku juga
termasuk dalam kriteria penilaian kinerja pemasok. Oleh karena itu, perusahaan
akan mengambil keputusan untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan
pemasok atau mencari pemasok yang lebih baik dari pemasok sebelumnya.
Analisis rantai pasokan dan kriteria pemilihan pemasok bahan baku untuk
RTS pada PT NIC diperlukan karena produk tersebut merupakan produk yang
memiliki permintaan paling besar dibandingkan dengan produk lainnya yang
sejenis. Kesesuaian pemasok dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
18

perusahaan merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa perusahaan


mendapatkan keuntungan optimal dari pemasok karena pemasok yang dipilih oleh
perusahaan memenuhi kriteria pemasok yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
nilai paling tinggi. Rantai pasokan akan sangat mempengaruhi proses rantai
pasokan secara menyeluruh. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.

Peningkatan jumlah permintan RTS

Persaingan antara industri roti

Visi dan Misi PT NIC untuk menjadi perusahaan


terbesar di Indonesia di bidang bakery product

Mengelola rantai pasokan

Perusahaan Distributor Wholesaler Retailer Konsumen


akhir

Pemasok Pemasok merupakan bagian strategis


perusahaan

Pemilihan kriteria pemasok untuk


kelancaran produksi PT NIC

Kriteria yang sudah ditetapkan oleh


perusahaan

Peningkatan daya saing, mengefisienkan proses


dan waktu produksi, peningkatan kualitas PT NIC

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari penentuan topik sampai
dengan kesimpulan. Tahapan-tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.
19

Identifikasi minat penelitian

Penentuan objek penelitian

Studi pustaka dan


diskusi
Pemilihan topik penelitian

Perumusan Masalah:
1. Bagaimana proses pengadaan bahan baku RTS di PT NIC?
2. Bagaimana proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT
NIC?
3. Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan
kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih
pemasok bahan baku RTS?

Tujuan Penelitian:
1. Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan PT NIC
3. Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria
bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS

Rancangan pengumpulan data:


Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data

Penyusunan kuesioner dan panduan wawancara

Pengumpulan data lapangan


x Pengisian kuesioner
x Observasi dan wawancara

Input data

Pengolahan data

Kualitatif Kuantitatif

Kesesuaian pemasok dengan


Identifikasi rantai pasokan dan
kriteria yang ditetapkan oleh
proses pemilihan bahan baku
perusahaaan dengan PHA

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5. Tahapan penelitian


20

3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT NIC, yang berlangsung selama empat bulan


mulai April hingga Juli 2011 di Cikarang Industrial Estate , Bekasi Jawa Barat.

3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dan wawancara. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi
pustaka dan diperoleh dari dokumen-dokumen PT NIC, jurnal, hasil penelitian
terdahulu, internet maupun BPS. Metode pengambilan data yang digunakan
adalah:
1. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan,
identifikasi rantai pasokan RTS dan analisis kriteria pemilihan pemasok
dengan pendekatan PHA. Responden Supervisor PPIC, purchasing,
Supervisor QC raw material. Wawancara dilakukan berdasarkan pada
kuesioner ang dibuat.
2. Observasi lapang. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan
oleh peneliti terhadap rantai pasokan dan analisis kriteria pemilihan
pemasok di PT NIC.
3. Studi literatur berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Peneliti mencari
literatur yang sesuai dengan permasalahan topik penelitian, diantaranya
literatur yang berjudul manajemen rantai pasokan, pengambilan keputusan
yang dianggap berkaitan dengan objek yang diteliti.
Kuesioner terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
a. Kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasok, proses pemilihan
pemasok bahan baku di PT NIC, dan
b. Kuesioner untuk menilai kesesuaian kriteria yang sudah ditetapkan
perusahaan dengan pemasok bahan baku RTS.
Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Tabel 2 menunjukkan tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan.
21

Tabel 2. Tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data


No Tujuan Jenis Metode Analisis
Data Pengumpulan Data
Data
1 Menganalisis rantai pasokan untuk Primer x Wawancara Deskriptif
RTS di PT NIC dan x Observasi
sekunder langsung
x Kuesioner
x Studi
pustaka
2 Mengidentifikasi proses pemilihan Primer x Wawancara Deskriptif
pemasok yang selama ini dilakukan x Observasi
oleh PT NIC. langsung

3 Menganalisis pemasok yang dipilih Primer x Wawancara Metode


oleh PT NIC, beserta kriteria dan x Observasi PHA
sub kriteria bahan baku yang sudah langsung
ditetapkan oleh PT NIC dalam x Kuesioner
memilih pemasok RTS x Studi
pustaka

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability


sampling yaitu semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa disebut sebagai
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa jenis cara
pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini menggunakan
judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan
diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan menjadi
pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Jumlah responden
yang digunakan untuk mengetahui kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS
adalah 3 (tiga) orang terdiri dari Supervisor Planning Production Inventory
Control (PPIC), bagian purchasing, dan Supervisor QC raw material.

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan
menggunakan metode proses hirarki analitik (PHA). Sedangkan analisis
kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi rantai pasokan pada
22

PT NIC, pemasok bahan baku RTS dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk
menilai kinerja pemasok pada RTS. Tujuan PHA dalam penelitian ini adalah
untuk menilai kinerja pemasok yang terbaik pada pemasok RTS.
PHA cukup mengandalkan intuisi sebagi input utamanya. Namun, intuisi
tersebut harus cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi.
Tahapannya dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dapat dilakukan dengan mempelajari literatur, berdiskusi
dengan para pakar, untuk memperkaya ide dan konsep yang relevan dengan
masalah.
2. Penyusunan Struktur
Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran
utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub
tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku
dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.
Abstraksi dari sebuah struktur hirarki dapat dilihat dari Gambar 6.

F1 F2 F3 Fn Faktor

A1 A2 A3 An Aktor

T1 T2 T3 Tn Tujuan

S1 S2 S3 Sn Skenario

Gambar 6. Struktur hirarki (Saaty dalam Bungsu, 2010)


23

Keterangan:
Goal (G) : Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
F1, F2, F3, Fn : Faktor-faktor atau kriteria yang dapat mempengaruhi
tujuan utama (G)
A1, A2, A3, An : Aktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
T1, T2, T3, Tn : Beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan
S1, S2, S3, Sn : Skenario atau alternatif yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan
3. Membuat matriks banding berpasangan
Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang
tertera pada Tabel 3. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif
pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan
dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian
di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan


Tingkat Definisi Penjelasan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama Dua elemen menyumbangkan sama
pentingnya besar pada sifat itu
3 Daripada elemen yang Pengalaman dan pertimbangan sedikit
lainnya, elemen yang satu menyokong satu elemen atas yang
sedikit penting lainnya
5 Elemen yang satu sangat Pengalaman dan pertimbangan kuat
penting daripada yang menyokong satu elemen atas yang
lainnya lainnya
7 Suatu elemen jelas lebih Suatu elemen dengan kuat disokong
penting dibanding yang dan dominannya telah terlibat dalam
lainnya praktek
9 Suatu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang
penting dibanding yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat
lain penegasan yang kuat
2, 4, 6, 8 Nilai antara dua penilaian Kompromi diperlukan diantara dua
yang berdekatan pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan
dengan i
Sumber: Saaty dalam Bungsu (2010)
24

4. Melakukan perbandingan dan penilaian


Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang
diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah 3.
5. Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan vektor-vektor
prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala banding
berpasangan.
Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal
dan vertikal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas
elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah
sebagai berikut:
a. Perkalian baris (z) dengan rumus:

........................................................(1)

b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

(2)

eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-1

c. Perhitungan nilai eigen maksimum


VA = aij u VP dengan VA = (Vai) (3)
VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) (4)

... (5)

VA = VB = vektor antara

d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban
yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai
berikut:
25

(6)

Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak,


perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR  
Rumus CR adalah:

. (7)

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh


Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini:

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan


4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan

PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan
Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapatkan persetujuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2.11.525.NT.01.01.Th.94 pada tanggal 2
Agustus 1994. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang,
yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima
Banking Co. Ltd.
Visi PT NIC yaitu menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang
bakery products dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia.
Sedangkan misinya yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu
tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan.
Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, khususnya produk
bakeri. Perusahaan didirikan diatas lahan seluas 10.277 m2 di Cikarang Industrial
Estate, Bekasi Jawa Barat. Pabrik utama PT NIC memiliki luas tanah 13.515 m2
dengan luas bangunan 10.277 m2, dengan bangunan yang terdiri dari produksi roti
tawar, area produksi roti manis, ruangan gudang dan silo, area teknik, serta
gudang finish good. Perusahaan ini mempunyai kapasitas awal produksi sebesar
3138 ton/tahun. PT NIC saat ini mempunyai 4 (empat) pabrik dengan pabrik
utama berlokasi di Jl. Jababeka XIIA Blok W.
4.1.2 Sumber Daya Manusia
Dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan mutu yang sudah ditetapkan,
disusun suatu struktur organisasi yang berfungsi sebagai sistem pengaturan umpan
balik antara atasan dan karyawan. Struktur organisasi PT NIC dapat dilihat pada
Lampiran 3.
27

Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki masing-masing jabatan adalah


sebagai berikut:
1. Presiden Direktur
Presiden Direktur memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dalam
tugasnya, presiden direktur dibantu oleh seorang direktur.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas dan tanggungjawab atas jalannya kegiatan
operasional perusahaan. Dalam tugasnya, direktur dibantu oleh seorang
General Manager.
3. General Manager (GM)
GM merupakan pemimpin dalam suatu perusahaan. Dalam melakukan
tugasnya GM dibantu oleh seorang sekretaris. GM bertanggungjawab atas
berlangsungnya segala kegiatan perusahaan untuk mencapai prestasi yang
tinggi dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas. GM
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Asistant General Manager (AGM) Finance and Accounting
AGM Finance and Accounting bertanggung jawab atas cash flow keuangan
yang dilakukan oleh PT NIC termasuk pembukuannya.
5. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager
PDQA Manager bertanggungjawab terhadap pengembangan produk,
menciptakan produk baru, dan pengawasan bahan baku, pengawasan mutu
produk.
6. Sales and Marketing Manager
Sales and Marketing Manager bertanggung jawab terhadap penjualan
produk, biasanya dilakukan penargetan jumlah penjualan yang harus
dicapai.
7. Supply Chain Management (SCM) Manager
SCM Manager ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian
produk jadi. SCM Manager membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Product Planning and Inventory Control (PPIC)
b. Distribution Superindent
c. Finish Good (FG) dan Krat
28

8. Assistant General Manager (AGM) Plant


AGM Plant bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti.
9. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager
HRD-GA Manager bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban SDM PT NIC serta kegiatan operasional
perusahaan secara umum.
Setiap manager masing-masing departemen dibantu oleh beberapa orang
Supervisor untuk setiap Sub Departemen yang dipimpinnya. Dalam menjalankan
tugasnya, Supervisor dibantu oleh group leader yang memimpin beberapa
karyawan sebagai crew. Jumlah tenaga kerja PT NIC adalah 914 karyawan (pada
periode April 2009). Latar belakang pendidikan tenaga kerja PT NIC sangat
beragam, dengan presentasi masing-masing yaitu SLTA sebesar 50%, D1 D3
sebesar 20 persen, S1 sebesar 25 persen dan S2 atau lebih tinggi sebesar 5 persen.
Keragaman ini karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
perusahaan. Untuk Jumlah Karyawan periode Maret 2011 untuk Cikarang Plant 1
: 250 orang, Cikarang Plant 2 : 350 orang, Pasuruan plant : 250 orang,
Semarang Plant : 100 orang.
Penetapan waktu dan jam kerja karyawan di PT NIC adalah:
1. Lima hari kerja dan dua hari libur berlaku bagi staff office, dengan jam
kerja normal adalah sebagai berikut: hari Senin sampai hari Kamis pukul
08.00 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.00 13.00 WIB. Hari
Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 17.00 WIB dengan istirahat
pukul 11.30 13.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu merupakan
hari libur.
2. Enam hari kerja dalam seminggu dengan jumlah jam kerja sebanyak 7
(tujuh) jam sehari dan waktu istirahat selama 1 (satu) jam untuk
karyawan non staff. Pembagian waktu kerja menjadi 3 (tiga) shift, yaitu
shift pertama mulai pukul 07.00 15.00 WIB, shift kedua dimulai pada
pukul 15.00 23.00 WIB, dan shift ketiga dimulai pada pukul
23.00 07.00 WIB.
Sistem upah kerja untuk karyawan produksi PT NIC berdasarkan pada Upah
Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Cikarang, Bekasi. Gaji pokok
29

ditetapkan berdasarkan jabatan, golongan, pendidikan, keahlian, prestasi dan


pengalaman kerja. Selain gaji pokok, karyawan juga mendapatkan tunjangan
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan premi hadir, tunjangan transportasi dan
tunjangan hari raya. Sistem penggajian dilakukan pada setiap bulannya.

4.2. Identifikasi Rantai Pasokan

Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT NIC harus mampu


menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat.
Komunikasi antara PT NIC dengan pemasok harus berjalan dengan baik, agar
pemenuhan kebutuhan untuk proses produksi berjalan baik.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Bahan pengemas seperti kwick lock, yaitu segel untuk
mengunci kemasan roti PT NIC agar roti yang diproduksi tidak terkontaminasi
diimpor dari Malaysia dan Australia. Pemesanan kwick lock dilakukan dengan
waktu tunggu yang cukup lama yaitu 3 (tiga) bulan dengan jumlah besar.
Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama seperti terigu
dikirim setiap hari. Sedangkan bahan baku lainnya seperti garam rata-rata 3 (tiga)
kali dalam seminggu dan calcium provionat rata-rata 1 (satu) kali dalam
seminggu. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak
kerjasama yang dilakukan oleh PT NIC dengan pemasok.
Pemasok yang bekerja sama dengan PT NIC tahun 2011 antara lain
PT Bogasari, PT Jaya Fermex, PT Adyaceda, PT Sumber Laut, dan lain-lain.
Beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya
adalah PT Adyaceda dan PT Jaya Fermex. Hal tersebut bisa membuat pemasok
yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya pemasok yang terlibat
dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan
loyalitas dari pemasok dapat meningkat. Walaupun demikian, PT NIC sendiri
memiliki beberapa alternatif pemasok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan pada satu pemasok saja dan kebijakan tersebut dilakukan agar
tidak ada permainan harga dari pemasok.
30

Gambar 7 memperlihatkan identifikasi rantai pasok yang dilakukan pada


PT NIC dan Gambar 8 menunjukkan aliran barang, finansial dan informasi pada
rantai pasokan PT NIC. Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis bahan baku yang
digunakan untuk produksi RTS dan pemasok yang terlibat pada PT NIC.

Pemasok lokal: Supermarket


1. PT Bogasari
2. PT Jaya Fermex
3. PT Sumber laut Minimarket
4. PT Nusa Indah
5. PT Super Exim

K O N S U M E N
6. PT Sumber Roso
7. PT Antar Tirta Distribution
8. PT Supernova Channel
9. PT Perkasa Teknik PT NIC Sales
10. PT Puratos (Dept. SCM) Office
11. PT Halim Sakti Institusi
12. PT Adyaceda Pemerintah
13. PT Sinar Meadow

Agen
Pemasok internasional:
1. Kwick lock Australia
2. Kwick lock Malaysia Sample

Gambar 7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC (PT NIC, 2011)

Dept. SCM
Konsumen Akhir

Produksi

Sales Office

Pemasok Purchasing
Agen &
Regular
PT NIC Outlet

Keterangan:
Aliran Barang Aliran Finansial
Aliran Informasi

Gambar 8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC
(PT NIC, 2011)
31

Tabel 4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC


No. Bahan Baku Nama Perusahaan
Pemasok Lokal
1 Tepung Terigu PT Bogasari
2 Ragi PT Jaya Fermex
3 Garam PT Sumber Laut
4 Gula PT Nusa Indah
PT Sumber Roso
5 Milk Skim Powder PT Antatirta
6 Shortening PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
7 Palmia Olex PT Adyaceda
8 Coding Foil Roti Tawar PT Perkasa Teknik
9 Etiket RTS PT Super Exim
PT Supernova
10 Bread Improver PT Puratos
PT Jaya Fermex
11 Shortening PT Sinar Meadow
12 Vegetable Oil PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
13 Malinda Baker Fat PT Adyaceda
Pemasok Luar Negeri
1 Kwick Lock PT Kwick Lock Ltd Australia
PT Kwick Lock Ltd Malaysia
Sumber : PT NIC (2011)
Peluang terjadinya suatu permasalahan pada rantai pasokan sangat besar,
dari masalah pengiriman bahan baku oleh pemasok sampai pada pengiriman
produk ke konsumen. Berikut ini adalah identifikasi permasalahan rantai pasok
pada PT NIC berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara:
1. Pengiriman bahan baku mengalami keterlambatan, disebabkan oleh:
a. Masalah transportasi, seperti transportasi pemasok tidak tersedia, dan
kemacetan lalu lintas.
b. Pihak PT NIC terlambat dalam pemberian PO kepada pemasok.
2. Pengiriman bahan baku terlalu cepat dari yang dijadwalkan oleh pemasok,
disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi pemasok, sehingga
pemasok memaksakan untuk melakukan pengiriman sebelum waktu yang
dijadwalkan.
3. Ketidaksesuaian jumlah dan jenis bahan baku yang dikirimkan pemasok,
disebabkan oleh beberapa bahan baku yang rusak selama perjalanan menuju
PT NIC, contohnya telur pecah, ragi rusak, dan lain-lain.
32

4. Keterlambatan pengiriman produk ke distributor dan konsumen, disebabkan


oleh:
a. Keterlambatan atau pengiriman bahan baku terlalu cepat oleh pemasok
sehingga terjadi perubahan jadwal produksi.
b. Proses produksi tidak berjalan dengan lancer yang diakibatkan oleh
adanya hal-hal yang tidak diduga seperti kerusakan mesin dan lain-lain.
Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa permasalahan pada rantai
pasokan PT NIC terdapat pada proses penyaluran bahan baku oleh pemasok,
ketidaksesuaian bahan baku yang dikirimkan pemasok, dan penyaluran produk
dari PT NIC ke distributor dan konsumen. Masalah-masalah tersebut akan
menyebabkan terganggunya proses produksi dari rencana yang telah ditetapkan.
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku
Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT NIC yaitu dengan
melihat persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari (stock opname
daily), kemudian secara periodik bagian PPIC akan menganalisa persediaan
perbandingan dengan menggunakan software System Application Product in Data
Processing (SAP). Apabila di dalam planning sheet Began on Hand (BOH) sudah
menunjukan mendekati lead time pemesanannya maka bagian PPIC akan
mengeluarkan Purchase Requisition (PR) ke bagian Purchasing yang akan
mengeluarkan PO untuk pemesanan barang kemudian di release oleh bagian
Accounting.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT NIC
melalui beberapa proses, yaitu:
a. Team Sales mengeluarkan Order to Factory (OTF) kepada Bagian PPIC.
b. Bagian PPIC melakukan perhitungan Material Requirement Planning
(MRP) atas dasar Order To Factory (OTF) yang telah dibuat.
c. Berdasarkan perhitungan MRP maka bagian PPIC akan menerbitkan PR
untuk bahan baku meminta persetujuan dari Manager SCM.
33

d. Apabila PR tersebut disetujui maka akan diberikan kepada Bagian


Purchasing. Bagian Purchasing akan mencari pemasok dan melakukan
negosiasi dengan surat penawaran barang berikut harga, perincian
spesifikasi dan term of payment.
e. Bagian Purchasing kemudian membuat Canvas Sheet minimal beberapa
pemasok yang akan dibandingkan untuk spesifikasi barang yang sama.
f. Bagian Purchasing kemudian menerbitkan form Purchase Order (PO)
pada modul purchase order sub- menu purchase order entry.
g. Setelah menerbitkan PO, bagian Purchasing melakukan pengisian kolom
kuantitas dan harga sesuai permintaan dan melakukan posting ke sistem
Accpac lalu mengirim form PO.
h. PO kemudian dikirim kepada pihak manajemen terkait, yaitu Departemen
Keuangan dan General Manager untuk meminta persetujuan.
i. Apabila PO disetujui oleh pihak manjemen sesuai dengan ketentuan, maka
dilakukan pemesanan bahan baku dengan mengirimkan PO ke pemasok
yang dipilih.
j. Apabila PO yang diterima oleh pemasok disetujui, maka pengiriman bahan
baku dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
k. Bahan baku yang telah dikirim oleh pemasok akan diterima oleh Bagian
Bahan Baku untuk diperiksa apakah barang yang dikirim sesuai dengan
PO yang dikirim beserta keadaan dari bahan baku yang dikirim.
Proses pembelian bahan baku ini sesuatu yang sangat penting karena apabila
terjadi keterlambatan terhadap bahan baku dapat mengganggu proses produksi dan
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen. Bagan proses
pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.
34

Departemen Bagian Gudang


Departemen PPIC Persetujuan Pemasok
Purchasing Bahan Baku

OTF Lengkap Proses Persetujuan

Proses MRP Proses


menerbitkan Tidak
Setuju? Tidak

Proses Purchase Order Ya Proses Penerimaan


Disetujui
menerbitkan Ya

Purchase Proses Verifikasi


Requisition Konfirmasi
Pemesanan

Didaftarkan untuk Setuju? Proses Persetujuan


persetujuan

Didaftarkan untuk
persetujuan Tidak
Setuju?
Ya
Ya Tidak
Persiapan Setuju?
pengiriman PO

Pengiriman PO ke Penerimaan PO
pemasok via fax

Sumber: PT NIC (2011)


Gambar 9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC

34
35

4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku


Bahan baku yang dipakai oleh PT NIC diperoleh dari pemasok lokal dan
internasional. Tahapan Instruksi Kerja Penerimaan Bahan Baku (Incoming RM/
Raw material) :
1. Setiap kedatangan bahan baku atau kemasan, petugas QA yang ditunjuk
melakukan pemeriksaan terhadap jumlah serta satuan kedatangan barang
seperti karton, sak, pack, jerigen dan lain-lain serta memeriksa surat jalan
dari pemasok.
2. Setelah mengetahui jumlah kedatangan barang maka dilakukan sampling
untuk memeriksa sampel yang dilakukan sesuai dengan prosedur sampling
dan Table Military Standard. Sistem inspeksi bahan baku yang masuk
memiliki pengecualian yaitu untuk bahan baku bulk seperti tepung terigu.
3. Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report) yaitu
pemeriksaan kualitas bahan baku dan atau kesesuaian parameter peneriksaan
dengan Certificate of Analysis (COA).
4. Mengisi hasil pemeriksaan pada lembar tersebut. Bahan baku dan kemasan
yang telah dibuka kemasannya untuk keperluan pemeriksaan harus ditutup
kembali dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas.
Selain itu, menempelkan stiker Quality Inspection pada kemasan bahan
baku dan kemasan.
5. Menentukan jumlah penolakan dan penerimaan bahan baku dan kemasan
dengan berpedoman pada Table Military Standar.
a. AC: Acceptable Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku yang tidak mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim,
melainkan penolakan hanya terhadap bahan baku dan kemasan yang
tidak sesuai saja.
b. RE: Rejection Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku dan kemasan yang tidak sesuai yang mengakibatkan penolakan
seluruh bahan yang dikirim.
6. Setiap penolakan RM dibuat surat keluhan tertulis oleh bagian QA dan
didistribusikan ke purchasing, PPIC dan pemasok.
36

7. Setelah dapat dipastikan jumlah bahan baku dan kemasan yang dapat
diterima, maka akan diterbitkan surat penerimaan (Receiving Slip) oleh
bagian gudang bahan baku. Petugas QA yang ditunjuk membubuhkan
stempel QC Passed pada Receiving Slip dan surat jalan. Stempel QC
passed harus dilengkapi dengan nama, paraf dan tanggal penerimaan oleh
petugas sebagai bukti bahwa bahan baku dan kemasan telah lolos dari
pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan.
Bagan Proses Penerimaan bahan baku PT NIC dapat dilihat pada
Gambar 10.

Bahan baku datang

2. Diperiksa barang yang diterima sesuai


jumlahnya.
3. Memeriksa surat jalan dari pemasok.

Melakukan sampling

Menyiapkan lembar inspeksi


(Incoming RM Inspection Report)

Mengisi hasil pemeriksaan

Menentukan jumlah
Tidak penolakan dan di
OK distribusikan kepada
purchasing, PPIC, dan
Ya pemasok

Penerbitan surat penerimaan


(receiving slip) oleh bagian
gudang bahan baku

Gambar 10. Mekanisme penerimaan bahan baku (PT NIC, 2011)


37

4.2.3 Proses Produksi RTS


Sistem produksi di PT NIC termasuk jenis produksi kelompok (batch), yaitu
memproduksi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kisaran berat tertentu
berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan. Proses produksi untuk suatu
kelompok roti tidak menunggu kelompok roti sebelumnya selesai, tetapi
dilakukan secara kontinyu dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat
dan mempersingkat waktu kerja. PT NIC memproduksi berbagai jenis roti yaitu
roti tawar (white bread), roti manis (sweet bread), atau roti isi (filled bread), roti
krim (sandroll), roti sobek (tear of bread), roti burger (bun bread), roti plain roll
dan remah roti (bread crumb). Tabel 5 menyajikan berbagai jenis dan kode roti
yang diproduksi oleh PT NIC.
Tabel 5. Produk roti PT NIC
No Jenis Roti Kode No Jenis Roti Kode
1 Roti Tawar Spesial RTS 17 Roti Sobek Cokelat Srikaya TCS
2 Roti Tawar Kupas RKU 18 Roti Sobek Cokelat Cokelat TOC
3 Roti Tawar Gandum RTG 19 Roti Sobek Cokelat Keju TCC
4 Roti Cokelat Chips RCC 20 Roti Sobek Isi Cokelat Strawberry TST
5 Roti Isi Sarikaya ISK 21 Roti Sobek Isi Cokelat Nanas TCN
6 Roti Isi Strawberry IST 22 Roti Sobek Isi Cokelat Blueberry TCB
7 Roti Isi Cokelat ICK 23 Sandwich Cokelat SCK
8 Roti Isi Keju IKJ 24 Sandwich Peanut SAP
9 Roti Isi Kelapa IKL 25 Unbreanded Burger UBB
10 Roti Isi Cokelat Keju ICC 26 Roti Kasur Keju RKJ
11 Roti Isi Beef Barbeque IBQ 27 Roti Plain Roll PR
12 Roti Isi Chicken Teriyaki ICT 28 Roti Burger SR BUR
13 Roti Isi Krim Cokelat SRC 29 Roti Burger Wijen BWI
14 Roti Isi Krim Mocca SRM 30 Chiffon Cake Pandan CCP
15 Roti Isi Krim Cokelat Vanilla SCV 31 Chiffon Cake Cokelat CCC
16 Roti Isi Krim Keju SCC 32 Chiffon Cake Strawberry CCS
Sumber : PT NIC (2011)
Proses produksi RTS di PT NIC yang terdiri dari beberapa tahap proses
pembuatan yaitu:
1. Scalling
Scalling adalah proses penimbangan dan penyiapan bahan baku.
Penimbangan bahan baku dilakukan berdasarkan formula yang dikeluarkan oleh
Sub Departemen Product Development. Bahan baku yang telah ditimbang
diperiksa oleh petugas Quality Control (QC), kemudian dibungkus rapi plastik
dan disimpan atau diletakkan dalam krat sebelum diserahkan ke bagian produksi.
38

Penyiapan bahan baku memerlukan waktu 10 jam. Dalam 1 (satu) hari


terdapat 2 (dua) kali serah terima bahan baku kepada produksi. Estimasi waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses penimbangan dan penyiapan bahan baku
adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 15.00 WIB dilakukan penyiapan bahan
baku, pukul 15.00 16.00 WIB (rit 1) dilakukan serah terima bahan baku untuk
produksi pada pukul 17.00 dan pukul 22.00 23.00 WIB (rit 2) dilakukan serah
terima bahan baku untuk produksi pukul 23.00 WIB.
2. Sponge Mixing
Proses pengadukan dalam pembuatan adonan roti di PT NIC dilakukan
dalam dua tahapan proses yaitu sponge dan dough mixing. Sponge mixing adalah
proses pengadukan pertama, yaitu bahan baku diaduk agar tercampur secara
merata. Pembentukan sponge meliputi pencampuran sebagian adonan seperti ragi,
terigu (yang dialirkan dari silo), air, softer, emulsifier dengan waktu pengadukan
selama 5 menit (low speed selama 3 menit dan high speed 2 menit) dengan suhu
sekitar 23C. Tujuan dari proses sponge mixing adalah untuk mencampurkan
bahan baku serta memperbanyak sel secara merata untuk menimbulkan aroma
atau karakteristik dari adonan.
3. Fermentasi
Setelah adonan sponge terbentuk kemudian dibawa menggunakan box
menuju ke ruangan fermentasi awal dan difermentasi selama 2,5 jam pada suhu
27,75C. Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dengan bantuan
mikroorganisme menghasilkan gas CO2, alkohol, dan asam.
4. Dough Mixing
Dough mixing merupakan proses pengadukan kedua. Setelah difermentasi
dan adonan mulai mengembang, adonan mengalami proses pengadukan kedua
dengan penambahan terigu, gula, garam, skim milk powder, calcium, full cream,
shortening, dan Palmia BOS untuk dicampur manjadi adonan dough dengan
waktu mixing 9 (sembilan) menit. Standar proses mixing tersebut dibuat
berdasarkan hasil riset dari bagian Pengembangan Produk dari Departemen
Product Development and Quality Assurance (PDQA).
39

5. Floor Time
Floor time adalah proses pengistirahatan adonan, adonan yang sudah
terbentuk didiamkan sejenak selama lima menit.
6. Dividing
Proses dividing adalah pemotongan adonan dengan berat sesuai dengan
standar adonan (memperkecil ukuran sesuai dengan standar, menjaga konsistensi
berat adonan). Setelah adonan melewati masa floor time kemudian adonan
tersebut dinaikkan ke dalam devider yang secara bertahap akan memotong-
motong adonan sesuai dengan berat yang sudah ditetapkan. Persyaratan standar
proses make up (pemotongan adonan) di PT NIC dapat dilihat pada pada Tabel 6.
Tabel 6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC
Jenis Roti Kode Devider Speed Berat Floor Time
(Stoke/menit) (gram) (menit)
Roti Tawar Spesial RTS 17 337,5 2,5 5
Roti Tawar Gandum RTG 16 315,0 2,5 5
Roti Cokelat Chips RCC 15 313,0 2,5 5
Roti Tawar Kupas RKU 16 337,5 2,5 5
Sumber : PT NIC (2011)
7. Rounding
Rounding adalah proses pembulatan adonan sehingga membentuk lapisan
tipis pada permukaan adonan, kemudian adonan tersebut masuk ke dalam wadah-
wadah pada mesin Over Head Proofing (OHP) sebagai proses intermediate
proofing, yaitu proses relaksasi adonan atau pengistirahatan adonan sehingga
adonan mudah untuk dibentuk, dengan waktu 17 18 menit.
8. Sheeting
Proses sheeting yaitu proses pemipihan adonan yang bertujuan agar gas
yang terbentuk tersalurkan secara merata pada adonan sehingga produk akhir yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang halus dan seragam.
9. Moulding
Setelah adonan melalui proses sheeting kemudian adonan dibentuk sesuai
dengan bentuk produk akhir yang diinginkan yang disebut dengan proses
moulding.
40

10. Panning
Panning adalah proses peletakkan adonan pada loyang dengan posisi
rekatan adonan di bagian bawah.
11. Final Proofing
Adonan yang sudah masuk ke dalam loyang kemudian disusun ke dalam rak
dengan jumlah penyusunan pada berjumlah 5 (lima) baris dan disimpan di dalam
ruang fermentasi dengan suhu 38C dan kelembapan ruangan 80 persen selama 50
menit. Fermentasi ini merupakan fermentasi akhir yaitu untuk mengembangkan
adonan hingga mencapai volume yang diinginkan. Pada waktu fermentasi
terkadang adonan lambat mengembang, oleh karena itu waktu tidak selalu
mempengaruhi pengembangan adonan, PT NIC mempunyai indikator selain
waktu untuk mengetahui selesainya proses fermentasi yaitu dengan ketinggian
adonan 80 persen dari tinggi loyang.
12. Baking
Baking merupakan proses pemanggangan adonan. Adonan yang sudah
melewati proses fermentasi yang kedua di masukkan ke dalam oven dengan suhu
150C untuk Zone I, Zone II 165C dan Zone III 170C selama 35 menit 33 detik
13. Deppaning
Setelah roti keluar dari oven, maka roti sudah matang dan dilakukan proses
pengeluaran roti dari cetakannya proses ini disebut deppaning.
14. Cooling
Roti yang telah matang selanjutnya didinginkan dalam suhu ruang dengan
cooling conveyor dan roti berputar-putar mengikuti aliran conveyor selama 4 jam
sampai roti bersuhu 33 2C. Proses cooling tersebut bertujuan agar
mempermudah proses slicing (proses pemotongan roti) tanpa adanya kerusakan
serta mencegah kondensasi setelah produk dikemas. Kadar air yang hilang selama
pendinginan sekitar 2 3%.
15. Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan produk RTS yang tidak sesuai dengan
standar PT NIC contohnya roti penyok atau bentuk roti tidak sesuai ukuran
standar RTS PT NIC.
41

16. Slicing
Proses slicing adalah proses pemotongan RTS setelah pendinginan. Pada
RTS pemotongan dilakukan hingga roti menjadi 10 irisan. Persyaratan standar
proses slicing (pemotongan produk akhir) PT NIC dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC


Jenis Roti Kode Jumlah Target Berat Bersih (gram)
Slice/Pack Standard Minimum
Roti Tawar Spesial RTS 10 370 359
Roti Tawar Gandum RTG 10 366 355
Roti Cokelat Chips RCC 10 275 267
Roti Tawar Kupas RKU 10 200 194
Sumber : PT NIC (2011)
17. Packaging
Setelah proses slicing RTS selesai dan sesuai dengan ukuran standar roti,
proses selanjutnya adalah proses pengemasan roti. Roti yang sudah berada dalam
kemasan disegel dan dikunci menggunakan kwick lock. Proses pengemasan ini
dilakukan agar roti yang sudah dikemas tidak terkontaminasi dan
mempertahankan kadar air dalam produk. Standar proses pengemasan roti tawar
di PT NIC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC
Jenis Roti Kode Cooling Time Temperatur Roti Kadaluwarsa
(Jam) (C) (Hari)
Roti Tawar Spesial RTS 2 2,5 33 37 H+5
Roti Tawar Gandum RTG 2 2,5 33 37 H+5
Roti Cokelat Chips RCC 2 2,5 33 37 H+5
Roti Tawar Kupas RKU 45 < 28 H+5
Sumber : PT NIC(2011)

Pemakaian kwick lock yang berwarna bertujuan agar mempermudah dalam


membedakan tanggal kadaluwarsa produk yang berada di pasaran dan agar lebih
terlihat produk mana yang masih fresh dan produk mana yang sudah melewati
tanggal kadaluarsa harus sudah ditarik. Pemakaian kwick lock didasarkan pada
hari produksi yaitu: Senin berwarna kuning, Selasa berwarna biru, Rabu berwarna
merah, Kamis berwarna hijau, Jumat berwarna oranye, Sabtu berwarna cokelat,
dan Minggu berwarna putih.
42

18. Metal detecting


Produk yang sudah terkemas dilewatkan ke alat metal detector (pendeteksi
logam) untuk mendeteksi apabila terdapat campuran logam dalam produk. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari adanya bahaya logam yang masuk ke dalam
adonan yang bisa berasal dari mesin produksi, loyang dan lain sebagainya.
19. Sortasi II
Proses ini adalah pemisahan produk RTS yang telah dikemas atau dalam
pengemasannya tidak sesuai standar dan kebijakan PT NIC, contohnya dalam
penguncian kwick lock terkadang sering tidak terkunci rapat atau kemasan yang
rusak proses tersebut dilakukan oleh bagian Quality Control.
20. Kratting
Produk yang telah melewati proses sortasi yang kedua kemudian disimpan
di dalam krat-krat dan siap untuk didistribusikan, proses ini disebut kratting.
21. Finish Goods
Produk akhir yang sudah dikemas dan disimpan di krat sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP), kemudian dilakukan serah terima dari
bagian Produksi ke bagian Gudang Finish Goods (FG) dan dilakukan proses
penyimpanan sementara untuk setiap jenis produk. Sebelum roti didistribusikan ke
pelanggan, terlebih dahulu harus dilakukan proses picking, yaitu pemisahan dan
pengelompokkan roti sesuai dengan permintaan pelanggan, berdasarkan pada
pesanan yang ada.
Proses picking produk akhir harus sesuai dengan estimasi yang merupakan
data permintaan aktual dari konsumen. Selanjutnya dilakukan proses loading yaitu
gudang mengeluarkan barang berdasarkan Delivery Note (DN) atau surat jalan
yang disediakan oleh Administration Sales. Pada saat yang sama juga ada proses
unloading artinya menerima barang dari luar atau konsumen yang akan dicocokan
antara fisik dengan Delivery Note atau Nota Pengembalian Barang.
Langkah-langkah dalam proses serah terima roti antara bagian Produksi
Gudang FG yaitu:
1. Roti keluar dari produksi dilakukan pencatatan dan penghitungan pada
Product Output Control (POC).
43

2. Roti yang sudah terhitung dan tercatat ditempatkan sesuai jenis, rasa dan
tempat penempatannya berdasarkan kriteria roti yaitu: penempatan roti
fresh, penempatan roti First In First Out (FIFO), penempatan roti H+2,
penempatan roti saat dilakukan receiving.
Dalam penyimpanan finish goods seringkali terdapat kelebihan persediaan
akibat kelebihan produksi. Jumlah stock berlebih tersebut biasanya sisa poduk
hari sebelumnya ditambah dengan POC setelah dikurangi produk yang
didistribusikan tiap 24 jam. Waktu penyimpanan maksimum stock adalah 2 (dua)
hari dikarenakan usia roti hanya 5 (lima) hari dari tanggal produksi. Peta proses
operasi pembuatan RTS di PT NIC ditunjukkan pada Gambar 11.
44

PETA PROSES OPERASI

Nama Obyek : Roti Tawar Spesial


Dibuat Oleh : Eka Astriani
Tanggal Dipetakan : 20 Juli 2011

O.1 = Penimbangan Bahan Baku dan Persiapan


10 jam
I.1 = Pemeriksaan Penimbangan

5 O.2 = Sponge Mixing

2,5 jam O.3 = Fermentasi

9
O.4 = Dough Mixing

5
D.1 = Floor Time

5
O.5 = Dividing

5 O.6 = Rounding

13 D.2 = Intermediate Proofing

5 O.7 = Sheeting

30 O.8 = Moulding

15 O.9 = Panning

Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC


45

60 D.3 = Final Proofing

35 33 O.10 = Baking

30 O.11 = Depanning

2,5 jam D.4 = Cooling

10 I.2 = Sortasi

30 O.12 = Slicing

30 O.13 = Packaging

15 I.3 = Metal Detecting

10 I.4 = Sortasi

20 O.14 = Krating

S.1 = Storage Finish Goods

Ringkasan = Total Kegiatan = 14 Total Waktu = 20 jam 32 menit 33 detik

= 4

= 4

= 1

Lanjutan Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC


46

4.2.4 Distribusi
Proses distribusi dilakukan dengan bantuan perusahaan rekanan yang diatur
untuk mendistribusikan ke masing-masing wilayah distribusi. Distribusi
menggunakan truk berukuran sedang pengiriman ke distributor dapat dilakukan
hanya sekali atau beberapa transit tergantung dari distributor yang dituju. Setiap
armada truk transit hanya di outlet untuk Distribution Channel (DC) dan stock
point. Sedangkan untuk RO dan institusi, setiap armada transit bisa
mendistribusikan lebih dari 8 (delapan) outlet. Sedangkan untuk agen, setiap
armada truk transit di 3 atau 4 outlet, hal ini disebabkan jumlah pesanan dari
setiap outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang
sama juga disalurkan ke konsumen akhir. Perusahaan rekanan untuk proses
distribusi tersebut antara lain PT Bangun Putra Karawang (BPK), PT Adira
Logistic dan PT. Wira Logistic (Astriani, 2009).
4.2.5 Aliran Informasi
Aliran informasi merupakan hal yang wajib dan dibutuhkan dilakukan oleh
PT NIC, baik informasi yang diperoleh dari pemasok maupun pelanggan. Hal
yang pertama yaitu komunikasi dengan pelanggan, dilakukan dengan penyebaran
informasi produk dengan mengirimkan contoh produk, informasi produk dan
perusahaan. Hal selanjutnya adalah komunikasi dengan pemasok. Teknik
komunikasi PT NIC dengan pemasok antara lain: setiap bulan bagian QC bahan
baku mendatangi pemasok untuk memeriksa dan mengaudit pemasok,
mengirimkan PO kepada pemasok, seperti jenis produk, jumlah produk yang
dipesan, hingga tanggal pengiriman dan penerimaan produk dari pemasok. Alat
komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok adalah berupa
telepon, faximile, dan surat elektronik (Astriani, 2009).
PT NIC melakukan kontrak dengan pemasok per 1 (satu) tahun yang
bertujuan untuk efisiensi biaya karena adanya potongan harga. Kontrak tersebut
hanya berlaku untuk bahan baku tertentu saja, seperti keju, cokelat dan tepung.
Kontrak tersebut akan diperbaharui kembali setelah 1 (satu) tahun dengan
mengkaji hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kontrak dapat dilakukan
untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang
lebih kecil untuk setiap pengirimannya. Selain itu, masalah kualitas dapat
47

ditingkatkan dari pihak pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi salah


satu tindakan pemborosan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan
yang datang.
Pemeriksaan penerimaan bahan yang datang dapat dikurangi atau mungkin
dapat dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
bahan baku yang disepakati dalam kontrak yang lebih efektif dan efisien. Dalam
kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah atau
kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan
apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang
dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak
terjadi waktu menunggu yang cukup lama (Astriani 2009).
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk
Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan jasa
perbankan. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar
negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran
dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan
faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25
setiap bulannya.
Sistem pembayaran oleh distributor dan konsumen dilakukan secara transfer
ke rekening bank milik PT NIC. Pembayaran oleh distributor dilakukan setelah
penghitungan jenis roti yang dikirimkan dan yang dikembalikan. Sedangkan untuk
institusi tidak ada pengembalian roti. Hal yang serupa juga berlaku untuk agen,
kecuali sedang ada promosi jenis roti baru oleh PT NIC. Jangka pembayaran
adalah 30 hari untuk Channels Dc and Ro (supermarket, minimarket, dan P&D).
Pembayaran untuk agen dan institusi dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari
(Astriani, 2009).
48

4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Subkriteria bahan


baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam Memilih Pemasok
RTS
Kriteria pemilihan pemasok merupakan hal yang dipertimbangkan oleh PT
NIC dalam memilih perusahaan sebagai rekanan kerjasama untuk memasok bahan
baku yang diperlukan. Tujuan utama pemilihan pemasok yaitu agar didapatkan
kontinuitas produksi, keterjaminan kualitas bahan baku, dan juga kualitas produk
yang dihasilkan.
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok
Pemasok yang memasok bahan-bahan ke PT NIC akan berhubungan
langsung dengan bagian proses produksi. Oleh karena itu pemilihan pemasok
yang akan bekerjasama dengan PT NIC dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
prosedur pemilihan berikut ini:
1. Sebelum melakukan pesanan pada pemasok baru, PT NIC melakukan audit
pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut.
2. PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok melalui sertifikasi halal dari badan yang disetujui
oleh Majelis Ulama Indonesia.
3. Mengutamakan perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan yang belum memiliki
sertifikat ISO dapat bekerjasama dengan PT NIC selama sistem yang
dijalankan oleh perusahaannya berjalan dengan baik.
4. Kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan
perusahaan.
5. Kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan
perusahaan.
6. Referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
49

Pemilihan pemasok di PT NIC dilakuan dengan berbagai pertimbangan


tertentu. Kriteria yang digunakan PT NIC dalam pemilihan pemasok RTS yaitu:
1. Kehalalan (P)
Kriteria kehalalan merupakan kriteria yang penting dalam pemilihan
pemasok RTS. Hal utama yang dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok
RTS di PT NIC karena bahan baku yang digunakan harus mempunyai
sertifikat halal. Produk halal ialah produk yang memenuhi syarat kehalalan
sesuai dengan syariat agama Islam.
2. Kualitas (Q)
Kualitas merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam
pemilihan pemasok RTS yang dilakukan oleh PT NIC. Pemasok RTS harus
memberikan kualitas bahan baku yang terbaik untuk menghasilkan produk
yang enak dan bergizi sesuai dengan slogan dari PT NIC itu sendiri.
3. Harga (R)
Kriteria harga merupakan kriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok bahan baku RTS. Harga sering kali merupakan salah
satu penentu utama dalam menentukan pemasok. Hal ini karena harga bahan
baku akan menentukan besar biaya produksi dan akhirnya mempengaruhi
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam penjualan.
4. Ketersediaan Barang (S)
Kriteria ini menunjukkan kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan
baku yang dipesan oleh PT NIC, baik itu memenuhi pesanan yang rutin
ataupun pesanan mendadak. Kemampuan pemasok dalam menyediakan
bahan baku jika PT NIC melakukan pesanan yang mendadak terkait dengan
kapasitas persediaan yang dimiliki pemasok tersebut. PT NIC akan memilih
pemasok dengan pengololaan manajemen persediaan yang baik.
5. Reputasi Pemasok (T)
Reputasi pemasok merupakan kemampuan pemasok membangun citra yang
baik sehingga dipercaya PT NIC untuk dipilih menjadi pemasok. Apabila
reputasi pemasok tersebut baik maka secara otomatis PT NIC akan
mempertimbangkannya untuk dijadikan pemasok tetap. Reputasi pemasok
50

terkait dengan perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal,


dan dipercaya oleh perusahaan.
6. Waktu Pengiriman (U)
Ketepatan waktu pengiriman juga banyak dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok RTS. Ketepatan waktu pengiriman yang dimaksud
adalah kemampuan pemasok dalam pengiriman bahan baku tepat waktu,
tepat jumlah dan tepat sasaran, sehingga tidak mengganggu kelancaran
kegiatan produksi PT NIC.
4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok RTS
a. Sub Kriteria Untuk Kriteria Halal
Sub kriteria yang dipertimbangkan adalah dokumen pendukung lengkap,
audit lapangan dan sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI).
1. Dokumen Pendukung Lengkap (P1)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan dan menyediakan dokumen
pendukung yang lengkap yang berhubungan dengan kehalalan bahan
baku akan menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilihnya menjadi
pemasok bahan baku PT NIC.
2. Audit Lapangan (P2)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan kesesuaian antara dokumen
yang diberikan pemasok dengan kondisi aktual di lapangan yang
berhubungan dengan kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan pemasok yang bersangkutan.
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh (LPPOM MUI) (P3)
Pemasok yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan atau diakui
oleh LPPOM MUI akan memiliki peluang lebih baik untuk menjadi
pemasok di PT NIC dibandingkan dengan pemasok yang tidak
mempunyai sertifikat kehalalan produk.
51

b. Sub Kriteria Untuk Kriteria Kualitas


1. Kesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
Perjanjian tertulis antara PT NIC dan pemasok mengenai spesifikasi
bahan baku merupakan suatu pedoman bagi pemasok untuk menyediakan
bahan baku seperti yang tertulis dalam perjanjian. Apabila pemasok
sudah bisa memenuhi spesifikasi bahan baku maka PT NIC akan lebih
mempercayainya untuk menjadi pemasok di PT NIC.
2. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q2)
Kemampuan pemasok untuk memberikan kualitas yang konsisten juga
memperbesar peluang pemasok untuk terpilih menjadi pemasok yang
akan digunakan PT NIC. Jika pemasok sudah bisa menyediakan bahan
baku dengan kualitas konsisten maka akan membuat PT NIC akan lebih
memprioritaskan pemasok tersebut dan akan menggunakan pemasok
tersebut untuk jangka panjang jika mampu mempertahankan kualitas
dengan konsisten.
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan babas bakteri (Q3)
Kemampuan pemasok menyediakan bahan baku yang bebas dari cacat
dan bebas bakteri akan memperbesar kemungkinan pemasok tersebut
menjadi pemasok PT NIC.
c. Sub Kriteria Untuk Kriteria Harga
1. Kesesuaian harga (R1)
Kemampuan pemasok dalam memberikan harga yang sesuai dengan
kulitas bahan baku yang ditawarkan, sehingga akan menarik minat PT
NIC untuk memilihnya menjadi pemasok PT NIC. Harga bahan baku
yang lebih mahal tidak menjadi masalah jika pemasok bisa menyesuaikan
harga tersebut dengan kualitas bahan baku yang disediakan.
2. Kemampuan memberikan diskon (R2)
Pemasok yang bisa memberikan potongan harga atau diskon kepada
pelanggan yang memesan dalam jumlah tertentu akan menarik minat PT
NIC untuk memilih pemasok tersebut.
3. Mekanisme pembayaran yang mudah (R3)
52

PT NIC akan lebih tertarik dengan pemasok yang bisa memberikan


kemudahan dalam melakukan transsaksi. Jika pemasok bisa memberikan
sistem pembayaran yang mudah baik itu jangku waktu pembayaran
transaksi yang tidak rumit akan lebih disenangi PT NIC untuk menjadi
pemasoknya.
d. Sub Kriteria Untuk Kriteria Ketersediaan Barang
1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
PT NIC akan memilih pemasok yang bisa memenuhi pesanan rutinnya.
Jika perusahaan memiliki permintaan yang tinggi maka akan mencari
pemasok yang skala produksinya besar untuk memenuhi pesanannya.
2. Persediaan untuk pesanan mendadak (S2)
PT NIC kadang-kadang melakukan pesanan mendadak. Apabila PT NIC
tidak mempunyai persediaan maka akan melakukan pemesanan bahan
baku. Oleh karena itu, PT NIC akan mencari dan memilih pemasok
bahan baku dengan manajemen persediaan yang baik agar bisa
memenuhi pesanan mendadak dari PT NIC.
e. Sub Kriteria Untuk Kriteria Reputasi Pemasok
1. Perusahaan pemasok dan produknya telah banyak dikenal (T1)
Apabila perusahaan pemasok dan produknya banyak dikenal berarti salah
satu alasannya adalah banyak perusahaan yang menggunakannya sebagai
pemasok dan berarti pemasok tersebut mempunyai reputasi yang baik.
2. Dipercaya oleh perusahaan (T2)
Kepercayaan sangat susah untuk didapatkan. Kepercayaam yang
dimaksud disini merupakan bentuk keyakinan dari PT NIC pada
pemasok. Misalnya PT NIC menggunakan pemasok Jaya Fermex, karena
PT NIC percaya bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi keinginan
pelanggannya dan PT NIC merasa puas.
f. Sub Kriteria Untuk Kriteria Waktu Pengiriman
1. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1)
PT NIC akan senang kepada pemasok yang mampu mengirimkan
pesanan tepat waktu, karena dengan tepat waktu pesanan datang maka
53

kegiatan produksi juga bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu sub
kriteria ini perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok.
2. Lead time pengiriman yang singkat(U2)
PT NIC akan lebih lebih cenderung memilih pemasok bahan baku yang
memiliki waktu tunggu yang relatif singkat. Selain itu, waktu tunggu
yang singkat akan menghemat biaya lain-lain.
3. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3)
Kemampuan menangani masalah sistem transportasi adalah kemampuan
pemasok dalam mengetahui masalah yang berhubungan dengan distribusi
bahan baku dari perusahaan pemasok ke PT NIC. Bagaimana pemasok
mencari jalan alternatif apabila jalan yang biasa digunakan rusak atau
macet, akan tetapi bahan baku harus sampai tepat waktu. Hal ini penting
untuk diperhatikan, sehingga perlu dipertimbangkan dalam memilih
pemasok.
Struktur hirarki pemilihan pemasok dapat dilihat pada Gambar 12.
54

Pemilihan Pemasok RTS


Goal di PT Nippon Indosari
Corpindo

Ketersediaan Reputasi Waktu


Kriteria Halal Kualitas Harga Barang Pemasok Pengiriman

Dokumen Kesesu- Kesesu- Kemam- Perusaha- Kemam-


pendu- aian bhn aian harga puan an pema- puan
kung baku dgn memenu- sok & mengirim
lengkap spesifikasi hi produk- pesanan
yg sudah Kemam- pesanan nya sudah tepat
ditetapkan puan banyak waktu
Audit memberi
lapangan dikenal
Sub- diskon Persedia-
Kriteria Kemam- an untuk Lead time
puan pesanan Dipercaya pengirim-
Sertifikat Mekanis- mendadak an yang
memberi perusaha-
kehalalan me pem- singkat
kualitas yg an
internasio bayaran
konsisten
nal yang yang
diakui mudah Kemam-
LPPOM Penyediaan puan me-
MUI bhn baku nangani
tanpa cacat masalah
& bebas sistem
bakteri transport-
tasi

Pemasok PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah

Gambar 12. Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC

4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal


Berdasarkan hasil pengolahan data secara horizontal pada tingkat kedua
(kriteria) dengan metode PHA maka diperoleh bahwa kriteria yang paling
berpengaruh dalam memilih pemasok bahan baku RTS pada PT NIC adalah
kualitas dengan bobot 0,216. Bobot kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada
Gambar 13 berikut.
55

Pemilihan Pemasok RTS


Goal di PT Nippon Indosari
Corpindo

Ketersediaan Reputasi Waktu


Halal Kualitas Harga Barang
Kriteria
(0,192) (0,216)
Pemasok Pengiriman
(0,102) (0,213) (0,066) (0,210)

Dokumen Kesesu- Kesesu- Kemam- Perusaha- Kemam-


pendu- aian bhn aian harga puan an pema- puan
kung baku dgn (0,336) memenu- sok & mengirim
lengkap spesifikasi hi produk- pesanan
(0,415)
yg sudah pesanan nya sudah tepat
ditetapkan (0,542) banyak
Sub- Kemam- waktu
(0,333) dikenal (0,416)
Kriteria Audit puan
Persedia- (0,712)
lapangan memberi
(0,344) Kemam- diskon an untuk Lead time
puan (0,210) pesanan Dipercaya pengirim-
memberi mendadak perusaha- an yang
kualitas yg (0,458) singkat
Sertifikat an
kehalalan konsisten Mekanis- (0,288) (0,291)

internasio (0,333) me pem-


nal yang bayaran Kemam-
diakui yang puan me-
Penyediaan mudah
LPPOM nangani
bhn baku (0,454)
MUI masalah
(0,241)
tanpa cacat
sistem
& bebas
transport-
bakteri
(0,333) tasi
(0,293)

PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah


Pemasok (0,337)
(0,333) (0,328)

Gambar 13. Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA

Tabel 9 dan Tabel 10 berikut menunjukkan bobot dan prioritas untuk masing-
masing kriteria dan sub kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS di PT NIC.
Kriteria dan sub kriteria akan dibahas sebagai berikut.
Tabel 9. Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS
No Kriteria Bobot Prioritas
1 Kualitas 0,216 1
2 Ketersediaan Barang 0,213 2
3 Waktu Pengiriman 0,210 3
4 Halal 0,192 4
5 Harga 0,102 5
6 Reputasi Pemasok 0,066 6
56

Tabel 10. Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS
No Kriteria Sub Kriteria Bobot Prioritas
1 Kualitas (Q) 1. Kesesuaian bahan baku dengan 0,333 Sama
spesifikasi yang sudah ditentukan (Q1) 0,333 Penting-
2. Konsistensi kualitas (Q2) 0,333 Nya
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat
dan bebas bakteri (Q3)
2 Ketersediaan 1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1) 0,540 1
Barang (S) 2. Persediaan untuk pesanan mendadak 0,460 2
(P2)
3 Waktu 1. Kemampuan mengirimkan pesanan 0,416 1
Pengiriman tepat waktu (U1) 0,291 3
(U) 2. Leadtime pengiriman yang singkat (U2) 0,293 2
3. Kemampuan menangani masalah sistem
transportasi (U3)
4 Halal (P) 1. Dokumen pendukung lengkap (P1) 0,415 1
2. Audit lapangan (P2) 0,344 2
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang 0,241 3
diakui oleh LPPOM MUI (P3)
5 Harga (R) 1. Kesesuaian harga (R1) 0,336 2
2. Kemampuan memberikan diskon (R2) 0,210 3
3. Mekanisme pembayaran yang mudah 0,454 1
(R3)
6 Reputasi 1. Perusahaan pemasok dan produknya 0,712 1
Pemasok (T) sudah banyak dikenal (T1) 0,288 2
2. Dipercaya Perusahaan (T2)

a. Kriteria Kualitas
Kualitas merupakan kriteria yang menjadi prioritas pertama dengan bobot
0,216. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilih pemasok bahan
baku RTS di PT NIC. Hal ini disebabkan bahwa PT NIC sangat berkomitmen
terhadap tingginya kualitas produk-produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku
yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Kriteria-kriteria yang
menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih pemasok bahan baku secara berturut-
turut adalah ketersediaan barang (0,213), waktu pengiriman (0,210), halal (0,192),
harga (0,102) dan reputasi pemasok (0,066).
Berdasarkan Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada kriteria kualitas, sub
kriteria kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditentukan,
kemampuan memberikan kualitas yang konsisten dan penyediaan bahan baku
tanpa cacat dan bebas bakteri memperoleh bobot yang sama yaitu 0,333. Hal ini
menegaskan bahwa ketiga sub kriteria tersebut merupakan elemen yang penting
57

dalam pemilihan pemasok, karena tiga elemen tersebut sangat saling keterkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Kriteria Ketersediaan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas kedua adalah ketersediaan barang dengan
bobot 0,213. Pemasok harus mampu memenuhi pesanan PT NIC kapan saja, tidak
hanya pesanan rutin yang dilakukan PT NIC. Perusahaan melihat apakah pemasok
mampu menyediakan bahan baku apabila ada pesanan secara mendadak. Hal ini
menjadi pertimbangan karena pada beberapa kondisi tertentu PT NIC akan
melakukan permintaan mendadak terhadap bahan baku untuk memenuhi
permintaan konsumen.
PT NIC akan mencari pemasok yang bisa memenuhi permintaan pesanan
dalam jumlah skala besar untuk memenuhi pesanannya. Sub kriteria yang menjadi
prioritas pertama berdasarkan Tabel 11 adalah kemampuan memenuhi pesanan
dengan bobot 0,542. Sedangkan untuk prioritas yang kedua adalah persediaan
untuk pesanan mendadak dengan bobot 0,458. Pemasok yang bekerjasama dengan
PT NIC harus siap dengan permintaan bahan baku yang mendadak atau diluar
jadwal pengiriman yang sudah ditentukan. Jika pemasok tidak bisa memenuhi
permintaan bahan baku yang mendadak maka PT NIC akan memeriksa buffer
stock yang dimiliki oleh PT NIC di pabrik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
stock bahan baku di gudang. Jika bahan baku tidak tersedia, maka PT NIC akan
memesan ke pemasok yang lain.
c. Kriteria Waktu Pengiriman
Kriteria prioritas ketiga adalah waktu pengiriman dengan bobot 0,210.
Waktu merupakan hal yang penting bagi perusahaan. PT NIC yang berada di
Kawasan Industri Jababeka Cikarang sangat membutuhkan pemasok yang bisa
mengirimkan pesanan tepat waktu ke lokasi perusahaan, agar jadwal produksi PT
NIC dapat berjalan dengan lancar. Ketepatan waktu pengiriman bahan baku juga
akan mempengaruhi ketepatan waktu PT NIC untuk memenuhi permintaan RTS
di pasaran.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama untuk kriteria ini adalah
kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu. Besarnya bobot yang dihasilkan
yaitu 0,416. Beberapa waktu pengiriman bahan baku RTS biasanya telah
58

disepakati oleh pemasok dan PT NIC contohnya untuk pengiriman terigu dan ragi
dikirim dari hari senin sampai sabtu, untuk etiket RTS dikirim seminggu sekali.
Sub kriteria dengan prioritas kedua dan ketiga berturut-turut adalah kemampuan
mengatasi masalah sistem transportasi (0,293) dan lead time pengiriman yang
singkat (0,291).
d. Kriteria Kehalalan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas keempat adalah kriteria kehalalan bahan
baku dengan bobot 0,192. Kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
sangat dipertimbangkan. Meskipun hanya berada pada prioritas keempat akan
tetapi melihat dari bobotnya yang tidak berbeda jauh dari kriteria-kriteria di
atasnya, maka dapat dilihat bahwa PT NIC sangat memperhatikan aspek kehalalan
bahan baku untuk produksinya. Hal ini diperlukan karena PT NIC merupakan
produsen makanan yang harus memperhatikan aspek kehalalan produknya mulai
dari bahan baku, proses, sampai dengan produk jadinya.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama dalam kriteria halal adalah
dokumen pendukung lengkap dengan bobot 0,415. PT NIC akan memilih
pemasok yang memiliki dokumen pendukung lengkap. Dokumen yang dimaksud
adalah dokumen sistem mutu, yang mencakup panduan mutu dan prosedur baku
yang dibuat oleh perusahaan misalnya SOP produksi pembuatan bahan baku RTS,
dan juga sertifikat kehalalan yang dimiliki oleh pemasok.
Sub kriteria yang kedua adalah audit lapangan dengan bobot 0,344. Pada
waktu yang sudah ditetapkan, tim dari PT NIC yang dilengkapi dengan surat tugas
dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (audit) ke pemasok. Selama
pemeriksaan (audit) berlangsung, pemasok diminta bantuannya untuk
memberikan informasi yang jujur dan jelas mengenai spesifikasi bahan baku
tersebut. Sub kriteria yang menjadi prioritas ketiga adalah sertifikat kehalalan
internasional yang diakui LPPOM MUI dengan bobot 0,454.
e. Kriteria Harga
Kriteria yang menjadi prioritas kelima adalah kriteria harga dengan bobot
0,102. Harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih pemasok bahan
baku RTS pada PT NIC. Namun demikian, harga tetap menjadi pertimbangan PT
NIC dalam memilih pemasok. Harga menjadi prioritas kelima dibawah kualitas,
59

ketersediaan barang, waktu pengiriman, dan halal karena besarnya harga


bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan
kriteria prioritas. PT NIC tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam mencari
pemasok bahan baku RTS, yang penting pemasok tersebut dapat memenuhi
kualitas, ketersediaan barang, waktu kirim dan kehalalan.
Sub kriteria yang menjadi prioritas pertama adalah mekanisme pembayaran
yang mudah (0,454). Pelaksanaan pembayaran di PT NIC dilakukan dengan
menggunakan sistem yang menggunakan jasa bank. Pembayaran oleh PT NIC
kepada pemasok baik lokal maupun luar negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah
bahan baku diterima. Pembayaran dilakukan secara satu kali bayar setelah
dilakukan pengecekan bahan baku dan faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT
NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sub kriteria yang
menjadi prioritas kedua adalah kesesuaian harga dengan bobot 0,336 dan yang
menjadi prioritas ketiga adalah kemampuan memberikan diskon bobot 0,210.
f. Kriteria Reputasi Pemasok
Kriteria yang menjadi prioritas terakhir adalah reputasi pemasok dengan
bobot 0,066. Kriteria ini tidak terlalu diprioritaskan oleh PT NIC dalam memilih
pemasok RTS. Hal ini karena selama pemasok dapat memenuhi semua permintaan
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh PT NIC, maka pemasok tersebut tetap
menjadi pemasok di PT NIC walaupun reputasi perusahaan pemasok tersebut
tidaklah terlalu bagus.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan
produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dan produknya
yang sudah banyak dikenal berarti memiliki reputasi baik, jujur, dan dikenal
mampu memberikan permintaan bahan baku dengan baik akan dipercaya oleh PT
NIC untuk dijadikan pemasok baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Prioritas kedua adalah pemasok dapat dipercaya oleh perusahaan dengan bobot
0,288. Mendapatkan kepercayaan dari perusahaan lain sangat berarti untuk
membuat perusahaan memilihnya menjadi pemasok salah satunya kepercayaan PT
NIC untuk para pemasoknya.
60

4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi

Pengolahan secara vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada


tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal). Pengolahan
vertikal menunjukkan pemasok yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
PT NIC dengan masing-masing bobot yang telah didapatkan dalam masing-
masing hirarki. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria


Perusahaan
No Nama Pemasok Bobot Prioritas
1 PT Jaya Fermex 0,337 1
2 PT Adyaceda 0,333 2
3 PT Nusa Indah 0,328 3

Berdasarkan Tabel 12, pemasok PT Jaya Fermex memiliki bobot paling


tinggi dibandingkan dengan pemasok yang lainnya yaitu dengan bobot 0,337. Hal
tersebut dikarenakan pemasok selama ini memperlihatkan kinerja yang baik
terutama dalam hal memenuhi kriteria yang telah diprioritaskan. Kriteria tersebut
yaitu kualitas (0,333), halal (0,333), ketersediaan dalam memenuhi barang
(0,336), waktu pengiriman yang tepat waktu dengan bobot (0,347), penentuan
harga (0,346), dan juga reputasi pemasok yang baik dan jujur (0,325). Demikian
juga apabila dilihat dari bobot sub kriteria yang diperoleh. PT Jaya Fermex juga
memperlihatkan kinerja yang baik pada sub kriteria yang diprioritaskan yaitu
kemampuan memenuhi pesanan (0,333), kemampuan mengirimkan pesanan tepat
waktu (0,333), dokumen pendukung kehalalan lengkap (0,333), mekanisme
pembayaran yang mudah (0,333), perusahaan pemasok dan produknya sudah
banyak dikenal (0,333), serta ketiga sub kriteria pada kriteria kualitas dengan
bobot sebesar 0,333.
Hal ini berarti dilihat berdasarkan analisis kriteria pemasok RTS pada
PT NIC, PT Jaya Fermex merupakan pemasok yang memiliki kesesuaian
berdasarkan penilaian kriteria dengan bobot paling tinggi dibanding dengan PT
Adyaceda (0,333) dan PT Nusa Indah (0,328).
61

4.5. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian, maka prioritas pemasok bahan baku yang akan
dipilih sebagai pemasok bahan baku RTS adalah pemasok yang mampu
menyediakan bahan baku dengan kualitas yang baik yang sesuai dengan
permintaan PT NIC. Hal ini mengimplikasikan bahwa PT NIC perlu untuk terus
selektif dalam memilih pemasok dengan memperhatikan kualitas bahan baku yang
mampu disediakan oleh pamasok. Di samping itu, komunikasi lebih lanjut yang
intensif dengan pemasok dapat dilakukan PT NIC untuk memperbaiki kinerja
pemasok yang masih dianggap kurang baik. Dilihat dari sisi manajemen sumber
daya, diharapkan kepada perusahaan untuk terus menjaga kualitas bahan baku
yang diterima dari pemasok antara lain dengan melakukan audit lapangan yang
teratur dan efektif serta pendekatan dengan pihak pemasok, sehingga akan
meningkatkan juga kualitas produksi dari perusahaan.
62

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Model rantai pasokan PT NIC terdiri dari 3 (tiga) aliran. (1) aliran barang
dari hulu ke hilir, anggotanya adalah pemasok, perusahaan, distributor,
wholesaler, retailer, dan konsumen akhir, (2) aliran informasi dari hilir ke
hulu, berupa informasi penjadwalan, dan pesanan, (3) aliran finansial dari
hulu ke hilir, berupa aliran uang secara tunai.
b. Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan
dengan mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas
perusahaan pemasok tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status
kehalalan dari bahan yang akan dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk
yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan perusahaan, kesesuaian
harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan perusahaan,
referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
c. Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam memilih pemasok bahan baku
RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Sub kriteria yang
menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah
banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik
yaitu PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.

2. Saran
a. PT NIC sebaiknya melakukan hubungan baik dengan semua pihak yang
terkait dengan perusahaan, khususnya dengan pihak pemasok agar
transaksi bisnis berjalan lancar dan saling menguntungkan, serta berusaha
menciptakan hubungan yang bersifat kekeluargaan dan saling
menghormati agar tercipta kerjasama dalam jangka waktu yang panjang.
b. Komunikasi lebih lanjut dengan pemasok dapat dilakukan untuk
memperbaiki kinerja untuk pemasok yang kurang baik.
63

DAFTAR PUSTAKA

Astriani, E. 2009. Mempelajari Penilaian Kinerja Pemasok Roti Coklat Chip di PT


Nippon Indosari Corpindo, Cikarang, Bekasi. Tugas Akhir pada Program
Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa,
Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bungsu, I.P. 2010. Kajian Pemilihan Pemasok Buah- Buahan dengan Proses
Hirarki Analitik (Studi Kasus: Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani
Square, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manejemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chopra, S. S. Sodhi. ManMohan. 2001. Supply Chain. http://wikipedia.org/


wiki/Supply_Chain. [11 Juli 2009]

Firdaus, M., dan M.A. Farid. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih Untuk
Manajemen dan Bisnis. IPB Press, Bogor.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI).


2011. Outlook Industry Makanan Minuman 2011: Tantangan Kenaikan
Harga Bahan Baku Pangan & Peningkatan Daya.
http://www.gapmmi.or.id/cetak.php?id=96 [29 Mei 2011].

Halomoan, J.D. 2007. Pengendalian persediaan bahan baku di PT Nippon Indosari


Corpindo, Cikarang Bekasi. Skripsi pada Departemen Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hatani, L. 2008. Analisis Criteria Supplier-Selection terhadap kinerja perusahaan


perikanan di PPS Kendari. http://lib.unhalu.ac.id/files/hata/J.1-
CRITERIA%20 SUPPLIER-SELECTION%20.pdf [2 Juli 2009].

Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba


Empat, Jakarta

Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Irghandi, R. 2008. Proses produksi. http://one.indoskripsi.com/node/6772


[11 Juli 2009].

Kementerian Perindustrian (Kemenperin). 2010. Karakteristik Penting Data


Industri Besar dan Sedang Tahun 2010. http://www.kemenperin.go.id [29
Mei 2011].
64

Lambert, Cooper, Pagh. 1998. A strategic framework for supply chain oriented
logistics.http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3705/is_200501/ai_n157160
69 / [11 Juli 2009].

Mulyadi, J. 2010. Tren Konsumsi Roti Sebagai Makanan Pokok Masyarakat


Indonesia. http://bataviase.co.id/node/196255 [29 Mei 2011]

Permadi, B.S. 1992. AHP. PAU-EK-UI, Jakarta.

PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC). 2011. Proses Pembuatan Roti Tawar
Spesial. PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.

Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka


Binaman Presindo, Jakarta.

Said, A.I. 2006. Produktifitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management.
PPM, Jakarta.

Tracey and Vonderembse. 2004. Building Supply Chain : A Key To Enhancing


Manufacturing Performance. Journal of Business Mid-American 15:10-20.

Turban, Rainer, Porter. 2004. Supply Chain Management. http://id.wikipedia.org/


wiki/ Manajemen_ rantai_suplai. [11 Juli 2009].

Vani, D. 2007. Evaluasi Kinerja Pemasok berdasarkan Tingkat Efisiensi


Menggunakan Metode AHP dan DEA. (Studi Kasus; PT BMS) =
Performance Evaluation of Supplier based on Eficiency Rate Using AHP
and DEA Methods. (Case: PT BMS). http://www.lib.eng.ui.ac.id/
opac/themes/ina/detail.jsp?id=48174&lokasi=lokal [29 Mei 2011].

Yusman. 2009. Manajemen Rantai Pasok. http://www.scribd.com/doc/2238583/


manajemen-rantai-pasokan [11 Juli 2009].
65

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner identifikasi rantai pasokan 66

ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK ROTI TAWAR SPESIAL


DI PT.NIPPON INDOSARI CORPINDO CIKARANG, BEKASI

Bapak/Ibu yang terhormat,


Saya Eka Astriani/H24097036, adalah mahasiswa manajemen semester 3
di IPB. Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Penilaian Kinerja Pemasok Roti Tawar Spesial dengan Menggunakan Metode
Proses Hirarki Analitik (PHA). Penelitian ini dilakukan dalam rangka
penyelesaian tugas akhir di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB, Bogor.
Saya mohon kerja sama dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini agar
bisa membantu proses pengambilan data penelitian yang sedang dilakukan.
Kuesioner ini adalah kuesioner tahap pertama yang disusun untuk
mengidentifikasikan system rantai pasokan di PT NIC, khususnya rantai pasokan
bagian hulu yaitu pemasok. Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan
kegiatan-kegiatan dalam memperoleh bahan mentah menjadi barang yang
setengah jadi dan barang jadi, kemudian bagaimana mengirimkan produk tersebut
ke pelanggan melalui jalur distribusi.
Saya mengharapkan Bapak/Ibu dapat memberikan informasi yang akurat
dan jujur sehingga informasi yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan
terima kasih.

Bogor, July 2011

Identitas Responden

Nama :.
Jabatan :.
Alamat Kantor :.
Telepon/Fax :.
Lanjutan Lampiran 1. 67

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Pada tahun berapa PT NIC berdiri?
2. Ada berapa jenis macam roti yang diproduksi di pabrik
utama?sebutkan!
3. Apa Visi dan Misi PT NIC?

B. Pemasok Roti Tawar Spesial


1. Bagaimana PT NIC mendapatkan informasi tentang pemasok bahan
baku roti tawar special yang dilakukan oleh perusahaan?
a. Mencari informasi sendiri
b. Melalui media internet
c. Lainnya, sebutkan
2. Berapa kali dalam sebulan perusahaan melakukan pemesanan bahan
baku RTS?
Jenis Bahan Baku Waktu Pemesanan

3. Berapa jumlah pengiriman bahan baku dari pemasok dalam sekali


pengiriman?
......
4. Darimana saja pemasok bahan baku RTS?
a. Lokal
b. Impor, sebutkan..
5. Bagaimana sistem pemesanan bahan baku RTS dari pemasok?
..............................
6. Bagaimana sistem pegangkutan bahan baku RTS yang sudah dipesan
dari pemasok hingga sampai ke pabrik?
..
7. Seberapa baik hubungan kemitraan antara perusahaan dengan pemasok
bahan baku RTS?
..................................................................................................................
8. Sebutkan contoh hubungan-hubungan kemitraan antara perusahaan
dengan pemasoknya?
a.
b.
c.
9. Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam
memilih pemasok?
a. ....
b.
c.
10. Hal-hal apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan faktor-
faktor tersebut?
..
Lanjutan Lampiran 1. 68

11. Siapa saja dalam perusahaan yang berpengaruh dalam mengambil


keputusan memilih pemasok yang digunakan perusahaan?
..
12. Apa tujuan perusahaan dalam memilih pemasok?
......
13. Apakah perusahaan sudah melakukan pemilihan kriteria pemasok
bahan baku?
a. Ya
b. tidak
14. Jika ya, apa saja kriteria yang dinilai dalam melakukan penilaian
kinerja pemasok?
..
C. Persediaan
1. Apakah perusahaan mempunyai persedian bahan baku RTS?.................
2. Bagaimana bentuk persediaan yang selama ini dilakukan perusahaan?
a. Stok Produk (persediaan dalam jumlah besar)
b. Just In Time (Persediaan sesuai dalam jumlah besar)
c. Lainnya...
3. Bagaimana proses penerimaan bahan baku RTS?
a. Bahan baku diterima oleh perusahaan
b. Bahan baku diambil dari pemasok
c. Lainnya, sebutkan..
4. Apa yang dilakukan perusahaan jika bahan baku sudah menurun
kualitasnya?
a. Dikembalikan ke pemasok c. Lainnya, sebutkan.......
b. Langsung dibuang

D. Produksi
1. Berapa jumlah rata-rata produksi RTS per bulan?...................................
2. Berapa jumlah rata-rata permintaan RTS per bulan?...............................
3. Bagaimana proses penentuan kebijakan produksi?
a. Ditentukan oleh manajemen perusahaan berdasarkan permintaan
b. Kesepakatan antara manajemen perusahaan dan para pekerja
c. Lainnya, sebutkan..
Lanjutan Lampiran 1. 69

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran proses produksi


RTS?
a. Keterlambatan bahan baku yang datang
b. Kerusakan alat/mesin
c. Lainnya, sebutkan..
5. Apa yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut?
a. .
b. .
c. .
6. Apabila dilihat dari segi mutu, apakah RTS yang dihasilkan sudah
memenuhi keinginan pelanggan?
a. Ya, adakah standar mutu yang sudah diterima?
Apa?................................................................
b. Tidak, dari segi
Usaha yang dilakukan untuk mengatasinya?
..

E. Distribusi
1. Bagaimana bentuk distribusi produk yang selama ini digunakan?
a. Menggunakan distributor perusahaan
b. Pelanggan langsung mengambil ke perusahaan
c. Menggunakan perusahaan jasa distributor independen
d. Lainnya, sebutkan.
2. Jika menggunakan distributor independen, jenis distributor yang
digunakan?
a. Distributor besar
b. Retailer
c. Agen
d. Lainnya, sebutkan..
3. Jika menggunakan distributor independen untuk menyalurkan roti,
bentuk kerjasama apa yang dilakukan antara perusahaan dengan
distributor?
a. Sistem kontrak
b. Dipesan tanpa ada perjanjian secara langsung
Lanjutan Lampiran 1. 70

4. Permasalahan yang sering dihadapi dalam masalah distribusi?


a. Keterlambatan dalam pendistribusian produk sampai ke pelanggan
b. Kerusakan pada yang didistribusikan
c. Lainnya, sebutkan..

F. Sumber Daya Manusia


1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki?

Divisi/Bagian Jumlah pekerja

2. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada karyawan selain gaji?


a. .
b. .
c. .
3. Bagaimana pengaturan jam kerja yang berlaku di PT NIC?

G. Aliran Informasi
1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh PT NIC terhadap
pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
2. Bagaimna PT NIC melakukan komunikasi dengan pelanggan?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
3. Berapa lama PT NIC melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Lanjutan Lampiran 1. 71

H. Finansial
1. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh PT NIC terhadap
pemasok?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
2. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh distributor ke PT NIC?
.............................................................................................................
.............................................................................................................
KUESIONER PENELITIAN Responden yang terhormat,

Lampiran 2. Kuesioner proses hirarki analitik


ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK
Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir di
BAHAN BAKU ROTI TAWAR SPESIAL (RTS) DI Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, saya Eka Astriani,
PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
berharap Bapak dan Ibu untuk mengisi kuesioner ini,
DENGAN MENGGUNAKAN yang berjudul Analisis Kriteria Pemilihan Pemasok
Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) di PT Nippon
PROSES HIRARKI ANALITIK
Indosari Corpindo dengan Menggunakan Proses
Hirarki Analitik.

Kuesioner ini dibuat untuk mendukung proses akhir


Oleh pengolahan data dalam rangka pemecahan masalah.
Eka Astriani Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui
H24097036 sejauh mana dari tingkat kriteria, subkriteria, dan
alternatif strategi untuk memilih kriteria pemasok yang
tepat bagi perusahaan.

Landasan utama pengisian kuesioner ini adalah sebuah


struktur hirarki keputusan dengan komponen
komponen lengkap yang disusun berdasarkan literatur,
hasil observasi, dan pendapat pihak terkait dalam
perusahaan. Penyusunan hirarki ini sebenarnya
disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam
DEPARTEMEN MANAJEMEN
mengisi kuesioner ini.
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Eka Astriani
2011

72
H24097036
Lanjutan Lampiran 2.
I. DATA RESPONDEN II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada bagian ini, anda diminta untuk
Nama :
membandingkan antara elemen A dan elemen B,
Jenis Kelamin : Pria/Wanita
lalu memberi tanda X (silang) nilai
Usia : a. 25-35 tahun
perbandingannya
b. 36-45 tahun
2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh
c. 46-55 tahun
responden berdasarkan tingkat kepentingan dari
d. 56 tahun ke atas
elemen-elemen yang dibandingkan secara
Pendidikan Terakhir : a. SMA atau Sederajat
bersamaan.
b. Diploma
3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai
c. Sarjana
skala 1-9, definisi dari skala yang digunakan
d. Pasca Sarjana (S2/S3)
untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut:
Jabatan :
Nilai komparasi
Lama Bekerja di Perusahaan ini : a. 2-5 tahun Definisi
(A dibandingkan B)
b. 6-9 tahun 1 A dan B sama pentingnya
3 A sedikit lebih penting
c. > 10 tahun
daripada B
Tanggal Pengisian : 5 A lebih penting daripada
B
7 A sangat jelas lebih
penting daripada B
9 A mutlak lebih penting
dari B
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan

73
Contoh:

Lanjutan Lampiran 2.
A. Kriteria
Anda diminta untuk membandingkan tingkat 1. Halal (P). Kemampuan pemasok untuk
menyediakan bahan baku yang mempunyai
kepentingan antara HARGA dan KUALITAS
sertifikat halal yang diakui LPPOM MUI.
A Nilai Perbandingan B 2. Kualitas (Q). Kemampuan pemasok dalam
memberikan kualitas bahan baku yang terbaik
Harga 98765432123456789 Kualitas untuk memenuhi kepuasaan pelanggan.
3. Harga (R). Kemampuan pemasok untuk
mengontrol komponen komponen yang
berhubungan dengan harga.
4. Ketersediaan Barang (S). Kemampuan pemasok
dalam menyediakan sayuran yang dipesan oleh
perusahaan. Baik itu memenuhi pesanan yang rutin
maupun pesanan yang mendadak.
5. Reputasi Pemasok (T). Kemampuan pemasok
membangun citra yang baik sehingga dipercaya
untuk dipilih menjadi pemasok.
6. Waktu Pengiriman (U). Kemampuan pemasok
dalam mengirimkan bahan baku yang tepat waktu,
dan sesuai dengan pesanan yang diminta oleh
perusahaan.

B. Sub Kriteria
1. Sub kriteria dari halal adalah Dokumen pendukung
lengkap (P1), Audit Lapangan (P2), Sertifikat
kehalalan internasional yang diakui LPPOM MUI
(P3).
2. Sub kriteria dari kualitas adalah Kesesuaian bahan
baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1),
Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas

74
bakteri (Q2), Kemampuan memberikan kualitas

Lanjutan Lampiran 2.
C. Alternatif
yang konsisten (Q3).
3. Sub kriteria dari harga adalah kesesuaian harga A Nilai Perbandingan B
(R1), kemampuan memberikan diskon (R2), P 98765432123456789 Q
mekanisme pembayaran yang mudah (R3). P 98765432123456789 R
4. Sub kriteria dari ketersediaan barang adalah P 98765432123456789 S
kemampuan memenuhi pesanan (S1), persediaan P 98765432123456789 T
untuk pesanan mendadak (S2). P 98765432123456789 U
5. Sub kriteria dari reputasi pemasok adalah Q 98765432123456789 R
perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak Q 98765432123456789 S
dikenal (T1), dipercaya perusahaan (T2). Q 98765432123456789 T
6. Sub kriteria dari waktu pengiriman adalah Q 98765432123456789 U
kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu R 98765432123456789 S
(U1), leadtime pengiriman yang singkat (U2),
R 98765432123456789 T
kemampuan menangani masalah sistem
R 98765432123456789 U
transportasi (U3).
S 98765432123456789 T
S 98765432123456789 U
T 98765432123456789 U

1. Alternatif 1. PT Adyaceda
2. Alternatif 2. PT Jaya Fermex
3. Alternatif 3. PT Nusa Indah

III. PENGISIAN KUESIONER


Keterangan :
Dalam menentukan bobot prioritas alternatif terdapat
enam kriteria yang perlu dipertimbangkan, yaitu
aspek Halal (P), kualitas (Q), Harga (R),
Ketersediaan barang (S), Reputasi pemasok (T),
Waktu kirim (U). Bandingkan berdasarkan tingkat
kepentingan/pengaruh relatif antara satu kriteria

75
dengan kriteria lain dalam menentukan bobot a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub

Lanjutan Lampiran 2.
penentuan prioritas alternatif strategi. kriteria yang satu dengan yang lainnya dalam
konteks pengaruh kehalalan (P) untuk strategi
Memilih Pemasok bahan baku pemilihan pemasok
RTS di PT NIC Kehalalan (P)

Dokumen Sertifikat
Halal Kualit Harga Ketersedi Reputasi Waktu Audit
Pendukung kehalalan
as aan Pemasok Kirim Lapangan
Lengkap internasional
Barang (P2)
(P1) yang diakui
LPPOM MUI
(P3)

Keterangan: A Nilai Perbandingan B


Sub kriteria dari masing-masing kriteria adalah kriteria P1 98765432123456789 P2
P(P1, P2, dan P3), kriteria Q(Q1, Q2, dan Q3), kriteria R P1 98765432123456789 P3
(R1, R2), kriteria S (S1, S2), T (T1,T2,), kriteria U (U1, P2 98765432123456789 P3
U2, dn U3).
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (Q) untuk strategi pemilihan pemasok

Kualitas

Kesesuaian Penyediaan Kemampuan


bahan baku bahan baku memberikan
dengan tanpa cacat kualitas yang
spesifikasi yang dan konsisten
sudah ditetapkan bebas bakteri (Q3)
(Q1) (Q2)

76
Lanjutan Lampiran 2.
A Nilai Perbandingan B Ketersediaan Barang (S)
Q1 98765432123456789 Q2
Q1 98765432123456789 Q3
Q2 98765432123456789 Q3
Kemampuan Persediaan untuk
memenuhi pesanan
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub pesanan mendadak
kriteria yang satu dengan sub kriteria yang lainnya (S1) (S2)
dalam konteks pengaruh harga (R) untuk strategi
pemilihan pemasok.
A Nilai Perbandingan B
S1 98765432123456789 S2
Harga (R)

e. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub


Kesesuaian Kemampuan Mekanisme kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
Harga memeberikan pembayaran kualitas (T) untuk strategi pemilihan pemasok
(R1) diskon yang mudah
(R2) (R3)
Reputasi Pemasok (T)

Dipercaya Perusahaan
A Nilai Perbandingan B perusahaan pemasok dan
R1 98765432123456789 R2 (T1) produknya sudah
banyak dikenal
R1 98765432123456789 R3 (T2)
R2 98765432123456789 R3

A Nilai Perbandingan B
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub T1 98765432123456789 T2
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok f. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub
kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh
kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok

77
Lanjutan Lampiran 2.
Waktu Pengiriman (U) Sertifikat kehalalan internasional yang diakui
oleh LPPOM MUI

Kemampuan Kelancaran Persediaan untuk


memenuhi dalam pesanan PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
pesanan menangani mendadak Indah
(U1) masalah sistem (U3)
transportasi
(U2) A Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
A Nilai Perbandingan B PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
U1 98765432123456789 U2 PT Jaya PT Nusa
98765432123456789
U1 98765432123456789 U3 Fermex Indah
U2 98765432123456789 U3

2. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


Keterangan: pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
Ada tiga alternatif strategi pemilihan pemasok yang akan dalam konteks seritifikat Audit Lapangan (P2).
dinilai bobot prioritasnya dalam strategi pemilihan
pemasok yaitu: pemasok 1 : PT Adyaceda, pemasok 2:
PT Sinar Meadow, pemasok 3: PT kwick lock Audit Lapangan

PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah


1. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks seritifikat Sertifikat kehalalan
internasional yang diakui oleh LPPOM MUI

78
dalam konteks Kesesuaian bahan baku dengan

Lanjutan Lampiran 2.
Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya spesifikasi yang telah ditetapkan
Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa Kesesuaian bahan baku dengan
Adyaceda Indah spesifikasi yang telah ditetapkan
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah
3. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Dokumen Pendukung Lengkap A Nilai Perbandingan B
(P3) PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
Dokumen pendukung lengkap PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah Fermex Indah

5. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
A Nilai Perbandingan B dalam konteks Penyediaan bahan baku tanpa
PT 98765432123456789 PT Jaya cacat dan bebas bakteri
Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa Penyediaan bahan baku tanpa cacat
Adyaceda Indah dan bebas bakteri
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah

4. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya

79
Lanjutan Lampiran 2.
A Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya Kesesuaian harga
Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa PT Jaya Fermex PT Nusa
PT Adyaceda
Fermex Indah Indah

6. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya A Nilai Perbandingan B
dalam konteks Kemampuan memberikan kualitas PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
yang konsisten PT PT Nusa
98765432123456789
Kemampuan memberikan kualitas Adyaceda Indah
PT JF 98765432123456789 PT Nusa
yang konsisten
Indah

PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa 8. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


Indah pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kemampuan memberikan diskon

A Nilai Perbandingan B Kemampuan memberikan diskon


PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa Indah
Fermex Indah

7. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kesesuaian harga

80
Lanjutan Lampiran 2.
A Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex Kemampuan memenuhi pesanan
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah
9. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Mekanisme pembayaran yang A Nilai Perbandingan B
mudah PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
Mekanisme pembayaran yang PT 98765432123456789 PT Nusa
mudah Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah 11. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks persediaan untuk pesanan
A Nilai Perbandingan B mendadak
PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex Persediaan untuk pesanan mendadak
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah

10. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar


pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dalam konteks Kemampuan memenuhi pesanan

81
12. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar

Lanjutan Lampiran 2.
A Nilai Perbandingan B
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya PT 98765432123456789 PT Jaya
dalam konteks perusahaan pemasok dan Adyaceda Fermex
produknya sudah banyak dikenal PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Kemampuan memenuhi pesanan
Fermex Indah

PT Jaya Fermex PT Nusa 14.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok


13. PT Adyaceda Indah yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam
konteks kemampuan mengirimkan pesanan tepat
waktu
A Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya Kemampuan mengirimkan pesanan
Adyaceda Fermex
tepat waktu
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Fermex Indah
Indah

13.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok


yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam A Nilai Perbandingan B
konteks dipercaya perusahaan PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
Dipercaya perusahaan PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah
PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa
Indah

82
15. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar

Lanjutan Lampiran 2.
A Nilai Perbandingan B
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya PT 98765432123456789 PT Jaya
dalam konteks leadtime pengiriman yang singkat Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
Leadtime pengiriman yang singkat PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah

PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa


Indah

A Nilai Perbandingan B
PT 98765432123456789 PT Jaya
Adyaceda Fermex
PT 98765432123456789 PT Nusa
Adyaceda Indah
PT Jaya 98765432123456789 PT Nusa
Fermex Indah

16.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok


yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam
konteks kemampuan menangani masalah sistem
transportasi

Kemampuan menangani masalah


sistem transportasi

PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa


Indah

83
STRUKTUR ORGANISASI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO

Lampiran 3. Struktur organisasi PT NIC


84
Lampiran 4. Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice 85
Lanjutan Lampiran 4. 86
Lanjutan Lampiran 4. 87
Lanjutan Lampiran 4. 88
Lampiran 5. Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan 89
Microsoft Excel

Dokumen Audit Sertifikat


Kriteria Halal
Pendukung Lapangan Halal Bobot
VP Kriteria Halal 0.415 0.344 0.241
PT Adyaceda 0.333 0.333 0.333 0.333
PT Jaya Fermex 0.333 0.333 0.333 0.333
PT Nusa Indah 0.333 0.333 0.333 0.333

Kesesuaian Kualitas Bahan Baku


Kualitas
Bahan Baku Konsisten Tanpa Cacat Bobot
VP Kriteria Kualitas 0.333 0.333 0.333
PT Adyaceda 0.333 0.333 0.333 0.333
PT Jaya Fermex 0.333 0.333 0.333 0.333
PT Nusa Indah 0.333 0.333 0.333 0.333

Kesesuaian Pembayaran
Kriteria Harga Diskon
Harga Mudah Bobot
VP Kriteria Harga 0.336 0.21 0.454
PT Adyaceda 0.333 0.276 0.333 0.321
PT Jaya Fermex 0.333 0.394 0.333 0.346
PT Nusa Indah 0.333 0.333 0.333 0.333

Kemampuan Persediaan
Kriteria Ketersediaan
Memenuhi Pesanan
Barang Bobot
Pesanan Mendadak
VP Kriteria KB 0.542 0.458
PT Adyaceda 0.371 0.375 0.373
PT Jaya Fermex 0.371 0.294 0.336
PT Nusa Indah 0.257 0.332 0.291

Perusahaan dan
Dipercaya
Reputasi Pemasok Produk Sudah
Perusahaan Bobot
Banyak Dikenal
VP kriteria RP 0.712 0.288
PT Adyaceda 0.333 0.519 0.387
PT Jaya Fermex 0.333 0.304 0.325
PT Nusa Indah 0.333 0.177 0.288
Lanjutan Lampiran 5. 90

Pengiriman Menangani
Kriteria Waktu Lead Time
Tepat Sistem
Pengiriman Singkat Bobot
Waktu Transportasi
VP Kriteria WP 0.416 0.291 0.293
PT Adyaceda 0.333 0.221 0.274 0.283
PT Jaya Fermex 0.333 0.319 0.396 0.347
PT Nusa Indah 0.333 0.46 0.33 0.369

K. R. Waktu
Kriteria Halal Kualitas Harga
Barang Pemasok Pengiriman Bobot Prioritas
VP Kriteria 0.192 0.216 0.102 0.213 0.066 0.21
PT Adyaceda 0.333 0.333 0.321 0.373 0.387 0.283 0.333 2
PT Jaya Fermex 0.333 0.333 0.346 0.336 0.325 0.347 0.337 1
PT Nusa Indah 0.333 0.333 0.333 0.291 0.288 0.369 0.328 3

Anda mungkin juga menyukai