Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK

FRENCH FRIES AMANTOES

Disusun oleh:
M. Shofi Mubarok (F14140068)
Yuniarti Eka Pratiwi (C14150013)
Setyo Pambudi (C14150045)
Nida Ulzanah (C14150056)

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKOMOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasaran merupakan suatu tantangan yang sangat menarik dalam dunia
usaha. Tidak hanya bagi mereka yang berkecimpung lansung di dalam dunia usaha
teteapi bagi siapapun untuk masyarakat yang ingin melakukan usaha. Suatu produk
tidak akan bisa dikenal dan dibeli oleh konsumen apabila tidak ada perkenalan
terkait produk yang ingin dijual dalam hal kegunaannya, kualitasnya,
keunggulannya, dan sebagainya. Pemasaran sangat dibutuhkan untuk
memperkenalkan produk yang ingin dijual agar mendapatkan perhatian dari banyak
konsumen. Zaman era global, persaingan bisnis antar perusahaan semakin
kompleks. Setiap perusahaan dituntut memiliki strategi dalam bidang manajemen
pemasaran agar dapat mendapatkan pangsa pasar. Strategi pemasaran diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing
yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran.
Strategi pemasaran dirancang untuk meningkatkan peluang perusahaan agar
produknya memiliki anggapan positif terhadap produk. Salah satu dasar dalam
menentukan strategi pemasaran adalah dengan menggunakan analisis
segemntation, targeting dan positioning (STP). Analisis STP dilakukan untuk
menentukan target pasar yang dilayani. Dalam analisis STP, pasar dikelompokkan
dalam kelompok yang lebih kecil berdasarkan geografi, demografi, psikografi, dan
perilaku. Hasil analisis STP selanjutnya digunakan sebagai dasar strategi
menentukan bauran pemasaran suatu produk (Sudarmo 1984).
Bauran pemasaran atau marketing mix adalah salah satu konsep dasar dalam
pemasaran. Menurut Kotler (2003), bauran pemasaran merupakan atribut-atribut
utama suatu produk yang membedakannya dengan produk lain. Bauran pemasaran
secara umum dikenal dengan istilah 4P+S, yaitu product (produk), price (harga),
place (tempat) dan promotion (promosi) serta service (pelayanan). Penentuan
keempat atribut di atas harus direncanakan dengan matang agar produk dapat
bersaing di pasar. Salah satu atribut yang penting dalam bauran pemasaran adalah
price (harga). Harga menjadi faktor penting dalam produk karena harga
menentukan jumlah konsumen yang dapat membeli produk atau memiliki daya beli.
Penetapan harga menjadi kunci keberlanjutan usaha karena perhitungan laba juga
dipengaruhi oleh harga yang ditetapkan. Dalam menentukan harga terdapat
beberapa faktor berpengaruh dari dalam produksi maupun dari pengaruh pasar.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui strategi
pemasaran produk french fries AMANTOES di Indonesia dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan penentuan harga produk tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STP (Segemntation, Targeting dan Positioning) produk


2.1.1 Segmentasi
Menurut Kotler (2003), segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas
membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang
homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku
pembelian maupun gaya hidup. Dalam proses segmentasi, pasar dibagi menjadi
berbagai segmen menurut beberapa kriteria dasar. Kriteria dasar tersebut antara
lain, geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

2.1.2 Tingkatan Segmentasi Pasar


Menurut Thomson (2000) tingkatan segmentasi pasar dapat dibedakan
menjadi empat tingkatan, antara lain:
a. Mass marketing
Mass marketing adalah tingkatan segmentasi dengan strategi pemasaran
massal. Dalam mass marketing, pasar dianggap homogen sehingga suatu
produk dapat diberikan untuk semua segmen pasar
b. Segment marketing
Segment marketing adalah tingkatan segmentasi dengan strategi
memberikan satu produk atau lebih untuk suatu segmen tertentu
c. Niche Marketing
Niche marketing adalah tingkatan segmentasi dengan strategi memberikan
satu produk atau lebih untuk sub-segmen dalam pasar. Tingkatan ini
memiliki target yang lebuh spesifik sehingga mengurangi persaingan pasar.
d. Micromarketing
Micromarketing adalah tingkatan segmentasi dengan strategi memberikan
produk berbeda untuk setiap individu sesuai selera masing-masing.

2.1.3 Dasar Segmentasi


Dalam menetapkan dasar segmentasi Kotler (2003) menggunakan beberapa
karakteristik konsumen sebagai variabel untuk memisahkan pasar. variabel utama
dalam segmentasi tersebut terdiri dari :
a. Segmentasi Geografi
Segmentasi geografis dilakukan dengan mengelompokkan pasar sesuai
letak atau kondisi geografis. Pemisahan geografis dapat dilakukan
berdasarkan perbedaan benua, negara, pulau, kota, dan lain-lain.
b. Segmentasi Demografi
Segementasi demografi dilakukan dengan mengelompokkan pasar
berdasarkan variabel usia, jenis kelamin dan pekerjaan konsumen.
c. Psychographic Segmentation
Psychographic segmentation didasarkan pada karakteristik setiap
konsumen, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, interes, minat dan sikap
konsumen.
d. Segmentasi perilaku
Segmentasi perilaku dilakukan dengan mengelompokkan pasar berdasarkan
respons konsumen terhadap kualitas atau harga produk.

2.1.4 Targeting
Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasar, selanjutnya
adalah mengevaluasi beragam segmen tersebut untuk memutuskan segmen mana
yang menjadi target market. Targeting merupakan sebuah sasaran yang akan
dilayani dalam pasar. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa
survei untuk dapat mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses
pemasaran tidak salah sasaran.

2.1.5 Positioning
Positioning adalah citra yang terbentuk di benak seorang konsumen dari
sebuah nama perusahaan atau produk. Posititioning adalah penentuan citra produk
dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing.

2.1.6 Bauran Pemasaran


Marketing mix atau bauran pemasaran adalah gabungan dari elemen-elemen
produk yang menjadi dasar strategi untuk menentukan strategi pemasaran. Elemen-
elemen bauran pemasaran antara lain:
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi meliputi barang
dan jasa. Dalam strategi marketing mix, strategi produk merupakan unsur
yang paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainya.
Pemilihan jenis produk yang akan dipasarkan akan menentukan kegiatan
promosi yang dibutuhkan, penentuan harga, dan cara penyalurannya.
b. Price (harga)
Harga adalah salah satu dari sarana bauran pemasaran yang digunakan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Harga suatu produk
merupakan faktor penentu permintaan pasar pada suatu barang atau produk.
Harga berpengaruh terhadap posisi kompetitif perusahaan dan pangsa
pasarnya. Oleh karena itu, harga menentukan pendapatan perusahaan dan
laba bersih.
c. Place (tempat)
Lokasi atau tempat yang kita masuki juga menentukan keberhasilan
menggarap target pasar. Tempat yang menarik bagi konsumen adalah
tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien
d. Promosi
Promosi adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk mempengaruhi konsumen
agar mengenal produk yang ditawarkan oleh perusahaan agar konsumen
memilih produk tersebut.
2.1.7 Penentuan STP produk
Amantoes french fries adalah produk dari PT. Amanah Prima Indonesia
bekerja sama dengan LPPM IPB. Amantoes french fries adalah produk olahan
kentang berupa kentang potong beku sebagai bahan baku kentang goreng di
restoran, catering, dan kafe. Kentang yang digunakan adalah kultivar baru hasil
penelitian Prof. Suharsono dari PPSHB IPB. Kultivar kentang yang dihasilkan dari
kerja sama ini diberi nama Jala Ipam. Kentang jenis ini merupakan kentang jenis
pertama di Indonesia yang dijadikan bahan baku kentang goreng. Amantoes french
fries dijual dalam kemasan dengan bobot 500 gram dalam kondisi beku.

Gambar 1. Produk Amantoes french fries


PT. Amanah Prima Indonesia memasarkan Amantoes french fries secara
Bussiness to Bussiness. Amantoes french fries dijual ke restoran, kafe, ataupun
reseller. Amantoes french fries dipasarkan di area Jabodetabek dan dikirim
konsumen berupa pelaku usaha lain dengan menggunakan truk bak tertutup yang
dilengkapi dengan pendingin. Dalam praktik penjualan kali ini, produk Amantoes
french fries dipasarkan langsung ke konsumen sehingga STP yang ditetapkan oleh
perusahaan tidak dapat dibandingkan dengan STP yang dilakukan dalam praktik
pemasaran. Dalam praktik pemasaran ini digunakan STP produk dengan target
pasar adalah konsumen akhir.
Menurut Kotler (2003), Segmentasi dapat dilakukan berdasarkan geografi,
demografi, psikografi, dan perilaku. Segmentasi untuk produk Amantoes french
fries didasarkan pada geografi dan demografi konsumen. Segmentasi secara
demografi dilakukan untuk memisahkan konsumen berdasarkan wilayah
konsumen. Pembagian wilayah pada segmentasi ini didasarkan pada batas geografis
berupa negara. Segmentasi demografi dilakukan berdasarkan penghasilan atau daya
beli konsumen. Dengan melakukan segmentasi berdasarkan demografi, pasar
dibedakan ,menjadi pasar kelas atas, kelas menengah ke atas, kelas menengah, dan
kelas menengah ke bawah.
Menurut Thomson (2000), tingkatan segmentasi, dibagi menjadi empat
tingkatan, yaitu mass marketing, segment marketing, niche marketing, dan
micromarketing. Segmentasi untuk produk Amantoes french fries masuk ke dalam
tingkatan segment marketing karena produk ini ditujukan untuk satu segmen
tertentu dalam pasar.
Secara geografis produk Amantoes french fries ditujukan untuk pasar
Indonesia. Pemasaran ini dapat dilakukan dengan syarat adanya dukungan
teknologi dalam proses transportasi produk. Produk ini dapat dijual di wilayah
Indonesia karena produk ini merupakan jenis kentang pertama dari Indonesia yang
dapat dijadikan kentang goreng dengan kualitas baik. Pada pasar Indonesia,
terdapat produk olahan kentang beku lain seperti Fiesta french fries. Produk
Amantoes french fries memiliki keunggulan yaitu bahan baku kentang merupakan
kentang asli Indonesia sehingga lebih mudah dibudidayakan di Indonesia sehingga
harga bahan baku ini lebih murah. Oleh karena itu, produk Amantoes french fries
dapat bersaing dengan produk french fries lain yang masih menggunakan bahan
baku kentang dari luar Indonesia.
Secara demografi, target pasar dari produk Amantoes french fries ini adalah
konsumen dengan tingkat ekonomi menegah-kebawah. Segmen ini dipilih karena
produk Amantoes french fries memiliki keunggulan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan produk french fries lainnya seperti Fiesta french fries. Harga
yang murah membuat Amantoes french fries dapat dibeli oleh konsumen semua
kalangan termasuk kalangan menengah-kebawah. Namun, harga yang murah
membuat produk ini tidak memiliki nilai kemewahan yang tinggi sehingga tidak
cocok untuk kalangan menengah-keatas yang mementingkan gengsi. Target
potensial dari produk Amantoes french fries adalah ibu rumah tangga muda yang
menginginkan makanan sehat yang murah dan terjangkau.
Setelah dipasarkan ke konsumen, citra yang ingin diberikan oleh pemasar
ke produk Amantoes french fries adalah produk yang lokal asli Indonesia dan
murah. Pemasar ingin menggunakan citra produk asli Indonesia dengan harapan
konsumen lebih memilih produk asli Indonesia untuk memajukan perekonomian
dalam negeri. Citra yang menonjol dari produk ini adalah produk yang murah.
Harga yang murah menjadi kelebihan terbesar produk ini dibandingkan produk
pesaing. Harga produk ini murah karena kentang yang digunakan adalah kentang
asli Indonesia sehingga dapat diperoleh dengan mudah dari petani Indonesia dengan
harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan kentang impor.

2.2 Produk (Product)


Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
diperhatikan, dikuasai, digunakan atau dikonsumsi dan diharapkan mampu
memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Produk merupakan salah satu hal
yang harus diperhatikan dalam proses penjualan. Produk yang telah ditetapkan
untuk dijadikan sebagai barang yang ditawarkan ke pasar adalah produk french fries
(kentang goreng) Jala Ipam. French fries (kentang goreng) merupakan makanan
ringan yang cukup diminati oleh masyarakat sebagai makanan camilan di keluarga.
Jika selama ini, produk french fries diambil dari kentang varietas luar negeri. Saat
ini telah hadir varietas kentang asli produk Indonesia yang sangat cocok untuk
dijadikan sebagai bahan baku french fries. Jenis kentang tersebut diberi nama
kentang “Jala Ipam”. Menurut Kotler et al. (2001) terdapat beberapa atribut yang
dapat melengkapi produk. Atribut atau karakteristik produk tersebut adalah merek
(Brand), pengemasan (Packing), dan kualitas produk (Product Quality). Merek
(Brand) produk yang kami jual adalah French fries Amantoes Jala Ipam. Jala Ipam
tersebut diambil dari corak kulit yang berbentuk seperti jala atau jaring sedangkan
diambil dari inisial IPB yaitu “I” dan Pam diambil dari nama perusahaan mitra kerja
sama yaitu PT. Amanah. Selain itu, brand yang ditanamkan pada konsumen untuk
produk ini adalah kentang asli produk Indonesia.
Pengemasan yang digunakan pada produk french fries Jala Ipam masih
kurang baik dibandingkan dengan french fries yang lainnya, seperti french fries
Fiesta. Pengemasan pada produk french fries Jala Ipam masih terdapat tempat yang
kosong di dalamnya sedangkan pengemasan pada produk french fries Fiesta sudah
cukup baik dan padat. Selain itu, penulisan brand pada produk french fries masih
terbuat dari kertas, sehingga mudah rusak. Hal tersebut menjadi kekurangan french
fries Jala Ipam yang harus diperbaiki kembali. Kualitas produk french fries Jala
Ipam dapat dibilang sudah lebih baik dibandingkan french fries pesaing seperti
Fiesta. Hal tersebut karena french fries Jala Ipam ini memiliki umbi yang berbentuk
lonjong, warna kulit kuning, corak kulit menjala (jaing), warna daging umbi putih,
kandungan pati tinggi, dan kandungan gulanya rendah sehingga aman untuk
dikonsumsi. French fries Jala Ipam juga memiliki beberapa kelebihan, seperti
mudah dipotong tipis, tahan lama, serta tidak mudah gosong jika digoreng dan yang
sangat perlu diperhatikan adalah french fries Jala Ipam merupakan produk asli
Indonesia. Berbeda dengan french fries Fiesta yang kentangnya masih berasal dari
luar negeri. Peluang dari produk french fries Jala Ipam untuk mencapai pasar sangat
besar, karena french fries ini merupakan french fries pertama asli produk Indonesia
sehingga citra tersebut dapat memberikan pemikiran positif dari konsumen untuk
membeli produk french fries Jala Ipam. Selain itu, french fries ini aman untuk
dikonsumsi dan memiliki kandungan nutrisi yang baik serta kadar glukosa yang
rendah.
Strategi penjualan merupakan salah satu hal yang penting dan harus
dilakukan agar dapat meningkatkan potensi penjualan. Menurut Peter (2014),
strategi pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan adalah mengenali pasar dan
calon pelanggan, pemilihan lokasi pemasaran yang strategis, membagi produk
sampel dan promo menarik, dan menggunakan media sosial. Produk french fries
Jala Ipam dan french fries Fiesta sudah dapat melakukan strategi pemasaran dengan
baik, yaitu keduanya sudah mengaplikasikan strategi tersebut dalam penjualannya.
Namun, french fries Jala Ipam masih sedikit dalam melakukan promo menarik
sehingga pasarnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan french fries Fiesta.
Kebijakan produk memberikan penjelasan dan gambaran mengenai produk yang
mana saja yang harus dijual jika perusahaan ingin mencapai laba dan mencapai
pasar serta target-target yang sudah ditetapkan. Kebijakan produk juga memantau
kinerja bauran produk, agar efektivitas bauran produk dapat dipertahankan kapan
saja sehingga tetap dalam kondisi puncak dan selalu meningkat. Selain itu,
kebijakan produk dapat diubah dengan merumuskan produk baru yang perlahan-
lahan menggantikan produk lama yang sudah usang atau tetap mempertahankannya
(Nurfarkhana et al. 2013). Kebijakan produk yang telah dilakukan oleh french fries
Jala Ipam masih dilakukan pemantauan kinerja bauran produk agar tetap berada
pada puncak laba. Namun, kebijakan produk french fries Fiesta melakukan
pemantauan kinerja bauran produk dan juga menambah variasi produk french fries
serta tetap melakukan penjualan pada produk yang lama.

2.3 Harga produk (Price)


Harga merupakan jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk
mendapatkan manfaat dari penggunaan produk ataupun jasa. Harga merupakan
salah satu hal yang harus diperhatikan dalam memasarkan suatu produk. Penetapan
harga suatu produk dibutuhkan strategi agar harga yang diusungkan dapat diterima
oleh konsumen dengan baik serta mendapatkan laba setinggi-tingginya.
Menurut Kotler (2003), penentuan harga produk dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang paling mempengaruhi penetapan
harga adalah biaya produksi. Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tetap dan tidak
tergantung oleh volume produksi, contohnya biaya sewa lahan dan depresiasi harga
alat produksi. Harga tidak tetap adalah harga yang nilainya bergantung pada volume
produksi. Biaya tidak tetap berbanding lurus terhadap volume produksi. Faktor
biaya produksi ini mempengaruhi harga minimum suatu produk dengan volume
produksi tertentu. Harga minimum dapat ditentukan dengan analisis break-even
value dengan menghitung semua biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Selain biaya produksi, terdapat faktor internal lain yang mempengaruhi
penentuan biaya seperti strategi perusahaan dan jenis produk yang dijual. Setiap
perusahaan mempunyai strategi masing-masing untuk menarik pelanggan.
Penentuan harga merupakan salah satu strategi untuk menarik pelanggan sehingga
penentuan harga juga dipengaruhi oleh strategi yang dipilih oleh perusahaan. Faktor
internal lain yang berpengaruh yaitu jenis produk. Produk dikelompokkan menjadi
produk elastis dan inelastis berdasarkan respons permintaan terhadap perubahan
harga. Produk elastis adalah produk yang permintaannya sangat dipengaruhi oleh
harga produk. Perubahan harga akan sangat berpengaruh terhadap permintaan
produk. Produk inelastis adalah produk yang permintaannya tidak dipengaruhi atau
hanya dipengaruhi sedikit oleh harga. Perubahan harga tidak berpengaruh terhadap
permintaan produk.
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi penentuan harga yang
berasal dari luar sistem produksi. Faktor eksternal ini salah satunya adalah kondisi
pasar. Kondisi pasar di setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Respons
pembeli pada masing-masing pasar pun berbeda. Oleh karena itu strategi penentuan
harga juga ditentukan oleh kondisi pasar yang menjadi target pemasaran.
Dalam penentuan harga terdapat beberapa strategi yang umum digunakan. Strategi
yang pertama adalah cost-plus pricing. Strategi ini merupakan strategi yang paling
banyak digunakan karena merupakan strategi yang penentuan harga yang paling
mudah. Penentuan harga dilakukan dengan menentukan biaya produksi dan
menambahkan beberapa persen dari biaya sebagai keuntungan.
Strategi penentuan harga yang kedua adalah value-based pricing. Strategi
ini tidak menggunakan biaya produksi sebagai pertimbangan, namun menggunakan
nilai barang. Nilai manfaat dari barang yang ada di persepsi pelanggan digunakan
sebagai acuan untuk menentukan harga barang, semakin tinggi nilai manfaat barang
maka semakin tinggi harga suatu barang.
Strategi yang ketiga adalah competition-based pricing. Strategi ini dilakukan
dengan menentukan harga produk berdasarkan perkiraan harga produk pesaing.
Harga produk pesaing lebih berpengaruh dibandingkan dengan biaya produksi
produk tersebut. Strategi ini biasa digunakan pada produk yang elastis yang sensitif
terhadap perubahan harga.
Strategi yang keempat adalah psychologycal pricing. Strategi ini sering
digunakan untuk produk yang kualitas atau manfaatnya sulit untuk diukur sehingga
nilainya berbeda-beda tergantung pemikiran masing-masing konsumen. Dengan
strategi ini, produsen akan menetapkan harga yang tinggi karena dalam pemikiran
konsumen barang yang mahal memiliki kualitas yang tinggi.
Dalam menentukan harga produk yang baru di pasaran, terdapat dua strategi yaitu
market skimming dan market penetration. Market skimming adalah strategi
menentukan harga produk baru dengan memberikan harga yang tinggi untuk
memperoleh keuntungan yang besar dari produksi awal yang tidak banyak. Strategi
ini dapat dilakukan jika produk memiliki citra dan kualitas yang bagus di mata
pelanggan sehingga pelanggan dapat menerima produk tersebut. Selain itu strategi
ini juga hanya dapat dilakukan jika pesaing tidak dapat masuk ke segmen pasar ini
dan memberikan harga yang lebih murah.
Market penetration adalah strategi penentuan harga produk baru dengan
memberikan harga yang murah. Hal ini dilakukan untuk melakukan penetrasi pasar
agar menarik pelanggan dan mendapatkan market share yang tinggi. Strategi ini
biasanya digunakan jika produk yang dijual adalah produk yang elastis sehingga
perubahan harga sangat berpengaruh terhadap permintaan
Perubahan harga dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Harga produk dapat diturunkan jika terjadi over capacity atau penurunan market
share. Kapasitas produksi yang berlebih dapat dijadikan alasan untuk menurunkan
harga. Dengan kapasitas yang tinggi, biaya produksi per produk akan semakin
murah sehingga harga produk dapat diturunkan. Selain itu harga produk dapat
diturunkan jika terjadi penurunan market share. Penurunan harga dilakukan untuk
menarik konsumen sehingga market share diharapkan kembali meningkat.
Harga produk dapat dinaikkan jika terjadi inflasi yang menyebabkan biaya
produksi meningkat. Peningkatan ini harus dilakukan agar biaya produksi dapat
tertutupi dan tetap memperoleh keuntungan. Selain itu, biaya produksi juga dapat
dinaikkan jika terjadi over-demand. Jika kapasitas produksi tidak dapat mencukupi
jumlah permintaan, maka harga produk dapat dinaikkan agar jumlah permintaan
dapat berkurang sampai menyamai kapasitas produksi namun keuntungan produsen
meningkat karena harga yang lebih tinggi.
Menurut Stanton (2000), strategi penetapan harga yaitu:
1. Berorientasi pada laba untuk mencapai target laba investasi atau laba
penjualan perusahaan dan memaksimalkan laba.
2. Berorientasi pada penjualan untuk meningkatkan penjualan dan
mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
3. Berorientasi pada status quo untuk menstabilkan harga dan menangkal
persaingan.
Berdasarkan dari strategi penetapan harga tersebut, french fries Jala Ipam
dan french fries Fiesta menetapkan strategi harga dengan berorientasi pada
penjualan untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau meningkatkan
pangsa pasar.
Menurut Alma (2002), dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3 cara,
yaitu :
1. Penetapan harga di atas harga saingan
Cara tersebut dapat dilakukan jika perusahaan dapat meyakinkan
konsumen bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik dan
mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada di
pasaran.
2. Penetapan harga di bawah harga saingan
Cara tersebut dapat dilakukan jika produk perusahaan baru
diperkenalkan dan belum stabil kedudukannya di pasar.
3. Mengikuti harga saingan
Cara tersebut dapat dilakukan untuk mempertahankan konsumen
agar pelanggan tidak beralih ke tempat yang lain.
Berdasarkan kebijakan harga tersebut, french fries Jala Ipam menetapkan harga
mengikuti harga saingan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan
konsumen. Pesaing dari french fries Jala Ipam yaitu Fiesta juga menetapkan harga
mengikuti harga saingan untuk mempertahankan konsumen. Penjualan french fries
Jala Ipam saat produk over capasity hal yang dilakukan adalah menurunkan harga
agar produk tetap terjual di pasaran dan saat kelebihan permintaan hal yang
dilakukan adalah menaikkan harga jual. Strategi harga produk french fries Jala
Ipam dan french fries Fiesta tidak jauh berbeda, yang membedakan adalah servis
dan kualitas produk.

2.4 Tempat penjualan produk (Place)


Marketing mix atau bauran pemasaran merupakan serangkaian variabel
yang dapat dikontrol dan tingkat variabel yang digunakan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi pasaran yang menjadi sasaran (Kotler 2004). Pemilihan lokasi
adalah nilai investasi yang paling penting, sebab lokasi dapat menentukan ramai
atau tidaknya pengunjung. Lokasi usaha yang berada di pinggir jalan atau di
tempat yang strategis cukup menarik perhatian pengunjung untuk membeli
produk yang ditawarkan. Saluran dalam penyediaan produk perlu diperhatikan.
Keputusan saluran dapat mempengaruhi dua hal yaitu jangkauan penjualan dan
biaya penyaluran produk. Setiap alternatif saluran yang dipilih dipengaruhi unsur-
unsur yang terdapat dalam bauran pemasaran perusahaan. Sebagai contoh saluran
yaitu tujuan pengiriman yang ingin dicapai, ciri-ciri pasar yang dijadikan sasaran
dan karakteristik produk yang ditawarkan. Penilaian terhadap alternatif saluran
didasarkan pada kriteria ekonomis, efektfitas dan pengendalian (Rachmawati
2011).
Indikator place diukur dengan lokasi strategis dan lokasi mudah diakses
(Hadi et al. 2015). Penjualan kentang Amantoes yang berada di IPB sangat mudah
untuk dicapai dengan menggunakan bus, kendaraan pribadi maupun dengan
berjalan kaki. Untuk penjualan dari perusahaan, kentang Amantoes menyebarkan
produknya dari pabrik yang berlokasi di Bandung menuju Bogor dalam kondisi
dingin. Sedangkan kentang Fiesta memasarkan produknya berbagai wilayah di
berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bogor, Bandung dan sebagainya.
Place terdiri dari saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan,
lokasi, persediaan dan transportasi. Distribusi termasuk dalam kelompok place
yang berperan memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi.
Selain itu dapat dikembangkan sebagai sistem distribusi secara fisik yang
menangani dan mengangkut produk agar dapat mencapai pasar yang dituju dengan
waktu yang tepat. Saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang
mencakup semua kegiatan yang berperan dalam menyalurkan produk serta status
pemiliknya dari produsen ke pada konsumen Laksana (2008). Terdapat delapan
macam saluran distribusi dari produsen sampai ke konsumen, yaitu menggunakan
tenaga penjual dari perusahaan tanpa perantara (Direct distribution of consumer
products), melalui penjual eceran (retail distribution of consumer product), melalui
toko grosir kemudian dijual ke konsumen akhir (wholesale distribution of consumer
products), melalui agen yang menjual ke grosir maupun eceran (distribution
through sales agents or brokers), melalui agen ke konsumen atau konsumen bisnis
(distribution by agents to consumer and businesses), langsung dijual ke pabrik
(direct distribution of business products), grosir ke konsumen akhir dan pabrik
(wholesale distribution of industrial products), dan grosir ke retail dan perusahaan
kecil maupun besar (wholesale distribution to business retailers) (Irsad 2010).
Berdasarkan saluran distribusi yang ada di atas, maka kentang Amantoes masuk ke
dalam jenis saluran melalui agen yang menjual ke grosir maupun eceran
(distribution through sales agents or brokers), melalui agen ke konsumen atau
konsumen bisnis (distribution by agents to consumer and businesses). Dari agen
dapat dijual langsung secara eceran maupun grosir serta dapat melalui konsumen
bisnis seperti yang ada di gedung PAU IPB. Sementara kentang Fiesta masuk dalam
kelompok saluran melalui agen ke konsumen atau konsumen bisnis (distribution by
agents to consumer and businesses) seperti supermarket, yang selalu tersedia
produk kentang Fiesta.

2.5 Promosi produk (Promotion)


Promosi adalah suatu komunikasi yang berawal dari penjual dan pembeli
yang dipertemukan dari informasi yang tepat dengan tujuan merubah sikap pembeli
yang sebelumnya tidak kenal terhadap produk, namun setelah informasi didapatkan
menjadi mengenal, mengingat dan bahkan dapat membeli produk tersebut. Promosi
digunakan untuk memberikan informasi serta mempengaruhi pasar terhadap
produk. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan promosi adalah periklanan,
personal selling, promosi penjualan, publisitas, hubungan masyarakat (Irsad.
2010). Promotion terdiri dari beberapa bagian yaitu promosi penjualan, periklanan,
tenaga penjualan, public relation, serta pemasaran produk secara langsung.
Komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi yang diakukan
oleh pembeli dan penjual yang diartikan sebagai pemasaran serta pengarahan
penukaran agar lebih mendapatkan kepuasan masing-masing. Fungsi dari
periklanan dalam promosi adalah sebagai pemberi informasi, membujuk atau
mempengaruhi konsumen, menciptakan kesan atau image dari produk yang
ditawarkan, memuaskan keinginan kedua belah pihak, serta dapat menjadi alat
komunikasi (Irsad. 2010).
Tujuan dari promosi adalah meningkatkan awareness meningkatkan
persepsi konsumen, menarik pembeli pertama, mencapai persentase yang lebih
tinggi untuk konsumen yang berulang, menciptakan loyalitas merek,
meningkatkan average check, meningkatkan penjualan pada makanan tertentu
atau waktu-waktu khusus (Rachmawati 2011).
Promosi yang dilakukan oleh kentang Amantoes masih sangat terbatas.
Produk ini belum dipromosikan secara luas di media masa. Promosi yang dilakukan
masih dalam ruang lingkup yang kecil jika dibandingkan dengan kentang Fiesta
yang sudah meramah periklanan media televisi sehingga produknya sudah dikenal
oleh masyarakat luas. Kentang Amantoes dipromosikan juga oleh badan inovasi
dan kreativitas oleh IPB karena termasuk produk inovasi unggulan yang berhasil
diciptakan oleh civitas IPB yang berhasil melakukan rekayasa sehingga Indonesia
untuk pertama kalinya memiliki kentang yang sesuai untuk dijadikan french fries.
Produk kentang Amantoes perlu dipublikasikan lebih luas agar informasi tentang
produk ini dapat sampai ke konsumen sehingga konsumen dapat tertarik untuk
mencoba kentang asli Indonesia. Keunggulan ini dapat menjadi nilai tambah untuk
kentang Amantoes. Selain produk di dalam negeri kentang Amantoes memiliki cita
rasa yang gurih dan sedikit manis sehingga tidak kalah bersaing dengan produk
Fiesta yang memiliki periklanan yang baik dan diketahui masyarakat luas.

2.6 Pelayanan (Service)


Salah satu strategi pemasaran yang dapat digunakan perusahaan untuk
menghadapi persaingan adalah service marketing mix (Hadi et al. 2015). Menurut
Alma (2009) dengan mengembangkan strategi bauran pemasaran yang baik
maka perusahaan dapat membangun sebuah citra yang baik pula dimata
konsumen. Citra merek terbentuk dari pelaksanaan operasional perusahaan yang
menjadikan layanan sebagai landasan utama, yang dapat menjadi salah satu
pertimbangan konsumen dalam memilih produk. Menurut Lovelock et al. (2011)
bahwa bauran pemasaran tradisional 4P tidak melibatkan unsur antar muka
dengan konsumen (customer interface), sehingga diperlukan perluasan terhadap
konsep 4P menjadi 7P dengan menambahkan People, Process dan Customer
Service. Semakin bertambahnya jumlah perusahaan baru, maka semakin ketat
persaingan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan.
Strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menarik para
konsumen untuk menggunakan jasa yang ditawarkan salah satunya dengan
penerapan Service Marketing Mix berperan menentukan strategi serta kebijakan
yang akan ditentukan oleh perusahaan. Service Marketing Mix melibatkan unsur
customer interface yang menjadi aspek penting dalam pelayanan dibidang produk
maupun jasa. Service Marketing Mix dapat menjadi jalan bagi perusahaan
membangun Citra Merek dengan pelayanan yang diberikan. Citra Merek
berkaitan erat dengan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk dalam
memberikan kepuasan kepada konsumen. Citra Merek yang positif membentuk
harapan pelanggan bahwa biaya yang dikorbankan oleh konsumen untuk
memperoleh produk sama atau bahkan lebih tinggi daripada manfaat yang
diterima oleh konsumen ketika mengonsumsi suatu produk (Hadi et al. 2015).
Kentang Amantoes memiliki tempat penjualan salah satunya di area kampus
IPB di gedung PAU. Pembelian kentang dilayani oleh petugas yang ramah. Kentang
yang tersedia di gedung PAU diambil di agen yang berada di Bogor Kota. Produk
selalu tersedia dengan jumlah yang banyak. Sehingga konsumen yang akan
membeli merasa puas karena tidak harus menunggu pada waktu tertentu untuk
mendapatkan kentang Amantoes. Dengan pelayanan yang ramah serta stok barang
yang selalu ada inilah konsumen terutama mahasiswa IPB dapat memenuhi
kebutuhan terhadap konsumsi kentang tanpa harus ke supermarket. Citra produk
yang tersampaikan yaitu kentang hasil dari pertanian Indonesia tanpa diimpor. Hal
tersebut menjadi suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh produk kentang lain yang
menggunakan kentang impor dari Negara lain.
Produk pesaing seperti Fiesta menjual produk di semua supermarket. Inilah
yang menjadi suatu kelebihan dari servis perusahaan yang diberikan yaitu selalu
ada di hampir seluruh supermarket tidak hanya di Bogor melainkan tersebar di
seluruh Indonesia. Namun pada Fiesta pelayanan tatap muka hanya dilakukan oleh
perusahaan terhadap agen maupun supermarket yang mengambil stok saat
pembelian. Tidak secara langsung ke pada konsumen seperti kentang Amantoes.
Kentang Amantoes belum seperti produk Fiesta yang sudah banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Citra produk yang dimunculkan oleh kentang Amantoes pun
belum terlalu dikenal dan diketahui oleh masyarakat. Keduanya mencantumkan
layanan servis yaitu suara konsumen yang dapat diakses menggunakan sosial media
oleh konsumen secara langsung kepada pihak produsen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegiatan memasarkan suatu produk diperlukan strategi penentuan harga
yang bertujuan sebagai landasan untuk menentukan keputusan perusahaan terhadap
penjualan produk sehingga akan diperoleh keadaan yang tidak merugikan
perusahaan.

3.2 Saran
Ilmu mengenai strategi penetapan harga dari suatu produk sangat penting
untuk diketahui dan diaplikasikan untuk mencapai keberhasilan usaha sehingga
mempelajari teori yang lain dan mengaplikasikannya sangat dianjurkan untuk
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Alma B. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung (ID) : Alfa
Beta.
Alma, Buchari. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung (ID)
: Alfabeta.
Hadi DL, Srikandi L, Edy Y. 2015. Pengaruh service marketing mix (bauran
pemasaran jasa) terhadap citra merek dan dampaknya pada keputusan
pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 24(1): 1-8.
Irsad Z. 2010. Analisis marketing mix (product, price, promotion, dan place) yang
mempengaruhi kepuasan operator ESIA. [skirpsi]. Manajemen Pemasaran,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Jakarta (ID) : UIN Syarif Hidayatullah.
Kotler, Philip, Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa
Imam Nurmawan. Jakarta (ID) : Erlangga.
Kotler P. 2003. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta(ID): Indeks.
Kotler P, Gary A. 2004. Principles of Marketing, Pretice Hall Inc., (10th ed). New
Jeresy : Englewood Cliffs.
Laksana F. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama. Yogyakarta (ID) : Graha
Ilmu.
Lovelock, Cristopher, Wirtz, Jochen, dan Mussry, Jacky. 2011. Pemasaran
Jasa: Manusia, Teknologi, Strategi Perspektif Indonesia jilid 11 ed.7.
Jakarta : Erlangga.
Nurfarkhana, Anna, Widiati, Endah MBA. 2013. Manajemen Pemasaran 2. Jakarta
(ID) : Unindra Press.
Peter T. 2014. Zero to One (Notes on Startups, or How to Build the Future). Jakarta
(ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.
Rachamawati R. 2011. Peranan bauran pemasaran (marketing mix) terhadap
peningkatan penjualan (sebuah kajian terhadap bisnis restoran). Jurnal
Kompetensi Teknik. 2(2):143-150.
Stanton WJ. 2000. Prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta (ID) : Erlangga.
Sudarmo IG. 1984. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta(ID): BPFE.

Anda mungkin juga menyukai