BUKU INFORMASI
MELAKUKAN PROSES LOINING
C.102130.008.02
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2
A. Tujuan Umum.................................................................................................2
B. Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II. MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN UNTUK LOINING ............................................3
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menyiapkan alat dan bahan untuk loining ...3
1. Jenis alat untuk loining ..............................................................................3
B. Keterampilan yang diperlukan dalam menyiapkan alat dan bahan untuk loining .14
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menyiapkan alat dan bahan untuk loining . . .14
BAB III. MELAKUKAN PROSES LOINING ...................................................................15
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan mampu melakukan loining
sesuai prosedur.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi melakukan
loining guna memfasilitasi peserta diklat sehingga pada akhir pelatihan diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk loining yang meliputimengidentifikasi Alat dan
bahan dan menyiapkan alat dan bahan untuk loining dalam kondisi saniter.
2. Melakukan proses loining yang meliputi memisahkan tulang dari daging ikan, dan
membelah daging tuna menjadi empat bagian.
BAB II. MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN UNTUK LOINING
Peralatan utama yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan tuna loin
beku yaitu, meja kerja stainless steel, timbangan digital, pisau filet, asahan pisau,
talenan, selang air, wiper meja, wiper lantai, ABF ( Air Blast Freezer), cold storage,
chilling room, bak penampungan ikan (Blong plastik), rak penyusunan ikan,
vacuum sealer, ruang prosesing, dan keranjang.
c. Asahan pisau
Asahan pisau adalah alat asah pisau yang digunakan untuk mengasah pisau
yang sudah tidak tajam, pisau yang digunakan di daging akan lebih cepat
tumpul, karena mata pisau akan cepat tertutup lemak dan minyak dari ikan
tersebut. Asahan pisau terbuat dari bahan stainlees stell, besi atau batu.
Penggunaan asahan di gambar 3 kiri digunakan dengan cara menggesekkan
kanan dan kiri dengan posisi besi di tengah, sedangkan gambar 3 kanan
digunakan dengan menarik pisau diantara dua roda asahan.
Gambar 3. Asahan pisau
Sumber: http://www.adhistore.com/2014/02/pengasah-pisau-tramontina.html dan
https://id.wikihow.com/Menyiapkan-Fillet-Ikan
d. Selang air
Selang air adalah alat sebagai penghubung air dari keran ke tempat yang
diinginkan. Selang air terbuat dari stainless steel atau plastik, kuat dan kokoh.
Ukuran selang yang digunakan sebaiknya yang ¾ atau 1 inch dan panjang
sesuai kebutuhan di mana air itu diperlukan. Debit air harus diperhatikan
untuk unit pengolahan ikan, debit air harus besar karena akan digunakan
untuk sanitasi.
f. Wiper lantai
Wiper lantai adalah alat untuk mengurangi air atau menghilangkan air,
digunakan dengan cara menyapu/menarik wiper diatas lantai yang ada
genangan airnya sehingga air yang terdapat di lantai proses tidak tergenang
lagi. Wiper lantai terdiri dari gagang (terbuat dari stainless steel atau palstik)
danpengusap (dari karet), kuat dan kokoh. Ukuran wiper buat meja ada yang
berukuran 50 cm.
b. Bahan penolong
MenurutSNI 01-0222-1995 bahanpenolong danbahantambahanyang
digunakan tidak merusak, mengubah komposisi dan sifat khas tuna. Dalam hal
ini bahanpenolong yang dipakai dalam proses produksi tuna loin adalahair dan
es. Air yang digunakan sebagaibahanpenolong untukkegiatandi unit
pengolahan memenuhi persyaratan kualitas air minum.Air merupakan bahan
pembantu yang sangat penting dalam pencucian, pembersihan tempat
produksi serta pembersihan alat kerja yang dibutuhkan dalam jumlah besar
Es yang digunakan dibuat dari air yang memenuhi persyaratan sesuaiSNI 01-
4872.1-2006.Es merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
mempertahankan mutu produk perikanan.
Seluruh mesin dan peralatan produksi sebaiknya dipilih yang terbuat dari
stainless steel agar tidak terjadi korosi dan lebih mudah untuk dibersihkan.
Seluruh mesin dan peralatan, terutama yang kontak langsung dengan
makanan harus dijaga kebersihannya, harus dibersihkan sebelum dan setelah
proses produksi. Penerapansanitasi dan hygiene terhadap peralatan dilakukan
dengan membersihkan dan
mencucidenganbahankimiayangamanuntukperalatanyang dipakai
secarakontinyu sebelumatausesudahprosesmisalnya deterjen teepol yang
aman untuk bahan dan dapat membersihkan mesin dan perlatan serta
mencegah kerak dan korosif.
c. Sanitasi airdanes
Peranairsangatpentingkarenaair
merupakanmediakebersihanbahanbaku,alat,fasilitas,media,danlainya. Standar
air bersih yang digunakan; tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau.Airyangdigunakandalamproduksi ikantunaloin beku
berasaldariairPDAM atauairtandonatauairsumuryangmemilikikemurniantinggi
dantelah mengalami pengujian dan memenuhi standar sehingga dapat
digunakan dalam proses persiapan bahan (merendam, mencuci dan semua
kegiatan membersihkan bahan makanan mentah).Airyang
digunakanuntukmembersihkandanmencuciikanharusbersuhu
rendah( minimal0°C). Pada suhu0°Cpertumbuhanmikroganismeyangada pada
bahanbakuikanakan terhambatdikarenakan suhuyang
dingindimanabakteriakan berhentiberkembang biak.
Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di
dalam lemari pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air
dibawah suhu 00 C. Air yang digunakan dalam proses pembuatan es batu
haruslah air yang bahan baku higienis dan sudah memenuhi standar sanitasi
(Hadi, 2014)
Air merupakan bahan baku utama dari pembuatan es batu yang mana air
tersebut sudah harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan kegunaan
dan sesuai standarnya, air biasanya digunakan untuk keperluan air minum,
air rumah tangga dan industri. Air dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah atau air hujan, sedangkan Sumber bahan baku air utama
yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah air yang berasal dari air
PDAM, air sungai, air waduk, dan air hujan. Proses air baku menjadi air
bersih masih sangat panjang, karena kesadaran masyarakat menjaga sumber
air masih sangat rendah. Bila sumber air sudah kotor, maka akan
memerlukan proses produksi yang panjang karena harus menghilangkan
bau, warna, dan rasa, agar memenuhi Standar Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) (Paul, 2008).
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menyiapkan alat dan bahan untuk
loining
1. Cermat dan teliti dalam mengidentifikasi Alat dan bahan untuk loining
2. Cermat dan teliti dalam menyiapkan alat dan bahan untuk loining dalam kondisi
saniter
BAB III. MELAKUKAN PROSES LOINING
Melakukan proses loining merupakan salah satu tahapan proses dalam pekerjaan
pembekuan ikan tuna. Sebelum melakukan proses loining tahapan proses
sebelumnya yang harus dilakukan adalah menerima bahan baku ikan tuna segar,
menimbang bahan baku ikan tuna segar, melakukan pencucian bahan baku,
melakukan penyimpanan sementara (chilling) dan melakukan butchering.
Tuna loin beku adalah tuna yang telah mengalami perlakuan sehingga suhu
pusatnya maksimum -18 oC, merupakan produk olahan hasil perikanan dengan
bahan baku tuna segar atau beku yang mengalami perlakuan sebagai berikut :
penerimaan, penyiangan atau tanpa penyiangan, pencucian, pembuatan loin ,
pengulitan dan perapian, sortasi mutu, pembungkusan ( wrapping), pembekuan,
penimbangan, pengepakan, pelabelan dan penyimpanan. Standar mencakup
klasifikasi, syarat bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan makanan, cara
penanganan dan pengolahan, teknik sanitasi dan higiene, syarat mutu dan
keamanan pangan, pengambilan contoh, cara uji, serta syarat penandaan dan
pengemasan untuk tuna loinbeku.
Menurut BSN (2006), bahan baku tuna loin beku adalah semua jenis tuna yang
dapat diolah untuk dijadikan produk berupa tuna loin beku.Ikan tuna yang
digunakan untuk produksi tuna loin beku harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
- Ikan tuna dalam keadaan bersih,
- Bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan,
- Bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan,
- Bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak
membahayakan kesehatan,
- Berasal dari perairan yang tidak tercemar.
Bahan baku tunaloin adalahikan tunasegaryang harus memenuhi syarat
kesegaran, kebersihandankesehatan sesuaiSNI 01-4104.2-2006. Bahanbaku
yang memiliki karakteristik kesegaran menurut SNI 01-4104.2-2006 adalah
sebagai berikut :
a)Ketampakan : mata cerah, cemerlang
b)Bau : segar
c)Tekstur : elastis, padatdan kompak.
Menurut BSN (2006), semua jenis tuna dapat dibuat menjadi produk tuna loin
beku namun pada umumnya bahan baku yang digunakan adalah yellowfin,
bluefin, bigeye dan longfin.
Menurut Fadly (2009), secara organoleptik bahan baku tuna loin beku
dikelompokkan menurut standar atau kualitas daging yang terbagi menjadi
empat tingkatmutuyaitugrade A,B,C,danD.Pengujiantingkatanmutuikan dilakukan
dengan menusukkan coring tube yang merupakan suatu alat berbentuk batang,
tajam, dan terbuat dari besi. Coring tube dimasukkan pada kedua sisi ikan
(bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri) sehingga didapatkan potongan
daging ikan tunayangselanjutnya dilakukanpengujianorganoleptik.Ciri-ciri untuk
masing-masing grade adalah sebagai berikut:
1) Grade A
Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut:
- Warna daging untuk tuna ekor kuning adalah merah seperti darah segar
dan untuk tuna mata besar dagingnya berwarna merah tua seperti bunga
mawar
- Mata bersih, terang, dan menonjol
- Kulit normal, warna bersih dan cerah
- Tekstur daging untuk tuna ekor kuning keras, kenyal, dan elastis, dan
untuk tuna mata besar dagingnya lembut, kenyal dan elastis
- Kondisi ikan (penampakannya) bagus dan utuh
2) Grade B
Ciri-ciri ikan tuna grade B adalah sebagai berikut:
- Warna daging merah, otot daging agak elastis, jaringan daging tidak
pecah
- Mata bersih, terang dan menonjol
- Kulit normal, bersih, dan sedikit berlendir
- Tidak ada kerusakan fisik
3) Grade C
Ciri-ciri ikan tuna grade C adalah sebagai berikut:
- Warna daging kurang merah
- Kulit normal dan berlendir
- Otot daging kurang elastis
- Kondisi ikan tidak utuh atau cacat, umumnya pada bagian punggung atau
dada
4) Grade D
Ciri-ciri ikan tuna grade D adalah sebagai berikut:
- Warna daging agak kurang merah dan cenderung berwarna coklat dan
pudar
- Otot daging kurang elastis dan lemak sedikit
- Teksturnya lunak dan jaringan daging pecah
- Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan yang sudah sobek, mata ikan
yang hilang, dan kulit terkelupas
Bahan pembantu yang digunakan untuk penanganan tuna loin beku harus
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 01-4104.3-2006 tentang
penanganandanpengolahantunaloin beku.Bahanpembantuataupenolong terdiri
dari air dan es. Air yang digunakan sebagaibahanpenolong untukkegiatandi unit
pengolahan memenuhi persyaratan kualitas air minum.
Air untuk penanganan dan pengolahan harus aman dan saniter dan berasal dari
sumber yang diizinkan dengan angka Coliform (Angka Paling
Memungkinkan/APM) maksimal 2 dalam 100 ml air serta memiliki tekanan
minimal142,26g/cm2.
Es yang digunakan harus dibuat dari air bersih dan memenuhi persyaratan air
minum. Penggunaan es harus ditangani dan disimpan di tempat yang bersih agar
terhindar kontaminasi silang dari lingkungan. Es kering digunakan untuk
mempertahankan suhu ikan selama proses pengangkutan agar tetap rendah dan
terjaga kesegarannya. Es kering merupakan karbondioksida (CO 2) yang
terkondensasi menjadi bentuk padat, selain itu es kering memiliki temperatur
yang lebih rendah dari es biasa yaitu -790C (Maulana 2012)
Apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan disiangi
dengan cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan
pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat produk maksimal
4,4°C.
3) Pencucian
4) Pembuatan Loin
6) Sortasi mutu
7) Pembungkusan (Wrapping)
Loin yang sudah rapi selanjutnya dikemas dalam plastik polybags secara
individual vacuum dan tidak vacuum secara cepat. Proses
pembungkusan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dan tetap
mempertahankan suhu pusat produk maksimal 4,4°C.
9) Penimbangan
Loinditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan yang
sudah dikalibrasi. Penimbangan dilakukan dengan cepat, cermat dan
saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk maksimal -18°C.
Tujuan dari penimbangan ini adalah mendapatkan berat loinyang sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan dan bebas dari kontaminasi
bakteri patogen.
10) Pengepakan
Loinyang telah dilepaskan dari pan pembeku, kemudian dikemas dengan
plastik dan dimasukkan dalam master karton secara cepat, cermat dan
saniter sehingga melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan
selama transportasi dan penyimpanan serta sesuai dengan label.
Apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan disiangi
dengan cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan
pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat produk maksimal
-18°C. Penyiangan dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ikan yang
bersih, tanpa kepala dan isi perut serta mereduksi kontaminasi bakteri
patogen.
3) Pembuatan Loin
Tulang, daging hitam (dark meat) dan kulit yang ada pada loindibuang
hingga bersih. Pengkulitan dan perapihan dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk
maksimal -18°C.
Daging merah mengandung mioglobin dan hemoglobin yang bersifat
prooksidan serta kaya akan lemak. Warna merah pada daging ikan
disebabkan kandungan hemoproteinnya tinggi yang tersusun atas
protein moiety, globin dan struktur heme. Di antara hemoprotein yang
ada, mioglobin adalah hemoprotein yang terbanyak. Lebih 80%
hemoprotein pada daging merah adalah mioglobin dan hemoglobin.
Kandungan mioglobin pada daging merah ikan tuna dapat lebih dari
3.500 mg/100 g (Watanabe, 1990). Hal ini yang menyebabkan
mudahnya terjadi ketengikan pada daging merah ikan tuna.
5) Pembekuan
6) Penimbangan
8) Penyimpanan
Produk pangan yang sudah dihasilkan perlu ditangani secara baik agar
tidak mengalami rekontaminasi, sehingga mutu produk pangan tetap
terjaga sampai ke konsumen. Pengemasan merupakan salah satu cara
untuk mencegah terjadinya rekontaminasi. Pemilihan waktu untuk
mengemas, jenis bahan pengemas, dan kebersihan bahan pengemas
sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan rekontaminasi
(Afrianto, 2008).
Catatan*biladiperlukan
Sumber:BSN(2006)
a. Suhu
c. Kebersihan
A. Dasar Perundang-undangan
1. Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-4104.3-2006.Tuna LoinBeku-Bagian
3: Penanganan dan Pengolahan. Jakarta: Badan StandardisasiNasional
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) 4110 tentang Ikan Beku
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 4104 tentang Tuna Loinbeku
4. StandarNasionalIndonesia(SNI)4872,Esuntukpenanganan ikan
B. Buku Referensi
1. Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta: Kanisius.
2. Hadiwiyoto, S. 1997. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Teknologi
Pertanian. UGM. Liberty. Yogyakarta.
3. Ilyas, 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan. Teknik pendinginan Ikan. C.v
Paripurna. Jakarta. Bhatara Aksara.
4. Ilyas s. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I Teknik Pendinginan
Ikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta
5. Kartika, B. 1991. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar
Universitas,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
6. Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
7. Purnawijayanti, Hiasinta, A. 2001. Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.
Nento R.W, 2015.StudiTuna Ekor Kuning (Thunnus albacares) di CV. Cahaya Mandiri
Desa Botu Barani Kelurahan Bone Pantai Provinsi Gorontalo. Jtech 2015,(1)55-59
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN
A. Daftar Peralatan
No
Nama Peralatan/Mesin Keterangan
.
1. Meja proses
2. Alat potong
3. Cuttingboard/Talenan
4. Wadahlimbahpadat
B. Daftar Bahan
N. NAMA PROFESI