LATAR BELAKANG
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran
penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk
utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, serta produk sampingan yang berasal
dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya
adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine,
metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri oleokimia dasar
merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen, sabun, dan kosmetika.
Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah diantaranya adalah pupuk
organik, kompos, dan kalium serta serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang
aktif dari tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan
papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari
limbah cair dari proses produksi minyak sawit.
Selain itu, tanaman kelapa sawit juga menjadi sumber pangan dan gizi utama dalam
menu penduduk negeri, sehingga kelangkaannya di pasar domestik berpengaruh sangat nyata
dalam perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan tanaman dan
agribisnis kelapa sawit akan dapat memberikan sebesar-besarnya manfaat tersebut, apabila
para pelaku agribisnis kelapa sawit dan pengembangan serta sarana dan prasarana ekonomi
lainnya oleh berbagai instansi terkait memberikan dukungan dan peran aktifnya.
PT. Putra Bangka Mandiri merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang bergerak dalam kegiatan usaha perkebunan dan pengolahan minyak sawit. Areal
kegiatan pembangunan kebun kelapa sawit PT. Putra Bangka Mandiri terdiri dari dua hamparan
wilayah yang terpisah dan secara administrasi kepemerintahan termasuk dalam dua wilayah
kabupaten yaitu: Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Selatan.
Pendahuluan
Kegiatan pembangunan kebun kelapa sawit oleh PT. Putra Bangka Mandiri di Kabupaten
Bangka dimulai pada akhir tahun 2006 yaitu sejak dikeluarkannya Surat Keputusan (yang
pertama) Bupati Bangka nomor 188.45/456/II/2006 tanggal 12 Oktober 2006 tentang Pemberian
Izin Lokasi untuk Keperluan Perkebunan Kelapa Sawit. Penerbitan Surat Keputusan Bupati
Bangka untuk izin lokasi ini dilakukan secara bertahap dan sampai saat ini terdapat 9 (sembilan)
Surat Keputusan izin lokasi yang letaknya tersebar di beberapa desa di Kecamatan Mendo Barat
dengan total luas 4.389,17 ha. Sedangkan di Kabupaten Bangka Selatan kegiatan pembangunan
kebun kelapa sawit dimulai setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Bangka Selatan
nomor 188.45/170/DPK/2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Izin Lokasi Perkebunan Kelapa
Sawit a.n. PT. Putra Bangka Mandiri dengan lokasi di Kecamatan Toboali seluas 10.000 ha.
Sehingga sesuai izin lokasi penggunaan lahan, areal yang dicadangkan untuk kegiatan
perkebunan PT. Putra Bangka Mandiri di kedua kabupaten tersebut adalah seluas 14.389,17
ha.
Keberadaan perusahaan perkebunan PT. Putra Bangka Mandiri akan turut meningkatkan
pendapatan daerah melalui pajak Bumi dan Bangunan dan pajak penghasilan lainnya serta
mendorong investasi di daerah dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat khususnya
dan sumbangan bagi devisa Negara umumnya.
Hasil perkebunan kelapa sawit berupa tandan buah segar (TBS) kemudian akan diolah
menjadi minyak sawit (CPO, crude palm oil). Pengolahan TBS menjadi minyak sawit oleh PT.
Putra Bangka Mandiri dilakukan dengan membangun dua unit pabrik pengolahan minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil) yang rencananya mempunyai kapasitas terpasang 45 ton TBS/jam
setiap unitnya..
Disamping itu dilihat dari rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan sangat disadari
bahwa kegiatan perkebunan dan pengolahan minyak sawit oleh PT. Putra Bangka Mandiri akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak
terhadap lingkungan seperti dampak ekologis, ekonomis, dan sosial-budaya masyarakat dapat
terjadi dalam tahapan kegiatan pembangunan kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT.
Putra Bangka Mandiri sejak dari tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi sampai tahap
operasional.
a. Pemrakarsa
1.) Memperoleh nilai ekonomis dari kegiatan perkebunan untuk kebutuhan bahan baku
pabrik Crude Palm Oil (CPO) berupa Tandan Buah Segar (TBS).
2.) Mengembangkan teknologi pengolahan minyak sawit sebagai teknologi yang ramah
lingkungan.
b. Pemerintah Daerah
1.) Memanfaatkan sumberdaya lahan menjadi potensi sumberdaya alam yang dapat
mendukung pengembangan industri di daerah.
2.) Memberikan kesempatan kepada dunia usaha untuk mengembangkan usahanya tanpa
mengabaikan masalah lingkungan.
3.) Mengarahkan kebijaksanaan pembangunan daerah dalam rangka pengelolaan
lingkungan.
c. Masyarakat
1.) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sesuai dengan keahlian dan
keterampilannya.
2.) Membuka peluang usaha dalam perekonomian masyarakat terutama bagi yang
berdekatan dengan lokasi rencana kegiatan/usaha.
1.3 Peraturan
1.3.1 Undang-Undang
1.) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor
Lowongan Pekerjaan
2.) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
3.) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 1990, tentang Pengendalian
Dampak Lingkungan.
4.) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 1998, tentang Penghapusan
Kewajiban Memiliki Rekomendasi Teknis dalam Permohonan Persetujuan Penanaman
Modal
1.3.4. Keputusan Menteri
1.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor:
Kep-68/BAPEDAL/05/1994, tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan,
Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan, dan Penimbunan Akhir
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
2.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor:
Kep. 056 Tahun 1994, tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
3.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor:
02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah
B3).
4.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor:
03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3.
5.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor:
04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
6.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor Kep-
205/Bapedal/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak
7.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep
299/11/Tahun1996, tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan
AMDAL
8.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-105
Tahun 1997, tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
9.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep
124/12/1997, tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan
AMDAL
10.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: 08 Tahun
2000, tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
11.) Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: 113 Tahun
2000, tentang Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan.
1). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 28 Tahun 2002 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 3 Tahun 2003 tentang
Kawasan Lindung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 04 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air dalam Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4). Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 05 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Pencemaran Air dalam Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Ketentuan dalam GBHN
tersebut dijabarkan kembali dalam Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dapat diuraikan sebagai berikut:
3.) Pasal 9 ayat 3 menyatakan, pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara
terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumberdaya alam non hayati,
perlindungan sumberdaya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Dilandasi oleh UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut di
atas, maka kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan azas
tanggung jawab, azas keberlanjutan dan azas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
daerah seutuhnya dan pengembangan masyarakat yang berlandaskan pada keseimbangan
ekosistem dan lingkungan hidup.