Anda di halaman 1dari 24

BEHAVIORISME

Latar Belakang
Pendidikan di kebanyakan sekolah lebih sering mendalami
tentang berbagai teori tanpa mengajarkan aplikasi dalam
sehari-hari kepada siswa. Pendidikan yang seperti itu
membuat siswa cepat lupa dengan apa yang telah siswa itu
pelajari. Karena, siswa hanya mengikuti apa yang guru
ajarkan. Dengan begitu keaktifan siswa tidak timbul dalam
proses belajar mengajar.
Kejadian itu yang membuat saya memilih teori behaviorisme
dalam proses belajar mengajar di kelas. Karena setelah saya
terapkan, ternyata siswa lebih mudah memahami dan tidak
cepat lupa ketika saya menggunakan teori behaviorisme
dalam proses belajar mengajar.Inilah yang saya maksud,
siswa lebih mudah memahami dan tidak mudah lupa. Karena,
teori behaviorisme terfokus dengan perilaku nyata dan
memiliki aspek mental dari kesadaran.
Tidak diragukan lagi, behaviorisme adalah teori yang tepat
untuk saya. Sejujurnya, saya sendiri pun tidak Suka dengan
terlalu banyaknya teori-teori. Saya saja lebih suka
pembelajaran yang proses memahaminya lewat praktek dan
aktif dalam proses pembelajaran. Apalagi dengan siswa-siswa
saya yang umurnya lebih muda, paengetahuan dan rasa
keingintahuan mereka pasti lebih kreatif lagi. Behaviorisme
adalah teori yang cocok diterapkan dalam proses
pembelajaran, itu pendapat saya.
Tujuan

1. Kognitif:
o Pembaca dapat memberikan contoh tentang teori
behaviorisme ini dalam proses pembelajaran.(C2)
Alasan: Agar pembaca dapat memahami teori ini.
o Pembaca dapat menemukan jawaban atas kegunaan
teori behaviorisme ini dalam proses
pembelajaran.(C3)
Alasan: Agar pembaca merasa penting untuk
membaca teori ini.

2. Afektif:
o Pembaca dapat ikut serta menerapkan teori

behaviorisme ini dalam proses pembelajaran.(A3)


Alasan: Agar pembaca tidak hanya membaca teori
ini saja.
o Pembaca dapat memodifikasi teori behaviorisme ini
ke dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran(RPP).(A4)
Alasan: Agar pembaca lebih kreatif lagi dengan
teori ini.

3. Psikomotorik:
o Pembaca dapat mempraktekkan teori behaviorisme

ini dalam proses pembelajaran.(P3)


Alasan: Agar pembaca dapat menggunakan teori ini
dikehidupan nyata.
o Pembaca dapat mendemontrasikan teori
behaviorisme ini ke dewan guru lain agar teori ini
semakin berkembang.(P4)
Alasan: Agar pembaca membagi pengetahuan
sesama manusia.

Teori
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang
didirikan oleh John B.Watson pada tahun 1913 yang
berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek
tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran
revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar
sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis
(yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak
tampak).
Behaviorisme sebagai suatu teori psikologi dan pembelajaran
menjadi berpengaruh pada awal abad ke-20 dan mencapai
puncak kejayaannya pada tahun 1950-an dan 1960-an. Teori
itu berakar dari penelitian Ivan Pavlov di Rusia di sekitar
pergantian abad yang lalu. Dalam berbagai eksperimennya
yang sangat terkenal dengan anjing, Pavlov menunjukkan
bagaimana seekor anjing dapat dikondisikan untuk
mengeluarkan air liur saat diberikan stimulus yang bersifat
semau-maunya. Seperti bel, jika stimulus tersebut
dipasangkan terus-menerus dengan pemberian makanan,
secara berangsur-angsur, semakin sedikit makanan diberikan
bersamaan dengan bunyi dering bel. Pavlov menyebut proses
ini sebagai refleks terkondisi (conditioned reflex). Seorang
psikolog Amerika, John B.Watson, bahkan mencoba
menggunakan refleks terkondisi sebagai landasan bagi semua
perilaku, termasuk belajar.
Watson adalah seorang behavioris pertama yang
memproklamirkan dirinya, dan ia merumuskan prinsip dasar
sehingga kita dapat mempelajari perlaku saja, bukan keadaan-
keadaan mental atau proses-proses pikiran. Namun demikian,
dalam waktu yang sangat singkat jelaslah bahwa refleks
terkondisi Pavlov amat sangat terbatas untuk dapat
menjelaskan bagian-bagian penting dari apa yang dapat
dilakukan otak manusia.
Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui
pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson.
Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di
University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang
memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen
kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan
bidang psikologi pada animal psychology dan child
psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun
demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada
fungsionalisme.
Prinsip Dasar Behaviorisme :
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri,
bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang
abstrak.
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk
fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus
dihindari.
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable
behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu
psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang
ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist
dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme
dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi
tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan
faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya
yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam
perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991)
membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu
behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

Terhadap aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan


pada pengingkaran terhadap potensi alami yang dimiliki
manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia tidak
memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk
menentukan tingkah lakunya sendiri.
Impilaksi Terhadap Pembelajaran
Pengaruh behaviorisme secara umum masih sangat terasa
dalam pendidikan. Salah satu pengaruh yang jelas dan masih
terasa adalah penekanan kepada tujuan menulis (tujuan
belajar, tujuan perilaku, tujuan kinerja) bagi semua mata
pelajaran kita. Hampir setiap orang yang memiliki ijazah
mengajar harus belajar untuk menuliskan tujuan-tujuan bagi
pelajaran. Gagasan tersebut semula dikembangkan oleh murid
Skinner, Robert Mager, yang telah membuat dua hal penting.
Pertama, dalam pendidikan, sebagaimana dalam berbagai hal
lain dalam kehidupan, kita perlu bersikap jelas tentang tujuan-
tujuan kita jika kita harus mencapainya. Kedua, kita tidak
dapat memperkirakan berapa banyak yang telah dipelajari
seseorang tanpa membatasi pembelajaran apa yang sedang
kita lakukan dalam hal-hal yang diamati.
Dari kedua gagasan ini, dia menegaskan bahwa kitaa harus
menetapkan tujuan pengajaran kita dalam kaitannya dengan
tujuan perilaku, yang biasanya terdiri dari tiga bagian:
perilaku yang dipelajari, kondisi-kondisi yang digunakan
untuk menunjukkan perilaku tersebut, dan kriteria-kriteria
yang digunakan untuk menilai jumlah belajar. Praktek
menuliskan tujuan berasal langsung dari psikologi perilaku
dan tetap bertahan sampai saat sekarang. Warisan
behaviorisme lain yang lebih kompleks adalah strategi
mengajar yang dikenal dengan pengajaran terprogram. Dalam
teori ini terprogram tidak dapat mengacu pada pemrograman
komputer tetapi pada pengurutan dan pengembangan
pengajaran itu sendiri secara cermat. Pengajaran terprogram
didasarkan pada beberapa prinsip kunci.

(http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/dinamika-
manajemen-kelas-dalam.html)
Pertama, pengajaran dipilah-pilah menjadi langkah-langkah
yang amat kecil. Jika unsur dasar semua perilaku berupa
operan terkondisi maka cara mengajarkan perilaku-perilaku
yang rumit adalah mengajarkan semua balok pembangun
sekaligus. Prinsip kunci kedua adalah bahwa orang belajar
sebaik-baiknya dengan membuat respon aktif terhadap
masing-masing langkah. Oleh karena itu, pengajaran
terprogram menuntut agar siswa membuat respon yang jelas
setiap beberapa detik selama pengajaran.
Hal ini terjadi secara bersamaan dengan prinsip kunci ketiga:
perilaku dipelajari (dan terjadi secara berulang-ulang) bisa
dipaksakan.

(http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/kualitas-proses-
belajar-mengajar.html)

Dengan demikian, pengajaran terprogram yang mengajarkan


suatu keterampilan yang kompleks terdiri atas serangkaian
pangjang langkah-langkah kecil di mana siswa membaca
pengalan-penggalan kecil informasi, menjawab pertanyaan
tentang informasi tersebut, dan dipaksa untuk memberikan
jawaban yang benar, biasanya tanpa kesalahan.
Pengajaran terprogram juga mengarah pada satu contoh awal
hardware teknologi pengajaran: mesin pengajaran (teaching
mechine). Bahkan sebelum luasnya penggunaan komputer
dalam pendidikan, mesin pengajaran merupakan perangkat
mekanis yang menyajikan informasi dan pertanyaan-
pertanyaan, menerima tangapantanggapan siswa, dan
memberitahu siswa tentang jawaban-jawaban yang benar.
Alatalat ini juga dapat efektif atau tidak efektif, mengasyikkan
atau membosankan. Begitu komputer mulai tersebar luas,
mesin pengajaran dikalahkan oleh contoh-contoh pertama
pengajaran berbantuan komputer (CAI), dan berbagai proyek
CAI awal berskala besar sedang dilakukan menjelang awal
tahun 1960-an. Proyek tersebut didasarkan pada prinsip-
prinsip behavioristime dan teknik-teknik yang berkaitan
dengan pengajaran terprogram. Salah satu persoalan
berkenaan dengan pengajaran terprogram maupun mesin
pengajaran adalah bahwa keduanya relatif tidak fleksibel.
Seringkali masingmasing siswa telah mengetahui banyak
langkah kecil secara individual yang merupakan bagian dari
setiap program pengajaran. Namun demikian, dalam petunjuk
pengajaran terprogram atau mesin pengajaran yang berjalan
benar-benar secara linier, tidak ada kesempatan untuk
melompati bagian-bagian yang sudah tidak asing lagi.
Akhirnya, sebagai teori psikologi perilaku manusia,
behaviorisme tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Jelas
sekali bahwa meskipun tikus-tikus putih seringkalio dapat
dilatih untuk memberikan respon dengan cara-cara yang dapat
diprediksikan, namun manusia lebih kompleks. Kadang-
kadang mereka berperilaku sebagaimana yang diperkirakan,
naumkadang-kadang tidak. Misalnya, kadangkadangorang
menolak berbagai dorongan untuk berperilaku dengan cara-
cara tertentu karen alasan filosofis. Bahkan ketika disiksa
secara fisik, orang menolak bekerja sama dengan orang-orang
yang mereka anggap musuh. Proses berpikir yang kompleks,
seperti yang telibat dalam bahasa, menimbulkan berbagai
persoalan khusus bagi model behavioris. Menjelang tahun
1970-an behaviorisme digantikan oleh psikologi kognitif.
Tokoh-tokoh Behaviorisme:
John B. Watson
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan
pendekatan yang tidak ada. Alasannya adalah jika psikologi
dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat
diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya
bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan
manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi menjadi
ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran sebagai subjek
dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek
psikologi.
Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi
untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas
manusia dan hewan. 3 prinsip dalam aliran behaviorisme:
(1) menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau
pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang
hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari
kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
(2) Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari
pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk
karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik
masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial.
Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan
belajar dari semua itu.
(3) Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan
sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku manusia.
Firman Allah SWT dalam al-Quran :





) 3( ) 2(

)
4(
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetarlah
hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Rabbnya mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebahagian dari
Rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan
ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal,8:2-4).

B.F. Skinner
Behaviorisme, sebutan bagi aliran yang dianut Watson,
turut berperan dalam pengembangan bentuk psikologi selama
awal pertengahan abad ini, dan cabang perkembangannya
yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap
berpengaruh. Hal ini terutama karena hasil jerih payah
seorang ahli psikologi dari Harvard, B.F. Skinner. Psikologi
stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan
hukuman yang mempertahankan adanya respon itu, dan
mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena
adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman. Skinner,
berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah
penguatan pribadi individu. Meskipun pembawaan genetis
turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan
perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta
merupakan khas bagi individu yang bersangkutan.
Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi dasar,
yaitu:
(1) Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be
controlled);
(2) Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian
manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis
seperti Id atau Ego;
(3) Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual.
Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena
menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali insting,
adalah hasil belajar.
Kaum behavioris sangat mengagungkan proses belajar,
terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-
respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku
manusia. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac
Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu
Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan
masih banyak lagi lainnya.
Mengenai hubungan antar manusia Allah SWT
berfirman










Artinya : Dan diantara manusia ada orang yang menyembah
tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai
seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang yang
berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya itu milik Allah
dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal).(Al-Baqarah,2:165)
Analisis Teori
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang
tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Behaviorisme memandang juga bahwa ketika dilahirkan, pada
dasarnya manusia tidak membawa bakat apapun. Manusia
akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk atau tidak
efektif akan menghasilkan manusia buruk juga, lingkungan
yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris
memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-
sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus
ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif,
seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk
berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut
dirumuskan secara subjektif.

(http://irasaffaghira.blogspot.com/)
Teori behaviorisme ini selain memiliki sisi positif, juga
memiliki sisi negatif. Bila telah dilakukan dengan baik,
pembelajaran menggunakan teori behaviorisme ini dapat
sangat efektif. Bila tidak dilakukan dengan benar,
sebagaimana sering terjadi, pembelajaran menggunakan teori
behaviorisme semacam ini sungguh membosankan dan tidak
efektif. Seringkali langkah-langkah ini terlalu kecil bagi
sebagian orang. Tidak ada banyak tantangan menjawab
masing-masing pertanyaan dan langkah pengajaran benar-
benar berjalan lamban. Di samping itu, cara untuk mengubah
penguatan sangat terbatas jumlahnya. Berapa kali orang dapat
dikatakan Good job! (Bagus!) tanpa kehilangan maknanya
sama sekali? Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa
contoh-contoh yang sangat baik dan efektif dari pembelajaran
menggunakan teori behaviorisme ini, namun juga ada banyak
contoh yang buruk, dan teknik tersebut tidak dapat bertahan
lama.
Tetapi, tidak dapat disangkal bila teori behaviorisme ini
membuat suasana pembelajaran yang membuat siswa menjadi
aktif dalam proses pemahamannya. Tugas sebagai pengajar
membuat siswa didik menjadi aktif dan tidak pasif dalam
proses pembelajaran. Agar materi yang disampaikan kepada
siswa didik tersampaikan dan melekat pada diri siswa didik.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : Kelas XI/Semester II
Materi Pembelajaran : Energi Potensial Gravitasi
dan
Hukum Kekalan Energi
Alokasi Waktu : 1x30menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
reponsif dan pro- aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai denganbakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian


Kompetensi
1.1.Menyadari kebesaran 1.1.1.Menunjukkan rasa
Tuhan yang menciptakan syukur terhadap Tuhan
dan mengatur alam jagat yang Maha Esa atas
raya melalui pengamatan jeteraturan gaya yang
fenomena alam fisis dan menyebabkan
pengukurannya. keseimbangan di bumi.
2.1.Menunjukkan perilaku 2.1.1.Melaksanakan sikap
ilmiah (memiliki rasa ingin positif individu dan sosial
tahu; objektif; jujur; teliti; dalam diskusi kelompok.
cermat; tekun; hati-hati; 2.1.2.Melaksanakan
bertanggungjawab; terbuka; perilaku ilmiah dalam
kritis; inovatif dan peduli percobaan dan diskusi
lingkungan) dalam aktivitas kelompok.
sehari-hari sebagai wujud 2.1.3.Melaksanakan sikap
implementasi sikap dalam menghargai pendapat dan
melakukan percobaan, pekerjaan orang lain.
melaporkan, dan berdiskusi.
3.1.Menganalisis konsep 3.1.1.Merumuskan
energi, usaha, hubungan pengertian enegi potensial
usaha dan perubahan gravitasi.
energi, dan hukum kekalan 3.1.2.Mehubungkan
energi untuk menyelesaikan hubungan antara usaha
permasalahan gerak dalam dengan energi potensial
kejadian sehari-hari. gravitasi.
4.1.Menemukan masalah 4.1.1.Membuktikan
dengan menggunakan hubungan antara massa dan
metode ilmiah terkait ketinggian dengan besarnya
dengan konsep gaya dan energi potensial.
kekelan energi.

C. Tujuan Pembelajaran
* Kognitif:
1. Siswa dapat memberikan contoh tentang adanya
hubungan
usaha dengan energi potensial.(C2)
Alasan: Agar siswa memunculkan kreatifitas dan
keaktifan
di kelas.(PB 11)
2. Siswa dapat membuktikan adanya energi
potensial gravitas
di kehidupan sehari-hari.(C3)
Alasan: Agar siswa sangat memahami teori yang
disampaikan.(PB 8)
* Afektif:
1. Siswa dapat mengambil prakarsa dari contoh yang
diberikan tentang hubungan usaha dengan energi
potensial.
(A3)
Alasan: Agar siswa tidak hanya mengamati saja,
tetapi
memberikan tanggapan.(PB 9)
2. Siswa dapat memodifikasi pembuktian energi
potensial
gravitasi yang telah dilakukan.(A4)
Alasan: Agar pembuktian yang dilakukan
berkembang dan
nyata dapat dimanfaatkan di kehidupan
sehari-hari.
(PB 13)
*Psikomotorik
1. Siswa dapat mendemonstrasikan tentang adanya
hubungan usaha dengan energi potensial.(A4)
Alasan: Agar siswa dapat berbagi dengan teman
lain
yang belum mengerti.(PB 10)
2. Siswa dapat mengkombinasikan energi potensial
gravitasi
dalam kehidupan sehari-hari.(A7)
Alasan: Agar siswa dapat mengeluarkan kreatifitas
dalam
dirinya.(PB 3)

D. Materi Pembelajaran
a. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitas adalah energi yang
dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh
tempatnya(kedudukan).
Ep = m.g.h
b. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial
W = Delta Ep
A. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Scientific
Model Pembelajaran : Project Based Learning
Metode Pembelajaran : Demonstrasi,
Eksperimental, Peer Theacing Method dan
Project Method.
B. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
- Lantai

2. Alat dan Bahan Pembelajaran


- Bola Karet (1buah)

- Batu (1buah)

3. Sumber Pembelajaran
- Buku Paket Siswa:

Drs. Purwoko dan Fendi H.


S.Pd.2010.FISIKA 2.Jakarta:Yudistira

- Animasi Energi Potensial Gravitasi


- LKS

C. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (5menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa.(PB 10)

b. Apersepsi: (PB 8)

Guru mengulang kembali materi yang


dipelajari sebelumnya.

c. Motivasi: (PB 13)

Dua buah bola karet dengan massa yang sama


jatuh diatas lantai dari ketinggian yang berbeda.
Ternyata, bola karet yang jatuh dengan
ketinggian lebih tinggi yang memantul lebih
tinggi. Apakah penyebab Apakah yang terjadi
bila dijatuhkan dari ketinggian yang sama?

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang


akan
dicapai.
2. Kegiatan Inti (15menit)
a. Guru menyajikan informasi secara garis
besar tentang energi potensial gravitasi dan
menghubungkan dengan tayangan animasi
energi potensial gravitasi.(PB 8)

b. Untuk lebih memahami lagi, beberapa siswa


memberikan contoh tentang usaha dan energi
potensial gravitasi.(PB 13)

c. Siswa termotivasi untuk mengambil


prakarsa, sehingga menimbulkan suatu
pertanyaan tentang hubungan usaha dengan
energi potensial gravitasi.(PB 9)

d. Untuk membuktikan adanya hubungan antar


usaha dengan energi potensial gravitasi, siswa
dibagikan kelompok dan diberikan
LKS(Lembar Kerja Siswa).(PB 13)

e. Siswa bekerja dengan kelompoknya


memahami materi usaha dan energi
potensial gravitasi kepada orang yang sudah
lebih paham tentang materi ini.(PB 10)
f. Siswa menganalisis tentang hubungan usaha
dengan energi potensial dari informasi, animasi
dan contoh-contoh sebelumnya.(PB 3)

g. Guru meminta perkelompok


mendemonstrasikan tentang hubungan usaha
dengan energi potensial gravitasi di depan
kelas.(PB 3)

h. Guru memberikan tugas eksperimen yang


berhubungan tentang usaha dengan energi
potensial gravitasi, yang dapat bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari.(PB 11)

3. Kegiatan Penutup (5menit)


a. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
tentang materi yang telah dipelajari serta
meberitahukan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan di pertemuan selanjutnya.(PB 9)

b. Guru menutup kegiatan dengan berdoa dan


salam.(PB 10)

D. Penilaian
1. Teknik dan Bentuk Instrumen

Teknik Bentuk Instrumen


Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap
dan Rubrik
Tes Untuk Kerja Tes Uji Petik Kerja dan
Rubrik
Tes Tertulis Tes Uraian dan Pilihan
Ganda
Portofolio Panduan Penyusunan
Portofolio

2. Contoh Instrumen
a. Lembar Pengamatan

No Aspek Yang Dinilai 3 2 1 Keterangan


1 Mengagumi peristiwa
gravitasi alam sebagai
ciptaan Tuhan
2 Memiliki rasa ingin
tahu (curiosity)
3 Menunjukkan
ketekunan dan
tanggungjawab dalam
belajar dan bekerja baik
secara individu maupun
berkelompok.

Rubrik Penilaian Sikap

No Aspek Yang Rubrik


Dinilai
1 Mengagumi 3:Menunjukkan ekspresi
peristiwa gravitasi kekaguman terhadap
alam sebagai mekanisme, yang
ciptaan Tuhan menunjukkan rasa syukur
terhadap Tuhan.
2:Belum secara eksplisit
menunjukan ekspresi,
namun menaruh minat
terhadap mekanisme.
1:Belum menunjukkan
ekspresi kekaguman atau
menaruh minat terhadap
mekanisme.
2 Memiliki rasa 3:Menunjukkan rasa ingin
ingin tahu tahu yang besar dan
(curiosity) antusias.
2:Menunjukan rasa ingin
tahu, namun tidak antusias.
1:Tidak menunjukkan rasa
ingin tahu, sulit terlibat
aktif.
3 Menunjukkan 3:Tekun dalam
ketekunan dan menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab tepat waktu.
dalam belajar dan 2:Berupaya tepat waktu,
bekerja baik namun belum berupaya
secara individu yang terbaik dalam
maupun menyelesaikan tugas.
berkelompok. 1:Tidak berupaya dengan
sungguh-sungguh, tugas
tidak selesai.

Daftar Pustaka:
Anonim.2013.http://psikologi.or.id.Diakses pada:26 Juni
2014.Pukul 23:20
Hitipeuw,I.2009.Belajar dan
Pembelajaran.Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Latif,ABD.2014.http://www.scribd.com/doc/216229560/
RPP-Usaha-Dan- Energi.Diakses pada: 26 Juni. Pukul
23:30
Ormrod,jeanne ellis.2008.Psikologi
Pendidikan.Jakarta:Erlangga
Slavin,RE.2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta:PT. Indeks
Wiryokusumo,Iskandar.2009.http://ejournal.unirow.ac.id
/ojs/index.php/unirow /article/view/22.Diakses pada:26
Juni 2014. Pukul 23:15
Zaeni.Asepyusuf,2012.http://asepyusufzaeni.blogspot.co
m/2012/07/pandan-i- slam-tentang-
behaviorisme.html.Diakses pada:26 Juni 2014.Pukul
23:25

Anda mungkin juga menyukai