Anda di halaman 1dari 181

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENCUCI TANGAN

Dokumen, No : 001 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Mencuci tangan dilakukan setiap kali : akan melakukan prosedur


maupun setelah melakukan prosedur tertentu, setelah kekamar
buang air, sebelum makan, sebelum masuk tempat tertentu dan
setiap saat bila tangan terkontaminasi.

TUJUAN 1. Melindungi Perawat


2. Mencegah Klien dari terjadinya infeksi silang
3. Untuk mencegah terjadinya penyebaran mikroorganisme antar
klien

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT PENGKAJIAN


1. Kaji kebutuhan akan cuci tangan
2. Identifikasi Klien yang berisiko tinggi terjadinya infeksi
3. Kaji status Kesehatan Perawat
4. Kaji kebutuhan penggunaan sarung tangan tidak steril
5. Kaji penggunaan alat
6. Kaji kondisi permukaan tangan dan jari jari ( luka terbuka )

PERENCANAAN
Persiapan alat :
1. Tempat cuci tangan yang mudah dijangkau
2. Air mengalir
3. Sabun anti mikroba
4. Tissue / lap bersih

URAIAN PROSEDUR PELAKSANAAN :


1. Gunakan bak dengan air hangat mengalir, sabun biasa atau
antimikroba, handuk pengering / tisu
2. Buka arloji, cincin, dan gulung lengan baju bila panjang
3. Perhatikan kuku agar tetap pendek
4. Berdiri didepan bak tempat kran air, jaga tangan dan seragam
tidak menempel bak
5. Alirkan air, atur aliran dan suhunya hindarkan percikan air ke baju
6. Basahi tangan dan lengan bawah dibawah air mengalir dengan
posisi lebih rendah dari siku
7. Gunakan sabun sedikit ( 2 4 ml )
8. Gosok tangan sekurang kurangnya 10 kali putaran ( sekitar 10 15
detik ) dengan gerakan memutar dari jari, talapak dan punggung
tangan, serta seluruh permukaan dengan gerakan memanjang
dan melintang. Posisi jari menghadap kebawah
9. Bersihkan bawah kuku dengan kuku tangan sebelah atau gunakan
sikat tangan
10.Bilas tangan, tetap lebih rendah dari siku jangan menyentuh bak
cuci tangan
11.Keringkan tangan dari jari ke pergelangan lalu lengan bawah
12.Keringkan dengan handuk kertas langsung buang. Bila
menggunakan lap kain jaga betul kering dan bersih
13.matikan air tanpa menyenth keran

EVALUASI
Observasi apakah tangan sudah bersih dan tidak ada luka akibat cuci
tangan memastikan mikroorganisme tidak terbawa

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMAKAIAN SKORT

Dokumen, No : 002 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEi 2011

PENGERTIAN Pemakaian alat pelindung sebagai barier bagi petugas kesehatan


terutama untuk klien dalam isolasi

TUJUAN Untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada baju perawat saat


melakukan tindakan atau merawat klien, sehingga transmisi ke klien
lain juga dapat terjaga

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Skort

URAIAN PROSEDUR Pelaksanaan :


1. Mencuci tangan
2. Ambil skort bersih sesuai ukuran dan pasang skort dengan
membuka bagian belakang
3. Masukkan lengan satu persatu dan ikat tali dari bagian leher
sampai ke bawah
4. Membuka skort dengan membungkus bagian kotor ke dalam,
masukkan / buang pada tempatnya
5. Mencuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMAKAIAN MASKER

Dokumen, No : 003 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2015

PENGERTIAN Pemakaian alat pelingdung sebagai barier bagi petugas kesehatan


terutama untuk pasien dalam isolasi. Masker dengan filtrasi tinggi
dibutuhkan untuk merawat pasien dengan infeksi pernafasan seperti
tuberculosis. Pemakaian masker harus menutup rapat daerah hidung
dan mulut sehingga manfaatnya efektif. Bila masker sudah menjadi
lembab harus segera diganti.
TUJUAN Mencegah tranmisi MO secara droplet udara saat petugas merawat
klien yang diisolasi, saat membantu prosedur steril

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. PENGKAJIAN


Kaji apakah alat pelindung perlu dipakai

B. PERENCANAAN
1. Persiapan alat
a. Masker

URAIAN PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Mencuci tangan
2. Buka masker dari bungkusnya dan pasang dengan metal band di
bagian hidung, pasang masker menutup hidung dan mata
3. Membuka masker dengan membungkus bagian kotor ke dalam,
masukkan / buang pada tempatnya
4. Mencuci tangan

EVALUASI
Tanyakan pada diri apakah pemakaian alat pelindung efektif

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMAKAI ALAT PELINDUNGAN MATA

Dokumen, No : 004 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pemakaian alat tersebut ( goggles atau cadar wajah ) dianjurkan bagi
petugas kesehatan yang melakukan prosedur tertentu yang
memungkinkan terjadinya percikan darah atau cairan tubuh klien ke
petugas

TUJUAN Mencegah transmisi pathogen selaput mukosa mata

DOKUMEN PENDUKUNG / Persiapan alat :


ALAT Cadar plastik untuk wajah atau goggles untuk mata

Persiapan Klien :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan alasannya
URAIAN PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Gunakan pelindungan mata

Goggles
3. Pasang goggles pada mata dan kencangkan tali sesuai kebutuhan

Cadar Wajah
4. Pasangkan cadar diatas puncak kepala dan atur sesuai kebutuhan
Setelah selesai, goggles dibuang atau disimpan di kamar klien
EVALUASI
Tanyakan diri sendiri akan prosedur yang dilakukan apakah sudah
benar

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL

Dokumen, No : 005 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pemakaian sarung tangan steril dilakukan untuk melakukan prosedur


steril. Saat menggunakan sarung tangan steril perlu disadari oleh
petugas yang mana daerah steril dan mana yang tidak steril karena
tangan yang menggunakan sarung tangan steril akan menjadi tidak
steril bila menyentuh alat atau benda yang tidak steril

TUJUAN Peindung tangan perawat dan memungkinkan prosedur tetap


dilakukan dengan teknik steril

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :


1. Sarung tangan steril dalam kemasan dengan ukuran yang sesuai
2. Pastikan tindakan memerlukan pemakaian sarung tangan steril
3. Pilih sarung tangan steril sesuai ukuran

URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan dan keringkan. Kalau perlu gunakan bedak untuk
tangan
2. Buka kemasan bagian luar dengan hati-hati dan sibak ke samping
3. Pegang kemasan dan jaga bagian sarung tangan tetap streril
4. Identifikasi sarung tangan dan kiri, kenakan pada tangan kanan
lebih dahulu
5. Dengan ibu jari dan dua jari tangan kiri, pegang tepi manset
sarung tangan untuk tangan kanan dengan menyentuh hanya
bagian dalam sarung tangan.
6. Tarik sarung tangan pada tangan kanan dengan hati-hati jangan
menyentuh tangan kiri atau benda lain. Pastikan jari masuk pada
tempatnya.
7. Masukkan jari-jari tangan kanan ke bawah manset bagian luar
untuk sarung tangan kiri
8. Dengan hati-hati tarik sarung tangan kiri
9. Tangkupkan kedua tangan dan yakinkan hanya menyentuh
bagian steril saja
10. Buka sarung tangan tanpa menyentuh bagian yang kotor, buang
pada tempatnya.
EVALUASI
Evaluasi diri apakah tindakan sudah tepat
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN FISIK

Dokumen, No : 006 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Kajian kesehatan klien (kumpulan informasi/data fisik) yang


menyeluruh secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

TUJUAN 1. Menentukan status kesehatan klien


2. Memperoleh data/informasi tambahan atau detail dari keadaan
fisik klein

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR I. AREA KEPALA LEHER


PENGKAJIAN :
Kaji riwayat sakit flu atau infeksi, nyeri leher, pembesaran kelenjar.
Trauma hidung, alergi, infeksi mata, dan telinga.

Persiapan Alat :
1. Alat tulis
2. Stetoskop
3. Spekulum
4. Pen light
5. Penggaris
6. Optotype snellen

Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan kepada klien
2. Beri posisi yang nyaman
3. Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien

PELAKSANAAN
Inspeksi dan palpasi
1. Rambut, kulit kepala
2. Finger print
3. Mata (visus, palpebrae, TIO, sclera, konjungtiva, pupil)
4. Hidung (septum, mukosa, rongga hidung dan sinus)
5. Telinga (pinna, kanal, membrane tympani)
6. Mulut (bibir, gigi, kebersihan mulut, bau mulut, lidah, mukosa,
ovula)
7. Leher

DOKUMENTASI
Catat setiap data sesuai pemeriksaan hindari kata tidak ada kelainan,
normal
DADA
PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat kesehatan keluarga (kanker, TBC, alergi, asthma,
COPD, diabetes, hipertensi, jantung)
2. Kaji sakit infeksi pernafasan, batuk, nyeri ,dada, hemoptisis
3. Kaji factor risiko penyakit paru, jantung dan kanker payudara
DIGNOSA
1. Kecemasan
2. Ketidak efektifan pola napas
3. Kurang pengetahuan ttg SARARI
4. Perubahan perfusi jaringan perifer
5. Penurunan curah jantung
6. Intoleransi aktivitas

PERENCANAAN
Persiapan Alat :
1. Alat tulis
2. Stetoskop
3. Persiapan klien dan lingkungan :
4. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien
5. Beri posisi yang nyaman
6. Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien

PELAKSANAAN
A. Inspeksi
1. Paru-paru
a. Bentuk dada, pergerakan dada, pola napas (frekuensi,
irama dan kedalaman)
b. Mukosa bibir, kuku
2. Jantung
a. Inspeksi pulsasi apical

3. Payu dara
a. Anjurkan klien dalam posisi baring dengan tangan
keatas yang disanggah oleh bantalan
b. Inspeksi ukuran, bentuk, simetris
c. Inspeksi kulit ( warna, lesi, vaskularisasi dan ederma)
d. Inspeksi aerola, putting (retraksi, sekresi, ulkus)
e. Inspeksi axilla dan klavikula (pembekakan dan
kemerahan)

B. Palpasi
1. Paruparu
Keadaan kulit, nyeri tekan, massa peradangan, kesimetrisan
ekspansi, taktil/vocal fremitus)

2. Jantung
Palpasi secara sistematis dari aorta, pulmonal, trikuspidalis
apical dan epigastrik

3. Payudara
a. Palpasi sekitar putting, axilla dan klavikula
b. Palpasi payudara secara bimanual dengan gerakan
sirkular/memutar dari tepi aerola searah jarum jam
C. Perkusi
1. Paru-paru
Perkusi paru-paru anterior dan posterior di setiap spasium
interkostalis.

2. Jantung
Perkusi semua area jantung (batas atas, kanan dan kiri
jantung)

D. Auskultasi
1. Paru-paru
Auskultasi bunyi napas di semua lapang paru

2. Jantung
a. Auskultasi pada lima area utama yaitu katup aorta,
pulmonalis, tricuspid, apical dan epigastrik
b. Kaji ritme dan kecepatan jantung

ABDOMEN
PENGKAJIAN
Kaji riwayat kesehatan, factor risiko dan setiap tanda gejala penyakit
system pencernaan

DIAGNOSA
2) Perubahan eliminasi : Diare, konstipasi, retensi urin
3) Perubahan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan

PERENCANAAN
Persiapan alat :
1. Alat tulis
2. Stetoskop

Persiapan klien dan lingkungan


1. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien
2. Beri posisi yang nyaman
3. Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien
4. Anjurkan untuk BAK sebelum prosedur\
5. Tanyakan area abdomen yang nyeri
PELAKSANAAN
1. Inspeksi
Bentuk, kontur permukaan perut, retraksi, skar, distensi,
penonjolan dan adanya bayangan vena

2. Auskultasi
a. Letakkan diafragma stetoskop disetiap 4 kuadran dan
dengarkan selama 1 menit.
b. Letakkan bell stetoskop di atas aorta , arteri renal dan iliaka
dan dengarkan suara arteri/bruit
3. Perkusi
a. Perkusi mulai kuadran kanan atas kemudian searah jarum jam
b. Perkusi pada area timpani dan redup
c. Perkusi pada area sudut kostovertebra

4. Palpasi
a. Lakukan palpasi ringan dan perhatikan ekspresi wajah klien
b. Lakukan palpasi dalam disemua area empat kuadran dan area
yang sensitive/nyeri dilakukan terakhir
c. Lakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan kandung kemih
MUSKULOSKELETAL
PERENCANAAN
Persiapan Alat :
1. Alat tulis
Persiapan klien dan lingkungan :
1. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien
2. Beri posisi yang nyaman
3. Siapkan lingkungan dan perhatikan privacy klien
PELAKSANAAN
Inspeksi, Palpasi dan Perkusi
1. Inspeksi cara berdiri, postur
2. Amati ukuran otot, dan palpasi nyeri otot
3. Amati area persendian, dan palpasi nyeri sendi
4. Amati sruktural tulang dan palpasi nyeri tulang
5. Uji kekuatan otot
6. Uji rentang gerak persendian (ROM)
MEUROLOGI
Persiapan Alat
1. Alat tulis
2. Reflex hammer
3. Kapas/tissue
4. Wadah berisi gula, garam, kopi atau pewangian

Persiapan klien dan lingkung


1. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien
2. Beri posisi yang nyaman
3. Siapkan lingkungan dan perhatikan privaey klien.
PELAKSANAAN
1. Kaji kesadaran secara kualitatif dan kuantitatif (menggunakan
Glasgow coma scale)
2. Kaji mentasi (perhatian/atensi, kemampuan mengingat,
perasaan/afektif, kemampuan berbahasa, kemampuan berpikir,
dan persepsi spasial)
3. Kaji fungsi saraf cranial (I-XII)
4. Kaji reflex fisiologis dan patologis
MEUROLOGI
PERENCANAAN
Persiapan Alat :
1. Alat tulis
2. Reflek hammer
3. Kapas/tissue
4. Wadah berisi gula, garam, kopi, atau pewangian
Persiapan klien dan lingkungan
1. Jelaskan prosedur yang dilakukan kepada klien
2. Beri posisi yang nyaman
3. Siapkan lingkungan dan perhatian privaey klien
PELAKSANAAN
1. Kaji kesadaran secara kualitatif dan kuantitatif (menggunakan
Glasgow coma scale)
2. Kaji mentasi (perhatian/atensi, kemampuan mengingat,
perasaan/afektif, kemampuan berbahasa, kemampuan berpikir,
dan persepsi spasial)
3. Kaji fungsi saraf cranial (I-XII)
4. Kaji refleks fisiologis dan patologis

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENERIMA PASIEN BAYI/ANAK YANG BARU MASUK UNTUK DIRAWAT

Dokumen, No : 007 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Kegiatan yang dilakukan sewaktu menerima pasien baru masuk ke


ruang perawatan

TUJUAN Anak segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan


diruang perawatan

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT


URAIAN PROSEDUR A. Penerimaan Pasien Anak
1. Perawat memakai barakskort dan masker bila perlu
2. Melakukan pendekatan kepada anak dan keluarganya,
dengan memberikan penjelasan mengenai maksud dan
tujuan perawatan, sesuai tingkat perkembangan serta
kemampuan berkomunikasi.
3. Membaringkan pasien ditempat tidur periksa
4. Melakukan anamnesa sesuai kebutuhan
5. Melakukan observasi yang meliputi :
a. Keadaan umum/kesadaran
b. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan, tensi)
c. Warna kulit
d. Keadaan dehidrasi (turgor, tonus otot)
e. Keadaan fisik secara keseluruhan
6. Mengukur berat dan tinggi badan
7. Mencatat hasil anamnesa dan observasi dalam berkas
catatan medic dan melaporkannya kepada penaggung jawab
8. Menyiapkan segala keperluan yang diperlukan untuk
tindakan selanjutnya sesuai kebutuhan
9. Memberikan penjelasan kepada orang tua/keluarga
mengenai rencana tindakan selanjutnya
10. Melaksanakan segala tindakan sesuai program pengobatan
11. Melengkapi kebutuhan administrasi sesuai peraturan yang
berlaku.

B. Diruang perawatan
1. Melaporkan kedatangan pasien kepada penanggung jawab
ruangan
2. Setelah pasien diruangan, dibaringkan dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan kebutuhan
3. Penanggung jawab ruangan/Kepala ruang rawat melakukan
pendekatan kepada pasien/orang tua/keluarga sesuai kondisi
mengenai rencana tindakan selanjutnya
4. Program pengobatan dan tindakan perawatan selanjutnya
disampaikan oleh perawat pengantar kepada penanggung jawab
ruangan untuk dilaksanakan
5. Memberikan program orientasi kepada keluarga, pasien yang
meliputi :
a. Waktu kunjungan
b. Tata tertib ruangan
c. Fasilitas yang ada diruangan dan cara penggunaannya
6. Mencatat identitas pasien dalam buku register rawat inap
Perhatian
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Sikap dan penampilan perawat harus ramah dan penuh
perhatian
3. Ciptakan suasana sedemikian rupa sehingga pasien dapat
menyesuaikan diri dengan situasi ruangan
4. Catatlah selengkap mungkin orangtua/pasien/keluarganya untuk
mempermudah komunikasi

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENIMBANG BERAT BADAN PASIEN BAYI/ANAK

Dokumen, No : 008 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Suatu cara yang digunakan utnuk mendapatkan berat badan pada
pas anak
TUJUAN 1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi /
anak
2. Membantu menentukan program pengobatan(dosos obat)
URAIAN PROSEDUR A. Pada anak :
1. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada angka nol
2. Anak berdiri diatas timbangan
3. Berat badan dicatat dalam catatan medik
4. Pasien diberitahukan tindakan sudah selesai, sambil
dirapikan
5. Alat-alat dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan ketempat
semula

Perhatian:
1. Timbangan harus diletakkan ditempat yang terang dan rata
serta datar
2. Khusus untuk pasien bayi , ditimbang :
a. Dengan timbangan bayi
b. Bayi dalam keadaan telanjang
c. Hindari bahaya jatuh
3. Pasien anak yang tidak dapat berdiri / berjalan harus
digendong. Hasilnya dikurangi berat badan yang
mengendong

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH MELALUI AKSILA, ORAL, RECTAL DAN
TYMPANI

Dokumen, No : 009 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pengukuran tanda vital suhu tubuh melalui aksila, oral, rectal, dan
tympani

TUJUAN 1. Mengetahui status kesehatan klien secara umum


2. Sebagai data Dasar untuk menentukan tindakan medic dan
tindakan keperawatan
3. Memonitor klien dengan resiko ketidak seimbangan suhu tubuh (
contoh : klien denganinfeksi dan resiko infeksi )

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR 1. PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH PER AKSILA

PENGKAJIAN
- Kaji obat obatan yang mempengaruhi suhu tubuh
- Identifikasi factor factor yang mempengaruhi suhu tubuh
- Kaji nilai laboratorium yang berhubungan dengan suhu tubuh (
darah lengkap )
- Kaji waktu pengambilan suhu tubuh, usia dan lokasi

PERENCANAAN
Persiapan alat :
- Termometer akksila
- Tissue
- Alat tulis ( kertas dan pensil )

Persiapan klien :
- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Mempersiapkan lingkungan pripacy klien

PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Beri klien posisi duduk atau berbaring
3. Jika thermometer disimpan dalam larutan desinfektan, cuci
dengan air dingin sebelum digunakan, lalu keringkan.
4. Turunkan air raksa thermometer dibawah 35C dengan cara
diayunkan
5. Pastikan area aksila kering. Bila perlu keringkan area axilla
dengan menggunakan tissue
6. Letakkan thermometer dibagian tengah axial dan silangkan
lengan klien didada
7. Diamkan thermometer selama 6 10 menit
8. Angkat thermometer dan bersihkan dengan tissue dengnan
gerakan rotasi mulai dari arah pangkal ke ujung
9. Baca thermometer sejajar dengan mata
10. Cuci dan bilas thermometer di air yang mengalir dan gunakan
sabun lalu kembalikan ketempat penyimpanan
11. Perawat mencuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, laporkan bila
13. ditemui kelainan

EVALUASI :
Bandingkan hasil pengukuran dengan rentang nilai normal dan hasil
pengukuran sebelumnya.

DOKUMENTASI
Catat waktu pengukuran, hasil pengukuran suhu tubuh, dan respon
klien

2. PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH PER ORAL

PENGKAJIAN
- Kaji obat obatan yang mempengaruhi suhu tubuh
- Identifikasi factor factor yang mempengaruhi suhu tubuh
- Kaji nilai laboratorium yang berhubungan suhu tubuh ( darah
lengkap )
- Kaji waktu pengambilan suhu tubuh, usia dan lokasi
- Konfirmasi bahwa klien tidak merokok, mengkonsumsi makanan
panas atau dingin, 15 30 menit sebelum pengukuran
- Kaji adanya tachypnea dan pernapasan melalui mulut.

PERENCANAAN

Persiapan Alat :
- Termometer Oral
- Tissue
- Alat tulis (kertas dan pinsil)
- Sarung tangan disposable

Persiapan Klien dan Lingkungan :


- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Mempersiapkan lingkungan privacy klien

PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Beri klien posisi duduk atau bebaring
3. Jika thermometer disimpan dalam larutan desinfektan, cuci
dengan air dingin sebelum digunakan, lalu dikeringkan.
4. Turunkan air raksa thermometer dibawah 350 C dengan cara
diayunkan.
5. Anjurkan klien untuk membuka mulut dan letakkan
thermometer dibawah lidah dan sepanjang sisi gusi.
6. Anjurkan klien untuk mengatupkan bibir. Hindari jangan sampai
thermometer tergigit.
7. Biarkan thermometer selama 3-5 menit
8. Angkat thermometer dan bersihkan dengan tissue dengan
gerakan rotasi mulai dari arah pangkal ke ujung.
9. Baca thermometer sejajar dengan mata.
10. Cuci dan bilas thermometer di air yang mengalir dan gunakan
sabun lalu
11. Kembalikan ke tempat penyimpanan
12. Lepaskan sarung tangan
13. Perawat mencuci tangan

EVALUASI :
Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai rentang nilai normal dan
hasil pengukuran sebelumnya.

DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, laporkan bila
ditemui kelainan. Catat waktu pengukuran, hasil pengukuran suhu
tubuh, dan respon klien.

3. PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH PER RECTAL

PENGKAJIAN
- Kaji obat-obatan yang mempengaruhi suhu tubuh
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
- Kaji nilai laboratorium yang berhubungan dengan suhu tubuh
(darah lengkap)

PERENCANAAN

Persiapan Alat :
- Termometer
- Tissue
- Piala Ginjal
- Alat Tulis (kertas dan pinsil)
- Sarung tangan disposable

Persiapan klien dan lingkungan :


- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Mempersiapkan lingkungan privacy klien (menutup tabir, pintu,
jendela kamar)

PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Gunakan sarung tangan disposible
3. Jika thermometer disimpan dalam larutan desinfektan, cuci
dengan air dingin sebelum digunakan, lalu keringkan.
4. Turunkan air raksa thermometer dibawah 350 C dengan cara
diayunkan.
5. Tutup tirai tempat tidur, buka pakaian bawah klien dan tutupi
dengan handuk atau selimut.
6. Beri posisi sims dengan kaki bagian atas flexi atau lateral.
7. Beri pelumas pada ujung thermometer dengan menggunakan
tissue, 2,5 cm pada dewasa atau 1,2 cm pada anak-anak.
8. Dengan tangan yang tidak dominan buka bokong klien, anjurkan
klien tarik nafas dalam.
9. Masukkan thermometer ke dalam anus dengan hati-hati.
(dewasa 3,5 cm, anak-anak 1,2 cm)
10. Tahan thermometer selama 2-3 menit
11. Jika dirasakan ada tahanan saat memasukkan thermometer
jangan dipaksakan.
12. Angkat thermometer, usap satu kali dengan tissue dari arah
pangkal kea rah bulb dengan gerakan memutar.
13. Baca thermometer sejajar dengan mata kemudian letakkan
diatas piala ginjal.
14. Bersihkan anus dari pelumas dan kotoran dengan tissue.
15. Bantu klien ke posisi yang nyaman.
16. Cuci thermometer, gunakan sabun dan air. Keringkan dan
letakkan kembali.
17. Lepaskan sarung tangan.

EVALUASI
Bandingkan hasil pengukuran dengan rentang nilai normal dan
dengan hasil pengukuran sebelumnya.

DOKUMENTASI
Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan, laporkan bila ditemui
kelainan

4. PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH PER MEMBRAN


TYMPANI

PENGKAJIAN
- Kaji obat-obatan yang mempengaruhi suhu tubuh.
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
- Kaji nilai laboratorium yang berpengaruh pada suhu tubuh (darah
lengkap).

PERENCANAAN

Persiapan Alat :
- Termometer
- Tissue
- Piala Ginjal
- Alat Tulis (kertas dan pinsil)
- Sarung tangan disposable

Persiapan klien dan lingkungan :


- Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Mempersiapkan lingkungan privacy klien

PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan
2. Pasang cover pelindung thermometer
3. Beri klien posisi duduk atau berbaring, miringkan dan
pertahankan kepala pada salah satu sisi.
4. Tarik pinna (daun telinga) pada orang dewasa keatas belakang.
5. Masukkan thermometer ke liang telinga mengarah ke
membrane thermometer.
6. Tekan dan tahan tombol power ON selama 3 detik.
7. Lepaskan cover pelindung thermometer.
8. Cuci tangan
9. Bereskan alat-alat

EVALUASI
Bandingkan hasil dengan hasil sebelumnya

DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, laporkan bila
ditemui kelainan.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGUKUR SUHU BADAN PASIEN BAYI / ANAK

Dokumen, No : 010 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Suatu tindakan yang digunakan untuk mendapatkan suhu badan
pada pasien anak / bayi
TUJUAN Mengetahui suhu badan bayi /anak untuk menentukan tindakan
perawat dan membantu menentukan diagnose
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR 1. Pada Bayi :


1. Bayi dibaringkan dalam posisi telentang atau dimiringkan
sedemikian rupa, agar anus mudah dicapai
2. Popok bayi dibuka, lalu derah anus dibersihkan denga kapas
cebok
3. Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0,
lalu ujungnya diolesi dengan pelumas. Selanjutnya
thermometer dimasukkan melalui anus sampai batas air
raksa (sekurang-kurangnya 2 cm)
4. Langsung tiga sampai lima menit, thermometer diangkat dan
lansung dibaca dengan teliti kemudian hasilnya dicatat
dalam catatan medik bayi
5. Popok dipasang kemudian posisi bayi diatur kembali
6. Termometer dicelupkan kedalam larutan sabun, dilap
dengan potongan kertas atau tissue, lalu dimasukkan
kedalam larutan desinfektan. Selanjutnya dibersihkan dibilas
dengan air bersih dan dikeringkan.
7. Air raksa diturunkan kembali dan thermometer diletakkan
pada tempatnya, serta siap pakai untuk dipakai pada pasein
berikutnya.

Perhatian :
1. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan
2. Dilarang melakukan pengukuran suhu melalui mulut pada
bayi, untuk mencegah kemungkinan bahaya yang terjadi
3. Sewaktu menurunkan air raksa, thermometer harus dalam
keadaan kering dan hindarkan menyentuh sesuatu agar tidak
pecah
4. Dilarang membersihkan thermometer dengan air panas
5. Pada anak yang sudah mampu berkomunikasi boleh
dilakukan melalui axilla (ketiak). Persiapan alat sama seperti
pada bayi, namun tanpa kapas cebok dan vaselin / minyak.
1.1. Alat-alat didekatkan pada pasien
1.2. Ketiak dikeringkan dengan lap kering
1.3. Thermometer diperiksa, apakah air raksa tepat pada
angka nol
1.4. Termometer dipasang tepat pada reservoirnya, jepitkan
ditengah-tengah ketiak dan lengan dilipakan
1.5. Setelah lima sampai sepuluh menit thermometer
diangkat langsung dibaca dan hasilnya dicatat
2. Thermometer dicelupkan kedalam larutan sabun, dilap
dengan tissue, kemudian direndam dalam larutan
desinfektan. Selanjutnya thermometer dibilas / dibersihkan
dengan air bersih dan dikeringkan
3. Air raksa dikeringkan kembali pada angka 0, dan
thermometer diletakkan pada tempatnya
4. Pasien dirapikan
5. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat
semula

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR MENGHITUNG DENYUT NADI APICAL

Dokumen, No : 011 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN 1. Untuk mengetahui denyut jantung pada klien dengan nadi


perifer yang tidak teratur.
2. Sebagai data dasar untuk melakukan evaluasi
3. Memonitor klien dengan riwayat penyakit jantung, mengalami
aritmia, dan mendapatkan terapi obat jantung

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat-alat :


1. Jam tanga dengan jarum detik
2. Alat tulis dan kertas
3. Stetoskop
B. Persiapan klien da lingkungan :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Mempersiapka lingkungan privacy klien

URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan


2. Tmpatkan klien pada posisi yang nyaman
3. Buka pakaian klien sampai dada kiri terlihat
4. Tentukan lokasi pengukuran denyut nadi apical : intercostals 5
linea midclavicula.
5. Letakkan diafragma stetoskop diatas telapak tangan perawat
selama 5-10 detik
6. Letakkan diafragma stetoskop diatas lokasi dan auskultasi suara
jantung S1 dan S2
7. Hitung denyut nadi apical selama satu menit. Kaji irama denyut
jantung dan frekuensinya.
8. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan kenakan pakaian
9. Perawat mencuci tangan
DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, meliputi frekuensi,
dan irama nadi apical

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGHITUNG DENYUT NADI PASIEN BAYI DAN ANAK

Dokumen, No : 012 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Mendengarkan dan menghitung jumlah denyut jantung bayi dan anak
dalam waktu 1 menit pada dinding abdomen bayi dan anak
TUJUAN Mengetahui jumlah denyut nadi dalam 1 (satu) menit
RUANG LINGKUP 1. Pada pasien bayi dan anak yang baru masuk untuk dirawat
2. Secara rutin pada bayi / anak yang sedang dirawat
3. Sewaktu waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
PROSEDUR A. Pada Bayi
1. Dapat dilakukan pada Arteri Temporalis
2. Ubun ubun bila belum tertutup
a. Bayi di baringkan dalam posisi telentang
b. Apabila menghitung pada arteri kaki, maka bedong dibuka
sebelumnya
c. Perawat meraba arteri dengan jari telunjuk dari jari tengah,
sambil menghitung denyut nadi dalam satu menit.
d. Hasilnya dicatat dalam catatan perawatan
e. Bayi dirapikan.
B. Pada Anak
1. Anak sebaiknersamaan dengan pengukuran suhuya dalam
keadaan tenang
2. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan
pengukuran suhu
3. Menghitung dilakukan denga n menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah diatas arteri selama satu menit.
4. Hasil penghitungan dicatat dalam lembaran catatan perawatan.
Perhatian :
1. Perawat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
2. Pada waktu menghitung denyut nadi perhatikan hal hal sebagai
berikut :
a. Isi (Volume)
b. Iramanya teratur atau tidak
c. Tekanannya kuat atau lemah
3. Denyut nadi normal :
Bayi : 110 120 x/menit
Umur 1 tahun : 100 110 x/menit
Umur 5 -12 tahun : 80 90 x/ menit
Bila terdapat kelainan, catat dan segera dilaporkan kepada penanggung
jawab atau dokter yang merawat
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR MENGHITUNG PERNAFASAN

Dokumen, No : 013 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pengukuran pernapasan adalah pengukuran keluar masuknya udara


dari dan kedalam paru-paru selama 1 menit. Pengukuran pernapasan
meliputi frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.

TUJUAN 1. Mengetahui status kesehatan klien secara umum


2. Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan medic dan
tindakan keperawatan selanjutnya
3. Memonitor pernapasan setelah pemberian therapy yang
berpengaruh pada pernapasan
4. Memonitor klien dengn risiko gangguan/perubahan pernapasan
(klien dengan demam, infeksi saluran pernapasan, COPD,
edema paru dll)

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat :


1. Jam tangan dengan jarum detik
2. Alat tulis dan kertas
3. k/p stetoskop
B. Persiapan klien dan lingkungan :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Mempersiapkan lingkungan privacy klien
URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan
2. Beri klien posisi yang nyaman/duduk
3. Pastikan pergerakan dada dapat terlihat. Klien dapat membuka
pakaian atas
4. Letakkan lengan klien pada posisi yang relaks menyilang di
abdomen atau dada, dan letakkan tangan perawat di
pergelangan tangan klien.
5. Amati irama, kedalam, bunyi nafas dan hitung siklus pernapasan
secara utuh (satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi selama satu
menit penuh)
6. Observasi warna kulit dan tingkat kesadaran klien
7. Rapikan kembali pakaian dan alat tenun
8. Perawat mencuci tangan
DOKUMENTASI
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, laporkan bila
ditemui kelainan.
\KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENERIMAAN PASIEN DI POKLINIK KEBIDANAN (OBSTETRI)

Dokumen, No : 014 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Menerima ibu hamil yang baru pertama sekali datang ke poliklinik
untuk menjalani pemeriksaan kehamilannya

TUJUAN 1. Menghilangkan panas, congesti dan inflamasi


2. Untuk relaxatie otot-otot dan menghilangkan rasa sakit
3. Untuk mengetahui dan mendapatkan penjelasan tentang
kehamilannya

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat


1. File pasien
2. Kartu periksa
3. Timbangan BB dan pengatur TB
4. Alat tulis dan buku catatan
5. Kalender
6. Meteran
7. Spigmomanometer
8. Tensimeter dan Stestoskop
9. Monoral atau Doppler
10. Perkusi Hammer
11. Jangka panggul

URAIAN PROSEDUR A. Instruksi Umum :


1. Ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien (petugas
memperkenalkan dir)
2. Jelaskan tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan
3. Anjurkan pasien untuk menimbang BB dan mengukur TB-nya
sekaligus melengkapi identitas pasien

B. Cara kerja :
1. Perawat cuci tangan
2. Perawat/Bidan mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan untuk permeriksaan ibu hamil
3. Pasien dianjurkan untuk berbaring ke tempat tidur dengan
posisi telentang untuk diukur tekanan darah, suhu, nadi,
pernapasan dan LILA
4. Melakukan Inspeksi
5. Mengkonsultasikan ke Dokter Obgine bila ada therapy
indikasi dan komplikasi
6. Melakukan Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan USG bila diperlukan
7. Tuliskan dan catat hasil pemeriksaan pada file pasien
8. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan jadwal
periksa ulangan, bila ada kelainan pasien dapat datang
kembali sekalipun diluar janji
9. Mengucapkan terima kasih kepada pasien sebelum pasien
meninggalkan klinik kebidanan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PELAYANAN KUNJUNGAN PERTAMA IBU HAMIL

Dokumen, No : 15 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Menerima ibu hamil yang baru pertama sekali datang ke Pelayanan
Kesehatan untuk menjalani pemeriksaan kehamilannya

TUJUAN 1. Mengetahui keadaan kehamilannya


2. Mendeteksi kemungkinan kelainan
3. Mendapatkan saran dari petugas kesehatan

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat


1. File pasien
2. Kartu periksa
3. Timbangan BB dan pengatur TB
4. Alat tulis dan buku catatan
5. Kalender
6. Meteran
7. Spigmomanometer
8. Tensimeter dan Stestoskop
9. Monoral atau Doppler
10. Perkusi Hammer
11. Jangka panggul

URAIAN PROSEDUR A. ANAMNESIS :


1. Identitas
2. Status Kespro
-Umur kehamilan
-Umur kehamilan dan HPHT/HTP
-Riwayat kehamilan dan persalinan
-Riwayat KB
-Resiko Penularan PMS
-Riwayat KtP
3. Status Kesehatan
-Riwayat peny. Yg pernah diderita
-Riwayat peny. Yg sedang diderita
4. Keluhan selama kehamilan
B. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Umum : TB, BB, TD, jantung,paru, konjuntiva, bengkak pada
tangan/wajah, reflek lutut
2. Kehamilan : TFU, DJJ, Pajudara, Vulva(a.l: tandaPMS)
3. Laboratorium : Hb, Urine
C. PELAYANAN
1. TTD
2. TT
3. Nasehat dan Konseling(sesuai umur kehamilan)
a. Trimester I :
-Gizi,istirahat,Higiene diri(kebersihan ,gigidan OR), tanda-
tanda bahaya, Hub. Seks selama kehamilan, Kunjungan
berikutnya.
b. Trimester II :
-Trimester I + Keuntungan ASI, Persiapan Persalinan, KB
post Partum

c. Trimester III :
-Trimester II + Perawatan bayi baru Lahir, Persiapan
keluarga dalam menghadapi persalinan dan kemungkinan
adanya komplikasi
d. Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PELAYANAN KUNJUNGAN ULANG IBU HAMIL

Dokumen, No : 16 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Menerima ibu hamil yang berkunjung ke dua atau lebih ke Pelayanan
Kesehatan untuk menjalani pemeriksaan kehamilannya

TUJUAN 1. Untuk mengetahui perkembangan kehamilannya


2. Untuk mendapatkan saran dari petugas kesehatan

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat


1. File pasien
2. Kartu periksa
3. Timbangan BB dan pengatur TB
4. Alat tulis dan buku catatan
5. Kalender
6. Meteran
7. Spigmomanometer
8. Tensimeter dan Stestoskop
9. Monoral atau Doppler
10. Perkusi Hammer
11. Jangka panggul

URAIAN PROSEDUR A. ANAMNESIS :


1. Keluhan : - Perkembangan Keluhan y.l,- Adakah Keluhan baru
2. Perawatan diri : - Makanan yang dikonsumsi, - Istirahata dan
kerja, - Higiene diri(kebersihan,gigi, dan OR), - KtP, PMS
3. Adanya tanda bahaya : Perdarahan pervaginam, - pusing hebat
dan bengkak pada wajah/tangan, - Janin tidak bergerak
4. Upaya pencegahan : - TTD, - Suntik TT
5. Umur kehamilan menurut perkiraan ibu
6. Hal-hal yang ingin ditanyakan

B. PEMERIKSAAN FISIK :
1.Umum : TB, BB, TD, jantung,paru, konjuntiva, bengkak pada
tangan/wajah, reflek lutut
2.Kehamilan : TFU, DJJ, Pajudara, Vulva(a.l: tandaPMS)
3.Laboratorium : Hb, Urine

C. PELAYANAN
1. TTD
2. TT
3. Nasehat dan Konseling(sesuai umur kehamilan)
i. Trimester I :
-Gizi,istirahat,Higiene diri(kebersihan ,gigidan OR), tanda-
tanda bahaya, Hub. Seks selama kehamilan, Kunjungan
berikutnya.
b. Trimester II :
-Trimester I + Keuntungan ASI, Persiapan Persalinan, KB
post Partum

c. Trimester III :
-Trimester II + Perawatan bayi baru Lahir, Persiapan
keluarga dalam menghadapi persalinan dan kemungkinan
adanya komplikasi

d. Penanganan gangguan yang ditemukan/rujukan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PELAYANAN KUNJUNGAN IBU AKAN BERSALIN

Dokumen, No : 17 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Menerima ibu hamil yang akan bersalin /melahirkan

TUJUAN 1. Mendapatkan pertolongan persalinan


2. Mendeteksi sedinimungkin adanya kelainan dalam persalinan
3. Merujuk secara cepat bila ada kegawatan dalam persalinan
4. Untuk mendapatkan saran dari Bidan atau Dokter

Persiapan Alat
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT 1. Partus set
2. Alat penghisap lender bayi
3. Perlengkapan Ibu dan bayi
5. File pasien
6. Kartu periksa
7. Timbangan BB dan pengatur TB
8. Alat tulis dan buku catatan
9. Kalender
10. Meteran
11. Spigmomanometer
12. Tensimeter dan Stestoskop
13. Monoral atau Doppler
14. Perkusi Hammer
15. Jangka panggul
URAIAN PROSEDUR
A. ANAMNESIS : ( pada keadaan mendesak anamnesis dapat
dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik)
1. Identitas (bila belum pernah dating)
2. Pemeriksaan kehamilan yang pernah dilakukan dan oleh siapa
3. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4. Riwayat kehamilan sekarang
5. Riwayat kesehatan ibu
6. Adanya tanda-tanda persalinan(HIS.ketiban dan show)
7. Adanya tanda-tanda komplikasi persalinan

B. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Umum : TD, konjuntiva, bengkak pada tangan/wajah, reflek
lutut
2. Abdomen : TFU, DJJ, Leopold I-IV jantung dan paru
3. Ispeksi Vulva :
-Ada/ tidak ada perdarahan pervaginam, bila ada perdarahan
pervaginam pemeriksaan dalam harus dilakukan di kamar
operasi sehingga perlu dirujuk
-Tanda-tanda PMS
4. Pemeriksaan dalam(bila tidak ada perdarahan per vaginam

C. PERTOLONGAN PERSALINAN : Dengan memperhatikan


pencegahan umum terhadap infeksi
- Pimpin persalinan
- Pantau perslinan dengan fartograf
- Perawatan ibu
- Perawatan bayi baru lahir
i. KONSELING
- Perawatan ibu
- Perawatan bayi baru lahir
- Tanda bahaya pada ibu dan bayi baru lahir
- KB post partum

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PARTOGRAF

Dokumen, No : 018 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Partograf adalah alat bantu untuk mencatat informasi berdasarkan
pengamatan / pemeriksaan yang dilakukan terhadap ibu yang
sedang dalam persalinan

TUJUAN 1. Untuk membantu pengelolaan persalinan fisiologis


2. Untuk memastikan ibu hamil tidak mempunyai komplikasi
kehamilan yang membutuhkan tindakan segera
3. Mencegah partus lama

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persipan Alat


1. Lembar Partograf
2. Pena
3. Penggaris

URAIAN PROSEDUR A. Intruksi Umum


Pencatatan partograf dilakukan terhadap hasil / pengamatan
pemeriksaan yang dilakukan selama proses persalinan kala II

B. Cara Kerja
1. Denyut jantung janin : catat setiap jam
2. Air ketuban : catat warna air keuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina
a. U : Selaput utuh
b. J : Selaput pecah, air ketuban jernih
c. M : Air ketuban bercampur mekonium
d. D : Air ketuban bernoda darah
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
a. 1 : Sutura (Pertemuan dua tulang tengkorak ) yang
tepat / bersesuaian
a. 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
b. 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4. Pembukaan leher rahim. Dinilai pada setiap pemeriksaan
pervaginam dan diberi tanda (x)
5. Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba
(pada pemeriksaan abdomen / luar) diatas sympisis pubis :
catat dengan tanda (O) pada setiap pemeriksaan dalam.
Pada Posisi 0/5, Sinsiput (5) atau paruh atas kepala berada di
sympisisw pubis.
6. Waktu : menytakan beberapa jam waktu yang telah dijalani
sesudah pasien pertama
7. Jam : catat jam sesungguhnya
8. Kontraksi : catat setiap setengah, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik
a. kurang dari 20 detik
b. antara 20- 40 detik
c. lebih dari 40 detik

9. Oksitosin
Bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin
pervolume cairan infuse dalam tetesan permenit setiap 30
menit apabila digunakan
10. Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang diberikan
11. Nadi : Catatlah setiap 30 menit dan tandai denga sebuah titik
besar (.)
12. Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan
anak panah
13. Suhu badan : catatlah setiap 2 jam
14. Protein, aseton dan volume urin : catatlah setiap kali ibu
berkemih

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN LEOVOLD (AUSCULTASI DENYUT JANTUNG JANIN)

Dokumen, No : 019 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teknik Palpasi Leovold

TUJUAN Agar pasien atau ibu megerti dan memahami keadaan kehamilannya
dan janinnnya

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT B. Persiapan Alat :


1. Scherm
2. Doppler
3. Meteran
4. Lubricant/jellu
5. Talk bila perlu
6. Selimut
7. Nierbekken
8. Handuk bersih/tissue

C. Persiapan Pasien :
1. Pasien berbaring terlentang diatas tempat tidur
2. Pakaian atas dibuka sampat batas dada dan pakaian bawah
dibuka sampai simfisis pubis, selimut dipasang sampai
simpisis pubis
3. Menyiapkan posisi yang sesuai dengan pemeriksaan
4. Perut pasien diberi talk hingga rata bila perlu

D. Persiapan Perawat :
1. Perawat memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. Perawat mencuci tangan
4. Mengatur posisi pasien

URAIAN PROSEDUR A. LEOVOLD I


1. Pasien berbaring telentang, kaki ditekuk agar dinding perut
menjadi lebih kendur dan mudah diraba
2. Perawat berdiri disamping kanan ibu dan menghadap ke
muka ibu hamil
3. Memperhatikan apakah uterus sudah terletak ditengah-
tengah perut pasien
4. Ketengahkan uterus dengan menggerakkan jari-jari dari
simfisis kearah fundus
5. Tempatkan tangan kiri dengan jari-jari diatas fundus uteri /
horizontal
6. Fundus uteri diukur dengan menggunakan centimeter
(gunakan rumus Mc. Donald) ukur dari fundus ke simfisis
pubis
7. Kemudian palpasi kembali dibagian fundus untuk
menentukan bagian janin dalam fundus

2. LEOVOLD II
1. Perawat masih menghadap muka ibu hamil
2. Tangan diturunkan kesamping kanan dan kiri sejajar dengan
pusat
3. Dengan kedua belah tangan membedakan perasaan sebelah
kanan kiri perhatikan bagian teregang pada abdomen dan
tahanannya
4. Pada tahanan yang lebih keras, perasaan sesuatu yang keras,
datar, memanjang, lebih teregang itu adalah punggung janin
5. Pada bagian yang teraba kecil-kecil adalah lengan dan
tungkai janin

3. LEOVOLD III
1. Satu tangan ditempatkan dibagian kutub janin, yaitu
dibagian bawah uterus, ibu jari dan jari-jari lainnya
membentuk huruf C
2. Meraba dan menentukan apa yang terletak dibagian bawah
uterus
b. Bila terdapat bagian yang bulat padat, keras, dapat
digerakkan dan terdapat Ballotemen (lentingan) bagian
ini adalah kepala
c. Bila terdapat bagian yang besar, agak bulat, lunak dan
sukar digerakkan bagian ini adalah bokong
d. Tidak teraba bagian apapun pada letak lintang

4. LEOVOLD IV
1. Perawat menghadap kaki ibu, kedua belah telapak tangan
meraba perut bagian bawah, ibu jari diletakkan dekat
dengan pusar, jari kelingking pada spina iliaka anterior
superior
2. Tangkap kepala janin dengan kedua tangan tersebut, bila
bagian terbawah dari janin masih teraba jelas dan jari-jari
kedua tangan saling bertemu (konvergen). Dalam hal ini
bagian terbawah jenin belum masuk P.A.P
3. Bila bagian terbawah dari janin sudah tidak teraba jelas dan
jari-jari kedua tangan saling bertemu (Divergen). Dalam hal
ini bagian terbawah janin sudah masuk P.A.P
4. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
mencatat hasil pemeriksaan
5. Alat-alat dibereskan, kemudian perawat cuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN
( DJJ )
Dokumen, No : 020 No. Revisi : -
Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Mendengarkan dan menghitung jumlah denyut jantung janin dalam
waktu 1 menit pada dinding abdomen ibu
TUJUAN 1. Menentukan kesejahteraan janin dalam kandungan
2. Membantu menyakinkan hasil pemeriksaan palpasi Leovold
terhadap presentasi dan posisi janin dalam kandungan
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat :
1. Baki dan alasnya
2. Monoral / Stetoskop ginekologi
3. Doppler dan Jelly
4. Jam Tangan yang memakai detik
5. Tissue dan Nierbekken
URAIAN PROSEDUR A. Instruksi Umum :
6. Ciptakan hubungan saling percaya dengan pasien ( petugas
memperkenalkan diri )
7. Jelaskan tentang prosedur dan tujun pemeriksaan
8. Anjurkan pasien menimbang BB dan mengukur TB nya
sekaligus melengkapi identitas pasien
9. Denyut jantung janin dapat didengar mulai kehamilan 12
minggu dengan Doppler
10. Sebelum melakukan pemeriksaan DJJ harus dilakukan palpasi
untuk menentukan dimana terdapat punctum maksimum.
Jumlah denyut jantung janin yang normal 140 148 X/menit

B. Cara Kerja :
1. Letakkan alat-alat dekat pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Atur posisi ibu dengan berbaring telentang dan kaki
diluruskan, kemudian pakaian atas dibuka sampai batas dada
pakaian bawah dibuka sampai simfisispubis, selimut
dipasang sampai simfisis pubis
4. Letakkan steteskop kebidanan pada permukaan abdomen
ibu dengan posisi tegak lurus
5. Tempatkan telinga kiri diatas monoral sehingga pemeriksa
menghadap pada bagian bawah ibu. Pegang pergelangan
tangan ibu dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang
jam tangan
6. Bunyi jantung janin diperiksa pada bagian janin yang terletak
rapat dengan dinding uterus
7. Pada persentasi kepala terdengar pada punggung janin
(antara umbilicus dan SIAS) dan pada persentasi bokong juga
terdengar pada punggung janin (sekitas umbilicus), pada
persentasi muka lebih jelas terdengar pada dada janin
8. Dengarkan DJJ dengan cara mendengarkan dan dihitung
secara interval dengan 5 detik sebanyak 3 kali (5 detik
pertama hitung, 5 detik kedua abaikan, 5 detik ketiga hitung
dan 5 detik keempat abaikan, 5 detik kelima hitung dan 5
detik keenam abaikan), sehingga didapatkan 3X hasil
perhitungan kemudian kalikan 4.
9. Perhatikan frekuensi dan keteraturan DJJ, untuk penggunaan
Doppler gunakan jelly pada alat yang akan ditempelkan pada
ibu, kemudian dengarkan pada speakernya, hitung DJJ.
10. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
11. Mencatat hasil pemeriksaan dalam file pasien
12. Alat-alat dibereskan dan dirapikan
13. Perawat mencuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN PERSALINAN NORMAL

Dokumen, No : 021 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pertolongan pada persalinan tanpa komplikasi/penyulit

Persiapan alat 1. Tensi meter


2. Stetoskop
3. Dopler
4. Handschoen
5. Skorset
6. Masker
7. Obat injeksi sesuai kebutuhan

URAIAN PROSEDUR 1. Penderita di letakan di ruang persalinan dan di buatkan status


penderita.
2. Terhadap penderita di lakukan anamesa.
3. Di lakukan pemeriksaan tanda tanda vital yang meliputi : TB, BB,
Tensi, Respirasi dan Suhu serta LILA. Apabila di dapatkan kelainan
dari hasil pemeriksaan konsultasikan kepada bidan senior/ dokter
jaga.
4. Lakukan pemeriksaan luar : tentukan letak, presentasi dan sikap
janin, DJJ, jika didapat kelainan konsul dokter jaga.
5. Lakukan pemeriksaan dalam : bagai mana keadaan vagina, dinding
vagina, ada tumor/tidak/penyempitan,bagaimana keadaan serviks
uteri, pembukaan, kelainan-kelainan lain, keadaan ketuban /-, bila
ada kelainan konsul bidan senior/Dokter jaga.
6. Apabila pembukaan pada primipara antara 1-7 cm, penderita
diminta untuk berjalan-jalan, membersihkan BAB/BAK , bila belum
biasa BAB berikan lavement. Untuk multipara jika pembukaan 1-5
lakukan hal yang sama seperti pada primipara.
7. Apabila dari pemeriksaan ketuban (-), periksa dalam harus lebih 4
jam kemudian dan di beri injeksi PPC 4cc (lakukan test sensitisasi)
sehari 2x. bila ketuban (), PD setiap 2 jam.
8. Jika ibu dan janin normal kepala sudah masuk ke panggul, ketuban
(), pembukaan < 7cm, ibu boleh jalan jalan atau tiduran miring
kiri/kanan .
9. Tunggu bukaan lengkap :
Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit
Observasi PD tiap 2 jam
Pasien di ajak ngobrol, dihibur, diajari cara menarik nafas dan
cara mengejan dan motivasi ASI Eksklusif
Anjurkan banyak minum
Kosongkan kandung kemih tiap 4 jam
10. Bila ada tanda tanda keluar lender, darah banyak, pasien ingin
muntah ingin mengejan.berak/anus terbuka/ketuban pecah
spontan, periksa dalam : jika pembukaan lengkap, kosongkan
kandung kemih dengan kateter nelaton. Bila ketuban () pecahkan,
bila ketuban (-) pastikan tidak ada bagian kecil janin/tali pusat
menumbung.
11. Setiap ada HIS pimpin mengejan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN MANAJEMEN AKTIF KALA III

Dokumen, No : 022 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Tindakan yang di lakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat
lepasnya plasenta.
TUJUAN 1. Menurunkan kejadian perdarahan post partum
2. Mengurangi lamanya kala III
3. Mengurangi angka kematian dan kesakitan yang berhubungan
dengan perdarahan
KEBIJAKAN Lakukan manajemen aktiF kala III segera setelah bayi lahir pada
semua persalinan
Persiapan alat 1. Oxytocin 10 IU
2. Spuit 3cc
3. Sarung tangan
1. Palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua
URAIAN PROSEDUR 2. Beri penjelasan pada ibu bahwa akan di lakukan injeksi pada
paha.
3. injeksi oxytocin 10IU IM pada bagian lateral dari paha ibu kira-
kira 1/3 atas paha dalam waktu2 menit dari kelahiran bayi.
4. pindahkan klem tali pusat diujung, tempatkan kira-kira 5-10 cm
dari vulva.
5. lakukan penegagan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara.
Letakkan tangan kiri di atas simpisis
Teganggakn tali pusat dengan tangan kanan
Dorong uterus kearah dorso cranial pada saat ada his dan
terlihat tanda-tanda pelepasan placenta, sementara tangan
kanan menegangkan tali pusat
Bila dalam waktu 15 menit uteus tidak berkontraksi, ulangi
pemberian oxytocin 10 IU
6. Keluarkan placenta
7. Setelah plasenta lahir, segera tangan kiri melakukan masase
fundus uteri menggunakan palman dengan gerakan melingkar
sampai uterus berkontraksi
8. Sementara itu tangan melakukan pemeriksaan kelengkapan
placenta dan selaput ketuban
9. Tempatkan placenta pada wadah yang telah disediakan, cuci
tangan dengan larutan klorin
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dra. Hj. SENSISSIANA, M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 19611003 198603 2 010
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN AMNIOTOMY

Dokumen, No : 023 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Pemecahan ketuban yang di lakukan sesuai indikasi

TUJUAN 1. Mempercepat proses persalinan


2. Merangsang kontraksi uterus
KEBIJAKAN Amniotomi Dilakukan sesuai dengan indikasi atau intruksi SPOG.
Persiapan alat 1. kocher
2. Kapas DTT
3. Sarung tangan
4. Bengkok
5. Alas bokong
6. Alat alat APN
7. Larutan Klorin 0.5%
1. Informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
URAIAN PROSEDUR 2. Penolong menggunakan APD
3. Vulva hygiene
4. Lakukan pemerikasaan dalam dan pastikan pembukaan serta
tidak adanya bagian kecil janin/tali pusat
5. Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva
6. Ambil kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri
7. Masukan kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri di tuntun
oleh tangan kanan dengan bagian tajam menghadap ke jari
pemeriksa hingga bisa merasakan atau menyentuh selaput
ketuban
8. Saat his berkurang kekuatannya, gerakan ujung jari tangan
kanan menuntut ujung kocher menggores selaput ketuban 1-
2 cm hingga ketuban pecah
9. Keluarkan kocher dari vagina dengan tanagan kiri, masukan
ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
10. Pertahankan jari tangan kanan dalam vagina untuk melebarkan
robekan selaput ketuban, merasakan penurunan kepala janin
dan untuk memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali
pusat menumbung
11. Keluarkan tangan kanan dan perhatikan warna serta jumlah air
ketuban
12. Cuci sarung tangan dan rendam dalam larutan kloron 0,5%
dalam keadaan terbalik
13. Periksa DJJ
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PELAYANAN KUNJUNGAN NIFAS PADA IBU

Dokumen, No : 024 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
Memberikan pelayanan pada ibu yang sedang masa nifas
PENGERTIAN

TUJUAN

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT


URAIAN PROSEDUR A. ANAMNESIS :
1. Keluhan : - Jumlah perdarahan, - Adanya bengkak, pusing,
nyeri, - Adanya demam, - Gangguan lain
2. Bila persalinan bukan oleh nakes : - Riwayat persalinan, -
Masalah yang dihadapi
3. Perawatan diri : - Makanan yang dikonsumsi, - Istrahat & kerja,
- Higiene
B. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Umum : BB, TD, jantung, paru, konjuntiva, bengkak pada
tangan/wajah, payudara, reflek lutut
2. Abdomen : Uterus keras/lunak
3. Vulva ;
- Banyaknya perdarahan
- Warna dan bau lokhia
- Tanda-tanda PMS/infeksi lainnya
C. PELAYANAN :
5. Konseling :
A. Perawatan diri
B. Perawatan Bayi
C. KB post partum
6. Pemberian obat-obatan sesuai dengan kebutuhan, TTD

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Dokumen, No : 025 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
Asuhan yang di berikan pada bayi selama jam pertama setelah
PENGERTIAN kelahiran
TUJUAN Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernafasan spontan sehingga mencegah Hypotermi.
Standar pelayanan kebidanan tahun 2000

KEBIJAKAN
Persiapan alat 1. Delee
2. Klem 2 buah
3. Penjepit Tali pusat
4. Gelas Steril
5. handuk kering
6. salep mata
7. Metelin
8. Penimbangan bayi
9. kartu bayi
10. Pakaian Bayi 1 set

1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih


URAIAN PROSEDUR 2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih,
kain bersih dan kering untuk bayi
3. Menyiapkan obat tetes mata/salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi
tidak menangis, cepat bersihkan jalan nafas dengan delee, jika
tetap tidak menangis segera lakukan tindakan sesuai standar :
penanganan asfiksia pada bayi baru lahir
6. segera keringkan bayi dengan handuk kering, brsih, dan hangat.
Kemudian pakaian kain kering yang hangat, berikan bayi kepada
ibunya untuk di dekapi di dadanaya serta diberi ASI karna akan
membantu pelepasan placenta.
7. Jaga bayi agar tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk
mencegah bayi kehilangan panas tubuh)
8. Memotong dan mengikat tali pusat
9. Memeriksa tali pusat yang di potong untuk memastikan tidak
ada pendarahan
10. Menutup tali pusat dengan gaas kering
11. Melengkapi surat keterangan lahir bayi
12. Sesudah 5 menit lakukan penilaian keadaan umum bayi dengan
AS
13. Melakukan pemeriksaan bayi
14. mengukur BB/PB
15. Mengukur tanda Vital bayi, ukur dulubdengan thermometer
yang diletakkan di ketiak atau lipat paha
16. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi
17. Memberikan Salep mata
18. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir
paling lambat 2 jam pertama
19. pastikan bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat
dan tutup kepala
20. Membantu ibu untuk menyusui bayi
21. Mencuci tangan
22. Memperhatikan pengeluaran urine dan mekonium
23. melakukan pencatatan semua yang di temukan di kartu ibu dan
bayi serta lakukan kolaborasi bila ada kelainan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI/ANAK

Dokumen, No : 026 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN

TUJUAN Mengetahui besarnya lingkaran kepala bayi/anak untuk mendeteksi


pertumbuhan selanjutnya

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT 1. Persiapan alat : Pita pengukur dari kain


2. Persiapan pasien : melakukan pendekatan kepada
anak/keluarga dengan memberikan
penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan, sesuai tingkat perkembanngan
dan kemampuan berkomunkasi
1. Setelah selesai kala III pasien dibersihkan dan dilap hingga
URAIAN PROSEDUR bersih.
2. Pasien dipindahkan keruang pemulihan
3. Menilai kontraksi rahim dengan palpasi
4. Mengobservasi perdarahan
5. Mengobservasi Kandung Kemih
6. Melihat keadaan luka jahitan epsiotomi/robekan jalan lahir
7. Mengukur tanda-tanda vital dan observasi keadaan umum
8. Setelah dua jam jika tidak terdapat kelainan pasien dapat
dipindahkan keruang perawatan
9. Semua hasil pengawasan dicatat dalam lembar observasi pasien
Perhatian
1. Tindakan ini harus dilakukan oleh dua orang petugas/perawat.
2. Untuk pasien bayi, dibaringkan dalam posisi telentang dan
dalam keadaan tenang.
3. Kepala pasien diukur dengan pita pengukur dilingkarkan pada
pasien pada bagian yang paling menonjol untuk mempermudah
pelaksanaan tindakan ini, pasien diusahakan agar tidak
bergerak.
4. Hasil pengukuran dicatat.
5. Pasien atau keluarga diberitahu, bahwa tindakan telah selesai,
sambil dirapikan.
6. Alat-alat dibersihkan, debereskan dan dikembalikan ke tempat
semula

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

MENGUKUR PANJANG BADAN BAYI DAN ANAK ANAK


Dokumen, No : 027 No. Revisi : -
Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui ukuran panjang
pada pasien bayi / anak
TUJUAN Mengetahui panjang badan bayi dan tinggi badan anak
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat pengukur panjang / tinggi badan
URAIAN PROSEDUR A. Pada bayi
1. Alat pengukur disiapkan
2. Bayi dibaringkan telentang tanpa dibedong dengan kedua
kaki diluruskan
3. Panjang badan diukur, mulai dari ujung kepala sampai
ketumit dan hasilnya dicatat
4. Bayi dirapikan dan diatur posisi sesuai kebutuhan
5. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.

B. Pada anak
1. Alat pengukur disiapkan
2. Anak diukur dengan posisi berdiri tanpa alas kaki dan
hasilnya dicatat
3. Anak diberitahu, bahwa tindakan telah selesai sambil
dirapikan.
4. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMANDIKAN BAYI

Dokumen, No : 028 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN

TUJUAN 1. Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh serta
keringat
2. Menghilangka bau badan
3. Merangsang peredaran darah
4. Mencegah infeksi kulit
5. Memberikan rasa, segar dan nyaman

URAIAN PROSEDUR Cara memandikan bayi baru lahir:


a. Mandi dengan dilap
Dilakukan kepada bayi yang tali pusatnya belum terlepas (puput)
b. Mandi rendam :
Dilakukan kepada bayi yang tali pusatnya sudah terlepas (puput)
c. Mandi dengan lap
Pengertian : Membersihkan kulit tubuh bayi dengan
menggunakan air hangat atau minyak (baby oil)

Persiapan :
Persiapan alat :
b. Meja mandi khusus (bila mungkin disediakan)
c. Handuk mandi
d. Popok atau handuk bersih untuk alas mandi
e. Waslap sekurang-kurangnya dua buah
f. Sabun mandi dalam tempatnya
g. Kapas lembab (yang telah diseduh dengan air mendidih)
dalam tempatnya
h. Kapas kering dalam tempatnya
i. Kapas alkohol dalam tempatnya
j. Minyak bayi (baby oil)
k. Ember penutup untuk pakaian kotor
l. Tempat sampah tertutup
m. Perlengkapan pakaian bayi (baju, popok, gurita, dll)
n. Dua buah baskom berisi air hangat

Persiapan petugas :
1. Masker (bila perlu)
2. Pakaian khusus (barakscort)

Pelaksanaan :
1. Perawat memakai masker dan pakaian khusus (barakscot)
2. Pintu dan jendela ditutup (bila perlu)
3. Pakaian bayi dibuka
4. Bayi diangkat ke meja mandi dan diletakkan pada posisi yang
aman
5. Mata bayi dibersihkan dengan memakai kapas lembab dengan
cara menghapus mulai dari bagaian dalam dan selanjutnya
mengarah keluar. Setiap kali usapan kapas harus diganti. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kontaminasi mata satu dengan yang
lain
6. Telinga dibersihkan dengan kapas pembersih, setiap kali usapan
kapas harus diganti
7. Muka dilap dengan waslap setelah bersih dikeringkan dengan
handuk. Pada saat membersihkan muka, pemakaian sabun tidak
dianjurkan, karena soda sabun dapat menimbulkan iritasi pada
mata dan kulit muka bayi
8. Kemudian muka bayi ditaruh diatas tangan kiri perawat secara
hati-hati, lalu disabun dan dibersihkan memakai waslap. Pada
saat menyabun, kepala bayi dijaga agar sabun tidak mengenai
mata, karena dapat menimbulkan mata pedih dan iritasi. Setelah
sabun bersih, kepala dikeringkan dengan handuk
9. Pakaian bayi dibuka, lalu tangan, badan dan kaki disabun dan
dibersihkan dengan waslap basah
10. Punggung disabun dengan menelungkupkan / memiringkan bayi.
Selama menyabun punggung, dada dan leher bayi harus selalu
berada diatas lengan kiri perawat. Perawat memegang lengan
kanan bayi secara erat
11. Punggung disekap dengan waslap basah. Sabun harus betul-betul
bersih dari semua bagian tubuh, terutama pada daerah lipatan,
karena soda sabun dapat menimbulkan rasa gatal dan iritasi
12. Bokong dan daerah perinmeum dibersihkan paling akhir,
genitalia dibersihak dari bagian depan menuju bagian belakang
untuk mencegah kontaminasi kotoran dari anus, dan harus betul-
betul diperhatikan mengingat daerah ini sering basah dan kotor.
13. Setelah bersih, tubuh bayi dikeringkan dengan handuk dan
selanjutnya diberi talk
14. Tali pusat dan daerah sekelilingnya dirawat
15. Kulit yang terlalu kering diolesi minyak bayi, setelah itu pakaian
bayi dipasang

b. Mandi rendam
Pengertian : Membersihkan tubuh bayi dari kotoran, keringat atau
badan denga air hangat dan sabun, dengan cara
memasukkan / mencelupkan tubuh bayi kedalam air
Tujuan :
- Membersihkan kulit tubuh bayi dari sisa-sisa lemak tubuh serta
keringat
- Merangsang peredaran darah
- Memberikan rasa segar dan nyaman

Dilakukan kepada : Semua bayi yang tali pusarnya sudah lepas


(puput) sesuai kebutuhan dan kondisinya
Persiapan :
b. Persiapan alat :
- Meja mandi khusus (bila mungkin disediakan)
- Handuk mandi
- Wslap sekurang-kurangnya dua buah
- Sabun mandi dalam tempatnya
- Kapas lembab (yang sudah diseduh dengan air mendidih)
dalam tempatnya
- Kapas kering dalam tempatnya
- Kapas alkohol dalam tempatnya
- Minyak bayi (baby oil)dalam tempatnya
- Perlengkapan pakaian bayi (popok, gurita, baju, dll)
- Baskom berisi air hangat
- Ember bertutup untuk pakaian kotor
- Tempat sampah tertutup

Persiapan perawat : Masker bila perlu, pakaian khusus (baraskort)


Pelaksanaan :
a. Perawat memakai pakaian khusus (barascort) dan masker (bila
perlu)
b. Perawat mencuci tangan mulai dari telapak tangan sampai siku
c. Pakaian bayi dibuka
d. Sebelum memasukkan bayi kedalam ember, muka, mata, telinga,
leher, dan kepala bayi dibersihkan terlebh dahulu dengan
menggunakan waslap basah
e. Jika menggunakan sabun, bayi disabun diatas meja bayi,
kemudian dibersihkan dengan menggunakan waslap basah
f. Bayi dimasukkan kedalam baskom/ember mandi dengan posisi
g. Punggung atas bayi terletak diatas lengan perawat, sedangkan
tangan perawat memegang erat pangkal lengan kiri bayi
h. Badan bayi dibersihkan dengan menggunakan waslap terutama
daerah lipatan
i. Setelah bersih, bayi diangkat dari baskom/ ember mandi dan
j. Keringkan dengan handuk
k. Tali pusat dan daerah sekitarnya dibersihkan dan dirawat
l. Kulit bayi yang terlalu kering, dioles minyak bayi (baby oil)
selanjutnya pakaian bayi dipasang/dikenakan
m. Bayi dibaringkan dengan posisi sesuai kebutuhan
n. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat
semula

Dilakukan kepada :
a. Bayi yang tali pusat belum terlepas
b. Bayi premature /BBLR

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL

Dokumen, No : 029 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Setiap unit perawatan di rumah sakit mempunyai kartu atau daftar
obat untuk pasien, tempat menyimpan obat secara tepat dan cara
untuk menjaga obat tetap aman. Yang menjadi masalah utama bila
perawat tidak peduli dengan pencatatan obat klien, sehingga tidak
mempunyai metode yang akurat untuk mengidentifikasi klien yang
memperoleh obat.

TUJUAN 1. Memberikan obat dengan cara yang paling mudah dan paling
murah
2. Menyakinkan obat dapat diserap sempurna dengan cara tersebut
3. Memastikan kerja obat benar

DOKUMEN PENDUKUNG / A.Persiapan alat :


ALAT 1. Obat tablet, capsul atau cair
2. Air atau juice ( bila tidak ada kontra indikasi )
3. Penumbuk obat k/p
4. Cangkir / gelas pengukur obat k/p
5. Air minum dalam gelas
6. Kartu dokumen obat

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
2. Beritahu klien untuk tidak menelan obat yang diberikan
sublingual atau bucal
URAIAN PROSEDUR 1. Mencuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dosis untuk setiap klien, periksa tanggal
kedaluwarsa obat dan hitung dosis.Perhatikan obat yang belum
biasa dipakai klien. Obat yang akan diberikan dalam kesempatan
yang sama diletakan pada satu tempat.
3. Bawa kekamar klien, sekali lagi lakukan chek kedua; nama obat,
dosis, cara pemberian, waktu dan tanggal pemberian. Obat belum
boleh dibuka sampai chek ketiga didepan klien dan tidak boleh
disentuh tangan. Bila mengambil tablet atau kaplsul dari botol,
tuangkan pada tutup obat tanpa menyentuh obat.
4. Tuangkan obat cair dengan cara :
a. Buka tutup botol dan letakkan tutup dengan posisi Terbalik
b. Tuang obat dari botol dengan lebel arah ke atas
c. Ukur dosis dengan membaca di bawah meniscus
5. Bawa obat dan daftar obat ke klien, chek identitas:
a. Chek nama klien pada gelang atau papan identitas
kalau ada
b. Menanyakan namanya dan memanggil nama klien
c. Yakinkan dengan anggota staf perawat yang lain
6. Jelaskan kepada klien, obat yang akan diberikan, bila
tidak ada pertanyaan obat baru dibuka dari bungkus
dan diberikam ke klien.
7. Sediakan air minum klien, tanyakan kepada klien
apakah obat akan diminum satu per satu atau sekaligus.
8. Atur posisi yang nyaman, klien sebaiknya dalam posisi duduk untuk
mempermudah menelan obat. Anjurkan tidak menekuk leher waktu
menelan, berikan obat kepada klien dan menganjurkan untuk
menelan dengan air atau cairan lain dari bila tidak ada kontra
indikasi
9. Observasi waktu klien minum obat, bila klien kesulitan
menelan,masukkan jari dengan sarung tangan hati-hati kedalam
mulut untuk memasukkan obat jauh dibelakang lidah baru berikan
minum kemudian pastikan obat sudah diminum. Bila Obat jauh ke
lantai, buang dan ganti yang baru.

10. Cuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBANTU KLIEN UNTUK MENGATASI NYERI

Dokumen, No : 030 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Nyeri diartikan sebagai rasa tidak nyaman atau menderita yang
disebabkan oleh rangsangan dari ujung syaraf. Nyeri sebgai
peringantan adanya kerusakan jaringan dan membiarkan yang
menderita menarik dari sumber nyeri atau meminta pertolongan
untuk menghilangkan gejala

TUJUAN 7. Mengajarkan klien untuk mengurangi nyeri


8. Membantu klien memberikan rasa nyaman
9. Memonitor pasien post pemakaian obat penghilang nyeri
10. Menghilangkan nyeri dengan cara tanpa medikasi

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Perencanaan


1. Menetapkan waktu pencapaian tujuan, waktu evaluasi yang
tepat
2. Berapa skala yang diharapkan untuk berkurang setiap periode
waktu secara realistik
3. Merencanakan tindakan sesuai denga tingkat nyeri, jenis nyeri,
lokasi dan penyebab nyeri

URAIAN PROSEDUR A. Tanpa obat


1. Lakukan tehnik relasasi dan napas dalam
2. Tindakan diversionnarya atau distraksi seperti menonton TV,
radio, membaca, game
3. Beri rangsang percutan dengan pijitan halus
4. Beri posisi yang baik dan ajarkan cara ganti posisi
5. Pemakaian bebat (binder)
6. Pemakaian kompres dingin dan kompres panas
7. Guided imagey dan tehnik meditasi, untuk relaksasi mental
B. Dengan obat
1. Obat analgesic

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBERIKAN KOMPRES ES

Dokumen, No : 031 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Pemberian kompres es ini bersifat membuat pembuluh darah
menjadi mengecil (konstriksi), menghambat sirkulasi local,
menghilngkan kongesti vascular

TUJUAN 2. Untuk mengurangi ederma


2. Untuk mengurangi nyeri
3. Untuk menurunkan temperature
4. Untuk mencegah atau menghentikan perdarahan

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Perencanaan


1. Persiapan alat :
a. Kirbat es
b. Sarung kirbat es
c. Kom berisi potongan es
2. Persiapan klien dan lingkungan :
a. jelaskan prosedur yang akan diberikan kepada klien
b. siapkan lingkungan dan privacy klien

URAIAN PROSEDUR Pelaksanaan :


1. Mencuci tangan
2. Memeriksa kirbat es apakah bocor / tidak dan pastikan tutupnya
baik atau tidak
3. Mengisi kirbat es - 2/3 bagian dengan potongan es
4. Meletakkan kirbat es di lokasi yang berpembuluh darah besar
(axilla, lipat paha, leher)
5. Mencatat waktu saat meletakkan kirbat es
6. Mengobservasi reaksi yang timbul pada klien seperti bercak-
bercak biru, pucat, mati rasa
7. Memeriksa suhu klien
8. Mengisi kembali bila es sudah mencair
9. Mengangkat kirbat es jika sudah diperlukan
10. Bereskan alat-alat
11. Mencuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMBERIAN OBAT BUKAL DAN SUBLINGUAL

Dokumen, No : 032 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Obat-obatan tertentu seperti nitrogliserin,isosorbid dinitrate,


ergotaminetartrate diberikan dengan cara bukal dan sublingual.
Obat-obatan tersebut lebih cepat masuk ke aliran darah karena di
area tersebut banyak pembuluh darah di daerah mukosa epitel
mulut

TUJUAN Mencegah destruksi atau tranformasi obat-obatan tertentu


dilambung atau usu halus

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat :


1. Obat sublingual/bukal
2. Kartu dokumen obat
3. Sarung tangan
4. Alat tulis

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
2. Beritahu klien untuk tidak menelan obat yang diberikan
sublingual atau bucal

URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan


2. Identifikasi klien dari gelang dan tanyakan nama pada klien
3. Gunakan sarung tangan bersih
4. Letakkan tablet pada :
Bawah lidah untuk sublingual, antara pipi dalam dan gusi pada
bukal. Hindari iritasi setempat
Catatan : bila mulut kering basahi dulu dengan air
5. Pesan ke klien untuk tidak menelan obat tersebut
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan
DOKUMENTASI
Catat semua obat yang diberikan pada daftar obat dan tanda tangan
sebagai bukti obat sudah diberikan
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT MATA

Dokumen, No : 033 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Kornea mata mempunyai banyak serabut syaraf nyeri yang sensitive.
Perawat harus menghindari pemberian obat pada kornea untuk
mencegah terjadinya cedera dan nyeri.

TUJUAN 1. Mendilatasi pupil


2. Melemaskan otot lensa mata
3. Menghilangkan iritasi mata
4. Mengobati gangguan mata
5. Meminyaki kornea serta konjungtiva

DOKUMEN PENDUKUNG / A. Persiapan alat :


ALAT 1. Kapas / tissue
2. Sarung tangan
3. Lembar catat obat
4. Obat mata pada tempatnya salep / tetes

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pertimbangkan bila klien mendapat obat lebih dari satu jenis
3. Buat rencana waktu yang tepat kapan obat harus diteteskan.
4. Kemungkinan harus membuka pembalut, membersihkan
mata dan meneteskan obat pada periode waktu tertentu

URAIAN PROSEDUR 1. Chek identitas klien


2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan k/p
3. Buka tutup botol dan letakkan dengan posisi ke atas
4. Jelas prosedur kepada klien
5. Pasang pengalas tisu atau handuk
6. Bersihkan tepi mata dengan kapas atau kasa yang dibasahi
dengan normal salin atau air matang. Untuk setiap kapas sekali
usap, dari arah dalam keluar kantus
7. Anjurkan klien dalam posisi duduk atau terlentang.Tekuku leher
kepala ke belakang bila dalam posisi duduk. Bila berbaring, beri
bantal dibelakang leher.
8. Berikan tissue dibawah mata, untuk menjaga obat yang mengalir
keluar.
Tetes Mata
9. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, buka kelopak
Mata pasien,ibu jari menekan dengan tisu / kapas pada
tulang orbita untuk menutup kelenjar lakrimale.
Tetes obat kekantung konjungtiva bawah setinggi -
inchi jangan menetesi pada kornea.
10 Setelah meneteskan obat, minta klien untuk menutup
mata perlahan-lahan.
11 Obat ditutup kembali tanpa menyentuh bagian dalam
dari tutup atau penetes
Salep Mata
12 Buka tutup, pegang aplikator salep di bagian atas tapi kelopak
mata, pencet tube dan alirkan pada kantong konjungtive bawah.
Jangan sampai menyentuh pinggir mata.
13 Anjurkan klien menutup mata, gerakkan mata perlahan dan
berkedip kedip
14 Kelebihan obat dihapus dengan tissue atau kapas.
15 Buka sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan obat
ditempatnya.

DOKUMENTASI
1. Tuliskan nama dan dosis obat yang diberikan serta nama
perawat yang memberikan pada daftar obat
2. Respon pasien

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMBERIAN OBAT TETES MATA

Dokumen, No : 034 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Tindakan yang dilakukan untuk memberikan obat melalui mukosa


mata
TUJUAN 1. Untuk memberikan obat tertentu pada mukosa mata
2. Untuk membersihkan daerah mata dan memberikan rasa
nyaman
PROSEDUR Pemberian obat dapat dilakukan dengan cara :
1. Meneteskan
2. Mengoleskan
3. Membilas (Irigasi mata)

Meneteskan obat pada mata


a. Pengertian : memberikan obat tertentu dengan cara
meneteskan secara local pada mata
b. Tujuan : melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai
dengan program pengobatan.
c. Persiapan pasien :
1. Bersihkan mata pasien dengan kapas basah steril
2. Kapas basah yang sudah dipakai dibuang ke dalam
bengkok.
3. Baca etiket obat untuk mencegah kekeliruan
4. Muka pasien diatur sejajar dengan langit langit tarik
kelopak mata ke bawah kebawah
5. Teteskan obat mata konjutiva kelopak mata bawah
6. Bersihkan sisa obat yang ada dimata dengan kapas basah

Memberikan Salf Mata


a. Pengertian : Memberikan obat salf mata dengan
mengoleskan pada mata
b. Tujuan : Melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai
dengan program pengobatan
c. Persiapan :
1. Persiapan alat :
a. Salf Mata sesuai dengan kebutuhan
b. Kapas bulat khusus untuk mata
2. Persiapan Pasien :
a. Pasien diberi penjelasan tentang hal hal yang akan
dilakukan
b. Pasien diatur dalam posisi duduk dan terlentang
Pelaksanaan :
1. Baca Etiket pada tube salf mata, untuk mencegah kekeliruan
2. Bersihkan mata pasien dengan kapas bulat
3. Kapas bulat yang sudah dipakai dibuang kedalam bengkok.
4. Tarik kelopak mata bawah kebawah dan oleskan salf dari
canthus dalam ke cantus luar
5. Anjurkan Pasien untuk menutup dan mengejap kelopak mata
6. Bersihkan sisa salf yang ada disekitar mata dengan kapas
bulat . Bila perlu mata ditutup dengan kain kasa steril dan
diplester.
Membilas (Irigasi) mata
a. Pengertian : Membersihkan mata dengan cara mengalirkan
cairan ke dalam mata
b. Tujuan : Membersihkan mata yang kotor atau
mengeluarkan benda asing dan melaksanakan tindakan
pengobatan / mata , sesuai dengan program pengobatan.
c. Dilakukan pada :
1. Mata sakit yang kotor
2. Mata kemasukkan benda asing
3. Mata mengalami kecelakaan
d. Persiapan
1. Persiapan Alat :
a. Boorwater 3% atau obat lain yang steril, didalam
tempatnya
b. Spuit 20 cc atau spuit khusus mata steril
c. Kapas basah steril dalam tempatnya
d. Perlak dan alasnya
e. Bengkok (nierbekken)
f. Handuk

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR PEMBERIAN TETES TELINGA

Dokumen, No : 035 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Obat tetes telinga banyak digunakan pada anak-anak

TUJUAN 1. Mengurangi nyeri pada otitis media


2. Mengobati bagian luar telinga
3. Melunakkan serumen

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat :


1. Obat yang dianjurkan
2. Daftar obat
3. Sarung tangan
4. Handuk alas, kapas atau kasa

B. Persiapan klien dan lingkungan


1. Bandingkan pesan dokter dengan daftar obat
menggunakan cara lima benar
2. Hangatkan obat sesuai dengan suhu tubuh
3. Jelaskan maksud pemberian obat.

URAIAN PROSEDUR 1. Mencuci tangan dan pakai sarung tangan


2. Anjurkan klien dalam posisi duduk atau miring ke sisi yang
berlawanan
3. Bersihkan liang telinga dengan kapas basah
4. Buka lobang telinga dengan menarik pina ke belakang. Untuk
anak < dari 3 tahun tarik ke arah bawah belakang sedangkan
pada orang dewasa kea rah luar atas
5. Kaji adanya peradangan, pembengkakan dan kebersihan
pada telinga
6. Teteskan obat pada tepi kanal telinga
7. Tetap pada posisinya selama 5 menit
8. Tekan pelan pada tragus
DOKUMENTASI
C. Catat medikasi, dan sisi telinga yang mendapat pengobatan
D. Tanggal, waktu dan jumlah tetesan
E. Respon klien selama prosedur dilakukan seperti adanya secret,
kemerahan, vertigo, mual dan rasa nyeri

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBERIKAN TETES HIDUNG

Dokumen, No : 036 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Obat tetes hidung dibuat dalam botol plastic atau droper kaca, berisi
decongestant, antihistamin, antibiotic atau streroid tergantung
kebutuhan klien
TUJUAN 1. Sebagai decongestant
2. Antihistamin
3. Antibiotik ataupun stereoid

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan Alat :


1. Sarung tangan
2. Lidi kapas atau kassa
3. Catatan obat
4. Handuk/tissue alas
5. Obat yang telah ditentukan
B. Persiapan klien dan lingkungan :
Beri penjelasan kepada pasien tentang maksud pemberian obat
dan apa yang harus dilakukan

URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan


2. Beri posisi nyaman : duduk dengan kepala hiper extensi atau
terlentang dengan ganjal di bawah leher
3. Beri pengalas handuk atau tisu
4. Bersihkan lobang hidung yang akan ditetes
5. Siapkan obat yang akan digunakan, anjurkan pasien tarik
napas dan tahan untuk tidak batuk atau bersin
6. Bersihkan lobang hidung yang akan ditetes
7. Siapkan obat yang akan digunakan, anjurkan pasien tarik
napas dan tahan untuk tidak batuk atau bersin
8. Teteskan obat pada sisi nares dan lubang hidung yang satu
ditutup. Jaga jangan sampai penetes menyentuh nares
9. Anjurkan tetap pada posisinya selama lima menit
10. Buka sarung tangan dan cuci tangan lalu
11. Buat dokumentasi

DOKUMENTASI :
1. Catat waktu pemberian
2. Catat medikasi dan konsentrasi obat
3. Jumlah tetesan yang diberikan serta bagian hidung yang
mendapat medikasi
4. Catat adanya efek samping
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT INHALASI

Dokumen, No : 037 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 Mei 2011

PENGERTIAN Terapi inhalasi digunakan untuk pasien dengan kondisi pernapasan


atas atau lebih dalam sampai bagian paru-paru. Berbagai bentuk
tersedia di pasaran utuk pemberian obat aerosol seperti spray atau
metered-dose inhaler (inhaler dosis terukur). Meskipun obat
dirancang untuk menghasilkan efek lokal, obat diabsorbsi dengan
cepat melalui sirkulasi pulmonal dan dapat menimbulkan efek
sistemik
TUJUAN Untuk memudahkan absorbsi ke dalam saluran pernapasan tanpa
menimbulkan inflamasi
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Perencanaan
1. Persiapan alat :
a. Air pencuci mulut
b. Tissue pengalas k/p
c. Inhaler dosis terukur
2. Persiapan klien dan lingkungan :
b. Jelaskan bahaya bila kelebihan dosis serta efek samping
obat
c. Jelaskan dengan memperagakan pemakaian inhaler
URAIAN PROSEDUR Pelaksanaan :
1. Lepaskan penutup dan pegang inhaler dalam posisi tegak,
genggam dengan ibu jari di bagian bawah, dua jari dibagian atas
2. Kocok hati-hati
3. Beri posisi nyaman dengan kepala sedikit mendongak, hembusan
nafas. Bila mulut kering dibasahai lebih dulu
4. Posisikan inhaler dengan cara : membuka mulut, letakkkan
inhaler di depan mulut dengan jarak lima sentimeter. Atau
sambungkan spacer ke mouthpiece inhaler. Bisa juga meletakkan
mouthpiece inhaler atau spacer di mulut.
5. Tekan inhaler ke bawah sambil klein menghirup perlahan
6. Napas perlahan selama 2-3 detik
7. Tahan napas seama 10 detik
8. Bila diperlukan, ulangi semprotan setelah menunggu satu menit,
sesuai instruksi
9. Jelaskan kemungkinan reaksi tersedak akibat dropler obat pada
faring
10. Bersihkan inhaler dengan air hangat
11. Bereskan alat dan cuci tangan
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMBERIAN OBAT MELALUI INHALASI UAP / OBAT

Dokumen, No : 038 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Tindakan memberikan obat atau terapi pada saluran pernafasan.


TUJUAN Memberikan obat kepada pasien melalui saluran pernafasan sesuai
dengan kebutuhan.
PROSEDUR Pelaksanaan
1. Meja diletakkan di depan pasien
2. Letakkan baskom berisi air panas dengan alasnya diatas
meja
3. Dada dan leher pasien ditutup rapat dengan handuk yang
diberi peniti disebelah belakang nya
4. Sekitar mulut dan hidung diolesi vaselin atau cream
5. Obat yang telah di tentukan di masukkan secukupnya ke
dalam
6. Baskom yang di isi air mendidih.
7. Kepala pasien menunduk di atas baskom sehingga uap
dapat
8. di hisap nya
9. seluruh permukaan baskom di tutup dengan anduk, sisi
yang lain di pegang oleh pasien untuk menutup rapat
sekitar hidung dan mulut.
10. Pasien di suruh menghirup atau bernafas dengan hidung
ber ulang-ulang selama 10 sampai 15 menit hingga merasa
lega.
11. Setelah selesai pasien di rapikan kembali
12. Peralatan di bersih kan, di bereskan dan di kembalikan di
tempat semula

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMBERIAN INHALASI ZAT ASAM

Dokumen, No : 039 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Tindakan memberikan obat atau terapi pada saluran pernafasan.


TUJUAN 1.Memenuhi kekurangan zat asam (oksigen)
2. Membantu kelancaran metabolism
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hypoxia ( Misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki
gunung, pekerja tambang dan lain lain)
PROSEDUR Pelaksanaan
1. Pemberian oksigen ( O2 ) yang sederhana mempergunakan
kedok zat asam atau kanula hidung ganda. Bila
mempergunakan kedok zat asam, kedok di pasang atau di
tutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok di ikatkan di
belakang kepala. Bila mempergunakan kanula hidung ganda,
ujung kanula dimasukkan kedalam kedua lubang hidung,
dan tali diikatkan dibelakang kepala.
2. Isi tabung diperiksa dan dicoba
3. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau
kanula hidung ganda.
4. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan ( biasanya 2 liter sampai 3 liter / menit)
5. Pasien ditanya, apakah sekarang sesaknya berkurang.
6. Pemberian oksigen dapat dilaksanakan terus menerus,
selang seling (intermitten) atau dihentikan dengan program
pengobatan.
7. Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau
kannula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup.
8. Pasien dirapikan kembali
9. Peralatan dibersihkan, dibereskan, dan dikembalikan
ketempat semula.
Perhatian :
1. Perhatian reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian
oksigen
2. Hindarkan tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit.
3. Jauhkan hal hal yang dapat membahayakan , misalkan api
yang dapat menimbulkan kebakaran.
4. Pada pasien anak anak digunakan nasal kateter dan bila
pemakaian lebih dari 24 jam cateter dibersihkan dan
dipindahkan kelubang hidung.
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TOPICAL

Dokumen, No : 040 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 Mei 2011

PENGERTIAN Banyak jenis obat topical yang dapat digunakan pada kulit. Lotion,
salep, cream dan patch semuanya dipakai di kulit. Dalam
pemberiannya perlu mengikuti langkah-langkah tertentu

TUJUAN 1. Melakukan observasi pengobatan secara terus menerus


2. Melindungi mata, telinga dan kulit
3. Menghentikan, menghambat atau mencegah pertumbuhan
microorganisme
4. Memberikan anesthesia lokal pada bagian tubuh tertentu
5. Memberikan obat antimicrobial secara langsung
6. Menurunkan tekanan intraocular
7. Membuat dilatasi pupil untuk memudahkan pemeriksaan
8. Melembutkan ear wax

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Perencanaan


1. Persiapan alat :
a. Obat tropical yang diperlukan
b. Sarung tangan bersih
c. Catatan obat
d. Spatel atau lidi kapas k/p

2. Persiapan klien :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien

URAIAN PROSEDUR A. Pelaksanaan :


1. Cuci tangan
2. Identifikasi klien dengan memeriksa gelang nama atau papan
tempat tidur serta menanyakan namanya
3. Tutup tirai tempat tidur, pintu dan jendela
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Posisikan klien dengan nyaman, tutup bagian tubuh, bagian
yang akan diberi obat biarkan terbuka
6. Kaji kondisi kulit secara menyeluruh, bersihkan daerah yang
akan diobati dari segala sisa jaringan dan kotoran
7. Bila kulit terlalu kering, biarkan pemberian obat saat kulit
masih basah
b. Pemakaian obat lotion
1.1 Periksa obat, kocok botolhingga tercampu, buka
tutup dan letakkan terbalik
1.2 Tuang lotion pada kasa atau kapas bola dengan label
ke atas
1.3 Usapkan lotion pada tipis dan merata
1.4 Buang kasa / kapas, buka sarung tangan, cuci tangan
c. Pemakaian cream atau salep
1.1 Oleskan obat dengan jari yang pakai sarung tangan
atau spatel pada kulit yang kering. Oleskan tipis
searah tumbuhnya rambut
1.2 Gunakan pembalut kalau perlu
d. Salep antiangina
1.1 Keluarkan sejumlah obat yang diperlukan diatas
kertas pengukur
1.2 Cuci kulit dari bekas obat yang dipakai
1.3 Gunakan hati-hati kertas obat pada kulit klien seluas
dua inchi, jangan digosok. Tutup dengan
kertas/plastiK.
1.4 Buka sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan
obat ketempatnya

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGHISAP OBAT DARI AMPUL

Dokumen, No : 041 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Mengambil obat mengunakan spuit dalam botol ampul.


TUJUAN Menyiapkan dan menghisap dengan menggunakan teknik aseptik

A. PENGKAJIAN 1. Kaji apakah pada leher ampul terdapat tanda lingkaran atau
titik
2. Kaji apakah ampul dalam keadaan utuh
3. Kaji apakah ada perubahan warna obat
B. PERENCANAAN Persiapan Alat
1. Spuit dan jarum steril tergantung obat yang diberikan
2. Obat dalam ampul
3. Kartu obat
4. Kapas Alkohol
5. Nampan / tempat obat
C. PERSIAPAN 1. Siapkan peralatan, chek pesanan dokter
2. Cuci tangan
3. Putar ampul agar obat yang ada diatas leher ampul masuk
kedalam ampul
4. Lindungi bagian leher ampul dengan kapas alcohol
5. Patahkan ampul kearah menjauh tubuh atau patahkan dengan
menggunakan kikir ampul
6. Masukkan jarum jangan menyentuh tepi ampul
7. Hisap obat sesuai kebutuhan. Jangan memasukkan udara
kedalam ampul
8. Isi sampai cukup baru keluarkan udara dengan hati hati. Setelah
obat dihisap dari ampul sisa segera dibuang untuk menjaga
sterilitas
9. Tutup kembali jarum
10. Cuci tangan
D. EVALUASI Amati apakah ada pecahan ampul yang masuk kedalam ampul obat

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

MENGHISAP OBAT DARI VIAL

Dokumen, No : 042 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN Menyiapkan dan menghisap dengan menggunakan teknik aseptic

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :


1. Spuit dan jarum steril sesuai dengan kebutuhan
2. Cairan pelarut
3. Vial obat yang dibutuhkan
4. Kapas alcohol
URAIAN PROSEDUR 1. Kumpulkan alat, chek instruksi dokter
2. Cuci tangan
3. Buka tutup metal/plastic
4. Bersihkan tutup karet dengan kapas alcohol
5. Buka tutup jarum jangan diputar
6. Tusuk tutup karet bagian tengah, masukkan udara, jangan
menyentuh cairan obat.
7. Balikkan vial dan tarik jarum sampai bagian lebih rendah dari
permukaan
8. Hisap obat sesuai dosis dalam posisi sejajar mata dan yang
menyentuh hanya bagian knob saja
9. Bila ada udara didalam spuit, ketuk perlahan pada barel dan
masukkan kembali kedalam vial kemudian hisap obat kembali
10. Bila dosis sudah cukup, tarik jarum dan segera tutup
11. Bila vial multidosis simpan dengan cara yang benar sisanya.
Tuliskan dosis obat yg tersisa
12. Ganti jarum baru untuk menyuntik
13. Cuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASUKAN OBAT INTRAVENA SECARA BOLUS PADA INFUS

Dokumen, No : 043 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Memasukkan obat melalui cairan infus melalui sirkulasi darah


TUJUAN Agar obat langsung masuk kedalam sirkulasi darah
PROSEDUR A. PENGKAJIAN
1. Kaji posisi jarum serta lokasi penyuntikan apakah ada
inflamasi atau infiltrasi
2. Identifikasi klien

B. PERENCANAAN
Persiapan Alat :
1. Sarung tangan
2. Kapas Alkohol
3. Jam dengan satuan detik
4. Infus dengan port injeksi
5. Obat dalam spuit dengan jarum ukuran 26 G

Persiapan klien dan lingkungan

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Periksa pesanan dokter dalam catatan dokter
3. Siapkan perlengkapan dengan obat yang sudah dalam
spuit

C. PELAKSANAAN
1. Cucian tangan, pakai sarung tangan
2. Bersihkan tempatkan tusukan dengan kapas alcohol.
Pada intravena infuse
3. Buka jarum, pasang pada port tusukan dengan tangan
kanan tangan kiri menahan slang
4. Tutup aliran slang sementara
5. Tarik plunger perlahan lahan samapai tampak darah
pada slang
6. Suntkan obat perlahan - ;ahan dengan kecepatan
yang tepat (biasanya tidak lebih dari 1 mil permenit)
7. Tarik jarum alirkan kembali infus dengan kecepatan
yang tepat.
8. HEPARIN LOCK
9. Bersihkan diafragma karet heparin lock dengan kapas
alcohol.
10. Tusukan jarum spuit menembus diafragma dengan
hati hati
11. Suntikan bolus obat perlahan lahan sampai habis
lalu cabut jarum.
12. Suntikkan heparin yang diencerkan atau normal salin
untuk bilasan
13. Buang jarum tanpa ditutup
14. Buka sarung tangan cuci tangan
15. Tuliskan pemberian obat pada catatan klien

D. EVALUASI
Evaluasi Respon klien terhadap reaksi pemberian obat
dan efek samping obat.

E. DOKUMENTASI
1. Jumlah obat yang dimasukan dalam botol infuse
2. Keadaan lokasi penusukan
3. Respon klien terhadap pemberian obat

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMBERIAN OBAT MELALUI JARINGAN
(PARENTERAL)

Dokumen, No : 044 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN 1. Mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempecepat


proses penyembuhan
2. Melaksanakan uji coba obat (misalnya manthok test, skin test)
3. Melaksankan tindakan diagnostic (misalnya penyuntikan zat
kontras dan lain-lain)

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR 1. Bacalah daftar obat pasien yang menunjukkan jenis obat dan
cara pemberiannya
2. Ambil spuit dan jarum steril dari tampatnya dengan korentang
3. Lartkan lebih dulu obat-obat yang perlu dilarutkan
4. Baca kembali daftar obat tersebut, ambil obat yang dimaksud
5. Kemudian lakukan desinfektan dengan kapas alcohol pada : leher
botol atau ampul sebelum digergaji, atau karetbpenutup flakon
(botol obat)
6. Spuit diisi dengan obat sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Udara di dalam spuit dikeluarkan, lalu spuit serta
kapas alkohol dimasukkan ke dalam bak spuit yang ersedia dan
langsung dibwa ke dekat pasien
7. Baca kembali daftar pemberian obat dan cocokkan dengan
papan nama atau lansung tanyakan namanya kepada pasien
bersangkutan. Posisi pasien diatur sesuai dengan cara pemberian
suntikan (misalnya subcutan, intramuskuller atau intraven).
Selanjutnya permukaan kulit di daerah yang akan disuntik
desinfektan dengan kapas alkohol, kemudian obat disuntikkan.
8. Setelah selesai, jarum dicabut, bekas suntikan desinfektan
dengan kapas alkohol dan ditekan agar darah tidak keluar
9. Posisi pasien diatur kemblai dan dirapikan
10. Peralatan dibersihkan, dibereskandan dikembalikan ke tempat
semula

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBERIKAN SUNTIKAN INTRA MUSCULAR

Dokumen, No : 045 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Injeksi intra muscular diberikan bila klien tidak dapat menggunakan
obat oral, bila obat tidak tersedia dalam bentuk lain, atau diharapkan
kerja obat yang lebih cepat. Injeksi intra muskular penyerapan
diharapkan dalam waktu 15 menit karena vaskularisasinya tinggi.
Penentuan lokasi sangat hati-hati karena dapat menimbulkan
kerusakan syaraf, abses, nekrosis dan merusak kulit serta
menimbulkan nyeri. Meskipun otot cukup besar namun pemberian
obatlebih dari 5 ml dalam satu lokasi akan tidak efektif serta
menimbulkan nyeri, sehingga perlu untuk diberikan pada beberapa
lokasi. Injeksi di daerahdeltoid hanya boleh diberikan maksimal 1 ml
dan tidak digunakan pada bayi yang ototnya belum berkembang. Bila
injeksi dilakukan pada gluteus, perlu hati-hati karena terdapat syaraf
sciatik dan pembuluh darah besar di tempat tersebut. Vastus lateralis
adalah tempat terbaik untuk penyuntikan pada anak dibawah 5 tahun
karena otot gluteus belum berkembang. Rektusw femoris boleh
digunakan dalam keadaan dimana tidak memungkinkan penyuntikan
di tempat lain, tetapi kontra indikasi untuk anak.

TUJUAN 1. Diberikan bila klien tidak dapat menggunakan obat oral


2. Diharapkan kerja obat yang lebih cepat, penyerapan diharapkan
dalam waktu 15 menit karena vaskularisasinya tinggi.

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan Alat :


1. Obat yang diperlukan
2. Kartu obat
3. Spuit dan jarum steril sesuai ukuran
4. Kapas alcohol

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Merencanakan lokasi yang akan digunakan.
3. Menghitung dosis obat sesuai pesanan
URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Hisap obat sesuai prosedur jangan tambahkan udara ke dalam
spuit
3. Berikan posisi yang tepat sesuai dengan lokasi yang dipilih :
4. Ventrogluteal klien terlentang atau miring dengan lutut
ditekuk
5. Dorsogluteal klien tengkurap atau miring
6. Vastus Lateralis klien terlentang atau duduk
7. Deltoid klien duduk atau berbaring dengan lengan rilek.
8. Lokasi yang dipilih jangan ada bengkak atau nodul. Gunakan
sarung tangan k/p
9. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alcohol
10. Buka tutup spuit jangan diputar
11. Tekan kulit pada Z track atau regangkan kulit pada daerah
suntikan
12. Pegang spuit dengan tangan kanan tusuk cepat dengan sudut
90
13. Segera pindahkan tangan kiri ke ujung spuit dan tangan kanan
ke pangkal barel.
14. Aspirasi perlahan (5 detik) lihat apakah jarum masuk ke pemb
darah. Bila ada darah, buang spuit dan obat, siapkan obat baru
dan pindah lokasi.
15. Bila tidak ada darah, suntikan obat dengan kecepatan 10 detik
per CC
16. Tunggu 10 detik lalu cabut cepat
17. Tekan hati-hati dengan kapas massage k/p
18. Buang spuit dan jarum tanpa ditutup
19. Bantu klein ke posisi nyaman, anjurkan klien menggerakkan kaki
k/p
20. Buka sarung tangan, cuci tangan
21. Catat pemberian obat

DOKUMENTASI :
1. Catat pemberian obat, dosis, waktu cara pemberian, dan
lokasi penusukan
2. Catat toleransi klien terhadap injeksi dan efek samping obat.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBERIKAN SUNTIKAN SUBKUTAN (S.C)

Dokumen, No : 046 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Cara sub cutan ini digunakan dengan berbagai alasan, klien yang
mendapatkan injeksi beberapa kali sehari perlu dilakukan rotasi
lokasi. Injeksi subcutan selain heparin perlu dilakukan aspirasi
menghindari masuknya obat ke dalam pembuluh darah

TUJUAN Agar obat yang diberikan dapat diserap cepat oleh tubuh

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat :


1. Kapas alcohol
2. Sarung tangan
3. Kartu obat
4. Jarum dan spuit yang dibutuhkan
5. Obat yang diperlukan
6. Persiapan klien dan lingkungan :
7. Rencanakan tempat injeksi yang tepat. Pilih spuit dan jarum
yang cocok
8. Jelaskan prosedur ke klien

URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan, pakai sarung tangan


2. Siapkan obat sesuai prosedur dari ampul atau vial.
3. Identifikasi klien
4. Berikan posisi klien sesuai daerah yang dipilih
5. Lengan atas bagian luar duduk/berbaring
6. Bagian anterior paha-duduk atau berbaring dengan dengan
kaki rileks
7. Abdomen posisi terlentang semi recumbent
8. Daerah scapula-klien telungkup atau duduk

9. Lokasi yang dipilih tidak keras bebas luka, jaringan parut atau
benjolan
10. Bersihkan daerah sekitar suntikan dengan kapas alkohol,
gososk melingkar dari dalam ke luar. Biarkan alkohol kering
dan pegang kapas untuk digunakan waktu mencabut jarum
11. Buka tutup jarum dengan tangan kiri
12. Cubit atau regangkan daerah yang akan disuntik.
13. Pegang spuit dengan tangan kanan diantara ibu jari dan
telunjuk suntikan cepat jarum dengan sudut 45-90
tergantung jumlah dan turgor jaringan dan panjang jarum
14. Setelah jarum masuk, lepaskan jaringan dan pindahkan
tangan kiri ke bagian akhir spuit tangan kanan memegang
ujung barel
15. Aspirasi untuk memastikan masuknya jarum. Bila masuk
darah, cabut jarum , obat dan spuit dibuang dan menyiapkan
obat baru lagi. Obat anti coagulant tidak di aspirasi
16. Bila tidak tampak darah, suntikkan obat perlahan lahan
17. Cabut jarum cepat dengan sudut sesuai waktu masuk
18. Message hati-hati dengan kapas alcohol (jangan massage
pada pemberian heparin atau insulin)
19. Buang spuit dan jarum tanpa menutup
20. Bantu klien dalam posisi nyaman
21. Buka, buang sarung tangan, cuci tangan catat di kartu obat

DOKUMENTASI :
4. Waktu penyuntikan.
5. Jenis dan dosis obat yang diberikan
6. Lokasi penyuntikan
7. Respon klien.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBERIKAN OBAT INTRADERMAL

Dokumen, No : 047 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pada injeksi intradermal, volume yang digunakan sangat kecil.


Perhitungan dosisi harus sangat hati-hati karena dapat menimbulkan
reaksi yang hebat, Spuit tuberculin digunakan dengan jarum yang
kecil panjang 1/4 5/8 inchi. Tempat suntikan yang sering
digunakan adalah bagian aspect ventral lengan bawah atau sisi dorsal
dan laternal lengan atas juga dapat digunakan karena mudah
diobservasi. Jarum ditusukkan dengan sudut 15. Obat akan masuk ke
epidermis sampai membentuk gelembung. Injeksi dengan cara ini
lambat absorbsinya karena pembuluh darah di lokasi lebih dalam dari
structural kulit.

TUJUAN 1. Untuk menentukan adanya alergi obat


2. Untuk test diagnostic (PPD test)

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat :


1. Kapas alcohol
2. Spuit tuberculin
3. Obat yang akan digunakan
4. Sarung tangan
5. Kartu obat
6. Persiapan klien dan lingkungan
7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
8. Tentukan bahwa 48-72 jam setelah injeksi sesuatu hasil dapat
dibaca

URAIAN PROSEDUR 1. Periksa kelengkapan obat dan kesesuaian dengan pesanan


dokter
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
3. Cuci tangan, gunakan sarung tangan
4. Hisap obat sesuai dengan prosedur yang benar, dari ampul atau
vial
5. Plih area pada bagian dalam lengan bawah dimana tidak
tampak hiperpigmentasi atau banyak rambut. Bagian atas dari
dada atau punggung juga dapat digunakan.
6. Bersihkan memakai alcohol dengan gerakan memutar dari
dalam ke luar biarkan kering. Bila kulit terlalu berminyak
bersihkan dengan aseton
7. Buka tutup jarum lurus dengan tangan kiri.
8. Gunakan tangan kiri untuk meregangkan kulit pada daerah
suntikan
9. Tusukan jarum dengan sudut 15 atau hampir rata kulit, bevel
mengarah keatas, tusukan jarum samapi 1/8 inci. Sementara
ujung jarum Nampak dari balik kulit
10. Perlahan lahan suntikan obat sampai terbentuk balon
11. Cabut jarum cepat dan hati-hati seperti sudut waktu menusuk
12. Usap dengan kapas, jangan di massage setelah jarum dicabut
13. Jangan menutup kembali jarum yang telah dipakai
14. Bulatkan tempat injeksi dengan pensil
15. Buka dan buang sarung tangan di tempat yang tepat, cuci
tangan
16. Catat pemberian obat di catatan obat

DOKUMENTASI
1. Waktu penyuntikan
2. Jumlah dan jenis pengobatan yang diberikan
3. Reaksi kulit dan efek samping lainnya.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
SUNTIKAN INTRAVENA

Dokumen, No : 048 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Tindakan memberikan obat dengan daerah suntikan pada bagian dalam
pembuluh darah

TUJUAN 1. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya melalui intravena


2. Untuk mendapatkan reaksi obat yang cepat

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR 1. Tentukan daerah yang akan disuntik, kemudian lakukan


pembendungan dibagian atasnya. Selanjutnya permukaan kulit di
daearah bersangkutan didesinfektan dengan kapas alkohol dan
ditegangkan
2. Pasang pengalas dibagian yang akan disuntik, dan dekatka bengkok
( nierbekken) ke bagian tubuh yang akan di suntik
3. Jarum di masukkan darah yang dimaksud dengan lubang jarum
menghadap keatas
4. Pengisap spuit ditarik sedikit. Bila jarum berhasil masuk kedalam
vena, darah akan masuk ke dalam spiut atau mengalir sendiri. Tapi
bila tidak ada darah yang keluar berarti jarum tidak berhasil, dan
penyuntikan harus dipindahkan ke bagian lain. Setelah berhasil,
bukalah segera karet pembendung
5. Obat dimasukkan perlahan-lahan sampai habis
6. Setelah obat masuk semua, jarum dicabut agak cepat, bekas
tusukan ditekan denga kapas alkohol
7. Bila pemberian cairan obat melalui vena dilakukan dalam jumlah
besar dan waktu lama, maka pemberiannya dilakukan dengan
carainfuse sesuai dengan program pengobaan (misalnya transfuse
darah)

Perhatikan pada waktu menyuntik :


1. Obat-obat suntikan yang diberikan harus berdasarkan program
pengobatan
2. Sebelum menyiapkanobat suntikan, bacalah dengan teliti
paenunjukkan pengobatan yang ada dalam catatan medik atau
status pasien, yaitu nama obat, dosis, waktu cara pemberiannya
(misalnya intavena subcutan dan lain-lai)
3. Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label/etiket
dari tiap-tiap obat
4. Obat-obat yang kurang jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada
pasien
5. Perhatikan teknik septic dan antiseptic
6. Spuit dan jarum suntik tidak boleh dipergunakan untuk menyunik
pasien lain sebelum disterilkan
7. Spuit yang retak atau bosor, dan jarum sunti yang sudah tumpul,
berkarat atau ujungnya bengkok, tidak boleh dipakai lagi
8. Memotong ampul dengan gergaji ampul harus dilakukan secara
hati-hati, agar tidak melukai tangan dan pecahnya tidak masuk ke
dalam obat
9. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa
saat, sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi dan lain-lain
10. Bagi pasien berpenyakit menular melalui pendarahan darah
(misalnya pasien hepatitis), harus digunakan jarum dan spuit
khusus
11. Setiap selesai penyuntikan, peralatan harus dimasukkan ked ala
larutan desinfektan, lalu disterilkan dan disimpan di dalam tempat
khusus

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENAMBAH OBAT KEDALAM BOTOL INFUS

Dokumen, No : 049 No. Revisi : -


Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011
PENGERTIAN Cara pemberian obat intravena yang paling aman adalah dengan
menambahkan ke dalam botol infuse kemudian obat diinfuskan secara
lambat.Pengetahuan dasar yang penting bagi perawat adalah :
tentang alat-alat intravena, jenis cairan yang digunakan, pedoman
yang berhubungan dengan cara tersebut serta cara memonitor aliran /
tetesan
TUJUAN Agar obat yang ditambahkan dalam infuse masuk kedalam aliran darah
dan langsung digunakan oleh jaringan
DOKUMEN PENDUKUNG / Persiapan alat :
ALAT 1. Botol cairan infus
2. Label untuk menempel pada botol
3. Kapas alcohol
4. Siapkan obat dalam suit dengan jarum no 19-20

Persiapan klien dan lingkungan


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
2. Periksa kelengkapan alat dan bawa ke tempat tidur pasien.Chek
order dokter
URAIAN PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Identifikasi klien dengan cara yang benar
3. Tambahkan obat pada botol larutan infus
a. Chek volume dalam botol tepat
b. Tutup klem infuse
c. Bersihkan tempat tusukan dengan kapas alcohol
d. Tusukkan jarum dalam port, masukkan obat
e. Angkat botol dan putar untuk mencampur
f. Gantung kembali botol, buka klem dan atur kembali
tetesan
g. Tempelkan label pada botol infuse banyaknya obat
yang ditambah

DOKUMENTASI
1. Jumlah obat yang dimasukkan dalam botol infuse
2. Keadaan lokasi penusukan
3. Respon klien terhadap pemberian obat
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMASANGAN INFUS (IV INSERION)

Dokumen, No : 050 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah


vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama, dengan
menggunakan infuse set

TUJUAN 1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit


2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
4. Transfuse darah dan produk darah

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR 1. Standart infuse


2. Baki berisi :
a. Seperangkat infuse set steril
b. Cairan infuse sesuai dengan program medic
c. Spuit
d. Tourniquet
e. Kapas alcohol dalam tempatnya
f. Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
g. Kain kasa steril ukuran 4x4 dan 2x2 cm
h. Betadin
i. Plester
j. Gunting Verban
k. Bengkok/nierbekken
l. Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu
m. Sarung tangan (Handdskoen)
3. Siapkan alat-alat (didekatkan ke pasien)
4. Posisi pasien diatur senyaman mungkin sesuai dengan lokasi
pemasangan infuse
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
6. Perawat cuci tangan
7. Botol cairan digantungkan pada standart infuse
8. Hubungan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke bagian
karet atau akses selang ke botol infuse
9. Isi cairan kedalam infis set dengan menekan ruang tetesan
hingga terisi sebagian jangan sampai penuh tabung tetesan dan
buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara
diselang keluar
10. Lakukan pembendungan dengan tourniquet 4-5 inchi atau
10-12 cm diatas tempat penusukan (insersi) dan ajurkan pasien
untuk menggenggam dengan gerakan sirkulasi (bila sadar)
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Desinfektsi daerah yang akan ditusuk dengan cara melingkar
dari dalam keluar dengan menggunakan kapas alcohol
13. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari
bagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah keatas
dengan sudut 30-40 dari kulit pasien
14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo).
Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui
jarum maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil
meneruskan tusukan kedalam vena
15. Lepaskan tourniquet
16. Setelah jarum infuse bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan,
tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari
tangan agar darah tidak keluar kemudian sambungkan dengan
infuse set.
17. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis
yang diberikan
18. Lakukan fiksasi dengan kasa steril 2x2 cm yang diberi betadin
kemudian ditutup dengan kasa ukuran 4x4 cm
19. Anggota tubuh yang dipasang infuse, posisi diatur agar jarum
infuse
20. Atur kecepatan tetesan infuse sesuai dengan instruksi dokter
21. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
22. Merapikan alat-alat
23. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infuse serta jumlah
tetesan
24. Mendokumentasikan pada catatan perawat.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

MENGHITUNG TETESAN INFUS DAN MEMONITOR INFUS

Dokumen, No : 051 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

Suatu tindakan mengatur tetesan aliran infus yang mengalir masuk


PENGERTIAN kedalam melaui IV cateter sesuai dengan skema infuse yang
ditentukan
1. Mencegah terjadinya komplikasi yang berkaitan dengan
TUJUAN pemasangan infuse
2. Mempertahankan kelancaran pemberian therapy intravena
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :
1. Kartu therapy infuse
2. Jam tangan
URAIAN PROSEDUR 1. Bandingkan cairan infuse dengan kartu therapy infuse
2. Observasi ketinggian cairan dalam ruang tetesan. Bila kurang
dari setengah tekan ruang tetes untuk mengisi cairan
3. Inspeksi selang apakah tertekuk atau adanya sumbatan
4. Observasi kepatenan jalur intravena
5. Buka pengatur tetesan dan amati kecepatan tetesan dari botol
infus keruang tetesan kemudian tutup kembali sesuai tetesan
semula
6. Bila cairan tidak mengalir, turunkan botol infuse dibawah lokasi
punksi dan amati apakah ada cairan balik darah di selang infuse
7. Hitung kecepatan tetesan dalam ruang tetes selama 1 menit
dengan menggunakan jam hingga jumlah tetesan akurat

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASANG KATETER SEMENTARA (LOGAM)

Dokumen, No : 052 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Memasukan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih, yang


bersifat sementara (single use)

TUJUAN 1. Memonitor fungsi saluran perkemihan, mencegah atau


mengurangi ketegangan/distensi kandung kemih
2. Mengambil bahan urine yang steril
3. Memelihara keutuhan system perkemihan
4. Mengukur jumlah residu urine yang ada dalam kandung kemih
5. Mengukur fungsi kandung kemih secara akurat
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan Alat :
1. Set kateter yang berisi :
a. 1 doek berlubang
b. 1 piala ginjal
c. 5 kapas
d. 1 pasang sarung tangan
e. 1 kom kecil
f. 1 pinset anatomis
g. Kateter
h. Kateter logam untuk wanita
i. Kateter nelaton untuk pria
2. Piala ginjal
3. Korentang steril
4. Urine bag
5. Xylocain jelly
6. Perlak
7. Larutan antiseptic (mis : Bethadine 2%)
8. Kom berisi air hangat +sabun+waslap
9. Kantong plastic
10. Handuk bawah
11. k/p lampu senter

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela
3. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja
perawat

URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan


2. Pakai sarung tangan bersih
3. Membuka pakaian bawah klien dan tutup dengan handuk
bawah atau selimut
4. Pasang perlak di bawah bokong klien
5. Atur posisi klien :
Wanita :
Dorsal recumbent, alternative posisi sims (pada pasien tua atau
mengalami kontraktur berat dengan kaki bagian atas flexi)
Pria :
Supine
Berikan perawatan perineum dengan air hangat + sabun +
waslap dan keringkan dengan handuk bawah

6. Buka sarung tangan dan cuci tangan


7. Kalu perlu beri lampu penerangan yang difokuskan pada daerah
perineal
8. Letakkan set kateter di dekat klien, (kalau mungkin diantara
kedua tungkai bawah klien dengan jarak 45 cm dari perineum.
Buka set kateter steril dengan hati-hati (perhatikan prinsip
sterilitas) dan susun alat-alat tersebut dengan menggunakan
korentang serta letakkan piala ginjal di dekat klien.
9. Buka kemasan kateter (Foley atau logam), xylocaine jelly dan
diletakkan di dalam set kateter, isi kom dengan larutan
desinfektan (mis : bethadine 2%) dan kapas steril.
10. Pakai sarung tangan steril
11. Pasang doek berlubangsteril di daerah genetalia klien, dan
letakkan piala ginjal steril di dekatnya.
12. Lumasi ujung kateter xylocain jelly.
Wanita : 3-4 inci (2,5 5 cm)
Pria : 6-7 inci (12,5 17,5 cm)
13. Membersihkan daerah genetalia :
Wanita :
Letakkan tangan yang tidak dominan pada labia mayora, buka
labia mayora dan lebarkan sehingga spincter meatus urethra
terlihat jelas
Bersihkan daerah meatus urethra dengan menggunakan kapas
yang diberi antiseptic dengan bantuan pinset. Bersihkan daerah
labia mayora, labia minora dan terakhir adalah bagian meatus
urethra dari arah depan ke belakang. (1 kapas untuk 1 kali
usapan)
Pria :
Dengan tangan yang tidak dominan, tegakkan penis dengan
sudut 90 dari tubuh, jika klien tidak disirkumsisi (sunat), tarik
preputium ke bawah untuk melihat meatus urethra.
Bersihkan penis dengan arah melingkar dengan kapas yang
sudah diberi cairan antiseptic, mulai dari meatus urethra ke luar
sampai ke batang penis dengan menggunakan pinset (1 kapas
untuk 1 x usapan)
14. Memasukan kateter kedalam meatus urethra
Wanita :
Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan masukkan
kateter secara perlahan melalui meatus urethra (2 inci atau 5-
7,5 cm pada orang dewasa dan 2,5 cm pada anak-anak),
sampai urine keluar melalui kateter
Pria :
Posisi penis 90, masukan kateter dengan pelan ke dalam
urethra (dewasa 17,5 22,5 cm dan anak-anak 5 7,5 cm ),
sampai urine keluar, bila ada tahanan tarik kembali.
Pada saat kateter dimasukan anjurkan klien untuk tarik nafas
dalam.
Bila urine sudah keluar tamping urine dalam pasusurungan,
sambil tangan yang lain agak menekan-tekan diatas pubis.
Biarkan urine keluar sampai habis.
15. Pertahankan posisi kateter didepan meatus urethra.
16. Lepaskan kateter dengan pelan-pelan bila urine sudah keluar
semua.
17. Lepaskan sarung tangan, bereskan alat-alat dan lingkungan dan
letakkan kembali pada tempatnya. Buang yang tidak diperlukan
lagi.
18. Berikan klien posisi yang nyaman
19. Perawat mencuci tangan

DOKUMENTASI
1. Prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus urethra
2. Waktu pemasangan, konsistensi, warna, baud dan jumlah
urine.
3. Reaksi klien pada saat pemasangan kateter.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASANG KATETER EKSTERNUS (KONDOM KATETER)

Dokumen, No : 053 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Alat yang digunakan untuk menampung urine pada klien pria yang
mengalami inkontensia urine tanpa menimbulkan resiko infeksi
saluran perkemihan

TUJUAN Mengumpulkan urine pada klien inkontensia tanpa menimbulkan


resiko terhadap infeksi
Mencegah kerusakan integritas kulit akibat adanya inkontensia

PERENCANAAN 1. Persiapan Alat


a. Kondom Kateter dengan bahan perekatnya ganti setiap
hari
b. Sarung tangan bersih
c. Urine bag
d. Kom air hangat, waslap, sabun, handuk bawah
e. Gantungan urine bag
2. Persiapan Klien dan Lingkungan
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela

PELAKSANAAN 1. Perawat mencuci tangan


2. Pakai sarung tangan
3. Bantu klien untuk posisi supine
4. Buka pakaian bawah klien, tutupi dengan handuk bawah
5. Letakkan perlak dibawah bokong klien
6. Bersihkan daerah genitalia dengan air hangat + sabun dan
keringkan dengan handuk bawah. Kalau perlu guntung
rambut yang ada sekitar alat genitalia
7. Memasang kondom kateter
a. Sambung ujung selang urine bag dengan ujung
kondom kateter
b. Tempelkan palstik tipis sebagai pelindung kulit pada
penis (ada dalam set kondom kateter ), tunggu kering
selama + 30 Detik
c. Dengan tangan tidak dominant penis dan letak
kondom kateter di gland penis, dengan tangan yang
dominan membuka gulungan kondom kateter
sepanjang penis dan berakhir pada batas perekat
d. Tempelkan plester perekat dengan cara melingkar
membentuk spiral di Penis , pastikan plester tidak
terlalu kencang
8. Gantung urine bag di tempat yang aman dan posisi yang baik,
cegah selang urine bag menggulung atau terjepit

9. Beri klien posisi yang nyaman, berikan fiksasi yang baik pada
selang urine bag.
10. Bereskan alat-alat dan buka sarung tangan.
11. Perawat mencuci tangan.
12. Dokumentasi prosedur yang telah di tentukan.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASANG SPEKULUM

Dokumen, No : 054 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Suatu tindakan memasukan speculum ke dalam vagina secara efektif.

TUJUAN Untuk memeriksa dinding vagina ( Rugae Vaginalis,karsinoma, fluor


albus ) dan porsio vaginalis servisis uteri
(bulat,terbelah,melintang,mudah berdarah,erosi
peradangan,polip,tumor atau ulkus,terutama pada karsinoma )

DOKUMEN PENDUKUNG /
ALAT
PERSIAPAN Persiapan peralatan
1. Kapas savlon
2. Handscoon
3. Spekulum SIMS / cocok-bebek
4. Nierbekken

PROSEDUR A. Instruksi Umum


1. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk melepaskan pakaian dalam
bagian bawah
1. Terapkan prinsip kerja steril

B. Cara Kerja
1. Spekulum SIMS
a. Memberi tahu pasien
b. Mengatur posisi pasien
c. Mencuci tangan secara efektif
d. Memasang handscoon
e. Membersihkan daerah vulva dengan kapas savlon
f. Dengan satu tangan masukkan speculum SIMS
g. secara vertical didalam vagina ( sambil meminta
h. ibu untuk menarik nafas panjang ), setelah itu
putar ke bawah sehingga posisi bilah menjadi transversal
i. Minta asisten untuk menahan speculum bawah ( hingga
lumen vagina tampak jelas ). Masukkan bilah speculum atas
secara vertical kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas
terlihat serviks

2. Spekulum cocok bebek


a. Ambil speculum dengan tangan kanan, masukkan ujung
telunjuk kiri pada introitus ( agar terbuka ), masukkan ujung
speculum dengan arah sejajar introitus ( yaknikan bahwa
tidak ada bagian yang terjepit ), lalu dorong bilah ke dalam
lumen vagina.
b. Setelah itu putar speculum 90 derajat hingga tangkainya kea
rah bawah.
c. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur
bilah pada speculum ( hingga masing-masing bilah
menyentuh dinding atas dan bawah vagina ).
d. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks
tampak jelas.
e. Bersihkan dan rapikan alat-alat yang telah dipakai.
f. Kembalikan alat-alat ketempat semula
g. Mencuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASANG KATATER INTERNUS

Dokumen, No : 055 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Memasukan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih

TUJUAN 1. Memonitor fungsi saluran perkemihan, mencegah atau


mengurangi ketegangan /distensi kandung kemih
2. Memelihara aliran atau drainage urine dari kandungan kemih
secara terus menerus
3. Menagmbil bahan urine yang steril
4. Irigasi kandung kemih dengan cairan atau obat
5. Memelihara keutuhan system perkemihan
6. Mengukur jumlah residu urine yang ada dalam kandung kemih
7. Mengukur fungsi kandung kemih secara akurat
8. Monitor output klien sakit berat
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan Alat :
2. Set kateter yang berisi :
a. 1 doek berlubang
b. 1 piala ginjal
c. 5 kapas
d. 1 pasang sarung tangan
e. 1 kom kecil
f. 1 pinset anatomis
g. Kateter
Ukuran kateter : dewasa : 14-22F, pria : 18-20 F, wanita :14-
16 F. Untuk anak-anak : 8-10 F ( 1F: 0,33 mm)

3. Piala ginjal
4. Korentang steril
2. Urine bag
3. Xylocain jelly
4. Aquades
5. Syringe/spuit steril 10 atau 20 cc
6. Perlak
7. Plester
8. Larutan antiseptic (mis : bethadine 2 %)
9. Kapas bulat + alcohol 70%
10. Gantungan urine bag
11. Kom berisi air hangat + sabun+ waslap
12. Kantong plastik
13. Handuk bawah
14. K/P lampu senter
B. Persiapan klien dan lingkungan :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir tempat
tidur, k/p tutp pintu dan jendela
3. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja
perawat
URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan bersih
3. Membuka pakaian bawah klien dan tutup dengan handuk
bawah atau selimut
4. Pasang perlak di bawah bokong klien
5. Atur posisi klien :
Wanita :
Dorsal recumbent, alternative posisi sims (pada pasien tua atau
mengalami kontraktur berat dengan kaki bagian atas flexi)
Pria :
Supine

6. Berikan perawatan perineum dengan air hangat+sabun+waslap


dan keringkan dengan handuk bawah
7. Buka sarung tangan dan cuci tangan
8. Kalau perlu beri lampu penerangan yang difokuskan pada
daerah perineal
9. Letakkan set kateter didekat klien, (kalau mungkin diantara
kedua tungkai bawah klien dengan jarak 45 cm dari perineum
10. Buka set kateter steril dengan hati-hati (perhatikan prinsip
sterilitas ) dan susun alat, alat tersebut dengan mengunakan
korentang serta letakkan piala ginjal didekat klien
11. Buka kemasan kateter (foley atau logam), spuit, xylocaine jelly
dan diletakkan di dalam set kateter, isi kom dengan larutan
desinfektan (Mis : bethadine 2%) dan kapas steril
12. Pakai sarung tangan steril
13. Lakukan pengetesan balon kateter dan aspirasi kembali
cairannya
14. Pasang doek berlubang steril di daerah genetalia klien, dan
letakkan piala ginjal steril di dekatnya
15. Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly
Wanita : 3-4 inci (2,5 5 cm)
Pria : 6-7 inci (12,5 17,5 cm)
16. Membersihkan daerah genetalia :
Wanita :
Letakkan tangan yang tidak dominan pada labia mayora, buka
labia mayora dan lebarkan sehingga spincter meatus urethra
terlihat jelas
Bersihkan daerah meatus urethra dengan menggunakan kapas
yang diberi antiseptic dengan bantuan pinset. Bersihkan daerah
labia mayora, labia minora dan terakhir adalah bagian meatus
urethra dari arah depan ke belakang (1 kapas untuk 1 usapan)
Pria
Dengan tangan yang tidak dominan, tegakkan penis dengan
sudut 90dari tubuh, jika klien tidak disirkumsisi (sunat) tarik
preputium ke bawah untuk melihat meatus urethra
17. Bersihkan penis dengan arah melingkar dengan kapas yang
sudah diberi cairan antiseptic, mulai dari meatus urethra ke luar
sampai ke batang penis dengan menggunakan pinset. ( 1 kapas
untuk 1 x usapan)
18. Memasukan kateter ke dalam meatus urethra
Wanita :
Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan masukan kateter
secara perlahan melalui meanus urethra ( 2 inci atau 5 7,5 cm
pada orang dewasa dan 2,5 cm pada anak-anak ), sampai
urine keluar melalui kateter. Bila kateter masuk ke vagina ambil
kateter baru dan lakukan pemasangan kembali ke uretra,
kemudian lepaskan kateter yang ada di dalam vagina
Pria :
Posisi penis 90, masukan kateter dengan pelan ke dalam
urethra (Dewasa 17,5 22,5 cm dan anak-anak 5 - 7,5 cm),
sampai urine keluar, bila ada tahanan tarik kembali. Pada saat
kateter dimasukan anjurkan klien untuk tarik napas dalam.
Untuk kateter sementara :
Bila urine sudah keluar tampung urine dalam pasusurungan ,
sambil tangan yang lain agak menekan tekan diatas pubis.
Biarkan urine keluar sampai habis
Untuk kateter tetap : Masukan lagi kateter sepanjang 2,5 5
cm, jangan dipaksakan bila ada tahanan
19. Pertahankan posisi kateter didepan meatus urethra
20. Untuk kateter sementara (single use) lepaskan kateter dengan
pelan-pelan bila urine sudah keluar semua.
21. Untuk kateter menetap : sambungkan ujung kateter dengan
selang urine bag.
22. Kembangkan balon dengan cairan steril yang sudah
dipersiapkan dan menggunakan spuit, jangan melebihi ukuran
balon. Cek letak balon dengan menarik kateter perlahan-lahan
23. Tempatkan urine bag pada lokasi yang aman, bebas dan lebih
rendah dari kateter .
24. Fiksasi kateter pada bagian luar dengan menggunakan plester :
Wanita :
Pada paha bagian dalam, jangan terlalu kecang/tegang
Pria :
Abdomen bagian bawah atau di puncak paha dengan posisi
penis mengarah ke abdomen
25. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pada
vesika urinaria
26. Lepaskan sarung tangan, bereskan alat-alat dan lingkungan dan
letakkan kembali pada tempatnya. Buang yang tidak diperlukan
lagi
27. Berikan klien posisi yang aman
28. Anjurkan klien untuk berbaring miring kea rah urine bag atau
kateter berada
29. Perawat mencuci tangan

DOKUMENTASI :
1. Prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus urethra
2. Waktu pemasangan, konsistensi, warna, bau dan jumlah urine
3. Reaksi klien pada saat pemasangan kateter
4. Tipe, ukuran kateter, jumlah cairan yang dipakai untuk membuat
balon

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMASANG KANUL REKTAL

Dokumen, No : 056 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Membantu mengeluarkan flatus

TUJUAN 1. Membantu mengeluarkan feses atau gas dari dalam abdomen.


2. Menghilangkan distensi dank ram abdomen
3. Meningkatkan rasa nyaman

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. PENGKAJIAN


1. Kaji keadaan umum klien
2. Kaji adanya distensi abdomen, perkusi bising usus
3. Kaji kondisi - kondisi patologis yang berhubungan dengan
masalah intestinal ( seperti : haemorroid, dll )
4. K/P ukur lungkar perut
5. Kaji tanda - tanda pital vital
6. Kaji kulit sekitar perianal

B. PERENCANAAN
1. Persiapan alat :
a. Rektal kanul dengan ukuran :
1) Dewasa : 22 30 F,
2) Usia sekolah : 16 18 F,
3) Toddler : 14 16,
4) Infant : 10 12 F.
b. Jelly Vaseline
c. Sarung tangan bersih
d. Perlak / karet pengalas
e. Plester
f. Tissue
g. Piala ginjal
h. Plastic
i. Pasusurungan
j. Handuk bawah
k. Kom berisi air hangat + sabun + waslap

2. Persiapan klien dan lingkungan


a. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
yang akan dilakukan
b. Mempersiapkan lingkungan privacy klien dengan
menutup tabir disekeliling tempat tidur
c. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah
kerja perawat
PELAKSANAAN
URAIAN PROSEDUR 1. Siapkan alat alat didekat klien dan mudah dijangkau oleh
perawat
2. Perawat mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Membuka pakaian bawah klien dan menutup dengan handuk
bawah dan selimut
5. Memberikan posisi miring kiri, tutupi bagian bawah tubuh klien
dengan handuk kecuali bagian bokong
6. Letakkan perlak / alas karet dibawah bokong klien
7. Lumasi bagian ujung kanul rectal dengan jelly atau Vaseline
sepanjang 5 15 cm ( 2 6 inch )
8. Buka bokong klien dengan tangan non dominan, sehingga anus
terlihat jelas.
9. Masukkan kanul dengan hati hati dengan ujung kanul
mengarah ke umbilicus. Dewasa sepanjang 15 cm ( 6 inch )
dan anak anak sepanjang 5 10 cm ( 2 4 inch ). Anjurkan
klien untuk tarik nafas dalam
10. Berikan plester pada kanul dan tempelkan pada bokong tidak
lebih dari 20 menit, pada klien anak anak harus dipegang
secara manual
11. Letakkan ujung kanul dalam piala ginjal berisi air / sambungkan
kanul dengan kantong plastic
12. Lepaskan sarung tangan
13. Cek nadi klien
14. Lepaskan kanul dan bungkus didalam plastic
15. Bersihkan daerah sekitar bokong dan rectal klien dengan tissue,
klu perlu menggunakan air hangat + sabun + waslap dan
keringkan dengan handuk
16. Kenakan pakaian bawah klien dan berikan posisi yang nyaman
17. Bereskan alat alat yang telah digunakan
18. Mencuci tangan

EVALUASI
1. Kenyamanan Pasien, adanya distensi abdomen
2. Keluhan dispnea, flatus berkurang
3. Fases terkumpul, kulit dan luka tidak terkontaminasi
DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pemasangan kanul
2. Catat jumlah, warna dan konsistensi cairan yang keluar
3. Gambarkan keadaan abdomen klien ( keras distensi / lunak dan
perkusi abdomen )
4. Catat bising usus sebelum dan sesudah tindakan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MELEPASKAN KATETER INTERBUS

Dokumen, No : 057 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Melepaskan kateter tetap pada klien setelah tujuan dari pemasangan
kateter tercapai, atau berdasarkan pesanan dokter

TUJUAN 1. Mengembalikan fungsi eliminasi urine secara normal


2. Meningkatkan fungsi kandungan kemih yang normal
3. Mencegah terjadinya trauma pada uretra

DOKUMEN PENDUKUNG / A. Persiapan alat :


ALAT 1. Spuit 10cc
2. Piala ginjal dan plastik
3. kertas tissue
4. Sarung tangan bersih
5. Perlak / Pengalas
6. Kom berisi air hangat + Sabun + Waslap dan handuk Bawah
B. Persiapan klien dan lingkungan :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
3. tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela
4. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja
perawat

URAIAN PROSEDUR 1. Sejak 10 Jam sebelum kateter dilepas dilakukan bladder training
yaitu :
a. Klem kateter selama 3 jam,lalu lepaskan dan alirkan urine ke
dalam urine bag selama 5 menit
b. Ulangi lagi klem kateter urine selama 3 jam, lalu lepaskan dan
alirkan urine ke dalam urine bag selama 5 menit, lakukan hal
tersebut selama 3 X.
2. Perawat mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Kosongkan urine bag dan ukur jumlah urine yang ada
5. Membuka pakaian bawah klien dan tutup dengan handuk bawah
atau selimut.
6. Pasang perlak dibagian bawah bokong klien,berikan klien untuk
posisi:
Wanita :
Dorsal recumbent, alternative : sims
Pria :
Supine
7. Bersihkan sekitar perineum dengan menggunakan kertas toilet.
8. Kaji daerah meatus uretra dan jaringan sekitar perineum ( perih,
radang, pembengkakan dan discharge )
9. Lepaskan plester pada kulit klien dan bersihkan berkas-berkas
plester.
10. Aspirasi isi balon dengan mengunakan spuit sampai habis ( ujung
selang kateter sampai mengempis ).
11. Tarik kateter secara pelan-pelan dan gerakan memutar
12. Masukkan bekas kateter ke dalam plastic.
13. Berikan perawatan perineum dengan menggunakan air hangat +
sabun + waslap dan keringkan dengan handuk bawah ( bila klien
mampu, lakukan secara mandiri )
14. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
15. Bereskan alat-alat dan buka sarung tangan
16. Dokumentasi prosedur yang sudah dilakukan.

DOKUMENTASI
Catat waktu pelepasan kateter, jumlah dan karakteristik urine yang
keluar

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

MENGGANTI BALUTAN LUKA


Dokumen, No : 058 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Membersihkan luka setiap kali mengganti balutan dengan perawatan


steril

TUJUAN 1. Membersihkan luka


2. Mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka
3. Untuk memberikan obat pada luka

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat :


1. Pinset anatomi
2. Pinset cirugis
3. Gunting lurus/jaringan
4. Kapas lidi
5. Kasa steril dalam tempatnya
6. Mangkok/kom kecil
7. Korentang pada tempatnya
8. Kasa steril
9. Gunting verban
10. Plaster
11. Bensin dalam tempatnya
12. Neirbeken
13. Kain pembalut/kasa gulung jika perlu
14. Obat luka sesuai terapi dokter(betadine, supratule, zalf
bioplasenton/burnazin,dll)
15. Sampiran

B. Persiapan pasien
1. Atur posisi pasien dan lingkungan yang tenang
2. Berikan informasi mengenai rencana tindakan prosedur pada
pasien.

URAIAN PROSEDUR 1. Meletakkan alat di sebelah kanan pasien di samping tempat


tidur dan pasang sampiran
2. Perawat mencuci tangan
3. Atur posisi pasien sesua dengan kebutuhan tindakan dan
jauhkan tangan pasien dari area luka
4. Pasang sarung tangan untuk mengangkat balutan kotor dan
plaster dibuka dengan kapas lidi yg telah dibasahi bensin,
buang pada tempat yang tersedia
5. Buka sediaan alat steril dengan teknik steril
6. Jika perlu tuangkan larutan steril sesuai terapi/instruksi
dokter yaitu langsung diatas luka, gunakan neirbaken untuk
menampung drainase
7. Bersihkan luka pada setiap kali mengganti balutan dan
lakukan dengan hati-hati bila membersihkan dengan kasa
untuk meminimalkan trauma.
8. Jika perlu gunting jaringan mati dengan gunting jaringan
yang steril
9. Luka dibersihkan dengan memakai pinset dari arah tengah
kearah luar memutar, gunakan kasa hanya untuk satu kali
putaran (tidak berulang-ulang)
10. Keringkan juga di sekitar luka
11. Luka diberi obat, selanjutnya tempatkan kasa diatas luka
dengan memegang bagian pinggir kasa yang tidak
bersentuhan dengan permukaan luka dan jaga agar serat
kasa tidak melekat pada luka.
12. Setelah diberi obat dan ditutup dengan kasa pada lapisan
luar/atas /balutan transparan dan plaster

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MERAWAT LUKA DENGAN DRAIN

Dokumen, No : 059 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Merawat luka klien dengan menggunakan drain yang berfungsi


untuk mengeluarkan sekresi luka

TUJUAN e. Mengangkat penumpukan sekresi dan jaringan mati dari luka


atau inci
f. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau
daerah incisi
g. Membantu proses penyembuhan luka

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan Alat


1. Set angkat jahitan (Pinset, anatomis, gunting, kassa, lidi kapas)
atau set ganti balut
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan non steril
4. Handuk atau kain penutup
5. Bethadine 10%
6. Meja dorong
7. Kantong plastic
8. Alkohol 70%
9. Perlak / alas plastic
10. Korentang
11. Piala ginjal
12. Plester

URAIAN PROSEDUR Cara kerja :


1. Cuci tangan
2. Letakkan handuk menutupi derah privacy klien dan perlak
dibawah luka klien
3. Siapkan peralatan diatas meja dorong
4. Buka set angkat jahitan dan atur posisi alat denga korentang
steril
5. K/p tambahkan kassa dan tugger kassa secukupnya kedalam
set
6. Siapkan plastik dan piala ginjal ke dekat luka
7. Beri klien posisi yang tepat untuk perawatan drain
8. Pakai sarung tangan non steril
9. Buka plester searah tumbuhnya rambut dan buka balutan
luka dengan hati-hati
10. Masukkan bekas balutan ke dalam kantong plastic
11. Buka sarung tangan non steril
12. Pakai sarung tangan steril
13. Bersihkan sekitar luka drain menggunakan alkohol swab
dengan arah memutar kearah luar
14. Beri bethadine di daerah luka dan drain, dari daerah bersik
ke kotor
15. Lipat kassa dengan arah memanjang dan letakkan
mengelilingi drain hingga terbungkus
16. Tutup luka dengan kassa atau bantalan
17. Pasang plester
18. Bersihkan alat-alat dan lingkungan
19. Buka sarung tangan
20. Cuci tangan
21. Beri klien posisi yang nyaman

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGANGKAT JAHITAN

Dokumen, No : 060 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Membuka jahitan luka klien saat luka sudah mulai menutup dan
terbentuk jaringan konektif atau berdasarkan instruksi medik

TUJUAN Membuka jahitan pada saat luka sudah menutup dan jaringan konektif
terbentuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme

DOKUMEN PENDUKUNG / Persiapan alat


ALAT 1. Set angkat jahitan ( pinset anatomis,gunting,kassa, lidi kapas )
2. Sarung tangan non steril
3. Sarung tangan steril
4. Handuk
5. Perlak / alas karet
6. Bethadine
7. Alkohol 70%
8. Kantong plastic
9. Piala ginjal
10. K/p tromol kassa
11. Lidi kapas
12. Korentang steril
13. Plester

Persiapan klien dan lingkungan


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir tempat
tidur, k/p tutup pintu dan jendela.
3. Atur ketinggian tempat tidur klien untuk memudahkan kerja
perawat
URAIAN PROSEDUR 1. Mencuci tangan
2. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan didekat klien :
a. Buka set ganti balut
b. k/p tambahkan kassa steril dan lidi kapas steril secukupnya ke
dalam set, kemudian set ditutup kembali
3. Pakai sarung tangan tidak steril
4. Letakkan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang
terbuka
5. Letakkan perlak di bawah luku
6. Beri klien posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan luka
7. Buka plester searah tumbuhnya rambut dan balutan secara hati-
hati
8. Masukkan balutan kotor ke dalam plastic
9. Buka sarung tangan non steril
10. Pakai sarung tangan steril
11. Bersihkan sekitar luka dengan menggunakan alcohol swab.
12. Beri bethadine 10% pada luka, dengan arah dari daerah bersih ke
kotor
13. Pegang pinset anatomis dengan tangan non-dominan dan gunting
pada tangan dominant
14. Angkat simpul benang jahitan dengan pinset dan masukkan ujung
gunting disela-sela antara benang dengan kulit
15. Gunting benang jahitan dan tarik secara perlahan-lahan.
16. Gunting sisa benang yang ada dengan prosedur yang sama satu
persatu,sambil di observasi adanya luka jahitan yang masih belum
menutup.
17. Bersihkan darah yang mongering pada daerah bekas jahitan
dengan cairan antiseptic / bethadine.
18. Tutup luka dengan kassa steril beri plester
19. Bereskan alat-alat dan lingkungan
20. Buka sarung tangan
21. Cuci tangan
22. Beri posisi yang nyaman pada klien

DOKUMENTASI
1. Lokasi dan jenis luka atau incisi
2. Status balutan sebelumnya
3. Obat dan cairan yang digunakan untuk merawat luka
4. Jumlah jahitan yang diangkat / jahitan yang masih tersisa
5. Toleransi klien terhadap prosedur

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN KEJANG DEMAM

Dokumen, No : 061 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Kejang yang terjadi pada usia 3 bulan s/d 5 tahun berhubungan
peningkatan suhu tubuh(>38C)

TUJUAN 1. Mampu mengenal dan menangani pasien kejang demam


dengan benar:
2. Kejang tidak lebih dari 6 menit
3. Usia 3 bulan s/d 5 tahun
4. Type kejang tonik atau tonik klonik bilateral.

Persiapan alat :
1. Oksigen
2. Infuse set
3. Abocath
4. Cairan infuse
5. Standart infuse
6. Diazepam
7. Injeksi set
8. Neirbekken

URAIAN PROSEDUR 1. nstruksi umum


2. Observasi tanda-tanda vital
3. Syok awal :
4. Cara kerja
1. Posisi pasien tredelenburg (kaki lebih tinggi dari kepala)
2. Bebaskan jalan nafas sehingga pernafasan lancar dengan
kepala ekstensi/kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi
jika muntah atau,Pasang OPA bila perlu
3. Beri 02 2-6 l/menit melalui canule hidung atau dengan
sungkup muka (rebreating mask 8-10l/menit,non rebreating
mask 10-12 l/menit, sesuai frekwensi pernafasan.( usulan
perbaikan)
4. Suhu yang tinggi diberikan kompres air hangat dan
pemberian antipyretic intrarectal bila oral tidak
memungkinkan
5. Berikan diazepam rectal sesuai berat badan:
a. BB< 10 kg 5 mg
b. BB>10 kg 10 mg
c. i.v: 0,3-0,5/kg BB
6. bila masih kejang ulangi diazepam dengan interval 3-5 menit
7. Pasang infuse dan dan ambil contoh darah sesuai instruksi
dokter.
8. Bila kejang masih berlanjut berikan dilantin 10-20mg/kg BB
bolus
9. Bila kejang teratasi berikan fenobarbital oral 8-10 mg/kg BB( 2
dosis) 2 hari.
10. Lapor dokter tentang perkembangan keadaan pasien
11. Bila perlu rujuk ke pelayanan yang lebih mampu.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGUKUR GLASGOW COMA SCALE

Dokumen, No : 062 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Suatu skala yang digunakan untuk menilai respon mata, respon
motorik dan respon verbal pasien
TUJUAN Suatu skala yang digunakan untuk menilai respon mata, respon
motorik dan respon verbal
PERSIAPAN Persiapan alat :
1. Reflex Hammer
2. Senter
PROSEDUR A. Respon Mata
b. Nilai 4 : Mata membuka spontan
c. Nilai 3 : Mata baru membuka kalau diajak bicara
d. Nilai 2 : mata membuka hanya kalau dirangsang kuat / nyeri
e. Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsang
nyeri
B. Respon Verbal :
a. Nilai 5 : Orientasi penuh / baik dan mampu berbicara
b. Nilai 4 : Bingung / orientasi tak penuh
c. Nilai 3 : Kata kata yang diucapkan tidak mengandung arti
d. Nilai 2 : Hanya mengerang
e. Nilai 1 : tidak bersuara walau diberi rangsang nyeri
C. Respon Motorik :
a. Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana, seperti
mengangkat tangan, menyebut jumlah jari tangan ,
menyebutkan jumlah jari tangan, melepas genggaman.
b. Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat pada tempat rangsang nyeri
c. Nilai 4 : Flexi menjauh dari rangsangan nyeri yang diberikan,
tetapi tidak mampu menunjuk lokasi /tempat rangsang
dengan tangannya
d. Nilai 3 : Flexi abnormal bahu adduksi, flexi dan pronasi lengan
bawah, flexi pergelangan tangan dan tinju mengepal bila
diberi rangsang nyeri (Decorticate Rigidity)
e. Nilai 2 : Extensi abnormal. Bahu adduksi dan rotasi interna,
extensi lengan bawah, flexi pergelangan tangan dan tinju
mengepal, bila diberi rangsang nyeri (Decerebrate Rigidity)
f. Nilai 1: sama sekali tidak ada respon

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN TRAUMA KAPITIS

Dokumen, No : 063 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pengangana yang dilakukan pada kasus cedera kepala

TUJUAN Sebagai pedoman kerla bagi petugas medis/paramedic dalam


memberikan pertolongan pertama
Persiapan alat Persiapan alat :
Oksigen
Infuse set
Abocath
Cairan infuse
Standart infuse
Diazepam
Injeksi set
Neirbekken
Proteksi servikal
Suction set
Senter

URAIAN PROSEDUR 1. Periksa cepat adanya kelainan A-B-C


Air Way :
bebaskan jalan nafas dengan posisi: head tild chin
leave(kontra indikasi jika trauma servikal)jaw trush/tild chin
leave.keluarkan benda asing,suction jika ada benda cair pada
jalan nafas. jika curiga trauma servikal pasang neck colar
atau proteksi kepala dengan tangan.

Breathing:
Look-listen and Fell suara nafas,gerakan nafas
Berikan oksigen jika perlu dengan Canule,RM,NRM sesuai
frekwensi nafas

Circulation:
Periksa nadi,awasi tanda shok,control perdarahan
Jika shock lakukan pemasanagn infuse 2 jalur sesuai SOP
shock

Disability:
Periksa kesadaran dengan Skala GCS
Periksa reflek pupil terhadap cahaya
Periksa reflek motorik penderita
Exposure:
Buka seluruh pakaian,periksa apakah ada BTLS(Perubahan
Bentuk,Tumor,Luka dan sakit) secara menyeluruh.

Folley Cateteter:
Pasang cateter Foley,buang urine pertama kali keluar,hitung
jumlah urine setiap 1 jam

Gastric tube:
Pasang NGT jika ada tanda trauma abdomen atau mencegah
aspirasi.

Periksa kembali A-B-C, rekam jantung, TTV dan lain-lain yang


dianggap perlu

2. Setelah kondisi pasien stabil rujuk ke pelayanan yang lebih


mampu.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

Dokumen, No : 064 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Syok yang terjadi akibat pemberian obat/antigen

TUJUAN 1. Untuk menstabilkan kondisi pasien.


2. Sebagai pedoman petugas medis dalam penanganan shock
anafilaktik
3. Untuk pemulihan segera ferfusi jaringan dan kapasitas angkut
oksigen yang adekuat.

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :


1. Oksigen
2. Infuse set
3. Abocath
4. Disp.spuid 3 cc
5. Adrenalin
6. Cortisone/kalmethasone injeksi.
7. Kapas alkohol
8. Cairan infuse
9. Standart infuse
10. Neirbekken

URAIAN PROSEDUR A. Instruksi umum


1. Observasi tanda-tanda vital
2. Hentikan pemberian obat/antigen penyebab

1. Syok awal :
a. Pasien sadar tampak ketakutan,akral dingin
b. Nadi cepat 110x/menit atau lebih
c. Pernafasan 30x/menit atau lebih
d. Pucat, kulit basah
e. TD turun, sistolik < 90 mmHg
f. Paru-paru bersih
3. Cara kerja
1. Posisi pasien tredelenburg (kaki lebih tinggi dari kepala)
2. Bebaskan jalan nafas sehingga pernafasan lancar dengan
kepala ekstensi
3. Beri 02 bila cyanosis,2-6 l/menit melalui canule hidung atau
dengan sungkup muka (rebreating mask 8-10l/menit,non
rebreating mask 10-12 l/menit, sesuai frekwensi pernafasan.(
usulan perbaikan)
4. Pasang infuse RL Hangat guyur dan dan ambil contoh darah
sesuai instruksi dokter
5. Berikan injeksi adrenalin 0,3 -0,5 mg (s.c),anak-anak 0,2 mg
(s.c),pemberian dapat diulangi 3-5 menit
6. Pada tempat sengatan dapat diberikan 0,1-0,3 ml adrenalin
7. Observasi keadaan umum pasien,bebaskan jalan nafas
8. Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
9. Bila keadaan tidak ada perbaikan berikan cortisone 3 cc (i.m)
atau kalmethasone 1 amp.(i.v)
10. Lapor dokter tentang perkembangan keadaan pasien
11. Bila perlu rujuk

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENANGANAN SYOK HEMORAGIK

Dokumen, No : 065 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 Januari 2011

PENGERTIAN Syok yang terjadi akibat kekurangan darah

TUJUAN 1. Untuk menstabilkan kondisi pasien.


2. Untuk memperbaiki volume cairan
3. Untuk pemulihan segera ferfusi jaringan dan kapasitas angkut
oksigen yang adekuat.

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :


1. Oksigen
2. Infuse set
3. Abocath
4. Cairan infuse
5. Standart infuse
6. Neirbekken
7. Cateter/urine bag
8. jelly

URAIAN PROSEDUR B. Instruksi umum


2. Observasi tanda-tanda vital

3. Syok awal :
g. Pasien sadar tampak ketakutan
h. Nadi cepat 110x/menit atau lebih
i. Pernafasan 30x/menit atau lebih
j. Pucat, kulit basah
k. TD turun, sistolik < 90 mmHg
l. Paru-paru bersih
m. HT 26% atau lebih
n. Hb 8gr% atau lebih
o. Produksi urine < 30 cc/jam

4. Syok lanjut
a. Pasien tampak kebingungan / tidak sadar
b. Nadi sangat lemah dan cepat
c. Pernafasan cepat dan dangkal
d. Pucat
e. TD sangat rendah
f. Gagal jantung dan edema paru
g. HT < 20%
h. Hb < 8 gr%
i. Produksi urire tidak ada

C. Cara kerja
12. Posisi pasien tredelenburg (kaki lebih tinggi dari kepala)
13. Bebaskan jalan nafas sehingga pernafasan lancar dengan
kepala ekstensi
14. Beri 02 2-6 l/menit melalui canule hidung atau dengan
sungkup muka (rebreating mask 8-10l/menit,non rebreating
mask 10-12 l/menit, sesuai frekwensi pernafasan.( usulan
perbaikan)
15. Pasang infuse dengan RL hangat guyur,maximal 2 liter(usulan
perbaikan)
16. Pasang foley cateter, buang urine pertama, control urine
setiap 1 jam.
17. Jika perdarahan lebih 30%/tidak ada perbaikan dengan RL 2
liter ,berikan plasma expander( dextran 70%)
18. Observasi keadaan umum pasien
19. Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
20. Lapor dokter tentang perkembangan keadaan pasien
21. Jika terjadi/curiga perdarahan massif siapkan darah dan set
tranfusi.
22. Rujuk ke rumah sakit

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENYAJIKAN MAKANAN PASIEN

Dokumen, No : 066 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MeI 2011

PENGERTIAN Memberikan / Menyajiakan diit nutrisi sesuai dengan kebutuhan


individu
TUJUAN 1. Mengindentikasi klien dengan kekurangan nutrisi (IMT) dan
menentukan diit yang tepat
2. Untuk menyediakan kebutuhan nutrisi bagi klien yang tidak
dapat mengkosumsi makanan melalui mulut sendiri.
3. Untuk menyediakan diit yang biasa ditoleransi klien baik secara
fisologi maupun emosional
PROSEDUR Persiapan alat :
1. Meja
2. Penutup / alas makan
3. Label Makanan sesuai dengan diet
4. Nampan
Persiapan Klien dan Lingkungan
1. Jelaskan kepada klien tentang diit yang akan diberikan
2. Pindahkan barang barang yang dapat membuat klien
menjadi tidak nafsu makan dari area pasusurungan
3. Bantu Klien untuk mengosongkan kandung kemih dan
mencuci tangan
4. Jika ada obat sebelum makan berikan 20 menit sebelum
makan.
PELAKSANAAN 1. Atur ketinggian tempat tidur, dan turunkan pagar tempat tidur
2. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
3. Letakkan Nampan yang berisi makanan diatas meja sehingga
mudah dilihat oleh klien
4. Monitor klien pada saat makan untuk menentukan bantuan yang
akan diberikan
5. Bereskan alat makan setelah klien sudah selesai makan
6. Bantu klien untuk mencuci tangan dan mencuci mulut jika klien
menginginkan
7. Pasang kembali pagar tempat tidur
8. Berikan posisi sesuai dengan kenyaman klien
9. Catat jumlah makanan yang dimakan klien, catat intake dan
output

10. Pindahkan nampan makanan dari ruangan dan bereskan alat


alat
11. Cuci tangan
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
NUTRISI
PEMBERIAN MAKANAN MELALUI PIPA LAMBUNG (NGT)

Dokumen, No : 067 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pemberian makanan yang menggunakan selang melalui hidung ke


lambung

TUJUAN 1. Mempertahankan ststus nutrisi


2. Pemberian obat

DOKUMEN PENDUKUNG/ALAT
Persiapan alat :
1. Sejumlah makanan cair yang akan diberikan yang sudah
dihangatkan.Jumlah makanan dan air putih berkisar 300 500 cc.
Makanan buatan RS atau buatan pabrik
2. Corong / spuit berukuran besar ( 50 CC )
3. Stetoskop
4. Alat makan / Serbet makan / tissue
5. Kertas lakmus ( sesuai kebijakan RS )
6. Tiang infuse
7. k/p sarung tangan
8. Obat

Persiapan klien dan lingkungan :


Jelaskan prosedur pemberian makanan melalui NGT kepada klien atur
posisi tenmpat tidur dan alat supaya perawat nyaman dalam bekerja
Atur posisi tempat tidur dan alat supaya perawat nyaman dalam
bekerja

URAIAN PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Mencuci tangan
Kalau perlu gunakan sarung tangan
2. Beri klien posisi semi fowler, fowler atau high fowler
3. Auskultasi bising usus dan ketidaknyamanan pada abdomen (
distensi abdomen )
4. Letakkan alas dibawah selang NGT
5. Kaji kepatenan posisi NGT
Masukkan 5-15 cc udara ke dalam NGT dan auskultasi suara di
region epigastrik
Aspirasi isi residu lambung, bila lebih 100 cc, tunda pemberian
makanan selama - 1 jam kaji juga warna, konsistensi, bau dari
cairan lambung
Ukuran PH cairan lambung
6. Masukan kembali isi residu lambung
7. Bilas dengan air putih
Berikan cairan nutrisi
Secara intermitten
a. Pasang corong dan jaga agar udara tidak masuk ke dalam selang
dengan menjerit selang.
b. Masukkan sejumlah susu / air buah /makanan cair lain yang
disiapkan.
8. Atur ketinggian corong ( 30 cm di atas lambung ). Pemberian tidak
boleh terlalu cepat ( 20 menit ),ataupun terlalu lambat dan
sesuaikan dengan karakteristik cairan makanan. Pemberian
makanan tidak boleh dipaksa dengan dorongan.

Secara Continous
a. Gantungkan formula dan tiang infuse
b. Keluarkan udara dan selang
c. Sambungkan selang formula dengan NGT dan atur tetesan sesuai
waktu yang diperlukan
d. Kunci pengatur tetesan bila semua makanan sudah masuk ke dalam
lambung.Hindari masuknya udara ke dalam lambung.
e. Bilas dengan air putih,masukkan obat yang ada kemudian bilas
kembali dengan air putih
f. Lepaskan corong /kantung / formula makanan dan tutup selang
NGT.
g. Klien tetap dalam posisi semi fowler selama tiga puluh menit
h. Lepas sarung tangan, bereskan alat
i. Cuci tangan

DOKUMENTASI
Catat jumlah, jenis makanan, waktu,isi residu lambung
Respon klien pada saat pemberian makanan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENGGANTI ALAT TENUN TEMPAT TIDUR DENGAN PASIEN
DIATASNYA
Dokumen, No : 068 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 Mei 2011

PENGERTIAN Mengganti alas tempat tidur dengan pasien diatasnya.

TUJUAN 1. Menciptakan rasa nyaman dan aman pagi pasien


2. Mencegah terjadinya iritasi pada kulit
3. Mencegah infeksi sekunder

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Persiapan alat :


1. Seprei besar
2. Perlak pengalas
3. Seprei kecil
4. Sarung bantal dan guling
5. Selimut
6. Ember berisi larutan disenfektan
7. Dan kain lap
8. Sarung tangan disposable

URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan


2. Pakai sarung tangan
3. Miringkan pasien ke sisi kiri
4. Gulung sprei kecil ketengah tempat tidur sejauh mungkin
5. Bersihkan perlak dengan larutan desenfektan, jangan terlalu
basah kemudian gulung ketengah tempat tidur (bila tidak
diganti)
6. Gulung sprei besar ketengah sejauh mungkin, kemudian pasang
sprei besar yang bersih setengah bagian.
7. Pasang perlak dan bedaki tipis-tipis bila perlu
8. Pasang sprei kecil setengah bagian
9. Miringkan pasien ke sisi sebelah kanan
10. Gulung sprei kecil, angkat dan masukkan ke dalam kantong cuci
kotor
11. Bersihkan perlak dengan lap larutan desenfektan lembab, lalu
gulung kedalam
12. Gulung sprei besar, angkat dan masukkan kedalam kantong
cucian kotor
13. Tarik sprei besar hingga tidak berkerut, kemudian buat sudut
segi tiga pada ujungnya
14. Tarik perlak hingga tidak berkerut dan bedaki tipis-tipis bila
perlu
15. Tarik sprei kecil hingga tidak berkerut
16. Pasang sarung bantal dan guling, kemudian atur posisi bantal
17. Pasang selimut dan buat sudut dibagian kaki
18. Bersihkan pinggir tempat tidur, meja pasien, dan kursi pasien
dengan lap larutan desenfektan
19. Bereskan alat-alat
20. Buka sarung tangan
21. Mencuci tangan.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MENOLONG PASIEN BUANG AIR KECIL DI TEMPAT TIDUR
Dokumen, No : 069 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Membantu individu untuk melakukan BAK


TUJUAN 1. Meningkatkan kemampuan klien untuk buang air kecil
2. Memonitor karakteristik urine normal
3. Mencegah terjadinya kerusakan kulit akibat adanya
inkontinensia
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan alat :
1. Urinal atau pasusurungan
2. Kertas toilet
3. Kom + air hangat + sabun + handuk bawah
4. k/p sarung tangan
5. Gelas ukur
6. Air dalam botol
7. k/p bokal
B. Persiapan klien
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela.
3. Atur ketinggian tempat tidur klien.
URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Bantu pasien untuk posisi baring, miring, duduk, jongkok atau
berdiri
4. Tutup bagian bawah pasien dengan handuk penutup dan
membuka pakaian bagian bawah pasien.
5. Letakkan perlak/pengalas dibawah bokong pasien
6. Bantu pasien untuk BAK
a. Pasien pria :
Masukkan ujung penis pasien ke dalam urinal dan anjurkan
pasien memegang urinal (bila mampu)/ perawat memegang
urinal (bila pasien tidak mampu) dengan dialasi handuk
b. Pasien wanita
Berikan pasusurungan, letakkan tepat di bawah buking
pasien.
7. Bila pasien telah selesai buang air kecil, keluarkan penis dari
urinal (pria), keluarkan pasusurungan dari bokong (wanita).
Bersihkan dengan kertas toilet, bila perlu dibersihkan dengan air
hangat + sabun + waslap dan keringkan dengan handuk bawah.
8. Bersihkan pasusurungan atau urinal.
9. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan.
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
MEMBANTU KLIEN BUANG AIR BESAR DITEMPAT TIDUR

Dokumen, No : 070 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Eliminasi produk sisa dalam tubuh fungsi tubuh yang penting .
Defekasi adalah suatu proses pembuangan produk sisa dari hasil
digesti makanan yang disebut Feses
TUJUAN Membantu memenuhi kebutuhan eliminasi feses klien
A.PENGKAJIAN 1. Kaji pola BAB Klien
2. Kaji kebiasan diet klien ( intake serat)
3. Intake cairan / hari
4. Keluhan nyeri saat defekasi / nyeri karna posisi saat
menggunakan pasu surungan
5. Tingkat kemampuan mobilisasi klien
6. Kaji peristaltic usus dan palpasi
7. Abdomen
8. Kaji tanda tanda vital
B. PERENCANAAN A. Persiapan Alat :
1. Pasu Surungan
2. Kom bawah + air hangat
3. Handuk bawah
4. Waslap bawah
5. Sabun
6. k/p Uine untuk klien pria
7. k/p bokal pemeriksaan

B. Persiapan Klien dan lingkungan


1. Menjelaskan kepada klien dan keluarga prosedur yang akan
dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan klien , memberikan lingkungan
privacy dengan menutup tabirsekitar tempat tidur dan pintu
masuk kamar klien.

C. PELAKSANAAN a. Perawat cuci tangan


b. Pasang Jeruji tempat tidur pada sisi berlawanan dengan
perawat
c. Atur ketinggian tempat Tidur klien
2. K/p hangatkan pasusurungan dengan menggunakan air hangat
(untuk pasu surungan berbahan metal)
3. Letakkan Pasusurungan pada lokasi yang mudah dijangkau
4. Pakai sarung tangan
5. Buka pakaian bawah klien dan tutup dengan handuk bawah
atau selimut.
a. Berikan posisi miring berlawanan dengan perawat yang
menolong, Letakkan pasusurungan tepat dibagian bokong
klien. Kemudian kembalikan klien pada posisi semula
b. Bila klein dapat mobilisasi mandiri diatas tempat tidur,
anjurkan untuk mengangkat bokong dan letakkan
pasusurungan tepat dibagian bokong klien
6. Bila tidak ada kontra indikasi, tinggikan bagian kepala klien 30
diatas tempat tidur
7. Untuk klien pria sebaiknya diberikan urinal
8. Yakinkan klien dalam posisi yang aman dan nyaman, tutup
bagian tubuh bawah klien dengan selimut atau handuk bawah.
9. Berikan dan dejatkan bel pada klien
10. Biarkan klien sendiri dan monitor keadaan klien secara
periodic.
11. Bila klien sudah selesai BAB, turunkan bagian kepala tempat
tidur klien
12. Bantu / beri posisi miring kesisi yang berlawanan dari perawat
, bersamaan dengan itu pegang pasusurungan dengan kuat
sambil ditarik kebawah bokong klien.
13. Tempat Pasusurungan pada tempat aman dan ditutup
14. Bersihkan daerah anus dan bokong dengan kertas toilet,
bersihkan dengan air hangat + sabun + waslap dan keringkan
dengan handuk bawah
15. Bantu klien untuk memakai pakaian bawah jika ada pakaian
atau alat tenunyang kotor, maka harus diganti
16. Berikan posisi yang menyenangkan bagi klien
17. Bersihkan pasusurungan kamar mandi, jangan membuang
tissue kedalam kloset
18. Buka sarung tangan dan bereskan alat alat
19. 21 Perawat cuci tangan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENGAMBILAN DARAH KAPILER

Dokumen, No : 071 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Mengambil sampel darah melalui ujung jari

TUJUAN Untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Lokasi pengambilan darah :


Dewasa : ujung jari atau anak daun telinga
Anak / bayi : tumit / ibu jari kaki

Alat dan Bahan :


1. Lancet
2. Kapas alcohol
URAIAN PROSEDUR 1. Bersihkan lokasi pengambilan darah dengan alcohol 70% dan
biarkan kering
2. Pegang bagian yang akan ditusuk agar tidak bergerak dan tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang
3. Tusuk dengan cepat dan dalam memakai lancet steril dengan
arah tegak lurus pada garis sidik jari
4. Jika memakai anak daun telinga tusuklah pinggirnya jangan
sisinya
5. Buang tetes darah yang pertama keluar dengan memakai kapas
kering,tetes darah berikutnya digunakan untuk pemeriksaan

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENGAMBILAN DARAH VENA

Dokumen, No : 072 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Lokasi pengambilan darah :
Dewasa : vena mediana cubiti
Bayi : vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis superior

Alat dan bahan :


1. Kapas alcohol
2. Torniquette
3. Semprit +jarum

URAIAN PROSEDUR 1. Bersihkan lokasi pengambilan darah dengan alcohol 70% dan
biarkan kering
2. Jika memakai vena mediana cubiti ; pasang ikatan pembendung
pada lengan atas dan mintalah pasien untuk mengepal dan
membuka tangannya berkali kali agar vena terlihat jelas
3. Tegangkan kulit diatas vena itu dengan jari tangan kiri agar vena
tidak bergerak
4. Tusuk kulit dengan jarun dan semprit dengan tangan kanan
sampai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena
5. Renggangkan pembendungan dan perlahan tarik penghisap
semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat
6. Lepaskan pembendungan
7. Letakkan kapas alcohol diatas jarum, cabur semprit dan jarum
itu
8. Mintalah kepada pasien menekan bekas tusukan dengan kapas
tadi selama beberapa menit
9. Angkat jarum dari semprit dan alirkan darah kedalam wadah
melalui dinding

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Dokumen, No : 073 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Untuk mengetahui/ mendeteksi / menetapkan golongan daarah


seseorang

TUJUAN Untuk mengetahui/ mendeteksi / menetapkan golongan daarah


seseorang

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Reagensia : Antisera A


Antisera B

Bahan : Darah kapiler atau darah vena

Alat : Kapas alkohol


Lancet
Obyek glass
Batang pengaduk

URAIAN PROSEDUR 1) Teteskan pada obyek glass 1 tetes anti A, disebelahnya lagi 1
tetes anti B
2) Tambahkan satu tetes darah pada masing masing antisera
tersebut
3) Campur sampai homogen dengan batang pengaduk
4) Goyang obyek glass dengan membuat gerakan melingkar
selama kurang lebih 4 menit
5) Baca hasil dengan melihat adanya aglutinasi

Anti sera A Anti sera B Golongan darah


+ - A
- + B
+ + AB
- - O

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENETAPAN KADAR HAEMOGLOBIN

Dokumen, No : 074 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN
TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat :
Hemoglobinometer
Lancet / jarum + semprit
Kapas alcohol
Reagensia : HCL 0,1 N
Aquadest
URAIAN PROSEDUR 1. Masukkan kira kira 5 tetes HCL 0,1 N kedalam tabung
pengencer hemometer
2. Isaplah darah ( kapiler,EDTA,oxalate ) dengan pipet hemoglobin
sampai garis tanda 20 ul
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
4. Catatlah waktunya dan segera alirkan darah dari pipet ke dalam
dasar tabung pengencer yang berisi HCL, hati hati jangan
sampai ada gelembung udara
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap HCL yang jernih itu kedalam
pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih
tertinggal dalam pipet
6. Campurlah isi tabung itu agar darah dan asam bersenyawa ;
warna campuran menjadi coklat tua
7. Tambahkan aquadest tetes demi tetes, tiap kali diaduk dengan
batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran
dan batang standart harus dicapai dalam waktu 3 5 menit
setelah saat darah dan HCL dicampur
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram /100 ml darah
Nilai Normal : Pria = 14 16 gr / dl
: Wanita = 12 14 gr / dl

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT

Dokumen, No : 075 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat : Pipet lekosit
Kamar hitung
Mikroskop

Reagensia : Larutan Turk

1. Mengisi pipet lekosit


URAIAN PROSEDUR 1. Isaplah darah ( kapiler, EDTA,oxalate ) sampai kepada garis
tanda 0,5 tepat
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
3. Masukkan ujung pipet kedalam larutan Turk sambil
menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang
dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan
lahan sampai garis tanda 11. Hati hati jangan sampai ada
gelembung udara
4. Angkatlah pipet dari cairan ; tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocoklah pipet itu selama 15 30 detik. Jika tidak segera
akan dihitung, letakkanlah dalam sikap horizontal

2. Mengisi kamar hitung


1. Pasang kaca penutup pada kamar hitung yang bersih,
letakkan mendatar diatas meja
2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus menerus
jaga jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu
diwaktu mengocok
3. Buanglah cairan 3 4 tetes,segera sentuhkan ujung pipet
itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar
hitung itu terisi cairan perlahan lahan dengan daya
kapilaritasnya sendiri
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 menit agar lekositnya
mengendap
3. Menghitung jumlah sel
15. Pakailah lensa obyektif 10X
16. Kamar hitung dengan bidang garisnya diletakkan dibawah
lensa obyektif dan focus mikroskop diarahkan pada garis
garis bagi itu. Dengan sendirinya lekosit lekosit jelas
terlihat
17. Hitungkah semua lekosit yang terdapat dalam keempat
bidang besar pada sudut sudut seluruh permukaan yang
dibagi
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan,
kemudian turun ke kiri, lalu turun lagi kebawah dan
dimulai lagi dari kiri ke kanan
b. Sel sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau
garis atas harus dihitung. Sebaliknya sel sel yang
menyinggung garis batas sebelah kanan atau bawah tidak
boleh dihitung

4. Perhitungan
jumlah sel 1 1
Jml lekosit/mm3 = X X X P
jml kotak L T

jumlah sel 1 1
= X X X 20
64 1/16 1/10
= jumlah sel X 50

Nilai Normal : 4.000 11.000 / mm3

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
HITUNG JUMLAH ERITROSIT

Dokumen, No : 076 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat : Pipet eritrosit
Kamar hitung
Mikroskop

Reagensia : Larutan Hayem


A. Mengisi pipet eritrosit
URAIAN PROSEDUR 1. Isaplah darah ( kapiler, EDTA,oxalate ) sampai kepada garis
tanda 0,5 tepat
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
3. Masukkan ujung pipet kedalam larutan Hayem sambil
menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang
dengan sudut 45 derajat dan larutan Hayem diisap perlahan
lahan sampai garis tanda 101. Hati hati jangan sampai
ada gelembung udara
4. Angkatlah pipet dari cairan ; tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocoklah pipet itu selama 15 30 detik. Jika tidak segera
akan dihitung, letakkanlah dalam sikap horizontal

B. Mengisi kamar hitung


1. Pasang kaca penutup pada kamar hitung yang bersih,
letakkan mendatar diatas meja
2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus menerus
jaga jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu
diwaktu mengocok
3. Buanglah cairan 3 4 tetes,segera sentuhkan ujung pipet
itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkankamar
hitung itu terisi cairan perlahan lahan dengan daya
kapilaritasnya sendiri
4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 menit agar eritrositnya
mengendap

C. Menghitung Jumlah Sel


1. Dipakai perbesaran 40X
2. Hitung semua eritrosi yang terdapat dalam 5 bidang yang
tersusun dari 16 bidang kecil
D. Perhitungan
jumlah sel 1 1
Jml eritrosit/mm3 = X X X P
jml kotak L T

jumlah sel 1 1
= X X X 200
80 1/400 1/10
= jumlah sel X 10.000

Nilai Normal : Pria : 4,5 juta 5,5 juta /mm3


Wanita : 4 juta 5 juta /mm3

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
HITUNG JUMLAH TROMBOSIT

Dokumen, No : 077 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN
TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat : Pipet eritrosit
Kamar hitung
Mikroskop

Reagensia : Larutan Ress Ecker


A. Mengisi pipet eritrosit
URAIAN PROSEDUR 1. Isaplah cairan ress ecker kedalam pipet eritrosit sampai garis
tanda 1 dan buang lagi cairan itu
2. Isaplah darah ( kapiler, EDTA,oxalate ) sampai kepada garis
tanda 0,5 tepat
3. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
4. Masukkan ujung pipet kedalam larutan Ress Ecker sambil
menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang
dengan sudut 45 derajat dan larutan Resss Ecker diisap
perlahan lahan sampai garis tanda 101. Hati hati jangan
sampai ada gelembung udara
5. Angkatlah pipet dari cairan ; tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap
6. Kocoklah pipet itu selama 15 30 detik. Jika tidak segera
akan dihitung, letakkanlah dalam sikap horizontal

B. Mengisi kamar hitung


1. Pasang kaca penutup pada kamar hitung yang bersih,
letakkan mendatar diatas meja
2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus menerus
jaga jangan sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu
diwaktu mengocok
3. Buanglah cairan 3 4 tetes,segera sentuhkan ujung pipet
itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan amar
hitung itu terisi cairan perlahan lahan dengan daya
kapilaritasnya sendiri
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar
dalam cawan petri yang tertutup selama 10 menit agar
trombositnya mengendap
C. Menghitung jumlah sel
1. Dipakai perbesaran 40 X
2. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar
ditengah tengah ( 1mm2 )

D. Perhitungan

jumlah sel 1 1
Jml trombosit/mm3 = X X X P
jml kotak L T

jumlah sel 1 1
= X X X 200
400 1/400 1/10
= jumlah sel X 2000

Nilai Normal : 200 ribu 500 ribu / mm3

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
LAJU ENDAP DARAH

Dokumen, No : 078 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat : Pipet Westergreen
Rak Westergreen
Spuit + jarum / semprit

1) Isaplah dalam semprit steril 0,4 ml larutan Na. Citrat 3,8%


URAIAN PROSEDUR 2) Lakukanlah pungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml
darah sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran
3) Masukkan campuran itu kedalam tabung dan campur baik
baik
4) Isaplah darah itu kedalam pipet westergren sampai garis
bertanda 0 mm. Kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak
lurus dalam rak westergren selama 60 menit
5) Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan
laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah

Nilai Normal : Pria : < 10 mm /jam


Wanita : < 15 mm /jam

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN MALARIA SECARA MICROSKOPIK

Dokumen, No : 079 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Alat : Obyek glass


Mikroskop

Reagensia : Larutan Giemsa

URAIAN PROSEDUR A. Pewarnaan cepat sediaan darah tebal


1) Teteskan 1 tetes darah pada obyek glass, lebarkan tetesan
darah menggunakan obyek glass lain, kering anginkan
2) Buatlah larutan Giemsa pengenceran 15% yaitu 3 tetes
stock solution dengan 1 ml buffer pH 7,2
3) Teteskan larutan Giemsa tersebut diatas sediaan darah tadi
4) Biarkan selama 5 10 menit
5) Cuci dan keringkan
6) Periksa adanya parasit malaria dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100X

B. Pewarnaan standart sediaan darah tebal


2. Teteskan 1 tetes darah pada obyek glass, lebarkan tetesan
darah menggunakan obyek glass lain, kering anginkan
3. Buatlah larutan Giemsa pengenceran 3% yaitu 8 tetes stock
solution dengan 5 ml buffer pH 7,2
4. Teteskan larutan Giemsa 3% tersebut diatas sediaan darah
tadi
5. Biarkan selama 45 menit
6. Cuci dan keringkan
7. Periksa adanya parasit malaria dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100X

C. Pewarnaan standart sediaan darah tipis


1) Teteskan 1 tetes darah diatas obyek glass dan letakkan
obyek glass itu diatas meja dengan tetesan darah di sebelah
kanan
2) Dengan tangan kanan letakkan obyek glass lain ( sbg
penggeser ) disebelah kiri tetes darah tadi dan gerakkan
kekanan sehingga mengenai tetes darah tadi
3) Tetesan darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu,
tunggulah sampai darah itu mencapai titik kira kira cm
dari sudut kaca penggeser
4) Segera geserkan kaca itu kekiri sambil memegangnya miring
dengan sudut antara 30 dan 45 derajat. Janganlah menekan
kaca penggeser itu ke bawah
5) Biarkan sediaan kering di udara
6) Fiksasi sediaan dengan metanol selama 5 menit
7) Tuang kelebihan metanol dari sediaan
8) Teteskan larutan Giemsa 3 % biarkan selama 30 menit
9) Bilas dengan air suling
10) Keringkan sediaan
11) Periksa adanya parasit malaria dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100X

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROTAP PEMERIKSAAN MALARIA
( METODA RDT ACON )

Dokumen, No : 080 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap plasmodium


falsiparum dalam darah

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT RDT Kit

URAIAN PROSEDUR 1. Lakukan pengambilan darah kapiler


2. Hapus darah yang keluar pertamakali, darah selanjutnya
digunakan untuk pemeriksaan
3. Ambil darah dengan loop /micro capiler tube yang tersedia,
jumlah darah yang diambil harus tepat. Pastikan loop terisi
penuh oleh darah.
4. Teteskan darah tersebut dikotak tempat sampel darah. Dengan
cara menyentuhkan loop pada kotak S ( posisi loop harus tegak
lurus )
5. Teteskan 3 tetes cairan buffer , posisi botol bufer tegak lurus
6. Biarkan darah meresap
7. Baca hasil dalam waktu 15 menit

Positif : Jika terdapat 2 garis berwarna pink ( pada tanda C & T )


Negatif : Jika terdapat 1 garis berwarna pink ( pada tanda C saja )
Invalid : Jika tidak terdapat garis berwarna pink pada jendela
Control ( C ), menunjukkan kesalahan pada RDT dan
pemeriksaan harus diulangi

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN WIDAL

Dokumen, No : 081 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN Untuk mendeteksi adanya antibodi yang spesifik terhadap


Salmonella typhiSalmonella paratyphi A,B dan C

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Bahan : Serum

Alat : Slide warna putih


Mikropipet 50 ul + pintip
Tangkai pengaduk
Rotator

Reagensia : Antigen O
Antigen H
URAIAN PROSEDUR A. Pemeriksaan secara kualitatif
1) Masing masing lingkaran slide diisi 80 ul serum
2) Kemudian pada masing masing slide ditambahkan
dengan antigen O dan antigen H sebanyak 1 tetes ( 20 ul )
3) Aduk sampai homogen
4) Rotator selama 3 menit pada 100 rpm
5) Baca hasil : (+) positif bila terjadi aglutinasi
( - ) negatif bila tidak terjadi aglutinasi

B. Pemeriksaan secara Kuantitatif


1) Siapkan slide warna putih dengan 8 lingkaran
2) Lingkaran 1 4 ditetesi dengan serum sebanyak 40 ul, 20
ul, 10 ul, 5 ul
3) Lingkaran 5 8 ditetesi dengan serum sebanyak 40 ul, 20
ul, 10 ul, 5 ul
4) Kemudian pada lingkaran 1 4 ditambahkan Ag O
sebanyak 1 tetes dan lingkaran 5 8 ditambahkan Ag H
sebanyak 1 tetes
5) Aduk sampai homogen dan rotator selama 5 menit pada
100 rpm
6) Baca hasil : Lingkaran 1 titernya 1/40
Lingkaran 2 titernya 1/80
Lingkaran 3 titernya 1/160
Lingkaran 4 titernya 1/ 320
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENGAMBILAN URINE UNTUK PEMERIKSAAN

Dokumen, No : 082 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pengambilan sample sejumlah urine untuk pemeriksaan laboratorium

TUJUAN Mengambil urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine


rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT A. Persiapan Alat :


2. Bokal urine
a. Bokal steril untuk pemeriksaan urine kultur dan
sensitivitas
b. Bokal biasa untuk pemeriksaan urine rutin atau lengkap
3. Sarung tangan
3. Piala ginjal
4. Perlak
5. Etiket
6. Formulir pemeriksaan
7. Sesuai dengan cara pengambilan urine
8. Melalui kateter
9. Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port gunakan jarum 21
G/22G
10. Klem penjepit
11. Kapas alcohol 70 %
12. Cara mid stream
13. Kom berisi air hangat + sabun + waslap dan handuk bawah

B. Persiapan klien dan lingkungan :


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
tempat tidur, k/p tutup pintu dan jendela
3. Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja
perawat

URAIAN PROSEDUR 1. Perawat mencuci tangan


2. Pakai sarung tangan
3. Lakukan pengambilan bahan pemeriksaan urine
a. Melalui kateter
1) Klem selang urine urine bag selama 30 menit
2) Letakkan perlak atau pengalas dibawah tempat
pengambilan urine
3) Lakukan pengambilan urine
Kateter dengan port
a) Desinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alcohol
70%
b) Tusukkan jarum dengan sedut 90 pada port
c) Aspirasi urine 3-5 cc untuk urine kultur atau 10-
20 cc untuk urine lengkap
d) Pindahkan urine dari spuit ke dalambokal steril

Kateter tanpa port


a) Buka tutup bokal urine dan letakkan diatas perlak
atau pengalas
b) Desinfeksi tempat sambungan kateter dengan
selang urine bag dengan antiseptic (alcohol 70%)

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN HCG

Dokumen, No : 083 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN

TUJUAN Untuk mendeteksi adanya HCG dalam urine

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Bahan/Sampel : Urin segar

Alat : Strip penguji

URAIAN PROSEDUR 1. Tampung sampel urin segar dalam wadah yang bersih dan
kering
2. Buka kemasan aluminium, dan keluarkan strip untuk menguji
3. Celupkan strip kedalam sampel urin, sampai bagian bawah garis
biru terendam selama 3 10 detik, angkat
4. Tunggu 1 s/d 3 menit, kemudian baca hasil tes

Negatif : Jika muncul satu garis merah muda ( artinya : tidak hamil )
Positif : Jika muncul dua garis merah muda ( artinya : hamil )

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENDAFTARAN PASIEN

Dokumen, No : 084 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pendaftaran administrasi pasien rawat jalan

TUJUAN Sebagai alur pelayanan kesehatan di Puskesmas


Menjaga ketertiban pelayanan di masyarakat

KEBIJAKAN Petugas pendaftaran berhak mengatur ketertiban pendaftaran


Pasien wajib menjaga ketertiban di pendaftaran
Persiapan alat
1. Pasien mengambil kartu antrian di loket pendaftaran sambil
URAIAN PROSEDUR menyerahkan kartu berobat bagi yang mempunyai kartu
berobat.
2. Pasien menunggu di ruang tunggu sementara petugas
pendaftaran mengurus berkas pendaftaran.
3. Pasien dipanggil oleh petugas pendaftaran menurut urutan
antrian.
4. Pasien menuju loket pembayaran untuk menyelesaikan
administrasi sesuai dengan tarif Puskesmas. Untuk peserta
Askes, Jamsostek, Jamkesda, SKTM administrasi
5. Pasien diarahkan ke Poliklinik yang dituju untuk pelayanan
selanjutnya.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
RUJUKAN PASIEN

Dokumen, No : 085 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pasien rujukan adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan,


pengobatan, fasilitas khusus yang tidak tersedia di Puskesmas.
Pasien rujukan adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan di
Rumah Sakit setelah dilakukan pengobatan di Puskesmas.
Pasien rujukan adalah pasien yang membutuhkan kontrol
kesehatan di Rumah Sakit atas permintaan dari dokter yang
merawat di rumah sakit.
TUJUAN Mengirim pasien dirujuk ke rumah sakit secara cepat, tepat, dan
aman bagi pasien
KEBIJAKAN Pelayanan rujukan pasien ke Rumah Sakit harus berdasarkan
persetujuan dokter yang memeriksa.
Permintaan rujukan tidak dapat diwakilkan.
PROSEDUR 1. Pasien yang akan dirujuk harus dalam keadaan stabil.
2. Dokter/perawat memberitahu dan menjelaskan kepada pasien
/ keluarga pasien tentang alas an untuk dirujuk.
3. Dokter menulis pada status pasien Diagnosis sementara dan
akan dirujuk kemana.
4. Dokter menulis surat rujukan yang tersedia.
5. Lengkapi persiapan pasien sebelum dirujuk
6. Bila diperlukan, dapat dipakai ambulans lengkap dengan
peralatan penunjang sesuai dengan kondisi pasien.
7. Untuk kasus gawat harus ditemani dokter atau perawat yang
telah terlatih dan menguasai serta mampu melakukan teknik-
teknik live saving serta tanggung jawab dalam perjalanan
sampai ke Rumah Sakit rujukan.

8. Apabila diperlukan, dokter atau perawat menghubungi


terlebih dahulu Rumah Sakit rujukan melalui telepon untuk
menyampaikan informasi dan mempersiapkan pasien.
UNIT TERKAIT Poliklinik, UGD, Rawat Inap, Kebidanan, Pustu/Poskesdes
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERIKSAAN DI KLINIK MTBS

Dokumen, No : 086 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

Pemeriksaan pasien bayi dan balita yang membutuhkan


pertolongan kesehatan ke Puskesmas dengan anamnesis,
PENGERTIAN
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang atau tindakan apabila
diperlukan dan pemberian terapi

Memberikan pelayanan medis standar kepada pasien bayi dan


TUJUAN
balita sesuai dengan kompetensi dan sarana prasarana yang ada.

Dilakukan kepada semua pasien baik umum, ASKES, Jamkesmas


atau SKTM yang sudah mendaftar di Loket Pendaftaran, dan
KEBIJAKAN dipersilahkan untuk diperiksa sesuai dengan urutan antrian.
Pasien bayi dan balita dengan kecelakaan atau gawat darurat
langsung masuk ruang tindakan tanpa perlu menunggu antrian

1. Pasien bayi dan balita yang sudah mendaftar di loket


pendaftaran dan mendapat giliran periksa dipanggil ke ruangan
pemeriksaan.
2. Dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran suhu
apabila diperlukan.
3. Dilakukan anamnesis kepada orang tua mengenai keluhan oleh
dokter yang memeriksa.
4. Dilakukan pemeriksaan fisik
PROSEDUR 5. Apabila diperlukan dilakukan tindakan atau pemeriksaan
penunjang lain (laboratorium).
6. Dilakukan pemberian terapi dan anjuran-anjuran yang
diperlukan untuk pasien bayi dan balita.
7. Mengisi Form MTBS yang ada lembar status
8. Apabila memerlukan pemeriksaan yang lebih atau kasus tidak
dapat ditangani di Puskesmas maka pasien akan dianjurkan
untuk mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit rujukan untuk
memiliki sarana prasarana untuk penanganan pasien tersebut.
UNIT TERKAIT Poli MTBS, UGD, Pustu/Poskesdes
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
STERILISASI ALAT

Dokumen, No : 087 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

Mensterilkan alat-alat tindakan yang akan dipakai dengan


PENGERTIAN
menggunakan alat sterilisator

Membuat alat steril dari bakteri dan kotoran


TUJUAN
Mencegah terjadinya komplikasi infeksi akibat penggunaan alat

Dilakukan oleh perawat


Alat-alat yang disterilkan adalah alat-alat yang digunakan untuk
KEBIJAKAN
tindakan yang menbutuhkan kondisi steril sehingga tidak terjadi
komplikasi infeksi pasca tindakan.

1. Sterilisator
2. Korentang
PERSIAPAN
3. Bak Instrument
4. Alat-alat atau bahan (Kassa) yang akan disterilkan.

1. Cuci tangan terlebih dahulu


2. Buka alat sterilisator
3. Masukkan alat-alat yang akan disterilkan dengan menggunakan
korentang
PROSEDUR
4. Nyalakan sterilisator dengan suhu 100 derajat celcius
5. Setelah lampu indicator mati, masukan alat dan bahan yang
sudah steril kedalam bak instrument.
6. Letakkan bak instrument kepada tempatnya.

1. Dokter
UNIT KERJA
2. Perawat

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMASANGAN IMPLANT

Dokumen, No : 088 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Memasang implant dibawah kulit sebagai salah satu alat kontrasepsi
jangka panjang 2-3 tahun
1. Melindungi Perawat
TUJUAN 2. Mencegah Klien dari terjadinya infeksi silang
3. Sebagai kontrasepsi bagi klien

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Meja periksa untuk berbaring klien


Alat Penyangga lengan (tambahan)
Batang implant dalam kantong
Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok
tempat meletakkan implant
Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah steril
(atau didisinfeksi tingkat tinggi)
Sabun untuk mencuci tangan
Larutan antiseptic untuk disinfeksi kulit (misal: larutan
betadin atau jenis golongan povidon iodine lainnya), lengkap
dengan cawan/mangkok antikarat.
Zat anastesi local (konsentrasi 1% tanpa Epinefrin)
Semprit (5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai
4cm (1-1per inch)
Trokar 10 dan mandarin
Scalpel 11 atau 15
Kasa pembalut, band aid, atau plester
Kasa steril dan pembalut
Efineprin untuk renjatan anafilaktik
klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan)
Bak/tempat instrumen
URAIAN PROSEDUR PERSIAPAN PEMASANGAN
1. Persilahkan klien mencuci seluruh tangan dengan sabun dan air
mengalir
2. Tutup tempat tidur klien dengan kain bersih
3. Persilahkan klien berbaring, tangan yang jarang digunakan
diletakkan pada meja samping dengan posisi yang memudahkan
pemasangan
4. Tempat pemasangan yang optimal, 8cm diatas lipatan siku
5. Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa
menyentuh alat-alat didalamnya
6. Buka kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkok
steril
TINDAKAN SEBELUM PEMASANGAN
1. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, keringkan
dengan dengan kain bersih
2. Pakai sarung tangan steril atau DTT
3. Atur alat dan bahan, hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya
4. Persiapkan tempat insisis dengan larutan antiseptik
5. Gunakan (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan
6. setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntik dengan 3ml obat anastesi (1% tanpa
efineprin)
7. Masukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi, lakukan
aspirasi

PEMASANGAN KAPSUL
1. Pegang skalpel dengan sudut 45 derajat, insisi dangkal hanya
sekedar menembus kulit.
2. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap
keatas, ingat batas trokar yang dimasukkan dibawah kulit Atur
alat dan bahan, hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya
3. Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari
kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar kedepan
dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada dibawah kulit
(2-3 mm dari akhir ujung tajam)
4. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan
5. Masukkan kapsul pertama kedalam trokar ,ambil kapsul
menggunakan pinset atau klem atau sarung tangan
6. Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul kearah ujung trokar
sampai terasa ada tahan
7. pegang pendorong dengan satu tangan, tarik trokar dengan ibu
jari jaga pendorong tetap ditempatnya
8. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah
keluar seluruhnya dari trokar
9. Geser trokar sekitar 15-25 derajat, masukkan kapsul berikutnya
kedalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya
10. untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa
ujung kapsul yang terdekat lebihkurang 5mm dari tepi luka insisi
11. sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan telah
terpasang semuanya
12. Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi
sekitar 5mm, bila ada yang keluar harus dicabut dan dipasang
kembali pada tempatnya
13. setelah terpasang semuanya, posisi kapsul sudah diperiksa
keluarkan trokar perlahan.
14. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1
menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa berantiseptik
TINDAKAN SETELAH PEMASANGAN KAPSUL
1. Menutup luka insisi dengan cara temukan kedua insisi dan
gunakan band aid atau plester dengan kasa steril untuk menutup
luka insisi, tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan
parut. Periksa adanya perdarahan
2. Perawatan klien : buat catatan pada rekam medik, amati klien 15-
20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek
lain sebelum pemulangan klien
3. Instruksikan kepada klien peunjuk perawatan luka insisi dirumah
dan bila terjadi infeksi

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENCABUTAN IMPLANT

Dokumen, No : 089 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Mencabut implant yng sudah terpasang dibawah kulit

TUJUAN 4. Melindungi Perawat


5. Mencegah Klien dari terjadinya infeksi silang
6. Untuk mengembalikan masa kesuburan klien yang tidak ingin lagi
ber-KB

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT Meja periksa untuk berbaring klien


Alat Penyangga lengan (tambahan)
Sabun untuk mencuci lengan
Kain penutup operasi steril (bersih) dan kering
Tiga mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1
untuk air mendidih atau steril berisi kapas bulat, 1 larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi kapsul yang telah dicabut
Sepasang sarung tangan steril/DTT
Larutan antiseptic
Anestesi lokal (konsentrasi 1% tanapa epinefrin)
Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan
panjang 2,5-4 cm (nomor 22)
Trokar 10 dan mandarin
Scalpel 11
Kasa pembalut, band aid, atau plester
Kasa steril dan pembalut
Efineprin untuk renjatan anafilaktik
klem lengkung dan lurus (mosquito dan Crile)

URAIAN PROSEDUR PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


1. silahkan klien mencuci seluruh tangan dengan sabun dan air
mengalir
2. Tutup tempat tidur klien dengan kain bersih
3. Persilahkan klien berbaring, tangan diletakkan pada meja samping
dengan posisi yang memudahkan pencabutan
4. Raba posisi kapsul untuk memastikan lokasinya
5. pastikan posisi kapsul dari setiap kapsul dengan membuat tanda
pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol
6. Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa
menyentuh alat-alat didalamnya
TINDAKAN SEBELUM PENCABUTAN
1. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, keringkan
dengan dengan kain bersih
2. Pakai sarung tangan steril atau DTT
3. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
4. Usap tempat pencabutan dengan kasa berantisepstik yang akan
dilakukan insisi kearah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-
13cm dan biarkan kering sekitar 2 menit sebelum memulai
tindakan.
5. Gunakan (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan
6. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya
7. setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntik dengan 3ml obat anastesi (1% tanpa
efineprin)

TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL


1. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah
semua kapsul, kira-kira 5mm dari ujung bawah kapsul
2. Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih
kurang 4 mm dengan menggunakan skalpel
3. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau
yang terdekat tempat insisi
4. Dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai ujung
kapsul tampak pada luka insisi. Masukkan klem lengkung melalui
luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke kulit. Dorong
ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi,sambil
menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan tengah.
5. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan
cara menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung
bawah kapsul
6. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan klem kedua. Lepaskan
klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan
klem kedua
7. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan
teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum
mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan jumlah kapsul yang
dicabut, kemudian tunjukkan pada klien untuk meyakinkan klien.

TINDAKAN SETELAH PEMASANGAN KAPSUL


1. menutup luka insisi dengan cara temukan kedua insisi dan gunakan
band aid atau plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi,
gunakan klem untuk memegang kedua tepi luka insisi selama 10-15
detik untuk mengurangi perdarahan dari luka insisi, kemudian
dilanjutkan dengan membalut luka insisi

2. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid
(plester untuk luka ringan) atau kasa steril dan plester
3. Instruksikan kepada klien peunjuk perawatan luka insisi dirumah
dan bila terjadi infeksi
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMASANGAN IUD

Dokumen, No : 090 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat


kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN,
2003).

TUJUAN
DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR PENGKAJIAN


A. IUD dapat dipasang pada :
1. Bersamaan dengan menstruasi
2. Segera setelah bersih menstruasi
3. Pada masa akhir menstruasi
4. Tiga bulan pasca puerperium
5. Bersamaan dengan seksio secaria
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage
7. Hari kedua ketiga pasca persalinan (Manuaba, 1998).
B. Tidak dapat dipasang pada :
1. Terdapat infeksi genetalia
a. Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi
b. Keadaan patologis lokal : flungkle, stenosis vagina, infeksi
vagina.
2. Dugaan keganasan serviks
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas
4. Pada kehamilan : terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan,
infeksi (Manuaba, 1998).
C. Prosedur Klinik Proses Pemasangan IUD
D. Pencegahan Infeksi

PERENCANAAN

Persiapan alat :
1. Bak instrument Steril berisi IUD Kit :
Spekulum Bivalve 1 buah
Tenakulum
Sonde uterus
Forse / Korentang / Oval Klem
Gunting Lurus
Kasa steril
Duk 1 buah
Hand scud 2 pasang
Alas bokong
Penutup perut
2. Cairan anti septic ( lengkap dengan kom kecil )
3. Kapas kering dalam kom tertutup ( kapas cebok )
4. Kom tertutup berisi cairan DTT
5. Nearbeken 1 buah
6. Senter ( lampu sorot )
7. Tempat sampah Basah ( terkontaminasi )
8. Tempat sampah kering
9. Ember tertutup 1 buah
10. Ember tertutup berisi larutan clorin 0,5 %
11. Kain lap pribadi
12. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
13. Waskom berisi larutan DTT
14. Coper T>380 A IUD yang belum rusak dan terbuka
15. Obat- obatan

Persiapan klien dan lingkungan


- Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan
- Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sakit pada saat
pemasangan
- Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
- Mempersiapkan lingkungan privacy klien dengan menutup tabir
disekeliling tempat tidur
- Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan daerah kerja
petugas

PELAKSANAAN
1. Periksa genetalia eksterna
2. Lakukan pemeriksaan speculum
3. Lakukan pemeriksaan panggul
4. Masukkan lengan AKDR (IUD) didalam kemasan sterilnya
5. Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptic
6. Gunakan tenakulum untuk menjepit servik
7. Masukkan sonde uterus
8. Pasang AKDR (IUD)
9. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan
10. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi
11. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan
segera setelah selesai dipakai
12. Ajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR(dengan
menggunakan model bila tersedia)
13. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR

MEMASUKKAN LENGAN AKDR DIDALAM KEMASAN STERILNYA


1. Pastikan batang AKDR berada dalam tabung inserter
2. Letakkan kemasan diatas permukaan datar,keras dan bersih
dengan kertas penutup yang transparan berada diatas
3. Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah dibuka.
Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat kesetiap
sisinya dan dipegang saat mengangkat sehingga tetap steril
4. Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian
transparan menghadap keatas
5. Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas penutup
transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri
6. Tangfan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan
yang sudah dibuka sampai keujung kemasan yang masih tertutup
sehingga lengan AKDR berada di atas kertas pengukur
7. Tahan ke-2 lengan yang sudah terlipat tersebut dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung
inserter melewati ke-2 ujung lengan, kemudian dorong kembali
dan putar sampai ke-2 ujung lengan masuk kedalam tabung
inserter
8. Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda
kedalaman kavum uteri dan penunjuk kearah mana lengan akan
membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter
9. AKDR siap dipasang pada uterus

PEMASANGAN IUD
1. Tarik tenakulum sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan
vagina berada dalam satu garis lurus. Masukkan IUD dengan hati-
hati. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung
inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
ada tahanan di fundus uteri
2. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu
tangan, tangan yang lain menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong
3. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan
tabung inserter, dorong kembali perlahan sampai terasa ada
tahanan fundus
4. Keluarkan bagian tabung inserter dari kanalis servikalis, potong
benang dari lubang servik 3-4cm

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PENCABUTAN IUD

Dokumen, No : 091 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 05 Januari 2015

PENGERTIAN Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat


kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN,
2003).
TUJUAN

DOKUMEN PENDUKUNG / ALAT

URAIAN PROSEDUR
PERENCANAAN

Persiapan alat :
1. Bivale speculum (kecil, sedang atau besar)
2. Forsep / Korentang / Oval Klem
3. Hand scun
4. Cairan anti septic ( lengkap dengan kom kecil )
5. Kain kasa atau Kapas
6. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
Persiapan klien
- Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan
PELAKSANAAN
1. Masukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR
2. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai
3 kali
3. Mengatakan dengan klien bahwa sekarang akan dilakukan
pencabutan. Minta klien tenang dan menarik nafas panjang. Beri
tahu kemungkinan agak sakit, tapi hal itu normal
4. Tarik benang perlahan, bila benang putus saat ditarik, maka jepit
ujung AKDR tersebut dan tarik keluar

5. Bila pencabutan sulit, benang AKDR tak tampak, maka periksa


pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus dan
lengkung, jepit dan tarik perlahan
6. Bila terjadi kesulitan saat menariknya, putar klem pelan-pelan,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan
kebawah dan keatas dengan hati-hati

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI APOTIK BARU

Dokumen, No : 092 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan


pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi,
Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka, yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat
tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotik (SIA).
e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik
disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;
TUJUAN Mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan,
peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541)
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentangNarkoba.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentangPsikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1980tentang Mas Bhakti
dan Ijin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ SK/Menkes/ X/ 1993
tentang Ketentuan danTata Cara Pemberian Ijin Apotek.
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1189A/ Menkes/ SK/ X/
1999 tentang wewenangPenetapan Ijin di bidang Kesehatan.

URAIAN PROSEDUR 1. Pemohon ( Apoteker ) mengajukan ( AP-1 ) kepada Dinas


Kesehatan Kabupaten Inhil dengan dilampiri persyaratan sebagai
berikut :
a. Fotokopi ijazah dan Sumpah Apoteker ;
b. Fotokopi Surat Izin Kerja atau Surat Penugasan dan Surat
Keputusan untuk APA yang dalam rangka menjalankan Masa
Bakti ;
c. Fotokopi KTP Apoteker ;
d. Surat Keterangan sehat dari Dokter untuk APA ;
e. Fotokopi Lolos butuh untuk APA Lulusan Luar Propinsi Riau
atau sebelumnya bekerja diluar Propinsi Riau ;
f. Surat Pernyataan dari APA bahwa tidak merangkap bekerja
di Apotik lain / Industri lain dan sanggup sebagai APA di
Apotik dimaksud ;
g. Fotokopi perjanjian kerjasama antara APA dan PSA ;
h. Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat
pelanggaran perundang-undangan dibidang Farmasi ;
i. Peta Lokasi dan Denah Bangunan ;
j. Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA ;
k. Daftar Asisten Apoteker dilampiri Fotokopi Ijasah dan SIK ;
l. Surat izin Atasan untuk APA yang bekerja sebagai PNS/BUMN
;
m. Surat keterangan ketenagaan APA dari Dinas Kesehatan
Propinsi Kepulauan Riau yang menerangkan bahwa APA tidak
bekerja di Apotik / perusahaan farmasi lain, kecuali ;

- Apoteker Pengelola Apotik (APA) yang mengurus


perpanjangan ijin apotik.
- Apoteker Pengelola Apotik (APA) yang baru saja
menutup kegiatan apotik yang dikelolanya tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan.
- Apoteker baru yang sudah memiliki Surat Penugasan (SP)
dan Surat Keputusan Penempatan (SK)
n. Fotokopi NPWP Pemilik Sarana Apotik ;
o. Fotokopi Akte Pendirian PSA bila PSA berupa Badan Hukum /
Koperasi / Yayasan ;
p. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan ;
q. Surat Pernyataan APA / PSA sanggup memenuhi Ketentuan
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir

2. Setelah persyaratan semua lengkap Kepala Dinas memberikan


tugas kepada tim pemeriksaan setempat untuk melakukan
peninjauan lokasi.

3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil membuat Surat


Penundaan bagi yang belum memenuhi syarat atau memberikan
rekomendasi untuk Surat Ijin Apotik bagi yang memenuhi
syarat.
MASA BERLAKU Selama tidak ada penggantian Apoteker tidak perlu diperbaharui
JANGKA WAKTU PEMROSESAN 12 (dua belas) hari
UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan
Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan).
UNIT TERKAIT Badan Pengawas Obat dan Makanan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI APOTIK PINDAH LOKASI

Dokumen, No : 093 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan


pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi,
Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat
tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotik (SIA).
e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik
disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;

TUJUAN Mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan,


peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi

KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541)


2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentangNarkoba.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1980 tentang Mas Bhakti
dan Ijin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ SK/ Menkes/ X/ 1993
tentang Ketentuan danTata Cara Pemberian Ijin Apotek.

URAIAN PROSEDUR a. Pemohon ( Apoteker ) mengajukan ( AP-1 ) kepada Dinas


Kesehan Kabupaten Inhil dengan dilampiri Persyaratan sebagai
berikut :
- Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA ;
- Peta Lokasi dan Denah Bangunan yang baru ;
- Surat Izin Apotik yang Asli ;
b. Setelah persyaratan semua lengkap Kepala Dinas memberikan
tugas kepada tim pemeriksaan setempat untuk melakukan
peninjauan lokasi.
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil membuat Surat
Penundaan bagi yang belum memenuhi syarat atau memberikan
rekomendasi apotik pindah lokasi bagi yang memenuhi syarat.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI APOTIK PENGGANTIAN APOTEKER PENANGGUNG JAWAB

Dokumen, No : 094 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan


pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi,
Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat
tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotik (SIA).
e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik
disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;
TUJUAN Mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan,
peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541)
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentangNarkoba.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1980 tentang Mas Bhakti
dan Ijin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ SK/ Menkes/ X/ 1993
tentang Ketentuan danTata Cara Pemberian Ijin Apotek.

URAIAN PROSEDUR 1. APA Lama mengajukan Surat Permohonan Pengunduran Diri


kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil dan
mengusulkan penggantinya dengan dilampiri persyaratan
sebagai berikut :
a. Surat Pernyataan PSA sanggup bekerja sama dengan APA
yang baru ;
b. Surat Pernyataan APA yang baru bahwa sanggup menjadi
APA di Apotik tersebut dan tidak merangkap bekerja di
Apotik lain / Industri Farmasi lain ;
c. Fotokopi Ijasah dan Sumpah APA yang baru ;
d. Fotokopi SIK atau SP dan SK untuk APA yang dalam rangka
menjalankan Masa Bakti Apoteker ;
e. Fotokopi KTP APA yang baru.

2. Setelah Terbitnya persetujuan dari Dinas Kesehatan


Kabupaten Indragiri Hilir untuk penggantian APA dilampirkan
dengan pengajuan permohonan rekomendasi SIA yang dilampiri
persyaratan sebagai berikut :
a. SIA lama yang asli ;
b. Berita Acara Serah Terima Kefarmasian dari APA lama ke APA
yang baru ;
c. Fotokopi persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Inhil tentang penggantian APA ;
d. Fotokopi ijasah dan sumpah APA yang baru ;

e. Fotokopi SIK atau SP dan SK untuk APA yang menjalankan


masa Bakti ;
f. Surat pernyataan APA yang baru sanggup menjadi APA dan
tidak merangkap bekerja di Apotik / Industri Farmasi yang
lain ;
g. Fotokopi KTP APA baru ;
h. Surat Keterangan Sehat dari Dokter untuk APA baru ;
i. Fotokopi Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA ;
h. Surat Ijin Atasan untuk APA PNS / BUMN.
UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan
Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan).
UNIT TERKAIT Badan Pengawas Obat dan Makanan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI APOTIK PENGGANTIAN PEMILIK SARANA

Dokumen, No : 095 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan


pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi,
Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat
tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotik (SIA).
e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik
disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;
TUJUAN Mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan,
peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541)
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkoba.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1980 tentang Mas Bhakti
dan Ijin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ SK/ Menkes/ X/ 1993
tentang Ketentuan danTata Cara Pemberian Ijin Apotek.

URAIAN PROSEDUR Pemohon ( Apoteker ) mengajukan Permohonan ( AP-1 ) Kepada


Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil dengan dilampiri persyaratan
sebagai berikut :

1. Fotokopi Akte Pengalihan Hak sebagai PSA dari yang lama ke


yang baru ;
2. Fotokopi NPWP atas nama PSA yang baru ;
3. Fotokopi Akte Perjanjian Kerjasama APA dengan PSA yang baru ;
4. SIA lama yang Asli ( atas nama PSA lama ) ;
5. Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA ;
6. Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat pelanggaran
Perundang-undangan di bidang Farmasi ;
7. Fotokopi Akte Pendirian PSA untuk PSA berupa badan hukum /
koperasi / Yayasan.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI PENUTUPAN APOTIK

Dokumen, No : 096 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan


pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi,
Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat
tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotik (SIA).
e. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik
disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
f. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik
tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;
TUJUAN Mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan,
peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541)
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkoba.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1980 tentang Mas Bhakti
dan Ijin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ SK/ Menkes/ X/ 1993
tentang Ketentuan danTata Cara Pemberian Ijin Apotek.
URAIAN PROSEDUR a. APA pemohon mengajukan permohonan Penutupan Apotik
berikut alasannya dan sekaligus mengundurkan diri dari Apotik
tersebut ;
b. Mengembalikan SIA asli ;
c. Berita Acara penyerahan Obat Keras, Psikotropika dan Narkotika
dari APA pemohon ke APA Apotik lain yang masih beroperasi.

UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan


Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan).
UNIT TERKAIT Badan Pengawas Obat dan Makanan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
REKOMENDASI IJIN TOKO OBAT

Dokumen, No : 097 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Toko Obat adalah sarana yang menjual obat-obatan bebas dan obat-
obatan bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang
membuatnya secara eceran.

TUJUAN

KEBIJAKAN 1. SK Menkes RI No. 1189 A/ Menkes/ SK/ X/ 1999 tentang


Wewenang Penetapan Ijin di bidang Kesehatan
2. SK Menkes RI No. 167/Kab/ VII/ 1972 tentang Pedagang Eceran
Obat
3. SK Menkes RI No. 1331/ Menkes/ SK/ X/ 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menkes RI No. 167/ Kab/ B.VIII/ 1972
tentang Pedagang Eceran Obat

URAIAN PROSEDUR 1. Permohonan rekomendasi Izin Toko diajukan ke Kepala Dinas


Kabupaten Indragiri Hilir., dengan persyaratan;
- Surat Permohonan diatas meterai Rp. 6.000,-
- Surat Penunjukan Pemilik Toko Obat kepada Asisten
Apoteker ( Pemilik Toko Obat )
- Surat Pernyataan Keanggotaan AsistenApoteker bermeterai
Rp. 6.000,-
- Foto Copy KTP Pemohon dan KTP AsistenApoteker (AA), SIA
dan SIK AA
- NPWP atau Surat Pernyataan dan CopyLunas Pajak tahun
terakhir
- Foto copy Ijasah SIAA
- Denah Lokasi Toko Obat
- Foto copy SK Toko Obat lama (untuk SIKperpanjangan)
2. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil selambat-lambatnya 6
(enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil melaporkan hasil pemeriksaan
setempat;
3. Dalam jangka waktu 12 (dua belas)hari kerja setelah diterima
laporan hasil pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Inhil setempat mengeluarkan rekomendasi Surat Izin Toko Obat;

MASA BERLAKU Jangka waktu berlaku selama 3 tahun sejak tanggal dikeluarkan Surat
Izin Toko Obat tersebut.

JANGKA WAKTU PEMROSESAN 18 (delapan belas) hari

UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan


Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan).

UNIT TERKAIT Badan Pengawas Obat dan Makanan


Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
IJIN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (P-IRT)

Dokumen, No : 098 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN Industri Rumah Tangga Pangan adalah perusahaan pangan yang


memiliki tempat usaha ditempat tinggal dengan peralatan
pengolahan pangan manual hingga semi otomatis
TUJUAN Menghasilkan pangan yang layak, bermutu, aman dikonsumsi dan
sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestic maupun
international
KEBIJAKAN
URAIAN PROSEDUR 1. Permohonan Izin Toko diajukan ke Kepala Dinas Kabupaten Inhil,
dengan persyaratan;
- Alamat dan denah tempat usaha
- Nama dan alamat pemohon
- Nama dan alamat Asisten Apoteker
- Foto copy ijazah, surat penugasan dan Surat Ijin Kerja
Asisten Apoteker
2. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil selambat-lambatnya 6
(enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil melaporkan hasil pemeriksaan
setempat;
3. Dalam jangka waktu 12 (dua belas)hari kerja setelah diterima
laporan hasil pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Inhil setempat mengeluarkan Surat Izin Toko Obat;
MASA BERLAKU Jangka waktu berlaku selama 3 tahun sejak tanggal dikeluarkan Surat
Izin Toko Obat tersebut.
JANGKA WAKTU PEMROSESAN 18 (delapan belas) hari
UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan
Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan).
UNIT TERKAIT Badan Pengawas Obat dan Makanan
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SOP
PUSKESMAS SE-KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
IJIN PENGOBATAN TRADISIONAL

Dokumen, No :099 No. Revisi : - Tanggal Berlaku : 01 MEI 2011

PENGERTIAN a. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan,


baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, yang
dilakukan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu
kepada pengalaman dan keterampilan turun-temurun, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
b. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galanik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun,
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
c. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan
tradisional.
TUJUAN Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu
dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia
KEBIJAKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
No. 1076/MENKES/SK/VII/2003
URAIAN PROSEDUR 1. Semua pengobat tradisional yang menjalankan pekerjaan
pengobatan tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun untuk memperoleh surat
Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT)
2. Pengobat tradisional dengan cara supranatural harus mendapat
rekomendasi terlebih dahulu dari Kejaksaan Kabupaten Karimun
Pengobat tradisional dengan pendekatan agama harus
mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari Kantor Departemen
Agama Kabupaten Inhil.
3. Tata cara memperoleh STPT sebagai berikut :
Pengobat tradisional mengajukan permohonan dengan disertai
kelengkapan pendaftaran kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Inhil.
Kelengkapan pendaftaran sebagaimana dimaksud meliputi:
- Biodata pengobat tradisional
- Fotokopi KTP
- Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan
pekerjaan sebagai pengobat tradisional
- Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang
pengobatan tradisional yang bersangkutan
- Fotokopi sertifikat/ijazah pengobatan tradisional yang
dimiliki
- Surat Pengantar Puskesmas setempat
- Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar
- Rekomendasi Kejaksaan Kabupaten Inhil bagi pengobat
tradisional klasifikasi supranatural dan kantor Departemen
Agama Kabupaten Inhil bagi pengobat tradisional klasifikasi
Tata cara memperoleh Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT)
Pengobat tradisional mengajukan permohonan dengan disertai
kelengkapan pendaftaran kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Inhil , Permohonan sebagaimana dimaksud meliputi :
- Biodata pengobat tradisional
- Fotokopi KTP
- Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan
pekerjaan sebagai pengobat tradisional
- Peta lokasi usaha dan denah ruangan
- Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang
pengobatan tradisional yang bersangkutan
- Fotokopi sertifikat/ijazah pengobatan tradisional
- Surat pengantar Puskesmas setempat
- Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

MASA BERLAKU Jangka waktu berlaku selama 3 tahun sejak tanggal dikeluarkan Surat
Pengobatan Tradisional tersebut
JANGKA WAKTU PEMROSESAN 18 (delapan belas) hari
UNIT KERJA Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil (Bidang Pembinaan Kesehatan
Masyarakat dari Seksi Pengawas Obat dan Makanan
UNIT TERKAIT Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Inhil

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Dr.Hj.ALVI FURWANTI,SE,MM
Pembina Tingkat I
NIP. 19701012 199802 2 001

Anda mungkin juga menyukai