Dokumen - Tips Lapkas Fraktur Clavicula
Dokumen - Tips Lapkas Fraktur Clavicula
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
1
a. Nama : Nn. TW
b. Umur : 16 tahun
c. Alamat : Malangan Tidar RT 04/05, Tidar Utara
d. Agama : Islam
e. Nomor RM : 2209.0755.76
f. Tanggal pemeriksaan : Pre operasi : 10 Oktober 2012
Post operasi : 11 14 Oktober 2012
2
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+), metalic sound (-)
- Perkusi : timpani
- Palpasi : nyeri tekan (-), distensi (-), defans muskular (-)
Genitalia : dalam batas normal
Ekstremias :
a. Superior : akral dingin (-/-), udema (-/-), sianosis (-/-), capillary refill <
2 detik
b. Inferior : akral dingin (-/-), udema (-/-), sianosis (-/-), capillary refill <
2 detik
e. Penatalaksanaan :
a. Injeksi asering 20 tpm
b. Injeksi ranitidine 1 ampul
c. Injeksi norages 1 ampul
3
II.3 PEMERIKSAAN POST OPERASI
a. 11 Oktober 2012 Post Operasi Hari ke-1 :
Anamnesis : nyeri post op (+), pusing (-), mual/muntah (-), BAK/BAB (-)
Px. Fisik :
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Laju nafas : 24 x/menit
- Suhu : 37C
Status Lokalis : a/r bahu kanan :
a. Look : bengkak (+), deformitas (-)
b. Feel : nyeri tekan (+), pulsasi bag distal (+)
c. Move : passive movement e.c nyeri post operasi
Px. Penunjang : Hasil ORIF Shoulder Dextra
Penatalaksanaan :
a. Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
4
b. Injeksi pycin 3 x 750 mg
c. Infus RL : D5 = 2 : 1
d. Mobilisasi dengan Arm Sling
5
Penatalaksanaan :
c. Terapi lanjut
d. Mobilisasi bertahap
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 EPIDEMIOLOGI
Pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000
orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur pada
midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur
clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%
(Hahn B, 2007).
Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula.
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula
sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan
kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran
anak yang hidup (Trurnble TE, et al, 2006).
III.2 ETIOLOGI
a. Trauma langsung : trauma bahu hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Contoh : kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tidak langsung : outstreched hand akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/tertarik keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan
tangan sampai clavicula.
III.3 ANATOMI
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial
melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih
kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut extremitas
7
sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut
extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion (Hahn B, 2007).
Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus
subclavius, tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya lagi terdapat
tuberositas coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis. Pada facies medialis
clavicula terdapat foramen nutricium, yang dilalui oleh pembuluh darah (Hahn B,
2007).
III.4 KLASIFIKASI
Lokasi patah tulang pada clavicula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman
tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
clavicula menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang clavicula (insidensi
kejadian 75-80%) pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya
terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang clavicula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni
(yakni, conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1 : Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
8
b. Tipe 2A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c. Tipe 2B : Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua-duanya.
d. Tipe 3 : Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
e. Tipe 4 : Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5 : Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang clavicula pada sepertiga proksimal (5%) pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
III.5 PATOFISIOLOGI
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak
9
dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah (Hahn B,
2007).
III.6 DIAGNOSIS
a. Gejala Klinis
Diagnosis dari fraktur clavicula biasanya didasari dari mekanisme
kecelakaan dan lokasi adanya ekimosis, deformitas, ataupun krepitasi. Pasien
biasanya mengeluh nyeri setelah terjadinya kecelakaan tersebut dan sulit
untuk mengangkat lengan atau bahu. Fraktur pada bagian tengah clavicula,
pada inspeksi bahu biasanya asimetris, agak jatuh kebawah, lebih kedepan
ataupun lebih ke posterior (Trurnble TE, et al, 2006).
b. Pemeriksaan Radiologi Foto Polos
- Mid Clavicula proyeksi standar anteroposterior (AP).
- Medial Clavicula dan Sternoclavicula Joint proyeksi standar PA,
lateral, oblique.
- Lateral Clavicula dan Acromioclavicula Joint proyeksi standar AP.
III.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment
(Trurnble TE, et al, 2006).
Tujuan untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu
sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel
sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan
tulang yang mengalami fraktur lebih cepat.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup
lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm sling selama 6
minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan.
Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi.
Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau
mobilisasi pada tulang untuk mempercepat penyembuhan. Patah tulang lainnya harus
benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi) (Trurnble TE, et al, 2006).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui :
a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
10
b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar
tulang yang patah Modifikasi spika bahu (gips clavicula) atau balutan
berbentuk angka delapan atau strap clavicula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam
posisi ini. Bila dipergunakan strap clavicula, ketiak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan
arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
11
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
III.9 PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia
penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat,
sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan
baik maka komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur clavicula disertai multiple trauma
memberi prognosis yang lebih buruk daripada pognosis fraktur clavicula murni
(Trurnble TE, et al, 2006).
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Pada kasus ini fracture 1/3 midclavicula terjadi karena trauma tidak langsung
berupa outstretched hand akibat jatuh dengan posisi lengan kanan terputar/tertarik
keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai clavicula. Tulang
clavicula sering mengalami fracture karena tulang ini terletak di bawah kulit
(subcutan). Kemudian bagian tengah clavikula sering mengalami fracture dibanding
bagian medial dan lateral karena tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament
seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial.
Komplikasi akut yang paling dikhawatirkan dari pasien ini adalah adanya
sindrom costoclaviculer akibat cedera/terjepitnya pembuluh darah arteri dan vena
subclavia serta pleksus brachialis yang menimbulkan gejala berupa brachialgia
nocturna yaitu nyeri terutama bila mengangkat benda berat dan waktu istirahat pada
malam hari. Gejala lainnya berupa gringgingan, parastesia, hipotrofi otot lengan, dan
mati rasa local. Tapi pada kasus ini, sindrom costoclaviculer tidak terjadi.
Penanganan pada pasien ini yaitu penanganan operatif berupa open reduction
internal fixation (ORIF) berupa pemasangan plate and screw 2 buah dilanjutkan
dengan penanganan non operatif berupa pemakaian arm slag. Tujuan penagangan ini
adalah terjadinya imobilisasi pada daerah fracture agar terjadi pertautan (union) pada
daerah clavicula dan penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat.
Prognosis bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana
penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada pasien ini karena trauma yang terjadi
ringan tanpa komplikasi, penanganan yang dilakukan cepat dan tepat berupa
pemasangan ORIF dan pemakaian arm slag dan usianya yang masih cukup muda
yaitu 16 tahun maka prognosisnya adalah dubia et bonam.
13
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa radiologi
pasien Nn. TW di diagnosis mengalami closed fracture 1/3 midclavicula dextra tanpa
disertai komplikasi akut.
V.2 Saran
a. Penanganan open maupun closed fracture clavicula harus ditangani segera untuk
mencegah komplikasi baik akut maupun lanjut.
b.Prognosis bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana
penanganan yang tepat dan usia penderita pada pasien ini prognosisnya dubia et
bonam.
DAFTAR PUSTAKA
14
A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi
7, Widya Medika, Jakarta.
Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone,
Jakarta.
Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder:
Core Knowledge in orthopaedics. I ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p.623-7.
Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD,
Pope TL, Krasny RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2012 October 15] .
Available from: URL:http://www.emedicine.com.
15
LAMPIRAN
16
P LCR 23.3 % 13.0 43.0
P LCC 46 x103/L 19 - 167
LAPORAN OPERASI
Prosedur :
1. Pasien supine dengan general anastesi
2. Desinfeksi di lokasi fraktur dan sekitarnya
3. Tutup dengan duk steril
4. Insisi di atas clavicula dextra lapis demi lapis sampai tampak tempat fraktur
5. Kemudian dilakukan ORIF di 1/3 lateral dengan plate and screw 2 buah
6. Jahit lapis demi lapis
7. Operasi selesai
17