PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KINERJA
Tim Penyusun:
Daeng M. Nazier
Hery Subowo
Ria Anugriani
Beni Subena
Agus Bambang Irawan
G. Yorrie Rismanto Adi
Dwi Afriyanti
Harpanto Guno Sabanu
Subeki Supriyadi
Iwan Purwanto Sudjali
Sandra Willia Gusman
Bambang Prayudhi
Denny Wahyu Sendjaja
Yosie
Asad Agung Perkasa
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto 31
Jakarta -10210
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /K/I-XIII.2/12/2011
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 4
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :
ANGGOTA, ANGGOTA,
ANGGOTA, ANGGOTA,
ANGGOTA,
BAHRULLAH AKBAR
DAFTAR ISI
i
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA......................................................... 35
A. Tujuan...................................................................................................................... 35
B. Kegiatan Pemeriksaan............................................................................................ 35
C. Perolehan dan Pengujian Data........................................................................ 36
D. Penyusunan Temuan Pemeriksaan.......................................................................... 39
E. Pendokumentasian................................................................................................... 41
BAB VI PENUTUP...................................................................................................................... 48
A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan...................................................................... 48
B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan............................................................................ 48
C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan......................................................................... 48
LAMPIRAN
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Dasar Hukum
D. Lingkup Bahasan
05 Juklak ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan Lingkup bahasan
juklak
kinerja mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan.
Tahap tindak lanjut atas rekomendasi BPK tidak dibahas dalam
juklak ini, karena akan dibahas dalam petunjuk teknis tentang
pemantauan tindak lanjut. Juklak ini juga tidak mengatur hal-hal
yang bersifat rinci yang mungkin membutuhkan referensi petunjuk
teknis lainnya untuk diperhatikan.
E. Sistematika Penulisan
BAB II
GAMBARAN UMUM
PEMERIKSAAN KINERJA
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja
01 Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 Pasal 4 ayat (3) tentang Pemeriksaan
kinerja
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pemeriksaan menurut UU
Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
02 Terminologi baku untuk pemeriksaan kinerja yang digunakan oleh anggota Pemeriksaan
kinerja
International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) adalah menurut
performance audit. INTOSAI mendefinisikan pemeriksaan kinerja sebagai suatu INTOSAI
pemeriksaan yang independen atas efisiensi dan efektivitas kegiatan, program,
dan organisasi pemerintah, dengan memperhatikan aspek ekonomi, dengan
tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.
03 Terminologi lain yang dikenal dari pemeriksaan kinerja adalah value for money Value for
money audit
audit, yang digunakan di Inggris, Kanada, dan beberapa negara
persemakmuran, dan diartikan sebagai suatu proses penilaian atas bukti-bukti
yang tersedia untuk menghasilkan suatu pendapat secara luas mengenai
bagaimana entitas menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan
efisien.
B. Perbedaan Pemeriksaan Kinerja dengan Pemeriksaan Keuangan dan
Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Tabel 2.1
Perbedaan Pemeriksaan Kinerja, Pemeriksaan Keuangan dan PDTT
Jenis Tujuan Hasil
Pemeriksaan
Kinerja Menilai aspek Simpulan dan rekomendasi
ekonomi, efisiensi, atau atas aspek kinerja yang
efektivitas. dinilai.
Keuangan Menilai kewajaran Opini atas laporan
laporan keuangan. keuangan.
PDTT Memberikan simpulan Tergantung jenis PDTT
atas suatu hal yang Eksaminasi
diperiksa dan dapat
Simpulan dengan tingkat
bersifat eksaminasi
keyakinan positif (positive
(pengujian), reviu, atau
assurance) bahwa suatu
prosedur yang
pokok masalah telah sesuai
disepakati (agreed
dengan kriteria, dalam
upon procedures).
semua hal yang material.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II
05 Pada prinsipnya, konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas berhubungan erat Hubungan konsep
3E dengan input,
dengan pengertian input, output dan outcome. Input adalah sumber daya output dan
dalam bentuk dana, Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan, dan material outcome
yang digunakan untuk menghasilkan ouput. Output adalah barang-barang
yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau hasil-hasil lain dari
proses atas input. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang
menggunakan input untuk menghasilkan output, sedangkan outcome adalah
tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output. Gambar 1 berikut ini
menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.
BIAYA
INPUT INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
GAMBAR 1
Hubungan input, proses, output dan outcome
06 Ekonomi berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan Pengertian
ekonomi
dalam proses dengan biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang benar.
Ekonomi berarti meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab II
dalam proses, dengan tetap menjaga kualitas sejalan dengan prinsip dan
praktik administrasi yang sehat dan kebijakan manajemen. Organisasi yang
ekonomis memperoleh input pada kualitas dan kuantitas yang tepat, dengan
harga termurah. Penekanan untuk aspek ekonomi berhubungan dengan
perolehan barang atau jasa sebelum digunakan dalam proses.
07 Contoh: Barang A dapat dibeli di toko B seharga Rp100.000.000,00, dengan
cara pembayaran, kualitas, dan layanan purnajual yang sama, barang A dapat
dibeli di toko C seharga Rp90.000.000,00. Jika entitas membeli di toko B,
maka dikatakan entitas tersebut telah melakukan pemborosan atau
ketidakekonomisan sebesar Rp10.000.000,00.
08 Pemeriksaan atas aspek ekonomi meliputi faktor-faktor, apakah: Faktor-faktor
dalam
(1) barang atau jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi, dan pemeriksaan
aspek ekonomi
kegiatan telah diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan
barang atau jasa yang sama; dan
(2) barang atau jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus
dibandingkan dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama.
09 Langkah-langkah dalam pengukuran ekonomi adalah sebagai berikut: Langkah-langkah
pengukuran
(1) identifikasi input yang diperoleh; ekonomi
(2) identifikasi biaya dan waktu/pengorbanan untuk mendapatkan input;
(3) penentuan kriteria;
(4) pembandingan data yang diperoleh pada langkah (2) dengan kriteria yang
telah dibuat pada langkah (3); dan
(5) interpretasi hasilnya.
10 Efisiensi merupakan hubungan yang optimal antara input dan output. Suatu Pegertian
efisiensi
entitas dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal
dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu
dengan memanfaatkan input minimal.
11 Untuk menilai efisiensi, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan Pertanyaan untuk
menilai efisiensi
dalam melakukan pemeriksaan:
(1) apakah input yang tersedia telah dipakai secara optimal?
(2) apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit input?
(3) apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat
diperoleh dari input yang digunakan?
12 Temuan atas efisiensi dapat dirumuskan dengan menggunakan perbandingan Cara perumusan
temuan efisiensi
antara aktivitas/industri/organisasi yang sejenis, periode lain, standar, dan best
practices yang secara tegas telah diadopsi oleh entitas.
13 Contoh: Untuk memproduksi suatu jenis output tertentu dengan jumlah
tertentu yang sama terdapat tiga cara:
(1) cara 1 membutuhkan lima unit material A dan dua jam kerja sebagai
input;
(2) cara 2 membutuhkan enam unit material A dan tiga jam kerja sebagai
input; dan
(3) cara 3 membutuhkan tujuh unit material A dan empat jam kerja sebagai
input.
Berdasarkan data tersebut, cara 1 lebih efisien daripada cara 2 dan 3 karena
rasio input dan output (i/o) pada cara 1 lebih kecil dibandingkan dengan rasio
input dan output (i/o) pada cara 2 dan cara 3.
14 Pemeriksaan atas efisiensi meliputi aspek, apakah: Aspek
pemeriksaan
(1) program, aktivitas, fungsi, kegiatan telah dikelola, diatur, diorganisasikan, efisiensi
dan dilaksanakan secara efisien; dan
(2) jasa pelayanan oleh pemerintah telah diberikan dengan kualitas terbaik,
berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan diberikan tepat waktu.
15 Langkah-langkah pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut: Langkah-langkah
pengukuran
(1) identifikasi dan pilih input yang relevan; efisiensi
20 Perbedaan ini disebabkan bus A memang mempunyai jarak tempuh yang lebih
jauh, tetapi tingkat kenyamanan yang kurang memadai, sehingga masyarakat
tidak serta-merta menggunakan bus A sebagai kendaraan pengganti mobil
pribadi.
21 Untuk melakukan pemeriksaan atas efektivitas suatu entitas, maka Pertanyaan untuk
menilai
pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan: efektivitas
(1) apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana
diharapkan?
(2) apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan?
(3) apakah dampak yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan
bukan dari pengaruh lingkungan luar?
2. Penyusunan Program
10. Penyusunan Konsep 14. Perolehan Tanggapan
Pemeriksaan
Pendahuluan Temuan Pemeriksaan atas
Rekomendasi & Simpulan
3. Pemahaman Entitas
& Pengidentifikasian 11. Perolehan
15. Penyusunan dan
Masalah Tanggapan Entitas
penyampaian LHP
4. Penentuan
Area Kunci 12. Penyampaian
Temuan Kepada Entitas
5. Penentuan
Tujuan & Lingkup
Pemeriksaan
6. Penentuan
Kriteria Pemeriksaan
7. Pengidentifikasian Jenis
Bukti & Prosedur Pemeriksaan
32 Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Masing-masing tahap mempunyai
uraian detail seperti tertera dalam sistematika di bawah ini:
1. perencanaan
a. penentuan topik potensial pemeriksaan;
b. penyusunan program pemeriksaan pendahuluan;
c. pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah;
d. penentuan area kunci;
e. penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan;
f. penentuan kriteria pemeriksaan;
g. pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan; dan
h. penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan Program
Pemeriksaan (P2) Terinci.
2. pelaksanaan
a. pengujian data;
b. penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Pemeriksaan (TP);
c. perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP; dan
d. penyampaian TP.
3. Pelaporan
a. penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan;
b. perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan; dan
c. penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
G. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja
33 1. Perencanaan Pemeriksaan
Kegiatan dalam tahap perencanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut.
34 a. Penentuan topik potensial pemeriksaan Penentuan topik
potensial
pemeriksaan
Langkah awal dalam pemeriksaan kinerja adalah menentukan topik
pemeriksaan. Penentuan topik pemeriksaan diperlukan agar sumber
daya pemeriksaan yang dimiliki BPK dapat dialokasikan pada topik
pemeriksaan yang tepat. Informasi yang dapat digunakan dalam
menentukan topik pemeriksaan antara lain Rencana Strategis BPK,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
isu-isu yang berkembang di masyarakat.
b. Penyusunan program pemeriksaan pendahuluan Penyusunan
35 program
Setelah mengetahui topik pemeriksaan, pemeriksa dapat menyusun pemeriksaan
pendahuluan
program pemeriksaan pendahuluan. Penyusunan program
pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk:
1) menetapkan hubungan yang jelas dan konsisten antara rencana
strategis BPK dengan rencana pemeriksaan kinerja;
2) mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur
pemeriksaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan pada
tahap perencanaan; dan
3) memudahkan supervisi dan reviu untuk pemerolehan keyakinan
mutu pemeriksaan.
BAB III
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA
A. Tujuan
01 Tujuan perencanaan pemeriksaan adalah mempersiapkan suatu RKP Tujuan perencanaan
pemeriksaan
dan P2 atas pemeriksaan terinci. RKP dan P2 ini akan digunakan
sebagai dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan terinci sehingga
pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.
02 Dalam perencanaan pemeriksaan, pemeriksa mengumpulkan
informasi untuk menentukan kebijakan awal mengenai: (1) topik
potensial pemeriksaan, (2) lingkup pemeriksaan, (3) biaya, waktu dan
keahlian yang diperlukan, (4) tujuan pemeriksaan, (5) area
pemeriksaan yang perlu untuk direviu secara mendalam, (6) kriteria
pemeriksaan, dan (7) jenis bukti dan prosedur pengujian yang akan
dilakukan.
B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan
03 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan meliputi: penentuan topik Kegiatan dalam
perencanaan
potensial pemeriksaan, penyusunan program pemeriksaan pemeriksaan
pendahuluan, pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah,
penentuan area kunci, penentuan tujuan, dan lingkup pemeriksaan,
penentuan kriteria pemeriksaan, pengidentifikasian jenis bukti dan
prosedur pemeriksaan, penyusunan RKP dan P2 terinci.
04 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan, terutama pada tahap
PERENCANAAN
pemahaman entitas dan pengidentifikasian masalah sampai dengan
pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur pemeriksaan dapat
1. Penentuan Topik
dituangkan dalam suatu pemeriksaan pendahuluan. Hasil Potensial Pemeriksaa
pemeriksaan pendahuluan digunakan sebagai bahan keputusan untuk
meneruskan pemeriksaan kinerja ini ke tahap berikutnya, yaitu
pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan kinerja. Jika diputuskan 2. Penyusunan Program
Pemeriksaan Pendahuluan
untuk diteruskan ke tahap berikutnya, maka hasil pemeriksaan
pendahuluan ini sekaligus digunakan sebagai dasar dalam
3. Pemahaman Entitas &
penyusunan RKP dan P2 terinci atas pemeriksaan terinci tersebut. Pengidentifikasian
Masalah
dan
8) tahap penyusunan RKP dan P2 terinci. 7. Pengidentifikasian
Jenis Bukti & Prosedur
Pemeriksaan
21 5) Auditabilitas
Dalam mempertimbangkan suatu topik pemeriksaan, unit
kerja pemeriksaan juga perlu mempertimbangkan aspek
auditabilitas dari suatu topik pemeriksaan. Aspek
auditabilitas ini dapat dipandang dari sisi internal maupun
eksternal. Sisi internal erat kaitannya dengan ketersediaan
sumber daya pemeriksaan baik secara kuantitas maupun
kuantitas. Sedangkan sisi eksternal terkait dengan faktor-
faktor dari luar BPK yang menghambat suatu topik untuk
diperiksa. Misalnya terdapat perubahan struktur organisasi
secara besar-besaran pada entitas yang akan diperiksa.
22 6) Dampak terhadap lingkungan
Dalam menentukan topik pemeriksaan, unit kerja pemeriksa
perlu mempertimbangkan aspek lingkungan. Entitas yang
memiliki dampak yang tinggi terhadap lingkungan antara
lain: entitas yang berwenang menyusun peraturan terkait
lingkungan; memiliki proses bisnis yang memanfaatkan
sumber daya alam; atau memiliki proses bisnis yang
memengaruhi lingkungan.
23 Pemeriksa juga dapat mengembangkan faktor-faktor lainnya yang
dianggap penting dalam menentukan topik pemeriksaan.
24 Dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, pemeriksa
dapat memberikan skor untuk setiap faktor di atas dengan bobot
sebagai berikut.
1) Bobot 1 untuk nilai yang rendah,
2) Bobot 2 untuk nilai sedang, dan
3) Bobot 3 untuk nilai tinggi.
25 Output dari kegiatan penentuan topik potensial adalah Output
penentuan topik
teridentifikasinya topik-topik potensial pemeriksaan beserta urutan potensial
prioritas dan dasar pemilihan topik yang akan menjadi dasar dalam
menyusun rencana kegiatan pemeriksaan (RKP) dan menyusun
perencanaan selanjutnya. Contoh kertas kerja penentuan topik
pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran III.1.
D. Penyusunan Program Pemeriksaan Pendahuluan
(e) Pemantauan
Seluruh sistem pengendalian organisasi harus dipantau untuk
menilai kualitas sistem pengendalian tersebut. Kelemahan dalam
sistem pengendalian harus dilaporkan kepada manajemen
tingkat atas. Selain itu, harus dilakukan evaluasi yang
independen atas SPI. Frekuensi dan lingkup evaluasi tergantung
pada penaksiran risiko dan efektivitas prosedur pengawasan.
52 Dalam menilai sistem pengendalian internal dengan pendekatan
COSO, pemeriksa tidak harus menanyakan seluruh pertanyaan yang
ada dalam kuesioner COSO, pemeriksa dapat melakukan modifikasi
kuesioner dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk
menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang paling sesuai dengan
kebutuhan pemeriksaan suatu entitas/program/kegiatan.
Daftar pertanyaan yang dapat membantu pemeriksa untuk
memahami SPI entitas berdasarkan pendekatan COSO ini dapat
dilihat pada Lampiran III.4.
53 Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan area kunci dapat Input yang diperlukan
dalam kegiatan
berupa: penentuan area kunci
1
Due process yang dimaksud adalah kriteria tersebut merupakan hasil konsultasi dan telah diuji
sehingga diterima oleh pihak-pihak berwenang/berkepentingan dan telah mencerminkan hasil konsensus para
profesional.
72 Seluruh
1 pengkajian pemeriksa mengenai tahap penetapan kriteria Pengkajian pemeriksa
dalam tahap ini harus
pemeriksaan
0 di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat didokumentasikan
mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian
penetapan kriteria pemeriksaan. Secara keseluruhan
pendokumentasian dapat dijadikan sebagai KKP.
I. Penyusunan Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dan
Program Pemeriksaan Terinci
2
Program Pemeriksaan berisi tujuan pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
82 Setelah
0 seluruh prosedur/langkah dalam perencanaan pemeriksaan Langkah-langkah
penyusunan P2 terinci
diikuti,
5 maka hasil/output dari masing-masing langkah dituangkan ke
dalam suatu program pemeriksaan terinci. Program pemeriksaan
tersebut kemudian akan menjadi pedoman pemeriksa dalam
menjalankan penugasan pemeriksaan terinci.
Di dalam program pemeriksaan tersebut dituangkan hal-hal sebagai
berikut.
1) Dasar pemeriksaan
Pemeriksa memasukkan ketentuan perundang-undangan yang
menjadi mandat bagi BPK dalam melaksanakan pemeriksaan.
2) Standar pemeriksaan
Diisi dengan standar pemeriksaan yang akan digunakan dalam
melaksanakan pemeriksaan. BPK telah menetapkan SPKN
sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan atas
keuangan negara.
3) Organisasi/Program/Fungsi Pelayanan Publik yang diperiksa
Diisi dengan entitas yang akan diperiksa, pengertian entitas di
sini dapat berupa organisasi/program/fungsi pelayanan publik
yang kinerjanya akan diperiksa.
4) Tahun anggaran yang diperiksa
Bagian dari penjabaran lingkup pemeriksaan yang akan
memasukkan periode/tahun anggaran yang akan diperiksa.
Secara umum, periode yang dipilih adalah hanya untuk satu
periode tahun anggaran. Namun demikian, dimungkinkan juga
untuk pelaksanaan pemeriksaan atas periode yang lebih dari satu
83 Output
0 atas hasil kegiatan penyusunan P2 terinci adalah berupa Output kegiatan
penyusunan P2 terinci
program
6 pemeriksaan yang memuat:
1) dasar pemeriksaan;
2) standar pemeriksaan;
3) organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang diperiksa;
4) tahun anggaran yang diperiksa;
5) identitas dan data umum yang diperiksa;
6) alasan pemeriksaan;
7) jenis pemeriksaan;
8) tujuan pemeriksaan;
9) sasaran pemeriksaan;
10) metodologi pemeriksaan;
11) kriteria pemeriksaan; dan
12) jenis dan sumber bukti serta prosedur pemeriksaan.
84 Seluruh
0 kajian pemeriksa mengenai tahap penyusunan program Pengkajian pemeriksa
dalam tahap ini harus
pemeriksaan
7 terinci di tingkat entitas harus didokumentasikan. didokumentasikan
Pendokumentasian P2 atas pemeriksaan terinci disimpan sebagai
KKP indeks A.
BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA
A. Tujuan
34
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
35
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
2) Testimonial/Lisan
Bukti testimonial/lisan merupakan pernyataan yang
diperoleh secara lisan melalui wawancara, diskusi, atau
dalam bentuk pernyataan tertulis sebagai respon dari
pertanyaan atau wawancara. Bukti testimonial/lisan dapat
didokumentasikan dalam bentuk dokumen hasil wawancara,
rekaman percakapan yang disimpan dalam alat perekam
atau magnetic tape beserta transkripnya.
3) Dokumenter
Bukti dokumen adalah bukti dalam bentuk fisik, baik berupa
dokumen resmi ataupun barang elektronik. Bukti ini adalah
yang paling umum diperoleh dari seluruh jenis bukti
pemeriksaan. Bukti dokumen dapat diperoleh dari dalam
maupun luar entitas yang diperiksa. Hal-hal yang termasuk
bukti dokumen misalnya adalah peraturan perundang-
undangan, dokumen terkait organisasi (rencana strategis
organisasi, visi dan misi organisasi, struktur organisasi),
surat-surat, notulen rapat, dokumen kontrak, arsip, laporan-
laporan dari manajemen, dokumen instruksi untuk staf,
Standard Operating and Procedure (SOP), petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, laporan pengendalian
internal, surat elektronik (email) dan rekaman telepon,
faktur-faktur, data-data dari sistem komputer, informasi
manajemen terkait kinerja, hasil reviu dan evaluasi.
4) Analisis
Jenis bukti pemeriksaan ini dapat diperoleh dari entitas atau
dikembangkan sendiri oleh pemeriksa. Bukti analisis yg
diperoleh dari entitas perlu diuji kompetensi dan
validitasnya untuk dapat digunakan sebagai bukti
pemeriksaan. Bukti analisis dapat mencakup analisa rasio
dan tren, perbandingan prosedur dan standar dengan
ketentuan yang dipersyaratkan, perbandingan kinerja
dengan organisasi sejenis, analisis dari pengujian terinci atas
transaksi-transaksi, dan analisis biaya-manfaat.
08 Input yang diperlukan dalam kegiatan Pengumpulan dan Input yang dibutuhkan
dalam kegiatan
Pengujian Data adalah sebagai berikut: pengumpulan dan
1) Program Pemeriksaan (P2) atau Progam Kerja Perorangan pengujian data
PKP);
2) data pemeriksaan; dan
3) kriteria pemeriksaan.
Petunjuk pelaksanaan dalam pengumpulan dan pengujian data Langkah-langkah dalam
09 pengumpulan dan
terdiri dari kegiatan-kegiatan di bawah ini: pengujian data
Berdasarkan jenis dan sumber bukti yang telah diidentifikasi
serta program pemeriksaan yang telah ditetapkan, maka
pemeriksa melakukan pengumpulan data. Setelah itu, data diuji
untuk memastikan tercapainya tujuan pemeriksaan. Data
pemeriksaan inilah yang nantinya akan menjadi bukti
pemeriksaan yang akan mendukung temuan pemeriksaan. Agar
dapat menjadi bukti pemeriksaan yang andal terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh pemeriksa.
36
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
a) Sumber data
Pemeriksa perlu mendapatkan data pemeriksaan
berdasarkan identifikasi jenis dan sumber bukti
pemeriksaan yang telah ditetapkan. Namun demikian,
berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, pemeriksa
juga dapat memperoleh data di luar yang telah
direncanakan, sepanjang pada akhirnya data tersebut valid
dan andal dalam mendukung hasil pemeriksaan.
b) Cara perolehan data
Dalam mengumpulkan data pemeriksaan, pemeriksa dapat
menggunakan teknik-teknik seperti (1) reviu dokumen fisik
dan elektronik, (2) wawancara/permintaan keterangan,
(3) kuesioner, (4) observasi fisik, dan (5) penggunaan data
elektronik yang tersedia dalam database.
c) Validitas dan reliabilitas data
Data-data pemeriksaan yang diperoleh pemeriksa harus
dapat diyakini validitas dan keandalan datanya agar bisa
disebut sebagai bukti yang kompeten. PSP 04 paragraf 54
memberikan beberapa acuan untuk menilai kompetensi dari
suatu data. Validitas dan keandalan data juga dapat
ditentukan dengan pengujian langsung terhadap data.
10 Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan pengujian
bukti pemeriksaan adalah sebagai berikut.
a) Dalam menguji bukti pemeriksaan, pemeriksa dapat
menggunakan teknik-teknik pengujian, antara lain
wawancara2; inspeksi; konfirmasi; reviu analitis (rasio,
tren, pola); bagan arus, dan analisis (analisis regresi,
simulasi dan modelling, analisis muatan data kualitatif).
b) Dalam menentukan teknik pengujian bukti, maka
pemeriksa perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) jenis dan sumber bukti yang diuji; dan
2) waktu dan biaya yang diperlukan untuk menguji bukti.
c) Pemeriksa membandingkan hasil pengujian bukti-bukti
pemeriksaan dengan kriteria pemeriksaan.
d) Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi dan
kriteria, maka pemeriksa perlu mengidentifikasi sebab dan
akibat dari perbedaan tersebut.
e) Dalam mengidentifikasi sebab akibat, pemeriksa bisa
menggunakan model analisis sebab-akibat sebagai alat
analisis.
Kemudian data-data pemeriksaan keuangan kinerja yang
diperoleh selama pemeriksaan kinerja diuji untuk meyakinkan
apakah suatu organisasi/program/fungsi pelayanan publik
mempunyai pengendalian yang baik atau tidak; apakah suatu
entitas mematuhi ketentuan perundang-undangan; atau apakah
terdapat dugaan kecurangan di dalam entitas yang diperiksa.
2
Wawancara dalam hal ini lebih ditekankan untuk menguji konsistensi informasi yang diperoleh
sebelumnya.
37
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
11 Output yang dihasilkan dari kegiatan Pengujian Data adalah Output dari kegiatan
pengumpulan dan
kesimpulan hasil pengujian bukti. Kesimpulan ini berupa pengujian data
jawaban atas kriteria atau sub kriteria pemeriksaan yang telah
ditentukan sebelumnya. Format pendokumentasian simpulan
dapat mengacu pada Keputusan BPK Nomor
4/K/I-XIII.2/5/2011 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Kertas Kerja Pemeriksaan yaitu pada Lampiran 3.5
dan 3.6. Pada Petunjuk Pelaksanaan Lampiran 3.6 mengatur
tentang format pendokumentasian Hasil Pelaksanaan Prosedur
Pemeriksaan (HP3) yang berisi: tujuan, prosedur, hasil, dan
simpulan pemeriksaan. Format ini untuk menjawab sub kriteria
pemeriksaan. Sedangkan Lampiran 3.5 digunakan untuk
menjawab kriteria utama pemeriksaan.
Dalam dokumentasi pemeriksaan tersebut pemeriksa juga
mengidentifikasi unsur-unsur temuan dan usulan rekomendasi.
12 Kegiatan pada tahap Pengujian terhadap Tujuan Pemeriksaan Pengkajian pemeriksa
dalam tahap ini harus
ini didokumentasikan dalam KKP. Contoh KKP kegiatan didokumentasikan
pengujian data dapat dilihat dalam Lampiran IV.1.
D. Penyusunan Temuan Pemeriksaan
Tujuan penyusunan temuan
13 Tujuan dari kegiatan Penyusunan Temuan Pemeriksaan adalah:
1) memberikan informasi kepada entitas yang diperiksa dan
atau pihak lain yang berkepentingan tentang fakta dan
informasi yang akurat dan berhubungan dengan
permasalahan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan,
temuan pemeriksaan tersebut belum dilengkapi dengan
saran;
2) menjawab tujuan pemeriksaan dengan cara memaparkan
hasil studi/pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa dalam
mencapai tujuan pemeriksaan kinerja; dan
3) menyajikan kelemahan pengendalian intern yang
signifikan, kecurangan, dan penyimpangan dari ketentuan
perundang-undangan yang terjadi pada entitas yang
diperiksa.
Input dalam penyusunan
14 Input yang digunakan dalam kegiatan Penyusunan Temuan temuan pemeriksaan
Pemeriksaan adalah:
1) tujuan pemeriksaan;
2) kriteria yang telah ditetapkan;
3) bukti pemeriksaan; dan
4) kesimpulan hasil pengujian bukti.
15 Dalam menyusun suatu temuan pemeriksaan kinerja, hal yang Perlu diperhatikan apakah
sangat utama untuk diperhatikan adalah apakah temuan TP merupakan jawaban atas
tujuan pemeriksaan
pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa merupakan jawaban
atas pertanyaan/dugaan/hipotesis yang telah dituangkan dalam
suatu tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Suatu temuan
pemeriksaan seharusnya merupakan kesimpulan hasil
pengujian atas bukti pemeriksaan yang diperoleh pemeriksa
dalam usahanya untuk mencapai tujuan pemeriksaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Bila suatu tujuan pemeriksaan tidak
terpenuhi, disebabkan unsur-unsur temuan pemeriksaan tidak
menggambarkan apa yang seharusnya hendak dicapai dalam
38
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
39
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab IV
40
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
BAB V
PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA
A. Tujuan
01 Tujuan dari bagian petunjuk pelaksanaan pelaporan pemeriksaan ini Tujuan juklak dalam
pelaporan pemeriksaan
adalah memberikan bantuan kepada pemeriksa dalam menyusun suatu kinerja
laporan pemeriksaan kinerja. Laporan hasil pemeriksaan tersebut
diharapkan dapat (1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak
yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, (2) membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman,
(3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh instansi terkait, dan (4) memudahkan pemantauan tindak
lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya
telah dilakukan.
41
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
42
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
08 c. Rekomendasi Rekomendasi
Pemeriksa harus menyampaikan rekomendasi kepada entitas
untuk memperbaiki kinerja atas bidang yang bermasalah guna
meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan entitas yang
diperiksa.
Suatu rekomendasi akan bersifat sangat konstruktif/membangun
apabila:
diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan;
berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik;
ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk
bertindak;
dapat dilaksanakan; dan
apabila dilaksanakan, biayanya memadai.
09 4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan. Tanggapan pejabat atas
konsep LHP
Pemeriksa harus mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi atas
temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksaan dari pejabat
berwenang entitas yang diperiksa. Tanggapan pejabat yang
bertanggung jawab tersebut harus dievaluasi dan dipahami
secara seimbang dan obyektif, serta disajikan secara memadai
dalam laporan hasil pemeriksaan.
Tanggapan yang diberikan, seperti janji atau rencana tindakan
perbaikan harus dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan,
tetapi tidak dapat diterima sebagai pembenaran untuk
menghilangkan temuan dan rekomendasi yang berhubungan
dengan temuan tersebut.
Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa tersebut
bertentangan dengan temuan, simpulan, dan rekomendasi dalam
laporan hasil pemeriksaan, dan menurut pendapat pemeriksa
tanggapan tersebut tidak benar, maka pemeriksa harus
menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan tersebut
beserta alasannya secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya,
pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa
berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.
10 5) Pelaporan informasi rahasia (bila ada).
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dimungkinkan
beberapa informasi yang bersifat rahasia tidak diungkapkan dalam
LHP.
11 Input utama yang dibutuhkan dalam penyusunan konsep LHP adalah Beda waktu antara
penyampaian TP dengan
Temuan Pemeriksaan. Terkait dengan hal tersebut, yang penting penyampaian HP
diperhatikan adanya perbedaan waktu antara penyampaian TP dengan
penyampaian Hasil Pemeriksaan (HP). Dengan adanya perbedaan
waktu tersebut, maka dapat dimungkinkan bahwa temuan yang sudah
disampaikan dalam Temuan Pemeriksaan dapat saja tidak disajikan
dalam LHP jika manajemen entitas yang diperiksa dapat memberikan
bukti yang kemudian dapat diyakini oleh pemeriksa.
12 Adapun langkah-langkah dalam pembuatan Konsep Hasil Pemeriksaan Langkah-langkah pembuatan
KHP menjadi HP
(KHP) hingga menjadi HP diuraikan pada bagan di bawah ini.
43
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
PENYUSUNAN LHP
TIM PEMERIKSA *) PEMBERI TUGAS/ BADAN ENTITAS YANG
DIPERIKSA
P2 (Khususnya
TP Tujuan
Pemeriksaan)
Bukti Baru
Penyusunan
Konsep LHP
Simpulan pemeriksaan
Rekomendasi
Laporan HP
Konsep LHP
Analisis atas
tanggapan
Bertentangan
dengan KLHP?
Ya Tidak
Ya
Tanggapan
tersebut benar
Surat
Ketidaksetujuan
Tidak atas tanggapan
Dilanjutkan ke
Proses HP Final
Proses HP
dan penyampaian
ketidaksetujuan Final
atas tanggapan
HP Final HP Final
HP Final Ya Tidak
Disetujui
Proses HP Final
Distribusi
Selesai
*) Peran Tim Pemeriksa, Tortama atau Kalan, terkait dengan mekanisme penyusunan LHP,
mengacu pada Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK 2008.
44
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
13 Bagan Penyusunan LHP di atas menunjukkan beberapa prosedur yang Uraian sistematika prosedur
penyusunan HP
harus ditempuh dalam penyusunan suatu Hasil Pemeriksaan. Secara
sistematis prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penyusunan konsep LHP
Pelaksanaan penyusunan konsep LHP dilakukan berdasarkan
dokumen Temuan Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan
khususnya Tujuan Pemeriksaan. Konsep LHP harus dapat
menjawab tujuan pemeriksaan yang ada pada Program
Pemeriksaan. Konsep LHP yang disusun oleh pemeriksa terdiri dari
Laporan Hasil Pemeriksaan, Rekomendasi, dan Simpulan
Pemeriksaan.
14 2. Penyampaian konsep LHP ke entitas
Jika konsep LHP setelah pembahasan disetujui oleh Badan, konsep
LHP dikembalikan oleh BPK. Pemeriksa menyampaikan Konsep
LHP kepada entitas yang diperiksa untuk dimintai tanggapan atas
rekomendasi.
15 3. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan pemeriksaan
dari entitas yang diperiksa
Entitas memberikan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan
yang diberikan BPK, dan mengirimkan tanggapan tersebut kepada
pemeriksa.
16 4. Penyiapan konsep LHP yang sudah dilengkapi tanggapan entitas
Pemeriksa menganalisis tanggapan yang diberikan oleh entitas yang
diperiksa. Jika tanggapan tersebut tidak bertentangan dengan
Konsep LHP, pemeriksa langsung memproses konsep menjadi LHP
Final. Sebaliknya, apabila tanggapan entitas yang diperiksa
bertentangan dengan Konsep LHP, pemeriksa akan memeriksa
kebenaran tanggapan tersebut. Jika tanggapan yang bertentangan
dengan konsep tersebut benar, maka Pemeriksa akan menyusun
ulang Konsep LHP. Sedangkan, jika tanggapan tersebut terbukti
tidak benar, maka pemeriksa langsung memproses konsep menjadi
LHP Final dan mengirimkan surat ketidaksetujuan atas tanggapan
kepada entitas yang diperiksa.
17 5. Penyusunan HP final
Pemeriksa menyusun Konsep LHP yang telah lengkap menjadi
LHP Final. Pemeriksa mengirimkan LHP Final kepada Badan untuk
memperoleh persetujuan. LHP Final yang telah disetujui oleh
Badan dikirim kembali kepada pemeriksa.
18 6. Pendistribusian HP Final
LHP Final yang telah disetujui oleh Badan didistribusikan kepada
pihak yang secara resmi berkepentingan, yaitu:
1) Lembaga Perwakilan: DPR/DPD atau DPRD;
2) Entitas yang diperiksa;
3) Pimpinan Departemen/Lembaga Negara yang terkait dengan
entitas yang diperiksa; dan
4) Pihak berwenang lain yang berhak menerima LHP berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
45
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab V
19 Output yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Konsep Laporan Output penyusunan LHP
Hasil Pemeriksaan adalah:
1) Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan; dan
2) Laporan Hasil Pemeriksaan.
20 Kegiatan Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Seluruh kegiatan pemeriksa
dalam tahap ini harus
didokumentasikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dengan didokumentasikan
diberi kode indeks C.
46
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bab VI
BAB VI
PENUTUP
A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan
Juklak Pemeriksaan Kinerja mulai berlaku saat ditetapkan melalui Saat pemberlakuan
01 juklak
Keputusan BPK.
CONTOH
Pemeriksaan Kinerja
AKN/ Perwakilan.
Tahun..
BPK RI
Dampak Kesimpulan
Topik Materialitas Auditabilitas lingkungan Jml
Kepentingan Publik Kepentingan politik Signifikansi program (dipilih/ tdk
Pemeriksaan Keuangan dipilih)
Kinerja
Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor
., ..
Tortama/Kalan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011
________________________________________________________
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Dibuat oleh :
Atas ..........
Tahun.. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI
CONTOH
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat memperoleh pemahaman atas
entitas yang diperiksa yang diperlukan sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan
selanjutnya. Pemeriksa dapat mengembangkan point-point yang ada dalam template KKP sesuai
dengan kebutuhan pemeriksa di lapangan.
2. Tujuan entitas
..
..
..
..
4. Dasar hukum dan peraturan yang memengaruhi pelaksanaan program atau fungsi pelayanan
publik entitas
..
..
..
..
9. Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja
..
..
..
....
10. Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan tupoksi
entitas
..
..
..
..
CONTOH
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja
Atas .......... Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Tahun..
Disetujui oleh :
BPK RI
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi permasalahan
yang ada pada entitas sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan selanjutnya.
Hasil wawancara dengan manajemen, pemahaman entitas, dan isu yang berkembang di media
massa:
No. Indeks
CONTOH
Dibuat oleh :
Pemeriksaan Kinerja Atas .......... Direviu oleh :
Tahun..
Disetujui oleh :
BPK RI
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi tidak boleh terlalu sederhana sehingga pemantauan
terhadap kegiatan entitas tidak akan memadai dan tidak boleh pula terlalu
kompleks karena dapat mengganggu kelancaran arus informasi.
(1) Apakah jajaran pimpinan entitas telah memahami sepenuhnya
tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki?
(2) Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas dan
kemampuannya dalam menyediakan arus informasi yang diperlukan
untuk mengelola kegiatan operasional?
(3) Apakah struktur organisasi disentralisasi secara memadai?
(4) Apakah struktur organisasi didesentralisasikan secara memadai?
(5) Apakah struktur tersebut dapat memfasilitasi arus informasi ke atas,
ke bawah maupun kepada seluruh kegiatan?
(6) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan pelatihan guna pelaksanaan tugas mereka?
(7) Apakah hubungan pelaporan yang ada, baik formal maupun informal,
langsung maupun tidak langsung telah dilakukan secara efektif?
(8) Apakah hubungan pelaporan yang ada dapat memberikan informasi
yang memadai kepada para manajer sesuai tanggung jawab dan
wewenang masing-masing?
(9) Apakah manajemen dari semua bagian entitas memiliki akses
terhadap saluran komunikasi kepada pimpinan entitas?
(10) Apakah terdapat mekanisme evaluasi sehubungan dengan perubahan
kondisi lingkungan?
(11) Apakah terdapat kemungkinan perubahan terhadap struktur
organisasi secara berkala sehubungan dengan perubahan kondisi
lingkungan?
(12) Apakah terdapat jumlah personil yang memadai, khususnya untuk
kapasitas supervisor maupun manajemen?
(13) Apakah para manajer dan supervisor memiliki waktu yang memadai
untuk menjalankan tanggung jawabnya secara efektif?
d. Analisis Risiko
(1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan proses formal untuk
menganalisis risiko termasuk proses informal berdasarkan aktivitas
sehari-hari?
(2) Apakah telah ditetapkan kriteria dalam menetapkan tingkat risiko
rendah, sedang, dan tinggi?
(3) Apakah tingkat manajemen dan staf sudah terlibat dalam analisis
risiko?
(4) Apakah risiko yang diidentifikasi dan dianalisis relevan dengan tujuan
operasional entitas?
(5) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan signifikansinya?
(6) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan kemungkinan dan
frekuensi terjadinya?
(7) Apakah analisis risiko sudah termasuk penentuan kategorinya,
rendah, sedang, dan tinggi?
(8) Apakah sudah ada penentuan tentang bagaimana mengelola atau
meminimalkan risiko dengan baik termasuk tindakan-tindakan yang
harus diambil?
(9) Apakah pendekatan terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko
sudah sesuai dengan sifat entitas?
(10) Apakah pendekatan terhadap risiko sudah didesain untuk menjaga
tingkat risiko pada tingkat yang dapat ditolerir?
(11) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk mengelola
risiko tertentu pada level operasional entitas?
(12) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk
meminimalisasi risiko tertentu pada level operasional entitas?
(13) Apakah ada pemantauan atas implementasi atas aktivitas
pengendalian tersebut?
3. Aktivitas Pengendalian
a. Pelaksanaan reviu oleh manajemen pada tingkat atas (top-level reviews)
(1) Apakah terdapat mekanisme reviu dari pejabat tinggi atau manajer
senior untuk mengawasi pencapaian suatu entitas terhadap rencana
yang telah dibuat?
(2) Apakah pejabat tinggi atau manajer senior mengawasi pencapaian
suatu entitas terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme
yang ada?
(3) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait?
(4) Apakah terdapat mekanisme reviu pada semua tingkat manajemen
fungsional untuk menelaah kinerja suatu aktivitas atau fungsi
terhadap rencana yang telah dibuat?
(5) Apakah manajer yang terkait menelaah kinerja suatu aktivitas atau
fungsi terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme yang
ada?
(6) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait?
i. Pendokumentasian
(1) Apakah sistem pengendalian intern, semua transaksi dan kejadian
penting lainnya telah didokumentasikan secara memadai?
(2) Apakah dokumentasi tersebut selalu tersedia untuk kepentingan
pengujian?
(3) Apakah dokumentasi terhadap transaksi maupun kegiatan penting
lainnya telah dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga
memungkinkan dilakukannya penelusuran?
(4) Apakah dokumentasi tersebut, baik tertulis maupun secara elektronis,
berguna bagi proses evaluasi, analisis, dan pengendalian?
5. Pemantauan
a. Pemantauan Berkelanjutan (ongoing monitoring)
(1) Apakah pemerintah atau manajemen memiliki strategi untuk menjamin
efektivitas pelaksanaaan pemantauan berkelanjutan. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
(a) Apakah strategi yang dimiliki pemerintah atau manajemen
menjamin umpan balik (feed back) secara rutin, pemantauan
kinerja, dan pencapaian tujuan SPI?
(b) Apakah strategi pemantauan mencakup metode yang memberi
penekanan kepada pejabat pelaksana atau manajer operasi
dalam memantau efektivitas SPI?
(c) Apakah strategi pemantauan mencakup identifikasi kegiatan
operasi utama yang membutuhkan reviu dan evaluasi tersendiri?
(3) Apabila evaluasi ini dilakukan oleh pemeriksa intern, apakah mereka
memiliki sumber daya, kemampuan dan independensi yang memadai.
Hal-hal berikut perlu menjadi bahan pertimbangan:
(a) Apakah unit pemeriksa intern mempunyai pegawai dengan
kompetensi dan pengalaman untuk melakukan evaluasi?
(b) Apakah secara organisasi pemeriksa intern independen dan
melaporkan hasil evaluasi kepada tingkat tertinggi yang ada
dalam organisasi?
(c) Apakah tanggung jawab, lingkup pekerjaan, dan rencana
pemeriksaan pemeriksa intern dapat memenuhi kebutuhan
organisasi?
(d) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi telah
dilaporkan kepada puncak pimpinan?
(e) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi telah
diselesaikan secara tepat?
KESIMPULAN:
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas .... Dibuat oleh :
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI
CONTOH
KERTAS KERJA PENENTUAN AREA POTENSIAL
Tujuan Kegiatan ini adalah menentukan area-area potensial yang akan menjadi area kunci dalam
pelaksanaan pemeriksaan
No Hasil Identifikasi Masalah Area Potensial
1 2 3
1.
2.
3.
4.
Catatan:
1. Kolom 2 Hasil Identifikasi Masalah diisi dengan output berupa masalah-masalah utama yang didapatkan
dari langkah Pemeriksaan Kinerja sebelumnya yaitu Identifikasi Masalah.
2. Kolom 3 Area Potensial diisi dengan Area/Program/Kegiatan/Bidang yang berkaitan dengan masalah utama
yang didapatkan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja LAMPIRAN III.6 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 9/K/I-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011
CONTOH
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja
Dibuat oleh :
Atas ..........
Direviu oleh :
Tahun..
Disetujui oleh :
BPK RI
Tujuan dari kegiatan Penetapan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan adalah memberikan arah yang
jelas pada proses pelaksanaan pemeriksaan untuk menghindari prosedur-prosedur yang tidak perlu, dan
lebih fokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian pemeriksa akan lebih mudah mengambil keputusan pada akhir pemeriksaan. Pemeriksa
dapat mengembangkan butir-butir yang ada dalam template KKP sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2. Tujuan pemeriksaan
..
..
..
4. Lingkup pemeriksaan
..
..
..
CONTOH
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja
Dibuat oleh :
Atas .......... Direviu oleh :
Tahun..
Disetujui oleh :
BPK RI
Tujuan kegiatan pengujian data adalah menentukan bukti-bukti pemeriksaan yang penting dan perlu sebagai
bahan penyusunan suatu temuan pemeriksaan, kesimpulan pemeriksaan, dan usul rekomendasi.
4. Usul rekomendasi :
..
..
.........................................
1. Daeng M. Nazier
2. Hery Subowo
3. Ria Anugriani
4. Beni Subena
7. Dwi Afriyanti
9. Subeki Supriyadi
14. Yosie