Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Proses Manajemen Pemeliharaan itu sendiri berarti suatu cara yang sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan pada aspek-aspek kegiatan yang penting dan saling
berkaitan. Kegiatan-kegiatan itu merupakan konsep dasar dari manajemen
pemeliharaan yang meliputi antara lain:

1. Perencanaan (Planning) Manajer harus terlebih dahulu memikirkan dengan


matang tujuan dan tindakannya. Tindakan manajer biasanya didasarkan atas
suatu metode, rencana, atau logika tertentu.

2. Pengorganisasian (Organizing) Manajer mengkoordinasikan sumber daya


manusia serta sumber daya bahan dan alat yang dimiliki organisasi
bersangkutan dengan kemampuan tertentu untuk mengerahkan sumber daya
dalam mencapai tujuannya. Jelas kiranya semakin terpadu, terkoordinasi
tugas-tugas sebuah organisasi, akan semakin efektiflah organisasi tersebut.

3. Pengarahan (Directing) Bagaimana Manajer mengarahkan dan mempengaruhi


para bawahan, bagaimana agar orang-orang lain melaksanakan tugas-tugas
yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat, manajer membantu
para bawahannya untuk bekerja sebaik-baiknya.
4. Pengkoordinasian (Coordinating) Pengkoordinasian dapat diartikan sebagai
proses untuk menyatukan berbagai tujuan dan kegiatan dari berbagi satuan
organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pengendalian (Controlling) Manajer berusaha untuk menjamin organisasi untuk


bergerak ke arah tujuannya dengan benar. Apabila ada bagian tertentu dari
organisasi itu pada jalan yang salah, manajer harus berusaha untuk
menemukan penyebabnya kemudian mengarahkan kembali ke jalan yang
benar.

Fase Proses Pencapaian Tujuan


Pengertian Manajemen Pemeliharaan
Secara garis besar pengertian manajemen pemeliharaan yaitu pengorganisasian
operasi pemeliharaan untuk memberikan performansi mengenai perawatan .

Dasar pemikiran yang sehat dan logis adalah suatu persyaratan terbaik dalam
mengorganisasikan pemeliharaan. Pengorganisasian ini mencakup penerapan dari
metode manajemen dan memerlukan perhatian yang sistematis. Hal ini merupakan
pekerjaan yang harus dipertimbangkan secara sungguhsungguh dalam mengatur
perlengkapan. Dimana perlengkapan itu merupakan peralatan, material, tenaga kerja,
biaya, teknik atau tata cara yang diterapkan serta waktu pelaksanaannya. Dengan
mengetahui tujuan dan sistem manajemen yang diterapkan, maka akan dapat
mengatasi masalah, megambil tindakan serta mengerti dengan jelas permasalahan
yang sedang dihadapi.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merencanakan


organisasi maintenance antara lain :

1. Situasi Geografis;

2. Jenis Peralatan (Equipment);

3. Kontinuitas operasi (Operational Continuity);

4. Tenaga Kerja

5. Ruang Lingkup bagi Maintenance; Dalam suatu bagian maintenance yang


diserahi tanggung jawab hanya untuk memelilhara jalan saja, maka beban
organisasinya tidak seberat suatu bagian maintenance dengan tanggung jawab
yang meliputi bidang kerja lain.
Prosedur Perencanaan Pemeliharaan

Pada perkembangannya sistem pemeliharaan yang terencana telah dapat dibuktikan


keuntungannya terutama oleh teknisi-teknisi maintenance yang terjun langsung dalam
pelaksanaan sistem pemeliharaan terencana. Skema dibawah ini menunjukkan
bagaimana sistem kerja pemeliharaan terencana.

Langkah pertama menentukan terlebih dahulu apa yang akan dipelihara. Hal ini amat
tergantung persiapan segala fasilitas. Jadwal pemeliharaan harus disiapkan.
Mencakup pula keterangan-keterangan bagaimana pemeliharan tersebut harus
dilakukan.

Sesudah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya menyusun spesifikasi


pekerjaan (instruksi kerja) yang pada dasarnya merupakan alat komunikasi dengan
pelaksana untuk mengarahkan dalam menjalankan kegiatan pemeliharaan pada
peralatan tertentu. Beberapa manfaat dari spesifikasi pekerjaan atau lebih sering
disebut dengan instruksi kerja antara lain :

1. Merupakan instruksi dasar tindakan yang harus dilakukan -Menunjukkan


metode kerja, alat-alat apa yang dibutuhkan atau alat uji apa yang harus
digunakan.

2. Dapat dianggap sebagai standar kerja, sehingga siapapun yang melakukan


mempunyai cara yang sama, sekaligus mempengaruhi keselamatan kerja.

Bagian pemeliharaan sebaiknya merencanakan program pemeliharaan berkala untuk


selama jangka waktu tertentu.
Perencanaan penjadwalan disusun dengan bertitik tolak dari perancangan operasi
perusahaan secara keseluruhan, sebelum menetapkan rencana harus dilakukan
analisa terlebih dahulu untuk menetapkan sampai sejauh mana posisi kita berada
sekarang. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan untuk
menetapkan jadwal pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- tingkat kerumitan pemeliharaan

- tingkat pemeliharaan yang harus dilakukan

- kemampuan personil pelaksana pemeliharaan


Permasalahan Manajemen Dan Teknis Pemeliharaan Jalan

Permasalahan Manajemen pemeliharaan jalan saat ini adalah kondisi dimana biaya
pemeliharaan jalan semakin mahal, sementara jumlah dana yang tersedia sangat
terbatas. Disisi lain jumlah volume lalu lintas yang melalui jalan akan semakin
meningkat serta menuntut adanya pelayanan yang memadai. Maka pengelola jalan
harus mencari cara untuk menjaga agar jalan tetap dalam kondisi yang prima dan
layak. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dari masyarakat pengguna jasa ini,
diperlukan suatu cara yaitu sistem penanganan jalan yang baik. Sistem penanganan
jalan tersebut dikenal dengan Manajemen Pemeliharaan Jalan atau Maintenance
Management System (MMS). MMS ini sangat membantu dalam rangka pemeliharaan
dan pengelolaan jalan. Dengan adanya MMS seluruh kegiatan pemeliharaan, baik itu
pemeliharaan rutin, periodik dan khusus/darurat, dapat terawasi dan terjadwal dengan
baik. Seluruh kegiatan pemeliharaan yang telah dilaksanakan disimpan/direkam
dalam MMS ini, sebagai data yang apabila diperlukan sewaktu-waktu dapat segera
dimunculkan dengan cepat. Dalam struktur organisasi jalan terdapat bagian yang
bertugas mengatur program, pelaksanaan serta pengawasan pemeliharaan. Tata
cara pelaksanaan Manajemen Pemeliharaan Jalan yang sudah ada cukup baik,
dilengkapi dengan prosedur pemeliharaan, diagram alir pendataan aset, inspeksi,
serta perencanaan tindak lanjut. Berdasarkan data dan studi literatur yang diperoleh,
didapatkan bahwa dengan menggunakan manajemen pemeliharaan jalan akan
memudahkan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Dan dari hasil analisis tata cara
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jalan, didapatkan pengelompokan pekerjaan
pemeliharaan rutin, periodik serta khusus.Untuk penelitian lebih lanjut, perlu dilakukan
penelitian pada sumber daya manusia serta biaya pada pekerjaan pemeliharaan.
Jalan rusak itu karena umur ekonomisnya telah melampaui, atau karena tidak
terpelihara dengan baik atau bahkan tidak ada pemeliharaan jalan sama sekali
sehingga umur ekonomis jalan lebih cepat Rusak. Rusaknya jalan dari kondisi baik
menuju kondisi rusak ringan, menurut catatan yang tercecer dari studi-studi yang telah
dilakukan baik di benua asia, afrika maupun latin amerika dan caribia yang selalu di
quote oleh mahaguru pemeliharaan jalan seperti Heggie, Zietlow, ataupun ahli-ahli
manajemen jalan yang bercokol di institusi global, menyebutkan bahwa setiap US$. 1
tidak ditanam dalam pemeliharaan jalan, yang menyebabkan jalan dengan kondisi
baik menurun menjadi kondisi rusak berat, maka pada setiap US$ 1 tidak ditanam
untuk pemeliharaan jalan akan menyebabkan pengguna jalan harus membayar extra
US$. 3 dan pemerintah harus membayar US$. 3 karena kerusakan dini yang harus
ditangani. Kerugian ini menyebabkan pengguna jalan kekurangan daya beli sebesar
US$. 3, dan ini berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Life cycle umur jalan adalah sebagai berikut: (1)jalan sangat baik (SB) jalan baru
dibangun, (2)Jalan Baik (B) jalan masih dalam kondisi baik, artinya tidak terdapat
lubang-lubang di jalan, penanganan jalan adalah pemeliharaan rutin yang berupa
pemotongan rumput, pembersihan selokan dan aliran air, dalam kaitannya dengan
biaya pemeliharaan rutin, apabila berpatokan pada jalan nasional, biaya per km
pemeliharaan rutin jalan nasional adalah sebesar Rp. 50 juta, sedangkan untuk jalan
daerah, rata-rata hanya berkisar Rp. 7 s/d 10 juta; jalan dalam kondisi sedang, sudah
nampak retak-retak kecil, adanya lendutan awal dan penanganan yang diperlukan
adalah pemeliharaan berkala dengan biaya sekitar Rp. 1 miliar/km; (3) Jalan rusak
ringan adalah: kondisi jalan yang sudah mulai berlubang dan mulai menghambat
perjalanan kendaraan, terapi yang diperlukan dalam hal ini adalah rehabilitasi sekitar
Rp. 2 Miliar/per km; sedangkan jalan rusak berat adalah kondisi jalan yang sudah
sulit dilewati oleh kendaraan karena kerusakan/lobang terapi yang diperlukan adalah
Rekonstruksi yang memakan biaya sekitar Rp. 3 miliar/km. Untuk pembangunan jalan
baru diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp. 3 s/d 5 Miliar tergantung spec.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diperkirakan berapa biaya perbaikan
jalan kabupaten s/d kondisi baik, berdasarkan data diatas, maka diperkirakan biaya
yang diperlukan untuk membiayai jalan kabupaten, apabila berasumsi semua rusak
ringan dan rusak berat di terapi dengan rehabilitasi dan biaya rehabilitasi jalan
kabupaten (sub standar atau sekitar 5 meter lebar saja) adalah Rp. 2 miliar, maka
diperlukan sekitar Rp. 2 M x 180.000 km jalan dan ini berarti biaya yang diperlukan
paling tidak Rp. 360 Triliun untuk sekali mencapai 100% jalan kabupaten baik, dan
apabila ini merupakan rencana kerja 5 tahun, maka paling tidak setiap tahun
diperlukan sekitar Rp. 72 triliun/tahun, dan apabila dibagi dengan jumlah
kabupaten/kota yang menurut data Ditjen ODA adalah sekitar 497 kabupaten/kota,
maka dengan asumsi pembagian secara merata, maka rata-rata setiap
kabupaten/kota harus menyiapkan Rp. 145 miliar, yang tentu saja berat sekali.
(bandingkan dengan temuan bank dunia yang menyebutkan biaya perawatan jalan
yang dibutuhkan mencapai Rp. 32.5 Triliun untuk provinsi/kabupaten/kota, sedangkan
yang disiapkan sebesar Rp. 14.9 triliun per tahun, yang berarti kebutuhan rata-rata
provinsi/kabupaten/kota adalah Rp. 28 miliar rata-rata diperlukan untuk tetap
memelihara jalan agar tetap dalam kondisi mantap, dan ini bukan dana yang kecil bagi
kabupaten.

Dana jalan nasional selama lima tahun berturut-turut ini, cukup besar dibandingkan
lima tahun sebelumnya, tercatat dalam REnstra Bina Marga, dana sekitar Rp. 148
triliun dipergunakan untuk preservasi jalan nasional yang panjangnya 38,000 km,
diperkirakan pada akhir tahun 2014 nantinya kondisi jalan yang mantap akan
mencapai sekitar 94% naik sekitar 8%, dan kenaikan 8% tersebut memakan biaya Rp.
148 triliun, yang artinya kenaikan 1% diperlukan biaya Rp.18.5 Triliun. ini berarti
kenaikan 1% dari jalan nasional sama dengan kebutuhan perbaikan jalan daerah-
provinsi diseluruh indonesia.
Selain masalah pendanaan, masalah teknis pelaksanaan pemeliharaan
juga merupakan masalah yang harus disiasati agar minimal, teknis pelaksanaan tentu
saja dapat dilaksanakan melalui fasilitasi jalan daerah, atau dapat dilaksanakan
dengan menekankan jalan kabupaten sebagai bagian yang integral dalam
peningkatan konektivitas 6 koridor ekonomi di Indonesia. Sumber DAya Manusia yang
masih "murah meriah" ini merupakan hal yang perlu ditengarai sebagai bagian yang
tidak terpisahkan sebagai hambatan untuk menerima "good and smart engineer" di
kabupaten. Peningkatan kapasitas SDM yang menangani jalan daerah perlu suatu
usaha secara sistematis dan berkesinambungan, dan perlu keikutsertaan
kementerian Pekerjaan Umum dalam penyelenggaran peningkatan kapasitas, yang
mungkin dapat diintervensi melalui adanya job training untuk "engineer yang baru" di
Pusat Jalan dan jembatan, mungkin dalam waktu 6 bulan, dan setelah itu mereka
dapat dinyatakan kualified untuk pekerjaan basic preservasi dan pembangunan jalan.
Setelah 6 bulan training, engineer baru baru siap pakai, dan apabila harus menduduki
jabatan sebagai project manager, diperlukan penjenjangan dan penjenjangan tersebut
dapat didekati dengan harga investasi proyek yang bersangkutan.
Masalah lain dari pemeliharaan jalan di Indonesia, adalah masalah institusi, yang
dalam kaitan ini tentu saja perlu membedah berbagai kebijakan penyelenggaraan
jalan di Indonesia, dan untuk tulisan ini mari melihat kebijakan tentang paket proyek,
dan kebijakan swakelola. Dalam halnya paket proyek, diketahui paket proyek tersebut
dibandingkan dengan Afrika Selatan misalnya, paket proyek itu punya range minimal
sekitar 100 km panjang, sedangkan di Indonesia, dengan melihat contoh jalan
nasional, paket proyek itu hanya berkisar pada 3 s/d 5 km rata-rata, ini perlu
mendapatkan respons yang cepat dalam rangka mencari optimalisasi penggunaan
dana proyek. Memang saat ini jalan nasional, juga telah melakukan pilot project dalam
kaitannya dengan pengenalan performance based maintenance Contract yang
mengharuskan proyek berlaku selama minimal 5 tahun dan panjang proyek minimal
100 km, yang saat ini sedang dalam pilot project di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tiga hal utama masalah pemeliharaaan jalan di Indonesia, pendanaan, teknis dan
institusi perlu dicermati dan ditindak lanjuti terutama dalam kaitannya dengan
penhyelenggaraan MP3EI, pemeliharaan dan pembangunan Jalan
kabupaten/kota/provinsi sebagai bagian dari aspek konektivitas domestik di
Indonesia, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai