Anda di halaman 1dari 18

MODUL 6

KECEPATAN DISOLUSI
I. Prinsip Percobaan
Semakin tinggi kosentrasi zat terlarut maka semakin cepat pula
kecepatan disolusiya.

II. Tujuan Percobaan


1) Menerangkan faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan
disolusi suatu zat
2) Menentukan kecepatan disolusi suatu zat
3) Menggunakan alat penentu kecepatan disolusi

III. Landasan Teori


Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu
gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air.
Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen. (Tungandi, 2009).

Kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam


bentuk padatan yang terlarut dalam pelarut tertentu dengan satuan
waktu. Prinsip disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dengan pelarut. Proses pelarutan zat ini dikembangkan oleh Noyes
Whitney dengan persamaan :

dM D.S
(Cs C )
dt h

dimana
dM/dt : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat
Cs : kelarutan zat padat
C : konsentrasi zat dalam larutan saat waktu t
h : tebal lapisan difusi
Bila konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada
kelarutan zat tersebut (Cs), harga konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C)
dapat diabaikan, maka harga (Cs-C) dianggap sama dengan Cs. Sehingga
persamaan kecepatan disolusi disederhanakan menjadi :

dM DSCs

dt h
(Prasetya dkk., 2012)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan,
suhu, luas permukaan, viskositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme
(Ditjen POM, 1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan.
Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM,
1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang
Istikah Kelarutan diperlukan untk melarutkan 1 bagian
zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30

Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1000

Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak


jelas dalam rentang PH yang sempit. Indikator yang baik mempunyai
intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan
indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji
(Oxtoby.2001:303)

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Perubahan warna Pelarut


Indikator
Asam Basa

Thimol biru Merah Kuning Air

Metil kuning Merah Kuning Etanol 90%

Metil jingga Merah Kuning-jingga Air

Metil merah Merah Kuning Air

Bromtimol biru Kuning Biru Air

Fenolftalein Tak berwarna Merah-ungu Etanol 70%

Thimolftalein Tak berwarna Biru Etanol 90%

IV. Prosedur Percobaan

A. Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Disolusi Zat

Diisi bejana dengan 900 mL air suling dan dipasang thermostat pada suhu 30C

Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai 30C dimasukkan 2 gram asam salisilat dan
dihidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm.
Diambil sebanyak 20 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit
setelah pegadukan. Setiap selesai pengambilan sampel segera digantika dengan 20 mL air
suling.

Ditentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel denga metode titrasi asam basa
menggunakan NaOH 0,05 N dan indikator fenolftalein. Dihitung faktor koreksi konsentrasi
asam salisilat yang diperoleh setiap selang waktu pengenceran yang dilakukan karena
penggatian larutan sampel dengan air suling.

Ditabelkan hasil yang diperoleh dan dibuat kurva hubungan antar konsentrasi asam salisilat
yang diperoleh oleh waktu.

Dilakukan percobaan yang sama pada 30C dan 45C untuk dilihat pengaruh suhu terhadap
kecepatan disolusi.

B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Disolusi Zat

Diisi bejana dengan 900 mL air suling dan dipasang thermostat pada suhu 30C
Jika suhu air di dalam bejana sudah mencapai 30C dimasukkan 2 gram asam salisilat dan
dihidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm.

Diambil sebanyak 20 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit
setelah pegadukan. Setiap selesai pengambilan sampel segera digantika dengan 20 mL air
suling.

Ditentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel denga metode titrasi asam basa
menggunakan NaOH 0,05 N dan indikator fenolftalein. Dihitung faktor koreksi konsentrasi
asam salisilat yang diperoleh setiap selang waktu pengenceran yang dilakukan karena
penggatian larutan sampel dengan air suling.

Ditabelkan hasil yang diperoleh dan dibuat kurva hubungan antar konsentrasi asam salisilat
yang diperoleh oleh waktu.

Dilakukan percobaan yang sama dengan kecepatan pegadukan 100 dan 150 rpm untuk
dilihat pengaruh kecepatan pegadukan terhadap kecepatan disolusi.
V. Data Pengamatan dan Perhitungan
Suhu 300 , 50 rpm

Waktu ke Volume NaOH yang Konsentrasi Asam Faktor


(menit) dibutuhkan (mL) Salisilat (N) Koreksi

1 0,8 0,002
5 0,4 0,001 0,001
10 0,9 0,00225 0,002
15 4,4 0,011 0,01
20 2,1 0,00525 0,00561

Suhu 370 , 50 rpm

Waktu ke Volume NaOH yang Konsentrasi Asam Faktor


(menit) dibutuhkan (mL) Salisilat (N) Koreksi

1 1,1 0,00275
5 1,3 0,00325 0,003
10 3,0 0,0075 0,007
15 3,1 0,00775 0,008
20 2,8 0,007 0,074

Suhu 450, 50 rpm

Waktu ke Volume NaOH yang Konsentrasi Asam Faktor


(menit) dibutuhkan (mL) Salisilat (N) Koreksi

1 2,6 0,0065
5 2,8 0,007 0,0071
10 3,1 0,00775 0,008
15 4,2 0,0105 0,0109
20 4,4 0,011 0,0117
Suhu 300, 100 rpm

Waktu ke Volume NaOH yang Konsentrasi Asam Faktor


(menit) dibutuhkan (mL) Salisilat (N) Koreksi

1 0,7 0,00175
5 1,0 0,0025 0,0025
10 2,8 0,007 0,00709
15 3,5 0,00875 0,009
20 4,2 0.0105 0,01

Suhu 300, Rpm 150

Waktu ke Volume NaOH yang Konsentrasi Asam Faktor


(menit) dibutuhkan (mL) Salisilat (N) Koreksi

1 2,0 0,005
5 2,6 0,0065 0,00661
10 3,9 0,00975 0,01
15 3,8 0,0095 0,009
20 4,0 0,01 0,01

Kurva hubunga antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh


dengan waktu :

Suhu 300 , Rpm 50


0.012
0.00975 0.01
0.0095
0.01

0.008 0.0065
0.006 0.005

0.004

0.002

0
0 5 10 15 20 25
Suhu 370 , Rpm 50
0.012
0.00975 0.01
0.0095
0.01

0.008 0.0065
0.006 0.005

0.004

0.002

0
0 5 10 15 20 25

Suhu 450 , Rpm 50


0.012
0.00975 0.01
0.0095
0.01

0.008 0.0065
0.006 0.005

0.004

0.002

0
0 5 10 15 20 25

Kurva hubunga antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh


dengan waktu :

Suhu 300 , Rpm 100


0.012
0.00975 0.01
0.0095
0.01

0.008 0.0065
0.006 0.005

0.004

0.002

0
0 5 10 15 20 25
Suhu 300 , Rpm 150
0.012
0.00975 0.01
0.0095
0.01

0.008 0.0065
0.006 0.005

0.004

0.002

0
0 5 10 15 20 25

Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan


Disolusi Zat
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25

Suhu 30, Rpm 50 Suhu 37, Rpm 50 Suhu 45, Rpm 50

Pengaruh Kecepatan Pengadukan


terhadap Kecepatan Disolusi Zat
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25

Suhu 30, Rpm 100 Suhu 30, Rpm 150


Perhitungan :
Pengaruh suhu 30C, rpm 50
Diketahui :
NNaOH = 0,05 N
BE = 40
V=IL
Ditanyakan :
Normalitas (N)
Jawab :
gr 1000
N=BE x V
gr 1000
0,05 = 40 x 1000
gr= 2 gram
Pengaruh suhu 30C, rpm

Vol.NaOH
Menit yang Konsentrasi
Faktor Koreksi
Ke- terpakai Asam Salisilat
(mL)
V1.N1= V2.N2
0,8 mL . 0,05 N= 20 mL. N2
1 0,8 0.04 = 20. N2
-
N2= 0,002= 2x103
V1.N1= V2.N2 0,001x 900 mL + 0,002 x 20 mL
0,4 mL . 0,05 N= 20 ml. N2 = 900 mL
5 0,4 0,02 = 20. N2
N2= 0,001= 1x103 = 1,044 X 103
V1.N1= V2.N2 =
0,9 mL . 0,05 N= 20 ml. N2 0,00225X900+0,002X20+0,001X20
10 0,9 0,045 = 20. N2 900
N2= 0,00225= 2,25x103 = 2,316 X 103
V1.N1= V2.N2 =
4,4 mL . 0,05 N= 20 ml. N2 0,011X900+0,002X20+0,001X20+0,00225X20
15 4,4 0,22 = 20. N2 900
N2= 0,011= 11x103 =1,1 X103
=(0,00525X900 +
V1.N1= V2.N2
0,002X20 + 0,001X20 +
2,1 mL . 0,05 N= 20 ml. N2
20 2,1 0,105 = 20. N2 0,00225X20 +
N2= 0,00525= 5,25x103 0,011X20)/900
= 5,611X103
Pengaruh suhu 30C, rpm 100

Vol.NaOH
Menit yang Konsentrasi
Faktor Koreksi
Ke- terpakai Asam Salisilat
(mL)
V1.N1= V2.N2
0,7 mL . 0,05 N= 20 mL.
N2
1 0,7 -
0,035 = 20. N2
N2= 0,00175= 1,75x103
N
V1.N1= V2.N2
0,0025x 900 mL + 0,0175 x 20 mL
1 mL . 0,05 N= 20 mL. N2 =
900 mL
5 1,0 0,05 = 20. N2
N2= 0,0025= 2,5x103N =2,538X103

V1.N1= V2.N2
2,8 mL . 0,05 N= 20 mL. 0,007X900+0,0025X20+0,00175X20
=
10 2,8 N2 900
0,14 = 20. N2 = 7,0944 X 103
N2= 0,007= 7x103 N
V1.N1= V2.N2
3,5 mL . 0,05 N= 20 ml. =
N2 0,00875X900+0,0025X20+0,00175X20+0,007X20
15 3,5
0,175 = 20. N2 900
N2= 0,00875= 8,75x103 =9 X103
N
V1.N1= V2.N2 =(0,0105X900 + 0,0025X20 +
4,2 mL . 0,05 N= 20 ml. 0,00175X20 + 0,007X20 +
20 4,2 N2 0,00875X20)/900
0,21 = 20. N2
N2= 0,0105= 10,5x103 = 1,2160X105
Pengaruh suhu 30C, rpm 150

Vol.NaOH
Menit yang Konsentrasi
Faktor Koreksi
Ke- terpakai Asam Salisilat
(mL)
V1.N1= V2.N2
2,0 mL . 0,05 N= 20 mL.
1 2,0 N2 -
0,1 = 20. N2
N2= 0,005= 5x103 N
V1.N1= V2.N2 0,0065x 900 mL + 0,005 x 20 mL
=
2,6 mL . 0,05 N= 20 mL. 900 mL
5 2,6 N2
0,13 = 20. N2 = 0,00661
N2= 0,0065= 6,5x103N =661X105
V1.N1= V2.N2
3,9 mL . 0,05 N= 20 mL. 0,00975X900+0,005X20+0,0065X20
=
N2 900
10 3,9 =0,01
0,195 = 20. N2
N2= 0,00975= = 1X102
9,75x103 N
V1.N1= V2.N2 =
3,8 mL . 0,05 N= 20 ml. 0,0095X900+0,005X20+0,0065X20+0,00975X20
15 3,8 N2 900
0,19 = 20. N2 =9,9722
N2= 0,0095= 9,5 x103 N =99722X104
V1.N1= V2.N2 =(0,0105X900 + 0,005X20 +
4,0 mL . 0,05 N= 20 ml. 0,0065X20 + 0,00975X20 +
20 4,0 N2 0,0095X20)/900
0,2 = 20. N2
N2= 0,01= 1x102 = 111X104
Pengaruh suhu 37C, rpm 50

Vol.NaOH
Menit yang Konsentrasi
Faktor Koreksi
Ke- terpakai Asam Salisilat
(mL)
V1.N1= V2.N2
1,1 mL . 0,05 N= 20 mL.
N2
1 1,1 -
0,055 = 20. N2
N2= 0,00275= 2,75x103
N
V1.N1= V2.N2
0,00325x 900 mL + 0,00275 x 20 mL
1,3 mL . 0,05 N= 20 mL. = 900 mL
5 1,3 N2
0,065 = 20. N2 = 3,311X103
N2= 0,00325 3,25x103N
V1.N1= V2.N2
0,0075X900+0,00275X20+0,00325X20
3,0 mL . 0,05 N= 20 mL. = 900
10 3,0 N2
0,15 = 20. N2 = 7,633X103
N2= 0,0075= 7,5x103 N
V1.N1= V2.N2
3,1 mL . 0,05 N= 20 ml. =
0,00775X900+0,00275X20+0,00325X20+0,0075X20
N2
15 3,1 900
0,155 = 20. N2
N2= 0,00755= 7,75 x103 =8,05X103
N
V1.N1= V2.N2 =(0,007X900 + 0,00275X20 +
2,8 mL . 0,05 N= 20 ml. 0,00325X20 + 0,0075X20 +
20 2,8 N2 0,00775X20)/900
0,14= 20. N2
N2= 0,007= 7x103 = 7,472103
Pengaruh suhu 45C, rpm 50

Vol.NaOH
Menit yang Konsentrasi
Faktor Koreksi
Ke- terpakai Asam Salisilat
(mL)
V1.N1= V2.N2
2,6 mL . 0,05 N= 20 mL.
N2
1 2,6 -
0,13 = 20. N2
N2= 0,0065= 6,5x103 N

V1.N1= V2.N2
2,8 mL . 0,05 N= 20 mL. 0,007x 900 mL + 0,0065 x 20 mL
=
N2 900 mL
5 2,8 =7,144X10 3
0,14 = 20. N2
N2= 0,007 =7x103 N

V1.N1= V2.N2
3,1 mL . 0,05 N= 20 mL. 0,00775X900+0,0065X20+0,007X20
=
N2 900
10 3,1
0,155 = 20. N2
N2= 0,00775= = 8,05X103
3
7,75x10 N
V1.N1= V2.N2
4,2 mL . 0,05 N= 20 ml. =
0,0105X900+0,0065X20+0,007X20+0,00775X20
N2
15 4,2 900
0,21 = 20. N2 =0,0109
N2= 0,0105= 10,5 x103 =109X104
N
V1.N1= V2.N2 =(0,011X900 + 0,0065X20 +
4,4 mL . 0,05 N= 20 ml. 0,007X20 + 0,00775X20 +
20 4,4 N2 0,0105X20)/900
0,22= 20. N2
N2= 0,011= 11x103 = 11,7X 103
VI. Pembahasan
Kecepatan Disolusi merupakan kemampuan zat terlarut untuk
melarut dalam pelarut persatuan waktu. Tujuan dari percobaan
kecepatan disolusi adalah menerangkan faktor- faktor yang
mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, menentukan kecepatan
disolusi suatu zat, dan menggunakan alat penentu kecepatan disolusi.
Prinsip kecepatan disolusi adalah semakin tinggi kosentrasi zat terlarut
maka semakin cepat pula kecepatan disolusiya. Difusi didefinisikan
sebagai proses transfer masa molekul tunggal suatu senyawa yang
terjadi karena gerakan molekul acak dan dikaitkan dengan gaya dorong
seperti gradien konsentrasi (Martin, 2006).

Struktur Kimia Asam Salisilat


Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Struktur kimia asam salisilat dan turunannya (Delaney, 1994).


Fungsi dari percobaan kecepatan disolusi adalah untuk mengetahui
seberapa banyak zat aktif diabsorbsi oleh tubuh. Percobaan yang kita lakukan
menggunakan metode suspensi. Metode suspensi adalah serbuk zat aktif yang
akan ditentukan kecepatan disolusinya ditambahkan ke dalam pelarut.

Untuk percobaan pertama dilakukan uji kecepatan disolusi yang


dipengaruhi oleh suhu. Pertama diisi bejana dengan 900 mL air suling
menganalogikan bahwa bejana tersebut lambung kita yang mempunyai kapasitas
maksimal menampung asam lambung dari lambung kita sebanyak 900 mL. Lalu
jika suhu air di dalam bejana mencapai 30C masukkan 2 gram asam salisilat dan
hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm, diambil 20 mL air dalam
bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20 menit setelah pengadukan. Dilakukan
selang waktu tersebut untuk mencari waktu optimal. Setiap selesai pegambilan
sampel segera gantikan dengan 20 mL air suling. Ditentukan kadar asam salisilat
yang terlarut dari setiap sampel dengan metode titrasi asam basa menggunakan
NaOH 0, 05 N dan indikator fenolftalein yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah muda ketika mencapai titik akhir titrasi. Dilakukan percobaan
yang sama dengan suhu 37C dan 45C untuk melihat pengaruh suhu terhadap
kecepatan disolusi. Dari percobaan yang telah kita lakukan bahwa pengaruh suhu
mempengaruhi kecepatan disolusi karena apabila suhu meningkat maka kecepatan
disolusi akan meningkat.
k .T
D = 6. . . r

Dari suhu 30C, 37C, dan 45C kecepatan disolusi lebih meningkat di suhu
45C.

Suhu 450 , Rpm 50


0.012
0.00975 0.0095 0.01
0.01
0.008 0.0065
0.006 0.005
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25

Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak kosentrasi asam salisilat


yang terlarut pada suhu 45C, karena semakin banyak konsentrasi asam salisilat
maka semakin banyak pula NaOH yang dibutuhkan hal tersebut menunjukkan
bahwa banyak asam salisilat yang terlarut.

Dalam percobaan kedua yakni pengaruh kecepatan pengadukan terhadap


kecepatan disolusi zat dilakukan percobaan yang sama dengan suhu 30C dengan
kecepatan pengadukan 100 dan 150 rpm. Dari kecepatan pengadukan 50, 100, dan
150 rpm kecepatan disolusi meningkat pada 100 rpm.

Suhu 300 , Rpm 100


0.012 0.01
0.00975 0.0095
0.01
0.008 0.0065
0.006 0.005
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan disolusi (h).
Pengadukan yang cepat akan memperkecil tebal lapisan difusi sehingga kecepatan
disolusi akan meningkat.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori tersebut,


dimungkinkan karena adanya kesalahan pada saat memasukkan zat aktif pada
bejana yang harusnya dimasukkan pada saat suhu 30C kita memasukkan zat aktif
sebelum suhu mencapai 30C.

VII. Kesimpulan
Kecepatan disolusi adalah kemampuan zat terlarut untuk melarut
dalam pelarutnya persatuan waktu, yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Sifat fisiko kimia zat aktif :
Kelarutan zat aktif
Ukuran partikel
Bentuk kristal obat
Sifat permukaan zat
2. Kondisi pengujian
Suhu
Viskositas
pH pelarut
Kecepatan pengaduka
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Ditjen POM

Oxtoby, David W, dkk . 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Jilid 1. Jakarta:


Erlangga

Prasetya, Jemmy Anton dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika.


Jimbaran: Udayana University Press

Sinko, P. J., 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tungadi, Robert. 2009.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Gorontalo:


Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai