16 Efek Samping Steroid
16 Efek Samping Steroid
com/10-fakta-tentang-anabolic-
steroid-yang-perlu-anda-ketahui/
[Catatan Kaki]
Steroid sering kali disuntikkan ke dalam tubuh, sehingga mereka yang
memakai jarum secara bergantian berisiko tinggi terkena HIV atau penyakit
lain yang ditularkan melalui darah.
10 Kejadian Akibat Pemakaian Steroid
Berlebihan
Ingin memiliki bentuk otot yang kekar bak Dwayne Johnson? Tentu saja kamu harus rajin
melakukan olahraga dan menjaga pola hidup sehat. Tapi tunggu, tahukah kamu kalau ada
cara instan untuk meraih tubuh berotot tanpa perlu bersusah-susah payah?
Ya, cara itu adalah memakai suntikan steroid. Steroid anabolik memang dikenal bisa
meningkatkan kinerja atletik dan pertumbuhan otot. Namun bukan berarti tanpa efek
samping. Dilansir oddee.com ini adalah bukti bahwa steroid bisa membuat hasil mengerikan!
Andreas Mnzer adalah seorang binaragawan profesional Austria yang memiliki tingkat
lemak tubuh rendah. Selama membangun tubuh, Mnzer memakai steroid anabolik, diuretik,
hormon pertumbuhan dan insulin. Namun tubuh Mnzer mulai tak kuat atas semua
suplemen itu dan membuatnya dirawat di rumah sakit pada Maret 1996.
Saat itu diketahui jika terjadi pendarahan di perutnya lalu masalah di hati dan gagal ginjal.
Hingga akhirnya kondisi semakin parah membuat Mnzer meninggal pada 14 Maret 1996.
Melalui otopsi diketahui jika penyebab kematian adalah kegagalan organ multiple distrofik
akibat keracunan stimulan.
2. Bunuh Keluarga
Christopher Michael Benoit adalah pegulat professional Kanada yang menjadi favorit
penggemar WWE karena kemampuan gulat dan atletik yang luar biasa. Benoit meraih 2 kali
juara dunia namun kehidupan pribadinya sangat kelam. 22 Juni 2007, Benoit membunuh
istrinya Nancy dan anaknya yang baru berusia 7 tahun, Daniel yang kemudian memilih
bunuh diri pada 24 Juni 2007.
Saat otopsi ketiga mayat berlangsung, kepolisian menemukan ada racun dalam tubuh
Nancy dan Daniel. Bahkan Benoit juga memiliki kadar testosteron tinggi yang disebabkan
oleh penyalahgunaan steroid. Ayah Benoit, Christopher Nowinski mengakui jika sang putra
mengalami depresi dan trauma. Dan setelah otaknya diteliti, ditemukan otak Benoit rusak
parah seperti penderita Alzheimer karena steroid.
3. Perkembangan Payudara
Ronnie Dean Coleman (49) adalah seorang binaragawan profesional Amerika yang 8 kali
memenangkan status sebagai Mr. Olympia. Selain itu, Coleman juga memegang rekor
sebagai pemenang terbanyak IFBB Profesional. Tapi tentunya kemenangan itu tak indah
Coleman.
Karena penyalahgunaan testosteron eksogen selama kompetisi, kini Coleman mengalami
kondisi gynecomastia atau perkembangan payudara padahal dia seorang pria.
Dalam bazaar terbesar di Argentina yakni La Salada pernah ada kasus di mana seekor
anjing yang aslinya adalah musang dijual senilai USD 150 (Rp 1,8 jutaan). Kasus itu terjadi
pada Juni 2012 saat seorang pensiunan turis laki-laki dari Caramarca ditipu usai membeli
dua ekor anjing pudel yang ternyata musang.
Hal itu terungkap saat sang pria membawa anjingnya ke dokter dan justru menerima
diagnosis mengejutkan jika anjing itu adalah musang yang sudah disuntik steroid sejak lahir
agar memiliki bulu ekstra.
Super Cow atau Belgian Blue adalah jenis sapi potong asal Belgia yang dikenal karena
tubuhnya berotot mengerikan. Namun alih-alih menjadi korban injeksi steroid, Belgian Blue
memang dihasilkan dari seleksi genetik. Di mana mereka merupakan hasil inseminasi sapi
jantan terkuat sehingga menghasilkan keturunan dengan massa otot ganda yang memiliki
hasil daging berkualitas tingggi.
Menurut berbagai media lokal Brazil, seorang pria dari Macei di Brazil yang menambah
ukuran lengannya menjadi 90 cm karena penyalahgunaan synthol mengalami pecah otot di
bagian lengannya itu setelah kecelakaan motor. Akibatnya pria malang itu meninggal pada
25 Januari 2010.
Bayangan orang kebanyakan jika mendengar pemakaian steroids, pasti dikaitkan dengan
seorang atlet yang mampu lari secepat kilat, mencetak banyak homerun (baseball), atau
memenangkan banyak kejuaraan. Steroid juga digembar-gemborkan punya efek samping
negatif yang mengerikan dan jadi biang keladi kerusakan permanen pada tubuh manusia.
Benarkah semua itu?
Disatu sisi, publik gemar mengikuti kisah steroids yang bikin kacau kehidupan atlet muda,
atau kisah atlet muda yang mengalami problem seumur hidup akibat pemakaian streoids.
Disisi lain, publik juga gemar menonton film seperti Spiderman di mana sang penjahat,
Green Goblin, memakai steroids jenis baru guna mendapatkan kekuatan superhuman dan
kepribadian ganda.
Kali ini REPS akan membuktikan jika semua kisah horror tadi itu, dalam kenyataan lapangan
hanya terjadi dalam jumlah sedikit, jauh dari kenyataan sebenarnya. Survei terhadap ratusan
atlet dan binaragawan membuktikan jika kisah horror diatas nyaris tiap hari. Pernahkah Anda
mendengar ada atlet yang berubah menjadi Green Goblin karena memakai steroids? Saya
tidak!
Diharapakn seelah membaca ulasan ini, para atlet, pelatih, orang tua, dan guru akan
mengetahui kebenaran soal efek samping anabolik steroids. Dari situ mereka bisa ambil
keputusan bijaksana terkait seberapa buruknya pemakaian steroids itu sebenarnya. Tidak
dibuat-buat dan tidak dibesar-besarkan. Tidak lebih, tidak kurang. Tetapi besar kemungkinan,
setelah membaca ulasan ini, pertanyaannya tak lagi soal sebarapa jahat steroid itu, tapi
berubah menjadi kenapa tak seorangpun yang memberi tahu saya soal ini?
1. Produksi hormon alami tubuh menurun
Inilah efek samping yang umum terjadi pada pemakai anabolik steroids. Memasukkan zat
hormon ke dalam tubuh Anda, berarti disaat bersamaan akan mengisyaratkan sistem endokrin
tubuh (sinyal ini dikirim ke testis) untuk mengurangi, bahkan menghentikan produksi hormon
alaminya, karena tubuh berusaha menyeimbangkan kadar hormon via proses homeostatis.
Kasus ini terjadi tidak hanya pada pemakaian testosterone saja, tapi juga semua jenis steroids
yang ada dipasaran saat ini. Tergantung jenis steroidsnya, penurunan produksi hormon alami
tubuh beragam levelnya. Penurunan ini bersifat sementara, begitu steroids yang ada dalam
tubuh sudah habis, maka Anda kembali ke kondisi normal.
Bagan 1
Bagan 2
Bagan 1 dan 2 memperlihatkan kadar steroids nandrolone dalam tubuh. Disitu terlihat, kadar
steroids naik (bagan 2) dan kadar testosterone turun (bagan 1), demikia pula kebalikannya.
Bagan 1 memperhatikan kadar testosterone alami tubuh menurun kala sedang memakai
nandrolone.
Mayoritas atlet memakai steroids menerima semua resiko tersebut agar dapat merasakan
manfaat pemakaian steroids. Guna melawan efek samping ini, komunitas atlet melakukan
eksperimen trial dan error selama tahunan, memakai beragam jenis obat, guna meminimalkan
efek samping ini. Human Chorionic Gonadotropin, anti esterogen, dan Selective Estrogen
Receptor Antagonist, semua drug itu dipakai selama dan sesudah cycle, guna meminimalkan
efek samping.
Bagan 3
Bagan 3 memperlihatkan kadar beragam jenis hormon pada atlet yang tidak pakai steroids
selama setahun, lalu dibandingkan dengan pemakai steroids yang aktif. Disitu terlihat mantan
pemakai steroids punya kadar hormon yang normal (testosterone, estrogen, dll). Jadi jelas
disini jika efek samping steroids itu tidak permanen seperti klaim kebanyakan media. Tabel
itu memperluhatkan efek samping steroids bisa disembuhkan, dan kisah horror yang banyak
kita baca dimedia seputar keburukan steroids terbukti terlalu dibesar-besarkan. (Journal of
Steroids Biochemistry and Molecular Biology. 84 (2003) 369-375).
2. Gangguan liver
Gangguan pada liver adalah efek samping yang paling seram yang pernah oleh siapapun yang
ingin dan pernah mencoba steroids. Media kerap menyebutkan hal ini pada semua jenis
steroids yang ada, divoniskan pada setiap pemakai. Steroids yang dikonsumsi via mulut,
semua harus melalui liver sebagai organ penyaring. Semua yang masuk mulut akan diurai
oleh liver dengan bantuan enzim, baru setelah itu diteruskan ke aliran darah. Terjadi kenaikan
enzim liver selama berusaha mencerna steroids. Fenomena inilah yang kerap dituding media
sebagai gangguan liver.
Fakta sebenarnya adalah, kenaikan enzim liver tak serta merta bisa dikaitkan dengan
gangguan liver. Liver fungsinya sebagai organ filter tubuh. Kenaikan enzim akan terjadi jika
ada zat apapun yang masuk mulut Anda, tidak hanya steroids saja.
Ada sebuah penelitian di tahun 1999 yang menganalisa efek samping pemakaian steroids oral
(Halotestin/ Fluoxymesterone, Dianabol/Methylandrostanolone, Winstrol/Stanozolol) selama
cycle 8 minggu. Steroids itu diberikan kepada tikus dengan dosis 2 mg/kg berat badan
sebanyak 5 kali seminggu. Itu setara dengan 200 mg/day untuk atlet berbobot sekitar 90 kg.
Praktek dilapangan menunjukan, tak ada atlet yang dilaporkan pernah memakai dosis sebesar
itu. Hasil menunjukkan, enzim liver tikus tetap berada dikisaran normal. (*Med Sci Sports
Exerc. 1999 Feb;31(2): 243-250, Rat liver lysosomal and mithocondrial activities are
modified by anabolic-androgenic steroids. Molano F, Saborido A, Delgado J, Moran M,
Megias A.)
Bagan 4 memperlihatkan mantan pemakai steroids punya kadar enzim liver yang normal
setelah basen pakai steroid selama setahun. Bahkan pada beberapa enzim tertentu, kadarnya
tergolong normal pada pemakai steroids aktif sekalipun. (*Journal of Steroid Biochemistry
and Molecular Biology, 84 (2003) 369-375). Pengecualian bagi mereka yang mengabuse
pemakaian roid. Tinggal tunggu waktu kapan livernya mogok kerja.
Bagan 5
Gejalanya diawali oleh rasa gatal pada puting susu, lalu diikuti rasa sakit. Prosesnya terjadi
selama beberapa hari, jadi atlet punya banyak kesempatan (waktu) untuk menghentikan
pemakaian steroids. Jika tak mau menghentikan pemakaian steroids, atlet biasanya berusaha
meminimalkan proses gynecomastia itu dengan bantuan obat-obatan seperti anti estrogen
Nolvadex atau Arimidex selama cycle steroids berlangsung, atau memakai Letrozole (sejenis
aromatase inhibitor dan anti estrogen yang sangat kuat) sesudah cycle, guna menghancurkan
jaringan payudara yang sudah terlanjur terbentuk.
Bagan 6
5. Jerawat
Steroids bisa memicu pertumbuhan jerawat karena beragam faktor, terutama faktor jenis
steroids dan dosis yang dipakai. Kelenjar sebaceous pada kulit sangat sensitif terhadap
Dihydrotestosterone (DHT), yaitu sebuah androgen yang diproduksi alami oleh tubuh dari
bahan baku testosterone dengan bantuan enzim 5-Alpha Reductase. Peningkatan aktifitas
kelenjar tadi akan menambah jumlah cairan minyak pada permukaan kulit yang kemudian
bereaksi dengan bakteri dan kulit mati yang ada dipermukaan kulit, berujung pada
penyumbatan saluran kelenjar kulit dan berakhir dengan jerawat. Semua ini bisa dicegah
dengan membatasi jenis steroids yang dipakai, rajin membersihkan kulit, atau memakai salep
anti androgen. (1. Am J Clin Dermatol. 2002;3(8):571-8. 2. Clin Dermatol. 2004 Sep-
Oct;22(5):419-28. 3. Pol Merkuriusz Lek. 2004 May; 16(95):490-2.)
6. Roid Rage
Istilah ini dikaitkan dengan peningkatan perilaku agresif yang kerap diklaim terjadi akibat
pemakaian steroids. Praktek di lapangan menunjukan, hanya kurang dari 5% populasi
pemakai steroids saja yang mengalami hal itu. Mereka mengalami gejala psikiatris seperti
perilaku agresif, akrab dengan kekerasan, maniak, dan bahkan psikosis. Sayangnya
kesimpulan ini didapat dari penelitian yang tidak memasukan faktor perilaku sebelum
steroids diperkenalkan kepada mereka. Artinya, jika sebelum pakai steroids, jika pada
dasarnya yang bersangkutan sudah punya perilaku agresif secara alami, maka pemakaian
steroids hanya akan memperkuat kepribadian agresif itu sendiri (kepribadian tipe A menurut
ilmu psikologi).
Perilaku agresif sangat menentukan kemenangan seseorang dalam sport. Steroids memang
punya andil dalam hal ini, tapi steroids tak sepenuhnya bisa disalahkan atas perilaku anti
sosial, psikotik, dan roid rage, karena tak cukup bukti yang bisa menunjang hipotesa itu,
apalagi mengingat banyaknya pemakai steroids yang terbukti bisa mngendalikan perilakunya
seperti yang diperlihatkan para peserta Mr Olympia yang ramah pada siapapun dan
dimanapun.
Ada sebuah penelitian yang mengamati beragam dosis testosterone pada pria berumur 20-50
dan efeknya terhadap psikologi mereka. Peserta terbagi jadi 2 kelompok, pemakai steroids
aktif dan yang natural. Hasilnya tak seorangpun dari mereka yang berubah menjadi liar hanya
karena menerima suntikan testosterone, walau beberapa dari mereka mengaku menjadi lebih
agresif dari sebelumnya. Ini membuktikan adanya mekanisme tingkat tinggi yang mampu
mengendalikan perilaku agresif dan kekerasan.
Bagan 7
Bagan 7 memperlihatkan, dari 109 kasus yang diteliti, hanya 5 orang sajalah yang
memperlihatkan efek psikologis (maniak atau hipomaniak). (*Archives of General
Psychiatry, Volume 57, February 2000).
7. Kebotakan
Steroids bisa memicu kebotakan jika pada dasarnya yang bersangkutan punya bakat genetik
botak. Gen penyebab Kebotakan lokasinya ada di kromosom X secara ekslusif. Untuk
mengetahui bakat genetik kebotakan Anda, amati kepala para kerabat pria dari sisi garis
keturunan ibu Anda. Jika banyak dari mereka yang botak, maka besar kemungkinan Anda
juga punya bakat botak. Peran steroids dalam kebotakan ini adalah kuatnya reaksi kulit
kepala terhadap ekspos DHT. Kita tahu banyak steroids yang bisa dikonversi jadi DHT, atau
malahan merupakan turunan dari DHT (Prohormone). Semua ini bisa dicegah dengan
mengkonsumsi obat anti kebotakan seperti finasteride dan dutesteride.
8. Problem kardio
Steroids juga dikaitkan dengan isu kardiovaskular. Efek ini terjadi karena perubahan profil
lemak darah (lihat atas). Fakta menunjukan banyak pemakai steroids yang mengalami
pembesaran ventricles. Terutama binaragawan, powerlifter, dan atlet lainnya. Pembesaran ini
lebih disebabkan oleh efek latihan beban terhadap jantung, dan peran steroids dalam
pembesaran tadi tidak terlalu dominan.
9. Virilisasi
Istilah ini merujuk pada pembentukan fisik macho ala pria pada wanita pemakai steroids, atau
maskulinasi. Sekali lagi, efek ini hanya bersifat sementara. Gejala virilisasi ini antara lain
suara bass, rambut tumbuh disekujur tubuh, pembesaran klitoris, kebotakan, jerawat. Semua
itu tergantung jenis steroids yang dipakai dan dosisnya. Dari semua efek tersebut, yang paling
permanen efeknya adalah suara bass tadi, karena terjadi pembesaran pita suara. Untuk
mengobatinya harus dengan operasi scraping (pengikisan) pita suara.
Beberapa jenis steroids tertentu bisa menghambat pertumbuhan tinggi badan kepada mereka
yang masih dalam umur masa pertumbuhan. Hanya terjadi pada jenis steroid tertentu saja,
tidak pada semua steroids. Malah sebaliknya, beberapa steroid jenis lainnya justru dipakai
untuk mengobati kondisi tersebut. Kondisi ini terjadi karena terjadi penutupan epiphysial
cartilage secara prematur akibat aromatisasi steroids. Ini terlihat pada binaragawan yang
memakai steroids sejak usia belia seperti Lee Priest.
Harus diakui ini adalah efek samping yang tak tersembuhkan, karena sekali pelat
pertumbuhan tertutup, tak mungkin terbuka lagi. Anavar (oxandrolone) adalah jenis steroids
yang dipakai untuk membantu penambahan tinggi badan pada anak yang mengalami masalah
seperti ini. Selain anavar, steroids jenis lain yang merupakan turunan DHT dan beberapa jenis
anti estrogen tertentu juga bisa membantu koreksi masalah ini.
Normalnya, masa pertumbuhan berhenti diakhir periode masa remaja dan tak mungkin
meneruskan masa pertumbuhan sesudah periode itu, karena terjadi perpanjangan tulang pada
pelat pertumbuhan epiphyseal. Pada 99% populasi manusia, proses perpnjangan tulang itu
akan berhenti pada periode pertengahan s/d akhir masa remaja. Pada titik itu, pelat
pertumbuhan mulai menghilang. Hasilnya berupa perpanjangan tulang sampai dengan
epiphysis kedua. Selama pertumbuhan cartilage berada didepan proses regenerasi tulang,
maka Anda akan terus bertambah tinggi badannya, seiring pergantian cartilage dengan tulang
baru. Begitu pertumbuhan tulang berjalan lebih cepat ketimbang cartilage (sering
perlambatan pertumbuhan cartilage, bukan tulang), maka ini dinamakan osifikasi, dimana
pelat pertumbuhan di segel untuk selamanya.
Bagan 8
Pada gambar 8 diperlihatkan pelat pertumbuhan (GP = growth plates) hasil citra radioaktif.
(Human Anatomy and Phisiology, 6th Edition, John W. Hole jr., Wm. C. Brown Publishers)
Kemudian menjelang usia senja, terjadi pertumbuhan prostat tahap 2. Awalnya ilmuwan
mengira ini akibat aksi DHT pada tubuh. Tapi belakangan ilmuwan meralat teorinya, yaitu
akibat estrogen yang bereaksi dengan sebagian kecil dari DHT atau tetosterone (salah satu).
Ini semua jadi masuk akal, jika mengkonsumsi steroid bisa memperbesar prostat. Biasanya
obat seperti finasteride atau dutesteride dipakai untuk mengatasi masalan ini, dengan tingkat
keberhailan sangat memuaskan.
13. Ginjal
Ginjal adalah organ yang paling menerima getahnya kala mengkonsumsi steroids. Ginjal
terlibat dalam sistem filter dan sekresi tubuh secara keseluruhan. Saat zat kimia asing masuk
tubuh, otomatis ginjal bekerja ekstra keras. Beberapa pemakai steroids diketahui memiliki air
seni berwarna gelap, sebuah indikasi ginjal bekerja lembur untuk memproses steroid yang
masuk. Yang paling parah adalah trenbolone, ia mampu mengubah warna ar seni menjadi
sangat gelap. Solusinya, banyak minum air putih. Sekali lagi efek samping ini tergantung
pada jenis steroids yang dipakai dan dosisnya. Sebaliknya, beberapa steroids tertentu seperti
nandrolone digunakan sebagai terapi penyembuhan ginjal.
15. Kemandulan
Efeknya pada pria dan wanita hanya bersifat sementara. Efek steroids terhadap kemandulan
sudah melalui penelitian mendalam dan sudah disetujui pemakaiannya oleh WHO (World
Heath Organization) sebagai alat kontrasepsi pria. Kemandulan terjadi karena steroids
mengacaukan rasio hormon pada wanita yang menstruasinya teratur. Pada pria, steroids
menurunkan FSH (Follice Stimulating Hormone), sehingga produksi normal sperma tidak
tercapai.
Beberapa binaragawan top pemakai steroids yang sudah menikah dan belum memiliki anak,
bisa jadi contoh bagus fenomena kemandulan akibat steroids.
Semakin terkenal dan pro seorang atlet, semakin sulit menghentikan pemakaian steroid,
akibatnya semakin sulit memiliki anak. Pengecualian buat beberapa atlet dengan keunggulan
genetik sehingga mampu memiliki anak walau memakai steroid sekalipun.
Sekali lagi, efek kemandulan ini hanya sementara dan bisa diobati dengan Selective Estrogen
Receptor Modulator seperti Nolvadex dan Clomid, atau Human Chorionic Gonadotropin.
Kami tidak menyarankan pemakaian steroids, tapi apa yang dipaparkan disini adalah dari
sudut pandang rasional, logika, dan kepala dingin, tak hanya sekedar emosionalmemvonis
steroids membabi buta tanpa tahu detail mendalamnya. Literatur medis semuanya
membuktikan jika steroids itu aman dipakai asalkan diawasi oleh dokter kompeten (ahli
endocrine).
Jangan anggap tulisan ini sebagai pro steroids dan anti-media, karena jika Anda menganggap
seperti itu, maka esensi keseluruhan ulasan ini akan menjadi kabur. Efeks samping anabolik
steroids itu sangat nyata dan harus menjadi perhatian para calon pemakai steroids dalam
pengambilan keputusan. Posisi kami disini hanyalah mengutarakan kebenaran soal steroids
agar apapun keputusan yang mereka ambil, bisa dipertanggung jawabkan. Dengan 16 efek
samping tadi, apakah Anda masih ingin memakai steroid?