Anda di halaman 1dari 3

Refleksi komunikasi efektif

dengan tenaga kesehatan lain


di luar puskesmas

Oleh :
Dr. Santoso Hardoyo

Pelatihan Calon Pembimbing Lapangan Dokter Layanan Primer


Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
2016
Komunikasi dengan dokter keluarga di lingkungan kecamatan pleret

A. Deskripsi

Komunikasi yang akan kami bahas dalam refleksi ini adalah komunikasi yang dijalin dengan seorang
dokter keluarga di lingkungan kecamatan Pleret dalam berkoordinasi untuk penanganan kasus
seorang pasien. Secara kronologis dapat diuraikan bahwa ada seorang pasien anggota dokter keluarga
yang dirujuk oleh dokter keluarga ke spesialis penyakit dalam RS swasta dengan dugaan TB paru.
Kemudian pasien didiagnosa oleh internis dengan TB kategori 2. Oleh dokter keluarga tersebut, pasien
diedukasi untuk menjalani pengobatan TB paru di puskesmas Pleret. Padahal keanggotaan PPK 1
masih di dokter keluarga tersebut.

Setelah pasien datang ke puskesmas, dokter melakukan reanamnesa, ternyata pasien pernah
menjalankan pengobatan TB di puskesmas. Di rumah sakit pasien belum diperiksa VCT dan MDR.
Padahal menurut protap terbaru yang berlaku di dinas Kesehatan tentang TB paru. Setiap pasien
kambuh, harus diduga MDR Tb dan harus diperiksa gen expert. Oleh karenanya pasien direncanakan
untuk dirujuk ke spesialis paru di RSUD Panembahan Senopati, namun karena keanggotaan BPJS masih
di dokter keluarga. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dokter puskesmas melakukan
komunikasi dengan dokter keluarga. Sebagai jalan keluar, akhirnya pasien tetap menjalankan terapi di
puskesmas, kepesertaan BPJS dipindah ke puskesmas Pleret kemudian pasien dirujuk ke pulmonog.

B. Perasaan

Pada saat menerima pasien dari dokter keluarga, awalnya dokter dan paramedis puskesmas Pleret
keberatan untuk melakukan penyuntikan TB kategori 2 setiap hari. Apalagi mengingat kepesertaan
BPJS nya tidak di puskesmas Pleret. Namun setelah dilakukan komunikasi internal maupun eksternal
dan sudah ada jalan keluar, akhirnya semua pihak dapat menerima, dan saat ini pasien diterapi di
Puskesmas Pleret.

C. Evaluasi

Beberapa hal yang menjadi catatan dalam kasus tersebut, adalah dokter keluarga hendaknya mau
konsisten dalam menangani pasien yang menjadi peserta BPJS di kliniknya termasuk penanganan TB
kategori 2. Juga perlu pemahaman baru tentang penanggulangan MDR TB sehingga anamnesis
hendaknya dilakukan lebih mendalam, kemudian merujuk ke spesialis yang lebih tepat sehingga
penanganan pasien lebih komprehensif.

D. Analisis

Pasien dengan kasus kambuh setelah pengobatan kategori 1 adalah salah satu kriteria untuk suspek
MDR TB (Pedoman Nasional TB di Indonesia, 2014). Sehingga perlu dilakukan rujukan untuk
pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan MDR TB tersebut. Pada kasus pasien ini tidak ada
kewaspadaan akan adanya dugaan kasus MDR TB.
Salah satu masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan pasien adalah komunikasi antara petugas
kesehatan dengan pasien dan keluarganya, atau antar petugas kesehatan sendiri. Semakin banyak
jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi kesehatan, kemungkinan terjadinya gangguan
komunikasi juga lebih besar. Ada 3 penyebab yang dapat berdampak terhadap hubungan antar
petugas kesehatan, yakni: (1) role stress, (2) lack of interprofessional understanding, dan (3)
autonomy struggles. Konflik antar petugas kesehatan sangat penting karena pada gilirannya akan
mempengaruhi komunikasi antar petugas serta kualitas pelayanan kepada pasien (Endang Basuki,
2008). Pada kasus ini, awalnya terdapat gangguan komunikasi antar tenaga kesehatan dan antara
tenaga kesehatan dengan pasien. Sehingga pasien harus dirujuk dua kali untuk penyakit yang sama.
Walaupun awalnya pasien keberatan untuk menjalankan saran dokter puskesmas, namun setelah
dilakukan edukasi dan upaya komunikasi yang baik dengan pasien maka pasien dapat menerima,
kemudian mengikuti prosedur yang disarankan.

E. Kesimpulan

Komunikasi antara dokter dengan pasien dan antar tenaga kesehatan menjadi isu krusial kahir akhir
ini. Karena gangguan komunikasi tersebt berpotensi untuk terjadinya permasalahan dalam
penanganan pasien bahkan dapat menyebabkan terjadinya gugatan hukum. Jika komunikasi sudah
terjalin dengan baik tentu akan sangat mengurangi potensi konflik tersebut.

F. Rencana selanjutnya

Perlu dilakukan :

1. Penguatan jejaring puskesmas dengan tenaga kesehatan lain serta dengan fasilitas kesehatan
lain di lingkungan kecamatan Pleret.
2. Penguatan jejaring dapat dilakukan dengan membuat semacam forum komunikasi antara
puskesmas dan faskes lain
3. Dalam forum komunikasi tersebut dapat dilakukan sosialisasi tentang prosedur terbaru
penanganan penyakit juga dapat dilakukan komunikasi informal tentang penanganan
kesehatan perorangan maupun masyarakat.

G. Daftar Pustaka
1. Basuki, Endang. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan, Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor:
9, September 2008.
2. Subuh, Muhammad dkk. Pedoman Nasional Pengendalian TB. Ditjen P2PL. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2014

Anda mungkin juga menyukai