Anda di halaman 1dari 178

Ini adalah Simutax bertajuk the last.

Simultax ini merupakan simultax yang terakhir dalam


kepengurusan KMP 2017, dikarenakan sudah mendekati masa masa demisioner. Saat persiapan
UAS sudah mendekati bulan Desember akhir bahkan Januari awal. Sehingga pembuatan simultax ke
depannya sudah bukan bidang pendidikan KMP 2017 lagi pembuatnya.

Ada sedikit salam kata perpisahan dari kami bidang pendidikan KMP 2017. Kami memohon
maaf yang sebesar besarnya atas kesalahan ketik, hitung maupun perbedaan perspe ktif teori
dalam pembuatan simlutax ini. Sungguh kami jauh dari kata sempurna sehingga saran dan kritik
membangun adalah ujung tombak kekuatan kami untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Dalam pelaksanaan TWC (tentor will come) kami juga memohon maaf karena belum bisa
menyetujui semua pemesanan dari keluarga pajak sekalian. Keterbatasan SDM maupun waktu
adalah kendala terbesar kami. Meski simultax selanjutnya sudah tidak terbit lagi tapi kami akan
tetap melaksanan TWC hingga kepengurusan benar benar berakhir. Dalam mekanisme
pemesanan TWC akan selalu kami beritahukan sehari sebelum pemesanan di Official Account LINE
Pendidikan KMP dengan id @mgu6551w

Dalam pelaksanaan tentir umum tak lupa juga kami memohon maaf sebesar besarnya
karena kami belum bisa menerima semua pendaftar peminat tentir umum. Lagi lagi keterbatasan
SDM, Waktu dan Tempat adalah kendala kami.

Komitmen kami memberikan pelayanan terhadap seluruh mahasiswa pajak adalah yang
utama. Sehingga kami mohon izin kepada kalian semua keluargaku untuk membuat simultax yang
terakhir dari KMP 2017. Akan ada simultax simultax yang baru lainnya di masa kepengurusan yang
akan datang dengan konsep yang jauh lebih baik dan jauh lebih bisa merepresentasikan teori, ilmu
maupun pengetahuan dari mata kuliah di Jurusan Pajak.

Tak lupa kami juga berterima kasih kepada seluruh Fungsional Pendidikan KMP yang
banyak sekali membantu dalam menjalankan semua program kerja pendidikan KMP. Fungsional
Pendidikan adalah orang orang hebat yang mampu bekerja keras di balik layar dengan sangat baik.

Salam dari kami Bidang Pendidikan Keluarga Mahasiswa Pajak 2017 :

1. Atma Vektor Mercury


2. Dewangga Rexipal
3. Dita Ayu Maulina
4. Dwi Fitra Prihatno
5. Hikmatiar Aryojuno
6. Jhosua Ade Michael Hasibuan
7. Mohamad Sulahudin
8. Muhammadurrocky
9. Refasya Ajeng Pramesti
10. Salsabila Ronia
Salam hangat,

Pendidikan KMP 2017


SIMULTAX UTS GANJIL DIII PAJAK Tk 1 |TABLE OF CONTENTS 3

TABLE OF CONTENTS
PENGANTAR ILMU HUKUM _________________________________________________ 4
PENGANTAR HUKUM PAJAK _______________________________________________ 35
Pajak Penghasilan _______________________________________________________ 54
BAHASA INGGRIS ________________________________________________________ 72
PBB ___________________________________________________________________ 84
Pengantar Akuntansi _____________________________________________________ 93
PENGANTAR ILMU EKONOMI _____________________________________________ 137

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX UTS GANJIL DIII PAJAK Tk 1 |PENGANTAR ILMU HUKUM 4

PENGANTAR ILMU HUKUM


MANUSIA
Pengertian manusia: makhluk yang paling mulia, makhluk yang berfikir , dan
makhluk yang memiliki 3 dimensi,( badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. Pengertian masyarakat, menurut Selo
Sumarjan, adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaaan.

Teori aristoteles

Zoon Politicon -> Manusia sebagai makhluk pada dasarnya ingin bergaul dan berkumpul
dengan sesama manusia lainnya/ suka bermasyarakat.
Makhluk Sosial -> Manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia butuh orang lain

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


Kodrat alam manusia dimana-mana pada zaman apapun selalu hidup bersama,
berkelompok, sekurang-kurangnya 2 orang.
Kecuali dalam keadaan terpaksa dan sementarawaktu.
Unsur masyarakat menurut Soerjono Soekanto:
1. Minimal 2 orang

2. Anggotanyanya sadar sebagai satu kesatuan,

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang yang menghasilkan membuat
aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat,

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterikatan


satu sama lain sebagai anggota msayarakat.

MASYARAKAT HUKUM

Masyarakat hukum adalah sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu,
di mana dalam kelompok tersebut berlaku suatu rangkaian peraturan yang menjadi
tingkah laku bagi setiap kelompok dalam pergaulan hidup mereka.
Menurut Ter Haar:
Masyarakat hukum adalah kelompok-kelompok masyarakat yang tetap dan teratur
dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik berwujud maupun
tidak berwujud.

PEMBENTUKAN KELOMPOK

Menurut Aristoteles, manusia adalah zoon politicon


Kelompok tersebut terjadi karena kodrat manusia itu sendiri sebagai mahkluk sosial
yang selalu ingin hidup berkelompok.
Sebagai makhluk pribadi, manusia memang mempunyai kehidupan dan jiwa sendiri,
tetapi sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin memisahkan diri dari masyarakat.
Karena sejak lahir, hidup dan berkembang serta meninggal dunia berada di tengah-
tengah masyarakat. Dalam masyarakat terkecil terdiri dari sekurang-kurangnya 2 orang
seperti: masyarakat keluarga yang terdiri dari suami dan istri. Dan lama kelamaan akan
berkembang menjadi besar .

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


GOLONGAN DALAM MASYARAKAT

Golongan dalam masyarakat disebabk anantara lain karena:


Merasa memerlukan orang lain
Mempunyai kesukaan yang sama
Mempunyai hubungan daerah yang sama

Pada umumnya ada 3 macam Golongan Besar


Golongan berdasar hubungan kekeluargaan.
Golongan berdasar hubungan kepentingan/ pekerjaan, contoh: serikat pekerja, koperasi.
Golongan berdasar hubungan tujuan/ pandangan hidup atau ideologi. Cth:parpol.

BENTUK MASYARAKAT

1. Berdasar Hubungan yang diciptakan para anggota

Paguyuban, bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan batin. cth: rumahtangga


Petembayan, bersifat tidak kepribadian dan bertujuan untuk mencapai keuntungan.
Cth:PT

2. Berdasar Sifat Pembentuknya


Masyarakat yang teratur karena sengaja diatur utk tujuan tertentu cth: perkumpulan
olahraga
Masyarakat yang teratur dengan sendirinya cth: penonton bioskop
Masyarakat yang tidak teratur cth:pembacasuratkabar

3. Berdasar Hubungan Kekeluargaan

Rumah tangga, Suku

4. Berdasar Perikehidupan/ Kebudayaan

Masyarakat Primitif dan modern


Masyarakat desa dan kota
Masyarakat teritorial yg anggotanya bertempat tinggal dlm satu daerah
Masyarakat genealogis yang anggotanya memiliki pertalian darah
Masyarakat territorial-genealogi syang anggotanya bertempat tinggal dalam satu
daerah dan dari satu keturunan

PENDORONG HIDUP BERMASYARAKAT

Yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antaralain karena naluri


manusia (hasrat biologis dan membeladiri), kodratalam, ikatan pertalian darah, persamaan
nasib dan cita-cita.

TATA HIDUP BERMASYARAKAT


Setiap manusia mempunyai watak dan kehendak sendiri serta keperluan sendiri,
sering tidak sepaham, menimbulkan pertentangan dan mengganggu keserasian hidup
bersama untuk itu diperlukan kaedah/ norma/ peraturan hidup tertentu yang memberi
batasan dan petunjuk yang disebut PERATURAN HIDUP KEMASYARAKATAN. Peraturan
hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa dinamakan PERATURAN
HUKUM atau KAEDAH HUKUM

PERAN, FUNGSI & TUJUAN HUKUM

Peran Hukum

Hasil penelitian para sosiolog dan antropolog membuktikan bahwa pada masyarakat
kuno dan bagaimanapun primitifnya juga terdapat hukum.
Hukum terdapat di mana saja/di seluruh dunia selama ada manusia bermasyarakat:
hanya bentuk daripada hukum itu yang berbeda-beda tergantung pada tingkat
peradabannya.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa hukum itu berperan sekali dalam kehidupan
masyarakat.
Mengenai manusia sebagai makhluk sosial , Aristoteles mengatakan bahwa manusia
adalah zoon politicon, -makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat-. Oleh
karenanya tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lain. Tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban.

Fungsi Hukum

Hukum mempunyai fungsi : menertibkan dan mengatur pergaulan dalam


masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.
fungsi hukum terdiri dari :

a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat

b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin


c. Sebagai sarana penggerak pembangunan

d. Sebagai fungsi kritis

Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH dalam bukunya pengantar ilmu hukum, hal 155
mengatakan :

Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi
kritis, yaitu daya kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada
aparatur pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk
di dalamnya.

Agar fungsi hukum terlaksana dengan baik, maka para penegak hukum dituntut
kemampuannya untuk melaksanakan dan menerapkan hukum dengan baik, dengan
seni yang dimiliki masing-masing petugas, misalnya :
o Menafsirkan hukum sesuai dengan keadilan dan posisi masing-masing
o Bila perlu diadakan penafsiran analogis, penghalusan hukum atau memberi
ungkapan a contrario
Disamping hal-hal tersebut di atas, dibutuhkan kecakapan dan ketrampilan
serta ketangkasan para penegak hukum dalam menerapkan hukum yang berlaku.

Tujuan Hukum

Tujuan hukum menurut para ahli

1. Van Apeldoorn
Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara damai.
Hukum menghendaki kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum
dengan melindungi keputusan manusia yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta
benda dan lain-lain.
2. Dr. Wiryono
Mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan,
kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat. Ia mengatakan bahwa masing -
masing anggota masyarakat mempunyai keputusan yang beraneka ragam.
3. Prof. Subekti,S.H.
Tujuan hukum menurut teori ini adalah mengabdi pada tujuan negara yang
intinya adalah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan negara.

BEBERAPA TEORI TENTANG TUJUAN HUKUM YAITU:

Teori etis, Menurut teori ini hukum semata-mata mewujudkan keadilan. Teori ini
dikemukakan oleh seorang filsuf yunani yaitu Aristoteles dalam karyanya Etika dan
Retorika. Bahwa hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi pada setiap
orang yang ia berhak menerimanya. Untuk ini tentu saja persamaan hukum dibuat
untuk setiap orang.
Teori utility, Menurut teori ini hukum bertujuan semata-mata mewujudkan yang
berfaedah, hukum bertujuan menjamin adanya kebahagiaan pada orang sebanyak-
banyaknya.
Teori dogmatik, Menurut teori ini tujuan hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kepastian hukum.
Teori campuran, Menurut teori ini tujuan hukum adalah untuk ketertiban. Tujuan
lain adalah hargai keadilan yang berbeda-beda isi menurut keadilan dan zamannya.

TUJUAN POKOK HUKUM ANTARA LAIN:

Menciptakan tatanan masyarakat yang tertib.


Menciptakan keseimbangan dan ketertiban.
Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat diharapkan keputusan manusia
akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya hukum bertugas membagi hak dan
kewajiban antar perorangan dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur
memecahkan masalah hukum serta memelihara masalah hukum.
Pendapat para sarjana lainnya. Tujuan hukum adalah untuk kedamaian, keadilan,
dan untuk kebaikan, serta untuk kepastian hukum.

HUKUM DAN KEADILAN


Aristoteles.Dalam Bukunya Rhetorica mencetuskan teorinya bahwa tujuan hukum
menghendaki keadilan semata-mata dan isi daripada hukum ditentukan oleh
kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil.

Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur, ialah keadilan dengan
memberikan tiap-tiap orang apa yang berhak dia terima yang memerlukan
peraturan sendiri bagi tiap-tiap kasus. Apabila ini dilaksanakan maka tidak akan ada
habisnya. Oleh karenanya Hukum harus membuat apa yang dinamakan Algemeene
Regels(Peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan umum).

Jeremy Bentham

mengatakan bahwa hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah


pada orang. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-hal yang berfaedah pada orang
banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan. Disini kepastian
melalui hukum bagi perorangan merupakan tujuan utama dari Hukum.

Mr. J.H.P. Bellefroid.

Bellefroid menggabungkan 2 pandangan ekstrim tersebut. Ia


menggabungkan dalam bukunya Inleiding tot de Rechts wetenshap in Nederland
bahwa isi hukum harus ditentukan menurut 2 asas, ialah asas keadilan dan faedah.

kepastian hukum mempunyai sifat sebagai berikut:

a) adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas


mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-
alatnya;
b) sifat undang-undang yang berlaku bagi siapa saja.

c) Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan
sepanjang perjalanan sejarah hukum di masyarakat. Tujuan hukum bukan hanya
keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum.

d) keadilan sebagai justitia constans et perpetua voluntas ius suum cuique


tribuendi yaitu keadilan adalah kehendak yang terus menerus dan tetap
memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi haknya, atau tribuere
cuique suum to give everybody his own, keadilan memberikan kepada setiap
orang yang menjadi haknya.

Keadilan dibagi atas dua kelompok, yaitu keadilan umum (iustitia generalis) dan
keadilan khusus (iustitia specialis). Keadilan umum adalah keadilan menurut
kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.
Selanjutnya, keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau
proporsionalitas.

Keadilan khusus ini dibedakan menjadi:

o keadilan distributif (iustitia distributiva),


o keadilan komutatif (iustitia commutativa), dan
o keadilan vindikatif (iustitia vindicativa).
NORMA

PENGERTIAN
Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial
masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.

Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu


kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung
tertib sebagaimana yang diharapkan.

1. NORMA AGAMA
Norma yang lebih ditujukan untuk kesempurnaan hidup pribadi atau sikap batin
dalam hubungan dengan Tuhan YME. Bersangkut paut dengan aspek manusia sebagai
individu dan aspek batiniah manusia. Contoh: dilarang membunuh, mencuri, dsb.
2. NORMA KESUSILAAN
Norma yang bertujuan untuk kesempurnaan pribadi maka tekanannya pada
sikap batin yang bersumber dari dalam diri sendiri berupa kata hati, hati nurani, suara
hati atau suara batin. Peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia.
Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan.
Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia. contoh: harus berlaku jujur, berbuat baik kepada sesama manusia
3. NORMA KESOPANAN
Norma yang bertujuan agar hidup lebih menyenangkan dalam hidup bersama
tekanannya pada perilaku yang lebih menyenangkan. Norma kesopanan sering disebut
sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi
seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) da n
hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi
segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Cth: Orang
muda harus menghormati orang yang lebih tua, janganmakansambilberbicara,
meludahsembarangan.
4. NORMA HUKUM
Norma yang bertujuan untuk kedamaian dalam hidup antar pribadi atau
bermasyarakat yang menekankan pada perbuatan lahir.Isinya mengikat setiap orang
dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat -alat negara,
sumbernya bisa berupa peraturan perundang -undangan, yurisprudensi, kebiasaan,
doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa,
sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran
peraturan -peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh
kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara.
Contoh norma ini diantaranya ialah:

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang lain, dihukum karena
membunuh dengan hukuman setinggi -tingginya 15 tahun.

Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan mengganti
kerugian, misalnya jual beli.

Dilarang mengganggu ketertiban umum.

Cogitationis poenam nemopatitur (tidak seorang pun yang dipidana karena berfikir)
PROSES TERBENTUKNYA NORMA HUKUM
Dalam bermasyarakat, walaupun telah ada normauntuk menjaga keseimbangan,
namun norma sebagai pedoman perilaku kerap dilanggar atau tidak diikuti. Karena itu
dibuatlah norma hukum sebagai peraturan/ kesepakatan tertulis yang memiliki sangsi dan
alat penegaknya.
Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut juga
perundang -undangan. Perundang -undangan baik yang sifatnya nasional maupun
peraturan daerah dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk membuatnya.
Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat bagi warga negara.

PERBEDAAN ANTARA NORMA HUKUM DAN NORMA LAINNYA

Norma hukum :
1. Aturannya pasti (tertulis)
2. Mengikat semua orang
3. Memiliki alat penegak aturan
4. Dibuat oleh penguasa(penegak hukum)
5. Bersifat memaksa
6. Sanksinya (biasanya) berat

PERTEMUAN 3-4

A. Peristiwa Hukum
Pengertian peristiwa dalam bahasa Indonesia peristiwa diartikan sesuatu kejadian, jadi
secara bahasa peristiwa hukum dapat diartikan kejadian yang menimbulkan suatu adanya hukum
dapat berlaku atau kejadian yang berhubungan dengan hukum. Aturan hukum terdiri dari peristiwa
dan akibat yang oleh aturan hukum tersebut dihubungkan. Peristiwa demikian disebut sebagai
peristiwa hukum dan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut sebagai akibat hukum.
Menurut Van Apeldoorn, peristiwa hukum ialah suatu peristiwa yang didasarkan hukum
meninmbulkan atau menghapuskan hak. Dengan pengertian yang lebih mudah dipahami peristiwa
hukum atau kejadian hukum ataurechtsfeit adalah peristiwa kemasyarakatan yang akibatnya diatur
oleh hukum. Peristiwa hukum ini adalah kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu
peraturan hukum tertentu sehingga ketentuan-ketentuan yang tercantum didalamnya lalu
diwujudkan. Secara lebih terperinci kita bisa mengatakan sebagai berikut: apabila dalam masyarakat
timbul suatu peristiwa, sedang peristiwa itu sesuai dengan yang dilukiskan dalam peraturan hukum,
maka peraturan itu pun lalu dikenakan kepada peristiwa tersebut.
Contoh kejadian yang dapat dikategorikan peristiwa hukum; seorang pria wanita secara
resmi. Peristiwa pernikahan atau perkawinan ini akan menimbulkan akibat yang diatur oleh hukum,
yakni hukum perkawinan. Misalnya timbul hak dan kewajiban bagi suami isteri. Perhatikan Pasal 31
ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahu 1974 tentang perkawinan, Masing-masing pihak berhak
untuk melakukan perbuatan hukum. Sedangkan Pasal 34 ayat (2) menetapkan, Istri wajib
mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.
Contoh lain; Peristiwa kematian seseorang. Peristiwa kematian seseorang secara wajar
dalam hukum perdata akan menimbulkan berbagai akibat yang diatur oleh hukum. Misalnya
penetapan waris dan ahli waris. Perhatikan Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Sedangkan apabila kematian itu akibat
pembunuhan, maka dalam pidana akan timbul akibat hukum bagi si pembunuh, yaitu ia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya itu. Perhatikan Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Barang siapa dengang sengaja menghilangkan jiwa orang lain, maka terancam hukuman
maksimal lima belas tahun penjara.
Contoh lain; peristiwa transaksi jual beli barang. Pada peristiwa inipun terdapat akibat yang
diatur oleh hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban. Perhatikan pasal 1457 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Disebutkan bahwa; Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan pada dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.

Peristiwa hukum dapat digolongkan atau dibagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Peristiwa hukum karena perbuatan sebyek hukum (perbuatan manusia).
Adalah perbuatan yang dilakukan manusia atau badan hukum yang dapat menimbulkan
akibat hukum, contoh: jual beli dan lainya.
2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum (peristiwa yang bukan perbuatan manusia).
Adalah semua peristiwa yang tidak timbul karena perbuatan subyek hukum, akan tetapi
apabila terjadi dapat menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, contoh kematian secara wajar.

B. Perbuatan Hukum dan Perbuatan Melawan Hukum


Perbuatan hukum adalah setiap perbuataan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk
menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum merupakan perbuatan subyek hukum yang
akibat hukumnya dikehendaki pelaku.
Logemann berpendapat; perbuatan hukum itu perbuatan yang bermaksud menimbulkan
kewajiban hukum (melenyapkan atau mengubah kewajiban hukum).
Dengan kata lain perbuatan hukum dapat diberikan definisi segala sesuatu perbuatan
manusia yang sengaja dilakukan untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Jadi suatu perbuatan yang
akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku bukan termasuk perbuatan hukum.

Perbuatan hukum dapat dibedakan menjadi dua:

1. Perbuatan hukum bersegi satu (sepihak)


Suatu perbuatan hukum disebut bersegi satu apabila perbuatan hukum itu akibat
hukumnya ditimbulkan oleh satu pihak. Yang artinya suatu perbuatan yang dilakukan oleh
satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula.
Misal: pembuatan surat wasiat (Pasal 875 KUH Perdata)
2. Perbuatan hukum bersegi dua (dua pihak)
Perbuatan hukum bersegi dua (dua pihak) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak yang
artinya dalam perbautan hukum ini terdapat hubungan timbal balik.
Misal: Perjanjian sewa-menyewa (Pasal 1548 KUH Perdata)

Dalam perbuatan hukum terdapat perbuatan hukum sebagai perbuatan subyek hukum dan
terdapat pula perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH
Perdata berbunyi: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahanya menertbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.
Perbuatan melawan hukum ini lazimnya disebut juga dengan Onrechmatige. Perbuatan
tersebut dikatakan melawan hukum, apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum. Adapun
yang dimaksud dengan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan melawan hukum
tersebut antara lain: kerugian dan perbuatan itu harus ada hubungannya secara langsung, kerugian
itu ditimbulkan karena kesalahan pelaku. Yang dimaksud dengan kesalahan adalah pelaku sengaja
atau kelupaan (kelalaian).
Perbuatan melawan hukum itu tidak hanya terdiri atas suatu perbuatan melawan hukum
tetapi juga bisa terjadi walaupun tidak melakukan suatu perbuatan apapun. Dalam yang dimaksud
hal ini setiap orang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan-
perbuatan sendiri namun juga atas kerugian yang disebabkan oleh orang-orang yang ditanggungnya
hal ini dimuat dalam KUH Perdata. Contoh; orang tua bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
anaknya yang belum cakap hukum ketika melakukan perbuatan melawan hukum.

C. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang
dilakukan oleh subyek hukum terhadap hukum ataupun akibat-akibat yang lain yang disebabkan
karena kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan
dianggap sebagai akibat hukum. Singkatnya akibat hukum dapat diartikan akibat dari suatu tindakan
hukum. Akibat hukum inilah yang kemudian melahirkan suatu hak dan kewajiban bagi subyek
hukum.
Contoh mengenai akibat hukum, yaitu: Adanya suatu hak dan kewajiban bagi pembeli dan
penjual adalah akibat dari perbuatan hukum jual beli antara kedua belah pihak.

D. Hak dan kewajiban

1. Hak
Hak dan kewajiban termasuk dua hal yang tidak dapat dipisahkan kedua hal tersebut
memiliki keterkaitan yang erat, dimana disitu ada hak yang dapat diperoleh disitu pula ada
kewajiban yang harus dijalankan. Dalam hukum hak memiliki pengertian wewenang yang diberikan
obyek hukum kepada subyek hukum. Contohnya wewenang yang diberikan obyek hukum
contohnya wewenang untuk memiliki sesuatu (barang), ia dapat berbuat apa saja dengan barang
tersebut asal tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak
menimbulkan kerugian bagi subyek hukum yang lain. Dalam contoh tersebut hak kepemilikan
(eigendomsrecht).
Dalam Pasal 570 KUH Perdata disebutkan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan suatu kebendaaan dengan cara bagaimanapun juga asal tidak bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan umum ysng ditetapkan oleh suatu kekuasaaan yang berhak
menetapkan, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain.

Hak biasanya dibagi dalam dua golongan besar yaitu:


a. Hak mutlak
Hak mutlak adalah setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan kepada
subyek hukum untuk berbuat sesuatu atau bertindak akan memperhatikan kepentingannya.
Hak mutlak merupakan hak yang diberikan kekuasaan kepada yang bersangkutan unutk
wajib dihormati oleh setiap orang. Contoh: hak pemilikan terhadap suatu obyek hukum.
Hak untuk mendapat perlindungan dari negara, dll. Hak mutlak dapat dibagi menjadi tiga
yaitu hak asasi manusia manusia, hak publik mutlak dan hak keperdataan.
b. Hak relatif (Nisbi)
Hak relatif adalah setiap kekuasaan atau kewenangan yang oleh hukum diberikan
kepada subyek hukum lain tertentu, dengan kata lain hak ini hanya dapat dilakukan oleh
suatu subyek hukum tertentu. Contoh: kewenangan si A untuk meminta uang kepada si B,
karena si B telah berhutang. Kewenangan si A disebut hak relatif.

2. Kewajiban
Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau badan hukum.
Contoh kewajiban bagi setiap warga negara untuk membayar pajak kepada negara. Dari contoh
kewajiban membayar pajak itu warga negara dapat menuntut hak kepada negara untuk
mendapatkan infrastruktur yang layak. Jadi antara hak dan kewajiban memiliki hubungan yang
erat dalam hukum.

Kewajiban bisa timbul atas beberapa sebab:


a) Diperolehnya suatu hak dengan syarat harus memenuhi kewjibaan tertentu.
b) Adanya suatu perjanjian yang telah disepakati bersama.
c) Telah menikmati hak tertentu harus diimbangi dengan kewajiban tertentu.
d) Kadaluarsa. Misalnya adanya kewajiban baru membayar denda atas pajak kendaraan
bermotor bagi yang telat membayar pajak.

Disamping kewajiban dapat timbul kewajiban juga dapat lenyap atas beberapa sebab:
a) Meninggalnya seseorang yang mempunyai kewajiban tanpad ada yang menggantikannya.
b) Hak yang melahirkan kewajiban telah hilang.
c) Ketentuan undang-undang.
d) Kewajiban telah dialihkan kepada orang lain.
e) Diluar kemampuan manusia, sehingga manusia itu tidak dapat memenuhi kewajiban
tersebut.
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM

A. Subjek Hukum
Subjek hukum merupakan pembawa hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Subjek hukum terdiri dari :
a) Manusia (natuurlijke persoon)
Subekti (Pokok-Pokok Hukum Perdata) mengatakan bahwa dalam hukum, orang
(persoon) berarti pembawa hak atau subyek di dalam hukum. Seseorang dikatakan sebagai
subjek hukum (pembawa hak), dimulai dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia
meninggal.Bahkan, jika diperlukan (misalnya dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam
kandungan, asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.
Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hukum dianggap cakap
bertindak sebagai subyek hukum kecuali dalam Undang-Undang dinyatakan tidak cakap,
sehingga mereka itu harus diwakili atau dibantu oleh orang lain. Untuk dapat dikatakan cakap,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Orang tersebut telah mencapai usia 21 tahun atau telah menikah.
b. Orang tersebut mempunyai kewenangan untuk melaksanakan hak dan kewajiban
(misalnya ia berwenang menjual barang, di mana barang tersebut benar miliknya)
c. Orang tersebut harus memiliki jiwa dan akal yang sehat.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330, mereka yang oleh
hukum telah dinyatakan tidak cakap (handelings onbekwaam) untuk melakukan sendiri
perbuatan
hukum ialah:
1) Orang yang belum dewasa.
2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele), seperti orang yang dungu, sakit
ingatan, dan orang boros.
3) Orang yang dilarang oleh UU untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya
orang yang dinyatakan pailit (Pasal 1330 BW jo UU Kepailitan)
4) Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin). {sudah dicabut oleh SEMA
No.3/1963}

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seseorang yang dikatakan sudah


dewasa adalah saat berusia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi wanita. Sedangkan
menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, kedewasaan seseorang
adalah saat berusia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita. Lain hal pula menurut
hukum adat, kedewasaan seseorang apabila sudah mampu bekerja atau mencari nafkah
sendiri.

Dalam ketentuan KUHPerdata kecakapan merupakan salah satu syarat untuk sahnya
suatu perikatan/perjanjian yang berarti bahwa segala perikatan yg dilakukan oleh orang yang
tidak cakap dapat dibatalkan atau diminta pembatalannya melalui hakim. Tetapi sebaliknya
dalam hal perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), ketidakcakapan seseorang tidak
mempengaruhi timbul atau tidaknya akibat hukum dari perbuatan itu.

b) Badan Hukum (rechtpersoon)


Subekti (Ibid, hal 21) mengatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau
perkumpulan-perkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti
seorang manusia. Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan
sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan
dapat juga menggugat di muka hakim.

Dalam pidana dikenal dengan istilah korporasi.Rechtperson dapat dibagi dalam :


1. Publiek rechts-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum seperti Negara, Daerah,
Desa.
2. Privaat rechtpersoon/badan hukum privat, yang mempunyai sifat/adanya unsur
kepentingan pribadi/kelompok.

Baik dalam hukum pidana maupun hukum perdata, badan hukum dalam melakukan
perbuatan hukum bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurusnya. Dalam hukum
pidana, karena perbuatan badan hukum selalu diwujudkan melalui perbuatan manusia
(direksi), maka pelimpahan pertanggungjawaban pidananya diwakili oleh direksi. Sedangkan
dalam KUHP tidak diatur mengenai pertanggungjawaban Direksi, hanya pertanggungjawaban
individual. Akan tetapi, pada perkembangannya, dalam peraturan perundang-undangan
dikenal juga tindak pidana korporasi.

Manusia Badan Hukum


Manusia pribadi adl makhluk ciptaanTuhan, ciptaan manusia pribadi berdasarkan hukum,
mpy akal, perasaan, kehendak dan dapat dapat dibubarkan oleh pembentuknya.
mati.
Manusia pribadi mempunyai kelamin, Tidak dapat kawin maupun beranak.
sehingga ia dpt kawin, dpt beranak.
Manusia pribadi dpt mjd ahli waris Badan hukum tidak dapat menjadi ahli waris

Subjek Hukum Internasional Subjek Hukum Administrasi Negara


1. Negara 1. Pegawai Negeri
2. Manusia 2. Jawatan Publik, dinas yang berhubungan
3. Organisasi Internasional dengan publik atau badan usaha milik
negara atau daerah.
3. Negara

B. Objek Hukum
Segala Sesuatu yang berguna bagi Subyek Hukum dan yang dapat menjadi obyek suatu
perhubungan hukum. Obyek hukum berupa benda atau barang ataupun hak yang dapat dimiliki
dan bernilai ekonomis. Jenis obyek hukum yaitu berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata
disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni:
1. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat
dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda berubah /berwujud. Yang
meliputi :
Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak
dapat dihabiskan
Benda tidak bergerak
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderan) adalah suatu benda yang
dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi
suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan musik / lagu.

Bagian-Bagian Obyek hukum dapat dibedakan menjadi :


a) Benda bergerak
Pengertian benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat berpindah
sendiri ataupun dapat dipindahkan. Benda bergerak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Benda bergerak karena sifatnya
Benda bergerak karena ketentuan UU
Benda tidak berwujud, yang menurut UU dimasukkan ke dalam kategori benda
bergerak .

b) Benda tidak bergerak


Pengertian benda tidak bergerak adalah benda yang penyerahannya terlebih dahulu
dilakukan dengan penyerahan secara yuridis. Dalam hal ini untuk menyerahkan suatu benda
tidak bergerak dibutuhkan suatu perbuatan hukum lain dalam bentuk akta bal ik nama.
Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Benda tidak bergerak karena sifatnya, Tidak dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain atau biasa dikenal dengan benda tetap.
Benda tidak bergerak karena tujuannya, Tujuan pemakaiannya : Segala apa yang
meskipun tidak secara sungguh sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan
untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama.
Benda tidak bergerak karena ketentuan UU, Segala hak atau penagihan yang
mengenai suatu benda yang tak bergerak.

Membedakan benda bergerak dan tidak bergerak sangat penting karena berhubungan
dengan 4 hak yaitu :

1. Pemilikan
Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas yang tercantum
dalam pasal 1977 KUH Perdata, yaitu berzitter dari barang bergerak adalah pemilik
(eigenaar) dari barang tersebut. Sedangkan untuk barang tidak bergerak tidak demikian
halnya.

2. Penyerahan
Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan
secara nyata (hand by hand) atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak
bergerak dilakukan balik nama.
3. Daluwarsa
Daluwarsa (Verjaring) yakni untuk benda-benda bergerak tidak mengenal
daluwarsa, sebab bezit di sini sama dengan pemilikan (eigendom) atas benda bergerak
tersebut sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak mengenal adanya daluwarsa.
4. Pembebanan
Pembebanan (Bezwaring) yakni tehadap benda bergerak dilakukan pand (gadai,
fidusia) sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggungan
untuk tanah dan benda tidak bergerak yang lain.

Obyek Hukum Administrasi Negara (UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana diubah dgn UU 51/2009)

Keputusan Tata Usaha Negara (TUN) merupakan Penetapan Tertulis yang dikeluarkan Oleh
Badan atau Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan sedangkan hal itu telah
menjadi kewajibanya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara

Pengecualian
1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata
2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum
3. Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan
4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan KUH Pidana atau peraturan perundang-
undangan lain yang bersifat hukum pidana
5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku
6. Keputusan TUN mengenai tata usaha Angkatan Bersenjata
7. Keputusan Panitia Pemilihan , baik di pusat maupun daerah, mengenai hasil Pemilihan
Umum

PERBUATAN HUKUM

Segala perbuatan manusia (subyek hukum) yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang
(subyek hukum) untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Suatu perbuatan merupakan perbuatan
hukum kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu
dikehendaki oleh yang bertindak. Perbuatan hukum itu terdiri dari :

a) Perbuatan hukum sepihak yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat wasiat,
pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
b) Perbuatan hukum dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik) misalnya membuat
persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll.

PERBUATAN LAIN YANG BUKAN MERUPAKAN PERBUATAN HUKUM

1. Zaakwaarneming
yaitu perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang lain dengan tidak
diminta oleh orang itu untuk memperhatikan kepentingannya. Perbuatan yang akibatnya diatur
oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang
melakukan perbuatan itu. Jadi akibat yang tidak dikehendaki oleh yang melakukan
Perbuatan itu diatur oleh hukum tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan
hukum. Menurut Pasal 1354 KUHPerdata, pengertian Zaakwarneming adalah mengambil alih
tanggung jawab dari sesorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk mengurus dirinya
sendiri.

2. Onrechtmatigedaad (perbuatan yang bertentangan dengan hukum).


Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh hukum,
meskipun akibat itu itu memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut.
Dalam hal ini siapa yang melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum harus
mengganti kerugian yang diderita oleh yang dirugikan karena perbuatan itu. Jadi, karena suatu
perbuatan bertentangan dengan hukum timbulah suatu perikatan untuk mengganti kerugian
yang diderita oleh yang dirugikan. Asas ini terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Contoh: Membuat Surat Wasiat, Membuat Perjanjian dan lain lain.

SUMBER HUKUM
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yangmempunyai
kekuatan bersifat memaksa, yaitu apabila dilanggar akan mengakibatkan timbulnya sanksi yang
tegas dan nyata.
Sumber Hukum Menurut Ahmad Sanusi terdiri atas:
1. Sumber Hukum Normal, yaitu :
a. Sumber Hukum Normal yang langsung yaitu undang-undang, kebiasaan dan perjanjian antara
negara.
b. Sumber Hukum Normal yang tidak langsung didasarkan atas pengakuan undang-undang, yaitu
doktrin dan yurisprudensi .
2. Sumber Hukum Abnormal, yaitu:
a. Proklamasi;
b. Revolusi;
c. Coup d'etat

Sumber Hukum menurut Van Apeldoorn terdiri atas:


1. Sumber Hukum historis yaitu hukum dapat ditemukan dalam peristiwa masa lalu. Dalam peristiwa
itulah terdapat hukum atau ditemukan dokumen-dokumen bersejarah.
2. Sumber Hukum sosiologis yaitu faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif berupa keadaan
agama, pandangan agama dan kebudayaan.
3. Sumber Hukum filosofis ialah sumber hukum dilihat dari kepentingan individu, nasional atau
internasional yang sesuai dengan falsafah atau ideologi suatu negara.

SUMBER HUKUM FORMIL


Sumber Hukum Formal ialah sumber hukum yang bersangkut paut dengan masalah
prosedur atau cara pembentukannya, terdiri dari:
Sumber hukum dalam arti formal yang tertulis (ius scripta)
1. Undang-undang :
Istilah tertulis di sini dimaksudkan sebagai dirumuskan secara tertulis oleh pembentukan
hukum khusus (speciali rechtsvormende organen).
Undang-undang dapat dibedakan atas :
Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk
dan cara terjadinya sehingga disebut undang-undang. Jadi undang-undang dalam arti
formal tidak lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan undang-
undang karena cara pembentukannya. (Co : UU APBN)
Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang
dilihat dari isinya dinamai undang-undang dan mengikat setiap orang secara umum.
(Co : UU Terorisme, UU Pailit)
Undang-undang dapat dianggap sah dan berlaku apabila telah diundangkan dalam lembaran
negara oleh Menteri Hukum dan HAM. UU mulai berlaku seperti ketetapan berikut ini :
1. Menurut tanggal yang dituangkan dalam undang-undang itu sendiri.
2. Apabila tanggalnya tidak dituangkan dalam undang-undang, maka Undang-undang berlaku
terhitung 30 hari setelah diundangkan dalam lembaran negara (berlaku untuk Jawa dan Madura).
3. Untuk daerah lain, baru berlaku setelah 100 hari diundangkan dalam lembaran negara dan
telah dipenuhi segala persyaratannya.

Kekuatan suatu Undang-undang berakhir, apabila :


1. Jangka waktu yang ditentukan Undang-undang itu telah habis
2. Keadaan yang menyebabkan Undang-undang itu muncul telah hilang atau tidak ada lagi
3. Undang-undang itu telah dicabut oleh badan-badan pembuat Undang-undang tersebut atau
oleh badan yang lebih tinggi
4. Adanya Undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan hukum yang berlaku dahulu.

Pengertian Lembaran Negara dan Berita Negara.


Lembaran negara disebut Staatsblad (disingkat S atau Stb). Lembaran negara adalah
lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara
agar sah berlaku. Kemudian penjelasan dari undang-undang tersebut dimuat dalam
tambahan lembaran negara dengan nomor urut. Lembaran negara diterbitkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM.
Berita Negara adalah penerbitan resmi dari Kementerian Hukum dan HAM yang
berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan juga memuat
surat-surat yang dianggap perlu, seperti: akta pendirian PT, Firma, koperasi, nama-nama
orang yang dinaturalisasi menjadi WNI dan lain-lain.

Sumber hukum dalam arti formal yang tidak tertulis(ius non scripta)
Prof. Soepomo dalam catatan mengenai pasal 32 UUD 1950 berpendapat bahwa Hukum
adat adalah sinonim dengan hukum tidak tertulis dan hukum tidak tertulis berarti hukum yang tidak
dibentuk oleh sebuah badan legislatif yaitu hukum yang hidup sebagai konvensi di badan
badan hukum negara (DPR, DPRD, dsb), hukum yang timbul karena putusan- putusan hakim dan
hukum kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.

Sumber hukum formal yang tidak tertulis antara lain :


1. Hukum Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dibuat antara negara yang dituangkan dalam bentuk
tertentu. Traktat isinya mengatur masalah-masalah tertentu yang berkenaan dengan
kepentingan masing-masing negara, misalnya: kepentingan batas wilayah, hubungan diplomatik,
kepentingan perekonomian, pertahanan keamanan bersama, dan sebagainya.
Dasar hukum Traktat: Pasal 11 ayat (1 & 2) UUD 1945 yang berisi :
(1) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan Negara lain;
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
Negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang
harus dengan persetujuan DPR.
Traktat (perjanjian) itu terbagi menjadi dua yaitu traktat bilateral dan traktat
multilateral.
Apabila perjanjian multilateral memberi kesempatan kepada negara-negara lain yang
tadinya tidak ikut mengadakan perjanjian, untuk ikut bergabung maka perjanjian itu
dinamakan perjanjian kolektif atau terbuka.

Fase Pembentukan Traktat:


1. Penetapan ( sluiting ) ialah penetapan isi perjanjian oleh delegasi /utusan pihak-pihak yang
bersangkutan dalam konferensinya.
2. Persetujuan masing-masing parlemen pihak yang bersangkutan.
3. Ratifikasi atau pengesahan oleh masing-masing kepala negara. Traktat yang sudah diratifikasi
diundangkan dalam lembaran negara dan berlaku pada wilayah negara yang meratifikasi.
4. Pengumuman atau pelantikan (afkondiging). Setelah masing-masing kepala negara
meratifikasi konsep traktat sehingga menjadi traktat,maka fase selanjutnya diadakannya
upacara saling menyampaikan piagam perjanjian.

2. Putusan Hakim (yurisprudensi)


Istilah yurisprudensi berasal dari kata Jurisprudentia (Bahasa Latin), yang berarti
pengetahuan hukum (Rechts geleerheid). Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia,
sama artinya dengan kata Jurisprudentia (Bahasa Belanda) dan Jurisprudence dalam bahasa
Perancis yaitu, Peradilan tetap atau hukum peradilan. Pengertian yurisprudensi di Negara-negara
yang hukumnya Common Law (Inggris atau Amerika) sedikit lebih luas, di mana yurisprudensi
berarti ilmu hukum. Sedangkan pengertian yurisprudensi di Negara-negara Eropa Kontinental
(termasuk Indonesia) hanya berarti putusan pengadilan. Adapun yurisprudensi yang kita
maksudkan dengan putusan pengadilan, di Negara Anglo Saxon dinamakan preseden.

Yurisprudensi dalam arti sebagai putusan pengadilan dibedakan dalam dua macam :
a. Yurisprudensi tidak tetap (biasa), yaitu seluruh putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan pasti, yang terdiri dari :
1) Putusan perdamaian;
2) Putusan pengadilan negeri yang tidak dibanding;
3) Putusan pengadilan tinggi yang tidak dikasasi;
4) Seluruh putusan Mahkamah Agung.
b. Yurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie), yaitu putusan hakim yang selalu diikuti oleh hakim
lain dalam perkara sejenis.

Pendapat tentang Yurisprudensi


Apeldoorn : yurisprudensi, doktrin dan perjanjian merupakan faktor-faktor yang
membantu pembentukan hukum.
Lemaire : yurisprudensi, ilmu hukum (doktrin) dan kesadaran hukum sebagai
determinan pembentukan hukum.
Sukdino M : [1] Sudikno Mertokusumo, Sejarah Peradilan.hal.179
Yurisprudensi sebagai peradilan pada umumnya (judicature,
rechtspraak) yaitu pelaksanaan hukum dalam hal konkrit terjadi
tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan
diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun
dengan cara memberikan putusan yang bersifat mengikat dan
berwibawa.
3. Doktrin
Doktrin atau doktrina berasal dari kata doctor, yang dalam bahasa latin berarti: Guru.
Doctrina berarti apa yang telah diajarkan guru atas dasar ilmu. Doktrin adalah pendapat-
pendapat dari ahli hukum tentang sesuatu hal mengenai hukum.
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum. Ilmu hukum
itu sebagai sumber hukum tapi bukan hukum karena tidak langsung mempunyai kekuatan
mengikat sebagaimana undang-undang. Ilmu hukum baru mengikat dan mempunyai kekuatan
hukum bila dijadikan pertimbangan hukum dalam putusan pengadilan. Disamping itu juga
dikenal adagium dimana orang tidak boleh menyimpangi daricommunis opinion doctorum
(pendapat umum para sarjana).

4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan / cara hidup yang dianut oleh suatu masyarakat atau suatu
bangsa dalam waktu yang lama serta dilakukan secara berulang-ulang dalam suatu hal tertentu.
Pada hakekatnya kebiasaan memberikan pedoman bagi masyarakat atau bangsa untuk berpikir
dan bertindak dalam menghadapi suatu hal pada kehidupannya.
Hukum kebiasaan ini juga mempunyai persyaratan untuk berlaku, yaitu:
1. Syarat yang bersifat materiil, yakni harus ada tindakan yang tetap dilakukan oleh orang.
2. Syarat yang bersifat psikologis dalam arti bukanlah psikologis perorangan melainkan
psikologis golongan, yaitu adanya keyakinan akan kewajiban hukum dalam golongan (opinio
necessitatis)

SUMBER HUKUM MATERIIL


Sumber Hukum Materiil adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum.
Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempegaruhi pembentukan hukum yaitu:
1. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain:
kekayaan alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan dan
pembagian kerja.
2. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan pada tingkat
tertentu ditaati sebagai aturan tinglkah laku yang tetap.
3. Hukum yang berlaku
4. Tata hukum negara-negara lain
5. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan
6. Kesadaran hokum

Sumber hukum materiil terdiri atas tiga jenis, yaitu:


(a) sumber hukum historis,
(b) sumber hukum sosiologis,
(c) sumber hukum filosofis.

SUMBER TERTIB HUKUM


Bahwa untuk terwujudnya kepastian dan keserasian hukum, serta kesatuan tafsiran dan
pengertian Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 perlu adanya perincian dan
penegasan mengenai Sumber Tertib Hukum dan tata urutan perundang-undangan Republik
Indonesia.
Tata perundang-undangan diatur dalam :
1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum
Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-
Undang. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI
yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perppu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Sumber Hukum Civil Law


Sumber hukum Civil Law berbasis pada hukum tertulis (written law) dan menuangkan
semaksimal mungkin norma ke dalam aturan hukum, sedangkan yang menjadi sumber hukum
adalah Undang-undang yang dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatif dan kebiasaan yang
hidup di masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.

Sumber Hukum Common Law


Sumber hukum Common Law berdasar pada putusan-putusan hakim/ pengadilan (judicial
decisions). Melalui putusan-putusan hakim itulah dapat mewujudkan kepastian hukum, walaupun
tetap mengakui peraturan yang dibuat oleh legislative.

Beberapa Pengertian:
a. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
b. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar (konstitusi) yang tertulis yang
merupakan peraturan negara tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
c. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR, yang terdiri dari 2
(dua) macam yaitu :
1. Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis;
2. Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
d. Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
e. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan
ketentuan :
Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut;
1. DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan;
2. Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi Undang-Undang;
3. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
f. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
e. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
f. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan Gubernur.
g. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota.

SISTEM HUKUM DI DUNIA


1. Sistem Hukum Anglo Saxon
a. Pengertian Sistem Hukum Anglo Saxon

Sistem hukum Anglo Saxon mula mula berkembang di negara Inggris, dan dikenal
dgn istilah Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak tertulis). Sistem Anglo-Saxon
adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-
keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika
Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian
Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa
Kontinental Napoleon).

Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem


hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan
sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan
hukum agama. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah
terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan
perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan
oleh hakim, dalam memutus perkara.Sistem hukum anglo saxon pada hakikatnya
bersumber pada

b. Sumber Hukum Anglo Saxon


Custom
o Merupakan sumber hukum tertua, oleh karena ia lahir dari dan berasal dari
sebagian hukum Romawi, custom ini tumbuh dan berkembang dari kebiasaan suku
anglo saxon yang hidup pada abad pertengahan. Pada abad ke 14 custom law akan
melahirkan common law dan kemudian digantikan dengan precedent
Legislation
o Berarti undang-undang yang dibentuk melalui parlemen. undang-undang yang
demikian tersebut disebut dengan statutes. Sebelum abad ke 15, legislation
bukanlah merupakan salah satu sumber hukum di Inggris, klarena pada waktu itu
undang-undang dikeluarkan oleh raja dan Grand Council (terdiri dari kaum
bangsawan terkemuka dan penguasa kota, dan pada sekitar abad ke 14 dilakukan
perombakan yang kemudian dikenal dengan parlemen.
Case-Law
o Sebagai salah satu sumber hukum, khsusnya dinegara Inggris merupakan ciri
karakteristik yang paling utama. Seluruh hukum kebiasaan yang berkembang dalam
masyarakat tidak melalui parlemen, akan tetapi dilakukan oleh hakim, sehingga
dikenal dengan judge made law, setiap putusan hakim merupakan precedent bagi
hakim yang akan datang sehingga lahirlah doktrin precedent sampai sekarang

2. Sistem Hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan dikembangkan di negara-negara


eropa. Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah Civil Law atau yang
disebut juga sebagai Hukum Romawi. Sistem hukum ini disebut sebagai hukum romawi karena
sistem hukum eropa kontinental memang bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan
pada masa kekaisaran romawi tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus yang
memerintah romawi pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.

Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah bahwa hukum
itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-undang
yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan
hukum. Kepastian hukum dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan
hidup diatur dengan peraturan tertulis, misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu
adagium yang berbunyi tidak ada hukum selain undang-undang. Dengan kata lain hukum
selalu diidentifikasikan dengan undang-undang.

3. Perbedaan Sistem Hukum Anglo Saxon Dan Eropa Kontinental


a. Perbedaan I

Pembeda Sistem Hukum Kontinental Sistem Hukum Anglo Saxon

Sumber 1. Undang undang dibentuk 1. Putusan hakim / putusan


oleh legslatif (statutes) pengadilan / yurisprudensi (judicial
Hukum
decisions)
2. Peraturan peraturan
hukum 2. Peraturan hukum tertulis (undang
undang), peraturan administrasi dan
3. Kebiasaan (custom) yang
kebiasaan
hidup dan diterima sebagai
hukum oleh masyarakat

Bentuk 1. mengenal sistem peradilan 1. hanya mengenal satu peradilan


administras untuk semua jenis perkara

2. menjadi modern karena 2. dikembangkan melalui praktek


pengkajian yang dilakukan oleh prosedur hukum
perguruan tinggi
3. dibutuhkan suatu lembaga untuk
3. tidak dibutuhkan lembaga mengoreksi, yaitu lembaga equaty.
untuk mengoreksi kaidah Lembaga ibi memberi kemungkinan
untuk melakukan elaborasi terhadap
kaidah-kaidah yang ada guna
mengurangi ketegaran.

Kodifikasi Dikenal dengan adanya kodifikasi Tidak ada kodifikasi


hukum hukum sedangkan pada sistem
hukum

Keputusan tidak dianggap sebagai kaidah keputusan hakim terdahulu terhadap


hakim atau sumber hukum sedang pada jenis perkara yang sama mutlak harus
sistem hukum diikuti.
Pandangan lebih tidak tekhnis, tidak terisolasi pandangan hakim lebih teknis dan
hakim dengan kasus tertentu sedang tertuju pada kasus tertentu.
pada sistem hukum

Kategoris bangunan hukum, sistem hukum, kategorisasi fundamental tidak


dan kategorisasi hukum dikenal.Pada sistem hukum eropa
didasarkan pada hukum tentang kontinental strukturnya terbuka untuk
kewajiban sedang pada sistem perubahan sedang pada sistem hukum
hukum anglo saxon berlandaskan pada kaidah
yang sangat kongrit.

Dasar hukum Kodifikasi hukum Yurisprudensi / keputusan hakim

Peran hakim Tidak bebas menciptakan hukum Bertugas menafsirakan dan


baru karena hakim hanya menetapkan peraturan, menciptakan
berperan menetapkan dan kaidah hukum baru yang mengatur tata
menafsirkan peraturan yang ada kehidupan masyarakat, menciptakan
berdasarkan wewenang yang ada prinsip hukum baru yang berguna
padanya sebagai pegangan bagi hakim dalam
memutuskan perkara

b. Perbedaan II

Beberapa perbedaan antara sistem hukum eropa kontinental dengan sistem


anglo saxon sebagai berikut :

Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedang


sistem hukum anglo saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis
perkara.
Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang
dilakukan oleh perguruan tinggi sedangkan sistem hukum anglo saxon
dikembangkan melalui praktek prosedur hukum.
Hukum menurut sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sollen bulan sein
sedang menurut sistem hukum anglo saxon adalah kenyataan yang berlaku dan
ditaati oleh masyarakat.
Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau
penyelesaian sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum
eropa kontinental sedang penemuan kaidah secara kongkrit langsung digunakan
untuk penyelesaian perkara menurut sistem hukum anglo saxon.
Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi
kaidah sedang pada sistem hukum anglo saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk
mengoreksi, yaitu lembaga equaty. Lembaga ibi memberi kemungkinan untuk
melakukan elaborasi terhadap kaidah-kaidah yang ada guna mengurangi ketegaran.
Pada sistem hukum eropa kontinental dikenal dengan adanta kodifikasi hukum
sedangkan pada sistem hukum anglo saxon tidak ada kodifikasi.
Keputusan hakim yang lalu (yurisprudensi) pada sistem hukum eropa kontinental
tidak dianggap sebagai kaidah atau sumber hukum sedang pada sistem hukum
anglo saxon keputusan hakim terdahulu terhadap jenis perkara yang sama mutlak
harus diikuti.
Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakim tentang hukum adalah
lebih tidak tekhnis, tidak terisolasi dengan kasus tertentu sedang pada sistem
hukum anglo saxon pandangan hakim lebih teknis dan tertuju pada kasus tertentu.
Pada sistem hukum eropa kontinental bangunan hukum, sistem hukum, dan
kategorisasi hukum didasarkan pada hukum tentang kewajiban sedang pada sistem
hukum anglo saxon kategorisasi fundamental tidak dikenal.Pada sistem hukum
eropa kontinental strukturnya terbuka untuk perubahan sedang pada sistem hukum
anglo saxon berlandaskan pada kaidah yang sangat kongrit.

1. Sumber- Sumber Hukum Islam


a. Urgensi Sumber Sumber Hukum Islam
Pada semua sistem hukum telah memiliki sarana yang disebut dengan sumber-
sumber hukum yang berperan untuk memberikan solusi untuk menjadikan sistem
tersebut aksereratif dengan segala peristiwa dan pembuat sistem tersebut semakin
berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan peradaban manusia.
Sumber dari sesuatu peraturan hukum adalah sangat penting untuk diketahui
oleh karena dari sumber itu dapat diketahui dari mana asalnya peraturan itu. Dalam
garis besarnya Sumber Hukum Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Sumber Naqly, adalah sumber hukum dimana seorang mujtahid tidak mempunyai
peranan dalam pembentukannya karena memeng sumber hukum tersebut telah
tersedia.
Sumber Aqly, adalah sumber hukum dimana seorang mujtahid dapat berperan
dalam pembentukannya. Misalnya : Qias, Istishan, Istislah muslahat-muslahat dan
istishab.
Selain daripada pembagian tersebut di atas, sumber hukum islam secara besar
dapat pula dibagi menjadi: Sumber Hukum Ashliah yang didalamnya adalah Al -Quran
dan Hadis/sunnnah dan sumber hukum Tarbaiyah yang mencakup Ijma, Qaul, Sahabat,
Qias, Istishan, Muslahat-Muslahat, Urf, Syariat Umat Terdaulu dan Istishab. Berikut ini
akan dijeaskan tentang sumber hukum tersebut di atas.
b. Sumber Hukum Ashliyah
Yang dimaksud dengan Sumber Hukum Ashliyah ialah sumber hukum yang
penggunaannya tidak bergantung pada sumber hukum yang lain. Sumber hukum ini
adalah yang paling utama diantara sumber sumber Hukum Islam lainnya, oleh karena
keduanya adalah sumber wahyu.
Al-Quran
Al-Quran adalah kumpulan wahyu ilahi yang disampaikan kepada Nabi
Muhammmad s.a.w dengan perantaraan malaikat Jibril untuk mengatur hidup dan
kehidupan umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Al-Quran sebagai wahyu dari Allah pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad pada malam Lailatul Qadr, yaitu suatu malam kebesaran yang jatuh
pada malam ke tujuh belas Ramadhan.
Pada malam tujuh belas ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi
Muhammad s.a.w tatkala beliau bersemedi di Gua Hira, turunlah ayat pertama
seperti yang tercantum dalam surat/surah Al-Alaq yang Artinya bacalah ya
muhammad dengan nama Tuhanmu yang maha Budiman yang telah mengajar
manusia dengan qalam, telah mengajar manusia tentang apa-apa yang belum
diketahuinya.
Dari ayat pertama sampai kepada ayat yang terakhir tidaklah diturunkan
seklaigusm melainkan secara berangsur angsur sesuai dengan kebutuhan, misalnya
apabila ada kejadian kejadian yang perlu dipecahkan oleh nabi atau ada
pertanyaan pertanyaan yang diajukan kepada nabi yang perlu segera mendapat
jawaban. Ayat ayat Al-Quran turun dalam kurung waktu 22 tahun, 2 bulan, dan
22 hariyang dibagi atas dua periode yaitu periode Mekah/Makyah dan periode
Madinah/Madaniyah.
Hadis atau Sunnah Rasulullah
Hadis/Sunnah adalah segala apa yang datangnya dari Nabi Muhammad s.a.w,
baik berupa segala perkataan yang telah diucapkan, perbuatan yang perbah diperbuat
dimasa hidupnya ataupun segala yang dibiarkan berlaku.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Hadis/Sunnah pada hakekatnya
dapat dibedakan atas tiga macam :
o Hadis/Sunnah Qauliyah yaitu Hadis / Sunnah yang berupa segala apa yang
telah diucapkan oleh Nabi Muhammad sebagai suatu penjelasan terhadap
sesuatu.
o Hadis/Sunnah Fiiliyah yaitu Hadis berupa segala apa yang pernah
diperbuat oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya atau tindakan nyata
yang telah diperbuat semasa hidupanya.
o Hadis/Sunnah Taqiriyah, Yaitu hadis yang berupa apa yang dibiarkan
berlaku oleh Nabi Muhammad baik yang berwujud tindakan atau
pembicaraan,dirasakan sendiri atau berupa berita yang diterima lalu Nabi
Muhammad tidak melarangnya dantidak pula menyuruh lakukan.
c. Sumber Hukum Tabaiyah
Sumber hukum tabaiyah adalah kebalikan dari sumber ashliyah. Yang
dimaksudkan dengan sumber hukum tabaiyah adalah sumber hukum yang
penggunaanya masih bergantung pada sumber hukum yang lain. Sumber hukum ini
jumlahnya banyak, tapi yang umum digunanakan / banyak digunakan terbatas
pada Ijma, Qaul, (Pendapat) sahabat Qias, Istihsan, Istihshalah, dan Urf, disamping Al-
Quran dan hadis.
Ijma
o Ijma adalah persesuaian paham atau pendapat diantara para ulama mujtahidin
pada suatu masa tertentu setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w untuk
menentukan hukum suatu masalah yang belum ada ketentuan hukumnya.
Qaul
o Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam
keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman pula. Oleh karena itu orang
yang pernah bertemu Nabi Muhammad tapi belum beriman bukan sahabat nabi.
Qias
o Qias adalah perbandingan atau mempersamakan atau menerapkn hukum dari
suatu perkara yang sudah ada ketentuan hukumnya terhadap suatu perkara yang
lain yang belum ada ketentuan hukumnya oleh karena keduanya yang bersangkutan
memiliki unsur unsur kesamaan.
Istihsan
o Istihsan adalah memindahkan atau mengecualikan hukum dari suatu peristiwa dari
hukum peristiwa lain yang sejenis dan memberika kepadanya hukum yang lain
karena ada alasan yang kuat bagi pengecualian itu.
Istishlah
o Istishlah adalah penetapan hukum dari suatu perkara berdasar pada adanya
kepentingan umum atau kemashlahatan umat.
Urf
o Secara umum Urf adalah kebiasaan umum yang berasal dari kebiasaan masyarakat
Arab pra Islam yang diterima oleh Islam oleh karena tidak bertentangan dengan
ketentuan ketentuannya.
Istishab
o Istishab adalah memahami atau membarengi apa yang telah terjadi di masa lalu.

2. Hukum Islam Dan Pembangunan Nasional


a. Hukum Islam dan Peranannya
Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum yang berlaku juga di Indonesia
mempunyai kedudukan dan arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan
pembangunan manusia seutuhnya yakni baik pembangunan daunia maupun
pembangunan akhirat dan baik dibidang material maupun dibidang spiritual. Di dalam
Al-Quran dan hadis ada beberapa ayat yang memberikan isyarat untuk melaksanakan
pembangunan itu antara lain :
o Al-Quran, Surah Al Baqarah ayat 148 yang artinya: hendaklah kamu berlomba
lomba dalam kebaikan.
o Al-Quran, Surah Ar Radu ayat 11 yang artinya : sesungguhnya ALLAH tidak
akan merubah nasib sesuatu umat kecuali dirinya sendiri yang merubahnya.
o Al-Quran, Surah Al mudjadah ayat 11 yang artinya :Allah mengngkat derajat
orang orang yang beriman dari kamu sekalian dan begitu juga dengan orang
yang berilmu pengetahuan.
o Hadis Riwayat Abu Naim yang artinya : kekafiran dapat membawa seorang
kepada kekufuran.
o Hadis riwayat Iman Buchary, yang artinya sesungguhnya dirimu mempunyai hak
atasmu, dan badanmu hak atasmu.
o Hadis Riwayat Abu zakir yang artinya berbuatlah untuk duniamu seolah oleh
kamu akan hidup selama lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah
olah engkau mati pada hari esok.
Sehubungan dengan adanya prinsip-prinsip hukum islam dalam
pembangunan sebagaimana yang dimaksud di atas maka penduduk indonesia lebih
banyak berpartisipasi, berinteraksi dan berasilimasi terhadap pelaksanaan
pembangunan nasional indonesia dalam segala bidang.

b. Tujuan dan Landasan Pembangunan Nasional


Berbicara tentang kaitan antara hukum islam dengan pembangunan nasional
maka ada baiknya terdahulu kita mengetahui tujuan dan landasan pembangunan
nasional di Indonesia. Dalanm TAP TAP yang dihasilkan oleh MPR tentang Garis Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) antara lain dala TAP MPR No. II/MPR/1988 pada Bab II
secara jelas dinyatakan bahwa
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah
negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehudupan bangsa yang aman tertram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, berdaulat, dan damai.
Selanjutnya apa yang menjadi landasan pembangunan nasional lebih jauh
dalam GBHN dikatakan bahwalandasan pelaksanaan pembangunan nasional itu adalah
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
Dengan kalimat tersebut maka dapat diketahui bahwa sesunguhnya baik dasar
maupun landasan pembangunan nasional adalah Pancasila yang sila pertamanya adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang mana
sila pertama ini menjiwai sila sila lain.
c. Hubungan Hukum Islam dan Pembangunan
Sebelum membicarakan tetntang apa dan bagaimana hubungan hukum Islam
dengan pembangunan nasional perlu terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya yang
dimaksud dengan Hukum islam/Syariat sebab tanpa memahami artinya maka sulit bagi
kita untuk menentukan bagaimana kita menentukan peranannya dalam masyarakat.
Khusus mengenai pengertian hukum Islam/Syariat, oleh Yamani, Syariat
diartikan dalam dua arti yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Dalam Arti yang Luas Syariat islam adalah meliputi semua hukum yang telah
disusun dengan teratur olehpara ahli fiqih dalam pendapat pendapat pendapat
fiqihnya mengenai persoalan dimasa mereka atau yang mereka fikirkan akan terjadi
kemudian dengan mengambil dalil dalilnya yang langsung dari Al-Quran dan Hasis
atau sumber pengambilan hukum yang lain seperti qiyas, istihsan, istishab, dan lain lain.
Pengertian yang luas ini tidak harus diakui dari A-Z dari awal hingga akhir karena
didalamnya ada beberapa bagian yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman / tidak
lagi memenuhi kebutuhan masa kini akan tetapi masih bisa dipakai sebagai pustaka
perbendaharaan ilmiah.
Sementara itu pengertian Hukum Islam dalam sempit adalah hukum hukum
yang berdalil tegas yang tertera dalam Al-Quran dan Hadis yang sah ataupun yang
ditetapkan dengan Ijma.
Hukum islam dalam arti sempit ini wajib diakui oleh umat islam. Demikian pula
halnya dengan hukum hukum yang terdapat didalam Hadis yang kebenarannya tidak
lagi diragukan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam syariat islam terdapat bagian bagian
bidang bidang yang mengenai ibarat dan muamalat. Kedua bagian ini mempunyai
kaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain.
Adapun fungsi hukum menurut Soerjono Soekanto sebagai sarana
pengendalian social (social control ) dan sebagai sarana untuk memperlancar proses
interaksi social sedangkan menurut Hutagalung hukum berfungsi sebagai alat untuk
mengadakan sosial enggenering.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan oleh kedua serjana tadi maka
apabila kita hubungkan dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat sejahtera yang
dihargai oleh Allah SWT maka hukum itu tidak hanya berperan sebagai sarana sosial
control tapi juga berperan sebagai sarana engenering. Dengan kata lain ia harus
memegang peranan dalam pembangunan yang tujuan dan landasannya seperti yang
dirumuskan dalam GBHN.
d. Hukum Islam dan Pembinaan Hukum Nasional
Salah satu masalah yang tidak kurang pentingnya untuk diketahui apabila kita
berbicara tentang hukum islam yang berlaku sekarang adalah Hukum Islam dan
Pembinaan Hukum Nasional di Indonesia. Hal ini adalah penting oleh karena dengan
mengetahuinya kita dapat mempeeroleh gambaran umum tentang tempat atau
kedudukan hukum Islam dalam rangka pembinaan Hukum Nasional.
e. Dasar dan Landasan Pembinaan Hukum Nasional
Apa yang menjadi dasar dan landasan hukum nasional juga adalah menjadi
dasar dan landasan pembinaan hukum nasional oleh karena pembinaan hukum nasional
adalah bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Dengan
demikian dasar dan landasan hukum nasional adalah Pancasila sebagai landasan
idealnya UUD 1945 sebagai landasan struktural dan konstitusional dan GBHN sebagai
landasan operasionalnya
Selanjutnya batang tubuh UUD 1945 terdapat pasal yang juga memberi
petunjuk yang sama antara lain pasal 4 UUD 1945 : Presiden Republik Indonesia
memegang perintah Undang Undang dan Pasal 27 UUD 1945 : segala warga negara
bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintah tanpa terkecuali.
Tentang bagaimana melaksanakan pembinaan hukum nasional di Indonesia hal
ini kita dapat lihat dalam GBHN sebagai landasan operasionalnya yang didalam
operasionalnya menyebut cukup banyak masalah menyangkut pembinaan dan
pengembangan hukum nasional di Indonesia. Hal ini menjadi masalah pokok oleh
karena dalam tata hukum nasional kita dimasa yang akan datang sangat dibutuhkan
adanya hukum yang tertulis yang dikodefikasi sehingga dengan demikian akan terwujud
satu kesatuan hukum yang berlaku sama dalam Nagara Kesatuan republik Indonesia.
f. Langkah Langkah Pembinaan Hukum
Dengan bertiti tolak pada Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 maka politik hukum dan Perundang Undangan kolonial
yang tidak sesuai lagi dengan alam kemerdekaan Indonesia harus diganti dengan politik
hukum dan perundang- undangan nasional yang berdasarkan pada Pancasila, UUD 1945
dan kesadaran hukum rakyat Indonesia.
Menurut Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan IV Ismail saleh ada tiga
dimensi pembangunan hukum Nasional Indonesia, yaitu :
o Pertama yaitu dimensi untuk memelihara tatana hukum yang telah ada
walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dengan keadaan.
Dimensi ini menurut beliau perlu ada untuk mencegah kefakuman hukum dan
merupakan konsekuensi logis dari adanya pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Upaya pembangunan hukum dalam dimensi berorientasi pada kemuslahatan
bersama.
o Kedua yaitu dimensi yang merupakan usaha untuk lebih meningkatkan dan
menyempurnakan pembangunan hukum nasional. Kebijakan yang ditempuh
dalam dimensi ini adalah disamping pembangunan peraturan-peraturan yang
baru, juga akan diusahakan penyempurnaan peraturan perundang-undangan
yang ada sehingga sesuai dengan kebutuhan baru dibidang yang bersangkutan.
o Ketiga yaitu dimensi dinamika dan kreatifitas. Dalam dimensi ini diciptakan
sesuatu yang dinamis dan krestif yaitu dengan mengadakan perangkat
peraturan perundang undangan yang baru yang sebelumnya memang belum
ada, misalnya Undang Undang Lingkungan Hidup yang merupakan salah satu
bentuk perang kata hukum dalam dimensi penciptaan ini.
g. Kedudukan Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum Nasional
Untuk mengetahui, bagaimana kedudukan hukum Islam dalam rangka
pembinaan hukum nasional hal tesebut dapat dilihat dari beberapa sumber antara lain
dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menyatakan bahwaPancasila adalah
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sila pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa mempunyai
kedudukan hukum yang sangat kuat oleh karena secara konstitusional tercantum pada
pasal 29 ayat (1) dalam UUD 1945 yang berbunyi :negara berdasarkan ketuhanan yang
maha esa. Dengan demikian, sila ketuhanan yang maha esa ini merupakan hukum
positif yang fundamental yang mengikat setiap warga dalam bermasyarakat dan
bernegara.
Dari uraian di atas jelas, bahwa agama sebagai unsur mutlak dari kehidupan
bangsa indonesia adalah sengat penting dan turut menentukan dalam rangka
pembinaan hukum Indonesia. Mengingat bahwa sebahagian besar rakyat indonesia
adalah islam, maka dalam pembinaan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila,
hukum islam tidak dapat diabaikan begitu saja terutama sekali ketentuan ketentuan
hukum islam yang sudah berurat berakar dalam kehidupan bermasyarakat dan telah
merupakan kesadaran hukum bagi mereka.
Hal ini sesuai dengan apa yang digariskan oleh TAP MPRS No. 20/MPRS/66 yang
menyatakan bahwasumber dari pada tertib hukum negara republik Indonesia, adalah
pandangan hidup, kesadaran dan cita cita moral yang diliputi suasana kejiwaan dan
watak bangsa indonesia.
Hal tersebut juga berlaku bagi kaidah kaidah hukum agama lainnya.
Demikian pula kaidah kaidah dari sistem hukum lain yang juga berlaku di Indonesia.
PENGANTAR HUKUM PAJAK

PERTEMUAN 1

A. Terbentuknya Negara
Menurut pendapat Aristoteles, manusia merupakan makhluk bermasyarakat atau
Zoon Politikon. Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam
masyarakat tanpa berhubung dengan orang lain dan tetap secara individu terlibat dalam
suatu ikatan dengan kelompoknya.
Semakin luas dan kompleksnya masing-masing kelompok, maka makin besar dan
banyak pula kesulitan yang timbul baik masalah internal antar individu dalam kelompok,
maupun masalah dengan pihak eksternal. Interaksi antar kelompok juga memerlukan suatu
aturan yang lebih terstruktur daripada sebelumnya. Hal tersebut yang menjadi alasan
mendasar perlunya dibentuk suatu organisasi yang lebih teratur dan memiliki kekuasaan
yang memadai. Organisasi atau lembaga tersebut sangat diperlukan untuk melaksanakan
dan mempertahankan peraturan-peraturan hidup agar dapat berjalan secara tertib dan
lancar. Organisasi yang memiliki kekusaan seperti itulah yang kemudian dinamakan
Negara.
Konsep dan pengertian Negara sebagai organisasi kekuasaan dipelopori oleh J.H.A.
Logemaan dalam bukunya yaitu Over De theorie Van Een Stelling Staadrecht, yaitu bahwa
keberadaan negara bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan masyarakat yang
dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi.
Agar negara dapat mengatur rakyatnya, maka negara diberi kekuasaan (authority)
yang dapat memaksa seluruh anggotanya untuk mematuhi segala peraturan/ketentuan
yang telah ditetapkan oleh negara. Kekuasaan tersebut berhak dimiliki oleh negara, karena
secara historis timbulnya negara adalah untuk mengatur kehidupan yang lebih baik.
Untuk menghindari adanya kekuasaan yang sewenang-wenang, disisi lain Negara juga
menetapkan cara-cara dan batas- batas sampai dimana kekuasaan itu dapat digunakan
dalam kehidupan bersama.

B. Fungsi Pemerintah
Menurut Miriam Budiardjo (1998), fungsi pemerintah dapat dikelompokkan menjadi
:
1) Melaksanakan penertiban (law and order) untuk emncapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai
stabilisator.
2) Mengusahakan kesejahtaraan dan kemakmuran rakyat. Dewasa ini fungsi ini
dianggap penting terutama bagi negara-negara baru.
3) Fungsi pertahanan, hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari
luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4) Fungsi menegakkan keadilan, hal ini dilaksanakan melalui badan-badan
pengadilan.
Terdapat tiga fungsi pokok ekonomi yang diemban oleh pemerintah yaitu:
a. Tindakan pemerintah yang menyangkut efisiensi berupa segala upaya untuk
memperbaiki kesalahan pasar. Misalnya monopoli.
b. Program pemerintah untuk meningkatkan keadilan. Misalnya pemerataan
pendapatan agar mencerminkan kepentingan seluruh masyarakat, termasuk
golongan miskin.
c. Kebijaksanaan stabilisasi berusaha mengiki fluktuasi yang tajam dari siklus bisnis
dengan cara menekan angka pengangguran dan inflasi, serta mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi.
Dari fungsi ekonomi pemerintah yang berhubungan dengan pajak adalah fungsi nomor
2 yakni keadilan masyarakat, di mana dengan pajak yang dipungut atas warga negara yang
memiliki kemampuan, akan dapat mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat.
C. Kekuasaan untuk Mengenakan Pajak
Negara membuat peraturan dan hukum, pasti bertujuan yang baik untuk
kelangsungan hidup dan tertatanya suatu negara. Hukum di Indonesia jika diklasifikasikan
menurut wujudnya ada 2, yaitu hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dengan hak dan
kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus diperintah dapat berperan aktif
dalam melaksanakan kewajiban bernegara. Diantaranya adalah kewajiban membayar Pajak.
Amandemen UUD 1945 khususnya Pasal 23 A menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang- undang. Dengan
kata lain, pajak harus berlandaskan undang-undang, berarti pemungutan pajak tersebut
telah mendapat persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya di DPR . Asas ini telah
memberikan jaminan hukum yang tegas akan hak Negara dalam memungut pajak.
Selanjutnya UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, menyebutkan bahwa pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Definisi mengenai pajak ini baru diatur dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007.
Dalam UU KUP sebelumnya, tidak pernah diterangkan secara lugas mengenai pengertian
pajak sebagai kontribusi wajib kepada Negara.

D. Pendelegasian Kekuasaan untuk Mengenakan Pajak


Undang-Undang Pajak harus dapat menjamin bahwa pengenaan pajak harus
didasarkan kepada prinsip keadilan, kepastian, dan kemampuan membayar. Tidak adanya
pembatasan kekuasaan dan pendelegasian wewenang yang jelas dan ketat seperti yang
termaktub dalam Pasal 23A UUD 1945 kepada Pemerintah, membuat Pemerintah menjadi
pemegang kekuasaan besar yang powerful dalam mengenakan pajak dan bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Menurut Buchanan dan Milton Friedman sebagaimana dikutip oleh Philippe Vitu,
bahwa dalam suatu negara yang demokratis dan berasaskan hukum, kekuasaan untuk
mengenakan pajak tidak boleh bersifat tidak terbatas, atau dengan kata lain kekuasaan
untuk mengenakan pajak harus dibatasi (limit on taxing power) melalui undang-undang.
Sebagai negara konstitusional pengemban amanat Pasal 23A UUD 1945 dan yang
berkeadilan sosial (sila kelima Pancasila), seyogianyalah DPR sebagai wakil rakyat serta para
petinggi dan penegak hukum di negara hukum ini me-review (kaji ulang) pendelegasian
wewenang yang telah diberikan kepada pemerintah untuk mengenakan pajak (dalam hal
menetapkan tax base dan tax rate) selain yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang,
secara selektif dan diawasi secara ketat, sehingga kebijakan-kebijakan perpajakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah (dan disetujui oleh DPR) mencerminkan keadilan sosial bagi
seluruh warga negara Indonesia khususnya bagi wajib pajak yang menjadi partner
pembangunan negara yang kita cintai ini.

PERTEMUAN 2

A. Falsafah Pajak
Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan mempunyai kewajiban untuk
menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan,
maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara yang dicantumkan
di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat. Negara memerlukan dana untuk
mewujudkan tujuan tersebut, sehingga diperlukan dana yang tentunya didapat dari rakyat
itu sendiri melalui pemungutan pajak.
Kemudian dalam Pasal 23A UUD 1945 hasil amandemen disebutkan bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-
undang. Dengan kata lain, pajak harus berlandaskan undang-undang, berarti pemungutan
pajak tersebut telah mendapat persetujuan dari rakyat melalui perwakilannya di DPR
yang biasa disebut berdasarkan yuridis. Asas ini telah memberikan jaminan hukum
yang tegas akan hak Negara dalam memungut pajak.
Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran
rakyat. Definisi mengenai pajak ini baru diatur dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007.
Dalam UU KUP sebelumnya, tidak pernah diterangkan secara lugas mengenai pengertian
pajak sebagai kontribusi wajib kepada Negara. Ada lima unsur yang melekat dalam
pengertian pajak tersebut, yaitu:
1) Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2) Sifatnya dapat dipaksakan;
3) Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan
oleh pembayar pajak;
4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah;
5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
bagi kepentingan masyrakat umum.

B. Fungsi Pajak
Dalam dunia perpajakan, sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada dua yaitu fungsi
budgeter dan regulerend. Namun dalam perkembangannya fungsi pajak tersebut dapat
dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi.
a) Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik, yaitu fungsi
untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku, yang pada waktunya akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran Negara.
b) Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan
digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya di luar bidang keuangan.
c) Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu
penjelmaan atau wujud sistem gotong royong dalam kegiatan pemerintahan
dan pembangunan demi kemaslahatan manusia.
d) Fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.

C. Pajak dan Pancasila


Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional yang menjiwai peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan. Pancasila memiliki kedudukan sebagai alat
penguji terhadap sumber hukum tertulis, apakah sudah sesuai atau malah bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila merupakan tolok ukur untuk menentukan kebenaran substansi
hukum yang terkandung dalam setiap Undang-undang Pajak.
Sebelum amandemen UUD 1945, ketentuan mengenai pajak diatur pada Pasal 23
ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan
undang-undang. Ketentuan ini mengandung asas legalitas yang meletakkan kewenangan
pada negara untuk memungut pajak apabila negara membutuhkannya, tetapi dengan syarat
harus berdasarkan undang-undang. Tidak ada pajak tanpa persetujuan antara rakyat melalui
wakilnya di dalam Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah yang diatur dengan
undang-undang atau No taxation without representation.
Setelah UUD 1945 diamandemen, ternyata ketentuan mengenai pajak mengalami
perubahan yang sangat prinsipil. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 23A UUD 1945 yag
berbunyi pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. Terdapat perubahan yang prinsipil karena bukan hanya pajak,
melainkan pungutan yang bersifat memaksa juga harus diatur dengan undang-undang. Hal
ini merupakan suatu perkembangan positif agar tidak ada kesewenang-wenangan dalam
pembebanan pungutan yang bersifat memaksa kepada warga negara.

D. Pemungutan Pajak sebagai Cara untuk Mencapai Politik Ekonomi dan Sosial
Pajak merupakan salah satu alat yang penting bagi pemerintah dalam mencapai
tujuan ekonomi, politik, dan sosial yang mengandung sasaran sebagai berikut :
1) Pengakuan sumber dana dari sektor swasta ke sektor pemerintah
2) Pendistribusian beban pemerintah secara adil dalam kelas-kelas penghasilan
dan secara merata bagi masyarakat yang berpenghasilan sama
3) Mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, dan perluasan
kesempatan kerja

E. Netralitas Pajak
Netralitas pajak berarti bahwa pajak tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan
alokasi sumber daya. Dengan kata lain, kepitisan bisnis didorong oleh fundamental
ekonomi, seperti tingkat imbalan, dan bukan pertimbangan pajak. Keputusan semacam ini
seharusnya menghasilkan alokasi sumber daya yang optimal. Apabila pajak mempengaruhi
alokasi sumber daya, hasilnya mungkin tidak terlalu optimal. Namun demikian, dalam
kenyataannya, jarang sekali pajak bersifat netral

PERTEMUAN KE-3

A. Definisi keuangan publik


Keuangan publik adalah bagian ilmu ekonomi yang mempelajari aktivitas finansial
pemerintah. Yang termasuk pemerintah disini adalah seluruh unit pemerintah dan institusi
atau organisasi pemegang otoritas publik lainnya yang dikendalikan dan didanai oleh
pemerintah. Keuangan publik menjelaskan belanja publik dan teknik-teknik yang digunakan
oleh pemerintah untuk membiayai belanja tersebut. Keuangan publik juga menganalisis
pengeluaran publik untuk membantu kita dalam memahami mengapa jasa tertentu harus
disediakan oleh negara dan mengapa pemerintah menggantungkannya pada jenis-jenis
pajak tertentu. Dalam keuangan publik, sebagai contoh, uraian-uraian mengapa pertahanan
nasional harus dikelola oleh negara sedangkan makanan diserahkan kepada swasta dan
mengapa suatu negara menggunakan komposisi berbagai jenis pajak - bukan pada pajak
tunggal - merupakan hal-hal yang dibahas didalamnya. Keuangan publik mempelajari proses
pengambilan keputusan oleh pemerintah, karena setiap keputusan mempunyai pengaruh
pada ekonomi dan keuangan rumah tangga dan swasta. Sehingga, penting untuk
mengembangkan model-model ekonomi yang membantu menjelaskan arti alokasi sumber
daya yang efisien atau optimal, arti keadilan, dan antisipasi akibat finansial maupun
ekonomi atas suatu keputusan publik. Dengan demikian, fokus keuangan publik adalah
mempelajari pendapatan dan belanja pemerintah dan menganalisis implikasi dari kegiatan
pendapatan dan belanja pada alokasi sumber daya, ditribusi pendapatan, dan stabilitas
ekonomi

B. Pentingnya Sektor Publik


Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan tiga kegiatan publik utama, yang
diantaranya adalah penyediaan pertahanan nasional, keadlian sosial, dan pekerjaan umum.
John Stuart Mill (1921), menyampaikan beberapa lasan mengenai perlunya aktivitas publik
yang dilakukan oleh pemerintah yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dalam hal pertahanan nasional, campur tangan pemerintah, walaupun harus
membatasi kebebasan individu, tetap dibutuhkan dalam memelihara perdamaian
dan melindungi masyarakat terhadap serangan yang datang dari luar maupun dari
dalam
2. Pemerintah haruslah bersifat inferior dalam melakukan kegiatan industri dan
perdagangan, karena usaha seperti itu dapat dijalankan oleh sektor swasta
3. Individu akan lebih percaya diri apabila mengerjakan sesuatu kepentingannya
sendiri sehingga pemerintah hanya bergerak dalam area yang menyangkut
kepentingan publik atau umum.
Peran pemerintah tetap diperlukan dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekoomi
karena mekanisme pasar dalam sistem kapitalis mempunyai beberapa kelemahan. Diantara
kelemahan-kelemahan mekanisme pasar tersebut:
a. Adanya barang publik yang tidak dapat disediakan oleh meklanisme pasar sehingga
harus disediakan oleh pemerintah
b. Adanya perbedaan antara biaya pribadi dan biaya sosial, manfaat pribadi dan
manfaat sosial, sehingga pemerintah secara nyata diperlukan dalam pengelolaan
biaya dan manfaat sosial karena swata tidak mempunyai keinginan untuk
mengelolanya
c. Adanya risiko yang sangat besar yang tidak mungkin dikelola oleh swasta
d. Adanya sifat monopoli dalam bidang usaha tertentu yang menyebabkan pemerintah
harus campur tangan agar monopoli tidak merugikan para pelaku ekonomi
e. Adanya inflasi atau deflasi yang tidak dapat diselesaikan secara otomati s oleh
mekanisme pasar
f. Adanya distribusi pendapatan yang tidak merata antar pelaku ekonomi pasar

C. Karakteristik Kebijakan Publik


Terdapat sejumlah kriteria dalam menilai pentingnya sektor publik. Kriteria pertama
adalah komposisi output pengeluaran publik haruslah sesuai dengan keingina konsumen,
kedua adanya preferensi penagmbilan keputusan yang terdesentralisasi, dan ketiga tidak
menyerahkan ekonomi hanya pada kekuatan pasar karena mekanisme pasar tidak dapat
melaksanakan semuia fungsi ekonomi. Dengan demikian karakteristik kebijakan publik
mempunyai sifat mengarahkan , mengoreksi, dan melengkapi peranan mekanisme pasar.
Secara lebih terperinci karakteristik-karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:
1. Untuk mencapai efisiensi pasar
2. Peraturan Pemerintah
3. Pertukaran barang dan jasa tertentu
4. Timbulnya masalah eksternalitas yang perlu dipecahkan oleh pemerintah melalui
anggaran, subsidi, dan pajak
5. Perlunya peran soial yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk distribusi
pendapatan dan kesejahteraan dalam mekanisme pasar
6. Untuk menjamin kesempatan kerja, stabilitas harga, dan tingkat pertumbuhan
ekonomi

D. Ruang Lingkup Keuangan Publik


Ruang lingkup keuangan publik menyangkut kondisi-kondisi adanya eksternalitas
yang perlu dikendalikan pemerintah, adanya barang publik yang perlu dialokasikan oleh
pemerintah, adanya mekanisme pasar yang perlu diintervensi pola distribusinya oleh
pemerintah karena berbagai alasan, perlunya pencapaian kondisi stabil dalam ekonomi
dimana peran pemerintah sangat dominan, dsb.
Secara lebih terperinci :
a. Keuangan publik mencoba memberikan gambaran tentang pilihan publik yang
menyangkut aspek intuisi publik, keseimbangan publik yang dicapai melalui proses
pemilihan umum. Hasil pemilihan umum ini akan mengahsilkan keputusan yang
diantaranya menyangkut penyediaan barang dan jasa publik, dan jasa-jasa alokasi
dan distribusi sumber daya
b. Keuangan publik akan mencakup masalah-masalah bagaimana pemerintah
memperoleh pendapatannya. Sumber pendapatan pemerintah dapat mencakup
pajak dan non pajak, dan dalam keuangan publik, sumber-sumber tersebut akan
dihubungkan dengan aspek keadilan dan distribusi pendapatan
c. Keuangan publik membahas aspek belanja publik yang merupakan aktivitas utama
pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan
masyarakat. Salah satu titik penting pada sisi belanja pemerintah tersebut adalah
adanya efek pengganda (multiplier) yang diperankan oleh pemerintah
d. Keuangan publik membahas aspek pembiayaan yang meliputi kegiatan memperoleh
pendapatan, kegiatan yang mencakup belanja publik, dan kegiatan yang sering
disenut sebagai struktur fiskal
e. Keuangan publik membahas kegiatan analisis hubungan antara kebijakan
pemerintah dengan perekonomian yang dikelola oleh rumah tangga dan swasta

PERTEMUAN KE-4

A. Sumber-sumber Penerimaan Negara


Pembiayaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit sebagai syarat
mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Uang yang digunakan untuk itu didapat dari
berbagai sumber penerimaan negara. Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber
penghasilan yang terdiri dari:
1. Bumi, air dan kekayaan alam
2. Pajak-pajak, Bea dan cukai
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (non-tax)
4. Hasil Perusahaan Negara
5. Sumber-sumber lain, seperti pencetakan uang dan pinjaman

B. Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal


I. APBN
Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 23 Ayat (2) UUD 1945, Rancangan Undang Undang Angaran Pendapatan dan
Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
Adapun fungsi dari APBN adalah :
a. Fungsi Otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
b. Fungsi Alokasi
Pemerintah harus membagikan pendapatan yang telah diterima ke pos pos
belanja yang telah ditetapkan di dalam APBN.Pengalokasian tersebut penting
artinya bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
c. Fungsi Perencanaan
Dengan APBN, pemerintah dapat merencanakan untuk menciptakan dan
meningkatkan kemakmuran rakyat. Misalnya pembangunan jalan untuk
memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat atau negara serta dapat
merencanakan pembangunan infrastruktur lainnya dengan anggaran yang ada.
d. Fungsi Distribusi
Pendapatan negara tidak semuanya akan dibelanjakan untuk membangun sarana
dan prasarana umum. Sebagian akan dikembalikan kepada masyarakat dalam
bentuk dana pensiun (transfer payment) dan dapat juga berupa subsidi/bantuan.
e. Fungsi Stabilisasi
Anggaran pemerintah akan menjadi alat untuk memelihara dan selalu
mengupayakan keseimbangan pokok perekonomian.
f. Fungsi Pengawasan
APBN menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan telah sesuai denga ketentuan yang ditetapkan.Dengan demikian
penyusunan APBN memudahkan rakyat untuk menilai tindakan pemerintah dalam
menggunakan uang negara.
APBN mempunyai dua komponen besar yaitu :
1) Anggaran pendapatan Negara terdiri dari :
Pajak
Retribusi
Royalti
Bagian laba BUMN
Dan berbagai pendapatan non-pajak lainnya.
2) Anggaran pengeluaran pemerintah Pusat terdiri dari :
o Pengeluaran pemerintah pusat
o Pengeluaran pemerintah daerah

II. Kebijakan fiskal


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaandan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah.Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi
bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan laju investasi
b. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial
c. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
d. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional
e. Untuk menanggulangi inflasi
f. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Berikut adalah fungsi dari kebijakan fiskal pemerintah, yaitu:
Fungsi Alokasi
Maksudnya, mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang
publik.
Fungsi Distribusi
Maksudnya, peranan pemerintah dalam tujuan untuk dapat terselenggaranya
pembagian pendapatan yang merata.
Fungsi Stabilitasi
Maksudnya, peranan pemerintah dalam tujuan untuk terpeliharanya tingkat
kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga relatif stabil, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

C. Tax Ratio
Rasio Pajak merupakan suatu ukuran kinerja penerimaan pajak dalam suatu negara.
Namun, dari berbagai literature, Rasio Pajak bukanlah satu-satunya indikator yang
digunakan dalam mengukur kinerja pajak. Walaupun demikian, hingga saat ini Rasio Pajak
menjadi ukuran yang dianggap memberi gambaran umum atas kondisi perpajakan di suatu
negara. Adapun definisi secara sederhana dari Rasio Pajak adalah perbandingan antara
penerimaan pajak yang dikumpulkan pada suatu masa dengan Produk Domestik Bruto (PDB)
di masa yang sama. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perekonomian suatu negara, dikurangi nilai barang dan jasa yang digunakan
dalam produksi. Produk Domestik Bruto (PDB) meliputi belanja konsumen, pengeluaran
pemerintah, investasi dan ekspor bersih (ekspor dikurangi impor).
Rasio Pajak atau Tax Ratio = Jumlah Penerimaan Pajak/Produk Domestik Bruto
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat Tax Ratio, antara lain:
a. Faktor-faktor yang bersifat makro: di antaranya adalah tarif pajak, tingkat
pendapatan per kapita dan tingkat optimalisasi tata laksana pemerintahan yang
baik.
b. Faktor-faktor yang bersifat mikro: di antaranya adalah tingkat kepatuhan Wajib
Pajak, komitmen dan koordinasi antar-lembaga negara serta kesamaan persepsi
antara Wajib Pajak dan petugas pajak.
Angka Tax Ratio digunakan untuk mengukur optimalisasi kapasitas administrasi perpajakan
di suatu negara dalam rangka menghimpun penerimaan pajak di suatu negara. Terkait
dengan penerimaan pajak dalam rangka menghitung Tax Ratio, suatu negara mungkin saja
hanya memasukkan unsur penerimaan pajak pusat saja. Namun, ada pula negara yang
memasukkan unsur penerimaan pajak pusat dan pajak daerah. Ada pula ne gara yang
memasukkan unsur penerimaan pajak pusat, pajak daerah dan penerimaan Sumber Daya
Alam (SDA).
Dalam mengukur Tax Ratio, pada umumnya Indonesia hanya memasukkan unsur
penerimaan pajak pusat saja, yakni pajak-pajak yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal
(Ditjen) Pajak . Perbedaan dalam pengakuan penerimaan pajak yang dijadikan dasar
pembagian itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Tax Ratio di Indonesia lebih kecil
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

PERTEMUAN KE-5
A. Hukum Pajak
1) Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak, dalam bahasa Inggris, disebut tax law. Dalam bahasa Belanda,
hukum pajak disebut belasting recht. Di Indonesia, selain digunakan istilah
hukum pajak, juga digunakan istilah hukum fiskal. Sebenarnya hukum pajak
dengan hukum fiskal memiliki substansi yang berbeda. Hukum pajak hanya
sekadar membicarakan tentang pajak sebagai objek kajiannya, sedangkan
hukum fiskal meliputi pajak dan sebagian keuangan Negara sebagai objek
kajiannya.
Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan
pajak. Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum
tertulis yang memuat sanksi hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu
hukum tidak lepas dari sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar
Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak menaati kaidah hukum. Sanksi hukum yang
dapat diterapkan berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak
(Rochmat Soemitro, 1979). Dengan kata lain, hukum pajak menerangkan :
Siapa-siapa Wajib Pajak (subjek pajak);
Objek-objek apa yang dikenakan pajak (objek pajak);
Kewajiban Wajib Pajak terhadap pemerintah;
Timbulnya dan hapusnya utang pajak;
Cara penagihan pajak;
Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 (UU KUP) tidak menyebutkan
pengertian hukum pajak, melainkan hanya menyatakan kedudukannya sebagai
ketentuan umum bagi peraturan perundang-undangan perpajakan yang lain.
UU KUP merupakan kaderwet yang berfungsi sebagai payung terhadap
undang-undang pajak yang sifatnya sektoral.
2) Tugas Hukum Pajak
Tugas umum yang harus diemban oleh hukum pajak adalah :
Menelaah keadaan masyarakat yang dapat dihubungkan dengan
pengenaan pajak;
Merumuskannya kedalam peraturan-peraturan hukum;
Menafsirkan peraturan-peraturan hukum tersebut;
Mengatur ketentuan-ketentuan pidana;
Mengatur ketentuan-ketentuan administrasi;
Mengatur ketentuan peradilan administrasi dan peradilan pajak.
Tugas Khusus hukum pajak adalah sebagai alat kebijaksanaan untuk
menentukan politik perekonomian ataupun tugas di luar kepentingan
keuangan negara.

3) Kegunaan Hukum Pajak


Fungsi hukum pajak berkaitan erat dengan fungsi dari negara. Beberapa
fungsi dari negara seperti :
a. Mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat
Negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat
masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial
kemasyarakatan.
b. Melaksanakan ketertiban
Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yag kondusif dan damai
diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh
masyarakat.
c. Pertahanan dan keamanan
Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala
macam gangguan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun
dari luar.
d. Menegakkan keadilan
Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat
warga meminta keadilan di segala bidang.

B. Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tatanan Hukum Nasional


Pembagian hukum sesuai civil law system (sistem hukum Romawi/Eropa
Kontinental) memberikan pemisahan yang tegas antara hukum privat dan hukum
publik. Hukum privat mengatur sekalian perkara yang berisi hubungan antara sesama
warga negara dalam kedudukan yang sederajat, seperti masalah perkawinan, waris,
keluarga, dan perjanjian. Sedangkan hukum publik mengatur kepentingan umum,
seperti hubungan antara warga negara dengan negara. Hukum publik berkaitan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan serta bagaimana
negara itu melaksanakan tugasnya.
Hukum yang masuk ke dalam bagian hukum privat, misalnya hukum perdata,
hukum dagang, hukum perkawinan, dan sebagainya. Hukum yang masuk ke dalam
hukum publik, misalnya hukum tata negara, hukum administrasi (hukum tata usaha
negara), hukum pidana, dan hukum internasional. Berdasarkan pembagian hukum
tersebut, ternyata hukum pajak tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam
kandungan hukum administrasi sebagai bagian dari hukum publik.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum administrasi, yang merupakan segenap
peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta wewenang
dari lembaga-lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugas
administrasi. Jika hukum publik mengatur hubungan antara pemerintah (selaku
penguasa) dengan rakyatnya, hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
selaku pemungut pajak dengan rakyatnya sebagai Wajib Pajak.
Dalam kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan perkembangan
dan kebutuhan negara akan pajak, Undang-undang Pajak mengalami perubahan (tax
reform). Sebagai konsekuensinya, ternyata tidak disadari hukum pajak telah
memisahkan diri dari hukum administrasi. Secara tegas dikatakan, bahwa hukum pajak
bukan lagi bagian hukum administrasi, melainkan kedudukannya sama dalam kajian
ilmu hukum. Dasar pemisahan hukum pajak dari hukum administrasi dapat ditinjau dari
faktor-faktor berikut :
Sumber hukum pajak berbeda dengan sumber hukum administrasi;
Objek kajian hukum pajak adalah pajak, sedangkan objek kajian hukum
administrasi adalah ketetapan yang bersegi satu yang ditetapkan oleh pejabat
tata usaha negara (administrasi negara);
Subjek hukum pajak adalah Wajib Pajak, sedangkan subjek hukum admiistrasi
adalah pejabat tata usaha negara yang menerbitkan ketetapan yang
menimbulkan sengketa;
Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolut Pengadilan
Pajak, sedangkan penyelesaian sengketa administrasi merupakan kompetensi
absolut Pengadilan Tata Usaha Negara;
Hukum acara yang digunakan adalah hukum acara peradilan pajak, sedangkan
hukum acara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha
adalah hukum acara peradilan tata usaha negara.

C. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata dan Hukum Pidana


1) Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata.
Menurut Rochmat Soemitro hubungan antaran keduanya adalah timbal
balik, yang berarti bahwa; (1) disatu sisi hukum pajak banyak mennggunakan
istilah yang kazim dipakai dalam hukum perdata namun artinya berlainan
dengan istilah hukum perdata tersebut. Misalnya, istilah domisili yang pada
hukum perdata dikenal sebagai pusat temmpat kediaman seseorang,
namun dalam hukum perpajakan domisili berarti hukum pajak ditentukan
menurut keadaan. (2) Hukum pajak menjadikan peristiwa-peristiwa (kematian,
kelahiran ), keadaan ( kekayaan, bengasa asing), kejadian (jual beli, sewa-
menyewa) dalam hukum perdata sebagai sasaran pajak.
Sedangkan menurut Prof. Mr. W.F. Prins hubungan erat ini sangat mungkin
sekali timbul karena banyak dipergunakan istilah-istilah hokum perdata dalam
perundang-undangan pajak, walaupun sebagai prinsip harus dipegang teguh
bahwa pengertian-pengertian yang dianut oleh hokum perdata tidak selalu
dianut hukm pajak. Hubungan erat dngan hokum perdata dapat pula
disebabkan oleh kenyataan bahwa bilaman diperlukan suatu kupasan
mengenai persoalan yang tidak dijelaskan dalam undang-undangnya, dalam
hal demikian seringkali hastus dipertimbangkan secara matang, interpretasi
yang manakah yang harus dipergunakan, yang yuridis atau yang menurut
kenyataannya (ekonomis).
Sebaliknya juga ada pengaruh dari hukum pajak terhadap hukum perdata,
karena hukum pajak sebagailex spesialis (aturan khusus) mendapat perlakuan
utama mengenai sesuatu hal daripada hukum perdata sebagai lex generalis.
2) Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana
Sebagaimana diketahui bahwa hukum pidana tidak hanya terdapat di dalam
KUHP tetapi di luar itu juga terdapat ketentuan-ketentuan pidana dalam
undang-undang lainnya yang meliputi bermacam-macam bidang yang salah
satunya adalah hukum pajak. KUHP dan yang terdapat di luarnya yaitu
ketentuan-ketentuan UU yang khusus untuk mengadakan peraturan-peraturan
dalam segala lapangan merupakan suatu keseluruhan yang sistematis karena
ketentuan-ketentuan dalam Buku I dari KUHP kecuali jika ditentukan lain juga
berlaku untuk peristiwa-peristiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP (Pasal
103 KUHP). Namun demikian, di dalam hukum pajak dijumpai penyimpangan-
penyimpangan terhadap ketentuan umum yang biasanya berlaku dalam KUHP.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam lapangan
hukum perpajalan yang dapat dijatuhi pidana adalah dalam hal;
Bilamana terjadi pemakaian ulang materai (upah, tmpel, dagang) yang
telah dipergunakan terlebih dahulu (Pasal 260 KUHP)
Kewajiban untuk menyimpan rahasia yang diberikan oleh wajib pajak
kepada fiskus, diancam pada pasal 260 KUHP dan Pasal 25 Ordonansi
Pajak Pendapatan
Pasal 367 ayat (2) HIR menyatakan : tuntutan untuk membayar denda
atau perampasan barang-barang tertentu dalam perkara pelanggaran
tentang suat penghasilan negara, dilakukan kepda ahli warisnya.

D. Hukum Pajak Material dan Formil


1) Hukum pajak materil, yaitu memuat norma-norma yang menerangkan antara
lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak),
siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif),
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan
hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contoh: Undang-undang Pajak
Penghasilan.
2) Hukum pajak formil, memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum
materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum
iini memuat antara lain :
Tata cara penyelanggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
Hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak
mengenai keadaan, perbuatan dna peristiwa yang menimbulkan utang
pajak.
Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan, dan hak-hak Wajib Pajak misalnya
mengajukan keberatan atau banding. Contoh: Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Pada pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN), hukum pajak
formil dan materil terpisah. Hukum pajak formil untuk kedua jenis pajak
tersebut adalah UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP) sebagaimana diubah terakhir dengan UU No16 Tahun
2009. Artinya, kewajiban dan hak WP dalam urusan PPh dan PPN dapat kita
temukan pada UU KUP.
Berbeda dengan hukum pajak formil, hukum pajak materil PPh terpisah
dengan hukum pajak materil PPN. Hukum pajak materil PPh adalah UU No. 7
Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008,
sedangkan untuk PPN adalah UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah
terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.

PERTEMUAN KE-6

A. Pajak Menurut Pendapat Ahli dan Undang Undang


a. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H. "Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara ( peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintahan )
dengantidak mendapat jasa timbal ( tegen prestatie ) yang langsung dapat
ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Pengertian
lainnya pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
membiayai public investment."
b. Menut Dr. Soeparman Soemohamijaya "Pajak adalah iuran wajib berupa uang
atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum."
c. Menurut Prof. Dr. Djajadiningrat "Pajak sebagai suatu kewajiban untuk
menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu. Pungutan tersebut bukan
sebagai hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang diteteapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan. Untuk itu, tidak ada jasa balik dari
negara secara langsung, misalnya untuk memelihara kesejahteraan umum."
d. Menurut Prof. Dr. J.J.A. Adriani "Pajak ialah pungutan pemerintah dengan
paksaan yurisis untuk mendapatkan alat-alat penutup bagi pengeluaran-
pengeluaran umum tanpa adanya jasa timbal khusus terhadapnya."
e. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

B. Perbedaan Pajak dengan PNBP, Restribusi, Sumbangan, Bea, dan Cukai


Pajak adalah jenis pungutan yang tidak memiliki jasa timbal balik secara langsung.
Misalnya : PPh, PPN, PPnBM, dll. Retribusi adalah jenis pungutan yang memiliki jasa
timbal balik. Misalnya : retribusi parkir, retribusi pasar, rekening telpon, dll. Atau lebih
dikenal oleh masyarakat dengan istilah iuran, iuran parkir, iuran keamanan, dll.
Sumbangan adalah jenis pungutan yang juga memiliki jasa timbal balik namin hanya
untuk sekelompok orang. Misalnya : sumbangan bencana nasional.

PAJAK RETRIBUSI SUMBANGAN


-Tidak memiliki kontra prestasi - Memiliki kontra prestasi - Memiliki kontra prestasi
secara langsung secara langsung dan bersifat langsung kepada individu
- Bersifat memaksa, dan unsur individual - Dapat diketahui oleh yang
paksaan bersifat pidana dan -Unsur paksaan bersifat menerima
administratif ekonomis
- Tidak diketahui pihak yang - Dikenakan pada orang yang
secara langsung menikmati menikmati atau menerima
atau menerima jasa retribusi dari pemerintah
-Dikenakan kepada semua
orang orang yang memenuhi
persyaratan untuk dikenakan
pajak

C. Sejarah Hukum Pajak Indonesia


Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun
sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan
oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Dalam perkembangannya,
sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja,
tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian
kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk
menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, membangun saluran air, membangun
sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya.
Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang semula
dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat suatu
aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsur
keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat
diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya
akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.
Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda ternyata telah diberlakukan cukup
banyak undang-undang yang mengatur mengenai pembayaran pajak, yaitu sebagai
berikut :
Ordonansi Pajak Rumah Tangga;
Aturan Bea Meterai;
Ordonansi Bea Balik Nama;
Ordonansi Pajak Kekayaan;
Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor;
Ordonansi Pajak Upah;
Ordonansi Pajak Potong;
Ordonansi Pajak Pendapatan;
Undang-undang Pajak Radio;
Undang-undang Pajak Pembangunan I;
Undang-undang Pajak Peredaran.
Kemudian diundangkan lagi beberapa undang-undang, antara lain :
a. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968;
b. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-
undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;
c. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;
d. UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing;
e. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs atau

Tata Cara MPS-MPO.


Terlalu banyaknya undang-undang yang dikeluarkan mengakibatkan masyarakat
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Selain itu, beberapa undang-undang
di atas ternyata dalam perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan, dan masih
memuat unsur-unsur kolonial. Maka pada tahun 1983, Pemerintah bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat melakukan reformasi undang-
undang perpajakan yang ada dengan mencabut semua undang- undang yang ada dan
mengundangkan 5 (lima) paket undang-undang perpajakan yang sifatnya lebih
mudah dipelajari dan dipraktikkan serta tidak menimbulkan duplikasi dalam hal
pemungutan pajak dan unsur keadilan menjadi lebih diutamakan, bahkan sistem
perpajakan yang semula official assessment diubah menjadi self assessment. Kelima
undang-undang tersebut adalah :
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP);
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh);
UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM;
UU No. 12 Tahun1985 tentang PBB (masih menggunakan official assessment);
UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
Pada tahun 1994, empat dari kelima undang-undang di atas kemudian mengalami
perubahan dengan mengubah beberapa pasal yang dipandang perlu dengan undang-
undang, yaitu :
a. UU No.6 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994;
b. UU No. 7 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1994;
c. UU No. 8 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994;
d. UU No. 12 Tahun 1985 diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;

Kemudian pada tahun 1997 pemerintah membuat beberapa undang-undang yang


berkaitan dengan masalah perpajakan untuk mendukung undang-undang yang sudah
ada, yaitu :
UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian dan Sengketa Pajak;
UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa;
UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Adanya perkembangan ekonomi dan masyarakat yang terus menerus dan untuk
memberikan rasa keadilan dan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka pada tahun
2000 pemerintah kembali mengubah undang-undang perpajakan, yaitu :
a. UU No. 16 Tahun 2000 tentang KUP;
b. UU No. 17 Tahun 2000 tentang PPh;
c. UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM;UU No. 19 Tahun 2000 tentang
PPSP;
d. UU No. 21 Tahun 2000 tentang BPHTB;
e. UU No. 34 Tahun 2000 tentang PDRD; serta
f. Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea
Meterai.
Kemudian pada tahun 2002, dengan menimbang bahwa Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah
Agung maka dibentuklah suatu Pengadilan Pajak dengan UU No. 14 Tahun 2002 sebagai
pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-
baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang menghasilkan UU KUP No. 28 Tahun
2007 yang berlaku mulai tahun 2008 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai
tahun 2009, serta UU PPN No 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai tahun 2010. Namun,
dilatarbelakangi adanya sunset policy beberapa waktu lalu, maka UU KUP
diperbaharui lagi dengan adanya UU No. 16 Tahun 2009 sebagai penetapan Perpu
No. 5 Tahun 2008 yang hanya mengubah satu bunyi ketentuan Pasal 37A ayat (1) UU
KUP No. 28 Tahun 2007.

PERTEMUAN KE-7

A. Asas-Asas Pemungutan Pajak


Berikut ini merupakan beberapa teori yang berhubungan dengan hak negara untuk
memungut pajak, antara lain adalah :
1) Teori Asuransi
Teori Asuransi diartikan dengan suatu kepentingan masyarakat (seseorang)
yang harus dilindungi negara. Masyarakat seakan mempertanggungkan
keselamatan dan keamanan jiwanya pada negara. Dengan adanya kepentingan
dari masyarakat itu sendiri, maka masyarakat harus membayar premi pada
negara. Namun istilah premi sebenarnya kurang tepat jika disama artikan
dengan pajak, sebab apabila masyarakat membayar premi akan mendapat
balas jasa secara langsung sedangkan pajak tidak. Teori ini sebenarnya tidak
dapat dipergunakan untuk menunjukkan hak negara memungut pajak dari
warganya, karena tidak semua kerugian warga, misalnya kebanjiran ataupun
perampokan, negara memberikan ganti rugi.
2) Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan sebagai negara yang melindungi kepentingan
harta benda dan jiwa warga negara dengan memperhatikan pembagian beban
pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduknya. Segala biaya atau
pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada seluruh
warga berdasarkan kepentingan dari warga negara yang ada. Warga negara
yang memiliki harta yang banyak membayar pajak lebih besar kepada negara
untuk melindungi kepentingan dari warga negara yang bersangkutan. Demikian
sebaliknya, warga negara yang memiliki harta benda sedikit membayar pajak
yang lebih kecil untuk melindungi kepentingan warga negara tersebut.
Namun, pada kenyataannya warga negara yang memiliki penghasilan
sedikit mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam hal-hal tertentu,
misalnya dalam perlindungan jaminan sosial, sehingga sebagai konsekuensi,
seharusnya ia membayar pajak lebih banyak dan ini adalah suatu hal yang
bertentangan dengan kenyataan. Landasan teori ini pun seakan sama dengan
pengertian retribusi dan bukan pajak karena berkaitan dengan adanya kontra
prestasi secara langsung.
3) Teori Gaya Pikul
Menurut teori ini, pemungutan pajak berlandaskan asas keadilan yaitu
setiap orang yang dikenakan pajak harus sama beratnya. Pajak yang harus
dibayar adalah menurut gaya pikul seseorang yang ukurannya adalah
besarnya penghasilan dan besarnya pengeluaran yang dilakukan.Yang harus
diperlukan dalam kehidupan seseorang tidak dimasukkan dalam pengertian
gaya pikul. Kekuatan (gaya pikul) untuk membayar pajak baru dilakukan setelah
kebutuhan primer seseorang telah terpenuhi. Kebutuhan primer ini
merupakan asas minimum bagi kehidupan seseorang. Jika telah terpenuhi
barulah pembayaran pajak dilakukan. Dalam konteks UU PPh, asas
minimum kehidupan di atas bisa disebut dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Apabila seseorang punya penghailan di bawah PTKP berarti
orang tersebut tidk perlu membayar pajak, atau gaya pikulnya adalah nihil.
Sedangkan jika penghasilannya di atas PTKP barulah terkena gaya pikul untuk
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Teori Gaya Beli
Menurut teori ini, maka fungsi pemungutan pajak dipandang sebagai gejala
dalam masyarakat, dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil gaya beli
dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan maksud untuk
memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah tertentu. Teori
ini mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah yang
dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak bukan kepentingan
individu dan juga bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan
masyarakat yang meliputi keduanya itu. Dapatlah kiranya disimpulkan bahwa
teori ini menitikberatkan ajarannya pada fungsi pajak sebagai pengatur
(regulerent).

5) Teori Bakti (Teori Kewajiban Pajak Mutlak)


Berlawanan dengan teori asuransi, teori kepentingan dan teori gaya pikul,
yang tidak mengutamakan kepentingan-kepentingan negara di atas
kepentingan warganya, maka teori ini berdasarkan atas paham-paham
Organische Staatler yang mengajarkan bahwa sifat negara sebagai suatu
organisasi (perkumpulan) dari individu-individu (masyarakat) maka timbul hak
mutlak negara untuk memungut pajak.
Teori bakti ini bisa dikatakan sebagai adanya perjanjian dalam
masyarakat (tiap-tiap individu) untuk membentuk negara dan menyerahkan
sebagian kekuasaannya kepada negara untuk memimpin masyarakat. Karena
adanya kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada negara, maka
pembayaran pajak yang dilakukan negara merupakan bakti dari masyarakat
kepada negara, karena negaralah yang bertugas menyelenggarakan
kepentingan masyarakatnya.

B. Syarat Pemungutan Pajak


a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-perundangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merat, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Adil dalam pelaksanaanya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan penundaan
dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan
pajak
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)
Pajak diatur dalam UU Pajak pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan
hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)
Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)


Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

C. Yurisdiksi Pemungutan Pajak


Negara, dalam melakukan pemungutan pajak, terikat pada yurisdiksi dari Negara
yang bersangkutan. Yurisdiksi adalah batas kewenangan yang dapat dilakukan
oleh suatu Negara dalam memungut pajak terhadap warga negaranya, agar
pemungutannya tidak menjadi berulang-ulang yang bisa memberatkan orang yang
dikenakan pajak.
1) Berdasarkan Asas Sumber
Berdasarkan yurisdiksi ini, pemungutan pajak tidak dapat dilepaskan dari
sumber atau tempat objek pajak itu berada. Jika objek pajak itu berada di
Negara Indonesia, Negara Indonesia berwenang memungut pajak terhadap
terhadap orang pribadi atau badan yang memiliki objek pajak tersebut.
Misalnya, terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan yang berada di
Indonesia, Negara Indonesia memiliki kewenangan untuk mengenakan dan
memungut pajak bagi wajib pajak yang memiliki, menguasai, atau memperoleh
manfaat atas objek pajak yang dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Berdasarkan Asas Kewarganegaraan
Menurut asas ini, yurisdiksi pemungutan pajak dikenakan bukan
berdasarkan tempat objek pajak, melainkan berdasarkan status atau
kedudukan warga Negara dari setiap orang pribadi yang berasal dari Negara
yang mengenakan pajak. Walaupun orang pribadi yang bersangkutan tidak
bertempat tinggal atau berkedudukan pada Negara yang hendak melakukan
pemungutan pajak, tetapi orang pribadi itu merupakan warga negara
tersebut, maka tetap dapat dilakukan pemungutan pajak terhadap yang
bersangkutan. Misalnya, untuk Indonesia yang juga menganut asas
kewarganegaraan, pemungutan pajak bukan hanya dilakukan pada warga
negaranya yang bertempat tiggal atau berkedudukan di Indonesia, tetapi
termasuk juga yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Indonesia.
3) Berdasarkan Asas Tempat Tinggal
Berdasarkan yurisdiksi ini, pemungutan pajak dilakukan oleh Negara
berdasarkan tempat tinggal atau kedudukan dari wajib pajak. Negara
berwenang memungut pajak pada wajib pajak yang bertempat tinggal atau
berkedudukan pada Negara yang bersangkutan. Segala objek pajak yang
dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh wajib pajak yang bertempat tinggal
tau berkedudukan pada Negara yang bersangkutan dikenakan pajak.
Misalnya, warga Negara Australia yang bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia memperoleh atau mendapat penghasilan di
Indonesia, maka atas penghasilan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan
Ketiga jenis asas pemungutan pajak tersebut selama ini diadopsi dalam rangka
pemungutan pajak di Indonesia, baik terhadap pajak langsung maupun pajak tidak
langsung. Khusus terhadap asas tempat tinggal, UU PPh ( UU No. 36 Tahun 2008)
menegaskan adanya batasan waktu untuk bertempat tinggal atau berada di Indonesia
yaitu lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan. Keberadaan lebih dari 183 hari tidaklah harus berturut-turut tetapi
ditentukan oleh jumlah hari seseorang berada di Indonesia dalam jangka waktu 12
bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Untuk asas kewarnegaraan dan asas sumber
yaitu bahwa terhadap setiap warga Negara Indonesia di manapun dia berada akan
dikenakan pajak oleh Negara Indonesia, demikian pula bila seseorang bukan warga
Negara Indonesia namun memperoleh penghasilan dari Indonesia, maka Negara
Indonesia mempunyai hak untuk mengenakan pajak kepada setiap orang yang
memperoleh penghasilan dari sumber penghasiln tersebut berada.

D. Asas Keadilan dan Manfaat


1) Asas Keadilan
a. Menurut Teori yang mendasari Pengertiannya
Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu
dikenakan pada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai
dengan manfaat yang diterima.
Asas Certainty
Penetapan pajak hendaknya tidak sewenang-wenang, jadi
wajib pajak harus mengetahui kapan membayar dan batas
waktu pembayaran
Asas Convenience of Payment
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya
sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak,
misalnya pada saat memperoleh penghasilan.
Asas Economy
Secara ekonomi, biaya pemungutan dan pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum
mungkin, demikian pula beban yang dipikul.
b. Teori yang memisahkan hak negara memungut pajak
Teori Asuransi
Teori Kepentingan
Teori Gaya Pikul
Teori Asas Daya Beli
2) Asas Manfaat
Pengenaan pajak hendaknya seimbang dengan keuntungan (manfaat) yang
didapat wajib pajak dari jasa-jasa public yang diberikan oleh pemerintah.
Berdasarkan criteria ini, maka pajak dikatakan adil bila seseorang yang
memperoleh kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh
pemerintah dikenakan proporsi lebih besar. PBB menggunakan prinsip benefit
dalam mengukur aspek keadilan dalam perpajakan. Fungsi negara adalah
memberikan perlindungan terhadap kekayaan warga, dan karenanya
pemiliknya berkewajiban ikut membayar keperluan-keperluan negara.

E. Asas Dalam Pembuatan UU Pajak


1) Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan, hukum pajak harus memberikan
jaminan hokum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu, pemungutan
pajak harus didasarkan pada undang-undang. Landasan hukum pemungutan
pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.
2) Asas Ekonomi
Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi regular dan
budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara
menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat terus meningkat. Untuk itu,
pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi
sehingga kehidupan ekonomi tidak terganggu.
3) Asas Finansial
Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah
fungsi budgeter nya, yakni untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke
dalam kas negara. Sehubungan dengan itu, agar diperoleh hasil yang besar,
maka biaya pemungutannya harus sekecil-kecilnya.

PERTEMUAN KE-8

A. Penggolongan Jenis Pajak


Secara umum pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga
kategori, antara lain :
1) Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak terdiri dari dua macam pajak yaitu :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain
serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu.
Contoh: PPh, PBB.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat
dialihkan kepada pihak lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu
atau peristiwa- peristiwa tertentu saja. Contoh: Pajak Penjualan, PPN,
PPn-BM, Bea Materai, dan Cukai.
2) Berdasarkan sifatnya, pajak terdiri dari dua macam, antara lain :
a. Pajak Subjektif, yaitu pengenaan pajak dengan pertama-tama
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Setelah
diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan
objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.
Misalnya perhitungan Pajak Penghasilan, jumlah tanggungan dapat
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
b. Pajak Obyektif, yaitu pengenaan pajak dengan pertama-
tama memperhatikan/melihat objeknya, baik berupa keadaan atau
perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak. Setelah diketahui objeknya, barulah dicari
subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang
telah diketahui. Misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak
memperhitungkan apakah wajib pajak tersebut memiliki tanggungan
atau tidak.
3) Berdasarkan pihak yang memungut pajak, terdiri dari dua macam, antara lain :
a. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -
Kementerian Keuangan. Adapun pajak-pajak pusat yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak meliputi :
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Bea Meterai
b. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sesuai UU
No. 28 Tahun 2009 tentan PDRD yang dikelola oleh Dinas Pendapatan
Daerah (Dipenda), antara lain :
i. Pajak Provinsi
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
di Atas Air;
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan.
ii. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Hotel,
Pajak Restoran,
Pajak Hiburan,
Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,
Pajak Parkir,
Retribusi Daerah,
Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha,
Retribusi Perizinan Tertentu.

B. Sistem Pemungutan Pajak


Negara menentukan sistem pemungutan pajak yang akan digunakan atau
diterapkan dalam melakukan pemungutan pajak. Hal ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi Negara dengan tidak mengabaikan kewajiban dan hak wajib pajak dalam
berperan serta di bidang pembiayaan pengelolaan Negara.
Tata cara pemungutan pajak dapat beraneka ragam, tergantung dari sistem
pemungutan pajak yang digunakan. Sistem pemungutan pajak hanya bergantung
pada kehendak Negara untuk menerapkannya dalam setiap Undang-undang Pajak,
sepanjang masih dimungkinkan berdasarkan substansi hukumyang responsif.
1) Sistem Self Assessment
Berdasarkan sistem self assessment, wajib pajak memiliki hak yang tidak
boleh diintervensi oleh pejabat pajak. Pejabat pajak hanya bersifat pasif dan
wajib pajak bersifat aktif. Keaktifan wajib pajak adalah untuk menghitung,
memperhitungkan, melaporkan, dan menyetor jumlah pajak yang terutang.
Pejabat pajak tidak terlibat dalam penentuan jumlah pajak yang terutang
sebagai beban yang dipikul oleh wajib pajak, melainkan hanya mengarahkan
cara (memberikan bimbingan) bagaimana wajib pajak memenuhi kewajiban
dan menjalankan hak berdasarkan peraturan perundang- undangan
perpajakan agar tidak terjadi pelanggaran hukum.
2) Sistem Official Assessment
Dalam sistem official assessment, terdapat campur tangan pejabat pajak
dalam penentuan pajak yang terutang bagi wajib pajak. Yaitu berupa
keterlibatan pejabat pajak dalam menerbitkan ketetapan pajak yang
berisikan utang pajak dan bahkan dapat memuat sanksi hukum. Pajak yang
terutang dalam ketetapan pajak merupakan inisiatif dari pejabat pajak
berdasarkan objek pajak yang diterima, dimiliki, atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak. Undang-Undang PBB merupakan contoh penerapan sistem official
assessment di Indonesia, yang memberi kepercayaan kepada pejabat pajak
untuk menentukan besarnya pajak yang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak
terhadap objek pajak bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau
dimanfaatkannya.
3) Sistem Semi Self Assessment
Menurut sistem semi self assessment, terdapat kerja sama antara wajib
pajak dan pejabat pajak untuk menentukan jumlah pajak yang wajib dibayar
lunas oleh wajib pajak kepada Negara. Pada awal tahun pajak, wajib pajak
menetukan sendiri jumlah pajak yang terutang untuk tahun berjalan sebagai
angsuran yang disetor sendiri. Kemudian pada akhir tahun pajak, ditentukan
kembali oleh pejabat pajak jumlah pajak yang sebenarnya, berdasarkan data
yang disampaikan oleh wajib pajak. Pejabat pajak, dalam hal ini, bertindak
sebagai pengawas terhadap wajib pajak untuk menilai sejauh mana kejujurn
wajib pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang terutang. Sistem ini
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam penerapannya, bahkan dapat
menimbulkan kompromi pajak antara wajib pajak dan pejabat pajak pada
akhir tahun pajak sehingga akan beresiko tinggi pada peneriman Negara.
Pajak Penghasilan
Bab 1. Pendahuluan

Menurut UU KUP Pasal 1 angka 1, PAJAK adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Penghasilan seperti yang dijelaskan dalam UU PPh Pasal 1 dikenakan terhadap Subjek Pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Nama Undang-undang (Ordonansi) Objek Pajak Subjek Pajak Masa Berlaku


Patent Recht Penghasilan Badan/Orang 1878-1907
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1908 Penghasilan Badan/Orang 1908-1920
Ordonansi Pajak Pendapatan 1908 Eropa atau
yang
disamakan
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1920 Penghasilan Badan Badan 1921-1925
Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 Orang Orang 1921 - 1932
Ordonantie Op De Vennotschap Belasting Laba Badan 1926-1963
1925 Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (PPs)
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1932 Pendapatan Orang Pribadi 1933-1944
Ordonansi Pajak Pendapatan 1932
Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1944 Pendapatan Orang Pribadi 1945-1983
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (PPd)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 merupakan tata cara pemungutan PPd dan PPs
Undang-undang Pajak atas Bunga Dividend an Royalty (PBDR) merupakan bagian dari PPd dan PPs

Perubahan terhadap ketentuan Pajak Penghasilan dilakukan pada tahun 1983, dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang mulai
berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang Pajak Penghasilan telah mengalami perubahan
sebanyak 4 kali, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1992
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1995
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2001.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009
Undang undang yang masih berlaku sampai sekarang adalah point 4.
Sebelum diberlakkannya UU Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh, wewenang menentukan
besarnya pajak terutang berada fiskus (official assessment). Penetapan jumlah pajak terutang
dilakukan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dengan ketentuan formal dan ketentuan
materialnya diatur dalam Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 untuk OP dan Ordonansi Pajak
Perseroan 1925 untuk badan.
Setelah diakukannya tax reform tahun 1983, pengenaan Pajak Penghasilan diatur dalam 2 Undang-
undang yaitu
1. UU Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagai ketentuan formal
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai ketentuan material.
Tujuan utama diilakukan reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1983 adalah untuk
mencapai pertumbuhan penerimaan pajak yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal itu tidak
mungkin dicapai dengan menggunakan sistem official assessment, mengingat keterbatasan sumber
daya aparat pajak dan sarana prasarana yang tidak mengimbangi peningkatan jumlah wajib pajak
yang mengikuti perkembangan ekonomi.
Pengenaan Pajak Penghasilan sekarang menggunakan dasar penghasilan dalam arti yang luas
(tambahan kemampuan ekonomis, akan dibahas di bab 3). Ruang lingkup penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan adalah penghasilan dari dalam maupun luar negeri untuk Subjek Pajak
Dalam Negeri (world wide income) dan penghasilan yang diperoleh di Indonesia untuk Subjek Pajak
Luar Negeri.

Bab 2. Subjek Pajak


Subjek Pajak adalah subjek hukum yang oleh Undang-undang diberi kewajiban perpajakan. Subjek
Pajak Penghasilan diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU PPh, yaitu:
1. - Orang Pribadi
- Warisan yang belum terbagi
2. Badan
3. Bentuk Usaha Tetap
Pasal 2 ayat (3) UU PPh mengatur bahwa subjek pajak dalam negeri adalah
1. - Orang Pribadi yang bertempat tinggal di indonesia
- Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat tinggal di
Indonesia

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria
- Pembentukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan
- Pembiayaa bersumer dari APBN atau APBD
- Penerimaan dimasukan dalam APBN atau APBD
- Pembukuan ddiperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

3. Warisan yang belum terbagi


Subjek Pajak Luar Negeri menurut pasal 2 ayat (4) UU PPh adalah
1. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap menurut pasal 2 ayat (5) UU PPh adalah :
1. bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia,
2. Orang Pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan
3. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
BUT diperlakukan sebagaimana Wajib Pajak Badan. Dan tempat tinggal orang pribadi dan tempat
kedidikan badan ditetapkan DJP menurut keadaan yang sebenarnya.
Mulai berlakunya kewajiban pajak subjektif Subjek Pajak Dalam Negeri
Sedangkan untuk Subjek Pajak Luar Negeri

Pajak 3 ayat (1) dan ayat (2) UU PPh mengatur bahwa yang tidak termasuk subjek pajak adalah
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat-Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan timbal balik.
3. Organisasi Intenasional dengan syarat
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota
4. Pejabat-perwakilan organisasi Internasional angka 3, dengan syarat bukan WNI, tidak
menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
*Organisasi di point angka 3 ditetapkan dengan PMK.

Bab 3. Objek Pajak


Di dalam pasal 4 ayat (1) UU PPh dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan.
Menurut UU PPh yang dimaksud dengan penghasilan tidak memperhatikan adanya penghasilan dari
sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.
Dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak, penghasilan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
Ex : Gaji, honorarium, penghasilan praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan
3. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak atau harga tak gerak
Ex : Bunga, dividen, royalti, penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha
dan sewa.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah
Penghasilan yang dikenai PPh Final
Pasal 4 ayat (2) menjelaskan bahwa penghasilan dibawah ini dikenai pajak bersifat final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah
(contoh :PP 46 Tahun 2013)
Bukan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) mengatur tentang penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.
1.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan peraturan pemerintah.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) huruf b (subjek pajak badan) sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final
atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dan penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan dan
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada
nomor 7 diatas, dalam bidang bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a. merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa yang termasuk dalam objek pajak adalah sebagai
berikut :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk apapun
kecuali natura dan/atau kenikmatan (baca penjelasan tentang pasal 4 ayat 3 diatas)
2. Hadiah dan Penghargaan.
3. Laba Usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. (perbedaan book value)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian uang
(bedakan dengan pasal 4 ayat (2))
7. Diciden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (yang belum tersebutkan
di pasal 4 ayat (2))
10. Penerimaan atau pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
diteapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Penghasilan daru usaha berbasis syariah
17. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP
18. Surplus BI
Biaya-Biaya yang Diperbolehkan Dikurangkan dari Penghasilan (Deductible Expenses)
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya
pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan lain yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi,
dan pajak kecuali PPh.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut UU PPh adalah
metode garis lurus (untuk semua harta tetap berwujud) dan metode saldo menurun (hanya
untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja). Penyusutan dapat dimulai pada:
a. Tahun dilakukannya pengeluaran. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada tahun pengerjaan harta tersebut selesai.
b. Dengan ijin Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada tahun harta berwujud mulai
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun
harta tersebut mulai menghasilkan.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba/rugi komersial.
b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BPULN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
d. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.

Bab 4. Penghitungan PPh OP


Pasal 6 ayat (3) UU PPh menjelaskan bahwa kepada OP sebagi WP dalam negeri diberikan
pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak.
Pasal 7 ayat (3) menerangkan bahwa PTKP yang dimaksud oleh ayat (1) ditetapkan dengan PMK
setelah dikonsultasikan dengan DPR. Adapun yang berlaku saat ini adalah
1. Rp 54.000.000,- untuk WP OP
2. Rp 4.500.000 untuk WP OP yang kawin
3. Rp 54.000.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
4. Rp 4.500.000 untuk tambahan setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling
banyak 3 untuk tiap keluarga.
Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1)
ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang ini menempatkan keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan
sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala
keluarga. Namun, dalam hal-hal tertentu pemenuhan kewajiban Pajak tersebut dilakukan secara
terpisah.
Pasal 8 ayat (1) menerangkan bahwa Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada
awal tahun pajak atau pada bagian tahun pajak dianggap sebagai penghasilan atau kerugian
suaminya dan dikenai Pajak sebagai satu kesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam
hal penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak oleh
pemberi kerja dengan ketentuan bahwa :
a. Penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
b. Penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Dalam hal suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan keputusan hakim, penghitungan
penghasilan kena pajak dan pengenaan pajaknya dilakukan sendiri sendiri.
Apabila suami-isteri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau
jika isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri, penghitungan
pajaknya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami -isteri dan masing masing
memikul beban Pajak sebanding dengan besarnya penghasilan neto.
Untuk Penghasilan Anak yang belum dewasa, dari manapun sumbernya dan apapun sifat
pekerjaannya digabung dengan penghasilan orang tuannya. Anak belum dewasa adalah anak yang
belum berumur 18 tahun dan belum pernah menikah.

BAB 4.1 PPh OP Untuk Karyawan.


Berikut ini adalah contoh cara penghitungan PPh Pasal 21 secara manual:

Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian Komunikasi &
Informatika. Sita menerima gaji Rp 6.000.000,- per bulan.

PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan
iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar Rp 30.000, - per bulan. Di
samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.

Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp 2.000.000,-.

Hasilnya dalah sebagai berikut:

Gaji Pokok 6.000.000,00


(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000,00
(ii) JKK 0.24% 14.400,00
JK 0.3% 18.000,00
Penghasilan bruto (kotor) 8.032.400,00
Pengurangan
1.(iii) Biaya Jabatan: 5% x 8.032.400,00 = 401.620,00 401.620,00
2. Iuran JHT (Jaminan Hari Tua), 2% dari gaji pokok 120.000,00
3. (iv) JP (Jaminan Pensiun), 1% dari gaji pokok, jika ada 60.000,00
(581.620,00)
Penghasilan neto (bersih) sebulan 7.450.780,00

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 7.450.780,00 89.409.360,00


(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 54.000.000,00
(54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 35.409.360,00
(vii) Pembulatan ke bawah 35.409.000,00
PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21)
5% x 50.000.000,00 1.770.450,00
PPh Pasal 21 Bulan Juli = 1.770.450,00 : 12 147.538,00

*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00 x 120% =
Rp 177.046,00

Penjelasan :
Diasumsikan gaji pokok sebesar Rp 6.000.000,-.

(i) Tunjangan lainnya seperti tunjangan transportasi, uang lembur, akomodasi, komunikasi, dan
tunjangan tidak tetap lainnya. Umumnya tunjangan tersebut dapat diberikan oleh perusahaan atau
tidak, tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri.

(ii) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai kelompok jenis usaha
seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007. Di OnlinePajak, tarif iuran
JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang paling umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.

(iii) Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,- sebulan, atau
Rp 6.000.000,- setahun

(iv) Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya disahkan
dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah persentase yang
diterapkan di sini adalah 1%.

(v) Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau pegawai
baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto dikalikan 12 untuk
memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai merupakan pegawai baru yang
mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari
penghitungan bulan dalam setahun: Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan
pegawai merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.

(vi) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan bruto, agar
diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek pajak penghasilan milik
wajib pajak.

Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena suami WP
menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Sita adalah PTKP untuk dirinya sendiri
(TK/0).

(vii) Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh, atau 3 angka
di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi 56.901.000,00.
BAB 4.2 PPh OP Untuk Pengusaha

Contoh Pengitungan PPh OP sebagai pengusaha pribadi salah satunya adalah memikil kegiatan
usaha bengkel :
1. PPh Pasal 21
Pengusaha bengkel, baik orang pribadi maupun badan harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21
atas gaji, honor dan imbalan sejenisnya kepada para pegawai bengkel. Pegawai bengkel biasanya
terdiri dari dua jenis pegawai, yaitu mekanis/montir dan pegawai administrasi. Tata cara
pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagaimana diatur dalam PER-31/PJ/2012. Berikut ini diberikan
beberapa contoh:
a. Pemotongan PPh Pasal 21 montir
Tuan Endri memiliki sebuah bengkel di jalan Arjuna No. 25 dengan merk Endri Motor. Salah satu
karyawannya, Tuan Adin, setiap bulan kepadanya dibayarkan penghasilan sebagai berikut:
Gaji pokok Rp2.000.000,- sebulan
Komisi untuk setiap motor yang diperbaiki sebesar Rp15.000,- per motor. Selama bulan
Januari 2015 tercatat Tuan Adin telah memperbaiki motor sebanyak 60 motor
Tuan Adin belum menikah
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Adin adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp2.000.000,-
Komisi bulan Januari Rp900.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp2.900.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp2.900.000,- Rp145.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp2.755.000,-
Penghasilan neto setahun Rp33.060.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp8.760.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp438.000,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp36.500,-
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas pegawai administrasi
Tuan Dimmy bekerja sebagai petugas administrasi pada bengkel Mitra Motor yang dikelola oleh PT
Krisna Sanjaya. Tugas Tuan Dimmy adalah mencatat pendaftaran service motor, dan melayani
pembayaran jasa bengkel maupun penjualan spare part motor. Setiap bulan kepada Tuan Dimmy
dibayarkan penghasilan berupa gaji pokok sebesar Rp1.500.000,-. Tidak ada penghasilan lain yang
dibayarkan kepada Tuan Dimmy. Tuan Dimmy belum menikah meski usianya telah menginjak senja
(*lho)
Berdasarkan informasi di atas, penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Dimmy adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok sebulan Rp1.500.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp1.500.000,-
Pengurangan Biaya jabatan 5% x Rp1.500.000,- Rp75.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp1.425.000,-
Penghasilan neto setahun Rp17.100.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp8.760.000,- Rp0,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp438.000,-/12 Rp0,-
Mengingat penghasilan Tuan Dimmy masih di bawah PTKP, kepada Tuan Dimmy tidak dilakukan
pemotongan PPh Pasal 21.
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas THR/Bonus
Melanjutkan contoh pada huruf a, misalnya pada bulan Januari 2015, kepada Tuan Adin selain
dibayarkan penghasilan sebagaimana diatas, dibayarkan pula bonus kinerja selama tahun 2014
sebesar Rp2.500.000,-
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas bonus tersebut, langkah-langkahnya adalah:
Hitung PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus setahun/disetahunkan
Hitung PPh Pasal 21 atas gaji setahun (tanpa bonus)
Kurangkan hasil penghitungan kedua langkah di atas, sehingga hasilnya adalah PPh Pasal 21
atas bonus
Maka PPh Pasal 21 atas bonus yang diterima Tuan Adin adalah:
Gaji Pokok sebulan Rp2.000.000,-
Komisi bulan Januari Rp900.000,-
Jumlah Penghasilan bruto sebulan Rp2.900.000,-
Jumlah Penghasilan atas gaji dan komisi setahun Rp34.800.000,-
Jumlah bonus Rp2.500.000,-
Jumlah Penghasilan bruto setahun Rp37.300.000,-
Pengurangan Biaya Jabatan 5% X Rp37.300.000,- Rp1.111.000,-
Penghasilan neto setahun Rp36.189.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp24.300.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp11.889.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp11.889.000,- Rp594.450,-
Maka PPh Pasal 21 atas Bonus yang harus dipotong adalah sebagai berikut:
PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus setahun Rp594.450,-
PPh Pasal 21 tanpa bonus setahun (sesuai contoh pada huruf a) Rp438.000,-
PPh Pasal 21 atas bonus Rp156.450,-
Pemotongan PPh Pasal 21 tidak hanya dilakukan apabila bengkel membayarkan gaji, honor, bonus,
THR atau penghasilan lainnya kepada karyawan. Di sisi lain, bengkel akan dipotong PPh Pasal 21 atas
jasa yang telah diberikan apabila bengkel yang dilakukan oleh orang pribadi memberikan jasa
kepada perusahaan/pemotong PPh Pasal 21. Contoh:
Tuan Andre mengelola bengkel yang bernama Andre Motor. Pada Februari 2015, bengkel Tuan
Andre mendapatkan orderan dari PT Rancamaya untuk memperbaiki kendaraan kantor yang rusak.
Kontrak yang ditandatangani senilai Rp100.000.000,-. Maka atas jasa tersebut Tuan Andre akan
dipotong PPh Pasal 21 yang perhitungannya adalah:
Nilai bruto sesuai nilai kontrak Rp100.000.000,-
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 50% x Rp100.000.000,- Rp50.000.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong 5% x Rp50.000.000,- Rp2.500.000,-
2. PPh Pasal 23
Apabila bengkel Anda dikelola oleh perusahaan dan mendapatkan orderan jasa dari perusahaan lain,
maka atas jasa yang diberikan akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% jika perusahaan Anda ber-
NPWP dan 4% apabila perusahaan Anda tidak ber-NPWP. Pemotongan ini tidak akan berlaku apabila
perusahaan Anda memiliki omset kurang dari Rp4,8 miliar setahun berdasarkan pembukuan tahun
pajak sebelumnya sehingga harus melakukan penghitungan PPh dengan menggunakan PP No 46
tahun 2013 dan Anda memiliki Surat Keterangan Bebas (SKB) yang telah dilegalisasi oleh kepala KPP
tempat Anda menyampaikan SPT Tahunan PPh. Pemotongan PPh Pasal 23 juga tidak akan dilakukan
jika bengkel dikelola oleh orang pribadi, karena kepada orang pribadi tersebut akan dipotong PPh
Pasal 21 seperti contoh di atas. Berikut diuraikan contoh pemotongan PPh Pasal 23:
PT Angga Wicaksana adalah perusahaan yang bergerak dalam pemberian jasa bengkel. Pada bulan
Maret 2015 PT Angga Wicaksana memberikan jasa kepada PT Zakia Lestari dengan nilai kontrak
sebesar Rp100.000.000,- untuk service rutin kendaraan operasional PT Zakia Lestari. PT Angga
Wicaksana memiliki peredaran bruto di atas Rp4,8 miliar, sehingga tidak menghitung pajaknya
dengan menggunakan PP No 46/2013. Maka atas pembayaran yang dilakukan PT Zakia Lestari
kepada PT Angga Wicaksana harus dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2%, yaitu:
2% x Rp100.000.000,- = Rp2.000.000,-
3. PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang terutang selama satu tahun pajak. Normalnya, PPh
Pasal 25 dihitung berdasarkan jumlah PPh yang terutang selama setahun pada tahun kemarin.
Namun dalam hal-hal tertentu PPh Pasal 25 dihitung dengan cara yang berbeda, misalnya PPh Pasal
25 bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan, atau bagi Wajib Pajak
perbankan, dll.
Contoh:
PT Rujukan Semesta, berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun 2014, terutang
PPh sebesar Rp12.000.000,- selama setahun. PPh tersebut dihitung dari penghasilan teratur yang
diperoleh PT Rujukan Semesta selama tahun 2014. Maka PPh Pasal 25 tahun 2015 yang akan
terutang mulai masa April 2015 adalah:
1/12 x Rp12.000.000,- = Rp1.000.000.-
Dalam hal PT Rujukan Semesta pada tahun 2015 menghitung pajaknya menggunakan PP No 46/2013,
maka PPh Pasal 25 cukup dilaporkan nihil.
4. PPh Pasal 4 ayat (2)
Apabila bengkel (baik dikelola perseorangan maupun dikelola perusahaan yang telah b eroperasi
komersial lebih dari 1 tahun) memiliki peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar setahun sebelumnya,
maka bengkel harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013 yaitu 1% dari setiap
peredaran bruto setiap bulannya di setiap tempat kegiatan usaha. Pajak ini bersifat final, sehingga
dikenakan langsung dari peredaran usaha/omset tanpa memperhatikan beban yang dikeluarkan
oleh bengkel. Contoh:
Didik Motor merupakan bengkel yang dikelola oleh Tuan Sanda. Selama tahun 2014 peredaran dari
jasa service dan penjualan spare part yang dilakukan tidak melebihi Rp4,8 miliar setahun. Sehingga
mulai Januari 2015, Didik Motor harus menghitung pajaknya dengan menggunakan PP No 46/2013.
Selama Januari 2015, peredaran usaha dari jasa service sebesar Rp200.000.000,- dan penjualan
sparepart sebesar Rp50.000.000,- sehingga total penghasilan yang diterima Didik Motor selama
Januari 2015 adalah sebesar Rp250.000.000,-
Maka PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor adalah 1% x Rp250.000.000,- = Rp2.500.000,-

BAB 4.3 PPh dengan penggabungan dan pemisahan harta.


Untuk penggabungan yaitu penghasilan suami istri digabung dan kewajiban perpajakan
diberikan kepada suami. Maka perhitungan PPh seperti perhitungan PPh OP biasa dan
penghasilan istri dikenai PPh final.
Pisah Harta
Samsul adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai profesi sebagai seorang dokter
umum.
Samsul mempunyai status Kawin/Menikah tetapi belum mempunyai anak.
Samsul memperoleh penghasilan bruto (kotor) selama setahun dari praktek dokter sebesar
Rp.250.000.000,00, sehingga penghasilan neto setahun dari praktek dokter tersebut adalah
sebesar Rp100.000.000,00 (250.000.00 x 40 %).
Samsul mempunyai seorang isteri bernama Maryati yang berprofesi sebagai arsitek.
Sebagai arsitek Maryati memperoleh penghasilan bruto (kotor) sebesar
Rp.300.000.000,00, sehingga penghasilan neto sebagai arsitek adalah sebesar
Rp.150.000.000,00 (300.000.000 x 50%).
Apabila Samsul dan Maryati (sebagai suami istri) tidak mempunyai perjanjian pisah harta
dan penghasilan, maka perhitungan pajak penghasilan atas penghasilan Samsul dan Maryati
adalah sebagai berikut :
Penghasilan Neto : 250.000.000
(100.000.000 + 150.000.000)
PTKP :
WP sendiri : 54.000.000
Status Kawin : 4.500.000
Istri Bekerja/Usaha: 54.000.000
Jumlah PTKP : 112.500.000
Penghasilan Kena Pajak : 137.500.000
PPh Terutang :
5 % x 50.000.000 = 2.500.000
15 % x 87.500.000 =13.125.000
Jumlah PPh Terutang 15.625.000
Apabila Samsul dan Maryati (sebagai suami dan isteri) mempunyai perjanjian pisah harta
dan penghasilan atau istri (Maryati) memiliki NPWP sendiri maka untuk masing-masing
suami dan isteri pengenaan pajak terutangnya dihitung sebagai berikut :
Samsul sebagai Suami menanggung Pajak Penghasilan sebesar :
100.000.000 X 15.625.000 = 6.250.000
250.000.000

Maryati sebagai Istri menanggung Pajak Penghasilan sebesar :


150.000.000 X 15.625.000 = 9.375.000
250.000.000

BAB 4.4 PPh OP sebagai pengusaha tertentu


Dasar Hukum Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 25 ayat (7)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya
Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib
Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang berdasarkan Ketentuan
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010 tentang Pelaksanaan Pengenaan
Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(Aturan tersebut di atas dapat diunduh di http://ortax.org/ortax/?mod=aturan)
A. Pengertian Wajib Pajak Pengusaha Tertentu
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT) adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha. Pedagang pengecer adalah orang pribadi yang
melakukan penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau penyerahan jasa.
Pengertian WP OPPT adalah sebagaimana di atas. Selanjutnya adalah bagaimana kewajiban
perpajakannya (yang dimaksud adalah Pajak Penghasilan). YupsDi Indonesia tercinta ini
kita menganut prinsip self assesment. Sederhananya adalah Wajib Pajak harus
mendaftarkan, menghitung, dan melaporkan pajaknya sendiri.
B. Pendaftaran NPWP
WP OPPT wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
bagi setiap tempat usaha di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat usaha tersebut (diterbitkan NPWP cabang) dan di KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal Wajib Pajak. Ketentuan ini juga berlaku dalam hal tempat usaha dan
tempat tinggal WP OPPT berada dalam wilayah kerja KPP yang sama. Dalam hal tempat
tinggal WP OPPT sekaligus juga merupakan tempat usaha WP OPPT, terhadap WP OPPT
tersebut hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak perlu diterbitkan NPWP cabang).

C. Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25


Besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 untuk WP OPPT ditetapkan sebesar
0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.
Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 tersebut dilakukan melalui Bank Persepsi atau Bank
Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang
mencantumkan NPWP masing-masing tempat usaha. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25
tersebut bersifat tidak final yaitu merupakan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25
adalah paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Skema PPh Pasal 25 WP OPPT dapat dicontohkan dalam ilustrasi berikut:

Misalnya Tn X mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha sebagai Pedagang


Pengecer di KPP A maka wajib mendaftarkan NPWP di KPP A maka terhadap WP OPPT
tersebut hanya diterbitkan NPWP domisili (tidak perlu diterbitkan NPWP cabang).
Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan
kotor.

Misalnya lagi Tn Y mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP A dan tempat usaha sebagai
Pedagang Pengecer di wilayah KPP B maka Tn Y wajib mendaftarkan NPWP di KPP A sebagai
NPWP domisili dan juga mendaftarkan NPWP di KPP B sebagai NPWP Cabang/ NPWP Lokasi.
Di KPP A Tn Y tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sedangkan di KPP B Tn Y memiliki
kewajiban PPh Pasal 25.Pembayarannya adalah 0,75% dari peredaran
bruto/omzet/penjualan kotor/pendapatan kotor. Sedangkan pelaporan SPT Tahunan
dilakukan di KPP A.
Misalnya, ada lagi Tn Z mempunyai tempat tinggal di KPP A, mempunyai 2 tempat usaha
sebagai Pedagang Pengecer di KPP B dan 1 tempat usaha di wilayah KPP C maka di KPP A Tn
Z diterbitkan NPWP Domisili, tidak ada kewajiban PPh Pasal 25. Di KPP B diterbitkan 2 NPWP
Cabang atas masing-masing tempat usaha, memiliki kewajiban PPh Pasal 25 sebesar 0,75%
dari peredaran bruto dari masing-masing tempat usaha. Di KPP C diterbitkan 1 NPWP
Cabang atas 1 tempat usaha, PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari peredaran bruto.

D. Pelaporan PPh Pasal 25


Dalam kewajiban pelaporan PPh Pasal 25 adalah sama dengan kewajiban pelaporan PPh
Pasal 25 pada umumnya. Dan tidak ada formulir SPT Masa khusus WP OPPT. WP OPPT yang
melakukan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dan Surat Setoran Pajaknya telah mendapat
validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), dianggap telah
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 ke KPP sesuai dengan tanggal
validasi yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.WP OPPT dengan jumlah angsuran PPh
Pasal 25 Nihil atau yang melakukan pembayaran tetapi tidak mendapat validasi dengan
Nomor Transaksi Penerimaan Negara, tetap harus menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa PPh Pasal 25 (SSP Lembar ke-3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Jatuh tempo
pelaporan PPh Pasal 25 adalah paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajakberakhir.

E. Sanksi
Pembayaran PPh Pasal 25 yang dilakukan:

2. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran tetapi belum melewati batas akhir pelaporan, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; atau
3. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) dan denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009.
BAHASA INGGRIS
Parts of Speech Pengertian Contoh Contoh kalimat

Verb (kata kata yang menunjukan suatu eat, study, pray, sing, He eats a cake
kerja) tindakan subjek. run, fly, draw, work, on the table.
write, swim Sonya swims
like a dolphin.
We study
English
everyday.
Pronoun (kata kata ganti kata benda (noun). I, you, he, she, it, She gets an
ganti) pronoun digunakan untuk they, we, that, award
menghindari pengulangan kata those, this, these, yesterday.
(repetisi) you have
enjoyed the
show.
It will be the
last one.
Preposition kata yang biasa dikombinasikan but, after, to, on, in, There was a
(kata depan) dengan noun atau pronoun, at book on the
biasanya berada sebelum floor.
noun/pronoun. I live in Jogja.
Bob went to the
market.
Noun (kata kata yang berfungsi untuk teacher, book, Maria is my
benda) menamai suatu objek seperti school, Maria, city, teacher.
orang, benda, hewan, tempat, dan Jakarta, cat, I love Jakarta.
konsep abstrak. freedom, creativity Jhon has a fat
cat.
Interjection kata seru atau ucapan pendek yang Hi!, Hello!, Ouch!, Hi! How are you
memiliki makna khusus bisanya Oh!, Ah!, Yummy! friend?
sebagai bentuk emosi. Ah! I feel good
now.
Ouch! that
hurts!
Conjunction kata yang digunakan untuk and, but, when, She is really
(kata menghubungkan kata, however, although smart and
sambung) frasa(phrase), klausa(clause), beautiful.
kalimat, ataupun paragraf. I have a lot of
money, but i
dont need it.
Adverb (kata kata yang menerangkan verb, well, very, slowly, Dina cook the
keterangan) adjective, atau adverb lain. quickly, honestly, rice well.
really, badly The lecture
spoke honestly.
He run slowly
like a snail.
Adjective (kata kata yang menerangkan noun atau good, beautiful, My mother is
sifat) pronoun smart, honest, beautiful.
green, wet, big, hot, Bobi is a fat
fat, hard, soft. boy.
I wear a green
jacket.
Penjelasan Tense Contoh Kalimat Tense
Simple Present Tense
Rumus: We agree with the
speakers opinion.
S + V-1 (Kami setuju dengan opini
pembicara.)
Penggunaan: She is so beautiful.
(Dia sangat cantik.)
Simple present tense untuk menyatakan
fakta, kebiasaan, dan kejadian yang terjadi pada saat
sekarang ini.
Present Continuous Tense
Rumus: Im driving a car to Bandung
now.
S + am/is/are + present participle/V-ing (Saya sedang menyetir
mobil ke Bandung
Penggunaan: sekarang.)
The buses are arriving in an
Present continuous tense untuk membicarakan aksi yang hour.
sedang berlangsung sekarang atau rencana dimasa (Bus-bus tersebut tiba
depan. dalam satu jam.)

Present Perfect Tense


Rumus: Ive read this book.
(Saya sudah membaca buku
S + have/has + past participle/V-3 ini.)
I have lived in Cilegon for 3
Penggunaan: months.
(Saya telah tinggal di
Present perfect tense digunakan untuk mengungkapkan Cilegon selama 3 bulan.)
suatu aktivitas atau situasi yang telah dimulai di masa
lalu dan telah selesai pada suatu titik waktu tertentu di
masa lalu atau masih berlanjut sampai sekarang.
Present Perfect Continuous Tense
Rumus: The toddlers have been
playing a ball for an hour.
S + have/has + been + present participle/V-ing (Balita-balita itu telah
bermain bola selama satu
Penggunaan: jam.)
The construction labors are
Present perfect continuous tense untuk mengungkapkan thirsty since they have been
aksi yang telah selesai pada suatu titik dimasa lampau removing the scaffoldings.
atau aksi telah dimulai di masa lalu dan terus berlanjut (Pekerja konstruksi haus
sampai sekarang. Biasanya aksi tersebut ada durasi karena mereka telah
waktu tertentu dan ada relevansinya dengan kondisi memindahkan perancah.)
sekarang.

Simple Past Tense


Rumus: The party started at 10.00
a.m.
S + V-2 (Pesta dimulai jam 10 pagi.)

Penggunaan:
Simple past tense untuk menunjukkan bahwa suatu
kejadian terjadi di masa lampau.
Past Continuous Tense
Rumus: The team was playing
basketball all day yesterday.
S + was/were + present participle/V-ing (Tim bermain basket
sepanjang hari kemarin.)
Penggunaan:

Past continuous tense digunakan untuk


mengungkapkan bahwa suatu aksi sedang terjadi pada
waktu tertentu di masa lampau.
Past Perfect Tense
Rumus: When he came last night, the
cake had run out.
S + had + past participle/V-3 (Ketika dia datang semalam,
kue sudah habis.)
Penggunaan:

Past perfect tense untuk menyatakan bahwa suatu aksi


telah selesai pada suatu titik di masa lalu sebelum aksi
lainnya terjadi.
Past Perfect Continuous Tense
Rumus: The labors had been
demonstrating for an hour
S + had + been + present participle/V-ing when the manager came.
(Pekerja telah
Penggunaan: berdemonstrasi selama satu
jam ketika manager datang.)
Past perfect continuous tense digunakan untuk
mengungkapkan suatu aksi (dengan durasi waktu
tertentu) telah selesai pada suatu titik waktu tertentu
dimasa lalu.
Simple Future Tense
Rumus: You will win the game.
(Kamu akan memenangkan
S + will + bare infinitive permainan tersebut.)
S + be (is/am/are) + going to + bare infinitive) I am going to meet him
tomorrow.
Penggunaan: (Saya akan menemuinya
besok.)
Simple future tense untuk menyatakan bahwa suatu aksi
terjadi dimasa depan, secara spontan atau terencana.
Future Continuous Tense
Rumus: He will be sleeping at 10
p.m.
S + will + be + present participle/V-ing (Dia akan sedang tidur pada
jam 10 malam.)
Penggunaan:

Future continuous tense untuk mengungkapkan aksi


yang akan sedang terjadi pada waktu tertentu di masa
depan.
Future Perfect Tense
Rumus: At this time next month, Ill
have finished my English
S + will + have + past participle/V-3 course.
(Pada waktu yang sama
Penggunaan: bulan depan, saya akan telah
menyelesaikan kursus
Future perfect tense untuk mengungkapkan bahasa Inggris.)
bahwa suatu aktivitas akan sudah selesai pada suatu
titik waktu di masa depan.
Future Perfect Continuous Tense
Rumus: The cat will have been
sleeping long when you get
S + will + have + been + present participle/V-ing home.
(Kucing itu telah lama tidur
Penggunaan: ketika kamu pulang.)

Future perfect continuous tense untuk mengungkapkan


bahwa suatu aksi akan sudah berlangsung selama
sekian lama pada titik waktu tertentu di masa depan.
Simple Past Future Tense
Rumus: He would forgive you.
(Dia akan memaafkanmu.)
S + would + bare infinitive

Penggunaan:

Simple past future tense untuk menyatakan suatu


aksi yang akan dilakukan, membuat prediksi, dan
membuat janji di masa depan pada saat berada dimasa
lalu.
Past Future Continuous Tense
Rumus: I would be attending the conference
if I was in Jakarta.
S + would + be + present participle (Saya akan sedang menghadiri
konferensi tersebut jika saya ada di
Penggunaan: Jakarta.)

Past future continuous tense adalah suatu bentuk kata Fakta:


kerja untuk menyatakan aksi atau situasi imajiner yang
sedang berlangsung apabila unreal condition-nya but Im not in Jakarta (tapi saya
terpenuhi (present continuous conditional ~ conditional tidak di Jakarta)
sentence type 2 dengan continuous tense).
Past Future Perfect Tense
Rumus: If you had saved your jewelry and
foreign currency in a safety deposit
S + would + have + past participle/V-3 box, they wouldnt have gone.
(Jika kamu telah menyimpan
Penggunaan: perhiasan dan mata uang asingmu
di safety deposit box, mereka tidak
Past future perfect tense untuk membicarakan suatu akan hilang.)
aksi yang tidak terjadi di masa lalu (conditional sentence
type 3).
Past Future Perfect Continuous Tense
Rumus: If his Visa had been approved, he
would have been working abroad
S + would + have + been + present participle for a week.
(Jika visa dia telah disetujui, dia akan
Penggunaan: telah bekerja selama seminggu.)

Past future perfect continuous tense adalah suatu Fakta:


bentuk kata kerja untuk menyatakan suatu aksi atau
situasi imajiner sedang berlangsung pada titik tertentu but his Visa wasnt approved (tapi
atau selama periode tertentu di masa lampau (perfect Visa-nya tidak disetujui)
continuous conditional ~ conditional type 3 dengan
continuous)
Bahasa Inggris
Pertemuan ketiga

1. Positive Degree (Perbandingan Setara)

Rumus: as + positive + as
no less + positive + than
not more + positive + than

Tingkat perbandingan yang pertama ini merupakan modifikasi dari sebuah adverb yang
menunjukkan perbandingan positif atau setara.

Contoh:

Risma is as smart as Dana ( Risma sama pintarnya dengan Dana)


Jakarta is as crowded as Bandar Lampung. (Jakarta sama sesaknya dengan
Bandar Lampung)

2. Comparative Degrees (Perbandingan Bertingkat)

Rumus: Comparative + than

Pada Tingkat perbandingan yang kedua ini, kita akan membandingkan dua orang, benda,
tempat atau tindakan yang berbeda. Untuk menyatakan perbandingan sesuatu yang
lebih (lebih banyak, tinggi, besar dll.) kita menggunakan adverb more.

Walaupun memang, ada beberapa adverb yang tidak menggunakan more, tapi hanya
akhiran -er, sebagai contoh kata hard, fast, Low dll. Dan ada Beberapa adverb yang
mempunyai bentuk irregular comparative, seperti well dan better atau badly dan worse.

contoh:

Adit arrives at home earlier than Ilham (Adit tiba di rumah lebih awal dari pada
Ilham)
Rina drives more carefully than Rafika. (Rina menyetir lebih hati-hati daripada
Rafika.
3. Superlative Degree (Perbandingan Tingkat Paling)

Rumus: S1 + Tobe + adverb + est + S2

Dalam bentuk perbandingan yang ke tiga ini kita akan membandingkan tiga orang,
benda, tempat dan perbuatan atau lebih. Pada superlative ini untuk menyatakan sesuatu
yang paling memiliki keunggulan/ kelebihan dibentuk dengan menambahkan adverb
most pada frase adverb.

Tapi untuk adverb berikut ini yaitu hard, fast, dan early kita harus menambahkan
akhiran Est pada adverbnya. Harus diingat juga bahwa ada beberapa adverb yang
mempunyai bentuk irregular comparative seperti pada well dan best atau badly
dan worst.

Contoh :

He goes to school earliest of all the Students. (Dia berangkat sekolah paling
awal dari semua siswa).
Soap kills germs most efficientlyin warm water. (sabun adalah pembunuh
kuman paling efesien di air hangat)
Of all the students in the class, Arwan studies hardest. (Dari semua siswa yang
ada didalam kelas, arwan yang paling giat belajar).

Beberapa adjective yang memiliki bentuk irregular. Berikut contoh comparative


degree pada irregular adjective.
Passive voice

Rumus Passive Voice

O + to Be + V 3 + By + S + Modifier

Contoh:

1. The bookstore has already sent the books we ordered a week ago
The books we ordered a week ago have been already sent by the bookstore
2. The faculty ordered the recommended books a week ago
The recommended books were ordered by the faculty a week ago

Contoh Passive Voice

Penggunaan passive voice pada beberapa tenses akan berbeda tetapi tetap memiliki
rumus yang sama. Berikut ini contoh passive voice dalam tenses:

Active Voice Passive Voice

Simple He writes an An article is writen by


Present article. him.
She feeds the The dog is fed by her.
dog.
Simple He wrote an An article was writen by
Past article. him.
She fed the dog. The dog was fed by her.
Simple He will write an An article will be writen
Future article. by him.
She will feed the The dog will be fed by
dog. her.
Present He has writen an An article has been
Perfect article. writen by him.
She has fed the The dog has been fed by
dog. her.
RPS Pertemuan Kelima.
Question tag adalah pertanyaan pendek yang ditambahkan di akhir pernyataan (declarative
sentence) untuk menanyakan informasi atau meminta persetujuan.
Pembentukan Question Tag

Berdasarkan general rule (aturan umum) positive question tag dapat mengikuti negative sentence
(kalimat negatif). Begitu pula sebaliknya, negative question tag dapat mengikuti positive sentence
(kalimat positif).

Question tag terdiri dari main verb (jika berupa linking verb be), dummy auxiliary verb
do/does/did (jika main verb bukan berupa linking verb) atau auxiliary verb yang pertama (jika
terdiri dari main verb dan satu atau lebih auxiliary) +/- not + subjek (pronoun) yang disesuaikan
dengan kalimat utama.

RPS Pertemuan Keenam.


Direct & Indirect speech yang lebih di kenal dengan kalimat langsung dan kalimat tak langsung
yang di gunakan ketika seseorang ingin menceritakan apa yang telah di katakana oleh seseorang
kepada orang lain.
Direct and Indirect Speech, yang juga kita kenal dengan istilah lain yaitu Reported Speech. Direct
Speect adalah kalimat yang diucapkan secara langsung oleh pembicara dan ditulis dengan tanda
kutip.Sedangkan Indirect Speech adalah kalimat yang diucapkan secara tidak langsung oleh
pembicara tanpa diberi koma.
Direct speech: Yani said, I will give you a pen.
Indirect Speech: Yani said that she would give me a pen.
1. Kalimat perintah dan larangan.
Untuk merubah kalimat direct ke indirect pada kalimat perintah/ larangan perlu di tambahkan
kata to sebelum kalimat yang di laporkan, contohnya :
Kalimat perintah :
Direct speech (kalimat langsung) : Dinda asked me, open the door.
Indirect speech (kalimat tidak langsung ) : Dinda asked me to open the door.
Note : dont dalam kalimat langsung berubah menjadi not to.
2. Kalimat Pernyataan
Untuk mengubah kaliamt direct menjadi indirect pada kalimat pernyataan di gunakan kata
penghubung that sebelum kalimat yang di kutip. Contohnya :
Direct : Khansa told her friend, I will go to Lampung.
Indirect : Khansa told her friend that she would go to Lampung.
3. Kalimat Pertanyaan
Untuk mengubah kalimat direct ke indirect pada kata Tanya, question words seperti what, who,
when, why, and soon dijadikan kata penghubung antara kalimat pengantar dengan kal imat yang di
kutip, contohnya :
Direct : Mr.Ali asked me,where do you live?
Indirect : Mr.Ali asked me where I lived.
Pedoman Perubahan Tenses dalam direct ke indirect speech.
a. Simple Present diubah menjadi Simple Past
Direct : she said, I buy a pen.
Indirect : she said that she bought a pen.
b. Present Continuous Tense diubah menjadi Past Continuous Tense
Direct : she said, I am buying a pen.
Indirect : she said that she was buying a pen.
c. Present Perfect Tense diubah menjadi Past Perfect Tense
Direct : she said, I have bought a pen.
Indirect : she said that she had bought a pen.
d. Present Perfect Continuous Tense diubah menjadi Past Perfect Continuous Tense
Direct : she said, I have been buying a pen since 6 oclock.
Indirect : she said that she had been buying a pen since 6 oclock.
e. Simple Past Tense diubah menjadi Past Perfect Tense
Direct : she said, I bought a pen.
Indirect : she said that she had bought a pen.
f. Simple Future Tense diubah menjadi Past Future Tense
Direct : she said, I will buy a pen.
Indirect : she said that she would buy a pen.
g. Future Continuous Tense diubah menjadi Past Future Continuous Tense
Direct : she said, I will be buying a pen.
Indirect : she said that she would be buying a pen.
RPS Pertemuan Ketujuh.
Gerund and Infinitive
Gerund (verb+ing) dan infinitive (to+verb) sama-sama merupakan verbal yang dapat berfungsi
sebagai noun. Yang menjadi permasalahan adalah kapan harus menggunakan gerund dan kapan
harus menggunakan infinitive.
Verb yang Diikuti Gerund/Infinitive
Beberapa verb hanya dapat menggunakan gerund, beberapa menggunakan infinitive, dan
beberapa yang lain menggunakan keduanya dengan makna yang sama maupun berbeda.
Penjelasannya sebagai berikut.
Diikuti Infinitive :

Diikuti Gerund :

Diikuti Gerund dan Infinitive :


PBB
Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia
Berdasarkan kronologisnya, sejarah PBB dapat dibagikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Zaman Kerajaan
Dasar pembebanan pajeg bumi konsep hak pemilikan mutlak raja atas tanah.
2. Zaman Penjajahan
a. Tahun 1685-1811
Pajak tanah mulai diberlakukan wilayah Jakarta dengan tarif sebesar 0,25% dari
harga tanah yang berlaku untuk jangka waktu tiga tahun.
b. Tahun 1811-1816 (Pendudukan Inggris)
Sir Thomas Stamford Raffles,Gubernur Jenderal Kerajaan Inggris di Indonesia
menetapkan tarif pajak yang bervariasi antara 20% sampai 50% dari produksi pertanian
c. Tahun 1872-1923 (Pendudukan Belanda)
Kerajaan Belanda melanjutkan kebijakan pajak tanah yang disebut Landrente
dengan memunculkan gagasan sistem kultuurstelsel (tanam paksa), rakyat tidak dipungut
uang, melainkan kewajiban menanami 20% tanah garapan dengan tanaman wajib dan
menyerahkan hasil tanaman dimaksud melalui organisasi desa.
d. Tahun 1923-1942 (Pendudukan Belanda)
Pada tahun 1928, pemerintah kolonial Belanda menerapkannya untuk seluruh
orang Indonesia yang memiliki tanah (urban land), dimana merupakan tanah adat yang
tunduk pada hukum barat.
e. Tahun 1942-1945 (Pendudukan Jepang)
Land Rent atau Landrente diganti dengan Land Tax. Administrasi pajak ditangani
oleh kantor pajak yang disebut Zaimubu Shuzeika yang sekaligus bertugas untuk
melakukan survei dan pemetaan di Pulau Jawa dan Madura.

3. Zaman Kemerdekaan
a. Pemerintah Republik Indonesia meneruskan pemungutan pajak atas tanah dengan nama
Pajak Bumi.
b. Tahun 1949 -1956
Pajak Bumi diganti dengan Pajak Pendapatan Tanah. Pada tahun 1950 Jawatan
Pajak Bumi berubah menjadi Jawatan Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Tanah. Tahun
1956 Jawatan Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Tanah berubah menjadi Jawatan
Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) tugas pokok melakukan pendaftaran tanah milik
terdaftar sebagai objek pajak.
c. Tahun 1959 -1985
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi dimana hasil yang
diperoleh dari tanah dijadikan dasar pengenaan pajak, bukan didasarkan atas nilai tanah.
d. Tahun 1985 - Sekarang
Diterapkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan, yang mulai berlaku efektif sejak tahun 1986 serta menyederhanakan sistem
pajak dengan menghapuskan 7 (tujuh) dasar hukum pajak atas properti.
Objek PBB
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan perdalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada dan/atau perairan. Termasuk dalam
pengertian bangunan adalah :
jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleksbangunan seperti hotel, pabrik, dan
emplasemennya,yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleksBangunan tersebut
jalan tol;
kolam renang;
pagar mewah;
tempat olahraga;
galangan kapal, dermaga;
taman mewah;
tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
Fasilitas lain yang memberikan manfaat

Objek yang tidak dikenakan PBB


Digunakan semata-mata untuk melayani Kepentingan umum (ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional) yg dimaksudkan tidak memperoleh keuntungan
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu
Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah negara yang belum
dibebani hak
Perwakilan diplomatik atau konsulat
Lembaga internasional

Subjek PBB & Wajib Pajak PBB


Subjek pajak PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek pajak dan wajib pajak adalah sama, sehingga subjek
sekaligus wajib pajak PB tersebut yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak
menurut Undang-undang.

Tarif PBB P2
Menurut pasal 80 ayat 1 dan 2, tarif PBB P2 ditetapkan maksimal 0,3% dan tarif ditetapkan
dengan Peraturan daerah.

Perhitungan PBB dan contohnya


Tn Ahnaf adalah seorang pengusaha terkenal memiliki 2 buah rumah yang terletak di Blitar.
Objek pertama terletak di jalan semeru dan objek kedua terletak di jalan raya rinjani. Diketahui
objek pertama NJOP bumi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (1 M) dan NJOP bangunan Rp. 3.500.000,-
(3,5 M) sedangkan untuk yang kedua diketahui NJOP bumi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (1 M) dan
NJOP Bangunan sebesar Rp. 4.500.000.000,- (4,5 M). Hitunglah PBB terhutang Tuan Poneng atas
kedua objek tersebut. Menurut perda tarif ialah 0,3%.
NJOP terbesar adalah terletak pada NJOP di Jalan Raya Rinjani dengan :
NJOP Bumi = Rp. 1. 000.000.000,-
NJOP Bangunan = Rp. 4.500.000.000,- +
NJOP sbg dasar
Pengenaan PBB = Rp. 5.500.000.000,-
NJOPTKP = Rp. 12.000.000,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB Rp. 5.488.000.000,-

Jl. Semeru :
NJOP Bumi = Rp. 1.000.000.000,-
NJOP bangunan = Rp. 3.500.000.000,- +
NJOP sbg dasar
Pengenaan PBB = Rp. 4.500.000.000,-
NJOPTKP = Rp. 0,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB = Rp. 4.500.000.000,-

NJOP = NJOP Bumi + NJOP Bangunan = Rp. 5.488.000.000 + Rp. 4.500.000.000,- =


Rp.9.988.000.000.

PBB Terhutang = Tarif x NJKP = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)


= 0,3% x 40% x 9.988.000.000.
= Rp. 11.985.600,-

Saat Terutang
Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1
Januari

Tahun Pajak
Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim

Tempat terutang
Tempat terutang untuk jakarta, di wilayah DKI Jakarta
Tempat terutang daerah lainnya di daerah tingkat II yang meliputi letak objek pajak
NOP dan Teknik Penilaian
1. NOP
Definisi NOP: Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (NOP) adalah nomor identitas
objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Sifat NOP:
a. Unik, yaitu setiap objek pajak PBB diberikan satu NOP dan berbeda dengan NOP yang
diberikan untuk objek pajak PBB lainnya;
b. Tetap, yaitu NOP yang diberikan kepada setiap objek pajak PBB tidak berubah dalam
jangka waktu lama; dan
c. Standar, yaitu hanya ada satu sistem pemberian NOP yang berlaku secara nasional.
Fungsi NOP:
NOP yg diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada saat dilakukan pendaftaran
dan/atau pendataan objek pajak PBB
NOP digunakan dalam administrasi perpajakan dan sebagai sarana wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit :


a) Digit ke-1 dan ke-2 merupakan kode provinsi;
b) Digit ke-3 dan ke-4 merupakan kode kabupaten/kota;
c) Digit ke-5 s.d ke-7 merupakan kode kecamatan;
d) Digit ke-8 s.d ke-10 merupakan kode kelurahan/desa;
e) Digit ke-11 s.d ke-13 merupakan kode nomor urut blok;
f) Digit ke-14 s.d ke-17 merupakan kode nomor urut objek pajak;
g) Digit ke-18 merupakan kode tanda khusus.

Tata Cara Pemberian NOP PER-12/PJ/2010 stdd PER-09/PJ/2013


Pemberian kode Kecamatan untuk Objek Pajak Sektor Pertambangan
Pertambangan minyak bumi dan gas bumi (migas)
Pertambangan panas bumi
Pertambangan mineral dan batubara

Diberikan kode kecamatan (digit ke-5 s.d. digit ke-7) dengan angka 000
Pemberian Kode Kelurahan/Desa atau Kode Kantor Pelayanan Pajak untuk Objek Pajak Sektor
Pertambangan

Pertambangan minyak bumi dan gas bumi (migas)


Pertambangan panas bumi

diberikan kode kelurahan/desa (digit ke-8 sampai dengan digit ke- 10) dengan angka 000.
Untuk objek pajak sektor pertambangan untuk pertambangan mineral dan batubara diberikan (digit
ke-8 sampai dengan digit ke-10)kode Kantor Pelayanan Pajak tempat objek pajak ditatausahakan
Pemberian Kode Nomor Urut Blok untuk Objek Pajak Sektor Pertambangan Untuk objek pajak sektor
pertambangan diberikan kode nomor urut blok (digit ke-11 sampai dengan digit ke-13)

2. Penilaian
Adalah proses untuk menentukan Nilai suatu Properti berdasarkan Data dan Fakta yang ada
pada Properti tersebut dengan menggunakan Metode/Teori Penilaian yang sesuai dengan
Data dan Fakta yang ada pada suatu tanggal tertentu
Objek Penilaian
OP Bumi OP Bangunan
Permukaan Tanah Komponen Utama
Tubuh Bumi (Sektor Pertambangan Komponen Material
Migas) Komponen Fasilitas
Hasil Produksi (Sektor P3)

Pendekatan Penilaian:

1. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)


Suatu metode penghitungan NJOP dengan cara membandingkan antara objek pajak
yang sejenis dengan objek pajak lain yang telah diketahui harga pasarnya. Pendekatan ini
pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah, namun dapat juga digunakan
untuk menentukan NJOP bangunan.
2. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Suatu metode penghitungan NJOP dengan cara menghitung seluruh jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis dikurangi dengan
penyusutannya. Umumnya, pendekatan biaya digunakan untuk menentukan NJOP
bangunan
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Suatu metode penghitungan NJOP dengan cara mengkapitalisasikan pendapatan
satu tahun dari objek pajak yang bersangkutan. Biasanya, pendekatan pendapatan
diterapkan untuk objek pajak yang dibangun untuk menghasilkan pendapatan, seperti
hotel, gedung perkantoran yang disewakan, dan sebagainya.Pendekatan ini juga digunakan
sebagai alat penguji terhadap nilai yang dihasilkan pendekatan lainnya.
Cara Penilaian

PENILAIAN MASSAL PENILAIAN INDIVIDUAL

Dilakukan secara sistematis untuk Dilakukan dengan


sejumlah OP; memperhitungkan semua
pada saat tertentu; karakteristik dari setiap OP
secara bersamaan; Dilakukan terhadap:
Menggunakan prosedur yang - OP non standar
standar - OP Khusus
Menggunakan program aplikasi - OP bernilai tinggi atau
SISMIOP (CAV) - OP yang dinilai dengan CAV
tetapi tidak dapat
mencerminkan nilai yang
sebenarnya.
PERTEMUAN 7-8

1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)


SPPT adalah surat yang digunakan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak terutang
kepada WP (Pasal 1 UU PBB). Persyaratan :
- Fc identitas WP
- Surat kuasa khusus dari WP dalam hal dikuasakan
- SPOP yang telah diisi dengan benar,jelas,lengkap dan ditandatangani oleh WP atau
kuasanya;
- Fc SPPT Tetangga (dalam hal WP tidak bisa menunjukan letak objek pajak);
- Fc bukti kepemilikan tanah dan atau bangunan berupa sertifikat atau akta jual beli.
a. Permohonan Salinan SPPT
Salinan SPPT PBB diberikan dalam hal SPPT hilang, rusak, atau belum diterima oleh WP.
Persyaratan :
- Fc identitas WP
- Fc SPPT/SKP PBB yang diminta salinannya atau SPPT PBB tahun sebelumnya
- Surat kuasa khusus/surat kuasa dari WP dalam hal dikuasakan
b. Permohonan SPPT Mutasi Sebagian
Diterbitkan apabila terdapat perubahan data objek pajak (adanya pemecahan dan/atau
penggabungan objek pajak) dan/atau subjek pajak (adanya peralihan hak antara lain karena
waris, jual beli, atau hibah). Persyaratan :
- fc identitas pemohon;
- surat kuasa bagi yang diberi kuasa;
- SPOP yang telah diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani oleh WP atau
kuasanya;
- fotokopi SPPT tahun pajak yang bersangkutan dan bukti pelunasan pajak 5 (lima) tahun
terakhir;
- fc bukti kepemilikan hak atas tanah
- fc dokumen perolehan hak;
- denah lokasi objek pajak yang berbatasan langsung;
- SSPD BPHTB yang sudah divalidasi
c. Permohonan SPPT Keberatan
Diterbitkan apabila terdapat kesalahan tulis atau kesalahan hitung dari objek pajak sehingga
WP bisa mengajukan keberatan atas SPPTnya. Timbulnya keberatan juga biasanya
disebabkan karena WP tidak sependapat dengan fiskus atau isi SPPT/SKP mengenai;
- Keluasan, klasifikasi bumi atau bangunan;
- Perbedaan penafsiran UU atau peraturan;
- Penetapan Subjek pajak sebagai WP;
- Objek pajak seharusnya tidak kena PBB;
- Saat pajak terhutang;
- Tanggal jatuh tempo.

Persyaratan :

- Fc identitas WP;
- Surat kuasa khusus WP dalam hal dikuasakan;
- surat keterangan tanggal terima SPPT dari kepala desa/lurah asli atau fc struk tanda
terima SPPT;
- Bukti pendukung berupa fc bukti kepemilikan tanah atau fc IMB
d. Permohonan Pembetulan SPPT
Pembetulan SPPT adalah pendaftaran permohonan pembetulan SPPT karena salah nama,
salah alamat, salah hitung, salah zona nilai tanah dan atau kekeliruan penerapan UU atau
peraturan dalam SPPT/SKP/STP. WP mengajukan permohonan pembetulan SPPT/SKP/STP
ke Dispenda. Persyaratan :
- Fc identisas WP;
- Surat kuasa khusus WP dalam hal dikuasakan;
- SPOP yang telah diisi dengan benar, jelas,lengkap dan ditandatangani oleh WP atau
kuasanya;
- Fc bukti lunas PBB tahun pajak sebelumnya;
- Fc bukti kepemilikan tanah dan atau bangunan berupa sertifi kat atau akta jual beli.
e. Permohonan Pembatalan SPPT
Permohonan pembatalan SPPT/SKP/STP diajukan kepada Dispenda melalui pelayanan satu
tempat dan dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan. Pembatalan SPPT dapat
disebabkan 2 hal yaitu :
- Objek pajak tidak ada
- Objek pajak tidak seharusnya kena PBB
- Bouble anslog
2. Surat Ketetapan Pajak (SKP) PBB
SKP PBB adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya pokok PBB atau selisih pokok
PBB, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah PBB yang terutang.
SKP PBB dapat diterbitkan dalam hal terdapat PBB yang seharusnya terutang dalam jangka
waktu 5 tahun setelah saat berakhirnya Tahun Pajak berdasarkan hasil Pemeriksaan PBB
atau Penelitian PBB.
Pemeriksaan PBB
- Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, menghimpun, dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban PBB dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan PBB
- SKP PBB diterbitkan berdasarkan hasil Pemeriksaan terhadap :
a. SPOP yang terindikasi diisi dengan tidak benar oleh WP berdasarkan Analisis Risiko;
b. WP tidak menyampaikan SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
Undang-Undang PBB dan setelah ditegur secara tertulis WP tidak menyampaikan
SPOP sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. data, keterangan, dan/atau bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang
dilakukan Penelitian PBB tetapi dihentikan dan diusulkan untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko; atau
d. data baru yang belum dan/atau tidak terungkap dalam Pemeriksaan atau Penelitian
PBB sebelumnya yang mengakibatkan penambahan jumlah PBB yang terutang.
Penelitian PBB
- Penelitian PBB adalah serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban PBB
berdasarkan keterangan lain yang diperoleh dan/atau dimiliki Direktur Jenderal Pajak
atau berdasarkan permohonan WP.
- hasil Penelitian PBB terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) Undang-Undang PBB yang mencakup sebagian atau seluruh data, keterangan,
dan/atau bukti, mengenai Objek Pajak dan/atau WP yang diperoleh dan/atau dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak berupa:
1. data, keterangan, dan/atau bukti, terkait dengan WP yang tidak menyampaikan
SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang PBB dan
setelah ditegur secara tertulis WP tidak menyampaikan SPOP sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran;
2. data, keterangan, dan/atau bukti, dalam Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap WP yang dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara;
3. data, keterangan, dan/atau bukti lainnya, yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah PBB yang terutang
Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan SKP dalam hal :
a. SPOP tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) UU PBB (SPOP
harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan
kepada DJP yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30
hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang
terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh WP.
DJP tetap dapat menerbitkan SKP PBB dalam hal WP setelah jangka waktu 5 tahun dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang
dapat menimbulkan kerugian negara
3. Surat Tagihan Pajak (STP) PBB
STP PBB diterbitkan:
a. setelah saat jatuh tempo SPPT atau SKP PBB terlewati dan/atau
b. setelah terjadi pelunasan pembayaran atas pokok PBB terutang.
STP PBB setelah saat jatuh tempo SPPT atau SKP PBB terlewati memuat PBB terutang yang
tidak atau kurang dibayar ditambah dengan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) per
bulan yang dihitung dari saat jatuh tempo SPPT atau SKP PBB sampai dengan tanggal
diterbitkannya STP PBB.
STP PBB setelah terjadi pelunasan pembayaran atas pokok PBB terutang memuat denda
administrasi sebesar 2% (dua persen) per bulan dari PBB terutang yang tidak atau kurang
dibayar yang dihitung dari:
a. saat jatuh tempo SPPT atau SKP PBB sampai dengan tanggal pelunasan pembayaran atas
pokok PBB terutang, dalam hal belum pernah diterbitkan STP PBB atau
b. saat jatuh tempo STP PBB sampai dengan tanggal pelunasan pembayaran atas pokokPBB
terutang

untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan STP PBB yang mencakup PBB yang masih harus dibayar
berdasarkan:
a. Surat Keputusan Pembetulan SPPT atau SKP PBB
b. Surat Keputusan Pengurangan PBB
c. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan PBB Yang Tidak Benar
d. Surat Keputusan Pengurangan/Penghapusan Sanksi Administrasi PBB
e. Surat Keputusan Keberatan PBB
f. Putusan Banding atau
g. Putusan Peninjauan Kembali
STP PBB diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun setelah saat berakhirnya
tahun pajak. Jumlah PBB yang terutang dalam STP PBB harus dilunasi paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal diterimanya STP PBB oleh Wajib Pajak.
4. Pembayaran PBB
Jumlah PBB yang terutang dalam SKP PBB harus dilunasi paling lambat 1 bulan sejak tanggal
diterimanya SKP PBB oleh WP
Tanggal diterimanya SKP PBB adalah
a. Tanggal tanda terima SKP PBB disampaikan langsung
b. Tanggal bukti pengiriman SKP PBB dikirim melalui pos / jasa pengiriman lainnya
5. Penagihan PBB
Dasar Penagihan
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
b. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
c. Surat Tagihan Pajak (STP)
Pelaksanaan Penagihan
Hak-hak WP
a. Meminta Juru Sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak.
b. Menerima salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan.
c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang
d. Mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak beserta denda termasuk
biaya penyitaan, iklan, dan biaya pembatalan lelang serta melaporkan pelunasan
tersebut kepada Kepala KPP yang bersangkutan sebelum pelaksanaan lelang.
Kewajiban WP
a. Membantu Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya dengan : memperbolehkan
memasuki ruangan, tempat usaha, tempat tinggal; dan memberikan keterangan lisan
atau pun tertulis;yangdiperlukan;
b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau disewakan.
Tugas Jurusita Pajak
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus;
b. Memberitahukan Surat paksa;
c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan SPMP
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

BOLEH BANGET DIBACA


Pa s al 10 s .d. Pasal 13 UU PBB
PER-02/PJ/2015
PMK-255/PMK.03/2014
PMK-78/PMK.03/2016
PMK-242/PMK.03/2014

Sema ngat!!!
Pengantar Akuntansi
Akuntansi terdiri dari 3 aktifitas utama, yaitu :

Identifikasi
Pencatatan
Pelaporan

PENGGUNA LAPORAN DATA AKUNTANSI

1. Pengguna Internal
Marketing
Berapa harga yang perlu ditawarkan untuk mendapatkan
pendapatan bersih maksimum?

Bidang Manajemen

Produk manakah yang paling menguntungkan?

Keuangan

Apakah Keuangan perusahaan cukup untuk membayar


dividend kepada pemegang saham?

Sumber Daya Manusia

Apakah perusahaan mampu untuk meningkatkan gaji


karyawan

2. Pengguna Eksternal
Investor

Apakah perusahaan memperolehan keuntungan yang


memuaskan?

Creditors

Apakah perusahaan mampu untuk membayar hutang atas


pinjaman yang dilakukan?

Investors

Bagaimana perbandingan suatu perusahaan dengan


perusahaan lain dalam hal ukuran dan keuntungan yang
akan diraih?

Prinsip perhitungan

1. Prinsip historical cost (Prinsip Biaya), menyatakan bahwa


perusahaan melakukan pencataan aset dengan biaya sebagai acuan pencatatan
2. Prinsip fair value (Prinsip nilai wajar), menyatakan bahwa assets dan liabilities harus
dilaporkan dalam nilai wajar
Dasar persamaan akuntansi

Assets Liabilities + Equity


=
Assets
Sumber daya yang dimiliki perusahaan
Memberikan layanan atau manfaat masa depan.
Kas, Inventaris, Perlengkapan, dll.

Liabilities
Klaim terhadap aset (hutang dan kewajiban/ debts and obligations).
Kreditor (pihak yang memberi pinjaman hutang).
Hutang Usaha(Accounts Payable), Hutang Wesel(Notes Payable), Gaji dan
Upah(Salaries and Wages Payable), dll.

Equity

Klaim kepemilikan atas total aset.


Disebut sebagai Residual Equity
Share CapitalOrdinary(Saham Modal) dan Retained Earnings (Saldo Laba)

Investments by shareholders merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pemegang


saham atas saham biasa yang mereka beli

Revenues merupakan hasil pendapatan dari kegiatan usaha sebagai acuan untuk
memperoleh keuntungan. Sumber pendapatan umum adalah: penjualan, biaya, layanan,
komisi, bunga, dividen, royalti, dan sewa.
Expenses merupakan biaya atas pemakaian aset atau layanan. Expenses antara lain
adalah: salaries expense, rent expense, utilities expense, property tax expense, dll.
Dividen adalah distribusi uang tunai atau aset lainnya kepada pemegang saham.
Dividen mengurangi retained earning (Saldo Laba). Namun, dividen bukan biaya.
ANALISIS PENCATATAN AKUNTANSI

Note : Tidak semua transaksi yang terjadi harus dilakukan pencatatan

Membeli komputer Mendiskusikan desain produk yang Membayar biaya sewa


dibutuhkan konsumen

Skema persamaan akuntansi

Contoh Analisis pengelompokan transaksi

1. Investasi dilakukan oleh Stockholders, Ray dan Barbara Neal memutuskan untuk memulai
perusahaan pengembangan aplikasi smartphone bernama Softbyte SA. Pada tanggal 1 September
2017, mereka menginvestasikan 15.000 uang tunai untuk bisnis tersebut dengan i mbalan 15.000
saham biasa/ordinary shares. Saham biasa menunjukkan kepemilikan yang dimiliki Neal di Softbyte
SA. Transaksi ini menghasilkan peningkatan yang sama baik pada assets maupun equity.
Assets = Liabilities + Equity

Cash Accounts + Supplies Accounts Share Retained Earnings


+ + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+15,000 +15,000

2. Membeli peralatan secara tunai. Softbyte SA membeli peralatan komputer seharga 7.000 tunai.

Cash Accounts + Supplies Accounts Share Retained Earnings


+ + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
-7,000 +7,000
3. Membeli supplies secara kredit. Softbyte SA membeli seharga 1.600 headset dan aksesoris
lainnya yang diperkirakan akan berlangsung beberapa bulan. Pemasok mengizinkan Softbyte untuk
membayar tagihan ini pada bulan Oktober.

Accounts + Accounts Share Retained Earnings


Cash + Supplies + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+1,600 +1,600

4. Pembayaran layanan secara tunai. Softbyte SA menerima 1.200 uang tunai dari pelanggan
untuk layanan pengembangan aplikasi yang telah dilakukan.

Cash Accounts Accounts Share Retained Earnings


+Receivable+ Supplies + Equipment = + +
Payable Capital Rev. Exp. Div.
+1,200 +1,200

5. Pembelian iklan secara kredit. Softbyte SA menerima tagihan sebesar 250 dari Pemrograman
Berita untuk iklan di situsnya namun menunda pembayaran sampai hari berikutnya.

Cash Accounts + Supplies Accounts Share Retained Earnings


+ + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+250 -250

6. Pembayaran layanan secara tunai dan kredit. Softbyte menyediakan layanan sebesar 3.500.
Perusahaan menerima uang tunai sebesar 1.500 dari pelanggan, dan menerima pembayaran
secara kredit sebesar 2.000.

Cash Accounts + Accounts Share Retained Earnings


+ Supplies + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+1,500 +2,000 +3,500

7. Pembayaran expense(beban). Softbyte SA membayar biaya berikut secara tunai untuk bulan
September: sewa kantor 600, gaji dan upah karyawan 900, dan utilitas 200.

Cash Accounts + Supplies Accounts Share Retained Earnings


+ + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
-1,700 -600
-900
-200

9. Pembayaran hutang usaha(Account Payable). Softbyte SA membayar tagihan


Pemrograman berita sebesar 250 secara tunai. Perusahaan yang sebelumnya
(dalam Transaksi 5) mencatat tagihan tersebut sebagai kenaikan Hutang
Usaha(Account Payable).
10.
Cash Accounts Accounts Share Retained Earnings
+Receivable+ Supplies + Equipment = Payable + Capital +
Rev. Exp. Div.
-250 -250

9. Menerima pembayaran atas kredit transaksi sebelumnya. Softbyte SA menerima 600 secara
tunai dari pelanggan yang telah ditagih untuk layanan (dalam Transaksi 6).

Cash Accounts + Accounts Share Retained Earnings


+ Supplies + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+250 -250

10. Dividend. Korporasi membayar dividen sebesar 1.300 secara tunai kepada Ray dan Barbara
Neal, pemegang saham Softbyte SA.

Accounts Accounts Share Retained Earnings


Cash + + Supplies + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
-1,300 -1,300

Analisis pengelompokan transaksi secara keseluruhan.


Assets = Liabilities + Equity
Cash Accounts Accounts Share Retained Earnings
+ + Supplies + Equipment = + +
Receivable Payable Capital Rev. Exp. Div.
+15,000 +15,000
-7,000 +7,000

+1,600 +1,600

+1,200 +1,200
+250 -250

+1,500 +2,000 +3,500


-1,700 -600
-900
-200

-250 -250
+250 -250

-1,300 -1,300

18,050 18,050

Suatu perusahaan menyiapkan lima laporan keuangan, antara lain :


1. Income Statement
2. Retained Earning Statement
3. Statement of Financial Statement
4. Statement of Cash Flow
5. Comprehensive Income Statement

Contoh Laporan Laba Rugi(Income Statement) Dan Retained Earnings(Laba ditahan)

Income Statement :

Laporan keuntungan perusahaan selama periode waktu tertentu.


Daftar pendapatan pertama, diikuti dengan biaya.
Menunjukkan laba bersih (atau rugi bersih).
Tidak termasuk transaksi investasi dan dividen antara pemegang saham dan bisnis.

Retained Earnings Statement :

Melaporkan perubahan laba ditahan(Retained Earnings) untuk jangka waktu tertentu.


Jangka waktu sama dengan yang tercakup dalam laporan laba rugi(Income Statement)
Informasi yang diberikan menunjukkan alasan mengapa laba ditahan meningkat atau
menurun selama periode tersebut.
Contoh Laporan Posisi Keuangan( Statement of Financial Position )

Statement of Financial Position :

Melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.


Mencantumkan aset di atas, diikuti oleh kewajiban dan ekuitas.
Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas.
Merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (biasanya akhir
bulan atau akhir tahun).
Contoh Statement of Cash Flows

Statement of Cash Flows :

Informasi tentang penerimaan dan pembayaran kas untuk jangka waktu tertentu.
Jawabannya sebagai berikut:
o Darimana uang itu berasal?
o Untuk apa uang itu digunakan?
o Bagaimana perubahan saldo keuangan perusahaan?

Comprehensive Income Statement


PENCATATAN

ATURAN DEBIT DAN CREDIT

a. Menggunakan sistem double-entry


Pencatatan dilakukan dengan mendebet setidaknya satu akun dan mengkredit setidaknya satu
akun lainnya. DEBIT harus sama dengan CREDIT.
a. Jika jumlah entri Debit lebih besar daripada jumlah entri Credit, akun akan memiliki saldo
debet.
Account Name

Debit/Dr Credit/Cr

Transaksi 1 10000 3000 Transaksi 2


Transaksi 3 8000
15000

b. Jika jumlah entri Credit lebih besar daripada jumlah entri Debit, akun akan memiliki saldo
Credit.
Account Name

Debit/Dr Credit/Cr

Transaksi 1 10000 3000 Transaksi 2


8000 Transaksi 3

1000

c. Aturan Debit-Credit

Assets Expenses
Debit / Dr. Credit / Cr. Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance Normal Balance

Chapter
Equity
Chapter
3-23 3-27

Debit / Dr. Credit / Cr.


Liabilities Revenues
Debit / Dr. Credit / Cr. Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance

Normal Balance Normal Balance


Chapter
3-25

Chapter Chapter
3-24 3-26

Share Capital-Ordinary Retained Earnings Dividends


Debit / Dr. Credit / Cr. Debit / Dr. Credit / Cr. Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance Normal Balance Normal Balance

Chapter Chapter Chapter


3-25 3-25 3-23
Persamaan Dasar
Akuntansi

*Persamaan harus seimbang setelah setiap transaksi. Total Debit harus sama dengan total
Kredit.

PROSES PENCATATAN

a. Jurnal
b. Transaksi dicatat secara kronologis
c. Pencatatan dilakukan untuk
1. Mengungkapkan transaksi secara lengkap.
2. Memberikan catatan kronologis transaksi.
3. Membantu mencegah atau menemukan kesalahan karena jumlah debit dan kredit.

Contoh:

Pada tanggal 1 September, pemegang saham menginvestasikan 15.000 kas di


perusahaan tersebut untuk ditukar saham biasa, dan Softbyte membeli peralatan
komputer seharga 7.000 secara tunai.

GENERAL JOURNAL

Date Account Title Ref Dr Cr

Sept 1 Cash 15000

Share Capital-Ordinary 15000

Equipment 7000

Cash 7000
Pada tanggal 1 Juli, Tsai Company membeli truk pengangkut seharga NT $ 420.000.
Perusahaan tersebut membayar uang tunai sebesar NT $ 240.000 sekarang dan setuju
untuk membayar sisanya nanti sebesar NT $ 180.000.

GENERAL JOURNAL

Date Account Title Ref Dr Cr

Sept 1 Equipment 420000

Cash 240000

Account Payable 180000

A. General Ledger
1) Setiap transaksi kemudian dikelompokkan menjadi satu jenis.
2) Kemudian posting ke dalam General Ledger dengan format sebagai berikut
*Contoh input data dari jurnal transaksi ke buku besar.

1. Siapkan jurnal transaksi seperti pada gambar berikut

(Contoh Jurnal Transaksi)


2. Setelah Jurnal transaksi selesai, kemudian posting kedalam buku besar seperti gambar
berikut

B. Trial Balance/Neraca Saldo


1. Menunjukkan jumlah saldo setiap akun.
2. Langkah-langkah untuk menyiapkan neraca saldo adalah
(1) Cantumkan judul dan saldo akunnya.
(2) Total kolom debit dan kredit.
(3) Buktikan kesetaraan kedua kolom tersebut.

Contoh:
JURNAL PENYESUAIAN
Akrual-basis dalam akuntansi

Transaksi dicatat pada periode saat kejadian itu terjadi


Perusahaan mengakui pendapatan(Revenue) saat mereka melakukan layanan (bukan saat
mereka menerima uang tunai).
Beban/biaya(Expense) diakui pada saat terjadinya (bukan saat dilunasi).

Cash-basis dalam akuntansi

Pendapatan(Revenue) dicatat saat uang diterima.


Biaya/Beban(Expense) dicatat saat uang tunai dibayarkan.
Akuntansi Cash-basis tidak sesuai dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional
(International Financial Reporting Standards / IFRS).

Jurnal penyesuaian

1. Diperlukan karena saldo percobaan mungkin tidak berisi data terbaru dan lengkap.
2. Diperlukan setiap saat perusahaan menyiapkan laporan keuangan.
3. Akan mencakup satu rekening laporan laba rugi dan satu laporan posisi keuangan.

JENIS CARA MENULIS JURNAL PENYESUAIAN

1. Dibayar dimuka/Deferrals
Deferrals adalah pengeluaran atau pendapatan yang diakui di kemudian dari pada saat
layanan telah dilakukan. Ada dua jenis:
1) Prepaid Expense
Biaya dibayar tunai sebelum kita mendapatkan layanan.
2) Unearned Revenue
Penerimaan uang tunai/pendapatan sebelum layanan kita lakukan.
2. Masih harus dibayar/Accruals
1) Accrued Revenues
Pendapatan untuk layanan yang dilakukan namun belum diterima secara tunai atau
dicatat.
2) Accrued Expenses
Biaya yang dikeluarkan tapi belum dibayarkan secara tunai atau dicatat.

PREPAID EXPENSE

Contoh pencatatan jurnal penyesuaian :


Yazici Advertising Inc. Inc. membeli persediaan(supplies) seharga 2,500 pada tanggal 5 Oktober.
Yazici mencatat pembelian dengan cara meningkatkan (mendebet) persediaan aset(supplies).
Transaksi ini akan dicatat dalam saldo sebesar 2,500 pada trial balance 31 Oktober. Sedangkan
jumlah inventaris supplies terhitung saat 31 Oktober menunjukkan bahwa 1,000 supplies masih
ada.

Oct. 31 Supplies Expense 1,500


Supplies 1,500
*(2500-1000)
Pada tanggal 4 Oktober, Yazici Advertising Inc. membayar 600 untuk polis asuransi kebakaran
satu tahun. Cakupannya dimulai pada 1 Oktober. Yazici mencatat pembayaran dengan cara
meningkatkan (mendebet) Asuransi Prabayar(Prepaid insurance). Transaksi ini akan dicatat dalam
saldo sebesar 600 pada trial balance 31 Oktober. Asuransi 50 (600 12) akan habis setiap
bulannya.
Oct. 31 Insurance Expense 50
Prepaid Insurance 50
Penyusutan (Depreciation)

Contoh :

Untuk Periklanan Yazici, asumsikan bahwa penyusutan pada


peralatan adalah 480 setahun, atau 40 per bulan.

Oct. 31 Depreciation Expense 40


Accumulated Depreciation 40

*Accumulated Depreciation adalah kontra dari akun aset

UNEARNED REVENUE

Contoh :

Yazici Advertising Inc. menerima 1,200 pada tanggal 2 Oktober dari R. Knox untuk layanan
periklanan yang diperkirakan akan selesai pada tanggal 31 Desember. Pendapatan Layanan
Diterima di Muka memproyeksikan saldo sebesar 1,200 pada Trial Balance 31 Oktober. Kemudian
analisis menunjukkan bahwa perusahaan melakukan 400 layanan pada bulan Oktober.

Oct. 31 Unearned Service Revenue 400


Service Revenue 400
ACCRUED REVENUES

Contoh :

Pada bulan Oktober, Yazici Advertising Inc. melakukan layanan senilai 200 yang belum dibayar
oleh klien pada bulan Oktober.

Oct. 31 Accounts Receivable 200


Service Revenue 200

Pada tanggal 10 November, Yazici menerima uang tunai sebesar 200 untuk layanan yang
dilakukan.
Nov. 10 Cash 200

Accounts Receivable 200

ACCRUED EXPENSE

Contoh :
Yazici Advertising Inc. menandatangani note payable untuk tiga bulan yang harus dibayar sebesar
5.000 pada tanggal 1 Oktober. Catatan tersebut mengharuskan Yazici untuk membayar bunga
dengan tingkat bunga 12% per tahun.

Oct. 31 Interest Expense 50


Interest Payable 50

ACCRUED SALARIES AND WAGES

Contoh :

Yazici membayar gaji dan upah pada tanggal 26 Oktober; pembayaran gaji berikutnya tidak akan
terjadi sampai 9 November. Karyawan menerima total gaji sebesar 2.000 untuk lima hari kerja
dalam satu minggu, atau 400 per hari. Dengan demikian, gaji yang masih harus dibayar pada
tanggal 31 Oktober adalah 1,200 (400 x 3 hari).
Contoh Soal

Siapkan Jurnal penyesuaian yang dibutuhkan pada 31 Agustus 2017.

1. Pada tanggal 31 Agustus, perusahaan berhutang pada pekerjanya sebesar 8.000 dalam gaji
dan upah yang akan dibayarkan pada tanggal 1 September.

2. Pada tanggal 1 Agustus, perusahaan meminjam 300.000 dari bank lokal dengan hipotek 15
tahun. Suku bunga tahunan adalah 10%.

3. Pendapatan untuk layanan yang dilakukan namun tidak tercatat untuk bulan Agustus mencapai
11.000.

=> Penyelesaian
Salaries and Wages Expense 8,000
Salaries and Wages Payable 8,000
Interest Expense 2,500
Interest Payable 2,500

Accounts Receivable 11,000


Service Revenue 11,000

PENYESUAIAN NERACA SALDO(TRIAL BALANCE) DAN LAPORAN KEUANGAN(FINANCIAL STATEMENT)

*Adjusted Trial Balance disiapkan setelah semua penyesuaian dijurnal dan diposting
Laporan keuangan disusun langsung dari Adjusted Trial balance

Retained Statement of
Income
Earnings Financial
Statement
Statement Position

Memposting Income Statement dan Retained Earnings dari Adjusted Trial Balance
Memposting Statement of Financial Position dari Adjusted Trial Balance
APPENDIX 3A
PENULISAN JURNAL PENYESUAIAN DENGAN METODE LAIN

1. Ketika perusahaan melakukan prepaid expense(Biaya yang dibayar tunai sebelum kita
mendapatkan layanan), perusahaan mendebet jumlah tersebut ke expense account
2. Ketika menerima pembayaran untuk layanan masa depan, ia akan membayar jumlah tersebut
ke akun pendapatan(revenue account)

1. Prepaid Expense dengan metode lain(per appendix)

Perusahaan dapat memilih untuk mendebet (menambah) expense account


daripada asset account. Cara alternatif ini lebih mudah dilakukan.

2. Unearned Revenues dengan metode lain(per appendix)


Perusahaan dapat mengkredit (meningkatkan) akun pendapatan saat me reka
menerima uang tunai untuk layanan masa depan.

RANGKUMAN PENYESUAIAN METODE APPENDIX


A. Menggunakan Worksheet
Beberapa kolom digunakan dalam pembuatan laporan keuangan.
Bukan catatan akuntansi tetap.
Disiapkan menggunakan proses lima langkah.
Penggunaan lembar kerja bersifat opsional.

Langkah-langkah persiapan Kertas Kerja

1. Buatlah Neraca Saldo terlebih dahulu


Adjusted Income Statement of
Trial Balance Adjustments Trial Balance Statement Financial Position
Account Titles Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr.
Cash 15.200
Supplies 2.500
Prepaid Insurance 600
Equipment 5.000
Notes Payable 5.000
Accounts Payable 2.500
Unearned Revenue 1.200
Share Capital-Ordinary 10.000
Dividends 500
Service Revenue 10.000

Salaries and Wages Exp. 4.000


Rent Expense 900
Totals 28.700 28.700 Jumlah saldo per akun
dilihat dari buku besar

Sertakan semua akun dengan saldo


2. Memasukkan penyesuaian pada Jurnal Penyesuaian

Adjusted Income Statement of


Trial Balance Adjustments Trial Balance Statement Financial Position
Account Titles Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr.
Cash 15.200
Supplies 2.500 1.500
Prepaid Insurance 600 50
Equipment 5.000
Notes Payable 5.000
Accounts Payable 2.500
Unearned Revenue 1.200 400
Share Capital-Ordinary 10.000
Dividends 500
Service Revenue 10.000 400
200
Salaries and Wages Exp. 4.000 1.200
Rent Expense 900
Totals 28.700 28.700
Supplies Expense 1.500
Insurance Expense 50
Accumulated Depreciation 40
Depreciation Expense 40
Accounts Receivable 200
Interest Expense 50
Interest Payable 50 Masukkan jumlah penyesuaiannya
Salaries and Wages Payable 1.200
Totals 3.440 3.440
Tambahkan akun yang ada

3. Lengkapi Kolom Neraca Saldo Penyesuaian yang didapatkan dari penggabungan saldo
antara Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Adjusted Income Statement of
Trial Balance Adjustments Trial Balance Statement Financial Position
Account Titles Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr.
Cash 15.200 15.200
Supplies 2.500 1.500 1.000
Prepaid Insurance 600 50 550
Equipment 5.000 5.000
Notes Payable 5.000 5.000
Accounts Payable 2.500 2.500
Unearned Revenue 1.200 400 800
Share Capital-Ordinary 10.000 10.000
Dividends 500 500
Jumlah saldo dari semua akun dan
pastikan jumlahnya seimbang/sama

4. Lengkapi kolom Income Statement dan Statement of Financial Position

Adjusted Income Statement of


Trial Balance Adjustments Trial Balance Statement Financial Position
Account Titles Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr.
Cash 15.200 15.200
Supplies 2.500 1.500 1.000
Prepaid Insurance 600 50 550
Equipment 5.000 5.000
Notes Payable 5.000 5.000
Accounts Payable 2.500 2.500
Unearned Revenue 1.200 400 800
Share Capital-Ordinary 10.000 10.000
Dividends 500 500
Service Revenue 10.000 400 10.600 10.600
200
Salaries and Wages Exp. 4.000 1.200 5.200 5.200
Rent Expense 900 900 900
Totals 28.700 28.700
Supplies Expense 1.500 1.500 1.500
Insurance Expense 50 50 50
Accumulated Depreciation 40 40
Depreciation Expense 40 40 40
Accounts Receivable 200 200
Interest Expense 50 50 50
Interest Payable 50 50
Salaries and Wages Payable 1.200 1.200
Totals
Masukkan Akun
3.440 3.440 30.190 30.190 7.740 10.600
Pendapatan dan Beban ke
Income Statement

5. Menghitung Laba/Rugi
Masukkan akun selain pendapatan dan beban di kolom Statement of Financial Position
Adjusted Income Statement of
Trial Balance Adjustments Trial Balance Statement Financial Position
Account Titles Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr. Dr. Cr.
Cash 15.200 15.200 15.200
Supplies 2.500 1.500 1.000 1.000
Prepaid Insurance 600 50 550 550
Equipment 5.000 5.000 5.000
Notes Payable 5.000 5.000 5.000
Accounts Payable 2.500 2.500 2.500
Unearned Revenue 1.200 400 800 800
Share Capital-Ordinary 10.000 10.000 10.000
Dividends 500 500 500
Service Revenue 10.000 400 10.600 10.600
200
Salaries and Wages Exp. 4.000 1.200 5.200 5.200
Hitung
laba/rugi

Menyiapkan Laporan Keuangan dari Worksheet

Laporan laba rugi disusun dari kolom laporan laba rugi.


Pernyataan posisi keuangan dan laporan laba rugi disusun dari kolom posisi keuangan.
Perusahaan dapat menyiapkan laporan keuangan sebelum mereka menjurnal dan
memposting entri penyesuaian.

Laporan laba rugi(Income Statement) disusun dari Worksheet

Laba ditahan(Retained Earnings) disusun dari Worksheet


Laporan posisi keuangan(SOFP) disusun dari Worksheet

A. Menyiapkan Adjusting Entries dari Worksheet

Adjusting entries disiapkan dari kolom penyesuaian worksheet


Menjurnal dan posting jurnal penyesuaian mengikuti penyusunan laporan keuangan saat
worksheett digunakan.

B. Jurnal Penutup
Pada akhir pembukuan, perusahaan membuat akun untuk periode berikutnya.
1. Menyiapkan T-Account Jurnal Penutup
Perusahaan umumnya membuat jurnal dan mencatat closing entries pada akhir
periode akuntansi tahunan.
Closing entries menghasilkan saldo nol di setiap akun sementara.

Dividend ditutup ke Retained


Earnings bukan pada
Income Summary karena
dividend bukan beban.
T-ACOUNT JURNAL PENUTUP

2. Menyiapkan Post Closing Trial Balance


Tujuannya adalah untuk membuktikan kesetaraan saldo akun permanen yang dibawa
ke dalam periode akuntansi berikutnya.
Hanya berisi saldo untuk laporan posisi keuangan permanen.
Semua akun sementara akan memiliki saldo nol.

SIKLUS AKUNTANSI
1. Analyze business transactions

9. Prepare a post-closing trial


2. Journalize the transactions
balance

8. Journalize and post closing


3. Post to ledger accounts
entries

7. Prepare financial 4. Prepare a trial balance


statements

6. Prepare an adjusted trial 5. Journalize and post adjusting


balance entries

Statement of Financial Position

A. Asset
1. Intangible Asset (Tak berwujud)

2. Property, Plant, and Equipment


Berguna dalam waktu yang lama
Saat ini digunakan dalam proses operasi
Terdapat penyusutan - mengalokasikan biaya aset hingga beberapa tahun
Akumulasi penyusutan - jumlah penyusutan yang dibebankan sejauh ini dalam
kehidupan aset.

3. Long-Term Investments
Investasi pada saham biasa dan obligasi perusahaan lain.
Investasi pada aset tidak lancar seperti tanah atau bangunan yang tidak digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasinya.
4. Current Assets
Aset yang diharapkan perusahaan dikonversi menjadi uang tunai atau digunakan dalam
waktu satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih lama.
Siklus operasi adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan dari pembelian persediaan
hingga pengumpulan uang tunai dari pelanggan.

B. Equity
Perizinan - satu akun modal.
Kemitraan - akun modal untuk masing-masing pasangan.
Korporasi - Modal Saham dan Saldo Laba.

C. Liabilities
1. Non Current Liabilities
Kewajiban sebuah perusahaan untuk membayar setelah satu tahun.

2. Current Liabilities
Kewajiban perusahaan akan membayar dalam tahun depan.
Biasanya notes payable harus dibayar pertama, diikuti oleh hutang dagang atau item
lainnya mengikuti urutan besarnya.
Likuiditas - kemampuan membayar kewajiban diperkirakan akan jatuh tempo di
tahun depan.

Reversing Entries

Hal ini sering membantu untuk membalikkan beberapa penyesuaian sebelum mencatat
transaksi reguler pada periode berikutnya.
Perusahaan melakukan pembalikan pada awal periode akuntansi berikutnya.
Setiap entri pembalikan adalah kebalikan dari entri penyesuaian yang dibuat pada periode
sebelumnya. Penggunaan entri pembalikan tidak mengubah jumlah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan.

Contoh Reversing Entries

Untuk menggambarkan penggunaan opsional entri pembalikan untuk biaya yang masih harus
dibayar, kita akan menggunakan biaya transaksi untuk Periklanan Yazici A.S.

26 Oktober (gaji awal): Perintis membayar 4.000 dari gaji dan upah yang diterima antara
tanggal 15 Oktober dan 26 Oktober.
31 Oktober (adjusting entry): Gaji dan upah yang diterima antara tanggal 29 Oktober dan
31 Oktober adalah 1,200. Perusahaan akan membayarnya dalam daftar gaji 9 November.
9 November (gaji berikutnya): Gaji dan upah yang dibayarkan adalah 4.000. Dari jumlah
ini, 1,200 berlaku untuk gaji dan hutang yang harus dibayar dan 2.800 diperoleh antara
tanggal 1 November dan 9 November.
Reversing Entries
(per appendix)

Initial Salary
Oct. 26 Same entry
Entry
Adjusting Entry
Oct. 31 Same entry
Closing Entry
Oct. 31 Same entry
Reversing Entry
Nov. 1 Salaries and Wages Payable 1,200
Salaries and Wages Expense 1,200
Subsequent Salary Entry
Nov. 9 Salaries and Wages Expense 4,000
Cash 4,000
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

Siklus akuntansi perusahaan jasa dan dagang


(Service and Merchandising Company)

Perusahaan dagang menggunakan sistem persediaan abadi(Perpetual System) atau sistem


persediaan berkala(Periodic System) untuk memperhitungkan persediaan. Secara umum,
perusahaan dagang cenderung menggunakan sistem akuntansi perpetual,

KEUNTUNGAN DARI SISTEM PERPETUAL

1. Secara tradisional digunakan untuk barang dagangan dengan nilai unit tinggi.
2. Menunjukkan kuantitas dan biaya persediaan yang harus di tangan setiap saat.
3. Menyediakan kontrol yang lebih baik atas persediaan daripada sistem periodik.

Pencatatan Pembelian Barang Dagangan

1. Dibuat dengan menggunakan uang tunai atau kredit (on account).


2. Biasanya dicatat saat barang diterima dari penjual.
3. Pembelian faktur harus mendukung setiap pembelian dengan cara kredit.
CONTOH PENCATATAN PEMBELIAN BARANG :

Sauk Stereo (pembeli) menggunakan faktur pembelian faktur penjualan yang disiapkan oleh PW
Audio Supply, Inc. (penjual). Siapkan entri jurnal untuk Sauk Stereo untuk faktur dari PW Audio
Supply.

May Inventory 3800


Account Payable 3800

BIAYA PENGIRIMAN (FREIGHT COST)

FOB Shipping Point


Kepemilikan barang masuk ke pembeli saat pembawa umum menerima barang
dari penjual.

FOB Destination
Kepemilikan barang tetap dengan penjual sampai barangnya sampai ke pembeli.

*Biaya pengangkutan
yang dikeluarkan oleh
penjual adalah biaya
operasional.

Contoh pencatatan biaya


pengiriman(Freight Cost)
Asumsikan pada saat pengiriman barang pada tanggal 6 Mei, Sauk Stereo membayar
Perusahaan Pengangkutan Publik 150 untuk biaya pengiriman, pencatatannya adalah
May Inventory 150
Cash 150
Asumsikan persyaratan pengiriman barang mengharuskan Sauk Stereo untuk membayar
termasuk biaya pengangkutan kepada perusahaan, pencatatan adalah:

May Freight-Out(Delivery Expense) 150


Cash 150
PURCHASE RETURNS AND ALLOWANCES

Pembeli mungkin tidak puas karena barang rusak atau rusak, dengan kualitas yang rendah, atau
tidak memenuhi spesifikasi.

Maka akan menghasilkan pencatatan dengan nama Purchase Return dan Purchase Allowance

1. Purchase Return : Pengembalian barang untuk kredit jika penjualan dilakukan secara kredit, atau
untuk pengembalian uang jika pembelian dilakukan dengan uang tunai.

2. Purchase Allowance : Pembeli memilih untuk menyimpan barang dagangan jika penjual akan
memberikan penurunan harga beli.

Contoh pencatatan pengembalian barang :

Asumsikan Sauk Stereo mengembalikan barang seharga 300 ke PW Audio Supply pada
tanggal 8 Mei.

May 8 Accounts Payable 300

Inventory 300

DISKON PEMBELIAN

Persyaratan kredit memungkinkan pembeli untuk mengklaim diskon tunai untuk


pembayaran.

Contoh istilah kredit adalah 2/10, n/30

2/10, n/30 1/10 EOM n/10 EOM

Diskon 2% jika dibayarkan Diskon 1% jika dibayarkan harga bersih jatuh tempo
dalam waktu 10 hari, jika dalam 10 hari pertama dalam 10 hari pertama bulan
tidak, maka harga bersih bulan depan. depan.
akan dibayarkan dengan
periode jatuh tempo dalam
30 hari dari saat pembelian.

Contoh pencatatan diskon


Asumsikan Sauk Stereo membayar saldo sebesar 3.500 (harga faktur kotor sebesar 3.800
dikurangi pengembalian pembelian sebesar 300) pada tanggal 14 Mei, tepat di hari terakhir
periode diskon. Siapkan entri jurnal Sauk Stereo pada tanggal 14 Mei untuk mencatat pembayaran.

May 14 Accounts Payable 3500

Inventory 70

Cash 3430

*Discount = 3500 x 2% = 70

Jika Sauk Stereo gagal mengambil potongan harga, dan kemudian melakukan pembayaran penuh
sebesar 3.500 pada tanggal 3 Juni, entri jurnalnya adalah:
June 3 Accounts Payable 3,500
Cash 3,500

T-ACCOUNT TRANSAKSI DALAM INVENTORY DAGANG

Inventory
Debit Credit
th th
4 - Purchase 3,800 300 8 - Return
th
th
150 70 14 - Discount
6 - Freight-in
Balance 3,580

Contoh Soal :

Pada tanggal 5 September, Perusahaan Zhu membeli barang dagangan dari Perusahaan Gao.
Harga jual barang adalah 15.000, dan biaya untuk Gao Company adalah 8.000. Pada tanggal 8
September, Zhu mengembalikan barang cacat dengan harga jual 2.000. Catat transaksi di buku
Zhu Company.
Sept. 5 Inventory 15,000
Accounts Payable 15,000

Sept. 8
Accounts Payable 2,000
Inventory 2,000
PENCATATAN PENJUALAN BARANG (RECORDING SALES OF MERCHANDISE)

Cash or Accounts Receivable XXX


Harga jual
Sales Revenue XXX

Cost of Goods Sold XXX Biaya


Inventory XXX

PW Audio Supply mencatat penjualan sebesar 3.800 pada tanggal 4 Mei ke Sauk Stereo secara
tunai sebagai berikut (asumsikan biaya barang dagang Perlengkapan Audio PW 2.400).
May 4 Accounts Receivable 3,800
Sales Revenue 3,800
4 Cost of Goods Sold 2,400
Inventory 2,400

PENGEMBALIAN PEMBELIAN BARANG DAN PENGURANGAN HARGA

Contoh pencatatan :

Siapkan entri PW Audio Supply akan membuat untuk mencatat kredit untuk barang yang
dikembalikan dengan harga jual 300 (dengan biaya 140). Asumsikan barang tidak rusak.
May 8 Sales Returns and Allowances 300
Accounts Receivable 300

8 Inventory 140
Cost of Goods Sold 140

Asumsikan barang yang dikembalikan cacat dan memiliki nilai sisa sebesar 50, PW Audio
akan membuat catatan berikut:
May 8 Sales Returns and Allowances 300
Accounts Receivable 300
8 Inventory 50
Cost of Goods Sold 50

DISKON PENJUALAN

Asumsikan Sauk Stereo membayar saldo sebesar 3.500 (harga faktur sebesar 3.800
dikurangi pengembalian pembelian dan diskon sebesar 300) pada tanggal 14 Mei, di hari terakhir
periode diskon. Siapkan pencatatan jurnal PW Audio Supply untuk mencatat penerimaan pada
tanggal 14 Mei.
May 14 Cash 3,430
* [(3,800 300) X 2%]
Sales Discounts 70 *
Accounts Receivable 3,500
Contoh soal :

Pada tanggal 5 September, Perusahaan Zhu membeli barang dagangan dari Perusahaan Gao.
Harga jual barang adalah 15.000, dan biaya untuk Gao Company adalah 8.000. Pada tanggal 8
September, Zhu mengembalikan barang cacat dengan harga jual 2.000 dengan nilai wajar barang
adalah 300. Catat transaksi di buku Gao Company.

Sept. 5 Accounts Receivable 15,000


Sales Revenue 15,000

Sept. 5
Cost of Goods Sold 8,000
Sept. 8 Sales Returns and Allowances 2,000
Inventory 8,000
Accounts Receivable 2,000

Sept. 8 Inventory 300


Cost of Goods Sold 300

JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG


Misalkan PW Audio Supply memiliki keseimbangan yang tidak disesuaikan sebesar 40,500
dalam Merchandise Inventory. Melalui hitungan fisik, PW Audio menentukan bahwa persediaan
barang dagangannya pada akhir tahun adalah 40.000. Perusahaan akan membuat entry adjusting
sebagai berikut.

Cost of Goods Sold 500


Inventory 500

JURNAL PENUTUP

Contoh soal :

Neraca saldo Toko Kenakan Olahraga Celine pada tanggal 31 menunjukkan Persediaan(Inventory)
$ 25.000, Pendapatan Penjualan(Sales Revenue) 162.400, Retur Penjualan dan Tunjangan(Sales
Returns and Allowances) 4.800, Diskon Penjualan(Sales Discounts) 3.600, Harga Pokok
Penjualan(Cost of Goods Sold) $ 110.000, Pendapatan Sewa(Rent Revenue) 6.000, biaya
pengiriman barang(Freight-Out) 1800, Biaya Sewa(Rent Expense) 8.800, dan Beban Gaji dan
Upah(Salaries and Wages Expense) 22.000. Siapkan entri penutup untuk akun di atas.

Dec. 31 Sales Revenue 162,400


Rent Revenue 6,000
Income Summary 168,400
Dec. 31 Income Summary 151,000
Cost of Goods Sold 110,000
Sales Returns and Allowances 4,800
Sales Discounts 3,600
Freight-Out 1,800
Rent Expense 8,800
Salaries and Wages Expense 22,000

BENTUK LAPORAN KEUANGAN


1. Income Statement

Laporan laba rugi merupakan sumber informasi utama untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.

*Gross Profit

*Other income and expense

COMPREHENSIVE INCOME
PERSEDIAAN(INVENTORY) DALAM LAPORAN POSISI KEUANGAN(STATEMENT OF FINANCIAL
POSITION)
KLASIFIKASI AKUN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Reversing Entries
Example
PENGANTAR ILMU EKONOMI
ILMU EKONOMI

Studi mengenai bagaimana masyarakat mengatur sumber daya yang langka


Mempelajari mengenai
o Bagaimana mengambil keputusan
o Bagaimana berinteraksi dengan orang lain
o Bagaimana menganalisis kekuatan dan kecenderungan yang mempengaruhi
ekonomi secara keseluruhan

KELANGKAAN ( SCARCITY )

Kelangkaan erat kaitannya dengan keterbatasan atau ekonomis, yang merupakan lawan
dari tidak terbatas atau bebas.

Sumber daya ekonomi bersifat terbatas, sehingga produksi terhadap barang dan jasa juga
terbatas.

Tanpa adanya intervensi pemerintah (ekonomi klasik/ekonomi pasar bebas) permasalahan


terkait kegiatan ekonomi dapat diselesaikan dengan mekanisme harga.

TEORI MIKROEKONOMI

Teori mikroekonomi mempelajari perilaku ekonomi dari unit pengambil keputusan


individu seperti konsumen, pemilik modal, dan perusahaan.

Diagram Arus Kegiatan Ekonomi

PASAR, FUNGSI DAN EKUILIBRIUM

Pasar adalah tempat atau konteks dimana penjual atau pembeli menjual atau membeli
barang dan jasa.

Fungsi menunjukkan hubungan antara 2 variabel atau lebih. Hal ini menunjukkan
bagaimana nilai satu variabel (terikat) diperkirakan dengan menentukan nilai variabel-
variabel prediktor (independen).

Ekuilibrium merupakan suatu keseimbangan pada kondisi pasar dimana jika sudah
tercapai akan cenderung bertahan.

Ekuilibrium pasar terjadi ketika tingkat permintaan dan tingkat penawaran berada dalam
keseimbangan.

SEPULUH PRINSIP EKONOMI


(Bagaimana masyarakat membuat keputusan.)

1. Orang menghadapi Trade-off


Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, kita biasanya harus mengorbankan
sesuatu lain. Ketika kita memiliki banyak tujuan, sebagian tujuan harus kita lepaskan demi
mengejar tujuan tertentu yang paling kita inginkan. Membuat keputusan menghadapkan
kita para pertukaran (trade-off), merelakan sesuatu untuk satu tujuan.
Efficiency berarti masyarakat mendapatkan manfaat yang optimal atas penggunaan
sumber daya yang langka. Equity berarti manfaat dari sumber-sumber daya tersebut
didistribusikan secara adil di antara anggota masyarakat.
2. Biaya adalah apa yang Anda korbankan untuk mendapatkan sesuatu.
Mengambil keputusan harus membandingkan biaya dan manfaat dari alternatif yang
akan dilakukan. Misal, apakah memilikih kuliah atau bekerja? Biaya kesempatan
(opportunity cost) dari sesuatu adalah hal-hal yang harus Anda korbankan untuk
mendapatkannya.
3. Orang rasional berpikir pada batas-batas.
Perubahan marginal (marginal changes) menjelaskan penyesuaian-penyesuaian
terhadap suatu rencana kerja yang sudah ada sebelumnya. Orang membuat keputusan slalu
berpikir secara bertahap, dengan cara membandingkan keuntungan marginal dan biaya
marginal.
4. Orang tanggap terhadap insentif.
Perubahan marginal dalam costs dan benefits memotivasi orang untuk meresponnya.
Perilaku setiap orang juga akan berubah setiap perhitungan costsdan benefits. Artinya kita
tanggap terhadap insentif. Keputusan untuk memilih suatu alternatif dari yang ada terjadi
ketika keuntungan marginal (marginal benefits) pilihan tersebut lebih besar daripada biaya
marginal (marginal costs)nya.

(Bagaimana Orang Berinteraksi)

5. Perdagangan menguntungkan semua pihak.


Perdagangan antara dua Negara akan menguntungkan keduanya. Competition
results in gains from trading (Perdagangan menyebabkan orang/Negara berspesialisasi
dalam keahlian mereka).
6. Pasar adalah tempat yang baik untuk mengorganisasikan kegiatan ekonomi.
Market economy adalah suatu jenis perekonomian yang mengalokasikan sumber
dayanya melalui keputusan-keputusan terdesentralisasi dari berbagai perusahaan dan
rumah tangga.
7. Pemerintah terkadang mampu meningkatkan hasil-hasil dari pasar.
Ketika terjadi kegagalan pasar (market failure) pemerintah dapat melakukan
intervensi di bidang ekonomi, yaitu untuk mendukung efficiency dan equity.

( Beragam kekuatan dan trend yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan)


8. Standar hidup suatu Negara bergantung pada kemampuannya menghasilkan barang dan
jasa.
Standard of living dapat diukur dalam hal perbedaan :
- Perbandingan pendapatan perorangan (pendapatan perkapita).
- Perbandingan nilai total produksi nasional (PDB).
Hampir semua variasi antara standar-standar hidup dapat dikaitkan dengan
perbedaan produktivitas (productivity). Productivity adalah besarnya jumlah barang yang
dihasilkan dari satu jam kerja seorang pekerja.
9. Harga-harga meningkat jika pemerintah mencetak uang terlalu banyak.
Inflation adalah peningkatan harga secara keseluruhan dalam suatu perekonomian.
Salah satu penyebab inflasi adalah pertumbuhan jumlah uang. Ketika pemerintah mencetak
uang dalam jumlah yang besar, nilai uang itu sendiri akan turun.
10. Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran.
Philips Curve menunjukkan trade-off antara inflasi dan pengangguran: Penurunan
inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah pengangguran.

DEMAND, SUPPLY AND EQUILIBRIUM

Permintaan Individu terhadap Suatu Barang

Jumlah barang yang ingin dibeli oleh individu pada suatu waktu tertentu bergantung pada harga,
pendapatan, harga barang lain, selera individu.
Dengan mengasumsikan pendapatan, harga barang lain dan selera inividu bersifat konstan
(ceteris paribus), kita bisa mengukur tingkat permintaan terhadap suatu barang
Gambaran tingkat permintaan individu dapat direpresentasikan dalam suatu kurva permintaan

Semakin rendah harga barang x, semakin besar jumlah permintaan individu terhadap
barang x.

Pergeseran Kurva Permintaan


Jika terjadi perubahan pada kondisi ceteris paribus, kurva permintaan akan bergeser.
Contoh: Perubahan pendapatan individu
Permintaan Pasar Terhadap Suatu Barang
Pasar atau permintaan agregat untuk suatu barang memberikan pilihan jumlah barang yang
diminta pada berbagai tingkat harga untuk seluruh individu di pasar.

Produsen Tunggal Suatu Barang


Jumlah barang yang bersedia diproduksi oleh produsen tunggal pada suatu waktu
tertentu bergantung pada harga,dan biaya faktor produksi.
Dengan mengasumsikan biaya faktor produksi bersifat konstan (ceteris paribus), kita
bisa mengukur tingkat penawaran produksi suatu barang
Gambaran tingkat produksi produsen tunggal dapat direpresentasikan dalam suatu
kurva penawaran

Semakin rendah harga barang x, semakin sedikit jumlah penawaran produsen untuk
barang x.

Pergeseran Kurva Penawaran

Jika terjadi perubahan pada kondisi ceteris paribus, kurva penawaran akan bergeser.

Contoh: Perubahan harga faktor produksi


Penawaran Pasar Terhadap Suatu Barang

Pasar atau Penawaran agregat untuk suatu barang memberikan pilihan jumlah barang yang
ditawarkan pada berbagai tingkat harga untuk seluruh individu di pasar.

Ekuilibrium

Equilibrium mengacu pada kondisi pasar yang, sekali dicapai, cenderung bertahan.

Dalam ekonomi, ekuilibrium terjadi ketika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah
barang yang ditawarkan pada pasar di periode waktu yang sama.

Equilibrium dapat ditentukan dengan perhitungan matematis


Dengan substitusi, bisa didapatkan nilai jumlah barang equilibrium:

Pergeseran Permintaan, Penawaran dan Ekuilibrium

Jika kurva permintaan pasar atau penawaran pasar atau keduanya bergeser, titik
ekuilibrium akan bergeser.

PENGANTAR ILMU EKONOMI

ELASTISITAS

Elastisitas

Salah satu pokok penting dalam fungsi permintaan dan penawaran adalah derajat
kepekaan atau elastisitas jumlah barang yang diminta atau yang ditawarkan karena terjadinya
perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya.

Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta
akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.

2 1
1 2 1 1
= 2 1 atau =
2 1 1
1

| | > 1 disebut elastis

| |< 1 disebut inelastis

| |= 1 disebut unitary elastis


| |= 0 disebut inelastis sempurna

| |= disebut elastis sempurna

Elastisitas : Metode Titik Tengah


( )
( + )
Elastisitas Harga Permintaan =
()

(( + ))

( ) ( +)
= ( .
+) ( )

Ada 4 konsep elastisitas, antara lain :

1. Elastisitas harga permintaan (Ed)

2. Elastisitas harga penawaran (Es)

3. Elastisitas silang (Ec)

4. Elastisitas pendapatan (Ey)

P1 P1
P2 P2

Q1 Q2 Q1 Q2
( | |> 1 elastis ) ( ||< 1 inelastic )

P1
P2

Q1 Q2 Q
( | |= 0 inelastis sempurna )
( | |= 1 unitary elastis )
P

( | |= elastis sempurnaQ)

Contoh kasus elastisitas :

Diketahui apabila harga barang X Rp 500, maka permintaan sebanyak 100 unit. Turunnya
harga barang X tersebut menjadi Rp 400, menyebabkan naiknya jumlah barang yang diminta
menjadi 150 unit. Berapakan besarnya koefisien elastisitas permintaan barang X tersebut?

Jawab :

500
= - 2,5 (tanda minus hanya
400
menunjukan arah perubahan yang
negatif yaitu sifat hubungan antara
harga dan kuantitas berlawanan
arah)
| | = 2,5 > 1 ELASTIS

100 150
ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA

Kasus 1. Harga Menurun

1. Jika waktu harga beras Rp. 4.000/Kg , jumlah beras yang dibeli

konsumen adalah 10.000 Kg sedangkan pada waktu harga beras Rp. 3.000/Kg, jumlah
beras yang dibeli konsumen adalah 15.000 kg. Nilai Koefisien elastisitas yang diperoleh adalah ?

Kasus 2. Harga Meningkat

2. Jika harga beras naik dari Rp. 3.000/Kg menjadi Rp. 4.000/Kg dan oleh karenanya permintaan
berkurang dari 15.000 Kg menjadi 10.000 Kg ?

Penyelesaian

Kasus 1
Kesimpulan kasus 1
Nilai koefisien elastisitas permintaan beras di atas adalah 2.
Artinya adalah nilai tersebut berarti bahwa perubahan harga
sebanyak 1% menimbulkan perubahan permintaan sebanyak 2%.
Pengurangan harga sebanyak 25% (Rp. 1.000/Rp. 4.000) menambah
permintaan sebanyak 50% (5.000 Kg/ 10.000 Kg).
Kasus 2

Kesimpulan kasus 2
| |= 1 unitary elastis
Kenaikan harga sebanyak 1% menurunkan permintaan beras
sebanyak 1%.

ELASTISITAS PENAWARAN

Elastisitas penawaran (Es) yaitu persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan
akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri

2 1 2 1
1 = 1
= atau 2 1 1
2 1
1

Kurva Elastisitas Penawaran

Penawaran Inelastis Sempurna ( = 0) Penawaran Inelastis ( < 1)


Penawaran Unitary Elastis ( = 1) Penawaran Elastis ( > 1)

Penawaran Elastis Sempurna ( = )


Contoh :

Pada saat harga Rp. 5.000,00 per unit, jumlah barang yang ditawarkan 20 unit. Kemudian harga
turun menjadi Rp. 4.500,00 perunit dan jumlah barang yang ditawarkan menjadi 10 unit.
berdasarkan data tersebut besarnya koefisien elastisitas penawarannya adalah.
Jawaban

Dari data diketahui :


P1 = 5.000 Q1 = 20
P2 = 4.500 Q2 = 10

2 1 1
=
21 1

1020 5.000
= =5
4.5005.000 20

Nilai = 5 > 1, menunjukan penawaran elastis. Untuk setiap 1% perubahan harga, produsen akan
meningkatkan penawarannya sebesar 5%.

ELASTISITAS SILANG PERMINTAAN

Koefisien yang menunjukan besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang,


apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain.

Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat
penghubung diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Besarnya elastisitas silang (xy)
dapat dihitung berdasarkan pada rumus berikut:
%
=
%
2 1 1
=
2 1 1
Besarnya nilai elastisitas akan menunjukkan bentuk hubungan antara barang x dengan
barang y.

> 0 = Barang subsitusi

Contoh: kenaikan harga beras menyebabkan permintaan gandum meningkat


< 0 = Barang komplementer

Contoh: kenaikan harga gula menyebabkan permintaan kopi menurun

ELASTISITAS PENDAPATAN

Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap


sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan pembelian
%
=
%
2 1 1
=
2 1 1
Barang inferior = Negatif
Jumlah yang diminta menurun begitu pendapatan naik

Barang Normal = Positif


Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik

PENAWARAN, PERMINTAAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

Batasan Harga dan Hasil Akhir Pasar

Pajak dan Hasil Akhir Pasar


Pajak Penghasilan

Elastisitas dan Pembagian Beban Pajak

Penawaran Elastis, Permintaan Inelastis


Penawaran Inelastis, Permintaan El

Bab 4
Prilaku Konsumen
1. Asumsi-asumsi utama prilaku konsumen
Barang (Commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Barang yang dikonsumsimempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin
besar manfaat yang diperoleh.
Utilitas (Utility)
Utilitas adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunaannya
dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen.
Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan
utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin menurun,
bahkan menjadi negatif. Gejala itu disebut sebagai Hukum Pertambahan Manfaat yang
Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility).
Konsistensi Preferensi (Transitivity)
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas
pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan
preferensi konsumen, yaitu lebih suka dan atau sama-sama disukai. Misalnya ada dua
barang, maka konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama
disukai seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.
Secara indivudial atau perilaku pelaku pelaku ekonomi, tujuan yang ingin dicapai
dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya setiap kebutuhan hidup
dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Pendekatan utilitas cardinal
Asumsi pendekatan kardinal adalah kepuasan konsumsi dapat diukur dengan
satuan ukur, util. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan Terjadi hukum
The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.
Bahwa kepuasan seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga
dapat diukur. Pengukuran kepuasan diukur dengan satuan Util. Marginal Utility of money
constant dan Marginal Utility barang-barang konsumsi menurun, hal ini menganut Hukum
Gossen I (Law of Deminishing Marginal Utility ) yaitu semakin banyak satuan barang yang
dikonsumsi oleh konsumen maka semakin kecil tambahan/ marginal kepuasan yang
diperoleh konsumen atau bahkan nol / negatif.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh
dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai
dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).
Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang
semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

Asumsi seorang konsumen:


1. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.
2. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
3. Terdapat kendala anggaran

Contoh sangat sederhana : Orang yang minum air saat dehidrasi akan merasakan tingkat
kepuasan yang tinggi (karena dia akan merasa sangat puas kalau minum air disaat
dehidrasi), dari pada orang yang normal, dan orang yang minum air saat kembung akan
merasakan tingkat kepuasan yang rendah (karena dia akan merasa tersiksa kalau minum air
disaat kembung).
Contoh : Kurva TU(Total Utility) dan MU(Marginal Utility)

Hubungan TU dan MU ditunjukkan dengan TU akan meningkat bilamana MU>0


(positif) dan TU maksimum pada saat MU = 0 selanjutnya TU akan menurun jika MU<0
(negatif), sehingga bila dibuat kurva dari contoh disamping adalah:
3. Pendekatan utilitas ordinal
Asumsi pendekatan ordinal mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa
dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai
tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang
sama.
Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat
kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal
berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan
urutan dari hasil pembandingan tersebut.
Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan,
pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus,
sangat bagus, paling bagus.
Asumsi dasar seorang konsumen adalah :
1. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking
kebutuhan yang dimilikinya.
2. Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.
3. Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya
semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya
tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang disebut dengan indeferent
kurve, dengan ciri-ciri:
1. Berlereng/Slope Negatif
2. Cembung ke titik Origin (0.0)
3. Tidak saling berpotongan
Contoh :

Kondisi Keseimbangan Konsumen dan Kurva Permintaan Konsumen

Secara teoritis, konsumen akan memperoleh kepuasan total (TU) maksimum pada saat
harga (P) sama dengan tambahan kepuasan (MU).

TUx max Px = MUx

MUx = Px ; jika Px =4 TUx = 16Qx Qx 2

16 2Qx = 4 = 16(6) - 62

2Qx = 16 4 = 96 36

Qx = 6 = 60

Kurva MU dan Kurva Permintaan terhadap barang X

Kurva Permintaan Individu dan Kurva Permintaan Pasar


Permintaan pasar adalah akumulasi (penjumlahan) dari permintaan-permintaan individual
dari suatu barang X.
Surplus Konsumen
Adalah selisih diantara harga tertinggi dari kemampuan konsumen untuk meminta sejumlah
barang dengan harga pasar yang lebih rendah dengan jumlah barang yang diminta lebih
banyak.

Realitas Model Utilitas Kardinal

Asumsi tentang utilitas suatu barang sangat sulit diterapkan.


Rasionalitas konsumen terpengaruh oleh sikap emosional konsumen, seperti; pengaruh
iklan, lingkungan, gengsi .
Konsumen memutuskan membeli produk jika harga dan manfaat produk sama atau
sebanding.
Atribut suatu barang sebagian dapat diukur dengan kualitas dan harga produk.

Asumsi-asumsi model kurva indiferens

Model utilitas secara ordinal (kepuasan konsumen tidak dapat diukur dalam satuan
apapun)
Utilitas Konsumen = f (barang X, Y, Z, )
Keseimbangan kepuasan konsumen Y MUx
MRSxy
X MUy
Maksimisasi Kepuasan konsumen dibatasi garis anggaran (budget line)
Bentuk Kurva Indiferens

Kurva Indiferens biasa juga disebut Kurva kepuasan sama

Karakteristik Kurva Indiferens


1. Menunjukkan kepuasan sama diantara semua produk yang dikonsumsi.
2. Preferensi kepuasan konsumen bertingkat secara konsisten.
3. Kepuasan konsumen ditandai dengan semakin banyaknya barang yang dikonsumsi.
4. Kepuasan konsumen dicapai dari setiap kombinasi barang yang menghasilkan kepuasan
total

Ciri-ciri Kurva Indiferens.

Turun dari kiri atas ke kanan bawah untuk kombinasi antara barang X dan Y.

Mempunyai slope yang negatif, cembung ke arah origin.

Tidak saling berpotongan.

Kumpulan kurva indiferens menjadi kurva indiferens map.

Karakteristik dan ciri-ciri Kurva Indiferens


Marginal Rate of Substitution (MRS)
Menunjukkan jumlah barang Y yang rela dikurangi disebabkan konsumen menambah
jumlah barang X.

Garis Anggaran (Budget Line)


Merupakan batasan (constrain) kemampuan konsumen, secara umum satuan uang (M)
Px(Qx) + Py(Qy) M
jika konsumen ingin menggunakan semua anggaran yang tersedia
Px(Qx) + Py(Qy) = M

Kurva Anggaran dan Perubahan Anggaran


Menentukan Jumlah Kepuasan Konsumen

Keseimbangan konsumen

Pada titik singgung antara kurva indiferens konsumen dengan garis anggaran.

Secara matematis; slope kurva kurva indiferens sama dengan slope kurva garis anggaran,
(-Px/Py) Px
MRSxy
Py
MUx Px

MUy Py
Px MUx Y
MRSxy
Py MUy X

Pengaruh Perubahan Pendapatan Konsumen terhadap Keseimbangan Konsumen


Income Consumption Curve (ICC), kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan
kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.

Kurva Engel, menunjukkan hubungan antara pendapatan konsumen dengan jumlah barang
yang dikonsumsi
Pengaruh Perubahan Harga terhadap Keseimbangan Konsumen
Price Consumption Curve (PCC), kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh
konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada
berbagai tingkat harga.
Kurva permintaan konsumen individual diturunkan dari titik-titik pada kurva PPC,
menggambarkan jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.

Efek Pendapatan dan Efek Substitusi


Efek Substitusi, bilamana terjadi kenaikan harga barang X akan menyebabkan naiknya
permintaan barang Y.
Efek Pendapatan, Naiknya harga barang X berakibat penurunan relatif pendapatan
konsumen.

Barang Inferior, Kenaikan pendapatan konsumen akan menurunkan jumlah barang X yang
diminta.
Barang Giffen, sifatnya menyerupai barang inferior, sifat khususnya adalah jika harga
barang inferior turun jumlah permintaan juga akan turun.

Menurunkan Kurva Permintaan: Model Kurva Indiferens


Barang Normal dan Superior, berlakunya hukum permintaan (hubungan negatif) dan efek
pendapatan berhubungan positif.
Barang inferior, berlaku hukum permintaan tetapi efek pendapatan negatif.

Barang Giffen, sifat sama dengan barang inferior, tetapi bertentangan terhadap hukum
permintaan.
Teori Produksi
5.1 Teori Produksi
Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari
jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu,
sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.

Input Aktivitas Output


(X , X , ) Produksi (Barang atau Jasa)
1 2

5.2 Fungsi Produksi

Model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input)
yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.

1. Fungsi Produksi Total (Total Product): TP


TP Q = f(L, K);
L = tenaga kerja, K = Modal
2. Produksi rata-rata (Average Product): AP
APL = TP/L atau APK = TP/K
TP = Produksi Total, L = tenaga kerja
3. Produksi Marjinal (Marginal Product): MP
MPL = TP/L atau MPK = TP/K

5.3 Model Produksi dengan Satu Faktor Produksi Variabel

Dalam Tabel diatas, produksi total (TP) pada awalnya meningkat dan mencapai maksimum
(15 unit) pada saat buruh yang dipekerjakan berjumlah 6-7 orang. Namun, setelah itu
pertambahan buruh justru menurunkan produksi total, karena roduksi marjinal (MP) sudah
negatif. Sehingga besarnya MP sangat mempengaruhi TP. Selama nilai MP>0, TP tetap
bertambah. Besaran nilai MP juga mempengaruhi besarnya produksi rata-rata (AP).
Pertambahan tenaga kerja dapat memperbesar nilai AP selama nilai MP>nilai AP sebelumnya.
5.4 Hubungan antara TP, AP, dan MP

5.5 The Law of Diminishing Return (LDR)


Hukum yang menyatakan berkurangnya tambahan output dari penambahan satu
unit input variabel, pada saat output telah mencapai maksimum.
Asumsi yang berlaku:
a. Hanya ada satu unit input variabel, input yang lain tetap.
b. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah.
c. Sifat koefisien produksi adalah berubah-ubah.

5.6 Tahap-Tahap Proses Produksi

Pada tahap I, pertambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun
produksi rata-rata. Karena hasil yang diperoleh dari tenaga kerja jauh lebih besar dari
tambahan upah yang harus dibayarkan maka perusahaan akan merugi di tahap ini. (slope
kurva TP yang meningkat tajam)
Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-
rata mengalami penurunan. Namun keduanya masih menunjukkan tren positif, sehingga
penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai
maksimum. (slope kurva TP datar, sejajar dengan sumbu horizontal).
Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi karena
penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total, sehingga perusahaan
mengalami kerugian. (slope kurva negatif).
Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya berproduksi di tahap II. Secara matematis,
perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja ketika tambahan biaya (marginal cost)
yang harus dibayar sama dengan tambahan pendapatan (marginal revenue), dalam hal ini
tambahan biaya untuk upah (wage)

5.7 Model Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel

Kurva Isokuan
Kurva yang menghubungkan titik kombinasi input untuk menghasilkan tingkat
output yang sama.
Contoh, untuk memproduksi 105 bal tekstil kita dapat menyediakan 4 buah mesin
dan 2 orang pekerja. Dapat digambarkan dengan kurva isokuan sebagai berikut.

Isokuan = 105 unit

Marjinal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Jumlah input L yang dapat disubstitusikan terhadap input K agar tingkat output yang
dihasilkan tidak berubah.
K MPL
MRTSLK
L MPK
Menunjukkan tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil sepanjang
pergerakan ke bawah kurva isokuan.

5.8 Kurva Anggaran Produksi (Isocost)

Anggaran tertinggi yang mampu disediakan produsen untuk membeli input yang
digunakan dalam proses produksi dihubungkan dengan harga input.
PKK + PLL C atau
PK K + P LL = C

Kurva Isocost dengan Perubahan Harga Input dan Perubahan Pendapatan

5.9 Keseimbangan Produsen

Q3
Q2
(a) Maksimalisasi Output Q1 (b) Minimalisasi Biaya

Keseimbangan Produsen terjadi apabila kurva I bersinggungan dengan kurva Q. Titik


persinggungan kedua faktor produksi akan menghasilkan hasil output yang maksimum.
Perubahan jumlah faktor produksi merupakan interaksi kekuatan efek subsitusi dan efek
skala produksi (output effect) dan analogis dengan perilaku konsumen. Karena itu produsen
juga mengenal faktor produksi inferior yaitu faktor produksi yang justru menurun apabila
kemampuan anggaran perusahaan/kemampuan memproduksi meningkat, contohnya
tenaga kerja, oleh karenanya perusahaan lebih menyukai untuk menambah barang (mesin).

Untuk mencapai keseimbangan, produsen melakukan prinsip efisiensi dengan


memaksimalisasi output atau meminimalisasi biaya. Prinsip maksimalisasi output yaitu
dengan anggaran yang ada, perusahaan harus mencapai output yang maksimal. Sedangkan,
prinsip minimalisasi biaya yaitu dengan target output yang ditetapkan, harus dicapai dengan
biaya yang seminimal mungkin.

5.10 Pola Jalur Ekspansi


Tujuan perusahaan adalah maksimalisasi laba, maka dari itu dalam jangka pendek
maupun panjang, perusahaan harus tetap mempertahankan efisiensinya. Diagram
menunjukkan keseimbangan awal dititik B bersinggungan dengan garis anggaran C 0 dengan
isokuan I0. Dalam jangka pendek jika perusahaan ingn mengubah kombinasi faktor produksi
seperti di titik C dengan isokuan yang sama, maka anggaran produksi harus diti ngkatkan
sampai ke C1 , output dapat dinaikkan menjadi I 1, dengan kombinasi penggunaan faktor
produksi dititik D.
Pada diagram pula menunjukkan bahwa garis A-S yang melewati titik-titik
keseimbangan produsen (B,D,.. dst) bila disambungkan terbentuk garis isoklin A-S. Garis
Isoklin A-S tidak lurus karena adanya perubahan faktor produksi.

5.11 Konsep Biaya Produksi

Salah satu maksimisasi keuntungan produsen/ perusahaan adalah dengan


minimisasi biaya produksi.Opporunity Cost, selisih biaya produksi tertinggi terhadap biaya
produksi alternatif atas sumber daya yang digunakan.
Biaya Eksplisit, pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk
penggunaan sumber daya dalam proses produksi.Sedangkan biaya Implisit, biaya ekonomi
perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi.

Hubungan Biaya Produksi dengan Hasil Produksi

Biaya = f (Q) dimana Q = Output


Output = f(X) dimana X = Input

Fungsi Biaya Produksi, hubungan input dan output (besarnya biaya produksi
dipengaruhi jumlah output, besarnya biaya output tergantung pada biaya atas input yang
digunakan).
Perilaku biaya produksi , dipengaruhi;
1. Karakteristik fungsi produksi
2. Harga input yang digunakan dalam proses produksi.
5.12 Analisis Biaya Produksi Jangka Pendek

3 konsep (fungsi) tentang biaya produksi, yaitu;


1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost), TFC = f
(Konstan).
1. Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost),
TVC = f (output atau Q).
2. Total Cost (Total Cost), TC = TFC + TVC

Biaya Rata-rata;
1. Average Fixed Cost, AFC = TFC/Q
2. Average Variabel Cost, AVC = AVC/Q
3. Average Cost,
TC TFC TVC
AC AFC AVC
Q Q
4. Biaya Marjinal (Marginal Cost); MC = TC/
Q.
Kurva penawaran jangka pendek perusahaan
kompetitif

5.13 Analisis Biaya Jangka Panjang (Long-run average cost atau LAC)

Proses produksi yang sudah tidak menggunakan input tetap, seluruh biaya produksi
adalah variabel. Perilaku biaya produksi jangka panjang; keputusan penggunaan input
variabel oleh perusahaan dalam jangka pendek. Fungsi biaya jangka panjang; Biaya rata-rata
jangka panjang (LAC), Biaya marjinal jangka panjang (LMC), yang diperoleh dari biaya total
jangka panjang (LTC).
Perilaku Biaya Jangka Panjang

Long-run average cost (LAC), menunjukkan biaya rata-rata terendah dari kombinasi
input yang digunakan untuk menghasilkan setiap tingkat output tertentu (least cost
combination).

Surplus Produsen dan Konsumen

Permintaan Pasar: Nilai yang didapat konsumen pada tiap barang.


Contoh, Kurva permintaan ketika Seseorang
mampu membeli 100 unit lampu dengan
harga $10 per unit.

5.14 Surplus Konsumen

Adalah ketika konsumen mampu membeli


suatu barang, misalnya lemari dengan harga Rp 500.000 dengan biaya yang konsumen
keluarkan sebenarnya dengan lemari yang sama dengan harga Rp 400.000, maka selisih Rp
100.000 adalah surplus konsumen.

Contoh, Surplus Konsumen pada turunnya tarif jasa provider untuk layanan telepon.

5.15

5.16 Surplus Produsen


Adalah ketika produsen laku menjual sebuah roti dengan harga Rp 50.000, padahal biaya
yang dikeluarkan untuk membuat roti tersebut oleh produsen dikeluarkan Rp 30.000. Maka,
selisih Rp 20.000 adalah surplus produsen.
Misal, sebuah produsen roti
dengan harga $12 per rotinya. Pada
suatu ketika terjadi kenaikan harga roti
dari $12 ke $18 per buah rotinya. Maka
surplus produsen ditunjukkan pada area
bewarna merah dengan $6 surplus
produsen.
5.17 Surplus Konsumen dan Surplus
Produsen pada Kompetisi Pasar
Sempurna

Surplus Konsumen pada Kompetisi Pasar Sempurna

Surplus Produsen pada Kompetisi Pasar Sempurna

5.18 Pengaruh Pajak dan Subsidi

1. Pajak
Pajak dalam sisi lain memberatkan karena membuat barang menjadi lebih mahal.
Namun, Pajak diperlukan untuk penerimaan negara sebagai modal negara menjalankan
fungsi-fungsinya.
Misal, pemerintah bermaksud
menarik pajak dari pasar sepeda motor,
dengan beban pajak sebesar T/unit yang
dibebankan kepada produsen. Pengenaan
pajak menyebabkan kurva penawaran
bergeser dari S0 ke S1 , sehingga
membentuk harga keseimbangan menjadi
P1, jumlah kesetimbangan menjadi Q1.

Akibatnya, konsumen kehilangan surplus


sebesar area (P1,B,A,P0), sedangkan area
(P0 ,A,C, P2 ) sebagai area surplus produsen
yang hilang karena pajak. Inilah yang
disebut tax incidence.
2. Subsidi
Subsidi dapat dikatakan sebagai pajak negatif, karena menambah pendapatan
nyata.
Misal, pada kasus pasar susu bayi
di Jakarta. Pemerintah bermaksud
menurunkan harga susu ke P 1, dengan
harga sekian permintaan meningkat
menjadi Q1 dan penawaran menurun
menjadi Q2 . Sadar akan kebijakan harga
tertinggi akan menimbulkan deadweight
loss, pemerintah pun menerapkan subsidi.
Besarnya subsidi sebesar P 1 P2 .

Bila subsidi diberikan kepada


konsumen, maka akan menggeser kurva
permintaan ke D1 sehingga harga
keseimbangan baru berada di E2. Dan bila, subsidi diberikan kepada produsen, akan
menggeser kurva penawaran ke S1 sehingga harga keseimbangan baru berada di E1.

5.19 Aplikasi Konsep Elastisitas pada Efisiensi Pasar

Pergeseran Beban Pajak (Tax Incidence)


1. Jika barang yang dikenakan pajak memiliki penawaran yang lebih elastis daripada
permintaannya.
Dalam hal ini mie instan yang dalam sisi
penawaran elastis dikarenakan sebagai produk
industri, dan permintaan yang inelastis karena
merupakan alternatif utama dari nasi.
Jika mie instan dikenakan pajak sebesar Rp
10.000 per dusnya, dengan jumlah
keseimbangan yang turun (500 ke 490) maka
kurva penawaran akan geser ke kiri. Sehingga
terbentuk titik keseimbangan baru dan surplus
konsumen yang hilang akibat pajak (area
bewarna biru) lebih besar dari surplus produsen yang hilang akibat pajak (area bewarna
merah).

2. Jika barang yang dikenakan pajak memiliki permintaan yang lebih elastis daripada
penawarannya.
Ketika anjloknya nilai mata uang rupiah
terhadap Dollar AS menyebabkan semakin
tingginya permintaan ekspor barang-barang
kerajinan lokal. Karena situasi tersebut,
pemerintah mengenakan pajak pada setiap
kerajinan tangan yang diekspor sebesar T per
unitnya. Agar tidak merugikan produsen yang
merupakan pengusaha UMKM, maka pajak
dibebankan pada konsumen.

Karena pajak sebesar Rp 10.000 tiap unit kerajinan, maka akan menggeser kurva
permintaan ke kiri. Sehingga menurunkan jumlah keseimbangan dari 500 unit ke 430 unit
saja dan terbentuk titik keseimbangan baru. Dan hilangnya surplus konsumen akibat pajak
sebesar Rp 3.000x430 unit dan hilangnya surplus produsen akibat pajak sebesar Rp
7.000x430 unit.

Teori Cobweb
Terjadi pada produk-produk pertanian yang berfluktuasi dari musim ke musim.
Misal pada musim I, produk pertanian dihasilkan sebesar Q1. Mengetahui bahwa
produk pertanian merupakan barang tak tahan lama (non durable), maka jumlah Q1 harus
habis pada musim itu juga dengan harga P1. Dalam musim selanjutnya, mungkin sekali para
produsen produk tersebut untuk berproduksi pada harga pasar (P1). Dengan jumlah panen
musim kedua sebesar Q2, dan harga tetap (P1), terjadi fluktuasi yang menyebabkan harga
berubah menjadi P2, begitupun seterusnya dengan harga P3 di musim ketiga, hingga
mencapai kestabilan harga yaitu pada Pe dan dalam jumlah panen sebesar Qe. Karena
berfluktuasi, maka membentuk sarang laba-laba yang dalam bahasa inggris disebut cobweb.

Bab 7
Pasar Persaingan Sempurna & Pasar Monopoli
1. Karateristik
a. Persaingan Sempurna
Bentuk organisasi pasar dimana terdapat banyak pembeli dan penjual dan
produk bersifat homogen.
Banyak Pembeli dan Banyak Penjual
Pembeli dan Penjual Penerima Harga
Produk Bersifat Homogen
Sumberdaya dgn Mobilitas Sempurna
Pelaku Ekonomi (penjual, pembeli) , mempunyai pengetahuan/Informasi
Sempurna
Contoh: Bursa Efek, Pasar Modal, Pasar Uang, Komoditas Pertanian
b. Monopoli
Bentuk organisasi pasar dimana hanya ada satu perusahaan yang menjual
produk yang tidak memiliki subtitusi dekat.
Penjual Tunggal dan Banyak Pembeli
Tidak ada Substitusi Produk
Hambatan dalam Mobilitas Sumberdaya, karena :
o Perusahaan menguasai sepenuhnya persediaan bahan baku yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang/jasa
o Paten & Hak Cipta
o Memiliki Skala Ekonomis Yang Tinggi: Monopoli Alami
o Adanya hak monopoli dari Pemerintah
Contoh: PLN, KAI, PERTAMINA

2. Permintaan dan Penawaran


a. Persaingan Sempurna
Harga produk ditentukan pada perpotongan antara kurva permintaan dan
kurva penawaran pasar produk tersebut
Perusahaan merupakan Price Takers karena harga ditentukan pasar dan
tidak memilik kekuatan mempengaruhi
Kurva Permintaannya berbentuk horizontal dan memiliki elastisitas tak
terhingga
Dibawah adalah contoh untuk menentukan harga dan kurva untuk pasar
persaingan sempurna :

Dengan QD : Quality Demand Jumlah permintaan


QS : Quality Supply Jumlah penawaran
P : Price Harga
b. Monopoli

Perusahaan Monopoli adalah Penentu Harga


Karena Merupakan penjual tunggal produk yang tidak memiliki subtitusi.
Kurva permintaannya (D) adalah memiliki kemiringan negatif
Kurva MR akan berada dibawah kurva D
Tingkat Output paling menguntungkan adalah pada saat MR = MC
Penentuan harga terbaik di capai pada saat P > MR
Titik impas, rugi dan untung tergantung pada ATC, dimana:
o P = ATC, tingkat harga & output terbaik
o P > ATC, Keuntungan
o P< ATC, Kerugian
3. Keseimbangan Perusahaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Jangka Pendek
i. Pasar persaingan sempurna
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan Laba
Dalam jangka Pendek beberapa input bersifat tetap dan
menanggung biaya tetap, terlepas produksi atau tidak
Meskipun dalam jangka pendek rugi, perusahaan dapat beroperasi
sepanjang kerugian lebih kecil daripada biaya tetapnya
Tingkat Ouput Terbaik bagi perusahaan adalah pada saat:

Pada saat MR (perubahan penerimaan total per 1 unit output atau


penjualan sama) dengan MC (tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh
produsen karena menambah memproduksi 1 unit ouput), sehingga Harga
sama dengan MR/kenaikan penerimaan total per 1 unit output, dengan kata
lain MR=MC=P
Pada saat MR > MC (output) : Perusahaan akan terus meningkatkan
penerimaan totalnya (TR) dibandingkan dengan biaya totalnya
sehingga laba total meningkat
(Laba masih bisa ditingkatkan
dengan cara meningkatkan
produksi / belum maksimal)
Pada saat MR < MC akan lebih
menguntungkan bila perusahaan mengurangi outputnya karena
perusahaan bisa menekan biaya total (Perusahaan sudah
mengalami kerugian karena biaya yang terlalu besar dibanding
produksi, jadi keuntungan maksimalnya terkurangi oleh kerugian

tersebut)
Pada saat MR = MC merupakan tingkat outputyang terbaik karena
memaksimalkan laba total (Produksi dengan Biaya sama sehingga
Laba maksimal / kemampuan untuk memproduksi dan biaya untuk
produksi sama sehingga resource yang terbuang sia-sia (MR<MC)
atau resource yang mengganggur (MR>MC)
ii. Monopoli
Kurva MR akan berada dibawah kurva D
Tingkat Output paling menguntungkan adalah pada saat MR = MC
Penentuan harga terbaik di capai pada saat P > MR
Titik impas, rugi dan untung tergantung pada ATC, dimana:
a. P = ATC, tingkat harga & output terbaik
b. P > ATC, Keuntungan
c. P< ATC, Kerugian
Keuntungan pasar monopoli berada di titik ACBF, dengan P > MR =
MC, dan P=ATC, ATC = Average Total Cost
b. Jangka panjang
i. Persaingan Sempurna
Dalam jangka panjang semua input dan biaya produksi bersifat
variabel
Tingkat output terbaik bagi perusahaan dalam jangka panjang
adalah pada saat:
P = MR = LMC = titik terendah LAC
P = Harga
MR = Marginal Revenue
LMC = Long Run Marginal Cost/Biaya Marginal jangka
Pendek
LAC = Long-run Average Cost/Biaya rata-rata jangka
panjang
SATC (Short-run Avarage Cost/Biaya total rata-rata jangka pendek)
menggambarkan tingkat skala pabrik perusahaan
Agar optimum SATC harus bersinggungan dengan LAC sehingga
SMC = LMC

ii. Monopoli
Dalam jangka panjang semua input dan biaya produksi adlah
variabel
Tingkat Ouput terbaik adalah pada saat P = LMC
Skala pabrik yang optimum adlah saat kurva SATC bersinggungan
dengan LAC pada tingkat output terbaiknya
Perusahaan Monopoli dapat menikmati laba ekonomis dalam
jangka panjang, karena dapat menghalangi masuknya pemain
baru keindustri
Karenanya perusahaan tidak perlu berproduksi pada titik
terendah LAC
4. Keunggulan dan Kelemahan
a. Persaingan Sempurna
i. Keunggulan
Harga jual barang dan jasa adalah yang termurah.
Jumlah output paling banyak sehingga rasio output per penduduk
maksimal (kemakmuran maksimal).
Masyarakat merasa nyaman dalam mengkonsumsi (produk yang
homogen) dan tidak takut ditipu dalam kualitas dan harga.
ii. Kelemahan
Kelemahan dalam hal konsumsi.
Banyak penjual pesaing
Konflik efisiensi-keadilan
b. Monopoli
i. Keunggulan
Menghindari Produk Tiruan dan Persaingan yang Tidak
Bermanfaat
Menimbulkan Skala Ekonomi yang Menurunkan Biaya Produksi
ii. Kelemahan
Adanya Ketidakadilan atau Kesenjangan dalam Pembagian
Pendapatan
Adanya Eksploitasi terhadap Konsumen dan Pekerja
Mengurangi Kesejahteraan Konsumen
Bab 8
Kompetisi Monopolistik dan Oligopoli
1. Karakteristik Pasar persaingan monopolistik
Merupakan campuran antara persaingan sempurna & Monopoli
Unsur persaingan sempurna berasal dari : Banyak Penjual dan Banyak Pembeli
Unsur Monopoli Berasal dari : Produk Terdiferensiasi
Sumberdaya dgn Mobilitas Sempurna
Bisa menentukan karakteristik produk dan beban penjualannya sendiri (ie: iklan)
Mampu menentukan harga dan kuantitas produknya sendiri
Contoh: Fast-food outlets, Handphone, Industri Ritel, Motor dll
2. Keseimbangan Jangka panjang dan pendek
a. Jangka Panjang
Dalam persaingan monopolistik tidak terdapat hambatan kepada firma-
firma baru. Maka keuntungan yang melebihi normal akan menyebabkan
pertambahan dalam jumlah firma di pasar. Sebagai akibatnya setiap firma akan
menghadapi permintaan yang semakin sedikit pada berbagai tingkat harga. Ini
berarti kemasukan firma baru akan menggeser kurva permintaan DD (dan tentunya
juga kurva hasil penjualan marginal MR) kesebelah kiri. Kemasukan firma baru dan
penggeseran kurva DD dan MR ke kiri, akan terus berlangsung sehingga firma hanya
memperoleh keuntungan normal saja.
b. Jangka Pendek
Oleh karena kurva permintaan adalah menurun sedikit demi sedikit, dan
sebagai akibatnya kurva MR tidak berimpit dengan kurva permintaan,
keseimbangan yang dicapai suatu firma dalam pasar persaingan monopolistis.
Dalam persaingan monopolistis, permintaan yang dihadapi firma adalah sebagian
dari keseluruhan permintaan pasar.

3. Pasar persaingan monopilistik dan pengaruhnya terhadap efisiensi ekonomi


Efisiensi Dalam Menggunakan Sumber Daya
Monopolistik ongkos produksi per unit lebih tinggi, harga barang lebih
tinggi, dan jumlah produksi lebih rendah (sehingga menyebabkan kapasitas
memproduksi yang digunakan adalah dibawah tingkat yang optimal).
Efisiensi dan Diferensiasi Produk
Barang yang diproduksikan secara efisien sehngga dapat dijual dengan
harga murah maupun harga yang lebih mahal tetapi masyarakat dapat menentukan
barang yang akan dikonsumsinya dari pilihan jenis barang yang lebih banyak, semua
itu tergatung pada value judgement masyarakat tersebut.
Perkembangan Tekhnologi dan Inovasi
Pada umumnya ahli ekonomi berpendapat bahwa bentuk pasar tersebut
memberikan dorongan yang sangat terbatas untuk melakukan perkembangan
teknologi.
Distribusi Pendapatan
Persaingan monopolistik mengakibatkan corak distribusi pendaptan yang
sama sifatnya seperti yang biasanya terdapat dalam persaingan sempurna, yaitu
distribusi pendapatan adalah seimbang.
4. Karakteristik pasar oligopoli
Hanya sedikit perusahaan dalam industri
Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi
Produknya homogen atau terdiferensiasi
Kompetisi non harga
5. Penyebab terbentuknya pasar oligopoly
Efisiensi skala besar
Teknologi padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam proses
produksi menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata minimum) baru tercapai bila
output yang diproduksi dalam skala yang sangat besar. (industri mobil, semen,
kertas, pupuk peralatan mesin).
Kompleksitas Manajemen
Karena kompetisinya harga dan non harga, kemampuan keuangan yang
besar saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri.Perusahaan
harus mempunyai kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu bertahan
dalam struktur industri yang persaingannya begitu kompleks.
6. Keseimbangan oligopolis Duopoli
Model Cournot

Model Edgeworth

Model Chamberlin
Model Kurva permintaan berlekuk

Model Kartel terpusat

Model Kartel berbagi pasar


Model kepemimpinan harga

Anda mungkin juga menyukai