Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“LAPISAN – LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT”


Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen Pengampu :
Ns. Amid Salmid. SKM. MKM.

Disusun Oleh :
1) Chindy anzellica (P17320320051)
2) Muthiah Suci Halimah (P17320320066)
3) Sahra Sahira (P17320320078)
4) Tria Kusmara (P17320320088)
5) Usep Priansyah (P17320320089)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2020
Jl. DR. Sumeru No. 116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111
Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan. Dengan
berbagai sumber referensi yang didapat akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Lapisan-lapisan sosial masyarakat dan
Norma/aturan dalam kehidupan masyarakat”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Antropologi Kesehatan.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing kami:
1. Ibu Nawati, APPD, M Kes
2. Bapak Amid Salmid, SKM, MKM
3. Bapak Riyanto, M. Kep. Sp. Kom
4. Dr. Anna S, M. Epid.
selaku dosen pembimbing  dalam proses pembuatan makalah ini.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah
bekerjasama dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat masih banyak kesalahan dan kekurangan karena
faktor batasan pengetahuan kami, maka kami dengan senang hati menerima kritik
dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Bogor, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A Latar Belakang.........................................................................................1
B Tujuan......................................................................................................1

BAB II ISI............................................................................................................2

A Lapisan – lapisan Sosial Masyarakat.......................................................2


B Terjadinya Lapisan Masyarakat...............................................................3
C Sifat Sistem Lapisan Masyarakat.............................................................5
D Kelas – kelas Lapisan Masyarakat...........................................................6
E Dasar Lapisan Masyarakat.......................................................................7
F Hal Unsur – unsur Lapisan Masyarakat...................................................8
G Lapisan Yang Sengaja Disusun...............................................................11
H Mobilitas Sosial.......................................................................................11
I Ciri – ciri Kelompok Sosial.....................................................................15
J Norma / Aturan Kehidupan Dalam Masyar.............................................17

BAB III PENUTUP.............................................................................................19

A Simpulan..................................................................................................19
B Saran........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah perbedaan individu

atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan seseorang pada

kelas-kelas sosial sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan

memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu

pada suatu lapisan sosial lainnya.

Dalam hal ini, stratifikasi sosial terbentuk dengan sendirinya dalam

proses pertumbuhan masyarakat. Pada dasarnya stratifikasi sosial terbagi

atas persamaan derajat yang dimiliki oleh suatu kelompok hingga

membentuk lapisan sosial di masyarakat.

Stratifikasi sosial sendiri memiliki sifat positif di masyarakat,

contohnya adalah stratifikasi sosial yang sengaja dibentuk untuk tujuan

bersama. Stratifikasi yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu

biasanya berkaitan dengan wewenang dan pembagian kekuasaan resmi

dalam organisasi formal atau politik.

Akhir-akhir ini sering timbul pertikaian karena perbedaan-

perbedaan kecil yang sedikit menyinggung masalah sosial dan juga

kesamaan derajat. Maka kami sebagai mahasiswa memiliki bentuk

kepedulian untuk memberikan kontribusi ini minimal dengan

menyusun makalah yang berkaitan dengan berbagai pengetahuan akan

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

1
B.        TUJUAN

1. Mengetahui Lapisan-lapisan Sosial Masyarakat

2. Mengetahui Norma/aturan dalam Kehidupan Masyarakat

BAB II

ISI

A. Lapisan-lapisan Sosial Masyarakat

Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara

bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam

masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat

yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di

bedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah.

Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki

banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.

Bentuk-bentuk lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam

masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya.

Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mengenal adanya

kehidupan bersama di dalam suatu organisasi bersama. Misalnya pada

masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih bersahaja.

Lapisan masyarakat mula-mula di dasarkan pada perbedaan seks,

perbedaan antara pemimpin dengan yang di pimpin, golongan budak dan

2
bukan budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu perbedaan

berdasarkan kekayaan.

B. Terjadinya Lapisan masyarakat

Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam

proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan

sengaja di susun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan

terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah

kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang

kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.

Secara teoritis, semua manusia di anggap sederajat. Akan tetap,

sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya

tidaklah dimikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang

merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.

Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam

masyarakat.

1. pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem dimikian

hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.

2. Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti sebagai berikut.

3
3. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan,

dan keselamataan.

4. Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.

5. Kriteria sistem pertentengan dapat berdasarkan kualitas pribadi,

keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, dan wewenang atau

kekuasaan.

6. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara

berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi.

7. Mudah sukarnya bertukar kedudukan.

8. Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang

menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat seperti:

 Pola-pola interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan

sebagainya).

 Kesamaan atau ketidaksamaan sistem kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.

 Kesadaran akan kedudukan masing-masing.

 Aktifitas sebagai organ kolektif.

Sistem lapisan masyarakat yang dengan sengaja di susun untuk

mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan

pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi

formal, seperti pemerintah, prusahaan, partai politik, angkatan bersenjata

atau perkumpulan.kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus

dalam sistem lapisan. Unsur tersebut memepunyai sifat yng lain dari uang,

tanah, benda-benda ekonomis, ilmu pengetahuan, atau kehormatan.

4
Akan tetapi, apabila suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur,

kekuasaan dan wewenang yang ada harus di bagi dengan teratur pula

sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan

wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horizontal. Apabila

kekuasaan dan wewenang tidak di bagi secara teratur, kemingkinan besar

sekali akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan

keutuhan masyarakat.

C. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Menurut Soekanto, S., dilihat dari sifatnya pelapisan sosial

dibedakan menjadi system pelapisan sosial tertutup, system pelapisan

terbuka dan system pelapisan sosial campuran.

a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)

Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit

mengadakan mobilitas vertical. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas

pada mobilitas horizontal saja. Contohnya, system kasta, kaum sudra tidak bisa

naik dan pindah posisi ke lapisan brahmana. Rasialis, kulit hitam (negro) yang

dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan ke posisi kulit putih.

Feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)

5
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar, di mana setiap

anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun

horizontal. Contoh, seseorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau

sebaliknya seorang yang tidak memiliki pendidikan akan dapat memperoleh

pendidikan asal ada niat dan usaha.

c. Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan

terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan

terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia

memperoleh kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan

kelompok masyarakat yang ada di Jakarta.

D. Kelas – Kelas Lapisan Masyarakat

Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga  yang sadar akan

kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di

ketahui serta di akui oleh masyarakat umum.

Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:

a. Berdasarkan Status Ekonomi.

1) Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat.

Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan

2) Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di

dalam masyarakat Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.

3) Golongan ketiga: merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat.

Mereka kebanyakan rakyat biasa

6
b. Berdasarkan Status Sosial

      Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan

status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat

karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat

dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah. Contoh, Pada

masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana,

Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta

keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari

gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda,

Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti

dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh

kasta Sudra

c.       Berdasarkan Status Politik    

Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan.

Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada

dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan

bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:

1)      Pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.

2)      Pejabat legislatif, dan

3)      Pejabat yudikatif.


          
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.

1) Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga Jendral.

7
2) Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan

mayor.

3) Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala.

E. Dasar Lapisan Masyarakat

Di antara lapisan teratas dengan lapisan terendah, terdapat lapisan


yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu
macam saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan
yang tinggi itu bersifat komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang
akan mudah sekali dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan,
dan mungkin juga kehormatan.
Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:

1. Ukuran kekayaan,

2. Ukuran kekuasaan,

3. Ukuran kehormatan,dan

4. Ukuran ilmu pengetahuan

F. Hal Unsur-unsur Lapisan Masyarakat


Yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan

masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan

peranan merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti

yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang

mengatur hubungan timbal balik antar individu-individu tersebut. Dalam

hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu

mempunyai arti yang penting karena langgengnya masyarakat tergantung

8
pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu termaksut. Untuk

gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan.

1. Kedudukan ( status )                                 

    Kadang-kadang di bedakan antara pengertian kedudukan (status) dengan

kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan di artikan sebagai tempat atau

posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial diartikan adalah

tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-

orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak serta

kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang

dalam suatu pola tertentu.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu

sebagai berikut:

1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa

memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Kedudukan tersebut memperoleh karena kelahiran. Pada umumnya

ascribed status di jumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem

lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat fiodal, atau masyarakat di

mana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun  demikian,

ascribed status tak hanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat  dengan

sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka juga ada.

2. Achieved status, adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan

usaha-usaha yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar

kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung pada

9
kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-

tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi

persyaratan tertentu.

3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned

status, yang merupakan kedudukan yang di berikan. Assigne-status

tersebut sering mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status,

dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan

yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah

memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan

masyarakat.

2. Peranan ( role )

Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan ( status).

Apabila seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan

kedudukanya, dia menjankan suatu peranan. Pembeda antara kedudukan

dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.keduanya

tidak dapat di pisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain

dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa

peranan. Sabagai mana halnya dalam kedudukan, peranan juga

mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan

yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti

bahwa peranan menentukan apa yang perbuatnya bagi masyarakat serta

kesempata-kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku seseorang. Peranan

10
menyebabkan seseorang pada batass-batas tertentu dapat meramalkan

perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam

masyarakat. Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.

Peranan yang melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi

dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social

position merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada organisasi

masyarakat.

Peranan mencakup tiga hal, yaitu nsebagai berikut;

1. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

G. Lapisan yang sengaja disusun

Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar

tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya

kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.

Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung dua

sistem, yaitu:

11
a) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang

tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang

sederajat.

b) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau

jenjang dari bawah ke atas (vertikal).

H. Mobilitas sosial

a. Pengertian dan jenis-jenis gerak sosial

Mobilitas sosial adalah status seseorang atau kelompok dari satu

kedudukan ke kedudukan lain.Terdapat dua jenis gerak sosial yang

vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun ( social

sinking ).

 Gerak sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk utama yaitu:

a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam

kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan tersebut telah ada.

b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian di tempatkan pada derajat

yang lebih tinggi, dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok

tersebut.

 Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama

yaitu:

a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.

b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi

kelompok sebagai kesatuan.

. Tujuan Penelitian Gerak Sosial

12
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak di capai,

tergantung pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa

anak seorang pengusaha misalnya mempunyai peluang yang lebih baik

dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi,

kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak

tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari

kedudukan yang semula dipunyainya. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka

dalam sistem lapisan dapat mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan

yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat.

 Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada

hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi, biaya, kepentingan-

kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan lain sebagainya.

c. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal

Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal

adalah sebagai berikut:

1) Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup,

dimana sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.

2) Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin

gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling

tidak banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial

termasuk dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak mungkin ada

stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.

13
3) Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada.

Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang

vertikal.

4) Laju gerak sosial vertikal yang di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, 

politik , serta pekerjaan berbeda.

5) Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal

yang di bedakan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada

kecendrungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju

gerak sosial

d. Saluran Gerak Sosial Vertikal

1) Angkatan  bersenjata memainkan peranan penting dalam masyarakat

dengan sistem militerisme, atau yang berada dalam  keadaan perang, baik

melawan musuh dari luar maupun perang saudara.

2) Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak

sosial vertikal. Setiap ajaran agama menganggap manusia mempunyai

keadaan sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka-pemuka

agama  bekerja keras  untuk menaikan kedudukan orang-orang dari lapisan

rendah dalam masyarakat.

3) Lembaga pendidikan seperti sekolah, merupakan saluran kongkrit gerak

sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat di anggap

sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang

paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di jumpai

dimana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-

14
golongan masyarakat yang tertentu, misalnya dari lapisan atas, atau dari

suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat di masuki

oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal.

4) Organisasi politik seperti partai politik dapat memberi peluang besar bagi

para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apabila ia

mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya.

5) Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dll) dapat

meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar

prestasinya,maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi

akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah

akibatnya kekayaannya bertambah dan karena kekayaannya bertambah

akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.

6) Organisasi keahlian, seperti di blogger, orang yang rajin menulis dan

menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti

statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.

7) Perkawinan, sebuah perkawinan dapat meningkatkan status seseorang yang

menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati

karena pengaruh pasangannya.

8) Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat, Memecahkan persoalan yang di

hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang

tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan

kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya.

Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya pendorong agar

15
masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi, wujudnya

dalam setiap masyarakat juga berlainan karena tergantung pada bentuk dan

kebutuhan masing-masing masyarakat.

I. Ciri-ciri Kelompok Sosial

Menurut Soerjono Soekato, suatu himpunan manusia atau yang dikatan

sebagai kelompok sosial memiliki ciri kurang lebih sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah sebagian

dari kelompok yang bersangkutan.

b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang

lainnya.

c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang

sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.

d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

e. Bersistem dan berproses.

f. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung

pada kesungguhan anggotannya dalam melaksanakan perannya

g. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya

h. Memiliki kepentingan bersama.

16
J Norma/aturan dalam Kehidupan Masyarakat

1.       Pengertian Norma

Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang

harus atau tidak boleh dilakukan manusia dan bersifat mengikat.

2.       Macam-macam norma yang ada dalam masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Norma Agama

b. Norma Kesusilaan

c. Norma Kesopanan

d. Norma Kebiasaan

e. Norma Hukum

3.       Perbedaan norma-norma yang ada di masyarakat

a. Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu

agama. Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk

17
dan penganutnya. Yang taat akan diberikan keselamatan di akhirat, sedangkan

yang melanggar akan mendapat hukuman di akhirat.

b. Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Norma

kesusilaan bersifat universal. Artinya, setiap orang di dunia ini memilikinya,

hanya bentuk dan perwujudannya saja yang berbeda.

c. Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang

berlaku di masyarakat seperti cara berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan

berbicara. Norma ini bersifat relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di

berbagai tempat, lingkungan, dan waktu.

d. Norma kebiasaan merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara

berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang yang

tidak melakukan norma ini biasanya dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya.

e. Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan

yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi norma hukum

bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi ini dilaksanakan oleh suatu lembaga yang

memiliki kedaulatan, yaitu negara.

4.       Sifat Pengendalian social

a. Pengendalian sosial yang bersifat preventif adalah pengendalian sosial yang

dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Tujuannya adalah untuk mencegah

agar pelanggaran tidak terjadi. Misalnya, nasihat guru terhadap siswanya. Dalam

nasihatnya itu, guru meminta siswa untuk selalu belajar dan membuat pekerjaan

rumah, jika nasihat itu didengar dan dilaksanakan oleh siswa tersebut, siswa

18
tersebut akan dapat menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru itu. Perannya

sebagai seorang pelajar juga dapat dilakukannya dengan baik.

b. Pengendalian sosial yang bersifat represif adalah pengendalian sosial yang

ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi.

Pengendalian ini dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan

penyimpangan sosial. Pengendalian sosial yang bersifat represif biasanya diikuti

dengan penjatuhan sanksi bagi pelaku penyimpangan sosial. Misalnya, seorang

pelajar yang melanggar peraturan sekolah- Pelajar tersebut dikenai sanksi.

Tujuannya agar ketertiban sekolah kembali terjaga.

19
BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial merupakan suatu konsep dalam

sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan

berdasarkan status yang dimilikinya.

Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat

dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu

usaha (ascribed status). Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2,

yaitu: Terjadi dengan Sendirinya Proses ini berjalan sesuai dengan

pertumbuhan masyarakat itu sendiri.

Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan

berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat

itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat

yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada

pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan

masyarakat dimana sistem itu berlaku. Terjadi dengan Sengaja Sistem

pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.

B.     Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran

untuk dijadikan pertimbangan, yaitu: Masyarakat mampu menghargai perbedaan

yang sudah terjadi di masyarakat, tidak memaksakan suatu Kelompok untuk

mengikuti atau memaksakan sesuatu hal yang berbeda seperti perbedaan derajat.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, wahit iqbal. 2009. Sosiologi untuk keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

http://sheilla-s.blogspot.com/2014/11/makalah-ilmu-sosial-dasar.html

http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/

http://www.goocir.com/2012/10/pengertian-norma-dan-jenis-jenis-norma.html

22
23

Anda mungkin juga menyukai