Anda di halaman 1dari 118

BAB I

PENDAHULUAN

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan merupakan salah satu unsur
dari pada kesejahteraan umum, Rumah Sakit Umum Mitra Sejati berupaya meningkatkan
kemampuan sarana kesehatan, agar mampu memberikan pelayanan kesehatan maupun
pelayanan medik secara terpadu dan merata, serta berdaya guna. Visi Rumah Sakit Umum
Mitra Sejati adalah Menjadi Rumah Sakit pilihan utama di Sumatera Utara yang
memberikan pelayanan prima dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Usaha
rumah sakit dalam memberikan yang terbaik dalam pelayanan kesehatan ditunjang dengan
adanya pelayanan penunjang medik yang memadai khususnya Pelayanan Laboratorium
Klinik.
Pelayanan laboratorium kesehatan di Indonesia pada saat ini diselenggarakan oleh
berbagai jenjang pelayanan mencakup antara lain laboratorium rumah sakit pemerintah dan
swasta. Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, secara mutlak perlu
dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu (quality assurance), yang mencakup berbagai
komponen kegiatan yakni berpedoman pada praktek laboratorium kesehatan yang benar
(Good Laboratory Practice/ GLP).
Pelayanan yang cepat, tepat dan akurat hanya dapat terwujud apabila laboratorium
klinik di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi dengan baik, serta
petugas yang profesional, pengelola maupun pelaksana yang kompeten dan sadar akan
tanggung jawab yang diembannya. Tingkat pelayanan laboratorium klinik di rumah sakit
merujuk standar minimal pelayanan sesuai tipe rumah sakit. Bentuk atau pola pelayanan
rumah sakit tampak pada struktur organisasi, kualifikasi, personalia, jumlah dan jenis
peralatan dan jenis pemeriksaan yang dilayani dan bersifat umum, spesialis, gawat darurat
dan home care.
Dari berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati,
laboratorium klinik sesuai dengan fungsinya, senantiasa dilengkapi dengan fasilitas yang
memadai, mulai dari gedung, peralatan, tenaga dan biaya operasional. Untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan laboratorium klinik, maka sistem rujukan pun tidak
menutup kemungkinan untuk dilakukan.

A. LATAR BELAKANG
Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 menjadi acuan dasar dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan di Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum Mitra
Sejati. Pedoman ini mengatur tata kelola pelayanan di laboratorium yang meliputi
pengelolaan manajemen, pengelolaan mutu preanalitik, analitik dan pasca analitik dan
Pemantapan mutu Internal dan Eksternal.
Berdasarkan pedoman tersebut diatas, maka Rumah Sakit Umum Mitra Sejati
menetapkan pelayanan laboratorium yang terintegrasi yaitu Instalasi Laboratorium yang
terdiri dari pelayanan Laboratorium Kimia Klinik, Hematologi Klinik, Pelayanan penyakit
infeksi dan imunologi, pelayanan Mikrobiologi, pelayanan transfusi darah, pelayanan
1
Patologi Anatomi di ruang perawatan pasien, serta layanan laboratorium diluar rumah sakit
(Laboratorium Rujukan) dengan waktu yang tak terbatas. Instalasi Laboratorium Klinik
memberikan pelayanan secara terus meneus selama 24 jam dan dapat melakukan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik atas permintaan tertulis dari:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
b. Dokter (umum, spesialis)
c. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
d. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
e. Instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum
Rumah sakit umum Mitra Sejati dalam Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium
Klinik tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga Pedoman
Instalasi Laboratorium Kinik mengikuti peraturan yang ada sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya.
Dalam perkembangannya, Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik
menyesuaikan dengan dinamika peraturan-peraturan lain di luar peraturan pokok Instalasi
Laboratorium Klinik yang antara lain adalah undang-undang kesehatan, ilmu kedokteran
dan perkembangan teknologi serta dinamika sosial masyarakat dan asuransi yang semakin
berkembang pesat.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman pelayanan di Instalasi Laboratorium dalam melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Membantu pelaksanaan penerapan standar pelayanan yang paripurna di rumah sakit.
2. Sebagai acuan dalam pengelolaan laboratorium dan unsur terkait dalam
melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan pelayanan, di bidang
laboratorium kesehatan.
3. Pedoman kendali mutu penyelenggaraan Laboratorium Klinik sehingga fungsi dan
peran Laboratorium dapat ditingkatkan sebagai pusat penunjang diagnosa penyakit.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum Mitra Sejati adalah
1. Laboratorum Patologi Klinik:
a. Hematologi Klinik
b. Kimia Klinik
c. Imunologi, Serologi dan Biomolekuler Klinik
d. Sekresi dan Cairan tubuh lainnya
e. Mikrobiologi Klinik
f. Parasitologi Klinik
g. Pelayanan 24 Jam Darah
2
2. Laboratorium Patologi Anatomi
a. Sitopathology
b. Histopathology
c. Imunopathology

D. BATASAN OPERASIONAL
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/Menkes/Per/III/2010 menyatakan
Laboratorium Klinik melakukan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik atas
permintaan tertulis dari:
1.1. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
1.2. Dokter
1.3. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
1.4. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
1.5. Instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hokum

1. Layanan Rawat Jalan dan Rawat Inap


1.1. Laboratorium Patologi Klinik
1.1.1. Hematologi Klinik :
HEMATOLOGI
RUTIN HEMOSTASIS LAIN-LAIN LAIN-LAIN
1000 Seri DHF 1305 Ms. Rekalsifikasi 1402 Resistensi Osm. 1422 Golongan Rh
1100 Rutin 1306 Ms. Protrombin/PT 1403 Sel LE 1415 Coomb's test
1200 Lengkap 1307 APTT 1404 LE Reaksi 1405 Malaria
1101 Hemoglobin 1319 INR 1407 Gamb drh tepi 1406 Mikrofilaria
1102 LED 1308 Fibrinogen 1416 Gamb ss tulang 1540 NAP
1103 Lekosit 1309 Ms. Trombin/TT 1409 Besi Serum KHUSUS ANALISA
1104 Hitung Jenis 1310 STT 1410 TIBC Cairan Otak
1201 Hematokrit 1312 D-Dimer 1411 Feritin Serum 2401 Jumlah Sel
1202 Trombosit 1313 Trombotest Owren 2700 Tinja Rutin 2402 Hitung Jenis Sel
1203 Eritrosit 1314 Agregasi Trombosit # 2702 Analisa Tinja 2405 Protein Total
1204 MCV,MCH,MCHC 1315 Plasminogen 2701 Darah Samar 2406 Glukosa
1401 Retikulosit * 3706 Klorida 2703 Colon Albumin 2407 Klorida
1423 Eosinofil * 3802 Amilase 2306 An. Batu Ginjal 2408 VDRL
2200 Urine Lengkap * 3711 Fosfor Inorganik 2308 Analisis Sperma 2409 Nonne
2104 Protein * 6400 Aldosteron 1500 HLA Ab Total 2410 Pandy
2105 Glukosa * 6405 Katekolamin 2990 HLA-DR Cairan Tubuh
2106 Sedimen * 6303 VMA 1412 Transferin (Pleura, Ascites,
2304 Preg. HCG-EIA * 6402 Kortisol 1408 Pew. Sitokimia Pericardium, Sendi)
URINE KHUSUS * 6209 Estradiol 1400 Malaria ICT 2501 Berat Jenis
* 2301 Prot Kuantitatif * 6406 17-Ketosteroid 1413 Asam Folat 2502 Jumlah Sel
Cairan Tubuh
URINE KHUSUS HEMOSTASIS LAIN-LAIN (Pleura, Ascites,
Pericardium, Sendi)
2302 Prot Bence Jones * 6407 5-HIAA 1414 Vit. B-12 2503 Hitung Jenis Sel
* 3308 Asam Urat 2898 Mikroalbumin 1417 Elektrofor. HB 2506 Rivalta
* 3302 Ureum 1316 AT-III 1420 G6PD 2507 Protein Total @
* 3305 Kreatinin 1317 PA-I 1418 Hb A2 2508 SGOT @
* 3702 Natrium 1318 FDP 1419 HbF 2510 LDH @
* 3704 Kalium 1501 Antibodi 1421 Golongan Darah 2511 Glukosa @
1301 Ms. Pendarahan Trombosit
1303 P. Pembendungan Keterangan : # : Puasa 10-12 jam, * : Urine 24 jam, @ : Sertakan serum juga

3
1.1.2. Kimia Klinik:
KIMIA
Fungsi Hati Fungsi Ginjal Diabetes Fungsi Jantung
Glukosa Puasa #
3101 Albumin 3301 Ureum 3401 3804 CK
3102 Globulin 3304 Creatinin 3403 Glukosa 2 jam PP # 3805 CK-MB
3103 Protein Total 3303 Urea Clearance 3405 Glukosa Sewaktu # 3209 LDH
3201 Bilirubin Indirek 3306 Creatinin Clear 3407 Kurva Harian # 3810 a-HBDH
3202 Bilirubin Direk 3307 Asam Urat 3410 GTT # 3811 Troponin T.
3203 Bilirubin Total 3408 HbA 1C
3204 SGOT Lemak 3460 C-Peptide Elektrolit
3205 SGPT 3501 Kolesterol # 3911 Insulin 3701 Natrium (Na)
3208 Gamma GT 3502 Kolesterol LDL # 3402 Keton Darah 3703 Kalium (K)
3210 Kolinesterase 3503 Kolesterol HDL # 3705 Klorida (Cl)
3211 Fosfatase Alkali 3504 Trigliserida # Analisis Gas Darah 3707 Kalsium (Ca)
3212 Asam Empude 3507 Apo A 1 3600 Analisis Gas Darah 3777 Kalsium Ion
6307 GLDH 3508 Apo B 3708 Fosfor Inorganik
3509 Lp(a) Lain-lain
Pankreas 3511 LDL Direk 3104 Elektrofor Prot.
3801 Amilase 3915 VLDL 3709 Magnesium
3803 Lipase

1.1.3. Immunologi, Serologi dan Biomolekuler:


SEROLOGI
Hepattis Torch Torch
4101 Anti Dengue IgG/IgM 4201 HbsAG 4303 Anti-Toxoplasma IgG 4406 Anti-HSV-2 IgG
4702 Widal 4202 Anti-HBs 4304 Anti-Toxoplasma IgM 4407 Anti-HSV-2 IgM
4310 Anti-TB IgG 4203 HbeAG 4305 Anti-Rubella IgG 4708 CRP
4719 ASTO 4204 Anti-Hbe 4306 Anti-Rubella IgM 4712 Komplemen C3
4722 VDRL/RPR 4205 Anti-HBc Total 4307 Anti-CMV IgM 4713 Komplemen C4
4723 TPHA 4206 Anti-HBc IgM 4308 Anti-CMV IgG Autoantibodi
4724 Anti-HIV 4207 Anti-HAV Igm 4401 Anti-HSV-1 IgG 4716 Anti-dsDNA
4312 Anti-HAV Total 4402 Anti-HSV-1 IgM 1710 ANA/ANF

1.1.4. Mikrobiologi Klinik:


Pewarnaan Langsung
2601 BTA
2604 Gram
2603 Neisser (Difteri)
5404 Candida
5405 Jamur
5406 Trichomonas

1.1.5. Parasitologi Klinik:


1.1.5 Malaria Rapid Tes
1.1.6 Malaria Konvensional

4
1.1.6. Pelayanan laboratorium Patologi Klinik rujukan ke Balai Besar
Laboratorium Kesehatan:
Mikrobiologi Kultur dan resistensi:
BIAKAN & RESISTENSI BIAKAN KHUSUS
5301 Darah 5312 Kolera/ElTor
5302 Urine 5315 Difteri
5303 Cairan Otak 5317 Jamur
5304 Tinja 5504 Coli. SS
5305 Sputum 5501 BTA
5306 Sekret 5533 Kuman Anaerob
5308 Cairan tubuh lain 5503 GO
5309 Swab
5310 Pus
5316 Sperma

1.1.7. Pemeriksaan lain yang di rujuk ke Lab. ..:


A. SEROLOGI H. TORCH L. TES ALERGI
1 Anti HBc IgM 5 Toxoplasma IgG Aviditas 1 Paket Alergi Atopy
2 HBs Ag Konfirmasi 6 CMV IgG Aviditas (20 Alergen)
B. ENZIM I. PCR 2 Paket Alergi Makanan
1 Serum Protein Eletroforesa 1 HBV-DNA Kuantitatif Asia (20 Alergen)
2 Bile Acid 2 HCV-RNA Kuantitatif 3 Paket Alergi Pediatric
C. DIABETES 3 HCV-RNA Kualitatif (27 Alergen)
1 C.Peptide 4 HCV Genotyping 4 Paket Alergen Hirup
D. LEMAK 5 Salmonella Typhi-PCR (20 Alergen)
1 Lipoprotein (a) 6 TB-PCR 5 IgE Total
2 Adiponectin 7 Chlamydia Trachomatis-PCR 6 IgE Spesifik (@)
3 Small-Dense LDL 8 HPV-DNA High Risk 7 Alergen Hirup
E. JANTUNG (Hybrid Capture) Debu Rumah
1 Homocystein 9 HPV (General Type)-PCR Tungau Debu Rumah
2 hs-CRP 10 HLA-B*1502 (Carbamazepine) (D. Pteronyssinus)
F. GINJAL 11 HLA-B*5801 (Allopurinol) Kecoa
1 Cystatin-C J. TUMOR MARKER Kapuk
G. TIROID 1 CA 72-4 8 Danders / Serpih Kulit
1 FTI 2 Cifra 21.1 Epitel Kulit Kucing
2 T3 Uptake 3 Prostatic Acid Phospatase / PAP Epitel Kulit anjing
4 Thyroglobulin Antibody 4 Acid Phospatase 9 Jamur
5 Thyroglobulin 5 SCC Penicillium notatum
6 Anti TPO IgG 6 NSE Aspergillus fumigatus
E Elektrolot 7 EBV-VCA IgM Mucor racemous
1 Calcitonin 8 EBV-VCA IgG
9 EBV-VCA IgA
10 EBV-EA IgA
M. THERAPEUTIC DRUG Q. HORMON SALIVA T. INFEKSI LAIN
MONITORING 1 Testoterone (saliva) 1 Chlamydia
1 Carbamazephine / Tegretol 2 Progesteron (saliva) Trachomatis IgG
2 Digoxin 3 Estradiol (saliva) 2 Chlamydia

5
3 Phenobarbital / Luminal 4 Cortisol (saliva) Trachomatis IgM
4 Phenytoin / Dilantin 5 Dehydroepiandrosterone
5 Theophylline / Aminophyllin 6 (DHEA) Saliva U. KIMIA DARAH LAIN
1 Vitamin B-12
N. HORMON REPRODUKSI R. OSTEOPOROSIS 2 Folic Acid
1 Progesteron 1 Osteocalsin
2 Estrone (E1) 2 B-Crosslaps W. PROTEIN SPESIFIK
3 Estradiol Serum 3 Paket (Osteocalsin + B-Crosslaps) 1 Alfa 1_Antitrypsin
4 Estriol (E3) 4 Mycoplasma pneumoniae IgG 2 IgA
5 Testoteron 5 Mycoplasma pneumoniae IgM 3 IgG
6 HCG (25mIU/L) 6 Measles IgG 4 IgM
7 Cortisol 7 Measles IgM 5 Transferin
O. AUTOIMUN 8 Helicobacter Pylori IgG 6 Protein C
1 AMA 9 Helicobacter Pylori IgM 7 PROTEIN S
2 SMA 10 Leptospira IgM (ELISA)
3 ANCA 11 Adenosin deaminase (ADA) W. AUTOIMMUNE
4 Monotest 1. Paket serologi jamur
P. HORMON LAIN-LAIN S. HEMATOLOGI
1 DHEA-S 1 Resitensi Osmotik Analisa Khusus
2 Dehydro Testoterone / DHT 2 G 6 PD 1 Analisa Batu Ginjal
3 Free Testoterone 3 Analisa Hb (Elektroforesa)
4 Growth Hormone Catatan : Untuk pemeriksaan
5 Pregnolone HbF, HbA2 &
6 IGF-1 Analisa Hb (Elektroforesa);
7 ACTH bila kadar Hb < 10 g/dL, maka
8 SHBG volume darah yang diperlukan :
9 Insulin 12 ml Darah EDTA)
10 IGFBP-3 4 CD8
5 CD4 & CD8

1.2. Laboratorium Patologi Anatomi:


1.2.1 Sitopatologi
Pemeriksaan Sitopatologi
Meliputi :
FNAB Cairan Sendi
Pap Smear ( Metode Konvensional ) Cairan Otak (LCS)
Pap Smear ( Metode Liqui Prep ) Cairan Abdomen
Urine Sitologi (2x) Cairan Fistula
Sputum Sitologi (3x) Cairan Pericardial
Cairan Pleura Bilasan Bronchus
Cairan Ascites Bucal Smear
Cairan Kista

6
1.2.2 Histopatologi dan Imunopathologi
Pemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan Imunohistokimia
Meliputi : Meliputi :
Jaringan Kecil ER
Jaringan Sedang PR
Jaringan Besar Her2-Neu
Histokimia CD20
Zienl-Nielson CD3
Helicobacter Pylori Rapid Test LCA
Helicobacter Pylori AE1/3

2. Layanan 24 Jam BDRS


2.1. Melayani permintaan darah
2.2. Uji cocok serasi (Crossmatch)
2.3. Pemeriksaan serologi golongan darah (Blood Typing)
2.4. Uji saring (Blood screaning )
2.5. Menyimpan persediaan Darah
3. Layanan POCT
3.1. Monitoring Glukosa Darah di ruang perawatan Pasien
3.2. Pemeriksaan Troponin dan D-Dimer
3.3. Skrining Serologi VCT Mawar
E. LANDASAN HUKUM
1. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes, 2008
2. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit, Depkes, 1998
3. Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis, Depkes, 1997
4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit DepKes RI 2007
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium
Klinik
6. Pedoman Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
7. Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025:2005
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 42 tahun 2015 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktek Ahli Teknologi Laboratorium Medik.
11. Kep Menkes no. 423/Menkes/SK/IV/2007 tentang kebijakan peningkatan kualitas dan
akses pelayanan darah
12. Keputusan Dirjen pelayanan medik No.1147/ Yanmed/RSKS/1991 tentang petunjuk
pelaksanaan upaya kesehatan di bidang transfusi darah
13. Peraturan Menteri Kesehatan No.478/Menkes/peraturan/X/1990 tentang upaya
kesehatan dibidang transfusi darah

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Patologi Klinik dan Anatomi
No Jenis Tenaga Pendidikan formal Sertifikasi Jumlah
1. PPGD
Spesialis Patologi Klinik
1 Tenaga Medis 2. STR 1
(SpPK)
3. SIP
Spesialis Patologi Anatomi STR, SIP
2. Tenaga Medis 1
(SpPA)
1. STR
Tenaga Ahli Teknologi
2 D3 dan D4 2. SIP
Laboratorium Medik (ATLM)
3. Plebotomi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Patologi Klinik
1.1.Jadwal Jaga Pada Hari Kerja:
Jadwal Dinas Jenis tenaga Jml
Administrasi 5
Tenaga medis ( SpPK ) 2
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 9
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 5
Dinas pagi
Tenaga Perawat 2
Tenaga PTTD 1
Sanitasi 1
Pekarya 2
Administrasi 2
Tenaga Medis (SpPK) 1
Dinas sore Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 6
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Sanitasi 1
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Dinas malam Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Administrasi 1

1.2.Jadwal Jaga Pada Hari Libur:


Jadwal
Dinas Jenis tenaga Jml
Dinas pagi
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 5
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 2
Sanitasi 1
Dinas sore
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 5

8
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 2
Sanitasi 1
Dinas malam Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Sanitasi 1

2. Patologi Anatomi
Jadwal Dinas Jenis tenaga Jml
Tenaga Medis 3
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 2
Dinas pagi Teknisi 1
Tenaga Administrasi 1
Petugas Sanitasi 1
Tenaga Medis 1
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Dinas sore Teknisi 1
Tenaga Administrasi 1

C. PENGATURAN JAGA
1. Patologi Klinik
1.1.Jadwal Jaga Pada Hari Kerja:
Jadwal Jaga Waktu
Tenaga Medis (SpPK)
Dinas Pagi 08.00 s/d 15.00
Dinas Siang 16.00 s/d 21.00
Tenaga Teknis Analis
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Dinas Malam 21.00 s/d 07.00
Jadwal Jaga Waktu
Administrasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Pekarya
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Sanitasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Sore 14.00 s/d 21.00
Malam 21.00 s/d 06.00

1.2.Jadwal Jaga Pada Hari Libur:


9
Jadwal Jaga Waktu
Tenaga Teknis Analis
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Dinas Malam 21.00 s/d 07.00
Administrasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Dinas Malam 21.00 s/d 07.00
Sanitasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Sore 14.00 s/d 21.00
Dinas Malam 21.00 s/d 07.00

2. Patologi Anatomi
Jadwal Jaga
Pengaturan Jaga
Karyawan Laboratorium Patologi Anatomi

Dinas Pagi Karyawan Lab. PA Pukul 08.00 15.10 WIB


Dinas Sore Karyawan Lab. PA Pukul 10.00 17.00 WIB
Petugas Histopatologi Dilakukan Pergantian Jadwal 1 Minggu sekali
Petugas Sitopatologi Dilakukan Pergantian Jadwal 1 Minggu sekali
Petugas Potong Gross Dilakukan Pergantian Jadwal 1 Minggu sekali
Petugas Administrasi dan Kasir
Pukul 08.00 15.10 WIB
Dinas Pagi
Petugas Administrasi dan Kasir
Pukul 10.00 17.00 WIB
Dinas Sore
Petugas Sanitasi Pukul 08.00 15.00 WIB

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
1. Lokasi
Dalam Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1998 dinyatakan Instalasi Laboratorium Klinik merupakan
salah satu instalasi rumah sakit yang bukan saja memberikan pelayanan untuk penderita
rawat inap, tetapi juga penderita rawat jalan dan rujukan. Karena itu laboratorium rumah
sakit sebaiknya terletak di daerah yang mudah dijangkau dari dalam maupun dari luar rumah
sakit. Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani Gawat Darurat dan bank darah
hendaknya terletak tidak jauh dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan laboratorium induk,
jadi merupakan satu kelompok laboratorium.

2. Ruangan
Sesuai dengan Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Cara
pengelolaan Laboratorium Klinik yang baik dan benar, Luas ruangan setiap kegiatan cukup
menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan
dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan
mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya
dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk:
1. Ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan spesimen.
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan sesuai jumlah dan jenis pemeriksaan yang
dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor
keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung
dan karyawan.
3. Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Bank Darah, pemeriksaan mikrobiologi masing-masing
memiliki ruangan terpisah.
4. Tersedia ruang administrasi/pengolahan hasil.

Tersedia fasilitas penunjang yang secara umum meliputi:

1. WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan kebutuhan.


2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
3. Keselamatan dan keamanan kerja.
4. Ventilasi yang disertai dengan sistem pertukaran udara yang cukup.
5. Penerangan yang cukup.
6. Air bersih, mengalir, dan jernih
7. Listrik yang mempunyai aliran dengan tegangan stabil dan kapasitas cukup, keamanan dan
pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin dan tersedia grounding/arde. Tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Semua stop kontak saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai
9. Ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium.
10. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan
dengan tinggi 0,80 1, 00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getar

11
a. Denah Unit Laboratorium Patologi Klinik
IN / OUT
(Tangga
Darurat)
Centrivuge Cobas
Waste
U411 Wastafel

Wastaf
Kamar Mandi
Mikrosko

el
disposal Kamar Petugas
p
Gudan
g Ruang
Centrifuse Kamar Ganti
Urinalysa
Wastafel Eba 20 Waste disposal

Centrifus
Magnetik
AGD
CCX

Stago

e
KX 21

Compac 2000
STA Byolite
X

T
Ruang
Ruang Kasir Rawat 2000i Hematologi
ABX 80 XL
R u a n g K i
OUT

Inap & Pengolahan


IN /

Ruang Hasil m i a R. Lemari


Cobas Lemari Lemari Stock Asam
Bank Darah Reagen Harian
6000 Gudang Ruang
Ruang

Inkubator
Memmert
Arsip. Lab. Kabag.
Kasie. Lab.
IN / Lab.
OUT Wastafel Waste
Kamar disposal
Alat RO

Mandi

12
b. Denah Ruang 24 Jam BDRS

DENAH RUANG BANK DARAH


RS. RK CHARITAS

13
c. Denah Laboratorium Patologi Anatomi

14
B. STANDAR FASILITAS

Laboratolium patologi klinik harus mempunyai persyaratan minimal yang meliputi


bangunan, prasarana, peralatan dan kemampuan pemeriksaan spesimen klinik sesuai
dengan klasifikasinya (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/menkes/Per/III/2010).
1. Sumber Listrik
Listrik yang mempunyai aliran dengan tegangan stabil dan kapasitas cukup, keamanan dan
pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin dan tersedia grounding/arde. Tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
2. Sumber Air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus merupakan hal yang mutlak
bagi sebuah laboratorium. Karena itu air bersih harus selalu tersedia setiap saat dan
cukup.
3. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
4. Keselamatan dan keamanan kerja.
5. Ventilasi yang disertai dengan sistem pertukaran udara yang cukup.
6. Penerangan yang cukup.
7. Peralatan Laboratorium
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan bidang laboratorium
khususnya, makin pesat. Produsen peralatan laboratorium berlomba meningkatkan
kualitas, serta kecanggihan alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat,
serta kecanggihan pemberi jasa laboratorium. Untuk memberikan pelayanan
laboratorium yang berhasil guna dan berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat
laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan medik yang dibutuhkan. Disamping
penyesuaian dengan pelayanan medik dalam memilih alat laboratorium faktor-faktor
penting yang perlu diperhatikan adalah:
7.1. Dasar Pemilihan Alat:
7.2.1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan
volume spesimen dan jumlah pemeriksaan
7.2.2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas
yang tersedia (luas ruangan, listrik, air, tingkat kelembaban dan suhu
ruangan).
7.2.3. Tenaga yang ada
Mempertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang
dapat mengoperasikan alat tersebut.
7.2.4. Reagen yang dibutuhkan
Mempertiumbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas
distribusi dari pemasok, sistem reagen tertutup atau terbuka.

15
7.2.5. Sistem Alat
- Mudah diperoleh
- Memerlukan perawatan khusus
- Memerlukan kalibrasi harian, mingguan, atau bulanan.
7.2.6. Pemasok/vendor
7.2.7. Nilai ekonomis
Mempertimbangkan analisis cost-benefit, yaitu seberapa besar keuntungan
yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di dalamnya biaya
operasional.
7.2.8. Terdaftar di Departemen Kesehatan
Peralatan yang akan dibeli/digunakan harus sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan dan mendapat izin edar.

7.2. Pilihan Pemasok/Vendor


Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
7.2.1. Mempunyai reputasi yang baik
7.2.2. Memberikan fasilitas uji fungsi
7.2.3. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting
7.2.4. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat, pemeliharaan
dan perbaikan sederhana.
7.2.5. Memberikan pelayanan purnajual yang terjamin, antara lain mempunyai
teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
7.2.6. Mendaftar peralatan ke departemen kesehatan.

7.3. Evaluasi Peralatan Baru


Melakukan uji fungsi terhadap alat sebelum digunakan atau sesudah digunakan
untuk mengenal kondisi alat, yang mencakup: kesesuaian spesifikasi alat dengan
brosusr, kesesuaian alat dengan lingkungan dan hal-hal khusus yang diperlukan
bagi penggunaan secara rutin. Dari hasil evaluasi ini dapat ketahui
reprodusibilitas, kelemahan alat, harga pertes dan sebagainya.

7.4. Penggunaan dan pemeliharaan alat


Setiap peralatan pemeriksaan yang digunakan di Instalasi Laboratorium Rumah
Sakit Umum Mitra Sejati harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instruntion manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut.
Cara pengoperasian atau penggunaan alat dibuat dalam bentuk Standar
Operasional Prosedur (SPO). Melakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk
penggunaan, agar penggunaan alat dapat terlaksana dengan optimal. Kegiatan
tersebut diatas dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja. Untuk itu setiap alat
harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau dekat alat
tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-

16
kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan maka harus segera dilaporkan
kepada teknisi untuk dilakukan perbaikan.

Peralatan pemeriksaan yang digunakan di laboratorium RS. Materna Medan, adalah


sebagai berikut:

7.1 Peralatan Berdasarkan Pemeriksaan (Patologi Klinik)


No Nama Alat Pemeriksaan Jumlah Status Alat
Hematologi
1 Sysmex XT 2000i 1 Unit KSO
2 Sysmex KX 21 1 Unit KSO
3 Cell Dyn Ruby 2 Unit KSO
4 Agregasi Trombosit 1 Unit KSO
5 Ves Matic LED 2 Unit KSO
Kimia dan Immunologi
1 Cobas 6000 modular (e601 + c501) 1 Unit KSO
2 Stat Fax 303 Plus 1 Unit KSO
3 Cobas h232 2 Unit KSO
4 Architec i1000 1 Unit KSO
Urinalisis
1 Cobas U411 1 Unit KSO
2 Urised Advantic SIMEN 1 Unit KSO
HbA1C
1 Nycocard Reader II 1 Unit KSO
2 D-10 HPLC 2 Unit KSO
Hemostasis
1 STA Compact 1 Unit KSO
2 Stago automatic 1 Unit Rumah Sakit
Gas Darah dan Elektrolit
1 Blood gas analyzer (CCX) 2 Unit KSO
2 Biolyte 2000 1 Unit KSO
Centrifuge
1 HC 1120T Health 1 Unit Rumah Sakit
2 Nesco 12 Hole 2 Unit Rumah Sakit
3 EBA 20 Hettich 1 Unit Rumah Sakit
4 TD4 Aida 1 Unit Rumah Sakit
5 Huma X 5K 1 Unit Rumah Sakit
Glucosa Meter
1 Nova BimCare 27 Unit KSO
Lain-lain
1 Rotator 1 Unit Rumah Sakit
2 Mikroskop 3 Unit Rumah Sakit

17
7.1. Patologi Anatomi
JENIS KELENGKAPAN JUMLAH
Pinset (Anatomi, Bedah) Secukupnya
Pisau Organ Secukupnya
Scalpel Secukupnya
Spekulum 1 Buah
Spatula Ayre Secukupnya
Gunting (Lurus, Bengkok, Kecil) 1 Buah
Logam Pencetak Blok/Kaset Sediaan Secukupnya
Microtome Untuk Prafin + Pisau 1 Set
Centrifuge 1 Buah
Waterbath 1 Buah
Hot Plate 1 Buah
Oven 1 Buah
Staining Jar 2 Set @ 15 Buah
Timer 1 Buah
Analytical Balance 1 Buah
Peralatan Gelas (Gelas Obyek, Secukupnya
Gleas Penutup, Pipet, Gelas Ukur, Erlenmeyer, dll)
Pengasah Pisau Microtome 1 Buah
Mikroskop Binoculair 1 Buah
Slide Box Secukupnya
Microtome Potong Beku + Pisau 1 Set
Tangki CO2 1 Buah
Spuit Aspirasi + Jarum Secukupnya
PERLENGKAPAN KESELAMATAN
LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
Alat Pemadam Api 1 Buah
Laboratorium Jas Sesuai Jumlah Petugas
Alat Bantu Pipet / Bulb 1 Buah
Sarung Tangan Secukupnya
Waskom / Wastafel Untuk Cuci Tangan 1 Buah
Klem Tabung (Tuba Holder) Secukupnya
Pipet Container/tempat merendam pipet habis pakai 1 Buah
Pemotongan jaringan dan wadah pembuangan 1 Set
Desinfektan Secukupnya
Perlengkapan PPPK 1 Set

18
7.2 Fasilitas Pada Setiap Ruangan
NO FASILITAS JUMLAH
1. Ruang Administrasi Rawat Jalan
a. Meja kerja 1
b. Kursi 2
c. Komputer 1
d. Printer 2
e. Pesawat Telepon 1
2. Ruang Sampling Rawat Jalan
a. Meja kerja 3
b. Meja makan 3
c. Kursi petugas 3
d. Kursi makan 9
e. Kursi sampling 2
f. Pesawat telpon 1
g. Lemari arsip 1
h. Wastafel cuci tangan 1
i. Tempat pencucian 1
3. Ruang Administrasi Rawat Inap
a. Meja kerja 3
b. Meja penerimaan sampel 1
c. Komputer 4
d. Printer 6
e. Pesawat telpon 1
f. Wastafel 1
4. Ruang Kepala bagian
a. Meja kerja 2
b. Lemari arsip 1
c. Lemari perpustakaan 2
d. Kursi kerja 2
e. Kursi tamu 2
f. Sofa panjang 1
g. Mikroskop 1
h. Lemari es 1
i. Dispenser 1
j. Televisi 1
k. Wastafel 1
5. Ruang Kasir
a. Meja kerja 3
b. Meja tamu 1
c. Kursi kerja 3
d. Kursi tamu 3
e. Komputer 3
f. Printer 2
g. Meja arsip 3
h. Mesin ketik manual 1
i. Wastafel 1

19
NO FASILITAS JUMLAH
6. Ruang Kimia dan Immunologi
a. Meja kerja 4
b. Kursi kerja 2
c. Wastafel pencucian 2
d. Alat kerja kimia automatis 2
e. Alat immunologi automatis 2
f. Alat Hemostasis automatis 1
g. Alat Hemostasis semi kuantitatif 1
h. Alat gas darah 1
i. Alat elektrolit automatis 1
j. Alat pemeriksaan bilirubin bayi automatis 1
k. Alat analisa Hb 1
l. Agregasi trombosit 1
m. Alat pemeriksaan troponin T semi kuantitatif 1
n. Alat HbA1C 1
o. Komputer 8
p. Printer 4
q. Sentrifuge 5
r. UPS kapasitas besar 5
s. Stafol 4
t. Clinipet 1-2,5l 1
u. Clinipet 5 l 1
v. Clinipet 10l 1
w. Clinipet 20l 1
x. Clinipet 50 l 1
y. Clinipet 100 l 1
z. Clinipet 200 l 1
aa. Clinipet 250 l 1
bb. Clinipet 500 l 1
cc. Clinipet 1000 l 1
dd. Yellow tips Secukupnya
ee. Blue tips Secukupnya
ff. Batang pengaduk Secukupnya
gg. Pipet gondok 1 ml 1
hh. Pipet gondok 2 ml 1
ii. Pipet gondok 5 ml 1
jj. Pipet gondok 10 ml 1
kk. Pipet gondok 20 ml 1
ll. Pinset 1
mm. Lemari pendingin 3
nn. Lemari stok harian 1
7. Ruang Hematologi
a. Meja kerja 3
b. Alat pemeriksaan automatis 4
c. Komputer 2
d. Printer 3
e. Pinset 1

20
NO FASILITAS JUMLAH
8. Ruang rutin (mikroskopis dan urin)
a. Meja kerja 1
b. Kursi kerja 3
c. Alat urin automatis (Labu Med) 1
d. Alat urin semi automatis (U411) 1
e. Safety cabinet 1
f. Komputer 1
g. Printer 1
h. Clinipet 1-10 l 1
i. Clinipet 100-10000 l 1
j. Pinset 2
k. Alat vesmatic LED 2
l. Wastafel 1
9. Ruang gudang persediaan
a. Lemari kayu 1
b. Rak stok 2
10. Ruang pencucian
a. Mesin RO 1
b. Wastafel 1
c. Inkubator 1
11. Ruang Reagen
a. Lemari Asam 1
b. Lemari es penyimpanan serum 2
c. Eye West 0
d. Lemari kayu reagen 1
e. Lemar es penyimpanan control 1
12. Ruang makan petugas
a. Wastafel 1
b. Meja Makan 1
c. Kursi panjang 2
13. Ruang ganti petugas
Loker Secukupnya
14. Tangga darurat 1
15. Wc petugas 1
16. AC sentral Seluruh ruangan

21
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. ALUR PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM KLINIK


1. Pelayanan Rawat Inap

2.

22
2. Pelayanan Rawat Jalan

23
B. PENDAFTARAN DAN PENCATATAN
Instalasi Laboratorium Klinik melakukan pelayanan sesuai dengan alur yang sudah
ditetapkan oleh Rumah Sakit untuk seluruh jenis layanan yang ada di Rumah Sakit
termasuk Instalasi Laboratorium Klinik.
1. Pendaftaran pasien dilakukan satu pintu melalui registrasi (TPP) secara on line ke
seluruh unit layanan di rumah sakit.
2. Order pemeriksaan laboratorium rawat jalan dilakukan oleh dokter klinisi pada
SIMRS di setiap ruangan klinik dan secara on line tertransfer ke Instalasi
Laboratorium Klinik.
3. Order pemeriksaan laboratorium rawat inap dilakukan oleh petugas laboratorium di
Instalasi Laboratorium Klinik.
4. Transaksi pembayaran dilakukan secara sentral melalui administrasi dan keuangan.

C. PENGELOLAAN SPESIMEN
1. Jenis Spesimen
Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes, 2008 menyatakan
bahwa, spesimen yang diolah di Instalasi Laboratorium Klinik adalah spesimen yang
berasal dari tubuh manusia dan diberlakukan sebagai spesimen infeksius dapat berupa:
1. Serum 8. Bilasan lambung 12. Sperma
2. Plasma 9. Apus tenggorok 13. Pus
3. Darah (Whole Blood) 10. Apes rectum 14. Cairan pleura
4. Urin 11. Sekret 15. Cairan ascites
5. Faeces - Uretra 16. Jaringan tubuh
6. Sputum - Telinga manusia
7. Cairan otak - Hidung
- Mata
Instalasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit RK. Charitas memberlakukan hal yang
sama terhadap setiap spesimen yang diproses di Instalasi Laboratorium Klinik.

2. Pengambilan dan Pengumpulan Spesimen


Terdapat beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam pengambilan spesimen :
2.1. Jenis spesimen.
Spesimen yang diambil disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam pemeriksaan laboratorium
patologi klinik dan patologi anatomi banyak macamnya, yaitu : darah utuh
(whole blood), plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine sewaktu, urine
tampung 24 jam), tinja (faeces), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites,
cairan pleura, cairan sendi, nanah (pus), usap (swab) luka, usap tenggorok, usap
hidung, usap nasofaring, sumsum tulang, Jaringan tubuh manusia dan
sebagainya.
2.2. Volume spesimen.
Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan.

24
2.3. Kondisi spesimen.
Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,
seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan
untuk pemeriksaan hematologi), tidak berubah warna, segar / tidak kadaluwarsa
dan steril (terutama untuk pemeriksaan bakteriologi) dan untuk pemeriksaan
patologi anatomi adalah semua jaringan yang keluar dari tubuh manusia
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
2.4. Antikoagulan.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus sesuai.
2.5. Peralatan sampling dan wadah spesimen.
Peralatan sampling dan wadah spesimen harus memenuhi syarat, yaitu : bersih,
kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang ada
dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).
2.6. Lokasi pengambilan spesimen.
Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi penting diperhatikan,
bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang tidak dilalui
jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat selang
infus dapat menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.
2.7. Waktu pengambilan.
Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari karena waktu
ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan pada
keadaan basal.
2.8. Pencatatan dan labelisasi.
Formulir permintaan permintaan (FPP) laboratorium harus mencantumkan
informasi berikut : nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, nama dokter,
nomor rekam medis, keterangan klinis, tanggal, waktu pengambilan, data
khusus lainnya (misalnya informasi obat yang telah diminum pasien) dan
jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah spesimen harus ditempel
label yang berisi informasi, minimal nama pasien, tanggal lahir dan waktu
pengambilan.
2.9. Cara pengambilan spesimen laboratorium patologi klinik dibagi menjadi 2
yaitu:
2.9.1. Pengambilan spesimen Rawat Jalan, MCU, Home Care dilakukan oleh
petugas laboratorium.
2.9.2. Pengambilan spesimen Rawat Inap dan IGD:
2.9.2.1. Pada hari libur, malam hari dan permintaan pemeriksaan
CITO pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas unit
layanan yang bersangkutan, kecuali ruang perawatan bayi dan
anak dilakukan oleh petugas laboratorium
2.9.2.2. Diluar hari tersebut diatas pengambilan spesimen dilakukan
oleh petugas laboratorium secara reguler:
25
I : 08. 30. WIB 10.00 WIB
II : 11. 30. WIB 13. 00 WIB
III : 14. 30. WIB 16. 30 WIB
IV : 17. 00. WIB 19.00 WIB
2.10. Pengambilan spesimen laboratorium patologi anatomi dibagi menjadi 3
yaitu:
2.10.1. Jaringan tubuh dilakukan oleh dokter yang merujuk (operator
operasi) jaringan dikirim ke laboratorium patologi anatomi
2.10.2. FNAB oleh dokter spesialis patologi anatomi (SpPA).
2.10.3. Sitologi oleh pasien yang bersangkutan dengan bantuan perawat,
petugas medis atau dokter yang merawat pasien.
3. Penerimaan Spesimen
3.1. Memeriksa sampel mengenai jenis, jumlah dan keadaan saat diterima,
kemudian dicocokkan dengan surat pengantar spesimen.
3.2. Jumlah dan volume masing - masing spesimen harus cukup.
3.3. Jika ada kekurangan data langsung ditanyakan / melengkapi formulir yang telah
disediakan.
3.4. Mencatat di buku penerimaan spesimen atau di SIMRS yang sudah disediakan
3.5. Sesegera mungkin sampel diperiksa.
3.6. Jika tidak segera diperiksa, maka sampel di masukkan ke dalam pendingin.
3.7. Untuk sampel serum yang belum dipisah, antara serum dan bekuan darah
jangan langsung dimasukkan ke kulkas harus dipisahkan terlebih dahulu, untuk
menghindari kerusakan serum.
3.8. Serum jika ingin disimpan dalam jangka panjang dapat dimasukkan di dalam
freezer.

4. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium klinik yang baik dan benar terlaksana dengan
memperhatikan point-point penting yang menjadi dasar kegiatan.
4.1. Dasar pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu
Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring, diagnostik
dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tinjuan pemeriksaan
memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas yang
berbeda pula.

Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik
Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif sejati diantara pasien-pasien
yang berpenyakit.

26
Sensitivitas klinis = Positivitas diantara yang berpenyakit

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Sensitivitas analitik / batas deteksi yaitu kadar terendah dari suatu analis
yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi menjadi syarat pada pemeriksaan
untuk tujuan skrining.

Spesifisitas
Dikenal spesifisitas klinis dan spesifisitas analitik.
Spesifisitas klinis adalah presentase hasil negative sejati di antara pasien-
pasien yang sehat.
Spesifisitas klinis = Negatif diantara yang sehat

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Spesifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu metode
untuk memeriksa suatu analis tanpa dipengaruhi zat-zat lain.
Sensitivitas jarang diikuti dengan spesifisitas 100 % dan sebaliknya.
Metode yang baik adalah metode yang memberikan sensitivitas dan
spesifisitas setinggi mungkin. Tidak ada satupun metode yang bebas dari
positif palsu atau negatif palsu.

Kecepatan Hasil Pemeriksaan Yang Diinginkan


Mengingat hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik sangat diperlukan
dalam pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang diperlukan
sampai diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu dipertimbangkan.

Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan
rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi.
Laboratorium RS. Materna Medan menggunakan metode yang di
rekomendasikan oleh :
1. Hematologi : ICSH (International Committee tor
Standarisation in Hematology)
2. Kimia Klinik : IFCC (International of Clinical
Chemistry)
3. Immunologi : ELISA & CMIA
27
4. Mikrobiologi : WHO (World Health
Organization).

4.2.Evaluasi Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan laboratorium patologi klinik perlu
dikaji ulang secara berkala minimal sekali dalam satu tahun mengingat Ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.
Jenis pemeriksaan laboratorium, metode dan nilai rujukan, nilai kritis, respon
time yang dilakukan di laboratorium RS. Materna Medan maupun laboratorium
rujukan.

4.3.Nilai rujukan
PARAMETER (METODE) NILAI
NO SEX UMUR NILAI SATUAN
INDONESIA INGGRIS RUJUKAN
HEMATOLOGI
6
1 Eritrosit Erythrocyte L& 0 - 1 Hr 10 /L 4.3 - 6.3
P 2 - 6 Hr 4.0 - 6.8
23
7 - 3.7 - 6.1
Hr
37
24 - 3.2 - 5.6
hr
50
38 - 3.1 - 5.1
hr
2.5
2 - 2.8 - 4.8
Bln
5
3 - 3.1 - 4.7
Bln
7
5 - 3.6 - 5.2
Bln
12
8 - 3.6 - 5.2
Bln
3
1 - 3.6 - 5.2
Thn
5
3 - 3.7 - 5.7
Thn
10
5 - 3.8 - 5.8
Thn
L > 10 Thn 4.4 - 5.9
P > 10 Thn 3.8 - 5.2
2 Hemoglobin Hemoglobin (Hb) L& 0 - 1 Hr g/dL 15.2 - 23.6
P 1 - 6 Hr 15.0 - 24.6
23
6 - 12.7 - 18.7
Hr
30
23 - 10.3 - 17.9
Hr
2
1 - 9.0 - 16.6
Bln
3
2 - 9.2 - 13.6
Bln
5
3 - 9.6 - 12.8
Bln
7
5 - 10.1 - 12.9
Bln
10
7 - 10.5 - 12.9
Bln
10 - 12 10.7 - 13.1
28
Bln
3
1 - 10.8 - 12.8
Thn
5
3 - 9.6 - 12.8
Thn
10
5 - 10.8 - 15.6
Thn
12
10 - 10.7 - 13.1
Thn
15
12 - 12.8 - 16.8
Thn
L >15 Thn 13.2 - 17.3
P >15 Thn 12.8 - 16.8
3 Hitung jenis Differential L& %
Leucocyte Count P
Basophil Basophil 120
0 - 0 - 1
Thn
Eosinophil Eosinophil 120
0 - 1 - 3
Thn
Limphosit Lymphocyte 120
0 - 25 - 40
Thn
Monosit Monocyte 120
0 - 2 - 8
Thn
Neutrophil Segmented 120
0 - 50 - 70
Segment Neutrophyl Thn
4 Laju Endap Darah Erythrocyte L 0 - 10
(LED) Sedimentation mm
Rate (ESR) P 0 - 20
5 Leukosit Leucocyte L& 0 - 1 Hr 10 3 /L 9.4 - 34.0
P 1 - 7 Hr 5.0 - 21.0
14
7 - 5.0 - 20.0
Hr
27
14 - 5.0 - 20.0
Hr
28 Hr 5.0 - 19.5
2
1 - 5.5 - 18.0
Bln
3
2 - 5.5 - 15.5
Bln
6
3 - 5.0 - 14.5
bln
12
6 - 6.0 - 17.5
Bln
2
1 - 5.5 - 18.0
Thn
4
2 - 5.5 - 15.5
Thn
8
4 - 5.0 - 14.5
Thn
12
8 - 4.5 - 13.5
Thn
17
12 - 4.5 - 13.0
Thn
19
17 - 4.5 - 12.5
Thn
> 19 Thn 3.8 - 10.6
6 Trombosit Platelet 5
L 0 - 10 3 /L 217 - 497
Thn
P 229 - 553
10
L 5 - 181 - 521
Thn
P 184 - 488
15
L 10 - 156 - 408
Thn
P 154 - 442
20
L 15 - 140 - 392
Thn
29
P 154 - 386
L& 20
> 150 - 440
P Thn

7 Hematokrit (Ht) Hematocrit (HCT, L& 0 - 1 Hr % 44 - 72


PCV) P
1 - 6 Hr 50 - 82
23
6 - 42 - 62
Hr
30
23 - 31 - 59
Hr
2
1 - 30 - 54
Bln
3
2 - 30 - 46
Bln
5
3 - 31 - 43
Bln
12
5 - 32 - 44
Bln
3
1 - 35 - 43
Thn
5
3 - 31 - 43
Thn
10
5 - 33 - 45
Thn
L 40 - 52
>10 Thn
P 35 - 47
8 Eosinophil Total Eosinophil Total sel/L 80 - 360
9 MCH MCH pg 27 - 31
10 MCHC MCHC % 32 - 37
11 MCV MCV fL 82 - 92
12 Retikulosit Reticulocytes L& 1 - 2 Hr % 3 - 7
P
2 - 6 Hr 1 - 3
28
6 - 0 - 1
Hr
1
3 - 7
Bln
1.5
0.3 - 3.5
Bln
2
0.4 - 4.8
Bln
2.5
0.3 - 4.2
Bln
3
1 - 3
Bln
12
4 - 0.2 - 2.8
Bln
>1
0.5 - 1.5
Thn
HEMOSTASIS
Masa
Activated Partial
Tromboplastin L&
13 Thromboplastin Detik 25 - 35
Parsial Teraktivasi P
Time (APTT)
(MTPT)
Coagulation Time
14 Masa Pembekuan Menit 8 - 18
(CT)
<
15 D-Dimer D-Dimer g/mL
0.5
16 Fibrinogen Fibrinogen mg/dL 200 - 400
Masa Protrombin Prothrombin Time
17 Detik 11 - 15
(MP) (PT)
Masa Trombin Thrombin Time
18 Detik <13
(MT) (TT)
LAIN-LAIN
19 Malaria / DDR Malaria / DDR
30
(Slide) (Slide)
Plasmodium Plasmodium
Tidak ditemukan
Falciparum Falciparum
Plasmodium
Plasmodium Vivax Tidak ditemukan
Vivax
20 Malaria Rapid Ag Malaria Rapid Ag
Plasmodium Plasmodium
Tidak ditemukan
Falciparum Falciparum
Plasmodium
Plasmodium Vivax Tidak ditemukan
Vivax
21 Resistensi
Resistensi Osmotik
Osmotik
Hemolis sempurna
0.3 - 0.34
pd kons NaCl
Permulaan hemolis
0.4 - 0.44
pd kons NaCl
22 Sel LE Sel LE 0 - 120 Tak ditemukan
23 P g/dL 65 - 170
SI SI 0 - 120
L 75 - 185
24 TIBC TIBC g/dL 250 - 380
25 P ng/mL 13 - 150
Ferritin Ferritin
L 30 - 400
KIMIA
26 Bilirubin Total Bilirubin Total mg/dL 0.1 - 1.1
Bilirubin Direct Bilirubin Direct 0.1 - 0.4
Bilirubin Indirect Bilirubin Indirect 0.2 - 0.7
27 Bilirubin Total (bayi) Bilirubin Total 1 Hr mg/dL <6.0
2 Hr <7.0
3 - 5 Hr <12.0
28 Bilirubin Bayi Bilirubin Bayi
Bilirubin Total Bilirubin Total mg/dL 0.1 - 10
Bilirubin Direct Bilirubin Direct mg/dL 0.1 - 0.8
Bilirubin Indirect Bilirubin Indirect mg/dL 0.2 - 9.2
29 Gamma Gamma 1 Hr mg/dL <151
Glutamiltransferase Glutamytransferase 2 - 5 Hr <185
(GGT) (GGT)
6 6
- <204
Hr Bln
7 1
L& - <34
Bln Thn
P 3
1 - <18
Thn
6
4 - <23
Thn
12
7 - <17
Thn
L 17 <45
13 -
P Thn <33
L&
>17 Thn 0 - 30
P
30 Protein Total Protein Total
Albumin Albumin 3.5 - 5.5
g/dL
Globulin Globulin 2 - 3.5
Protein (darah) Protein 6 - 8
31 Aspartat Amino Aspartate Amino 1 Hr U/L <109
Transferase (AST/ Transferase 2 - 5 Hr <97
SGOT) (AST/SGOT)
L& 6 6
- <77
P Hr Bln
12
7 - <82
Bln
1 - 3 <48
31
Thn
6
4 - <36
Thn
12
7 - <47
Thn
L 17 <29
13 -
P Thn <25
L 0 - 35
>17 Thn
P 0 - 50
32 Alanin Amino Alanine Amino 1 Hr U/L <31
Transferase Transferase 2 - 5 Hr <49
(ALT/SGPT) (ALT/SGPT)
6 6
- <56
Hr Bln
12
7 - <54
Bln
3
1 - <33
Thn
6
4 - <29
Thn
12
7 - <39
Thn
L 17 <24
13 -
P Thn <25
P 0 - 35
>17 Thn
L 0 - 50
BUN (Blood Urea Blood Urea
33 mg/dL 10 - 20
Nitrogen) Nitrogen
34 Kreatinin Urin P mg/dL 28 - 217
Creatinine Urine
L 39 - 259
35 Kreatinin Bersihan Creatinine
mL/min 75 - 125
Clearance
36 Kreatinin serum Neonatus mg/dL <1.2
12
2 - <0.9
Bln
Creatinine Serum > 1 Th <1.0
L 0.62 - 1.1
P 0.45 - 0.75
Mikroalbumin Mikroalbumin
37 mg/L < 30
Kuantitatif Kuantitatif
38 Ureum (serum) Ureum (serum) mg/dL 10 - 50
Uric Acid (Asam Uric Acid (Asam
39 mg/dL 3.4 - 7
urat) urat)
Urea Clearence Urea Clearence
40 % 70 - 110
(serum) (serum)
41 C.P.K. C.P.K. U/L < 190
42 CK-MB CK-MB U/L < 25
43 Laktat Lactate 1 Hr U/L <1327
Dehidrogenase Dehydrogenase 2 - 5 Hr <1732
(LDH) (LDH)
6 6
- <975
Hr Bln
12
7 - <1100
Bln
3
1 - <850
Thn
6
4 - <615
Thn
L 12 <764
7 -
P Thn <580
L 17 <683
13 -
P Thn <436
L&
>17 thn 50 - 150
P

32
Myoglobin Myoglobin
44 ng/mL 70
Kuantitatif Kuantitatif
45 ProBNP Kuantitatif ProBNP Kuantitatif pg/mL 125
Troponin T Troponin T
46 ng/mL <=3.1
Kuantitatif Kuantitatif
47 Troponin I Kualitatif Troponin I Kualitatif ng/mL 0 - 0.1
P mg/dL 108 - 225
48 Apolipoprotein A-1 Apolipoprotein A-1
L 104 - 202
L mg/dL 66 - 133
49 Apolipoprotein B Apolipoprotein B
P 60 - 117
50 Kolesterol Total Cholesterol Total mg/dL 150 - 200
51 HDL Cholesterol HDL Cholesterol mg/dL >= 45
52 LDL Cholesterol LDL Cholesterol mg/dL < 130
53 Lipid Total Lipid Total mg/dL 400 - 850
54 Triglyceride mg/dL <160
<50 Thn mg/dL 8.8 - 10.0
P
55 Kalsium Calsium >50Thn 8.8 - 10.2
L 8.8 - 10.3
56 Klorida Chloride mEq/L 2.0 - 2.3
57 Kalium Calium mEq/L 3.5 - 5
58 Natrium Sodium (Na) mEq/L 135 - 147
59 Magnesium Magnesium mg/dL 1.8 - 3
60 Phosphates Phosphates mg/dL 2.5 - 5
61 C. Peptide C. Peptide ng/mL < 3.2
62 Glucose Keton Glucose Keton mol/L 1.5 - 3
Glukosa 2 Jam PP / Glukose 2 hour
mg/dL 74 - 106
63 BSPP Postprandial
Reduksi Reduction Negatif
Glukosa Puasa /
Fasting Glucose mg/dL 70 - 105
64 BSN
Reduksi Reduction Negatif
Glukosa sewaktu /
mg/dL 70 - 180
65 BSS
Reduksi Reduction Negatif
66 GTT GTT
GTT I GTT I mg/dL 70 - 110
a
Reduksi Reduction Negatif
GTT II GTT II mg/dL < 140
b
Reduksi Reduction Negatif
GTT III GTT III mg/dL < 140
c
Reduksi Reduction Negatif
GTT IV GTT IV mg/dL < 140
d
Reduksi Reduction Negatif
GTT V GTT V mg/dL 70 - 110
e
Reduksi Reduction Negatif
HbA1C HbA1C
67 % 4.5 - 6.3
(Glikohemoglobin) (Glikohemoglobin)
68 Acid Phosphatase Acid Phosphatase U/L 0.2 - 9.5
69 Amylase Amylase U/L 25 - 100
IU/ 24
70 Amylase (urine) Amylase (urine) < 410
jam
71 Lipase Lipase U/L 0 - 160
72 Astrup / Blood Gas Blood Gas
Anion Gap Anion Gap mol/L 10 - 20
Beecf Beecf mol/L 2 - 3
Chloride / Cl Chloride / Cl mol/L 98 - 109
Glucose / Glu Glucose / Glu mg/dL 70 - 105
HCO3 HCO3 mol/L 22 - 26
33
Hematokrit / Hct Hematokrit / Hct % 38 - 51
Hemoglobin / Hb Hemoglobin / Hb g/dL 12 - 17
Ionized Calcium / Ionized Calcium /
mol/L 1.12 - 1.32
iCa iCa
PCO2 PCO2 mmHg 35 - 45
pH pH 7.35 - 7.45
PO2 PO2 mmHg 80 - 105
Potassium / K Potassium / K mol/L 3.5 - 4.9
sO2 sO2 % 95 - 98
Sodium / Na Sodium / Na mol/L 138 - 146
TCO2 TCO2 mol/L 23 - 27
Temp Temp C 37
Urea Urea mol/L 2.9 - 9.4
Urea Nitrogen /
Urea Nitrogen / BUN mg/dL 8 - 26
BUN
SEROLOGI
73 Anti HAV Total Anti HAV Total Negatif
74 Anti HCV (Elisa) Anti HCV (Elisa) Negatif
75 Anti HCV (Rapid) Anti HCV (Rapid) S/CO Negatif
76 Hbe Ag (Elisa) Hbe Ag (Elisa) Negatif
77 HBs Ag (Elisa) HBs Ag (Elisa) Negatif
78 HBs Ag (Rapid) HBs Ag (Rapid) Negatif
79 Hbe (Rapid) Hbe (Rapid) Negatif
80 Anti HAV IgM Anti HAV IgM Negatif
81 Anti HBc IgM Anti HBc IgM Hasil terlampir
Anti Anti
82 Mycobacterium TB Mycobacterium TB Negatif
Rapid Rapid
83 C3 Complement C3 Complement mg/dL 74 - 148
84 C4 Complement C4 Complement mg/dL 14 - 39
85 Anti HIV (Rapid) Anti HIV (Rapid) Negatif
86 Chikungunya IgM Chikungunya IgM Negatif
87 H. Pylori H. Pylori Negatif
88 Salmonella IgM Salmonella IgM Negatif
89 TPHA TPHA Negatif
90 VDRL RPR VDRL RPR Negatif
91 Widal Widal Negatif
S. Paratyphi AH S. Paratyphi AH Negatif
S. Paratyphi AO S. Paratyphi AO Negatif
S. Paratyphi BH S. Paratyphi BH Negatif
S. Paratyphi BO S. Paratyphi BO Negatif
S. Paratyphi CH S. Paratyphi CH Negatif
S. Paratyphi CO S. Paratyphi CO Negatif
S. Paratyphi H S. Paratyphi H Negatif
S. Paratyphi O S. Paratyphi O Negatif
92 Anti DHF Anti DHF
IgG IgG Negatif
IgM IgM Negatif
93 Dengue Duo NS I Dengue Duo NS I
Ag Ag
Anti IgG Anti IgG Negatif
Anti IgM Anti IgM Negatif
94 Dengue NS I Ag Dengue NS I Ag Negatif
95 ASTO ASTO IU/L Negatif
96 CRP CRP Negatif
97 CRP Kuantitatif CRP Kuantitatif mg/L <6
98 RF (Rheuma RF (Rheuma Negatif
34
Factor) Factor)
99 Toxoplasma IgG Toxoplasma IgG IU/mL <3
100 Toxoplasma IgM Toxoplasma IgM IU/mL < 0.6
101 Rubella IgG Rubella IgG IU/mL < 10
102 Rubella IgM Rubella IgM Index <1
103 CMV IgG CMV IgG IU/mL < 15
104 CMV IgM CMV IgM Index < 0.7
PPD 2 TU (Mantoux
105 mm 0
Test)
PETANDA TUMOR
Alfa Feto Protein Alpha Fet Protein
106 ng/mL <30
(AFP) (AFP)
107 CA 12-5 CA 12-5 U/mL <35
Carcino
Carcino Embryonic
108 Embryonic ng/mL <5
Antigen (CEA)
Antigen (CEA)
109 Prostate Spesific Prostate Spesific L <40 ng/mL <1.3
Antigen (PSA) Antigen (PSA) 50
41 - <2.0
Thn
60
51 - <3.0
Thn
70
61 - <4.0
Thn
>70 thn <4.5
HORMON
Free Thyroxine
110 Bebas Tiroksin ng/mL 0.26 - 32.6
(FT4)
111 Bebas T3 Free T3 ng/dL 0.71 - 1.85
Triiodothyronine
112 T3 ng/mL 0.45 - 1.65
(T3)
Total Thyroxine
113 T4 g/dL 4.5 - 12
(T4)
Tiroid Stimulating
114 TSH IU/mL 0.49 - 4.67
Hormone
URINE
115 Aceton / Keton Aceton Negatif
Benzidin / Benzidin /
116 Negatif
Hematest Hematest
117 Bilirubin Bilirubin Negatif
118 Berat jenis Spesific Gravity 1,003 - 1,030
Calcium urine
119 Calcium urine 6.7 - 21.3
pagi
120 Chylous Chylous Negatif
121 Hemosiderin Hemosiderin Negatif
122 Jam 06.00 Jam 06.00 Negatif
123 Jam 12.00 Jam 12.00 Negatif
124 Jam. 18.00 Jam. 18.00 Negatif
125 Jam 24.00 Jam 24.00 Negatif
126 Kristal Crystals
Ca Oxalate Ca Oxalate Positif
Ca Carbonate Ca Carbonate Positif
Ca Phosphat Ca Phosphat Positif
Sodium Urat Sodium Urat Positif
Triple Phosphate Triple Phosphate Positif
Uric Acid Uric Acid Positif
127 Micro Albumin Micro Albumin mg/L < 20
128 Nitrit Nitrit Negatif
Phospor urine
129 Phospor urine mg/dL 40 - 136
pagi
130 Pregnancy test Pregnancy test Negatif

35
Protein Bence Protein Bence
131 Negatif
Jones Jones
Protein Esbach Protein Esbach (24 g/L/24
132 <= 0.5
(24 jam) jam) jam
133 Protein (urine) Protein (urine) Negatif
134 Reduksi Reduction Negatif
135 Reaksi pH pH 4.5 - 7.5
136 Silinder Cast
Eritrosit Silinder Erythrocytes Cast /LPK 0
Fatty Fatty /LPK 0
Granular Granular /LPK 0
Hialin Hialin /LPK 0
Leukosit Silinder Leucocytes Cast /LPK 0
Lilin Lilin /LPK 0
137 Sedimen Flow Sedimen Flow
Cytometri Cytometri
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB 0 - 1
Epithel Epithelial Positif
Jamur Fungus Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB 0 - 5
Trichomonas Trichomonas Negatif
138 Sedimen Sedimen
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB 0 - 1
Epithel Epithel Positif
Jamur Fungus Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB 0 - 5
Trichomonas Trichomonas Negatif
139 Urine BTA Urine BTA Tak ditemukan
140 Urine Lengkap Urine Complete
141 Aceton / Keton Aceton Negatif
142 Berat jenis Spesific Gravity 1,003 - 1,030
143 Kejernihan Kejernihan jernih
144 Reaksi pH pH 4.5 - 7.5
145 Warna Colour kuning
146 Urobilinogen Urobilinogen Negatif
147 Glucose Glucose
148 Keton Ketone
149 Protein Protein
FAECES
150 Faeces / Tinja Faeces
a Benzidin Test Benzidin Test Negatif
b Makroskopis Macroscopic
Konsistensi Consistency Lunak
Lendir Lendir Negatif
c Mikroskopis Microscopic
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB <=2
Fat Fat Negatif
Jamur Fungus Negatif
Kista Kista Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB <=6
Trophozoit Trophozoit Negatif
d Telur Cacing Wormeggs Negatif
Ascaris Ascaris
Negatif
Lumbricoides Lumbricoides

36
Ankylostosma Ankylostosma
Negatif
Duodenale Duodenale
Oxyyuris Oxyyuris
Negatif
Vermicularis Vermicularis
Telur Cacing Wormeggs Negatif
Trichuris - Trichuris -
Negatif
Trichiuria Trichiuria
MIKROBIOLOGI
151 BTA Pleura BTA Pleura Tak ditemukan
152 BTA Urine BTA Urine Tak ditemukan
153 Direct smear + Direct smear +
NaCL 0.9% NaCL 0.9%
Cell Candida Cell Candida Tak ditemukan
Jamur Fungus Tak ditemukan
Trichomonas Trichomonas
Tak ditemukan
vaginalis vaginalis
154 Gram Gram
Ephitel Ephitel Positif
Diplococcus Diplococcus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
155 Gram : Fixative Gram : Fixative
-
smear smear
Ephitel Ephitel Positif
Diplococcus Diplococcus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
156 Morbus Hansen Morbus Hansen Tak ditemukan
157 Sputum BTA 1x Sputum BTA 1x Tak ditemukan
158 Sputum BTA 2x Sputum BTA 2x Tak ditemukan
159 Sputum BTA 3x Sputum BTA 3x Tak ditemukan
160 Tenggorokan Tenggorokan
Jamur Fungus Tak ditemukan
Neisser : C. Neisser : C.
Tak ditemukan
Diphtheriae Diphtheriae
Transudat / Transudat /
161
eksudat eksudat
a Aktivitas LDH Aktivitas LDH U/L 80 - 240
b Glukosa Glucose mg/dL 50 - 80
c Gram Gram
Ephitel Ephitel Positif
Coccus Coccus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
d Jumlah Sel Volume Cell sel/L 0 - 5
e Kimia Kimia
Glukosa Glucose mg/dL 50 - 80
f Makroskopis Makroskopis
Warna Colour Jernih
g NaCL NaCL mg/dL 720 - 750
h Nonne Nonne Negatif
i Protein Total Protein Total mg/dL 15 - 20
j Pandy Pandy Negatif
k Rivalta test Rivalta test Negatif
l Ureum Ureum mg/dL 10 - 50
Chlorida urine
162 Chlorida urine mEq/L 100 - 250
(dewasa)
Chlorida urine
163 Chlorida urine mEq/L 15 - 40
(anak)
37
Chlorida urine
164 Chlorida urine mEq/L 2 - 10
(bayi)
165 K urine K urine mEq/L 25 - 120
166 Na urine Na urine mEq/L 40 - 220
167 Analisa Sperma -
a Makroskopis Macroscopic
1. Volume Volume Cell mL 2 - 6
2. Warna Colour
3. Bau 3. Bau Khas
4. Koagulum Coagulation
5. Likuefaksi 5. Likuefaksi Sempurna
6. pH 6. pH 7.2 - 7.8
7. Visikositas 7. Visikositas detik
b Mikroskopis Microscopic
1. Viabilitas 1. Viabilitas % > 70
2. Aglutinasi 2. aglutination Negatif
3. Leukosit 3. Leucocytes juta /mL <1
4. Jumlah 4. Volume juta /mL > 20
Juta/
5. Jumlah Total 5. Volume > 40
ejakulasi
6. Motilitas 6. Motilitas % > 50
7. Indeks
7. Indeks Motilitas + 2x % motilitas
Motilitas
8. Morfologi 8. Morfologi
a. Normal a. Normal % > 30
b. Abnormal b. Abnormal % < 70%

168 Cairan Lambung -


Eritrosit Erythrocyte sel/LPB <=2
Gram () Bacil Gram () Bacil Negatif
Leukosit Leucocytes sel/LPB <=6
169 Cairan Abses
Amoeba Amoeba Tak ditemukan
Eritrosit Erythrocyte sel/LPB <= 2
Gram (+) Coccus Gram (+) Coccus Negatif
Gram (-) Bacil Gram (-) Bacil Negatif
Leukosit Leucocytes sel/LPB <=6
DRUG ABUSED
170 Amphetamin Amphetamin Tak terdeteksi
171 Alkohol kualitatif Alkohol kualitatif Tak terdeteksi
172 Barbiturate Barbiturate Tak terdeteksi
173 Benzodiazephine Benzodiazephine Tak terdeteksi
174 Cocaine Cocaine Tak terdeteksi
175 Marihuana (THC) Marihuana (THC) Tak terdeteksi
Methaphetamine Methaphetamine
176 Tak terdeteksi
(MET) (MET)
Morphine / Opiate Morphine / Opiate
177
(MOP) (MOP)
178 Paket Drug 4 Item DRUG ABUSED 4
Amphetamin Amphetamin Tak terdeteksi
Benzodiazephine Benzodiazephine Tak terdeteksi
Marihuana (THC) Marihuana (THC) Tak terdeteksi
Morphine / Opiate Morphine / Opiate
Tak terdeteksi
(MOP) (MOP)
179 Paket Drug 5 Item DRUG ABUSED 5
Amphetamin Amphetamin Tak terdeteksi
Benzodiazephine Benzodiazephine Tak terdeteksi
Methaphetamine Methaphetamine
Tak terdeteksi
(MET) (MET)
Morphine / Opiate Morphine / Opiate Tak terdeteksi
38
(MOP) (MOP)
Marihuana (THC) Marihuana (THC) Tak terdeteksi
180 Paket Drug 6 Item DRUG ABUSED 6
Amphetamin Amphetamin Tak terdeteksi
Benzodiazephine Benzodiazephine Tak terdeteksi
Cocaine Cocaine Tak terdeteksi
Marihuana (THC) Marihuana (THC) Tak terdeteksi
Methaphetamine Methaphetamine
Tak terdeteksi
(MET) (MET)
Morphine / Opiate Morphine / Opiate
Tak terdeteksi
(MOP) (MOP)

5. Laboratorium Rujukan
Pemeriksaan yang belum mampu dikerjakan di Instalasi Laboratorium Klinik rumah
sakit dirujuk ke laboratorium lain (rujukan). Laboratorium rujukan ditetapkan oleh
Rumah Sakit berdasarkan:
a. Kemampuan mengerjakan pemeriksaan yang dirujuk
b. Memiliki aspek legal berdirinya laboratorium dan struktur organisasi
c. Melakukan Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal secara rutin
d. Sudah terakreditasi Nasional maupun Internasional sebagai dasar kualitas
penjaminaan mutu hasil pemeriksaan
e. Mampu memberikan hasil laboratorium dengan cepat.
Instalasi Laboratorium Klinik memiliki nilai QC dan rentang nilai rujukan dari
laboratorium yang dirujuk serta dievaluasi secara berkala minimal 1 kali dalam
setahun.

1. Jenis pemeriksaan rujukan ke Laboratorium ABC:


NILAI
NO NAMA PEMERIKSAAN METODE SEX UMUR NILAI RUJUKAN
SATUAN
1 hs-CRP (Lab. ABC) mg/L < 11
2 HBV-DNA Kuantitatif (PCR) PCR
3 HCV RNA Kuantitatif (PCR)
4 Ratio PSA (Free PSA) ECLIA ng/mL < 0.934
5 Vit B12 pg/mL 157 - 1059
6 FTI g/dL 6.33 - 12.40
7 T3 Uptake ECLIA
8 Throglobulin Antibody test
9 Helicobacter IgG
10 Helicobacter IgM
11 Jamur Aspergillosis
12 Jamur Candidiasis
13 Murine Typhus
14 Mycoplasma IgG
15 Mycoplasma IgM
16 Seramoeba / IDT
17 TB EIA EIA
18 TB- PAP ELISA
19 AAT ELISA
20 Haptoglobin ELISA
21 IgA ELISA
22 IgG ELISA
23 IgM ELISA
24 Transferin ELISA
25 IgE Spesifik ELISA

39
26 IgE Total ELISA
27 Toxoplasma IgG Aviditas ELISA
28 Carbamazephin ELISA g/mL 4 - 10
29 Digoxin ELISA ng/mL 0.8 - 0.2
NILAI
NO NAMA PEMERIKSAAN METODE SEX UMUR NILAI RUJUKAN
SATUAN
30 Phenitoin ELISA g/dL 10 - 20
31 Phenobarbital ELISA g/mL 15 - 40
32 Theophilin ELISA g/mL 10 - 20
33 HCG (25mIU/L) ELISA

2. Jenis pemeriksaan Rujukan ke Laboratorium BBLK Palembang:


NILAI
NO NAMA PEMERIKSAAN METODE SEX UMUR NILAI RUJUKAN
SATUAN
1 Cairan liquor
Makroskopis
Warna Makroskopis Tidak berwarna
Kejernihan Makroskopis Jernih
Bekuan Makroskopis Tidak ada bekuan
Mikroskopis
sel leukosit Mikroskopis Dewasa Mm3 05
Anak s/d 5 th 0 -20
sel eritrosit Mikroskopis Mm3
Jenis Sel
PMN
MN Mikroskopis Negatif
Kimia
Glukosa GOP-PAP Mmol/L 3,9 6,1
(Human/Indo R)
Protein Biuret Mg/dl 15 45
Chlorida Mercuric mEq/L 120 130
Thiocyanate
Nonne
Pandy
2 Sensitivity
Amikacin Mcg 30
Ampicilin Ug 30
Cefotaxim Mcg 30
Co-Trimoxazol Mcg 25
Ceftriaxone Ug 30
Gentamicin Ug 10
Kanamycin Ug 10
Tetracycline Ug 30
Sulfonamide Ug 300
Meropenem Ug 10
Penicilin Ug 10
Erythromycin Ug 10
Cefepime Ug 30
Ciprofloxacin Mcg 5
Chloramphenicol Mcg 30
Levofloxacin Mcg 5
3 CD4 Photometri Cell/l 500- 1500

40
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Laboratorium CITO
Pemeriksaan CITO adalah pemeriksaan laboratorium klinik yang segera harus
dilakukan untuk menindaklanjuti diagnosa pasien dan apabila tidak segera dilakukan
akan mengancam jiwa.
Melakukan pemeriksaan laboratorium CITO berdasarkan permintaan dokter yang
merujuk, baik rawat inap atau rawat jalan dan pelaporan hasil 1 jam dari sejak
sampel darah diterima sampai hasil diverifikasi.
Daftar pemeriksaan laboratorium patologi klinik Cito adalah
1. Hematologi rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit,
MCV, MCH, MCHC)
2. Hemostasis (PT, APTT, INR, D-Dimer)
3. Kimia Urine
4. Pemeriksaan rapid sero imunologi (HBS Ag, Dengue IgG/IgM, NS1, Salmonella
IgM)
5. Kimia darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin, Amilase, CK, CKMB, Troponin,
AGD, Elektrolit).

a. Pemeriksaan laboratorium Reguler


Pemeriksaan Laboratorium Reguler adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
untuk mendiagnosa pasien namun tidak dengan indikasi yang mengancam pada
keselamatan pasien bila tidak dilakukan dengan segera.
Melakukan pemeriksaan laboratorium Reguler berdasarkan permintaan dokter dan
pelaporan hasil 3 6 jam dari sejak sampel diterima sampai hasil divalidasi.

b. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi


JENIS PEMERIKSAAN WAKTU TUNGGU HASIL
HISTOPATOLOGI
Jaringan Kecil 1 Minggu Hari Kerja
Jaringan Kuretase di botol kecil
Jaringan Sedang 1 Minggu Hari Kerja
Appendix, Prostat, Thyroid, K. Empedu
Jaringan Kuretase 2 botol, Kuret 5 cc,
Tonsil, Mola, Lipoma, FAM, Limfa

Jaringan Besar 1 Minggu Hari Kerja


Uterus, Ovarium, Usus, Mamma Utuh,
Tulang
SITOPATOLOGI

41
Pap Smear 3 5 Hari Kerja
(Metode Konvensional) 1 Hari CITO
Pap Smear 3 5 Hari Kerja
(Metode Liqui Prep) 1 Hari CITO
FNAB 3 5 Hari Kerja
1 Hari CITO
Bilasan Bronchus 3 5 Hari Kerja
Cairan Pleura 3 5 Hari Kerja
Cairan Ascites 3 5 Hari Kerja
Cairan Otak (LCS) 3 5 Hari Kerja
Cairan Sendi 3 5 Hari Kerja
Urine Sitologi (2x) 3 5 Hari Kerja
Sputum Sitologi (3x) 3 5 Hari Kerja
Cairan Fistula 3 5 Hari Kerja
Pus / Abses 3 5 Hari Kerja
Cairan Kiste 3 5 Hari Kerja
Cairan Pericardial 3 5 Hari Kerja
Bucal Smear 3 5 Hari Kerja
Cairan Abdomen 3 5 Hari Kerja
IMMUNOHISTOKIMIA
Pemeriksaan Immunohistokimia (IHK) 1 Minggu Hari Kerja

E. TATA LAKSANA LAYANAN DARAH (BANK DARAH)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 423/MenKes/SK/IV/2007 tentang


kebijakan peningkatan kualitas dan akses pelayanan darah agar dapat digunakan
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan transfusi darah yang aman, jumlah
cukup, tepat waktu, mudah di akses dan penggunaan secara rasional dapat terlaksana
dengan sistem distribusi tertutup.
Untuk mewujudkan pelayanan darah yang berkualitas dan mudah di akses
tersebut, setiap rumah sakit harus mempunyai persediaan darah siap pakai yang
disertai dengan manajemen pelayanan darah yang baik melalui unit Bank Darah
Rumah Sakit (BDRS). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BDRS menjalin
kerjasama dengan Unit Donor Darah (UDD) sebagai penyedia darah transfusi yang
aman.
Salah satu indikator kesehatan suatu Negara adalah : MMR (Maternal Mortality
Rate). MMR di Indonesia saat ini mencapai 307, berarti terjadi 307 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (SDKI,2002-2003 ). Bila dibandingkan dengan Negara
ASEAN maka angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa penyebab utama kematian ibu di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kualitas pelayanan darah. Pentingnya penyelenggaraan pelayanan
42
darah disuatu rumah sakit maka pada bulan april 2007 dikeluarkan keputusan Menteri
Kesehatan no: 423/Menkes/SK/IV/2007 tentang kebijakan peningkatan kualitas dan
akses pelayanan darah.
Salah satu poin yang tercantum pada SK tersebut adalah : bahwa setiap rumah
sakit harus memiliki Bank Darah Rumah Sakit (BDRS ). Hal ini dimaksudkan agar
pelayanan darah dilakukan dengan sistem distribusi tertutup oleh petugas dan
menggunakan prinsip rantai dingin sehingga setiap rumah sakit harus memiliki
minimal Unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Agar unit Bank Darah Rumah Sakit
dapat berjalan dengan baik dan sesuai standar maka dibutuhkan pedoman pelaksanaan
yang dipakai sebagai acuan bagi BDRS dalam melaksanakan pelayanan darah yang
berkualitas.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam praktik transfusi darah adalah :
Faktor keamanan
meliputi aspek kompatibilitas atau kecocokan darah donor - pasien dan bebasnya
darah serta produk darah dari penyakit yang menular lewat darah
Faktor kualitas
Meliputi konsistensi macam kandungan daya simpan dan efektivitas darah dalam
memperbaiki kondisi pasien sebagai mana yang diharapkan.
Untuk melaksanakan pelayanan darah yang aman dan berkualitas, rumah sakit RK.
Charitas mengatur tatakelola Bank Darah sebagai berikut:

3. Pelayanan Administrasi
Setiap permintaan darah di daftar dan dilakukan pencatatan pada setiap tahap
kegiatan secara lengkap yaitu :
1. Permintaan darah ke UDDC
2. Penerimaan darah dari UDDC
3. Berita acara penerimaan darah dari UDDC
4. Dokumentasi permintaan darah dari para klinisi lengkap dengan indikasi jenis
dan jumlah darah beserta identitas pasien
5. Pemeriksaan golongan darah pasien/darah donor, Uji cocok serasi dalam lembar
kerja
6. Dokumentasi darah titipan dan pemakaian darah
7. Darah yang harus dikembalikan ke UDDC
8. Tentang kebutuhan darah yang tidak terpenuhi
9. Hasil monitoring dan evaluasi
10. Validasi reagen, Kalibrasi alat, pencatatan suhu simpan Darah
11. Reaksi transfusi

4. Penyimpanan Komponen Darah


1 Konfirmasi Golongan darah donor.
2 Disimpan dengan suhu yang sesuai dengan jenis darah.
3 Dijaga rantai dingin darah ( suhu dipantau dan dicatat secara teratur )

43
4 Menyimpan darah dengan prinsip FIFO ( First in First Out) dan sesuai dengan
golongan darah.
5 Suhu simpan dipantau dan dicatat secara teratur, agar rantai dingin selalu terjaga.

ANTI BATAS
JENIS SUHU MASA KETERANGA KEGUNAA
COAGULA WAKTU
DARAH SIMPAN SIMPAN N N
N TRANSFUSI

Whole CPDA 4C 2 C 35/21 hari


Blood 1/CPD
4 JAM
(WB)

Pack Red CPDA 4 C 2 35/21 hari Sistem tertutup Oksigenasi


Cell (PRC) 1/CPD C 24jam/1 Sistem terbuka jaringan
hari 4 JAM

Liquid CPDA 4 C 2 35hari/21 Menghentika


Plasma 1/CPD C hari n
20 MENIT
(LP) pendarahan

Fresh CPDA -30- 50C 6 Bulan Tidak boleh


Frozen 1/CPD sampai dibekukan lagi,
Plasma setahun setelah
(FFP) pencairan harus
20 MENIT
ditransfusikan
sebelum 3 jam

Anti
hemofilia CPDA -30- 50C 6 Bulan-
20 MENIT
Faktor 1/CPD setahun
(AHF)
Trombosit CPDA 20C-24 3 5 hari Disimpan dalam Mencegah
Concentrat 1/CPD C Agrator /Rotator pendarahan 20 MENIT
e (TC)
Wash CPDA 4 C 2 4 jam Dibuat dari PRC
Eritrosit 1/CPD C yang dicuci 4 JAM
(WE) dengan NaCL 3x

Kadaluarsa darah :
Tanggal kadaluarsa darah atau komponen darah adalah tanggal terakhir
dimana darah atau komponen darah masih dapat dipergunakan untuk
keperluan transfusi.
Whole Blood (WB)
Darah lengkap dengan anti koagulan CDPA 1/CPD mempunyai masa
simpan 35 hari/21 hari setelah penyadapan. Selama penyimpanan sesuai
anti koagulan yang digunakan, RBC melakukan perubahan Biokimia dan
struktural yang signifikan selama periode penyimpanan (misalnya :
44
Penurunan deformabilitas RBC, ATP menurun, 2,3 DPG menurun, serta
peningkatan secara signifikan bentuk RBC Abnormal).
Pack Red Cell (PRC)
Tanggal kadaluarsa sama dengan kadaluarsa Whole blood
Fresh Frozen Plasma (FFP)
- Yang sudah dicairkan dapat disimpan pada suhu 4C dan dapat
digunakan secara aman dalam 24 jam, tetapi bila sudah dicairkan
tidak boleh dibekukan lagi.
- FFP yang sudah dicairkan dan berada dalam suhu kamar harus
diinfuskan dalam waktu 4 jam akan tetapi yang terbaik harus
segera di infuskan setelah proses pencairan.
Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan darah adalah :
1. WB,PRC dan WRC tidak boleh sampai membeku
2. FFP harus disimpan dalam keadaan beku pada suhu dibawah 20 C
3. Suhu didalam semua tempat penyimpanan darah harus diperiksa dan
dicatat minimal 2x sehari yaitu pagi dan sore hari
4. Pintu lemari es hanya boleh dibuka bila sangat perlu
5. Seluruh data penyimpanan darah harus didokumentasikan minimal 2
tahun.

BAGAN ALUR PENYIMPANAN DARAH

PENYIMPANAN DARAH
KARANTINA

HASIL UJI REAKTIF


TIDAK SAMA NON REAKTIF
SARING,
GOLONGAN SAMA DENGAN HASIL UJI
DENGAN LABEL DARAH LABEL NEGATIF SARING,
(TUBETEST) IMLTD

BUANG

PENYIMPANAN DARAH

PENGELUARAN DARAH

45
5. Penyerahan Darah
Bila akan memerlukan darah untuk transfusi maka sekitar 2-5 ml darah pasien
mesti diambil dan dimasukkan kedalam tabung kering untuk memastikan
serum yang cukup untuk melakukan uji kecocokan (untuk test ini, serum lebih
baik dari pada plasma) sampel darah itu harus diberi pengenal yang jelas
dengan nama lengkap pasien, nomor registrasi rumah sakit serta ruangan yang
bersangkutan, kemudian dikirim secepatnya ke BDRS bersamaan dengan
formulir permintaan darah lengkap.
Formulir permintaan sebaiknya disertai keterangan tentang pasien, dan harus
ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien atau oleh orang yang
mendapat tugas oleh dokter untuk mengisi hal-hal sebagai berikut :
Tanggal permintaan
Nama lengkap pasien
Tanggal lahir pasien
Jenis kelamin pasien
Nomor registrasi rumah sakit
Ruang rawat pasien
Alamat pasien
Diagnosis pasien
Golongan darah pasien
Riwayat transfusi sebelumnya
Riwayat reaksi transfusi sebelumnya
Pada wanita jumlah kehamilan sebelumnya
Jumlah dan jenis unit darah atau produk darah yang diperlukan
Alasan transfusi
Tandatangan dokter yang meminta darah
Harus dilakukan pemeriksaan uji cocok serasi tiga fase
Bila stok kosong atau tidak ada golongan darah yang sesuai, keluarga pasien
membawa donor pengganti (dengan membawa surat pengantar dari Bank
Darah rumah sakit ke UDDC )
Untuk permintaan darah lengkap (WB) darah merah pekat (PRC), darah
merah cuci (WE) maka dilakukan pemeriksaan :
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan uji cocok serasi (cross matching)
Uji saring (uji saring ulang)
Untuk pemeriksaan trombosit pekat (TC), Kriopresifitat (AHF), Plasma segar
beku (FFP), plasma cair (LP) maka dilakukan pemeriksaan :
Golongan darah + Rh
Uji saring (ulang)
Setiap pemeriksaan disertai dengan lembar kerja dan diperiksa oleh dua
petugas (idealnya)

46
Alur Permintaan Komponen Darah

Alur Permintaan Darah Jika Stock Darah di Bank Darah Ada

47
Alur Permintaan Darah Jika Stock Dank Darah Kosong

6. Kualitas dan keamanan komponen darah


Pemeriksaan golongan darah A,B,O dan Rhesus dilakukan minimal 2x per
kantong darah
Uji saring terhadap IMLTD (infeksi menular lewat transfusi darah ) terhadap
4 macam infeksi yaitu : Ati HIH, Anti HCV, HbsAg, Syphilis.
Uji cocok serasi darah donor dengan pasien saat ada permintaan darah
Penyimpanan sesuai standar
Pendistribusian sesuai standar (memperhatikan rantai dingin)
Perhatikan semua label yang ada pada darah donor :
- Sesuaikan dengan resipien termasuk nama, jenis darah, golongan darah
- Tanggal kadaluarsa
- Hasil uji saring darah
- Adakah bekuan darah
- Adakah hemolisis
- Adakah perubahan warna
- Apakah berbau

48
7. Cross Matching dan Test Kecocokan
Pada waktu melakukan cross matching sangat penting untuk bekerja secara teliti
dengan tehnik kerja yang baik, agar dapat menjamin tidak adanya antibodi pada
darah pasien yang bereaksi dengan darah donor, dan sebaliknya, ketika dilakukan
transfusi. Prosedur teknis harus sesederhana mungkin, tanpa mengorbankan
keakuratan tes. Jika tes dibuat terlalu rumit, kemungkinan kesalahan yang terjadi
akan meningkat. Ada beberapa tehnik yang digunakan dimana tehnik tertentu lebih
peka terhadap suatu antibodi. Tehnik saline pada suhu ruang akan mendeteksi ketidak
cocokan A,B,O tetapi tidak berguna untuk anti bodi yang dihasilkan oleh transfusi
darah dan kehamilan sebelumnya.
Tes anti-globulin memiliki keuntungan dimana tes tersebut sangat peka dan mampu
mendeteksi antibodi. Cross matching atau boleh dikatakan juga uji silang serasi yaitu
terdiri dari dua pemeriksaan :
1. Mayor :
Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibodi dalam
serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor
2. Minor :
Tujuanya untuk memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibodi dalam
serum donor terhadap antigen sel darah merah pasien
Tujuan dari pada pemeriksaan cross matching secara keseluruhan adalah :
1. Untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai kompatibel, dan
tidak akan menimbulkan reaksi serta bermanfaat
2. Untuk mengetahui apakah penderita tidak mengandung anti bodi yang reaktif
terhadap eritrosit donor
Pemeriksaan Crossmatching terdiri dari 3 fase yaitu :
1. Phase I (fase suhu kamar)
Dimaksudkan untuk memeriksa zat anti yang bersifat dingin (cool antibodi)
seperti anti M, anti P1, anti A1 dan poten anti Lea yang biasanya hemolitik
invitro. Dalam fase ini pula kita segera akan mengetahui bila ada kekeliruan
dalam penetapan golongan darah donor ataupun pasien, dimana akan timbul
reaksi aglutinasi pada mayor atau minor. Hasil yang negatif difase I baik
hemolisis maupun aglutinasinya, belum dapat menjamin bahwa darah donor
itu benar-benar kompatibel dengan penderita oleh karena itu perlu dilanjutkan
ke Fase II
2. Fase II (fase inkubasi)
Fase ini juga disebut fase albumin untuk ini tabung mayor dan minor di
inkubasi pada suhu 37C selama 15 menit. Albumin dapat meningkatkan
sensitivitas dari antibodi. Pada fase II ini bertujuan untuk memeriksa zat anti
yang bersifat hangat (warm antibody). Zat anti yang akan bereaksi dalam fase
ini adalah zat anti dari sistem rhesus (anti c, anti D, anti E) dan Lea, anti Leb
hasil yang negative di fase II ini masih belum dapat menjamin 100% akan
kecocokan darah donor untuk pasien, karena masih ada beberapa warm

49
antibody yang tidak mau bereaksi dalam albumin ini zat anti itu adalah : anti
D, anti E, anti C, anti K(Kell), anti Fya (Duffy), anti Jka (Kidd), anti S, dan
anti Lea Leb . Zat-zat anti tersebut hanya bereaksi dengan tehnik anti
globulin test ( Coombs Test) oleh karena itu pemeriksaan harus dilanjutkan
kefase III. Semua tahapan pemeriksaan tersebut diatas memerlukan waktu
kurang lebih 90 menit.
Tehnik pemeriksaan Cross matching (lembar kerja).
8. Pengambilan darah yang tidak terpakai
Darah yang dikembalikan ke Bank Darah Rumah Sakit/UDDC untuk
digunakan pasien lain apabila :
1. Darah tidak pernah dihangatkan
2. Kantong darah belum ditusuk/tidak bocor
3. Unit darah keluar dari Bank Darah Rumah Sakit tidak lebih dari 30 menit.
Darah kembali adalah darah yang telah dikeluarkan dari Bank Darah/ UDDC
dan dikembalikan ke Bank Darah Rumah Sakit/UDDC
Darah kembali dapat ditransfusikan kembali apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Belum ditusuk dengan cara apapun
2. Cara penyimpanan darah harus yakin pada suhu yang sebenarnya, sebab
dapat menyebabkan hemolisis atau pertumbuhan bakteri. Sebaiknya tidak
ditransfusikan bila lebih dari 30 menit berada diluar rantai dingin.
3. Sekurang-kurangnya masih ada satu segmen selang yang integral dengan
kantong darah yang masih dapat digunakan untuk pemeriksaan.
4. Pada pencatatan harus dicatat bahwa darah pernah dikeluarkan dan telah
diperiksa sebelum dikeluarkan.
5. Observasi selama 24 jam

9. Screening darah terhadap beberapa penyakit infeksi


Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari
donor kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui
transfusi darah diperlukan serangkaian screening terhadap faktor-faktor risiko yang
dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik.
Tujuan utama screening adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada
sedapat mungkin bebas dari penyebab infeksi dengan cara melacaknya sebelum darah
tersebut ditransfusikan.
Saat ini, terdapat tiga jenis utama screening yang tersedia untuk melacak penyebab
infeksi yaitu :
- Uji Enzyme linked immuno Sorbent assay (ELISA/EIA)
- Uji Aglutinasi partikel
- Uji Cepat khusus (rapid test)
Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu diseleksi data yang berkaitan
dengan sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian.

50
Sensitivitas adalah kemampuannya untuk mendeteksi sampel positif yang selemah
mungkin. Spesifitas adalah kemampuan untuk mendeteksi hasil positif nonspesifik
atau palsu.
Di Bank Darah RS.RK Charitas dilakukan Screening terhadap 4 penyakit menular
lewat transfusi darah yaitu : HIV, Syphilis, Hepatitis B dan Hepatitis C.
Screening donor darah yang aman yaitu :
1. Pemeriksaan harus dilakukan secara individual dan tidak boleh dilakukan secara
pooled plasma
2. Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standar WHO dalam hal ini
meliputi pemeriksaan atas Syiphilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV
3. Metode test dapat digunakan Rapid Test, Automatic maupun ELISA hanya bila
Sensitivitas >99 %
10. Permintaan darah rutin dan darurat
Permintaan Darah Rutin
1. Permintaan darah ke Unit Donor Darah Cabang (UDDC) sesuai kesepakatan
dengan yang tertuang dalam Surat kerjasama (MOU)
2. Tersedia transportasi distribusi darah dengan menggunakan Cool box
transportasi darah.
3. Tersedia SPO permintaan darah sebagai panduan melakukan roses permintaan
darah
Permintaan Darah Darurat (CITO)
1.Permintaan darah diluar perencanaan rutin misalnya
- Permintaan dalam bentuk komponen
- Rhesus negatif
- Darah langka
2. Formulir permintaan diisi dan ditandatangani oleh kepala Bank Darah Rumah
sakit atau petugas diberi wewenang
3.Tersedia SPO permintaan darah dalam keadaan khusus

F. LAPORAN HASIL DAN ARSIP


Laporan hasil dan arsip laboratorium diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan
evaluasi, serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan laboratorium.
Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam
pelaporan hasil akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.411/Menkes/Per/III/2010 tentang pencatatan dan
pelaporan, mewajibkan setiap laboratorium klinik melaksanakan pencatatan
pelaksanaan kegiatan laboratorium dan menyimpan arsip mengenai:
a. Formulir permintaan pemeriksaan
b. Hasil pemeriksaan/pelaporan asli
c. Hasil pemantapan mutu
d. Hasil rujukan.

51
1. Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP)
Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP) disediakan dalam bentuk buku dan On
Line (SIMRS) baik rawat inap maupun rawat jalan, yang kemudian diarsipkan dan
dimusnahkan pada waktu yang sudah ditetapkan.
2. Hasil Pemeriksaan/Pelaporan hasil
Pembuatan hasil pemeriksaan pasien unit laboratorium patologi klinik baik rawat
inap maupun rawat jalan dilaporkan dalam sistem komputer (LIS).
2.1. Pembuatan dan pencetakan hasil:
2.1.1. Check in sampel dan jenis pemeriksaan yang diminta
2.1.2. Input hasil hasil yang dikeluarkan oleh setiap alat pemeriksaan dan
yang dimasukan secara manual
2.1.3. Verifikasi hasil yang sudah di input dan lengkap dipastikan benar
atau salah.
2.1.4. Validasi hasil yang bisa diterima dan disahkan oleh Dokter Spesialis
Patologi Klinik.
2.1.5. Cetak hasil oleh petugas hasil.
2.2. Pelaporan Hasil:
2.1.6. Hasil Kritis: Hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis adalah hasil
pemeriksaan laboratorium yang secara signifikan diluar rentang nilai
hasil yang seharusnya sehingga memberi indikasi risiko tinggi atau
kondisi yang mengancam jiwa pasien. Untuk itu mendapat perlakuan
khusus dalam pelaporan hasil. Bila ditemukan hasil pemeriksaan
yang masuk dalam kategori kritis petugas laboratorium setelah hasil
di validasi oleh Dokter Patologi Klinik atau petugas yang diberi
kewenangan, harus sesegera mungkin melaporkan ke unit layanan
dimana pasien dirawat melalui telepon. Proses pelaporan hasil
dengan menggunakan komunikasi SBAR.
2.1.7. Hasil Abnormal: Hasil pemeriksaan laboratorium yang extrem
namun bukan dalam kategori kritis. Bila menemukan hasil abnormal
perlu dievaluasi sebelum hasil divalidasi oleh Dokter Patologi Klinik
atau petugas yang diberi kewenangan. Bila hasil abnormal tersebut
sudah divalidasi petugas laboratorium segera melaporkan ke unit
layanan atau dokter yang mengirim rujukan pemeriksaan melalui
telepon.
2.1.8. Hasil Cito: Pemeriksaan CITO Laboratorium adalah pemeriksaan
Laboratorium yang dilakukan segera dalam rangka penegakan
diagnosa yang cepat yang berkaitan dengan keselamatan jiwa
penderita.
Bila menerima formulir dan spesimen dengan permintaan CITO
diberi perlakuan khusus dan waktu yang minimal (< 1 jam). Segera
dilaporkan hasil pemeriksaan ke unit layanan atau dokter yang
merujuk melalui telepon. Proses pelaporan hasil dengan
menggunakan komunikasi SBAR.

52
2.1.9. Hasil Khusus: Laboratorium patologi klinik wajib segera
melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk penyakit yang
berpotensi wabah dan kejadian luar biasa kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota dalam waktu kurang dari 24 jam sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.3. Pengambilan Hasil Pemeriksaan:
Hasil pemeriksaan unit laboratorium patologi klinik dapat dilihat secara on
line diseluruh unit layanan dimana pasien dilayani dengan batasan dan
ketentuan sesuai dengan kepentingannya. Untuk menjaga kerahasiaan pasien
diberikan fasilitas dalam bentuk Paswod/ID pada petugas di unit layanan.
Sebagai tindak lanjut dari pemberian hasil kepada pasien ditetapkan:
2.3.1 Seluruh hasil laboratorium dapat di akses di unit layanan yang ada di
Rumah Sakit RK. Charitas, baik pemeriksaan Kritis, CITO, maupun
pemeriksaan Reguler, dilegalisasi/tandatangani oleh Dokter Patologi
Klinik dapat diambil di unit laboratorium patologi klinik
Waktu pengambilan hasil Rawat inap:
I : Pkl. 08. 00 WIB
II : Pkl. 14. 00 WIB
III : Pkl. 20. 00 WIB
2.3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium rawat jalan diambil di bagian
laboratorium klinik dari jam 07.00 WIB 21.00 WIB setiap hari atau
dikirim lewat email.
2.3.3 Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan diambil 7 hari dari
pengiriman sampel
2.4. Laporan hasil dicetak dalam format dan kertas yang khusus sebagai
berikut:

RUMAH SAKIIT RK. CHARITAS


Bagian Laboratorium Klinik
JL. Jend. Sudirman No.1054 Palembang 30129 Telp (0711) 353374 353375 Pes. 361/362
Email: labklinik_charitas@yahoo.co.id

Number/Nomor : Doctor/dokter :
Date/Tanggal : Patient/pasien :
Poli Klinik : Age/Umur :
No.Reg/No RM : Sex/jenis kelamin :
Company/Instansi :
LABORATORY REPORT
TEST Out of range Within range UNIT/SATUAN REFERENS RANGE
HEMATOLOGI
Hemoglobin g/dL 13.0 18.0

Catatan: Print By:

Dokter Patologi Klinik


(tanda tangan)
(Nama dokter penanggungjawab)

53
2.5. Pelaporan hasil Laboratorium Patologi Anatomi dilakukan sebagai berikut:
Petugas laboratorium Patologi Anatomi mengambil formulir pemeriksaan
beserta preparat yang telah didiagnosis oleh dokter, untuk selanjutnya kesan
/ kesimpulan pada hasil dicatat ke dalam buku pemeriksaan Laboratorium
Patologi Anatomi. Hasil diketik menggunakan program pengetikan hasil
selanjutnya dicetak dan diperbaiki oleh petugas senior. Hasil yang telah
dicetak dan diperbaiki dicetak kembali kedalam lembaran sesuai
pemeriksaan selanjutnya ditanda tangani oleh dokter SpPA lalu dimasukkan
ke dalam amplop.

3. Hasil Pemantapan Mutu


Hasil Pemantapan Mutu baik Internal maupun Eksternal diarsipkan dan dievaluasi
secara berkala.

4. Hasil Laboratorium Rujukan


Hasil Laboratorium Rujukan yang diterima setiap kali merujuk pemeriksaan
diserahkan langsung kepada pasien tanpa mengubah format dan nilai atau metode
pemeriksaan dari laboratorium rujukan.

Tujuan Arsip adalah:


a. Fungsi komunikasi
Arsip hasil pemeriksaan disimpan untuk komunikasi diantara dua orang yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan pasien untuk kebutuhan pasien saat ini dan
yang akan datang.
b. Kesehatan pasien yang berkesinambungan
Arsip hasil pemeriksaan dihasilkan atau dibuat untuk penyembuhan pasien setiap
waktu dan sesegera mungkin.
c. Evaluasi kesehatan pasien.
Salah satu mekanisme yang memungkinkan evaluasi terhadap standar penyembuhan
yang telah diberikan.
d. Rekaman bersejarah
Arsip hasil pemeriksaan merupakan contoh yang menggambarkan tipe dan metode
pengobatan yang dilakukan pada waktu tertentu.
e. Medikolegal
Arsip hasil pemeriksaan merupakan bukti dari opini yang bersifat prasangka
mengenai kondisi, sejarah dan prognosis pasien.
f. Tujuan statistik
Dapat digunakan untuk menghitung jumlah penyakit, prosedur pembedahan dan
insiden yang ditemukan setelah pengobatan khusus.

54
Kegunaan penyimpanan arsip hasil pemeriksaan
a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
b. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum
c. Bahan untuk kepentingan penelitian
d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan

Proses Pengarsipan
1. Berdasarkan jenis pemeriksaan :
1.1.Kimia Klinik
1.1.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.1.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.2.Mikrobiologi
1.2.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.2.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.3. Hematologi
1.3.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.3.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.4. Patologi Anatomi
Petugas Laboratorium Patologi Anatomi mengarsipkan formulir pemeriksaan
beserta copi hasil ke dalam map odner sesuai dengan jenis pemeriksaan
1.5. Berdasar cara penyimpanan :
1.5.1. File komputer secara komputerisasi
1.5.2. Map arsip untuk hasil pemeriksaan analisa sperma, BMP, Blood Film &
pemeriksaan yang dirujuk.
Diarsipkan berdasarkan pengelompokan jenis pemeriksaan
Diarsipkan berdasarkan tanggal / bulan / tahun (Z-A).

G. PEMELIHARAAN DAN KALIBRASI ALAT


Peraturan Menteri kesehatan no.363/Menkes/Per/IV/1998 tanggal 8 April tentang
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, mewajibkan setiap alat kesehatan yang
dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan dilakukan pengujian dan kalibrasi secara
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan serta keamanan penggunaan alat kesehatan.
Dewan Standar Nasional menyatakan suatu filosofi yaitu: Setiap instrumen harus
dianggap tidak cukup baik untuk dipergunakan, sampai terbukti melalui pengujian dan
kalibrasi bahwa instrumen tersebut memang baik. Dengan mengacu pada filosofi
tersebut maka setiap alat yang baru harus selalu dilakukan pengujian atau kalibrasi
sebelum dipergunakan.

55
1. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap alat harus dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang
optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan ini
harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi
yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga
pelaksana serta penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai
kartu pemeliharaan yang diletakan pada setiap alat yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggungjawab alat untuk dilakukan perbaikan.

1.1. Contoh Kartu pemeliharaan harian alat laboratorium patologi klinik

ITEM TANGGAL
NO
DILAKUKAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 24 23 24 25 26 27 28 29 30 31
SEBELUM
HIDUPKAN
ALAT

1 Lakukan
Needle purge

2 Cek Volume
Glycol
Cek Volume
3 Cleaner
Solution

4 Cek Serpihan
kuvet

5 Bersihkan
Jarum
Bersihkan
Lubang laci
6
sampel &
reagen

7 Bersihkan
permukaan alat
Bersihkan
penyaring
8
udara
dibelakang alat
Dersihkan
9 Layar
komputer

1.2. Pemeliharaan dan Pencegahan


JENIS PERALATAN
NO JENIS KEGIATAN FREKUENSI
RUANG KIMIA
Nycocard Reader II (Axis Setiap hari sebelum
1 Bersihkan permukaan alat
Shield ) bekerja
1.Bersihkan permukaan luar
2. Bersihkan permukaan dalam Setiap hari sebelum
3. Lakukan clining raning sampel.
2 Nova CCX
4. Lakukan QC 1 & 2
5. Bersihkan selang W dari sumbatan Jika diperlukan
6. Lakukan kalibrasi SO2
1. Bersihkan permukaan luar Setiap hari
3 Biolyte 2000 2. Lakukan QC : 1 & 2
3. Lakukan Cleaning Flowpath

56
4. Lakukan Condition Na Setiap minggu.
Bersihkan permukaan alat Setiap hari sebelum
4 Cobas H232
bekerja
1. Bersihkan permukaan luar Setiap hari
5 Diagnostica Stago
2. Lakukan QC : 1 & 2
1.Bersihkan sample probe Setiap hari
2.Bersihkan Probe
Cobas E601 (Modular 3.Sipper probe
6
Cobas 6000) 4.Microbeat mixer Sebelum shutdown
5.Lakkukan Utility->maintenance->Finalization.
6.Lakukan LFC 2 dalam 1 bulan
1. Bersihkan sampel probe
2. Reagensia probe
3. ISE reagensia probe
4. ISE sliper Setiap hari
5. Cell rinse nozzle
Cobas C501 (Modular
7 6. incubator water exchage
Cobas 6000 )
7. Air purge
8. Reagensia prime
9. Photometer Check
10. Probe wash 3 kali dalam 1
11. Green rack minggu
1. Setiap hari
1. Bersihkan bagian luar sebelum kerja
2. Kencangkan sekrup pada rangka pengocok 2. Seperlunya
8 Rotator
3. Minyaki mesin 3. Seperlunya
4. Periksa keausan sikat dan bagian berputar 4. Seperlunya
lain
9 Centrifuse Yenaco
10 Centrifuse Nesco 12 Hole
Bersihkan dinding luar dan dalam dengan
11 Centrifuse Nesco 12 Hole setiap hari atau setiap
desinfektan
Centrifuse HC 1120T kali tabung pecah
12
Health
13 Lemari reagensia Porka Tiap bulan
Bersihkan dan defrost
14 Lemari reagensia Porka Tiap hari pkl.12.00
Catat suhu
WIB
1. Bersihkan bagian luar
2. Check Supplies
3. Chek Waste
4. Lakukan Dialy Maintenance Setiap hari sebelum
5. Lakukan QC dan sesudah kerja
15 Architec i1000 6. Lakukan Probe Cleaning-Manual Setiap minggu
7. Lakukan WZ Probe Cleaning/Pippetor sebelum kerja
8. Lakukan Wash Cup Cleaning
Setiap bulan sesudah
9. Bersihkan Filter kerja
10. Backup Softwer
16 Analyzer Sysmex KX. 21 1. Bersihkan permukaan luar
2. Bersihkan permukaan dalam Setiap hari sebelum
17 Analyzer Sysmex XT 2000i
3. Bersihkan tray SRV dan sesudah kerja

57
4. Chek Volume reagen
5. Buang Limbah
6. Chek Volume reagen
7. lakukan QC level 1
8. Lakukan QC level 2
9. Lakukan QC level 3
10. Lakukan shut down dari sistem

Bersihkan dinding luar dan dalam dengan setiap hari atau setiap
Centrifuge HT H 24
18 desinfektan kali tabung pecah
Boeco Type. 2075-13

1. Bersihkan permukaan luar


2. Bersihkan permukaan dalam
3. Buang limbah Setiap hari sebelum
4. Chek volume reagen dan sesudah kerja
5. Lakukan QC (low, Normal, High)
19 Cell Dyn Ruby 6.Lakukan Inspeksi Syrines Mingguan
7. Lakukan Replace Transfer Pump Tubing
8. Lakukan Clean shear value
9. Lakukan Replace Dil/Sheath Filter Bulanan
10. Lakukan Extended Auto-Clean

Bersihkan dalam dan luarnya Setiap sebelum


20 Safety Cabinet II Hidupkan UV bekerja Tiap hari

Bersihkan dinding luar dan dalam dengan setiap hari atau setiap
Centrifuse Gemmy
21 desinfektan kali tabung pecah
Tabletop

Bersihkan lensa dengan kertas lensa Tiap hari selesai kerja


22 Mikroskop CX21
Bersihkan dan lumasi penyangga Tiap minggu
Bersihkan permukaan luar Setiap hari sebelum
23 Vesmatic Easy
dan sesudah kerja.
Bersihkan lensa dengan kertas lensa Tiap hari selesai kerja
24 Mikroskop Olympus
Bersihkan dan lumasi penyangga Tiap minggu
1. Bersihkan Permukaan Luar
2. Bersihkan Permukaan dalam
25 Cobas U411 3. Buang Limbah Strip
4. Lakukan Decontaminate Setiap hari setelah
5. Lakukan shot down dari sistem bekerja
1. Bersihkan Permukaan Luar
3. Bersihkan Permukaan dalam
26 Dimension XL 300 3. Buang Limbah Strip
4. Lakukan Decontaminate Setiap hari setelah
5. Lakukan shot down dari sistem bekerja
1. Bersihkan Permukaan Luar
4. Bersihkan Permukaan dalam
27 Urinalisis Advantic 3. Buang Limbah Strip
4. Lakukan Decontaminate
5. Lakukan shot down dari sistem
28 Autoclaf Bersihkan Tip bulan

58
Ganti air dalam Autoclaf Tiap minggu
Bersihkan bagian luar
Kencangkan sekrup pada rangka pengocok minyak
29 Rotator mesin
Periksa keausan sikat dan bagian berputar lain
seperlunya

1. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur. Kalibrasi peralatan kesehatan bertujuan
untuk memastikan hubungan antara nilainilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau sistem pengukur atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Nilai sebenarnya adalah konsep ideal yang
tidak dapat diketahui dengan pasti. Menurut Pedoman Praktek Laboratorium Yang
Baik dan benar yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2008, Kalibrasi
peralatan sangat diperlukan untuk mendapat hasil pemeriksaan laboratorium yang
terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi peralatan dilakukan
pada saat awal ketika alat baru di instal dan di uji fungsi dan selanjutnya dilakukan
secara berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi
penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau
oleh institusi yang berwenang. Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik
secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/ sesuai standar
laboratorium harus harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan
pencegahan sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua Instruksi pabrik untuk
penggunaan dan pemeliharaan alat harus sepenuhnya dipenuhi.
Kalibrasi alat laboratorium dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
3. Pengukuran keselamatan kerja
4. Pengukuran kinerja sebelum dan setelah penyetelan atau pemberian faktor kalibrasi
sehingga nilai terukur sesuai dengan nilai diabadikan pada bahan ukur.

TROUBLE SHOOTING
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidakcocokan hasil, malfungsi
alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin disebabkan oleh karena
adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (trouble
shooting). Trouble shooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab
terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan dan memilih cara penanganan yang
benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat akan makin kompleks permasalahan
yang mungkin terjadi.

59
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan.
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2. Pastikan masalahnya.
3. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan permasalahan.
4. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan atasan atau hubungi teknisi untuk
menanyakan masalah tersebut.
5. Tempelkan label bahwa alat rusak.
6. Catatlah semua tindakan / upaya perbaikan pada kartu maintenance.
7. Jangan melakukan pemeriksaan pada alat yang bermasalah.
8. Berikan informasi terhadap unit layanan (via telepon atau surat) atau pasien bahwa
pemeriksaan terhambat dalam pemberian hasil sehubungan dengan kondisi alat yang
sedang bermasalah bermasalah.

60
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah proses perencanaan atau pengadaan, implementasi, dan pengendalian


efisiensi, aliran biaya yang efektif dan penyimpanan bahan baku, bahan setengah jadi,
barang jadi dan informasi-informasi yang berhubungan dari asal titik konsumsi dengan
tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Permenkes No 58 Tahun 2014 menyatakan Alat
Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang
ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RS. Materna Medan mengatur proses pelaksanaan logistik
dengan sistem satu pintu.

A. MACAM/JENIS PERBEKALAN LABORATORIUM


1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat.
Reagensia yang digunakan dilaboratorium RSU Mitra Sejati adalah reagensia jadi
atau komersial yang dibuat oleh pabrik/produsen.
2. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di laboratorium atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan
sehari-hari. Bahan yang digunakan adalah bahan kontrol Assayed yaitu bahan kontrol
yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut metode
pemeriksaannya. Sebagai bahan kontrol untuk akurasi dan presisinya. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan kontrol pemeriksaan, harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Memiliki komposisi sama seperti spesimen
b. Komponen bahan kontrol yang terkandung didalamnya harus stabil
c. Sudah tersertifikasi analisis oleh pabrik yang bersangkutan
3. Media
Media merupakan bahan campuran nutrisi yang digunakan untuk media pertumbuhan
mikroba.
a. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba
b. Harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan muka dan pH yang sesuai
c. Tidak mengandung zat-zat penghambat
d. Harus steril
Untuk pemilihan media yang akan dipergunakan harus mempertimbangkan tujuan
pemeriksaan, stabilitas, transportasi dan nilai ekonomis.

61
B. PENGADAAN
Pengadaan sediaan alat laboratorium dan reagensia dilakukan oleh Instalasi Farmasi
berkolaborasi dengan Instalasi Laboratorium Klinik dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekalan atau
ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahan bahan yang
sangat dibutuhkan diluar rutin atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan
untuk periode 6 12 bulan untuk tahun yang akan datang. Untuk itu jumlah rata-
rata pemeriksaan bahan untuk satu bulan perlu dicatat. Untuk mengantisipasi
kebutuhan tidak terduga seperti pemeriksaan medical check up atau wabah
penyakit, maka perkiraan jumlah kebutuhan untuk periode 6 12 bulan untuk
tahun yang akan datang dikalikan 10 %.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (Delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat yaitu
minimal 3 bulan sebelumnya sudah dilakukan pemesanan.

C. PENYIMPANAN
Penyimpanan sediaan alat dan reagensia laboratorium secara umum dilakukan sesuai
dengan persyaratan kondisi masing-masing produk/item yang tertera pada kemasan.
Penyimpanan sediaan alat dan reagensia laboratorium dilakukan di Instalasi
Laboratorium Klinik dengan mengikuti standar MSDS. Semua sediaan alat dan
reagensia laboratorium, disimpan pada suhu dan kelembaban yang tepat, terkontrol,
dan didokumentasikan. Sediaan alat dan reagensia laboratorium yang sudah ada harus
ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah:
Pertama masuk pertama keluar (FIFO = first in-first out ), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu. Hal ini adalah
untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
3. Lama atau waktu penyimpanan dengan melihat masa kadaluarsa.
4. Incompatibility

62
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Reagensia buatan sendiri
Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagensia tertentu tidak boleh
disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi. Penyimpanan reagensia
tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya:
1.1. Larutan pewarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
1.2. Larutan yang menyerap cahaya dan dapat mengalami reaksi fotokimia
disimpan dalam botol gelas putih.
1.3. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
1.4. Disimpan pada suhu standart dari masing-masing reagensia.
2. Reagensia jadi (Komersial)
2.1. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
2.2. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
2.3. Beberapa reagensia tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak berdekatan
satu dengan lainnya.
2.4. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan label
tanda bahaya
2.5. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal
wadah reagensia dibuka, jumlah reagensia diambil dan jumlah reagensia sisa
serta nama petugas yang mengambil.
2.6 Disimpan pada suhu standar dari masing-masing reagensia.

3. Media dehidrasi
3.1. Media yang didehidrasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas
terutama bila penutup wadah telah dibuka
3.2. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan habis digunakan
dalam 12 bulan
3.3. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat
3.4. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah
3.5. Semua media dehidrasi harus disimpan ditempat gelap, sejuk (suhu < 250C) dan
berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak boleh ditempatkan didekat
autoklaf atau tempat pencucian karena kelembaban dan suhu yang tinggi.
3.6. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut.
4. Media yang telah dilarutkan
Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas
Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus disimpan
dalam lemari.

63
5. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh tercampur (incompatible)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi berbahaya jika
tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa kebakaran dan atau ledakan,
seperti:
NO. BAHAN KIMIA HINDARKAN KONTAK DENGAN
Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut
1 Ammonium nitrat
organik mudah terbakar, bubuk logam.
asam kromat, asam nitrit, perklorat,
2 Asam asetat
peroksida.
3 Karbon aktif Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit).
Asam asetat, gliserin, alkohol, bahan kimia
4 Asam kromat
mudah terbakar.
Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen
5 Cairan mudah terbakar
peroksida, asam nitrat
Hidrokarbon (butana, benzena,
6 Fluor, klor, asam kromat, peroksida
terpentin,benzin)
7 Kalium klorat/ perklorat Asam sulfat dan asam lainnya
8 Kalium permanganat Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat

6. Macam atau jenis reagensia yang tersedia dan digunakan di Laboratorium


Patologi Klinik adalah:
7.
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
1 Vacutainer EDTA K2 / 2 ml 15 250 C
2 GP Clot Activator 5ml 15 - 250 C
3 GP Vacutainer Citrate 1,8 ml 15 - 250 C
4 GP Vacutainer Citrate 4.5ml 15 - 250 C
5 GP Vacutainer EDTA K3 15 - 250 C
6 GP Vacutainer Li Heparin 3ml 15 - 250 C
7 Zambuk 15 - 250 C
8 STA Chephascreen 2-80C
9 STA Cleaner Solution 2-80C
10 STA Coag Control N+P 2-80C
11 STA Desorb U 2-80C
12 STA Fib2 2-80C
13 STA Neoplastine CL +5 2-80C
14 STA Owren Koller 2-80C
15 STA Thrombin 2 2-80C
16 CaCl2 2-80C
17 CK Prest 5 2-80C
18 Coag Control N + P 2-80C
19 Fibri Prest Automate 2 2-80C
20 Neoplastine Cl +5 2-80C
21 Control Electrolyte Nova Level 1 & 2 2-80C
22 Occult Blood 30 tEst 2-80C
23 Reagent Pack Biolyte 15 - 250 C
24 Reagent Pack CCX Nova Biomedical 15 - 250 C
25 Stik Glukosa meter Nova 50 Test 15 - 250 C
26 Salmonella IgM Cassete 25 test 2 - 30 0 C

64
27 Dengue IgG/IgM Casette 25 test 2 - 30 0 C
28 HBsAg Fokus 25 test 2 - 30 0 C
29 Anti Hbs Cassete 25 test 2 - 30 0 C
30 Anti HIV Fokus 25 test 2 - 30 0 C
31 RPR antigen 100 test 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
32 Uri Check 1G Glucose 15 - 250 C
33 SD Bioline HBsAg / 30 test 2 - 30 0 C
34 SD Bioline Dengue Duo NS1 / 10 test 2 - 30 0 C
35 SD Biolina HIV / 30 test 2 - 30 0 C
36 SD Bioline HCV / 30 test 2 - 30 0 C
37 Tube Microgard EDTA LAV 15 - 250 C
38 Dengue Early Rapid 2 - 30 0 C
39 Dengue Duo Cassette 2 - 30 0 C
40 Tropospot I 2 - 30 0 C
41 Tubex TF 2-80C
42 Mycotec TB 2 - 30 0 C
43 Plasmotec Malaria-3 2 - 30 0 C
44 LAB STRIP 2 - 30 0 C
45 QC level 1 dan 2 2-80C
46 C-310-5 Assay Chemistry Ctrl. Lv. 1 2-80C
47 C-315-5 Assay Chemistry Ctrl. Lv. 2 2-80C
48 D-10 Dual Reorderpack 15 - 250 C
49 Liq urinalysis Ctrl Bilevel 12x12ml 2-80C
50 Lyp. HBA2 CTRL Level 1 0,5ml 2-80C
51 Lyp. HBA2 CTRL Level 2 0,5ml 2-80C
52 SMS Cobas 15 - 250 C
53 TSH Cobas 2-80C
54 LDL C Gen 2 Cobas 2-80C
55 HCG +B 2-80C
56 Precinorm Control Milt 2 2-80C
57 Cardiac Troponin T 2-80C
58 AFP COBAS 2-80C
59 ANTI HAV IgM 2-80C
60 ANTI HAV IgM PRECICONTROL 2-80C
61 ANTI HBE 2-80C
62 ANTI HBS 2-80C
63 ANTI HBS PRECICONTROL 2-80C
64 BONE PRECICONTROL 2-80C
65 CA 125 2-80C
66 CEA 2-80C
67 CEA CALSET 2-80C
68 D-DIMER CARDIAC 2-80C
69 DILUENT UNIVERSAL 2-80C
70 FERRITIN 2-80C
71 FERRITIN CALSET 2-80C
72 FT3 2-80C
73 FT3 CALSET 2-80C
74 FT4 2-80C
75 FT4 CALSET 2-80C

65
76 HBE Ag 2-80C
77 HBE PRECICONTROL 2-80C
78 HBS Ag II 2-80C
79 HBS Ag II PRECICONTROL 2-80C
80 HCG + 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
81 HCG + CALSET 2-80C
82 ISE CLEANING SOLUSTION/SYSCLEAN 2-80C
83 PRECICONTROL CLINCHEM MULTI 1 2-80C
84 PTH CALSET 2-80C
85 RUBELLA IgM 2-80C
86 RUBELLA IgM PRECICONTROL 2-80C
87 T3 2-80C
88 T3 CALSET 2-80C
89 T4 2-80C
90 T4 CALSET 2-80C
91 TOTAL PSA 2-80C
92 TOTAL PSA CALSET 2-80C
93 TOXO IgG 2-80C
94 TOXO IgM 2-80C
95 TOXO IgM PRECICONTROL 2-80C
96 TROPONIN T CARDIAC 2-80C
97 TSH 2-80C
98 TUMOR MARKER PRECICONTROL 2-80C
99 ACTIVATOR 2-80C
100 ISE DEPROTEINIZER 2-80C
101 CFAS 2-80C
102 CFAS CKMB 2-80C
103 CFAS LIPID 2-80C
104 PRECICONTROL CLINCHEM MULTI 2 2-80C
105 PRECINORM PROTEIN 2-80C
106 PTH 2-80C
107 Clean Cell M 2ltr 15 - 250 C
108 Pro Cell M 2 ltr 15 - 250 C
109 Cleaner 1000 ml 15 - 250 C
110 Pre Clean M 15 - 250 C
111 NAOH-D 1.8 ltr 15 - 250 C
112 NAOH-D / Basic Wash 15 - 250 C
113 Probe Wash M 12x70 ml 15 - 250 C
114 SMS / Acid Wash 12x66 ml 15 - 250 C
115 Multi Cell 12x59 ml 15 - 250 C
116 Hitergent 12x59 ml 15 - 250 C
117 Cell Wash Solution II 2 ltr 15 - 250 C
118 ALTL COBAS 2-80C
119 AMY-P COBAS 2-80C
120 ASTL COBAS 2-80C
121 BILT2 COBAS 2-80C
122 C3 COMPLEMEN COBAS 2-80C
123 C4 COMPLEMEN COBAS 2-80C
124 CHE2 COBAS 2-80C

66
125 CHOL2 COBAS 2-80C
126 CKL COBAS 2-80C
127 CKMBL COBAS 2-80C
128 CREP2 COBAS 2-80C
129 GLUC3 COBAS 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
130 HBDH COBAS 2-80C
131 HDLC3 COBAS 2-80C
132 IRON2 COBAS 2-80C
133 LDL-C COBAS 2-80C
134 LDH COBAS 2-80C
135 LIPC COBAS 2-80C
136 PHOS2 COBAS 2-80C
137 TRIGLISERID COBAS 2-80C
138 UA2 COBAS 2-80C
139 UIBC COBAS 2-80C
140 UREAL COBAS 2-80C
141 ALB2 COBAS 15 - 250 C
142 BILD-D COBAS 15 - 250 C
143 CA COBAS 15 - 250 C
144 CLEAN CASED COBAS 15 - 250 C
145 MG COBAS 15 - 250 C
146 NAOH-D COBAS 15 - 250 C
147 MULTI COBAS 15 - 250 C
148 TP2 COBAS 15 - 250 C
149 COMBUR TM 15 - 250 C
150 Tubex TF @36 tst 2-80C
151 HCg +/- @25 tst Acon 15 - 250 C
152 HbA1C @24 tst Nycocard 2-80C
153 Vacuted LED 200 pcs 15 - 250 C
154 Dengue Duo IgG & IgM Panbio @25 tst 2 - 300 C
155 Glucocard test strip @50tst Arkray 2 - 300 C
156 RPR 100 ts Shield 2-80C
157 HbSAg @40 tst Intec 2 - 300 C
158 Salmonella IgM Casette @25 test FOKUS 2 - 300 C
159 Kartu golongan darah -0 C
160 Vacutec LED 200 pcs 2 - 30 C 0
161 Lithium Heparine 3ml 2 - 300 C
162 CRP 48 tst Nycocard 2-80C
163 Lithium Heparin 3ml 2 - 300 C
164 Dalf Blood Grouping Anti AB 2-80C
165 Dalf Blood Grouping Anti B 2-80C
166 Dalf Blood Grouping Anti A 2-80C
167 Dalf Blood Grouping Anti D 2-80C
168 Drug 6P @25 test FOKUS 2 - 300 C
169 Drug 4P @25 test ACON 2 - 300 C
170 Dengue Duo NS1 Ag + Ab Combo @10 tst 2 - 300 C
171 Lens Tissue Nichiaru -
172 Lens Tissues Xinxing -
173 Solution pack 400ml 2 - 300 C

67
174 Urien container steril -
175 Faeces container -
176 HbA1C @24 tst Nycocard 2-80C
177 Urine container steril -
178 HCg +/- tst device @25 tst Acon 2 - 300 C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
179 Anti Hbs Casette @25 tst Focus 2 - 300 C
180 Extran Alkalish 2.5 ltr -
181 Eosin 2% 100ml -
182 Eter Alcohol 500ml -
183 Pipet Pasteur Plastik -
184 Methlene blue 100 gram merck -
185 Faeces Container -
186 Drug 5 P @25 tst Acon 2 - 300 C
187 Objek glass @72 pcs Merah -
188 Troposport I 2 - 300 C
189 Troponin I 2 - 300 C
190 Medlance plus sper 0.8 (kuning) -
191 Alkohol Saliva strip @25 test (Dalf) 2-80C
192 Acid Sulfficetalicytic (Merck) -
193 Mycotec TB @20 tst Indec 2 - 300 C
194 Vacutec LED 200 pcs 2 - 300 C
195 Eosin Methylene Blue Sol 500ml -
196 Reagent ADP 2 x 1ml cat 5366 Helena 2-80C
197 Cellpack (PK-30L) 15 - 250 C
198 Cellclean (CL-50) 15 - 250 C
199 Retsearch II (REC-700A) 15 - 250 C
200 Stromatolyser - FB (FBA-200A) 15 - 250 C
201 Stromatolyser - 4DS (FFS-500A) 15 - 250 C
202 Stromatolyser - WH (SWH-200A) 15 - 250 C
203 Sulfolyser (SLS-210A) 15 - 250 C
204 E-Check XT Level 1 2-80C
205 E-Check XT Level 2 2-80C
206 Eight Check - 3 WP NORMAL 2-80C
207 Eight Check - 3 WP LOW 2-80C
208 Eight Check - 3 WP HIGH 2-80C
209 Widal TO 2-80C
210 Widal AO 2-80C
211 Widal BO 2-80C
212 Widal CO 2-80C
213 Widal TH 2-80C
214 Widal AH 2-80C
215 Widal BH 2-80C
216 Widal CH 2-80C
217 Syphilis RPR 50001 2-80C
218 ASTO 40062 2-80C
219 CRP 40042 2-80C
220 RF 40052 2-80C
221 Syphilis TPHA 550101 2-80C
222 Malaria Entebe 2 - 300 C

68
223 Multiline 3 parameter 2 - 300 C
224 M-Amp-C 2 - 300 C
225 THC-C 2 - 300 C
226 BZO-C 2 - 300 C
227 COC-C 2 - 300 C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
228 MOR-C 2 - 300 C
229 Seratec Beauty 15 - 250 C
230 Urine Glucose Accu Tell 15 - 250 C
231 Reagensia Ruby 15 - 250 C
232 HSV 1,2 IgM & 1,2 IgG 2-80C
233 Architec reagen 2-80C

NO BAHAN PEMBANTU SUHU PENYIMPANAN


1 Cuvette Roll -
2 Thernal Paper 59x48 mm -
3 Plaster OK Plast -
4 Sample Cup -
5 Accu-chek Softclix 200 test -
6 Accu Safe T Pto Uno 200 test -
7 Thermal paper 110 mm -
8 Needle Flashback -
9 Coverplast Transparent 19 x 40 mm -
10 Holder Pronto Quick Release -
11 NARROW TEST TUBE -
12 PACKED CUVETTE URISED -
13 Objek glass @72 pcs Hijau -
14 Karet/ LID penutup centrifuge -
15 Kertas Saring -
16 Kertas PH 0-14 / 100 tst -
17 Sputum Container -
18 Botol Semprot 250 ml Kartell -
19 Tabung Hematokrit -
20 Microsyph TPHA 200 shield + plate -
21 Cup Sample 1.5 ml @ 1000 pcs -
22 Yellow tips -
23 Blue Tips -
24 Batang pengaduk -

69
8. Macam atau jenis reagensia yang tersedia dan digunakan di Laboratorium
Patologi Anatomi adalah:
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
1 Ethanol (Alkohol Absolute) Cair 15 - 25 C
2 Ethanol (Alkohol) 96% Cair 15 - 25 C
3 Ethanol (Alkohol) 95 % Cair 15 - 25 C
4 Ethanol (Alkohol) 80% Cair 15 - 25 C
5 Ethanol (Alkohol) 70% Cair 15 - 25 C

SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
6 Methanol Cair 15 - 25 C
7 Papanicolau OG (Orange G-Solution) Cair 15 - 25 C
8 Papanicolau EA 50 Cair 15 - 25 C
9 Papanicolau Hematoxylin Solution Cair 15 - 25 C
10 Pewarna MDT (MB) Methylene Blue Cair 15 - 25 C
11 Larutan Eosin Cair 15 - 25 C
12 Larutan Mayer Hematoxylin Cair 15 - 25 C
13 Preservative Solution Cair 15 - 25 C
14 Cellular Base Solution Cair 15 - 25 C
15 Xylene Cair 15 - 25 C
16 Alumunium Sulfat (Tawas) (Al3SO4) Cair 15 - 25 C
17 Paraplast (Paraffin) Cair 15 - 25 C
18 Entelan Cair 15 - 25 C
19 Immersi Oil Cair 15 - 25 C
Shandon, Cell Fix (Cytology Spray Cair
20 15 - 25 C
Fixative)
21 Kristal Eosin Cair 15 - 25 C
22 Natrium Clorida (NaCl) Cair 15 - 25 C
23 Lithium Carbonat (Li2CO3) Cair 15 - 25 C
Pottasium Dihydrogen Phosphate Cair
24 15 - 25 C
(KH2PO4)
25 Natrium Iodat (NaIO2) Cair 15 - 25 C
(3-Aminoproply) triethoxy Silane Cair
26 15 - 25 C
(C9H23NO3Si)
27 Dinatrium Hydrogen Phospat Cair 15 - 25 C
Sodium Dihydrogen Phospat Dihydrat Kristal
28 -
(Na2HPO4*2H2O)
Sodium Dihydrogen Phospat Monohydrat Kristal
29 -
(NaHPO4*H2O)
Disodium Hydrogen Phospat
30 15 - 25 C
(NaHPO4*2H20)
31 Betazoid DAB Substrate 2 - 8
32 Betazoid DAB Substrate 2 - 8
33 Antibody ER (Estrogen Reseptor) Cair 2 - 8
34 Antibody PR (Progesteron Reseptor) Cair 2 - 8
35 Antibody Her2 C-erbB Cair 2 - 8
36 Ki 67 Cair 2 - 8
37 AEI/AE3 Cair 2 - 8

70
38 CD3 Cair 2 - 8
39 CD20 Cair 2 - 8
40 LCA Cocktil Cair 2 - 8
41 Trekkpe Universal Link Cair 2 - 8
42 Trek Avidin HRP Cair 2 - 8
43 Back Groud Sniper Cair 2 - 8
44 TRIS EDTA Cair 25 C
45 Cloralhydrat (C2H3Cl3O2) Cair 15 - 25 C
46 Proanalysi Pikrin Saure (C6H3N3O7) Cair 15 - 25 C
47 Tris (Hydrocymathyl) (H2NC(CH2CH)3 Cair 15 - 25 C
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
48 Citric Acid Monohydrate (C6H8O7*H2O) Cair 15 - 25 C
Alumunium Kalium Sulfat Dodecahydrat Cair
49 15 - 25 C
(AlKO8S2*12H2O)
50 Sulfosalicylic Acid (C7H6O6S*2H2O) Cair 15 - 25 C
51 Uncalk Cair 15 - 25 C
52 Diva Declooker (RTU) Cair 15 - 25 C
53 Betazoid DAB Chromogen Cair 15 - 25 C
54 Betazoid DAB Substrate Cair 15 - 25 C
55 Peroxidazed 1 Cair 15 - 25 C
56 Background Sniper Cair 15 - 25 C
57 Trekkie Universal Link Cair 15 - 25 C
58 Trek Avidin-HRP Label Cair 15 - 25 C
59 C-erbB-2 CB Cair 15 - 25 C
60 PR Cair 15 - 25 C
61 ER Cair 15 - 25 C
62 Hematoxylin Cristal (C16H14O6H2O) Cair 15 - 25 C
63 Asam Asetat Glasial Cair 15 - 25 C
64 Phospate Buffer Saline (PBS) Cair 15 - 25 C
65 Hydrogen Peroxide 30% Cair 15 - 25 C
66 Cloralhydrat (C2H3Cl3O2) Cair 15 - 25 C
67 Proanalysi Pikrin Saure (C6H3N3O7) Cair 15 - 25 C
68 Tris (Hydrocymathyl) (H2NC(CH2CH)3 Cair 15 - 25 C
69 Citric Acid Monohydrate (C6H8O7*H2O) Cair 15 - 25 C
Alumunium Kalium Sulfat Dodecahydrat Cair
70 15 - 25 C
(AlKO8S2*12H2O)
71 Sulfosalicylic Acid (C7H6O6S*2H2O) Cair 15 - 25 C
72 Uncalk Cair 15 - 25 C
73 Diva Declooker (RTU) Cair 15 - 25 C
74 Betazoid DAB Chromogen Cair 15 - 25 C

71
9. Contoh kartu stok barang logistik yang digunakan di Instalasi Laboratorium
Klinik.

KARTU STOK BARANG


LABORATORIUM KLINIK

Nama Barang :. Suhu:..

JUMLAH EXP JLH EXP JLH EXP JLH EXP JLH


Tgl/Bln/Thn JLH petugas
Masuk Keluar I II III IV

Contoh CheckList Penerimaan Reagen/Bahan dan Alat Habis Pakaian


mas

el

ya
lab
arang

n Ke

estin
ran

ng
tuha
Nama B

Data
Sem
ena

Jumlah Expired
Keu

Keb

N0 Pesan Datang Harga Disc Pesan Datang Suhu

72
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Laboratorium klinik adalah awal dalam upaya
meminimalkan kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
laboratorium digunakan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien, sehingga
kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien.
WHO sebagai organisasi kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan
suatu upaya di banyak bidang, termasuk pemberian hasil laboratorium dan bantuan
dalam penafsiran data laboratorium.

B. TUJUAN
Tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah:
1. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan, serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau laboratorium.
3. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
5. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Mengingat pentingnya keselamatan pasien di rumah sakit dan tidak menutup
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium, maka perlu diatur
pelaksanaan keselamatan pasien. Dari hasil penelitian para ahli bahwa 70%
penatalaksanaan terhadap pasien tergantung pada hasil laboratorium (ogden 2005).
Kesalahan yang timbul mengakibatkan kondisi buruk sampai pada kematian. 70%
kesalahan yang timbul di laboratorium adalah dari proses pra analitik. Penatalaksanaan
keselamatan pasien diatur dalam program keselamatan pasien yang dilakukan di
Instalasi Laboratorium Klinik mengacu kepada 6 sasaran keselamatan pasien yang
berlaku di RSU Mitra Sejati yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene /
kebersihan tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

73
Untuk menyikapi 6 sasaran keselamatan pasien tersebut diatas Instalasi Laboratorium
Klinik Rumah Sakit Umum Mitra Sejati menerapkannya sebagai berikut :
1. Ketepatan Identifikasi:
1.1. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan.
Pasien diidentifikasi minimal menggunakan 2 (dua) dari 3 (tiga)
pengidentifikasi pasien yakni :
Nama lengkap (sesuai KTP / paspor / SIM)
Tanggal lahir (atau menggunakan tanggal MRS, sampai diketahui
identitas yang jelas)
Nomor Rekam Medis
1.2. Proses identifikasi pasien dilakukan mulai dari pendaftaran pemeriksaan
laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan, pengambilan
sampel/plebothomi, pendistribusian spesimen, prosesing spesimen, autores,
sampai pada penyerahan hasil kepada pasien.
1.3. Menanyakan secara verbal nama lengkap pasien dan tanggal lahir, serta minta
pasien untuk mengejakannya jika memungkinkan.
1.4. Membandingkan selalu identitas pasien dilabel sampel dan formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium.
1.5. Pemberian label dilakukan saat pengambilan sampel tepat disisi pasien

2. Meningkatkan komunikasi efektif dengan menggunakan metode SBAR


2.1. Rumah Sakit Umum Mitra Sejati menetapkan metode SBAR sebagai pola
komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh
penerima demi peningkatan keselamatan pasien dan berlaku untuk semua lini
pelayanan.
2.2. Setiap petugas laboratorium wajib melakukan komunikasi metode SBAR
dalam melaporkan seluruh informasi hasil pasien melalui telepon
menggunakan buku komunikasi SBAR yang isinya adalah nama pelapor dan
penerima laporan jelas, tanggal & jam dan isi laporan dan Read Back
(kritikal result, hasil CITO). Pelaporan nilai hasil pemeriksaan adalah nilai
hasil pemeriksaan yang memerlukan tindakan segera.

3. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand


hygiene/kebersihan tangan)
3.1. Melakukan hand higiene / kebersihan tangan menurut 5 Momen kebersihan
tangan yang sudah ditetapkan oleh (WHO):
Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien.
Momen 2 : sebelum tindakan asepsis.
Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien.
Momen 4 : setelah kontak dengan pasien.
Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

74
3.2. Melakukan teknik kebersihan tangan yang baik dan benar sesuai dengan
prosedur kebersihan tangan yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
3.3. Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan tindakan
yang dilakukan yaitu:
3.3.1. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial) di ruang
istirahat petugas, ruang administrasi.
3.3.2. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2% di ruang prosesing dan ruang sampling.
3.3.3. Kebersihan tangan dengan berbahan dasar alkohol (handrub) pada saat
pengambilan sampling, baik di ruang sampling rawat jalan maupun
ruang rawat pasien.
3.3.4. Lakukan kebersihan tangan dan ganti sarung tangan setiap kali
melakukan tindakan pengambilan spesimen untuk menghindari
kontaminasi silang antar pasien.
3.4. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan tindakan
kegiatan laboratorium di area infeksius untuk menghindari terjadinya infeksi
silang yaitu:
3.4.1. Menggunakan APD (Jas Laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical) di ruangan prosesing.
3.4.2. Menggunakan APD (Jas laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical dan google) pada saat pembuatan
larutan reagensia pewarnaan.

4. Kewaspadaan Bersama Pencegahan pasien Jatuh


4.1. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara berjalan yang
tidak aman (goyah) dan memakai alat bantu jalan (kursi roda, tongkat, walker)
4.2. Waspada risiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning.
4.3. Bantu pasien dengan gangguan keseimbangan dan lemah.
4.4. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan (anjurkan
pasien untuk duduk atau sediakan tempat duduk saat menunggu pelayanan
diberikan).
4.5. Bantu pasien supaya aman saat berpindah dari kursi roda/brankar ke tempat
tidur dan sebaliknya.
4.6. Pastikan rem pada tempat tidur, brankar, dan kursi roda berfungsi dan
terkunci.
4.7. Tutup pagar pengaman dan anjurkan keluarga mendampingi pasien
4.8. Bila pasien berada di ruang rawat inap, pastikan bel pasien mudah dijangkau
oleh pasien

75
4.9. Laporkan / bersihkan dengan segera genangan air di lantai
4.10. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
4.11. Laporkan / perbaiki dengan segera bila ada kerusakan (contoh: lampu kamar /
kamar mandi redup atau mati, rem pada kursi roda / bed sudah aus / tidak
layak, pipa bocor / menetes sehingga menyebabkan lantai tergenang air dan
licin, dsb).

5. Pelaporan pada patient safety


5.1. Mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit.
5.2. Melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh
rumah sakit 1 kali 24 jam
5.3. Mengevaluasi semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) secara
berkala.

76
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident)
ataupun hampir celaka (incident atau near miss). Kesehatan (health) menurut undang-
undang No. 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang untuk hidup secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kerja
(occupation) berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan. Menurut OSHA (2003),
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan multi disiplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip ilmiah dalam memahami adanya resiko yang mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri maupun diluar industri.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari pengelolaan
laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia. Bagi petugas laboratorium
yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi
juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Petugas
harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol
bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium yang benar.

B. TUJUAN
Keselamatan kerja bertujuan untuk :
Mengetahui kegunaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi
Laboratorium Klinik.
Memahami bahaya dan tanda-tanda bahaya yang lazim digunakan di Instalasi
Laboratorium Klinik
Memahami dan dapat mengaplikasikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan benar.

C. TATALAKSANA KESELAMATAN KERJA


1. Keselamatan Kerja
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan spesimen, bahan,
reagen pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk laboratorium yang
melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim
fungsional keamanan laboratorium.
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit sebagai penanggung
jawab tertinggi menunjuk seorang petugas di masing-masing unit laboratorium klinik untuk
mengkoordinir pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Unitnya masing-
masing dan memberi laporan kegiatan ke Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada akhir pelaksanaan kegiatan.
77
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Instalasi Laboratorium, dibentuk satu tim fungsional yang akan memantau,
mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Instalasi Laboratorium Klinik. Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai
kewajiban merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh
setiap petugas laboratorium, mencakup:
1. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan peralatan kerja.
2. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi.
3. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infeksius.
4. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang
telah dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infeksius.
5. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan
laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
6. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi untuk
petugas laboratorium tentang perubahan prosedur, metode, petunjuk teknis dan
pengenalan pada alat yang baru.
7. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infeksius dibuang secara
aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
8. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan perjalanan
dan pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infeksius
yang baru di dalam laboratorium.
9. Memberitahukan kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme yang
harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun nasional dan
badan tertentu.
10. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.
11. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada kepala laboratorium.

2. Kesehatan Petugas Laboratorium


Keadaan kesehatan petugas laboratorium memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan di laboratorium sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang sudah
ditetapkan oleh Rumah Sakit. Untuk menjamin kesehatan para petugas
laboratorium dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala yang diatur oleh komite
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Rumah Sakit.

3. Sarana dan prasarana K3 laboratorium


d. Jas laboratorium sesuai standar.
e. Sarung tangan.
f. Masker.
g. Alas kaki/sepatu tertutup.
h. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air mengalir.
i. Lemari asam (fume hood), dilengkapi dengan exhaust ventilation system.
j. Pipetting aid, rubber bulb.
k. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
l. Pemancur air (emergency shower)
78
m. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium).

Kelompok mikroorganisme yang memerlukan pengamanan secara lengkap dapat dilihat


pada Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan. Sarana dan prasarana K3 laboratorium pada pemeriksaan
khusus (Avian Influenza) seperti pada laboratorium pada umumnya dengan ditambahkan
masker N-95, kacamata goggle, tutup kepala plastik dan biosafety laboratory level III.

4. Pengamanan pada keadaan darurat


a. Sistem tanda bahaya.
b. Sistem evakuasi.
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau ke luar laboratorium
e. Sistem informasi darurat.
f. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai.
h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali.
i. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi tersedia di Instalasi
laboratorium.

5. Melakukan tindakan pencegahan


a. Mencegah penyebaran bahan infeksi dengan:
- Menggunakan peralatan yang standar.
- Tidak melakukan tes katalase diatas gelas obyek.
- Mengunakan tabung atau gelas obyek yang memakai penutup.
- Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi dalam
wadah yang tahan bocor.
- Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan disinfektan yang sesuai
setiap kali sebelum dan habis bekerja.
b. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata.
Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 m) akan terlepas ke udara dan
menempel pada permukaan meja serta tangan petugas laboratorium, untuk itu
dianjurkan untuk mengikuti hal-hal di bawah ini:
- Mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan sesudah bekerja. Jangan
menyentuh mulut dan mata selama bekerja
- Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan makanan/
minuman dalam laboratorium.
- Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium.
- Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko percikan bahan
infeksi saat bekerja
c. Mencegah infeksi melalui tusukan/benda tajam
Jarum suntik, pipet Pasteur kaca dan pecahan kaca obyek dapat menyebabkan luka
tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan bekerja dengan hati-hati dan memilih pipet
pasteur yang terbuat dari plastik.
d. Menggunakan peralatan laboratorium sesuai dengan prosedur dari masing-masing
peralatan. Untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
e. Menempatkan peralatan laboratorium pada tempat yang aman dan nyaman sesuai dg
tata ruang dan fungsinya masing-masing sehingga mudah dioperasikan atau
digunakan oleh petugas.

79
6. Dekontaminasi
Permukaan tempat kerja didekontaminasi dengan disinfektan cair, sedangkan untuk
ruangan dan alat di dalamnya digunakan fumigasi.

PERALATAN
NO BAHAYA CARA MENGATASINYA
LABORATORIUM

Gunakan jarum semprit dengan sistem


pengunci untuk mencegah terlepasnya jarum
dari semprit, jika mungkin gunakan alat suntik
sekali pakai. Sedot bahan pemeriksaan dengan
hati-hati untuk menguranngi gelembung
Tusukan, aerosol,
1 Jarum semprit udara. Lingkari jarum dengan kapas
tumpahan
disinfektan saat menarik jarum dari botol
spesimen. Jika mungkin, lakukan dalam
kabinet keamanan biologis. Semprit harus
diotoklaf sebelum dibuang, jarum sebaiknya
dibakar dengan alat insinerasi

Jika diduga ada tabung pecah saat


sentrifugasi, matikan mesin dan jangan dibuka
selama 30 menit. Jika tabung pecah setelah
mesin berhenti, sentrifus harus ditutup
kembali dan biarkan selama 30 menit.
Laporkan kejadian ini kepada petugas
Sentrifus/alat Aerosol, percikan,
2 keamanan kerja. Gunakan sarung tangan karet
pemusing tabling pecah
tebal dan forsep untuk mengambil pecahan
kaca. Tabung yang pecah, pecahan gelas dan
selonsong serta rotor harus didisinfeksi secara
terpisah. Ruang dalam sentrifus (chamber)
didisinfeksi, dibiarkan satu malam. Bilas
dengan air dan keringkan

Gunakan alat homogenisasi yang terbuat dari


teflon. Tabung dan tutup alat harus dalam
Alat homogenisasi dan Aerosol,
3 keadaan baik. Saat bekerja, tutup alat dengan
alat pengaduk (stirrer) kebocoran
plastik. Sebaiknya pekerjaan dilakukan dalam
kabinet keamanan biologis.

Operator harus memakai sarung tangan dan


Alat pemecah jaringan Aerosol,
4 alat dipegang dengan bahan absorben yang
(grinder) kebocoran
lunak.
Alat pengguncang Aerosol, percikan, Gunakan tabung yang tertutup rapat,
5
(shaker) tumpahan dilengkapi dengan filter pada mulut tabung.

80
Gunakan filter untuk udara antara pompa dan
daerah hampa udara. Gunakan konektor
berbentuk cincin O untuk menutup seluruh
unit. Lengkapi dengan penyaring kelembaban
Aerosol, kontak
yang terbuat dari logam. Periksa semua
6 Alat liofilisasi langsung,
saluran hampa udara yang terbuat dari gelas
kontaminasi
terhadap adanya kerusakan. Gunakan hanya
alat gelas yang dirancang untuk alat ini. Pakai
disinfektan yang baik seperti disinfektan
kimia.

Kabinet keamanan
7 Aerosol, percikan Cara pengamanan yang maksimum
biologis kelas III

Bahaya pemipetan
dengan mulut,
yaitu: tertelannya
mikroorganisme Dapat di disinfeksi, mudah di-gunakan dan
8 Alat bantu pipet patogen, inhalasi mencegah kontami-nasi serta kebocoran dari
aerosol dan ujung pipet
kontaminasi pada
ujung tempat
menghisap

Tertahannya partikel sebesar 1-5 mikron.


Melindungi mata jika menggunakan
9 Pelindung pernafasan Inhalasi aerosol
pelindung muka penuhmenggunakan
pelindung muka penuh
Pelindung muka: Melindungi seluruh muka
Pelindung muka dan
10 Pecahan, percikan Pelindung mata: melindungi mata dan bagian
pelindung mata
mata
Kontaminasi
mikroorganisme
pada alat sekali
11 Otoklaf Sterilisasi yang efektif
pakai dan alat
yang digunakan
kembali
Botol dengan tutup
12 Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
berulir
Mengurangi percikan dan penyebaran bahan
13 Alat insenerasi mikro Aerosol
infeksi
Percikan bahan
14 Lemari asam Memisahkan daerah kerja dengan operator
kimia

81
7. Pengelolaan spesimen
a. Penerimaan spesimen
- Laboratorium mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
- Spesimen ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya/bocornya spesimen.
- Wadah harus dapat didisinfeksi atau di otoklaf.
- Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
- Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
- Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi atau diotoklaf ulang.
- Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari.
- Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam
b. Petugas penerima spesimen
- Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas laboratorium.
- Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati.
- Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan setiap hari.
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.
- Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.
- Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen.
- Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang terdapat
pada meja dimana spesimen tersimpan.
c. Petugas pembawa spesimen dalam laboratorum
- Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen.
- Membawa spesimen dengan baki rak khusus.
- Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki didekontaminasi dan sisa
spesimen diotoklaf.
- Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka pada saat bekerja.
d. Pengiriman spesimen dan bahan infeksius dari laboratorium
Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam 3 lapis, dari dalam keluar
terdiri atas:
- Wadah kedap air berisi spesimen
- Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk
menghisap semua cairan spesimen yang bocor
- Wadah untuk melindungi wadah ke-2 dari pengaruh luar seperti kerusakan
fisik dan air selama dalam perjalanan.
- Salinan dari formulir berisi data spesimen, surat atau informasi lain yang
mengidentifikasi atau menerangkan tentang spesimen harus ditempel pada
bagian luar wadah kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirim ke
laboratorium penerima dan arsip si pengirim. Hal ini memungkinkan
laboratorium penerima untuk mengidentifikasi spesimen dan menentukan
bagaimana menangani dan memeriksanya.

82
- Yang harus dilakukan oleh si pengirim:
1. Hubungi pemberi jasa transportasi dan si penerima (lewat telepon atau
faksimil) untuk menjamin agar spesimen diantar dan diperiksa segera.
2. Siapkan dokumen pengiriman.
3. Atur rute pengiriman, jika mungkin menggunakan penerbangan langsung.
4. Kirimkan pemberitahuan secara teratur tentang semua data transportasi
kepada si penerima.

e. Bahan infeksi dikategorikan sebagai benda berbahaya. Kemasan berisi bahan


infeksi harus mempunyai label bahaya seperti

8. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium


Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan kimia. Untuk
mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, disediakan informasi mengenai cara
penanganan yang benar jika terjadi tumpahan bahan kimia didalam laboratorium.
Agar mudah terbaca, informasi ini dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan
dipasang pada dinding dalam ruang laboratorium. Selain itu, di sediakan peralatan
untuk menangani keadaan tersebut seperti:
a. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet
b. Sekop dan pengumpul debu
c. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
d. Kain lap dan kertas pembersih
e. Ember
f. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam
g. Pasir
Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif, netralkan dengan abu soda atau
natrium bikarbonat, sedangkan jika yang tumpah berupa zat alkalis, taburkan pasir di
atasnya.
Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia berbahaya:
a. Jauhkan petugas yang tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan.
b. Upayakan pertolongan bagi petugas laboratorium yang cedera
c. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar, segera matikan
semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan
d. Matikan peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api
e. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah
f. Nyalakan kipas angin penghisap (exhaust fan) jika aman untuk dilakukan.

83
9. Penanganan terhadap bahan khusus
9.1. Bahan Kimia
9.1.1. Penggolongan Bahan Kimia
Dalam menjalankan aktivitasnya, petugas laboratorium seringkali
terpapar berbagai bahan kimia. Di laboratorium, bahan kimia umumnya
digunakan dalam jumlah sedikit namun mencakup jenis yang sangat
beragam. Pada dasarnya banyak bahan kimia berbahaya karena dapat
menimbulkan kebakaran (F-flammability hazard), ledakan (R-
reactivity/stability hazard) atau gangguan kesehatan (H-health hazard)
bagi petugas laboratorium. Karena itu mutlak perlu diketahui
penggolongan bahan kimia berbahaya untuk memudahkan pengenalan,
cara penanganan dan pengirimannya. Secara umum bahan kimia
berbahaya dibagi menjadi beberapa golongan:

9.1.1.1. Bahan Kimia Beracun (Toksik)


Merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian
apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, terhirup, atau
terkena kulit.
9.1.1.2. Bahan Kimia Korosif
Merupakan bahan yang terkena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan
tubuh atau bahan lain.
9.1.1.3. Bahan Mudah Terbakar (Flammable Substances)
Merupakan bahan yang terkena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan
tubuh atau bahan lain.
Reaksi kebakaran yang sangat cepat juga dapat
menimbulkan ledakan.
Jenis bahan kimia mudah terbakar dapat digolongkan
menjadi tiga sub golongan, yaitu:
1. Zat padat mudah terbakar
Zat padat yang mudah terbakar adalah: bahan padat
yang tidak mudah meledak, dapat menimbulkan
kebakaran karena gesekan, absorpsi uap, perubahan
kimia yang spontan dan penyimpanan panas selama
proses. Pada umumnya zat padat lebih sukar terbakar
dibandingkan dengan zat cair, tetapi zat padat berupa
serbuk halus lebih mudah terbakar daripada zat cair atau
gas. Contoh yang termasuk golongan ini adalah
belerang, fosfor, hibrida logam, logam alkali dan lain-
lain.

84
2. Zat cair mudah terbakar
Zat cair yang mudah terbakar adalah bahan cair yang
mudah menguapdan uapnya mudah terbakar pada suhu
dibawah 25,5C. Golongan ini paling banyak dijumpai
diindustri dan di laboratorium, serta dikenal sebagai
pelarut organik. Contoh: eter, alkohol, aseton,
benzena, heksan dan lain-lain. Pelarut tersebut pada
suhu kamar dapat menghasilkan uap yang jika
bereaksi dengan udara pada perbandingan tertentu
dapat dibakar oleh adanya api atau loncatan listrik.
3. Gas mudah terbakar
Yang termasuk golongan ini adalah gas yang amat
mudah terbakar dan sering menimbulkan ledakan.
Contoh: gas alam untuk bahan bakar, hidrogen, asetilen,
etilen oksida dan sebagainya.

9.1.1.4. Bahan kimia mudah meledak


Beberapa contoh bahan kimia yang mudah meledak, yaitu:
1. Azida
Apabila azida bereaksi dengan tembaga, misalnya dalam
pipa pembuangan atau kran air, maka tembaga azida akan
menimbulkan ledakan hebat jika terkena benturan ringan.
2. Asam perklorat
Jika dibiarkan mengering pada permukaan meja yang
terbuat dari kayu, batu bata atau kain, akan meledak dan
menimbulkan kebakaran jika terkena benturan.
3. Asam pikrat dan garamnya
Akan terbakar oleh panas atau benturan.
9.1.1.5. Bahan Kimia oksidator (Oxidation Agents)
Merupakan bahan kimia, yang mungkin tidak mudah terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran bahan lainnya.
9.1.1.6. Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water Sensitive
Substance)
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air dan
menghasilkan panas serta gas yang mudah terbakar
9.1.1.7. Bahan kimia yang reaktif terhadap asam (Acid Sensitive
Substance)
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan
menghasilkan panas serta gas yang mudah terbakar, atau gas
yang beracun dan korosif.
9.1.1.8. Gas bertekanan (Compressed Gases)
Merupakan gas yang disimpan di bawah tekanan, baik gas yang
ditekan, maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut
di bawah tekanan.

85
9.1.1.9. Bahan radioaktif (Radioactive Substance)
Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas lebih besar dari
2.10-3 microcurie/gram.
9.1.2. Bahan Kimia Yang Tidak Boleh Tercampur (Incompatible Chemicals)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi
berbahaya jika tercampur satu sama lain, antara lain:
9.1.2.1. Air raksa: dengan asetilen, asam fulminat, hydrogen.
9.1.2.2. Amonia anhidrat: dengan air raksa, halogen, kalsium hipoklorit
dan hidrogen fluorida.
9.1.2.3. Amonium nitrat: dengan asam, bubuk logam, klorat, nitrat,
sulfat dan zat mudah terbakar.
9.1.2.4. Anilin: dengan asam nitrat dan hidrogen peroksida.
9.1.2.5. Asam asetat: dengan asam kromat, asam nitrat, ikatan hidroksil,
etilen glikol, asam perklorat, peroksida dan permanganat.
9.1.2.6. Asam kromat: dengan asam asetat, naftalen, kamfer, alkohol,
gliserol, terpentin dan cairan mudah terbakar.
9.1.2.7. Asam nitrat: dengan asam asetat, asam kromat dan asam
hidrosianat, anilin, karbon, hidrogen sulfida, cairan/gas/zat lain
yang mudah bereaksi dengan nitrat.
9.1.2.8. Asam oksalat: dengan perak dan air raksa.
9.1.2.9. Asam perklorat: dengan asetat anhidrat, bismut dan ikatannya,
alkohol, kertas, kayu dan bahan organik lain.
9.1.2.10. Asam sulfat: dengan klorat, perklorat, pemanganat dan air.
9.1.2.11. Asetilen: dengan tembaga, halogen, perak air raksa dan ikatan
yang mengandung komponen tersebut.
9.1.2.12. Aseton: dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat.
9.1.2.13. Brom: dengan amonia, asetilen, butadien, butan, hidrogen,
natrium karbida, terpentin, logam.
9.1.2.14. Cairan mudah terbakar: dengan amonium nitrat, asam kromat,
hidrogen peroksida, asam nitrat, natrium peroksida dan halogen.
Fosfor pentoksida: dengan air
9.1.2.15. Hidrokarbon: dengan fluorin, klorin, formin, asam kromat dan
natrium peroksida.
9.1.2.16. Hidrogen peroksida: dengan krom, tembaga, besi, logam air,
garam logam, cairan mudah terbakar dan produk yang mudah
terbakar, anilin dan nitrometan.
9.1.2.17. Hidrogen sulfida: dengan uap asam nitrat dan gas oksidan.
Kaliurn permanganat: dengan gliserol, etilen glikol, benzaldehid
dan asam sulfat.
9.1.2.18. Karbon (diaktifkan oleh kalsium hipoklorit): dengan semua zat
oksidan.
9.1.2.19. Klorat: dengan garam amonium, asam, bubuk logam, sulfur, zat
mudah terbakar, karbon.
9.1.2.20. Klorin: dengan amonia, asetilen, butadien, benzen, dan
komponen minyak bumi lain, hidrogen, natrium karbida,
terpentin dan logam.

86
9.1.2.21. Klorin dioksida : dengan amonia, metan fosfin, hidrogen sulfida.
9.1.2.22. Logam alkali (kalsium, kalium dan natrium): dengan air,
karbondioksida, karbon tetraklorida dan hidrokarbon yang
mengandung klor
9.1.2.23. Merkuri: dengan asetilen, asam fulminat, hidrogen.
9.1.2.24. Natrium: dengan karbon tetraklorida, karbondioksida dan air.
9.1.2.25. Natrium azida: dengan timbal, tembaga dan logam lain. Bahan
kimia ini umumnya digunakan sebagai pengawet, tetapi jika
berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan yang tidak
stabil dan mudah meledak. Jika campuran ini dibuang melalui
wastafel, komponen logam akan terperangkap dan pipa air dapat
meledak pada saat pipa tadi diperbaiki oleh tukang ledeng.
9.1.2.26. Natrium peroksida: dengan zat oksidan seperti metanol, asam
asetat glasial, asetat anhidrat, benzaldehid, karbon disulfida,
gliserol, etil asetat dan furfural.
9.1.2.27. Oksigen: dengan minyak, lemak, hidrogen, cairan/zat padat/gas
yang mudah terbakar.
9.1.2.28. Perak: dengan asetilen, asam oksalat, asam tartrat dan ikatan
amonium.
9.1.2.29. Sianida : dengan asam dan alkali.
9.1.2.30. Tembaga: dengan asetilen, azida dan hidrogen peroksida.
9.1.2.31. Yodium : dengan asetilen dan amonia.
9.1.3. Efek toksik bahan kimia
Gangguan kesehatan ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium. Paparan berulang/berkepanjangan terhadap berbagai
pelarut organik dalam bentuk cair dapat merusak kulit karena efek
penghancuran lemak, alergi ataifat korosif yang dimilikinya.

PENGARUH TERHADAP KESEHATAN


NO BAHAN KIMIA
AKUT KRONIK
1 Air raksa Muntah, diare, sakit kepala, Gangguan sistem saraf
mual, sakit mata pusat, gusi bengkak dan
gigi tanggal

2 Akrilin Keluar air mata, iritasi aluran Edema paru


nafas
3 Amoniak Iritasi mata

4 Anilin (aminobenzen, Sianosis karena


methemoglobinemia, narkose
ringan, paralisis saluran nafas
5 fenilamin)
6 Asetaldehid (aldehid asetat, Iritasi mata dan saluran nafas, Bronkitis, kerusakan hati
ethanal) narkose (menurunkan
kesadaran)

7 Asetat anhidrat (asetil oksida, Iritasi kuat pada mata dan


ethanoik anhidrat) saluran nafas, efek korosif

87
8 Aseton (dimetil keton, 2- Iritasi ringan pada mata,
propanol) hidung dan tenggorokan,
narkose
9 Asetonitril (metil sianida) Iritasi saluran pernafasan, Leukemia, kerusakan
keracunan sianida hati, anemia aplastik
10 Benzen Narkose Karsinogenesis
11 Benzidin Sakit perut, mual, iritasi kulit Kecanduan
12 Dietil eter Muntah, iritasi mata, narkose Kerusakan hati dan
ginjal,
13 Dioksan Narkose karsinogenesis
14 Fenol Sakit perut, muntah, diare, Gangguan sistem saraf,
iritasi kulit, sakit mata, efek koma
korosif
15 Formaldehid (formalin) Iritasi saluran nafas, kulit dan Edema paru
membran mukosa
16 Glutaral Iritasi saluran nafas dan
membra mukosa
17 Karbon tetraklorida Sakit kepala, mual, ikterik Kerusakan hati dan
(tetraklorometan) ringan, Hilang nafsu makan, ginjal, gangguan saluran
narkose cerna
18 Kloroform (triklorometan) idem
19 Metanol (metil alkohol) Narkose,iritasi, mukosa Kerusakan retina dan
saraf optik
20 -Naftilamin Diduga karsinogen
21 -Naftilamin Karsinogensis
22 Nitrobenzen (nitrobenzol) Sinosis karena Anemia, tekanan darah
methnemoglobinemia, narkose menurun,
ringan methemoglobinemia
dengan sianosis, iritasi
kandung kemih,
kerusakan hati

23 Piridin Kerusakan hati dan ginjal Kerusakan saraf


24 Selenium Kulit terbakar, sakit mata, Gangguan sistem saraf
batuk pusat, terotogenesis
25 Sianogen bromida Sakit perut, mual, diare, Edema paru
gangguan penglihatan
26 Sitokalasin Mutagenesis
27 Tetrahidrofuran (dietil oksida, Narkose, kerusakan hati dan
tetrametil oksida) ginjal, iritasi mata dan saluran
nafas
28 Thallium Sakit perut, muntah, mual, Gangguan saraf,
diare gangguan penglihatan,
kelemahan otot, ataksia
29 O-Tolidin Karsinogenesis

88
30 Toluen (metil benzen, fenil Narkose Gangguan saraf tidak
benzen, toluol) spesifik, mungkin
kecanduan
31 Trikloroetilen (etinil triklorida) Narkose Kerusakan hati,
gangguan saraf non
spesifik
32 m-Xylene (1,2 dimetilbenzen) Narkose, sakit kepala, lelah, Gangguan saraf tidak
kurang waspada, mual spesifik
33 O-Xylene (1,3 dimetilbenzen) Idem Idem
34 p-Xylene (1,4 dimetil benzen) Idem Idem

9.2. Penyimpanan bahan kimia


9.2.1. Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah secukupnya di dalam ruang laboratorium.
9.2.2. Stok bahan kimia harus disimpan dalam ruang khusus berlantai beton.
9.2.3. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang terpisah.
9.2.4. Untuk mencegah timbulnya kebakaran dan ledakan dari uap karena terkena
bunga api dari alat listrik, tombol lampu untuk ruang penyimpanan harus berada
di luar ruang dan lampu dilengkapi dengan kap lampu.
9.2.5. Jangan menyimpan bahan kimia berdasarkan urutan abjad. Hal ini dapat
menyebabkan bahan yang seharusnya tidak tercampur/incompatible/chemicals
terletak berdekatan satu sama lain.
9.2.6. Syarat penyimpanan bahan Kimia:

NO JENIS BAHAN SYARAT PENYIMPANAN


Ruangannya dingin dan berventilasi
Jauhkan dari bahaya kebakaran
Jauhkan dari bahan yang mungkin bereaksi
1 Bahan Beracun Di tempat penyimpanan disediakan alat pelindung
diri,

misalnya : pakaian kerja, masker, dan sarung tangan.


ruangannya dingin dan berventilasi
wadahnya tertutup dan berlabel
2 Bahan Korosif jauhkan dari bahan beracun. Zat tersebut dapat
merusak wadah dan bereaksi dengan zat beracun,
menghasilkan uap/gas beracun.
ruangannya dingin dan berventilasi
jauhkan dari sumberapi atau panas,termasuk loncatan
api listrikdan bara rokok
3 Bahan MudahTerbakar
di tempat penyimpanan tersedia alat pemadam
kebakaran
jauhkan dari bahan oksidator.
ruangannya dingin dan berventilasi
jauhkan dari panas dan api
4 Bahan Mudah Meledak
jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

89
ruangannya dingin dan berventilasi
jauhkan dari bahan cair mudah terbakar dan zat
5 Bahan Oksidator reduktor
Catatan : pemadam kebakaran kurang bermanfaat
karena zat oksidator dapat menghasilkan oksigen
sendiri.
ruangannya dingin, kering, dan berventilasi.
jauhkan dari sumber nyala api dan panas.
6 Bahan Reaktif Terhadap Air
bangunannya kedapair.
tersedia pemadam kebakaran tanpa air, misalnya CO2.

ruangannya dingin dan berventilasi


jauhkan dari sumber api, panas dan asam

7 Bahan Reaktif Terhadap Asam ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantung hidrogen

tersedianya alat pelindung diri seperti kacamata,


pakaian kerja, dan sarung tangan.

10. PENANGANAN LIMBAH


Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang
berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber:
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai (misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai)
c. Produk proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen)
d. Produk upaya penanganan limbah (misalnya jarum suntik sekali pakai setelah
diotoklaf).
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infektif
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum.
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai
ketentuan yang ada di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati bentuk limbah yang
dihasilkan dapat berupa:
a. Limbah cair :
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian alat, sisa
spesimen (darah dan cairan tubuh).
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan medium pembiakan.
c. Limbah gas
Dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau dari
termometer yang pecah (uap air raksa).
90
2. Penanganan dan penampungan
a. Penanganan
Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume. Jenis
limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara berkesinambungan. Memilah dan mengurangi volume
limbah klinis sebagai syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan
sampah, petugas laboratorium, dan masyarakat. Dalam memilah dan mengurangi
volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
1) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
2) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan
pemisahan limbah B3 dan non-B3.
3) Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non-B3.
4) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
Kunci pembuangan yang baik adalah dengan memisahkan langsung limbah
berbahaya dari semua limbah di tempat penghasil limbah. Tempatkan masing-
masing jenis limbah dalam kantong atau kontainer yang sama untuk
penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganannya.
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan pada
tempat yang pas, aman dan hygienis.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode
warna).
Penanganan limbah klinis dengan menggunakan kode warna.

Kode warna yang


disarankan untuk limbah Jenis Limbah
klinis Warna Kantong
Hitam Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan untuk
menyimpan atau mengangkut limbah klinis.
Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar
Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga
dibuang di sanitary landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan.
Biru muda atau transparan Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
dengan strip biru tua sebelum pembuangan akhir.

11. Pemakaian Alat Pelindung Diri bagi Petugas Laboratorium .


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan
sampai pada yang paling berat.

91
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium
khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan
seperti pemakaian alat pelindung diri, apabila petugas laboratorium tidak
menggunakan alat pengaman, akan semakin besar kemungkinan petugas
laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya berbagai jenis virus.

12. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam
bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan
melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan
harus mampu memproteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing
protection) yang melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker
dengan filter yang menyerap dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium
yang memberikan perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang
menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu
pernafasan yang dikenakan di kala menangani tumpahan bahan kimia yang sangat
berbahaya. APD yang sering dipakai antara lain, proteksi kepala (mis : helm), proteksi
mata dan wajah (mis : pelindung muka, kacamata pelindung), respirator (mis : masker
dengan filter), pakaian pelindung (mis : baju atau jas yang tahan terhadap bahan
kimia), dan proteksi kaki (mis : sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga
mata kaki).

12.1. Perlindungan Mata dan Wajah.


Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus
dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud
untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan
bahan kimia, uap kimia dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri
dari :
Kacamata pelindung
Goggle
Pelindung wajah
Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk
melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser). Walaupun telah
banyak model, jenis dan bahan dari perlindungan mata tersebar di pasaran
hingga saat ini, Anda tetap harus berhati-hati dalam memilihnya, karena bisa
saja tidak cocok dan tidak cukup aman melindungi mata dan wajah Anda dari
kontaminasi bahan kimia yang berbahaya.

92
12.2. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan
sebutan jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib
dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali
di kenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan
sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Anda menggunakan jas
laboratorium, kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi
tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan
pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan bahan kimia
dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium Anda
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jumpsuits. Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang
bersifat korosif dan mengiritasi. Perlengkapan yang berbentuk seperti celemek
ini biasanya terbuat dari karet atau plastik. Untuk apron yang terbuat dari plastik,
perlu digarisbawahi, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah
terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang di picu oleh elektrik
statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis : ketika menangani bahan kimia yang
bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat
dari material yang dapat di daur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan
ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari
percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab dan radiasi.

12.3. Perlindungan Tangan


Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila
Anda terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi
solusi bagi Anda. Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya
bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari
peralatan gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam,
dan material yang panas atau dingin.
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang anda pakai jika
tidak dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang ditangani.
Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan rata-rata
daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit tangan. Sarung tangan harus
secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas
bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di
laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi
(asbestos) untuk temperatur tinggi.
93
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil
atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil Clorida). Semua jenis sarung
tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani. Sebagai
contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet alam baik, apabila anda bekerja
dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja dengan Dietil eter.

12.4. Perlindungan Pernafasan


Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas
yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu
tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut.
Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau
yang lebih dikenal dengan sebutan masker yang sesuai. Pemilihan masker yang
sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, konsentrasi, dan batas paparan.
Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki
masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka
filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan
kimia haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja
dengan bahan kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan
jenis bahan kimia yang ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai
dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apalagi. Gunakanlah
APD sebelum bekerja dengan bahan kimia.

13. Program pemeriksaan kesehatan petugas laboratorium secara berkala 1 kali


dalam setahun dengan jenis pemeriksaan :
13.1. Pemeriksaan Fisik
13.2. Pemeriksaan laboratorium:
Hematologi Rutin (Hemoglobin, Leukosit, Eritrosit, Diff, LED)
Urin Rutin (pH, BJ, Glucose, Protein, Bilirubin)
HbsAg ELISA
Anti HbsAg ELISA
Anti HCV ELISA
Anti HIV
13.3. Radiologi (Foto Torax)
Program ini adalah bagian dari program K3 RS. Materna Medan untuk seluruh tenaga
kerja di Unit-unit Rumah Sakit.
94
14. Pemberian tanda dan lambang
Pada bahan yang kita lakukan kontak selama bekerja biasanya terdapat gambar
yang menunjukkan sifat bahaya dari bahan tersebut dimana contohnya adalah
sebagai berikut:
No Lambang Arti

1 Mudah Terbakar

2 Oksidatif

3 Mudah meledak

Berbahaya
4 Simbol X dengan huruf I mengikutinya berarti
irritant/mengiritasi

Toksik
5

6 Berbahaya bagi lingkungan / mencemari lingkungan

7 Korosif

Pemberian informasi atau edukasi terhadap petugas baik itu yang masih baru
maupun petugas yang sudah lama sangat penting guna pengetahuan tentang K3
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk menjaga keamanan diri
sendiri serta lingkungan.

95
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengendalian mutu
internal adalah pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pengendalian mutu internal meliputi aktivitas : tahap pra-analitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik. Program Pengendalian Mutu Laboratorium dilaksanakan
untuk pendekatan dan perbaikan terus menerus pada proses pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan.

A. PENGENDALIAN MUTU INTERNAL


Pengendalian Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pengendalian mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik.
Tujuan:
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan
pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).

Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas:


a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik
sesuai dengan persyaratan pengambilan pada setiap pemeriksaan laboratorium
b. Pengambilan dan pengolahan spesimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi, volume,
cara, peralatan, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan, sesuai dengan persyaratan
pengambilan spesimen yang telah ditetapkan.
c. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara
berkala.

d. Uji kualitas reagen


Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah jadi/komersial. Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang komersial
mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu.

96
1) Reagen buatan sendiri
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Bahan kimia anhidrat (tidak mengandung molekul air) yang digunakan untuk
pembuatan larutan standar kalibrasi dan titrasi harus dikeringkan terlebih dahulu
dalam oven dengan suhu 105C110C minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam.
Kemudian dinginkan sampai suhu kamar dalam desikator, timbang dalam jumlah
yang tepat lalu dilarutkan.
b) Untuk garam hidrat (mengandung molekul air) cukup dikeringkan dalam
desikator.
c) Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas akuadest yang dipakai. Air
yang mengandung kaporit akan mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan
kalsium dan klorida, sedangkan air yang mengandung banyak logam akan
mempengaruhi pemeriksaan logam dan pewarna.
d) Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya sesuai
kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan stok (larutan
induk).
e) Wadah reagen perlu diberi label yang berisi nama reagen (rumus kimia), tanggal
pembuatan dan paraf pembuat.
f) Harus diketahui sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak boleh
disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi.
g) Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya
tidak boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin atau
beku dan sebagainya.

2) Reagen yang sudah jadi/komersial


Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Etiket/label wadah
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluwarsa serta nomor batch reagen tersebut.
b) Batas kadaluwarsa
Masa kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk reagen
yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka, karena reagen yang
wadahnya sudah pernah dibuka mempunyai masa kadarluwarsa lebih pendek dari
reagen yang belum dibuka.
c) Keadaan fisik
Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada perubahan
warna.

d) Uji kualitas media


Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri maupun
media jadi, oleh karena itu penyiapan media harus mendapat perhatian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan media:
Kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media digunakan.
Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah dibuat, yaitu:
1) Secara visual
Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan lain-lain.
2) Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan pada media yang diperkaya dengan bahan-bahan
tertentu seperti agar darah atau agar coklat.
3) Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif

97
Kuman kontrol positif adalah kuman yang seharusnya tumbuh pada media
tertentu, sedangkan kuman kontrol negatif adalah kuman yang seharusnya
tidak tumbuh pada media tertentu.
4) Uji kualitas pemeriksaan kepekaan kuman
Pemeriksaan kepekaan kuman dengan metoda cakram, dianjurkan oleh
WHO dengan menggunakan metoda modifikasi Kirby-Bauer.
5) Uji ketelitian-Uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu
hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
a) Presisi dan Akurasi
1. Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian
terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat dihindari.
Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (% KV atau
% CV) yang dihitung dengan rumus berikut:
KV (%) = SD X 100
x
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
x = Rata-rata hasil pemeriksaan berulang.
Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai Impresisi
(ketidaktelitian).
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode tersebut
dan sebaliknya.
2. Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya (total).
Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar.
Distribusi hasil pemeriksaan yang tersebar di sekitar nilai pusat
menunjukkan kesalahan acak. Pergeseran hasil pemeriksaan dari
hasil sebenarnya menunjukkan kesalahan sistematik. Konsep akurasi
sebelumnya hanya menilai akurasi sebagai kesalahan sistematik.
Kesalahan total menunjukkan berapa besar kesalahan jika komponen
kesalahan acak dan sistematik terjadi bersamaan pada arah yang
sama. Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol dan
dihitung sebagai nilai biasnya (d%):
d(%) = X - NA
NA
X = hasil pemeriksaan bahan kontrol
NA = nilai aktual/sebenarnya dari bahan kontrol
Nilai d (%) dapat positif atau negatif
Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.
Nilai negatif menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya.
Akurasi dapat pula dinilai dari studi 'Recovery' yaitu dengan
melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambahkan analit
murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang diharapkan:

R (%) = Hasil pemeriksaan (observasi) x 100


hasil perhitungan (diharapkan)
Akurasi metode yang baik adalah yang memberikan nilai R
mendekati 100%.
98
Akurasi dapat juga dinilai berdasarkan perbandingan hasil
pemeriksaan dengan sistem (reagen kit) lain melalui uji korelasi
menggunakan persamaan berikut:
y = ax + b dan r (koefisien korelasi)
y : persamaan regresi
a : slope, semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik
b : intersep, semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi yang baik
r : koefisien korelasi semakin mendekati 1 menunjukkan korelasi
yang baik.
3. Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya.
Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang
baik. Untuk tujuan penanganan penyakit dan atau pemantauannya,
pemilihan metode dengan presisi yang baik lebih dianggap penting
daripada akurasi yang baik. Untuk parameter pemeriksaan yang
membutuhkan penilaian diagnosis pada kadar yang sangat rendah,
misalnya TSH, diperlukan metode dengan akurasi yang tinggi pada
kadar tersebut.
b) Jenis kesalahan
Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu:
1. Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya
disebabkan oleh limitasi metodik pemeriksaan.
2. Systematic Shift (kesalahan sistematik); suatu kesalahan yang terus-
menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh
standar, kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini
berhubungan dengan akurasi (ketepatan).
3. Random Error (kesalahan acak); suatu kesalahan dengan pola yang
tidak tetap. Penyebabnya adalah ketidak-stabilan, misalnya pada
penangas air, reagen, pipet dan lain-lain. Kesalahan ini berhubungan
dengan presisi (ketelitian).

b) Bahan kontrol
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan
bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan khusus baik pada alat,
metode pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksanya.

Uji ketelitian
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini digunakan bahan kontrol assayed.
Periode kontrol merupakan periode untuk menentukan ketelitian
pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini
tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi caranya adalah sebagai berikut:
1. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
2. Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir Periode control.
3. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S
(Standar Deviasi Index) dengan rumus:
Satuan SD = XI mean
SD
4. Satuan S yang diperoleh diplot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X
dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan
sedangkan sumbu y menunjukkan satuan S.

99
B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
Pemmantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik
oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu
Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi
semua bidang pemeriksaan laboratorium. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan
Mutu Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah
maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka ragam jenis dan
jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka
pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang
pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a. tingkat nasional/tingkat pusat
b. tingkat Regional
c. tingkat Provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium
sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh
diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakainya sehingga hasil
pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium tersebut yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk mencari
penyebab-penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
Kegiatan PME tingkat nasional yang diikuti oleh laboratorium Rumah Sakit RK
Charitas adalah:
1. Pemantapan Mutu Eksternal untuk bidang
- Kimia Klinik
- Hematologi
- Urinalisa
Penyelenggaranya adalah PPDS Patklin dan ILKI
2. Pemantapan Mutu Eksternal untuk bidang Immunologi yang meliputi HbsAg,
VDRL, TPHA, Anti HCV, Anti HIV, Syphilis.
Penyelenggaranya adalah Kemenkes pelayanan Biomedik.
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal tingkat regional yang diikuti Rumah Sakit
RS. Materna Medan adalah:
Pemantapan Mutu Eksternal bidang:
- Kimia Klinik
- Hematologi
- Immunologi
- Parasitologi malaria dan parasit saluran pencernaan
- Urinalisa
- BTA
100
Penyelenggaranya adalah Balai Besar Laboratorium Kesehatan Sumatra Selatan
(Kota Palembang).

3. Melaksanakan Profisiensi Test


Profisiensi Teas terhadap hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan
kualitas hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh
laboratorium rujukan. Pemeriksaan ulang ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke laboratorium
rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium pengirim.
b) Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa ulang.
Membuat program pemantapan mutu uji test terhadap sampel pasien secara berkala
dengan menentukan :
Tempat laboratorium rujukan Profisiensi test
Metode pemeriksaan
Parameter yang akan di uji

C. VERIFIKASI
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan
pencegahan ulang setiap tindakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab. pengirim, Kontraktor,
dll), No. Lab, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan sudah lengkap
dan jelas.
Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
b. Persiapan Pasien
Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan.
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen
Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan memperhatikan jenis
spesimen.
d. Penanganan spesimen
Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan.
Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat.
Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan
khusus.
Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
e. Persiapan sampel untuk analisa
Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan.
Apakah volume sampel sudah cukup.
Apakah identifikasi sampel sudah benar.

2. Tahap Analitik
a. Persiapan Reagen/media

101
Apakah reagen/media memenuhi syarat.
Apakah masa kadaluwarsa tidak terlampaui.
Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar.
Apakah cara pengenceran sudah benar .
Apakah pelarutnya (aquadest) memenuhi syarat.
b. Pipetasi Reagen dan sampel
Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan.
Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi.
Apakah pipetasi dilakukan dengan benar.
Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar.
c. Inkubasi
Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan.
Apakah waktu inkubasi tepat.
d. Pemeriksaan
Apakah alat/instrumen berfungsi dengan baik (dapat dipercaya) hasil
pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
e. Pembacaan hasil
Apakah penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.
3. Tahap pasca analitik
Pelaporan Hasil
Apakah form hasil bersih
Apakah tidak salah transkrip
Apakah tulisan sudah jelas
Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil abnormal.

D. AUDIT
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi dalam audit internal dan audit
eksternal. Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior.
Penilaian yang dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan
laboratorium misalnya kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, dan mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang
menyebabkan kesalahan sering terjadi. Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh
masukan dari pihak lain di luar laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap
pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk
membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya dan lain-lain
merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal. Untuk mengukur kemampuan atau
keberhasilan laboratorium dalam memberikan pelayanan yang cepat,tepat dan bermutu
ada beberapa indikator mutu layanan yang diukur secara berkala yaitu:

Patologi Klinik
1. Permintaan Cito tidak lebih dari 1 jam
2. Pelaporan hasil laboratorium dengan nilai kritis (Critical Value)
3. Pelaporan hasil laboratorium regular 3 sampai 6 jam
4. Tidak adanya tertukar spesimen pemeriksaan laboratorium
5. Ketersediaan fasilitas dan peralatan laboratorium patologi klinik

102
6. Kemampuan memeriksa HIV-AIDS
7. Kemampuan memeriksa kikroskopis tuberkulosis
8. Pelaksanaan ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium
9. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
10. Kesesuaian hasil pemeriksaan baku mutu eksternal
11. Kepuasan pelanggan

Bank Darah
1. Tenaga penyedia pelayanan Bank Darah
2. Ketersediaan Fasilitas dan peralatan Bank Darah
3. Kepuasan pelanggan
4. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi harus memenuhi standar
minimal rumah sakit yaitu 100% terpenuhi
5. Kejadian reaksi transfusi harus memenuhi standar minimal rumah sakit yaitu
0,01 %
6. Keterlambatan penyerahan komponen darah ( respon time )

Patologi Anatomi
1. Respond Time Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaaan Sitopatologi FNAB
3 hari
2. Respond Time Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan Histopatologi Selama
5 hari

1. Indikator Mutu Laboratorium Patologi Klinik:

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Jumlah ketepatan waktu pelaporan hasil laboratorium


dengan nilai kritis lebih dari 1jam setelah hasil
dikeluarkan oleh alat.
2 UNIT KERJA : Laboratorium Klinik
3 DEFENISI OPERASIONAL : Angka kejadian keterlambatan pelaporan hasil laboratorium
: dengan nilai kritis lebih dari 1jam setelah hasil
dikeluarkan oleh alat.
4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Tim Mutu Laboratorium Patologi Klinik
5 KEBIJAKAN MUTU : -
6 ALASAN PEMILIHAN : Keterlambatan waktu pelaporan hasil laboratorium dengan
INDIKATOR nilai kritis dapat menyebabkan kegagalan dalam menangani
pasien.
7 FORMULA UNTUK :
KALKULASI

103
Jumlah keterlambatan waktu pelaporan hasil laboratorium dengan nilai kritis lebih
dari 1 jam setelah hasil dikeluarkan oleh alat.
x 100%
Jumlah Pasien dengan hasil laboratorium Nilai Kritis dalam periode waktu yang sama

i. NUMERATOR : Jumlah kejadian keterlambatan petugas laboratorium


melaporkan hasil nilai kritis lebih dari 1 jam setelah hasil
keluar dari alat .
ii. DENUMERATOR : Jumlah Pasien dengan hasil laboratorium Nilai Kritis dalam
periode waktu yang sama
8 METODE PENGUMPULAN : Retrospektif
DATA
9 KRITERIA INKLUSI : Jenis pemeriksaan kritis, waktu pelaporan hasil lebih dari 1
jam , dan hasil tidak dilaporkan.
10 KRITERIA EKSKLUSI : -
11 TARGET KINERJA : 0%
12 TIPE DARI PENGUKURAN : Struktur
(INDIKATOR)
13 SUMBER DATA (AUDIT : Pemeriksaan laboratorium Kritis yang diperiksa dalam 1
TOTAL NAME/FILE). bulan.
14 FREKUENSI : 1 bulan
PENGUMPULAN DATA
15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : Semua hasil pemeriksaan pasien yang masuk dalam kategori
nilai kritis.
17 AREA MONITORING : Laboratorium Patologi Klinik
18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning breafing
Jumlah kejadian keterlambatan petugas laboratorium melaporkan hasil nilai kritis > 1 jam
x 100%
Total semua pasien dengan hasil nilai kritis dalam bulan yang sama

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Kepuasan pelanggan/pengunjung laboratorium


2 UNIT KERJA : Komite Mutu Rumah Sakit

3 DEFENISI OPERASIONAL : Angka kepuasan pelanggan/pengunjung laboratorium


rawat jalan
4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Kepala Seksi
5 KEBIJAKAN MUTU : -
6 ALASAN PEMILIHAN : Kepuasan pelanggan atas pelayanan di laboratorium
INDIKATOR dapat meningkatkan pendapatan laboratorium
7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Jumlah angka kepuasan pelanggan dalam kurun waktu 1 bulan
Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kuisioner kepuasan x 100 %
pelanggan dalam kurun waktu 1
i. NUMERATOR : Jumlah angka kepuasan pelanggan dalam kurun waktu 1
bulan.

104
ii. DENUMERATOR : Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kusioner
kepuasan pelanggan dalam kurun waktu 1 bulan.
8 METODE PENGUMPULAN : Retrospektif
DATA
9 KRITERIA INKLUSI : Semua formulir quisioner yang diisi oleh pasien

10 KRITERIA EKSKLUSI : Tidak termasuk yang tidak dikembalikan

11 TARGET KINERJA : 100 %


12 TIPE DARI PENGUKURAN : outcome
(INDIKATOR)
13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Formulir Questioner kepuasan pelanggan selama 1
NAME/FILE). bulan
14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 1 bulan
DATA
15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : 100 pasien
17 AREA MONITORING : Laboratorium Patologi Klinik Rawat Jalan

18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning briefing

Jumlah angka ketidakpuasan pelanggan dalam kurun waktu 1 bulan


x 100%
Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kuisioner kepuasan pelanggan dalam kurun waktu 1 bulan

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Angka kesalahan pengerjaan golongan darah


2 UNIT KERJA : Laboratorium Klinik Rawat Jalan
3 DEFENISI OPERASIONAL : Angka tingkat ketidakpatuhan analis dalam melakukan
: pemeriksaan golongan darah sesuai dengan SPO.
4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Kepala Seksi
5 KEBIJAKAN MUTU : -
6 ALASAN PEMILIHAN : Ketidakpatuhan analis dalam melakukan pemeriksaan
INDIKATOR golongan darah sesuai dengan SPO mengakibatkan
kegagalan dalam pemberian darah.

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Angka tingkat kepatuhan analis dalam melakukan


pemeriksaan golongan darah sesuai dengan SPO.
i. NUMERATOR : Jumlah kejadian kesalahan pengerjaan golongan darah
dalam waktu 1 bulan
ii. DENUMERATOR : Jumlah pasien yang periksa golongan darah dalam
waktu yang sama.
8 METODE PENGUMPULAN :
DATA
9 KRITERIA INKLUSI : Semua permintaan pemeriksaan golongan darah

105
10 KRITERIA EKSKLUSI : Tidak termasuk pemeriksaan duplo dan pemeriksaan
yang dibatalkan.
11 TARGET KINERJA : 0%
12 TIPE DARI PENGUKURAN : Rate Based.
(INDIKATOR)
13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Dokumen pemeriksaan golongan darah pasien
NAME/FILE).
14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 1 bulan
DATA
15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : Semua pemeriksaan golongan darah dalam bulan yang
sama
17 AREA MONITORING : Akurasi hasil pemeriksaan laboratorium
18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning briefing
Jumlah kejadian kesalahan pengerjaan golongan darah dalam waktu 1 bulan
x 100%
Jumlah pasien yang periksa golongan darah dalam waktu yang sama

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium CITO 1 jam


setelah sampel diterima.

2 UNIT KERJA : Laboratorium Klinik Rawat Jalan

3 DEFENISI OPERASIONAL : Waktu tunggu pasien sejak sampel darah untuk pemeriksaan
: CITO diterima di laboratorium sampai hasil diverifikasi
tidak lebih dari 1 jam

4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Kepala Seksi


5 KEBIJAKAN MUTU : -
6 ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Keterlambatan pemberian hasil laboratorium CITO dapat
mengancam nyawa pasien

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Angka kejadian pemberian hasil CITO dengan waktu tunggu
1 jam dalam periode yang sama

Jumlah pemeriksaan CITO dengan waktu tunggu < 1 Jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama

i. NUMERATOR : Jumlah pemeriksaan CITO dengan waktu tunggu <1 jam


dalam periode tertentu

ii. DENUMERATOR : Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama

8 METODE PENGUMPULAN DATA :


9 KRITERIA INKLUSI : Pemeriksaan laboratorium dengan kriteria CITO:
1. Hematologi rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit,
Leukosit, Trombosit, MCV, MCH, MCHC)
2. Hemostasis (PT, APTT, INR, D-Dimer)
106
3. Kimia Urin
4. Pemeriksaan rapid sero imunologi (HBS Ag, Dengue
IgG/IgM, NS1, Salmonella IgM)
5. Kimia darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin, Amilase, CK,
CKMB, Troponin, AGD, Elektrolit).
10 KRITERIA EKSKLUSI : Pemeriksaan Laboratorium diluar kriteria CITO namun
dokter meminta Cito hasil, Pasien MRS (calon rawat inap)

11 TARGET KINERJA : 90 %
12 TIPE DARI PENGUKURAN : Struktur
(INDIKATOR)

13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : - Formulir pemeriksaan laboratorium pasien


NAME/FILE). - Data pasien dalam File LIS
14 FREKUENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan
15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : Semua pemerikasaan laboratorium CITO

17 AREA MONITORING : Laboratorium Patologi Klinik


18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning briefing

Jumlah pemeriksaan CITO dengan waktu tunggu < 1 Jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium Reguler (3


6 jam)

2 UNIT KERJA : Laboratorium Patologi Klinik


3 DEFENISI OPERASIONAL : Waktu tunggu pasien sejak sampel darah untuk pemeriksaan
Reguler diterima di laboratorium sampai hasil diverifikasi
dengan waktu 3 s/d 6 jam (tergantung jenis pemeriksaan)
4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Kepala Seksi
5 KEBIJAKAN MUTU : -
6 ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Keterlambatan pemberian hasil laboratorium Reguler dapat
memperlambat hasil diagnosa terhadap pasien

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Angka kejadian pemberian hasil Reguler dengan waktu
tunggu 3 s/d 6 jam dalam periode yang sama

i. NUMERATOR : Jumlah pemeriksaan Reguler dengan waktu tunggu 3 s/d 6


jam dalam periode tertentu

ii. DENUMERATOR : Jumlah total pemeriksaan Reguler dalam periode yang sama

8 METODE PENGUMPULAN DATA : Retrospektif


9 KRITERIA INKLUSI : Pemeriksaan laboratorium dengan kriteria Reguler :
Seluruh jenis pemeriksaan yang dikerjkan di laboratorium
klinik RS. RK. Charitas, diluar jenis pemeriksaan khusus dan
yang dirujuk ke laboratorium rujukan.

107
10 KRITERIA EKSKLUSI : -

11 TARGET KINERJA : 100%


12 TIPE DARI PENGUKURAN (INDIKATOR) : Struktur

13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Data pasien dalam File LIS


NAME/FILE).

14 FREKUENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan


15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : Semua pemeriksaan laboratorium Reguler

17 AREA MONITORING : Laboratorium Patologi Klinik


18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning briefing

Jumlah pemeriksaan Reguler dengan waktu tunggu 3 s/d 6 jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan Reguler dalam periode yang sama

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


1. JUDUL INDIKATOR : Pemenuhan Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan
transfusi

2. UNIT KERJA : Bank Darah

3. DEFENISI OPERASIONAL : Tergambarnya kemampuan Bank Darah Rumah Sakit dalam


menyediakan kebutuhan darah

4. PERSON IN CHARGE (PIC) : Petrus Beda PTTD

5. KEBIJAKAN MUTU : -

6. ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Untuk dapat memenuhi kebutuhan darah

: Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat


7. FORMULA UNTUK KALKULASI dipenuhi dalam 1 bulan X100%
Jumlah seluruh permintaan darah dalam 1 bulan
i. NUMERATOR : Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat dipenuhi dalam
1 bulan

ii. DENOMINATOR : Jumlah seluruh permintaan darah dalam 1 bulan

8. METODE PENGUMPULAN DATA : Rekapitulasi pencatatan dan pelaporan per 1 bulan

9. KRITERIA INKLUSI : Seluruh penyerahan darah kepada pasien sesuai permintaan

10. KRITERIA EKLUSI :

11. TARGET KINERJA : Terpenuhinya kebutuhan darah 100%

12. TIPE DARI PENGUKURAN (INDIKATOR) :

13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Pencatatan dan pelaporan terpenuhinya kebutuhan darah setiap
NAMA/FILE) bulan

14. FREKWENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan

15. WAKTU PELAPORAN : 1 bulan

108
16. SAMPLE SIZE (n) : Pencatatan seluruh darah yng terpakai

17. AREA MONITORING : Bank Darah

18. RENCANA KOMUNIKASI PELAPORAN : Buku pedoman standar pelayanan minimal Rumah Sakit
HASIL KE STAFF
19. REFERENCES :

20. FORMULA UNTUK KALKULASI :

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


1. JUDUL INDIKATOR : Jumlah keterlambatan waktu penyerahan komponen darah
untuk transfusi ke unit layanan

2. UNIT KERJA : Bank Darah

3. DEFENISI OPERASIONAL : Angka kejadian keterlambatan penyerahan komponen darah


antara waktu penerimaan dengan waktu penyerahan ke Unit
layanan

4. PERSON IN CHARGE (PIC) : Petrus Beda

5. KEBIJAKAN MUTU :

6. ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Keterlambatan penyerahan komponen darah untuk transfusi


dapat menyebabkan kegagalan dalam menangani pasien.

: Jumlah angka yang tidak memasuki


standar waktu target kinerja pemeriksaan
7. FORMULA UNTUK KALKULASI X 100%
Jumlah seluruh angka pemeriksaan yang
dilakukan selama 1 bulan
i. NUMERATOR : Jumlah angka yang tidak memasuki standar waktu target kinerja
pemeriksaan

ii. DENOMINATOR : Jumlah seluruh angka pemeriksaan yang dilakukan

8. METODE PENGUMPULAN DATA : Pencatatan waktu darah datang dan diserahkan selama 1 bulan

9. KRITERIA INKLUSI : Lama waktu pengerjaan cek ulang golongan darah, uji saring
ulang dan uji kualitas.

10. KRITERIA EKLUSI :

11. TARGET KINERJA : 30 menit (untuk melakukan cek ulang golongan darah, uji
saring rapid dan uji kualitas darah)

12. TIPE DARI PENGUKURAN (INDIKATOR) : Outcome

13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Buku pencatatan pemeriksaan dan penyerahan
NAMA/FILE)
14. FREKWENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan

15. WAKTU PELAPORAN : 3 bulan

16. SAMPLE SIZE (n) : Total waktu yang digunakan untuk cek ulang golongan darah,
Uji saring dan uji kualitas.

109
17. AREA MONITORING : Bank Darah

18. RENCANA KOMUNIKASI PELAPORAN :


HASIL KE STAFF
19. REFERENCES : Buku pedoman standar pelayanan minimal Rumah Sakit

20. FORMULA UNTUK KALKULASI :

PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU


1. JUDUL INDIKATOR : Kejadian reaksi transfusi

2. UNIT KERJA : Bank Darah

3. DEFENISI OPERASIONAL : Reaksi transfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
terjadi akibat transfusi darah, dalam bentuk reaksi alergi, infeksi
akibat transfusi, hemolisis akibat golongan darah tidak sesuai,
atau gangguan sistem imun sebagai akibat pemberian transfusi
darah.

4. PERSON IN CHARGE (PIC) : Petrus Beda PTTD

5. KEBIJAKAN MUTU -

6. ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Untuk mewujudkan darah yang berkualitas dan aman

Jumlah kejadian reaksi transfusi dalam 1 bulan


7. FORMULA UNTUK KALKULASI Jumlah keseluruhan pasien yang mendapatkan transfuse X 100%
darah dalam 1 bulan
i. NUMERATOR : Jumlah kejadian reaksi transfusi dalam 1 bulan

ii. DENOMINATOR : Jumlah keseluruhan pasien yang mendapatkan transfusi darah


dalam 1 bulan

8. METODE PENGUMPULAN DATA : Rekapitulasi pencatatan dan pelaporan per 1 bulan

9. KRITERIA INKLUSI : Seluruh pemeriksaan transfusi darah

10. KRITERIA EKLUSI :

11. TARGET KINERJA : Kejadian reaksi transfusi 0,01 %

12. TIPE DARI PENGUKURAN (INDIKATOR) : Outcome

13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Pencatatan dan pelaporan reaksi transfusi (harian, Mingguan,
NAMA/FILE) Bulanan)

14. FREKWENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan

15. WAKTU PELAPORAN : 3 bulan

16. SAMPLE SIZE (n) : Seluruh darah yang diperiksa

17. AREA MONITORING : Bagian keperawatan

18. REFERENCES : Buku pedoman standar pelayanan minimal Rumah Sakit

19. FORMULA UNTUK KALKULASI :

110
2. Indikator Mutu Laboratorium Patologi Anatomi
Judul Indikator Respond Time Pemeriksaan Sitopatologi FNAB

Unit Kerja : Laboratorium Patologi Anatomi

Definisi Operasional : Merupakan waktu yang dibutuhkan dari penerimaan


spesimen sampai keluarnya hasil laboratorium patologi
anatomi

Person In Charge (PIC) : dr. Henny Sulastri, SpPA (K)

Kebijakan Mutu : Respond Time Sitopatologi FNAB 4 Hari

Alasan Pemilihan Indikator : a) Untuk meningkatkan mutu agar pasien mendapatkan


pengobatan lebih cepat
b) Demi kenyamanan pasien
c) Kecepatan pelayanan pasien sitologi FNAB dalam
kurun waktu selama 4 hari
Formula Untuk Kalkulasi :

i. Numerator : Jumlah pemeriksaan sitopatologi FNAB yang sesuai


respond time selama 4 hari

ii. Denominator : Jumlah keseluruhan pemeriksaan sitopatologi FNAB

Metode Pengumpulan Data : Perhitungan manual dalam satu bulan


Sensus harian
Kriteria Inklusi : Termasuk pemeriksaan CITO

(semua pemeriksaan sitopatologi FNAB)

Kriteria Eklusi : Tidak termasuk kasus sulit yang perlu dibahas


dikonsultasikan
Aspirasi ulang
Target Kinerja : 75% (Standar 100%)

Tipe dari Pengukuran (Indikator) : Proses dan Hasil

Sumber Data (Audit Tool Name/File) : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
yang Masuk

Frekwensi Pengumpulan Data : Per Bulan

Waktu Pelaporan : Per 3 Bulan

Sampel Size (n) : -

111
Area Monitoring : Ruang Lingkup Laboratorium Patologi Anatomi

Rencana Komunikasi Pelaporan Hasil ke : Per 3 Bulan akan dimuat di mading Laboratorium
Staff Patologi Anatomi

References : -

Fomula untuk Kalkulasi : -

Respond Time Pemeriksaan Histopatologi


Judul Indikator :
Selama 5 Hari

Unit Kerja : Laboratorium Patologi Anatomi

Definisi Operasional : Merupakan waktu yang dibutuhkan dari penerimaan


specimen sampai keluarnya hasil laboratorium
patologi anatomi

Person In Charge (PIC) : dr. Henny Sulastri, SpPA (K)

Kebijakan Mutu : Respond Time Histopatologi 5 Hari

Alasan Pemilihan Indikator : Untuk meningkatkan mutu agar pasien


mendapatkan pengobatan lebih cepat
Kecepatan pelayanan histopatologi
Formula Untuk Kalkulasi :

i. Numerator : Jumlah pemeriksaan histopatologi yang sesuai


respond time selama 5 hari

ii. Denominator : Jumlah keseluruhan pemeriksaan histopatologi


dikurang jumlah kriteria eklusi

Metode Pengumpulan Data : Perhitungan manual dalam satu bulan


Sensus harian
Kriteria Inklusi :

Kriteria Eklusi : Tidak termasuk kasus sulit yang perlu dibahas /


dikonsultasikan
Tidak termasuk potong ulang gross
Tidak termasuk second opinion
Tidak termasuk pemeriksaan yang dikirim
keluar
Target Kinerja : 75% (Standar 100%)

112
Tipe dari Pengukuran (Indikator) : Proses dan Hasil

Sumber Data (Audit Tool Name/File) : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Patologi


Anatomi yang Masuk

Frekwensi Pengumpulan Data : Per Bulan

Waktu Pelaporan : Per 3 Bulan

Sampel Size (n) : -

Area Monitoring : Ruang Lingkup Laboratorium Patologi Anatomi

Rencana Komunikasi Pelaporan Hasil : Per 3 Bulan akan dimuat di mading Laboratorium
ke Staff Patologi Anatomi

References : -

Fomula untuk Kalkulasi : -

3. Kuesioner Kepuasan Pelanggan

113
E. STRATEGI

114
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini mengatur proses pelayanan di laboratorium. Memberi batasan dan


cakupan layanan yang memberi jaminan kualitas mutu di laboratorium dan memberi
kepuasan bagi pelanggan baik yang dirawat di rumah sakit, maupun layanan langsung.
Pelayanan diberikan secara merata tanpa membedakan suku, bangsa, agama atau ras
tertentu. Mendapat kualitas pelayanan yang sama dengan memberi yang terbaik dan jaminan
mutu yang sama.
Dengan disusunnya pedoman pelayanan laboratorium RSU Mitra Sejati Medan ini
diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan yang paripurna di
rumah sakit. Pedoman pelayana laboratorium ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pengelolaan laboratorium dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan
dan pelaksanaan pelayanan khususnya di bidang laboratorium kesehatan.
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam buku ini akan diatur kemudian sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

115
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI LABORATORIUM
KLINIK

RUMAH SAKIT UMUM MITRA SEJATI


TAHUN
2016

116
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang ...... 1
B. Tujuan Pedoman .. 2
C. Ruang Lingkup . 3
D.Batasan Operasional ................. 3
1. Layanan Rawat Inap dan Rawat Jalan 3
2. Layanan 24 Jam BDRS ............ 7
3. Layanan POCT . 7
E. Landasan Hukum ................ 7
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia . 9
B. Distribusi Ketenagaan . 9
C. Pengaturan Jaga 10

BAB III. STANDAR FASILITAS


A.Denah Ruang .. .. 12
B. Standar Fasilitas ... 16

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN 23


A.Alur pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik . 23
B. Pendaftaran & Pencatatan .. 25
C. Pengelolaan Spesimen .................. 25
D.Pemeriksaan Laboratorium . 42
E. Tata Laksana Layanan Darah (Bank Darah) 43
F. Laporan hasil dan arsip .. 52
G. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat .. 56
BAB V. LOGISTIK 62
A. Macam/jenis perbekalan laboratorium .. ... 62
B. Pengadaan .. . 63
C. Penyimpanan . 63
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN 74
A. Pengertian .. .. 74
B. Tujuan .. 74
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien..
BAB VII. KESELAMATAN KERJA 78
A. Pengertian .. ...... 78
B. Tujuan .. .. 78
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien .. 78
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU 96
A. Pengendalian Mutu Internal .. .... 96
B. Pemantapan Mutu Eksternal .. .. 100
C. Verifikasi 101
D. Audit .. 102
E. Strategi 114
F. Pendekatan Pemecahan Masalah .. 114

117
BAB IX. PENUTUP 116

ii

118

Anda mungkin juga menyukai