PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan merupakan salah satu unsur
dari pada kesejahteraan umum, Rumah Sakit Umum Mitra Sejati berupaya meningkatkan
kemampuan sarana kesehatan, agar mampu memberikan pelayanan kesehatan maupun
pelayanan medik secara terpadu dan merata, serta berdaya guna. Visi Rumah Sakit Umum
Mitra Sejati adalah Menjadi Rumah Sakit pilihan utama di Sumatera Utara yang
memberikan pelayanan prima dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Usaha
rumah sakit dalam memberikan yang terbaik dalam pelayanan kesehatan ditunjang dengan
adanya pelayanan penunjang medik yang memadai khususnya Pelayanan Laboratorium
Klinik.
Pelayanan laboratorium kesehatan di Indonesia pada saat ini diselenggarakan oleh
berbagai jenjang pelayanan mencakup antara lain laboratorium rumah sakit pemerintah dan
swasta. Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, secara mutlak perlu
dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu (quality assurance), yang mencakup berbagai
komponen kegiatan yakni berpedoman pada praktek laboratorium kesehatan yang benar
(Good Laboratory Practice/ GLP).
Pelayanan yang cepat, tepat dan akurat hanya dapat terwujud apabila laboratorium
klinik di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi dengan baik, serta
petugas yang profesional, pengelola maupun pelaksana yang kompeten dan sadar akan
tanggung jawab yang diembannya. Tingkat pelayanan laboratorium klinik di rumah sakit
merujuk standar minimal pelayanan sesuai tipe rumah sakit. Bentuk atau pola pelayanan
rumah sakit tampak pada struktur organisasi, kualifikasi, personalia, jumlah dan jenis
peralatan dan jenis pemeriksaan yang dilayani dan bersifat umum, spesialis, gawat darurat
dan home care.
Dari berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati,
laboratorium klinik sesuai dengan fungsinya, senantiasa dilengkapi dengan fasilitas yang
memadai, mulai dari gedung, peralatan, tenaga dan biaya operasional. Untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan laboratorium klinik, maka sistem rujukan pun tidak
menutup kemungkinan untuk dilakukan.
A. LATAR BELAKANG
Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 menjadi acuan dasar dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan di Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum Mitra
Sejati. Pedoman ini mengatur tata kelola pelayanan di laboratorium yang meliputi
pengelolaan manajemen, pengelolaan mutu preanalitik, analitik dan pasca analitik dan
Pemantapan mutu Internal dan Eksternal.
Berdasarkan pedoman tersebut diatas, maka Rumah Sakit Umum Mitra Sejati
menetapkan pelayanan laboratorium yang terintegrasi yaitu Instalasi Laboratorium yang
terdiri dari pelayanan Laboratorium Kimia Klinik, Hematologi Klinik, Pelayanan penyakit
infeksi dan imunologi, pelayanan Mikrobiologi, pelayanan transfusi darah, pelayanan
1
Patologi Anatomi di ruang perawatan pasien, serta layanan laboratorium diluar rumah sakit
(Laboratorium Rujukan) dengan waktu yang tak terbatas. Instalasi Laboratorium Klinik
memberikan pelayanan secara terus meneus selama 24 jam dan dapat melakukan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik atas permintaan tertulis dari:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
b. Dokter (umum, spesialis)
c. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
d. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
e. Instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum
Rumah sakit umum Mitra Sejati dalam Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium
Klinik tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga Pedoman
Instalasi Laboratorium Kinik mengikuti peraturan yang ada sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya.
Dalam perkembangannya, Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik
menyesuaikan dengan dinamika peraturan-peraturan lain di luar peraturan pokok Instalasi
Laboratorium Klinik yang antara lain adalah undang-undang kesehatan, ilmu kedokteran
dan perkembangan teknologi serta dinamika sosial masyarakat dan asuransi yang semakin
berkembang pesat.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman pelayanan di Instalasi Laboratorium dalam melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Membantu pelaksanaan penerapan standar pelayanan yang paripurna di rumah sakit.
2. Sebagai acuan dalam pengelolaan laboratorium dan unsur terkait dalam
melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan pelayanan, di bidang
laboratorium kesehatan.
3. Pedoman kendali mutu penyelenggaraan Laboratorium Klinik sehingga fungsi dan
peran Laboratorium dapat ditingkatkan sebagai pusat penunjang diagnosa penyakit.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum Mitra Sejati adalah
1. Laboratorum Patologi Klinik:
a. Hematologi Klinik
b. Kimia Klinik
c. Imunologi, Serologi dan Biomolekuler Klinik
d. Sekresi dan Cairan tubuh lainnya
e. Mikrobiologi Klinik
f. Parasitologi Klinik
g. Pelayanan 24 Jam Darah
2
2. Laboratorium Patologi Anatomi
a. Sitopathology
b. Histopathology
c. Imunopathology
D. BATASAN OPERASIONAL
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/Menkes/Per/III/2010 menyatakan
Laboratorium Klinik melakukan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik atas
permintaan tertulis dari:
1.1. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta
1.2. Dokter
1.3. Dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut
1.4. Bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu
1.5. Instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hokum
3
1.1.2. Kimia Klinik:
KIMIA
Fungsi Hati Fungsi Ginjal Diabetes Fungsi Jantung
Glukosa Puasa #
3101 Albumin 3301 Ureum 3401 3804 CK
3102 Globulin 3304 Creatinin 3403 Glukosa 2 jam PP # 3805 CK-MB
3103 Protein Total 3303 Urea Clearance 3405 Glukosa Sewaktu # 3209 LDH
3201 Bilirubin Indirek 3306 Creatinin Clear 3407 Kurva Harian # 3810 a-HBDH
3202 Bilirubin Direk 3307 Asam Urat 3410 GTT # 3811 Troponin T.
3203 Bilirubin Total 3408 HbA 1C
3204 SGOT Lemak 3460 C-Peptide Elektrolit
3205 SGPT 3501 Kolesterol # 3911 Insulin 3701 Natrium (Na)
3208 Gamma GT 3502 Kolesterol LDL # 3402 Keton Darah 3703 Kalium (K)
3210 Kolinesterase 3503 Kolesterol HDL # 3705 Klorida (Cl)
3211 Fosfatase Alkali 3504 Trigliserida # Analisis Gas Darah 3707 Kalsium (Ca)
3212 Asam Empude 3507 Apo A 1 3600 Analisis Gas Darah 3777 Kalsium Ion
6307 GLDH 3508 Apo B 3708 Fosfor Inorganik
3509 Lp(a) Lain-lain
Pankreas 3511 LDL Direk 3104 Elektrofor Prot.
3801 Amilase 3915 VLDL 3709 Magnesium
3803 Lipase
4
1.1.6. Pelayanan laboratorium Patologi Klinik rujukan ke Balai Besar
Laboratorium Kesehatan:
Mikrobiologi Kultur dan resistensi:
BIAKAN & RESISTENSI BIAKAN KHUSUS
5301 Darah 5312 Kolera/ElTor
5302 Urine 5315 Difteri
5303 Cairan Otak 5317 Jamur
5304 Tinja 5504 Coli. SS
5305 Sputum 5501 BTA
5306 Sekret 5533 Kuman Anaerob
5308 Cairan tubuh lain 5503 GO
5309 Swab
5310 Pus
5316 Sperma
5
3 Phenobarbital / Luminal 4 Cortisol (saliva) Trachomatis IgM
4 Phenytoin / Dilantin 5 Dehydroepiandrosterone
5 Theophylline / Aminophyllin 6 (DHEA) Saliva U. KIMIA DARAH LAIN
1 Vitamin B-12
N. HORMON REPRODUKSI R. OSTEOPOROSIS 2 Folic Acid
1 Progesteron 1 Osteocalsin
2 Estrone (E1) 2 B-Crosslaps W. PROTEIN SPESIFIK
3 Estradiol Serum 3 Paket (Osteocalsin + B-Crosslaps) 1 Alfa 1_Antitrypsin
4 Estriol (E3) 4 Mycoplasma pneumoniae IgG 2 IgA
5 Testoteron 5 Mycoplasma pneumoniae IgM 3 IgG
6 HCG (25mIU/L) 6 Measles IgG 4 IgM
7 Cortisol 7 Measles IgM 5 Transferin
O. AUTOIMUN 8 Helicobacter Pylori IgG 6 Protein C
1 AMA 9 Helicobacter Pylori IgM 7 PROTEIN S
2 SMA 10 Leptospira IgM (ELISA)
3 ANCA 11 Adenosin deaminase (ADA) W. AUTOIMMUNE
4 Monotest 1. Paket serologi jamur
P. HORMON LAIN-LAIN S. HEMATOLOGI
1 DHEA-S 1 Resitensi Osmotik Analisa Khusus
2 Dehydro Testoterone / DHT 2 G 6 PD 1 Analisa Batu Ginjal
3 Free Testoterone 3 Analisa Hb (Elektroforesa)
4 Growth Hormone Catatan : Untuk pemeriksaan
5 Pregnolone HbF, HbA2 &
6 IGF-1 Analisa Hb (Elektroforesa);
7 ACTH bila kadar Hb < 10 g/dL, maka
8 SHBG volume darah yang diperlukan :
9 Insulin 12 ml Darah EDTA)
10 IGFBP-3 4 CD8
5 CD4 & CD8
6
1.2.2 Histopatologi dan Imunopathologi
Pemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan Imunohistokimia
Meliputi : Meliputi :
Jaringan Kecil ER
Jaringan Sedang PR
Jaringan Besar Her2-Neu
Histokimia CD20
Zienl-Nielson CD3
Helicobacter Pylori Rapid Test LCA
Helicobacter Pylori AE1/3
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Patologi Klinik
1.1.Jadwal Jaga Pada Hari Kerja:
Jadwal Dinas Jenis tenaga Jml
Administrasi 5
Tenaga medis ( SpPK ) 2
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 9
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 5
Dinas pagi
Tenaga Perawat 2
Tenaga PTTD 1
Sanitasi 1
Pekarya 2
Administrasi 2
Tenaga Medis (SpPK) 1
Dinas sore Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 6
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Sanitasi 1
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Dinas malam Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Administrasi 1
8
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 2
Sanitasi 1
Dinas malam Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 4
Asisten Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Sanitasi 1
2. Patologi Anatomi
Jadwal Dinas Jenis tenaga Jml
Tenaga Medis 3
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 2
Dinas pagi Teknisi 1
Tenaga Administrasi 1
Petugas Sanitasi 1
Tenaga Medis 1
Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) 1
Dinas sore Teknisi 1
Tenaga Administrasi 1
C. PENGATURAN JAGA
1. Patologi Klinik
1.1.Jadwal Jaga Pada Hari Kerja:
Jadwal Jaga Waktu
Tenaga Medis (SpPK)
Dinas Pagi 08.00 s/d 15.00
Dinas Siang 16.00 s/d 21.00
Tenaga Teknis Analis
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Dinas Malam 21.00 s/d 07.00
Jadwal Jaga Waktu
Administrasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Siang 14.00 s/d 21.00
Pekarya
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Sanitasi
Dinas Pagi 07.00 s/d 14.00
Dinas Sore 14.00 s/d 21.00
Malam 21.00 s/d 06.00
2. Patologi Anatomi
Jadwal Jaga
Pengaturan Jaga
Karyawan Laboratorium Patologi Anatomi
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Lokasi
Dalam Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1998 dinyatakan Instalasi Laboratorium Klinik merupakan
salah satu instalasi rumah sakit yang bukan saja memberikan pelayanan untuk penderita
rawat inap, tetapi juga penderita rawat jalan dan rujukan. Karena itu laboratorium rumah
sakit sebaiknya terletak di daerah yang mudah dijangkau dari dalam maupun dari luar rumah
sakit. Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani Gawat Darurat dan bank darah
hendaknya terletak tidak jauh dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan laboratorium induk,
jadi merupakan satu kelompok laboratorium.
2. Ruangan
Sesuai dengan Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Cara
pengelolaan Laboratorium Klinik yang baik dan benar, Luas ruangan setiap kegiatan cukup
menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan
dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan
mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya
dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk:
1. Ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan spesimen.
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan sesuai jumlah dan jenis pemeriksaan yang
dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor
keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung
dan karyawan.
3. Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Bank Darah, pemeriksaan mikrobiologi masing-masing
memiliki ruangan terpisah.
4. Tersedia ruang administrasi/pengolahan hasil.
11
a. Denah Unit Laboratorium Patologi Klinik
IN / OUT
(Tangga
Darurat)
Centrivuge Cobas
Waste
U411 Wastafel
Wastaf
Kamar Mandi
Mikrosko
el
disposal Kamar Petugas
p
Gudan
g Ruang
Centrifuse Kamar Ganti
Urinalysa
Wastafel Eba 20 Waste disposal
Centrifus
Magnetik
AGD
CCX
Stago
e
KX 21
Compac 2000
STA Byolite
X
T
Ruang
Ruang Kasir Rawat 2000i Hematologi
ABX 80 XL
R u a n g K i
OUT
Inkubator
Memmert
Arsip. Lab. Kabag.
Kasie. Lab.
IN / Lab.
OUT Wastafel Waste
Kamar disposal
Alat RO
Mandi
12
b. Denah Ruang 24 Jam BDRS
13
c. Denah Laboratorium Patologi Anatomi
14
B. STANDAR FASILITAS
15
7.2.5. Sistem Alat
- Mudah diperoleh
- Memerlukan perawatan khusus
- Memerlukan kalibrasi harian, mingguan, atau bulanan.
7.2.6. Pemasok/vendor
7.2.7. Nilai ekonomis
Mempertimbangkan analisis cost-benefit, yaitu seberapa besar keuntungan
yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di dalamnya biaya
operasional.
7.2.8. Terdaftar di Departemen Kesehatan
Peralatan yang akan dibeli/digunakan harus sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan dan mendapat izin edar.
16
kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan maka harus segera dilaporkan
kepada teknisi untuk dilakukan perbaikan.
17
7.1. Patologi Anatomi
JENIS KELENGKAPAN JUMLAH
Pinset (Anatomi, Bedah) Secukupnya
Pisau Organ Secukupnya
Scalpel Secukupnya
Spekulum 1 Buah
Spatula Ayre Secukupnya
Gunting (Lurus, Bengkok, Kecil) 1 Buah
Logam Pencetak Blok/Kaset Sediaan Secukupnya
Microtome Untuk Prafin + Pisau 1 Set
Centrifuge 1 Buah
Waterbath 1 Buah
Hot Plate 1 Buah
Oven 1 Buah
Staining Jar 2 Set @ 15 Buah
Timer 1 Buah
Analytical Balance 1 Buah
Peralatan Gelas (Gelas Obyek, Secukupnya
Gleas Penutup, Pipet, Gelas Ukur, Erlenmeyer, dll)
Pengasah Pisau Microtome 1 Buah
Mikroskop Binoculair 1 Buah
Slide Box Secukupnya
Microtome Potong Beku + Pisau 1 Set
Tangki CO2 1 Buah
Spuit Aspirasi + Jarum Secukupnya
PERLENGKAPAN KESELAMATAN
LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
Alat Pemadam Api 1 Buah
Laboratorium Jas Sesuai Jumlah Petugas
Alat Bantu Pipet / Bulb 1 Buah
Sarung Tangan Secukupnya
Waskom / Wastafel Untuk Cuci Tangan 1 Buah
Klem Tabung (Tuba Holder) Secukupnya
Pipet Container/tempat merendam pipet habis pakai 1 Buah
Pemotongan jaringan dan wadah pembuangan 1 Set
Desinfektan Secukupnya
Perlengkapan PPPK 1 Set
18
7.2 Fasilitas Pada Setiap Ruangan
NO FASILITAS JUMLAH
1. Ruang Administrasi Rawat Jalan
a. Meja kerja 1
b. Kursi 2
c. Komputer 1
d. Printer 2
e. Pesawat Telepon 1
2. Ruang Sampling Rawat Jalan
a. Meja kerja 3
b. Meja makan 3
c. Kursi petugas 3
d. Kursi makan 9
e. Kursi sampling 2
f. Pesawat telpon 1
g. Lemari arsip 1
h. Wastafel cuci tangan 1
i. Tempat pencucian 1
3. Ruang Administrasi Rawat Inap
a. Meja kerja 3
b. Meja penerimaan sampel 1
c. Komputer 4
d. Printer 6
e. Pesawat telpon 1
f. Wastafel 1
4. Ruang Kepala bagian
a. Meja kerja 2
b. Lemari arsip 1
c. Lemari perpustakaan 2
d. Kursi kerja 2
e. Kursi tamu 2
f. Sofa panjang 1
g. Mikroskop 1
h. Lemari es 1
i. Dispenser 1
j. Televisi 1
k. Wastafel 1
5. Ruang Kasir
a. Meja kerja 3
b. Meja tamu 1
c. Kursi kerja 3
d. Kursi tamu 3
e. Komputer 3
f. Printer 2
g. Meja arsip 3
h. Mesin ketik manual 1
i. Wastafel 1
19
NO FASILITAS JUMLAH
6. Ruang Kimia dan Immunologi
a. Meja kerja 4
b. Kursi kerja 2
c. Wastafel pencucian 2
d. Alat kerja kimia automatis 2
e. Alat immunologi automatis 2
f. Alat Hemostasis automatis 1
g. Alat Hemostasis semi kuantitatif 1
h. Alat gas darah 1
i. Alat elektrolit automatis 1
j. Alat pemeriksaan bilirubin bayi automatis 1
k. Alat analisa Hb 1
l. Agregasi trombosit 1
m. Alat pemeriksaan troponin T semi kuantitatif 1
n. Alat HbA1C 1
o. Komputer 8
p. Printer 4
q. Sentrifuge 5
r. UPS kapasitas besar 5
s. Stafol 4
t. Clinipet 1-2,5l 1
u. Clinipet 5 l 1
v. Clinipet 10l 1
w. Clinipet 20l 1
x. Clinipet 50 l 1
y. Clinipet 100 l 1
z. Clinipet 200 l 1
aa. Clinipet 250 l 1
bb. Clinipet 500 l 1
cc. Clinipet 1000 l 1
dd. Yellow tips Secukupnya
ee. Blue tips Secukupnya
ff. Batang pengaduk Secukupnya
gg. Pipet gondok 1 ml 1
hh. Pipet gondok 2 ml 1
ii. Pipet gondok 5 ml 1
jj. Pipet gondok 10 ml 1
kk. Pipet gondok 20 ml 1
ll. Pinset 1
mm. Lemari pendingin 3
nn. Lemari stok harian 1
7. Ruang Hematologi
a. Meja kerja 3
b. Alat pemeriksaan automatis 4
c. Komputer 2
d. Printer 3
e. Pinset 1
20
NO FASILITAS JUMLAH
8. Ruang rutin (mikroskopis dan urin)
a. Meja kerja 1
b. Kursi kerja 3
c. Alat urin automatis (Labu Med) 1
d. Alat urin semi automatis (U411) 1
e. Safety cabinet 1
f. Komputer 1
g. Printer 1
h. Clinipet 1-10 l 1
i. Clinipet 100-10000 l 1
j. Pinset 2
k. Alat vesmatic LED 2
l. Wastafel 1
9. Ruang gudang persediaan
a. Lemari kayu 1
b. Rak stok 2
10. Ruang pencucian
a. Mesin RO 1
b. Wastafel 1
c. Inkubator 1
11. Ruang Reagen
a. Lemari Asam 1
b. Lemari es penyimpanan serum 2
c. Eye West 0
d. Lemari kayu reagen 1
e. Lemar es penyimpanan control 1
12. Ruang makan petugas
a. Wastafel 1
b. Meja Makan 1
c. Kursi panjang 2
13. Ruang ganti petugas
Loker Secukupnya
14. Tangga darurat 1
15. Wc petugas 1
16. AC sentral Seluruh ruangan
21
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2.
22
2. Pelayanan Rawat Jalan
23
B. PENDAFTARAN DAN PENCATATAN
Instalasi Laboratorium Klinik melakukan pelayanan sesuai dengan alur yang sudah
ditetapkan oleh Rumah Sakit untuk seluruh jenis layanan yang ada di Rumah Sakit
termasuk Instalasi Laboratorium Klinik.
1. Pendaftaran pasien dilakukan satu pintu melalui registrasi (TPP) secara on line ke
seluruh unit layanan di rumah sakit.
2. Order pemeriksaan laboratorium rawat jalan dilakukan oleh dokter klinisi pada
SIMRS di setiap ruangan klinik dan secara on line tertransfer ke Instalasi
Laboratorium Klinik.
3. Order pemeriksaan laboratorium rawat inap dilakukan oleh petugas laboratorium di
Instalasi Laboratorium Klinik.
4. Transaksi pembayaran dilakukan secara sentral melalui administrasi dan keuangan.
C. PENGELOLAAN SPESIMEN
1. Jenis Spesimen
Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes, 2008 menyatakan
bahwa, spesimen yang diolah di Instalasi Laboratorium Klinik adalah spesimen yang
berasal dari tubuh manusia dan diberlakukan sebagai spesimen infeksius dapat berupa:
1. Serum 8. Bilasan lambung 12. Sperma
2. Plasma 9. Apus tenggorok 13. Pus
3. Darah (Whole Blood) 10. Apes rectum 14. Cairan pleura
4. Urin 11. Sekret 15. Cairan ascites
5. Faeces - Uretra 16. Jaringan tubuh
6. Sputum - Telinga manusia
7. Cairan otak - Hidung
- Mata
Instalasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit RK. Charitas memberlakukan hal yang
sama terhadap setiap spesimen yang diproses di Instalasi Laboratorium Klinik.
24
2.3. Kondisi spesimen.
Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,
seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan
untuk pemeriksaan hematologi), tidak berubah warna, segar / tidak kadaluwarsa
dan steril (terutama untuk pemeriksaan bakteriologi) dan untuk pemeriksaan
patologi anatomi adalah semua jaringan yang keluar dari tubuh manusia
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
2.4. Antikoagulan.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus sesuai.
2.5. Peralatan sampling dan wadah spesimen.
Peralatan sampling dan wadah spesimen harus memenuhi syarat, yaitu : bersih,
kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material seluler yang ada
dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).
2.6. Lokasi pengambilan spesimen.
Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi penting diperhatikan,
bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang tidak dilalui
jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat selang
infus dapat menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.
2.7. Waktu pengambilan.
Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari karena waktu
ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan pada
keadaan basal.
2.8. Pencatatan dan labelisasi.
Formulir permintaan permintaan (FPP) laboratorium harus mencantumkan
informasi berikut : nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, nama dokter,
nomor rekam medis, keterangan klinis, tanggal, waktu pengambilan, data
khusus lainnya (misalnya informasi obat yang telah diminum pasien) dan
jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah spesimen harus ditempel
label yang berisi informasi, minimal nama pasien, tanggal lahir dan waktu
pengambilan.
2.9. Cara pengambilan spesimen laboratorium patologi klinik dibagi menjadi 2
yaitu:
2.9.1. Pengambilan spesimen Rawat Jalan, MCU, Home Care dilakukan oleh
petugas laboratorium.
2.9.2. Pengambilan spesimen Rawat Inap dan IGD:
2.9.2.1. Pada hari libur, malam hari dan permintaan pemeriksaan
CITO pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas unit
layanan yang bersangkutan, kecuali ruang perawatan bayi dan
anak dilakukan oleh petugas laboratorium
2.9.2.2. Diluar hari tersebut diatas pengambilan spesimen dilakukan
oleh petugas laboratorium secara reguler:
25
I : 08. 30. WIB 10.00 WIB
II : 11. 30. WIB 13. 00 WIB
III : 14. 30. WIB 16. 30 WIB
IV : 17. 00. WIB 19.00 WIB
2.10. Pengambilan spesimen laboratorium patologi anatomi dibagi menjadi 3
yaitu:
2.10.1. Jaringan tubuh dilakukan oleh dokter yang merujuk (operator
operasi) jaringan dikirim ke laboratorium patologi anatomi
2.10.2. FNAB oleh dokter spesialis patologi anatomi (SpPA).
2.10.3. Sitologi oleh pasien yang bersangkutan dengan bantuan perawat,
petugas medis atau dokter yang merawat pasien.
3. Penerimaan Spesimen
3.1. Memeriksa sampel mengenai jenis, jumlah dan keadaan saat diterima,
kemudian dicocokkan dengan surat pengantar spesimen.
3.2. Jumlah dan volume masing - masing spesimen harus cukup.
3.3. Jika ada kekurangan data langsung ditanyakan / melengkapi formulir yang telah
disediakan.
3.4. Mencatat di buku penerimaan spesimen atau di SIMRS yang sudah disediakan
3.5. Sesegera mungkin sampel diperiksa.
3.6. Jika tidak segera diperiksa, maka sampel di masukkan ke dalam pendingin.
3.7. Untuk sampel serum yang belum dipisah, antara serum dan bekuan darah
jangan langsung dimasukkan ke kulkas harus dipisahkan terlebih dahulu, untuk
menghindari kerusakan serum.
3.8. Serum jika ingin disimpan dalam jangka panjang dapat dimasukkan di dalam
freezer.
4. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium klinik yang baik dan benar terlaksana dengan
memperhatikan point-point penting yang menjadi dasar kegiatan.
4.1. Dasar pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu
Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring, diagnostik
dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tinjuan pemeriksaan
memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas yang
berbeda pula.
Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik
Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif sejati diantara pasien-pasien
yang berpenyakit.
26
Sensitivitas klinis = Positivitas diantara yang berpenyakit
Spesifisitas
Dikenal spesifisitas klinis dan spesifisitas analitik.
Spesifisitas klinis adalah presentase hasil negative sejati di antara pasien-
pasien yang sehat.
Spesifisitas klinis = Negatif diantara yang sehat
Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan
rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi.
Laboratorium RS. Materna Medan menggunakan metode yang di
rekomendasikan oleh :
1. Hematologi : ICSH (International Committee tor
Standarisation in Hematology)
2. Kimia Klinik : IFCC (International of Clinical
Chemistry)
3. Immunologi : ELISA & CMIA
27
4. Mikrobiologi : WHO (World Health
Organization).
4.2.Evaluasi Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan laboratorium patologi klinik perlu
dikaji ulang secara berkala minimal sekali dalam satu tahun mengingat Ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.
Jenis pemeriksaan laboratorium, metode dan nilai rujukan, nilai kritis, respon
time yang dilakukan di laboratorium RS. Materna Medan maupun laboratorium
rujukan.
4.3.Nilai rujukan
PARAMETER (METODE) NILAI
NO SEX UMUR NILAI SATUAN
INDONESIA INGGRIS RUJUKAN
HEMATOLOGI
6
1 Eritrosit Erythrocyte L& 0 - 1 Hr 10 /L 4.3 - 6.3
P 2 - 6 Hr 4.0 - 6.8
23
7 - 3.7 - 6.1
Hr
37
24 - 3.2 - 5.6
hr
50
38 - 3.1 - 5.1
hr
2.5
2 - 2.8 - 4.8
Bln
5
3 - 3.1 - 4.7
Bln
7
5 - 3.6 - 5.2
Bln
12
8 - 3.6 - 5.2
Bln
3
1 - 3.6 - 5.2
Thn
5
3 - 3.7 - 5.7
Thn
10
5 - 3.8 - 5.8
Thn
L > 10 Thn 4.4 - 5.9
P > 10 Thn 3.8 - 5.2
2 Hemoglobin Hemoglobin (Hb) L& 0 - 1 Hr g/dL 15.2 - 23.6
P 1 - 6 Hr 15.0 - 24.6
23
6 - 12.7 - 18.7
Hr
30
23 - 10.3 - 17.9
Hr
2
1 - 9.0 - 16.6
Bln
3
2 - 9.2 - 13.6
Bln
5
3 - 9.6 - 12.8
Bln
7
5 - 10.1 - 12.9
Bln
10
7 - 10.5 - 12.9
Bln
10 - 12 10.7 - 13.1
28
Bln
3
1 - 10.8 - 12.8
Thn
5
3 - 9.6 - 12.8
Thn
10
5 - 10.8 - 15.6
Thn
12
10 - 10.7 - 13.1
Thn
15
12 - 12.8 - 16.8
Thn
L >15 Thn 13.2 - 17.3
P >15 Thn 12.8 - 16.8
3 Hitung jenis Differential L& %
Leucocyte Count P
Basophil Basophil 120
0 - 0 - 1
Thn
Eosinophil Eosinophil 120
0 - 1 - 3
Thn
Limphosit Lymphocyte 120
0 - 25 - 40
Thn
Monosit Monocyte 120
0 - 2 - 8
Thn
Neutrophil Segmented 120
0 - 50 - 70
Segment Neutrophyl Thn
4 Laju Endap Darah Erythrocyte L 0 - 10
(LED) Sedimentation mm
Rate (ESR) P 0 - 20
5 Leukosit Leucocyte L& 0 - 1 Hr 10 3 /L 9.4 - 34.0
P 1 - 7 Hr 5.0 - 21.0
14
7 - 5.0 - 20.0
Hr
27
14 - 5.0 - 20.0
Hr
28 Hr 5.0 - 19.5
2
1 - 5.5 - 18.0
Bln
3
2 - 5.5 - 15.5
Bln
6
3 - 5.0 - 14.5
bln
12
6 - 6.0 - 17.5
Bln
2
1 - 5.5 - 18.0
Thn
4
2 - 5.5 - 15.5
Thn
8
4 - 5.0 - 14.5
Thn
12
8 - 4.5 - 13.5
Thn
17
12 - 4.5 - 13.0
Thn
19
17 - 4.5 - 12.5
Thn
> 19 Thn 3.8 - 10.6
6 Trombosit Platelet 5
L 0 - 10 3 /L 217 - 497
Thn
P 229 - 553
10
L 5 - 181 - 521
Thn
P 184 - 488
15
L 10 - 156 - 408
Thn
P 154 - 442
20
L 15 - 140 - 392
Thn
29
P 154 - 386
L& 20
> 150 - 440
P Thn
32
Myoglobin Myoglobin
44 ng/mL 70
Kuantitatif Kuantitatif
45 ProBNP Kuantitatif ProBNP Kuantitatif pg/mL 125
Troponin T Troponin T
46 ng/mL <=3.1
Kuantitatif Kuantitatif
47 Troponin I Kualitatif Troponin I Kualitatif ng/mL 0 - 0.1
P mg/dL 108 - 225
48 Apolipoprotein A-1 Apolipoprotein A-1
L 104 - 202
L mg/dL 66 - 133
49 Apolipoprotein B Apolipoprotein B
P 60 - 117
50 Kolesterol Total Cholesterol Total mg/dL 150 - 200
51 HDL Cholesterol HDL Cholesterol mg/dL >= 45
52 LDL Cholesterol LDL Cholesterol mg/dL < 130
53 Lipid Total Lipid Total mg/dL 400 - 850
54 Triglyceride mg/dL <160
<50 Thn mg/dL 8.8 - 10.0
P
55 Kalsium Calsium >50Thn 8.8 - 10.2
L 8.8 - 10.3
56 Klorida Chloride mEq/L 2.0 - 2.3
57 Kalium Calium mEq/L 3.5 - 5
58 Natrium Sodium (Na) mEq/L 135 - 147
59 Magnesium Magnesium mg/dL 1.8 - 3
60 Phosphates Phosphates mg/dL 2.5 - 5
61 C. Peptide C. Peptide ng/mL < 3.2
62 Glucose Keton Glucose Keton mol/L 1.5 - 3
Glukosa 2 Jam PP / Glukose 2 hour
mg/dL 74 - 106
63 BSPP Postprandial
Reduksi Reduction Negatif
Glukosa Puasa /
Fasting Glucose mg/dL 70 - 105
64 BSN
Reduksi Reduction Negatif
Glukosa sewaktu /
mg/dL 70 - 180
65 BSS
Reduksi Reduction Negatif
66 GTT GTT
GTT I GTT I mg/dL 70 - 110
a
Reduksi Reduction Negatif
GTT II GTT II mg/dL < 140
b
Reduksi Reduction Negatif
GTT III GTT III mg/dL < 140
c
Reduksi Reduction Negatif
GTT IV GTT IV mg/dL < 140
d
Reduksi Reduction Negatif
GTT V GTT V mg/dL 70 - 110
e
Reduksi Reduction Negatif
HbA1C HbA1C
67 % 4.5 - 6.3
(Glikohemoglobin) (Glikohemoglobin)
68 Acid Phosphatase Acid Phosphatase U/L 0.2 - 9.5
69 Amylase Amylase U/L 25 - 100
IU/ 24
70 Amylase (urine) Amylase (urine) < 410
jam
71 Lipase Lipase U/L 0 - 160
72 Astrup / Blood Gas Blood Gas
Anion Gap Anion Gap mol/L 10 - 20
Beecf Beecf mol/L 2 - 3
Chloride / Cl Chloride / Cl mol/L 98 - 109
Glucose / Glu Glucose / Glu mg/dL 70 - 105
HCO3 HCO3 mol/L 22 - 26
33
Hematokrit / Hct Hematokrit / Hct % 38 - 51
Hemoglobin / Hb Hemoglobin / Hb g/dL 12 - 17
Ionized Calcium / Ionized Calcium /
mol/L 1.12 - 1.32
iCa iCa
PCO2 PCO2 mmHg 35 - 45
pH pH 7.35 - 7.45
PO2 PO2 mmHg 80 - 105
Potassium / K Potassium / K mol/L 3.5 - 4.9
sO2 sO2 % 95 - 98
Sodium / Na Sodium / Na mol/L 138 - 146
TCO2 TCO2 mol/L 23 - 27
Temp Temp C 37
Urea Urea mol/L 2.9 - 9.4
Urea Nitrogen /
Urea Nitrogen / BUN mg/dL 8 - 26
BUN
SEROLOGI
73 Anti HAV Total Anti HAV Total Negatif
74 Anti HCV (Elisa) Anti HCV (Elisa) Negatif
75 Anti HCV (Rapid) Anti HCV (Rapid) S/CO Negatif
76 Hbe Ag (Elisa) Hbe Ag (Elisa) Negatif
77 HBs Ag (Elisa) HBs Ag (Elisa) Negatif
78 HBs Ag (Rapid) HBs Ag (Rapid) Negatif
79 Hbe (Rapid) Hbe (Rapid) Negatif
80 Anti HAV IgM Anti HAV IgM Negatif
81 Anti HBc IgM Anti HBc IgM Hasil terlampir
Anti Anti
82 Mycobacterium TB Mycobacterium TB Negatif
Rapid Rapid
83 C3 Complement C3 Complement mg/dL 74 - 148
84 C4 Complement C4 Complement mg/dL 14 - 39
85 Anti HIV (Rapid) Anti HIV (Rapid) Negatif
86 Chikungunya IgM Chikungunya IgM Negatif
87 H. Pylori H. Pylori Negatif
88 Salmonella IgM Salmonella IgM Negatif
89 TPHA TPHA Negatif
90 VDRL RPR VDRL RPR Negatif
91 Widal Widal Negatif
S. Paratyphi AH S. Paratyphi AH Negatif
S. Paratyphi AO S. Paratyphi AO Negatif
S. Paratyphi BH S. Paratyphi BH Negatif
S. Paratyphi BO S. Paratyphi BO Negatif
S. Paratyphi CH S. Paratyphi CH Negatif
S. Paratyphi CO S. Paratyphi CO Negatif
S. Paratyphi H S. Paratyphi H Negatif
S. Paratyphi O S. Paratyphi O Negatif
92 Anti DHF Anti DHF
IgG IgG Negatif
IgM IgM Negatif
93 Dengue Duo NS I Dengue Duo NS I
Ag Ag
Anti IgG Anti IgG Negatif
Anti IgM Anti IgM Negatif
94 Dengue NS I Ag Dengue NS I Ag Negatif
95 ASTO ASTO IU/L Negatif
96 CRP CRP Negatif
97 CRP Kuantitatif CRP Kuantitatif mg/L <6
98 RF (Rheuma RF (Rheuma Negatif
34
Factor) Factor)
99 Toxoplasma IgG Toxoplasma IgG IU/mL <3
100 Toxoplasma IgM Toxoplasma IgM IU/mL < 0.6
101 Rubella IgG Rubella IgG IU/mL < 10
102 Rubella IgM Rubella IgM Index <1
103 CMV IgG CMV IgG IU/mL < 15
104 CMV IgM CMV IgM Index < 0.7
PPD 2 TU (Mantoux
105 mm 0
Test)
PETANDA TUMOR
Alfa Feto Protein Alpha Fet Protein
106 ng/mL <30
(AFP) (AFP)
107 CA 12-5 CA 12-5 U/mL <35
Carcino
Carcino Embryonic
108 Embryonic ng/mL <5
Antigen (CEA)
Antigen (CEA)
109 Prostate Spesific Prostate Spesific L <40 ng/mL <1.3
Antigen (PSA) Antigen (PSA) 50
41 - <2.0
Thn
60
51 - <3.0
Thn
70
61 - <4.0
Thn
>70 thn <4.5
HORMON
Free Thyroxine
110 Bebas Tiroksin ng/mL 0.26 - 32.6
(FT4)
111 Bebas T3 Free T3 ng/dL 0.71 - 1.85
Triiodothyronine
112 T3 ng/mL 0.45 - 1.65
(T3)
Total Thyroxine
113 T4 g/dL 4.5 - 12
(T4)
Tiroid Stimulating
114 TSH IU/mL 0.49 - 4.67
Hormone
URINE
115 Aceton / Keton Aceton Negatif
Benzidin / Benzidin /
116 Negatif
Hematest Hematest
117 Bilirubin Bilirubin Negatif
118 Berat jenis Spesific Gravity 1,003 - 1,030
Calcium urine
119 Calcium urine 6.7 - 21.3
pagi
120 Chylous Chylous Negatif
121 Hemosiderin Hemosiderin Negatif
122 Jam 06.00 Jam 06.00 Negatif
123 Jam 12.00 Jam 12.00 Negatif
124 Jam. 18.00 Jam. 18.00 Negatif
125 Jam 24.00 Jam 24.00 Negatif
126 Kristal Crystals
Ca Oxalate Ca Oxalate Positif
Ca Carbonate Ca Carbonate Positif
Ca Phosphat Ca Phosphat Positif
Sodium Urat Sodium Urat Positif
Triple Phosphate Triple Phosphate Positif
Uric Acid Uric Acid Positif
127 Micro Albumin Micro Albumin mg/L < 20
128 Nitrit Nitrit Negatif
Phospor urine
129 Phospor urine mg/dL 40 - 136
pagi
130 Pregnancy test Pregnancy test Negatif
35
Protein Bence Protein Bence
131 Negatif
Jones Jones
Protein Esbach Protein Esbach (24 g/L/24
132 <= 0.5
(24 jam) jam) jam
133 Protein (urine) Protein (urine) Negatif
134 Reduksi Reduction Negatif
135 Reaksi pH pH 4.5 - 7.5
136 Silinder Cast
Eritrosit Silinder Erythrocytes Cast /LPK 0
Fatty Fatty /LPK 0
Granular Granular /LPK 0
Hialin Hialin /LPK 0
Leukosit Silinder Leucocytes Cast /LPK 0
Lilin Lilin /LPK 0
137 Sedimen Flow Sedimen Flow
Cytometri Cytometri
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB 0 - 1
Epithel Epithelial Positif
Jamur Fungus Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB 0 - 5
Trichomonas Trichomonas Negatif
138 Sedimen Sedimen
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB 0 - 1
Epithel Epithel Positif
Jamur Fungus Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB 0 - 5
Trichomonas Trichomonas Negatif
139 Urine BTA Urine BTA Tak ditemukan
140 Urine Lengkap Urine Complete
141 Aceton / Keton Aceton Negatif
142 Berat jenis Spesific Gravity 1,003 - 1,030
143 Kejernihan Kejernihan jernih
144 Reaksi pH pH 4.5 - 7.5
145 Warna Colour kuning
146 Urobilinogen Urobilinogen Negatif
147 Glucose Glucose
148 Keton Ketone
149 Protein Protein
FAECES
150 Faeces / Tinja Faeces
a Benzidin Test Benzidin Test Negatif
b Makroskopis Macroscopic
Konsistensi Consistency Lunak
Lendir Lendir Negatif
c Mikroskopis Microscopic
Bakteri Bacteries Negatif
Eritrosit Erythrocyte /LPB <=2
Fat Fat Negatif
Jamur Fungus Negatif
Kista Kista Negatif
Leukosit Leucocytes /LPB <=6
Trophozoit Trophozoit Negatif
d Telur Cacing Wormeggs Negatif
Ascaris Ascaris
Negatif
Lumbricoides Lumbricoides
36
Ankylostosma Ankylostosma
Negatif
Duodenale Duodenale
Oxyyuris Oxyyuris
Negatif
Vermicularis Vermicularis
Telur Cacing Wormeggs Negatif
Trichuris - Trichuris -
Negatif
Trichiuria Trichiuria
MIKROBIOLOGI
151 BTA Pleura BTA Pleura Tak ditemukan
152 BTA Urine BTA Urine Tak ditemukan
153 Direct smear + Direct smear +
NaCL 0.9% NaCL 0.9%
Cell Candida Cell Candida Tak ditemukan
Jamur Fungus Tak ditemukan
Trichomonas Trichomonas
Tak ditemukan
vaginalis vaginalis
154 Gram Gram
Ephitel Ephitel Positif
Diplococcus Diplococcus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
155 Gram : Fixative Gram : Fixative
-
smear smear
Ephitel Ephitel Positif
Diplococcus Diplococcus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
156 Morbus Hansen Morbus Hansen Tak ditemukan
157 Sputum BTA 1x Sputum BTA 1x Tak ditemukan
158 Sputum BTA 2x Sputum BTA 2x Tak ditemukan
159 Sputum BTA 3x Sputum BTA 3x Tak ditemukan
160 Tenggorokan Tenggorokan
Jamur Fungus Tak ditemukan
Neisser : C. Neisser : C.
Tak ditemukan
Diphtheriae Diphtheriae
Transudat / Transudat /
161
eksudat eksudat
a Aktivitas LDH Aktivitas LDH U/L 80 - 240
b Glukosa Glucose mg/dL 50 - 80
c Gram Gram
Ephitel Ephitel Positif
Coccus Coccus Tak ditemukan
Bacil Bacil Tak ditemukan
Leukosit Leucocytes /LPB 2 - 3
d Jumlah Sel Volume Cell sel/L 0 - 5
e Kimia Kimia
Glukosa Glucose mg/dL 50 - 80
f Makroskopis Makroskopis
Warna Colour Jernih
g NaCL NaCL mg/dL 720 - 750
h Nonne Nonne Negatif
i Protein Total Protein Total mg/dL 15 - 20
j Pandy Pandy Negatif
k Rivalta test Rivalta test Negatif
l Ureum Ureum mg/dL 10 - 50
Chlorida urine
162 Chlorida urine mEq/L 100 - 250
(dewasa)
Chlorida urine
163 Chlorida urine mEq/L 15 - 40
(anak)
37
Chlorida urine
164 Chlorida urine mEq/L 2 - 10
(bayi)
165 K urine K urine mEq/L 25 - 120
166 Na urine Na urine mEq/L 40 - 220
167 Analisa Sperma -
a Makroskopis Macroscopic
1. Volume Volume Cell mL 2 - 6
2. Warna Colour
3. Bau 3. Bau Khas
4. Koagulum Coagulation
5. Likuefaksi 5. Likuefaksi Sempurna
6. pH 6. pH 7.2 - 7.8
7. Visikositas 7. Visikositas detik
b Mikroskopis Microscopic
1. Viabilitas 1. Viabilitas % > 70
2. Aglutinasi 2. aglutination Negatif
3. Leukosit 3. Leucocytes juta /mL <1
4. Jumlah 4. Volume juta /mL > 20
Juta/
5. Jumlah Total 5. Volume > 40
ejakulasi
6. Motilitas 6. Motilitas % > 50
7. Indeks
7. Indeks Motilitas + 2x % motilitas
Motilitas
8. Morfologi 8. Morfologi
a. Normal a. Normal % > 30
b. Abnormal b. Abnormal % < 70%
5. Laboratorium Rujukan
Pemeriksaan yang belum mampu dikerjakan di Instalasi Laboratorium Klinik rumah
sakit dirujuk ke laboratorium lain (rujukan). Laboratorium rujukan ditetapkan oleh
Rumah Sakit berdasarkan:
a. Kemampuan mengerjakan pemeriksaan yang dirujuk
b. Memiliki aspek legal berdirinya laboratorium dan struktur organisasi
c. Melakukan Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal secara rutin
d. Sudah terakreditasi Nasional maupun Internasional sebagai dasar kualitas
penjaminaan mutu hasil pemeriksaan
e. Mampu memberikan hasil laboratorium dengan cepat.
Instalasi Laboratorium Klinik memiliki nilai QC dan rentang nilai rujukan dari
laboratorium yang dirujuk serta dievaluasi secara berkala minimal 1 kali dalam
setahun.
39
26 IgE Total ELISA
27 Toxoplasma IgG Aviditas ELISA
28 Carbamazephin ELISA g/mL 4 - 10
29 Digoxin ELISA ng/mL 0.8 - 0.2
NILAI
NO NAMA PEMERIKSAAN METODE SEX UMUR NILAI RUJUKAN
SATUAN
30 Phenitoin ELISA g/dL 10 - 20
31 Phenobarbital ELISA g/mL 15 - 40
32 Theophilin ELISA g/mL 10 - 20
33 HCG (25mIU/L) ELISA
40
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Laboratorium CITO
Pemeriksaan CITO adalah pemeriksaan laboratorium klinik yang segera harus
dilakukan untuk menindaklanjuti diagnosa pasien dan apabila tidak segera dilakukan
akan mengancam jiwa.
Melakukan pemeriksaan laboratorium CITO berdasarkan permintaan dokter yang
merujuk, baik rawat inap atau rawat jalan dan pelaporan hasil 1 jam dari sejak
sampel darah diterima sampai hasil diverifikasi.
Daftar pemeriksaan laboratorium patologi klinik Cito adalah
1. Hematologi rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit,
MCV, MCH, MCHC)
2. Hemostasis (PT, APTT, INR, D-Dimer)
3. Kimia Urine
4. Pemeriksaan rapid sero imunologi (HBS Ag, Dengue IgG/IgM, NS1, Salmonella
IgM)
5. Kimia darah (Glukosa, Ureum, Kreatinin, Amilase, CK, CKMB, Troponin,
AGD, Elektrolit).
41
Pap Smear 3 5 Hari Kerja
(Metode Konvensional) 1 Hari CITO
Pap Smear 3 5 Hari Kerja
(Metode Liqui Prep) 1 Hari CITO
FNAB 3 5 Hari Kerja
1 Hari CITO
Bilasan Bronchus 3 5 Hari Kerja
Cairan Pleura 3 5 Hari Kerja
Cairan Ascites 3 5 Hari Kerja
Cairan Otak (LCS) 3 5 Hari Kerja
Cairan Sendi 3 5 Hari Kerja
Urine Sitologi (2x) 3 5 Hari Kerja
Sputum Sitologi (3x) 3 5 Hari Kerja
Cairan Fistula 3 5 Hari Kerja
Pus / Abses 3 5 Hari Kerja
Cairan Kiste 3 5 Hari Kerja
Cairan Pericardial 3 5 Hari Kerja
Bucal Smear 3 5 Hari Kerja
Cairan Abdomen 3 5 Hari Kerja
IMMUNOHISTOKIMIA
Pemeriksaan Immunohistokimia (IHK) 1 Minggu Hari Kerja
Hal penting yang harus diperhatikan dalam praktik transfusi darah adalah :
Faktor keamanan
meliputi aspek kompatibilitas atau kecocokan darah donor - pasien dan bebasnya
darah serta produk darah dari penyakit yang menular lewat darah
Faktor kualitas
Meliputi konsistensi macam kandungan daya simpan dan efektivitas darah dalam
memperbaiki kondisi pasien sebagai mana yang diharapkan.
Untuk melaksanakan pelayanan darah yang aman dan berkualitas, rumah sakit RK.
Charitas mengatur tatakelola Bank Darah sebagai berikut:
3. Pelayanan Administrasi
Setiap permintaan darah di daftar dan dilakukan pencatatan pada setiap tahap
kegiatan secara lengkap yaitu :
1. Permintaan darah ke UDDC
2. Penerimaan darah dari UDDC
3. Berita acara penerimaan darah dari UDDC
4. Dokumentasi permintaan darah dari para klinisi lengkap dengan indikasi jenis
dan jumlah darah beserta identitas pasien
5. Pemeriksaan golongan darah pasien/darah donor, Uji cocok serasi dalam lembar
kerja
6. Dokumentasi darah titipan dan pemakaian darah
7. Darah yang harus dikembalikan ke UDDC
8. Tentang kebutuhan darah yang tidak terpenuhi
9. Hasil monitoring dan evaluasi
10. Validasi reagen, Kalibrasi alat, pencatatan suhu simpan Darah
11. Reaksi transfusi
43
4 Menyimpan darah dengan prinsip FIFO ( First in First Out) dan sesuai dengan
golongan darah.
5 Suhu simpan dipantau dan dicatat secara teratur, agar rantai dingin selalu terjaga.
ANTI BATAS
JENIS SUHU MASA KETERANGA KEGUNAA
COAGULA WAKTU
DARAH SIMPAN SIMPAN N N
N TRANSFUSI
Anti
hemofilia CPDA -30- 50C 6 Bulan-
20 MENIT
Faktor 1/CPD setahun
(AHF)
Trombosit CPDA 20C-24 3 5 hari Disimpan dalam Mencegah
Concentrat 1/CPD C Agrator /Rotator pendarahan 20 MENIT
e (TC)
Wash CPDA 4 C 2 4 jam Dibuat dari PRC
Eritrosit 1/CPD C yang dicuci 4 JAM
(WE) dengan NaCL 3x
Kadaluarsa darah :
Tanggal kadaluarsa darah atau komponen darah adalah tanggal terakhir
dimana darah atau komponen darah masih dapat dipergunakan untuk
keperluan transfusi.
Whole Blood (WB)
Darah lengkap dengan anti koagulan CDPA 1/CPD mempunyai masa
simpan 35 hari/21 hari setelah penyadapan. Selama penyimpanan sesuai
anti koagulan yang digunakan, RBC melakukan perubahan Biokimia dan
struktural yang signifikan selama periode penyimpanan (misalnya :
44
Penurunan deformabilitas RBC, ATP menurun, 2,3 DPG menurun, serta
peningkatan secara signifikan bentuk RBC Abnormal).
Pack Red Cell (PRC)
Tanggal kadaluarsa sama dengan kadaluarsa Whole blood
Fresh Frozen Plasma (FFP)
- Yang sudah dicairkan dapat disimpan pada suhu 4C dan dapat
digunakan secara aman dalam 24 jam, tetapi bila sudah dicairkan
tidak boleh dibekukan lagi.
- FFP yang sudah dicairkan dan berada dalam suhu kamar harus
diinfuskan dalam waktu 4 jam akan tetapi yang terbaik harus
segera di infuskan setelah proses pencairan.
Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan darah adalah :
1. WB,PRC dan WRC tidak boleh sampai membeku
2. FFP harus disimpan dalam keadaan beku pada suhu dibawah 20 C
3. Suhu didalam semua tempat penyimpanan darah harus diperiksa dan
dicatat minimal 2x sehari yaitu pagi dan sore hari
4. Pintu lemari es hanya boleh dibuka bila sangat perlu
5. Seluruh data penyimpanan darah harus didokumentasikan minimal 2
tahun.
PENYIMPANAN DARAH
KARANTINA
BUANG
PENYIMPANAN DARAH
PENGELUARAN DARAH
45
5. Penyerahan Darah
Bila akan memerlukan darah untuk transfusi maka sekitar 2-5 ml darah pasien
mesti diambil dan dimasukkan kedalam tabung kering untuk memastikan
serum yang cukup untuk melakukan uji kecocokan (untuk test ini, serum lebih
baik dari pada plasma) sampel darah itu harus diberi pengenal yang jelas
dengan nama lengkap pasien, nomor registrasi rumah sakit serta ruangan yang
bersangkutan, kemudian dikirim secepatnya ke BDRS bersamaan dengan
formulir permintaan darah lengkap.
Formulir permintaan sebaiknya disertai keterangan tentang pasien, dan harus
ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien atau oleh orang yang
mendapat tugas oleh dokter untuk mengisi hal-hal sebagai berikut :
Tanggal permintaan
Nama lengkap pasien
Tanggal lahir pasien
Jenis kelamin pasien
Nomor registrasi rumah sakit
Ruang rawat pasien
Alamat pasien
Diagnosis pasien
Golongan darah pasien
Riwayat transfusi sebelumnya
Riwayat reaksi transfusi sebelumnya
Pada wanita jumlah kehamilan sebelumnya
Jumlah dan jenis unit darah atau produk darah yang diperlukan
Alasan transfusi
Tandatangan dokter yang meminta darah
Harus dilakukan pemeriksaan uji cocok serasi tiga fase
Bila stok kosong atau tidak ada golongan darah yang sesuai, keluarga pasien
membawa donor pengganti (dengan membawa surat pengantar dari Bank
Darah rumah sakit ke UDDC )
Untuk permintaan darah lengkap (WB) darah merah pekat (PRC), darah
merah cuci (WE) maka dilakukan pemeriksaan :
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan uji cocok serasi (cross matching)
Uji saring (uji saring ulang)
Untuk pemeriksaan trombosit pekat (TC), Kriopresifitat (AHF), Plasma segar
beku (FFP), plasma cair (LP) maka dilakukan pemeriksaan :
Golongan darah + Rh
Uji saring (ulang)
Setiap pemeriksaan disertai dengan lembar kerja dan diperiksa oleh dua
petugas (idealnya)
46
Alur Permintaan Komponen Darah
47
Alur Permintaan Darah Jika Stock Dank Darah Kosong
48
7. Cross Matching dan Test Kecocokan
Pada waktu melakukan cross matching sangat penting untuk bekerja secara teliti
dengan tehnik kerja yang baik, agar dapat menjamin tidak adanya antibodi pada
darah pasien yang bereaksi dengan darah donor, dan sebaliknya, ketika dilakukan
transfusi. Prosedur teknis harus sesederhana mungkin, tanpa mengorbankan
keakuratan tes. Jika tes dibuat terlalu rumit, kemungkinan kesalahan yang terjadi
akan meningkat. Ada beberapa tehnik yang digunakan dimana tehnik tertentu lebih
peka terhadap suatu antibodi. Tehnik saline pada suhu ruang akan mendeteksi ketidak
cocokan A,B,O tetapi tidak berguna untuk anti bodi yang dihasilkan oleh transfusi
darah dan kehamilan sebelumnya.
Tes anti-globulin memiliki keuntungan dimana tes tersebut sangat peka dan mampu
mendeteksi antibodi. Cross matching atau boleh dikatakan juga uji silang serasi yaitu
terdiri dari dua pemeriksaan :
1. Mayor :
Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibodi dalam
serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor
2. Minor :
Tujuanya untuk memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibodi dalam
serum donor terhadap antigen sel darah merah pasien
Tujuan dari pada pemeriksaan cross matching secara keseluruhan adalah :
1. Untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai kompatibel, dan
tidak akan menimbulkan reaksi serta bermanfaat
2. Untuk mengetahui apakah penderita tidak mengandung anti bodi yang reaktif
terhadap eritrosit donor
Pemeriksaan Crossmatching terdiri dari 3 fase yaitu :
1. Phase I (fase suhu kamar)
Dimaksudkan untuk memeriksa zat anti yang bersifat dingin (cool antibodi)
seperti anti M, anti P1, anti A1 dan poten anti Lea yang biasanya hemolitik
invitro. Dalam fase ini pula kita segera akan mengetahui bila ada kekeliruan
dalam penetapan golongan darah donor ataupun pasien, dimana akan timbul
reaksi aglutinasi pada mayor atau minor. Hasil yang negatif difase I baik
hemolisis maupun aglutinasinya, belum dapat menjamin bahwa darah donor
itu benar-benar kompatibel dengan penderita oleh karena itu perlu dilanjutkan
ke Fase II
2. Fase II (fase inkubasi)
Fase ini juga disebut fase albumin untuk ini tabung mayor dan minor di
inkubasi pada suhu 37C selama 15 menit. Albumin dapat meningkatkan
sensitivitas dari antibodi. Pada fase II ini bertujuan untuk memeriksa zat anti
yang bersifat hangat (warm antibody). Zat anti yang akan bereaksi dalam fase
ini adalah zat anti dari sistem rhesus (anti c, anti D, anti E) dan Lea, anti Leb
hasil yang negative di fase II ini masih belum dapat menjamin 100% akan
kecocokan darah donor untuk pasien, karena masih ada beberapa warm
49
antibody yang tidak mau bereaksi dalam albumin ini zat anti itu adalah : anti
D, anti E, anti C, anti K(Kell), anti Fya (Duffy), anti Jka (Kidd), anti S, dan
anti Lea Leb . Zat-zat anti tersebut hanya bereaksi dengan tehnik anti
globulin test ( Coombs Test) oleh karena itu pemeriksaan harus dilanjutkan
kefase III. Semua tahapan pemeriksaan tersebut diatas memerlukan waktu
kurang lebih 90 menit.
Tehnik pemeriksaan Cross matching (lembar kerja).
8. Pengambilan darah yang tidak terpakai
Darah yang dikembalikan ke Bank Darah Rumah Sakit/UDDC untuk
digunakan pasien lain apabila :
1. Darah tidak pernah dihangatkan
2. Kantong darah belum ditusuk/tidak bocor
3. Unit darah keluar dari Bank Darah Rumah Sakit tidak lebih dari 30 menit.
Darah kembali adalah darah yang telah dikeluarkan dari Bank Darah/ UDDC
dan dikembalikan ke Bank Darah Rumah Sakit/UDDC
Darah kembali dapat ditransfusikan kembali apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Belum ditusuk dengan cara apapun
2. Cara penyimpanan darah harus yakin pada suhu yang sebenarnya, sebab
dapat menyebabkan hemolisis atau pertumbuhan bakteri. Sebaiknya tidak
ditransfusikan bila lebih dari 30 menit berada diluar rantai dingin.
3. Sekurang-kurangnya masih ada satu segmen selang yang integral dengan
kantong darah yang masih dapat digunakan untuk pemeriksaan.
4. Pada pencatatan harus dicatat bahwa darah pernah dikeluarkan dan telah
diperiksa sebelum dikeluarkan.
5. Observasi selama 24 jam
50
Sensitivitas adalah kemampuannya untuk mendeteksi sampel positif yang selemah
mungkin. Spesifitas adalah kemampuan untuk mendeteksi hasil positif nonspesifik
atau palsu.
Di Bank Darah RS.RK Charitas dilakukan Screening terhadap 4 penyakit menular
lewat transfusi darah yaitu : HIV, Syphilis, Hepatitis B dan Hepatitis C.
Screening donor darah yang aman yaitu :
1. Pemeriksaan harus dilakukan secara individual dan tidak boleh dilakukan secara
pooled plasma
2. Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standar WHO dalam hal ini
meliputi pemeriksaan atas Syiphilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV
3. Metode test dapat digunakan Rapid Test, Automatic maupun ELISA hanya bila
Sensitivitas >99 %
10. Permintaan darah rutin dan darurat
Permintaan Darah Rutin
1. Permintaan darah ke Unit Donor Darah Cabang (UDDC) sesuai kesepakatan
dengan yang tertuang dalam Surat kerjasama (MOU)
2. Tersedia transportasi distribusi darah dengan menggunakan Cool box
transportasi darah.
3. Tersedia SPO permintaan darah sebagai panduan melakukan roses permintaan
darah
Permintaan Darah Darurat (CITO)
1.Permintaan darah diluar perencanaan rutin misalnya
- Permintaan dalam bentuk komponen
- Rhesus negatif
- Darah langka
2. Formulir permintaan diisi dan ditandatangani oleh kepala Bank Darah Rumah
sakit atau petugas diberi wewenang
3.Tersedia SPO permintaan darah dalam keadaan khusus
51
1. Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP)
Formulir Permintaan Pemeriksaan (FPP) disediakan dalam bentuk buku dan On
Line (SIMRS) baik rawat inap maupun rawat jalan, yang kemudian diarsipkan dan
dimusnahkan pada waktu yang sudah ditetapkan.
2. Hasil Pemeriksaan/Pelaporan hasil
Pembuatan hasil pemeriksaan pasien unit laboratorium patologi klinik baik rawat
inap maupun rawat jalan dilaporkan dalam sistem komputer (LIS).
2.1. Pembuatan dan pencetakan hasil:
2.1.1. Check in sampel dan jenis pemeriksaan yang diminta
2.1.2. Input hasil hasil yang dikeluarkan oleh setiap alat pemeriksaan dan
yang dimasukan secara manual
2.1.3. Verifikasi hasil yang sudah di input dan lengkap dipastikan benar
atau salah.
2.1.4. Validasi hasil yang bisa diterima dan disahkan oleh Dokter Spesialis
Patologi Klinik.
2.1.5. Cetak hasil oleh petugas hasil.
2.2. Pelaporan Hasil:
2.1.6. Hasil Kritis: Hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis adalah hasil
pemeriksaan laboratorium yang secara signifikan diluar rentang nilai
hasil yang seharusnya sehingga memberi indikasi risiko tinggi atau
kondisi yang mengancam jiwa pasien. Untuk itu mendapat perlakuan
khusus dalam pelaporan hasil. Bila ditemukan hasil pemeriksaan
yang masuk dalam kategori kritis petugas laboratorium setelah hasil
di validasi oleh Dokter Patologi Klinik atau petugas yang diberi
kewenangan, harus sesegera mungkin melaporkan ke unit layanan
dimana pasien dirawat melalui telepon. Proses pelaporan hasil
dengan menggunakan komunikasi SBAR.
2.1.7. Hasil Abnormal: Hasil pemeriksaan laboratorium yang extrem
namun bukan dalam kategori kritis. Bila menemukan hasil abnormal
perlu dievaluasi sebelum hasil divalidasi oleh Dokter Patologi Klinik
atau petugas yang diberi kewenangan. Bila hasil abnormal tersebut
sudah divalidasi petugas laboratorium segera melaporkan ke unit
layanan atau dokter yang mengirim rujukan pemeriksaan melalui
telepon.
2.1.8. Hasil Cito: Pemeriksaan CITO Laboratorium adalah pemeriksaan
Laboratorium yang dilakukan segera dalam rangka penegakan
diagnosa yang cepat yang berkaitan dengan keselamatan jiwa
penderita.
Bila menerima formulir dan spesimen dengan permintaan CITO
diberi perlakuan khusus dan waktu yang minimal (< 1 jam). Segera
dilaporkan hasil pemeriksaan ke unit layanan atau dokter yang
merujuk melalui telepon. Proses pelaporan hasil dengan
menggunakan komunikasi SBAR.
52
2.1.9. Hasil Khusus: Laboratorium patologi klinik wajib segera
melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk penyakit yang
berpotensi wabah dan kejadian luar biasa kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota dalam waktu kurang dari 24 jam sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.3. Pengambilan Hasil Pemeriksaan:
Hasil pemeriksaan unit laboratorium patologi klinik dapat dilihat secara on
line diseluruh unit layanan dimana pasien dilayani dengan batasan dan
ketentuan sesuai dengan kepentingannya. Untuk menjaga kerahasiaan pasien
diberikan fasilitas dalam bentuk Paswod/ID pada petugas di unit layanan.
Sebagai tindak lanjut dari pemberian hasil kepada pasien ditetapkan:
2.3.1 Seluruh hasil laboratorium dapat di akses di unit layanan yang ada di
Rumah Sakit RK. Charitas, baik pemeriksaan Kritis, CITO, maupun
pemeriksaan Reguler, dilegalisasi/tandatangani oleh Dokter Patologi
Klinik dapat diambil di unit laboratorium patologi klinik
Waktu pengambilan hasil Rawat inap:
I : Pkl. 08. 00 WIB
II : Pkl. 14. 00 WIB
III : Pkl. 20. 00 WIB
2.3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium rawat jalan diambil di bagian
laboratorium klinik dari jam 07.00 WIB 21.00 WIB setiap hari atau
dikirim lewat email.
2.3.3 Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan diambil 7 hari dari
pengiriman sampel
2.4. Laporan hasil dicetak dalam format dan kertas yang khusus sebagai
berikut:
Number/Nomor : Doctor/dokter :
Date/Tanggal : Patient/pasien :
Poli Klinik : Age/Umur :
No.Reg/No RM : Sex/jenis kelamin :
Company/Instansi :
LABORATORY REPORT
TEST Out of range Within range UNIT/SATUAN REFERENS RANGE
HEMATOLOGI
Hemoglobin g/dL 13.0 18.0
53
2.5. Pelaporan hasil Laboratorium Patologi Anatomi dilakukan sebagai berikut:
Petugas laboratorium Patologi Anatomi mengambil formulir pemeriksaan
beserta preparat yang telah didiagnosis oleh dokter, untuk selanjutnya kesan
/ kesimpulan pada hasil dicatat ke dalam buku pemeriksaan Laboratorium
Patologi Anatomi. Hasil diketik menggunakan program pengetikan hasil
selanjutnya dicetak dan diperbaiki oleh petugas senior. Hasil yang telah
dicetak dan diperbaiki dicetak kembali kedalam lembaran sesuai
pemeriksaan selanjutnya ditanda tangani oleh dokter SpPA lalu dimasukkan
ke dalam amplop.
54
Kegunaan penyimpanan arsip hasil pemeriksaan
a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
b. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum
c. Bahan untuk kepentingan penelitian
d. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
e. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan
Proses Pengarsipan
1. Berdasarkan jenis pemeriksaan :
1.1.Kimia Klinik
1.1.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.1.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.2.Mikrobiologi
1.2.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.2.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.3. Hematologi
1.3.1. Laporan umum penyimpanan selama satu tahun (5 thn)
1.3.2. Laporan khusus penyimpanan selamanya
1.4. Patologi Anatomi
Petugas Laboratorium Patologi Anatomi mengarsipkan formulir pemeriksaan
beserta copi hasil ke dalam map odner sesuai dengan jenis pemeriksaan
1.5. Berdasar cara penyimpanan :
1.5.1. File komputer secara komputerisasi
1.5.2. Map arsip untuk hasil pemeriksaan analisa sperma, BMP, Blood Film &
pemeriksaan yang dirujuk.
Diarsipkan berdasarkan pengelompokan jenis pemeriksaan
Diarsipkan berdasarkan tanggal / bulan / tahun (Z-A).
55
1. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap alat harus dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang
optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan ini
harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi
yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga
pelaksana serta penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai
kartu pemeliharaan yang diletakan pada setiap alat yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggungjawab alat untuk dilakukan perbaikan.
ITEM TANGGAL
NO
DILAKUKAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 24 23 24 25 26 27 28 29 30 31
SEBELUM
HIDUPKAN
ALAT
1 Lakukan
Needle purge
2 Cek Volume
Glycol
Cek Volume
3 Cleaner
Solution
4 Cek Serpihan
kuvet
5 Bersihkan
Jarum
Bersihkan
Lubang laci
6
sampel &
reagen
7 Bersihkan
permukaan alat
Bersihkan
penyaring
8
udara
dibelakang alat
Dersihkan
9 Layar
komputer
56
4. Lakukan Condition Na Setiap minggu.
Bersihkan permukaan alat Setiap hari sebelum
4 Cobas H232
bekerja
1. Bersihkan permukaan luar Setiap hari
5 Diagnostica Stago
2. Lakukan QC : 1 & 2
1.Bersihkan sample probe Setiap hari
2.Bersihkan Probe
Cobas E601 (Modular 3.Sipper probe
6
Cobas 6000) 4.Microbeat mixer Sebelum shutdown
5.Lakkukan Utility->maintenance->Finalization.
6.Lakukan LFC 2 dalam 1 bulan
1. Bersihkan sampel probe
2. Reagensia probe
3. ISE reagensia probe
4. ISE sliper Setiap hari
5. Cell rinse nozzle
Cobas C501 (Modular
7 6. incubator water exchage
Cobas 6000 )
7. Air purge
8. Reagensia prime
9. Photometer Check
10. Probe wash 3 kali dalam 1
11. Green rack minggu
1. Setiap hari
1. Bersihkan bagian luar sebelum kerja
2. Kencangkan sekrup pada rangka pengocok 2. Seperlunya
8 Rotator
3. Minyaki mesin 3. Seperlunya
4. Periksa keausan sikat dan bagian berputar 4. Seperlunya
lain
9 Centrifuse Yenaco
10 Centrifuse Nesco 12 Hole
Bersihkan dinding luar dan dalam dengan
11 Centrifuse Nesco 12 Hole setiap hari atau setiap
desinfektan
Centrifuse HC 1120T kali tabung pecah
12
Health
13 Lemari reagensia Porka Tiap bulan
Bersihkan dan defrost
14 Lemari reagensia Porka Tiap hari pkl.12.00
Catat suhu
WIB
1. Bersihkan bagian luar
2. Check Supplies
3. Chek Waste
4. Lakukan Dialy Maintenance Setiap hari sebelum
5. Lakukan QC dan sesudah kerja
15 Architec i1000 6. Lakukan Probe Cleaning-Manual Setiap minggu
7. Lakukan WZ Probe Cleaning/Pippetor sebelum kerja
8. Lakukan Wash Cup Cleaning
Setiap bulan sesudah
9. Bersihkan Filter kerja
10. Backup Softwer
16 Analyzer Sysmex KX. 21 1. Bersihkan permukaan luar
2. Bersihkan permukaan dalam Setiap hari sebelum
17 Analyzer Sysmex XT 2000i
3. Bersihkan tray SRV dan sesudah kerja
57
4. Chek Volume reagen
5. Buang Limbah
6. Chek Volume reagen
7. lakukan QC level 1
8. Lakukan QC level 2
9. Lakukan QC level 3
10. Lakukan shut down dari sistem
Bersihkan dinding luar dan dalam dengan setiap hari atau setiap
Centrifuge HT H 24
18 desinfektan kali tabung pecah
Boeco Type. 2075-13
Bersihkan dinding luar dan dalam dengan setiap hari atau setiap
Centrifuse Gemmy
21 desinfektan kali tabung pecah
Tabletop
58
Ganti air dalam Autoclaf Tiap minggu
Bersihkan bagian luar
Kencangkan sekrup pada rangka pengocok minyak
29 Rotator mesin
Periksa keausan sikat dan bagian berputar lain
seperlunya
1. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur. Kalibrasi peralatan kesehatan bertujuan
untuk memastikan hubungan antara nilainilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau sistem pengukur atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Nilai sebenarnya adalah konsep ideal yang
tidak dapat diketahui dengan pasti. Menurut Pedoman Praktek Laboratorium Yang
Baik dan benar yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2008, Kalibrasi
peralatan sangat diperlukan untuk mendapat hasil pemeriksaan laboratorium yang
terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi peralatan dilakukan
pada saat awal ketika alat baru di instal dan di uji fungsi dan selanjutnya dilakukan
secara berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi
penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau
oleh institusi yang berwenang. Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik
secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/ sesuai standar
laboratorium harus harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan
pencegahan sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua Instruksi pabrik untuk
penggunaan dan pemeliharaan alat harus sepenuhnya dipenuhi.
Kalibrasi alat laboratorium dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
3. Pengukuran keselamatan kerja
4. Pengukuran kinerja sebelum dan setelah penyetelan atau pemberian faktor kalibrasi
sehingga nilai terukur sesuai dengan nilai diabadikan pada bahan ukur.
TROUBLE SHOOTING
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidakcocokan hasil, malfungsi
alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin disebabkan oleh karena
adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (trouble
shooting). Trouble shooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab
terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan dan memilih cara penanganan yang
benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat akan makin kompleks permasalahan
yang mungkin terjadi.
59
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan.
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2. Pastikan masalahnya.
3. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan permasalahan.
4. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan atasan atau hubungi teknisi untuk
menanyakan masalah tersebut.
5. Tempelkan label bahwa alat rusak.
6. Catatlah semua tindakan / upaya perbaikan pada kartu maintenance.
7. Jangan melakukan pemeriksaan pada alat yang bermasalah.
8. Berikan informasi terhadap unit layanan (via telepon atau surat) atau pasien bahwa
pemeriksaan terhambat dalam pemberian hasil sehubungan dengan kondisi alat yang
sedang bermasalah bermasalah.
60
BAB V
LOGISTIK
61
B. PENGADAAN
Pengadaan sediaan alat laboratorium dan reagensia dilakukan oleh Instalasi Farmasi
berkolaborasi dengan Instalasi Laboratorium Klinik dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekalan atau
ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahan bahan yang
sangat dibutuhkan diluar rutin atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan
untuk periode 6 12 bulan untuk tahun yang akan datang. Untuk itu jumlah rata-
rata pemeriksaan bahan untuk satu bulan perlu dicatat. Untuk mengantisipasi
kebutuhan tidak terduga seperti pemeriksaan medical check up atau wabah
penyakit, maka perkiraan jumlah kebutuhan untuk periode 6 12 bulan untuk
tahun yang akan datang dikalikan 10 %.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (Delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat yaitu
minimal 3 bulan sebelumnya sudah dilakukan pemesanan.
C. PENYIMPANAN
Penyimpanan sediaan alat dan reagensia laboratorium secara umum dilakukan sesuai
dengan persyaratan kondisi masing-masing produk/item yang tertera pada kemasan.
Penyimpanan sediaan alat dan reagensia laboratorium dilakukan di Instalasi
Laboratorium Klinik dengan mengikuti standar MSDS. Semua sediaan alat dan
reagensia laboratorium, disimpan pada suhu dan kelembaban yang tepat, terkontrol,
dan didokumentasikan. Sediaan alat dan reagensia laboratorium yang sudah ada harus
ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah:
Pertama masuk pertama keluar (FIFO = first in-first out ), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu. Hal ini adalah
untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
3. Lama atau waktu penyimpanan dengan melihat masa kadaluarsa.
4. Incompatibility
62
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Reagensia buatan sendiri
Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagensia tertentu tidak boleh
disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi. Penyimpanan reagensia
tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya:
1.1. Larutan pewarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
1.2. Larutan yang menyerap cahaya dan dapat mengalami reaksi fotokimia
disimpan dalam botol gelas putih.
1.3. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat
1.4. Disimpan pada suhu standart dari masing-masing reagensia.
2. Reagensia jadi (Komersial)
2.1. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
2.2. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
2.3. Beberapa reagensia tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak berdekatan
satu dengan lainnya.
2.4. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan label
tanda bahaya
2.5. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal
wadah reagensia dibuka, jumlah reagensia diambil dan jumlah reagensia sisa
serta nama petugas yang mengambil.
2.6 Disimpan pada suhu standar dari masing-masing reagensia.
3. Media dehidrasi
3.1. Media yang didehidrasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas
terutama bila penutup wadah telah dibuka
3.2. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan habis digunakan
dalam 12 bulan
3.3. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat
3.4. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah
3.5. Semua media dehidrasi harus disimpan ditempat gelap, sejuk (suhu < 250C) dan
berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak boleh ditempatkan didekat
autoklaf atau tempat pencucian karena kelembaban dan suhu yang tinggi.
3.6. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut.
4. Media yang telah dilarutkan
Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas
Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus disimpan
dalam lemari.
63
5. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh tercampur (incompatible)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi berbahaya jika
tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa kebakaran dan atau ledakan,
seperti:
NO. BAHAN KIMIA HINDARKAN KONTAK DENGAN
Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut
1 Ammonium nitrat
organik mudah terbakar, bubuk logam.
asam kromat, asam nitrit, perklorat,
2 Asam asetat
peroksida.
3 Karbon aktif Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit).
Asam asetat, gliserin, alkohol, bahan kimia
4 Asam kromat
mudah terbakar.
Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen
5 Cairan mudah terbakar
peroksida, asam nitrat
Hidrokarbon (butana, benzena,
6 Fluor, klor, asam kromat, peroksida
terpentin,benzin)
7 Kalium klorat/ perklorat Asam sulfat dan asam lainnya
8 Kalium permanganat Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat
64
27 Dengue IgG/IgM Casette 25 test 2 - 30 0 C
28 HBsAg Fokus 25 test 2 - 30 0 C
29 Anti Hbs Cassete 25 test 2 - 30 0 C
30 Anti HIV Fokus 25 test 2 - 30 0 C
31 RPR antigen 100 test 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
32 Uri Check 1G Glucose 15 - 250 C
33 SD Bioline HBsAg / 30 test 2 - 30 0 C
34 SD Bioline Dengue Duo NS1 / 10 test 2 - 30 0 C
35 SD Biolina HIV / 30 test 2 - 30 0 C
36 SD Bioline HCV / 30 test 2 - 30 0 C
37 Tube Microgard EDTA LAV 15 - 250 C
38 Dengue Early Rapid 2 - 30 0 C
39 Dengue Duo Cassette 2 - 30 0 C
40 Tropospot I 2 - 30 0 C
41 Tubex TF 2-80C
42 Mycotec TB 2 - 30 0 C
43 Plasmotec Malaria-3 2 - 30 0 C
44 LAB STRIP 2 - 30 0 C
45 QC level 1 dan 2 2-80C
46 C-310-5 Assay Chemistry Ctrl. Lv. 1 2-80C
47 C-315-5 Assay Chemistry Ctrl. Lv. 2 2-80C
48 D-10 Dual Reorderpack 15 - 250 C
49 Liq urinalysis Ctrl Bilevel 12x12ml 2-80C
50 Lyp. HBA2 CTRL Level 1 0,5ml 2-80C
51 Lyp. HBA2 CTRL Level 2 0,5ml 2-80C
52 SMS Cobas 15 - 250 C
53 TSH Cobas 2-80C
54 LDL C Gen 2 Cobas 2-80C
55 HCG +B 2-80C
56 Precinorm Control Milt 2 2-80C
57 Cardiac Troponin T 2-80C
58 AFP COBAS 2-80C
59 ANTI HAV IgM 2-80C
60 ANTI HAV IgM PRECICONTROL 2-80C
61 ANTI HBE 2-80C
62 ANTI HBS 2-80C
63 ANTI HBS PRECICONTROL 2-80C
64 BONE PRECICONTROL 2-80C
65 CA 125 2-80C
66 CEA 2-80C
67 CEA CALSET 2-80C
68 D-DIMER CARDIAC 2-80C
69 DILUENT UNIVERSAL 2-80C
70 FERRITIN 2-80C
71 FERRITIN CALSET 2-80C
72 FT3 2-80C
73 FT3 CALSET 2-80C
74 FT4 2-80C
75 FT4 CALSET 2-80C
65
76 HBE Ag 2-80C
77 HBE PRECICONTROL 2-80C
78 HBS Ag II 2-80C
79 HBS Ag II PRECICONTROL 2-80C
80 HCG + 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
81 HCG + CALSET 2-80C
82 ISE CLEANING SOLUSTION/SYSCLEAN 2-80C
83 PRECICONTROL CLINCHEM MULTI 1 2-80C
84 PTH CALSET 2-80C
85 RUBELLA IgM 2-80C
86 RUBELLA IgM PRECICONTROL 2-80C
87 T3 2-80C
88 T3 CALSET 2-80C
89 T4 2-80C
90 T4 CALSET 2-80C
91 TOTAL PSA 2-80C
92 TOTAL PSA CALSET 2-80C
93 TOXO IgG 2-80C
94 TOXO IgM 2-80C
95 TOXO IgM PRECICONTROL 2-80C
96 TROPONIN T CARDIAC 2-80C
97 TSH 2-80C
98 TUMOR MARKER PRECICONTROL 2-80C
99 ACTIVATOR 2-80C
100 ISE DEPROTEINIZER 2-80C
101 CFAS 2-80C
102 CFAS CKMB 2-80C
103 CFAS LIPID 2-80C
104 PRECICONTROL CLINCHEM MULTI 2 2-80C
105 PRECINORM PROTEIN 2-80C
106 PTH 2-80C
107 Clean Cell M 2ltr 15 - 250 C
108 Pro Cell M 2 ltr 15 - 250 C
109 Cleaner 1000 ml 15 - 250 C
110 Pre Clean M 15 - 250 C
111 NAOH-D 1.8 ltr 15 - 250 C
112 NAOH-D / Basic Wash 15 - 250 C
113 Probe Wash M 12x70 ml 15 - 250 C
114 SMS / Acid Wash 12x66 ml 15 - 250 C
115 Multi Cell 12x59 ml 15 - 250 C
116 Hitergent 12x59 ml 15 - 250 C
117 Cell Wash Solution II 2 ltr 15 - 250 C
118 ALTL COBAS 2-80C
119 AMY-P COBAS 2-80C
120 ASTL COBAS 2-80C
121 BILT2 COBAS 2-80C
122 C3 COMPLEMEN COBAS 2-80C
123 C4 COMPLEMEN COBAS 2-80C
124 CHE2 COBAS 2-80C
66
125 CHOL2 COBAS 2-80C
126 CKL COBAS 2-80C
127 CKMBL COBAS 2-80C
128 CREP2 COBAS 2-80C
129 GLUC3 COBAS 2-80C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
130 HBDH COBAS 2-80C
131 HDLC3 COBAS 2-80C
132 IRON2 COBAS 2-80C
133 LDL-C COBAS 2-80C
134 LDH COBAS 2-80C
135 LIPC COBAS 2-80C
136 PHOS2 COBAS 2-80C
137 TRIGLISERID COBAS 2-80C
138 UA2 COBAS 2-80C
139 UIBC COBAS 2-80C
140 UREAL COBAS 2-80C
141 ALB2 COBAS 15 - 250 C
142 BILD-D COBAS 15 - 250 C
143 CA COBAS 15 - 250 C
144 CLEAN CASED COBAS 15 - 250 C
145 MG COBAS 15 - 250 C
146 NAOH-D COBAS 15 - 250 C
147 MULTI COBAS 15 - 250 C
148 TP2 COBAS 15 - 250 C
149 COMBUR TM 15 - 250 C
150 Tubex TF @36 tst 2-80C
151 HCg +/- @25 tst Acon 15 - 250 C
152 HbA1C @24 tst Nycocard 2-80C
153 Vacuted LED 200 pcs 15 - 250 C
154 Dengue Duo IgG & IgM Panbio @25 tst 2 - 300 C
155 Glucocard test strip @50tst Arkray 2 - 300 C
156 RPR 100 ts Shield 2-80C
157 HbSAg @40 tst Intec 2 - 300 C
158 Salmonella IgM Casette @25 test FOKUS 2 - 300 C
159 Kartu golongan darah -0 C
160 Vacutec LED 200 pcs 2 - 30 C 0
161 Lithium Heparine 3ml 2 - 300 C
162 CRP 48 tst Nycocard 2-80C
163 Lithium Heparin 3ml 2 - 300 C
164 Dalf Blood Grouping Anti AB 2-80C
165 Dalf Blood Grouping Anti B 2-80C
166 Dalf Blood Grouping Anti A 2-80C
167 Dalf Blood Grouping Anti D 2-80C
168 Drug 6P @25 test FOKUS 2 - 300 C
169 Drug 4P @25 test ACON 2 - 300 C
170 Dengue Duo NS1 Ag + Ab Combo @10 tst 2 - 300 C
171 Lens Tissue Nichiaru -
172 Lens Tissues Xinxing -
173 Solution pack 400ml 2 - 300 C
67
174 Urien container steril -
175 Faeces container -
176 HbA1C @24 tst Nycocard 2-80C
177 Urine container steril -
178 HCg +/- tst device @25 tst Acon 2 - 300 C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
179 Anti Hbs Casette @25 tst Focus 2 - 300 C
180 Extran Alkalish 2.5 ltr -
181 Eosin 2% 100ml -
182 Eter Alcohol 500ml -
183 Pipet Pasteur Plastik -
184 Methlene blue 100 gram merck -
185 Faeces Container -
186 Drug 5 P @25 tst Acon 2 - 300 C
187 Objek glass @72 pcs Merah -
188 Troposport I 2 - 300 C
189 Troponin I 2 - 300 C
190 Medlance plus sper 0.8 (kuning) -
191 Alkohol Saliva strip @25 test (Dalf) 2-80C
192 Acid Sulfficetalicytic (Merck) -
193 Mycotec TB @20 tst Indec 2 - 300 C
194 Vacutec LED 200 pcs 2 - 300 C
195 Eosin Methylene Blue Sol 500ml -
196 Reagent ADP 2 x 1ml cat 5366 Helena 2-80C
197 Cellpack (PK-30L) 15 - 250 C
198 Cellclean (CL-50) 15 - 250 C
199 Retsearch II (REC-700A) 15 - 250 C
200 Stromatolyser - FB (FBA-200A) 15 - 250 C
201 Stromatolyser - 4DS (FFS-500A) 15 - 250 C
202 Stromatolyser - WH (SWH-200A) 15 - 250 C
203 Sulfolyser (SLS-210A) 15 - 250 C
204 E-Check XT Level 1 2-80C
205 E-Check XT Level 2 2-80C
206 Eight Check - 3 WP NORMAL 2-80C
207 Eight Check - 3 WP LOW 2-80C
208 Eight Check - 3 WP HIGH 2-80C
209 Widal TO 2-80C
210 Widal AO 2-80C
211 Widal BO 2-80C
212 Widal CO 2-80C
213 Widal TH 2-80C
214 Widal AH 2-80C
215 Widal BH 2-80C
216 Widal CH 2-80C
217 Syphilis RPR 50001 2-80C
218 ASTO 40062 2-80C
219 CRP 40042 2-80C
220 RF 40052 2-80C
221 Syphilis TPHA 550101 2-80C
222 Malaria Entebe 2 - 300 C
68
223 Multiline 3 parameter 2 - 300 C
224 M-Amp-C 2 - 300 C
225 THC-C 2 - 300 C
226 BZO-C 2 - 300 C
227 COC-C 2 - 300 C
NO JENIS REAGEN SUHU PENYIMPANAN
228 MOR-C 2 - 300 C
229 Seratec Beauty 15 - 250 C
230 Urine Glucose Accu Tell 15 - 250 C
231 Reagensia Ruby 15 - 250 C
232 HSV 1,2 IgM & 1,2 IgG 2-80C
233 Architec reagen 2-80C
69
8. Macam atau jenis reagensia yang tersedia dan digunakan di Laboratorium
Patologi Anatomi adalah:
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
1 Ethanol (Alkohol Absolute) Cair 15 - 25 C
2 Ethanol (Alkohol) 96% Cair 15 - 25 C
3 Ethanol (Alkohol) 95 % Cair 15 - 25 C
4 Ethanol (Alkohol) 80% Cair 15 - 25 C
5 Ethanol (Alkohol) 70% Cair 15 - 25 C
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
6 Methanol Cair 15 - 25 C
7 Papanicolau OG (Orange G-Solution) Cair 15 - 25 C
8 Papanicolau EA 50 Cair 15 - 25 C
9 Papanicolau Hematoxylin Solution Cair 15 - 25 C
10 Pewarna MDT (MB) Methylene Blue Cair 15 - 25 C
11 Larutan Eosin Cair 15 - 25 C
12 Larutan Mayer Hematoxylin Cair 15 - 25 C
13 Preservative Solution Cair 15 - 25 C
14 Cellular Base Solution Cair 15 - 25 C
15 Xylene Cair 15 - 25 C
16 Alumunium Sulfat (Tawas) (Al3SO4) Cair 15 - 25 C
17 Paraplast (Paraffin) Cair 15 - 25 C
18 Entelan Cair 15 - 25 C
19 Immersi Oil Cair 15 - 25 C
Shandon, Cell Fix (Cytology Spray Cair
20 15 - 25 C
Fixative)
21 Kristal Eosin Cair 15 - 25 C
22 Natrium Clorida (NaCl) Cair 15 - 25 C
23 Lithium Carbonat (Li2CO3) Cair 15 - 25 C
Pottasium Dihydrogen Phosphate Cair
24 15 - 25 C
(KH2PO4)
25 Natrium Iodat (NaIO2) Cair 15 - 25 C
(3-Aminoproply) triethoxy Silane Cair
26 15 - 25 C
(C9H23NO3Si)
27 Dinatrium Hydrogen Phospat Cair 15 - 25 C
Sodium Dihydrogen Phospat Dihydrat Kristal
28 -
(Na2HPO4*2H2O)
Sodium Dihydrogen Phospat Monohydrat Kristal
29 -
(NaHPO4*H2O)
Disodium Hydrogen Phospat
30 15 - 25 C
(NaHPO4*2H20)
31 Betazoid DAB Substrate 2 - 8
32 Betazoid DAB Substrate 2 - 8
33 Antibody ER (Estrogen Reseptor) Cair 2 - 8
34 Antibody PR (Progesteron Reseptor) Cair 2 - 8
35 Antibody Her2 C-erbB Cair 2 - 8
36 Ki 67 Cair 2 - 8
37 AEI/AE3 Cair 2 - 8
70
38 CD3 Cair 2 - 8
39 CD20 Cair 2 - 8
40 LCA Cocktil Cair 2 - 8
41 Trekkpe Universal Link Cair 2 - 8
42 Trek Avidin HRP Cair 2 - 8
43 Back Groud Sniper Cair 2 - 8
44 TRIS EDTA Cair 25 C
45 Cloralhydrat (C2H3Cl3O2) Cair 15 - 25 C
46 Proanalysi Pikrin Saure (C6H3N3O7) Cair 15 - 25 C
47 Tris (Hydrocymathyl) (H2NC(CH2CH)3 Cair 15 - 25 C
SUHU
NO BAHAN PEMBANTU JENIS BAHAN
PENYIMPANAN
48 Citric Acid Monohydrate (C6H8O7*H2O) Cair 15 - 25 C
Alumunium Kalium Sulfat Dodecahydrat Cair
49 15 - 25 C
(AlKO8S2*12H2O)
50 Sulfosalicylic Acid (C7H6O6S*2H2O) Cair 15 - 25 C
51 Uncalk Cair 15 - 25 C
52 Diva Declooker (RTU) Cair 15 - 25 C
53 Betazoid DAB Chromogen Cair 15 - 25 C
54 Betazoid DAB Substrate Cair 15 - 25 C
55 Peroxidazed 1 Cair 15 - 25 C
56 Background Sniper Cair 15 - 25 C
57 Trekkie Universal Link Cair 15 - 25 C
58 Trek Avidin-HRP Label Cair 15 - 25 C
59 C-erbB-2 CB Cair 15 - 25 C
60 PR Cair 15 - 25 C
61 ER Cair 15 - 25 C
62 Hematoxylin Cristal (C16H14O6H2O) Cair 15 - 25 C
63 Asam Asetat Glasial Cair 15 - 25 C
64 Phospate Buffer Saline (PBS) Cair 15 - 25 C
65 Hydrogen Peroxide 30% Cair 15 - 25 C
66 Cloralhydrat (C2H3Cl3O2) Cair 15 - 25 C
67 Proanalysi Pikrin Saure (C6H3N3O7) Cair 15 - 25 C
68 Tris (Hydrocymathyl) (H2NC(CH2CH)3 Cair 15 - 25 C
69 Citric Acid Monohydrate (C6H8O7*H2O) Cair 15 - 25 C
Alumunium Kalium Sulfat Dodecahydrat Cair
70 15 - 25 C
(AlKO8S2*12H2O)
71 Sulfosalicylic Acid (C7H6O6S*2H2O) Cair 15 - 25 C
72 Uncalk Cair 15 - 25 C
73 Diva Declooker (RTU) Cair 15 - 25 C
74 Betazoid DAB Chromogen Cair 15 - 25 C
71
9. Contoh kartu stok barang logistik yang digunakan di Instalasi Laboratorium
Klinik.
el
ya
lab
arang
n Ke
estin
ran
ng
tuha
Nama B
Data
Sem
ena
Jumlah Expired
Keu
Keb
72
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Laboratorium klinik adalah awal dalam upaya
meminimalkan kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
laboratorium digunakan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien, sehingga
kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien.
WHO sebagai organisasi kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan
suatu upaya di banyak bidang, termasuk pemberian hasil laboratorium dan bantuan
dalam penafsiran data laboratorium.
B. TUJUAN
Tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah:
1. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan, serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau laboratorium.
3. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
5. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
73
Untuk menyikapi 6 sasaran keselamatan pasien tersebut diatas Instalasi Laboratorium
Klinik Rumah Sakit Umum Mitra Sejati menerapkannya sebagai berikut :
1. Ketepatan Identifikasi:
1.1. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan.
Pasien diidentifikasi minimal menggunakan 2 (dua) dari 3 (tiga)
pengidentifikasi pasien yakni :
Nama lengkap (sesuai KTP / paspor / SIM)
Tanggal lahir (atau menggunakan tanggal MRS, sampai diketahui
identitas yang jelas)
Nomor Rekam Medis
1.2. Proses identifikasi pasien dilakukan mulai dari pendaftaran pemeriksaan
laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan, pengambilan
sampel/plebothomi, pendistribusian spesimen, prosesing spesimen, autores,
sampai pada penyerahan hasil kepada pasien.
1.3. Menanyakan secara verbal nama lengkap pasien dan tanggal lahir, serta minta
pasien untuk mengejakannya jika memungkinkan.
1.4. Membandingkan selalu identitas pasien dilabel sampel dan formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium.
1.5. Pemberian label dilakukan saat pengambilan sampel tepat disisi pasien
74
3.2. Melakukan teknik kebersihan tangan yang baik dan benar sesuai dengan
prosedur kebersihan tangan yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
3.3. Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan tindakan
yang dilakukan yaitu:
3.3.1. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial) di ruang
istirahat petugas, ruang administrasi.
3.3.2. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2% di ruang prosesing dan ruang sampling.
3.3.3. Kebersihan tangan dengan berbahan dasar alkohol (handrub) pada saat
pengambilan sampling, baik di ruang sampling rawat jalan maupun
ruang rawat pasien.
3.3.4. Lakukan kebersihan tangan dan ganti sarung tangan setiap kali
melakukan tindakan pengambilan spesimen untuk menghindari
kontaminasi silang antar pasien.
3.4. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan tindakan
kegiatan laboratorium di area infeksius untuk menghindari terjadinya infeksi
silang yaitu:
3.4.1. Menggunakan APD (Jas Laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical) di ruangan prosesing.
3.4.2. Menggunakan APD (Jas laboratorium lengan panjang, sarung
tangan/gloves, masker surgical dan google) pada saat pembuatan
larutan reagensia pewarnaan.
75
4.9. Laporkan / bersihkan dengan segera genangan air di lantai
4.10. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
4.11. Laporkan / perbaiki dengan segera bila ada kerusakan (contoh: lampu kamar /
kamar mandi redup atau mati, rem pada kursi roda / bed sudah aus / tidak
layak, pipa bocor / menetes sehingga menyebabkan lantai tergenang air dan
licin, dsb).
76
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident)
ataupun hampir celaka (incident atau near miss). Kesehatan (health) menurut undang-
undang No. 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang untuk hidup secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kerja
(occupation) berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan. Menurut OSHA (2003),
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan multi disiplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip ilmiah dalam memahami adanya resiko yang mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri maupun diluar industri.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari pengelolaan
laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia. Bagi petugas laboratorium
yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi
juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Petugas
harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol
bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium yang benar.
B. TUJUAN
Keselamatan kerja bertujuan untuk :
Mengetahui kegunaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Instalasi
Laboratorium Klinik.
Memahami bahaya dan tanda-tanda bahaya yang lazim digunakan di Instalasi
Laboratorium Klinik
Memahami dan dapat mengaplikasikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan benar.
79
6. Dekontaminasi
Permukaan tempat kerja didekontaminasi dengan disinfektan cair, sedangkan untuk
ruangan dan alat di dalamnya digunakan fumigasi.
PERALATAN
NO BAHAYA CARA MENGATASINYA
LABORATORIUM
80
Gunakan filter untuk udara antara pompa dan
daerah hampa udara. Gunakan konektor
berbentuk cincin O untuk menutup seluruh
unit. Lengkapi dengan penyaring kelembaban
Aerosol, kontak
yang terbuat dari logam. Periksa semua
6 Alat liofilisasi langsung,
saluran hampa udara yang terbuat dari gelas
kontaminasi
terhadap adanya kerusakan. Gunakan hanya
alat gelas yang dirancang untuk alat ini. Pakai
disinfektan yang baik seperti disinfektan
kimia.
Kabinet keamanan
7 Aerosol, percikan Cara pengamanan yang maksimum
biologis kelas III
Bahaya pemipetan
dengan mulut,
yaitu: tertelannya
mikroorganisme Dapat di disinfeksi, mudah di-gunakan dan
8 Alat bantu pipet patogen, inhalasi mencegah kontami-nasi serta kebocoran dari
aerosol dan ujung pipet
kontaminasi pada
ujung tempat
menghisap
81
7. Pengelolaan spesimen
a. Penerimaan spesimen
- Laboratorium mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
- Spesimen ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya/bocornya spesimen.
- Wadah harus dapat didisinfeksi atau di otoklaf.
- Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
- Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
- Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi atau diotoklaf ulang.
- Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari.
- Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam
b. Petugas penerima spesimen
- Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas laboratorium.
- Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati.
- Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan setiap hari.
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.
- Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.
- Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen.
- Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang terdapat
pada meja dimana spesimen tersimpan.
c. Petugas pembawa spesimen dalam laboratorum
- Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen.
- Membawa spesimen dengan baki rak khusus.
- Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki didekontaminasi dan sisa
spesimen diotoklaf.
- Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka pada saat bekerja.
d. Pengiriman spesimen dan bahan infeksius dari laboratorium
Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam 3 lapis, dari dalam keluar
terdiri atas:
- Wadah kedap air berisi spesimen
- Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk
menghisap semua cairan spesimen yang bocor
- Wadah untuk melindungi wadah ke-2 dari pengaruh luar seperti kerusakan
fisik dan air selama dalam perjalanan.
- Salinan dari formulir berisi data spesimen, surat atau informasi lain yang
mengidentifikasi atau menerangkan tentang spesimen harus ditempel pada
bagian luar wadah kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirim ke
laboratorium penerima dan arsip si pengirim. Hal ini memungkinkan
laboratorium penerima untuk mengidentifikasi spesimen dan menentukan
bagaimana menangani dan memeriksanya.
82
- Yang harus dilakukan oleh si pengirim:
1. Hubungi pemberi jasa transportasi dan si penerima (lewat telepon atau
faksimil) untuk menjamin agar spesimen diantar dan diperiksa segera.
2. Siapkan dokumen pengiriman.
3. Atur rute pengiriman, jika mungkin menggunakan penerbangan langsung.
4. Kirimkan pemberitahuan secara teratur tentang semua data transportasi
kepada si penerima.
83
9. Penanganan terhadap bahan khusus
9.1. Bahan Kimia
9.1.1. Penggolongan Bahan Kimia
Dalam menjalankan aktivitasnya, petugas laboratorium seringkali
terpapar berbagai bahan kimia. Di laboratorium, bahan kimia umumnya
digunakan dalam jumlah sedikit namun mencakup jenis yang sangat
beragam. Pada dasarnya banyak bahan kimia berbahaya karena dapat
menimbulkan kebakaran (F-flammability hazard), ledakan (R-
reactivity/stability hazard) atau gangguan kesehatan (H-health hazard)
bagi petugas laboratorium. Karena itu mutlak perlu diketahui
penggolongan bahan kimia berbahaya untuk memudahkan pengenalan,
cara penanganan dan pengirimannya. Secara umum bahan kimia
berbahaya dibagi menjadi beberapa golongan:
84
2. Zat cair mudah terbakar
Zat cair yang mudah terbakar adalah bahan cair yang
mudah menguapdan uapnya mudah terbakar pada suhu
dibawah 25,5C. Golongan ini paling banyak dijumpai
diindustri dan di laboratorium, serta dikenal sebagai
pelarut organik. Contoh: eter, alkohol, aseton,
benzena, heksan dan lain-lain. Pelarut tersebut pada
suhu kamar dapat menghasilkan uap yang jika
bereaksi dengan udara pada perbandingan tertentu
dapat dibakar oleh adanya api atau loncatan listrik.
3. Gas mudah terbakar
Yang termasuk golongan ini adalah gas yang amat
mudah terbakar dan sering menimbulkan ledakan.
Contoh: gas alam untuk bahan bakar, hidrogen, asetilen,
etilen oksida dan sebagainya.
85
9.1.1.9. Bahan radioaktif (Radioactive Substance)
Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas lebih besar dari
2.10-3 microcurie/gram.
9.1.2. Bahan Kimia Yang Tidak Boleh Tercampur (Incompatible Chemicals)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi
berbahaya jika tercampur satu sama lain, antara lain:
9.1.2.1. Air raksa: dengan asetilen, asam fulminat, hydrogen.
9.1.2.2. Amonia anhidrat: dengan air raksa, halogen, kalsium hipoklorit
dan hidrogen fluorida.
9.1.2.3. Amonium nitrat: dengan asam, bubuk logam, klorat, nitrat,
sulfat dan zat mudah terbakar.
9.1.2.4. Anilin: dengan asam nitrat dan hidrogen peroksida.
9.1.2.5. Asam asetat: dengan asam kromat, asam nitrat, ikatan hidroksil,
etilen glikol, asam perklorat, peroksida dan permanganat.
9.1.2.6. Asam kromat: dengan asam asetat, naftalen, kamfer, alkohol,
gliserol, terpentin dan cairan mudah terbakar.
9.1.2.7. Asam nitrat: dengan asam asetat, asam kromat dan asam
hidrosianat, anilin, karbon, hidrogen sulfida, cairan/gas/zat lain
yang mudah bereaksi dengan nitrat.
9.1.2.8. Asam oksalat: dengan perak dan air raksa.
9.1.2.9. Asam perklorat: dengan asetat anhidrat, bismut dan ikatannya,
alkohol, kertas, kayu dan bahan organik lain.
9.1.2.10. Asam sulfat: dengan klorat, perklorat, pemanganat dan air.
9.1.2.11. Asetilen: dengan tembaga, halogen, perak air raksa dan ikatan
yang mengandung komponen tersebut.
9.1.2.12. Aseton: dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat.
9.1.2.13. Brom: dengan amonia, asetilen, butadien, butan, hidrogen,
natrium karbida, terpentin, logam.
9.1.2.14. Cairan mudah terbakar: dengan amonium nitrat, asam kromat,
hidrogen peroksida, asam nitrat, natrium peroksida dan halogen.
Fosfor pentoksida: dengan air
9.1.2.15. Hidrokarbon: dengan fluorin, klorin, formin, asam kromat dan
natrium peroksida.
9.1.2.16. Hidrogen peroksida: dengan krom, tembaga, besi, logam air,
garam logam, cairan mudah terbakar dan produk yang mudah
terbakar, anilin dan nitrometan.
9.1.2.17. Hidrogen sulfida: dengan uap asam nitrat dan gas oksidan.
Kaliurn permanganat: dengan gliserol, etilen glikol, benzaldehid
dan asam sulfat.
9.1.2.18. Karbon (diaktifkan oleh kalsium hipoklorit): dengan semua zat
oksidan.
9.1.2.19. Klorat: dengan garam amonium, asam, bubuk logam, sulfur, zat
mudah terbakar, karbon.
9.1.2.20. Klorin: dengan amonia, asetilen, butadien, benzen, dan
komponen minyak bumi lain, hidrogen, natrium karbida,
terpentin dan logam.
86
9.1.2.21. Klorin dioksida : dengan amonia, metan fosfin, hidrogen sulfida.
9.1.2.22. Logam alkali (kalsium, kalium dan natrium): dengan air,
karbondioksida, karbon tetraklorida dan hidrokarbon yang
mengandung klor
9.1.2.23. Merkuri: dengan asetilen, asam fulminat, hidrogen.
9.1.2.24. Natrium: dengan karbon tetraklorida, karbondioksida dan air.
9.1.2.25. Natrium azida: dengan timbal, tembaga dan logam lain. Bahan
kimia ini umumnya digunakan sebagai pengawet, tetapi jika
berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan yang tidak
stabil dan mudah meledak. Jika campuran ini dibuang melalui
wastafel, komponen logam akan terperangkap dan pipa air dapat
meledak pada saat pipa tadi diperbaiki oleh tukang ledeng.
9.1.2.26. Natrium peroksida: dengan zat oksidan seperti metanol, asam
asetat glasial, asetat anhidrat, benzaldehid, karbon disulfida,
gliserol, etil asetat dan furfural.
9.1.2.27. Oksigen: dengan minyak, lemak, hidrogen, cairan/zat padat/gas
yang mudah terbakar.
9.1.2.28. Perak: dengan asetilen, asam oksalat, asam tartrat dan ikatan
amonium.
9.1.2.29. Sianida : dengan asam dan alkali.
9.1.2.30. Tembaga: dengan asetilen, azida dan hidrogen peroksida.
9.1.2.31. Yodium : dengan asetilen dan amonia.
9.1.3. Efek toksik bahan kimia
Gangguan kesehatan ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium. Paparan berulang/berkepanjangan terhadap berbagai
pelarut organik dalam bentuk cair dapat merusak kulit karena efek
penghancuran lemak, alergi ataifat korosif yang dimilikinya.
87
8 Aseton (dimetil keton, 2- Iritasi ringan pada mata,
propanol) hidung dan tenggorokan,
narkose
9 Asetonitril (metil sianida) Iritasi saluran pernafasan, Leukemia, kerusakan
keracunan sianida hati, anemia aplastik
10 Benzen Narkose Karsinogenesis
11 Benzidin Sakit perut, mual, iritasi kulit Kecanduan
12 Dietil eter Muntah, iritasi mata, narkose Kerusakan hati dan
ginjal,
13 Dioksan Narkose karsinogenesis
14 Fenol Sakit perut, muntah, diare, Gangguan sistem saraf,
iritasi kulit, sakit mata, efek koma
korosif
15 Formaldehid (formalin) Iritasi saluran nafas, kulit dan Edema paru
membran mukosa
16 Glutaral Iritasi saluran nafas dan
membra mukosa
17 Karbon tetraklorida Sakit kepala, mual, ikterik Kerusakan hati dan
(tetraklorometan) ringan, Hilang nafsu makan, ginjal, gangguan saluran
narkose cerna
18 Kloroform (triklorometan) idem
19 Metanol (metil alkohol) Narkose,iritasi, mukosa Kerusakan retina dan
saraf optik
20 -Naftilamin Diduga karsinogen
21 -Naftilamin Karsinogensis
22 Nitrobenzen (nitrobenzol) Sinosis karena Anemia, tekanan darah
methnemoglobinemia, narkose menurun,
ringan methemoglobinemia
dengan sianosis, iritasi
kandung kemih,
kerusakan hati
88
30 Toluen (metil benzen, fenil Narkose Gangguan saraf tidak
benzen, toluol) spesifik, mungkin
kecanduan
31 Trikloroetilen (etinil triklorida) Narkose Kerusakan hati,
gangguan saraf non
spesifik
32 m-Xylene (1,2 dimetilbenzen) Narkose, sakit kepala, lelah, Gangguan saraf tidak
kurang waspada, mual spesifik
33 O-Xylene (1,3 dimetilbenzen) Idem Idem
34 p-Xylene (1,4 dimetil benzen) Idem Idem
89
ruangannya dingin dan berventilasi
jauhkan dari bahan cair mudah terbakar dan zat
5 Bahan Oksidator reduktor
Catatan : pemadam kebakaran kurang bermanfaat
karena zat oksidator dapat menghasilkan oksigen
sendiri.
ruangannya dingin, kering, dan berventilasi.
jauhkan dari sumber nyala api dan panas.
6 Bahan Reaktif Terhadap Air
bangunannya kedapair.
tersedia pemadam kebakaran tanpa air, misalnya CO2.
7 Bahan Reaktif Terhadap Asam ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantung hidrogen
91
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium
khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan
seperti pemakaian alat pelindung diri, apabila petugas laboratorium tidak
menggunakan alat pengaman, akan semakin besar kemungkinan petugas
laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya berbagai jenis virus.
92
12.2. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan
sebutan jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib
dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali
di kenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan
sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Anda menggunakan jas
laboratorium, kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi
tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan
pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan bahan kimia
dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium Anda
terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jumpsuits. Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang
bersifat korosif dan mengiritasi. Perlengkapan yang berbentuk seperti celemek
ini biasanya terbuat dari karet atau plastik. Untuk apron yang terbuat dari plastik,
perlu digarisbawahi, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah
terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang di picu oleh elektrik
statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis : ketika menangani bahan kimia yang
bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat
dari material yang dapat di daur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan
ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari
percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab dan radiasi.
1 Mudah Terbakar
2 Oksidatif
3 Mudah meledak
Berbahaya
4 Simbol X dengan huruf I mengikutinya berarti
irritant/mengiritasi
Toksik
5
7 Korosif
Pemberian informasi atau edukasi terhadap petugas baik itu yang masih baru
maupun petugas yang sudah lama sangat penting guna pengetahuan tentang K3
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk menjaga keamanan diri
sendiri serta lingkungan.
95
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengendalian mutu
internal adalah pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pengendalian mutu internal meliputi aktivitas : tahap pra-analitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik. Program Pengendalian Mutu Laboratorium dilaksanakan
untuk pendekatan dan perbaikan terus menerus pada proses pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan.
96
1) Reagen buatan sendiri
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Bahan kimia anhidrat (tidak mengandung molekul air) yang digunakan untuk
pembuatan larutan standar kalibrasi dan titrasi harus dikeringkan terlebih dahulu
dalam oven dengan suhu 105C110C minimal 1-2 jam, sebaiknya satu malam.
Kemudian dinginkan sampai suhu kamar dalam desikator, timbang dalam jumlah
yang tepat lalu dilarutkan.
b) Untuk garam hidrat (mengandung molekul air) cukup dikeringkan dalam
desikator.
c) Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas akuadest yang dipakai. Air
yang mengandung kaporit akan mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan
kalsium dan klorida, sedangkan air yang mengandung banyak logam akan
mempengaruhi pemeriksaan logam dan pewarna.
d) Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya sesuai
kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan stok (larutan
induk).
e) Wadah reagen perlu diberi label yang berisi nama reagen (rumus kimia), tanggal
pembuatan dan paraf pembuat.
f) Harus diketahui sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak boleh
disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi.
g) Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya
tidak boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin atau
beku dan sebagainya.
97
Kuman kontrol positif adalah kuman yang seharusnya tumbuh pada media
tertentu, sedangkan kuman kontrol negatif adalah kuman yang seharusnya
tidak tumbuh pada media tertentu.
4) Uji kualitas pemeriksaan kepekaan kuman
Pemeriksaan kepekaan kuman dengan metoda cakram, dianjurkan oleh
WHO dengan menggunakan metoda modifikasi Kirby-Bauer.
5) Uji ketelitian-Uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu
hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
a) Presisi dan Akurasi
1. Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian
terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat dihindari.
Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (% KV atau
% CV) yang dihitung dengan rumus berikut:
KV (%) = SD X 100
x
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
x = Rata-rata hasil pemeriksaan berulang.
Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai Impresisi
(ketidaktelitian).
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode tersebut
dan sebaliknya.
2. Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya (total).
Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar.
Distribusi hasil pemeriksaan yang tersebar di sekitar nilai pusat
menunjukkan kesalahan acak. Pergeseran hasil pemeriksaan dari
hasil sebenarnya menunjukkan kesalahan sistematik. Konsep akurasi
sebelumnya hanya menilai akurasi sebagai kesalahan sistematik.
Kesalahan total menunjukkan berapa besar kesalahan jika komponen
kesalahan acak dan sistematik terjadi bersamaan pada arah yang
sama. Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol dan
dihitung sebagai nilai biasnya (d%):
d(%) = X - NA
NA
X = hasil pemeriksaan bahan kontrol
NA = nilai aktual/sebenarnya dari bahan kontrol
Nilai d (%) dapat positif atau negatif
Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.
Nilai negatif menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya.
Akurasi dapat pula dinilai dari studi 'Recovery' yaitu dengan
melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambahkan analit
murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang diharapkan:
b) Bahan kontrol
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan
bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan khusus baik pada alat,
metode pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksanya.
Uji ketelitian
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini digunakan bahan kontrol assayed.
Periode kontrol merupakan periode untuk menentukan ketelitian
pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini
tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi caranya adalah sebagai berikut:
1. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
2. Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir Periode control.
3. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S
(Standar Deviasi Index) dengan rumus:
Satuan SD = XI mean
SD
4. Satuan S yang diperoleh diplot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X
dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan
sedangkan sumbu y menunjukkan satuan S.
99
B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
Pemmantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik
oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional. Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu
Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi
semua bidang pemeriksaan laboratorium. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan
Mutu Eksternal ini mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah
maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia terdapat beraneka ragam jenis dan
jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka
pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang
pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a. tingkat nasional/tingkat pusat
b. tingkat Regional
c. tingkat Provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium
sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh
diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakainya sehingga hasil
pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium tersebut yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk mencari
penyebab-penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
Kegiatan PME tingkat nasional yang diikuti oleh laboratorium Rumah Sakit RK
Charitas adalah:
1. Pemantapan Mutu Eksternal untuk bidang
- Kimia Klinik
- Hematologi
- Urinalisa
Penyelenggaranya adalah PPDS Patklin dan ILKI
2. Pemantapan Mutu Eksternal untuk bidang Immunologi yang meliputi HbsAg,
VDRL, TPHA, Anti HCV, Anti HIV, Syphilis.
Penyelenggaranya adalah Kemenkes pelayanan Biomedik.
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal tingkat regional yang diikuti Rumah Sakit
RS. Materna Medan adalah:
Pemantapan Mutu Eksternal bidang:
- Kimia Klinik
- Hematologi
- Immunologi
- Parasitologi malaria dan parasit saluran pencernaan
- Urinalisa
- BTA
100
Penyelenggaranya adalah Balai Besar Laboratorium Kesehatan Sumatra Selatan
(Kota Palembang).
C. VERIFIKASI
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan
pencegahan ulang setiap tindakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab. pengirim, Kontraktor,
dll), No. Lab, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan sudah lengkap
dan jelas.
Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
b. Persiapan Pasien
Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan.
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen
Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan memperhatikan jenis
spesimen.
d. Penanganan spesimen
Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan.
Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat.
Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan
khusus.
Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
e. Persiapan sampel untuk analisa
Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan.
Apakah volume sampel sudah cukup.
Apakah identifikasi sampel sudah benar.
2. Tahap Analitik
a. Persiapan Reagen/media
101
Apakah reagen/media memenuhi syarat.
Apakah masa kadaluwarsa tidak terlampaui.
Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar.
Apakah cara pengenceran sudah benar .
Apakah pelarutnya (aquadest) memenuhi syarat.
b. Pipetasi Reagen dan sampel
Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan.
Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi.
Apakah pipetasi dilakukan dengan benar.
Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar.
c. Inkubasi
Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan.
Apakah waktu inkubasi tepat.
d. Pemeriksaan
Apakah alat/instrumen berfungsi dengan baik (dapat dipercaya) hasil
pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
e. Pembacaan hasil
Apakah penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.
3. Tahap pasca analitik
Pelaporan Hasil
Apakah form hasil bersih
Apakah tidak salah transkrip
Apakah tulisan sudah jelas
Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil abnormal.
D. AUDIT
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi dalam audit internal dan audit
eksternal. Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior.
Penilaian yang dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan
laboratorium misalnya kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, dan mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang
menyebabkan kesalahan sering terjadi. Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh
masukan dari pihak lain di luar laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap
pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk
membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya dan lain-lain
merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal. Untuk mengukur kemampuan atau
keberhasilan laboratorium dalam memberikan pelayanan yang cepat,tepat dan bermutu
ada beberapa indikator mutu layanan yang diukur secara berkala yaitu:
Patologi Klinik
1. Permintaan Cito tidak lebih dari 1 jam
2. Pelaporan hasil laboratorium dengan nilai kritis (Critical Value)
3. Pelaporan hasil laboratorium regular 3 sampai 6 jam
4. Tidak adanya tertukar spesimen pemeriksaan laboratorium
5. Ketersediaan fasilitas dan peralatan laboratorium patologi klinik
102
6. Kemampuan memeriksa HIV-AIDS
7. Kemampuan memeriksa kikroskopis tuberkulosis
8. Pelaksanaan ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium
9. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
10. Kesesuaian hasil pemeriksaan baku mutu eksternal
11. Kepuasan pelanggan
Bank Darah
1. Tenaga penyedia pelayanan Bank Darah
2. Ketersediaan Fasilitas dan peralatan Bank Darah
3. Kepuasan pelanggan
4. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi harus memenuhi standar
minimal rumah sakit yaitu 100% terpenuhi
5. Kejadian reaksi transfusi harus memenuhi standar minimal rumah sakit yaitu
0,01 %
6. Keterlambatan penyerahan komponen darah ( respon time )
Patologi Anatomi
1. Respond Time Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaaan Sitopatologi FNAB
3 hari
2. Respond Time Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan Histopatologi Selama
5 hari
103
Jumlah keterlambatan waktu pelaporan hasil laboratorium dengan nilai kritis lebih
dari 1 jam setelah hasil dikeluarkan oleh alat.
x 100%
Jumlah Pasien dengan hasil laboratorium Nilai Kritis dalam periode waktu yang sama
104
ii. DENUMERATOR : Jumlah pasien rawat jalan yang mengisi kusioner
kepuasan pelanggan dalam kurun waktu 1 bulan.
8 METODE PENGUMPULAN : Retrospektif
DATA
9 KRITERIA INKLUSI : Semua formulir quisioner yang diisi oleh pasien
105
10 KRITERIA EKSKLUSI : Tidak termasuk pemeriksaan duplo dan pemeriksaan
yang dibatalkan.
11 TARGET KINERJA : 0%
12 TIPE DARI PENGUKURAN : Rate Based.
(INDIKATOR)
13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Dokumen pemeriksaan golongan darah pasien
NAME/FILE).
14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 1 bulan
DATA
15 WAKTU PELAPORAN : 3 bulan
16 SAMPEL SIZE (n). : Semua pemeriksaan golongan darah dalam bulan yang
sama
17 AREA MONITORING : Akurasi hasil pemeriksaan laboratorium
18 RENCANA KOMUNIKASI : Morning briefing
Jumlah kejadian kesalahan pengerjaan golongan darah dalam waktu 1 bulan
x 100%
Jumlah pasien yang periksa golongan darah dalam waktu yang sama
3 DEFENISI OPERASIONAL : Waktu tunggu pasien sejak sampel darah untuk pemeriksaan
: CITO diterima di laboratorium sampai hasil diverifikasi
tidak lebih dari 1 jam
7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Angka kejadian pemberian hasil CITO dengan waktu tunggu
1 jam dalam periode yang sama
Jumlah pemeriksaan CITO dengan waktu tunggu < 1 Jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama
ii. DENUMERATOR : Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama
11 TARGET KINERJA : 90 %
12 TIPE DARI PENGUKURAN : Struktur
(INDIKATOR)
Jumlah pemeriksaan CITO dengan waktu tunggu < 1 Jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan CITO dalam periode yang sama
7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Angka kejadian pemberian hasil Reguler dengan waktu
tunggu 3 s/d 6 jam dalam periode yang sama
ii. DENUMERATOR : Jumlah total pemeriksaan Reguler dalam periode yang sama
107
10 KRITERIA EKSKLUSI : -
Jumlah pemeriksaan Reguler dengan waktu tunggu 3 s/d 6 jam dalam periode tertentu
x 100%
Jumlah total pemeriksaan Reguler dalam periode yang sama
5. KEBIJAKAN MUTU : -
13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Pencatatan dan pelaporan terpenuhinya kebutuhan darah setiap
NAMA/FILE) bulan
108
16. SAMPLE SIZE (n) : Pencatatan seluruh darah yng terpakai
18. RENCANA KOMUNIKASI PELAPORAN : Buku pedoman standar pelayanan minimal Rumah Sakit
HASIL KE STAFF
19. REFERENCES :
5. KEBIJAKAN MUTU :
8. METODE PENGUMPULAN DATA : Pencatatan waktu darah datang dan diserahkan selama 1 bulan
9. KRITERIA INKLUSI : Lama waktu pengerjaan cek ulang golongan darah, uji saring
ulang dan uji kualitas.
11. TARGET KINERJA : 30 menit (untuk melakukan cek ulang golongan darah, uji
saring rapid dan uji kualitas darah)
13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Buku pencatatan pemeriksaan dan penyerahan
NAMA/FILE)
14. FREKWENSI PENGUMPULAN DATA : 1 bulan
16. SAMPLE SIZE (n) : Total waktu yang digunakan untuk cek ulang golongan darah,
Uji saring dan uji kualitas.
109
17. AREA MONITORING : Bank Darah
3. DEFENISI OPERASIONAL : Reaksi transfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
terjadi akibat transfusi darah, dalam bentuk reaksi alergi, infeksi
akibat transfusi, hemolisis akibat golongan darah tidak sesuai,
atau gangguan sistem imun sebagai akibat pemberian transfusi
darah.
5. KEBIJAKAN MUTU -
6. ALASAN PEMILIHAN INDIKATOR : Untuk mewujudkan darah yang berkualitas dan aman
13. SUMBER DATA (AUDIT TOOL : Pencatatan dan pelaporan reaksi transfusi (harian, Mingguan,
NAMA/FILE) Bulanan)
110
2. Indikator Mutu Laboratorium Patologi Anatomi
Judul Indikator Respond Time Pemeriksaan Sitopatologi FNAB
Sumber Data (Audit Tool Name/File) : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
yang Masuk
111
Area Monitoring : Ruang Lingkup Laboratorium Patologi Anatomi
Rencana Komunikasi Pelaporan Hasil ke : Per 3 Bulan akan dimuat di mading Laboratorium
Staff Patologi Anatomi
References : -
112
Tipe dari Pengukuran (Indikator) : Proses dan Hasil
Rencana Komunikasi Pelaporan Hasil : Per 3 Bulan akan dimuat di mading Laboratorium
ke Staff Patologi Anatomi
References : -
113
E. STRATEGI
114
BAB IX
PENUTUP
115
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI LABORATORIUM
KLINIK
116
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang ...... 1
B. Tujuan Pedoman .. 2
C. Ruang Lingkup . 3
D.Batasan Operasional ................. 3
1. Layanan Rawat Inap dan Rawat Jalan 3
2. Layanan 24 Jam BDRS ............ 7
3. Layanan POCT . 7
E. Landasan Hukum ................ 7
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia . 9
B. Distribusi Ketenagaan . 9
C. Pengaturan Jaga 10
117
BAB IX. PENUTUP 116
ii
118