Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Konsep
Konsep konsep merupakan kategori kategori yang kita berikan pada stimulus -
stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep konsep menyediakan skema skema
terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus stimulus baru. Menurut Rosser (Dahar 1991)
konsep konsep merupakan kategori - kategori yang kita berikan pada stimulus stimulus yang
ada di lingkungan. Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian,
kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Ali (Sudrajat 2003) mendefinisikan
konsep sebagai rancangan atau ide yang diabstrakkan dari peristiwa yang konkret.
Woodruff (Amin, 1987) menjelaskan pengertian konsep menjadi 3 bagian yaitu :
1. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan / ide yang relative sempurna dan
bermakna.
2. Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu abstrak.
3. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian
terhadap objek objek atau benda benda melalui pengalamannya (setelah melakukan
persepsi terhadap objek/benda).
Selain itu konsep dapat diartikan sebagai di mana mereka menghilangkan perbedaan dari
segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah olah mereka identik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah abstraksi yang mempermudah komunikasi antar manusia dari
peristiwa konkret dan konsep memungkinkan manusia untuk berfikir. Pengertian konsep sendiri
adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap eksistensinya.

2.1.2 Analisis Konsep


Analisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep konsep esensial dalam
topik topik yang diajarkan, menyusun konsep secara hirarki serta mengenali sifat, atribut,
kedudukan konsep, contoh dan noncontoh. Dengan demikian dalam analisis konsep, perlu
diidentifikasi karakteristik konsep, yang meliputi :
a. Label Konsep
Label konsep adalah nama konsep atau subkonsep yang dianalisis. Contoh unsur,
senyawa, atom, larutan, dan lain lain.
b. Definisi Konsep
Label konsep didefinisikan sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan
dari siswa. Untuk suatu label konsep yang sama, konsep dapat didefenisikan berbeda
sesuai dengan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dikuasai siswa dan tingkat
perkembangan kognitif siswa.
c. Atribut Kritis dan Atribut Variabel
Atribut kritis merupakan ciri ciri utama konsep yang merupakan penjabaran definisi
konsep. Atribut variabel menunjukkan ciri ciri konsep yang nilainya dapat berubah,
namun besaran dan satuannya tetap.
d. Hirarki Konsep
Hirarki konsep menyatakan hubungan suatu konsep dengan konsep lain berdasarkan
tingkatannya, yaitu :
- Konsep superordinat (konsep yang tingkatannya lebih tinggi)
- Konsep ordinat (konsep setara)
- Konsep subordinat (konsep yang tingkatannya lebih rendah
Menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa nampaknya harus dimulai dengan
melihat bagaimana sebenarnya kedudukan miskonsepsi itu sendiri dalam konsep dan pemahaman
konsep. Konsep merupakan integrasi mental atas dua unit atau lebih aspek realitas (entitas, sifat,
kegiatan, kualitas, hubungan, dan sebagainya) yang diisolasikan menurut ciri khas dan disatukan
dengan definisi yang khas . Kegiatan pengisolasian yang terlibat merupakan proses abstraksi,
yaitu fokus mental selektif yang menghilangkan atau memisahkan aspek tertentu realitas dari
yang lainnya. Proses penyatuan yang terlibat bukan semata-mata merupakan penjumlahan,
melainkan integrasi, yaitu pemaduan unit menjadi entitas mental yang baru.(Purtadi, 2009)

2.1.3 Miskonsepsi

Konsep dalam ilmu pengetahuan kebanyakkan mempunyai arti yang jelas, yang sudah
disepakati oleh pakar ilmu yang bersangkutan. Akan tetapi tafsiran siswa terhadap konsep
konsep tersebut berbeda beda karena tidak ada dua orang atau lebih yang mempunyai
pengalaman yang persis sama, maka konsep konsep yang dibentuk juga mungkin berbeda
(Dahar.R,W, 1996). Miskonsepsi dapat diartikan sebagai pertentangan atau ketidakcocokan
konsep yang dipahami siswa dengan konsep yang dipahami siswa dengan konsep pada buku
refrensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nakhleh (1992) yang menyatakan bahwa
Misconception mean any concept that differ from the commonly accepted scientific
understanding of term (Miskonsepsi beberapa konsep yang berbeda dari pengertian istilah
berdasarkan keilmuan yang diterima biasanya).
Miskonsepsi atau salah konsep menunjukkan pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dengan bidang itu. Bentuk
miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep
konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak (1984), mendefinisikan miskonsepsi
sebagai suatu interprestasi konsep konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima.
Brown (1989;1992), menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif. Novak
(1984), mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interprestasi konsep konsep dalam suatu
pernyataan yang tidak dapat diterima. Feldsine (1987), menemukan miskonsepsi sebagai suatu
kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep konsep. Fowler (1987), memandang
miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh contoh yang salah, kekacauan konsep konsep yang berbeda, dan hubungan
hirarkis konsep konsep yang tidak benar (Suparno, Paul, 2005).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pemahaman konsep dengan
mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan. Renner dan Brumby dalam Abraham et al. (1992)
telah menyusun kriteria untuk mengelompokkan pemahaman konsep seperti pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1. Pengelompokan Derajat Pemahaman Konsep
No Kriteria Derajat Kategori
Pemahaman
1 Tidak ada jawaban/kosong, menjawab Tidak paham Tidak
Memahami
"saya tidak tahu"
2 Mengulang pernyataan, menjawab tapi Tidak memahami

tidak berhubungan dengan pertanyaan


atau tidak jelas
3 Menjawab dengan penjelasan tidak Miskonsepsi Miskonsepsi

Logis
4 Jawaban menunjukkan ada konsep Memahami
sebagian dengan
yang dikuasai tetapi ada pernyataan miskonsepsi

dalam jawaban yang menunjukkan

miskonsepsi
5 Jawaban menunjukkan hanya sebagian Memahami Sudah Paham
sebagian konsep
konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi
6 jawaban menunjukkan konsep memahami konsep

dipahami dengan semua penjelasan

benar
(Purtadi, 2009)
Miskonsepsi berdasarkan pengelompokkan yang dilakukan oleh Abraham et.al (1992) di
atas merupakan salah satu tingkatan pemahaman konsep yang menunjukkan belum terpenuhinya
penguasaan seluruh komponen konsep. Oleh karena itu, analisis bentuk miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dapat dilakukan melalui analisis komponen konsep yang belum dikuasai oleh siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis konsep adalah nama konsep, atributatribut
kriteria dari konsep, atribut-atribut variabel dari konsep, definisi konsep, contoh-contoh dan
noncontoh-contoh dari konsep, serta hubungan konsep dengan konsep yang lain. Bentuk-bentuk
kalimat miskonsepsi yang ditemukan dalam jawaban siswa beraneka ragam.
Asal munculnya miskonsepsi dapat berbeda tergantung dari sifat konsep dan bagaimana
konsep itu diajarkan. Sumber miskonsepsi berdasarkan bagaimana konsep diajarkan adalah: a)
generalisasi dasar analogi, b) bagaimana pengetahuan disajikan dalam buku teks, c) pelatihan
guru, d) pemahaman konsep yang komplikatif dan tergantung pada konsep dan situasi. Jenis-
jenis miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik berdasarkan bagaimana miskonsepsi itu
diperoleh (sumber) dapat dilihat pada Tabel 2.1. Menurut Euwe van Deg Berg (1991),
miskonsepsi adalah pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan
konsep yang disepakati oleh pakar ilmu pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan apabila konsepsi
siswa tersebut tidak dapat dianggap salah tetapi apabila konsepsi siswa menyimpang dari
konsepsi ilmuwan, maka siswa tersebut telah mengalami miskonsepsi.
2.1.4 Sebab Sebab Terjadinya Miskonsepsi

Miskonsepsi yang timbul pada seseorang bisa bermacam macam, di antaranya menurut
Gilbert dan Zybertajn akibat interaksi dengan guru, menurut Cho akibat dari membaca buku
pelajaran, menurut Strauss akibat interaksi dengan lingkungan sosialnya (Griffith dan
Preston,1992). Serta adanya pengalaman yang berbeda beda dalam kehidupan seseorang
sehingga konsep yang dibentuk setiap orang ada kemungkinan akan berbeda pul. Setiap orang
akan menafsirkan suatu konsep dengan cara sendiri sendiri yang disesuaikan dengan pola
pikirnya. Pembentukan pola pikir atau struktur kognitifnya seseorang ini tergantung dari daya
piker dan daya tangkap orang tersebut terhadap stimulus stimulus yang diberikan kepada
orang tersebut serta dari apa yang telah diketahui sebelumnya.Salah satu penyebab miskonsepsi
adalah siswa. Siswa mengalami miskonsepsi dapat diketahui dengan cara :
Prakonsepsi
Intuisi yang salah
Tahap perkembangan kognitif siswa
Kemampuan siswa
Minat belajar siswa

2.1.5 Mendeteksi Miskonsepsi

Untuk mengetahui letak miskonsepsi tertentu perlu diadakan pendeteksian miskonsepsi.


Menurut Suparno (2005) miskonsepsi dapat dideteksi dengan beberapa alat / cara seperti :
a. Peta Konsep (Concept Maps)
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang kimia. Peta
konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep konsep menekankan gagasan
pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat menangkap miskonsepsi siswa yang
digambarkan dalam peta konsep tersebut. (Novak & Growin, 1984; Feldsine, 1987; Moreira,
1987)
b. Tes Pilihan Berganda dengan Reasoning Terbuka
Amir dkk (1987), menggunakan tes pilihan berganda (multiple choice) dengan pernyataan
terbuka di mana siswa harus menjawab dan menuliskan mengapa ia mempunyai jawaban seperti
itu. Jawaban jawaban yang salah dalam pilihan ganda selanjutnya dijadikan bahan tes dengan
alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban itu.
c. Tes Esai Tertulis
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang membuat beberapa konsep kimia yang
hendak diajarkan atau sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang
dibawa siswa dalam bidang apa aja. Setelah ditemukan miskonsepsinya, dapatlah beberapa siswa
diwawancarai untuk lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan gagasan seperti
itu.
2.1.6 Cara Mengatasi Miskonsepsi
Secara umum cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah
mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari sebab sebabnya dan dengan
pengertian itu menentukan cara yang sesuai. Untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi
pertama tama guru perlu mengerti kerangka berpikir siswa. Dengan mengetahui cara berpikir,
cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, kita dapat mengetahui dengan tepat di mana
letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya. Untuk dapat memahami gagasan siswa
beberapa hal dapat dibuat :

Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang
dibicarakan (Mestre,1989 ; Brouer, 1984). Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat siswa
bigung dan siswa secara pribadi maupun umum di kelas. Dari jawaban yang jujur itu dapat
dilihat apakah gagasan siswa benar atau tidak.
Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung
miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru memantau dari
jalannya diskusi konsep konsep yang salah.
Langkah berikutnya adalah guru mencari penyebab atau asal dari miskonsepsi yang
dialami siswa. Untuk menemukan penyebab atau asal dari miskonsepsi di atas, guru dapat
melakukan wawancara lebih lanjut ataupun bertanya bagaimana siswa sampai mempunyai siswa
sampai mempunyai miskonsepsi tersebut. Yang biasanya dapat digunakan untuk menggali
miskonsepsi, antara lain :

1. Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di kelas, bagaimana siswa sampai
mempunyai gagasan yang tidak tepat tersebut.
2. Melalui pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa, ada baiknya disatukan dengan
miskonsepsi.
Adapun langkah langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi
menurut Van Den Berg (1990) adalah :
1. Mencari atau mengungkapkan miskonsepsi yang dilakukan siswa
2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut
3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi. Perlakuan yang dimaksud
adalah memberikan remedial kepada siswa yang mengalami miskonsepsi.

2.2 Ikatan Kimia

2.2.1 Defenisi Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom atau antar molekul dengan cara
sebagai berikut :
a) Atom yang 1 (satu) melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron
(serah terima elektron)
b) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang
berikatan
c) Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan
Tujuan pembentukkan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan dalam pembentukkan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu
atom / unsur yang terlihat. Salah satu petunjuk dalam pembentukkan ikatan kimia adalah adanya
1 (satu) golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia). Maka
dari itu, dalam pembentukkan ikatan kimia atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron
seperti pada unsur gas mulia. Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet)
atau 2 (duplet) yaitu atom Helium.
Tabel 2.2 Konfigurasi Elektron Unsur unsur Gas Mulia
Periode Unsur Nomor K L M N O P
Atom
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
Sumber : Jahro, Modul Ikatan Kimia . 2011
Kecenderungan unsure-unsur untuk menjadikan konfifurasi elektronnya sama seperti gas
mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet
2.2.2 Susunan elektron yang stabil
Sifat terpenting yang dimiliki oleh hampir semua jenis atom adalah kemampuan
bergabung dengan atom yang lain membentuk senyawa untuk mencapai susunan elektron yang
stabil. Susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara berikatan dengan atom yang
lain.
Perhatikan konfigurasi elektron dari gas mulia
2He : 2
10Ne : 2 8
18Ar : 2 8 8
36Kr : 2 8 8 18
Jelas sekali bahwa susunan elektron yang stabil adalah delapan elektron dikulit terluar kecuali
Helium yang meiliki dua elektron (duplet). Kecendrungan atom-atom untuk memiliki delapan
elektron di kulit terluar disebut kaidah Oktet.
Contoh :
3Li : 2 1 dengan melepas 1e membentuk ion Li+ akan menyerupai He (kaidah duplet)
2He : 2
17Cl : 2 8 7 dengan menyerap 1e- membentuk ion Cl- akan menyerupai Ar (kaidah oktet)
18Ar : 2 8 8
Untuk menggambarkan elektron valensi atom-atom yang bereaksi digunakan struktur
Lewis. Struktur lewis menggambarkan lambang atom yang dikelilingi oleh sejumlah titik yang
menunjukkan jumlah elektron valensi unsur tersebut.

Contoh : 17Cl : 2 8 7 ev = 7 ; struktur Lewis : Cl :


Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari atom satu ke atom
yang lain.Jadi ikatan ion terjadi antara atom yang melepaskan elektron (atom logam) dengan
atom yang menerima elektron (atom non logam ).
Perhatikan ikatan antara Natrium dengan Klorin membentuk senyawa NaCl.
11Na : 2 8 1
17Cl : 2 8 7
Agar memiliki 8 elektron pada kulit terluar atom Na melepas 1 elektron, dan atom Cl harus
menangkap 1 elektron. Jadi atom Na memberikan satu elektron pada Cl akibatnya atom Na
berubah menjadi ion Na+, dan atom Cl menjadi ion Cl-
Na+ : 2 8 + 1e
Cl - : 2 8 8
Antara Na+ dan Cl- terjadi tarik menarik, sehingga kedua atom tersebut bergabung membentuk
NaCl.
Na+ + Cl- NaCl

Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara
bersama.Ikatan kovalen terbentuk antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron
(sesama atom bukan logam).

Contoh H + H H H

Pembentukan ikatan antar atom H membentuk H2


Macam macam ikatan Kovalen :
a. Ikatan kovalen tunggal,yaitu jika elektron yang digunakan bersama hanya satu pasang
contoh :

Cl Cl Cl Cl
+ Cl Cl

Atom Klorin atom Klorin Molekul Klorin Rumus struktur Klorin

b. Ikatan kovalen rangkap dua, yaitu jika elektron yang digunakan bersama berjumlah dua
pasang contoh :

O O O O
+ O O

Atom Oksigen atom Oksigen Molekul oksigen Rumus struktur Oksigen

c. Ikatan Kovalen rangkap tiga, yaitu jika elektron yang digunakan bersama berjumlah tiga
pasang contoh :

N + N N N N N

atom Nitrogen atom Nitrogen Molekul Nitrogen Rumus struktur Nitrogen

d. Ikatan Kovalen Koordinasi, yaitu Ikatan yang dibentuk dari pemakaian pasangan elektron
secara bersama, tetapi pasangan elektron yang dipakai bersama tersebut berasal dari salah
satu atom atau gugus yang berikatan sedangkan atom atau gugus yang lain tidak
memberikan elektron.
contoh :
Pembentukan senyawa NH3 + BH3

H H H H H H
H N : + B H H N : B H Rumus struktur H N B H

H H H H H H

e. Ikatan Kovalen Polar, yaitu jika pasangan elektron yang dipakai bersama memihak atau
mengutub kesalah satu atom atau gugus atom.contoh : senyawa yang berikatan kovalen
polar adalah molekul HCl, dimana antara atom H dan Cl memiliki perbedaan
keelektronegativitas yang besar, yaitu H=2,1 dan Cl=3,0. Pasangan elektron yang dipakai
bersama akan megutup kearah atom Cl perhatikan gambar berikut.

H Cl

f. Ikatan Kovalen Non Polar, yaitu ikatan yang terbentuk dari unsur non logam yang
mempunyai keelektronegatifan kecil atau nol. Contohnya seperti O2 , H2, Cl2, F2, N2, CH4,
CCl4 dan sebagainya. Molekul seperti O2 , H2, Cl2, F2, N2 memiliki perbedaan
keelektronegatifan = 0. Molekul seperti CH4 dan CCl4 bersifat non polar karena bentuk
molekulnya yang simetris.

O O

O2
g. Ikatan Kovalen Koordinasi, yaitu Berdasarkan asal pasangan elektron yang digunakan
bersama, maka dikenal adanya : Ikatan Kovalen Koordinasi yaitu ikatan kovalen di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama keduanya berasal dari salah satu atom.
Contoh :
Ikatan kovalen antara ion H+ dengan molekul NH3 membentuk ion NH4+ :
Konfigurasi electron :
7N = 2, 5 untuk mencapai keadaan stabil dengan konfigurasi octet perlu 3
elektron.
1 H= 1 untuk mencapai keadaan stabil dengan konfigurasi duplet perlu 1 elektron.
Ion H berasal dari atom yang melepaskan elektronnya, sehingga ion H + tidak memiliki
+

elektron
H
H N H+

H ik.kov koordinasi
Jika sudah sesuai, ganti setiap pasangan elektron tersebut dengan garis tunggal (ikatan
tunggal). Apabila terdapat dua pasangan elektron, maka ganti dengan garis rangkap dua (ikatan
rangkap dua). Jika terdapat 3 pasangan elektron, ganti dengan garis rangkap tiga (ikatan rangkap
tiga)
2.2.3 Ikatan Logam
Ikatan logan adalah Ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik menarik antara
muatan positif dari ion ion logam dengan muatan negative dari elektron elektron yang bebas
bergerak dalam logam tersebut .
Ion positif Awan elektron

Gambar 2.1 Ikatan logam


Kekuatan ikatan logam logam dipengaruhi oleh banyaknya elektron valensi, muatan inti positif
dan jari jari logam. Semakin banyak jumlah elektron valensi, dalam lautan elektron
terdelokalisasi, semakin besar muatan negatif lautan elektron semakin kuat daya tariknya dengan
inti positif, semakin kuat ikatan logam. Demikian juga semakin besar muatan inti positif semakin
kuat daya tarik inti positif dengan muatan negative lautan elektron, semakin kuat ikatan
logamnya. Sifat sifat khas dari logam seperti : mengkilap, dapat menghantarkan arus listrik dan
panas, mudah ditempa dan dibengkokkan, semuanya terkait dengan ikatan logam dan gerakan
elektron valensi dalam logam. (Sumber : Jahro, Modul Ikatan Kimia . 2011)

1.6. Kerangka Konseptual


Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam (IPA) yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari hari memiliki konsep konsep yang berkaitan satu sama lain. Konsepsi
merupakan tafsiran seseorang terhadap konsep. Miskonsepsi dapat terjadi pada setiap manusia,
walaupun siswa telah mempelajari pokok bahasan yang berhubungan dengan materi tentang
Ikatan Kimia dari guru yang diterima di sekolah ataupun dengan membaca buku buku yang
relevan dengan materi pelajaran tersebut, kemungkinan untuk terjadinya miskonsepsi telah
terbuka. Siswa memperoleh penghayatan dan menambah tentang cirri sesuatu justru sering
menyesatkan karena persepsi siswa telah mengamati atau memikirkan sesuatu sering tidak sama.
Hal ini yang dapat menimbulkan kesalahan konsep dalam pikiran siswa atas pertanyaan maupun
soal soal yang diberikan oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai