Anda di halaman 1dari 10

Tembok Besar Cina

Tembok Besar Tiongkok atau Tembok Raksasa Tiongkok (hanzi tradisional: ;


hanzi sederhana: ; pinyin: Chngchng, makna harafiah: Tembok Panjang),
juga dikenal di Tiongkok dengan nama Tembok Sepanjang 10.000 Li ( ;
; Wnl Chngchng) merupakan bangunan terpanjang yang pernah
dibuat manusia, terletak di Tiongkok.
Tembok Besar Tiongkok tidak panjang terus menerus, tetapi merupakan
kumpulan tembok-tembok pendek yang mengikuti bentuk pegunungan Tiongkok
utara. Pada tanggal 18 April 2009, setelah investigasi secara akurat oleh
pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, diumumkan bahwa tembok raksasa yang
dikonstruksikan pada periode Dinasti Ming panjangnya adalah 8.851 km.

Menurut catatan sejarah, setelah tembok panjang dibangun oleh Ming, barulah
dikenal istilah "changcheng" ( , "tembok besar" atau "tembok panjang").
Sebelumnya istilah tersebut tidak ditemukan. Istilah Tembok Besar Tiongkok
dalam Bahasa Mandarin adalah "wanli changcheng", bermakna "tembok yang
panjangnya 10 ribu li". Pada masa sekarang istilah ini resmi digunakan.

Pada tahun 2009, Badan Survei dan Pemetaan dan Badan Administrasi Warisan
Budaya Republik Rakyat Tiongkok melakukan penelitian untuk menghitung ulang
panjang Tembok Besar Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tembok
Besar Tiongkok lebih panjang daripada rentang yang saat ini diketahui. Menurut
pengukuran, panjang keseluruhan tembok mencapai 8.850 km. Proyek tersebut
juga telah menemukan bagian-bagian tembok lain yang panjangnya 359 km,
parit sepanjang 2232 km, serta pembatas alami seperti perbukitan dan sungai
sepanjang 2232 km. Rentang rata-rata Tembok Besar Tiongkok adalah 5000 km,
umumnya dikutip dari berbagai catatan sejarah.

Sejarah
Sejarahnya, pembangunan tembok adalah salah satu bagian terpenting dalam
sejarah arsitektur Tiongkok, yakni untuk membatasi wilayah-wilayah perkotaan
dan perumahan. Berbagai teori mengapa tembok besar didirikan antara lain
sebagai benteng pertahanan, batas kepemilikan lahan, penanda perbatasan dan
jalur komunikasi untuk menyampaikan pesan.
Berdasarkan bukti tertulis yang bisa diterima umum, pada dasarnya Tembok
Besar Tiongkok dikonstruksikan mayoritas pada periode Dinasti Qin, Dinasti Han
dan Dinasti Ming. Namun, sebagian besar rupa tembok raksasa yang berdiri
pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming.

Pra-Qin
Tembok periode Qin
Sebelum periode Dinasti Qin, pembangunan tembok raksasa paling awal
dilakukan pada Zaman Musim Semi dan Gugur (722 SM-481 SM) dan Zaman
Negara Perang (453 SM- 221 SM) untuk menahan serangan musuh dan suku-
suku dari utara Tiongkok. Negeri-negeri yang tercatat berkontribusi dalam
konstruksi pertama antara lain negeri Chu, Qi, Yan, Wei dan Zhao. Dalam
periode-periode berikutnya, tembok raksasa bertambah panjang, diperbaiki dan
dimodifikasi.

Dinasti Qin
Pada tahun 220 SM di bawah perintah Kaisar Qin Shi Huang, Jendral Meng Tian
mengumpulkan tenaga kerja sebanyak 300 ribu orang untuk menyambungkan
tembok-tembok sebelumnya sebagai garis pertahanan. Pembangunan yang
memakan waktu 9 tahun memerlukan biaya mahal dan mengorbankan rakyat
jelata. Tenaga kerja yang jadi korban mencapai jutaan jiwa sehingga negara
menjadi lemah. Kebencian rakyat pada kerja paksa tersebut memicu kemarahan
petani yang berontak menggulingkan Dinasti Qin. Setelah itu, pembangunan
tembok raksasa tidak dilanjutkan.

Dinasti Han
Tembok periode Han
Tahun 127 SM, saat Kaisar Han Wudi berkuasa (140 SM-87 SM), proyek renovasi
dan pembangunan bagian-bagian tembok lama dilaksanakan selama 20 tahun
menambah panjang tembok secara keseluruhan menjadi 1000 km. Pada periode
pertama Han, tembok raksasa berfungsi sebagai pelindung kawasan barat
dari Bangsa Hun yang mengancam rakyat Tiongkok. Setelah pengaruh Hun
melemah, pembangunan tembok tidak dilanjutkan. Mulai tahun 39 M, atas
perintah Guang Wudi, jendral Ma Cheng memulai kembali proyek pembangunan
tembok besar. Pada saat itu, bangsa Hun terpecah menjadi 2 bagian, utara dan
selatan. Bangsa Hun utara berhasil ditundukkan oleh Han sementara bagian
selatan berdamai. Setelah itu, pembangunan tembok raksasa ditinggalkan
karena Tiongkok sudah mempunyai kekuatan militer yang besar.

Dinasti Ming
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), setelah menaklukkan bangsa Mongol,
tembok raksasa dari periode sebelumnya dikonstruksikan kembali, dengan
catatan panjang 5.650 km. Pada masa ini, Tembok Besar Tiongkok dibagi ke
dalam 9 distrik militer yang dilengkapi benteng-benteng pertahanan dan pintu
gerbang untuk mengawasi daerah perbatasan. Di atasnya dibuat jalan sebagai
jalur transportasi.[19] Pintu gerbang paling timur dinamakan Shanhaiguan dan
pintu gerbang paling barat dinamakan Jiayuguan.
Tembok Ratapan
Tembok Ratapan adalah tempat yang penting dan dianggap suci oleh orang
Yahudi. Ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja
Herodes. Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada
kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi.

Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah
60 meter.

Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah
berdiam "Shekhinah" (kehadiran ilahi). Jadi, berdoa di situ sama artinya dengan
berdoa kepada Tuhan.

Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini
disebut "Tembok Ratapan" karena di situ orang Yahudi berdoa dan
meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain
mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa
mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-
celah dinding itu.

Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk
memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya
bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum
perempuan.
Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha (bahasa Arab: , Tentang suara ini
Al-Masjid Al-Aqsha (bantuaninfo), arti harfiah: "masjid terjauh") adalah salah
satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan
suci di Kota Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di
dalamnya juga termasuk Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan
Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi
dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (bahasa Ibrani: , Har
haByit, bahasa Inggris: Temple Mount), suatu tempat paling suci dalam agama
Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait
Kedua dahulu pernah berdiri.

Masjid Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat
Islam. Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari
tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-
Aqsa dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa
Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah Masjid Al-Aqsa (Baitul
Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat salat
adalah Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang. Pengertian
Masjid Al-Aqsa pada peristiwa Isra' Mi'raj dalam Al-Qur'an (Surah Al-Isra' ayat
1) meliputi seluruh kawasan Al-Haram Asy-Syarif.

Masjid Al-Aqsa pada awalnya tugu batu yang didirikan oleh nabi Yakub,
kemudian diteruskan pembangunan oleh Nabi Sulaiman. Setelah gempa bumi
tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh khalifah
Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya
Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar
Al-Aqsa pada tahun 1033, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali
Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini.
Dalam berbagai renovasi berkala yang dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan
Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid dan kawasan sekitarnya,
antara lain pada bagian kubah, fasad, mimbar, menara, dan interior bangunan.
Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka
menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid
dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu.
Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad
kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, Majelis Tinggi
Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di bawah
pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga
wakaf Islam pimpinan orang Palestina.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong


berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara.
Pembakaran tersebut juga menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi
terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania telah
menggantinya dengan mimbar baru yang dikerjakan di Yordania[, meskipun ada
pula yang menyatakan bahwa mimbar buatan Jepara digunakan di masjid ini.

Kakbah
Kakbah (bahasa Arab: , transliterasi: Ka'bah) adalah Bait Suci atau tempat beribadah
kepada Allah yang pertama kali didirikan di muka bumi. Bentuk bangunan Kakbah
mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini
adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam) dan merupakan bangunan yang
dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal-hal yang bersifat ibadah bagi
umat Islam di seluruh dunia seperti salat. Selain itu, Kakbah juga merupakan bangunan
yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.

Sejarawan, narator dan lainnya memiliki pendapat berbeda tentang siapa


yang telah membangun Kakbah beberapa pendapat itu ada yang
mengatakan malaikat, Adam dan Syits. Dimensi struktur bangunan
kakbah lebih kurang berukuran 13,10 m tinggi dengan sisi 11,03 m kali
12,62 m. Juga disebut dengan nama Baitullah ('rumah Allah').
Candi Borobudur
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100
km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta,
dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-
an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur
adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di dunia.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang
diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi
dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di
dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai
bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang
yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam
posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra
mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat
manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai
ajaran Buddha.Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi
dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke
undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga
tingkatan itu adalah Kmadhtu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan
Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui
serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief
indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring


melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya
pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal
Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya
penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975
hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs
bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur
untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek
wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Taj Mahal
Taj Mahal terletak di kota Agra, India, di tepi Sungai Yamuna yang memantulkan
keindahannya di permukaan air. Bangunan yang hampir seluruhnya terbuat dari
marmer putih ini memang sangat indah memesona. Dekorasinya berbentuk
bunga-bunga dan kaligrafi yang bertahtakan permata.

Di dalam kompleks Taj Mahal terdapat lima bagian utama, yaitu pintu gerbang
utama (darwaja), taman (bageecha), masjid, rumah peristirahatan (naqqar
kana), dan terakhir bangunan Taj Mahal yang berdiri megah dan indah.
Dalam tradisi Mughal, perempuan dalam keluarga bangsawan akan
mendapatkan nama baru setelah menikah. Mumtaz Mahal sendiri berarti hiasan
istana. Sayang, pada tahun 1631, Mumtaz Mahal meninggal ketika melahirkan
putranya yang ke-14. Tentu saja Shah Jahan sangat berduka. Dia ingat sebelum
meninggal, istrinya sempat meminta dibangun sebuah makam untuknya. Karena
cintanya yang begitu mendalam terhadap Mumtaz Mahal, Shah Jahan pun
membangun sebuah makam yang megah. Dia membangun sebuah Taj Mahal
yang diartikan sebagai mahkota istana.
Taj Mahal yang menjadi salah satu keajaiban dunia, dibangun selama 22 tahun
(16321654). Untuk pembangunannya mengerahkan 20.000 orang. Selain itu,
1.000 ekor gajah pun diturunkan untuk membantu pembangunan makam yang
megah itu. Bangunan tersebut dirancang sedemikian rupa oleh para arsitek dari
Persia dan Arab sehingga jika terlihat dari arah mana pun, bentuknya tampak
sama.

Semua bahan bangunan berasal dari India dan negara Asia lainnya. Marmer
putih berasal dari Rujastan, batu permata kristal dari Cina, batu pirus hijau dari
Tibet, dan batu Safir dari Sri Langka. Di bagian atas bangunan terdapat kubah
bulat besar yang menjulang 30 meter di atas puncak bangunan. Kubah itu
menjadi pusat dari keseluruhan bangunan.

Angkor Wat
Angkor Wat (bahasa Khmer: ) adalah sebuah kuil atau candi yang
terletak di kota Angkor, Kamboja. Kuil ini dibangun oleh Raja Suryawarman
II pada pertengahan abad ke-12. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan
waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga
dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil
yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryawarman II
memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu
yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan
tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor Wat
adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama dalam kompleks
bangunan Angkor Wat.

Sebagaimana mitologi gunung Meru, kawasan kuil Angkor Wat dikelilingi


oleh dinding dan terusan yang mewakili lautan dan gunung yang
mengelilingi dunia. Jalan masuk utama ke Angkor Wat yang sepanjang
setengah kilometer dihiasi pagar susur pegangan tangan dan diapit oleh
danau buatan manusia yang disebut sebagai Baray. Jalan masuk ke kuil
Angkor Wat melalui pintu gerbang, mewakili jambatan pelangi yang
menghubungkan antara alam dunia dengan alam dewa-dewa.

Angkor Wat berada dalam keadaan yang baik dibandingkan dengan kuil
lain di dataran Angkor disebabkan karena Angkor Wat telah
dialihfungsikan menjadi kuil Buddha dan dipelihara serta digunakan
secara terus menerus ketika agama Buddha menggantikan agama Hindu
di Angkor pada abad ke-13. Kuil Angkor pernah dijajah oleh Siam pada
tahun 1431.

Pada tahun 1992, Angkor Wat masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia
UNESCO.

Nama modern Angkor Wat, berarti "Kuil Kota"; Angkor adalah bentuk
perubahan dari kata nokor yang berasal dari kata nagara dalam
bahasa Sanskerta yang berarti ibu kota atau negara. wat adalah istilah
dalam bahasa Khmer untuk kuil atau candi. Sebelumnya nama asli candi
ini adalah Preah Pisnulok atau Vishnuloka (tempat dewa Wisnu
bersemayam), berdasarkan nama anumerta raja pembangunnya,
Suryawarman II.
Angkor Wat terletak 55 kilometer (34 mi) di utara kota modern Siem Reap, dan bergeser
ke timur dari bekas ibu kota sebelumnya yang berpusat di candi Baphuon. Candi ini
berada di kawasan kelompok percandian terpenting di Kamboja, juga menjadi candi
paling selatan dari kelompok candi di kota Angkor.

Rintisan rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12
Masehi, pada masa pemerintahan raja Suryawarman II (memerintah pada 1113
sekitar 1150). Dipersembahkan untuk memuliakan Wisnu, candi ini dibangun sebagai
candi agung negara milik raja sekaligus sebagai ibu kota. Karena prasasti yang
menyebutkan pembangunannya belum ditemukan, maka nama asli candi ini tidak
diketahui. Ditafsirkan candi ini mungkin aslinya disebut sebagai "Preah Pisnu-lok"
(Bahasa Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: "Vara Vishnu-loka") secara
harfiah bermakna "Kawasan Suci Wisnu", berdasarkan dewa utama yang dimuliakan di
candi ini. Proyek pembangunan sepertinya dihentikan segera setelah kematian raja,
menyisakan beberapa relief rendah yang belum rampung. Pada 1177, kira-kira 27 tahun
setelah kematian Suryawarman II, Angkor diserang oleh bangsa Champa, musuh
tradisional bangsa Khmer. Kemudian kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru
Jayawarman VII, yang mendirikan ibu kota baru di Angkor Thom candi kerajaan baru di
Bayon, yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor Wat.

Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu
menjadi candi Buddha Theravada, hal ini berlangsung hingga kini. Angkor Wat agak
tidak biasa dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor, meskipun ditelantarkan setelah
abad ke-16, Angkor Wat tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Angkor tetap bertahan
antara lain salah satunya karena parit yang mengelilinginya melindungi bangunan candi
dari rongrongan pohon besar hutan rimba.

Salah satu pengunjung Barat perintis yang mengunjungi candi ini antara lain Antnio da
Madalena, seorang biarawan Katolik Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586
yang menyatakan "sebuah bangunan yang luar biasa yang tak mungkin digambarkan
dengan pena, karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya.
Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat halus dan indah yang hanya
bisa diciptakan oleh manusia jenius." Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi
oleh ilmuwan dan penjelajah Perancis, Henri Mouhot, yang memperkenalkan situs ini ke
dunia Barat melalui catatan perjalanannya, ia menulis:

"Candi inimenyaingi (kemegahan) Bait Salomo, dibangun oleh Michelangelo purba


pantas menduduki tempat terhormat sebagai salah satu bangunan terindah (di dunia).
Bangunan ini lebih besar dari segala peninggalan Yunani atau Romawi, dan menyajikan
kontras yang sangat menyedihkan dengan kondisi kini yang jatuh terpuruk ke dalam
kebiadaban."
Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer
mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu
pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor
Wat secara perlahan dirangkaikan kembali melalui mempelajari gaya arsitektur serta
bukti epigrafi tertulis pada prasasti, dilanjutkan dengan pembersihan di sekitar situs
Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan peninggalan
permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot
memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya
monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.

Angkor Wat menjalani pemugaran yang berarti pada abad ke-20, kebanyakan di
antaranya adalah membersihkan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi
bangunan. Proyek pemugaran terputus akibat perang saudara dan kendali rezim Khmer
Merah atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi kerusakan
relatif minim pada periode ini yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta
perusakan pada arca setelah era Angkor.

Candi ini merupakan simbol yang kuat dan amat penting bagi negara Kamboja, sebagai
sumber kebanggaan nasional dan menjadi faktor penting bagi hubungan diplomatik luar
negeri antara Kamboja dengan Perancis, Amerika Serikat, dan Thailand. Penggambaran
Angkor Wat dalam bendera nasional Kamboja telah mulai ditampilkan sejak
diperkenalkannya bendera perdana Kamboja pada 1863. Akan tetapi, dari perspektif
sejarah dan antarbudaya, Angkor Wat tidak pernah menjadi lambang kebanggaan
nasional yang sesungguhnya sui generis namun diterapkan dalam proses politik-budaya
oleh Kolonial Perancis yang menampilkan candi ini dalam pameran Kolonial Perancis dan
pameran universal di Paris dan Marseille antara tahun 1889 dan 1937.

Warisan kesenian yang agung dari Angkor Wat dan monumen Khmer lainnya di kawasan
Angkor telah mendorong Perancis untuk memasukkan Kamboja sebagai protektorat
Perancis pada 11 Agustus 1863 dan menyerang kerajaan Siam untuk merebut kendali
atas kawasan reruntuhan candi ini. Hal ini mendorong Kamboja untuk merebut kembali
kawasan di sudut barat laut yang di bawah penjajahan Siam sejak tahun 1351 (Manich
Jumsai 2001), atau menurut sumber lain, 1431. Kamboja meraih kemerdekaan dari
Perancis pada 9 November 1953 dan sejak saat itu menguasai candi Angkor Wat.

Anda mungkin juga menyukai