Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin
diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Dari segala
macam kebutuhan adapun kebutuhan yang paling mendasar yang harus di penuhi oleh setiap
individu, adapun 5 kebutuhan mendasar itu yakni : Kebutuhan Keamanan (Safety
Needs), Kebutuhan Seks (Sex Needs), Kebutuhan Ekonomi (Economical Needs), Kebutuhan
Rohani (Spritual Needs), Kebutuhan Inovasi (Innovation Needs).

Dari kelima kebutuhan mendasar tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya
sehingga semua kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi dengan semestinya, salah satu
kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan seksual karena kebutuhan seksual
merupakan yang harus benar-benar terpenuhi dan apabila kebutuhan seksual ini tidak
terpenuhi semestinya maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual.

Sejak dahulu, seksualitas merupakan hal yang masih dianggap tabu untuk dibahas.
Walaupun kemudian kita tahu bahwaseksualitas di zaman sekarang akan selalu diidentikkan
dengan pergaulan bebas, pada dasarnya tidak semua orang memiliki pemahan yang baik
seputar seksualitas, bahkan mungkin hanya segelintir orang saja dari sekian banyak orang di
dunia ini. Padahal sama halnya dengan masalah-masalah lain dalam hidup ini, kunci
pemecahannya adalah dengan memahami hakikat masalah itu sendiri.

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.Seksualitas di defenisikan


sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam,
dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual.
Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya
sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan
aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus
dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan
seks dan seksualitas.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas


1. Jelaskan definisi sex, seksualitas, dan kebutuhan seksual?
2. Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual?
3. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap perkembangan seksual?
4. Apa saja variasi seksual pada manusia?
5. Jelaskan perilaku seksual?
6. Bagaimana seks pada ibu hamil?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari rumusan masalah di atas.


1. Untuk mengetahui definisi sex, seksualitas, dan kebutuhan seksual.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan seksual.
4. Untuk mengetahui variasi seksual pada manusia.
5. Untuk mengetahui perilaku seksual.
6. Untuk mengetahui seks pada ibu hamil.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari tujuan penulisan di atas.


1. Dapat meningkatkan pengetahuan definisi sex, seksualitas, dan kebutuhan seksual.
2. Dapat mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual.
3. Dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan seksual.
4. Dapat mengetahui variasi seksual pada manusia.
5. Dapat mengetahui perilaku seksual.
6. Dapat mengetahui seks pada ibu hamil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sex, Seksualitas, dan Kebutuhan Seksual

Seks adalah perbedaan badan atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi
yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural.
Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin,
termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya
dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau
jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi,
perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada
bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh
lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya
membentuk perilaku seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi
bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Sedangkan kebutuhan seksual adalah
kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang indivudu secara
pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyangi sehingga terjadi
hubungan timbal balik (fee) antara kedua individu tersebut. Seksualitas dilain pihak
adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan
hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan
mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tenang diri mereka dan
bagaimana mereka mengomunikasikan perasaantersebut kepada orang lain melalui
tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual
dan melalui prilaku yang lebih halus. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana
seseorang merasa tenang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan
perasaantersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan melalui prilaku yang lebih
halus.

3
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual

1. Tidak adanya panutan (role mode)


2. Ganguan sturktural dan fungsi tubuh, seperti adanya teruma, obat, kehamilan
atau obnormalitas anatomi genetalia.
3. Kurang pengetahuan atau iformasi yang salah mengenai masalah seksual.
4. Penganiayaan secara fisik.
5. Adanya penyimpangan psikiseksual.
6. Konflik terhadap nilai.
7. kehilangan pasangan karana perpisahan atau kematian.

2.3 Perkembangan seksual

Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan


suatu kebutuhan dan pemuasan seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan.
Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan -
disebut fiksasi berpotensi menyebabkan gangguan perilaku pada waktu dewasa.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
1) Tahap oral(0-1 tahun)
Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui
mulut(oral). Kepuasan seksual (kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut,
yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau
menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian
oral, yakni menjadi orang yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif
dan menerima bantuan dari orang lain.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik
kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap
ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui
kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak
diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam
menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta
memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral
akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan
perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.
2) Tahap anal(1-3 tahun)

4
Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh
kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan.Pada fase anal anak banyak
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan
toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal
kedisiplinan.Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan
kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan,
konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas
perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui
dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh
sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan
mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan
sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa
diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki
kekuatan, kemandirian, dan otonomi.

3) Tahap palis(3-5 tahun)


Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh
(mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil
melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual
dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan
fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini tak
terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual
sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian..
Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar
mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima
perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya
sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi
peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin
dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran
mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.

4) Tahap laten(6-12 tahun)


Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-
isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan
dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis
5
kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full
female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan
masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian
berikutnya.
5) Tahap genital(12 tahun keatas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan
berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah
kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai
mengenal cinta kepada lawan jenis.
Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan
lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling
mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-
bentuk keterikatan yang lain.

2.4 Variasi seksual pada manusia

a. Hereditas Adalah sifat-sifat yang di turunkan oleh orang tuanya.

b. GEN
Gen adalah sepenggal dari untaian panjang DNA, di dalam DNAterdapat sangat
banyak gen. DNA adalah rantai nukleotida yangsangat panjang yang terletak di dalam
kromosom. Kromosomadalah bahan pembawa sifat keturunan yang terletak di dalamnukleus
sel, yang dibangun oleh DNA dan protein tertentu.
Setiap gen dapat disalin (transkripsi) dan diterjemahkan (translasi)menjadi urutan asam-asam
amino tertentu yang akhirnyamembangun protein tertentu pula. Proses yang berlangsung
mulaidari perencanaan (yaitu berupa gen) sampai dengan terbentuknyahasil (yaitu berupa
protein).
Gen Adalah pembawa pesan atau faktor pembawa informasi, dangen dibawa oleh Kromosom.

c. Kromosom Kromosom adalah benda-benda halus berbentuk batang panjang atau


pendek dan lurus atau bengkok yang terdapat di dalam nukleus (inti sel).

Morfologi Kromosom

6
Manusia memiliki 46 kromosom, Jika kita mengambil salah satu sel somatis (sel
tubuh), misalnya sel kulit, sel darah putih, sel otot, sel saraf atau sel lainnya yang
memiliki nukleus, maka di dalam nukleus sel tersebut akan kita dapati 46 kromosom

Morfologi kromosom membagi kromosom pada sel somatis menjadi 2 tipe, yaitu:

Autosom (kromosom somatis), berjumlah 22 pasang (44 buah) dan tidak


berhubungan dengan penentuan jenis kelamin, kromosom ini berhubungan dengan
pembentukan tubuh. Autosom adalah kromosom yang memberikan sifat /karakter
pada tubuh misalnya warna kulit , bentuk rambut dll

Gonosom (kromosom seks), berjumlah sepasang (2 buah), yaitu X dan X untuk


wanita serta X dan Y untuk pria. Kromosom ini berhubungan dengan penentuan jenis
kelamin

2.5 Perilaku seksual

Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan yang dalam
hal penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke dalam bentuk perilaku
seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah
laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang
dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28)
mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh
untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks pra
nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja
(Cavendish, 2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya
dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah
pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah (London; 1978 dalam
Amalia,2007:29):
1. Awakening and eksploration
Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca
buku-buku porno.
2. Autosexuality:Masturbation

7
Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
3. Heterosexuality:kissing and necking
Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif
pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya
4. Heterosexuality
a. Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam
keadaan memakai pakaian.
b. Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam
keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal
terjadinya hubungan seks.
5. Heterosexuality : Copulaation
Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-
masing.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan


(2004) yang dikutip dari berbagai sumber antara lain:
a. Faktor Internal
1. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda
pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan
reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat
digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya
3. Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk
memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku
seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan
perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang(padagigolo/WTS)
b. Faktor Eksternal
1. Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua
dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang

8
2. Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya
lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.

3. Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi
menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi
positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan
perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat dan dianggap
normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama suka.
Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual.
Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual
berupa penetrasi dan ejakulasi.
Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
- Berfantasi: merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
- Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual
yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang
lain.
- Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
- Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
- Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti
leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
- Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif)
- Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ
kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
- Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis.

9
- Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan
alat kelamin).
- Intercourse : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin
laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

Siklus respons rangsangan seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran tinggi
(plateau), Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan mengalami ke-empat fase
tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan berbeda. Contohnya adalah
ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita. Intensitas respon atau tanggapan rangsangan
juga akan memakan waktu yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Dengan
mengetahui perbedaan dan kebiasaan ini, maka akan dapat membantu pasangan pasutri untuk
memahami satu sama lain.

- Fase 1: Perangsangan

Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit
sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:

Meningkatnya tekanan otot-otot


Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu
Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul semburat merah di sekitar dada dan
punggung)
Puting yang mengeras
Aliran darah menuju organ genital yang meningkat, yang berakibat klitoris dan labia
minora (bibir vagina dalam) pada wanita menjadi basah serta penis pria menegang.
Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi basah.
Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh serta organ intim wanita merekah.
Testis pria akan mengembang dan scrotum akan penuh cairan yang siap dikeluarkan.

- Fase 2: Dataran tinggi (plateau)

Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai
dengan:

Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran darah
serta perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.

10
Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan
terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan oleh
penis.
Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat
Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
Tekanan otot meningkat

- Fase 3: Orgasme

Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek dan
umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara lain:

Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak terkontrol


Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada dalam kondisi puncak dengan
kebutuhan oksigen yang masimal.
Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.
Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual
Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi.
Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis akan mengakibatkan ejakulasi dan
pengeluaran semen.
Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan keringat akan cenderung keluar dari
pori-pori tubuh.

- Fase 4: Resolusi

Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang
mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna
semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan
kelelahan.

Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan
inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri memerlukan waktu setelah
orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu ini pria tidak akan mampu
orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua
umur maka periode refraksi ini akan berlangsung makin lama.

11
2.6 SEKS PADA IBU HAMIL

Hal pertama yang dibahas, apakah seks aman dilakukan pada waktu hamil?
Yang dimaksud aman disini tentunya adalah keamanan buat si jabang bayi karena seks
yang dilakukan pada waktu hamil tidak hanya melibatkan kedua pasangan namun juga pihak
ketiga yaitu si jabang bayi. Untuk itu, hal pertama yang harus kita tahu adalah sudah sampai
memasuki stadium mana kehamilan tersebut.
Kehamilan yang tidak beresiko jika dilakukan hubungan seks adalah kehamilan yang
mempunyai resiko kecil untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keguguran ataupun
kelahiran prematur.
Aktivitas seks pada masa kehamilan tidaklah menjadi sebuah keharusan, namun
terkadang ibu membutuhkan suatu fluktuasi hormonal pada waktu ia mengandung. Akan
tetapi, banyak wanita hamil yang merasa tidak nyaman dalam berhubungan seksual karena
tubuhnya yang membesar. Kebanyakan wanita kehilangan sensasi berhubungan seksual pada
saat tingkat kehamilan akhir karena sudah memasuki masa untuk melahirkan dan persiapan
menjadi orang tua baru.
Perlu pembicaraan yang intensif mengenai cara berhubungan seks seperti berciuman,
pelukan yang tidak mengganggu, ataupun posisi yang nyaman diantara pasangan tersebut.
Hubungan seks yang tidak aman dan pantang dilakukan
Ada hal yang pantang dilakukan dalam hubungan seks di masa kehamilan:

Meniup udara ke dalam vagina pada saat melakukan oral seks. Udara yang ditiupkan
dapat menyebabkan terjadinya emboli udara yang berbahaya buat ibu dan si jabang
bayi.
Melakukan hubungan seks dengan pasangan yang memiliki penyakit menular seksual
seperti herpes, bakterial, kutil genital ataupun positif HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Penyakit seperti ini akan berakibat fatal untuk janin.

Selain itu, sebaiknya hubungan seks tidak dilakukan pada kehamilan resiko tinggi seperti
dibawah ini:

Riwayat keguguran
Riwayat premature (lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu) atau gejala yang
menunjukkan terjadinya kelahiran premature seperti kontraksi uterus
Pendarahan dalam vagina yang tidak bisa dicari penyebabnya
Cairan amnion (cairan yang melindungi bayi dari trauma) yang kurang

12
Plasenta previa (kondisi dimana plasenta menutup serviks/jalan lahir)
Serviks yang lemah dan dilatasi premature
Kehamilan kembar

Jika tidak terdapat hal-hal diatas, pasangan yang membutuhkan hubungan seksual dapat tetap
melakukannya karena pada dasarnya seks pada waktu hamil tidak akan mengganggu janin.
Janin dilindungi oleh banyak barrier seperti kantong amnion (kantong yang menampung
cairan amnion dan janin), dinding yang tebal, lapisan mukus tebal yang mampu melawan
infeksi.
Pada saat berhubungan seksual, penis akan kontak dengan janin. Orgasme tidak akan
mengganggu kehamilan karena kontraksi yang terjadi pada waktu orgasme berbeda dengan
kontraksi pada saat kelahiran. Semen mempunyai zat kimia yang mampu menstimulasi
kontraksi sehingga bisa berakibat terjadinya kehamilan premature. Jadi, jika tidak ada
pemenuhan kebutuhan seks yang mendesak sebaiknya seks tidak dilakukan pada waktu
kehamilan.

Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi dorongan seksual

Kelelahan
Morning sickness (mual dan muntah)
Perut membesar
Ketegangan pada alat genitalia
Payudara tegang
Perdarahan

Faktor-faktor emosional yang mempengaruhi dorongan seksual :

1. Takut keguguran (bayi terluka ??)


2. Takut orgasme
3. Takut infeksi

Ganem (1992) menjelaskan seksualitas pada kehamilan dibagi dalam 4 fase.

FASE I : masa konsepsi 12 minggu

1. penurunan keinginan ok mual,muntah,lelah.


2. takut akan terjadi abortus
13
3. boleh melakukan hubungan seks sepanjang tidak ada riwayat perdarahan / komplikasi
pada umur kehamilan yang sama sebelumnya

FASE II : pada umur kehamilan 12 32 minggu

1. Disebut masa khusus(spesial time) Wanita telah beradaptasi dengan perubahan


tubuhnya,dan pria sangat mendambakan segera menjadi orang tua.
2. Wanita mulai menginginkan hubungan sex.
3. Adanya gerakan bayi.
4. Adanya sekresi vagina menghilangkan dyspaurenia.
5. Karena Kehamilan, merubah posisi seks ada wanita orgasme karena hamil.
6. Pria merasakan penurunan libido oleh karena making love with mother not with
women
7. Masa paling ideal untuk berhubungan seksual.

FASE III : umur kehamilan 32 36 minggu.

1. Pada masa ini wanita hamil lebih banyak cemas.


2. Fetus makin besar sehingga ada rasa tidak nyaman dipanggul,nyeri divagina, pubis
dan lain-lain yang menurunkan libido.
3. Pada masa ini intimasi tidak harus berhenti, bisa dengan berciuman(
kissing),berpelukan ( hugging), mengusap atau memijat.

FASE IV : umur kehamilan > 36 minggu

1. Masa yang sangat sensitif, kelahiran akan segera tiba,wanita akan berkonsentrasi pada
proses ini fetus semakin besar dan berat, ibu merasa semakin capek dan takut libido
akan menurun.
2. Kongesti pelvikpostcoital pain hilang dalam waktu 48-72 jam,
3. Ada kesulitan posisi, dimana pria merasakan penetrasi yang terbatas.Bisa diatasi
dengan merubah posisi : rear entry positions / side by side positions.
4. Coitus mencegah kehamilan lewat waktu, Semen mengandung PG, bisa diikuti dengan
masage putting susu.

Orgasme dan semen dapat mencetuskan kontraksi terutama pada trimester ke 3

14
Pada wanita yang mempunyai riwayat Penyakit PPI, hindari hubungan sexual/
orgasme/manipulasi putting susu,atau gunakan kondom
Pertanyaannya adalah Bagaimana Posisi yang baik selama kehamilan ?
Beberapa posisi yang baik dianjurkan untuk kehamilan adalah :

a. Women on top (she goes up)


b. Side ways (down side)
c. Spooning (man behind women, rear entry)
d. Rear entry (dog style)
e. Edge of the bed

Beberapa variasi yang bisa dicoba :

Sitting Position
Hands and knees position
Side lying, knee pull up position

a. Women on Top.
Keuntungan :

Kendali pada wanita


Rangsang klitoris lebih baik
Daya penetrasi bisa diatur

Kerugian :

Kurang nyaman bagi pria penetrasi tidak maksimal


Kurang mesra kontak tubuh kurang

b. SPOONING (tempel sendok).


Keuntungan :

15
Kontak fisik banyak
Penetrasi baik dan perlahan
Nyaman bagi yang bermasalah dengan sendi panggul

Kerugian :

Daya ungkit kurang


Kurang bebas bergerak

c. Side by side.
Keuntungan :

Kontak fisik lebih banyak


Nyaman atasi masalah panggul
Penetrasi kurang

Kerugian :

Daya dorong kurang


Kurang bebas

d. Rear Entry (Dog Style ).


Keuntungan :

Paling banyak disukai


Rangsang G-Spot paling baik
Daya penetrasi tinggi

Kerugian :

Nyeri lutut
Kurang mesra tidak berhadapan

e. Edge of the bed .


Keuntungan :

Wanita lebih relaks, nyaman


Hindari rasa lelah

16
Kerugian :

Pria lebih aktif kontrol kurang


Terbentur sisi tempat tidur perlu bantal penyangga

Beberapa petunjuk aman untuk berhubungan seksual :

Penetrasi penis yang dalam tidak boleh membuat ibu tidak nyaman.
Tidak diperbolehkan untuk vaginal douching
Pengertian dan empati
Hindari bila ada Pecah ketuban,perdarahan,atau kontraksi rahim.
Pada HIV gunakankondom

Sex dan kehamilan beresiko :


Keputusan untuk melakukan hubungan seks pada kehamilan tergantung dari:
kehamilan berisiko atau tidak/jenisnya
kesehatan ibu dan janin
kebutuhan untuk bed rest
tipe aktifitas seksual yang biasa /diinginkan

Kehamilan berisiko yang tidak disarankan untuk melakukan hubungan seks :


KPD (Ketuban pecah Dini)
Riwayat penyakit infeksi
Perdarahan selama kehamilan atau ada riwayat perdarahan selama hamil
Plasenta previa
Infeksi pada kemaluan.
Bagaimana bila pasangan pada masa pasca persalinan (postpartum), idealnya hubungan
seksual dilakukan :

Post partum ibu nifas masih merasakan : Capek,tidak nyaman,lubrikasi vagina kurang,lokia,

17
emosional belum stabil dan lain-lain, oleh karena itu sebaiknya boleh dilakukan : 4- 6 minggu
setelah bayi lahir.
Semua praktek seksual boleh saja dilakukan asalkan tidak membahayakan kehamilan dan
janin nya, Perlu pengertian antar pasangan agar mendapat kenikmatan bersama (mutual
pleasuring). Anal intercourse sebaiknya tidak dilakukan .Bila ingin dilakukan sebaiknya
gentleness,gunakan sterile lubricant dan sebaiknya tidak ada menderita hemoroid.
Menggunakan alat2 tidak direkomendasikan oleh karena risiko infeksi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi
mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada
sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer yang sama dengan kebutuhan: makan,
minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan berbagai perilaku dan
kegiatan seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka akan timbul penyimpangan seksual. .

3.2 Saran

Untuk mahasiswa
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat makalah
tentang sex serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
Untuk dosen pengajar
Bagi dosen pengajar saya hanya ingin menyampaikan satu hal bahwa dalam memberikan
sebuah tugas tolong diberikan arahan kepada mahasiswa agar terjadi kesalahan dalam
pembuatan makalah
Untuk pemerintah
Dengan dibuatnya makalah ini pemerintah sadar akan pentingnya pengetahuan seksualitas
bagi pendidikan generasi muda dan bisa membuat sebuah program pembelajaran mengenai
sex

19
DAFTAR PUSTAKA

Si Arseven, Aswan. 2012. Makalah Pemenuhan Kebutuhan Seksual.


http://pemenuhankebutuhanseksual.blogspot.cp.id/2012/05/makalah-pemenuhan-kebutuhan-
seksual.html?m=1. Diakses pada tanggal 22 September 2016.

Admin. 2013. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia.


http://akperla.blogspot.co.id/2013/09/konsep-dasar-kebutuhan-seksual.html?m=1. Diakses
pada tanggal 22 September 2016.

Sage, Milano. 2013. Kebutuhan Seksual. http://ki-zers.blogspot.co.id/2013/01/kebutuhan-


seksual_1.html?m=1. Diakses pada tanggal 22 September 2016

20

Anda mungkin juga menyukai