PENDAHULUAN
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin
diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Dari segala
macam kebutuhan adapun kebutuhan yang paling mendasar yang harus di penuhi oleh setiap
individu, adapun 5 kebutuhan mendasar itu yakni : Kebutuhan Keamanan (Safety
Needs), Kebutuhan Seks (Sex Needs), Kebutuhan Ekonomi (Economical Needs), Kebutuhan
Rohani (Spritual Needs), Kebutuhan Inovasi (Innovation Needs).
Dari kelima kebutuhan mendasar tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya
sehingga semua kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi dengan semestinya, salah satu
kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan seksual karena kebutuhan seksual
merupakan yang harus benar-benar terpenuhi dan apabila kebutuhan seksual ini tidak
terpenuhi semestinya maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual.
Sejak dahulu, seksualitas merupakan hal yang masih dianggap tabu untuk dibahas.
Walaupun kemudian kita tahu bahwaseksualitas di zaman sekarang akan selalu diidentikkan
dengan pergaulan bebas, pada dasarnya tidak semua orang memiliki pemahan yang baik
seputar seksualitas, bahkan mungkin hanya segelintir orang saja dari sekian banyak orang di
dunia ini. Padahal sama halnya dengan masalah-masalah lain dalam hidup ini, kunci
pemecahannya adalah dengan memahami hakikat masalah itu sendiri.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Seks adalah perbedaan badan atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi
yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural.
Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin,
termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya
dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau
jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi,
perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada
bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh
lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya
membentuk perilaku seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi
bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Sedangkan kebutuhan seksual adalah
kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang indivudu secara
pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyangi sehingga terjadi
hubungan timbal balik (fee) antara kedua individu tersebut. Seksualitas dilain pihak
adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan
hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan
mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tenang diri mereka dan
bagaimana mereka mengomunikasikan perasaantersebut kepada orang lain melalui
tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual
dan melalui prilaku yang lebih halus. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana
seseorang merasa tenang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan
perasaantersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti
sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan melalui prilaku yang lebih
halus.
3
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksual
4
Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh
kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan.Pada fase anal anak banyak
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan
toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal
kedisiplinan.Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan
kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan,
konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas
perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui
dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh
sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan
mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan
sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa
diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki
kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
b. GEN
Gen adalah sepenggal dari untaian panjang DNA, di dalam DNAterdapat sangat
banyak gen. DNA adalah rantai nukleotida yangsangat panjang yang terletak di dalam
kromosom. Kromosomadalah bahan pembawa sifat keturunan yang terletak di dalamnukleus
sel, yang dibangun oleh DNA dan protein tertentu.
Setiap gen dapat disalin (transkripsi) dan diterjemahkan (translasi)menjadi urutan asam-asam
amino tertentu yang akhirnyamembangun protein tertentu pula. Proses yang berlangsung
mulaidari perencanaan (yaitu berupa gen) sampai dengan terbentuknyahasil (yaitu berupa
protein).
Gen Adalah pembawa pesan atau faktor pembawa informasi, dangen dibawa oleh Kromosom.
Morfologi Kromosom
6
Manusia memiliki 46 kromosom, Jika kita mengambil salah satu sel somatis (sel
tubuh), misalnya sel kulit, sel darah putih, sel otot, sel saraf atau sel lainnya yang
memiliki nukleus, maka di dalam nukleus sel tersebut akan kita dapati 46 kromosom
Morfologi kromosom membagi kromosom pada sel somatis menjadi 2 tipe, yaitu:
Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan yang dalam
hal penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke dalam bentuk perilaku
seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah
laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang
dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28)
mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh
untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks pra
nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja
(Cavendish, 2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya
dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah
pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah (London; 1978 dalam
Amalia,2007:29):
1. Awakening and eksploration
Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca
buku-buku porno.
2. Autosexuality:Masturbation
7
Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
3. Heterosexuality:kissing and necking
Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif
pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya
4. Heterosexuality
a. Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam
keadaan memakai pakaian.
b. Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam
keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal
terjadinya hubungan seks.
5. Heterosexuality : Copulaation
Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-
masing.
8
2. Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya
lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
3. Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi
menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi
positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan
perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat dan dianggap
normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama suka.
Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual.
Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual
berupa penetrasi dan ejakulasi.
Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
- Berfantasi: merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
- Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual
yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang
lain.
- Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
- Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
- Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti
leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
- Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif)
- Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ
kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
- Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis.
9
- Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan
alat kelamin).
- Intercourse : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin
laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
Siklus respons rangsangan seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran tinggi
(plateau), Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan mengalami ke-empat fase
tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan berbeda. Contohnya adalah
ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita. Intensitas respon atau tanggapan rangsangan
juga akan memakan waktu yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Dengan
mengetahui perbedaan dan kebiasaan ini, maka akan dapat membantu pasangan pasutri untuk
memahami satu sama lain.
- Fase 1: Perangsangan
Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit
sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:
Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai
dengan:
Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran darah
serta perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.
10
Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan
terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan oleh
penis.
Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat
Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
Tekanan otot meningkat
- Fase 3: Orgasme
Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek dan
umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara lain:
- Fase 4: Resolusi
Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang
mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna
semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan
kelelahan.
Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan
inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri memerlukan waktu setelah
orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu ini pria tidak akan mampu
orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua
umur maka periode refraksi ini akan berlangsung makin lama.
11
2.6 SEKS PADA IBU HAMIL
Hal pertama yang dibahas, apakah seks aman dilakukan pada waktu hamil?
Yang dimaksud aman disini tentunya adalah keamanan buat si jabang bayi karena seks
yang dilakukan pada waktu hamil tidak hanya melibatkan kedua pasangan namun juga pihak
ketiga yaitu si jabang bayi. Untuk itu, hal pertama yang harus kita tahu adalah sudah sampai
memasuki stadium mana kehamilan tersebut.
Kehamilan yang tidak beresiko jika dilakukan hubungan seks adalah kehamilan yang
mempunyai resiko kecil untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keguguran ataupun
kelahiran prematur.
Aktivitas seks pada masa kehamilan tidaklah menjadi sebuah keharusan, namun
terkadang ibu membutuhkan suatu fluktuasi hormonal pada waktu ia mengandung. Akan
tetapi, banyak wanita hamil yang merasa tidak nyaman dalam berhubungan seksual karena
tubuhnya yang membesar. Kebanyakan wanita kehilangan sensasi berhubungan seksual pada
saat tingkat kehamilan akhir karena sudah memasuki masa untuk melahirkan dan persiapan
menjadi orang tua baru.
Perlu pembicaraan yang intensif mengenai cara berhubungan seks seperti berciuman,
pelukan yang tidak mengganggu, ataupun posisi yang nyaman diantara pasangan tersebut.
Hubungan seks yang tidak aman dan pantang dilakukan
Ada hal yang pantang dilakukan dalam hubungan seks di masa kehamilan:
Meniup udara ke dalam vagina pada saat melakukan oral seks. Udara yang ditiupkan
dapat menyebabkan terjadinya emboli udara yang berbahaya buat ibu dan si jabang
bayi.
Melakukan hubungan seks dengan pasangan yang memiliki penyakit menular seksual
seperti herpes, bakterial, kutil genital ataupun positif HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Penyakit seperti ini akan berakibat fatal untuk janin.
Selain itu, sebaiknya hubungan seks tidak dilakukan pada kehamilan resiko tinggi seperti
dibawah ini:
Riwayat keguguran
Riwayat premature (lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu) atau gejala yang
menunjukkan terjadinya kelahiran premature seperti kontraksi uterus
Pendarahan dalam vagina yang tidak bisa dicari penyebabnya
Cairan amnion (cairan yang melindungi bayi dari trauma) yang kurang
12
Plasenta previa (kondisi dimana plasenta menutup serviks/jalan lahir)
Serviks yang lemah dan dilatasi premature
Kehamilan kembar
Jika tidak terdapat hal-hal diatas, pasangan yang membutuhkan hubungan seksual dapat tetap
melakukannya karena pada dasarnya seks pada waktu hamil tidak akan mengganggu janin.
Janin dilindungi oleh banyak barrier seperti kantong amnion (kantong yang menampung
cairan amnion dan janin), dinding yang tebal, lapisan mukus tebal yang mampu melawan
infeksi.
Pada saat berhubungan seksual, penis akan kontak dengan janin. Orgasme tidak akan
mengganggu kehamilan karena kontraksi yang terjadi pada waktu orgasme berbeda dengan
kontraksi pada saat kelahiran. Semen mempunyai zat kimia yang mampu menstimulasi
kontraksi sehingga bisa berakibat terjadinya kehamilan premature. Jadi, jika tidak ada
pemenuhan kebutuhan seks yang mendesak sebaiknya seks tidak dilakukan pada waktu
kehamilan.
Kelelahan
Morning sickness (mual dan muntah)
Perut membesar
Ketegangan pada alat genitalia
Payudara tegang
Perdarahan
1. Masa yang sangat sensitif, kelahiran akan segera tiba,wanita akan berkonsentrasi pada
proses ini fetus semakin besar dan berat, ibu merasa semakin capek dan takut libido
akan menurun.
2. Kongesti pelvikpostcoital pain hilang dalam waktu 48-72 jam,
3. Ada kesulitan posisi, dimana pria merasakan penetrasi yang terbatas.Bisa diatasi
dengan merubah posisi : rear entry positions / side by side positions.
4. Coitus mencegah kehamilan lewat waktu, Semen mengandung PG, bisa diikuti dengan
masage putting susu.
14
Pada wanita yang mempunyai riwayat Penyakit PPI, hindari hubungan sexual/
orgasme/manipulasi putting susu,atau gunakan kondom
Pertanyaannya adalah Bagaimana Posisi yang baik selama kehamilan ?
Beberapa posisi yang baik dianjurkan untuk kehamilan adalah :
Sitting Position
Hands and knees position
Side lying, knee pull up position
a. Women on Top.
Keuntungan :
Kerugian :
15
Kontak fisik banyak
Penetrasi baik dan perlahan
Nyaman bagi yang bermasalah dengan sendi panggul
Kerugian :
c. Side by side.
Keuntungan :
Kerugian :
Kerugian :
Nyeri lutut
Kurang mesra tidak berhadapan
16
Kerugian :
Penetrasi penis yang dalam tidak boleh membuat ibu tidak nyaman.
Tidak diperbolehkan untuk vaginal douching
Pengertian dan empati
Hindari bila ada Pecah ketuban,perdarahan,atau kontraksi rahim.
Pada HIV gunakankondom
Post partum ibu nifas masih merasakan : Capek,tidak nyaman,lubrikasi vagina kurang,lokia,
17
emosional belum stabil dan lain-lain, oleh karena itu sebaiknya boleh dilakukan : 4- 6 minggu
setelah bayi lahir.
Semua praktek seksual boleh saja dilakukan asalkan tidak membahayakan kehamilan dan
janin nya, Perlu pengertian antar pasangan agar mendapat kenikmatan bersama (mutual
pleasuring). Anal intercourse sebaiknya tidak dilakukan .Bila ingin dilakukan sebaiknya
gentleness,gunakan sterile lubricant dan sebaiknya tidak ada menderita hemoroid.
Menggunakan alat2 tidak direkomendasikan oleh karena risiko infeksi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi
mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada
sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer yang sama dengan kebutuhan: makan,
minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan seksualitas ini dapat dilakukan dengan berbagai perilaku dan
kegiatan seksualitas dan apabila tidah terpenuhi maka akan timbul penyimpangan seksual. .
3.2 Saran
Untuk mahasiswa
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat makalah
tentang sex serta dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
Untuk dosen pengajar
Bagi dosen pengajar saya hanya ingin menyampaikan satu hal bahwa dalam memberikan
sebuah tugas tolong diberikan arahan kepada mahasiswa agar terjadi kesalahan dalam
pembuatan makalah
Untuk pemerintah
Dengan dibuatnya makalah ini pemerintah sadar akan pentingnya pengetahuan seksualitas
bagi pendidikan generasi muda dan bisa membuat sebuah program pembelajaran mengenai
sex
19
DAFTAR PUSTAKA
20