Anda di halaman 1dari 17

SENI TEATER

DISUSUN OLEH :
DAYANTI
SIMA

KELAS : IPS XI

SMA PANCA BAKTI SAMBAS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul SENI TEATER.

Makalah ini berisikan tentang informasi TEATER, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang TEATER.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Sambas, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2


A. Pengertian Teater ................................................................................................................... 2
B. Modifikasi Naskah Drama dan Penampilan Teater ............................................................... 2
C. Mempergelarkan Teater ......................................................................................................... 5
D. Menganalisis Pagelaran Teater ............................................................................................ 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................13


A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku
penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas
(bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis
(indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk
aktivitas atau rupa sebagai lambang.

Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan
terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah,
melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-
simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman
dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah
pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai
dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak
hanya untuk hiburan masyarakat penonton.

Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu
yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud
menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik
Disini kami mengangkat tema seni teater tentang kehidupan seorang wanita yang mencoba
melawan segala ketidakadilan yang dialaminya, mencoba melawan itu semua walau ia hanya
seorang wanita . mungkin kisah ini sebagian besar pernah dialami oleh para TKW di
Indonesia, apa yang mereka lakukan dan apa reaksi orang orang terhadap mereka . Tetapi
sebelum itu mari kita kupas lebih dalam lagi tentang teater, demi mendukung seni teater
INDONESIA.

B. Tujuan

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dibidang kesenian dan


kebudayaan (teater).
Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan
merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan
teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup,
siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai
keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan
baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus
memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah
negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak,
misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas pentas,
disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa
dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni
pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan tentang kehidupan.

B. Modifikasi Naskah Drama dan Penampilan Teater


Modifikasi Naskah Drama

Di dalam produksi teater berbasis teks, naskah drama atau kita sebut akrabnya dengan
naskah saja, adalah pijakan utama dalam proses produksi. Banyak penonton teater juga
mendasarkan keputusan menonton atau tidak suatu pertunjukan berdasarkan naskah yang
diangkat. Namun demikian, tak jarang kita mendapati suatu pertunjukan yang melakukan
sedikit modifikasi terhadap naskah yang dipanggungkan.
Hak kreatif sutradara dianggap cukup untuk melakukan sedikit perubahan dialog,
bahkan susunan babak demi tercapainya sebuah pertunjukan yang lebih kontekstual atau
lebih baik dalam sudut pandang tertentu.
Kreativitas sutradara memang penting dan patut dijunjung. Namun demikian, praktik
modifikasi naskah drama ini seringpula tidak dilakukan atas persetujuan penulis. Sepertinya,
penulis naskah dianggap sudah selesai pekerjaanya sejak naskah diberikan ke sutradara (atau
khalayak), sehingga perwujudan naskah ke atas panggung bukan lagi hak kreatif si penulis.
Bahkan, melakukan permintaan ijin atau setidaknya konfirmasi kepada penulis naskahpun
banyak yang tidak melakukannya.

Penampilan Teater
Simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan teater berfungsi untuk memperkuat
komunikasi ide-ide yang akan disampaikan kepada penonton. Kualitas komunikasi ditentukan

2
oleh proses pencarian atau eksplorasi, proses latihan, dan penjiwaan. Bahasa verbal atau
bahasa dalam bentuk kata-kata adalah sarana simbolis dalam proses komunikasi.
Agar komunikasi terjadi dan berjalan dengan lancar, maka kedua belah pihak harus
saling memahami apa yang diungkapkan melalui ucapan masing-masing. Kita dapat
memahami gagasan, keinginan, hasrat, maksud melalui ucapan seseorang yang disampaikan
kepada kita. Begitu juga kita dapat menyampaikan apa yang kita maksud melalui kata-kata
yang kita ucapkan kepada orang lain. Komunikasi dapat berjalan lancar manakala bahasa
yang digunakan sama atau satu bahasa. Jika bahasa yang digunakan lebih dari satu karena
berasal dari dua latar belakang budaya maka komunikasi akan terhambat. Bahkan dalam satu
bahasapun kadangkadang terhambat oleh idiom serta perbendaharaan kata-kata, sehingga
komunikasi melalui kata-kata tidak efektif. Oleh karena itu kita dapat menggunakan bahasa
nonverbal atau bahasa tubuh untuk menegaskan maksud ucapan dengan simbol-simbol
visual. Bahasa nonverbal sangat membantu proses komunikasi ketika bahasa kata-kata
terbatas oleh perbendaharaan dan struktur kalimat yang diucapkan. Mitra komunikasi akan
paham tentang apa yang dimaksudkan melalui gerakan anggota tubuh ketika berkomunikasi.
Bahkan diam pun dalam teater adalah komunikasi.
Di samping bahasa tubuh, bahasa visual meliputi juga bentuk dan warna.
Bentuk bulat berbeda makna dengan persegi, berbeda dengan segitiga dan seterusnya.
Setiap bentuk dimaknai beragam oleh kehidupan budaya.
Bentuk-bentuk itu dapat berupa perkakas rumah, senjata tradisional, dan sebagainya.
Begitu juga warna-warna yang digunakan baik untuk kostum pemain, ataupun properti akan
mengesankan makna berbeda dari warna yang berbeda. Namun setiap budaya memaknainya
beragam sesuai dengan kesepakatan komunitas dalam kehidupan budaya masing-masing.
Misalnya warna merah bagi orang Indonesia dimaknai berani, warna jingga dimaknai murka,
warna putih dimaknai suci, warna kuning dimaknai agung. Namun jangan heran jika dalam
realitas kehidupan budaya etnik makna-makna itu beragam sesuai dengan kesepakatan
masyarakatnya. Sebagai contoh warna merah bagi orang Tiongkok dimaknai sebagai warna
romantis. Hitam bagi orang Sunda dimaknai sebagai warna bumi. Ketika siswa memaknai
bahasa ungkap teater baik visual, verbal, maupun nonverbal, maka sarana simbol itu akan
menghantarkan makna budaya. Dengan demikian siswa dapat menafsirkan pesan-pesan yang
disampaikan melalui bahasa ungkap tersebut.
Teknik pengungkapan gagasan dalam teater sangat beragam. Media ungkap yang
digunakan biasanya tidak hanya satu media melainkan multimedia. Media tersebut berupa
bahasa ungkap sebagai sarana komunikasi yang meliputi audio dan visual. Bahasa kata-kata
yang diucapkan para pemain dan musik termasuk kategori audio, sedangkan bahasa tubuh,
bahasa warna, dan bentuk termasuk kategori visual. Para penggarap teater senantiasa
melakukan teknik pengungkapan secara efektif mengingat panggung merupakan ruang yang
sangat terbatas, tetapi harus mengesankan berbagai hal. Jika panggung harus mengesankan
suasana pantai, karena peristiwa cerita terjadi di pantai, tidak mungkin suasana pantai yang
sebenarnya dipindahkan ke atas panggung. Penggarap teater biasanya hanya menghadirkan
benda-benda yang khas dan dapat mewakili suasana pantai. Jika tidak dapat menghadirkan
benda-benda pantai dengan sesuatu alasan tertentu, sarana simbol dapat menggunakan bunyi
deru ombak atau desir pasir tertiup angin laut menyentuh dedaunan yang berada di sekitar

3
pantai. Jika hal itupun tidak dapat dilakukan, ada cara instan yang biasa digunakan para
penggarap teater yaitu dengan lukisan atau print out
Seorang pengarang akan menuangkan ide-ide ceritanya melalui katakata yang
terhimpun dalam sebuah teks naskah drama. Teks naskah drama yang memuat kata-kata itu
adalah simbol-simbol verbal sebagai sarana untuk mengomunikasikan gagasan cerita di atas.
Penampilan teater pada dasarnya merupakan proses pemanggungan sebuah lakon.
Naskah drama yang berupa teks berisi kata-kata karya seorang pengarang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa pentas oleh para seniman penggarap maka itulah pertunjukan
teater. Istilah lain untuk proses penerjemahan bahasa ungkap yang dipanggungkan adalah
transformasi. bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal,
kemudian kemudian diperkaya dengan simbolsimbol audio dan visual. Seorang penggarap
teater akan selalu mencari padanan sarana simbol yang digunakan dalam teks naskah ke
dalam versi pertunjukan. Misalnya kata tidak dalam teks naskah apakah kemudian
langsung diucapkan oleh pemain? Atau hanya cukup dengan bahasa tubuh dengan cara
menggelengkan kepala. Dapat juga kata tidak divisualkan dengan gerakan tangan yang
seolah-olah menolak, atau mungkin dapat menggunakan seluruh media ungkap baik visual
maupun verbal serta audio agar betul-betul lengkap. Perlu diperhatikan bahwa dalam
penggunaan media ungkap, efektifitasnya dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita
yang dimainkan. Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas senantiasa menyertakan bahasa
tubuh ketika dia sedang berbicara. Berbeda dengan seseorang yang dingin, pendiam, atau
pemalu. Dia akan sulit berkomunikasi dengan orang lain, dengan sendirinya gagasannya atau
hasratnya, atau keinginannya sulit untuk dipahami oleh orang lain. Kedua karakter tersebut di
atas dapat hadir dalam satu cerita dan bagaimanana cara menampilkannya. Bukan hal
gampang untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) ke dalam bahasa pertunjukan.
Ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang penggarap
drama.
Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman, maka produk
drama yang dipertunjukan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan. Sebaliknya
jika penggarapnya adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman maka
pertunjukan akan berkesan kaya dan bagus. Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan
tidak akan kehadapatn ide untuk manafsirkan hal-hal yang ada dalam sastra drama untuk
kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan
dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang
orisinal, bukan tiruan dari karya orang dirinya dengan seniman lainnya. Semua itu berindikasi
pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa
empati pada karya tersebut.
Pergelaran teater merupakan pemanggungan lakon drama. Proses pemanggungan
adalah proses transformasi bahasa ungkap sastrawi ke dalam bahasa ungkap teater. Bahasa-
bahasa ungkap itu merupakan simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi
dengan penonton teater. Seorang pengarang cerita menggunakan simbol verbal untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasannya, sementara seniman teater menafsirkan teks naskah
yang kemudian ditransformasikan ke dalam bahasa ungkap teater secara simbolik.
Penonton teater dapat menanggapi ide-ide seniman melalui sarana simbol yang
digunakan dalam proses komunikasi. Jenis-jenis simbol terdiri atas simbol verbal (bahasa

4
kata-kata), simbol visual (dapat dilihat), dan simbol auditif/audio (dapat didengar). Simbol
berfungsi menghantarkan makna yang terkandung dalam seperangkat gagasan para seniman.
Hakikat belajar adalah menafsirkan apa yang dilihat, didengar, dan ditanggapi. Apa
yang ditafsirkan adalah makna-makna dibalik sarana simbol yang digunakan. Semakin
banyak memahami makna sesuatu dibalik simbol, maka akan semakin cerdas. Segala sesuatu
itu adalah simbol termasuk manusia.

C. Mempergelarkan Teater

Pergelaran Teater secara umum, adalah proses komunikasi atau peristiwa interaksi
antara karya seni dengan penontonya yang dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni
manajemen seni pertunjukan. Manajemen Seni Pertunjukan dapat dipahami sebagai
serangkaian tindakan yang dilakukan seorang pengelola seni (pimpinan produksi) dalam
memberdayakan sumber-sumber (potensi) yang ada berdasarakan fungsi- fungsi manajemen
(POAC) secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan seni.

Pergelaran/Pementasan merupakan kegiatan untuk memperkenalkan atau menunjukan


hasil karya seni musik, tari, teater/drama dan lainnya kepada masyarakat luas. Pergelaran
adalah cara untuk melakukan komunikasi antara pencipta karya dan penikmat karya .

Unsur Unsur Pagelaran Teater


1.Panitia Pergelaran
Panitia adalah sekelompok orang-orang yang membentuk suatu organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, organisasi yang dibentuk dengan system panitia.
Dengan system kepanitiaan dalam pergelaran seni, termasuk pergelaran Teater sangat cocok
untuk diterapkan. Karena pembentukan organisasi dengan system panitia mempunyai
kemudahan, yakni mudah dibentuk dan mudah pula untuk dibubarkan tanpa adanya ikatan
kerja yang rumit.
2.Materi Pergelaran Teater
Syarat kedua sebagai unsur penting di dalam pergelaran Teater adanya unsur materi
seni atau karya teater. Materi pergelaran yang dimaksud adalah wujud karya teater yang
dibangun melalui proses kreatif melalui tahapan dengan menggunakan medium tertentu
bersifat kolektif (bekerja bersama) dengan wilayah kerja dan tanggungjawab secara bersama
(kolaborasi). Unsur penting selanjutnya di dalam pergelaran teater adalah hadirnya penonton
3. Penonton
Penonton adalah orang-orang atau sekelompok manusia yang sengaja datang untuk
menyaksikan tontonan. Penonton dapat juga dikatakan sebagai apresiator, penikmat, penilai,
dst. pada materi seni (seni teater) yang di pergelarkan. Oleh sebab itu, kedatangan penonton
dalam suatu pergelaran adalah bersifat mutlak. Tanpa penonton, pergelaran teater adalah
kesia-siaan atau kegiatan mubazir.
Karena pergelaran teater membutuhkan suatu penilaian, penghargaan atau kritikan dari
sebagai Apresiator Teater orang lain dalam rangka menciptakan peristiwa seni sebagai
peristiwa budaya.

5
Penonton dalam hubungan pergelaran seni (Teater) dapat dibedakan dalam tiga
golongan, yakni penonton: awam, tanggap dan kritis.

Penonton awam adalah penonton penikmat seni dengan kecenderungan kurang atau
tidak dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman seni. Dalam hal ini wawasan
dan pengalaman seni Teater.
Penonton tanggap, artinya penonton bersikap responsif dengan kecenderungan
mempunyai wawasan dan pengalaman seni, tetapi tidak ditindaklanjuti untuk
mengulas pada apa yang pergelaran yang ditontonnya cukup untuk dipahami dan
dinikmati sendiri.
Penonton kritis, adalah penonton dengan bekal keilmuan dan pengalaman seni lalu
melakukan ulasan atau menulis kritik pergelaran dan dipublikasikan dalam forum
ilmiah, diskusi sampai media cetak dan elektronik.

Teknik Pagelaran Teater


Teknik adalah cara, upaya, strategi dan metode untuk memudahkan kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Terkait teknik dalam pergelaran Teater dapat dipahami
sebagai suatu cara dan upaya kalian bersama teman-teman satu kelas atau kelompok yang
dibentuk untuk terlibat dalam merencanakan, mempersiapkan, mempergelarkan karya Teater
yang kalian ciptakan.
Karya Teater yang Kamu ciptakan adalah hasil dari proses kreatif yang dilakukan
bersama (kolektif). Karena itu di dalam mencipta karya Teater perlu dibangun etos kerja yang
optimal dan saling percaya, Teknik pergelaran Teater yang dapat Kamu lakukan bersama-
sama teman Kamu dalam pergelaran dapat dibagi dalam dua wilayah kegiatan. Wilayah
kegiatan artistik dan non artistik. Kegiatan wilayah artistik bertugas untuk menyiapkan materi
(produk) Seni Teater. Wilayah non artistik bertugas sebagai penyelenggara pergelaran.
Pelaksana wilayah kegiatan artistik dan non artistik dalam pergelaran Teater dapat
dilakukan secara bersama-sama dan bekerjasama dengan cara membentuk panitia pergelaran.
Wilayah kerja bagian artistik dapat ditanggungjawabi oleh Kamu, Teman Kamu, Guru atau
Instruktur Teater yang mampu untuk mewujudkan karya Teater. Selanjutnya, untuk wilayah
bagian non artistik dapat dilakukan dengan cara mengangkat Kamu atau Teman Kamu
sebagai Ketua pelaksana produksi dengan sebutan popular Pimpinan Produksi.
Pergelaran Teater dapat kalian lakukan dengan cara pembagian wilayah kerja; artistik
dan non artistik, meliputi kegiatan: perencanaan, persiapan, pergelaran dan pasca pergelaran.
1. Perencanaan Pagelaran Teater
Perencanaan adalah suatu langkah kegiatan awal dalam menetapkan kegiatan melalui
tahapan kerja untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, termasuk kegiatan pengambilan
keputusan dan pilihan alternatif-alternatif keputusan. Keputusan-keputusan di dalam
perencanaan itu dilakukan seorang pimpinan.
Perencanaan non artistik di dalam pergelaran Teater, meliputi pengelolaan dibidang:
personal pergelaran, administrasi, keuangan, publikasi, dokumentasi, pemasaran, kemiteraan
dan laporan pergelaran. Dari sekian banyaknya perencanaan kerja yang harus dilakukan,
seorang Pimpinan Produksi perlu melakukan pengorganisasian dan pembagian wilayah kerja

6
berdasar potensi yang ada, termasuk potensi yang ada di sekolah dengan segala
keterbatasannya.
2. Langkah langkah Perencanaan Non Artistik pada Pagelaran Teater
a. Pertemuan sekolah dan komite sekolah.
Pertemuan untuk mufakat adalah suatu hal penting untuk dilakukan dalam memulai
suatu kegiatan, terutama kegiatan yang telah diprogramkan. Pertemuan sekolah pun (kepala
sekolah dan guru-guru) dengan komite sekolah merupakan agenda awal yang harus ditempuh
di dalamnya perencanaan pergelaran Teater.
b. Pembentukan Panitia Inti
Pembentukan panitia inti dalam sebuah rencana kegiatan adalah hal penting untuk
dilakukan.Dengan panitia ini yang terbentuk memudahkan suatu tindakan pengorganisasian
selanjutnya. Panitia inti di dalam Teater, terdiri dari penunjukan atau pengangkatan posisi
jabatan : Pimpinan Produksi dan Sutradara. Untuk jabatan Pimpinan Produksi dapat dipilih
dari guru atau orang tua murid. Tetapi jabatan Sutradara harus dipilih dari guru bidang seni
atau pelatih di luar sekolah dengan jaminan sebuah kesepakatan dan jelasan honorium.
c. Penentuan Lakon Teater
Dalam penentuan lakon atau naskah adalah tanggungjawab seorang sutradara atau
koreografer dan diputuskan secara bersama dengan pertimbangan; Apakah sesuai atau tidak
tematik lakon yang dibawakan dengan tingkat kemampuan anak dan sasaran penonton ?
Mengapa naskah atau lakon tersebut yang dipilih ? Hal ini jelas harus memiliki alasan positip
bagi kemajaun bersama dari peluang yang memungkinkan. Bagaimana merealisasikannya ?
Hal ini pun harus disesuaikan dengan kemampuan/ kekuatan yang dimiliki berupaya mencari
peluang yang memungkinkan, biasanya benturannya masalah pendanaan.
d. Penyusunan Kepanitiaan
Pemilihan naskah/ lakon, diutamakan yang bermuatan kependidikan dan diperuntukan
sesuai dengan tingkat perkembangan usia Kamu. dan kelas. Misalnya; Lakon-lakon yang
penuh dengan atikan (ajaran) mengandung nilai-nilai moral yang patut .
Susunan panitia yang dapat dilakukan dalam pergelaran Teater di sekolah dengan pembagian
seperti di bawah ini.
1) Pelindung
Pelindung kegiatan dapat dilakukan dan menempatkan:
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
2) Penasehat
Penasehat kegiatan dapat dilakukan dan menempatkan:
Dewan Kelas
Wali Kelas
3) Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan dapat dilakukan dan menempatkan :
Ketua Kelas
4) Pembimbing

7
Pembimbing atau pendamping kegiatan dapat diangkat dari :
Guru kesenian
Guru kelas yang diperbantukan
Orang tua murid yang diperbantukan
5) Pimpinan Produksi
Adalah seorang manager atau pimpinan yang mengelola produksi seni, dari mulai
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Biasanya ditunjuk seorang guru atau
dirangkap oleh kepala sekolah atau komite sekolah, karena harus memiliki
kemampuan managerial yang baik dan waktu yang cukup untuk melaksanakannya.
6) Sutradara
Adalah seorang kreator yang memiliki wawasan dan pengalaman seni di bidang seni
Teater bertugas sebagai pemeran pertama dan penafsir naskah garap, pengarah,
pemimpin, motivator dalam proses produksi materi pergelaran Teater yang telah
direncanakan. Tipe, gaya dan pengalaman seorang sutradara dalam berkesenian
Teater sangat menentukan kualitas produk karya Teater. Sutradara dalam karya Teater
yang akan dipergelarkan, kalau memungkinkan lebih baik dipilih atau ditentukan oleh
Kamu dan Guru. Jika tidak memungkinkan dan diragukan, lebih baik menggunakan
tenaga instruktur atau pelatih Teater dari luar sekolah.
7) Panitia Inti dan Staf Bidang Produksi
Panitia dalam lingkup bidang produksi disebut pula panitia non artistik.
Pengembangan bentuk kepanitiaannya sangat tergantung pada tujuan pergelaran yang
diharapkannya, apakah pergelaran cukup di sekolah atau harus di luar sekolah?
Semakin besar kegiatan yang harus dilaksanakan semakin besar tantangan yang
dihadapi dan ditangani.
8) Penata Artistik dan Crew Artistik
Panitia dalam lingkup bidang artistik, terdiri dari orang-orang yang ahli pada
bidangnya. Dan apabila kegiatan di sekolah lebih baik dipadukan dengan mata
pelajaran lain, yakni mata pelajaran seni terpadu dan kerajinan. Pengembangan bentuk
kepnitiaanya sangat tergantung pada situasi dan kondisi apa yang dibutuh.
Persiapan Pagelaran Teater
a. Menyiapkan Materi Teater
Menyiapkan materi Teater berarti segala hal persiapan yang dilakukan
penanggungjawab materi seni, yakni Sutradara, pemain dan pendukung artistik pergelaran
dengan tujuan menciptakan karya Teater yang bermutu hingga mendatangkan tanggapan
positif dari masyarakat penontonnya. Dalam hal ini, jelas seluruh pendukung penyaji Teater,
mau tidak mau harus Sumber: Dok. Kemdikbud bersikap konsekwen pada rencana produksi
Gambar 7.9 Eksplorasi Musik materi seni dan sejalan dengan rambu-rambu sebagai Aktivitas
Penyiapan Materi Musik Pengiring Teater jadwal waktu yang telah ditetapkan.
b. Menyiapkan Sarana Prasarana
Sarana prasarana dalam pergelaran Teater adalah salah satu faktor penunjang
keberhasilan pergelaran. Sarana prasarana ini meliputi pengadaan barang dan alat guna
kebutuhan pergelaran, diantaranya: Tempat dan gedung pertunjukan, set panggung, lampu,
kostum, peralatan pemain (golok, tombak, tapeng, gada, sampur, gondewa, panah, bakul, alat
tenun, kursi singgasana, sebagai Aktivitas Penyiapan bale-bale, pohon-pohonan, dll).

8
Kegiatan para penata pentas dalam kreativtas seni, meliputi penataan, sebagai berikut.

Tata panggung, sebagai setting dan dekorasi panggung mengungkapkan; tempat,


waktu dan kejadian peristiwa pertunjukan, biasanya dilakukan perubahan tata
panggung setiap pergantian babak dalam cerita.
Tata lampu disebut juga tata cahaya dan effek pencahayaan. Berfungsi sebagai alat
penerang juga memberi efek suasana adegan dan membangun atmosfir pertunjukan.
Tata rias dan busana, sebagai penguat, memperjelas karakter tokoh, baik secara
fisikal, psikis, moral atau status sosial.
Tata properti, peralatan-peralatan pentas bersifat seperti : tas, topi, cangklong,
tongkat, gelas, piring dll.
Tata Musik, sebagai pengisi dan pembangun suasana pertunjukan melalui gending,
musik, suara atau bunyi dan effek audio.
Tata Multimedia, sebagai pemanfaatan teknologi, seperti LCD, OHP.
Sound Engineering, sebagai kelengkapan pertunjukan guna membantu mengeraskan
dan mengharmoniskan suara.

Unsur seni teater selanjutnya adalah tempat pertunjukan berfungsi sebagai penunjuk
ruang, waktu dan kejadian peristiwa pertunjukan, baik dalam suatu adegan atau babak
pertunjukan.
Jenis panggung pada dasarnya dapat dibedakan antara lain:

1. Panggung arena, panggung yang dapat dilihat dari semua arah penonton, biasanya
pertunjukan teater tradisi.
2. Panggung proscenium, atau disebut panggung di dalam gedung, yakni penonton
hanya dapat menikmati dari arah depan (adanya jarak penonton dan tontonan)
biasanya pertunjukan teater modern.
3. Panggung campuran adalah bentuk-bentuk panggung antara perpaduan panggung
arena dan panggung proscenium, misalnya; Panggung bentuk L, U, I, Segi enam, segi
lima atau setengah lingkaran. Biasanya panggung semacam ini dipergunakan dalam
kepentingan showbiz, catwork (modeling).

c. Menyiapkan Publikasi
Publikasi adalah upaya sosialisasi atau informasi kepada penonton yang dilakukan
panitia non artistik tentang garapan Teater dan kapan waktu pergelaran Teater
diselenggarakan atau dipergelarkan.
Publikasi pergelaran Teater dapat dilakukan dengan berbagai informasi, antara lain:
Media elektronik, seperti ; Televisi, Bioskop, Radio. Mass media, seperti ; Koran, majalah,
jurnal, Poster, Pamlet atau Flayer, Spanduk, Baligo atau Banner.

d. Menyiapkan Penonton
Penonton adalah salah satu prasarat di dalam pergelaran, termasuk di dalamnya
pergelaran Teater. Pergelaran tanpa penonton, peristiwa pergelaran tak akan terjadi. Oleh
sebab itu, unsur penonton di dalam seni perlu memperoleh perhatian. Perhatian di sini

9
bersifat saling membutuhkan. Panitia pergelaran butuh penonton atau apresiator, juga
sebaliknya penonton butuh materi Teater yang dapat memuaskan atau memenuhi apa yang
menjadi harapan penonton, yakni pergelaran Teater yang layak untuk dijual atau
dipergelarkan.

e. Menyiapkan Kemitraan
Kemiteraan adalah jalinan, hubungan, kerjasama yang dilakukan seseorang atau suatu
organisasi untuk bersama-sama mengikat diri dalam suatu kerja atau kegiatan. Kemiteraan
bersifat saling menguntungkan dibangun oleh suatu kepercayaan. Kemiteraan akan tetap
terbina dan terjaga apabila satu sama lain tidak merasa dirugikan atau satu sama lain sama-
sama merasa diuntungkan.

Pelaksanaan Pagelaran Teater


Kegiatan pelaksanaan di dalam pergelaran Teater, berupa pengkondisian dan
pelaksanaaan dilapangan dari masing-masing bidang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
kerja kepanitiaan berdasar persiapan akhir yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan
pergelaran Teater, meliputi: pelaksanaan kerja kepanitiaan dan pergelaran Teater. Pada
kegiatan pelaksanaan Teater berkaitan dengan bidang acara memegang peranan penting
sebagai pengatur dan pengendali jalannya acara pergelaran.

Pasca Pagelaran Teater


Pasca pelaksanaan adalah kegiatan akhir dari Teater, dimana semua peralatan dan
kebutuhan pentas yang telah dipakai harus kembali pada tempat atau pada pemiliknya secara
tertib dan aman dengan tidak lupa melakukan chek and rechek sesuai dengan daftar peralatan
atau sarana prasarana yang dibawa dan dipinjam. Hal lain yang harus dibina adalah kerjasama
dalam bentuk kemitraan sebagai bukti kerjasama baik dan saling menguntungkan yakni
adanya media promosi dan publikasi berupa : Poster, Spanduk, Pamlet, T-Shirt, Booklet atau
Leaflet yang dipilih sesuai perjanjian agar kerjasama yang dibangun dapat terjalin dan terbina
untuk ke depannya.
Tahapan pasca pelaksanaan pun adalah wahana kegiatan evaluasi baik karya seni
berupa Teater atau laporan panitia atau keproduksian sebagai acuan untuk melangkah dan
bertindak selanjutnya dari segala kelemahan yang ada dan atau keberhasilan-keberhasilan
yang telah didapat.

D. Menganalisis Pagelaran Teater

Pada pembahasan ini kami menganalisis Isi pementasan Lalu Aku

Teater Kosong
Theatrical Poetry Reading Lalu Aku
Karya dan Sutradara : Radhar Panca Dahana
Pembaca puisi : Glenn Fredly, Olivia Zalianty, Putri Bastama, Meritz Hindra, Lisza
Syahtiani, Radhar Panca Dahana
Penata Musik : Arafat Ensemble

10
Penata Busana : Samuel Wattimena
Penata Wajah : Yudari
Penata lampu & Artistik : Aidil Usman
Konsultan Koreografi : Jecko Siompo

1. Suara-intonasi
Kedua unsur ini berkaitan dengan pengujaran, yaitu cara berujar para pemain. Konvensi
tester modem Indonesia agaknya menghendaki agar pemain mengartikulasikan ujaran dengan
sangat jelas, lambat tetapi keras sehingga sering berkesan dibuat-buat. Hal itu berpengaruh
pada dialog yang kadang lebih berkesan sebagai monolog.
Cara berujar meliputi juga tinggi rendahnya nada suara serta intensitas volume suara
dan intonasi. Konvensi tersebut harus pula dikenal penonton yang menafsirkan pesan yang
ingin disampaikan tokoh selain merangkaikannya dengan 'cerita'.
Dalam pementasan Lalu Aku tersebut, suara dan intonasi pembacaan puisi yang
diucapkan dengan menggunakan microfon ketika pementasannya terdengar samar-samar,
suara tersebut dari kejauhan, terutama dari lantai atas terdengar tidak jelas apa yang
diucapkan. Hal itu juga terlihat saat Radhar memerankan joke-nya, ketika dia memberikan
ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu ikut terselenggaranya
pementasan tersebut dan mulai menghidupkan sebatang rokok. Dengan demikian, apa yang
disajikan dibalik kumpulan puisi Radhar kurang tersampaikan dengan baik kepada penonton.
2. Mimik-tingkahan-gerak
Unsur yang masih berkaitan dengan pemain ini jua tunduk pada konvensi teater.
Ketiganya juga sangat berkaitan dengan pengujaran, karena dapat menyertai cakapan,
melanjuti atau mendahului ujaran atau sebaliknya menyanggah ujaran. Selain itu, mimik,
tingkahan atau gerak yang dilakukan tanpa ujaran juga 'dibaca' sebagai sebuah kata, kalimat,
atau wacana.
Sebagai contoh, gerakan menunjuk yang menyertai ujaran "Itu" berfungsi menekankan
ujaran dan bersifat berlebihan. Efek jenaka dapat timbul bila gerak berlebihan, seperti
tindakan tokoh yang melompat-lompat dan menimbulkan bahan tertawaan bagi penontonnya.
Dengan demikian, secara keseluruhan pementasan, mimik-tingkahan-gerak yang
dipertunjukkan sudah terkesan baik.

11
3. Rias wajah-rambut dan kostum
Dalam pementasan Lalu Aku ini, tat arias wajah diampu oleh mbak Yudaria. Tata rias
tokoh-tokoh tersebut terlihat mengesankan dan sedap dipandang. Dalam artian tat rias wajah
dan rambut sudah sesuai dengan apa yang diperankan.
Dalam tata busana, diampu oleh Samuel Wattimena. Masyarakat mengenal sosok
Samuel sebagai fashion designer dan piata busana film yang penuh dengan kehidupan
glamour. Tetapi dalam pementasan ini, tokoh-tokoh cenderung mengenakan kostum yang
tidak berkesan glamour, hanya terkesan warna-warni dan terlihat mengesankan.
4. Tata cahaya
Beralih dari segi pemain, kita sekarang menengok unsur-unsur yang lebih berkaitan
dengan ruang panggung. Dari urusan tata cahaya, pementasan ini ditangani oleh Mohammad
Aidil Usman, lelaki macho berdarah minang yang sangat peka pada rasa keadilan. Dalam
pementasan itu juga, terkesan warna yang kadar gelap dan terang diterapkan berimbang.
Hingga terciptanya ramuan tata cahaya yang selaras, harmonis dan estetis ketika pembacaan
puisi berlangsung.
5. Musik - Bunyi-Bunyian
Dalam pementasan tersebut, iringan musik ditangani oleh Yaser Arafat, seorang lulusan
STSI Padangpanjang. Bunyi-bunyian semua dikuasai olehnya. Efek bunyi dan musik yang
membawakan suasana lakon telah lahir bersama dengan kelahiran teater itu sendiri. Sejak
bunyi genderang manusia primitif hingga jalur suara dari film mutakhir, unsur-unsur auditif
ini telah memberikan sumbangan yang banyak demi terciptanya suasana kreatif pada lakon.
Apabila kita perhatikan naskah-naskah cerita drama, baik yang kuno maupun yang
baru, niscaya kita jumpai catatan petunjuk-petunjuk tata bunyi seperti misalnya bunyi musik
perlahan-lahan, bunyi terompet yang keras, tembakan gencar, bunyi hujan diriingi guruh,
suara azan sayup-sayup, anjing menggonggong, suara tangis bayi, dan masih banyak lagi
contoh yang bisa kita kemukakan. Bunyi-bunyian itu mengiringi adegan sedih, suasana
meriah, peristiwa cinta kasih, dan peristiwa kejutan yang mengerikan di dalam lakon.
Harus diingat bahwa bunyi-bunyian itu bertujuan untuk menghidupkan secara kreatif
suasana lakon, tidak sebaliknya. Banyak sekali kita melihat latar belakang musik pada sebuah
pementasan dipilih-disusun tanpa mempelajari tema naskah, tahap pengetahuan elementer
perihal musik, dan dibunyikan pada momen-momen yang kurang tepat atau terlalu keras.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya
(seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin
dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.

Modifikasi Naskah Drama bagian dari kreativitas Sutradara yang patut dijunjung tinggi dan
penampilan teaterpun memiliki berbagai tahapan yang harus dilakukan agar hasil yang
dipertunjukkan berhasil.

B. Saran

Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada
semua pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentan seni teater ) dengan mendalami
isi makalah ini.
Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa
diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai
salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://susiwulandarismkn1tbt.blogspot.co.id/

http://gueneza.blogspot.co.id/2015/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://lets-sekolah.blogspot.co.id/2016/05/penampilan-teater-dan-simbol.html

https://bacangan.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pagelaran-teater.html

http://unssavii.blogspot.co.id/2014/01/analisis-pementasan-teater-kosong-lalu.html

14

Anda mungkin juga menyukai