Anda di halaman 1dari 126

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PROFIL PENGELOLAAN KALIUM KLORIDA PEKAT


SEBAGAI HIGH ALERT MEDICATION
DI RSUP. FATMAWATI

SKRIPSI

HESTIAWATI
1111102000110

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2015

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat


Sebagai High Alert Medication di RSUP. Fatmawati

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

HESTIAWATI
1111102000110

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JULI 2015

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK

Judul : PROFIL PENGELOLAAN KALIUM KLORIDA PEKAT SEBAGAI HIGH


ALERT MEDICATION DI RSUP.FATMAWATI

Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja misalnya, kalium klorida 2meq/ml yang
merupakan high alert medication. (Permenkes, 2011). High-alert medication adalah
Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius
(sentinel event) sehingga rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan
obat untuk meningkatkan keamanan pasien (Permenkes 2014). Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan profil pengelolaan kalium klorida pekat meliputi penyimpanan,
penandaan, penyiapan dan pemberian kalium klorida pekat berdasarkan kebijakan
RSUP.Fatmawati yang sudah berstandar JCI (Joint Commission International).
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional,
pengambilan data (checklist dan rekam medis) dilakukan pengamatan secara prospektif.
Hasil penelitian menunjukkan observasi gudang farmasi meliputi penyimpanan
58,82%, penandaan 75%, depo farmasi teratai meliputi penyimpanan 100%, penandaan
74,36%, penyiapan 100%, dan HCU 3 Selatan meliputi penyimpanan 65,55%,
penandaan 57,78%, pemberian 88,89%. Medication error meliputi penyimpanan KCL
pekat (3,33%), penggunaan KCL premix melebihi waktu kadaluarsa (3,33%),
penyimpanan KCL premix expired date (46,67%). Penilaian standar ini berpedoman
pada tata laksana survei akreditas rumah sakit oleh KARS (komisi akreditas rumah
sakit) 2014 menghasilkan nilai persentase bagi standar sebagai berikut tercapai penuh
diberikan skor 10(80-100%), tercapai sebagian diberikan skor 5 (20% -79%), tidak
tercapai diberikan skor 0 (< 19 %).

Kata kunci: KCL pekat, high alert medication, pengelolaan KCL pekat, penilaian
standar KARS)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ABSTRACT

Tittle : PROFILE MANAGEMENT POTASSIUM CHLORIDE CONCENTRATE


AS HIGH ALERT MEDICATION IN RSUP.FATMAWATI

Drugs that are frequently mentioned in patient safety issue is administration electrolyte
concentrate inadvertently, for example, potassium chloride 2 mEq / ml or more concentrated
which is a high alert medication. (Permenkes, 2011). High-alert medication is drugs to watch
out because it often causes an error occurs / serious errors (sentinel event) and high-risk drugs
reaction (ROTD) so that hospitals need to develop drug management policies for improving
patient safety (Permenkes 2014). This study aims to describe profile of management
potassium chloride concentrate include storage, labeling, preparation and administration of
potassium chloride concentrate in pharmaceutical warehouses, depo farmasi teratai and high
care unit (HCU) 3 selatan based on policies of RSUP.Fatmawati that are already standard JCI
(Joint Commission International). This study was an observational study with cross sectional
design, data collection (checklist and medical records) was observed prospective. The result
showed pharmaceutical warehouse include storage 58.82%, labeling 75%, depo farmasi
teratai include storage 100%, labeling 74,36%, preparation 100%, and HCU 3 selatan storage
65.55%, labeling 57.78%, administration 88.89%. Medication error include storage of
potassium chloride concentrate (3.33%), storage potassium chloride premix expired date
(46.67%), and use of potassium chloride premix that exceeds expiration time (3.33%),
Assessment based on the standard of governance hospital accreditation survey by KARS
(hospital accreditation commission) 2014 resulted in a percentage value for the following
standards achieved given the full score of 10 (80-100%), achieved partly given a score of 5
(20% -79%), was not achieved given a score of 0 (<19%).

Keywords: Potassium chloride Concentrate, High Alert Medication, Management of


Potassium chloride Concentrate, KARS Standardized Assessment)

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi dengan
judul Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication di
RSUP.Fatmawati dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
Dr.H.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku pembimbing pertama dan Bapak Ahmad Subhan, S.Si,
M.Si, Apt pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan
penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga segala bantuan dan bimbingan bapak
mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sahabat penulis Ageng Hasna F, Khairunnisa, Miyadah Samiyah, Qodrina Sufy, Beryl
Zahyin.A.,Vina Fauziah, Lela Laelatu dan rekan-rekan mahasiwa Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tak lupa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Abdul Hakim dan ibunda Sri
Sutarmiyati yang telah melimpahkan kasih sayang, dorongan spiritual dan mental serta
doa yang selalu dihaturkan kepada Allah S.W.T sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, semoga segala amalan dan jerih payah keduanya mendapat balasan yang
jauh lebih baik disisi-Nya.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat dan
faedah bagi pengembangan ilmu.

Ciputat, Juli 2015

Penulis

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... .......ii


LEMBAR ORISINALITAS.......... .....................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR............................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...................................................................................................xvi
DAFTAR GRAFIK................................................................................................xvii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xix
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. ............1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... ............1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... ...........3
1.3. Pertanyaan Penelitian ................................................................ ..........4
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................5
1.6. Ruang lingkup ........................................................................... ...........6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... ..........7
2.1. Kualitas dan akreditas ............................................................... ...........7
2.2. Akreditas oleh KARS dan JCI ................................................... ..........9
2.2.1. Manfaat JCI.......................................................................... ............11
2.2.2. Standar Manual JCI ............................................................... ..........11
2.3. Rumah Sakit ................................................................................ ....12
2.3.1. Definisi Rumah Sakit ................................................. .....................12
2.3.2. Tugas Rumah Sakit ..........................................................................13
2.3.3. Fungsi Rumah Sakit ................................................... .....................13
2.3.4. Klasifikasi Rumah Sakit .............................................. ....................14
2.4. Akreditas JCI Yang Diberikan Pada RSUP. Fatmawati ................. 15

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2.5. Keselamatan Pasien ....................................................................... ..16
2.5.1. Keselamatan Pasien Dalam Kefarmasian ....................................17
2.6. Asuhan Kefarmasian ........................................................................20
2.7. High Alert Medication ................................................................ .....21
2.8. Kalium Klorida.............................................................................. ...22
2.8.1. Kalium ..................................................................... ........................22
2.8.2. Hipokalemia .............................................................. ......................25
2.8.3. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida................................27
2.8.4. Pedoman Umum Penggunaan Kalium .............................................28
2.9. Penyimpanan, Pelabelan , Peresepan, Pencampuran, dan Pemberian
Kalium Klorida ................................................................................28
2.9.1. Definisi Kalium Pekat ......................................................................29
2.9.2. Penyimpanan Kalium Intravena .......................................................29
2.9.3. Masalah Peresepan Kalium ..............................................................30
2.9.4. Administrasi Kalium Klorida............................................................31
2.9.5. Pemberian Obat.................................................................................32
2.10. Peraturan Penyimpanan, Penandaan, Penyiapan, Penggunaan Kalium
Klorida Pekat di RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen
(HK.03/05/II.1/1649/2012 (025/FAR)..............................................32
2.11. Kerangka Konsep..............................................................................37
2.12. Definisi Operasional.........................................................................38

BAB 3. Metode Penelitian ......................................................... ................................41


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. .............41
3.1.1. Lokasi Penelitian ............................................................ ................41
3.1.2. Waktu Penelitian ............................................................ ................41
3.2. Rancangan Penelitian ......................................................................... ..41
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... ..41
3.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ .41
3.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................... ..41
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................................... ....42
3.4.1. Kriteria Inklusi ............................................................................. .42
3.4.2. Kriteria Eksklusi .......................................................................... 42
3.5. Pengumpulan Data ...................... ...................................................... ..42

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3.5.1. Pengumpulan Data .........................................................................42
3.6. Alur Penelitian .................................................................................... 43
3.7. Rencana Teknik Analisis Data ............................................................ 44
3.8. Ketentuan Penilaian Berdasarkan Pedoman Tata Laksana Survei
Akreditas Rumah Sakit Oleh KARS....................................................45
3.8.1. Penentuan Skor Sepuluh...................................................................45
3.8.2. Penentuan Skor Lima........................................................................45
3.8.3. Penentuan Skor Nol..........................................................................45

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................46


4.1. Ketentuan Penilaian Kesesuaian Standar................................................46
4.2. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida di Gudang Farmasi.......46
4.2.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan
di Gudang Farmasi.............................................................................46
4.2.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan
di Gudang Farmasi............................................................................48
4.3. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida Pekat
di Depo Farmasi Teratai...........................................................................49
4.3.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan
di Depo Farmasi Teratai...............................................................49
4.3.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan
di Depo Farmasi Teratai...............................................................50
4.3.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyiapan
di Depo Farmasi Teratai..............................................................53
4.4. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida di HCU 3 Selatan.........54
4.4.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan
di High Care Unit 3 Selatan..........................................................54
4.4.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan
di High Care Unit 3 Selatan .........................................................56
4.4.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Pemberian
di High Care Unit 3 Selatan..........................................................57
4.5. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida Pekat
di Gudang Farmasi, Depo Farmasi Teratai, HCU 3 Selatan...................59
4.6. Keterbatasan Penelitian..........................................................................63

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................62
5.1. Kesimpulan..........................................................................................62
5.2. Saran....................................................................................................62

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..............65
LAMPIRAN ................................................................................................................70

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Istilah-istilah dalam kejadian keselamatan pasien.............................................19


Tabel 2. Daftar High Alert Medications in Acute Care Settings......................................23
Tabel 3. Sediaan Farmasi Larutan Kalium Klorida..........................................................27
Tabel 4. Interaksi Obat Dengan Kalium
Tabel 5. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat
di Gudang Farmasi RSUP.Fatmawati.............................................................45
Tabel 6. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat
di Gudang Farmasi RSUP.Fatmawati.............................................................46
Tabel 7. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat
di Depo Farmasi Teratai RSUP.Fatmawati....................................................48
Tabel 8. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat
di Depo Farmasi Teratai RSUP.Fatmawati......................................................49
Tabel 9. Hasil Penilaian Variabel Penyiapan KCL Pekat
di Depo Farmasi Teratai RSUP.Fatmawati.......................................................51
Tabel 10. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat
di High Care Unit 3 Selatan RSUP.Fatmawati.................................................52
Tabel 11. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat
di High Care Unit 3 Selatan RSUP.Fatmawati.................................................54
Tabel 12. Hasil Penilaian Variabel Pemberian KCL Pekat
di High Care Unit 3 Selatan RSUP.Fatmawati.................................................56
Tabel 13. Hasil Penilaian Medication Error Yang Terjadi di RSUP.Fatmawati..........60

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Perbandingan Persentase Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Pada Objek


Penelitian.....................................................................................................................58

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur Pencampuran Obat High Alert Di Ruang Rawat Inap........................34


Bagan 2. Proses Permintaan Kalium Klorida di Foothills Medical Centre................35

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Penelitian Kerja.........................................................................70


Lampiran 2. Analisis High Consentrate ( Kalium Klorida Pekat )...............................73
Lampiran 3. Hasil Observasi dan Visitasi.....................................................................74
Lampiran 4. Identitas Pasien Berdasarkan Rekam Medis.............................................90

xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik (Permenkes, 2014).
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care)
(Permenkes,2014).
Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah tanggung jawab
langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien
bertujuan mencapai hasil yang ditetapkan yaitu memperbaiki kualitas hidup
pasien. Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tetapi juga
keputusan tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk
menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda
pemberian, pemantauan terapi obat serta pemberian informasi dan konseling pada
pasien (American Society of Hospital Pharmacists, 1993).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010
menjelaskan bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil


(Menkes,2010).
Namun insiden keselamatan pasien mengenai high alert medication masih
sering terjadi. Misalnya, Insiden yang ditemukan pada bulan maret 2004 yaitu
seorang pasien melakukan hemofiltrasi di ICU Foothills Medical Centre
meninggal dunia. Hal tersebut terjadi karena staff farmasi tidak sengaja
mengambil kalium klorida yang seharusnya natrium klorida untuk digunakan
sebagai larutan selama dialisis berlangsung sehingga pasien mengalami
hiperkalemia dengan dampak lebih lanjut yaitu asidosis dan nekrosis jaringan
(CMAJ, 2004). Akibat fatal yang terjadi karena kesalahan administrasi dari
kalium klorida telah diakui bertahun-tahun dari ketidaksengajaan pemberian
kalium klorida yang seharusnya water for injection atau furosemid dikarenakan
bentuk sediaan hampir sama (A J Lankshear,2005).
Internatitional Journal Quality in Health juga menyatakan bahwa 5
peringkat teratas high alert medication adalah insulin, opiates dan narkotik,
injeksi konsentrasi kalium klorida (atau fosfat), intravena antikoagulan (heparin),
dan larutan natrium klorida 0,9 % (Tina, 2000). Masalah keamanan obat yang
sering dikutip lainnya adalah administrasi yang salah atau tidak disengaja dari
injeksi elektrolit pekat (misalnya, kalium klorida (sama dengan atau lebih besar
dari 2 mEq/mL). Biasanya masalah ini terjadi karena kesalahan dari tenaga
kesehatan dalam penggunaan dan pemakaian serta kurangnya orientasi yang baik
antara tenaga kesehatan dengan pasien dalam keadaan darurat ( JCI, 2014).
Penelitian di Amerika mengidentifikasi resiko kesalahan pada pasien yaitu
pemberian intravena larutan kalium. Pada 31 Oktober 2002, NHS (National
Patient Safety Agency) menetapkan tindakan awal pada kondisi bahaya tersebut
meliputi penyimpanan dan penanganan kalium klorida pekat dan larutan kalium
kuat lainnya, persiapan pengenceran larutan yang mengandung kalium, peresepan
larutan yang mengandung kalium, pemeriksaan penggunaan larutan kalium pekat
di rumah sakit (NHS, 2012).
Hal tersebut bertujuan mengurangi resiko bahaya dari pemberian injeksi
kalium klorida, mengurangi resiko kecelakaan overdosis intravena kalium jika
terjadi peningkatan konsentrasi larutan kalium klorida pada saat penggunaannya,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

dan memastikan keamanan bagi pasien yang menggunakan injeksi kalium klorida
berkelanjutan di ICU (Intensive Care Unit) (NHS,2012).
Sehingga dalam prakteknya, peranan farmasis di rumah sakit sangatlah
penting dalam penggunaan dan pemakaian obat-obatan high alert medication
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan serta mencegah terjadinya insiden.
Rumah sakit juga memiliki peranan dalam menyusun kebijakan terkait manajemen
pengunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-
kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu rumah sakit
memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan
penggunaan obat yang berkelanjutan (Permenkes,2014). Peninjauan tersebut
didukung dengan adanya rumah sakit berstandar JCI (standar pelayanan kesehatan
dengan akreditas bertaraf international) maka diharapkan tujuan tersebut akan
semakin mudah untuk dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengaturan high alert
medication yang telah berstandar JCI di rumah sakit fatmawati.

1.2. Rumusan masalah


Pada umumnya permasalahan yang terjadi pada obat-obatan high alert
khususnya injeksi kalium klorida dikarenakan terjadinya kesalahan pada
administrasi/ pemberian obat oleh tenaga kesehatan yang dapat mengancam jiwa
pasien. Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada
(UGM) antara 2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97%
pasien Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau
kurang, frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat.
Berdasarkan permasalahan diatas maka cara paling efektif untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut dengan meningkatkan proses
pengelolaan (penyimpanan, penandaan, penyiapan, pemberian) obat-obat yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi ( Permenkes, 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.3. Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana proses penyimpanan kalium klorida pekat/25 Meq sebagai
high alert medication di RSUP. Fatmawati ?
2. Bagaimana proses penandaan kalium klorida pekat/25 Meq sebagai
high alert medication di RSUP. Fatmawati ?
3. Bagaimana proses penyiapan kalium klorida pekat/25 Meq sebagai
high alert medication di RSUP. Fatmawati ?
4. Bagaimana proses pemberian kalium klorida pekat/25 Meq sebagai
high alert medication di RSUP. Fatmawati ?

1.4. Tujuan penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan kalium
klorida pekat sesuai dengan penerapan yang telah diatur Joint Commission
International dan KARS yang telah diadopsi oleh pihak RSUP. Fatmawati
berlangsung dari gudang pusat farmasi, depo farmasi teratai, instalasi Rawat
Inap teratai High Care Unit 3 Selatan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaturan mengenai penyimpanan high alert
medication, salah satunya adalah kalium klorida pekat di RSUP.
Fatmawati yang telah distandarisasi.
2. Mengidentifikasi pengaturan penandaan high alert medication, salah
satunya adalah injeksi kalium klorida pekat di RSUP. Fatmawati yang
telah distandarisasi.
3. Mengidentifikasi pengaturan penyiapan high alert medication, salah
satunya adalah kalium klorida pekat di RSUP. Fatmawati yang telah
distandarisasi.
4. Mengidentifikasi pengaturan pemberian high alert medication, salah
satunya adalah kalium klorida pekat di RSUP. Fatmawati yang telah
distandarisasi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

1.5. Manfaat penelitian


1. Secara Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi perkembangan kefarmasian di rumah sakit
dan menambah kajian ilmu manajerial farmasi khususnya dalam
pengelolaan obat yang harus diwaspadai (High alert) salah satunya
adalah kalium klorida pekat.
2. Secara Metodelogi
Metode penelitian ini dapat menjadi contoh atau dapat dijadikan
metode untuk mengetahui kasus medication error pada pemakaian
kalium klorida pekat yang tergolong high alert medication.
3. Secara Aplikatif
a. Bagi pihak RSUP. Fatmawati sebagai data dasar untuk
mengetahui tingkat keberhasilan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan pada keamanan pasien terkait pemberian obat high
alert khususnya kalium klorida pekat oleh tenaga kesehatan
setelah distandarisasi oleh JCI dan KARS yang telah diadopsi
pihak RSUP.Fatmawati.
b. Bagi rumah sakit lainnya sebagai informasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keamanan pasien
dalam pemakaian high alert medication melalui standar JCI
dan KARS yang telah diadopsi pihak RSUP.Fatmawati
sehingga pasien WNI (Warga Negara Indonesia) tidak perlu
melakukan pengobatan hingga ke luar negeri karena mutu
pelayanan kesehatan di Indonesia telah berstandar pelayanan
kesehatan internasional.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

1.6. Ruang Lingkup


Permasalahan medication error pada high alert medication yang cukup
luas menjadi perhatian khusus pada tenaga kesehatan. Dalam penelitian ini
dibatasi hanya pada studi profil pengelolaan kalium klorida pekat sebagai high
alert medication yang sudah berstandar JCI dan KARS yang telah diadopsi pihak
RSUP.Fatmawati. Evaluasi tersebut meliputi pada proses penyimpanan,
pelabelan, pencampuran, dan administrasi pada pasien pengguna kalium klorida
pekat dimulai dari tanggal 25 Mei 2015 24 Juni 2015 dengan menggunakan
metode observational dengan desain cross sectional dan pengambilan data
dilakukan secara pengamatan prospektif.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas dan Akreditas


Kualitas adalah sesuatu yang sangat penting, dilakukan oleh kedua belah
pihak, baik pemberi layanan kesehatan ataupun penerima layanan dalam proses
membangun pondasi yang kuat bagi suatu institusi kesehatan (S.L.Goel, 2002).
Kualitas itu sendiri bukanlah sesuatu yang didapatkan secara kebetulan melainkan
diperlukan suatu upaya yang harus dilakukan oleh semua orang di setiap level dan
pada berbagai tahapan dari suatu sistem penyedia layanan kesehatan. (S.L.Goel,
2002). Oleh karena itu, rumah sakit merupakan instalasi penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang baik terukur dari kualitas yang
dimilikinya.
Akreditas adalah suatu proses pengakuan atau legalisasi, penerimaan, dan
kepercayaan yang diberikan oleh badan akreditas kepada suatu rumah sakit dalam
hal pemenuhan standar pelayanan, sehingga rumah sakit tersebut dapat dinilai
kemampuannya dalam mengupayakan peningkatan mutu pelayanan (Mulyadi,
1997). Akreditas bukanlah hal yang baru didunia perumahsakitan, kata Akreditas
sudah ada bahkan sejak tahun 1950-an.Bahkan pengakreditasan untuk rumah sakit
pertama di dunia telah dilakukan sejak 40 tahun yang lalu (Ratcliffe.R.L, 2009).
Dalam hal ini lembaga yang mempunyai peranan penting dalam Akreditas
untuk rumah sakit adalah Joint Commission yang berdiri sejak tahun 1951. The
Joint Commission on Acreditation of Healthcare Organization (JCAHO) atau
yang biasa dikenal JCI telah melakukan akreditas untuk lebih dari 95% rumah
sakit di Amerika. Organisasi pertama kali dibentuk dengan misi untuk melawan
terjadinya kesalahan pada pelayanan medis (medical error) dan melakukan
perbaikan kepada rumah sakit diseluruh Amerika (HSCM, 2005).
Sejak JCI berdiri telah banyak rumah sakit di seluruh dunia melakukan
akreditas JCI. Sebagai contoh rumah sakit di Dublin (Irlandia) yang telah
mendapatkan akreditas JCI sejak tahun 2002 dan hingga saat ini telah
memperoleh sertifikat Gold member selama 4 kali berturut-turut. Lalu diikuti

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

negara lain seperti Singapore (National University Hospital) yang mendapatkan


akreditas JCI pada tahun 2005, dan pada Januari tahun 2012 untuk Indonesia
sendiri telah ada lima rumah sakit yang telah mendapatkan akreditas JCI.
Jika kita ingin mencoba untuk membandingkan berapa persentase rumah
sakit yang sudah mendapatkan akreditas International maka kita akan tercengang
karena dari 1800 rumah sakit di seluruh Indonesia dan dari 111 rumah sakit yang
ada di Jakarta baru lima rumah sakit yang mendapatkan akreditas International.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari 1% rumah sakit di Indonesia yang telah
diakreditasi (Depkes R.I, 2008).
Dengan melihat kondisi tersebut, maka sejak tahun 1995 Depkes RI telah
menggiatkan akreditas terhadap rumah sakit yang ada di Indonesia melalui
Komisis Akreditas Rumah Sakit (KARS). Tujuan dilakukannya akreditas rumah
sakit adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan
terhadap pasien. Hal ini sejalan dengan UU nomor 8 tahun 2000 tentang
perlindungan terhadap konsumen.
Menurut Depkes : Akreditas Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang
ditentukan (Depkes RI, 2008). Definisi akreditas menurut Joint Commission
International adalah proses dimana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari
organisasi pelayanan kesehatan biasanya nonpemerintah, melakukan penilaian
terhadap organisasi pelayanan kesehatan (JCI, 1999).
Tujuan akreditas menurut Joint Commission International untuk
menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan
(standar) yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan.
Selain tujuan akreditas, seharusnya dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit
yang melakukannya. Menurut Joint Commission manfaat akreditas itu sendiri
adalah :
a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa organisasi itu
menitikberatkan sasarannya pada keselamatan pasien dan kualitas
perawatan yang diberikan.
b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga
karyawan merasa puas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

c. Bernegosiasi dengan sumber daya pendanaan yang akan


menanggung biaya perawatan berdasarkan data kualitas perawatan
yang disediakannya.
d. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak
mereka serta melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses
perawatan.
e. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan-laporan kasus efek
samping yang dicatat berdasarkan waktu kejadian dan hal-hal lain
terkait keselamatan.
f. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerjasama.
Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi
terciptanya kepemimpinan berkelanjutan untuk meraih kualitas dan
keselamatan pasien disegala tingkatan (JCR, 2010).

2.2. Akreditas oleh KARS (Komisi Akreditas Rumah Sakit) dan Joint Commission
International
Menurut Depkes dalam 417/MENKES/PER/2011 tentang Komisi
Akreditas Rumah Sakit mendefinisikan KARS sebagai Lembaga Independen
pelaksana akreditas rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural, dan
bertanggung jawab kepada menteri. Pengorganisasian KARS termasuk surveyor
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Penilaiannya
difokuskan pada kebutuhan dan harapan konsumen dan dengan komponen
pelayanan yang menjawab EEQS (Equity, Efficiently, Quality and Sustainability)
agar rumah sakit dapat bersaing di tingkat regional bahkan internasional.
Didalamnya, terdapat ahli-ahli yang bertindak sebagai surveyor, yang direkrut
dari daerah-daerah dan dipilih sesuai kualifikasi dibidangnya. Sehingga KARS
inilah yang bertanggung jawab terhadap hasil penilaian program akreditas.
KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,
pembimbingan, pelatihan, monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditas rumah
sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
perkembangan akreditas rumah sakit secara internasional sedangkan untuk
pendanaan dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi KARS berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementrian Kesehatan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

Sama halnya dengan JCI (Joint Commission International) merupakan


badan akreditas international yang merupakan bagian dari Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO-USA). JCI adalah suatu
organisasi yang independen, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan (Shelly,
2011). JCI adalah versi international dari The Joint Commission (USA) yang
bergerak dibidang akreditas rumah sakit. JCI berdiri sejak tahun 1951 dan
merupakan Joint Venture antara American Colledge of Surgeons, American
College of Physician, American Hospital Association, American Medical
Association, American Medical Association (JCAHO, 2005).
Akreditas rumah sakit dilakukan secara sukarela dan sesuai dengan standar
komisi rumah sakit yang menunjukkan potensi untuk memberikan perawatan
berkualitas tinggi (JCAHO, 2005). Misi JCI adalah memperbaiki kualitas dan
keamanan pelayanan kesehatan pada masyarakat international. Selama lebih dari
75 tahun, The Jonit Commission (USA) dan organisasi pendahulunya
didedikasikan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan
(JCAHO, 2005).
Sejak Joint Comission mulai menemukan kejadian sentinel pada tahun
1995, The Accreditation Comittee of The Joint Commissions Board of
Commissioners mengevaluasi 89 kasus yang berhubungan dengan medication
error/kesalahan pengobatan. Kesalahan pengobatan adalah salah satu penyebab
bahaya pada pasien (JCI, 1999).
Pada tahun 1975 JCI telah mengakreditasi hampir 80% rumah sakit di
Amerika serikat. Perubahan besar yang dilakukan pada proses akreditas JCI tahun
2006 adalah menfokuskan kepada pelayanan perawatan pasien (JCAHO, 2005).
Pada bulan Juli 2010, JCI mengeluarkan revisi standar baru yang
dimplementasikan pada januari 2011. Standar baru ini diciptakan melalui proses
berikut :
a. Kelompok Penasihat Regional International
b. Proses peninjauan lapangan
c. Interprestasi Standar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

2.2.1. Manfaat JCI


JCI merupakan standar international karena memiliki manfaat :
a. Memperlihatkan komitmen nyata suatu organisasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pasien, untuk memastikan
lingkungan aman, dan secara berkesinambungan mengurangi resiko
terhadap pasien dan staf.
b. Bertujuan optimum dalam pencapaian ekspektasi.
c. Fokus pada pasien.
d. Desain untuk menginterpretasikan atau mensurvei di dalam kultur dan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Memacu perbaikan berkesinambungan.

2.2.2. Standar Manual JCI


Dalam JCI terdapat 565 standar yang dibagi menjadi 197 standar inti yang
harus dipenuhi untuk mencapai akreditas dan 368 standar lain yang dapat
membawa suatu organisasi kesehatan ke dalam tingkatan best practice atau
praktek yang terbaik. Standar-standar ini lebih lanjut akan dibagi menjadi 1033
ukuran parameter, yang berfokus pada aspek seperti keselamatan pasien, hak-hak
pasien, fasilitas dan kualitas dokter. Standar manual dibagi menjadi dua bagian :
Patient Centered Function (Fungsi yang berpusat pada pasien) dan Organization
Function (Fungsi organisasi).
Untuk Patient Centered Functions adalah semua standar yang
berhubungan dengan pasien terdiri dari empat belas pembagian atau chapter yaitu:
1. International Patient Safety Goals (IPSG)
2. Access to Care and Continuity of Care (ACC)
3. Patient and Family Right (PFR)
4. Assesment of Patients (AOP)
5. Care of Patients (COP)
6. Anesthesia and Surgical Care (ASG)
7. Medication Management and Use (MMU)
8. Patient and Family Education (PFE)
Sedangkan Organization Function terdiri dari :
9. Quality Improvement and Patient Safety (QPS)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

10. Prevention and Control of Infection (PCI)


11. Governance, Leadership and direction (GLD)
12. Facility Management and Safety (FMS)
13. Staf Qualification and Education (SQE)
14. Management of Communication and Information (MCI)
Dalam hal ini masing-masing chapter mempunyai standar-standar yang
harus diikuti sebagai persyaratan kelulusan dalam penilaian akreditas JCI pada
saat survei akreditas atau full survey nantinya (JCR, 2010).
Standar diorganisir memiliki fungsi penting umum untuk semua organisasi
perawatan kesehatan. Standar organisasi fungsional sekarang yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia dan telah divalidasi oleh Penelitian ilmiah, pengujian,
dan aplikasi. Standar dikelompokkan oleh fungsi yang terkait untuk menyediakan
perawatan pasien berhubungan dengan menyediakan keamanan, organisasi efektif,
dan pengelolaan yang baik dan untuk rumah sakit pusat medis akademis saja,
yang berhubungan dengan program penelitian pendidikan profesional medis dan
subyek manusia. Standar ini berlaku untuk seluruh organisasi serta masing-masing
departemen, unit, atau layanan dalam organisasi. Proses survei informasi
kepatuhan standar di seluruh organisasi dan keputusan akreditasi didasarkan pada
keseluruhan tingkat kepatuhan ditemukan di seluruh organisasi (JCR, 2010).

2.3. Rumah Sakit


2.3.1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit (hospital) adalah suatu organisasi yang meliputi tenaga medis
profesional yang teroganisir serta adanya sarana kedokteran yang permanen dalam
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Rumah sakit juga diartikan sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan
menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidik klinik untuk

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kedokteran lainnya


(Anwar,1996).

2.3.2. Tugas Rumah Sakit


Pada umunya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

2.3.3. Fungsi Rumah Sakit


Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctors in Hospital (1971)
menyatakan bahwa rumah sakit setidaknya memiliki 5 fungsi adalah :
a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan
terapeutiknya. Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun non
bedah, harus tersedia. Pelayanan rawat inap juga meliputi pelayanan
keperawatan, gizi, farmasi, laboratorium,radiologi dan berbagai
pelayanan lainnya.
b. Harus memiliki pelayanan rawat jalan.
c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.
d. Melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan karena
keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal dasar untuk
penelitian.
e. Mempenuyai tanggungjawab untuk program pencegahan penyakit dan
penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
Menurut Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemilihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan paripurna tingkat dua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia


dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

2.3.4. Klasifikasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010, rumah
sakit diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan :
a. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah sakit umum kelas A, harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedkit 4 pelayanan medik Spesialis Dasar, 5
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain
dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B, harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis
Lainnya dan 2 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
3. Rumah Sakit Umum kelas C, harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D, harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik Spesialis Dasar.
b. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit. Jenis Rumah Sakit Khusus antara
lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru,
Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan obat, Stroke, Penyakit Infeksi,Bersalin,
Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

Ginjal, Kulit dan Kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan,


Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Khusus Kelas A
2. Rumah Sakit Khusus Kelas B
3. Rumah Sakit Khusus Kelas C

2.4. Akreditas JCI Yang Diberikan Pada RSUP. Fatmawati


Pada tanggal 1 Januari 2014 Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Ali
Ghufron Mukti, M.Sc, PhD, menerima sertifikat akreditasi Joint Commission
Internasional (JCI) yang diserahkan oleh Direktur Utama RSUP Fatmawati, Dr.
Andi Wahyuningsih Attas, SpAn. Ini berarti mutu RSUP Fatmawati telah diakui
secara internasional, ujar Prof. Ghufron (Depkes.go.id).
Dewasa ini, kita telah mempunyai tiga rumah sakit Pemerintah yang
terakreditasi JCI, yaitu: 1) RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo (Jakarta), 2) RSUP
Sanglah (Denpasar), dan 3) RSUP Fatmawati (Jakarta). Beberapa rumah sakit
swasta juga telah terakreditasi JCI. Di samping itu, 3 rumah sakit Pemerintah juga
sedang dipersiapkan agar dapat segera meraih akreditasi JCI, yaitu: 1) RSUP Dr
Sardjito (Yogyakarta); 2) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (Makassar); dan 3)
RSUP Adam Malik (Medan). Kepada jajaran RSUP Fatmawati, Prof. Ghufron
menyampaikan apresiasi atas kerja keras dan kerja cerdas yang telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pelayanannya sehingga mencapai pelayanan kelas
dunia atau world class health care. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan mendukung RSUP Fatmawati dalam meraih
Sertifikasi Akreditasi JCI (Depkes.go.id).
Prof. Ghufron berpesan kepada seluruh Direksi dan karyawan/karyawati
RSUP Fatmawati untuk: 1) mempertahankan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berstandar internasional yang telah dicapai; 2) menjadi model bagi rumah
sakit lainnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan; dan 3) memberikan
pelayanan kesehatan terbaik bagi seluruh masyarakat, tanpa memperhatikan
tingkat sosial ekonominya dan tanpa mempertimbangkan dari kelompok mana
pasien berasal (Depkes.go.id).
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengamanatkan
agar rumah sakit selalu meningkatkan mutu dan mempertahankan standar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

pelayanan rumah sakit. Dengan demikian, pelayanan yang terstandar, wajib


disediakan oleh seluruh rumah sakit di Indonesia. Pelayanan yang sesuai standar
harus mendapatkan pengakuan dari Pemerintah dan lembaga akreditasi yang
ditunjuk yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) untuk akreditasi nasional
dan Joint Commission Internasional (JCI) untuk akreditasi internasional
(Depkes.go.id).

2.5. Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien (Patient safety) secara sederhana didefinisikan sebagai
suatu upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Walaupun
mempunyai definisi yang sangat sederhana, tetapi upaya untuk menjamin
keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan banyak
hambatan (Depkes, 2008).
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI) (Permenkes, 2014).
Pada tanggal 18 Januari 2002, WHO telah mengeluarkan suatu resolusi
untuk membentuk program manajemen risiko untuk keselamatan pasien yang
terdiri dari 4 aspek utama:
1. Penentuan tentang norma-norma global, standar dan pedoman untuk
definisi, pengukuran dan pelaporan dalam mengambil tindakan
pencegahan, dan menerapkan ukuran untuk mengurangi resiko
2. Penyusunan kebijakan berdasarkan bukti (evidence-based) dalam standar
global yang akan meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan
penekanan tertentu pada beberapa aspek seperti keamanan produk, praktek
klinik yang aman sesuai dengan pedoman, penggunaan produk obat dan
alat kesehatan yang aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan
pada petugas kesehatan dan institusi pendidikan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

3. Pengembangan mekanisme melalui akreditasi dan instrumen lain, untuk


mengenali karakteristik penyedia pelayanan kesehatan yang unggul dalam
keselamatan pasien secara internasional
4. Mendorong penelitian tentang keselamatan pasien
(Depkes, 2008).
Seorang Apoteker yang berperan di dalam mikrosistem (apotek,
puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, dan sarana pelayanan farmasi lain)
dalam membangun keselamatan pasien harus mampu mengelola dengan baik
elemen-elemen dalam mikrosistem tersebut, yaitu sistem pelayanan, sumber
daya, sistem inventori, keuangan dan teknologi informasi (Depkes, 2008).

2.5.1. Keselamatan Pasien Dalam Kefarmasian


Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah yang tertera dalam
kolom beserta contohnya sehingga dapat membedakan dan mengidentifikasi
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan cedera akibat penggunaan obat
dalam melaksanakan program keselamatan pasien. Dalam membangun
keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu dipahami dan disepakati
bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
a. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
b. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
c. Kejadian Sentinel
d. Adverse Drug Event
e. Adverse Drug Reaction
f. Medication Error
g. Efek samping obat ( depkes RI, 2008).
Menurut Nebeker JR dkk. dalam tulisannya Clarifying Adverse Drug
Events: A Clinicians Guide to terminology, Documentation, and Reporting, serta
dari Glossary AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) disimpulkan
sebagai berikut :
Tabel 1. Istilah-istilah dalam kejadian keselamatan pasien
Istilah Definisi Contoh
Kejadian yang tidak Kejadian cedera pada Infeksi pada kulit karena
diharapkan (Adverse pasien selama proses penggunaan perban.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

event) terapi/ penatalaksanaan Jatuh dari tempat tidur.


medis mencakup seluruh
aspek pelayanan
termasuk diagnosa,
terapi, kegagalan
diagnosa/terapi, sistem
peralatan untuk
pelayanan, adverse event
dapat dicegah atau tidak
dicegah
Reaksi obat yang tidak Kejadian cedera pada Steven-johnson syndrom :
diharapkan (adverse drug pasien selama proses Sulfa, obat epilepsi, dlln.
reaction) terapi akibat penggunaan
obat.
Kejadian tentang Respons yang tidak Shok anafilaksis pada
obat yang tidak diharapkan terhadap penggunaan antibiotik
diharapkan (Adverse terapi obat dan golongan penisilin,
Drug Event) mengganggu atau Mengantuk pada
menimbulkan cedera penggunaan CTM
pada penggunaan obat
dosis normal. Reaksi
Obat Yang Tidak
Diharapkan (ROTD) ada
yang berkaitan dengan
efek farmakologi (efek
samping) ada yang tidak
berkaitan dengan efek
farmakologi (reaksi
hipersensitivitas).
Efek obat yang tidak Respons yang tidak Shok anafilaksis pada
diharapkan (Adverse drug diharapkan terhadap penggunaan antibiotik
effect) terapi obat dan golongan penisilin.
mengganggu atau Mengantuk pada
menimbulkan cedera penggunaan CTM
pada penggunaan obat
dosis lazim Sama dengan
ROTD tapi dilihat dari
sudut pandang obat.
ROTD dilihat dari sudut
pandang pasien.
Cedera dapat terjadi atau
tidak terjadi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

Medication Error Kejadian yang dapat Peresepan obat yang


dicegah akibat tidak rasional. Kesalahan
penggunaan obat, yang perhitungan dosis pada
menyebabkan cedera. peracikan.
Ketidakpatuhan pasien
sehingga terjadi dosis
berlebih.
Efek samping Efek yang dapat (sebaiknya istilah ini
diprediksi, tergantung dihindarkan)
pada dosis, yang bukan
efek tujuan obat. Efek
samping dapat
dikehendaki, tidak
dikehendaki, atau tidak
ada kaitannya.
(Depkes RI, 2008)
Masalah terkait obat (Drug-Related Problem/DRPs) oleh
Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) didefinisikan sebagai setiap
kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara nyata atau potensial terjadi
akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Suatu kejadian dapat disebut
masalah terkait obat bila pasien mengalami kejadian tidak diinginkan baik
berupa keluhan medis atau gejala dan ada hubungan antara kejadian tersebut
dengan terapi obat. PCNE mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan
obat, yaitu: (1) Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki/ROTD ,(2) masalah
pemilihan obat, (3) masalah pemberian dosis obat, (4) masalah
pemberian/penggunaan obat, (5) interaksi obat, (6) masalah lainnya.
(Pharmaceutical Care Network Europe, 2006). Sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran
keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
b. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif
c. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai
d. Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepatprosedur, tepat-pasien
e. Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
(Permenkes, 2011)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong


perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-
bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti
serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi
(Permenkes, 2011).

2.6. Asuhan Kefarmasian


Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah tanggung jawab
langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien
dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup
pasien. Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tetapi juga
keputusan tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk tidak
menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda
pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada
pasien (American Society of Hospital Pharmacists, 1993).
Seorang Apoteker yang berperan di dalam mikrosistem (apotek,
puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, dan sarana pelayanan farmasi lain)
dalam membangun keselamatan pasien harus mampu mengelola dengan baik
elemen-elemen dalam mikrosistem tersebut, yaitu sistem pelayanan, sumber daya,
sistem inventori, keuangan dan teknologi informasi. (Depkes RI, 2008).
Penelitian tentang efek dari partisipasi apoteker pada ronde dokter dan
kejadian efek yang merugikan dari obat dilakukan pada ruang perawatan intensif
rumah sakit umum Massachusetts di Boston menunjukkan bahwa kehadiran
apoteker pada saat ronde sebagai anggota tim di ruang perawatan intensif
menurunkan angka kejadian efek yang merugikan dari obat karena kesalahan
penentuan obat (Leape Lucian L et al., 1999). Intervensi apoteker dalam
mencegah terjadinya masalah terkait dengan obat akan mempengaruhi biaya
kesehatan, menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas hidup
(Alderman CP, Farmer C., 2001).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

2.7. High Alert Medication


Pada poin sasaran III yakni peningkatan keamanan obat yang harus
diwaspadai. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
berdasarkan sasaran III mengenai peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high alert) dalam Standar SKP III, Rumah sakit mengembangkan
suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai
(high alert), Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien
(Permenkes, 2011).
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-
obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan
magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat) (Permenkes, 2011).
Menurut ISMP (Institute for Safe Medication Practices) daftar High
Alert Medications in Acute Care Settings sebagai berikut :
Tabel 2. daftar High Alert Medications in Acute Care Settings
Kelas Pengobatan Pengobatan spesifik
Adrenergik agonists, IV (epinefrin, Epinefrin subkutan
phenylephrine, norepinefrin)
Adrenergik antagonis IV (propanolol, Epoprostenol (flolan), IV
metoprolol, labetolol)
Antiaritmia (lidokain, amiodaron) Insulin U-500
Antitrombotik agen Injeksi magnesium sulfat
Larutan kardioplegik Metotreksat
Kemoterapi agen, parenteral dan oral Injeksi kalium klorida pekat
Dekstrosa, dan lain-lain Injeksi kalium fosfat
( ISMP, 2014)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk


memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Maksud
dan Tujuan Sasaran III, Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan
orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar
pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga
membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati
(permenkes, 2011).
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) (Permenkes, 2011).

2.8. Kalium Klorida


2.8.1. Kalium
Elektrolit dalam tubuh adalah substansi yang membawa muatan positif
(kation) atau muatan negatif (anion). Fungsi dari kation adalah mentransmisi
impuls saraf ke otot dan kontraksi dari otot-otot rangka dan polos. Kation dari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

elektrolit paling banyak terdapat dalam sel (kalium, magnesium, dan sebagian
kalsium), dalam cairan ekstraselular (CES) yang terdapat pembuluh darah dan
ruang antar jaringan (natrium dan sebagian kalsium), dan dalam saluran
gastrointestinal. Dimana anion akan berdampingan dengan kation
(Kee, Joycee L, 1996).
Kadar normal dalam plasma atau serum untuk kalium adalah 3,5 -5,3
mEq/L. Keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mEq/L disebut
hipokalemia, dan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L disebut
hiperkalemia. Terlalu sedikit kalium (dibawah 2,5 mEq) atau terlalu banyak
kalium (hiperkalemia) diatas 7,0 mEq/L dapat menimbulkan henti jantung.
Masukkan kalium yang dianjurkan adalah dianjurkan adalah 40-60 mEq/L setiap
hari didapatkan dari makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, atau dalam
bentuk suplemen kalium.
Larutan Kalium klorida (KCl) pekat dan kalium kuat lainnya. Tindakan
pencegahan harus diterapkan dalam konsentrasi kalium klorida yaitu :
a. 10% (1 gram kalium dalam 10 ml)
b. 15% (1,5 gram kalium dalam 10 ml)
c. 20% (1 gram kalium dalam 5 ml) dalam ampul dan vial.
(Cohn JN,2000)
Area perawatan yang menggunakan kalium klorida adalah Unit perawatan
intensif, unit perawatan ketergantungan yang tinggi, unit perawatan jantung,
lainnya, area khusus perawatan kritis khusus seperti unit ginjal, jantung, neonatal,
unit perawatan intensif dan beberapa kecelakaan dan keadaan darurat
(Cohn JN, 2000).
Fungsi kalium penting dalam transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf
dan untuk kontraksi otot rangka, otot jantung, otot polos. Kalium juga diperlukan
untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi (glikolisis) dan
asam amino menjadi protein. Kalium meningkatkan penyimpanan glikogen
(energi) dalam sel-sel hati. Kalium juga mengatur osmolalitas (konsentrasi solut)
dari cairan selular (Cohn JN, 2000).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

Monografi Kalium Klorida

Nama dagang : injeksi kalium klorida terkonsentrat, kalium klorida pekat


steril.

Golongan obat : elektrolit (suplemen kalium)

Kekuatan sediaan : ampul mengandung 0,75g/10 ml (10 mmol/10 ml), 1g/4ml


(13,4 mmol/4 ml), 1g/10ml (13,4 mmol/10ml), 1,5 g/10
ml (20 mmol/10 ml), 2 g/10 ml (26,8 mmol/10 ml).

Kekuatan kantung infus kalium premix antara 10-40


mmol dalam 500-1000 ml dalam cairan yang sesuai.

Isotonis kantung infus KCL premix termasuk :


a. 10 mmol KCL dalam 100 ml NaCL 0,26%
b. 30 mmol KCL dalam 500 ml NaCL 0,53%
c. 40 mmol KCL dalam 1 L NaCL 0,584%

Dosis yang menyebabkan kematian 25 mEq.

PH : 4-8

Administrasi : injeksi IM : tidak direkomendasikan

Injeksi subkutan : tidak direkomendasikan

Injeksi IV : kontraindikasi (harus dilarutkan jika akan


diberikan)

Infus IV : ampul harus dilarutkan dengan larutan yang


kompatibel melalui IV. Pencampuran harus berhati-hati
dan harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu.

Pada pasien yang memiliki serum dibawah 2,5 mmol/L


maka kecepatan infus tidak boleh melebihi 10 mmol/jam.

Pada pasien hipokalemia berat kecepatan infus tidak


boleh melebihi 20 mmol/jam.

Untuk bayi dan anak-anak : melalui vena perifer dan


vena sentral konsentrasi yang digunakan 60 mmol/L.

Stabilitas : Larutan premix KCL : stabil 24 jam dalam cairan infus


yang kompatibel.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

Kompatibilitas : Cairan kompatibel : glukosa 5%,glukosa 10%,larutan


glukosa dan natrium klorida,Ringer,NaCL 0,45%,NaCL
0,9%.

Obat yang kompatibel : aminophiline, amiodarone,


kalsium glukonat, cefepime, ceftazidine, kloramfenikol,
klindamisin, ciprofloksasin.

Inkompatibilitas : Cairan inkompatibel : mannitol

Obat inkompatibel : amoksilin, amfoterisin B,


azitromisin, benzilpenisilin, klorpromazine.

Produsen : PT.Otsuka Indonesia, PT.Abbott, PT.Fahrenheit, PT.Widatra


Bhakti, PT.Sanbe Farma (ISO,2012).

( The Australian Council for Safety and Quality, 2003)

2.8.2. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab
hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut (Unit Pendidikan Kedokteran-
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) :
1) Asupan Kalium Kurang
Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia
akibat asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan
berat badan (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan FKUI, 2007).
2) Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau
keringat. Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar
bersama bikarbonat (asidosis metabolik). Pengeluaran kalium yang berlebihan
melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik. Pengeluaran kalium
berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada
lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit
Pendidikan Kedokteran- Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
3) Kalium Masuk ke Dalam Sel

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,


pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik, paralisis periodik
hipokalemik, hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak
dengan penyebab dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan, kelemahan
otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia,
peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (Horne, 2001).
Setiap sel-sel mengalami kerusakkan karena trauma, cedera, pembedahan,
atau syok, kalium akan keluar dari sel ke dalam cairan intravaskular dan
diekskresikan oleh ginjal. Dengan hilangnya kalium dari sel, kalium akan pindah
dari plasma ke dalam sel untuk memulihkan keseimbangan kalium selular. Jika
ginjal tidak bekerja atau terserang penyakit kalium akan menumpuk di dalam
cairan intravaskulardan terjadi hiperkalemia. Jika kadar kalium serum diantara
3,0-3,5 mEq/L, 100-200 mEq/L kalium klorida (KCL) diperlukan untuk
meningkatkan kadar kalium serum sebanyak 1 mEq ( 3,0-4,0 mEq/L). Namun,
kalium klorida tidak dapat dengan cepat memperbaiki kekurangan kalium yang
berat (Cohn JN, 2000).
Kalium dapat diberikan secara oral atau intravena dan digabung dengan
suatu anion seperti klorida atau bikarbonat. Kalium oral dapat diberikan dalam
bentuk cair, bubuk, atau tablet. Kalium dapat mengiritasi lambung dan usus halus
sehingga harus diberikan dengan sedikitnya setengah gelas cairan (sari buah-
buahan atau air) dan akan lebih baik dengan segelas air (Singer GC, 1998).
Kalium intravena harus diencerkan dalam cairan karena tidak dapat
diberikan sebagai obat IV yang disuntikkan atau berupa bolus IV.

Tabel 3. Sedian Farmasi Larutan Kalium Klorida


Preparat Obat
Cairan oral Kalium kloria 10% = 20 mEq/15 ml,
20% = 40 mEq/ 15 ml. Kay Ciel
(kalium klorida), Kaochlor 10%
(kalium klorida), Kaon-Cl 20%
(kalium klorida), Potassium Triplex
(kalium asetat, bikarbonat sitrat)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

jarang dipakai.
Tablet/Kapsul oral Kalium klorida (tablet enteric-
coated), Kaon CL ( kalium klorida),
Slow K (kalium klorida 8 mEq), K-
lyte- CL (tablet effervescent), kdur,
microtab.
Kalium intravena Kalium klorida dalam cairan jernih
dalam vial multidosis / ampul
(2 mEq/L).
(Kee, Joycee L, 1996)
Tanda-tanda dan gejala hipokalemia adalah mual dan muntah, aritmia,
perut kembung dan otot yang kendur. Obat-obat tertentu menambah kehilangan
kalium seperti diuretik yang membuang kalium yaitu hidroklorotiazid
(Hydrodiuril), furosemid (Lasix), asam etakrinat (Edecrin), dan preparat kortison.
Pasien yang menerima obat-obatan tersebut harus menambah masukan kalium
dengan makanan yang kaya akan kalium atau suplemen kalium. (Singer GC,
1998).
2.8.3. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida

Tabel 4. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida


Nama Obat Efek
ACE Inhibitor garam kalium meningkatkan efek
hiperkalemi dari ACE inhibitor.

Angiotensin II Reseptor Bloker garam kalium meningkatkan efek


hiperkalemi dari Angiotensin II
Reseptor Bloker.
Antikolinergik dapat meningkatkan efek ulserogenik
dari kalium klorida.

Eplerenone dapat meningkatkan efek dari garam


kalium.
Diuretik hemat kalium Garam kalium dapat meningkatkan efek hiperkalemia
dari diuretik hemat kalium.

(American Pharmacists Association,2008)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

2.8.4. Pedoman Umum Penggunaan Kalium


1. terapi harus dilengkapi dengan konsumsi makanan dari makanan kaya
kalium
2. individu pada diet natrium terbatas sudah dianjurkan untuk menerima
suplementasi kalium
3. individu rawan mual, muntah, diare, bulimia, atau diuretik / pencahar
penyalahgunaan sudah dianjurkan untuk menerima suplemen kalium.
4. untuk mengisi kalium, mengelola dosis moderat dari kalium atas beberapa
hari sampai minggu
5. untuk lebih akurat penilaian total kalium tubuh, harus diukur ekskresi
kalium 24 jam dalam pasien berisiko tinggi
6. meningkatkan kepatuhan pasien dengan mengembangkan rejimen dosis
yang aman
7. meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan dosis rejimen seperti
formulasi mikroenkapsulasi, yang menurunkan pencernaan yang
merugikan efek tidak diinginkan
8. dosis kalium pada umumnya untuk pencegahan hypokalemia adalah 20
meq / hari dan biasa pengobatan dosis adalah 40 sampai rp100 meq per
hari.
(Schultz NJ, 1999).

2.9. Penyimpanan, Pelabelan , Peresepan, Pencampuran, dan Pemberian Kalium


Klorida
Pada tahun 2007, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan
Patient Safety Solution dimana mengidentifikasikan kalium klorida pekat (KCL)
sebagai high risk medication. Di Amerika Serikat, selama 2 tahun pelaporan buruk
pada penggunaan kalium, 10 kematian dilaporkan kepada Joint Commision yang
merupakan sebuah organisasi internasional terkemuka yang memberikan
akreditasi rumah sakit internasional dan di Kanada, antara 1993-1996, 23 kejadian
yang dilaporkan. Sementara semua obat yang berpotensi berbahaya, elektrolit
konsentrat sehingga tidak mungkin untuk membalikkan efek dari kesalahan pada
penggunaan KCL. Singkatnya, kalium pekat mematikan bila tidak dipersiapkan
dan diberikan sesuai aturan. WHO/Joint Commission merekomendasikan agar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

organisasi kesehatan memiliki sistem dan proses untuk praktek aman penggunaan
kalium klorida dan larutan elektrolit pekat lainnya.
rekomendasi:
a. Sangat penting bahwa ketersediaan, akses / penyimpanan, resep, pemesanan,
penyiapan, distribusi, pelabelan, verifikasi, administrasi dan pengawasan
terhadap agen tersebut dipandu sedemikian rupa sehingga potensi untuk
kesalahan diminimalkan atau dihilangkan.
b. Pendekatan untuk masalah ini harus multidisiplin dan melibatkan tenaga
medis, keperawatan, keselamatan pasien dan perwakilan farmasi.

2.9.1. Definisi Kalium pekat


Joint Commission International (JCI) mendefinisikan kalium klorida
pekat dengan konsentrasi lebih besar dari atau sama dengan 2 mmol/mL (JCI,
2012). Australian Commission for Safety & Quality in Healthcare berfokus pada
pemindahan ampul kalium klorida dalam penyimpanan, dan pentingnya
pengenceran sebelum digunakan daripada mendefinisikan konsentrasi secara
spesifik. Bahaya yang terkait dengan kalium dapat memiliki konsekuensi sama
walaupun dalam konsentrasi rendah , personalia di rumah sakit mungkin memiliki
definisi beragam apa yang dianggap terkonsentrasi. Sehingga hal tersebut menjadi
hal penting bahwa setiap rumah sakit mengembangkan definisi yang disepakati
sendiri " individu terkonsentrasi" yang menjadi dasar kebijakan lokal (The
Australian Council for Safety & Quality, 2013).

2.9.2. Penyimpanan Kalium Intravena


Pemindahan larutan elektrolit pekat, khususnya kalium klorida, dari unit
perawatan pasien memiliki dampak positif ditandai pada pengurangan kematian
dan mencegah terjadinya cedera yang terkait dengan agents tersebut (JCI,2007).
a. Idealnya, pemindahan kalium pekat dari daerah perawatan pasien sesuai
tujuan.
b. Larutan infus kalium siap-campuran (prefilled bags) harus digunakan bila
dimungkinkan.
c. Ready mixed potassium infussion bags harus dipisahkan dari cairan IV
lainnya dalam area penyimpanan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

d. Minimal, kalium pekat harus dipisahkan dari obat lain misalnya, dalam
lemari terpisah/aman atau terkendali di lemari obat. Rumah sakit mungkin
dapat mempertimbangkan pengobatan produk kalium pekat sebagai obat
yang dikontrol dalam bentuk pencatatan. Hal tersebut baik dilakukan di
dalam apotek dan di daerah perawatan pasien.
e. Kalium pekat harus disimpan dan disiapkan di daerah klinis, risiko
menggunakan produk ini harus dikelola dengan menerapkan beberapa
tindakan pencegahan termasuk :
1. Menyesuaikan dengan stok baku kalium pekat dengan kemiripan
pada pelabelan dan kemasan.
2. Memisahkan penyimpanan kalium pekat dari obat-obatan lain.
3. Membatasi akses kalium pekat hanya pada staff berkualitas.
4. Membatasi jumlah kalium pekat yang disimpan di area klinis.

2.9.3. Masalah Peresepan Kalium


Kalium oral dapat diresepkan bersama dengan IV kalium ( Mount et Al,2012).
1. Kalium intravena harus ditentukan kekuatan yang memungkinkan tersedia
siap dicampur dalam larutan infus kalium (prefilled bags) untuk penggunaan
yang dimungkinkan.
2. Departemen farmasi harus memberikan resep dengan daftar yang tersedia
dalam kantung infus kalium yang siap dicampur.
3. Selalu mempersiapkan spesifitas (penentuan konsentrasi) kalium (Fosfat atau
klorida) yang akan digunakan.
Menentukan kelarutan cairan dan volume
1. Volume akhir harus selalu ditentukan.
2. Terapi awal penggantian kalium tidak harus melibatkan infus glukosa, karena
glukosa mungkin menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam konsentrasi
plasma kalium (Mount et al., 2012).
3. Konsentrasi maksimum normal kalium untuk pemberian perifer adalah 40
mmol/L (BNF, 2013). Namun, rasa sakit atau flebitis mungkin terjadi selama
pemberian IV larutan yang mengandung 30 mmol (AHFS Drug Information,
2013).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

4. Tentukan laju administrasi. Laju administrasi : pedoman praktek saat ini,


didukung oleh IMSN menyarankan resep yang memiliki laju maksimum 10
mmol kalium klorida / jam untuk daerah bangsal umum.
5. Administrasi lebih cepat hanya dianjurkan dan monitoring jantung yang
memungkinkan. Dalam situasi ini, IMSN merekomendasikan laju maksimum
20 mmol kalium/jam. Setiap rumah sakit harus memiliki standar yang
disepakati sebagai maksimum administrasi (ISMN, 2013).

2.9.4. Administrasi Kalium klorida


Praktek pemberian obat yang aman : Infus kalium cepat dapat berakibat toksik
bagi hati dan fatal. Jika kalium pekat harus ditambahkan ke kantung infus harus
diambil dan dipastikan dapat dicampur. Pencampuran yang tidak sempurna dapat
menyebabkan lapisan kalium terkonsentrasi pada dasar kantung infus dan
administrasi tidak tepat pada bolus berakibat toksisitas. Untuk menghindari risiko
ini, setelah penghitungan jumlah kalium pekat dengan benar telah ditambahkan,
campurkan secara menyeluruh dengan menekan dan membalik kantung infus
setidaknya 10 kali (Gray et al., 2012).
1. Infus Kalium harus selalu dikelola dengan menggunakan pompa infus
terkontrol (Gahart, 2013). ini harus diperhitungkan ketika membawa pasien di
daerah klinis.
2. Pertimbangan untuk menggunakan label peringatan berisiko tinggi pada
larutan kalium intravena sebelum pemberian.
3. Tingkat administrasi : pedoman praktek saat ini, didukung oleh IMSN
tersebut, menyarankan resep dengan laju maksimum pemberian 0.2 mmol/kg
/jam. (tidak melebihi 10 mmol/jam) kalium klorida untuk daerah bangsal
umum. Tingkatan administrasi lebih cepat hanya dianjurkan bila central line
dan monitoring jantung yang memungkinkan. Dalam situasi ini, IMSN
merekomendasikan laju maksimum adalah 20 mmol kalium/jam.
4. Konsentrasi maksimum kalium normal untuk pemberian perifer adalah
40mmol/L (AHFS, 2013). Namun, rasa sakit atau flebitis mungkin terjadi
selama pemberian larutan IV yang mengandung 30 mmol atau lebih banyak
kalium /L (AHFS, 2013).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

5. Pengukuran berulang konsentrasi plasma kalium diperlukan untuk


menentukan apakah infus lebih lanjut diperlukan, dan untuk menghindari
perkembangan hiperkalemia.

2.9.5. Pemberian Obat


Larutan infus kalium Siap-campuran (prefilled bags) harus disiapkan
dan digunakan bila memungkinkan, dalam bentuk ampul kalium pekat, (WHO,
2010). Departemen Farmasi harus memberikan resep dengan daftar yang tersedia
siap dicampur dalam kantung infus kalium. Pelabelan : vial kalium, jika
disimpan di tempat perawatan pasien, harus memiliki label peringatan yang
menyatakan "HARUS DILARUTKAN". WHO merekomendasikan bahwa ini
harus menjadi peringatan (WHO, 2010). Penyiapan kalium pekat di rumah sakit
harus memastikan bahwa prosedur tertentu melibatkan lokasi, penyimpanan dan
penggunaan kalium dalam area penggunaan spesialis (IMSN, 2013).

2.10. Peraturan Penyimpanan, Penandaan, Penyiapan, dan Penggunaan Kalium


Klorida Pekat Di RSUP. Fatmawati (Nomor Dokumen
HK.03/05/II.1/1649/2012 (025/FAR)
Penyimpanan obat high alert yang diterima dengan memeriksa :
1. Nama obat high alert.
2. Jumlah obat high alert.
3. Tanggal kadaluarsa obat high alert.
4. Kondisi fisik obat high alert.
5. Kondisi penyimpanan khusus obat high alert.
Pemberian penanda khusus (stiker high alert) oleh petugas farmasi di
gudang atau depo farmasi diberikan pada kemasan fisik
(vial/ampul/syringe/flesh). Pencatatan stok obat high alert yang diterima,
pencatatan dilakukan oleh petugas dalam sistem informasi rumah sakit (SIRS) dan
kartu stok obat high alert sebagai penambahan jumlah.
Penempatan obat high alert oleh petugas pada lemari penyimpanan obat yang
bertanda khusus (list merah dan stiker high alert) dengan kriteria (khusus kalium
klorida pekat) :
a. Elektrolit pekat injeksi KCL dan NaCL 3% hanya disimpan di
instalasi farmasi (depo dan gudang) dalam troly emergency (IBS,
ICU, ICCU, NICU, PICU, resusitasi IGD).
b. Penempatan obat high alert oleh petugas pada lemari penyimpanan
dengan metode FIFO dan FEFO dengan cara :

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

1. Obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu


dingin antara 2-80C maka disimpan dalam lemari
pharmaceutical refrigerator.
2. Obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu
ruangan yaitu 250C maka disimpan dalam lemari yang
diberikan penanda khusus.
Pelaksanaan teknik pencampuran obat injeksi high alert secara aseptik
oleh petugas pencampuran obat :
1. Prosedur Mengambil Larutan Dari Ampul atau
2. Prosedur Mengambil Larutan Dari Vial (sesuai dengan
sediaan obat yang dikerjakan.
Penyiapan obat high alert dengan pemberian obat high alert dan label
identitas yang sesuai pada setiap syringe atau infus yang sudah berisi obat oleh
petugas pencampuran obat. Label identitas berisi data tentang :
1. Nama Pasien
2. Nomor Rekam Medik
3. Nama Obat
4. Dosis obat
5. Pelarut dan volume pelarut
6. Rute Pemberian
7. Tanggal Pembuatan
8. Tanggal Kadaluarsa setelah pelarutan obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

Bagan 1. Alur Pencampuran Obat High Alert di Ruang Rawat Inap

(Kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen HK.03.05/II.1/1651/2012


(025/FAR)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

Bagan 2. Proses Permintaan Kalium klorida di Foothills Medical Centre

2.Perawat
melakukan 3.Perminta 5. Unit
1. Pre- ordering an dicetak panitera 6. Perawat
4. Unit
order KCL sebanyak 2 meminta mendapat
panitera
through premix buah penjelasan obat dari
mengambil
OPSCAR/ langsung (untuk unit lebih lanjut lemari
permintaan
TDS kepada dan kepada narkotik.
petugas farmasi) perawat.
farmasi

Farmasi
menyimpan stok
dalam lemari
narkotik. Perawat
mendapatkan
kunci kemudian
mengambil KCL,
paraf perawat)

Perawat melakukan
pencampuran dan
pasien yang
Pasien mendapatkan Perawat memberikan menandakan obat.
menggunakan obat
obat. obat Jika dalam keadaan
dimonitoring.
sibuk boleh dilakukan
farmasi.

Perawat memperhitungkan
kecepatan pemberian dan
volume pemberian.

Kemudian pencampuran
dan penandaan obat
dilakukan.

(Esmail et al.,2005)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Pelaksanaan pemberian obat high alert kepada pasien dengan verifikasi tujuh
BENAR oleh DPJP atau oleh dengan pasien IRNA di ruangan :
1. Benar obat
2. Benar waktu pemberian dan frekuensi pemberian
3. Benar dosis
4. Benar rute pemberian
5. Benar pasien
6. Benar informasi
7. Benar dokumentasi
Pelaksanaan pemberian obat high alert pada pasien pengguna KCL :
a. Apabila obat high alert Dalam sediaan khusus maka dokter DPJP
atau perawat yang melakukan pemberian obat langsung pada
pasien. Bentuk sediaan tersebut adalah :
1. Enteral (Sublingual, Rektal)
2. Parenteral ( intravaskular,intra Muscular, Subcutan)
3. Lain-lain (inhalasi,intranasal, intratekal,topikal,
transdermal)
b. KCL 7,46% injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 Meq =
1 ml) harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1
ml KCL : 10 ml pelarut (WFI/NaCL 0,9%). Konsentrasi dalam
larutan maksimum adalah 10 Meq/100 ml. Pemberian KCL injeksi
melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan
infus 10 Meq/jam (atau 10 Eq KCL dalam 100 ml pelarut/jam).
Pemberian obat KCL melalui central line (vena sentral),
konsentrasi maksimum adalah 20 Meq/100ml, kecepatan infus
maksimum 20 Meq/jam (atau 20 Meq KCL dalam 100 ml
pelarut/jam).

Pelaksanaan pencatatan dan pendokumentasian penerimaan obat High


Alert yaitu :

1. Bila pasien dalam keadaan kondisi sadar dan koperatif maka


pasien memberikan tanda tangan dalam kolom paraf pasien
pada formulir pencatatan dan pemantauan penggunaan obat
pasien.
2. Bila pasien tidak sadar atau tidak kooperatif maka keluarga
pasien memberikan tanda tangan.
3. Bila pasien terlantar (kondisi tidak sadar dan tidak ada
keluarga) maka penandatanganan pemberian obat dilakukan
oleh perawat ruangan. Pencatatan pemberian obat pasien
yang telah dilakukan dalam rekam medik pasien oleh DPJP
atau perawat ruangan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

2.11. Kerangka Konsep

STANDAR
Standarisasi
Pelayanan 1. Penyimpanan
* Joint Commission
International ( JCI)
PROBLEM (2012)
2. Pelabelan
"High Alert * KARS (2012)
Medication"
High Consentrat 3. Penyiapan
"KCL Pekat" (Preparing)
TARGET
Peningkatan Mutu 4. Pemberian /
Pelayanan Kesehatan administrasi
Pasien Safety
Patient

Persentase Persentase Tidak


Sesuai Standar Sesuai Standar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

2.12. Definisi Operasional

Materi Definisi

Profil Gambaran mengenai penyimpanan,


penandaan, penyiapan dan pemberian
obat high alert medication yaitu kalium
klorida pekat.
Pengelolaan Meliputi proses pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, Pemusnahan dan
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(Permenkes, 2014).

High Alert Medication Obat-obatan yang perlu diwaspadai


(high-alert medications) adalah obat
yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel
event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome)
(Permenkes, 2011).

Kalium klorida terkonsentrat The National Patient Safety Agency


(UK) mendefinisikan konsentrasi lebih
besar dari 1.34mmol / mL kalium
klorida (KCL) dan setiap kalium fosfat
botol / ampul atau Miniplasco sebagai
larutan terkonsentrat (National Patient
Safety Agency, 2002).

Metode Observasional Survei/visitasi guna penilaian objek


yang sedang diamati disesuaikan dengan
jadwal yang telah dibuat dalam
penelitian.

Cross sectional Suatu penelitian dimana variabel


independen/faktor penyebab/faktor
risiko dan variabel dependen/faktor
akibat/faktor efek dikumpulkan pada
saat bersamaan (Supardi, 2002).

Objek Penelitian Seluruh hal terkait materi penelitian


mencakup : tempat penyimpanan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Penandaan, Pencampuran, Pemberian.

Rumah sakit Institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat
(permenkes, 2010).

JCI JCI (Joint Commission International)


merupakan badan akreditas international
yang merupakan bagian dari Joint
Commission on Accreditation of
Healthcare Organization (JCAHO-
USA). JCI adalah suatu organisasi yang
independen, nonprofit, dan bukan
lembaga pemerintahan (Shelly, 2011).

Hipokalemia Bila kadar kalium kurang dari 3.5


mEq/L disebut sebagai hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan
kelainan fatal listrik jantung yang
disebut sebagai aritmia. Kekurangan ion
kalium ini menyebabkan frekuensi
denyut jantung melambat (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI,
2007).

Sentinel event Suatu KTD yang mengakibatkan


kematian atau cedera serius (Menkes,
2010).

KTD Kejadian tidak diharapkan adalah


Kejadian cedera pada pasien selama
proses terapi/ penatalaksanaan medis
mencakup seluruh aspek pelayanan
termasuk diagnosa, terapi, kegagalan
diagnosa/terapi, sistem peralatan untuk
pelayanan, adverse event dapat dicegah
atau tidak dicegah (Depkes RI, 2008).

Insiden keselamatan pasien setiap kejadian yang tidak disengaja dan


kondisi yang mengakibatkan atau

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

berpotensi mengakibatkan cedera yang


dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) ,
Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan
kejadian sentinel yang merupakan suatu
KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera serius (Menkes, 2010).

Instalasi rawat inap Ruang untuk pasien yang memerlukan


asuhan dan pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara berkesinambungan
lebih dari 24 jam (Depkes, 2006).

Ruang pediatri Ruangan yang digunakan untuk pasien


anak-anak.

Penentuan skor 0,5,10 a. Tercapai Penuh (TP) diberikan


skor 10.
b. Tercapai Sebagian (TS)
diberikan skor 5.
c. Tidak Tercapai (TT) diberikan
skor 0. (KARS,2014).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di gudang farmasi, depo farmasi teratai, instalasi
rawat inap teratai Ruang anak lantai III selatan High Care Unit (HCU) Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2015 sampai dengan Juni 2015.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjudul Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai


High Alert Medication di RSUP. Fatmawati menggunakan metode observasional
dengan desain cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara
pengamatan prospektif yang ditujukan untuk mengamati prevalensi penggunaan
kalium klorida pekat yang sudah distandarisasi Joint Commission International
dan KARS yang telah diadopsi oleh pihak RSUP. Fatmawati.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah data kalium klorida melalui checklist
peneliti dan pasien pediatri pengguna kalium klorida.

3.3.2. Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini merupakan pasien pediatri yang menggunakan
kalium klorida di instalasi rawat inap teratai Ruang anak lantai III High Care
Unit Selatan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang memenuhi kriteria
inklusi dan pengambilan sampel secara total sampling.

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

3.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi


3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Teratai - high care unit 3
selatan RSUP. Fatmawati.
2. Pasien pediatri pengguna injeksi kalium klorida pekat di RSUP.
Fatmawati.
3. Observasi penyimpanan, penandaan, penyiapan, pemberian kalium
klorida pekat di gudang farmasi,depo farmasi teratai, dan high care unit 3
selatan yang berada pada waktu visitasi peneliti sehingga dapat
didokumentasikan dalam checklist peneliti.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien pediatri pengguna kalium klorida pekat tidak memiliki rekam
medis yang jelas.

3.5. Pengumpulan data


Data dikumpulkan secara prospektif melalui data checklist observasi
peneliti dan rekam medis pasien pengguna kalium klorida pekat.

3.5.1. Data yang dikumpulkan didapat dari :


a. Checklist yang disusun oleh peneliti berdasarkan standar JCI
melalui variabel penelitian meliputi :
1. Penyimpanan kalium klorida pekat yang distandarisasi JCI.
2. Penandaan kalium klorida pekat yang distandarisasi JCI.
3. Pencampuran kalium klorida pekat yang distandarisasi JCI.
4. Pemberian kalium klorida pekat kepada pasien yang
distandarisasi JCI.
b. Rekam medis pasien neonatus dan pediatri yang menggunakan
kalium klorida pekat meliputi :
1. Identitas pasien
2. Nama obat
3. Dosis obat
4. Waktu dan frekuensi obat
5. Rute pemberian obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

3.6. Alur Penelitian :

Izin Penelitian
Setelah memperoleh surat izin untuk melakukan penelitian dari fakultas kedokteran
dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syariefhidayatullah Jakarta, peneliti
mendatangi lokasi penelitian yaitu RSUP. Fatmawati.

Instrumen Penelitian
Checklist sesuai kebijakkan
RSUP.Fatmawati mengenai
penyimpanan, penandaan, penyiapan, dan Rekam medis pasien pediatri pengguna
pemberian kalium klorida pekat. kalium klorida pekat

Pengumpulan Data

Peneliti melakukan observasi dan visitasi ke gudang farmasi, depo farmasi, instalasi
rawat inap Ruang anak lantai III, high care unit 3 selatan sesuai jadwal visitasi peneliti
yang telah diatur.

Analisis Data

Analisis data menggunakan Microsoft excel.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

3.7. Rencana Teknik Analisis Data


Analisis data menggunakan microsoft excel. Data kalium klorida pekat dan
pasien pediatri yang menggunakan kalium klorida dianalisis secara observasi dan
disimpulkan berdasarkan persentase (frekuensi) dari data checklist yang telah
disusun peneliti, meliputi :
1. Standarisasi penyimpanan kalium klorida terkonsentrat menurut JCI.
2. Standarisasi penandaan kalium klorida terkonsentrat menurut JCI.
3. Standarisasi pencampuran kalium klorida terkonsentrat menurut JCI.
4. Standarisasi administrasi kalium klorida terkonsentrat menurut JCI.

Pengukuran checklist tersebut menggunakan skala guttman. Menurut


Usman Rianse dan Abdi bahwa skala Guttman sangat baik untuk meyakinkan
peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering
disebut dengan atribut universal (Usman Rianse dan Abdi, 2011:155). Skala
Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan hasil
penelitian mengenai kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti. Adapun
skoring perhitungan responden dalam skala Guttman adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Penilaian Skala Gutmann
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1
Sumber : Riski,2012
Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi satu dan skor
terendah nol, untuk alternatif jawaban dalam kuesioner, penyusun menetapkan
kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu Ya = 1 dan Tidak = 0, sedangkan
kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Ya = 0 dan Tidak = 1. Dalam
penelitian ini penyusun menggunakan skala Gutman dalam bentuk checklist,
dengan demikian penyusun berharap akan didapatkan jawaban yang tegas
mengenai data yang diperoleh.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

3.8. Ketentuan penilaian berdasarkan pedoman tata laksana survei akreditas


rumah sakit oleh KARS (komisi akreditas rumah sakit) 2014
Penilaian suatu Standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya Elemen
Penilaian (EP), menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut.
Penilaian suatu EP dinyatakan sebagai :
d. Tercapai Penuh (TP) diberikan skor 10.
e. Tercapai Sebagian (TS) diberikan skor 5.
f. Tidak Tercapai (TT) diberikan skor 0.
3.8.1 Penentuan skor 10 (Sepuluh)
a. Temuan tunggal negatif tidak menghalangi nilai tercapai penuh dari
minimal 5 telusur pasien / pimpinan / staf.
b. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara,
observasi dan dokumen (misalnya, 8 dari 10) dipenuhi.
3.8.2. Penentuan skor 5 (Lima)
a. Jika 20% sampai 79% (misalnya, 2 sampai 7 dari 10) dari temuan atau
yang dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen.
b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian area / unit kerja
yang
c. seharusnya dilaksanakan.
d. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh / lengkap.
e. Kebijakan / proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat
dipertahankan.
3.8.3. Penentuan skor 0 (Nol)
a. Jika < 19 % dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi
dan dokumen.
b. Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di area / unit kerja di mana harus
c. dilaksanakan.
d. Regulasi tidak dilaksanakan.
e. Kebijakan / proses tidak dilaksanakan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ketentuan Penilaian Kesesuaian Standar


Ketentuan penilaian kesesuaian dengan standar Profil Pengelolaan
Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication di RSUP.Fatmawati
berpedoman pada tata laksana survei akreditas rumah sakit pada bab ketentuan
penilaian dan kelulusan akreditas rumah sakit (KARS,2014). Ketentuan penilaian
berdasarkan empat variabel penelitian yaitu penyimpanan, penandaan, penyiapan
dan pemberian kalium klorida kepada pasien Rawat Inap Teratai High Care Unit
3 Selatan.
Penelitian ini dengan melakukan observasi dan visitasi untuk memantau
kepatuhan standar akreditas KARS (Komisi Akreditas Rumah Sakit) dan JCI
(Joint Commission International) yang telah diadopsi dalam kebijakan RSUP.
Fatmawati mengenai penyimpanan, penandaan, penyiapan dan pemberian kalium
klorida pekat sebagai high alert medication. Observasi profil pengelolaan kalium
klorida pekat ini meliputi pelaksanaan self assesmen di RSUP.Fatmawati,
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (KARS,2014).
Adapun penilaian kesesuaian dengan standar telah dijabarkan pada subbab
3.8. Ketentuan penilaian berdasarkan pedoman tata laksana survei akreditas rumah
sakit oleh KARS (Komisi Akreditas Rumah Sakit) 2014.

4.2. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Di Gudang Farmasi


Gudang farmasi merupakan salah satu objek penelitian yang telah diamati
penyimpanan dan penandaannya sedangkan variabel lain penyiapan hanya
dilakukan di Depo Farmasi Teratai dan pemberian hanya dilakukan di High Care
Unit 3 Selatan.
4.2.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan Di Gudang Farmasi
Pada tabel 5 akan dijelaskan persentase penilaian sebagai berikut :

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Tabel 5. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat di Gudang


Farmasi RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penyimpanan Dokumentasi pengontrolan 4 6 7 4 40%
obat meliputi rekapan
penerimaan dan pengeluaran
KCL di unit penyimpanan
Kalium klorida pekat 6 1 10 6 85,7%
ditempatkan pada lemari
terpisah dari produk lain.
Penilaian Skala Gutmann 10 7 17 10 58,8%
Persentase kesesuaian dengan standar 10/17 x 100% = 58,8%
Persentase tidak sesuai dengan standar 7/17 x 100% = 41,2%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Variabel penelitian penyimpanan secara keseluruhan memiliki nilai


58,8% mendapatkan skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak
dilaksanakan secara penuh atau hanya tercapai sebagian.
Observasi tersebut yaitu dokumentasi pengontrolan obat meliputi rekapan
penerimaan dan pengeluaran kalium klorida pekat dan penempatan kalium klorida
pekat yang terpisah dari produk lain.
a. Pada point penilaian pertama yaitu dokumentasi pengontrolan kalium
klorida pekat hanya didapatkan nilai 40%. Hal tersebut bisa terjadi
karena petugas tidak mendokumentasikan pemasukkan dan pengeluaran
KCL pekat secara berkala walaupun petugas terkadang
mendokumentasikan hal tersebut. Seyogyanya petugas selalu memantau
pengeluaran dan pemasukkan KCL pekat sehingga dapat diberikan skor
5 (20-79%) standar tidak dilaksanakan secara penuh.
b. Pada point penilaian kedua yaitu penempatan kalium klorida pekat pada
lemari terpisah mendapatkan nilai 85,7%. Dalam hal tersebut kinerja
petugas telah baik sehingga diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan
bahwa standar terpenuhi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

4.2.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan di Gudang Farmasi


Penilaian dengan skala gutmann untuk variabel panandaan sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat di Gudang Farmasi
RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penandaan Penambahan label pada ampul 7 0 9 7 100%
KCL 25 mEq dengan
peringatan dilarutkan sebelum
digunakan.
Diberikan tanda/ stiker high 0 7 9 0 0%
alert pada kemasan 25 mEq.

Diberikan tanda/ stiker high 14 0 2 14 100%


alert pada tempat
penyimpanan.
Penilaian Skala Gutmann 21 7 11 21 75%
Persentase kesesuaian dengan standar 21/28 x 100% = 75%
Persentase tidak sesuai dengan standar 7/28 x 100% = 25%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Variabel penelitian penandaan secara keseluruhan nilai 75% mendapatkan


skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan secara penuh
atau hanya tercapai sebagian, observasi meliputi penambahan label pada ampul
KCL 25 mEq dengan peringatan "dilarutkan sebelum digunakan" dan diberikan
stiker High Alert pada kemasan 25 mEq serta diberikan stiker high alert pada
tempat penyimpanan.
a. Pada point penilaian pertama yaitu penambahan label pada ampul KCL
25 mEq dengan peringatan "dilarutkan sebelum digunakan" didapatkan
nilai 100%. Dalam hal tersebut tampak bahwa pelabelan harus
dilarutkan DO NOT USE WITHOUT DILUTION ini sudah
diverifikasi dari PT. Otsuka Indonesia secara langsung. Persentase
tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

b. Pada point penilaian kedua yaitu diberikan stiker high alert pada
kemasan 25 mEq mendapatkan nilai 0%. Dalam hal tersebut telah
dipastikan peneliti kepada petugas dan diberikan pernyataan bahwa
tugas penandaan high alert adalah tugas masing-masing depo farmasi
namun tercantum pada kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen :
HK.03.05/II.1/1625/2012 (025 / FAR) bahwa pemberian penanda
khusus (stiker high alert) oleh petugas farmasi di gudang atau di depo
farmasi, diberikan pada kemasan fisik (vial/ampul/syringe/flesh) obat
high alert sehingga dapat disimpulkan tugas penandaan tersebut
merupakan tugas bersama antara petugas farmasi baik di gudang
maupun di depo farmasi. Persentase untuk point penilaian kedua dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu penempatan kalium klorida pekat pada
lemari terpisah mendapatkan nilai 100%. Dalam hal tersebut kinerja
petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-
100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi.
Peninjauan lebih lanjut, peneliti mengamati keadaan suhu dan kelembaban
ruang penyimpanan kalium klorida pekat sebagai high alert medication
dinyatakan PT. Otsuka bahwa penyimpanan dibawah 300C (below 300C) dan
kelembaban dalam ruangan kurang lebih 60%. Hasilnya didapatkan bahwa suhu
dan kelembaban KCL pekat telah memenuhi kriteria yang baik dan sesuai yang
dipersyaratkan.

4.3. Penilaian Standar Pengelolaan KCL Pekat Di Depo Farmasi Teratai


4.3.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan Di Depo Farmasi
Teratai
Depo farmasi teratai merupakan objek penelitian lain adapun variabel
penelitian yang diamati adalah penyimpanan, penandaan, dan penyiapan sedangkan
variabel pemberian hanya dilakukan di high care unit 3 selatan. Variabel penelitian
penyimpanan secara keseluruhan nilai 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kinerja petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi. Penilaian dengan skala gutmann untuk
variabel penyimpanan sebagai berikut:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Tabel 7. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat di Depo Farmasi


Teratai RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penyimpanan Dokumentasi pengontrolan 16 0 12 16 100%
obat meliputi rekapan
penerimaan dan pengeluaran
KCL di unit penyimpanan
Kalium klorida pekat 27 0 1 27 100%
ditempatkan pada lemari
terpisah dari produk lain.
Penilaian Skala Gutmann 43 0 13 43 100%
Persentase kesesuaian dengan standar 43/43 x 100% = 100%
Persentase tidak sesuai dengan standar 0/43 x 100% = 0%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Observasi tersebut meliputi dokumentasi pengontrolan obat meliputi


rekapan penerimaan dan pengeluaran kalium klorida pekat dan penempatan
kalium klorida pekat yang terpisah dari produk lain.
a. Pada point penilaian pertama yaitu dokumentasi pengontrolan kalium
klorida pekat hanya didapatkan nilai 100%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa petugas mendokumentasikan pemasukkan dan pengeluaran
KCL pekat melalui buku permintaan KCL pekat secara berkala.
Persentase pada point pertama dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu penempatan kalium klorida pekat pada
lemari terpisah mendapatkan nilai 100%. Dalam hal tersebut kinerja
petugas telah baik sehingga dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
4.3.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan Di Depo Farmasi Teratai
Variabel penelitian penandaan secara keseluruhan bernilai 74,4%
mendapatkan skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

secara penuh atau hanya tercapai sebagian. Penilaian dengan skala gutmann untuk
variabel penandaan sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat di Depo Farmasi


Teratai RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penandaan Lembaran penerimaan infus 18 0 10 18 100%
konsentrasi tinggi harus
memuat : tanggal pengeluaran,
pasien, instalasi farmasi
Penambahan label pada ampul 28 0 1 28 100%
KCL 25 mEq dengan
peringatan dilarutkan sebelum
digunakan.
Diberikan tanda/ stiker high 0 27 1 0 0%
alert pada kemasan 25 mEq.

Diberikan tanda/ stiker high 14 3 11 14 82,4%


alert pada untuk pencampuran

Diberikan tanda/ stiker high 27 0 1 27 100%


alert pada tempat
penyimpanan.
Penilaian Skala Gutmann 87 30 24 87 74,4%
Persentase kesesuaian dengan standar 87/117 x 100% = 74,4%
Persentase tidak sesuai dengan standar 30/117 x 100% = 25,6%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Observasi meliputi lembaran penerimaan infus konsentrasi tinggi harus


memuat tanggal pengeluaran, pasien, instalasi farmasi, serta paraf petugas,
penambahan label pada ampul KCL 25 mEq dengan peringatan "dilarutkan
sebelum digunakan" dan diberikan stiker high alert pada kemasan 25 mEq,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

diberikan stiker pada kemasan campuran atau premix KCL dan diberikan stiker
high alert pada tempat penyimpanan.
a. Pada point penilaian pertama yaitu lembaran penerimaan infus
konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, nama pasien,
instalasi farmasi dan paraf petugas didapat nilai 100%. Hal ini dapat
diamati dari penerimaan resep yang masuk serta kartu indeks pasien
yang memuat pemberian obat intravena pada pasien. Persentase tersebut
dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu penambahan label pada ampul KCL 25
mEq dengan peringatan "dilarutkan sebelum digunakan" didapatkan
nilai 100%. Observasi pada point kedua tampak bahwa pelabelan harus
dilarutkan DO NOT USE WITHOUT DILUTION ini sudah
diverifikasi dari PT. Otsuka Indonesia secara langsung. Persentase
tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu diberikan stiker high alert pada
kemasan 25 mEq mendapatkan nilai 0%. Point tersebut tercantum pada
kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen:HK.03.05/II.1/1625/2012
(025/FAR) bahwa pemberian penanda khusus (stiker high alert) oleh
petugas farmasi di gudang atau di Depo farmasi, diberikan pada
kemasan fisik (vial/ampul/syringe/flesh) obat high alert sehingga dapat
disimpulkan tugas penandaan merupakan tugas bersama antara petugas
farmasi baik di gudang maupun di depo farmasi. Perolehan skor yang
dapat diberikan adalah 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak
terlaksana.
d. Pada point penilaian keempat yaitu pemberian tanda/stiker high alert pada
kemasan premix KCL bernilai 82,35% Persentase tersebut dapat diberikan
skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi. Secara lebih luas,
menurut Kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen
HK.03.05/II.1/1651/2012 (025 / FAR) mengenai pencampuran obat injeksi
high alert dinyatakan bahwa pemberian label obat high alert dan label

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

identitas yang sesuai pada setiap syringe atau infus yang sudah berisi obat
oleh petugas pencampuran obat .
Label identitas berisi data tentang nama pasien, nomor rekam
medik, nama obat, dosis obat, pelarut dan volume pelarut, rute pemberian,
tanggal pembuatan , tanggal kadaluarsa setelah pelarutan obat. Namun
terkadang peneliti masih menjumpai identitas pasien tidak lengkap
dikarenakan setelah penyiapan KCL premix maka dimasukkan etiket biru
namun apabila kita mengamati langsung pada ruang high care unit maka akan
mendapati petugas terkadang mengeluarkan cairan infus dari plastik. Di dalam
lemari obat pasien masih terdapat etiket biru lain milik pasien sebelumnya
sehingga hal ini dapat menyebabkan ketertinggalan obat pasien yang sudah
pindah dari ruangan misalnya pada tanggal 21 juni 2015 hingga 24 juni 2015
pada laci penyimpanan obat pasien terdapat KAEN 1B + KCL 10 mEq (14
juni 2015) bukan milik pasien tersebut (tidak ada identitas pasien). Hal ini
dapat dibuktikan pada kartu indeks pasien tidak menggunakan premix KCL.
e. Pada point penilaian kelima yaitu pemberian stiker high alert pada
tempat penyimpanan mendapatkan nilai 100%. Dalam hal tersebut
kinerja petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10
(80-100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi.
4.3.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyiapan Di Depo Farmasi
Teratai

Tabel 9. Hasil Penilaian Variabel Penyiapan KCL Pekat di Depo Farmasi


Teratai RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penyiapan Memperhitungkan konsentrasi 12 0 16 12 100%
kalium klorida yang akan
digunakan

Sebelum digunakan, KCL 12 0 16 12 100%


pekat harus diencerkan terlebih
dahulu.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Penggunaan pelarut NaCL 12 0 16 12 100%


0,9% atau saline

Konsentrasi kalium minimum 12 0 16 12 100%


dengan perbandingan 1 : 10

Penilaian Skala Gutmann 48 0 64 48 100%


Persentase kesesuaian dengan standar 48/48 x 100% = 100%
Persentase tidak sesuai dengan standar 0/48 x 100% = 0%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Variabel penelitian penyiapan secara keseluruhan bernilai 100%. Dalam


hal tersebut kinerja petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10
(80-100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi. Observasi meliputi perhitungan
konsentrasi kalium klorida yang akan digunakan, pengenceran KCL pekat
sebelum digunakan, penggunaan pelarut NaCL 0,9% atau saline dan konsentrasi
kalium minimum dengan perbandingan 1:10 seluruhnya bernilai 100%.

4.4. Penilaian Standar Pengelolaan KCL Pekat Di High care unit 3 selatan
4.4.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan di High Care Unit 3
selatan
Ruang anak high care unit 3 selatan merupakan objek penelitian terakhir
yang diamati peneliti melalui tiga variabel penelitian yaitu penyimpanan,
penandaan, dan pemberian kepada pasien. Observasi variabel penelitian
penyimpanan meliputi tersedia kalium klorida pekat 7,46% dalam bentuk mixed
sesuai konsentrasi standar ,tempat penyimpanan premix KCL terpisah dari produk
lain dan KCL pekat tidak disimpan area perawatan. Hasil dijelaskan pada tabel
dibawah :
Tabel 10. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat di High Care
Unit RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Penyimpanan Tersedia kalium klorida pekat 30 0 0 30 100%


7,46% dalam bentuk mixed
sesuai konsentrasi maksimal 10
mEq/100 ml.
Tempat penyimpanan KCL 0 30 0 0 0%
mixed terpisah dari produk lain

KCL pekat tidak disimpan di 29 1 0 29 96,7%


area perawatan

Penilaian Skala Gutmann 59 31 0 59 65,6%


Persentase kesesuaian dengan standar 59/90 x 100% = 65,6%
Persentase tidak sesuai dengan standar 31/90 x 100% = 34,4%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

a. Pada point penilaian pertama yaitu tersedia kalium klorida pekat 7,46%
dalam bentuk mixed sesuai konsentrasi standar didapatkan nilai 100%.
Dalam hal tersebut kinerja petugas depo farmasi teratai telah melakukan
pemeriksaan atau double check ketika penulisan pada buku permintaan
KCL pekat ataupun peresepan serta kartu indeks yang masuk. Dari
perolehan persentase yang didapat maka diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu tempat penyimpanan premix KCL
terpisah dari produk lain mendapatkan nilai 0%. Hal ini telah diamati
peneliti bahwa didalam lemari penyimpanan obat ruang High Care Unit
3 selatan berdasarkan nama pasien tetapi tempat penyimpanan KCL
premix tidak dipisahkan dan nampak tidak rapi (obat satu dengan yang
lain saling tertumpuk dan sampah plastik premix KCL dan etiket biru
pasien lama tidak dibuang). Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi
dengan memberikan sekat pada setiap lemari penyimpanan masing-
masing pasien seperti pada ruangan yang ada di bougenville dengan
penyesuaian nama obat dan diberikan sekat. Persentase tersebut dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

c. Pada point penilaian ketiga yaitu kalium klorida pekat tidak disimpan di
area perawatan mendapatkan nilai 96,7% dengan temuan 1 dari 30
pengamatan terdapat KCL pekat dinyatakan oleh petugas perawat
bahwa KCL pekat lupa direture kembali. Hal ini sebenarnya dapat
diantisipasi apabila perawat senantiasa melakukan pemeriksaan pada
lemari penyimpanan serta memberikan sekat maupun merapikan lemari
penyimpanan. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
4.4.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati

Tabel 11. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penandaan Lembaran penerimaan infus 30 0 0 30 100%
konsentrasi tinggi harus
memuat : tanggal pengeluaran,
pasien , instalasi farmasi
Diberikan tanda/ stiker high 22 8 0 22 73,3%
alert pada kemasan untuk
pencampuran.
Diberikan tanda/ stiker high 0 30 0 0 0%
alert pada tempat
penyimpanan.
Penilaian Skala Gutmann 52 38 0 52 57,8%
Persentase kesesuaian dengan standar 52/90 x 100% = 57,8%
Persentase tidak sesuai dengan standar 38/90 x 100% = 42,2%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Variabel penelitian penandaan secara keseluruhan bernilai 57,8%


mendapatkan skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan
secara penuh atau hanya tercapai sebagian. Observasi meliputi lembaran
penerimaan infus konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, pasien,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

instalasi farmasi, serta paraf petugas, diberikan tanda/stiker high alert pada
kemasan untuk pencampuran dan diberikan stiker high alert pada tempat
penyimpanan.
a. Pada point penilaian pertama yaitu lembaran penerimaan infus
konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, nama pasien,
instalasi farmasi dan paraf petugas didapat nilai 100%. Hal ini dapat
diamati dari kartu indeks pasien yang memuat pemberian obat intravena
pada pasien. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu diberikan tanda/stiker high alert pada
kemasan untuk pencampuran didapatkan nilai 73,3%. mendapatkan
skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan secara
penuh atau hanya tercapai sebagian.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu diberikan stiker high alert pada
tempat penyimpanan mendapatkan nilai 0%. Persentase tersebut dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.
Lemari penyimpanan obat ruang High Care Unit 3 selatan berdasarkan
nama pasien tetapi tempat penyimpanan KCL premix tidak dipisahkan
dan nampak tidak rapi (obat satu dengan yang lain saling tertumpuk dan
sampah plastik premix KCL dan etiket biru pasien lama tidak dibuang).
Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi dengan memberikan sekat pada
setiap lemari penyimpanan masing-masing pasien.

4.4.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Pemberian di High Care Unit 3


Selatan
Variabel penelitian pemberian secara keseluruhan bernilai 88,9%
Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi. Observasi meliputi pemberian larutan KCL pekat menggunakan pompa
infus / infus, dilakukan double check sebelum kalium klorida pekat digunakan
dengan point indentitas pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi obat,
rute pemberian obat, kecepatan pemberian maksimum larutan KCL premix 100
ml/jam, pencatatan dokumentasi penerimaan obat high alert.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Tabel 12. Hasil Penilaian Variabel Pemberian KCL Pekat di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Pemberian Pemberian larutan KCL pekat 30 0 0 30 100%
menggunakan pompa infus /
infus

Dilakukan double check 30 0 0 30 0%


sebelum kalium klorida pekat
digunakan.
Dengan point-point sebagai 30 0 0 30 100%
berikut :

Identitas pasien 30 0 0 30 100%

Nama obat 30 0 0 30 100%

Dosis obat 30 0 0 30 100%

Waktu dan frekuensi obat 30 0 0 30 100%

Rute pemberian obat 0 30 0 0 0%

Kecepatan pemberian 30 0 0 30 100%


maksimum larutan KCL premix
100 ml/jam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Pencatatan dokumentasi 30 0 0 30 100%


penerimaan obat high alert :
a) Bila pasien sadar, paraf
pasien.
b) Bila pasien tidak sadar
maka keluarga pasien
c) Bila pasien terlantar
maka paraf perawat
ruangan.
Penilaian Skala Gutmann 240 30 0 240 88,9%
Persentase kesesuaian dengan standar 240/270 x 100% = 88,9%
Persentase tidak sesuai dengan standar 30/270 x 100% = 11,1%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)

Hanya pada point rute pemberian obat yang tidak didokumentasikan


dalam kartu indeks pasien sehingga pasien hanya dapat diamati secara langsung
rute pemberiannya. Pemberian KCL pekat menggunakan infus atau pompa infus
seharusnya menggunakan pompa infus namun karena ketersediaan alat maka
digunakan infus untuk mengatasinya maka pasien pengguna larutan elektrolit
selalu dipantau kecepatan pemberiannya oleh perawat penjaga.

5.5. Penilaian Standar Pengelolaan Kalium Klorida Pekat di Gudang


Farmasi,Depo Farmasi Teratai, High Care Unit 3 Selatan

100%
80%
ADMINSITRASI
60%
PENYIAPAN
40%
PENANDAAN
20%
PENYIMPANAN
0%
GUDANG DEPO HIGH CARE
FARMASI FARMASI UNIT
TERATAI

Grafik 1. Perbandingan Persentase Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Pada


Objek Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Pada grafik 1 menunjukkan persentase variabel penelitian penyimpanan


termasuk kategori skor 5 (satndar terpenuhi sebagian) adalah gudang farmasi dan
high care unit 3 selatan. Hal tersebut didasarkan bahwa gudang farmasi
melakukan dokumentasi pengontrolan obat meliputi rekapan penerimaan dan
pengeluaran kalium klorida pekat tidak berkala dan high care unit 3 selatan yaitu
pemberian stiker high alert pada kemasan premix KCL (73,3%) dan tidak adanya
stiker high alert pada tempat penyimpanan obat.
Pada variabel penelitian penandaan ketiga objek penelitian tidak
melaksanakan kebijakan secara penuh. high care unit 3 selatan (57,8%)
didapatkan bahwa tidak terdapat stiker high alert pada tempat penyimpanan serta
stiker pada kemasan untuk pencampuran, baik depo farmasi teratai (74,4%)
maupun gudang farmasi (75%) tidak memberikan stiker high alert pada pada
kemasan kalium klorida 25 mEq yang seharusnya merupakan tanggung jawab
bersama antara petugas farmasi di depo dan gudang, seyogyanya petugas baik
farmasis yang berada di depo farmasi teratai maupun petugas perawat lebih
memperhatikan kembali kebijakan RSUP. fatmawati mengenai penyimpanan obat
high alert salah satunya kalium klorida pekat yang menyatakan bahwa pemberian
penanda khusus (stiker high alert) oleh petugas farmasi di gudang atau di depo
farmasi, diberikan pada kemasan fisik (vial/ampul/syringe/flesh) obat high
alert.(RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen : HK.03.05/II.1/1625/2012 (025 /
FAR).
Pelabelan expired date pada kemasan premix KCL penting untuk
diperhatikan walaupun pada checklist peneliti tidak dicantumkan. Hal ini menjadi
perhatian bagi peneliti bahwa pelabelan bukan hanya stiker high alert, identitas
pasien, dosis, jumlah obat serta waktu kadaluarsa harus memuat waktu dan
tanggal misalnya 72 jam setelah proses pembuatan (JCAHO,1998) ataupun
menurut sumber lain stabilitas premix KCL selama 24 jam dalam cairan infus
yang kompatibel (MIMS online,2007). Hal ini masih tampak bahwa petugas
farmasi maupun perawat tidak memperhatikan waktu kadaluarsa sediaan farmasi
premix KCL karena sering ditemukan pemix KCL yang sudah lebih dari 24 jam
hingga 72 jam berjumlah 14 kali temuan selama 30 hari (46,7%).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Pada variabel penelitian penyiapan yang hanya dilakukan depo farmasi


teratai sudah memenuhi standar (81,8%) dengan memperhitungkan konsentrasi
kalium klorida yang digunakan, pengenceran kalium klorida pekat dengan
menggunakan NaCL atau saline serta konsentrasi kalium minimum dengan
perbandingan 1 :10.
Pada variabel penelitian pemberian yang dilakukan di High Care Unit 3
Selatan sudah memenuhi standar (88,9%) namun penting untuk diperhatikan
bahwa rute pemberian obat tidak tercantum pada kartu indeks obat pasien
sebaiknya petugas menuliskannya. Hal ini berguna agar pemberian KCL pekat
dalam bentuk premix dinilai sudah tepat atau tidak sehingga meningkatkan
keamanan pemakaian elektrolit kalium klorida dalam bentuk premix (tidak terjadi
phlebitis pada pasien) seperti halnya tercantum pada kebijakan RSUP. Fatmawati
bahwa KCL 7,46% injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq = 1 ml)
harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCL : 10 ml
pelarut (WIFI/NaCL 0,9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10
mEq/100 ml. Pemberian KCL injeksi melalui perifer diberikan secara perlahan-
lahan dengan kecepatan infus 10 mEq/jam (atau 10 mEq KCL dalam 100 ml
pelarut/jam). Pemberian obat KCL melalui central line (vena sentral), konsentrasi
maksimum adalah 20 mEq/jam (atau 20 mEq KCL dalam 100 ml
pelarut/jam)(Nomor Dokumen HK.03.05/II.1/1649/2012(025/FAR).
Kelajuan maksimum tercatat pada kartu indeks pasien tidak melebihi 100
ml/jam sehingga sudah memenuhi standar yang ada. Didukung dengan adanya
data hasil laboratorium yang menjelaskan kadar K+ dan Cl- dalam darah dengan
metode ISE (Ion Selektif Elektroda) sudah sesuai dengan salah satu pelaksanaan
pemberian obat high alert kepada pasien dengan verifikasi tujuh benar oleh DPJP
atau perawat inap di ruangan yaitu benar pasien (Kebijakan RSUP.Fatmawati
Nomor dokumen HK.03.05/II.1/1649/2012 (025/ FAR). Pemeriksaan kadar
kalium dan klorida dengan metode ion selektif eletroda adalah yang paling sering
digunakan. Data dari Colledge of American Pathologists (CAP) pada 5.400
laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium lebih dari 99% menggunakan
metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu
yang baik(Klutts J.S. and Scott M.G,2006).
Tabel 13. Hasil Penilaian Medication Error Yang Terjadi di RSUP.Fatmawati
Variabel Indikator Ya Tidak T/A Persentase
Penelitian medication
error
Penyimpanan KCL pekat 1 29 0 3,33%
KCL premix 14 26 0 46,67%
expired date
Penggunaan KCL premix 1 29 0 3,33%
expired date

Medication error penggunaan KCL premix melebihi waktu kadaluarsa


ditemukan pada satu orang pasien (3,33%) dapat terjadi karena kurangnya
informasi mengenai stabilitas larutan infus KCL premix bagi petugas depo farmasi
atau perawat mengenai waktu kadaluarsa KCL premix dan satu kali temuan
terdapat KCL pekat didalam lemari penyimpanan.
Menurut ISMP medication safety alert dijelaskan bahwa banyak rumah
sakit di Kanada mengambil upaya serius untuk menghilangkan injeksi kalium
klorida pekat (KCL) dari keperawatan Obat Unit Floorstock sehingga
meningkatkan kesadaran bahwa ketersediaan KCL pekat di Unit Perawatan
merupakan salah satu akar penyebab kesalahan yang terjadi yaitu mengira KCL
pekat untuk saline normal atau air steril atau furosemid yang dapat menyebabkan
sentinel event dan telah dilaporkan sebelumnya sehingga rumah sakit di Amerika
Serikat telah mengambil inisiatif untuk menghapus KCL pekat dari ruang
perawatan pasien (ISMP 1998).
Medication error tersebut dapat diatasi dengan cara petugas kesehatan
membuat suatu brosur mengenai penggunaan kalium klorida pada pasien serta
lebih memperhatikan waktu kadaluarsa pada penyimpanan KCL premix sehingga
tidak membahayakan keselamatan pasien. Hal ini dipertegas dalam keputusan
direktur utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tentang pemberlakuan
pedoman sistem pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi bahwa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

informasi obat yang obyektif dan dapat dipercaya disediakan dalam bentuk
leaflate dan brosure yang dibuat oleh instalasi farmasi RSUP. Fatmawati secara
berkala dan didistribusikan ke seluruh satuan kerja (satker) yang membutuhkan
(HK.03.05/II.1/2607/2012) serta pentingnya petugas kesehatan lebih
memperhatikan kembali pengelolaan kalium klorida pekat khususnya dalam hal
penyimpanan sehingga medication error dapat diminimalisir.

5.6. Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan
diantaranya :
a. Penelitian ini hanya mampu mengidentifikasi pada pengelolaan
dalam segi penyimpanan, penandaan, penyiapan, dan administrasi
pengguna kalium klorida pekat.
b. Keterbatasan rentang waktu yang dilakukan peneliti dalam
observasi dan survei penelitian di beberapa objek penelitian.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil visitasi dan observasi Pengelolaan kalium klorida pekat
di RSUP. Famawati meliputi empat variabel penelitian yaitu penyimpanan,
penandaan, penyiapan yang hanya dilakukan di Depo Farmasi Teratai, dan
pemberian yang hanya dilakukan di High Care Unit 3 Selatan. Maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Di gudang farmasi perihal penyimpanan (58,82%) dan penandaan (75%)
dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh.
2. Di depo farmasi teratai meliputi penyimpanan (100%) dan penyiapan
(100%) dinilai sudah memenuhi standar namun perihal penandaan
(74,36%) dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh.
3. Di HCU 3 selatan meliputi penyimpanan (65,55%) dan penandaan
(57,78%) dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh, serta pemberian
yang sudah memenuhi standar (88,89%).
4. Medication error meliputi penyimpanan KCL pekat (3,33%), penggunaan
KCL premix melebihi waktu kadaluarsa (3,33%), penyimpanan KCL
premix expired date (46,67%).

5.2. Saran
1. Petugas kesehatan baik farmasis maupun perawat lebih memperhatikan
kembali kalium klorida pekat sebagai high alert medication.
2. Petugas kesehatan sebaiknya melakukan sosialisasi kembali terhadap
kebijakan RSUP.Fatmawati terkait obat high alert.
3. Meningkatkan kajian ilmu mengenai obat high alert khususnya kalium
klorida pekat sebagai larutan elektrolit yang pemberiannya harus
dimonitoring baik dalam hal penyimpanan, penandaan, penyiapan serta
pemberian kepada pasien sehingga pengelolaan tersebut dapat
meningkatkan keamanan pasien.

64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

DAFTAR PUSTAKA

AHFS Drug Information. Potassium chloride (updated June 2013). Accessed


online via subscription www.medicinescomplete.com 3 Jul 2013.
Alderman CP.,Farmer C.(2001). A brief analysis of clinical pharmacy
intervention under taken in an Australian teaching hospital. J.Qual.Clin.Practice,
21:99-10.
Anwar,asrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3. Jakarta :
Bina Rupa Aksara.
Aprillia,shelly. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam
Penerapan IPSG Pada Akreditas JCI Di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun
2011. Depok : Universitas Indonesia.
ASHP, 1993, Medication Therapy adn Patient Care: Organization and
Deliveryof Services-Statements, ASHP, Maryland.
BNF 44, British Medical Association & Royal pharmaceutical Society of
Great Britain, September 2002.
British National Formulary for Children. Chapter 9 Nutrition and Blood (Sept
2012) Accessed online. eBNFC via subscription www.medicinescomplete.com 16
Oct 2012.
Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant M. 2000. New guidelines for
potassium replacement in clinical practice. a contemporary review by the national
council on potassium in clinical practice. Arch Intern Med.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005.
Jakarta.
Departemen kesehatan RI. 2008. Panduan nasional keselamatan pasien rumah
sakit. Utamakan keselamatan pasien. Edisi 2. Jakarta : Depkes RI.
Departemen kesehatan RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap
Keselamatan Pasien. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Departemen of Publications Joint Commission Resources. 2010. The life


safety book A guide to using the Joint Commission Life Safety chapter and the
statement of conditions. Illinois : Joint Commission International Accreditation.
Depkes.go.id. WaMenkes RI : Mutu RS. Fatmawati Kini Diakui Secara
Internasional.
Djati,Riski.2012.Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh
Mahsiswa Dalam Rangka Impementasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta.UPI.Repository.Upi.Edu.
Donahue, Tina, Vanostenberg, Paul. 2000. Joint Commission International
Accreditation : Relationship to Four Models Of Evaluation. USA : International
Journal For Quality in Healthcare.
Esmail,rosmin.,et all.,2005. Using Helathcare Failure Mode and Effect
Analysis Tool. Healthcare Quarterly Vol.8.
Gahart & Nazareno. Intravenous Medications. Potassium acetate and
Potassium chloride monograph. 2013. Elsevier publications
Goel, S.L, 2006, Encyclopedia of Disaster Management: Disaster
Management Policy and Administration, New Delhi: Deep & Deep Publication.
Gray A, Wright J, Goodey V, Bruce L. Injectable Drugs Guide. Potassium
chloride monograph Accessed via www.medicinescomplete 2 Nov 2012.
Irish Medication Safety Network. 2013. Best Practice Guidelines for the Safe
Use of Intravenous Potassium in Irish Hospitals.
IAI. 2011. ISO Indonesia Volume 46. Surabaya. PT.ISFI.
JCAHO to lead world effort to fight medical errors . 2005. Physical Fitness
And Hygiene,Health Facilites And Administration Trade Journal. Chicago :
Health Health Care Strategic Management.
Joint Commission.1998.Storing And Securing Medication.USA.Joint
Commission on Accreditation of Healthcare Organizations.
Joint Commission International. (2012). Joint Commission International
Accreditation Standards for Hospitals, 4th ed .Accessed online 6 Nov 2012.
Joint Commission International. Joint Commission International
Accreditation Standards for Hospitals, 4th ed (2012). Accessed online 6 Nov 2012

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Joint Commission, Joint Commission International, World health


Organisation. Control of concentrated electrolyte solutions. Patient safety
solutions; volume 1, solution 5, May 2007 Available from:
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS Solution 5.pdf
Joint Commission, Joint Commission International, World health
Organisation. Control of concentrated electrolyte solutions. Patient safety
solutions; volume 1, solution 5, May 2007 Available from:
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-Solution5.pdf
Joint Formulary Committee. British National Formulary. 65th ed. London:
British Medical Association and Royal Pharmaceutical Society of Great Britain;
2013. Accessed online eBNF via subscription www.medicinescomplete.com 2 Jul
2013
Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. (1996). Farmakologi : Pendekatan proses
keperawatan, E, Alih Bahasa Peter Anugerah. Jakarta: EGC
KBBI,web.id. definisi evaluasi.
Kebijakkan RSUP.Fatmawati.2012.Identifikasi Penandaan dan
Penyimpanan Obat High Alert nomor dokumen HK.03.05/II.1/1625/2012
(025/FAR).
Kebijakkan RSUP.Fatmawati.2012.Penggunaan Obat High Alert nomor
dokumen HK.03.05/II.1/1649/2012 (025/FAR).
Kebijakkan RSUP.Fatmawati.2012.Pencampuran Obat Injeksi High Alert
nomor dokumen HK.03.05/II.1/1651/2012 (025/FAR).
Keputusan direktur utama RSUP.Fatmawati.2012.Pemberlakuan Pedoman
Sistem Pengelolaan dan Penggunaan Perbekalan Farmasi di RSUP.Fatmawati.
nomor dokumen HK.03.05/II.1/2607/2012.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010
tentang lembaga akreditas rumah sakit bertaraf internasional.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992
Klutts J.S. and Scott M.G.2006.Physiology and disorder of
water,electrolyte and Acid Base metabolism.In : Tietz Text Book of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics,4in ED.Vol.1,Elsevier Saunders
Inc.,Philadelphia,2006,pp.1747-1775.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

Leape, Lucian; Lawthers, Ann G.; Brennan, Troyen A., et al. Preventing
Medical Injury. Qual Rev Bull. 19(5):144149, 1993.
Medusa NHS Injectable Drugs Guide. Available via subscription from
www.injguide.nhs.uk Accessed 2 July 2013.
Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan menteri kesehatan nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Diakses
pada 20 januari 2012 dari http ://hukor.depkesri.go.id.
CMPmedica. MIMSOnline. CMPmedica; Sydney. Australia: 2007.
accessed 30/10/07.
Mount D., Sterns R., & Emmet M. 2012. Clinical manifestations and
treatment of hypokalemia Available via subscription from www.uptodate.com
Accessed 17 Oct 2012.
National Patient Safety Agency Alert on Potassium, 23 July 2002
National Patient Safety Agency. Patient Safety Alert: Storage and handling of
potassium chloride concentrate and other strong potassium solutions . 2002 .
Availablefrom: http://www.npsa.nhs.uk/nrls/alerts-anddirectives/alerts/potassium-
chloride-concentrate/
National Patient Safety Agency. Patient Safety Alert: Storage and
handling of potassium chloride concentrate and other strong potassium solutions
(2002). Available from: http://www.npsa.nhs.uk/nrls/alerts-and-
directives/alerts/potassium-chloride-concentrate/
Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56 tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
Ratcliffe.R.L. 2009. North American Perspectives,Re-engineering hospital
accreditation. Clinical Governance : An InternationalJournal.New York : Emerald
Group Publishing Limited.
Schultz NJ, Slaker RA. 1999. Electrolyte Hemostasis. In: Dipiro JT,
Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM, editors.
Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. 4th ed. Stamford, Conn: Appleton
& Lange.
Singer GC, Brenner BM. Fluid and electrolyte disturbances. In: Fauci AS,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

Braunwald E, Isselbacher KJ, et al., editors. Harrison's principles of internal


medicine. 14th ed. New York: McGraw-Hill; 1998. p. 271-275.
SPC Compound Sodium Lactate Intravenous Infusion BP, Ecobag (Hartmanns
Solution). Available from www.imb.ie. Accessed 17 Oct 2012
The Australian Council for Safety & Quality. Medication Alert 1: Intravenous
potassium can be fatal if given inappropriately . 2003 . Available from
www.safetyandquality.gov.au
UCLH Injectable Medicines Administration Guide. Potassium chloride
monograph 3rd ed (2010), Wiley Blackwell.
Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. Gangguan Keseimbangan Air-
Elektrolit dan Asam-Basa. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Van Horne, James C. and John M. Wachowics, 2005. Fundamentals of
Financial Management, Buku Pertama, Edisi 12, Alih Bahasa oleh Heru Sutoro,
Salemba Empat, Jakarta.
WHO World Alliance for Patient Safety. High 5s Standard Operating
Procedures: Managing Concentrated Injectable Medicines Standard Operating
Protocol Fact Sheet.
Wijono, Joko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.2.
Airlangga University Press. Surabaya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lamp 1. Formulir Penelitian Kerja

Formulir Penelitian Kerja

Judul : Evaluasi Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication di RSUP. Fatmawati Menurut Joint Commission
International

Waktu : 25 Mei - 29 Juni 2015

Objek Penelitian Jadwal Visitasi


25/5 26/5 27/5 28/5 29/5 30/5 31/5 1/6 2/6 3/6
Gudang Pusat 09.20 13.00 15.30- 13.00- 10.30- 11.30 09.00-
10.00 13.30 16.10 14.00 13.30 12.30 10.00
- Penyimpanan
- Penandaan
Depo Farmasi Teratai 10.00- 13.00- 13.30 13.00 - 09.00 08.30 13.00- 09.00 10.00-
10.45 14.00 14.30 15.30 10.00 10.00 15.00 10.00 11.00
- Penyimpanan 12.10
- Penandaan 13.00-
14.00
- Penyiapan
(Preparing)
IRNA Teratai (Pediatri) 10.45- 15.00 14.30- 16.10- 15.00 10.00- 17.00 11.00 10.00 11.00
HCU 3 Selatan 12.10 17.00 15.30 18.30 17.00 12.00 18.00 12.30 11.00 14.00
- Penyimpanan 16.00-
17.00
- Penandaan
- Penyiapan
(Preparing)
- Pemberian
Objek Penelitian Jadwal Visitasi

70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4/6 5/6 6/6 8/6 9/6 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6
Gudang Pusat 13.30- 09.30 13.00- 15.00
14.00 11.00 13.30 15.30
- Penyimpanan
- Penandaan
Depo Farmasi Teratai 11.00 11.00 09.00 17.30 19.30 18.15 13.00- 14.00 11.00 16.00
11.30 13.00 09.40 18.00 21.30 18.30 14.00 15.00 11.30 17.00
- Penyimpanan 19.30- 19.30-
21.30 20.10
- Penandaan
- Penyiapan
(Preparing)
IRNA Teratai (Pediatri) 11.30 10.00- 10.00 18.15 18.00- 18.30 14.00 13.00 11.30 16.00
13.30 11.00 11.00 19.30 19.30 19.30 16.00 14.00 14.00 17.00
- Penyimpanan
- Penandaan
- Penyiapan (Preparing)
- Pemberian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71
Objek Penelitian Jadwal Visitasi
15/6 16/6 17/6 18/6 19/6 20/6 21/6 22/6 23/6 24/6
Gudang Pusat 10.30- 13.00- 14.30- 10.00 12.00-
11.00 13.30 15.00 11.00 12.30
- Penyimpanan 13.30-
14.30
- Penandaan
Depo Farmasi Teratai 17.00 11.00 20.00 15.00 15.00 16.30 13.00- 17.00 10.15 12.00
18.30 12.00 21.00 16.30 16.30 17.45 14.00 17.30 11.00 12.30
- Penyimpanan 18.15- 12.00- 13.30-
18.30 12.45 14.00
- Penandaan
- Penyiapan
(Preparing)
IRNA Teratai (Pediatri) 19.00 12.00- 18.00 14.00- 12.15 14.30 11.45 17.30 11.00 12.30-
20.00 13.30 20.00 15.30 14.00 16.30 13.00 18.15 12.00 13.30
- Penyimpanan
- Penandaan
- Penyiapan (Preparing)
- Pemberian

72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Analisis High Consentrate ( Kalium Klorida Pekat )

Metode Observational /Checklist


Tanggal : Jam : Tempat :

Variabel Penelitian Analisis Ya Tidak T/A Variabel Penelitian Analisis Ya Tidak T/A
Penyimpanan Dokumentasi pengontrolan obat meliputi Konsentrasi kalium minimum dengan
rekapan penerimaan dan pengeluaran kalium perbandingan
klorida di unit penyimpanan 1 : 10
Kalium klorida pekat ditempatkan pada lemari Pemberian Pemberian larutan KCL pekat menggunakan
terpisah dari produk lain pompa infus
Menyimpan stok kalium klorida pekat sesuai Dilakukan double check sebelum kalium
jumlah baku klorida pekat digunakan
Tersedia kalium klorida pekat 7,46 % dalam Dengan point point sebagai berikut :
bentuk mixed sesuai konsentrasi standar ( 1 :
10)
Dengan kosentrasi larutan maks.10 Meq/100
ml
Tempat penyimpanan KCL mixed terpisah Identitas pasien
dari produk lain
KCL pekat tidak disimpan di area perawatan Nama obat

Penandaan Lembaran penerimaan infus konsentrasi tinggi Dosis obat


harus memuat : tanggal pengeluaran , pasien,
instalasi farmasi memberikan izin, tandatangan
dan nama staf
Penambahan label pada ampul KCL 25 Meq Waktu dan frekuensi obat
dengan peringatan "dilarutkan sebelum
digunakan"
diberikan tanda / stiker High alert pada Rute pemberian obat
kemasan 25 Meq
diberikan tanda / stiker pada kemasan untuk Kecepatan pemberian maksimum larutan
pencampuran KCL pekat 100 ml/jam

Penandaan vial kalium "harus dilarutkan" jika Pemberian KCL pekat diberikan melalui
disimpan di ruang perawatan pasien Perifer (10 Meq/jam)
Vena central (20 Meq/jam)

Penandaan diberikan stiker High Alert pada tempat Pencatatan dokumentasi penerimaan obat high
penyimpanan alert :
Bila pasien sadar, paraf pasien
Bila pasien tidak sadar maka
keluarga pasien
Bila pasien terlantar maka ttd perawat ruangan
Penyiapan Memperhitungkan konsentrasi kalium klorida
(preparing) yang akan digunakan
Sebelum penggunaan KCL pekat harus
diencerkan terlebih dahulu
Penggunaan pelarut NaCL 0,9% atau saline

Sumber : JCI 2012 dan peraturan fatmawati (HK.03/5/II.1/1649/2012)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
Lamp.3 Hasil Obsevasi Dan Visitasi

HASIL OBSERVASI DAN VISITASI

GUDANG FARMASI

TGL PUKUL PENGAMATAN


25/5 09.20- Penyimpanan dan penandaan tidak teranalisis karena stok
10.00 KCL pekat digudang farmasi telah habis (Perencanaan
dilakukan diawal bulan).
27/5 13.00- Stok KCL Pekat sudah ada
13.30 KCL premix tidak ternalisis dalam gudang.
Kartu stok pengeluaran dan penerimaan barang hanya
dilakukan pendataan sampai tanggal 12 Mei 2015.
KCL pekat ditempatkan dalam lemari terpisah namun
tercampur dengan NaCL 3% IV infus dalam rak yang
sama.
Dalam lemari tersebut antara NaCL dan KCL hanya
KCL pekat yang tidak terdapat stiker High Alert.
Suhu Penyimpanan 24,40C (alat diletakkan diatas
lemari penyimpanan).
Penyimpanan KCL pekat perencanaan /6 bulan tidak
sesuai dengan stok baku.
Keterangan pada kardus KCL Pekat
OTSU-KCL 7,46% KCL injeksi
Setiap ml mengandung 74,6 mg KCL
K+ 1 Meq/ml
CL- 1 Meq/ml
Osmolaritas 2 Mosm/ml
Manufactured by : PT.OTSUKA INDONESIA
Harus dengan resep dokter
Penyimpanan : below 300C
DO NOT USE WITHOUT DILUTION
28/5 15.30- Kartu persediaan/stelling KCL pekat 120 buah sudah
16.10 didokumentasikan namun pada awal masuk gudang
240 buah, pengeluaran KCL Pekat kemarin tidak
didokumentasikan.
Letak KCL Pekat sudah terpisahkan dari NaCL 3%.
Suhu 23,70C-24,30C tidak ada stiker high alert.
Penyimpanan digudang farmasi yang termasuk high
alert menggunakan ubin bercat merah antara lain
lemari narkotik dengan gembok,larutan NaCL 3%,
KCL 7,46% larutran elektrolit,inviclot
injection,ferriprox.
29/5 13.00- Kartu stok/stelling KCL Pekat tidak ada (tidak teranalisis).
14.00 Suhu 24,10C.Kelembaban : 63%.
1/6 10.30- Dokumentasi KCL pekat 29/5 2015 stok : 110 buah
13.00 Suhu 23,60C Kelembaban : 56%.
Alasan tidak menggunakan stiker high alert : biasanya

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75

dilakukan oleh Depo masing-masing.


3/6 09.00- TGL Tempat Penerimaan Pengeluaran Sisa
10.00 28/5 IGD 960 120 840
27/5 Merapi 480 - 1430
28/5 DPT 240 230
29/5 Stok 110
1/6 IGD 20
1/6 BGU/2U 90 -
KCL Pekat habis stok karena langsung dikirim ke
Depo Teratai dan Bougenville.
Suhu : 23,70C Kelembaban : 57%
4/6 13.30- Stok KCL Pekat tidak ada
14.00 Suhu : 24,10C Kelembaban : 53%
5/6 09.30- KCL pekat tidak ada
11.00 Suhu : 23,70C Kelembaban : 49%
11/6 13.00- KCL Pekat tidak ada
13.30 Suhu : 23,10C Kelembaban : 47%
12/6 15.00- Tidak ada KCL pekat
15.30 Suhu : 22,50C Kelembaban : 53%
13/6 11.00- Tidak ada KCL pekat ( info dari petugas)
11.30
16/6 10.30- KCL pekat tidak ada sehingga tidak dapat dianalisis.
11.00 Kelembaban 49% suhu 21,20C.
18/6 13.00- KCL pekat tidak ada sehingga tidak dapat dianalisis.
13.30 Kelembaban 52% suhu 21,30C.
19/6 14.30- Kartu stelling : Merapi penerimaan 240 sisa 240
15.00 buah.
Kelembaban 57% suhu 20,80C.
23/6 10.00- KCL pekat Kartu stelling : Merapi penerimaan 240
11.00 Pengeluaran 20 sisa 220 buah (22/6).
Kelembaban 52% suhu 20,80C.
24/6 12.00- Suhu 20,30C Kelembaban : 58%.
12.30
13.30- KCL pekat Kartu stelling : Merapi penerimaan 240
14.30 Pengeluaran 20 sisa 220 buah (22/6).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76

HASIL OBSERVASI DAN VISITASI

DEPO FARMASI TERATAI

TGL PUKUL PENGAMATAN


25/5 10.00- Penyimpanan KCL premix tidak teranalisis/tidak ada
10.45 karena RSUP.Fatmawati tersebut belum menyediakan
uji mikroba untuk sediaan elektrolit KCL premix
terkait stabilitas dan keamanan penggunaan obat pada
pasien.
Pada Depo tidak ada jumlah stok baku untuk KCL
Pekat.
12.10 Resep lanjutan Azizah dan Alfin (KCL 10 Meq + KAEN)
13.00- Pencampuran tidak dibolak balik kantung infus.
14.00 Pencampuran dilakukan di LAF (Laminar Air Flow)
26/5 13.00- Pada LAF ditemukan KCL Pekat (2 buah) berlabel
15.00 High alert selebihnya tidak ada.
Pencatatan lembar permintaan KCL pekat
TGL Nama No.RM Jumlah Ruangan
Pasien permintaan yang
meminta
Permintaan KCL pekat dari IRNA anak teratai
Kaysha lilahi KAEN 1B + KCL 10 Meq
Alvin Maretha KAEN 1B + KCL 10 Meq
Nafah fitriana KAEN 1B + KCL 10 Meq ( 2 buah)
27/5 13.30- Amira KAEN 1B + KCL 10 Meq
14.30 Nafah (KAEN 1B + KCL 15 Meq + Ca gluconas 20
ml
Permintaan KCL Pekat dalam bentuk resep / kopian
kardeks.
28/5 13.00- Permintaan : Alvin KAEN IB + KCL 10 Meq = 2
15.30 Alkaf KAEN IB + KCL 10 Meq (hematologi)
Nadjib RD + KCL 10 Meq + Ca gluconas 10 ml = 2
Amira Maulida KAEN IB+ KCL 10 Meq = 2
Serah terima obat antara farmasi dan perawat dengan
membacakan sediaan farmasi yang dibawa dengan
daftar obat pada log book.
29/5 14.00- Diva lantai 3S (resep lanjutan)
15.00 Alkaf(resep lanjutan)
30/5 08.30- Kartu stelling KCL Pekat tidak ada
10.00 Tidak ada pencampuran (premix) sehingga tidak
teridentifikasi.
1/6 13.00- Kartu stelling terlihat 1/6 2015 Pengeluaran 33 dan
15.00 sisa 165.
Adil oktaviansyah (3L) KAEN 3B + KCL 24 Meq = 2
Aisyah humairah NaCL 0,9% + KCL 10 Meq = 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77

Pada tanggal 1 juni 2015 sudah terdapat stiker


High alert pada plabot KCL premix.
2/6 09.00- Tidak ada premix KCL
10.00 Kartu stelling masih pencatatan kemarin 1 juni
2015.
3/6 10.00- Kartu stelling ada dengan dokumentasi
11.00 3/6 Pengeluaran 45 sisa 120
Resep
01369083
M.Hamzah (16/07/1999)
Sumber resep : 3U
3/6 (Dr.Toni
No.ijin praktek
Status dokter
Berat badan
Tinggi badan
r/Yall 1x1
PCT 3x ISR IV
Ceftriaxone 2 x1 SR IV
Sp.10 cc 2x1
Premix KAEN IB + KCL 10 Meq + NaCL 100
cc(2.300/24 jam)
Catheter tip 1
Wippy 5
4/6 11.00- Tidak ada petugas yang dapat menunjukkan
11.30 penyimpanan.
Karena petuga sedang rapat sehingga tidak dapat
melihat premix.
Nafah fitriana 4/6 2015 KAEN IB + D40 120
ml+KCL 10 Meq = 2
Alfredo 4/6 2015 KAEN IB+KCL 10 Meq = 1
5/6 11.00- Kartu stelling sedang digunakan untuk pemasukkan
13.00 dan pengeluaran barang.
Resep
Habiburahman 4/6 01369358
06/08/2011
Dr.Eka Sp.A
R/KAEN IB+KCL 10 Meq 1200 ml/hari
Resep
An.Nadjib Habanih 1348576
19/04/2007
Sumber resep : 3U
5/6 dr.Eka Sp.A
R/RD+KCL 10 Meq + Ca Gluconas 10 ml 1000ml/24
jam
6/6 09.00- KCL Pekat sisa 6 buah.
09.40 Kartu stelling tidak ada.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


78

8/6 17.30- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan dilemari


18.00 penyimpanan.
19.30- Pada Depo Farmasi Teratai terdapat satu botol stiker high
20.00 alert KCL pekat dan 30 botol KCL pekat tidak ada stiker high
alert.
9/6 19.30- Tarwiyah 4L 9/6
21.30 KCL 25Meq+ NaCL 500 ml = 3
Intan Putri 3HCU
N5+KCL 20+Ca gluconas 20 = 1
Tn.Bambang irawan SR 9/6
Premix NaCL 0,9% 500 cc + KCL 25 Meq = 3
Rosmawati 9/6
RL + KCL 50 Meq
Sintia Della 9/6
RL + KCL 50 Meq
Pada lemari penyimpanan terdapat KCL pekat 6 buah
tidak ada stiker high alert.
Pada saat premix tidak membuka aluminium foil
langsung disuntikkan.
Pada saat penyuntikkan terdapat gelembung udara
10/6 18.15- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan dilemari
18.30 penyimpanan.
19.30- Pada lemari penyimpanan terdapat KCL pekat tidak
20.10 ada stiker high alert.
11/6 13.00- Habiburahman 11/6
14.00 KAEN IB + KCL 10 Meq = 2
M.Diansah
N5+KCL 20 Meq+Ca gluconas 20 ml
Alida
KAEN 3B + KCL 10Meq = 3
M.Barik
KAEN 3B +KCL 10 Meq = 2
Resep
Muhammad Barik Zain
4/08/2014
11/6 2015
Dr.Alinda Sp.A
R/KAEN 3B+KCL 10 Meq = 1
12/6 14.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
15.00 dilemari penyimpanan.
Adzkia Saufa (1361735)
KCL + KAEN 3B+D 40% 120 ml
Deliyana
KAEN IB + KCL 10 Meq = 2
Intan Putri
N5+Ca gluconas 20 ml + KCL 20 Meq
M.Barik Zain

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


79

KAEN IB + KCL 10 Meq = 2


M.Diansah
N5+KCL 20 Meq + Ca gluconas 20 Meq
13/6 11.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
11.30 dilemari penyimpanan.
KCL pekat ada didalam lemari high alert.
Penandaan high alert pada KCL pekat tidak ada.
KCL pekat 7,46% dari IGD yang dibawa ke depo
farmasi teratai tidak menggunakan stiker high alert.
14/6 16.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
17.00 dilemari penyimpanan.
KCL pekat ada didalam lemari high alert.
Tidak ditemui proses premix KCL pekat.
15/6 17.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
18.30 dilemari penyimpanan.
KCL pekat tanpa stiker high alert ada didalam lemari
high alert.
Tidak ditemui proses premix KCL pekat.
16/6 11.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
12.00 dilemari penyimpanan.
KCL pekat tanpa stiker high alert ada didalam lemari
high alert.
Etiket biru
M.Diansah N5 460 ml + KCL 20 Meq + Ca gluconas
20 ml
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20 Meq
Singgih KAEN 1B + KCL 10 Meq
M.Fahmi R. KCL 10 Meq+ KAEN 1B = 1.
M.Nurul.H. KAEN 1B + KCL 10 Meq = 4.
Resep
M.Diansah 1215191
15/6/2015
N5+KCL 20 Meq+ Ca.glukonas 20. Dr.sri.
Rommy kurnianto 1370743
11-9-2007
KAEN 1B + KCL 10 Meq/kalf
Dr.Danny.K..Ramdhan.Sp.BS.
KARDEK
Singgih darma 1370990
IVFD KAEN 1B + KCL 10 Meq.
Habiburahman KAEN 1B + KCL 10 Meq Mannitol
1200ml/hari.
17/6 20.00- Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
21.00 dilemari penyimpanan.
KCL pekat tanpa stiker high alert ada didalam lemari
high alert.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


80

18/6 15.00- Fitri Ayu


16.30 KAEN 1B + KCL 10 Meq = 2
Florentina
KAEN 1B + KCL 10 Meq = 1
Fayela
KAEN 3B + KCL 10 Meq = 2
Resep
Nururrohmah Rohmat 01371246
20/12/2014
Sumber : HCU 3 Selatan
15/6 Dr.Eka SpA.
KAEN 1B + KCl 10 Meq/500 ml
Aminosteril 6% 100 ml
600 ml/24 jam
Kartu stelling tidak disimpan petugas dan tidak ada
dilemari penyimpanan.
19/6 15.00- Etiket biru
16.30 M.Ramdhan : KAEN 1B + KCL 10 Meq = 2
M.Fahmi : KAEN 1B + KCL 0 Meq = 2
Resep
Muhammad Ramdhan 01371065
25/12/1999
Sumber resep : lantai 3 utara
18/6/2015
Dr.Mochammad
R/KAEN 1B + KCL 10 Meq II.
Pada lemari high alert untuk penyimpanan KCL
pekat terdapat BD syringe 20 ml dan KCL pekat 12
buah tanpa penandaan high alert.
20/6 16.30- Kartu stelling tidak ada.
17.45 Pada lemari high alert KCL pekat terdapat 1 dus KCL
pekat dan 5 buah KCL pekat namun diatas lemari
penyimpanan terdapat 1 dus sudah dibuka.
21/6 13.00- KCL pekat tanpa stiker high alert.
14.00 Kartu stelling tidak ada.
Pada lemari high alert diatas lemari terdapat KCL
pekat.
22/6 17.00- KCL pekat tanpa stiker high alert.
17.30 Kartu stelling tidak ada.
Pada lemari high alert diatas lemari terdapat KCL
pekat.
Premix sudah dilakukan sehingga tidak dapat
didokumentasikan.
18.15- Etiket biru
18.30 Kenia syifa (1352260) KAEN 1B + KCL 10 Meq
(22/6).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


81

23/6 10.15- KCL pekat tanpa stiker high alert.


11.00
12.00- Kartu stelling tidak ada.
12.45
24/6 12.00- Etiket biru M.Aerf KAEN 1B + KCL10 Meq 2 buah.
12.30
13.30- Kartu stelling tidak ada.
14.00 Premix dilakukan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


82

HASIL OBSERVASI DAN VISITASI

HIGH CARE UNIT 3 SELATAN

TGL PUKUL ASPEK PENGAMATAN


25/5 10.45- Penyimpanan Penyimpanan stok kalium klorida
12.10 dalam laci pekat tidak teranalisis karena tidak
pasien boleh kalium klorida pekat berada di
ruang perawatan.
Penyimpanan KCL premix tanpa
stiker high alert dalam lemari masing-
masing pasien.
Observasi Pasien Nafah fitriana KAEN IB+KCL
10 Meq Vena perifer.
Muhammad diansah pemberian KCL
pekat melalui vena sentral (aksila).
Rekam M.diansah KAEN IB + KCL 10 Meq
Medis 1000 ml/24jam 21/5 2015
KAEN IB + KCL 15 Meq ekstra 1x
22/5 2015
Alvin Maretha KAEN IB + KCL 10 +
Ca gluconas 20 ml dr.Lola 25/5 2015
Penyimpanan Penyimpanan stok kalium klorida
pekat tidak teranalisis karena tidak
boleh kalium klorida pekat berada di
ruang perawatan.
Penyimpanan KCL premix tanpa
stiker high alert dalam lemari masing-
masing pasien.
26/5 15.00- Observasi Pasien Nafah fitriana KAEN IB+KCL
17.00 10 Meq Vena perifer.
Muhammad diansah pemberian KCL
pekat melalui vena sentral (aksila).
Rekam medis M.Diansah Vp.Shunt bedah saraf) pas
pada luka di epigastrum.
Nafah fitriana Cerebral umbilikalis +
cerebral palsy.
27/5 14.30- Penyimpanan Ditemukan KAEN 3B+KCL 10 Meq
15.30 (18/5)
Ditemukan KAEN 3B+KCL 10 Meq
(20/5)
Pemakaian alat pompa infus 2 buah
dan infus 3 buah.
16.00- Observasi Pasien Nafah fitriana KAEN IB+KCL
17.00 10 Meq Vena perifer.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


83

Muhammad diansah pemberian KCL


pekat melalui vena sentral (aksila).
Rekam medis Aisyah humairah nurjan (01367598)
perempuan 03/03/2002 NaCL 0,9% +
KCL 10 Meq 500 ml 1xdrip dr.eka.
28/5 16.10- Penyimpanan Tidak ada laporan
18.30
Observasi KAEN 1 Meq + KCL 10 Meq + Ca
gluconas (vena perifer).
Rekam medis Najib Habanih Y. (19/04/2007)
RD + KCL 10 Meq + Ca gluconas
1000 ml dr.Lola.
29/5 15.00- Penyimpanan M.Diansah KAEN 1B + KCL 15 Meq
17.00 (28/5).
Najib RD + KCL 10 Meq + Ca
gluconas (28/5).
Nafah KAEN 1B + KCL 10 Meq
(20/5).
Observasi Pemakaian infus 1 dan pompa infus 1.
30/5 10.00- Penyimpanan M.Diansah KAEN 1B + KCL 15 Meq
12.00 (28/5).
Kaysa KAEN 3B + KCL 10 Meq.
Observasi Amira maulida pompa infus 0,31
ml/jam.
31/5 17.00- Penyimpanan Kaysya 1367302 KAEN 1B + KCL
18.00 10 Meq (27/5).
Nadjib Habanih RD + KCL 10Meq +
Ca gluconas 10 ml (28/5).
Observasi M.Diansah pompa infus 042,0 ml/jam
without drip control infused volume
307,5 ml.
Rekam medis Aisyah Humairah Nurjan 03/03/2002
01367598
NaCL 0,9% + KCL 10 Meq 500 ml
drip 27/5 2015 dr.Eka.
Nadjib Habanih Y.
RD + KCL 10 + Ca gluconas 1000 ml
dr.Lola.
1/6 11.00- Penyimpanan Laci M.Diansah ditemukan 31/5 2015
12.30 NaCL + KCL 10 Meq.
Observasi M.Diansah pompa infus 0,45 ml/jam
Amira KAEN 1B + KCL 10 Meq
pompa infus 0,45 ml/jam.
Rekam medis KARDEK M.Diansah
KAEN 1B + KCL 15 Meq (1/6 2015).
2/6 10.00- Penyimpanan Laci M.Diansah KAEN 1B + KCL 15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


84

11.00 Meq = 1 (1/6 2015).


Observasi M.Diansah pompa infus 0,45 ml/jam
Amira KAEN 1B + KCL 10 Meq
pompa infus 0,45 ml/jam.
3/6 11.00- Penyimpanan Pada laci M.Diansah KAEN 1B +
14.00 KCL 15 Meq tidak ada tanggal,tidak
ada stiker high alert.
Pada laci Amira Maulida KAEN 1B +
KCL 10 Meq (2/6).
Observasi M.Diansah pompa infus 0,45 ml/jam
4/6 11.30- Penyimpanan Pada laci Amira Maulida KAEN 1B +
13.30 KCL 10n Meq = 2 (3/6) dan 2 buah
KCL pekat 7,46% tanpa
penandaan high alert ( menurut
perawat suster IGD membawa KCL
pekat kedalam kamar high care unit
karena lupa.
Pada laci M.Diansah KAEN 1B +
KCL 15 Meq = 1 (1/6).

Observasi Amira Maulida KAEN 1B + KCL 10


Meq 31 ml/jam.
Rekam medis Nasya primadita
KAEN 1B (180 ml + D40% (120 ml +
KCL 10 Meq + 600 ml/hari) dr.Lanny
SpA.
5/6 10.00- Penyimpanan Kasya lilahi KAEN 1B + KCL 10
11.00 Meq.
Observasi 303 Utara Amira Maulida KAEN 1B
+ KCL 10 Meq (3/6) infus perifer.
Nadjib Habanih Yassir Obstruktif
adhesif RD + KCL 10 Meq + Ca
Glukonas 10 ml (1/6 2015).
Rekam medis
6/6 Penyimpanan Habiburahman KAEN 1B + KCL 10
Meq (4/6) 3 buah dan KAEN 1B +
KCL 10 Meq (5/6) 2 buah.
Intan Putri Hartini N5+ KCL 20
20/500 + Ca Gluconas 20 20/500 (5/6)
M.Fahmi KAEN 1B + KCL 10 Meq
(5/6) 2 buah.
Observasi M.Fahmi KAEN 1B + KCL 10 Meq
(5/6) dengan infus melalui vena
perifer.
Habiburahman KAEN 1B + KCL 10
Meq dengan pompa infus 050,0
ml/jam melalui vena perifer.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


85

Intan Putri Hartini N5+ KCL 20


20/500 + Ca Gluconas 20 20/500 (5/6)
infus melalui vena perifer.
Nurul afikah nasution (5/6) Dextrose
5% 230 + KCL 69,76 % pompa infus
010,0 ml/h.
8/6 18.15- Penyimpanan Ahmad badhawi (KAEN 1B + KCL
19.30 10 Meq (5/6) 1 buah.
Habiburahman KAEN 1B+ KCL 10
Meq (8/6) 2buah tanpa stiker high
alert.
M.Fahmi KAEN 1B+ KCL 10 Meq
(8/6) 1 buah.
Observasi Intan Putri.H. N5+ KCL 20 20/500 +
Ca Gluconas 20 20/500 (5/6) dengan
infus melalui vena perifer.
9/6 18.00- Penyimpanan Habiburahman KAEN 1B+ KCL 10
19.30 Meq (9/6).
M.Fahmi KAEN 1B+ KCL 10 Meq
(9/6) 1 buah.
Observasi Habiburahman KAEN 1B + KCL 10
Meq dengan pompa infus 050,0
ml/jam melalui vena perifer.
10/6 18.30- Penyimpanan Habiburahman KAEN 1B+ KCL 10
19.30 Meq (10/6) 3 buah.
Nasya KAEN 1B+ KCL 10 Meq
(10/6) 1 buah.
Observasi Habiburahman KAEN 1B + KCL 10
Meq (9/6).
Nasya KAEN 1B+ KCL 10 Meq
(9/6).
11/6 14.00- Penyimpanan Intan Putri H. Intan Putri.H. N5+
16.00 KCL 20 20/500 + Ca Gluconas 20
20/500 (10/6) 1 buah.
Habiburahman KCL 25 Meq + KAEN
1B (500 ml) 2 buah.
Observasi Nasya KAEN 1B+ KCL 10 Meq
(10/6) menggunakan infus.
M.Diansah N5+KCL 20 + Ca
gluconas 20 ml (10/6) menggunakan
infus biasa.
Habiburahman KAEN 1B + KCL 10
Meq (10/6).
12/6 13.00- Penyimpanan Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
14.00 Meq (11/6).
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(10/6) tanpa stiker high alert.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


86

Observasi M.Barik Zain KAEN 1B + KCL 10


Meq (11/6) 2 buah.
Intan Putri H. N5 + KCL 20 Meq +
Ca gluconas (20 ml) 460 ml (10/6)
1buah.
13/6 11.30- Penyimpanan M.Barik Zain KAEN 1B + KCL 10
14.00 Meq (12/6) 2 buah.
Intan Putri H. N5 + KCL 5 Meq
(13/6) 1buah.
Observasi Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (12/6).
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6).
M.Diansah N5+KCL 20 + Ca
gluconas 20 ml (12/6) menggunakan
infus biasa.
Rekam medis (10/6) 18.30 melaporkan hasil lab
dr.Eka.SpA. infus KAEN 1B + KCL
20 Meq.
19.30 mengganti cairan infus KAEN
1B + KCL 20 Meq 1200 ml /24 jam
tetesan infus lancar, phlebitis tidak
ada.
Habiburahman dalam peresepan
menggunakan KCL 20 Meq koreksi
selama 3 jam karena hipokalemia
berat. Pemberian tersebut dengan
mengatur kecepatan infus.
14/6 16.00- Penyimpanan M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
17.00 Meq (12/6) 2 buah.
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (12/6).
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6).
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(12/6) 2 buah.
Observasi Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (12/6) sedang tidak digunakan.
Aqilla Sanha N5 500 ml + KCL 5
Meq 1 buah (13/6) sedang tidak
digunakan.
M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
Meq (11/6) 2 buah menggunakan
infus biasa.
M.Diansah N5+KCL 20 + Ca
gluconas 20 ml (12/6) menggunakan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


87

infus biasa.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 20
Meq (12/6).
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(13/6) dengan pompa infus.
15/6 19.00- Penyimpanan M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
20.00 Meq (12/6) 1 buah menggunakan
infus biasa.
Aqilla Sanha N5 500 ml + KCL 5
Meq 1 buah (14/6).
Aqilla Sanha N5 500 ml + KCL 5
Meq 1 buah (15/6).
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6) = 2 (15/6) = 2.
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(15/6) = 2 buah dan (12/6) = 1 buah.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 10
Meq (14/6) dan (15/6) = 3 buah.
Observasi M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
Meq (12/6) 1 buah menggunakan
infus biasa.
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(14/6) dengan pompa infus 63 ml/jam.
M.Diansah N5+KCL 20 + Ca
gluconas 20 ml (14/6) menggunakan
infus biasa.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 10
Meq (15/6).
16/6 12.00- Penyimpanan Florentina KAEN 1B + KCL 10 Meq
13.30 (16/6) = 2
Arya Adi P. KAEN 1B 500 cc + KCL
10 Meq (14/6) = 1 dan (15/6) = 2
buah.
Observasi Pasien sedang tidak menggunakan
premix KCL pekat.
17/6 18.00- Penyimpanan Fitri Ayu R. KAEN 1B + KCL 10
20.00 Meq 500 cc (17/6) = 2
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6) = 1 (15/6) = 1
Florentina KAEN 1B + KCL 10 Meq
(16/6) = 2
Arya Adi P. KAEN 1B 500 cc + KCL
10 Meq (14/6) = 1
Observasi M.Diansah N5 (460) + Ca.Gluconas
20+ KCL 20 (17/6) pompa infus 38
ml/jam.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


88

Aqilla sanha N5+KCL 5Meq (17/6)


pompa infus 25 ml/jam.
18/6 14.00- Penyimpanan Fitri Ayu.R. KAEN 1B 500 cc + KCL
15.30 10 Meq (17/6).
Florentina KAEN 1B 500 cc + KCL
10 Meq = 2 (16/6).
Arya Adi P. KCL 10 Meq + KAEN
1B 500 cc (14/6).
Observasi Florentina KCL 10 Meq + KAEN 1B
500 cc (16/6).
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
menggunakan infus biasa (12/6).
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (15/6).
Aqilla sanha N5+KCL 5Meq.
19/6 12.15- Penyimpanan Didalam laci Nabila Fitri Ayu.R.
14.00 KAEN 1B 500 cc + KCL 10 Meq
(18/6).
Observasi Aqilla sanha N5+KCL 5Meq.
20/6 14.30- Penyimpanan Didalam laci Nabila Fitri Ayu.R.
16.30 KAEN 1B 500 cc + KCL 10 Meq
(18/6).
Kenia syifa KAEN 1B + KCL 10 Meq
= 2 buah.
Nurrohman Rohmat KAEN 1B +
KCL 10 Meq = 2 buah (20/6).
Arya Adi P. KCL 10 Meq + KAEN
1B 500 cc (14/6).
M.Diansah N5 (460) + Ca.Gluconas
20+ KCL 20 (20/6).
Observasi Kenia syifa KAEN 1B + KCL 10 Meq
(18/6) dihentikan karena pemakaian
aminofusin paed 25% aminoacids
solution for pediatric.Pada pukul
16.25 digunakan lagi.
M.Diansah N5 (460) + Ca.Gluconas
20+ KCL 20 (19/6) dengan pompa
infus 38 ml/jam.
21/6 11.45- Penyimpanan Didalam laci Nabila Fitri Ayu.R.
13.00 KAEN 1B 500 cc + KCL 10 Meq
(18/6).
Kenia syifa KAEN 1B + KCL 10 Meq
= 1 buah (20/6).
Nurrohman Rohmat KAEN 1B +
KCL 10 Meq = 1 buah (20/6).
Desfi terdapat KAEN 1B 500 cc +
KCL 10 Meq (14/6) milik Arya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


89

Observasi Pada pukul 13.00 Kenia syifa sedang


menggunakan aminofusin.
Nururrohmah KAEN 1B + KCL 10
Meq (20/6).
22/6 17.30- Penyimpanan Desfi terdapat KAEN 1B 500 cc +
18.15 KCL 10 Meq (14/6) milik Arya.
Didalam laci Nabila Fitri Ayu.R.
KAEN 1B 500 cc + KCL 10 Meq
(18/6).
Observasi Nururrohman KAEN 1B + KCL 10
Meq (20/6) dengan pompa infus 26
ml/jam (vena perifer).
Kenia syifa KAEN 1B + KCL 10 Meq
tanpa tanggal pembuatan.
23/6 11.00- Penyimpanan Didalam laci Nadila KCL 10 Meq +
12.00 KAEN 1B 500 cc (17/6)dan Fitri Ayu
KCL 10 Meq + KAEN 1B 500 cc
(18/6).
Didalam laci Desfi dwiyana KCL 10
Meq + KAEN 1B 500 cc (14/6).
Observasi M.Diansah N5 (460) + Ca.Gluconas
20+ KCL 20 (22/6).
24/6 12.30- Penyimpanan Didalam laci Nadilla terdapat premix
13.30 (17/6) KCL 10 Meq + KAEN 1B 500
cc tidak ada nama.
Fitri Ayu (18/6) KAEN 1B + KCL 10
Meq.
Didalam laci Ziyadullah (14/6) KCL
10 Meq + KAEN 1B 500 cc.
Muhammad diansah N5 + KCL 15
Meq + Ca Gluconas 20 + D40% 120
ml (22/6) 1 buah dan (23/6) 2 buah.
Observasi Muhammad diansah N5 + KCL 15
Meq + Ca Gluconas 20 + D40% 120
ml (22/6) tanpa label high alert
dengan pompa infus 50 ml/jam.

Kandungan N5 ( 0,18% NaCL + 10% Glukosa IV infus B.P.).

Kandungan KAEN 3B (Dextrose, NaCL,KCL,dan Natrium Laktat).

Kandungan KAEN 1B (Dextrose 18,750 g add NaCL 1,125 g).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lampiran 4. Identitas Pasien Berdasarkan Rekam Medis
90

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01334361

Nama : Nurul Afikah Nasution

Tempat tanggal lahir : Malaysia 24/11/1999

Umur : 15 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Alamat : Jalan Sarfa no.19 06/01 Ciganjur Jagakarsa.Jakarta Selatan.DKI


Jakarta.

Penyakit : hipokalemia berat dengan tetraparese (kelemahan 4 ekstremitas


karena gangguan elektrolit kalium)

Hasil LAB : (04/6 21:39:41-22:27:46) K+ = 1,10 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

(05/6 12:54:05-13:18:19) K+ = 1,14 mmol/L CL- = 90 mmol/L.

(09/6 8:33:53-8:55:49) K+ = 1,95 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

(11/6 5:13:30-5:20:10) K+ = 3,70 mmol/L CL- = 103 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
6/6 D 5% 230 ml + 10 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 10
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
7/6 D 5% 230 ml + - - - - - - - - - - - - -
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
8/6 D 5% 230 ml + 10 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
9/6 4 jam I KCL 70/
40 Meq + D 70
5% 240 ml
20 jam 14/ 14/14 28 28 14
selanjutnya 14
KCL 40 Meq +
D 5% 240 ml
10/6 KCL 40 Meq + 14 28
D 5% 240 ml

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


91

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01348576

Nama : Nadjib Habanih Yassir

Tempat tanggal lahir : Depok 19/04/2007

Umur : 8 tahun 1 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Alamat : Lingkungan Bojong

Penyakit : ileus obstruksi pro lapastomi

Hasil LAB : (17/5 19:22:13-19:44:59) K+ = 4,07 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

(25/5 08:44:40-) K+ = 5,13 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

Pemberian obat : RD + KCL 10 Meq + Ca gluconas 1000 ml/24 jam dr.Lola.

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01215191

Nama : Muhammad Diansah

Tempat tanggal lahir : Sukabumi 23/01/2013

Umur : 2 tahun 2 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Lapangan tembak 06/01 Cilandak timur.Pasar minggu

Penyakit : Vp Shunt,Hidrocephalus,Shunt expose.

Hasil LAB : (03/6 15:01:08-15:16:46) K+ = 4,66 mmol/L CL- = 97 mmol/L.

(04/6 15:34:21-15:43:55) K+ = 2,96 mmol/L CL- = 96 mmol/L.

(07/6 06:38:43-07:30:31) K+ = 3,46 mmol/L CL- = 93 mmol/L.

(16/6 11:42:52-08:26:03) K+ = 4,44 mmol/L CL- = 102 mmol/L.

(21/6 11:37:19-13:56:44) K+ = 4,10 mmol/L CL- = 97 mmol/L.


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
92

(21/6 11:34:28-12:02:38) cairan otak CL- = 618 mg/dl.

(22/6 06:46:49-07:12:39) K+ = 3,98 mmol/L CL- = 105 mmol/L.

Pemberian obat : KAEN 1B + KCL 15 Meq 1100 ml/24 jam dr.Lola (26/5).

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
25/5 KAEN 42 84 84 84 84 84 84 92 92 92 92 92 92
1B +
KCL 15
MEq
26/5 KAEN 46 92 92 92 92 92 46 46 92 92 92 92 -
1B
+KCL
15 Meq
27/5 KAEN - - - - - - - - - - - - -
1B +
KCL 15
Meq
28/5 KAEN - - - 92 92 116 116 116 116 116 116 116 59
1B +
KCL 15
Meq
29/5 KAEN 45 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 45
1B +
KCL 15
Meq
30/5 KAEN 45 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 45 45
1B +
KCL 15
Meq
1/6 KAEN 42 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 42
1B +
KCL 15
Meq
10//6 N5+ 68 68 68 68 68 68 68 68
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
11/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
12/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 33
KCL 20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
93

Meq+Ca
gluconas
20
66
13/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
14/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 33
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
15/6 N5+ 50 100 100 100 108 108 108 108 54 108 108 108
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
16/6 N5+ 54 108 108 - - 108 76 76 76 76 76 76 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
17/6 N5+ 38 76 - - - 54 76 76 76 76 76 76 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
18/6 N5+ 38 76
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
19/6 N5+ 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
20/6 N5+ 15 17 19 21 23 01 03 05 06
KCL 20 76 76 76 76 76 76 76 76 38
Meq+Ca
gluconas
20
21/6 N5+ 38 76 38 - - 76 76 76 76 76 76 38 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
22/6 N5+ 25 50 50 50 50 50 37 75 75 75 75 92 92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94

KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
23/6 N5+ 46 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 46
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
24/6 N5+ 46 92 92 92
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01369358

Nama : Habiburahman An Nadwi

Tempat tanggal lahir : Jakarta 06/08/2011

Umur : 3tahun 10 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan delima 1 no.7 005/02 Jagakarsa

Penyakit : meningoenchepalitis

Hasil LAB : (04/6 1:47:59-2:23:43) K+ = 3,05 mmol/L CL- = 93 mmol/L.

(08/6 19:35:45-19:50:41) K+ = 4,56 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

(09/6 8:35:04-8:42:44) K+ = 3,17 mmol/L CL-= 82 mmol/L.

(10/6 16:17:50-16:38:06) K+ = 2,84 mmol/L CL-= 87 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
5/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
6/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
95

Meq 1200
ml/24 jam
7/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
8/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
9/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
10/6 KAEN IB 50 100 100
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
11/6 KAEN 1 50 100 100 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
12/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
13/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
14/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


96

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01335705

Nama : Intan Putri Hartini

Tempat tanggal lahir : Boyolali 31/10/2014

Umur : 0 tahun 6 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bojong Wonosegoro Boyolali 003/04

Penyakit : Hidrocephalus acute,Vp shunt exposed,infeksi Vp


shunt,proremoval Vp shunt.

Hasil LAB : (29/5 12:58:32-14:18:28) K+ = 4,11 mmol/L CL- = 96 mmol/L.

(04/6 10:28:48-11:05:54) K+ = 2,81 mmol/L CL- = 85 mmol/L.

(06/6 04:55:29-05:20:52) K+ = 4,35 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

(07/6 10:32:40-11:07:09) K+ = 4,75 mmol/L CL- = 86 mmol/L.

(08/6 15:41:12-16:05:43) K+ = 4,00 mmol/L CL- = 90 mmol/L.

Pemberian obat : KAEN 1B + KCL 10 Meq 275 ml/24 jam

AFP 125ml/hari ( 1 x drip ) 400 ml/24 jam tidak ada paraf


perawat.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


4/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21 21
+ Ca Gluconas
240 ml/hari
5/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
+ Ca Gluconas
240 ml/hari
6/6 IVFD N5 + KCL 23 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46 23
+ Ca Gluconas
240 ml/hari
7/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
+ Ca Gluconas
240 ml/hari
8/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
+ Ca Gluconas
240 ml/hari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
97

9/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21


+ Ca Gluconas
240 ml/hari
10/6 IVFD N5 + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
+ Ca Gluconas
240 ml/hari

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01357768

Nama : Mochammad Fahmi Hafiz

Tempat tanggal lahir : Bogor 09/05/2014

Umur : 1 tahun 0 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kp.jangkar mekar wangi 01/01 Kab.bogor/Jawa barat

Penyakit : hidrocephaluspro Vp Shunting,demam,pucat.

Hasil LAB : (29/5 12:22:31-13:16:38) K+ = 3,30 mmol/L CL- = 136 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


5/6 KAEN IB + KCL 18 20 22 24 02 04 05 06
10 Meq 500 ml/24 21 42 42 - 42 42 21 21
jam
6/6 KAEN IB + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
10 Meq 500 ml/24
jam
7/6 KAEN IB + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
10 Meq 500 ml/24
jam
8/6 KAEN IB + KCL 21 42 42 42
10 Meq 500 ml/24
jam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


98

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01368794

Nama : Nasya Primadita V

Tempat tanggal lahir : Jakarta 29/12/2014

Umur : 0 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Alamat : Jalan Jeruk purut GG.H.Neman 001/003.Cilandak timur.Pasar


minggu. Jakarta selatan.DKI Jakarta.

Penyakit : Pneumonia, diare akut,dehidrasi ringan,candidiasis oral.

Hasil LAB : (02/6 4:30:10-6:24:27) K+ = 3,44 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

(04/6 12:17:04-12:44:50) K+ = 3,59 mmol/L CL- = 89 mmol/L.

(08/6 12:17:04-12:44:50) K+ = 4,06 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


3/6 IVFD KAEN IB + 21 42 42 42 42 42 21
KCL 10 Meq 500
ml/24 jam
4/6 IVFD KAEN IB + - 21 42
KCL 10 Meq 500
ml/24 jam
9/6 IVFD KAEN IB + 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
KCL 10 Meq 500
ml/24 jam
10/6 IVFD KAEN IB + 21 42
KCL 10 Meq 500
ml/24 jam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


99

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01367576

Nama : Amira Maulida

Tempat tanggal lahir : Bogor 20/03/2012

Umur : 3 tahun 2 bulan

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Alamat : Kampung sawah Johar Mekar 003/007.

Penyakit : hidrocephalus obstructive dengan sumbatan pada level inferior


dari ventrikel IV (foramen luscha)

Hasil LAB : (24/5 15:26:22-16:16:01) K+ = 3,63 mmol/L CL- = 90 mmol/L.

(02/6 4:30:10-6:24:27) K+ = 3,44 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


26/5 KAEN IB + KCL 20 21 23 01 03 05 06
10 Meq 33 33 33 33 33 33 33
27/5 KAEN IB + KCL 33 66 66 66 62 62 62 62 62 62 62 62 31
10 Meq
30/5 KAEN IB + KCL 31 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
10 Meq
31/5 KAEN IB + KCL 31 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
10 Meq
1/6 KAEN IB + KCL 31 62 62 62 - - - 31 62 62 62 62 31
10 Meq
2/6
3/6 KAEN IB + KCL 31 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 31
10 Meq
4/6 KAEN IB + KCL 31 62
10 Meq

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


100

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01368575

Nama : Naraya Indah Widyantari

Tempat tanggal lahir : Boyolali 08/12/2013

Umur : 1 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : perempuan

Agama :islam

Alamat : Jalan Masjid Darusaaadah no.1 001/010 Cirendeu.Ciputat


timur.Kab.tangerang selatan.

Penyakit : ensefalopaty metabolik,diare akut,dehidrasi ringan-


sedang,conjunctivitis,delayed developarerat, ileus
obstructive,hipokalemi,prlonged fever.

Hasil LAB : (29/5 10:00:25-11:08:56) K+ = 2,14 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

(31/5 00:45:08-1:13:03) K+ = 2,47 mmol/L.

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01346886

Nama : Muhammad Barik Zain

Tempat tanggal lahir : Tangerang 04/08/2014

Umur : 0 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama :Islam

Alamat : Jalan Ciputat Raya no.10 A 09/08 Kebayoran Lama. Jakarta


Selatan.DKI Jakarta.

Penyakit : Pro Vp Shunt (kejang,gangguan elektrolit diare,diare dengan


dehidrasi).

Hasil LAB : (10/6 4:30:10-6:24:27) K+ = 2,48 mmol/L CL- = 83 mmol/L.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


101

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


12/6 KAEN 3B + KCL 48 48 48 48
10 mEq
14/6 KAEN 3B + KCL 28 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 28
10 mEq
15/6 KAEN 3B + KCL 28 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 28
10 mEq

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01186706

Nama : Alfredo Mathew Hamonangan

Tempat tanggal lahir : Jakarta 29/04/2006

Umur : 9 tahun 1 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : kristen

Alamat : Jalan Masjid Al Mujahidin no.34 002/06 Meruyung


limo.Depok.Jawa barat

Penyakit : anemia ALL

Hasil LAB : (10/6 11:34:24-12:24:31) K+ = 3,16 mmol/L CL- = 87 mmol/L.

(11/6 23:13:39-00:17:24) K+ = 2,56 mmol/L CL- = 94 mmol/L.

(13/6 21:18:08-21:58:56) K+ = 1,87 mmol/L CL- = 92 mmol/L.

(15/6 09:50:50-10:29:47) K+ = 3,23 mmol/L CL- = 92 mmol/L.

Catatan Pemberian obat : TPN K 1B + D40 + KAEN 1B (380 ml) + D40% + KCL 10
Meq 1500 ml / 24 jam.

Waktu dan Frekuensi Obat

TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
10/6 KAEN 126 126 126 126 126 100 100 100 100 50
1B (380
ml) +
D40$
(120ml)
+ KCL

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


102

10 Meq
1500
ml/24
jam
11/6 KAEN 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1B (380
ml) +
D40$
(120ml)
+ KCL
10 Meq
1500
ml/24
jam
12/6 KAEN 07 09 11 19 21
1B + 63 126 126 126 126
KCL 20
mEq
13/6 KAEN 42 84 - - 63 126 126 126 82 92 46 46
1B +
KCL 20
mEq
14/6 KAEN 20 46 92 92 92 92 92 92 92 46
1B +
KCL 20
mEq
15/6 KAEN 63 126 126 126 126 126 126
1B +
KCL 20
mEq

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01370564

Nama : Arya Adi Putra

Tempat tanggal lahir : Jakarta 20/12/2000

Umur : 14 thn 5 bln

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama :Islam

Alamat : Jalan Cipulir 4/9 Cipulir Kebayoran lama.Jakarta selatan.DKI


Jakarta.

Penyakit : DBD GR II, obs. Tb Dengue og tronositopeni dengan retechiral


trombosit 28.000, peritonitis umumapendisitis perforasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
103

Hasil LAB : (13/6 00:10:16-00:52:08) K+ = 3,05 mmol/L CL- = 108 mmol/L.

(15/6 04:24:26-05:22:25) K+ = 3,10 mmol/L CL- = 98 mmol/L.

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01371246

Nama : Nurur Rohmat

Tempat tanggal lahir : Jakarta 20/12/2004

Umur : 0 thn 5 bln

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Alamat : Jalan lebak bulus no.38 010/007 lebak bulus.Cilandak.Jakarta


selatan.DKI Jakarta.

Penyakit : Susp.TB paru anak

Hasil LAB : (15/6 19:38:53-20:05:07) K+ = 3,88 mmol/L CL- = 93 mmol/L.

(20/6 12:48:44-13:06:07) K+ = 2,83 mmol/L CL- = 98 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


19/6 KAEN 1B + KCL 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
10 mEq
20/6 KAEN 1B + KCL 25 50
10 mEq
21/6 KAEN 1B + KCL 25 - - 25 50 50 52 52 52 52 52 26 26
10 mEq
21/6 KAEN 1B + KCL 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 25
10 Meq
22/6 KAEN 1B + KCL 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 25
10 Meq
23/6 KAEN 1B + KCL 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 25
10 Meq
24/6 KAEN 1B + KCL 25
10 Meq

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


104

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01319104

Nama : Fitri Ayu Rahmadani

Tempat tanggal lahir : Depok 25/07/2014

Umur : 0 thn 2 bln

Jenis kelamin : perempuan

Agama :islam

Alamat : Cipayung.Jakarta timur.DKI Jakarta.

Penyakit : MH Post Kolostomi

Hasil LAB : (11/5 12:08:13-9:39:11) K+ = 3,57 mmol/L CL- = 105 mmol/L.

(15/6 08:41:47-09:10:34) K+ = 3,57 mmol/L CL- = 102 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


16/6 KAEN 1B + KCL 36 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 36
10 Meq
17/6 KAEN 1B + KCL 38 76 78 76 76 76 - 52 76 76 76 76 38
10 Meq

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01361807

Nama : Florentina Pasaribu

Tempat tanggal lahir : Jakarta 17/11/2014

Umur : 0 thn 7 bln

Jenis kelamin : perempuan

Agama :kristen

Alamat : Jalan pinang II Dalam no.27 04/012 Pondok


labu.Cilandak.Jakarta Selatan.DKI Jakarta.

Penyakit : Malfungsi Vp shunt.

Hasil LAB : (08/6 08:48:12-02:43:10) K+ = 3,94 mmol/L CL- = 105 mmol/L.

(16/6 16:35:33-17:24:55) K+ = 3,86 mmol/L CL- = 104 mmol/L.


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
105

Pemberian obat : KAEN 1B + KCL 10 Meq/kalf 700cc/24 jam.

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


16/6 KAEN 1B + KCL 29 58 58 58 58 58 58 29
10 Meq/kalf
700cc/24 jam.
17/6 KAEN 1B + KCL 29 58 58 85 58 58 58 58 58 58 58 58 29
10 Meq/kalf
700cc/24 jam.
18/6 KAEN 1B + KCL 17 34 34
10 Meq/kalf
700cc/24 jam.

IDENTITAS PASIEN

Nama : Aqilla Sanha Saufa

Tempat tanggal lahir : Jakarta 03/2/2015

Umur : 0 thn 4 bln

Jenis kelamin : perempuan

Agama :islam

Alamat : Jalan gunung raya 04/04 cirendeu ciputat timur.tangerang selatan.

Penyakit : bronkopneumonia

Hasil LAB : (10/6 14:27:10-14:50:44) K+ = 4,30 mmol/L CL- = 108 mmol/L.

(12/6 23:38:38-00:53:25) K+ = 4,29 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


14/6 N5+KCL 5 mEq 20 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20
400ml/24 jam
15/6 N5+KCL 5 mEq 20 40 40 40 40 16 16 16 16 16 16 16 8
400ml/24 jam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


106

IDENTITAS PASIEN

No.RM : 01352260

Nama : Kenia Syifa Ibrahim

Tempat tanggal lahir : Jakarta 05/10/2011

Umur : 0 thn 4 bln

Jenis kelamin : perempuan

Agama :islam

Alamat : Jalan lebak bulus no.38 03/08 pondok pinang.Kebayoran


lama.Jakrta selatan.

Penyakit : tumor abdomen

Hasil LAB : (10/6 14:27:10-14:50:44) K+ = 4,30 mmol/L CL- = 108 mmol/L.

(12/6 23:38:38-00:53:25) K+ = 4,29 mmol/L CL- = 95 mmol/L.

Waktu dan Frekuensi Pemberian Obat

TGL Cairan Elektrolit 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06


14/6 N5+KCL 5 mEq 20 40 40 40 40 40 40 40 40 20 20
400ml/24 jam
15/6 N5+KCL 5 mEq 20 40 40 40 40 16 16 16 16 16 16 16 8
400ml/24 jam
19/6 N5+KCL 5 mEq 48 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 48
400ml/24 jam
20/6 N5+KCL 5 mEq 48 96 48 - - 96 96 96 96 96 96 96 48
400ml/24 jam
21/6 N5+KCL 5 mEq 48 96 96
400ml/24 jam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai