Profil Pengelolaan KCL Larutan Pekat PDF
Profil Pengelolaan KCL Larutan Pekat PDF
SKRIPSI
HESTIAWATI
1111102000110
SKRIPSI
HESTIAWATI
1111102000110
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja misalnya, kalium klorida 2meq/ml yang
merupakan high alert medication. (Permenkes, 2011). High-alert medication adalah
Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius
(sentinel event) sehingga rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan
obat untuk meningkatkan keamanan pasien (Permenkes 2014). Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan profil pengelolaan kalium klorida pekat meliputi penyimpanan,
penandaan, penyiapan dan pemberian kalium klorida pekat berdasarkan kebijakan
RSUP.Fatmawati yang sudah berstandar JCI (Joint Commission International).
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain cross sectional,
pengambilan data (checklist dan rekam medis) dilakukan pengamatan secara prospektif.
Hasil penelitian menunjukkan observasi gudang farmasi meliputi penyimpanan
58,82%, penandaan 75%, depo farmasi teratai meliputi penyimpanan 100%, penandaan
74,36%, penyiapan 100%, dan HCU 3 Selatan meliputi penyimpanan 65,55%,
penandaan 57,78%, pemberian 88,89%. Medication error meliputi penyimpanan KCL
pekat (3,33%), penggunaan KCL premix melebihi waktu kadaluarsa (3,33%),
penyimpanan KCL premix expired date (46,67%). Penilaian standar ini berpedoman
pada tata laksana survei akreditas rumah sakit oleh KARS (komisi akreditas rumah
sakit) 2014 menghasilkan nilai persentase bagi standar sebagai berikut tercapai penuh
diberikan skor 10(80-100%), tercapai sebagian diberikan skor 5 (20% -79%), tidak
tercapai diberikan skor 0 (< 19 %).
Kata kunci: KCL pekat, high alert medication, pengelolaan KCL pekat, penilaian
standar KARS)
Drugs that are frequently mentioned in patient safety issue is administration electrolyte
concentrate inadvertently, for example, potassium chloride 2 mEq / ml or more concentrated
which is a high alert medication. (Permenkes, 2011). High-alert medication is drugs to watch
out because it often causes an error occurs / serious errors (sentinel event) and high-risk drugs
reaction (ROTD) so that hospitals need to develop drug management policies for improving
patient safety (Permenkes 2014). This study aims to describe profile of management
potassium chloride concentrate include storage, labeling, preparation and administration of
potassium chloride concentrate in pharmaceutical warehouses, depo farmasi teratai and high
care unit (HCU) 3 selatan based on policies of RSUP.Fatmawati that are already standard JCI
(Joint Commission International). This study was an observational study with cross sectional
design, data collection (checklist and medical records) was observed prospective. The result
showed pharmaceutical warehouse include storage 58.82%, labeling 75%, depo farmasi
teratai include storage 100%, labeling 74,36%, preparation 100%, and HCU 3 selatan storage
65.55%, labeling 57.78%, administration 88.89%. Medication error include storage of
potassium chloride concentrate (3.33%), storage potassium chloride premix expired date
(46.67%), and use of potassium chloride premix that exceeds expiration time (3.33%),
Assessment based on the standard of governance hospital accreditation survey by KARS
(hospital accreditation commission) 2014 resulted in a percentage value for the following
standards achieved given the full score of 10 (80-100%), achieved partly given a score of 5
(20% -79%), was not achieved given a score of 0 (<19%).
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi dengan
judul Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication di
RSUP.Fatmawati dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
Dr.H.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku pembimbing pertama dan Bapak Ahmad Subhan, S.Si,
M.Si, Apt pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan
penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga segala bantuan dan bimbingan bapak
mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sahabat penulis Ageng Hasna F, Khairunnisa, Miyadah Samiyah, Qodrina Sufy, Beryl
Zahyin.A.,Vina Fauziah, Lela Laelatu dan rekan-rekan mahasiwa Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
dan memastikan keamanan bagi pasien yang menggunakan injeksi kalium klorida
berkelanjutan di ICU (Intensive Care Unit) (NHS,2012).
Sehingga dalam prakteknya, peranan farmasis di rumah sakit sangatlah
penting dalam penggunaan dan pemakaian obat-obatan high alert medication
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan serta mencegah terjadinya insiden.
Rumah sakit juga memiliki peranan dalam menyusun kebijakan terkait manajemen
pengunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-
kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu rumah sakit
memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan
penggunaan obat yang berkelanjutan (Permenkes,2014). Peninjauan tersebut
didukung dengan adanya rumah sakit berstandar JCI (standar pelayanan kesehatan
dengan akreditas bertaraf international) maka diharapkan tujuan tersebut akan
semakin mudah untuk dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengaturan high alert
medication yang telah berstandar JCI di rumah sakit fatmawati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Akreditas oleh KARS (Komisi Akreditas Rumah Sakit) dan Joint Commission
International
Menurut Depkes dalam 417/MENKES/PER/2011 tentang Komisi
Akreditas Rumah Sakit mendefinisikan KARS sebagai Lembaga Independen
pelaksana akreditas rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural, dan
bertanggung jawab kepada menteri. Pengorganisasian KARS termasuk surveyor
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Penilaiannya
difokuskan pada kebutuhan dan harapan konsumen dan dengan komponen
pelayanan yang menjawab EEQS (Equity, Efficiently, Quality and Sustainability)
agar rumah sakit dapat bersaing di tingkat regional bahkan internasional.
Didalamnya, terdapat ahli-ahli yang bertindak sebagai surveyor, yang direkrut
dari daerah-daerah dan dipilih sesuai kualifikasi dibidangnya. Sehingga KARS
inilah yang bertanggung jawab terhadap hasil penilaian program akreditas.
KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,
pembimbingan, pelatihan, monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditas rumah
sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
perkembangan akreditas rumah sakit secara internasional sedangkan untuk
pendanaan dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi KARS berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementrian Kesehatan.
elektrolit paling banyak terdapat dalam sel (kalium, magnesium, dan sebagian
kalsium), dalam cairan ekstraselular (CES) yang terdapat pembuluh darah dan
ruang antar jaringan (natrium dan sebagian kalsium), dan dalam saluran
gastrointestinal. Dimana anion akan berdampingan dengan kation
(Kee, Joycee L, 1996).
Kadar normal dalam plasma atau serum untuk kalium adalah 3,5 -5,3
mEq/L. Keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mEq/L disebut
hipokalemia, dan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L disebut
hiperkalemia. Terlalu sedikit kalium (dibawah 2,5 mEq) atau terlalu banyak
kalium (hiperkalemia) diatas 7,0 mEq/L dapat menimbulkan henti jantung.
Masukkan kalium yang dianjurkan adalah dianjurkan adalah 40-60 mEq/L setiap
hari didapatkan dari makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, atau dalam
bentuk suplemen kalium.
Larutan Kalium klorida (KCl) pekat dan kalium kuat lainnya. Tindakan
pencegahan harus diterapkan dalam konsentrasi kalium klorida yaitu :
a. 10% (1 gram kalium dalam 10 ml)
b. 15% (1,5 gram kalium dalam 10 ml)
c. 20% (1 gram kalium dalam 5 ml) dalam ampul dan vial.
(Cohn JN,2000)
Area perawatan yang menggunakan kalium klorida adalah Unit perawatan
intensif, unit perawatan ketergantungan yang tinggi, unit perawatan jantung,
lainnya, area khusus perawatan kritis khusus seperti unit ginjal, jantung, neonatal,
unit perawatan intensif dan beberapa kecelakaan dan keadaan darurat
(Cohn JN, 2000).
Fungsi kalium penting dalam transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf
dan untuk kontraksi otot rangka, otot jantung, otot polos. Kalium juga diperlukan
untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi (glikolisis) dan
asam amino menjadi protein. Kalium meningkatkan penyimpanan glikogen
(energi) dalam sel-sel hati. Kalium juga mengatur osmolalitas (konsentrasi solut)
dari cairan selular (Cohn JN, 2000).
PH : 4-8
2.8.2. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab
hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut (Unit Pendidikan Kedokteran-
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) :
1) Asupan Kalium Kurang
Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia
akibat asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan
berat badan (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan FKUI, 2007).
2) Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau
keringat. Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar
bersama bikarbonat (asidosis metabolik). Pengeluaran kalium yang berlebihan
melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik. Pengeluaran kalium
berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada
lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit
Pendidikan Kedokteran- Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
3) Kalium Masuk ke Dalam Sel
jarang dipakai.
Tablet/Kapsul oral Kalium klorida (tablet enteric-
coated), Kaon CL ( kalium klorida),
Slow K (kalium klorida 8 mEq), K-
lyte- CL (tablet effervescent), kdur,
microtab.
Kalium intravena Kalium klorida dalam cairan jernih
dalam vial multidosis / ampul
(2 mEq/L).
(Kee, Joycee L, 1996)
Tanda-tanda dan gejala hipokalemia adalah mual dan muntah, aritmia,
perut kembung dan otot yang kendur. Obat-obat tertentu menambah kehilangan
kalium seperti diuretik yang membuang kalium yaitu hidroklorotiazid
(Hydrodiuril), furosemid (Lasix), asam etakrinat (Edecrin), dan preparat kortison.
Pasien yang menerima obat-obatan tersebut harus menambah masukan kalium
dengan makanan yang kaya akan kalium atau suplemen kalium. (Singer GC,
1998).
2.8.3. Interaksi Obat Lain Dengan Kalium Klorida
organisasi kesehatan memiliki sistem dan proses untuk praktek aman penggunaan
kalium klorida dan larutan elektrolit pekat lainnya.
rekomendasi:
a. Sangat penting bahwa ketersediaan, akses / penyimpanan, resep, pemesanan,
penyiapan, distribusi, pelabelan, verifikasi, administrasi dan pengawasan
terhadap agen tersebut dipandu sedemikian rupa sehingga potensi untuk
kesalahan diminimalkan atau dihilangkan.
b. Pendekatan untuk masalah ini harus multidisiplin dan melibatkan tenaga
medis, keperawatan, keselamatan pasien dan perwakilan farmasi.
d. Minimal, kalium pekat harus dipisahkan dari obat lain misalnya, dalam
lemari terpisah/aman atau terkendali di lemari obat. Rumah sakit mungkin
dapat mempertimbangkan pengobatan produk kalium pekat sebagai obat
yang dikontrol dalam bentuk pencatatan. Hal tersebut baik dilakukan di
dalam apotek dan di daerah perawatan pasien.
e. Kalium pekat harus disimpan dan disiapkan di daerah klinis, risiko
menggunakan produk ini harus dikelola dengan menerapkan beberapa
tindakan pencegahan termasuk :
1. Menyesuaikan dengan stok baku kalium pekat dengan kemiripan
pada pelabelan dan kemasan.
2. Memisahkan penyimpanan kalium pekat dari obat-obatan lain.
3. Membatasi akses kalium pekat hanya pada staff berkualitas.
4. Membatasi jumlah kalium pekat yang disimpan di area klinis.
2.Perawat
melakukan 3.Perminta 5. Unit
1. Pre- ordering an dicetak panitera 6. Perawat
4. Unit
order KCL sebanyak 2 meminta mendapat
panitera
through premix buah penjelasan obat dari
mengambil
OPSCAR/ langsung (untuk unit lebih lanjut lemari
permintaan
TDS kepada dan kepada narkotik.
petugas farmasi) perawat.
farmasi
Farmasi
menyimpan stok
dalam lemari
narkotik. Perawat
mendapatkan
kunci kemudian
mengambil KCL,
paraf perawat)
Perawat melakukan
pencampuran dan
pasien yang
Pasien mendapatkan Perawat memberikan menandakan obat.
menggunakan obat
obat. obat Jika dalam keadaan
dimonitoring.
sibuk boleh dilakukan
farmasi.
Perawat memperhitungkan
kecepatan pemberian dan
volume pemberian.
Kemudian pencampuran
dan penandaan obat
dilakukan.
(Esmail et al.,2005)
Pelaksanaan pemberian obat high alert kepada pasien dengan verifikasi tujuh
BENAR oleh DPJP atau oleh dengan pasien IRNA di ruangan :
1. Benar obat
2. Benar waktu pemberian dan frekuensi pemberian
3. Benar dosis
4. Benar rute pemberian
5. Benar pasien
6. Benar informasi
7. Benar dokumentasi
Pelaksanaan pemberian obat high alert pada pasien pengguna KCL :
a. Apabila obat high alert Dalam sediaan khusus maka dokter DPJP
atau perawat yang melakukan pemberian obat langsung pada
pasien. Bentuk sediaan tersebut adalah :
1. Enteral (Sublingual, Rektal)
2. Parenteral ( intravaskular,intra Muscular, Subcutan)
3. Lain-lain (inhalasi,intranasal, intratekal,topikal,
transdermal)
b. KCL 7,46% injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 Meq =
1 ml) harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1
ml KCL : 10 ml pelarut (WFI/NaCL 0,9%). Konsentrasi dalam
larutan maksimum adalah 10 Meq/100 ml. Pemberian KCL injeksi
melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan
infus 10 Meq/jam (atau 10 Eq KCL dalam 100 ml pelarut/jam).
Pemberian obat KCL melalui central line (vena sentral),
konsentrasi maksimum adalah 20 Meq/100ml, kecepatan infus
maksimum 20 Meq/jam (atau 20 Meq KCL dalam 100 ml
pelarut/jam).
STANDAR
Standarisasi
Pelayanan 1. Penyimpanan
* Joint Commission
International ( JCI)
PROBLEM (2012)
2. Pelabelan
"High Alert * KARS (2012)
Medication"
High Consentrat 3. Penyiapan
"KCL Pekat" (Preparing)
TARGET
Peningkatan Mutu 4. Pemberian /
Pelayanan Kesehatan administrasi
Pasien Safety
Patient
Materi Definisi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Izin Penelitian
Setelah memperoleh surat izin untuk melakukan penelitian dari fakultas kedokteran
dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syariefhidayatullah Jakarta, peneliti
mendatangi lokasi penelitian yaitu RSUP. Fatmawati.
Instrumen Penelitian
Checklist sesuai kebijakkan
RSUP.Fatmawati mengenai
penyimpanan, penandaan, penyiapan, dan Rekam medis pasien pediatri pengguna
pemberian kalium klorida pekat. kalium klorida pekat
Pengumpulan Data
Peneliti melakukan observasi dan visitasi ke gudang farmasi, depo farmasi, instalasi
rawat inap Ruang anak lantai III, high care unit 3 selatan sesuai jadwal visitasi peneliti
yang telah diatur.
Analisis Data
BAB 4
b. Pada point penilaian kedua yaitu diberikan stiker high alert pada
kemasan 25 mEq mendapatkan nilai 0%. Dalam hal tersebut telah
dipastikan peneliti kepada petugas dan diberikan pernyataan bahwa
tugas penandaan high alert adalah tugas masing-masing depo farmasi
namun tercantum pada kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen :
HK.03.05/II.1/1625/2012 (025 / FAR) bahwa pemberian penanda
khusus (stiker high alert) oleh petugas farmasi di gudang atau di depo
farmasi, diberikan pada kemasan fisik (vial/ampul/syringe/flesh) obat
high alert sehingga dapat disimpulkan tugas penandaan tersebut
merupakan tugas bersama antara petugas farmasi baik di gudang
maupun di depo farmasi. Persentase untuk point penilaian kedua dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu penempatan kalium klorida pekat pada
lemari terpisah mendapatkan nilai 100%. Dalam hal tersebut kinerja
petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-
100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi.
Peninjauan lebih lanjut, peneliti mengamati keadaan suhu dan kelembaban
ruang penyimpanan kalium klorida pekat sebagai high alert medication
dinyatakan PT. Otsuka bahwa penyimpanan dibawah 300C (below 300C) dan
kelembaban dalam ruangan kurang lebih 60%. Hasilnya didapatkan bahwa suhu
dan kelembaban KCL pekat telah memenuhi kriteria yang baik dan sesuai yang
dipersyaratkan.
secara penuh atau hanya tercapai sebagian. Penilaian dengan skala gutmann untuk
variabel penandaan sebagai berikut:
diberikan stiker pada kemasan campuran atau premix KCL dan diberikan stiker
high alert pada tempat penyimpanan.
a. Pada point penilaian pertama yaitu lembaran penerimaan infus
konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, nama pasien,
instalasi farmasi dan paraf petugas didapat nilai 100%. Hal ini dapat
diamati dari penerimaan resep yang masuk serta kartu indeks pasien
yang memuat pemberian obat intravena pada pasien. Persentase tersebut
dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu penambahan label pada ampul KCL 25
mEq dengan peringatan "dilarutkan sebelum digunakan" didapatkan
nilai 100%. Observasi pada point kedua tampak bahwa pelabelan harus
dilarutkan DO NOT USE WITHOUT DILUTION ini sudah
diverifikasi dari PT. Otsuka Indonesia secara langsung. Persentase
tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar
terpenuhi.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu diberikan stiker high alert pada
kemasan 25 mEq mendapatkan nilai 0%. Point tersebut tercantum pada
kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen:HK.03.05/II.1/1625/2012
(025/FAR) bahwa pemberian penanda khusus (stiker high alert) oleh
petugas farmasi di gudang atau di Depo farmasi, diberikan pada
kemasan fisik (vial/ampul/syringe/flesh) obat high alert sehingga dapat
disimpulkan tugas penandaan merupakan tugas bersama antara petugas
farmasi baik di gudang maupun di depo farmasi. Perolehan skor yang
dapat diberikan adalah 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak
terlaksana.
d. Pada point penilaian keempat yaitu pemberian tanda/stiker high alert pada
kemasan premix KCL bernilai 82,35% Persentase tersebut dapat diberikan
skor 10 (80-100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi. Secara lebih luas,
menurut Kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen
HK.03.05/II.1/1651/2012 (025 / FAR) mengenai pencampuran obat injeksi
high alert dinyatakan bahwa pemberian label obat high alert dan label
identitas yang sesuai pada setiap syringe atau infus yang sudah berisi obat
oleh petugas pencampuran obat .
Label identitas berisi data tentang nama pasien, nomor rekam
medik, nama obat, dosis obat, pelarut dan volume pelarut, rute pemberian,
tanggal pembuatan , tanggal kadaluarsa setelah pelarutan obat. Namun
terkadang peneliti masih menjumpai identitas pasien tidak lengkap
dikarenakan setelah penyiapan KCL premix maka dimasukkan etiket biru
namun apabila kita mengamati langsung pada ruang high care unit maka akan
mendapati petugas terkadang mengeluarkan cairan infus dari plastik. Di dalam
lemari obat pasien masih terdapat etiket biru lain milik pasien sebelumnya
sehingga hal ini dapat menyebabkan ketertinggalan obat pasien yang sudah
pindah dari ruangan misalnya pada tanggal 21 juni 2015 hingga 24 juni 2015
pada laci penyimpanan obat pasien terdapat KAEN 1B + KCL 10 mEq (14
juni 2015) bukan milik pasien tersebut (tidak ada identitas pasien). Hal ini
dapat dibuktikan pada kartu indeks pasien tidak menggunakan premix KCL.
e. Pada point penilaian kelima yaitu pemberian stiker high alert pada
tempat penyimpanan mendapatkan nilai 100%. Dalam hal tersebut
kinerja petugas telah baik. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10
(80-100%) menyatakan bahwa standar terpenuhi.
4.3.3. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyiapan Di Depo Farmasi
Teratai
4.4. Penilaian Standar Pengelolaan KCL Pekat Di High care unit 3 selatan
4.4.1. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penyimpanan di High Care Unit 3
selatan
Ruang anak high care unit 3 selatan merupakan objek penelitian terakhir
yang diamati peneliti melalui tiga variabel penelitian yaitu penyimpanan,
penandaan, dan pemberian kepada pasien. Observasi variabel penelitian
penyimpanan meliputi tersedia kalium klorida pekat 7,46% dalam bentuk mixed
sesuai konsentrasi standar ,tempat penyimpanan premix KCL terpisah dari produk
lain dan KCL pekat tidak disimpan area perawatan. Hasil dijelaskan pada tabel
dibawah :
Tabel 10. Hasil Penilaian Variabel Penyimpanan KCL Pekat di High Care
Unit RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
a. Pada point penilaian pertama yaitu tersedia kalium klorida pekat 7,46%
dalam bentuk mixed sesuai konsentrasi standar didapatkan nilai 100%.
Dalam hal tersebut kinerja petugas depo farmasi teratai telah melakukan
pemeriksaan atau double check ketika penulisan pada buku permintaan
KCL pekat ataupun peresepan serta kartu indeks yang masuk. Dari
perolehan persentase yang didapat maka diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu tempat penyimpanan premix KCL
terpisah dari produk lain mendapatkan nilai 0%. Hal ini telah diamati
peneliti bahwa didalam lemari penyimpanan obat ruang High Care Unit
3 selatan berdasarkan nama pasien tetapi tempat penyimpanan KCL
premix tidak dipisahkan dan nampak tidak rapi (obat satu dengan yang
lain saling tertumpuk dan sampah plastik premix KCL dan etiket biru
pasien lama tidak dibuang). Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi
dengan memberikan sekat pada setiap lemari penyimpanan masing-
masing pasien seperti pada ruangan yang ada di bougenville dengan
penyesuaian nama obat dan diberikan sekat. Persentase tersebut dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu kalium klorida pekat tidak disimpan di
area perawatan mendapatkan nilai 96,7% dengan temuan 1 dari 30
pengamatan terdapat KCL pekat dinyatakan oleh petugas perawat
bahwa KCL pekat lupa direture kembali. Hal ini sebenarnya dapat
diantisipasi apabila perawat senantiasa melakukan pemeriksaan pada
lemari penyimpanan serta memberikan sekat maupun merapikan lemari
penyimpanan. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
4.4.2. Penilaian Standar Variabel Penelitian Penandaan di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Tabel 11. Hasil Penilaian Variabel Penandaan KCL Pekat di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Penandaan Lembaran penerimaan infus 30 0 0 30 100%
konsentrasi tinggi harus
memuat : tanggal pengeluaran,
pasien , instalasi farmasi
Diberikan tanda/ stiker high 22 8 0 22 73,3%
alert pada kemasan untuk
pencampuran.
Diberikan tanda/ stiker high 0 30 0 0 0%
alert pada tempat
penyimpanan.
Penilaian Skala Gutmann 52 38 0 52 57,8%
Persentase kesesuaian dengan standar 52/90 x 100% = 57,8%
Persentase tidak sesuai dengan standar 38/90 x 100% = 42,2%
(T/A : tidak teranalisis jika KCL pekat tidak ada pada tempat penelitian)
instalasi farmasi, serta paraf petugas, diberikan tanda/stiker high alert pada
kemasan untuk pencampuran dan diberikan stiker high alert pada tempat
penyimpanan.
a. Pada point penilaian pertama yaitu lembaran penerimaan infus
konsentrasi tinggi harus memuat tanggal pengeluaran, nama pasien,
instalasi farmasi dan paraf petugas didapat nilai 100%. Hal ini dapat
diamati dari kartu indeks pasien yang memuat pemberian obat intravena
pada pasien. Persentase tersebut dapat diberikan skor 10 (80-100%)
menyatakan bahwa standar terpenuhi.
b. Pada point penilaian kedua yaitu diberikan tanda/stiker high alert pada
kemasan untuk pencampuran didapatkan nilai 73,3%. mendapatkan
skor 5 (20-79%) menunjukkan bahwa standar tidak dilaksanakan secara
penuh atau hanya tercapai sebagian.
c. Pada point penilaian ketiga yaitu diberikan stiker high alert pada
tempat penyimpanan mendapatkan nilai 0%. Persentase tersebut dapat
diberikan skor 0 menyatakan bahwa regulasi/kebijakan tidak terlaksana.
Lemari penyimpanan obat ruang High Care Unit 3 selatan berdasarkan
nama pasien tetapi tempat penyimpanan KCL premix tidak dipisahkan
dan nampak tidak rapi (obat satu dengan yang lain saling tertumpuk dan
sampah plastik premix KCL dan etiket biru pasien lama tidak dibuang).
Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi dengan memberikan sekat pada
setiap lemari penyimpanan masing-masing pasien.
Tabel 12. Hasil Penilaian Variabel Pemberian KCL Pekat di High Care Unit 3
Selatan RSUP.Fatmawati
Variabel Point Penilaian Ya Tidak T/A Skor %
Penelitian
Pemberian Pemberian larutan KCL pekat 30 0 0 30 100%
menggunakan pompa infus /
infus
100%
80%
ADMINSITRASI
60%
PENYIAPAN
40%
PENANDAAN
20%
PENYIMPANAN
0%
GUDANG DEPO HIGH CARE
FARMASI FARMASI UNIT
TERATAI
dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu
yang baik(Klutts J.S. and Scott M.G,2006).
Tabel 13. Hasil Penilaian Medication Error Yang Terjadi di RSUP.Fatmawati
Variabel Indikator Ya Tidak T/A Persentase
Penelitian medication
error
Penyimpanan KCL pekat 1 29 0 3,33%
KCL premix 14 26 0 46,67%
expired date
Penggunaan KCL premix 1 29 0 3,33%
expired date
informasi obat yang obyektif dan dapat dipercaya disediakan dalam bentuk
leaflate dan brosure yang dibuat oleh instalasi farmasi RSUP. Fatmawati secara
berkala dan didistribusikan ke seluruh satuan kerja (satker) yang membutuhkan
(HK.03.05/II.1/2607/2012) serta pentingnya petugas kesehatan lebih
memperhatikan kembali pengelolaan kalium klorida pekat khususnya dalam hal
penyimpanan sehingga medication error dapat diminimalisir.
BAB 5
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil visitasi dan observasi Pengelolaan kalium klorida pekat
di RSUP. Famawati meliputi empat variabel penelitian yaitu penyimpanan,
penandaan, penyiapan yang hanya dilakukan di Depo Farmasi Teratai, dan
pemberian yang hanya dilakukan di High Care Unit 3 Selatan. Maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Di gudang farmasi perihal penyimpanan (58,82%) dan penandaan (75%)
dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh.
2. Di depo farmasi teratai meliputi penyimpanan (100%) dan penyiapan
(100%) dinilai sudah memenuhi standar namun perihal penandaan
(74,36%) dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh.
3. Di HCU 3 selatan meliputi penyimpanan (65,55%) dan penandaan
(57,78%) dinilai regulasi tidak dilaksanakan secara penuh, serta pemberian
yang sudah memenuhi standar (88,89%).
4. Medication error meliputi penyimpanan KCL pekat (3,33%), penggunaan
KCL premix melebihi waktu kadaluarsa (3,33%), penyimpanan KCL
premix expired date (46,67%).
5.2. Saran
1. Petugas kesehatan baik farmasis maupun perawat lebih memperhatikan
kembali kalium klorida pekat sebagai high alert medication.
2. Petugas kesehatan sebaiknya melakukan sosialisasi kembali terhadap
kebijakan RSUP.Fatmawati terkait obat high alert.
3. Meningkatkan kajian ilmu mengenai obat high alert khususnya kalium
klorida pekat sebagai larutan elektrolit yang pemberiannya harus
dimonitoring baik dalam hal penyimpanan, penandaan, penyiapan serta
pemberian kepada pasien sehingga pengelolaan tersebut dapat
meningkatkan keamanan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Leape, Lucian; Lawthers, Ann G.; Brennan, Troyen A., et al. Preventing
Medical Injury. Qual Rev Bull. 19(5):144149, 1993.
Medusa NHS Injectable Drugs Guide. Available via subscription from
www.injguide.nhs.uk Accessed 2 July 2013.
Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan menteri kesehatan nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Diakses
pada 20 januari 2012 dari http ://hukor.depkesri.go.id.
CMPmedica. MIMSOnline. CMPmedica; Sydney. Australia: 2007.
accessed 30/10/07.
Mount D., Sterns R., & Emmet M. 2012. Clinical manifestations and
treatment of hypokalemia Available via subscription from www.uptodate.com
Accessed 17 Oct 2012.
National Patient Safety Agency Alert on Potassium, 23 July 2002
National Patient Safety Agency. Patient Safety Alert: Storage and handling of
potassium chloride concentrate and other strong potassium solutions . 2002 .
Availablefrom: http://www.npsa.nhs.uk/nrls/alerts-anddirectives/alerts/potassium-
chloride-concentrate/
National Patient Safety Agency. Patient Safety Alert: Storage and
handling of potassium chloride concentrate and other strong potassium solutions
(2002). Available from: http://www.npsa.nhs.uk/nrls/alerts-and-
directives/alerts/potassium-chloride-concentrate/
Peraturan Menkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56 tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
Ratcliffe.R.L. 2009. North American Perspectives,Re-engineering hospital
accreditation. Clinical Governance : An InternationalJournal.New York : Emerald
Group Publishing Limited.
Schultz NJ, Slaker RA. 1999. Electrolyte Hemostasis. In: Dipiro JT,
Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM, editors.
Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. 4th ed. Stamford, Conn: Appleton
& Lange.
Singer GC, Brenner BM. Fluid and electrolyte disturbances. In: Fauci AS,
Judul : Evaluasi Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai High Alert Medication di RSUP. Fatmawati Menurut Joint Commission
International
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4/6 5/6 6/6 8/6 9/6 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6
Gudang Pusat 13.30- 09.30 13.00- 15.00
14.00 11.00 13.30 15.30
- Penyimpanan
- Penandaan
Depo Farmasi Teratai 11.00 11.00 09.00 17.30 19.30 18.15 13.00- 14.00 11.00 16.00
11.30 13.00 09.40 18.00 21.30 18.30 14.00 15.00 11.30 17.00
- Penyimpanan 19.30- 19.30-
21.30 20.10
- Penandaan
- Penyiapan
(Preparing)
IRNA Teratai (Pediatri) 11.30 10.00- 10.00 18.15 18.00- 18.30 14.00 13.00 11.30 16.00
13.30 11.00 11.00 19.30 19.30 19.30 16.00 14.00 14.00 17.00
- Penyimpanan
- Penandaan
- Penyiapan (Preparing)
- Pemberian
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Analisis High Consentrate ( Kalium Klorida Pekat )
Variabel Penelitian Analisis Ya Tidak T/A Variabel Penelitian Analisis Ya Tidak T/A
Penyimpanan Dokumentasi pengontrolan obat meliputi Konsentrasi kalium minimum dengan
rekapan penerimaan dan pengeluaran kalium perbandingan
klorida di unit penyimpanan 1 : 10
Kalium klorida pekat ditempatkan pada lemari Pemberian Pemberian larutan KCL pekat menggunakan
terpisah dari produk lain pompa infus
Menyimpan stok kalium klorida pekat sesuai Dilakukan double check sebelum kalium
jumlah baku klorida pekat digunakan
Tersedia kalium klorida pekat 7,46 % dalam Dengan point point sebagai berikut :
bentuk mixed sesuai konsentrasi standar ( 1 :
10)
Dengan kosentrasi larutan maks.10 Meq/100
ml
Tempat penyimpanan KCL mixed terpisah Identitas pasien
dari produk lain
KCL pekat tidak disimpan di area perawatan Nama obat
Penandaan vial kalium "harus dilarutkan" jika Pemberian KCL pekat diberikan melalui
disimpan di ruang perawatan pasien Perifer (10 Meq/jam)
Vena central (20 Meq/jam)
Penandaan diberikan stiker High Alert pada tempat Pencatatan dokumentasi penerimaan obat high
penyimpanan alert :
Bila pasien sadar, paraf pasien
Bila pasien tidak sadar maka
keluarga pasien
Bila pasien terlantar maka ttd perawat ruangan
Penyiapan Memperhitungkan konsentrasi kalium klorida
(preparing) yang akan digunakan
Sebelum penggunaan KCL pekat harus
diencerkan terlebih dahulu
Penggunaan pelarut NaCL 0,9% atau saline
GUDANG FARMASI
infus biasa.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 20
Meq (12/6).
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(13/6) dengan pompa infus.
15/6 19.00- Penyimpanan M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
20.00 Meq (12/6) 1 buah menggunakan
infus biasa.
Aqilla Sanha N5 500 ml + KCL 5
Meq 1 buah (14/6).
Aqilla Sanha N5 500 ml + KCL 5
Meq 1 buah (15/6).
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6) = 2 (15/6) = 2.
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(15/6) = 2 buah dan (12/6) = 1 buah.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 10
Meq (14/6) dan (15/6) = 3 buah.
Observasi M.Barik Zain KAEN 3B + KCL 10
Meq (12/6) 1 buah menggunakan
infus biasa.
Alfredo KAEN 1B + KCL 20 Meq
(14/6) dengan pompa infus 63 ml/jam.
M.Diansah N5+KCL 20 + Ca
gluconas 20 ml (14/6) menggunakan
infus biasa.
M.Nurul hidayat KAEN 1B + KCL 10
Meq (15/6).
16/6 12.00- Penyimpanan Florentina KAEN 1B + KCL 10 Meq
13.30 (16/6) = 2
Arya Adi P. KAEN 1B 500 cc + KCL
10 Meq (14/6) = 1 dan (15/6) = 2
buah.
Observasi Pasien sedang tidak menggunakan
premix KCL pekat.
17/6 18.00- Penyimpanan Fitri Ayu R. KAEN 1B + KCL 10
20.00 Meq 500 cc (17/6) = 2
Habiburahman KAEN 1B + KCL 20
Meq (11/6) = 1 (15/6) = 1
Florentina KAEN 1B + KCL 10 Meq
(16/6) = 2
Arya Adi P. KAEN 1B 500 cc + KCL
10 Meq (14/6) = 1
Observasi M.Diansah N5 (460) + Ca.Gluconas
20+ KCL 20 (17/6) pompa infus 38
ml/jam.
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01334361
Agama : islam
TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
6/6 D 5% 230 ml + 10 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 10
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
7/6 D 5% 230 ml + - - - - - - - - - - - - -
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
8/6 D 5% 230 ml + 10 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
KCL 69,12
Meq 10 ml/jam
9/6 4 jam I KCL 70/
40 Meq + D 70
5% 240 ml
20 jam 14/ 14/14 28 28 14
selanjutnya 14
KCL 40 Meq +
D 5% 240 ml
10/6 KCL 40 Meq + 14 28
D 5% 240 ml
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01348576
Agama : islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01215191
Agama : Islam
Pemberian obat : KAEN 1B + KCL 15 Meq 1100 ml/24 jam dr.Lola (26/5).
TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
25/5 KAEN 42 84 84 84 84 84 84 92 92 92 92 92 92
1B +
KCL 15
MEq
26/5 KAEN 46 92 92 92 92 92 46 46 92 92 92 92 -
1B
+KCL
15 Meq
27/5 KAEN - - - - - - - - - - - - -
1B +
KCL 15
Meq
28/5 KAEN - - - 92 92 116 116 116 116 116 116 116 59
1B +
KCL 15
Meq
29/5 KAEN 45 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 45
1B +
KCL 15
Meq
30/5 KAEN 45 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 45 45
1B +
KCL 15
Meq
1/6 KAEN 42 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 84 42
1B +
KCL 15
Meq
10//6 N5+ 68 68 68 68 68 68 68 68
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
11/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
12/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 33
KCL 20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
93
Meq+Ca
gluconas
20
66
13/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
14/6 N5+ 33 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 66 33
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
15/6 N5+ 50 100 100 100 108 108 108 108 54 108 108 108
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
16/6 N5+ 54 108 108 - - 108 76 76 76 76 76 76 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
17/6 N5+ 38 76 - - - 54 76 76 76 76 76 76 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
18/6 N5+ 38 76
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
19/6 N5+ 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 21
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
20/6 N5+ 15 17 19 21 23 01 03 05 06
KCL 20 76 76 76 76 76 76 76 76 38
Meq+Ca
gluconas
20
21/6 N5+ 38 76 38 - - 76 76 76 76 76 76 38 38
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
22/6 N5+ 25 50 50 50 50 50 37 75 75 75 75 92 92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
23/6 N5+ 46 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 92 46
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
24/6 N5+ 46 92 92 92
KCL 20
Meq+Ca
gluconas
20
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01369358
Agama : Islam
Penyakit : meningoenchepalitis
TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
5/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
6/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
95
Meq 1200
ml/24 jam
7/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
8/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
9/6 KAEN IB 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50 50
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
10/6 KAEN IB 50 100 100
+ KCL 10
Meq 1200
ml/24 jam
11/6 KAEN 1 50 100 100 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
12/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
13/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
14/6 KAEN 1 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 50
B + KCL
20 Meq +
AFP 250
ml/hari
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01335705
Agama : Islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01357768
Agama : Islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01368794
Agama : islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01367576
Agama : islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01368575
Agama :islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01346886
Agama :Islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01186706
Agama : kristen
Catatan Pemberian obat : TPN K 1B + D40 + KAEN 1B (380 ml) + D40% + KCL 10
Meq 1500 ml / 24 jam.
TGL Cairan 07 09 11 13 15 17 19 21 23 01 03 05 06
Elektrolit
10/6 KAEN 126 126 126 126 126 100 100 100 100 50
1B (380
ml) +
D40$
(120ml)
+ KCL
10 Meq
1500
ml/24
jam
11/6 KAEN 50 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1B (380
ml) +
D40$
(120ml)
+ KCL
10 Meq
1500
ml/24
jam
12/6 KAEN 07 09 11 19 21
1B + 63 126 126 126 126
KCL 20
mEq
13/6 KAEN 42 84 - - 63 126 126 126 82 92 46 46
1B +
KCL 20
mEq
14/6 KAEN 20 46 92 92 92 92 92 92 92 46
1B +
KCL 20
mEq
15/6 KAEN 63 126 126 126 126 126 126
1B +
KCL 20
mEq
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01370564
Agama :Islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01371246
Agama : islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01319104
Agama :islam
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01361807
Agama :kristen
IDENTITAS PASIEN
Agama :islam
Penyakit : bronkopneumonia
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 01352260
Agama :islam