Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP. 19650309 199002 1 001
Dr. Ir. Ali Musyafa, M.Sc. NIP. 19600901 198701 1 001
Hendra Cordova, ST. MT NIP. 19690530 199412 1 001
Dr. Katherin Indirawati, ST, MT NIP. 19760523 200012 2 001
Dr. Ir. Imam Abadi, MT NIP. 19761006 199903 1 002
Arief Abdurrakhman, ST, MT NIP. 19870712 201404 1 002
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan nilai-nilai karakteristik statik pengukuran, yaitu range, span,
sensitivitas, histerisis, dan non-linearitas.
2. Menganalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik sistem
pengukuran.
B. TEORI DASAR
1. Karakteristik Statik
Karakteristik statik adalah sifat sebuah instrumen yang tidak bergantung pada waktu.
Beberapa karakteristik statik instrumen yang sering digunakan adalah :
Range (span)
Range menyatakan jangkauan pengukuran sebuah insturmen. Sedangkan span adalah
selisih nilai maksimum dan minimum yang dapat diukur oleh alat. Contoh:
termometer memiliki range - 0,5 sampai + 40,5 C, subdivision 0,1C, artinya
kisaran pengukuran 0,5 sampai 40,5C, skala interval 0,1C.
Linieritas
Pengukuran yang ideal adalah jika hubungan antara input pengukuran (nilai
sesungguhnya) dengan output pengukuran (nilai yang ditunjukkan alat ukur) adalah
berbanding lurus, dan dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut:
Oideal = KI + a
OmaxOmin
dengan K adalah kemiringan garis = I I
max min
OI
O
I
H 100
%
O
maxO
min
Gambar 3. Histeresis
Efek Lingkungan
Secara umum, output (O) tidak bergantung hanya pada sinyal input (I) tetapi
juga bergantung pada input dari lingkungan seperti suhu, tekanan atmosfer,
kelembaban, tegangan suplai, dan sebagainya. Ada dua tipe input dari lingkungan,
yaitu modifying input dan interfering input.
Modifying input IM menyebabkan sensitivitas linear sistem berubah. K adalah
sensitivitas pada kondisi standar kelika IM = 0. Jika input diubah dari nilai standar,
maka IM mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas berubah dari K
menjadi
K+ KM IM, dimana KM adalah perubahan kepekaan terhadap perubahan unit IM.
Gambar 4 (a) menunjukkan efek dari modifikasi suhu sekitar pada elemen linier.
Interfering input II menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada
kondisi standar ketika II = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka II mengalami
penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a menjadi a+ KIII ,
dimana KI adalah perubahan zero bias untuk unit perubahan di II. Gambar 4 (b)
menunjukkan efek dari gangguan suhu sekitar pada elemen linier.
Dengan demikian
2. pH
pH merupakan sebuah ukura yang digunakan dalam menentukan apakah larutan
tersebut bersifat asam, basa, dan netral. Asam dan basa tersebut merupakan dua
golongan zat kimia yang sangat penting. Pada larutan yang bersifat asam memiliki
nilai pH lebih kecil 7 , sedangka basa memiliki nilai pH lebih besar dari 7 dan
untuk sifat netral memiliki pH dama dengan 7. Penentuan pH bisa bermacam-
macam cara, diantaranya dengan menggunakan alat ukur pH meter, atau indikator
universal seperti kertas lakmus dan PP.
Sorasen merupakan seorang ahli kimia menyusun konsep model matematis untuk
menghitung konsentrasi berdasarkan pH dengan persamaan berikut :
pH log[ H ].......................................................................(1.1)
pH 14 log[ OH ]..................................................................(1.2)
Dimana [H+] = Molaritas Ion H+
3. pH Meter
besaran pH suatu larutan bisa diketahui melalui beberapa indikator universal yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun dengan adanya sensor pH atau lebih dikenal
dengan pH meter dapat mempermudah pembacaan nilai suatu larutan pH. Oleh
karena itu didalam pH meter biasanya menggunakan prinsip potensiometri dengan
pemanfaatan beda potensial antara elektroda sebagai bahan referensi dan elektroda
kerja seperti pada gambar
Percobaan II
1. Lakukan langkah-langkah percobaan I dari (a) s.d (e), tetapi dengan mengganti
volume larutan menjadi 50 ml.
2. Kemudian isi Tabel 3.2. dengan data yang telah diperoleh dari percobaan II.
Tabel 3.2. Data hasil percobaan efek lingkungan
No. [NaOH] pH Larutan
1.
2.
3.
11.
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Lakukan perhitungan dan jelaskan mengenai karakteristik statik sistem
pengukuran pH (range input dan output, span, linieritas, nonlinieritas dan
histeresis) dari data percobaan yang telah anda peroleh (Percobaan 1).
2. Jelaskan pengaruh lingkungan (berupa perubahan volume larutan) terhadap
karakteristik statik sistem pengukuran, dengan menghitung nilai KM dan KI
(Percobaan 2).
3. Buat Laporan Resmi Praktikum
MODUL II
PENGUKURAN KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami karakteristik dinamik dari suatu alat ukur.
2. Menentukan hubungan input dan output sebagai fungsi waktu.
B. DASAR TEORI
Karakteristik dinamik dari sebuah alat ukur menggambarkan perilakunya
antara waktu yang terukur dengan perubahan nilai dan waktu ketika instrument output
mencapai nilai stabil. Seperti dengan karakteristik statis, nilai-nilai untuk karakteristik
dinamis dikutip dalam lembaran instrumen data hanya berlaku pada saat instrumen
yang digunakan dalam kondisi lingkungan tertentu. Dalam setiap sistem, pengukuran
linier invarian waktu, persamaan umum yang dapat ditulis antara input dan output
untuk waktu t> 0:
dimana qi adalah jumlah yang diukur, Q0 adalah output dan a0. . . sebuah, B0. . . bm
adalah konstanta. Jika kita membatasi pertimbangan bahwa perubahan dalam
kuantitas saja yang diukur , maka persamaan (2.1) tereduksi menjadi:
Setiap instrumen yang berperilaku sesuai dengan persamaan (2.4) dikenal sebagai
instrument orde pertama. Jika d / dt digantikan oleh operator D dalam persamaan
(2.4), kita mendapatkan:
....2.6
Hal ini mudah untuk kembali mengungkapkan variabel a0, a1, a2 dan B0 dalam
persamaan (2.8) dalam hal tiga parameter K (sensitivitas statis), (undamped
frekuensi alam) dan (redaman rasio), di mana:
Ini adalah persamaan standar untuk sistem orde dua dan instrumen yang responnya
dapat dijelaskan dengan persamaat tersebut dikenal sebagai instrument orde 2. Jika
persamaan (2,9) diselesaikan secara analitis, bentuk dari respon yang diperoleh
tergantung pada nilai rasio redaman. Respon output dari alat orde dua untuk berbagai
nilai dan perubahan nilai dari jumlah yang diukur pada waktu t diperlihatkan pada
Gambar 2.3. Untuk kasus (A) di mana D=0, tidak ada reda
man dan output instrumen amplitudo berosilasi konstan jika terganggu oleh
perubahan dalam besaran fisis yang diukur. Untuk D=0,2, diwakili dengan kasus
(B), respon terhadap perubahan input masih berosilasi namun osilasi berangsur-
angsur mereda. Untuk kurva (C) dan (D) overshoot masih lebih, dan akhirnya respon
menjadi sangat overdamped seperti yang ditunjukkan oleh kurva (E) di mana output
perlahan-lahan menuju bacaan yang benar. Jelas, kurva respons ekstrem (A) dan (E)
adalah sangat tidak cocok untuk setiap alat ukur. Jika instrumen itu mengalami
perubahan inputan, maka strategi desain akan menuju ke arah rasio redaman 0,707,
yang memberikan respon kritis teredam (C).
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Ukurlah suhu ruang saat percobaan
2. Panaskan air dalam wadah dengan heater hingga mencapai suhu yang ditentukan
yaitu T0C (sesuai ketentuan asisten).
3. Lakukan pembagian tugas pada setiap anggota kelompok praktikum sebagai
berikut:
Pengamat temperatur
Pemegang stopwatch
Pencatat data
Pengendali temperatur dengan heater
Lakukan simulasi dengan dibantu oleh asisten.
4. Gunakan termometer digital untuk menjaga temperatur air tetap pada T0C dengan
menggunakan heater secara manual
5. Pada saat temperatur air telah mencapai T0C, celupkan segera termomoter raksa
ke dalam wadah air dan catat penunjukan temperatur pada termometer raksa
setiap 20 detik hingga penunjukan mantap di nilai T0C
6. Setelah kondisi mantap tercapai, cabut termomter raksa segera dan catat
penunjukan temperatur pada termometer raksa setiap 20 detik hingga penunjukan
mantap di nilai suhu ruang
7. Isi tabel percobaan seperti yang tercantum pada tabel 1.
8. Perhitungan eror dinamik pada saat termometer raksa berada di air adalah :
9. eror = T T terukur
10. Perhitungan eror dinamik pada saat termometer raksa berada di udara adalah :
11. eror = Truang T terukur
12. Buat grafik berdasarkan data tersebut.
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Buatlah analisis tentang karakteristik dinamis instrumen berdasarkan data yang
anda peroleh.
2. Tentukan konstanta waktu dari sensor termometer raksa berdasarkan data yang
anda peroleh.
3. Simpulkan percobaan ini.
4. Buat laporan resmi percobaan.
KALIBRASI
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan dunia industri yang semakin maju seperti sekarang ini,
persaingan usaha dan pasar merupakan perhatian utama apabila kita ingin tetap bertahan.
Salah satu jalan yang harus ditempuh ialah dengan cara menjaga dan meningkatkan
mutu (quality ) dari produk atau jasa yang kita tawarkan. Industri yang tetap eksis adalah
industri yang memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul,
menjaga kualitas produk dan selalu mengupayakan inovasi teknologi baru. Agar industri
dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di industri perlu ketersediaan
peralatan pendukung (instrument) yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu
mengoperasikan instrumen dengan baik dan tepat. Sehingga penggunaan instrumen dan
peralatan lainnya dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
Jurusan Teknik Fisika FTI ITS , sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi
terkemuka ingin menjawab tantangan masa depan terkait dengan teknologi instrumentasi
di industri, yakni dengan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi teknis
dalam penguasaan berbagai macam instrumentasi yang ada di industri, baik dalam hal
operational, pemeliharaan dan perbaikan. terkait dengan pemeliharaan, salah satu faktor
penting yang harus dipahami adalah tentang kehandalan sebuah instrumen, yang mana
kehandalan ini sangat erat hubungannya dengan tingkat akurasi atau ketelitian instrumen
tersebut. salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui dan memperbaiki akurasi
dari sebuah instrumen adalah dengan melakukan kalibrasi secara teratur. kalibrasi yang
benar dan memenuhi standar sangat diperlukan untuk bisa menjamin bahwa sebuah
peralatan layak untuk dipakai. Oleh karena itu pengetahuan akan kalibrasi ini sangat
dibutuhkan terutama untuk menunjang keahlian para mahasiswa dalam proses
pemeliharaan sebuah peralatan / instrumen.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum sistem pengukuran dan kalibrasi ini adalah agar para
mahasiswa menguasai prosedur dan metode pengukuran serta kalibrasi yang sesuai
dengan standar nasional (SNI 19-17025 )
C. KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa:
- mengetahui prosedur pengukuran dan kalibrasi yang benar
- mampu melakukan kalibrasi internal
- membuat sertifikat kalibrasi
D. MATERI PRAKTIKUM
TEORI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN KALIBRASI
STUDI KASUS
Seorang perawat Sebuah RS sedang mengukur suhu badan salah seorang pasiennya
dengan menggunakan sebuah termometer gelas yang cukup teliti dan hasilnya 39,4 oC.
sesaat dia tidak segera mencatatnya pada buku laporan kerja karena merasa sedikit ragu
dengan hasil pengukurannya , sebab suhu tersebu relatif tinggi bagi pasien tersebut, dia
memutuskan untuk melakukan pengukuran lagi dan hasilnya malah membuat dia
bingung, yaitu 39,6 oC. karena bingung campur penasaran dia melakukan sekali lagi
pengukuran dengan maksud memastikan apakah hasil pengukuran yang pertama atau
kedua yang akan diambil, dan ternyata pengukuran ke 3 adalah 39,5 oC. Akhirnya dia
memutuskan untuk mencoba dan mencoba lagi pengukurannya hingga 10 kali dengan
harapan akan mendapatkan hasil terbanyak pada nilai tertentu dan nilai itulah yang akan
diambil. Karena dia yakin bahwa nilai yang didapat tidak akan jauh dari sekitar nilai 39
oC, dan nilai terbanyak yang keluar tersebut bagi dia cukup beralasan untuk diambil
karena sudah mewakili dari serangkaian proses pengukurannya. Dan dia tetap yakin
seyakin-yakinnya bahwa dia tidak bisa memastikan diantara ke 10 hasil pengukuran
tersebut mana yang menunjukkan nilai sebenarnya. Dia hanya mendapatkan nilai
terbaiknya saja.
Hasil pengukuran dia selengkapnya adalah sbb:
39,4 oC
39,6 oC
39,5 oC
39,4 oC
39, 4 oC
39,5 oC
39,4 oC
39,4 oC
39,5 oC
39,4 oC
Rata rata : 39,45 oC
-U X r +U
r = Nilai rata-rata dari hasil pengukuran
Analisa type B, UB
Pada analisa tipe ini akan digunakan selain metode statistik, sehingga dari contoh
diatas :
Sertifikat kalibrasi dari termometer gelas: misalnya 0,1 oC.
Nilai ini sudah merupakan hsil dari ketidakpastian diperluas U95 , karenanya harus
dicari terlebih dahulu ketidakpastian kombinasinya Uc, ( sebagai ketidakpastian
individual ) yaitu dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan k.
jika tidak ada pernyataan apapun maka dalam setiap laporan kalibrasi dianggap k =
2, untuk tingkat kepercayaan 95 %.
Namun jika kita menginginkan nilai k yang lebih optimis maka harus dicari terlebih
dahulu nilai derajat kebebasannya , v, yang selanjutnya akan ditemukan nilai k.
dalam pencarian nilai v, terlebih dahulu harus ditemukan nilai reliabilitynya ( R) dari
laboratorium pembei sertifikat termometer gelas tersebut, misalnya kita perkirakan
dengan nilai R = 10 %
Maka didapat:
V = (100 / 10 )2
= 50 , ( Rumus, v = ( 100 / R) 2 )
pada tabel T-distribution didapat k = 2,01
maka nilai yang tepat untuk ketidakpastian kombinasi termometer gelas tersebut
adalah :
UB1 = 0,1 / 2,01 = 0,0498 oC
Untuk resolusi alat dibedakan atas Alat digital dan Analog.
Jika Alat digital : Ketidakpastian (u)
u = (1/2 resolusi ) / 3
untuk Alat analog : Ketidakpastian (u)
u = Readability / 2
Jika pada ilustrasi tersebut alat yang digunakan adalah termometer digital dengan
resolusi 0,1 oC, maka:
UB2 = (1/2 .0,1 ) / 3 = 0,0298 oC
KETIDAKPASTIAN KOMBINASI , UC
Uc = (U ) (U
a
2
B )2
koefisien sensitifitas dalam sistem pengukuran tidak terlepas dari masalah korelasi
pengukuran , maksudnya bahwa setiap hasil pengukuran merupakan hasil korelasi
antara besaran masukan satu dengan yang lainnya , yang besarnya ditentukan dengan
derivatif. Turunan ( derivatif) hasil pengukuran tersebut dengan masing-masing
masukan itu pada bentuk / model pengukuran yang dilakukan. Atau dengan kata lain,
apabila didalam melakukan pengukuran sebuah besaran ukur tidak dilakukan
pengukuran secara langsung terhadap besaran tersebut ( misal untuk mengukur Arus ,
dilakukan pengukuran tegangan , jadi pengukuran tidak langsung ), maka sensitifitas
diperlukan dalam menghitung ketidakpastian kombinasinya, akan tetapi bila didalam
melakukan pengukuran tersebut besaran yang kita inginkan dapat diukur langsung
maka sensitifitasnya dinyatakan dengan
Rumus umum mencari koefisien sensitifitas adalah:
CH = dT / dH = 1
Misal :
pada pengukuran luas ( A), yang merupakan hasil perkalian antara panjang (P ) dan
lebar (L), maka koefisien sensitifitas masing masing adalah:
A=PxL
CP = dA / dP = L
CL = dA / dL = P
KETIDAKPASTIAN DIPERLUAS
Dalam pelaporan ketidakpastian hasil pengukuran / kalibrasi yang dilaporkan adalah
ketidakpatian yang sudah dalam perluasan ( expanded ), sehingga hasil tersebut sangat
logis dalam kenyataan, selain itu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %,
seperti lazimnya dipakai dlam pelaporan pelaporan saat ini, lain halnya jika ada
pengecualian dengan mengambil tingkat kepercayaan tertentu. Rumus ketidakpastian
diperuas ( expanded uncertainty ) adalah:
U95 = k Uc
Derajat Kebebasan, v
Jika data dipeoleh dari pengukuran berulang sebanyak n kali, maka derajat kebebsan
adalah:
V = n-1
Maka :
v = 10 1= 9
Jika data merupakan hasil perkiraan atau estimasi dengan reliability ( R ), maka:
V = ( 100 / R)2
Pada contoh diatas, resolusi alat adalah 0,1 oC, dalam hal ini batas kealahan mutlak adalah
x Resolusi , yaitu 0,05 oc, dimana dalam hal ini bentuk kurvanya adalah rectangular, maka
nilai ketidakpastiannya adalah 0,05 / 3 = 0,0289 oC
Dengan estimasi reliabilitynya adalah 10 %, maka:
V = ( 100 / 10 )2
= 50
Derajat Kebebasan effektif, V eff
Nilai faktor cakupan, k untuk perkalian ketidakpastian diperluas diatas didapat dari derajat
kebebasan effektif, Veff, dengan rumus:
(Ci .U c ) 4
Veff = ,
(Ci .Ui )4
vi
= + 0,16 oC
Tingkat kepercayaan merupakan tingkatan keyakinan akan keberadaan nilai sebenarnya pada
suatu tindak pengukuran dengan menggunkanalat tertentu. Penjelasan lengkap telah
diberikan pada ilustrasi kasus diatas
Faktor Cakupan , k
faktor cakupan meruakan faktor pengali pada ketidakpastian, sehingga membentuk cakupan
logis pada penggunaan keseharian. Faktor cakupan dicari menggunakan tabel T-Student
Distribution, yang diberikan pada halaman akhir dari materi ini.
Membuat model
Matematik
Daftar sumber
sumber U
Hitung U untuk
Tipe A dan B
Hitung Ci
Hitung U diperluas
Uexp = k. Uc
Selesai
Sedangkan untuk mendapatkan faktor cakupan yang nantinya digunakan untuk
mendapatkan ketidakpastian diperluas , maka salah satu pemecahannya adalah dengan
menyajikan tabel T-Student Distribution, Dimana probabilitasnya dinyatakan sbb:
Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan analitik elektronik dgn
rentang ukur/kapasitas sampai dengan 200 gram. Metode ini juga digunakan untuk
pemeriksaan bulanan dan enam bulanan sesuai butir 5.1 dan 5.2
2. Standar Metode
5. Prosedur
5.1.2. Nol kan timbangan, catat pembacaan pada kolom 3 sebagai z1.
5.1.3. Timbang massa standar (M) dan catat pada kolom 3 sbg m1.
5.1.4. Sentuh pan diamkan 30 detik dan catat pada kolom 3 sbg m2.
5.1.5. Ambil massa dan tunggu sampai nol, lalu catat pada kolom 3 sbg z2
5.1.6. Hitung rata-rata dari z dan m lalu catat hasilnya pada kolom 4
5.1.9 Jika koreksi lebih besar dari 3, dimana adalah standar deviasi dari
Untuk timbangan baru, standar deviasinya tidak mungkin 3 kali. Maka dari itu, tidak
perlu melakukan penyetelan timbangan.
5.1.10. Hitung ketidakpastian dari kemampuan baca timbangan yang didapat dari resolusi
timbangan
UR = Resolusi/2
Timbangan.
5.2.2. Timbang massa standar (M) yg mendekati setengah kapasitas dan catat
5.2.3. Ambil massa, tunggu sampai stabil dan catat kolom 1 berikutnya z1.
ri = mi zi,
=(ri r)
n1
r = rata-rata perbedaan
n = jumlah pembacaan = 10
5.2.9. Catat standar deviasi maksimum pada baris 13. Catatan: Gunakan standar deviasi
terbesar untuk perhitungan ketidakpastian.
Ut = maks/n
n = jumlah pembacaan = 10
5.3.2. Nol kan timbangan dan catat pada kolom 5 sbg z1.
5.3.3. Timbang Massa Standar yang sesuai pada penimbangan pertama dan catat pada kolom
5 sbg m1.
5.3.4. Sentuh Pan, tunggu 30 detik kemudian catat pada skala 5 sbg m1.
5.3.5. Ambil Massa Standar, tunggu sampai stabil dan catat pada kolom 5 sbg z2. Jangan
me-nol-kan timbangan.
5.3.6. Hitung rata-rata pembacaan nol dan catat pada kolom 6 sbg z1.
5.3.7. Hitung rata-rata pembacaan massa pada timbangan dan catat pada kolom 6 sbg m1.
5.3.9. Hitung koreksi dgn rumus C = M ri dan catat pada kolom 8 sbg C1.
5.3.10. Ulangi butir 2 sampai dengan 9 utk titik lainnya sampai 100% kapasitas timbangan
UMc = (UMi)
2
5.4. Pengaruh Pembebanan Di Tengah
5.4.1. Lakukan pada penimbangan kira-kira 1/3 dari kapasitas maksimum timbangan, jika
dispesifikasikan pabrik pembuat maka lakukan sesuai dgn pabrik pembuat.
5.4.3. Letakkan massa standar ditengah-tengah pan, timbangan di Tare dan catat
pembacaan pada kolom 2.
5.4.4. Pindahkan massa ke depan, belakang, kiri, dan kanan pada daerah garis Pan dan catat
pembacaannya pada kolom 2.
5.4.5. Hitung perbedaan maksimum dgn cara mengurangkan hasil terbesar dgn hasil terkecil.
Jika massa lebih dari 500 g maka gunakan piringan non magnetik dgn diameter yg
sesuai dgn besarnya diameter massa.
F = 2maks + Q
Dimana :
7. Ketidakpastian Penimbangan
Hitung dengan rumus sbb :
U95 = k . Uc
Dimana :
8. Formulir
MODUL IV
MULTIMETER DIGITAL
1. Pilih salah satu dari skala multimeter untuk dilakukan pengukuran (200 mvolt, 2 volt,
20 volt, 200 volt, 1000 volt)
2. Lakukan pengukuran tegangan menggunakan multimeter uji dan multimeter standar
secara bersamaan dan catat pembacaan multimeter uji pada kolom 2 dan multimeter
standar pada kolom 3.
3. Ulangi langkah 2 sebanyak 5 kali dengan skala yang sama.
4. Hitung koreksi dengan rumus:
Q = Pstandar P alat
Dimana :
Pstandar = pembacaan Multimeter digital standar
P alat = Pembacaan Multimeter digital uji
=(Di D )
n1
Dimana; Di = koreksi ke- i
D = rata rata koreksi
N = Jumlah koreksi
SSR
UA2 =
n2
= =1[ ( + )]2
dengan
( )
= 2 ( )2
= +
Dimana :
= koreksi ke-i
= jumlah i
U AI U A2 U B1 U B 2 U B 3
2 2 2 2 2
Uc =
5.2. Formulir
5.4.1. Lembar kerja yang digunakan No. QF. FKS
5.4.2. Lembar sertifikat yang digunakan No. QF. SKS
LAMPIRAN
HASIL KALIBRASI
1. PEMERIKSAAN SKALA
Rentang Frekuensi Pembacaan Pembacaan Alat Koreksi Standard
(Volt ) (Hz) Standard (Volt) (Volt ) (Volt ) Deviasi
FKL-02hal : 1 dari 3
2. PEMBACAAN BERULANG
3. KETIDAKPASTIAN KALIBRASI
Ketidakpastian Hasil Pengukuran ( UA1) =
n
Ketidakpastian pendekatan regresi ( UA2)
a
Ketidakpastian Alat Standar (U2) =
3
a = U expand dari kalibrator = 0.5 V
1 / 2resolusi
Ketidakpastian Resolusi (U3) =
3
Disetujui : Diperiksa : Dikalibrasi :
FKL-02hal : 2 dari 3
Ketidakpastian Catu Daya ( U 4)
( Asumsi : maksimum setengah dari ketidakpastian resolusi )
Untuk f < 0.5 maka U4 = U3
Ketidakpastian Gabungan ( Uc )=
Faktor Cakupan ( K )
Catatan :
1. Faktor Cakupan dihitung dengan menggunakan tabel T student, dimana tingkat kepercayaan/
confidence level yang diambil adalah 95 %
2. Sertifikat yang digunakan adalah hasil kalibrasi dengan acuan yang sama
3. Ketidakpastian hasil pengukuran, didapatkan dengan mengambil standar diviasi maksimum
4. Bila tanda koreksi adalah positif (+), maka jumlahnya harus ditambahkan untuk mendapatkan
hasil yang benar, demikian pula untuk koreksi negatif
FKL-02hal : 3 dari 3
SERTIFIKAT KALIBRASI
CALIBRATION CERTIFICATE
Nomor :..
Number
ALAT
Equipment
1. Nama :4. Nomor Seri:
Name Serial Number
2. Kapasitas:5. Merek / buatan:
Capacity Manufacture
3. Tipe / model:6. Lain-lain:
Type / model Others
Pemilik
Owner
1. Nama :
Name
2. Alamat:
Address
Standar
Standard
1. Nama :
Name
2. Ketelusuran:
Traceability
TANGGAL DITERIMA:
Date of acceptance
TANGGAL DI KALIBRASI:
Date of Calibration
LOKASI KALIBRASI:
Location of calibration
KONDISI LINGKUNGAN KALIBRASI :
Environment Condition of calibration
METODE KALIBRASI:
Calibration Method
ACUAN:
Reference
HASIL KALIBRASI DAN KETIDAKPASTIAN KALIBRASI: (Terlampir )
Result of calibration & uncertainty of calibration
DITERBITKAN:
Disahkan oleh /Approved by
Kepala laboratorium
Head of Laboratory
()
NIP.
SERTIFIKAT KALIBRASI
CALIBRATION CERTIFICATE
Nomor :.........................................
Number
1. HASIL KALIBRASI
Result of calibration
2.EVALUASI
Evaluation
Catatan :
LABORATORIUM KALIBRASI
1. Faktor Cakupan (k = ) dihitung dengan menggunakan tabel T student, dimana tingkat kepercayaan/
confidence level yang diambil adalahDEPARTEMEN
95 % TEKNIK FISIKA
2. Sertifikat yang digunakan adalah hasil kalibrasi dengan acuan yang sama
3. Ketidakpastian hasil pengukuran,FAKULTAS
didapatkanTEKNOLOGI INDUSTRIstandar diviasi maksimum
dengan mengambil
4. Bila tanda koreksi adalah positif (+), maka jumlahnya harus ditambahkan untuk mendapatkan hasil
yang benar, demikian pulaINSTITUT TEKNOLOGI
untuk koreksi negatif SEPULUH NOPEMBER
GEDUNG E-104, Telp. 031-5994252 ext. 1281 Fax : 031- 5923626
DAFTAR PUSTAKA
1. TC , ISO/ IEC 17025, SNI 19-17025, persyaratan Laboratorium kalibrasi, BSN, 2005
2. Musyafa.Ali, abadi,Imam, modul kalibrasi istrumentasi dan metrologi, Jurusan teknik
Fisika, 2002
3. David B Prowse, uncertainty for mass and balance, Australia , 2000
4. TIM KIM LIPI, kalibrasi dan metrology, LIPI, serpong, 2000