Aplikasi Titrasi Pengendapan PDF
Aplikasi Titrasi Pengendapan PDF
(TITRASI PENGENDAPAN)
1.
1 SUHU
2. SIFAT PELARUT
3. ION SEJENIS
4. AKTIVITAS ION
5. pH
6
6. HIDROLISIS
7. HIDROKSIDA LOGAM
8. PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS
1. Efek
e su
suhu
u larutan
a uta
Hidrolisis diabaikan.
CaF2(p) Ca2+ + 2 F-
a) Kelarutan s = [Ca2+], maka [F-] = 2s
[Ca22+][F-] = Ksp
s . (2s)2 = 4x10-11, maka s = 2,1 x 10-4 M
b) [Ca2+] = (0,01+s)
(0 01+s) ; [F-] = 2s; diperoleh s = 3 2 x 10-55 M
3,2
c) [Ca2+] = s ; [F-] = (0,01+s); diperoleh s = 4 x 10-7 M
endapan, efek [F-] lebih
Ion sejenis menurunkan kelarutan endapan
besar daripada efek [Ca2+].
Kelarutan Ag-halida dlm Na-halida pd 18 oC
Kelarutan AgX, M
1
10-2
AgCl
10-4
AgBr
g
10-6
AgI
10-88
10-10
Jika koefisien aktivitas kedua ion kecil, maka hasilkali konsentrasi molar
besa
besar.
Kenaikan kelarutan BaSO4 lebih besar daripada AgCl, karena koefisien
aktivitas ion divalen lebih kecil daripada ion univalen
Dalam larutan sangat encer f = 1, maka Ksp = Kosp.
Kenaikan relatif kelarutan AgCl dan BaSO4
d l
dalam larutan
l t KNO3
s/so
1,7
16
1,6
BaSO4
1,5
1,4
13
1,3
1,2 AgCl
1,1
10
1,0
0,001 0,005 0,01 KNO3 (M)
Contoh :
Hitung kelarutan molar BaSO4 dalam larutan KNO3
0,01
, M menggunakan
gg koefisien aktivitas yyang
g dihitung
g dari
persamaan Debye-Huckel.
Larutan KNO3 ((1:1)) memiliki kekuatan ion = molaritas = 0,01M.
,
Dari tabel dapat dibaca : fBa2+ = 0,667 ; fSO42- = 0,659
Ksp = 1,00 x 10-10 / 0,667 x 0,659 = 2,27 x 10-10 = s2
maka s = 1,51 x 10-5 M.
[A2-] = 2 . Ca
2 = Ka1.Ka2 / { [H3O+]+[H3O+]Ka1+Ka1Ka2 }
log C
Fe3+ [Fe3+][OH-]3 = Ksp = 2 x 10-39
-1
[FeOH2+][H+]/[Fe3+] = 9 x 10-4
FeOH2+ [Fe(OH)2+][H+]2/[Fe3+] = 5 x 10-7
-2 [Fe2(OH)24+][H+]2/[Fe3+]2 = 1,1 x 10-3
-3
-4
Fe(OH)2+
-5
-6
Fe2(OH)24+
-7
0 1 2 3 4 5
pH
Kelarutan HgS pd 20 oC sbg fungsi pH dlm larutan
mengandung sulfida total H2S + HS-
log [Hg]total, log [Hg(HS)2], dst log [H2S],log [HS-]
H2S HS-
-2
-6
Hg total -3
-7
-4
4
-8
Hg(HS)2 -5
Hg.HS2- HgS22-
-9
9
4 5 6 7 8 9 10
pH
6. Efek
6 e hidrolisis
d o ss
Jika garam dari asam lemah dilarutkan di dalam air terjadi
perubahan pH larutan.
MA M+ + A-
A- + H2O HA + OH-
Jika HA sangat
g lemah,, MA tidak larut,, maka Ka dan Ksp p kecil.
Jika [A-] kecil, maka reaksi hidrolisis lebih sempurna.
Dapat
p terjadi
j 2 ekstrim yyang
g tergantung
g g besarnya
y harga
g Kspp:
a) Kelarutan sangat kecil di mana pH air tidak berubah karena
terjadi hidrolisis.
b) Kelarutan cukup besar di mana ion OH- yang bersumber
dari air dapat diabaikan.
7. Efek hidroksida logam
Jika hidroksida logam dilarutkan di dalam air, terjadi seperti
pada efek hidrolisis tetapi pH tidak berubah
berubah.
M(OH)2 M2+ + 2 OH-
OH- + H2O H3O+ + OH-
[M2+][OH-]2 = Ksp
[H3O+][OH-] = Kw
K
Charge balance : 2 [M2+] + [H3O+] = [OH-]
D i 3 persamaan ttersebut
Dari b tddapatt dihit
dihitung kkelarutan
l t molar. l
Pada saat M(OH)2 larut maka [OH-] naik, sehingga
menggeser [OH-] pada d kesetimbangan
k i b di
disosiasi
i i air
i kke ki
kirii :
M(OH)2 (p) M2+ + 2 OH-
2 H2O H3O+ + OH-
Dapat terjadi 2 kondisi ekstrim yang masing
masing-masing
masing
tergantung kepada besarnya kelarutan ion hidroksida :
a) Kelarutan sangat kecil di mana pH tidak berubah
berubah.
[H3O+] = [OH-] = 1,0 x 10-7
Ksp = [M2+][OH-]2
s = Ksp / (1,0 x 10-7)2
2 = 1 / {{1 + 2,3
, + 103((10-2) + 1,4
, x 107 ((10-2)2 = 7,1
, x 10-4
Kef = 1,0 x 10-10 / 7,1 x 10-4 = 1,4 x 10-7
s = CAg = [[Cl-]
s2 = 1,4 x 10-7 , maka s = 3,4 x 10-4 M
Kurva
K r a kelar
kelarutan
tan AgCl dalam lar
larutan
tan NaCl dan AgNO3 (AgCl lebih
mudah larut dalam AgNO3 0,1 M dan NaCl 1 M daripada dalam air)
-1 -2 -3 -4 -4 -3 -2 -1
log[Cl-] -3 log[Ag+]
-4
-5
5
-6
log[Ag+] -7 log[Cl-]
Kurva Titrasi
50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3
0 10 M
0,10 M. Hitung konsentrasi ion klorida selama titrasi dan
buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 10 x 10-10.
13
AgBr
Ksp AgCl = 1 x10-10
11
g = 2 x 10-12
KspAgBr
KspAgI = 1 x 10-16 AgCl
10
pX
8
2
10 20 30 40 50 60 70 80
ml AgNO3
Kelayakan
y titrasi
Harga K yang diperlukan untuk titrasi yang layak dapat
dihitung seperti cara untuk titrasi asam basa.
basa
Contoh :
50 ml larutan NaX 0,10
0 10 M dititrasi dengan larutan 50 ml
AgNO3 0,10 M. Hitung K dan Ksp AgX jika penambahan
y
49,95 ml titran akan menyebabkan reaksi sempurna
p di
mana pX berubah sebesar 2,00 unit pada penambahan 2
tetes (0,10 ml) titran.
NaX sebagai garam yang larut sempurna
Ag+ + X- AgX (p)
K = 1/Ksp
Pada saat 1 tetes sebelum TE terjadi penambahan
keseluruhan 4,995 mmol Ag+, masih diperlukan (50 x 0,10)
- 4,995 mmol = 0,005 mmol utk mencapai TE.
[X-] = 0,005
0 005 mmol / 99 95 ml = 5 x 10-5 M.
99,95 M Maka pX = 4
4,30
30
Jik pX
a)) Jika X=2 2,00
00 makak pX X=66,30 t [X-] = 5 x 10-77 M
30 atau
Pada saat itu volume titran terpakai = 50,05 ml (kelebihan
1 ttetes
t dari
d i TE)
TE), makak
[Ag+] = 0,05 x 0,10 mmol / 100,05 ml = 5 x 10-5 M
K = 1 / {(5 x 10-55)(5 x 10-77)} = 4 x 1010
Ksp = 1 / (4 x 1010) = 2,5 x 10-11 M
2C O42-
CrO 2 + 2 H+ C 2O72-
Cr 2 + H2O
Karena kelarutan
K k l A
AgCNS
CNS < kkelarutan
l A
AgCl
Cl maka
k
reaksi di atas akan bergeser ke arah kiri, sehingga
hasil analisis Cl- menjadi lebih kecil. Hal tsb dapat
dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau
dengan penambahan nitrobenzen (racun !)
sebelum
b l tit dengan CNS-. Nitrobenzen
titrasii d Nit b menjadi
j di
lapis minyak yang memisahkan endapan dari
CNS-.
ARGENTOMETRI FAJANS
Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni
senyawa organik yg teradsorpsi ke permukaan padat
endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung.
Contoh : Fluoresens sbg anion fluoresenat (hijau kuning)
bereaksi dg
g Agg+ membentuk endapan
p merah intensif yg
teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal krn adanya
pasangan muatan ion.
Awal titrasi Akhir titrasi : Ag+Ind-
Cl-
Cl Ag+ Ind-
Cl- Cl-
Ag+ Ag+ Ind-
Cl- Cl- Ag+
Cl-
Cl
Cl- Ag+ Ind-
AgCl Ag+
AgCl Cl-
Cl- Ag+ Ind-
Adsorpsi senyawa organik berwarna pada
permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran
elektronik intramolekuler yang mengubah warna.
warna
Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir
titrasi
i i pengendapan
d garam-garam perak.
k
Sebelum TE :
(AgCl).Cl- M+
Lapisan primer Lapisan sekunder Kelebihan Cl-
Setelah TE :
(AgCl).Ag+ X-
Lapisan
p p
primer Lapisan
p sekunder g+
Kelebihan Ag
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih
mudah ion-ion yang membentuk senyawa tidak
g satu dari ion-ion dalam kisi endapan.
larut dengan p
Jadi, Ag+ ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorpsi
oleh endapan AgCl daripada oleh ion Na+ ataupun
NO3-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik
membentuk lapisan sekunder.
Fluoresein adalah asam organik lemah, membentuk anion
fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan
koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+
berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan
Ag+ yang melapisi endapan, diikuti dengan perubahan warna
menjadi pink.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih indikator adsorpsi :
1) Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal
menjadi partikel besar, karena akan
menurunkan dengan tajam daya adsorpsi
permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu
terjadi diatasi dengan penambahan dextrin
terjadi, dextrin,
sebagai koloid pelindung agar endapan
terdispersi lebih banyak
banyak. Dengan adanya dextrin
maka perubahan warna menjadi reversibel, dan
setelah lewat TE dapat dilakukan titrasi balik
dengan larutan baku Cl-.
2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat
sebelum TE dan makin cepat pada TE.
Indikator yang jelek performansinya akan
teradsorpsi kuat sehingga mensubstitusi ion-ion
yang telah teradsorpsi sebelum TE.
3) pH larutan harus terkontrol agar dapat
mempertahankan konsentrasi ion dari indikator
asam lemah ataupun basa. Misalnya,
fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih
asam dari pH 7 melepas fluoreseinat sangat
kecil sehingga perubahan warna tidak dapat
diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan
pada pH 7-10, sedangan difluoresein (Ka=10-4)
digunakan pada pH 4-10.
4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya
berlewanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi
indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan
titran.
Pada titrasi Ag+ dengan Cl- dapat digunakan
metil violet (garam klorida dari suatu basa
organik) sebagai indikator adsorpsi.
Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi
kelebihan Cl- dan koloid bermuatan negatif.
g
Dalam hal tersebut dapat digunakan indikator
diklorofluoresein tetapi harus ditambahkan
diklorofluoresein,
sesaat menjelang TE.
Efek Pembentukan Kompleks
thd Titrasi Argentometri
Banyak endapan membentuk kompleks larut dengan ion-ion pengendap.
Kelarutan semula turun krn efek ion sejenis hingga melewati minimum lalu
AgCl membentuk kompleks dg Ag+ dan Cl-
AgCl + Cl- AgCl2-
AgCl2 + Cl- AgCl32-
-1 -2 -3 -4 -4 -3 -2 -1
AgCl + Ag+ Ag2Cl+
-3
log [Cl-] log [Ag+]
-4
-5
Kurva kelarutan AgCl dalam NaCl
5
dan AgNO3 :
-6
AgCl lebih mudah larut dalam
-7
AgNO3 0,1 M dan NaCl
daripada dalam air
-8
log [Ag+] log [Cl-]
Indikator Adsorpsi
Cl-,Br
Br-,II-,SCN
SCN- AgNO3 Adsorpsi Fajans
( )6 + 3 Zn2+
2 K4Fe(CN) ( )6]2 + 6 K+
K2Zn3[[Fe(CN)
kalium besi(II) sianida kalium seng besi(II) sianida
Campuran fero-ferisianida dlm asam memiliki potensial reduksi jauh lebih kecil dp
yg diperlukan utk mengoksidasi indikator, hingga diperoleh bentuk teroksidasi
berwarna intensif. Jika ke dalam campuran tsb ditambahkan Zn2+ akan terjadi
endapan Zn-ferosianida, diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)64-
hilang ( )64- bereaksi sempurna
g dari larutan. Setelah Fe(CN) p akan terjadi
j kenaikan
tajam potensial reduksi dan muncul warna biru (bentuk indikator teroksidasi)
akibat adanya kelebihan Zn2+. Pada TAT akan muncul warna biru telor asin.
SELESAI