LAPORAN TUTORIAL Ekstraksi Seri
LAPORAN TUTORIAL Ekstraksi Seri
SKENARIO 5
Penyusun :
KELOMPOK VI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Anggota :
1. Jerry Daniel (131610101018)
2. Duati Mayangsari (131610101039)
3. Arini Al Haq (131610101040)
4. Pungky Anggraini (131610101042)
5. Fatimatuz Zahroh (131610101051)
6. Cholida Rachmatia (131610101056)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan skenario 5.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
SKENARIO 5
Ekstraksi Seri
Hasil pemeriksaan RO :
- benih gigi 13, 14, 15, 23, 24, 25, 33, 34, 35, 43, 44, dan 45 lengkap dengan
pola erupsi normal.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu salah satu etiologi untuk dilakukan ekstraksi seri adalah
adanya disharmoni dentomaksiler (DDM). Disharmoni dentomaksiler
merupakan disproporsi besar gigi dengan lengkung geligi. Faktor utama
penyebab DDM adalah faktor herediter atau keturunan, misalnya seorang anak
6
mewarisi ukuran gigi ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak
tersebut mewarisi ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif
besar. Sehingga terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran
gigi dan lengkung geligi. Apabila DDM tidak dirawat pada anak - anak dalam
masa fase gigi pergantian maka dapat menyebabkan maloklusi, oleh karena itu
perlu dilakukan perawatan ekstraksi seri agar etiologi DDM tersebut dapat
dihilangkan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
dianjurkan melakukan pencabutan karena dapat menyebabkan diastema.
Untuk mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan
antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan gambaran dari gigi
pasien (JADA, 2005).
DDM Transitoir terjadi karena keterlambatan pertumbuhan
skeletal namun gigi sudah mulai tumbuh. Bisa dilihat dengan
menggunakan foto rontgen metacarpal yang bertujuan untuk melihat
kondisi epifisis apakah sudah menutup atau belum (JADA, 2005).
Gejala DDM mulai dari fase geligi sulung sampai fase geligi
permanen dapat dilihat sebagai berikut :
9
Prinsip pencabutan seri dikenalkan oleh Rubert Bunon pada tahun
1473, tetapi istilah pencabutan seri dipopulerkan oleh Kjellgren tahun
1940-an. Pencabutan seri hanya dapat menghilangkan berdesakan di
region anterior tetapi tidak dapat memberikan hasil perawatan seperti yang
dihasilkan dari perawatan secara komperhensif (Rahardjo, 2009).
Untuk melakukan pencabutan seri diperlukan pemahaman yang
mendalam tentang pertumbuhkembangan, diagnosis dan perencanaan
perawatan agar didapat hasil yang memuaskan. Diperlukan pemahaman
tentang ukuran gigi, panjang lengkung gigi, pembentukan gigi dan
perkembangannya serta erupsi gigi permanen untuk perencanaan
pencabutan seri (Rahardjo, 2009).
Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonti dalam
periode gigi pergantian dan mencegah maloklusi pada gigi permanen
dengan jalan melakukan pencabutan pada gigi-gigi yang dipilih pada
interval waktu tertentu serta menurut cara-cara yang telah direncanakan
dengan observasi dan diagnosa yang tepat dan teliti. Ini merupakan suatu
prosedur yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang lama tanpa
memakai perawatan orthodonti. Pengertian lain ekstraksi seri yaitu suatu
metode perawatan orthodonti yang dilakukan pada masa gigi-geligi
bercampur dengan hubungan rahang klas I Angle, dengan pencabutan gigi
secara berturut-turut dan kronologis. Pencabutan dilakukan pada gigi-
geligi sulung dan diikuti dengan pencabutan gigi permanen (Amirudin,
2008).
Tindakan ini disebut pencabutan seri karena secara garis besar
dilakukan pencabutan gigi sulung dan kemudian dilakukan pencabutan
gigi permanen dan diakhiri dengan mekanoterapi. Dengan melakukan
pencabutan seri, maka perawatan komperhensif di kemudian hari akan
lebih mudah dan lebih cepat mencapai hasil akhir yang memuaskan.
Pencabutan seri sering dilakukan pada maloklusi kelas I karena pada
maloklusi kelas I terdapat keseimbangan neuromuskuler yang pada
perawatan pencabutan serial keseimbangan ini perlu dipertahankan.
10
Pencabutan seri tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai kelainan
relasi rahang atas dan bawah (Rahardjo, 2009).
11
diagnosa yang tepat dan rencana perawatan diperlukan. Sedangkan untuk
menentukan diagnosa yang tepat harus dilakukan pemeriksaan klinik,
pembuatan model sudi dan foto periapikal. Keadaan lain yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan ekstraksi seri yaitu:
- Adanya ketidaksetimbangan antara ukuran gigi dan struktur tulang
penyokong, apakah cukup ruangan untuk memperoleh susunan gigi yang
baik;
- Menetapkan apakah penderita dan orang tuanya mengerti bahwa
perawatan ekstraksi seri merupakan prosedur yang berlangsung terus
menerus lebih dari 4-5 tahun. Bila kerjasama yang baik antara pasien dan
operator tidak diharapkan, maka ekstraksi seri ini sebaiknya tidak
dilakukan. Program ekstraksi seri yang tidak teratur lebih buruk daripada
tidak dilakukan perawatan sama sekali;
- Seorang ahli orthodonti harus menyadari bahwa ekstraksi seri bukanlah
prosedur yang berurutan dengan pasti. Program perawatan dapat diubah
satu atau beberapa kali selama periode pengamatan tergantung pada
derajat perbaikan yang terjadi, munculnya akibat lain dari maloklusi dan
kecepatan erupsi gigi permanen (Amirudin, 2008).
a. Metode Dewel
Diindikasikan untuk mild crowding anterior dan tanggal prematur
unilateral atau bilateral caninus sulung
- Stage I: Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan
pencabutan untuk memperbaiki crowded anterior dan insisive lateral
erupsi sesuai lengkung
- Stage II : Pada umur 9 1/2 tahun, ketika crowded insisiv sudah pada
lengkung yang benar dan premolar pertama akarnya sudah lebih dari
setengah secara radiografi, dilakukan ekstraksi molar pertama sulung
12
untuk mempercepat erupsi premolar pertama terlebih dahulu daripada
caninus permanen. Namun cara ini jarang berhasil jika dilakukan pada
rahang bawah karena urutan erupsi yang normal adalah caninus
permanen kemudian premolar pertama. Pada maloklusi klas I,
premolar pertama mungkin bisa impaksi sebagian di antara caninus
permanen dan mola kedua sulung.
- Stage III : Ekstraksi premolar pertama untuk memberi tempat caninus
permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya. Keadaan ini
berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi premolar pertama
lebih dahulu dibandingkan gigi caninus permanen. Sebelum premolar
pertama diekstraksi, semua kriteria diagnosa harus dievaluasi lagi
seperti status perkembangan molar ketiga. Jika molar ketiga tidak ada
secara konginetal, tidak perlu dilakukan ekstraksi premolar pertama
karena akan terdapat ruangan yang cukup (Naragond dan Kenganal,
2012).
Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah di mana caninus
permanen dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan
premolar pertama bila dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada
premolar pertama ketika ekstraksi gigi molar pertama sulung dapat
dilakukan namun kurang dianjurkan. Modifikasi lain lebih dianjurkan
yaitu melakukan pencabutan molar kedua sulung sehingga memberikan
tempat erupsi gigi premolar pertama untuk erupsi lebih ke distal. Ketika
gigi caninus permanen erupsi, premolar satu dapat dilakukan pencabutan.
Selain itu, untuk menghindari enukleasi juga bisa dilakukan cara
lain yaitu mencabut molar pertama sulung. Setelah 6 bulan molar kedua
sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih
premolar kedua, bila premolar pertama telah erupsi maka harus dicabut
kemudian perlu pemakaian space maintainer supaya molar pertama
permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar
kedua sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus
permanen yang bergeser ke distal, premolar kedua dan molar pertama
13
permanen bergeser ke mesial. Bila ekstraksi seri tidak diikuti oleh
perawatan komperhensif dengan piranti cekat maka tidak akan didapatkan
susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak sejajar dan penutupan
diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi agenisi premolar pertama, cabut molar pertama
sulung kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut.
Agenisi premolar kedua bila kaninus permanen erupsi lebih dulu dari
premolar pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua
sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat
erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer agar molar
pertama permanen tidak bergeser ke mesial (Pambudi, 2009).
b. Metode Tweeds
Digunakan jika terdapat diskrepansi antara gigi dan struktur rulang
basal dan pasien berumur 7,5-8,5 tahun. Mendekati umur 8 tahun,
dilakukan ekstraksi gigi molar pertama sulung sehingga memungkinkan
mempertahankan caninus sulung dan memperlambat erupsi caninus
permanen. 4-6 bulan setelah diekstraksi, premolar pertama akan erupsi
sampai gingiva. Saat mahkota premolar sudah berada di bawah tulang
alveolar secara radiografi, dilakukan ekstraksi premolar pertama dan
caninus sulung untuk memandu erupsi caninus permanen. Ketika caninus
permanen erupsi, ia akan migrasi ke posterior pada posisi yang bagus
(Naragond dan Kenganal, 2012).
c. Metode Moyers
Diindikasikan untuk crowded pada gigi insisive central sedangkan
erupsi yang sesuai dari insisive lateral sulung
- Stage I : Ekstraksi insisive lateral sulung sehingga dapat membantu
kesejajaran insisive sentral
- Stage II : Ekstraksi caninus sulung setelah 7-8 bulan sehingga dapat
membantu menyediakan tempat dan kesejajaran insisive lateral
- Stage III : Ekstraksi molar pertama sulung sehingga menstimulasi
erupsi premolar 1
14
- Stage IV : Ekstraksi premolar pertama setelah 7-8 bulan untuk
menyediakan ruang gigi caninus dan menstimulasi erupsi caninus
(Naragond dan Kenganal, 2012).
2.5. Hubungan tanggal prematur gigi 53 dan 63 dengan gigi 12 dan 22 yang
rotasi sentris
Rotasi sentris bisa terjadi karena tidak tersedianya ruang atau letak
salah benih. Benih gigi 12 dan 22 erupsi rotasi sentris yang diakibatkan
tanggal prematurnya gigi 52 dan 62 yang diakibatkan ikut teresorbsinya gigi
52 dan 62 saat gigi 11 dan 21 erupsi. Saat gigi 12 dan 22 erupsi gigi 53 dan
63 tidak teresorbsi sehingga masih terdapat dalam lengkung rahang. Rotasi
sentris juga bisa diakibatkan letak salah benih dari gigi penggantinya
(Naragond dan Kenganal, 2012).
15
2.6. Dampak tanggal gigi sulung dengan crowded
2.7. Gigi yang dilakukan ekstraksi seri dengan urutannya sesuai kasus di
skenario
16
BAB III
DISKUSI
Klas 1 Angle
Berdesakan
DDM
Ekstraksi Seri
17
permanen erupsi ke posisi yang lebih menguntungkan selama
perubahan dari gigi susu ke gigi permanen.
Tweed mendefinisikan sebagai pencabutan gigi primer dan permanen
yang direncanakan dan sekuensial untuk mencegah dan mengurangi
masalah crowding gigi.
Tandon mendefinisikan sebagai pencabutan gigi desidui dan permanen
tertentu pada kasus gigi campuran dengan disproporsi dentoalveolar.
18
B. Kontraindikasi
Diskrepansi kurang dari 5mm per regio gigi
Kelas II yang parah (retrusi mandibula, prognasi maksila) dan klas
III dental atau skeletal yang parah
Deep bites atau open bites
Anodonsia atau oligodonsia
Diastema central
Dilaserasi
Karies yang luas dan parah
Kehilangan gigi kongenital sehingga
Crowded sedang hingga ringan
Cleft lip
Cleft palate
Diastema pada lengkung Gigi
Agenisi
Tidak adanya gigi bawaan yang menyediakan ruang
Gigitan terbuka atau gigitan dalam
Gigi berjarak
Disporsi panjang lengkung rahang dan gigi untuk dapat dilakukan
ekstraksi seri
19
menerus lebih dari 4-5 tahun. Bila kerjasama yang baik dari pasien dan
operator tidak dapat diharapkan, maka program seri ini sebaiknya tidak
dapat dilakukan. Program ekstraksi seri yang tidak teratur lebih buruk
daripada tidak dilakukan sama sekali.
Seorang ortodonti harus menyadari bahwa ekstraksi seri ini bukanlah
prosedur yang berurutan dengan pasti. Program perawatan dapat diubah
satu atau beberapa kali selama beberapa kali pengamatan tergantung
pada derajad perbaikan yang terjadi, munculnya akibat lain dari
maloklusi dan kecepatan erupsi dari gigi permanen. Di samping itu
kasus seri ekstraksi pada usia 7-8 tahun tidak sama dengan 10-10,5
tahun, sebagai hasil dari perkembangan yang tidak diperkirakan
sebelumnya.
Adanya ketidakseimbangan antara ukuran gigi dan tulang penyokong,
perlu diperhatikan apakah cukup ruangan untuk memperoleh susunan
gigi yang baik.
Kondisi gigi-gigi harus dipertimbangkan dalam merencanakan
pencabutan. Gigi-gigi yang fraktur, gigi hipoplastik, gigi dengan karies
yang besar dan gigi dengan restorasi yang besar, semuana bias dicabut
daripada gigi-gigi yang sehat. Dalam menilai suatu keadaan, factor
pertimbangan utama yang perlu dimiliki adalah prognosis jangka
panjang dari gigi, dengan penampilan dari gigi sebagai factor
pertimbangan penting yang kedua. Biasanya, kondisi gigi perlu
diseimbangkan dengan faktor posisi gigi dalam memutuskan pecabutan,
dan seringkali kondisi gigi merupakan factor penentu, meskipun
perawatan akan menjadi lebih sulit atau lebih lama akibat faktor
tersebut.
Posisi susunan berjejal. Jelas bahwa jika susunan yang berjejal terletak
di salah satu lengkung gigi, susunan ini akan bias diperbaiki dengan
lebih mudah jika dilakukan pencabutan pada bagian lengkung tersebut,
daripada dibagian lain yang jauh letaknya dari tempat gigi yang
berjejal. Meskiun demikian, prinsip ini bukanlah sesuatu yang absolut.
20
Susunan insisivus yang berjejal biasanya diperbaiki dengan mencabut
gigi premolar, sehingga bisa diperoleh penamapilan akhir yang lebih
memuaskan dan keseimbangan oklusal daripada jika gigi insisivus yang
dicabut. Premolar pertama adalah gigi yang paling sering dicabut untuk
memperbaiki susunan berjejal. Karena letaknya di tengah pada setiap
kuadran rahang, gigi premolar pertama biasanya teretak cukup dekat
denan daerah berjejal, baik di segmen anterior maupun bukal.
Posisi gigi-gigi. Gigi-gigi yang sangat malposisi dan sulit diperbaiki
susunannya adalah gigi yang paling sering dipilih untuk dicabut.
Khususnya, posisi apeks gigi harus dipertimbangkan, karena biasanya
lebih sulit menggerakkan apeks daripada menggerakkan mahkota.
Dokter gigi harus selalu memeriksa apakah gigi permanen penggantinya
ada atau tidak. Dan juga harus diperiksa apakah benihnya dalam
keadaan baik, morfologinya adekuat (ukuran dan bentuk), dan dalam
posisi yang benar.
Bagaimanapun juga, terlepas dari berbagai macam metode urutan
pencabutan oleh beberapa pakar untuk usaha guidance of occlusion,
akan lebih bijaksana jika dokter gigi dapat memformulasikan sendiri
urutan pencabutan secara individual tergantung pada rekaman diagnosa
dari pasien sendiri.
21
premolar permanen sudah tumbuh setidaknya setengah. Lalu
ekstraksi premolar pertama permanen ketika sudah erupsi.
c. Klas I maloklusi dengan anterior crowding minimal: Harus
dilakukan observasi adanya protrusi bimaksiler pada daerah kaninus-
premolar. Ekstraksi molar pertama sulung ketika akar premolar
permanen sudah tumbuh setidaknya setengah, selanjutnya ketika
premolar permanen pertama sudah erupsi diekstraksi yang
dilanjutkan dengan ekstraksi kaninus sulung. Apabila ditemukan
kaninus permanen erupsi sebelum premolar pertama, maka kaninus
sulung diekstraksi terlebih dahulu, diikuti dengan ekstraksi molar
pertama sulung dan enukleasi premolar pertama.
Metode Tweed
Pencabutan gigi sulung molar pertama pada umur 8 tahun. Gigi
sulung caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari caninus
permanen. Setelah pertumbuhan premolar pertama berada pada fase
erupsi, dimana mahkota sudah berada dibawah tulang alveolar secara
radiografi, gigi sulung caninus dilakukan pencabutan kemudian
22
premolar satu juga demikian untuk memberikan tempat bagi caninus
permanen.
Metode Dewel
a. Tahap 1
Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan pencabutan
untuk memberikan ruang untuk memperbaiki crowded anterior
dengan begitu insisif lateral erupsi sesuai lengkung rahang dan ada
penambahan posisi insisif central agar dapat tumbuh sesuai dengan
lengkung yang benar.
b. Tahap 2
Gigi molar pertama sulung dilakukan pencabutan untuk
memberikan tempat premolar pertama erupsi ke dalam rongga
mulut sebelum gigi caninus erupsi terlebih dahulu. Metode ini jarang
berhasil pada rahang bawah karena urutan erupsi yang normal
caninus permanen terlebih dahulu kemudian premolar 1, pada
maloklusi kelas 1 khususnya P1 mungkin bias impaksi sebagian
diantara caninus dan molar 2 sulung.
c. Tahap 3
Gigi premolar pertama ini dicabut untuk memberi tempat caninus
permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya. Sebelum P1
diekstraksi, semua kriteria diagnosa harus dievaluasi lagi misalnya
seperti status perkembangan M3 harus dievaluasi. Jika M3 tidak ada
secara kongenital maka ekstraksi P1 tidak perlu dilakukan karena
akan ada ruangan yang cukup.
Metode Nance.
Pada dasarnya merupakan modifikasi dari metode Tweed.
Melibatkan pencabutan dari molar pertama sulung pada usia sekitar 8
tahun, yang diikuti dengan pencabutan premolar pertama dan caninus
sulung.
Metode Moyers
Ketika terlihat adanya berdesakan pada insisivus sentral. Gigi
insisivus lateral erupsi dengan baik.
23
Tahap I: Ekstraksi semua gigi insisivus lateral sulung. Dapat membantu
menyejajarkan insisivus sentral.
Tahap II: Ekstraksi seluruh gigi kaninus sulung setelah 7-8 bulan. Dapat
membantu menyejajarkan gigi insisivus lateral dan menyediakan tempat
untuk insisivus lateral.
Tahap III: Ekstraksi seluruh gigi molar pertama sulung. Dapat
menstimulasi erupsi seluruh gigi premolar pertama.
Tahap IV: Ekstraksi seluruh gigi premolar pertama setelah 7-8 bulan.
Dapat menyediakan tempat untuk gigi kaninus dan menstimulasi erupsi
gigi kaninus.
24
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
JADA. 2005. Tooth Eruption Primary Teeth. Journal American Dental Asosiation.
Chopra Radika. 2010. Serial extraction : Is it panacea for crowded arches. Senior
lecturer Karnavati School of Dentistry Ghandinagar.
LAMPIRAN
26
1. Inklinasi
Sudut kemiringan gigi.
Sudut antara bidang yang menjadi acuan bidang yang diukur kemiringannya.
2. Ekstraksi Seri
Metode ortodonsia yang dilakukan pada fase pergantian yangh dibutuhkan
observasi dan diagnosa yang tepat.
Dilakukan secara berurutan dari gigi sulung ke gigi permanen untuk mencegah
maloklusi.
Dilihat dari radiologi untuk melihat gigi permanen agar tidak mengganggu
lengkung yang normal.
3. DDM
Ketidaksesuain antara besar lengkung rahang dan besar gigi geligi.
Biasanya terjadi karena faktor keturunan, dan sering terjadi pada salah satu
sisi atau salah satu rahang.
27