Mengacu pada instruksi presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dimana
diamanatkan agar setiap penyelenggara pemerintah mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, transparan,
akuntabel yang diaplikasikan dalam bentuk sistem Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem LKIP) yang termuat dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesai Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinera (PK) dan Tata cara
Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP). Dengan demikian Pertauran Menteri Nomor 29 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja (PK) dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Sistem Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan sistem manajemen pemerintahan berfokus pada
peningkatan kinerja dan berorientasi pada hasil (outcomes oriented). Sistem LKIP yang diimplementasikan secara self
assesment oleh masing-masing instansi pemerintah untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan, serta mengukur/
mengevaluasi kinerjanya sendiri dan melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi. Penerapan manajemen pemerintahan
berbasis kinerja pada dasarnya adalah mengubah pola pikir dari sistem birokratis ke sistem yang bertujuan untuk
mewirausahakan birokrasi pemerintah. Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan elektivitas pengelolahan manajemen
pemerintahan adalah melakukan reformasi pengelolahan dan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
2016
Dinas Pertanian dan Perkebunan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nomor 10 tahun 2008 tanggal 9 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur merupakan unsur pelaksana Otonomi Daerah Pemerintah Provinsi dengan
sumber dana dan sumber daya manusia yang ada telah berusaha maksimal meningkatkan kinerja dalam rangka peningkatan
pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat.
Dalam Rencana Kerja (Renja) tahun 2016 ditetapkan sebanyak 5 (lima) arah kebijakan dan 8 (delapan) sasaran
strategis Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang selanjutnya didukung oleh 3 (tiga) Program
utama dan 10 (sepuluh) sasaran kegiatan strategis yang dicapai selama tahun 2016.
Secara umum capaian sasaran strategis tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan baik, dengan rata-rata persentase
keuangan untuk belanja tidak langsung sebesar 99,84 % dengan persentase fisiknya sebesar 100 % dan Belanja Langsung
sebesar 94,14% dengan realisasi fisik sebesar 97,9 %. akumulasi persentase keuangan baik belanja langsung maupun belanja
tidak langsung sebesar 96, 31 %. Untuk melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan dalam mencapai tujuan dan
sasaran Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2016, didukung dengan total dana sebelum
perubahan sebesar Rp. 86.726.619.000,- dan setelah perubahan menjadi Rp. 71.985.340.000,- (Tujuh Puluh Satu Miliar
Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Juta Tiga Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah) dengan selisih dana sebelum dan sesudah
perubahan sebesar Rp. 14.741.279.000,- atau 16,99%, dengan rincian sebagai berikut: (a). Belanja tidak langsung sebesar
Rp. 29.393.352.000.- (Dua Puluh Sembilan Miliar Tiga Ratus Sembilan Puluh Tiga Juta Tiga Ratus Lima Puluh Dua Ribu
Rupiah) dan (b) Belanja langsung besarnya dana sebelum perubahan adalah Rp. 55.917.107.000,- ( Lima Puluh Lima Miliar
Sembilan Ratus Tujuh Belas Juta Seratus Tujuh Ribu Rupiah) setelah perubahan menjadi Rp. 42.591.988.000,- (Empat Puluh
Dua Miliar Lima Ratus Sembilan Puluh Satu Jutah Sembila Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Rupiah). Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa tenggara Timur pada tahun 2016 sebesar 1.161.818.484,-
dengan realisasi keuangan sebesar 108 % dan realisasi fisik 100 %.
Tingkat capaian indikator kinerja untuk sasaran kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB adalah
berdasarkan buku NTT Dalam Angka tahun 2015 sebesar 29,65%. Kontribusi sektor pertanian dan perkebunan di tahun
2016 mengalami peningkatan dibandingkan Kontribusi PDRB NTT keseluruhan tahun 2016 sebesar 33,33% atau 3,68%.
Dengan demikian struktur perekonomian Nusa Tenggara Timur masih didominasi sektor pertanian, perkebunan dan
perikanan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2016 khususnya tanaman pangan sebesar 9,74 %, tanaman hortikultura
sebesar 31,96% dan tanaman perkebunan sebesar 25,40 %.
Rata-rata tingkat capaian indikator kinerja untuk sasaran Produktivitas Pertanian dan Perkebunan potensial adalah
77,39 %, hal ini dapat dikategorikan Baik. Pencapaian kinerja untuk sasaran peningkatan ketahanan pangan dicirikan dengan
tingkat produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan. Berdasarkan angka Tetap tahun 2015, produksi tanaman
pangan mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif walaupun tidak secara signifikan jika dibandingkan dengan
ASEM tahun 2016. Dukungan sarana dan prasarana berupa sarana produksi, alat dan mesin pertanian serta penataan aset
dan kelembagaan petani mulai menunjukan perbaikan dan peningkatan yang berarti demi kemajuan pembangunan
pertanian saat ini.
Produksi komoditi padi pada tahun 2016 menurun dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2015 sebesar 948.088 Ton
GKG (Gabah Kering Giling) sedangkan capaian untuk tahun 2016 mencapai 924.403 Ton GKG. Produksi Jagung pada tahun
2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2015, produksi Jagung sebesar 685.081 Ton
sedangkan pada tahun 2016 naik menjadi 688.432 ton atau sebesar 3.351 Ton. Luas panen komodoti Jagung pada tahun
2016 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 0,03%. Produksi tanaman kedelai pada tahun 2016 juga
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016 produksi mencapai 5.834 ton sedangkan pada tahun
2015 hanya 3.615 Ton. Produksi Komoditi tanaman pangan lainnya pada tahun 2016 yang mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2015 adalah Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar.
Rata-rata capaian produksi semua komoditi hortikultura mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, dapat dilihat bahwa ada peningkatan produksi pada komoditi pisang, bawang merah, cabe dan jahe . Produksi
komoditi pisang pada tahun 2015 pisang dari 107.898 ton meningkat menjadi 127.706 ton pada tahun 2106, bawang merah
dari 2.103 ton menjadi 2.385 ton, cabe besar dari 1.278 ton menjadi 4.242 ton, cabe rawit dari 2.435 ton menjadi 6.387dan
Jahe dari 1.222.819 Kg menjadi 1.922.619 Kg. Sedangkan untuk komoditi jeruk keprok/siam terjadi penurunan produksi
sebesar 10,52% pada 2016.
Produksi tanaman perkebunan secara umum menunjukkan kinerja yang baik diatas 90% dengan rata-rata dari
akumulasi semua komoditi mencaiai 98,81 % dari target yang ditetapkan.
Akhirnya dengan tersusunnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini, diharapkan dapat memberikan
gambaran kinerja yang telah dicapai tahun 2016 dan dapat dimanfaatkan sebagai penjabaran pelaksanaan tupoksi di tahun
berikutnya. Agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan program di masa mendatang.
BAB I PENDAHULUAN
Penyelengaraan Pemerintahan yang baik (Good Governance) dapat diketahui melalui transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara. Hal ini dapat menjamin penyelenggaraan pembangunan secara berdaya guna, berhasil guna,
bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara
mulai dari pejabat eselon II (dua) untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan
pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan padanya berdasarkan perencanaan strategis yang telah
dirumuskan sebelumnya. Hal ini mensyaratkan agar aspek perencanaan sungguh-sungguh mendapat perhatian sehingga
dapat mendorong pertumbuhan masyarakat yang baik. Pertumbuhan mengandung pengertian yang luas dan dinamis yaitu
bagaimana memberdayakan masyarakat dengan Program Anggur Merah yang merupakan spirit utama pembangunan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pembangunan sektor pertanian dan perkebunan dalam arti luas dilaksanakan melalui usaha intensifikasi,
ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Tujuan pembangunan pertanian dan perkebunan tidak saja untuk meningkatkan
produksi pertanian yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan ekspor, melainkan juga
untuk meningkatkan pendapatan sebagian terbesar rakyat dalam rangka peningkatan harkat dan martabat rakyat pedesaan
(petani), serta untuk menjadikan pertanian semakin kuat guna mendukung pembangunan sektor industri. Pengelolaan
potensi sumberdaya pertanian dan perkebunan, tidak lagi hanya mengandalkan peningkatan produksi akan tetapi juga
dikelola dan berorientasi kepada kebutuhan pasar.
Dengan ketersediaan anggaran dan berbagai fasilitas yang menunjang pelaksanaan tugas, maka perlu diperhatikan
tingkat akuntabilitas dan kinerja dinas, yang tersusun dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP). Penyusunan LKIP
Dinas dimaksudkan sebagai kewajiban Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Kinerja Tahunan dan
Penetapan Kinerja Tahun 2016. Serta sebagai umpan balik untuk perbaikan kinerja dinas di tahun mendatang.
Pembangunan pertanian pada hakekatnya bertujuan demi kesejahteraan masyarakat petani baik sekedar mampu
mencukupi kebutuhan subsistem yang terasa semakin sulit maupun demi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri.
Dengan demikian peran Dinas Pertanian dan Perkebunan sangatlah penting, dalam upaya memberikan perlindungan
terhadap pemberdayaan sumber daya di sektor pertanian dan perkebunan yang ada di NTT. Berdasarkan hasil evaluasi atas
pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi
sektor pertanian di masa yang akan datang, khususnya pada rencana pembangunan jangka pendek (2013-2018) mencakup
aspek seperti : kerusakan lingkungan dan perubahan iklim (berkaitan dengan fenomena El Nino) , sarana prasarana, lahan
dan air, kepemilikan lahan, sistim perbenihan dan perbibitan, akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani,
lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani, rendahnya produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing komoditi
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, tingginya kehilangan hasil, keterbatasan ragam produk olahan komoditi
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur berada langsung dibawah Gubernur Nusa
Tenggara Timur dan secara administrasi bertanggungjawab kepada Sekretaris Daerah.
Menurut peraturan daerah Provinsi NTT Nomor : 9 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja
Dinas, maka Tugas Pokok Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah membantu gubernur dalam
melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang pembangunan pertanian dan perkebunan.
Untuk menyelenggarakan Tugas Pokok tersebut maka Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur
mempunyai fungsi yaitu pembinaan umum berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur
sebagai berikut :
A. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dalam bidang
pertanian dan perkebunan.
B. Fungsi
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Pertanian dan Perkebunan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugas bidang pertanian dan perkebunan;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugas bidang pertanian dan
perkebunan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas bidang pertanian dan perkebunan;
4. Pelaksanaan tugas lain oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi bidang pertanian dan perkebunan.
C. Kewenangan
Melaksanakan program pembangunan pertanian dan perkebunan sesuai dengan rencana strategis Dinas Pertanian dan
Perkebunan.
D. Struktur Organisasi
1. Kepala Dinas:
Tugas dan Kewajiban melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan di bidang pertanian dan perkebunan.
A. Fungsi :
B. Uraian Tugas
1) Merumuskan kebijakan teknis dan operasional di bidang tanaman pertanian dan perkebunan;
3) Menyusun rencana pembangunan, pengawasan dan pengendalian di bidang pertanian dan perkebunan;
4) Merumuskan hasil pemantauan, laporan dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan di bidang pertanian dan
perkebunan;
8) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian dan penerapan teknologi di bidang pertanian dan perkebunan;
9) Memberikan bantuan permodalan dan sarana produksi kepada masyarakat serta peningkatan produksi
pertanian, dan perkebunan;
11) Melaksanakan pemantauan dan pengendalian hama dan penyakit di bidang pertanian dan perkebunan;
12) Melaksanakan, membina dan mengawasi pengelolaan administrasi umum, meliputi ketatalaksanaan, keuangan,
kepegawaian, perlengkapan dan peralatan;
13) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur selaku Kepala Daerah.
2. Sekretaris Dinas
Tugas dan Kewajiban Sekretasis Dinas adalah membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan pelayanan
administrasi merencanakan, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi aset, program/kegiatan dan pengembangan
di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan serta pembinaan organisasi.
A. Fungsi :
1) Penyusunan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perencanaan pelaporan dan
urusan rumah tangga;
B. Uraian Tugas :
1) Merencanakan operasional kerja sekretariat dinas berdasarkan rencana dan sasaran yang telah ditetapkan
sebagai pedoman kerja;
6) Memberi petunjuk pembinaan organisasi, pendidikan dan latihan dalam rangka pengembangan sumber daya
aparatur dinas;
7) Mengatur urusan tata usaha, keuangan, aset, perencanaan dan pengendalian serta pembinaan kepegawaian
dinas;
9) Melaksanakan inventarisasi semua barang bergerak dan tidak bergerak milik dinas;
10) Memberi petunjuk pemeliharaan keamanan dan ketertiban pada lingkungan dinas;
12) Membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Perencanaan. Menyelia pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian
Keuangan dan Sub Bagian Perencanaan;
13) Mengembangkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian
Perencanaan;
14) Mengevaluasi pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian
Perencanaan;
15) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Sekretariat Dinas kepada Kepala Dinas;
A. Fungsi :
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam
lingkup Sub bagian;
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam lingkup sub bagian.
B. Uraian Tugas :
1) Merencanakan kegiatan dan program kerja Sub Bagian Perencanaan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja;
2) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman serta bahan-bahan
lainnya yang berhubungan dengan tugas Sub Bagian Perencanaan;
3) Menghimpun dan menyiapkan bahan-bahan secara menyeluruh untuk penyusunan rencana kegiatan dinas;
4) Memfasilitasi pelaksanaan koordinasi dengan bagian dan bidang lainnya untuk menyiapkan bahan penyusunan
rencana strategis dinas;
5) Menyiapkan penyusunan rencana kerja tahunan secara periodik;
6) Menyiapkan penyusunan Dokumen Pengguna Anggaran (DPA) dinas;
7) Menyiapkan dan menyusun bahan pengendalian kegiatan dinas;
8) Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan program/kegiatan dinas serta menyiapkan tindak lanjut hasil
monitoring;
9) Menyiapkan bahan dan memfasilitasi pelaksanaan rapat koordinasi tingkat kabupaten dan propinsi;
10) Menyiapkan bahan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan dinas dan menyusun LKIP dinas;
11) Membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas staf Sub Bagian Perencanaan;
12) Mengevaluasi pelaksaan tugas staf Sub Bagian Perencanaan;
13) Melaporkan hasil pelaksanan tugas staf Sub Bagian Perencanaan kepada Sekretaris;
Tugas dan Kewajiban Kepala Sub Bagian Keuangan adalah membantu Sekretaris dalam melaksanakan kegiatan
anggaran berbasis kinerja dan pertanggungjawaban administrasi keuangan.
A. Fungsi :
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam
lingkup sub bagian;
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam lingkup sub bagian.
B. Uraian Tugas :
1) Merencanakan kegiatan dan program kerja Sub Bagian Keuangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja;
2) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang undangan, kebijakan teknis, pedoman serta bahanbahan
lainnya yang berhubungan dengan tugas Sub Bagian Keuangan;
3) Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, mengiventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan
permasalahan yang berhubungan dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan keuangan;
4) Melaksanakan analisis keuangan, perbendaharaan, verifikasi, akuntansi, monev anggaran, dan pelaporan
keuangan serta aset dinas;
8) Melaksanakan pembinaan terhadap pemegang kas dan penyimpanan/ pengurus barang dinas;
11) Melaporkan hasil pelaksanan tugas staf Sub Bagian Keuangan kepada Sekretaris;
Tugas dan Kewajiban Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian adalah membantu Sekretaris dalam
menyelenggarakan ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian dinas.
A. Fungsi :
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam
lingkup sub bagian ;
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non stuktural dalam lingkup sub bagian.
B. Uraian Tugas :
1) Merencanakan kegiatan dan program kerja Sub Bagian Umum dan Kepegawaian berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai pedoman kerja;
2) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundangundangan, kebijakan teknis, pedoman serta bahanbahan
lainnya yang berhubungan dengan tugas Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
3) Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, mengiventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan
permasalahan yang berhubungan dengan tugas-tugas urusan umum dan kepegawaian;
5) Melayani keperluan dan kebutuhan serta perawatan ruang kerja, ruang rapat/pertemuan, komunikasi, dan
sarana/prasarana kantor;
6) Melaksanakan pengurusan perjalanan dinas, kendaraan dinas, keamanan kantor serta pelayanan
kerumahtanggaan yang lainnya;
7) Memfasilitasi usulan pengadaan, pengangkatan, mutasi, kesejahteraan pegawai, cuti, penilaian, pemberian
penghargaan, pemberian sanksi/ hukuman dan pemberhentian/pensiun, serta pendidikan dan pelatihan
pegawai;
8) Menyiapkan bahan koordinasi dan petunjuk teknis kebutuhan dan pengadaan perlengkapan/sarana kerja serta
inventarisasi, pendistribusian, penyimpanan, perawatan dan penghapusannya;
9) Membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas staf Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
10) Mengevaluasi pelaksanaan tugas staf Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
11) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas staf Sub Bagian Umum dan Kepegawaian kepada Sekretaris;
Dalam menunjang kinerja pembangunan pertanian dan perkebunan, kepala dinas dibantu oleh bidang-bidang
meliputi : Bidang Produksi Pangan, Bidang Produksi Perkebunan, Bidang Produksi Hortikultura, Bidang Prasarana dan
Sarana, Bidang Mekanisasi Pertanian, Bidang Promosi dan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Bidang Kelembagaan.
Masing-masing bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang yang selanjutnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya dibantu oleh Seksi-seksi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 9 Tahun 2000. (Struktur Organisasi Dinas
Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur terlampir).
Disamping itu melalui Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor : 5 Tahun 2001 telah terbentuk Unit Pelaksana Teknis
(UPT) yaitu : UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih, UPT Perbenihan
Tanaman Pangan dan Hortikultura dan UPT Pengelolaan Kebun Dinas dan Laboratorium Hayati dengan tugas dan fungsi
masing-masing sebagai berikut :
UPTD Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura mempunyai Tugas Dan Fungsi sebagai berikut:
a. Tugas :
b. Fungsi :
4. Melaksanakan pengawasan mutu agensia hayati, pestisida nabati dan pupuk organik;
5. Melaksanakan perbanyakan agensia hayati/pestisida nabati dan pengujian residu pestisida pada komoditi
pertanian;
6. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan, yang meliputi urusan umum, perlengkapan, kepegawaian dan
pelaporan;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
a. Tugas
Mengadakan pengkajian galur harapan dan uji adaptasi pelepas varietas, melakukan sertifikasi benih, menguji
benih dan mengawasi benih dan mengawasi benih berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur.
b. Fungsi.
3) Pemurnian varietas;
6) Pelaksanaan administrasi ketatausahaan, yang meliputi urusan umum, perlengkapan, kepegawaian dan
pelaporan;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
UPTD Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas :
Menghasilkan benih dengan kelas dasar dan benih pokok, menghasilkan pohon induk dan Blok Fondasi Mata Tempel,
memperbanyak varietas unggul lokal, dalam rangka melestarikan plasma nuftah melayani kebutuhan benih untuk
unit penangkaran berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur.
b. Fungsi :
1) Perbanyakan benih penjenis menjadi benih dasar dan benih dasar menjadi benih pokok;
2) Pelaksanaan pengembangan pohon induk;
3) Pelaksanaan pelayanan benih untuk penangkaran;
4) Perbanyakan benih tanaman pangan dan hortikultura hasil pemurnian varietas;
5) Penyebarluaskan informasi perbanyakan benih tanaman pangan dan hortikultura;
6) Pelaksanaan pengkajian teknologi perbanyakan benih (TPH);
7) Pelaksanaan administrasi ketatausahaan, yang meliputi urusan umum, perlengkapan, kepegawaian dan
pelaporan;
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
UPTD Pengelolaan Kebun Dinas Dan Laboratorium Hayati mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas :
Menyediakan benih tanaman Perkebunan pada kebun kebun dinas serta merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi agensia hayati dan biopestisida tanaman perkebunan pada laboratorium-laboratorium Dinas Pertanian dan
Perkebunan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh gubernur.
b. Fungsi :
5) Penyediaan dan penyaluran agensia hayati dan biopestisida serta pengembangan dan penyebaran agensia
hayati dan biopestisida;
6) Pelaksanaan administrasi ketatausahaan, yang meliputi urusan umum, Perlengkapan, Kepegawaian dan
Pelaporan;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam pelaksanaan tugas operasional Dinas Pertanian dan Perkebunan
Provinsi NTT ditunjang oleh sumber daya aparatur Dinas Pertanian dan Perkebunan. Jumlah sumber daya aparatur per
31 Desember 2016 seluruhnya berjumlah 398 orang, yang terdiri dari Pejabat Eselon/ Strurktural, Non Eselon, Tenaga
Penyuluh dan Fungsional. Berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan, pangkat/ golongan terlihat seperti pada tabel 1.1
dan 1.2
Tabel 1.1 Jumlah Aparatur Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2016
No Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
1 Sekolah Dasar (SD) 12 Orang 3,02
2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 12 Orang 3,02
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) : 142 Orang 35,93
- Teknik 42 Orang
- Non Teknik 100 Orang
Tabel 1.2. Jumlah Aparatur Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Menurut
Pangkat/Golongan
Pangkat/ A B C D Jumlah
Golongan
IV 8 7 1 - 16
III 61 92 50 56 259
II 20 21 56 13 110
I 1 5 6 1 13
TOTAL 398
Sedangkan berdasarkan Jabatan Struktural dan Funsional, klasifikasi aparatur adalah sebagai berikut :
Dalam mendukung pelaksanaan program/kegiatan, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT juga
dilengkapi dengan prasarana dan sarana berupa tanah, bangunan, dan alat pertanian lainnya. Secara terperinci sarana
dan prasarana dengan kondisinya terlihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Sarana dan Prasarana di Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT per 31 Desember 2016.
No Jenis Prasarana/Sarana Lokasi Jumlah Keterangan
Perumusan Perencanaan strategis berdasarkan dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Perkebunan
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 - 2018.
2.2.1. Visi :
TERWUJUDNYA MASYARAKAT PERTANIAN DAN PERKEBUNAN NUSA TENGGARA TIMUR YANG MANDIRI DAN
SEJAHTERA MELALUI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS YANG BERKELANJUTAN
2.2.2. Misi :
1. Meningkatkan Produksi dan Mutu Hasil Pertanian tanaman pangan, Hortikultura dan perkebunan;
2. Meningkatkan kualitas masyarakat tani melalui penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha pertanian
hortikultura dan perkebunan;
3. Meningkatkan sistem agroindustri terpadu, penerapan sistem jaminan mutu dan akses pasar;
4. Meningkatkan pemanfaatan teknologi dan penyediaan sarana dan prasarana pertanian dan perkebunan;
5. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan alat mesin pertanian melalui pengembangan sistem dan usaha
mekanisasi pertanian dan perkebunan;
6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pemberdayaan ekonomi rakyat dan kesejahteraan rakyat dengan
sistem dan usaha agribisnis;
2.3.1. Tujuan :
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan lahan, tanaman, sarana produsi yang berkualitas
dan sesuai kondisi daerah;
2. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian petani dalam memanfaatkan aset secara optimal melalui bimbingan,
pelatihan, pendampingan dan penumbuhan kelembagaan petani;
3. Menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk
pertanian/perkebunan;
4. Menumbuhkembangkan usaha agribisnis di pedesaan untuk memacu aktifitas ekonomi desa, penciptaan lapangan
kerja, memantapkan ketahanan pangan, hortikultura, dan perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
5. Menumbuhkembangkan usaha pemanfaatan jasa alat dan mesin pertanian dan perkebunan;
6. Mengembangkan dan meningkatkan sumberdaya manusia, serta pengembangan cabang usaha tani yang sesuai;
2.3.2. Sasaran :
1. Meningkatnya produktivitas hasil pertanian dan perkebunan potensial 10 % dari produksi nasional;
2. Meningkatnya PDRB Pertanian dan Perkebunan 29,65 % tahun 2015 menjadi 32,98 dari PDRB NTT di tahun 2016;
3. Berkembangnya usaha-usaha penunjang dan pengolahan hasil pertanian seperti industri benih, kios pupuk, jasa
alsintan dan industri pengolahan hasil pertanian/ perkebunan;
4. Meningkatnya agro-industri yang ditandai oleh meningkatnya produk olahan pertanian/perkebunan;
5. Meningkatnya pendapatan riil petani mencapai rata-rata pendapatan perkapita masyarakat;
6. Berkembangnya organisasi dan kelembagaan petani di pedesaan, yang dicirikan oleh meningkatnya posisi tawar
petani;
7. Meningkatnya ketersediaan pangan petani.
Kekuatan yaitu : Keunggulan sumberdaya, ketrampilan, atau kemampuan lainnya yang dimiliki oleh Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi NTT dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam pembinaan kelembagaan,
ketatalaksanaan, peningkatan kinerja dan pembinaan teknis yang meliputi :
1. Adanya peraturan perundang-undangan, serta mekanisme dan prosedur kerja yang mendukung pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT;
2. Tersedianya SDM Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT yang secara kuantitatif cukup memadai dan
terdapatnya organisasi dinas yang menangani pembinaan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di
tingkat kabupaten/kota se-Provinsi NTT, serta adanya komitmen pimpinan dalam menjalankan fungsi dan tanggung
jawab serta loyalitas staf kepada pimpinan;
3. Tersedianya lahan, tenaga kerja di sektor pertanian dan perkebunan, sarana prasarana, serta kelembagaan usaha
pertanian dan perkebunan yang memadai;
4. Tersedianya alokasi dana bagi pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan pertanian dan perkebunan.
Kelemahan yaitu : keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, ketrampilan, atau kemampuan lainnya yang
dimiliki oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT yang dapat menghambat dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan tanggung jawab dalam hal pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, peningkatan kinerja dan pembinaan teknis.
Kelemahan tersebut meliputi :
1. Tingkat kedisiplinan dan kualitas SDM (pegawai) yang rendah, masih lemahnya pengawasan melekat atasan terhadap
bawahan, serta kurang tersedianya sarana dan prasarana kerja yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya
komunikasi, sistem informasi kerja dan pengukuran kinerja;
2. Beragamnya organisasi dinas yang menangani pertanian dan perkebunan di tingkat Kabupaten, mempersulit
koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pembinaan
produksi pertanian dan perkebunan;
3. Produktivitas rata-rata komoditas pertanian dan perkebunan masih rendah dan Penanganan pasca panen belum
optimal;
4. Kelembagaan petani masih lemah dan belum berkembang dengan baik, daya asimilasi dan adopsi petani terhadap
teknologi baru umumnya masih lemah, serta tidak adanya lembaga pembiayaan khusus untuk membiayai
pengembangan produksi pertanian dan perkebunan, sehingga menghambat kegiatan investasi di sektor pertanian
dan perkebunan.
Peluang yaitu : situasi utama yang menguntungkan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab
dalam hal pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, peningkatan kinerja dan pembinaan teknis. Peluang tersebut
meliputi :
1. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap transparansi, akuntabilitas, dan kualitas kinerja pelayanan di bidang
pertanian dan perkebunan;
2. Berkembangnya koordinasi antara tingkat pusat dan Provinsi, serta berkembangnya kerjasama antara pemerintah
Provinsi dengan pemerintah kabupaten / kota, serta adanya kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah Provinsi;
3. Komoditas pertanian dan perkebunan memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu mendorong peningkatan
pendapatan masyarakat di NTT,
4. Ketersediaan lahan potensial untuk investasi dan adanya peluang pasar produk pertanian dan perkebunan;
5. Produktivitas tanaman pertanian dan perkebunan umumnya masih di bawah potensi produksinya, sehingga
produktivitasnya masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi produksi.
Tantangan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam hal pembinaan kelembagaan,
ketatalaksanaan, peningkatan kinerja dan pembinaan teknis antara lain meliputi :
1. Munculnya ego sektor pada masing masing unit dan kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap UU No. 12
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah;
2. Sikap partisipatif dan kerjasama pihak pemerintah, swasta dan masyarakat dalam bentuk kemitraan belum tumbuh
dan berkembang secara baik;
3. Komoditas pertanian dan perkebunan merupakan komoditas pangan dan ekspor, sehingga adanya tuntutan
masyarakat terhadap kebutuhan akan kebutuhan pangan dan ekspor;
4. Sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemasaran produk hasil pertanian dan perkebunan belum
berjalan secara optimal dan semakin meningkatnya tuntutan konsumen produk pertanian dan perkebunan yang
memenuhi standar dan akrab lingkungan.
Sedangkan permasalahan strategis ke depan dalam pembangunan pertanian dan perkebunan adalah :
Demi mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka kebijakan dan Penetapan Kinerja (PK) Dinas Pertanian dan
Perkebunan Provinsi NTT adalah sebagai berikut :
2.7.1. Kebijakan :
a. Mendorong pengembangan sistem budidaya tanaman meningkatkan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam.
b. Mengembangkan teknologi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pertanian dan perkebunan yang
memenuhi standar pengendalian hama terpadu (PHT);
c. Memfasilitasi penyediaan pedoman inventarisasi dan pemetaan kebun, pengendalian lahan, agroindustri lintas
kabupaten/kota dalam rangka pengutuhan kawasan usaha pertanian dan perkebunan;
d. Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha, kelembagaan usaha pertanian dan perkebunan, investasi usaha
pertanian dan perkebunan, serta mendorong kegiatan hilir untuk memperoleh nilai tambah;
e. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia pertanian dan perkebunan dengan melaksanakan pemberdayaan
masyarakat pertanian dan perkebunan melalui upaya pengembangan SDM dan penguasaan teknologi tepat guna
dengan kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pendampingan, dan pengembangan kelembagaan petani.
f. mendorong pengembangan sistem budidaya tanaman meningkatkan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam.
Penetapan kinerja pada hakekatnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji
untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu 1 (satu) tahun dengan mempertimbangkan
sumber daya yang ada. Tujuan penetapan kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
aparatur sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yaitu
menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja pembangunan bidang pertanian dan perkebunan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Data Terlampir).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan pertanggungjawaban Kepala Daerah
atas pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran visi,
misi yang telah ditetapkan sesuai kewenangan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gambaran pertanggungjawaban atas pelaksanaan program/kegiatan tersebut antara lain meliputi pengukuran,
penilaian, evaluasi dan analisis kinerja, serta akuntabilitas keuangan yang dilaporkan secara menyeluruh dan terpadu untuk
memenuhi kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi,
sasaran, tujuan, serta misi dan visi organisasi.
Dalam menjalankan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
didukung oleh Perangkat Daerah untuk melaksanakan pelayanan kepada publik maupun aparatur sebagai upaya
mengimplementasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan target dan realisasi dengan capaian kinerja tahun sebelumnya. Acuan untuk menilai kinerja
Pemerintah Provinsi NTT adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT Tahun 2013-2018,
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016. Sedangkan Indikator Kinerja Utama
(IKU)/Key Performance Indikator merupakan acuan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan capaian kinerja prioritas
yang bersifat strategis. Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi NTT ditetapkan dalam Peraturan Gubernur NTT Nomor
27 Tahun 2010. Adapun Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016 serta Indikator
Kinerja Utama (IKU) terlampir.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan rencana kinerja sasaran terhadap realisasi kinerja sasaran yaitu
sebagai berikut :
Sasaran 1. : Bertambahnya Jumlah Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan Terhadap Laju Perekonomian Daerah
Sasaran ini diarahkan untuk mengetahui peran sektor pertanian terhadap struktur perekonomian daerah dan
kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Timur. Program/kegiatan untuk mendukung pencapaian
sasaran ini adalah : (1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan, (2) Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura, (3) Program Pengembangan Bibit dan pembibitan, (4) Peningkatan
produkis, produktivitas dan mutu Hasil Tanaman Pangan, (5) Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan,
(6) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan, (7) Penyediaan dan Pengembangan Prasarana
dan Sarana Pertanian.
Tabel 3.1.
Capaian Indikator Kinerja Sasaran
Meningkatnya Kontribusi Sektor Pertanian dan Perkebunan terhadap PDRB NTT
No Indikator Kinerja Satuan Tahun 2016 Pertumbahan
Dasar 2015 (%)
Pada Tabel 3.1 menunjukan bahwa Kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB NTT berdasarkan
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2015 adalah sebesar 29,65% di tahun 2016 mengalami peningkatan
menjadi 33,33 % atau sebesar 3,68 %. Walaupun demikian struktur perekonomian NTT menurut lapangan usaha tahun
2016, masih didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu usaha utama pertanian, kehutanan dan perkebunan. Kontribusi
sektor pertanian terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT hanya 2 %. Harapan kedepan adalah sektor
pertanian dan perkebunan tetap memberikan kontribusi bagi perekonomian di NTT dengan laju pertumbuhan ekonomi
diatas 2%.
Sasaran 1a. : Meningkatnya produksi, produktivitas dan Laju Pertumbuhan Tanaman Pangan
Ketersediaan pangan erat kaitannya dengan tingkat produksi tanaman pangan. Perbandingan produksi dan
produktivitas Tanaman Pangan disajikan pada tabel 3.2. di bawah ini.
Berdasarkan data yang tertera pada tabel 3.2. diatas, produksi, produktivitas dan luas panen komoditi tanaman
pangan tahun 2015 (Angka Tetap 2015) mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif terhadap tahun 2016
(Angka Sementara 2016).
Produksi komoditi padi pada tahun 2016 menurun sebesar 2,50% jika dibandingkan tahun 2015. Produksi padi tahun
2015 sebesar 948.088 Ton GKG (Gabah Kering Giling) sedangkan pada tahun 2016 mencapai 924.403 Ton GKG. Hal ini
berbanding lurus dengan menurunnya luas panen padi sebesar 6.971,6 Ha atau sebesar 2,62%. Pada tahun 2015, luas panen
komoditi padi sebesar 266.242 Ha dan menurun menjadi 259.270,40 Ha pada tahun 2016. Penurunan produksi,
produktivitas dan luas panen pada tahun 2016 disebabkan karena terjadinya anomali iklim pada Musim Tanam 2015/2016
yang mengakibatkan curah hujan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat kurang. Hal ini sangat berdampak pada penurunan
luas tanam padi sawah lahan tadah hujan maupun padi gogo serta menurunnya produktivitas padi bahkan sampai terjadi
gagal panen. jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada rencana kerja dinas pertanian dan perkebunan
tahun 2016, produksi, produktivitas dan luas panen dikategorikan baik dengan capaian diatas 95 %.
Produksi jagung pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2015,
produksi jagung sebesar 685.081 Ton sedangkan pada tahun 2016 naik sebanyak 3.351 Ton menjadi 688.432 ton. Luas
panen komodoti Jagung pada tahun 2016 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 2,88%. Hal ini disebabkan
karena adanya anomali iklim berupa pergeseran waktu musim hujan yang mengakibatkan pergeseran musim tanam pada
akhir tahun 2016, sehingga angka panen bergeser ke tahun 2017. Pengembangan jagung di NTT mendapat bantuan dari
pemerintah berupa bibit, namun kekeringan menyebabkan banyak lahan yang ditanam tidak bisa dipanen. Jika dibandingkan
dengan target yang telah ditetapkan, maka komoditi jagung pun termasuk dalam katagori baik dengan capaian kinerja
rentang 80-100%.
Produksi kedelai pada tahun 2016 juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016 produksi
mencapai 5.834 ton sedangkan pada tahun 2015 hanya 3.615 Ton. Peningkatan ini disebabkan oleh karena adanya bantuan
pemerintah serta daya tahan kedelai yang lebih baik dari pada jagung dalam hal kekurangan air. Hal ini sejalan dengan data
yang tergambar pada tabel 3.2., yang mana luas panen pada tahun 2016 meningkat sebesar 0,88 % jika dibandingkan
dengan tahun 2015.
Produksi Komoditi tanaman pangan lainnya pada tahun 2016 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2015 seperti kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Penurunan produksi tanaman pangan ini lebih disebabkan karena
penurunan luas panen.
Sasaran 1b. : Meningkatnya produksi, produktivitas dan Laju Pertumbuhan Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga memerlukan penanganan dan
pengawasan secara baik mulai dari pra panen, panen dan pasca panen. Pengawasan tersebut meliputi : Perencanaan
operasional, pengendalian dan evaluasi kegiatan produksi komoditi hortikultura seperti buah-buahan, sayur-sayuran serta
tanaman biofarmaka berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan
kualitas tanaman hortikultura.
Jeruk Siam/ Luas Panen (Ha) 240.059 273.195 192.806 (19,68) 70,57
Keprok
Produksi (Ton) 15.832 17.488 14.167 (10,52) 81,01
Produktivitas (Kg/Pohon) 65,95 64,01 73,48 11,41 114,79
Pisang Luas Panen (Pohon) 2.153.491 2.876.711 2.331.228 8,25 81,04
Produksi (Ton) 107.898 161.766 127.706 18,36 78,94
Produktivitas (Kg/Pohon) 50,10 56,23 54,78 9,34 97,42
Bawang Luas Panen (Ha) 1.238 1.541 1.060 (14,38) 68,79
Merah
Produksi (Ton) 2.103 2.230 2.385 13,41 106,95
Produktivitas (Kw/Ha) 16,99 14,47 22,50 32,43 155,49
Cabe Besar Luas Panen (Ha) 1.059 1.312 654 (38,24) 49,85
Produksi (Ton) 1.278 1.709 4.242 231,92 248,22
Produktivitas (Kw/Ha) 12,07 13,03 64,86 437,39 497,79
Cabe Rawit Luas Panen (Ha) 1.504 1.869 1.188 (21,01) 63,56
Produksi (Ton) 2.435 2.264 6.387 162,30 282,11
Produktivitas (Kw/Ha) 16,19 12,11 53,76 232,07 443,95
Capaian indikator kinerja sasaran tanaman hortikultura pada tahun 2016 menunjukkan kinerja baik dengan capaian
diatas 100 % terjdi pada tanaman semusim seperti bawang merah, cabe besaar, cabe rawit dan komoditi jahe sementara
tanaman jeruk dan pisang rata rata capaian 87,29%.
Berdasarkan tabel 3.3. tersebut di atas, rata-rata capaian produksi komoditi hortikultura semusim mencapai 100%
sementara komoditi buah buahan seperti pisang dan jeruk mencapai 79,98%. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, dapat dilihat bahwa ada peningkatan produksi pada komoditi pisang, bawang merah, cabe dan jahe . Produksi
komoditi pisang pada tahun 2015 sebesar 107.898 ton meningkat menjadi 127.706 ton pada tahun 2106, bawang merah dari
2.103 ton menjadi 2.385 ton, cabe besar dari 1.278 ton menjadi 4.242 ton, cabe rawit dari 2.435 ton menjadi 6.387dan Jahe
dari 1.222.819 Kg menjadi 1.922.619 Kg. Sedangkan untuk komoditi jeruk keprok/siam terjadi penurunan produksi sebesar
10,52% pada 2016.
Kenaikan produksi khususnya tanaman hortikultura semusim (bawang merah, cabe dan jahe) pada tahun 2016 ini
lebih dipengaruhi oleh adanya peningkatan produktivitas tanaman. Hal ini terkait dengan adanya penerapan sistem
budidaya tanaman yang tepat oleh petani.
Namun angka produksi, produktivitas dan luas panen tanaman hortikultura tahun 2016 ini merupakan angka
estimasi, karena angka sementara untuk komoditi tanaman hortikultura tahun 2016 akan dirilis pada bulan Maret 2017,
sehingga angka capaian produksi dan produktivitas tersebut bisa mengalami perubahan.
Sasaran 1c. : Meningkatnya produksi, produktivitas dan Laju Pertumbuhan Tanaman Perkebunan
Produksi dan Produktivitas tanaman perkebunan pada tahun 2016 berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel
3.4. terdapat 3 (tiga) Komoditi yang mencapai target yang ditetapkan sebesar 100% yaitu Komoditi Jambu Mente, Kelapa
dan Kapas. Sedangkan produksi komoditi perkebunan terendah adalah Vanili yang hanya mencapai 93,08 % dari target yang
di tetapkan.
Produksi Tanaman Perkebunan secara umum berdasarkan data yang disajikan pada tabel. 3.4, menunjukkan kinerja
yang baik diatas 90% dengan rata-rata dari akumulasi semua komoditi mencapai 98,81 % dari target yang ditetapkan.
Capaian kinerja untuk produksi tanaman perkebunan ini dipengaruhi oleh dukungan program/kegiatan pemerintah berupa
intensifikasi dan pengendalian hama penyakit.
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi pertanian dan perkebunan adalah masih kurangnya
penggunaan benih bermutu di tingkat petani dan penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran. Selain itu faktor
pemeliharaan tanaman yang kurang optimal juga mempengaruhi produktivitas tanaman itu sendiri. Sehingga langkah-
langkah yang harus ditempuh yaitu perlunya penggunaan benih bermutu dan memastikan ketersediaan pupuk tepat waktu
agar dapat digunakan secara tepat oleh petani serta pelaksanaan teknik budidaya tanaman secara baik dan benar. Selain itu
dukungan dana pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan terutama untuk pengembangan tanaman pangan seperti kacang-
kacangan dan umbi-umbian dan tanaman hortikultura.
Sasaran ini diarahkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang peningkatkan
produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan. Adapun program/kegiatan yang mendukung penyediaan sarana
dan prasarana pertanian adalah program penyediaan sarana produksi pertanian.
Salah satu faktor kunci dalam mencapai keberhasilan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan adalah
adanya dukungan sarana produksi secara 6 tepat (tepat jenis, jumlah, tempat, mutu, waktu, harga) yang tersedia dan
terjangkau oleh petani. Ketersediaan sarana produksi antara lain alat pengolah lahan, alat pengolahan hasil, pupuk dan
pestisida.
Pada Tahun 2016, Dinas Pertanian dan Perkebunan menargetkan penyediaan traktor roda 2 (dua) sebanyak 56 unit,
traktor roda 4 (empat) sebanyak 5 unit, dan pompa air sebanyak 524 unit dari sumber dana APBD NTT. Dalam
pelaksanaannya di tahun 2016, terealisasi traktor roda 2 sebanyak 21 unit, dan pompa air sebanyak 22 unit. Meskipun
realisasi tersebut tidak sesuai target yang ditetapkan, namun terdapat dukungan penyediaan sarana dan prasarana oleh
Pemerintah Pusat melalui dana APBN 2016 berupa traktor roda 2 sebanyak 675 unit, traktor roda 4 sebanyak 50 unit, dan
pompa air sebanyak 506 unit. Sehingga sampai dengan tahun 2016, alat dan mesin pertanian yang tersedia di lapangan
(Kabupaten/Kota) sebanyak 2.527 unit traktor roda 2 (traktor kecil), 193 unit traktor roda 4 (traktor besar) dan 1.830 unit
pompa air. Jumlah ini belum termasuk pengadaan yang dilakukan melalui pihak APBD II dan swasta.
Berkaitan dengan belum tercapainya kinerja tahun 2016 untuk masing-masing sarana dan prasarana terutama
traktor besar maka dukungan ketersediaan dana baik melalui APBD maupun APBN menjadi faktor pembatas. Provinsi NTT
masih memerlukan dukungan dana yang cukup bagi penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan
produksi pertanian dan perkebunan.
Jenis Pupuk :
Urea Ton 22.877 19.409 19.085 98,33
ZA Ton 2.450 1.221 946 77,48
SP Ton 4.363 2.727 2.690 98.64
NPK Ton 18.089,1 15.222 14.385 94,51
Organik Ton 5.444 3.054 1.981 64,87
Pada tahun 2016, pemerintah provinsi NTT melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan dalam melaksanakan fungsi
pengawasannya, menargetkan penyaluran pupuk bersubsidi sebanyak 41.632 ton yang akan dialokasikan untuk sektor
pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan). Alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi tersebut seperti tertuang
dalam Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 60/Permentan/SR.130/12/2105 tentang Kebutuhan Pupuk dan Harga Eceran
Tertinggi (HET) Tahun 2016 dan Srurat Keputusan Gubernur NTT Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kebutuhan Pupuk dan Harga
Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di NTT Tahun Anggaran 2016 serta Keputusan Kepala Dinas
Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT Nomor 521.3/3805/SP/XII/2016 tentang Realokasi Keempat Alokasi Pupuk
Bersubsdi Untuk Sektor Pertanian di Provinsi NTT Tahun Anggaran 2016.
Dalam pelaksanaannya, penyaluran pupuk bersubsidi cukup optimal yaitu mencapai 93,89 % atau sebanyak
39.087,70 ton pupuk. Pencapaian ini terjadi karena adanya kerjasama yang baik dari pihak pemerintah daerah, petugas
lapangan, serta pihak Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dalam melakukan pengawasan dan pengawalan. Upaya
perbaikan distribusi pupuk bersubsidi dari produsen ke konsumen secara terus menerus dilakukan demi kemudahan
penyediaan pupuk bersubsidi bagi petani. Sedangkan untuk pestisida, Dinas Pertanian dan Perkebunan pada tahun 2016
menyediakan stok pestisida sebanyak 28.528 dalam satuan Kg (padat) dan Liter (air). Jenis pestisida yang disediakan antara
lain; Insektisida sebanyak 46 jenis/formula dengan jumlah 22.927 Liter yang tersalur sebanyak 3.978 liter, Fungisida
sebanyak 12 jenis/formula berjumlah 1.248 Kg tersalur sebanyak 60 Kg sisa digudang sebanyak 1.188 Kg, Bakterisida
sebanyak 2 jenis/formula dengan jumlah 190 Kg tidak tersalur (tersedia sebagai brigade di gudang), Moluskisida sebanyak 2
jenis/formula sebanyak 20 Kg tersedia digudang, Rodentisida sebanyak 7 jenis/formula dengan jumlah 3.453 Kg tersalur
sebanyak 50 Kg dan sisa digudang sebanyak 3.403 Kg dan Polimer Pengikat Air (PPA) sebanyak 1 jenis/formula dengan
jumlah 690 liter yang tersedia digudang. Pestisida yang tidak tersalur tersebut merupakan stok brigade yang sewaktu-waktu
dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Pengawasan atas peredaran dan penyaluran pupuk dan pestisida yang digunakan oleh petani perlu ditingkatkan
lagi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan petani itu sendiri. Keterlambatan penyediaan pupuk dan
pestisida juga menjadi kendala yang harus diperhatikan oleh semua pihak yang berkepentingan agar tujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan demi kesejahteraan petani dapat terwujud.
Sasaran ini diarahkan untuk menyediakan benih/bibit tanaman pertanian dan perkebunan yang bermutu dan
bersertifikat demi meningkatkan produksi dan produktivitas. Adapun program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian dan Perkebunan Provinsi yaitu Program Pengembangan Bibit dan Pembibitan, sedangkan Kegiatan yang
mendukung sasaran ketersediaan benih/bibit bermutu tanaman pertanian dan perkebunan yiatu Kegiatan Pengembangan
Pusat Perbenihan.
Tabel 3.9.
Capaian Indikator Kinerja Sasaran
Meningkatnya ketersediaan benih/bibit bermutu tanaman Pertanian dan Perkebunan
Indikator Kinerja Satuan Tahun 2016* % Capaian
Dasar Pertum-
2015 Target Realisasi buhan (%)
Produksi Benih Padi Ton 1.689,93 2.040,725 1.634,020 (3,31) 80,07
Produksi Benih Jagung Ton 662.378 572.349 522.435 (21,13) 91,28
Produksi Benih Kedelei Ton 58,94 155,450 134,4 128,03 109,27
Produksi Bibit Jeruk Anakan 70.759 57.631 13.128 (81,45) 22,78
Produksi Bibit Mangga Anakan 28.240 24.250 4.170 (85,23) 14,67
Produksi Benih Bawang Ton 44,585 47,26 82,77 85,65 175,14
Produksi Bibit Kelapa Anakan 412.285 50.000 50.000 (87,87) 100
Produksi Bibit Kopi Anakan 200.000 150.000 150.000 (25) 100
Produksi Bibit Jambu Anakan 3.063 40.000 40.000 1.000++ 100
Mete
Produksi benih tahun 2016 baik tanaman pangan dan hortikultura tersaji adalah yang telah disertifikasi oleh UPT
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTT sedangkan tanaman perkebunan disertifikasi oleh bidang
Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT. Pada tabel 3.9 menunjukan adanya peningkatan dan penuruan
produksi benih tanaman pangan secara bervariasi. Peningkatan produksi benih terjadi pada kacang kedele yaitu sebesar
128,03% jika dibandingkan dengan tahun 2015. Sedangkan penurunan produksi benih terjadi pada komoditi padi yaitu dari
1.689,93 ton pada tahun 2015 menjadi 1.634.020 ton atau 3,31 % pada tahun 2016 dan komoditi jagung yang menurun dari
662,378 ton menjadi 522.435 ton atau menurun sebesar 21,13% pada tahun 2016.
Ratarata produksi benih padi per hektar di NTT Tahun 2016 hanya 1,738 ton/ha ton/ha, padahal potensi dan
kemampuan bisa melebihi angka tersebut sesuai luas areal penangkaran benihnya. Ini merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi produsen dan penangkar. Kondisi kekeringan dan serangan hama penyakit masih menjadi penyebab rendahnya
produksi benih padi di NTT.
Ratarata produksi benih jagung per hektar di NTT Tahun 2016 hanya 1,11 ton/ha, menurun dibanding tahun 2015
sebesar 1,20 ton/ha. Padahal potensi dan kemampuan bisa melebihi angka produksi tersebut. Penyebabnya antara lain
karena kekeringan dan serangan hama penyakit tanaman, tidak semua calon benih yang dipanen dijadikan benih, benih
yang lulus uji tidak dilabel tapi dikonsumsi karena ketiadaan pasar, serta keterlambatan tanam hingga panen diakhir tahun
2016 sehingga tidak terpasarkan.
Selain komoditi bawang merah, produksi benih tanaman hortikultura mengalami penurunan secara signfikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian hal dengan komoditi hortikultura, produksi benih komiditi perkebunan juga
mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus untuk komoditi jambu mete yang mengalami
peningkatan produksi benih, sangat dipengaruhi oleh adanya alokasi program pemerintah. Musim kemarau dan kekeringan
masih menjadi faktor pembatas dalam usaha peningkatan produksi benih hortikultura dan perkebunan.
Dilihat dari capaian kinerja, produksi benih komoditi tanaman pangan dapat memenuhi ketersediaan benih diatas
80% dan produksi benih perkebunan sebesar 77% - 100% atau lebih baik jika dibandingkan dengan capaian pemenuhan
ketersediaan benih komoditi hortikultura yang hanya berkisar antara 17 - 22%.
Sasaran 4. : Terwujudnya perluasan areal pertanian dan perkebunan dalam meningkatkan produksi, produktivitas
dan mutu hasil pertanian dan perkebunan.
Sasaran ini diarahkan untuk menambah luasan areal persawahan dan areal tanaman hortikultura/perkebunan demi
meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan. Adapun program/kegiatan yang mendukung
ketersediaan sarana dan prasarana pertanian meliputi program Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian.
Pada tabel 3.10 menunjukan adanya perluasan areal persawahan (sawah baru) seluas 1.677,64 ha pada tahun 2016.
Perluasan areal sawah baru ini merupakan alokasi dana yang bersumber dari Tugas Pembantuan Kementerian Pertanian
dalam rangka menunjang pencapaian swasembada pangan di Provinsi NTT melalui kegiatan Upaya Khusus (UPSUS)
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi, Jagung dan Kedelei. Pencapaian kinerja mencapai 50, 85 %
diakibatkan oleh adanya pemotongan anggaran oleh Kemeterian Pertanian yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak
dapat dilaksanakan sesuai target. Selain itu, juga terlaksana penambahan luas areal perkebunan sebesar 1.400 Ha dengan
rata-rata tingkat pencapaian 90%, yang diperuntukan tanaman jambu mete seluas 400 Ha, kopi 200 Ha, kakao 300 Ha dan
kelapa 500 Ha. Perluasan areal jambu mete dilaksanakan di Kabupaten Sumba Tengah 75 Ha, Sumba Barat 50 Ha, Nagekeo
75 Ha, Kupang 50 Ha, Lembata 100 Ha, Alor 50. Perluasan areal kakao yang semula direncanakan seluas 300 Ha, terlaksana
150 Ha masing-masing di Kabupaten Sikka 50 Ha, Ende 50 Ha dan Sumba Tengah 50 Ha. Areal perluasan kelapa dilaksanakan
di 8 Kabupaten yaitu Manggarai Timur 100 Ha, Nagekeo 50 Ha, Sumba Timur 50 Ha, Kupang 50 Ha, Ngada 100 Ha, Sumba
Tengah 50 Ha, Rote 50 Ha dan Sabu 50 Ha. Perluasan Areal Kopi dilaksanakan di 4 Kabupaten yaitu Manggarai 50 Ha,
Manggarai Timur 50 Ha, Ngada 50 Ha dan Ende 50 Ha.
Sasaran ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia petani dalam
melaksanakan program kegiatan budidaya tanaman pertanian dan perkebunan demi meningkatkan produksi dan
produktivitas hasil pertanian dan perkebunan. Adapun program/kegiatan yang mendukung peningkatan kompetensi petani
meliputi program : Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan/Hortikultura, Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Tanaman Perkebunan, Penguatan Perleindunagn Tanaman Pangan dan Ganggaguan OPT dan DPI, SLPHT dan
SLPTT Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat berkelanjutan.
Peningkatan Komptensi petani ini dilaksanakan melalui kelompok-kelompok tani pertanian dan perkebunan yang
sedangkan melaksanakan budidaya pertanian dan perkebunan. Kegiatan -kegiatan yang dilakukan antara lain seperti yang
terlihat pada tabel 3.11. Jumlah petani yang mengikuti baik pelatihan, sekolah lapang dan bimbingan teknis ditahun 2015
kurang lebih 2.170 orang sedangkan ditahun 2016 jumlah kurang lebih 1.612 orang, jadi total petani yang telah mengikuti
sekolah lapang dan bimbingan teknis dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 3.782 orang.
Jumlah
Kegiatan Satuan
(Orang)
Jika saat ini jumlah petani di NTT yang bergerak di bidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sebanyak
kurang lebih 1.895.032 orang maka dapat diketahui sekitar 0,199 % petani yang telah mengikuti peningkatan kapasitas
petani yang dilakukan melalui provinsi. Masih terdapat banyaknya petani yang belum dapat mengikuti pelatihan dan
bimbingan teknis ini, maka saat ini pola yang dikembangkan untuk mengantisipasi hal ini adalah melalui pola kelompok ke
kelompok sehingga petani yang mendapat pengetahuan dan ketrampilan dapat mentransfer ilmu antar petani dalam
kelompok dan dari kelompok ke kelompok terdekat lainnya. Dukungan pemerintah daerah dan swasta juga diharapkan
untuk meningkatkan kemampuan petani pada masing-masing wilayah.
Sasaran ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan kelembagaan petani dan mengelola
kelompok petani maupun gabungan kelompok tani untuk melaksanakan program kegiatan budidaya tanaman pertanian
dan perkebunan demi meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan. Adapun program/kegiatan
yang mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan petani meliputi program : Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Tanaman Pangan/Hortikultura, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan, Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat berkelanjutan.
Pada Tabel 3.12 menunjukan jumlah kelompok tani yang ada di NTT berdasarkan kelas kemampuan. Secara
keseluruhan ada peningkatan jumlah kelompok tani sebesar 2,38% dari tahun 2015 yaitu dari 22.316 kelompok menjadi
22.848 kelompok tani pada tahun 2016.
Bertambahnya jumlah kelompok tani tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan
bantuan sarana dan prasarana produksi pertanian dan perkebunan hanya melalui kelompok tani sehingga mendorong para
petani untuk membentuk kelompok tani baru dan tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Saat ini Provinsi
NTT memiliki 2.324 Gapoktan yang tersebar di 3.314 desa/kelurahan. Sehingga untuk saat ini dan kedepan upaya
pembinaan dan penguatan kelompok menjadi tantangan sekaligus hambatan bagi pemerintah yang masih terkendala
dengan dana.
Sasaran ini diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pertanian dan perkebunan dengan
menurunkan tingkat kehilangan hasil akibat kegiatan proses produksi mulai budidaya sampai saat panen dan pasca panen.
Adapun program/ kegiatan yang mendukung menurunnya jumlah kehilangan hasil pertanian dan perkebunan meliputi
program : Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan/Hortikultura dan Perkebunan, Peningkatan Produksi
dan Produktivitas Tanaman Perkebunan, Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dan Ganggguan OPT dan DPI, SLPTT dan
SLI, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat berkelanjutan.
Pada tabel 3.13 menunjukan bahwa luas puso pada tanaman padi dan jagung terjadi peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 luas puso pada komoditi padi mencapai 3,73% dibandingkan
dengan tahun 2015 sebesar 2,37%. Demikian juga untuk komoditi jagung pada tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar
5,73% dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 1,53%. Tingginya Luas puso pada komoditi padi dan jagung disebabkan
karena rendahnya curah hujan diakhir tahun 2015, hingga memasuki awal tahun 2016 (MT 2015/2016) yang menyebabkan
terjadinya kekeringan dan serangan OPT. Untuk mengantisipasi terjadinya puso maka perlu adanya intervensi teknologi
terhadap irigasi irigasi sederhana menjadi irigasi permanen, selain itu perlu adanya cadangan benih yang cukup untuk
penanggulangan dampak kekeringan. Sedangkan untuk mengantisipasi serangan OPT/hama penyakit pada tanaman maka
perlu dilakukan penerapan pengendalian hama terpadu secara intensif.
Alokasi anggaran untuk pembangunan pertanian dan perkebunan pada tahun anggaran 2016 pada Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi NTT adalah sebesar Rp. 368.096.627.000.- (Tiga Ratus Enam Puluh Delapan Milyar Sembilan Puluh
Enam Juta Enam Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah) atau lebih rendah 27,22 % jika dibandingkan dengan alokasi anggaran
pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 505.806.688.650,- (Lima Ratus Lima Milyar Delapan Ratus Enam Juta Enam Ratus Delapan
Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Lima Puluh Rupiah) yang bersumber dari dana APBD I dan APBN berupa dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
3.4. Program dan Kegiatan 2016 Urusan Pertanian melalui dukungan APBD I Provinsi NTT
Pelaksanaan program/kegiatan tahun 2016 oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT untuk mendukung
pencapaian kinerja dan sasaran pembangunan Pertanian di NTT adalah sebagai berikut :
Pada awal tahun 2016, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT mengalokasikan dana melalui APBD I sebesar Rp.
55.917.107.000,- untuk pembangunan pertanian di NTT. Namun setelah perubahan, pagu anggaran berubah menjadi
Rp. 42.591.988.000,- Realisasi pelaksanaan program/kegiatan sebesar Rp. 40.096.560.678,- atau 94,14 %. Alokasi
dana tersebut untuk membiayai 6 (enam) program dan 33 (tiga puluh tiga) kegiatan sementara alokasi dana untuk
mendukung program peningkatan produksi dan produktivitas sebanyak 3 (tiga) program dan 10 (sepuluh) kegiatan,
yaitu sebagai berikut :
Adapun rincian dan realisasi pelaksanaan program / kegiatan adalah sebagai berikut :
3.4.1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Perkebunan.
Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan dengan
alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp. 36.844.457.000,- setelah perubahan menjadi Rp.
30.472.840.186,- dengan realisasi sebesar Rp. 28.691.405.792,- atau sebesar 94,15 % dengan capaian fisik
98,03%.
Hasil :
Terlaksananya peningkatan Sistem Insentif dan Disinsentif bagi Petani/ Kelompok Tani :
1.1. Lomba dan penghargaan petani/pelaku agribisnis kelompok tani tanaman pangan (Padi dan jagung) di
21 Kabupaten/Kota dengan hasil kejuaraan seperti pada tabel berikut.
Komoditi Jagung
Nama Hadiah
Juara Nilai Kabupaten
Kelompok Tani (Rp)
I Efata II 92,40 Sumba Barat Daya 7.500.000
II Tunmuni 81,73 Timor Tengah Selatan 5.000.000
III Mata Ruba 75,70 Sabu Raijua 2.500.000
Komoditi Padi
Nama Hadiah
Juara Nilai Kabupaten
Kelompok Tani (Rp)
I Nesi susah I 92,13 Nagekeo 7.500.000
II Bhala One 76,95 Ngada 5.000.000
III Tani Mandiri 73,43 Sikka 2.500.000
Mantri Tani
Nama Hadiah
Juara Nilai Kabupaten
Mantri Tani (Rp)
I Godlif E. Tualaka, A.Md 779,85 Timor Tengah Selatan 1.000.000
II Leo Thimas, A.Md 665,10 Ngada 750.000
III Arnoldus Molo, SP 553,70 Manggarai Timur 500.000
1.2. Lomba kelompok UPJA berprestasi dilaksanakan di 22 kabupaten/kota dengan hasil kejuaraan sebagai
berikut :
Kegiatan Lomba UPJA berprestasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur telah dilaksanakan sejak bulan Maret
sampai dengan Mei 2016 di 18 kabupaten yakni Kupang, TTS, TTU, Belu, Malaka, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores
Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Sumba Timur, Sumba Barat dan Sumba
Barat Daya sedangkan Kota Kupang, Kabupaten Nagekeo, Sumba Tengah dan Sabu Raijua tidak masuk dalam
penilaian karna selain tidak tersedia UPJA juga keterbatasan pembiayaan. Sebanyak 54 kelembagaan UPJA peserta
yang diikutsertakan dalam Lomba UPJA tahun 2016 dimana masing-masing kabupaten terdiri dari 3 UPJA terbaik
kabupaten.
Metode yang digunakan adalah penilaian langsung diarahkan ke 3 UPJA terbaik yang dinilai terbaik tingkat
kabupaten. Petugas Dinas Provinsi didampingi oleh petugas Dinas Kabupaten bersama sama melakukan penilaian
ke kelompok-kelompok UPJA yang menjadi sasaran di setiap kabupaten. Metode yang digunakan adalah dengan
wawancara langsung dan pengisian kuisioner langsung dengan manajer/penanggungjawab UPJA.
Hasilnya adalah terpilihnya 3 (tiga) kelompok P3A berprestasi tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2016, yaitu :
Berdasarkan hasil investigasi, P3A Kubota menunjukkan kinerja yang paling baik. Selain aktivitas
organisasi berjalan sesuai dengan AD/ART, Program/ kegiatan termasuk juga mampu menjalankan
usaha produktif, yaitu sebagai penangkar benih
Hasil :
Hasilnya adalah terpeliharanya tanaman kopi seluas 150 Ha dan terfasilitasinya kegiatan fisik dalam upaya
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil tanaman kopi sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat pekebun kopi. Volume paket bantuan sebagai berikut :
Kabupaten
No. Jenis Bahan
TTS Alor Ngada Jumlah
1. Pupuk Organik 25.000 25.000 25.000 75.000 Kg
2. APH / Attractant 1.250 1.250 1.250 3.750 Set
3. Perlengkapan APH 50 50 50 150 Set
Hasilnya adalah terfasilitasinya kegiatan fisik dalam upaya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu
hasil tanaman kakao sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat petani kakao.
Hasilnya meningkatnya jumlah tegakkan kopi sejumlah 200.000 Batang yang tersebar di 4 kabupaten.
Barat
Rudiyanto 3
Sambali Loku Suka Maju Randjaratu
Bolubokat Karya Mulia Marten T. Manang 3
Bolubokat Mesak Tonga 3.5
Umbu Ratu Nggay Utara Usaha Baru Retang
Ngadu Olu Londa Lima Yulius R.K. Mbani 3.5
Maradesa Sinar Buana Darius K.D. Ngaha 3
Soru Sinar Tani Ricard Nd. Elu 3.5
Jumlah 4 12 15 50
TOTAL 8 17 21 150
LUAS LOKASI
KAB NAMA KELOMPOK KETUA KELOMPOK AREAL
DESA KECAMATAN
(HA)
Manggarai Mawar Bawe Zakarias Nabi 7,5 Golo Lijun Elar
Timur
Padang Indah Hasan Basri 7,5 Golo Lujin Elar
Rampas Bela Jemadi Kampu 7,5 Golo Lujin Elar
Baru Muncul Melkior Janda 7,5 Golo Lujin Elar
Rato Komba Lodovikus Firminus 20 Nanga Baras Sambi
Rampas
Sambi Mese Sabinus Sudirman 20 Nanga Baras Sambi
Rampas
Bea Jemawar Benediktus Alvin 30 Satar Punda Lamba Leda
Barat
7 100 3 3
6 50 4 4
Kupang Bonam Soleman Suhu 25 Sahraen Amarasi
Selatan
Oeboso Petrus Rotes 25 Merbaun Amarasi
Barat
2 50 2 2
Ngada Tunas Baru Tibortius Wolo 50 Tiwu Rana Inerie
Realisasi Anakan kelapa sebanyak 50.000 anakan dengan penyebaran seperti yang tergambar pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3. 23. Realisasi fisik dan penyaluran benih kelapa
Tabel 3.24. Lokasi Kegiatan Perluasan Jambu Mente Tahun Anggaran 2016
Kegiatan perluasan cengkeh dilaksanakan oleh 13 kelompok tani di 10 desa, 5 Kecamatan dan 2 Kabupaten.
Luas Lokasi
Kab Nama Kelompok Ketua Kelompok
(Ha) Desa Kecamatan
Manggarai Lenteng Bersatu Herman Jemaruk 15 Compang Dari Rahong Utara
Letang Tana Fidelis Nalem 15 Tengku Lese Rahong Utara
Tani Karya Paulus Hamidan 15 Bea Rahong Ruteng
Moeng Mose Matias Abur 15 Golo Cibal
Getut Gejur Lasarus Pangkus 15 Nenu Cibal
5 75 5 3
Manggarai Betong Ndimal Kasmir Kon 7,5 Rana Mbeling Kota Komba
Timur
Kembang Indah Hendrikus Raghang 7,5 Rana Mbeling Kota Komba
Baeng Sama Donatus Siong 15 Mokel Kota Komba
Cipta Karya Markus Jelamas 15 Golo Meni Kota Komba
Tado Nobertus Kuleng 7,5 Bea Waek Poco Ranaka
Carang Maksimus Harum 7,5 Bea Waek Poco Ranaka
Taku I Nobertus Kahar 7,5 Satar Tesem Poco Ranaka
Moncok III Paulus Panje 7,5 Satar Tesem Poco Ranaka
8 75 5 2
Total 13 150 10 5
Lokasi kegiatan pengembangan Tembakau seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.26. Lokasi kegiatan pengembangan Tanaman Tembakau Tahun Anggaran 2016
Kabupaten Sikka
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Waigete Nangatobong Kasih Asi 10
Kangae Watumilok Kloang Pedat 5
Alok Timur Lopo Lima Ma Mai 5
Jumlah 20
Kabupaten Malaka
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Sasitamean Fatuaruin Sinar Raihun 5
Sinar Kakaeu 10
Laran Liurai 5
Jumlah 20
Kabupaten Sumba Barat Daya
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Kodi Utara Kendu Wella Kamouta 5
Hoha Wungo Lara Daha 5
Hameli Ate Daha Dede 5
2. Wewewa Barat Wali Ate Ole Milla 5
Jumlah 20
Kabupaten Ende
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Kelimutu Wolokelo Dau Mbale 7
Lepembusu Wologai Timur Sa Ate 7
Kelisoke Ndenggarongge Dega Wale 6
Jumlah 20
Kabupaten Nagekeo
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Aesesa Nggolonia Karya Bersama 5
Mitra Mandiri 6
Pelita Hati 9
Jumlah 20
Kabupaten Flores Timur
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Ile Boleng Nobo Opu Golo 20
Jumlah 20
Kabupaten Manggarai Timur
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Borong Bangka Kantar Mau Maju 10
2. Kota Komba Gunung Baru Karya Abadi 10
Jumlah 20
Kabupaten Manggarai
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Satar Mese Barat Satar Luju Ingin Maju 5
2. Cibal Bea Mese Ca Nai 5
3. Reok Wangkung Tunas Mekar 5
4. Satar Mese Koak Wejang de Kraeng 5
Jumlah 20
Kabupaten Lembata
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. Nubatukan Baitani Baitani 3
2. Omesuri Holea I Sinar Mentari 3
Holea II Laleng Dien 3
Mahal Miwa Pawang Ana 3
3. Lebatukan Hadakewa Waibao 4
4. Ile Ape Kolontobo Mula Tawa 4
Kabupaten Kupang
Lokasi Luas
No. Kelompok Tani Lahan
Kecamatan Desa
(Ha)
1. - - - -
Jumlah 20
Total 100
Berdasarkan data lokasi dan kelompok tani di atas dapat dilihat bahwa kabupaten Kupang tidak ada data
lokasi dan kelompok tani, hal ini dikarenakan Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten Kupang
menolak untuk melaksanakan kegiatan pengembangan tembakau seluas 20 ha di Kabupaten Kupang karena
pada kegiatan tersebut tidak ada dana / anggaran untuk identifikasi calon petani dan calon lokasi,
pengawalan, pembinaan maupun untuk monitoring kegiatan tersebut.
Jenis dan Volume paket bantuan untuk kegiatan pengembangan tembakau seluas 200 di masing-masing
Kabupaten adalah sebagai berikut :
Pengembangan tanaman cengkeh seluas 1 Ha di Kebun Dinas Roe, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling,
Kabupaten Manggarai Barat.
Pengembangan tanaman cengkeh seluas di Kebun Dinas Pinis, Desa Bangka Kempo, Kecamatan Ranamese,
Kabupaten Manggarai Timur.
Rehabilitasi tanaman kakao di Kebun Dinas Waikadada, Desa Matakopera, Kecamatan Waladimu, Kabupaten
Sumba Barat Daya.
b. Penambahan Luas Areal Cengkeh
Hasilnya adalah tersedianya lahan untuk penyulaman tanaman cengkeh di Kebun Dinas Mainang, Kebun
Dinas Roe dan Kebun Dinas Pinis, masing-masing seluas 0,5 Ha.
Indikator : Dikenalnya produk segar dan olahan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan unggulan
Daerah, Dikenalnya produk buah unggulan daerah, Tersebarnya informasi pembangunan pertanian dan perkebunan.
Sasaran : Pameran lokal, expo, Publikasi, siaran pedesaan melalui Radio dan Media Massa, pameran buah
Target : 9 paket
Hasilnya adalah :
a. Terlaksananya kegiatan publikasi melalui siaran radio, media cetak dan leaflet yaitu :
- Cetak leaflet
b. Terlaksananya Pameran Buah (Gelar Buah di Istana Jakarta) dan Pekan flora flori.
Hasilnya adalah terpromosikannya buah unggulan khas Provinsi NTT yaitu Jeruk di Istana Negara.
c. Promosi produk olahan dan segar hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Hasilnya adalah terpromosinya berbagai komoditi / produk hasil-hasil pertanian dan perkebunan baik produk
kering maupun segar yang cukup potensial dan strategis serta mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi melalui
pameran Gelar Promosi Agribisnis Soropadan (GPAS 7) Tahun 2016.
Tabel 3.27. Materi-materi yang di pamerkan pada Promosi produk olahan segar
hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
No Sektor Materi (Olahan Basah dan Kering), Display Dinding dan Buku Promosi
1 Tanaman 1. Beras Pariwangi Kodi
Pangan dan 2. Pisang Beranga Ende Organik
Hortikultura 3. Mangga Alor
4. Jeruk Keprok Soe Organik
5. Alpukat Flores
6. Aneka Produk Jagung
2 Perkebunan 1. Kopi Arabika Flores Bajawa (Tersertifikasi IG Dan Organik)
2. Vanili Alor Tersertifikasi IG
3. Kacang Mente Organik
4. Gula Semut Lontar
3 Pertanian dan 1. Display Dinding (Data bergambar) tentang potensi indikasi geografis
Perkebunan di NTT, peta sebaran produk unggulan daerah dan peta potensi
pemasaran internasional
2. Buku profil pelaku usaha produk pengolahan komoditi pertanian dan
perkebunan
3. Buku inventarisasi produk unggulan daerah komoditi pertanian dan
perkebunan
Indikator : Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas kebun dinas dan petani di sekitarnya, Meningkatnya
pengetahuan dan ketrampilan petugas dan kelompok tani/UPJA, Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani
akan teknik budidaya yang baik, Meningkatnya pemahaman petani dan meningkatnya penerapan sistem pangan
organik, terlaksananya pembuatan pupuk bokasi, Sekolah Lapapang (SL) Alsintan Transplanter, SL Good Agrculture
Practice (GAP) hortikultura, Meningkatnya pemahaman petani dan meningkatnya penerapan sistem pangan organik,
Tersertifikasinya sayuran dan jambu mete organik, Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam upaya
pengendalian dengan metode PHT, Menurunnya tingkat serangan hama dan penyakit, adanya pemahaman
teknologi oleh petani
Hasil :
peraturan Menteri Keuangan tentang penundaan penyaluran dana alokasi umum Tahun Anggaran 2016 serta
memperhatikan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi NTT, maka kegiatan
Pengembangan Kawasan Tanaman Rimpang (Jahe) tidak dapat dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2016.
4.3. Pembinaan lanjutan dan surveilen I Sertifikasi pertanian organic sub sector hortikultura dan perkebunan.
Hasilnya adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani sebanyak 15 orang tentang system pertanian organic
komoditi pisang berangan dan terawasinya penerapan sistem pertanian organik komoditi pisang berangan.
Kegiatan dilaksanakan selama 2 (dua) hari terhitung tanggal 2728 Oktober 2016, bertempat di Gapoktan
Satu Hati, Desa Bheramari, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende.
2. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani tentang sistem pertanian organik komoditi jambu
mente dan terawasinya penerapan system pertanian organic komoditi jambu mente. Kegiatan
dilaksanakan selama 2 (dua) hari terhitung tanggal 02-03 Agustus 2016, bertempat di Kelompok Tani Usaha
Baru di Desa Alila, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor.
4.4. Terlaksananya pembinaan lanjutan dan surveilen II sertifikasi pertanian organic sub sector hortikultura dan
perkebunan.
Hasilnya adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani sebanyak 15 orang tentang sistem pertanian organik
komoditi jambu mente dan terawasinya penerapan sistem pertanian organik komoditi jambu mente.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10-11 Oktober 2016, bertempat di KSU Manbait Bersaudara di Desa
Camplong II Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang.
2. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani sebanyak 12 orang tentang sistem pertanian organik
komoditi kopi, vanili, kemiri dan terawasinya penerapan sistem pertanian organik komoditi kopi, vanili,
kemiri. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 02-03 Agustus 2016, bertempat di Asosiasi Petani Vanili
Kepulauan Alor (APVKA) di Desa Kelaisi Timur, Kecamatan Alor Selatan.
3. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani sebanyak 15 orang tentang sistem pertanian organik
komoditi sayuran dan terawasinya penerapan sistem pertanian organik komoditi sayuran. Kegiatan
dilaksanakan pada tanggal 12-14 Agustus 2016, bertempat di Asosiasi Nekmese di Desa Mnelalete,
Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
4. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani sebanyak 12 orang tentang sistem pertanian organik
komoditi gula lontar Sabu dan terawasinya penerapan sistem pertanian organik komoditi gula lontar Sabu.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18-20 Agustus 2016, bertempat di Gapoktan Suka Maju di Desa Eilode,
Kecamatan Sabu Tengah, Kabupaten Sabu Raijua.
5. Surveilen III pertanian organic, sayur-sayuran dan jambu mete. Kegiatan ini tidak dilaksanakan karena
adanya pemotongan anggaran.
4.5. Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT) kakao.
Kegiatan SL-PHT Kakao tidak dilaksanakan karena alokasi anggaran tidak sesuai dengan usulan anggaran
yang diminta, sehingga dana di setor kembali.
4.6. Pengendalian hama Oryctes pada tanaman kelapa.
Lokasi kegiatan :
a. Kabupaten Sikka, Kecamatan Kewapante, Desa Waeara, seluas 10 Ha
b. Kabupaten Kupang, Kecamatan Amarasi, Desa Sonraen, seluas 10 Ha
c. Kota Kupang, Kelompok Tani Oelon Bawah, Kelompok Tani Oelon, kelompok Tani Tunas Baru dan Kelompok
Tani Tunas Mekar.
Hasilnya adalah di beberapa tempat / lokasi pengendalian, serangan hama Oryctes sp masih relatif tinggi
karena pelaksanaan pengendalian belum maksimal karena terdapat tanaman inang di sekitar kebun seperti
pohon sagu, pohon lontar maupun gebang. Selain itu pengendalian dengan cara mekanis dengan
memerangkap imago Oryctes sp menggunakan feromon belum maksimal karena hasil pemantauan lapangan
menunjukkan kurangnya imago yang terperangkap, diduga karena factor cuaca berpengaruh terhadap aktivitas
imago, dimana pemasangan feromon pada bulan oktober-november (puncak bulan panas).
4.7. Pengendalian hama PBK pada tanaman kakao.
Kegiatan pengendalian hama pada tanaman kakao tidak dilaksanakan karena alokasi anggaran tidak sesuai
dengan usulan anggaran yang diminta, sehingga dana di setor kembali.
4.8. Demplot jagung system PTT.
Hasilnya adalah meningkatnya produksi dan produktivitas jagung diatas 6 Ton/Ha dan petani mengenal
teknologi baru dalam budidaya tanaman jagung.
4.9. Pengembangan klon-klon ubi jalar sebagai calon varietas unggul nasional.
Pengembangan klon-klon unggulan ubi jalar sebagai calon varietas nasional dilaksanakan di Desa Netpala,
Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS, seluas 1 Ha pada bulan Juni s/d Agustus. Hasilnya adalah tersedianya
data dan informasi hasil penelitian tentang calon benih / stek ubi jalar tahun ke 5 sebagai calon varietas unggul
nasional.
(c) Gerakan SPOT STOP Pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura. Hasilnya adalah didapatkan
lahan pertanaman kentang seluas 3 Ha dan pertanaman padi seluas 1,5 Ha yang terhindar dari serangan
OPT yang berpotensi menurunkan kualitas dan kuantitas. Lokasi gerakan SPOT STOP Pengendalian OPT
tanaman pangan dan hortikultura di :
Kelompok Tani Hane, Desa Toofen, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS
Kelompok Tani Kema Sama II, Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo
Kelompok Tani Hijau II, Desa Wolokelo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende
Indikator : Tersedianya traktor roda dua, pompa air, peralatan bengkel dan sarana kerja petugas, Terpeliharanya
traktor roda dua dan roda empat, tersedianya sarana produksi kebun dinas dan perlengkapan kantor/mess dan
laboratorium, data rencana kebutuhan pupuk bersubsidi, konsep RDKK untuk diusulkan ke Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, Terawasinya penyaluran pupuk bersubsidi dan terkendalinya peredaran pupuk dan pestisida
ilegal, Terinventarisir dan terdatanya kembali kebun-kebun petani pada UPP eks proyek perkebunan, Tersedianya
prasarana dan sarana produksi untuk kelancaran kerja BBU dan BBI, Terkoodinasinya penanganan aspek-aspek
teknis, penggunaan dan pemeliharaan antara petugas Alsintan Kabupaten/Kota dengan Provinsi.
Target : 40 unit traktor roda dua, 45 unit pompa air, 1 paket peralatan bengkel dan 1 paket sarana kerja petugas
Hasil :
5.1. Pengadaan Traktor Roda 2, Pompa Air, Peralatan Bengkel dan Suku Cadang Kantor
Hasilnya adalah tersedianya hand traktor sejumlah 20 unit, pompa air sejumlah 22 unit, peralatan bengkel
berupa lemari perkakas, rak perkakas, kabel, dan perkakas standar tool seet.
5.2. Pengadaan sarana produksi kebun dinas, perlengkapan kantor/mess dan laboratorium lapangan.
Hasilnya adalah tersedianya 4 unit computer untuk menunjang kegiatan operasional di UPT PKDLH.
5.3. Perencanaan kebutuhan dan pengawasan pupuk dan pestisida
5.4. Inventarisasi kebun-kebun petani pada UPP eks proyek perkebunan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
a. Monitoring UPH
Terlaksananya pembinaan dan monitoring Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang berlokasi di Kota Kupang,
Kabupaten TTS, Ende, Ngada dan Manggarai.
b. Penilaian usaha perkebunan
Terlaksananya kegiatan Pembinaan dan sosialisasi legalitas dan peraturan perizinan usaha perkebunan dan
Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia (ISCoffee) yang berlokasi di Kabupaten
Malaka, Flores Timur, Sikka, Ngada dan Sumba Barat Daya.
Tersedianya lemari pakaian sebanyak 22 unit dan 4 buah lemari arsip untuk kegiatan operasional
asrama
Tersedianya 15 unit AC
Tersedianya 2 unit televise
Tersedianya 1 buah terpal di Kebun Dinas Wairklau
Tersedianya 10 unit kipas angin untuk asrama
Tersedianya printer 2 unit
Tersedianya 4 unit UPS
Tersedianya 22 unit meja kerja untuk kamar penginapan dan 10 unit meja biro untuk operasional UPT
PKDLH
Tersedianya 10 unit meja rapat
Tersedianya 5 unit kursi plastic untuk kebun dinas Eban dan 18 unit kursi kerja untuk operasional
asrama dan aula
Tersedianya 6 unit kursi rapat untuk operasional UPT PKDLH
Tersedianya 2 unit dispenser untuk operasional UPT PKDLH
Tersedianya gorden / kasur / seprei / karpet untuk operasional PKDLH
Tersedianya 4 unit LCD untuk operasional UPT PKDLH
Tersedianya timbangan analitik balance untuk operasional UPT PKDLH
Hasil :
Koordinasi dan Sinkronisasi Program/Kegiatan pembangunan di sektor Pertanian dan Perkebunan di tingkat
Pusat, Provinsi dan Kabupaten / kota se-Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2016 dilaksanakan :
(yang terdiri dari Pejabat lingkup Kementerian Pertanian, Kepala Bidang/ Kepala UPT, Kepala
Seksi/ Kasubag dan Staf lingkup Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Kepala Dinas
dan Kepala Bidang/ Kepala Seksi/ Kasubag Kota/Kabupaten yang membidangi Pertanian dan
Perkebunan se Provinsi NTT)
Hasilnya : adanya kesepahaman yang sama antara pemerintah pusat dan daerah (Provinsi dan
Kabupaten) tentang pelaksanaan kegiatan Tahun 2016 dan perencanaan tahun 2017 yang
disinergikan dengan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dan tersedianya Dokumen
Perencanaan Pertanian dan Perkebunan Tahun Anggaran 2016 sebanyak 20 buku.
(yang terdiri dari peserta dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat jenderal
Hortikultura, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana, Plt.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Pejabat Eselon I, III dan IV serta staf
lingkup Dinas Pertanian dan Perkebunan dari Provinsi dan Kabupaten / Kota)
pemerintah pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten) dalam melakukan persiapan
pelaksanaan program / kegiatan pembangunan pertanian dan perencanaan tahun 2016.
Hasil :
(a) Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program/kegiatan pertanian dan perkebunan.
Hasilnya adalah tersedianya data dan informasi mengenai pelaksanaan program / kegiatan di 22 (dua puluh
dua) kabupaten / kota sebanyak 10 (sepuluh) buah buku.
(b) Penyusunan laporan identifikasi, pemeliharaan dan penertiban aset daerah.
Hasilnya adalah tersedianya data aset milik pemerintah daerah sebanyak 10 (sepuluh) buah buku.
(c) Penyusunan data statistic tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Hasilnya adalah tersusunnya data statistic berupa Angka Tetap Tanaman Pangan Tahun 2015 (25 Buku), Angka
Tetap Tanaman Hortikultura Tahun 2015 (25 Buku) dan Angka Tetap Tanaman Perkebunan (35 Buku).
(d) Penyusunan database alsintan.
Keberadaan alsintan di Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada table 3.28. berikut :
Tabel 3.28. Keberadaan alat dan Mesin Pertanian di Nusa Tenggara Timur
TRANSPL
TRAKTOR TRAKTOR
CULTIVAT POMPA ANTER/
NO KABUPATEN/ KOTA RODA RODA
OR AIR TANAM
EMPAT DUA
PADI
Data diatas terlihat bahwa keberadaan Alsintan di Provinsi Nusa Tenggara Timur relatif besar jumlahnya yaitu :
1) Traktor Roda Empat sebanyak 286 unit,
(e) Identifikasi dan pemutakhiran data base kelompok pengumpul petani pemakai air (P3A).
Hasilnya adalah terlaksananya identifikasi dan pemutakhiran data kelembagaan perkumpulan petani pemakai
air.
Tabel 3.29. Realisasi tanam untuk kegiatan intensifikasi padi sawah Tahun Anggaran 2016
2. Penanganan pascapanen, pendampingan dan pengolahan hasil komoditi jagung di Kota Kupang,
Kecamatan Maulafa, Kelurahan Penfui, Kelompok Usaha Harapan Baru.
Hasilnya adalah beroperasi serta terawatnya peralatan pascapanen dan pengolahan hasil jagung
dan meningkatnya jumlah dan kualitas hasil olahan jagung yang dihasilkan oleh kelompok /
gapoktan.
1. Komoditi kelapa di Kabupaten TTS, Kecamatan Kolbano, Desa Nununamat, Kelompok Tani Paloilto
dan Kabupaten Manggarai Timur, Kecamatan Kota Komba, Kelurahan Tanah Rata, Kelompok Tani
Guna Karya.
Hasilnya adalah beroperasinya peralatan / mesin pembuatan VCO dan Nata de Coco serta
bertambahnya kelompok penghasil VCO, Nata de Coco dan minyak curah yang dihasilkan.
2. Komoditi Jambu Mente di Kabupaten Sumba Barat, Kecamatan Lamboya, Desa Ringu Rara,
Kelompok Tani Tekad Makmur dan Kabupaten Flores Timur, Kecamatan Witihama, Desa Sandosi,
kelompok Wanita Tani Lamawuran.
Hasilnya adalah petani mampu mengoperasikan alat pengolahan hasil mete dengan baik, petani
mampu mengolah aneka produk olahan mete dan melakukan pengemasan produk olahan yang
dihasilkan dengan menggunakan mesin vacuum packing.
Tabel 3.30. Realisasi tanam untuk kegiatan Padi komposit non kawasan
Hasil
Kabupaten / Rencana Realisasi Keterangan
No Panen
Kota Tanam (Ha) (Ha)
(Ton)
1. Kota Kupang 25 - - Rekanan tidak dapat menyalurkan
benih karena kekurangan stok benih
padi di tingkat penangkar
2. Kupang 175 175 - Tanaman belum menghasilkan karena
penanaman baru dilaksanakan pada
bulan desember 2016
3. TTU 500 200 - Rekanan hanya dapat menyiapkan
benih sebanyak 12.500 Kg (untuk 200
Ha)
4. Malaka 50 50 - Tanaman belum menghasilkan karena
5. Lembata 50 50 - penanaman baru dilaksanakan pada
6. Sikka 100 100 - bulan desember 2016
7. Nagekeo 500 376 - Rekanan hanya dapat menyiapkan
benih sebanyak 9.400 Kg (untuk 376
Ha)
Hasil
Kabupaten / Rencana Realisasi Keterangan
No Panen
Kota Tanam (Ha) (Ha)
(Ton)
1. Kupang 1.700 1.700 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
2. TTS 600 600 -
3. TTU 600 600 - Kab. TTU mendapat realokasi seluas 300
Ha dari Kab. Sabu Raijua karena tidak
tersedia lahan di kab tersebut.
Panen diperkirakan bulan april 2017.
4. Belu 400 400 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
5. Malaka 400 400 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
6. Alor 500 - - Rekanan tidak dapat menyalurkan benih
karena kekurangan stok benih jagung
ditingkat penangkar.
7. Sumba Timur 300 300- - Panen diperkirakan bulan april 2017.
8. Sumba 400 400 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
Tengah
9. Lembata 500 500 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
10. Sikka 500 500 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
11. Ende 500 500 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
12. Manggarai 500 500 - Panen diperkirakan bulan april 2017.
Timur
Jenis bantuan yang diberikan kepada petani berupa benih jagung komposit sebanyak 25 Kg/Ha.
Jenis bantuan yang diberikan kepada petani berupa benih jagung komposit sebanyak 25 Kg/Ha, sedangkan
pupuk masuk dalam penghematan anggaran sehingga tidak jadi dialokasikan.
Realisasi
No. Kabupaten Tanam Panen Produksi Keterangan
(Ha) (Ha) (Ton)
1. Manggarai Barat 30 10 8,5 Produksi rendah karena terjadi puso seluas 20 Ha, akibat curah hujan tinggi.
2. Manggarai 30 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Maret 2017.
3. Ngada 30 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Maret 2017
Realisasi
No. Kabupaten Tanam Panen Produksi Keterangan
(Ha) (Ha) (Ton)
1. TTS 10 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Februari / Maret
2017.
2. TTU 10 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Februari / Maret
2017.
3. Belu 15 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Februari / Maret
2017.
4. Malaka 15 - - Tanam bulan November & Desember 2016. Panen bulan Februari / Maret
2017.
Hasilnya adalah tertanamnya 4.000 (empat ribu) anakan Jeruk Keprok SoE yang disalurkan kepada 2
(dua) kelompok tani penerima di Kabupaten TTS, yaitu 2000 (dua ribu) anakan Jeruk Keprok SoE di
Kelompok Tani Ora et Labora (Luas lahan 5 Ha) dan Kelompok Tani Bina Mandiri (Luas lahan 5 Ha).
Pemasaran
Jumlah
Luas Realisasi Harga Ket
Kab Kelompok Produksi Pendapatan
(Ha) Tanam (Ha) Jual
Tani (Kg) (Rp)
(Rp/Kg)
Kupang 5 5 4 5.110 25.000 127.750.000 1 Kelompok
Tani Gagal
Tanam
Jumlah Pemasaran
Luas Realisasi Ket
Kab Kelompok Produksi Harga Jual Pendapatan
(Ha) Tanam (Ha)
Tani (Kg) (Rp/Kg) (Rp)
TTU 8 5 5 865 15.000 12.975.000
Sumba Barat 1 5 5 - - - Belum
berproduksi
Sumba Timur 5 5 5 - - - Belum
berproduksi
Tertanamnya 4000 (empat ribu) Kg bibit kentang (luas lahan 5 Ha) di Kabupaten Ngada. Realisasi
tanam, panen dan produksi dapat dilihat pada tabel 3.38 berikut :
Pemasaran
Target Realisasi Tanam
Nama Harga
Kec / Desa Luas (Ha) Produksi Pendapatan
Kelompok Tani Jual
(Ha) (Kg) (Rp)
Tanam Panen (Rp/Kg)
5. Golewa
Kel. Papa Dhoo 1 1 Okt 850 20.000 17.000.000
Mangulewa 2016
Desa Bunda Segala 1 1 Okt 850 20.000 17.000.000
Sarasedu Bangsa 2016
2. Bajawa
Desa Susu Cinta Damai 1 1 Okt 680 20.000 13.600.000
2016
Desa Mora Lowa 1 Okt 900 20.000 18.000.000
Ngoranale 2016
Kepermade 1 1 Okt 900 20.000 18.000.000
2016
Berdasarkan Surat Gubernur No. 910.KU.1393.AK/2016 Tertanggal 25 Agustus 2016 Tentang Penundaan
Pelaksanaan Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 dan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan
No.125/PMK.07/2016 Tertanggal 16 Agustus 2016 tentang Penundaan Penyaluran Dana Alokasi Umum
Tahun Anggaran 2016 serta memperhatikan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur, maka Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanaman Rimpang (jahe) yang dialokasikan
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pertanian dan
Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Produk Tanaman Hortikultura di 5 (lima) Kabupaten yaitu Belu 5 Ha, Sumba Barat Daya 6 Ha, Ende 5 Ha,
Nagekeo 6 Ha dan Flores Timur 10 Ha tidak dapat dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2016.
Program Pengembangan bibit dan pembibitan melaksanakan 1 (satu) kegiatan dengan alokasi anggaran sebelum
perubahan sebesar Rp. 5.102.287.480,- setelah perubahan sebesar Rp. 3.648.104.148,- dengan realisasi sebesar
Rp. 3.409.278.294,- atau sebesar 93,45 % dengan capaian fisik 98,00%.
Hasilnya adalah :
a. Terlaksananya kegiatan sertifikasi dan pelabelan tanaman perkebunan di Kabupaten TTS, Sumba
Tengah, Alor, Timor Tengah Utara dan Lembata.
b. Terlaksananya Kegiatan penilaian dan penetapan BPT Kelapa Dalam yang dilaksanakan di 3 (tiga)
Kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, Lembata dan TTU, dengan hasil Kabupaten Kupang dan Lembata
memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai Blok Penghasil Tinggi Kelapa Dalam. Sedangkan di
Kabupaten TTU belum memenuhi syarat karena produktivitas kopra masih dibawah 2 ton/Ha.
c. Terlaksananya Kegiatan Evaluasi BPT Kelapa Dalam di 8 (delapan) Kabupaten yaitu Kabupaten Sikka,
Alor, Sabu Raijua, TTS, Ende, Sumba Barat, SBD dan Rote Ndao, dengan hasil Evaluasi BPT Kelapa Dalam
yang dilakukan di 8 (delapan) kabupaten ini masih memenuhi syarat untuk dijadikan kebun sumber
benih (BPT) Kelapa Dalam dan akan dilakukan evaluasi ulang setiap 2 (dua) tahun untuk mengetahui
produksi dan produktivitas tanaman serta kelayakan kebun benih (BPT) tersebut.
Kabupaten TTU
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Biboki Monleu, Desa Kaubele
Mena Jaya 10 10 30.000 30.000 Benih Tersalur
Kabupaten Belu
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel Keterangan
Tanam Panen
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Tasifeto Timur, Desa Bauho
Salur 10 10 26.000 26.000
Oelelu 10 10 Proses Pasca Panen
Kecamatan Tasifeto Timur, Desa Sarabau
Salur 5 5 Proses Pasca Panen
Kabupaten Sikka
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Magepanda, Desa Magepanda
Tani Mandiri 25 25 137.500 130.150
Kabupaten Nagekeo
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Aesesa, Mbay II
Karya Nyata 6 25 25 Proses Pasca Panen
Kabupaten Ngada
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Bajawa Utara, Desa Uluwae
Papa Tado 25 Baru dilakukan
Pesemaian karena
kekurangan air /
Tanam pada awal
Februari 2017
Kecamatan Soa, Desa Waepana
Bomolo 25 Baru dilakukan
Pesemaian karena
kekurangan air /
Tanam pada awal
Februari 2017
Kabupaten TTS
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel Keterangan
Tanam Panen
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Kualin, Desa Tuanfanu
Poli 10 6 6.000 6.000 Fuso 4 Ha
Kecamatan Batuputih, Desa Oebobo
Tunas Muda 2 2 4.200 4.200
Fetomone 2,5 2 2.300 2.300 0,5 Ha Fuso
Nunuh Baanfaun 2,5 1,75 2.000 2.000 0,75 Ha Fuso
Kecamatan Batuputih, Desa Boentuka
Tunas Mekar 2 2 3.000 3.000
Kecamatan Batuputih, Desa Boentuka
Tunas Mekar 2 2 3.000 3.000
Kecamatan Amanuban Barat, Desa Tublopo
Berantai Baru 1 1 1.000 1.000
Kabupaten TTU
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Inzana, Desa Manunain A
Sinar Anifuu 5 5 12.000 - Tidak lulus uji (Daya
Tumbuh Rendah)
Kabupaten Belu
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel Keterangan
Tanam Panen
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Raimanuk, Desa Leuntolu
Sukabi Bot 9 9 5.500 -
Kecamatan Raimanuk, Desa Mandeu
Mandala 4 Proses pasca panen
Kabupaten Lembata
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Lebatukan, Desa Merdeka
Gawe Teden 2 2 8.000 - Tidak lulus Uji (Daya
Tumbuh Rendah)
Kabupaten Sikka
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Magepanda, Desa Done
Mekar Tani 11 9 19.860 19.500
Kecamatan Magepanda, Desa Reroroja
Sinar Ili Modo 25 23 22.550 22.000
Kabupaten Nagekeo
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel
Tanam Panen Keterangan
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Boawae, Desa Wolowea Timur
Boamago 25 25 23.000 23.000 Dalam tahap pengujian
sampel
Kecamatan Boawae, Desa Kelimado
Obonaku 15 15 15.500 15.500 Dalam tahap pengujian
sampel
Kecamatan Boawae, Desa Rigi
Obonaku 30 30 15.00 - Proses uji laboratorium
Kabupaten Ngada
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel Keterangan
Tanam Panen
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
Kecamatan Golewa, Desa Mataloko
Berkhmawan 5 5 5.300 3.400 Benih tersalur
UPT Mbay
Luas Luas
Kelompok Tani / Produksi Dilabel Keterangan
Tanam Panen
Penangkar
(Ha) (Ha) (Kg) (Kg)
UPT Jagung Mbay 10 - - - Belum Panen
Hasilnya adalah tersedianya benih jagung komposit sebanyak 404 Ton.
Hasilnya adalah tersedianya benih kedelai label biru (BR) sebanyak 23 Ton. Kegiatan ini dilaksanakan di 3
(tiga) kabupaten, yaitu :
a. Kabupaten Manggarai Barat, Kecamatan Macang Pacar, Desa Lewat, Kelompok Tani Sumber Jaya, Luas
Lahan 10 Ha, produksi benih berlabel 8 Ton.
b. Kabupaten Manggarai, Kecamatan Reok Barat, Desa Kajong, Kelompok Tani Kajong II, Luas Lahan 15
Ha, produksi benih berlabel 15 Ton.
c. Kabupaten Ngada, Kecamatan Soa, Desa Mengeruda, Kelompok Tani Mata Toto, Luas Lahan 10 Ha,
tidak ada benih yang lolos uji laboratorium.
.4. Perbanyakan benih kacang hijau
Tersedianya benih kacang hijau label biru (BR) sebanyak 5 Ton. Kegiatan ini dilaksanakan di 4 (empat)
kabupaten, yaitu :
a. Kabupaten TTS, Kecamatan Amanuban Selatan, Desa Polo, Kelompok Tani Philia dan Desa Oebelo,
Kelompok Tani Berdikari. Total luas lahan 15 Ha (Laporan dari kabupaten belum ada).
b. Kabupaten TTU, Kecamatan Noemuti, Desa Nifuboke, Kelompok Tani Hidup Baru dan Desa Popnam,
Kelompok Tani Ijao Fukan. Total luas lahan 10 Ha. Kegiatan tidak dilaksanakan karena kurang
tersedianya stok benih label ungu.
c. Kabupaten Belu, Kecamatan Lasiolat, Desa Fatulotu, Kelompok Tani Wematan Lahurus, Desa
Maneiukun, Kelompok Tani Empat Bersaudara dan Desa Derekfaturene, Kelompok Tani Salsa Tunakae.
Total luas lahan 15 Ha produksi benih berlabel 5 Ton.
d. Kabupaten Malaka, Kecamatan Malaka Barat, Desa Rabasa Hain, Kelompok Tani Putra Malaka,
Kecamatan Malaka Tengah, Desa Umakatahan, Kelompok Tani banusu Fehan, Kecamatan Kobalima,
Desa Rainawe, Kelompok Tani Lese Oan. Total luas lahan 10 Ha. Tidak ada benih berlabel karena benih
yang dihasilkan kurang bagus akibat lahan terkena banjir bandang.
.5. Perbanyakan benih kacang tanah
Kegiatan perbanyakan benih kacang tanah yang sedianya akan dilaksanakan di Kabupaten Sumba Timur dan
Sumba Barat Daya tidak jadi dilaksanakan, karena tidak tersedianya Benih Kacang Tanah Label Ungu (BP).
DK BUN 018.05.249031
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan dengan alokasi anggaran
Rp.3.279.510.000,- realisasi Rp.3.279.510.000,- (98,92%) dengan capaian / hasil meliputi :
TP BUN 018.05.249160
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan dengan kegiatan :
1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar alokasi anggaran
Rp.118.048.000,- realisasi Rp.116.771.500,- (98,92%) dengan capaian / hasil meliputi :
a). Pemberdayaan Perkebunan dan Penguatan Kelembagaan tanaman yakni terlaksananya pelatihan
kepemimpinan dan komunikasi (KK) di Kabupaten Ende 60 orang.
b). Terlaksananya kegiatan Pengawalan dan Pendampingan Tanaman Kakao di Provinsi NTT, Kabupaten Flores
Timur, Ende dan Sumba Barat Daya.
2. Peningkatan Produksi dan Produktivitas dan Tanaman semusim dengan alokasi anggaran Rp. 13.850.000-
realisasi Rp. 13.310.000- (96,10 %) dengan capaian / hasil meliputi :
a) Terlaksananya kegiatan pengawalan Penanaman Kapas oleh Provinsi
3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan alokasi anggaran Rp. 27.088.292.000- realisasi Rp.
25.411.677.560- ( 93,81 %) dengan capaian / hasil meliputi :
a) Peremajaan Tanaman Tahunan
Terlaksananya Peremajaan kelapa seluas 200 Ha di Kabupaten Flores Timur, TTS seluas 250 Ha, Malaka
seluas 200 Ha, Manggarai seluas 300 Ha dan Sabu Raijua seluas 100 Ha.
Terbayarnya sisa nilai kontrak dengan pihak ke-3 tahun 2015 untuk kegiatan Peremajaan Tanaman
Terlaksananya Kegiatan Pendampingan Perluasan tanaman Kelapa di Provinsi dan Kabupaten Belu.
Terlaksananya Kegiatan Pendampingan Perluasan Tanaman Jambu Mete di Provinsi, Kabupaten Belu,
Flotim, Ende dan Malaka
Terlaksananya kegiatan Intensifikasi Tanaman Kakao di Kabupaten Ende seluas 850 Ha, Kabupaten
Manggarai Barat seluas 100 Ha, Sumba Barat Daya seluas 100 Ha dan Flores Timur seluas 250 Ha
Terlaksananya kegiatan peremajaan Tanaman Kakao di Kabupaten Nagekeo seluas 100 Ha.
Terlaksananya kegiatan pelatihan pengembangan Eko rumah tangga (PERT) kepemimpinan dan
komunikasi di Kabupaten Ende serta terlaksananya kegiatan pemeliharaan Kl Kelapa tahun ke-3.
Terlaksananya kegiatan pengawalan dan pendampingan tanaman kakao di Provinsi, Kabupaten Flores
Timur, Ende, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat dan Nagekeo
Perluasan tanaman kelapa di Kabupaten Belu seluas 300 Ha, TTU seluas 200 Ha, Lembata 300 Ha.
Perluasan Tanaman Jambu Mente di Kabupaten Belu seluas 300 Ha, Flores Timur seluas 300 Ha, Ende
seluas 300 Ha, Sumba Timur seluas 250 Ha, Malaka seluas 300 Ha. Kemiri Sunan di Kabupaten Belu
seluas 70 Ha.
Terlaksananya kegiatan pengawalan dan pendampingan tanaman kemiri di Provinsi dan Kabupaten
Belu. Tanaman Kelapa di Provinsi, Kabupaten Belu, TTU, Lembata. Jambu Mete di Kabupaten Belu,
Flotim, Ende, Sumba Timur, Malaka, Provinsi, Manggarai dan Sabu raijua.
4. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan alokasi anggaran Rp. 4.000.000-
realisasi Rp. 4.000.000- (100 %) dengan capaian/hasil :
Terlaksananya Kegiatan Pengadaan alat Pasca Panen Kakao di Kabupaten Manggarai Timur.
5. Dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi anggaran Rp. 5.735.675.000- realisasi Rp. 5.341.509.522- (
93,13 %) dengan capaian :
a) Terlaksananya kegiatan pengendalian OPT Tanaman Kakao (Hama Penggerek Buah/PBK) seluas 50 Ha
b) Terlaksanaya kegiatan Petugas Pengamat OPT di Kabupaten
c) Terlaksananya kegiatan Pembinaan dan Sosialisasi mitigasi perubahan iklim di Kabupaten Manggarai Barat.
d). Terlaksananya Kegiatan Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbin pada perkebunan kopi
rakyat di Kabupaten Manggarai Barat.
e) Terlaksananya pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas di 13 desa dan 6 Kabupaten
f) Terlaksananya kegiatan sekolah lapang pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Kakao di Kabupaten Manggarai
Timur.
g) Terlaksananya Kegiatan rapat penanganan kasus.
6. Dukungan Manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan alokasi anggaran Rp. 248.700.000-,- realisasi Rp.
248.258.100- ( 99,82 %) dengan capaian :
- Terlaksananya kegiatan administrasi Tugas Pembantuan
- Tersedianya Pelaksanaan kegiatan pengadaan Barang dan Jasa
7. Pengembangan Tanaman Semusim dengan alokasi anggaran Rp. 987.710.000-,- realisasi Rp. 817.603.000- (
82.78 %) dengan capaian :
- Terlaksananya Kegiatan Penanaman dan Pelatihan pengembangan tanaman Kapas di Kabupaten Sumba
Barat Daya seluas 75 Ha dan Manggarai Barat seluas 75 Ha.
- Terlaksananya kegiatan pengawalan dan pendampingan penanaman kapas di Provinsi, Kabupaten Sumba
Barat Daya dan Manggarai Barat.
- Terlaksananya kegiatan penanganan alat pasca panen kopi dan pertemuan teknis petani di Kabupaten
Manggarai Barat.
- Terlaksananya kegiatan penanganan alat pasca panen pertemuan teknis petani kakao di kabupaten Ende
dan Manggarai Timur.
8. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan alokasi anggaran Rp. 987.710.000-,- realisasi Rp.
817.603.000- ( 82.78 %) dengan capaian :
- Terlaksananya kegiatan pembangunan Tanaman Kopi di Kabupaten Ngada seluas 3 Ha dan Kelapa di
Kabupaten Sikka seluas 10 Ha.
- Terlaksananya kegiatan pemeliharaan kelapa tahun ke-2 dan ke-3 di Kabupaten Flores Timur dan Jambu
A. DEKONSENTRASI
1. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, alokasi anggaran Rp 1.275.000.000,- realisasi Rp.
670.660.850- ( 52,60 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya kegiatan pengelolaan produksi tanaman aneka
kacang dan umbi.
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Sereallia, alokasi anggaran Rp 2.832.000.000,- realisasi Rp. 2.284.666.800- (
80,67 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya kegiatan pengelolaan produksi tanaman sereallia
4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dan Gangguan OPT dan DPI SL-PTT dan SLI, alokasi anggaran Rp
4.454.257.000- realisasi 2.853.419.600- ( 64,06 %) dengan capaian/ hasil :
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) alokasi
anggaran Rp 1.797.422.000- realisasi Rp. 653.304.250- ( 35,35 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya
kegiatan penguatan perlindungan tanaman dari gangguan organisme penggangu tanaman.
Dokumen penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan organisme penggangu (OPT) alokasi
anggaran Rp 2.656.835.000- realisasi Rp. 2.200.115.350- (82,81 %) dengan capaian / hasil : Adanya dokumen
penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan organisme pengganggu (OPT)
5. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 2.428.016.000-
realisasi Rp. 2.165.583.700- (89,19 %) dengan capaian/ hasil: Terdukungnya sistem Manajemen dan teknis
lainnya pada ditjen tanaman pangan.
6. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 1.118.5300.000- realisasi 699.074.100-
(62,50 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan.
Pengembangan Standarisasi dan Mutu, alokasi anggaran Rp 334.500.000- realisasi Rp. 296.353.900- (88,60 %)
dengan capaian / hasil : Adanya standarisasi dan mutu hasil tanaman pangan yang akan diolah dan
dipasarkan;
Pengembangan Pemasarana Hasil dan Investasi, alokasi anggaran Rp 334.500.000- realisasi Rp. 198.259.800-
(59,36 %) dengan capaian / hasil : Tersedianya informasi pasar, promosi dan investasi dan pemantauan stck
hasil tanaman pangan;
Dokumen Pengelolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 450.000.000- realisasi
Rp. 204.460.400- (45,44 %) dengan capaian / hasil : Adanya dokumen pengolahan dan pemasaran hasil
tanaman pangan;
B. TUGAS PEMBANTUAN
1. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, alokasi anggaran Rp 4.446.490.000,- realisasi Rp.
2.425.893.010- ( 54,56 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya kegiatan pengelolaan produksi tanaman aneka
kacang dan umbi.
Penerapan Budidaya Kedelai, alokasi anggaran Rp 4.446.490.000,- realisasi Rp. 2.425.893.010- ( 54,56 %)
dengan capaian / hasil : Terlaksananya Penerapan budidaya kedelai di Kabupaten Flores Timur, Lembata,
Sikka, TTS, Alor, Sumba tengah dan Sabu Raijua.
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Sereallia, alokasi anggaran Rp 79.867.911.000,- realisasi Rp. 20.067.474.200- (
25,13 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya kegiatan pengelolaan produksi tanaman sereallia
Penerapan Budidaya Padi, alokasi anggaran Rp 12.759.726.000,- realisasi Rp. 5.547.911.000- ( 43,48 %)
dengan capaian / hasil : Terlaksananya penerapan Budidaya Padi lainnya di Kabupaten Sabu Raijua, Malaka,
Flores Timur, Lembata, Sikka, TTS, TTU, Rote Ndao, Alor dan Sumba Tengah.
Penerapan Budidaya Jagung dan Serealia lainnya, alokasi anggaran Rp 67.108.185.000,- realisasi Rp.
14.519.563.200- ( 21,64 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya penerapan Budidaya Jagung dan Serealia
lainnya lainnya di Kabupaten Flores Timur, Lembata, Sikka, TTS, TTU, Rote Ndao, Alor dan Sumba Tengah.
Ketersediaan Benih Tanaman Pangan Bersertifikat, alokasi anggaran Rp 1.248.090.000- realisasi Rp.
1.187.736.600- ( 95,16 %) dengan capaian / hasil : Tersedianya Benih Tanaman Pangan Yang Bersertifikat di
Tingkat Lapangan melalui Penguatan Seribu Desa Mandiri Benih.
4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 1.700.970.000-
realisasi Rp. 1.346.312.700- (79,15 %) dengan capaian / hasil : Terdukungnya sistem Manajemen dan teknis
lainnya pada ditjen tanaman pangan.
Dokumen Manajemen Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 1.700.970.000- realisasi Rp. 1.346.312.700-
(79,15 %) dengan capaian / hasil : Tersusunnya dokumen perencanaan, keuangan dan perlengapan, evaluasi
dan informasi kegiatan tanaman pangan.
5. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 44.371.847.000- realisasi Rp.
37.136.925.940- (83,69 %) dengan capaian / hasil :
Sarana Pascapanen Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 43.324.332.000- realisasi Rp. 36.723.559.910-
(84,76 %) dengan capaian / hasil : Tersalurnya alat dan Mesin untuk sarana pasca panen di Kabupaten Belu,
Ende, Flores Timur, Kupang, Lembata, Manggarai, Ngada, Sikka, Sumba Barat, Sumba Timur, TTS, TTU, Rote
Ndao, Manggarai Barat, Alor, Nagekeo, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarao Timur, Sabu Raijua dan
Malaka;
Sarana Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, alokasi anggaran Rp 1.047.515.000- realisasi Rp. 413.366.030-
(39,46 %) dengan capaian / hasil : Tersalurnya alat dan mesin pertanian untuk pengolahan hasil di Kabupaten
Belu, Lembata, Nagekeo dan Manggarai Timur;
Dana Dekonsentrasi
1. Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian kegiatan Layanan Perkantoran dengan alokasi anggaran Rp. 185.800.000,-
realisasi Rp. 126.830.700,- ( 68,26 %, penghematan Rp. 50.000.000,-) dengan capaian / hasil : Dana di blokir/
penghematan kegiatan desain perpipaan Rp. 50.000.000,-
2. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian dengan alokasi anggaran Sebesar Rp. 6.677.850.000,- dengan
realisasi keuangan sebesar Rp. 3.265.772.600,- atau 48,90 % dengan capaian fisik 49,13 % secara rinci sebagai
berikut :
a. Penghematan sebesar Rp. 3.096.800.000) pada pembinaan teknis cetak sawah di NTT/ pemetaan Desain
Perluasan Sawah (SID) seluas 5.000 Ha
3. Pengelolaan Sistem Penyediaan dan pengawasan Alat Mesin Pertanian, kegiatan layanan perkantoran dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 85.170.00,- realisasi Rp. 46.954.000,- atau 55.13 %, penghematan 38.000.000,-
dengan capaian fisik 55,38 % .
4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Ditjen Prasana dan Sarana untuk kegiatan Layanan
perkantoran dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 6.678.850.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp.
5.457.676.300,- atau 81,72 % dengan capaian fisik 83,59 % dengan penghematan Rp. 900.432.000,- hasilnya
adalah lancarnya administrasi kegiatan.
5. Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida dengan alokasi anggaran Rp. 270.610.000,- dengan realisasi keuanan
sebesar Rp. Rp. 139.627.500,- atau 51,60 % dengan capaian fisik 53,80% untuk kelancaran dalam pelaksanaan
Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida secara rinci sebagai beriku;
a). Terlaksananya kegiatan penguatan Komisi Pengawasan Pupuk Pestisida dengan alokasi sebesar Rp.
55.080.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 36.114.000,- atau 65,57 % dengan capaian fisik 100 %
penghematan 18.200.000,-
b). Terawasinya persediaan pupuk dan pestisida di NTT dengan alokasi anggaran sebesar Rp 176.530.000,-
realisasi keuangan sebesar Rp. 76.768.000,- atau 43,49 % dengan capaian fisik 45,38 %. Penghematan
sebesar 93.000.000,-
c). Lancarnya administrasi kegiatan layanan perkantoran dengan alokasi anggran sebesar Rp. 39.000.000,-
realisasi keuangan sebesar Rp. 26.745.500,- (68,58 %) dengan realisasi fisik sebesar 72,33 %. Penghematan
sebesar 3.100.000,-
6. Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan alokasi anggaran
sebesar Rp. 31.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 31.000.000,- atau 100 % dengan capaian fisik 100
% untuk kelancaran Administrasi Kegiatan.
1. Kegiatan Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.360.000.000,- realisasi
keuangan sebear Rp. 800.000.000,- (58,82 %), fisik 85,34 % dengan rincian sebagai berikut :
- Terlaksananya Kegiatan Pegembangan Irigasi Air Permukaan (Irigasi Perpompaan) pada kegiatan Irigasi Air
Permukaan di Kabupaten Malaka dan Lembata sebanyak 12 unit dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
960.000.000,- realisasi keuangan Rp. 800.000.000,- (83,33 %) realisasi fisik sebesar 85,34 % hasilnya adalah
ada penghematan sebesar Rp. 160.000.000 blokir 2 unit perpipaan
- Terlaksananya kegiatan konservasi air dan antisipasi anomali iklim (embung untuk pertanian) pada kegiatan
bagunan knservasi air dan antisipasi anomali iklim di Kabupaten Malaka sebanyak 4 Unit dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 400.000.000,- realisasi keuangan Rp. 800.000.000,- (83,33 %) realisasi fisik sebesar
85,34 % (penghematan sebesar Rp. 160.000.000,-) hasilnya dana diblokir untuk 3 unit embung.
2. Kegiatan Perluasan dan perlindungan Lahan Pertanian dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 56.156.045.000,-
realisasi keuangan sebear Rp. 39.828.990.910,- (70,93 %), fisik 57,91 % dengan rincian sebagai berikut :
- Terlaksananya kegiatan cetak sawah baru pada 18 kabupaten dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
1.360.000.000,- realisasi keuangan sebear Rp. 800.000.000,- (58,82 %), fisik 85,34 %. Realisasi uang lebih
besar dar fisik cetak sawah baru yaitu 71,11 % keuangan 58,03 %. Hal ini disebabkan pengajuan awal 40 %
tidak dapat mencapai fisik cetak sawah karena tekstur tanah berpasir dan kesanggupan pihak ke-3. Setor
kembali ke Kas Negara Rp. 6.675.274.400,-
- Terlaksananya kegiatan pra sertifikasi lahan pertanian pada Kabupaten SBD, Ngada, TTS dan Sumba Timur
dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 220.000.000,- realisasi keuangan sebear Rp. 55.500.000,- (25,23 %), fisik
27,27 %. Dana di Blokir/ penghematan 800 persil pra sertifikasi lahan pertanian (16 paket)
3. Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada ditjen Prasarana dan sarana pertanian dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 1.772.000.000,- realisasi keuangan sebear Rp. 394.033.850,- (22,24 %), fisik 23,65 %
dengan rincian sebagai berikut :
- Kegiatan Prasarana dan sarana Pertanian, dana di blokir/ penghematan kegiatan Padat Karya di Kabpaten
Ende dan Sumba Barat Daya.
- Lancarnya administrasi kegiatan perkantoran dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 419.000.000,- realisasi
keuangan sebear Rp. 394.033.850,- (94,04 %), fisik 100 %
4. Program Fasilitas pupuk dan pestisida dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 23.321.394.000,- realisasi keuangan
sebesar Rp. 23.313.985.400,- (99,84 %), fisik 100 % dengan rincian sebagai berikut :
- Terlaksananya layanan penyaluran pupuk bersubsidi pada kabupaten Lembata dan Malaka dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 23.281.394.000,- realisasi keuangan sebesar Rp. 23.274.049.400,- (99,97 %),
fisik 100 %
- Terlaksananya kegiatan Pengawasan, peredaran pupuk dan pestisida di kabupaten Lembata dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 40.000.000,- realisasi keuangan sebear Rp. 39.936.000,- (99,84 %), fisik 100 %.
DANA DEKONSENTRASI
1. Peningkatan produksi dan produktivitas produk sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan, alokasi
anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 595.000.000- setelah perubahan sebesar Rp 595.000.000- dengan
realisasi keuangan sebesar Rp. 594.018.580,- atau 99,84 %, capaian fisik 100 % secara rinci sebagai berikut :
Kawasan Aneka Cabai, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 595.000.000 setelah perubahan
sebesar Rp 595.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 594.018.580,- atau 99,84 % dengan
capaian fisik 100 %. hasil: Terlaksananya kegiatan kawasan aneka cabai dan tanaman buah seluas 2Ha.
Produksi Benih Tanaman Buah Lainnya, alokasi anggaran sebesar Rp 83.420.000,- dengan realisasi keuangan
sebesar Rp. 77.088.100,- atau 92,41 % dengan capaian fisik 100 % / hasil : Terlaksananya kegiatan
perbanyakan benih sebanyak 6.000 Batang.
Fasilitasi bantuan Penangkar Benih, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 200.000.000,- setelah
perubahan sebesar Rp 53.500.000,- dengan realisasi keuanan sebesar Rp. 53.031.000,- atau 99,12 %
dengan capaian fisik 100 %/ hasil : Terfasilitasinya bantuan sarana sarana prasarana bagi penangkar benih
di lapangan sebanyak 3 Kelompok di Kabupaten TTS dan SBD.
Produksi Benih Bawang Merah, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 450.000.000,- setelah
perubahan sebesar Rp 397.820.000,- realisasi 396.513.800,- (99,67 %) capaian fisik 100 % dengan capaian /
hasil : Terlaksananya kegiatan perbanyakan benih (penyediaan benih sumber, benih sebar dan koleksi
plasma nufta bawang merah) sebanyak 30.000 Kg.
Produksi Benih Jeruk, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 120.000.000,- Setelah perubahan
sebesar Rp 107.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 105.056.800,- atau 98,18 % dengan dengan capaian
fisik 100 % / hasil : Terlaksananya kegiatan perbanyakan benih (penyediaan benih sumber, benih sebar dan
koleksi plasma nufta benih jeruk) sebanyak 6.000 Kg.
Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Perbenihan Hortikultura, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar
Rp 162.230.000,- setelah perubahan sebesar Rp 52.910.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp.
51.810.000,- atau 97,92 % dengan capaian fisik 100 %/ hasil : Terfasilitasinya kegiatan penguatan
kelembagaan perbenihan hortikultura sebanyak 1 Lembaga.
Varietas Hortikultura, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp. 148.650.000,- Setelah perubahan
sebesar Rp 95.450.000,- denan realisasi keuangan sebesar Rp. 95.320.000,- atau 99,86 % dengan capaian
fisik 100 % / hasil : terinventarisirnya penyebaran varietas hortikultura dan terdeterminasinya pohon induk
hortikultura sebanyak 5 varietas di kabupaten/kota.
Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp
771.350.000,- Setelah perubahan sebesar Rp 479.900.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp.
478.556.010,- atau 99,72% dengan capaian fisik 100 %/ hasil : Terlaksananya sertifikasi dan pengawasan
peredaran benih hortikultura sebanyak 40 unit.
3. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Ditjen Hortikultura, alokasi anggaran sebelum perubahan
sebesar Rp 1.953.350,- setelah perubahan sebesar Rp 1.470.000.000- dengan realisasi keuangan sebesar Rp.
1465.778.550- atau 99,71 % dengan capaian fisik 100 % secara rinci sebagai berikut :
Dokumen Perencanaan, Hukum, Kehumasan dan Kepegawaian, alokasi anggaran sebelum perubahan
sebesar Rp 922.470.000,- setelah perubahan sebesar Rp 500.920.000,- dengan realisasi keuangan sebesar
Rp. 497.936.146,- atau 99,40% dengan capaian fisik 100 % / hasil : Tersusunya dokumen perencanaan,
hukum, kehumasan dan kepegawaian sebanyak 16 dokumen.
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Hortikultura, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar
Rp 909.980.000,- Setelah perubahan sebesar Rp 896.480.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp.
895.581.400,- atau 99,90% dengan capaian fisik 100 % / hasil : Tersusunnya laporan pelaksanaan kegiatan
pengembangan hortikultura sebanyak 8 laporan.
Layanan perkantoran, alokasi anggaran sebelum perubahan sebesar Rp 120.900.000,- setelah perubahan
sebesar Rp 72.600.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 72.261.000,- atau 99,53% dengan capaian
fisik 100 % / hasil: Lancarnya kegiatan administrasi perkantoran selama 1 tahun.
4. Peningkatan produksi buah dan florikultura, kegiatan Pembinaan Pengembangan Tanaman Buah dan
Florikultura, alokasi anggaran Rp 211.000.000- realisasi Rp. 204.953.850- (97,13 %) dengan capaian/hasil :
terlaksananya pertemuan, workshop dan pembinaan pengembangan tanaman buah dan florikultura.
5. Pengolahan dan Pemasaran Pengolahan, alokasi anggaran Rp 1.003.500.000,- realisasi Rp. 999.5444.400,-
(99,61%) dengan capaian / hasil :
Sarana Prasarana Pengolahan, alokasi anggaran Rp 250.000.000,- realisasi Rp. 249.100.000,- (99,64%)
dengan capaian / hasil : tersedianya sarana prasarana pengolahan dan pemasaran tanaman hortikultura
sebanyak 5 unit.
Fasilitasi Pemasarana Hortikultura, alokasi anggaran Rp 503.500.000,- realisasi Rp. 500.744.400,- (99,45%)
dengan capaian / hasil : Terfasilitasinya kegiatan pemasaran hortikultura dengan pola sistem informasi
pasar.
Sarana Prasarana Pascapanen, alokasi anggaran Rp 250.000.000,- realisasi Rp. 249.700.000,- (99,88%)
dengan capaian / hasil : Tersedianya sarana prasarana pasca panen tanaman hortikultura sebanyak 15 unit.
Desa Organik Berbasis sayuran/ Tanamam Obat, alokasi anggaran Rp 220.000.000,- realisasi Rp. 219.233.000,-
(99,65 %) dengan capaian / hasil : Terlaksananya pembinaan, pendampingan Desa Organik berbasis Tanaman
Buah/ Florikultura pada 2 desa.
2. Dukungan manajemen dan Teknis lainnya pada ditjen Hortikultura dengan dukungan dana sebesar Rp.
950.000.000,- Realisasi keuangan Rp. 946.037.550.-atau 99,58 % dan capaian Fisik 100 %.
Tersusunnya Dokumen Perencanaan, Hukum, Kehumasan dan Kepegawaian dengan dukungan dana
sebanyak 2 dokumen.
Tersusunya Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Hortikultura sebanyak 2 laporan.
Lancarnya kegiatan administrasi perkantoran selama 1 tahun
3. Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura dengan dukungan dana sebesar Rp 2.280.000.000,- dengan Realisasi
keuangan sebesar Rp 2.251.344.700 atau 98,74 %. Fisik 100 %
Terlaksananya identifikasi , fasilitasi bantuan kepada petani dan pembinaan pengembangan tanaman buah
dan florikultura seluas 50 Ha.
Terlaksananya identifikasi , fasilitasi bantuan kepada petani dan pembinaan pengembangan kawasan jeruk
seluas 50 Ha di Kabuapten TTS dan Ngada.
Terlaksananya identifikasi , fasilitasi bantuan kepada petani dan pembinaan/ pendampingan desa organik
berbasis tanaman buah/ florikultura di Kabupaten Ngada.
Permasalahan
Adapun permasalahan program dan kegiatan yang dihadapi dalam tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Masalah/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program/kegiatan baik dari Dana Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan maupun APBD I yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT pada Tahun Anggaran
2016 yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pembangunan dan berdampak pada kurang optimalnya pencapaian sasaran
program. Secara umum masalah masalah tersebut adalah kurangnya koordinasi instansi di tingkat provinsi/kabupaten
dengan di tingkat lapangan, kurang adanya sosialisasi petugas/tenaga pendamping usaha kelompok serta terjadinya
fenomena iklim El Nino yang mengakibatkan adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan pertanaman.
Sedangkan adapula masalah masalah teknis dan non teknis lainnya yang turut mempengaruhi kinerja
pembangunan adalah :
e. Perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) masih sering manjadi ancaman bagi pelaku usaha/petani yang
mengakibatkan kehilangan hasil dan sumber pendapatan;
f. Masih terbatasnya kemampuan kelembagaan petani dalam mengakses informasi dan komunikasi, modal dan peluang
pasar;
g. Masih terlambatnya pelaksanaan pelelangan sehingga penyaluran sarana produksi mengalami keterlambatan.
Langkah Langkah antisipatif yang diambil terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi tersebut adalah (1)
mendorong kerjasama antar pemerintah kabupaten dalam mengembangkan sentra produksi dalam kawasan usaha
pertanian/ perkebunan yang didasarkan pada sebaran sumberdaya, sehingga dapat diperoleh jumlah dan kapasitas produk
yang terkonsentrasi secara ekonomis, dan meningkatkan dukungan pembiayaan dari pemerintah kabupaten, optimalisasi
perangkat perlindungan tanaman dalam penanganan organisme pengganggu tanaman dan gangguan usaha perkebunan
lainnya serta mengembangkan kerjasama dengan lembaga penelitian, (2) Melaksanakan pelatihan, pendampingan dan
pengembangan kemitraan usaha, (3) meningkatkan sosialisasi melalui berbagai media untuk menghasilkan kesamaan
pandangan dalam upaya pengembangan agribisnis pertanian dan perkebunan. (4) mempercepat proses pelelangan.
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur telah diidentifikasi ke dalam
indikator penilaian kinerja : In Put, Out Put, Out Comes, Benefit dan Impact. Hasil pengukuran kinerja dinas tahun 2016
merupakan evaluasi kinerja atas hasil pelaksanaan pembangunan sektor pertanian dan perkebunan yang dibayai dana
APBN (Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, DAK) maupun APBD I. Namun dengan berbagai kendala yang ada
pengukuran kinerja tersebut belum dapat dilaksanakan secara cermat dan obyektif yang menggambarkan kondisi riil
baik menyangkut hasil produksi, nilai tambah secara ekonomi maupun dampak dalam pelaksanaan program kegiatan
pada tahun 2016 bagi kepentingan petani dan masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
4.2. Saran
Untuk menindaklanjuti berbagai realisasi pencapaian dalam tahun 2016 dan mengeliminir semua permasalahan
yang dihadapi maka disarankan agar :
a) Perlu ditingkatkan koordinasi, keterpaduan dan kerjasama yang baik dengan semua unsur terkait (Stakeholder)
dalam pelaksanaan pembangunan pertanian dan perkebunan di Provinsi NTT baik internal maupun eksternal
dalam mewujudkan Visi dan Misi demi peningkatan pendapatan, ketersediaan lapangan kerja dan kesejahteraan
masyarakat petani;
b) Perlu dukungan dana dalam pengembangan tugas pokok dan fungsi dinas maupun UPTD (Pembenihan,
Pengawasan dan Sertifikasi Benih,Proteksi Tanaman TPH dan Pengolahan kebun Dinas dan Lab Hayati) terutama
dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia aparatur sebagai pengelola pembangunan pertanian itu sendiri,
sehingga dapat mendukung pelaksanaan program/proyek pertanian dan perkebunan secara lebih berdayaguna
dan berhasil guna.
c) Program/kegiatan yang diusulkan hendaknya merupakan prioritas bagi pencapaian setiap Misi dan Tujuan yang
telah ditetapkan sehingga secara keseluruhan dapat menjawab visi dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang telah digariskan dalam Rencana Strategis;
d) Tingkatkan pengendalian internal untuk memastikan terlaksananya program kegiatan sesuai target, serta
teremilinirnya berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan.
Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2016 ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur,
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN