Thu PDF
Thu PDF
INDUSTRI TAHU
(Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten)
EMAWATI
i
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis Oleh :
Nama : Emawati
NIM : 102092026373
Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus:
Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten)
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
ii
PENGESAHAN UJIAN
Tim Penguji
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
iii
PERNYATAAN
Emawati
102092026373
iv
RINGKASAN
v
tahun ke-6, 7, 8, 9 sebesar 22,49, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 adalah
sebesar 7,73 dan 30,63.
Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan
keemapat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga
kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%,
sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%,
harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan
penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan
penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis
sensitivitas dengan 40% modal pinjaman sensitiv terhadap perubahan penurunan
penerimaan sebesar 10%, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal
penurunan penerimaannya adalah sebesar 1%. Selain itu, kenaikkan harga kedelai
sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan
usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi
kenaikkan harga solar sebesar 10%.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Alhamdulillaahirabbilaalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial
Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang
telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang diridhoi
oleh-NYA.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan
keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun dalam tahap
penyelesaiannya. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Allah SWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah
memberiku segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan
yang membuat sulit menjadi mudah.
2. Ayahanda Mustain dan Ibunda Suud tercinta, yang telah memberikan
segala cinta, doa, kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil
selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai.
Adikkku tersayang Achmad Thoriq (Alm) yang telah memberikan
semangat hidup untukqu, sebenarnya aq masih ingin merawatmu (semoga
adinda bahagia dialam sana). Untuk kakakku Achmad Haidar, meskipun
kakak amat keras, tapi aq sangat bersyukur telah diberikan saudara yang
sayang sama aq.
3. Ma2 Yam, yang telah memberikan segala bantuannya selama ema tinggal
dirumah ma2 yam. Ma2 Ming dan Ami Amad yang telah memberikan
pinjaman printernya untuk kelancaran skripsi ini. Untuk semua saudara
vii
sepupuku yang telah mengisi hari-hariqu sehingga ema tidak kesepian
selama tinggal jauh dari orang tua, meskipun kalian semua bandel ema
tetap sayang sama kalian.
4. Ir. Setyo Adhie, MM sebagai dosen pembimbing I dan Eny Dwiningsih,
STP, M.si sebagai dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa yang telah bapak
dan ibu berikan kepada penulis.
5. Dr. Elphawati, Ir, MP dan Drh. Zulmanery, MMA selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini.
6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M,si selaku
Ketua serta Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
8. Seluruh dosen jurusan agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu-persatu yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam
proses perkuliahan.
9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, Mba Nely, dan seluruh staf akademik yang telah
memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang
dibutuhkan penulis.
10. Bapak Parkudi Lubis selaku pemilik UD. Tahu Bintaro, bapak Ilham
selaku manajer operasional, mba Dani dan mba Sri yang telah banyak
menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan
penelitian.
11. Nandang.P yang tak pernah kenal waktu dalam memotivasi serta
menemani penulis ketika menghadapi masalah.
12. Sobat dekatqu yang selalu setia mengisi hari-hariqu dalam perkuliahan;
Lala, Umi, C-nul, Evi sumpah gw ga pernah nyesel punya temen kalian
bmpat, Mauliyah yang telah membantu penulis dalam memback-up data
selama proses penulisan, teman seperjuanganqu Eq dan Lu2e, B-ron yang
viii
telah berkorban buat gw sampai kakinya kegencet motor sumpah gw ga
enak bgt sm loe, dan teman-teman KKN tangkil yang lain; mpo iyeh,
Ncex sencex-nceknya, Chilipha, Mpa, Ghulam, Zami, Om Zaky, Arul
SPSS, China lampung (Ano), Dika, Taufik, Dori, Apri, Cemen, Jaink,
Nana, Ray, Cueb, Soy serta temanteman seperjuangan lain: Yani makasih
atas basecampnya selama ini, Amel, Rani, Lince, Iman, Hoerin, Coky,
Nofarita, Marhona, Linu, Mair.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi, Akhir kata semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta
segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Emawati
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
RINGKASAN ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
x
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 34
4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan................................... 34
4.2. Struktur Organisasi ................................................................. 35
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Pertanyaan...................................................................................... 80
6. Volume Penjualan Per Hari Dan Harga Produk Natura Tofu ................... 90
16. Rekapitulasi Biaya Dan Manfaat UD. TB (100% Modal Sendiri).......... 100
xv
21. Aliran Kas UD. TB (30% Modal Pinjaman)........................................... 104
xvi
36. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 119
42. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................. 127
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait satu sama
lain, dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah
(2002: 244), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas,
Saragih (2004: v), kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB)
baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk
meningkatkan usahanya.
terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu
dan Sudantoko, 2002: 244). Selain dapat menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan nilai tambah bagi produk
Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah pabrik
pembuatan tahu, hal ini terjadi karena konsumen tahu sangat luas, mencakup
semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah
xviii
dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk
Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk
pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami
Tahun Konsumsi
1990 4,42
1993 5,04
1996 5,36
1999 6,08
2000 7,70
2004 6,71
Sumber: BPS, 2005
adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini
sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Menurut
Sarwono dan Saragih (2004: 2), tahu seringkali disebut sebagai daging tidak
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 3), protein tahu lebih tinggi
xix
Tabel 2. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering)
ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi
produsen untuk menghasilkan produk tahu yang tanpa bahan pengawet sesuai
pengawet adalah UD. Tahu Bintaro. Dengan demikian, maka perusahaan seperti
ini patut untuk dikembangkan, mengingat permintaan konsumen akan produk tahu
yang aman bagi kesehatan. Selanjutnya penulis ingin meneliti kelayakan finansial
tahu tersebut.
kecil (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 225-226). Lain halnya dengan yang terjadi
xx
pada UD. Tahu Bintaro, perusahaan ini memiliki modal yang cukup kuat dan
keseluruhan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang diterima atas biaya yang
dikeluarkan pada perusahaan ini belum mencapai hasil yang maksimal, karena
modal awal yang cukup besar untuk bangunan, serta pembelian mesin dan
peralatan.
2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
adalah:
2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
1. Bagi pelaku usaha tahu, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi dan
xxi
2. Bagi investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha tahu.
yang berguna tentang kelayakan finansial usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro
4. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan memperkaya bahan acuan (pustaka) dalam rangka penelitian lanjutan atau
peneliti sejenisnya.
xxii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teu
berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu
dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd
Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyarian
kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih, 2004:
2). Pengertian tahu menurut Adisarwanto (2005: 90), tahu adalah produk
berbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain tahu putih atau tahu biasa,
dipasar juga dikenal berbagai tahu komersil yang sudah memiliki nama dan berciri
1. Tahu Sumedang
Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini
merupakan lembaran-lembaran tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur
lunak dan kenyal.
2. Tahu Cina
Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal
xxiii
3. Tahu Kuning
Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning
4. Tahu Sutera
Tahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, tahu yang berasal dari
bahan baku utama, dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang digunakan
Bahan baku utama tahu adalah kacang kedelai, terutama kedelai kuning.
Persyaratan bahan baku tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap,
dengan penambahan air. Jadi jumlah dan mutu protein kedelai amat penting
dipertimbangkan saat memilih bahan baku (Sarwono dan Saragih, 2004: 14).
tahu tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontinue. Namun
demikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidak
selama ini sebagian besar berasal dari kedelai impor. Hal ini bisa terjadi di
xxiv
Indonesia karena kurang tersedianya stock kedelai lokal di pasaran, sehingga
tahu, digunakan bahan pembantu agar bahan baku (kedelai) dapat diproses lebih
padat pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan
yaitu batu tahu atau sioko, biang tahu (Whey), dan Glucono-Delta-Lacton
digunakan untuk pembuatan tahu adalah biang tahu bagi usaha yang sudah
rutin produksinya dan bagi usaha yang baru akan memulai usahanya, bahan
penggumpal yang digunakan adalah asam cuka makanan (asam asetat) pekat.
b. Pewarna
Ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna
yang diberi pewarna alami ini cukup mudah dikenali karena pada
pewarna makanan dan bukan bahan pewarna cat atau kain selain dilarang oleh
xxv
c. Antibusa
bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakan dalam
pembuatan tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dan silicone
d. Air
Air sangat berpengaruh pada mutu tahu, oleh karena itu air yang
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan
Tahu sutera atau tahu lunak ini berasal dari Jepang. Disebut tahu sutera
atau tahu lunak karena teksturnya sangat lunak dan lembek, karena dalam
menyebabkan tahu sutera tidak tahan lama. Menurut Sarwono dan Saragih (2004:
43-45), proses pembuatan tahu sutera dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagia berikut:
sama dengan pembuatan sari kedelai pada pembuatan tahu keras. Tahap
xxvi
Sari kedelai yang baru disaring dipindahkan dengan penyiduk ke
baki logam antikarat. Dari baki ini, sari kedelai dipindahkan ke baki lain
yang bagian dalamnya telah dibalur dengan larutan asam sulfat. Suhu saat
sutera mempunyai rasa udang, daging sapi, atau telur ayam, sari kedelai
yang telah disaring dapat dicampur dengan perasa tersebut. Sari kedelai
sampai suhu 130C selama 2-5 detik dengan sistem UHT (ultra high
aseptik dalam plastik yang tertutup rapat. Plastik yang berisi sari kedelai
menit agar terjadi penggumpalan protein. Setelah itu didinginkan dalam air
mengalir.
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 32-35), proses pembuatan tahu lokal
xxvii
a. Pembuatan Sari Kedelai
Biji kedelai dibersihkan dari kotoran atau benda asing, seperti kerikil,
pasir, dan sisa tanaman. Biji kedelai yang sudah bersih direndam selama 8-12
sedikit demi sedikit. Kedelai yang telah menjadi bubur ditampung dalam
wadah logam antikarat atau tong kayu, kemudian dimasak dan selama
yang telah diendapkan selama satu malam. Pada saat penambahan sioko,
kain, lalu bagian atas juga ditutupi dengan kain serupa dan papan. Dimana
xxviii
atau hingga air tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai dengan
330), pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
milyar rupiah).
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
xxix
2.1.2.2.Karakteristik Usaha Kecil
2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis di bangun, tetapi juga saat
untuk waktu yang tidak di tentukan (Umar, 2003: 8). Menurut Ibrahim (2003: 1),
xxx
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
1. Aspek Pemasaran
Menurut Ibrahim (2003: 118), aspek taknis produksi adalah aspek yang
produksi.
proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama
xxxi
Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan
proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya
dimaksudkan agar perusahaan dapat terhindar dari kelangkaan SDM pada saat
dibutuhkan maupun kelebihan SDM pada saat kurang dibutuhkan (Umar, 2003:
161-162).
suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yanng
4. Aspek Hukum
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,
xxxii
yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
5. Aspek Sosial
kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga
jawab sosial.
meningkatkan skill pekerja tetapi juga sikap mental tenaga kerja yang
xxxiii
6. Aspek Dampak Lingkungan
lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi. AMDAL hasil studi
Aspek ini harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
7. Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena
sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil
yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan
bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
xxxiv
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkan
atau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya
a. Cash Flow
menurut Haming dan Basalamah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi
1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis
bersifat rutin.
2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis
xxxv
b) Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan
operasi komersial.
1) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003: 200).
198).
4) Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa
proyek. Menurut Sofyan (2004: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio
xxxvi
dengan biaya yang di keluarkan untuk merealisasikan rencana
1994: 45).
2.1.3.3.Analisis Sensitivitas
proyek. Menurut Fatah (1994: 96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji
sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang
dipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi,
menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadap bunga
pinjaman.
mempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Net B/C Ratio, Break
Even Value (BEP), serta Return Of Investment (ROI) setelah terjadi perubahan.
xxxvii
2.2. Penelitian Terdahulu
penelitian menunjukkan bahwa usaha pengrajin tempe biasa dan tempe Malang di
Kota Bogor layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dengan hasil analisis
kriteria kelayakan berikut: NPV pengrajin tempe biasa positif yaitu sebesar Rp
tempe biasa dan tempe Malang lebih tinggi dari tingkat diskonto 13 persen yaitu
35 persen pada tempe biasa dan untuk tempe Malang 32 persen; Net B/C Ratio
pada tempe biasa dan tempe Malang yaitu 1,59 untuk tempe biasa dan 1,47 untuk
tempe Malang.
tempe Malang sangat sensitiv terhadap perubahan bahan baku (kedelai) dan
penurunan harga output. Menurut analisis switching value perubahan yang dapat
ditolerir oleh pengrajin tempe biasa untuk perubahan harga bahan baku tidak
boleh naik lebih dari 5,3 persen dan untuk tempe Malang 6,9 persen. Perubahan
harga output yang masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3
bahwa usaha tahu Sumedang baik pada skala usaha menengah maupun skala
usaha kecil layak untuk diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, IRR, dan Net
xxxviii
memperhitungkan pajak penghasilan. Namun jika dibandingkan antara skala
usaha menengah dan kecil, maka manfaat proyek lebih dirasakan oleh pengusaha
pada skala menengah. Hal ini terlihat dari nilai kriteria yang diperoleh lebih baik
Sumedang ini relatif cepat. Pengembalian investasi untuk skala usaha menengah
adalah selama 9 bulan lebih singkat dibandingkan pada skala usaha kecil yaitu
terjadi perubahan input dan output usaha tahu Sumedang ini. Namun demikian
cepat.
menjadi tahu Sumedang ini menunjukkan kepekaan usaha ini terhadap perubahan
yang terjadi pada saat terjadi penurunana harga jual output (tahu) sebesar 17
persen dan peningkatan harga input (kedelai) sebesar 14 persen dengan tingkat
diskonto 15 persen dan 19 persen. Pada skala usaha menengah kepekaan yang
nyata dalam ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi peningkatan harga
input (kedelai) bersamaan dengan penurunan harga jual tahu pada kedua jenis
tingkat diskonto dan masih layak diusahakan pada saat terjadi penurunan harga
jual tahu tanpa adanya peningkatan harga kedelai. Pada skala usaha kecil
ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi penurunan harga output (tahu),
penurunan harga output yang diikuti oleh peningkatan harga kedelai pada kedua
xxxix
tingkat diskonto yang digunakan. Kondisi tesebut memperlihatkan kepekaan yang
dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Dalam
aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi:
aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek
hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk
oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow
kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk
keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dianalisis dengan BEP. Selain itu,
alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan
mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya
xl
Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada perusahaan tahu
tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila
usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan,
sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harus mengadakan
xli
Analisis Kelayakan Usaha
UD. Tahu Bintaro
1. Cash Flow
Inflow
Outflow
2. Kriteria Kelayakan Investasi:
NPV
IRR
PP
Net B/C Ratio
BEP
ROI
3. Analisis Sensitivitas:
Penerimaan Turun 10%
Harga Kedelai Naik 12%
Harga Solar Naik 10%
Biaya Operasional Naik 10%
xlii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro yang
beralamat di JL. Kampung Rawa Barat No. 11, Bintaro Sektor IX. Pemilihan
cukup besar. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Data
berbagai pihak terkait dalam topik penelitian, sedangkan data skunder diperoleh
xliii
b. Wawancara atau interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung
dengan wakil Direktur Utama dan karyawan yang memiliki informasi yang
diperlukan.
a. Proses membaca
b. Penelitian terdahulu
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel,
Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.
Microsoft Excel.
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara
menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
xliv
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka baru
ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan
n CFt
NPV = - Io
t
t=1 (1 + K)
Dimana:
ataupun ditolak.
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan nilai
NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka
xlv
positif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan
sebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount faktor yang
sebagai berikut:
NPV1
IRR = i1 + x (i2 i1)
(NPV1 NPV2)
Dimana:
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), metode Payback Period (PP)
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitunghan
kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan
penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika
xlvi
Payback Period = Investasi = xxx
Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
Sisa = xxx
dst
Untuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran
kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaat bersih
negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittingar, 1986: 401). Secara matematis
t=n Bt Ct
t=1 (1 + i)t NPV Positif
Net B/C Ratio = =
t=n Bt Ct NPV Negatif
-
t=1 (1 + i)t
Dimana:
NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.
NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
xlvii
4.4.5. Break Even Point (BEP)
BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada
tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan
tidak pula mengalami kerugian (Rahardi dan Hartono, 2003: 70). Secara
Total biaya
BEP Produksi =
Harga penjualan
Total biaya
BEP Harga =
Total produksi
dapat dilakukan dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan total
dan Jakfar, 2004: 206). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
xlviii
perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan
harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini
datang.
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C
Ratio, dan Payback period jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis.
ini adalah: (1) penurunan penerimaan sebesar 10%, (2) peningkatan harga kedelai
sebesar 12%, (3) peningkatan harga solar sebesar 10%, (4) peningkatan biaya
penerimaan, kenaikkan harga solar, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10%
didasarkan pada terjadinya laju inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 7).
persentase nilai tertinggi dan terendah yang dicapai oleh rupiah terhadap dollar
Kajian analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah jika keempat variabel
analisis yang digunakan menyatakan layak, maka dari keempat variabel tersebut
tidak layak, maka secara otomatis variabel tersebut tidak dapat dikombinasikan.
xlix
3.5. Definisi Operasional
1. Ningari adalah air laut yang diproses dengan cara dipanaskan dan penyulingan
diperhitungkan yaitu manfaat yang dapat diukur, misalnya hasil dari penjualan
tahu.
3. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan. Arus biaya ada dua
4. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.
usaha. Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada
l
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
UD. Tahu Bintaro merupakan industri kecil yang bergerak pada usaha
pengolahan kedelai menjadi tahu. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh bapak Parkudi Lubis yang
adalah berawal dari pemilik yang sangat gemar mengkonsumsi tahu, sehingga dari
Natura Tofu Indonesia. Pemilihan kata Natura Tofu Indonesia pada nama
perusahaan tersebut berdasarkan pada produk yang dihasilkan yaitu berupa tahu
yang terbuat dari bahan tanpa pengawet yang di produksi oleh perusahaan dalam
negeri (Indonesia).
Terbatas (PT) tersebut diganti dengan Usaha Dagang (UD) yang kemudian
cakupannya terlalu luas. Pemilihan kata Tahu Bintaro pada nama baru perusahaan
tersebut berdasarkan pada jenis produk yang mereka hasilkan dan nama wilayah
sekarang masih digunakan sebagai merek dagang dari produk yang dihasilkan.
li
UD. Tahu Bintaro merupakan anak perusahaan dari Cosmo (supermarket
Jepang) yang terletak di Grand Wijaya, Jakarta. Industri ini berlokasi di Jl.
Kampung Rawa Barat No. 11 Bintaro Sektor IX. Pabrik ini terletak di tengah
pemukiman penduduk.
rapat. Dirut memiliki seorang wakil yang merangkap sebagai manajer operasional
yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan,
karyawan.
atau stok produk, bagian ini membawahi bagian distribusi dan keamanan.
bagian keamanan ini tugasnya juga merangkap sebagai pengantar pesanan bila
2. Bagian keuangan tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang
yang bertugas mencatat jumlah stock bahan baku, bahan pembantu, bahan
lii
pengemas, bahan bakar. Bagian umum membawahi bagian kebersihan yang
supervisor produksi tahu line dan tofu line yang masing-masing bertugas
sebagai leader yang bertanggung jawab terhadap timnya pada saat proses
produksi berlangsung.
Direktur utama
Manajer Operasional
Bagian umum
Salesman
Distribusi Keamanan
Kebersihan
Kepala Produksi
liii
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P,
yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan
perusahaan.
1. Produk
a. Produk utama
berdasarkan proses produksinya, yaitu tahu lokal dan tofu. Perbedaan antara
kedua jenis produk tersebut selain pada proses produksinya, juga pada
dan ada juga yang tidak misalnya, produk tahu bahan penggumpalnya
memakai ningari dan cioko, sedangkan untuk produk tofu memakai ningari
dan GDL. Adapun jenis produk yang dihasilkan terdapat pada Lampiran 6.
b. Produk sampingan
tahunya adalah sebesar Rp 5000,- per karung dengan volume 8-10 karung
per hari.
2. Harga
Harga produk Natura Tofu berbeda-beda sesuai dengan jenis tahu yang
liv
yang tertera pada brosur promosi (Lampiran 6), akan tetapi untuk pelanggan tetap
dengan pembelian skala besar diberikan diskon sebesar 10 persen. Hal tersebut
yang akan diberikan kepada konsumen akhir tidak terlalu tinggi (melebihi harga
3. Promosi
Penyebaran brosur dilakukan oleh bagian distribusi pada saat pengantaran dan
penjualan produk Natura Tofu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta
perusahaan itu sendiri yang langsung diberikan kepada setiap konsumen baru
produk (label), diantaranya: merek dagang yang dipakai yaitu Natura Tofu,
komposisinya terbuat dari cioko, ningari, GDL, dan garam tanpa bahan pengawet.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk promosi adalah sebesar Rp 350.000,- per
4. Distribusi
yang merupakan induk perusahaan, dan Tip-Top. Selain itu, juga untuk restauran
Jepang seperti Hoka-Hoka Bento dan restauran Jepang lainnya termasuk cabang
dari restauran tersebut, dengan harga diskon sebesar 10%. Biaya untuk
lv
pendistribusian ditanggung oleh UD. Tahu Bintaro yaitu sebesar Rp 85.000,-
per hari.
batas minimum order, yaitu sebesar Rp 15.000,- untuk wilayah Bintaro sektor I
sampai dengan IX dan Rp 35.000,- untuk wilayah diluar komplek Bintaro, selain
itu, perusahaan juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa
adanya batas minimum pembelian dengan harga sesuai brosur. Adapun rantai
Supermarket
Restauran Jepang
1. Lokasi usaha
seperti dekat dengan jalan raya dan perumahan, serta fasilitas umum lainnya,
lvi
2. Bahan baku
harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan
kedelai dari pasar Cileduk dengan harga rata-rata Rp. 4000,- per kg. Dalam jurnal
sebesar 200 kg per hari untuk tahu line, sedangkan untuk tofu line sebesar 60 kg
per hari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 6,24 ton kedelai
bahan penggumpal (ningari, GDL, cioko, dan garam), serta bahan tambahan rasa
(kunyit, telur, kemiri dan bawang putih). Biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan bahan pembantu dalam proses produksi terdapat dalam Lampiran 10.
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk tahu line dan
lvii
4. Teknologi
merebus bubur kacang, pada tahu line ini dalam proses selanjutnya masih
menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang
masih menggunakan tanggok, kain, dan tahang (digedog), pencetakan yang masih
menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk memotong tahu yang telah melalui
tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada proses
langsung, akan tetapi untuk penyimpanan produk jadinya tahu line menggunakan
chiller.
digunakan pada tofu line ini memiliki tingkat teknologi yang modern. Hal ini
dapat dilihat mulai dari proses pengupasan kedelai yang menggunakan mesin
penyimpanan produk jadi tofu line sama dengan tahu line yaitu menggunakan
chiller.
lviii
Mesin dan alat-alat penunjang operasional lain yang dibutuhkan untuk
tahu dan tofu line adalah mesin expayer, mesin pompa air, tungku pemasakan, bak
stainless steel, tabung susu, box culler, countainer, kain sutra, tatakan stainless
steel, alat ukur kekentalan susu (atago), dan ember perendaman. Adapun biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian mesin dan alat penunjang operasional terdapat
5. Proses produksi
Perbedaan proses produksi yang mendasar antara jenis tahu line dan tofu
line terletak pada aktivitas pengupasan kulit kering kedelai dan proses
pasteurisasi yang dilakukan oleh jenis tofu line. Proses pasteurisasi merupakan
perlakuan kepada produk tofu line dari kondisi suhu tinggi (panas) ke kondisi
Proses produksi kelompok produk tahu line sangat sederhana yaitu terdiri
dibedakan atas penggunaan kemasan. Untuk kelompok tofu line kemasan kotak
gumpalan tahu dalam kotak tray dan ditaruh pada cetakan loyang stainless yang
kemasan tube dilakukan proses vacum pada kemasan tube setelah penggumpalan
lix
6. Layout
tahu lokal berukuran 4x6, pabrik tofu berukuran 16x6 yang termasuk didalamnya
adalah gudang bahan pembantu, untuk gudang bahan baku berukuran 8x5 yang
digunakan juga untuk proses pengupasan kedelai, kamar tidur pekerja (mess)
berukuran 3x3, kantor berukuran 2,5x5, dan untuk pos security berukuran 2x2,
20x10. Sisa lahannya dimanfaatkan untuk tanaman organik, kolam ikan, dan
kandang hewan ternak. Adapun layout UD. Tahu Bintaro terdapat dalam
Lampiran 2.
pemasukkan yang terjadi dalam perusahaan yang dilaksanakan secara rutin satu
kali dalam seminggu. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.0016.00 WIB
dengan waktu istirahat 1 jam. Perusahaan memberikan libur kerja pada hari
mengambil dari berbagai tingkatan yaitu mulai dari SD sampai perguruan tinggi,
lx
akan tetapi perusahaan lebih mengutamakan kemauan dan kemampuan kerja
tingkat pendidikan pekerja pada UD. Tahu Bintaro terdapat pada Lampiran 5.
Sistem penggajiannya adalah per bulan untuk tenaga kerja tidak langsung,
sedangkan untuk tenaga kerja langsung bagian produksi adalah per minggu. Gaji
terendah yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan standart ketentuan dari
wilayah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp. 800.000,-, sedangkan untuk gaji
serta tenaga kerja tidak langsung lainnya terdapat dalam Lampiran. 12.
diukur dari loyalitas, kinerja, komitmen, absensi, inisiatif, dan kemauan yang
tinggi untuk bekerja. Insentif diberikan berupa uang dengan jumlah beragam.
Fasilitas yang terdapat perusahaan berupa mess diberikan bagi tenaga kerja
langsung yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi pabrik, selain itu perusahaan
dengan cara mengganti biaya pengobatan sebesar 50%, apabila ada keluarga
Secara hukum, keberadaan UD. Tahu Bintaro telah terdaftar. Hal ini
terbukti dengan adanya surat izin yang dimiliki yaitu domisili usaha dengan
lxi
nomor 503/04/Ek.Bang/Ds.Pd.P pada tanggal 11 Agustus 2005 yang dikeluarkan
oleh kepala desa pondok Pucung, Izin Usaha Perdagangan (IUP) dari Departemen
2005, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan pada tanggal 11
Perusahaan juga memiliki surat izin dari Badan Pengawas Obat dan
meningkatkan mutu hidup masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena dalam
tahun oleh perusahaan. Fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat juga dapat
dilihat dari pemberian sumbangan setiap kali ada permohonan bantuan yang
masuk ke perusahaan, misal acara 17 Agustus, acara Maulid Nabi, dan lain-lain
lxii
5.6. Aspek Dampak Lingkungan
lingkungan karena limbah padat yang dihasilkan berupa ampas tahu langsung
dijual kepada peternak sebagai pakan ternak dengan harga Rp 5000,- per karung,
sedangkan untuk limbah cair diberikan perlakuan khusus yaitu sistem netralisir
atau yang diberi nama aerodinamis. Pembuangan limbah cair hasil aerodinamis
yang sudah bersih pun tidak dibuang ke dalam sungai daerah setempat, akan tetapi
besar dan 1 unit kolam kecil. Adapun tahapan untuk proses aerodinamis adalah
sebagai berikut:
2. Kolam besar pertama terdiri dari 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan
batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai
skat delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama air limbah diberi
3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai
penyerapan.
lxiii
Kolam 3 Kolam 2
Kolam
Keterangan:
penyaringan
= ijuk
= pasir
= batu koral
= tutup
R. Produksi
= saringan kawat
aktivitas bekerja ditambah lagi suara yang ditimbulkan oleh mesin yang
bulan.
sebesar Rp 1.183.068.068 (satu milyar seratus delapan puluh tiga juta enam puluh
lxiv
delapan ribu enam puluh delapan rupiah). Digunakan untuk biaya aktiva adalah
perusahaan.
adalah berasal dari modal sendiri (induk perusahaan). Dalam penelitian ini,
5.7.2. Biaya
tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar
Rp 14.600.000 per bulan (Lampiran 12), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya
operasional yaitu sebesar Rp 67.013.068 per bulan. Biaya tidak tetap ini
digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan, batu es, bahan bakar, biaya
listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, promosi, serta biaya lain-lain
bulan (Lampiran 14). Adapun biaya UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 3.
lxv
Tabel 3. Komponen Biaya UD. Tahu Bintaro Per Bulan
5.7.3. Manfaat
Manfaat usaha ini diperoleh dari nilai penjualan hasil produksi yang terdiri
dari manfaat utama dan manfaat tambahan. Manfaat utama adalah hasil penjualan
(Lampiran 15).
Volume penjualan tahu dan ampas tahu diperkirakan mencapai 90% dari
produk yang kembali (tidak terjual) sebesar 10%. Harga jual diasumsikan 70%
dari harga diskon dan 30% dari harga brosur, karena sebagian besar penjualannya
dilakukan dengan skala besar sehingga harga yang diberikan sebagain besar juga
merupakan harga diskon. Penjualan tahu lokal diasumsikan 24 kali dalam satu
lxvi
bulan, sedangkan penjualan tofu tube dan tofu kotak masing-masing 12 kali dalam
per bulan adalah sebesar Rp 115.087.608. Setelah dikurangi pajak dan penyusutan
Ikhtisar Rugi/ Laba dalam Lampiran 17. Jika ditinjau dari hasil penjualan pada
perusahaan ini, yaitu sebesar Rp 1.381.051.296 per tahun, maka usaha ini lebih
mendekati pada skala industri kecil mengingat penjualan yang tejadi pada usaha
pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah
investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit
lxvii
investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 7). Adapun hasil
IRR, dan Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat
dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan
sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai hasil untuk menentukan layak
atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan sebagai waktu pengembalian
bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp 605,670 juta yang berarti bahwa usaha
menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 28,52% yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).
lxviii
Nilai Net B/C Ratio sebesar 1,51 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya yang
Net B/C lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan.
dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan keuntungan dan
juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau
berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break
No Keterangan Jumlah
1 Total Biaya Produksi (Rp)/bulan 90.288.893
2 Total Produksi (bks)/bulan 31.680
3 BEP Harga jual (Rp)/bks 2.850
4 Harga Jual produk (Rp)/bks 3.992
5 BEP Volume Produksi (bks)/bulan 22.617
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa usaha
ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan
mencapai 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu
lxix
Rp 90.288.893,- per bulan dan dengan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per
besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal
Tahun
No Uraian 1,2,3,4,6,7,8,9 5 10
1 Manfaat Bersih (Rp) 266.026.122 246.622.572 362.412.072
2 Investasi (Rp) 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068
3 Reinvestasi (Rp) - 23.955.000 -
4 ROI (%) 22,49 20,43 30,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
sebesar Rp 1.224,9 pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam, ketujuh,
kedelapan, dan kesembilan. ROI pada tahun kelima menurun menjadi Rp 1.204,3
karena adanya penambahan pada aliran kas manfaat dari nilai sisa, sehingga
sehat.
penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal
lxx
ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaanya mampu
modal baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari lembaga perbankkan.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa persen besarnya pinjaman
maksimal simulasi yang masih layak. Adapun pilihan simulasi pinjaman modal
pinjaman, maka semakin rendah tingkat kelayakan investasinya. Usaha ini masih
layak sampai dengan batas pinjaman modal sebesar 40%. Oleh karena itu, penulis
lxxi
sebesar 20% yaitu Rp 94.645.445,- per tahun selama 5 tahun, adapun hasil
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)
diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp 105,828 juta yang
berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp 105,828 juta selama 10
tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 17,94% yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).
Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,09 yang berarti setiap pengeluaran Rp 1,-
Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 40%
lxxii
Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan
ketiga, dan keempat. Untuk tahun keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan
Tabel 10. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)
Tahun
Uraian 1,2,3,4, 5 6,7,8,9 10
Manfaat Bersih 112.700.501 93.296.951 266.026.122 362.412.072
Investasi 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068
Reinvestasi - 23.955.000 - -
ROI (%) 9,53 7,73 22,49 30,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
penggunaan modal investasi dengan 40% modal pinjaman dalam usaha ini telah
digunakan dengan efisien. Hal ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang hasilnya
Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis suatu usaha sangat penting dan
lxxiii
melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh
harga bahan bakar minyak berupa solar, dan kenaikkan biaya operasional yaitu
sebesar 10% yang ditentukan berdasarkan rata-rata laju inflasi nasional periode
2001-2006 (Lampiran 8). Kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diperoleh atas
oleh rupiah terhadap dollar periode 2001-2006 (Lampiran 9). Hal ini
Adapun distribusi biaya operasional per hari terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. Tahu Bintaro
operasional untuk kacang kedelai dan solar memiliki persentase terbesar, maka
dari itu usaha ini sangat bergantung pada pasokan kacang kedelai dan solar. Untuk
memfokuskan pembahasan pada kenaikkan harga kacang kedelai, harga solar, dan
lxxiv
biaya operasional secara keseluruhan. Persentase untuk biaya kemasan juga
terlihat cukup besar, akan tetapi masih bisa dilakuakan penekanan biaya apabila
terjadi kenaikkan harga dengan cara mengganti kemasan lain (misalnya, kotak
meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, harga kedelai naik sebesar 12%,
harga solar naik sebesar 10%, dan biaya operasional naik sebesar 10%. Dari
keempat variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100% modal sendiri,
maka dari itu sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada
Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan Net B/C Rationya adalah labih besar
lxxv
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 24). Akan
tetapi, apabila dilihat dari nilai Net B/C Ratio pada hasil analisis diatas yaitu
sebesar 1,01 dapat diperkirakan bahwa perubahan yang terjadi pada penurunan
penerimaan sebesar 10% akan menyebabkan usaha ini rentan terhadap kelayakan
apabila dibarengi dengan perubahan pada variabel lain. Hal tersebut terlihat dari
minimnya angka yang diperoleh pada hasil analisis bila dibandingkan dengan
standart penilaian kelayakan. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 10
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga
kedelai sebesar 12% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan 1 hari. Dari hasil
lxxvi
naik sebesar 12% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada
penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 25.
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga
solar sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil
nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 3 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya,
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan
penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 26.
lxxvii
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan biaya
ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi
pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi
pada harga kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya,
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
lxxviii
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 7
bulan 18 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 28.
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 1
bulan 19 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 29.
lxxix
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (338.339.828) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 8,16 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,71 Tidak Layak
4 Payback Period 6thn 11bln 6hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 6 tahun 11
bulan 6 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 30.
Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
lxxx
kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha
ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 7 bulan 16 hari. Dari hasil
naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan
operasional naik 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga
kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan biaya
operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 5 bulan 28 hari. Dari hasil
lxxxi
naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik
dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,
harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, serta harga kedelai naik 12%
yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% yang dibarengi dengan biaya
operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 1 bulan 22 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik
10% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan
dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan harga
kedelai naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10%, serta tidak
lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar
lxxxii
naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi
denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 33.
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro
(100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (202.202.450) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 11,49 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,83 Tidak Layak
4 Payback Period 5thn 11bln 15hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai 12% dan kenaikkan solar 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 5 tahun 11 bulan 15 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (493.610.996) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 4,11 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,58 Tidak Layak
4 Payback Period 8thn 6bln 8hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
lxxxiii
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
dibarengi dengan harga kedelai naik 12% dan kenaikkan biaya operasional 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 8 tahun 6 bulan 8 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (394.327.028) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 6,85 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,67 Tidak Layak
4 Payback Period 7thn 5bln 5hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
dibarengi dengan harga solar naik 10% dan kenaikkan biaya operasional 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
lxxxiv
dalam waktu 7 tahun 5 bulan 5 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
kenaikkan harga solar 10% dan kenaikkan biaya operasional 10% tidak
bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% yang dibarengi
dengan harga solar naik 10% dan biaya operasional naik 10% lebih baik
dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,
harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang
dibarengi dengan harga solar naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi
dengan biaya operasional naik 10%, harga solar naik 10% yang dibarengi dengan
lxxxv
biaya operasional naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 37.
Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional
Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (549.598.196) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 2,89 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,54 Tidak Layak
4 Payback Period 9thn 1bln 30hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
dibarengi dengan harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan kenaikkan
biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari
hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya dengan pinjaman 40% terdapat
lxxxvi
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 8 tahun 3 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV negatif, Net B/C Ratio
lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku
lxxxvii
(16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 9
bulan 29 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 44.
Tabel 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 5
terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang
terjadi pada harga kedelai naik 12% dan penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih
lxxxviii
Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 6 tahun 7 bulan 11 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
sendiri dan 40% modal pinjaman pada Tabel 12 sampai dengan 30, dapat
lxxxix
Tabel 31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)
utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga
solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10% pada analisis sensitivitas
dinyatakan layak, sedangkan hasil kombinasi dari variabel utama tersebut, masih
layak apabila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya
operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan
diketahui bahwa penurunan penerimaan sebesar 10% menjadikan usaha ini tidak
layak, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya
adalah sebesar 1% atau dengan kata lain penurunan penerimaan lebih dari 1%
xc
penurunan penerimaan sebesar 1% terdapat pada Lampiran 47, selain itu,
kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar
10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu
xci
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis kelayakan finansial pada UD. Tahu Bintaro dapat disimpulkan
sebagai berikut:
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
11 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume
produksi mencapai 22.617 bungkus per bulan, atau dengan harga jual
sebesar Rp 2.850 per bungkus. Penggunaan modal investasi pada usaha ini
telah efisien, ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar 22,49% untuk tahun
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
25 hari. Nilai ROI sebesar 9,53% pada tahun ke-1, 2, 3, 4, untuk tahun ke-
xcii
ROI-nya sebesar 7,73% dan 30,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%.
12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan
layak pada kenaikkan harga solar sebesar 10%, akan tetapi bila terjadi
4.2. Saran
1. Apabila pinjamannya lebih besar dari 40 persen, maka usaha ini tidak layak
untuk dikembangkan.
2. Sebaiknya produk yang dihasilkan langsung habis terjual, karena bila ada
keuntungan.
xciii
3. Pemanfaatan mesin pada proses tofu line belum optimal, sehingga volume
dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek teknik dan produksi khususnya
xciv
DAFTAR PUSTAKA
Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada
Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi;
2006.
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,
1994).
Google. Search Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006. Jakarta
Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.
(Jakarta: PPM, 2003).
xcv
Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2003).
Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2004).
Swastha, Basu & Sukotjo, Ibnu. Pengantar Bisnis Modern. (Yogyakarta: Liberti,
1995).
xcvi
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
perusahaan?
xcvii
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
karyawan?
3. Aspek Hukum
4. Aspek Sosial
(positif/negatif)
masyarakat sekitar?
5. Aspek Lingkungan
xcviii
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
i. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimilki serta
pemanfaatannya?
7. Aspek Finansial
1) Bangunan pabrik
2) Sewa lahan
a) Motor
b) Mobil
xcix
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
a) Mesin expayer
b) Mesin chiller
e) Mesin boiler
f) Mesin penyaring
g) Mesin sill
i) Mesin vakum
j) Mesin jenset
c) Tabung susu
d) Tahang
e) Cetakan
f) Box culler
g) Countainer
h) Tanggok
i) Kain sutra
j) Pisau
c
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
m) Ember perendaman
a) Direktur utama
b) Manager Operasional
c) Keuangan
d) Administrasi
e) Bagian umum
f) Distribusi
g) Salesmen
h) Keamanan
i) Kebersihan
2) Bahan penunjang
a) cioko
b) GDL
c) Ningari
d) Garam
e) Antibusa
f) Telur
ci
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
g) Bumbu
3) Biaya kemasan
a) Kotak tray
b) Tube
c) Plastik
d) Kain belacu
5) Batu es
6) Biaya listrik
7) Biaya telepon
9) Biaya transportasi
cii
Lampiran 2. Layout Perusahaan
ciii
Lampiran 3. Proses Produksi Tahu Line
Kedelai
Penjemuran
Penggilingan
Penyaringan (digedog)
Pengepresan
civ
Lampiran 4. Proses Produksi Tofu Line
Kedelai
Penjemuran
Pengupasan (mesin)
Penggilingan
Penyaringan (mesin)
Pendinginan
Kotak Tube
Penyimpanan di chiller
(suhu 4-6C)
cv
Lampiran 5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. Tahu Bintaro
cvi
Lampiran 6. Volume Penjualan Per Hari dan Harga Produk (Brosur) Natura
Tofu
Jumlah Harga
No Jenis Tahu
(kemasan) (Rp/kemasan)
1 Natura Kinu Tofu Kotak 448 5000
2 Natura Kinu Egg Tofu 200 4000
3 Natura Kinu Tofu Tube 436 3500
4 Natura Tahu Potong 84 3500
5 Natura Tahu Pong 24 3500
6 Natura Tahu Pong Sumedang 24 4500
7 Natura Tahu Kunyit 24 3500
8 Natura Kinu Tofu Kotak Ningari 192 6000
9 Natura Kinu Tofu Tube Ningari 60 4000
10 Natura Tahu Potong Ningari 336 4200
11 Natura Tahu Pong Ningari 84 4200
12 Natura Tahu Kunyit Ningari 24 4200
13 Natura Tahu Kain (China) Ningari 24 4500
14 Natura Momen Tofu Ningari 56 5500
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
cvii
Lampiran 7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006
cviii
Lampiran 8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006
cix
Lampiran 9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi dan Terendah Rupiah
Terhadap Dollar Periode 2001-2006
cx
Lampiran 10. Perhitungan BEP Per Bulan
Rumus: X. n1 + X. n2
n1 + n2
30 + 70
= 3.992
cxi
Lampiran 11. Perhitungan Kombinator
n n!
Rumus: C (n,r) = =
r r ! x (n r)!
1. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4
1 1! x (4-1)! 1x(3x2x1)
2. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 6
2 2! x (4-2)! 2x1x(2x1)
3. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4
3 3! x (4-3)! 3x2x1x(1)
4. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 1
4 4! x (4-4)! 4x3x2x1x(0)
cxii