Materi Pelatihan PKD - Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah PDF
Materi Pelatihan PKD - Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah PDF
AKUNTANSI KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH
KURSUS KEUANGAN DAERAH KHUSUS
Edisi Tahun 2013
Didukung oleh:
Jakarta 2013
Pelaksanaan KKD-KKDK terus mengalami penyempurnaan dan updating terutama terkait dengan
kurikulum, satuan acara pembelajaran (SAP), dan modul. Untuk pertama kali, pada tahun 2012, modul-
modul kegiatan KKD-KKDK diseragamkan agar setiap lulusan mempunyai pemahaman yang sama atas
materi yang diajarkan. Perbaikan kualitas pelaksanaan KKD-KKDK terus dilanjutkan dan pada tahun 2013,
DJPK mendapat dukungan dari GIZ untuk melakukan standarisasi Modul KKD-KKDK sehingga modul-
modul tersebut diharapkan dapat memenuhi standar modul internasional. Standarisasi modul ini
menghasilkan dua produk utama, yaitu: (i) Materi Pelatihan (handbook) ; dan (ii) Panduan Bagi Pelatih
(trainer guideline) untuk 6 (enam) jenis pelatihan, yaitu Perencanaan Penganggaran, Pendapatan Daerah,
Belanja Daerah, Barang Milik Daerah, Penatausahaan Perbendaharaan Daerah dan Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada GIZ yang telah mendukung pelaksanaan standarisasi materi
pelatihan dan panduan bagi pelatih ini sehingga memudahkan bagi para pelatih untuk melaksanakan
pelatihan sehingga output dari hasil pelatihan ini memiliki standar yang berkualitas tinggi. Kami
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penyusun modul, pimpinan dan
pengurus center penyelenggara kegiatan KKD-KKDK serta seluruh pihak yang terlibat dalam proses
penyusunan standarisasi materi pelatihan KKD-KKDK ini.
Diharapkan dengan kehadiran modul yang telah distandarisasi ini akan menjadikan kualitas dari
pelaksanaan pelatihan KKD-KKDK terjaga dengan baik dan juga memudahkan para pelatih dan
penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan KKD-KKDK. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan
pelatihan KKD-KKDK dapat berkontribusi pada perbaikan pengelolaan keuangan daerah.
Adriansyah
DAFTAR TABEL
Penjelasan
Tabel 1 PERKEMBANGAN OPINI LKPD TAHUN 2007-2011
Tabel 2 TABEL 2 CONTOH BENTUK AKUN 4 (EMPAT) KOLOM
Tabel 3 TABEL 3 PERBANDINGAN LAK BERBASIS CTA DENGAN
LAK BERBASIS AKRUAL
Tabel 4 TABEL 4 FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tabel 5 TABEL 5 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK 2006-
2012
Tabel 1 PERKEMBANGAN OPINI LKPD TAHUN 2007-2011
Tabel 2 TABEL 2 CONTOH BENTUK AKUN 4 (EMPAT) KOLOM
Tabel 3 TABEL 3 PERBANDINGAN LAK BERBASIS CTA DENGAN
LAK BERBASIS AKRUAL
Tabel 4 TABEL 4 FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tabel 5 TABEL 5 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK 2006-
2012
DAFTAR SINGKATAN
Istilah Penjelasan
(Singkatan)
LAMPIRAN 1 BAGAN ALIR AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN
LAMPIRAN 2 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (1)
LAMPIRAN 3 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (2)
LAMPIRAN 4 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (1)
LAMPIRAN 5 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (2)
LAMPIRAN 6 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (1)
LAMPIRAN 7 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (2)
LAMPIRAN 8 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2)
LAMPIRAN 9 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2)
LAMPIRAN 10 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (1)
LAMPIRAN 11 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (2)
LAMPIRAN 12 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (1)
LAMPIRAN 13 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2)
LAMPIRAN 14 ARTIKEL PENYIMPANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA
PENGANTAR PELATIHAN
A. ABSTRAKSI
Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini memiliki empat bagian besar dan sifatnya
adalah sekuensial, artinya topik-topik yang disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi
yang harus dikuasai oleh peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Empat bagian besar dari isi Materi Pelatihan ini meliputi pengantar akuntansi pemerintahan, siklus
akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi keuangan daerah, dan proses penyusunan
Laporan Keuangan Daerah. Dalam materi konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada
pemahaman persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis
transaksi dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan pemahaman untuk
dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi, materi berikutnya adalah
peserta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item
pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan
pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansidan prinsip/kebijakan
akuntansi pemerintah daerah, kemudian dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan
daerah (SKPD, PPKD dan Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, dan
berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu diingat dan disampaikan kepada peserta
adalah bahwa teknik untuk mencatat transaksi bisa dengan teknik double entry baik untuk pencatatan
keuangan dan anggaran, bisa juga triple entry dan pencatatan yang dipilih dan digunakan di buku ini
adalah menggunakan triple entry dimana meliputi dua pencatatan yaitu pencatatan transaksi akrual di
buku jurnal finansial dan pencatatan transaksi terkait akun akun LRA di buku anggaran.
Materi Pelatihan ini juga dilengkapi dengan Lembar Kerja Peserta (LKP) per topik yang harus diisi oleh
setiap peserta guna memperoleh sekaligus mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di
setiap topik telah diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai Lembar Kerja Peserta tersebut diharapkan peserta dapat
mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
B. TUJUAN PELATIHAN
Setelah mempelajari Materi Pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan keuangan PPKD dan laporan
keuangan konsolidasian (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).
C. PESERTA PELATIHAN
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi keuangan daerah atau
akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan
D. MATERI PELATIHAN
Topik-topik yang disajikan dalam Materi Pelatihan ini yaitu:
Topik 1 : Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik 2 : Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik 3 : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik 4 : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik 5 : Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik 6 : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik 7 : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik 8 : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
E. METODE PELATIHAN
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai kompetensi dasar materi ini
adalah metode partisipatif dengan pendekatan pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa)
dimana pola penyampaian materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori dan praktek). Dalam
proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses penyusunan laporan keuangan dengan
mempraktekkannya/mengerjakannya dalam Lembar Kerja Peserta di bagian akhir Materi Pelatihan ini
bersama pengajar. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-
tiap peserta maupun pelatih, dan dicocokkan dan ketemu hasil yang sama, sehingga dengan demikian
setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti pemahaman setiap topik materi yang sudah
dipelajari.
G. EVALUASI PELATIHAN
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:
b. Partisipasi di kelas
Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam presentasi, diskusi dan
mengerjakan soal.
c. Ujian
Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan laporan keuangan SKPD di
akhir pertemuan.
Minimum nilai untuk dinyatakan lulus adalah memperoleh nilai akhir 70 dan diberikan
sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan.
Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran dengan bobot masing-
masing 60%, 30% dan 10%.
Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah mengikuti pelatihan.
H. SERTIFIKAT PELATIHAN
Diakhir pelatihan, peserta akan mendapatkan
DAFTAR SINGKATAN
PENGANTAR PELATIHAN
A. Abstraksi
Buku Panduan bagi Pelatih Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini berisi tentang alur dan skenario
proses pembelajaran per topik yang harus diikuti oleh pelatih sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Buku panduan ini disusun per topik dan sifatnya adalah sekuensial seperti terdapat pada buku
Materi Pelatihan. Hal-hal yang disampaikan dalam buku panduan ini di setiap topik meliputi tujuan,
waktu (durasi) dan kata kunci, alur pembelajaran, penjelasan tiap kegiatan yang dilakukan pelatih, catatan
untuk pelatih dan ringkasan materi.
Buku Panduan bagi Pelatih ini digunakan dalam penyampaian materi yang ada di Materi Akuntansi
keuangan pemerintah daerah yang terbagi menjadi empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial,
artinya topik-topik yang disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan keuangan pemerintah
daerah. Empat bagian besar yang dimaksud meliputi pengantar akuntansi pemerintahan, siklus akuntansi
pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan
keuangan daerah. Dalam materi konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman
persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi dan
pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan pemahaman untuk dapat
memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi, materi berikutnya adalah
peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item
pos laporan keuangan pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan
pengungkapan.
Bagian selanjutnya adalah proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan Konsolidasi),
meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian akhir tahun , posting ke
buku besar, penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan
keuangan. Yang perlu diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi bisa dengan teknik double entry baik untuk pencatatan keuangan dan anggaran, bisa juga
triple entry. Pencatatan yang dipilih dan digunakan di Materi Pelatihan adalah menggunakan triple entry
dimana meliputi dua pencatatan yaitu pencatatan transaksi akrual di buku jurnal finansial dan pencatatan
transaksi terkait akun akun LRA di buku anggaran.
Selain berisi materi, Materi Pelatihan Akuntansi keuangan pemerintah daerah juga dilengkapi dengan
lembar kerja peserta (LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut diharapkan peserta dapat
mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
B. Tujuan Pelatihan
Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun laporan keuangan
pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan
konsolidasian (laporan keuangan pemerintah daerah).
C. Peserta pelatihan
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan modul akuntansi keuangan daerah ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi keuangan daerah
atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan
D. Materi Pelatihan
Topik-topik yang disajikan dalam Panduan Bagi Pelatih ini adalah:
Topik 1 : Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik 2 : Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik 3 : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik 4 : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik 5 : Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik 6 : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik 7 : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik 8 : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
E. Metode Pelatihan
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai kompetensi dasar materi ini
adalah metode partisipatif dengan pendekatan pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa)
dimana pola penyampaian materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori dan praktek). Dalam
proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses penyusunan laporan keuangan dengan
mempraktekkannya/mengerjakannya dalam lembar kerja peserta di bagian akhir Materi Pelatihan
Akuntansi keuangan pemerintah daerah bersama pelatih. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap peserta maupun pelatih, dan dicocokkan sehingga
ketemu hasil yang sama. Dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti
pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari.
G. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:
1. Evaluasi terhadap peserta meliputi:
a. Kehadiran:
Minimum kehadiran peserta untuk dapat mengikuti ujian adalah 80% dari total hari pelatihan.
b. Partisipasi di kelas
Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam presentasi, diskusi dan
mengerjakan soal.
c. Ujian
Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan laporan keuangan SKPD di
akhir pertemuan.
Minimum nilai untuk dinyatakan lulus adalah memperoleh nilai akhir 70 dan diberikan
sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan.
Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran dengan bobot masing-
masing 60%, 30% dan 10%.
Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah mengikuti pelatihan.
H. Sertifikat Pelatihan
Sertifikat pelatihan dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sertifikat kelulusan
Diberikan untuk peserta yang memenuhi kriteria kelulusan yaitu memenuhi tingkat kehadiran
dan memperoleh nilai akhir minimum 70.
2. Sertifikat keikutsertaan
Diberikan untuk peserta yang TIDAK memenuhi kriteria kelulusan yaitu tidak memenuhi
tingkat kehadiran atau tidak memperoleh nilai akhir minimum 70
PENGANTAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang reformasi akuntansi pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan dan konsep dasar akuntansi
pemerintahan, prinsip akuntansi dan pelaporan, jenis dan bentuk laporan keuangan, serta keterkaitan antar laporan keuangan.
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan reformasi keuangan negara
2. Mampu menjelaskan Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Mampu menjelaskan konsep dasar akuntansi pemerintahan
4. Mampu menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan
5. Mampu menjelaskan jenis dan bentuk laporan keuangan
6. Mampu menjelaskan keterkaitan antar laporan keuangan
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Basis akuntansi, nilai historis, substance over form
Keuangan
Keterkaitan antar Laporan Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Keuangan Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Selanjutnya pemerintah pusat mengeluarkan 2 (dua) UU yang berhubungan dengan keuangan dan
perbendaharaan negara yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Berdasarkan UU dan peraturan-peraturan tersebut, pengelolaan keuangan daerah di era reformasi
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengertian Daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten.
2. Pengertian pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya. Pemerintah
daerah yang dimaksud di sini adalah badan eksekutif, sedangkan badan legislatif adalah DPRD
(UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah). Jadi terdapat pemisahan yang
antara legislatif dan eksekutif.
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala daerah (PP Nomor 108
Tahun 2000 tentang Tata Pertanggungjawaban Kepala Daerah)
4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD.
b. Nota Perhitungan APBD.
c. Laporan Arus Kas.
d. Neraca Daerah.
Dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis (Renstra)
(Pasal 38 PP Nomor 105 Tahun 2000)
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (yang menunjukkan hak pemda),
tetapi masuk dalam akun Penerimaan (yang belum tentu menjadi hak pemda)
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang terdiri atas kepala
daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi;
c. Target dan persentase fisik;
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang bentuknya
adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi
terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2(dua) kali mengalami penolakan dari DPRD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang Keuangan Negara, yakni
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU Nomor 15 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
maka sebagai konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan daerah, maka
diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999,dan UU Nomor 33
Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun 1999. Selain itu muncul peraturan perundangan
yang diamanatkan oleh UU terdahulu, seperti PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus menyesuaikan dan atau
mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000, misalnya, diganti dengan PP Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Begitu juga dengan peraturan yang lebih teknis,
seperti Kemendagri Nomor 29 Tahun 2002, diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama. Selanjutnya dikeluarkan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur penggunaan
basis akrual dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah, maka saat ini dikeluarkan PP Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai penganti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju basis akrual(cash toward accrual).
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan bahwa penggunaan basis akrual dalam sisten akuntansi
keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun 2015. Untuk mendukung pelaksanaan PP
Nomor 71 Tahun 2010, telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011
tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah (PUSAP).
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP). Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan
pengembangan SAP. SAP merupakan acuan bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sehingga
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/
bupati/walikota yang mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan Pelayanan yang diberikan;
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah;
3) Pengaruh proses politik
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
b) Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian;
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat
pengendalian;
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk pengendalian;
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan dalam
operasional pemerintah.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai
efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan.Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
Pelaporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun
politik dengan:
a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai
seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan
alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk
yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;
d. Pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan
informasi dari semua kelompok pengguna. Mengingat laporan keuangan pemerintah berperan sebagai
wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan disajikan setidak-tidaknya
mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah,
maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu
mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban
dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila didasarkan pada basis akrual, namun apabila
terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan
keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan,
pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan
bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam
kerangka konseptual maupun standar-standar akuntansi lebih lanjut.
a. Entitas Akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan,
dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakan.
b. Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari;
1) Pemerintah Pusat;
2) Pemerintah Daerah;
3) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
4) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud diwajibkan
menyajikan laporan keuangan.
c. Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dam penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan
prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
a. Relevan (Relevance)
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya
dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan. Informasi yang relevan harus:
1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan
atau mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan harus memuat
informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini;
3) Tepat waktu (timeliness), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus disajikan
tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk pembuatan keputusan pengguna
laporan keuangan; dan
4) Lengkap (complete), artinya bahwa penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang
dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan
harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b. Andal (Reliable)
Informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang
andal harus memenuhi karakteristik:
1) Jujur (representational faithfullness), artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah
harus memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;
2) Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak
yang berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3) Netralitas (neutral), artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat
informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak
tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan pihak
tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah
lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara
internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun
ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna laporan
keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna laporan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual untuk
pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual untuk LO berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada
saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas
belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti
bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasar basis kas,
berarti pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui
pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, jika anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Basis
akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yangakan datang dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu
periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.
Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja basis
kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas. Prinsip
penandingan biaya-pendapatan (matching-cost with revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak
mendapat penekanansebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
Infomasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya
disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitas. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain
tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat
ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu
entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan
dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah
dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini dungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih (SAL), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),Neraca,Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan
ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui
dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu
tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat
tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau
pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau
tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber
dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan
arus kas suatu entitas pelaporan.
Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari Pendapatan, Belanja, Transfer, dan
Pembiayaan. Masing-masing unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah,
Pendapatan Transfer, Lain-Lain Pendapatan yang Sah
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah. Belanja terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tidak Terduga.
c. Transfer penerimaan atau pengeluaran oleh suatu entitas pelaporan lain termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil .
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan
bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
perintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal pemerintah.
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx
34
35 BELANJA
36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Modal (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
44
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxxx xxxx xx xxxx
57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
58
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57+64)
66
67 SURPLUS/DEFISIT (33-65) xxx xxx xxx xxx
68
69 PEMBIAYAAN
70
71 PENERIMAAN PEMBIAYAAN xxx xxx xx xxx
72 Penggunaan SILPA xxx xxx xx xxx
73 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
74 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
76 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
80 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
83 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) xxxx xxxx xx xxxx
85
86 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
87 Pembentukan Dana Cadangan
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintahan Pusat xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintahan Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintahan Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintahan Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
95 Pemberi Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
96 Pemberi Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
97 Pemberi Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
98 Jumlah Pengeluaran (87 s/d 97) xxx xxx xx xxx
99 PEMBIAYAAN NETO (84-99) xxxx xxxx xx xxxx
100
101 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67+93) xxxx xxxx xx xxxx
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo
Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari
Saldo Anggaran Lebih, dikurangi Penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan dijumlahkan dengan Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran, Koreksi Kesalahan
Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan Lain-lain.
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan akun-akun luar biasa. Masing masing unsur
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa.
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX XXX XXX
4 Pendapatan Retribusi Daerah XXX XXX XXX XXX
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX XXX XXX
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya XXX XXX XXX XXX
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) XXX XXX XXX XXX
8 XXX XXX XXX XXX
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX XXX XXX
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX XXX XXX
13 Dana Alokasi Umum XXX XXX XXX XXX
14 Dana Alokasi Khusus XXX XXX XXX XXX
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) XXX XXX XXX XXX
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus XXX XXX XXX XXX
19 Dana Penyesuaian XXX XXX XXX XXX
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) XXX XXX XXX XXX
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX XXX XXX
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX XXX XXX
25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) XXX XXX XXX XXX
26 JUMLAH PENDAPATAN (16+20+25) XXX XXX XXX XXX
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah XXX XXX XXX XXX
30 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX XXX XXX
31 Pendapatan Lainnya XXX XXX XXX XXX
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) XXX XXX XXX XXX
33 JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32) XXX XXX XXX XXX
34
35 BEBAN
36 Beban Pegawai XXX XXX XXX XXX
37 Beban Persediaan XXX XXX XXX XXX
38 Beban Jasa XXX XXX XXX XXX
39 Beban Pemeliharaan XXX XXX XXX XXX
40 Beban Perjalanan Jasa XXX XXX XXX XXX
41 Beban Bunga XXX XXX XXX XXX
42 Beban Subsidi XXX XXX XXX XXX
43 Beban Hibah XXX XXX XXX XXX
44 Beban Bantuan Sosial XXX XXX XXX XXX
45 Beban Penyusutan XXX XXX XXX XXX
46 Beban Transfer XXX XXX XXX XXX
47 Beban Lain-lain XXX XXX XXX XXX
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) XXX XXX XXX XXX
49
50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) XXX XXX XXX XXX
51
52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar XXX XXX XXX XXX
54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang XXX XXX XXX XXX
55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar XXX XXX XXX XXX
56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang XXX XXX XXX XXX
57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya XXX XXX XXX XXX
58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (63 s/d 67 XXX XXX XXX XXX
59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (60+68) XXX XXX XXX XXX
60
61 POS LUAR BIASA
62 Pendapatan Luar Biasa XXX XXX XXX XXX
63 Beban Luar Biasa XXX XXX XXX XXX
64 POS LUAR BIASA (62-63) XXX XXX XXX XXX
65 SURPLUS/DEFISIT-LO (59-64) XXX XXX XXX XXX
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
1.5.5. Neraca
Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dan masing-masing unsur
didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah daerah,
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah daerah.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutan Pajak xxx xxx
9 Piutan Retribusi xxx xxx
10 Penyisihan Piutang (xxx) (xxx)
11 Belanja Dibayar Dimuka xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Pusat xxx xxx
15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Lainnya xxx xxx
16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
17 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
18 Piutang Lainnya xxx xxx
19 Persediaan xxx xxx
20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
21
22 INVESTASI JANGKA PANJANG
23 Investasi Nonpermanen
24 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28+32) xxx xxx
34
35 ASET TETAP
36 Tanah xxx xxx
37 Peralatan dan Mesin xxx xxx
38 Gedung dan Bangunan xxx xxx
39 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
40 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi,
Aktivitas Pendanaan, dan Transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas daerah dari 4
aktivitas:
a. Aktivitas Operasi
b. Aktivitas Investasi
c. Aktivitas Pendanaan
d. Aktivitas Transitoris
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
Laporan keuangan yang disusun Pemerintah Daerah memiliki keterkaitan antara laporan yang satu
dengan laporan yang lainnya. Bentuk keterkaitan antar laporan keuangan dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Memenuhi Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK), Drs.
Hadi Poernomo, Ak.menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LHP LKPP) Tahun 2012 kepada DPR RI dalam Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II DPR
RI, Jakarta pada hari ini (11/6). Dalam penyampaian LHP LKPP tersebut, hadir pula Wakil Ketua dan
Anggota BPK serta pejabat pelaksana BPK.
LKPP merupakan bentuk pertangungjawaban pelaksanaan APBN oleh Pemerintah Pusat. LKPP
Tahun 2012 meliputi dari Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2012 dan 2011, Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
serta Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebelum LKPP Tahun 2012 dibahas DPR sebagai pertanggungjawaban APBN Tahun 2012, LKPP
tersebut diperiksa BPK. Setelah BPK menerima LKPP tersebut dari Pemerintah, BPK memeriksa LKPP
tersebut dan menyampaikan LHP atas LKPP tersebut kepada DPR, DPD, dan juga Pemerintah Pusat.
LHP LKPP Tahun 2012 terdiri dari enam buku, yaitu: (1) Ringkasan Eksekutif Hasil Pemeriksan atas
LKPP Tahun 2012; (2) LHP atas LKPP Tahun 2012; (3) LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI) LKPP
Tahun 2012; (4) LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan LKPP Tahun 2012; (5)
Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2007-2011; dan (6) Laporan
Tambahan berupa Laporan Hasil Reviu atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal Tahun 2012.
1% 60%
4 opini
283 opini
3% 67%
26% 13 opini 323 opini
123 opini 26%
123 opini
TOTAL
469 TOTAL
485
13%
59 opini 13%
59 opini
3% 65%
15 opini 330 opini
22% 7%
111 opini
23% 34 opini 65%
TOTAL 341 opini
121 opini*
504
TOTAL
522
10%
48 opini
5%
26 opini
WTP WDP TW TMP
LKPD 2011
13%
67 opini
18% 67% WTP WDP TW TMP
96 opini 349 opini
2%
8 opini
Sumber: BPK RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2012, Jakarta, 2013
2007
2008
70 2009
2010
60 2011
50
40
30
20
10
0
WTP WDP TW TMP
SIKLUS AKUNTANSI
PEMERINTAH DAERAH
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang persamaan dasar akuntansi dan pencatatan transaksi yang meliputi persamaan dasar akuntansi,
aturan debit dan kredit serta saldo normal dan pencatatan dengan akun, serta menjelaskan tentang siklus akuntansi yang
meliputi analisis transaksi dan pencatatan/penjurnalan, posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo sebelum penyesuaian,
penyesuaian akhir tahun, penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari
LRA, LPSAL, LO, LPE, dan Neraca
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini, peserta:
1. Peserta mampu menjelaskan persamaan dasar akuntansi, aturan debit dan kredit serta saldo normal akun.
2. Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan meliputi analisis transaksi dan pencatatan/
penjurnalan, posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo sebelum penyesuaian, penyesuaian akhir tahun,
penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari LRA, LPSAL,
LO, LPE, dan Neraca.
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
4. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2012
Persamaan dasar ini akan mendasari seluruh proses dalam siklus akuntansi, mulai dari pencatatan transaksi,
pengklasifikasian, sampai pada penyusunan laporan keuangan seperti neraca. Secara garis besar, laporan
neraca menyajikan informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah daerah pada tanggal
tertentu. Struktur neraca tersebut bisa dibuat dalam bentuk berimbang antara sisi kiriyaitu aset dengan
sisikanan yaitu kewajiban dan ekuitas.
Contoh Neraca
Berdasarkan Neraca Pemerintah Kota ABC diatas dapat dilihat kekayaan pemerintah daerah, sedangkan
kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber dana atas kepemilikan aset atau kekayaan tersebut. Kekayaan
pemerintah daerah bisa berupa aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya. Dalam
hal ini sumber dana untuk memperoleh aset tersebut diklasifikasikan menjadi dua sumber utama, yaitu
dari utang pemerintah daerah dan kekayaan bersih pemerintah daerah sendiri yang disebut ekuitas.
Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi di atas aturan debit dan kredit untuk Aset berlawanan arah
dengan Kewajiban dan Ekuitas. Apabila suatu akun Aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika
berkurang, maka akun yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun Kewajiban dan Ekuitas dikredit
untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan.
Saldo normal (normal balance) dari suatu akun adalah posisi yang bertambah menurut aturan debit dan
kredit. Sebagai contoh adalah saldo normal dari akun kas adalah saldo debit, karena suatu Aset bertambah
dengan mencatat pada posisi debit. Oleh karena itu, saldo normal adalah pada sisi yang positif, dimana
saldo normal dari Aset adalah pada sisi debit, sebaliknya Kewajiban dan Ekuitas mempunyai saldo normal
pada sisi kredit atau disebut akun-akun bersaldo kredit. Saldo-saldo normal dari akun-akun neraca
digambarkan sebagai berikut:
Ekuitas biasanya terdiri atas beberapa akun. Setiap akun ekuitas akan mempunyai saldo normal pada sisi
kredit, apabila akun tersebut merupakan unsur penambahan dalam ekuitas contohnya yaitu pendapatan.
Tetapi, apabila suatu akun merupakan unsur pengurangan dalam ekuitas, maka akun ini akan mempunyai
saldo normal pada sisi debit misalnya akun beban.
Media atau formulir utama yang dipakai untuk tujuan pengikhtisaran transaksi adalah akun (account).
Media ini berguna untuk mencatat secara lengkap perubahan-perubahan yang terjadi dalam aset,
kewajiban atau ekuitas tertentu selama sesuatu periode.
Kelompok akun-akun yang digunakan dalam suatu organisasi disebut buku besar (ledger). Daftar dari
akun-akun yang ada dalam entitas disebut daftar akun (chart of account). Akun-akun ini biasanya disajikan
dalam daftar tersebut lengkap dengan nama dan nomor kode akunnya. Dengan menggunakan akun,
maka informasi dapat diperoleh pada saat dibutuhkan dan laporan keuangan dapat disusun tepat waktu.
Bentuk Akun
Bentuk akun yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah bentuk huruf T (T-account).
Bentuk akun ini terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) Nama akun dari masing-masing unsur aset, kewajiban dan
ekuitas, diletakkan diatas garis horizontal pada huruf T, (2) Sisi kiri, (3) Sisi kanan dari huruf T.
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun lainnya yang lebih
informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom
ini merupakan pengembangan dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan
saldo jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk empat kolom dapat
dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Akun Kas pada Tabel 2 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi pertama diposting
dari jurnal ke buku besar (akun) kas, dan mempunyai saldo debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting
transaksi keempat.
Permendagri 13/2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mendesain bentuk akun 3 kolom sebagai
berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
BUKU BESAR
SKPD :
KODE REKENING :
NAMA REKENING :
PAGU APBD :
PAGU PERUBAHAN APBD :
Tanggal Uraian Ref Debet (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)
Bagan Akun
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang saling berhubungan,
berdasarkan Peraturan Menteri KeuanganNo. 238./PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Akuntansi
Pemerintahan akun dikelompok kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Akun Neraca : Aset, Kewajiban, dan ekuitas
b. Akun Realisasi Anggaran : Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan
c. Akun Laporan Operasional : Pendapatan LO dan beban
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oleh pemerintahan daerah dengan mencantumkan seluruh
nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun (chart of account).
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah dicantumkan sampai dengan level 3,
sedangkan untuk pengembangan lebih detilnya, untuk pemerintah pusat ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sedangkan untuk pemerintah daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri. Hal ini untuk memberikan keseragaman pada level tertentu sekaligus memberikan fleksibilitas
untuk mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Permenkeu No. 238/
PMK.05/2011 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Akun Neraca
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian
93 Beban Non Operasional
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang
dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan. Klasifikasi Beban Transfer sebagai berikut:
Kodefikasi Uraian
94 Beban Luar Biasa
Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Siklus akuntansi merupakan tahap-tahap/langkah-langkah yang harus dilalui dalam suatu sistem
akuntansi, termasuk akuntansi pemerintah daerah. Langkah-langkah tersebut meliputi 5 Langkah Utama
+ 2 Langkah Penyelesaian, yaitu:
1. Menganalisis transaksi berdasarkan bukti pembukuan dan mencatat transaksi dalam Buku
Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran.
2. Mencatat penyesuaian akhir tahun berdasarkan bukti memorial di Buku Jurnal Finansial.
3. Melakukan posting ke Buku Besar;
4. Menyusun Neraca Saldo setelah penyesuaian;
5. Menyusun laporan keuangan berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian;
6. Membuat Jurnal penutup;
7. Menyusun Neraca Saldo setelah penutupan;
BT posting
Valid, Sah, Lengkap
Buku Besar Laporan Keuangan
menjurnal
BP
Jurnal Neraca lajur
1. Menganalisis transaksi dan mencatat transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran.
Langkah pertama dalam siklus akuntansi adalah menganalisis transaksi dan mencatat transaksi dalam
buku jurnal. Menganalisis transaksi adalah proses untuk menentukan suatu transaksi sebagai transaksi
keuangan dan transaksi non keuangan, dan menentukan suatu transaksi berpengaruh terhadap akun
apa berdasarkan bukti pembukuan.
Setelah tahapan analisis transaksi, selanjutnya transaksi dicatat dalam buku jurnal. Jurnal merupakan
langkah pertama untuk mencatat transaksi. Berhubung di sektor pemerintah arus kas merupakan
bagian dari transaksi yang paling sering terjadi dari penerimaan pajak/retribusi dan pengeluaran belanja,
maka digunakan jurnal penerimaan kas untuk mencatat transaksi yang menyebabkan terjadinya arus
kas masuk dan jurnal pengeluaran kas untuk mencatat transaksi yang menyebabkan terjadinya arus kas
keluar. Transaksi non-kas, seperti jurnal penyesuaian, koreksi, reklasifikasi dan penutup dicatat di buku
jurnal umum.
Pada saat ini belum ada peraturan teknis (Permendagri) yang mengatur mengenai sistem pencatatan
yang dilakukan guna melakukan pencatatan. Namun demikian, menurut beberapa literatur, seperti Budi
Mulyana (Handbook AKD, 2012) dan Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (Buku Akuntansi
Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, 2012) mengusulkan pencatatan dengan sistem pencatatan
Triple Entry yaitu:
Double EntrySystem Untuk mencatat akun-akun aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO dan
Beban sehingga akan menghasilkan laporan berupa LO, LPE, Neraca,LAK, dan CaLK
Single Entry System untuk mencatat akun-akun Pendapatan-LRA, Belanja dan Pembiayaan
yang akan menghasilkan LRA dan LPSAL. Pencatatan ini mirip dengan pembukuan bendahara
(yaitu dengan mencatat penerimaan atau pengeluaran kas).
2. Membuat Penyesuaian Akhir Tahun berdasarkan Bukti Memorial di Buku Jurnal Finansial.
Tahap selanjutnya dari siklus akuntansi di atas adalah membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian
perlu dibuat untuk mengupdate saldo akun agar memenuhi konsep matching cost against revenue
(penandingan yang match antara pendapatan dan beban dalam satu periode akuntansi) dan digunakannya
basis akrual. Hal ini untuk memastikan bahwa pendapatan diakui pada periode diperolehnya pendapatan
itu dan beban diakui pada periode terjadinya.
Penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas di neraca pada tanggal
neraca dan untuk melaporkan jumlah surplus atau defisit yang wajar di laporan operasional. Neraca saldo
di atas mungkin belum memuat data laporan keuangan yang up-to-date, karena alasan-alasan berikut.
a. Kejadian-kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan pakai habis, tidak dijurnal setiap hari
karena penjurnalan demikian tidak praktis.
b. Beban yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya manfaat gedung, persekot
sewa dan asuransi, tidak dijurnal selama periode akuntansi.
c. Beberapa akun, seperti beban listrik, mungkin belum dicatat karena tagihan dari PLN belum
diterima.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan berikut.
a. Melaporkan semua pendapatan (revenues) yang diperoleh (earned) selama periode
akuntansi.
b. Melaporkan semua belanja (expenses) yang terjadi selama periode akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca. Sedangkan nilai aset pada awal
periode telah terpakai selama satu periode akuntansi yang dilaporkan.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca. Dalam hal ini pembiayaan
sebenarnya sudah terjadi, tapi belum dibayar.
Proses pemindahan informasi transaksi dari jurnal ke buku besar disebut dengan posting. Posting ke
buku besar sekaligus merupakan penggolongan dan peringkasan transaksi sebab tiap-tiap data transaksi
dibawa ke masing-masing akun yang sesuai. Postingdapat dilakukan secara kronologis sebagaimana
halnya penjurnalan, tetapi dapat juga secara periodik (mingguan atau bulanan).
Postingmerupakan proses pemindahan jumlah rupiah dalam buku jurnal ke buku besar untuk masing-
masing ayat jurnal. Nama akun dalam jurnal sama dengan nama buku besar. Oleh karena itu, jumlah
rupiah dalam akun yang dijurnal atau dicatat di jurnal di posisi Debit, maka ketika dipindahkan ke buku
besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom Debit juga.
Adakalanya satu nama akun di jurnal berkali-kali, baik di posisi debit ataupun kredit. Meskipun dijurnal
lebih dari satu kali, buku besar yang akan menampung akun tersebut tetap hanya satu buku besar.
Dengan demikian, dalam buku besar Akun X misalnya, akan terlihat banyak transaksi untuk Akun X jika di
dalam jurnal akun X dijurnal/dicatat berkali-kali.
SKPD : ..
KODE AKUN : ..
NAMA AKUN : ..
SKPD : ..
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit Kredit
TOTAL
Di Pemerintahan Indonesia, seperti diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), jurnal penutup
dibuat dengan memunculkan akun lawan dari akun pendapatan dan belanja, yakni akun Ikhtisar Surplus/
Defisit. Cara membuat jurnal penutup adalah dengan mendebit/mengkredit akun pendapatan/biaya
dan mengkredit/mendebit akun Ikhtisar Surplus/Defisit.
Langkah pertama, menutup akun-akun pendapatan LO dan beban ke akun Ekuitas, dengan cara
mendebet akun pendapatan LO, mengkredit akun Beban dan selisihnya dicatat ke akun Ekuitas.
Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LRA, Belanja, dan Pembiayan ke akun
SILPA (SIKPA), dengan cara membalik nama akun dan saldonya di buku anggaran. Akun
pendapatan LRA dan penerimaan pembiayaan dituliskan kembali di kolom pengeluaran
sejumlah saldonya, sedangkan akun belanja dan transfer dan pengeluaran pembiayaan,
dituliskan kembali di kolom penerimaan sejumlah saldonya.
AKUNTANSI KEUANGAN
DAERAH
Akuntansi Keuangan Daerah
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang Akuntansi Pendapatan dan Piutang, Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan,
Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap, Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban, Akuntansi Dana Cadangan dan
Transaksi Non Anggaran, Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup.
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini peserta diharapkan mampu menjelaskan serta mampu menganalisis dan mencatat transaksi:
1. Akuntansi Pendapatan dan Piutang
2. Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
3. Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap
4. Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban
5. Akuntansi Dana Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
6. Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup.
Akuntansi Belanja Barang dan Definisi, Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan
Jasa, Beban dan Persediaan Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
Akuntansi Belanja Modal dan Definisi, Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan
Aset Tetap Belanja Modal, dan Aset Tetap
Akuntansi Dana Cadangan dan Definisi, Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Dana
Transaksi Non Anggaran Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
5. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
6. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2012
a. Definisi
Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi pendapatan menurut SAP (PP no 71/2010) yaitu:
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Pendapatan Transfer
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Klasifikasi Pendapatan menurut Permendagri 13/2006:
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Dana Perimbangan
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
c) Pendapatan Hibah-LO.
d) Pendapatan Lainnya.
3. Pendapatan-LO diakui saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan. Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah:
Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai
diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya ekonomi). Untuk mengakui
Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa didahului
adanya penagihan.
4. Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto.
tanggal, kode dan nama akun, debit dan kredit serta kolom keterangan. Semua pendapatan dengan kode 8 dan
9 dicatat menggunakan mekanismedouble entry untuk nantinya menghasilkan Laporan Operasional.
Contoh Jurnal penerimaan kas atas pajak dan langsung disetor ke kas daerah di buku jurnal finansial:
Contoh pencatatan di buku jurnal finansial atas diterbitkannya surat ketetapan pajak tetapi kas belum diterima:
g. Penyajian
Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sedangkan Pendapatan LO disajikan di
Laporan Operasional (LO).
a. Definisi
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum diterima pembayarannya. Hak tagih
tersebut bisa berasal dari kewenangan pemda misalnya untuk memungut pajak daerah, retribusi daerah,
atau hak tagih karena memberikan pinjaman kepada pihak lain.
b. Jenis Piutang
Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan
Adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa:
Piutang Pajak.
Piutang restribusi.
Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan.
Piutang lain-lain PAD yang sah.
Piutang transfer pemerintah pusat.
Piutang bantuan kekayaan.
Piutang hibah.
Piutang pendapatan lainnya.
2) Piutang Lainnya
Yang termasuk piutang lain-lain adalah:
Bagian lancar tagihan jangka panjang.
3) Pengakuan
Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
c. Pencatatan Piutang
Contoh pencatatan jurnal di buku jurnal finansial saat timbulnya hak tagih (piutang):
d. Penyajian
Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan
dan yang akan ditagih dalam 12 bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian
yang telah ditetapkan;
Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya;
Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Definisi
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah (PP No 71 th 2010).
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yg diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
(Permendagri 13/2006).
b. Klasifikasi Belanja
Di dalam APBD struktur belanja disusun berdasarkan Permendagri 13/2006 yaitu dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja
yang tidak berkaitan secara langsung dengan kegiatan, sedangkan belanja langsung adalah belanja yang
berkaitan langsung dengan kegiatan.
Menurut SAP (PP No 24 tahun 2010) belanja dikelompokkan sebagai belanja operasi, belanja modal dan
belanja tak terduga.
SAP (PP No. 24 tahun 2005) APBD (Permendagri No. 13 tahun 2006)
1. Belanja Operasi 2. Belanja Tidak Langsung
Belanja pegawai Belanja pegawai
Belanja barang Belanja bunga
Bunga Belanja subsidi
Subsidi Belanja hibah
Hibah Belanja bantuan sosial
Bantuan sosial Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
Belanja bantuan keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja tidak terduga
2. Belanja Modal 2. Belanja Langsung
- Belanja pegawai
- Belanja barang dan jasa
- Belanja modal
3. Belanja Tak Terduga
e. Penyajian
Belanja akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) setelah akun Pendapatan.
a. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP No 71 tahun 2010).
b. Klasifikasi Beban
1) Beban Operasi
Beban Pegawai
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
2) Beban Transfer
Beban Bagi Hasil Pajak
Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Beban Transfer Bantuan ke Desa
Beban Transfer Bantuan Keuangan lainnya
3) Beban Non Operasional
Beban yang sifatnya tidak rutin, misalnya berasal dari:
Defisit penjualan aset non lancar
Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang
Defisit dari kegiatan non operasional lainnya
4) Beban Luar Biasa
Untuk mencatat beban atas kejadian luar biasa. Yang termasuk kejadian luar biasa adalah:
Tidak bisa diramalkan pada awal tahun anggaran
Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang
Kejadiannya diluar kendali pemerintah
d. Pencatatan Beban
Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai entitas Keuangan, pencatatannya
digunakan Double entry yang akan menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca Pemda.
Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal finansial dengan mekanisme
Pembayaran GU/TU di SKPD:
Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal finansial dengan mekanisme
Pembayaran LS di SKPD:
e. Penyajian
Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO).
a. Definisi
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan
atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 bulan dari tanggal
pelaporan.
Contoh persediaan:
Persediaan ATK
Persediaan Benda Akun
Persediaan obat-obatan
Persediaan bibit
Persediaan pupuk
Persediaan bahan pembersih
Persediaan bahan bangunan
Persediaan amunisi
c. Pencatatan Persediaan
Contoh jurnal yang dibuat di buku jurnal finansial saat pembelian persediaan menggunakan mekanisme UP:
d. Penyajian
Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Definisi
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Yang perlu diingat adalah bahwa jika transaksi yang terjadi secara kredit (tidak tunai), maka TIDAK dicatat
di buku anggaran, melainkan hanya pencatatan di buku jurnal finansial atas aset tetap yang diperoleh.
d. Penyajian
Belanja Modal dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
d. Penyusutan
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat
dari suatu aset.
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Metode penyusutan yang dapat dipilih dan digunakan: garis lurus, saldo menurun berganda,
unit produksi.
Pencatatan aset tetap dilakukan di buku jurnal finansial bersamaan dengan pencatatan belanja modal di
buku anggaran jika belanja modal ini dilakukan secara tunai.
Contoh pencatatan pembelian mobil ambulan secara tunai di buku jurnal finansial:
Contoh pencatatan belanja modal pembelian mobil ambulan secara tunai di buku anggaran:
Selanjutnya jika aset tetap tersebut telah digunakan, maka di setiap akhir tahun harus dibuat jurnal
penyusutan aset tetap di buku jurnal finansial.
Contoh pencatatan penyusutan di buku jurnal finansial setiap akhir tahun:
f. Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca sebagai berikut:
Aset
Aset
Aset Tetap
Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx)
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Total Aset Tetap xxx
a. Definisi
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Jenis Pembiayaan terdiri dari dua, mencakup penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
c. Pencatatan Pembiayaan
Jurnal pembiayaan pencatatanya digunakan single entry yang akan menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA).
Contoh pencatatan Penerimaan Pembiayaan di buku anggaran:
d. Penyajian
Pembiayaan akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
a. Definisi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen
dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
b. Klasifikasi
Investasi diklasifikasikan menjadi:
Investasi jangka Pendek, yaitu investasi yang memenuhi kriteria:
a. diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau
kurang ditujukan dalam rangka manajemen kas.
b. berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang signifikan. Contoh:
investasi dalam saham dan investasi dalam obligasi.
Investasi Jangka Panjang
Dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang dimiliki lebih dari dua
belas bulan.
Sifat penanaman:
permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan
contoh: Penyertaan modal pemerintah daerah
non permanen : Investasi Jangka Panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki tidak berkelanjutan
contoh: Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lain, Dana Bergulir, Investasi dalam proyek
pembangunan
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya
yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut.
d. Pencatatan Investasi
Pencatatan Investasi dilakukan di buku jurnal finansial. Adapun contoh pencatatan investasi oleh
Pemerintah Daerah di buku jurnal finansial sebagai berikut:
e. Penyajian
Investasi akan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Pemerintah Daerah.
a. Definisi
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
b. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban diklasifikasikan menjadi:
1) Kewajiban Jangka Pendek
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Jenis Kewajiban
Jangka Pendek:
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).
Utang Bunga.
Bagian Lancar utang jangka panjang.
Pendapatan diterima dimuka.
Utang Beban.
Utang jangka pendek lainnya.
d. Pencatatan Kewajiban
Transaksi kewajiban dicatat di buku jurnal finansial. Contoh jurnal timbulnya kewajiban:
a. Definisi
Dana Cadangan merupakan dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang relatif besar yang
tidak bisa dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Berkaitan dengan transaksi pembentukan dana cadangan ini juga mengakibatkan akun kas di Kasda
bergeser ke akun Dana Cadangan, sehingga atas transaksi ini juga dicatat di buku jurnal finansial.
c. Penyajian
Dana Cadangan perupakan akun yang dilaporkan di Neraca bagian aset.
a. Definisi
Adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
belanja, transfer dan pembiayaan pemerintah.
Contohnya: Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Kiriman Uang.
c. Penyajian
Tansaksi non Anggaran akan disajikan di Neraca dan dalam Laporan Arus Kas.
mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau
akun Belanja, maupun pendapatan-LO atau akun Beban.
b) Kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun Belanja, maupun akun
pendapatan-LO dan akun Beban.
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-
LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan
pada akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh kesalahan dan koreksi belanja:
Misalnya terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan
jumlah gaji, dikoreksi dengan jurnal sebagai berikut:
Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal finansial
Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun aset yang bersangkutan.
Contoh : misalnya pengadaan aset tetap yang di-markup dan setelah setelah
dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi
dengan menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan
Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LRA, Belanja, dan Pembiayan ke akun SILPA
(SIKPA), dengan cara membalik nama akun dan saldonya di buku anggaran. Akun pendapatan
LRA dan penerimaan pembiayaan dituliskan kembali di kolom pengeluaran sejumlah saldonya,
sedangkan akun belanja dan transfer dan pengeluaran pembiayaan, dituliskan kembali di kolom
penerimaan sejumlah saldonya.
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang penyusunan laporan keuangan di SKPD yang meliputi penjelasan
tentang sistem akuntansi SKPD, struktur anggaran SKPD dan ilustrasi proses akuntansi SKPD.
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini peserta mampu menyusun Laporan Keuangan SKPD meliputi LRA, LO, LPE dan Neraca, yang
ditandai dengan:
1. mampu menjelaskansistem akuntansi SKPD.
2. mampu menjelaskan struktur anggaran SKPD.
3. mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan SKPD
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
4. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2012
Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke
rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas
Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD
yang secara otomatis adalah BUD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA), aliran kas masuk
ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan ke Kas Daerah. Demikian
juga untuk setiap pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang berasal dari Kas
Daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima
pembayaran ataupun melalui bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang persediaan/
tambah uang persediaan (UP/GU/TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan
akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek
berikut :
a. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang sebagai
hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat,
sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor cabang.
b. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara SKPD dan PPKD sebagai
entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD masing-masing mempunyai tanggung jawab
untuk menyusun laporan keuangannya masing-masing.
Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan PPKD ini dapat dilihat
dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD) pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD
menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD
merupakan akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara PPKD (selaku
BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam bahan ajar ini menggunakan pendekatan akuntansi kantor pusat dan
kator cabang (Home Office-Branch Accounting) sebagaimana mengacu kepada referensi yang diterbitkan
oleh Ditjen BAKD Kementerian Dalam Negeri. yaitu berdasarkan Surat Edaran Nomor 900/316/BAKD
tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan
Daerah, dan Surat Edaran Nomor 900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Handbook Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah.
Selanjutnya, sebagaimana telah dijelaskan topik/bahasan siklus akuntansi pemerintah daerah, diingatkan
kembali mekanisme pencatatan transaksi triple entry record system, yaitu pencatatan transaksi melalui
pembuatan jurnal di buku jurnal finansial dan atau pencatatan transaksi di buku anggaran dengan
penjelasan:
a. Untuk mencatat transaksi yang melibatkan akun pendapatan LO dan Beban serta akun-akun
neraca yaitu aset, kewajiban, ekuitas, menggunakan mekanisme penjurnalan di buku jurnal
finansial yaitu dengan men-debit atau meng-kredit akun yang terlibat;
b. Untuk mencatat transaksi yang melibatkan akun-akun pendapatan LRA, Belanja, Transfer,
Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan, menggunakan mekanisme single entry (seperti
pencatatan di Buku Kas Umum oleh Bendahara) yaitu mencatat pendapatan LRA dan
penerimaan pembiayaan tunai di kolom penerimaan dan mencatat Belanja, Transfer dan
Pengeluaran Pembiayaan tunai di kolom pengeluaran.
Dengan demikian, laporan keuangan berupa Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE) dan Neraca dihasilkan dari proses akuntansi sebagaimana biasanya yang dimulai dari penjurnalan
(pembukuan double entry). Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran dihasilkan dari pembukuan single
entry yang mirip dengan Buku Kas Umum yang diselenggarakan oleh bendahara.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD terdiri dari:
a. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Anggaran Belanja Tidak Langsung; dan
c. Anggaran Belanja Langsung
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD. Kewenangan
untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki
kewenangan untuk memungut retribusi.
Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis transaksi, bukan per
tanggal transaksi karena penekanannya di sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk
setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan SKPD.
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas di Bendahara Pengeluaran*) 1.500 Utang PPh dan PPn Rp1.500
Persediaan 500
Total Aset Lancar 2.000
Aset Tetap EKUITAS
Tanah 250.000 Ekuitas** 639.500
Gedung/Bangunan 240.000
Peralatan dan Mesin 149.000
Total Aset Tetap 639.000
TOTAL ASET 641.000 TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS 641.000
*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara s.d. akhir tahun 2010.
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena
akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan untuk T.A. 2012 adalah sebagai
berikut :
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 24.000.000
Belanja Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai Rp 1.500.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai Rp 65.000.000
Belanja Barang dan Jasa 150.000.000
Belanja Modal 120.000.000
Total Belanja Langsung Rp 335.000.000
Total Belanja Rp 1.835.000.000
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2012 di Dinas
Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :
Tanggal Transaksi
1/1/2012 Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000 ke
rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat)
2/2/2012 Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar Rp50.000.000
berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
3/3/2012 Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar Rp1.487.500.000
berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
4/4/2012 Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan mesin
sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja modal.
5/5/2012 Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yang dibayar secara LS sebesar
Rp55.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.
6/6/2012 Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2012 sebesar Rp27.000.000.
Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima bendahara penerimaan
sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Daerah,
berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
7/7/2012 Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan belanja yang
dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang terpakai dengan rincian sbb:
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 53.750.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 62.500.000
Total Rp116.250.000
Catatan:
a) Pengakuan/pencatatan belanja yang dibayar dari UP selama tahun berjalan dapat
dilakukan dengan dua alternatif berikut:
1) Pada saat diterimanya SP2D GU; atau
2) Pada saat SPJ UP telah disahkan oleh PA dan/atau SPJ Administratif/Fungsional
Bendahara Pengeluaran yang telah disahkan oleh PA/KPA.
Di dalam ilustrasi ini digunakan pendekantan (1) di mana pengakuan belanja yang
dibayar dari UP diakui pada saat diterimanya SP2D GU. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa pengesahan SPJ UP secara final adalah jika telah diterbitkannya SP2D GU oleh
BUD.
b) Pengakuan belanja akrual yang masih harus dibayar dapat dilakukan pada akhir tahun
melalui jurnal penyesuaian
Tanggal Transaksi
8/8/2012 Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil (bukti transaksi
pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai) untuk belanja sbb:
Belanja Langsung Jumlah
Belanja Pegawai (honor-honor) Rp 11.000.000
Belanja Barang dan Jasa Rp 27.500.000
Total Rp 38.500.000
Catatan:
Bagi Pemda yang tidak menggunakan bukti berupa SP2D GU Nihil ataupun SP2D TU Nihil,
akan menggunakan bukti pengesahan SPJ penggunaan UP/GU/TU berupa SPJ UP/GU/TU
dan/atau SPJ Administratif/Fungisonal Bendahara Pengeluaran.
9/9/2012 Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah sebesar Rp
11.500.000. Berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
10/10/2012 PPh/PPN yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran selama tahun berjalan
telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara sebesar Rp19.750.000. Berdasarkan bukti
transaksi berupa SSP.
31/12/2012 Berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan, diketahui persediaan yang masih tersisa
pada akhir tahun 2012 sebesar Rp1.000.000.
31/12/2012 Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset tetap mulai
diterapkan terhitung T.A. 2012. Semua aset tetap yang dapat disusutkan dihitung
penyusutannya dengan metode garis lurus dengan asumsi nilai residu nol. Gedung
dan Bangunan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per tahun, sedangkan
peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 10% per tahunnya.
Semua aset tetap (kecuali tanah dan Konstruksi Dalam Pekerjaan) yang diperoleh pada
tahun berjalan diasumsikan telah dapat disusutkan untuk setahun penuh.
31/12/2012 Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk bulan
Desember 2012 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.
Diminta:
Susunlah Laporan Keuangan Dinas Perhubungan Kabupaten Adil Makmur Tahun 2012 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
2. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 5 langkah sebagai berikut:
1. Analisis Transaksi dan Penjurnalan di Buku Jurnal Finansial atau dan Pencatatan di Buku
Anggaran
Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka digunakan daftar
akun sesuai yang diatur di PMK 238 yaitu hanya sampai dengan level 3. Contoh: akun kas
di bendahara penerimaan, kas di bendahara pengeluaran dan Kas di Kasda diambil hanya
sampai level 3 yaitu kas.
Seluruh transaksi dicatat di buku jurnal finansial meliputi akun dengan kode awal 1-Aset,
2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
Setiap transaksi yang melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA, 5-Belanja,
6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara tunai/melibatkan kas, maka selain dicatat
di buku jurnal finansial juga dicatat di buku anggaran.
LANGKAH 1: Analisis Transaksi dan Penjurnalan di Buku Jurnal Finansial atau dan Pencatatan di
Buku Anggaran
BUKU ANGGARAN
Tanggal Kode dan Nama Akun Penerimaan Pengeluaran
03/03/2012 511 Belanja Pegawai 1.487.500.000
04/04/2012 522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 110.000.000
05/05/2012 512 Belanja Barang dan Jasa 55.000.000
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 111
NAMA AKUN : Kas
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 1.500.000 - 1.500.000
01/01/2012 Penyetoran Potongan PPh dan - 1.500.000 -
PPN ke kas negara
02/02/2012 Menerima UP 50.000.000 - 50.000.000
06/06/2012 Menerima pendapatan retribusi 25.500.000 - 75.500.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU - 25.500.000 50.000.000
08/08/2012 Menerima SP2D GU Nihil - 38.500.000 11.500.000
09/09/2012 Menyetorkan sisa UP - 11.500.000 -
10/10/2012 Menerima potongan PPh/PPN 19.750.000 - 19.750.000
10/10/2012 Menyetorkan potongan PPh/PPN - 19.750.000 -
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 113
NAMA AKUN : Piutang Pendapatan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
06/06/2012 SKR diterbitkan 27.000.000 - 27.000.000
06/06/2012 Menerima pendapatan retribusi - 25.500.000 1.500.000
BUKU BESAR
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 131
NAMA AKUN : Tanah
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 250.000.000 - 250.000.000
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 132
NAMA AKUN : Peralatan dan Mesin
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 149.000.000 - 149.000.000
04/04/2012 Membeli peralatan dan mesin 110.000.000 259.000.000
secara LS -
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 133
NAMA AKUN : Gedung dan Bangunan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 149.000.000 - 149.000.000
BUKU BESAR
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 137
NAMA AKUN : Akumulasi Penyusutan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
31/12/2012 Jurnal penyesuaian - 31.900.000 31.900.000
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 211
NAMA AKUN : Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal - 1.500.000 1.500.000
01/01/2012 Penyetoran Potongan PPh dan 1.500.000 - -
PPN ke kas negara
10/10/2012 Menerima potongan PPh/PPN - 19.750.000 19.750.000
10/10/2012 Menyetorkan potongan PPh/PPN 19.750.000 - -
BUKU BESAR
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 311
NAMA AKUN : Ekuitas
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal - 639.500.000 639.500.000
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 313
NAMA AKUN : Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
02/02/2012 Menerima UP - 50.000.000 50.000.000
03/03/2012 Membayar Gaji Pegawai - 1.487.500.000 1.537.500.000
04/04/2012 Membeli peralatan dan mesin - 110.000.000 1.647.500.000
secara LS
05/05/2012 Membeli barang dan jasa secara LS - 55.000.000 1.702.500.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU 25.500.000 - 1.677.000.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU - 116.250.000 1.793.250.000
09/09/2012 Menyetorkan sisa UP 11.500.000 - 1.781.750.000
BUKU BESAR
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 912
NAMA AKUN : Beban Barang
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
05/05/2012 Membeli barang dan jasa secara LS 55.000.000 - 55.000.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU 62.500.000 - 117.500.000
08/08/2012 Menerima SP2D GU Nihil 27.500.000 - 145.000.000
31/12/2012 Jurnal penyesuaian - 500.000 144.500.000
31/12/2012 Jurnal penyesuaian 15.325.000 - 159.825.000
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 917
NAMA AKUN : Beban Penyusutan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
31/12/2012 Jurnal penyesuaian 31.900.000 - 31.900.000
BUKU BESAR
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 511
NAMA AKUN : Belanja Pegawai
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
03/03/2012 Membayar Gaji Pegawai - 1.487.500.000 1.487.500.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU untuk belanja - 53.750.000 1.541.250.000
pegawai
08/08/2012 Menerima SP2D GU untuk belanja - 11.000.000 1.552.250.000
pegawai
BUKU BESAR
SKPD : Dinas Perhubungan
KODE AKUN : 512
NAMA AKUN : Belanja Barang dan Jasa
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
05/05/2012 Membeli barang dan jasa secara LS - 55.000.000 55.000.000
07/07/2012 Menerima SP2D GU untuk belanja - 62.500.000 117.500.000
barang dan jasa
08/08/2012 Menerima SP2D GU untuk belanja - 27.500.000 145.000.000
barang dan jasa
BUKU BESAR
Ket: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang (balance), apabil tidak, berarti ada kesalahan yang
mungkin terjadi pada saat mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo rekening buku besar
ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit,
atau sebaliknya.
No Uraian Jumlah
Tahun 2011 Tahun 2012
153 31 Aset Tidak Berwujud Rp- Rp-
154 32 Aset Lain-lain Rp- Rp-
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32) Rp- Rp-
34 JUMLAH ASET (42+36+33+24+20) Rp641.000.000,00 Rp719.600.000,00
2 35 Kewajiban
21 36 Kewajiban Jangka Pendek
211 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Rp1.500.000,00 Rp-
212 38 Utang Bunga Rp- Rp-
213 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp- Rp-
214 40 Pendapatan Diterima Dimuka Rp- Rp-
215 41 Utang Beban Rp- Rp15.325.000,00
216 42 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp- Rp-
43 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42) Rp1.500.000,00 Rp15.325.000,00
22 44 Kewajiban Jangka Panjang
221 45 Utang Dalam Negeri Rp- Rp-
223 46 Utang Luar Negeri Rp- Rp-
224 47 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp- Rp-
48 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. Rp- Rp-
47)
22 44 Kewajiban Jangka Panjang
221 45 Utang Dalam Negeri Rp- Rp-
223 46 Utang Luar Negeri Rp- Rp-
224 47 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp- Rp-
48 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. Rp- Rp-
47)
49 JUMLAH KEWAJIBAN (43+48) Rp1.500.000,00 Rp15.325.000,00
3 50 Ekuitas
31 51 Ekuitas
311 52 Ekuitas Rp639.500.000,00 Rp(1.077.475.000,00)
312 53 Ekuitas SAL Rp- Rp-
313 54 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan Rp- Rp1.781.750.000,00
55 JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54) Rp639.500.000,00 Rp704.275.000,00
No Uraian Jumlah
Tahun 2011 Tahun 2012
56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55) Rp641.000.000,00 Rp719.600.000,00
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang sistem akuntansi PPKD dan proses penyusunan laporan keuangan
PPKD.
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini:
1. Peserta mampu menjelaskan sistem akuntansi PPKD
2. Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE,
dan Neraca.
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
4. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2012
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa akuntansi transaksi resiprokal (transaksi
timbal-balik) antara PPKD dan SKPD tersebut diselenggarakan dengan metode akuntansi hubungan
kantor pusat dan cabang (Home Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal
tersebut, SKPD menggunakan akun RK-PPKD, sedangkan PPKD akan menggunakan akun RK-SKPD
(ditulis sesuai dengan nama SKPD-nya masing-masing). Selanjutnya, mekanisme akuntansi untuk PPKD
pun tetap menggunakan triple entry record system, sehingga konsisten dengan pembahasan pada bab
sebelumnya.
PPKD
NERACA SALDO
Per 1 Januari 2012
No. Rek Nama Rek Debit Kredit
1.1.1.x Kas di Kas Daerah 35.750.654.000
1.2.1.x Penyertaan Modal pada Perusahaan 10.000.000.000
Daerah
3.1.1.x Ekuitas 45.750.654.000
Jumlah 45.750.654.000 45.750.654.000
Informasi Tambahan:
Saldo SiLPA awal tahun 2012 sebesar Rp35.750.654.000,-
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan -
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
*)Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD
bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
Tanggal Transaksi
1/1/2012 Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2012 berdasarkan Nota Kredit Reken-
ing Koran Bank adalah Rp dengan rincian sbb.:
Pendapatan DBH 55.850.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah 351.350.000.000
2/2/2012 Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening Kasda berdasarkan STS dan
Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp 35.467.546.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp. 390.756.540.000
3/3/2012 Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas SP2D LS yang diterbitkan
kepada seluruh SKPD adalah sbb:
Jumlah dipungut Jumlah disetor
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000 32.540.654.000
Potongan Taspen 18.120.000.000 18.120.000.000
Potongan Askes 1.560.430.000 1.560.430.000
Jumlah 52.330.816.000 52.221.084.000
4/4/2012 Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp 3.576.000.000
5/5/2012 Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke rekening Kasda
adalah Rp 124.760.000
6/6/2012 Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah 5.500.000.000
Tanggal Transaksi
7/7/2012 Jumlah penerimaan pinjaman jangka panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan bukti transfer
dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar Rp 25.000.000.000
8/8/2012 Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar Rp 5.000.000.000
9/9/2012 Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah sebesar
Rp2.500.000.000
31/12/2012 DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2012 sebesar Rp 5.000.000.000
31/12/2012 Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar Rp250.000.000
Diminta:
Susunlah Laporan Keuangan PPKD Kabupaten Adil Makmur Tahun 2012 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
2. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 5 langkah sebagai berikut:
1. Analisis Transaksi dan Penjurnalan di Buku Jurnal Finansial atau dan Pencatatan di Buku
Anggaran
Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka digunakan daftar
akun sesuai yang diatur di PMK 238 yaitu hanya sampai dengan level 3.
Contoh: akun kas di bendahara penerimaan, kas di bendahara pengeluaran dan Kas di Kasda
diambil hanya sampai level 3 yaitu kas.
Seluruh transaksi dicatat di buku jurnal finansial meliputi akun dengan kode awal 1-Aset,
2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
Setiap transaksi yang melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA, 5-Belanja,
6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara tunai/melibatkan kas, maka selain dicatat di
buku jurnal finansial juga dicatat di buku anggaran.
LANGKAH 1: Analisis Transaksi dan Penjurnalan di Buku Jurnal Finansial atau dan Pencatatan
di Buku Anggaran
BUKU ANGGARAN
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Penerimaan Pengeluaran
01/01/2012 711 Penggunaan SILPA 35.750.654.000
01/01/2012 421 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 351.350.000.000
07/07/2012 516 Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
07/07/2012 622 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 2.000.000.000
08/08/2012 714 Pinjaman Dalam Negeri 25.000.000.000
09/09/2012 721 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000
10/10/2012 722 Penyertaan Modal/Investasi Pemerin- 2.500.000.000
tah Daerah
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 111
NAMA AKUN : Kas
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 35.750.654.000 - 35.750.654.000
01/01/2012 Pendapatan dana perimbangan 351.350.000.000 - 387.100.654.000
02/02/2012 Menerima penyetoran 35.467.546.000 - 422.568.200.000
pendapatan dari SKPD
03/03/2012 Menerbitkan SP2D LS ke seluruh - 390.756.540.000 31.811.660.000
SKPD
04/04/2012 Memotong/memungut PPh, 52.330.816.000 - 84.142.476.000
PPN, Taspen, Askes
04/04/2012 Menyetor PPh, PPN, Taspen dan - 52.221.084.000 31.921.392.000
Askes
05/05/2012 Menerbitkan SP2D UP/GU/TU - 3.576.000.000 28.345.392.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 111
NAMA AKUN : Kas
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
06/06/2012 Menerima sisa UP dan TU dari 124.760.000 - 28.470.152.000
seluruh SKPD
07/07/2012 Memberikan bantuan sosial dan - 5.500.000.000 22.970.152.000
keuangan
08/08/2012 Menerima pinjaman jk panjang 25.000.000.000 - 47.970.152.000
dari Pemerintah Pusat
09/09/2012 Membentuk dana cadangan - 5.000.000.000 42.970.152.000
10/10/2012 Menambah penyertaan modal - 2.500.000.000 40.470.152.000
di perusahaan daerah
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 113
NAMA AKUN : Piutang Pendapatan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
11/11/2012 Mencatat pendapatan terutang 5.000.000.000 - 5.000.000.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 199
NAMA AKUN : Aset Untuk Dikonsolidasikan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
02/02/2012 Menerima penyetoran - 35.467.546.000 (35.467.546.000)
pendapatan dari SKPD
03/03/2012 Menerbitkan SP2D LS ke -
seluruh SKPD 390.756.540.000 355.288.994.000
05/05/2012 Menerbitkan SP2D UP/GU/TU 3.576.000.000 - 358.864.994.000
06/06/2012 Menerima sisa UP dan TU dari - 124.760.000 358.740.234.000
seluruh SKPD
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 122
NAMA AKUN : Investasi Jangka Panjang Permanen
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal 10.000.000.000 - 10.000.000.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 141
NAMA AKUN : Dana Cadangan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
09/09/2012 Membentuk dana cadangan 5.000.000.000 - 5.000.000.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 212
NAMA AKUN : Utang Bunga
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
12/12/2012 Beban bunga terutang atas pinja- - 250.000.000 250.000.000
man jangka panjang
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 221
NAMA AKUN : Utang Dalam Negeri
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal - 45.750.654.000 45.750.654.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 311
NAMA AKUN : Ekuitas
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Saldo Awal - 45.750.654.000 45.750.654.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 821
NAMA AKUN : Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
01/01/2012 Pendapatan dana perimbangan - 351.350.000.000 351.350.000.000
11/11/2012 Mencatat pendapatan terutang - 5.000.000.000 356.350.000.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 913
NAMA AKUN : Beban Bunga
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
12/12/2012 Beban bunga terutang atas 250.000.000 - 250.000.000
pinjaman jk panjang
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 916
NAMA AKUN : Beban Bantuan Sosial
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
07/07/2012 Memberikan bantuan sosial dan 3.500.000.000 - 3.500.000.000
keuangan
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 924
NAMA AKUN : Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
07/07/2012 Memberikan bantuan sosial dan 2.000.000.000 - 2.000.000.000
keuangan
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 421
NAMA AKUN : Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Finansial
Akun, Pengeluaran
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 516
NAMA AKUN : Belanja Bantuan Sosial
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
07/07/2012 Memberikan bantuan sosial dan - 3.500.000.000 3.500.000.000
keuangan
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 622
NAMA AKUN : Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
07/07/2012 Menerima pinjaman jk panjang - 2.000.000.000 2.000.000.000
dari Pemerintah Pusat
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 714
NAMA AKUN : Pinjaman Dalam Negeri
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
08/08/2012 Menerima pinjaman jk panjang 25.000.000.000 - 25.000.000.000
dari Pemerintah Pusat
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 721
NAMA AKUN : Pembentukan Dana Cadangan
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
09/09/2012 Pembentukan dana cadangan - 5.000.000.000 5.000.000.000
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 722
NAMA AKUN : Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Finansial
Tanggal Transaksi Ref Debit Kredit Saldo
10/10/2012 Penyertaan modal pemerintah di - 2.500.000.000 2.500.000.000
perusahaan daerah
2 Surplus/Defisit LO Rp350.600.000.000
6 Lain-lain Rp-
NERACA
31 Desember 2012
No Uraian Jumlah
Tahun 2011 Tahun 2012
11 2 Aset Lancar
111 3 Kas Rp35.750.654.000,00 Rp40.470.152.000,00
112 4 Investasi Jangka Pendek Rp- Rp -
113 5 Piutang Pendapatan Rp- Rp5.000.000.000,00
114 6 Piutang Lainnya Rp- Rp-
115 7 Penyisihan Piutang Rp- Rp-
116 8 Beban Dibayar Dimuka Rp- Rp-
117 9 Persediaan Rp- Rp-
199 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan Rp- Rp358.740.234.000,00
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10) Rp35.750.654.000,00 Rp404.210.386.000,00
12 12 Investasi Jangka Panjang
121 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen Rp- Rp-
122 14 Investasi Jangka Panjang Permanen Rp10.000.000.000,00 Rp12.500.000.000,00
15 Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. Rp10.000.000.000,00 Rp12.500.000.000,00
14)
13 16 Aset Tetap
131 17 Tanah Rp- Rp-
132 18 Peralatan dan Mesin Rp- Rp-
133 19 Gedung dan Bangunan Rp- Rp-
134 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp- Rp-
135 21 Aset Tetap Lainya Rp- Rp-
136 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp- Rp-
137 23 Akumulasi Penyusutan Rp- Rp-
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23) Rp- Rp-
14 25 Dana Cadangan
141 26 Dana Cadangan Rp- Rp5.000.000.000,00
27 Jumlah Dana Cadangan (26) Rp- Rp5.000.000.000,00
15 28 Aset Lainnya
151 29 Tagihan Jangka Panjang Rp- Rp-
152 30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp- Rp-
153 31 Aset Tidak Berwujud Rp- Rp-
154 32 Aset Lain-lain Rp- Rp-
33 Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32) Rp- Rp-
No Uraian Jumlah
Tahun 2011 Tahun 2012
34 JUMLAH ASET (42+36+33+24+20) Rp45.750.654.000,00 Rp421.710.386.000,00
2 35 Kewajiban
21 36 Kewajiban Jangka Pendek
211 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Rp- Rp109.732.000,00
212 38 Utang Bunga Rp- Rp250.000.000,00
213 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp- Rp-
214 40 Pendapatan Diterima Dimuka Rp- Rp-
215 41 Utang Beban Rp- Rp-
216 42 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp- Rp-
43 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. Rp- Rp359.732.000,00
42)
22 44 Kewajiban Jangka Panjang
221 45 Utang Dalam Negeri Rp- Rp25.000.000.000,00
223 46 Utang Luar Negeri Rp- Rp-
224 47 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp- Rp-
48 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47) Rp- Rp25.000.000.000,00
49 JUMLAH KEWAJIBAN (43+48) Rp- Rp25.359.732.000,00
3 50 Ekuitas
31 51 Ekuitas
311 52 Ekuitas Rp45.750.654.000,00 Rp396.350.654.000,00
312 53 Ekuitas SAL Rp- Rp-
313 54 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan Rp- Rp-
55 JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54) Rp45.750.654.000,00 Rp396.350.654.000,00
56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55) Rp45.750.654.000,00 Rp421.710.386.000,00
PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH
(KONSOLIDASIAN)
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Konsolidasian)
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan tentang reformasi akuntansi pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan
dan konsep dasar akuntansi pemerintahan, prinsip akuntansi dan pelaporan, jenis dan bentuk laporan
keuangan, serta keterkaitan antar laporan keuangan.
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan reformasi keuangan negara
2. Mampu menjelaskan Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Mampu menjelaskan konsep dasar akuntansi pemerintahan
4. Mampu menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan
5. Mampu menjelaskan jenis dan bentuk laporan keuangan
6. Mampu menjelaskan keterkaitan antar laporan keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan Penyusunan CaLK, Format CaLK, Sistematika CaLK
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
5. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
6. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
7. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2012
Berikut adalah ilustrasi kertas kerja penyusunan LKK, dengan asumsi bahwa di dalam setiap kertas kerja
yang disajikan hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu, entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi
gabungan seluruh SKPD.
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja
Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar Rp23.659.500.000. Jumlah
tersebut seluruhnya berasal dari pajak daerah yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada
yang berasal dari pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-
LO yg berbasis akrual, jumlah pajak daerah yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp
40.500.000, sehingga jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan di LO seluruhnya
berjumlah Rp 23.700.000.000.
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima sebesar Rp7.674.400.000.
Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi daerah yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak
ada yang berasal dari pembayaran piutang retribusi tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-
LO yg berbasis akrual, jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp12.500.000, sehingga
jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.
3) Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang telah diterima (basis kas).
Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan DAU yang diakui adalah jumlah yang seharusnya
diterima tahun berjalan yaitu sebesar Rp255.000.000.000,- (basis akrual).
4) Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar Rp12.064.280.000,- merupakan belanja
yang telah dibayar (dipertanggungjawabkan) pada tahun berjalan. Jumlah tersebut seluruhnya
merupakan beban tahun berjalan, dalam arti tidak ada pembayaran untuk membayar utang
belanja barang dan jasa tahun lalu. Oleh karena itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan
di LO (basis akrual) berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah dilaporkan di LRA
ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan yang sudah terjadi tetapi belum
dibayar (utang belanja) yaitu sebesar Rp110.410.000, dan dikurangi dengan kenaikan saldo
persediaan akhir sebesar Rp35.000.000,-, sehingga total beban barang dan jasa di LO sebesar
Rp12.139.690.000,- (Rp12.064.280.000 + Rp110.410.000 Rp35.000.000).
5) Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga yang sudah dibayar.
Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan atas pinjaman jangka panjang kepada
pemerintah pusat sebesar Rp250.000.000 sudah dapat diakui di LO sebagai beban bunga tahun
berjalan.
6) Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal merupakan belanja untuk
memperoleh aset tetap dan aset lain-lain yang memiliki manfaat lebih dari satu tahun, sehingga
di dalam entitas akuntansi keuangan pengaruh dari transaksi belanja modal langsung dicatat
dengan mendebit akun aset yang bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi
lain, harus ada pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi tersebut sebagai beban
penyusutan yang harus dilaporkan di LO. Di sisi lain, akumulasi penyusutan dilaporkan di Neraca
sebagai contra account atas akun aset tetap. Beban penyusutan hanya ada di LO SKPD, karena di
Neraca PPKD tidak pernah ada akun aset tetap.
7) Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari kegiatan non operasional
dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di samping itu di LO tidak akan pernah disajikan akun
transaksi pembiayaan, karena pemibiayaan itu bukan pendapatan maupun beban. Sehingga LO
dalam ilustrasi di atas hanya disajikan sampai Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
Keterangan:
1) RK-SKPD = RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari
SKPD (-) Pendapatan SKPD yang telah disetor ke Kasda.
2) Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan
jumlah beban penyusutan yang diakui tahun ini.
3) Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Terdapat sedikit perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan
LAK versi SAP berbasis akrual (PP 71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Perbandingan LAK berbasis CTA dengan LAK berbasis Akrual
Uraian LAK (SAP berbasis CTA) LAK (SAP berbasis Akrual)
Klasifikasi 1. Aktivitas Operasi 1. Aktivitas Operasi
2. Aktivitas Investasi Non-Keuangan 2. Aktivitas Investasi
3. Aktivitas Pembiayaan 3. Aktivitas Pendanaan
4. Aktivitas Non-Anggaran 4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas Investasi Mencakup penerimaan
Non-Keuangan /pengeluaran kas dari transaksi
penjualan/pembelian aset tetap.
Aktivitas Investasi Mencakup penerimaan/pengeluaran kas
transaksipenjualan / pembelian aset
tetap,perolehan/ penjualan investasijangka
panjang, pembentukan/ pencairan dana
cadangan
Aktivitas Mencakup penerimaan / pengeluaran kas dari
Pembiayaan transaksi perolehan/penjualan investasi
jangka panjang, penarikan/pembayaran
pinjaman, pembentukan/pencairan dana
Aktivitas Mencakup transaksi penerimaan/ pengeluaran
Pendanaan kas dari transaksipenarikan/ pembayaran
pinjaman.
Aktivitas non Mencakuppenerimaan/pengeluaran kas Substansi sama hanya beda
Anggaran daritransaksi di luar APBD, sepertitransaksi PFK, istilah, di sini menggunakan
contoh iuran Taspen, Askes. istilah aktivitas transitoris
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan
operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator yang menunjukkankemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup
untukmembiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan
pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.Arus kas dari aktivitas
investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasbruto dalam rangka perolehan dan pelepasan
sumber daya ekonomi yang bertujuanuntuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah
kepada masyarakat dimasa yang akan datang.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utangjangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi piutangjangka panjang dan utang jangka panjang.Arus kas
dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasyang berhubungan dengan
perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidaktermasuk dalam aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan
kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan
kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara
tunai untuk pihak ketiga misalnya potonganTaspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas
antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti
kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti
kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran.
Kertas Kerja
Tabel 6.1
Format Catatan Atas Laporan Keuangan
Adapun isi dari setiap bab dalam CaLK adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab ini memberikan penjelasan mengenai informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
mengenai faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan keuangan oleh pemerintah daerah sehingga
terjadi perubahan posisi keuangan.
Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)
Selanjutnya, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator kinerja program hingga ke sasarannya.
Instansi: Inspektorat
No Program - Kegiatan Indikator Hasil - Keluaran Satuan Sasaran
1 Peningkatan Pengawasan Aparatur Peningkatan nilai temuan dari 2%
Negara tahun lalu.
Jumlah Instansi yang Laporan Instansi 10
Keuangannya sesuai SAP
Menyajikan ikhtisar keuangan selama setahun dimana informasi tersebut terdiri atas ikhtisar realisasi
pencapaian target kinerja keuangan dan hambatan serta kendala yang ada dalam pencapaian target yang
telah ditetapkan. Bagian ini juga harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang penting selama
periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPRD, hambatan dan
kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap
perlu oleh manajemen entitas untuk diketahui pembaca laporan keuangan.
Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan keluaran (output) dengan masukan (input).
Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan.
Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana
strategis pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ikhtisar
pembahasan kinerja keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja keuangan dalam satu entitas
pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen untuk dapat
memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan
adalah relevan dan andal.
Keterkaitan pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun harus tegas terlihat yang menyatakan bahwa
pembahasan mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana
strategis pemerintah dan indikator.
Hambatan dan kendala yang dimaksud merupakan hambatan yang dapat dikendalikan maupun yang
tidak. Seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per program dapat diuraikan secara naratif untuk
menjelaskan faktor pendukung dan penghambatpencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, CaLK dapat menguraikan faktor penghambat yang menyebabkan
pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran
berjalan merupakan tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget),
di mana belanja pemerintah kota tidak dibedakan lagi menjadi belanja rutin dan belanja pembangunan.
Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah
terlambatnya pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBD.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang telah ditentukan,
ternyata tidak dapat tercapai yang disebabkan oleh, antara lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak
tercapainya target penerimaan pajak)
a. tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
b. musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
c. rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan ganti rugi
sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada periode ini tidak sesuai
dengan target pada anggarannya.
Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat diuraikan dengan menjelaskan dan
menguraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah anggaran dan hambatan-hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari
eksternal. Misalnya, terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan proses
lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga dana yang terserap
baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran.
Adapun sub bab yang perlu untuk dibahas adalah sebagai berikut:
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian I, uraian ringkas mengenai entitas pelaporan dapat diulang
pada Bagian awal dari Bab IV ini. Hal ini akan lebih memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas
dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
Mengingat pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual, maka bagian ini akan berisi uraian mengenai
penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini pun akan menjadi tempat bagi penjelasan
tentang pemakaian basis akrual penuh, jika memang hal itu sudah diterapkan. Sebagai contoh, penjelasan
mengenai basis akuntansi ini adalah sebagai berikut:
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBD yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset, kewajiban, dan
ekuitas, yaitu basis akrual.
4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Berisi informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas penyusunan rekening laporan
keuangan (aset, kewajiban dan ekuitas). Dalam bagian ini disajikan proses penetapan nilai setiap aset,
kewajiban, dan ekuitas. Informasi pengukuran yang dimaksud adalah menggambarkan nilai perolehan
historis (yaitu aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas) atau sebesar nilai wajar dari imbalan
untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal dan ekuitas dicatat sebesar
selisih antara aset dengan kewajiban. Hal ini karena pengguna laporan keuangan perlu mengetahui
basisbasis pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila
lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang
disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan
basis pengukuran tersebut.
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi
Pemerintah
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 4.2 dari Bab IV. Namun demikian,
setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk
pengakuan pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib dan juga kurs.
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai akun-akun yang disajikan dalam periode
berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin menjelaskan berbagai kebijakan
akuntansi atas elemen-elemen utama laporan keuangan seperti pendapatan, belanja, aset, kewajiban,
dan ekuitas. Dimuat dalam bagian 4.4 dari CaLK, kebijakan akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya
adalah penjelasan mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi
pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang perlu dijelaskan adalah
kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui, mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait
dalam Laporan Keuangan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan, belanja, pembiayaan,
aset, kewajiban dan ekuitas adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/keluar dari Kas Umum Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset secara umum dan
aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain itu,
dalam bagian ini pun diuraikan cara penilaiannya.
Tentang aset tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa aset tetap mencakup seluruh aset yang
dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan dengan kewajiban jangka panjang
mengandung kompleksitas yang masih belum banyak diketahui awam, bagian ini perlu ditambahi
dengan penjelasan mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen hutang
jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.
Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat mengulas tentang Fixed rate Bonds
(FR), atau Hedge bonds (HB), atau surat utang.
Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan,
dan dibayarkan secara periodik setiap enam bulan. Tingkat kupon obligasi jenis FR berkisar antara,
misalnya, 10 persen sampai 16,5 persen, yang terdiri dari 23 seri, dengan masa jatuh tempo berkisar
antara tahun 2005 sampai 2014 (posisi per akhir tahun 200x)
Hedge bonds (HB) adalah obligasi lindung nilai yang berbunga mengambang, dan terdiri dari enam
seri. Tingkat bunga per tahun obligasi jenis ini adalah sebesar SIBOR (Singapore Interbank Offered rate)
ditambah dua persen, dihitung atas jumlah nominal yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs
rupiah terhadap USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada saat jatuh tempo,
sebagimana terms and condition-nya, HB dapat diganti dengan obligasi lain. Penjelasan mengenai
Ekuitas harus meyakinkan bahwa ekuitas merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara
aset dengan utang pemerintah.
Memuat penjelasan akun-akun laporan keuangan, terdiri atas pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas, dan komponen-komponen laporan arus kas. Bagian ini dapat menjawab tujuan
khusus CaLK yaitu : Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan. Selain itu, pada bagian ini,
CaLK perlu menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian wajar
atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan
informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum
disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
5.1.1. Pendapatan.
Untuk CaLK SKPD, akun pendapatan hanya terdiri atas akun pendapatan asli daerah.
5.1.2 Belanja.
Untuk CaLK SKPD, akun belanja hanya terdiri atas akun belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
modal.
5.1.3 Aset
Berisi penjelasan akun aset seperti aset lancar, aset tetap, aset lain-lain.
Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Nilai aset tetap per <tanggal
neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap> dengan perincian sebagai berikut:
Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih mengalami permasalahan
sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai
pemerintah kota tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun
belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung
tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi.
5.1.4 Kewajiban
Berisi penjelasan akun kewajiban seperti kewajiban jangka panjang dan jangka pendek
5.1.5 Ekuitas
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan akun ekuitas lancar (SKPD), ekuitas investasi (SKPKD)
dan ekuitas cadangan (SKPKD).
5.2 Pengungkapan atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas untuk entitas pelaporan yang menggunakan akuntansi berbasis akrual penuh.
Bagian ini berisi kebijakan akuntansi yang diharuskan Standar Akuntansi Pemerintah dan pengungkapan
atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual. Entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus
mengungkapkan akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis
akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni, suatu proses pengadaan yang
belum tuntas sampai pada pengeluaran seluruh belanja dari kas negara dan penerimaan Berita Acara
Serah Terima Barang mungkin sudah membukukan komitmen kontrak yang ditandatangani sebagai
dasar pencatatan aset tetap dengan nilai sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang menggunakan
asas kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam akun Konstruksi dalam Pengerjaan
dengan nilai sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini akan
dapat lebih dimaklumi jika entitas yang menggunakan asas akrual murni menyajikan rekonsiliasinya
dengan basis kas menuju akrual.
Dengan demikian maka rekonsiliasi yang diharapkan akan dapat menunjukkan bahwa pengguna basis
akrual murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi penyusutan yang lebih besar daripada yang
menggunakan basis kas menuju akrual, terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset
sudah dicatat sebagai aset tetap. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai dari
penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan
basis akrual. Nilai tersebut selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset
bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai yang sama dengan nilai
akhir pada Laporan Realisasi Anggaran.
Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan Kinerja Keuangan sebagai laporan
yang menunjukkan hasil operasi anggaran, maka rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang tercantum
pada Laporan Kinerja Keuangan. Sebagai contoh, rekonsiliasi dilakukan dengan menggunakan asumsi
data keuangan sebagai berikut:
Berdasarkan contoh di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah sebagaimana jurnal rekonsiliasi
berikut:
Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja Keuangan dan neraca entitas berbasis
akrual penuh akan sama dengan catatan seandainya ia mencatat dengan basis kas menuju akrual.
Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada;
b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
c. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting selama tahun
pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru.
Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai kejadian, yang umumnya
berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai
pihak tergugat. Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal untuk menuntut
ganti rugi, adalah contoh-contoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini belum
mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh negara secara
meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa menyebut potensi
kerugian yang ditimbulkan. Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat, metode dan teknik analisis, keterbatasan analisis
laporan keuangan dan ilustrasi analisis laporan keuangan
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini diharapkan peserta mampu :
1. mendefinisikan pengertian laporan keuangan pemerintah daerah
2. menjelaskan tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan Pemda
3. menguraikan bentuk bentuk dan teknik analisis laporan keuangan Pemda
4. menerapkan teknik laporan keuangan pemerintah daerah
5. menafsirkan hasil laporan keuangan pemerintah daerah
Ilustrasi Analisis Laporan Data historis, bersifat umum, kuantitatif dan taksiran
Keuangan Ilustrasi, Analisis Laporan Keuangan
Referensi:
1. PP 60/2008tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah;
2. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
3. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
4. Tim Penyusun Handbook Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, Analisis Laporan Keuangan Daerah,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007
7.1. Pendahuluan
Sejak berlakunya PP 71/2010, maka setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan CaLK. Dengan
bertambahnya komponen laporan pemerintah daerah tersebut, seyogyanya terdapat pula perkembangan
teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah, agar pengguna laporan keuangan memiliki dasar
memadai dalam mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah, yang pada akhirnya
hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan
anggaran daerah di masa mendatang.
Supaya laporan keuangan lebih berarti dan mudah dipahami oleh para pembaca laporan keuangan,
maka perlu dilakukan analisis atas laporan keuangan tersebut. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi akun-akun laporan tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat
hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan entitas tersebut untuk
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
7.2. Pengertian
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri
keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan
analisis atas laporan keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit informasi yang
lebih rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan
entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik analisis tertentu dalam
melihat ukuran dan hubungan unsur laporan keuangan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat
meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan
pribadi dan lain sebagainya. Analisis laporan keuangan dapat menunjukkan adanya kesalahan proses
akuntansi. Dengan demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau informasi
yang tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih akurat.
Arti penting analisis laporan keuangan memberi informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan
dapat digunakan untuk menilai kemampuan entitas memenuhi kewajiban termasuk
penyediaan dana, mengevaluasi prestasi manajemen termasuk mengetahui kondisi
keuangan entitas.
7.3. Tujuan dan Manfaat
Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk
menilai kondisi dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan
pemerintah daerah adalah untuk hal-hal berikut ini.
Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah.
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana kegiatan.
Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan program-programnya.
Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.
Dalam praktik, secara umum terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai,
yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal.
Analisis Horizontal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode dengan periode berikutnya.
Analisis ini juga dikenal dengan analisis kecenderungan (trend). Analisis trend merupakan suatu teknik
analisis yang mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan yang terjadi
dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan
di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain: angka-angka dalam Rupiah,
angka-angka dalam persentase, kenaikan atau penurunan jumlah Rupiah, kenaikan atau penurunan
dalam persentase.
Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari sejumlah faktor. Apabila faktor-
faktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan perubahan terhadap data yang kita, maka dalam hal ini
dapat digunakan sebab-akibat. Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda merupakan
contoh dari sebab-akibat.Sementara itu, apabila hanya disusun satu model dengan menggunakan
hubungan antara variabel tanpa memperhatikan apakah yang satu mempengaruhi yang lain atau tidak,
maka kita melakukan analisis kecenderungan sederhana.
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui kecenderungan suatu akun
(naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa
tahun berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun
tersebut. Kelemahan dari analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah tidak dapat diketahui
secara langsung berapa rata-rata kenaikan per tahun. Untuk mengatasi problem tersebut, kita dapat
menggunakan analisis kecenderungan bergerak (dari tahun-ke-tahun) untuk mengetahui rata-rata
kenaikan per tahun.
Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio komparatif hanya di sini melibatkan data
beberapa tahun agar dapat diperoleh rata-rata kenaikan pertahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per
tahun tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun berikutnya.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan bersifat subyektif. Artinya, bila
ada beberapa orang diminta untuk menarik garis kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh
garis kecenderungan lebih dari satu, sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai
dengan anggapannya garis mana yang mewakili diagram pencar. Oleh karena itu, metode ini tidak dapat
memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat analisis. Analisis selanjutnya
akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda dengan memakai bantuan komputer.
Analisis vertikal
Analisis vertikal (hubungan) merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan analisis antara akun-akun yang ada, dalam satu periode pelaporan
keuangan. Analisis hubungan yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan keuangan, adalah sebagai
berikut:
1. Analisis atas akun yang ada di neraca.
2. Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA).
3. Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK).
Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan daerah
dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja (dalam laporan
realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan jumlah
pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan jumlah belanja
modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah pengeluaran
pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.
Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan analisis sebagai
berikut:
1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di dalam
neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.
2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan realisasi
anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah
yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembayaran
pinjaman, jumlah kewajiban di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.
3. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan dalam laporan realisasi
anggaran, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah
yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan
dana cadangan, jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah
yang sama.
4. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan daerah dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam neraca harus berkurang
dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jka terjadi pengeluaran pembiayaan berupa
penyertaan modal dalam perusahaan daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam
neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.
5. SiLPA pada kelompok ekuitas di neraca harus sama dengan jumlah SiLPA (akhir tahun) di
laporan realisasi anggaran. SiLPA di neraca diperoleh dengan perhitungan: jumlah total kas
dikurangi kewajiban pada PFK (potongan Taspen, Askes, dan PPh dan PPn yang belum disetor).
Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan akun-akun yang ada
dalam satu laporan keuangan atau akun-akun antara laporan keuangan neraca dan laporan realisasi
anggaran. Analisis rasio dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1. Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang (kewajiban)
jangka pendek. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio kas.
2. Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar semua
utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan rasio uang terhadap aset atau
rasio utang terhadap ekuitas.
3. Leverage,untuk mengukur perbandingan antara ekuitas (kekayaan bersih pemerintah daerah)
dengan total utang.
4. Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam mendanai
aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan daerah,
indikator perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Rasio ini dapat diukur
dengan membandingkan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).
(PADt-PAD(t-1))
Ratio Pertumbuhan PAD
PAD_(t-1)
(Total Utang)
Ratio Utang Perkapita
(Jumlah Penduduk)
(Total Utang)
Rasio Utang terhadap Aset tetap
(Aset Tetap)
PAD
Rasio Utang Terhadap PAD
Utang
bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemahaman dasar akuntansi dan Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan
Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya penggunaan
estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif, misal: estimasi atas kemungkinan
tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat atau umur ekonomis aset tetap, dan lain
sebagainya.
4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif
Informasi laporan keuangan berupa informasi kuantitatif keuangan, sehingga hasil analisis
laporan keuangan juga bersifat kuantitatif. Sedangkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja pemerintah bukan hanya informasi kuantitatif,
tetapi juga informasi kualitatif. Contoh informasi kualitatif yang relevan dengan analisis
laporan keuangan adalah opini auditor independen mengenai laporan keuangan pemerintah
daerah, alasan-alasan tidak tercapainya target pajak daerah atau meningkatnya jumlah defisit
anggaran.
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan
Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan yang lebih
menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan kinerja, akan
tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi
anggaran, melainkan dalam laporan kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, analisis
laporan keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja keuangan. Namun
demikian, analisis dapat dikembangkan sampai kepada analisis kinerja program/kegiatan
dengan mengumpulkan data-data mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut
target dan capaian kinerjanya.
Deskripsi:
Topik ini menjelaskan perbedaan reviu dan pemeriksaan laporan keuangan serta ruang lingkup,
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan laporan hasil reviu laporan keuangan
Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan keuangan
2. Mampu menjelaskan teknik pemeriksaan dan pengendalian intern
3. Mampu menjelaskan temuan dan hasil laporan pemeriksaan
4. Mampu menjelaskan komunikasi pemeriksaan
Temuan dan Hasil Laporan Temuan, Hasil Laporan Pemeriksaan (LHP), Surat Representasi
Pemeriksaan (Representation Letter)
Referensi:
1. Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach. Prentice Hall International, Englewood Cliffs,
5th edition, 2010
2. PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
3. Permendagri 4/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo Permendagri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23
Tahun 2007
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas
Pemerintah
6. BPK RI, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara(SPKN), 2007.
7. BPKP, Teknik Komunikasi Audit, Edisi 4, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan, 2007
8.1. Pendahuluan
Saat ini audit atau khusus dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan, merupakan salah
satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik. Secara etimologi, istilah audit berasal
dari bahasa latin audire yang berarti mendengar. Secara tradisional auditing dapat dipahami sebagai
upaya pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi tersebut telah
disajikan secara wajar (true and fair).
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit sektor privat/swasta
dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat perbedaan makna untuk audit dengan
pemeriksaan (examination), sedangkan pada sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan
pengauditan hingga saat ini masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah
definisi audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian antarapernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Arens, et.al., 2010).
Proses sistematis:
Rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi.
Tingkat kesesuaian:
Seberapa sesuai asersi-asersi tersebut dapat dicocokkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Menyampaikan hasil:
Hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi
dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan (pemeriksaan) adalah untuk menambah
kredibilitas pernyataan manajemen sehingga pihak yang berkepentingan dapat memakai informasi
dengan penjaminan yang memadai bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.
Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan
bertujuan untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan. Pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable) apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Selain
untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern (SPI) serta mengidentifikasi kemungkinan adanya
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse).
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Perbedaan paling utama adalah tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan pemeriksaan (laporan)
keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable) apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan PABU atau basis akuntansi
komprehensif selain PABU di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan keuangan adalah untuk
memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan SPI yang memadai
dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu
pengujian atas kebenaran substansi dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/
jasa, bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan prosedur lainnya
yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI, catatan akuntansi, dan
pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur
lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan
barang modal yang nilainya material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah
dicatat dalam Aset Tetap, sedang dalam pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur
pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksanaan aktivitas. Reviu dilakukan
secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), sedangkan
pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal yaitu pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI). Berdasarkan ayat 1 pasal 49 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008, APIP
terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas
laporan keuangan pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pemahaman Tujuan
Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas
Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem
Pengendalian Intern, (6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan
Kesalahan Tertoleransi, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan
(10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1) Pelaksanaan Pengujian
Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern, (3) Pengujian Substantif Atas Transaksi
dan Saldo Akun, (4) Penyelesaian Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan (TP), (6)
Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian TP.
Tahap Pelaporan
Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan Konsep
Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat
Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat
Entitas Yang Berwenang, (4) Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir dan
Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan 11 Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci 20 Penyusunan Konsep Laporan Hasil
1 dan Harapan Penugasan Pemeriksaan
12 Pengujian Sistem Pengendalian Intern
Pemenuhan Kebutuhan 21 Pembahasan Konsep Laporan Hasil
2
Pemeriksa 13 Pengujian Subtantif Atas Transaksi, Saldo Pemeriksaan Dengan Penanggungjawab
Akut
3 Pemahaman atas Entitas Pendapatan Belanja dan 22 Penyampaian dan Pembahasan Konsep
Pembiayaan Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan
Penentuan Tindak Lanjut Hasil Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana Pejabar Entitas yang Berwenang
4
Pemeriksaan Sebelumnya Arus Kas
23 Perolehan Surat Representasi
5 Pemahaman Sistem Penyelesaian Penugasan:
14
Pengendalian Intern Reviu Kewajiban Kontijensi 24 Penyusunan Konsep Akhir dan
Reviu Kontrak Jangka Panjang Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pemahaman dan Penilaian Identifikasi Kejadian Setelah
6
Resiko Tanggal Neraca
2. Asersi Manajemen
Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan kualitas berbagai asersi manajemen yang terkandung
dalam laporan keuangan karena dalam pelaksanaan pemeriksaan, tim pemeriksa BPK akan menguji asersi
manajemen (Kepala Daerah dan para Kepala SKPD/SKPKD/PPKD) atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan.
Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit. Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/1-III.2/5/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, asersi yang diuji mencakup 5 aspek, yaitu: (1)
keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, dan
(5) penyajian dan pengungkapan.
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian (existence or occurrence) berhubungan dengan aspek:
Apakah Aset, kewajiban dan ekuitas yang tercantum dalam neraca dan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK) memang benar-benar ada (exist) per tanggal neraca.
Apakah pendapatan serta belanja yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred) selama periode pelaporan.
Apakah transaksi operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang
mempengaruhi kas yang dilaporkan dalam Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK memang
benar-benar telah terjadi (occurred) selama periode pelaporan.
b. Asersi Kelengkapan (completeness) berhubungan dengan jaminan bahwa semua transaksi dan
rekening yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan memang telah tercermin
dalam laporan keuangan dan tidak ada hal-hal yang material (signifikan) yang tertinggal dan
tidak diungkapkan.
c. Asersi Hak dan Kewajiban (rights and obligation) berhubungan dengan keyakinan bahwa Aset
yang disajikan dalam laporan keuangan memang benar-benar hak entitas dan bahwa hutang
yang disajikan dalam laporan keuangan memang benar-benar kewajiban entitas per tanggal
laporan keuangan.
d. Asersi Penilaian (valuation) berhubungan dengan keyakinan bahwa akun-akun yang disajikan
dalam laporan keuangan telah mencerminkan nilai yang semestinya.
e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan dengan jaminan
bahwa akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan telah diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan secara semestinya.
Sebagai contoh, Neraca Kabupaten AAA tanggal 31 Desember 2011 mencantumkan rekening
kas sebesar Rp. 99.800.765.000 Pada hakikatnya manajemen membuat dua asersi eksplisit
(keberadaan dan penilaian), yaitu:
1) Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada tanggal 31 Des 2012;
2) Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah Rp 99.800.765.000.
f. Selain dua asersi eksplisit manajemen juga membuat tiga buah asersi implisit (kelengkapan, hak
dan kewajiban, sertapenyajian/pengungkapan) sebagai berikut:
1) Bahwa semua kas yang seharus dilaporkan memang telah dimasukkan dalam jumlah
tersebut secara lengkap.
2) Bahwa semua kas yang dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2012 tersebut adalah
milik Kabupaten AAA.
3) Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunaan kas yang dilaporkan tersebut.
Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Kompetensi suatu bukti tergantung dari relevansi, pengetahuan langsung pemeriksa, keaslian bukti,
independensi yang menyajikan, kualifikasi individu, objektifitas, keefektifan pengendalian intern, dan
ketepatan waktu.
Jenis-jenis bukti pemeriksaan yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh pemeriksa meliputi:
Bukti Analitis (Analytical Evidence).
Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence).
Konfirmasi (Confirmation).
Pernyataan Tertulis (Written Representation).
Bukti Matematis (Mathematical Evidence).
Bukti Lisan (Oral Evidence).
Bukti Fisik (Physical Evidence).
Bukti Elektronik (Electronic Evidence).
counting,
reperforming, dan
computer-assisted audit techniques.
Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam pekerjaan pemeriksaannya adalah
memahami dan menguji berjalannya SPI pada entitas yang diperiksa. Pemerintah (auditan) harus
menjamin SPI yang dibuat sudah efektif agar opini yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat
hubungan antara pengendalian intern dengan pemeriksaan. Jika pengendalian intern dianggap efektif
oleh pemeriksa, maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas pelaksanaan pengujian yang ekstensif.
Sebaliknya jika pengendalian intern dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan pengujian
substantif dengan ekstensif. Dalam kondisi SPI sangat lemah, pemeriksa dapat memberikan opini tidak
memberikan pendapat (disclaimer).
Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan unsur tersebut,
namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak mengevaluasi unsur kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan penilaian risiko.
Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan permasalahan yang
ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada pihak yang terperiksa. Permasalahan
tersebut meliputi:
1. Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian (adjustments) yang diusulkan tim
pemeriksa kepada pemerintah daerah. Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut merupakan koreksi
terhadap LKPD yang di atas nilai TE dan secara keseluruhan di atas nilai materialitas. Koreksi pemeriksaan
tersebut menggambarkan penyajian LKPD yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
dan kecukupan pengungkapan. Jurnal koreksi hanya pada akun utama pada LKPD. Penyesuaian pada
buku dan sistem akuntansi dilakukan kemudian. Selain itu, koreksi terhadap kecukupan pengungkapan
merupakan koreksi pada catatan atas laporan keuangan LKPD.
Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang diduga memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan diancam
dengan sanksi pidana dalam peraturan perundang-undangan.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah tanggal pekerjaan
lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan pemeriksaan tersebut merupakan
tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat representasi pemerintah daerah.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pejabat pemerintah,
yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Membuat hasil
pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3) Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan
perbaikan oleh instansi terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap
laporan keuangan Pemerintah Kota/Kabupaten
tidak menjamin pejabat daerah itu bebas dari
kasus korupsi. Opini WTP hanya penilaian atas
baiknya tata kelola keuangan yang dilakukan oleh
pemprov/pemkot/pemkab. WTP tidak menjamin
tidak ada korupsi.
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/, 2012
Perkembangan opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah dapat di grafik berikut ini:
2006
2007
70% 2008
60% 2009
2010
50% 2011
40% 2012
30%
20%
10%
0
WTP WDP TW TMP
Sumber: BPK RI
Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan dan kecukupan
pengungkapan, opini didasarkan pula kepada kepatuhan perundang-undangan dan efektivitas sistem
pengendalian intern yang berpengaruh terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan
dan sistem pengendalian intern dapat dilaporkan terpisah.
9) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian intern yang dapat
mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak
langsung dan material atas laporan keuangan.
10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi pemantauan tindak
lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa
harus mengidentifikasi kondisi yang dapat dilaporkan yang secara sendiri-sendiri atau secara
kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus menempatkan temuan
tersebut dalam perspektif yang wajar.
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat hukum apakah laporan
mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan tersebut akan mengganggu suatu proses penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan
hasil pemeriksaan akan mengganggu proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi
laporannya, misalnya pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan sesuai dengan
kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil transparansi fiskal pada pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus memperoleh surat
representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD.
Surat representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pemerintah daerah
atas berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses
pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh
sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan, ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada
penanggung jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
Kami memberikan surat representasi ini sehubungan dengan pemeriksaan Badan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) atas
Laporan Keuangan Daerah .. Tahun 200X, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir
tanggal 31 Desember 200X, Laporan Arus Kas, Neraca per 31 Desember 200X, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kami
menegaskan bahwa kami bertanggungjawab atas penyajian laporan keuangan tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
Representasi surat ini diberikan terbatas pada hal-hal yang material. Sesuatu dipandang material, tanpa melihat besarnya,
namun juga menyangkut salah saji informasi akuntansi yang mempengaruhi pertimbangan wajar pengguna laporan
keuangan, yang mengandalkan kepercayaan pada informasi laporan keuangan yang dimaksud.
Kami menegaskan bahwa berdasarkan keyakinan dan pengetahuan kami yang terbaik, representasi berikut ini telah kami
buat kepada Tim BPK RI selama pemeriksaan:
1. Laporan keuangan yang disebut di atas telah kami sajikan sesuai dengan SAP.
2. Kami telah menyediakan semua data material dan informasi yang diperlukan kepada Tim BPK-RI.
3. Semua transaksi yang material sudah dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Semua rekening atas nama perjabat terkait dengan jabatannya dalam pemerintahan sudah dicatat atau diungkapkan
dalam laporan keuangan.
5. [Pemerintah Daerah ] memiliki hak penuh atas aset yang dimiliki, dan tidak terdapat gadai atau penjaminan atas aset
tersebut.
6. Sampai dengan saat ini kami tidak mengetahui adanya tindakan pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang
dampaknya perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
7. Semua kewajiban material sudah dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan.
8. Tidak terdapat tagihan yang belum dinyatakan dan harus dinyatakan tapi belum diungkapkan.
9. [Pemerintah Daerah ] telah memenuhi semua aspek perjanjian kontrak yang akan mempunyai dampak material
terhadap laporan keuangan jika terjadi pelanggaran.
10. Tidak terdapat peristiwa atau transaksi material yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 200X yang belum dicatat dan
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.
11. Tidak terdapat kecurangan material (kesalahan disengaja, penghilangan jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan dan diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.
12. Kami bertanggung jawab untuk penyelenggaraan dan memelihara sistem pengendalian intern.
13. Kami telah menilai efektifitas sistem pengendalian intern dalam hal:
a. Keandalan pelaporan keuangan: transaksi-transaksi telah dicatat, dan diringkas secara memadai untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan aset
telah dilindungi dari kehilangan yang disebabkan oleh pengambilalihan, penggunaan atau pelepasan hak yang
tidak sah.
b. Ketaatan pada peraturan yang berlaku: transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berdampak langsung dan material terhadap laporan keuangan.
14. Kami telah menyampaiakn semua kelemahan signifikan yang ada pada perancangan dan pelaksanaan pengendalian
intern yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan [Pemerintah Daerah ] dalam mencapai tujuan
pengendalian intern dan mengindikasikan kelemahan-kelemahan yang material.
15. Kami bertanggungjawab atas penyelenggaraan sistem pengelolaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
tentang keuangan negara dan SAP.
16. Kami telah mengidentifikasi dan mengungkapkan semua peraturan dan undang-undang yang berdampak langsung dan
material terhadap penentuan jumlah dalam laporan keuangan.
17.
Kami telah menyampaikan semua kejadian ketidakpatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat representasi ini dibuat sebagai penjelasan atas hasil pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan [Pemerintah
Daerah .. ].
unikator
Kom
Dampak sebagai pengaruh Dapat berupa ide, informasi,
dari pesan. keluhan, keyakinan, himbauan
Pes
Efek
di un
Me ikan
Sarana atau saluran yang
mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya Orang yang menerima pesan
atau banyak jumlahnya.
Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan akan berjalan secara efektif
(dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan) dan efisien (proses pemeriksaan berlangsung lancar sehingga
sumber daya benar-benar digunakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan itu). Komunikasi selama
pelaksanaan pemeriksaan terjadi antara tiga pihak, yaitu: komunikasi pemeriksa dengan rekan satu tim;
komunikasi pemeriksa dengan pihak auditan; dan komunikasi pemeriksa dengan pihak-pihak luar.
Pemeriksa dituntut untuk mengadakan hubungan insani dengan auditan. Hubungan insani tersebut
ditunjukkan dengan tidak adanya saling menyakiti tetapi saling menghargai, tanpa saling merugikan
tetapi berusaha untuk sama-sama merasakan manfaat dari hasil kerjasamanya. Seorang pemeriksa harus
berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain. Auditan janganlah
dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek atau individu yang memiliki kepribadian tersendiri.
Dengan diciptakannya hubungan insani oleh pemeriksa, diharapkan pemeriksa dan auditan merasa puas
dengan pemeriksaan yang dilakukan dan auditan percaya dengan fungsi pemeriksaan.
Salah satu persyaratan untuk dapat mempraktikan hubungan insani, adalah mengetahui tentang
psikologi, khususnya mengenai perilaku seseorang di dalam lingkungannya. Beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dalam hubungan psikologis antara pemeriksa dengan auditan adalah:
a. Bahwa setiap manusia pada dasarnya selalu ingin diperlakukan secara terhormat dan ingin
selalu dihargai.
b. Bahwa manusia itu satu sama lain berbeda.
c. Bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk dapat
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, walaupun kebutuhan itu tidak selalu merupakan hal
yang harus diperoleh, tetapi sesuatu yang mereka inginkan. Dalam hal ini seorang pemeriksa
yang baik akan selalu berusaha untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diingini
auditan, supaya dapat memberikan motivasi yang tepat untuk bisa bekerjasama.
d. Bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk dapat memilih serta bekerja sesuai dengan
kehendaknya serta perasaannya.
Pemeriksa seyogyanya menempatkan auditan
sebagai subjek atau rekan kerja untuk membangun
komunikasi dan suasana psikologis yang baik,
sehingga proses pemeriksaan dapat berjalan efektif
dan efisien
auditan mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi dan melayani pemeriksa sehingga
situasi ini memberikan keuntungan bagi auditor berupa conformity pressure kepada auditan.
b. Image. Image yang positif adalah bahwa seorang pemeriksa harus jujur, tegas dan menjunjung
tinggi kebenaran.
c. Atribut Pribadi. Pangkat/Jabatan, pendidikan, usia, penampilan, pengalaman dan prestasi
merupakan atribut-atribut pribadi yang dapat memberikan pengaruh positif ataupun negatif
dalam hubungan antara pemeriksa dan auditan.
d. Atribut Organisasi. Atribut organisasi pertama yang dapat memberikan pengaruh adalah
kedudukan hirarkis organisasi. Semakin tinggi kedudukan organisasi pemeriksaan (unit
pemeriksa), makin tinggi pula nilai yang diberikan oleh auditan.
e. Perilaku. Dalam mendapatkan informasi dari auditan maka pemeriksa harus memperhatikan
faktor perilaku seperti sopan, halus dalam tutur kata, hormat pada orang lain, sikap rukun, tahu
diri, simpatik dan mudah menolong.
f. Jenis-jenis Pemeriksaan. General audit akan memberikan respon yang sewajarnya dari auditan
daripada pemeriksaan khusus yang diarahkan untuk menemukan kecurangan.
g. Temuan Pemeriksaan. Apabila selama pemeriksaan pemeriksa menemukan sesuatu yang dapat
mengancam kedudukan auditan maka besar kemungkinan auditan akan bersikap bermusuhan.
h. Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam hal ini kebijakan yang menekankan pentingnya pengawasan
melekat dan pengawasan fungsional berdampak conformity pressure.
i. Suasana Setempat. Pemeriksa yang menghadapi auditan di daerah (dimana kepatuhan
terhadap birokrasi masih sangat tinggi) umumnya akan diterima dan dilayani dengan baik.
Penting untuk dicatat bahwa semua faktor-faktor
diatas tidak terlepas dari pengaruh budaya nasional,
lokal dan budaya organisasi
e) Temuan yang buktinya lemah bisa menjadi fitnah dan berpotensi menjadi pembunuhan
karakter pihak tertentu.
f) Pemeriksa terkadang memiliki kepentingan finansial kepada auditan. Misalnya pemeriksa ingin
menjual jasa tertentu kepada auditan dengan menggunakan perusahaan lain.
g) Pemeriksa memiliki kewenangan yang kuat sehingga pemeriksa terkadang arogan dan tidak
mau menerima kebenaran.
Dengan demikian penyelesaian temuan sebaiknya harus berhati-hati jangan sampai justru menimbulkan
permasalahan lain yang lebih serius. Kelemahan mendasar dalam sistem pemeriksaan keuangan oleh BPK
adalah tidak terdapatnya mekanisme check and balance. BPK yang membuat standar pemeriksaan, yang
melaksanakan, dan mengawasi pelaksanaan standar tersebut. Sehingga jika terjadi perbedaan pendapat
antara pemeriksa dengan auditan maka kemungkinan besar yang dianggap benar adalah pemeriksa.
Auditan dapat saja mengajukan keberatan kepada struktur internal BPK baik kepada pengendali teknis,
kepada penanggung jawab maupun Majelis Kehormatan Dewan Etik. Seharusnya terdapat dewan
kehormatan yang mengawasi pelaksanaan standar ini berada di luar organisasi BPK yang merupakan
organisasi independen untuk mengawasi pelaksanaan standar dan menjadi organisasi yang dapat
menyelesaikan perbedaan antara pemeriksa dan auditan.
DPRD, maka auditan dapat berjanji bahwa kejadian tersebut tidak akan diulangi di masa yang
akan datang. Lebih lanjut, pada bulan Desember tahun 2012 pemegang kas telah menerima
SPM Gaji untuk bulan Januari tahun 2013. SPM ini harusnya dicairkan pada tahun 2013. Akan
tetapi pemegang kas mencairkannya pada akhir Desember 2012 dengan alasan bahwa pada
tanggal 1 Januari merupakan tahun baru dan bank libur. Tidak ada kerugian negara, tetapi gaji
ini harus di bebankan pada laporan realisasi anggaran pada tahun 2012. Pemeriksa menemukan
kejadian ini dan membuat management letter bahwa hal tersebut tidak terjadi lagi di masa yang
akan datang.
Contoh lain, misal ditemukan oleh pemeriksa bahwa pemerintah daerah tidak memiliki Kartu
Aset Tetap sehingga semua aset tetap yang dimiliki tidak tercatat dengan baik. Akibatnya aset
tetap tersebut mudah sekali hilang atau digelapkan. Temuan seperti ini dapat diselesaikan
dengan janji melakukan perbaikan atas SPI.
c. Perbaikan Atas Temuan Administratif Pelaporan
Jika temuan pemeriksa merupakan temuan administratif misalnya terjadi kesalahan pencatatan
dan pelaporan yang tidak menimbulkan kerugian negara, maka auditan dapat langsung
menerima temuan tersebut jika memang demikian adanya. Temuan seperti ini lazim sekali
terjadi dalam pemeriksaan keuangan. Misalnya laporan realisasi anggaran satker terjadi kesalahan
pencatatan rekening. Biaya foto copy dibebankan ke rekening biaya ATK. Koreksi semacam ini
lazim dan tidak perlu dipermasalahkan selama memang ini benar adanya.
d. Penyelesaian di Tempat
Jika terdapat kerugian negara misalnya jika kesalahan ini bukan kesengajaan maka auditan
dapat melakukan pembayaran ke kas daerah atau pemerintah pada saat proses pemeriksaan
dilakukan. Dengan demikian pemeriksa dapat mengeluarkan temuan tersebut dari laporan hasil
pemeriksaan. Akan tetapi jika kesalahan ini mengandung unsur kecurangan maka pemeriksa dapat
memandang kasus tersebut sebagai kasus korupsi dan terdapat unsur tindak pidana. Hanya saja,
beda kesalahan dengan kecurangan adalah tipis. Kecurangan adalah kesalahan yang disengaja
dan ada unsur merugikan negara. Sedangkan kesalahan adalah hal yang tidak disengaja mungkin
karena auditan tidak memahami peraturan perundangan yang berlaku.
6. Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa
Setelah segala jenis bahan pembelaan telah disiapkan dan argumentasi yang kuat telah disusun maka
selebihnya adalah bagaimana auditan mampu memenangkan negosiasi dengan pemeriksa. Berikut kiat-
kiat memenangkan negosiasi dengan pemeriksa:
a. Terlebih dahulu kenali:
siapa saja yang akan menjadi lawan bicara, sifat dan kepribadian, ego, bagaimana
tingkat sensitifitas dan sebagainya.
posisi atau jabatan mereka dalam organisasi.
seberapa besar pengaruh masing-masing orang dalam masalah pokok yang menjadi
agenda pembahasan.
apakah hadirin merupakan pengambil keputusan atau bukan.
c. Mulai dengan kalimat-kalimat hangat dan bersahabat untuk mencairkan suasana sebelum
negosiasi berlangsung.
d. Hindarkan negosiasi yang konfrontatif.
Konfrontasi terkadang tidak menyelesaikan masalah. Pemeriksa kadang merasa terhina jika
auditan terlalu lugas dalam menyangkal temuan pemeriksa walaupun yang disampaikan oleh
auditan benar adanya.
e. Berpura-pura bodoh itu kadang pintar.
Dengan beberapa pengecualian, manusia cenderung membantu orang yang mereka anggap
kurang pintar daripada mengambil keuntungan dari mereka. Kadang dengan berpura-pura
bodoh kita diberikan waktu untuk memikirkan kembali dan waktu itu kita gunakan untuk
mengumpulkan informasi dan meneliti lagi lebih mendalam.
f. Jangan biarkan pihak pemeriksa menjadi notulis.
Pada waktu berdiskusi dan bernegosiasi tidak semua hal dibicarakan dalam komunikasi verbal.
Karena itu ada baiknya auditan yang menulis notulen.
g. Pelajari dulu dengan seksama lingkup pekerjaan dan kontrak yang dibuat. Pekerjaan yang tidak
terdapat dalam kontrak tetapi dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam kenyataan, cenderung tidak
dianggap sebagai penambah komponen biaya oleh pemeriksa. Sebaliknya, pekerjaan yang ada
dalam kontrak tetapi tidak dilaksanakan oleh pihak ketiga akan menjadi kerugian negara.
Saudara diminta:
Susunlah Neraca Awal Kabupaten Mudah Sekali dengan menuliskan kode dan nama akun beserta
saldonya ke dalam format Neraca sebagai berikut:
Kode Nama Akun Saldo Kode Nama Akun Saldo
Akun Akun
ASET KEWAJIBAN
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ...
... ...
... ...
... ... EKUITAS
... ... ... ...
*) Kas merupakan Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara s/d akhir tahun
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini
sudah merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.
RINGKASAN DPA
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2012 adalah sbb.:
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 24.000.000
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai Rp 1.500.000.000
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai Rp 65.000.000
Belanja Barang dan Jasa 150.000.000
Belanja Modal 120.000.000
Total Belanja Langsung Rp 335.000.000
Total Belanja Rp 1.835.000.000
TRANSAKSI
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2012 di Dinas Kesehatan
diringkaskan sbb:
a) Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000 ke rekening Kas
Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat).
b) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar Rp50.000.000
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012
dalam rupiah
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
dalam rupiah
Kode No Uraian Jumlah
Tahun 2012 Tahun 2011
1 1 Aset
11 2 Aset Lancar
111 3 Kas
112 4 Investasi Jangka Pendek
113 5 Piutang Pendapatan
114 6 Piutang Lainnya
115 7 Penyisihan Piutang
116 8 Beban Dibayar Dimuka
117 9 Persediaan
199 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
12 12 Investasi Jangka Panjang
121 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
122 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
15 Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
13 16 Aset Tetap
131 17 Tanah
132 18 Peralatan dan Mesin
133 19 Gedung dan Bangunan
134 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
135 21 Aset Tetap Lainya
136 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan
137 23 Akumulasi Penyusutan
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
14 25 Dana Cadangan
141 26 Dana Cadangan
27 Jumlah Dana Cadangan (26)
15 28 Aset Lainnya
151 29 Tagihan Jangka Panjang
152 30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
153 31 Aset Tidak Berwujud
2. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja barang dan jasa, beban, dan persediaan,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
3. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja modal dan aset tetap, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pembiayaan, investasi dan kewajiban, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
5. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi dana cadangan dan transaksi non anggaran,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
6. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi koreksi kesalahan, jurnal penyesuaian, dan jurnal
penutup, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
SOAL TOPIK IV
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan soal berikut ini !
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2012 dengan ringkasan anggaran sbb.:
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2012 adalah sbb:
Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari
NERACA
Per 1 Januari 2012
Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan Bangunan 800.000.000
Total Aset Tetap 2.150.000.000
A. Ringkasan transaksi selama Triwulan I s.d. III (Jan s.d. Sept) T.A. 2012
1) Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2012 dengan bukti SP2D-UP sebesar Rp.
10.000.000.
2) Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti SP2D-LS
dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti SP2D-GU selama
Januari s.d September 2012 adalah sebagai berikut:
Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS), sedangkan
belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan UP/TU.
DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. SusunlahLaporan Keuangan meliputi :
a. Laporan Operasional (LO)
b. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Saldo
BUKU BESAR
NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2012
SKPD : ...................................
Kode dan Nama Rekening Ref Saldo
Saldo
Tanggal . ..
PPK SKPD
NIP .
LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012
(dalam rupiah)
Kode No Uraian Jumlah
1 2 3
8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
82 8 Pendapatan Transfer LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
832 16 Pendapatan Lainnya
17 JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(dalam rupiah)
Kode No Uraian Jumlah
Tahun 2012 Tahun 2011
1 1 Aset
11 2 Aset Lancar
111 3 Kas
112 4 Investasi Jangka Pendek
113 5 Piutang Pendapatan
114 6 Piutang Lainnya
115 7 Penyisihan Piutang
116 8 Beban Dibayar Dimuka
117 9 Persediaan
199 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
12 12 Investasi Jangka Panjang
121 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
122 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
15 Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
13 16 Aset Tetap
131 17 Tanah
132 18 Peralatan dan Mesin
133 19 Gedung dan Bangunan
134 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
135 21 Aset Tetap Lainya
136 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan
137 23 Akumulasi Penyusutan
24 Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
14 25 Dana Cadangan
141 26 Dana Cadangan
27 Jumlah Dana Cadangan (26)
15 28 Aset Lainnya
151 29 Tagihan Jangka Panjang
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2012
2012
512 22 Belanja Barang dan Jasa
513 23 Belanja Bunga
514 24 Belanja Subsidi
515 25 Belanja Hibah
516 26 Belanja Bantuan Sosial
27 Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
52 28 Belanja Modal
521 29 Belanja Modal Tanah
522 30 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
523 31 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
524 32 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
525 33 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
34 Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53 35 Belanja Tak Terduga
531 36 Belanja Tak Terduga
37 Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
38 Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
6 39 Transfer
61 40 Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611 41 Transfer Bagi Hasil Pajak
612 42 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
62 43 Transfer Bantuan Keuangan
621 44 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya
622 45 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
623 46 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
47 Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
48 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 +
47)
49 SURPLUS/DEFISIT (18 48)
7 50 Pembiayaan
71 49 Penerimaan Pembiayaan
711 51 Penggunaan SILPA
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2012
2012
712 52 Pencairan Dana Cadangan
713 53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
714 54 Pinjaman Dalam Negeri
715 55 Penerimaan Kembali Piutang
716 56 Penerimaan Kembali Investasi Dana
Bergulir
57 Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d.
56)
72 58 Pengeluaran Pembiayaan
721 59 Pembentukan Dana Cadangan
722 60 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
Daerah
723 61 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724 62 Pemberian Pinjaman Daerah
63 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59
s.d. 62)
64 PEMBIAYAAN NETO (57 63)
65 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49
+ 64)
SOAL TOPIK V
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal berikut ini.
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2012
Nama Rek Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas di Kas Daerah 45.750.765.000
Piutang DAU 15.000.000.000
Penyertaan Modal pada Perusahaan Daerah 25.000.000.000
Ekuitas 85.750.765.000
Jumlah 85.750.765.000 85.750.765.000
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 45.750.765.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan -
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 20.000.000.000
Uraian Jumlah(Rp)
Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
Belanja Tak Terduga 1.500.000.000
Jumlah 9.000.000.000
h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan bukti transfer
dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar Rp20.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah sebesar
Rp2.000.000.000
Diminta:
1) Lakukan pencatatan transaksi pada buku jurnal finansial (termasuk penyesuaian) atau dan buku
anggaran atas transaksi di atas;
2) Lakukan Posting ke buku besar
3) Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
4) Susunlah LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2012.
5) Susunlah LPE PPKD
6) Susunlah Neraca PPKD per 31 Des 2012
7) Susunlah LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2012.
Saldo
BUKU BESAR
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2012
PPD : ...................................
Kode dan Nama Rekening Ref Saldo
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK
PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
Tanggal . ..
PPK SKPD
NIP .
LAPORAN OPERASIONAL
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012
(dalam rupiah)
Kode No Uraian Jumlah
1 2 3
8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
82 8 Pendapatan Transfer LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
832 16 Pendapatan Lainnya
17 JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(dalam rupiah)
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2012
2012
51 20 Belanja Operasi
511 21 Belanja Pegawai
512 22 Belanja Barang dan Jasa
513 23 Belanja Bunga
514 24 Belanja Subsidi
515 25 Belanja Hibah
516 26 Belanja Bantuan Sosial
27 Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
52 28 Belanja Modal
521 29 Belanja Modal Tanah
522 30 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
523 31 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
524 32 Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
525 33 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
34 Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53 35 Belanja Tak Terduga
531 36 Belanja Tak Terduga
37 Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
38 Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
6 39 Transfer
61 40 Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611 41 Transfer Bagi Hasil Pajak
612 42 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
62 43 Transfer Bantuan Keuangan
621 44 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya
622 45 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
623 46 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
47 Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
48 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 +
47)
49 SURPLUS/DEFISIT (18 48)
7 50 Pembiayaan
Anggaran
Setelah Realisasi
Kode No Uraian %
Perubahan 2012
2012
71 49 Penerimaan Pembiayaan
711 51 Penggunaan SILPA
712 52 Pencairan Dana Cadangan
713 53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
714 54 Pinjaman Dalam Negeri
715 55 Penerimaan Kembali Piutang
716 56 Penerimaan Kembali Investasi Dana
Bergulir
57 Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d.
56)
72 58 Pengeluaran Pembiayaan
721 59 Pembentukan Dana Cadangan
722 60 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
Daerah
723 61 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724 62 Pemberian Pinjaman Daerah
63 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59
s.d. 62)
64 PEMBIAYAAN NETO (57 63)
65 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49
+ 64)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
LATIHAN
Lakukanlah horizontal, vertikal dan rasio atas laporan keuangan dari contoh laporan keuangan yang ada
pada lampiran Handbook ini.
Neraca
Laporan realisasi anggaran
Laporan arus kas
Informasi lain yang diperlukan.
ILUSTRASI
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN KOTA ABC
TAHUN XXX
Rasio Maksi
(Sisa Pinjaman+Pinjaman yang diusulkan) (111.927.975.180,5+0)
Pinjaman = 19,71%
(maksimal 75% (Jumlah Penerimaan Umum APBD Tahun Sebelumnya) 13.183.551.515,5
DSCR(minimal
({PAD+DAU+(DBH-DBH DR) }-Belanjan Wajib) (156.523.302,02+ 376.145.000.000+(730.858.131))
2,5 kali) =
(Angsuran Pokok+Bunga+Biaya Pinjaman lainnya)
Rasio Keselaras-
(Belanja Tidak Langsung) 553.821.593.113,07
an Belanja = 207,17%
(Belanja Langsung) 267.319.889.649,55
Rasio Utang
(Total Utang) 14.410.134.217,34
perkapita = 9.148,48
(Jumlah Penduduk) 1.575.140
Rasio Utang
Total Utang 14.410.134.217,34
terhadap aset = 0,46%
tetap Aset Tetap 3.101.449.550.822,38
Rasio bunga
(beban bunga jangka panjang)
utang thd PA = 25,39%
PAD 156.523.302,02
ILUSTRASI KASUS
Video Case: LKPD 2011 Kabupaten Melawi (Kal-bar) mendapat Opini Tidak Wajar
Diskusikan kemungkinan penyebab sebuah kabupaten (misal Melawi pada taun 2011) mendapat opini
tidak wajar dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh pemrintah daerah untuk memperbaiki system
pelaporan keuangan yang mereka miliki sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang transparan,
akuntabel dan sesuai dengan SAP.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Literatur
1. Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach. Prentice Hall
International, Englewood Cliffs, 5th edition, 2010
2. Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta (IB)
3. BPK RI, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
4. DJPK, 2012, Handbook Akuntansi Pemda
5. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP Akrual (PP
71/2010), 2012
6. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis
Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
7. Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and Nonprofit Accounting.
Person Education, Prentice Hall. 7 th Edition.
8. Mardiasmo, 20XX, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
B. Peraturan Perundangan
1. Undang-undang RI No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah;
5. PP 60/2008
6. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
7. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
8. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
9. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo Permendagri Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Perubahan Permendagri No 23 Tahun 2007
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode
Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
12. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah;
13. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
14. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
Akuntansi SKPD
(D.1) Neraca Saldo SKPD Laporan Keuangan LK SKPD
SKPD (LRA, Neraca, CALK
(D.2)
Laporan Keuangan
LK PEMDA
(LRA, Neraca, LAK, CALK)
PEMDA Akuntansi SKPKD
(D.4) LK SKPD (D.3)
(LRA, Neraca, CALK)
LK Perusahaan Daerah
LK PEMDA
(LRA, Neraca, LAK, CALK)
BERUPA PERDA
LK Perusahaan Daerah
Penjabaran LRA
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 2
Pembuatan Pembuatan
Bukti Memorial Bukti Memorial
Bukti Bukti
Memorial Memorial
PENJURNALAN PENJURNALAN
PENJURNALAN PENJURNALAN
Jurnal
Penerimaan Jurnal Jurnal
Kas Umum Umum
Jurnal
Penerimaan
Kas
POSTING
Terdiri dari:
A 1. BA Penerimaan Barang
Buku Besar
SKPD
2. SK Penghapusan Barang
3. SK Mutasi Barang PEMBUATAN NERACA 23
4. BA Pemusnahan Barang NERACA SALDO SALDO
5. BA Serah Terima Barang
6. BA. Penilaian Ke.
7. BA Penyelesaian Pekerjaan
D.2. Laporan
Keuangan SKPD
Terdiri dari:
B 1. BA Penerimaan Barang
2. SK Penghapusan Barang 103
3. Surat Pengiriman barang
4. SK Mutasi Barang
5. BA Pemusnahan Barang
6. BA Serah Terima Barang
7. BA. Penilaian
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 3
BA Penerimaan Barang
SK Penghapusan Barang
SK Mutasi Barang
BA Pemusnahan Barang
BA Serah Terima Barang
BA Penilaian
BA Penyelesaian Pekerjaan
Register
Jurnal-jurnal tersebut PPK-SKPD
diposting ke Register Buku Besar Buku Besar SKPD
SKPD.
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 4
Laporan Keuangan
SKPD
(LRA, Neraca, CALK)
Laporan Keuangan
Otorisasi SKPD
(LRA, Neraca, CALK)
SURAT
PERNYATAAN
Laporan Keuangan
SKPD Ke D.4. SURAT
24
(LRA, Neraca, CALK) Laporan PERNYATAAN
Keuangan
Pemda
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 5
Pengguna Anggaran
mengotorisasi Laporan
Keuangan SKPD, dan membuat
SURAT Laporan Keuangan Surat Pernyataan.
PERNYATAAN SKPD
(LRA, Neraca, CALK)
Pengguna Anggaran
SURAT menyerahkan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
PERNYATAAN SKPD berikut Surat Pernyataan
kepada PPKD
SKPD
(LRA, Neraca, CALK)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 6
Nota Kredit
POSTING Pembuatan
PENJURNALAN
Jurnal Buku Besar
Laporan Keuangan
Penerimaan/ Kas
Nota Debet Pengeluaran
Kas
Laporan Laporan
Akuntansi Aset Akuntansi Aset Arus Kas Posisi Kas Harian
Bukti Bukti
B Transaksi
A
Transaksi
Laporan
Posisi Kas Harian
Pembuatan Pembuatan
Bukti Memorial Bukti Memorial
Bukti Bukti
Memorial Memorial
PENJURNALAN PENJURNALAN
Jurnal
Jurnal Jurnal
Penerimaan
PENJURNALAN Jurnal PENJURNALAN Umum
Kas
Pengeluaran
Umum Kas
POSTING
A Terdiri dari:
1. BA Penerimaan Barang
A PEMBUATAN 2. SK Penghapusan Barang
NERACA SALDO 3. SK Mutasi Barang
4. BA Pemusnahan Barang
5. BA Serah Terima Barang
NERACA SALDO 6. BA. Penilaian
7. BA Penyelesaian Pekerjaan
Laporan PEMBUATAN
Arus Kas LK SKPKD B Terdiri dari:
1. BA Penerimaan Barang
2. SK Penghapusan Barang
3. Surat Pengiriman barang
25 4. SK Mutasi Barang
5. BA Pemusnahan Barang
Ke D.4.
LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK) Laporan
6. BA Serah Terima Barang
7. BA. Penilaian
Keuangan
Pemda
Akuntansi Akuntansi
BUD
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus
Penerimaan Kas Pengelolaan Keuangan
Pengeluaran KasDaerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 7
Bukti Bukti
Transaksi Transaksi BUD menyerahkan
Laporan
Laporan Arus Kas dan
Posisi Kas Harian Laporan Posisi Kas
Harian yang dilampiri
Bukti Bukti Nota Kredit dan Nota
Memorial Memorial Debet kepada Fungsi
Akuntansi SKPKD.
Fungsi Akuntansi
juga menjurnal Bukti Berdasarkan Laporan Posisi
Memorial transaksi Kas Harian, Fungsi Akuntansi
Aset / Hutang dan SKPKD melakukan
Bukti Memorial penjumlahan dalam Register
transaksi Selain Kas Jurnal Penerimaan Kas dan
ke dalam Register Register Jumlah Pengeluaran
Jurnal Umum. Kas.
Buku Besar
SKPKD
Fungsi Akuntansi
SKPKD memposting jurnal-jurnal
tersebut ke dalam Buku Besar SKPKD.
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
Akuntansi Akuntansi
tentang Pedoman Pengelolaan BUD
Keuangan Daerah, 2006 Kas
Penerimaan Pengeluaran Kas
Lampiran 8
PenjabaranLRA
Perusahaan Daerah
Konsolidasi (Penggabungan)
LK Perusahaan Daerah
24 LK Pemda
(LRA, Neraca, LAK, CALK)
LK Perusahaan Daerah
SURAT
PERNYATAAN KDH
LK Perusahaan Daerah
Lampiran 9
LK Perusahaan Daerah
LK Perusahaan Daerah
Lampiran 10
Dari D.4.
Laporan Keuangan 26
Pemda
Penyampaian LK
paling lambat 3 bulan
LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK) setelah TA berakhir LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK)
Surat Pemeriksaan
Pernyataan KDH
Pemeriksaan
diselesaikan paling
lambat 2 bulan setelah
LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK) penerimaan LK Pemda
YA MELEWATI
27 BATAS WAKTU
LK Perusahaan Daerah
Ke D.5. PenjabaranLRA
Pembahasan
LK Pemda
Laporan
Hasil Pemeriksaan LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK)
LK Perusahaan Daerah
Laporan
Hasil Pemeriksaan
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 11
LK Perusahaan Daerah
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 12
Dari D.5.
Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD
Perda
LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK) Pertanggungjawaban
APBD yang harus
dipublikasikan
LK Perusahaan Daerah
Penjabaran LRA
KDH PPK SKPKD
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 13
LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK) Berupa Raperda LK Pemda (LRA, Neraca, LAK, CALK)
Pertanggungjawaban
LK Perusahaan Daerah APBD LK Perusahaan Daerah
Penjabaran LRA
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006
Lampiran 14
Artikel Penyimpangan Laporan Keuangan Pemda
JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 1.871 kasus dugaan
pelanggaran aturan pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) di semester II 2012. Nilainya mencapai Rp 1,17 triliun.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo mengatakan, temuan atas ribuan kasus
tersebut sebagian besar terjadi pada pemeriksaan LKPD sebanyak 1.793 kasus dengan nilai Rp1,15 triliun.
Selebihnya terjadi pada pemeriksaan BUMD, ungkap Hadi di Jakarta, Selasa (2/4/2014).
Hadi mengatakan, pada Semester II-2012 BPK memeriksa sebanyak 94 LKPD provinsi/kabupaten/kota
tahun anggaran 2011. Sehingga, pada 2012 BPK telah menyelesaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas
520 LKPD tahun anggaran 2011 dari 524 pemda yang wajib menyusun LKPD.
Masih terdapat empat pemda yang terlambat menyerahkan LKPD ke BPK. Selain itu, kami juga telah
memeriksa dua LKPD 2010 dan sembilan laporan keuangan PDAM 2011, ujarnya
Hadi menambahkan, terhadap 94 LKPD 2011, BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP)
atas 33 LKPD, opini tidak wajar (TW) diberikan kepada tiga LKPD dan tidak memberikan pendapat (TMP)
pada 58 LKPD. Dikatakan, hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan bahwa pemda tingkat provinsi dan
kota memperoleh opini yang lebih baik dibandingkan dengan pemda kabupaten.
Jadi, pemda kabupaten perlu didorong untuk memperbaiki pengelolaan dan pelaporan keuangannya,
ujar Hadi.
Secara garis besar, penyebab LKPD pemda tidak memperoleh opini WTP di 2011, menurut Hadi,
disebabkan oleh aset yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian. Selain itu,pemda juga belum
melakukan pembatasan lingkup pemeriksaan serta ada kelemahan pada pengelolaan kas, piutang,
persediaan, investasi belanja barang/jasa dan belanja modal.
Terhadap sembilan laporan keuangan PDAM 2011 yang diperiksa BPK pada Semester II-2012, opini
WTP diberikan kepada dua PDAM, opini WDP kepada tiga PDAM dan opini TMP kepada empat PDAM,
pungkasnya. kbc11