Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN 2 (FTS-2)


(NON SOLID-STERIL)
MODUL X
LARUTAN ELEKTROLIT

Oleh:

GOL/KEL : G-1
NAMA : Safira Maharani K 100150151
M Nur Khairudin K 100150152
Umi Khasanah K 100150153
Lita Setiani K 100150154
Diana Rachma K 100150156
HARI PRAK. : Kamis, 23 November 2017
KOREKTOR :

LABORATORIUM TEKNOLOGI & FORMULASI


FAKULTAS FARMASI
2017
MODUL X
LARUTAN ELEKTROLIT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai dan mampu
mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip formulasi sediaan steril.

II. DASAR TEORI


Infuse intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen, sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung
pada vena dalam volume relative banyak. Emulsi dibuat dengan air air sebagai
fase luar.
(DepKes RI, 1979)
Tujuan pemberian infus intravena:
1. Mengganti cairan tubuh dan mengimbangi jumlah elektrolit dalam tubuh,
misal: sol.Glukosa isotonis, Sol.Ringeri Lactat, Sol. NaCl 0,9% b/v.
2. Dalam bentuk larutan koloid dapat dipakai menggantikan darah manusia,
misal: larutan koloid PVP 3,5%.
3. Dapat diberikan dengan maksud untuk penambahan kalori, misal:
Aminovel-600.
4. Sebagai obat diberikan dalam jumlah besar dan terus menerus jika tidak
dapat di suntikkan secara biasa, misal: antikanker, antibiotik.

(Syamsuni, 2006)
Syarat-syarat obat suntik
1. Aman (tidak boleh menyebabkan iritasi jaingan atau efek toksis)
2. Harus Jernih (tidak ada partikel padat, kecuali yang bentuk suspensi)
3. Tidak berwarna (kecuali obatnya memang berwarna).
4. Sedapat mungkin isohidris (agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
sakit dan penyerapan obat dapat optimal. Isohidris artinya pH larutan injeksi
sama dengan darah dan cairan tubuh yaitu pH =7,4. Tetapi untuk garam
alkaloid, vitamin B1 menghendaki pH 3-4, untuk adrenalin pH 2-3 dan
Luminal Na, PAS menghendaki pH leih dari 8).
5. Sedapat mungkin isotonis
6. Harus steril
7. Bebas pirogen
(Anief, 2006)

RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada


kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai replacement
therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Laktat
yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat
yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang
terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk
kasus defisit kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan
dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk
mencegah terjadinya ketosis. Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di
+ - +
pasaran memiliki komposisi elektrolit Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3
mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya
adalah 500 ml dan 1.000 ml.

( Rudi, 2006 )

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Penangas air
2. Glassware
3. Botol bening
4. Timbangan
Bahan :
Larutan Ringer Laktat (RL) Multiple Elektrolit
1. Natrium laktat 1. Na asetat
2. NaCl 2. NaCl
3. KCl 3. KCl
4. CaCl2. 2H2O 4. Na Gluconate
5. Aqua p.i 5. MgCl hexahidrate
6. Karbo adsorben 6. Aqua p.i
7. HCl 0,1 N NaOH 0,1 N 7. Karbo adsorben
8. HCl 0,1 N NaOH 0,1 N

IV. PERHITUNGAN BAHAN


Larutan Ringer Laktat
R/ Natrium Laktat 0,31
NaCl 0,6
KCl 0,03
CaCl2. 2H2O 0,01
Aqua p.i. ad 100 mL

Multiple elektrolit
R/ Natrium asetat 0,36
NaCl 0,52
KCl 0,03
Na Gluconate 0,50
MgCl hexahidrate 0,03
Aqua p.i. ad 100 mL
V. CARA KERJA SKEMATIS
LARUTAN RINGER LAKTAT

Dicek apakah larutan isotonis /tidak isotonis

Didihkan aquadest

Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas

Dicek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam + HCL 0,1 N dan jika
kurang basa + NaOH 0,1 N

Ditambahkan sisa aquanya

Ditambahkan sisa aquanya

Digojog larutan dengan karbo adsorben 0,1%, diamkan, kemudian


saring hingga jernih

Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai

Disterilisasi dengan uap mengalir (dikukus) 100C selama 30 menit

Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan

Diberi etiket
MULTIPLE ELEKTROLIT

Dicek apakah larutan isotonis /tidak isotonis

Didihkan aquadest

Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas


VI. PERHITUNGAN
1. Perhitungan tonisitas
Larutan Ringer Laktat
fA fB fC fD
xa+ xb+ xc+ x d = 0,28
mA mB mC mD
1,8 1,8 1,8 1,8
x 3,1 + x6+ x 0,3 + x 0,1
112,08 58,44 74,55 147,08

0,05 + 0,18 + 0,007 + 0,01 = 0,247 < 0,28 hipotonis


Penambahan NaCl = 32 x (0,28 0,247) = 1,056 g/L
= 0,1056 g/100 mL
Multiple Elektrolit
fA fB fC fD
xa+ xb+ xc+ x d = 0,28
mA mB mC mD
1,8 1,8 1,8 1,8
x 3,6 + x 5,2 + x 0,3 + x 0,3
82,05 58,44 74,55 203,3

0,08 + 0,16 + 0,007 + 0,003 = 0,25 < 0,28 hipotonis


Penambahan NaCl = 32 x (0,28 0,25) = 0,96 g/L
= 0,096 g/100 mL
2. Bahan-bahan yang ditimbang
*Penimbangan ditara*
Larutan Ringer Laktat
Natrium Laktat 0,31 gram
NaCl 0,6 gram
KCl 0,03 gram
CaCl2. 2H2O 0,01 gram
Aqua p.i. ad 100 mL
Multiple elektrolit
Natrium asetat 0,36 gram
NaCl 0,52 gram
KCl 0,03 gram
Na Gluconate 0,50 gram
MgCl hexahidrate 0,03 gram
Aqua p.i. ad 100 mL
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 2006. Ilmu Meracik Obat.Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Depkes RI
Rudi, Mukhlis M. 2006. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat
Dibandingkan NaCl 0,9% terhadap Keseimbangan Asam-Basa pada Pasien
Sectio Caesaria dengan Anestesi Regional.Universitas Diponegoro:
Semarang
Syamsuni, HA. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai