JURNAL
PELATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI
INTERPERSONALANGGOTA HIMA (HIMPUNAN MAHASISWA) PRODI PSIKOLOGI FIP
UNESA
Abstrak
Kemampuan komunikasi interpersonal dibutuhkan dalam suatu lingkup organisasi karena komunikasi interpersonal
yang efektif dapat menambah produktivitas, baik sebagai individu maupun organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komunikasi interpersonal pada anggota HIMA Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Surabaya setelah mendapatkan pelatihan asertif.Subjek penelitian adalah anggota HIMA Prodi
Psikologi.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan pada 20 pengurus HIMA Prodi Psikologi
yang dibagi dalam dua kelompok, dengan pembagian sepuluh subjek sebagai kelompok eksperimen dan sepuluh subjek
sebagai kelompok kontrol. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian yaitu simple random sampling.
Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pretestposttest control group design. Teknik pengumpulan data adalah
dengan menggunakan skala komunikasi interpersonal.Instrumen skala komunikasi interpersonal disusun dalam bentuk
skala likert.Teknik analisis statistik yang digunakan adalah uji mann whitney untuk melihat perbedaan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan terlebih dahulu menghitung selisih/gain score pada masing-masing subjek
penelitian. Hasil skor uji mann whitney menunjukkan nilai sebesar 17.000 dengan nilai asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05
yakni sebesar 0,011. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor komunikasi interpersonal
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapat pelatihan asertif.Berdasarkan analisis tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa pelatihan asertif dapat meningkatkan komunikasi interpersonal anggota HIMA Prodi
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi interpesonal, pelatihan asertif, anggota HIMA Prodi Psikologi
Abstract
Interpersonal communication needed in organization because an effective interpersonal communication can increace
productivity, as an individual or organization. This study aims to determine the effect of assertive training to
interpersonal communication amoung members of Students Association in Psychology Department FIP, Surabaya State
University after getting assertive training. Subject were members of Students Association in Psychology Department.
This study was experimental study to 20 colleges student, divided into two groups that consist of 10 participants in
each groups. Sampling technique using simple random sampling. The method of this research was pretest-posttest
control group design. Data collected before and after assertive training using interpersonal communication. Data were
analyzed using mann whitney test to see differences between experimental and control group, with early calculate in
gain score for each subject. The result of Mann Whitney test shows that score is 17.000 with significance value of
(asymp. Sig_2-tailed)<0,05 of this study is 0,011. It shows there are a significant differences interpersonal
communication between experimental and control group after getting an assertive training. Depend on that analysis it
can be concluded that assertive training can increasing interpersonal communication of members Students Association
in Psychology Department, FIP Surabaya State University.
Keywords: Assertive training, communication interpersonal, the member of HIMA Department of Psychology.
1
Character. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013
organisasi untuk menyampaikan dan peduli atas tujuan- asertivitas (Walker dalam Uyun, 2004).Ciri- ciri individu
tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi, namun bersikap asertif menurut Townen (Uyun, 2004) bahwa
secara keseluruhan berdasarkan fungsi dan peran individu yang asertif memiliki ciri terbuka kepada orang
organisasi maka dibutuhkan kemampuan komunikasi lainmeskipun berbeda pandangan, mampu
yang efektif bagi setiap anggota-anggotanya, mengingat mengekspresikan diri dengan jelas, serta
organisasi merupakan wadah kegiatan yang langsung mampuberkomunikasi secara efektif.
berhadapan dengan orang lain maka sebagian besar
DeVito (2011) menjelaskan komunikasi
kegiatan melibatkan dan mengharuskan adanya
interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang
komunikasi interpersonal.
dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
Universitas Negeri Surabaya, menyebut kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan
organisasi kemahasiswaan dengan istilah Himpunan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
Mahasiswa (HIMA). HIMA merupakan organisasi intra Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi
kampus yang berfungsi sebagai pelaksana, penyalur interpersonal oleh DeVito (2011):
aspirasi dan wadah kegiatan-kegiatan
1. Kepercayaan Diri
kemahasiswaan.Fungsi dan keberadaan para organisator
Komunikator yang efektif memiliki
sangat esensial dalam keberlangsungan kegiatan
kepercayaan diri sosial. perasaan cemas tidak
kemahasiswaan. Anggota-anggota organisasi
dengan mudah dilihat oleh orang lain..
dihadapkanpada forum-forum diskusi dan rapat antar
2. Kebersatuan (Immediacy)
divisi, bahkan jika terdapat kegiatan besar akan
Kebersatuan mengacu pada
dibutuhkan kerjasama sponsor yang mengharuskan
penggabungan antara pembicara dan pendengar
berhadapan dengan perusahaan/instansi untuk melakukan
yaitu terciptanya rasa kebersamaan dan
persuasi. Selain kemampuan komunikasi berdasarkan
kesatuan.
verbal dan nonverbal dibutuhkan sikap tanggap dan
3. Manajemen interaksi
kepekaan terhadap orang lain. Diperkuat dengan
Komunikator yang efektif mengendalikan
pendapat Bovee dan Thill (Nasrullah dan Frieda,
interaksi untuk kepuasan kedua pihak.
2010)yang menyatakan bahwa kemampuan seseorang
4. Daya Ekspresi(expressiveness)
untuk berkomunikasi secara efektif dapat menambah
Daya ekspresi mengacu pada keterampilan
produktivitasnya, baik sebagai individu maupun
mengomunikasikan keterlibatan tulus dalam
organisasi.
interaksi antarpribadi.
Keterampilan komunikasi interpersonal pada 5. Orientasi pada orang lain
mahasiswa sebagai anggota HIMA dapat dilatih agar Orientasi pada orang lain adalah lawan dari
mereka lebih terampil dan matang dalam menyampaikan orientasi pada diri sendiri. Orientasi mengacu
ide/ gagasan dan mengekspresikan diri dan perasaan pada kemampuan menyesuaikan diri dengan
tanpa ragu.Salah satu cara yang dapat dilakukan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi.
adalah denganmelatih dan mengembangkan kemampuan
berperilaku asertif(Townend, dalam Mettasari, Alberti dan Emmons (2001) menyatakan bahwa
2009).Kahn (Nursalim, 2005) berpendapat bahwa asertivitas adalah pernyataan diri yang positif, dengan
perilaku asertif berkaitan dengan kompetensi tetap menghargai orang lain, sehingga akan
interpersonal dan kemampuan untuk mengekspresikan meningkatkankepuasan kehidupan pribadi serta kualitas
hak/ kepentingan pribadi.Menurutnya orang yang hubungan dengan orang lain.Tujuan pelatihan asertif
bertindak dengan tidak asertif dapat menjadi pasif atau menurut Lazarus (Nursalim 2005) mengemukakan bahwa
agresif jika menghadapi tantangan. tujuan pelatihan asertif adalah untuk mengoreksi perilaku
yang tidak layak dengan mengubah respon-respon
Komunikasi interpersonal dapat diwujudkan
emosional yang salah dan mengeliminasi pemikiran
melalui berbagai upaya-upaya pelatihan. Berbagai
irrasional. Sedangkan menurut Sunardi (2010) tujuan
laporan hasil penelitian dan studi kasus para ahli yang
utama pelatihan asertif adalah untuk mengatasi
dilaporkan oleh Osipow, Wish, dan Tosi (Nursalim,
kecemasan yang dihadapi oleh seseorang akibat
2005) menyatakan bahwa pelatihan asertif dengan variasi
perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya,
teknik yang berbeda terbukti dapat dengan efektif
smeningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur
meningkatkan perilaku asertif subjek laki-laki maupun
terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta
perempuan dengan variasi problem interpersonal yang
meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih
berbeda.
efektif.Manfaat akan adanya pelatihan asertif adalah
Strategi yang dapat diberikan kepada anggota mengembangkan perilaku asertif. Manfaat asertif
keorganisasian HIMA Prodi Psikologi Fakultas Ilmu menurut Alberti dan Emmons (2001) sebagai berikut :
Pendidikan Universitas Negeri Surabayaperiode a. Individu dapat mempertahankan haknya tanpa
keanggotaan 2013 sebagai subjek penelitian untuk menyakiti dan merugikan orang lain
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal b. dapat mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang
adalah melalui pemberian pelatihan asertif.Keterampilan memuaskan dan melegakan hati semua orang,
interpersonal dapat ditingkatkan melalui pelatihan sehingga dengan demikian individu memperoleh
kehormatan diri
Pelatihan Asertif untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Anggota HIMA Prodi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidkan Universitas Negeri Surabaya
c. Sudut pandang psikologi humanistik dan eksistensial (1) Mengidentifikasi situasi/kondisi khusus,
menyatakan individu yang asertif akan mendapatkan (2) Identifikasi respon tidak tepat,
keuntungan psikologis, diantaranya individu akan (3) Prediksi perilaku yang realistis,
memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap (4) Identifikasi perilaku yang lebih bisa
masalah, karena dalam menyesuaikan diri, individu memperbaiki situasi,
yang asertif akan memilih dan bertindak dengan tepat. (5) Mempraktekkan/ menerapkan prediksi dan
Mereka bebas memilih dan bertindak sesuai dengan (6) Praktek nyata.
pilihannya. Hal ini akan membuat individu
Prosedur umum pelatihan asertif menurut Sunardi
mendapatkan kebebasan serta tanggung jawabnya
(2010) tidak berbeda dengan prosedur menurut Tossi
dengan cara yang terhormat.
(Nursalim, 2005) yaitu:
d. Individu yang mampu asertif dapat membangun
hubungan interpersonal yang positif. (1) Identifikasi masalah
Aspek-aspek asertivitas menurut Alberti & Emmons (2) Pilih salah suatu situasi yang akan diatasi
(2002) antara lain: (3) Analisis situasi
a. Bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. (4) Menetapkan alternatif penyelesaian masalah
Meliputi kemampuan untuk membuat (5) Mencobakan alternatif yang dipilih.
keputusan, mengambil inisiatif, percaya padayang (6) Melatihkan
dikemukan sendiri, dapat menentukan suatu tujuan
dan berusaha mencapainya,dan mampu
berpartisipasi dalam pergaulan METODE
b. Mampu mengekspresikan perasaan jujur dan Rancangan penelitian dan Jenis Penelitian
nyaman. Rancangan yang dipandang tepat pada penelitian
Meliputi kemampuan untuk menyatakan rasa ini adalah pendekatan true experimental design dengan
tidak setuju, rasa marah, menunjukkanafeksi dan pretest-posttest control group design.
persahabatan terhadap orang lain serta mengakui Tabel 1.1 rancangan Penelitian
perasaan takut atau cemas,mengekspresikan Teknik Kelompok Pretest Treatment Posttest
persetujuan, menunjukkan dukungan, dan bersikap
spontan. Random Eksperimen P1 T P2
c. Mampu mempertahankan diri. Random Kontrol P3 P4
Meliputi kemampuan untuk berkata tidak Subjek Penelitian
apabila diperlukan, mampu menanggapikritik, Subjekpenelitian pada penelitian ini adalah
celaan, dan kemarahan dari orang lain, secara anggota HIMA Prodi Psikologi FIP Universitas Negeri
terbuka serta mampumengekspresikan dan Surabaya.Pada penelitian ini menggunakan penelitian
mempertahan pendapat. sampel.Pengambilan sampel dengan carasimple random
d. Mampu menyatakan pendapat. sampling. Subjek dipilihsebanyak 20 orang.Dibagi
Meliputi kemampuan menyatakan pendapat atau menjadi dua kelompok.Pada masing-masing kelompok
gagasan, mengadakan suatuperubahan, dan terdiri dari 10 peserta pelatihan.Sebanyak 9 subjek
menanggapi pelanggaran terhadap dirinya dan orang penelitian pada kelompok eksperimen tergolong dalam
lain. komunikasi interpersonal sedang (terletak diantara 77,5-
e. Tidak mengabaikan hak-hak orang lain. 108,5), dan 1 skor dengan kategori tinggi yaitu sebesar
Meliputi kemampuan untuk menyatakankritik 109. Sedangkan pada kelompok kontrol 8 skor dengan
secara adil tanpa mengancam,memanipulasi, kategori komunikasi interpersonal sedang dan 2 subjek
mengintimidasi,mengendalikan, dan melukai orang penelitian tergolong komunikasi interpersonal tinggi
lain. sebesar 114 dan 116.Terdapat kategori komunikasi
interpersonal tinggi dalam pemilihan subjek penelitian
Bagaimana pelatihan asertif dapat dan akan disebabkan keterbatasan jumlah subjek penelitian dengan
dilakukan, tak ada prosedur standar. Sebagaimana kategori rendah dan sedang sehingga memilih kategori
dinyatakan oleh Reed, Porterfield dan Anderson tinggi.
(Nursalim, 2005), kontras dengan teknik-teknik
modifikasi perilaku lain desentisisasi sistematik, tak ada Instrumen Penelitian
prosedur tunggal yang dapat diidentifikasi sebagai Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
pelatihan asertif. Tetapi menurut mereka, prosedur menggunakan skala komunikasi interpersonal. Cara
pelatihan asertif dapat meliputi tiga bagian utama yaitu menjawabnya dengan menggunakan empat alternatif
pembahasan materi (didactic discussion), latihan atau jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai, Tidak Sesuai,
bermain peran (behavior rehearsal/ role playing) dan Sesuai dan Sangat Sesuai.pemberian skor bergerak
praktek nyata (invivo practice). dari 4 (SS) sampai dengan 1(STS) untuk aitem favorabel,
sedangkan pemberian skor bergerak dari 1 (SS) sampai
Beberapa ahli Tossi (Nursalim, 2005) dengan 4 (STS) untuk aitem unfavorabel. Skala ini dibuat
mengemukakan beberapa prosedur dasar pelatihan asertif oleh peneliti dengan studi literatur berdasarkan teori
dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai Devito (2011).Instrumen skala komunikasi interpersonal
berikut:
3
Character. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013
data stastistik menggunakan ujimann whitney, dengan asertif terwujud dalam diskusi keberanian peserta
terlebih dahulu menghitung selisih/gain score pada pelatihan untuk mengutarakan pikiran, mempertahankan
masing-masing subjek penelitian. Hasil menunjukkan hak dan menunjukkan empati kepada peserta pelatihan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 yakni sebesar 0,011. yang lain.
Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan SIMPULAN DAN SARAN
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Simpulan
setelah mendapat pelatihan asertif.Terdapat peningkatan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
komunikasi interpersonal setelah mendapatkan pelatihan mengetahui pelatihan asertif dalam meningkatkan
asertif pada kelompok eksperimen.Sehingga dapat komunikasi interpersonal anggota HIMA Prodi Psikologi.
disimpulkan pelatihan asertif dapat meningkatkan Hasil analisis stastistik uji mann whitney untuk data
komunikasi interpersonal bagi HIMA Prodi Psikologi penelitian yang dilakukan kepada anggota HIMA Prodi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Psikologi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Komunikasi interpersonal merupakan faktor signifikan antara skor komunikasi interpersonal
penting yang harus dikuasai bagi HIMA Prodi Psikologi. kelompok yang mendapat pelatihan asertif dengan
Bovee dan Thill (Nasrullah dan Frieda, 2010) kelompok yang tidak mendapat pelatihan asertif.
menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
berkomunikasi secara efektif dapat menambah bahwa pelatihan asertif dapat digunakan untuk
produktivitasnya, baik sebagai individu maupun meningkatkan komunikasi interpersonal pengurus HIMA
organisasi. Komunikasi interpersonal menurut Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Ramadhani (Miasari, 2012) terwujud melalui Negeri Surabaya.
kemampuan untuk berkembang secara optimal, baik Dengan demikian hipotesis yang berbunyi
secara fisik maupun psikis, melalui komunikasi yang pelatihan asertif untuk meningkatkan komunikasi
empati, responsif, mengandung pesan positif, terbuka dan interpersonal pengurus HIMA Prodi Psikologi Fakultas
terpercaya, mendengarkan secara aktif, mendorong Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya telah
optimisme yang proporsional dan tidak menghakimi. terbukti.
Menurut Lange dan Jakubowski (Miasari, 2012) asertif Saran
berkaitan dengan tingkah laku dalam hubungan Saran-saran yang bisa diberikan dalam
interpersonal yang ditandai dengan kemampuan penelitian ini adalah:
seseorang mengekspresikan pikiran, perasaan, dan a. Bagi pihak HIMA Prodi Psikologi
keyakinan yang diungkapkan secara langsung, jujur, 1) Subjek penelitian
tepat, dan tidak melanggar hak asasi orang lain. Sehingga Diharapkan bagi pengurus HIMA Prodi
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi Psikologi yang telah mengikuti pelatihan
interpersonal dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan, asertif dapat memanfaatkan ilmu yang telah
salah satunya adalah pelatihan asertif. didapat dan menerapkan dalam kehidupan
Goldstein (Sunardi, 2010) menyatakan latihan sehari-hari.
asertif merupakan rangkuman yang sistematis dari 2) Bagi Organisasi HIMA Prodi Psikologi
ketrampilan, peraturan, konsep atau sikap yang dapat Bagi organisasi HIMA Prodi Psikologi
mengembangkan dan melatih kemampuan individu untuk diharapkan program pelatihan asertif ini
menyampaikan dengan terus terang pikiran, perasaan, bermanfaat dan dapat membantu dalam
keinginan dan kebutuhannya dengan penuh percaya diri kegiatan keorganisasian kampus agar dapat
sehingga dapat berhubungan baik dengan lingkungan meningkatkan produktivitas HIMA Prodi
sosialnya. Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Psikologi dan meningkatkan kualitas
oleh Nursalim dan Trisnaningtyas (2010) bahwa mahasiswa Psikologi FIP Unesa.
penerapan latihan asertif dapat meningkatkan b. Bagi pelatih
keterampilan komunikasi interpersonal siswa. Pelatih mampu menyelipkan contoh-contoh
Pada kelompok eksperimen menunjukkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah
perbedaan skor pretest dan posttest disebabkan karena dipahami oleh peserta pelatihan.Disarankan bagi
masing-masing subjek penelitian mengikuti segala proses pelatih agar mengasah dan meningkatkan
pelatihan yang terdiri dari 6 tahap, yaitu : (1) keterampilan sebagai pelatih, terutama pelatih
mengidentifikasi situasi/ kondisi khusus, (2) identifikasi asertif.
respon tidak tepat, (3) prediksi perilaku yang realistis, (4) c. Bagi peneliti selanjutnya
Identifikasi perilaku yang lebih bisa memperbaiki situasi, 1) Disarankan agar peneliti selanjutnya dalam
(5) mempraktekkan/menerapkan prediksi dan (6) praktek penelitian eksperimen menentukan jumlah
nyata. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahapan dimana subjek yang lebih besar, agar dapat
ahli-ahli seperti Lazarus, Wolpe dan Eisler
dilakukan pemilihan/seleksi subjek
menggabungkan beberapa pendekatan behaviour
(modeling, systematic desensitization, role playing) dan penelitian sesuai dengan harapan peneliti.
pendekatan kognitif baik secara individual maupun 2) Diharapkan pada penelitian selanjutnya
kelompok (Nursalim, 2005). menambahkan variabel lain sebagai
Berdasarkan pada prosedur pelatihan asertif, variabel kontrol dalam penelitian, misal
peserta pelatihan telah mampu menunjukkan perilaku faktor jenis kelamin, pola asuh dsb.
5
Character. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013