PELAYANAN AMBULAN
I. Defenisi
Ambulan adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang sakit atau
terluka untuk mendapatkan fasilitas medis.
Pelayanan ambulan adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan
menggunakan kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap
dan didampingi oleh perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan
gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih
rawat ke rumah sakit lain.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2013 pasal 29, Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien
rujukan dengan kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya
atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan keselamatan
pasien.
Armada ambulan adalah kendaraan bermotor, helikopter, pesawat terbang dan
perahu yang digunakan untuk mengangkut penderita. Armada tersebut harus
memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah beberapa personel gawat
darurat medis dan dilengkapi dengan lemari atau tempat untuk meletakkan
peralatan pendukung untuk pertolongan pasien..
Fungsi ambulan sebagai sarana tranportasi pasien di rumah sakit harus dapat
menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien sampai di Rumah
Sakit yang dituju.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas ambulan harus dilengkapi dengan fasilitas
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB II
RUANG LINGKUP
I. Pengorganisasian
- Pelayanan ambulan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor secara operasional
menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat.
- Pelayanan ambulan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor secara teknis
menjadi tanggung jawab bagian umum
- Sebagai alat transportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis atau
pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain.
c. Peralatan Medis
Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
Tas Emergency Kit lengkap dengan obat obatan emergency
Suction pump manual
Bedside Monitor
Tensi meter
Laringoskope dewasa dan anak
Stecher ambulance
Ventilator Portable
Bag Mask Valve
Sarung tangan disposable
d. Petugas
1 (satu) pengemudi berkemampuan BHD
1 (satu) perawat berkemampuan BCLS dan BTLS
1 (satu) dokter berkemampuan ATLS/ACLS
Peralatan pendukung yang ada di dalam ruang ambulan adalah sebagai berikut :
NO NAMA PERALATAN/ALKES/OBAT
1 AIRWAY OROFARINGEAL
ETT
LARYNGOSKOP
KATETER SUCTION
SUCTION UNIT
TONGUE SPATEL
5 ALKES GD STICK
SPUIT
KASSA
VERBAND
PLESTER / HIPAFIK
ELASTIC BANDAGE
LUBRICANT JELL
WING NEEDLE
TRANSCOFIX
CHEST LEAD
7 APD MASKER
SARUNG TANGAN
8 LAIN-LAIN MATRAS
GANTUNGAN INFUS
LAMPU TINDAKAN
BANTAL
SELIMUT
ALAS PLASTIK (UNTUK PASIEN DENGAN KASUS
KHUSUS)
URINAL
WASTAFEL UNIT
KUNCI INGGRIS
PAYUNG
APAR
TEMPAT SAMPAH MEDIS
HANDSRUB
TISSUE
V. Pengemudi Ambulan
1. Persyaratan pengemudi ambulan
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulan yang aman diperlukan persyaratan
sebagai berikut :
a. Sehat secara fisik. Pengemudi tidak boleh memiliki kelainan yang dapat
menghambat dalam mengoperasikan ambulan, tidak juga kondisi medis yang
mengganggu saat mengemudi.
b. Sehat secara mental, emosional terkontrol. Mengemudi ambulan bukanlah
pekerjaan bagi seorang yang gemar memakaikan lampu dan sirine.
c. Bias mengemudi dibawa tekanan.
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi,
tetapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang risiko.
e. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi
berbeda ketika melihat kendaraan emergency. Terima dan toleransi kebiasaan
buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya (alkohol, obat-obat terlarang
seperti marijuana dan kokain, obat-obat seperti antihistamin dan obat penenang
lainnya).
g. Mempunyai Surat Izin Mengemudi yang masih berlaku.
h. Pakai selalu kacamata jika dibutuhkan saat menyetir.
i. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan dan mengantuk.
TATA LAKSANA
I. Tata Laksana
1. Penggunaan operasional ambulan di jalan raya
Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasionalan ambulan :
a. Pengemudi ambulace harus memiliki lisensi mengemudi yang sah.
b. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulan untuk tidak mematuhi
peraturan ketika ambulan digunakan untuk respon emergency atau untuk
transportasi pasien darurat. Ketika ambulan tidak dalam respon
emergency,maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non
darurat juga berlaku untuk ambulan.
c. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulan kebal terhadap peraturan, terutama jika
mengemudikan ambulan dengan ceroboh atau tidak mempedulikan keselamatan
orang lain.
d. Hal istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat-alat peringatan (warning devices) dengan cara-cara yang
diatur oleh peraturan
e. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan
emergency untuk :
Memarkir kendaraannya dimanapun, selam atidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
Melewati lampu merah dan tanda berhenti.
Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah member
sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hak
yang membahayakan nyawa dan harta benda.
Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok kea
rah tertentu, setelahh member sinyal dan peringatan yang tepat.
2. Penggunaan alat-alat peringatan
a. Sirine
Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam praktek
ambulan, namun sirine juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan
sirine, pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor
lainnya, pasien dalam ambulan, maupun pengemudi ambulan itu sendiri.
Adapun beberapa aturan penggunaan sirine ambulan adalah :
Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan jika pengemudi dalam respon emergency. Suara sirine yang
dinyalakan secara terus-menerus dapat menambah rasa takut dan cemas
pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul stress.
Selalu waspada meskipun sudah membunyikan sirine.
Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa
pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
Jangan menggunakan sirine sembarangan dan jangan digunakan untuk
menakuti orang lain.
b. Klakson
Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulan. Pengemudi yang
berpengalaman, menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat
membuka jalur lalu lintas. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk
penggunaan klakson.
c. Lampu
Dimanapun ambulan berada di jalan, siang ataupun malam lampu depan harus
selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang kendaraan
terhadap pengemudi lain. Ketika ambulan berada pada keadaan emergency
untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi
kejadian maupun transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergency harus
digunakan. Kendaraan harus bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat.
3. Kecepatan dan keselamatan
Dalam mengemudikan ambulan perlu diperhatikan kecepatan dan keselamatan,
sebagaimana hal-hal berikut :
a. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
b. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti.
Peraturan yang mungkin memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan lalu
lintas dalam keadaan emergency yang sebenarnya, harus tetap memperhatikan
keselamatan.
c. Jangan lupa untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan.
Hindari menikung tiba-tiba dan selalu menyalakan lampu petunjuk arah.
d. Pastikan bahwa pengemudi ambulan dan semua penumpang menggunakan
sabuk pengaman saat ambulan sedang berjalan.
2. Dispatch
Pada fase ini petugas ambulan merespon setiap panggilan yang masuk.
Panggilan tersebut bisa dari telepon, radio trans receiver atau panggilan
lainnya. Adapun informasi yang harus diketahui saat menerima dan merespon
panggilan adalah sebagai berikut :
- Lokasi kejadian /alamat lengkap
- Nama penelpon atau nama korban
- Nomor telepon / HT yang memanggil
- Jumlah korban
- Kondisi korban
- Pertolongan yang sudah diberikan
- Keterangan atau informasi lain yang diperlukan
3. Travel to the scene
Fase ini adalah fase lanjutan dari fase dispatch, pada fase ini petugas
ambulan memastikan semua item di fase dispatch dan memulai
kegiatannya untuk menuju pada lokasi atau alamat yang membutuhkan
pelayanan ambulan. Dalam perjalanannya menuju lokasi atau TKP pilih
rute yang paling cepat dan jalur terpendek. Bila pada suatu keadaan
tertentu memerlukan 2 atau lebih ambulan sebaiknya :
- Jarak minimum dari iring-iringan adalah 500 feet atau +/- 15 meter.
- Pergunakanlah irama/nada sirine yang berbeda.
- Pergunakan radio trans-receiver/HT
- Bila memungkinkan pergunakan rute alternatif dengan jarak
terpendek.
4. Action at the scene
Pada fase ini tim ambulan telah tiba di lokasi kejadian/TKP dan mulai
melakukan kegiatannya dalam menangani pasien/korban. Hal-hal yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pastikan keadaan sekeliling aman untuk pertolongan.
- Pastikan semua tim sudah menggunakan APD (alat proteksi diri).
- Bila itu kejadian trauma, ketahui MOI (mekanisme trauma).
- Mulai mendekati korban/pasien dan memulai pemeriksaan secara
cepat untuk mengetahui keadaan A B C (air way, breathing,
circulation).
- Tentukan keadaan pasien/korban kritis atau tidak kritis.
- Bila keadaan kritis segera angkut ke ambulan ( dengan sistem
evakuasi yang benar ) dan mulai melakukan tindakan kritis dan
melanjutkan pemeriksaan.
- Semua tindakan dilakukan di ambulan kecuali keadaan khusus yang
memaksa petugas melakukan tindakan di TKP yaitu pada kondisi
henti jantung dan sumbatan jalan napas.
5. Travel to the hospital
Penderita kritis dilakukan penetalaksanaan pada fase ini. Pada fase ini
petugas ambulan mulai menjalin komunikasi dengan rumah sakit yang
dituju dengan melaporkan keadaan korban, riwayat kejadian/MOI, tindakan
yang telah dilakukan dan memberikan estimasi waktu ambulan sampai pada
rumah sakit yang akan dituju. Selama dalam perjalanan ke rumah sakit,
keadaan pasien terus diobservasi. Pada pasien kritis dievaluasi tiap 5 menit
sekali mulai dari kaadaan A B C dan tindakan yang telah diberikan. Semua
pemeriksaan, keadaan pasien, dan tindakan yang telah dilakukan di catat
pada form yang telah disediakan.
TIM AMBULAN MELAKUKAN TINDAKAN KRITIS DI MOBIL AMBULAN DAN MELAKUKAN PENCATATAN
TERHADAP SEMUA PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN PADA FORM PASIEN
Permintaan pelayanan ambulan dari internal RSUD Kota Bogor melalui telepon ??????????
Permintaan direspon oleh Tim ambulan dengan menanyakan : kondisi pasien, penelpon,
ruangan dan lokasi penderita, kesiapan rumah sakit tujuan untuk menerima pasien (catat
nama petugas yang menerima telepon dan menyetujui penerimaan pasien), kesiapan
pendanaan atau dokumen pembayaran jasa ambulan.
Tim Ambulan melapor ke IGD tentang rencana ambulan akan keluar untuk merujuk
pasien dan meminta formulir ambulan keluar serta di tanda tangani oleh dokter jaga
IGD
Tim ambulan mempersiapkan diri serta memeriksa kelengkapan peralatan yang diperlukan
selama perjalanan mengirim dan mendampingi pasien
Tim ambulan melakukan serah terima pasien dengan perawat ruangan yang sedang bertugas
di ruangan tempat pasien dirawat dan meminta dokumen pasien untuk dibawa serta menuju
Rumah Sakit tujuan
Tim ambulan mengangkut dan membawa pasien ke dalam mobil ambulan dengan
tetap menjaga keamanan dan keselamatan pasien selama perjalanan
Selama perjalanan di dalam mobil ambulan Tim ambulan tetap menjaga stabilitas pasien dan
menjaga keamanan dan keselamatan selama dalam perjalanan menuju rumah sakit dan
mencatat setiap perubahan dan kondisi pasien pada form monitoring pasien.
Setelah timbang terima dan pembayaran jasa ambulan selesai selesai, petugas ambulan
Sesampainyatidak
memastikan di fasilitas kesehatan
ada peralatan tujuan, perawat
pendukung ambulan
dan alkes melakukan
yang tertinggal, serah terima
kemudian pasien
kembali ke
dengan petugas kesehatan setempat dan menyerahkan
RSUD Kota Bogor dokumen pasien
DOKUMENTASI
DIREKTUR
Lampiran 1
Tindakan /
Stabilisasi
Rawat
Rawat Rujuk
ICU/HCU
Pulang
Meninggal
Lampiran 2
Proses
administrasi
Tempat Duka
DAFTAR PUSTAKA