Anda di halaman 1dari 13

KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA

KELOMPOK 4:
EDY SANTOSO HARAHAP (15622014)

JANNIFER CLAUDIA (15622023)

OKTA JULIO (15622029)

SHERLY CRISTIANY (15622036)

SINDY AULIA (15622037)

SUSY YULIANTI (15622041)

SYARIFAH MAIZA DWI PUTRI (15622042)

ANGGY SELVIA (15622111)

RYAN ROZALI (14622136)

P1 AKUNTANSI
1. NEGOSIASI

A. Pengertian Negosiasi

Dalam bahasa sehari-hari kata negosiasi sering kita dengar yang sepadan dengan istilah
berunding, bermusyawarah, atau bermufakat. Kata negosiasi ini berasal dari bahasa
inggris negotiation yang berarti perundingan. Adapun orang yang melakukan perundingan
dinamakan dengan negosiator.

Beberapa pengertian negosiasi:

1. Kamus besar bahasa indonesia mengartikan negosiasi adalah:


a. Proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan
pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
b. Penyelesaian sengeta secara damai melalui perudingan antara pihak-pihak yag
bersengketa.
2. Kamus hukum mengartikan Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan
berunding antara para pihak yang bersengketa untuk mencari kesepakatan bersama

B. Karakteristik Utama Negosiasi

Adapun karakteristik utama negosiasi adalah sebagai berikut:

1. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau


perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
2. Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi
mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
3. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter).
4. Hampir selalu berbentuk tatap muka, yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah.
5. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi.
6. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.

C. Prinsip-Prinsip Negosiasi

Adapun prinsip-prinsip negosiasi dalam penyelesaian sengketa alternatif adalah sebagai


berikut:

1. Trust (kepercayaan/amanah), verifikasi


2. Memisahkan pribadi dan masalah
3. Fokuskan pada substansi, common interest / compatible interest, bukan posisi
4. Kreatif mencari option.
5. Keterbukaan, kejujuran dan keadilan berdasar kriteria objektif
6. Jauhi dari sikap manipulatif

D. Lingkup sengketa yang diselesaikan dengan negoisasi

Negoisasi biasanya digunakan dalam kasus yang tidak terlalu pelik, dimana para pihak
beriktikad baik untuk secara bersama memecahkan persoalannya. Negoisasi dilakukan jika
komunikasi antara pihak masih terjalin dengan baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada
keinginan baik untuk mencapai kesepakatan, serta menjalin hubungan baik.

Negoisasi adalah sarana paling banyak digunakan. Sarana ini telh dipandang sebagai sarana
yang paling efektif. Lebih dari 80% sengketa di bidang bisnis tercapai penyelesaiannya
melalui cara ini.

Penyelesaiannya tidak win-lose, tetapi win-win. Karena itu pula, penyelesaian melalui cara
ini memang dipandang yang memuaskan para pihak.

Cara penyelesaian ini sangat cocok untuk masyarakat bisnis indonesia. Mayoritas pengusaha
indonesia adalah pengusaha kecil dan menengah. Pada umumnya mereka tidak terlalu
memedulikan kontrak, kurang begitu peduli terhadap bunyi klausal-klausalkontrak. Dalam
benak mereka, cukuplah bagaimana melaksanakan transaksi tersebut..mind set seperti ini
terbawa pula ketika ternyata kemudian sengketa mengenai kontrak lahir. Mereka kurang
peduli dengan apa yang ada pada klausal kontrak. Kalau ada sengketa, mereka upayakan
penyelesaiannya secara baik-baik, secara kekeluargaan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Negosiasi

Kelebihan dan kekurangan negosiasi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan negosiasi

Tidak melibatkan orang lain.

Bebas dalam menentukan kesepakatan.

pihak dapat memantau sendiri proses penyelesaiannya.

Menghindari perhatian publik.

Win Win solution.

Dapat digunakan untuk setiap tahap penyelesaian sengketa.

b. Kekurangan negosiasi
Tidak menjamin fakta-fakta ditetapkan dengan objektif

Tidak dapat menyelesaikan sengketa tertentu.

Dapat gagal ketika salah satu pihak dalam posisi yang lemah

F. Syarat-syarat menjadi seorang negoisator

Adapun syarat-syarat negosiator antara lain:

1. Berkepribadian mantap dan penuh percaya diri.

2. Tidak sombong.

3. Bersikap simpatik, ramah dan sopan

4. Disiplin dan memiliki prinsip.

5. Komunikatif .

6. Wawasan dan pengetahuan yang luas.

7. Cepat membaca situasi dan jeli menangkap peluang.

8. Ulet, sabar dan tidak mudah putus asa.

9. Akomodatif dan kompromis.

10. Berpikir positif dan optimis.

11. Dapat mengendalikan emosi.

12. Berpikir jauh ke depan.

13. Memiliki selera humor.

Erman Rajaguguk mengatakan suskesnya negosiasi setidaknya ada 4 petunjuk, yaitu:

1. Jangan mengusulkan sesuatu yang jika hal itu diusulkan kepada kita ,kita sendiri
tidak akan menerimanya.
2. Dalam negosiasi tidak satupun pihak ingin dipaksa.
3. Dalam negosiasi kita memerlukan kesabaran
4. Kita tidak pernah tahu apa yang pihak lawan akan lakukan, atau bagaimana kita
menjawabnya. Tetap santai, lentur, optimistik dan percaya diri suatu waktu akan ada
titik temu.

Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi:

1. Antara dua orang


Misal: pada saat manajer dan bawahannya memutuskan tanggal penyelesaian proyek yang
harus diselesaikan oleh bawahan

2. Di dalam kelompok

Misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas suatu kasus

3. Antar kelompok

Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam kesepakatan harga, kualitas atau tanggal
penyerahan barang.

G. Contoh Kasus Negosiasi

PT Sara Lee Indonesia, perusahaan besar yang bergerak di consumer product, diguncang
masalah dengan karyawanya. Sekitar 200 buruh bagian pabrik roti yang tergabung dalam
Gabungan Serikat Pekerja PT Sara Lee Indonesia, menggelar aksi mogok kerja di halaman
pabrik, Jalan Raya Bogor Km 27 Jakarta Timur, Rabu (19/11/10).

Aksi mogok kerja ini, ternyata tidak hanya di Jakarta namun serentak di seluruh distributor
Sara Lee se-Indonesia. Bahkan, buruh yang ada di daerah mengirim utusanke Jakarta untuk
memperkuat tuntutannya. Utusan itu bukan orang, namun berupa spanduk yang dikirim dari
beberapa daerah.

Dalam aksinya di depan pabrik, para buruh yang mayoritas perempuan ini membentangkan
spanduk berisikan tuntutan kesejahteraan kepada manajemen perusahaan yang berbasis di
Chicago Sara Lee Corporation dan beroperasi di 58 negara, pasar merek produk di hampir
200 negara serta memiliki 137.000 karyawan di seluruh dunia.

Dengan mengenakan kaos putih dan ikat merah di kepalanya. Buruh merentangkan belasan
spanduk, di antaranya bertuliskan: Kami bukan sapi perahan, usir kapitalis, Rp 16 triliun,
Bagian kami mana?, Jangan lupa karyawan bagian dari aset perusahaan juga. Kami
Minta 7 Paket, Perusahaan Sara Lee Besar Kok Ngasih Kesejahteraan Kecil juga tuntutan
lain tentang kesejahteraan dan gaji yang rendah.

Spanduk juga terpasang di pagar pabrik Sara Lee, juga ada sehelai kain berisi tanda tangan
para pekerja dan 12 poster yang mewakili suara masing-masing tim dari berbagai daerah,
seperti Jakarta, Banyuwangi, Medan, Makassar, Denpasar, Jember, Surabaya, Madiun,
Kediri, Gorontalo, Samarinda, Lombok dan Aceh.

Poster dari Surabaya GT tertera beberapa kalimat yang berbunyi: Kami tidak akan berhenti
mogok, sebelum kalian penuhi tuntutan buruh, penjahat aja tahu balas budi, kalian? Juga
poster dari Tim Banyuwangi menyuarakan: Kedatangan kami bukan untuk berdebat, kami
datang untuk meminta hak kami, jangan bersembunyi di belakang UU, dan jangan ambil
jatah kami, ayo bicaralah untuk Indonesia.
Kami terpaksa mogok karena jalan berunding sudah buntu dari pertemuan tripartit antara
manajemen perusahaan dengan serikat pekerja. Banyak tuntutan yang kami ajukan mulai
kesejahteraan, peningkatan jumlah pesangon dan kompensasi dari manajemen, ungkap
seorang buruh wanita yang enggan disebut namanya.

Buruh takut menyebut nama, sebab manajemen perusahaan akan terus melakukan intimidasi
yang menyakitkan. Ini aksi dalam jumlah yang kecil, dan menggerakan lebih besar dan
sering melancarkan aksi, jika tuntutan kami tak dikabulkan, sambungnya.

Perwakilan manajemen sempat mengimbau peserta aksi mogok untuk kembali bekerja
melalui pengeras suara, namun ditolak oleh pekerja. Hingga kini aksi buruh terus bertambah
sebab karyawan dari distributor Jakarta, Bogor, Tanggeran, Depok dan Bekasi satu persatu
memperkuat aksinya itu.

Buruh lainnya mengatakan kasus ini bermula dari penjualan saham Sara Lee dijual kepada
perusahaan besar. Ternyata, perusahaan baru itu Setelah enggan menerima karyawan lain,
sehingga nasib karyawan menjadi terkatung-katung. Bahkan, memutus hubungan kerja
seenaknya saja. Buruh pun aktif demo.

Sara Lee merasa malu dengan aksi yang mencoreng perusahaan raksasa inim sehingga siap
melakukan perundingan tripartit. Sayangnya, hingga kini belum ada kesepakatan karena
manajemen perusahaan memberikan nilai pesangon yang sangat rendah, tak sesuai
pengabdian karyawan.

Penyelesaian:

Menurut kami, Manajemen PT. Saralee harus berunding terlebih dahulu dengan para buruh
agar menemui suatu titik kesepakatan. Jika PT. Saralee tidak memperoleh laba yang ia
targetkan, seharusnya ia dapat mengambil kebijaksanaan yang tidak membuat salah satu
pihak rugi akan hal ini. Perundingan secara kekeluargaan adalah satu-satunya solusi yang
dapat meredam demo. Jika demo terus terjadi, pihak Saralee malah akan mengalami kerugian
yang lebih besar lagi, karena jika kegiatan operasional tidak berjalan seperti biasa, laba pun
tidak akan didapatkan oleh PT. Saralee.

1) Solusi persoalan mikro perburuhan bisa diatasi dengan memperbaiki hubungan kontrak
kerja antara pengusaha dengan pekerja. Transaksi kontrak tersebut sah menurut, jika
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang jelas mengenai :

a. Bentuk dan jenis pekerjaan


b. Masa kerja
c. Upah kerja
d. Tenaga yang dicurahkansaat bekerja

Jika ke empat masalah di atas sudah jelas dan disepakati maka kedua belah pihak terikat dan
harus memenuhi apa yang tercantum dalam kesepakatan tersebut.
2) Sedangkan aspek makro perburuan, prinsipnya setiap orang berhak mendapatkan
kesejahteraan. Hal ini bisa dilakukan dengan 2 cara :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang , pangan dan papan , ditangguhkan kepada setiap


individu masyarakat (buruh)
b. Terkait kebutuhan biaya pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan menjadi
tanggung jawab negara untuk menyediakannya bagi setiap warga negara. Selain itu
negara juga memiliki tanggungjawab menyediakan berbagai fasilitas yang
memudahkan setiap orang untuk bekerja

2. KONSILIASI

A. Pengertian Konsoliasi

Konsiliasi (conciliation), dapat diartikan sebagai pendamai atau lembaga pendamai. Bentuk
ini sebenarnya mirip dengan apa yang diatur dalam Pasal 131 HIR. Oleh karena itu, pada
hakikatnya sistem peradilan Indonesia dapat disebut mirip dengan mix arbitration, yang
berarti:

1. Pada tahap pertama proses pemeriksaan perkara, majelis hakim bertindak sebagai
conciliator atau majelis pendamai,
2. Setelah gagal mendamaikan, baru terbuka kewenangan majelis hakim untuk
memeriksa dan mengadili perkara dengan jalan menjatuhkan putusan.

Karena konsiliasi merupakan lembaga pendamai maka penyelesaian sengketa diluar


pengadilan diantaranya adalah dengan cara konsiliasi. Dalam UU No. 30 Tahun 1999 tidak
memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian atau definisi dari konsiliasi.
Bahkan tidak dapat ditemui satu ketentuan pun termasuk tentang pengertian konsiliasi dalam
UU No. 30 Tahun 1999 ini. Perkataan konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternatif
penyelesaian sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 dan Alenia ke-9
Penjelasan Umum Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tersebut.

Sehingga pengertian konsiliasi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni:
Konsiliasi adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai suatu persetujuan dan penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga (konsiliator).

Konsiliasi sebagai suatu cara untuk menyelesaikan sengketa mengenai keadaan apapun
dimana suatu Komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak untuk menangani suatu sengketa
berada pada pemeriksaan yang tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk
menentukan batas penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak, atau memberi pihak-
pihak yang bersengketa pandangan untuk menyelesaikannya seperti bantuan yang mereka
minta.
B. Proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi

Konsiliasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang berarti
bahwa, proses penyelesaian sengketa tersebut dilakukan secara damai apabila para pihak
yang bersengketa telah sepakat untuk menemukan solusi yang bersahabat.

Proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi mempunyai kemiripan dengan


mediasi. Pembedaan yang dapat diketahui dari kedua cara ini adalah:

1. Konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih formal jika dibandingkan dengan
mediasi. Karena dalam konsiliasi ada beberapa tahap yang biasanya harus dilalui,
yaitu penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi, kemudian komisi akan
mendengarkan keterangan lisan para pihak, dan berdasarkan fakta-fakta yang
diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan menyerahkan
laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian
sengketa.
2. Konsiliator memiliki peran yang lebih besar daripada mediator. Dalam konsiliasi
pihak ketiga (konsiliator) secara aktif memberikan nasihat atau pendapatnya untuk
membantu para pihak menyelesaikan sengketa, sehingga para pihak memiliki
kebebasan untuk memutuskan atau menolak syarat-syarat penyelesaian sengketa yang
diusulkan.
3. Sedangkan mediator hanya mempunyai kewenangan untuk mendengarkan, membujuk
dan memberikan inspirasi bagi para pihak. Mediator tidak boleh memberikan opini
atau nasihat atas suatu fakta atau masalah (kecuali diminta oleh para pihak).

Jadi konsiliasi merupakan proses dari suatu penyelidikan tentang fakta-fakta dimana para
pihak dapat menerima atau menolak usulan rekomendasi resmi yang telah dirumuskan oleh
badan independen (komisi konsiliasi).

Prosedur konsiliasi sangat bermanfaat dan sangat penting, karena dalam pelaksanaan
penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu :

1. Penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi,


2. Kemudian komisi akan mendengarkan keterangan lisan para pihak,
3. Dan berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut
komisi konsiliasi akan menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan
kesimpulan dan usulan penyelesaian sengketa.

Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator berhak meminta para pihak untuk


menyerahkan pernyataan tertulis perihal dasar persengketaan masing-masing. Salinan dari
masing-masing pihak diberikan kepada satu sama lain. Konsiliator juga berhak untuk
meminta para pihak menyerahkan pernyataan tambahan ditambah dengan dokumen-dokumen
atau fakta pendukung lainnya yang terkait. Salinan dari masing-masing pihak diberikan
kepada satu sama lain. Dalam waktu kapanpun, konsiliator berhak meminta para pihak
menyerahkan berbagai informasi yang berkaitan, jika konsiliator merasa membutuhkan.
Konsiliator juga berhak menyampaikan pendapat secara terbuka tanpa memihak siapa
pun. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam sengketa untuk dan
atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil
sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan di
antar mereka.

Konsiliator bisa mengeluarkan anjuran tertulis jika tidak tercapai perdamaian di antara kedua
belah pihak. Sebaliknya, jika perdamaian tercapai, maka konsiliator bersama dengan para
pihak dapat menandatangani perjanjian bersama yang kemudian didaftarkan ke komisi
konsiliasi.

C. Penyebab Sengketa

Lebih jelas lagi bahwa salah satu penyebab munculnya sengketa adalah karena adanya
ketidak sepakatan para pihak mengenai fakta. Untuk menyelesaikan sengketa ini, akan
bergantung pada penguraian fakta-fakta para pihak yang tidak disepakati. Yang mana untuk
dapat mengetahui kebenaran fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut
komisi konsiliasi akan melakukan penyelidikan. Tujuan dari suatu penyelidikan, tanpa
membuat rekomendasi-rekomendasi yang spesifik adalah untuk menetapkan fakta yang
mungkin dengan cara demikian memperlancar penyelesaian sengketa yang dipermasalahkan.

Dan biasanya lembaga konsiliasi merupakan salah satu bagian kegiatan lembaga arbitrase.
Arbitrase institusional, bertindak juga sebagai conciliation yang bertindak sebagai conciliator
adalah panel yang terdaftar pada Arbitrase Institusional yang bersangkutan:

1. Sengketa yang diselesaikan oleh lembaga konsiliasi pada umumnya meliputi sengketa
bisnis,
2. Hasil penyelesaian yang diambil berbentuk resolution, bukan putusan atau award
(verdict),
3. Oleh karena itu, hasil penyelesaian yang berbentuk resolusi tidak dapat diminta
eksekusi ke pengadilan,
4. Dengan demikian, walaupun resolusi memeng itu bersifat binding (mengikat) kepada
para pihak, apabila salah satu pihak tidak menaati dengan sukarela tidak dapat diminta
eksekusi ke pengadilan. Dalam hal yang seperti itu penyelesaian selanjutnya harus
mengajukan gugatan ke pengadilan.

D. Karakteristik Sengketa Konsoliasi

Konsiliasi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan alternative


penyelesaian sengketa lainnya, yaitu:

1. Voluntary: artinya bahwa penggunaan penyelesaian secara konsiliasi ini sepenuhnya


tergantung dari keinginan para pihak, artinya tidak ada paksaan untuk menggunakan
proses konsiliasi.
2. Flexible: Para pihak memiliki kebebasan untuk memilih, seperti memilih konsiliator,
tempat pelaksaan konsiliasi, bahasa yang digunakan, dan sebagainya.
3. Not binding: Sifat konsiliasi adalah tidak mengikat atau hanya rekomendasi
4. Fast: Relatif lebih cepat karena tidak ada banding dan proses-proses seperti di
arbitrase atau pengadilan
5. Informal: Proses konsiliasi memang diperbolehkan untuk dilakukan dengan cara lisan
6. Less expensive: Relatif lebih murah karena biasanya menggunakan 1 konsiliator saja,
7. Win-win solution: Menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak.

Kelebihan dari alternatif penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ini hampir sama dengan
mediasi yakni: cepat, murah, dan dapat diperoleh hasil yang efektif. Sedangkan yang menjadi
kelemahan alternatif penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ini adalah bahwa putusan dari
lembaga konsiliasi ini tidak mengikat, sehingga sangat tergantung sepenuhnya pada para
pihak yang bersengketa.

3. MEDIASI

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang
tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang
bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi
merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat
memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang
memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

Jenis Perkara Yang Dimediasi

Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan
industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan
atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, semua sengketa perdata yang diajukan ke
Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian
dengan bantuan mediator. [Pasal 4 Perma No. 1 Tahun 2008]

Tahap-Tahap Proses Mediasi

Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang
disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain
dan kepada mediator. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal
memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim
mediator yang ditunjuk.

Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator dipilih
oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim. Atas dasar kesepakatan para pihak,
jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
berakhir masa 40 (empat puluh) hari.
Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak
jauh dengan menggunakan alat komunikasi. [Pasal 13 Perma No. 1 Tahun 2008]

Kewenangan Mediator

Mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para pihak
atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi sesuai
jadwal pertemuan mediasi yang telah disepakati atau telah dua kali berturutturut tidak
menghadiri pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil secara patut. Jika setelah proses
mediasi berjalan, mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang dimediasi
melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan
pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang
berkepentingan tidak dapat menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, mediator dapat
menyampaikan kepada para pihak dan hakim pemeriksa bahwa perkara yang bersangkutan
tidak layak untuk dimediasi dengan alasan para pihak tidak lengkap. [Pasal 13 Perma No. 1
Tahun 2008]

Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka
dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. [Pasal 14 Perma No.
1 Tahun 2008]

Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator
wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para
pihak dan mediator. Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para
pihak wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai.

Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan


perdamaian untuk menghindari ada kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang
tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak baik. Para pihak wajib menghadap
kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan
kesepakatan perdamaian.

Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk dikuatkan dalam
bentuk akta perdamaian. Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian
dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula
pencabutan gugatan dan atau klausula yang menyatakan perkara telah selesai. [Pasal 17
Perma No. 1 Tahun 2008]

Tugas-Tugas Mediator:

Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak
untuk dibahas dan disepakati.
Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses
mediasi.

Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.

Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.
[Pasal 15 Perma No. 1 Tahun 2008]

Jika setelah batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja, para pihak tidak mampu
menghasilkan kesepakatan atau karena sebab-sebab yang terkandung dalam Pasal 15 Perma
No. 1 Tahun 2008, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah
gagal dan memberitahukan kegagalan kepada hakim. Segera setelah menerima
pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum
acara yang berlaku.

Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk
mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan. Upaya
perdamaian sebagaimana dimaksud diatas, berlangsung paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim pemeriksa
perkara yang bersangkutan. [Pasal 18 Perma No. 1 Tahun 2008]

Tempat Penyelenggaraan Mediasi

Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama atau ditempat
lain yang disepakati oleh para pihak. Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi
di luar pengadilan. Penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama
tidak dikenakan biaya. [Pasal 20 Perma No. 1 Tahun 2008]

Para pihak dengan bantuan mediator besertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di
luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian
tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara
mengajukan gugatan. Pengajuan gugatannya harus disertai atau dilampiri dengan kesepakatan
perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum para pihak
dengan objek sengketa.

Hakim dihadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian dalam bentuk
akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1. Sesuai kehendak para pihak;

2. Tidak bertentangan dengan hukum;

3. Tidak merugikan pihak ketiga;


4. Dapat dieksekusi.

5. Dengan iktikad baik. [Pasal 23 Perma No. 1 Tahun 2008]

Anda mungkin juga menyukai