Anda di halaman 1dari 568

Thomas Lickona

MENDIDIK UNTUK
MEMBENTUK KARAKTER

Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan


Tentang Sikap Hormat dan Bertanggungjawab
Mendidik Untuk Membentuk Karakter :
Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan
Bertanggungjawab
Thomas Lickona
Diterjemahkan dari Thomas Lickona, Education for Character, How Our Schools Can
Teach Respect and Responsibility (A Bantam Books Publishing History, 1991)

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Persembahan Kepada Tuhan


UCAPAN TERIMA KASIH
Perkenankan saya untuk mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya:
Kepada semua pengajar yang telah memberikan kesempatan yang luar
biasa bagi saya untuk belajar selama 20 tahun ke belakang, para pengajar
yang telah mendidik saya selama bersekolah, para guru yang mengizinkan
saya untuk mengobservasi kelas mereka, dan guru-guru yang telah saya
wawancarai sebagai contoh serta kebijaksanaan dalam pendidikan nilai
yang telah mengisi halaman demi halaman dari buku ini.
Kepada istri saya, Judith yang telah menjadi bagian yang sesungguhnya
dalam penulisan buku ini, atas kesediaannya untuk membaca setiap kata
dari semua draf yang saya buat serta menjadi editor pertama dalam tulisan
saya; atas begitu banyaknya saran yang membangun isi dan makna dari
setiap bagiannya; atas waktunya untuk berdiskusi mengenai masalah
anakanak yang sering dihadapi pada saat ini dan apa yang mereka butuhkan
dari bimbingan orang dewasa agar dapat tumbuh menjadi manusiamanusia
yang baik; dan atas dukungannya untuk selalu memompa semangat saya.
Kepada ayah dan ibu, Edward dan Winifred Lickona, dan kepada ayah
mertua saya Tom Barker, atas kasih sayang dan dorongan mereka yang
sangat berdedikasi; kepada Sweetheartku, yang tentunya juga memberi
semangat; kedua anak-anakku Mark dan Matthew, atas cinta dan canda tawa
yang mereka bawa ke dalam hidup saya, dan setiap kesempatan yang
membuat mereka bertanya, Bagaimana dengan bukumu, Ayah?
Kepada Toni Burbank, editor saya di Bantam, yang telah melakukan
banyak hal: komitmennya terhadap buku ini, kemampuannya yang luar
biasa dalam memberikan petunjuk terhadap apa yang seharusnya saya
perbaiki dalam isi, jumlah, ataupun materi dalam buku ini; saran-saran yang
ia berikan atas buku ini; serta langkah-langkah yang ia lakukan di setiap
kesempatan. Mulai dari bimbingan yang ia berikan pada tahap awal
penulisan buku ini sampai dengan pemilihan hasil revisi untuk menjadikan
buku ini lebih menarik dan dapat menjangkau para pembaca yang
ditargetkan. Saya sangat merasa bersyukur memiliki seorang rekan yang
dapat bekerjasama dengan penuh ketelitian, keterampilan dan kepedulian.
Kepada Robin Straus, agen saya, atas usahanya yang begitu profesional
dalam setiap langkah yang ia berikan mulai dari memasukan proposal
prapenerbitan untuk dipilih; atas isi surat-surat pengajuan yang luar biasa

iii
iv | Ucapan Terima Kasih

dan begitu inspiratif; dan atas kesabarannya disaat laju buku ini sedang
terhambat.
Kepada William D. Drennana dan Nancy Scott, editor dalam proses
percetakan buku, atas kepekaan mereka dalam memberikan saran dalam
memperbaiki susunan isi buku yang telah saya buat; Kepada Charlie
Trantino atas ketelitiannya dalam menyusun indeks. Dan kepada Linda
Gross atas kerja kerasnya dalam banyak hal detail yang ada di dalam buku
ini dalam tahapan penyelesaiannya.
Kepada Universitas tempat saya mengajar, The State University of New
York di Cortland, atas dukungannya dalam penelitian saya pada saat liburan
musim gugur tahun 1985 yang memberi kesempatan kepada saya untuk
mengunjungi sekolah-sekolah yang terkenal dalam bidang pendidikan nilai
di AS dan Kanada.
Kepada Eric Schaps dan Pusat Pengembangan Studi miliknya atas
kedermawanannya memberikan subsidi untuk transportasi selama
penelitian liburan yang saya lakukan. Kepada Marilyn Watson, Jacques
Benninga, Ed Wynne, Howard Radest, Mary Ellen Flaherty, dan Steve Barrs
atas bantuan dalam menyusun jadwal kunjungan sekolah dan ajakan untuk
berkunjung ke rumah mereka selama penelitian liburan. Dan kepada semua
guru, staf administrasi, orangtua, dan siswa di sekolah-sekolah yang telah
saya kunjungi yang telah membantu saya untuk mengetahui berbagai cara
yang dilakukan sekolah-sekolah tersebut dalam memberikan pendidikan
nilai.
Kepada Suzzane Brisk dan Tina Metzcus atas materi-materi tentang
pendidikan seks yang sangat membantu saya, dan Ted Graves atas berbagai
saran pada bab 10 dan 15.
Kepada semua orang yang telah memberi dukungan doa kepada saya,
khususnya kepada tetangga terbaik saya Elizabeth Dwyer.
Seorang psikiater bernama Scott Peck di dalam bukunya membuat
tulisan tentang amazing grace. Setiap saat di dalam hidup ketika kita
merasa tertolong bukanlah hanya sekedar kebenaran. Bagi mereka yang
beragama, saat-saat luar biasa yang dialami oleh kita merupakan bentuk
kasih sayang Allah kepada mereka yang hidup saling berdampingan dan
meyakini kekuasaanNya. Sebagai sebuah contoh, Peck bercerita bahwa ia
pernah secara tidak terduga menerima tawaran sebuah buku yang berisi
berbagai resolusi yang cocok bagi sebuah permasalahan yang sedang diteliti
olehnya dari seseorang yang sebelumnya benar-benar memiliki sikap yang
tidak bersahabat dengannya. Saya pun sering mengalami
Ucapan Terima Kasih | v
berbagai pengalaman luar biasa selama penulisan buku ini. Sebagai contoh,
ketika tiba-tiba saya mendapatkan informasi atau percakapan yang hasilnya
sangat cocok dan tepat dengan beberapa bagian dari tulisan saya tanpa
perlu bersusah payah mencarinya.
Bagi saya, pengalaman-pengalaman tersebut mengingatkan saya
tentang sebuah pernyataan St. Thomas Aquinas: Segala bentuk
kesempurnaan datang dari kekuasaan Yang Maha Suci. Bagi segala
kekurangan yang ada di dalam buku ini, saya bertanggungjawab
terhadapnya. Bagi segala kebaikan yang ada di dalam buku ini, saya ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat di dalamnya.

April, 1991
Tom Lickona
Cortland, New York
CATATAN BAGI PEMBACA

Haim Ginott pernah menceritakan tentang seorang guru yang begitu


dihormati dalam sebuah masyarakat dan dianugerahi sebagai guru teladan
tahun. Setelah penghargaan itu diperoleh, dalam perjalanan pulang dari
sekolah, beliau melihat dua orang anak laki-laki yang menulis di atas semen
yang masih basah di depan rumahnya. Semakin ia mendekat, ia kemudian
dapat membaca tulisan-tulisan anak itu yang mengarah pada kebencian
mereka kepadanya. Maka kemudian guru tersebut berjalan mendekati
kedua anak tersebut dan memarahinya.
Keesokan harinya, kepala sekolah dengan tiba-tiba memanggil guru
tersebut ke kantornya. Ibu Smith, ujarnya, sebenarnya saya tidak tahu
harus memulainya dari mana. Anda adalah guru teladan tahun ini, seseorang
menjadi contoh bagi kita semua yang melihatnya, seseorang yang mencintai
anak-anak, ternyata telah begitu saja menyerang dua di antara anak-
anak!
Ibu Smith kemudian terlihat gelisah, terdiam, dan kemudian
mengatakan, Sebenarnya, saya mencintai mereka secara abstrak, bukan
secara konkrit.
Dalam pendidikan yang baik, memberikan sesuatu yang bersifat abstrak
memang lebih mudah daripada mendidik sesuatu yang bersifat konkrit.
Maka saya harap buku ini dapat menjadi sumber dalam praktik pendidikan,
dan saya telah mencoba untuk memberikan penjelasan sekonkrit mungkin.
Bagian 1 dari buku ini mengangkat kerangka teori mengenai pendidikan
nilai: mengapa sekolah harus memberikan pendidikan tersebut, nilai-nilai
sekolah yang mungkin meligitimasi pengajaran dalam sebuah masyarakat
yang demokratis, dan sederet karakter yang seharusnya sekolah
kembangkan dalam pengajaran nilai. Bagian dua dan tiga dari buku ini
memberikan gambaran tentang pelaksanaannya, yaitu bagaimana
mengimplementasikan ke 12 pendekatan-pendekatan tentang pendidikan
nilai secara menyeluruh. Dalam mengilustrasikan masingmasing dari ke 12
komponen tersebut, saya pun memberikan beberapa cerita singkat di
dalamnya. Cerita-cerita tersebut diambil dari guru-guru dan sekolah-
sekolah di AS dan Kanada yang unggul dalam memberikan pendidikan
kepada murid-muridnya tentang nilai kejujuran, kepedulian, dan rasa
hormat kepada sesama.
vi
Ucapan Terima Kasih | vii

Saya merasa banyak berhutang budi kepada para guru tersebut yang
telah menjadi sumber dan inspirasi dalam memberikan contoh pelaksanaan
yang baik. Semampu yang saya dapat, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada para guru, sekolah, dan para staf yang telah terlibat. Saya pun
sangat berterimakasih kepada mereka yang kisahnya tercantum di sini,
tetapi tanpa nama karena saya tidak mendapatkan nama-nama mereka.
Beberapa tulisan-tulisan di dalam buku ini berisi tentang bagaimana
caranya mendapat informasi tentang program dan pelaksanaan pendidikan
nilai secara khusus. Ketika ditemukan tulisan dengan informasi yang kurang
jelas, maka catatan kaki akan menjelaskan. Mohon dicatat, bagaimanapun
juga keadaan kelas-kelas dan sekolah-sekolah yang ada di dalam buku ini
mungkin saja berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan-perubahan
tersebut dapat berupa perubahan sistem kerja, para guru, kepala sekolah,
atau program pembelajaran.
Demikianlah, kata-kata tentang terminologi diangkat. Melalui buku ini,
saya telah menggunakan nilai-nilai pendidikan dan pendidikan moral
yang dapat saling ditukar satu sama lain dan bila disingkat keduanya
menjadi pendidikan nilai-nilai moral. Fokus yang ada dalam buku ini
bukanlah makna nilai secara umum saja (yang termasuk beberapa hal yang
menjadi pilihan karir anda), tetapi lebih ke nilai-nilai yang bermakna sikap
hormat dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu nilai yang
bersifat wajib, bukanlah sekedar pilihan, dan menjadi dasar dalam
pembentukan karakter.
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................................2


CATATAN BAGI PEMBACA ................................................................................................6
DAFTAR ISI .............................................................................................................................9

BAGIAN SATU
Mendidik untuk Nilai dan Pembentukan Karakter

Bab 1 : Wacana dalam Pendidikan Nilai ......................................................... 3


Bab 2 : Mendidik untuk Membentuk Karakter dan Mengapa Sekolah
Membutuhkan Dukungan dari Lingkungan Rumah .................... 35
Bab 3 : Nilai-Nilai Seperti Apakah yang Seharusnya Diajarkan di
Sekolah? ........................................................................................................ 57
Bab 4 : Apa yang Dimaksud dengan Karakter yang Baik? ........................ 75

BAGIAN DUA
Strategi Kelas dalam Pengajaran tentang Rasa Hormat dan
Tanggung Jawab Pembukaan Bagian Dua dan Tiga: Pengajaran
Sikap Hormat dan Tanggung Jawab : Suatu Pemikiran Besar

Bab 5 : Guru sebagai Pengasuh, Contoh, dan Mentor ................................ 105


Bab 6 : Membangun Komunitas Moral dari Kelas ...................................... 129
Bab 7 : Disiplin Moral ............................................................................................. 155
Bab 8 : Membangun Lingkungan Kelas yang Demokratis: Bentuk
Pertemuan Kelas ...................................................................................... 193
Bab 9 : Mendidik Makna Nilai Melalui Kurikulum ...................................... 225
Bab 10 : Pembelajaran Kooperatif ....................................................................... 255
Bab 11 : Etika dalam Bertindak ............................................................................. 285
Bab 12 : Dorongan dalam Refleksi Pendidikan Moral ................................. 311
Bab 13 : Meningkatkan Tahap Wacana Diskusi Moral ................................ 337
Bab 14 : Pengajaran tentang Isu-Isu Kontroversial ...................................... 361
Bab 15 : Mengajarkan Anak-Anak Menyelesaikan Konflik ........................ 381
BAGIAN TIGA

2 | Catatan Bagi Pembaca

Strategi Umum Sekolah dalam Pengajaran tentang Rasa Hormat dan


Tanggung Jawab

Bab 16 : Pengasuhan di Luar Kelas ...................................................................... 399


Bab 17 : Membangun Sebuah Budaya Moral Positif di Sekolah ............... 423
Bab 18 : Pendidikan Seks ......................................................................................... 455
Bab 19 : Narkoba dan Alkohol ............................................................................... 493
Bab 20 : Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat yang Bekerja Secara
Bersama-sama ............................................................................................ 519

Lampiran A : Memulai dan Mempertahankan Momentum .......................... 551


About the Author .......................................................................................................... 555
Ucapan Terima Kasih | 3

Terdapat sebuah keyakinan yang begitu dalam dari para pendiri negeri ini
bahwa sebuah republik hanya dapat berhasil jika memiliki warga negara yang
berkarakter baik. Hanya dengan adanya sebuah hukum tentang moral, maka
seluruh warga negara mampu menjaga suatu bentuk pemerintahan yang bebas.

Robert Bellah, Bicentennial


Lectures, Cornel University

Seperti yang diajarkan oleh Aristoteles, manusia tidak ada yang mungkin dapat
tumbuh sempurna secara moral ataupun praktikal. Mereka menuju ke arah itu.
Jika memang demikian, yang menjadi hasilnya adalah suatu usaha kehidupan
yang panjang, baik secara pribadi maupun dalam bermasyarakat.
Jon Moline, Classical Ideas About
Moral Education, in Character
Policy: An Emerging Issue
BAGIAN SATU

MENDIDIK UNTUK NILAI


DAN
PEMBENTUKAN KARAKTER

BAB1

WACANA DALAM PENDIDIKAN NILAI

Mendidik seseorang hanya untuk berpikir dengan akal tanpa disertai


pendidikan moral berarti membangun suatu ancaman dalam kehidupan
bermasyarakat.
Theodore Roosevelt

Hal mendasar yang dihadapi sekolah adalah tentang pendidikan moral.


Masalah-masalah lain yang kemudian muncul sebenarnya berdasar pada
pendidikan moral yang disampaikan. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan
pun bergantung pada hasil dari pendidikan karakter.

William Kilpatrick, Why Jhonny


Cant Tell Right from Wrong

pakah sekolah seharusnya memberikan pendidikan tentang nilai-nilai?


A Beberapa dekade silam, pertanyaan tersebut sempat memunculkan
suatu perdebatan. Satu pihak mengatakan bahwa pendidikan tentang
nilainilai sudah seharusnya diajarkan kepada anak-anak, di sisi lain
beberapa orang beranggapan bahwa nilai-nilai yang berlaku di mana yang
seharusnya diajarkan. Pluralisme itu kemudian memunculkan kelumpuhan.
Sekolah-sekolah pada akhirnya mengambil jalan tengah dengan bersikap
netral terhadap pendidikan nilai.
Sejalan dengan perubahan yang begitu cepat, pemikiran tersebut kini
telah berubah. Dengan mengangkat masalah-masalah moral yang muncul,
mulai dari masalah ketamakan dan ketidakjujuran hingga tindak kekerasan
dan pengabaian diri seperti penyalahgunaan narkoba dan tindakan bunuh
diri. Pandangan baru tentang konsep pendidikan moral pun akhirnya
mencapai suatu kesepakatan. Saat ini di seluruh dunia, mulai dari
masyarakat secara individu sampai dengan organisasi kemasyarakatan,
baik kaum liberal maupun konservatif telah meminta sekolah-sekolah untuk
melibatkan peran pendidik moral sebagai bagian dari pendidikan anak-
anak.

3
4 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Dari sekian banyak masalah moral yang tengah menjadi perhatian


sekolah, nampaknya tidak ada masalah yang lebih mengkhawatirkan
daripada masalah kenakalan remaja. Sejak tahun 1978 sampai dengan 1988,
berdasarkan data statistik FBI, tindak pemerkosaan yang melibatkan remaja
lelaki berusia 13-14 tahun meningkat jumlahnya menjadi dua kali lipat.
Lebih dari 20 tahun (1968-1988), jumlah tindakan kekerasan kriminal
meningkat sebanyak 53%, dan tindakan-tindakan tersebut berupa
pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan pengrusakan. Lebih tepatnya
tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja lelaki dan perempuan yang
berusia di bawah tujuh belas tahun. Perilaku kenakalan remaja yang
berbentuk kekerasan sering terjadi pada anak-anak remaja yang tinggal
dalam satu lingkungan, yang kemudian membentuk tindakan-tindakan keji
dan brutal yang memperlihatkan rendahnya jiwa kemanusiaan yang sengaja
dilakukan tanpa rasa bersalah.

Di Brooklyn, 3 orang remaja lelaki yang di lingkungannya dianggap sebagai


anak baik-baik ternyata kemudian dipenjara karena telah melakukan
tindakan kriminal dengan menyiramkan bensin kepada para gelandangan
dan kemudian membakar mereka. Ketika pihak kepolisian menanyakan
alasan mereka, salah satu di antaranya hanya menjawab, Hanya iseng saja,
kita sedang ingin mengganggu para gelandangan tersebut.

Lima orang remaja dalam lingkungan yang serba berkecukupan di Glen


Ridge, New Jersey, termasuk dua bersaudara yang merupakan pendamping
kapten tim sepak bola di sekolahnya ditahan dan dikenai hukuman atas
tindakan pemerkosaan terhadap seorang remaja wanita 17 tahun dengan
keterbelakangan mental di sebuah ruang bawah tanah di rumah dua
bersaudara tersebut. Delapan remaja lain melihat kejadian tersebut.

Demikianlah gambaran mendalam betapa perilaku anak-anak pada


masa ini telah berubah lebih jauh dalam hal keterlibatan diri mereka sebagai
bagian dari masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut juga tidak hanya
tergambar dari perilaku kekerasan yang dilakukan oleh remaja, tetapi juga
dari berbagai bentuk ucapan dan tindakan tidak terpuji yang juga sudah
mulai dilakukan oleh anak-anak . Di masyarakat New Orleans, seorang anak
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 5

kelas 1 SD menggerus kapur dan memperlihatkan kepada anak-anak lain


seraya memberitahu bahwa seolah-olah barang yang dimilikinya adalah
kokain. Kasus lain terjadi di sebuah sekolah kecil di pinggir kota New York.
Seorang bocah kelas 1 SD menanyakan kepada seorang siswa wanita yang
duduk di sebelahnya, apakah kamu masih perawan? Sebuah topik dalam
media cetak mingguan yang berjudul So Long Wonder Years mengabarkan
sebuah temuan dari penelitian Carnegie Corporation: 25% dari jumlah siswa
SMP telah terlibat dalam beberapa kombinasi berikut: merokok, minum-
minuman keras, penyalahgunaan narkoba, seks; dan setengah dari jumlah
siswa SMP setidaknya terlibat dalam salah satu tindakan tersebut.
Anak-anak yang hidup dengan rendahnya kesadaran moral kini mulai
bermunculan, guru-guru mereka mengatakan bahwa mereka berasal dari
keluarga yang bermasalah. Tentu saja kurangnya perhatian orang tua
menjadi alasan utama bagi sekolah untuk (secara terpaksa) harus terlibat
dalam pendidikan moral. Bagian lain dari masalah yang muncul adalah
media massa dan tempat-tempat yang umumnya dikunjungi anak-anak.
Pada umumnya seorang anak SD menghabiskan 30 jam dalam seminggu
untuk menonton TV. Sampai dengan usia 16 tahun, rata-rata seorang anak
telah menyaksikan sedikitnya 200.000 adegan kekerasan, dan sampai
dengan usia 18 diperkirakan telah melihat 40.000 adegan yang mengandung
unsur seks di dalamnya. Berbagai siaran yang melibatkan adegan kekerasan
dan seks secara umum kini telah meningkat jumlahnya.
Maka tidaklah mengagetkan, banyak remaja yang besar dalam kultur
media seperti itu membatasi pandangan mereka tentang nilai moral. Sebagai
contoh, masih banyak remaja yang belum memahami bahwa tindakan seks
yang dilakukan terlalu dini adalah sesuatu yang salah. Dalam survey yang
dilakukan oleh Rhode Island Rape Crisis Center pada tahun 1988 kepada
1.700 siswa kelas 6 sampai 9, mereka ditanya, Wajarkah bagi seorang pria
untuk meminta wanita melakukan hubungan seks bersamanya jika mereka
telah berpacaran selama lebih dari 6 bulan? Hasilnya, 65 persen remaja pria
mengatakan ya. Sama halnya, 35 persen dari remaja wanita tersebut
mengatakan ya.
6 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Pada saat yang bersamaan, godaan terhadap ketamakan dan sikap


materialisme juga menjadi ancaman yang melanda kehidupan kita. Uang
secara cepat dapat mengontrol kehidupan bermasyarakat dan menjadi
acuan pembentukan nilai dan tujuan bagi para remaja. Kebutuhan akan uang
pada akhirnya menjadi dasar kebenaran untuk mengesampingkan atau
bahkan menantang aturan yang berlaku. Berdasarkan survei, dua pertiga
siswa SMA di Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka akan berbohong
jika hal tersebut berurusan dengan masalah keuangan.
Pengetahuan moral yang paling mendasar pun saat ini nampak perlahan
menghilang dari kehidupan manusia yang berbudaya. Perwakilan dari
Baltimore School, James Sarnecki mengatakan bahwa beliau terbiasa
mengangkat Golden Rule ketika menerangkan tentang masalah kedisiplinan.
Akan tetapi, pada akhirnya beliau memutuskan untuk memberikan berbagai
sumber arahan lain ketika para siswa meresponnya dengan pandangan
kosong. Para pendidik akhirnya mulai menyebut dengan istilah kebutaan
moral yang mereka simpulkan dari kehidupan remaja saat ini.
Dewasa ini, berbagai perdebatan serius telah banyak muncul di sekolah-
sekolah yang memfasilitasi siswa dengan pendidikan moral. Pendidikan
nilai merupakan salah satu topik utama dalam bidang pendidikan saat ini.
Beberapa kelompok orang baik yang secara politis berpihak ke kanan
ataupun ke kiri benar-benar menyangsikan tentang pendidikan moral yang
berlaku di sekolah. Namun di atas semua permasalahan tersebut, perbedaan
pendapat hanyalah berkembang secara stagnan, dan sebagai resikonya:
tidaklah etis jika sekolah hanya mulai dapat bertindak ketika masyarakat
sudah berada dalam keterpurukan moral. Sebaiknya sekolah melakukan
suatu kontribusi lebih kepada anakanak muda dan juga bagi kesehatan
moral dari bangsa ini.

CERDAS DAN BERPERILAKU BAIK: DUA TUJUAN UTAMA


PENDIDIKAN
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 7

Pendidikan moral bukanlah sebuah topik baru dalam pendidikan. Pada


kenyataannya pendidikan moral ternyata sudah seumur pendidikan itu
sendiri. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di
dunia ini, pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan yaitu:
membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas dan memiliki
perilaku berbudi.
Kita semua tahu bahwa kata cerdas dan baik bukanlah dua kata yang
sama. Beberapa waktu lalu pada sebuah komunitas kecil di pinggir kota New
York, empat orang remaja, 3 wanita dan seorang pria memporakporandakan
sekolah mereka pada malam hari, menghabiskan berjerigenjerigen bensin,
dan kemudian membakarnya hingga nilai kerusakan yang diakibatkan
mencapai 500.000 dolar sebelum pada akhirnya situasi tersebut dapat
diatasi lebih dini. Anggota tertua dari empat sekawan tersebut merupakan
siswa terbaik di sekolahnya; dan tiga lainnya telah mendapat pujian dari
media sekolah sebagai siswa teladan. Satu-satunya alasan yang menjadi
motif yang melatarbelakangi hal tersebut adalah karena salah satu di antara
mereka merasa kecewa tidak mengikuti mata pelajaran Bahasa Perancis dan
mendapatkan hukuman atas hal tersebut.
Menyadari bahwa cerdas dan berperilaku baik bukanlah hal yang sama,
para pemangku kebijakan sejak zaman Plato telah membuat suatu kebijakan
mengenai pendidikan moral yang secara sengaja dibuat sebagai bagian
utama dari pendidikan sekolah. Mereka telah mendidik karakter
masyarakat setara dengan pendidikan intelegensi, mendidik kesopanan
setara dengan pendidikan literasi, mendidik kebajikan setara dengan
pendidikan ilmu pengetahuan. Mereka pun telah mencoba untuk
membentuk masyarakat yang dapat menggunakan intelegensi mereka
untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan juga bagi dirinya sendiri
sebagai bagian dari masyarakat yang membangun kehidupan yang lebih
baik.
Pada awal pembentukan negara, kami memegang kebijakan klasik
tersebut sebagai bagian dari pendidikan. Mari kita sejenak melihat kembali
permulaan tersebut, yang merupakan suatu usaha pembentukan
8 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pendidikan moral di sekolah bagi masyarakat, dan pada akhirnya


dikembalikan lagi kepada masyarakat.

PENDIDIKAN UNTUK KEBAJIKAN: SUATU DASAR DEMOKRASI

Pendidikan moral sebagai dasar dari pembentukan demokrasi


sangatlah penting dalam usaha mencapai suatu keberhasilan kehidupan
yang demokratis.
Logikanya seperti ini: demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat,
maka rakyat pula yang bertanggung jawab dalam membentuk suatu
kehidupan dalam konteks kebebasan bagi mereka sendiri. Hal itu berarti
masyarakat seharusnya atau sedikitnya memiliki sebuah sikap yang
berbudi. Mereka harus memahami dan berkomitmen bahwa pendidikan
moral sebagai dasar demokrasi adalah menghargai hak-hak setiap individu,
menghormati hukum yang berlaku, secara sukarela terlibat dalam
kehidupan bermasyarakat, dan memiliki kepedulian untuk bersikap baik.
Loyalitas terhadap kesopanan dalam berdemokrasi tersebut harus sudah
mulai ditanamkan sejak dini, demikian yang diutarakan oleh Thomas
Jefferson.
Dengan kepercayaan terhadap semangat juang tersebut, saat ini
sekolah-sekolah telah mulai mengedepankan pendidikan karakter bagi
siswa. Melalui contoh-contoh kedisiplinan baik dari para pendidik dan
kurikulum yang telah dibentuk, sekolah mencoba untuk membentuk siswa
yang memiliki jiwa patriotisme, pekerja keras, jujur, cermat, peduli, dan
berani.
Sebagai contoh, ketika anak-anak mempraktikkan keterampilan mereka
dalam membaca, pada umumnya mereka menggunakan ceritacerita
McGuffey Reader yang mengandung pelajaran tentang kepahlawanan dan
kebajikan. Cerita-cerita tersebut memang terlihat sangat sederhana
dibandingkan dengan bacaan modern yang kini telah banyak muncul, tetapi
bacaan tersebut merefleksikan sebuah gambaran kehidupan pada masa
lampau yang tentunya berbeda. Hingga tahun 1919, McGuffey Reader
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 9

bahkan menduduki peringkat kedua setelah Alkitab dalam peredarannya.


Keutamaan yang dimiliki McGuffey Reader dibandingkan dengan
bacaanbacaan lainnya adalah kisah-kisahnya yang menunjukkan dan
menanamkan sikap kebanggaan terhadap berbagai sikap yang
mencerminkan kebajikan.
Pada masa yang sesungguhnya, tentu keadaannya masih belum
seutuhnya mencerminkan nilai kebajikan. Eksploitasi ekonomi, serta
diskriminasi ras, etnik, dan gender muncul sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat saat itu dan tentunya hal tersebut tidak dimunculkan dalam
McGuffey Reader. Namun, pendidikan moral yang meskipun terbatas
menjadi hal yang paling utama dimunculkan dalam agenda pendidikan
sekolah.

MENGAPA NILAI PENDIDIKAN MORAL MENURUN?

Sejalan dengan berjalannya waktu, berbagai pandangan yang


mendukung pendidikan karakter yang bersifat klasik perlahan hilang. Hal
tersebut bergantung pada kekuatan-kekuatan yang terbentuk di sekitarnya.
Para pendukung teori Darwin mengatakan bahwa kehidupan biologis yang
muncul saat ini merupakan hasil dari produk evolusi. Pandangan tersebut
mengantar masyarakat untuk melihat hal lain yang berbeda, termasuk sikap
moral yang lebih bersifat berkembang daripada kaku atau bersifat benar
atau salah.
Teori Einstein tentang relativitas meskipun lebih ditunjukkan untuk
menjelaskan beberapa konsep fisika, ternyata juga memengaruhi pemikiran
tentang pendidikan moral. Ketika suatu masalah muncul dengan jawaban
benar atau salah, banyak orang kemudian berpikir, Semua itu relatif,
tergantung bagaimana anda memandang masalah tersebut.
Psikologi empiris juga menemukan beberapa konsep yang mendukung
perkembangan pendidikan karakter. Pada akhir tahun 1920, dua orang
psikolog dari Yale University, Hugh Hartshorne dan Mark May melakukan
sebuah penelitian terhadap perilaku 10.000 anak-anak yang diberikan
10 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kesempatan untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri dalam


berbagai kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, tanggung jawab di rumah,
permainan-permainan, dan kompetisi olah raga.
Ketidakkonsistenan perilaku anak-anak tersebut sangat mengherankan;
ternyata begitu sulit untuk memprediksikan perilaku mereka. Sebagai
contoh, seorang anak yang berbuat curang ketika sedang bermain ternyata
belum tentu melakukan hal yang sama ketika ia berada di kelas, begitu pula
sebaliknya.
Temuan tersebut mengantarkan Hartshorne dan May untuk
mengajukan sebuah doctrine of specificity: kejujuran dan ketidakjujuran
yang dilakukan oleh seseorang sangatlah beragam dan ditentukan oleh
situasi yang lebih spesifik (seperti tingkat resiko yang mungkin muncul),
dan bukan hanya berdasar pada satu keadaan yang konsisten sehingga
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 11

dapat digambarkan sebagai sebuah karakter. Lantas jika karakter tidak


tampak, bagaimana kita dapat memberikan pendidikan karakter kepada
para siswa? Analisis lanjutan yang mengacu pada data yang diperoleh dari
penelitian Hartshorne dan May telah menemukan beberapa fakta tentang
pendidikan karakter. Beberapa anak kenyataannya lebih memiliki karakter
yang terintegrasi (seimbang dan konsisten antara sikap jujur dan tidak
jujur) dibandingkan anak-anak lain. Namun, ketika penelitian asli telah
dipublikasikan, bagian yang diberitakan dan menjadi headline hanyalah
tentang perilaku moral yang lebih berdasar pada situasi yang dihadapi dan
hal tersebut melemahkan pemahaman tentang pendidikan klasik mengenai
pembentukan karakter.
Di sisi lain, universitas-universitas yang ada di Amerika dan Eropa
mengangkat sebuah filosofi yang begitu mengena. logical positivism
menjadi konsep dasar mengenai perbedaan antara fact (kenyataan) dan
value (nilai). Filosofi tersebut menyatakan bahwa kenyataan atau
kebenaran hanyalah sesuatu yang dapat dibuktikan secara ilmiah (contoh:
sebuah bola besi jika dijatuhkan pasti akan jatuh ke dasar). Secara kontras,
nilai-nilai dan moral lebih dipertimbangkan sebagai emotive berdasarkan
pada ekspresi dan rasa dibandingkan kenyataan. Bahkan sebuah pernyataan
seperti perilaku seksual tanpa dasar adalah hal yang salah lebih dipandang
berdasarkan pemikiran secara pribadi dibandingkan dengan tujuan yang
berdasarkan makna benar atau salah.
Dalam percakapan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat yang belum
pernah mengenal konsep logical positivism, makna filosofis dari konsep
tersebut hanyalah dipandang sebagai angin lalu dalam konsep moral.
Kalaupun pernah memberikan tanggapan tentang sebuah pandangan moral,
hal tersebut hanyalah sebuah pandangan umum bagi orang-orang yang
menganggap bahwa, hal tersebut hanyalah urusan sikap pandang. Sikap
pandang terhadap nilai secara otomatis terabaikan dan hanya dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat pandangan secara individu daripada sesuatu
yang beralasan dan memiliki tujuan yang bermakna baik-buruk atau lebih
baik-lebih buruk. Moralitas telah diprivatisasi dibuat menjadi sesuatu yang
seutuhnya merupakan sebuah pilihan yang bersifat individu, dan bukanlah
12 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

urusan publik yang otomatis menjadikan hal tersebut sesuatu yang tidak
harus disampaikan di sekolah.
Ketika bermunculan banyak komunitas yang mulai berpikir tentang
ketidakstabilan moralitas yaitu yang bersifat individu, variatif dalam
berbagai situasi, dan bersifat personal, sekolah-sekolah negeri kemudian
mulai meninggalkan peran utamanya sebagai pendidik moral. Di wilayah
kami, seorang pensiunan guru sekolah dasar mengatakan, hal tersebut
terjadi pada pertengahan 1950-an. Kebijakan administrasi mulai
diberlakukan, bahwa kami tidak lagi memiliki kewajiban untuk mendidik
tentang nilai; dan kami lebih diharuskan untuk berfokus pada bidang
akademik. Beliau berkomentar:

Menurut saya sebenarnya para guru kelas pada saat itu ingin memberikan
pendidikan tentang nilai. Saya juga ingat ketika saya berdebat dengan
beberapa rekan kerja saya yang lebih muda, dan mereka mengatakan, nilai
yang berlaku bagi saya tidak sama dengan nilai yang berlaku pada anda, dan
kemudian saya menanggapi, itu benar, tetapi bagaimana tentang nilai-nilai
yang menyangkut sikap, seperti jujur, murah hati, dan tanggung jawab?
Tidakkah kita dapat mendidik mereka mengenai hal-hal tersebut? Akan
tetapi, kemudian saya tidak melanjutkan pembicaraan tersebut. Ada suatu
keadaan lain yang dirasakan ketika kami mengajarkan nilai-nilai moral
kepada anak-anak. Dalam hal yang demikian mungkin saja kami
membebankan nilai-nilai yang kami miliki kepada anak-anak.

Demikianlah, keadaan tersebut seperti berada diantara sputnik dan


komputer. Digambarakan oleh seorang guru kelas lima SD bahwa,
moralitas telah hilang memang tidak sepenuhnya begitu, sebab dalam
beberapa situasi sekolah pasti menyelipkan nilai-nilai moral yang berlaku di
masyarakat. Sebagai suatu institusi sosial, sekolah harus memberlakukan
suatu sikap moral: Sekolah meminta para siswa untuk patuh terhadap guru-
guru mereka, melarang mereka untuk bertengkar, memberikan mereka
hukuman jika berbuat curang, dan lain-lain. Sekolah juga memberikan
contoh sikap yang dapat para siswa lihat dari guru-guru mereka, terhadap
guru-guru lain ataupun orang dewasa lainnya. Sebagai contoh: sikap adil,
menghargai, dan peduli. Namun, ketika sekolah mendapat sebuah
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 13

pandangan bahwa mereka seharusnya tidak menekan makna nilai-nilai


tersebut dan kemudian mengesampingkannya, maka yang muncul justru
keadaan di mana kurikulum yang tidak terencana dan tidak bermanfaat
bahkan tidak teruji dengan baik. Hal tersebut selanjutnya menjadi
pandangan yang lebih bersifat individu bagi para guru, tanpa ada nilai
kebaikan dari berbagai perdebatan mengenai bagaimana nilai moral itu
sebaiknya diajarkan.

PADA TAHUN 1960 DAN 1970-AN: ERA MUNCULNYA


INDIVIDUALISME

Perubahan sosial telah dibangun perlahan pada awal hingga


pertengahan abad ke 20. Kemudian pada tahun 1960, hal tersebut
mengalami suatu perubahan yang begitu dramatis.
Di tahun 1960-an, masyarakat secara umum melihat sebuah perubahan
yang mengarah ke sikap individualisme. Sikap tersebut ditunjukkan
dengan penghargaan tinggi, penghormatan, dan kewenangan yang lebih
bersifat individu, termasuk subjektifitas dan rasa memiliki terhadap diri
secara individu. Hal tersebut menekankan bahwa hak-hak memiliki nilai
yang melebihi dari tanggung jawab, dan kebebasan lebih menjadi pilihan
dibandingkan dengan komitmen. Hal tersebut kemudian membawa
masyarakat untuk lebih mementingkan keinginan mereka dan memenuhi
apa yang menjadi kebutuhan mereka sebagai individu yang memiliki
kebebasan daripada memenuhi apa yang menjadi kewajiban mereka
sebagai bagian dari suatu kelompok seperti keluarga, komunitas, gereja,
masyarakat, dan warga negara.
Dari segala bentuk ketidakteraturan yang muncul di era 60-an tersebut,
dan masuk ke era 70-an, individualisme semakin memiliki standar yang
tinggi terhadap kebebasan masing-masing individu dan juga terhadap nilai-
nilai yang berlaku pada masing-masing individu. Dari fenomena tersebut
banyak pula hal baik muncul ke permukaan, seperti munculnya hak-hak
warga negara, perhatian terhadap hak-hak wanita, dan juga sebuah
penghargaan bagi anak-anak yang juga disetarakan dengan orang dewasa.
14 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Akan tetapi, disisi lain berbagai masalah pun tentu saja tidak dapat
dihindari. Masyarakat mulai membuat batasan bagi orang lain yang
sekiranya menghalangi kepentingan kebebasan pribadi mereka yang
sifatnya tidak dapat ditolerir. Pengutamaan sikap kebebasan individual
tersebut memicu berbagai tindakan anarkis yang menentang aturanaturan
yang berlaku, bahkan dalam banyak kasus mereka enggan untuk menjalani
aturan-aturan tersebut (termasuk yang diberlakukan oleh para orangtua
dan guru) dan tentunya menjadi sebuah tantangan dalam urusan
kewenangan publik, tetapi hal yang sama ternyata muncul pula di
negaranegara lain di dunia.
Sikap individualisme melahirkan suatu sikap egois yang baru.
Bukubuku yang memiliki judul semisal Menjadi Orang Nomor Satu menjadi
buku yang laris di pasaran. Berbagai slogan seperti raihlah segala yang
kamu dapat raih dan kamu dapat meraih semua itu juga memberikan
suatu pemahaman pikiran yang cukup populer dalam meraih kebahagiaan
hidup. Sebuah survei telah membuktikan suatu kemunculan generasi baru
dari para orangtua. Mereka merasa pemenuhan kebutuhan individu
memiliki makna yang lebih penting daripada norma terhadap penghargaan
orangtua yang dahulu lebih banyak memiliki bentuk penolakan secara
implisit dan juga lebih banyak pengorbanan bagi anak-anak mereka.
Revolusi tentang pemahaman seks, yang lebih banyak bergeser menjadi
sebuah pemuasan sementara di luar batas-batas nilai yang mengabaikan
makna pentingnya komitmen jangka panjang, merupakan contoh-contoh
lain yang tidak berefek baik atas dasar pemikiran mengenai pemenuhan
kebutuhan pribadi.

PELURUSAN MAKNA NILAI: KEMUNCULAN SIKAP


INDIVIDUALISME DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Bagaimana sikap individualisme di era 60-an dan 70-an memengaruhi


pendidikan moral di sekolah?
Hal tersebut kemudian memunculkan pelurusan makna nilai.
Pendekatan baru yang menekankan pada makna nilai di sekolah ini cukup
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 15

populer pada tahun 1966 dengan beredarnya Nilai-nilai dan Pengajaran


yang diajukan oleh Profesor Louis Raths dari Universitas New York.
Penegakan nilai yang bagaimana yang harus dilakukan oleh para pendidik?
Bukan berarti secara langsung mengajarkan semua nilai. Akan tetapi, tugas
guru adalah membantu siswa untuk meluruskan pemahaman akan nilai
yang telah mereka miliki. Pemikiran bahwa para pendidik seharusnya
secara langsung meminta ataupun berusaha memengaruhi anak-anak untuk
melakukan hal yang dianggap baik dan menghindari hal-hal yang dianggap
buruk tanpa alasan yang jelas mengenai nilai, tentu saja tidak dapat
diterima.
Pelurusan makna nilai tersebut mudah dipahami karena nampak begitu
sederhana. Boleh dikatakan tanpa perlu pelatihan. Program tersebut
menawarkan berbagai macam kegiatan, dan dijelaskan seperti buku-buku
resep memasak yang sederhana dan dapat dilaksanakan dalam berbagai
kesempatan yang ada. Di bawah ini merupakan dua di antara 79 aktivitas
yang terdapat dalam Values Clarification: A Handbook of Practical Strategies
for Teachers and Students (Pelurusan Makna Nilai: Sebuah Buku Panduan
Strategi-Strategi Praktis bagi Para Guru dan Siswa). Sebuah buku yang
diterbitkan pada tahun 1972 yang kemudian dengan cepat dapat ditemukan
di meja-meja guru di berbagai negara:

VALUES WHIP
Guru atau siswa mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian
memberikan waktu beberapa saat kepada para siswa lain untuk
memikirkan jawabannya. Setelah itu guru secara acak meminta beberapa
siswa untuk memberikan jawabannya. Di bawah ini merupakan beberapa
contoh pertanyaan yang diajukan:

Apakah yang membuat diri kalian bangga?

Masalah-masalah apa saja yang belakangan ini telah menyedot perhatian


publik?

Apakah yang benar-benar kalian percayai dalam hidup ini?


16 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

VALUES VOTING
Guru secara lantang membacakan pertanyaan satu persatu yang
umumnya berpola, Siapa di antara kaitan yang ...? dan kemudian para
siswa merespon pertanyaan tersebut dengan mengacungkan tangannya. Di
bawah ini merupakan beberapa contoh pertanyaan yang diajukan:

______ menganggap bahwa berbuat curang diperbolehkan dalam beberapa situasi


yang beralasan?

______ suka membaca komik sebagai bacaan pertama dalam koran Minggu?

______ ingin memiliki sebuah kapal layar?


______ menganggap bahwa hukuman dalam bentuk material (denda) harus
ditiadakan?

______ menganggap bahwa perkawinan sebelum pernikahan adalah hal yang


diperbolehkan?

Dalam praktiknya, guru-guru ternyata kurang yakin dengan apa yang


kemudian dilakukan setelah para siswa telah meluruskan pandangan
mereka tentang nilai. Seorang guru kelas sembilan contohnya, menceritakan
pengalamannya sebagai berikut: sebagai bagian dari kegiatan values
voting beliau bertanya kepada para siswanya, Siapa di antara kalian yang
pernah mencuri di tempat perbelanjaan? Hasilnya, kebanyakan dari
mereka mengacungkan tangannya.
Tidakkah kamu berpikir bahwa mencuri merupakan hal yang salah?
Guru tersebut kemudian bertanya lagi (sejenak guru tersebut mengajukan
sebuah pertanyaan lanjutan untuk memunculkan sebuah kesepahaman).
Kita memang berhak untuk memiliki sesuatu di dalam hidup kita, beliau
melanjutkan. Para siswa kemudian menganggukan kepala. Pada situasi
tersebut kemudian saya berpikir, ucapnya, dan kemudian hanyalah
kesulitan yang ada, kemanakah saya harus pergi setelah ini? Terima kasih
Allah, saya telah diperingatkan.
Hal yang paling utama yang dimunculkan adalah ketika penegakan nilai
tersebut mengangkat beberapa nilai penting yang membuat siswa berpikir
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 17

lebih jauh dan memicu mereka untuk dapat mengaitkan antara sistem nilai
yang telah mereka ketahui (e.g., Polusi adalah sesuatu yang buruk) dengan
tindakan yang tepat (e.g., Apa yang akan kamu lakukan dalam situasi
tersebut?). Beberapa teknik penegakan makna nilai, yang dapat kita lihat di
bab selanjutnya dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam pendekatan
yang lebih luas dalam pendidikan nilai. Kemudian hal yang paling buruk dari
kegiatan penegakan nilai tersebut hanyalah ketika beberapa pertanyaan
yang tidak terlalu mendalam muncul (apakah kamu suka membaca
komik?) dan diajukan bersamaan dengan beberapa pertanyaan penting
yang menyangkut sikap moral (haruskah hukuman yang berbentuk
material [denda] ditiadakan?). Lebih dalamnya, hal tersebut menyangkut
pemahaman mendasar tentang moral yang bersifat relatif yang kemudian
mereka bawa untuk didiskusikan di sekolah.
Diskusi tentang penegakan nilai tersebut pada akhirnya menghasilkan
sesuatu yang tidak terlalu timpang. Contohnya, mengenai apa yang mereka
inginkan (seperti mencuri) dan apa yang semestinya kita pikirkan
(menghormati hak kepemilikan orang lain). Di dalamnya tidak ada suatu
keharusan untuk mengevaluasi nilai yang dimiliki seseorang yang dirasa
menentang aturan yang berlaku, dan tidak ada anjuran yang lebih
menekankan bahwa satu nilai lebih baik dari nilai yang lain. Namun hal
tersebut juga menuai sebuah kritik, Masalah utama yang muncul adalah
ketika pendekatan yang diajukan tidak menunjukkan perbedaan antara
Bunda Teresa dan Happy Hooker.
Pada akhirnya, pelurusan nilai tersebut justru mengarah pada
kesalahan dalam mendidik anak-anak tentang nilai. Mereka tumbuh hanya
untuk mengetahui dan meluruskan nilai-nilai yang mereka anggap benar.
Pendekatan tersebut melupakan bahwa anak-anak dan orang-orang dewasa
yang masih membutuhkan bimbingan moral perlu memiliki sebuah tujuan
yang pasti dalam membantu mereka mengembangkan nilai-nilai kebenaran
yang mereka tahu sebagai hal yang paling utama.
Di tahun 70-an, pendekatan yang berbentuk penegakan nilai tersebut
dimunculkan juga dengan berbagai pendekatan lain yang berhubungan
dengan pendidikan moral. Contohnya pemikiran Lawrence Kohberg tentang
18 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

diskusi tentang dilema moral dan sebuah pendekatan yang disebut


pengambilan keputusan secara rasional yang juga dikembangkan oleh
para filusuf moral. Pendekatan-pendekatan tersebut (akan didiskusikan
lebih jauh di bab 12 dan 13) dengan jelas menolak pemikiran bahwa nilai
dan moral itu bersifat relatif, sebaliknya pendekatan tersebut justru memicu
para siswa untuk mengembangkan sikap yang bertanggungjawab terhadap
pilihannya dalam menganggapi berbagai masalah yang berkaitan dengan
moral. Akan tetapi, fokus yang ditekankan kepada mereka hanyalah sebatas
proses kemampuan berpikir dan belum mencakup isi dari nilai moral. Hal
tersebut dikarenakan para pendidik masih belum dapat melihat peranan
mereka untuk mengajarkan atau mendalami nilai-nilai yang bersifat khusus.

BEBERAPA GEJALA PENURUNAN MORAL

Ketika sekolah masih bersikap netral terhadap nilai-nilai yang dianggap


berbeda pada tiap individu, kebiasan kemudian muncul dalam pandangan
moral yang berlaku. Hal tersebut merupakan suatu akumulasi dari bukti-
bukti yang menunjukkan penurunan moral pertama dalam masyarakat
secara luas, kemudian dalam kehidupan anak-anak dan remaja.
Sekilas hal tersebut nampak sebagai sebuah kemunculan yang
menjadi latar belakang tindak kejahatan. Pengkhianatan menjadi sebuah
hasil dari pengabaian aturan yang berlaku. Pada akhir 70-an, berbagai
media massa melaporkan bahwa lebih dari 100 perusahaan Amerika
mengakui telah melakukan tindakan suap kepada pemerintah Amerika dan
badan asing negara untuk mendapatkan pelayanan dan sikap yang lebih
terhadap perusahaan mereka. Alasan perusahaan-perusahaan tersebut
sangat sederhana: setiap orang juga melakukan hal yang sama.
Era 80-an pun ternyata masih membawa hal yang sama dan bahkan
lebih buruk. Yale Alumni Magazine dalam artikelnya yang berjudul Ethics in
the Boesky Era secara singkat memaparkan dalam sejarah Amerika
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 19

belakangan ini, bahasan mengenai ketamakan dan ketidakjujuran mungkin


akan terlihat sebagai sesuatu yang sangat biasa dalam dunia bisnis.
Akan tetapi, ketergelinciran moral ternyata tidak hanya terjadi pada
para pemilik perusahan besar. Secara umum, masyarakat berpandangan
bahwa individualisme yang menekankan pada kepentingan pribadi telah
melahirkan keegoisan yang menjadi gaya hidup yang harus dihargai
keberadaannya. Banyak orang memiliki pemikiran yang sama: setiap orang
telah menyimpangkan sistem yang telah berlaku, dan saya akan menjadi
orang bodoh jika tidak mengukuti perilaku tersebut.
Sebagai bukti bahwa semakin banyaknya orang yang menjadi pelanggar
aturan, Dr. Jerald Jellison, seorang psikolog dari University of Southern
California yang memiliki spesialisasi di bidang perkembangan moral
mengutip peningkatan jumlah tindak pencurian yang dilakukan oleh para
pegawai (pada tahun 1984, biaya dari sejumlah department store yang
seluruhnya memiliki pemasukan sejumlah $16 juta dalam sehari) dan juga
peningkatan sejumlah penipuan dalam kualifikasi kerja (contoh: penipuan
resume lamaran kerja). Selain itu terdapat pula data yang diberitakan dalam
Psychology Today mengenai etika. Data tersebut berdasarkan pada sebuah
hasil survei pada awal 80-an dengan jumlah pembaca saat itu mencapai
24.000 orang yang kemudian telah mengisi kuesioner yang berisi 49
pertanyaan, yang berjudul, Making Ethical Choices. Usia para responden
begitu variatif. Mulai dari 13 tahun hingga 81 tahun, tetapi secara dominan
sejumlah 67 % responden merupakan masyarakat dewasa muda yang
berusia kisaran 20 atau 30 tahunan. Rata-rata tingkat pendidikan para
responden tersebut cukup tinggi, 48 % dari responden yang berusia di atas
24 tahun telah belajar di perguruan tinggi (yang sebenarnya hanya
berjumlah 7 % dari populasi masyarakat keseluruhan). Berikut hasil dari
survey terhadap sikap moral yang lebih cenderung mengacu pada
pemikiran mereka yang muda dan berpendidikan tinggi:

41% di antara mereka pernah mengendarai mobil ketika dalam keadaan


mabuk atau sedang dalam pengaruh narkotika.
20 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

33% di antara mereka belakangan pernah menipu sahabat dekat mereka


mengenai sesuatu yang dianggap penting.

38% di antara mereka pernah menipu dalam pembayaran pajak.

45% dari para responden, termasuk 49% laki-laki dan 44% perempuan pernah
melakukan perselingkuhan terhadap pasangan menikah mereka (meningkat
dibandingkan hasil survei pada tahun 1969 dalam Psychology Today terhadap
penyimpangan perilaku seks sejumlah 38%).

Ketika Psychology Today membagi para responden menjadi beberapa


sub-kelompok, dua temuan tambahan kemudian muncul yaitu semakin
religius seseorang, semakin kurang ketertarikan mereka untuk terlibat
dalam perilaku moral yang masih diragukan kebenarannya, dan semakin
muda seseorang, semakin tinggi ketertarikan mereka untuk mengetahui dan
mencoba perilaku moral yang sebenarnya masih diragukan kebenarannya.
Bagi para responden yang secara umum berusia muda, atau setidaknya
berada dalam prosentase dominan di atas, aturan-aturan lama yang
sesungguhnya telah berlaku, secara jelas dipandang sebagai sebuah perilaku
moral yang baru di mata mereka.

KEKHAWATIRAN TERHADAP TREND ANAK MUDA


Tentu saja tidak semua anak muda melakukan tindakan yang
menyimpang dari standar moral; sehingga banyak juga sikap anak-anak
muda yang menunjukkan kesadaran akan moral, komitmen terhadap hak
asasi manusia, kepedulian terhadap lingkungan dan kesadaran akan
globalisasi dibandingkan dengan generasi-generasi mereka sebelumnya.
Namun, trend anak muda secara umum lebih cenderung menunjukkan
gambaran yang lebih kelam. Di bawah ini merupakan 10 indikasi yang perlu
mendapat perhatian agar dapat berubah ke arah yang lebih baik,
kemunduran kesadaran masyarakat yang perlu dibangkitkan agar
perkembangan moral para pemuda dapat menjadi lebih baik:

1. Kekerasan dan tindakan anarki. Di antara beberapa negara yang


sedang dalam masa pembangunan industri, Amerika Serikat sejauh ini telah
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 21

mengungkap berbagai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pria berusia


antara 15-24 tahun. Jumlah yang muncul di Amerika ternyata tujuh kali lebih
banyak dibandingkan yang terjadi di Kanada, dan 40 kali lipat lebih banyak
daripada yang terjadi di Jepang. Sejak tahun 1965-1975, jumlah kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja Amerika Serikat yang
berusia di bawah 18 tahun meningkat dua kali lipat. Kemunculan itu
kemudian cenderung stagnan selama satu dekade, tetapi kembali meningkat
jumlahnya sebanyak 48 persen antara tahun 19851988. Kasus tersebut
dilakukan tujuh kali lebih banyak oleh remaja pria dibandingkan dengan
remaja wanita dalam kasus kekerasan kriminal.
Namun, remaja wanita pun bukanlah suatu pengecualian: dari tahun
1965 sampai dengan 1988, jumlah narapidana wanita yang berusia di
bawah 18 tahun yang melakukan tindakan kekerasan baik secara emosional
dan fisik jumlahnya telah meningkat sejumlah 3 kali lipat. Peningkatan
jumlah kekerasan yang terjadi pada remaja pun kini tidak mengenal ras baik
remaja kulit putih maupun masyarakat nonkulit putih telah melakukan hal
yang sama dengan bukti adanya peningkatan jumlah kekerasan kriminal
dalam dekade dua setengah tahun ke belakang.
Data statistik menunjukkan fakta yang lebih mengejutkan, ketika anda
mengetahui bukti sesungguhnya yang terjadi di lapangan yang terus
berlanjut dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh anak-anak. Pada tahun
1985, berdasarkan data dari Pusat Peradilan Remaja Nasional, anak-anak
yang berusia sekitar 11 tahun telah terlibat dalam sejumlah tindak
kekerasan: 21 tindak pembunuhan, 3.434 kasus kekerasan fisik, 1.735 kasus
pencurian, dan 435 tindakan pemerkosaan.
Tindak kriminal yang dilakukan oleh para remaja tersebut bahkan
semakin brutal. Para pencuri muda tersebut juga melakukan tindak
penganiayaan sebelum mereka kabur, ujar seorang psikolog Sacramento.
Sekarang mereka juga melakukan tindakan penyerangan terhadap korban
pencurian.
Terkadang kekerasan yang terjadi pada remaja tersebut juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang rancu yang berlaku dalam komunitas
pemuja setan. Polisi melaporkan bahwa jumlah kekerasan yang dilakukan
22 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

remaja meningkat pada saat kepercayaan pemuja setan tersebut muncul ke


permukaan dan terlibat di dalamnya. Pendeta Joseph Brennan, penulis buku
Kingdom of Darkness dan juga seorang pendeta yang memberikan konseling
terhadap para korban dari ritual pemuja setan mengatakan bahwa
perkiraan jumlah komunitas pemuja setan berjumlah 800, dengan jumlah
pengikut sebanyak 100.000 orang secara keseluruhan di Amerika.
Jika seseorang melakukan suatu tindakan kekerasan terhadap orang
lain, mereka menggunakan motif yang cenderung sama. Di sebuah wilayah
pinggiran di kota New York, dua orang anak laki-laki berusia 7 dan 8 tahun,
dan tiga orang anak perempuan berusia 5, 6, dan 7 tahun telah melakukan
tindakan pengrusakan di sekolah mereka, meja belajar dan loker mereka
rusak. Begitu pula tanaman-tanaman gantung yang ada, mereka juga
membanting 2 buah komputer dan sebuah proyektor sekolah. Hal tersebut
hanyalah contoh, secara nasional jumlah kerugian yang terjadi akibat tindak
pengrusakan sekolah semakin meningkat dari ratusan hingga jutaan dollar.
2. Pencurian. Pada tahun 1981 Organisasi Nasional Pencegahan
Tindak Pencurian mengadakan survei terhadap anak-anak muda yang
berusia antara 9 sampai 21 tahun. Sebagian dari hasil survey tesebut
mengatakan bahwa mereka pernah melakukan tindakan pencurian
sedikitnya satu kali; dan kebanyakan dari mereka yang telah melakukannya
mengatakan ada kemungkinan bahwa mereka akan melakukannya lagi.
Berbagai perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Amerika Serikat
mengahadapi kerugian dari pencurian buku-buku perpustakaan;
kebanyakan siswa merobek halaman dari buku yang mereka anggap perlu
dan kemudian membawanya pulang untuk kepentingan pribadi.
3. Tindakan curang. Pada Oktober 1990, Josephson Institute of Ethics
mempublikasikan suatu laporan tentang perilaku remaja Amerika, diantara
sedemikian banyak masalah yang terjadi pada remaja, secara menyeluruh
tindakan kecurangan telah dilakukan oleh mereka. Dalam sebuah survei
nasional yang melibatkan 6.000 mahasiswa baru dan tingkat awal, 76 %di
antaranya mengakui bahwa mereka melakukan tindakan curang ketika
mereka duduk di bangku SMP dan SMA.
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 23

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah penerimaan para siswa


terhadap pembenaran sikap tersebut sebagai sesuatu yang lumrah dan
menjadi perilaku yang biasa. Sebuah penelitian berkelanjutan dilakukan di
beberapa SMA di Georgia, para siswa diberi pertanyaan tentang setuju atau
tidak setujunya mereka terhadap pertanyaan terkadang berbuat curang itu
diperlukan. Pada tahun 1969 hanya satu dari tiga siswa yang setuju dengan
pernyataan tersebut. Sepuluh tahun kemudian jumlah tersebut meningkat,
dua atau bahkan tiga siswa setuju dengan pernyataan tersebut (65 persen
dari siswa yang terlibat dalam survei).
Tindakan curang kemudian juga menjadi masalah penting di tingkat
SMP dan sekarang menjadi tanggung jawab para guru sekolah dasar untuk
menanamkan nilai kepada para siswa mereka. Seorang guru kelas enam
membuat survei terhadap para siswanya yang telah lulus mata pelajaran
pendidikan moral (11-12 tahun), dan hasilnya adalah sebanyak 48 % dari
mereka mengaku pernah menyontek. Kebanyakan dari mereka juga
mengatakan bahwa mereka akan melakukan lagi hal yang sama.
4. Pengabaian terhadap aturan yang berlaku: Kepatuhan siswa yang
menjadi standar tentunya berbeda di setiap sekolah, tetapi secara
keseluruhan para guru menyatakan sebuah masalah serius telah muncul di
dalamnya, sejumlah besar siswa menunjukkan perilaku mereka yang
membangkang dan mengacuhkan aturan yang berlaku. Hal-hal tersebut
membuat mereka kebal terhadap kontrol yang berlaku dalam kehidupan
dasar bermasyarakat.
Seorang guru laki-laki yang mengajar siswa kelas 5 dengan pengalaman
16 tahun pengalaman mengajar di sebuah kota di wilayah pinggiran
mengatakan, Anda dapat saja dengan mudah mengatakan jangan begini,
atau jangan begitu alhasil mereka masih terus melakukan hal yang sama
secara berulang-ulang. Di lapangan bermain, saya melihat bahwa anak-anak
cenderung bersifat lebih kasar dan agresif terhadap intervensi orang
dewasa. Jika anda mencoba menyelesaikannya dengan perkelahian, mereka
akan melawan anda dan bahkan kemudian akan memukul anda, kemudian
berlalu. Hal tersebut tidak akan mengubah keadaan.
24 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

5. Tawuran antar siswa. Secara umum para guru sekolah dasar


mengutarakan hal ini; perubahan yang terjadi pada anak-anak dalam
jangka waktu sepuluh tahun terakhir benar-benar mengejutkan... hal
tersebut tidak hanya... Rasa hormat terhadap saya sebagai pendidik, dan
saya menemukan banyak hal yang serupa. Para siswa kemudian juga mulai
menunjukkan sikap kasar terhadap orang lain. Mereka saling menyerang,
saling menyakiti, mereka mencari-cari kekurangan yang dimiliki orang,
kemudian saling menghina, saling menekan, lalu menyelesaikan semua itu
dengan melakukan tindakan kekerasan fisik.
Guru lain menyatakan bahwa hal yang sama pun dialaminya di sekolah
yang berbeda, seperti hasil pengamantannya, Saya telah menjadi bagian
dari masyarakat pinggir kota setelah selama delapan tahun meninggalkan
kota ini. Kemudian saya benar-benar tidak percaya, betapa kasarnya mereka
bersikap satu sama lain. Jika tidak secara fisik, mereka tetap melakukannya
secara verbal. Hal tersebut konstan dan berkelanjutan. Yang terburuk
adalah yang terjadi pada siswa yang duduk di antara kelas empat sampai
kelas enam, tetapi semua itu kini mulai merambat kepada siswasiswa lain
yang lebih muda.
6. Ketidaktoleriran. Setelah adanya pergantian aturan mengenai
hakhak warga negara pada tahun 1960, kami mengasumsikan bahwa sikap
menentang ketidaktoleriran akan menang dalam penerimaan secara sosial.
Akan tetapi, sekarang begitu jelas mengkhawatirkan bahwa kemenangan
moral harus dimenangkan kembali oleh sebuah pemikiran generasi baru. Di
beberapa sekolah tinggi nasional. Sebuah laporan Time yang berjudul
Bigotry in the Ivory Tower, sikap tidak tolerir dan sikap berprasangka telah
kembali.
Berdasarkan data yang didapat dari National Institute Against Prejudice
and Hostility, insiden yang berawal dari kekerasan yang bersifat rasial
dikabarkan telah terjadi sebanyak lebih dari 3.000 kasus yang melibatkan
para mahasiswa AS dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Pada tahun
1988, sebuah rumah tinggal bagi sekelompok mahasiswa kulit hitam di
Universitas Mississippi dibakar sebelum para mahasiswa tersebut pindah
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 25

untuk tinggal di sana. Di Yale, sebuah swastika dan kata-kata WHITE POWER!
ditulis dengan jelas di sebuah Pusat Budaya Afro-Amerika.
Sebuah harapan baru muncul. Sejumlah mahasiswa baru menyatakan
bahwa sangatlah penting dan utama bagi mereka dalam menumbuhkan
sikap saling menghormati antar ras dan jumlahnya mencapai 38 % dari
keseluruhan mahasiswa di tahun 1990. Namun faktanya, begitu banyak
siswa yang kini lebih peduli dan mengerti betapa seriusnya permasalahan
yang menyangkut berbagai pandangan yang bersifat rasial, tanpa terlihat
jelas tindakan riil yang dilakukan terhadap hal itu. Yang paling
mengkhawatirkan, ternyata sikap prasangka yang menyangkut ulasan ras
kembali muncul ke permukaan pada saat para pemuda dan remaja sedang
benar-benar membutuhkan pemahaman akan toleransi yang sesungguhnya.
Hal tersebut penting karena para pemuda saat ini akan tumbuh dan akan
berkontribusi dalam masyarakat yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Sampai dengan tahun 2.000, sepertiga dari masyarakat
Amerika akan menjadi anggota dalam nonwhite racial or ethnic groups.
7. Penggunaan bahasa yang tidak baik. Bahasa merupakan nilai
indeks dari dalam bermasyarakat, kini telah berubah secara signifikan. Jika
anda bertanya kepada para guru mengenai bagaimana perubahan sikap
yang muncul pada para siswa mereka, salah satu jawaban pertama yang
mereka lontarkan adalah tentang penggunaan bahasa para siswa.
Katakanlah, seorang guru kelas lima di Westchester Country, sebuah
pinggiran kota New York berujar: Bahasa yang digunakan anak-anak pada
saat ini begitu menarik bagi mereka. Jika seseorang sedang bermain sebuah
game dan ternyata tembakannya meleset, sebuah kata kasar yang terdiri
dari empat huruf tersebut telah menjadi ucapan reaksi yang sangat biasa
bagi mereka. Hal tersebut benar-benar mengganggu saya, begitu normalnya
bagi mereka untuk mengucapkan kata tersebut. Seorang konselor di
sebuah SMA menambahkan: Kami memiliki sejumlah siswa yang
memanggil teman-teman mereka di aula sekolah dengan kalimat seperti ini,
Hey, what the f*** are you doing after school? dan mereka benar-benar
egosentris mengucapkan secara terang-terangan hal tersebut yang faktanya
memiliki nilai perlawanan terhadap pendengarnya.
26 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Para siswa, lebih jauhnya merasa sangat terbiasa menggunakan kata


yang terdiri dari empat huruf tersebut yang tentunya akan menimbulkan
konflik-konflik dengan berbagai tekanan yang sering mereka gunakan
dalam situasi yang anarkis. Kebanyakan kekerasan fisik di sekolah saya,
ucap salah seorang kepala sekolah SD dimulai dengan penggunaan katakata
yang memancing emosi pendengar. Bentuk bahasa yang diucapkan
tersebut juga ternyata diarahkan kepada orang dewasa: sebuah penelitian
di Harvard University pada tahun 1987 mengenai tindak kekerasan di
sekolah menunjukkan bahwa 59 % guru di sekolah-sekolah perkotaan dan
40 % di daerah pedesaan menyatakan bahwa mereka telah menerima
berbagai perkataan kasar dan tindakan yang cenderung cabul dari para
siswa mereka.
8. Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya.
Bahasa vulgar yang diucapkan oleh anak-anak seringkali menjadi bagian
dari sebuah pola yang lebih panjang, sebuah tantangan terhadap kepolosan
anak-anak yang termasuk bentuk kematangan seksual terlalu dini. Seorang
guru kelas enam SD di New York berkomentar: Inilah para siswa yang telah
tumbuh dengan film-film dewasa, berbagai tayangan TV, dan iklan yang
mengandung unsur seks dan hal tersebut berlangsung secara konstan. Saya
telah melihat akibat dari hal tersebut di dalam kelas saya sendiri, di mana
seorang siswa laki-laki membawa majalah Playboy, para siswa perempuan
mengenakan high heels, make up, dan berbagai perhiasan yang berlebihan.
Selain itu, mereka juga menulis hal-hal yang berbau seks satu sama lain.
Setiap tahunnya, 14.000 anak perempuan berusia di bawah 14 tahun
telah memiliki anak. Di dalam komunitas kecil saya pun terdapat seorang
konselor yang bekerja untuk sekelompok anak perempuan berusia 11-13
tahun yang telah melakukan hubungan seksual, dan beberapa di antara
mereka telah melakukannya pada usia 10 tahun.
Segala bentuk kematangan seksual dini tersebut seharusnya telah
diklasifikasikan sebagai tindakan penyimpangan bagi kedua belah pihak.
Namun, bahkan jika anda hanya melihat dari apa yang secara tradisional
merupakan tindakan penyimpangan dan tindakan kekerasan, maka
terdapat suatu bukti meningkatnya jumlah penyimpangan seksual yang
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 27

terjadi pada anak-anak dalam usia yang semakin muda saja. Pada bulan Mei
1988, The Washington Post mempublikasikan sebuah berita: Dua orang
anak laki-laki Washington berusia 7 tahun kini ditahan, dan diperiksa
selama enam jam, termasuk pemeriksaan sidik jari dan foto. Hal tersebut
disebabkan karena mereka telah menahan seorang anak peremuan berusia
tujuh tahun, mempertontonkan alat kelamin mereka dan milik anak
perempuan tersebut serta melakukan penekanan terhadapnya.
Dalam sebuah konferensi nasional belakangan yang berlangsung di
Keystone, Colorado, para ahli kesehatan mental dan para pekerja sosial telah
melakukan sebuah uji coba terhadap para remaja Amerika Serikat. Hasil
yang diperoleh adalah ribuan anak-anak AS (yang umumnya telah menjadi
korban penyimpangan seks oleh orang dewasa) melakukan tindakan
penyimpangan seks terhadap ribuan anak-anak lain setiap tahunnya.
Seorang psikiater New York, Dr. Judith Becker melaporkan: Usia para
pelaku penyimpangan tersebut semakin muda, dan usia para korban dari
tindak penyimpangan tersebut semakin muda pula. Ketika pertama kali saya
terlibat dalam penanganan kasus ini (15 tahun lalu), rata-rata usia korban
adalah 12 tahun, dan kini menjadi 8 tahun.
Peningkatan sikap yang lebih mementingkan keinginan individu dan
penurunan rasa tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat. Dalam
sebuah polling Gallup pada tahun 1989, para pemuda yang berada dalam
usia kisaran 18-29 tahun telah membuat suatu pernyataan reflektif: 89 %
responden mengatakan bahwa generasi mereka memiliki sikap yang lebih
egois dibandingkan dengan orang-orang yang berusia sama pada era 20
tahun yang lalu, dan 82 % mengatakan bahwa mereka lebih materialistis.
Sikap materialisme tersebut telah muncul sedini usia para siswa sekolah
dasar. Seorang guru SD kelas tiga mengatakan: Sering muncul pembicaraan
tentang uang di antara anak-anak di sekolah. Seorang anak pernah berbicara
kepada saya, Bapak tidak dapat menyuruh-nyuruh saya, ayah saya lebih
kaya daripada bapak.
Di antara para mahasiswa, obsesi terhadap uang adalah sesuatu yang
secara jelas dapat menjadi bukti. Badan Penelitian Pendidikan Tinggi UCLA
mengadakan sebuah polling terhadap para mahasiswa baru sejumlah 550
28 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mahasiswa Amerika sebagai barometer terhadap nilai-nilai. Para


mahasiswa diminta untuk merankingkan tingkat kepentingan mereka
sebagai tujuan hidup. Pada tahun 70-an hanya 39,1 % yang memilih hidup
mapan secara finansial sebagai hal utama dan sangat penting dalam
tujuan hidup. Pada tahun 1987 gambaran tersebut telah meningkat jauh
menjadi 75,6 % (tetapi kemudian jumlah tersebut menurun menjadi 73,3 %
pada tahun 1990). Pada tahun 1970, tujuan hidup utama yang mereka pilih
adalah mengembangkan makna kehidupan (82,9 %). Kemudian pada tahun
1987 jumlah tersebut menurun hingga menjadi 39,4 %.
Lembaga Kebijakan Ekonomi mengadakan sebuah studi yang kemudian
menunjukkan bahwa dalam dekade belakangan ini orang-orang kaya
Amerika secara signifikan menjadi lebih kaya dan memiliki pemasukan yang
meningkat di mana orang-orang miskin justru semakin miskin, suatu hal
yang bertolak belakang dalam dekade belakangan ini.
Hal tersebut seharusnya bukan menjadi sesuatu yang mengejutkan
bahwa misi untuk kemapanan diri telah menurunkan sikap tanggung jawab
sebagai warga negara. Keterikatan dan rasa memiliki mereka sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat menjadi subyek utama dalam penelitian
yang dilakukan oleh Times Mirror Center dan dipublikasikan pada bulan Juni
1990 dalam laporannya yang berjudul The Age of Indifference. Simpulan
utama dari studi tersebut adalah: Pemuda Amerika pada masa ini, yang
berusia antara 18 sampai 30 tahun, bersikap acuh dan tidak peka terhadap
berbagai pemberitaan dan hal-hal yang menyangkut urusan masyarakat
dibandingkan dengan pemuda Amerika pada masa 50 tahun yang lalu.
Sisi baiknya, terlihat beberapa tanda yang bersifat tentatif menyangkut
pembaharuan terhadap kesadaran sosial, sedikitnya mengenai beberapa
masalah yang muncul. Pada tahun 1990 contohnya, 33,9 % mahasiswa baru
mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan nilai pentingnya
keterlibatan dalam program lingkungan bersih yang anggotanya telah
berlipat sebanyak dua kali hanya dalam waktu lima tahun. Akan tetapi,
gambaran secara keseluruhan masih saja menunjukkan bahwa kesadaran
terhadap tanggung jawab mereka sebagai bagian dari masyarakat masih
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 29

rendah, apalagi jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelum


mereka.
9. Sikap perusakan diri. Sejalan dengan meningkatnya sikap pemuda
saat ini yang cenderung self-centered, mereka kemudian pula menjadi
pemuda yang self-destructive. Perilaku seks yang terlalu dini, seperti yang
telah didiskusikan sebelumnya, tentu saja merupakan salah satu dari contoh
utama dari perilaku perusakan diri. Berdasar pada laporan PBB tahun 1988,
AS kini telah menjadi salah satu negara dalam urutan tertinggi dengan kasus
kehamilan remaja dan tindakan aborsi yang dilakukan oleh remaja. Sebagai
ukuran, 1 dari 7 orang dewasa di Amerika mengidap penyakit menular
seksual. Meskipun kampanye tentang ancaman AIDS gencar dilaksanakan,
jumlah mahasiswa yang menyatakan setuju terhadap pernyataan jika dua
manusia saling menyukai satu sama lain, bukanlah suatu masalah bagi
mereka untuk melakukan hubungan seksual, bahkan meskipun mereka baru
saja saling mengenal satu sama lain. Jumlah responden yang setuju dengan
pernyataan tersebut meningkat menjadi 51,0 % pada tahun 1990 (46,8 %
pada tahun 1984).
Penyalahgunaan narkoba juga menjadi sebuah kutukan bagi AS.
Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penyalahgunaan Narkoba,
masih banyak pemuda AS yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Pada
pertengahan tahun 1980-an, berdasar pada penelitian yang dilaksanakan
Universitas Michigan, 4 dari 10 pemuda Amerika dalam usia akhir 20-an
telah mencoba menggunakan kokain. Hanya sepertiga dari para mahasiswa
yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka melihat efek buruk
dari penggunaan kokain. Kemudian, antara tahun 1984 sampai dengan
1988, penggunaan kokain yang menimbulkan kematian meningkat lebih
dari tiga kali lipat.
Secara cepat, masalah penyalahgunaan narkoba kemudian mulai
menjangkiti para siswa sekolah dasar. Di Bronx, seorang anak berusia 11
tahun ditemukan bersama 411 botol minuman keras. Satu bulan
sebelumnya, seorang anak berusia 10 tahun ditahan karena kasus penjualan
produk minuman Long Island.
30 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Seperti dalam berbagai masalah yang terjadi di bidang lain, sikap


terhadap kasus penyalahgunaan narkoba menjadi suatu masalah yang lebih
berat dibandingkan dengan kasus yang berkaitan dengan sikap. Ketika Ben
Johnson kedapatan menggunakan steroid dalam memenangkan kompetisi
lari seratus meter pada tahun 1988 dalam olimpiade musim panas, salah
satu dari pesaingnya, Horrace Dove Edwin dari California menanggapinya
sebagai berikut:

Semua orang menggunakan narkoba. Sebentar... Mereka dapat


mendapatkan apa pun yang mereka mau, hormon yang meningkatkan tekanan
darah, dari apa pun jenisnya itu. Steroid bukanlah apa-apa. Steroid hanyalah
narkoba yang sangat umum. Semua orang dengan mudah mendapatkannya.

Penyalahgunaan alkohol dikalangan muda juga menjadi suatu epidemik.


Dalam sebuah survei berkelanjutan yang dilakukan oleh Lembaga Nasional
Penyalahgunaan Alkohol dan Alkoholisme, 2 dari 5 orang siswa senior SMA
mengatakan bahwa mereka mabuk-mabukan setidaknya sekali dalam
seminggu di akhir pekan. Satu dari tiga remaja memiliki masalah serius
menyangkut penyalahgunaan alkohol. Empat orang dari 10 korban
penyalahgunaan narkoba masih berusia remaja.
Sebagai akibatnya, tingkat bunuh diri yang terjadi pada anak-anak di AS
telah meningkat sebanyak 300 % selama tiga dekade ke belakang. Setiap
tahunnya, setengah juta remaja mencoba melakukan tindakan bunuh diri,
6.000 orang di antaranya pada akhirnya meninggal. Pada tahun 1988, survei
yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat
menunjukkan bahwa 1 dari 7 remaja (1 dari 10 anak laki-laki dan 1 dari 5
anak perempuan) mengatakan bahwa mereka pernah mencoba untuk
melakukan usaha bunuh diri.
Pemerintah tidak dapat memiliki monopoli tertentu dalam hal ini.
Dalam sebuah majalah Kanada, diskusi tentang pendidikan nilai pun
ternyata menjadi salah satu bahasan. Dari 70 % anak-anak Ontario kelas 713
ternyata telah menyalahgunakan alkohol; 33 persen dari anak laki-laki dan
25 % anak perempuan kelas sepuluh telah melakukan hubungan seks yang
diikuti dengan peningkatan jumlah kehamilan dan aborsi pada remaja;
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 31

tindakan bunuh diri kemudian menjadi masalah utama kedua yang


menyebabkan beberapa kasus kematian pada remaja.
Pada musim panas 1987, saya berada di Jepang untuk sebuah konferensi
Timur-Barat mengenai pendidikan moral. Para pembicara dari 15 negara
mendeskripsikan berbagai masalah moral yang terjadi di negara mereka
masing-masing beserta usaha-usaha mereka dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut. Ternyata terdapat beberapa kesamaan yang cukup
menonjol: semua orang ternyata berfokus terhadap kasus keluarga
bermasalah; semua orang ternyata berfokus pada efek negatif yang muncul
dari tayangan-tayangan televisi, semua orang ternyata berfokus pada
pertumbuhan sikap egoisme, materialistis, dan kriminalitas yang tentunya
mereka lihat dari sikap para pemuda dan remaja di negara mereka
masingmasing.
Dihadapkan pada masalah seperti demikian, negara-negara di seluruh
dunia kembali pada sistem pendidikan yang berlaku sebagai media yang
dapat menolong keterpurukan tersebut. Kelumpuhan dibidang nilai
tersebut cenderung berfokus pada masalah yang terjadi beberapa tahun
silam mengenai pengajaran tentang nilai yang pada saat itu dirasa tidak
menghormati sikap pluralisme dan dikhawatirkan dapat memunculkan
kekecewaan bagi beberapa golongan masyarakat. Hal-hal tersebut kini
memberikan sebuah gambaran tentang apa yang nampak dari kebenaran
pembuktian berikut ini; pengabaian generasi muda terhadap kepekaan
moral merupakan sebuah kegagalan yang menuai masalah serius
menyangkut etika dalam kehidupan bermasyarakat.

SIMPULAN TENTANG WACANA PENDIDIKAN NILAI

Dalam permulaan abad 21 yang akan kita hadapi saat ini, terdapat
sedikitnya sepuluh alasan mengapa sekolah seharusnya memberikan
arahan yang jelas dan menyeluruh tentang komitmen pendidikan moral dan
pengembangan karakter:
32 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

1. Terdapat kebutuhan yang begitu jelas dan mendesak. Jumlah


pemuda yang melakukan tindak kekerasan baik terhadap orang lain
maupun terhadap diri sendiri meningkat, kesadaran tentang kontribusi
mereka terhadap kesejahteraan hidup sesama mulai menurun. Dalam
refleksinya penyakit yang terjadi di masyarakat tersebut sedang
membutuhkan pencerahan moral dan spiritual.
2. Proses penghubungan nilai dan sosialiasi. Suatu masyarakat
membutuhkan pendidikan nilai baik untuk sikap penyelamatan maupun
perbaikan untuk tetap bersatu di dalamnya dan untuk maju bersama dalam
menyesuaikan dan mendukung kehidupan dan perkembangan manusia
sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Menurut sejarah, tiga komunitas
sosial telah terlibat di dalam pendidikan moral: rumah, gereja (komunitas
spiritual), dan sekolah. Dalam kelanjutannya, sekolah memiliki peran dalam
pendidikan nilai yang begitu terbatas oleh waktu yang begitu berharga, dan
pada pertengahan abad ini dengan cepat pemikiran tersebut sudah mulai
ditinggalkan.
3. Peranan sekolah sebagai tempat pendidikan moral menjadi
semakin penting ketika jutaan anak-anak hanyalah mendapatkan
sedikit pendidikan moral dari orangtua mereka dan ketika makna
nilai yang sangat berpengaruh yang didapatkan melalui gereja atau
kuil maupun tempat ibadah lainnya perlahan tidak berarti dan
menghilang dari kehidupan mereka. Pada masa ini, ketika sekolah tidak
memberikan pendidikan moral, pengaruh kekerasan terhadap karakter
anak-anak begitu cepat masuk dan membuat nilai-nilai yang berlaku
menjadi vakum.
4. Munculnya konflik di masyarakat yang disebabkan oleh
perbedaan pandangan dasar yang menyangkut etika. Masyarakat
Amerika yang memiliki kekuatan terkadang merasa gerah terhadap isu-isu
yang berhubungan dengan perbedaan pandangan, seperti tindak aborsi,
homoseksual, euthanasia (tindakan mematikan seseorang dalam keadaan
sekarat), dan hukuman fisik. Meskipun pandangan masyarakat berbeda
terhadap hal-hal tersebut, kita sebenarnya mampu memposisikan diri kita
agar dapat diterima dalam masyarakat melalui pendidikan moral yang
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 33

dihubungkan dengan kehidupan masyarakat plural. Tentunya, keragaman


tersebut tidak mampu membentuk suatu komunitas kecuali berdasar pada
kesamaan nilai yang mereka miliki seperti keadilan, kejujuran, rasa sosial,
demokratis, dan penghargaan tinggi terhadap nilai kebenaran.
5. Demokrasi memiliki posisi khusus dalam pendidikan moral,
karena demokrasi tersebut merupakan bentuk dari pemerintahan
dalam suatu masyarakat. Mereka harus memiliki sikap saling peduli
terhadap hak-hak yang dimiliki orang lain dan hal-hal baik, serta kemauan
untuk bertanggungjawab sebagai warga negara yang demokratis.
6. Tidak ada satu hal pun yang dapat dianggap sebagai pendidikan
tanpa nilai. Apa pun yang dilakukan sekolah, para guru tentunya
menyisipkan makna nilai di dalamya, termasuk bagaimana para guru dan
orang-orang dewasa lain memperlakukan para siswa, cara kepala sekolah
memperlakukan para siswa, bagaimana sekolah memperlakukan
keberadaan orangtua siswa, dan bagaimana sikap yang diizinkan sekolah
bagi para siswa dalam memperlakukan staff yang ada di sekolah dan juga
sebaliknya. Jika pertanyaan tentang benar atau salah tidak pernah
didiskusikan di sekolah, maka berarti hal yang sama terjadi pada
pembahasan tentang moral. Secara singkat, isu-isu yang relevan tidak
pernah memiliki bahasan seperti ini: Haruskah sekolah memberikan
pendidikan tentang nilai? Akan tetapi cenderung seperti ini, Nilai seperti
apa yang seharusnya diajarkan? dan Seberapa jauh para guru mengajar
tentang hal tersebut?
7. Pertanyaan tentang moral berada dalam
pertanyaan-
pertanyaan utama yang dihadapi baik secara individu dan juga rasial.
Masing-masing dari kita sebagai individu tentunya memiliki sebuah
pertanyaan bermakna yang sangat penting: Bagaimana seharusnya saya
menjalani hidup ini? Sebagai makhluk sosial, dua pertanyaan utama kita
dalam menghadapi abad yang baru adalah: Bagaimana seharusnya kita
hidup berdampingan dengan orang lain? dan Bagaimana kita dapat
menyatu dengan alam?
34 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

8. Pendidikan nilai di sekolah kini memiliki sebuah pandangan


dasar bermakna luas yang mendukung perkembangan pendidikan.
Pemikiran tersebut muncul dari pemerintah federal yang telah
mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan sebagai sesuatu yang penting yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan mengenai
narkoba dan obat-obatan terlarang. Hal tersebut diajukan oleh pemerintah
yang telah mengeluarkan resolusi-resolusi, kemudian meminta
sekolahsekolah untuk memberikan pendidikan nilai dalam membentuk
masyarakat yang berkualitas dan taat hukum demi kepentingan sosial. Sikap
tersebut dapat dilihat dalam dunia bisnis yang baik, yang menyadari bahwa
tanggung jawab dalam bekerja membutuhkan para pekerja yang memiliki
sikap sebagai berikut: jujur, rasa saling memiliki, harga diri dalam bekerja,
dan kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain.
Dukungan juga datang dari kelompok pemikir reformis, seperti Badan
Pendidik Tanggung Jawab Sosial, yang mengamati perkembangan terhadap
peradilan sosial dan cita-cita perdamaian dunia yang secara umum menjadi
sebuah kebutuhan dasar masyarakat. Sebagai contoh, sekelompok
masyarakat yang menamakan diri American Jewish Committee, pada tahun
1988 menolak sebuah pemikiran yang menentang pendidikan nilai dan
kemudian menerbitkan sebuah berita yang memberi suatu gambaran
betapa mendesaknya kebutuhan bagi sekolah-sekolah untuk
menyampaikan makna kehidupan bermasyarakat kepada para siswanya
yang berupa kejujuran, rasa sosial, tanggung jawab, toleransi, dan
loyalitas...
Hal yang mungkin sangat menonjol adalah dukungan untuk pendidikan
nilai-nilai berbasis sekolah yang merupakan suatu permintaan dari para
orangtua yang membutuhkan pertolongan di masa yang semakin sulit ini,
terutama dalam hal mendidik anak. Lebih dari satu dekade, sebuah polling
Gallup yang ditujukan orangtua mengenai harus-tidaknya sekolah
memberikan pendidikan moral menunjukkan bahwa secara umum mereka
menyatakan Ya! Hasil temuan yang muncul adalah sebanyak 84 %
orangtua yang memiliki anak-anak dalam usia sekolah menyatakan bahwa
Wacana dalam Pendidikan Nilai | 35

mereka meminta sekolah-sekolah negeri untuk memberikan bimbingan


yang sejalan dengan nilai dan perilaku yang bermoral.
9. Sebuah pernyataan gamblang tentang pendidikan moral juga
menjadi sesuatu yang penting jika ditujukan untuk menarik perhatian
dan membentuk perilaku baik dimulai dari diri para guru. Seorang
wanita muda yang sedang mempersiapkan diri mengambil profesi keguruan
menyatakan:

Saya memang belum menjadi seorang guru, tetapi saya menanti sebuah
harapan yang dapat membentuk para guru untuk mengubah pandangan yang
bertolakbelakang dengan nilai-nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat
saat ini: materialisme, egoisme, dan pelanggaran terhadap nilai kebenaran
serta keadilan. Banyak guru yang pernah berdiskusi bersama saya dan
menyatakan bahwa mereka benar-benar dalam keadaan tertekan, bahkan
beberapa di antaranya mengarah pada sikap keputusasaan menghadapi
keadaan moral yang semakin memburuk di dalam pribadi para siswa mereka,
dan juga kurangnya bentuk-bentuk pendekatan efektif yang dimiliki sekolah
dalam menghadapi trend hidup seperti ini. Hal tersebut kemudian menjadi
suatu pesan yang begitu berat bagi saya yang mendengarnya karena saat ini
saya berada di permulaan karir sebagai seorang pengajar.

Seorang pendidik, Kevin Ryan dari Boston University mengatakan


bahwa jika anda ingin melakukan sesuatu untuk meningkatkan makna dari
keberadaan para guru, maka jadikan pendidikan moral, termasuk
pembentukan sikap bermasyarakat dengan kerendah-hatian sebagai bagian
dari materi utama pendidikan di sekolah.
10. Pendidikan nilai merupakan sebuah pekerjaan yang
sangat mungkin untuk dilaksanakan. Adanya masalah-masalah besar
yang dihadapi oleh negara, yang mengakar pada kehidupan bermasyarakat,
serta pengajuan tentang pendidikan moral kepada masyarakat nampak
menjadi sesuatu yang tumpang tindih. Berita baiknya, seperti yang akan kita
lihat adalah bahwa pendidikan nilai dapat diberikan pada hari di mana anak-
anak bersekolah. Hal tersebut saat ini telah berlangsung di berbagai negara
dan telah menunjukkan hasil positif ke arah sikap dan perilaku yang
36 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

bermoral yang pada akhirnya memudahkan para guru untuk mengajar, dan
para siswa untuk diajar.

Sampai saat ini, prasyarat sekolah yang bereformasi sebenarnya masih


berfokus pada nilai capaian akademik. Akan tetapi, sekarang kita menyadari
bahwa perkembangan karakter juga sangatlah penting. Kesadaran tersebut
telah menghapuskan dinding perbedaan antar komunitas. Prasyarat
pendidikan nilai di sekolah bagi para guru menjadi bagian dari ethics boom
yang dapat dilihat dari banyaknya lembaga yang menyediakan program
bimbingan etika yang mencapai jumlah ratusan dalam berbagai bidang
kajian seperti jurnalisme, kedokteran, hukum, dan bisnis yang dibentuk di
AS dalam waktu yang cukup singkat. Kami sedang memperbaharui suatu
pandangan dasar: Hanyalah karakter (kepribadian) yang menjadi ukuran
yang paling baik dalam menilai individu, maka karakter pulalah yang
menjadi ukuran yang paling baik dalam mengukur keberhasilan suatu
negara.
37 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Mengembangkan karakter anak-anak kita di dalam dunia yang kian


rumit dan kian berubah bukanlah sebuah tugas yang sederhana. Namun, ini
adalah waktunya bagi kita untuk menghadapi tantangan tersebut.
38 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

BAB2

MENDIDIK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER DAN


MENGAPA SEKOLAH MEMBUTUHKAN DUKUNGAN
DARI LINGKUNGAN RUMAH

Sekolah pada saat ini harus menjadi tombak dalam memerangi epidemik
psikososial yang telah mewabah di kehidupan anak-anak di masyarakat...
Sekolah membutuhkan berbagai pengarahan dalam rangka melindungi
anakanak dari dampak ketidakharmonisan kehidupan sosial serta lingkungan
keluarga yang bermasalah.

Perry London, Professor, Harvard


Graduate School of Education

Hal yang berhubungan dengan pendidikan moral sebenarnya sangat


mengganggu pikiran saya karena saya merasakan hal tersebut seolah-olah
hanya saya saja yang peduli. Banyak orangtua yang nampak menikmati hakhak
yang mereka miliki. Memiliki anak tanpa disertai sikap tanggung jawab
terhadap anak-anak mereka. Saya dapat merasakan hal itu, tetapi siapa lagi
yang peduli dengan saya dalam situasi seperti ini?

Guru Sekolah Dasar, central


New York

alam menghadapi struktur kehidupan sosial yang semakin memburuk


D ini, tentunya sekolah-sekolah menyadari bahwa mereka harus
mencoba melakukan sesuatu dalam proses memberikan pendidikan tentang
nilai. Dalam pelaksanaanya, sekolah-sekolah harus melihat dua hal utama
berikut ini: harapan bahwa tujuan mereka dapat terlaksana dengan baik dan
rasa percaya bahwa mereka tidaklah sendiri dalam pelaksanaan upaya
tersebut.
Harapan bahwa tujuan mereka dapat terlaksana dengan baik muncul
dari beberapa contoh sekolah yang telah melaksanakan sebuah usaha yang
cukup berarti dalam memberikan pendidikan tentang nilai dan juga
hasilnya. Rasa percaya bahwa sekolah tidak sendirian dalam melaksanakan

35
program tersebut muncul dari sebuah trend yang saat ini sedang
dikembangkan: sekolah dan keluarga bekerjasama untuk mendidik moral
anak-anak.

APA YANG SEDANG BERLANGSUNG?

Mulai dari sini, Amerika dan juga Kanada, mulai mencari tahu apa saja
yang sudah dilakukan dan sedang dilakukan oleh sekolah dalam rangka
memberikan nilai-nilai positif dan juga pembentukan karakter yang terpuji.

Sejak tahun 1984, para siswa SMA di Atlanta harus mampu


menunjukkan semangat mereka sebagai seorang warga negara yang baik
dengan memenuhi 75 jam kegiatan bermasyarakat sebelum mereka lulus.
Kepala sekolah di sebuah sekolah tinggi di St. Louis mengatakan bahwa para
siswa telah mendapatkan berbagai ilmu dalam jangka waktu yang cukup
lama dan setelah itu adalah giliran mereka untuk memberikan kembali
kepada masyarakat ilmu yang telah mereka dapat. Dalam beberapa
kesempatan, selama 4 tahun pendidikan mereka, masing-masing siswa
memberikan sumbangan terhadap pelayanan kepada masyarakat.
Di Chicago, sebuah organisasi masyarakat yang menamakan diri For
Character telah menjadi sponsor dalam program penganugerahan dibidang
pendidikan dasar dan menengah yang telah mampu mendidik siswa-siswi
mereka untuk dapat berprestasi baik dalam hal karakter maupun akademik.
Sebuah survei yang dilakukan di sekolah-sekolah unggulan, termasuk
beberapa sekolah yang berada di pinggiran yang berlokasi di lingkungan
yang penuh dengan tindak kriminalitas, ternyata semua sekolah tersebut
memiliki banyak hal yang serupa: tujuan sekolah yang terbuka, ketegasan
akademik, kedisiplinan yang konsisten dan adil, kepemimpinan yang handal,
pengembangan terhadap nilai-nilai kekuatan yang berlaku di sekolah, dan
sebuah penekanan dalam sebuah pencapaian yaitu kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat.
40 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

For Character selanjutnya mengatakan bahwa pendidikan karakter yang


diberikan merupakan hal yang paling utama dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 41

Birch Meadow Elementary School di kota Reading, Massachusets,


memandang bahwa sekolah memerlukan sejumlah pendidikan demokrasi
yang sehat untuk mendidik para siswa untuk terampil dan memiliki nilai
dalam keterlibatan mereka pada demokrasi berwarganegara. Setiap harinya
guru memberikan sebuah diskusi kelas, sebagai contoh tentang pendapat
mereka terhadap protes yang diajukan oleh anak-anak kelas dua karena
area bermain mereka didominasi oleh kakak-kakak kelas pada saat istirahat
sekolah. Selain itu, masing-masing perwakilan kelas ikut ambil bagian dan
mengajukan usulan kepada majelis perwakilan sekolah tingkat awal (kelas
1-3) dan majelis perwakilan sekolah tingkat lanjutan (kelas 4-
6), dan mereka mengadakan pertemuan mingguan setelah makan siang
dengan kepala sekolah. Tujuan umumnya adalah: untuk membangun sebuah
rasa bahwa ini adalah sekolah milik kita bersama dan setiap orang memiliki
tanggung jawab untuk menjadikan sekolah ini sebuah tempat yang
menyenangkan untuk berada dan belajar di dalamnya.
Pengembangan tentang pemahaman dan penghormatan siswa
terhadap hukum yang berlaku merupakan fokus utama dari Law in a Free
Society, sebuah proyek pendidikan dalam California State Bar Association.
Seorang pelaksana proyek pendidikan tersebut, Mike Leong mengatakan:
Bahkan anak-anak yang masih duduk di bangku TK pun memahami
mengapa ada kebutuhan akan rasa memiliki, apa yang akan terjadi di tempat
bermain jika tidak ada aturan yang berlaku di dalamnya, dan apa yang
membuat aturan itu dapat diterima oleh mereka. Law in Free Society juga
mengembangkan dan menerbitkan kurikulum pendidikan mulai dari tingkat
TK sampai dengan kelas 12, yang di dalamnya tedapat penjelasan tentang
konsep otoritas, keadilan, privasi, tanggung jawab, kebebasan, perbedaan,
kepemilikan, dan keikutsertaan.
Untuk memperkuat nilai diri dalam menghadapi berbagai tekanan dari
teman-teman sebaya; untuk mampu menghadapi sebuah konflik dengan
cara yang positif, bukan dengan kekerasan; untuk mengembangkan
pemahaman tentang toleransi; untuk menghormati pandangan orang lain
yang berbeda. Hal-hal tersebut merupakan beberapa tujuan dari PREPARE,
sebuah kurikulum yang populer di Kanada yang berbasis pada pendidikan
42 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kewarganegaraan untuk siswa SD kelas 4 sampai kelas 6. Dikembangkan


oleh Badan Pendidikan Hamilton, Ontario menggunakan dana yang
bersumber dari Rotary Club lokal, PREPARE memiliki 7 unit kurikulum, yang
masing-masing memiliki sebuah buku aktivitas siswa dan buku panduan
guru yang berfokus pada sebuah tema khusus. Semua unit dikembangkan
dengan sebuah strategi desain kurikulum yang telah digunakan secara luas
di Kanada: mengambil sebuah konsep umum dan membaginya ke dalam 6
sampai 8 key ideas. Pengembangan aktivitas kelas yang dapat
membimbing para siswa untuk mampu menyerap dan menerapkan
pemahaman dari masing-masing key ideas juga kemudian menjadi sebuah
konten dalam kegiatan pembelajaran kelas.
PREPARE telah disosialisasikan ke puluhan sekolah di Ontario dan juga
dibeberapa tempat lain. Sebuah program pendidikan kewarganegaraan
yang besifat paralel untuk para remaja, Preparing Adolescents for Tomorrow
berisi beberapa topik mengenai: pelanggaran lalu lintas, aturan dalam
keluarga, membentuk kerjasama kerja, perlindungan diri, pencurian, dan
pencegahan tindak bunuh diri.
Di San Ramon, California, tiga sekolah dasar telah ikut serta dalam
apa yang dilihat sebagai nilai pendidikan yang sangat bertujuan dan
didasarkan pada berbagai penelitian dunia: the Child Development Program
(CDP). Didukung dengan dana sebanyak $1 miliar setiap tahunnya dari
Hewlett Foundation, CDP telah membantu tiga sekolah tersebut dalam
mengimplementasikan sebuah hasil dari program yang memiliki lima
komponen yang saling berhubungan: (1) Sikap saling membantu dalam
proses pembelajaran; (2) Penggunaan bahan literatur anak-anak untuk
mengembangkan kesadaran dan sikap pengertian terhadap sesama; (3)
Pemberian berbagai contoh dan model sikap yang sejalan dengan norma
sosial; (4) Melibatkan siswa dalam pembentukan hubungan sosial yang baik
(contoh: dengan pendidik yang memiliki perbedaan usia dengan siswa, dan
juga teman-teman sebaya); (5) Pengembangan sikap disiplin, yang
ditujukan untuk mensosialisasikan siswa dengan sikap penalaran moral dan
pengendalian diri. Di samping pendekatan berbasis sekolah tersebut, CDP
juga memiliki program pembelajaran rumah yang tentunya melibatkan
peran orangtua secara dominan.
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 43

Setelah melakukan ratusan pengamatan mengenai sistem pembelajaran


sekolah di seluruh wilayah di negara ini, Child Development Program
menjadi satu-satunya program unggulan sekolah yang diakui oleh National
School Boards Association, National Council for the Social Studies, dan
Departemen Pendidikan Amerika Serikat.
Sejak tahun 1979, sebagai bagian dari kurikulum pendidikan sosial,
para siswa kelas delapan di Brookline, Massachusetts, telah berpartisipasi
dalam program penganugrahan yang dinamakan Facing History and
Ourselves. Dari menariknya penelitian tentang Nazi Holocaust dan
kecenderungan umum manusia untuk berprasangka dan berbuat kesalahan,
Facing History and Ourselves menimbulkan sebuah pertanyaan, Mengapa
hal ini dapat terjadi?
Selama program pendidikan 8 minggu tersebut, para siswa menuangkan
pemikiran dan perasaan mereka ke dalam jurnal-jurnal, yang menjadi satu
dari beberapa indikator terpenting dari pengaruh kurikulum. Pada akhir
pertemuan ke 8, seorang anak perempuan membuat tulisan:

Saya senang bagian ini telah diajarkan kepada kami, khususnya kepada
saya. Pada permulaan program, saya menyadari bahwa saya memiliki
prasangka terhadap para Yahudi, dan senang bahwa mereka banyak yang
telah terbunuh. Saya tahu bahwa hal ini sangatlah buruk, apalagi jika itu
adalah agamamu. Kemudian kita semua dan diskusi kelas yang telah kami
lakukan memberikan bukti kepada saya bahwa pemikiran saya jelas-jelas
salah. Orang-orang Yahudi bukanlah orang lain, mereka sama dengan saya
dan juga teman-teman yang lain.

Organisasi Facing History and Ourselves Brookline juga menyediakan


berbagai training bagi para staf sekolah yang ingin mengukuti program ini.
Sampai saat ini, kurikulum Facing History and Ourselves telah digunakan di
lebih dari 300 badan pelatihan di 46 negara Amerika Serikat dan Kanada.
Pada tahun 1988 Dr. James Finch, pengawas dari Sweet Home School
District di Amherst, New York, memutuskan untuk mengeluarkan nilainilai
pendidikan yang masih tersembunyi dan menjadikannya prioritas utama
kami. Beliau kemudian menulis surat untuk seluruh staf dan menanyakan,
Siapa di antara kalian yang merasa bahwa ini adalah hal yang dirasa penting
44 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dan ingin terlibat di dalamnya? Seluruh dari total 75 orang merespon


pertanyaan tersebut. Selanjutnya beliau membentuk komite yang bernama
Values Education Council yang terdiri dari 19 orang anggota dan dipimpin
oleh Sharon Banas, yang menguji masing-masing sekolah untuk
mengidentifikasi nilai-nilai utama yang mereka miliki dan menjadi
perhatian serta cara penyusunan strategi dalam menyampaikan nilai-nilai
tersebut.
Di Sweet Home School District, membuat plang vinil besar yang berisi
tulisan Saya Bertanggungjawab Terhadap Waktu Yang Saya Miliki atau
Saya Ingin Menghormati Dan Menunjukkan Hal Itu, lalu menggantungnya
di tempat-tempat utama di sekolah. Pesan-pesan harian terhadap
penghormatan, dan tanggung jawab termasuk dalam agenda pagi yang
dikumandangkan secara berulang-ulang melalui papan pesan elektronik di
kantin. Sebagai bagian dari Positive Bus Program yang diangkat oleh seorang
supir Bus bernama Mary Zimmerman, program para supir ditujukan untuk
mengembangkan kesadaran diri terhadap rasa hormat dan tanggung jawab
terhadap aturan yang terpasang pada bus-bus yang mereka kendarai. Para
supir tersebut juga memberi sebuah pita hijau kepada para siswa untuk
dibagikan kepada orang lain yang mereka lihat telah menunjukkan sikap
peduli mereka selama jam sekolah. Di Heritage Heights Elementary School,
para siswa kini mendapat pendidikan nilai sebanyak dua kali pertemuan
dalam satu minggu. Di SMA, sebuah proposal menjadi sebuah penghargaan
atas hasil kerja OSIS yang kemuadian diajukan kepada lembaga pelayanan
masyarakat.
Sampai saat ini tidak ada keluhan dari para orangtua siswa mengenai
pendidikan nilai, ujar Dee Serrio, ketua umum dari Sweet Homes PTA
Council. Para orangtua memiliki input, dan keseluruhan program ini
menyediakan suatu program yang tidak lain merupakan permintaan para
orangtua dalam pendidikan anak-anak mereka.

APAKAH PENDIDIKAN NILAI MEMBERIKAN PENGARUH?


Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 45

Bagaimana efektifitas dari usaha peningkatan program pendidikan nilai


yang telah dilaksanakan? Apakah para siswa telah menunjukkan
peningkatan perilaku dan sikap moral?
Indikator awal telah memberikan harapan. Penelitian yang saya lakukan
untuk buku ini telah membawa saya untuk berkeliling negeri dan
mengunjungi Kanada sebagai langkah awal untuk mengetahui
perkembangan pendidikan moral secara langsung, dan setiap sekolah yang
telah kami kunjungi telah berkomitmen untuk melaksanakan program
pendidikan nilai.
Bukti dari klaim tersebut bervariasi. Beberapa sekolah dapat
menunjukkan hasilnya. Sebuah SMP San Marcos di California, kini
menyelenggarakan program tentang sikap pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab bagi seluruh siswa kelas tujuh dan delapan. Joseph
DeDiminicantanio, salah seorang anggota dari tim pengawas mengatakan:
Tahun kemarin kami menemukan berbagai kasus penyalahgunaan narkoba
sepanjang tahun, dan hasilnya sangatlah berbeda dibandingkan dengan 12
tahun yang lalu (memprioritaskan pelaksanaan kurikulum baru). Dan hasil
dari pelaksanaan program tersebut di antaranya adalah jumlah kehamilan
pada siswa yang menurun, dan prestasi akademik siswa yang meningkat.
Terkadang beberapa testimoni bersifat subyektif tetapi persuasif,
khususnya ketika diajukan sendiri oleh para siswa. Sebuah sekolah di
Kanada yang saya kunjungi yaitu Scarborough Village di Ontario, menjadi
tempat yang saya rekomendasikan untuk program ini melalui Pusat
Pendidikan Nilai tingkat provinsi. Saya mewawancarai sekelompok
anakanak kelas 5 SD dan bertanya kepada mereka, siapa di antara kalian
yang pernah bersekolah selain di sekolah ini? Sekitar setengah dari jumlah
siswa mengacungkan tangan mereka. Kemudian saya bertanya, Apa
perbedaan yang kalian rasakan?
Seorang anak perempuan kemudian menjawab, Di sini tidak ada orang-
orang yang suka mengejek. Di sekolah saya yang dulu, mereka pernah
menyiram sarung tangan yang saya miliki ke dalam toilet. Mereka sering
mengganggu saya. Satu tahun itu terlalu sebentar bagi saya, tetapi jika harus
melanjutkan sekolah di sana situasinya akan terlalu berat bagi saya. Selama
46 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

saya di sana situasi sekolah semakin memburuk. Jika saya mencoba untuk
membela diri, mereka mengancam saya dengan tindakan yang lebih jahat.
Kadang-kadang mereka memukul perut saya. Mereka juga mengatakan
bahwa saya pengecut jika saya melaporkan tindakan ini.
Apa yang para guru lakukan jika kamu melaporkan tindakan tersebut?
Mereka bilang, kami tidak dapat berbuat banyak.
Bagaimana dengan cara teman-temanmu memperlakukanmu di
sekolah ini?
Spesial, ada rasa saling memiliki.
Bagaimana mereka dapat membuatmu merasa saling memiliki?
Mereka tidak pernah menyerang saya. Mereka berdiskusi dengan saya.
Mereka bermain bersama saya. Orang-orang yang ada di sini semuanya
baik.
Artinya anak-anak di sini berhati malaikat, seorang ibu kemudian ikut
menimpali wawancara tersebut. Maka dapat dengan jelas terlihat bahwa
orang-orang dewasa dan anak-anak di sana setuju dengan pernyataan yang
diucapkan oleh anak kelas lima SD tersebut bahwa Orang-orang yang ada
di sini semuanya baik yang tentunya menunjukkan kesuksesan terhadap
norma yang diajarkan.
Hal terburuk yang dikhawatirkan dalam pelaksanaan program uji
pendidikan nilai adalah dampak buruk yang muncul dari luar sekolah. SD
Winkelman memberikan sebuah pelayanan terhadap anak-anak dari
berbagai latar belakang yang berbeda (beberapa di antaranya merupakan
anak-anak dari keluarga yang sangat sejahtera dan datang dengan
menggunakan limosin), dan menjadikannya fokus utama. Beberapa tahun
yang lalu perkelahian dan penekanan yang terjadi antar anak-anak menjadi
masalah yang serius di Winkelman, dan anak-anak sering sekali
mengelabui guru-guru mereka dan orang-orang dewasa lain.
Sebagai usaha dalam membuat perubahan, Winkelman kemudian
meluncurkan sebuah proyek yang dinamakan Lets Be Courteous, Lets Be
Caring. Nilai dari kesopanan dan perhatian menjadi isu utama yang
ditekankan di setiap kesempatan, seperti melalui berbagai foto yang
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 47

dipajang di sepanjang koridor, diskusi kelas, perbincangan pribadi antara


siswa dan guru, pertemuan sekolah, penghargaan akan sikap
bermasyarakat, pertemuan dengan orangtua, dan proyek pelayanan
masyarakat.
Situasi moral di Winkelman berangsur berubah ke arah yang lebih baik.
Ketika saya mengunjungi sekolah yang dimaksud, para orangtua
mengatakan bahwa tindak perkelahian saat ini telah jarang ditemukan;
anak-anak mulai sadar untuk berani mengatakan jika mereka melewatkan
makan siang, mereka selalu berusaha untuk memperhatikan orang lain dan
memiliki sikap untuk saling berbagi; seorang guru yang begitu senior
merasakan perubahan sikap para siswa terhadap guru-guru, orang dewasa
lain, serta teman-teman mereka yang lebih menghormati satu sama lain; dan
kepala sekolah yang mengatakan bahwa seorang anak TK di sekolah
tersebut pernah datang kepadanya dan mengatakan, Saya senang belajar di
sekolah ini karena saya dapat mengatakan kata please dan thank you
kepada orang-orang di sini. Dalam proses pencapaian sebuah usaha dan
kesuksesan, Winkelman menjadi satu di antara banyak sekolah yang terpilih
dalam sebuah penghargaan yang dilaksanakan oleh Chicago organization
For Character.

APA YANG DITUNJUKKAN HASIL PENELITIAN?

Temuan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan memang belum


menargetkan pada sebuah kontrol evaluasi terhadap program yang telah
dilaksanakan, tetapi berbagai penelitian empiris tersebut setidaknya telah
memberikan sebuah harapan.
Sebagai contoh: sejumlah siswa kelompok eksperimental yang
mengikuti kurikulum Holocaus dengan sistem Facing History and Ourselves
dibandingkan dengan sejumlah kelompok kontrol (siswa kelas 8 dengan
kemampuan yang setara yang bersekolah di sekolah yang sama, tetapi tidak
mendapatkan program Holocaust). Para siswa yang mengikuti program
secara signifikan terlihat di atas rata-rata dalam hal pemahaman mereka
terhadap bagaimana keputusan-keputusan pribadi dipengaruhi oleh
48 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

lingkungan mereka dan tingkat kompleksitas kepekaan mereka terhadap


berbagai isu mengenai kepemimpinan, kekuasaan, dan penyelesaian konflik.
Sejauh ini, evaluasi umum dalam program pendidikan nilai ini telah
dilaksanakan oleh sebuah badan yang dinamakan Proyek Pengingkatan
Kualitas Anak-anak California (Californias Child Development Project - CDP).
Hewlett Foundation telah mendukung upaya CDP untuk melibatkan sebuah
regu yang terdiri dari para peneliti di bidang psikologi yang telah
mengumpulkan sejumlah data yang sangat banyak untuk kemudian
ditujukan untuk menjawab pertanyaan berikut: Apakah sebuah program
pendidikan nilai yang menyeluruh, yang dilaksanakan dari tingkat Taman
Kanak-kanak dan terus berlanjut sampai dengan tingkat Sekolah Dasar,
dapat menghasilkan dampak positif yang terukur dan bertahan lama dalam
hal pemikiran moral, tingkah laku, dan sikap anak-anak?
Dalam menyusun rancangan penelitian tersebut, CDP mengajukan
kepada 13 SD di San Ramon, Siapa yang ingin berpartisipasi? Dan
diambilah 6 SD yang begitu antusias untuk terlibat di dalamnya. Enam
sekolah tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang
masingmasing kelompok terdiri dari tiga sekolah (ke semua sekolah
tersebut memiliki ukuran dan tingkat ekonomi sosial yang setara).
Pembagian kelompok tersebut kemudian dilakukan dengan cara
pelemparan koin yang menentukan sekolah mana saja yang akan menjadi
sekolah ekspermental (dengan program), dan yang akan menjadi sekolah-
sekolah kontrol (tanpa program).
Lima tahun kemudian, pada tahun 1989, laporan hasil belajar anakanak
yang bersekolah dengan program CDP menunjuk ke arah yang lebih positif.
Hasil belajar tersebut didapat dari seluruh siswa yang telah berpartisipasi
sejak mereka duduk di bangku TK sampai mereka duduk di kelas 4 SD (5
tahun). Memang tidak semua hasil uji dan observasi statistik menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara sekolah eksperimental dan sekolah
kontrol. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang cukup menonjol dan
menjadi perbedaan hasil yang cukup signifikan, yaitu dalam 4 hal:

1. Sikap terhadap kegiatan pembelajaran kelas: para siswa menunjukkan


sikap yang lebih spontan dalam memberikan pertolongan kepada orang
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 49

lain, kerjasama, saling mengasihi dan menyayangi, serta sikap saling


mendukung antarkelas.

2. Sikap dalam penggunaan arena bermain sekolah: para siswa terlihat


lebih mau berbagi dengan siswa lain di area bermain, sedangkan siswa di
sekolah pembanding masih cenderung bersikap menang sendiri.

3. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang bersifat sosial:


dalam menyelesaikan masalah yang mungkin muncul, para siswa lebih
mendasari perhatian mereka pada penyelesaian yang melibatkan
kesepakatan bersama bukanlah penyelesaian yang terlalu agresif dan
terburu-buru yang tentunya menghasilkan sebuah penyelesaian alternatif
yang lebih terencana.

4. Komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi: para siswa lebih


berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi seperti meyakini bahwa setiap
orang dalam kelompok memiliki hak untuk berpartisipasi dalam berbagai
keputusan dan kegiatan yang akan dibuat.

Lebih dari itu, prestasi yang telah mereka raih di atas sama sekali tidak
mengorbankan prestasi akademik yang mereka raih. Sebuah hasil yang
begitu diperhitungkan pada masa dimana capaian akademik menjadi suatu
tekanan utama di dunia pendidikan. Anak-anak CDP memiliki nilai yang
sama bagusnya dengan siswa kelas kontrol dan telah mencapai standar
pengukuran keberhasilan sekolah yang berlaku di California.
Pendanaan CDP kemudian diperpanjang beberapa tahun yang tentunya
mengembangkan beberapa pertanyaan penelitian tambahan yang akan
diidentifikasi: Akankah hasil positif dari program yang telah dilaksanakan
akan terus tertanam di jiwa para siswa sampai mereka duduk di bangku
SMP? Akankah para siswa CDP merepresentasikan penurunan jumlah
kehamilan remaja dan penurunan tindak kenakalan remaja? Dan apakah
CDP program dapat berjalan dengan baik di lingkungan dimana
kesejahteraan masyarakatnya masih di bawah rata-rata dan di sekolah
dimana siswanya berasal dari latar belakang yang heterogen seperti di
Hayward, California (daerah yang belum terjangkau program CDP)?
50 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

APAKAH PERANAN KELUARGA?

Saat ini semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa sekolah telah
mampu membuat sebuah perubahan dalam pengembangan karakter. Akan
tetapi, apakah hal tersebut menjadi tanggung jawab sekolah seutuhnya?
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa peranan keluarga?
Secara umum orang-orang memandang bahwa keluarga merupakan
sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak-anak. Orangtua
adalah guru pertama mereka dalam pendidikan moral. Mereka jugalah yang
memberikan pengaruh paling lama terhadap perkembangan moral anak-
anak: di sekolah, para guru pengajar akan berubah setiap tahunnya, tetapi
di luar sekolah anak-anak tentunya memiliki sedikitnya satu orangtua yang
memberikan bimbingan dan membesarkan mereka selama bertahun-tahun.
Hubungan antar orangtua dan anak pun dipenuhi dengan berbagai
perbedaan khusus dalam hal emosi, yang menyebabkan anakanak
merasakan dicintai dan dihargai atau tidak dicintai dan dikesampingkan.
Pada akhirnya para orangtua berada dalam posisi yang mengharuskan
mereka untuk mengajarkan nilai sebagai bagian dari sebuah pandangan
tentang dunia yang lebih besar yang menawarkan sebuah pandangan
tentang arti hidup dan alasan-alasan utama sebagai pengantar sebuah
kehidupan yang bermoral. Semua hal tersebut berdasarkan pada sejumlah
penelitian yang merujuk pada kekuatan dari pengaruh orangtua.
Dalam sebuah studi, para orang dewasa yang berpegang teguh pada
keyakinan mereka akan benar atau salah ketika dihadapi dengan sebuah
dilema moral meminta para orangtua untuk dapat membimbing anak-anak
mereka secara serius ketika menemukan suatu sikap penyimpangan moral.
Para orangtua yang sadar akan hal tersebut akan menyikapinya dengan
berbeda ketika anak-anak mereka ketahuan melakukan suatu tindakan yang
mengecewakan ataupun menyakiti orang lain dibandingkan dengan
orangtua yang tidak. Para orangtua lebih peduli untuk meminta anaknya
untuk menyesali perbuatannya, menunjukkan kekecewaan atas hal
tersebut, mencari tahu apa yang menjadi kesalahan dari apa yang telah
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 51

diperbuatnya, memunculkan sikap bertanggungjawab, serta meminta


mereka untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya.
Seberapa baik orangtua mendidik anak-anak mereka untuk
menghormati suatu otoritas tentunya berdasar pada fondasi untuk
perkembangan moral di masa yang akan datang. Para orangtua yang
memberikan pendidikan moral dengan efektif, berdasarkan indikasi
penelitian adalah mereka yang autoritatif membimbing anak-anak untuk
patuh kepada mereka. Namun juga memberikan alasan yang jelas mengenai
apa yang orangtua inginkan dari anak-anaknya, sehingga anakanak dapat
meresapi logika dari tindakan yang bermoral dan melakukan tindakan yang
bertanggungjawab berdasarkan inisiatif mereka sendiri. Sebaliknya, baik
orangtua yang permisif" (yang enggan membuat aturan dan lebih bersikap
mengancam terhadap penyimpangan yang terjadi) maupun para orangtua
yang authoritarian (orangtua yang terlalu banyak mengontrol anak tetapi
tanpa memberikan alasan yang jelas terhadap aturan yang berlaku dan
cenderung bersifat kaku) menunjukkan hasil yang sama yaitu keduanya
tidak memberikan dampak yang baik bagi anak-anak di segala usia dalam
meningkatkan sikap pengendalian diri dan memunculkan anak-anak yang
memiliki tanggung jawab secara sosial.
Cinta, sama seperti autoritas, bersifat sangat mendasar. Anak-anak kelas
delapan yang secara umum lebih dewasa dalam tingkat kepekaan moralnya
memiliki rasa kasih sayang yang lebih dan memiliki keterlibatan yang lebih
dengan anak-anak mereka dibandingkan dengan anak-anak kelas delapan
yang masih kurang dewasa dalam tingkat kepekaan moralnya. Anak-anak
yang secara umum merasa aman untuk dekat dengan orangtuanya adalah
mereka yang cenderung patuh terhadap aturan yang berlaku di lingkungan
keluarganya.
Pada akhirnya, kualitas pengasuhan orangtua merupakan dasar
pengukuran yang digunakan ketika seorang anak terlibat dalam masalah
hukum. Sebuah studi sederhana dilakukan terhadap ribuan anak SMP dan
SMA, dan ditemukan bahwa semakin baik pengawasan yang dilakukan
seorang ibu terhadap anak-anaknya, semakin baik komunikasi yang terjadi
antara anak dan ayahnya. Selain itu, semakin besar sikap kasih dan sayang
52 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

antara anak dan kedua orangtuanya, semakin kecil kemungkinan anakanak


tersebut untuk terlibat dalam masalah pelanggaran hukum.

PERUBAHAN DI DALAM KELUARGA

Tidak terbantahkan lagi bahwa keluarga sangatlah berpengaruh sebagai


media sosialisasi tebaik dalam pendidikan moral bagi anak-anak. Akan
tetapi, saat ini peran keluarga tersebut telah berubah.
Banyak keluarga yang mengalami masalah dan berujung pada
perceraian. Satu dari dua pernikahan yang ada di AS pada saat ini telah
mengalami perceraian. Jumlah perceraian tersebut meningkat sebanyak dua
kali lipat dibandingkan dengan tahun 1960, dan menjadi angka tertinggi di
dunia. Sebanyak 60 persen anak-anak menjalani masa kanakkanak mereka
dengan bimbingan single parent.
Kebanyakan, perempuan adalah mereka yang menjadi orangtua tunggal
yang memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak mereka tanpa bantuan
yang dapat didapatkan dari pasangan dan tentunya akan terasa berat
sehingga memungkinkan muculnya masalah kemiskinan. Sampai dengan
tahun 1988, berdasarkan laporan Komisi Nasional Anak-Anak, 55
% dari keluarga yang hanya dibimbing oleh seorang ibu sebagai orangtua
tunggal hidup dalam kemiskinan (bila dibandingkan dengan presentase
kemiskinan dalam keluarga dengan dua orangtua yang hanya sebanyak
12%).
Pertama kalinya dalam sejarah pada masa ini, lebih dari setengah anak-
anak yang berusia di bawah 18 tahun memiliki seorang ibu yang bekerja di
luar rumah dan pada umumnya memiliki alasan untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Lebih jauhnya, hampir setengah dari ibu-ibu
yang memiliki anak berusia satu tahun berada dalam sebuah tekanan untuk
bekerja.
Tempat tinggal keluarga saat ini juga mulai sering berpindah-pindah
dibandingkan pada masa sebelumnya. Setiap tahunnya, satu dari lima
keluarga di Amerika berpindah tempat tinggal. Berarti mereka juga
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 53

meninggalkan lingkungan yang memberi dukungan bagi orangtua dan


keluarga serta menghambat proses pengenalan anak-anak tentang siapa
dirinya di lingkungan masyarakat.
Bagaimana perubahan-perubahan tersebut memengaruhi anak-anak?
Hal tersebut bergantung banyak orangtua yang meskipun mereka
membesarkan anak-anak mereka dalam keadaan serba terbatas, anak-anak
mereka tetap menjadi prioritas utama, dan anak-anak mereka pun mampu
mengatur dirinya untuk dapat mencapai keberhasilan. Selain itu, banyak
juga orangtua yang bercerai tapi masih memiliki tanggung jawab akan
pemenuhan biaya hidup anak-anak yang ditinggalkannya. Ilmu sosial saat
ini mulai menunjukkan bahwa akibat dari perceraian keluarga telah
menunjukkan dampak yang lebih buruk dibandingkan yang pernah terjadi
sebelumnya. Pada awal tahun 1970-an, Dr. Judith Wallerstein, seorang
psikolog dan dosen senior di University of California di Berkley menyatakan
bahwa apa yang menjadi pemikiran beliau sebelumnya adalah sebuah studi
selama satu tahun kepada keluarga dengan tingkat kesejahteraan menengah
yang baru saja mengalami perceraian. Hasil studinya menyatahan bahwa
secara normal, orang-orang yang memiliki kesehatan fisik dan mental
mampu menyelesaikan masalah mereka yang menyangkut perceraian
dalam waktu satu tahun. Sebagai pendukung, beliau juga telah
menyelesaikan sebuah studi yang dilakukan selama sepuluh tahun hanya
untuk mendokumentasikan tentang bagaimana pandangan beliau yang
keliru sebelum studi tersebut dilaksanakan. Dalam bukunya yang laris di
pasaran, Second Chances: Men, Women, and Children a Decade After Divorce
(Kesempatan kedua: pria, wanita, dan anak-anak sepuluh tahun setelah
perceraian) menuliskan:

Ketika kami melakukan wawancara lanjutan setelah satu tahun hingga 18


bulan kemudian, kami menemukan bahwa kebanyakan keluarga masih dalam
situasi yang tidak menentu. Luka yang mereka alami dapat dengan mudah
terbuka kembali. Ketidakstabilan dan permasalahan hidup nampaknya belum
dapat dihadapi dengan baik. Banyak orangtua yang merasa sangat marah,
dipermalukan, dan mendapat penolakan, dan kebanyakan dari mereka tidak
kembali rujuk dengan pasangannya. Dalam situasi seperti itu, kebanyakan
54 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

anak-anak mulai terjerumus dalam situasi yang tidak menyenangkan. Gejala


yang ditemukanpun ternyata semakin memburuk.

Wallerstein mengatakan bahwa banyak anak-anak yang menyadari


bahwa akhir dari kondisi seperti itu hanya dapat terjawab seiring
berjalannya waktu. Maka sleeper effect: dalam pengamatan selama lima
tahun, anak-anak penurut mulai membuat masalah di sekolahnya, dan anak-
anak laki-laki yang sebelumnya tenang serta berperilaku baik menjadi
seorang pengganggu yang hiperaktif. Dalam pengamatan baik dalam jangka
waktu 5 tahun maupun 10 tahun, lebih dari sepertiga anakanak terjerumus
menjadi pecandu alkohol atau narkoba, terjebak dalam depresi berat, dan
terlibat dalam masalah penyimpangan seksual.
Bahkan sebelum bukti ilmiah menunjukkan hasil tersebut, para guru
dan kepala sekolah dapat menguji seberapa terpuruknya kehidupan
anakanak akibat pecahnya hubungan keluarga. Berikut ini pernyataan Fred
Gula, seorang kepala sekolah yang telah berpengalaman lebih dari dua puluh
tahun di sebuah sekolah dasar di desa Scotia, New York:

Perubahan yang paling besar terjadi yang saya lihat adalah meningkatnya
jumlah orangtua tunggal. Pagi ini saya mendapat laporan dari kantor bahwa
murid kami yang masih duduk di kelas 4 SD ditinggal sendiri oleh orangtuanya
sampai malam. Ibunya adalah seorang pelayan. Tanpa ayah, ia juga diminta
untuk mengurus adiknya yang masih berusia 5 tahun. Kemudian ada seorang
temannya yang sering bermain ke tempat tinggalnya; ternyata ia sering
melakukan tindakan kekerasan. Di sana tidak ada aturan yang seharusnya ada
di keluarga. Kemudian kami mengetahui bagaimana perilaku anak tersebut di
sekolah. Kini saya rasakan bahwa kebanyakan masalah perilaku yang kami
lihat sekarang berawal dari latar belakang keluarga.

Banyak orangtua tunggal sangat penting untuk diperhatikan,


melakukan usaha yang lebih berhati-hati dalam menghadapi kebutuhan
anak-anak mereka; menyusun waktu yang tepat untuk bermain bersama
anak-anak mereka, berdiskusi dari hati ke hati dengan anak-anak mereka,
membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, terus
mengawasi lingkungan dan pergaulan anak-anak mereka, dan mencoba
untuk mengajarkan makna tentang nilai. Sebagai perbandingan, lebih
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 55

sedikit keluarga dengan dua orangtua bersikap mengabaikan terhdap halhal


tersebut.
Di AS saat ini terdapat lebih dari 8 juta anak-anak yang tidak mendapat
perhatian dari kedua orangtuanya di saat mereka bekerja. Seorang guru
kelas 4 SD di pusat kota New York menanggapi:

Perubahan yang kita lihat pada anak-anak, seperti meningkatnya perilaku


yang tidak baik, merupakan refleksi dari perubahan peran keluarga.
Kebanyakan anak-anak tersebut pulang ke rumah yang kosong. Mereka
membuka pintu, membuka sekaleng Spaghetti-O, mencuci pakaian mereka
sendiri, menggunakan pakaian yang sama, dan tidak menggantinya selama
berhari-hari. Anak-anak ini memiliki banyak tanggung jawab, tetapi hanya
untuk dirinya sendiri. Mereka sedang membuat cangkang yang keras. Dan
demikianlah mengapa banyak di antara mereka yang muncul dengan sikap
tidak baik.

Sering juga muncul suatu masalah dimana hubungan keluarga yang


begitu berjarak merupakan akibat dari kehidupan yang serba cepat. Banyak
orangtua yang memiliki jadwal yang begitu berlebihan yang mengakibatkan
komunikasi face to face antara orangtua dan anak semakin jarang terjadi. Di
Baltimore Country, Maryland, sebuah sekolah yang mengadakan sebuah
survey menemukan bahwa para orangtua rata-rata hanya mempunyai
waktu sebanyak dua menit sehari untuk dapat melakukan meaningful
dialogue dengan anak-anak mereka.

KETIKA ANAK-ANAK TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN DEKAT


DENGAN ORANGTUA MEREKA

Ketika anak-anak tidak memiliki hubungan dekat dengan orangtua


mereka dan tidak mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, mereka
akan menjadi lebih lemah dalam menghadapi tekanan dari temantemannya.
Seorang guru sekolah dasar mengatakan:
56 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Kami melihat sebuah tekanan dari teman-teman sebaya di usia yang masih
sangat muda. Dan hal tersebut menjadi sangat biasa di usia remaja.
Akan tetapi, saat ini hal tersebut sudah terlihat pada anak-anak kelas 4 SD.
Mereka nampak tidak mampu untuk melawan hal tersebut. Mereka
nampaknya tidak memiliki dasar yang cukup kuat dari lingkungan rumahnya
yang seharusnya mampu menjadikan mereka anak-anak yang dapat melawan
hal buruk tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik.

Sebagai tambahan atas meningkatnya kelemahan anak-anak dalam


menghadapi tekanan dari teman sebaya mereka dan menurunnya
pengawasan yang dilakukan oleh orangtua, pada akhirnya banyak anakanak
yang mengambil langkah sendiri tanpa bimbingan yang membahayakan
kehidupan mereka, salah satunya adalah sikap melukai diri sendiri. Di
samping itu saya pernah berbincang dengan seorang teman saya yang
memiliki anak perempuan 24 tahun yang bekerja di sebuah organisasi
remaja Gereja di sebuah daerah yang makmur di New Jersey. Beliau
bercerita:

Anak saya mengatakan bahwa ia melihat sebuah perubahan dalam waktu


enam tahun semenjak dia lulus SMA. Ia mengatakan bahwa remaja sekarang
hidup dalam pesta setiap akhir pekan yang isinya adalah bir, kokain, dan seks
bebas. Mereka biasanya menggunakan rumah dimana orangtua dari salah
seorang teman mereka sedang pergi di akhir pekan. Para orangtua tidak
menyadari apa yang sebenarnya dilakukan anak-anak mereka; dan ternyata
salah seorang biang dari pesta tersebut merupakan anak seorang menteri. Dan
mereka adalah orang-orang yang tinggal di rumah-rumah megah dengan
halaman yang luas. Dari luar, mereka nampak sebagai orangorang dari
keluarga terpandang.

Pada akhirnya untuk beberapa alasan, kebingungan tentang nilai yang


mereka miliki nampak seperti akibat dari sikap abai yang dilakukan oleh
orangtua mereka, sikap yang terlalu khawatir jika anak-anak mereka tidak
mau menerima masukan atau kontrol dari orangtua. Banyak orangtua yang
menghilangkan pelayanan mereka dalam mendidik anak-anak yang menjadi
tanggung jawab mereka: kepercayaan di dalam otoritas pandangan
orangtua sendiri. Seorang pengawas Wisconsin berkomentar: Para
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 57

orangtua pernah memberikan pertanyaan kepada kami seperti ini, Saya


tidak ingin anak perempuan saya pergi ke acara sekolah yang diadakan
malam hari, tetapi apa yang harus saya katakan kepadanya ketika ia
mengatakan orangtua teman-temannya saja mengizinkan untuk pergi
selama seminggu? Banyak dari orangtua tersebut yang merupakan
orangorang berhasil di bidang pekerjaan mereka, tetapi mereka tidak
memiliki dasar terhadap kejelasan tentang nilai-nilai yang mereka miliki.
Maka dari diskusi tersebut para orangtua mulai melakukan
perbincanganperbincangan dengan anak-anak mereka atau mulai
mengambil sikap yang mengharuskan anak-anak berani bersikap baik
secara moral.

SEBUAH DILEMA PENDIDIKAN SEKOLAH: SEBUAH TUGAS


BERAT DENGAN SEDIKIT DUKUNGAN

Bagaimana perubahan yang terjadi di dalam keluarga memengaruhi


beban sekolah sebagai media pendidik moral? Tentu saja sekolah harus
bekerja lebih keras dalam menyikapi hal tersebut.
Ketika orangtua tidak mengetahui kebutuhan dasar anak yang bersifat
fisik maupun emosional, maka sebenarnya anak-anak belum siap untuk
menjalankan perannya baik secara mental maupun secara moral di sekolah.
Keadaan buruk berikut ini pun meningkat: anak-anak yang berangkat
sekolah tanpa sarapan, dengan jam tidur yang sedikit, dengan PR yang
belum dikerjakan, dan tanpa merasakan adanya orang-orang yang benar-
benar peduli terhadap mereka. Kesulitan dalam belajar dan masalah
perilaku seringkali menjadi akibat dari hal tersebut.
Ketika orangtua tidak membangun suatu hubungan baik dengan
anakanak mereka dan menggunakan hubungan tersebut untuk
mengajarkan anak-anak tentang kebaikan, maka sekolah pun harus
memulainya dari tahap yang sangat mendasar. Seorang guru kelas 5 SD di
wilayah pinggiran Boston mengatakan:
Sepuluh tahun lalu saya pernah mengajak anak-anak untuk menonton
sebuah filmstrip. Pada saat itu saya menemukan bahwa mereka mengetahui
58 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mana tindakan yang baik, dan mana yang buruk, meskipun pada
kenyataannya mereka belum pernah melihat situasi yang ada di film tersebut.
Namun kini, semakin banyak di antara murid-murid saya yang tidak dapat
membedakan tindakan yang baik maupun buruk setelah mereka menonton.
Mereka tidak merasa bersalah jika mengambil barang yang bukan miliknya
tanpa izin dari pemilik, atau langsung saja mendatangi meja pemilik. Mereka
pun tidak memberi komentar apa pun ketika mereka melihat adegan dimana
dua orang dewasa saling berbicara tanpa sopan santun. Dan anda pasti
bertanya-tanya: apakah orangtua mereka mendidik anak-anak tersebut?

Lebih jauhnya, ketika para orangtua sudah begitu bingung atau tidak
mampu lagi bertindak terhadap perilaku anak-anak mereka, mereka hanya
akan bergerak untuk peduli jika anak-anak mereka ditemukan bermasalah
di sekolah, dan itu pun tidak banyak. Seorang guru kelas satu mengatakan:
saya memiliki murid-murid yang berani mencuri, bertengkar, dan
menggunakan bahasa yang tidak sopan. Ketika saya membicarakan hal
tersebut kepada orangtua mereka, mereka terlihat tidak peduli atau tidak
memberikan masukan yang berarti untuk menyelesaikan masalah tersebut
secara bersama-sama.
Beberapa orangtua bahkan ada yang justru mendukung anak-anak
mereka untuk memahami makna nilai yang bertolakbelakang dengan apa
yang diajarkan di sekolah. Seperti masalah yang terjadi pada anak kelas dua
yang mengatakan bahwa ibunya pernah berkata seperti ini, Tidak masalah
jika kamu mau mencuri. Kamu kan belum 16 tahun, jadi tidak mungkin
mereka akan menghukummu di penjara.
Nilai-nilai yang diberikan sekolah seringkali memang tidak bersifat
langsung, tetapi ternyata tetap saja ada kemungkinan untuk disikapi secara
negatif oleh anak-anak. Seorang asisten kepala sekolah SMA swasta di
kawasan elit Northeastern mengatakan: ketika kami menegur anak-anak
yang menyontek ketika ujian atau melakukan tindak plagiat dalam tugas
esai mereka, para orangtua justru datang ke sekolah untuk membela
anakanak mereka, dan kami merasa dalam situasi yang serba
membingungkan. Bagaimana kita dapat mendidik para siswa untuk
bersikap jujur dengan baik?
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 59

Itu hal yang sering muncul, ujar seorang kepala sekolah dalam melihat
hal tersebut, jika anda sedang dalam masalah di sekolah, maka masalah
anda akan berlipat di rumah. Baik orangtua maupun guru ada di posisi yang
sama. Saat ini, para orangtua justru lebih cenderung meminta sekolah agar
tidak mengekang hak-hak yang anak-anak mereka miliki selama di
sekolah.
Secara singkat, sekolah semakin sering diminta untuk memberikan
pendidikan yang lebih, dengan masalah pendidikan moral yang lebih berat,
tetapi hanya mendapat dukungan yang tidak terlalu berarti. Mereka pun kini
tidak lagi mampu mengambil sebuah asumsi seperti yang dilakukan di masa
sebelumnya, bahwa keluarga memiliki kesamaan pandangan yang kuat dan
mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai dari norma-norma yang
sama seperti yang diajarkan di sekolah.

SEKOLAH DAN ORANGTUA: PENDAMPING UTAMA

Meskipun sekolah mampu meningkatkan pemahaman awal para


siswanya ketika mereka ada di sekolah, kemudian bukti-bukti yang ada
menunjukkan bahwa sekolah mampu melaksanakan hal tersebut. Sikap baik
yang dimliki oleh anak-anak tersebut akan perlahan menghilang jika nilai-
nilai yang telah diajarkan di sekolah tersebut tidak mendapatkan dukungan
dari lingkungan rumah. Dengan alasan tersebut, sekolah dan keluarga
haruslah seiring dalam menyikapi masalah yang muncul. Dengan adanya
kerjasama antara kedua pihak, kekuatan yang sesungguhnya dapat
dimunculkan untuk meningkatkan nilai moral sebagai seorang manusia dan
untuk mengangkat kehidupan moral di negeri ini.
Dengan harapan tersebut, banyak sekolah yang sudah mulai melibatkan
orangtua sebagai partner dalam pendidikan moral. Salah satu
pendekatannya adalah untuk mengajukan nilai-nilai yang sekolah ajarkan
kepada anak-anak mereka, mendapat masukan, dan bersama-sama
membuat komitmen yang memiliki tujuan yang sejalan. Hal tersebut dapat
mengatasi salah satu masalah yang terjadi, seperti yang telah disebutkan di
atas, bahwa seorang asisten kepala sekolah pernah dibuat kecewa ketika
60 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mereka menegur para siswa yang tertangkap menyontek: Kami cukup


sedih pada saat itu, ketika kami tidak memiliki keselarasan yang nyata
dengan para orangtua.
Pendekatan lain adalah dengan mulai mengetahui bahwa para orangtua
sebenarnya terisolir dari lingkungan tempat anak-anak mereka berada,
tidak saling mengenal orangtua dari teman-teman anak-anak mereka, tidak
memahami tentang batasan-batasan apa saja yang semestinya
dipertimbangkan dan disesuaikan dengan usia anak-anak mereka, dan juga
masalah yang muncul ketika anak-anak tidak mampu untuk menentang
otoritas orangtua. Untuk membantu keluar dari permasalahan tersebut,
sebuah sekolah K-12 (menyediakan satu paket pendidikan, dari
kindergarten (TK) hingga kelas 12) di Washington DC telah membuat
komunitas orangtua yang mengadakan pertemuan secara rutin (sebulan
sekali contohnya), yang dilaksanakan di sekolah ataupun di rumah salah
satu orangtua.
Seorang guru ataupun kepala sekolah ikut terlibat di dalam
masingmasing komunitas. Masing-masing pertemuan diawali dengan
perkenalan para orangtua, mengenalkan nama anak mereka, dan
memberikan saran tentang satu atau dua topik yang akan mereka
diskusikan dalam pertemuan tersebut. Dalam pertemuan orangtua yang
memiliki anak-anak kelas dasar (TK-kelas 4), pertanyaan yang umumnya
muncul adalah, bagaimana mendidik anak-anak untuk belajar menolong
keluarga di rumah? dan tayangan TV yang bagaimana yang cocok untuk
ditonton oleh anak-anak?
Para orangtua yang memiliki anak-anak yang duduk di kelas dasar
menengah umumnya mengajukan pertanyaan seperti, apa yang akan kita
lakukan jika anakmu yang duduk di bangku kelas 6 diundang untuk datang
ke sebuah pesta ulang tahun dimana hiburannya berupa tontonan untuk
orang dewasa? Para orangtua dari siswa SMA juga bertanya satu sama lain,
Apa yang akan kita lakukan jika anak kita diundang untuk datang ke sebuah
pesta terbuka dan ia tidak tahu bahwa kita (orangtua) akan datang, dan
ternyata menemukannya sedang minum-minum? atau aturan apa yang
Mendidik untuk Membentuk Karakter & Mengapa Sekolah Membutuhkan Dukungan dari Rumah | 61

anda buat dalam memberikan izin kepada anak-anak anda dalam


menggunakan mobil?
Sekolah-sekolah yang telah memfasilitasi para orangtua untuk
membentuk komunitas dukungan seperti ini menunjukkan bahwa
keterlibatan para orangtua untuk bekerja secara bersama-sama seperti
dalam merencanakan kegiatan sekolah atau komunitas, dan sekolah
sangatlah terbantu dengan adanya sosialisasi tentang nilai dan ternyata
terus mendapat dukungan dari orangtua yang lain. Sekolah-sekolah tersebut
telah memasukkan kembali apa yang telah hilang sesungguhnya: sebuah
komunitas yang memiliki nilai moral di lingkungan sekolah yang
menyediakan suatu bentuk dukungan akan kebutuhan sekolah untuk
melaksanakan pendidikan karakter secara efektif.
Terdapat pula beberapa alasan lain yang menunjukkan optimisme
bahwa keluarga dan sekolah dapat berbagi sebagai kawan. Seperti yang
pernah dibahas sebelumnya bahwa sejumlah besar orangtua yang menjadi
responden dari polling tentang opini umum pendidikan, para orangtua
menyebutkan bahwa mereka menginginkan adanya pendidikan moral di
sekolah. Ternyata tidak semuanya bersedia untuk merespon secara
langsung. Kebanyakan dari mereka mengatakan, kami sebenarnya ingin
ikut terlibat, tetapi kami masih membutuhkan dukungan.
Beberapa orangtua tentunya masih ada saja yang bersikap acuh atau
tidak mendukung adanya usaha sekolah dalam memberikan pendidikan
nilai. Akan tetapi, hasil polling tersebut tentunya belum dapat dijalankan
seluruhnya, dan beberapa di antaranya hanya berisi sejumlah kritik.
Sekolah-sekolah yang telah berkomitmen telah menunjukkan bahwa
sesungguhnya banyak orangtua yang ingin ikut bergabung dalam
membimbing anak-anak mereka untuk menjadi orang-orang yang baik dan
bermoral. Maka aliansi yang telah dibentuk tersebut merupakan suatu
bagian yang cukup penting dalam pengembangan pendidikan karakter.
BAB3

NILAI-NILAI SEPERTI APAKAH YANG


SEHARUSNYA DIAJARKAN DI SEKOLAH?

Banyak sekali guru yang tidak berani mengambil sikap dalam bidang ini.
Mereka takut terlalu mengambil bagian dalam urusan pribadi masing-masing
orang. Mereka khawatir dengan aspek kewenangan hukum. Mungkinkah
seseorang akan membawa mereka untuk berurusan dengan pengadilan jika ia
tidak menyukai cara para guru tersebut memberikan pendidikan nilai? Nilai
yang bagaimana yang seharusnya diajarkan? Dan ke arah nilai yang manakah
keberpihakan Tuhan berada? Akankah kita menemui orangorang yang akan
menjerat jika kita membawa-bawa nama Tuhan dan beberapa orang lain justru
mungkin akan menjerat jika kita tidak mengikutsertakan-Nya?

Alan Pardoen, Dekan, State


University of New York at Postdam

Meskipun polling yang pernah dilakukan menunjukkan dukungan


publik yang begitu luas tentang gambaran umum pendidikan moral dan juga
dengan penigkatan jumlah sekolah yang dengan sukses dapat melaksanakan
program tersebut. Masih ada saja sekolah yang ragu untuk melaksanakan
program tersebut. Salah seorang pengawas mengatakan bahwa: kita masih
mengaitkan hal tersebut dengan berbagai budaya yang berbeda dan
keadaan keluarga dimana pengajaran nilai akan lebih mudah dikatakan
daripada dilakukan. Para guru merasa khawatir terhadap penolakan yang
mungkin akan dilontarkan oleh para orangtua jika mereka mulai
memberikan pendidikan nilai secara langsung dan sistematis.
Sekolah-sekolah pun merasa bingung, Haruskah kami memberikan
pendidikan nilai, dengan tujuan untuk menjadikan anak-anak dapat
beradaptasi dengan makna nilai yang telah mereka dapat, atau hanya
mengajarkan tentang nilai, tanpa tindak lanjut? Beberapa orang pendidik
banyak yang menuai perdebatan bahwa pengarahan siswa untuk dapat
beradaptasi dengan nilai-nilai yang diajarkan merupakan bentuk
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 63

indoktrinasi dan maka dari itu sekolah-sekolah seharusnya membatasi diri


dari munculnya berbagai pemikiran kritis tentang pendidikan nilai

57
tersebut.Tantangan lain terhadap hal tersebut adalah seperti ini, bukankah
kita akan merasa puas jika kita mampu menjadikan para siswa mampu
untuk berpikir secara kritis mengenai nilai-nilai, seperti kejujuran tetapi
bagaimana jika dalam hal lain mereka memilih untuk berbohong,
menyontek, atau mencuri?
Sekolah yang berharap untuk dapat melakukan pendidikan moral,
saya yakin harus merasa percaya diri bahwa: (1) Nilai-nilai yang seharusnya
dapat diajarkan di sekolah memiliki tujuan yang bermanfaat dan secara
umum dapat diterima oleh masyarakat yang beragam; dan (2) sekolah
seharusnya tidak hanya mengekspos nilai-nilai tersebut kepada para siswa,
tetapi juga harus mampu membimbing mereka untuk dapat mengerti,
meresapi, dan melakukan nilai-nilai yang berlaku. Untuk merasa yakin dapat
melaksanakan kedua hal di atas, hal yang paling pertama dibutuhkan oleh
sekolah adalah mendapat gambaran yang jelas tentang makna dasar dari
nilai-nilai.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN NILAI MORAL?

Terdapat dua macam nilai dalam kehidupan ini: moral dan nonmoral.
Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan adalah hal-
hal yang dituntut dalam kehidupan ini. Kita akan merasa tertuntut untuk
menepati janji, membayar berbagai tagihan, memberi pengasuhan kepada
anak-anak, dan berlaku adil dalam begaul di masyarakat. Nilai-nilai moral
meminta kita untuk melaksanakan apa yang sebaiknya kita lakukan. Kita
harus melakukannya bahkan kalaupun sebenarnya kita tidak ingin
melakukannya.
Nilai-nilai non moral tidak membawa tuntutan-tuntutan seperti yang
tersebut di atas. Nilai tersebut lebih menunjukkan sikap yang berhubungan
dengan apa yang kita inginkan ataupun yang kita suka. Saya secara personal
memiliki suatu nilai ketika mendengarkan musik klasik, sebagai contoh,
atau ketika membaca sebuah novel yang bagus. Akan tetapi, jelas bahwa
sesungguhnya saya tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut.
64 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Nilai-nilai moral (yang menjadi tuntutan) dapat dibagi lagi menjadi dua
kategori, yaitu: universal dan non-universal. Nilai-nilai moral universal
seperti memperlakukan orang lain dengan baik serta menghormati pilihan
hidup, kemerdekaan, dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang
dimana pun mereka berada karena kita tentunya menjunjung tinggi
dasardasar nilai kemanusiaan dan penghargaan diri. Kita memiliki hak dan
bahkan kewajiban untuk menuntut agar kita semua dapat berlaku sejalan
dengan nilai-nilai moral yang berlaku secara universal ini.
Pada tahun 1948, pemerintah AS memperkenalkan validitas universal
mengenai nilai-nilai moral dasar tersebut dengan cara mengadopsi
Universal Declaration of Human Rights. Dokumen bersejarah tersebut
mendeklarasikan bahwa setiap warga negara di setiap negara memiliki hak
untuk: memiliki hidup, memiliki wewenang, dan memilki kebebasan untuk
melindungi diri dari suatu ancaman; kemerdekaan diri dari perbudakan;
mengetahui aturan yang berlaku serta memiliki pemahaman terhadap
tindakan yang tidak dianggap salah dan yang dianggap salah; kemerdekaan
dari kesengsaraan hidup; mendapatkan privasi, hidup berkeluarga, dan
memiliki kesetaraan hidup; kemerdekaan untuk terlibat dalam berbagai
komunitas masyarakat; mendapat pendidikan; dan memiliki sebuah standar
hidup dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan dan kehidupan yang
layak. Benar adanya, bahwa seluruh negara dengan konsisten menghormati
hak-hak tersebut melalui langkah nyata yang dilakukan terhadap warga
negara mereka masing-masing. Akan tetapi, kegagalan terhadap
pelaksanaan poin-poin tentang hak asasi manusia tersebut tentunya terkait
dengan validitas universal mengenai nilai moral yang terkandung dalam
naskah tersebut.
Sebaliknya, nilai-nilai moral yang bersifat non universal tidak membawa
tuntutan moral yang bersifat universal. Ini adalah nilai-nilai seperti
kewajiban yang berlaku pada agama-agama tertentu (ketaatan, berpuasa,
dan memperingati hari besar keagamaan) yang secara individu menjadi
sebuah tuntutan yang cukup penting. Namun, hal tersebut belum tentu
dirasakan sama dengan individu lain.

APA HUBUNGAN ANTARA MORALITAS DAN AGAMA?


Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 65

Kita saat ini tinggal dalam masyarakat yang sangat heterogen dalam hal
pebedaan agama yang kemudian tertuang di dalam prinsip-prinsip First
Amandement yang menyatakan bahwa pemerintah sebaiknya tidak
membuat undang-undang yang berkenaan dengan munculnya suatu agama
atau tentang pelarangan dalam pelaksanaan kegiatan beragama. Bukti
bahwa masyarakat kita termasuk masyarakat yang memiliki perbedaan
agama, maupun mereka yang tanpa agama menemukan kesulitan dan
halangan dalam memberikan pendidikan moral, terutama bagi para
pendidik. Mereka berpikir, bukankah moralitas membawamu untuk
cenderung terhadap hal yang bersifat agamis, dan bagaimana sekolah dapat
masuk ke dalamnya tanpa melanggar peraturan yang tersebut di First
Amandement?
Dengan alasan tersebut, maka sangatlah penting untuk
mengklarifikasikan hubungan antara moralitas dan agama. Berikut ini
terdapat tujuh poin yang cukup relevan dengan hal tersebut:

1. Kebanyakan orang di negara ini menganut agama dan memiliki


identitas yang cenderung berbeda-beda. Pada tanggal 27 Maret 1989,
sebuah polling yang dilakukan oleh Newsweek, sebagai contoh, 94 persen
dari warga Amerika mengatakan bahwa mereka meyakini adanya Yang
Maha Berkuasa. Pada tahun 1981 polling nasional yang dilakukan oleh
Research and Forecast, Inc; menemukan bahwa sepertiga masyarakat
Amerika menyatakan bahwa mereka adalah masyarakat yang beragama.
Bagi sebagian besar masyarakat, bimbingan yang pertama dan utama dalam
pembentukan moral mereka adalah berlandaskan pada agama yang mereka
anut.
2. Agama bagi kebanyakan orang merupakan sebuah acuan utama yang
membawa mereka untuk membentuk kehidupan yang bermoral. Meskipun
agama memiliki banyak perbedaan mengenai apa yang harus dilakukan
umatnya dalam beribadah, mereka semua memiliki kesamaan prinsip
bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan dalam hidup ini, termasuk
pilihan akan perilaku moral, akan memberikan dampak yang sebanding di
masa yang akan datang.
3. Melalui pandangan tentang agama secara umum, Tuhan adalah Maha
Pemberi Pertolongan, yang Maha Tinggi, dimana kita sebagai makhlukNya
66 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

memiliki kewajiban untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti


yang diperintahkan oleh Tuhan. Seorang mantan pendidik
Barbara Jones mengutarakan: Penurunan moralitas yang terjadi di negara
ini bermula ketika berbagai institusi keagamaan mulai kehilangan peran di
dalam masyarakat, dan moralitas sendiri kini tidak menyatu dengan
perilaku yang bermoral. Kebanyakan dari kita sekarang sudah mulai
melakukan tindakan yang baik tanpa merasa perlu akan pertolongan
Tuhan.
4. Para perintis negeri ini telah melihat adanya hubungan yang sangat
dekat antara agama dan hak-hak asasi manusia serta sistem pemerintahan
demokrasi. Deklarasi kemerdekaan pun yang memberi sebuah pandangan
moral bagi konstitusi Amerika, menyertakan bahwa negara ini tidak dapat
membentuk hak-hak asasi sendiri kecuali berlandaskan pada petunjuk yang
diberikan Tuhan (dan kami memegang teguh kebenaran tersebut secara
pribadi, bahwa setiap manusia diciptakan sama, dan mereka masing-masing
memiliki suatu anugrah yang diberikan Tuhan, dengan berbagai
kewenanganNya yang tidak mungkin dapat dijalankan oleh manusia, yang
di dalamnya termasuk kehidupan, kemerdekaan, dan usaha dalam meraih
kebahagiaan...)
Dalam pidato perpisahan presiden George Washington pada tahun
1796, beliau memberikan pesan bagi negara untuk melawan keterpurukan
hubungan antara moralitas dan agama. Baik sebagai alasan dan
pengalaman, begitu beliau mengatakan, keduanya menghalangi kita untuk
berpandangan bahwa moralitas negeri ini akan menjadi lebih baik bila
prinsip-prinsip keagamaan dihilangkan. Sebagai wakil presiden dalam
Konstitusi yang baru, John Adams mengungkapkan suatu hal yang sejalan
dengan kesempatan yang dimilikinya ketika beliau menulis: Kita tidak
memiliki pemerintah yang dilengkapi dengan kekuatan yang mampu
menandingi keinginan manusia yang terkendalikan oleh moral dan agama.
Konstitusi yang kami buat hanyalah bagi mereka yang bermoral dan
beragama.
Agama kemudian berlanjut menjadi suatu dukungan moral yang muncul
dalam kehidupan di Amerika. Para pemimpin sosial reformis melakukan
berbagai usaha perubahan mulai dari pembebasan perbudakan sampai
dengan sebuah upaya abad 20 dalam membuat hak-hak warga negara yang
berlandaskan pada nilai agama: Kita semua sama di mata Tuhan, kita adalah
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 67

makhlukNya yang diperintahkan untuk hidup berdampingan dalam


kesetaraan, harmoni, dan keadilan. Pandangan religius tersebut sebenarnya
bukan dikikis oleh mereka yang berkhianat terhadap agama mereka, tetapi
sebenarnya justru oleh mereka yang menyatakan percaya terhadap kasih
sayang Tuhan. Namun, pada kenyataannya mereka melakukan tindakan
yang tidak bertoleransi dan saling membenci satu sama lain.
5. Kebanyakan siswa pada saat ini bersikap acuh terhadap peran agama
dalam pembentukan moral dan pembangunan negeri. Salah satu alasannya
adalah karena sejak tahun 1960-an, nilai-nilai agama di Amerika perlahan
mulai pudar dari buku-buku teks yang digunakan oleh para siswa. Pada
tahun 1986, seorang profesor di New York University, Paul Vitz,
meluncurkan bukunya yang memunculkan banyak diskusi, yaitu Censorship:
Evidence of Bias in Our Textbook (sebuah batasan: Bukti dari Makna Bias
dalam Buku-buku Pelajaran Sekolah), mencantumkan satu persatu contoh
potret agama yang perlahan hilang dari konteks sekolah.
Salah satu dari buku Ilmu Sosial Dasar, sebagai contoh, berisi 30
halaman yang bertahap. Diawali dengan ucapan syukur, tetapi bukan dalam
bentuk kata-kata atau gambaran yang mengarah ke sebuah agama sebagai
bagian dari kehidupan sebuah umat. Di dalam buku yang lain yang dikutip
oleh Vitz, yaitu sebuah cerita Nobel Laureate Jewish dengan penulis Issac
Bashevis Singer disebutkan: Dalam cerita yang asli, seorang anak lakilaki
berdoa kepada Tuhan , dan dalam kalimat lain bersyukur kepada Tuhan;
dalam versi baru teks yang telah diedit, kata-kata yang mengandung kalimat
berdoa kepada Tuhan perlahan dihilangkan, dan rasa syukur dalam Thank
God berubah menjadi Thank goodness.
Belakangan ini, secara politik, kelompok masyarakat liberal seperti
People for American Way dan Americans United for the Separation of Church
and State telah memunculkan banyak kritik dalam rangka pemasukan
kembali agama-agama dalam beberapa bidang yang sesuai seperti Sejarah
dan Budaya Amerika. Sekolah-sekolah, lebih jauhnya, lebih menekankan
anak-anak didiknya untuk menggunakan seluruh sumber-sumber ilmu
pengetahuan dan budaya, termasuk nilai-nilai keyakinan beragama di
dalamnya. Ketika mereka dihadapkan pada isu-isu sosial (sebagai contoh,
apa yang seharusnya kita lakukan kepada orang-orang miskin?) dan juga
dalam membuat sebuah keputusan moral yang bersifat individual (seperti,
68 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

apakah dibenarkan jika seseorang melakukan hubungan seks sebelum


menikah?).
6. Banyak sekali orang yang hidup beragama, tetapi tidak memiliki
peran yang berarti dalam kehidupan. Ada juga, untuk beberapa alasan,
justru mempunyai perilaku yang melanggar perintah agama. Mereka tidak
ingin anak-anak mereka diajarkan bahwa seseorang yang bermoral harus
juga menjadi seseorang yang beragama. Akan tetapi di sisi lain, mereka
merasa memiliki nilai benar dalam prinsip mereka yang menentang
pendidikan agama di sekolah (dalam perannya pada sejarah dan budaya),
yang merupakan tindakan di luar prinsip Konstitusi yang berlaku yaitu
menyebarkan agama sebagai sesuatu yang baik dan benar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sekolah-sekolah negeri memiliki 2 hal yang menjadi
tugas utama: Secara akurat sekolah seharusnya memberikan gambaran
tentang peranan agama dalam sejarah dan mengajak para siswa untuk
mengaitkan apa yang telah mereka pelajari dengan perintah yang ada dalam
agama mereka masing-masing mengenai pertanyaan moral yang muncul;
tetapi mereka juga harus dapat menemukan sebuah dasar dari definisi dan
pengajaran moral yang menekankan pada aspek rasional tanpa melibatkan
agama.
7. Langkah-langkah dalam mendefinisikan moral secara rasional yang
dapat diterima oleh semua pihak didasarkan pada sebuah prinsip klasik
tentang ketuhanan, gagasan dari dasar hukum moral yang telah
dibuktikan dalam berbagai penelitian psikologi. Penelitian-penelitian yang
telah dilakukan adalah berupa studi yang menyangkut penalaran moral
anak-anak, yang dilakukan oleh seorang psikolog dari University of Illinois,
Larry Nuccy. Beliau menanyakan kepada beberapa ratus anak-anak Yahudi,
Katolik, dan Protestan tentang perilaku-perilaku buruk seperti memukul,
mencuri, merusak nama baik orang lain (mengejek). Apakah hal-hal
tersebut tetap menjadi sesuatu yang salah jika Tuhan tidak melarang
perbuatan tersebut?
Hampir semua anak-anak dari semua agama tersebut mengatakan ya,
bahwa tindakan-tindakan tersebut merupakan sesuatu yang salah. Lebih
jauhnya, sebanyak 100 persen dari alasan anak-anak tersebut menyatakan
bahwa pada kenyataannya perbuatan-perbuatan tersebut merupakan
bentuk ketidakadilan dan membahayakan orang lain.
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 69

Dalam sebuah bagian dari studi yang dilakukannya, Nucci bertanya


kepada anak-anak bagaimana mereka tahu bahwa apa yang diperintahkan
Tuhan merupakan sesuatu yang benar, dan apakah ada perintah-perintah
Tuhan yang secara moral baik tetapi menurut pandangan mereka adalah
sesuatu yang sebaliknya. Di bawah ini sebuah contoh wawancara yang
dilakukan dengan seorang anak Yahudi berusia 10 tahun, Michael (nama
samaran):

INTERVIEWER : Michael, bagaimana kamu yakin bahwa apa yang tertulis dalam
Taurat adalah sesuatu yang benar adanya untuk
dilaksanakan?

MICHAEL : Tuhan tidak mungkin menyengsarakan atau memberikan


sesuatu yang buruk kepada hambaNya. Kami percaya Tuhan.
Kami merasa demikianlah Tuhan menurunkan Taurat untuk
kami, dan Tuhan akan menyayangi kita jika
kita melaksanakan apa yang tertulis di Taurat, dan kami
mempersembahkan rasa syukur kami kepada Tuhan dengan cara
beribadah kepadaNya, serta menjalankan perintahNya.

INTERVIEWER : Oke, tapi bagaimana kamu begitu yakin bahwa apa yang Tuhan
perintahkan adalah hal-hal yang memang benar?

MICHAEL : Kami telah melakukannya. Kami menaati apa yang tertulis di Taurat,
dan kami benar-benar telah mengerti.

INTERVIEWER : Diandaikan Tuhan menulis di dalam Taurat bahwa umat


Yahudi seharusnya mencuri. Apakah kemudian hal tersebut
kemudian menjadi hal yang dibenarkan oleh umat Yahudi?

MICHAEL : Tidak

INTERVIEWER : Mengapa?

MICHAEL : Bahkan jika Tuhan berfirman seperti demikian, kami tahu, bahwa
itu sesungguhnya bukan perintah Tuhan, karena mencuri
adalah hal yang sangat buruk. Dapat jadi hal tersebut
merupakan bentuk ujian dari Tuhan, tetapi yang kami yakini,
Tuhan tidak akan memerintahkan hambaNya untuk berlaku
demikian.

INTERVIEWER : Mengapa yakin bahwa Tuhan tidak akan bermaksud demikian?


70 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

MICHAEL : Karena Tuhan menurut pandangan kami adalah Yang Maha Baik dan
Yang Maha Sempurna.

INTERVIEWER : Dan karena Tuhan adalah Yang Maha Sempurna maka Ia tidak
akan mungkin memerintahkan makhlukNya untuk mencuri?
Mengapa?

MICHAEL : Karena kita sebagai manusia adalah makhluk yang tidak sempurna,
dan kami memahami itu. Kami tidak bodoh. Dan kami benar-
benar paham bahwa mencuri adalah suatu hal yang sangat
buruk.

Respon-respon yang diajukan Michael dalam wawancara tersebut,


dilaporkan Nucci adalah sesuatu yang secara umum terlontar oleh anakanak
lain yang dibesarkan dalam kehidupan beragama. Apa yang anakanak
tersebut katakan adalah bahwa Tuhan tidak mungkin memerintahkan
hambaNya untuk melakukan tindakan buruk seperti mencuri dan bahkan
anak-anak tersebut menggunakan logika mereka, karena mereka dapat
memahami bahwa mencuri adalah hal yang buruk karena dapat menyakiti
orang lain.
Penelitian ini memberikan suatu dukungan baru bagi banyak theolog
dan filsuf, dengan memegang pernyataan berikut: Terdapat sebuah dasar
hukum moral yang melarang tindakan yang bersifat tidak adil terhadap
orang lain yang juga dapat dibuktikan dengan menggunakan alasan
manusiawi yang bersifat rasional. Dasar hukum moral tersebut seiring
dengan prinsip-prinsip agama yang dinyatakan di dalam kitab suci (seperti
love your neighbour [sayangilah orang-orang terdekatmu] dan Thou shalt
not steal [mencuri adalah sesuatu yang tidak boleh kamu lakukan]), tetapi
hal-hal tersebut tentunya memiliki logika-logika tersendiri yang bahkan
anak kecil pun dapat meresapi dan memahaminya. Implikasi pendidikan
terhadap hukum dasar yang berlaku secara universal ini sangatlah penting:
Memberikan sebuah tujuan bagi sekolah-sekolah negeri dalam memberikan
materi tentang moral, yaitu dengan berlaku adil dan peduli terhadap
sesama demikianlah yang secara legitimasi dapat diajarkan secara religius
kepada masyarakat yang beragam.
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 71

DUA NILAI UTAMA: SIKAP HORMAT DAN BERTANGGUNG


JAWAB

Program pendidikan moral yang berdasar pada dasar hukum moral


dapat dilaksanakan dalam dua nilai moral yang utama: sikap hormat dan
bertanggungjawab. Nilai-nilai tersebut mewakili dasar moralitas utama
yang berlaku secara universal. Mereka memiliki tujuan, nilai yang nyata,
dimana mereka mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang baik sebagai
individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Nilai-nilai rasa hormat
dan tanggung jawab tersebut sangatlah diperlukan untuk:

Pengembangan jiwa yang sehat

Kepedulian akan hubungan interpersonal

Sebuah masyarakat yang humanis dan demokratis

Dunia yang adil dan damai

Hormat dan tanggung jawab merupakan poin keempat dan kelima dari
Rs yang menjadi dasar landasan sekolah yang tidak hanya
memperbolehkan, tetapi mengharuskan para guru untuk memberikan
pendidikan tersebut untuk membangun manusia-manusia yang secara etis
berilmu dan dapat memposisikan diri mereka sebagai bagian dari
masyarakat yang bertanggung jawab. Apakah arti konkrit dari kedua dasar
nilai moral tersebut?
Rasa Hormat. Rasa hormat berarti menunjukkan penghargaan kita
terhadap harga diri orang lain ataupun hal lain selain diri kita. Terdapat tiga
hal yang menjadi pokok: penghormatan terhadap diri sendiri,
penghormatan terhadap orang lain, dan penghormatan terhadap semua
bentuk kehidupan dan lingkungan yang saling menjaga satu sama lain.
Penghormatan diri mengharuskan kita untuk memperlakukan apa yang
ada pada hidup kita sebagai manusia yang memiliki nilai secara alami. Maka
demikian, perlakuan yang mengarah pada perusakan diri ataupun
penyalahgunaan narkoba dan alkohol merupakan hal yang salah.
Penghormatan terhadap orang lain mengharuskan kita untuk
memperlakukan semua orang bahkan orang-orang yang kita benci sebagai
manusia yang memiliki nilai tinggi dan memiliki hak yang sama dengan kita
72 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sebagai individu. Hal tersebut merupakan intisari dari Golden Rule


(Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu
sendiri). Berdasarkan penghormatan terhadap sebegitu kompleksnya
jaringan kehidupan ini, maka tindakan kasar yang dilakukan terhadap
hewan pun menjadi sesuatu yang dilarang, sehingga kita diharuskan untuk
berlaku baik dengan cara melindungi alam dan lingkungan dimana kita
hidup dari rapuhnya ekosistem dimana segala kehidupan ini bergantung di
dalamnya.
Bentuk lain dari rasa hormat dapat terlihat dari hal-hal berikut ini. Rasa
hormat terhadap sesuatu yang dimiliki, sebagai contoh, muncul dari suatu
pemahaman bahwa apa yang kita miliki merupakan bagian dari diri kita
ataupun masyarakat kita. Rasa hormat terhadap suatu kewenangan muncul
dari pemahaman bahwa gambaran dari legitimasi wewenang merupakan
pengalihan bentuk kepedulian kepada orang lain. Tanpa adanya orang yang
berwenang, anda tidak mungkin dapat menjalani kehidupan keluarga,
sekolah, maupun negara. Ketika orang-orang tidak lagi menghargai suatu
kewenangan yang berlaku, maka kehidupan ini akan berjalan dengan tidak
baik dan akan muncul banyak orang yang dirugikan.
Kesopanan Umum juga merupakan bentuk lain dari penghormatan
terhadap orang lain. Suatu hari saya pernah menghabiskan waktu di kelas
Molly Angelini, seorang guru kelas 5 di Moravia, New York, yang telah
menjadikan kesopanan sebagai prioritas utama dalam sikap penghormatan.
Jika ada seorang siswa yang menutup meja belajar dengan membantingnya,
maka Ibu Angelini berhenti memberikan penjelasan dan membiarkan siswa
tersebut untuk mengatakan maaf kepada seluruh isi kelas (yang
sebelumnya pernah mereka diskusikan bahwa sebuah suara atau bunyi
yang keras merupakan suatu interupsi jika hal itu terjadi ketika seseorang
sedang berbicara atau menjadi sebuah gangguan ketika orang lain sedang
berpikir). Anak-anak tersebut diharuskan untuk meminta maaf jika mereka
memanggil nama seseorang dengan sebutan lain (yang tidak baik). Mereka
juga diajarkan untuk mengatakan Pardon me daripada what? ketika
mereka meminta seseorang untuk mengulang kembali apa yang diucapkan.
Mereka diajarkan pula untuk mengatakan terimakasih kepada para
pedagang dan pelayan di kantin yang memberikan pelayanan kepada
mereka pada saat istirahat. Dan mereka diajarkan sikap-sikap tersebut
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 73

bukan dengan cara yang kaku, tetapi dengan cara yang membuat mereka
paham akan nilai-nilai dalam menghormati orang lain.
Pada akhirnya, keadilan sebagai nilai dari rasa hormat dilibatkan dalam
interaksi kehidupan sekecil apa pun, hal tersebut juga menjadi dasar
terhadap prinsip-prinsip utama dari sebuah demokrasi. Hal tersebut
merupakan bentuk penghormatan bagi orang lain yang memberikan arahan
kepada masyarakat untuk membuat suatu konstitusi yang mengharuskan
pemerintah untuk melindungi, bukan mengganggu, hak-hak warga negara
yang telah diatur sebelumnya.
Misi moral pertama dari sekolah-sekolah yang ada adalah untuk
mengajarkan nilai-nilai dasar penghormatan terhadap diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
Tanggung Jawab. Tanggung jawab merupakan suatu bentuk lanjutan
dari rasa hormat. Jika kita menghormati orang lain, berarti kita menghargai
mereka. Jika kita menghargai mereka, berarti kita merasakan sebuah ukuran
dari rasa tanggung jawab kita untuk menghormati kesejahteraan hidup
mereka.
Tanggung jawab, secara literal berarti kemampuan untuk merespon
atau menjawab. Itu artinya, tanggung jawab berorientasi terhadap orang
lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respon
terhadap apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab menekankan pada
kewajiban positif untuk saling melindungi satu sama lain.
Rasa hormat, jika dilihat dari perbandingannya, lebih menekankan pada
kewajiban kita yang terkadang berbentuk kalimat negatif. Sebagian besar
dari isinya menyangkut apa yang tidak boleh dilakukan. Hal tersebut biasa
disebut moralitas larangan. Hal yang terburuknya adalah mengatakan,
kekuatan dari pemikiran negatif. Seorang filsuf John Moline mengacu pada
pentingnya sikap moralitas larangan tersebut: Mereka meminta kita
melaksanakan kewajiban tentunya. Seperti Thou shalt not murder
sebenarnya memiliki makna serupa dengan, love your neighbour yang
lebih berbentuk positif.
Sebuah daftar nilai moral tidak boleh, sebenarnya belum cukup.
Sebuah etika bertanggungjawab memberikan makna nilai moral yang
seharusnya. Ketika penghormatan mengatakan jangan menyakiti,
sesungguhnya tanggung jawab mengatakan berilah pertolongan. Maka
74 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

benar adanya ketika mengatakan love your neighbour dan think others
(pedulilah dengan orang lain) bersifat lebih terbuka;
pernyataanpernyataan tersebut tidak meminta kita untuk menghitung
seberapa banyak pengorbanan yang harus kita lakukan untuk keluarga,
untuk bersikap dermawan, untuk bekerja bagi masyarakat, atau untuk
selalu ada bagi mereka yang membutuhkan. Akan tetapi, sebuah tanggung
jawab moral tidak secara langsung meminta kita untuk mengorbankan
sesuatu. Di luar hal-hal yang membebani tersebut, tanggung jawab lebih
bersifat meminta kita untuk mencoba, melalui cara apa pun yang kita dapat,
dari sekedar tahu sampai dengan mendukung satu sama lain, meringankan
beban sesama, dan membuat dunia ini sebagai tempat yang lebih baik bagi
semua orang.
Hal lain apalagi yang dimaksud dengan tanggung jawab? Yaitu sikap
saling membutuhkan, tidak mengabaikan orang lain yang sedang dalam
keadaan sulit. Kita menolong orang-orang dengan memegang komitmen
yang telah kita buat, dan apabila kita tidak menolong mereka, artinya kita
membuat sebuah kesulitan baru bagi mereka. Saya sedang merasa risau,
ujar seorang pembimbing sebuah band sekolah, dengan melihat berbagai
kecenderungan, saya melihat anak-anak mulai berpikir bahwa mereka
dapat saja berhenti kapan pun mereka mau. Tanggung jawab berarti
melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah,
maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang
terbaik. Beberapa tahun belakangan ini, ditemukan bahwa indeks tanggung
jawab para pekerja akan pekerjaannya menurun, sedangkan jumlah mereka
yang menyalahgunakan narkoba di lokasi bekerja meningkat bahkan
dilakukan oleh mereka yang bekerja di rumah sakit, di pabrik pembuatan
mobil, di dalam kereta api (ketika mengendarai), dan tempat perbaikan
reaktor nuklir.
Pada akhirnya, sikap tanggung jawab ditekankan pada mengutamakan
hal-hal yang hari ini dianggap penting sebagai suatu perbaikan di masa yang
akan datang dengan didasari hak-hak. Beberapa tahun silam, seorang
penulis essay Inggris bernama Christopher Derric menulis, ketika orang-
orang berpikir tentang moralitas, mereka umumnya mempertanyakan hal
ini: Apakah semua kewajiban saya sudah terpenuhi?Jika sebagian
jawabannya negatif, berarti mereka sedang menghindari keterpurukan
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 75

hidup mereka; dan mereka harus berjuang untuk melakukan yang lebih
baik.
Namun saat ini, ketika orang-orang dihadapkan dengan urusan
moralitas, mereka cenderung bertanya dengan pertanyaan seperti ini:
Apakah semua hak saya sudah terpenuhi? dan ketika sebagian jawabannya
berbentuk negatif, (dan tentunya hidup itu tidak ada yang sempurna)
berarti mereka sedang menghindari situasi terpuruk yang dialami orang
lain, baik secara individual, maupun bermasyarakat. Dan hal itu merupakan
bibit-bibit dari konflik dan kekerasan, demikian yang Derrick lihat sebagai
suatu prinsip yang mulai menjalar.
Jelaslah, bahwa hak-hak merupakan suatu bagian tambahan dalam
konteks moralitas. Akan tetapi, salah satu tantangan moral yang kita hadapi
saat ini adalah bagaimana menyeimbangkan hak dan kewajiban dan
bagaimana membentuk para pemuda untuk memiliki kepekaan yang baik
terhadap kedua hal tersebut.

NILAI-NILAI MORAL YANG SEBAIKNYA DIAJARKAN DI


SEKOLAH

Sikap hormat dan bertanggungjawab adalah dua nilai moral dasar yang
harus diajarkan di sekolah. Apakah ada yang lainnya?
Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah
kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong,
peduli sesama, kerjasama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai
khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan atau tanggung
jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan
bertanggungjawab.
Kejujuran adalah salah satu bentuk nilai. Dalam hubungannya dengan
manusia, tidak menipu, berbuat curang, atau mencuri merupakan salah satu
cara dalam menghormati orang lain. Sikap adil mengharuskan kita untuk
memperlakukan orang-orang dengan sama dan tidak membedabedakan.
Toleransi, juga merupakan bentuk refleksi dari sikap hormat. Meskipun
toleransi dapat berbaur menjadi sebuah relativisme netral untuk
menghindari berbagai prasangka yang menyangkut etika, toleransi pada
akhirnya adalah tanda dari salah satu arti kehidupan yang beradab.
76 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Toleransi merupakan sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan


bagi mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda.
Toleransi adalah sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai bentuk
perbedaan.
Nilai lain yang dapat menjadikan kita menghormati diri sendiri adalah
kebijaksanaan. Sebagai contoh, ketika kita menjauhi diri kita dari hal-hal
yang dapat membahayakan diri baik secara fisik maupun moral (sejalan
dengan gagasan klasik, menghindari hal-hal yang menimbulkan dosa).
Disiplin diri membentuk diri kita untuk tidak mengikuti keinginan hati yang
mengarah pada perendahan nilai diri atau perusakan diri, tetapi untuk
mengejar apa-apa yang baik bagi diri kita, dan untuk mengejar keinginan
sehat/positif dalam kadar yang sesuai. Disiplin diri juga membentuk diri kita
untuk tidak mudah puas terhadap apa yang telah diraih, dengan cara
mengembangkan kemampuan, bekerja dengan manajemen waktu yang
bertujuan, dan menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan. Semua
itu merupakan bentuk dari sikap hormat.
Hal yang serupa juga dimiliki oleh nilai-nilai yang lain seperti
tolongmenolong, sikap peduli sesama, dan kerjasama yang membantu kita
dalam menyelesaikan tangung jawab terhadap etika yang berlaku secara
luas. Jiwa tolong-menolong memberikan bimbingan untuk berbuat kebaikan
dengan hati. Sikap peduli sesama (dengan arti berkorban untuk)
membantu kita untuk tidak hanya mengetahui apa yang menjadi tanggung
jawab kita, tetapi juga merasakannya. Sikap saling bekerjasama mengenal
bahwa tidak ada yang mampu hidup sendiri di sebuah pulau (tempat
kehidupan) dan demikianlah dalam dunia yang semakin sering
membutuhkan, kita harus bekerja secara bersama-sama dalam meraih
tujuan yang pada dasarnya sama dengan upaya pertahanan diri. Beberapa
bentuk lain seperti kemauan untuk memiliki sikap moral, merupakan suatu
perangkat bagi rasa hormat dan tanggung jawab. Sikap berani akan
membantu para pemuda untuk menghormati diri mereka sendiri agar dapat
bertahan dalam berbagai tekanan teman-teman sebaya untuk melakukan
sesuatu yang membahayakan keselamatan hidup mereka. Sikap berani juga
membentuk kita semua untuk menghormati hak-hak orang lain ketika kita
menghadapi sebuah tekanan yang memaksa kita untuk bergabung dalam
sikap yang mengarah pada ketidakadilan. Keberanian juga membentuk diri
kita untuk bertindak tegas dan positif terhadap orang lain.
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 77

Bagaimana dengan nilai-nilai demokrasi? Sangatlah mudah untuk


melihat bagaimana nilai-nilai tersebut membentuk sebuah masyarakat
berdasarkan pada rasa hormat dan tanggung jawab. Aturan hukum,
kesetaraan dalam memperoleh kesempatan makna dari sebuah proses,
argumen yang beralasan, adanya perwakilan pemerintahan, check and
balance, pengambilan keputusan yang demokratis, semua hal tersebut
merupakan nilai-nilai prosedural yang diambil secara bersama-sama dan
kemudian menjadi definisi dari demokrasi.
Demokrasi, pada gilirannya merupakan cara yang diketahui terbaik
dalam menjamin keamanan dari hak asasi masing-masing individu (untuk
memiliki rasa hormat) dan juga mengangkat makna dari kesejahteraan
umum (bersikap baik dan bertanggungjawab kepada semua orang).
Mendidik sebuah pemahaman dan penghargaan terhadap nilai-nilai
demokrasi tersebut dan bagaimana mereka membangun realitas melalui
hukum-hukum yang berlaku merupakan bagian utama dari perubahan
moral yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai tersebut juga membantu kita untuk
mendefinisikan makna patriotisme yang seharusnya diajarkan di sekolah.
Dalam sebuah demokrasi, patriotisme bukanlah berarti, Inilah negeriku,
dengan segala yang benar dan yang salah; Dengan demikian, loyalitas
berada pada nilai-nilai demokratis, dimana negeri ini pun dibangun atas hal
tersebut.

MENGEMBANGKAN SEJUMLAH NILAI YANG MENJADI TARGET


PENGAJARAN

Mengembangkan Sejumlah Nilai yang Menjadi Target Pengajaran


Sekolah sebaiknya memulai pengajaran nilai mengenai rasa hormat dan
tanggung jawab yang saya rasa dapat menjadi langkah awal yang membantu
dan menutupnya dengan pemahaman akan sebagian atau bahkan seluruh
nilai-nilai tersebut. Selain itu, pengaplikasian proses, melalui penyusunan
tahapan pengajaran nilai masih menjadi hal yang penting juga (lihat bab 20
sebagai contoh bagaimana sekolah memiliki berbagai cara untuk
melaksanakan program tersebut). Proses tersebut merupakan sebuah
kesempatan untuk membawa atau setidaknya untuk survey input seluruh
guru, staf administrasi, staf sekolah bidang lain, orangtua, siswa, dan
perwakilan masyarakat untuk mendapat dukungan dalam skala besar.
78 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Lebih jauhnya, sejumlah sekolah/wilayah yang ikut terlibat dalam program


ini lebih cenderung untuk menjadikan program yang dimaksud sebagai
program khusus dan menjadi prioritas daerah.
Cara dalam mencari tahu titik-titik kelemahan moral kita bersifat
instruktif bila harus dihadapkan pada beragamnya masyarakat, khususnya
negara yang penduduknya memiliki masyarakat yang berbeda dengan yang
kita miliki. Sebagai contoh, ketika menteri pendidikan mengidentifikasi dua
puluh nilai untuk diajarkan di sekolah di Ontario, Kanada, daftar dari nilai-
nilai tersebut termasuk pula kontrol diri, kesabaran, dan perdamaian. Tiga
nilai yang dirasa tidak akan muncul pada daftar nilai di AS, tetapi jelaslah
penting untuk kebaikan kehidupan baik secara individu maupun
masyarakat.
Mendapat kesepahaman tentang nilai-nilai yang diajarkan tentunya
tidak akan menjamin bahwa orang-orang akan sepaham menangani
bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai tersebut di dalam setiap
kesempatan. Itu adalah hal yang paling utama dalam pendidikan nilai,
khususnya ketika terjadi konflik yang disebabkan oleh perbedaan
pandangan moral atau adanya sebuah kecenderungan dari pihak lain.
Sebagai contoh, ukuran bagaimana yang seharusnya diberikan pada rasa
hormat terhadap kehidupan dan kebebasan memilih dalam perdebatan
mengenai isu aborsi? Apa makna patriotisme pada masa peperangan?
Namun, ketidaksepahaman dalam tahap aplikasi atau pelaksanaan
janganlah mengaburkan makna dari nilai-nilai sendiri (contoh:
penghormatan terhadap hidup, kebebasan dan tanggung jawab sebagai
warga negara) atau menghilangkan bukti-bukti bahwa sebenarnya
kebanyakan waktu yang kita gunakan adalah untuk menerjemahkan makna
nilai moral yang telah kita tahu ke dalam kehidupan sosial. Banyak hal
tertulis yang mewakili berbagai cara yang telah disepakati bersamasama
untuk dijadikan nilai dan dilaksanakan, sebagai contoh, adanya hukum-
hukum yang berlaku bagi warga negara kita dan adanya bentukbentuk
pernyataan mengenai hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dan
ketika hal-hal tersebut dikaitkan kembali dengan nilai-nilai moral, kita
semua ingin agar generasi-generasi penerus kita memilikinya sebagai
bagian dari hidup mereka, dan demikianlah pada dasarnya kita setuju
dengan hal-hal tersebut. Kita tidak ingin anak-anak kita berbohong,
menyontek dalam ujian, atau mengambil apa yang bukan menjadi miliknya,
Nilai-Nilai Seperti Apakah Yang Seharusnya Diajarkan Di Sekolah? | 79

memanggil seseorang dengan panggilan yang tidak baik, saling memukul,


atau bersikap kasar terhadap binatang; tetapi kita ingin agar mereka
berbicara jujur, berlaku adil, sopan, menghormati para orangtua dan guru
mereka, menyelesaikan pekerjaan rumah mereka, dan bersikap baik satu
sama lain.
Singkatnya, walaupun kita berada dalam sebuah lingkungan dimana
masyarakatnya memiliki makna nilai yang bertentangan, kepedulian,
tanggung jawab, dan manifestasi kehidupan kitalah yang sebenarnya
menjadi dasar dari kehidupan moral kita. Mengenal pemikiran dasar yang
secara umum dapat diterima oleh seluruh masyarakat adalah langkah awal
yang paling utama dalam memberikan pendidikan tentang nilai di sekolah.
BAB4

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KARAKTER


YANG BAIK?

Karakter pribadi yang kuat harus memanifestasikan dirinya dalam pelayanan


bagi organisasi dan komunitas atau masyarakat dan dalam dorongan bagi
kehidupan publik. Krisis moral pada masa kita ini memiliki arti bahwa semakin
banyak orang yang kekurangan penguasaan diri yang membaskan (liberating
self-mastery) yang memperkenankan mereka untuk berkomitmen dan
memberikan pelayanan dengan suatu independensi dan integritas yang cocok
sebagai seorang yang bebas.

Walter Niggorski, The Moral


Crisis

Karakter adalah takdir

Heraclitus

asa hormat dan tanggung jawab dan seluruh nilai lainnya yang berasal
Rdari kedua nilai ini memberikan muatan moral yang dapat dan harus
diajarkan oleh sekolah dalam suatu demokrasi. Namun sekolah memerlukan
lebih dari sekedar daftar nilai. Sekolah memerlukan suatu konsep karakter
dan komitmen untuk mengembangkan konsep tersebut dalam diri para
siswanya.
Salah satu dari pengembangan etika yang paling signifikan selama dua
dekade lampau adalah pendalaman perhatian kepada karakter.2 Kami
menemukan kembali hubungan antara karakter privat dan kehidupan
publik. Kami mendapati bahwa permasalahan moral masyarakat kita, tidak
dalam skala kecil, mencerminkan perwakilan pribadi kita. Diskusi ilmiah,
analisis media, dan pembicaraan sehari-hari kesemuanya telah fokus
kepada karakter para pemimpin kita yang terpilih, para warga negara kita,
dan anak-anak kita.
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 81

Penulis bertemu dengan perhatian ini ke manapun penulis pergi.


Barubaru ini penulis diminta untuk berbicara kepada para orang tua siswa
di

75
suatu komunitas yang kaya di daerah Northeast. Salah satu dari ibu para
siswa itu menemui saya di bandara. Ibu ini berkata, Saya mengkhawatirkan
dampak kekayaan materi yang mengelilingi anak saya. Akankah mereka
menilainya di atas segala-galanya? Putri dari keluarga di mana saya
menginap malam itu menceritakan tentang teman sekelasnya di kelas
delapan yang orang tuanya memberi $100 untuk setiap nilai A dan $75
untuk setiap nilai B dalam kartu laporannya. Apabila temannya ini
memperoleh nilai C atau lebih rendah, maka uangnya akan diambil kembali
oleh orang tuanya. Para orang tua lainnya di komunitas ini telah
menawarkan uang sebesar $10,000 apabila mereka tidak merokok sebelum
lulus. (Ketika anak-anak melanggar perjanjian ini, sebagaimana yang sering
mereka lakukan, para orang tua merasa kehilangan kekuasaannya.)
Kebijaksanaan tradisional dan pelajaran sejarah mengajarkan kepada
kita bahwa orang kaya cenderung bersifat korup. Namun sekarang,
sebagaimana yang diamati oleh penulis pendidikan James Stenson, sebagian
besar dari kita itu dianggap kaya ketika diukur berdasarkan standar di masa
lalu. Kita menikmati suatu tingkatan kemakmuran kelimpahan makanan,
minuman, hiburan, pakaian, kenyamanan, dan sebagainya yang belum
pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan manusia. Namun, sebagaimana
yang ditunjukkan oleh Stenson, anak-anak tidak merasa lebih bahagia.
Sebaliknya, sebagai orang dewasa yang masih muda, mereka seringkali
merasa dipenuhi dengan perasaan skeptis, putus asa, terpusat pada diri
sendiri, dan kesepian.3 Sangat banyak di antara mereka yang rentan dan
tidak disiplin, mudah menyerah ketika harus bekerja keras dan mudah
tergoda dengan seks, obat-obatan, minuman, konsumsi materi, dan
penyerapan media elektronik. Anak-anak ini mengalami kekurangan
karakter yang kuat.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KARAKTER?


82 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Karakter yang baik merupakan hal yang kita inginkan bagi anak-anak
kita. Terdiri dari apa sajakah karakter yang baik itu?
Seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles mendefinisikan karakter
yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan yang benar
tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. 4
Aristoteles mengingatkan kepada kita tentang apa yang cenderung kita
lupakan di masa sekarang ini: Kehidupan yang berbudi luhur termasuk
kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri (seperti kontrol diri dan
moderasi) sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal
lainnya (seperti kemurahan hati dan belas kasihan), dan kedua jenis
kebaikan ini berhubungan. Kita perlu untuk mengendalikan diri kita sendiri
keinginan kita, hasrat kita untuk melakukan hal yang baik bagi orang lain.
Karakter, menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama
Michael Novak, merupakan campuran kompatibel dari seluruh kebaikan
yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan
kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.5 Sebagaimana yang
ditunjukkan Novak, tidak ada seorang pun yang memiliki semua kebaikan
itu, dan setiap orang memiliki beberapa kelemahan. Orang-orang dengan
karakter yang sering dipuja bisa jadi sangat berbeda antara satu dengan
lainnya.
Berdasarkan pada pemahaman klasik ini, penulis bermaksud untuk
memberikan suatu cara berpikir tentang karakter yang tepat bagi
pendidikan nilai: Karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan.
Kita berproses dalam karakter kita seiring suatu nilai menjadi suatu
kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi
situasi dengan cara yang menurut moral itu baik.
Karakter yang terasa demikian memiliki tiga bagian yang saling
berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal
yang baik, dan melakukan hal yang baik kebiasaan dalam cara berpikir,
kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini
diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral; ketiganya ini
membentuk kedewasaan moral. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter
yang kita inginkan bagi anak-anak kita, sudah jelas bahwa kita
menginginkan anak-anak kita untuk mampu menilai apa yang benar, sangat
peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 83

yakini itu benar meskipun berhadapan dengan godaan dari dalam dan
tekanan dari luar.
CONTOH KARAKTER YANG BAIK

Kita tidak bermasalah dalam hal mengenali karakter yang baik ketika
kita melihatnya. Guna menggambarkan bagaimana karakter melibatkan
pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral, perkenankan
penulis berbagi sebuah kisah yang disampaikan oleh ayah tentang anaknya
yang berusia 19 tahun.
Andy ialah seorang anak yang pintar dengan talenta khusus di bidang
musik, namun dia harus melewati masa yang sulit. Dia tidak tahu apa yang
dia ingin lakukan dengan kehidupannya, atau apa yang harus dilakukan
hingga dia mengambil keputusan. Tanpa suatu arahan, dia tidak termotivasi
untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah atas (college), dan
dia tidak menyukai pekerjaan aneh yang telah diambilnya. Dia tinggal
dengan kedua orang tuanya, namun ketidakbahagiannya seringkali
membuat hubungan dengan kedua orang tuanya menjadi tegang.
Kemudian Andy mendapat pekerjaan yang memanfaatkan keahlian
bermusiknya dan keahlian khusus ada pada organ. Dia bekerja sebagai
asisten seorang pria di akhir usia 20 tahunnya sebagai tenaga yang menyetel
organ dan piano di kota besar. Orang ini memiliki bisnis yang sangat baik
dalam organ, semenjak banyak gereja di kota itu yang membutuhkan
jasanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Andy memperoleh
penghasilan yang baik dari pekerjaan yang dia nikmati.
Namun demikian, sekitar tiga minggu kemudian Andy menemui
ayahnya dan mengatakan bahwa ada satu hal yang sangat mengganggunya.
Andy mendapati bosnya melakukan bisnis yang curang. Dia merampok
gereja-gereja ini, jelas Andy. Dia mengatakan bahwa gereja-gereja tersebut
harus menyetel organnya empat kali dalam setahun, yang tentu saja tidak
benar. Aku telah mengawasinya dia akan datang dan memainkan organ
yang ada selama setengah jam dan berbuat seolah-olah seperti dia sedang
menyetelnya, namun sebenarnya dia tidak melakukan apapun. Aku pikir aku
tidak dapat bekerja padanya lagi.
Beberapa hari kemudian, Andy berhenti dari pekerjaan itu dan pergi ke
seorang pendeta di salah satu gereja guna menyarankan beliau untuk
84 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mencari tenaga penyetel lainnya. Ayah Andy, ketika menceritakan kisah ini,
mengatakan:Dia berhenti dari pekerjaan dengan penghasilan yang bagus,
namun dengan alasan yang bagus. Saya mengatakan padanya kalau saya
bangga atas apa yang telah dia lakukan.
Keputusan Andy sudah jelas melibatkan tiga bagian karakter:
pengetahuan moral (menilai perilaku bosnya sebagai perilaku yang salah);
perasaan moral (merasa marah atas biaya yang dibayarkan gereja untuk
layanan palsu, dan merasa terganggu ketika menjadi bagian dari bisnis yang
tidak jujur); dan tindakan moral (berhenti dari pekerjaannya dan
memberitahu paling tidak salah satu gereja tentang masalah yang ada).
Dalam hal ini, penilaian moral dapat meningkatkan perasaan yang kuat, dan
penilaian maupun perasaan tersebut memotivasi tindakan moral.
Diagram berikut ini mengidentifikasi kualitas moral tertentu ciri-ciri
karakter yang membentuk pengetahuan moral, perasaan moral, dan
tindakan moral. Penulis yakin bahwa ciri-ciri ini merupakan kualitas
spesifik yang harus kita coba untuk membantu anak-anak kita berkembang,
demi kepentingan mereka sendiri dan demi kepentingan masyarakat.
Anak panah yang menghubungkan masing-masing domain karakter dan
kedua domain karakter lainnya dimaksudkan untuk menekankan sifat
saling berhubungan masing-masing domain tersebut. Pengetahuan moral,
perasaan moral, dan tindakan moral tidak berfungsi sebagai bagian yang
terpisah namun saling melakukan penetrasi dan saling memengaruhi satu
sama lain dalam cara apapun.
Penilaian moral dapat meningkatkan perasaan moral, namun emosi
moral dapat memengaruhi pemikiran. Dalam bukunya yang memberi
pencerahan, In Good Conscience: Reason and Emotion in Moral Decision
Making, psikolog Mercy College Sidney Callahan menunjukkan bahwa
banyak dari pemikiran moral kreatif kita muncul dari pengalaman yang
sarat emosi. Revolusi moral yang penting telah diawali dengan empati yang
dirasakan bagi kelompok yang sebelumnya tidak dianggap (budak, wanita,
pekerja, anak-anak, orang-orang berkebutuhan khusus, dan lain-lain).
Penilaian moral dan perasaan moral sudah jelas cukup memengaruhi
perilaku moral kita, utamanya ketika kita bekerja sama. Namun di sini, juga,
pengaruh tersebut bersifat resiprokal: Bagaimana kita berperilaku juga
memengaruhi bagaimana kita berpikir dan merasa (misalnya: ketika kita
mengampuni dan bertingkah laku baik terhadap seseorang yang kita
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 85

marahi, kita biasanya mendapati bahwa pemikiran dan perasaan kita yang
berhubungan dengan orang tersebut menjadi lebih positif).
Sekarang, mari kita lihat masing-masing domain karakter dan
komponen penyusunnya. Ingat bahwa dalam kehidupan moral yang dijalani,
komponen karakter yang bervariasi ini tipikalnya bekerja sama
secara kompleks dan bersamaan yang bahkan mungkin tidak kita sadari.

KOMPONEN KARAKTER YANG BAIK

PENGETAHUAN MORAL
PERASAAN MORAL
1. Kesadaran moral
1. Hati nurani
2. Pengetahuan nilai
2. Harga diri
moral
3. Empati
3. Penentuan perspektif
4. Mencintai hal yang
4. Pemikiran moral
baik
5. Pengambilan
5. Kendali diri
keputusan
6. Kerendahan hati
6. Pengetahuan pribadi

TINDAKAN MORAL
1. Kompetensi
2. Keinginan
3. Kebiasaan

PENGETAHUAN MORAL

Terdapat banyak jenis pengetahuan moral berbeda yang perlu kita


ambil seiring kita berhubungan dengan perubahan moral kehidupan.
86 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Keenam aspek berikut ini merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan
pendidikan karakteryang diinginkan.

1. Kesadaran moral. Kegagalan moral yang lazim di seluruh usia adalah


kebutaan moral; kita semata-mata tidak melihat bahwa situasi yang kita
hadapi melibatkan permasalahan moral dan memerlukan penilaian moral.
Orang muda khususnya cenderung mengalami kegagalan ini bertindak
tanpa bertanya, Apakah ini benar?
Bahkan apabila pertanyaan umum, Apa yang benar? benar-benar
muncul di benak seseorang, orang yang bersangkutan bisa jadi benarbenar
gagal untuk melihat isu moral yang spesifik dalam sebuah situasi. Seorang
ayah memberikan ilustrasi yag melibatkan putranya yang berusia 15 tahun
berikut ini.
John, seorang anak yang cerdas dan biasanya dapat dipercaya,
bergabung dengan empat orang teman kelasnya dalam suatu tamasya
makan malam selama perjalanan French Club ke Quebec yang
diselenggarakan sekolahnya. Karena para siswa ini memiliki reputasi dalam
hal tanggung jawab, guru mereka memberi izin khusus bagi mereka untuk
bepergian sendiri. Dengan makan malam mereka, para siswa ini memesan
sebotol anggur. Dengan demikian, apa yang mereka lakukan telah
melanggar kebijakan sekolah yang berbunyi Tidak ada minuman
beralkohol selama perjalanan sekolah, yang sangat dipahami oleh semua
siswa. Ketika guru yang bersangkutan kemudian mengetahui pelanggaran
tersebut, ia merasa dikhianati secara personal oleh perilaku para siswa
tersebut. Ketika para siswa ini kembali ke sekolah, kepala sekolah
memberikan hukuman lima hari-di sekolah.
Ketika ayahnya mengetahui apa yang telah dia lakukan, beliau cukup
marah dan meminta penjelasan dari John. John berkata, Jujur aku melihat
tidak ada yang salah dengan perbuatanku Aku tahu kita tidak akan mabuk.
Ayahnya membantu John untuk melihat apa yang dia dan temantemannya
lakukan itu salah atas beberapa alasan: Perbuatan mereka melanggar
kepercayaan personal guru mereka; perbuatan mereka itu melanggar
kebijakan menenggak minuman beralkohol yang ditentukan sekolah, yang
para siswa pahami dan yang pada hakekatnya disetujui pada acara tamasya
tersebut; dan perbuatan mereka itu membahayakan acara tamasya sekolah
di masa mendatang, yang diketahui sudah berada dalam bahaya
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 87

dikarenakan oleh permasalahan sebelumnya sehubungan dengan kebiasaan


siswa menenggak minuman keras.
Saya terkejut, kata sang ayah, bahwa John tidak melihat dampak
tersebut ketika dia dan teman-temannya mengambil keputusan untuk
memesan anggur.
Para orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung jawab moral
mereka yang pertama adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat
suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan kemudian untuk
memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah
tindakan yang benar.
Aspek kedua dari kesadaran moral adalah memahami informasi dari
permasalahan yang bersangkutan. Sangat sering, di dalam membuat
penilaian moral, kita tidak dapat memutuskan apa yang benar sampai kita
tahu apa yang benar. Apabila kita tidak memiliki gagasan yang paling jelas
mengenai apa yang terjadi di tingkat internasional, maka tentu saja kita
tidak mampu untuk membuat penilaian moral yang kokoh tentang
kebijakan luar negeri negara kita. Apabila kita tidak sadar bahwa terdapat
kemiskinan di tengah-tengah masyarakat kita atau terdapat penyiksaan di
sekian banyak negara atau terdapat kelaparan di sebagian besar belahan
dunia, maka kita tidak mampu mendukung kebijakan atau kelompok sosial
yang membantu mengurangi permasalahan semacam itu.
Warga negara yang bertanggung jawab mengharuskan usaha ini untuk
diberitahukan. Pendidikan nilai dapat mengajarkan pelajaran tersebut
dengan melibatkan para siswa dalam kerja keras untuk mencoba
menentukan fakta yang bersangkutan sebelum mengambil suatu penilaian
moral.
2. Mengetahui nilai moral. Nilai-nilai moral seperti menghargai
kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain,
kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas,
kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan mendefinisikan
seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik. Ketika digabung, seluruh
nilai ini menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Literasi etika memerlukan pengetahuan akan nilainilai
ini.
88 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Mengetahui sebuah nilai juga berarti memahami bagaimana caranya


menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.
Apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab ketika Anda melihat
seseorang yang menodai properti sekolah atau mengambil sesuatu yang
bukan miliknya? Apa yang dikatakan rasa hormat ketika seseorang
menyebarkan informasi yang merusak reputasi orang lain? Ketika para
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, menyampaikan melalui kuesioner
bahwa tidak masalah bagi seorang pria untuk memaksakan hubungan seks
kepada seorang wanita apabila pria tersebut membelikannya banyak hal,
hal ini seharusnya menyampaikan kepada kita bahwa sebagian besar
pekerjaan pendidikan moral adalah penerjemahan membantu para
orang muda menerjemahkan nilai-nilai abstrak dari rasa hormat dan
tanggung jawab ke dalam hubungan personal mereka.
3. Penentuan perspektif. Penentuan perspektif merupakan
kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi
sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir,
bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan prasyarat
bagi penilaian moral: Kita tidak dapat menghormati orang lain dengan
sangat baik dan bertindak dengan adil terhadap kebutuhan mereka apabila
kita tidak memahami orang yang bersangkutan. Satu sasaran fundamental
pendidikan moral haruslah membantu siswa mengalami dunia dari sudut
pandang orang lain, terutama sudut pandang orang-orang yang berbeda dari
diri mereka sendiri.
4. Pemikiran moral. Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa
yang dimaksud dengan moral dan mengapa harus aspek moral. Mengapa
penting bagi kita untuk menepati janji? Lakukan pekerjaan terbaik saya?
Membagikan apa yang saya miliki dengan orang lain? Pemikiran moral telah
menjadi focus dari sebagian besar riset psikologis abad ini pada
pengembangan moral, yang diawali dengan buku karangan Jean Piaget The
Moral Judgment of The Child terbitan tahun 1932 dan berlanjut dengan riset
Lawrence Kohlberg, Carol Gilligan, William Damon, Nancy Eisenberg, James
Rest, Mary Brabeck, dan para peneliti lainnya.8
Seiring anak-anak mengembangkan pemikiran moral mereka dan riset
yang ada menyatakan kepada kita bahwa pertumbuhan bersifat gradual9
mereka mempelajari apa yang dianggap sebagai pemikiran moral yang baik
dan apa yang tidak dianggap sebagai pemikiran moral yang baik karena
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 89

melakukan suatu hal. Di tingkat yang lebih tinggi, pemikiran moral juga
mengikutsertakan pemahaman atas prinsip moral klasik: Hormatilah hak
hakiki intrinsik setiap individu; Bertindaklah untuk mencapai kebaikan
yang terbaik demi jumlah yang paling besar; dan Bertindaklah seolah-olah
Anda akan membuat semua orang lain akan melakukan hal yang sama di
bawah situasi yang serupa. Prinsip-prinsip seperti itu memandu tindakan
moral dalam berbagai macam situasi yang berbeda.
5. Pengambilan keputusan. Ketika diminta untuk menuliskan dilema
kehidupan yang nyata yang dialaminya, seorang anak berusia 13 tahun
menuliskan hal berikut ini:

Ada satu anak di sekolah yang tidak begitu pintar seperti anak-anak lainnya
tapi hanya dalam beberapa kelas reguler saja. Anak ini pernah menjadi
temanku ketika aku berusia lebih muda, namun kemudian dia mulai melambat.
Sekarang beberapa temanku menjadikan anak ini sebagai bahan ejek, namun
aku tidak mengatakan apapun pada mereka.

Tidak merasa tenang dengan kenakalan teman-teman sebayanya pada


mantan temannya ini, remaja ini perlu mengambil suatu keputusan moral.
Dia dapat melakukan melalui pertimbangan yang ada dengan bertanya:
Apakah opsi saya? Konsekuensi apakah yang paling mungkin terjadi sebagai
akibat arah tindakan berbeda bagi orang-orang yang akan terpengaruh oleh
keputusan saya? Arah tindakan apakah yang paling mungkin
memaksimalkan konsekuensi yang baik dan yang paling setia terhadap
nilai-nilai penting yang dipertaruhkan?
Mampu memikirka cara seseorang bertindak melalui permasalahan
moral dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan
reflektif. Pendekatan apakah-pilihan-saya, apakah-konsekuensi-yang-ada
terhadap pengambilan keputusan moral telah diajarkan bahkan kepada
anak-anak pra-usia sekolah.
6. Pengetahuan-pribadi. Mengetahui diri sendiri merupakan jenis
pengetahuan moral yang paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu
bagi pengembangan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan
keahlian untuk mengulas kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku
kita tersebut secara kritis.
Mengembangkan pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal
menjadi sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan
90 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

bagaimana caranya mengkompensasi kelemahan kita, di antara karakter


tersebut, kecenderungan manusia yang hampir universal di dalam
melakukan apa yang kita inginkan dan kemudian membenarkannya setelah
melihat fakta yang ada. Beberapa orang guru mencoba membantu para
siswa mengembangkan pengetahuan pribadi ini dengan meminta mereka
mencatat jurnal etika yang mencatat peristiwa-peristiwa moral dalam
kehidupan mereka, bagaimana mereka menanggapinya, dan apakah
tanggapan mereka bertanggung jawab secara etis sebagaimana yang
seharusnya.
Kesadaran moral, mengetahui nilai moral, penentuan perspektif,
pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi
kesemuanya ini merupakan kualitas pemikiran yang membentuk
pengetahuan moral. Kesemuanya ini membentuk kontribusi yang penting
bagi sisi kognitif karakter kita.

PERASAAN MORAL

Sisi emosional karakter telah amat diabaikan dalam pembahasan


pendidikan moral, namun sisi ini sangatlah penting. Hanya mengetahui apa
yang benar bukan merupakan jaminan di dalam hal melakukan tindakan
yang baik. Masyarakat bisa jadi sangat pintar tentang perihal benar dan
salah dan masih memilih yang salah.
John Dean, setelah dihukum penjara atas peranannya dalam skandal
Watergate, diberi pertanyaan oleh seorang pewawancara: Apakah Anda
berpikir bahwa outcome dari karier Anda mungkin akan berbeda karena
sekolah hukum fokus kepada tingkatan yang lebih besar dalam pertanyaan
mengenai tanggung jawab pertanyaan? Dean menjawab:

Tidak, saya tidak berpikir demikian. Saya harus mengatakan bahwa saya
mengetahui apa yang saya lakukan adalah salah; seseorang mengetahui
perbedaan antara baik dan salah jauh sebelum memasuki sekolah hukum.
Suatu arahan dalam etika legal tidak akan mengubah apapun.

Beberapa tahun lalu, The New York Times mengangkat cerita yang
memberikan contoh lain dari perbedaan antara mengetahui apa yang baik
dan melakukannya. Menurut laporan Times, Random House telah
mengumumkan bahwa perusahaan tersebut tidak akan meneruskan
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 91

rencana untuk mempublikasikan sebuah buku yang berjudul Telling Right


from Wrong, yang berhubungan dengan filosofi moral yang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kejadian ini merupakan hal yang sangat
disesali, menurut editor Random House, karena buku tersebut sungguh
brilian dalam perlakuan etikanya dan merupakan hasil karya yang sangat
baik.
Alasan untuk menghentikan publikasi buku tersebut adalah: Pengarang
buku yang sarat dengan wawasan tentang etika ini telah mengirimkan
sebuah surat kepada Random House yang sangat memuji bukunya dan buku
ini pura-pura ditulis oleh Profesor Robert Nozick, ketua Departemen Filosofi
Universitas Harvard. Sesungguhnya, surat yang bersifat pujian tersebut
telah ditulis oleh pengarang buku itu sendiri. Ketika penipuan pengarag
buku ini mulai ketahuan, beliau tidak mengajukan permintaan maaf;
malahan, beliau menyatakan bahwa surat tipuannya tersebut merupakan
sportifitas yang sarat dengan semangat.
Seberapa jauh kita peduli tentang bersikap jujur, adil, dan pantas
terhadap orang lain sudah jelas memengaruhi apakah pengetahuan moral
kita mengarah pada perilaku moral. Sisi emosional karakter ini, seperti sisi
intelektualnya, terbuka terhadap pengembangan oleh keluarga dan sekolah.
Aspek-aspek berikut kehidupan emosional moral menjamin perhatian kita
sebagaimana kita mencoba mendidik karakter yang baik.

1. Hati nurani. Hati nurani memiliki empat sisi: sisi kognitif


mengetahui apa yang benar dan sisi emosional merasa berkewajiban
untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar namun
merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
Saya bersama dengan tiga orang teman baru-baru ini menyelesaikan
studi tentang mencontek di sekolah kami yang memberikan pemahaman
pada aspek kognitif dan emosional hati nurani. Kami memberikan beberapa
halaman Kuesioner tentang Sikap dan Perilaku Akademik kepada sampel
acak sejumlah lebih dari 300 orang siswa program sarjana dan pascasarjana
dari semua jurusan di kampus kami. Kuesioner ini menanyakan, Apakah
Anda menganggap perilaku berikut ini salah? dan mendaftar tujuh perilaku,
seperti menggunakan catatan kecil sewaktu ujian, menyalin tugas siswa lain,
mengumpulkan laporan atau makalah siswa lain sebagai miliknya sendiri,
92 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dan menyalin kata per kata dari sebuah buku tanpa mencantumkan
pengarangnya. Para siswa dapat menjawab, Ya, Tidak, atau Tergantung.
Yang mengejutkan kami adalah bahwa kami mendapatkan jawaban
Tergantung dalam jumlah yang relatif sedikit (di bawah 10 persen dari
jawaban yang ada). Malahan, sebagian besar siswa berbagai macam perilaku
ketidakjujuran akademik sebagai hal yang salah. Untuk beberapa dari
perilaku tersebut, tingkat ketidaksetujuannya adalah lebih dari 90 persen.
Kemudian kami mendaftar perilaku yang sama dan mengajukan
pertanyaan yang berbeda: Apakah Anda pernah melakukan hal yang sama
berikut ini apabila Anda yakin kalau Anda tidak akan tertangkap? Sekarang
persentasenya berubah, kadang-kadang secara dramatis. Lebih dari separuh
responden mengatakan ya, mereka akan mencontek di sebuah ujian apabila
mereka tidak ketahuan; lebih dari separuh responden menyatakan mereka
akan menyalin tugas siswa lain; hampir lebih dari separuh responden
menyatakan mereka akan membantu siswa lainnya dalam sebuah ujian
dengan cara yang tidak diijinkan oleh instruktur mereka.
Makna dari hasil ini sudah jelas: Ketika hampir seluruh siswa menilai
berbagai macam perilaku mencontek itu salah, secara signifikan lebih
sedikit siswa yang cukup berkomitmen terhadap kejujuran akademik guna
menahan diri dari usaha mencontek ketika mereka dapat melakukannya.
Sejumlah besar siswa mengalami kekurangan hati nurani yang berkembang
secara utuh karena mereka merasa tidak berkewajiban untuk menghindari
perilaku yang mereka nilai salah.
Hati nurani yang dewasa mengikutsertakan, di samping pemahaman
terhadap kewajiban moral, kemampuan untuk merasa bersalah yang
membangun (constructive guilt). Apabila Anda merasa berkewajiban dengan
hati nurani Anda untuk berperilaku dengan cara tertentu, maka Anda akan
merasa bersalah apabila Anda tidak berperilaku demikian. Hal ini berbeda
dari rasa bersalah yang menghancurkan (destructive guilt), yang
menyebabkan seseorang berpikir Saya adalah orang yang buruk. Rasa
bersalah yang membangun menyatakan, Saya tidak hidup sesuai dengan
standar saya. Saya merasa tidak enak, namun saya akan berusaha untuk
hidup lebih baik lagi. Kemampuan untuk merasa bersalah yang
membangun juga membantu kita melawan godaan.
Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu
diperhitungkan. Mereka ini berkomitmen untuk menghidupi nilai moral
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 93

mereka karena nilai-nilai tersebut berakar sangat dalam pada diri pribadi
seorang yang bermoral. Orang seperti itu tidak berbohong dan mencontek
dan lari begitu saja karena mereka mengidentifikasi tindakan moral mereka;
mereka merasa keluar dari karakter ketika mereka bertindak melawan
nilai mereka. Berkomitmen secara pribadi terhadap nilai moral merupakan
proses pengembangan, dan membantu para siswa dalam proses tersebut
merupakan salah satu dari tantangan kita yang penting sebagai pendidik
moral.
2. Harga diri. Ketika kami memiliki ukuran harga diri yang sehat, kami
menilai diri kami sendiri. Ketika kami menilai diri kami sendiri, kami
menghargai diri kami sendiri. Kami tidak begitu mungkin menyalahgunakan
gagasan atau pemikiran kami atau memperkenankan orang lain untuk
menyalahgunakannya.
Ketika kami memiliki harga diri, kami tidak begitu bergantung pada
persetujuan orang lain. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa anakanak
dengan harga diri yang tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman
sebayanya dan lebih mampu untuk mengikuti penilaian mereka sendiri
daripada anak-anak yang memiliki harga diri yang rendah.
Ketika kami memiliki harga diri yang positif terhadap diri kami sendiri,
kami lebih mungkin untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang
positif. Apabila kami memiliki sedikit atau tidak memiliki penghargaan diri
sama sekali, sulit bagi kita untuk menghargai orang lain.
Para guru mengetahui pentingnya harga diri. Saya melihat lebih dan
lebih banyak anak yang datang ke sekolah dengan konsep diri yang rendah,
kata seorang guru kelas tiga. Kejadian ini cenderung sama dengan anak-
anak yang berusaha untuk diri mereka sendiri.
Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter yang
baik. Sudah jelas mungkin untuk memiliki harga diri berdasarkan pada hal-
hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan karakter yang baik seperti
kepemilikan, penampilan yang baik, popularitas, atau kekuasaan. Bagian
dari tantangan kami sebagai pendidik adalah membantu orang-orang muda
mengembangkan harga diri berdasarkan pada nilainilai seperti tanggung
jawab, kejujuran, dan kebaikan dan berdasarkan pada keyakinan
kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan.
94 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

3. Empati. Empati merupakan identifikasi dengan, atau pengalaman


yang seolah-olah terjadi dalam, keadaan orang lain. Empati memampukan
kita untuk keluar dari diri kita sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain.
Ini merupakan sisi emosional penentuan perspektif.
Perbedaan dalam empati muncul pada tahapan awal. Dalam salah satu
penelitian, bayi yang baru belajar berjalan antara usia satu dan dua tahun
memiliki respon yang sangat berbeda dibandingkan dengan anak-anak
lainnya yang kesusahan. Beberapa bayi menunjukkan perhatian dan
memberikan kenyamanan atau bantuan. Namun demikian, bayi yang lain
hanya ingin tahu. Bayi yang lain masih menanggapi kesusahan bayi lainnya,
dan beberapa anak lainnya bahkan menjadi agresif, berteriak atau memukul
korban yang mengeluh. Fakta bahwa anak-anak sangatlah berbeda dalam
kecenderungan alamiahnya untuk berempati menyatakan bahwa para
orang tua dan guru akan perlu bekerja keras dengan beberapa orang anak
guna membantu mereka memahami dan bersimpati terhadap perasaan
anak-anak lainnya.
Dalam masyarakat kita sekarang ini kita mungkin menyaksikan suatu
penurunan dalam empati. Menariknya, kejahatan anak muda telah
mengikutsertakan tindakan-tindakan brutal yang mengungkapkan
penderitaan korban yang mendalam. Pelaku seringkali merupakan orang
muda yang digambarkan oleh keluarga dan tetangganya sebagai anak yang
baik. Mereka mungkin mampu berempati terhadap orang-orang yang
mereka kenali dan peduli, namun mereka menunjukkan kekurangan
perasaan empati terhadap korban kekerasan mereka. Salah satu dari tugas
kita sebagai pendidik moral adalah mengembangkan empati yang
tergeneralisasi, jenis yang melihat di luar perbedaan dan menanggapi
kemanusiaan bersama.
4. Mencintai hal yang baik. Bentuk karakter yang tertinggi
mengikutsertakan sifat yang benar-benar tertarik pada hal yang baik.
Menurut Kevin Ryan, seorang direktur Pusat Pengembangan Etika dan
Karakter Universitas Boston: Sebagai orang tua, saya ingin anak saya
mengembangkan kedekatan emosional untuk menjadi orang yang baik.
Ketika saya memikirkan pendidikan moral mereka di sekolah, pertanyaan
saya adalah: Apa yang sedang terjadi di sana yang akan membantu mereka
untuk jatuh cinta dengan hal yang baik Tulis psikolog Boston College Kirk
Kilpatrick: Dalam pendidikan tentang hal yang baik, hati kita dilatih
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 95

sebagaimana dengan pikiran kita. Orang yang baik belajar untuk tidak hanya
membedakan antara yang baik dan yang buruk melainkan juga diajarkan
untuk mencintai hal yang baik dan membenci hal yang buruk. Itulah
alasannya mengapa para guru telah memandang sastra secara tradisional
sebagai suatu cara untuk menanamkan perasaan benar dan salah. Ketika
anak-anak bertemu dengan pahlawan dan penjahat dalam halaman buku
yang baik, mereka merasa jauh dari hal yang buruk dan tertarik, tentu saja,
dengan hal yang baik.
Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan
hal yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral
tugas. Kemampuan untuk menemukan pemenuhan layanan tidak terbatas
pada menjadi penolong; kemampuan ini merupakan bagian dari potensi
moral orang biasa, bahkan anak-anak. Potensi tersebut dikembangkan,
melalui program-program seperti pendampingan orang, teman sebaya dan
pelayanan masyarakat, pada sekolah di seluruh negara.
5. Kendali diri. Pada tahun 1978 Ronald Trowbridge ialah seorang
profesor Bahasa Inggris di sebuah universitas yang besar ketika institusi
beliau mengalami pemogokan selama dua minggu. Ketika Trowbridge
melanggar alur piket, beliau mendapati orang-orang yang beliau anggap
sebagai teman dekat dan bahkan sahabat meneriakkan kata bopeng dan
kata-kata makian yang tidak sopan pada beliau. Beliau bertanya-tanya,
Bagaimana mungkin seseorang yang mendengarkan Mozart, membaca Jane
Austen, berbicara bahasa Perancis, menghadiri jamuan teh, dan kemudian
mengalami degenerasi menjadi penjahat?
Emosi dapat menjadi alasan yang berlebihan. Itulah alasannya mengapa
kendali diri merupakan kebaikan moral yang diperlukan.
Seorang guru kelas empat memperingatkan dua orang siswi yang saling
menghina satu sama lain selama kelas etika. Tidakkah kalian tahu, protes
seorang siswi, bahwa kita tidak dapat selalu beretika! Kita tidak ingin
beretika sepanjang waktu kadang-kadang kita ingin menjadi seseorang
karena kita ingin menyakiti mereka. Siswi ini benar, tentu saja; kita tidak
ingin beretika sepanjang waktu. Kendali diri membantu kita untuk beretika
bahkan ketika kita tidak menginginkannya.
Kendali diri juga diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan
diri kita sendiri. Apabila seseorang mencari akar gangguan moral sekarang
ini, tulis seorang profesor Program Studi Liberal Universitas Notre Dame
96 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Walter Nicgorski, seseorang mendapati hal ini dalam pemanjaan diri, dalam
pengejaran kesenangan yang menyebabkan banyak orang untuk menyerap
diri mereka secara seutuhnya dalam pengejaran keuntungan finansial.
Idealisme yang tinggi mengalami kegagalan di hadapan pola ini. Dan kecuali
kalau kendali diri menjadi bagian yang lebih besar dalam karakter orang
muda, maka permasalahan seperti substansi penyalahgunaan remaja dan
aktifitas seksual prematur tidak akan tereduksi secara substansial.
6. Kerendahan hati. Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang
diabaikan namun merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik.
Kerendahan hati merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Hal ini
merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan
untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita.
Kerendahan hati juga membantu kita mengatasi kesombongan. Seorang
penulis Kristen yang ternama C.S. Lewis menyebut kebanggan sebagai
kejahatan yang paling buruk, kanker spiritual.19 Kebanggaan merupakan
sumber arogansi, prasangka, meremehkan orang lain. Kebanggaan yang
terluka memberi makan kemarahan dan menghambat pengampunan.
Pada akhirnya, kerendahan hati merupakan pelindung yang terbaik
terhadap perbuatan jahat. Ilmuwan dan filsuf Perancis bernama Blaise
Pascal mengamati bahwa Kejahatan tidak pernah dilakukan seluruhnya
atau dengan baik sebagaimana halnya ketika hal itu dilakukan dengan hati
nurani yang baik. Dosa terberat dalam kebanggaan adalah penipuan diri
sendiri, berbuat jahat dan menyebutnya sebagai hal yang baik. Dalam buku
provokatifnya yang berjudul People of the Lie: The Hope for Healing Human
Evil, psikiater Scott Peck berpendapat bahwa orang-orang yang saleh
mampu melakukan kejahatan yang besar karena tidak mampu mengkritik
diri mereka sendiri. Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa
mereka tidak mampu berbuat salah. Meyakini hal itu, mereka mampu
melakukan kejahatan apapun, bahkan genosida.
Hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali dan
kerendahan hati semuanya ini membentuk sisi emosional diri moral kita.
Perasaan tentang diri sendiri, orang lain, dan kebaikan itu sendiri bergabung
dengan pengetahuan moral untuk membentuk sumber motivasi moral kita;
kesemuanya ini membantu kita melintasi jembatan dari mengetahui hal
yang baik menjadi melakukan hal yang baik. Kehadiran atau ketiadaan
perasaan moral ini dalam sebagian besar menjelaskan alasan mengapa
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 97

beberapa orang melakukan praktek prinsip moral mereka sedangkan yang


lain tidak. Untuk alasan ini, pendidikan nilai yang sematamata bersifat
intelektual yang menyentuh pikiran namun tidak menyentuh hati
melewatkan suatu bagian krusial dalam karakter.

TINDAKAN MORAL

Tindakan moral, untuk tingkatan yang besar, merupakan hasil atau


outcome dari dua bagian karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki
kualitas moral kecerdasan dan emosi yang baru saja kita teliti, maka mereka
mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar.
Namun demikian, ada masa ketika kita mungkin mengetahui apa yang
harus kita lakukan, merasakan apa yang harus kita lakukan, namun masih
gagal untuk menerjemahkan pikiran dan perasaan kita ke dalam tindakan.
Untuk benar-benar memahami apa yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan tindakan moral atau mencegah seseorang untuk tidak
melakukannya kita perlu memperhatikan tiga aspek karakter lainnya:
kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

1. Kompetensi. Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk


mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang
efektif. Untuk memecahkan suatu konflik dengan adil, misalnya, kita
memerlukan keahlian praktis: mendengarkan, menyampaikan sudut
pandang kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan mengusahakan
solusi yang dapat diterima semua pihak. Ketika saya menjadi konselor
pernikahan dan keluarga, sebagian besar orang yang saya lihat tidak
memiliki keahlian ini.
Kompetensi juga bermain dalam situasi moral lainnya. Untuk
membantu orang lain yang mengalami kesusahan, kita harus mampu
merasakan dan melaksanakan rencana tindakan. Hal ini lebih mudah
dilakukan apabila kita telah berpengalaman menolong orang dalam situasi
yang luar biasa sebelumnya. Misalnya: Psikolog Ervin Staub mendapati
bahwa anak-anak yang telah membawa pengalaman serangkaian situasi
kesusahan dalam permainan peran (role-playing) di mana seorang anak
membantu anak lainnya secara subsekuen lebih mungkin (dibandingkan
dengan anak lainnya tanpa praktek membantu semacam itu) mencari tahu
98 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

suara anak yang menangis di ruangan terdekat. Sebuah penelitian terhadap


400 orang belakangan ini yang membantu orang-orang Yahudi dari
orangorang Nazi mendapati bahwa para penyelamat ini, di samping nilai
belas kasihan, memiliki pemahaman kompetensi pribadi yang kuat.
2. Keinginan. Pilihan yang benar dalam suatu situasi moral biasanya
merupakan pilihan yang sulit. Menjadi orang baik seringkali memerlukan
tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakan energi moral untuk
melakukan apa yang kita pikir kita harus lakukan.
Diperlukan keinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali
pemikiran. Diperlukan keinginan untuk melihat dan berpikir melalui
seluruh dimensi moral dalam suatu situasi. Diperlukan keinginan untuk
melaksanakan tugas sebelum memperoleh kesenangan. Diperlukan
keinginan untuk menolak godaan, untuk menentang tekanan teman sebaya,
dan melawan gelombang. Keinginan berada pada inti dorongan moral.
3. Kebiasaan. Dalam situasi yang besar, pelaksanaan tindakan moral
memperoleh manfaat dari kebiasaan. Orang-orang yang memiliki karakter
yang baik, sebagaimana yang ditunjukkan oleh William Bennett, bertindak
sebenarnya, dengan loyal, dengan berani, dengan baik, dan dengan adil
tanpa merasa amat tertekan oleh arah tindakan sebaliknya. Seringkali
orang-orang ini melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan.
Untuk alasan ini, anak-anak, sebagai bagian dari pendidikan moral
mereka, memerlukan banyak kesempatan untuk mengembangkan
kebiasaan yang baik, banyak praktek dalam hal menjadi orang yang baik. Hal
ini berarti pengalaman yang diulangi dalam melakukan apa yang membantu,
apa yang jujur, apa yang ramah, dan apa yang adil. Oleh karena itu, kebiasaan
baik yang terbentuk akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri bahkan
ketika mereka menghadapi situasi yang berat.
Dalam pribadi dengan karakter yang baik, pengetahuan moral, perasaan
moral, dan tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling
mendukung satu sama lain. Tentu saja, hal itu tidaklah selalu demikian;
bahkan orang baik tidak terkecuali sering gagal dalam melakukan perbuatan
moral mereka yang terbaik. Namun seiring kita mengembangkan karakter
proses seumur hidup kehidupan moral yang kita jalani secara meningkat
mengintegrasikan penilai, perasaan, dan pola pelaksanaan perbuatan yang
baik.
Apa Yang Dimaksud Dengan Karakter Yang Baik? | 99

KARAKTER DAN LINGKUNGAN MORAL

Karakter tidak berfungsi dalam ruang hampa; karakter berfungsi dalam


lingkungan sosial. Seringkali lingkungan tersebut menindas perhatian
moral. Kadang-kadang karakter itu bersifat sedemikian rupa sehingga
banyak orang atau bahkan sebagian besar orang merasa bodoh dengan
melakukan hal yang bermoral. Misalnya, berikut ini merupakan tanggapan
seorang gadis berusia 10 tahun dari Bronx yang diberi pertanyaan, sebagai
bagian dari sebuah tes IQ, Apa yang seandainya Anda lakukan apabila Anda
menemukan dompet atau buku saku seseorang di sebuah toko? Ia
menjawab:

Saya tahu apa yang seharusnya Anda lakukan membawanya ke kantor


polisi. Namun Anda tidak melakukan hal ini di New York. Ambil saja uangnya
dan buang sisanya Anda seharusnya mencari tahu siapa pemiliknya, namun
pastinya Anda agak sedikit gila kalau Anda melakukan hal ini di New York.

Dr. Paul Mok, seorang psikolog yang telah mengadakan seminar


mengenai nilai bagi korporasi besar, menggambarkan dampak korosif
lingkungan perusahaan yang memberikan toleransi terhadap etika yang
buruk:
Apabila para karyawan melihat pola pemberian tagihan konsumen yang
salah, peningkatan rekening pengeluaran, atau pengubahan waktu catatan,
maka mereka bias jadi melakukan desentitesis terhadap nilai mereka sendiri
dan menerima apa yang terjadi di sekitar mereka sebagai hal yang wajar.
Apabila Anda tidak menghabiskan waktu Anda untuk melihat etika dalam
perusahaan, maka etika akan mengalami kemunduran dalam hati nurani para
karyawan.

Psikologi karakter, untuk memahami bagaimana orang-orang yang


secara moral merasa serba salah dan bagaimana membantu mereka untuk
merasa tenang, harus memperhatikan dampak lingkungan. Demikian pula
halnya dengan sekolah apabila sekolah ingin mengembangkan karakter.
Sekolah harus menyediakan lingkungan moral yang menentukan nilai-nilai
yang baik dan menyimpannya di hadapan hati nurani setiap orang.
Diperlukan waktu yang lama bagi sebuah nilai untuk menjadi sebuah
kebaikan untuk berkembang dari kesadaran intelektual semata menjadi
100 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kebiasaan pribadi untuk berpikir, merasa, dan bertindak yang membuatnya


menjadi prioritas yang berfungsi. Seluruh lingkungan sekolah, kebudayaan
sekolah, harus mendukung pertumbuhan tersebut. Rasa hormat, tanggung
jawab, dan turunannya merupakan nilai-nilai yang dapat diajarkan secara
legitimasi oleh sekolah. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan
moral dalam manifestasinya merupakan kualitas karakter yang membuat
nilai-nilai moral menjadi realitas yang hidup. Pertanyaan berikutnya, dan
apa yang berusaha dijawab oleh seluruh buku ini, adalah: Dengan cara apa
sajakah sekolah dapat mengajarkan nilai-nilai ini dan mengembangkan
kualitas karakter ini dalam diri anakanak kita?
BAGIAN DUA

STRATEGI KELAS DALAM


PENGAJARAN TENTANG
RASA HORMAT DAN
TANGGUNG JAWAB
PEMBUKAAN BAGIAN 2 DAN 3

RASA HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB: IDE-


IDE BESAR

agian 2 dan 3 dari buku ini menyajikan sebuah pendekatan yang


B komprehensif terhadap nilai-nilai pendidikan yang ditujukan pada rasa
hormat atau respek dan tanggung jawab mengajar serta perkembangan
karakter terhadap nilai-nilai tersebut dalam pelaksanaannya. Berikut
adalah ide-ide besar yang menjelaskan pendekatan ini:

1. Sepanjang sejarah, pendidikan memiliki dua tujuan utama yaitu membantu


orang menjadi cerdas dan lebih baik.

2. Baik dapat diartikan sebagai nilai-nilai moral yang memiliki kebaikan


yang objektif yaitu nilai-nilai yang memperkuat martabat manusia dan
memajukan kebaikan individu dan masyarakat.

3. Terdapat dua nilai universal moral yang dapat membentuk inti sebuah
masyarakat yaitu rasa respek dan tanggung jawab. Adapun kedua hal
tersebut dapat pula diajarkan.

4. Respek adalah menunjukkan rasa hormat pada seseorang atau sesuatu


yang berharga. Hal ini termasuk respek pada diri sendiri yaitu respek
terhadap hak-hak dan martabat setiap manusia, dan respek pada
lingkungan yang menyokong semua kehidupan. Respek menopang semua
sisi moral. Selain itu, respek pun menjaga kita untuk tidak merugikan apa
yang harus kita hargai.
Tanggung jawab adalah sisi aktif dari moral. Tanggung jawab termasuk
menjaga diri sendiri dan orang lain, memenuhi kewajiban, berkontribusi
terhadap masyarakat kita, meringankan beban, dan membangun sebuah
dunia yang lebih baik.

5. Dengan mendidik orang agar memiliki rasa saling menghormati dan


bertanggung jawab, yaitu dengan membuat siswa mengimplementasikan
nilai-nilai dalam hidupnya, berarti guru telah mendidik karakter siswanya.
Karakter terdiri dari:
99
100 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Pengetahuan moral (kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral,


memiliki perspektif, memiliki alasan moral, membuat keputusan, dan
berpengetahuan).
Perasa (berhati nurani, percaya diri, berempati, menyukai kebaikan, dapat
mengontrol diri, dan rendah hati).
Tindakan bermoral (berkemampuan, memiliki kemauan, dan memiliki
kebiasaan baik).

6. Dihadapkan pada struktur sosial yang buruk. Sekolah-sekolah yang ingin


membangun karakter siswanya harus mengambil pendekatan yang
komprehensif, pendekatan yang dekat terhadap nilai-nilai pendidikan yang
menggunakan semua fase kehidupan sekolah untuk membantu
perkembangan karakter. Pendekatan komprehensif termasuk 12 kelas dan
strategi-strategi sekolah yang luas (masing-masing dijelaskan dan
diilustrasikan di bab-bab selanjutnya) ditujukan untuk menanamkan rasa
peduli dan tanggung jawab dalam kehidupan para pemuda.

Di dalam ruang kelas, sebuah pendekatan komprehensif menuntut guru


untuk:

1. Bertindak sebagai seorang penyayang, model, dan mentor yang


memperlakukan siswa dengan kasih sayang dan respek, memberikan
sebuah contoh yang baik, mendukung kebiasaan yang bersifat sosial, dan
memperbaiki jika ada yang salah.

2. Menciptakan sebuah komunitas bermoral di dalam ruang kelas, membantu


siswa untuk saling mengenal, saling menghormati dan menjaga satu sama
lain, dan merasa bagian dari kelompok tersebut.

3. Berlatih memiliki disiplin moral, menggunakan aturan-aturan sebagai


kesempatan untuk membantu menegakkan moral, kontrol terhadap diri
sendiri, dan sebuah generalisasi rasa hormat bagi orang lain.

4. Menciptakan sebuah lingkungan kelas yang demokratis, melibatkan siswa


dalam pengambilan keputusan dan berbagi tanggung jawab untuk
menciptakan ruang kelas yang baik serta nyaman untuk belajar.

5. Mengajarkan nilai-nilai yang baik melalui kurikulum, menggunakan


pelajaran akademik sebagai kendaraan untuk membahas permasalahan
etika. (Secara bersamaan hal ini merupakan strategi perluasan sekolah
ketika kurikulum menyinggung tentang hal lain seperti pendidikan seks,
narkotika dan alkohol).
Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab: Ide-Ide Besar

PENDEKATAN YANG KOMPREHENSIF


TERHADAP NILAI DAN PENDIDIKAN KARAKTER

102 | Mendidik untuk Membentuk Karakter


| 107

6. Menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam mengajar


anak-anak untuk bersikap dan dapat saling membantu serta bekerjasama.

7. Mengembangkan seni hati nurani dengan membantu mereka


mengembangkan tanggung jawabnya secara akademik dan rasa hormat
terhadap nilai-nilai belajar dan bekerja.

8. Menyemangati siswa untuk merefleksikan moral melalui membaca,


menulis, berdiskusi, latihan membuat keputusan, dan berargumen.

9. Mengajarkan mereka mencari resolusi dari sebuah konflik sehingga para


siswa memiliki kapasitas dan komitmen untuk memecahkan masalah,
tanpa kekerasan.

Pendekatan komprehensif menuntut sekolah untuk:

10. Memiliki sifat penyayang di luar lingkungan kelas dengan menggunakan


peran model yang inspiratif, memberikan pelayanan sekolah dan
komunitas kepada para siswa untuk membantu mereka mempelajari
bagaimana cara peduli terhadap orang lain dengan cara memberikan
kepedulian yang nyata kepada mereka.

11. Menciptakan kebudayaan moral yang positif, mengembangkan lingkungan


sekolah secara menyeluruh (melalui kepemimpinan seorang kepala
sekolahnya, disiplin dari seluruh warga sekolah, memiliki rasa
kebersamaan, pemimpin para siswa yang adil, bermoral antar orangorang
dewasa, dan menyediakan waktu untuk membahas tentang moral) yang
mendukung dan memperkuat nilai-nilai yang diajarkan di dalam kelas.

12. Mengikutsertakan wali murid dan masyarakat sekitar sebagai rekan kerja
untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan, karena wali murid merupakan
guru moral pertama bagi anak-anak, mengajak wali murid untuk
mendukung sekolah dan segala upayanya untuk menanamkan nilai-nilai
yang baik, dan mencari dukungan lain untuk mendukung sekolah (dari
kalangan keagamaan, bisnis-bisnis, dan media) untuk memperkuat nilai-
nilai tersebut yang coba diajarkan oleh pihak sekolah.

Tak dapat dipungkiri jika personal sekolah dapat mengajarkan nilainilai


baik atau buruk dalam setiap gerak-gerik yang mereka tunjukkan. Setiap
interaksi, baik yang merupakan bagian dari akademik kurikulum atau
kurikulum manusiawi yang mengatur, berperan, berhubungan, dan
Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab: Ide-Ide Besar
berpotensial untuk memengaruhi nilai-nilai yang akan dipegang oleh
seorang anak beserta karakternya, baik menjadikan mereka menjadi anak
yang baik maupun buruk. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bukan
bagaimana memberikan nilai-nilai pendidikan tetapi bagaimana
menyampaikannya dengan baik.
Dengan pemahaman seperti itu, bagaimana kita dapat membuat semua
unsur sekolah bekerja bersama-sama dalam menumbuhkan nilai moral
pada anak didik kita?
| 109

BAB5

GURU SEBAGAI PENGASUH (PEMBERI KASIH


SAYANG), CONTOH DAN MENTOR

Saya menghawatirkan jika saya merupakan elemen penentu di dalam kelas


Sebagai guru, saya memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membuat
kehidupan siswa menjadi yang tidak karuan atau menjadikan mereka gembira.
Saya dapat menjadi sebuah alat untuk menyiksa atau menjadi sebuah alat
inspirasi. Saya dapat menghina atau bercanda, menyakiti atau menyembuhkan.
Dalam segala situasi, sudah merupakan tanggung jawab saya untuk
menentukan apakah sebuah konflik akan dibesar-besarkan atau diselesaikan,
dan memperlakukan seorang anak dengan baik atau tidak.

Haim Ginott

Kita mengajarkan diri kita sendiri.


D
Sebuah kutipan dalam sebuah
konferensi guru

alam bagiannya yang lebih luas, moralitas berkaitan dengan cara


seseorang memperlakukan orang lain. Dalam komunitas kecil di kelas, siswa
memiliki dua hubungan: hubungan dengan guru dan hubungan dengan
siswa lainnya. Kedua hubungan ini berpotensial sekali dalam memberi
pengaruh, baik itu positif ataupun negatif terhadap perkembangan karakter
seorang anak. Bab ini akan membahas tentang pentingnya moral terhadap
hubungan guru dan siswanya.
Guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter
pada anak, setidaknya dengan tiga cara, yaitu:

1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, menyayangi dan


menghormati murid-murid, membantu mereka meraih sukses di sekolah,
membangun kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka mengerti apa
itu moral dengan melihat cara guru mereka memperlakukan mereka
dengan etika yang baik.

104
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 111

2. Guru dapat menjadi seorang model yaitu orang-orang yang beretika yang
menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di
dalam maupun di luar kelas. Guru pun dapat memberi contoh dalam halhal
yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara
menunjukkan etikanya dalam bertindak di sekolah dan di lingkungannya.

3. Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan instruksi moral dan
bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian
motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada
siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.

Tentu saja tidak semua guru dapat menggunakan pengaruh etikanya


dalam hal-hal yang positif tersebut. Beberapa guru memperlakukan siswa
dengan kurang baik sehingga menjatuhkan kepercayaan diri siswanya.
Seorang wanita, kini ia menjadi seorang guru, ingat bahwa dulu ketika
duduk di kelas 2 SD, dia pernah merasa dihina ketika disuruh gurunya untuk
duduk di bawah meja karena melakukan hal yang tidak baik.
Guru lain telah membuat kesalahan dengan mengabaikan siswanya.
Guru-guru tersebut tentu saja tidak melihat dirinya sebagai pendidik yang
sebenarnya harus mengajarkan moral kepada para siswanya. Akibatnya,
mereka tidak menggunakan waktunya untuk mendukung nilai-nilai moral
melalui interaksinya dengan seluruh siswa atau dengan setiap individu
siswa.
Walaupun demikian, banyak guru-guru hebat yang memberi model dan
membangun karakter anak menjadi baik. Cara efektif apa yang dapat guru
lakukan? Bagaimana mereka mengembangkan hubungan guru-siswa yang
dapat mendukung nilai-nilai moral dan karakter yang baik?

GURU SEBAGAI PEMBERI KASIH SAYANG: MEMPERLAKUKAN


SISWA DENGAN HORMAT DAN PENUH KASIH SAYANG

Bentuk dasar dari pendidikan moral adalah perlakuan yang kita terima.
Seorang pendidik moral dari Inggris, Peter McPhail menyatakan dengan
baik bahwa: Anak-anak akan merasa senang jika diperlakukan dengan baik
dan hangat; sumber utama kebahagiaan mereka adalah dengan
diperlakukan seperti itu. Lebih lanjut lagi, ketika anak-anak didukung
dengan perlakuan seperti itu, mereka akan senang memperlakukan orang
lain, hewan, bahkan benda mati dengan baik dan hangat.
112 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Bill Rose adalah seorang guru yang mengajar di kelas sepuluh pada
sebuah sekolah negeri yang terdiri dari berbagai ras, Upper Dublin High
School, Fort Washington, Pennsylvania. Karena kemampuannya dalam
membentuk hubungan baik dengan para siswanya serta dapat memotivasi
mereka untuk belajar, kelasnya terpilih dalam salah satu seri video
guruguru hebat. Penasehat sekolah tersebut lalu mengirim Bill Rose ke
kelas dengan siswa yang sepanjang sejarah sekolahnya mengalami
kegagalan. Beginilah Bill menggambarkan siswa-siswa tersebut:

Kebanyakan dari siswa ini pada dasarnya merupakan siswa yang jauh dari
kegagalan. Mereka hanya memiliki sebuah ketakutan akan kegagalan dimana
mereka tidak ingin mencoba lagi. Jika anda mendaki sebuah gunung dan setiap
hampir sampai setengah bagiannya, anda jatuh dan kaki anda terluka, setelah
12 atau 13 tahun pendakian, anda menyerah. Beberapa dari siswa kita telah
putus asa untuk mendaki.

Mengetahui bahwa siswanya memiliki ketakuatan akan kegagalan, Bill


Rose memulai pengajarannya dengan membantu mempercepat sukses.
Bill menceritakan bahwa kelasnya sudah belajar dengan menggunakan
teknik memori untuk mempelajari tentang pemerintahan. Mereka
mempelajari semua amandemen konstitusi beserta tanggalnya dalam dua
periode.
Sekali mereka meraih sukses Kata Bill, mereka akan mau
mempelajari materi selanjutnya. Dan karena mereka merasa percaya diri,
mereka akan merasa gembira. Mereka berpikir, Ini adalah sebuah tempat
yang baik, saya dapat belajan dengan baik di sini.
Pada tahun pertama, dia mengatakan, banyak siswa yang kecanduan
obat. Mereka berpikir bahwa mereka butuh hal yang lebih tinggi lagi untuk
membuat hubungan dengan sekolah. Bill memberitahukan pada siswanya,
bahwa mereka seharusnya benar-benar peduli pada kelasnya.
Siswa-siswa Bill mengetahui bahwa dia sangat peduli pada mereka
karena dia bekerja keras untuk membantu mereka meraih sukses.
Membantu para siswa meraih sukses merupakan salah satu cara penting
bagi seorang guru untuk menunjukkan rasa pedulinya pada para siswanya.
Bill juga mencoba memperlakukan siswanya secara adil dan dengan hormat.
Dia berkata pada para siswanya: Jika suatu saat di dalam kelas kamu
merasa bahwa kamu saya lecehkan, atau saya mempermalukan di depan
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 113

kelas, tolong beri tahu saya. Saya tidak tahu bagaimana perasaan setiap
individu di sini.
Kelas Bill Rose ini merupakan sebuah testimoni tentang kekuatan kasih
sayang dan hormat terhadap para siswa. Para siswanya berkata bahwa kelas
tersebut merupakan sebuah keluarga, bagaimana mereka tidak datang
terlambat, bagaimana mereka memperkuat diri mereka sendiri dan
menaikan nilai mereka, dan bagaimana mereka bekerja keras untuk Pak Bill
karena beliau peduli pada mereka dan mereka tidak mau
mengecewakannya. Mereka mempelajari tentang arti dari respek dan kasih
sayang dari apa yang mereka alami sendiri di dalam kelas.

KETIKA ANAK-ANAK TIDAK MENGETAHUI JAWABANNYA

Banyak terjadi di dalam kelas dimana guru bertanya dan para siswa
mencoba untuk menjawab. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
dalam bertanya. Cara guru menangani interaksi-interaksi ini dapat
memengaruhi kepercayaan diri siswa dan dapat memberikan pelajaran
penting tentang rasa hormat.
Saya memberi tahu para calon guru yang saya bimbing bahwa apa yang
mereka katakan ketika seorang anak menjawab dengan jawaban yang salah
tampak memengaruhi kepercayaan diri dan kemauan anak untuk menjawab
lagi. Saya mendorong mereka untuk mencoba menemukan sesuatu dalam
jawaban siswa yang dapat mereka kuatkan (Itu merupakan bagian dari
jawabannya, tetapi belum lengkap, masih sedikit kurang tepat, atau
mengapa jawabanmu seperti itu? Ibu tertarik dengan alasanmu).
Bagaimana guru dapat memberikan respek dan mendukung seorang
siswa ketika siswa tersebut sedang berusaha berbicara di depan kelas?
Dalam sebuah kelas dimana kelas satu dan kelas dua disatukan di
Scarborough, Ontario, Jimmy mendapatkan giliran untuk membacakan hasil
kerjanya yaitu buku Tentang Saya pada teman-temannya. Dia gugup sekali.
Walaupun demikian, gurunya tidak berkata Kamu butuh seseorang untuk
membantumu? (Biasanya dalam kasus seperti ini, siswa lain mengambil
alih tugasnya). Akan tetapi gurunya berkata Jimmy, apakah kamu mau Sam
duduk di sampingmu sehingga kalian dapat mengerjakannya bersama-
sama? Jimmy menerima tawaran gurunya ini tanpa ada perasaan malu,
karena Jimmy merupakan kolaboratornya Sam dan Jimmy bukan seorang
penerima bantuan yang pasif. Dalam hal ini, Jimmy merasa lebih dihargai.
114 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

MENGHORMATI PERHATIAN PADA ANAK-ANAK

Guru menjelaskan dan memberikan model respek dengan cara


menggunakan bahasa yang hormat dalam berinteraksi dengan anak-anak.
Guru juga mengajarkan respek dengan cara memperhatikan pemikiran dan
perasaan anak dengan serius.
Di SD Barry di Cortland, New York, dua anak TK menemukan seekor
katak dekat tembok luar kelas ketika mereka akan memasuki kelas tersebut.
Mereka memberikannya kepada guru mereka yaitu Tracy Mahoney yang
menunjukkannya kepada anak-anak lainnya. Lalu mereka sekelas sepakat
bahwa mereka akan menyimpan katak tersebut di dalam toples dengan
ditutupi selembar kain kasa di atasnya.
Pendeknya, kemudian ada seorang anak lainnya yaitu Stephen
mendekati gurunya tersebut. Miss Mahoney, katanya, Saya rasa tidak adil
kalau kita menyimpan katak tersebut di dalam toples karena dia tidak
mendapatkan kebebasan.
Bu Mahoney kemudian memanggil anak-anak lainnya untuk berkumpul
di atas sebuah karpet dan meminta Stephen untuk menyampaikan
pendapatnya kepada teman-teman sekelasnya. Setelah Stephen
menyampaikannya, teman-temannya yang lain kemudian berdiskusi apakah
katak tersebut akan tetap disimpan dalam toples atau dilepaskan. Kemudian
ternyata mereka mengambil keputusan bersama yaitu akan menyimpan
sebentar di dalam toples kemudian katak itu akan dilepaskan.
Kejadian kecil seperti ini dapat membentuk kehidupan moral yang baik
di dalam kelas. Dengan memberikan sebuah forum kelas tentang pendapat
Stephen, Bu Mahoney menunjukkan rasa hormat tentang perasaan Stephen
serta untuk kehidupan katak tersebut. Dengan menghargai pendapat siswa
maka cara ini memberikan kontribusi penting terhadap hubungan mutual
respek antara guru dan siswa.

MEMBANGUN HUBUNGAN YANG MANUSIAWI

Memiliki hubungan yang baik dengan sebuah kelas yaitu memiliki


hubungan yang hangat, manusiawi, dan sesuai dengan jiwa para siswanya.
Di kelas, guru harus memfasilitasi siswa untuk membicarakan tentang
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 115

permasalahannya dan menjadi pembimbing moral. Tanpa hubungan dengan


pengaruh moral dari guru, maka kelas tersebut akan sangat kekurangan.
Selain itu, hasil penelitian menyarankan bahwa hubungan yang hangat dan
suportif antara orang dewasa dan anak-anak merupakan pusat
perkembangan seorang anak bagi anak-anak lainnya.
Sebagai seorang guru pemula kelas dua di SD Belle Sherman di Ithaca,
New York, Linda Nickles mendapati bahwa memperlihatkan hal personal
tentang dirinya dapat menciptakan sebuah hubungan yang hangat dan
terbuka dengan para siswanya. Linda berkata:

Saya mencoba untuk menyelami level mereka. Saya menulis cerita yang
saya tulis seakan saya adalah siswa kelas dua. Mereka dapat melihat semua
kesalahan dalam pengejaan dan bagaimana seharusnya tulisan tersebut
ditulis, Ini seharusnya lebih rapi? Saya juga membawa buku pribadi saya.
Tahun ini teman baik saya meninggal karena kanker. Saya pernah
menangis di depan mereka pada hari itu, sehingga saya beritahukan apa yang
terjadi. Mereka berkata, Tidak apa-apa kalau ibu menangis.
Setelah beberapa saat, anak-anak akan terbuka pada anda. Beberapa anak
mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari siswa lainnya.
Bahkan sampai sekarang seorang anak perempuan masih belum terbuka,
padahal sebentar lagi akan mendekati akhir tahun. Saya merasa ada sesuatu
yang salah di rumahnya dan saya mencurigai adanya kekerasan. Saya berkata
padanya, Carla, kalau kamu memberitahu ibu apa yang terjadi, maka ibu akan
membantumu menghentikannya. Dari hal itu ternyata saya mengetahui
bahwa ketiga saudara laki-lakinya telah melakukan kekerasan secara seksual
terhadapnya. Kemudian saya melaporkan kepada kepala sekolah, dan
akhirnya pihak sekolah dapat membantu masalah keluarga tersebut.

Kim McConnell adalah seorang guru kelas enam di SD Walt Disney di


San Ramon, California. Di hari pertama tahun ajaran baru, dia meminta
siswa-siswanya untuk mewawancarainya dan mencatat jawabannya. Dari
wawancara tersebut, mereka menulis biografi guru mereka sebagai tugas
pertama mereka. McConnell tahu bahwa banyak dari siswanya akan
mendiskusikannya dengan orangtua mereka masing-masing. Dengan cara
seperti ini, bukan hanya para siswa tetapi juga orangtua siswa akan tahu
tentang dia.
116 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

MENGGABUNGKAN ANTARA CONTOH YANG BAIK DAN


PENGAJARAN LANGSUNG

Ketika para siswa merasa berhasil, dihormati dan merasa aman di kelas,
dan ketika mereka merasakan hubungan personal dengan guru mereka,
maka mereka akan lebih reseptif terhadap pengajaran dan bimbingan moral
dari guru mereka.
Ketika anak lelaki kami, Matthew masih duduk di kelas empat, suatu
hari dia pernah pulang ke rumah dengan membawa cerita tentang guru
favoritnya, Pak Passalugo yang telah membahas tentang ilmu sosial pada
hari itu. Itu adalah hari ketika Pak Passalugo menceritakan tentang
sepedanya yang dicuri ketika beliau masih kecil. Cerita tersebut berlanjut
pada empat cerita lain dari para siswa yang sepedanya pernah dicuri juga.
Mereka kemudian berdiskusi tentang perasaan masing-masing ketika
barang mereka diambil oleh orang lain.
Itu adalah hari ketika Pak Passalugo berkata, Simpan bukumu, kita
akan berbicara tentang pencurian di toko. Beliau menjelaskan bahwa
mencuri di sebuah toko tidak hanya akan membuat kamu dipenjara. Hal ini
telah terjadi pada dua orang pemuda, tetapi juga akan membuat hargaharga
menjadi naik bagi semua orang dan yang akan menyusahkan orangorang
yang sudah tua dengan penghasilan pas-pasan.
Itu adalah hari ketika seorang anak laki-laki memukul seorang anak
perempuan di taman bermain dan membuat Pak Passalugo sangat kecewa.
Kemudian beliau membicarakan tentang para suami yang melakukan
kekerasan fisik terhadap istrinya dan beliau pun berkata jika kalian suka
memukuli teman-teman perempuan kalian sekarang, maka kalian akan
tumbuh menjadi seorang pria yang suka memukuli istrinya. Pak Passalugo
menyatakan bahwa menggunakan kekuatan untuk mengganggu seorang
perempuan merupakan tanda kelemahan, bukan kejantanan seorang pria.
Diskusi-diskusi seperti ini ternyata membuat Matthew sangat terkesan.
Dia mendengarkan pembahasan seperti ini secara seksama dan juga nilai
moral yang disampaikan karena dia menyukai Pak Passalugo sebagai
gurunya. Ikatan emosi seperti inilah yang membuat pesan moral Pak
Passalugo memberikan pengaruh pada siswa-siswanya.
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 117

Sering dikatakan bahwa Nilai-nilai hidup adalah didapatkan, bukan


diajarkan. Hal tersebut merupakan kenyataan yang setengah benar.
Kebenaran yang sebenarnya adalah nilai-nilai hidup didapatkan (melalui
contoh atau teladan yang baik) dan diajarkan (melalui penjelasan langsung).
Pak Passalugo sudah pasti merupakan seorang suri tauladan yang baik,
tetapi beliau juga merupakan seorang guru moral, dalam pengertian klasik.
Beliau menjelaskan kepada para siswanya mengapa tindakan seperti
mencuri sepeda, mencuri di toko, dan menganggu orang lain merupakan
tindakan yang salah. Di ruang kelas seperti halnya di keluarga, orang-orang
dewasa dalam konteks hubungan yang saling peduli, memiliki pengaruh
moral yang besar ketika mereka memberikan sebuah contoh yang baik, dan
anjuran atas nilai-nilai hidup yang baik.

MEMBANTU PARA SISWA UNTUK MENGERTI BENAR TENTANG


KECURANGAN

Sangat disayangkan, banyak guru yang ragu-ragu untuk memberikan


bimbingan moral secara langsung, bahkan hal yang mendasar seperti
kecurangan dan pencurian. Seorang guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah
lanjutan swasta berkata bahwa dia sedih melihat makin maraknya
bentukbentuk ketidakjujuran akademik yang dilihatnya, seperti adanya
siswa yang merusak koper-koper guru mereka untuk mencuri soal ulangan.
Akan tetapi, pendekatannya untuk menyampaikan masalah moral ini sedikit
tidak langsung. Saya tidak memberikan ceramah, katanya; itu bukanlah
ciri khas saya. Ketika saya membahas masalah kecurangan di dalam kelas,
saya akan bertanya pada mereka, bertanya pendapat mereka tentang hal
tersebut.
Dia ingat akan kegemarannya, bagaimanapun seorang gurunya ketika di
SMA yang berbicara dengan cara yang sangat bermoral tentang pentingnya
kejujuran, tentang bagaimana dia tahu dia dapat menunggu di luar ketika
ulangan sedang berlangsung dan percaya bahwa para siswanya akan
bersikap jujur. Saya tidak keberatan dengan pengajarannya; saya
menganggapnya sebagai sebuah bentuk cintanya. Cara tersebut berhasil,
tetapi saya tidak akan pernah dapat melakukan hal yang sama sekarang ini.
Kita harus menciptakan kembali sebuah lingkungan yang bermoral
dimana para guru merasa nyaman seperti keinginannya, berbicara langsung
dan tidak bertele-tele tentang mana yang benar dan mana yang salah.
118 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Pendekatan tidak langsung dapat menjadi sebuah bentuk yang memiliki


nilai pendidikan moral (seperti yang akan dibahas pada bab 12 sampai 14),
tetapi pada beberapa hal di dalam pembahasannya, para anak dapat
memperoleh keuntungan dengan mendengarkan langsung dari orang
dewasa yang mereka hormati, mengapa sebuah nilai moral seperti kejujuran
akademik merupakan hal yang penting. Sejatinya, jika terjalin hubungan
yang baik antara guru dan siswa, para siswa akan berkeinginan untuk
mengetahui apa yang guru mereka pikirkan.
Dengan rasa hormat pada kejujuran, para guru seharusnya dapat
mengatakan pada para siswanya atau membimbing mereka melalui diskusi
dan kemudian merealisasikannya bahwa kecurangan merupakan hal yang
salah karena:

1. Kecurangan dapat mengurangi rasa hormat pada diri sendiri, karena kamu
tidak akan pernah bangga dengan apa yang kamu dapatkan dari
kecurangan tersebut.

2. Curang adalah kebohongan, karena hal tersebut membohongi orang lain.


Kamu lebih mengetahui apa yang kamu lakukan.

3. Kecurangan merusak kepercayaan guru dimana kamu akan melakukan


pekerjaanmu sendiri. Selain itu, kecurangan menghancurkan semua
hubungan kepercayaan antara seorang guru dengan siswa kelas lainnya.

4. Kecurangan merupakan hal yang tidak adil bagi orang lain yang jujur.
5. Jika sekarang kamu melakukan kecurangan di sekolahmu, kamu akan
mudah melakukannya lagi di situasi lain dalam hidupmu bahkan dengan
orang-orang terdekatmu.

Bagi mereka yang berusaha untuk tidak melakukan kecurangan ketika


ada kesempatan untuk itu, penjelasan moral tentang mengapa mereka
seharusnya tidak melakukan kecurangan tersebut merupakan sebuah
dukungan yang sangat penting. Bagi anak-anak yang melakukan kecurangan
tanpa pikir-pikir lagi, penjelasan moral dapat membuat mereka untuk
berpikir dua kali di lain waktu ketika mereka akan melakukan kecurangan.
Bagi semua siswa, tidak ada keraguan dimana guru akan memihak dan
mengapa.
Para guru boleh saja bertanya, Bagaimana jika ada siswa yang bertanya
pada saya apakah saya pernah menyontek ketika sekolah dulu? Untuk
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 119

beberapa guru, fakta bahwa mereka pernah melakukan kecurangan


merupakan sebuah pilihan yang sulit untuk menjadikan topik ini sebagai
bahan diskusi di kelas. Mereka lebih memilih berjalan sesuai dengan
kebijakan yaitu dengan memberi nilai nol pada siswa yang menyontek.
Namun demikian, hal tersebut tidak akan mengajarkan siswa untuk lebih
jujur, tetapi hanya untuk membuat mereka lebih berhati-hati. Ada satu cara
untuk mengatasi masalah Bagaimana jika mereka menanyakan apakah
saya pernah melakukan kecurangan atau tidak? (dalam konteks apa pun)
yaitu dengan mengatakan:

Iya atau tidak saya melakukan kecurangan, hal tersebut merupakan hal
yang tidak relevan dengan apakah hal tersebut benar atau salah. Seperti
kebanyakan orang, saya dahulu pun membuat kesalahan ketika muda. Kamu
harus memikirkannya baik-baik, tentang apa itu kebenaran, apa itu rasa
hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, dan bertingkah lakulah
berdasarkan kebenaran itu.

Poin terakhir tentang kecurangan, yaitu: guru-guru yang bijaksana juga


mencoba untuk mencari tahu apa penyebab kecurangan siswanya. Seorang
guru kelas tiga berkata: Saya memiliki beberapa siswa yang merasa terlalu
dituntut oleh orang rumahnya untuk mendapatkan nilai A. Orangtua mereka
tidak peduli jika mereka lupa dengan apa yang mereka telah pelajari dua
minggu lalu selama mereka mendapatkan nilai A pada setiap ujian dan kuis
mereka. Sebuah pertemuan di kelas (lihat bab 8) dan konferensi individu
dapat membantu seorang guru mengidentifikasi semua faktor yang
menyebabkan para siswanya berbuat curang. Sekali faktor tersebut
teridentifikasi, guru tersebut dan siswanya di kelas (atau individu) dapat
menemukan pendekatan-pendekatan yang jujur dalam bidang akademik
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

MENGAJARKAN SISWA UNTUK PEDULI TENTANG NILAI-NILAI


MORAL

Berbicara pada para siswa dengan cara yang jelas dan langsung tentang
sebuah permasalahan seperti kecurangan akan membantu mereka mengerti
tentang apa itu kejujuran dan mengapa kejujuran itu penting. Namun, hal
tersebut dapat membawa mereka pada nilai kejujuran atau nilai kualitas
moral lainnya secara personal merupakan sebuah tantangan yang lebih
besar. Seperti yang dapat kita lihat dalam tes karakter yang ada di bab 4,
120 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

banyak orang mengetahui mana yang benar tetapi tidak cukup peduli untuk
berlaku benar.
Salah satu cara dimana guru dapat mengembangkan kepedulian tentang
apa itu kebenaran adalah dengan menunjukkan bahwa guru tersebut benar-
benar peduli. Para guru dapat melakukannya dengan cara bereaksi terhadap
penyimpangan nilai-nilai moral.
Penelitian baru-baru ini tentang anak menemukan bahwa anak-anak
yang sangat berempati dan mementingkan kepentingan orang lain ternyata
memiliki orangtua yang bereaksi keras terhadap perasaan sakit hati
anaknya (Kamu menyakiti Amy, menarik rambutnya! Jangan pernah lagi
menarik rambut orang!). Hal ini merupakan kombinasi dari pertimbangan
moral orangtua dan perasaan moral yang muncul untuk mendorong
anakanak agar menganggap serius apa yang telah mereka lakukan dan
mendorong untuk lebih sensitif terhadap perasaan orang lain.
Jika hal ini dapat terjadi pada hubungan orangtua-anak, hal ini pun
dipercayai dapat terjadi pada hubungan guru-siswa. Ketika para guru
menganggap serius pelanggaran moral siswanya, hal ini kemungkinan akan
membuat para siswa untuk menganggap pelanggaran tersebut pun secara
serius.
Ada sebuah kasus: Professor Herbert Kramer adalah seorang dosen
bahasa Inggris tingkat pertama di Universitas Harvard. Dari tumpukkan esai
hasil tulisan para mahasiswanya, ditumpukkan paling atas adalah tulisan
seorang mahasiswi yang ternyata tidak diragukan lagi merupakan plagiat.
Profesor Kramer berkata:
Di pertemuan selanjutnya, saya berjalan ke kelas dengan keringat dingin.
Saya sangat marah dan kecewa. Kemudian saya kembalikan lagi semua esai
tersebut kepada masing-masing siswa. Lalu saya berkata, Salah satu dari
kalian sudah melakukan penjiplakan untuk esai ini. Kamu pasti tahu siapa.
Bagi yang telah melakukannya, silahkan simpan esaimu di kotak surat saya
dalam waktu 15 menit dan dengan demikian saya akan menganggap bahwa
kasus ini sudah selesai.
Kemudian saya berkata bahwa tidak ada perkuliahan hari ini, lalu saya
berjalan keluar kelas.
Lima belas menit kemudian, saya melihat kotak surat saya dan esai itu ada
di sana. Mahasiswi tersebut tidak mengatakan apa-apa tentang masalah ini
dan saya mungkin tidak berkata lebih dari tiga kata sampai akhir semester.
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 121

Sepuluh tahun kemudian, Profesor Kramer berkata, ketika beliau


sedang berada di sebuah konferensi bagi para guru bahasa Inggris
perguruan tinggi, seorang wanita muda mendatanginya. Ternyata dia adalah
mahasiswi yang pernah melakukan plagiat dulu. Sekarang dia adalah
seorang Profesor bahasa Inggris. Dia berkata pada Profesor Kramer:

Ketika saya mengembalikan esai plagiat yang saya buat, Anda telah
mengajarkan sebuah pelajaran yang tidak akan pernah saya lupakan. Anda
tidak mengajarkan kejujuran pada saya; Saya sudah mengetahui bahwa
menjiplak adalah hal yang salah. Namun, dengan membiarkan saya melihat
rasa sakit Anda dan kemarahan Anda, sebenarnya Anda telah menunjukkan
bagaimana Anda peduli pada nilai kejujuran tersebut. Sekarang saya
mengetahui, tentunya, bahwa Anda tidak akan dapat menjadi seorang pelajar
tanpa integritas.

Nilai moral tidak akan menjadi nilai yang penting bagi para pemuda jika
hal tesebut juga tidak dianggap penting oleh orang dewasa. Seorang guru
SMA mengaitkan hal ini dengan: Kita harus saling berbagi tentang hidup
kita, bukan hanya berbagi tentang pelajaran.

BERCERITA SEBAGAI PENGAJAR MORAL

Bentuk lain dari pengajaran moral yang kurang langsung tetapi tidak
kalah pentingnya yaitu bercerita, yang merupakan sebuah contoh klasik.

Cerita, selalu menjadi instrumen pengajaran yang disukai oleh para


pengajar moral di dunia. Cerita biasanya memberikan daya tarik; cerita

GURU SEBAGAI PENGASUH, CONTOH, DAN MENTOR

Para guru dapat menjadi seorang pemberi kasih sayang, pemberi contoh moral, dan
mentor etika jika mereka:
1. Menghindari sikap pilih-kasih, kasar, mempermalukan siswa, atau tindakan lainnya
yang merusak martabat dan kepercayaan diri siswa.
2. Memperlakukan siswa dengan hormat dan penuh kasih sayang dengan:
Mengembangkan hubungan yang membawa siswa lebih terbuka terhadap
pengaruh positif dari guru.
Membantu mereka sukses di sekolah.
122 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Adil.
Merespon jawaban yang salah atau tidak lengkap siswa dengan baik dan
mengurangi ketakutan siswa untuk melakukan kesalahan.
Menghargai pendapat siswa dengan memberikan sebuah forum dimana mereka
dapat mengutarakan pikiran dan perhatiannya.
3. Menggabungkan contoh yang baik dengan pengajaran moral secara langsung,
dengan cara:
Mendiskusikan pentingnya nilai moral bersama-sama dengan siswa, apalagi ketika
permasalahan yang berkaitan dengan moral itu muncul di sekitar mereka.
Memberikan komentar tentang etika secara personal yang dapat membantu para
siswa mengerti mengapa tindakan seperti curang, mencuri, mengganggu, dan
memanggil nama siswa lain dengan panggilan yang tidak semestinya adalah salah
dan menyakitkan orang lain.
Mengajarkan siswa untuk peduli terhadap nilai-nilai moral seperti kejujuran dan
rasa hormat dengan menunjukkan dalamnya perasaan seseorang ketika nilainilai
tersebut dilanggar.
Bercerita yang dapat mengajarkan nilai-nilai yang baik.
4. Membimbing setiap anak, satu per satu, dengan cara:
Mencoba mencari tahu, menguatkan, dan mengembangkan bakat khusus dan
kelebihan setiap anak.
Memuji siswa melalui tulisan; meminta anak untuk selalu menulis jurnal dan guru
menuliskan komentar sebagai respon atas masukkan dari siswa. Kegiatan ini dapat
menciptakan hubungan dengan setiap anak, membangun kepercayaan diri mereka,
dan memberikan nasehat yang berkenaan dengan permasalahan sosial.
Menggunakan pertemuan personal untuk memberikan umpan balik yang korektif
ketika mereka membutuhkannya.
lebih bersifat mengajak dari pada mengganggu. 10 Cerita mengambarkan
imajinasi dan menyentuh hati. Semua dari kita telah merasakan kekuatan
dari sebuah cerita yang bagus untuk menggerakkan perasaan yang kuat.
Itulah mengapa cerita merupakan sebuah cara alami untuk mengikat dan
mengembangkan sisi emosi dari sebuah karakter anak. (untuk melihat teori
yang menunjukkan bahwa manusia butuh dorongan moral, kumpulan
narasi, lihat artikel The Use of Stories in Moral Development karya seorang
psikolog Amerika, Paul Vitz dari Universitas New York pada bulan Juni
1990).
Beberapa guru memberikan sebuah cerita pada para siswanya di hari
pertama tahun pelajaran. Mereka melihat bahwa kegiatan ini menarik
perhatian siswanya dan menciptakan hubungan cukup cepat.
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 123

Tim Kent, seorang guru yang mengajar kelas enam di SD Dry Creek,
Clovis, California, berkata bahwa dia belajar bercerita di sebuah kursus di
Fresno State dari Arne Nixon, yang dia sebut Pencerita yang paling handal
yang pernah saya temui. Sekarang Tim Kent menganggap bercerita sebagai
salah satu alat mengajarnya yang paling penting.
Ketika saya berjalan ke dalam ruang kelasnya, dia sedang duduk di salah
satu pojok mejanya, bercerita kepada siswa-siswanya tentang seseorang
yang menemukan mesin pembuat hujan untuk membantu orang-orang
untuk tidur. Kemudian, dia menceritakan sebuah cerita tentang W. C. Fields:

Ketika W.C. Fields akan meninggal, dia merasa sangat tidak nyaman. Dia
tidak dapat tidur; dia tidak tidur bermalam-malam. Istrinya tahu bahwa dia
akan tidur jika ada suara air hujan di genting. Suatu malam istrinya berdiri di
luar rumah cukup lama, kemudian dia menyemprotkan air ke genting dengan
selang untuk membuat suara hujan. Dia sangat mencintai suaminya sehingga
dia mau melakukan hal itu. Suaminya akhirnya tertidur, dan malam itu dia
meninggal dalam tidurnya.

Anak-anak sangat jelas terbawa oleh cerita tersebut, mereka termenung


bahkan sampai pada jam makan siang. Saya suka diceritakan cerita seperti
itu, kata Tim Kent. Saya mengingatnya ketika saya hanya memiliki sedikit
waktu. Bagi saya, cerita ini memiliki nilai-nilai pengajaran.
Cerita W. C. Fields ini mengajarkan nilai-nilai kasih sayang.
Seminggu sebelumnya, Tim bercerita kepada anak-anaknya tentang
Sean Marsee, seorang anak laki-laki yang mulai snuff (tembakau yang
dikunyah, dapat juga berupa bubuk) pada usia 12 tahun dan kemudian ia
mengidap kanker mulut pada usia 18. Cerita ini diambil dari salah satu
artikel di majalah Readers Digest. Saya tidak membacakan artikelnya
kepada mereka, jelasnya; Saya menyusun ulang materi berdasarkan
ingatan saya. Hal itulah yang disebut bercerita. Saya melihat bahwa mereka
lebih suka cara ini.
Sebelum dia menceritakan kepada anak-anaknya, dia bertanya pada
mereka apakah mereka mengetahui apa itu smokeless tobacco (tembakau
yang di hirup atau dikunyah). Sebagian besar dari mereka mengetahuinya.
Kemudian, dia bertanya lagi berapa orang yang pernah mencobanya; dua
anak laki-laki cukup jujur untuk mengangkat tangannya. Lalu dia bertanya
apa reaksi keduanya setelah mencobanya; ternyata mereka menjadi sakit.
Setelah membicarakan sedikit tentang iklan snuff (bubuk
124 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

tembakau/tembakau kunyah) di TV, Tim menceritakan kisah Sean Marsee


pada siswanya.

Sean Marsee adalah seorang atlet yang hebat. Dia tercatat sebagai atlet
yang paling terkenal di sekolahnya. Dia memenangkan 28 medali sebagai
anggota timnya. Dia selalu menjaga badannya. Dia menjaga pola makannya;
menurunkan berat badan; dan lari 5 mil per hari. Dia tidak merokok dan tidak
meminum minuman keras.
Dia juga seorang yang baik untuk dijadikan teman atau saudara. Dia adalah
anak tertua dari lima bersaudara. Dia pernah menyelamatkan adiknya Marian
yang hampir tenggelam ketika Marian jatuh ke dalam kolam. Adik perempuan
lainnya, Melissa, menganggap Sean sebagai seorang contoh suami yang ideal.
Dia pun mengajari adik-adik laki-lakinya berburu, memancing, dan memasang
perangkap.
Namun demikian, Sean memiliki sebuah kebiasaan mengunyah snuff. Dia
mulai menghisap tembakau itu sejak umurnya 12 tahun. Hal itu merupakan
hal yang cukup popular di kalangan atlet sekolah yang tidak ingin
mengganggu jadwal latihannya. Dia tidak berpikir bahwa smokless tobacco
dapat membahayakannya.
Ketika Sean berumur 18 tahun, dia memiliki luka di lidahnya. Luka itu sangat
berbahaya. Dokter harus mencabut luka tersebut. Tetapi setelah operasi, ternyata
kankernya sudah menyebar ke lehernya. Mereka pun harus melakukan operasi
pada bagian leher.
Kemudian, kankernya menyebar lagi. Kali ini tulang rahangnya harus
dibuang. Lalu, ada benjolan di lehernya. Pada tanggal 24 Februari, kurang dari
setahun ketika kankernya terdeteksi, Sean Marsee meninggal.
Ibu Sean, Betty Marsee, baru-baru ini memberikan testimoninya di sebuah
acara kesehatan Massachusetts Public Health Hearing bahwa snuff adalah zat
yang berbahaya. Kemudian, beliau menceritakan kisah Sean. Para ahli pada
acara tersebut menjelaskan bahwa kanker mulut disebabkan oleh nitrosamine.
Nitrosamine adalah zat kimia gabungan, yaitu zat yang terbentuk di mulut
ketika tembakau dan air liur bersatu. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa
satu isapan snuff akan mengalirkan sejumlah nikotin yang sama pada rokok,
tetapi sepuluh kali lipat nitrosamine.
Sejak itu, Massachusetts dan delapan negara bagian lainnya mengeluarkan
peringatan di kaleng-kaleng snuff. Komisi Federal Perdagangan telah
memerintahkan para dokter spesialis untuk meneliti snuff lebih lanjut.
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 125

Pendeknya, sebelum kematiannya, ketika dia sudah tidak dapat berbicara,


Sean Marsee menulis dua pesan singkat pada John ODell, mantan pemain
sepak bola yang menjenguknya dari Persatuan Atlet Kristen lokal (Fellowship
of Christian Athletes). Salah satu pesannya yaitu sebuah pernyataan religius
singkatnya sebagai seorang Kristiani. Satu pesan lainnya yaitu sebuah
permintaan kepada para atlet muda: Jangan mengkonsumsi snuff!

Ketika saya selesai bercerita, Kata Tim Kent, Ruang kelas menjadi
sunyi senyap. Anda dapat melihat bahwa cerita dapat mengalihkan
perhatian mereka. Kemudian saya mulai memberikan diskusi dengan
bertanya, Apa yang dapat kita petik dari kematian Sean Marsee ini?
Mereka berkata bahwa ibunya Sean dapat mempelopori penulisan
peringatan pada kaleng-kaleng snuff yang dijual. Kemudian saya berkata,
Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan tembakau yang berargumen
bahwa snuff tidak berbahaya? Lalu, mereka mengatakan bahwa para
ilmuwan telah menunjukkan bahwa snuff menghasilkan sepuluh kali lipat
nitrosamine seperti rokok, itu sudah cukup berbahaya.
Kami berbicara tentang iklan snuff juga, bagaimana mereka telah
mengunyah permen karet dan permen yang dibungkus seperti snuff,
bagaimana mereka siap membuat Anda mengkonsumsinya. Kemudian saya
bertanya pada mereka lagi, Berapa dari kalian yang pernah berpikir suatu
saat akan mencoba snuff? tidak ada seorang pun yang mengacungkan
tangan. Saya bertanya lagi, Kira-kira apa yang dapat membuatmu mencoba
mengkonsumsinya?
Tekanan dari teman, kata mereka, Bagaimana kamu akan
mengatasinya? Pikirkan tentang itu. Kamu sudah mendapatkan peringatan
yang tidak didapatkan oleh Sean Marsee.
Saya berhenti sampai di situ. Saya tidak membahasnya lagi di kelas;
Saya ingin mereka berpikir. Hari itu adalah Jumat terakhir. Saya memiliki
setidaknya enam siswa yang pulang dan mencari artikel Reader Digest
tersebut dan membaca keseluruhan isinya. Tiga di antaranya membawa
artikel tersebut ke kelas. Dan saya lebih banyak mendapatkan umpan balik
yang positif dari para orangtua dari hal ini daripada apa yang pernah saya
lakukan selama ini. Para orangtua berkata mereka sangat senang saya
menceritakan kisah Sean ini pada anak-anaknya.
Para pendidik sibuk memperdebatkan cara yang paling baik untuk
memberikan pendidikan tentang obat-obat terlarang. Hampir semuanya
setuju bahwa taktik menakut-nakuti tidak akan berhasil. Selain itu, banyak
126 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

juga yang setuju bahwa pendidikan obat terlarang agar lebih efektif harus
disatukan pada sebuah program yang lebih luas dari pendidikan nilai-nilai
yang membantu siswa menilai dirinya sendiri, menginspirasi tujuan-tujuan
yang bermanfaat, dan menghindari segala bentuk tindakan yang dapat
merugikan diri sendiri.
Ketika Tim Kent telah berhasil membuat para siswanya mengerti
tentang bahaya dari snuff, hal tersebut bukan saja karena dia memiliki cerita
yang meyakinkan. Namun, karena dia bercerita; pesan tersebut berasal dari
dirinya kepada para siswanya. Itulah yang membuatnya secara personal,
pesan ini adalah sebuah hadiah dari Kent untuk siswanya. Itulah keindahan
khusus dari bercerita. Dan cerita hadiah dari Tim Kent ini datang dari
konteks dari sebuah hubungan positif yang kuat dengan seluruh siswa,
dimana nilai-nilai moral seperti rasa hormat dan saling peduli diajarkan,
baik secara lisan maupun tulisan, setiap hari.
Menyakinkan merupakan kekuatan dari bercerita sebagai alat untuk
memberikan pendidikan moral, beberapa sekolah telah membawa para
pencerita yang profesional untuk mengajar anak didiknya.
FergusonFlorissant School District di Ferguson, Missouri, adalah salah satu
contohnya. Mereka telah menggandeng para pencerita dari daerah mereka
untuk bercerita kepada para siswanya, merekam cerita-cerita mereka, dan
memberikan pelatihan untuk para wali kelas tentang bagaimana proses
bercerita.

MEMBIMBING SETIAP SISWA (SATU PERSATU)

Dr. Harvey Greenberg, seorang profesor psikiatri untuk remaja di


Sekolah Tinggi Kesehatan Einstein, berkata bahwa anak muda zaman
sekarang sedang berhadapan dengan budaya yang sia-sia dengan tidak
adanya nilai-nilai kehidupan yang memagari mereka, sehingga mereka
bertindak semau mereka. Mereka membutuhkan seorang mentor atau
penasehat. Biasanya para guru yang menasehati mereka, tetapi para guru
tersebut sudah jarang melakukannya sekarang karena mereka lebih sering
marah atau hanya membuat mereka lelah.
Sejauh ini kita telah membicarakan tentang bagaimana seorang guru
dapat membangun sebuah hubungan dengan seluruh siswa dan
menggunakannya sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan masukan
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 127

moral. Namun, interaksi-interaksi individu dan hubunganhubungan dengan


para siswa sama pentingnya, terkadang lebih. Pihak sekolah harus
mendukung para guru dalam menjalankan peranan ini dan mencoba
mengurangi aspek kehidupan sekolah yang membuat guru memberikan
perhatian yang terburu-buru kepada para siswa dan sebagai individu.
Ketika saya mengunjungi sebuah SD Katolik di Thunder Bay, Ontario,
saya mengamati seorang guru kelas enam yang cukup menderita untuk
mengetahui para siswanya dengan cara personal. Saya lebih
memperhatikan siswa pemalu, katanya, karena dulu saya adalah seorang
anak pemalu yang menyedihkan.
Ketika saya sedang berada di ruang kelas, guru tersebut menyuruh
siswanya untuk menulis sebuah esai dengan topik Apa bakat spesialku?
Apa yang harus saya rencanakan untuk membuat bakat tersebut
berkembang dan membuat saya menjadi seorang manusia yang berguna?
ketika para siswa telah menyelesaikan esai mereka, guru tersebut meminta
beberapa orang secara sukarela untuk membacakan tulisan mereka di
depan kelas. Hampir semua siswa mengacungkan tangannya.
Seorang anak laki-laki membacakan esainya dengan rasa percaya diri
tentang kemampuan atletiknya; dia berencana untuk menjadi seorang
pemain hoki yang terkenal. Seorang anak perempuan membicarakan
tentang keinginan kuatnya untuk menjadi seorang penyanyi tetapi dia
menambahkan bahwa orang lain menganggapnya tidak dapat bernyanyi
dengan baik dan dia pun berpikir seperti itu. Akan tetapi, dia sangat
berharap akan menjadi seorang penyanyi pada suatu hari nanti. Siswa
ketiga, anak laki-laki yang lebih kecil, berkata bahwa dia banyak memiliki
cita-cita, tetapi dia berkata lagi bahwa semuanya tidak akan menjadi nyata.
Guru tersebut mempelajari para siswanya dari latihan yang sederhana
ini. Dia menggali informasi sedapat mungkin. Dia akan membuat
usahausaha khusus untuk membangun kepercayaan diri dari anak laki-laki
yang memiliki banyak mimpi tetapi tidak memiliki harapan tersebut, kata
guru itu kepada saya. Dia sangat mahir mengoperasikan komputer, kata
guru itu; Saya ingin memintanya untuk mengajarkan kemampuan tersebut
pada Robert, siswa yang cukup baik dalam hampir semua hal namun cukup
kurang dalam hal Komputer. Dengan memberikan siswa pemalu tersebut
kesempatan untuk mengajarkan sesuatu yang dia dapat, gurunya telah
mendorong anak tersebut untuk membangkitkan kepercayaan dirinya.
128 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Beberapa guru yang memiliki hubungan kontak personal yang cukup


tinggi dengan siswanya telah menemukan cara untuk mencapai hal tersebut.
Contohnya: Irene Bourne, seorang guru membaca kelas 2 di SD Birch
Meadow, Massachusetts, baru-baru ini makan siang bersama dengan hanya
dua orang siswa di kelasnya setiap Rabu. Dia berkomentar:

Akhirnya saya mengetahui apa yang membuat mereka marah, apa yang
membuat mereka khawatir, apa yang terjadi selama perjalanan ke sekolah di
dalam bus sekolah. Mereka mempelajari tentang siswa-siswa saya, apa yang
saya suka lakukan, apa yang saya rasakan tentang topik yang kita bicarakan
di kelas. Mereka berkata bahwa mereka menyukai waktu yang mereka
habiskan untuk berbicara dengan saya tanpa interupsi. Saya rasa hal ini
membuat mereka merasa menjadi orang yang penting.

Dengan anak-anak yang memiliki kesulitan, sebuah hubungan personal


antara guru dan siswa dapat membuat semua perbedaan dalam kemapuan
seorang guru yang memiliki sebuah pengaruh positif. Louise Lotz telah
mengajar si sekolah dasar selama 23 tahun dan sekarang menjadi seorang
guru kelas tiga di SD San Ramons Walt Disney. Dia teringat seorang anak
laki-laki yang merupakan seorang anak nakal yang pada waktu itu duduk di
kelas tiga. Louise menggambarkan latar belakang dan tingkah laku anak
tersebut dan dia menjelaskan pula pendekatannya terhadap sang anak:

Ibunda Ryan secara terbuka mengatakan bahwa dia tidak menyukai


anaknya. Ayah Ryan pernah memukul ibunya. Ryan suka memukul anak lain di
taman bermain. Ryan mengalami kekerasan yang coba diintervensikan oleh
orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Strategi saya kepada anak-anak seperti Ryan adalah dengan mencintai
mereka selamanya. Mereka berjuang untuk mendapatkan kekuasaan,
sehingga kita tidak akan pernah menang dengan cara merebutnya.
Saya tahu bahwa Ryan menyukai baseball, lalu saya meminta saudara laki-
laki saya, yang seorang pemain baseball, untuk mengirim surat dan memberi
Ryan sesuatu. Ryan menyukainya. Kemudian kami akan mengerjakan sesuatu
setiap harinya, duduk di bangkunya misalnya. Setiap kali dia mengerjakannya,
saya memandangnya dan memberikannya senyuman hangat sambil berkata,
Kamu sudah melakukannya dengan benar, ayo kerjakan terus!

Pertama-tama coba rangkul mereka, baru kemudian ajari mereka.


Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 129

MEMBERIKAN BIMBINGAN SECARA INDIVIDU

Beberapa pendidikan moral yang paling penting yang guru berikan


terjadi ketika mereka diam-diam berada di samping siswa dan memberikan
umpan balik yang korektif.
Seorang anak berusia tujuh tahun, Bret, mendapatkan penggambaran
diri yang negatif, memiliki masalah ketika berkumpul dengan temannya, dan
memiliki kebiasaan merebut barang temannya. Setiap sore, kantungnya
penuh, kata gurunya. barang kecil. Sebuah pensil. Sebuah penghapus.
Sebuah mobil-mobilan. Benda-benda yang bukan kepunyaannya.

Saya telah menasehatinya. Kata saya, Bret, bagaimana menurutmu


perasaan anak lain ketika mengetahui bahwa barang mereka hilang?
Kemudian dia mengangkat kedua bahunya.
Kata saya lagi, Kamu sangat senang membawa monster hijaumu ke sekolah.
Bagaimana kalau Joey mengambilnya? Tidak akan, katanya.
kalau begitu, apakah adil menurutmu mengambil barang-barang siswa lain?
Tidak, katanya. Apakah ada barang yang harus kamu berikan kepada saya
sebelum kamu pulang ke rumah? Hanya satu benda, katanya.
Saya tahu bahwa hal ini tidak akan menjadi sebuah perubahan yang cepat
pada diri Bret. Akan tetapi dia mengetahui bahwa saya peduli terhadapnya,
dan kami terus membicarakan hal ini. Seminggu setelah pembicaraan serius
kami, dia masih suka mengambil barang temannya, tetapi kemudian dia
mengembalikannya lagi kepada pemiliknya.

Untuk memaksimalkan kesempatan agar konseling moral seperti ini


dapat memberikan efek positif pada anak, pembicaraan antara guru dan
siswa seharusnya:

1. Dilakukan secara individual dan pada waktu dimana guru dan siswa
tersebut dapat mendiskusikan permasalahannya tersebut secara bijaksana.

2. Bantu anak untuk mengerti tentang konsekuensi terburuk dari tindakan


mereka, baik terhadap mereka sendiri maupun terhadap orang lain.

3. Diikuti dengan pembicaraan-pembicaraan selanjutnya antara guru dan


siswa untuk memonitor masalah tersebut dan menegaskan kepada siswa
tersebut tentang perbaikan-perbaikan yang telah dibuat.
130 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Para guru biasanya dapat melihat apakah anak telah menghentikan


sebuah kebiasaan tertentu yang bermasalah di dalam kelas mereka, tetapi
mereka biasanya tidak mengetahui efek jangka panjangnya pada
perkembangan moral anak. Bagaimanapun beberapa tahun kemudian,
banyak orang akan mengingat pengaruh dari seorang guru yang secara
serius menangani tindakan buruk siswanya.

MERANGKUL PARA SISWA DENGAN CARA KOMUNIKASI


TULISAN

Terkadang, sebuah catatan tertulis dari guru untuk siswanya dapat


menjadi sebuah cara yang efektif untuk memberikan pesan moral.
Contohnya, kepercayaan diri seorang anak dapat ditingkatkan melalui
catatan sederhana dari gurunya. Seorang calon guru memperhatikan bahwa
banyak siswa kelas enamnya yang memiliki pandangan negatif terhadap diri
mereka sendiri. Oleh karena itu, dia menulis sebuah catatan untuk semua
anak dimulai dari karakteristik seorang anak yang dia sukai. Dia juga
meminta para siswa untuk membalas tulisan tersebut dengan menuliskan
apa yang mereka suka dari diri mereka. Calon guru tersebut memberikan
komentarnya:

Mereka sangat senang dengan catatan-catatan tersebut dimana kami


mendiskusikanya ketika kami duduk melingkar tentang Naik dan Turun.
Selanjutnya saya mengamati bahwa banyak siswa yang lebih suka
memperlihatkan perilaku dan sifat yang positif seperti yang telah diidentifikasi
dalam pertukaran catatan dan saling berbagi dengan kelompok.

Banyak guru yang meminta para siswa untuk memiliki sebuah jurnal
dan meminta mereka untuk menulisinya setiap hari. Beberapa guru tidak
mengatur tulisan untuk jurnal murid-murid mereka; beberapa lainnya
memberikan contoh kalimat-kalimat pertama seperti Teman baikku ,
Saya mahir dalam , Ketika saya sedang di taman bermain , Saya
berharap guru saya akan , Saya dapat belajar dengan baik ketika , atau
Sebuah masalah yang saya miliki di sekolah tahun ini
Biasanya para guru memeriksa jurnal para siswanya dan menuliskan
komentar selama seminggu.
Guru Sebagai Pengasuh (Pemberi Kasih Sayang), Contoh Dan Mentor | 131

Kata seorang guru kelas lima: Mengomentari isi jurnal anak dapat
memberi saya sebuah percakapan yang berkelanjutan dengan tiap-tiap
murid saya. Dan mereka menggali jurnal-jurnal mereka. Mereka sangat
peduli pada jurnal tersebut, dan beberapa tahun kemudian, ketika mereka
datang ke sekolah untuk berkunjung, mereka masih membicarakan tentang
jurnal mereka tersebut.
Kadang-kadang para siswa menggunakan jurnal mereka untuk
membicarakan tentang sebuah permasalahan moral yang mungkin tidak
mereka sadari. Komentar-komentar seorang guru kelas delapan yang
mengatakan bahwa jurnal adalah hanya antara saya dan para siswa.

Saya memiliki seorang siswa perempuan yang tertarik pada seorang anak
laki-laki di kelas. Dia menulis di jurnalnya bahwa dia kecewa ketika ayahnya
tidak mengijinkan mereka untuk jalan-jalan. Dia tidak mau pergi diam-diam.
Kemudian kami membicarakannya setelah jam sekolah tentang bagaimana dia
dapat mencoba mengatakannya kepada orangtuanya itu. Saya memujinya
karena dia tidak mau pergi diam-diam dan karena dia tetap ingin menjaga
kepercayaan orangtuanya.

KETERBATASAN TENTANG HAL YANG DAPAT DILAKUKAN


GURU

Merujuk pada semua cara yang dapat guru lakukan dalam memberikan
pengaruh moral kepada para siswanya, saya ingin mengakui bahwa ada
keterbatasan-keterbatasan pada apa yang dapat guru lakukan. Tanpa
bantuan dari orang-orang rumah, seorang guru mungkin tidak akan dapat
memperkecil jumlah anak yang sukar dan mengganggu yang harus dihadapi
oleh para guru. Akan tetapi bahkan seorang anak yang menunjukkan
perkembangan yang cukup cepat akan lebih baik jika mereka memiliki
seorang guru yang memberi mereka kasih sayang dan bimbingan moral.
Hanya jika untuk alasan bahwa hal tersebut kemungkinan akan menjadi
lebih buruk tanpa usaha-usaha dari guru tersebut. Kita ketahui bahwa dalam
perkembangan moral, seperti halnya dalam perkembangan intelektual,
terkadang ada sebuah efek sleeper: efek-efek dari sebuah intervensi guru
yang mungkin akan muncul beberapa tahun kemudian.
Walaupun hasil kerja guru yang tidak terlihat dan tidak menentu
tersebut, tetapi nilai-nilai pendidikan di dalam kelas perlu dimulai dari
hubungan antara guru dan siswanya. Hal tersebut merupakan fondasi
132 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

segalanya. Jika para siswa tidak merasa bahwa guru mereka adalah
seseorang yang menghormati dan peduli terhadap mereka, maka mereka
kemungkinan tidak akan terbuka terhadap nilai-nilai apa pun yang guru
ajarkan kepada mereka.
Kesadaran akan pentingnya hubungan guru-siswa ini membutuhkan
seorang guru yang memiliki visi moral. Untuk menjadi pendidik yang
bermoral, diperlukan pandangan tentang signifikansi moral dari
interaksiinteraksi moral dan bahkan pengalaman-pengalaman kecil,
membayangkan efek-efek jangka panjang dari pengalaman siswa di sekolah
tentang nilai-nilai hidup dan karakter mereka, serta jenis masyarakat yang
akan mereka miliki suatu hari nanti yang dapat membantu mereka berkarya,
melihat pengajaran sebagai hal yang pertama kali terlihat sebagai sebuah
panggilan khusus, yaitu sebagai hadiah moral
Hal ini merupakan sebuah peranan yang saya pecaya, secara alami
ditarik oleh sebagian besar guru-guru. Sebuah fungsi yang luar biasa yaitu
sebagai suri tauladan dan mentor, walaupun mereka mungkin tidak
memanggilnya. Banyak guru juga yang mengajar di tempat pertama yang
tidak hanya karena mereka menyukai anak-anak, tetapi juga karena mereka
ingin membuat sebuah perbedaan dalam kehidupan para siswanya,
mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang baik seperti membaca dan
berhitung, memengaruhi mereka untuk menjadi apa yang seharusnya.
Senangnya, itu adalah sebuah tujuan di dalam jangkauan dari seorang
guru yang menjadikannya sebuah prioritas.

Untuk sebuah contoh yang luar biasa tentang bagaimana sistem laporan
seputar sekolah, selain itu dapat juga digunakan untuk membimbing setiap
siswa, kirim pesan untuk bagian publikasi Shoreham Wading River Middle
School One on One (Satu Persatu): Buku pegangan (Shoreham-Wading River
Middle School, Randatt Road, Shoreham, NY 11785; tel. 576-929-8500.
BAB6

MENCIPTAKAN KOMUNITAS YANG BERMORAL DI


KELAS

Pelatihan moral yang paling baik dan paling mendalam adalah pelatihan yang
didapatkan oleh seseorang dengan memiliki hubungan yang wajar dengan
orang lain. Sistem-sistem pendidikan sekarang, sejauh ini merusak atau
mengabaikan kesatuan ini, yang menyebabkan sulit dan tidak mungkin untuk
mendapatkan pendidikan moral yang teratur dan sungguh-sungguh.

John Dewey

Tongkat dan batu dapat menghancurkan tulang kita, tetapi kata-kata dapat
menghancurkan hati kita.

Robert Fulghum

eorang guru di sistem sekolah pinggiran kota yang makmur


S mendeskripsikan kelasnya (kelas lima) sebagai berikut:

Ada banyak nama panggilan. Anak laki-laki yang cukup lemah atau tidak
atletis mendapat panggilan fags (sisa yang paling jelek). Nama-nama
panggilan tersebut merupakan sebuah pukulan bagi tiga orang anak Cina,
yang dipanggil egg roll (telur gulung), wonton soup, dan nama-nama
lainnya. Anak lelaki pun memanggil anak perempuan dengan sebutan
gendut, muka kue, dan lain sebagainya. Mereka tidak menggunakan nama
panggilan itu ketika ada saya, tetapi ketika tidak ada mereka memanggil
temannya dengan sebutan seperti itu.

Dan seorang guru di sebuah TK di daerah pedesaan berkata:

Saya mulai mengajar beberapa tahun lalu. Saya terkejut ketika anakanak
usia lima tahun ini memanggil temannya dengan kata bego,bodoh,homo.
Mereka bertengkar dan tidak dapat bermain bersama-sama. Dia mengambil
spidolku! Dia mendorongku! Hari ini saya mendapati seorang murid
perempuan saya kepalanya terbentur ayunan karena didorong oleh temannya.
134 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

128
Banyak guru-guru hebat yang menjadikan perasaan sakit untuk
membentuk sebuah hubungan dengan para siswanya yaitu dengan cara
menghormati dan peduli. Bagaimanapun, guru-guru sering dalam keadaan
yang merugi terutama ketika bagaimana membantu memberikan rasa
hormat dan peduli di antara siswa-siswanya. Mereka direpotkan dengan apa
yang mereka lihat seperti sebuah kecenderungan yang meningkat di setiap
tingkatan umur untuk bersikap egois, tidak berperasaan, dan kasar dalam
perlakuan mereka terhadap teman sekolahnya. Pengertian para guru yang
cukup besar tentang rasa hormat siswa terhadap dirinya sendiri dan
terhadap orang lain yang mereka coba bangun dapat terkurangi karena
kenakalan teman sebayanya.
Meninggalkan fungsinya, kelompok teman sebaya sering berakhir pada
pengaturan oleh tendensi yang terburuk dalam diri anak. Dominasi, merasa
eksklusif, dan peremehan menjadi norma sosial yang umum. Sebuah
kesenangan dengan pakaian yang tepat sekarang merupakan bagian dari
masalah tersebut. Los Angeles Times baru-baru ini memberitakan laporan
dari seluruh pelosok negeri tentang bagaimana anak-anak sekolah dasar
diejek oleh rekannya jika mereka tidak memiliki pakaian dengan merk
terbaru. Artikel tersebut mengutip pendapat dari para orangtua murid
setelah orangtua murid tersebut mengatakan bahwa anak-anak mereka
sedang dalam balutan emosional dimana sebelum berangkat ke sekolah,
mereka menghawatirkan tentang pakaian apa yang harus mereka kenakan.
John Dewey menegaskan bahwa pendidikan telah gagal jika pendidikan
tersebut mengabaikan sekolah sebagai sebuah bentuk dari komunitas
kehidupan. Untuk dapat berhasil dalam mengajarkan rasa hormat dan
tanggung jawab, para guru harus membuat perkembangan komunitas moral
kelas sebagai sebuah objektif dari sentral pendidikan.
Anak-anak mempelajari nilai-nilai moral dengan cara
menghidupkannya. Mereka harus menjadi bagian dari sebuah komunitas
untuk berinteraksi, membentuk hubungan, menyelesaikan masalah,
bertumbuh dalam kelompok, dan belajar secara langsung, dari pengalaman
sosial langsungnya, mempelajari tentang permainan yang adil, bekerjasama,
saling memaafkan, dan menghormati nilai dan martabat setiap individu.
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 135

Kebutuhan untuk interaksi sosial yang positif ini di sekolah semakin


besar karena banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pengajaran
tersebut di luar sekolah. Seorang guru lanjutan Phyllis Smith-Hansen of
Lansing, New York mengamati: Banyak anak-anak zaman sekarang yang
kurang bermoral; mereka tidak sopan. Hal tersebut karena mereka tidak
belajar untuk itu. Sumber interaksi yang paling besar yaitu sesuatu yang
kamu berikan dan kamu lakukan.
Terakhir, untuk semua siswa, ada sebuah atmosfer yang lebih baik
untuk pembelajaran akademik ketika mereka tidak senang karena
penolakan dan kenakalan teman sebayanya.
Apa sesungguhnya yang menciptakan sebuah komunitas yang bermoral
di dalam kelas? Tiga syarat dasarnya yaitu:

1. Para siswa saling mengenal satu sama lain.

2. Para siswa saling menghormati, menguatkan dan peduli satu sama lain.

3. Para siswa merasa menjadi bagian dan bertanggungjawab terhadap kelompok


mereka.

MEMBANTU SISWA UNTUK SALING MENGENAL

Membantu siswa untuk saling mengenal adalah langkah pertama dalam


membangun sebuah komunitas moral. Hal tersebut akan mempermudah
kita untuk menilai orang lain dan merasa saling menyayangi jika kita
mengetahui tentang mereka.
Membangun ikatan-ikatan dimulai dari hari pertama sekolah, sebuah
waktu penting untuk memulai menciptakan sebuah perasaan persahabatan
di dalam kelas. Salah satu cara untuk menciptakannya yaitu dengan cara
memberikan sebuah tugas yang tidak membuat siswa merasa terancam
dalam mengerjakannya, baik dengan siswa lainnya maupun dengan
kelompoknya. Pendekatan ini digunakan oleh Kristen Field dan Virginia
Holmes, yang mengajar di dalam sebuah kelas yang terdiri dari kelas tiga
dan empat di SD Pierce di Brookline, Massachusetts.
Partner/pasangan. Para guru ini mengelompokkan siswa menjadi
berpasang-pasangan dengan orang yang belum mereka kenal dan memberi
waktu 10 menit untuk melengkapi sebuah lembar kerja dengan judul
Partner (lihat kotak di bawah). Setelah mereka selesai mengisi lembar
136 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kerja tersebut, ajak mereka untuk duduk melingkar dan menceritakan


kepada teman satu kelompoknya tentang kolom yang sudah mereka
lengkapi.
Aktivitas seperti ini membuat siswa mempelajari beberapa hal:
pasangan tiap-tiap siswa mempelajari dan akan mengenal teman barunya;
setiap anggota kelas mengenal satu sama lain melalui diskusi seluruh
kelompok; dan aktifitas ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki
persamaan dan perbedaan, meletakkan dasar-dasar untuk sebuah
komunitas kelas yang menilai bahwa individualitas dan perbedaan seperti
halnya kesatuan.
Memburu teman. Aktifitas hari pertama sekolah lainnya adalah bekerja
secara baik dengan siswa dalam rentang umur yang berbeda-beda adalah
memburu teman. Saya mengamati Ruby Tellsworth, seorang guru kelas dua
di SD Rancho Romeo di San Ramon, California, menggunakan aktifitas ini di
kelasnya. Dia memberikan setiap siswanya sebuah daftar yang berisi 20
pernyataan dan meminta mereka untuk menulis nama teman-teman mereka
dan kemudian mereka berjalan berkeliling kelas untuk berbicara dengan
teman-teman sekelasnya. Contoh pernyataannya adalah:

1. Seseorang yang dapat bersiul adalah _______________________________________


2. Yang suka pizza adalah _____________________________________________________
3. Yang gemar membaca buku adalah ________________________________________

PASANGAN

Nama: __________________ Nama: __________________

Persamaan Perbedaan

Pertanyaan untuk masing-masing pasangan:


1. Sebutkan apa makanan kesukaanmu?
2. Tuliskan dua hal yang suka kamu lakukan?
3. Apa warna kesukaannmu?
4. Apakah kamu memiliki kakak atau adik?
5. Apa pelajaran atau aktifitasmu di sekolah yang kamu sukai?
6. Apa yang telah kamu pelajari selama semester kemarin?
4. Yang suka memancing adalah ______________________________________________
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 137

5. Siswa di sekolah ini adalah __________________________________________________

6. Yang memiliki buyut adalah ________________________________________________

7. Yang dapat menunggang kuda adalah _____________________________________

Foto-foto. Guru lain memfoto siswanya satu persatu di hari pertama


sekolah. Kemudian, dia menempelkannya di papan bulletin, dengan nama
masing-masing anak di bawah foto mereka.
Petunjuk Kelas. Para guru pengganti mengatakan bahwa mereka dapat
memasuki kelas di akhir tahun pelajaran dan menemukan bahwa beberapa
dari siswa mereka belum mengetahui nama masing-masing temannya.
Dalam hal ini, mempelajari nama dan membentuk persahabatan dapat
difasilitasi oleh sebuah petunjuk kelas.
Di SD Lawrence di Brookline, Massachusetts, selama minggu pertama
sekolah, guru TK-nya anak kami Matthew meminta setiap anak untuk
menggambar diri mereka masing-masing di setengah bagian atas selembar
kertas. Di bawah gambar mereka ditulis tiga kalimat yang harus dilengkapi
oleh para siswa (dengan bantuan guru jika diperlukan): Nama saya adalah
_______; Saya suka _______ dan _______; dan Nomor telepon saya _______.
Ibu Watts kemudian membuat buku kelas untuk para siswanya. Matthew
menulis di kertasnya kalau dia suka berenang dan menggambar. Di hari
dimana buku kelas itu dibagikan kepada masing-masing siswa, Matthew
sangat senang sekali karena dia mendapatkan dua telepon dari temannya
ketika dia tiba di rumah. Telepon pertama adalah dari Jason, salah satu siswa
yang suka berenang. Matthew dan Jason menjadi sahabat berenang. Telepon
yang kedua adalah dari Yoshi, seorang anak pemalu dari Jepang yang suka
menggambar; yang selanjutnya Matthew dan Yoshi menghabiskan beberapa
waktu mereka untuk menggambar bersama. Jika pengalaman Matthew
merupakan salah satu indikasi, sangatlah mungkin akan terbentuknya
jalinan persahabatan baru di antara seluruh anak di kelasnya bu Watt dan
merupakan awal dari sebuah komunitas kelas yang bersatu padu.
Guru-guru di kelas yang lebih besar telah mengadaptasi ide petujuk kelas
dengan meminta siswa untuk mewawancarai pasangan siswa masing-
masing, mencatatnya, dan kemudian menulis sketsa biografinya, yang dapat
di foto kopi oleh guru untuk dijadikan petunjuk.
138 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Tas harta karun. Sherry Chappelle adalah seorang guru kelas empat di
Sekolah Rippowam-Cisqua di Bedford, New York. Salah satu kegiatan
membangun komunitas kelas favoritnya adalah tas harta karun, yang dia
lakukan selama minggu kedua awal tahun pelajaran. Dia meminta para
siswanya untuk membawa tas yang berisi lima barang yang mewakili diri
para siswa. Bersama-sama mereka membuat barang-barang yang mungkin
ada di tas mereka yang dapat menggambarkan sesuatu tentang mereka.
Kemudian Ibu Chapplle memberikan komentarnya:

Kami akan mengambil sebuah tas tanpa mengetahui siapa pemiliknya dan
coba tebak tas siapa itu. Kemudian kami bertanya, Pemilik yang
sesungguhnya tolong berdiri? Aktivitas seperti ini juga dapat membantu
menumbuhkan rasa menghargai terhadap diri sendiri. Seorang anak lelaki,
ketika kami sedang membahas tasnya, dia berkata Saya tidak dapat apaapa.
Siswa lainnya berkata, Kamu dapat! dan mereka menemukan hal-hal apa
saja yang mereka tahu bahwa anak tersebut dapat lakukan, seperti
menggambar.

Sahabat pena. Dua guru kelas enam di kota yang berbeda memutuskan
untuk meminta siswa mereka untuk saling menulis kepada pasangan siswa
masing-masing di sekolah yang berbeda tersebut. Setiap siswa memiliki
seorang sahabat pena di kelas lain. Kemudian, kedua guru itu berkata:

Setiap saat kami selesai menulis, saya maminta semua siswa saya untuk
membacakan surat mereka di depan kelas. Seorang anak perempuan yang
hanya memiliki satu mata menulis surat untuk sahabat penanya tentang
matanya. Ketika dia membacakan suratnya di depan kelas, reaksi anak-anak
lainnya adalah, Wow, dia tidak takut memberi tahu orang-orang tentang hal
itu. Siswa lainnya mengagumi anak perempuan itu dan menjadi lebih nyaman
dengan kekurangannya karena mereka tahu bahwa anak perempuan itu
menerima kenyataan yang ada pada dirinya.

Kami masih melanjutkan untuk saling menulis surat kepada sahabat


pena kami masing-masing, kata guru tersebut, siswa saya berkata, Mereka
sama seperti kita dan Mereka berbeda ya dengan kita. Ada sebuah
apresiasi untuk keduanya. Dan hal ini menambah semangat di sekolah,
karena mereka ingin menunjukkan keunggulan sekolah mereka.
Pengalaman-pengalaman ini membuat kami menjadi sebuah kelompok yang
solid.
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 139

PETIKAIAN KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

Salah satu paradoks dari perkembangan moral yaitu kebiasaan moral


anak-anak yang kadang-kadang terlihat mundur, walaupun pemikiran
moral mereka telah maju. Contohnya: para siswa kelas lima dan enam yang
dapat memberikan respon secara verbal yang baik terhadap permasalahan
moral, tetapi lebih sering bertindak secara tidak baik terhadap temannya
dalam interaksi mereka sehari-hari daripada sebelumnya. Mereka
cenderung membuat kelompok-kelompok sendiri. Siapa saja yang dapat
masuk dan siapa saja yang dapat dikeluarkan. Kelompok-kelompok
seperti ini dapat mematikan rasa kebersamaan di kelas.
Kursi undian. Janet Fagal menghadapi masalah ini berkali-kali dengan
siswa kelas limanya di SD State Street di Skaneateles, New York. Sehingga
suatu hari dia memperkenalkan sebuah aktifitas yaitu sebuah kursi undian.
Dia merubah susunan bangku siswanya menjadi sebuah persegi besar dan
menomori setiap kursinya. Setiap jumat sore, setiap siswa berkumpul di
tengah-tengah kelas dan mengambil sebuah nomor dari gurunya yang
menentukan dimana dia akan duduk minggu depannya.
Kursi undian ini menjadi langkah antisipasi yang baik. Sebuah kursi
hampir selalu berarti dua dua orang sebelah yang baru. Di tahun pelajaran
tersebut jalinan pertemanan di kelas menjadi lebih baik dari sebelumnya,
dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk sebelumnya menjadi lebih
terbuka dan menjadi kurang bermusuhan.

MEMBANGUN KOMUNITAS DENGAN SISWA YANG BESAR

Guru-guru di kelas yang lebih tinggi, contohnya kelas tujuh atau delapan
juga melihat banyaknya permusuhan secara interpersonal di antara para
siswanya. Usia seperti ini memang diwarnai dengan meningkatnya
kesadaran diri dan ketakutan akan penerimaan oleh temanteman mereka.
Dan di usia mereka ini mereka cenderung berkata, Ini bodoh! untuk
kegiatan-kegiatan pembangunan komunitas kelas seperti yang diberikan
pada siswa di kelas yang lebih kecil dimana mereka lebih siap untuk saling
bersama-sama.
140 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Hanya ada satu cara untuk menanggulanginya, yaitu dengan


mengantisipasinya. Seorang guru SMP berkata, sehubungan dengan sebuah
kegiatan membangun komunitas kelas: beberapa dari kalian mungkin
berpikir bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang bodoh, dan hal itu
wajar, tetapi saya ingin kalian melakukannya. Ketika saya mengajar di kelas,
sangatlah penting untuk kalian saling mengenal dan menghormati satu
sama lain. Atau dapat juga dengan membuat sebuah pembenaran
akademik seperti: Akan banyak dibutuhkan diskusi dalam mata pelajaran
ini, jadi saya ingin kalian merasa nyaman untuk berbicara dan bereaksi atas
ide-ide dari teman kalian.

MEMPERBAIKI KUALITAS INTERAKSI KELOMPOK

Banyak guru tingkat dua yang kurang bersemangat karena rendahnya


kualitas diskusi di kelas mereka. Hanya sedikit siswa yang berpartisipasi
dan yang lainnya lebih memilih diam merupakan pola yang biasa terjadi.
Pola ini merupakan sebuah masalah dari sebuah kebiasaan moral
seperti halnya dalam sebuah perspektif akademik. Dalam menciptakan
sebuah komunitas moral seorang guru harus memasukkan penciptaan
sebuah komunitas belajar dimana para siswa secara aktif dan senang hati
berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan dimana mereka dapat
berbagi tanggung jawab untuk membuat kelas menjadi sebuah tempat yang
baik.
Perasaan baik atau buruk. Salah satu cara dimana guru dapat
meletakkan dasar-dasar untuk siswa dapat berpartisipasi dengan lebih baik
di dalam kelompok yaitu dengan memulai tahun pelajaran dengan sebuah
latihan yang dapat membantu siswa merasa nyaman dengan teman-
temannya dan membuat mereka berpikir tentang tanggung jawab mereka
sebagai anggota kelas. Para siswa diminta untuk menulis dua hal yang
dapat dilakukan teman-temanmu yang dapat membuatmu nyaman ketika
sedang berada dalam kelompok diskusi dan dua hal yang dapat
membuatmu tidak nyaman ketika sedang berada dalam kelompok diskusi.6
Kemudian, dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga orang, mereka
mendiskusikan catatan mereka. Setelah itu, para siswa satu kelas membuat
lingkaran dan melakukan aktifitas lingkaran penggerak, dimana setiap
siswa memberitahukan hal positif satu persatu dan selanjutnya satu hal
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 141

yang negatif dalam diskusi. Setiap anak menuliskan semua yang disebutkan
oleh temannya dan diakhir kegiatan ini mereka memilih satu hal untuk
dicoba untuk menjadi seorang anggota kelompok yang lebih baik dalam
diskusi.
Kegiatan ini tidak akan mengatasi semua masalah, diperlukan adanya
kegiatan tindak lanjut. Namun demikian, kegiatan ini merupakan kegiatan
yang dapat membangkitkan kesadaran siswa untuk membuat diskusi
kelompok menjadi lebih produktif. Secara khusus, banyak siswa yang
mengatakan bahwa kegiatan ini membuat mereka merasa lebih baik karena
mereka merasa didengar oleh teman-temannya, dan banyak siswa yang
menyebutkan bahwa mereka tidak suka ketika seseorang memonopoli
kegiatan diskusi atau ketika siswa lain tidak berkata apa-apa.
Mantel tangan. Guru sekolah lanjutan juga menggunakan aktivitas
refleksi diri yang beranekaragam untuk mencairkan suasana dan membantu
siswa agar merasa senang dalam bekerja dengan kelompoknya. Mantel
tangan adalah sebuah contoh umum. Dalam kegiatan ini, para siswa
menggambar di majalah dinding sebuah perisai besar yang dibagi menjadi
enam bagian, kemudian menuliskan respon mereka terhadap tiap
pertanyaan yang ada di setiap bagian, seperti: Tiga hal apa yang dapat kamu
lakukan dengan baik? Satu hal apa yang dapat orang lain lakukan untuk
membuat kamu merasa senang? Satu hal apa yang ingin kamu capai?
Buku-buku tentang klarifikasi nilai-nilai moral, yang biasanya tidak
cukup membantu anak untuk mendiskusikan permasalahan moral (lihat bab
12), merupakan sumber yang baik bagi kegiatan seperti ini dimana buku
tersebut dapat membawa anak-anak untuk berpikir tentang diri mereka
sendiri dan berbagi tentang informasi yang penting secara personal dengan
teman-temannya.

MENGAJARKAN SISWA UNTUK SALING MENGHORMATI,


MENGUATKAN, DAN PEDULI

Ketika para siswa saling mengetahui seluk beluk temannya


masingmasing, guru akan lebih mudah untuk mengembangkan aspek kedua
dari komunitas moral, yaitu: rasa hormat, saling menguatkan, dan peduli
siswa dengan temannya. Terkadang hal ini merupakan sebuah hal dalam
142 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mengembangkan empati mereka, yang pada gilirannya menjadi sebuah hal


dalam menyediakan informasi tertentu. Ketika Barb Butler mengajar di
kelas empat di Dryden, New York, dia memiliki siswa laki-laki yang
orangtuanya bercerai dan menjadi anak yang sangat mengganggu
temantemannya. Suatu hari, ketika anak ini tidak masuk sekolah, Bu Butler
bertanya pada siswa lainnya, Berapa orang dari kalian yang harus tinggal
hanya dengan salah satu dari orangtua kalian?
Sekitar setengah siswanya mengacungkan tangan. Berapa dari kalian
yang sangat kecewa? banyak yang mengacungkan tangan kembali. Nah,
itulah yang sekarang terjadi pada Stephen. Dan dia masih menghadapinya,
dia masih belum terbiasa. Jadi, kalian harus membantunya, sabar
dengannya. Setelah mereka mendapatkan pengertian ini, tingkah laku
mereka kepada Stephen menjadi lebih toleran dan suportif.

MENGHENTIKAN KEKASARAN PADA ANAK YANG BERBEDA

Sebagian besar guru memberikan perhatian khusus dalam mendukung


para siswanya untuk menerima anak-anak yang berbeda. Guru
mengetahui bahwa anak-anak seperti ini akan memiliki sebuah jalan hidup
yang cukup kuat tanpa kekasaran dan pengasingan dari teman-temannya.
Dan guru secara benar telah menilai bahwa penolakan terhadap perbedaan
merupakan sebuah masalah moral yang serius yang mendasari prasangka,
rasa benci, dan kekerasan yang dapat mengganggu masyarakat dan dunia
ini.
Rhonda adalah seorang anak kelas tiga yang nampak berbeda. Umurnya
10 tahun, dua tahun lebih tua dan secara fisik lebih besar dari teman-teman
sekelasnya. Keluarganya hidup di sebuah gubuk di desanya, dan dia sering
datang ke sekolah dengan pakaian lusuh. Teman sekelasnya menertawai
bajunya yang berlubang. Dia merupakan seorang anak yang lemah, dan
teman-temannya sering menertawainya. Dia juga memiliki kelambanan
dalam belajar, dan teman sekelasnya sering mengejeknya ketika dia pergi ke
ruang bantuan untuk meminta pertolongan. Bahkan siswa yang biasa dan
ramah pun ikut mengejeknya.
Banyak siswa yang nampaknya menjadikan Rhonda sebagai kambing
hitam. Selain itu, tidak ada satu pun temannya yang ingin duduk pada jam
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 143

makan siang dan main dengannya pada jam istirahat. Bahkan Paul, teman
satu-satunya, ikut menjauhinya.
Rhonda perlahan menarik dirinya sendiri dan menunjukkan sikap yang
kurang dewasa. Lagi dan lagi, dia berbicara dalam bahasa bayi. Dia juga
mulai bersikeras bahwa dia tidak dapat melakukan hal sederhana untuk
dirinya sendiri.
Saya mengetahui cerita ini karena saya merupakan dosen pembimbing
dari seorang calon guru, Ro Tilkin. Dia merasa sangat tertekan dengan
perlakuan terhadap Rhonda dan dia ingin memutuskan untuk melakukan
sesuatu untuk menyelesaikan masalah ini. Dia membicarakannya dengan
Guru Pamongnya, yang juga menghawatirkan perlakuan para siswanya
terhadap Rhonda, tetapi dia berkata bahwa dia tidak tahu bagaimana cara
mengatasinya. Oleh karena itu, calon guru tersebut mencoba memperbaiki
situasi dengan caranya, melalui pemberitahuan secara verbal (Setiap orang
memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat), Dengan cara memohon
(Ayolah, dia seperti anak lainnya, bersikap baiklah sedikit), perjalanan
yang melelahkan (Kamu sudah mengganggunya sepanjang hari),
mengibaratkan (Bagaimana kalau Ibu berkata kepadamu bahwa kamu
sekarang sedang memakai kemeja merah yang jelek?, menanyakan kepada
para siswa mengapa mereka selalu mengganggu Rhonda, dan bahkan
memberikan hukuman. Tidak ada yang berhasil.
Akhirnya, calon guru itu meminta seseorang dari ruang bantuan, yaitu
Laura LoParco, untuk datang ke kelasnya dan berbicara langsung dengan
para siswa.
Dia menggunakan pendekatan yang sangat tenang, lalu berkata pada
anak-anak bahwa dia datang ke kelas bukan sebagai pemberi hukuman,
tetapi sebagai mediator. Untuk menjelaskannya, dia menggambar sebuah
lingkaran yang diibaratkan sebagai Rhonda di satu sisi papan tulis, dan
banyak lingkaran yang diibaratkan sebagai teman-teman Rhonda di sisi lain
papan tulis, dan sebuah lingkaran ditengah-tengah berisi huruf M besar
yang mewakili dirinya sebagai mediator, yaitu seseorang di tengah.
Dengan menjadi orang yang berada di tengah, katanya, dia dapat mengerti
kedua sisi dan membantu memecahkan masalah mereka.
Kemudian dia bertanya, Apakah kalian tahu apa itu kelambanan dalam
belajar? mereka tidak mengetahuinya. Dia memberitahukan contoh lain
dari kelambanan belajar yang dialami oleh anak-anak yang dia ajar di ruang
bantuan. Dia menjelaskannya bahwa sangatlah susah bagi mereka untuk
144 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membaca dan berhitung, bukan karena mereka bodoh, tetapi karena otak
mereka bekerja secara berbeda dengan orang biasa. Tetapi, katanya lagi
mereka tidaklah berbeda dengan kalian di banyak hal. Mereka memiliki
perasaan, sama seperti kalian, mereka membutuhkan teman.
Lalu dia berkata, Saya ingin mengetahui perasaan kalian terhadap
Rhonda. Saya tidak akan menghukum kalian karena apa yang akan kalian
katakan, dan saya tidak akan memberitahukan kepada Rhonda apa yang
kalian katakan. Beberapa siswa kemudian mengatakan apa yang membuat
mereka tidak menyukai Rhonda. Saya pikir hal ini merupakan hal yang
penting, kemudian Ibu LoParco berkomentar, membiarkan mereka
mengekspresikan perasaannya sebelum mencoba membuat mereka
memikirkan perasaan Rhonda.
Kemudian dia meminta para siswa untuk menempatkan dirinya di
tempat Rhonda. Bagaimana, dia bertanya, menurut kalian yang dirasakan
Rhonda? mereka semua diam. Secara perlahan-lahan, anakanak berbicara
tentang bagaimana perasaan Rhonda ketika diejek dan dijauhi teman-
temannya.
Bu LoParco kemudian mencoba membantu mereka untuk mengerti
bagaimana tingkah laku mereka memengaruhi Rhonda:

Apa yang kalian lakukan adalah menyakiti Rhonda, di sini (sambil


menunjuk ke kepalanya sendiri), di pikirannya. Kamu tidak dapat melihatnya;
karena pikiran tidak terlihat, tetapi sangat nyata. Kamu dapat membuatnya
berpikir bahwa dia adalah seorang anak yang bodoh dan seorang anak yang
tidak disukai oleh siapa pun. Hal itu akan menempel di pikirannya cukup lama,
bahkan bertahun-tahun. Hal itu akan memengaruhi kemampuannya untuk
belajar dan kemampuannya untuk berteman dengan orang lain.
Dia memberi anak-anak satu pandangan lagi: Apakah kalian sadar
bahwa kalian sering menggunakan Rhonda sebagai melampiaskan perasaan
kalian? dia meminta anak-anak untuk berpikir beberapa waktu apakah hal
itu mungkin benar.
Kemudian dia mengatakan lagi: Kalian dapat membuat sebuah
keputusan. Apakah kalian akan melakukan hal-hal seperti ini lagi? Anak-
anak mengatakan tidak akan lagi.
Setelah diskusi ini, ada sebuah perubahan besar terhadap perlakuan
para siswa kepada Rhonda. Calon guru tersebut kemudian berkata:
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 145

Pertama-tama para siswa masih canggung menuliskan kartu-kartu untuk


Rhonda, bertanya kepadanya apakah dia mau mewarnai bersama-sama
dengan mereka atau duduk dengan mereka, dan sebagainya. Sekarang
semuanya mulai normal. Terkadang saya harus memberikan tindak lanjut
kepada setiap individu siswa, tetapi secara umum, tidak ada masalah lagi.

Saya rasa setidaknya ada tiga hikmah yang dapat dipelajari dari cerita
ini:
1. Jangan pernah menyerah, bahkan jika satu kelompok sedikit
melawan terhadap pengaruh korektif yang diberikan. Melalui
ketekunan calon guru tersebut dan pemberian intervensi dari seorang guru
dari ruang bantuan, sekelompok anak yang tega mengacuhkan seorang
teman kelasnya dapat menghentikan kenakalannya dan mulai bertindak
sopan padanya. Anak-anak memiliki kapasitas untuk bersikap baik dan juga
dapat menyakitkan orang lain;
2. Tindakan moral anak dapat diubah dengan cara bertanya pada
pikiran dan hati mereka. Bu LoParco telah dapat melakukannya dengan
baik karena dia memperluas wawasan moral anak dan meminta mereka
untuk menunjukkan rasa simpati dan tanggung jawab dengan cara yang
sistematik dan mendalam.
3. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Walaupun beberapa
contoh dari perlakuan tidak baik akan terjadi bahkan ketika guru sudah
mencoba membangun komunitas, kenakalan yang berlebihan yang dialami
oleh Rhonda merupakan sebuah tanda bahwa tidak adanya komunitas
moral di kelas. Membangun sebuah komunitas kelas dengan nilai-nilai
hormat-menghormati dan kebaikan merupakan cara terbaik untuk
mencegah kenakalan anak sebelum mengakar.
MENDIDIK ANAK UNTUK SALING MENGUATKAN SATU SAMA
LAIN

Salah satu cara untuk mencegah kekerasan pada anak, membangun


nilai-nilai respek dan kebaikan, dan membangun kepercayaan diri di antara
para siswa adalah dengan membantu mereka mengembangkan kebiasaan
saling menguatkan satu sama lain. Awalnya, cara ini membutuhkan
kegiatan-kegiatan yang terstruktur yang diberikan pada mereka serta
aman untuk mereka mengatakan sesuatu secara terbuka tentang teman
mereka.
146 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Waktu Penghargaan. Debbie Wilcox, seorang guru kelas lima di Kota


Johnson, New York, mengembangkan penguatan sesama siswa melalui
sebuah tradisi kelas yang ia sebut Menghargai waktu. Tiga kali seminggu,
dia berkumpul dengan siswa-siswanya dan membuat lingkaran serta
mengajak mereka untuk menceritakan sesuatu yang apa yang orang lain
lakukan dan membuat kita menghargainya.
Pada pertemuan pertama, contohnya, seorang siswa perempuan
mengatakan: Saya ingin memberi penghargaan pada Julie karena telah
memberi saya beberapa lembar kertas ketika saya lupa membawa kertas.
Pertama-tama saya memberi tahu Donna bahwa saya lupa membawa kertas,
tetapi di sana ada Julie yang kemudian menawarkan saya beberapa kertas
miliknya. (pada saat itu wajah Julie berseri-seri). Siswa perempuan lain
berkata: Saya ingin memberi penghargaan pada Laurie karena telah
membantu saya dalam mengeja minggu ini. Karenanya, pada saat itu untuk
pertama kalinya saya mendapat nilai seratus! Bu Wilcox berkata, Waktu
penghargaan sudah menjadi sesuatu yang paling popular yang kami
lakukan.
Sebuah kegiatan seperti waktu penghargaan ini mengubah hubungan
sosial dalam dua cara: kegiatan ini memberi kesempatan untuk saling
menguatkan antar teman, dan kegiatan ini juga merangsang kebiasaan
selanjutnya yaitu saling membantu dan peduli.
Kebaikan dapat membangun sebuah pohon. Seorang guru kelas
enam asal Kanada memperoleh hasil yang mirip dengan kegiatan
selanjutnya melalui sebuah kegiatan Kebaikan dapat membangun sebuah
pohon. Dua kali seminggu di awal tahun pelajaran dia meminta para
siswanya melaporkan, Perbuatan baik apa yang seseorang lakukan
kepadamu, atau yang kamu lihat dia lakukan kepada orang lain?
Di sebuah majalah dinding, guru tersebut membuat sebuah gambar
pohon besar beserta rantingnya yang masih kosong; selanjutnya di sebelah
gambar tersebut terdapat sebuah kotak yang berisi daun-daun yang telah
ia buat dari kertas hijau. Untuk setiap perbuatan baik yang telah dilakukan
oleh siswa, guru tersebut mengambil satu daun dan menuliskan nama siswa
yang melakukan perbuatan tersebut, dan menempelkannya pada salah satu
ranting pohon.
Kekuatan kata-kata positif. Kekuatan kata-kata positif8 dapat
menjadi sebuah kegiatan yang efektif untuk mencegah ejekan. Saya pernah
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas | 147

menggunakannya sekali di sebuah kelas lima dimana guru kelas itu sendiri
mengatakan bahwa nama panggilan yang tidak baik dan tidak saling
menghormati antarteman merupakan tindakan yang paling buruk yang
pernah saya lihat.
MENCIPTAKAN SEBUAH KOMUNITAS YANG BERETIKA DI KELAS

1. Membantu siswa untuk saling mengenal melalui berbagai macam kegiatan,


seperti:
Berpasangan
Petunjuk kelas
Tas harta karun
Sahabat pena dengan kelas lain
Kursi undian (untuk mengurangi pengaruh dari saling mengelompokkan
diri)
Perasaan baik/buruk (untuk membuat diskusi menjadi lebih baik)
Pelindung tangan (untuk saling berbagi tentang prestasi, aspirasi, dll.)
2. Mengajarkan para siswa untuk saling menghormati, saling menguatkan, dan
peduli.
Membangun empati siswa dengan memberikan informasi tentang teman-
temannya yang lain.
Menghentikan kenakalan anak pada anak lain yang berbeda.
Memberika kegiatan-kegiatan seperti waktu penghargaan, kebaikan
membangun sebuah pohon, kekuatan kata-kata positif, dan
berpelukan untuk kesehatan yang membantu siswa mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan untuk saling menguatkan dan untuk membantu
siswa menerapkan nilai-nilai positif dan saling membantu satu sama lain.
3. Membantu para siswa mengembangkan sebuah rasa memiliki dan tanggung
jawab pada kelompok.
Mengembangkan persatuan dan identitas melalui tradisi-tradisi dan
simbol-simbol.
Membantu setiap siswa mengembangkan perasaannya agar menjadi
seorang anggota komunitas kelas yang unik dan berharga; membantu
anak yang dijauhi oleh teman-temannya agar diterima oleh mereka.
Menciptakan akuntabilitas untuk peraturan-peraturan kelompok.
Mengembangkan sebuah etika saling ketergantungan sesama anggota
komunitas kelas (Bagi yang memiliki masalah dapat dibantu oleh teman-
teman lainnya agar masalahnya terpecahkan?).
148 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Setelah menata bangku-bangku para siswa dengan bentuk U, lalu saya


bertanya, Kata apa yang dapat membuat orang berpikir positif? para siswa
memberikan contoh. Kemudian saya bertanya lagi, Kata-kata apa yang
kadang-kadang diucapkan, tetapi membuat orang lain merasa tidak enak?
Anak-anak terlihat berbicara dalam kegaduhan dalam merespon
pertanyaan tersebut.
Jadi, Kata memiliki kekuatan, kata saya. Kata-kata memiliki kekuatan
untuk membuat perasaan senang atau tidak nyaman. Saya ingin melakukan
sesuatu sekarang yang dapat memberikan sebuah kesempatan kepada
kalian untuk melatih diri dengan kata-kata yang positif. Kemudian saya
menulis KEKUATAN KATA-KATA POSITIF di papan tulis dan menjelaskan
bagaimana kegiatan ini dilakukan:
Kalian akan diberikan sebuah tumpukkan kertas kosong, setiap anak
masing-masing mendapat satu tumpukkan. Kita akan duduk melingkar,
berfokus pada satu orang di satu waktu. Kamu memiliki satu menit untuk
menulis di kertas yang diberikan, menulis tentang namanya, dan sesuatu
yang kamu suka, kagumi, atau hargai dari orang tersebut.
Jangan tulis namamu!
Jika kamu sudah selesai menulis tentang orang tersebut, balikkan
kertasmu, dan ibu akan mengumpulkan semua kertas kalian. Kertas-kertas
yang ditulisi tentang dirimu akan saya simpan di mejamu masing-masing.
Ketika semua sudah selesai, kamu dapat membalik kertas-kertas tersebut
dan ketika telah dibagikan kepada maing-masing, kamu dapat
membacanya.
Sambil mengumpulkan kertas-kertas tersebut, guru tersebut
memonitor isi, mengembalikan kepada siswa yang kurang tepat dalam
menjelaskan kata inti dari apa yang ia tuliskan. Ketika semua sudah selesai
menulis dan dikumpulkan, termasuk gurunya. Saya memberikan tanda
kepada mereka untuk membaca tumpukkan kertas mereka yang berisi
tentang mereka.
Untuk beberapa menit, kelas menjadi sangat tenang. Kemudian situasi
kelas berubah menjadi cukup gaduh oleh kegirangan anak-anak yang saling
menunjukkan dan membicarakan tulisan tentang mereka menurut teman-
temannya tersebut. Seorang anak laki-laki, sambil berseri-seri berkata,
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 149

Seseorang memuji saya karena kosakata saya yang banyak. Wow, saya tidak
pernah berpikir kalau ada orang yang mengagumi saya karena hal itu!
Kemudian, sang guru meminta anak-anak untuk diam dan dia pun
bertanya, Kapan kalian merasa lebih senang ketika kalian menjadi seorang
pemberi kata-kata positif atau seorang pemberi kata-kata negatif?
Para siswa menjawab, mereka merasa lebih senang kalau menjadi
seseorang yang suka memberikan kata-kata positif. Lalu guru tersebut
bertanya lagi: Tetapi bukankah menyenangkan juga kalau kita
merendahkan orang lain? Para siswa menjawab iya, tetapi setelah itu
mereka bilang tidak, karena orang tersebut akan melakukan hal yang sama
pada kita.
Mengapa susah untuk kita mengucapkan kata-kata yang baik kepada
orang lain? Tanya guru itu kembali.
Kita merasa malu, kata seorang anak laki-laki.
Kamu merasa terancam, bukan? kata sang guru. Kamu tidak tahu kan
kalau mereka akan mengatakan sesuatu yang baik pula pada dirimu.
Mereka mengganggukkan kepala mereka, tanda setuju.
Kegiatan-kegiatan seperti kekuatan kata-kata positif ini membantu
siswa untuk menghilangkan perasaan terancam. Para orangtua pun
mendukung kekuatan saling menguatkan di antara para siswa. Seorang ibu
berkata: Saya melihat tiga kali Andrew merasa sangat senang dengan
program nilai-nilai moral ketika di kelas sedang menjelaskan tentang
kebaikan yang ada dalam dirinya dan kebaikan yang ada dalam diri
temantemannya. Dia mengatakan kepada saya tentang kebaikan yang ada
pada dirinya ketika dia baru saja sampai di rumah, yang biasanya tidak
pernah dia lakukan.
Berpelukan untuk kesehatan. Penguatan tidak selalu berbentuk
verbal. Dee Bent, seorang guru TK di Sekolah Emily Carr di Scarborough,
Ontario, berkata:

Kami saling mencintai satu sama lain di kelas ini. Saya memeluk anakanak
dan mereka saling berpelukkan. Di dalam lingkaran, terkadang saya akan
memulai dengan bertanya, Apa ada yang merasa kesepian pagi ini? Biasanya
seseorang berkata, Saya. Kemudian saya akan berkata, Ok, ayo sini, ibu
peluk. Kemudian anak lain pun berkata, Saya merasa kesepian juga.
Kemudian anak yang tadi saya peluk, memeluk anak yang baru saja berkata
bahwa dia kesepian.
150 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Saya melihat bahwa anak-anak akan mulai beinteraksi dan bermain


bersama dengan lebih cepat jika saya melakukan hal ini dibandingkan jika
saya tidak melakukkannya dahulu. Dan mereka juga akan merespon saya
lebih cepat jika ada ikatan itu.

MENGEMBANGKAN RASA KEBERSAMAAN

Sebuah rasa kebersamaan di dalam sebuah kelompok merupakan aspek


dasar ketiga dari komunitas moral di dalam kelas. Ada tiga hal yang
berkontribusi terhadap aspek komunitas moral ini: (1) kelas tersebut
memiliki sebuah identitas kelompok, (2) setiap individu siswa merasa
bahwa dia merupakan seorang anggota yang berguna di dalam
kelompoknya; dan (3) para individu merasa bertanggungjawab terhadap
kelompoknya.

MENGEMBANGKAN SEBUAH IDENTITAS KELAS


Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dapat
mengembangkan sebuah identitas kelompok adalah dari kebiasaan dan
tradisi. Seorang antropologis, Herve Verenne, mengamati bahwa kebiasaan
dan tradisi sekarang ini menduduki peran yang kurang sentral di
sekolahsekolah dan masyarakat dibandingkan dahulu karena sekarang kita
telah menjadi orang yang lebih individualistik.10 kita telah kehilangan
kontak dengan kenyataan bahwa kebiasaan dan tradisi adalah cara-cara
dimana kita merayakan dan memelihara keberadaan kita sebagai sebuah
masyarakat.
Kebiasaan dan tradisi di kelas merupakan kegiatan yang efektif dalam
menciptakan identitas kelas karena kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang berulang-ulang dan merupakan ekspresi-ekpresi yang nyata
dari hal-hal yang berhubungan dengan hidup. Beberapa guru memulai hari
dengan menyanyikan sebuah lagu, kebiasaan yang sudah cukup lama yang
dapat menciptakan perasaan yang utuh. (sumber yang baik untuk lagu-lagu
yang membangun komunitas dan menstimulasi pikiran tentang nilai-nilai
moral seperti Walk a Mile, yang dapat didapat dari Lovable Creature Music,
105 King St., Ithaca, New York 14850).
Rapat kelas merupakan tradisi lain yang digunakan oleh banyak guru
untuk memulai pelajaran. Contohnya, Joline Mallan, seorang guru kelas dua
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 151

di SD St. Patrick di Burlington, Ontario, menggunakan 10-15 menit jam


pelajarannya untuk rapat di setiap paginya. Dia memuji hal-hal yang baik
yang sudah dilakukan oleh siswanya kemarin harinya, dia me-review
pemberi bantuan di kelas yang bertanggungjawab pada hari itu, dan
memberikan gambaran tentang jadwal dan kegiatan-kegiatan khusus.
Kemudian, dia bertanya pada anak-anak, Siapa yang punya berita
untuk didiskusikan? Pada rapat tersebut saya mengamati, seorang anak
laki-laki menceritakan tentang ayahnya yang mendapatkan hadiah $25,
anak lain menceritakan tentang kakaknya yang sedang sakit, ada lagi yang
menceritakan kucingnya yang baru melahirkan. Sang guru menuliskan
sebuah kalimat tentang setiap kejadian di selembar kertas bergaris, dan
setelah lima atau enam cerita, para siswa kemudian membacakan
kalimatkalimat tersebut bersama-sama.
Guru tersebut memberi komentar: Susah untuk dikatakan, siapa yang
merasa diuntungkan dari rapat kami ini, anak-anak atau saya. Kegiatan ini
memberikan saya waktu untuk dapat membaca sejauh mana pengetahuan
mereka. Saya tidak suka kalau memulai kelas tanpa rapat seperti ini. Selain
dapat memberikan guru sebuah kesempatan untuk memasuki perasaan dan
kebutuhan anak, rapat harian ini membantu anak-anak untuk dapat secara
langsung mengalami identitas/apa yang terjadi pada mereka, bukan hanya
sebagai individu tetapi juga sebagai anggota dari sesuatu yang lebih besar
dari mereka sendiri, kelas mereka.
Banyak guru-guru di tingkat lanjutan kedua yang juga melakukan hal
yang serupa: di awal periode, mereka akan bertanya pada para siswanya,
siapa yang memiliki berita bagus untuk didiskusikan, atau mereka akan
berkomentar pada kesuksesan yang telah diraih oleh beberapa siswa di
kelas dalam beberapa acara baik di sekolah maupun di masyarakat.
Simbol-simbol kelas. Banyak guru-guru yang menggunakan
simbolsimbol untuk mewakili individual siswa dan keanggotaannya dalam
kelompok. Seorang guru kelas tiga, sebagai contoh, meminta ke24 siswanya
untuk membuat masing-masing sebuah mata rantai dari kertas berwarna
dan menulis nama mereka di setiap mata rantai yang mereka buat masing-
masing. Kemudian sang guru merangkainya menjadi sebuah rantai yang
melingkar, yang kemudian dia gantung di kelas sebagai simbol bahwa
mereka sebagai sebuah kesatuan dan setiap anak berperan di dalamnya. Dia
ingin menunjukkan bahwa sebuah rantai tidak akan kuat kalau tidak ada
152 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sebuah mata rantai, walaupun yang paling lemah dan begitulah


perumpamaan di kelas juga.

MENGEMBANGKAN PERASAAN SETIAP SISWA AGAR MERASA MENJADI


SEORANG ANGGOTA KELOMPOK YANG BERHARGA
Selain itu, untuk membantu membangun rasa persatuan yang kuat
dalam kelompok, bagaimana seorang guru dapat membantu setiap individu
merasa menjadi anggota yang berharga di dalam kelompoknya?
Saya adalah orang yang penting. Karen Walters, seorang guru TK di
Sekolah Weedsport, New York, sering melakukan berbagai macam kegiatan
yang memperhatikan anak-anak sebagai individu dan memperhatikan juga
setiap kontribusi mereka di dalam kelompok. Contohnya, dia meminta anak
di sebuah diskusi melingkar dimana anak secara bergantian melengkapi
kalimat saya adalah orang yang penting di kelas karena (sebelumnya,
dia telah membantu setiap anak untuk memikirkan sesuatu.) Di salah satu
diskusi melingkar tersebut, seorang anak berkata, karena saya dapat
menulis nama-nama orang dengan huruf sambung. Satu anak lainnya
berkata, karena saya dapat membantu Pete ketika dia tidak tahu bagaimana
mengerjakan pekerjaannya. Setelah diskusi melingkar guru tersebut
memberikan kepada setiap siswa lencana Saya orang penting untuk
dipakai sepanjang hari.
Tepuk tangan. Bu Walters juga memiliki sebuah tradisi yaitu tepuk
tangan untuk sebuah kesuksesan yang dicapai pada saat tes atau
prestasiprestasi lainnya. Dengan cara ini dia mendorong anak-anak untuk
dapat ikut bangga dengan kesuksesan setiap teman kelasnya.
Siswa minggu ini. Sebuah tradisi kelas yang cukup popular yang dapat
membantu setiap anak merasa dikenal dan dihargai oleh seluruh anggota
kelompok adalah Siswa minggu ini. Siswa yang istimewa, dipilih secara
acak, adalah siswa yang akan menjadi pusat perhatian selama satu minggu:
Dia mengambil daftar absen siswa, bertindak sebagai tuan rumah kelasnya
jika ada tamu, memimpin acara-acara kelas, mengantarkan pesanan guru,
dan membawa sesuatu dari rumah setiap hari seperti mainan, buku,
kegemaran, atau foto album keluargauntuk diceritakan di kelas.
Guru juga menanyakan pada siswa lain untuk menulis di secarik kertas
tanpa nama tentang satu hal yang baik dari siswa tersebut. Semua kertas
tersebut disusun melingkari foto siswa minggu tersebut dan menjadikannya
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 153

sebuah poster, yang kemudian digantung di luar kelas. Di akhir minggu,


siswa minggu tersebut membawa posternya pulang.
Penemuan guru. Para guru sering memiliki setidaknya seorang anak
yang kurang diterima oleh teman-temannya. Strategi-strategi membangun
komunitas yang telah kita diskusikan sebelumnya dapat membantu untuk
menyatukan anak yang dijauhi tersebut. Walaupun demikian guru harus
menambahkan usaha-usaha tambahan lainnya.
Peggy Doyle, yang baru-baru ini pensiun dari SD Groton di Groton New
York adalah seorang guru yang selalu mencari kesempatan untuk
membantu seorang anak yang ditolak oleh kelompoknya. Bu Doyle ingat
siswa kelas limanya yang dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya:

Shawn adalah seorang anak yang memiliki kelebihan berat badan, dan
anak-anak lelaki lainnya tidak mau mengajaknya bermain sepak bola karena
mereka bilang Shawn lari terlalu lambat. Biasanya dia hanya dapat berdiri dan
menonton. Dan pada suatu hari lapangan bola tersebut basah dan licin, dan
mereka semua harus berlari agak lambat agar tidak terpeleset. Jadi ketika saya
bilang, Ayo Shawn, kenapa kamu tidak ikut bermain? Akhirnya mereka
memperbolehkannya masuk ke lapangan. Ternyata dia dapat bermain dengan
baik, dan setelah itu mereka mengijinkannya bermain. Sejak saat itu Shawn
merasa berpikiran jauh lebih baik tentang dirinya di kelas.
MENGEMBANGKAN RASA TANGGUNG JAWAB TERHADAP KELOMPOK
Aspek ketiga dari keanggotaan kelompok adalah rasa tanggung jawab
terhadap kelompok. Secara umum aspek ini merupakan sebuah hasil dari
rasa persatuan di kelas dan dari menjadi seorang anggota yang berharga di
kelompok tersebut, tetapi ada juga pendekatan-pendekatan yang tidak
langsung untuk mengembangkannya.
Tujuan dan peraturan. Membuat tujuan dan peraturan bersamasama
dapat memunculkan rasa tanggung jawab seseorang dalam bertindak di
jalan yang telah dipertimbangan merupakan sebuah kebaikan bagi
semuanya. Para siswa dibantu untuk berpikir, Bagaimana tindakan saya
memengaruhi anak-anak lain dan kelas secara keseluruhan? pendekatan
ini didiskusikan secara lebih detail di bab 7, Disiplin moral, tetapi saya
menyebutkannya sekarang di sini karena moral disiplin ini merupakan
bagian dari pengembangan rasa tanggung jawab terhadap kelompok.
Sebuah etika saling ketergantungan/membutuhkan satu sama lain.
Mengembangkan dimensi tanggung jawab dari komunitas moral juga
154 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berarti mengembangkan sebuah etika membutuhkan satu sama lain, rasa


dimana masalah satu orang merupakan masalah bersama. Hal ini
merupakan sebuah nilai moral yang dihargai dan diakui sejak lama yang
menambah kepercayaan bahwa kita sedang berada di kapal yang sama, dan
karena kita saling berbagi kondisi kesusahan yang sama, kita saling memikul
tanggung jawab untuk kesejahteraan kita masing-masing.
Dengan dihubungkan pada kehidupan kelas, hal ini berarti bahwa jika
seseorang kehilangan sesuatu, maka teman yang lain akan membantu
mencarinya. Jika seseorang adalah murid baru, guru dan teman-temannya
yang lain sebaiknya bertanya pada diri mereka sendiri, Bagaimana kita
dapat membuat teman baru kita ini merasa seperti di rumahnya sendiri?
Seorang guru TK di Nell Woodmancy of Sytacuse, New York,
menemukan bahwa murid-muridnya secara mengejutkan sangat
memperhatian ketika dia mengajukkan sebuah pertanyaan, padahal
biasanya mereka sangat tegang. Pertanyaan tersebut adalah Siapa yang
mempunyai masalah dan ingin temannya membantu memecahkan masalah
tersebut? guru kelas satu ini, Kathy Kittle memberikan sejenis pemecahan
masalah terhadap kehidupan nyata karena sebelumnya anak-anaknya
mengeluh bahwa pembelajaran di kelas terlalu membosankan. Ternyata
mereka senang membantu temannya memecahkan masalahnya. Kemudian
guru tersebut membagi kisahnya seperti ini:

GURU : Siapa yang memiliki masalah dan mau masalahnya tersebut dipecahkan?

MARK : Masalah saya adalah saya tidak dapat memarkirkan sepeda saya karena
rak sepedanya penuh

GURU : Rak sepeda penuh ketika kamu sampai di sekolah?

MARK : Iya, dan Pak Bashaw (Kepala sekolah) akan mengambil


sepedanya kalau kita menyimpan sepeda kita di atas rumput

GURU : Tentu saja kita tidak ingin kamu kehilangan sepedamu. Bagaimana kita
dapat membantu Mark memecahkan masalahnya?

KEVIN : Kita bangun rak sepeda lagi saja?

GURU : Apakah dapat kita melakukannya?


Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 155

ANDREA : Tidak karena rak itu terbuat dari besi. Tapi mungkin ayah saya
(penjaga sekolah itu) dapat membuatnya

ERIN : Yah, atau kita dapat memberi nama setiap rak, sehingga dia tahu harus
menyimpan sepedanya dimana

JEFF : Mungkin kita harus berbicara dengan Pak Bashaw

ROBBIE : Yang harus kamu lakukan, Mark yaitu dengan datang ke sekolah lebih
awal!

TROY : Saya tahu, Mark, kamu pindahkan saja sepeda orang dan kamu simpan
sepedamu di situ (sambil tertawa)!

GURU : Apa pendapatmu tentang ide itu?

BEBERAPA ANAK : Itu tidak adil.

GURU : Mengapa tidak?

TROY : (Sekarang dengan serius) Karena jika setiap orang


memindahkan sepeda orang lain, maka tidak akan ada yang
dapat menemukan sepeda masing-masing

JEFF : Saya masih berpikir kalau kita memang harus


mengatakannya pada Pak Bashaw (diikuti dengan
kesepakatan bersama)
Akhirnya, anak-anak menemui Pak Bashaw. Kemudian, Pak Bashaw
mengecek rak yang ada di SMP. Ternyata ada yang kosong. Pak Bashaw
meminta kepada kepala SMP untuk memindahkannya ke SD. dan masalah
Mark pun terpecahkan.
Beberapa guru, yang peka terhadap kenyataan bahwa sifat malu akan
menghambat siswa untuk berbicara pada saat diskusi melingkar. Mereka
dapat meminta para siswa untuk menuliskan masalah yang mereka hadapi
(mereka tidak perlu menulis nama) dan menyimpannya di sebuah kotak.
Beberapa guru lainnya lebih memilih mengembangkan rasa saling
menolong dengan sesama teman melalui cara yang tidak terlalu formal: jika
para guru memperhatikan seorang anak yang kurang memiliki teman atau
terlihat rendah diri, guru-guru tersebut berkata pada anak-anak lainnya,
bagaimana kalian dapat membantunya agar dia menjadi lebih baik dan
senang?
156 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Claire Betinas, seorang guru membaca kelas dua di SD Birch Meadow,


Massachusetts, memberikan contoh tentang cara para siswa yang dapat
membantu temannya mengatasi masalah ketakutan yang normal. Dia
mengajak para siswanya untuk membicarakan resolusi-resolusi New York.
Seorang anak kecil perempuan, Lindsey, berkata dia sudah berusaha untuk
mencoba tidur di kamar tidurnya sendiri sepanjang malam; sebelumnya dia
bangun dan tidur dengan adik kecilnya karena dia takut.
Kemudian gurunya berkata: Anak-anak lainnya memberikan banyak
saran tentang hal-hal yang dapat membantu mereka tidur ketika mereka
susah tidur. Rasa kepedulian di dalam kelompok sangat menyentuh. Saya
pikir mereka juga merasa senang Lindsay membawa hal ini menjadi sebuah
bahan diskusi, karena banyak dari para siswa juga yang masih berusaha
untuk memecahkan masalah tersebut.
Ketika para siswa dapat saling peduli satu sama lain dengan cara seperti
ini, berarti mereka sedang mempelajari sebuah pelajaran penting bahwa
manusia saling membutuhkan. Mereka akan membantu jika ada temannya
yang memiliki masalah, dan mereka juga dapat menceritakan masalahnya
ketika mereka memiliki masalah. Jika anak-anak mengalami dukungan
seperti ini selama mereka duduk di bangku sekolah dasar, maka mereka
menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah dan tidak menyendiri dan
individualis seperti kebanyakan pemuda sekarang ini.
Mengatasi sebuah krisis. Permasalahan sosial di kelas tentulah ada,
bahkan di sebuah komunitas dengan nilai moral yang tinggi. Akan tetapi,
rasa berkelompok ini memberikan rasa saling menyatu dan peduli yang
dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan/krisis yang mungkin terjadi.
Seorang guru di sebuah konferensi tentang pendidikan moral
menceritakan sebuah cerita tentang pengalaman satu tahunnya ketika
mengajar di sebuah kelas yang terdiri dari anak kelas dua dan tiga. Untuk
pertama kalinya guru tersebut membuat sebuah usaha yang sistematis dan
terus-menerus untuk membangun sebuah komunitas di kelas tersebut.
Semangat kelas semakin kuat, dan permasalahan tingkah laku kini jauh
berkurang daripada sebelumnya.
Kemudian suatu hari di akhir tahun pelajaran, hasil tugas para siswa
yang ditempel di dinding bagian belakang ternyata telah dirusak. Guru
tersebut kemudian menghentikan semua kegiatan dan membuat rapat kelas
secara mendadak.
Menciptakan Komunitas Yang Bermoral Di Kelas| 157

Kita telah menikmati waktu bersama-sama, dan kita memiliki


permasalahan, katanya. Kadang-kadang suatu hal serius terjadi. Kita tidak
akan melanjutkan kegiatan kita hari ini sebelum kita menemukan orang
yang akan bertanggungjawab memperbaiki kerusakan itu. Ini adalah sebuah
kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita saling menghargai satu sama
lain.
Para siswa diam sejenak. Kemudian seorang anak bicara: Ayolah siapa
pun yang melakukannya mengaku saya. Tidak apa-apa, kami akan
memaafkanmu! Sebuah permohonan dari seorang anak.
Akhirnya, dua anak laki-laki berdiri dan mengaku bahwa mereka tidak
sengaja merusakkan tugas itu ketika mereka sedang bermain-main di
belakang kelas. Anak-anak, kata sang guru, mari kita mendekati dan
memeluk kedua anak bandel ini untuk merayakan pengakuan mereka. Ini
merupakan sebuah diskusi yang sangat memberi semangat dimana mereka
dapat bekerjasama untuk memperbaiki tempelan tugas tersebut. Guru
tersebut mengatakan bahwa dia yakin, jika permasalahan ini tidak akan
terselesaikan seperti ini jika mereka tidak memiliki rasa kebersamaan yang
telah dibangun selama satu tahun sebelumnya.
Akhirnya kita ingin mengirim keempat pemuda dari sekolah kami yang
akan mengembangkan apa yang disebut oleh Michael Walzer sebagai
Karakter Komunitas. Komunitas dimana laki-laki dan perempuan saling
berbagi komitmen sosial khusus satu sama lain dan rasa khusus dari
kehidupan sehari-hari mereka.12 Salah satu masalah moral utama dari
masyarakat modern adalah kurangnya rasa kebersamaan. Individualisme,
menurut pandangan Robert Bellah di buku terlarisnya Habits of the Heart,
yang mendarah daging, dapat menghancurkan kemampuan kita untuk
berpartisipasi di kehidupan masyarakat dan bahkan di sebuah hubungan
yang erat, seperti pernikahan dan keluarga, yang membutuhkan sebuah
pemberian diri sendiri yang signifikan.
Untuk mendidik anak yang menghargai komunitas dan yang melihat diri
mereka sebagai individu yang berkembang dan bukannya yang merasa
terancam karena tanggung jawab dan komitmen terhadap orang lain. Kita
perlu memberikan pengalaman kebersamaan yang positif sebagai bagian
yang diintegralkan dengan program sekolah. Para siswa menghabiskan
12.000 jam di kelas sebelum mereka lulus dari sekolah lanjutan. Jika sebuah
porsi yang signifikan dari waktu tersebut digunakan bersama komunitas
yang benar-benar beretika, maka pengalaman sosial akan benar-benar
158 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

meninggalkan ciri dari perkembangan karakter mereka dan mereka dapat


berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat sepanjang hidup mereka.
BAB7

DISIPLIN MORAL

Disiplin bukan merupakan suatu alat yang sederhana sebagai pengamanan


yang sementara dalam kedamaian serta ketenteraman di dalam kelas; lebih
merupakan sisi-sisi moralitas yang ada di dalam sebuah kelas sebagai bagian
masyarakat kecil.

Emile Durkheim

Beberapa siswa dalam jumlah yang sedikit pada saat ini datang ke
sekolah dengan sikap saling menghormati menuju ke arah kedewasaan;
namun kebanyakan dari mereka secara mengherankan lebih
menitikberatkan ketidakhormatan mereka kepada para guru dan figurfigur
lain yang memiliki otoritas. Kebiasaan rasa ketidakhormatan anakanak di
sekolah kepada secara keseluruhan bercermin kepada kurangnya
pendidikan, mengabaikan, atau penyalahgunaan sesuatu menjadi tidak baik
yang sering mereka dapatkan di rumah.
Seorang guru dari siswa-siswa di sekolah yang baru-baru ini bekerja
dengan saya berjuang demi menjaga kepalanya tetap tegak di atas masalah
yang ada dihadapannya di sebuah kota kecil, kelas 3 yang memiliki banyak
masalah disiplin. Dari 22 siswanya, dia mempelajari, hanya 6 siswanya yang
berasal dari keluarga yang utuh. Seorang siswa anak laki-laki yang
menurutnya paling berat dalam permasalahan disiplin di kelas sudah
memiliki empat orang ayah dalam setahun terakhir.
Guru-guru, bahkan siswa-siswa yang yang lebih tua, selalu berkomentar
dalam tensi (kemarahan) yang cukup tinggi yang dibawa ke sekolah. Para
senior di sekolah New Hampshire mendatangi sampai ke kelas 5 untuk
mendiskusikan perasaan, tekanan kelompok, dan penghargaan terhadap
diri sendiri. Selanjutnya, mereka berkomentar, anak-anak ini memiliki sifat
marah yang lebih tinggi dari yang kita bayangkan di kehidupan kita!
Terkadang kemarahan tersebut melebihi dari kemampuan (kapasitas)
seorang anak kecil. Dalam ruang lingkup
160 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

154
kelas 3 yang telah disebutkan di atas, seorang anak yang bernama Billy
datang ke sekolah pada suatu hari di hari Senin dengan sebilah pisau dan
mengumumkan dengan serius bahwa dia akan membunuh seorang guru
musik. Setelah lewat akhir pekan, dia mengungkapkan, bahwa ayah tirinya
sangat marah kepada anjing peliharaannya dan Billy melihat ayah tirinya
membawa anjing tersebut ke halaman belakang dan menembak ekornya
hingga terputus.
Hal tersebut bukan merupakan hal yang baik dan lembut bagi jutaan
anak-anak di dunia. Dan hal itu juga yang membuat sulit di dunia pendidikan
yang guru-guru alami. Masalah kedisiplinan adalah salah satu sumber yang
membawa para guru menuju tingkat stress dan emosi yang tinggi.
Bagaimanapun juga, disiplin bukan hanya sebuah masalah; tetapi juga
merupakan, sebuah keuntungan, yaitu sebuah kesempatan pendidikan
moral. Seperti yang sudah diklaim oleh sosiolog Emile Durkheim dalam
penelitiannya, bahwa disiplin memberikan kode moral yang membuat
disiplin memungkinkan untuk diterapkan ke dalam lingkungan kelas yang
kecil menuju sebuah fungsi yang berguna.
Sebuah pendekatan pendidikan moral terhadap kedisplinan (atau
disiplin moral, seperti teman kuliah saya yang telah diperingkas)
menggunakan disiplin sebagai sebuah alat pengajaran menuju nilai-nilai
rasa hormat dan tanggung jawab. Pendekatan ini memegang peranan bahwa
tujuan utamanya dari disiplin adalah kedisiplinan diri sendiri, yaitu sebuah
jenis pengendalian diri yang menggarisbawahi pemenuhan secara sukarela
dengan hanya peraturan dan hukum, yang menandai karakter kedewasaan,
dan harapan-harapan masyarakat yang beradab dari warga negaranya.
Disiplin tanpa adanya pendidikan moral hanya merupakan kontrol massa
melulu (begitu saja). Namun, merupakan sebuah pengaturan kebiasaan
tanpa mengajarkan moral.
Guru-guru yang mengandalkan metode eksternal yang umum dari
sebuah kontrol, mungkin dapat memberikan kesuksesan untuk mengajak
para siswa di bawah pengawasan mereka. Akan tetapi, apa yang akan terjadi
apabila mereka (para guru) tidak berada di sekitar mereka? Kata seorang
guru yang menggunakan disiplin tegas2 (dimana seorang guru
menempatkan hukum dan hukuman di setiap pelanggaran, dengan
perhatian yang sedikit untuk mengembangkan pengendalian secara
Disiplin Moral| 161

umum):Anak-anak saya sangat baik kepadaku, tetapi mereka dapat


berubah menjadi sebuah teror yang mematikan bagi seorang guru yang
tidak menggunakan pendekatan ini. Nilai-nilai dari penelitian ini memiliki
persamaan kesimpulan: bahwa anak-anak disubyekan secara luas untuk
menjadi disiplin berdasarkan komitmen pengembangan pengendalian
eksternal (luar) dan menurunkan pengembangan internal (dalam)
menghasilkan kebiasaan (sifat) yang baik.
Sebaliknya, disiplin moral telah memiliki tujuan jangka panjang dalam
menolong anak-anak muda untuk berperilaku dengan penuh rasa tanggung
jawab di segala situasi, tidak hanya ketika mereka di bawah pengendalian
(pengawasan) orang-orang dewasa yang berkepentingan. Disiplin moral
mencari alasan pengembangan siswa untuk menghormati peraturan,
menghargai sesama, dan otoritas pengesahan (pengakuan) guru; rasa
tanggung jawab para siswa demi kebaikan sifat (kebiasaa) mereka; dan
tanggung jawab mereka terhadap moral di dalam sebuah komunitas di
dalam kelas.
Para guru yang melakukan latihan disiplin moral harus melakukan
empat hal berikut:

1. Mereka merencanakan kebijakan rasa moralitas mereka yaitu hak dan


kewajiban mereka untuk mengajarkan rasa hormat dan tanggung jawab
kepada siswa serta untuk menjaga mereka menjadi dapat diperhitungkan
ke dalam standar-standar perilaku.

2. Pendekatan disiplin mereka, harus meliputi pengaturan peraturan, sebagai


bagian persiapan dari sesuatu yang lebih besar, usaha-usaha yang nyata
untuk mengembangkan komunitas moral yang baik di dalam kelas.

3. Mereka harus membangun dan menjalankan konsekuensi di jalur


pendidikan yaitu-seseorang atau sistem yang dapat membantu para siswa
menghargai tujuan-tujuan dari sebuah peraturan, membuat amandemen
(batasan) dalam pencegahan sebuah penyimpangan, dan mengemban
tanggung jawab dalam mengembangkan perilaku mereka.

4. Mereka harus menyampaikan rasa peduli dan hormat bagi setiap individu
siswa dengan mencoba mencari penyebab masalah displin dan sebuah
solusi yang dapat menolong para siswa menjadi seseorang yang sukses,
serta menjadi seorang anggota yang bertanggung jawab di dalam
komunitas kelas.
162 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Ayo kita lihat satu per satu dari setiap bagian disiplin moral ini.

MELATIH OTORITAS MORAL DI KELAS

Seperti perkataan seorang guru SD yang telah mengajar selama 17


tahun dan sekarang dipromosikan menjadi seorang guru terbaik:

Mengajar di tahun pertama adalah hal yang mengejutkan untukku. Saya


terlalu terbuka di awal. Saya harus mengejar dengan istilah-istilah dengan
fakta bahwa pasti ada pusat otoritas di dalam kelas dan strukur tersebut
merupakan sesuatu yang anak-anak butuhkan.

Seorang guru merupakan pusat otoritas moral di dalam kelas. Pertama-


tama sebuah otoritas didasarkan dari sebuah fakta bahwa sekolah telah
memberikan tanggung jawab kepada guru dari menciptakan moral yang
baik dan pembelajaran di lingkungan dan menjaga keselamatan para siswa
dan kesejahteraan secara umum. Tanggung jawab tersebut memberikan hak
kepada para guru untuk memberitahu siswa mengikuti arah mereka,
melakukan pekerjaan mereka, mematuhi peraturan di kelas, dan berhenti
pada perilaku yang dipertimbangkan oleh para guru yang bertolak belakang
dengan keinginan terbaik dari seorang individu atau kelompok.
Di dalam proses pengajaran di kelas, seorang guru juga dapat berfungsi
sebagai seorang mentor moral yaitu menginstruksikan anakanak dalam
beberapa hal dengan cara yang sopan agar tidak ada interupsi, tidak
memotong orang lain yang sedang berbicara di tengah-tengah, tidak
memanggil nama langsung, tidak etis meminjam barang-barang orang
tanpa permisi terlebih dahulu, dan lain-lain.
Bagaimanapun juga, melatih sebuah otoritas bukan berarti menjadi
seorang yang memiliki otoritas (kekuatan). Sebuah otoritas akan sangat
berhasil ketika otoritas tersebut memasukkan rasa hormat dan cinta
sesama. Komentar dari guru kelas 5 dan kelas 6:

Saya menghabiskan banyak waktu berbicara dengan anak-anak saya,


mendengarkan apa yang mereka rasakan dan apa yang penting dalam
kehidupan mereka. Ketika seorang anak mengetahui bahwa Saya peduli
dengan apa yang terjadi di hidupnya, maka haparan saya mereka akan
mematuhi peraturan-peraturan di kelas Saya yang memiliki kekuatan yang
tidak Saya dapatkan dengan membuat cambukan (hukuman fisik) dan
Disiplin Moral| 163

berteriak (memaki). Mereka peduli atas kekecewaan yang saya rasakan.


Mereka menginginkan hal yang positif yang saya rasakan.

SEBUAH PENDEKATAN KOOPERATIF DALAM SETTING


PERATURAN
Hukuman dijatuhkan oleh desakan dan ketetapan eksternal untuk membangun
semangat kepada anak. Peraturan memiliki tujuan yang menguntungkan
dalam hal saling menghormati dan kooperatif dalam mengambil intisari
pemikiran anak-anak.

Jean Piaget

Jalan pertama untuk melibatkan para siswa dalam berbagi tanggung


jawab untuk menimbulkan disiplin di dalam kelas yaitu dengan setingan
peraturan yang kooperatif.
Ketika guru dan para siswa memformulasikan peraturan-peraturan
bersama, pembuatan peraturan menjadi salah satu tindakan pertama dari
kerjasama dan rasa saling menghormati yang menguntungkan di dalam
perkembangan komunitas moral.
Lisa adalah siswa kelas 3 yang dimana kelasnya membuat peraturan
bersama-sama dengan gurunya. Apakah berhasil? Saya Tanya Lisa. Oh,
tentu saja, katanya. Apabila peraturan tersebut hanya dibuat oleh guru itu
sendiri, kamu mungkin tidak ingin untuk mengikutinya. Namun, apabila
kamu ingin mereka membantumu untuk merancang peraturan tersebut,
mereka anak mengikutimu.
Di bawah ini dijabarkan bagaimana perbedaan para guru melakukan
kolaborasi setingan peraturan:
Kim McConnel mengajar di kelas 6 di SD Walt Disney di San Ramon,
California, yaitu salah satu sekolah yang berpartisipasi secara nasional
dalam pengenalan Proyek Pengembangan Anak (lihat bab 2). Dia
mengembangkan peraturan-peraturan dengan siswa-siswanya dihari kedua
di sekolah.
Dia menempatkan siswa-siswanya dalam sebuah meja yang diduduki 4
siswa. Mereka duduk di kelompok-kelompok tersebut selama 1 bulan; dia
percaya hal tersebut penting bagi para siswa untuk memiliki dukungan dari
kelompoknya. Selanjutnya, dia bertanya ke dalam kelompok kecil tersebut
164 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dalam peraturan untuk saling bertukar pendapat satu sama lain yang akan
membantu mereka:

1. Menyelesaikan tugas dengan baik

2. Merasa aman

3. Merasa senang ketika berada di sekolah

Setiap kelompok kecil menulis peraturan-peraturan dalam secarik


kertas dan merekam daftar tersebut di papan tulis. Ibu guru McConnell
berkomentar: Saya menambahkan sebuah daftar yang telah saya buat
sebelumnya, dan anak-anak pun tertarik untuk melihat bagaimana
peraturan mereka memiliki kesamaan dengan peraturan saya. Dengan
menggambar semua daftar tersebut, kita sepakat untuk memunculkan satu
peraturan bersama yang sama-sama memiliki keseimbangan dan keadilan
bagi kedua belah pihak (para siswa dan Saya) di dalam peraturan kelas kita.
Strategi Ibu guru McConnell memiliki dua catatan keuntungan yang
harus diperhatikan: (1) strategi tersebut mengkombinasikan pembuatan
peraturan dan pembentukan komunitas (anak-anak semakin mengetahui
satu sama lain untuk saling mendukung di dalam kelompok); dan (2)
strategi tersebut membuat setiap anggota di kelas secara aktif terlibat dalam
berbicara dan berpikir menegnai peraturan-peraturan yang seharusnya
mereka miliki.
Gayla Miller mengajar di kelas 4 di Sekolah Menengah di Trumansburg,
New York. Dia memulai tahun pertamanya dengan sebuah pendekatan yang
dia gunakan kepada anak-anaknya yang setara dengan anak-anak kelas 1:
dengan berbicara mengenai konstitusi Amerika dan hubungannya dengan
ide-ide di dalam konstitusi kelas. Selanjutnya dia meminta anakanaknya
untuk membuat kelompok-kelompok kecil dan mengembangkan sebuah
daftar peraturan yang dibutuhkan oleh kelas untuk membuat orang-orang
belajar dan merasa aman.
Ketika mereka bergabung bersama-sama lagi, mereka membuat
keseluruhan daftar di papan tulis dan memberikan tingkat dengan tanda
bintang 5 apabila sangat penting. Kegiatan ini akan menjadi konstitusi kelas
mereka. Apabila sebuah kelas tidak didasarkan atas peraturan yang Ibu
Miller butuhkan, dia pasti akan berkomentar (Pasti ada peraturan yang
saya butuhkan karena) dan menambahkannya ke dalam daftar.
Disiplin Moral| 165

(Beberapa guru lebih memilih untuk memulainya dengan menempatkan


satu atau dua peraturan penting yang mereka buat sendiri dan lalu
mengajak para siswa untuk menambahkannya). (Bagi sebuah pendekatan
yang terperinci sebagaimana yang digunakan dalam konstitusi Amerika
sebagai dasar peraturan di kelas, lihat dalam Kebijaksanaan Disiplin oleh
Forrest Gathercoal5 dan Melatih Kebijaksanaan Disiplin: Sebuah Tuntunan
bagi para pendidik menuju Kelas yang Demokratis oleh Barbara McEwan.
Amy Bennett mengajar di kelas 2 di SD Burton Street di Cazenovia, New
York. Saya mengajaknya untuk berbicara kepada kelas mahasiswa yang
belum lulus dalam kelas disiplin karena dia mendemonstrasikan bagaimana
pertanyaan guru merupakan sebuah instrument dalm membantu anak-anak
kecil berpikir mengenai peraturan-peraturan dan kebutuhan mereka di
kedua sisi, yaitu di dalam dan di luar kelas.

Hal pertama yang kita lakukan di hari pertama sekolah adalah


mendudukkan mereka menjadi lingkaran di lantai dan melakukan pertemuan
kelas. Setelah perkenalan di awal, saya bertanya kepada para siswa: apakah
peraturan yang sudah dibuat bagus atau buruk?... Apa yang akan terjadi
apabila kita tidak mempunyai peraturan? Pikirkan apa yang bakal terjadi
apabila kalian masuk dan melakukan apa pun yang kalian mau. Apabila kalian
ingin melakukan pekerjaan, itu tidak menjadi masalah; apabila kalian tidak
ingin melakukan pekerjaan tersebut, itu tidak menjadi masalah juga. Apabila
seseorang memukulmu, kamu pasti akan membalasnya juga. Pada dasarnya,
kamu dapat melakukan apa pun yang kamu inginkan di sekolah.

Prospek dengan tidak memiliki peraturan akan mengacaukan banyak


pembahasan. Pertama-tama akan selalu ada siswa yang akan berkata, Wow,
itu hebat sekali! atau Saya suka itu! Namun, semakin banyak kelas
membicarakan tentang hal itu, akan semakin banyak juga mereka melihat
bahwa sebuah kelas tanpa adanya peraturan tidak akan apa-apa. Orang-
orang akan berkelahi, kata mereka, Orang-orang tidak akan berdekatan
dalam waktu yang lama. Dan hal tersebut yang ingin saya terapkan kepada
mereka untuk mengerti, Ibu guru Bennett berkata, Bahwa kita mempunyai
peraturan, maka dari itu kita dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik
dan memiliki kondisi kelas yang bahagia.
Selanjutnya dia memperluas diskusi: Apakah kita mempunyai
peraturan dalam hidup kita? Bagaimana di dalam rumah? Bagaimana di
jalan ketika kita mengendarai mobil? Kita berbicara tentang bagaimana
apabila para orangtua mereka mengebut, mungkin mereka akan
166 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mendapatkan surat tilang. Saya ingin mereka melihat bahwa kita memilki
peraturan di keseluruhan hidup kita, dan hal-hal ini disebut Hukum.
Kumpulan-kumpulan di atas mengatur tingkatan bagi bagian kesimpulan
diskusi: Selanjutnya saya berkata bahwa kelas kita seperti itu (memiliki
hukum): kita adalah sebuah komunitas, kita bagaikan sebuah keluarga, kita
membutuhkan peraturan juga. Peraturan apa yang akan membantu kita
untuk selalu bersama-sama dan memiliki sebuah kelas yang bahagia?
Dua pendekatan akhir ini menggabungkan peraturan-peraturan kelas
dalam konstitusi Amerika dan hukum-hukum lainnya di masyarakat kita
dengan mengadopsi tambahan-tambahan yang secara serius memberikan
tujuan ke dalam proses penyusunan peraturan di kelas. Mereka membuat
hubungan eksplisit yang penting antara sekolah dan dunia yang lebih luas:
bukan hanya masyarakat saja yang memiliki hukum, begitu juga dengan
kelas yang mempunyai peraturan juga; bukan hanya pembuat hukum
berdikusi dan berdebat mengenai peraturan apa yang baik; dan bukan
hanya warga negara orang-orang dewasa saja yang bertanggungjawab
kepada masyarakat umum, tapi para siswa juga merupakan warga negara di
kelas dan di sekolah mereka masing-masing.
Catatan bahwa pada semua pendekatan di atas, para guru membentuk
diskusi untuk membuat pendekatan tersebut menjadi lebih baik dan
terwujud bahwa peraturan-peraturan bukan hanya sebuah daftar
permohonan saja; ketimbang peraturan-peraturan yang yang dibutuhkan
untuk meraih sebuah tujuan (yang mempunyai kelas yang aman, bahagia,
produktif, dan lain sebagainya).
Setelah semua peraturan diatur dengan teratur, ongkos atau biayabiaya
hidup sangatlah dibutuhkan dengan cara duduk bersama secara periodik
untuk mengevaluasi peraturan-peraturan. Bagaimana cara peraturan
tersebut bekerja? Apakah ada yang harus diubah? Apakah dibutuhkan
peraturan yang baru? Diskusi macam ini dapat menggiring sebuah
perkembangan dalam peraturan di dalam kelas dan bergantung kepada
komitmen para siswa untuk selalu patuh terhadap peraturan yang telah
mereka buat.
Akankah macam pendekatan kooperatif ini bekerja dengan baik, boleh
dikatakan dalam sebuah sekolah di kota yang keras?
Sekolah Dasar Beecher di Elmira, New York, adalah contoh yang baik.
Hampir setengah siswa-siswa di sana berasal dari keluarga yang makmur.
Disiplin Moral| 167

Banyak dari mereka yang tidak aneh lagi dengan kekerasan; beberapa dari
mereka telah pernah melihat pembunuhan di jalan, dan beberapa di rumah
mereka sendiri. Disiplin digunakan untuk permasalahan yang besar di
sekolah, tetapi beberapa tahun ke belakang, masalah-masalah perilaku telah
berkurang menuju level yang rendah. Satu alasan: sekarang setiap kelas
telah memilki peraturan yang jelas, dengan dukungan yang konsisten, saling
berbagi dengan para orangtua siswa, dan dikembangkan bersamasama
dengan anak-anak selama minggu pertama di sekolah. Di tingkat sekolah
yang lebih tinggi, kerjasamanya bersifat pendekatan hanya untuk
komunitas saja yang telah sukses di Bronx Selatan (lihat bab 17) di sekolah
perkotaan yang keras.

KEUNTUNGAN DARI SETINGAN PERATURAN YANG KOOPERATIF

Melibatkan para siswa dalam pengaturan peraturan di dalam kelas dan


pengambilan tanggung jawab peribadi dan kelompok dapat membawa mereka
menuju keuntungan-keuntungan bagi para siswa seperti berikut:
1. Setingan tersebut akan dibawa ke dalam kelas untuk membentuk kerjasama,
saling bekerjasama untuk menciptakan komunitas yang baik di dalam kelas.
2. Setingan tersebut membantu perkembangan perasaan siswa untuk saling memiliki
dan mematuhi peraturan di kelas dan kewajiban moral untuk membantu mereka
3. Setingan tersebut memperlakukan anak-anak sebagai pemikir yang bermoral dan
menginvestasikan waktu untuk menolong para siswa berkembang dengan lebih
baik atas dasar moral
168 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

4. Setingan tersebut membantu para siswa untuk melihat nilai-nilai (contohnya, rasa
hormat dan tanggung jawab) yang berawal dari peraturan dan memberikan
pandangan secara umum mengenai peraturan yang
bertanggungjawab yang bersifat di luar kemampuan di dalam kelas
5. Setingan tersebut juga membantu para siswa untuk belajar berpikir secara kritis
tentang peraturan dan untuk mengembangkan kompetensi dalam membuat
peraturan yang baik untuk mereka
6. Setingan tersebut menitikberatkan pengendalian hubungan internal ketimbang
eksternal dan membantu perkembangan pemenuhan kepada sukarelawan dengan
peraturan dan hukum.

PENYUSUNAN PERATURAN DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH

Beberapa guru di tingkat menengah menitikberatkan terhadap apa yang


mereka lihat sebagai masalah dengan melibatkan setingan peraturan
kepada siswa-siswa mereka: sebagai guru disekolah SMP atau SMA, anda
pasti memiliki banyak perbedaan kelas. Apabila setiap kelas dilibatkan
dalam penataan teraturan, kamu akan berakhir dengan 5 atau 6 set
peraturan yang berbeda. Guru-guru sekolah menengah lainnya
menitikberatkan bahwa siswa-siswa yang lebih tua mungkin telah siap
menempuh aktivitas dari peraturan disiplin di kelas ketika berada di kelas
yang lebih rendah; hal tersebut dapat dikatakan sebagai kekanak-kanakan
bagi mereka untuk mengulang kembali proses ini di tingkat (kelas) yang
lebih tinggi.
Guru-guru sekolah menengah yang ingin menghindari masalahmasalah
ini, tetapi masih menggunakan sebuah pendekatan disiplin moral sudah
menjadi beberapa pilihan yang klasik. Salah satunya yaitu untuk mencari
masukan dari keseluruhan kelas, dan selanjutnya dikembangkan menjadi
set peraturan yang tunggal dari saran-saran yang dikelompokkan.
Sedangkan pilihan yang lainnya menggunakan penyusunan peraturan
kooperatif hanya kepada beberapa kelas saja (contohnya, kelompok yang
belum matang [dewasa] atau yang tidak patuh) bahwa dalam setiap
keputusan yang diambil oleh seorang guru, kebanyakan dari mereka
membutuhkan keuntungan dari diskusi yang diperluas dalam perilaku.
Pilihan yang lainnya bagi seorang guru dengan sederhana
mempersembahkan sebuah daftar harapan perilaku di hari pertama, lalu
mendiskusikannya dengan singkat, dan selanjutnya melibatkan para siswa
Disiplin Moral| 169

dengan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya yang lebih dalam


untuk mengembangkan peraturan-peraturan untuk bersepakat dengan
masalah-masalah khusus yang semakin meningkat.
Kepada orang yang lebih dewasa, hal ini sangatlah penting: bahwa
mereka diwajibkan untuk berpikir mengenai perilaku apa yang lebih
dihormati dan bertanggungjawab di dalam kelas dan berjanji kepada diri
mereka sendiri untuk selalu melatih perilaku tersebut. banyak siswa kelas
menengah berperilaku kasar, egois, dan lebih cenderung mengacau di dalam
kelas karena guru mereka belum sepenuhnya berhubungan antara
peraturan dengan nilai-nilai hormat dan tanggung jawab dan guru tersebut
belum melihat dan memegang penuh sebuah komitmen dalam
mengembangkan komunitas kelas yang baik. Jadi, tantangan bagi guru
sekolah menengah untuk menghindari berbicara dengan nada yang tinggi
kepada para siswa ketika pada saat yang bersamaan menyampaikan sebuah
pesan mengenai aturan yang mengatur standar moral yang tinggi dan
mengajak para siswa untuk bergabung menuliskannya di papan.
Banyak guru sekolah menengah mampu untuk melakukan itu semua di
atas tanpa perlunya melibatkan para siswanya dalam merumuskan
peraturan-peraturan. Seperti contohnya: John Pericone adalah seorang guru
yang terkenal dan disegani di bidang sekolah menengah pendidikan
kesehatan di Sekolah Menengah Maine-Endwell di Endwell, New York. Dia
menghabiskan hari pertamanya untuk saling mengetahui siswa-siswanya
dan berbicara mengenai kecintaannya kepada mengajar dan filosofinya
terhadap pendidikan. (Mengajar itu sama seperti menari, Katanya. Saya
datang ke sini, siap untuk menari, tetapi apabila anda tidak ingin menari
(dan di sini dia membungkuk di sebuah kursi dengan ekspresi kebosanan
yang total), dia berkata apa yang dapat saya lakukan? Hal ini membuat
siswa-siswa di kelas tertawa.) Dia melakukan ini layaknya dia mengajar
melewati materi yang akan diajarkan yang meliputi bagian yang mengikuti
perilaku siswa:

Tolong diingat bahwa ini merupakan kelas dan ruang kalian. Perilaku dan
partisipasi setiap orang akan membentuk jenis pembelajaran yang akan
muncul. Ketika satu perilaku seseorang berdampak kepada yang lainnya, saya
meminta setiap orang yang ada di dalam kelas untuk bertanggungjawab
dalam managemen kelasnya.
Untuk memastikan bahwa hak-hak kita dilindungi dan ditegakkan, hukum-
hukum berikut dapat dibangun di dalam kelas ini:
170 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Hukum: Diikuti tanpa ada kecuali

1. Tepat waktu, bersiap-siap, dan siap untuk bekerja di permulaan kelas


2. Tolong angkat tangan ketika ingin mengemukakan pendapat, dan tunggu
panggilan
3. Tolong dengarkan dengan segenap hati dan pikiran (jiwa)
4. Tolong perlakukan yang lainnya seperti halnya anda ingin diperlakukan oleh
yang lainnya

Saya sangat menikmati sekali berhubungan dengan orang-orang yang


memiliki tingkat saling menghormati satu sama lain. Hal tersebut telah
memberikan pengalaman kepada saya bahwa interaksi manusia dapat
diberikan ganjaran yang luar biasa ketika beberapa rasa hormat muncul. Saya
akan selalu memberikan dan memikirkan pertimbangan ini kepada anda, dan
hanya meminta kepada kalian bahwa anda akan kembali dalam keadaan ini.
Terimakasih.

Di dalam tulisan milik Pak Perricone dan penjelasan dengan lengkap


secara lisan dari Hukum, bahwa kebanyakan pendidikan moral sedang
dikerjakan. Dibandingkan dengan sikap kepribadian dan rasa humornya,
sangat jelas sekali bahwa dia sangat serius mengenai aturan ini. Dia
menghubungkan aturan-aturan ini ke dalam tujuan moral: perlindungan
hak-haknya dalam mengajar dan hak siswa-siswanya untuk belajar. Dia
bertanya kepada setiap orang untuk berbagi rasa tanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal. Dia mencontohkan
rasa hormat dengan bahasanya sendiri. Dan dia membuat daya tarik moral
yang kuat ke dalam norma-norma timbal balik, berjanji untuk selalu
memberikan rasa hormat dan bertanya kepada para siswa untuk
membalasnya kembali.
Bahkan apabila para siswa tidak membantu merumuskan peraturan,
mereka diajak untuk merefleksikan peraturan-peraturan tersebut, dan
berjanji kepada diri mereka sendiri, bahwa guru benar-benar harus
membuat batas bimbingan yang sangat penting dalam komunitas di kelas.

MEMBANGUN DAN MENGUATKAN KONSEKUENSI


Disiplin Moral| 171

Ketika aturan-aturan dibangun, apakah itu oleh para guru atau para
guru bersama-sama dengan siswanya, sangatlah alami bagi anak-anak untuk
berangan-angan, apa yang terjadi apabila anda melanggar peraturan? Jelas
sekali, apabila terjadi sesuatu ketika seseorang melanggar aturan, para
siswa belajar untuk tidak menganggap peraturan itu dengan serius.
Di dalam displin moral prinsip dasar adalah dengan menggunakan
konsekuensi (akibat), seperti setingan peraturan sebagai kesempatan untuk
pendidikan moral. Pertanyaan yang relevan yaitu: bagaimana anda
menolong siswa untuk mengerti aturan dan termotivasi untuk
mengikutinya di luar rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lainnya?
Pelaksanaan peraturan merupakan sebagai momen yang dapat
diajarkan. Salah satu bagian latihan yang dapat membantu adalah
pelasanaan dalam memperlakukan peraturan sebagai momen yang dapat
diajarkan. Salah seorang guru SD, lebih memilih hanya memberikan
peringatan kepada anak-anak sebagai pertahan pertama, selalu datang
menghampiri ke meja siswa dan dengan personal berkata: Apakah kamu
tahu peraturan apa yang baru saja dilanggar? Mengapa kelas menyetujui
bahwa itu merupakan peraturan yang bagus?
Anak-anak sangat sensitif terhadap perbedaan ketika guru-guru
merespon terhadap pelanggaran dari sebuah peraturan. Dalam sebuah
studi, anak-anak merata-rata nilai yang paling tinggi yaitu guru-guru yang
merespon kepada pelanggaran hukum moral dengan pernyataan-
pernyataan yang terfokus terhadap akibat dari tindakan siswa (contohnya,
Joe, itu benar-benar menyakiti Mike). Anak-anak memberikan nilai yang
lebih rendah kepada guru-guru yang merespon dengan
pernyataanpernyataan yang tidak mendalam terhadap peraturan-peraturan
atau harapan-harapan pihak sekolah (Tindakan tersebut bukan
mencerminkan cara siswa-siswa Hawthorne dalam menyelesaikan
masalah).
Mendapatkan nilai yang paling rendah dari keseluruhan guru yaitu
guruguru yang menggunakan perintah-perintah yang sederhana (Hentikan
itu! atau Jangan memukul!).
Pengaturan konsekuensi membutuhkan keterlibatan kelompok.
Bagaimana seharusnya seorang guru mengatur konsekuensi diurutan yang
pertama? Satu metode yaitu dengan cara melibatkan para siswa dalam
memformulasikan konsekuensi yang cocok (Menurut kalian konsekuensi
172 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

apa yang adil bagi seseorang yang melanggar peraturan ini?) sebagai
tambahan langsung dalam penyusunan peraturan yang kooperatif.
Banyak siswa-siswa SD akan mengusulkan hukuman yang aneh dan
keras. Hal-hal ini merupakan respon-respon yang alami di tahapan awal
dalam pengembangan moral dan kesempatan lainnya bagi guru untuk
mengembangkan moral yang beralasan (bermanfaat). Guru yang telah
melibatkan siswanya untuk berpikir kritis tentang apa yang membuat
sebuah peraturan yang bagus dapat berlanjut menuju proses pemikiran
kritis yang sama mengacu kepada konsekuensinya, guru dapat membantu
para siswa untuk mengerti bahwa tujuan dari sebuah konsekuensi bukan
untuk membuat mereka menderita tapi untuk membantu mereka
mengembangkan perilaku mereka sendiri.
Melibatkan para siswa dalam merumuskan konsekuensi yang adil
merupakan keuntungan yang lain: di balik itu semua, selanjutnya penguatan
peraturan telah memiliki konsentrasi kolektif dari sebuah kelompok.
Menghadapi pelanggaran dari sebuah peraturan, seorang guru dapat
berkata: Apa yang sudah kita setujui merupakan sebuah konsekuensi bagi
siapa saja yang melanggar peraturan? Seringkali, ketika anak-anak dihukum
oleh guru atau orangtuanya karena melanggar peraturan, mereka menjadi
marah terhadap hukuman yang diberikan oleh orang dewasa daripada
meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya. Namun, apabila
mereka telah menyetujui di saat awal perumusan konsekuensi tersebut,
sangatlah lebih mudah untuk mereka menerima apa yang mereka sudah
lakukan dan bertanggungjawab atas perilaku yang mereka telah lakukan.
Seorang guru mengatur setiap konsekuensi. Bagaimanapun juga,
beberapa guru lebih memilih untuk mengatur konsekuensinya sendiri,
setidaknya untuk beberapa aturan. Seperti yang dikatakan seorang guru
kelas 4: Saya rasa saya berada di dalam posisi yang lebih baik untuk
mengetahui konsekuensi apa yang berhasil. Contohnya, ketika kita
membuat peraturan besama-sama dengan para siswa, salah satu peraturan
yang selalu saya masukkan yaitu pekerjaan rumah harus dikumpulkan tepat
waktu. Saya ingin mengatur konsekuensi saya sendiri: sekali mereka tidak
mengumpulkan pekerjaan rumah, mereka akan mendapat teguran; dua kali
tidak mengumpulkan pekerjaan rumah, maka mereka harus
mengerjakannya sepanjang waktu istirahat; tiga kali tidak mengumpulkan
pekerjaan rumah, saya akan memanggil orangtua mereka. Guru yang
Disiplin Moral| 173

mengatur konsekuensinya sendiri dapat mengubahnya dengan cepat ketika


konsekuensi tersebut tidak bekerja dengan baik.
Seorang guru bidang studi di sekolah menengah, Kathy Long yang
mengajar siswa kelas 2 di SD Frankfort Barat di Frankfort, New York,
mengikuti langkah ditengah-tengah. Dia memiliki dua set peraturan:
Pertama, Peraturan Guru, yang dia buat (contohnya, angkat tangan kalian
ketika ingin berbicara dan ikuti arahnya untuk pertama kali); dan kedua,
Peraturan anak-anak, dimana dia meminta siswa-siswanya untuk
membuat suasana yang dapat membuat kalian merasa dekat dan bersama-
sama antara satu sama lainnya (contoh dari peraturan anakanak: Tidak
berkelahi, Tidak memanggil nama, dan Saling berbagi). Dia mengatur
konsekuensi untuk peraturan guru tetapi juga mengijinkan anak-anak untuk
mengatur konsekuensi dalam peraturan anak-anak yang tentunya dengan
pengawasan dirinya.
Apa yang paling penting dari titik awal pendidikan moral adalah bahwa
ada semangat pembagian rasa tanggung jawab untuk ketertiban di dalam
kelas. Apa yang biasa menjadi pendekatan yang berbeda untuk meraih
semangat tersebut yaitu dengan menghabiskan cukup waktu untuk
bersikusi mengenai peraturan dan konsekuensi sehingga para siswa dapat
mengerti keadilan yang mereka dapat dan bagaimana mereka membantu
untuk menciptakan komunitas kelas yang bagus.

HARUSKAH KONSEKUENSI ITU BERSIFAT TETAP ATAU


BERUBAH?

Guru-guru menghadapi isu-isu praktis lainnya ketika mereka


mengembangkan rencana disiplin mereka: haruskan konsekuensi bagi
seseorang yang melanggar peraturan benar-benar tetap, atau haruskah
mereka mengubah peraturan, penyebab perilaku menyimpang, dan
faktorfaktor relevan lainnya?
Disiplin yang Tegas merupakan sistem yang sudah tetap. Disiplin
tersebut menggunakan konsekuensi yang sama untuk semua macam
perbedaan pelanggaran peraturan. Dengan tidak mengurangi rasa hormat
dari apakah kamu berbicara kasar, jangan keluarkan buku matematikamu
sebelum disuruh, atau panggil anak-anak di barisan selanjutnya dengan
panggilan terbelakang , rangkaian konsekuensinya sama (contohnya,
174 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

peringatan sebagai serangan pertama; tulis di dalam peraturan batas 25 kali


peringatan untuk serangan kedua; kehilangan 15 menit waktu istirahat
untuk serangan ketiga, dan seterusnya). Hukumannya tidak harus sama
dengan kejahatannya.
Sebaliknya, disiplin moral memberikan konsekuensi logika, yang dapat
berjalan sebagai moral seorang guru. Contohnya, dengan sebuah peraturan
seperti Tidak boleh meremehkan, konsekuensi logikanya harus
melibatkan beberapa macam persiapan seperti yang diperlihatkan di bawah
ini:

Penyerangan (tindakan) pertama : Jelaskan kepada guru alasan dari


peraturan yang Tidak Tercantum dan dengan lemah lembut meminta
maaf kepada orang yang kamu serang (katakan juga alasannya kenapa
kamu minta maaf)

Penyerangan (tindakan) kedua : Mengadakan pertemuan dengan guru


yang bersangkutan untuk mendiskusikan alasan apabila masalah tersebut
berlanjut; tulislah sebuah surat permintaan maaf kepada orang yang
diserang (dimarahi)
Penyerangan (tindakan) ketiga : Buatlah permintaan maaf di depan
umum, berilah 5 macam pujian kepada korban-korban yang sudah
dimarahi (diserang) dan tulislah rencana untuk menghindari masalah
meremehkan orang lain di masa yang akan datang.

Sebuah hubungan yang masuk di akal antara penyerangan dan


konsekuensi akan membantu mengajarkan kepada siswa mengapa perilaku
tersebut salah dan bagaimana cara memperbaikinya.
Memutuskan sebuah konsekuensi haruslah dari kasus per kasus. Para
guru dapat mencoba untuk membuat konsekuensi yang masuk akal
sementara memberikan kebebasan untuk memutuskan konsekuensi khusus
dari kasus per kasus. Mereka mungkin akan berharap untuk membuat
penghargaan yang lebih besar, katakanlah, untuk seorang anak yang
memiliki hari yang buruk karena dia tidak merasa baikan atau karena
orangtuanya di ambang perceraian. Mereka mungkin menentukan
konsekuensi yang lebih keras, melewatikan peringatan, kepada para siswa
bahwa mereka berpikir perlunya peraturan tersebut tidak
diguncangguncangkan karena peraturan tersebut dibuat dengan serius.
Guru SMP menjelaskan untuk mengambil pendekatan yang fleksibel ini:
Disiplin Moral| 175

Saya melihat semua siswa saya sebagai seorang individu-individu, sehingga


saya memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Konsekuensi dari
perilaku menyimpang juga berlaku individual.
Apabila seorang siswa terus berlagak biasa-biasa saja setelah mendapat
peringatan pertama, saya akan memberikan kelas tersebut pekerjaan yang
harus dilakukan dan membawa siswa yang bermasalah ke sebuah ruangan
(aula). Cara ini membuat sisa siswa di kelas tidak terpengaruh dan mecampuri
urusan, dan saya dapat memberikan sebuah penyesuaian konsekuensi yang
dibutuhkan oleh siswa ini. Konsistensi saya berada dalam sebuah fakta bahwa
siswa-siswa mengetahui bahwa mereka akan menerima konsekuensi yang adil.

MEMENGARUHI SISWA YANG BERMUSUHAN

Bagi para siswa yang datang ke kelas dengan sikap yang bertentangan
dengan kebijakan yang ada, pendekatan yang fleksibel dapat membuat
perbedaan antara pencapaian sikap mereka dan pengabaian sikap mereka.
Seperti contohnya: Gary Robinson, ketika dia mengajar siswa kelas 4 di
Skaneateles, New York, memiliki seorang siswa yang bernama Eric, yang
memiliki perawakan lebih besar dari siswa-siswa sebaya, yang memiliki
reputasi menjadi seorang yang bijak dan suka pamer. Di hari pertama tahun
dia bersekolah, dia berkata kepada Bapak Guru Robinson bahwa dia tidak
takut kepadanya atau kepada kepala sekolah hanya bapaknyalah yang tahu
apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya.
Bapak Guru Robinson hanya tersenyum dan berkata dia berharap
mereka akan mempunyai tahun yang baik. Dia berkata kepada seluruh
siswanya di kelas bahwa dia hanya memiliki satu peraturan: yaitu Peraturan
Keemasan. Menurut kalian apa Peraturan Keemasan itu? katanya.
Tuliskanlah. Mereka menghabiskan beberapa waktu untuk membicarakan
bagaimana untuk melaksanakan peraturan keemasan di dalam situasi yang
berbeda.
Selama satu minggu pertama, ketika Eric mengacau, guru tersebut
menghindarinya konfrontasi publik tetapi lebih dengan cara
memberitahunya secara langsung kebiasaan apa yang diharapkan untuknya
(Eric) dan mengapa. Dia menghabiskan waktu istirahat dengan bermain
sebuah permainan dengan Eric dan siswa-siswa lainnya yang tertarik untuk
bermain. Suatu hari, setelah pulang sekolah, mereka bermain tenis meja
176 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

bersama-sama dan berbicara mengenai apa yang mereka sukai di luar jam
sekolah.
Setelah satu tahun berlalu, Bapak Guru Robinson dan Eric saling
berkembang menuju hubungan yang positif, sampai dimana suatu titik, Eric
bekerja dengan sangat rajin kepada Bapak Guru Robinson untuk
mendapatkan nilai dan tanda tangannya. Semua ini dapat mungkin terjadi,
bahwa guru merasa dan merasakan, bahwa sistem fleksibelnya akan sebuah
disiplin memberikannya pilihan untuk berbicara lemah lembut kepada Eric
tentang harapan-harapannya untuk sebuah perilaku yang baik, menghindari
sebuah kontes pamer diri, dan memengaruhinya melalui kontak informal di
luar kelas.
Bagaimanapun juga, saya tidak menganjurkan bahwa seorang guru
harus bersikap lunak kepada anak yang keras (sulit) dan mengabaikan
perilaku yang tidak tepat. Guru-guru yang mempunyai control kelas yang
bagus, apakah mereka mempunyai konsekuensi di awal pertemuan atau
tidak, setidaknya satu yang harus ditanamkan di awal yaitu: mereka
memulainya dengan keluar dari masalah yang kokoh dan sedikit mengigit
(keras). Komentar salah satu guru: Bulan pertama merupakan permulaan
untuk mengatur irama sepanjang tahun.
Apabila seorang guru mempunyai sistem yang dapat mengantisipasi
dan konsekuensi yang diperkenalkan terlebih dahulu, menjadi guru yang
kokoh berarti mengikuti pelaksanaan dari konsekuensi-konsekuensi dan
tidak merasa ragu-ragu untuk melaksanakannya, menjadi kokoh juga
bereaksi terhadap perbuatan siswa yang tidak baik (senonoh) dalam
berbagai macam cara (contohnya, Bob, saya ingin berbicara denganmu di
akhir periode ini) yang membiarkan para siswa mengetahui bahwa
perbuatan yang kacau (tidak baik) tidak akan dapat ditoleransi dan
mengapa (alasannya).

JEDA WAKTU DAN PERTEMUAN SECARA INDIVIDU

Dua konsekuensi disiplin moral dirancang untuk memberikan informasi


untuk mengikuti aturan dan pertumbuhan moral yaitu dengan cara
mengambil jeda waktu (untuk sementara terpisah dari kelompok) dan
pertemuan secara individu.
Disiplin Moral| 177

JEDA WAKTU
Mengapa ada jeda waktu dan pemisahan dari kelompok (seperti
mengirim siswa ke meja di belakangnya) secara logika dan konsekuensi
pendidikan?
Seolah-olah sebuah jeda waktu berkata kepada siswa: Apabila kamu
ingin menjadi bagian dari kelompok, kamu harus mengikuti peraturan dari
kelompok tersebut. Sikap kamu yang mengacau sangat mengganggu kepada
orang lain yang benar-benar ingin belajar.
Ada dua macam jeda waktu. Pertama adalah jeda waktu yang memiliki
jarak yang tetap (konstan): Spesifik tenggang waktunya sekitar (5, 10, atau
15 menit) ketika para siswa terpisah dengan kelompoknya. Kedua adalah
jeda waktu yang sesuai dengan kondisi: peraturannya atau ketika salah
seorang merasa puas dengan beberapa kondisi yang lain (seperti mengobrol
kepada gurunya).
Terkadang anak-anak akan kembali menuju kearah perbaikan sebelum
mereka dapat mengontrol perilaku mereka, dan dalam satu menit mereka
akan membuat masalah lagi. Salah satu jalan untuk menghadapi masalah
tersebut hanya ada 2 sistem: dengan jeda waktu yang pertama, kamu dapat
kembali lagi ke waktu tersebut kapanpun ketika kamu siap; tetapi apabila
anda mengulang penyerangan 30 menit ke depan, anda akan keluar dari
tenggang waktu yang telah ditetapkan. Hal tersebut juga baik untuk
membantu mempersiapkan anak-anak untuk kembali masuk lagi dengan
pertanyaan,Apakah kamu siap untuk kembali lagi? Apa yang kamu harus
lakukan untuk dapat kembali lagi? (ikutilah peraturan yang telah
ditetapkan).
Bagaimana apabila para siswa menolak untuk mengambil jeda waktu?
Para guru dapat memberikan kelompok tersebut sesuatu yang harus
dilakukan dan ajaklah para siswa untuk duduk di samping anda untuk
mencoba mencari tahu sumber dari sebuah perlawanan. Apabila para siswa
berlanjut untuk tetap melawan, seorang dapat berkata:Ayo kita pikirkan
ini. Mengapa kita mempunyai peraturan jeda waktu di kelas? Mengapa saya
sekarang bertanya kepada kalian untuk mengambil jeda waktu?
Apabila siswa menolak untuk bekerjasama, guru dapat dengan tenang
menawarkan sebuah pilihan: Sally, tindakanmu itu membutuhkan jeda
waktu. Dapatkah kamu mengikuti peraturan kita tentang jeda waktu
178 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sekarang, atau apakah kita butuh berbicara mengenai masalah ini selama
waktu istirahat (atau pulang sekolah, atau bersama kedua orangtuamu)?
Tujuan dari pilihan ini yaitu untuk meredam emosi siswa ketimbang
memanaskan suhu pelawanan, sehingga siswa dapat berpikir, dengan
mempertahankan desakan konsekuensi yang adil. Pada umumnya, apabila
prosedur jeda waktu telah didiskusikan dalam pembahasa yang terdahulu
dengan para siswa dan dijelaskan sebagai sesuatu yang benar-benar bersifat
untuk menolong mereka dalam memperoleh pengendaliannya kembali
terhadap perilaku mereka, maka mereka akan menerimanya sebagai sebuah
konsekuensi dalam situasi yang berdisiplin.

PERTEMUAN INDIVIDU
Jeda waktu dapat menjadi sangat efektif ketika diikuti setidaknya oleh
guru dan siswa di dalam sebuah pertemuan yang singkat. Para siswa yang
terlihat tidak mempan dengan pengaruh yang diberikan oleh gurunya ketika
mereka menjadi bagian dalam sebuah kelompok, seringkali dapat
diselesaikan melalui jalan pertemuan personal (pribadi).
Pertemuan secara pribadi memungkinkan bagi seorang guru untuk
memberikan disiplin secara individu, dengan porsi yang lebih banyak dari
yang sudah dicoba, dan kalau memungkinkan, instruksi secara individu akan
berbanding lurus dengan kebutuhan dari siswa-siswa yang berbeda.
Pertemuan individu memperbolehkan guru dan siswa untuk dapat
menyelidiki masalah yang bersifat tidak menarik perhatian dan
memungkinkan untuk seorang guru untuk mencoba mendapatkan
penyebab dari sebuah masalah yang sedang dihadapi.
Pertemuan tersebut juga mengizinkan untuk seorang guru menjelaskan
mengapa perilaku yang mengacau tidak dapat diterima. Pada akhirnya, akan
memberikan kemungkinan bagi seorang guru dan siswa untuk
mengembangkan sebuah rencana, yang berdasarkan sebuah pengertian
akan masalah, dan untuk mencegah kemunculannya kembali.
Pertemuan tersebut biasanya dapat menjadi sebuah kebiksanaan
dengan menghadirkan beberapa siswa, pertemuan tersebut sangat penting
untuk menempatkan rencana pengembangan perilaku dalam sebuah tulisan
dan membuat para siswa untuk menyetujuinya dalam rangka untuk
mengidentifikasi komitmen mereka untuk membuat pertemuan dan
peraturan tersebut berjalan lancar.
Disiplin Moral| 179

Kevin dan Dan merupakan dua siswa yang saling berteman baik di kelas
6 dan selalu duduk berdampingan antara satu dengan lainnya. Hal ini
menjadi sebuah masalah ketika Kevin mulai berbicara (ngobrol) dengan
Dan, lalu mengganggu pekerjaannya yang belum selesai. Guru kelasnya, Ibu
Christine Peredo berbicara kepada Kevin di kelas mengenai masalah ini,
yang tetap dilakukan terus-menerus.
Jadi Guru kelasnya tersebut meminta kepada Kevin untuk menemuinya
setelah jam sekolah usai. Kamu tahu kenapa saya ingin berbicara
denganmu? Kata Ibu guru. Dan dia pun mengangguk. Saya tahu antara
kamu dan Dan adalah teman baik, kata Ibu guru. Akan tetapi ketika kamu
mengobrol di dalam kelas, apakah itu akan membantu kamu dan Dan dalam
menyelesaikan tugas kalian? Kevin menjawabnya bahwa hal tersebut tidak
membantu.
Menurutmu apa yang akan membuat situasi tersebut dapat menjadi
lebih baik? Tanya Ibu guru Peredo. Kevin berkata kalau mendapat
pekerjaan individu, dia akan duduk di meja yang lain yang jauh dengan meja
Dan. Dengan bantuan Ibu Peredo, Kevin menuliskan rencana di bawah ini:

RENCANA KEVIN
1. Saya akan duduk berjauhan dengan Dan ketika kita mengerjakan tugas
individu
2. Apabila kita berdua dapat menyelesaikan tugas individu dan
dikumpulkannya tepat waktu, kita dapat bekerjasama dalam proyek
kelompok di akhir minggu
3. Di akhir minggu, saya akan bertemu dengan Ibu Peredo untuk mendiskusikan
bagaimana rencana ini agar berhasil

Tanda Tangan : ______________________

Tanggal : ______________________

Tujuan dari pendekatan pemecahan masalah ini yaitu Apa yang dapat
kita lakukan untuk menjadikan situasinya menjadi lebih baik? serta untuk
menempatkan Guru dan siswa di sisi yang sama, saling bekerja
bersamasama dan saling berbagi tujuan yang akan dicapai: menyelesaikan
masalah dengan cara yang disukai oleh setiap orang. Salah satu guru SMP
saya berkata bahwa dia menemukan pemecahan masalah tersebut dengan
180 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

hasil yang sukses dengan memulai pertemuan dengan pertanyaan sebagai


berikut, Apabila kamu menjadi seorang guru dan mendapat masalah ini,
bagaimana caramu untuk menghadapinya?

DUKUNGAN SITUASIONAL SEBAGAI PENGENDALIAN DIRI

Rencana perilaku individu yang efektif seringkali meliputi sebuah


Dukungan Situasional yang terkadang rencana tersebut dapat membantu
siswa mengendalikan perilakunya.
Ruby Tellsworth, seorang guru yang mengajar di kelas 2 di SD rancho
Romero di San Ramon, California berkata bahwa pada satu hari dia
mempunyai seorang siswa laki-laki yang memiliki masalah yang besar
dengan sikapnya yang tidak mau duduk. Kita membicarakannya dan
memutuskan bahwa ketika dia merasa tidak dapat duduk, dan dia
memberikan tanda. Selanjutnya, saya membiarkannya pergi keluar kelas
dan dia pun berlari mengelilingi taman bermain beberapa menit (menurut
perhitungan saya). Setelah itu, dia akan mudah dan mampu untuk duduk
dan mengerjakan tugasnya kembali.
Akankah anak-anak yang lain menganggapnya tidak adil apabila ada
satu anak mendapatkan perlakuan khusus seperti itu? Bukan apabila
seorang guru telah mengembangkannya di dalam kelas dengan situasi yang
baik dari komunitas yang meliputi penerimaan individu yang berbeda.
Dalam kondisi tersebut, biasanya guru dapat menyebutkan
rencanarencananya tersebut dan anak-anak saling berdiskusi dan bertanya
untuk membantunya menyelesaikan masalah. Di kebanyakan kasus, siswa-
siswa lainnya akan sangat senang sekali dengan guru yang telah
menemukan cara untuk mengurangi perilaku yang mengacau dari teman-
teman sekelasnya.

KAPAN SEHARUSNYA SEBUAH RENCANA PRIBADI MENCAKUP


SEBUAH KONSEKUENSI YANG NEGATIF?

Terkadang sebuah rencana individu membutuhkan cakupan insentif


yang negatif yang akan memotivasi siswa untuk berubah menjadi lebih baik.
Disiplin Moral| 181

Seperti contohnya: seorang siswa kelas 5, yang bernama Pam, sangat


bodoh sekali dalam pelajaran matematika sepanjang waktu di pagi hari yang
malahan pada akhirnya tidak menyelesaikan masalah pelajaran
matematikanya. Lalu guru kelasnya berbicara dan mendengarkan keluh
kesah perasaannya mengenai ketidaksukaannya dengan pelajaran
matematika. Guru tersebut memberikan Pam beberapa strategi baru untuk
berkonsentrasi dan menyelesaikan masalah-masalahnya dan mengurangi
beberapa masalah yang dia miliki dalam pelajaran matematika.
Akan tetapi tetap saja, Pam gagal untuk membuat usahanya menjadi
serius. Jadi, guru dan Pam bertemu lagi dan menyetujui bahwa apabila dia
tidak menyelesaikan sebelum makan siang. Dan pekerjaan matematikanya
(Pam) menjadi lebih berkembang.
Salah satu guru SD berkomentar: Saya ingin meyakinkan bahwa
seorang anak melihat sebuah hubungan antara konsekuensi dan tujuan
pengendalian diri. Jadi, ketika saya mempertimbangkan konsekuensi yang
khusus, saya akan mengecek dengan pertanyaan kepada anak-anak, yaitu
Menurut kalian apakah ini akan membantu, selanjutnya kita akan mencoba
untuk membahas konsekuensinya nanti.

PENGENDALIAN DIRI MELALUI KESADARAN DIRI

Kebanyakan siswa berperilaku sederhana dengan tidak begitu sadar


oleh perilaku mereka. Dengan berusaha untuk tetap di jalur perilaku mereka
yang baik, maka siswa-siswa tersebut memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kepedulian dan pengendalian diri mereka.
Menghitung dan Memetakan adalah salah satu teknik pengendalian
melalui kepedulian. Dikembangkan oleh seorang psikolog Orgen Lindsley,
bahwa metode ini membuat guru dan siswa tetap menghitung waktu dari
angka masalah yang diakibatkan oleh perilaku (Contohnya: memukul atau
berbicara satu sama lain) yang muncul selama seharian. Di akhir pertemuan
dalam satu hari (atau setengah hari), guru dan siswa bertemu, menghitung
total keseluruhan, dan memasukannya ke dalam sebuah grafik (kerahasiaan
dijaga kecuali siswa meminta untuk membukanya [mengungkapkannya]).
Grafik tersebut membuat perkembangan yang bahkan kecil dalam
perilaku yang terlihat kepada guru dan siswa. Terkadang timbal balik yang
tepat cukup untuk diri mereka sendiri dalam memotivasi siswa untuk terus
182 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berkembang. Dan dukungan (masukan) dalam grafik membuat tujuan


tersebut dapat tercapai: Untuk memperlihatkan penurunan masalah
perilaku dari awal minggu sampai akhir minggu. Beberapa guru
menambahkan sebuah penghargaan (contohnya, waktu tambahan dalam
pelajaran komputer atau beberapa aktivitas favorit lainnya) sebagai insentif
lanjutan untuk meraih tujuan ini.
Guru kelas 3 berbagi kepada yang lain tentang sistemnya dalam
meningkatkan kesadaran dan pengendalian diri. Dia memberikan siswanya
kartu yang berukuran 5 x 7 untuk menuliskan di sebelah sudut kanan di
halaman awal mereka. Mereka menaruh x kecil di kartu mereka setiap kali
mereka berperilaku menyimpang. Ketika 4 x huruf x di kartu mereka,
mereka menulis di secarik kertas kepada guru mereka mengapa mereka
berperilaku menyimpang.

CONTOH GRAFIK
7
6
5
Angka dari
jumlah 4
masalah 3
yang timbul
2
1
0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Hari

Guru tersebut memutuskan konsekuensi apa yang akan para siswa


terima untuk perilaku mereka yang menyimpang. Dia pun berkomentar:
Pekerjaan ini sangatlah bagus untukku. Anak-anak benar-benar terlihat
mengerti dan menerimanya.

MELAKUKAN PERCOBAAN UNTUK MELIHAT KEBERHASILAN

Terkadang seorang guru harus melakukan percobaan untuk


mengetahui apa saja yang berhasil. Linda Nickels menggambarkan
Disiplin Moral| 183

bagaimana dia melakukan percobaan ini ketika dia mengajar anak-anak


kelas 2 di Ithaca, New York:

Saya pernah mempunyai siswa laki-laki yang sangat sederhana yang


berasal dari keluarga yang kurang mampu. Suatu hari Joey berdiri, setelah
saya suruh dia untuk melakukan sesuatu, dan berkata,kamu adalah lubang
bokong. Saya akan menggugatmu. Saya akan membuatmu marah. Ayah saya
mempunyai banyak uang.
Kenyataannya, dia tidak memiliki seorang ayah setidaknya seorang ayah
yang tidak dia ketahui keberadaannya. Dia tidak takut kepada apa pun. Satu-
satunya jalan yang saya dapat lakukan untuk membuatnya berhenti dengan
omongannya yaitu dengan memutarkan alat perekam ketika dia mulai
berbicara kasar. Lalu, dia dapat berhenti. Sebelum ibunya mendengar rekaman
tersebut, dia tidak mempercayai bahwa dia (Joey) berbicara seperti itu
kepadaku. Berurusan dengan anak yang seperti itu butuh berbagai macam
percobaan dan kesalahan.

Membalas kembali perbuatan Joey seperti melibatkan sebuah wortel


yang memiliki kekuatan seperti sebuah tongkat. Guru Nickels pernah
memiliki siswa laki-laki, yang bernama Mark, seorang siswa dari Universitas
Ithaca yang datang ke kelas untuk bekerjasama dengan Joey sebagai teman
dekatnya. Joey mengerti kalau dia mempunyai kebijakan khusus akan
kondisi yang baik ini; sebaliknya guru tersebut akan menyuruh Mark untuk
bekerjasama dengan orang lain. Joey benci kehilangan dalam berhubungan
dekat dengan Mark, jadi akhirnya dia mengubah dan mengembangkan
perilakunya menjadi lebih baik.
Peraturan di kelas yang umum dan konsekuensinya selalu mencukupi
untuk mengatur perilaku semua siswa, tetapi biasanya hanya beberapa
siswa saja. Bagi beberapa siswa tersebut, rencana individu (dimana selalu
menjadi tambahan bagi rencana kelas) tidak hanya sebagai jalan yang
terbaik untuk mengatur perilaku mereka tetapi juga jalan yang terbaik
untuk menolong mereka menjadi lebih dewasa secara moral. Melalui
pertemuan dan rencana pribadi, guru dapat berkomunikasi dengan sering
mengenai kepedulian dan menghormati siswanya sebagai sosok individu
yang menolong para siswa untuk mencarikan jalan dalam mengatasi
masalah apa pun yang menghinggapinya dari berpartisipasi sebagai seorang
anggota yang bertanggungjawab dalam komunitas kelas.
Satu kualifikasi: ada saatnya ketika diskusi yang rasional yang dengan
sendirinya tidak sampai kepada anak-anak dan ketika itu kemarahan dalam
184 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

moral, kemanusiaan, dan hal-hal yang efektif bagi guru untuk dilakukan.
Guru kelas 2 berkata:

Tahun ini saya mempunyai murid laki-laki yang perilakunya sangat buruk.
Saya sudah melakukan banyak percakapan dengannya, menggunakan jeda
waktu, membuat rencana-rencana; dan dia tidak memperlihatkan
perkembangan. Dan akhirnya saya kehilangan kesabaran. Saya berkata, ok,
cukup sudah, di sini kita punya peraturan, Tuan, dan kamu akan mengikuti
mereka! Setelah kejadian itu, dia menjadi sosok yang lebih baik.

Dengan berhadapan dengan anak-anak seperti ini, otoritas ketegasan


yang kuat merupakan suatu kekuatan agar anak-anak tahu bahwa seorang
guru benar-benar mempunyai kepentingan. Dengan begitu, yang pertama
anda akan mendapat perhatian mereka, yang merupakan jalan yang
pertama yang harus guru lakukan; Selanjutnya kamu dapat memberikan
alasannya kepada mereka.
Anak laki-laki menggambarkan angka yang tidak seimbang dari masalah
perilaku yang serius, tetapi pertumbuhan angka ditampilkan oleh anak
perempuan yang memperlihatkan tantangan baru bagi para guru. Sebuah
kotak pendamping dalam cerita Andrea dan Si keras hati, memiliki usaha
yang sensitif bagi guru-guru TK untuk membantunya keluar dari kekangan
perilaku yang dapat menghancurkannya dan menemukan tempat yang tepat
di dalam kelompok. Keberagaman hal-hal yang dilakukan oleh guru ini
semakin mendapatkan banyak informasi mengenai latar belakang Andrea,
mengajarinya untuk berteman, mencari pelampiasan yang positif ketika dia
stress keadaan tersebut mengingatkan kita pentingnya sebuah prinsip:
bahwa melihat seorang anak itu sebagai manusia secara keseluruhan, tidak
hanya sebagai Masalah perilaku, dan mencari sebuah holistik, membantu
solusi pertumbuhannya.
ANDREA
SEORANG ANAK TK DALAM MASALAH MENJALIN PERSAHABATAN

Andrea memiliki banyak masalah sosial di dalam dan di luar kelas. Secara verbal
dia tergolong kejam terhadap anak-anak lainnya; dengan bebasnya dia mencoba untuk
menyakiti perasaan mereka; dia sering melakukan kontak fisik dengan mereka. Anak-
anak pun menjadi malu, dia mencoba untuk menyergap dan memanipulasi mereka.
Saya menjadi frustasi dalam setiap percobaan saya untuk mengubah perilakunya;
sepertinya tidak ada satu pun yang berhasil. Selanjutnya, saya menemukan beberapa
Disiplin Moral| 185

informasi yang melatarbelakangi sikapnya itu. Andrea mengulang kelas TKnya tahun
ini, jadi saya berbicara dengan gurunya setahun yang lalu. Dia bilang Andrea
mempunyai kehidupan di lingkungan rumahnya yang negatif. Informasi ini membantu
saya untuk mengerti mengapa dia melakukan pemukulan terhadap anak-anak yang
lain.
Saya memutuskan kalau Andrea membutuhkan sebuah perjanjian dengan
sikapnya yang bebas. Saya telah menemukan bahwa responnya sangat baik untuk
memuji dan penuh semangat. Untuk membantunya keluar dari kekangan perilaku
yang kasar terhadap anak-anak lainnya, saya telah berbicara banyak dengannya
untuk menjadi teman baiknya. Saya juga bekerjasama dengan keseluruhan kelas
untuk menjadi teman baiknya.
Sekarang, ketika Andrea datang ke sekolah, jika saya mencium adanya
kecemasan, saya menyuruh dia untuk menggambar tentang apa yang dia rasakan saat
itu. Saya memberikan waktu kepadanya untuk berbicara kepadaku atau seorang
teman tentang arti gambar yang telah dibuatnya. Saya sadari itu apabila saya
memberinya jalan untuk bebas dari pengalaman yang membuatnya stress, hal itu
tidak akan merambat ke dalam kelas.
Sejauh ini aktivitas tersebut boleh dikatakan berhasil. Dia telah berkembang
lebih menjadi diri yang positif dan sekarang sudah mempunyai banyak teman.

--Jill Myers, Guru TK

MENGGUNAKAN INSENTIF YANG POSITIF

Insentif yang positif adalah bagian yang penting dalam rencana


perkembangan perilaku bagi beberapa siswa.
Guru kelas 1 yang bernama Colleen Megan dari SD Winkelman di utara
Chicago menawarkan sebuah ilustrasi. Di tahun pertama, menurutnya,
bahasa Jeremy sangat tidak dapat dipercaya. Dia mendapatkan hukuman
karena menurunkan celananya di taman bermain dan dia melakukannya
lagi. Dia hampir sering memukul anak-anak lainnya. Hukuman tidak
membuatnya jera terhadap perilaku yang dilakukannya.

Saya mengambil pendekatan yang positif terhadapnya. Apabila dia


bersikap baik di pagi hari, dia mendapatkannya, tetapi sebelum makan siang,
dia mengambil hadiah berupa tempelan (sticker). Apabila dia bersikap baik di
siang hari, dia mendapatkannya kembali ketika jam sekolah usai. Apabila
sikapnya jauh lebih baik, dia mendapatkan sticker Scratch n Sniff. Dan
apabila selama satu minggu dia berperilaku baik, dia mendapakan pin
SuperKid (anak super) di hari Jumat. Dia juga mengirimkan catatan kecil ke
186 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

rumahnya yang ditunjukkan kepada Ibunya di akhir hari yang baik karena
perilakunya yang baik juga. Dan sekarang dia berbalik menjadi anak yang
baik.
Banyak guru juga menggunakan insentif di dalam kelompok untuk
memotivasi perilaku yang baik. Insentif kelompok juga membantu
perkembangan solidaritas kelas dengan merumuskan tujuan kelompok
untuk bekerjasama dalam menghasilkan tujuan bersama juga.
Seperti contohnya: seorang guru kelas 6 mengambil 15 menit waktu
tambahan untuk istirahat sebagai bonus di akhir jam pelajaran apabila tidak
ada 3 pelanggaran aturan sepanjang hari. Dia berpendapat bahwa siswa-
siswanya cenderung untuk saling menjaga satu sama lain sehingga mereka
mendapatkan waktu yang khusus (spesial).
Dari sudut pandang pendidikan moral, untuk penghargaannya dapat
dikatakan berhasil, guru-guru harus memberikan pesan dari sudut pandang
yang lain, seperti,Saya harap kalian akan mengikuti peraturanperaturan ini
karena itu merupakan hal yang baik untuk dilakukan, karena peraturan-
peraturan ada untuk membantu setiap orang. Dan apabila kalian
melakukannya dengan baik, saya akan melakukan sesuatu atau memberikan
sesuatu kepada kalian atas apresiasi saya terhadap usaha yang telah kalian
lakukan. Dalam proses ini guru menciptakan sebuah konteks yang
menentukan pengertian penghargaan moral yang anak-anak harus miliki.
Sebagai benteng dalam anak-anak melihat sebuah penghargaan sebagai
tujuan yang utama atau hanya sebuah alasan untuk mejadi baik, seorang
guru dapat melakukan sesuatu atau mengikuti hal-hal dibawah ini:

1. Memberikan penjelasan bahwa penghargaan (hadiah) sebagai motivator


tambahan hanya setelah peraturan-peraturan telah didiskusikan sebagai
kebutuhan yang berfungsi dalam komunitas kelas

2. Menggunakan sistematis pemberian penghargaan dengan sering daripada


secara konstan (tetap), untuk menghindari ketergantungan dalam
motivator eksternal (dari luar)

3. Membuat penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada para siswa, melalui


diskusi kelas secara terus-menerus dan berhubungan satu per satu, yang
merupakan alasan yang paling penting untuk terus mengikuti peraturan
sehingga timbul rasa hormat bagi yang lain dan membuat kelas menjadi
tempat yang menyenangkan
Disiplin Moral| 187

4. Memiliki sebuah sistem dimana penghargaan tersebut bersifat baik dan


memiliki kesempatan untuk terus menjadi baik seperti melakukan suruhan
kepada guru atau mengajarkan sesuatu kepada siswa lainnya.

KETERLIBATAN ORANGTUA

Untuk mengajak orangtua sebagai rekan dalam pendidikan moral,


membuat semuanya harus diawali dengan disiplin. Ada beberapa jalan bagi
seorang guru yang dapat dicoba untuk membantu keterlibatan orangtua di
rumah.
1. Kirim salinan dari rencana disiplin di dalam kelas. Di awal tahun,
banyak guru-guru mengirimkan salinan rencana disiplin kelas ke rumah-
rumah dengan dimulai dari peraturan di kelas dan konsekuensi apabila
mereka melanggarnya. Beberapa guru mengirimkan 2 salinan: satu untuk
disimpan oleh orangtua siswa; sisanya untuk ditandatangani dan
dikembalikan, dengan ruang kosong sebagai komentar, saran, dan informasi
yang lain mengenai anak-anak mereka yang perlu diketahui oleh para guru.
Saling berbagi rencana disiplin dengan orangtua siswa dan membiarkan
mereka mengetahui perilaku apa yang diharapkan oleh guru, dan mereka
dapat mendiskusikannya dengan anak-anak mereka. Mereka juga tahu apa
yang akan terjadi apabila anak-anak mereka tidak mengikuti peraturan-
peraturan di kelas. Dan apabila seorang guru memiliki satu set hirarki dari
konsekuensi disiplin yang meliputi keterlibatan orangtua, maka orangtua
akan mengetahui di awal. Keterlibatan orangtua, seperti contohnya, biasa
disebut mendapatkan 3 angka dalam mengikuti recana konsekuensi dari
guru kelas 1 di sekolah dalam kota di Chicago (di sana tidak ada pemindahan
dari satu hari ke hari yang lainnya; anak-anak memulai harinya dengan
papan tulis yang baru):

Penyerangan pertama : guru akan mengingatkan kalian tentang


peraturan
Penyerangan kedua : guru akan berbicara dengan kalian di luar ruangan

Penyerangan ketiga : catatan kecil yang dikirim kepada orangtua kalian


Penyerangan keempat : orangtua kalian datang ke sekolah untuk
berbicara dengan guru
Penyerangan kelima : orangtua, guru, dan kepala sekolah kalian akan
mengadakan pertemuan
188 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Ketiga keuntungan mengirim rencana disiplin ke rumah yaitu hal


tersebut memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
menjelaskannya kepada orangtua siswa akan nilai-nilai apa yang mereka
akan coba ajarkan, tidak hanya melalui kebijakan disiplin saja tetapi dengan
jalan lain yang lebih baik. Seorang guru kelas 2 di Quebec menuliskan
secarik surat kepada orangtua siswa untuk menjelaskan bagaimana dia
menggunakan pertemuan kelas tidak hanya untuk mengatur peraturan
bersama-sama dengan anak-anak, tetapi juga untuk menata dan
menyelesaikan masalah yang muncul sepanjang tahun. Dia menambahkan,
Jika anak-anak kalian mendapatkan sebuah jenis masalah, contohnya
apabila anak-anak kalian telah menjadi korban perilaku yang tidak
menyenangkan dengan anak-anak yang lain. Tolong beritahu saya dan kita
akan mencarikan jalan keluarnya untuk mengatasi masalah ini secara
terstruktur melalui pertemuan kelas. Bagi para orangtua siswa, guru ini
melaporkan bahwa mereka sangat senang sekali akan adanya jaringan
komunikasi ini, hampir setiap tahun setidaknya satu orangtua siswa
membiarkan gurunya mengetahui masalah yang dialami anakanaknya.
2. Membangun hubungan yang positif dengan orangtua siswa
melalui pesan berita yang baik di awal tahun. Hal tersebut juga
merupakan tindakan yang bijaksana dalam mencoba berhubungan dengan
orangtua siswa, dengan cara komunikasi lewat telepon atau catatan kecil,
dengan kabar berita bagus tentang anak-anak mereka di awal tahun ajaran.
Guru kelas 5 di Liverpool, New York, berkata: Saya membuat sebuah tujuan
untuk menghubungi setiap orangtua siswa di akhir bulan September dengan
beberapa macam berita yang bagus. Hal tersebut dapat menjadi suatu fakta
bahwa anak-anak melakukan hal yang terbaik dalam sebuah kuis
matematika, menuliskan cerita yang benar-benar kreatif, atau melakukan
sesuatu yang baik untuk anak-anak baru di sekolah. Saya telah menemukan
bahwa ketika saya melakukan kontak positif yang pertama, maka hal
tersebut membuat sebuah perbedaan yang besar dalam respon kepada saya
ketika harus menghubungi rumah orangtua siswa mengenai sebuah
masalah.
3. Memberitahu orangtua akan masalah disiplin ketika hal
tersebut sangat membantu ketika dibutuhkan dan begitu pula dengan
hal yang positif ketimbang hal yang bersifat menghukum. Kata seorang
ibu yang juga sebagai guru SD: Saya percaya guru-guru harus mampu
menghadapi masalah-masalah disiplin yang mengharuskan berlari
Disiplin Moral| 189

bermilmil tanpa adanya keterlibatan dari orangtua. Sebagai seorang ibu,


saya tidak ingin mendapat panggilan karena anak saya telah berbicara
(ngobrol) di dalam kelas selama 3 kali dalam satu hari. Akan tetapi, apabila
ada masalah yang lebih serius misalkan berkelahi, atau beberapa
kemunculan dari perilaku yang menyimpang maka saya harus
mengetahuinya.
Seorang guru SMP berkomentar: banyak orangtua yang frustasi dan
stress yang berlebihan; hal tersebut tidak adil untuk mendapatkan beban
tambahan kepada mereka. Apabila seorang anak memiliki masalah disiplin
di sekolah, sedikit kesempatan untuk orangtua dapat mengatasi masalah
anaknya. Saya memanggil para orangtua biasanya beserta dengan berita
yang baik, tetapi apabila memungkinkan, saya akan mengatasi masalah
tersebut dengan sendiri.
Apabila seorang guru memutuskan untuk memanggil anak-anak ke
rumah, hal itu akan diselesaikan dengan cara yang positif, tidak dengan jalan
menghukum. Guru di kelas 8 berkata: Apabila saya telah mencoba sebuah
angka dari usaha-usaha untuk membantu seorang siswa yang memiliki
masalah perilaku dan terus-menerus bermasalah, maka barulah saya akan
menghubungi orangtuanya di rumah. Ketika saya memanggil orangtua
mereka, saya melihatnya sebagai penggabungan sebuah aliansi (kekuatan)
untuk membantu menyelesaikan sebuah masalah daripada sebagai
hukuman bagi siswa yang bersalah: mungkin ada sesuatu yang terjadi di
kehidupan anak itu yang tidak saya ketahui.
4. Bertemu secara tatap muka dengan orangtua siswa lebih baik
ketimbang menghubunginya yang berkenaan dengan masalah, apabila
kamu berpikir bakal ada bahaya kepada orangtua yang akan bereaksi
kasar terhadap sebuah panggilan. Sebagai kesatuan keluarga akan
bersifat kurang stabil dan penyalahgunaan anak secara lazim, para guru
apabila dibutuhkan dapat menjadi lebih waspada untuk menguhubungi
orangtua siswa di rumah dengan berita yang buruk. Seorang guru SD
berkata: di tahun pertama saya mengajar, saya membuat kesalahan yang
sangat buruk: Saya memanggil orangtua siswa dan meninggalkan pesan di
mesin penjawab bahwa dia berperilaku tidak baik pada hari itu. Selanjutnya,
dari kejadian tersebut saya belajar bahwa ayahnya menjadi keras dan kasar
kepada anak laki-lakinya. Ketika dia mendapatkan pesan tersebut.
ELEMEN-ELEMEN DISIPLIN MORAL
190 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Displin moral, yang menggunakan disiplin sebagai alat pertembuhan moral,


telah membentuk elemen-elemen di bawah ini:
1. Peran guru sebagai otoritas moral pusat di dalam kelas
2. Setingan peraturan yang kooperatif, atau berdiskusi dengan para siswa
tentang bagaimana peraturan-peraturan di kelas menimbulkan hubungan
timbal balik dan membuat komunitas kelas yang baik
3. Pendekatan pendidikan terhadap konsekuensi dengan menggunakan
peningkatan perilaku peraturan untuk membantu para siswa mengerti dan
dengan sukarela mengikuti peraturan
4. Konsekuensi yang berlogika bagi peraturan yang dilanggar untuk membantu
para siswa meraih pengendalian diri, mengerti bahwa mengapa perilaku
mereka itu tidak cocok, dan langsung melakukan perbaikan
5. Apabila cocok, putuskan konsekuensi berdasarkan basis kasus per kasus
6. Pertemuan individu untuk menampilkan pengertian antara hubungan guru-
siswa, dengan tidak menutup-nutupi penyebab dari sebuah masalah, dan
saling bekerjasama untuk saling merencanakan dan memperbaikinya
7. Memberikan dukungan situasional bagi pengendalian diri, termasuk metode
yang membantu para siswa meraih pengendalian melalui kesadaran diri
8. Meliputi insentif positif dan/atau negatif sebagai bagian dari pengembangan
perilaku individu dimana beberapa insentif tersebut dibutuhkan sebagai
motivasi
9. Peduli untuk menggunakan insentif kelompok dan individu dalam sebuah
proses yang mendukung ketimbang menggali dasar moral
peraturanperaturan di kelas
10. Mengambil pendekatan holistik yang memandang para siswa sebagai
seseorang dan mencarikan solusi yang membantu mereka menjadi sukses
sebagai anggota komunitas kelas
11. Melibatkan orangtua siswa-contohnya, dengan mengirimkan rencana disiplin
kelas ke rumah, menghubungi mereka tentang perilaku yang positif yang
sama baiknya dengan yang negatif, dan mengajak mereka untuk bekerjasama
yang berhubungan dengan masalah
Jika guru-guru mempunyai alasan melakukan pekerjaan yang berat
kepada anak-anak yang dicurigai melakukan kekerasan kepada anak,
mereka anak secara legal diwajibkan untuk melaporkannya kepada otoritas
kelas yang ditunjuk. Akan tetapi, ketika seorang guru tidak memiliki jalan
untuk mengetahui bagaimana segelintir orangtua akan mengatasi masalah
panggilan dengan berita yang buruk, maka hal tersebut merupakan hal yang
bijaksana untuk mengadakan janji duduk bersamasama dengan pihak
Disiplin Moral| 191

orangtua. Dimulai dengan identifikasi kekuatan siswa; selanjutnya


memunculkan masalah sebagai daerah pertumbuhan; menyetujui sebuah
rencana untuk membantu anak-anak berkembang; dan sutuju untuk
berbicara lewat telepon seminggu kemudian untuk menilai bagaimana
rencana tersebut bekerja dengan baik.
5. Implementasi sebuah rencana kerjasama pihak rumah, sekolah
yang saling bekerjasama dalam mengembangkan perilaku seorang
anak. Untuk menjadikan sebuah keinginan yang sangat kuat ketika
usahausaha kedisplinan guru yang berjalan normal tidak menyertakan
hasilhasil yang sesuai dengan harapan, sebuah rencana perkembangan
perilaku di sekolah, di rumah mungkin dapat mencapai sebuah terobosan,
seperti anak kelas 3 di bawah ini:

Travis tidak merespon terhadap peraturan dan konsekuensi yang kita


setujui di kelas, atau ketika melakukan perbincangan dengannya, jadi saya
memutuskan untuk mencoba jalan yang lain. Di awal hari, saya
memberikannya 3 dari 5 kartu indeks dengan 15 bintang emas di dalamnya.
Satu pengaruh yang datangnya cepat dari hal ini adalah bahwa jalan ini
sangat membantunya menjadi lebih sadar akan perilakunya.
Selama satu minggu pertama dari rencana ini, apabila dia mendapatkan 10
bintang emas yang tersisa di akhir, orangtuanya akan memberikan hadiah
kecil di malam hari ketika dia sudah pulang ke rumah, makanan penutup yang
spesial, masih terbangun 15 menit dari biasanya, bermain permainan bersama
ayahnya, dll. Setelah minggu pertama, kita naikkan standar, dia harus
mendapatkan 12 bintang emas yang tersisa untuk mendapatkan hadiah.
Responnya sangat baik terhadap pendekatan ini.

Kartu laporan harian adalah pendekatan lain dari hubungan


rumahsekolah yang kooperatif. Satu yang dapat dibuktikan untuk sukses
sebagai siswa-siswa yang kuat dari sekolah TK dengan sekolah
menengah10. Guruguru bertemu dengan dengan para orangtua, dan
selanjutnya dengan siswa, untuk mengatur kembali sistem: seperti guru
mengirimkan laporan setiap hari ke rumah orangtua siswa yang merata-rata
perilaku dan usahausaha anak-anak (Contohnya, Baik, Memuaskan,
Butuh perkembangan) di setiap mata pelajaran di sekolah. Melalui
pengembangan perilaku dan akademik siswa mendapatkan nilai di rumah
terhadap beberapa macam penghargaan. Guru memanggil orangtua siswa di
akhir minggu untuk melihat bagaimana sebuah sistem bekerja dan membuat
modifikasi yang dibutuhkan.
192 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Setelah siswa berkembang, laporan harian dihapus secara bertahap


dengan menggunakan kartu laporan mingguan, dan selanjutnya bulanan.
Sebagai hasil dari proses ini, ada perkembangan komunikasi antara para
orangtua siswa dan pihak sekolah dan juga antara para orangtua dan
anakanaknya. Orangtua menjadi lebih dapat menginvestasikan sesuatu ke
dalam pendidikan anaknya, dan seiring berjalannya waktu, hal yang sama
akan dilakukan oleh anak-anak mereka juga.
Dengan diberikannya masalah kepada anak-anak di sekolah, seringkali
barang dari sebuah masalah tersebut berasal dari rumah, yang hal itu
mungkin dicoba untuk dihapus oleh para orangtua siswa sebagai sumber
dalam hal berurusan dengan masalah disiplin. Akan tetapi, kerjasama antara
sekolah-rumah, walaupun dalam kasus-kasus dimana kita berpikir bahwa
orangtua tidak peduli, merupakan hal yang ideal yang kita butuhkan untuk
berusaha lebih keras lagi. Dalam perkembangan moral dan akademik, anak-
anak merupakan abdi yang terbaik ketika sekolah dan keluarga saling
mendukung satu sama lain.

PROFIL SEBUAH GURU DISIPLIN MORAL

Pat Grant adalah seorang guru yang bersahabat dan antusiastik (bersemangat)
yang mengajarkan IPA di kelas 7 di SMP Dryden di Dryden New York. Dengan bijaknya
dia menghormati seseorang yang memotivasi siswa-siswanya untuk belajar dan
mempunyai pengendalian kelas yang bagus.
Dia berkata, saya tidak mempunyai masalah disiplin yang serius. Saya membuat
usaha yang nyata untuk memperlakukan para siswa dengan adil. Dia menemukan
bahwa hal tersebut merupakan pengorganisasian yang baik sebagai rencana yang
efektif sehingga para siswa selalu sibuk, mencegah munculnya banyak masalah. Dia
berkomentar: Saya berencana selama satu minggu dan mengumumkan rencana-
rencana tersebut di dalam ruangan sehingga para siswa sadar akan peraturan-
Disiplin Moral| 193

peraturan tersebut. Saya tahu apa yang saya inginkan untuk diraih dalam hari-hari ke
depan, dan sangat jelas sekali untuk mengetahui hal itu dengan baik.
Dia membuat siswa-siswanya bertanggungjawab dengan peraturan-peraturan
tersebut. Di hari pertama mereka datang, kita membicarakan peraturan. Selanjutnya
mereka memberikan pendapat mereka sendiri dengan peraturan yang mereka
kemukakan. Saya menuliskannya di papan tulis, dan menyalinnya di buku catatan.
Dalam hal ini mereka mengambil peran lebih.
Kepemilikan peraturan oleh para siswa membantu mereka untuk berperilaku yang
meningkat menuju lebih baik dalam hal pelaksanaannya. Di dalam sebuah kelas,
seorang anak laki-laki mulai untuk mengganggu diskusi. Ibu Guru Grant berkata
dengan ramahnya tetapi dengan nada yang serius, Dan, apakah kita perlu untuk
mengulang peraturan ini kembali? Tidak Kata Dan, dan dia langsung diam.
Di sisi lain, seperti yang telah dijawab oleh Ibu Guru Grant mengenai pertanyaan
yang dilontarkan oleh siswa, dua anak perempuan mulai berbisik-bisik. Sementara
sedang menjawab pertanyaan siswa, Ibu Guru Grant berjalan menghampiri kedua
anak perempuan itu dan memberiikan gerakan tangan yang lembut sebagai tanda
bagi mereka untuk memperhatikan diskusi kelas. Selama waktu di lab, apabila para
siswa menjadi lebih tertarik dan keras, Ibu Guru Grant dengan sederhana memegang
nampan jingga yaitu sebagai tanda bahwa mereka harus diam. Satu per satu, para
siswa melihat nampan tersebut dan saling memberitahu satu sama lain untuk diam.
Apabila para siswa terus menerus berperilaku buruk baik mengingatkan secara
verbal (lisan) maupun nonverbal (tulisan), Ibu Guru Grant akan bertanya kepadanya
untuk datang menemuinya setelah pulang sekolah untuk membicarakan sesuatu hal.
Bersama-sama, dia dan siswanya membicarakan masalah dan memutuskan solusi
yang adil untuk keduanya, yaitu untuk siswa dan gurunya. Apabila para siswa
berlanjut untuk berperilaku buruk walaupun setelah mereka bertemu setelah
pertemuan saat pulang sekolah, maka Ibu Guru Grant menghubungi orangtua mereka
dan meminta bantuan mereka mengatasi masalah tersebut.
Ibu Guru Grant juga mencegah masalah-masalah tersebut dengan menyuruh
siswanya bertukar tempat duduk setiap 5 minggu. Dia memasangkan siswa-siswa
yang dia ketahui yang dapat saling bekerjasama dengan baik bersama-sama. Saling
berpindah tempat duduk sungguh menyegarkan, menurutnya, dan membantunya
untuk menghilangkan masalah-masalah yang meningkat karena kebosanan atau
kurangnya kerjasama antara teman satu bangku.
-- laporan dari Yvette de Boer, seorang siswa yang telah lulus dalam kelas disiplin,
SUNY, Cortland.
Disiplin di dalam kelas dengan jelas berdampak banyak hal: bagaimana
para siswa menggambarkan diri mereka sendiri; bagaimana mereka saling
memperlakukan satu sama lain; bagaimana mereka bertindak terhadap
guru mereka; dan bukan untuk tingkat yang kecil, bagaimana mereka
berperilaku di luar kelas. Kebijakan disiplin guru juga berdampak dalam
iklim di dalam kelas, perkembangan komunitas moral kelas, dan hubungan
antara pihak sekolah dan rumah. Untuk semua alasan ini, perkembangan
guru akan rencana disiplin, dari dasar poin nilai-nilai pendidikan,
merupakan salah satu yang paling penting yang harus guru lakukan.
Disiplin moral tahu bahwa dari berbagai macam pengendalian eksternal
dibutuhkan untuk membantu para siswa untuk belajar mengatur perilaku
194 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mereka. Tapi hal tersebut juga diketahui pengendalian eksternal juga


merupakan poin awal, bukan sebagai poin akhir. Dan dipercaya bahwa jalan
tersebut membantu perkembangan ciri karakter dari pengendalian diri
yang menggunakan keseluruhan proses disiplin sebagai alat pertumbuhan
moral. Satu yang dapat berbaur pengendalian yang bersifat otoritas dengan
daya tarik kapasitas siswa sebagai alasan dan kerjasama. Saya percaya
dengan pendekatan yang seimbang, anak berdiri kokoh kesempatan yang
terbaik bagi menciptakan permintaan kelas dan membantu para siswa
untuk berkembang menjadi karakter yang baik.

Program managemen kelas yang baik untuk kelas dasar dan menengah yang
bebas untuk dipelajari, bebas untuk diajarkan yang disusun oleh Joann
Shaheen dan Lisa Kuhmerker. Untuk informasi lebih lanjut, tulis kepada:
Perusahaan Guru Hebat (The Master Teacher, Inc.,) Divisi Kepemimpinan, P.O.
Box 1207, Manhattan, KS 66502 (1-800-669-9633).
BAB8

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KELAS YANG


DEMOKRATIS: BENTUK PERTEMUAN KELAS

Bagaimana cara kita membawa anak-anak ke dalam semangat sebagai warga


negara dan kemanusiaan dimana didalilkan oleh masyarakat demokratis?
Melalui pelatihan yang nyata dari pemahaman demokrasi di sekolah. Tidak
dapat dipercaya bahwa di suatu waktu ketika ide-ide demokratik masuk ke
dalam setiap tahapan dari hidup, mereka pasti sangat sedikit sekali
memanfaatkannya sebagai instrumen pendidikan.

Jean Piaget

Saya menyukai pertemuan kelas karena anda akan dapat berbicara mengenai
berbagai macam hal daripada hanya meninggalkan hal-hal tersebut yang
sebenarnya sudah mereka lakukan.

Stacey Saunders, siswa kelas 5, di SD


State Street, Skaneateles, New
York

Carl Fospero merupakan siswa yang sudah lulus berusia 20 tahun yang
bekerja mengajar di sekolah menengah yang bersetifikasi ketika dia
mendapat panggilan untuk mengambil alih kelas bahasa Spanyol di kelas 10
di sekolah lokal. Sebulan sebelumnya, guru yang biasanya mengajar tidak
berharap untuk absen ke rumah sakit. Seminggu kemudian, dia meninggal
karena penyakit kanker.
Sebulan telah berlalu, Kelas Spanyol yang mempunyai kelompok yang
kurang merespon dengan baik memiliki sejarah masalah perilaku yang
menjadi nyata tidak dapat dikendalikan, yang menjadikan harusnya ada
pergantian guru 4 kali selama satu bulan. Lalu, kepala sekolah memanggil
Carl Fospero, yang telah melakukan beberapa pergantian di sekolah ini
sebelumnya.
196 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Saya menceritakan cerita ini kepada guru pendidikan para siswa dan
bertanya kepada mereka, Apa yang akan kalian lakukan sebagai seorang
guru dalam situasi ini, dihadapkan dalam kelompok yang melanggar

191
peraturan orang dewasa yang telah memakan korban sampai pergantian
guru 4 kali?
Pertama-tama Carl Fospero meminta para siswanya untuk menyiapkan
secarik kertas dan menuliskan sebuah surat. Apa yang mereka rasakan
tentang kelas ini? Bagaimana keadaan tersebut dapat berkembang? Apa
masalah pribadi yang mereka miliki selama masa pembelajaran? Para siswa
menuliskan bahwa pergantian guru yang lain dikarenakan mereka telah
Membuang hasil pekerjaan (tidak menghargai) jerih payah mereka;
mereka tidak dapat bertahan dengan materi-materi yang ada; mereka tidak
mengerti seperti bahasa Spanyol; dan lain sebagainya.
Carl Fospero membaca bagian surat-surat para siswa dengan keras di
depan kelas, dan menggunakannya sebagai pembukaan sebagai diskusi awal
dan untuk mengembangkan pembelajaran. Lalu kelas memutuskan untuk
perlahan melangkahkan instruksi dengan bolak-balik untuk memastikan
para siswa agar tidak tersesat. Mereka memutuskan untuk mengalokasikan
waktu selama waktu di kelas untuk belajar saling bekerjasama seperti
melakukan percakapan dalam bahasa Spanyol dengan teman di sebelahnya
sebaik yang diperintahkan dan diinstruksikan oleh guru mereka. Guru
Fospero berkata bahwa dia ingin mencoba beberapa hal yang mereka belum
lakukan sebelumnya seperti menuliskan skenario dalam bahasa Spanyol
dan mempertunjukkannya dan merekamnya. Kelas juga mulai menulis dan
mempublikasikan koran kelas, semuanya dalam bahasa Spanyol.
Moral dan pembelajaran kelas berkembang dengan dramatis, begitu
pula dengan perilaku para siswanya. Para siswa menghormati dan
menyukai guru mereka dan bekerja bersama-sama dengan baik. Carl
Fospero dikenal sebagai Seorang Pengganti yang Ajaib, dan kepala sekolah
pun menawarinya posisi yang reguler (tetap).
Carl Fospero meraih kesuksesan yang luar biasa, tetapi pendekatan dan
pengalamannya tidaklah unik. Dengan mengacu kepada cerita yang kedua,
mengenai pergantian guru yang dihadapkan kepada situasi yang sama di
tingkat sekolah dasar.
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 197

IBU WILCOX, INI ADALAH KELAS YANG BURUK DI SEKOLAH

Kejadiannya terjadi di pertengahan November ketika Debbie Wilcox


mendapatkan panggilan dari kepala sekolah SD Harding2 yang memintanya
untuk mengambil alih kelas 3 yang terdiri dari 26 anak-anak selama 6 bulan.
Guru tetapnya, kata kepala sekolahnya, merupakan guru yang terburuk yang
pernah berurusan dengannya, tampak sangat gugup berhadapan dengan
anak-anak, dan meminta untuk selam 6 bulan melakukan terapi kesehatan
mental.
Setahun setelah lulus kuliah, Debbie Wilcox telah mendapatkan reputasi
sebagai guru pengganti yang efektif. Namun, sekarang dia akan
mendapatkan tantangan: ketika dia tiba di kelas yang harus dia ajar selama
6 bulan, seorang siswa menyambutnya di depan pintu kelas dengan
mengumumkan kepadanya, Ibu guru Wilcox, ini adalah kelas yang buruk di
sekolah.
Dia mulai, sebagai tahap prosedur awal, yaitu dimulai dengan
pertemuan kelas. Dia membuat suatu hal yang membosankan dalam diskusi
kelas, meminta anak-anak untuk memberikan alasan untuk setiap peraturan
yang dia sarankan. Lalu selanjutnya diskusi tersebut berganti menjadi
diskusi untuk keseluruhan kelas. Kebanyakan siswa, yang dia temukan,
mengemukakan istilah-istilah yang negatif seperti: Jangan medorong,
Jangan memukul, Jangan merobek hasil pekerjaan rumah seseorang.Apa
artinya itu, Dia bertanya,Ketika kita mendorong atau memukul
seseorang? Satu orang siswa menjawabnya,Kita tidak peduli dengan hal
tersebut.
Ibu guru Wicox bertanya, Apa yang dapat kita lakukan selanjutnya
untuk membuat kelas ini menjadi lebih baik? Seorang siswa
menjawab,Saling peduli satu sama lain Ibu guru menuliskan kalimat
PEDULI SATU SAMA LAIN dengan tulisan huruf capital yang sangat besar di
secarik kertas dan menggantungnya di atas papan tulis. Hal itu menjadi
peraturan yang utama bagi mereka.
Dalam waktu seminggu mereka menjalani peraturan tersebut, sang guru
memulai setiap harinya dengan pertemuan kelas. Dan seperti pertemuan
tersebut berlanjut, semakin banyak siswa di kelas yang berpartisipasi, dan
198 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

siswa-siswa mendengarkan dengan lebih saksama ketika orang lain


berbicara.
Selama waktu istirahat dalam satu hari, Ibu guru Wilcox mengamati
bahwa,Perubahan kecil dalam perilaku mulai muncul; anak-anak berhenti
berlari menghampiriku ketika ada masalah, dan lebih ketimbang
memutuskan sendiri masalah yang mereka alami mengenai apa yang salah
dan apa yang harus dilakukan. Saling berbagi perilaku mulai mengganti dan
mengubah ketetapan yang sudah ada seperti,Berikan kepadaku, ini
punyaku. Pekerjaan sekolah anak-anak juga memperlihatkan
perkembangan, dan banyak dari mereka yang mulai untuk
mengekspresikan kesukaan mereka terhadap sekolah.
Terkadang pertemuan kelas yang Darurat pun dibutuhkan. Ibu guru
Wilcox bertanya: Apa yang sedang orang-orang lakukan? Peraturan apa
yang sudah kita setujui? Bagaimanapun juga, masalah-masalah perilaku
yang serius, menurutnya, Menjadi hampir tidak ada.
Dia menawarkan bahwa perubahan dengan cepat di dalam pertemuan
kelas harian dan selanjutnya menghasilkan perasaan yang dapat
diperhitungkan ke dalam peraturan kelas. Namun pertemuannya juga harus
memberikan kesempatan untuk anak-anak, dan guru pun berkata,
sekelompok anak merasa bahwa dia layak untuk didengarkan. Kesempatan
yang saya dapatkan dalam mengamati anak-anak meyakinkan saya bahwa
semua anak mengembangkan rasa hormat dengan yang lainnya ketika
mereka mulai untuk saling menghormati satu sama lain.
Di akhir pertemuan bulan ke-6 ketika guru tetapnya sudah kembali, dua
anak datang menemui Debbie Wilcox dan berkata: Ibu Wilcox, kita tidak
ingin kehilangan pertemuan kelas kita. Maukah ibu mengajarkan Ibu
Blodgett3 bagaimana caranya untuk melakukan pertemuan kelas? Ibu
Wilcox berkata bahwa dia akan melakukan apa pun yang dapat dia lakukan.
Ibu Blodgett mendengarkan dengan saksama cara perhitungan
pertemuan kelas yang dijelaskan oleh Debbie Wilcox tetapi tidak
melanjutkannya sampai selesai. Dua bulan kemudian, Ibu guru Wilcox di
panggil lagi ke sekolah yang sama sebagai guru pengganti di kelas yang lain.
Dia harus melewati sebuah ruang kelas dimana dia pernah menghabiskan
waktunya selama 6 bulan di situ. Anak-anaknya berperilaku sangat buruk,
dan gurunya pun berteriak-teriak kepada mereka. Staf pengajar di sekolah
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 199

yang lain berkomentar bahwa kelas 3 ini merupakan salah satu kelas yang
buruk lagi di sekolah.

PERTEMUAN KELAS SEBAGAI KENDARAAN UNTUK


PERKEMBANGAN KARAKTER

Apa yang dapat dipelajari dari pengalaman yang dimiliki oleh Carl
Fospero dan Debbie Wilcox? Keduanya telah dengan berhasilnya
menciptakan sebuah lingkungan moral yang baik dan membuat siswasiswa
belajar dengan mengaplikasikan pengetahuan yang luas tapi tidak
mengabaikan prinsip-prinsip pendidikan: yaitu dengan melibatkan para
siswa dalam membuat keputusan mengenai kehidupan di kelas.
Kedua guru tersebut telah melakukan keberhasilan ini melalui
pertemuan kelas. Pertemuan kelas memberikan pengalaman dalam
berdemokrasi, membuat para siswa menjadi rekan dalam menciptakan
kemungkinan suasana yang terbaik di dalam kelas. Hal tersebut mengubah
kedinamisan dan memperdalam ikatan antara guru dan kelas,
meningkatkan pengaruh guru sebagai model dan mentor di waktu yang
bersamaan yang dapat memperluas peranan dan tanggung jawab siswa.
Dalam prosesnya, hal tersebut dapat membantu pertumbuhan moral di
dalam kelompok dan juga anggota-anggota individu.
Mengapa, dapat kasus Debbie Wilcox, apakah anak-anak mengalami
kemunduran ketika guru tetapnya kembali? Tidak diragukan lagi melalui
kombinasi dari beberapa faktor, dan tidak menjadi masukan untuk
dipikirkan bahwa kehilangan pertemuan kelas memainkan peranan yang
sangat penting. Secara moralitas, seperti, perkataan seorang guru bahwa,
Memerlukan proses yang lambat dalam berkembang. Sementara dalam
masa perkembangan, hal tersebut dapat sangat rentan sekali, sangat
membutuhkan sekali struktur-struktur dukungan yang dapat merangkul
semua itu secara bersama-sama.
Komunitas moral di kelas merupakan salah satu struktur dukungan:
yaitu dengan pertemuan kelas, karena secara teratur memanggil kelompok
untuk bersama-sama dengan sadar, kemunitas pembuat keputusan yaitu
salah satu yang paling penting dalam mendukung sistem untuk timbul dan
menguatkan nilai-nilai terbaik siswa dan perilakunya. Karena pertemuan
kelas adalah strategi jitu dalam nilai-nilai pendidikan, maka di bab ini akan
200 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membahas perbaikan struktur, tujuan, dan lain sebagainya yang digunakan


di dalam kelas.

KEANEKARAGAMAN DAN TUJUAN PERTEMUAN KELAS

Sebenarnya pertemuan kelas itu apa? Pertemuan kelas yaitu:

Sebuah pertemuan keseluruhan kelas, yang menitikberatkan diskusi


interaktif di antara anggota kelas

Dipimpin oleh seorang guru, seorang siswa, atau seorang guru dan seorang
siswa yang saling bekerjasama

Kapan pun waktu yang memungkinkan, pertemuan kelas dapat


dilaksanakan di dalam sebuah lingkungan yang berfungsi untuk melakukan
kontak mata di antara partisipan

Dilakukan pada saat jadwal waktu sekolah yang tetap (contohnya, di pagi
hari, setiap hari Rabu setelah istirahat, setiap hari Senin dan Jumat di akhir
jam pelajaran sekolah) dan merespon apabila ada kebutuhan yang khusus

Biasanya durasi waktu pertemuan kelas antara 10 sampai 30 menit,


tergantung umur siswa-siswanya, kerumitan masalahnya, dan tingkat
kemenarikan anak-anak terhadap pertemuan kelas tersebut

Tujuan perkembangan karakter dari pertemuan kelas, yaitu untuk:


1. Mengembangkan, melalui kebiasaan, komunikasi tatap muka, kemampuan
siswa untuk mendengarkan dengan penuh rasa hormat kepada yang lain
dan mengerti sudut pandang mereka

2. Menyediakan sebuah forum dimana pemikiran para siswa bernilai dan


dimana mereka dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka sendiri yang
berasal dari pembelajaran untuk mengapresiasikan diri mereka dalam
sebuah kelompok

3. Membantu perkembangan ketiga bagian karakter, kebiasaan penilaian


moral, perasaan, dan perilaku melalui tantangan yang berkelanjutan
dalam menempatkan rasa hormat dan tanggung jawab dengan
melakukan latihan setiap hari dalam kehidupan di kelas
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 201

4. Menciptakan komunitas moral sebagai sebuah struktur dukungan untuk


memelihara dan memegang wilayah sebuah kualitas karakter yang baik
bahwa sejatinya para siswa itu berkembang

5. Mengembangkan sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk


mengambil peranan dalam kelompok pengambil keputusan secara
demokratik dan menjadi berpartisipasi sebagai warga negara yang
berdemokratik

Tujuan terakhir ini memiliki hal yang sangat penting dan khusus dalam
masyarakat demokratik. John Dewey menuliskan Demokrasi sebagai
berikut,

Merupakan lebih luas daripada sebuah metode pelaksanaan pemerintah. Ini


adalah jalan hidup. Dasarnya adalah kepercayaan dalam intelegensi
manusiakepercayaan yang setiap individu memiliki sesuatu yang dapat
menjadi sebuah kontribusi, yang nilai-nilainya dapat dinyatakan hanya ketika
digabungkan ke dalam intelegensi yang didapat dengan cara kontribusi dari
semuanya (tambahan untuk dititikberatkan).4

Partisipasi interaktif dari keseluruhan individu, Dewey menyatakan,


bahwa kunci dari demokrasi merupakan sebuah jalan hidup.
Pertemuan kelas memperbolehkan anak-anak untuk belajar tentang
demokrasi dengan mengalaminya. Melalui pertemuan kelas mereka mampu
untuk berpartisipasi dalam sebuah bentuk proses demokrasi yang cocok
untuk kehidupan yang kolektif di dalam kelas. Walaupun para guru masih
memiliki kuasa, memberikan ketegasan yang bertanggungjawab demi untuk
keselamatan siswa, kesejahteraan, dan pembelajaran, mereka dapat,
melewati demokrasi dalam pengertian yang luas yang dikemukakan dan
ditulis oleh Dewey mengenai penyelesaian masalah melalui penggabungan
intelegensi seluruh individu.
Sungguh tidak beruntung bahwa masih ada beberapa bukti-bukti dalam
angka yang besar dari warga negara yang tidak dapat menilai kesempatan
mereka untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi. Di negara Amerika
Serikat, hanya setengah dari warga negara yang memenuhi syarat untuk
memilih dengan akurat dalam pemilihan presiden. Survey di tahun 1990
mengungkapkan ketidakpedulian dalam jumlah yang besar dalam bagian
siswa-siswa di Amerika yang berhubungan dengan masyarakat
berdemokratik yang mereka tinggali: yaitu hanya setengah dari 8 kelas yang
walaupun mereka tahu bahwa mereka memiliki perwakilan dalam
202 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

demokrasi, dan hanya 38% yang sadar dan peduli bahwa kongres
membuahkan hukum-hukum.
Namun, pengetahuan melalui buku teksnya dari demokrasi sepertinya
tidak meningkatkan level dari partisipasi. Para siswa membutuhkan
penyemangat melalui pendidikan yang memimipin mereka menuju
nilainilai partisipasi. Kesempatan untuk melakukannya yaitu dengan cara
pertemuan kelas yang banyak dan bervariasi. Materi-materi yang sudah
tersusun di halaman yang selanjutnya menghadirkan beberapa macam
materinya.

MEMBANGUN KOMUNITAS MELALUI PERTEMUAN KELAS

Dalam tahapan awal pengembangan sebuah pertemuan, topik-topik


yang membantu para siswa untuk mengetahui satu sama lain merupakan
sebuah pilihan yang baik. Claire Betinas, seorang guru di SD Birch Meadow
di Reading, Massachusettes, berbicara mengenai bagaimana dia
menggunakan pertemuan kelas untuk membangun komunitas di antara
siswa-siswa kelas 2:

Setiap hari kita mulai dengan beberapa lingkaran pertemuan. Di hari Senin
saya akan bertanya, Apa yang sudah kau lakukan selama akhir pekan? Topik
tersebut juga sangat bagus untuk kemampuan daya ingat pertama, banyak
anak memiliki waktu yang sulit untuk mengingat apa pun yang sudah mereka
lakukan di akhir pekan.
Setelah berjalan sementara waktu, kita mulai dengan waktunya saling
memuji satu sama lain. Kita ambil perwakilan satu siswa satu hari dan kita
berbicara tentang siswa tersebut yang berkaitan dengan kualitas karakter dan
kemampuan yang dimilikinya yang kita kagumi.
Dengan adanya perputaran (giliran), membantu anak-anak untuk saling
membantu satu sama lain dengan lebih baik, tapi keadaan tersebut juga
membantu saya untuk mengenal mereka juga dengan baik. Saya mungkin
mempelajari sesuatu tentang kakek-nenek mereka atau nama kakak laki-laki
dan perempuan mereka. Keadaan ini membuat anak-anak merasa lebih berada
di rumah yang sebenarnya berada di sebuah ruang kelas, dan lebih mudah
untuk saya untuk dapat berbicara kepada mereka.
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 203

DUA PULUH MACAM PERTEMUAN KELAS

1. Pertemuan untuk berita yang baik: Siapa yang punya berita baik untuk dibagikan
dan diceritakan kepada yang lain?

2. Perputaran yang tegas: Berputar-putar di dalam lingkaran; setiap orang dapat


melengkapi; kalimat awalnya atau memilih untuk melewatkannya. Setelah setiap
orang mendapat giliran, selanjutnya guru menggunakan respon individu siswa
sebagai dasar untuk didiskusikan secara interaktif. Beberapa contoh kalimat
pembuka/awalan:
Sesuatu yang saya sukai dari kelas ini adalah
Sesuatu yang dapat membuat kelas ini menjadi lebih baik adalah
Keputusan yang saya pikirkan, kita itu harus
Saya berangan-angan mengapa
Sesuatu yang menggangguku adalah
Saya berharap
3. Menghargai waktu: Siapa yang akan kalian hargai?
4. Waktunya memuji: Satu atau dua anak akan dipilih: memilih seorang anak dalam
satu waktu, guru mengajak siswa di kelas untuk berkata sesuatu tentang apa pun
yang mereka sukai atau kagumi tentang orang tersebut

5. Pengaturan tujuan pertemuan: Membicarakan tujuan apa yang akan dicapai di pagi
hari, seharian, satu minggu, unit kurikulum, dan tahun akademik

6. Setingan peraturan pertemuan: Peraturan apa yang kita butuhkan untuk kelas
kita? Apakah pergi ke tempat pusat kebugaran? Apakah berjalan-jalan ke
tempat-tempat yang dekat?

7. Pengaturan mengevaluasi peraturan: menyuruh siswa untuk menulis tentang


diskusi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apa peraturan sekolah itu?
Mengapa kita butuh peraturan? Apakah peraturan yang kita buat itu bagus?
Apabila kalian dapat mengganti sebuah pertemuan, mau diubah menjadi apa?3
Apakah peraturan-peraturan yang ada di kelas membutuhkan perubahan untuk
dapat bekerja dengan baik?
204 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

8. Pengaturan pertemuan-tingkat: Contohnya, sebelum berkativitas dalam sebuah


kelompok kecil: Apa yang dapat kalian lakukan untuk membuat sesuatu berjalan
dengan lancar di kelompokmu?

9. Evaluasi dan timbal balik: Seberapa baikkah kalian dalam bekerjasama?


bagaimana cara kalian membuatnya menjadi lebih baik di lain waktu? Hal apa
yang menjadi kabar bagus pada hari ini? Bagaimana cara kita untuk menjadi lebih
baik di esok hari?
10. Refleksi pembelajaran: Apa yang kalian pelajari dalam aktivitas ini (yaitu unit,
proyek, buku)? Apakah menjadi sebuah ide baru atau pengertian yang baru?

11. Presentasi siswa: Satu atau dua siswa mempersembahkan sebagian pemikiran
mereka, seperti sebuah proyek atau cerita; Anggota kelas yang lainnya bertanya dan
menawarkan komentar-komentar yang bersifat apresiatif

12. Pertemuan penyelesaian masalah:


Masalah individu: Siapa saja yang mempunyai masalah, kita harus dapat
mampu untuk membantunya.
Membantunya untuk menyelesaikannya?
Masalah kelompok: Masalah kelas apa yang harus dibicarakan?
Keluhan dan rekomendasi: peraturan yang berat: Kalian akan dapat membuat
sebuah keluhan mengenai masalah, tetapi kalian menawarkan sebuah
rekomendasi juga untuk memperbaikinya.
Pertemuan yang bersifat adil: Bagaimana cara kita menyelesaikan konflik ini
(contohnya, menyela di tengah-tengah pembicaraan, perselisihan antara materi
atau alat-alat, selain itu pernyataan-pernyataan yang berlebihan) dalam sebuah
proses memberikan keadilan kepada setiap orang?

13. Isu-isu akademis: Mengapa kita butuh belajar ini? Apa yang akan menolongmu
melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam sebuah pekerjaan rumah? Atau dalam
tes selanjutnya? Bagaimana tes selanjutnya telah berkembang?

14. Pertemuan perkembangan kelas: Kesempatan seperti apa yang dapat membuat
kelas kita berubah menjadi lebih baik? Kemungkinannya: Mengubah peraturan fisik
kelas, sebuah jalan yang baru untuk saling bekerjasama bersama-sama, belajar
menciptakan permainan baru, ide-ide untuk membuat papan buletin kelas, dll.

15. Pertemuan lanjutan: Solusi yang bagaimana yang harus kita setujui di awal untuk
bekerja dengan baik? Dapatkah kita membuatnya menjadi lebih baik sekarang?
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 205

16. Perencanaan pertemuan: Proyek kelompok apa yang akan dilakukan? Topik apa
yang harus dipelajari? Penelitian apa yang harus diambil? Sesuatu apa yang lucu
untuk dilakukan dengan berbeda untuk minggu depan dalam pengejaan,
matematika, atau ilmu pengetahuan?

17. Konsep pertemuan: Teman itu apa? Bagaimana bertahan dengannya? Kata hati itu
apa? Bagaimana caranya dia menolongmu? Kebohongan itu apa? Apakah
pernah menjadi kebenaran apabila dikatakan (digunakan)? Kepercayaan itu apa?
Mengapa sangat penting? Keberanian itu apa? Bagaimana orang-orang
memperlihatkannya?

18. Situasi-situasi yang berkaitan: Apa yang akan kalian lakukan apabila: Kalian
menemukan sebuah dompet di sisi jalan dengan 20 dolar di dalamnya? kamu
menemukan tagihan senilai 20 dolar? kamu melihat seorang anak mencuri
sesuatu dari loker seseorang? Ada seorang anak baru yang kamu sukai karena
dia baik tapi teman-temanmu mengira dia adalah anak yang aneh? : Seorang
teman meminta untuk menyalin pekerjaan rumahmu?...seorang teman dengan
meninggalkan CD di toko? Dua anak kecil di dalam bus yang sedang mengerjai
anak yang lebih kecil dan hingga membuatnya menangis?

19. Kotak saran atau kotak kepentingan kelas: Segala jenis kepentingan yang siswa
ingin segera didiskusikan dapat dimasukkan ke dalam kotak tersebut

20. Pertemuan dalam sebuah pertemuan: Apa yang kalian sukai tentang pertemuan
kelas? Apa tidak yang kalian yang sukai? Apa yang sudah kita selesaikan?
Bagaimana kita dapat mengem bangkan pertemuan kita?

Seorang guru kelas 8 menggunakan kelas seperti rumah siswasiswanya


di awal hari untuk mempertahankan sebuah pertemuan kelas. Salah satu
dari topik yang standar adalah Sesuatu yang baru dan bagus. Para siswa
saling berbagi sesuatu yang baru di dalam kehidupan mereka, baik di dalam
maupun di luar sekolah. Di dalam keadaan yang menurut mereka baik.

PENYELESAIAN MASALAH MELALUI PERTEMUAN KELAS

Dalam tingkat perkembangan, pertemuan kelas dapat digunakan untuk


menyelesaikan masalah dengan banyak cara yang dapat membantu
perkembangan dari rasa saling menghormati dan tanggung jawab.
206 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

TINGKAT SEKOLAH TINGGI


Pertengkaran yang diakibatkan oleh pekerjaan rumah
Mengajar para siswa, seperti pertukaran pengajar, sering memiliki
masalah yang paling sulit dengan pengendalian kelas. Pertemuan kelas
adalah sebuah jalan bagi siswa dan guru untuk mengatasi masalah-masalah
yang potensial dan berhubungan secara positif antara satu sama lain yang
meningkat. Martha Bigelow menemukan jalan tersebut ketika dia mengajar
Bahasa Inggris kepada para siswa di beberapa kelas di kelas 10. Dia belajar
mengenai pengalamannya mengajar dalam sebuah kegiatan belajar
mengajarnya dengan memegang sebuah pertemuan kelas di semua kelas
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 207

yang diajarnya. Dia beserta siswa-siswanya berdiskusi, menyetujui, dan


menandatangani kontrak untuk perilaku di kelas.
Bagaimanapun juga, dia mengembangkannya melalui unit pertamanya
dalam sebuah pertunjukkan drama yang berjudul A Raisin in the Sun
(Sebuah kismis di dalam matahari) salah satu harapannya di dalam
kontraknya, yaitu Datang ke dalam kelas dengan persiapan, yang belum
juga kesampaian. Dia menilai pekerjaan rumah anak-anaknya 3 sampai 4
malam dalam seminggu dan menemukan dua dari siswanya di kelas,
setengah dari sepertiganya tidak mengerjakan pekerjaan rumah tersebut.
Dia melaporkan:

Dengan cepat-cepat saya mengadakan pertemuan kelas yang lebih


menitikberatkan masalah yang khusus. Saya mulai dengan siswa-siswa yang
tidak menyelesaikan pekerjaan rumah mereka dan pentingnya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah untuk mendapatkan diskusi yang baik dalam
pertunjukkan drama kelas. Saya menjelaskan bahwa hal tersebut membuat
saya sangat kecewa dan frustasi dengan menghabiskan beberapa jam
mempersiapkan kelas sementara banyak siswa yang datang dengan tanpa
persiapan. Pada akhirnya, saya berkata sepertinya mereka tidak acuh dan
tidak peduli dengan sekolah.

Pernyataan terakhir tersebut menyentuh sisi emosional. Banyak siswa


meyakinkan dan meyakini bahwa mereka percaya. Beberapa anak berkata,
Apabila kita tidak peduli, Kita tidak akan hadir di sini! Selanjutnya
mereka berbicara mengapa mereka tidak membaca dan menghubungkan
pertanyaan-pertanyaan dengan benar. Ibu guru Bigelow menyarankan cara-
cara dimana mereka dapat mengatur waktu mereka dengan lebih efisien.
Dia bekerja agar sistemnya disetujui untuk menilai pekerjaan rumah yang
memungkinkan untuk mendapat penghargaan bagi mereka yang
menyelesaikan pekerjaan rumahnya tepat waktu dan mendapat hukuman
untuk yang tidak tepat waktu mengumpulkannya. Dia menghabiskan
banyak waktu untuk menjelaskan tentang tugas-tugas. Dalam seminggu
kemudian dia mengadakan pertemuan lanjutan.
Walaupun beberapa siswa berlanjut jadi melemah dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, tetapi penampilan-penampilan siswa yang lainnya sangat
berkembang dengan pesat. Ibu guru Bigelow berkomentar, Ide dari
208 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pertemuan di kelas merupakan sesuatu yang paling penting yang saya


pelajari di semester ini.

TINGKAT SEKOLAH MENENGAH


Bermasalah dengan mengobrol
Karena pertemuan kelas merekrut kelompok sebagai sebuah sekutu
(teman) dalam penyelesaian masalah, hal tersebut sering menjadi berhasil
dimana usaha-usaha guru yang mengajar di satu kelas mengalami
kegagalan.
Siswa-siswa kelas 7 merupakan siswa yang terkenal mempunyai nama-
nama buruk seperti Bajingan, dan salah satu guru matematika
diperingatkan akan masalah tersebut. menjadi orang yang emosional,
membuat ceramah mengenai pentingnya kesopanan dan perilaku yang
penuh perhatian, dan mengirim para siswa untuk memberikan penahanan
sangatlah tidak membantu.
Suatu hari ketika dia memegang sebuah pertemuan kelas yang menurut
pendapat siswa, dia terlihat lelah dalam membicarakan kasus mereka, dan
mengungkapkannya kalau mereka juga tidak menyukainya. Beberapa siswa
berkata mereka juga lelah dengan isu-isu mengambil waktu yang sangat
banyak di kelas.
Guru meminta mereka untuk memberikan masukan dalam sebuah
tulisan. Selanjutnya, dia meminta 5 sukarelawan untuk tinggal setelah
pulang sekolah untuk membahas saran-saran tersebut dan datang dengan
sebuah proposal yang diperlihatkan di hari selanjutnya kepada kelas. Ketika
kelima anak tersebut memperkenalkan rencana-rencananya, lalu kelas
mengambil suara untuk mengadopsinya dengan modifikasi sedikit. Guru
pun berkomentar:

Sistem mereka berfungsi untuk memiliki sebuah daftar keseluruhan nama-


nama siswa di depan ruang kelas. Apabila seorang siswa melanggar peraturan
tentang mengobrol, dia harus segera dilaporkan dan namanya ditandai.
Apabila dia mengobrol lagi di periode yang sama, dia akan mendapat
penahanan. Sistem peringatan dan penahanan ini sebenarnya mirip dengan
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 209

apa yang telah saya gunakan tapi tidak berhasil, namun ketika para siswa
membuat rencananya sendiri, akhirnya sistem ini berhasil.

Kejengkelan dalam Perilaku Memegang Bokong


Guru kelas 7 di Montreal, Kanada, menemukan solusi kotak saran
sebagai sumber yang baik sebagai topik pertemuan, termasuk isu-isu
mengenai para siswa yang malu dalam mengungkapkan isi pendapat
mereka yang akan dibawa ke dalam sebuah pertemuan.
Contohnya: dalam satu tahun terakhir beberapa siswi menuliskan kata-
kata amarah di kotak saran tentang Perilaku memegan bokong.
Nampaknya beberapa siswa laki-laki telah melakukannya kepada siswa
perempuan.
Guru membaca keluhan-keluhan tersebut dalam pertemuan kelas. Dia
bertanya, bagaimana perasaan siswi-siswi lainnya tentang masalah ini?
Merujuk kepada salah satu siswa, mereka menjadi penasaran pada saat
kapan anak laki-laki melakukannya. Anak laki-laki dengan langsung terkejut
bahwa anak perempuan berperasaan seperti itu. Mereka hanyalah
berbohong, dan berkata; mereka menyukai anak-anak perempuan itu. Itu
bukan merupakan bentuk penyelesaian yang baik, kata anak-anak
perempuan.
Setelah pertemuan kelas ini, perilaku memegang bokong pun berhenti.

TINGKAT SEKOLAH DASAR


Di tingkat sekolah dasar, guru-guru telah menggunakan pertemuan
kelas sebagai alat penyelesaian masalah dengan banyak cara yang
berbedabeda.
Salah satu contohnya, pertemuan langsung di tempat. Linda Lickles
sering menggunakan pertemuan terebut ketika dia mengajar di tahun
pertamanya di kelas 2 di SD Belle Sherman di Ithace, New York. Dia berkata:
Apabila kita mengalami suatu masalah, saya akan mengumpulkan anak-
anak dan selanjutnya, membuat perjanjian mengenai masalah tersebut.
kadang-kadang saya melakukan lingkaran pertemuan di siang hari dan
berkata, hari ini adalah hari yang jelek. Apa yang dapat kita lakukan untuk
210 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membuat hari esok lebih baik? Dan pertemuan tersebut sangatlah


membantu.
Marie Adams berkata, Kita mempunyai sesuatu yang disebut kotak
urusan kelas. Seorang guru kelas 2 di SD Country Club di San Ramon,
California. Anak-anak dapat menaruh apa pun yang ingin mereka bahas
dalam pertemuan kelas di hari Rabu.
Phyllis Smith-Hansen, ketika dia menjadi seorang guru kelas 3 di SD
Lansing di Lansing, New York, menyimpan sebuah grafik di depan kelas
dengan kalimat yang menggantung, Ini adalah minggu ketika Selama
satu minggu, baik dia dan siswanya akan mendapatkan kejadian yang
mereka inginkan untuk didiskusikan dalam pertemuan di pagi hari di hari
Jumat. Memiliki masalah yang diberitahukan sebelum waktunya
memberikan dia dan siswanya waktu untuk berpikir mengenai
masalahmasalah tersebut sebelum mereka duduk bersama untuk mencoba
mengatasi masalah tersebut.
Keributan di kamar ganti pakaian
Pertemuan kelas memperbolehkan seorang guru dan kelas untuk
mengangkat kepala mereka untuk bekerjasama dalam mengatur
permasalahan yang belum selesai yang dapat menggali perasaan dari
komunitas kelas.
Patti Bordy, ketika masih mengajar di sekolah agama (khusus agama
Kristen) di Syracuse, New York, menemui masalah managemen dengan
anak-anak kelas 2. Dia menjelaskan:

Ketika salju turun, akan membuat para siswa memakai pakaian tambahan
ketika pergi ke sekolah setiap hari, tempat ganti pakaian telah menjadi area
bencana. Anak-anak saling tertukar sepatu bootnya, dan beberapa di
antaranya ketinggalan bus karena mereka menghabiskan banyak waktu untuk
mencari barang-barang mereka. Ketika waktunya tiba untuk pergi, mereka
benar-benar lupa dengan barang-barang dan diri mereka sendiri. Hal itu
semua merupakan tanggung jawab diri mereka sendiri!

Di dalam pertemuan kelas mereka, anak-anak saling bertukar pikiran


kemungkinan solusi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, dan guru
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 211

menulis setiap ide di papan tulis, dan mereka memilihnya dan akan
dipindahkan serta disempurnakan ke dalam rencana sebagai berikut:
Setiap orang akan memiliki gantungan di dalam ruang ganti pakaian,
dengan nama kalian masing-masing di bawahnya; kalian bertanggungjawab
untuk menaruh jaket dan topi kalian di kaitan milik kalian sendiri, dan boots
kalian di bawahnya.
Guru bertanya, Bagaimana kita bakal yakin bahwa setiap orang
melakukannya dengan baik? seorang siswi perempuan merespon: Apabila
seseorang tidak menaruh barang-barangnya di tempat yang seharusnya,
mereka harus menyimpannya di atas meja belajar selama seharian dan
melihat bahwa hal tersebut bukan hal yang nyaman! Kelas menyetujuinya
bahwa pendapat tersebut merupakan konsekuensi yang adil.
Guru Brody mengambil langkah selanjutnya: Dia bertanya kepada setiap
anak untuk membuat komitmen diri untuk teguh dan patuh terhadap
keputusan kelompok.

Saya menuliskan persetujuan-persetujuan dalam kertas yang besar dan


menggambar 34 wajah senyum. Setiap siswa menandatangani nama mereka
di sebelah senyuman itu. Kontaknya berada di dalam kamar ganti jaket, ketika
setiap orang dapat melihatnya. Kita menandai setiap gantungan di kamar
ganti; dimana setiap orang mempunyai tanda. Sejak kita mengadopsi rencana
ini, tidak ada seorang pun yang ketinggalan bus.

Berhadapan dengan agresi


Seorang guru TK Marcia Helbig yang mengajar di Cazenovia, New York,
mengadakan pertemuan kelas pertamanya ketika agresi menjadi sebuah
masalah di ruangannya. Dia memperlihatkan kelasnya sebuah foto dua
tangan yang besar dan bertanya, Apa yang seharusnya kita lakukan ketika
seseorang membawa tangan yang bersifat menyakiti daripada tangan yang
bersifat menolong?
Setelah melakukan diskusi langsung, kelompok setuju dengan saran
seorang anak untuk memiliki Kursi yang berpikir. Seorang penyerang
harus duduk di sana dan berpikir mengenai apa yang baru saja dia lakukan
selain terus-menerus memukul. Ketika orang tersebut berpikir jalan lain
untuk menyelesaikan masalahnya, dia akan memberitahu guru, meminta
maaf kepada anak yang dipukulnya, dan masuk lagi ke dalam kelompok.
212 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Berhadapan dengan pencurian


Donna Matthewson seorang guru yang berumur 30 tahun mengajar
kelas 1 dalam daerah yang berpenghasilan kecil di Syracuse, New York. Dia
mengadakan pertemuan kelas pertamanya dengan tema pencurian, yang
telah menjadi masalah yang serius di dalam kelas. Dia memulai
pertemuannya dengan meringkas semua hal yang hilang baru-baru ini.
Kemudian dia menanyakan dua pertanyaan yang sangat bagus: (1) Saya
ingin kamu berfikir tentang suatu waktu ketika hal yang menjadi milikmu
diambilbagaimana perasaanmu? Anak-anak bebas berbicara tentang hal
itu; mereka berkata bahwa mereka marah dan sedih dan sangat senang
jika mereka beruntung bisa mendapatkannya kembali. (2) Bagaimana
perasaanmu ketika mengambil sesuatu hal yang bukan milikmu? Mereka
terdiam. Akhirnya salah satu anak berkata: Saya merasa tidak enak ketika
mengambilnya Anak-anak yang lainnya memberi pengakuan yang sama.
Guru Matthewson menambahkan minimal dua hal: sensitisasi anakanak
tentang bagaimana perasaan orang lain ketika barang mereka diambil, dan
sensitisasi mereka tentang kenyataan bahwa mereka merasa sangat tidak
enak terhadap diri mereka sendiri ketika mereka mengambil barang orang
lain. Setelah pertemuan tersebut, untuk lebih jauh mendorong kejujuran, dia
lebih memilih untuk memiliki sebuah kotak yang dinamakan kotak hilang
dan kotak ditemukan daripada meminta anakanak untuk mengambil benda-
benda yang ditemukan ke mejanya. Segera semua hal yang hilang mulai
bermunculan di kotak tersebut dan frekuensi kehilangan barang menurun
dengan tajam. Sang guru berkomentar:

Jujur, hal ini menjadi tingkah laku yang diterima di ruang kelas kita
sesuatu yang tidak saya sangka. Jika anak-anak menemukan sesuatu yang
bukan miliknya, mereka menyimpannya di dalam kotak, dan mereka mencari
sesuatu yang menjadi milik mereka di sana. Jika seseorang keliru dan
menyimpan sesuatu yang bukan miliknya, ini adalah tugas anak-anak untuk
mencarinya, bukan saya Saya sudah menggunakan pertemuan di kelas lain
untuk memperkuat rasa jujur dan tingkah laku bijaksana tersebut. Kelas
tersebut sangat bangga terhadap kemajuannya, dan begitu juga saya.
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 213

Terkadang sikap moral dan tingkah laku itu sulit untuk dirubah, berakar
dalam ketidakmatangan perkembangan anak-anak atau dalam nilai-nilai
pembelajaran di luar sekolah. Tapi seiring waktu dan Guru, lagi, secara
mengejutkan dalam kemampuannya untuk memengaruhi normanorma
kelompok dengan positif melalui pertemuan kelas, dan melalui kekuatan
norma kelas tersebut untuk memengaruhi tingkah laku individu siswa.

MENGEMBANGKAN PERAN SISWA DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
Pertemuan kelas juga dapat dimanfaatkan untuk mengajak siswa
berperan lebih dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, dapat digunakan
Kotak Saran. Patty Brody menuliskan pengalamannya dengan
siswasiswanya di kelas 2:

Anak-anak dapat menuliskan saran mereka untuk membantu mereka


belajar lebih baik (misalnya, mereka ingin pindah tempat duduk), untuk
memperbaiki kelas mereka, atau saran perbaikan untuk saya sebagai guru
mereka. Saya berusaha merespon semua saran mereka, dan saya memilih
saran-saran yang saya pikir baik untuk didiskusikan di Pertemuan Kelas.

Beberapa guru menggunakan Pertemuan Kelas untuk melibatkan siswa


dalam perencanaan. Para siswa dapat membantu merencanakan proyek
khusus kelas, seperti perjalanan atau sandiwara kelas. Salah seorang guru
kelas lima mengatakan bahwa pada saat pelajaran bahasa dan seni terasa
membosankan, ia akan meminta pendapat siswa untuk mengerjakan
sesuatu yang lain yang mereka ingin lakukan pada pelajaran mengeja dan
menulis. Dan ia selalu mendapatkan ide-ide yang bagus. Richard Lauricella,
seorang pemenang penghargaan dan guru kelas lima di Sekolah Dasar
Lakeland di Solvay, New York, mengatakan:

Saya telah mengajar selama 30 tahun, dan saya mungkin sudah lelah sejak
lama kalau bukan karena saya melibatkan anak-anak saya dalam merancang
kurikulum. Saya bertanya pada mereka, Bagaimana cara yang paling menarik
untuk mempelajari topik berikut ini? Kalau kami memutuskan bahwa saran
pertama tidak dapat dilaksanakan, saya akan bertanya lagi, Oke, bagaimana
214 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

cara yang kedua paling menarik yang dapat kita kerjakan untuk mempelajari
hal ini? Mereka selalu mengemukakan usul-usul yang bagus. Mereka
termotivasi karena saya menggunakan ide mereka, dan saya tidak pernah
mengajar dengan menggunakan cara yang sama.

Di Brookline, Massachusetts, para guru, Kristen Field dan Virginia


Holmes membolehkan kelas tiga dan empat bergabung dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi cara belajar mereka.
Kelompok Matematika, misalnya, dapat menentukan apakah mereka siap
untuk melanjutkan ke pelajaran pembagian, atau apakah mereka masih
memerlukan waktu untuk menguasai perkalian. Kelas dapat memutuskan
apakah mereka mau memperlihatkan pemahaman mengenai kebudayaan
kuno dengan cara menulis cerita, atau dengan cara menggambar. Guruguru
ini berkomentar:

Kami tidak melepaskan tanggung jawab mengendalikan


pengambilan keputusan. Kami memberikan beberapa pilihan yang jelas.
Anak-anak kami merasa lebih dihargai ketika mereka dijadikan
pengambil keputusan yang aktif. Mereka menunjukkan semangat lebih
dan lebih tertarik pada produk yang mereka buat sebagai sesuatu yang
bernilai, dan bukan sesuatu yang mereka buat untuk kami.

Pada level Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, cara
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan input dari siswa adalah melalui
formulir umpan balik berikut ini. Dua atau tiga kali dalam satu semester,
guru dapat memberikan waktu selama 15 menit untuk pengisian
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 215

kuesioner pendek mengenai pelajaran yang didapatkan.

FORMULIR UMPAN BALIK

1. Sejauh mana anda puas dengan pelajaran pada kuartal (semester) ini?

1 2 3 4 5
Tidak puas Sangat
sama sekali puas

2. Bagaimana dengan kelas yang anda sukai atau anda rasakan sangat
membantu?

3. Apa yang akan membuat kelas ini menjadi lebih menarik bagi anda?

4. Apa saja masalah-masalah yang anda temukan dalam menerima


pelajaran?

5. Apa yang dapat anda lakukan untuk memperbaiki diri anda dalam
menerima pelajaran?

____________________________
Nama

Guru dapat membawa pulang kuesioner yang telah diisi, membaca


komentar-komentar dari siswanya, lalu mengelompokkan komentar
mereka sesuai dengan tema, memberi tanda siapa saja siswa yang ingin
ditemui secara personal, dan mempertimbangkan penyesuaian yang dapat
dilakukan berdasarkan umpan balik tersebut. Guru dapat membacakan di
kelas, beberapa komentar positif dari siswa mengenai pelajaran yang
diterima, membuat ringkasan dari saran-saran siswa, dan memberitahukan
siswa, apa saran yang ingin diterapkan dalam kelas.
Terdapat beberapa keuntungan menerapkan hal ini: Guru dapat
mendengarkan apa yang disukai siswa di kelasnya dan juga masalahmasalah
yang mereka hadapi. Siswa merasa dihargai karena instruktur di kelas
meminta umpan balik dari mereka. Guru selalu mendapatkan saransaran
praktis dari siswa yang dapat diterapkan. Dan siswa-siswa akan mempunyai
komitmen dan rasa memiliki yang lebih terhadap kelas.
216 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Beberapa guru juga menggunakan sekitar 15 menit terakhir pada


minggu terakhir untuk konseling kelas. Hal ini dapat diatur berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan tertentu atau dapat juga dengan model terbuka,
dimana guru dan siswa dapat mengangkat berbagai topik, pertanyaan, atau
hal yang perlu diperhatikan. Beberapa guru yang lain kadang-kadang
menggunakan 5 atau 10 menit terakhir dari pertemuan kelas untuk
menanyakan hal tertentu. Itzick Vatnick, guru sains di New York
berkomentar:

Saya memanfaatkan pertemuan kelas untuk mengetahui tanggapan


terhadap bentuk ujian terakhir yang mereka dapatkan. Saya mendapatkan
tanggapan yang sangat baik dari para siswa untuk membuat ujian selanjutnya.
Pertemuan ini juga membuat saya mengetahui perasaan yang dialami siswa,
bahwa ujian tersebut dibuat terlalu sukar.

MEMBANGUN PERTEMUAN KELAS YANG BERHASIL


Cerita-cerita sukses ini membuat orang berpikir bahwa melaksanakan
pertemuan kelas ini sangat mudah. Namun, sebenarnya tidaklah demikian.
Buah dari pertemuan kelas ini yaitu berkembangnya kelompok sebagai
komunitas moral dan perkembangan sosial-moral dari masing-masing anak
terjadi secara perlahan. Hal ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan
dari sang guru.
Pada awalnya biasanya tidak berjalan dengan mulus. Nell Woodmancy,
seorang mantan guru TK di Syracuse, New York, berkata:

Ketika kami mencoba untuk membicarakan beberapa masalah di


Pertemuan Kelas, anak-anak yang memiliki perhatian pendek menjadi
pengganggu. Beberapa anak berusaha untuk terlibat dalam diskusi serius,
tetapi sikap teman sekelasnya yang lain seperti ini, Ayolah, sekarang giliran
saya berbicara! Sikap peduli dan saling menolong terasa kurang kuat.
Ketika saya mencoba untuk membuat mereka berpikir tentang aturan
mendengarkan dengan baik, cara mereka mendengarkan bahkan membuat
situasi lebih parah. Saya merasa sangat tidak efektif sebagai fasilitator. Pada
saat kebingungan memuncak, dan anak-anak meminta hukuman yang
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 217

mengerikan bagi yang tidak mendengarkan, membutuhkan pengekangan diri


yang sangat besar untuk tidak mengatakan Kita akan lakukan dengan cara
ini!

Tantangannya adalah untuk terus berusaha. Woodmancy, contohnya,


berhasil menjadikan murid-muridnya membuat dan meninjau kembali
aturan-aturan perilaku dan waktu giliran di kelas. Hal ini secara bertahap
menjadikan mereka lebih dapat mendengarkan. Ia juga menemukan bahwa
pertemuan ini menjadikan mereka lebih kompak dengan cara membuat
anak-anak menyilangkan lengan dan berpegangan tangan sambil
bernyanyi, Semakin kita sering bersama... semakin kita berbahagia...
Ia melakukan percobaan dengan caranya mengajukan pertanyaan, dan
menemukan bahwa hal ini memberikan perbedaan besar dalam cara
anakanak merespon. Contohnya, ia tidak bertanya, Apakah ada hal yang
membuatmu kesal atau mengganggumu? yang biasanya berakhir dengan
daftar keluhan para siswa. Ia bertanya, Siapa yang memiliki masalah yang
ingin kita bantu pecahkan? Pertanyaan kedua, menurutnya, membuat kelas
terfokus pada keinginan untuk membantu memecahkan masalah satu sama
lain.
Salah satu strategi untuk meningkatkan peluang terlaksananya
pertemuan kelas yang baik (bila siswa sudah dapat membaca) adalah
dengan memberikan selembar kertas yang berisi langkah-langkah yang
akan dilakukan di pertemuan kelas yang akan diikuti. Terdapat beberapa
format pertemuan, tetapi saya merekomendasikan lembar di dalam kotak
Sepuluh Langkah dalam Pertemuan Kelas sebagai suatu cara terstruktur
yang baik untuk memulai.

SEPULUH LANGKAH PERTEMUAN KELAS

1. Membuat lingkaran. Bentuklah sebuah lingkaran yang baik dan buka


pertemuan kelas.

2. Menyiapkan agenda. Sebutkan tujuan dan target pertemuan.


3. Menyiapkan aturan. Bangun dan tinjau kembali aturan berbicara dan
mendengarkan yang baik
218 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

4. Identifikasi pasangan. Pasangkan siswa-siswa yang akan mendiskusikan


masalah atau topik yang sedang dibicarakan.

5. Ajukan permasalahan atau pertanyaan. Contohnya: Beberapa orang telah


mengatakan bahwa banyak yang saling mengata-ngatai di tempat bermain
akhir-akhir ini. Apa yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan masalah
ini?

6. Waktu berpikir pribadi. Berikan waktu merenung sejenak bagi siswa untuk
memikirkan masalah ini sendiri.

7. Tanda diam. Buat sebuah tanda (misalnya mematikan lampu) untuk


menghentikan diskusi berpasangan dan memulai diskusi kelompok.

8. Pembicaraan berpasangan. Atur siswa berpasangan dan biarkan mereka


bertukar pikiran selama 3-5 menit. Berkelilinglah untuk membantu siswa
yang terlihat kesulitan berinteraksi.

9. Diskusi kelompok. Ajak beberapa pasang siswa untuk berbagi ide-ide


mereka dengan kelompok. Ajak mereka untuk merespon ide-ide tersebut.
Ajukan pertanyaan lanjutan; kalau memungkinkan, capailah sebuah
kesepakatan kerja dan pelaksanaan rencana, dan jadwalkan waktu untuk
pertemuan kelas berikutnya.

10. Menutup Pertemuan: lihat kotak yang disertakan mengenai Berbagai


Cara untuk Menutup Pertemuan Kelas

Langkah yang paling penting adalah membuat aturan yang akan


mendukung berlangsungnya diskusi yang teratur. Saya telah mengamati
pertemuan kelas dimana anak-anak secara berulang-ulang saling memotong
pembicaraan, berbicara dengan teman terdekat mereka, dan tidak
memperhatikan sang pembicara dan situasi dimana seorang guru
terombang-ambing antara berusaha mengacuhkan hal ini dan menegur
siswa-siswa yang melanggar peraturan. Para guru seringkali kehilangan
semangat karena mereka mengalami suatu kontradiksi: Mereka berusaha
mengadakan pertemuan mengenai isu-isu moral, seperti bagaimana
caranya agar lebih akrab, tetapi dalam pertemuan itu, siswa berlatih untuk
saling tidak menghormati satu sama lain.
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 219

Para guru mengetahui bahwa siswa-siswa pada umur mana pun, bila
diminta, dapat menciptakan suatu peraturan yang dapat memfasilitasi
pertemuan yang baik. Di bawah ini contoh aturan yang disepakati oleh siswa
di kelas 4:

1. Dilarang berbicara semaunya angkat tanganmu bila kamu akan berbicara.

2. Simpan tangan di bawah sampai orang yang mendapat giliran bicara selesai
berbicara.

3. Dilarang saling berbisik.

4. Tetap pada pokok pembicaraan.

5. Dilarang saling menjatuhkan.

6. Jangan tertawa jika seseorang sedang berbicara serius, dan tertawalah bila
seseorang melucu.

VARIASI CARA MENUTUP PERTEMUAN


1.
Tinjau ulang. Jika pertemuan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan,
tinjau kembali kesepakatan tersebut.
2. Bergiliran meniup terompet. Mari bergiliran memberikan komentar pendek
sebagai penutup. Kamu boleh melewatkannya jika tidak mau.

3. Mengingat kembali. Apakah ada yang dikatakan seseorang yang


menurutmu merupakan suatu ide yang bagus, walaupun kamu tidak
menyetujuinya? Silakan berpikir sejenak, lalu berbagilah dengan yang lain.

4. Belajar. Pikirkan sesuatu yang kamu pelajari pada pertemuan kelas hari ini?
Kemudian berkelilinglah untuk mencari sukarelawan.

5. Pertanyaan. Apakah masih ada pertanyaan?

6. Lengkapi kalimat berikut ini: Ajak semua siswa untuk melengkapi kalimat
pembuka, contohnya: Pada akhir pertemuan ini, saya pikir..... atau, saya
merasa..... atau saya berharap....
7. Berpasangan. Siswa-siswa yang merespon hal ini kemudian berbagi dengan
pasangannya (atau bertukar pasangan).
220 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

8. Topik berikutnya. Apakah ada usul untuk topik pertemuan selanjutnya?

9. Hening sejenak. Ambilah waktu sejenak untuk merenungkan apa yang


kalian dapatkan dari pertemuan ini... apakah ada ide baru... apakah ada
sesuatu yang berbeda yang akan kalian lakukan sebagai hasil diskusi hari
ini... silakan tulis atau simpan saja di pikiran kalian.

10. Evaluasi. Apa yang kalian sukai dari pertemuan hari ini? Apa yang
menjadikan ini diskusi yang baik? Apa yang dapat kita lakukan untuk
perbaikan atau menjadikan pertemuan mendatang terasa berbeda?

APA YANG TERJADI BILA SISWA MELANGGAR ATURAN


PERTEMUAN KELAS?

Hanya dengan membuat aturan, bahkan dengan cara yang demokratis,


tidak menjamin bahwa semua siswa di kelas akan mengikutinya.
Gloria Cox mengetahui hal ini. Ketika ia, sebagai guru TK, mengadakan
pertemuan kelas di Ithaca, New York. Dia menggunakan pertemuan
pertamanya di tahun itu untuk membacakan dan mendiskusikan sebuah
cerita. Ia memuji anak-anak yang mendengarkan dengan baik. Pertemuan
keduanya digunakan untuk membuat aturan dalam berbicara dan
mendengarkan. Pertemuan ketiganya digunakan untuk mendiskusikan
konsekuensi dari pelanggaran aturan. Pada pertemuan ketiga, hampir
selalu ada siswa yang melanggar aturan yang telah mereka tetapkan pada
hari sebelumnya.
Pada pertemuan ketiga dari kelas satu, dua orang anak laki-laki
berbicara di luar gilirannya, bermain balok, dan mengganggu mereka semua.
Ibu guru Cox segera mengajak mereka semua menyelesaikan masalah ini.
Dia berkata, Kemarin kita sudah menyepakati daftar aturan yang dapat
membantu kita untuk terlaksananya diskusi yang baik. Hari ini, ada yang
tidak mematuhi aturan tersebut. Bagaimana kita menyelesaikan masalah
ini?
Kelas tersebut memutuskan bahwa mereka harus menambahkan satu
aturan lagi pada daftar aturan mereka. Seseorang akan diminta untuk
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 221

meninggalkan kelompok apabila, setelah satu peringatan, orang tersebut


tetap tidak mengikuti aturan. Mereka sepakat bahwa peringatan tersebut
dapat diberikan oleh guru ataupun siswa yang lain. Dan orang yang diminta
pergi akan menuju ke sebuah meja dan diam di sana.
Pada pertemuan kelas berikutnya, kedua anak laki-laki tersebut tetap
saja mengganggu dan akhirnya harus meninggalkan kelompok. Namun
setelah beberapa hari meninggalkan pertemuan, ibu guru Cox melaporkan,
mereka berhasil mengikuti pertemuan dengan baik. Pada akhirnya, kelas
menyepakati bahwa anak-anak yang tidak dapat mengikuti aturan pada
hari-hari tertentu akan sukarela meninggalkan lingkaran.

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PARTISIPASI SISWA

Selain dari langkah-langkah dasar pengaturan dan penegakkan aturan


pelaksanaan diskusi, dengan dengan cara apa lagi seorang guru dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam
pertemuan? Di bawah ini terdapat 18 cara yang didapatkan dari pengalaman
guru-guru yang telah melaksanakan pertemuan kelas:

1. Lingkaran yang bagus. Pastikan terbangun lingkaran yang baik


(mengatur kursi agar terbentuk lingkaran yang baik dapat terlaksana
dengan cepat apabila guru dan siswa membuat rencana untuk
melakukannya). Guru-guru yang mencoba bentuk lingkaran untuk
pertama kalinya seringkali terkejut betapa posisi saling berhadapan
dapat meningkatkan jumlah dan kualitas diskusi. Siswa-siswa saya lebih
banyak bicara daripada sebelumnya, demikian komentar seorang guru
kelas sembilan, bahkan beberapa orang siswa yang hampir tidak pernah
bicara di dalam kelas, menjadi cukup sering berbicara.
Kursi yang disusun melingkar lebih baik daripada meja yang yang
disusun melingkar karena meja dapat menciptakan penghalang antara
individual dan kelompok. Seorang guru yang telah memulai program
diskusi yang baik dengan siswa kelas enam yang diajarnya pertamatama
membuat mereka membentuk lingkaran dengan meja, dan ia kecewa
karena mereka tidak banyak berbicara. Ketika ia menggunakan kursi,
partisipasi bertambah.
222 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

2. Isyarat nonverbal. Gunakan isyarat nonverbal yang terdapat dalam


aturan diskusi. Seorang guru kelas dua memberikan sebuah kartu dengan
gambar orang sedih pada siapa saja yang mengganggu jalannya diskusi
(jika mendapatkan 2 kartu, maka anda harus meninggalkan pertemuan).

3. Tiket bicara. Gunakanlah sebuah tiket bicara (dapat berupa kartu index
berukuran 5x8). Ketika seorang siswa mendapatkannya, maka itu
gilirannya berbicara. Ketika siswa tersebut selesai berbicara, ia
mengoperkan kartu tersebut ke teman yang duduk di sebelahnya atau di
seberangnya, kepada siswa berikutnya yang ingin bicara. Sebagai
alternatif, seorang guru menggunakan sebuah bola, yang dapat
dilemparkan kepada pembicara berikutnya.

4. Beri contoh cara mendengarkan yang baik. Ajari perbedaan antara


pendengar yang baik dan pendengar yang buruk. Contohnya, seorang
guru TK, menyuruh siswa-siswanya yang berumur 5 tahun bermain peran
pendengar yang baik dan yang buruk. Dua orang anak bermain peran di
tengah lingkaran. (Apakah ada dua orang sukarelawan yang mau
memberi contoh cara mendengar yang baik?.... Baik, Billy, beritahu Sara
apa yang mau kamu lakukan sepulang sekolah. Sara, perlihatkan pada
kami bagaimana cara mendengar yang baik.... Sekarang, dapatkah dua
orang lagi memberi contoh bagaimana cara mendengar yang buruk?...

5. Mendorong mereka untuk mendengarkan dengan baik. Pujilah siswa


yang mendengarkan dengan baik dan juga kelompok diskusi secara
keseluruhan.

6. Ajaklah siswa untuk membuat parafrase. Untuk memotivasi siswa agar


mendengarkan dengan baik, sewaktu-waktu suruh seorang siswa untuk
menyatakan dengan kalimat sendiri apa yang diucapkan oleh pembicara
terakhir. Jika mereka tampak tidak saling mendengarkan argumen kedua
belah pihak, mintalah dua orang siswa yang berlawanan pendapat untuk
saling memparafrase pendapat-pendapat mereka sampai keduanya saling
memahami.

7. Mengingat. Ajak mereka untuk mengingat pada akhir pertemuan.


Umumkan pada awal pertemuan,Pada akhir pertemuan kelas ini, saya
akan meminta kalian untuk mengingat apa yang semua orang katakan,
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 223

yang menurutmu merupakan ide yang bagus sesuatu yang membuatmu


berpikir, meskipun kamu tidak menyetujuinya. Dengarkan dengan baik
agar nanti kamu dapat mengingatnya.
8. Beri semangat untuk saling berinteraksi. Beri semangat pada para
siswa untuk merespon pendapat siswa lain. Beri pertanyaan interaksi,
seperti,Dapatkah kita memberi tanggapan terhadap idenya Mary?,
Siapa yang mau memberi tambahan terhadap apa yang baru saja
dikatakan oleh Billy?, atau, Siapa yang punya pendapat sama atau
berbeda dengan Tim?

9. Struktur verbal. Ajari para siswa struktur kata-kata yang


memungkinkan mereka untuk setuju atau tidak setuju terhadap orang
lain dengan sopan. Contohnya, Ron Fuller, seorang guru kelas lima di SD
Heath di Brookline, Massachusetts, Mengajari murid-muridnya untuk
berkata,Saya mau mendukung apa yang dikatakan oleh....., jika mereka
setuju terhadap pendapat seseorang; Saya mau menentang apa yang
dikatakan oleh....., jika mereka tidak setuju terhadap pendapat seseorang;
dan Saya mau mendukung sekaligus menentang..... jika mereka setuju
dan tidak setuju sekaligus.

10. Beri semangat agar semua siswa berpartisipasi. Beri semangat pada
anggota kelompok yang diam saja agar mau berbicara dengan
mengatakan, Untuk lima menit berikutnya, saya ingin mendengar dari
siswa yang belum memberikan pendapat. Atau, pada awal pertemuan,
katakan, Hari ini saya ingin semua orang berbicara, minimal satu kali.
Jadi, jika kamu melihat ada anggota kelompok yang belum berbicara,
sementara kamu sudah bicara dua tiga kali, sebaiknya kamu meminta
mereka untuk berbagi pendapat dan tidak mengambil giliran untuk
berbicara lagi.
Atau ajak siswa yang pendiam untuk bicara dengan cara memberi
mereka pilihan: Sue, apa yang kamu pikirkan mengenai hal ini? (jeda)
Apakah kamu mau memikirkannya dulu, dan saya akan kembali
bertanya padamu nanti?

11. Kalimat pembuka. Ciptakan situasi yang tidak membuat mereka takut
berbicara dengan menyuplai kalimat pembuka dan memberi waktu
kepada para siswa untuk menuliskan kalimat lengkapnya. Contohnya,
Saya merasa senang jika....., Saya merasa bangga jika....., Saya
berharap....., dan Ketika saya melihat ada seorang anak yang berbuat
224 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

jahat terhadap anak lain..... Kemudian berkelilinglah dan minta mereka


memberikan kalimat lengkapnya (lihat kotak Dua Puluh Macam
Pertemuan Kelas untuk kalimat-kalimat pembuka yang lain).
Gunakan kalimat pembuka sebagai batu loncatan untuk diskusi yang
lebih terbuka dan lebih interaktif. Misalnya Apa yang sebaiknya kita
lakukan bila melihat seseorang berbuat jahat terhadap orang lain?
Mengapa?

12. Selingan berpasangan. Untuk memaksimalkan partisipasi pada awal


pertemuan kelas, atau menghidupkan kembali pertemuan saat terjadi
jeda, suruh mereka berpasangan dan ajukan sebuah pertanyaan.
Misalnya, Sebutkan dua hal yang dapat kita lakukan besok untuk
menjadikan kelas ini lebih baik. Kemudian menyuruh mereka menjawab
pada kelompok sebagai sebuah tim. Anak-anak yang malu berbicara
sendirian biasanya lebih mau berbicara jika mereka berdua.

13. Sahabat pertemuan. Beri tugas pada anak-anak untuk bergiliran


menjadi sahabat pertemuan selama dua atau tiga minggu. Sahabat
pertemuan bertanggungjawab untuk mengingatkan anak-anak lain
untuk mengikuti aturan pertemuan.

14. Anak-anak menunjuk anak-anak. Untuk mendorong partisipasi,


suruhlah siswa yang berbicara untuk menunjuk siswa berikutnya yang
ingin bicara. Ketetapan: (1) sang pembicara harus memilih Seseorang
yang tampak mendengarkan dengan baik (2) anak laki-laki harus
memilih anak perempuan (jika ada yang mau bicara), dan anak
perempuan harus memilih anak laki-laki (untuk menghindari anak
memilih anak lain yang berjenis kelamin sama) dan (3) fasilitator
pertemuan (guru ataupun siswa) dapat mengemukakan pertanyaan atau
komentar yang membantu kelompok untuk fokus kapan pun bila
diperlukan.

15. Menugaskan peran. Tugaskan pada para siswa, suatu peran istimewa
yang meningkatkan tanggung jawab mereka terhadap pertemuan kelas.
Sebuah komite yang terdiri dari para siswa dapat ditugaskan untuk
menyiapkan agenda, dan menyimpan semua masukan dari guru dan
siswa. Anne Roubos, sewaktu menjadi guru kelas I di SD Homer di Homer,
New York, mempergilirkan tanggung jawab memimpin rapat. Siswa yang
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 225

memimpin rapat disebut Sang VIP (Very Important Person Orang yang
sangat penting). Siswa tersebut duduk di kursi tinggi, memulai pertemuan
dengan menggoyangkan maraca dan mengumumkan, Pertemuan kelas
akan segera dimulai!, dia yang menentukan giliran bicara, dan menutup
kembali pertemuan dengan menggoyangkan maraca lagi dan berkata,
Pertemuan kelas ditutup!.
Murid-murid yang usianya lebih tua dapat diberi tanggung jawab yang
lebih rumit. Seorang guru kelas 5 sampai kelas 8, contohnya, menugaskan
murid-muridnya berperan sebagai fasilitator, asisten, menentukan giliran
dan mengamati jalannya diskusi. Sang fasilitator memulai pertemuan,
menyatakan masalah yang akan didiskusikan, dan mengusahakan
mereka tetap fokus. Guru tersebut berkata, Saya mencontohkan peran ini,
kemudian menggambarkan pada murid-murid apa yang saya kerjakan,
kemudian membiarkan mereka mencobanya, kemudian memberi contoh
lagi. Pada kali pertama mereka mencobanya, diskusi berjalan cukup liar,
tetapi ketika dicoba untuk ketiga kalinya, pertemuan berjalan cukup
teratur.
Sang asisten menuliskan permasalahan, ide-ide dan keputusan di
sebuah papan tulis. Penentu giliran menuliskan nama-nama mereka yang
telah mengangkat tangannya untuk berbicara, dan memanggil mereka
sesuai urutan waktu mereka mengangkat tangan. Sang pengamat
membuat catatan mengenai proses berjalannya pertemuan (seberapa
baik mereka mendengarkan, berpartisipasi dan mengikuti aturan),
memberikan umpan balik pada akhir pertemuan dan bertanya pada
fasilitator, Apa yang menurut anda telah berhasil dilaksanakan? Apa
yang dapat dilakukan agar dapat berjalan lebih baik? Apa yang dapat
kami lakukan untuk membantu jalannya pertemuan yang lebih baik?

16. Mencatat ide-ide. Catatlah ide-ide para siswa (pada notes atau papan
tulis) pada saat mereka mengemukakannya, dan bacakan kembali pada
mereka. Berikan pujian pada mereka dengan menyebut nama mereka saat
pertemuan selesai. Hal ini menunjukan bahwa anda menanggapi ide
mereka dengan serius, memberi mereka semangat untuk mengajukan usul
yang cerdas, dan menginspirasi keikutsertaan yang baik. Peran mencatat
dan membacakan kembali ide-ide juga dapat didelegasikan pada siswa
pencatat.

17. Evaluasi pertemuan. Secara periodik, suruh siswa memberi nilai untuk
pertemuan kelas dengan skala 1 sampai 5, dimana 1 berarti buruk dan 5
226 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berarti sempurna. (Lihat kotak evaluasi pertemuan kelas); kemudian


adakan pertemuan kelas dimana semua orang membuat penilaian mereka
dan diskusikan usul-usul konstruktif yang dapat membuat pertemuan
berjalan lebih baik. Sebagai alat bantu, rekamlah sebuah pertemuan;
suruh para siswa mendengarkan/melihat rekaman tersebut,
lalu melengkapi kalimat ini,Kita dapat memperbaiki pertemuan kelas kita
dengan cara...

18. Demonstrasi pertemuan. Doronglah adanya kebanggaan menjalankan


pertemuan kelas dan kemajuan kemampuan berkomunikasi dengan
menyuruh kelas, mendemonstrasikan pertemuan kelas di depan kepala
sekolah, pengawas sekolah, orangtua atau dewan sekolah.

PERAN PERTEMUAN KELAS DALAM KEHIDUPAN DI RUANG


KELAS

Peran-peran yang dimainkan di pertemuan kelas terhadap kehidupan di


ruang kelas akan berevolusi, bila guru-guru mau mengusahakannya.

EVALUASI PERTEMUAN KELAS


1.
Beri lingkaran pada nomor yang paling menggambarkan pertemuan kelas kali
ini:

5 4 3 2 1
Sempurna Sangat baik Baik Cukup Buruk
2. Beri lingkaran pada kalimat yang menggambarkan a pa yang kamu
rasakan tentang pertemuan kelas kali ini:

Wow! Ya, begitulah... Payah!

3. Lengkapi kalimat berikut ini:


Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 227

Pertemuan kelas hari ini menurut saya ______________________________________


_________________________________________________________________________________
Pada pertemuan ini kita memutuskan _______________________________________
_________________________________________________________________________________
Saya membantu jalannya pertemuan ini dengan cara ______________________
_________________________________________________________________________________
Saya rasa, pertemuan kelas ini telah membantu kami ______________________
_________________________________________________________________________________
Sejak kami mengadakan pertemuan kelas, __________________________________
_________________________________________________________________________________
Pertemuan kelas akan berjalan lebih baik bila ______________________________
_________________________________________________________________________________
Janet Clausan, seorang guru kelas 1 di Central New York mengatakan
bahwa ia memulai dengan mengadakan pertemuan kelas dua kali seminggu
setelah istirahat, Namun sesudah berjalan, ia mengatakan, murid-murid
memperlihatkan respon dan minat yang cukup sehingga kami memulai
setiap hari dengan pertemuan kelas.
Topik pada pertemuan dapat meluas, meliputi masalah manajemen
kelas, dilema moral (Apakah sebaiknya seorang anak yang membutuhkan
uang untuk jalan-jalan dengan temannya, mengembalikan kelebihan uang
$10 yang tidak disengaja diberikan oleh pria tua sebagai bayaran ia
mengirim barang?), dan tema pertemanan (Bagaimana cara kamu
menambah teman? Bagaimana kamu memelihara persahabatan? Bagaimana
kamu mngetahui bila seorang teman merupakan teman sejati?
Mereka berhasil membangun sebuah rutinitas: anak-anak diberi
perintah untuk pergi ke kamar mandi dan minum pada jam istirahat,
kemudian menyiapkan lingkaran untuk pertemuan, sebuah tanggung jawab
yang mereka senangi dan di luar dugaan, dilakukan dengan baik. Anak-anak
menyadari bahwa saya tidak dapat mengadakan diskusi kelas sendirian,
guru tersebut berkata, Peran mereka dalam diskusi, sama pentingnya
dengan peran saya. Pada awalnya, saya harus sering memanggil nama
mereka agar mereka mau merespon. Pada akhir tahun, hampir semua anak
merespon dengan bebas dan berkali-kali.
228 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Akhirnya, Ibu Guru Clausan berkata bahwa pertemuan kelas ini


bermanfaat untuk proses mengajar secara keseluruhan. Saya merasakan
cara mengajar saya lebih efektif karena saya lebih dapat mengajar sesuai
level anak-anak... (pertemuan kelas) telah membantu saya memperlakukan
setiap anak sebagai seorang individu.

MENDUKUNG NILAI-NILAI BAIK

Pertemuan kelas ini merupakan alat yang praktis untuk membuat


aturan dan mempertahankan disiplin yang baik, menjadikan ruang kelas
lebih menarik dan menyenangkan untuk semua, serta membantu guru
untuk lebih mengenal siswanya, dan menjadikan para siswa saling
mengenal dan peduli satu sama lain. Hal ini juga memberi pelajaran pertama
kebaikan demokrasi pada orang muda.
Bagi banyak guru, pertemuan kelas menguatkan keyakinan mereka
akan potensi baik yang dimiliki anak-anak. Salah seorang guru yang
merasakan hal tersebut adalah Muriel Rossi, yang bekerja dengan kelompok
anak-anak dengan umur yang berbeda-beda di kelas dua di SD Charlotte
Kenyon di Chenago Forks, New York. Beberapa dari mereka memiliki
masalah khusus dan tinggal di kelas Bu Guru Rossi lebih dari satu tahun.
Dia menceritakan tentang pertemuan kelas yang diadakan pada awal
tahun. Topik kata-kata buruk diajukan oleh seorang anak yang telah ada di
kelas tersebut sejak tahun sebelumnya, ketika mereka sudah memutuskan
untuk tidak menggunakan kata-kata tertentu di sekolah. Pada hari ini,
seorang anak yang baru bergabung dengan kelompok tersebut telah
menggunakan salah satu kata tersebut.
Segera setelah pertemuan dimulai, seorang anak perempuan berkata,
Ibu membolehkan saya menggunakan beberapa kata yang buruk. Seperti
ini (dia mengucapkan sebuah kata makian yang rasial).
Ibu Guru Rossi diam sejenak, kemudian berkata pada murid-murid,
Apa yang kamu pikir tentang hal itu?
Menciptakan Lingkungan Kelas Yang Demokratis: Bentuk Pertemuan Kelas | 229

Saya rasa itu bukan ide yang baik, kata seorang anak laki-laki. Orang
tentu tidak suka dimaki seperti itu. Kita semua sama walaupun warna kulit
kita berbeda. Anak-anak yang lain setuju.
Sang guru berkomentar:

Saya menemukan bahwa selalu ada anak-anak, walaupun dalam kelompok


yang bermasalah, yang selalu maju ke depan dengan nilai kebaikan yang
tinggi. Dan yang lain akan merespon. Hampir kelihatan seperti semua anak
ingin memiliki nilai-nilai moral yang baik. Akan tetapi, seringkali mereka tidak
mendapatkan dukungan untuk itu dari lingkungan mereka.

Pertemuan kelas menyediakan dukungan tersebut.


BAB9

MENGAJARKAN NILAI MELALUI KURIKULUM

ill Elasky, seorang guru kelas enam merasa bosan pada umur 37 dan
Bberpikir untuk meninggalkan profesinya ketika kemudian ia mengambil
cuti panjang. Pada tahun itu ia belajar pada George Wood di Institut
Demokrasi Pendidikan di Universitas Ohio.
Alasan yang mendasar untuk keberadaan Sekolah Negeri, Wood
mengajarkan, adalah demokrasi. Pendidikan untuk warga negara yang
demokratis sebaiknya aktif, melibatkan anak-anak dalam tugas-tugas nyata,
yang seringkali mereka pilih sendiri, dimana dengan demikian mereka dapat
mempelajari keterampilan yang bervariasi.
Elasky kembali ke kelas enam yang diajarnya di Amesville, Ohio, dengan
pandangan baru mengenai potensi pendidikan untuk menyiapkan murid-
murid menghadapi kehidupan di masyarakat demokratis. Dia memulai awal
tahun sekolah dengan jaringan pembaca yang berkecimpung di bidang
alam dan ekologi.
Tidak lama setelahnya, perusahaan minyak lokal secara tidak sengaja
menumpahkan larutan minyak ke anak sungai Amesville yang mengalir
dekat dengan sekolah dan tepat bersebelahan dengan beberapa rumah dan
kebun milik siswa-siswa sekolah. Agen Perlindungan Lingkungan datang
untuk membersihkannya, tetapi Elasky berkata, Saat itu kami merasa
skeptis.
Kelas Elasky memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Mereka menyebut diri sendiri sebagai Ahli Kimia Air Kelas Enam
Amesville. Mereka membuat rencana untuk mengetes sampel air dari 11
sumber yang berbeda di anak sungai tersebut.
Maka, mereka meminta bantuan dari Universitas Ohio, kantor EPA
setempat dan pusat, dan Departemen Kesehatan untuk mendapatkan
informasi mengenai alat-alat pengetes air. Dalam pertemuan kelas, Elasky
dan murid-muridnya memutuskan bahwa kelompok-kelompok siswa
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 231

223
harus menyelidiki sumber dan efek dari polutan yang mereka dapatkan dari
hasil tes dan mempresentasikan hasil temuan mereka di kelas;
mewawancarai orang-orang yang mengetahui tentang pencemaran air dan
ekologi sungai; membuat sebuah bagan besar yang berisi hasil-hasil tes; dan
membuat kampanye untuk menjual pelayanan ini pada masyarakat (untuk
mengganti biaya yang dikeluarkan kelas).
Kami menghabiskan banyak waktu untuk mendiskusikan bagaimana
mengatur semuanya, Elasky berkata, namun itu bukan waktu yang
terbuang percuma. Hal ini menciptakan pemahaman mengenai proses
demokrasi dan banyak peluang untuk mengembangkan pemikiran kritis dan
keterampilan berdiskusi.
Pada bulan berikutnya, murid-murid mewawancarai ahli-ahli di
Universitas Ohio mengenai polutan; berbicara dengan petugas sistem
pembuangan air limbah industri setempat; melacak sejarah daerah mereka;
melakukan pencatatan; menggunakan komputer untuk membuat bagan
polutan; menggambar peta; mengambil dan mencetak sendiri fotofoto;
menulis pada pemerintah; dan mengetes sumur-sumur, tangki air, dan
saluran air di Amesville. Pada akhir tahun pelajaran, mereka dengan bangga
menggambarkan proyek mereka di Konferensi Pendidikan Negeri dalam
Masyarakat Demokratis di Universitas Ohio. Berikut ini apa yang mereka
sampaikan mengenai pengalaman mereka:

Belajar tanpa buku teks lebih menyenangkan daripada menghabiskan


waktu yang panjang membacanya. Kami belajar untuk saling bekerjasama.
Kami merasa proyek seperti ini sangat penting karena kami dapat mempelajari
banyak hal, termasuk tanggung jawab. Ini juga membantu kami dalam
pelajaran sains, kesehatan, bahasa Inggris, mengeja, menulis, dan membaca.
Kami juga sangat menikmati hal ini karena ini menyenangkan, dan kami
merasa cukup dewasa untuk bekerja dengan bahan-bahan kimia dan menjadi
pemimpin. Dan alasan yang lain adalah kami pikir penting untuk mengetahui
apa yang kita minum setiap hari.

KURIKULUM SEBAGAI PENDIDIK MORAL

Bill Elasky dan murid-murid kelas enamnya merupakan bagian dari


trend yang baru muncul: mengajarkan nilai-nilai kepedulian terhadap
lingkungan sekaligus keterampilan dan pengetahuan akademis adalah
232 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

agenda utama sekolah. Terdapat kesadaran baru bahwa kurikulum


akademis bagaikan raksasa tidur dalam hal pendidikan nilai-nilai.
Metode penting lainnya dalam pendidikan nilai-nilai: peran guru
sebagai teladan dan pembimbing, membangun masyarakat yang bermoral,
dan pertemuan kelas menciptakan nilai-nilai saling menghargai dan
tanggung jawab dalam kehidupan di kelas. Namun, kurikulum akademis
adalah urusan paling penting dalam sekolah. Kita akan melewatkan peluang
yang besar jika kita tidak menggunakan kurikulum sebagai sarana untuk
mengembangkan nilai-nilai moral dan kesadaran beretika.
Kebijakan negara mencerminkan perhatian baru terhadap dimensi
nilai-nilai dalam kurikulum sekolah. Di negara bagian seperti California,
panduan buku teks sekarang mengharuskan adanya diskusi mengenai
masalah etis dalam sains.5 Dan ketika berkembang kesadaran bahwa
kelangsungan hidup kita di abad yang akan datang tergantung pada
kemampuan kita untuk hidup selaras dengan alam, guru-guru menemukan
cara yang membantu siswa mengembangkan penghargaan dan tanggung
jawab terhadap lingkungan. Di dalam Connect, sebuah surat kabar untuk
guru-guru K-8, Ahli Pendidikan Rhode Island, Loraine Keeney menulis:
Guru-guru dan murid-murid sedang membuktikan bahwa proyek-proyek
lingkungan tidak hanya mengarah pada pembelajaran sains yang solid,
tetapi juga menghilangkan sikap putus asa dan tanpa harapan mengenai
lingkungan, mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, dan
menanamkan rasa percaya diri.
Sally Aberth, guru sains di Sekolah Fieldston Lower di Riverdale, New
York berkomentar, Anak-anak pun menonton berita di televisi dan
mendengar bahwa hal-hal buruk telah terjadi. Sangatlah penting bagi
anakanak kita untuk memiliki perasaan bahwa kita dapat melakukan
sesuatu untuk dapat membuat planet kita lebih baik.
Anak-anak kelas enam di Warwick, Rhode Island, memiliki kepedulian
terhadap berkurangnya lapisan ozon dan melobi perusahaan-perusahaan
lokal untuk mengurangi pengrusakan ozon. Guru mereka, Lois Morris
berkata:

Semua anak, setelah saya memberitahu mereka masalah ekologi, sangat


bersemangat, mereka berubah menjadi pelindung bumi yang setia. Mereka tidak
membuang kertas pembungkus sembarangan, mereka menyimpannya di saku.
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 233

Mereka akan menjadi generasi yang akan memelihara bumi.


Pada tahun ini mereka turun ke pantai dan memberisihkannya. Mereka sudah
muak. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah berpikir untuk
membawa ini-itu ke pantai dan membuangnya di sana.
Hal ini juga berpengaruh terhadap keluarga mereka. Beberapa dari keluarga
mereka ikut membantu membersihkan tumpahan minyak Newport.

Sebagai gambaran banyaknya proyek-proyek lingkungan yang


dilakukan oleh anak-anak, lihatlah majalah Sojourner keluaran April 1990,
Anak-anak dan Bumi.

MENGAJARKAN PENGHARGAAN DAN TANGGUNG JAWAB


TERHADAP BINATANG

Perluasan alamiah dari kepedulian terhadap lingkungan adalah


kepedulian terhadap binatang. Ini adalah topik yang bernilai karena sesuai
dengan pelajaran sains; hampir semua anak memiliki empati alamiah
terhadap binatang; dan sayangnya, kejadian pengabaian dan penyiksaan
binatang tengah banyak meningkat.
Seorang guru kelas 7 membaca kliping berita muridnya yang berisi
tentang kasus-kasus penyiksaan binatang yang terjadi di masyarakat.
Terdapat kutipan dari ucapan Direktur Liga Kesejahteraan Binatang: Saya
mendapat 200 atau lebih telepon seminggu mengenai kejahatan terhadap
binatang, bukan hanya binatang peliharaan tetapi juga binatang ternak. Dia
mengatakan bahwa peningkatan kasus ini disebabkan karena adanya
pelaporan yang lebih baik dan juga peningkatan penyalahgunaan obat dan
alkohol.
Setelah mendiskusikan mengapa orang-orang memperlakukan
binatang dengan buruk, anak-anak kelas 7 itu mempertimbangkan cara
untuk membantu mengurangi penyiksaan binatang di masyarakat.
Sekolah juga dapat memanfaaatkan kelompok-kelompok masyarakat,
seperti Perkumpulan Pencegahan Kejahatan terhadap Binatang (PPKB),
yang membantu anak-anak belajar untuk memperlakukan binatang dengan
baik. The New York Times mengeluarkan artikel mengenai program edukasi
PPKB dan popularitasnya di kalangan sekolah-sekolah di kota New York.10
Murid-murid sekolah mulai dari kelas 2 SD sampai SMA datang ke markas
234 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

PPKB untuk berpartisipasi dalam kelas 90 menit yang menyentuh karir yang
berhubungan dengan binatang, masalah kemanusiaan, dan kepedulian serta
tanggung jawab terhadap binatang peliharaan.
Pak guru Joe Binenbaum membawa murid-murid kelas sembilan
Sekolah Maritim East Harlem ke PPKB pada pelajaran sains. Setelah
presentasi dari Maureen Martin, pembicaraan beralih ke binatang
peliharaan. Semua anak ini memiliki beberapa macam peliharaan, kata
pak guru Binenbaum, dan saya ingin mereka mengerti bahwa mereka
bertanggungjawab terhadap peliharaan mereka. Saat mereka bosan dengan
binatang peliharaan mereka, mereka tidak dapat begitu saja membuang
binatang peliharaan itu di jalan.
Saat mereka kembali ke sekolah mereka, Pak Binenbaum dan
muridmuridnya mengoperasikan sebuah kebun binatang mini. Mereka
mengadopsi beberapa binatang dari PPKB dan beberapa dari pemilik
binatang peliharaan pribadi, yang menyumbang di antaranya ular phyton
berukuran 16 kaki, ular boa, kura-kura, merpati leher cincin, burung beo,
dan seekor iguana. Pemilik binatang peliharaan tersebut mengatakan bahwa
jika binatang-binatang tersebut tidak diambil oleh anak-anak, mereka
tadinya akan dibunuh.
Maka dari itu, anak-anak benar-benar merasa bahwa mereka
menyelamatkan binatang-binatang tersebut, kata Pak Binenbaum. Mereka
belajar untuk memelihara dan menyayangi binatang-binatang itu. Mereka
berjualan makanan kecil untuk mendapatkan uang untuk membeli makanan
hewan, dan pada saat liburan, ketika sekolah tutup, mereka tetap datang
mengunjungi kebun binatang tersebut setiap hari. Bahkan anakanak yang
sering membolos menjadi rajin ke sekolah untuk bekerja di kebun binatang.
Apa yang telah dipelajari anak-anak di PPKB dan program kebun
binatang mini, Joe Binenbaum melaporkan, adalah mereka telah menjadi
peduli terhadap binatang yang tidak memiliki majikan. Mereka sering
membawa binatang tanpa pemilik ke sekolah untuk diberi makan.
Melalui program ini mengkombinasikan teladan yang menyayangi
binatang, informasi solid, dan memberi kesempatan pada para siswa untuk
mengurus binatang mereka sendiri. Kapasitas para siswa untuk kebaikan
telah ditingkatkan dan dikembangkan.
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 235

DARI CARA MEMELIHARA BINATANG KE CARA


MEMPERJUANGKAN HAK BINATANG

Sekolah-sekolah hampir selalu berurusan dengan isu kontroversial


mengenai hak-hak binatang. Ketika tiba saatnya untuk membedah binatang
di kelas sepuluh, Maggie McCool, seorang siswa di SMA Woodstown,
menolaknya. Hal itu bertentangan dengan keyakinan saya mengenai etika,
dia menjelaskan, Saya pikir, membunuh binatang bukanlah hal yang benar,
terutama untuk hal yang tidak perlu.
Selesaikan kerja lab tersebut, atau kau tidak lulus mata pelajaran
biologi, kata sekolah. Namun, Maggie dan orangtuanya mengajukan gugatan
ke pengadilan dan memenangkannya. Di wilayahnya di New Jersey, anak-
anak yang memiliki keyakinan kuat menentang pembedahan binatang harus
diberi alternatif.
Murid-murid yang menolak untuk membedah hewan, disebutkan dalam
majalah Guru, menunjukkan adanya pergerakan hak-hak binatang yang
telah merambah ke sekolah dan kurikulum pendidikan moral. Guruguru
yang merupakan aktivis pergerakan tersebut, berada di baris terdepan
dalam usaha membuat sekolah meninjau kembali sikap terhadap binatang
yang secara sadar ataupun tidak sadar mereka ajarkan kepada siswa.
Larry Brown, guru pendidikan khusus di Bradford, Ohio berargumen
bahwa kebanyakan materi dan kurikulum sekolah bias dan cenderung
menentang hak-hak binatang. Bukannya bebas nilai, Brown berkata,
sekolah mempromosikan, walaupun tidak secara aktif, keyakinan berikut:
Binatang adalah milik kita, untuk dimanfaatkan sesuai apa yang kita
pikirkan. Tidak ada konsekuensi bagi pemilik bila mereka menderita;
kepentingan kita lebih diutamakan; binatang tidak lebih dari sekumpulan
otot, tulang, saraf, dan jaringan; dan penggunaan binatang bukanlah isu yang
harus didiskusikan secara serius.
Loretta Gray, menemukan bahwa pendidikan hak-hak bagi binatang
memiliki manfaat tersendiri bagi anak-anak kota yang diajarnya di Pusat
Pendidikan Winston di Washington DC:

Anak-anak ini telah dianiaya dan ditelantarkan. Kami menemukan bahwa


anak-anak mendapatkan banyak pengaruh dari televisi, belajar dari televisi, dan
menerapkan gaya hidup yang mereka lihat di televisi dalam kehidupan mereka
sendiri. Seringkali hal itu termasuk pergaulan bebas, tidak adanya rasa
236 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

penghargaan terhadap kehidupan, dan kekerasan. Mereka menerima itu sebagai


pedoman hidup. Hal itu memiliki pengaruh yang dalam terhadap proses belajar.

Ibu guru Gray mengatakan bahwa mendiskusikan hak-hak binatang


dengan anak-anak ini membuat mereka berpikir mengenai tanggung jawab
dan hubungan mereka dengan makhluk yang lain. Hal itu merupakan suatu
dobrakan, langkah pertama mereka menuju terbangunnya sistem nilai
moral yang positif.

PENDEKATAN SEKOLAH TERHADAP KURIKULUM YANG


BERPUSAT PADA NILAI MORAL

Pendidikan lingkungan dan isu kesejahteraan binatang saat ini


merupakan topik yang sangat diminati yang menawarkan jalan menuju
kurikulum yang berpusat pada nilai-nilai. Bagaimana sebuah sekolah
berkembang dari isu khusus ini menuju penggunaan yang lebih luas dari
kurikulum sebagai sebuah alat untuk mengajarkan nilai moral?
Portland, Maine menawarkan sebuah jalan. Pada awal tahun 1980-an,
Kantor Wilayah Sekolah Portland meluncurkan program pendidikan moral
yang berpusat pada enam nilai nonkontroversial: rasa hormat, keberanian,
keadilan, kemauan untuk bekerja, dan disiplin diri. Masing-masing sekolah
bertugas untuk menyisipkan nilai moral ini dengan cara apa pun yang dapat
dilakukan melalui kurikulum dan kegiatan sehari-hari.
Selain itu, setiap acara tahunan sekolah, salah satu dari enam nilai
tersebut akan disorot sebagai Nilai Moral Tahun Ini. Pada waktu Tahun
Disiplin Diri, contohnya, komite pimpinan menyediakan saran-saran yang
relevan untuk semua mata pelajaran:

Matematika dan sains: Guru dapat memusatkan perhatian pada


orangorang terkemuka dalam berbagai bidang. Sebagai tambahan,
metodologi yang sangat terstruktur dan berdisiplin yang ditemukan dalam
kedua mata pelajaran dapat juga ditekankan.

Bahasa Inggris: Guru dapat menggambarkan contoh disiplin diri dari studi
literatur. Murid-murid dapat diminta untuk menuliskan karangan
mengenai sifat yang penting ini.
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 237

Sejarah: Guru dapat mengarahkan perhatian pada momen-momen tertentu


dalam sejarah, dimana orang-orang terkemuka menunjukkan sikap disiplin
diri.

Kesenian dan Musik: Instruktur dapat membedah kehidupan artis dan


komposer terkemuka sebagai contoh sikap disiplin diri.

Ekonomi Rumah Tangga dan Seni Industri: Guru dapat menekankan


pentingnya disiplin diri dalam merancang dan menciptakan benda-benda
kayu, metal, pakaian, dan lain-lain.

Ilmu Kesehatan dan Jasmani: Guru dapat mengarahkan pada siswa bahwa
manusia harus memiliki disiplin diri untuk dapat mempertahankan
kesehatan tubuh.

Suatu kegiatan kelas yang digunakan oleh beberapa guru adalah


Kutipan Hari Ini. Guru menulis di papan tulis, kutipan yang berhubungan
dengan Nilai Moral tahun ini. Kutipan tersebut berhubungan dengan disiplin
diri:

Tidak ada orang yang berhak melakukan apa pun yang dia inginkan,
kecuali bila dia ingin melakukan hal yang benar.

Dimana ada kemauan pasti ada jalan.

Kemenangan yang paling besar adalah kemenangan terhadap diri sendiri.

Murid-murid diminta untuk menyalin kutipan hari ini, kemudian


merespon sesuai dengan tingkat perkembangan mereka (murid yang lebih
muda membuat gambar yang mengilustrasikan arti kutipan tersebut; murid
yang lebih tua menulis essay mengenai arti kutipan tersebut dan
relevansinya terhadap kehidupan mereka).

APAKAH ISU-ISU ETIKA DAN NILAI MORAL DALAM MATA


PELAJARAN YANG SAYA AJAR?

Menggali kurikulum sekolah untuk mendapatkan potensi etika,


menuntut guru untuk melihat kurikulum dan bertanya pada diri sendiri,
Apakah isu-isu etika dan nilai moral dalam mata pelajaran yang saya ajar?
Bagaimana saya dapat membuat isu-isu dan nilai-nilai itu jelas bagi
muridmurid saya?
238 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Carol Nylen mengajar anak kelas lima di SD Nathan Clifford di Portland,


Maine. Kantor Wilayah Sekolah meminta dirinya untuk menerima tugas
khusus: pelajari kurikulum sejarah Amerika kelas lima dan buat poin-poin
untuk mengeksplorasi enam target nilai (keberanian, kejujuran, rasa
hormat, keadilan, kemauan untuk bekerja, dan disiplin diri).
Pertama, ia memformulasikan sebuah tabel berisikan daftar keenam
nilai di bagian atas tabel, dan lima periode waktu (dari sebelum tahun 1600
sampai tahun 1900-an) di bagian kolom vertikal.
Kemudian ia membaca buku sejarah Amerika kelas lima, halaman demi
halaman dan menanyakan ini, Untuk masing-masing periode waktu, topik
apa yang dapat digunakan untuk mendiskusikan keberanian, kejujuran, rasa
hormat, keadilan, kemauan untuk bekerja, atau disiplin diri?
Dia menuliskan topik-topik dalam buku di tempat yang sesuai dalam
tabel yang dibuatnya. Contohnya, pada periode waktu 1800-an, dia
menuliskan:

Keberanian dapat didiskusikan dengan mengacu pada penjelajah hebat


seperti Lewis dan Clark; Hariet Tubman dan para pekerja rel kereta api
bawah tanah; perjuangan para budak melawan konfederasi; orang-orang
kulit hitam yang dibebaskan yang berusaha membangun hidup baru; dan
para imigran yang datang untuk mencari kehidupan yang baru.

Keadilan dapat diajarkan melalui studi mengenai berbagai macam contoh


ketidakadilan. Rel kereta api dibangun melalui tanah milik orang Indian
dan para petani; anak-anak yang dipekerjakan; penculikan orang kulit
hitam untuk dijadikan budak dan memisahkan keluarga mereka dan
melalui contoh keadilan yang diambil dari Proklamasi Emansipasi.
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 239

NILAI-NILAI ETIKA DALAM SEJARAH AMERIKA *)


Keberanian Kebenaran Rasa Hormat Keadilan
1700- Para Peserta Kebebasan Para loyalis yang Ketidakadilan:
an Partai Boston Tea Pers- terus menghormati Perlakuan atas
Para Tentara 1734mencetak Negara Inggris. orang Indian
Perang kebenaran Hukum Konstitusi dan budak
Revolusioner Pabrik kapas Amerika Wanita, budak
(kedua belah kami tidak mendemonstrasikan dan orang
pihak) ditemukan di rasa hormat Indian tidak
sini tapi terhadap hak-hak diberi hak suara
Daniel Boone dan
para pelopor merupakan individu
Perpajakan
hasil rencana Petani tanpa
yang dicuri dari meninggalkan Perwakilan
Inggris pada lahannya ketika Berlaku hukum
tahun 1789 tidak subur lagi; melarang
apakah hal ini orangorang
menunjukkan rasa untuk
hormat terhadap mengajarkan
lahannya? para budak
membaca dan
menulis
1800- Penjelajah Lewis Honest Abe Orang kulit hitam Ketidakadilan:
an dan Clark (Abe yang tidak dianggap Jalan kereta api
Harriet Tubman, benar) warga Negara dibangun di atas
Para Pekerja di Hukum atas walaupun ketika lahan petani
Budak yang mereka bebas Indian
Kereta Api Bawah
Tanah buron Pemusnahan kerbau Para buruh
pemburu (rasa hormat kah?) anakanak
Budak yang
budak dapat Perbedaan antara (bekerja dari
berjuang melawan
menganggap rasa hormat orang pagi hingga
konfederasi
(persekutuan) orang kulit hitam Indian terhadap malam)
manapun tanahnya dan para Penculikan
Para Kulit hitam
sebagai seorang pelopor, penjajah. orang kulit
yang dibebaskan
buronan; apakah hitam untuk
mencoba untuk
mereka selalu dijadikan
membangun benar?
kehidupan yang budak, berpisah
baru dari keluarga
budak tersebut.
Para imigran yang
Keadilan:
datang untuk
membangun Proklamasi
kehidupan yang Emansipasi
baru
240 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

1900- Wilbur dan Orville Pemilik pabrik Babe Ruth Pemogokan oleh
an Wright yang merekrut dihormati rekor Serikat buruh
Wanita yang imigran dengan yang masih adil atau tidak
bekerja untuk janji palsu bertahan adil?
mengkampanyekan Muckrakers FDR membantu Muckrakers
hak suara Terpisah tapi Negara keluar dari mendapatkan
kewenangan
Keberanian Kebenaran Rasa Hormat Keadilan
Charles Lindbergh sama Apakah masa krisis hukum untuk
Migran orang-orang Polusi (udara, melindungi
FDR Amerika tanah, air); penduduk kota.
berbohong sudahkah kita
Tentara, WWI, Para petani
kepada dirinya menghormati
WWII membiarkan
sendiri? lingkungan kita
Raja Martin lahannya musnah,
sebagai suatu membunuh
Luther, Jr., dan
Negara? surplus ternak
Pergerakan hakhak
warga sipil Diskriminasi sementara orang
melawan lain kelaparan
orangorang non- pada tahaun 1920
kulit putih Kemah
hormatkah? pengasingan
untuk orang
Jepang
Pergerakan
hakhak rakyat
sipil dalam
mencari keadilan
*) Diadaptasi dari Carol Nylen, Integrating Ethics into History, (Mengintegrasi Etika
menjadi Sejarah) Etika dalam Pendidikan. 3 (Maret, 1984), pp. 2-3.

MEMILIH MATERI YANG BAIK

Setelah guru mengidentifikasi adanya celah dalam kurikulum yang


dapat digunakan untuk mengeksplorasi nilai moral, langkah berikutnya
adalah untuk merencanakan pelajaran atau unit yang efektif mengenai nilai
moral tersebut. Ini artinya memilih materi yang baik.
Alan Lockwood (seorang ahli pendidikan moral di Universitas
Wisconsins di Madison) dan David Harris (seorang guru mata pelajaran
sosial di sekolah di Pontiac, Michigan), mengetahui bahwa guru-guru,
terutama yang mengajar di kelas dua, merasa cukup tertekan untuk
memenuhi kurikulum. Guru-guru yang ingin melibatkan murid-murid
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 241

mereka dalam diskusi moral, harus membangun diskusi tersebut sesuai


dengan kurikulum.
Jadi, Lockwood dan Harris mengambil kurikulum mata pelajaran sosial
dan menemukan momen-momen paling dramatis dari konflik moral yang
terdapat dalam sejarah Amerika. Masing-masing dilema moral tersebut
menjadi studi kasus mereka dalam dua seri buku mereka, Berpikir dengan
Nilai-nilai Demokratis: Masalah-masalah Etika dalam Sejarah Amerika.
Mereka membuat Surat untuk Siswa yang menjelaskan:
Kami telah menuliskan kisah-kisah nyata yang menggambarkan
bagaimana orang-orang membuat keputusan yang sulit. Keputusan ini
melibatkan nilai-nilai dasar seperti pemerintahan, persamaan, kebebasan,
kehidupan, loyalitas, pemenuhan janji, pemilikan, dan kebenaran. Kami
mengajak anda untuk mengikuti kisah-kisah mengenai keputusan tersebut dan
membuat penilaian.
Anda akan mengamati bagaimana perjuangan gubernur John Peter Altgeld
dengan kasus anarkis Haymarket... Anda akan mengiringi pengungsi Yahudi
dari Nazi Jerman, mencari ijin masuk ke Amerika Serikat... Anda akan
mengikuti Marie Ragghianti pada saat ia memutuskan untuk mengekspos
korupsi pemerintahan di Tennessee. Anda akan melacak jejak penderitaan
yang lama yang dialami Jimmy Carter atas penyanderaan orang Amerika di
Iran. Anda akan melihat staf di Universitas California mempertahankan
rencana aksi mereka untuk golongan minoritas mahasiswa kedokteran.

Untuk membuat gambaran yang lebih jelas, di bawah ini (dalam format
ringkas) merupakan salah satu dari 49 episode etika yang ditulis mereka:
Amerika Serikat saat itu menuju keterlibatan dalam Perang Dunia
pertama. Pada bulan Februari 1917, Jerman mengumumkan perang
terhadap semua kapal. Dalam waktu singkat, kapal selam Jerman
menenggelamkan kapal AS, membunuh orang-orang Amerika, dan Amerika
Serikat mengumumkan perang kepada Jerman.
Presiden Woodrow Wilson meminta semua warga Amerika untuk
mendukung perang. Dia berkata, Tidak ada pemerintahan yang akan
mentolerir adanya perdebatan terbuka dalam kondisi perang. Pada tanggal
15 Juni 1917, Kongres meluluskan Undang-undang Spionase, yang melarang
warga untuk berbicara menentang perang. Di seluruh wilayah AS, warga
yang secara terang-terangan menentang perang dipenjarakan.
Eugene Debs, calon presiden dari Partai Sosialis menantang
Undangundang ini secara terbuka: Bagaimana mungkin sebuah negara yang
242 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berperang dengan tujuan membuat dunia lebih aman untuk demokrasi


tidak mengakui kebebasan bicara dari warganya sendiri? Pada tanggal 16
Juni 1918, Debs diminta berbicara dalam Konvensi Partai Sosialis di Ohio
dan mengutuk perang dengan kata-kata berikut ini: Golongan berkuasa
selalu mengumumkan perang; golongan bawah selalu menjadi orang yang
berperang. Golongan berkuasa memiliki semua yang dapat didapatkan dan
tidak mengalami kerugian apa pun, sementara golongan bawah tidak
memiliki apa pun yang dapat didapatkan dan mengalami semua kerugian,
terutama nyawa mereka.
Dua minggu kemudian, Eugene Debs ditahan karena melanggar Undang-
undang Spionase. Para juri memutuskan dia bersalah; hakim memberi
hukuman 10 tahun penjara, dan penghukuman dilaksanakan oleh
Mahkamah Agung Amerika Serikat.
Perang Dunia pertama berakhir pada bulan November 1918. Sentimen
publik berkembang untuk membebaskan mereka yang dipenjara karena
menentang perang. Sebuah kelompok mengajukan permohonan pada
Presiden Wilson untuk membebaskan Debs, yang saat itu berumur 64 tahun
dan dalam kondisi penurunan kesehatan. Wilson membaca permohonan
tersebut dan menjawab:

Saya tidak akan pernah memberikan persetujuan terhadap pengampunan


orang ini. Pada saat angkatan muda Amerika mengorbankan darah mereka,
orang ini, Debs, berdiri di belakang garis, mengecam, menyerang, dan mencela
mereka. Sebelum perang, dia memiliki hak kebebasan berbicara, tetapi begitu
Kongres Amerika Serikat mengumumkan perang, diam merupakan pilihan
yang tepat. Orang ini merupakan pengkhianat negara.

Bagaimana seorang guru melibatkan pemikiran siswanya dalam materi


ini? Setiap studi kasus diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu para siswa meninjau fakta-fakta dari kasus tersebut,
menganalisis isu-isu etika yang ada, dan memformulasikan pemikiran moral
mereka yang terbaik.
Contohnya, pertanyaan mengenai kasus Debs meliputi:

1. Apakah sebaiknya Debs berpidato menentang keterlibatan AS dalam Perang


Dunia pertama? Mengapa, atau mengapa tidak?
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 243

2. Amandemen pertama Undang-undang AS menjamin hak kebebasan bicara


warga negara. Sepanjang sejarah, telah terjadi perdebatan mengenai batasan
kebebasan bicara. Menurut anda, apakah seorang warga negara sebaiknya
memiliki hak untuk:
Mengkritik tokoh masyarakat?
Membuat pernyataan yang salah yang dapat mencederai reputasi
seseorang?
Membuat pernyataan yang benar yang dapat merusak reputasi seseorang?
Berteriak tembak! di tempat ramai?
Menggunakan bahasa yang tidak pantas?
Mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan?
Membocorkan nama seorang agen rahasia Amerika? Mendorong
seseorang untuk melanggar hukum?

3. Apakah sebaiknya Presiden Wilson memberi pengampunan pada Debs ketika


Perang Dunia I usai? Mengapa, atau mengapa tidak?

Studi-studi kasus Lockwood dan Harris sangat bermanfaat, karena


mereka memasukkan kisah-kisah seperti kisah Eugene Debs, seseorang
yang tampil membela keyakinan mereka, seringkali dengan harga yang
mahal.
Sumber lain mengenai kisah keberanian adalah buku Keberanian dari
Keyakinan Mereka yang ditulis oleh Peter Irons. Buku ini sesuai untuk
siswa SMP ke atas. Keberanian dari Keyakinan Mereka menceritakan
tentang kisah moral dan konflik legal yang sampai ke Mahkamah Agung.
Dalam menuturkannya, penulis membiarkan tokoh cerita tersebut berkisah.
Semua yang membaca buku ini, kata kolumnis Nat Hentoff, tidak akan lagi
dapat melihat Undang-undang AS sebagai sebuah dokumen abstrak.

MEMILIH STRATEGI MENGAJAR YANG EFEKTIF

Dengan materi yang bagus pun, sebuah pelajaran tetap dapat


membingungkan. Seorang guru juga membutuhkan strategi mengajar yang
efektif yang dapat menstimulasi siswa untuk terlibat dalam materi dan
memikirkannya dengan serius.
Tom Ladenburg adalah seorang guru besar sejarah Amerika di SMA
Brookline, di Brookline, Massachusetts. Unit dilema moral miliknya telah
244 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membuat dia terkenal sebagai instruktur yang dapat memotivasi siswa


untuk berpikir dalam mengenai sebuah isu etika.
Berikut ini menggambarkan bagaimana siswa belajar ala Ladenburg:
1. Pertama, pelajari sebuah isu, misalnya perbudakan, dalam konteks sejarahnya.

2. Kemudian mereka berdebat dan membuat keputusan tanpa mengetahui apa


yang terjadi pada waktu sejarah tersebut.
3. Setelah mereka mendapatkan keputusan sendiri, barulah mereka melihat
keputusan apa yang diambil oleh tokoh sejarah pada masa tersebut dan
membandingkan kebaikan dari kedua keputusan tersebut.

Contohnya: pada unit pelajaran Undang-undang AS, murid-murid diberi


biografi terperinci mengenai delegasi-delegasi yang paling berpengaruh
dalam Konvensi Konstitusional tahun 1787. Kemudian mereka diminta
untuk berdebat dan memutuskan beberapa isu yang menimbulkan
perselisihan sebelum konvensi tersebut: hak-hak negara, definisi dari
demokrasi, hak-hak rakyat yang akan dijamin, dan perbudakan. Ladenburg
menyediakan kutipan dari catatan konvensi milik James Madison; hal ini
memberikan pandangan lebih mendalam tentang pemikiran para pendiri
negara, sehingga murid-murid dapat membuat kerangka argumen dan
kontra argumen pada berbagai poin dari isi konvensi tersebut.
Setelah menyelesaikan isu-isu dalam konvensi pura-pura, murid-murid
kemudian membaca Undang-undang AS dan menemukan bagaimana isuisu
ini diselesaikan pada dua abad lalu. Akhirnya, mereka mempertimbangkan
apa yang dihasilkan dari resolusi sejarah ini mengenai ide-ide dan nilai-nilai
dari pembuat kerangka Undang-undang.
Pada awalnya metode ini dirancang untuk murid kelas sepuluh, tetapi
ternyata cukup berhasil pula diterapkan pada kelas lima belas. Dengan
sedikit imajinasi, aktivitas kurikulum untuk satu tingkat dapat juga
disesuaikan untuk tingkat di atas atau di bawahnya.

MENJADIKAN ETIKA SEBAGAI TEMA PEMERSATU KURIKULUM


AKADEMIK
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 245

Fieldston Lower School, sebuah sekolah SD swasta di Riverdale, New


York adalah salah satu dari Sekolah Kebudayaan Etika. Dari sudut pandang
pendidikan, Fieldstone layak diteladani karena dua alasan:

1. Membantu anak-anak untuk belajar mengenai saling ketergantungan antara


seluruh makhluk hidup (tidak hanya manusia).

2. Membantu anak-anak mengenal orang-orang dan dunia sekitar mereka,


sehingga dapat menghargainya secara mendalam.
3. Membantu anak-anak berkembang melalui pembelajaran mereka, rasa
tanggung jawab untuk memelihara, melindungi, dan menghargai segala
bentuk kehidupan.

Selain itu, Fieldston layak diteladani karena metode yang kreatif dan
bervariasi yang dilakukan oleh masing-masing guru untuk mengembangkan
etika. Dalam ruang kelas mereka, anda dapat melihat filofosi umum sekolah
penekanan saling ketergantungan, misalnya. Implementasi dari tema yang
mempersatukan itu ditekankan dengan cara bervariasi. Hal ini meliputi gaya
mengajar yang terbuka dan responsif yang memungkinkan kurikulum
berkembang terus-menerus pada saat para guru berusaha mendapatkan
makna moral dari mata pelajaran masingmasing.
Biarkan saya menawarkan beberapa gambaran mengenai apa yang
dilakukan oleh para guru ini berdasarkan pengamatan saya di Fieldston dan
dari catatan guru-guru sendiri mengenai kerja mereka pada isu-isu khusus
yang terdapat di jurnal Lisa Kuhmeker (yang saya rekomendasikan untuk
dibaca para pengajar nilai moral), Forum Edukasi Moral.

LITERATUR SEBAGAI BAHAN BAKU DARI KELAS ETIKA

Apakah moralitas sebaiknya diajarkan sebagai subyek terpisah, ataukah


terintegrasi dengan seluruh kurikulum?
Fieldston Lower School melakukan keduanya. Selain dari penekanan
yang luas dari kurikulum terhadap nilai-nilai, sekolah menawarkan kelas
etika selama 45 menit, tiga kali seminggu yang diajar oleh Elizabeth Saenger.
Anak-anak dari kelas 2 sampai kelas 6 menghadiri kelas etika khususnya
dengan cara yang sama seperti mereka pergi ke kelas musik, seni, dan
olahraga. Dalam mengajar, Elizabeth Saenger mengatakan bahwa ia
mengandalkan literatur anak-anak sebagai alat yang utama.
246 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Pada semua level pendidikan, literatur kembali mendapatkan perhatian


karena kemampuannya sebagai guru moral. Pada perguruan tinggi dan
sekolah menengah tingkat lanjutan, buku bagus yang ditulis Susan Resneck
Parr, Pesan Moral dari Cerita, memberitahu para guru bagaimana cara
membuat murid-murid lebih peka terhadap pertanyaanpertanyaan etika
dan rasa peduli yang ditimbulkan oleh novel-novel tertentu. Dalam artikel
mereka, Perkembangan Moral dan Literatur, Andrew Garrod dan Guy
Bramble menggambarkan bagaimana novel Huckleberry Finn dan Separate
Peace dapat dipakai untuk anak sekolah menengah atas untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan bermoral. Proyek Perkembangan
Anak California (lihat bab 2), mengidentifikasi buku-buku anak yang sarat
dengan nilai moral, dan mengembangkan untuk masing-masing buku,
sebuah panduan bagi guru yang meliputi pertanyaan-pertanyaan untuk
diskusi, aktivitas ruang kelas, dan pertanyaan yang relevan untuk
dibicarakan oleh anak dan orangtuanya di rumah.
Elizabeth Saeger menjelaskan mengapa literatur adalah sumber yang
paling berharga dalam kelas etikanya:

Saya menemukan bahwa anak-anak pada usia ini membutuhkan cerita


yang terus-menerus untuk dapat memberi pengaruh dalam kehidupan dan
masalah etika mereka sendiri. Sebagai contoh, karakter-karakter yang berada
dalam dilema moral Apakah sebaiknya Heinz mencuri obat untuk
menyelamatkan istrinya yang sedang sekarat? dihilangkan dari konteks
pengalaman. Dalam buku, karakter-karakter tersebut menjadi hidup.
Anakanak menjadi terlibat secara emosional dengan mereka. Saya telah
mencoba, dan literatur anak-anak berhasil dengan baik.

Elizabeth Saeger mengatakan bahwa ia telah membaca lebih dari 50


buku anak-anak untuk menemukan satu buku yang ia pikir akan berhasil
dengan baik untuk level tertentu. Melalui penyaringan yang teliti, ia telah
membuat bibliografi yang sangat baik mengenai literatur anak-anak
(tersedia bila dipesan) yang disusun berdasarkan kelas (dari kelas 2 sampai
kelas 6) dan menyertakan analisisnya sendiri dalam setiap buku, berikut
pertanyaan-pertanyaan yang disarankan untuk diskusi di kelas.
Sebuah kelas etika tipikal berlangsung seputar pembacaan buku atau
cerita anak-anak oleh Saeger. Ia akan membaca sampai pada bagian yang
mengangkat isu moral, biasanya berlangsung selama 5 atau 10 menit (anak-
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 247

anak biasanya memberitahunya jika mereka ingin melanjutkan ceritanya).


Kemudian ia akan melanjutkan membaca.
Pada hari ketika saya mengamati, ibu guru Saeger membacakan untuk
sebuah kelompok yang terdiri dari dua belas orang anak kelas tiga, sebuah
buku berjudul Ramona yang Membosankan yang ditulis oleh Beverly Cleary.
Ramona dan teman sekelasnya yang bernama Sandra sedang bertengkar.
Ms. Saeger berhenti di bagian dimana Sandra sekali lagi mengejek Ramona
dengan cara memanggilnya Ramona yang membosankan. Sebelumnya,
Ramona telah merespon ejekannya dengan menarik rambut keriting Sandra
yang panjang. Ibu guru Saeger bertanya, Menurut kalian, apa yang
sebaiknya dilakukan oleh Ramona ketika Sandra mengejeknya? Pendapat
pun terbagi:
HEATHER : Dia seharusnya bilang, Ejek aku ini, ejek aku itu, ejek dirimu sendiri
tikus jelek!

MARCIA : Dia tidak seharusnya bilang, Tolong hentikan! (dengan nada


mengejek). Dia seharusnya marah!
DEBBY : Tapi bicara itu lebih baik. Jika kamu melawan, kamu dapat
terluka. Jika kamu bicara, kamu tidak akan terluka.

MARCIA : Hal itu tergantung siapa yang lebih kuat.

PHILIP : Saya kira Ramona dan Sandra memiliki perbedaan yang tidak
dapat didamaikan (pernyataan ini membuat mereka saling
memandang dengan penuh arti dan memicu semua orang bicara
pada waktubersamaan).

GURU : Tolong bicaralah satu persatu!

MARCIA : Saya punya teman yang ingin saya buat marah. Ia sering
mengganggu saya. Sangat sulit mengendalikan diri bila
seseorang mengganggumu. Jadi saya membuatnya marah dan
berpura-pura saya tidak melakukan apa-apa. Dia selalu
mengganggu saya sehingga saya merasa harus balas
mengganggunya.

GURU : Apakah menurutmu benar bahwa kau tidak


dapat mengendalikan diri?

MARCIA : Ya!
248 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

AARON : Saya kira Ramona berhak untuk menarik rambut Sandra,


sebagaimana Sandra berhak memanggil dia yang membosankan.

TOM : Tapi itu hanya akan membuat hal itu berulang kembali!

DEBBY : Ramona tidak berhak untuk berbuat jahat pada Sandra, dan
Sandra tidak berhak berbuat jahat pada Ramona.
AARON : Yah, tapi kalau Sandra memang jahat, maka Ramona berhak untuk
membalasnya.

GURU : Dapatkah kita melanjutkan membaca sekarang?

Ibu Guru Saeger melanjutkan membaca. Ketika cerita itu berlanjut,


Ramona dalam wujud sebenarnya, membalas dengan menarik rambut
Sandra. Miss Binny, guru mereka, menghadapi Ramona dan mengatakan
bahwa dia harus meninggalkan kelas jika dia tidak berhenti menarik rambut
Sandra. Ramona bilang bahwa ia tidak dapat menghentikannya. Baiklah
kalau begitu Ramona, kamu harus pulang sampai kamu memutuskan untuk
tidak lagi menarik rambut Sandra. Ibu guru Saeger berhenti membaca dan
bertanya, Apakah menurut kalian Miss Binny melakukan hal yang benar?
dan diskusi kembali berlangsung.
Mengendalikan diri saat diprovokasi, masalah moral yang diangkat pada
bagian dari novel ini juga merupakan isu bagi orang dewasa. Ibu guru Saeger
mengangkat isu itu sebelum membaca Ramona dengan meminta anak-anak
memperhatikan foto dari sebuah majalah yang memperingati hari ulang
tahun Martin Luther King, Jr. Foto itu memperlihatkan aktivis hak-hak sipil
yang sedang duduk di restoran terpencil, berdiam diri saat mengalami
penghinaan dari orang kulit putih yang menuangkan bir ke atas kepala
mereka. Foto ini memunculkan percakapan berikut ini di kelas:

AMY : Mengapa mereka tidak melakukan apa-apa?


MARK : Jika mereka melawan, mereka bukan berjuang untuk hak
mereka. Mereka hanya akan berkelahi. Satu-satunya cara untuk
memperjuangkan hak anda hanyalah dengan bertindak tanpa
kekerasan.

Pandangan Mark yang luar biasa untuk anak usia 8 tahun, merupakan
jenis pernyataan yang memungkinkan para guru untuk mencoba membuat
anak yang lain untuk merespon terhadap nilai moral yang tinggi yang
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 249

ditunjukkan oleh sebuah kelompok. Hal ini juga memungkinkan seorang


guru membuat hubungan yang jelas antara masalah kontrol diri
sebagaimana diangkat dalam cerita ramona yang membosankan dan
pentingnya kontrol diri dalam merespon provokasi dalam pergerakan hak
sipil tanpa kekerasan. Setiap kali ada kesempatan guru-guru yang baik
memberikan gambaran hubungan ini antara sekolah dan masyarakat,
proses belajar dan kehidupan.

ABAD PERTENGAHAN SEBAGAI KURIKULUM MORAL

Gloria Frey, seorang guru kelas lima mata pelajaran sosial di Fieldstone
Lower mengambil abad pertengahan sebagai inti dari kurikulum berbasis
nilai moral.
Ketika saya memasuki ruang kelasnya, anak-anak sedang membuat
spanduk dengan gaya abad pertengahan yang menggambarkan namanama
keluarga mereka pada saat sang guru membacakan untuk mereka sebuah
novel yang berlatar belakang abad pertengahan. Pada dinding terdapat
poster-poster, gambar-gambar dan foto-foto kastil dan katedral dari seluruh
dunia. Pada jendela terlihat seni mengecat kaca yang dibuat oleh anak-anak,
di laci meja terdapat buku-buku Seperti Legenda OrangOrang Suci.
Ibu guru Frey, menjelaskan mengapa periode sejarah ini merupakan
periode yang cocok untuk anak-anak umur 10-11 tahun. Urusan seharihari
mereka, menurutnya mirip dengan tema abad pertengahan: (1) perjuangan
untuk memperoleh kekuasaan, tetapi juga kebutuhan untuk dilindungi
(berhubungan dengan sistem sosial, feodalisme); (2) pedoman agresi yang
diperbolehkan (aturan keksatriaan); (3) kebutuhan akan standar kebaikan
dan kejahatan (aturan gereja); dan (4) isu keadilan, baik individual maupun
sosial.
Untuk membantu anak-anak mengerti bahwa keadilan adalah masalah
yang tidak sederhana, mereka mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dari
berbagai sudut pandang. Pada saat mereka mempelajari Penaklukan
Norman, misalnya, kelas mendengar dua versi cerita yang berbeda, yang
satu ditulis oleh Norman, dan yang satu lagi ditulis oleh bangsa Saxon.
Untuk membantu anak-anak memasuki kehidupan dan pekerjaan
seorang biarawan, kelas berubah menjadi sebuah skriptorium. Muridmurid
mencari contoh huruf inisial, alfabet Gothic, dan dekorasi pinggiran. Mereka
250 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

belajar kaligrafi dan menggunakan kertas emas. Manuskrip yang mereka


buat dengan susah payah memberi mereka suatu sensasi hebat akan
pencapaian dan penghargaan atas seniman-biarawan.
Sejarah dari periode ini juga dibuat lebih personal dengan membacakan
sebuah cerita fiksi sejarah. Buku yang memberikan efek mendalam bagi
murid kelas lima, kata ibu guru Frey, adalah karya Barbara Leonie Picard
yang berjudul Seseorang adalah Seseorang. Sang protagonis, seorang anak
laki-laki yang dibesarkan dengan pandangan bahwa seorang pria dianggap
terhormat, hanya jika ia menjadi seorang ksatria, menemukan dirinya
tertarik pada kedamaian biara dan keindahan seni. Karena diejek terus oleh
saudara laki-lakinya, ia pun dengan setengah hati menjadi seorang ksatria.
Dia berhasil menguasai keterampilan perang setelah mendapat pelatihan
dari seorang mentor yang pandai dan gagah berani, yang membimbing
dirinya untuk jujur terhadap diri sendiri:

Dengarkan aku, Stephen, ini penting... Jadilah dirimu sendiri; dan apa pun
yang ingin kamu lakukan, lakukanlah dengan segenap hati dan jiwamu... Kita
adalah diri kita sebagaimana Tuhan menciptakan kita, dan jika Tuhan
melihatmu cocok dalam cetakan yang tidak biasa, maka kamu harus berani
untuk menjadi berbeda.

Pada akhir cerita tersebut, Stephen, yang telah tertarik ke dalam konflik
berdarah yang bergelora di seluruh Inggris, terkejut akan kebrutalan yang
terjadi dalam pertempuran dan akibat perang yang mengerikan. Dia
kemudian menolak kehidupan seorang ksatria dan kembali ke biara untuk
menjadi seorang seniman yang kreatif. Seseorang adalah Seseorang, kata ibu
guru, menstimulasi banyak diskusi mengenai pilihan moral dan perbedaan
antara keberanian fisik dengan keberanian moral.

ANAK-ANAK SEBAGAI AHLI SEJARAH

Pengalaman para imigran di Amerika Serikat adalah tema utama kelas


enam di Fieldston. Pada satu tahun ajaran, guru kelas enam, Peter Sommer
melatih murid-muridnya untuk menjadi ahli sejarah. Bersama-sama, ia dan
kelasnya membuat 60 pertanyaan yang meliputi tiga kategori Kehidupan di
Negara yang Lama, Perjalanan Menuju AS, dan Kehidupan di Amerika
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 251

Serikat. Lalu pergi ke rumah Yahudi untuk orangtua yang ada di dekat
sekolah untuk mewawancarai penghuninya.
Untuk memecah kebekuan, para penghuni dan anak-anak duduk
bersama dalam sebuah lingkaran besar, dan para penghuni bertanya pada
anak-anak pertanyaan mengenai aktivitas sekolah dan minat mereka.
Setelah mereka merasa nyaman satu sama lain, anak-anak dan para
penghuni dipasang-pasangkan untuk wawancara.
Ketika mereka kembali ke kelas, anak-anak membandingkan pendapat
yang diambil sebelumnya dari orangtua-orangtua itu dengan pengetahuan
baru mereka. Banyak dari yang mereka pelajari yang tidak ada di dalam
buku teks.
Melalui wawancara anak-anak, Sommer berkata mereka bertemu
dengan secara langsung dengan orang yang berbeda dari anggapan
orangorang mengenai imigran: Para penghuni di sana bukanlah orang-
orang bodoh. Mereka semua mengetahui beberapa bahasa dan membaca
dengan baik, juga belajar dengan baik dari pengalaman. Mereka bukan
orang-orang lemah.mereka telah hidup dan berhasil melewati trauma para
imigran, syok kebudayaan, rasa depresi, kematian (kadang kala
pembunuhan) anggota keluarga mereka, kemiskinan, sentimen anti-Semit,
dan banyak lagi.
Terisolasinya generasi muda dari generasi yang lain seringkali tercatat
sebagai kekurangan dari masyarakat modern. Proyek Sommer menyatukan
orang muda dan orangtua dengan cara yang meningkatkan pemahaman
anak-anak akan sejarah dan penghormatan mereka terhadap orangtua
sebagai pelaku sejarah.
Usaha-usaha yang bervariasi dari guru-guru Fieldston menunjukkan
bahwa dalam merancang kurikulum berbasis nilai moral, yang diinginkan
adalah membiarkan ratusan bunga tumbuh dan berkembang. Dan juga
penting untuk mengesahkan usaha masing-masing guru dengan filosofi
sekolah, seperti Fieldston, yang mengangkat pentingnya etika melalui
proses sekolah anak-anak.

PEMBICARA TAMU

Seorang guru dapat memperkenalkan nilai tertentu dengan


mengundang seorang pembicara tamu. Cara ini dapat efektif terutama pada
252 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

tingkat lanjutan dimana guru biasanya bertanya, Bagaimana kalian


mendiskusikan nilai-nilai dengan anak-anak yang suka sinis tentang segala
sesuatu?.
Misalnya Ron Schuck, seorang guru sains pada sekolah menengah
pertama di King Ferry, New York, telah menjadi frustrasi karena tidak dapat
membuat murid-muridnya memikirkan secara serius tentang bencana
ekologi seperti rusaknya hutan hujan tropis (hilangnya hutan rata-rata
sehektar dalam sedetik menurut laporan World Resources Institut: 1990).
Kemudian, sebagai bagian dari unit dalam rangka perencanaan, dia
memutuskan untuk mengundang seorang pembicara tamu, Katsichook -
Barriero, seorang Mohawk untuk berbicara di depan kelas mengenai alam
dari sudut pandang masyarakatnya.
Dia menyampaikan penghargaan yang sangat dalam terhadap semua
penduduk asli suku-suku Amerika karena sikap mereka terhadap alam. Dia
mengatakan bahwa dalam tradisi Mohawk sebenarnya setiap tanaman
memiliki manfaat sendiri dan semua tanaman dianggap suci. Dia
mengajarkan sebuah doa ucapan terima kasih dari suku Mohawk setiap kali
mereka mengambil sebuah tanaman dari Bumi. Dia mengajarkan
pentingnya untuk tidak hanya mengambil dari bumi, tetapi juga harus selalu
mengembalikannya ke bumi sehingga segala tanaman dapat terus tumbuh.
Akhirnya, dari pengetahuannya sebagai perawat, dia menjelaskan bahwa
tumbuh-tumbuhan merupakan sumber dari banyak obat-obatan modern.
Murid-murid sangat memberi perhatian selama Katsichook-Barriero
menyampaikan ceramahnya dan banyak pertanyaan yang diajukan
muridmurid setelah ceramah tersebut. Keesokan harinya, guru Schuck
mulai mengadakan diskusi tentang kerusakan hutan tropis di seluruh dunia
serta ancaman akan musnahnya tanaman-tanaman langka yang berada di
dalamnya. Dia membuat kelompok-kelompok yang terdiri dari
masingmasing empat orang anak dan meminta mereka untuk
menyampaikan alasan-alasan tentang pentingnya menghormati serta
memelihara berbagai macam tanaman.
Kelompok murid yang sekarang jauh lebih menghargai tugas ini
dibanding murid-murid tahun sebelumnya, kata guru Schuck. Saya yakin
bahwa perbedaan tingkah laku ini adalah akibat langsung dari pembicara
tamu kami.
STRATEGI UNTUK MENGAJARKAN NILAI MORAL MELALUI KURIKULUM
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 253

1. Libatkan siswa dalam proyek yang mengembangkan kepedulian aktif terhadap


perlindungan lingkungan hidup.

2. Ajari anak-anak untuk menghargai dan bertanggungjawab terhadap binatang.

3. Analisa setiap mata pelajaran (misalnya ilmu pengetahuan sosial, sains,


literatur) dengan menanyakan pertanyaan,Apa nilai moral dan isu etika dalam
materi yang saya ajarkan?

4. Identifikasi target nilai moral sekolah secara luas; ambil salah satu dan jadikan
Nilai Moral Tahun Ini.

5. Temukan atau kembangkan materi yang bagus untuk diajarkan.

6. Rancang metodologi mengajar yang efektif

7. Kembangkan sebuah tema etika (misalnya saling ketergantungan antar makhluk


hidup) yang menyatukan kurikulum sekolah; memberi semangat pada guru-guru
untuk mengajarkannya dengan berbagai macam cara.

8. Undang pembicara tamu untuk menekankan nilai moral tertentu.

9. Lakukan pendidikan multikultur untuk mengembangkan pemahaman dan


penghargaan terhadap budaya lain.

10. Ambil manfaat dari kurikulum berbasis nilai moral


yang sudah dipublikasikan.

PENDIDIKAN MULTIKULTUR

Metode pak guru Schuck menghadirkan pembicara tamu seorang asli


Amerika menggambarkan fungsi yang lain dari kurikulum nilai moral:
membantu murid-murid mengembangkan pengetahuan dan penghargaan
terhadap warisan budaya yang beranekaragam.
Dalam masyarakat kita yang semakin beraneka ragam, pendidikan
multikultur menjadi semakin penting. Satu dari empat orang Amerika saat
ini menggambarkan dirinya sebagai orang Hispanik atau bukan kulit putih.
Pada tahun 2000, gambaran ini akan berubah menjadi satu dari tiga orang
Amerika. Pada tahun 2056, dengan proyeksi angka kelahiran orang
nonkulit-putih dan adanya imigrasi, orang kulit putih mungkin menjadi
kelompok minoritas. Pengembangan apresiasi positif terhadap perbedaan
kultural semakin mendesak jika dilihat dari sudut pandang meningkatnya
kefanatikan etnis dan kekerasan.
254 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Beberapa sekolah mengajarkan pendidikan multikultur melalui


kegiatan-kegiatan sekolah. Pada level sekolah dasar, beberapa sekolah telah
mengadakan pertemuan Kita adalah Dunia dimana murid-murid
bernyanyi dan menari dengan mengenakan kostum asal negara mereka.
Sementara sekolah-sekolah lain mengadakan malam budaya dimana
murid-murid dan keluarga mereka berpartisipasi dalam merayakan adanya
keberagaman latar belakang etnis di dalam sekolah mereka.
Di tangan seorang guru yang peka, proses pembelajaran multikultur
dapat diterapkan di kelas masing-masing untuk mengembangkan sebuah
komunitas yang mengikutsertakan penyatuan antar budaya asli di antara
murid-murid.
Pada suatu tahun ajaran ketika ia mengajar kelas empat, Suster Paul
Barno, seorang biawarati Katolik yang telah mengajar di sekolah paroki di
bagian utara negara bagian New York memiliki seorang murid laki-laki yang
bernama Eddie, keturunan Meksiko yang tidak diterima dengan baik oleh
anak-anak yang lain. Pada musim gugur itu, semua kelas diajak untuk
berkontribusi dalam proyek multikultur sekolah, Festival Berbagai Negeri.
Suster Paul memilih Meksiko untuk tema kontribusi dari kelas mereka. Ia
menjelaskan:

Agar Eddie lebih mau berpartisipasi aktif, saya menggunakan pendekatan


pembelajaran koperatif. Dia menjadi bagian dari beberapa kelompok kecil
yang mengerjakan peta, bagan, dan barang untuk dipamerkan, seperti orang-
orang, tempat-tempat, dan barang-barang yang ada di Meksiko. Saya memilih
Meksiko sebagai topik kita karena ibu Eddie adalah orang Meksiko. Dengan
adanya dorongan, Eddie berhasil mengarahkan seluruh murid di kelas
mengenai kehidupan di Meksiko, karena ia pernah pergi ke sana. Partisipasi
kelasnya dan interaksi dengan murid yang lain terus berkembang.
Pada hari diadakannya proyek tersebut, banyak orangtua yang ikut serta
saat kami berdiskusi apa yang kami pelajari, berdansa, makan tacos, dan
memecahkan pinata. Keluarga Eddie datang dengan membawa batu permata
dan perak dari Meksiko, dan Eddie dengan bangga memakai kostum toreador
yang dijahit oleh ibunya sendiri.

PROGRAM YANG DIPUBLIKASIKAN


Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 255

Sekolah juga dapat memperoleh manfaat dari berbagai jenis kurikulum


yang dipublikasikan, yang banyak di antaranya dirancang dengan baik serta
tersedia dengan harga yang murah.
Pada bidang pendidikan multikultur, misalnya ada sebuah kurikulum
baru yang menjanjikan untuk level sekolah dasar, yang dikenal dengan nama
Heartwood. Dikembangkan oleh Patricia Flach, seorang mantan guru
sekolah dasar, dan tiga orang praktisi yang lain, Heartwood bertujuan untuk
membantu murid untuk mengembangkan standar etika berbasis
pemahaman multikultur dari keadaan manusia dan nilai-nilai yang
memelihara perkembangan manusia dan budaya. Heartwood memelihara
tujuh nilai yang dipandang sebagai kesatuan: harapan, loyalitas, keadilan,
keberanian, rasa hormat, kejujuran, dan cinta. Metode ini bekerja melalui
aktivitas interdisiplin berdasarkan cerita rakyat, biografi, cerita
kepahlawanan, legenda, dan cerita kontemporer yang diambil dari Yunani,
India, China, Zimbabwe, dan Amerika Serikat. Heartwood telah diuji coba di
beberapa sekolah, termasuk sistem Pittsburgh, dan telah mendapatkan
respon antusias dari para guru.
Ada juga program yang telah dipublikasikan yang tujuannya untuk
membantu murid-murid memahami, menghormati, dan merasa nyaman
dengan orang-orang cacat atau memiliki hambatan fisik. Tujuan ini telah
menjadi penting sejak adanya trend untuk membawa anak-anak muda yang
memiliki hambatan fisik untuk belajar di kelas reguler.
Sumber paling pertama dalam bidang ini adalah kurikulum yang
berjudul Memahami Orang Cacat. Kurikulum ini membuat anak-anak peka
terhadap kecacatan berikut ini: kebutaan, ketulian, cacat fisik, retardasi
mental, dan masalah medis khusus. Pertama kali diterapkan di sistem
sekolah Newton, Massachusets, dan sekarang telah digunakan di lebih dari
dua lusin sekolah, program ini memerlukan waktu 20 jam (dua jam setiap
dua minggu untuk lima unit).
Apa yang unik dari Memahami Kecacatan adalah kurikulum ini
dirancang dan diajarkan seluruhnya oleh sukarelawan dari orangtua dan
diawali oleh lima orangtua dari anak-anak cacat. Trina Schickel, sekarang
tinggal di Dreyden, New York adalah salah satu dari lima orangtua perintis.
Dia menjelaskan: Pada saat hal itu berlangsung kami semua mempunyai
anak dengan retardasi. Kami ingat bagaimana anak-anak yang terbelakang
diperlakukan di sekolah ketika dulu kami kecil, dan kami tidak ingin hal itu
terjadi pada anak-anak kami.
256 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Proses yang dirancang oleh para orangtua yang giat ini untuk mengajar
masing-masing unit, mengkombinasikan informasi yang jelas mengenai
kecacatan dalam bentuk pertanyaan; simulasi yang memberi gambaran bagi
anak-anak bagaimana rasanya memiliki keterbatasan; dan pada akhirnya,
seorang pembicara tamu yang benar-benar memiliki kecacatan.
Orangtua instruktur ini memberi buku-buku mengenai orang-orang
cacat, dan banyak dari murid-murid yang membawa salah satu buku
tersebut ke rumah. Murid-murid yang pernah mendapat pelajaran
Memahami Kecacatan, telah menawarkan diri untuk bekerja dengan
anakanak yang memiliki keterbatasan fisik di sekolah. Sekolah yang telah
menerapkan program ini melaporkan adanya efek yang timbul: anak-anak
memperlakukan kelompok mereka dengan lebih baik.
Ada banyak kurikulum lain yang berfokus pada nilai moral. Dalam bab
2 misalnya, saya meminta anda memperhatikan proyek Hukum California
pada Masyarakat Bebas, kurikulum Menghadapi Kenyataan Sejarah dan Diri
Kita, dan program PREPARE Ontario. Di Alberta, Canada, Kementerian
Pendidikan telah memproduksi dan menguji coba Mata Pelajaran Etika
Kelas 8, sebuah kurikulum yang bertujuan untuk membantu para remaja
untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan sembilan nilai etik (rasa
hormat, tanggung jawab, keadilan, toleransi, kejujuran, kebaikan,
pemberian maaf, komitmen terhadap ide demokratis, dan loyalitas). Pada
bidang tanggung jawab kewarganegaraan, Pusat Penelitian Thomas
Jefferson telah menyebarkan materi yang bervariasi, yang digunakan di
seluruh negeri oleh ratusan sekolah, termasuk unit pelajaran sosial di
sekolah lanjutan atas yang berjudul Hidup dengan Konstitusi. Para pendidik
Tanggung Jawab Sosial, yang bermarkas di Cambridge, Massachusetts,
mempublikasikan materi yang penuh pemikiran seperti Ambil Bagian,
sebuah buku sumber level sekolah dasar di antara buku Seri Partisipasi.
Filosofi untuk Anak, sebuah program dari Institut Pengembangan
Filosofi untuk Anak, adalah program yang unik dalam hal ia
mempromosikan berpikir etis sebagai bagian dari usaha yang lebih luas
untuk mengembangkan pemikiran filosofis. Materi-materinya, mencakup
awal masa kanak-kanak sampai sekolah tingkat lanjut, mengambil bentuk
novel anak-anak dimana anak-anak bergulat dengan isu-isu etika yang
menantang. Contohnya, dalam Lisa (kelas 7 dan 8), anak-anak kebingungan
dengan pertanyaan seperti: Apakah kita dapat menyayangi binatang
Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum | 257

sekaligus juga memakan mereka? Dalam menilai kebohongan dan


pencurian, apakah kita boleh mempertimbangkan keadaannya?
Filosofi untuk Anak bertujuan tidak mendoktrin anak-anak dengan
setelan spesifik dari nilai-nilai moral tetapi memberi sarana bagi anakanak
agar mereka dapat dengan sendirinya menjadi manusia yang lebih berpikir,
lebih memperhatikan orang lain, dan lebih pantas. Jasa Pelayanan Tes
Pendidikan, dalam evaluasinya mengenai Filosofi untuk Anak, telah
menemukan pencapaian yang signifikan dalam kemampuan berpikir dan
dalam keterampilan membaca dan matematika pada muridmurid yang telah
mendapatkan program tersebut. Filosofi untuk Anak juga mempublikasikan
majalahnya sendiri, Berpikir, dan menawarkan beberapa macam pelatihan
pengembangan staff.
Guru-guru seringkali menjadi kecil hati dengan diskusi spontan
mengenai moral yang mereka adakan dengan murid-murid. Seorang guru
biologi kelas sepuluh menceritakan tentang seorang anak yang membawa
sebuah tas berisi 30 pensil karena kelas kekurangan pensil, dan dengan ceria
mengatakan bahwa ia mengutil dari K-Mart tempat ia bekerja. Teman
sekelasnya yang angkat bicara berpikir bahwa hal ini tidak apa-apa, apalagi
setelah murid tersebut mengatakan bahwa bosnya adalah orang yang
brengsek yang tidak mau menaikkan gajinya. Dalam situasi seperti ini, guru-
guru seringkali mendapati dirinya sebagai suara etika yang kesepian,
sendirian berargumen dengan efek yang kelihatannya sangat kecil, melawan
kultur kelompok yang rendah levelnya.
Diskusi moral yang tertanam dalam kurikulum akademik merupakan
salah satu jawaban atas masalah ini. Kurikulum menciptakan konteks yang
terencana untuk diskusi moral, mengharuskan murid-murid untuk
mengumpulkan dan menyerap informasi mengenai isu moral. Kurikulum ini
memiliki pertanyaan-pertanyaan moral yang harus dipertimbangkan oleh
para siswa, dan menyusun proses belajarnya untuk memunculkan
keinginan akan nilai moral (kejujuran, kebaikan, penghargaan terhadap
lingkungan). Kurikulum ini menggunakan suasana lain dari pengetahuan
dan pengalaman untuk menunjukkan validitas yang berlaku dari sebuah
kebenaran moral atau tema moral, seperti saling keterkaitan dalam segenap
kehidupan. Dengan semua cara tersebut, kurikulum ini bertumpu pada
respon siswa yang penuh pemikiran dan kedewasaan.
Sebuah kurikulum berbasis nilai moral menjadi arus utama pendidikan
moral, dan bergerak menuju pusat dari proses belajar-mengajar. Dengan
258 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

demikian, hal ini memberi keprihatinan etika, status yang pantas ia


dapatkan dalam skema sekolah dan satu harapan dalam pikiran guru dan
siswa.

Sebuah sumber kurikulum yang baru dan sangat luar biasa untuk
mengajarkan nilai toleransi adalah majalah Mengajarkan Toleransi. Majalah
ini dan satu set alat mengajar dapat diperoleh gratis untuk sekolah dengan
cara menulis surat pada Sara Bullard, Editor, Mengajarkan Toleransi, 400
Washington Avenue, Montgomery, AL 36104.
Sebuah kurikulum baru untuk mengajarkan kebaikan, belas kasihan, dan
rasa hormat adalah Kebaikan itu Menular... Tangkaplah! Untuk informasi,
tulis: STOP Koalisi Kekerasan, 8340 Mission Road, Suite 207, Shawnee Mission,
KS 66207.
BAB10

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Kerjasama dan bukannya konflik, telah terbukti merupakan bentuk perilaku


yang paling bermanfaat bagi manusia pada setiap tingkatan sejarah evolusi
mereka.

Ashley Montagu

Membuat murid-murid duduk tenang di mejanya masing-masing, dan bukannya


membiarkan mereka bekerjasama adalah suatu pertaruhan dimana kita kalah
sepanjang tahunnya.

Joel Thornley, Penilik, Hayward


School, California

alam satu kelas (Kelas 6) di Montreal, Quebec, seorang guru menghadapi


D kelompok yang paling terpecah belah yang pernah dia hadapi selama dia
mengajar. Kelas tersebut terpecah belah oleh konflik rasial; orang kulit
hitam dan putih saling menyakiti perasaan dan badan selama istirahat dan
sepulang sekolah. Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tersebut
mengamati kelas tersebut dan memberi saran kepada guru kelas tersebut
untuk membentuk kelompok-kelompok belajar bersama. Satukan murid-
murid yang bermasalah dalam satu kelompok belajar, katanya. Berikan
mereka tugas dan proyek bersama, awasi mereka secara ketat. Yang
terpenting, tetaplah bersama kelompok-kelompok tersebut meskipun
awalnya tidak berjalan dengan baik.
Guru lalu mulai membuat kelompok belajar untuk membuat mereka
belajar bersama biasanya kelompok terdiri dari tiga atau empat orang untuk
semua pelajaran setiap hari. Mereka bekerjasama dalam pelajaran
Matematika, membuat kuesioner tentang ilmu sosial dalam kelompok,
latihan saling membacakan bagi teman-temannya dan lain-lain.
260 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Membutuhkan waktu dua bulan bagi mereka untuk dapat


bekerjasama, kata guru kelas tersebut. Namun, mereka akhirnya dapat
bekerjasama, dan bagusnya, nilai-nilai pelajaran mereka menjadi lebih

252
baik. Seorang guru lain tidak percaya ini adalah kelas yang sama dengan
yang dia perhatikan di awal bulan September, dimana murid-murid masih
sangat terpecah belah.
Di Emily Carr School di Scarborough, Ontario, seorang guru kelas dua,
Karen Smith memberlakukan kegiatan membaca berpasangan pada jam
pertama setiap hari. Di malam hari sebelumnya, setiap murid menyiapkan
sebuah buku yang akan dia baca kepada teman sekelasnya. Pagi harinya di
kelas, anak-anak memilih pasangan berdasarkan minat terhadap buku yang
akan dibacakan, berpasangan, lalu membacakannya dengan lantang satu
sama lain.
Sang guru berkomentar, Saya memulai hal ini karena saya tahu bahwa
anak-anak belajar membaca dengan cara membaca keras-keras, dan saya
tidak dapat mendengarkan 27 anak membaca sekaligus. Mereka suka
membacakan satu sama lain, dan mereka lebih merasa percaya diri jika
membacakan kepada salah seorang temannya daripada membaca di depan
kelas.
Di Greenwich, Connecticut, seorang guru Bahasa Inggris SMA
mengatakan: Dengan Proses Belajar Kooperatif, anak-anak dengan
berbagai macam kepribadian, yang dulunya duduk berjauhan menjadi lebih
dekat satu dengan lainnya.1 Lazett Gyant, seorang lulusan SMA Mount
Hebron, Ellicot City, Maryland, berkomentar tentang proses belajar
kooperatifnya: Saya sangat suka dengan kelasnya. Para murid saling
membantu, dan anda tidak akan malu untuk bertanya. Kami layaknya
sebuah tim.

KEUNTUNGAN PROSES BELAJAR KOOPERATIF

Proses belajar kooperatif adalah salah satu gerakan yang berkembang


pesat dalam dunia pendidikan saat ini. Gerakan ini bahkan memiliki
perkumpulan sendiri, yaitu Asosiasi Internasional bagi Studi Kerjasama
Pembelajaran Kooperatif | 261

dalam Pendidikan. Perkumpulan ini memiliki majalah sendiri yang


berorientasi praktis. Belajar Kooperatif, sebuah sumber yang sempurna
yang memperkenalkan pentingnya aplikasi di kelas sebagaimana
pentingnya penelitian terbaru. Berlusin-lusin buku yang mengajarkan
proses belajar kooperatif sekarang telah tersedia. Juga video tentang
implementasi proses belajar kooperatif di ruang kelas (untuk menambah
catatan bibliografi komprehensif, lihatlah panduan sumber isu-isu proses
belajar kooperatif yang terdapat di majalah terbitan bulan September
1990). Proses belajar kooperatif telah diteliti dan terbukti efektif dan dapat
diterapkan di semua level.
Seperti kurikulum berbasis nilai moral, proses belajar kooperatif
mengajarkan nilai moral dan akademik sekaligus. Bila pendidikan dengan
kurikulum berbasis nilai moral bekerja melalui isi materi dalam mata
pelajaran, proses belajar kooperatif bekerja melalui proses instruksional.
Proses ini memberikan arahan pada guru: Ambillah apa yang biasanya anda
ajarkan, ajarkan dengan cara belajar kooperatif paling sedikit pada satu
bagian dari hari atau periode, dan anda akan mengajarkan nilai moral dan
akademik pada waktu yang bersamaan.
Keuntungan yang spesifik adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar kooperatif mengajarkan nilai-nilai kerjasama. Proses


ini mengajarkan pada siswa bahwa saling menolong adalah suatu hal yang
baik. Dalam sudut pandang penelitian, psikolog Marilyn Watson
menemukan bahwa kesempatan untuk menjadi anggota yang
berkontribusi dalam kelompok yang adil dan suka menolong merupakan
kondisi yang kondusif untuk peduli kepada anggota yang lain, untuk
mengembangkan sikap mendahulukan kepentingan orang lain, dan untuk
kecenderungan yang lebih besar untuk terlibat dalam perilaku pro-sosial
yang spontan.

2. Proses belajar koperatif membangun komunitas di dalam kelas. Proses


ini membantu murid-murid untuk saling mengenal dan saling
mempedulikan satu sama lain dan merasa menjadi bagian dalam satu unit
sosial kecil sebagaimana menjadi bagian dalam sebuah kelompok besar. Hal
ini dapat mengurangi konflik interpersonal.
Dalam penelitian-penelitian lain, proses belajar kooperatif telah
diketahui dapat mengembangkan rasa dukungan dan penerimaan
terhadap teman-teman sekelas yang memiliki kecacatan dari berbagai
macam latar belakang etnis dan ras. Bila buku mengenai multietnik, sejarah
262 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

minoritas, dan diskusi kelas didapatkan hanya memiliki efek sangat kecil
dalam mengubah sikap dan perilaku rasial, kelompok antar rasial yang
kooperatif telah berhasil dalam memperbaiki hubungan antar-ras bahkan
seringkali mengembangkan persahabatan antar-ras sampai pada tingkat
yang signifikan.

3. Proses belajar kooperatif mengajarkan keterampilan dasar


kehidupan. Keterampilan yang dikembangkan dengan cara belajar
koperatif, di antara yang paling penting untuk dipelajari dalam hidup
mencakup kegiatan mendengarkan, melihat dari sudut pandang orang lain,
berkomunikasi dengan efektif, mengatasi konflik-konflik serta bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa studi menunjukkan bahwa
murid-murid yang diberi praktik proses belajar kooperatif benar-benar
menjadi lebih baik dalam menguasai keterampilan moral interpersonal
tersebut.

4. Proses belajar kooperatif memperbaiki pencapaian akademik, rasa


percaya diri, dan penyikapan terhadap sekolah. Murid-murid yang
memiliki kemampuan tinggi maupun rendah mendapatkan manfaat dari
kelompok belajar kooperatif; beberapa studi mengindikasikan pencapaian
yang besar, terutama untuk anak-anak dengan kemampuan rendah. Hasil
yang positif telah didapatkan pada sebuah subyek dan semua tingkatan.
Proses belajar kooperatif memperbaiki rasa percaya diri dan
penyikapan terhadap sekolah. Dalam sebuah peninjauan 15 kelas berbasis
eksperimen, proses belajar kooperatif telah diketahui memiliki efek positif
terhadap kepercayaan diri pada hampir 75% studi.

5. Proses belajar kooperatif menawarkan alternatif dalam pencatatan.


Pada tahun 1985, peneliti pendidikan Jeanie Oakes mempublikasikan
Pencatatan: Bagaimana Sekolah Menstrukturisasi Ketidakadilan; ia
menggambarkan data hasil pengamatan dari 25 sekolah lanjutan tingkat
pertama dan tingkat atas untuk menunjukkan bahwa pencatatan proses
belajar berdasarkan kemampuan, menyebabkan siswa dengan latar
belakang sosial ekonomi rendah dan latar belakang minoritas tidak
mendapatkan persamaan dalam pendidikan. Penelitian-penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa sistem pencatatan yang ada menurunkan
pencapaian murid-murid yang berkemampuan rendah dan bukan
membantu mereka meraih potensi penuh mereka.
Lebih dari itu, sistem kasta akademik yang diciptakan oleh sistem
pencatatan dapat memiliki efek moral korosif pada murid yang memiliki
Pembelajaran Kooperatif | 263

kemampuan tinggi. Seorang guru sekolah lanjutan atas di pusat New York
berkata, Pada musim gugur ini saya mendengar seorang anak yang pintar
(sistem pencatatan dimulai pada tahun itu) berkata pada temannya,
Sekarang kita tidak harus berurusan dengan si bodoh itu lagi.
Proses belajar koperatif, menurut Oakes, menawarkan salah satu dari
metode terbaik untuk menghindari efek negatif dari pencatatan dan
pencapaian persamaan dalam pendidikan. Semua anak mendapatkan
manfaat dari bekerja bersama dalam kelompok dengan kemampuan
beragam, termasuk murid yang memiliki kemampuan akademik lebih
tinggi. Mereka belajar bekerjasama dan belajar untuk mempedulikan orang
lain yang berbeda dengan diri mereka, dan mereka menguasai materi pada
level yang lebih dalam karena mereka belajar untuk mengajarkannya pada
orang lain.

6. Proses belajar kooperatif memiliki potensi untuk mengontrol efek


negatif dari persaingan. Saat ini, persaingan (kompetisi) dan bukan
kerjasama (koperasi), yang mendominasi karakter nasional kita. Kita sudah
sangat mengenal efek destruktif dari persaingan yang tidak terkontrol:
pada bidang ekonomi, persaingan yang ketat untuk mencapai sukses
membuat perusahaan-perusahaan melakukan apa pun tanpa
mempedulikan efeknya terhadap orang lain untuk memaksimalkan
keuntungan. Pada tingkat individu, banyak orang mengorbankan
pernikahan dan kehidupan keluarga, bahkan kebahagiaan mereka sendiri
dalam mengikuti dorongan untuk bersaing mendapatkan sukses.

Persaingan di Amerika memiliki akar sejarah yang kuat. Namun,


interaksi koperatif yang dialami secara reguler dalam berbagai bentuk di
sekolah anak-anak setidaknya memunculkan harapan untuk menaklukan
aspek terburuk dari persaingan yang sekarang ini telah merusak budaya
kita.
Namun, ternyata penelitian di Jepang menunjukkan hal yang kontras. Di
satu sisi, terdapat persaingan yang ketat: anak-anak Jepang mengikuti ujian
untuk memasuki sekolah lanjutan tingkat pertama yang terbaik; kemudian
mereka mengikuti ujian yang lebih kompetitif untuk memasuki sekolah
lanjutan atas yang terbaik; kemudian mereka bersaing lagi untuk
mendapatkan tempat yang sedikit di perguruan tinggi paling prestisius.
Salah satu efek negatif dari tekanan persaingan ini adalah tingginya angka
bunuh diri di kalangan pemuda (sekarang telah berkurang karena mereka
sudah dapat menerima pilihan belajar di sekolah bisnis dan tidak harus ke
universitas). Namun, persaingan yang ketat ini tidak pernah berubah
264 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menjadi individualisme yang mementingkan diri sendiri sebagaimana kita


lihat di masyarakat kita, dimana contohnya seorang mahasiswa kedokteran
dapat menyabotase hasil lab mahasiswa lain dalam mengikuti dorongan
untuk mendapat nilai tinggi. Semangat koperatif merupakan hal yang paling
menonjol dari masyarakat Jepang.
Saya bertanya pada dua orang lulusan Jepang mengenai budaya yang
tampaknya bertolak belakang ini.
Kami tidak suka melukai orang lain, salah satu dari mereka
menjelaskan. Yang satunya lagi menguraikan, Kalau kami berusaha dengan
keras untuk masuk ke universitas terbaik, itu adalah sesuatu yang personal.
Kami tidak benar-benar melihat diri kami saling bersaing satu sama lain.
Kami hanya berusaha sebaik-baiknya. Dan mereka menjelaskan, kelompok
belajar bersama merupakan hal yang umum ada di sekolah dasar dan
sekolah lanjutan tingkat pertama mereka. Di sekolah lanjutan tingkat
pertama, misalnya, murid-murid dikelompokkan menjadi grup-grup yang
terdiri dari 5-6 orang; mereka mempelajari semua mata pelajaran dengan
berkelompok.
Proses belajar individualistis (dimana murid-murid belajar secara
sendiri-sendiri, keberhasilan salah seorang murid tidak berefek apa-apa
terhadap murid yang lain) dan proses belajar kompetitif (dimana
muridmurid berkompetisi untuk mendapatkan peringkat terbaik),
masingmasing memiliki nilai tersendiri dalam pengembangan potensi
individual siswa dan usaha pencapaian kesempurnaan. Namun, proses
belajar kooperatif sebaiknya mendapatkan porsi yang seimbang. Dan yang
paling penting, semangat kerjasama secara keseluruhan serta rasa memiliki
terhadap komunitas kelas seharusnya dapat menyebarkan suasana moral
dalam setiap proses pembelajaran.

DELAPAN MACAM PROSES PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Bicara tentang proses belajar kooperatif membuat orang-orang


membayangkan tiga atau empat orang anak yang bekerjasama dalam
membuat proyek dimana mereka akan mendapatkan nilai kelompok.
Namun, banyak guru yang menghindari membuat nilai kelompok karena
adanya isu keadilan: Mengapa nilai seorang anak yang telah bekerja keras
Pembelajaran Kooperatif | 265

harus turun karena ada anak lain yang bekerja tidak bekerja sebaik
mungkin? Murid-murid yang mengerjakan proyek bersama dapat
mendapatkan evaluasi dan umpan balik dengan cara yang berbeda dari
gurunya, anggota kelompoknya, dan seisi kelas.
Untuk memaksimalkan efek dari proses belajar koperatif terhadap
perkembangan karakter dan juga pencapaian akademik, seorang guru
sebaiknya memanfaatkan variasi format kooperatif. Mari kita lihat delapan
di antaranya:
1. Partner belajar. Belajar dengan cara berpasangan, bagi guru dan
siswa, adalah cara yang paling sederhana dan tanpa ancaman untuk
memulai proses belajar kooperatif. Ini merupakan batu loncatan untuk
menuju bentuk-bentuk proses belajar kooperatif berikutnya.
Seorang guru sekolah dasar menugaskan murid-muridnya untuk
berpasangan dalam belajar (guru kelas tiga Cathy Mercovitch menyebut
mereka partner dari lutut ke lutut). Para pasangan duduk saling
berseberangan dalam susunan tradisional dan menyatukan meja mereka
sebanyak satu atau dua kali dalam sehari untuk bekerjasama menyelesaikan
satu tugas. Tugas tersebut dapat berupa lembar kerja matematika pertama
mereka mengerjakan sendiri-sendiri, kemudian membandingkan jawaban
dan membicarakan jawaban yang tidak sama (beginilah caranya sehingga
saya mendapat jawaban 42!). Atau, jika tugas tersebut melibatkan latihan
memori seperti belajar kosakata atau tabel perkalian, para pasangan saling
melatih dengan menggunakan kartu.
Setiap dua atau tiga minggu, nama-nama siswa dimasukkan ke dalam
toples dan mereka menarik nama pasangan baru mereka. Setelah melewati
satu tahun ajaran, anak-anak telah berpasangan dengan lebih dari setengah
jumlah siswa kelasnya.
Frank Lyman dari Pusat Pendidikan Guru di Columbia, Maryland,
merekomendasikan lingkaran diskusi kooperatif yang disebut
berpikirberpasangan-berbagi. Murid-murid mendengarkan saat guru
mengajukan pertanyaan, kemudian segera berpasangan untuk
mendiskusikan jawaban mereka, kemudian berbagi jawaban dengan
seluruh kelompok.
Kegiatan berpasangan seperti ini adalah cara yang langsung dapat
mendorong interaksi positif antar siswa, memungkinkan siswa untuk saling
membantu dalam belajar, dan meningkatkan perhatian mereka.
266 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

2. Pengaturan tempat duduk berkelompok. Guru di Central New


York, Elaine Hubner meminta murid-murid kelas dua untuk duduk dan
bekerja dalam kelompok yang beranggotakan tiga orang. Mereka saling
memeriksa hasil pekerjaan satu sama lain sebelum menyerahkannya;
masing-masing tugas harus diberi inisial oleh kedua temannya sebagai bukti
bahwa mereka telah memeriksanya. Ia berkomentar, Saya menemukan
bahwa terdapat akuntabilitas yang lebih baik dengan tiga orang
dibandingkan dua orang. Ketika saya meminta mereka untuk bekerja
berpasangan, kadang-kadang salah satu dari mereka berkata pada yang lain,
Jangan katakan kalau aku tidak mengerjakannya ya!
Mantan wali kelas Marylin Burns, penulis buku Saya Benci Matematika,
merekomendasikan sebuah bentuk kelompok yang memaksimalkan saling
tolong-menolong dalam kelompok. Pada satu hari, ia akan mengacak murid-
murid ke dalam kelompok empat orang dan memberii tugas pada mereka.
Ia mengajarkan pada mereka tiga buah aturan:

Kamu memiliki tanggung jawab akhir terhadap hasil kerjamu sendiri dan
perilakumu.

Kamu harus mau membantu siapa pun di kelompokmu yang meminta


bantuanmu.

Kamu tidak boleh meminta bantuan dari gurumu, kecuali keempat orang dari
kelompokmu memiliki pertanyaan yang sama.

Aturan yang terakhir ini, benar-benar berguna. Pada awalnya


muridmurid perlu diingatkan untuk mengikuti aturan ini. Namun, dengan
cepat mereka pun belajar dari sesama anggota kelompok, dan menyadari
bahwa guru akan menjawab pertanyaan mereka hanya jika keempat
anggota kelompok mengangkat tangan untuk bertanya.
3. Proses belajar tim. Pendekatan ini merupakan salah satu yang paling
banyak diteliti, dan dikembangkan oleh Dr. Robert Slavin, Direktur Unit
Penelitian untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah di Universitas Johns
Hopkins. Proses belajar tim dapat langsung digunakan pada level manapun
antara kelas dua dan kelas dua belas, serta dalam wilayah mata pelajaran
apa pun dimana terdapat sebuah jawaban benar yang sederhana. Berikut ini
enam langkahnya:
Pembelajaran Kooperatif | 267

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan empat orang yang


berbeda dilihat dari kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnis.
(Setiap lima atau enam minggu, tim diubah).

Guru mempresentasikan sebuah pelajaran untuk seluruh kelas.

Dalam tim mereka, siswa bekerja berpasangan mengerjakan tugas yang


sebelumnya telah disiapkan oleh guru; mereka saling bertanya satu sama lain,
memeriksa kembali jawaban di lembar jawaban, dan saling menjelaskan
pertanyaan yang jawabannya tidak sama. Tujuan dari tugas mereka adalah:
membantu rekan setim anda untuk mendapatkan nilai 100.

Memisahkan meja, lalu siswa mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri.

Skor tim dihitung dengan cara menambahkan poin-poin perbaikan yang


didapatkan oleh masing-masing anggota tim; totalnya kemudian dibagi
dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis tersebut.
Para siswa mendapatkan poin perbaikan mereka berdasarkan bagaimana
nilai kuis masing-masing dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka
dalam mata pelajaran tersebut sebelumnya. Semakin mereka melebihi nilai
rata-rata mereka sebelumnya, semakin banyak nilai perbaikan yang
mereka dapatkan. Sebagai contoh:

Nilai Kuis Siswa Poin Perbaikan


1 10 poin di bawah rata-rata 10
Nilai rata-rata sampai 10 poin di atas nilai 20
rata-ratanya sendiri
Lebih dari 10 poin di atas nilai ratarata 30

Nilai sempurna (tanpa melihat nilai 30


rata-ratanya sendiri)

Penghargaan tim diberikan kepada semua tim yang mendapatkan nilai


perbaikan tertentu ke atas. Untuk menambah ketertarikan, guru dapat
membuat dua level penghargaan. Contohnya:

Kriteria (Nilai rata-rata tim) Penghargaan


18 22 poin perbaikan Sertifikat Tim Hebat
23 ke atas poin perbaikan Sertifikat Tim Super
Tim yang memenangkan salah satu dari sertifikat ini dapat juga diberi hadiah
dengan cara lain: poin bonus yang ditambahkan kepada nilai masingmasing
anggota tim, waktu istirahat ekstra, atau pengumuman di kelas dan di koran
sekolah.
268 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Mengapa proses belajar tim dapat menghasilkan pencapaian siswa yang


sangat besar dan konsisten sebagaimana diperlihatkan dalam penelitian
proses belajar kooperatif? Hal ini dikarenakan adanya beberapa motivasi
yang terbangun di dalamnya:

Semua tim dapat menang dengan cara mendapatkan poin perbaikan yang
cukup.

Para siswa mempedulikan proses belajar setiap anggota tim, karena


keberhasilan tim bergantung pada total poin kelompok.

Tidak ada anggota kelompok yang mendapatkan keuntungan cumacuma,


karena kuis harus dikerjakan sendiri-sendiri.

Siswa yang biasanya mendapatkan nilai rendah bukan merupakan beban bagi
tim, karena nilai tim berdasarkan pada perbaikan; bila seorang siswa nilai
rata-ratanya rendah kemudian berhasil melewati kuis dengan poin perbaikan
yang besar, dia bahkan dapat menjadi bintang tim.

Proses belajar tim mengembangkan tanggung jawab kelompok


terhadap individu dan juga tanggung jawab individu terhadap kelompok.
4. Proses belajar jigsaw (puzzle). Proses belajar jigsaw dikembangkan
pertama kali oleh psikolog Elliot Arronson untuk membantu para staf di
sekolah di Austin, Texas menghadapi masalahmasalah yang disebabkan
sistem persamaan sekolah. Para siswa dari kelompok minoritas di sana,
sebagaimana yang umum terjadi pada komunitas yang sedang menuju
persamaan, menemukan diri mereka berada di dalam ruang kelas yang
penuh tekanan. Aronson mengusulkan membuat jigsaw dari materi yang
akan dipelajari dalam beberapa topik, agar anak-anak kulit putih, hitam, dan
Chicano menjadi terpaksa untuk saling tergantung dalam belajar.

Sebuah pelajaran yang akan diberikan akan dibagi menjadi beberapa sub
topik. Misalnya, pelajaran sosial mengenai Brazil dapat dibagi menjadi lima
bagian mengenai bentuk pemerintahan negara tersebut, topografi dan
iklimnya, sejarah, industri, dan pertaniannya.
Kelas dibagi menjadi tim rumah yang terdiri dari lima orang siswa yang
berbeda dalam hal kemampuan, etnis, dan ras. Dalam tim rumah, setiap
siswa diberi tugas untuk menjadi ahli dalam satu subtopik.
Pembelajaran Kooperatif | 269

Para ahli kemudian membaca dan mempelajari subtopik masingmasing.


Kemudian semua ahli dari tim yang berbeda berkumpul berdasarkan
subtopik, untuk mengumpulkan pengetahuan mereka. (Semua ahli
pemerintahan Brazil mengadakan pertemuan, semua ahli sejarah Brazil,
dan seterusnya).

Para ahli kemudian kembali ke tim rumahnya masing-masing dan


bergiliran mengajarkan anggota tim mereka, apa yang telah mereka
pelajari mengenai subtopik masing-masing.

Akhirnya, anggota tim rumah diberi kuis yang dikerjakan sendiri-sendiri,


mengenai seluruh subtopik untuk mendapatkan nilai masing-masing. Bila
guru menghendaki, nilai tim juga dapat dicatat dan penghargaan dapat
diberikan.

Cara belajar jigsaw membuat adanya kesamaan dalam berpartisipasi


dan membangun saling ketergantungan dengan cara memberii semua siswa,
peran yang aktif dan penting dalam dua kelompok: tim rumah dan kelompok
ahli. Para ahli termotivasi untuk mempelajari subtopik mereka dengan baik
karena mereka bertanggungjawab untuk mengajarkannya pada anggota tim
rumah mereka masing-masing; dan tidak ada orang lain yang dapat
melakukannya. Anggota tim rumah termotivasi untuk mendengarkan
dengan baik laporan dari para ahli, karena mereka mengetahui bahwa ujian
yang akan diberikan mencakup semua subtopik.
Hasil dari proyek Aronson untuk sekolah di Austin sangatlah
mengesankan: Kelompok jigsaw, dibandingkan dengan kelompok kontrol
menunjukkan perbaikan yang besar dalam hubungan kerja dan pertemanan
yang dapat melampaui garis pemisah etnis dan ras. Lebih dari itu, siswa
minoritas menunjukkan pencapaian prestasi dan rasa percaya diri yang
bermakna. Buku Aronson yang berjudul Ruang Kelas Jigsaw memberi
petunjuk bagaimana guru manapun dapat menggunakan strategi ini untuk
meningkatkan proses belajar dan kerjasama siswa.
5. Ujian berkelompok. Dalam proses belajar tim dan proses belajar
jigsaw, para siswa mengerjakan ujian sendiri-sendiri setelah mereka
bekerja berkelompok. Bertolak belakang dari hal itu, pengetesan tim
mengharuskan para siswa untuk belajar menghadapi ujian bersama, dan
mengerjakan ujian tersebut juga bersama-sama.
Cathy Wilson mengajar kelas tiga di Sekolah Ina E. Driscoll di Wilton,
Connecticut. Ketika ia memberiikan tes mengeja, dia meminta muridnya
270 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

untuk saling berhadapan dalam kelompok berjumlah tiga orang.


Masingmasing kelompok memiliki selembar kertas yang besar. Pada saat
guru membacakan daftar ejaan, anggota kelompok menuliskan jawaban
mereka dalam kertas dan mendiskusikannya. Bilamana mereka mencapai
ketidaksepakatan dalam hal bagaimana sebuah kata seharusnya dieja,
mereka menyerahkan hasil kerja mereka untuk mendapatkan nilai.
Ed Carlone, yang mengajar Sains di kelas delapan dan sembilan di SLTP-
SLTA Cortland di Cortland, New York, mengatakan bahwa setiap satu kali
dalam tiga minggu, ia memberii murid-muridnya kuis berpasangan. Berikut
ini adalah aturan yang diterapkan olehnya:

Kamu dapat bekerja dengan siapa pun yang kamu sukai.

Lakukan semua tes sendiri dulu. (Murid-murid memiliki lembar jawaban


masing-masing; hal ini memungkinkan guru melihat kerja mereka sebelum
mereka bekerjasama.)

Bandingkan jawabannya, putuskan jawaban yang benar bersama-sama,


dan masukkan jawaban tersebut dalam kertas jawaban yang ketiga.
Cantumkan kedua namamu di salinan ini; yang akan menjadi nilai untuk
kalian berdua.

Kamu boleh bicara sebanyak yang kamu inginkan mengenai jawabannya,


tetapi tidak boleh lebih keras dari suara bisikan.

Pak guru Carlone berkata: Anak-anak mengatakan mereka senang


mengerjakan tes dengan cara demikian. Ini merupakan pereda stress yang
hebat. Saya senang berkeliling dan mendengarkan diskusi mereka. Hal itu
memungkinkan saya untuk mendengar apa yang mereka pikirkan, apa yang
mereka pahami, dan apa yang tidak mereka pahami.
6. Proyek kelompok kecil. Sebuah bentuk yang penting dari proses
belajar koperatif adalah satu hal yang membuat para murid-murid bekerja
bersama untuk menghasilkan sebuah produk. Berikut ini penekanan
bagaimana kerjasama dapat memproses penyelesaian masalah, kreatifitas,
dan penelitian oleh tim dibandingkan dengan mempelajari materi untuk
ujian. Beberapa contoh kerjasama kelompok kecil:
Bekerja berempat, siswa kelas tujuh ditugaskan untuk menciptakan dan
merancang sebuah permainan, kemudian mengajarkan kepada seluruh
kelas bagaimana cara memainkannya.
Pembelajaran Kooperatif | 271

Di kelas lima, kelompok beranggotakan tiga orang diberi sebuah peta


dunia tanpa ada apa-apa di atasnya. Tantangan geografi untuk mereka
adalah memberi label pada lautan dan benua, mencantumkan sungaisungai
besar, menggambarkan garis khatulistiwa, dan seterusnya.
Kelas enam bekerja dalam tim beranggotakan empat orang, membuat
penelitian dan model mengenai kota-kota tua seperti Athena dan Sparta.
Masing-masing kelompok mempresentasikan proyek tersebut di depan
kelas.
Dalam kelas bahasa Inggris di kelas tujuh, kelompok-kelompok siswa
menulis dan memainkan sandiwara pendek lucu yang menggambarkan
sebuah peristiwa dalam kehidupan orang penting. Gurunya merekam
penampilan mereka dalam video. Bill Lee, penggagas proyek ini, dan seorang
guru di SLTP-SLTA Cortland: Kegiatan ini benar-benar dapat membangun
rasa percaya diri.
Memberi kesempatan pada kelompok untuk berkembang. Selama satu
tahun ajaran, guru TK di pusat New York, Judith Kur bergumul dengan
masalah empat orang anak yang impulsif dan agresif yang tidak merespon
terhadap upaya disiplin normal. Dia hampir mencoba kontrak modifikasi
perilaku perseorangan dengan mereka saat ia mengambil kursus yang
membahas proses belajar kooperatif. Walaupun ia sering mengijinkan anak-
anak untuk bekerjasama jika mereka mau, ia menyadari bahwa ia jarang
merancang situasi dimana mereka harus bekerjasama untuk menghasilkan
sesuatu.
Ibu Guru Kur memulai dengan meminta anak-anak untuk membuat
kelompok yang beranggotakan empat orang. Dia memberii mereka
batangbatang untuk prakarya, lem, papan kartu, dan menyuruh mereka
untuk membentuk sebuah bangunan. Satu bangunan yang mereka pilih
sendiri. Dia terkejut ketika mendapati bahwa walaupun beberapa anak
kebingungan untuk beberapa saat, ternyata anak-anak lebih sedikit
bertengkar dibandingkan dengan ketika mereka bekerja sendiri-sendiri.
Beberapa minggu kemudian, setelah anak-anak mengerjakan beberapa
proyek bersama-sama, Ibu Guru Kur mengamati adanya kemajuan dalam
kemampuan mereka bekerjasama dengan cara yang egaliter. Pada awalnya,
anak-anak yang dominan cenderung untuk memimpin yang lain, sedangkan
anak-anak yang kurang percaya diri terlihat menarik diri. Namun, lama-
kelamaan ibu guru berkomentar, para pemimpin mulai mengurangi sikap
272 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sok penting, anak-anak yang pemalu mulai berkontribusi lebih banyak, dan
pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab bersama.
Murid-murid saya sekarang menjadi lebih baik, kata ibu guru Kur,
mereka menjadi lebih peka terhadap satu sama lain. Seorang anak
perempuan yang merupakan salah satu dari empat anak bandel sebelum
diadakannya proyek-proyek kooperatif itu, mengambil inisiatif untuk
berteman dengan anak yang baru datang ke kelas tersebut. Dan waktu
memberisihkan dan beres-beres, ibu guru melaporkan, telah berkurang
setengahnya sejak proyek-proyek tersebut diadakan.
Dari pengalamannya, ibu guru Kur mendapatkan pelajaran yang
penting: Kelompok, seperti individu, membutuhkan waktu untuk
berkembang. Dengan kelompok-kelompok kerjasama, sebagaimana halnya
dengan pertemuan kelas dan strategi pendidikan moral yang lain, guruguru
harus menghargai perkembangan bertahap setiap anak dan memberi
mereka waktu serta latihan yang mereka butuhkan untuk menguasai
keterampilan berpartisipasi yang diperlukan.
Penghargaan terhadap kelompok. Banyak guru yang menerapkan
proyek kooperatif pada kelompok kecil mengakhiri dengan meminta setiap
kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan seluruh kelas.
Sebelum presentasi tersebut, saya rasa sangat membantu jika kita memberi
mereka kertas yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seperti:

Apakah ada sesuatu yang bermanfaat yang kamu pelajari dari presentasi
kali ini? (anak-anak sebaiknya diberi contoh-contoh yang membantu
mereka memilih pelajaran yang penting daripada detail yang kecil).

Apa yang telah dilakukan dengan baik oleh kelompok ini?

Setelah presentasi, guru dapat meminta semua siswa untuk menuliskan


respon mereka akan hasil kerja mereka pada kertas pertanyaan atau, jika
mereka masih terlalu muda untuk menulis, mereka dapat menyebutkan
jawabannya. Pemberian waktu untuk memikirkan jawabannya akan
meningkatkan kualitas jawaban. Kemudian beberapa orang anak dapat
diajak untuk berbagi komentar. Akhirnya, kelompok yang sudah
mempresentasikan hasil kerjanya sebaiknya diberi tepuk tangan sementara
mereka kembali ke kursi mereka.
Pembelajaran Kooperatif | 273

Saya telah melihat kelas-kelas dimana anak-anak yang presentasi hanya


mendapatkan sedikit umpan balik dari gurunya, dan bahkan tidak ada sama
sekali dari teman-temannya. Mereka kembali ke kursi mereka dengan
kepala tertunduk. Hal ini sama sekali tidak membantu meningkatkan
kepercayaan diri dan rasa kebersamaan.
7. Kompetisi tim. Kompetisi dapat menciptakan rasa permusuhan
antar kelompok. Akan tetapi jika kompetisi diadakan di sebuah kelas yang
memiliki suasana kebersamaan yang kuat dan diwarnai dengan kerjasama
seluruh etnis, kompetisi antar kelompok dapat menambah motivasi dan
menyenangkan.
Dengan bimbingan dari guru, kompetisi antar kelompok dapat
ditambahkan pada beberapa strategi proses belajar yang telah dijelaskan
sebelumnya. Misalnya pada proses belajar tim, sebagai tambahan
penghargaan terhadap tim yang berhasil meraih nilai tertentu, beberapa
penghargaan khusus dapat diberikan pada kelompok yang mendapatkan
nilai tertinggi. Seperti proses belajar jigsaw, poin bonus dalam ujian dapat
diberikan pada tim dengan nilai rata-rata tertinggi.
Di kelas lima SD Country Club di San Ramon, California, pak guru Lincoln
Olbrycht meminta kelompok kooperatif yang terdiri dari lima orang untuk
bergiliran bermain bola voli pada waktu istirahat. Kelompok ini (yang
diubah setiap tiga atau empat minggu) dicampur dalam hal jenis kelamin
dan kemampuan atletis, sehingga kompetisi bola voli mereka seimbang.
Murid-murid sangat menyukai turnamen ini, yang berhasil membangun
semangat tim, dan mereka menghitung persentasi menangkalah mereka
sebagai bagian dari pelajaran matematika. Kerja tim dan belajar bersama di
ruang kelas, sebagaimana berkompetisi di permainan bola voli,
meningkatkan level kebersamaan di ruang kelas.
Peringatan: Kompetisi harus diperkenalkan secara hati-hati, setelah
sikap dan keterampilan kooperatif terbangun dengan baik. Bahkan setelah
itu pun, guru harus mengamati apakah kompetisi mengikis semangat
kerjasama. Melanjutkan memberi penghargaan kepada kelompok yang
berhasil meraih level performa tertentu adalah salah satu cara mencegah hal
tersebut.
8. Proyek satu kelas. Seorang guru juga dapat mengadakan proyek
satu kelas untuk menyalakan semangat kerjasama.
274 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Surat kabar kelas dapat menjadi contoh proyek yang baik. Di kelas lima,
murid-murid menerbitkan surat kabar The Class Times. Terbitan musim
semi yang saya lihat sangat mengesankan, berisi 12 halaman peristiwa-
peristiwa, lengkap dengan foto-foto, dan diketik dengan rapi dalam dua
kolom. Terbitan tersebut melaporkan beranekaragam kegiatan kelas seperti
proyek fotografi, laporan cuaca, ejaan sepakbola, dan tutorial anak-anak
yang lebih muda oleh anggota kelas tersebut. Kebanggaan bersama para
siswa akan The Class Times dan dalam banyak aktivitas kooperatif lain yang
ditulis di dalamnya tercermin dalam pernyataan di bawah ini, Kami harap
dengan membaca surat kabar ini, anda dapat melihat bahwa kami adalah
kelompok yang berkelas.
Fay Jeys, seorang guru mata pelajaran sosial kelas enam di sekolah
Rippowam-Cisqua di Bedford, New York meyakini bahwa mengadakan
sandiwara kelas adalah metode yang terbaik untuk mengajarkan pada
murid-murid akan pentingnya kerjasama. Mereka dapat mengerti bahwa
jika mereka tidak mengerjakan bagian kerja mereka. Hal itu akan
memengaruhi yang lain. Jadi mereka pun benar-benar bekerja bersama. Dan
sandiwara dapat membuat anak-anak yang biasanya pendiam di dalam
kelas, menjadi bintang di atas panggung.
Kelas juga dapat membuat proyek kelompok kecil yang dapat
digabungkan menjadi sebuah proyek besar kelas. Di kelas empat,
masingmasing kelompok kecil membangun sebuah model dari bagian-
bagian kota yang berbeda, dan kemudian menggabungkannya menjadi
sebuah kota yang utuh.
Proyek kelas membutuhkan kerja keras, namun hasilnya sepadan:
moral kelas yang tinggi dan semangat kelompok serta energi yang terbawa
ke kegiatan kooperatif berikutnya.

BAGAIMANA MEMAKSIMALKAN HASIL DALAM PROSES


BELAJAR KOOPERATIF ?

Proses belajar kooperatif jelas memiliki potensi untuk membuat ruang


kelas menjadi tempat yang menyenangkan dan produktif dimana
muridmurid belajar untuk bekerjasama dan bekerjasama dalam belajar.
Pembelajaran Kooperatif | 275

Bagaimana seorang guru dapat memaksimalkan peluang untuk berhasil dan


menangani secara konstruktif masalah-masalah yang tidak dapat dihindari
yang terjadi jika orang-orang bekerja bersama-sama? Berikut ini beberapa
panduan (lihat majalah Kepemimpinan dalam Pendidikan terbitan bulan
Desember 1989 dan majalah Proses Belajar Kooperatif terbitan bulan Maret
1990 untuk saran-saran lainnya):

PROSES BELAJAR KOOPERATIF

Delapan macam proses belajar kooperatif:

1. Partner belajar
2. Pengaturan duduk berkelompok
3. Proses belajar tim
4. Proses belajar jigsaw
5. Ujian berkelompok
6. Proyek kelompok kecil
7. Kompetisi tim
8. Proyek satu kelas

Sembilan cara memaksimalkan keberhasilan proses belajar kooperatif:

1. Jelaskan bahwa kerjasama merupakan tujuan yang penting bagi kelas


2. Membangun komunitas
3. Ajarkan keterampilan spesifik untuk dapat bekerjasama
4. Buat aturan-aturan dalam bekerjasama
5. Asuh akuntabilitas setiap anggota kelompok untuk bekerjasama dan
berkontribusi
6. Ikutsertakan semua siswa untuk merefleksikan kerjasama
7. Menugaskan peran pada anggota kelompok
8. Cocokkan proses belajar kooperatif dengan tugas yang diberikan 9.
Gunakan berbagai strategi proses belajar koperatif

1. Jelaskan bahwa kerjasama sangat penting untuk mencapai


tujuan satu kelas. Untuk memulai gabungan kelas tiga dan kelas empat di
Brookline, Massachusetts, ibu guru Kristen Field dan Virginia Holmes
memberikan pidato pembuka pada hari pertama sekolah:
276 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Kita semua akan bersama selama 180 hari. Akan menjadi lebih
menyenangkan bila kita semua rukun dan dapat bekerjasama. Kami tidak
berharap kalian akan menyukai semua orang. Akan tetapi kami meminta
kalian untuk menghargai, saling menyayangi dan tidak menyakiti semua
anggota kelas. Selama beberapa minggu berikutnya kami akan membantu
kalian mempelajari keterampilan yang kalian butuhkan untuk bekerjasama
dengan orang lain dan saling menghargai.

Sebuah pernyataan pembuka seperti ini memberi pesan yang jelas: Ini
adalah kelas dimana kerjasama merupakan hal yang penting. Pesan ini perlu
diulang beberapa kali agar anak-anak dapat benar-benar menyerapnya.
Pada minggu-minggu berikutnya, guru Field dan Holmes menyebutkan dan
mengulangi tujuan utama dari setiap kegiatan bekerjasama yang dilakukan
di kelas: untuk meningkatkan kemampuan kita bekerjasama, untuk
meningkatkan rasa kepedulian dan penerimaan satu sama lain.
2. Membangun komunitas. Guru-guru dapat menjalankan beberapa
macam kegiatan membangun komunitas (seperti yang didiskusikan di bab
6) untuk membantu murid-murid saling mengenal dan merasa nyaman satu
sama lain. Contohnya, jika para siswa akan menjadi pasangan belajar atau
menjadi bagian dari kelompok belajar, akan sangat membantu jika mereka
diberi waktu untuk saling berkenalan terlebih dahulu. (misalnya; Apa dua
hal yang pandai kamu lakukan? Apa dua hal yang ingin kamu lakukan
sepulang sekolah?). Guru di Central New York, Mary Hogan, menciptakan
waktu hobi untuk membantu murid-murid kelas dua saling mengenal satu
sama lain. Waktu hobi adalah dimana anak-anak bergiliran mengajari
teman-teman sekelasnya, sebuah hobi atau keterampilan (misalnya
menggambar, membuat simpul, dan menanam tanaman di pot). Ibu guru
Hogan mengatakan hal ini merupakan penyokong-ego bagi seorang anak
untuk mengajari yang lain, sesuatu yang dapat ia lakukan.
Dr. Catherine Lewis, seorang psikolog peneliti yang bekerja di Proyek
Pengembangan Anak California, melaporkan bahwa anak-anak di Jepang
menghabiskan waktu dengan kelompok yang sama lebih lama daripada
anak-anak di Amerika. Di sekolah asrama, anak-anak dapat menghabiskan
waktu dengan kelompok kecil yang sama selama dua tahun; di sekolah dasar
selama enam bulan. Lewis membuat hipotesa, bahwa jika anak-anak lebih
saling mengenal dan saling percaya, mereka dapat bekerjasama lebih baik.
Lebih dari itu, ia mengutip sebuah studi yang menunjukkan bahwa
Pembelajaran Kooperatif | 277

keterampilan kerjasama mereka kemudian ditularkan ke kelompok baru


mereka.
3. Ajarkan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk dapat
bekerjasama. Dengan adanya banyak murid, tidaklah cukup jika guru
hanya berkata: Bicarakan dan putuskan proyek seperti apa yang ingin
kalian buat. Anda harus memberi contoh pada mereka, selangkah demi
selangkah, proses pengambilan keputusan kelompok kooperatif; berkeliling
dalam kelompok dan berikan masing-masing anggota kelompok,
kesempatan untuk mengemukakan idenya; memiliki alat perekam atau
pencatat untuk membuat daftar ide semua orang; kembali meninjau daftar
tersebut dan coret ide yang tidak disetujui semua orang dan akhirnya
menetapkan ide yang paling disetujui semua orang.
Keterampilan lain, seperti pembagian kerja, memperlihatkan pada
semua orang bahwa anda benar-benar mendengarkan ide mereka,
mendorong siswa untuk berkontribusi, menyelesaikan sebuah konflik juga
perlu diajarkan pada para siswa dengan berbagai cara. Untuk
mempertahankan keterampilan ini, seorang guru dapat membuat daftar
tilik Keterampilan untuk Bekerja Bersama di ruang kelas.
Hal ini membantu untuk memilih satu atau dua keterampilan pada
pelajaran tertentu. Seorang guru kelas tiga, pada awal pelajaran
bekerjasama, menulis di papan tulis KETERAMPILAN SOSIAL (sebuah
konsep yang telah diperkenalkan olehnya sebelumnya), dan menulis di
bawahnya: bergiliran dan menggunakan suara di dalam ruangan Dia
berkata kepada kelas, Pagi ini, pada saat kalian bekerja di dalam kelompok,
saya ingin kalian berkonsentrasi menggunakan dua keterampilan sosial ini.
Saya akan berkeliling untuk mengamati bagaimana kalian bekerja.

APAKAH KERJASAMA ITU?

Beri lingkaran pada perilaku di bawah ini yang merupakan cara untuk
bekerjasama!
Beri tanda X di atas perilaku yang buka merupakan cara bekerjasama!
Bersikeras melakukannya Membantu bekerja sesuai keinginanmu
Berusaha
278 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menggunakan ide
semua orang
Bersikap bersahabat Mengejek ide orang lain dengan
semua orang dalam kelompok
Menyuruh-
nyuruh orang
Tidak mengajak seseorang Memberi semangat pada dalam
mengerjakan tugas semua untuk ikut serta
Berkompromi
Mengerjakan bagian dari Bermain-main dan
tugasmu membiarkan orang lain
yang bekerja

Ketika guru berkeliling diantara kelompok-kelompok, ia mencatat


perilaku para siswa. Ketika ia mengumpulkan kembali semua muridnya, ia
memberiitahukan kepada mereka, murid-murid yang telah melakukan
tugas dengan baik dalam hal bergiliran atau menggunakan suara dalam
ruangan (tidak ribut). Dia menemukan bahwa dengan memberikan umpan
balik positif, dan memberitahukan pada anak-anak sebelumnya bahwa ia
akan melakukannya, memberikan dorongan bagi mereka untuk
mempraktikkan keterampilan kelompok yang ia ingin mereka lakukan.
4. Membuat aturan-aturan dalam bekerjasama. Ketika muridmurid
pertama kali dikelompokkan, kadang-kadang mereka bersikap seakan-akan
mereka sama sekali tidak tahu apa artinya bekerjasama. Untuk mencegah
hal itu, seorang guru dapat mengadakan pertemuan kelas dan memberi
masing-masing siswa sebuah kopi dari selembar kertas yang menerangkan
Apakah itu kerjasama?
Sesudah masing-masing siswa merespon, seorang guru dapat
mengajukan pertanyaan ini: Menurut kalian, apakah kita dapat membuat
daftar yang berisi tiga atau empat aturan agar kita dapat bekerjasama
dengan baik? Kesepakatan mengenai Aturan Bekerjasama dapat
kemudian ditulis di papan tulis (misalnya, Berusaha menggunakan ide
semua orang, Memastikan bahwa semua orang memiliki tugas untuk
dikerjakan, Jangan bergurau berlebihan.)
Pembelajaran Kooperatif | 279

5. Mengembangkan akuntabilitas setiap anggota kelompok untuk


saling bekerjasama dan berkontribusi. Meminta tim untuk mengevaluasi
hasil kerja mereka sendiri membantu meningkatkan akuntabilitas semua
siswa akan aturan kerjasama. Dan juga akan efektif bila kita memberii tahu
para siswa sebelum mulai kegiatan, bahwa kita akan meminta mereka untuk
melakukan evaluasi.
Guru di Central New York, Priscilla Williams mendapatkan bahwa
murid-muridnya di kelas empat bekerjasama dengan lebih baik ketika dia
memberitahu mereka bahwa dia akan meminta semua anggota kelompok
untuk mengisi sebuah kertas, dan pada akhir kegiatan, menjawab tiga buah
pertanyaan:

1. Sebaik apa kelompok anda bekerjasama dalam kegiatan ini?

1 2 3 4 5

Tidak begitu begitulah, harus Hebat! Berhasil baik, banyak diperbaiki


menyelesaikan masalah masalah

2. Apa yang anda lakukan untuk memenuhi kewajiban anda sebagai anggota
kelompok?

3. Apa yang dapat membantu kelompok anda bekerja lebih baik pada kegiatan yang
akan datang?

Seorang guru juga dapat mempromosikan evaluasi proses semacam ini


dengan cara menyelesaikan masalah berkeliling dari kelompok ke kelompok
untuk mengenali masalah dan membantu menyelesaikannya.
6. Mengikutsertakan murid-murid untuk terus bekerjasama. Judy
Clarke adalah seorang koordinator Pusat Pendidikan Nilai Moral di Dewan
Pendidikan Scarborough di Ontario dan penulis Bersama Kita Belajar,
sebuah buku saku yang sangat menolong guru-guru dalam mempelajari
proses kerjasama dalam kelompok kecil. Ia menulis, Satu hal yang membuat
proses belajar kooperatif berbeda dari pendekatan pedagogi yang lain
adalah penekanannya pada kesempatan reguler untuk berpikir.
Sesudah setiap kegiatan proses belajar kooperatif, murid-murid diminta
untuk mengingat kembali pelajaran yang mereka dapatkan sebagai cara
untuk menajamkan kepedulian terhadap nilai-nilai dan pemahaman yang
mereka dapatkan dengan bekerja bersama. Ia merekomendasikan beberapa
280 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pertanyaan untuk direspon oleh para siswa secara sendirisendiri (misalnya


dalam bentuk tulisan), dalam kelompok kecil, dan dalam kelompok besar
diskusi:

Apa yang dipelajari oleh kelompokmu tentang usaha membuat kerja kelompok
berjalan lancar?

Apa hal yang diputuskan oleh kelompokmu untuk dilakukan dengan cara yang
berbeda di lain waktu?

Jelaskan tiga hal yang dapat kamu lakukan untuk membantu anggota
kelompokmu merasa senang telah menjadi bagian dari kelompokmu!

Apa cara yang kamu lakukan untuk menunjukkan bahwa kamu dapat bersabar
saat harus bekerja dengan orang lain? Bagaimana perasaanmu jika orang lain
mau bersikap sabar padamu?

Jelaskan sesuatu yang sudah kamu pelajari mengenai dirimu sendiri sebagai
hasil dari belajar bekerjasama dengan orang lain!

Apa saran kamu untuk kelompok yang mengalami kesulitan dalam


menyelesaikan suatu tugas?

7. Berikan tugas yang seimbang pada setiap anggota kelompok.


Pendekatan ini dikembangkan oleh David dan Roger Johnson, direktur Pusat
Proses Belajar Kooperatif Universitas Minnesota. Setiap anggota kelompok
diberi tugas spesifik agar semua siswa mengambil bagian dan mengetahui
tugasnya. Saya mengamati Louise Lotz, seorang guru kelas tiga di SD Walt
Disney di San Ramon, California, memulai pelajaran kooperatif dengan
menjelaskan peran fasilitator, pencatat, pemeriksa, pembaca, dan pemberi
semangat.
GURU : Apakah tugas fasilitator saat kita belajar dengan bekerjasama?
SISWA : Jika kamu membutuhkan bantuan dengan sebuah kata misalnya
kalau kamu tidak dapat menemukannya di kamus, mereka
(fasilitator)dapat meminta tolong pada anda (guru).
GURU : Ya, dan fasilitator adalah satu-satunya orang yang dapat datang
pada saya untuk meminta bantuan. Apa yang dapat kamu lakukan
agar fasilitator tidak harus meminta bantuan saya?
SISWA : Meminta tolong pada teman sekelompok.
Pembelajaran Kooperatif | 281

GURU : Benar, dan ingat, fasilitator adalah pengorganisir yang menjaga


agar semuanya berjalan lancar. Bagaimana dengan tugas
pembaca?
SISWA : Membacakan petunjuk di awal dan laporan di akhir.
GURU : Pencatat?
SISWA : Menuliskan semua jawaban.
GURU : Pemeriksa?
SISWA : Memeriksa hasil kerja.
GURU : Lebih spesifiknya?
SISWA : Memeriksa untuk memastikan semua orang setuju dengan
jawaban.
GURU : Bagaimana dengan pemberi semangat?
SISWA : Pemberi semangat mengatakan hal-hal yang baik.
GURU : Misalnya?
SISWA : Itu ide yang bagus!
SISWA : Kerja yang bagus!
GURU : Apakah ada peran yang lebih penting dari peran yang lain?
KELAS : Tidak ada.
Kemudian ibu guru Lotz berjalan dari kelompok yang satu ke kelompok
yang lain, dan memberikan secarik kertas yang memberitahu anak-anak apa
peran mereka pada kegiatan selanjutnya. Kemudian anakanak siap untuk
mengerjakan tugas kelompok mereka, dan ibu guru bergerak ke seluruh
ruangan, memuji masing-masing siswa.
Menugaskan peran menyediakan struktur dukungan yang memastikan
partisipasi aktif dari semua anggota kelompok. Menugaskan peran juga
meningkatkan efisiensi kelompok, karena tidak diperlukan waktu untuk
memutuskan siapa yang melakukan hal tersebut. Namun, peran tambahan
ini masih memberikan ruang bagi timbulnya interaksi sosial yang spontan
dan mengalir, karena semua anggota kelompok berbagi pikiran dan
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas kelompok
(misalnya, sang pencatat dapat menyumbangkan ide sementara ia sendiri
mencatatnya).
8. Mencocokkan proses belajar koperatif dengan tugas yang
diberikan. Gunakan metode berpasangan atau berkelompok, hanya jika
tugas yang diberikan lebih berguna bila dikerjakan bersama-sama. Saya
282 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

telah berada di kelas dimana seorang guru sangat antusias melakukan


latihan proses belajar koperatif, sementara para siswanya tidak, karena
tugas yang diberikan tidak tepat.
Komentar Linda Skon, seorang mantan guru kelas satu di Minnesotta:
Anak-anak akan memberitahumu bahwa kerja kelompok hanyalah
membuang-buang waktu, jika tugas yang diberikan terlalu mudah dimana
semua orang dapat mengerjakannya sendiri seperti yang kadang-kadang
terjadi dalam mengerjakan tugas mengeja atau matematika. Namun, mereka
juga akan memberitahumu mengenai subyek yang sulit dimana akan
membantu jika mereka dapat mendiskusikannya dengan orang lain.
Kelompok belajar akan sangat efektif dalam mempelajari sains dan
pengetahuan sosial, dan sangat baik digunakan dalam pelajaran menulis
kreatif, dimana anak-anak dapat bicara dengan bebas dan saling menolong
dengan ide-ide mereka.
9. Memadukan strategi proses belajar koperatif. Memadukan
berbagai strategi belajar koperatif menghasilkan manfaat yang hebat karena
format yang berbeda memiliki kebaikan yang berbeda.
Berpasangan, berkelompok bertiga, atau berempat, masing-masing
memiliki pola dan dinamika pembelajaran interpersonal. Pendekatan
kooperatif yang tersusun dengan baik bertujuan mempelajari materi untuk
ujian individual (misalnya proses belajar tim dan proses belajar jigsaw)
meminimalkan tingkah laku di luar tugas, memfasilitasi evaluasi belajar
siswa (karena ujian dikerjakan sendiri-sendiri), dan meningkatkan
kerjasama tanpa mengorbankan waktu akademis.
Sebagai perbandingan, kelompok kecil atau proyek sekelas
membutuhkan lebih banyak waktu dan pengorganisasian dan lebih rentan
terhadap timbulnya masalah. Namun, mereka memberiikan peluang lebih
bagi pengambilan keputusan oleh kelompok dan kreatifitas, sensasi
kemenangan yang datang dari keberhasilan menaklukan tantangan yang
berat bersama-sama, dan sering terdapat proses pembelajaran yang tidak
terduga lainnya yang sering terjadi pada kegiatan yang lebih kompleks dan
terbuka.
Bila guru membatasi diri pada strategi yang berorientasi pada ujian,
mereka tidak akan menyadari potensi penuh yang dimiliki proses belajar
koperatif dalam memelihara perkembangan moral dan intelektual. Berikut
ini sebuah kisah mengenai seorang guru yang proyek kooperatifnya
Pembelajaran Kooperatif | 283

menyebar dalam satu semester dan merupakan sebuah contoh yang baik
untuk menggambarkan apa yang dapat dihasilkan dari pendekatan belajar
ini bila digunakan dengan cara yang kreatif dan secara terus-menerus.

SEBUAH RUANG KELAS YANG PENUH DENGAN KACANG

Phyllis Smith-Hansen, baru-baru ini diperkenalkan dalam acara TV


Mengajarkan Nilai-nilai Moral pada Anak-anak, saat ini mengajarkan dua
kursus pendidikan nilai moral di Sekolah Menengah Lansing di Lansing, New
York. Kursus yang pertama (yang dirancang olehnya) berjudul Masalah
Remaja dan diajarkan pada semua anak kelas lima. Kursus yang kedua,
diajarkan pada murid kelas enam, adalah Pencarian, sebuah program yang
telah tersebar luas secara nasional yang dikembangkan oleh Lions Club
International dan Quest International).
Ibu guru Smith-Hansen menerapkan banyak proses belajar kooperatif
dalam kedua kursus tersebut. Ia belajar mengenai manfaat proses belajar
kooperatif pada saat ia mengajar kelas tiga.
Pada tahun itu, ia memiliki banyak anak dengan kesulitan belajar dan
masalah emosional. Ia memutuskan bahwa anak-anak ini dan kelasnya
secara keseluruhan akan mendapatkan manfaat dari sebuah proyek yang
membutuhkan kerjasama yang erat dalam waktu yang cukup panjang.
Ia memulai pada bulan Februari dengan cara meminta mereka bekerja
berpasangan mencari jawaban dari pertanyaan ini: Bagaimana kamu dapat
membuat kacang yang kering bertunas tanpa tanah? Ibu guru Smith Hansen
menyediakan beranekamacam kacang kering, sebuah buku untuk mencatat
hasil-hasil, dan sebuah pojok kebun yang penuh dengan berbagai wadah,
pembungkus, kertas, dan alat ukur. Anak-anak, menurutnya menunjukkan
ketidaktahuan yang mengejutkan mengenai apa yang dibutuhkan untuk
tumbuh.

Kacang-kacang tersebut dibolongi, dipukul, dihancurkan, dikupas,


ditenggelamkan, dan dibakar. Eksperimen itu benar-benar serampangan.
Beberapa kelompok memilih untuk melakukan 12 percobaan, meliputi segala
macam wadah, cahaya, pelembab, dan varietas kacang, daripada mengejar
beberapa eksperimen dalam pola yang logis dan koheren. Saya memutuskan
untuk membiarkan pendekatan menembak ke segala arah ini dan menghadapi
pola berpikir mereka sebagai satu kelas.
284 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Dalam pertemuan kelas, Lon dan Tom melaporkan bahwa kacang yang
kecil lebih dulu bertunas. Bagaimana kamu dapat tahu itu? tanya guru.
Sebab, mereka berkata, kacang lentil kami sudah bertunas. Kemudian
yang lain angkat bicara, Begitu juga dengan kacang lima kami! dan Begitu
juga dengan kacang mung kami! Kelas memutuskan bahwa hanya
kesepakatan setelah penemuan yang dianggap sebagai fakta yang
sebenarnya dan hanya yang demikian yang dimasukkan ke dalam buku
kacang kelas. Mereka mendapatkan pelajaran penting mengenai sifat dari
sains: Sebuah penemuan bukanlah fakta, kecuali bila hal itu dapat
direplikasi oleh orang lain.
Para pasangan juga menunjukkan kemampuan yang baik dalam berbagi
tugas dan dapat menghargai kemampuan dan pilihan satu sama lain. Salah
satu anak laki-laki berkata pada temannya: Kamu menulis dalam buku
catatan kita ya? Kamu menulis lebih rapi dibandingkan saya. Saya akan
mengganti airnya karena saya tidak peduli walaupun airnya bau.
Fase kedua dari proyek ini memperkenalkan cara menanam
sungguhan, menggunakan tanah. Sekarang masing-masing tim diminta
untuk membuat perkiraan hasil eksperimen yang mereka pilih untuk
dilakukan, menempelkannya di dinding, dan melaporkan perkembangan
dari eksperimen mereka dalam pertemuan kelas. Dengan cepat dinding
kelas menjadi penuh dengan perkiraan anak-anak. Contohnya, Sebuah
kacang kedelai akan dapat menembus melalui tisu basah, dan Sebuah
kacang lima akan dapat mendorong sebuah batu kecil pada saat ia bertunas.
Pada titik ini, kompetisi dan kecemburuan pun timbul. Para pasangan,
yang mengkhawatirkan kecepatan tumbuh tanaman mereka, saling
menyalahkan karena terlalu banyak atau terlalu sedikit memberii air.
Kelompok yang satu mengejek kelompok yang lain ketika tanaman mereka
tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Bahkan terjadi juga beberapa kasus
sabotase: beberapa wadah ditemukan dibanjiri air, dan pada pagi hari
Minggu, kamus kelas ditemukan tepat di atas tanaman kacang kedelai yang
tumbuh subur.
Ibu guru Smith-Hansen melihat krisis proyek mereka sebagai peluang
untuk berkembang. Ia menggunakan pertemuan kelas mereka untuk
membicarakan mengenai kompetisi dan kecemburuan, mengapa mereka
merasakan hal tersebut, dan bagaimana perasaan itu telah mendorong
beberapa orang untuk melakukan hal yang destruktif dan tidak sportif.
Pembelajaran Kooperatif | 285

Beberapa anak mengatakan mereka lebih ingin tanaman mereka


tumbuh dibandingkan memiliki partner. Ibu guru membolehkan anak-anak
untuk membuat keputusan, dan setengah dari kelas memutuskan untuk
melakukannya sendiri.
Akan tetapi, tidak untuk waktu yang lama. Pada minggu berikutnya,
perlahan tetapi pasti, pasangan yang sudah berpisah kembali bersama atas
persetujuan mereka sendiri. Salah satu anak laki-laki yang sebelumnya tidak
senang dengan pasangannya menjelaskan mengapa mereka bersatu
kembali: Saya tidak dapat memegang kertas ini (dimana ia mencatat
pertumbuhan tanaman) dan menandainya pada waktu yang bersamaan.
Fase ketiga dari proyek itu dimulai dengan kunjungan kelas ke rumah
kaca dekat Universitas Cornel. Ibu guru berkomentar: Kami belajar banyak
hal, yang paling penting adalah manfaat dari cahaya, panas, dan kelembaban
yang disediakan sebuah rumah kaca. Sesuai harapan saya, semua orang
berteriak-teriak untuk membuat rumah kaca sendiri, dan kami memutuskan
untuk menanam bunga untuk mempercantik halaman sekolah. Tujuan baru
untuk melakukan sesuatu bagi sekolah membawa proyek ini melampaui
kerjasama di kelas dan menuju suasana mendahulukan kepentingan orang
lain.
Pada akhir proyek ini di bulan Mei, Ibu Guru Smith Hansen sangat
senang dengan banyaknya dorongan, penghargaan, dan saling berbagi ide
yang ia lihat. Ia mengamati kemajuan berarti dalam kemampuan anak-anak
untuk menerima tujuan kelompok dan tanggung jawab. Dan rasa percaya
diri mereka, ia yakini telah berkembang dengan pesat karena semua umpan
balik positif yang telah mereka berikan satu sama lain.
Sangatlah sulit menemukan seorang guru yang telah mencoba proses
belajar kooperatif dengan serius dan tidak antusias dengannya. Ruby
Tellsworth, seorang guru kelas dua di Sekolah Rancho Romero di San
Ramon, California, dan seorang partisipan dalam Proyek Perkembangan
Anak berkata:

Saya adalah seorang guru yang sangat akademis, dan saya pada awalnya
menyangsikan proses belajar kooperatif. Akan tetapi saya tidak ingin
mengajar dengan cara yang lain dari yang saya pakai sekarang. Saya telah
melihat hasilnya. Anak-anak saling mengenal dengan lebih baik, dan saya pun
mengenal mereka dengan lebih baik.
Saya memiliki seorang murid laki-laki tahun lalu yang pada awalnya
menolak untuk melakukan apa pun, tetapi kemudian mau melakukannya
286 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

karena anak-anak di kelompoknya membujuk dia untuk mengerjakan


bagiannya. Ketika murid-murid saya pergi keluar kelas untuk modul sains,
guru-guru lain berkata bahwa mereka saling membantu satu sama lain dan
lebih jarang bertengkar dibandingkan dengan anak-anak lain seusia mereka.
Tahun ini, sangatlah menyenangkan mendapatkan anak-anak yang telah
mendapatkan proses belajar kooperatif sejak di TK, kelas satu, dan kelas dua.
Mereka datang pada saya dalam kondisi sudah mengenal bagaimana cara
berbagi dan bekerjasama.

Apa yang dikatakan anak-anak sendiri mengenai proses belajar


kooperatif?

Anak laki-laki kelas dua : Saya belajar bahwa tidak apa-apa bekerja
bersama anak perempuan. Hal itu tidaklah
menjijikan; sama saja dengan
bekerja bersama anak laki-laki
menyenangkan.

Anak perempuan kelas tiga : Ketika kau tumbuh dewasa, kamu harus
mengetahui bagaimana caranya
bekerjasama dengan orang lain. Jika kamu
tidak belajar bekerjasama pada saat kamu
masih muda, maka akan jadi lebih sulit saat
kamu sudah lebih tua. Kamu bahkan dapat
saja tidak tahu apa arti kata kerjasama.

Anak laki-laki kelas enam : Aku tidak akan mengatakan sesuatu di kelas
karena mungkin saja terdengar bodoh. Akan
tetapi, terkadang dalam suatu kelompok aku
akan mengatakannya sebagai satu gurauan,
dan anak-anak yang lain bahwa itu adalah ide
yang bagus. Jadi aku pun tidak merasa bodoh.

Anak laki-laki kelas enam : Kita semua memiliki ide yang hebat. Namun,
saat kita membicarakan dan
menggabungkannya, maka kita mendapatkan
ide yang lebih hebat.

Menurut sosiolog Emile Durkheim, menggabungkan anak-anak ke


dalam kelompok membantu anak-anak menghargai orang lain dan
Pembelajaran Kooperatif | 287

merasakan kesetiaan akan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif adalah cara yang mendukung usaha tersebut,
karena hal tersebut mengajarkan anak-anak bahwa mereka dapat
melakukannya lebih baik jika bersama-sama dibandingkan sendirian.
Pelajaran tersebut melihat pembelajaran kooperatif sebagai bagian penting
dari pendidikan moral.
BAB11

KESADARAN NURANI

Gambaran siswa dalam suatu kelas akademik yang dibutuhkan di sekolah menengah
pertama digambarkan sebagai sekelompok pekerja perbaikan jalan. Jika mereka
bekerja sekeras seperti yang mereka lakukan di dalam kelas, setengahnya atau lebih
akan belajar mengenai sekup mereka, merokok dan bersosialisasi, benar-benar berisi
tentang membiarkan orang lain untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tentang mereka
yang bekerja, sedikit yang akan bekerja keras, dan ini sama artinya bahwa tidak ada
seorang pun yang akan melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi.

William Glasser, The Quality


School(Sekolah yang berkualitas)

Orang yang malas dalam pekerjaannya adalah saudaranya orang yang merusak.

Peribahasa 18:9

athy Stinston pernah menjadi seorang pengawas untuk sebuah program


Kpelatihan yang ditujukan untuk orang-orang yang berusia 1824 tahun.
Saat ini, dia sedang belajar untuk menjadi konselor sekolah karena dia
melihat masalah pada nilai-nilai remaja.
Saya merasa sangat terganggu dengan sikap moral para peserta
pelatihan di program kami, katanya. Mereka merasa bahwa mereka sudah
membayar untuk program ini, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk
memperhatikan sikap yang mereka tunjukkan. Mereka pun merasa tidak
memiliki kewajiban pada atasan mereka; mereka dapat saja merusak
barang-barang tanpa merasa bahwa hal tersebut merugikan perusahaan
secara finansial. Mereka adalah tipikal orang yang berasal dari keluarga
pekerja lapangan, dimana ayah mereka bekerja. Namun, mereka sendiri
tidak memiliki konsep mengenai bagaimana memiliki pekerjaan itu. Para
peserta pelatihan bahkan berkomentar seperti ini: Saya datang terlambat
15 menit lalu kenapa? dan Jadi kemarin saya tidak dating, sekarang saya
di sini, apa masalahnya?
Kesadaran Nurani | 289

Sebuah penelitian bernilai $1 juta yang dilakukan oleh sebuah panel


eksekutif, pimpinan universitas, dan pegawai negeri kependidikan

281
menempatkan masalah tersebut setidaknya di setiap ambang pintu sekolah.
Penelitian yang berjudul Investing in Our Children: Business and the Public
Schools (Menginvestasikan Anak Kita: Sekolah Bisnis dan Umum),
mengumpulkan laporan dari sekolah untuk membantu perkembangan
kebiasaan bekerja dengan baik dan juga karakteristik yang dapat dipercaya,
kerjasama tim, dan disiplin diri. Jika sekolah mentolerir ketidakhadiran
yang terlalu banyak, pembolosan, keterlambatan, atau sikap yang tidak
baik, laporan tersebut menyebutkan, maka kita tidak dapat mengharapkan
siswa-siswa tersebut untuk memenuhi standar minimum sikap di sekolah
dan juga sebagai orang dewasa.
Guru adalah orang pertama yang mengakui bahwa ada penurunan
kebiasaan kerja dan motivasi siswa. Joanne Lott adalah seorang guru kelas
lima yang memiliki 14 tahun pengalaman mengajar di komunitas kecil di
bagian utara New York. Setiap tahunnya, saya melihat penyusutan kualitas
siswa. Saya melihatnya dari hubungan mereka dengan teman sebaya,
mereka memiliki sikap penggambaran diri yang rendah dan bahkan di luar
diri mereka sendiri dan juga di keseluruhan sikap mereka dalam melakukan
sesuatu. Mereka terus-menerus berkata, Apakah kami harus melakukan
ini? Hal tersebut membuat mengajar menjadi suatu hal yang sangat
frustatif; 90 persen dari pekerjaan saya adalah memberi mereka motivasi.
Banyak guru menemukan perubahan permasalahan di rumah. Pada
satu periode 16 tahun, kata seorang guru, saya melihat orangtua yang
menjadi lebih memperhatikan diri mereka sendiri, dan menjadi kurang
memperhatikan anak mereka. Tahun ini saya memiliki seorang siswa kelas
6 yang tidak mengerjakan tugas individu. Selama tiga minggu, saya
mengirimkan catatan untuk orangtuanya mengenai pekerjaan rumah
anaknya, dan menerima balasan bahwa hal tersebut bukan urusan mereka.
Selain itu, ada tekanan dari rekan sebaya karena bekerja terlalu keras.
Permasalahan ini pertama kali diobservasi di antara siswa-siswa minoritas
di sekolah di kota besar, yang dimana ada kelompok sebaya yang muncul
dan menyusun peraturan tak tertulis mengenai nilai tugas sekolah yang
diperbolehkan. Ketika beberapa orangtua negro mengeluarkan anaknya
dari sekolah ini, mereka memberikan tanggapan berikut: Anak kami John
290 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

adalah anak yang baik, dan pintar. Ketika dia pergi ke sekolah umum, dia
memperhatikan, melakukan pekerjaan rumahnya, dan mendapat nilai yang
baik. Dikarenakan hal tersebut, dia tidak diperbolehkan mendapat angka
oleh siswa lainnya, diejek, dan pernah dipukuli.
Hal tersebut menjadi nyata, bagaimanapun, etika anti-kerja di kalangan
rekan sebaya ini bukan hanya sebuah fenomena di sekolah umum di pusat
kota. Berikut ini adalah pendapat seorang guru menengah atas di sekolah
swasta di kawasan pinggiran kota yang makmur:

Saya melihat bahwa siswa-siswa sekolah swasta datang ke kelas mereka


tanpa buku teks, kertas atau pulpen, mereka datang terlambat ke sekolah,
dengan pekerjaan rumah yang selesai dengan tidak rapi, atau tidak dikerjakan
sama sekali; mereka berbicara selama jam pelajaran dan menulis sesuatu yang
tidak senonoh di kertas ujian mereka; dan siswa-siswa pintar di sekolah swasta
tersebut mengurangi prestasi mereka sendiri untuk mencegah pengasingan
dari teman-teman mereka.

Seorang guru sekolah menengah lainnya, bekerja di sebuah sekolah


menengah umum yang bagus, merasa sakit hati karena seorang siswa yang
dipanggil aneh dicela oleh temannya yang lain, hanya karena teman
sekelasnya itu tahu jawaban dari pertanyaan yang diajaran gurunya. Sikap
yang merusak tersebut, seperti yang ditulis guru tersebut pada sebuah
surat pembaca untuk The Washington Post, menciptakan lingkungan yang
sedang-sedang dan memiskinkan sikap ideal dan nilai yang melumpuhkan
pikiran dan hati makhluk hidup.

BUAH APATI

Pencapaian akademik siswa di Amerika Serikat, berdasarkan National


Assessments of Educational Progress, mengalami penurunan pada 20 tahun
terakhir, di hampir semua level usia dan hampir semua mata pelajaran. Pada
suatu penelitian lintas budaya, Harold Stevenson, seorang psikolog dari
Universitas Michigan membandingkan 30 sekolah di Amerika Serikat,
termasuk beberapa yang kualitasnya tidak dapat disangkal, dengan 30
sekolah di Asia. Siswa-siswa dari sekolah terbaik di Amerika Serikat
mendapat nilai di bawah semua sekolah di Asia. Pada sebuah tes
internasional tentang pencapaian akademik di 19 mata pelajaran,
Kesadaran Nurani | 291

siswasiswa Amerika Serikat berada pada peringkat akhir di 7 mata


pelajaran, termasuk Algebra dan Biologi.
Kurang dari setengah siswa Amerika tahu bahwa Bumi berputar
mengelilingi matahari selama satu tahun. Ketidaktahuan dan apati sesuatu
yang berbau ilmiah menjadi sesuatu yang lebih mengkhawatirkan ketika
banyak ancaman pada kesehatan dan kebertahanan hidup manusia,
penipisan lapisan ozon, limbah berracun dan radioaktif, hujan asam
menuntut setidaknya kesadaran yang minim dari sebagian warga negara.
Pada sebuah ujian geografi, banyak siswa senior sekolah menengah atas
yang tidak mampu menunjukkan Asia Tenggara pada peta. Hampir
sepertiganya tidak dapat menunjukkan lokasi Amerika Latin. Departemen
Pendidikan Amerika Serikat yang mengadakan tes tersebut, berkesimpulan
bahwa pemahaman siswa Amerika yang kurang mengenai geografi
membuat mereka kesulitan untuk pergi dari satu kota ke kota lainnya,
mengapresiasi budaya orang lain, dan memahami peristiwa-peristiwa
dunia.

MENGAPA SUATU PEKERJAAN MEMILIKI KEPENTINGAN


MORAL?

Literatur mengenai pendidikan moral biasanya memisahkan


pembelajaran moral dan pembelajaran akademik. Akan tetapi, pendidikan
moral itu termasuk bagian dari pekerjaan akademik, karena pekerjaan
memiliki kepentingan moral.
Apa yang memberi pekerjaan sebuah kepentingan moral?
Jika kamu tidak bekerja di sekolah, kamu tidak akan belajar.
Ketidaktahuan tersebut merreduksi kapasitas kita untuk turut serta sebagai
warga negara di dunia yang kompleks.
Lebih jauh lagi, sebagai orang dewasa kita menghabiskan hampir
seluruh waktu untuk bekerja. Pekerjaan adalah salah satu cara yang paling
sederhana yang dimana kita memengaruhi hidup orang lain dan juga
berkontribusi di masyarakat. Saat orang-orang melakukan pekerjaannya
dengan baik, apakah itu memperbaiki mobil, atau mengobati orang,
menanam tanaman atau mendidik anak, semua dari kita akan mendapat
manfaatnya. Saat orang-orang melakukan pekerjaannya dengan buruk,
semua dari kita harus merasakan akibatnya. Orang kompeten adalah
292 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mereka yang peduli untuk melakukan pekerjaan mereka secara kompeten,


mereka adalah kualitas utama kehidupan pada suatu masyarakat.
Banyak orang yang kehilangan rasa pekerjaan sebagai cara untuk
berkontribusi baik untuk orang lain. Banyak pula di antara mereka yang
kehilangan rasa sebagai bagian dari suatu bisnis atau perusahaan. Pekerjaan
menjadi sesuatu yang tersendiri. Hal tersebut dilakukan untuk perolehan
pribadi untuk membayar tagihan, membeli stereo baru, dan membiayai
liburan berikutnya. Saat orang-orang berpikir dengan cara seperti itu, maka
hal-hal yang harus dipertanggungjawabkan pun berkurang. Maka hal
tersebut menuntun untuk melakukan pekerjaan yang buruk.
Pekerjaaan yang selesai dengan baik merupakan sumber fundamental
bagi martabat dan penghargaan diri. Di sekolah, sangat sulit untuk membuat
anak-anak membangun rasa penghargaan diri yang positif saat mereka
gagal. Dan juga hampir tidak mungkin bagi mereka untuk merasa baik
mengenai diri mereka sendiri, jika mereka tahu bahwa mereka melakukan
sesuatu di bawah apa yang mereka dapat. Bagi orang dewasa, jika mereka
merasa tidak kompeten, produktif, dan dibutuhkan di beberapa lingkungan
kehidupan, apakah itu di rumah, masyarakat, atau tempat kerja, maka akan
sulit untuk membangun gambaran-pribadi yang positif.

PEKERJAAN DAN PRINSIP REALITAS

Di balik kapasitas kerja ada kualitas karakter yang penting: kemampuan


untuk menunda kepuasan.
Seorang psikoanalis ternama Bruno Bettelheim menyatakan bahwa
pencapaian pada suatu bidang membutuhkan karakter disiplin pribadi
sebagai berikut: mengebawahkan prinsip kesenangan, yang membutuhkan
kesenangan akan rasa puas dengan segera (contoh, menonton TV daripada
melakukan pekerjaan rumah), pada prinsip realitas, yang membatalkan
kesenangan saat ini untuk meraih tujuan masa depan (nilai tinggi, kelulusan,
dan pekerjaan yang bagus). Hanya moralitas lah yang membuat
pembelajaran yang serius dan konsisten pada suatu jangka waktu yang
panjang, tulis Bettelheim.
Karena banyaknya remaja yang belum mempelajari cara menunda
kepuasan, maka mereka kesulitan untuk memenuhi keinginan sekolah
Kesadaran Nurani | 293

untuk berkonsentrasi, melakukan upaya yang berkelanjutan, dan


mengorbankan waktu bersenang-senang untuk belajar. Kesulitan dalam
menunda kepuasan tadinya menjadi perhatian untuk anak-anak cacat atau
tidak mampu, tetapi masalah ini sekarang menjadi masalah lintas kelas
sosial. Seorang guru kelas empat di sekolah swasta berpendapat bahwa: Di
keluarga, anak-anak ini mendapat apa yang mereka mau saat mereka
menginginkannya. Di sekolah, mereka tidak mampu bekerja untuk tujuan
jangka panjang.
Banyak siswa yang memiliki masalah dengan tujuan jangka panjang dan
berakhir dengan dikeluarkan dari sekolah. Secara nasional, tingkat putus
sekolah adalah 25%, satu juta remaja setiap tahunnya (dibandingkan
dengan 10% pada hampir semua negara Eropa). Minoritasnya, di beberapa
negara bagian, tingkat putus sekolahnya adalah setingkat 50%.
Bahkan di antara siswa-siswa yang belajar dengan baik di sekolah
menengah dan melanjutkan ke kampus terbaik, mereka pun bermasalah
dengan berbagai hal. Mereka mendapat pelarian yang mudah ke obatobatan
dan alkohol. Seringkali mereka membawa kebergantungan tersebut pada
kehidupan mereka berikutnya, termasuk tempat kerja.
Singkatnya, kapasitas bekerja adalah kompetensi moral yang utama.
Kompetensi tersebut mengharuskan pengembangan sikap lainnya seperti
disiplin diri, ketekunan, evaluasi diri, dan setidaknya sedikit rasa kesibukan,
yang mana semuanya adalah bagian dari karakter yang baik. Ketika orang-
orang berpikir pekerjaan sebagai sesuatu yang penting, tidak bekerja keras
untuk pekerjaan mereka, atau tidak bekerjasama sekali, bukan hanya
mereka yang menderita, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

TANTANGAN BAGI SEKOLAH

Urusan utama sekolah adalah bekerja sebagai pembelajaran. Bagaimana


sekolah dapat membantu siswanya bekerja dengan serius, menunjukkan
kemampuan terbaik mereka, dan mengembangkan kualitas karakter yang
melekat pada kapasitas untuk bekerja dengan baik?
Dilihat dari sudut pandang nilai pendidikan, langkah pertama bagi
sekolah adalah dengan memperlakukan pekerjaan seperti memiliki
kepentingan moral dan bekerja sebagai pembelajaran seperti aktifitas moral
yang berkontribusi dalam pengembangan karakter.
294 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Langkah kedua adalah menyadari bahwa sekolah bukan hanya


melibatkan pendidikan yang buruk, tetapi juga pendidikan moral yang
buruk jika, untuk alasan apa pun, siswa tidak melakukan pekerjaan sebagai
suatu pembelajaran. Ketika ekspektasi akademiknya rendah, atau ketika
budaya sebaya tidak membuat siswa bekerja keras, atau ketika siswa tidak
peduli dengan kualitas pekerjaan mereka, maka tujuan fundamental
pendidikan yang diterima di sekolah sudah dirusak. Pada lingkungan moral
seperti itu, siswa mempelajari kebiasaan moral yang buruk, kemalasan,
ketidakacuhan terhadap standar, penghindaran tanggung jawab yang
kemungkinan akan terbawa ke kehidupan dewasa mereka.
Langkah ketiga adalah menemukan apa yang harus pendidikan
perjuangkan pada area pengembangan karakter. Pendidikan moral harus
menyusun tujuan berikut bagi siswa di dunia kerja:

1. Sebuah sikap yang menghargai kesempatan untuk belajar, sebuah komitmen


untuk berjuang yang terbaik untuk pendidikan mereka.

2. Kapasitas kerja keras, termasuk kemampuan menunda kepuasan untuk


meraih sasaran masa depan.

3. Ketekunan saat putus asa atau gagal.

4. Pola fikir masyarakat umum mengenai bekerja memengaruhi kehidupan orang


lain

5. Perhatian untuk keunggulan, apa yang disebut kesadaran nurani oleh


Thomas Green, professor dari Universitas Syracuse.

Menurut Green, kesadaran nurani ini membuat kita melakukan


pekerjaan dengan baik, apa pun seharusnya itu. Untuk memiliki kesadaran
nurani yang berkembang, kita harus memiliki kapasitas merasakan
kepuasan saat pekerjaan selesai dengan baik dan merasa malu saat
pekerjaan itu dilakukan dengan ceroboh. Kesadaran nurani ini memotivasi
para mekanik untuk memperbaiki sebuah mobil bukan hanya untuk
kepuasan kita, tetapi juga kepuasan dirinya sendiri. Hal tersebut adalah
tanda karakter seseorang yang peduli untuk melakukan pekerjaan dan
tugasnya dengan baik. Jika seseorang kurang memiliki keahlian ini dan
merasa tidak berkewajiban untuk melakukan tugas dengan baik, maka ada
hal mendasar yang hilang dalam karakter moral mereka.
Kesadaran Nurani | 295

Sebuah sekolah yang membuat komitmen untuk mengembangkan


kesadaran nurani dan nilai-nilai pekerjaan lainnya harus menggunakan
strategi belajar kooperatif yang dijelaskan di Bab 10. Pembelajaran
kooperatif tidak akan menjadi obat mujarab untuk kurangnya tanggung
jawab siswa untuk mengerjakan pekerjaannya. Akan tetapi, itu akan
membantu siswa mengembangkan rasa kerjasama karena mereka
bergantung pada temannya untuk melakukan pekerjaan itu. Kelompok
kooperatif dapat mentranformasikan etika anti-kerja sebaya menjadi
tekanan positif sebaya untuk bekerja dengan baik.
Sebuah bagian penelitian yang dapat dipertimbangkan menunjukkan
bahwa tidak semua sekolah menderita karena lingkungan yang biasa saja.
Banyak, bahkan di area yang jumlah siswanya banyak berasal dari latar
belakang yang tertekan atau tidak mampu, sudah mengembangkan
lingkungan akademik yang menginspirasi sikap kerja yang
bertanggungjawab pada siswa, (Sekolah Dasar Meredith Magnet di Temple,
Texas, adalah salah satu contoh). Rata-rata 40 siswa merasa dirugikan,
tetapi 97% dari mereka menunjukkan kemampuan membaca yang jauh
melebihi rata-rata negara bagian.
Sekolah yang efektif yang meraih pencapaian dan moral siswa yang
tinggi membangun budaya keunggulan. Secara konsisten mereka
menunjukkan karakteristik berikut:

1. Kepemimpinan yang giat. Kepala sekolah bekerja dengan guru, siswa,


orangtua, dan anggota komunitas untuk mengembangkan lingkungan
belajar dan reputasi sekolah untuk mencapai standar akademik yang tinggi;
siswa-siswa baru mengetahui reputasi sekolah, dan siswa-siswa lama
memperkokoh nilai belajar; kecakapan moral tinggi, dan ketika sekolah
dibuka, kepala sekolah merekrut dan memilih guru yang sejalan dengan
tujuan dan standar sekolah.

2. Atmosfir kepedulian yang meresap.


3. Tujuan yang jelas untuk performa akademik dan sikap di kelas, dan sekolah.

4. Penekanan pada disiplin yang adil dan konsisten, dan lingkungan yang aman
dan teratur.

5. Guru yang memiliki ekspektasi bahwa semua siswa mereka dapat dan akan
belajar.
296 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

6. Interaksi kolektif diantara guru untuk mendukung pembelajaran dan


pencapaian siswa.

7. Waktu belajar yang tinggi.

8. Pekerjaan rumah yang rutin dan dimonitor.

9. Monitoring rutin pada kemajuan belajar siswa.

10. Pengakuan akan pencapaian siswa.

Mari memfokuskan pada dua faktor yang secara langsung berada di


bawah kontrol guru: (1) Guru yang memiliki ekspektasi bahwa semua siswa
mereka dapat dan akan belajar, dan bagaimana ekspektasi tersebut
diterjemahkan menjadi apa yang guru lakukan; (2) pekerjaan rumah.

PENTINGNYA EKSPEKTASI TINGGI

Ed Wynnes, seorang profesor pendidikan dari Universitas Illinois di


Chicage, mengobservasi bahwa kewajiban pertama seorang guru sebagai
pendidik moral adalah mengajar dengan baik. Hal tersebut dilakukan
dengan meyakini bahwa setiap anak dapat belajar.
Sebagai seorang guru baru di Nelson California, Anne Ritter mengajar
kelas satu yang 85% siswanya berasal dari keluarga berkecukupan. Kepala
sekolahnya berkata bahwa dia heran karena seorang staf pengajar
menaikkan kelas 90% siswanya pada pelajaran membaca dan matematika.
Komentarnya: Itulah pekerjaanya.
Saya mengunjungi kelas terakhir Anna Ritter, kelas satu di SD Dry Creek
di Clovis California. Sebuah atmosfir yang ceria dan bukan omong kosong
adalah cara dia menyampaikan ekspektasi yang tinggi kepada siswanya. Di
bagian depan ruangan kelas, tertulis perintah yang besar, sebuah daftar
Rules for Ritters Critters. Peraturan pertamanya adalah:
Selalu lakukan yang terbaik dalam segala hal.
Pada dinding ada suatu tanda: SESEORANG YANG TIDAK MEMILIKI
TUJUAN AKAN MENGHANCURKAN DIRINYA SENDIRI. Pada papan buletin
terpampang nilai bulan ini. Saat saya berada di sana, nilai yang
ditampilkan adalah AMBISI, yang didefinisikan sebagai keinginan untuk
menjadi unggul; kerja keras menuntun pada tujuan yang bermanfaat.
Kesadaran Nurani | 297

Pada tingkat sekolah menengah, guru yang baik menunjukkan poin


ekspektasi tinggi saat mereka membagikan silabus. Seorang guru bahasa
Inggris berkata bahwa hari pertama di kelas, dia membagikan selembar
kertas dengan dua kolom: Tanggungjawabku sebagai Guru dan
Tanggungjawabmu sebagai Siswa. Dia berkomentar:
Tanggungjawab guru mencapai 20 buah. Daftar siswa jumlahnya lebih
sedikit. Ketika mereka melihat apa yang saya lakukan sebagai guru, apa yang
saya minta mereka lakukan bukanlah sesuatu yang buruk.
Seringkali guru harus mencoba menyampaikan ekspektasi tinggi
mereka di hadapan siswa yang memiliki ekspektasi rendah pada dirinya
sendiri. Joanne Lott dari Sekolah Dasar Truxton New York, berkata bahwa
banyak siswa kelas lima-nya yang menanggapi standarnya dengan berkata,
Mengapa Anda mengharapkan banyak hal pada kami? Kami adalah
kelompok rendah!
Dia menjawab: Kalian sudah diberitahu bahwa kalian tidak dapat
melakukan hal tersebut, tapi saya menolak untuk menyimpan kalian pada
kategori tersebut. Kalian dapat melakukannya jika kalian mencoba!
Memberi tahu siswa Kamu dapat melakukannya, dan saya tidak akan
tenang sampai kalian lakukan yang terbaik adalah satu cara untuk berkata,
Saya menghargai kemampuan kalian untuk belajar, dan saya terlalu peduli
untuk membiarkan kalian menyia-nyiakannya.
Pesan tersebut menunjukkan kekuatan dari ekspektasi tinggi. Rasa
hormat dan kepedulian guru membangun hubungan personal yang mebuat
siswa-siswanya merasa bertanggungjawab. Seorang lulusan perguruan
tinggi berkata:

Selama SMA, saya tidak memiliki hubungan yang positif dengan guru,
saya tidak menunjukkan kemampuan terbaik saya. Guru paling
berpengaruh bagi saya adalah mereka yang membiarkan saya tahu cara
pribadi mereka dalam mengharapkan pekerjaan yang baik dari saya.
Saya ingin belajar bagi saya sendiri, juga bagi mereka.
MENGAJAR EVALUASI-DIRI

Guru yang baik bukan hanya menentukan standar yang tinggi; mereka
pun membantu siswanya membuat standar tersebut menjadi milik mereka.
298 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sebagai contoh: Jo Daley, seorang guru kelas 6 sekolah Katolik di


Thunder Bay, Ontario, membantu perkembangan kesadaran nurani
siswanya dengan mengajarkan strategi untuk evaluasi diri.
Saat melihat komposisi atau laporan seorang siswa, dan dia akan
berkata: Apakah ini pekerjaan terbaikmu? Bagaimana bila dibandingkan
pekerjaan terbaikmu yang ada di dalam folder?
Terkadang, dia akan mempunyai pembicaraan rahasia dengan
muridnya dan bertanya, Bagaimana perasaan kamu jika kamu dapat
melakukan yang lebih baik dari ini? Pada kesempatan lain, dia akan
memberi siswanya kriteria dan meminta mereka mengevaluasi kerja
temannya pada kelompok kecil.
Cindy Christopher, seorang guru kelas tiga-penulis di Sekolah Dasar
Tully di Tully New York, meminta siswanya untuk menampilkan pekerjaan
mereka untuk membantu perkembangan evaluasi diri dan juga
penghargaan diri. Pada hari Jumat, anak-anak akan memilih tulisan terbaik
mereka minggu itu, menempelkannya di bawah kertas T-shirt yang sudah
mereka dekorasi, dan menggantungkannya di jemuran kelas. Di sekolah,
biasanya hanya anak yang paling cemerlang dan kreatiflah yang
pekerjaannya akan dipampangkan, komentar Christopher. Saya ingin
semua siswa berjuang untuk keungulan dan menerima pengakuan untuk
apa yang mereka yakini sebagai usaha terbaik mereka. (Saya
merekomendasikan buku Christopher yang berjudul Nuts and Bolts: A
Survival Guide for Teacher sebagai sumber referensi ide mengajar yang
kreatif).

MENGEMBANGKAN KEPAKARAN YANG SESUNGGUHNYA

Cara lain untuk mengembangkan komitmen pada standar yang sudah


disusun adalah dengan memberikan siswa-siswa kesempatan untuk
mengembangkan kepakaran mereka yang sesungguhnya pada suatu mata
pelajaran atau kecakapan. Akan tetapi, kebanyakan sekolah terburu-buru
untuk menutupi kurikulum yang diharuskan. Jika para siswa tidak pernah
mendapat kesempatan untuk mempelajari suatu mata pelajaran dan
mendalaminya, Jerome Bruner berpendapat, mereka tidak akan pernah
mengetahui struktur bidang pengetahuan atau penghargaan atas belajar
Kesadaran Nurani | 299

yang mendalam. Mereka pun tidak akan dapat mengembangkan disiplin


intelektual yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengetahuan baru.
Bahkan jika sekolah merasa terkunci oleh cakupan kurikulum yang luas
karena panduan eksternal, mereka dapat menjamin setidaknya ada
beberapa kesempatan untuk melakukan penyelidikan yang mendalam.
Fieldston Lower School, bagian dari Ethical Cultural School di Riverdale
New York, adalah sekolah swasta dengan komitmen kualitas belajar yang
dapat diikuti oleh sekolah umum mana pun. Saat saya menghabiskan dua
hari di sana, saya mewawancarai kelompok orangtua. Salah satu pendapat
yang mewakili perasaan kelompok adalah:

Sekolah ini tidak meremehkan anak-anak. Di sekolah yang pernah anak


saya masuki, mereka mempelajari burung selama satu minggu. Di sini, di
taman kanak-kanak, mereka mempelajari burung selama satu tahun. Mereka
menjadi pakar. Pada pukul enam, anak saya bertanya apakah ia akan
mendapat Audubon Song Guide yang lengkap. Dia benar-benar ingin mendapat
informasinya.

Orangtua yang lain berpendapat:

Mereka mengajari anak untuk mencintai belajar. Ketika mereka


mengadakan kunjungan ke museum, pemandunya terkejut melihat betapa
anak-anak tersebut sudah tahu banyak hal. Mereka melihat baju baja seorang
ksatria dan dapat memberitahu apakah baju itu digunakan untuk bertempur
di atas kuda atau tujuan lainnya.
Karena mereka banyak menggambar di sekolah, tidak ada anak yang
merasa bahwa dia tidak dapat menggambar saat dia meninggalkan Fieldston.
Mereka menggambar sebagai cara untuk mengambil catatan, mengobservasi
dunia di sekeliling mereka. Saat mereka mengunjungi Stonehenge, anak laki-
laki saya tidak mau pulang sebelum membuat sketsa.

Ketika siswa sudah menjadi pakar pada satu bidang, kompetensi


menjadi bagian dari gambaran diri mereka dan mereka pun akan lebih
termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas. Mengembangkan
kepakaran melalui pembelajaran yang mendalam adalah salah satu cara
untuk menerjemahkan ekspektasi tinggi guru menjadi pengalaman
kependidikan anak. Satu hal yang jelas dari penelitian adalah: guru yang
mengomunikasikan ekspektasi tinggi pada semua siswanya untuk meraih
performa akademik yang lebih baik daripada guru yang mengomunikasikan
ekspektasi rendah.
300 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

PENTINGNYA KESUKSESAN DINI

Ekspektasi tinggi menjadi sangat efektif saat dikombinasikan dengan


dukungan penuh.
Khususnya pada saat anak baru masuk sekolah, mereka membutuhkan
dukungan penuh untuk memenuhi semua keinginan yang sekolahnya
haruskan. Guru yang membantu siswa meraih kesuksesan dini membantu
mereka untuk mengambil langkah yang besar untuk pencapaian jangka
panjang dan bertanggungjawab pada kecakapan kerja.
Cara mengkombinasikan tantangan tinggi dan dukungan penuh
didemonstrasikan oleh sebuah program yang bernama T.I.M.E (Tots
Intensive Multidisciplinary Environment) di Sekolah Dasar Reilly di Chicago.
Tim pengajar Audry Taffs dan Christine Arnieri, T.I.M.E sudah mencuri
perhatian nasional karena kesuksesannya membantu perkembangan anak
usia 6-7 tahun yang terlambat belajar. Sekitar 30 anak dari seluruh penjuru
Chicago datang ke ruangan kelas yang spesial ini. Sebuah tes menunjukkan
bahwa anak-anak ini perkembangannya masih jauh di bawah. Banyak anak
yang tidak dapat melakukan sesuatu yang anak umur 2 tahun dapat lakukan,
mereka akan ditempatkan di kelas pendidikan khusus.
Guru Taffs mendeskripsikan bagaimana cara mereka bekerja dengan
anak-anak tersebut:

Anak-anak menjadi gampang berkecil hati dan melemparkan pekerjaan


mereka, jadi kami menggunakan banyak pujian, stiker, dan penghargaan
lainnya untuk membantu mereka menghargai apa yang mereka kerjakan. Jika
kami melihat mereka berusaha dengan sesuatu, kami membantu mereka
berhasil. Pagi ini, seorang anak laki-laki menghadapi kesulitan dengan lembar
menulisnya lalu mendorong kertas itu jauh-jauh. Jadi saya memberinya lembar
kertas baru dengan hanya dua garis di atasnya, dan memintanya untuk
mencoba menulis. Dia bilang baiklah. Saat dia sudah selesai dengan tugas itu,
kami memberikan lembar menulis yang pertama.
Kami mencoba membuat anak-anak merasa mampu dan dicintai, dan
memperlakukan mereka dengan martabat. Tahun lalu kami mempunyai
seorang anak laki-laki yang mengotori celananya dengan tanah hampir
setiap hari. Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut; kami hanya
Kesadaran Nurani | 301

membersihkannya. Tahun ini dia tidak lagi melakukan hal tersebut, dan dia
sedang belajar membaca.
T.I.M.E juga membuat kurikulum yang bernama I CAN COURSE
(Pelajaran Aku Dapat). Pelajaran ini meminta anak-anak menulis tujuan
mereka setiap harinya.
Suatu hari saya ada di sana, guru Taffs bertanya pada anak-anak dalam
kelompok, Apa tujuanmu hari ini? Seorang anak perempuan menjawab:
Aku akan melakukan semua pekerjaanku. Seorang anak laki-laki
menjawab, Aku akan menjadi anak yang baik. Yang lainnya berkata, Aku
akan melakukan pekerjaan rumahku malam ini.
Seorang anak perempuan bernama Fiora berkata, Aku akan bernyanyi
hari ini. Lalu guru memintanya melakukan itu; hal tersebut adalah
kebiasaan kelas untuk menyanyi secara sukarela di hadapan
temantemannya sebelum memulai pelajaran. Fiora maju ke depan kelas dan
bernyanyi, awalnya malu-malu, kemudian dengan semangat yang lebih baik,
sebuah lagu pendek dinyanyikan untuk kelas. Guru Arnieri memberikan
komentarnya pada saya: Fiora jarang sekali berbicara bahasa Inggris atau
Spanyol, dia hampir tidak pernah berbicara selama satu bulan ke belakang.
Namun, hari ini dia menyanyi sepenuh hati.
Di akhir tahun kedua mereka menghabiskan waktu di T.I.M.E, seorang
psikolog menguji mereka. Hasilnya adalah 80% dari mereka sudah mampu
membaca dan berhitung pada tingkat umur mereka, dan sudah dapat
ditempatkan di kelas regular. Anak-anak tersebut sudah belajar bahwa
mereka dapat berhasil dengan pekerjaan sekolah dan juga untuk
menghargai pekerjaan sekolah sebagai sumber penghargaan diri.

MERAYAKAN KEBERHASILAN

Saat Fiora selesai bernyanyi, teman sekelas T.I.M.E-nya memberikan


tepuk tangan yang antusias. Di kelas yang menginspirasi siswanya
melakukan yang terbaik, maka perayaan keberhasilan dan pencapaian
merupakan sesuatu yang rutin.
Mary Valentine, guru kelas tiga di Dryden New York berkata: Tanpa
gambaran-diri yang baik, tidak ada anak yang siap belajar. Saya mencoba
untuk memuji anak-anak di depan publik sesering mungkin. Dia pun
mendorong siswanya untuk memuji pekerjaan temannya yang baik.
302 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Seorang anak laki-laki kelas dua yang dianggap gurunya sebagai


pencapai yang rendah sudah menyelesaikan tugasnya dengan benar dan
menunjukkan pada gurunya. Guru memuji pekerjaannya dan meminta anak
tersebut untuk memperlihatkannya pada teman sekelasnya. Dia pun
berjalan keliling kelas, memperlihatkan kertasnya pada anak lainnya, dan
senyum yang lebar terlihat di wajahnya. Setiap anak pun tersenyum dan
memberinya pujian.
Guru ini sudah membangun komunitas belajar yang sesungguhnya.
Belajar dan meraih kesuksesan adalah nilai yang harus dibagikan, yang
didukung oleh kelompok sebaya dan juga guru.

MENGAJAR UNTUK GAYA BELAJAR YANG BERBEDA

Menerjemahkan ekspektasi tinggi menjadi pengajaran yang efektif juga


berarti mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Elaine Herron, seorang guru tingkat dasar atas di Columbus Kansas,
merasa bahwa teori mengenai anak yang cenderung belajar dengan suara,
dan yang lainnya belajar dengan gambar itu penting.
Anak-anak yang senang belajar dengan suara akan mudah menangkap
jika kamu hanya menggunakan kata-kata, katanya. Anak-anak yang visual
membutuhkan gambar juga kata-katanya, dan mereka membutuhkan
bantuan untuk mengubah gambar menjadi kata. Mereka adalah penulis
catatan yang buruk.
Dia pun mendapati siswa lainnya yang merupakan pembelajar
sensorik yang belajar dengan sangat baik ketika mereka menggunakan
tubuh mereka. Saya memiliki seorang siswa perempuan kelas empat yang
sangat frustasi karena dia tidak dapat belajar memberitahu jam. Saya
memintanya untuk menggunakan lengannya sebagai lengan jam. Dalam
waktu setengah jam dia pun sudah mampu memberitahu jam.
Anak perempuan lainnya belum dapat menggunakan tabel
perkaliannya. Saya mengajari dia untuk menyebutkannya seperti saat dia
sedang bermain jumping jacks: 3 kali 2 sama dengan 6; 3 kali 3 sama dengan
9 . . . Sepuluh menit kemudian, saya memintanya untuk menuliskan
beberapa perkalian. Dia pun berkata: Aku tahu beberapa perkalian!
Kesadaran Nurani | 303

MEMBANGUN KESADARAN NURANI

Kita dapat membantu siswa belajar menghargai belajar dan peduli akan
kualitas pekerjaan mereka, jika kita:

1. Menyusun tujuan sekolah yang bersinggungan dengan sikap dalam


bekerja.

2. Menggunakan sistem pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan


etika dengan rekan sebaya yang mendukung pekerjaan akademik.

3. Menciptakan budaya sekolah dengan konsistensi pada keunggulan


dengan apa yang disebut sekolah efektif.

4. Mengajar dengan ekspektasi yang setiap siswa dapat lakukan.


5. Mengkombinasikan ekspektasi tinggi dengan dukungan penuh.
6. Mengembangkan kapasitas siswa untuk evaluasi diri.
7. Membantu perkembangan kecintaan siswa akan belajar dan kebanggaan
akan pengetahuan dengan membantu mereka mengembangakan diri
sebagai pakar yang sesungguhnya.

8. Mengembangkan komunitas belajar yang merayakan keberhasilan


anggota kelas.

9. Mengajar untuk gaya belajar siswa yang berbeda.


10. Mengajar sesuai dengan ketertarikan siswa dan membantu mereka
menemukan dan mengembangkan bakat individual mereka.

11. Membantu siswa mengembangkan sikap disiplin dalam mengerjakan


pekerjaan rumah.

12. Membantu mengembangkan kebaikan dari kerja keras dalam konteks


kurikulum yang menarik dan berarti, sebuah lingkungan yang bernilai
bagi orang banyak, dan pandangan seimbang mengenai pekerjaan
sebagai satu dari nilai kehidupan yang penting.

Siswa-siswa di kelas Elaine Herron belajar satu nilai pekerjaan: Jangan


berhenti saat kamu merasa kesulitan. Dan karena dia membantu siswanya
mencari kekuatan belajar mereka sendiri, maka Herron sudah membangun
kepercayaan diri dan keinginan mereka untuk melakukan tugas mereka.
MENGAJAR UNTUK KETERTARIKAN SISWA
304 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Bret adalah siswa kelas sembilan di mata pelajaran sains lingkungan.


Walaupun menurut gurunya, dia adalah siswa cemerlang dan pasti mampu
mempelajari materi pelajaran, dia akan gagal karena dia menolak untuk
mengaplikasikan dirinya sendiri dan melengkapi tugas mata pelajaran.
Wali kelasnya berkata bahwa dia menghadapi masalah tersebut dengan
berbicara pada Bret dan mencoba mencari tahu dimana letak ketertarikan
Bret.

Saya menemukan bahwa dia mencintai perburuan rusa dan mengetahui


banyak hal tentang kehidupan rusa dan habitatnya. Saya tidak mampu
mengaitkan ketertarikan dia dengan tugas kelas, sebuah laporan margasatwa,
mengenai hewan manapun yang siswa sukai.
Bret pun menyelesaikan laporan yang ditulis dengan baik dan juga menarik
tentang rusa, dan dia mendapatkan nilai 95 untuk tugasnya itu. Setelah itu dia
menunjukkan perkembangan yang sangat baik pada tugastugas lainnya,
menyelesaikan semua tugasnya, dan juga mendapat nilai yang meningkat.

Guru tersebut melihat Bret bekerja dengan menghubungkan mata


pelajaran (sains lingkungan) dengan ketertarikannya (rusa). Pendekatan
mengajar lainnya adalah membuat ketertarikan siswa menjadi subjek
investigasi. Dengan melakukan pendekatan tersebut, keterlibatan siswa di
kelas akan menjadi maksimal dan sering membebaskan energi siswa yang
tidak disangka untuk belajar.
Pakar pendidikan anak usia dini, Ann Halpern, mengajar di kelas
gabungan dari kelas satu dan dua di Central School di Ithaca New York. Dia
senang mengajar unit-unit tematik yang berlangsung selama beberapa
minggu dan mengintegrasikan pembelajaran dan kecakapan yang
bermacam-macam (membaca, menulis, sains, angka, menggambar, dan
lainnya), dengan pendekatan whole language untuk mengajar bahasa dan
seni. Terkadang dia akan coba menstimulasi ketertarikan anak pada suatu
topik yang dia pikir akan potensial untuk satu unit, tetapi dia sudah siap
dengan alur mengenai apa yang sangat diinginkan anak-anak. Dia berkata:
Saya memiliki kebun sayuran yang sangat saya cintai, jadi karena saya
menanamnya pada musim gugur ini, mungkin kita dapat belajar tentang
sayuran. Namun, ternyata siswa-siswa saya tidak begitu tertarik denngan
sayuran. Apa yang mereka sukai adalah hewan peliharaan. . .
Jadi sekarang kita mengerjakan sebuah unit mengenai hewan peliharaan.
Apakah hewan peliharaan itu? Perbedaan apa yang mereka perlukan?
Kesadaran Nurani | 305

Bagaimana cara kamu memelihara mereka? Bagaimana cara kamu


menunjukkan bahwa kamu peduli? Saya membawa buku-buku mengenai
hewan peliharaan, anak-anak menulis cerita tentang hewan peliharannya, dan
juga membuat grafik, peta, dan gambar. Kami pun mendiskusikan jenis
pekerjaan yang berkaitan dengan hewan peliharaan, peran hewan peliharaan
sebagai bagian dari keluarga, dan hewan peliharaan sebagai bagian dari
budaya kita dan orang lain. Subjek inilah yang sangat menarik bagi mereka.

Guru Halpern memperlihatkan hubungan antara mengajar sesuai


dengan ketertarikan anak dan mengembangkan rasa penghargaan-diri
mereka: Kami menghargai anak dengan menghargai apa yang mereka
sukai. Bagi saya, itu adalah cara yang paling otentik untuk membantu siswa
menghargai dirinya sendiri.
Pengajaran berbasis ketertarikan pun memperoleh konsentrasi, usaha
yang berkelanjutan dari anak yang mungkin adalah siswa yang kurang
termotivasi. Selama proses berlangsung, mereka mengembangkan
kecakapan (membaca, menulis, dan berpikir) dan standar keunggulan ini
dapat ditransfer ke bidang pekerjaan sekolah lainnya, termasuk ke bidang
yang tidak pilih dengan bebas.
Proyek berbasis ketertarikan pun membantu siswa mengembangkan
bakat unik mereka (contoh: penelitian investigatif, kreatifitas, dan rasa
humor). Seperti apa yang Howard Gardner kemukakan bahwa, salah satu
kontribusi pendidikan terpenting dalam perkembangan anak adalah
membantu mereka mengembangkan bakat yang paling tepat bagi mereka,
bidang yang akan membuat mereka merasa puas dan kompeten.
Ada ratusan dan ratusan cara untuk berhasil, ujar Gardner, dan
banyak, banyak kemampuan berbeda yang akan membantumu sampai
kesana. Kita harus mengurangi waktu kita untuk mengurutkan anak-anak,
tetapi lebih membantu mereka mengidentifikasikan kompetensi alami dan
bakat mereka, serta mengolahnya.
PEKERJAAN RUMAH

Saya yakin, lebih banyak guru akan memberikan lebih banyak pekerjaan
rumah jika mereka tahu apa yang ditunjukkan penelitian berikut:

Saat siswa berkemampuan-rendah hanya mengerjakan pekerjaan


rumahnya selama satu sampai tiga jam per minggu, maka nilai mereka
306 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

akan setinggi nilai siswa berkemampuan-cukup yang tidak mengerjakan


pekerjaan rumah.

Saat siswa berkemampuan-cukup mengerjakan pekerjaan rumahnya


selama tiga sampai lima jam per minggu, maka nilai mereka akan setinggi
nilai berkemampuan tinggi yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

Penelitian itu pun menemukan bahwa guru-guru memberikan lebih


banyak pekerjaan rumah bila dibandingkan dengan apa yang siswa
selesaikan. Guru sekolah menengah berkata bahwa mereka memberiikan
10 jam pekerjaan rumah per minggu. Tetapi siswa senior berpendapat
bahwa mereka hanya menghabiskan empat sampai lima jam per minggu
untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Berikut ini adalah tiga belas strategi pekerjaan rumah yang dapat guru
gunakan:

1. Sekolah berakhir saat pekerjaan rumah sudah dikumpulkan.


Seorang Guru biologi kelas sepuluh berkata bahwa dia tidak menerima
alasan apa pun bgi siapa saja yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah;
mereka tidak diperbolehkan pulangatau melakukan kegiatan
ekstrakurikulersampai pekerjaan rumahnya selesai. Dia berkata, Saya
tidak akan membiarkan siswa-siswa saya terlepas dari kesulitan dengan
memberikan nilai nol, karena nilai bukanlah motivator bagi kebanyakan
siswa.
2. Seorang Guru bahasa Inggris kelas sembilan yang
muridmuridnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengumumkan
kebijakan berikut: Kamis adalah hari susulan. Bagi siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, maka sepulang sekolah harus
mengerjakannya bersama Guru. Tanggapan Guru tersebut adalah: Minggu
pertama, hampir semua siswa harus diam di kelas; minggu kedua, sekitar
setengahnya; minggu ketiga, hanya lima siswa; dan setelah minggu keempat,
tidak ada siswa yang harus tinggal.
3. Kuis yang berdasar pekerjaan rumah. Seorang wali kelas tujuh
pelajaran matematika, menemukan bahwa hanya sedikit dari 20 siswanya
yang menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Sikap mereka yang tidak
hati-hati didorong oleh kebijakan sekolah yang melarang guru memberii
nilai untuk pekerjaan rumah siswa, dimana kebanyakan siswa berasal dari
situasi keluarga yang turut camput agar pekerjaan rumah mereka selesai.
Kesadaran Nurani | 307

Wali kelas tersebut memberi tahu bahwa kuis yang diberikan (dua
sampai tiga kali per minggu) akan berdasarkan pekerjaan rumah yang siswa
kerjakandan mereka dapat menggunakan pekerjaan rumah itu sebagai
catatan untuk kuis. Dan ketika siswa melihat bahwa hasil kuis mereka
menjadi lebih baik ketika mereka sudah mengerjakan pekerjaan rumah
mereka, dan bahkan kelengkapan tugas pun meningkat secara dramatis. -
Variasi: Kuis yang berdasar pekerjaan rumah, tapi siswa tidak
diperbolehkan melihat cacatan mereka selama kuis).
4. Diskusikan tugas. Ketika guru menyiapkan instruksi tertulis dan
mendiskusikan tugas mereka dengan siswa, penelitian menyebutkan,
bahwa siswa-siswa akan mengerjakan tugasnya dengan lebih serius, jika
dibandingkan dengan tugas yang hanya diumumkan.
5. Periksa tugas. Pada sepuluh minggu pertama tahun ajaran baru,
seorang guru kelas enam melatih siswanya untuk menuliskan catatan
pekerjaan rumah mereka dengan lengkap dan akurat, dengan menginisiasi
setiap tugas siswa sebelum mereka meninggalkan ruangan kelas.
6. Memulai tugas. Para siswa lebih senang mengerjakan tugas di luar,
guru berpikir bagaimana jika mereka diharuskan memulai pekerjaannya di
kelas.
7. Bantu siswa membuat rencana. Seorang Guru kelas sembilan
menempelkan pengumuman tugas yang sudah diketik, beserta batas waktu
pengumpulannya, untuk dua minggu kemudian. Dia meminta siswanya
untuk memperbanyak informasi itu dan memutuskan kapan mereka harus
mulai melakukan pekerjaan itu agar mereka memiliki cukup waktu untuk
melakukan yang terbaik.
8. Memberi nilai. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan
siswa lebih senang mengerjakan pekerjaan rumahnya jika Gurunya
mengevaluasi tugas mereka dengan segera dan menghitungnya sebagai
bagian dari nilai akhir mereka. Seorang Guru sains sekolah menengah
menemukan bahwa sistem berikut adalah motivator yang efektif: (a)
Pekerjaan rumah dihitung 50% dari total nilai akhir; (b) dua nilai tambahan
diberikan pada nilai rata-rata akhir siswa yang menyerahkan tugasnya
sebelum batas akhir pengumpulan; (c) siswa diberikan kesempatan untuk
memilih jenis tugasnya; dan (d) siswa diperbolehkan untuk mengulangi
pekerjaan mereka, jika mereka tidak puas dengan hasilnya (mereka
mencoba lebih keras, dan seringnya belajar lebih banyak, guru pun berkata,
kesempatan kedua).
308 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

9. Grafik nilai. Setiap Senin, seorang guru ilmu bumi di sekolah


menengah memberikan siswanya semacam lembar nilai performa
mingguan, berdasarkan pekerjaan rumah dan kuis minggu sebelumnya.
Lalu, para siswa menuliskan nilainya pada grafik pribadi mereka sendiri.
10. Ajarkan sebuah sistem. Beberapa sekolah di Chicago,
mengharuskan siswanya memiliki catatan daftar pekerjaan rumah, beserta
batas waktu dan waktu yang digunakan untuk mengerjakannya. Di
beberapa sekolah, orangtua pun meminta sekolah untuk menggunakan
catatan seperti itu. Selain meningkatkan akuntabilitas, penggunaan buku ini
pun membantu wali kelas melihat catatan pekerjaan siswa-siswanya.
11. Insentif seisi kelas. Seorang guru kelas empat yang berkata
bahwa dia merasa hampir gila karena meminta siswa-siswanya
mengerjakan pekerjaan rumahnya dalam insentif kelompok. Dia
menjelaskan: Jika setiap siswa mengumpulkan tugasnya, seisi kelas akan
mendapatkan sebuah bintang. Setelah terkumpul dua puluh bintang, maka
akan ada pesta popcorn. Kegiatan ini berjalan dengan sangat baik.
Seorang guru sekolah menengah pun berhasil dengan strategi tersebut.
Pada satu bagian yang sulit dipelajaran matematika kelas delapan, dua per
tiga siswanya tidak mengumpulkan pekerjaan rumah mengenai bab metriks.
Guru tersebut mengumumkan bahwa jika setiap siswa mengumpulkan
setiap tugas tepat waktu sepanjang minggu, maka akan ada hadiah kejutan
di hari Jumat. Hal yang sangat mengejutkan bagi guru adalah, semua
siswanya mengumpulkan tugas tepat waktu; maka pada hari Jumat dia
membawa popcorn, lalu dia dan seisi kelas membuat pinwheel dengan
menggunakan ukuran metriks. Guru tersebut melanjutkan penggunaan
pendekatan ini untuk dua minggu berikutnya, dan terlihat perkembangan
seisi kelas; siswa-siswa tersebut meningkatkan kebiasaan baru mereka dan
berhasil mengerjakan bab tersebut dengan sangat baik.
12. Kelompok pekerjaan rumah yang koperatif. Pakar
pembelajaran koperatif, Nancy dan Ted Graves menjelaskan bagaimana
kelompok-kelompok kecil dapat digunakan untuk memotivasi siswa untuk
melakukan pekerjaan rumahnya:

Siswa-siswa duduk berkelompok untuk membahas pekerjaan rumah setiap


hari. Kelompok ini mendorong anggota kelompoknya agar dapat
mengumpulkan pekerjaan rumahnya tepat waktu.
Kesadaran Nurani | 309

Di dalam kelompok, setiap anggota kelompok membahas jawaban


pekerjaan rumah mereka secara berpasangan. Lalu setiap pasangan
membahas jawaban yang disetujui bersama seluruh anggota kelompok,
sampai pada kesepakatan akan jawaban yang paling baik untuk setiap
permasalahan. Lalu mereka mengumpulkan lembar jawaban kelompok,
yang ditandatangani oleh semua anggota, yang melaporkan kesepakatan
mengeni jawaban yang diajukan. Semua lembar tugas individu dilampirkan
di belakang lembar jawaban kelompok.
Penilaian: Setiap anggota kelompok mendapat nilainya sendiri untuk
setiap pekerjaan rumah, ditambah ekstra poin jika semua anggota
kelompok mengumpulkan pekerjaan rumahnya tepat waktudan
tambahan poin bonus jika jawaban di lembar kelompok benar 100%.

13. Pertemuan untuk pekerjaan rumah. Permasalahan dengan


pekerjaan rumah adalah topik yang tepat untuk mengadakan pertemuan
pekerjaan rumah. Apa masalahnya dari sudut pandang guru? Dari sudut
pandang siswa?
Seorang guru matematika sekolah menengah pertama di suatu kota
kecil berkata: Saya mempunya beberapa siswa yang berkecukupan sampai
generasi ketiga dan keempat dibawahnya. Ayahnya hanya diam di rumah
dengan sekaleng bir dan sebungkus kue kering, dan duduk di hadapan
televisi. Mereka tidak memiliki ketertarikan apa pun untuk bekerja
Seorang guru ilmu sosial di suatu sekolah menengah berkata: Saya
menikmati mengajar siswa yang kemampuannya masih kurang, bila
dibandingkan dengan mengajar mereka yang kemampuannya sudah diatas
rata-rata. Di sekolah kami, murid yang paling pintar adalah murid yang
paling malas. Saya dengar dia membual pada teman-temannya mengenai
bagaimana dia dapat mendapat nilai 70 tanpa belajar.
Kemunduran yang meluas mengenai etika kerja merefleksikan luncuran
panjang budaya ke arah privatisasi, kegemaran-pribadi, dan moralitas
mendapat-tanpa-memberi. Hal tersebut tidak akan mudah dibalikkan
sekolah. Tapi, bagaimanapun sulitnya tantangan ini, sekolah tidak punya
alternatif selain mencoba. Mereka harus berjuang untuk mengajar anak-
anak muda.
Berikut ini adalah tiga surat protes untuk sekolah karena mereka
berusaha mengajari anak-anak kebaikan kerja keras:
310 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

1. Sebuah program kependidikan yang baik itu penting. Rexford


Brown dari Komisi Pendidikan Negara Bagian menyampaikan saran berikut
ini pada Navajo Educational Summit 2000:

Jangan terjebak untuk mengembangkan jenis kurikulum yang tanpa


pertimbangan, terbagi-bagi, seperti pacuan kuda, yang saat ini mendominasi
dan mematikan hampir semua sekolah di mayoritas budayasindrom I have
to do Asia tomorrow. Tipikal kurikulum sekolah yang tanpa kesatuan filosofi,
tidak memenuhi anak secara keseluruhan, yang dangkal dan repetitif, dan
tidak masuk akal. Anak-anak mati kebosanan. Bangunlah kurikulum yang
memiliki koherensi dan membuat anak-anak berpikir.

Pemikiran yang terlalu kecil tersebut berlangsung di hampir semua


sekolah itu merupakan kesimpulan John Goodlad dan koleganya dalam buku
A Place Called SchoolSebuah Tempat Bernama Sekolah. Dari observasinya
ke lebih dari seribu kelas, penelitian Goodlad secara mengejutkan
menemukan bahwa instruksi lintas sekolah itu hampir serupa. Pedagodi
guru kebanyakan terbatas oleh dua hal: memberi kuliah (guru biasanya
berbicara lebih banyak ke seluruh penjuru kelas) dan aturan tempat duduk
yang diatur. Anak-anak menjadi pasif; mereka jarang belajar secara
kolaboratif; mereka tidak tertantang untuk berpikir; mereka tidak
menciptakan sesuatu; dan bentuk bentuk evaluasi biasanya hanya untuk
menguji ingatan. Guru-guru berkata bahwa mereka tahu pentingnya
pembelajaran kooperatif, metode penyelidikan, pendekatan
penyelesaianmasalah, proyek berbasis pengalamantetapi tidak tahu cara
mengimplementasikannya tanpa kehilangan kendali.
Memotivasi siswa untuk bekerja harus dimulai dengan kurikulum yang
menarik, berarti, dan diajarkan dengan baik. Seperti apa yang Henry David
Thoreau katakan: Tidaklah cukup menjadi sibuk. Pertanyaannya adalah,
apa yang sibuk kita lakukan?
2. Pencapaian akademik seharusnya tidak menggunakan biaya
pendidikan moral. Ketika pembelajaran akademik memiliki dimensi moral
yang membuat itu menjadi bagian dari pendidikan moral, tekanan akademik
yang tidak penuh pertimbangan akan menjadi musuh pendidikan moral.
Saat pandangan sempit mengenai kesuksesan sekolah skor yang lebih
tinggi untuk tes yang terstandarisasimembebani, maka banyak guru tidak
merasa bebas untuk mendiskusikan permasalahan kelas, membangun
komunitas moral, bereksperimen dengan pembelajaran koperatif,dan lain-
Kesadaran Nurani | 311

lain. Mengajari anak-anak untuk berusaha keras dan mengajari mereka


mengenai nilai mereka sendiri dan orang lain dapat dan harus dilakukan
bersama-sama.
3. Berkerja keras tidak berarti gila kerja. Menurut Dean Richard
Thain dari University of Chicago Graduate School: Ada pandangan baru
mengenai bagaimana gila kerja itu. Orang-orang tidak bepikir apa pun
mengenai 60-jam per minggu. Dia menambahkan: Jika orang lain bekerja
60 jam per minggu, kita akan merasa bersalah jika kita tidak, seakan-akan
seperti kita tidak cukup ambisius dan berbakti, seakan-akan seperti kita
melewatkan kesempatan promosi dan kenaikan gaji.
Sementara bagian dari budaya seperti menderita karena sedikitnya
etika kerja, dan bagian lainnya seperti menderita karena terlalu banyak
etika kerja. Kita menginginkan anak-anak muda tumbuh menjadi dewasa
yang seimbang, yang memiliki nilai tambahan untuk bekerja dan
pencapaianseseorang yang membagi waktunya untuk teman, keluarga,
rekreasi, layanan komunitas, dan pertumbuhan spiritual.
Sekolah yang baik akan menyampaikan pesan yang seimbang mengenai
pekerjaan dengan menciptakan jenis lingkungan yang dimana orang-orang
merasa penting. Pada saat yang bersamaan, mereka akan pintar dalam
mengajar suatu pelajaran pada muridnya ketika mereka tahu lebih baik apa
yang mereka lakukan. Untuk sukses dalam hidup dan membangun dunia
yang lebih baik, mereka membutuhkan lebih banyak dari otak dan bakat;
mereka harus memiliki kapasitas untuk bekerja keras. Untuk membangun
kapasitas seperti itu diperlukan sebuah agenda penting dalam usaha kita
untuk membangun karakter anak-anak kita.
BAB12

MENDORONG REFLEKSI DALAM PENDIDIKAN


MORAL

Akan dari manakah kita jika setiap orang telah memikirkan hal-hal diluar hari-hari
tersebut?

Adolph Eichmann, dalam


percobaannya untuk kejahatan
perang Nazi

Saya di sana untuk mengikuti arahan, bukan untuk berfikir.

Terdakwa dalam percobaan


Watergrate

ebagai bagian dari proyek inkubasi anak ayam, Bu William menyarankan


S anak-anak kelas duanya untuk membuka sebuah telur setiap minggunya
untuk memonitor perkembangan embrionya.
Kemudian di hari yang sama, dalam kelompok membaca, Nathaniel yang
berusia 7 tahun mempercayakan sesuatu pada gurunya: Bu William, aku
sudah berpikir mengenai ini lama sekalirasanya terlalu kejam untuk
membuka setiap telur dan membunuh anak ayam di dalamnya! Bu William
hanya mendengarkan tanpa memberi komentar apa pun, dia berkata bahwa
dia akan membawa diskusi tersebut ke kelas.
Ketika dia mengatakannya, ada beberapa kesepakatan bahwa pendapat
Nat itu penting untuk dipertimbangkan. Tapi banyak anak yang berkata
bahwa mereka sangat penasaran untuk tahu seperti apakah embrio itu. Nat
menjawab bahwa rasa penasaran bukanlah alasan yang cukup untuk
membunuh anak ayam. Dia berkata, Apakah kamu akan menyukainya, jika
seseorang membuka kantong tubuhmu untuk melihat bagaimana kamu
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 313

berkembang, karena mereka penasaran untuk melihat bagaimana kamu


terlihat? Dia pun mendebat bahwa perpustakaan pasti

306
memiliki gambar embrio anak ayam; itu akan menjadi cara yang lebih baik
untuk mencari tahu bagaimana mereka terlihat.
Beberapa anak menjawab bahwa mereka ingin melihat anak ayam yang
sebenarnya. Apakah dia hidup menjadi satu pertanyaan. Tidak sampai
dia menetas, beberapa anak mendebat. Dia hidup sekarang, yang lainnya
mendesak, dan dia adalah seekor ayam!
Bu William meminta anak-anak tersebut untuk berpikir mengenai isu
tersebut selama satu malam. Keesokan paginya, kebanyakan anak merasa
bahwa pendapat Nat harus dihargai: Mereka memutuskan untuk tidak
membuka telurnya.
Banyak pelajaran moral yang potensial di sini: semua hal mengenai
kehidupan, bahkan embrio anak ayam, dianggap sangat serius; bahwa
mereka hanya ingin melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ada alasan
yang baik untuk melakukannya; bahwa perbedaan pendapat satu orang
dalam kelompok layak didengarkan oleh seluruh anggota kelompoknya;
bahwa pengambilan keputusan moral yang penting tidak boleh dilakukan
dengan terburu-buru; dan bahwa, jika memungkinkan, sebuah konflik harus
diselesaikan dengan cara yang dapat memenuhi kebutuhan semua pihak
(faktanya semua anak di kelas tersebut mencari gambar embrio anak ayam
di perpustakaan). Pembelajaran seperti ini menjadi memungkinkan karena
Bu William memberikan waktu untuk membantu siswanya berpikir dan
berhubungan secara sensitif dengan dilema moral yang muncul dari
kehidupan nyata mereka di dalam kelas.

KEBUTUHAN AKAN REFLEKSI MORAL

Sejarah dan kehidupan sehari-hari itu dipenuhi dengan banyak


kesalahan kecil dan besar yang terjadi karena manusia tidak pernah
berhenti berpikir, Apakah ini benar? Refleksi moral merupakan sesuatu
yang penting untuk mengembangkan sisi kognitif dari suatu karakter
bagian penting dari moral kita sendiri yang mampu membantu kita
314 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membuat penilaian moral tentang sikap kita sendiri dan lainnya. Bagian
karakter seperti itu, seperti yang kita lihat di Bab 4, memiliki enam sisi:

1. Sadar moralmelihat dimensi moral dari situasi kehidupan


2. Memiliki pemahaman mengenai keseluruhan nilai moral dengan objektif
(contoh: rasa hormat dan tanggung jawab) dan bagaimana
mengaplikasikannya dalam situasi kongkrit.

3. Mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain.

4. Mampu memberiikan alasan dengan pertimbangan moralmemahami


mengapa secara moral beberapa tindakan itu lebih baik dari yang lainnya.

5. Mampu membuat keputusan moral yang sudah dipertimbangkan dengan


matangmempertimbangkan alternatif, konsekuensi, dan nilai moral
yang dipertaruhkan.

6. Mengenali diri sendiritermasuk kapasitas mengkritisi diri.

Mengetahui sisi karakter ini untuk pendewasaan ini merupakan


tantangan tersulit dalam pendidikan moral. Hal itu membutuhkan
pemikiran etika yang jernih oleh guru, juga sebagai satu set kemampuan
mengajar yang canggih.

KESALAHAN RELATIVISME MORAL

Tanpa pelatihan etika, banyak guru yang cenderung menggunakan


penilaian moral seperti membuat opini pribadi. Hal itu merupakan
kesalahan dalam relativisme moral, sebuah kesalahan yang sudah mengakar
dalam budaya kontemporer.
Relativisme moral adalah hasil perkembangan filosofi positivisme (yang
menolak adanya kebenaran moral yang objektif) dan personalisme (yang
menekankan pada otonomi individu dan perasaan subjektif). Banyak guru
yang merasa dirinya bukan relativis moral, namun mereka berbicara
seperti mereka adalah relativis moral. Secara rutin mereka
memperkenalkan diskusi moral dengan berkata seperti ini, Tidak ada
jawaban benar atau salah . . . Dalam suatu diskusi, guru-guru ini dengan
teliti menghindari pernyataan yang dapat membuat siswa berpikir dengan
cara yang salahtanpa memperhatikan apa yang mereka katakan.
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 315

Sayangnya kebanyakan siswa sudah terlalu siap untuk mempercayai


bahwa tidak ada jawaban benar atau salah tentang moralitas. Mereka
tumbuh di dunia dengan kebanyakan orang berpikir bahwa nilai moral itu
tidak pernah absolute, tapi selalu relatif bergantung pada individu dan
masyarakat yang memegangnya. Implikasi dari keyakinan tersebut adalah
pencapaian-yang-jauh: Secara objektif tidak ada hal yang benar atau salah;
moral berarti apa yang benar untuk saya.
Pemikiran seperti itu gagal untuk memahami kebenaran moral yang
fundamental. Ada nilai-nilai moral yang rasional, non-relatif, bermanfaat:
menghormati kehidupan manusia, kebebasan, nilai yang melekat pada
setiap individu, dan konsekuensi tanggungjawab untuk peduli pada orang
lain dan melaksanakan kewajiban dasar. Nilai-nilai yang bermanfaat ini
mengharuskan kita menganggap tindakan apa pun yang salah moral oleh
individu, kelompok, atau negara yang melanggar dasar-dasar nilai moral.
Bagaimana mungkin mendemonstrasikan nilai moral seperti rasa
hormat dan tanggung jawabs secara rasional? Pertama, nilai seperti itu
menjalankan sesuatu yang baik untuk individu dan masyarakat. Mereka pun
bertahan dalam dua tes etika: reversibility (apakah kamu mau diperlakukan
seperti itu dan universalizability (apakah kamu menginginkan semua orang
melakukan hal yang sama dalam suatu situasi yang serupa?). Sikap-sikap
yang bertolakbelakang dengan hormat misalnya, akan gagal dalam tes
reversibility dan universalizability. Jika kita tidak ingin menjadi korban
pencurian, perkosaan, atau pembunuhan (tes reversibility), dan jika tidak
ingin kebanyakan orang melakukan pencurian, pemerkosaan, dan
pembunuhan (tes universalizability), maka sikap-sikap tersebut itu jelas
salah menurut diri sendiri.

RELATIVISME DI RUANG KELAS: SEBUAH STUDI KASUS

Ketika guru tidak memahami logika moral dasar inidan ketika mereka
malah membawa relativisme yang keruh ke diskusi kelasdia tidak akan
dapat membantu siswa belajar berpikir jernih mengenai pertanyaan moral.
Pertimbangkan insiden berikut yang baru-baru ini diberitakan oleh The New
York Times.
Dia Teaneck New Jersey, seorang siswa perempuan sekolah menengah
menemukan uang $ 1000 di dalam sebuah dompet, dan mengembalikannya.
Hari berikutnya, seorang konselor memimpin sebuah diskusi dengan 15
316 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

siswa junior dan senior. Konselor tersebut bertanya mengenai apa yang
mereka pikirkan tentang tindakan perempuan itu.
Mereka berpikir bahwa perempuan itu sudah bertindah bodoh karena
mengembalikan uang tersebut.
Kemudian anak-anak tersebut menanyakan pendapat konselor
tersebut. Dia menjawab bahwa dia yakin bahwa perempuan itu sudah
melalukan hal yang benar, tetapi dia menambahkan bahwa dia tidak akan
memaksakan nilai moralnya pada mereka. Kemudian konselor tersebut
menanggapi reporter Times: Jika saya berada pada posisi yang
memberitahu mereka mana yang benar dan yang salah, maka saya bukanlah
konselor mereka.
Saya membagikan artikel ini ke mahasiswa saya, dan meminta mereka
untuk mengevaluasi alasan moral si konselor. Mereka pun kesulitan untuk
mencari sesuatu yang salah dengan itu. Seorang mahasiswa wanita
berpendapat bahwa dia akan menangani hal tersebut dengan cara yang
sama.
Mengapa siswa-siswa saya tidak segera menemukan kekurangan dalam
pengambilan alasan oleh konselor tersebut? Karena mereka sendiri biasa
berpikir mengenai pertanyaan moral secara relativistik. Pernyataan
konselor yang tidak mau memaksakan nilai moralnya pada mereka dan
tidak ingin berada pada posisi yang memberiitahu mana yang benar dan
yang salah terdengar cukup bijaksanajika kamu mulai dengan premis
bahwa semua nilai itu murni personal dan relatif, sebagai suatu pilihan
dibandingkan dengan kewajiban.
Siswa-siswa saya melihat permasalahannya dari sisi si konselor ketika
saya mengajukan situasi berikut: Bayangkan jika si konselor lah yang
kehilangan uang $1000. Bayangkan uang tersebut tidak dikembalikan, dan
dia sedang mendiskusikan hal tersebut dengan siswa-siswanya. Di bawah
situasi seperti itu, dapat kamu bayangkan perkataannya, Menurut saya
pribadi, akan lebih baik jika siapa pun itu mengembalikan uang yang kau
temukan itutapi, tentu saja, saya tidak akan memaksakan nilai moralku
pada kalian?
Ketika kita membandingkan suatu nilai sebagai suatu hak atau
kewajiban, maka kita tidak sedang memaksakan nilai tersebut pada orang
lain. Dibandingkan, nilai-nilai yang mengekspresikan hak dan kewajiban
menentukan mereka sendiri pada diri kita semua. Kita semua menuju nilai-
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 317

nilai seperti itu, suka atau tidak. Biasanya ada hukum sosial yang
mendukung kebutuhan moral itu. Menghargai barang milik orang lain,
contohnya, merupakan kewajiban moral dan kewajiban hukum, bukan
pilihan.

LEBIH JELAS LAGI TENTANG MORALITAS DASAR

Jika seorang guru berpikir bahwa semua nilai itu murni personal dan
relatif, dan bahwa tidak ada hak dan kewajiban yang mengikat setiap orang,
maka guru tersebut tidak memiliki kapasitas sebagai seorang pendidik
moral. Kewajiban moral yang valid itu masuk akal bagi semua orang yang
bertanggungjawab. Masyarakat tidak akan dapat berdiri tanpa mereka.
Salah satu tugas utama sekolah sebagi pendidik moral adalah membantu
siswa memahami bahwa fakta dan sikap moral dengan benar.
Hal yang ironis adalah hampir semua guru mengambil pendekatan
nonrelativistik dengan segera, situasi moral yang kongkrit, bahkan jika
banyak pembicaraan seperti relativis pada suatu abstrak. Ketika uang untuk
membeli susu anak dicuri, guru tidak tergelincir ke sebuah retorika tentang
nilai yang dibebankan. Mereka mendesak bahwa uang tersebut harus
dikembalikan. Ketika anak-anak memanggil satu sama lain dengan nama
hinaan, melempar makanan di kafetaria, mengganggu temannya yang lemah
di taman bermain, atau berkata tidak sopan pada orang dewasa, orang
dewasa tersebut berkewajiban untuk tidak berkata: Menurut saya pribadi,
saya tidak setuju dengan sikapmu, tapi tidak ada hal yang benar atau salah,
maka kamu harus mengambil keputusanmu sendiri. Daripada, mereka
mendesak bahwa siswa-siswa harus mengambil keputusan mereka sendiri
dengan tepathentikan sikap yang merendahkan diri, tidak melemparkan
makanan, tidak menyiksa teman yang lemah, dan berbicara dengan sopan.
Jika mereka melakukan pekerjaan mereka dengan baik, maka guru pun
menjelaskan dengan hatihati alasan syarat moral tersebut, maka sikap dan
pemikiran anak pun akan berubah.
Ketika guru melepaskan pemikiran relativistik dan menjadi yakin
bahwa sekolah memiliki kewajiban untuk mengajarkan nilai moral
nonrelatif, satu kesulitan terbesar untuk membuat diskusi kependidikan
moral sudah teratasi.
Tetapi muncul kesulitan lain. Guru pun memerlukan peralatan. Mereka
tidak ingin berdiri di depan kelas dan berkata, Ini benar dan Ini salah.
318 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Mereka tidak ingin menasehati. Walaupun mengajar dan memberi mentor


memiliki tempatnya sendiri, guru ingin dan butuh cara lain untuk membuat
siswa terlibat di diskusi moral.
Mari kita lihat beberapa metode yang mendorong refleksi moral yang
berkembangdan bagaimana guru dapat menggabungkan fitur terbaik
pada setiap refleksi itu.

MEMPELAJARI KEBAJIKAN YANG SEDERHANA

Putar kembali waktu ke awal abad ini. Kamu adalah siswa kelas dua,
dan sekarang adalah saatnya membaca. Guru meminta kamu mengambil
buku McGuffey Reader dan membuka cerita The Honest Boy and The Thief
Anak Laki-laki yang Jujur dan Sang Pencuri. Berikut ceritanya:

ANAK LAKI-LAKI YANG JUJUR DAN SANG PENCURI


Charles adalah seorang anak yang jujur, tapi tetangganya Jack Filler
adalah seorang pencuri, Charles tidak pernah mengambil sesuatu yang bukan
miliknya; namun Jack akan mengambil apa pun yang ia inginkan.
Pada suatu pagi di musim panas, saat Charles akan berangkat sekolah, dia
bertemu dengan seorang pria di seberang kedai, yang memiliki jeruk untuk
dijual. Pria ini ingin berhenti sejenak dan sarapan, dan dia pun meminta
Charles untuk menjaga kudanya saat dia pergi ke kedai tersebut.
Pria ini menanyakan pada pemilik kedai, apakah dia mengenali Charles
sebagai anak yang jujur dan apakah dia dapat mempercarayakan jeruk itu
bersamanya. Pemilik kedai itu pun mengiyakan, dia mengenal Charles
sepanjang hidupnya, dan tidak pernah melihat dia berbohong atau mencuri.
Lelaki pemilik jeruk itu pun menyerahkan kekang kudanya pada Charles,
dan pergi ke kedai tersebut untuk sarapan. Tak lama kemusian, Jack Pilfer
datang dan melihat Charles sedang memegang kuda. Dia pun bertanya kuda
siapa itu, dan ada apa di dalam keranjang di atas kuda itu. Charles menjawab
bahwa pemilik kuda itu sedang berada di dalam kedai, dan di dalam keranjang
itu ada jeruk.
Saat Jack tahu bahwa ada jeruk di dalam keranjang itu, dia pun ingin
mendapatkannya. Jack meraih keranjang, menyelipkan tangannya ke dalam
keranjang, dan mengambil jeruk terbesar yang ada.
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 319

Lalu Charles berkata bahwa Jack tidak boleh mencuri jeruk itu saat dia
sedang menjaganya, jadi kamu harus mengembalikan jeruk tersebut ke dalam
keranjang.
Jack berkata tidak, dan dia akan melakukan hal apa pun yang dia sukai;
tetapi Charles tidak takut, jadi dia merebut jeruk itu dari tangan Jack, dan
melemparkannya ke dalam keranjang.
Jack berusaha memutar ke sisi lain dan mengambil satu jeruk dari
keranjang, namun karena dia melangkah terlalu dekat ke kaki kuda, maka
kuda tersebut menendangnya dengan keras, sehingga dia terlempar tanah.
Tangisan Jack membuat orang-orang keluar dari kedai, dan mereka tahu
apa yang terjadi. Mereka berkata bahwa Jack pantas menerima itu. Lalu, lelaki
pemilik jeruk itu mengambil topi milik Charles dan memenuhinya dengan jeruk
sambil berkata bahwa Charles sudah menjaga jeruk tersebut dengan jujur,
maka dia mendapatkan jeruk itu untuk kejujurannya.

Setelah itu, guru mendiskusikan pertanyaan berikut ini dengan


anakanak untuk membantu mereka memahami pelajaran moral yang
diharapkan:

1. Apa yang diceritakan dari cerita di atas?

2. Anak manakah yang jujur?

3. Anak seperti apakah Jack Pilfer itu?

4. Apa yang pemilik kedai katakan tentang karakter Charlie?

5. Bagaimana cara mendapat reputasi yang baik?

6. Manfaat apa yang dapat didapatkan dengan memerankan karakter yang baik?

Jelas sekali bahwa kamu tidak membutuhkan kartu skor untuk


memberii tahu peran yang baik dan buruk dari McGuffer Reader. Cerita
seperti Anak yang Jujur dan Sang Pencuri didesain untuk mengajari nilai
moral yang sederhanakejujuran, kebaikan, kesetiaan, keberanian
dengan cara yang sederhana dan mengesankan. Berkelakuan sesuai dengan
ideal tersebut itu berarti benar; dan berkelakuan sebaliknya berarti salah.
Kebaikan itu ada ganjarannya. Suatu saat, anak-anak akan belajar
bahwa ada harga yang harus dibayar dalam suatu tindakan kriminal dan
termasuk juga melakukan hal yang benar.
320 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

McGuffey mengemukakan suatu alasan, dalam menuntun anak ke dalam


perjalanan kebaikan, pertama-tama kita harus menyukai kebaikan. Kita
harus mencobanya dengan menggambarkan sesuatu yang benar secara
fundamental: Kejujuran adalah kebijakan terbaik, memiliki karakteristik
yang baik akan mendapatkan manfaat kehidupan, dan berlaku baik
merupakan jalan yang paling pasti untuk bahagia. Ketika kamu menuntun
kehidupan yang baik, kamu menjalani hidup yang dapat kamu banggakan,
dan orang yang kamu tahu pun akan bangga padamu.
Selain cerita mengenai kebajikan, McGuffey Reader pun menawarkan
anak-anak saran moral langsung. Berikut satu pelajaran dari First Reader:

Selalu lakukan apa yang kamu ingin teman-teman lakukan padamu.


Ini adalah Peraturan Emas. Jadi ingat itu saat kamu bermain. Lakukan
itu sekarang, dan ketika kamu tumbuh dewasa, jangan lupakan itu.

Anak-anak membutuhkan pelajaran moral yang sederhana seperti ini


saat Waktunya McGuffey, dan mereka masih membutuhkannya. Itu adalah
satu alasan mengapa buku McGuffey yang asli itu terus berdatangan.
Sekolah-sekolah pun mencari buku anak-anak lain yang ditulis dengan
semangat yang samaseperti Value Tales yang kontemporer, sebuah seri
kehidupan nyata (Louis Pasteur, Helen Keller, Abraham Lincoln, Harriet
Tubman, Benjamin Franklin, Marie Curie, Jackie Robinson, Eleanor
Roosevelt, dan lainnya).

KLARIFIKASI NILAI

Loncat ke tahun akhir tahun 1960. Saat ini, seperti apa yang kita lihat di
Bab 1, sekolah mengabaikan, moralitas publik. Secara umum, para pakar
kemoralan tidak dapat dipercaya, dan kebebasan individu lah yang
mengatur kehidupan bermasyarakat.
Dalam manifesto berani dalam klarifikasi nilai, penulis Values and
Teaching (1966, 1978) menawarkan untuk mengganti cara lama dalam
mengajar nilai (contohnya, membuat contoh yang baik, menginspirasi,
menggunakan seni dan literatur, agama, dan menarik suara hati) dengan
fokus pada proses.
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 321

Langkah pertama yang direkomendasikan penulis dari tujuh-langkah


menghargai proses adalah bebas memilih (langkah lainnya adalah memilih
alternatif, memilih dengan penuh pertimbangan, memberi hadiah dan
menghargai, menegaskan, bertindak sesuai pilihan, dan mengulangi pilihan
berbasis nilai). Komitmen penulis tersebut sangat kuat untuk
membebaskan pilihan dan juga mendorong guru untuk membantu
anakanak mencari nilai-nilai jika mereka memilih untuk melakukannya . . . .
Hal tersebut sangat memungkinkan bagi anak untuk tidak mengembangkan
nilai. Itu adalah tanggung jawab guru untuk mendukung pilihan mereka
tersebut.
Bagi kebanyakan orangtua, melihat bagaimana pendidikan nilai
diajarkan pada anak-anaknya itu merupakan sesuatu yang mengejutkan.
Pada jurnal akademik The Public Interest, Martin Eger mempresentaikan
sebuah studi kasus mendalam dari dua kota kecil di bagian utara New York,
di mana para gunungan protes orangtua terhadap klarifikasi nilai yang
berlangsung di sekolah mereka. Eger menulis:

Orang-orang ini masih berpikir bahwa apakah mereka akan menjadi


insinyur atau petani merupakan pilihan mereka sendiriadalah sesuatu yang
bebas dan merupakan keputusan pribadi. Tapi mereka tidak pernah yakin
bahwa apakah sebaiknya mencuri atau tidak, padahal dia berada di kategori
yang agak serupa. Dan sepertinya hal tersebut lah yang diajarkan sekolah.
Seorang ibu menulis: Jika saya mengajari anak saya bahwa mencuri itu salah,
dan V.C (value clarificationklarifikasi nilai mengajarkan anak saya tidak ada
nya jawaban yang benar, tidak ada jawaban salah, tetapi lebih cenderung
memilih dengan bebas. Dan hal itulah yang mengecewakan orangtua.

Tentu saja, hal tersebut bukan hanya mengecewakan setiap keluarga


tapi juga seluruh komunitas masyarakat. Seperti apa yang kita lihat,
membagi keyakinan akan nilai, seperti kejujuran merupakan perekat yang
mengikat masyarakat bersama.
Pemikiran klarifikasi nilai masih merupakan bagian dari diri kita dalam
bentuk bahasa relatifistik (Tidak ada jawaban yang benar atau salah. . .).
Dan metodologi klarifikasi nilai-nilai dasar (Kamu harus memilih sesuatu
yang tepat untukmu) merupakan hal yang lebih banyak berada di sekitar
kita, walaupun hal tersebut tidak dikatakan lagi demikian karena adanya
kontroversi. Bahkan guru yang tidak tertarik pada teori relatifistik dibalik
klarifikasi nilai pun biasanya tertarik dengan banyaknya variasi kegiatan
kelas yang ada. Aktifitas-aktifitas tersebut membuat siswa terlibat dan
322 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berbicara; tetapi bagi para pendidik moral, pernyataan adalah: Pelajaran


moral apa yang siswa ambil? Saya akan memberikan dua contoh kegiatan
klarifikasi moral yang mengilustrasikan beberapa resiko.
Salah satunya bernama The Fallout Shelter. Latihan ini meminta siswa
untuk mengasumsikan adanya perang nuklir dan masa depan manusia
bergantung pada siapa pun yang dapat masuk ke tempat perlindungan
nuklir. Pada satu versi, tempat perlindungan itu hanya dapat memuat 6
orang, dan siswa diminta memilih dari 6 dari 10 kandidat yang (termasuk
gadis yang memiliki keterbelakangan, polisi yang bengis, seorang PSK,
penjual obat illegal, seorang rasis, dan seseorang yang baru keluar dari
institusi mental) akan diselamatkan.
Bentuk latihan tersebut dibuat dalam bentuk format yang wajib-pilih,
dan menuntun siswa untuk membiarkan prinsip dasar etika: Semua orang
memiliki penghargaan dan nilai yang sederajat untuk hidup. Aktifitas ini
mengundang siswa-siswa untuk mengurutkan kehidupan manusia dengan
dasar: Siapakah yang akan menjadi orang yang paling bermanfaat untuk
membangun kembali masyarakat setelah perang nuklir berakhir? Dalam
kuliah pendidikan moral, seorang guru berreaksi dengan tajam, Saya
memiliki siswa yang cacat. Mereka akan dihancurkan oleh kegiatan yang
menyarankan mereka untuk menjadi yang pertama melakukannya karena
mereka kurang bermanfaat bagi yang lainnya.
Bahkan aktifitas klarifikasi nilai yang tampak tak berbahaya pun dapat
meledak tiba-tiba. Pertimbangkan: Things I Love To DoHal yang Senang
Aku Lakukan. Para siswa diminta untuk mengurutkan 20 hal yang mereka
senang lakukan, lalu mengindikasikan kegiatan mana yang mengeluarkan
uang lebih dari $3 setiap mereka lakukan itu, kegiatan mana yang
melibatkan beberapa jenis resiko, dan kegiatan mana yang tidak aka nada
dalam daftar lima tahun kemudian. Dengan orang dewasa dan banyak
kelompok siswa, aktifitas ini terbukti baik untuk mengklarifikasi nilai-nilai
personal dan membangun rasa komunitas.
Bayangkan apa yang terjadi, ketika seorang guru matematika kelas
delapan menggunakan aktifitas berikut untuk kelas yang pencapaiannya
rendah:

Saat kami membahas daftar kami, empat aktifitas yang paling popular yang
ada dalam daftar siswa adalah: seks, narkoba, minum-minuman keras, dan
bolos sekolah. Saya bertanya mengapa aktifitas tersebut menjadi paling
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 323

popular, dan inilah jawaban mereka: Saya tidak membutuhkan kelas ini
untuk lulus, lalu mengapa saya harus datang?; Sekolah itu tidak penting;
Semua orang suka minum-minum dan menghisap obat bius; Ganja tidak akan
membahayakanmu; Semua teman saya melakukannya, lalu mengapa saya
tidak?; Seks adalah bagian terbaik dalam hidup; dan Seks, narkoba, dan aturan
rock and roll.

Lalu apa hasil dari diskusi ini? Siswa merasa memiliki teman yang
mendukung pelanggaran-aturan dan gaya hidup yang memanjakan diri
sendiri, yaitu nilai-nilai yang bukan ketertarikan mereka sendiri, dan juga
bukan ketertarikan masyarakat. Dan sekolah, orang-orang yang tidak
menantang, guru yang netral, sudah memberiikan persetujuan tak tertulis
mengenai sistem nilai mereka yang hedonis.
Beberapa penemu klarifikasi nilai, berbicara kepada umum mengenai
kelemahan pendekatan mereka. Pada bulan Mei 1988, dalam isu
Kepemimpinan Pendidikan mengenai pendidikan moral, Merril Harmiin
(salah satu asisten penulis buku Values and Teaching) menulis sebuah
artikel berjudul Kemurnian Nilai, Moralitas Tinggi: Mari Mencoba
Keduanya. Dia menyebutkan:

Penekanan kami dalam netralitas nilai mungkin sudah meruntuhkan


moralitas tradisional . . . Saat saya menengok ke belakang, mungkin hal
tersebut akan lebih baik apabila kami mempresentasikan gambaran yang
seimbang, apabila kamu menekankan untuk membantu siswa memperjernih
nilai personal mereka sendiri dan untuk mengadoptasi nilai-nilai moral
masyarakat . . . Hal tersebut membuat rasa yang baik untuk mengatakan
bahwa kebenaran itu lebih baik dari penipuan, menyayangi itu lebih baik dari
menyakiti, kesetiaan lebih baik dari pengkhiatan, dan berbagi lebih baik dari
eksploitasi.

ADAKAH FITUR YANG BERMANFAAT DARI KLARIFIKASI NILAI?

Apakah ada nilai di dalam klarifikasi nilai?


Saya yakin ya. Klarifikasi nilai mendorong orang-orang untuk
menghilangkan jarak antara nilai yang menyertai dan tindakan pribadi.
Selama nilainya adalah nilai yang baikseperti menghormati seseorang dan
324 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

yang lainnyakonsistensi tindakan-nilai merupakan tujuan yang


bermanfaat.
Klarifikasi nilai mencoba mempromosikan konsistensi tindakan-nilai ini
dengan berbagai cara. Guru-guru didorong untuk bertanya pada siswanya
bagaimana mereka bertindak dalam nilai yang mereka pegang. Guru pun
didorong untuk bertanya isu-isu nilai dengan pertanyaan Apa yang akan
kamu lakukan?

Apa yang akan kamu lakukan jika kamu melihat seseorang dirampok dan
orang lain hanya berdiri dan melihat?

Apa yang akan kamu lakukan jika temanmu mulai bersenang-senang dengan
teman sekolah yang terlihat aneh?

Apa yang akan kamu lakukan jika kamu mendengar bahwa penduduk asli
Amerika yang tinggal dekat daerah penampungan, hidup dalam kemiskinan
dan tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu untuk mereka?

Terkadang pernyataan seperti itu merupakan bagian dari lembar nilai


yang dapat guru integrasikan dengan pelajaran akademik ilmu sosial, sains,
atau bahasa Inggris. Sebuah lembar nilai mungkin dapat menyediakan
makanan untuk pemikiran yang diambil dari sejarah atau peristiwa terkini;
untuk mendorong refleksi serius, anak-anak dapat menanggapinya dalam
bentuk tulisan. Sebagai contoh, gunakan format berikut, saya baru saja
mengkonstruksi lembar nilai prasangka berikut dan menggunakannya pada
suatu lokakarya guru, untuk menstimulasi refleksi pribadi dan diskusi
kelompok kecil yang hidup.

DUA DITANGKAP UNTUK PENYELIDIKAN GRAFITI KEBENCIAN


DI WELLESLEY
Oleh James L. Franklin
Staf Globe

Hari ini polisi di Wellesley menangkap dua pria terkait gelombang grafiti
kebencian Nazi yang digambar pada lusinan mobil dan gedung pada hari
Minggu.
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 325

. . . . Awalnya sekitar pukul 3 pagi di hari Minggu, polisi di Wellesley


menerima sekitar 40-50 pengaduan bahwa sebuah kelompok sudah
menggambar-semprot swastika dan cercaan rasis yang ditujukan pada
penduduk kota yang asli Yahudi, Negro, Hispanik, dan Cina.
Vandalisme yang terjadi beberapa jam sebelum mulainya hari libur Yom
Kippur milik orang Yahudi, sudah menodai ruko-ruko yang sedang dibangun di
kawasan bisnis Wellesley Hills, termasuk kotak surat, garasi, rumah, dan mobil-
mobil yang diparkir sepanjang jalanan kawasan tempat tinggal.

1. Artikel di atas muncul pada taggal 9 Oktober 1989, di Boston Globe. Tetapi
insiden serupa pernah terjadi di berbagai negara. Apa tanggapanmu
terhadap insiden ini?

2. Andaikan kamu berada dalam pembicaraan kelompok dan seseorang


mencerca anti-Semitic, rasis, atau etnis lainnya. Apa yang akan kamu
lakukan? Mengapa?

3. Pernahkah di masa lalu kamu berbicara untuk melawan pertempuran


prasangka atau sebaliknya? (Beri contoh apabila memungkinkan).

4. Apa yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang?

Ketika klasifikasi nilai gagal untuk menjawab pertanyaan krusial,


apakah nilai yang menyertai siswa itu bermanfaat? Jika siswa menilai
pertempuran prasangka dan menunjukkan rasa hormat pada martabat
manusia, kami ingin mereka mempraktekkan nilai tersebut. Tetapi jika
mereka menilai seks, narkoba, minum-minum, dan bolos sekolah sebagai
sesuatu yang dilakukan siswa kelas 8 di tersebut, apakah kami ingin mereka
melakukan hal tersebut secara konsisten?
Siswa-siswa membutuhkan bantuan untuk mengetahui manakah yang
baik dan benar untuk dirinya dan orang lain. Untuk membantu siswa
mengevaluasi nilaiuji mereka dengan kritisguru membutuhkan
kerangka teoritis yang mengenai kriteria etika. Dikarenakan klarifikasi nilai
kekurangan kerangka seperti itu, para pengkritik pun menyebutnya satu set
metode yang mencari teori.
Untuk teori moral yang lebih baik, banyak pendidik yang
menyerahkannya psikologi pendidikan moralnya pada Lawrence Kohlberg
dari Universitas Harvard. Pendekatan Kohlberg mencoba meraih dukungan
kuat diantara akademisi dan peneliti, dan hal tersebut memberi dampak
yang mendunia bagi para pendidik.
326 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

ANAK SEBAGAI FILSUF MORAL

Kontribusi pertama Kohlberg adalah meraih perhatian bahwa anakanak


adalah pemikir moral.
Pada jam makan siang di sebuah sekolah dasar di California, saya
berkumpul dengan satu kelompok kecil siswa kelas tiga pada sebuah meja
piknik, dan melakukan sesuatu yang membuat Kohlberg terkenal. Saya
membacakan sebuah dilema moral untuk mereka:

Selama jam istirahat di taman bermain, kamu melihat anak kelas


empat berbadan besar yang sedang mengganggu siswa kelas dua yang
lebih kecil. Dia mendorong dan memukul anak itu, bersikap keji. Kamu
tidak mengenali anak yang ditendang itu. Apa yang akan kamu lakukan
jika melihat ini terjadi? Apa yang harus kamu lakukan? Mengapa?

Berikut adalah dua tanggapan anak kelas tiga tersebut:


ANDY : Kamu harus mencoba menghentikannya sendiri. Jika tidak berhasil,
beritahu penjaga taman [orang dewasa di taman bermain].

SAYA : Mengapa aku harus melakukan itu?


ANDY : Agar anak itu tidak diinjak-injak!
SAYA : Saya tahu beberapa anak yang akan berkata, Itu bukan urusanmu,
kamu bahkan tidak mengenali anak itu. Apa pendapatmu?

ANDY : Bahkan jika dia bukan temanmu, bahkan jika kamu membenci dia,
kamu harus menolongnya!
MIKE : Aku tidak setuju.
SAYA : Mengapa?
MIKE : Aku rasa itu bukan urusanku.
SAYA : Mengapa kamu pikir itu bukan urusanmu?
MIKE : Aku hanya tidak ingin terlibat.

Walaupun mereka berusia sama (keduanya 8 tahun), Andy dan Mike


tidak berada pada tingkat yang sama dalam perkembangan moral. Andy
sudah mencapai apa yang Kohlberg sebut Tahap 3, karena anak tersebut
ingin menjadi anak yang baik dalam pandangannya sendiri dan siapa pun
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 327

yang mengenalnya. Dia peduli akan perasaan orang lain, tanpa


menghiraukan apa yang ada untuknya.
Mike masih berada di Tahap 2, dimana pemikirannya masih sempit,
menekankan pada balas jasa. Pada Tahap 2, jika anak dibantu memilih saat
kamu memilih, maka kamu harus mengembalikannya dengan
membantunya. Namun hal itu bukanlah tanggung jawabmu.
Berikut adalah bagaimana pandangan Tahap 2 Mike akan moral dilema
kedua. Pertanyaannya adalah: Apa yang akan kamu lakukan jika seorang
anak dari kelas lain menjatuhkan uang sebanyak satu Dollar saat sedang
berjalan melintasi ruang masuk. Dia tidak menyadari bahwa dia sudah
menjatuhkan uangnya. Dan kamu adalah satu-satunya orang yang melihat
uang tersebut di lantai?

MIKE : Mengambil uang itu. SAYA :


Mengapa kamu lakukan itu? MIKE :
Itu adalah uang!
KAREN : Aku akan mengembalikan uang tersebut pada pemiliknya. Tidak benar
mengambil uang seseorang dan dia tidak mengetahuinya. Itu seperti
mencuri.
MIKE : Tidak, itu bukan mencuri. Dia menjatuhkannya! Penemu,
penyimpankalah, menangis.

Dari kedua dilema di atas, Mike menunjukkan ketidakdewasaan


perkembangan yang sama: sangat sempit, fokus pemahaman pada diri
sendiri daripada tanggung jawabnya pada orang lain.
Semua anak, debat Kohlberg, melewati tahapan yang sama dalam
perkembangan pembuatan alasan moral mereka. Sebagian bergerak lebih
cepat, sebagian bergerak lebih jauh. Yang menentukan seberapa cepat dan
jauh mereka bergerak itu ditentukan oleh lingkungan moral mereka. Salah
satu bagian penting dari lingkungan seperti itu adalah dialog moral
interaksi sekitar pertanyaan moral, khususnya dengan orang yang
berdekatan atau lebih tinggi tingkat perkembangan moralnya.
Kohlberg bependapat, bergumul dengan dilema moral akan membuat
anak benar-benar berpikir, bukan hanya mengatakan jawaban yang benar.
Dan mendebatkan atau mendengarkan anak yang berada pada tahap tinggi,
akan menstimulasi anak yang berada pada tahap lebih rendah untuk
merevisi pemikirannya. Dan itu lebih dari sekedar skor mata pelajaran yang
328 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

benar-benar menunjukkan secara kasar bagaimana setengah siswanya


berpartisipasi dalam diskusi seperti itu.
Dengan demikian, Kohlberg menawarkan para pendidik suatu tujuan
non relatifistik untuk pendidikan moral: untuk menstimulasi perkembangan
moral. Perkembangan moral dapat didefinsikan secara objektif, dan
secara saintifik, sebagai proses yang melewati tahapan-tahapan pembuatan
alasan moral. Setiap meraih tahap yang lebih tinggi, seseorang mampu lebih
baik berdiri di sudut pandang orang lain, mengintegrasi perspektif
berkonflik pada suatu masalah moral, mengapresiasi konsekuensi dari
pilihan akan tindakan ini atau itu, dan membuat keputusan yang menghargai
hak semua pihak. Bagi pendidik dan orangtua yang tidak senang dengan
tidak adanya netralitas dalam klarifisikasi nilai dan menggelisahkan
relativisme, pesan Kohlberg memiliki daya tarik yang kuat.
Tahapan moral apa yang Kohlberg nyatakan, dan apa yang mendasari
pemikirannya? Dalam buku Raising Good Childen, saya menjelaskan setiap
tahapan pada jarak dan cara sehingga orangtua dapat menstimulasi
perkembangan anaknya melalui kehidupan keluarga setiap hari. Berikut
sketsa saya pada setiap tingkatan, dengan menggunakan dilema berikut:

Dilema Sharon: Beri Tahu atau Tidak?

Sharon dan Jill bersahabat. Pada suatu hari mereka pergi belanja bersama.
Jill mencoba satu jaket rajut, dan untuk mengejutkan Sharon, dia berjalan
keluar toko menggunakan jaket tersebut dibawah mantelnya. Beberapa saat
kemudian, penjaga tolo menghentikan Sharon dan memintanya untuk
memberitahu nama perempuan yang sudah keluar. Dia memberitahu pemilik
toko bahwa dia melihat dua perempuan bersamasama, dan yakin bahwa salah
satunya mencuri barang dari toko tersebut.
Pemilik toko berkata pada Sharon, Kemarilah, ungkapkan kebenarannya.
Kamu akan berada dalam masalah serius jika tidak mau memberiitahu nama
temanmu.
Haruskah Sharon memberiitahu nama Jill pada pemilik toko? Kenapa ya atau
kenapa tidak?

Bagan berikut menunjukkan tanggapan-tanggapan terhadap dilema


Sharon yang mengilustrasikan setiap tahap perkembangan yang Kohlberg
ajukan. Perlu diingat bahwa tahapan yang sama dalam pengajuan alasan
moral dapat digunakan untuk menghasilkan solusi yang berbeda;
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 329

tahapantahapan ini merepresentasikan struktur atau kualitas alasan bukan


isi spesifik mengenai apa yang menurut seseorang harus dilakukan.
Kohlberg mengidentifikasi tahapan-tahapan ini berdasarkan
penelitiannya pada 58 responden pria selama 20 tahun. (Penelitian
berikutnya dengan responden wanita pun mengkonfirmasi
tingkatantingkatan Kohlberg itu; debat-debat berlanjut mengenai apakah
ada perbedaan jenis kelamin dalam pengajuan alasan, namun sejauh ini
bukti empirisnya masih kurang). Kohlberg memulai wawancara
longitudinalnya ketika respondennya berumur 10, 13, dan 16. Setiap tiga
tahun, dia kembali mewawancarai mereka, menampilkan set moral dilema
yang sama untuk melihat bagaimana dan jika pemikiran mereka sudah
berubah. Pada kesimpulan proyek penelitian dua dekadenya itu, Kohlberg
melaporkan bahwa:

56 dari 58 responden menunjukkan perubahan tingkatan ke atas.

Hanya empat responden yang menunjukkan penurunan tingkat (ke tingkat


yang lebih rendah) diantar dua tes.

Tidak ada responden yang melewatkan satu tingkatan.

Hanya delapan responden (14%) menunjukan pemikiran alasannya berada


pada tingkat tertinggi, Tingkat 5.

DISKUSI DILEMA DI RUANG KELAS

Salah satu siswa doktoral Kohlberg, yang bernama Moshe Blatt,


mempunyai dugaan bahwa dilema moral yang digunakan Kohlberg pada
penelitiannya dapat digunakan untuk menstimulasi diskusi moral di kelas.
Blatt benar; diskusi moral pada beberapa minggu, jika diatur oleh guru yang
mengajukan argumen tingkat-tinggi, akan membantu siswa
mengembangkan alasan moral mereka.
Terlihat seperti apakah diskusi dilema moral itu? Berikut adalah kilasan
debat siswa kelas delapan yang mendebatkan dilema Sharon. Gurunya
sudah meminta beberapa kelompok kecil untuk mengurutkan alasan
teerbaik mengapa Sharon harus memberiitahu nama Jill dan alasan
terbaik mengapa Sharon tidak boleh memberiitahukannya. Perhatikan
bahwa sifat nonrelativistik pada diskusi tersebut mengikuti alur berikut:
perhatian pada apa yang harus dilakukan Sharon (pertanyaan moral, fokus
330 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pada kewajiban), dan premis bahwa beberapa alasan untuk memberiitahu


atau tidak akan lebih baik dari yang lain.
Ketika guru meminta kelompok kecil tersebut untuk mengumpulkan
laporan mereka, terjadilah pertukaran pendapat berikut:
TAHAPAN PERKEMBANGAN ALASAN MORAL KOHLBERG (tanggapan
untuk Sharon)

Tahapan 1 : Menghindari Hukuman; Apakah aku akan


terkena masalah?
Sharon harus memberitahukannya. Jika tidak dia akan melibatkan dirinya
sendiri dalam masalah besar.
Dia tidak boleh memberitahukannya. Jika ya, dia akan berada dalam air
panas bersama Jill. Jill dan temannya akan membuat hidup mereka
menyedihkan.
Tahapan 2 : Balas Jasa untuk Keadilan; Apa yang Ada untuk Aku?
Mengapa Sharon harus mengecam Jill? Bukankah Jill sudah mengawasi
dirinya sendiri? Sharon pun harus melakukan hal yang sama.
Hal itu bergantung dari apakah dia berhutang sesuatu pada Jillatau
apakah dia menginginkan Jill untuk menggantikannya sewaktu-waktu.

Tahapan 3 : Kesetiaan Interpersonal: Apa yang Akan Orang Pikirkan


Tentang Aku?
Teman seperti apa yang akan mengadukan sahabatnya? Dia akan merasa
buruk jika mengadukan, dan setiap orang akan berpikir dia adalah seseorang
jahat.
Jika dia tidak mengadukannya, maka dia adalah kaki tangan kriminal. Apa
yang akan terjadi pada reputasinya?
Tahapan 4 : Memperhatikan Konsekuensi Bermasyarakat: Bagaimana
jika setiap orang melakukannya?
Sharon harus mengadukannya, walapun hal itu akan sangat sulit dilakukan.
Persahabatan itu penting, tapi tidaklah adil jika orang-orang berkeliaran dan
mencuri. Jikalau kamu tidak menaati hukum, maka masyarakat akan hancur.

Tahapan 5 : Menghargai Hak Setiap Orang


Mencuri barang di toko itu salah bahkan ketika di sana hanya ada satu
pencuri dan satu korban. Hal tersebut melanggar hak pemilik toko sebagai
manusia, dan itulah alasan hukum bagi masyarakatuntuk melindungi hak
semua dari kita.
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 331

GOERGE : Jill dapat berkata, Aku bahkan tidak mengenalinya. Aku hanya
masuk ke toko, dan tidak tahu dimana dia tinggal.
GURU : Jadi menurutmu dia harus berbohong untuk temannya?
GEORGE : Yeah.
IRENE : Aku setuju. Persahabatan itu lebih penting dibandingkan sebuah
aturan. Aturan itu ada saat kamu membutuhkannya. Tapi
setidaknya aku akan menilai seorang teman, seseorang untuk
berbicara, lebih baik dari sekedar jaket rajut. Sama sekali tidak ada
perbandingan antara emosi dan materi.

GURU : Mari kita dengar pendapat kelompok lain untuk menjelaskan


Kamu tidak boleh mencuri. Perry?
PERRY : Ya, kamu tidak boleh mencuri. Tidaklah adil jika seseorang
mencuri; kamu tidak dapat hidup jika semua orang mencuri.

ROLAND : Hal itu nampak seperti mencuri dari orang kaya, dan
memberiikannya pada orang miskin. Itu tidak akan berpengaruh
apa-apa. Satu-satunya hal yang mengikat itu bersama adalah
peraturan, dan kamu tidak memiliki peraturan jika setiap orang
tidak mematuhi peraturan.

GURU : Bagaimana tentang dua alasan ini: Kamu tidak boleh mencuri adalah
alasan untuk memberitahu nama Jill, dan persahabatan adalah
alasan untuk tidak memberitahu. Mana yang lebih penting?

PERRY : Menurutku jika kamu tidak memberiitahukannya, kamu akan


melindungi teman yang sudah meninggalkanmu sendirian di dalam
toko. Tetapi jika kamu memberitahu dan kehilangan temanmu itu,
suatu saat kamu akan mendapat teman yang lain, karena aku yakin
satu dari dua orang di dunia ini adalah orang jujur.

George dan Irene menunjukkan keterbatasan perspektif kesetiaan


Tahap 3. Dengan jelas, Perry dan Rolland, sudah mengemukakan alasan
pada Tahap 4, yang melihat konsekuensi mencuri bagi masyarakat luas.
Persahabatan masih dianggap penting pada Tahap 4, tapi itu bukan satu-
satunya hal yang penting. Sebagai contoh, Perry mengindikasikan bahwa
dia pun menghargai teman, tetapi teman yang jujur, yang berbagi rasa
tanggungjawab dan hormat akan hak orang lain. Tahap moral yang lebih
tinggi, seperti Tahap 4 , tidak menyingkirkan nilai-nilai tingkat yang lebih
rendah; lebih lagi, mereka mengintegrasi pada pandangan moral yang lebih
332 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

luas, sebuah lingkaran perhatian yang lebih tinggi bagi kesejahteraan yang
lain.
Apakah pengambilan alasan Tingkat 4 pada dilema ini akan menuntun
pada keputusan akhir untuk melaporkan temanmu? Tidak. Kamu akan
sangat mempertimbangkan untuk mempertahankan persahabatan dan
melakukan apa yang akan sangat disukai sahabatmu itu. Kamu pun akan
sulit untuk membuatnya mengaku. Tetapi pada Tahap 4, tidak masalah
seberapa besar kamu peduli mengenai sahabatmu, kamu pun akan
mempertimbangkan hak pemilik toko dan isu moral yang lebih besar
konsekuensi masyarakat luas tentang mencuri.
Fakta bahwa beberapa solusi untuk dilema tersebut memiliki alasan
yang bagus, dan dibuat berdasarkan pemikiran moral yang lebih tinggi,
disarankan bagi guru untuk berkata demikian kepada siswanya:

Mengenai permasalah ini, akan ada lebih dari satu jawaban yang bagus,
dan beberapa jawaban mungkin lebih baik dari yang lainnya. Solusi apa pun
yang muncul, bersiaplah untuk mendukungnya dengan alasan terbaikmu.

GURU SEBAGAI SOCRATES

Pada suatu diskusi moral, pertanyaan menyelidik Socrates yang


diajukan guru menuntut siswa untuk memberikan opini mereka.
Pernyataan menyelidik ini bertanya untuk mengapa.
Mengapa harus dan mengapa tidak harus Sharon melapor? Apakah
akan ada perbedaan jika dia dan Jill bukan teman baik? Kenapa ya atau
kenapa tidak? Mengapa ada hukum yang menentang pencurian? Isu moral
apa yang terkait dalam dilema ini? Mana yang paling penting? Mengapa?
Akhirnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
sejenis itu dapat menstimulasi progress perkembangan moral ke tingkat
yang lebih tinggi.
Pada sebuah penelitian terbesar mengenai diskusi dilema moral,
Kohlberg dan koleganya mampu meningkatkan perkembangan pembuatan
alasan moral di 20 sekolah yang berbeda. Tetapi di dalam setiap sekolah,
ada beberapa kelas eksperimen yang diskusi dilemanya meningkatnya
tingkat pemikiran moral, dan beberapa kelas yang tidak. Apa yang
membedakan hal tersebut?
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 333

Sebuah analisis menunjukkan ada 3 hal yang muncul pada saat progress
moral di suatu kelas:

1. Dilema kontroversial yang memprovokasi ketidaksetujuan diantara siswa.

2. Campuran tingkatan di dalam kelompok (siswa yang berada pada tahapan


perkembangan moral yang berbeda.

3. Guru yang menggunakan pertanyaan Mengapa Socrates dengan luas (yaitu


hanya sikap guru pada inventaris seratus observasi guru yang membedakan
kelas yang berubah ke tanpa perubahan.

SISWA KELAS SATU MEMECAHKAN SUATU DILEMA MORAL

Dapatkah anak-anak muda mengambil pelajaran dari diskusi tentang


dilemma moral? Berikut ini sebuah dilema yang guru Kathy Kittle suguhkan
untuk muridnya di kelas satu:

Mark dan Film


Mark sedang dalam perjalanan ke bioskop ketika dia bertemu temannya
Steven. Steven berkata bahwa dia juga sangat ingin menonton film tersebut,
tapi dia menghabiskan semua uang sakunya dan tidak akan mendapatkan
uang lebih sampai film tersebut tidak ada lagi di kotanya. Mark dan Steven
keduanya berumur 12 tahun tapi mereka berdua tampak lebih muda dari
umurnya. Jika mereka berbohong tentang umur mereka, mereka berdua bisa
menonton hanya dengan uang yang Mark miliki.
Walaupun Mark tidak tahu kalau dia harus berbohong tentang umurnya.
Steven berkata, ini uangmu, jadi ini keputusanmu, Apakah
yang harus Mark lakukan?

Berikut ini bagaimana diskusi terjadi diantara anak umur 6 tahun:

GURU : Ok, menurutmu apa yang harus Mark lakukan?


JOHN : Dia dan Steven harus mengatakan yang sebenarnya
berapa umur mereka.
EMILY : mereka tidak boleh berbohong tentang umur mereka.
GURU : Kenapa kamu berfikir kalau mereka tidak boleh
berbohong?
334 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

TINA : Karena jika mereka berbohong, mereka bisa mendapatkan


tamparan.
JOHN : Mark tidak boleh berbohong tentang umurnya karena hal
tersebut memicu kekacauan.
GURU : Kekacauan yang seperti apa?
JOHN : Ibunya bisa tahu.
SARA : Ayahnya juga.
ERIN : Mereka akan dihukum
GURU : Jadi kalian semua berfikir bahwa Mark dan Steven tidak
boleh berbohong karena mereka bisa ketahuan dan
dihukum. Bagaimana kalau tidak ada seorang pun yang
akan mengetahuinya Bolehkah mereka berbohong?
KEBANYAKAN ANAK : Ya..
BILLY : Tidak, tidak boleh. Manager bioskopnya bisa jadi
mengetahuinya.
GURU : Tapi bagaimana kalau tidak ada seorang pun yang akan
mengetahuinya.
BILLY : Kalau begitu boleh.
Sang guru berkomentar terhadap sejumlah pendapat tentang cerita 1
yang disuguhkan dalam diskusi lebih jauh: Saya sangat kaget tentang
betapa murid-murid saya sangat berorientasi pada hukuman. Takut
tertangkap basah adalah satu-satunya alasan mereka untuk tidak
berbohong. Jika mereka berfikir kalau mereka tidak akan tertangkap basah,
maka mereka tidak masalah untuk berbohong.
Siapa yang berfikir bahwa berbohong itu tetap salah, dia bertanya di
kelasnya, walaupun seandainya Mark dan Steven tidak akan tertangkap
basah?
Lima orang anak mengangkat tangannya. Diskusi tersebut berlanjut:
TROY : Mereka akan tetap berada dalam kekacauan yang bercampur
aduk.
GURU : Kekacauan yang bagaimana?
TROY : Steven bisa saja berkata pada orang lain kalau mereka telah
berbohong.
GURU : Ya benar, bisa saja. Tapi tetap salahkah jika seandainya Steven tidak
mengatakan hal tersebut pada orang lain?
TROY : Ya..
GURU : Kenapa, Troy?
Mendorong Refleksi Dalam Pendidikan Moral | 335

TROY : (berdiri) Aku tidak tahu.tapi itu salah.


EMILY : Berbohong itu tidak baik
TROY : (terburu-buru) Yaa, dan tidak adil buat orang lain juga.
GURU : Tidak adil buat siapa?
TROY : Orang lain di bioskop itu. Mereka harus membayar penuh.
GURU : Maksudmu jika orang lain yang berumur 12 tahun harus membayar
penuh untuk tiketnya, maka menjadi tidak adil bagi Mark dan
Steven untuk mendapatkan harga lebih murah?
TROY : Ya betul.
Sang guru berkomentar:

Saya memandang komentar Troy sebagai terobosan nyata. Saya kembali


lagi ke anak-anak yang pada dasarnya berkata kalau berbohong itu tidak apa-
apa jika mereka bisa meloloskan diri darinya. Beberapa dari mereka masih
berkata bahwa berbohong itu tidak apa-apa selama mereka tidak tertangkap
basah. Namun, dua dari mereka berkata bahwa mereka fikir hal tersebut tidak
adil, walaupun mereka kesulitan untuk menjelaskan kenapa.
Pada titik ini, beberapa anak terlihat lelah, jadi saya tidak memaksakannya.
Saya memutuskan untuk menyuguhkan beberapa dilemma sehari-hari
seperti memotong antrian makan siang, dan mengambil barang-barang anak
lain tanpa izin yang bisa menciptakan pendapat tentang keadilan yang lebih
kongkrit.

Untuk guru tersebut, hal yang paling berharga dari diskusi ini adalah
penemuannya mengenai betapa anak-anaknya sangat berorientasi pada
hukuman dalam alasan moralnya. Hal tersebut dimana kebanyakan anak
kelas satu berkembang, walaupun mereka bisa ditolong untuk maju di luar
itu. Tapi hal tersebut juga dimana banyak siswa tertinggal kecuali jika
mereka ditolong, pada suatu tempat di dalam pengalaman pribadinya atau
pendidikannya, untuk mengembangkan alasan yang bertingkat lebih tinggi
dalam menghargai aturan-aturan moral.
Pada suatu kasus: Richard Gulbin, seorang guru di Cortland College,
menangkap basah seorang anak kelas 7 yang menyontek pada waktu ujian.
Dia mengambil kertas ujian anak tersebut dan meminta untuk menemuinya
setelah ujian selesai. Dialog yang terjadi diantara mereka adalah sebagai
berikut:

GURU SISWA : Menurutmu kenapa saya mengambil kertas ujianmu?


SISWA : Karena saya menyontek.
336 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

GURU SISWA : Tidakkah kamu berfikir kalau menyontek itu salah? SISWA
: Tidak, yang salah hanya ketahuannya.

Penting bagi para guru untuk menyadari bahwa siswa itu adalah
pemikir tentang moral, dengan perspektif moral mereka. Hanya karena
mereka telah dibombardir selama bertahun-tahun dengan aturan-aturan
moral dan harapan-harapan (Jangan berbohong, Jangan Menyontek,
Jangan mencuri) bukan berarti mereka telah membuat mereka sebagai
milik mereka sendiri. Sayangnya, beberapa guru tidak tahu bagaimana
siswa-siswanya berfikir secara moral karena mereka tidak pernah
menyertakan siswanya dalam sebuah dialog dimana mereka menyatakan
alasan moralnya.
Membantu guru agar mampu masuk ke fikiran siswa-siswanya adalah
salah satu kontribusi utama dalam dilemma moral. Satu kali para guru
dikenalkan dengan bagaimana para siswa berfikir, mereka bisa mengambil
langkah selanjutnya: membantu siswanya mengembangkan alasan moral
mereka terhadap kedewasaan yang lebih tinggi.
BAB13

MENINGKATKAN TINGKAT DISKUSI MORAL

ichard Gulbin, guru siswa yang mendapati salah satu siswa kelas
R tujuhnya menyontek, memutuskan bahwa seluruh kelas akan mendapat
pelajaran dari diskusi terbuka mengenai menyontek. Dia memilih
pendekatan hal tersebut dengan menyuguhkan suatu dilema hipotesis
pararel.

Dilema Mary
John dan Mary adalah siswa IPS kelas tujuh. Ketika test, Mary tahu kalau
John melihat kertas ujiannya dan menulis jawabannya. Mary juga tahu bahwa
John ada di tempat game sebuah mall di malam sebelumnya ketika Mary
belajar keras untuk ujiannya.
Apa yang seharusnya Mary lakukan? Apa yang akan kamu lakukan jika kamu
adalah Mary?

Para siswa menyarankan berbagai macam pendapat yang Mary


mungkin lakukan: menutup kertas ujiannya, memberitahukannya kepada
guru, mencoba membuat John mengatakan kalau dia menyontek, atau
memberitahu John sesudah ujian mengapa mencontek itu tidak adil
untuknya.
Nilai utama dari diskusi tersebut, yang guru siswa tersebut rasakan,
adalah memulai untuk mengembangkan pemufakatan siswa bahwa
menyontek itu tidak adil untuk semua orang yang berusaha dengan jujur
untuk kenaikannya.

APA YANG HARUS GURU LAKUKAN KETIKA SISWA


MEMPERDEBATKAN MENGENAI NILAI-NILAI YANG JELEK?

Guru Gulbin mampu untuk memperoleh pandangan utama bahwa


menyontek itu tidak adil. Tapi bagaimana kalau kebanyakan siswanya
338 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

331
memperdebatkan bahwa menyontek itu tidak apa-apa, minimal dalam
beberapa kesempatan?
Itulah yang terjadi di kelasnya Diane Daniels, suatu kebijaksanaan, guru
artikulasi bahasa Inggris di kelas 7 dan 9 di sekolah independen di Kolorado.
Dia mencurigai dua orang murid kelas 9-nya menyontek tapi tidak memiliki
bukti atas mereka. Sehingga dia berada dalam isu miring, melalui cerita
pendek yang disebut Banyak ketidakadilan atas sesuatu (oleh C.D.B. Bryan
dan dipublikasikan aslinya pada 2 Juni 1962 The New Yorker). Cerita ini
mengenai seorang anak SMA yang menyontek di ujian bahasa Latin;
dilaporkan oleh teman sekelasnya; dan diminta dikeluarkan oleh kode etik
kehormatan sekolah.
Pada satu saat di diskusi kelasnya dalam cerita tersebut, guru Daniels
bertanya menurutmu menyontek itu salah?
Kebanyakan siswa berdebat bahwa hal ini tergantung. Jika mata
pelajarannya dianggap penting dan gurunya adil, mereka berkata,
menyontek itu salah. Tapi jika mata pelajarannya konyol atau gurunya
tidak adil, maka tidak apa-apa untuk menyontek.
Akankah mereka pernah melaporkan seseorang yang mencontek?
Tentu saja tidak; persahabatan itu lebih penting daripada beberapa aturan
orang dewasa. Ketika seseorang mendapatkan nilai A di kertas ujian atas
hasil orang lain, hal tersebut akan menjadi tidak adil dan mereka mungkin
melaporkan orang tersebut.
Sesudah dipertimbangkan segalanya Diane Daniels berkomentar,
yang mereka miliki adalah moralitas yang sangat situasional Dia berkata
tidak mudah untuknya dalam hal bagaimana diskusi ini berakhir. Hal ini
tentu saja tidak menolongnya menyebabkan pengaruh terhadap dua
tersangka pencontek mendapat kejujuran yang lebih besar.
Beberapa waktu seorang guru memunculkan sebuah isu nilai apakah
ini mencontek, mengutil, obat-obatan, sex, atau yang lainnya beberapa
atau bahkan kebanyakan siswa mungkin mengambil sikap yang kurang dari
moral yang benar. Beberapa mungkin bahkan berdebat keras untuk posisi
yang guru rasakan dan etika objektif akan dipegang adalah jelas tidak
bertanggungjawab dan tidak beretika. Siswa secara terbuka dapat
melakukan kekerasan atau tingkah laku seksis. Yang lainnya mungkin
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 339

berdebat bahwa menyontek itu tidak menjadi masalah; atau bahwa sex,
obat-obatan, dan minuman keras itu menyenangkan, setiap orang
melakukannya dan tidak ada seorang pun yang terluka.
Dalam satu arti, pemikiran moral siswa yang tidak dewasa bukanlah
masalah pendidikan; pada akhirnya jika siswa hanya menunjukkan
pemikiran tingkat tinggi tentang isu etik, mereka tidak akan memiliki
kebutuhan pendidikan moral (minimal tidak dalam bidang intelektual).
Masalah datang ketika guru tidak tahu apa yang harus dikatakan dalam
merespon terhadap pemikiran siswa tingkat rendah. Untuk menjadikannya
diam, bukan untuk menjadikan siswa membahasnya secara kritis mengenai
posisi kekurangan yang etis, atau bahkan untuk menolak secara tidak
persuasif terasa seperti kegagalan pendidikan untuk guru dan, sayangnya
memang demikian.
Masalah berkembang karena siswa memasuki masa remajanya dan
menjadi lebih sinis; lebih seperti mengambil dan mempertahankan posisi
yang melawan otoritas: lebih fasih dalam memperdebatkan masalah
mereka; dan dalam berbagai masalah, lebih berpengalaman dan sembrono
mengenai tingkah laku yang tidak bertanggung jawab.
Hasil: untuk kebanyakan guru, khususnya di tingkat SMP, ketakutan
terhadap respon group tingkat rendah adalah blok utama untuk
mendiskusikan pertanyaan moral. Mereka takut bahwa banyak, kebanyakan
atau bahkan seluruh siswa yang berbicara akan memperdebatkan nilai-nilai
yang tidak diinginkan. Mungkin hal ini lebih baik, para guru ini berfikir
untuk melewatkan diskusi mengenai isu-isu nilai seluruhnya.

GURU SEBAGAI PEMIMPIN DISKUSI

Solusi untuk masalah ini terletak pada kualitas strategi guru dan
keahliannya sebagai pemimpin diskusi.
Di bab sebelumnya, kita melihat bahwa pertanyaan ala Socrates adalah
salah satu keahlian diskusi mereka. Bab ini membahas beberapa keahlian
dan strategi penting lainnya yang memungkinkan guru untuk merespon
pemikiran siswa tingkat rendah dan menstruktur diskusi moral selanjutnya
untuk menggambarkan pemikiran tingkat tinggi yang siswa mampu
dapatkan.
Berikut ini lima petunjuk:
340 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

1. Atur konteks yang nonrelativistik untuk diskusi. Guru perlu untuk


mengingat bahwa banyak siswa yang akan mengasimilasikan adat
relativisme moral. Mereka akan ada dalam beberapa diskusi moral dengan
perilaku mereka, siapa yang harus mengatakan apakah hak itu? Hal ini
hanya masalah pendapat pribadimu. Guru dapat mengatur babak untuk
diskusi dengan suatu pendapat yang menguatkan hak siswa untuk cara
pandang mereka tapi di waktu yang sama guru juga menantang mereka
untuk melihat bahwa manusia juga bisa salah dalam anggapan moral
mereka.

Kapan pun kita mendiskusikan isu nilai dalam kelas ini, kebebasan berfikir
memberimu hak untuk membentuk dan mengekspresikan pendapatmu. Tapi
ingat, hakmu untuk pendapatmu bukan berarti pendapatmu itu benar.
Melalui sejarah, banyak orang telah salah yaitu mereka yang pada waktu
itu merasa yakin bahwa mereka benar. Satu saat banyak orang amerika yang
dengan dahsyatnya berdebat bahwa mereka mempunyai hak untuk memiliki
manusia yang lain sebagai budak. Kesalahan moral yang buruk tersebut
bahkan dituliskan ke dalam konstitusi aslil kita dan ditegaskan kembali oleh
Pengadilan Tinggi Amerika dalam keputusan Dred Scott nya yang tidak
terkenal. Suatu kali, manusia berdebat dengan penuh gairah bahwa wanita
tidak harus memiliki hak untuk berpendapat. Suatu kali, masyarakat
melakukan pembunuhan terhadap bayi, khususnya menolak bayi perempuan,
dan di beberapa bagian dunia hal ini masih dilakukan.
Dalam pandangan kesalahan moral yang serius bahwa bahkan orang yang
pintar telah melakukannya di masa lalu, semua dari kita mempunyai tanggung
jawab untuk bertanya: apakah saya tahu bahwa saya benar ketika saya
berfikir? Dan bagaimana seharusnya beberapa dari kita untuk memutuskan
mana yang benar dan mana yang salah?

Menantang relativisme siswa juga membutuhkan untuk mengajari


mereka kriteria etika umum yang diterapkan terhadap beberapa isu moral:
apakah aksi yang diberikan, aturan, atau kebijakan menghargai hak-hak
seseorang yang berefek oleh karenanya? Apakah hal tersebut terjadi pada
kebalikannya (akankah saya ingin hal tersebut terjadi pada saya?) dan
universalisabilitas (akankah saya ingin seseorang untuk melakukan hal
tersebut?) apakah hal tersebut menghasilkan konsekuensi yang baik atau
jelek berjalan lama begitu juga berjalan sebentar untuk individu dan
seluruh masyarakat?).
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 341

2. Merencanakan masalah pertanyaan spesifik yang akan menantang


fikiran siswa. Bahkan anak-anak muda dapat dibantu untuk memahami
kriteria etika objektif jika pertanyaan guru diformulasikan secara benar.
Contohnya, tuntunan Personal and Societal Values (nilai perseorangan dan
masyarakat) diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Ontario menyarankan
dilemma sederhana berikut untuk digunakan di kelas remaja:

Setelah sekolah, Marie melihat sebuah bola untuk sepak bola di bawah
semak-semak di halaman sekolah. Dia selalu menginginkan sebuah bola untuk
sepak bola dan berfikir betapa sekolah memiliki banyak bola dan tidak akan
merasa kehilangan bola yang satu ini. Haruskah dia mengambilnya?

Untuk membantu anak-anak membuat keputusan moral ini, petunjuk ini


menyarankan pertanyaan berikut: jika seseorang menemukan bolamu, apa
yang kamu ingin dia lakukan?....Apa yang akan terjadi jika semua anak laki-
laki dan perempuan melakukan apa yang kamu sarankan kepada Marie?
Akankah hal tersebut membuat sekolah menjadi tempat yang lebih baik atau
lebih buruk?
Para guru juga harus menanyakan terhadap diri mereka sendiri,
Pertanyaan apa yang akan saya berikan jika siswa mengambil posisi seperti
ini dan seperti itu?
Pertanyaan apa, sebagai contoh, yang mungkin memungkinkan Diane
Daniels untuk mendapatkan siswa kelas 9-nya untuk membahas secara
kritis moral Tergantung mereka mengenai menyontek? Berikut ini
beberapa:

Bayangkan kalau kamu adalah guru kelas tersebut. Akankah hal ini
mengganggumu jika siswamu menyontek? Jika demikian, mengapa?

Bagaimanakah menyontek tersebut berpengaruh terhadap kepercayaan


antara guru dan murid?

Apakah menyontek itu adil bagi siswa yang tidak menyontek?

Jika kamu berfikir kalau guru itu tidak adil, atau mata pelajarannya itu
konyol, apakah menyontek pada ujian guru tersebut adalah respon yang etis?
Apakah yang mungkin menjadi respon yang lebih baik?
Jika menyontek itu bukanlah masalah karena guru tersebut tidak adil atau
mata pelajarannya tidak penting untukmu, apakah itu berarti bahwa orang
dapat memutuskan dan memilih kapan mereka mau menjadi jujur?
342 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Apakah menyontek itu merupakan masalah sekarang di masyarakat kita? Jika


demikian, bagaimana?

Apakah nilai dan karaktermu orang yang seperti apa kamu berpengaruh
dalam berbagai hal ketika kamu menyontek? Jika demikian, bagaimana?

Beberapa pertanyaan dapat diajukan dalam sebuah diskusi awal; yang


lainnya dapat dibuat sebagai bagian dari tugas menulis; yang lainnya lagi
dapat diberikan pada diskusi selanjutnya mengenai hal tersebut.
Seorang guru Westport, Connecticut, berkata bahwa salah satu dari
kelas sejarah SMA nya memaksa bahwa mencontek adalah kejahatan tanpa
korban. Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas dapat membantu siswa
mulai melihat bahwa menyontek memiliki banyak korban, termasuk orang
yang mencontek.
3. Pilih cerminan/format diskusi yang membutuhkan pemikiran yang
teliti. Seorang guru melakukan dengan baik untuk memilih suatu format
bagi cerminan moral dan diskusi yang membantu siswa berfikir teliti dan
tepat mengenai isu nilai. Ada perbedaan yang besar, contohnya, antara
sebuah pelepasan, pendekatan yang berakhir terbuka yang mengundang
dengan sederhana untuk menyuarakan pendapat mereka dan sebuah
pendekatan yang membutuhkan bahwa mereka diikutsertakan dalam
penelitian dan atau analisis yang sistematis sebelum mengambil atau
memperdebatkan suatu posisi.
4. Menantang siswa untuk tetap berfikir tentang isu tersebut. Guru
dapat menemukan dirinya sendiri dalam diskusi nilai dimana mereka tidak
mempersiapkan pertanyaan dan tidak bisa datang begitu saja pada waktu
tersebut. Dalam hal tersebut, mereka minimal dapat menantang siswa untuk
tetap berfikir mengenai isu tersebut dan dapat mengindikasikan niat untuk
kembali pada hal ini. Untuk mendorong pemikiran selanjutnya, guru juga
dapat memberi siswa bacaan yang memprofokasi pemikiran terhadap topic
masalah dan menyuruh mereka untuk menulis sebuah respon paragraf.
5. Diskusi berlabuh dalam kurikulum berbasis pendekatan. Akhrinya,
lebih baik untuk tidak memperlakukan isu yang sulit seperti menyontek,
mengutil, sex, minum-minuman, dan sebagainya, melalui diskusi yang tanpa
persiapan atau kegiatan nilai-nilai secara bersamaan. Pendekatan mengajar
yang dangkal hamper sering meyakinkan respon siswa yang dangkal.
Cerminan moral yang serius lebih seperti jikalau diskusi kelas dilabuhkan
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 343

dalam rencana, intelektual yang ketat, kurikulum berbasis pendekatan.


Seperti sebuah pendekatan (didiskusikan secara luas di bab 9) dapat
mengambil beberapa bentuk:

Diskusi etika berintegrasi menjadi mata pelajaran akademik seperti


pelajaran IPS (contohnya, Apakah efek-efek yang dihasilkan dari prasangka
dan diskriminasi dalam sejarah?), IPA (contohnya, bagaimanakah penipuan
ilmiah ilmuan memalsukan data mereka dibawah pemikiran ranah
ilmiah?), atau sastra (contohnya, apa yang pilihan moral lakukan mengenai
karakter yang cerita ini miliki, dan yang pilihan moral tersebut lakukan
mengenai keputusan etis?).
Sebuah program yang diterbitkan mengenai sekuel aktifitas yang
bertanggung jawab, dengan saran-saran untuk menuntun diskusi.
Sebuah unit kurikulum yang dibuat guru, mencakup beberapa hari atau
minggu dan berfokus pada nilai tertentu seperti rasa hormat, kejujuran,
keharuan, atau keberanian)

Kurikulum berbasis pendekatan memberi guru lebih banyak kualitas


control selama diskusi. Murid diharuskan untuk menginvestigasi, membaca,
merefleksikan, menulis dan membentuk dan juga berdiskusi mengenai
posisi nilai mereka sebagai hasil dari perpanjangan, permintaan serius.
Mari kita lihat beberapa contoh dari pendekatan-pendekatan ini dan
bagaimana pendekatan tersebut membantu untuk meningkatkan pemikiran
moral siswa.

MENGGUNAKAN FORMAT STRUKTRUAL YANG MEMBANTU


PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KRITIS

Carol Lynch, seorang guru di SD Roberts Street di Canastota, New York.


Dia mengilustrasikan penggunaan pembuatan keputusan rasional, sebuah
format yang mengajarkan siswa untuk mendekati masalah dalam sebuah
pertimbangan, jalan selangkah demi selangkah. Siswa mengidentifikasi nilai
yang penting pada tonggaknya; memikirkan solusi alternative;
mempertimbangkan konsekuensi yang mirip dari setiap alternative; dan
memilih solusi terbaik (sesuatu yang memaksimalkan konsekuensi positif
dan menghargai nilai-nilai penting didalamnya). Ini merupakan pendekatan
yang nonrelatifitas terhadap penyelesaian masalah moral karena hal ini
mengasumsikan bahwa ada nilai penting yang objektif dan keuntungan yang
344 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

objektif pula atau konsekuensi yang berbahaya atas pembelajaran yang


berbeda dalam tindakan.
Carol Lynch memutuskan untuk menerapkan format pembuatan
keputusan rasional terhadap sebuah isu yang datang tiba-tiba ketika dia
mendapatkan siswa kelas enamnya melengkapi lembaran berikut:

Apa dilemamu?
Saya ingin diskusi yang kita lakukan berguna untukmu. Kamu bisa
membuat saya tahu dilemma apa yang sebenarnya sedang kamu hadapi di
hidupmu dengan melengkapi beberapa atau semua kalimat-kalimat di
lembaran ini. Jangan tuliskan namamu kecuali jika kamu mau.

1. Saya tidak pernah tahu bagaimana memutuskan apa yang harus dilakukan
ketika.
2. Keputusan terberat yang pernah saya buat adalah.
3. Saya tidak mau kehilangan teman-teman saya, tetapi saya tidak sependapat
denga mereka mengenai..

Beberapa siswa menuliskan respon yang kurang sopan, sang guru


berkata, tapi kebanyakan mengerjakannya dengan serius. Dalam respon
terhadap bagian 2, Keputusan terberat yang pernah saya buat adalah..,
salah seorang siswa menulis, jadi atau tidak untuk mengambil seteguk
bir.
Untuk mengejar isu meminum bir dan masalah yang lebih besar
mengenai tekanan teman, guru Lynch memberi kelasnya dilemma berikut
ini:

Jangan jadi seorang yang Culun

Tory, Kris dan Sue, siswa-siswa kelas 7, adalah teman. Suatu malam mereka
semua sedang menonton TV di rumah Tory sedang orang tua Tory sedang pergi
keluar semalam. Setelah menonton beberapa program, mereka merasa lapar.
Ketika membuka lemari es, Tory melihat beberapa potong daging ayam dan
enam pak bir. Hey dia bilang, Ayo makan ayam dan bir!
Kris berkata, Keren!
Pernah gak kalian minum bir sebelumnya? Sue bertanya.
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 345

Tory dan Kris berkata tentu saja. Mereka pernah. Bukan untuk mabuk,
hanya untuk merasakan sedikit kesenangan saja. Itu merupakan sebuah berita
buat Sue.
Aku piker aku hanya akan makan ayam saja, Ucap Sue.
Ayolah, jangan jadi seorang yang culun! Kata Tory, Sedikit bir tidak akan
menyakitimu. Tidak ada seorang pun yang akan pernah tahu! Kita tidak akan
pernah memberitahunya!
Sue tidak ingin terlihat seperti orang yang culun, tapi dia tahu betul kalau
orang tuanya tidak ingin dia minum dan telah percaya padanya untuk
memegang itu. Dia ragu apakah hal itu boleh untuk saat ini sajatapi dia
merasa perutnya tegang ketika dia berfikir untuk melakukan hal tersebut.
Tory dan Kris masing-masing membuka sekaleng bird dan meneguknya.
Tory membuka kaleng ketiga dan menyodorkannya ke Sue: Hey, masalahnya
apa sih? Cobalah kamu akan menyukainya! Apa yang seharusnya Sue
lakukan?

Guru Lynch pertama-tama membantu kelasnya untuk memutuskan


nilai-nilai apa yang terdapat dalam situasi ini. Setelah mengidentifikasi nilai
kunci dari kejujuran, kepercayaan, persahabatan, dan harga diri, siswa siap
untuk bekerja dalam masalah tersebut masing-masing. Melekan melakukan
hal tersebut dengan merespon dalam tulisan terhadap pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:

1. Misalkan Sue berkata pada dirinya sendiri bahwa dirinya tidak punya
pilihan lain kecuali mengikuti Tory dan Kris. Akankah dia berkata pada
dirinya sendiri kalau dia benar atau tidak? --------- jelaskan.
2. Jika kamu hati nuraninya Sue, apa yang akan kamu katakana padanya?
3. Di kotak-kotak berikut ini, tulis alternatif-alternatif yang menurutmu Sue
miliki untuk membuat keputusannya, dan konsekuensi yang mungkin tiap
alternatif tersebut miliki.

Alternatif 1 : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Alternatif 2 : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
346 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Alternatif 3 : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------
Konsekuensi : -----------------------------------------------------------------------------

4. Menurutmu manakah yang terpenting dari nilai yang terkandung dalam


situasi ini?_______mengapa?
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Mengingat konsekuensi baik dan buruknya dari alternatif-alternatif yang
berbeda, dan nilai yang terpenting, menurutmu manakah yang merupakan
keputusan terbaik? ------------------------------------------------------- --------------
-----------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Jelaskan mengapa:

Setelah siswa menyelesaikan lembar kerja individual tersebut, guru


menyuruh mereka untuk berbagi fikiran dengan grupnya yang terdiri dari
tiga orang siswa dan mencoba masuk ke dalam kemufakatan tentang
alternatif terbaik dan alasannya.
Ketika mereka berkumpul kembali, sentimen yang luar biasa adalah
bahwa Sue harus menolak tawaran meminum bir dari temannya. Namun,
beberapa siswa menawarkan berbagai macam kompromi seperti hanya
meminum seteguk saja, atau menumpahkan birnya ke wastafel kamar
mandi ketika temannya tidak melihat. Hal tersebut memicu ke arah diskusi
yang hidup apakah pembelajaran aksi seperti itu konsisten dengan nilainilai
kepercayaan dan harga diri dan apakah hanya harus membiarkan dirinya
sendiri dalam masalah yang lebih besar karena teman-temannya akan
mengharapkannya untuk minum di lain waktu.
Dengan anak kelas enam ini, alasan format pembuatan keputusan
berhasil dalam memperoleh kemufakatan yang menolak merusak
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 347

kepercayaan orang tuanya dan menolak untuk minum. Akankah guru


mampu mendapatkan kemufakatan tersebut dengan, katakanlah, siswa SMA
atau SMP? Tidak mungkin, mengingat seberapa baiknya minum itu dalam
budaya pertemanan saat ini. Di tingkat umur, membuat penyimpangan
dalam budaya minum akan membutuhkan komitmen jangka panjang
terhadap nilai yang dirancang dengan baik dan kurikulum pendidikan
kesehatan (lihat Bab 19). Ada juga harapan bahwa nilai yang berbasis
pendidikan kesehatan yang dimulai di tingkat SD akan membantu untuk
mengemudikan minimal beberapa anak muda untuk jauh dari pola
sebelumnya mengenai penggunaan alkohol.
Alasan dari format pembuatan keputusan dapat diaplikasikan pada
masalah-masalah dan isu-isu (isu kejadian sekarang begitu juga isu
interpersonal) yang cakupannya luas. Pesan utamanya terhadap anak muda
adalah: ketika kamu memiliki keputusan penting yang harus dibuat, ambil
sedikit waktu untuk berfikir. Fikirkan nilai-nilai yang akan membantumu
untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Fikirkan tentang
pilihanmu. Fikirkan juga konsekuensinya. Lalu putuskanlah.
Software komputer yang menarik saat ini telah tersedia, yang mana
mengajarkan siswa untuk menerapkan alasan pembuatan masalah ke dalam
berbagai macam masalah. S.M.A.R.T Choices (dimana S.M.A.R.T singkatan
dari Student Master the Art of Responsible Thinking) (Keahlian Siswa dalam
Seni Pemikiran yang Bertanggung jawab), dirancang untuk siswa kelas 5
sampai 12, membantu siswa membuat keputusan yang bertanggung jawab
mengenai obat-obatan, sex, dan tingkah laku baik di dalam maupun di luar
sekolah. Pilihan, seri Pilihan, tujuan dari TK sampai kelas 5, sesuai dengan
konflik taman bermain, isu-isu persahabatan, dan dilemma dalam
mengatakan kebenaran. (untuk informasi mengenai hal ini dan software
nilai pendidikan lainnya, hubungi Tom Snyder Production, 90 Sherman St.,
Cambridge, MA 02140-9923; tel. 1-800-342-0236)

MENGGUNAKAN KURIKULUM YANG DIPUBLIKASIKAN UNTUK


MENGEMBANGKAN REFLEKSI MORAL

Sebagaimana telah saya sebutkan di bab 9, ada beberapa kurikulum


yang dirancang dengan sangat baik yang dipublikasikan dalam nilai-nilai
348 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pendidikan yang mana orang-orang bertalenta telah menghabiskan


bertahun-tahun untuk menyatukannya dan melakukan tes lapangan. Yang
terbaik dari program yang dipublikasikan ini merupakan urutan
aktifitasaktifitas sehingga yang satu secara logis membangun yang lainnya
dan adanya perkembangan kumulatif dalam pemikiran siswa tentang
nilainilai. Anda bisa melihat perkembangan ini dalam pembelajaran Etika
kelas 8 yang dikembangkan oleh spesialis etika Joan Engel dan rekan-
rekannya di Kementrian Pendidikan Alberta, Kanada. Berikut ini merupakan
contoh kegiatan-kegiatan dari kurikulum tersebut:
1. Orang yang beretika. Guru membagi kelas menjadi beberapa grup
kecil dan menyuruh kepada setiap grup untuk melakukan brainstorming
cirri-ciri orang yang beretika dan menuliskannya ke dalam seukuran
kertas guntingan tentang potret manusia.
Beberapa potongan kertas tentang orang yang beretika kemudian
diposting ke seluruh ruangan. Seluruh kelas bergiliran dari potret ke potret,
dengan guru menyuruh siswa untuk menuliskan persamaan dan
perbedaannya dan mengundang tiap grup untuk menjelaskan alasannya
untuk setiap kualitas etika yang tersmasuk.
2. Proyek Etika dalam bertindak. Setiap grup kecil memilih satu
karakter (contoh., jujur, sopan, berani, altruistis) dari etika ideal
orang ini dan cara brainstorming bahwasannya karakter tersebut bisa
didemonstrasikan dan dikembangkan di dalam kelas, grup siswa, sekolah,
keluarga dan komunitas. Setiap grup kemudian:

Memutuskan salah satu cara mendemonstrasikan karakter yang terpilih di


setiap grup, sekolah, keluarga, dan komunitas yang bersedia untuk mencoba
melakukannya.
Membuat sebuah daftar tentang bagaimana mereka melakukan hal tersebut
Melaporkan rencana bertindak ini di depan kelas
Melakukan rencana ini selama 4 sampai 5 minggu ke depan dan melaporkan
hasilnya di depan kelas.
3. Etika di dunia. Siswa-siswa mengumpulkan koran, majalah, dan
artikel lainnya yang membahas kata etika; di waktu yang sama mereka
membahas kode etis dari berbagai macam profesi seperti mengajar, hukum
dan kedokteran. Setelah mempelajari contoh-contoh ini, siswa mengkonsep
kode etis untuk kelas mereka sendiri dan atau sekolah.
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 349

4. Guru tamu dalam etika profesi. Kelas memngundang anggota dari


berbagai macam profesi untuk dating dan berbicara mengenai relevansi
etika terhadap pekerjaan mereka. Hal ini dapat membantu reputasi gagasan
terkenal yang menyatakan di dunia nyata kamu tidak bisa menjadi terlalu
etis jika kamu ingin bertahan. Semua orang, baik muda ataupun tua, berfikir
bahwa tidak menjadi masalah untuk membicarakan tentang hal yang
seharusnya dilakukan, tapi di dalam dunia yang keras dan kompetitif kamu
harus bermain bola-bola kasar. Pengacara, dokter, pemimpin politik,
wartawan, dan pebisnis yang sukses dan berjuang untuk menjadi etis
memberi siswa model peran yang penting.
Pembicara tamu dari bidang-bidang ini dapat bercerita kepada siswa
mengenai pertanyaan-pertanyaan etika yang mana mereka harus
menyesuaikan denganya dan bagaimana hal tersebut mungkin untuk
disatukan, melakukan hal yang baik di dunia, dan masih bekerja di dalam
organisasi. Mereka juga bisa memberikan contoh perusahaan-perusahaan
terhormat yang beretika dan institusi-institusi lainnya yang telah mengelola
untuk mendemonstrasikan kesuksesan dan perhatian terhadap kejujuran
dan kesejahteraan manusia. Akhirnya, mereka dapat membicarakan tentang
waktu ketika bisikan hati nurani mereka berlawanan dengan orang-orang
disekitar mereka dan bagaimana mereka menanggulanginya.

SEBUAH UNIT KURIKULUM RANCANGAN GURU

Guru kelas lima Bill Van Slyke di Ithaca, New York, merancang unit
kurikulumnya sendiri untuk mengembangkan kebijaksanaan, refleksi
berkelanjutan tentang nilai-nilai kejujuran. Dia berkomentar: Tujuan saya
dalam unit ini adalah untuk mempromosikan nilai-nilai kejujuran yang
dimiliki siswa saya dengan orang tua, dengan teman-teman, dan dengan
orang-orang secara umum dan khususnya sebagai sifat positif komunitas
kelasnya. Saya ingin mereka menemukannya secara bertahap, lebih mudah
untuk berbuat jujur satu sama lain dan untuk mengetahui manfaat kejujuran
dari waktu ke waktu.
Unitnya ini mengkombinasikan media, diskusi dilema moral, dan entri
jurnal siswa. Di salah satu point unitnya dia menunjukkan sebuah film
berjudul To tell the Truth (untuk mengatakan kejujuran). Film tersebut
mempunyai nilai-nilai khusus: mereka dapat mendramatisir sebuah
350 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

masalah moral dalam suatu cara yang menimbulkan minat siswa yang kuat
dan mempunyai pengaruh yang emosional juga intelektual.
To Tell the Truth mendemonstrasikan manfaat kejujuran dan juga
bahaya penipuan. Ketika filmnya dimulai, anak umur 8 tahun Callie, merasa
buruk tentang rapornya yang jelek, berbohong ke teman sekelasnya tentang
nilainya. Kemudian secara tidak sengaja dia merusak PR teman sekelasnya
Tara tapi dia diam saja ketika gurunya mencoba mencari tahu apa yang
terjadi pada kertasnya Tara. Selama waktu istirahat, anak-anak berteriak
pembohong! Pembohong! ketika Callie menolak menginjak garis di
permainan foursquare.
Akhirnya, Callie melepaskan beban masalah hati nuraninya kepada
gurunya. Gurunya menenangkannya dan dengan perlahan menasihatinya,
Terkadang memang sulit untuk mengatakan kebenaran, tapi setiap orang
akan merasa lebih baik pada akhirnya. Keberanian Callie muncul untuk
mengatakan yang sebenarnya kepada Tara tentang kertasnya yang robek,
Tara memaafkannya, dan mereka berdua menjadi teman baik.
Arahan sang guru menyampaikan dua hal yang terdapat dalam film itu
dan memberikan pertanyaan untuk memfokuskan pemikiran siswa dan
merangsang diskusi singkat. Sebagai contoh, pada saat guru bertanya siapa
yang tahu apa yang terjadi pada kertas Tara, pertanyaan yang disarankan
antara lain: apa yang akan terjadi jika Callie mengatakan yang sebenarnya?
Apa yang akan terjadi jika Callie tetap diam? Menurutmu apa yang harus dia
lakukan?
Pertanyaan tentang akhir cerita film tersebut termasuk: apa yang guru
maksud ketika dia berkata, Terkadang memang sulit untuk mengatakan
kebenaran, tapi setiap orang akan merasa lebih baik pada akhirnya
dapatkah kebohongan menyakiti seseorang yang mengatakannya?
Dapatkah kebohongan menyakiti orang lain? Bagaimana?\
Di tengah diskusi yang guru Van Slyke lakukan bersama kelasnya, salah
satu anak berkata, kebohongan itu seperti beban yang kita bawa kemana-
mana setelah melakukannya. Anak yang lainnya berpendapat bahwa film
tersebut adalah contoh yang bagus tentang apa yang kebohongan dapat
perbuat tapi tidak berfikir tentang tinggal katakana saja pada Tara
mengenai PR nya, maka ini akan membuat mereka berteman dengan cepat.
Seorang anak perempuan berkata bahwa film tersebut mengingatkannya
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 351

pada peribahasa yang pernah dia dengar: satu kebohongan membawa pada
kebohongan lainnya.
Di akhir unit kejujuran ini, sang guru menyuruh anak-anak umur 10
tahun ini untuk menulis jurnal entri tentang apa yang mereka dapatkan dari
menulis dan membicarakan tentang cerita kejujuran tersebut. Salah satu
anak perempuan menulis: saya belajar bahwa sepanjang waktu aku
berbohong, saya telah membuat kesalahan yang besar. Dan saya harus
menghentikannya karena ini dapat menyakiti seseorang. Yang lainnya
menulis:

Saya telah belajar bahwa seperti yang telah guru katakana, kamu akan
merasa lebih baik ketika kamu mengatakan kejujuran. Kemudian kamu tidak
harus memberi beban pada pundakmu. Hal ini akan membuat orang yang
kamu bohongi merasa lebih baik dan kamu juga merasa lebih baik.
Orangorang bisa saja mengetahui kalau kamu berbohong dan tidak akan
mempercayaimu lagi.

Tentang unit ini, guru Van Slyke menggambarkan:

Mengamati perubahan dalam tingkah laku, sebagai lawan daya talar, saya
menemukan lebih banyak masalah. Ketika saya terkadang merasa saya
melihat murid saya menjadi lebih jujur satu sama lain ketika perdebatan
terjadi, perubahan ini lebih sulit untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat,
karena hal tersebut terjadi dengan lambat.
Saya dapat mengembangkan unit ini dengan menintegrasikannya kedalam
kurikulum yang lainnya sastra dan IPS, sebagai contoh. Di masa yang akan
dating, saya juga akan membuat penggunaan yang lebih besar lagi untuk role-
play, membangun kecintaan siswa kelas 5 saya pada bermain peran.
Saya sangat merasa bahwa kejujuran, kebohongan dan kepercayaan dalam
suatu hubungan adalah isu yang sangat nyata untuk anak-anak.
Memberikannya kesempatan untuk menyelesaikannya mensahkan pemikiran
mereka, pertanyaan dan bahkan kebingungan mereka tentang pilihan yang
sulit, terkadang. Di waktu yang tepat ini, hal tersebut tidak terasa seperti
kurikulum yang dikenakan sama sekali, tapi sesuatu yang tumbuh di dalam
minat dan kebutuhan siswa.

BERMAIN PERAN (ROLE-PLAYING)


352 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Bermain peran (role-playing) seperti yang guru Van Slyke katakan


melakukannya lebih sering adalah strategi refleksi moral lainnya yang
menantang siswa untuk melampaui pemikiran yang dangkal.
Bermain peran itu sangat tinggi keikutsertaannya, menyenangkan
untuk siswa di semua umur, dan mengerjakan suatu tugas yang bagus untuk
mendorong pengambilan pandangan. Ketika kamu harus memainkan peran
tertentu dalam suatu situasi moral, kamu benar-benar memasuki sudut
pandang orang tersebut, berfikir sebagaimana dia berfikir, merasakan
sebagaimana dia merasakan. Guru yang mempunyai permainan peran
dilema moralnya sendiri di dalam pelatihan sering berkomentar mengenai
bagaimana mereka benar-benar melihat sebuath situasi dengan berbeda
ketika mereka harus mengambil bagian karakter tertentu. Suatu studi
penelitian menemukan bahwa bermain peran (roleplaying) adalah lebih
jauhnya metode yang paling efektif dalam merangsang minat dan
keikutsertaan siswa.
Elizabeth Saenger di Sekolah Fieldston Lower di Riverdale, NewYork,
membuat penggunaan bermain peran melalui apa yang dia sebut Peran
Etika. Di dalam mini peran ini, anak-anak akan sering memerankan insiden
yang baru saja terjadi pada mereka. Siswa yang baru saja mendapat masalah,
contohnya, akan memilih bagian yang mereka harap bisa memainkannya
dalam menghidupkan kembali kejadian tersebut (bagian yang mereka pilih
seringnya berbeda dari peran yang sebenarnya dalam kejadian tersebut).
Sarana bermain peran guru Saenger berkata, membantu kita
menyelesaikan masalah, membicarakannya, dan melihatnya dari sudut
pandang yang berbeda.
Bermain peran juga merupakan cara yang baik untuk menyimpulkan
aktifitas pembuatan keputusan yang rasional, seperti sesuatu yang Carol
Lynch lakukan selama dilemma meminum bir. Khususnya dengan dilema
tekanan kelompok, siswa harus mampu untuk bertindak dalam berbagai
cara sehingga situasinya bisa ditangani kata-kata untuk diucapkan,
gerakan untuk dibuat. Dari semenjak kelas enam, perhatian untuk menjadi
keren sangat kuat. Bermain peran membantu siswa berhasil menyusun
tingkah laku khusus untuk membuat solusi yang dikembangkan melalui
pembuatan keputusan yang reflektif.
Mendidik untuk kewarganegaraan, sebuah kurikulum yang
mengajarkan siswa hak-hak dan tanggung jawab kewarganegaraan dan
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 353

memberi mereka kesempatan untuk mempraktikan keahlian


kewarganegaraan, memanfaatkan permainan peran secara ekstensif.

GAMBAR-GAMBAR ETIKA YANG BAIK/ETIKA YANG


BURUK

Ketika kamu berjalan menuju ruangan kelas Elizabeth Saenger, hal


pertama yang kamu lihat adalah semua gambar-gambar siswa yang
menutupi dinding dan pembatas. Inspeksi yang lebih dekat mengungkapkan
bahwa setiap gambar diberi label Etika yang baik atau Etika yang buruk
dan mempunyai keterangan di bawahnya yang menjelaskan apa yang
digambarkan.
Pembuat statemen etika artistic ini adalah anak-anak kelas dua, tiga dan
empat yang telah diundang oleh guru Saenger untuk menggambar gambar
berdasarkan pengalamanmu sendiri yang menunjukkan etika yang baik atau
etika yang buruk. Dari keterangan berikut ini kamu bisa mendapatkan ide
kejadian-kejadian moral yang anak-anak pilih untuk disajikan:

Etika yang baik


1. Ini adalah etika yang baik karena aku berbaikan dengan teman terbaikku
setelah kita bertengkar.
2. Dua orang anak laki-laki menggodaku tentang boneka Cabbage Patch ku. Aku
ingin balik menggoda mereka, tapi aku tidak melakukannya karena hal
tersebut tidak akan menjadi hal yang baik untuk dilakukan. Jadi aku hanya
mengacuhkan mereka, dan terus mengacuhkan mereka, dan mereka segera
berhenti.
3. Ini adalah etika yang baik karena seorang anak perempuan berteman dengan
anak baru dan masih berteman dengan teman lamanya.

Etika yang buruk


1. Aku mengumpulkan sampah pada tempat sampah dan seseorang
menumpahkannya. Mereka semua tertawa. Itu merupakan etika yang
buruk.
2. Seseorang yang duduk di atas mobil ayahku hanya berkata Diam!
kepadaku walaupun aku menyuruhnya untuk turun baik-baik. Aku tidak
berfikir kalau hal tersebut beretika karena dia tidak menghormatiku.
354 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

3. Ini adalah etika yang buruk karena seorang anak lelaki memecahkan vas
bunga ibunya dan menuduh adik perempuannya. Sang guru
berkomentar:

Anak-anak sangat suka mengekspresikan pemikiran mereka tentang etika


ke dalam sebuah gambar. Kita membicarakan mengenai gambar mereka di
kelas.Kita mendefinisikan etika sebagai Sebuah studi tentang bagaimana
orang harus berlaku terhadap satu sama lain.

Pendekatan ini mempunyai beberapa hal untuk direkomendasikan: hal


ini menghasilkan manfaat langsung dari pengalaman moral yang dimiliki
anak-anak. Hal ini membuat anak-anak menggambarkan suatu hal yang
anak-anak tersebut suka melakukannya yang melibatkan pengalaman moral
mereka dan berfikir mengenai hal yang kongkrit, bentuk yang terlihat oleh
siswa yang lainnya dan membuat mereka bereaksi terhadapnya. Lebih jauh
lagi, gambar yang terpasang untuk umum, catatan kumulatif tentang
pemikiran anak-anak mengenai isu-isu etika sebuah kesempatan untuk
meneliti kemajuan dan tema di dalam fikiran mereka.
Pada akhirnya, gambar Etika yang baik, gambar Etika yang buruk
memberikan banyak situasi moral yang jelas dari macam-macam kebutuhan
anak selama mereka membangun ide-ide mereka tentang yang salah dan
yang benar. Karakter yang baik, pada akhirnya, lebih sering menjadi suatu
persoalan dalam melakukan mana yang baik, adil dan jujur dalam situasi
setiap hari daripada persoalan memecahkan dilemma moral yang kompleks.

BELAJAR UNTUK MENILAI DENGAN BIJAK

Salah satu kualitas penilaian yang bijak, seorang pilosof Jon Moline
berkata, adalah mencari saran dari orang yang lebih berpengalaman ketika
kita harus membuat keputusan yang sulit.
Secara tradisional, orang yang menghadapi keputusan yang sulit telah
mencari saran dari orang-orang yang dihormati: orang tua, kakek dan
nenek, guru, kakak perempuan dan laki-laki, teman baik, guru spiritual. Saat
ini banyak anak muda yang hanya menceritakan masalahnya kepada
kelompoknya walaupun perasaan yang membunuh dirinya sendiri jika
mereka mengatakan semuanya pada orang lain.
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 355

Kita harus membantunya membangun pola fikir yang berbeda satu


yang bernilai saran dari beberapa sumber, termasuk pemikiran yang lebih
bijak. Kita dapat melakukannya dengan menata pendidikan latihan dalam
membuat keputusan yang mendorong pencarian saran yang cerdas.
Di dua sekolah independen dimana Bill Valentine mengajar, dia
menspesialisasikan ke dalam program pendidikan nilai untuk siswa sekolah
menengah. Sering, ketika dia memberikan mereka dilemma moral, dia
bertanya tidak hanya Apa yang seharusnya kamu lakukan? dan Apa yang
akan kamu lakukan? tapi juga Siapa yang akan kamu mintai saran?
Mengapa? Menurutmu apa yang akan mereka katakana?
Salah satu dilema yang guru Valentine gunakan dalam masalah ini
diadaptasi dari bab The Price of Belonging (Harga milik) dalam buku Im
Not Alone oleh Walter Limbacher.

Saudara Perempuan Perak

Holly akhirnya sudah menyelesaikannya. Semua saudara perempuan


peraknya sudah setuju untuk membiarkannya bergabung di club mereka.
Saudara-saudara perempuannya mengadakan pesta dan piknik di rumah
mereka masing-masing. Masih seperti biasa, hanya untuk gadis yang terapi,
baju terbaik, dan yang terpopuler. Ke 12 perempuan kakak beradik itu adalah
yang terbaik yang kelas lima dan kelas enam miliki untuk ditawarkan.
Di pertemuan pertamanya, Holly menemukan mengapa perempuan kakak
beradik itu disebut Perak. Masing-masing dari mereka memakai pin perak.
Sebelum Holly bisa menjadi anggota club, dia harus mencuri pin peraknya dari
toko perhiasan di sebuah toko serba ada di pusat perbelanjaan.
Ketika dia sedang mengambil pinnya, saudara perempuannya yang lain
akan sedang mengawasinya dari tempat lain sekitar toko tersebut. Dengan
cara itu mereka bisa yakin Holly tidak membeli pin itu.
Holly sangat kaget. Semua anak perempuan itu dari keluarga yang berada.
Holly fikir pin mereka juga dari hasil mencuri seperti halnya pin yang dia miliki.
Baginya, mencuri itu sangat salah. Dia tidak pernah mencuri bahkan pensil sekali
pun.
Dia ingin menjadi salah satu dari saudara perempuan perak lebih dari apa
pun. Ini adalah grup yang terkenal. Mendapatkannya akan membuatnya salah
satu dari yang terbaik.
Holly bergulat dengan masalah tersebut di akhir pertemuan. Apa
yang harus Holly lakukan?
356 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Setelah beberapa diskusi kelas tentang apa yang harus Holly lakukan,
guru Valentine bertanya, Jika hal ini adalah masalahmu, kepada siapakah
kamu akan meminta saran? Apa yang akan mereka katakana?
Dia menyertakan pertanyaan yang lebih spesifik: Saran apa yang akan
ayah dan ibumu berikan? Guru favoritmu? Teman yang terpercaya?
Seseorang yang memiliki toko? Saudara yang menjadi polisi? Seseorang
yang pernah ditangkap sekali karena mengutil? Seseorang yang kau anggap
musuh?"
Sumber bagus lainnya tentang materi untuk pertanyaan moral adalah
surat-surat untuk Ann Landers atau Dear Abby. Salah seorang anak
perempuan menulis, Teruntuk Abby, aku berumur 16 tahun, aku sedang
hamil, dan aku takut mati kalau aku memberitahu orang tuaku. Apa yang
harus aku lakukan? Sebagai sebuah pekerjaan rumah, siswa bisa bertanya
kepada seseorang yang dia hormati, Saran apa yang menurutmu harus
Abby berikan? berbagai macam respon di hari berikutnya di dalam kelas
harusnya membuatnya jelas tentang nilai dari mendengarkan terhadap
penilaian yang bijak dari orang lain sebelum mengambil keputusanmu
sendiri.

MEMBANTU SISWA MEMBANGUN MORAL PENGETAHUAN


PRIBADI

Beberapa program serius tentang refleksi moral harusnya membantu


juga perkembangan berbagai jenis pengetahuan moral yang mana hal
tersuilt dari semua itu adalah untuk mencapainya tapi vital bagi
perkembangan karakter: mengetahui seseorang.
Kita harus menolong anak muda menyadari, sebagai contoh, bahwa
walaupun seringkali mudah untuk mengetahui mana yang baik, tapi juga
biasanya lebih sulit untuk melakukannya. Siswa perlu berlatih keduanya
seperti moral seorang psikolog (yang mengerti mengapa bertindak sesuai
dengan yang mereka perbuat) dan seperti moral seorang pilosof (yang dapat
menilai apa yang benar). Mereka harus merefleksikan mengapa mereka dan
orang lain terkadang mencontek, berbohong, merendahkan orang, atau
berlaku tidak adil terhadap orang lain, walaupun mereka tahu kalau hal
tersebut itu salah. Dalam proses refleksi pertanyaan tersebut, siswa dapan
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 357

memperdalam pengetahuan mereka dalam karakter individu mereka


sendiri yang mana mereka kuat, yang mana mereka harus tumbuh.
Seorang guru bahasa Inggris kelas 8 di SD Chicago Reily menjelaskan
bagaimana dia membantu siswanya mengembangkan jenis moral
pengetahuan-diri sendiri ini:

Kita berangkat dari membicarakan tentang cirri-ciri karakter dalam


sebuah novel menjadi membicarakan tentang cirri-ciri karakter mereka
sendiri. Saya memulai dengan menyuruh mereka mengurut karakter fisik
mereka, kemudian ciri-ciri karakter baik yang mereka rasa mereka miliki.
Mereka mengurut hal-hal seperti, Aku membantu di rumah ketika aku
disuruh, dan Aku menjaga adik lelaki dan perempuanku.
Kemudian saya menyuruh mereka untuk mencantumkan ciri karakter yang
sangat tidak mereka banggakan, sesuatu yang harus mereka perbaiki. Ciri
negative seringnya adalah sisi lain dari ciri positifnya. Aku tidak selalu
melakukan apa yang disuruh, Aku bertengakar dengan adik laki-laki dan
perempuanku. Saya menyuruh mereka untuk merencanakan bagaimana
mereka akan mencoba untuk mengubahnya dan mengatur batas waktunya.
Mereka cenderung mengatur tujuan tersebut terlalu cepat, tapi itu tak
mengapa, saya membantu mereka focus terhadap kemajuan yang mereka
buat.

Beberapa guru mendorong siswa untuk menjaga jurnal etika. Aktifitas


ini secara khusus membantu untuk siswa yang terlihat hanya memiliki
kesadarahan rendah tentang tingkah laku mereka sendiri dan bermasalah
dalam mengartikan moral nalar mereka ke dalam bagaimana mereka
merespon ke dunia sekeliling mereka.
Guru Elizabeth Saenger menjadikan anak-anaknya tetap memelihara
jurnal Etika dalam berbuat berdasarkan pengalam sekolah mereka. Dia
memberi mereka contoh tentang hal apa yang harus ditulis (masalah di
taman bermain, masalah dengan teman, hal-hal etis yang mereka lakukan
yang mereka banggakan, dan sebagainya). Salah seorang anak perempuan
kelas tiga menulis dalam jurnalnya:

Aku tahu tidak seharusnya aku membalas licik pada seseorang, tapi jika aku
tidak melakukannya, hal ini bergejolak dan bergejolak di dalam diriku dan aku
tidak tahan dengan ini. Jadi aku menulis sebuah surat untuk orang tersebut
tapi aku tidak mengirimkannya. Aku menulisnya setiap hari, dan di akhir
minggu, aku merusaknya.
358 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sang guru memuji anak perempuan tersebut atas metode pintarnya


untuk mengendalikan diri.

BAGAIMANA MENDORONG DAN MENINGKATKAN REFLEKSI MORAL


(dari bab 12 dan 13)

1. Ambil waktu untuk menghadapi masalah moral kehidupan nyata dari


kehidupan kelas dan sekolah.
2. Gunakan cerita untuk mengajarkan suatu kebajikan yang sederhana.
3. Diskusikan dilemma moral hipotetis sebagai suatu cara dalam
mendiagnosa dan mengembangkan nalar moral siswa.
4. Gunakan dilemma pararel untuk mendapatkan masalah kelas yang nyata
5. Gambarkan dilema murid itu sendiri
6. Tingkatkan kemungkinan pemikiran tingkat tinggi siswa di dalam kelas
diskusi dengan:
o Mengatur konteks yang tidak relevan untuk diskusi o Merencanakan
pertanyaan masalah spesifik yang menantang siswa berfikir
o Memilih format refleksi/diskusi (seperti pembuatan keputusan yang
rasional) yang membantu siswa berfikir kritis tentang masalah di
tangannya.
o Menantang siswa untuk tetap berfikir tentang masalah tersebut.
o Menyauh diskusi moral dalam sebuah pendekatan berbasis kurikulum
(pembelajaran akademis, program yang dipublikasikan, atau unit yang
dirancang guru).
7. Gunakan permainan peran untuk mengembangkan pengambilan sudut
pandang.
8. Rancang aktifitas pembuatan keputusan yang mendorong pencarian saran
yang cerdas
9. Bantu siswa mengembangkan moral pengetahuan pribadi melalui jurnal
etika personal, proyek pengembangan karakter, dan diskusi hati nurani.

APA HATI NURANI ITU?

Ron Woods adalah seorang veteran guru kelas 5 di SD Birch Meadow di


Reading, Massachusetts. Untuk membantu siswanya membangun moral
pengetahuan pribadi, dia membuat mereka menulis tentang hati nurani.
Dia member mereka pertanyaan yang memprofokasi pemikiran berikut ini:

1. Apa hati nurani itu?


Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral | 359

2. Apakah setiap orang memilikinya?


3. Kapankah hati nuranimu muncul?
4. Apakah kamu mendengar hati nuranimu?
5. Sebagai apakah hati nuranimu kamu pertimbangkan: musuh atau teman?
6. Pesan apa yang akan kamu berikan pada orang lain tentang hati nurani
mereka?

Di diskusi kelas seorang anak perempuan berkata, Hati nurani adalah


suara dari dalam yang berkata padamu apa yang benar dan apa yang salah.
Aku fikir setiap orang memilikinya, tapi beberapa orang tidak
mendengarkannya sepanjang waktu. Seorang anak lelaki berkata, Hati
nurani adalah suatu bagian dari fikiranmu yang memiliki pekerjaan sebagai
pembuat keputusan. Hati nuraniku muncul sesaat sebelum suatu kecelakaan
terjadi. Seringnya aku mendengarkannya, tapi ada kalanya ketika hati
nuraniku tidur disaat kecelakaan terjadi.
Jelas, ada materi yang berharga di sini untuk refleksi moral: mengapa
hati nuranimu terkadang tertidur di saat suatu kecelakaan? Bagaimana
kamu membuatnya tetap terjaga?
Guru menemukan refleksi moral yang merangsang dan menuntun
menjadi suatu bagian yang paling sulit pada nilai-nilai pendidikan. Sebagian
hal tersebut karena diskusi moral cenderung menjadi terbuka tidak hanya
ketidakdewasaan perkembangan siswa tapi juga semua pemikiran yang
relevan dan nilai-nilai umum yang tidak diharapkan di dalam kebudayaan.
Menghadapi hal tersebut secara konstruktif membutuhkan repertoar
keahlian yang mutakhir: membingkai masalah moral; membantu siswa
bergerak melampaui relatifitas; menyiapkan pertanyaan yang akan
menggambarkan dan menantang nalar moral siswa; memilih format diskusi
yang hampir mirip untuk mendapatkan pemikiran terbaik siswa;
memahami tahapan nalar moral; mendapatkan siswa untuk menjelaskan
dan member alasan atas nalar mereka daripada hanya memberi mereka
pendapat; mendorong pendengaran dan interaksi yang baik; menggunakan
pertanyaan ala Socrates untuk memfokuskan diskusi dalam masalah moral
yang relevan; dan membantu siswa menerapkan nalar terbaik mereka
dalam tingkah laku mereka sendiri.
Seiring waktu, kesabaran dan latikah, bagaimana pun, guru yang
berdedikasi dapat dan mengembangkan keahlian ini. Walaupun menantang,
mungkin, bagi guru, usaha untuk mengikutsertakan anak muda dalam
360 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

refleksi moral yang bijak adalah sangat esensial. Berfikir bukanlah


semuanya harus terdapat moralitasnya, tapi tidak akan ada moralitas tanpa
berfikir.
BAB14

MENGAJARKAN MASALAH KONTROVERSIAL

Kebanyakan masalah yang signifikan saat ini - Amerika Tengah, AIDS, Afrika
Selatan, Aborsi adalah yang paling kontroversial juga. Sebagai hasilnya, hal
tersebut terlalu sering ditiadakan dari dalam kelas. Untuk mensensor
kontroversi harus mengatakan kepada siswa kita bahwa mereka tidak akan
belajar di sekolah apa yang paling orang pedulikan tentang kehidupan.

Jerold M. Starr, Direktur di Pusat


Pendidikan Studi Sosial

Yang baik dari sebuah Negara menuntut pertimbangan atas pertanyaan etis
yang serius. Jika pendidikan mengabaikan aspek nilai dan moral atas fisik
manusia, dimanakah masyarakat akan menemukan penduduk yang mampu
membuat keputusan moral yang dewasa?

A.K. Benjamin, Pusat


Pengembangan Manusia dan
Perubahan Sosial

Ketika setiap orang berfikiran sama, tidak ada satu pun yang benar-benar
berfikir

Sebuah poster di suatu konferensi


pendidikan

idak ada yang mendapatkan perhatianatau merangsang pemikiran


T seperti kontroversi. Dan bahkan kebanyakan sekolah menghindari
kontroversi seperti wabah. Guru khawatir tentang diskusi yang diluar
kendali. Para Administrator khawatir tentang keberatan para orang tua.
Setiap orang khawatir tentang ketidakjelasan dalam menangani
masalahmasalah dimana perasaan merasakan dengan dalam dan perlakuan
yang seimbang sangat sulit.
Sebagai konsekuensinya, kontroversi cenderung di tarik keluar dalam
kurikulum, suatu kesempatan untuk diskusi moral yang berkualitas tinggi
362 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dan pendidikan untuk penduduk yang demokratis dengan demikian telah


hilang.

355
Sekarang, saya tidak merekomendasikan wabah sekolah tersebut untuk
menjadi masalah kontroversial ketika mereka mencoba menyelesaikan
suatu program pendidikan nilai. Memberikan pluralistik kita yang tinggi,
perdebatan masyarakat, orang-orang cenderung sudah mengharapkan
konflik dan pembagian ketika kamu menyarankan untuk mengajarkan nilai-
nilai di sekolah. Untungnya, sebagaimana telah kita lihat, ada banyak nilai-
nilai yang bersifat non kontroversial (seperti, rasa hormat, tanggung jawab,
kejujuran) sekolah-sekolah tersebut dapat dan melakukan pengajaran
dengan cara yang non kontroversial (dengan contoh, membangun
komunitas, pembelajaran kooperatif, dan lain sebagainya)
Pengajaran dengan cara yang diterima ini umumnya menerima nilainilai
juga dan harus depertahankan di garis depan dalam berbagai usaha
pendidikan nilai. Mereka menghadirkan etika umum yang membumi yang
mendasar untuk pendidikan moral dan pembangungan masyarakat moral.
Tapi, ada benarnya juga kalau nilai-nilai yang umumnya diterima
seperti kehidupan dan kebebasan, kesetiaan dan keadilan, kebebasan
individu dan hal umum yang baik, perkembangan ekonomi dan
perlindungan lingkungan sekitar menjadi suatu konflik. Hal tersebutlah
yang menghasilkan kontroversi. Karena kontroversi adalah sebuah fakta
kehidupan, hal ini diciptakan, dan persiapan yang buruk untuk masyarakat
dan sekolah untuk mencoba menghindari semua isu kontroversial.
Bagaimana kita bisa mengharapkan untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dalam membuat penilaian yang beralasan tentang pertanyaan
moral yang sulit dalam kehidupan kita jika para siswa tidak pernah belajar
untuk berfikir kritis tentanng isu yang kompleks?

MEMPERLAKUKAN DENGAN ADIL SUATU ISU KONTROVERSIAL:


PERANG VIETNAM

Perang Vietnam adalah yang terpanjang, yang kedua yang paling


merugikan, dan, dengan pengecualian perang sipil, konflik yang secara
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 363

militer paling memecah belah dalam sejarah Amerika. Bagi berjuta-juta


rakyat Amerika, perang ini masih merupakan luka yang menganga. Tersisa
pertanyaan yang mendasar: Kenapa kita terlibat dalam Perang Vietnam?
Apakah ini hanyalah suatu perang saja? Dapatkah kita memenangkannya?
Haruskah kita menginginkannya? Pelajaran apa yang terkandung yang bisa
mengajari kita?
Meskipun hal ini signifikan, Perang Vietnam dikemas hanya dalam
satu atau dua lembar saja oleh standar buku bacaan SMA di Amerika.
Kebanyakan pengetahuan siswa tentang perang tersebut setara dengan
wanita muda pengendara taxi, yang baru keluar dari SMA, yang memaksa
kalau penumpangnya yang merupakan orang Vietnam adalah salah seorang
yang kita perangi di Perang Dunia ke-II.
Namun, baru-baru ini para pendidik yang giat telah menemukan cara
untuk memberikan perhatian yang layak terhadap Perang Vietnam. Dan
pendekatan terhadap pelajaran yang kompleks dan emosional tersebut
dijelaskan dalam pertanyaan panjang pada pendidikan nilai: Bagaimanakah
seharusnya guru menangani isu kontroversial?
Kurikulum tentang Perang Vietnam yang paling komprehensif adalah
sebuah program baru yang disebut Pembelajaran tentang Perang Vietnam.
Pembelajaran ini dikembangkan secara cermat oleh Jerold M.Starr, Direktur
Pusat Pendidikan Studi Sosial di Pittsburgh, dengan bantuan 150
mahasiswa, guru, dan veteran Perang Vietnam yang mewakili cakupan
pandangan luas terhadap Perang tersebut.
Misi saya Kata Starr, adalah untuk menyulitkan pemikiran siswa.
Mereka cenderung datang dengan mental Rambo.
Dibagi ke dalam 12 modul, Pembelajaran tentang Perang Vietnam
memanfaatkan pendekatan pemikiran kritis yang mendorong siswa untuk
sampai ke penilaian mereka sendiri dengan cara menjelaskan titik
permasalahan pada pandangan secara adil. Dengan tujuan tersebut, guru
membantu siswa untuk:

Mempelajari fakta-fakta tentang isu kontroversial yang ada di Perang tersebut

Mempertimbangkan semua sudut pandang dan mengidentifikasi asumsi


dibalik sudut pandang yang berbeda-beda dan juga nilai-nilai di balik asumsi
tersebut.
364 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Meneliti latar belakang orang yang membuat pandangan yang berbeda


mengenai perang tersebut.
Melalui permainan peran, siswa ditempatkan dalam posisi yang
mengakibatkan perang tersebut. Sebagai contoh, mereka menjadi petugas
pemerintahan atau anggota kongres, berdebat atau menolak eskalasi
militer. Ketika permainan peran tersebut berhasil, Starr berkomentar,
Siswa mulai membingkai ulang debat untuk menanyakan asumsi dan
mengidentifikasi informasi yang diperlukan.
Di akhir kurikulum ini, bukannya mengusulkan sebuah solusi, tapi
justru guru member pertanyaan sesuatu yang membuat siswa
membandingkan dan membedakan posisi yang berbeda dan memikirkan
jalan keluar mereka untuk kesimpulan mereka sendiri.
Carol Transou adalah guru yang memenangkan award di Sekolah
Science Hill di Johnson City, Tennessee. Dia mengembangkan pembelajaran
tentang Perang Vietnam-nya sendiri, dengan memfokuskan pada asal
muasal perang tersebut, pengalaman perang, dan warisan perang.
Tugas kelas mengharuskan siswa untuk meneliti sumber utama seperti
sebuah Kertas Pentagon. Tugas yang lainnya mengharuskan siswa untuk
mewawancarai orang tua mereka atau anggota komunitas lain mengenai
pengalaman mereka selama perang tersebut dan apa yang mereka pelajari
darinya. Pendekatan Transou, seperti halnya kurikulum Starr, dirancang
untuk membuka mata siswa terhadap berbagai macam pandangan. (Sebuah
sumber yang menyuguhkan analisis yang sangat kritis terhadap buku
bacaan SMA di Amerika yang membahas Perang Vietnam adalah Teaching
the Vietnam War (Mengajarkan Perang Vietnam) oleh William L.
Griffin dan John Marciano).

BAGAIMANA DENGAN PANDANGAN GURU?

Dalam memandu diskusi mengenai isu kontroversial, haruskah guru


membiarkan pandangan mereka diketahui? Sebuah perspektif adalah
bahwa guru harus tetap tidak memihak sehingga mereka tidak
mengombang-ambing diskusi dan menyalahgunakan pengaruh posisi
mereka. Sebuah argumen mengungkapkan bahwa akan menjadi salah didik
bagi guru untuk terlihat netral atau acuh tak acuh terhadap permasalahan
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 365

kepentingan moral yang luar biasa; Pesan apakah yang diberikan kepada
siswa?
Panduan lain tentang diskusi moral di dalam kelas menyarankan bahwa
guru tidak harus memberi tahu sudut pandang mereka tapi harus
memperlihatkannya ketika atau jika para siswa bertanya.
Secara umum, saya fikir sangat pas bagi guru untuk berkata:

Saya benar-benar mempunyai pandangan terhadap isu ini, dan saya akan
senang untuk berbagi dengan kalian nanti. Tapi, saya ingin untuk tetap tidak
memihak saat ini, karena tujuan unit ini bukanlah agar kamu mempelajari apa
yang saya fikirkan. Melainkan, agar kamu mengevaluasi secara seksama
semua argumen dan bukti dan berada pada apa yang kamu fikirkan adalah
posisi yang paling mendukung.

Apakah diskusi tentang kontroversi itu direncanakan atau secara


spontan, guru yang baik akan ingin untuk memastikan keseimbangan dan
memberikan siswa manfaat yang lebih dari satu sudut pandang. Guru kelas
enam Rhode Island Lois Morris memberikan contoh berikut ini:

Saya pribadi cukup menentang mengenai PLTN. Perusahaan listrik datang


ke sekolah dan menceritakan tentang keajaiban tenaga listrik dan tenaga
nuklir
Setelah itu, kita mengadakan diskusi umum. Saya tidak
mengungkapkannya, tetapi jika kita mengarah pada hal itu, saya akan berkata
saya mengerti darimana tepatnya perusahaan ini berasal, tapi saya pribadi
khawatir tentang PLTN. Saya berkata itu adalah pendapat saya. Saya berkata
pada para siswa, Kamu telah mendengar kedua sisi dari isu tersebut; kamu
harus menyusun fikiranmu sendiri. Pulanglah kerumah dan bicara dengan
orang tuamu juga.

Guru Morris bahkan berkata, pendekatan kalimat itu adalah pendapat


saya memberi kesan yang baik ketika isu tersebut kontroversial. Dan
nasihat terakhirnya Bicara dengan orang tuamu adalah perbuatan yang
bijaksana. Jika orang tua berfikir sang guru mendorong anak-anak untuk
berkata pada mereka tentang masalah etika yang didiskusikan di kelas, hal
tersebut akan membantu meringankan kegelisahan orang tua mengenai
apakah guru tersebut menyalahgunakan ruangan kelas untuk
mengembangkan keyakinan pribadinya.
366 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

PERDEBATAN MORAL

Perdebatan yang tersusun adalah cara efektif lainnya untuk


menstimulasi refleksi tentang isu kontroversial, khususnya bagi siswa SMP
dan SMA.
Guru kelas enam Tim Kent di Clovis, California berkata:

Saya ingin memicu anak-anak saya, membuat mereka benar-benar berfikir.


Perdebatan tentang isu kontroversial adalah cara yang tepat untuk itu. Hari
ini, mereka membaca essay mereka dengan keras tentang apakah anak
perempuan seharusnya diizinkan untuk bermain sepak. Saya berjalan diantara
beberapa orang anak diluar kelas sewaktu istirahat, anak-anak akan
mengemukakan artikel di koran tentang topik tersebut.

Elizabeth Saenger menggunakan cara debat tersebut dengan anak kelas


lima dan kelas enamnya sebagai bagian dari kurikulum etika kelasnya
(lihat bab 9). Seperti halnya Tim Kent, dia mendapatkan kalau siswanya
bersemangat untuk berdiskusi tentang isu kontroversial yang mereka
dengar dari berita. Haruskah hukuman mati dilarang? Haruskah anjing laut
dan musang dikembang biakan hanya untuk bulunya? Haruskah lirik lagu
rock tertentu disensor karena orang-orang menganggapnya merusak
moral?
Siswa-siswa kemudian memilih suatu topik. Dalam kelas etika khusus
ada 12 siswa. Empat orang di satu sisi perdebatan dan empat orang di sisi
lainnya, dan empat orang lagi sebagai juri. (Sebanyak mungkin, siswa
memutuskan grup mana yang akan mereka pilih untuk setiap debat).
Guru mengajarkan para juri tentang criteria penilaian (argumen yang
logis, jumlah argumen yang berbeda, bukti-bukti pendukung) dan metode
untuk mendapatkan poin dan menguranginya (tim dikurangi poinnya untuk
setiap interupsi).
Walaupun lebih penting, juri mempunyai peran memanggil setiap sisi
untuk merespon terhadap point tim lain sebagaimana yang tim tersebut
buat. Tidak ada aturan waktu bagi setiap sisi untuk berbicara; argumen
terus bergulir, menghasilkan dialog moral yang sebenarnya.
Tanpa persiapan, guru Saenger berkata, debat bisa jadi gagal.
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 367

Debat ini melibatkan dua kelas, satu kelas bersiap-siap dan kelas lainnya
melaksanakan debat tersebut. Di kelas persiapan, kita mengungkapkan dengan
jelas apa yang kita perdebatkan. Apakah isu etika dalam debat ini? Siswa
kemudian akan mengerjakan pekerjaan rumahnya sepanjang malam sebagai
persiapan melaksanakan debat. Saya akan memberikan materi tentang latar
belakang debat artikel dari majalah dan koran, sebagai contoh yang akan
mereka perlukan. Saya ingin mereka belajar mengenai sesuatu sebelum mereka
mulai berdebat tentang hal itu.

Di akhir perdebatan, guru Saenger memberikan beberapa tugas


menulis. Contohnya, setelah perdebatan tentang hukuman mati, siswa
disuruh untuk menuliskan Alasan etis terbaik untuk hukuman mati
tersebut dan Alasan etis terbaik melawan hukuman mati.
Beberapa isu, seperti aborsi dan eutanasia, lebih pantas untuk anak yang
kelasnya lebih tinggi. Hal lainnya, seperti hukuman mati, adalah urusan
pengadilan; guru akan mempertimbangkan tingkat kedewasaan grup
tertentu, perasaan orang tua, dan sebagainya. Isu tentang hak-hak hewan
dan beberapa hal tentang ilmu pengetahuan kompleks dan kontroversi
lingkungan adalah persoalan yang cocok untuk perkembangan siswa tingkat
SD lanjutan dan sekolah menengah.

MEMPERDEBATKAN ISU ETIS DALAM ILMU PENGETAHUAN

Catherine Gefell, dalam monografinya Socially Responsible Science


Education (Pendidikan Ilmu Pengetahuan yang Bertanggung Jawab Sosial),
berpendapat persuasif bahwa pertimbangan isu kontroversial memiliki
peran penting yang khusus yang berperan dalam pendidikan ilmu
pengetahuan. Memperdebatkan isu kontroversial, ujarnya, akan
menghilangkan gagasan bahwa ilmu pengetahuan itu bernilai bebas dan
dapat disebut selalu memberikan jawaban yang benar.
Gefell mengidentifikasi banyak isu hanya dalam ilmu pengetahuan Bumi
: sumber energi alternatif: Haruskah pemerintah Amerika memberikan
sebanyak uang penelitian untuk pengembangan tenaga solar seperti halnya
juga untuk penelitian dan pengembangan tenaga nuklir? Bahan bakar fosil:
Berapa harga yang harus perusahaan tenaga pembakaran batu bara bayar
sebagai hukuman atas kegagalan untuk mematuhi peraturan EPA tentang
emisi cerobong asap? Haruskah warga Amerika dihukum karena
mengendarai kendaraan yang bahan bakarnya tidak efisien? Siapakah
368 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pemilik samudera?: Bagaimanakah seharusnya Negara-negara memutuskan


siapa yang mempunyai hak untuk memanen kekayaan karang mineral laut
atau endapan minyak di lepas pantai?
Kotak yang berikut mengurutkan isu yang bersamaan lainnya yang
menggabungkan pembelajaran keilmuan dan perdebatan etika.
Dengan ditangani dengan baik, debat etika tentang topik seperti ini
dapat mengajarkan siswa untuk mempelajari suatu persoalan secara
mendalam, mengembangkan argumen yang beralasan untuk suatu posisi,
menyatakan argumen-argumen tersebut di depan public, dan
mendengarkan serta merespon terhadap sudut pandang yang diberikan.
Negara tersebut berada di dalam sebuah perang sipil budaya maya
tentang isu aborsi. Sebagai seorang ahli etika John Noonan telah meneliti,
bukan sejak perang sipil tentang perbudakan yang membuat suatu negara
sangat dibedakan mengenai pertanyaan sefundamental Siapakah manusia
itu? dan Siapa yang akan dirujuk atas hak-hak manusia? jika pendidikan
mempunyai peran untuk bermain di sini, ini mungkin untuk mencoba
menambah, namun dengan sederhana, kapasitas kita terhadap dialog public
yang beralasan tentang isu peraturan publik yang penting ini.

MEMBANGUN PERATURAN SEKOLAH UNTUK SEBUAH STUDI


TENTANG ISU KONTROVERSIAL

Sekolah harus membangun peraturan tertulis, yang disetujui oleh


dewan pendidikan, mengenai pengajaran isu kontroversial. Apakah isu
tersebut itu mengenai aborsi atau kontroversi etika sosial lainnya,
permasalahan ini terlalu serius bagi guru untuk membuatnya menjadi apa
yang mereka mau. Setiap orang mendapatkan keuntungan guru, siswa,
administrator, dan komunitas ketika ada peraturan pendidikan yang
dikembangkan secara bertanggung jawab, dicantumkan ke depan publik,
dan dipatuhi secara konsisten.
Bahkan jika peraturan seluruh sekolah masih tidak secara resmi
dilakukan, guru secara pribadi lebih bijak mengikuti peraturan umum
seperti hal-hal yang ada dalam kotak yang menyertai ketika mereka
membahas isu kontroversial di dalam kelas mereka.
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 369

MENJADIKAN RUANGAN KELAS AMAN DARI PERBEDAAN

Langkah penting pertama dalam menyikapi masalah aborsi atau isu


kontroversial lainnya adalah mencoba untuk membuat ruangan kelas aman
dari perbedaan. Efek normal yang menghambat dari tekanan teman dan
apa-yang-akan-orang-orang-fikirkan-tentang-aku? menjadi tinggi ketika isu
tersebut dikembangkan secara emosional. Guru dapat mencoba untuk
menciptakan sebuah atmosfir kebebasan intelektual dengan membuat suatu
statemen seperti:

Saya ingin setiap orang di sini mampu berfikir dan berbicara tanpa rasa
takut terhadap intimidasi. Ingat, memerlukan keberanian untuk mengambil
posisi yang minoritas, dan sejarah sering memuji mereka yang melakukannya.
Ingat juga, bahwa tidak ada hal yang memalukan dalam mengubah fikiranmu
atau dalam memotong penilaian jika kamu tidak yakin akan apa yang kamu
fikirkan.

Selanjutnya, guru dapat memberi public jajak pendapat tentang isu


tersebut membiarkan siswa melihat dirinya sendiri akan perbedaan
pendapat yang ada. Dengan menghargai aborsi, satu dari jajak pendapat
yang paling menyeluruh diangkat oleh The New York Times dan berita CBS
pada April 1989 dan berdasarkan sampel nasional atas 1.412 orang dewasa.

ISU KONTROVERSIA: SEBUAH CONTOH PERATURAN SEKOLAH


(Ringkasan dari Hrry G.Miller, The American Biology Teacher, November 1973)
Kurikulum
1. Persetujuan atas isi pembelajaran harus dibuat oleh departemen keputusan, dalam
menulis dan diajukan ke administrasi sekolah untuk dipertimbangkan oleh Komite
Kurikulum Sekolah.
2. Untuk pembelajaran-pembelajarn tersebut dimana isu kontroversial dianggap hal
yang mudah menguap, persetujuan orang tua dalam formulir tertulis akan paling
dibutuhkan untuk pencatatan pembelajaran.

Kemampuan
1. Guru mempunyai tanggung jawab instruksional untuk membantu siswa dalam
memeriksa semua posisi yang diambil perihal isu kontroversial tertentu.
2. Ketika memeriksa isu kontroversial, guru mempunyai hak untuk menyampaikan
pendapat mereka sendiri, pada saat mengetahui bahwa
370 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

ruangan kelas seharusnya tidak digunakan sebagai sarana dalam


penanaman pendapat dan keyakinan pribadi mereka.
3. Guru mempunyai tanggung jawab instruksional untuk mendemonstrasikan
bahwa rencana dan persiapan telah dilakukan mengenai studi isu-isu
kontroversial.

Keluhan
1. Ketika kehadiran pembelajaran tidak dibutuhkan oleh negara hukum, dan jika
orang tua merasa bahwa pembelajaran tersebut tidak pantas, orang tua akan
memiliki hak untuk meminta perubahan pembelajaran di dalam program
studi anak.

Seperti survey sebelumnya, jajak pendapat The Times/CBS menemukan


bahwa baik perempuan atau laki-laki keduanya fifty-fifty mengenai isu
aborsi. Diantara para wanita, 47 persen lebih menyukai tetap melegalkan
aborsi seperti saat ini, sementara 51 persen menginginkan larangan yang
kuat (40 persen merasa bahwa aborsi legal harus dibatasi seperti karena
kasus-kasus pemerkosaan, perbuatan zinah, atau ketika kehidupan ibu
dalam bahaya, dan 11 persen lebih menyukai larangan total). Sisanya tidak
mengambil keputusan.
Diantara lelaki, 51 persen lebih menyukai tetap melegalkan aborsi
seperti saat ini, sementara 46 persen menginginkan larangan yang kuat (38
persen merasa bahwa aborsi legal harus dibatasi seperti karena kasuskasus
pemerkosaan, perbuatan zinah, atau ketika kehidupan seorang ibu dalam
bahaya dan 8 persen lebih memilih larangan total).
Konservatif dan liberal juga terpecah belah di dalam tataran mereka.
Sedangkan kebanyakan orang yang menyebut diri mereka sendiri sebagai
politik konservatif lebih menyukai hukum aborsi yang ketat, sekitar empat
dari 10 konservatif menginginkan untuk mempertahankan aborsi untuk
tetap legal seperti saat ini. Sementara kebanyakan orang yang menyebut
mereka sendiri sebagai politik liberal lebih menyukai status quo aborsi,
liberal yang ketiga menginginkan untuk membatasi aborsi legal karena
pemerkosaan, perbuatan zinah, atau kehidupan ibu yang mengandungnya
dalam bahaya (28 persen) atau melarangnya sama sekali (5 persen).
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 371

Siswa masih dapat diberi contoh lain seperti pembagian: grup liberal
seperti the American Civil Liberties Union (persatuan sipil liberal Amerika)
memenangkan hak aborsi atas nama privasi dan kebebasan personal; tapi
grup liberal lainnya seperti JustLife (Hanya hidup) menganjurkan etika
hidup konsisten dan mengkampanyekan penolakan aborsi, kemiskinan,
dan perang nuklir sebagaimana semua keadilan sosial dan rasa hormat
terhadap kehidupan menjadi rusak.
Dengan memperlihatkan posisi aborsi tersebut tidak bisa
disembunyikan dengan rapi oleh gender atau ideology politik akan
membantu untuk membebaskan siswa dari pemikiran stereotype mengenai
isu ini.

DUA VISI FEMINIS YANG BERBEDA TENTANG ISU ABORSI

Bacaan, refleksi dan minimal beberapa tulisan harus selalu


mempelopori diskusi kelas tentang masalah kontroversial jika seorang guru
ingin menggerakan siswa melewati pembacaan pendapat asli mereka saja.
Dan kebutuhan seimbang siswa untuk membaca artikulasi, berkomitmen
pada statemen terhadap pandangan yang mereka berikan. Untuk isu aborsi
tersebut, tidak ada cara efektif lagi untuk melakukan hal itu daripada untuk
memberikan tulisan wanita yang membedakan visi-visi feminimisme yang
telah memimpin mereka untuk secara diametric berlawanan dengan aborsi.
Dua tulisan tersebut adalah berikut ini di box selanjutnya, sejalan
dengan jenis pertanyaan yang fokus dengan tajam yang membantu siswa
meningkatkan mutu menjadi seperti apa yang penulis katakana,
mengidentifikasi isu-isu etika, dan mengevaluasi secara kritis argument
penulis. Essay yang pertama (ringkasan), The Woman Behind the Fetus,
(Wanita Dibalik Janin) oleh Barbara Ehrenreich, penulis buku The Hearts of
Men (Hati lelaki) dan pertama muncul pada 28 April, 1989, sebagai kolom
pembuka di The New York Times. Ehrenreich lebih memilih untuk tidak
melarang hak aborsi. Essay yang kedua, A Moral Obligation(Suatu
Kewajiban Moral), oleh Sidney Callahan, editor buku Abortion:
Understanding Differences, dan merupakan versi ringkasan dari artikelnya
di bulan November 1989 ditulis di majalah So-journers. Callahan
372 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menegaskan keunggulan kewajiban wanita terhadap janinnya yang


terkandung.
PERAN WANITA DIBALIK JANIN
Oleh : Barbara Ehrenreich

Pada kasus yang terdapat di Webster v. Reproductive Health Services , sebuah


badan pelayanan kesehatan reproduksi, menyatakan bahwa Mahkmah Agung
pada minggu ini telah menelaah argumen tentang perlindungan janin dan
keterkaitannya dengan hak pribadi dalam penggunaan alat-alat kontrasepsi.
Hampir hilang dalam kesemrawutan pengadilan tinggi ini, pembuat keputusan
tentang hak-hak wanita seperti perlindungan kesehatan, perlindungan
kehormatan dan perlindungan seksual hokum ini berlaku meskipun mereka
berada pada keadaan ekonomi yang cukup.
16 tahun yang lalu, pada saat keputusan Roe v. Wade dilansir banyak terlihat
kejelasan. Golongan yang Pro bersatu dalam memandang aborsi sebagai
persoalan hidup dan mati, dan tentu saja menempatkan dimana hidup dan mati
sebagai taruhannya.
Pertumbuhan janin yang dianggap sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dalam
hukum negara ini telah mengubah perdebatan menjadi anarkisme dan terkadang
memudarkan peran wanita dalam legalitas pengaborsian. Pada saat ini, meskipun
para pendukung bebas dan nyata sering menyuarakan tentang aborsi, yang
merupakan kejahatan moral yang setara dengan menembak pengacau yang
memasuki rumah seseorang, adalah sebuah respon dari keputusasaan
seseorangyang diambil ketika dalam situasi ekstrim dan dengan segera akan
menyesali perbuatannya.
Sebagai akar dari pendukung baru namun anti-aborsi, maka posisi adalah
sebuah berita yang tidak pernah timbul dalam debat aborsi dimasa lalu,
pertanyaan satus legal dan kepribadian dari janin pun demikian. Berbanding
terbalik dengan kelompok kontra yang menggugat bahwa abosi melanggar nilai
tradisi Amerika, meskipun aborsi dilegalkan ketika hari Republik di tahun 1880an.
Pendapat tersebut menggiring pada pelarangan penuh pada wanita; seperti
bahayanya aborsi untuk wanita. Bahkan tentu saja tidak pada kelalaian janin
yang mencerminkan ketidaktauan biologis. Perkembangan bidang kedokteran
telah membawa abad 19 menjadi abadnya perang melawan aborsi.
Dewasa ini janin dipandang sebagai individu yang mandiri sedangkan wanita
yang memilikinya tidak diekspose. Menyadari kesalahan arah karena tidak ada
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 373

janin yang hidup tanpa bergantung pada apapun hanya mengait pada plasenta,
tinggal di rahim dan membungkus diri di dalam tubuh seorang wanita hidup.
Rasa sedih dan ambivalen membawa kita pada pertanyaan bagaiman kita tahu
bahwa janin adalah bukan sesuatu yang hidup? Sebuah janin tentu saja calon
makhluk hidup dan secara ilmu pengetahuan dapat berbicara, kumpulan
374 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sel-sel bagian dari tubuh wanita. Seorang wanita dapat berpikir janinnya adalah
seorang calon manusia atau hanya sel-sel hidup, pemikiran itu bergantung pada
apakah kehamilan tersebut diingikan atau tidak. Ini tidak mengidentifikasikan
moral orang tersebut namun merupakan pilihan dalam bertindak.
Kepercayaan baru-baru ini berkembang bahwa janin dapat dianggap sebagai
bagian terpisah dari tubuh wanita, kesehatan dan hidup dapat menjadi awal dari
kompromi bahwa aborsi dikelilingi dengan batasan yang dibuat agar wanita
berpikir dua kali maka periode menuggu dapat diberlakukan.
Ketika kita berbicara tentang aborsi, maka kita berbicara tentang wanita, dan
ketika kita berbicara tentang wanita maka kita sedang membicarkan tentang
pemikiran yaitu kesadaran moral dari umat manusia. Adapun opini yang kini
berkembang di Amerika perlu untuk diperjelas kembali dengan pertanyaan
berikut: Kapankah wanita akan menerima keberadaan pribadi mereka secara
utuh? Kita telah mengetahui jawaban untuk pertanyaan tersebut, yaitu tidak!
Hingga aborsi, dan tentu saja kontrasepsi bebas dipergunakan oleh semua wanita
tentu saja tanpa melanggar batasan dan peringatan- peringatan yang telah
ditentukan. Hal lainnya adalah pelanggaran akan keberadaan pribadi yang
bukan semata- mata dipandang hanya sebagai privasi.

KEWAJIBAN MORAL
Oleh: Sidney Callahan

Saya adalah seorang feminis yang pro-aborsi yang dapat digolongkan sebagai
seorang yang bersikap konsisten di dalam hidup yang juga dianut oleh aktifis
kedamaian dan keadilan. Saya menempatkan diri dalam keyakinan yang rasional
bahwa seluruh umat manusia adalah sama. Etika kesetaraan ini telah melahirkan
tradisi demokrasi di sosialitas barat. Golongan radikal menyatakan bahwa tidak ada
umat manusia berada pada posisi yang lebih rendah dari orang lain. Dalam norma ini
semua umat manusia memiliki hak azasi mutlak, paling tidak karena mereka terlahir
sebagai manusia.
Ketika menerapkan etiket moral ini pada kasus aborsi saya tidak bisa
membenarkan alasan apapun kecuali bahwa janin merupakan bagian dari makhluk
hidup. Saya tidak melihat ada alasan moral mengapa kedewasaan, ukuran , atau
tahapan awal dari perkembangan janin yang merupakan embrio awal dari
kesetaraan moral yang layak bagi umat manusia (yang mana sayapun dulu
merupakan embrio). Hal tersebut merupakan makhluk hidup tunggal baru akan lahir
dan akan menjadi manusia seutuhnya seperti kita.
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 375

Pada kenyataannya semua makhluk hidup saling tergantung, semua


membutuhkan pengasuhan dan makanan sebagai poin penting dalam siklus
kehidupan. Seorang wanita yang hidup sendiri memiliki kekuatan untuk menopang
kehidupan baru di janinnnya dan memiliki kewajiban melindungi dan mengasuh janin
tersebut.
Ketika manusia memiliki banyak nilai hakiki dan hak azasi yang mutlak yang
telah lama disadari bahwa hal yang paling fundamental dan penting untuk semua
adalah hak untuk hidup atau hak untuk tidak dibunuh. Nilai hakiki tersebut lebih
mendasar dari hak untuk menentukan keinginan pribadi atau kebebasan.
Sekali kita telah membenarkan ketidaksetaraan dan pelanggaran dari hak
dasar demi tujuan yang pragmatis maka akan melahirkan anggapan seorang
wanita memiliki hak yang lebih dari seorang laki- laki. Perlindungan terhadap
janin merupakan perintah moral untuk seluruh manusia dan merupakan kasus
dari komitmen mutlak kita terhadap kesetaraan manusia, solidararitas manusia,
dan hak azasi manusia. Seseorang yang berjuang untuk hak- hak masyarakat,
kesetaraan hak untuk wanita, kesetaraan hak untuk orang cacat dan anak istri
dari hal yang melawan hukum maka akan berjuang untuk merawat sesuatu yang
belum dilahirkan.
Pertama, pergerakan golongan feminis pro aborsi akan mencari ukuran untuk
memastikan pilihan yang lebih baik dari aborsi dengan ketentuan atau syarat
dengan menunggu waktu mandataris konselor melalui bukan penyedia jasa aborsi
dan mandataris konsultasi yang menawarkan informasi alternatif seperti adopsi.
Selanjutnya, akan ada dukungan yang akhirnya melarang aborsi secara nyata,
atau hal yang mendekati aborsi dalam segala aspek namun mengancam kematian
ibu. Tingginya permintaan aborsi di masyarakat tentu akan menghasilkan
peraturan.
Pemerintah sebagai campur tangan yang sah di masyarakat untuk melindungi
janin secara politikal harus didorong untuk menawarkan perawatan dan
dukungan bagi wanita melahirkan, anak- anak, dan keluarga. Tunjangan tidak
memiliki orang tua, tunjangan perawatan anak, ketentuan perawatan harian,
perawatan kesehatan, rumah dan kesempatan kerja yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan merupakan keterlambatan yang panjang pada langkah-
langkah yang mendukung peraturan keluarga dalam agenda politik kita.
Tapi sebelum perubahan sosial ini muncul, dapatkah kita berjuang secara
hukum membatasi aborsi?. Ya, jika kita tidak menyadari kewajiban moral umum
kepada janin yang masih bergantung pada ibunya dan masih rapuh lalu mengapa
wanita dewasa, anak- anak, dan keluarga harus ditolong?. Paling tidak hukum
376 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berubah, etiket kelayakan dan dominasi, hukum rimba dan ekonomi akan berjaya
pada masanya

Pertanyaan untuk essay dan diskusi:

1. Apakah penulis membuat sebuah pernyataan faktual, menentang pendapat


yang sesuai norma yang memicu pertanyaan? Sumber informasi lain apakah
yang dapat dilihat untuk mencoba mengevaluasi keakuratan pernyataan
faktual tersebut?
2. Ehrenreich menyatakan bahwa seorang wanita dapat berfikir tentang
janinnya sebagai seorang makhluk hidup atau hanya kumpulan sel dan
memiliki kebebasan untuk memutuskan mengaborsinya. Argumen apakah
yang ia gunakan untuk mendukung pendapatnya? Apakah kamu setuju atau
tidak setuju? Mengapa?
3. Callahan menyatakan wanita tidak memiliki hak moral untuk mengaborsi
janin di dalam kandungannya. Argumen apakah yang ia gunakan untuk
mendukung pendapatnya? Apakah kamu setuju atau tidak? Mengapa?
4. Bagaimana kedua penulis tersebut dapat berbeda sudut pandang hukum
mengenai aborsi? Apa argumen yang mereka gunakan untuk mendukung
penyataan mereka? Apakah kamu setuju atau tidak? Mengapa?

Mengingat menjadi moderator yang adil tidaklah mudah ketika seorang


guru memiliki perasaan yang kuat terhadap sebuah isu kontroversi. Hal
tersebut membutuhkan komitmen yang tidak tergesa- gesa dari guru agar
tidak berpihak pada salah satu pihak. Guru dapat menolong siswa sebagai
moderator yang netral jika mereka mengemukakan keberpihakan mereka
pada awal diskusi.
Seorang guru dapat juga menciptakan keseimbangan dengan membawa
dua pembicara dari pihak yang bertentangan dari sebuah isu kontroversial.
Secara alternatif guru dapat memposisikan diri mereka di belakang layar
dengan menyelenggarakan debat siswa atau meminta siswa untuk
memimpin sebuah debat. Pada pendekatan ini, tujuannya adalah untuk
memaksimalkan partisipasi siswa dan membatasi peran guru yang
berlebihan. Pada akhir dari investigasi kelas tentang sebuah isu setelah
penilaian akhir diberikan peringkat kelas dan pengembalian guru dapat
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 377

memilih untuk membuka pandangan mereka dan bagaimana pandangan


tersebut datang jika siswa ingin mengetahui meskipun penyingkapan
tersebut secara ilmu pengetahuan tidak dibutuhkan.
378 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

PENDEKATAN KOOPERATIF TERHADAP ISU KONTROVERSIAL

Sebuah pendekatan baru dan menjanjikan terhadap isu kontroversial


yang merupakan salah satu cara mencegah pembiasan guru yang condong
pada salah satu pihak dalam diskusi, memaksimalkan partisipasi siswa dan
menuai keuntungan dari pembelajaran kooperatif yang kontroversial
berjenjang.
Dikembangkan oleh pakar pembelajaran kooperatif David dan Roger
Johnson model yang sederhana adalah sebagai berikut: menetapkan
kontroversi sebagai masalah yang menarik untuk dipecahkan daripada
situasi menang dan kalah. Johnson bersaudara menolak format debat klasik
dengan keunggulan format kooperatif yang mana siswa bekerja sama
daripada bermusuhan.
Dalam artikel mereka pemikiran kritis melalui kontroversi terstruktur
pada bulan mei 1988 isu kepemimpinan pendidikan dijelaskan johnson
bersaudara secara detail dengan format kooperatif mereka. Menggunakan
hal yang berbahaya membuang sampah sebagai isu kontroversial mereka.
Mereka mengilustrasikan prosedur sebagai berikut.

1. Tugas: guru menugaskan siswa empat orang dalam satu grup yang terdiri
dari dua orang tim advokasi. Setiap grup diperintahkan untuk
mempersiapkan judul laporan peran regulasi dalam pengaturan sampah
berbahaya.
Dalam kelompok tersebut satu tim yang terdiri dari dua orang menempati
posisi yang membutuhkan banyak aturan, dan dua orang dari tim berposisi
diperaturan yang lebih sedikit dari yang dibutuhkan.

2. Perencanaan: selama periode kelas pertama dua orang dari tim menerima
materi dari guru yang mendukung posisi mereka. Mereka bertanya
rencanakan bagaimana untuk mempresentasikan posisimu sehingga kamu
dan tim lawan di grupmu akan mengerti posisimu dengan baik sebagai cara
menemukan keyakinan.

3. Advokasi: selama periode kedua dua kelompok mempresentasikan


pendapat mereka satu sama lain kemudian mereka terikat dalam diskusi
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 379

umum dimana mereka mengadvokasi pendapatnya, membantah dan


mencoba untuk mendapat kesimpulan yang terbaik yang mungkin tentang
kebutuhan tentang manajemen hal berbahaya yang tidak berguna.
PENGAJARAN ISU KONTROVERSIAL
1. Dalam mengembangkan sebuah program nilai menekankan pada cara
non kontroversial seperti: model peran, moral pembangunan
masyarakat, pembelajaran kooperatif, proyek kurikulum dalam
pengajaran nilai kontroversial seperti peka, bertanggung jawab, jujur,
dan rasa iba.
2. Membenarkan pernyataan isu kontroversial sebagai hal yang penting
dalam perkembangan berfikir kritis tentang keputusan kebijakan publik
menghadapi warga negara dalam masyarakat demokratis.
3. Mengembangkan seluruh pengawasan dalam pengajaran isu
kontroversial di sekolah
4. Jika tersedia gunakan materi kurikulum yang telah diterbitkan dengan
kualitas tinggi dengan pangengajaran isu kontroversial
5. Menggunakan format debat untuk membentuk siswa dalam investigasi
dan diskusi mengenai isu kontroversial
6. Dalam mempelajari aborsi atau isu isu kontroversial lainnya:
- Membuat ruang kelas aman dari perbedaan sudut pandang dengan
memperkenalkan siswa pada keberagaman opini dimasyarakat
- Menyediakan bacaan dari kedua sisi tentang isu dan pertanyaan
yang membimbing siswa pada cara berfikir evaluatif yang kritis
- Membawa pembicara pada dua sisi sudut pandang dari isu tersebut
- Sebagai guru menahan diri untuk mengungkapkan pandangan
personal sampai siswa memintanya
7. format pembelajaran kooperatif, kontroversi akademik terstruktur
untuk memaksimalkan keuntungan belajar isu kontroversi sambil
meminimalisir efek konflik.
4. Pergantian posisi: pada periode ketiga setiap tim bertukar posisi, berdebat
pendapat merupakan silang pendapat.

5. Mendapatkan konsensus: selama periode keempat, empat grup


mempersatukan apa yang mereka lihat sebagai informasi terbaik dan
beralasan dari dua sisi kedalam sebuah situasi konsensus. Mereka kemudian
menulis dan menyerahkan laporan kelompok.
380 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

6. Akuntabilitas personal: ketika laporan konsensus telah dilengkapi setiap


siswa mengambil sebuah tes yang berisikan informasi faktual dari materi
membaca.
Untuk membantu siswa mengembangkan sikap kooperatif dan
kemampuan kooperatif, johnson bersaudara merekomendasikan guru
meminta siswa untuk berkomitmen dengan peraturan sebagai berikut:

1. Saya kritis dalam mengemukakan ide, saya bukan manusia.

2. Saya fokus dalam pembuatan keputusan terbaik, bukan fokus pada


kemenangan

3. Saya menyemangati semua orang untuk berpartisipasi dan menguasi semua


informasi yang relevan

4. Saya mendengar ide semua orang walaupun saya tidak setuju

5. Saya mengulang pernyataan dari apa yang seseorang katakan jika dirasa tidak
jelas

6. Saya yang awal mengemukakan semua ide dan fakta yang mendukung kedua
belah pihak dan kemudian mencoba untuk menyimpan ide- ide yang masuk
akal

7. Saya mencoba untuk mengerti isu dari kedua sisi

8. Saya merubah pemikiran ketika kejelasan terlihat dan mengharuskan saya


berbuat begitu.

Johnson bersaudara telah melakukan penelitian kelas selama sepuluh


tahun, dalam prosesnya mereka berkata; telah menemukan bahwa siswa:

- Memperoleh kemampuan mengungkapkan pendapat.


- Mengungkapkan kebenaran dan penyimpangan dari masalah ketika itu benar
daripada berdebat atau belajar secara individual.
- Menghasilkan solusi yang berkualiatas dari suatu masalah.
- Membuktikan kecenderungan siswa partisipan dan penghargaan diri
akademik yang lebih tinggi
Mengajarkan Masalah Kontroversial | 381

- Mengembangkan sikap positif yang lebih dalam menghadapi subjek kontriversi


dan proses itu sendiri.

Hasil yang mengagumkan ini menyarankan bahwa kontroversi


akademis yang terstruktur membutuhkan tempat dalam suatu program
yang menuntut siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis dengan
mempelajari kontroversi, namun harapan-harapn tersebut untuk
meminimalisir efek konflik dari nilai konflik.
Banyak kesepakatan yang menantang dengan isu kontroversial yang
sering didemonstrasikan pada saat perang di teluk persian. Dua hari setelah
pertempuran meletus saya berada di Sekolah Dasar Gracemor di Kansas
Utara, Missouri melakukan pelatihan nilai pendidikan untuk staf di sana.
Pelatihan tersebut disela oleh berita bahwa mantan siswa dari kabupaten
merupakan korban utama perang. Konselor dipanggil untuk sesi:
bagaimana keadaan sekolah, media surat kabar ingin mengetahui,
merencanakan untuk menangani pertanyaan-pertanyaan siswa, perasaan
dan fokus pada perang?
Di Albuquerque, New Mexico, seorang ibu memanggil sekolah
menengah atas La Cueva untuk mengatakan bahwa dia menyuruh putrinya
untuk tinggal di rumah karena guru-guru menggunakan waktu yang terlalu
banyak untuk mendiskusikan permasalahan perang. Di Hempfield area
sekolah tinggi di luar Pittsburgh, 150 siswa ditangkap setelah membolos
untuk memprotes tentang apa yang mereka sebut sebagai perhatian
terhadap perang.
Pada 23 Januari 1991 artikel di New York Times melaporkan aspek lain
dari debat, seperti: Apa yang harus difikirkan tentang perang? jika guru
mengangkat isu pasokan minyak internasional sebagai faktor di Amerika
pengembangan beberapa objek utama. Jika mereka berpikir jika perang
hanya mengobarkan kemerdakaan Kuwait dari penjajahan Irak sebagai
objek utama. Mendiskusikan isu seperti ini merupakan kumpulan dari emosi
yang tumbuh dari fakta bahwa guru dan murid sering kali memiliki
pasangan, orang tua, atau hubungan lain di teluk Persian.
Joyce Briscoe seorang guru sejarah dunia di sekolah menengah atas La
Cueva mengatakan bahwa dia berpikir itu tidaklah cukup untuk guru
mengambil kursus menengah yang aman melainkan membiarkan
anakanak membebaskan perasaan mereka. Dalam respon perang teluk, dia
382 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

telah memberikan siswa- siswanya pelajaran yang bertabarkan dengn


konflik yang berkepanjangan di timur tengah dan asla muasalnya. Siswa dan
orang tua, banyak yang mengatakan mereka telah mengetahui tentang
daerah, dan mempersilakan Mrs. Briscoe untuk masuk pembelajaran
informatif. Pendekatannya mengingatkan kita pada poin penting
pendidikan: pertama guru bertugas dalam pendekatan beberapa subjek
kontroversial untuk membantu murid mengembangkan ilmu pengetahuan
yang solid untuk memnbentuk opini mereka masing-masing.
Persetujuan demokratis tidak datang secara natural, itu dipelajari.
Memberikan siswa praktek diskusi isu kontroversial dan secara serentak
belajar tentang sosial dan konflik etiket adalah salah satu jalan untuk
meningktakan komponen rasional dari karakter dan pada saat yang
bersamaan mendidik masyarakat untuk berdemokrasi.
BAB15

MENGAJAR ANAK-ANAK
UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK

aya satu kali pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dalam


S mengobservasi seorang guru kelas empat yang menjadi benar-benar
putus asa dengan seorang anak laki-laki di belakang ruangan. Berulang kali
mengulang dan mengingatkan dia untuk diam di bangkunya, Marcus tetap
bangkit dan berjalan jalan di sekitar kelas. Akhirnya guru tersebut hilang
kendali mencengkram Marcus di belakang li dan menyuruhnya berjalan
jongkok sampai ke kantor kepala sekolah.
Rasa malu kepada guru dan sedih kepada siswa, saya menyelinap ke luar
ruangan dan menuju ke kantor kepala sekolah. Di sana markus duduk
dengan posisi merosot.
Saya duduk di sampingnya tidak mengatakan apapun juga pada pertama
kalinya. Kemudian saya bertanya sambil berbisik bagaimana perasaanmu?
Baikdia menjawab dengan suara yang bergetar mengingkari
pernyataannya.
Saya kemudian menggambar empat wajah pada selembar kertas, wajah
senang, wajah sedih, wajah marah, dan wajah tanpa ekspresi. Markus
memperhatikan apa yang saya lakukan ketika saya selesai, saya
menawarkan dia pensil saya, dan berkata taruh simbol x di bawah gambar
wajah yang menggambarkan bagaimana perasaanmu!.
Markus membuat simbol x di bawah wajah marah.
Benar-benar marah, hah?.
Saya bertanya, dia mengangguk.
Kamu marah kepada gurumu atas apa yang dia lakukan?.saya
bertanya padanya.
Dia mengangguk lagi.
384 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Dapatkah kamu mengatakan mengapa kamu marah kepadanya?.

375
Dia menyakiti leherku, katanya, sambil menunjukkan padaku di mana
guru tersebut mencengkeram lehernya. Saya bilang, kamu marah kepada
dia karena dia menyakitimu seperti itu? dia mengangguk.
Kemudian saya berkata, Markus dapatkah kamu membuat simbol x di
bawah gambar yang menunjukkan bagaimana perasaan gurumu?. Dia
dengan cepat membuat simbol x di bawah gambar berwajah marah. kenapa
kamu berpikir dia marah? saya bertanya. karena saya berjalan keluar
kursi,jawab markus.
Katakan padaku, markus apalagi yang kamu pikirkan gurumu dapat
lakukan ketika dia marah selain mencengkeram lehermu?. Saya ingin
melihat apakah dia dapat berpikir hal lain yang tidak menyakitkan yang
dapat gurunya lakukan untuk mengekspresikan rasa marah dan menerima
kebiasaan buruk Markus.
Dia berpikir sejenak. Kemudian dia berkata, dia dapat saja
menendangku.
Saya berhenti dan berkata, ya, saya berharap dia dapat melakukan itu.
Dapatkah kamu berpikir sesuatu yang berbeda yang mungkin dia lakukan?
Dia menggelengkan kepalanya
Markus percaya bahwa ketika kamu marah kepada seseorang maka
hanya ada satu cara yang dapat kamu lakukan yaitu menyakiti orang
tersebut. Kepercayaan ini terefleksikan dari kepribadiannya. Menurut
kepala sekolah markus selalu berkelahi di tempat bermain dan di sekolah.
Markus seperti memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki
pengalaman di sekolah atau di rumah dalam pendekatan alternatif lain
dalam menyelesaikan masalah sosial. Jadi, ketika dia berhadapan dengan
konflik, dia hanya tahu satu cara untuk merespon yaitu dengan kekerasan.
Sayangnya, gurunya pun menangani masalah tersebut dengan cara
kekerasan yang memperkuat pemikiran kekanakkanakan tentang
menyelesaikan konflik dan amarah.
Sifat kekanak-kanakan Markus sudah biasa dikalangan siswa, dan
sekolah sering kali tidak memperbaiki sifat tersebut. Dari sisi nilai
pendidikan hal tersebut merupkan kesalahan yang serius. Orang yang
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 385

merespon situasi konflik dengan kekerasan dapat membahayakan diri


sendiri dan orang. Mereka memiliki kekurangan dalam membangun
hubungan baik termasuk pernikahan dan pengasuhan anak, contohnya;
ketika kemampuan resolusi konflik sudah krusial maka kelafaan mereka
dalam memimpin menggiring pada kekerasan verbal dan fisikal. Sebagai
warga negara, seseorang yang tidak berkontribusi kepada negara dan dunia
mencari alternatif kontribusinya dengan jalan kekerasan. Bahkan, mereka
seringkali menjadi pelaku kekerasan di lingkungan masyarakat.

KONFLIK DI DALAM KELAS

Kehidupan moral di kelas penuh dengan kesempatan untuk mengajar


anak-anak menangani konflik secara konstruktif. Saya bertanya kepada satu
grup di kelas tiga untuk menggambarkan situasi yang menyebabkan konflik
di kelas mereka. Sekitar lima menit, mereka datang dengan daftar berikut
ini:

1. Ketika kamu tidak setuju dengan apa yang orang lain katakan maka itu
menggiringmu pada perdebatan yang besar.

2. Dua orang ingin menggunakan benda yang sama di waktu yang sama.

3. Dua orang berdebat tentang apa yang dilakukan dan seseorang datang
kemudian mengambil alih pembicaraan.

4. Seseorang menggodamu atau memanggil namamu dan jika kamu


memperingatkannya maka mereka akan mengulangi hal yang sama.

5. Kamu mencoba untuk bergabung dalam sebuah permainan dan temanteman


lain berkata kamu tdak bisa bermain.

6. Ketika kamu berbaris seseorang menyela barisanmu.

7. Seseorang menjadi marah dalam suatu permainan dan mencoba untuk


menghancurkan permainan.

8. Seseorang melempar sesuatu

9. Seseorang mengambil sesuatu milikmu tanpa izin.

10. Seseorang mendorong atau memukulmu.


386 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

11. Ketika kamu merasa sakit orang-orang tertawa bahkan ketika kamu
menangis.

12. Seseorang berkata hal yang buruk di belakangmu.

Rapat kelas yang mengembangkan pengajuan solusi dari suatu masalah


merupakan salah satu cara untuk membantu murid belajar menerima
konflik. Tapi rapat kelas tidak dapat menyelesaikan semua masalah, dalam
beberapa alasan: konflik harus diterima ketika konflik tersebut terjadi, dan
guru tidak dapat mengadakan rapat kelas setiap ada konflik, pada saat
sebuah konflik memanas murid-murid sering kali mengingat dan membawa
serta masalah mereka, beberapa siswa masih kekanak-kanakan akan
meminta perlindungan ekstra pada hubungan intra personal yang mereka
butuhkan untuk menyelesaikan masalah dan dengan pengecualian adalah
lebih baik untuk menerima konflik baru dan membicarakan hanya dengan
siswa-siswa yang dipercaya.
Saya percaya sebuah pendekatan yang memadai untuk pengajaran
resolusi konflik termasuk lima elemen berikut:

1. Kurikulum terencana yang telah siswa pikirkan tulis dan bicarakan dalam
berbagai jenis konflik.

2. Pelatihan kemampuan terstruktur yang membimbing siswa menghindari


konflik dan kemampuan resolusi konflik.

3. Menggunakan rapat kelas untuk konflik yang terjadi di antara anggota kelas
dan utnuk memantapkan norma penyelesaian konflik yang baik dan tanpa
kekerasan.

4. Turut campur tangan ketika dibutuhkan untuk membantu siswa menerapkan


kemampuan intra personal pada saat konflik baru terjadi.

5. Membuat rasa tanggung jawab siswa bertambah untuk menyelesaikan konflik


mereka dengan bantuan orang dewasa.

Saya akan mengilustrasikan bagian strategi- strategi ini.

KURIKULUM KONFLIK
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 387

PREPARE merupakan Program pendidikan nilai di Ontario telah


didiskusikan pada bab 2. Program tersebut merupakan contoh pendekatan
kurikulum yang terencana untuk mengajar resolusi konflik.
Sebagai bagian dari PREPARE satu unit yang dinamakanBerkelahi,
setiap anak menerima sebuah netbook yang berisikan tujuh mata pelajaran.
Setiap pelajaran terdiri dari latihan menulis yang merupakan batu loncatan
untuk kelas diskusi. Dalam satu mata pelajaran sebagai contoh siswa
diberikan skenario yang berbeda melibatkan perkelahian dan harus dijawab
dengan alasan mengapa mereka pikir berkelahi merupakan hal yang
lumrah. Pada pelajaran lain mereka diminta untuk membuat sebuah
paragraf tentang waktu dimana mereka berhasil menghindari perkelahian.
Pelajaran kelima yaitu kekerasan fisikal selalu menjadi cara terakhir
untuk berkelahi. Dimulai dengan sebuah cerita tentang dua anak laki-laki,
Steven dan Phillip. Pada jam istirahat Phillip dan Steven melakukan
percakapan sebagai berikut:

STEVEN : Tidak ada seorangpun yang memanggilku bermata empat


brengsek!
PHILLIP : Kamu memang brengsek! Kamu menengkas kakiku.
STEVEN : Saya tidak menyandungmu ko. Sekali lagi kamu memanggilku
seperti itu saya akan memukulmu!
PHILLIP : Saya memanggilmu apa yang saya suka, kamu bermata empat
brengsek!

Steven memukul dan berkelahi segerombolan anak berkumpul dan


berseru, ayo berkelahi... ayo berkelahi!
Siswa diminta untuk melengkapi tabel indikasi konsekuensi yang
mungkin dari perkelahian ini untuk kedua anak laki-laki tersebut dan untuk
pertunjukan perkelahian. Dengan mencantumkan simbol + atau pada
kolom nilai, apakah mereka berpikir tentang konsekuensi yang berbeda
apakah baik atau buruk.

Pertanyaankonsekuensi nilai

Apa yang mungkin terjadi


pada Steven?

Apa yang mungkin terjadi


pada Phillip?
388 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Apa yang mungkin guru lakukan?


Apa yang kepala sekolah lakukan?

Apa yang mungkin anak lain


Pikirkan tentang Steven dan Phillip?
Setelah mengisi tabel ini, siswa diminta untuk memberi alternatif alasan
pemukulan yang Steven mungkin pertimbangkan sebelum dia memukul
Phillip. Kemudian mereka diminta untuk menuliskan kembali percakapan
antara Steven dan Phillip sehingga perkelahian tersebut dapat dihindari.
Pelajaran terakhir dari unit ini adalah kompromi selalu lebih baik dalam
mengendapkan rasa ketidaksetujuan daripada berkelahi. Siswa diberikan
sebuah contoh dari kompromi yang sukses dan kemudian diminta untuk
membuat solusi kompromi dengan cara mereka sendiri untuk
ketidaksetujuan hipotetikal antara orang dewasa, antar orang tua dan anak,
dan antar teman.
Saya mewawancarai seorang guru di Hamilton Ontario sekolah dasar di
daerah ekonomi bawah menjadikan perkelahian sebagai jalan idup bagi
banyak siswa semua guru kelas empat dan kelas enam membuat sebuah
komitmen untuk mengajar sebuah unit tentang perkelahian. Mereka
memulai dengan aktivitas untuk membangun penghargaan diri dan rasa
bermasyarakat, dan memperkenalkan unit perkelahian di bulan November.
kita santai menjalankannya, jawab seorang guru, dan membuatnya
berjangka waktu beberapa bulan. Kami mengembangkannya menjadi
sebuah unit seni berbahasa siswa-siswa melakukan kegiatan menulis kreatif
sesuai dengan tema yang memunculkan konflik. Fakultas membagi
pengalaman-pengalaman mereka dan mendukung satu sama lain. Di akhir
tahun, kami memiliki cukup banyak solusi yang baik untuk masalah
perkelahian di sekolah.
Kepala sekolah di sekolah Hamilton yang saat ini menyampaukan unit
kegiatan berkelahi , mengatakan:

Kita harus menerima perkelahian yang terjadi di luar lapangan bermain,


tapi hal tersebut tidak memberi banyak efek pada kepribadian seseorang di
masa depan. Sekarang saya membawa anak-anak ke dalam ruangan. Saya
memiliki papan tulis kecil di sana dan saya menulis alternatif mereka dalam
menghadapi konflik. Berbicaralah? berjalanlah? bersihkan jamnya? Manakah
salah satu dari opsi tersebut yang paling baik? Mereka tahu.
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 389

Ketika guru kami mengajarkan unit kegiatan berkelahi pastilah beberapa


murid yang menolak mengikuti kegiatan datang ke kantor saya. Mereka
datang ke kantor untuk berkelahi sedangkan mereka lebih baik mendiskusikan
prilaku mereka dan melihat dari sudut pandang orang lain.

PELATIHAN KEMAMPUAN TERSTRUKTUR

Kurikulum akademis seperti unit kegiatan berkelahi akan lebih efektif


jika guru menyertakan simulasi situasi yang memberi kesempatan siswa
diawasi dalam melakukan perihal mengindari konflik dan kemampuan
beresolusi konflik. Saya pikir pada pelatihan kemampuan terstruktur
sebagai jenis pelatiahan moral sebuah contoh kasus ini sesuai. Datang dari
guru kelas dua yang bernama Peggy Manring di Skaneateles, New York. Dia
membeli sebuah tas kayu perca dari pabrik mainan lokal dan membuangnya
di atas karpet di tengah rapat mereka. Dia meminta muridmurid bergiliran
untuk menggunakan bagian- bagian kayu untuk dijadikan model kelas
seperti yang telah mereka lihat.mereka melakukan hal serupa. Guru
Manring mengobservasi interaksi meraka dan ikut serta pada momen
pengajaran komunikasi efektif. Berikut merupakan kutipan dari dialog
tersebut:

DAVID : Itu merupakan kapur tulis terbodoh yang kamu simpan di tempat yang
bodoh

GURU : (pada David) Kamu pikir Marta harus menyimpan baloknya di tempat
yang berbeda. Dapatkah kamu memberikan saran kepada dia dimana
dia harus menaruhnya?

DAVID : Yah, sebelah sana. Kapur tulisnya di belakang meja.

GURU : (kepada Marta) Jika kamu menerima saran David kamu boleh
meninggalkan balokmu. Jika kamu suka kamu dapat menaruhnya ke
sebelah sana.

GURU : (kepada David) Kapan kamu tidak menggunakan kata kata bodoh
dan terbodoh? orang-orang senang mendengarkanmu, kamu memiliki
pemikiran yang menarik tentang kapur.

Guru berkomentar: Suatu saat nanti David ingin bicara sesuatu dia
berkata, Paul saya sarankan kamu untuk melihat seni dari meja itu sendiri.
Selanjutnya dari sisi meja guru Paul memilih saya sarankan begitupun
390 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Edie dan Allan melakukan hal yang sama. Semua anak seperti mudah
bekerja sama.
Beberapa siswa akan perlu individual atau pelatih dalam grup kecil pada
rentan yang utuh dalam kemampuan bersosialisasi (seperti mendengarkan,
mengucapkan terima kasih, menanyakan pertanyaan, memulai
percakapan). Anak- anak yang benar-benar impulsif dan agresif atau
sebaliknya manfaat kedewasaan sosial dari pendekatan pelatihan
keterampilan terstruktur. Pendekatan ini memiliki model pengajaran
keterampilan sosial melalui bermain peran;berfikir keras, bagian dari tiap
keterampilan sebagai contoh ketika meghadapi konflik, menghitung sampai
sepuluh. . . memutuskan apakah masalah itu. . . kemudian berpikir tentang
pilihan. . . ; membimbing anak melalui bermain peran yang sama: memberi
timbal balik bagaimana anak mengikuti setiap tahapan: dan menolong anak
merencanakan bagaiman dia akan menggunakan keterampilan barunya di
dunia nyata.
Buku Skillstreaming the Elementary School Child yang ditulis oleh
seorang psycologist Ellem Mcginnis dan Arnold Goldstein menggambarkan
sebuah program yang berkemabang di lingkungan kerja mereka dalam
pendidikan khusus dan didesain untuk mengajar 60 keterampilan pro sosial
yang berbeda. Mereka menandai hasil penelitian bahwa keterampilan pro
sosial menurun pada anak-anak, bahwa berkaitan secara langsung dengan
kesalahan dan penolakan pertemanan. Pada anak khususnya, ini adalah
benar untuk siswa berkebutuhan khusus yang condong dengan teman lebih
jarang dan itu lebih negatif daripada yang siswa normal lakukan.

MENGGUNAKAN PERTEMUAN KELAS UNTUK MEMBAHAS


KONFLIK

Pertemuan kelas dapat digunakan baik untuk mengajar keterampilan


resolusi konflik maupun untuk menyelesaikan konflik yang berada di kelas.
Martyka Kaminsky adalah seorang guru berpengalaman dalam
menggabungkan kelas satu dan dua di sentral sekolah Itacha, New York. Dia
sering menggunakan bermain peran selama pertemuan kelas untuk
mencoba mencegah dan menyelesaikan permasalahan di dalam kelas. Dia
mengikuti panduan pengembangan diri:
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 391

1. Seharian, guru mendengarkan dengan seksama terhadap murid yang protes


satu demi satu

2. Dia membawa persoalan ini pada pertemuan kelas pagi tanpa menyebutkan
orang- orang yang terlibat. Dia berkomentar: selama bermain peran dan
diskusi saya tidak mengijinkan anak untuk menggunakan nama asli orang
yang bermasalah dengan mereka karena itu menjatuhkan seseorang dan
menyebabkan mereka mendapatkan tindakan defensif.
3. Dia menggambarkan beberapa konflik yang untuk memberi gambaran yang
jelas tenang permasalahan.

4. Selanjutnyadia memimpin kelas dalam sebuah diskusi dengan dalih


permasalahan (membicarakan tentang apa?)

5. Kemudian dia berkata,bagaimana perasaaan setiap orang mengenai konflik


ini?

6. Dia dan kelas mendiskusikan cara konstruksif untuk menyelesaikan masalah.


Ketika mereka setuju terhadap penyelesaian teerbaik, dia meminta
sukarelawan untuk melakukan itu di tengah-tengah lingkaran kelas.

7. Setelah siswa memiliki sikap yang tampak apa yang mereka pikirkan adalah
solusi terbaik. Kaminsky bertanya: akankah pekerjaan ini dikerjakan dalam
kehidupan nyata? Apakah ada sesuatu yang penting yang membuatnya
bekerja?

Tidak ada kekurangan bantuan ketika kamu meminta sukarelawan


untuk berbuat sesuat dalam situasi seperti ini. Bermain peran menstimulsi
ketertarikan yang tinggi dan keterlibatan karena itu menggiring diskusi
tertutup untuk masalah kehidupan nyata, dan melihat solusi dilakukan
membuat itu semakin diminati, bahwa siswa akan menggunakan resolusi
konflik ketika sebuah masalh nyata menghampiri.
Jika bermain peran merupakan hal yang sulit bagi anak- anak muda,
guru dapat menggunakan boneka di lingkaran pertemuan kelas untuk
mendramatisasi konflik pada umumnya, seperti bertengkar antar boneka, 2
anak menolak untuk membiarkan orang ketiga bermain bersama mereka,
memanggil nama dan lain-lain. Setelah berperan sesuai skenario guru
menanyakan pertanyaan seperti berikut:

- Apa yang terjadi dalam situasi ini?

- Apa yang karakter berbeda tersebut rasakan?


392 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

- Bagaimanakah cara lain menyelesaikan masalah ini?

- Apakah kita memiliki masalah seperti ini?

- Apa yang akan kamu lakukan jika kamu menghadapi masalah ini?

Anak muda yang mengobservasi dan mendiskusikan drama boneka ini,


mempelajari pementasan, melakukan solusi agresif yang lebih rendah dan
menjadi tidak terlalu agresif, lebih kooperatif dalam peran sosial mereka.
MENDISKUSIKAN SISWA MELALUI NAMA

Pada umumnya, saya berpikir lebih baik untuk menghindari


penggunaan nama ketika mendiskusikan konflik dalam pertemuan kelas
seehingga tidak menjadikan diri sendiri sebagai pusat. Tapi ada waktunya
ketika pertumbuhan individual dan pertumbuhan grup menjadi hasil
terbaik menurut diskusi pada bagian tertentu yang berkembang.
Sebagai contoh: sejak Tim mulai sekolah pada usia 10 tahun di sekolah
Hamilton, Ontario, dia telah dicemooh karena memiliki kuping yang besar.
Sebagai dampaknya dia terlibat dalam perkelahian di lapangan sekolah dan
juga sedikit memiliki teman di dalam kelas.
Guru kelas lima meminta izin dari Tim (sebagai sebuah langkah dasar
etiket) untuk mengemukakan masalah ini pada pertemuan kelas. Sejak
pendekatan lain gagal dilakukan Tim telah berharap untuk mencoba
pertemuan kelas sebagai jalan menyelesaikan masalahnya.
Pada pertemuan kelas guru berkata bahwa Tim sangat tidak bahagia
karena orang-orang mencemoohnya terutama di lapangan bermain.
apakah sebenarnya masalah Tim? guru bertanya.
Anak-anak selalu mencemooh dia,kata seorang anak laki-laki.
Tentang apa?.
Kupingnya.
Menurutmu bagaimana perasaan Tim?.
Mungkin tidak terlalu baik.
Tim berbicara untuk mengatakan bahwa anak itu telah mencemoohnya
karena kupingnya yang besar sejak pertama masuk kelas satu. Tim
membenci hal itu.
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 393

Apakah kamu menyadari bagaimana perasaan Tim?, guru bertanya.


Tidak terlalu sahut anak tersebut. Bagaimana pertemuan kelas dapat
menyelesaikan masalah ini?. Mereka setuju untuk berhenti mencemooh
kuping Tim, menyimpan rahasia kejadian di lapangan bermain, baik
ataupun buruk dan untuk kembali datang pada pertemuan kelas
selanjutnya. Guru berkomentar:

Terdapat dua hasil, grup yang berkembang; mereka mencemooh Tim lebih
jarang dan dia belajar untuk mengabaikan cemoohan yang masih kerap ia
dapatkan dari beberapa anak. Tim semakin jarang terlibat perkelahian di
lapangan sekolah. Dia harus memiliki kepercayaan diri. Sekarang Tim berada
pada posisi berani untuk mengatakan: oke, saya memiliki kuping yang besar.

Guru dapat meletakan dasar diskusi masalah sensitif jika mereka


menggunakan petemuan kelas untuk menolong seseorang, semakin sedikit
masalah yang tidak terpecahkan. Kita telah melihat pada bab 6 bagaimana
guru telah melakukan ini melalui tanya jawab grup, siapa yang masih
memiliki masalah dan dapat kita bantu? ketika pertemuan kelas
memasukkan praktek ini, mereka mendirikan etika menolong orang lain
yang menguntungkan dan membuat itu lebih mudah dalam mengambil isu
perubahan emosional.

MEMBIMBING SISWA MELALUI KONFLIK NYATA

Meskipun siswa telah mendapatkan manfaat dari kurikulum konflik,


pelatihan keterampilan sosial, diskusi pertemuan kelas namun banyak yang
masih memiliki masalah dalam menerapkan pembelajaran ini ketika emosi
sedang tinggi yang biasa terjadi pada konflik nyata. Dalam situasi seperti ini
guru selalu memiliki tiga tugas:

1. Membantu siswa memahami sudut pandang orang lain (bagaimana jika


begitu dan rasakan jika kamu begitu).

2. Membantu siswa mencari solusi yang bijak yang membawa kita memahami
dari dua sudut pandang dan kepuasan pernyataan legitimasi dari satiap
bagian (apakah penyelesaian masalah in adil untuk kalian).

3. Membantu siswa mempraktekan keterampilan pribadi yang akan


membantu mereka menyelesaikan masalah tanpa campur tangan orang
394 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dewasa (dapatkah kalian menunjukan bagaimana kalian dapat


memberikan solusi bagi masalah ini tanpa berkelahi).

Guru sebagai observan mengetahui situasi yang condong pada


penyebab konflik, anak yang condong ikut serta dalam konflk dan yang
cenderung menghindari potensi masalah. Jika guru dapat turun tangan lebih
awal sebelum konfontrasi negatif terjadi maka terdapat kesempatan yang
lebih baik menerapkan strategi konflik positif ke dalam permainan.
Intervensi secara langsung juga jauh lebih produktif jika guru dan murid
telah memiliki kerangka batasan untuk berbicara tentang konflik.
Menurut salah satu guru di sekolah Hamilton yang menggunakan unit
berkelahi di dalam kelas:

Bagi saya keuntungan terbesar dari unit pembelajaran ini adalah


bagaimana saya menerima perkelahian mereka. Saya dapat berbicara dengan
mereka secara terbuka dan efektif. Kita bermain perandi dalam kelas
mempraktekan beberapa altenative solusi, berjalan bersama dan memahami
sudut pandang orang lain.

ANAK-ANAK SEBAGAI MANAGER KONFLIK

STASIS adalah sebuah kelompok yang melatih anak untuk menjadi


konflik manager, organisasi ini berada di Ithaca, New York. STASIS melatih
20 anak sekolah dasar untuk mencari konflik dan mencampuri masalah bila
diperlukan.
Di tempat ini anak-anak belajar komunikasi, dan kemampuan
mendengarkan, mengendalikan emosi, asah otak dan bekerja dalam
kelompok. Guru dan administrator harus benar-benar suportive karena
mereka harus menengahi konflik anak, perkembangan dan menghargai diri
dari anak yang menjadi tanggung jawabnya.
Organisasi ini bertempat di Community Broad Program, 149 9th street,
San Francisco, CA 94105; tel 415-552-1250.

MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM


MENYELESAIKAN MASALAH MEREKA
Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 395

Tujuan utama dari pelatihan konflik adalah membuat siswa dapat


menyelesaikan konflik mereka tanpa campur tangan pihak lain. Seorang
guru dapat membantu siswa utuk mengembangkan kompetensi
penyelesaian masalah.
Jan Page, guru kelas dua di Modesto, California mengatakan bahwa jika
dua anak memiliki argumen atau pertengkaran maka saya kan mengirim
mereka ke konferensi yang beberapa guru telah menetapkan lingkaran
konflik di lingkaran karpet. Tugar mereka adalah membawa satu buah cerita
yang telah berlangsung.
Page berkomentar:
Adalah tidak mudah dan selalu membutuhkan beberapa percobaan kadang
kala beberapa anak mencoba untuk bergabung. Saya meminta maaf karena
murid-murid harus mengerjakan tanpa bantuan. Jika mereka dapat bercerita
lebih dari lima menit maka saya akan menginterupsinya. Terkadang mereka
juga lupa berbicara tentang pokok bahasan mengenai perkelahian. Dan pada
akhirnya mereka mampu mengembangkan kemampuan menyelesaikan
masalah mereka sendiri.

Seorang guru kelas lima berkata; Ketika murid saya bertengkar, saya
hanya menyuruh mereka untuk menulis 3 paragraf dan saya tidak
menganggap hal ini merupakan hukuman. Adapun isi paragraf tersebut
sesuai dengan (1) Apa masalah yang terjadi? (2) Apakah penyebabnya? (3)
Bagaimana kamu dapat mengatasinya di waktu yang akan datang? Saya
hanya memiliki sedikit kesempatan kedua.
JoAnne Shaneen, ketika dia menjadi kepala sekolah di sekolah dasar di
New York, dia menggunakan 3 tahapan proses untuk murid-murid yang
dikirimkan ke kantor kerena berkelahi.

- Pertama, mereka akan diwawancara stu dengan yang lain, tentang


kehidupan mereka, kesukaan mereka dan perasaan mereka menggunakan
kertas yang telah disediakan. Secara rasoanal, ketika dua anak bertengkar
adalah karena mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

- Maka dia akan memberikan murid tersebut waktu untuk memikirkan


solusinya,jika mereka tidak dapat menemukan solusinya maka dia akan
menawarkan alternatif dan membiarkan mereka memilih yang mereka
pikir solusi terbaik.

- Setelah beberapa hari, muris-murid harus melaporkan kembali bagaiman


solusi tersebut berjalan.
396 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Apa yang penelitian menunjukan tentang effek dari pelatihan resolusi


konflik? Dalam satu studi mengenai first-graders, Robert Enright seorang
psikologi dari Universitas Wisconsin berkolaborasi dengan guru dalam satu
program untuk mengajar anak-anak bagaimana menjadi pemecah masalah
sosial. Ketika konflik muncul di dalam kelas, guru meminta anakanak yang
terlibat langsung untuk menjelaskan apa yang mereka sudah lakukan,
bagaimana hal tersebut memengaruhi perasaan orang lain, apa lagi yang
mereka telah lakukan, dan apa yang mereka akan lakukan waktu berikutnya
dalam situasi yang sama.
STRATEGI UNTUK RESOLUSI KONFLIK MENGAJAR
1. Penggunaan kurikulum resolusi konflik untuk mengajar siswa penyebabpenyebab
dari konflik dan jalan tanpa kekerasan untuk menyelesaikan masalah mereka.
2. Melatih murid dalam kebutuhan keterampilan sosial khusus untuk menghindari
dan menyelesaikan konflik.
3. Menggunakan pertemuan kelas untuk mendiskusikan sebab-sebab dari konflik dan
untuk menegakkkan nilai bahwa konflik harus diselesaikan dengan adil dan tanpa
kekerasan
4. Keterlibatan ketika dibutuhkan ketika membimbing siswa
dalam menggunakan kemampuan resolusi konflik yang baru dipelajarai
5. Menyediakan pelatihan khusus untuk murid-murid yang mengabdi sebagai
manajer konflik di lapangan bermain.
6. Mendorong instruksi dalam kelas dengan menggunakan proses mediasi konflik
bersama muris-murid yang dikirimkan ke kantor karena bertengkar.
7. Menolong murid yang memiliki kemajuan dalam mencapai tujuan menyelesaikan
konflik tanpa mediasi dari luar.

Guru membantu murid untuk mengikuti rencana penyelesaian rencana


masalah mereka pada akhir dari sebelas minggu murid kelas satu yang
berpengalaman dalam program ini memilikik hak untuk menyesuaikan
kelas dalam ukuran hubungan intrapersonal yang saling memahami dan
kemempuan untuk menjunjung keadilan.

PELATIHAN KONFLIK BERSAMA MURID YANG LEBIH TUA


Mengajar Anak-Anak Untuk Menyelesaikan Konflik | 397

Kebutuhan pelatihan kompetensi moral dirasa lebih besar pada saat


sekolah menengah atas yang mana tekanan dapat meledak ke dalam halhal
kekerasan.
Berapa banyak dari kalian yang benar-benar marah, ,marah dan ingin
berkelahi? angket ini dibuat oleh Dr. Deborah Prothtow- Stith, seorang
phisician spesialis kekerasan pada remaja. Para penontonnya adalah remaja
tangggung dari sekolah menengah atas Jeremiah E. Burke di Boston.
Belakangan ini ada seorang remaja dibunuh di area dimana murid tersebut
tinggal.
Sesi 45 menit merupakan awal dari mini seminar 10 minggu dalam
rangka pencegahan kekerasan. Mini seminar ini dikembangkan oleh Dr.
Prothrow- Stith dan di desain untuk mengajar anak muda mengenai
akibatakibat konflik kekerasan dan bagaimana menghindarinya. Program
tersebut sekarang tersedia dalam bentuk paket kurikulum pusat
pengembangan pendidikan Newton, Massachussets.
Seorang gadis 18 tahun yang mengikuti seminar mengatakan saya
harus membawa sebilah pisau untuk perlindungan, namun saya telah
berhenti dan saya tidak berkelahi sebanyak dulu lagi. Seorang lulusan
seminar tersebut mengatakan saya berbagi pengalaman saya tentang
perkelahian dan saya belajar bagaimana menghindarinya. Saya pernah
melakukan hal bodoh seperti menginjak kaki orang dan sama sekali tak
ingin mengucapkan maaf.
Di sekolah menengah atas Burkepencegahan kekerasan diperkenalkan
dengan beberapa cara yang dibuat oleh kepala sekolah. Dua tahun yang lalu,
penyerangan pada murid dan guru telah dihapuskan dan hanya sedikit
murid yang membawa senjata.
Konflik terjadi dengan wilayah interaksi manusia bagian besar sebagai
masyarakat dapat menjadi sebuah alasan untuk tidak memaksa atau
mengintimidasi dalam hal perbedaan. Kita belum selesai mendidik
anakanak kita sampai kita mengajari mereka kemampuan dasar manusia.

Sumber Referensi:
One of the best for materials on teaching conflict resolution, grade
kidergaten through eight, is the Childrens creative response to Conflict
Program, Fellowship of reconciliation, Box 271,523 North Broadway, Nyack, NY
10960-0271 (tel. 914-358-4601).
398 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

William Kreidlers Creative Conflict room (goodyear books, 1990 East Lake
Ave., Glenview, IL 60025)
Creating Peace in our Classrooms: Cooperative Learning, Contoversy, and
Conflict Resolution, a comprehensive reource bibliography ($5) including
information on training opportunities, available from Nancy and Ted Graves,
IASCE, Box 1582 Santa Cruz, CA 95061-1582; and Annie Cheathams 124 item
Annotated bibliography for Teaching Conflict Resolution in Schools (37
pp.,$4)directory of School Mediation and Conflict Resolution Porgrams (169
pp., $15), both available from the National Association for Mediation in
Education (NAME), 425 Amity Street, Amberst, MA 01002; tel. 413-545-2462.
BAGIAN TIGA

STRATEGI UMUM SEKOLAH


DALAM PENGAJARAN
TENTANG RASA HORMAT DAN
TANGGUNG JAWAB
400 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

BAB16

KEPEDULIAN DI LUAR KELAS

Hampir satu milyar orang menderita kelaparan dan menderita penyakit yang
dapat dicegah di dunia yang memiliki sumberdaya dan menjamin kehidupan
yang layak bagi semua

Oxfam America

Kita kewalahan dengan banyaknya anak yang menderita dan melakukan


kejahatan di dunia. Tapi apa yang dapat kita lakukan?

Sister Joan Magnetti, RFCJ


Headmistress, convent of the
sacred heart, Greenwich,
Connecticut

oin: Professor Richard M. Hunt dari Harnard, dalam mata kuliah atau
Pjalan bencana, mencemaskan kebanyakan mahasiswanya yang belajar
pada beliau memiliki sudut pandang sejarah tanpa cacat. Mereka percaya
bahwa kemunculan Hitler dan Nazi tidak terelakkan, tidak ada yang dapat
menolak nya, dan pada akhir dari semuanya, seseorang harus bertanggung
jawab atas apa yang terjadi.
Poin: Berdasarkan sensus statistik di Amerika, para partisipan
penelitian secara signifikan menujukkan bahwa mereka sudah berhenti
bersekolah diusia 18-24 tahun. Hanya 36% yang menggunakan hak
suaranya pada pemilu 1988, turun dari 50% dari jumlah pemilih pada tahun
1972. Alasan utama ketidak turut sertaan mereka dalam pemilu adalah
karena pemilu tidak memberi perbedaan apapun.
Poin: Berdasarkan laporan UCLA, mahasiswa Amerika di tahun pertama
kuliah, menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir telah mengalami
kemunduran terhadap ketertarikan pada isu-isu publik dan jasa, dan
menunjukkan peningkatan ketertarikan untuk meningkatkan kesejahteraan
pribadinya. Akumulasi dari trend ini adalah menjadi pesimis

391
terhadap masa depan: banyak mahasiswa melihat ide membuat perbedaan
positif di dunia adalah dengan bersikap tak berguna dan naif.
Ada dua hal yang akan membuat seseorang menjadi warga negara yang
baik: Pertama adalah sikap peduli terhadap anggota masyarakat, dan yang
kedua adalah yakin bahwa seseorang dapat melakukan perubahan.
Seseorang, tentu saja dapat melakukan perbedaan. Setiap hari,
seseorang yang tidak hanya peduli terhadap kenyamanan dirinya saja
melakukan sekumpulan tindakan untuk mengembangkan kehidupan orang
lain, dan sebagaimana menolong sebagai kebutuhan, mereka mengalami
kepuasan yang lebih mendalam dibanding menerima gaji misalnya.
Membatu anak muda menyadari hal tersebut, tumbuh dengan tidak egois
menemukan kapasits diri untuk melakukan hal baik merupakan bagian
penting dari pendidikan nilai.
Kebutuhan peduli terhadap warga negara yang merasa berdaya
melakukan sesuatu dengan jauh lebih baik dari sebelumnya. Joseph Califano
Jr, mantan Sekretaris Jendral Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan,
berkata: pemerintah tidak dapat mewujudkan kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan sendirian. Dalam buku Ide Besar untuk Dunia Norman
Cousins berpendapat bahwa, tidak dapat bertahan kecuali jika mereka
datang ke kehidupan pribadi warga negara.
Bagaimana sekolah dapat mengembangkan pengertian saya dapat
melakukan perubahan dalam bentuk tanggung jawab sebagai warga
negara? Hal itu bermula dari dalam kelas, tempat dimana pelajar dapat
melihat hasil tindakan mereka sebagai mana yang mereka lakukan untuk
menciptakan komunitas peduli moral. Lalu apa yang dapat kita lakukan
untuk menanamkan sikap peduli siswa menjadi lebih besar dan dalam
cakupan bidang yang lebih luas sehingga mereka dapat mengidentifikasi
rasa kasihan dengan mainstream kemanusiaan dan apa yang dapat mereka
bangun untuk dunia yang lebih baik.

MENGEMBANGKAN KESADARAN KONDISI MANUSIA


402 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sebuah nurani sosial berawal dari kesadaran sosial


Jutaan orang di dunia hidup dalam kemiskinan. Tiap tahun, diperkirakan
sekitar 15-20 juta orang mati kelaparan dan terkena penyakit yang
Kepedulian Di Luar Kelas | 403

disebabkan oleh malnutrisi. Fenomena tersebut setara dengan jumlah korban


hirosima setiap 48 jam.
Dibeberapa negara, banyak terdapat keluarga yang sangat miskin dan
mengirim anaknya ke jalan untuk memulung makanan sisa atau padi.

Banyak orang di dunia meninggal karena sakit yang bahkan tidak pernah
didengar atau dikenal di negara-negara berkembang. Sebagaimana kita
ketahu, bahwa pada akhir abad 20, lebih dari 20 juta jiwa tewas karena
sakit lepra. Tiap tahun, hampir setengah juta orang di 107 negara
mengudap penyakit malaria, penyakit paling mematikan di dunia.

90% orang di dunia hidup dalam kemiskinan, disebabkan air yang


membawa penyakit. Di 53 negara, anak usia sekolah mengalami
pendarahan pada urine mereka. Hal itu disebabkan oleh cacing parasit
bilharzia. Air mengandung infeksi menyebabkan 200 juta orang terkena
penyakit hati sirosis, kanker darah, kerusakan otak, hati dan limpa.
Dibeberapa negara miskin, sekitar 15 anak pada tiap 100 kelahiran
mati sebelum lahir (bandingkan dengan kematian 1 bayi tiap 100 kelahiran
di AS). Anak di bawah usia 5 tahun menjadi satu dari tiga kematian di dunia,
dimana diare merupakan penyebab kematiannya.

Setiap hari, ribuan orang terbunuh, menjadi cacat atau terpisah dari
rumah. Dan terdapat lebih dari lusinan perang yang berkecamuk secara
global.
Baik di negara maju maupun negara berkembang, sumber daya nasional
dalam jumlah besar-sekitar 1 miliar per-hari diseluruh duniadihabiskan
untuk membeli senjata. Berdasarkan data dari Brandt Commission, 0.5%
dari sumber daya nasional dalam setahun dihabiskan militer di dunia
untuk membeli semua peralatan pertanian yang dibutuhkan oleh negara
yang miskin pangan menuju swasembada pangan sampai 1 dekade.

Kemiskinan dan sebab yang ditimbulkan olehnya sangat tidak terbatas.


Negara-negara makmur di dunia semakin berkurang. Data dari Koalisis
Nasional untuk perkiraan ketidakpunyaan rumah memaparkan bahwa
hampir 3 juta orang di US tidak memiliki rumah tiap musin dingin-di kota-
satu dari empat orang yang tidak memiliki rumah adalah anak dibawah usia.
Kemiskinan di Amerika terus meningkat; pada 1969 satu dari tujuh
anak adalah anak miskin; pada tahun 1990 perbandingannya adalah satu
404 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dari lima adalah anak miskin; tahun 2000 akan menjadi satu dari empat.
Tingkat kemiskinan anak berkulit putih adalah 15%, anak Hispanik 39% dan
anak berkulit hitam 45%.

ORANG BEKERJA UNTUK MERUBAH DUNIA


Saya melihat secara individu bahwa saya hanya dapat mencintai satu orang
dalam satu waktu dan saya hanya dapat memberi makan satu orang dalam
satu waktu. Sebagaimana yang dikatakan Yesus apa pun yang kamu lakukan
pada orang yang kekurangan, maka sesungguhnya kamu melakukannya untuk
saya. Sedangkan Mother Theresia menyatakan, jika saya tidak menjemput
satu orang, maka saya tidak akan menjemput 42000 orang.
Mother Teresa

Fakta-fakta tentang keinginan manusia dan penderitaannya dapat


menjadi demoralisasi, dan bahkan kerusakan pada keinginan bertindak.
Pelajar harus tahu bahwa diseluruh dunia, orang-orang melakukan tindakan
efektif untuk mengurangi penderitaan, dan memulihkan harapan serta
martabat kepada orang miskin dan tertindas.
Pelajar harus tahu, contoh kerja yang memiliki keberhasilan tinggi
seperti kelompok independen Oxfam Amerika, organisasi internasional ini
berpusat di Boston dan memiliki spesialisasi dalam pertolongan bencana
dan strategi jangka panjang untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan
dunia.
Oxfam Amerika sudah menanggulangi banyak orang miskin di Asia,
Afrika, Amerika Latin, dan Karibian. Oxfam menyediakan makanan bagi
yang kelaparan, bantuan bagi masyarakat berpendapatan rendah
membantu orang yang tidak punya lahan untuk membeli lahan, sedangkan
dalam bidang pendidikan kesehatan, Oxam melatih bagaimana menangani
penyakit dan mengurangi sumber penyakit, selain itu terdapat pula
pendidikan di organisasi masyarakat berupa alat, benih dan pelatihan untuk
membantu kelompok masyarakat golongan bawah agar menjadi
masyarakat agrikultural. Secara simultan, Oxfam Amerika juga bekerja
untuk mendidik pembuat kebijakan dalam pemerintahan dan public, juga
Kepedulian Di Luar Kelas | 405

masyarakat bawah yang disebabkan oleh kelaparan dan kemiskinan


menjadi korban praktek eksploitative negara kaya untuk orang miskin.
Salah satu dari aktivitas utama pelajar Oxfam Amerika adalah
berpartisipasi pada acara tahunan Hari Panen Dunia yang diselenggarakan
tiap bulan November. Kegiatan berupa kedekatan personal ini adalah untuk
menyumbang bahan makan dan berkontribusi dengan menabung yang
kemudian hasilnya akan didonasikan kepada Oxfam.
Pelajar belajar menghargai uang sekecil apapun dan apa yang dapat
dilakukan dengan uang tersebut. Uang $13 dapat menyediakan jala untuk
para petani Kampuchean yang harus mencegah ikan masuk ke lahan
pertaniannya selama musim hujan; uang $24 dapat menyediakan panci
untuk para pengungsi Muzambi yang miskin; uang $120 dapat membeli area
tanah dan lahan untuk masyarakat pribumi di Ekuador.
Ini adalah contoh kecil kegiatan khusus yang dipsonsori oleh
sekolahsekolah diseluruh negeri sebagai bagian dari Oxfam untuk Hari
Panen Dunia.

Dengan menggunakan slogan jangan serakah, makanlah sesuai


kebutuhan pelajar SMA Camelback di Phoenix, Arizona menyelenggarakan
jamuan bagi orang-orang yang kelaparan. Sebagai tambahan, pelajar yang
ikut tergabung dengan komunitas menyepakati bahwa 10% jumlah dana
disumbang dari sekolah.

SMA putri Notre Dame di Chicago, kelas matematik mempelajari tentang


fakta demografi yang berhubungan dengan kelaparan. Sedangkan kelas
agama berdiskusi tentang apa etika dan tanggungjawab untuk kelaparan
di dunia

Fakultas dan pelajar di SMA Noonewaug di Woodbury, Connecticut,


berpartisipasi dalam makan malam Panen Internasional dimana beras
yang disajikan merupakan beras kopos untuk mendramatisasi ketidak
adilan distribusi sumberdaya pangan dunia. Para ketua murid mengadakan
konferensi pers untuk mempublikasikan kampanye puasa. Mereka juga
meneliti tentang masalah kelaparan di berbagai negara dan
mempresentasikan temuannya di depan teman sekelas.

SD Holy Family Primary di Elmira, New York memberikan es krim dan


setengah sandwich mereka untuk Oxfam Fast. Untuk membantu masalah
406 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

visual pada mata orang-orang yang kepalaran, sekolah juga menayangkan


cuplikan film tentang anak-anak kelaparan dan fenomena kemiskinan di
negara yang berbeda. Setelah itu anak-anak bergandengan tangan dan
menyanyikan lagu we are the world.
Joseph Short, Mantan Direktur Eksekutif Oxfam Amerika, menyatakan
bawa kelaparan, kemiskinan dan penyakit yang menyebar luas adalah
secara moral dan politik tidak dapat ditoleransi mengingat sumber daya
dunia yang sebenarnya dapat menjamin kehidupan yang layak bagi semua.

MENYAMPAIKAN PERTOLONGAN UNTUK TAHANAN DENGAN


HATI NURANI

Ann Arbor, siswi kelas tujuh di Michigan, datang kebantuan para


narapidana dan menulis surat kepada presiden negara Ethiopia:

Dengan hormat, saya menulis surat kepada anda karena saya sangat
peduli dengan hukuman seumur hidup Namat dan Amonsissa Issa. Mereka
sudah dihukum sekitar 7-8 tahun tanpa hukuman percobaan...Amonissa perlu
tumbuh dan berkembang diluar sana selain di penjara.

Pelajar umur 12-an tahun ini adalah satu dari ratusan pelajar diberbagai
belahan dunia yang menulis surat dan mengirim kartu pos kepada presiden,
petugas penjara, legislator, dan pemimpin pemerintahan lain. Usaha para
pelajar adalah bagian dari sebuah tindakan penyelamatan mengelilingi
jarum jam oleh Amnesti Internasional pada tindakan memenjarakan
seseorang dengan tidak adil atau dengan tidak melakukan pembelaan diri.
Penerima hadiah nobel tahun 1977, Amnesti Internasional, bekerja
untuk membebaskan para narapidana yang mengakui kesalahan di dunia
yaitu seseorang yang sudah dipenjara karena keyakinan, warna kulit,
gender, etnik dan agama yang berbeda dan tidak menggunakan atau
melakukan kekerasan. Termasuk diantaranya adalah guru, pelajar, nelayan,
buruh pabrik, petugas kesehatan, tokoh agama, biarawan, ibu rumah tangga
atau bahkan anak-anak. Separuh dari penjara di dunia memenjarakan para
narapidana karena kesadaran, dan kebanyakan dari pemerintah tersebut
Kepedulian Di Luar Kelas | 407

melakukan penyiksaan. Ketika Amnesti internasional mempelajari para


narapidana , satu dari 3000 kelompok adopsi di 51 negara langsung
bereaksi.
Pada tahun 1988, anggota kantor cabang Amnesi Internasional di Us
meningkat 33%, membengkak karena ratusan cabang ada di SMA dan
Kampus diseluruh dunia. Sekarang, meskipun anak SD menulis surat,
seringkali dengan surat yang penuh perasaan ditujukan pada para
narapidana kesadaran. Dalam prosesnya, mereka menghasilkan pendidikan
dalam arti kebebasan dan meningkatkan kepedulian terhadap orang-orang
yang sangat kekurangan diseluruh dunia.
Amnesti Internasional menawarkan Koran edisi spesial tindakan
mendesak anak-anak pada tiap bulan banyak kasus yang disuguhkan ke
anak-anak adalah tentang anak-anak lain yang dalam keadaan bahaya atau
ditahan.

KEBUTUHAN TERHADAP FIGUR YANG MENGINSPIRASI

Anak muda butuh contoh yang menginspirasi, pribadi yang membuat


perbedaan di komunitas mereka juga. Menyediakan role model positif yang
lebih luas juga mendesak diusia dimana ketika televisi bagi banyak anak
menjadi sumber nilai utama. Contohnya sosok yang menginspirasi adalah
Philip Smith Hansen, guru tingkat lima dan enam di Lansing, New York.

Pada bulan November, saya membuka unit pahlawan laki-laki dan


perempuan. Dan itu menjadi sulit dan semakin sulit untuk dilakukan.
Anakanak tidak lagi mengerti konsep figure yang menginspirasi sama sekali.
Mereka meniru karakter di TV. Bahkan si kucing Garfield. Tokoh yang paling
dekat dan datang seolah-olah menjadi pribadi nyata adalah pegulat
professional seperti Hulk Hogan. Anak-anak mulai mengenal nilai uang, tampil
di TV, menjadi kuat, dan menarik. Pengalaman social mendalam dalam dan
nilai kemanusiaan mulai hilang dari mereka. Tidak ada yang mengajarkan
mereka tentang ini.

Untungnya, bantuan segera datang. Bantuan datang dari perusahaan


sederhana namun gemar berinovasi Giraffe Project.
408 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Dibangun tahun 1983 oleh suami istri Ann Medlock dan John Graham,
Girrafe Project menjadi perhatian media nasional, proyek mereka adalah
usaha untuk mengidentifikasi filosofi jerapah binatang yang selalu
melakukan kebaikan. Jerapah (giraffe), sebagaimana nama proyeknya
adalah orang biasa yang melakukan sikap kasih sayang dan keberanian
yang luar biasa yang mengerjakan masalah seperti polusi, kemiskinan,
obat-obatan, korupsi, ketidakadilan sosial, dan konflik internasional.
Panitia secara sukarela menyeleksi orang yang berhak menerima Giraffe
award, memilih dari nominasi yang diajukan oleh siapa pun yang menjadi
saksi seseorang yang telah berkorban untuk orang lain. Proyek kemusiaan
ini adalah menuliskan kisah pribadi jerapah, diformulir umum untuk
kemudian dikirimkan ke stasiun radio, dan koran diseluruh negeri. Contoh
pengumuman radio:

Julie Leirich sedang berjalan keluar supermarket tempatnya bekerja


di Los Angles. Dia melihat toko tersebut membuang banyak makanan
layak makan disana banyak orang kelaparan di jalan. Julie meyakinkan
dirinya dan mulai mengambil makanan yang masih layak diberikan
pada tuna wisma. Ketika Julie mengakui apa yang sudah dilakukannya,
Bos-nya tidak marah bahkan memberi Julie lebih banyak makanan.
Sejak itu, mulai banyak sukarelawan yang membantu Julie. Sekarang
julie dan teman-temanya mendistribusikan 6 ton makanan setiap
bulan.
Contoh apa yang dapat kamu lakukan, (nama kota), (nama stasiun) dan
ungkapan Giraffee Projectstick your neck out.

Bagaimana sekolah menggunakan Giraffee Project dan membangun


idenya sendiri? Disini ada beberapa cara:

1. Hubungi The Giraffee Project (120 second street, P.O. BOX 759, Langley,
Whidbey Islan, WA 98260, atau hubungi 1-800-344-TALL) untuk belajar
tentang bahan pendidikan yang tersedia seperti teachers kit dan kegiatan
kelas untuk mengembangkan konsep Giraffe Project. Selain itu terdapat
pula sebuah video setengah jam yang luar biasa yaitu program PBS Its Up
to Us di Giraffe Project dan kegiatan pelajar SMA -sekitar sembilan orang-
Kepedulian Di Luar Kelas | 409

yang meluncurkan program anti narkoba sampai aktivis lingkungan


berumur 90 tahun yang menerima penghagaan
Giraffe Project.

2. Bergabung dengan Giraffe Project cukup dengan $25. Biaya keanggotaan-


yang membiayai sebagian besar anggaran proyektermasuk tiket kuartal
giraffe gazette seharga $3. Ragam kisah jampacked tentang semua tipe
jerapah dan usia menjadikan giraffe gazette sumber yang luar biasa
pelajar. Giraffe gazette menggambarkan orang seperti:
Frank Melton, pebisnis berkulit hitan di Jackson, Missisipi yang
merespon pembunuhan di gang di kotanya dengan
menyelenggarakan summer camp dimana ia mengajarkan kelompok
yang bermusuhan untuk saling menghargai satu sama lain.
Marion Stoddart di Groton, Massachusetts, yang mengabdikan 20
tahun hidupnya untuk memimpin usaha membersihkan polusi sungai
Nashua yang menjadi objek wisata transportasi sungai yang terkenal
diantara para pelancong dan dijuluki sebagai scenic river
Tiga penggembala kristen yang membeli lahan terpencil di Annapolis,
California, untuk hidup damai dan beribadah dan membuat tempat
yang nyaman bagi bayi yang terinfeksi HIV/AIDS dan tetap
melanjutkan usaha mereka meskipun tidak populer.

3. Sebuah kelas dapat melakukan pencarian sendiri terhadap sosok giraffe,


dengan cara mengamati koran dan majalah sebagai contoh orang yang
punya komitmen pada hidup orang lain baik skala kecil maupun besar.
Artikel dapat merangsang diskusi dan dapat dipajang di buletin dinding
giraffe. Giraffes komunitas lokal juga dapat diundang ke dalam kelas untuk
menceritakan apa yang telah mereka lakukan.

4. Guru dapat membuat kurikulum tentang pahlawan dan konsep


kepahlawanan. Biografi mungkin merupakan sumber belajar yang terbaik
disini, tapi juga terdapat banyak materi bagus lainnya. Berita mingguan 4
juli 1988 menulis tentang artikel a holiday heroes yang memuat profil 50
pahlawan yang tidak dikenal, yang merupakan perwakilan negara bagian
dan menayangkan video seorang figure seperti Mother Teresa, yang
menceritakan kisah hidupnya dan kelompoknya yang melakukan amal
untuk kemiskinan dunia.
410 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Semua dari yang dijelaskan di atas memunculkan apa yang biasanya


tersembunyi; betapa banyak orang baik di dunia ini, betapa banyak cara
untuk melakukan hal baik, betapa banyak kebahagiaan yang datang kepada
siapa yang melakukan kebaikan sebanyak yang dirasakan oleh penerima
kebaikan.

ANAK-ANAK ASMARA YANG BAIK

Kelas juga dapat mendorong untuk menemukan contoh orang muda


yang melakukan hal yang baik.
The Giraffe proyek sudah menyoroti anak-anak giraffes. Contohnya,
Justin Lebo di Saddle Brook, New Jersey, yang sejak umur 10 tahun
menghabiskan semua upahnya untuk memperbaiki lebih dari 50 sepeda tua
, di akhir pekan selama musim sekolah dan lebih banyak lagi di musim
liburan musim panas untuk anak-anak yatim piatu di komunitasnya.
Kamu juga dapat menemukan beberapa kisah dari media lokal.
Beberapa tahun lalu ada kisah di koran tentang anak kelas 6 yang bernama
Trevor Ferrel yang berasal dari Gladwyn, Pennsylvania, sebuah kota sub
urban Philadelphia. Selama musim dingin di bulan desember trevor
menonton berita Philadelphia yang menayangkan sekumpulan orang yang
berkumpul di cerobong asap. Trevor bertanya pada ayahnya apakan orang-
orang tersebut benar-benar menyukai hidup semacam itu?. Tentu saja di
Philadelphia jawab ayahnya, jika kau ingin tau yang sebenarnya, saya
dapat membawamu kesana dan ayahnya membawanya ke cerobong panas.
Hampir setiap malam setelah itu, Trevor ditemani orangtuanya atau
kakaknya datang membawakan selimut, sandwich, sop dam kopi. Dia datang
untuk mengenal mereka. Teman-temannya di jalan bahkan menyebutnya
little buddy dan little Jesus.
Tiga bulan setelah melakukan misi malamnya, walikota Philadelphia
memberinya penghargaan atas kepeduliannya terhadap orang-orang
jalanan. Trevor dan keluarganya berkeliling ke gereja-gereja, dimana Trevor
menyampaikan apa yang dibutuhkan para tuna wisma. Bantuan selimut,
Kepedulian Di Luar Kelas | 411

bantal dan makanan mulai menumpuk di halaman depan rumah keluarga


Trevor, dipinggir jalan.
Sekarang, lebih dari 850 sukarelawan sudah bergabung dengan
kampanye Trevor untuk para tunawisma. Mereka sudah menyalurkan
makanan, pakaian, tempat tidur, membuka toko murah dan membangun lagi
bangunan tua menjadi shelter kasur untuk para tuna wisma yang
diberinama trevors place. Trevor sekarang berumur 15 tahun dan baru
saja bergabung dengan United Nation dan bertemu dengan Mother Teresa
serta Presiden Bush untuk membicarakan kondisi menyedihkan para tuna
wisma.
Kisah Trevor Ferrel mengilustrasikan fenomena terulang; seseorang
yang member contoh bahwa belas kasih dalam waktu cepat memberi efek
berlipat ganda yang menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang
sama.
Sekolah dapat membuat program mereka sendiri seperti: penghargaan
kepada penghuni asrama yang baik atau warga negara yang baik,
menyelenggarakan pertemuan atau jamuan istimewa bagi pelajar yang
melakukan usaha untuk membantu orang lain di sekolah atau masyarakat
sekitar mereka. Nominator dapat dipilih dari anggota masyarakat, guru dan
pelajar.
Cara positif lainnya adalah dengan mendorong pelajar untuk menulis
esai a time when i stuck my neck out for somebody else. Essay dapat
dipajang atau guru dapat membacakan essay terpilih keseluruh kelas.

BELAJAR PEDULI MELALUI JASA

Untuk mengembangkan tanggungjawab, maka anak muda perlu diberi


tanggungjawab. Untuk belajar peduli, mereka perlu untuk menunjukkan
tindakan kepedulian mereka.
Belajar tentang nilai kepedulian secara sederhana dapat menumbuhkan
pengetahuan moral pelajar, tapi hal itu tidak dapat mengembangkan
komitmen mereka sendiri terhadap nilai tersebut. Percaya diri yang dapat
mereka kembangkan sendiri atau melalui keterampilan-keterampilan yang
efektif untuk mengolah kepedulian, sebagaimana kualitas moral yang lain
412 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

disyaratkan melalui pendekatan learning-by-doing yang mengembangkan 3


aspek karakter yaitu: mengetahui, merasakan, dan melakukan.
Berdasarkan pengalaman guru kelas 9 di provinsi Canadian Quebec. Dia
berharap untuk membangkitkan perhatian siswanya yang berharga, kepada
orang miskin dengan menunjukkan mereka film yang menggambarkan
kelaparan dunia. Di akhir film, para psiswa bergandengan tangan dan
berkata dunia sudah mengalami over populasi bukan?dan manusia pasti
meninggal. Kelaparan mengurangi over populasi dunia. Persetujuan
diseluruh ruangan memengaruhi siswa lain bahwa hal ini merupakan poin
yang baik.
Guru lain juga melaporkan siswa yang bereaksi acuh tak acuh dan sulit
untuk usaha memunculkan kesadaran sosial mereka. Beberapa masalah
bahkan disikapi defensif: mereka tidak dapat melihat solusi untuk masalah
dan mereka tidak ingin merasa bersalah atas masalah sosial. Itu sebabnya
guru harus membuat kejelasan-sebelum menayangkan film tentang
kemiskinan dunia-sesuatu yang kelompok seperti Oxfam Amerika sedang
lakukan sesuatu yang dapat melibatkan siswa untuk membantu.
Tapi terdapat beberapa hal dasar untuk mengembangkan empati dan
kepedulian, pelajar perlu ongoing, firsthand experience in face-to-face
helping relationship. Itu sebabnya mereka datang untuk terlibat dengan
orang lain, memberikan nilai terhadap mereka, dan menemukan hadiah
yang powerful dengan cara menyentuh kehidupan orang lain. Pengalaman
menolong orang lain secara pribadi merupakan hal yang sederhana yang tak
tergantikan.
Bagaimana sekolah menyediakan peluang langsung untuk membantu?
Hal itu dapat dimulai dengan filosofi sekolah yang menjadikan layanan
sebagai prioritas. Sebagaimana yang dikemukakan salah satu kepala sekolah
swasta:

Anak-anak disini diharapkan peduli terhadap orang lain. Anak yang lebih
tua secara keseluruhan terlibat dalam mengajarkan sesuatu kepada anak yang
lebih muda. Mereka adalah anak-anak yang berprestasi, untuk lebih yakinnya,
mereka mendapatkan pesan belajar disini tidak hanya untuk kepentingan
Kepedulian Di Luar Kelas | 413

pendidikanmu sendiri, tapi juga untuk berkontribusi terhadap pendidikan


masyarakat.

Hal ini merupakan cara sederhana untuk mendorong sikap saling


membantu yang dapat diimplementasikan oleh sekolah. Di SD Emili Carr di
Scarborough, Ontario, siswa yang lebih tua menjadi wasit olahraga pada jam
malam untuk anak yang lebih muda dan melatih mereka dalam olahraga
seperti sepakbola dan basket. Di SD Beecher di Elmira, New York, kelompok
yang berperilaku baik akan dihadiahi dengan waktu bebas mengajar anak
yang lebih muda untuk belajar membaca, atau membantu anak
berkebutuhan khusus.

TEMAN-TEMAN KELAS

Cara lain untuk meningkatkan kepedulian tidak hanya di ruang kelas


adalah dengan melakukan program teman-teman kelas. Dimana anak yang
lebih tua mengadopsti anak yang lebih muda.
Kim McConnell, guru kelas enam di SD Walt Disney di San Ramon,
California, telah menjalankan program teman-teman kelas selama empat
tahun. Kelas enam dengan kelas dua yang diajar olehnya melakukan
kegiatan bersama seperti belajar matematika, berkemah, dan melakukan
field trip di Chinatown.
Louise Lotz, yang mengajar di sekolah yang sama, mengungkapkan
bahwa murid kelas tiga yang diajarnya memiliki hubungan persahabatan
yang berharga dengan anak kelas lima. Dalam satu kesempatan bahkan anak
kelas tiga juga berteman dengan anak TK dan membacakan cerita di depan
kelas TK seminggu sekali.
Di Ontario, seorang guru TK Dee Bent, mempunyai murid berumur 5
tahun yang berteman dengan anak di SD Emily Carr, 12 tahun dan memiliki
keterbatasan dalam belajar. Untuk siswa yang memiliki keterbatasan dalam
belajar, dia berasumsi bahwa tanggungjawab anak yang lebih tua memiliki
efek dramatik:

Hal itu membuat mereka sangat berharga. Tingkat membacanya menjadi


meningkat tajam, mereka menghabiskan banyak waktu untuk mencari buku
untuk dibacakan kepada teman-teman kecilnya. Di musin gugur, mereka
414 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

mengatur sebuah perburuan ilmiah untuk teman kecil mereka. Itu merupakan
afeksi yang nyata. Anak yang lebih tua akan menyapa anak yang lebih kecil
ketika mereka berpapasan, dan anak saya akan berkata kepada saya saya
melihat teman saya dari sabtu!. Pengalaman sudah menjadi benar-benar
penting untuk satu anak tyang lebih tua yang secara virtual tidak didukung di
rumah. Disini, mereka punya tiga teman yang mencintainya.

Dalam hubungan one-to-one seperti ini, anak yang lebih tua belajar
pedulu dengan bersikap peduli, anak yang lebih muda belajar kepedulian
dengan cara dipedulikan oleh orang lain.

TUTORIAL LINTAS USIA

Telah ditemukan manfaat tutorial lintas usia dengan angka yang terus
meningkat sebagai peluang untuk anak menyumbangkan layanan yang
bermakna.
Dalam hubungan tutorial lintas usia, siswa yang lebih tua mengambil
tanggung jawab rutin untuk menjadi instruktur bagi siswa yang lebih muda
dalam bagian mata pelajaran atau keterampilan. Tutorial antar usia dapat
dibangun diantara dua kelas (seperti program tambahan bagi temanteman)
dan memungkinkan keterlibatan siswa terpilih dibandingkan seluruh kelas.
Untuk meningkatkan peluang keberhasilan program, secara umum
sekolah menyediakan program pelatihan untuk tutor, memberikan manual
pribadi bagi tutor masing-masing, dan memberikan bimbingan untuk tutor
untuk membuat lesson plan yang khusus. Tutor jug adapat
menunjukkan/mengajarkan kepada the tutee jika mereka terlihat mulai
gelisa atau bosan.
Proyek pengembangan anak (lihat bab 2) telah menggabungkan
program pelatihan 2 sesi yang luar biasa untuk tutor lintas gender dalam
tiga tingkat kelas di SD. Di sekolah ini, anak kelas 5, 4, atau 6 dapat menjadi
sukarelawan untuk satu atau dua kali seminggu selama libur sekolah untuk
menjadi tutor di kelas 1, 2, atau 3 yang membutuhkan bantuan pelajaran
tambahan. Dua tahun kemudian, baru program tersebut menunjukkan
Kepedulian Di Luar Kelas | 415

efeknya yaiti sekitar 70 anak membantu kelas yang lebih muda diwaktu
luangnya.
Saya mewawancarai seorang gadis yang memasuki tahun kedua
menjadi tutor, dia mengatakan bahwa hal ini membuat saya merasa penting
untuk menolong orang lain. jika mereka membutuhkan bantuan, kamu
mengerti bagaimana membantu mereka.
Setelah setahun,tidak semua tutor melanjutkan tugasnya menjadi tutor
setelah setahun menjadi tutor, beberapa diantaranya merasa bahwa
menjadi tutor semakin lama semakin sulit saja. Tapi dianatara anak yang
pernah mendapatkan tutorial dari siswa yang lebih tua, mereka cenderung
menjadi tutor ketika mereka berumur cukup.
Semua program tutor lintas usia ini, disamping membuat siswa mampu
tumbuh dengan melayani orang lain, melakukan banyak hal untuk
berkembang positif, juga mampu mengembangkan komunitas moral di
sekolah yang lebih luas.

TEMAN YANG LEBIH TUA UNTUK ANAK YANG LEBIH MUDA

Ditingkat sekolah menengah, program saudara tua memberi


kesempatan bagi siswa yang lebih tua untuk terlibat dalam hubungan yang
berdasarkan atas kepedulian terhadap anak yang lebih muda.
Teman yang lebih tua untuk anak yang lebih muda adalah salah satu
program tertua dalam program saudara lebih tua di Massachusetts. Program
ini dimulai tahun 1976 di Salam-Marblehead ketika 6 ibu yang janda
melakukan pusat konseling lokal untuk membantu anak lelaki mereka
menemukan teman. Susan Maynard, seorang konselor di pusat yang juga
prikolog sekolah, merespon dengan cara mengelompokkan anak dibawah
umur 14 tahun yang diasuh orangtua tunggal dan usia 14-19 tahunyang
bekerja bersamanya di SMA Marblehead.
Secara umum, saudara tua menjenguk teman kecil mereka seminggu
sekali, untuk bermain bola, jalan-jalan, membeli es krim, atau hanya ngobrol.
Seorang anak lebih tua berusia 16 tahun berpendapat bahwa kamu sadar
untuk menjadi contoh yang baik, mungik sikap baik yang dilakukan anak
416 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

yang lebih muda adalah sikap yang patut kita contohkan. Hal itu ,membuat
kita berfikir tentang nilai kita/merasa bernilai.

MENJANGKAU MASYARAKAT

Beberapa tahun lalu, Ernest Boyer, seorang mantan komisioner


pendidikan, membuat headline dengan usul yang berani: mewajibkan
semua siswa SMA melengkapi pelayanan masyarakat untuk menambah
kredit sekolah.
Sebelum mereka lulus, siswa akan meminta urnuk menjadi voluntir di
perpustakaan, taman, rumah sakit, pengasuh, pusat day-care, agensi sosial,
atau menjadi sukarelawan program cacat mental dan keterbelakangan
mental di lingkungan mereka. Mereka akan belajar kebaikan yang umum
dengan melakukannya.
Sebelum Boyer mengajukan usul tersebut, banyak orang berpendapat
bahwa untuk mencari solusi masalah kenakalan remaja adalah dengan
memperikan peluang pada para pemuda untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Tapi sekarang, ide masyarakat pelajar malah mulai menjadi
perhatian terutama ditinjau memasukkan nilai dan karakter nasional.
Berdasarkan studi carbegie foundation pada tahun 1987, mayoritas
SMA swasta menawarkan beberapa program layanan masyarakat. Akhir
pertengahan 1980, satu dari lima sekolah SMA swasta termasuk sistem
sekolah di Detroid, Atlanta, dan St. Louise memandatkan beberapa layanan
masyarakat sebagai syarat kelulusan.
Siswa di sekolah-sekolah ini kadang-kadang bekerja secara individual,
maupun bersama-sama dalam proyek pelayanan khusus. Sebagai contoh, di
Bergenfield, New Jersey, sekitar 15-18 staf SMP dan SMA bergabung dalam
proyek aid-to-senior. Tiap pagi, sekitar jam 7:30-8:30, telpon siswa kepada
kaum tua yang hidup sendiri melalui saluran telepon dan melakukan
percakapan sederhana seperti: selamat pagi, dengan SMA Bergenfield.
Bagaimana keadaanmu hari ini?hanya dalam satu tahun, program
Bergenfield berkembang dan menghasilkan 37 kunjungan bantuan untuk
Kepedulian Di Luar Kelas | 417

warga yang sudah lanjut usia yang jatuh dari kasur dan tidak dapat
merespon telpon mereka.
Kadang-kadang proyek pelayanan ditujukan untuk memenuhi nilai
kredit, tapi sebagian lain merupakan bagian dari mata pelajaran. Contoh
para junior di kelas sejarah wilayah Connecticut, contohnya, belajar bahwa
bangunan yang dibangun tahun 1977 harus dihancurkan. Mereka mencari
pemasukan dan melakukan sesuatu untuk merenovasi bangunan tersebut
dan memindahkannya ke lokasi asal (untuk sketsa thumbnail yang
membantu tentang bagaimana anak sekolah kelas 5 mengimplementasikan
pelayanan sosial untuk kredit akademiknya, dapat dilihat di a profile oh
High School Community Service Programs oleh Fred Newman dan Robert
Rutter diterbitkan pada bulan Desember 1985-Januari 1986 tentang
educational leadership).
Terkadang organisasi masyarakat sekolah pun turut mendukung usaha
ini. Sebagai contoh di kota Evansville, Fort Wayne, Dan Indianapolis,
Indiana, yang sudah diuji mengenai tentang dasar untuk konsep yang
didesain oleh National Crime Prevention Council yang didirikan oleh Lilly
Endowment. Di setiap kota, pengurus lokal menawarkan kompensasi yang
sesuai untuk proyek pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh anak
belasan tahun dengan peran substansial dalam mendesain
dan mengimplementasikannya.
Salah satu kelompok anak belasan tahun tersebut berpikir bahwa
fasilitas day-care dilingkungan masyarakat berpenghasilan rendah sangat
tidak layak karena tidak memiliki ruang bermain outdoor yang layak. Para
remaja berfikir bahwa kompensasi yang diberikan pengurus dapat
diberikan material dan mulai mendesai, meminta izin dan membangun
untuk fasilitas bermain yang dibutuhkan. Hasilnya layanan yang sangat
dibutuhkan pun tersedia untuk orangtua menemani anak-anaknya bermain
disela-sela jadwal ketat pekerjaan mereka.

ANAK-ANAK MEMBANTU KOMUNITASNYA

Sebelum layanan menjadi trend nasional diantara SMA, banyak SD dan


SMP yang mendemonstrasikan bahwa anak-anak juga dapat terlibat dalam
layanan masyarakat baik jauh maupun dekat.
418 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

SD Mountville di Pennsylvania, guru dan murid merencanakan


proyek komunitas besar yang meliputi tiga kegiatan, yaitu: daur ulang, kerja
lapangan dan konservasi. Pada kegiatan daur ulang memasukkan kegiatan
menonton film tentang daur ulang, cmembuang sampah pada tempatnya,
dan membuat tong sampah dari karton telur. Sedangkan pengalaman
lapangan termasuk melikis pagar taman masyarakat, menyapu dedaunan
kering disekitar rumah, membersihkan sudut-sudut kota dan memasang
lampu pada kolam. Sementara kegiatan konservasi diantaranya melihat
slide show tentang lahan yang dikonservasi, menciptakan area hewan liar di
lingkungan sekolah dan membuat peringatan tentang hemat energi untuk
pemakaian energi di rumah.
SD Westwood St. Cloud, Minnesota, siswa mengembangkan
hubungan one-to-one bersama orang yang lebih tua seperti menghibur
pasien depresi di dekat pusat kesehatan pemerintah bagi para veteran.
Selama kunjungan dua kali dalam seminggu, anak-anak dengan para veteran
dapat bermain kartu, menanam biji-bijian, memotong kayu berdiskusi
tentang keadaan jalan atau event yang sedang berlangsung, atau berbicara
tentang perbedaan hidup di zaman sekarang dan di zaman sekitar 60 tahun
yang lalu. Sejak dimulainya program yaitu tahun 1972, lebih dari 2000
veteran sudah mengembangkan minat yang terbarukan dalam hidup
melalui hubungan mereka dengan murid Westwood.
SD Heritage Heights Di Sweet Home, New York, sepanjang tahun
pelajaran siswa mengelola pencarian dana bantuan bagi korban gempa dan
topan.
Para siswa South di school Androver, Massachusetts, siswa
mengumpulkan mainan dan pakaiannya untuk anak-anak [pengidap AIDS di
Rumania.
Salah satu program pelayanan yang paling berhasil-yaitu yang telah
mendapatkan penghargaan nasional-dapat ditemukan di SMP
ShorehamWading River di Shoreham, New York. Sejak tahun 1973 ratusan
anak kelas 6,7, dan 8 tiap tahun melakukan layanan masyarakat, biasanya
satu jam seminggu sebagai bagian ingral dari kurikulum sekolah menengah
mereka. Ketika layanan masyarakat dijadikan salah satu kurikulum di
Kepedulian Di Luar Kelas | 419

sekolah dengan cara seperti ini, maka itu merupakan peluang yang sangat
bagus untukmenanamkan nilai-nilai positif pada karakter anak.
Siswa tergabung dalam empat kelompok, yaitu: (1)anak kecil di pusat
day-care terdekat, dan di TK di kabupaten, (2) kelas SD, dimana anak
sekolah yang di kelas menengah membangun kegiatan belajar yang
bervariasi dengan anak yang lebih kecil, (3) anak berkebutuhan khusus di
rumah sakit lokal dan pusat pendidikan luar biasa, dan (4) anak yang lebih
tua di rumah orang dewasa dan mengasuh kerumah-rumah yang
membutuhkan.
Dalam sebuah publikasi sekolah, anak-anak dan masyarakat mereka
memberikan contoh yang menyentuh tentang bagaimana pengalaman ini
bermakna ini disertai partisispasi siswa yang pada umumnya meningkatkan
kepercayaan diri, sebagaimana dikatakan oleh salah satu anak yang bekerja
sebagai pengasuh dirumah ini adalah pertama kalinya dimana saya dapat
membuktikan apa yang dapat saya lakukan. Berbeda dangan pendapat
gadis yang melakukan pelayanan amal di layanan masyarakat berpendapat,
orang yang lebih tua tidak malu dengan pekerjaan mereka dan mereka
tidak khawatir tentang masa depan mereka, mereka hanya mau berbagi
tentang masa lalu mereka. Masa lalu selama hidup dan sekarang saya
menyadari karena di masa lalu saya benar-benar menginginkan hidup
berjalan lebih cepat dan berharap cepat-cepat melewati fase dalam hidup
Berdasarkan laporan sekolah, bekerja dengan anak berkebutuhan
khusus sudah memberikan kesempatan yang paling langka dan paling
menantang dalam pelayanan masyarakat. Bekerja dengan anak-anak ini
berlangsung sangat lambat. Awalnya, anak SD tingkat menengah merasa
canggung untuk menyentuh mereka bahkan melihat mereka. Tapi
perkembangan selanjutnya mencairkan ketakutan dan prasangka para
siswa sebelum terlibat. Salah satu anak yang bekerja melakukan kunjungan
secara reguler dengan anak dengan yang perkembangannya lamban
berkata, ketika saya melihat anak dengan perkembangan yang lambat, saya
sangat takut. Tapi sekarang anak-anak tersebut sudah dilihat sebagai
manusia biasa yang memiliki kebutuhan dan keinginan.

PERSEKOLAHAN UNTUK HUKUMAN SOSIAL


420 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Dimensi lain dalam pelayanan masyarakat dapat digambarkan


sebagaimana uraian berikut:
Seorang pria melihat seseorang jatuh ke dalam sungai dan kemudian dia
menyelam untuk menyelamatkannya. Dilain hari, orang lain jatuh ke sungai
dan sekali lagi orang yang paling dekat dengannya terjun ke sungai untuk
menolong.
Beberapa hari setelahnya ada tiga orang jatuh ke dalam sungai dan orang
yang paling dekat dengan sungai juga menolong ketiganya. Di hari yang lain,
sepuluh orang butuh bantuan dan banyak warga yang bergabung untuk
membntu. Segera setela itu, kejadian orang jatuh ke sungai jadi semakin sering
dan seluruh kota bekerja secara terus emnerus untuk menolong orang yang
jatuh.
Akhirnya ada yang berkata, haarus ada yang mencari tahu, dari mana
orang-orang yang jatuh ke sungai ini berasal? tapi seseorang yang lain
menjawab itu tidak dapat dilakukan, karena kami terlalu siburk menolong
mereka disini

Mendidik siswa untuk peduli terhadap orang lain sama dengan


mendidik mereka tentang pendidikan keadilan sosial. Hal itu juga berarti
mencari sumber masalah ke akarnya.
Robert Starratt adalah seorang profesor di Universitas Fordham yang
bekerja dengan stakeholder SMA yang peduli terhadap keadilan sosial. Hal
itu penting sebgaimana yang diungkapkan starratt tentang pentingnya
mengajarkan siswa tentang perbedaan work of mercy dan work of
justice. Mengunjungi seseorang yang dipenjara secara tidak adil dan
menunjukkan rasa simpati atas keadaan buruknya merupakan tindakan
murah hati (mercy). Melakukan usaha untuk mengembalikan hak politisnya
merupakan tindakan keadilan. Membawakan makanan untuk upacara natal
bagi orang miskin merupakan tindakan murah hati; mencoba merubah
keadaan sosial bagi orang yang terjebak dalam kemiskinan adalah tindakan
keadilan.

KEPEDULIAN DI LUAR KELAS


Kepedulian Di Luar Kelas | 421

Sekolah dapat membantu membentuk sikap peduli pelajar dan warga yang
aktif diluar kelas jika mereka:
1. Membuat siswa sadar tentang kebutuhan dan penderitaan orang lain di
negaranya dan diseluruh dunia.
2. Menawarkan kelompok-kelompok yang dapat dijadikan contoh seperti
oxfam amerika dan amnesti internasional yang bekerja secara efektif untuk
membantu orang-orang miskin dan tertindas, dan mengatur proyek aksi
pelajar untuk membantu
3. Menyediakan role model yang menginspirasi seperti dalam program
giraffee project heroes, yang berkaitan dengan orang yang membantuorang
lain di komunitasnya sendiri
4. Menyediakan role model teman sebaya yang positif
5. Memberikan kesempatan pada pelajar unuk melakukan kegiatan
pelayanan sekolah khususnya dalam hubungan bantuan yang face-toface
seperti class buddies dan in cross age tutoring
6. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan pelayanan pada
masyarakatnya, dan jika memungkinkan mengintegrasikan program
layanan tersebut dengan akademik.
7. Menyediakan pendidikan di bidang keadilan sosial, politik perubahan, dan
aksi warga masyarakat.

Pemberian pribadi pada sebagian siswa menurut starratt akan lebih


banyak dimulai melalui tindakan murah hati. Tapi kita harum membuat
mereka mengerti untuk bertindak tidak hanya sekedar murah hati tapi juga
bekerja untuk keadilan. Siswa harus mengeri bekerja melebihi kemurahan
hati yaitu bekerja untuk keadilan. Siswa harus mengerti ketika kita dapat
membantu, kita harus menawarkan bantuan bagi mereka yang mengalami
ketidak adilan, kita melayani mereka jauh lebih baik dengan cara mengubah
ketidak adilannya. Pengalaman belajar terbaik bagi siswa, menurut Starratt
adalah bekerja dengan orang miskin dan kemudian kembali ke kelas,
menganalisa struktur sosial yang merusak keadaan orang yang hidup dalam
strusktur sosial tersebut.
Beberapa sekolah memiliki tradisi pengembangan kesadaran politik
sosial sebagai sumber untuk tindakan sosial. Sebagai contoh di Princeton,
Stuart Country Day School di New Jersey, yang merupakan bagian dari
422 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sekolah The Order of The Sacred Heart School. Kepala sekolah di sekolah
tersebut yairu Sister Joan Magnetti berkata kepada siswanya:

Siswa kita membacakan cerita untuk orang buta, bekerja dengan anak
tetangga rumah di jantung kota, membantu dapur sop, membangun kembali
rumah-rumah, dan menghabiskan dua minggu di Appalachia. Banyak dari
mereka juga yang sudah mewawancarai perwakilan kongres mereka terkait
dengan isu-isu sosial. Sejak kita percaya bahwa jenis pendidikan ini secara
ideal memiliki dimensi internasional, kita juga sudah mengirim banyak siswa
ke Bogota. Tujuan kita adalah untuk mempersiapkan mereka untuk
mempimpin dengan cara meng(expose) mereka terhadap moral dunia dewasa
ini.

Sumber belajar penddidikan siswa untuk keadilan sosial tersedia bagi


guru. Educating for citizen action, oleh professor Fred Newman dari
Universitas Wisconsin di Madison, membuat langkah-langkah dan
keterampilan-ker=terampilan yang harus dikuasai siswa untuk menganalisa
dan melawan masalah sosial. Menggunakan pendekatan sistematis seperti
Newman, siswa SMA punya fakta yang canggih untuk melakukan tindakan
nyata, termasuk mengajukan dan meloby para legislator untuk
pebiayaannya.
Proyek yang sangat terkenal yaitu the facing history and ourselves,
baru-baru ini mengembangkan kursus mini yang dinamakan facing today
and the future: memilih untuk berpartisipasi. Proyrk aslinya dimulai dengan
kurikulum holacaust untuk anak kelas 9. Tapi banyak siswa setelah belajar
tentang pemusnahan NAZI dan menguji anggapan mereka tentang hidup
mereka sendiri, ingin mengetahui apa yang mereka lakukan sebagai upaya
pencegahan opini yang berkembang di masyarakat.
Kursus baru dalam partisipasi adalah jawabannya; melihat seluruh jalan
melalui sejarah yang pernah mereka ikuti-meliputi pelayanan manusia,
politik, kegiatan sosial, dan kegiatan sukarela lainnya-dalam menciptakan
masyarakat yang mencari keadilan dan martabat untuk semua anggotanya.
Pendidikan moral harus meliputi pendidikan politik menurutMichael
Miller, seorang pendidik di jerman barat bagaimana membuat nilai moral
menjadi kondisi sosial secara nyata? menurut Miller bahwa anak sekolah
Kepedulian Di Luar Kelas | 423

dapat memulai mengembangkan kesadaran politik kritisnya dengan cara


memandu tindakan sosial mereka.
Di proyek pendidikan moral Jerman Barat, anak kelas 3 membaca dan
mendiskusikan novel tentang kelompok anak-anak jalanan di Bolivia. Dalam
novel dikisahkan, anak-anak jalanan Bolivia bertahan hidup dengan menjual
sendal karet flip flop yang mereka buat dari ban hasil curian. Salah satu dari
anak jalanan tersebut menolak untuk mencuri. Kisahnya menjadi jalan
untuk bahan diskusi mengenai pilihan moral dan kondisi sosial yang
membuat ribuan anak hidup dijalanan. Miller berkomentar:

Anak diusia ini benar-benar masuk dalam kemiskinan yang buruk, mereka
memiliki keyakinan terhadap keadilan. Pendidikan global untuk mereka bukan
berarti membicarakan tentang sesuatu yang abstrak seperti parlemen Bolivia,
tapi tentang pengalaman kongkrit yang dapat dilakukan.

Pendidikan kepedulian untuk warga diluar kelas bukan tidak


mendapatkan hambatan. Sebagai contoh, di SMA dimana pelayanan
masyarakat dijadikan syarat kelulusan, sebagaimana dikatakan oleh
koordinator program bahwa mengirimkan siswa ke masyarakat adalah
masalah utama. Administrasi yang tanggung serta dukungan masyarakat
sangat dibutuhkan untuk menghadapi masalah kesulitan logistik. Masalah
lain: banyak siswa SMA hanya menunjukkan sedikit minat atau bahkan tidak
ada minat sama sekali untuk terlibat dalam layanan masyarakat. Itu
sebabnya bahwa kesadaran semacam ini perlu ditumbuhkan lebih dini,
yaitu di sekolah dasar, untuk mengembangkan partisipasi mereka dan
membantu mereka menemukan senangnya membantu orang lain.
Dalam buku ramalan yang berjudul democracy in america yang ditulis
oleh Frenchman Alexis de Tocquevile pada abad 19 yang membahas tentang
demokrasi amerika, untuk semua kekuatannya, untuk mengembangkan
individualisme karena empati terhadap kebebasan pribadi. Menurut beliau,
individualisme seperti itu tumbuh lebih dulu yaitu kebaikan untuk
kehidupan masyarakat umum dan berakhir dengan keegoisan murni.
Mengajarkan siswa untuk peduli, semangat kepedulian terhadap
masyarakat-di sekolah merekamasyarakat, negara dan dunia-adalah salah
satu penangkal yang paling menjanjikan untuk individualisme yang egois
424 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

yang membentuk budaya kita. Partisipasi warga masyarakat ini dapat


dipelajari siswa dengan peduli dengan cara memberikan kepedulian.
Dalam prakteknya, hal itu mengajarkan orang untuk melihat dirinya
sendiri sebagai orang yang mampu melakukan kebaikan. Hal itu
mengajarkan siswa untuk merasakan keanggotaannya dalam keluarga. Hal
itu mengajarkan mereka untuk memberikan perhatian terhadap kondisi
sosial yang menyebabkan penderitaaan dan menggunakan sistem politik
untuk menciptakan masyarakat dan dunia yang lebih adil. Dan hal itu
mengajarkan mereka pada kebenaran pernyataan Edmund Burke yang
sangat terkenal dua abad yang lalu satu-satunya yang yang dibutuhkan
setan untuk memanangkan kejahatan adalah orang-orang baik yang tidak
melakukan apa-apa
BAB17

MEMBANGUN BUDAYA MORAL YANG POSITIF DI


SEKOLAH

Jika kita ingin para murid memiliki moral yang baik, maka sekolah sendiri
harus menjadi institusi yang bermoral/moral institusi

Janet Brodesser, Guru, Brockport,


New York

Seorang ibu yang memiliki anak bersekolah di SMA swasta di Midwest


menyatakan:

Banyak sekali masalah di SMA. Selain minuman-dan banyak macam


lainnya-ada juga pencurian dalam jumlah besar. Mereka menggunakan
sneaker karena mereka berniat untuk mencuri; kita tidak dapat menyimpan
barang disekitar sekolah dengan rasa aman. Hal itu sama dengan kondisi
ketika kita ingin meminjam buku di perpustakaan, tapi bukunya sudah dicuri.
Guru di sekolah SMA kelihatannya peduli dengan para murid, tapi para murid
tidak menemukan teladan dari para guru sehingga para murid merasa bahwa
para guru hanya bertanggungjawab untuk dirinya sendiri.

Anak-anak yang ada di SMA sekarang adalah anak-anak SD yang


dahulunya sangat luar biasa, hangat, peduli terhadap orang lain. Tapi setelah
mereka duduk di bangku SMA mereka kehilangan semua sifat baik. Kenapa
hal itu dapat terjadi? Apakah mereka punya alasan untuk tidak melakukan
moral baik yang sebelumnya mereka lakukan?
Murid SMA yang bersikap self-centered, tidak bertanggungjawab
(termasuk dari sekolah yang secara akademis TOP) sangat sering memiliki
gengsi yang lebih tinggi. Mengapa mereka tidak bersikap
manislagi?jawabannya adalah: karena lingkungan tidak mendukung- etos
atau budaya moral sekolah-tidak membangkitkan moral terbaik para murid
bahkan mereka takut bertindak karena alas an gengsi mereka.
426 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

414
Psikolog Clark Power, Ann Higgins, dan Lawrence Kohlberg, melakukan
studi tentangbagaimana budaya moral siswa memengaruhi moral siswa
secara fungsional. Dalam buku mereka yang berjudul lawrence Kohlbergs
Approach to Moral Education (1989), mereka melaporkan penemuan
mereka: ketika sekolah berusaha menjadi benar-benar masyarakat, murid
akan melihat sekolah mereka sebagai lembaga yang dibangun dengan
norma tingkat tinggi (peduli dengan orang lain). Dengan kondisi tersebut,
murid jadi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk jika
ditanya bagaimana mereka menyelesaikan dilema moral dalam kehidupan
sekolah.
Penerapan moral luhur yang berkeadilan dan demokratis oleh murid
tidak berlaku bagi sekolah yang tidak memberikan pengalaman kehidupan
masyarakat bermoral tinggi di sekolah. Penelitian menunjukkan bahwa
murid yang biasanya mengalami dilema moral dalam hubungannya
disekolah adalah murid yang menunjukkan reasoning gap (persepsi moral
pribadi dengan lingkungan moral sekolah)-menggunakan alasan (lihat
dirimu sendiri) itu tingkatan yang lebih rendah dibandingkan alasan mereka
dapat. Singkatnya, tingkat alasan moral operatif murid cenderung untuk
meningkat atau menurun terkait dengan kesesuaian persepsi mereka
dengan lingkungan moral sekolah.

UKURAN BUDAYA MORAL

Sekolah-sekolah, seperti SMA, membedakan penekanan pada budaya


mereka.
Suatu pagi, seorang guru kelas 4 di Ontario meninggalkan $5 di meja
dikelasnya. Setelah istirahat, uang tersebut sudah tidak ada di mejanya.
Ketika semua muridnya sudah kembali ke kelas, dia memberitahu bahwa
uangnya sudah hilang dan meminta kepada murid-muridnya menuliskan
apa yang terjadi dengan uang $5 dolar tersebut.
Tidak ada satupun muridnya yang berfikir bahwa uang $5 dolar
tersebut hilang karena dicuri. Diantara murid ada yang menuliskan uang
itu mungkin terselip disekitar kelas, uang tersebut terbang terbawa
angin, atau mungkin kelinci dikelas kita membawanya pergi. Fakta itu
menunjukkan bahwa antar siswa dikelas ini memiliki kepercayaan yang
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 427

sangat tinggi satu sama lain dan tidak berfikir bahwa salah satu diantara
mereka mencurinya. Hal itu menungjukkan tingkatan budaya moral yang
sangat luhur.
Dengan uang $5 dolar, suami guru yang diceritakan diatas, juga
disimpan hal serupa dikelasnya. Dia juga mengajar di kelas 4 tapi di sekolah
yang berbeda-sekolah dimana kondisinya kurang positif dan tidak ada usaha
yang terus menerus untuk mengembangkan sikap positif. Ketika dia
menceritakan bahwa uangnya hilang di meja kelas, semua muridnya berkata
bahwa seseorang pasti mencurinya. Disekolah ini para murid tidak
mempercayai teman-teman kelasnya dan berfikir bahwa peluang teman
kelasnya mengambil uang tersebut sangat besar.
Kita menginginkan murid yang kita ajar dapat melakukan hal-hal baik
ditengah lingkungan yang buruk. Tapi membentuk karakter yang baik akan
jauh lebih mudah jika dilakukan di lingkungan yang memiliki moral tinggi
seperti kejujuran, kesopanan dan kepedulian menjadi norma dalam
kehidupan sehari-hari.

ENAM ELEMEN BUDAYA MORAL POSITIF DI SEKOLAH

Bagaimana sekolah menciptakan budaya moral positif? Saya percaya


bahwa enam elemen ini penting:

1. Kepemimpinan moral dan akademis dari kepala sekolah.

2. Disiplin sekolah dalam memberikan teladan, mengembangkan dan


menegakkan nilai-nilai sekolah dalam keseluruhan lingkungan sekolah.

3. Pengertian sekolah terhadap masyarakat

4. Pengelola sekolah yang melibatkan murid dalam pengembangan diri yang


demokratis dan dukungan terhadap perasaan ini adalah sekolah kita dan kita
bertanggungjawab untuk membuat sekolah ini sekolah sebaik mungkin yang
dapat kita lakukan

5. Atmosfir moral terhadap sikap saling hormat menghormati, keadilan, dan


kerjasama menjadi nyawa bagi setiap hubungan disekolah-itu pula yang
membuat hubungan orang dewasa di sekolah sebaik hubungan orang dewasa
dengan para murid.
428 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

6. Meningkatkan pentingnya moral dengan mengorbankan banyak waktu untuk


peduli terhadap moral manusia.
Kemajuan dalam satu bidang biasanya berdampak pada kemajuan di
bidang lain. Bagaimanapun sekolah tidak harus memperkuat ke-enam
elemen tersebut secara bersamaam dan sama kuatnya untuk membentuk
moral yang baik. Jadi menurut saya akan lebih berguna jika kita
menggunakan keenam moral ini sebagai kondisi ideal dimasa depan.
Mari kita lihat perbandingan sekolah di negara ini dengan di Kanada
berdasarkan ke-enam elemen ini.

ELEMEN 1: KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Jika kita melihat sekolah dengan lingkungan moral yang sehat dan
program pengajaran yang bagus, maka kita akan menemukan para pengurus
atau pemimpin yang memimpin untuk melakukannya atau mendukung para
stakeholder memiliki nilai moral yang tinggi.
Seorang kepala sekolah yang efektif biasanya melibatkan seluruh
kegiatan umumuntuk menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik:
menciptakan kepanitiaan yang megidentifikasi target sekolah terhadap nilai
moral dan menyediakan kepemimpinan yang berfungsi untuk
mengimplementasikan program seperti membuat workshop, waktu untuk
berbagi, pengembangan kurikulum, pusat sumber belajar dan kesempatan
lain untuk para staff sekolah untuk mengembangkan keterampilan sebagai
moral pendidik; melibatkan seluruh staff-termasuk pembantu, sekretaris,
penjaga kantin, tukang kebun dan supir-dalam sesi yang memperkenalkan
mereka tujuan dan strategi program nilai moral dan menunjukkan pada
mereka bagaimana setiap orang memiliki peran dalam mensukseskan
program moral tersebut; memunculkan dukungan dan partisipasi orangtua
dan memberikan teladan dukungan sekolah terhadap moral yang positif
melalui interaksi kepala sekolah dengan para staff, murid, dan orangtua.
Kepala sekolah juga memiliki visi. Dalam studi tentang gaya
kepemimpinan sekolah, para peneliti Universitas Texas di Austin bertanya
kepada kepala sekolah apa visi anda untuk sekolah ini-tujuan jangka
panjang dan harapan anda?tanpa ragu, para kepala sekolah yang efektif
mulai merinci tujuan mereka untuk sekolah mereka. Ketika kepala sekolah
yang kurang efektif ditanya dengan pertanyaan yang sama, mereka biasanya
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 429

merespon dengan jeda yang panjang dan menjawab dengan pernyataan


yang samar seperti menurut saya, kami punya sekolah yang bagus dan kami
akan menjaganya untuk tetap bagus
Berdasarkan studi ini, ketika sebuah sekolah memiliki kepala sekolah
yang mempunyai visi untuk sekolahnya dimasa depan, para guru biasanya
menggambarkan sekolah sebagai tempat yang baik baik untuk murid
maupun guru. Kebalikan dari itu, para guru yang bekerjaa dibawah
kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif biasanya jarang
membicarakan sekolah mereka sebagai pekerjaan mereka dengan cara yang
menyenangkan atau bersemangat.

PROFIL SEORANG KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF


Carl Campbell, seorang Kepala Sekolah SD Dry Creek di Clovis,
California, sesuai dengan gambaran pemimpin sekolah yang efektif.
Memproyeksikan kehangatyan dan optimisme, dia menjelaskan bahwa misi
sekolahnya adalah untuk membantu para murid mengembangkan potensi
mereka dalam lima area: akademik, atletik, performing art, keangotaan
disekolah dan masyarakat. Dan dengan komitmen tersebut, dia berkata
kepada setiap siswa:

Filosofi kita adalah melakukan apa pun yang terbaik yang dapat kita
lakukan kepada anak-anak kita. Ketika mereka jalan melewati pintu keluar,
kita bertanggungjawab atas kualitas pengalaman mereka. Kita tidak dapat
mengontrol lingkungan lain di luar, tapi kita dapat mengontrol lingkungan
disini.

Dry creek adalah salah satu tempat yang saya kunjungi selama
melakukan penelitian di sekolah yang memiliki reputasi baik dalam
mengajarkan muridnya untuk memiliki nilai moral yang baik. Pada satu pagi
ketika saya datang, saya melihat Carl Campbell sedang di area publik di
sekolah dan sedang berterimakasih kepada anak kelas 3 karena
mengembalikan $20 dolar yang dia temukan. Dan ketika dia sudah
berterima kasih dia bilang tindakanmu sangat mengesankan.
Kejadian semacam itu terjadi sepanjang waktu ia menegaskan.
Sejujurnya melihat banyak kejadian semcam itu merupakan hal berani
dalam memberikan teladan nilai moral dalam program pengembangan
karakter sekolah dan dengan cara memberikan pengenalan terhadap publik
430 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

untuk bertindak jujur seperti apa yang sudah dilakukan murid kelas 3
tersebut.
Dalam program bulanan di Dry Creek, seluruh pengurus sekolah-guru
tiap kelas-fokus pada bagian-bagian nilai (persahabatan, kerjasama,
loyalitas) tiap bulannya. Campbell mengelaborasikan sebagai berikut ini:

Saya punya banyak guru yang sangat sibuk karena mengurusi tugas nilai
moral bulanan mereka. Mereka membicarakan moral pada seluruh siswa.
Mereka bahkan mengajarkan moral melalui tugas-tugas sekolah. Mereka juga
melakukan banyak proyek-proyrk khusus tentang moral. Mereka juga
membuat display spesial tentang moral. Mereka juga membawa buku atau
artikel yang menceritakan tentang orang yang bertindak atau memiliki nilai
moral luhur.

Banyak orang ragu dan berfikir dapatkah sekolah mencapai target


moralnya dengan efekttif jika para murid mendapatkan nilai moral yang
berbeda di rumah? lalu saya bertanya kepada Campbell apakah menurut
anda nilai moral sebagaimana dalam program moral bulanan anda dapat
efektif, mengingat para guru mengajarkan kejujuran misalnya di tengah
masyarakat yang banyak diantara murid anda tidak diajarkan tentang nilai
tersebut diluar sekolah? Dia merespon pertanyaan saya dengan menjawab:

Sebelum saya datang di Clovis, saya pernah menjadi kepala sekolah di


wilayah yang sangat miskin, dimana mencuru merupakan hal biasa ketika saya
datang pertama kali kesana. Mereka bahkan beranggapan bahwa kita boleh
mencuri selama tidak ketahuan. Selain itu, mereka punya masalah tidak punya
uang dan diintimidasi mencuri untuk makan siang.
Saya bertanya kepada para pengurus apa yang dapat kita lakukan untuk
mengubahnya? kami menyeleksi nilai moral yang akan diajarkan, yang kira-
kira tidak akan mendatangkan masalah pada sekolah. Kejujuran hanya salah
satunya saja. Setelah beberapa lama program tersebut berjalan, para murid
mulai mengembalikan uang yang mereka temukan meskipun masih sembunyi-
sembunyi. Akhirnya setelah setahun program tersebut berjalan, mencuri
menjadi hampir tidak pernah terjadi lagi di sekolah ini.

Meskipun tidak ada dukungan untuk melakukan nilai moral positif di


luar sekolah, merubahnya dan menjadikan murid sebagai anak yang
memiliki nilai moral yang positif sangat mungkin dilakukan meskipun hanya
oleh fihak sekolah saja. Jika para guru di setiap kelas secara simultan
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 431

mengajarkan moral yang sama dengan cara yang berbeda-beda sepanjang


tahun, sekolah akan melihat hasil efek akumulasinya seb agai kekuatan
untuk mengubah moral murid.
Banyaknya murid yang digeneralisasikan memiliki sikap moral positif,
secara langsung kan menjadi perbedaan individual yang nyata. Akan tetapi,
generalisasi yang dilakukan akan tergantung pada pengembangan sikap
moral yang direfleksikan pada pertumbuhan asli karakter siswa
masingmasing-contohnya pada anak-anak yang mengerti tentang nilai
moral dan mereka berkomitman untuk melakukannya. Itulah pentingnya
mengajarkan nilai dengan cara mendorong tidak hanya dengan cara
meminta mereka termasuk dengan menjadi pondasi kognitif dan afeksi
tindakan nmoral mereka.

ANAK-ANAK SEBAGAI AMIGOS


Di SD Sonoma di barat laut Clovis, Kota Modesto, California, saya datang
pada jam makan siang. Di kantin, saya melihat anak-anak dengan kursi roda
bercampur baur dengan anak-anak normal.
Saya mencatat bahwa anak-anak bergaul dengan berkelompok. Saya
belajar bahwa ini merupakan salah satu dari program amigos, dimana siwa
kelas 2-6 mendaftar untuk menjadi amigos untuk anak cacat fisik. Mereka
berteman dengan anak-anak cacat tersebut, menjadi asisten mereka di
kantin, di arena bermain, dan ketika naik atau turun dari bis. Kebanyakan
dari mereka adalah memang berteman. Hal itu terlihat dari obrolan yang
hidup serta ekspresi muka yang mereka tunjukkan.
Tidak ada yang keberatan, tentu saja. Mayris Baddell, kepala sekolahnya
menjelaskan bahwa Sonoma memiliki 600 siswa dan 70 diantaranya adalah
anak cacat. Baddell berkata bahwa tujuan kami adalah memperlakukan
anak sebagaimana anak. Kami ingin mendorong anakanak bersikap saling
menghargai pada semua orang, baik pada anak cacat maupun anak yang
mempunyai keistimewaan.
Satu kali dalam sebulan Sonoma mengadakan pertemuan untuk
memberikan penghargaan pada anggota masyarakat sekolah yang memiliki
prestasi akademik yang baik. Anak kelas 4, 5, dan 6 dapat meningkatkan
poin prestasi dengan melakukan variasi kegiatan pelayanan seperti
mentutor anak-anak yang lebih muda, bertugas mengatur lalu lintas di
lingkungan sekolah, menjadi amigos, dll. Dan bagian dari tiap pertemuan
tersebut, para siswa menyanyikan lagu spirit Sonoma. Semua ini
432 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

berkontribusi pada lingkungan sekolah yang menekankan kepedulian


terhadap orang lain sebagai ukuran prestasi.

KEKUATAN TELADAN KEPALA SEKOLAH


Di SD Reilly di Chicago, kepemimpinan Rosemary Culverwell
mendemonstrasikan kekuatan teladan yang ditunjukkan oleh kepala
sekolah dan keterlibatan langsung kepala sekolah dalam melakukan
sesuatu.
Reilly memiliki 700 siswa dari 38 negara asal yang berbeda. Kira-kira
sekitar 200 anak datang dari bagian lain di kota tersebut, 75% dari mereka
adalah anak berkulit hitam. Permusuhan yang didasarkan ras dan etnik
hampir tidak pernah terjadi.
Mrs. Culverwell memuji sangat tinggi sekolah ini kami memiliki staff
yang luar biasa, bermacam-macam, sangat berbakat, berpendidikan, dan
sangat terbuka. Kamu pasti akan bekerja dengan efektif dengan banyak
budaya dan kewarganegaraan
Ketika saya berbicara dengan para guru di Reilly secara pribadi,
semuanya menekankan bahwa mereka berusaha untuk menjadi teladan
secara terus menerus, bagaimana mereka memperlakukan siswa,
penerimaan dan dukungan terhadap perbedaan pribadi.
Suasana di Reilly tidak selalu positif. Lokasi sekolah berdekatan dengan
daerah yang paling terjadi kekerasan kelompok orang kulit putih di Chicago.
Ketika Rosemary Culverwell menjadi kepala sekolah pada petengahan tahun
1970-an, sangat sulit menutup jendela karena jendela sekolah banyak yang
pecah dan rusak dan bangunan sekolah terlihat sangan jelek. Dengan
mengajukan bantuan kepada persatuan guru, kepala sekolah Culverwell
mendapatkan bangunan dengan posisi yang tepat (kelompok gank masih
sering berkumpul di sekitar sekolah namun sudah sangat jarang terjadi
kekerasan di sekolah)
Kepala sekolah sangat sedih melihat banyaknya grafiti di tembok
sekolah. Dia membawa lap dan kaleng penghapus cat untuk membersihkan
grafiti selama jam istirahat dan meminta beberapa siswa untuk membantu
membersihkan grafiti di tembok.
saya tidak melakukanny jawab para siswa
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 433

saya tahu, dan saya juga tidak melakukannya, tapi saya butuh
bantuanmu jawab kepala sekolah dan akhirnya mereka mulai membantu
dan anak-anak yang awalnya hanya menyaksikan juga mulai dengan
sukarela membantu. Dia menjelaskan:

Setelah itu, saya sering membawa lap dan penghapus cat dan meminta
siswa untuk membantu saya membersihkan tembok. Sekali waktu saya masuk
ke kelas dan bertanya siapa yang mau membantuku untuk menghapus tulisan
di dinding?. Setelah itu, para siswa mulai datang membantu dan memberitahu
ketika melihat ada dinding yang perlu dipersihkan. Ketika kami memulai
kegiatan ini, banyak sekali tulisan baik di tembok luar maupun dalam. Tapi
sekarang, hampir tidak ada.

Kepala sekolah Culverwell juga memulai membersihkan sampah-


lagilagi selama jam istirahat agar para siswa melihatnya dan meneladaninya.
Dewan siswa melakukan tanggungjawabnya dengan memeriksa kelas
tiga bukan sekali. Ketika saya mengunjungi kelas 5 di Reilly, guru
menjelaskan bahwa setiap siswa punya keranjang sampah sendiri dan
membersihkan mejanya masing-masing setiap hari.
Saya bertanya pada anak kelas 5 apa yang kamu sukai dari sekolah ini?
jawaban pertama mereka adalah gurunya. Mereka membantu kami belajar
dan tidak menakut-nakuti kami, ini adalah sekolah yang bersih adalah
jawaban kedua. Saya bertanya lagi kenapa sekolah ini bersih? mereka
menjawab karena kami merawatnya.
Belakangan tahun ini dalam kompetisi yang diikuti lebih dari 200
sekolah di Chicago, SD Reilly memenangkan penghargaan sekolah paling
bersih di kota. Tahun berikutnya, mengingat banyak hal dalam sekolah yang
mendorong siswanya untuk bertanggungjawab, Reily juga memenangkan
penghargaan Citywide Award dari organisasi untuk karakter bagi sekolah
yang berprestasi di bidang pengembangan karakter dan akademis.
Gaya Rosemary Culverwell mengilustrasikan karakter lain dari kepala
sekolah yang baik, yaitu: mereka sangat visibel. Hal itu memaksimalkan
hubungan baik dengan guru maupun dengan siswa dan kemampuannya
untuk menciptakan akuntabilitas tingkat tinggi. Fred Gula, seorang Kepala
Sekolah selama lebih dari 20 tahun di SD Glendale berkata:
Saya mendatangi kelas dua kali sehari. Saya suka membicarakan tentang
suasana kelas. Misalnya tentang cuaca kelas. Jika ada masalah dengan hal
tersebut, maka saya akan bertemu dengan guru dan membahasnya.
434 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Saya juga banyak menghabiskan waktu di hall. Saya juga mengecek kantin
tiap hari, aktivitas yang biasa kami sebut daerah tugas. Anak-anak mengenal
saya dengan cara yang berbeda. Jika saya memberlakukan disiplin terhadap
seseorang, saya akan menyelesaikannya sebelum hari berakhir dan berkata
hal-hal yang positif-sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk menyerang.

Sylvia Peters adalah kepala sekolah dengan reputasi sangat baik. Dia
memenangkan penghargaan Whitman untuk kategori melakukan
perubahan dramatis yang luar biasa di Sekolah Dasar Dumas (TK sampai
kelas 9) di pusat kota Chicago. Dibawah kepemimpinanya, Dumas dikenal
sebagai sekolah bebas narkoba dan program pendidikan nilainya. Sama
seperti kepala sekolah lain yang juga luar biasa, Sylvia Peters melakukan
perubahan pada sekolah yang dia pimpin, dia memberi komentar sebagai
berikut:

Saya biasa mengumpulkan senjata tajam dan pisau ketika pertama kali
datang ke sekolah ini. Kami punya anak kelas 9 yang hamil. Hal pertama kali
yang saya lakukan adalah mendekatkan diri pada setiap orang. Yang berbicara
empat mata dengan mereka. Hal itu yang membuat banyak kebiasaan buruk
berangsur-angsur menghilang. Anak-anak memberitahumu tentang apa yang
mereka inginkan: mereka ingin punya teman, mereka ingin dicintai, ingin
merasa aman, dan ingin belajar.

Apa yang telah dilakukan oleh para kepala sekolah tersebut, juga
dilakukan oleh para kepala sekolah di level yang lebih tinggi. Mereka bahkan
menghadapi tantangan hebat yang lebih berat dari yang terjadi di sekolah.
Sebagai contoh, kisah (bab 19) tentang kepala sekolah yang menghadapi
lingkungan yang penuh dengan obat-obatan terlarang, tindakan kekerasan
serta prestasi yang rendah dan menjadikannya lingkungan yang kondusif
untuk belajar serta memiliki nilai yang baik.

ELEMEN 2: DISIPLIN SEKOLAH

Disiplin sekolah yang efektif adalah unsur vital kedua dalam lingkungan
moral total di sekolah.
Dalam buku Fifteen Thousand Hours, peneliti Inggris Michael Rutter dan
koleganya melaporkan studi mereka kepada 2700 siswa dari 12 SMA
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 435

berbeda di London. Tim Rutter mengidentifikasi anak usia 10 tahun yang


memiliki resiko tinggi terhadap kekerasan.
Dengan melakukan kontrol terhadap kelas, para peneliti menemukan
bahwa anak yang memiliki potensi kejahatan kemudian sekolah di SMU
yang lemah dalam disiplin terdapat 48% kemungkinan anak menjadi anak
yang jahat. Tapi jika anak tersebut sekolah di sekolah dengan disiplin yang
baik, kemungkinan menjadi jahat turun drastis yaitu menjadi 9%.
Bagaimana aturan mendorong perbedaan hasil siswa dan apakah aturan
kekerasan dapat menjadi momen untuk pertumbuhan moral siswa
menggunakan kedisiplinan sekolah untuk meningkatkan pengembangan
moral adalah tujuan penting di sekolah dasar Emily Carr (TK sampe kelas
8) di Scarborough di Ontario. Kepala sekolah Bill Fleming menjelaskan:
kami melibatkan baik staff maupun anak-anak dalam membuat peraturan.
Jika ada siswa yang melakukan pelanggaran serius, saya menggunakan
pendekatan perjanjian yang mewajibkan siswa agar mengambil tanggung
jawab untuk mengembangkan kepribadiannya. Kepala sekolah Flemming
akan mengajukan empat pertanyaan berikut:

1. Apa yang membuatmu datang kemari?(95% siswa dapat menjawab)

2. Apakah sikap itu membantumu? (siswa biasanya tahu bahwa jawaban


pertanyaan ini adalah tidak)

3. Apakah kamu ingin melakukan sesuatu tentang tu?(biasanya siswa akan


bernicara lebih banyak)

4. Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaikinya?(saya ingin


membangunnya kedalam rencana pengembangan) Ikutilah diskusi
Flemming dan siswa berikut ini:

1. Cari tahu dan tandai rencana baik yang disetujui siswa yang dapat
mengembangkan pribadi mereka

2. Bertemu selagi rencana pengembangan dilakukan dan tinjau apakah rencana


sudah berjalan dan lakukan pertemuan ini hingga 3-4 kali pertemuan.

3. Cek dasar program/kursus sekali sebulan hingga beberapa bulan ke depan


Bill Flemming berkata jika anda melibatkan anak-anak dalam
memikirkan bagian akademis, maka anda akan mendapatkan komitmen dan
tanggungjawab lebih. Pendekatan ini berhasil sekitar 90% responden yang
436 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

didatangkan ke kantor saya. 10% lainnya kami melibatkan sumber lain


seperti orangtua dan psikolog.
Guru juga merupakan faktor penting yang dapat mensukseskan
pembuatan kebijakan disiplin sekolah. Berdasarkan obrolan saya dengan
siswa emily carr, aturan yang dijalankan melalui komunikasi tentang
harapan dalam pembentukan karakter sudah jelas. Contohnya, dua anak
kelas 8 yang merupakan anggota dewan sisiwa berbicara tentang perbedaan
antara sekolah EMILY CARR dengan sekolah mereka sebelumnya. Marlena
berkata:

Saya datang dari sekolah dimana saya sering berkelahi dengan anak lain.
Seorang gadis bahkan memangiil saya dengan nama saya dan saya
memukulnya.
Pertama kali datang kesini dan terlibat perkelahian seorang guru berkata:
berkelahi tidak akan membantumu menyelesaikan masalah dan berkelahi
juga dapat membuat anak yang lebih muda punya keberanian untuk berkelahi
sama denganmu. Dan berkelahi merupakan kebiasaan buruk yang dapat ditiru
oleh mereka. Para guru akan mengalami tekanan jika anak muda mengikuti
apa yang kamu lakukan.

Saya bertanya pada Marlena, bagaimana kamu merubah diri sendiri


untuk tidak berkelahi dengan orang lain, sejak kamu disini. Dia menjawab,
saya tidak memulai perkelahian, dan jika saya memulai perkelahian, tidak
ada yang menghiraukan saya. Jadi disini saya tidak perlu membuktikan apa
pun, kita hanya perlu menerima siapa diri kita.

TINDAKAN UNTUK MENGHENTIKAN HINAAN


Menciptakan lingkungan yang baik di sekolah mengharuskan kita
bersikap keras terhadap sikap yang melanggar sikap penghargaan terhadap
orang lain. Hal itu juga berarti bertindak keras ketika ada anak yang
melakukan penghinaan. Seorang guru di SD Reilly bernama Josin Nocula,
menjelaskan contoh tindakan waspada terhadap sikap penghinaan:

Kami tidak menutup mata terhadap apa yang terjadi sebelum dan sesudah
jam sekolah. Miggu lalu seorang nenek berbicara bahwa ada segerombol anak
sekolah kami mengganggg cucunya yang berusia 8 tahun di area bermain
sebelum sekolah. Seorang asisten kepala sekolan langsung memanggil anak-anak
yang mengganggu tersebut dan saya memanggil nenek itu kembali dan
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 437

memberitahunya tentang apa yang sudah kami lakukan terhadap segerombolan


murid kami. Sang nenek merasa lebih baik karena tahu kami melakukan
tindakan.
Tahun lalu, seorang anak kelas 3 menusuk anak kelas 1 di kelas Peri Bahasa
saya. Saya mengkonfrontasi mereka tentang kejadian tersebut. Tapi saya juga
tetap ingin menjaga hubungan antar mereka dan hubungan antara saya
dengan mereka. Saya bertanya pada mereka maukah kalian belajar
peribahasa?mereka bergabung dengan kelas saya dan sekarang mereka
bahkan berteman dan memiliki teman yang lebih muda juga.

Sayangnya tindakan pencegahan seperti diatas sangat berbeda dengan


kebanyakan kejadian di area bermain di sekolah. Di banyak sekolah
efektifitas pengawasan anak di arena bermain sangat sedikit dan tindakan
kekejamanpun merajalela. Terdapat beberapa penyelesaian masalah di
arena bermain, dengan cara menunjuk orang dewasa untuk mengawasi
arena permainan.

Mengatur klub, olahraga dan permainan lain selama waktu istirahat. Hal
itu membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang konstruktif.

Membentuk kelas-kelas di setiap kelas untuk melakukan tukar pendapat


tentang masalah di arena bermain. Mereka juga dapat
mengimplementasikan ide-ide mereka yang terbaik atau mengajukan
proposal, jika terkait dengan isu lintas kelas, maka proposal diajukan pada
dewan siswa dan administrasi sekolah.

Mengajarkan bagaimana teknik-teknik memberi bantuan untuk


pengawasan yang efektif dan untuk menangani masalah disiplin dimana hal
tersebut sesuai dengan nilai moral yang baik sebagaimana yang sedang
diajarka di sekolah.

Merekrut dan melatih anak yang lebih muda untuk membantu pengawasan
kegiatan di arena bermain (di sekolah emily carr, anak yang lebih tua
melatih dan mengelola kegiatan anak yang lebih muda seperti bola voly,
hoki, baseball, dll)

Dengan pemikiran dan usaha, tiap sekolah dapat melakukan


transformasi dari arena sekolah yang memiliki situasi lord of the flies
dimana berlaku hukum yang kuatlah yang menang menjadi arena bermain
sebagai bagian dari lingkungan moral secara keseluruhan.

MORALITAS DI BUS SEKOLAH


438 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Bus sekolah adalah area masalah lain. Seorang ibu berkata bahwa
anaknya yang kelas 2 sangat takut menumpang bus sekolah karena ada anak
umur 14 yang terus menerus memakinya, menyobek tasnya,
mengancamnya untuk tidak mengadu pada siapa pun dan menendangnya
hingga berdarah. Seorang ayah anak kelas 4 juga bercerita bahwa anaknya
diintimidasi di bus sekolah oleh satu atau lebih siswa yang lebih tua
sepanjang tahun di SD. Dalam kedua kasus tersebut, keluhan kepada kepala
sekolah hanya ditanggapi dengan tindakan yang tidak efektif dan itu berlaku
bagi semua kasus yang mirip.
Mark Flint, seorang guru TK di kota kecil di pusat New York, yang
merasa terganggu karena beberapa anak mengeluh bahwa mereka ditusuk
oleh anak-anak yang lebih tua di bis. Sekarang dia memulai program teman
di bis dimana setiap anak akan memiliki teman yang lebih tua yang akan
mengawasi bahkan membacakan buku untuk mereka selama perjalanan di
bis.
Menyaksikan bahwa anak-anak merasa aman di sekolah adalah
tanggungjawab dasar administrasi sekolah. Jika administrasi sekolah tidak
melakukan hal tersebut, maka itu merupakan kesalahan serius karena
secara tidak langsung sekolah memberikan pesan pada siswa bahwa mereka
dapat bersikap kejam dan mengancam siswa lain.
Beberapa sekolah mulai mengatasi masalah bullying yang juga mulai
tumbuh pula kesadaran untuk mengatasi hal tersebut di beberapa negara.
Di Norwegia, banyak sekolah mulai program baru yang memadukan aturan
jelas melawan tindakan bullying, supervisi oleh orang dewasa yang lebih
baik, diskusi kelas tentang masalah bullying, dan kesadaran orangtua.
Laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa tindakan bullying menurun
secara signifikan hingga 50%. Catatan lain tentang bullying menunjukkan
bahwa anak yang mengganggu orang lain setidaknya lima kali terhadap
anak lain dianggap sebagai catatn kriminal.
Jika sekolah benar-benar mengajarkan nilai seperti saling menghormati
dan tanggung jawab, harapan akan perubahan sikap harus dinyatakan dan
didorong untuk dilakukan dalam semua aspek lingkungan sekolah-koridoe,
kamar mandi, perpustakaan, kantin, auditorium, taman bermain, dan bis
sekolah.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 439

ELEMEN 3: MENGEMBANGKAN RASA KOMUNITAS SELURUH


SEKOLAH

Rasa komunitas seluruh sekolah yang kuat merupakan hal yang sering
menjadi cara terbaik untuk mencegah tingkah laku yang kasar seperti
penindasan, yang dengan mudah berkembang ketika ikatan komunitas
tersebut lemah dan norma positif grup tersebut tidak ada.
Di SD Winkelman Chicago utara, perbedaan tingkatan siswa yang tinggi
dapat dengan mudah memicu perselisihan. Tingkatan ekonomi keluarga
terbentang dari jutawan ke keluarga sederhana. Ada juga pemahaman yang
bagus tentang ras dan etnik campuran; mewakili grup termasuk Oriental,
Yahudi, Indian, Brazil, Kulit hitam, Meksiko, Pakistan, dan Yunani.
Bagaimana pun dari semua perbedaan ini, Winkelman telah membentuk
sebuah komunitas sekolah yang kohesif dan peduli. Hal ini terbukti dalam
bagaimana sekolah menyatukan siswa baru sebuah indikator yang
dibicarakan tentang seberapa banyak perhatian yang sekolah beri untuk
pembangungan komunitas. Seorang ibu dari anak perempuan kelas tiga
menggambarkan pengalaman anak perempuannya:

Saat itu bulan Febuari ketika kami pindah ke sini. Aku terkesan dengan cara
mereka menyambut Dana di depan pintu ketika dia datang mengunjungi
sekolah itu, dan bagaimana mereka membawanya berkeliling dan
memperkenalkannya kepada seluruh kelas yang berbeda-beda. Di ujung hari
itu, dia berkata, Aku ingin bersekolah di sini, Bu. Ketika dia sampai di hari
pertamanya, ada tulisan besar Selamat Datang Dana tergantung di luar
ruang kelas.

Murid-murid Winkelman, dari sudut pandan sang ibu tersebut, merasa


berharga ketika mereka di sekolah dan berharga ketika mereka absen. Dia
berkomentar:

Jika seorang anak sakit di sini lebih dari beberapa hari, kartu-kartu
berdatangan ke rumahnya. Dan ketika anak itu kembali, mereka membuatnya
merasa kalau dia itu orang terpenting di bumi yang sangat dirindukan.

Tradisi pembangunan komunitas Winkelman yang lainnya adalah


Winkelgram, sebuah catatan penghargaan tertulis di atas formulir pesan
berwarna kuning, pracetak, berukuran lima kali delapan. Tumpukan
Winkelgram kosong telah siap tersedia di atas semua meja guru,
440 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

contohnya dan siapa pun dapat mengirimkan satu untuk seseorang


lainnya.
Di hari aku mengunjungi sekolah tersebut, kepala sekolah baru saja
mengirimkan Winkelgram kepada anggota staff nya, berterima kasih atas
kerjanya untuk papan display spesial buletin sekolah. Kepala sekolah juga
telah mengirimkan Winkelgram berikutnya kepada seorang gadis yang telah
membantu adik kelasnya yang jatuh di lapangan sekolah:

Teruntuk Lori,
Terima kasih telah menjadi orang yang super dan membantu seseorang yang
sedang dalam masalah.
Mrs. Sechrist

Seorang guru menjelaskan bagaimana dia menggunakan Winkelgram:


Jika kelas yang lain memberikan sebuah permainan pada kita, kita akan
menulis Winkelgram sebagai sebuah kelas. Jika penjaga gedung melakukan
usaha yang extra untuk membantu kita membersihkan gedung setelah
sebuah proyek, kita akan mengirimkan satu kartu untuknya. Anak-anak
sekarang sering membantu dirinya sendiri dengan Winkelgrams dan
mengirimkannya pada satu sama lain masing-masing.
Pesan seperti ini sejalan dalam menghidupkan rasa di komunitas
sekolah dan norma-norma penghargaan dan perhatian.
Pembangunan komunitas juga berarti menciptakan kesempatan untuk
siswa agar mengenali orang diluar ruangan kelas mereka, termasuk
berbagai macam orang dewasa yang merupakan bagian dari kehidupan
sekolah. Di sebuah SD di San Ramon, Claifornia, sebagai bagian dari unit
pertolongan, berbagai macam pembantu sekolah kepala sekolah, perawat,
pesuruh, dan sekretaris mendatangi ruangan kelas dua untuk
membicarakan apa yang mereka lakukan.

KEGIATAN EXTRAKURIKULER

Kegiatan extrakurikuler adalah cara efektif lainnya untuk membantu


siswa mengembangkan rasa dihargai sebagai manusia yang berharga di
komunitas sekolahnya.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 441

Pada hakekatnya semua sekolah menawarkan berbagai macam kegiatan


extrakurikuler, tapi SD di Clovis, California, membuatnya menjadi sesuatu
hal yang unik. Mereka mengangkat kepentingan dari kegiatan
extrakurikuler tersebut dengan menyebutnya program kokurikuler
mereka, dan mereka mencoba membuat semua siswa di kelas empat sampai
kelas enam untuk berpartisipasi. Kepala Sekolah Carl Campbell
menjelaskan:

Ini bisa jadi olahraga voli, sepak bola, lari cross country, bola basket atau
paduan suara, kepemimpinan siswa, atau seni peran sekolah; apa pun itu tidak
menjadi masalah selama anak-anak ikut serta di dalamnya. Pengalaman kita
mengajarkan bahwa setiap anak mendapatkan manfaat dalam
pengembangan keahlian, kepercayaan diri, dan hubungan pertemanan
dengan menjadi bagian dari program kokurikuler.
Ketika kami menemukan beberapa anak-anak yang tidak terlibat, kami
berbicara dengan anak tersebut, menghubungi orang tuanya, menjelaskan
filsafat tentang program diluar sekolah biasa (co-curricular). Akhirnya anak
tersebut dapat ikut terlibat.

Dia memberi satu contoh tentang seorang anak yang sejak pertama
tidak berpartisipasi di dalam berbagai aktifitas kokulikuler:

Tahun ini kita mempunyai seorang anak kelas empat yang tuli. Sebelum
tahun ini dia telah berada di sekolah pendidikan khusus. Di awal tahun ini dia
mempunyai sedikit masalah dengan temannya dalam berteman. Saya telah
melihatnya berdiri sendirian di taman bermain, menggulir-gulirkan bola.
Kemudian, kita berbicara dengan orang tuanya, dan kita mendapatkan
anak ini mulai melewati dunianya sebelumnya. Sekarang dia memiliki
kelompok bermain, dia juga bagian dari sebuah tim, dia ikut serta juga.

Sebulan kemudian saya menulis kepada Carl Campbell untuk


menanyakan bagaimana anak ini mengerjakan sesuatu. Dia membalas
kembali:
Evan Adair, murid kita yang tuna rungu, terus melakukan olahraga cross
country di Dry Greek. Partisipasinya di dalam kegiatan kokurikuler telah
meningkatkan perilakunya dan hubungannya dengan teman-temannya.
Pada tanggal 1 November, Pat McCormick, seorang mantan pemenang
Olimpiade menyelam Amerika, akan memberikan pertemuan motivasi di
sekolah kita tentang perencanaan tujuan dan kiat menjadi juara. Evan telah
442 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

terpilih untuk memegang obor olimpiade yang Pat bawa ke pertemuan


tersebut.

Program kokurikuler juga berkontribusi di dalam disiplin yang baik. Jika


siswa tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya untuk hari yang ditentukan
(dan tidak memiliki alasan yang logis), atau terlibat di dalam beberapa
macam masalah tingkah laku, sebuah catatan untuk dibawa pulang dan
mereka harus mengontorol pelajaran di hari berikutnya setelah sekolah.
Hal tersebut berarti kehilangan kegiatan kokurikuler mereka setelah
sekolah. Mereka biasanya bekerja keras setelah itu.

MENGAJARKAN TATA KRAMA YANG BAIK DI DUNIA OLAH RAGA


Jika sekolah akan mensponsori suatu olah raga yang kompetitif yang
mana, sebagaimana yang diilustrasikan cerita Clovi, dapat menjadi sumber
yang sangat baik sangat penting bahwa mereka menekankan nilai-nilai
tata karma yang baik di duni olah raga. Tidak ada sekolah yang serius dalam
mengembangkan atmosfir moral yang baik dapat merubah mata yang
tertutup terhadap hal yang menyedihkan seperti tingkah laku pemain,
pelatih dan penggemar yang semakin merusak kegiatan atletik.
Rippowam-Cisqua, sebuah sekolah independen (TK sampai kelas 9) di
Bedford, New York, sangat peduli terhadap nilai-nilai yang siswa pelajari
dari kegiatan olahraga. Richard Wade, kepala sekolah, menjelaskan:

Bagi kami, pelatih itu adalah seorang pendidik, yang pertama dan
terpenting. Perhatian penting kita adalah hubungan antar sesama atlet. Kita
tidak menyeru anak-anak, dan kita tidak mengizinkan mereka untuk saling
menyeru satu sama lain, menentang pemain atau wasit.
Yang disayangkan, hal ini bukanlah sebuah kasus dengan beberapa sekolah
di mana kami bermain. Kita telah menentang pelatih dan mencaci maki wasit.
Ada juga pelatih yang sangat di luar kendali. Tahun lalu wasit harus
menghentikan permainan karena cacian dari tim lawan yang sangat buruk.
Liga antar sekolah seharusnya disertai dengang input dari semua
anggota sekolah, menuliskan kode etik antar atlet untuk pemain, pelatih,
tingkah laku penggemar, termasuk konsekuensi atas perusakan.
Sekolahsekolah yang berpartisipasi kemudian dapat memberikan kode etik
tersebut sebagai profil di komunitas sekolah mereka sendiri.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 443

Jika tidak ada aksi dari liga sekolah, sekolah dapat meminta pada dewan
siswa, dengan masukan dari kelas masing-masing, untuk membuat kode etik
berolahraga yang baik. Kode etik tersebut bisa diberikan melalui perwakilan
sekolah dimana pelatih dan pemimpin siswa menjelaskan tingkah laku yang
diharapkan, nilai-nilai tersebut menggarisbawahi tingkah laku tersebut dan
bagaimana kode tersebut akan diterapkan.
Sekolah Clovis, yang memulai lomba Atletik mulai dari tingkat SD,
membuat kode etik berorahlaga dengan cara berikut ini. Di setiap akhir
lomba antar sekolah, panitia diminta untuk menilai, untuk tiap grup, kode
etik berolahraga antar sesama dewasa yang terlihat dari permainan, siswa,
pemain dan pelatih.

PENILAIAN KODE ETIK BEROLAHRAGA

Kepuasan Ketidakpuasan
Dewasa
Siswa
Pemain
Pelatih

Di akhir tahun persekolahan, stiap sekolah secara keseluruhan


mempersentasikan tingkat kepuasan untuk semua tim olahraga yang
dihitung. Sekolah dengan persentase tertinggi memenangkan kejuaraan
kode etik olahraga wilayah.
SD di Hamilton, Ontario, mengajarkan kode etik berolahraga melalui
satuan kurikulum tingkat menengah yang disebut Winning (bagian dari
program PREPARE; lihat bab 2). Unit ini terdiri dari kegiatan-kegiatan yang
dirancang untuk mengajarkan ide kunci tentang kode etik berolahraga
seperti Nikmatilah di saat kamu menang tapi pertimbangkan perasaan
orang lain dan mungkin kamu pemenangnya meskipun pada
kenyataannya bukan. Guru melaporkan efek positif dari lingkungan sekolah
dalam menggunakan pendekatan berbasis kurikulum ini.
PERTEMUAN SEKOLAH SEBAGAI SEBUAH KOMUNITAS DAN PEMBANGUN
KARAKTER
Pertemuan sekolah adalah sebuah wadah yang serba guna untuk
menyampaikan nilai-nilai. Dan mereka adalah salah satu dari sedikit waktu
yang mana sekolah secara nyata merupakan sebagai sebuah komunitas.
444 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Berikut ini adalah ringkasan bagaimana berbagai sekolah telah


menggunakan perwakilannya untuk mengembangkan solidaritas sekolah
dan nilai-nilai yang bagus:
Di Sekolah Negeri Scarborough Village di Scarborough, Ontario,
semua tingkatan dari TK sampai kelas delapan membantu untuk
merencanakan dan membawa suatu perwakilan ke dalam sebuah tema
tentang kedamaian dunia.
Siswa dan staff mendapat giliran menyanyikan lagu dan membaca doa
seperti yang tertulis berikut ini oleh anak kelas tujuh dan kelas delapan:
Kami berdoa untuk kebebasan setiap tanah dan hak-hak rakyat sipil. Kami
berdoa sehingga setiap keluarga tidak dibagi-bagi baik oleh batas politik
atau pemikiran. Kami berdoa sehingga kami semua dapat bebas untuk tetap
berada dalam cinta dan kedamaian di negara kami atas pilihan kami.
Komentar kepala sekolah, Bruce Carmody: Perwakilan kita adalah
sebuah cara kami memegang teguh nilai terhadap anak-anak kita dan
berkata, Hal ini penting. Masalah ini.
Sebuah komunitas di Long Island, New York, mempunyai masalah
serius tentang pengutilan. Berikut merupakan respon anak SMA dengan
mengorganisir pertemuan yang menggabungkan pemilik toko, polisi dan
hakim berbicara tentang akibat dari pencurian terhadap pedagang,
pelanggan, dan pelanggar yang tertangkap. Ruang kelas individual telah
menindaklanjuti sebuah diskusi. Kemudian, pengutilan menurun di
masyarakat.
Banyak anak SMA dan SMP mengadakan pertemuan khusus yang
bertujuan untuk memotivasi siswa agar menjauhi obat-obatan, minuman
keras dan terlibat sex dini. Sebuah sekolah swasta di New York
mendemonstrasikan bahwa sebuah pertemuan dapat juga digunakan yang
tertuju pada krisis sekolah yang berasal dari tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab seperti penyalahgunaan alkohol. Pada suatu pesta
minum di hutan yang diadakan oleh anak kelas 8, beberapa orang siswa
sakit, dan salah seorang anak perempuan meninggal dunia. Dengan panik,
siswa yang lainnya menyemprotkan air padanya sebagai usaha untuk
menghidupkannya kembali dan diinduksi yakni sebuah kasus baru-baru
ini yang disebut Hipotermia.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 445

Kepala sekolah berkata: Setelah menghubungi kedua orang tua dari


seluruh siswa yang terlibat, kita mengadakan pertemuan yang terdiri dari
seluruh anak kelas yang lebih tinggi (kelas 6 sampai 9) untuk membicarakn
tentang apa yang telah terjadi. Kita mendapatkan intinya secara terbuka dan
menganggapnya sebagai sebuah kesempatan pendidikan.
Banyak sekolah yang membiarkan tradisi pertemuan sekolah berlalu
begitu saja karena hal ini menjadi hal yang terlalu banyak kerumitan untuk
mengatur siswa yang bertingkah laku kasar. Suatu respon yang lebih baik
adalah untuk membuat siswa mengambil tanggung jawab terhadap
perputaran dasar, untuk merencanakan dan melaksanakan pertemuan.
Jade Reitman, kepala sekolah South School di Andover, Massachusestts,
telah menggunakan pendekatan ini. Selama pembelajaran di tahun itu,
setiap kelas menampilkan sebuah drama, komedi, lagu, atau presentasi yang
sesuai dengan kurikulum di sisa waktu sekolah. Komentar kepala sekolah
Reitman: Kita tidak mempunyai masalah dengan tingkah laku penonton.
Kamu bahkan dapat mendengar jika ada jarum yang terjatuh saat itu.

TUGAS SEKOLAH
South School juga telah mendapatkan setiap kelasnya melakukan
pekerjaan yang berkontribusi kepada kebaikan yang umum dari sekolah
tersebut.
Di awal tahun, kelas-kelas pada setiap tingkatkan mendiskusikan jenis
pekerjaan yang mereka akan lakukan untuk sekolah. Semua guru kemudian
bersama-sama dengan kepala sekolah untuk memutuskan pekerjaan mana
yang secara perkembangan cocok untuk kelas tersebut. Kemudian setiap
ruangan kelas bertemu kembali: untuk mengembangkan rencana spesifik
untuk mengambil pekerjaan ini dan untuk memilih seorang ketua, yang
akan bertemu dengan kepala sekolah untuk membicarakan rencana
tersebut.
Contoh pekerjaan sekolah untuk setahun: dua kelas di kelas dua bekerja
memperindah kamar mandi; dua kelas di kelas tiga bekerja menjaga
kebersihan kafe; sekelas di kelas empat membuat dan memelihara atrium;
sekelas di kelas lima membantu sekretaris kantor; kelas lima lainnya
membuang kertas-kertas bekas di sekolah; yang lainnya menjalankan toko
sekolah.
446 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sepanjang tahun tersebut, kelas-kelas individual menggunakan


pertemuan kelas untuk mengevaluasi seberapa baik mereka melakukan
pekerjaan mereka dan apa, jika ada, perbaikan yang harus dibuat.

ELEMEN 4: PENGELOLAAN SEKOLAH YANG DEMOKRATIS

Startegi pengembangan karakter dekolah yang lain, jika digunakan


dengan baik, dapat menantang murid untuk membantu mengelola
kehidupan sekolah mereka.
Dr. JoAnn Shaheen menjadi pionir dalam membawa demokrasi kedalam
kehidupan anak sekolah dasar. Dia menemukan bahwa anakanak, bentindak
berdasarkan struktur pengambilan keputusan yang didesain oleh orang
dewasa ,dapat diasumsikan bahwa peningkatan tanggung jawab kepada
anak berimbas positif untuk kesejahteraan komunitas sekolah mereka.
Kepala sekolah di Sekolah Dasar Cottage Lane di Blauvelt, New York<
Dr. Shaheen punya tujuan sendiri: untuk memiliki lingkungan sekolah yang
total yang digambarkan dengan kepala sekolah yang demikratis, masyarakat
yang plural yang sesuai dengan hukum hal itu berari melibatkan murid
dalam menentukan pembuatan aturan, evaluasi aturan, penekanan aturan
dan perubahan aturan.
Dia memulai proyeknya dengan menyiapkan dua dewan siswa. Dewan
penasehat siswa kecil (little SAC) dibentuk pertama kali-kelas tiga: dua
perwakilan yang dipilih oleh masing-masig kelas,, dan perwakilan ketiga
bergabung karena dipilih oleh Kepala Sekolah dan guru. Dewan penasehat
siswa besar (Big SAC) dibentuk dari kelas 4 berjumlah 6 orang, ditambah
petugas yang dipilih dengan dukungan penuh. kepala sekolah Shehaan
melakukan rapat dengan sekretaris Big SAC dan Little SAC dan bertemu
dengan mereka secara berkala satu minggu sekali setelah makan siang,
biasanya berlangsung selama 30-35 menit.
Jaringan dewan kelas, berdasarkan perspektif pendidikan nilai,
hubungan antara dewan penasehat menyuruh mereka, perwakilan SAC
tidak dapat menggunakan tindakan formal dalam berbagai isu sebelum
mendapatkan masukan pada pertemuan kelas.
Setidaknya, dewan yang memiliki siswa dengan tingkat kelas yang
berbeda bertemu setidaknya seminggu sekali. Ketika mereka mengajukan
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 447

agenda pertemuan untuk SAC dan memberikan masukan untuk program


yang sedang berjalan. Karena dengan cara ini semua siswa terlibat dalam
pengelolaan sekolah, membuat mereka semua memiliki kesempatan untuk
berkembang berdasarkan penggunaan perspektif, penyelesaian masalah,
dan kepekaan mereka untuk bersikap aktif peduli terhadap anggota sekolah.
Pada salah satu pertemuan SAC, salah satu murid kelas 3 mengeluhkan
meja yang berantakan saat jam makan siang. Keluhan lain langsung
mengikuti jika kamu tidak berhati-hati kamu bahkan dapat duduk diatas
krim kacang yang menempel di kursi karena anak-anak selalu saling lempar
kacang, kadang-kadang kita terlalu lama menghabiskan waktu untuk
mengantri sehingga kita tidak punya waktu untuk menghabiskan makanan
dan bermain-main. Yang lain bahkan beralasan bahwa mereka kadang-
kadang terpaksa membeli makanan yang tidak mereka sukai dan akhirnya
tidak mereka makan.
Kepala sekolah Shaheen membantu SAC untuk mengambil tindakan.
Mereka membentuk sub komite yang akan melakukan curah pendapat
dengan para siswa untuk mencari tahu kantin ideal yang mereka inginkan.
Hasilnya: menu diganti sesering mungkin, layanan kantin dilakukan lebih
cepat, anak yang makan akan bertanggungjawab untuk kebersihan dan
kerapihan meja kantin yang disesuaikan dengan kelas masing-masing
Anak-anak di sekolah Cottage Lane sebagaimana yang dikelola oleh Dr.
Shaheen, mengetahui bahwa mereka dapat memiliki kontribsi terhadap
kualitas masyarakat sekolah mereka tapi mereka harus melakukannya
sesuai dengan aturan dan syarat yang berlaku yang sudah ditetapkan oleh
kepala sekolah dan staff. Orang dewasa adalah orang yang
bertanggungjawab, tapi berdasarkan kerangka fikir itu pula, anak-anak juga
diberikan tanggungjawab yang nyata untuk mengambil keputusan ata
masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan mereka dan untuk
mendapatkan pengalaman pertumbuhan karakter tentang bagaimana
sebuah keputusan diambil.

DAPATKAH DEMOKRASI BERHASIL DITERAPKAN DI SMU?


Dewasa ini, sekolah-sekolah SMU tradisional juga mulai menerapkan
pemberian pengalaman kepada para muridnya untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan dan bertanggung jawab untuk sekolah mereka.
SMU-SMU yang memberlakukan itu dapat membantu siswa dari komunitas
sekolah untuk menjadi lembaga dukungan skala kecil dan memungkinkan
448 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

siswa untuk berpartisipasi-sebagaimana gaya partisipasi warga dalam


masyarakat kota-dalam membuat keputusan langsung tentang masalah dan
kebijakan yang memengaruhi sekolah secara keseluruhan.
Keberhasilan atas pendekatan masyarakat yang demokratis ini juga
diperlihatkan oleh sekolah yang memiliki tantangan berat seperti the south
Bronx. Beberapa tahun lalu SMA Theodore Rosevelt yaitu sekolah yang
memiliki masalah serius dengan kekerasan dapat merubah sekolahnya
menjadi komunitas diantara sekolah lain dimana 200 siswanya mengurus
sekolahnya masing-masing.
Ketika eksperimen ini pertama kali dimulai, sekitar setengah siswanya
beresiko untuk putus sekolah atau dikeluarkan. Luis, usia 15 tahun adalah
salah satunya. Pada tahun 1989 dia diwawancarai secara khusus oleh
stasiun televisi tentang keterlibatannya di komunitas Theodore Rosevelt.
Dia menjelaskan bagaimana ibunya yang seorang pecandu tidak peduli dia
dimana, berapa banyak dia membolos sekolah, nilai mata pelajaran yang
sangat rendah. Sekarang, Luis dan lainnya suka berbicara tentang komunitas
sekolah, tentang bagaimana komunitas mengajarkan mereka untuk
bertanggungjawab dan membuat mereka punya alasan untuk datang ke
sekolah.
Sebagaimana yang ditulis oleh Clark Power, bahwa lebih dari satu
dekade para peneliti menekankan pentingnya struktur organisasi sekolah
yang responsif dan meningkatkan peluang untuk orang dewasa mengambil
keputusan.
Menurut seorang pendidik moral yaitu David Purpel, bahwa sekolah
adalah satu-satunya institusi ssosial yang bertanggungjawab memelihara
dan memperkaya warisan berharga. Tujuan sekolah kami dan tujuan
demokrasi kami saling berkaitan.

ELEMEN 5: MENCIPTAKAN KOMUNITAS YANG BAIK DIANTARA


PARA ORANG DEWASA

Berdasarkan penelitian, di dalam sekolah yang baik terdapat


masyarakat yang bermoral dan memiliki intelektual yang kuat diantara
para orang dewasa. Hubungan kolegial staff dipelihara dengan baik. Para
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 449

guru saling berbagi ide. Staf pengajar berpengalaman memandu guru baru.
Sekolah da administrasi juga mendukung untuk semua kegiatan tersebut.
Di sekolah yang efektif, guru dan staff administrasi bekerjasama untuk
membuat kebijakan sekolah, mengembangkan bahan ajar, memilih buku
text, memeperkuat disiplin, dan menciptakan program yang bagus untuk
pengembangan karakter.
Di sekolah yang kurang efektif, spirit kolaborasi semacam tiu tidak ada.
Sebagai contoh, berikut uraiannya.
Beberapa tahun yang lalu, saya bekerja dengan beberapa murid dan
guru di sekolah dasar di kota. Sekolah ini menghadapi banyak masalah
diantaranya terdapat banyak kekerasan yang terjadi di kamar mandi, para
murid dibenturkan ke pintu, murid saling menyakiti, toilet disumbat dan
semacamnya. Saya berbicara dengan guru yang kemudian
menyampaikannya kepada kepala sekolah yang kemudian menyetujui
kebijakan baru sekolah yang diumumkan sebagai berikut: tahun ini, anda
harus memperhatikjan murid anda di toilet sebagaimana anda
memperhatikan mereka di kelas.
Ide tersebut tidak didukung oleh para guru. Mereka berkata pada saya
anda tidak dapat menganggap sama penggunaan toilet oleh anak usia 7
tahun dengan orang dewasa, ada juga masalah gangguan belajar di ruangan
hall, dan itu sangat membuat frustrasi.
Sekarang, kepala sekolah jelas tidak dapat melaksanakan setiap
kebijakan yang dibuat jika kebijakan tersebut tidak didukung oleh para
guru. Tapi ketika kebijakan memiliki dampak langsung terhadap para guru
dan terkait dengan pekerjaan mereka menghadapi para murid, mereka ingin
pendapat mereka juga didengar dan dihargai. Jika anda menghargai orang
lain, maka merekapun akan menghargai dan mendukung anda.
Kabar baiknya, pembuatan keputusan yang dilakukan secara bersama
mulai tumbuh di sekolah-sekolah-satu dari banyak situasi yang paling
menjanjikan yang muncul dari para kritikus sekolah. Jika seorang guru
merasa berdaya, maka dia dapat memberdayakan siswa. Jika pemikiran
kritis mereka dihargai, mereka akan mendorong pemikiran kritis juga dari
para pemuda. Dan jika guru diperlakukan dengan penghargaan dan
diberikan tanggungjawab yang terukur, nilai moral tersebut juga akan
tumbuh subur di kelas.
450 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

ELEMEN 6: MEMBERI BANYAK WAKTU UNTUK PEDULI


TERHADAP MORAL

Seorang kepala sekolah di sekolah swasta (TK sampai kelas 9) di Ohio


berkata: nilai moral di sekolah ini hampir tidak ada ketika saya datang
pertama kali. Tidak ada perhatian untuk mengajarkan nilai moral bahkan
terhadap hal-hal kecil dan sehari-hari.
Setelah banyak waktu dihabiskan untuk peduli terhadap pendidikan
moral, kepala sekolah berkata: hal ini benar-benar penting, tidak ada jalan
pintas untuk menumbuhkan suasana yang mendukung moral positif di
sekolah
Dia memberikan contoh dalam menghabiskan waktu untuk
memperhatikan pendidikan moral, di mana moral meskipun kecil namun
dapat membangun budaya moral secara keseluruhan:

Di sekolah kami, kami punya meja hilang dan muncul. Saya tidak terlalu
memperhatikan meja tersebut. Kemudian seorang wali murid datang dan
berkata bahwa dia mendengar ada seorang gadis berkata saya selalu
menginginkan sweater seperti itu dan yang lain berkata ambil saja siswa
yang lain tidak pernah merasa memiliki sesuatu hanya miliknya sendiri tapi
juga milik orang lain (saya tidak pernak suka baju yang diberikan oleh ibu
saya). Hal itu benar-benar sikap acuh tak acuh terhadap kepemilikan yang
sebenarnya.
Gelisah karena laporan tersebut, kepala sekolah membawa
permasalahan ini untuk didiskusikan di pertemuan dengan jajaran guru.
kami memutuskan bahwa anak-anak memerlukan bimbingan dalam hal ini.
Mereka menginginkan diskusi tentang benda kepemilikan dan pertanyaan
apa yang benar-benar kamu miliki? sebelum kita menyimpan sesuatu
untuk diakui secara bersama-sama di meja hilang dan muncul. Beberapa
diskusi yang luar biasa dengan anak-anak menunjukkan hal tersebut
Barbara Kobrin adalah Seorang guru kelas 4 di Sekolah Curtis di luar Los
Angeles. Dia bercerita bahwa seorang anak kelas 4 saling membunuh satu
sama lain baik secara verbal maupun psikis. Banyak diantara mereka
mendapatkan hasil belajar yang buruk sebagai konsekuensi tindakan
mereka dan hal itu memberatkan mereka. Mereka merasa situasi sudah
tidak terkendali.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 451

Barbara Kobrin berinisiatif untuk melakukan pertemuan sukarela pada


setiap hari senin di jam makan siang dan terbuka bagi semua siswa kelas 4.
Siswa dapat membawa dan menceritakan masalahnya masing-masing.
Mereka membicarakan tentang apa yang menggangu mereka-apa yang
mebuat mereka mulai saling berargumen dan bertengkar. Semakin lama,
anak-anak kelas 4 semakin baik dalam menyelesaikan masalah. Dan pada
akhir pertemuan, salah satu anak berkata bolehkah saya membawa teman
lain kali?mereka merasa senang jika ada anak lain mau berteman dan
berbicara dengan mereka dan kondisi tersebut membuat perkembangan
mereka semakin pesat.
Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus selama empat minggu,
sebagaimana yang mereka butuhkan saya bekerja sengan baik dengan anak
laki-laki dan melakukan hal yang sama juga dengan anak-anak perempuan.
Mereka punya permasalahan sendiri_berkelompok, pengkhianatan dan
eksklusifitas- dan kami melakukan kemajuan juga pada kelompok anak-
anak perempuan. Berhubungan dengan anak di usia ini, kamu tidak harus
mengajukan masalah untuk dapat berbicara mereka, karena tanpa
masalahpun mereka dapat diajak berbicara
Dewasa ini dua rintangan yang ada dalam memberikan waktu untuk
pendidikan moral dan yang mencegah sekolah untuk menghabiskan waktu
untuk mengajarkan pendidikan moral baik kecil maupun besar? Sewasa ini,
dua rintangan yang ada adalah: tekanan akademik yang tidak tepat dan
terlalu asik dengan nilai tes sebagai ukuran keberhasilan sekolah.
Reformasi akademik sudah diperlukan, terutama di tingkat SMA,
dimana kurikulum yang berlaku sudah tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh banyak negara industri. Tapi penekanan kita pada
kekakuan akademik di banyak sistem sekolah menghasilkan hasil yang
terburu-buru, atmosfer yang penuh tekanan, terutama di sekolah SD.
Atmosfit ini bersifat kontrapoduktif dengan intelektualitas yang sama
pentingnya dengan pendidikan moral-sosial. Seorang guru veteran yang
mengajar ilmu pengetahuan alam kelas 4 sampai kelas 6 di sekolah di
negara bagian New York berkata:

Jumlah bahan pelajaran mustahil diselesaikan. Murid tidak punya


waktu untuk benar-benar memikirkan tentang apa yang mereka
lakukan. Kita terus menerus memberi informasi kepada mereka, dimana
guru berfikir harus menyelesaikan materi pelajaran hanya dalam dua
452 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

minggu. Anak dengan kecepatan belajar yang lebih lambat yang akan
paling merasa tersiksa, namun anak dengan cara belajar sepat skan
diuntungkan dengan cara belajar seperti ini.

Di sekolah ini, interaksi antara guru dan murid-apa yang mereka


bicarakan dan tidak mereka bicarakan-sudah diubah total oleh pengelolaan
waktu yang berbeda. Tidak ada waktu untuk diskusi kelompok tentang
moral, atau bahkan obrolan empaat mata untuk membicarakan kebutuhan
anak-anak.
Fragmentasi membunuh kita kata seorang guru SD. Waktu yang terus
berlangsung dan sangat sempit membuat sekolah semakin memperkecil
jaminan pemenuhan kebutuhan terhadap anak dan menimbulkan iklim
yang membuat stress yang lebih tinggi terhadap anak. Kita tahu dampak
stres terhadap hubungan antar manusia. Sebuah sekolah yang ingin
mengembangkan budaya moral yang positif harus mengutamakan untuk
meminimalisir fragmentasi dan memberikan waktu untuk hubungan dalam
dan antar kelompok maupun antar individu sebagai tindakan nyata
pelaksanaan masyarakat bermoral.
Sekolah memposisikan kepala sekolah sebagai orang yang paling
penting dalam menciptakan kondisi yang memelihara budaya sekolah yang
positif. Tapi kepala sekolah juga sama seperti guru yang tidak membutuhkan
tekanan akademis yang tidak rasional. Dimana tekanan yang dimaksud
paling banyak timbul karena kebutuhan untuk menghasilkan siswa dengan
performansi yang lebih baik dengan ukuran pencapaian tes yang
terstandarisasi.
Tidak ada satupun pihak yang mempublikasikan nilai kesopanan
manusia pada Koran, tapi dewasa ini, nilai akademis seringkali
dipublikasikan. Anggota komite sekolah dapat melihat nilainya sendiri serta
dapat membandingkannya dengan sekolah atau komunitas sekolah lain dan
kepala sekolah serta pengawas sekolah merasa tekanan persaingan semakin
panas. Perhatian terhadap pendidikan nilai menjadi tidak prioritas lagi;
karena nilai skor tes menjadi topik dan fokus utama dalam pembicaraan.
Untuk menolak fokus sekolah hanya terhadap skot tes saja, sekolah
harus memilikifilosofi yang kuat yang memiliki komitmen untuk
tujuantujuan pendidikan yang benar-benar menjadi minat murid. Di dunia
intelektual, hampir semua orang setuju bahwa tujuan pendidikan harus
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 453

termasuk berfikir kritis dan kreatif, meskipun tidak ditunjukkan dengan


hasil tes. Dalam dunia moral, semua orang mengetahui pentingnya menjadi
warga yang baik, memiliki nilai moral yang positif, dan memiliki karakter
yang baik.
Disamping filosofi yang jelas, sekolah membutuhkan dukungan
masyarakat untuk menciptakan proses belajar yang kondusif untuk
mengajar nilai dan prioritas pendidikan. Orangtua dan anggota masyarakat
harus membiarkan pengelola dan administrasi sekolah mengatahui apa
yang mereka inginkan untuk dilakukan sekolah untuk membantu anakanak
muda menjadi sosok anggota masyarakat yang peduli, jujur,
bertanggungjawab.
Akhirnya, departemen pendidikan negara dapat membantu. Mereka
dapat membantu menyeimbangkan agenda pendidikan mereka dengan
meminta sekolah untuk bertindak akuntabel sebagai aplikasi dari nilai
pendidikan sebagaimana sekolah melakukan akuntabilitas sebagai syarat
dalam pertemuan-pertemua di bidang matematik, ilmu pengetahuan alam,
dan lain-lain. Departemen pendidikan nasional dapat pula menanyakan
apa rencana dinas pendidikan kabupaten anda untuk membantu murid
mengembangkan nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi warga negara
yang bertanggungjawab di dalam masyarakat yang demokratis

ELEMEN BUDAYA MORAL POSITIF DI SEKOLAH

1. Kepala sekolah menyediakan kepemimpinan moral dan akademik dengan cara:


a. Menyatakan visi sekolah
b. Memperkenalkan tujuan dan strategi dari program nilai-nilai moral positif
kepada seluruh staf sekolahan
c. Merekrut partisipasi dan dukungan orang tua
d. Memberikan teladan nilai-nilai sekolah melalui interaksi dengan staf,
murid, dan orangtua
2. Sekolah menciptakan disiplin efektif yang dilakukan dengan cara:
a. Mendefinisikan dengan jelas aturan sekolah dan secara konsisten serta adil
mendorong stakeholder sekolah.
b. Mengatasi masalah disiplin dengan cara yang mendorong
menumbuhkembangkan moral siswa.
c. Memastikan aturan dan nilai sekolah ditegakkan dalam seluruh lingkungan
sekolah dan bergerak tangkas untuk menghentikan tindakan kekerasan
dimanapun terjadi.
3. Sekolah menciptakan kepekaan terhadap masyarakat dengan cara:
454 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

a. Menumbuhkan keberanian stakeholder sekolah untuk mengekspresikan


apresiasi mereka atas tindakan peduli terhadap orang lain
b. Menciptakan kesempatan bagi setiap murid untuk mengenal seluruh staff
sekolah dan murid sekolah di kelas lain.
c. Mengajak sebanyak mungkin murid untuk
terlibat di kegiatan ekstrakurikuler.
d. Menegakkan sikap sportifitas.
e. Menggunakan nama sekolah untuk mendorong masyarakat dengan
nilainilai baik.
f. Setiap kelas diberi tanggung jawab untuk berkontribusi dalam kehidupan
sekolah.
4. Sekolah dapat menggunakan pengelolaan murid yang demokratis untuk
meningkatkan pengembangan warga masyarakat dan tanggung jawab
berbagi sekolah dengan cara:
a. Menyususn kepengurusan siswa untuk memaksimalkan partisipasi siswa
dan interaksi diantara siswa sekelas dan jugadengan dewan siswa.
b. Membuat dewan siswa ikut bertanggungjawab terkait dengan masalah dan
isu yang memiliki pengaruh nyata pada kualitas kehidupan sekolah.
5. Sekolah dapat menciptakan moral komunitas antar orang dewasa dengan
cara:
a. Memberikan waktu dan dukungan untuk staff sekolah untuk bekerja
bersama dalam menyusun bahan pelajaran
b. Melibatkan staff melalui kolaborasi pembuatan keputusan sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
6. Sekolah dapat meningkatkan pentingnya kepedulian terhadap moral dengan
cara:
a. Memoderasi tekanan akademis sehingga guru tidak mengabaikan
pengembangan sosial-moral siswa.
b. Menumbuhkan kepercayaan diri guru untuk menghabiskan banyak waktu
untuk mengurusi moral siswa.

INILAH PEKERJAAN KAMI

Seorang murid kelas 9, Sekolah Rippowarm-Cisqua di Bedford, New


York berkata, disinilah tempat dimana kamu benar-benar berbuat baik
kepada orang baru. Anak-anak cukup gelisah ketika masih baru. Jadi kami
mencoba menolong mereka. Itu yang kami lakukan. Itulah pekerjaan kami.
Di sebuah sekolah swasta, Ontario, seorang anak berkulit hitam, anak
kelas 3, baru saja datang. Dihari pertamanya sekolah, anak lain yang juga
baru, memanggilnya dengan nama yang menghina.
Membangun Budaya Moral Yang Positif Di Sekolah | 455

Mendengar hal tersebut, anak kelas 3 yang berkulit putih datang dan
membela naka lelaki yang dihina tersebut dan berkata jangan lakukan itu,
kami tidak memanggil anak lain dengan cara seperti itu.
Sangat mungkin untuk mengembangkan sekolah dimana orang-
orangnya memiliki norma yang tinggi inilah kita dengan istilah dan nilai
saling menghargai dan mendukung, moral yang disa dikembangkan pada
diri anak-anak.
Perhatian dapat dilakukan dengan berbagi moral kehidupan sekolah.
Inilah rahasia pembentukan budaya moral sekolah. Jika sekolah berhasil
dalam menciptakan lingkungan bermoral dimana banyak fase kehidupan
bertemu untuk mendukung nilai-nilai baik, hal itu membantu banyak anak
muda menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam memperkuat
karakternya.
Koleksi essay yang membantu yang menggambarkan pendekatan seluruh
sekolah (termasuk pemerintahan siswa yang demokratis) seperti halnya strategi
ruangan kelas adalah Jacques Benningas Moral. Character, and Civic Education
in Elementary School (moral Jacques Benninga, karakter dan Pendidikan
Kewarganegaraan di SD). (New York: Teachers College Press, 1991).
Panduan yang berguna untuk membuat etos positif sekolah di tingkat sekolah
menengah adalah Gerald Grant menemukan buku, The World We Created at
Hamilton High (Cambridge, MA:Harvard University Press, 1988).
BAB18

PENDIDIKAN SEKS

Baru-baru ini, saya pergi ke pusat remaja perempuan di mana seorang guru
menanyakan hal apa yang sangat ingin mereka bicarakan. Biologi manusia?
Perawatan pada bayi mereka? Fisiologi kelahiran anak? Perencanaan
keluarga? Para remaja putri yang ada di kelas tersebut tidak berminat sama
sekali. Kemudian, guru itu bertanya kembali, Apakah kalian ingin membahas
bagaimana caranya mengatakan tidak pada pacar kalia tanpa kehilangan
cintanya? Dan semuanya angkat tangan.

Eunice Kennedy Shriver

Para siswa kelas tujuh dan delapan yang telah memilih untuk tidak melakukan
hubungan badan mengatakan bahwa pengaruh terbesar pada keputusan
mereka dalah fakta bahwa Hal tersebut bertentangan dengan nilai yang saya
pegang karena saya tidak ingin berhubungan seks ketika masih remaja.

William J. Bennett, Why Johnny


Cant Abstain

alam semua pendidikan nilai, tidak ada topik yang menimbulkan banyak
D perdebatan seperti pendidikan seks. Di bawah tajuk tersebut muncullah
subyek moralitas seks pranikah, kontrasepsi, klinik berbasis sekolah, aborsi,
homoseksualitas, dan AIDS yang sensitif.
Namun di tengah-tengah pertikaian yang sering terjadi atas
permasalahan ini, ada satu consensus yaitu perilaku seksual ditentukan oleh
nilai, bukan pengetahuan belaka. Sebagai akibatnya, pendidikan seks harus
mendidik orang muda tentang dimensi moral tindakan seks.
Sekarang ini, ada juga konsensus diantara para ahli perkembangan
kaum remaja dan mereka yang telah menyaksikan dampak seks premature
yang merusak: Seks tidak diperuntukkan bagi anak-anak, dan bersikap
abstain terhadap hubungan seksual merupakan kepentingan terbaik bagi
para remaja secara khusus dan masyarakat secara umum.
Pendidikan Seks | 457

Tantangan yang ada di hadapan sekolah sekarang adalah membantu


para anak muda dalam mengambil keputusan untuk tidak terlibat secara

446
seksual dengan segala cara yang mungkin dilakukan. Untungnya, sejumlah
besar remaja merasa lega karena diberi alasan yang masuk akal untuk
berada jauh-jauh dari keterlibatan seksual dan juga karena telah diberi
strategi untuk menjauhkannya, meskipun mereka sudah aktif secara
seksual.

POLA AKTIFITAS SEKSUAL PARA REMAJA BELAKANGAN INI

Ada kebutuhan yang jelas dan nyata untuk membantu para anak muda
memahami isu moral yang terlibat di dalam seks dan mengembangkan
kendali diri-seksual:

Ketika berusia 15 tahun lebih dari satu dari empat perempuan dan satu dari
tiga laki-laki telah melakukan hubungan seksual. Ketika berusia 17 tahun lebih dari
setengah perempuan dan dua pertiga laki-laki telah aktif secara seksual.

Proporsi seluruh perempuan yang berusia 15 sampai dengan 19 tahun yang


telah melakukan hubungan seksual meningkat dari 30 persen pada tahun 1971
menjadi 47 persen pada tahun 1982 dan 53 persen pada tahun 1988. Antara tahun
1982 dan tahun 1988 peningkatan aktifitas seksual yang terbesar didapati pada
orang kulit putih dan keluarga dengan penghasilan yang lebih besar. Di antara
perempuan usia 15 sampai dengan 19 tahun yang aktif secara seksual, hampir 9 dari
10 di antara mereka melaporkan kalau mereka sudah melakukan hubungan seksual
dengan dua orang rekan atau lebih.

Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control), penyakit


menular seksual sekarang ini merupakan penyakit yang paling tinggi jumlahnya
diantara para remaja. Setiap tahun, 2,5 juta remaja akan menderita penyakit
menular seksual. Di tingkat nasional, sekitar 1 juta wanita menjadi steril atau
mandul dikarenakan oleh penyakit menular seksual. Menurut Dr. Vicki Alexander,
seorang ahli penyakit menular seksual remaja: Kita dapat membesarkan generasi
wanita yang tidak subur.

Meskipun, menurut Alan Guttmacher Institute, lebih banyak remaja (47%)


yang menggunakan kontrasepsi secara teratur pada tahun 1988 daripada tahun
1982 (22%), tingkat kehamilan remaja secara keseluruhan masih sama salah satu
458 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

alaannya adalah lebih banyak remaja perempuan yang melakukan hubungan seks.
Setiap tahun, satu dari sepuluh remaja perempuan di Amerika Serikat mengalami
kehamilan.

Hampir sepertiga dari seluruh aborsi di negara ini dilakukan oleh para
remaja lebih dari 400.000 kali per tahun.

Setiap tahun, kurang lebih 500.000 remaja perempuan melahirkan; sekitar


60 persen dari antara mereka tidak menikah. Antara tahun 1986 dan tahun 1988
jumlah bayi yang dilahirkan oleh remaja perempuan berusia 15 17 tahun
menunjukan peningkatan tajam 10 persen hanya dalam waktu tiga tahun. Satu dari
setiap empat bayi di Amerika Serikat sekarang ini dilahirkan di luar nikah
(dibandingkan dengan satu dari 20 pada tahun 1960).

Sebagian besar ibu muda (remaja perempuan) akan menghabiskan paling


tidak sebagian besar dari hidup mereka sebagai orang tua tunggal, seringkali dengan
bantuan masyarakat. Para remaja yang melahirkan sekarang diakui sebagai akar
permasalahan kemiskinan.

Bayi dari ibu muda, dibandingkan dengan bayi dari wanita berusia 20-an
tahun, lebih mudah mengalami penganiayaan; ditahan di sekolah; menunjukkan
gangguan perilaku; memiliki masalah emosional; menjadi kecanduan obat; dan,
belakangan dalam hidupnya, menjadi orang tua muda itu sendiri.

Akar Permasalahan
Namun demikian, angka dan fakta tidaklah menceritakan kisah ini
secara utuh. Berbicaralah kepada para guru dan mereka yang dekay dengan
anak-anak dan remaja dan Anda akan mendengarkan kisah sedih demi kisah
sedih yang menjadi saksi terhadap perubahan yang telah berlangsung dalam
sikap dan perilaku seksual anak muda.
Sebelum kelas dimulai, seorang perawat yang memberikan pelajaran
pengganti di kelas pendidikan New York pusat bercerita tentang para siswa
sekolah menengah yang berbicara dan bersenda gurau secara terbuka
mengenai aktifitas seksual mereka, yang melakukan apa dengan siapa, apa
yang terjadi malam sebelumnya, dan seterusnya. Saya tidak dapat berkata
apa-apa. Ketika akhirnya saya bertanya apakah mereka tidak pernah
khawatir sekalipun tentang AIDS, mereka hanya tertawa, sebelum kelas
dimulai.
Pendidikan Seks | 459

Di suatu sekolah menengah di Indiana seorang guru berkata,


Hawanya penuh dengan pembicaraan tentang seks. Anak-anak di aulas
akan berkata laki-laki ke perempuan, dan perempuan ke laki-laki Aku
ingin mencumbumu. Dan para remaja putri akan berteriak satu sama lain,
Hey, pelacur! Seorang siswi putri menulis syair untuk seorang siswi putra
yang sangat jorok. Ketika saya berbicara kepadanya tentang hal ini, anak ini
hanya memandang saya dan berkata, Bukankah ibu melakukan hal yang
sama dengan suami Ibu?
Seorang guru kelas sembilan di Alberta. Canada, bercerita tentang
anak laki-laki berusia 14 tahun yang menonton film porno di rumah
bersama ayahnya. Nantinya, dia kan tahu juga, kata sang ayah. Setelah tiga
bulan menonton film semacam itu, anak ini melakukan pelecehan seksual
terhadap sepupunya yang berusia tiga tahun.
Di Rochester, New York, setelah menonton film porno, seorang
lakilaki berusia 10 tahun memperkosa dan menyodomi dua orang
perempuan berusia 8 tahun dan 4 tahun.
Di suatu desa di pusat kota New York, seorang ibu mengatakan
bahwa di kelas tiga seorang anak laki-laki mengirimkan tulisan kepada
anaknya Kelly yang berisi, Aku mencintaimu, ayo bercinta. Kelly sangat
kesal dengan hal ini, ibunya mengatakan hal ini kepada guru yang
berangkutan, dan bocah yang mengirimkan tulisan tersebut tidak boleh
berada di dekat Kelly selama tahun ajaran tersebut. Namun tahun ini, di
kelas empat, banyak bocah laki-laki yang mengrimkan tulisan semacam itu
kepada bocah perempuan, dan bocah perempuan, kata Kelly, menyukainya.
Seorang guru taman kanak-kanak mengatakan kalau ada seorang
bocah di kelasnya yang suka mengintip roknya dan menyentuhnya dengan
cara yang secara seksual tidak tepat. Ketika guru ini meminta ibu dari anak
yang bersangkutan untuk menemuinya di sekolah, ibunya datang dan
berpikiran kalau melakukan pemanasan dengan guru itu lucu.
Tentu saja, tidak semua anak dan remaja sesuai dengan pola gangguan
yang digambarkan di sini. Namun hampir semua orang muda telah
terpengaruh, melalui beberapa cara, oleh lingkungan erotis yang merupakan
warisan revolusi seksual. Generasi anak-anak telah tumbuh dalam
masyarakat di mana sebagian besar orang dewasa, yang dikuasai oleh seks
itu sendiri, tidak lagi mencoba melindungi anak-anak dari paparan prematur
terhadap seksualitas. Lebih jauh lagi, televisi, film, dan majalah supermarket
semua mengirimkan pesan bahwa seks merupakan sumber daya utama
460 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kebahagiaan manusia yang sangat diperlukan dan bahwa seks antara orang-
orang yang tidak berkomitmen merupakan perilaku manusia yang wajar.
Lirik lagu rock dalam lagu-lagu sepert I Want Your Sex membuka para
pendengar muda kepada kepuasan seksual awal.
Seseorang dapat menggambarkan semuanya ini, tanpa berlebihan,
sebagai suatu jenis penganiayaan seksual anak-anak secara psikologis. Dari
usia yang sangat dini, anak-anak dibenamkan dalam kebudayaan yang
membanjiri mereka dengan informasi dan gambaran seksual yang menurut
perkembangannya tidak dapat mereka evaluasi, merangsang mereka
berlebihan secara seksual, memisahkan seks dari nilai moral, dan sebagai
akibatnya mereduksi kesempatan mereka untuk tumbuh secara seksual
dengan cara yang sehat dan bermoral.
Terhadap penyimpangan masa kanak-kanak yang dapat menjala ini,
ditambah penganiayaan anak secara seksual kekerasan fisik yang
dilakukan orang dewasa kepada anak (atau, dengan frekuensi yang
meningkat, oleh anak yang lebih tua). Penganiayaan fisik secara seksual di
negara ini sudah merajalela. Suatu studi mayor yang dilakukan oleh Dr.
David Finkelhor dari University of New Hampshire, penulis buku berjudul
Child Sex Abuse dan Sexually Victimized Children, secara konservatif
mengestimasi bahwa satu dari empat anak perempuan, dan paling tid ak
satu dari tujuh anak laki-laki, mengalami penganiayaan atau pelecehan
seksual paling tidak sekali sebelum mereka menginjak usia 18 tahun. Di sini,
juga, contoh dapat menjelaskan lebih baik kisah-kisah sedih berikut ini
dibandingkan angka:
Di Indianapolis, seorang asisten kepala sekolah dan seorang guru
sekolah menengah ditangkap karena melakukan pelecehan seksual
terhadap anak laki-laki guru yang bersangkutan. Menurut tuduhan yang
diajukan oleh anak tersebut pada saat dia berusia 19 tahun, guru tersebut,
yang merupakan ayah adoptifnya, memaksa anak tersebut untuk melakukan
hubungan seks sebanyak tiga kali sehari semenjak dia diadopsi dari usia 11
tahun.
Seorang penjaga perpustakaan dan suaminya dihukum karena
menyerang seorang remaja perempuan secara seksual; pasangan tersebut
memaksa remaja yang bersangkutan untuk menonton pornografi sebelum
menyerang dirinya secara seksual.
Pendidikan Seks | 461

Perkemahan musim panas seorang anak laki-laki yang dikelola oleh


departemen kepolisian masyarakat, berada di bawah serangan dari para
orang tua yang menolak ritual inisiasi di mana para anggota perkemahan
yang muda (dari usia 12 tahun) diwajibkan berlari ke lapangan tanpa
mengenakan pakaian apapun dan dengan celana dalam dikenakan di atas
kepala mereka. Anak-anak di kem tersebut juga bersaksi bahwa seorang
supervisor membacakan majalah Hustler kepada mereka.
Apa yang telah menjadi dampak terhadap anak-anak yang mengalami
pengkhianatan kepercayaan dan serangan terhadap tubuh dan jiwa mereka
ini? Childhood Sexual Abuse Cited as Root of Adult Ills menjadi tajuk kisah
tentang dampak jangka panjang pelecehan semacam itu di harian Toronto
pada tahun 1988. Artikel ini melaporkan temuan penelitian terhadap 930
orang wanita dewasa yang menghubungkan kejadian insesmasa kanak-
kanak dengan pelecehan seksual lainnya dengan insiden permasalahan
orang dewasa yang lebih tinggi-dari-rata-rata: pemukulan atau
pemerkosaan, anoreksia, alkoholisme, kecanduan obat, prostitusi,
dipenjarakan, penyakit mental, dan bunuh diri.
Kami juga mengetahui bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan
seksual menderita ketakutan dan ketidakmampuan untuk mempercayai
orang lain, mengembangkan perasaan tidak berharga, sering menjadi
dewasa sebelum waktunya dalam perilaku seksual mereka, kadang-kadang
(terutama dalam kasus anak laki-laki) melakukan pelecehan seksual
terhadap anak-anak yang lebih muda, dan sangat peka atau rentan
(terutama dalam kasus anak-anak perempuan) terhadap eksploitasi seksual
kemudian.

MENGAMBIL UKURAN TANTANGAN YANG DIHADAPI SEKOLAH

Semua perubahan dalam seluruh lingkungan seksual ini dan dalam


pengalaman formatif anak-anak di dalamnya harus dipahami apabila kita
ingin mengambil ukuran tantangan yang dihadapi sekolah. Semakin lazim
bagi kita ketika kita mendengar bahwa aktifitas seksual remaja dan
kehamilan remaja disebabkan oleh faktor-faktor yang berada jauh di luar
sekolah seperti pelecehan seksual yang sudah disebutkan, kurangnya
struktur keluarga, pengaruh negatif media massa, pemodelan-peran yang
buruk oleh orang dewasa, dan nilai yang berhubungan dengan kelas sosial
462 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

yang tidak mendukung hambatan seksuali atau yang sebenarnya


mendorong kehamilan remaja.
Semua faktor ini menyatakan bahwa apabila sekolah ingin berhasil di
dalam mengajarkan tanggung jawab seksual, mereka akan membutuhkan
pendekatan berskala besar ditambah seluruh bantuan yang dapat
diperoleh dari keluarga, institusi keagamaan, dan kelompok komunitas
lainnya yang bekerja dengan orang muda.

APA YANG TIDAK BERHASIL

Kebanyakan survei sekolah selama pertengahan tahun 1980-an


menunjukkan bahwa sekitar tiga dari empat remaja memperoleh beberapa
jenis pendidikan seks formal. Apakah hal ini bermanfaat?
Dalam artikelnya yang berjudul Sex and School Reform, Profesor
Pendidikan Stanford Unversity Larry Cuban menyatakan: Sekolah mulai
menawarkan matapelajaran pendidikan seks sejak tahun 1930an. Beberapa
dekade setelahnya, data statistik telah menunjukkan ketidakefektifan mata
pelajaran semacam itu di dalam mereduksi aktifitas seksual, kehamilan yang
tidak diinginkan, dan penyakit kelamin di antara para remaja.
Satu penelitian nasional yang didesain oleh Centers for Disease Control
mengevaluasi 14 pendidikan seks yang berbeda (berkisar dari kursus
selama enam hari sampai dengan program selama satu tahun). Penelitian ini
mendapati bahwa tidak ada kursus seksualitas apapun yang memiliki
dampak yang dapat diukur dalam hal apakah partisipan telah mengalami
hubungan seksual atau tidak atau jumlah waktu hubungan seksual yang
telah dilakukan partisipan.
Mengapa pendidikan seks tidak dapat mereduksi aktifitas seksual
remaja? Sampai sekarang ini dan hal ini mengejutkan banyak orang tua
tujuan pendidikan seks bukanlah membuat para remaja mengulangi
hubungan seksual. Program ini tidak dibuat untuk membantu para siswa
untuk sampai kepada penilaian moral bahwa seks di luar hubungan seks
yang berkomitmen adalah salah karena hal tersebut melanggar perasaan
kasih saying mengasihi seseorang, pasangan seseorang, anak-anak yang
dilahirkan, dan masyarakat sebagai satu kesatuan. Di sini, misalnya, ada
salah satu pendidik seks yang terkemuka, penulis Curriculum Guide for Sex
Pendidikan Seks | 463

Education in California High Schools, menjelaskan mengapa, menurut


pandangannya, sekolah tidak dapat menghadirkan perspektif moral seks:

Benar atau salah dalam permasalahan intim seperti perilaku seksual


bersifat pribadi seperti halnya nama dan alamat seseorang. Tidak ada buku
atau guru yang dapat mengajarkannya.

Asumsi yang berhubungan secara moral dalam posisi ini yang tidak
menantang selama beberapa tahun lamanya adalah bahwa karena
perilaku seksual merupakan keputusan intim atau pribadi, maka tidak ada
etika rasional dan obyektif yang dapat memandunya. Namun dalam
penelitian yang lebih cermat, logika tersebut terbantahkan. Tidak ada
seorang pun akan berpendapat, Benar atau salah bersifat pribadi
sebagaimana halnya dengan seks di antara anak-anak berusia 13 tahun
adalah terlampau pribadi karena tidak ada buku ataupun guru yang
mengajarkannya. Tindakan apapun, betapa pun pribadinya, tunduk pada
penilaian moral.
Namun sebagian besar pendidikan seks, yang berjalan dengan gagasan
moralitas yang relatif dan privat, menyusup ke dalam pertanyaan moral
yang sulit dan mendorong para siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
Pendidikan seks benar-benar memberikan informasi mengenai fisiologi
seks, kehamilan, pengendalian kelahiran, penyakit kelamin, dan seterusnya
dan berharap bahwa dengan seluruh hal ini dan dengan praktek di dalam
latihan mengambil keputusan, para remaja akan membuat keputusan yang
bertanggung jawab. Namun, kata bertanggung jawab terlalu sering
diterjemahkan menjadi, Kalau kamu melakukannya, jangan sampai hamil
atau tertular penyakit apapun, saja. Kata tersebut tidak mungkin
diterjemahkan sebagai, Kamu tidak boleh melakukan hubungan seks,
terutama dalam pikiran para remaja. Seperti yang dituturkan oleh siswa
tingkat atas sekolah menengah: Tidak ada yang mengatakan tidak boleh
melakukannya, jadi mereka memakluminya.
KASUS PENDEKATAN PRO-PANTANGAN

AIDS mengubah status pantanganm dalam masyarakat dan dalam


sekolah. Penyakit tersebut di sini merupakan penyakit menular seksual
yang akan membunuh Anda. Seperti yang diumumkan di dalam judul salah
satu kurikulum pendidikan seks yang baru, Suddenly Sex Has Become Very
Dangerous. Para guru sekarang dapat berdiri di depan kelas para remaja dan
464 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

tanpa malu lagi mengatakan, Jangan berhubungan seks kalau tidak mau
ketularan AIDS.
Satu survei pada tahun 1989 menunjukkan bahwa 86 persen guru
pendidikan seks mengatakan mereka sekarang mengajarkan kepada para
siswa mereka bahwa pantangan merupakan cara yang paling baik untuk
mencegah kehamilan dan menghindari penyakit menular seksual. Sebagian
besar dari para guru ini juga mengatakan bahwa mereka mencoba
membantu para siswa mereka menghindari hubungan seksual dengan
memberikan instruksi dalam hal bagaimana mencegah tekanan teman
sebaya dan bagaimana caranya untuk mengatakan tidak pada pacar.
Mengapa pendekatan pro-pantangan terhadap pendidikan seks
menghasilkan pemahaman etika yang baik dari sudut pandang pendidikan
moral dan kebijakan publik?
1. Pantangan merupakan satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
menghindari kehamilan dan penyakit menular seksual.
2. Pantangan juga merupakan perlindungan terbaik terhadap
penderitaan emosional perasaan kehilangan, pengkhianatan, dan
dimanfaatkan yang sangat sering menyertai seks di luar hubungan yang
berkomitmen.
3. Pantangan sejalan dengan sasaran jangka panjang pengembangan
karakter: kendali-diri. Aktifitas seksual remaja seringkali merupakan bagian
dari pola pemanjaan-diri yang lebih besar yang dapat terbawa ke masa
dewasa. Ketidaksetiaan perkawinan sekarang terjadi pada satu dari dua
pernikahan. Apabila para remaja tidak belajar untuk mengatakan tidak pada
kesempatan seks pranikah, maka kebiasaan perilaku kendali dir apakah
yang harus mereka ambil ketika dihadapkan pada godaan ekstraperubahan?
4. Pendekatan pro-pantangan mengakui bahwa seks itu amat kuat dan
berusaha untuk mengajarkan kebenaran tersebut kepada orang muda. Seks
dapat menciptakan ilusi keintiman dengan seseorang yang tidak begitu
Anda kenal. Ketertarikan seksual dapat menginspirasi dan mengangkat
serta menjadikan Anda sebagai bagian dari cinta yang indah; tetapi, hal
tersebut tanpa terkendali dapat mengarah pada patah hati, eksploitasi,
bergonta-ganti pasanngan, pemerkosaan, prostitusi, pornografi, dan
pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Pendidikan Seks | 465

5. Membantu para remaja menghindari seks prematur juga mendukung


keluarga dalam nilai dan harapan akan anak-anak mereka. Benar adanya,
orang tua gagal mengajarkan kepada anak mereka tentang moralitas
seksual, dan orang tua lainnya benar-benar menyakiti anak mereka dengan
menunjukkan kepada anak mereka pengaruh seksual yang tidak sehat.
Namun dua pertiga orang Amerika berusia 18 tahun ke atas sekarang
mengatakan bahwa sekolah harus mendorong para remaja untuk tidak
melakukan hubungan seks.
6. Akhirnya, satu komitmen yang tidak ambigu terhadap nilai
pantangan bagi para remaja memberikan sudut pandang etika yang bagi
pendidikan seks yang diperlukan untuk melibatkan, dan memberikan
pengaruh positif terhadap, nilai moral seksual para siswa. Para remaja
mengatakan kepada para peneliti bahwa hal tersebut merupakan nilai
internal yang mereka pegang teguh yang menjaga mereka dari keterlibatan
seksual. Bahkan tekanan teman sebaya tidaklah sama kuatnya dengan nilai
dan kepercayaan yang terinternalisasi ini.

PENDIDIKAN SEKS YANG BARU: PROGRAM YANG


MENGAJARKAN PANTANGAN DAN MENDORONG ATAU
MEMPROMOSIKAN PERKEMBANGAN

Hal yang terbaik dari program pendidikan seks yang baru mengajarkan
pantangan dalam konteks suatu pendekatan yang mendukung
perkembangan total siswa sebagai seorang yang pandai memberikan
evaluasi, yang percaya diri, dan yang cakap. Berikut ini adalah beberapa
contoh pendidikan seks yang baru dan hasil yang telah dicapainya:
Pada tahun 1980, program pelayanan remaja di Atlantas Grady
Memorial Hospital mensurvei kurang lebih 1000 orang gadis per tahunnya.
Institusi ini menemukan bahwa sebagian besar di antara mereka (87 %)
ingin belajar cara bagaimana mengatakan tidak pada seks tanpa menyakiti
perasaan seseorang.
Institusi ini menanggapi permintaan tersebut dengan mengembangkan
program bagi para murid kelas delapan yang disebut Postponing Sexual
Involvement, yang ditawarkan di banyak area sekolah di Atlanta. Dari semua
siswa yang mengikuti program ini, 70 persen di antaranya mengatakan
466 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

bahwa mereka dapat menunda aktifitas seksual tanpa kehilangan rasa


hormat teman mereka.
Community of Caring Program, yang disponsori oleh yayasan Joseph
P. Kennedy, Jr., direkomendasikan oleh Departemen Pendidikan Amerika
Serikat (U.S. Department of Education) karena penekanannya pada
pengajaran pendidikan seks di dalam konteks nilai keluarga dan etika.
Pendekatan ini juga mencari cara untuk menciptakan, dalam kelas dan
sekolah, suatu pemahaman yang kuat atas komunitas sebagai satu cara
memenuhi kebutuhan intim yang bagi banyak remaja tidak terpenuhi dalam
keluarga mereka. Dari sekian ibu remaja yang tidak menikah yang
berpartisipasi dalam program ini, hanya 3 persen di antara mereka yang
mengalami kehamilan berulang, dibandingkan dengan rata-rata nasional
sebesar u15 %.
Project Respect, dengan bantuan hibah federal, telah
mengembangkan kurikulum pro-pantangan yang sebagaimana halnya pada
tahun 1989 digunakan di enam negara bagian tengah barat. Direktur proyek
ini, Kathleen Sullivan, menolak teori bahwa hormon adalah takdir ketika
berhubungan dengan seks. Tidak ada orang yang mati karena tidak
berhubungan seks, ujar beliau, seks adalah satu nafsu yang tidak begitu
perlu dipenuhi
Sebelum berpartisipasi dalam program Project Respect, 38 persen di
antara para siswa setuju dengan pernyataan berikut ini, Penting bagi saya
untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah; setelah program
ini berjalan, 56 persen peserta setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut
seorang guru-perawat dari Kansas: Dalam kurun waktu tahun 1987-1988,
kami tidak memiliki kasus kehamilan di kelas delapan dan sembilan,
demikian pula halnya dengan para mahasiswa yang mengikuti program ini
sebagai lulusan baru.
Beberapa di antara hasil mengesankan yang ada datang dari program
imajinatif yang dilaksanakan di sistem sekolah San Marcos, California. San
Marcos menghadapi permasalahan kehamilan remaja yang serius: 147
siswa sekolah menengah diketahui hamil dalam tahun ajaran 1984 1985.
Sekolah ini memilih pendekatan berbagai tahapan yang positif yang disebut
Decision-Making: Kunci Menuju Keberhasilan Total (Ind.: Pengambilan
Keputusan: Kunci Menuju Keberhasilan Total). Program ini
mengikutsertakan komponen berikut:
Pendidikan Seks | 467

1. Kursus pengembangan kemampuan belajar selama 6 minggu bagi para siswa


kelas tujuh.

2. Kursus 6 minggu lainnya bagi para siswa kelas tujuh yag ditujukan pada
pengembangan harga diri dan nilai moral yang positif.

3. Kursus 6 minggu bagi para siswa kelas delapan, termasuk kurikulum yang
diberi judul Sexuality,Commitment, and Family.

4. Pelajaran harian selama sepuluh menit tentang bagaimana caranya


mencapai keberhasilan bagi para siswa kelas tujuh maupun kelas delapan
(dari Thomas Jefferson Research Center; lihat Bab 9).

Seluruh program ini menekankan perilaku berorientasi sasaran dan


membantu orang muda mengembangkan kepercayaan diri yang diperlukan
untuk pantang melakukan hubungan sekes. Kemudian, menurut Bapak
Kepala Sekolah Joe DeDiminicantanio: Reaksi yang cepat terjadap
permasalahan kehamilan remaja yang kami miliki adalah membawa semua
siswi ke kelas gimnastik yang satu dan semua siswa ke gimnastik lainnya
dan mempertontonkan beberapa film kepada mereka dan memberi tahu
kepada mereka tempat untuk membeli propilaktik. Namun apa yang benar-
benar kami inginkan adalah memengaruhi sikap dan mengubah perilaku,
dan hal ini memakan waktu.
Komponen Program San Marcos yang secara eksplisit fokus kepada
seksualitas menggunakan kurikulum pro-pantangan populer dan dikenal
dengan nama Teen-Aid. Kursus Teen-Aid berjudul Sexuality, Commitment, and
Family memberikan pesan-pesan berikut ini kepada orang muda:
1. Satu-satunya hubungan seks yang aman dan nyata adalah hubungan seks
hanya dengan pasangan Anda yang hanya berhubungan seks dengan Anda
setelah menikah.

2. Pantangan memberikan kebebasan dari perasaan bersalah, ragu, dan


khawatir; penyakit menular seksual; kehamilan; trauma aborsi; kehilangan
reputasi atau nama baik; dan tekanan untuk menikah dini.

3. Pantangan memberikan kebebasan untuk menjadi lebih kreatif di dalam


berbagi perasaan; mengembangkan keahlian dan kecakapan;
mengembangkan apresiasi diri yang sehat; mencapai stabilitas finansial
sebelum berkeluarga; dan mengembangkan kepercayaan yang lebih besar
dalam pernikahan.
468 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

4. Setelah aktif secara seksual, para peserta mungkin memperoleh kembali


keuntungan pantangan. Memutuskan untuk berubah; memaafkan diri
sendiri dan orang lain; mengubah kebiasaan lama; dan mengembangkan
cara-cara untuk berbagi yang tidak mengikutsertakan kebiasaan seksual.

Gagasan ini dikembangkan melalui diskusi dan video seperti Why Wait
(simulasi kelas yang membuat siswa menemukan keuntungan menghindari
aktifitas seksual pra-nikah dalam diri mereka sendiri); Window to the Womb
(rekaman ultrasound perkembangan janin, yang menunjukkan pada siswa
bahwa seksualitas para siswa merupakan kekuatan untuk menciptakan
kehidupan manusia yang baru); dan AIDS Learn and Live (mengenai
bagaimana AIDS ditularkan dan alasan mengapa monogami dan pantangan
seks pranikah merupakan metode pencegahan terbaik). Program Teen-Aid
juga mengirimkan ringkasan pelajaran kepada para orang tua dan
memberikan workshop kepada mereka mengenai pengajaran perilakku
seksual yang bertanggung jawab. (Untuk informasi mengenai bahan-bahan
Teen Aid, hubungi Teen-Aid, Inc., N. 1330 Calispel, Spokane, WA 99201-3220;
telpon 509-328-2080).
Setelah mengimplementasikan kurikulum Teen-Aid dan bagian lain dari
program Keys to Total Success, San Marcos mengalami penurunan dramatis
dalam kehamilan para siswinya: dari 147 kasus kehamilan yang diketahui
pada tahun 1984 1985 menjadi 20 kasus pada tahun 19861987.
SEX RESPECT adalah kurikulum pendidikan seks yang
dikembangkan oleh Coleen Kelly Mast, seorang guru sekolah menangah di
Bradley, Illinois, dengan bantuan hibah dari lembaga federal Office of
Adolescent Pregnancy Programs. Program ini sekarang digunakan oleh
sebagian besar sekolah di negara bagian yang bersangkutan. Sasarannya
adalah mendorong para siswa untuk memilih kesucian sebagai gaya hidup
positif, gaya hidup yang memberikan kebebasan untuk bertumbuh tanpa
tekanan seks kepada mereka.
SEX RESPECT menggunakan slogan yang bersifat humor untuk
menyampaikan pesanya: Peliharalah anjing Anda, bukan teman kencan
Anda; Kendalikan nafsu Anda, jadilah seorang perawan; Seks itu baik,
seks itu hebat, simpanlah untuk pasangan seumur hidup Anda. Salah satu
versi program ini ditujukan pada siswa sekolah menengah pertama,
sedangkan versi lainnya pada para siswa sekolah menengah atas. Aktifitas
dalam kurikulum SEX RESPECT adalah termasuk:
Pendidikan Seks | 469

1. Apa Perkataan Saya? Memikirkan dan memainkan perang berulang kali


dengan cepat dalam alur tunggal yang standar (misalnya: Kita hanya
melakukannya satu kali saja, Aku akan berhenti kapan pun kau minta.)

2. Surat-surat Lanny Anders: Mengirimkan balasan kepada surat-surat


dari para remaja yang mencari nasihat tentang dilema seksual.

3. Brainstorming: Membuat daftar hal yang asyik dan menyenangkan


untuk dilakukan dan tidak mengarah ke aktiftas seksual ketika
berkencan.

4. Membahas kisah tidak berhenti melakukan hubungan seks seperti:


Masa kencan selama sekolah menengah dan akademi merupakan tahun
terbaik dalam kehidupanku. Aku tahu bahwa tidak pada seks berarti iya
pada kesenangan. Reputasiku sebagai seorang perawan muncul dengan
cepat. Aku berkencan lebih sering, memiliki nilai lebih baik, dan memiliki
hubungan pertemanan yang baik dan berkualitas. Semua laki-laki tahu
kalau mereka tidak perlu melakukannya bagiku, jadi kita dapat
berkonsentrasi untuk saling mengenal satu sama lain dan menikmati
waktu bersama. Aku yakin bahwa keperawanan merupakan kunci bagi
kencan yang berhasil.

5. Menonton dan membahas film seperti Second Thoughts, film yang dibuat
dengan apik dan menceritakan tentang para siswa sekolah menengah
yang, tanpa bersikap moralistis, menggambarkan bahaya hubungan seks
tanpa komitmen dan keuntungan tidak melakukan hubungan seks sampai
menikah; film ini juga memberikan harapan dan kenyamanan bagi para
remaja yang secara seksual telah aktif dan ingin berubah.

6. Keterlibatan orang tua, termasuk buku panduan orang tua dengan tugas
rumah untuk meningkatkan komunikasi orang tua-anak tentang
seksualitas dan nilai kesucian.

Tentu saja, beberapa orang remaja, terutama laki-laki, akan menolak


gagasan tidak melakukan hubungan seks sampai dengan menikah atau
bahkan tidak melakukan aktifitas seksual dalam hubungan yang mereka
jalani sekarang ini. Namun demikian, hasil keseluruhannya cukup
menjanjikan; suatu evaluasi formal terhadap SEX RESPECT yang dilakukan
Departemen Kesehatan dan Layanan Masyrakat Amerika Serikat (U.S.
Department of Health and Human Service) melaporkan perubahan yang
positif dan menjanjikan dalam sikap terhadap perilaku seksual, termasuk
kemampuan untuk mengendalikan hasrat seksual. Misalnya: Di Wilson
470 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

High School, Appleton, Wisoncsin, sebelum mengikuti matapelajaran SEX


RESPECT, hanya 32 persen siswa setuju dengan pernyataan Perasaan
seksual selalu dapat dikendalikan. Setelah mengikuti matapelajaran
tersebut, 68 persen siswa setuju dengan pernyataan tersebut. Sebelum
matapelajaran SEX RESPECT dilaksanakan, hanya 37 persen siswa setuju
bahwa Ada banyak keuntungan dalam menunggu untuk melakukan
hubungan seksual sampai menikah. Setelah matapelajaran ini
dilaksanakan, 63 persen siswa setuju dengan pernyataan tersebut.
Pernyataan pribadi siswa mengungkapkan cara lain di mana Sex
Respect memengaruhi nilai dan pemikiran mereka. Seorang siswa berusia
16 tahun menulis: Para remaja sekarang benar-benar membutuhkan
bantuan sex respect. Hal yang paling penting adalah bagian tentang
berkencan. Seorang gadis yang ragu mengikuti program di awal menulis:
Secara terang-terangan, saya mengatakan, Lupakan saja! Namun, dalam
hati saya mendengarkan. Saya tidak pernah mengikuti kelas yang
menjelaskan bagaimana seks dapat menyebabkan permasalahan dan
bagaimana hal ini dapat memengaruhi seluruh hidup Anda.
Informasi mengenai kurikulum Sex Respect dan workshop pelatihan staf
tersedia di Respect, Inc., P.O. Box 349, Bradley,IL 60915-0349 (telepon 815-
932-8389).
Terdapat juga pamflet yang menyajikan pesan kesucian dengan cara
yang singkat dan menarik: How to Say No Without Losing His/Her Love dan
Secondary Virginity: A New Beginning (tersedia di Womanity, 1700 Oak Park
Blvd, Annex, Pleasant Hill, CA 94523); Love Waits (Christian Action Council,
101 West Broad Street, Suite 500, Falls Church, VA 22046); dan No Is a Love
Word (Human Life Center, University of Steubenville, Steubenville, OH
43952). Seluruh materi ini isinya bersifat non-sektarian dan ditulis untuk
khalayak umum. Sumber praktis lainnya adalah buku karangan Mary Rosera
Joyce berjudul Friends: for Teens (tersedia di SEX RESPECT), yang
menunjukkan pada orang muda bagaimana caranya mengembangkan
hubungan akrab yang tidak melibatkan keintiman seksual.

MEMBERIKAN KONSELING KEPADA REMAJA LAKI-LAKI


TENTANG SEKS
Pendidikan Seks | 471

Laporan Childrens Defense Fund tahun 1988 mengenai seks remaja


menegaskan apa yang telah ditemukan para guru: Anak laki-laki
memberikan tantangan khusus kepada para pendidik yang berusaha
mendorong penghambat dan tanggung jawab seksual.
Meskipun belakangan ini proporsi remaja putri yang aktif secara
seksual hampir sama dengan proporsi para remaja putra, separuh dari para
remaja putra telah melakukan hubungan seks pada usia 16 tahun,
dibandingkan dengan 34 persen remaja putri dengan usia yang sama. Lebih
jauh lagi, menurut anggota National Research Council Robert Mnookin, ada
kecenderungan pada para remaja putra untuk tetap terpisah. Sikap mereka
adalah, Kalau kau menelan pil itu, maka kau tanggung resikonya. Kalau kau
tidak ingin melahirkan, kau harus melakukan aborsi.
Charles Ballard, yang mengelola Teen Father Programs di Cleveland,
mengatakan bahwa suatu hari dia bertanya kepada sekelompok 15 anak
laki-laki, siapa di antara mereka yang sudah menjadi ayah. Hanya dua orang
yang mengangkat tangan mereka. Ketika dia bertanya berapa banyak yang
sudah punya bayi, 14 orang mengangkat tangannya. Menurut Ballard:
Mereka tidak menghubungkan kehamilan dengan pernikahan atau menjadi
suami atau menjadi ayah.
Sikap seperti ini membuat Childrens Defense Fund menyimpulkan
bahwa pendidikan seks tidak begitu berhasil ketika program ini gagal
mengenali permasalahan khusus yang dikemukakan para remaja laki-laki
tersebut. Bagi sebagian besar remaja pria, pengalaman seksual pertama
mereka mungkin merupakan simbol utama kelaki-lakian suatu bagian
ritual dan mengubah nilai pria ini merupakan hal yang amat penting guna
mereduksi kehamilan remaja. Laporan tersebut merekomendasikan bahwa
program pendidikan seks harus menargetkan hanya kelas para laki-laki dan
menggunakan lebih banyak pria untuk menyampaikan pesan tersebut.

SEKS DAN PERNIKAHAN

Sebagai bagian dari mandat pendidikan seks Virginia yang baru, regulasi
negara bagian mengharuskan sekolah memberikan pernikahan sebagai
konteks bagi hubungan seksual dan mengikutsertakan fakta bahwa
hubungan seks di luar nikah melanggar hukum Virginia.
472 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Penulis pendidikan Sarah Glazer melaporkan tentang kontroversi yang


mengelilingi persyaratan ini. Salah satu tulisan yang mendukung adalah
pendapat Jacquelyn Hennebergm dari Falls Church, Virginia: Kami merasa
seks hanya diperuntukkan bagi pernikahan, dan bagi pernikahan saja. Jadi,
seks harus diajarkan dalam konteks ini. Anggota Falls Church lainnya,
Barbara Jansy, menilak peraturan karena, menurut beliau, peraturan
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan: Pada saat siswa memasuki kelas
delapan, banyak di antara mereka akan berhadapan satu-lawan-satu dengan
konflik: Tanpa memperhatikan apa yang disampaikan kurikulum [tentang
seks dalam pernikahan], tidak semua orang tua tunggal atau orang dewasa
yang tidak menikah hidup melajang.
Salah satu tanggapan terhadap perhatian ini adalah menunjukkan
bahwa secara historis sekolah bertanggung jawab untuk memegang
idealisme ini dalam diri orang muda menunjukkan jalan ke arah kehidupan
dan dunia yang lebih baik. Poin lain yang relevan adalah bahwa dalam area
lain pendidikan nilai, utamanya pendidikan kesehatan, sekolah mencoba
memengaruhi para siswa untuk tidak melakukan hal-hal berikut merokok,
memakai obat, menyalahgunakan alkohol yang sudah dilakukan oleh
banyak dari orang tua mereka. Dalam semua area ini, para guru dapat
berkata, Kalian mungkin melihat orang dewasa melakukan halhal yang
berbeda dari apa yang mereka katakan terbaik bagi kesehatan dan
kebahagiaan kalian. Tujuan kami di sini adalah menantang kalian untuk
berpikir keras tentang hal yang terbaik bagi kehidupanmu, sekarang dan di
masa mendatang.
Mencoba menghindari pertanyaan seks-dan-pernikahan, beberapa
program pendidikan seks semata-mata berbicara tentang penundaan
keterlibatan seksual. Hal ini merupakan satu langkah yang tepat dalam
pendidikan, namun hal ini meminta satu pertanyaan penting: Penundaan ini
berlangsung sampai kapan? Menurut seorang ibu muda: Saya kira saya
sudah berhasil karena saya menunggu selama dua tahun untuk
berhubungan seks dengan pacar saya sampai kami berusia 17 tahun.
Kemudian kami melakukan hubungan seks, dan beberapa waktu kemudian
kami putus. Ketika berkencan dengan pacar saya berikutnya, saya
melakukan hubungan seks dan hamil.
Kurangnya panduan yang jelas hanya dalam hal penundaan seks
menunjuk pada kebijaksanaan program yang tidak hanya mendorong
Pendidikan Seks | 473

pantangan bagi para remaja melainkan juga keuntungan menunda


hubungan seks sampai dengan pernikahan. Apabila sekolah benar-benar
ingin membantu para siswa mengembangkan nilai-nilai yang didefinisikan
dengan baik yang akan membantu keputusan seksual mereka, maka sekolah
harus memberikan sasaran jelas yang menjawab pertanyaan Apa yang saya
tunggu lagi? kepada para siswa. Suatu kurikulum pendidikan seks dapat
memberikan visi berikut kepada para siswanya:

Seks merupakan hal yang sangat terpenuhi ketika seks merupakan bagian
dari sesuatu yang lebih besar hubungan berkesinambungan yang penuh kasih
antara dua orang manusia. Dlihat dari sejarahnya, masyarakat di seluruh
dunia telah mengatakan hal yang sama: Pernikahan merupakan hubungan di
mana seks harus terjadi.
Pernikahan merupakan komitmen yang paling serius, total, dan publik
antara dua orang yang dapat ditentukan oleh masyarakat mana pun. Bahwa
seks paling mungkin bersifat mengasihi, bahaya penyakit dan rasa sakit hati
dikurangi, dan sebuah keluarga siap membesarkan anak-anaknya apabila
kehamilan harus terjadi dari kesatuan seksual berad dalam hubungan yang
berkomitmen tersebut.
Berikut ini merupakan perkataan seorang pembicara tamu di hadapan
para siswa sekolah menengah pertama ketika ada yang mengajukan
pertanyaan, Apa pandangan Anda tentang seks pranikah?

Ketika kalian menikah, kesatuan seksual merupakan bagian dari komitmen


keseluruhan yang sudah kalian buat satu sama lain. Keintiman seksual kalian
menyatakan komitmen kalian yang seutuhnya, pemberian diri kalian yang
sepenuhnya.
Ketika Anda tidak menikah, hubungan seksual terasa berbeda. Tidak
berkomitmen satu sama lain mengubah makna tindakan seks. Maka, ini bukan
merupakan bagian dari pemberian diri kalian sepenuhnya; Anda menahan diri
kalian. Bahkan, meskipun kalian sudah terikat, kalian bisa saja melepaskan
ikatan tersebut. Kalian tetap memiliki pendapat terbuka.
Mengasihi sepenuhnya berarti: Kalian menyatukan tubuh kalian ketika
kalian memberikan jiwa kalian. Kalian benar-benar menggabungkan kedua
hal tersebut. Dari sudut pandang ini, seks pranikah adalah salah karena seks
pranikah memisahkan kasih sayang seksual dari hubungan kasih yang
berkomitment yang dimaksud.

Setelah kelas itu selesai, seorang wanita muda mendatangi pembicara


tersebut untuk mengucapkan terima kasih atas perkataannya. Saya belum
474 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

pernah mendengar orang membicarakan seks seperti itu, katanya.


Sekarang saya tahu apa yang saya pikirkan.
Para remaja juga tertarik untuk mempelajari apa yang telah ditunjukkan
penelitian yang dilakukan di Eropa dan di negara ini belakangan ini:
Pasangan yang tidak hidup bersama sebelum menikah paling tidak 50%
lebih mungkin tetap menikah dibandingkan pasangan yang hidup bersama.

PERMASALAHAN KONTRASEPSI

Apakah sekolah dapat mengajarkan kepada para siswa bahwa sekolah


harus bersikap abstain dari seks apabila sekolah bersama-sama
menginstruksikan para siswa untuk memakai kondom sebagai suatu cara
untuk mereduksi resiko aktifitas seksual? Kasus bagi mencoba melakukan
kedua hal tersebut berjalan seperti ini: Banyak anak akan melakukan
hubungan seks tidak peduli apa yang kita lakukan untuk mendorong
pantangan. Mengingat kenyataan ini, kita memiliki tanggung jawab untuk
mengajarkan para siswa menggunakan kontrasepsi sebagai perlindungan
terhadap kehamilan dan penyakit.
Pada pandangan pertama, argumen ini mungkin realistis dan masuk
akal. Namun penulis yakin bahwa ada beberapa permasalahan etika dan
pendidikan yang sangat serius dalam pendekatan ini:

1. Seberapa jauh sekolah sudah menerapkan pengajaran tentang


kondom? Haruskah para guru, sebagaimana yang sudah dilakukan,
memberikan berbagai macam jenis kontrasepsi sehingga para siswa
menjadi lebih nyaman dengan kontrasepsi tersebut? Haruskah kelas
melakukan role-play di mana, misalnya, siswi putri diminta
mengembangkan tanggapan terhadap siswa putra yang mengatakan, Tapi
menggunakan kondom sama dengan mandi dengan menggunakan jas
hujan! Haruskah kurikulum mengikutsertakan, seperti yang sudah-sudah,
instruksi eksplisit mengenai kapan dan bagaimana caranya mengenakan
kondom, demonstrasi pemakaian kondom yang tepat dengan seorang
model, dan diskusi mengenai pro dan kontra pemakaian beberapa jenis
pelumas? Haruskah kurikulum memberikan, sebagaimana yang
sudahsudah, instruksi mengenai pelumas yang efektif untuk hubungan seks
anal sebagaimana halnya dengan hubungan seks yang lazim?
Pendidikan Seks | 475

Sudah jelas, sejumlah besar orang tua tanpa menyebutkan guru akan
bermasalah dengan suatu pendekatan tanpa-batas ketka mengajarkan
tentang pemakaian kondom. Namun sekali saja Anda menerima premis
bahwa instruksi bagaimana-caranya-memakai kondom adalah hal yang
baik, bagaimana Anda berpendapat secara logis bahwa pemakaian kondom
seharusnya sampai sejauh ini?
2. Permasalahan pesan yang tercampur. Sekolah mungkin mengklaim
mendorong pantangan pada saat yang bersamaan dengan mengajarkan para
siswa bagaimana caranya memakai kondom, namun berusaha melakukan
kedua hal tersebut tidak dapat dihindarkan lagi mengirimkan pesan yang
tercampur: Jangan berhubungan seks dan Beginilah caranya
berhubungan seks yang aman dan nyaman. Apabila para orang tua akan
menyampaikan kepada anak-anak remaja mereka, berbicara tentang moral,
bahwa anak-anak mereka tidak boleh berhubungan seks, namun berikutnya
menunjukkan cara berhubungan seks yang aman, maka seberapa seriuskah
anak-anak akan menganggap pesan moral orang tuanya tentang pantangan?
Mengapa hal ini harus berbeda di ruang kelas?
Sekolah mengikis lebih jauh kredibilitas advokasi pantangannya apabila
sekolah tidak hanya memberikan instruksi kondom melainkan juga
mendistribusikan kondom kepada para siswa melalui klinik berbasis
sekolah, konselor sekolah, dan sebagainya. Selama sekolah mengajarkan
bagaimana caranya memakai kondom atau membagikan kondom tersebut,
maka rekomendasi pantangan sekolah yang bersangkutan kehilangan
seluruh kekuatan moralnya dan direduksi menjadi fakta medis belaka
(Pantangan merupakan satu-satunya metode yang aman). Sekolah
kemudian kembali ke dalam posisi netral tentang moralitas remaja itu
sendiri netralitas nilai yang telah gagal untuk menahan aktifitas seksual
remaja, kehamilan, dan penyakit menular seksual di masa lalu.
3. Mengajarkan para siswa bagaimana caranya menggunakan kondom
dan membagikannya menciptakan pemahaman keamanan yang salah
tentang proteksi yang diberikan terhadap kehamilan dan AIDS. Para remaja
yang sudah cenderung berpikir Hal itu tidak akan terjadi pada diriku
mungkin menjadi kesimpulan kita apabila sekolah tanpa memperhatikan
resiko yang disebutkan menjelaskan bagaimana caranya menggunakan
kondom dan memberikannya sesuai permintaan? Banyak siswa akan
berkesimpulan bahwa resiko tersebut dapat ditoleransi.
476 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Tentu saja, resiko tersebut tidak dapat ditoleransi. Itulah alasannya


mengapa State Board of Regents New York, ketika memberikan mandat
pendidikan AIDS pada tahun 1987, mencirikan pemakaian kondom sebagai
perilaku yang sangat beresiko-tinggi. Pandangan bahwa kondom dapat atau
harus digunakan sebagau suatu cara untuk mereduksi penyebaran AIDS tidak
boleh didukung (penekanan ditambahkan). Hal ini merupakan kebijakan
publik yang bertanggung jawab dan masih seperti itu sampai sekarang ini.
Sekolah harus menyampaikan gagasan bahwa seks yang terlindungi
merupakan opsi kedua yang bertanggung jawab.
Hal ini mengikuti bahwa hanya satu jenis instruksi kondom yang dapat
dibenarkan oleh pendidikan: bahwa materi mana yang mengajarkan kepada
para siswa semua alasan mengapa kondom tidak membuat seks aman.
Kondom memiliki tingkat kegagalan sebesar 10 persen di dalam mencegah
kehamilan, dan perlindungan yang diberikan kondom terhadap penyebaran
AIDS mungkin jauh lebih rendah. Hal ini terjadi karena virus AIDS jauh lebih
kecil daripada sperma; virus ini dapat menginfeksi salah satu partner; dan
virus ini dapat menginfeksi korban pada hari apapun setiap bulannya
(sedangkan seorang wanita dapat hamil dalam jumlah hari yang lebih
sedikit setiap bulannya). Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of
Miami Medical School, 17 % istri dari suami yang terinfeksi AIDS terinfeksi
AIDS itu sendiri dalam waktu 18 bulan, meskipun suami mereka
mengenakan kondom. Dan salah satu laporan pemerintah memperingatkan
bahwa kondom memiliki tingkat kegagalan yang lebih tinggi dari rata-rata
di antara kaum homoseksual (salah satu alasannya adalah bahwa kondom
lebih mungkin sobek dan gagal dalam hubungan seks anal daripada dalam
hubungan seks vaginal).
Mendorong kepercayaan pada kondom merupakan pendidikan AIDS
yang buruk karena, menurut pernyataan anggota Presidential AIDS
Commission Dr. Theresa Crenshaw, Meletakkan balon antara tubuh yang
sehat dan penyakit yang mematikan tidaklah aman. Dalam analisis 11 studi
yang dilakukan University of Texas Medical Branch pada tahun 1993, tingkat
kegagalan kondom rata-rata untuk mencegah AIDS adalah 31 persen.
4. Kontrasepsi tidak melakukan apapun untuk membuat seks aman
secara emosional. Apabila kita peduli pada anak-anak kita, kita akan
membantu mereka memahami seluruh perasaan emosional yang
menyakitkan (dibahas di bagian berikutnya) yang dapat dihasilkan oleh
Pendidikan Seks | 477

hubungan seks premature yang tidak berkomitmen. Kondom tidak


memberikan perlindungan apapun juga terhadap konsekuensi emosional
ini. Ketika sekolah memberikan kondom sebagai suatu cara untuk membuat
seks aman secara fisik, seks menjadi bahaya emosional seks yang tidak
berkomitmen tampaknya tidak relevan atau secara relatif tidak
berkomitmen.
5. Dengan memunculkan sanksi terhadap seks yang terlindung,
sekolah gagal menurut tanggung jawabnya untuk mendukung para orang
tua di dalam mengajarkan anak mereka untuk pantang berhubungan seks.
Sebagaimana yang kita lihat, hasil polling pendapat publik menunjukkan
bahwa orang tua menginginkan sekolah untuk mengajarkan anak-anak
mereka tidak melakukan hubungan seks selama periode kehidupan mereka.
Ketika sekolah mengiis nilai tersebut, maka sekolah melanggar keyakinan
masyarakat yang mendasar.
Lebih jauh lagi, apabila sekolah mendistribusikan kondom kepada siswa
tanpa sepengetahuan dan seijin orang tua mereka sebagaimana yang
disebutkan oleh keputusan New York City School Board (27 Februari 1991)
pengkhianatan kepercayaan jauh lebih mendalam. Hal ini juga melanggar
paling tidak semangat hukum kesehatan masyarakat, yang mengakui hak
orang tua untuk terlibat dalam keputusan yang memengaruhi kesehatan,
keamanan, dan kesejahteraan anak-anak minor mereka.
Bahkan meskipun apabila rencana sekolah untuk mendistribusikan
kondom tanpa seizin orang tua dapat dibawa ke meja hijau, apa yang terjadi
terhadap kepercayaan dan kemitraan antara sekolah dan keluarga, yang
sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang pendidikan nilai? Menurut
Michael Petrides, seorang ayah dan anggota salah satu dar tiga New York
City School Board yang menentang kondom kota New York tanpa
permohonan ijin orang tua: Apabila seorang tetangga memberikan kondom
ke salah satu anak saya tanpa memberitahu saya atau istri saya, saya
mungkin akan mengambil telepon dan menghubungi pihak kepolisian.
6. Sekolah tidak dapat, dalam pengejaran tujuan lainnya,
mengesampingkan kewajiban pendidikannya untuk mengajarkan nilai dan
karakter yang baik. Penulis berpikir banyak sekolah yang mencoba
mendorong pantangan dan pemakaian kondom merasakan pertentangan
internal pendekatan tersebut namun merasakan bahwa hal tersebut
merupakan kompromi yang diperlukan untuk memerangi kehamilan
remaja dan AIDS. Kehamilan remaja dan AIDS merupakan permasalahan
478 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

social yang serius, tentunya, namun sekolah harus tidak pernah terlibat
dalam pendidikan yang buruk dalam suatu usaha untuk memperbaiki
permasalahan sosial yang ada. Sekolah merupakan suatu institusi
pendidikan yang pertama dan terutama; maka dari tugas pertamanya adalah
selalu mengajarkan kepada anak-anak kebenaran dan nilai-nilai yang baik.
Kebenarannya adalah bahwa aktifitas seksual yang dilakukan oleh para
remaja yang tidak menikah itu berbahaya baik bagi diri mereka maupun
bagi masyarakat. Nilai yang secara moral itu benar adalah orang muda harus
menghindari aktifitas semacam itu.
Sekolah harus tidak boleh tampak membuktikan sesuatu yang sudah
jelas salah bagi para siswa. Tidak ada satu sekolah pun yang akan
mempertimbangkan pembagian jarum yang bersih sebagai sarana
mengurangi penyeberan AIDS di antara pecandu obat suntik. Sekolah harus
memiliki kejelasan yang sama mengenai misi mereka dalam pendidikan
seks. Usaha-usaha untuk mereduksi kehamilan remaja dan AIDS tidak
dilaksanakan dengan mengorbankan nilai dan karakter anakanak.
Sasaran pendidikan seks yang paling penting adalah membantu orang
muda belajar untuk bertindak sebagaimana mestinya dengan kendali atas
hasrat, rasa hormat terhadap diri sendiri, rasa hormat terhadap orang lain,
dan pandangan ke masa depan dalam kehidupan seksual mereka
sebagaimana halnya dalam area kehidupan mereka lainnya. Apabila
anakanak belajar untuk menolak godaan seks prematur tepat seperti
mereka menolak obat-obatan dan aktiftas lainnya yang membahayakan,
maka kita akan mencapai kemajuan dalam pengurangan kehamilan remaja
dan penyebaran penyakit menular seksual. Dan anak-anak kita akan
mengembangkan jenis nilai dan karakter yang suatu hari nanti akan
membantu mereka dengan baik sebagai pasangan dalam pernikahan, orang
tua dari anak-anak mereka sendiri, dan warga masyarakat yang baik.
Sebagai suatu dorongan terhadap koreksi pendidikan pantangan yang
tidak memenuhi syarat dan menghindari pesan seks-aman, sekolah harus
mengingat bahwa pendidikan seks pro-pantangan bukan merupakan
preposisi hipotesis; pendidikan ini harus berjalan terus dan berhasil di
banyak negara bagian.

RESIKO SEKS YANG TIDAK BERKOMITMEN


Pendidikan Seks | 479

Satu bagian besar di dalam menentukan kasus bagi pantangan adalah


membantu orang muda memahami konsekuensi psikologis seks yang serius
di luar dari hubungan cinta yang berkomitmen. Bagaimana Anda dapat
menjelaskan bahaya emosional yang nyata kepada anak-anak?
Penyesalan. Sebagai seorang konselor, dosen dan psikolog Dick Purnell
terus-menerus mendengar pengalaman perasaan bersalah dan kehampaan
dan penyesalan orang-orang setelah melakukan hubungan seks yang tidak
berkomitmen: Orang-orang datang kepada saya, dan di ruang kantor saya
yang tertutup mereka mengeluarkan isi hati mereka dan berbicara
mengenai luka emosional yang mengisi hati mereka. Apa yang mereka
katakana biasanya seperti ini: Pertama kali, berhubungan seks memang
sangat-sangat menyenangkan. Kemudian, saya merasa bersalah terhadap
diri saya sendiri. Kemudian saya merasa bersalah terhadap orang yang saya
ajak berhubungan seks. Kami mulai sering bertengkar dan berdebat.
Kemudian kami putus, dan sekarang kami bermusuhan.
Para remaja perempuan perlu mengetahui penyesalan mendalam yang
dirasakan teman-teman perempuan mereka setelah terlibat secara seksual.
Menurut seorang murid sekolah menengah atas: Saya merasa kesal ketika
melihat teman-teman saya kehilangan keperawanan mereka dengan lakilaki
yang mereka temui. Kemudian, setelah laki-laki tersebut mencampakkan
mereka, mereka datang kepada saya dan berkata, Seandainya aku tidak
melakukannya. Menurut seorang siswi kelas sembilan yang tidur dengan
seorang siswa kelas delapan sekolah menengah pertama, Saya muda, tapi
saya merasa tua.
George Eager, penulis Love, Dating, and Sex (salah satu buku terbaik
yang ditulis bagi remaja untuk subyek ini), memberikan saran berikut ini
kepada anak-anak laki-laki: Ketika kalian putus, biasanya perempuan lebih
tegar daripada laki-laki. Putus bukanlah sesuatu hal yang kalian inginkan
dari hati nurani kalian bahwa kalian telah membuat orang lain memiliki
permasalahan emosional yang mendalam. Di majelis sekolah menengah,
menurut Eager, seorang pembicara yang terkenal diberi pertanyaan berikut,
Hal apa yang paling Anda sesalkan selama masa sekolah menengah Anda?
Dengan segera pembicara itu menjawab, Satu hal yang paling saya sesali
dalam hidup saya adalah bahwa saya menghancurkan seorang gadis dengan
sebelah tangan.
Penyesalan atas hubungan seks yang tidak berkomitmen dapat
berlangsung selama bertahun-tahun. Penulis baru-baru ini menerima
480 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sebuah surat dari seorang wanita berusia 33 tahun, sekarang ini berprofesi
sebagai psikiater, yang sangat prihatin dengan tekanan dan godaan seksual
yang dihadapi anak-anak muda sekarang. Wanita ini bercerita tentang
pelajaran yang ia dapatkan dengan keras. Setelah menyelesaikan jenjang
sekolah menengah, ia menghabiskan waktu setahun di luar neger sebagai
anggota pertukaran pelajar.
Saya masih perawan ketika berangkat, tapi saya merasa saya
dilindungi. Saya telah memperoleh IUD jadi saya dapat menentukan
keputusan sendiri apabila saya mau dan kapan pun saya mau. Saya telah
mengeraskan diri saya terhadap komitmen yang saya buat. Saya tidak
akan pernah menikah dan memiliki anak; saya ingin mengejar karier
saya. Selama saya berada di luar negeri, dari usia 17 tahun sampai
dengan 18 tahun, saya suka bergonta-ganti pasangan.
Namun kenyataannya adalah, hal itu membuat saya terpisah dari diri
saya sendiri. Luka terdalam dan berlangsung lama membuat saya
merasa sakit hati. Rasa sakit yang ada ketika memberikan bagian yang
berharga dalam diri saya jiwa saya kepada banyak orang tanpa
alasan apapun, masih terasa. Saya tidak pernah membayangkan saya
akan membayar sangat mahal dan sangat lama.

Ketika Anda berbagi badan Anda dengan orang lain, sebagaimana yang
ditunjukkan Dick Purnell, Anda memberikan bagian Anda sendiri. Ketika
orang itu meninggalkan kehidupan Anda, sesuatu yang Anda miliki pergi
bersamanya. Anda tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali.
Gangguan keintiman pernikahan. Dr. Kevin Leman, seorang psikolog
klinis, menggambarkan kilas balik seksual yang meresahkan sejumlah
wanita yang menikah yang telah beliau berikan konseling. Ketika mereka
bercinta dengan suami mereka, mereka mengalami penderitaan
kadangkadang 10 sampai dengan 15 tahun pernikahan karena gambaran
mental seks pranikah dengan partner lain yang muncul secara tidak sengaja.
Para pria juga rentang terhadap kilas balik yang menggelisahkan ini.
Menurut seorang suami yang masih muda:

Saya menikahi salah satu wanita tercantik yang pernah saya temui. Saya
akan melakukan apapun untuknya. Dan saya akan melakukan apapun,
APAPUN, untuk melupakan semua pengalaman seksual yang saya miliki
sebelum bertemu dengan istri saya. Ketika kami mulai melakukan hubungan
Pendidikan Seks | 481

seksual, gambaran masa lalu dan wanita lain masuk ke dalam pikiran saya,
dan hal ini membunuh keintiman apapun. Saya berada pada titik di mana saya
tidak ingin melakukan hubungan seks karena saya tidak dapat menyimpan
semua kenangan itu. Kenyataannya adalah, saya telah menikahi wanita yang
cantik ini selama delapan tahun dan saya tidak pernah sendirian di kamar
tidur dengannya.
MEMBANTU ORANG MUDA MENGEMBANGKAN NILAI MORAL SEKSUAL

Sekolah dapat membantu para siswa mengembangkan rasa hormat dan


tanggung jawab dalam sikap dan perilaku seksual mereka apabila mereka:
1. Mengimplementasikan suatu program pendidikan seks yang mendorong nilai
pantangan remaja, idealisme seks dalam pernikahan, dan perkembangan
total siswa sebagai pribadi yang mampu mengevaluasi, memiliki kepercayaan
diri, dan memiliki kecakapan.
2. Mengajarkan mengapa kontrasepsi tidak menghasilkan hubungan seks yang
aman atau bertanggung jawab.
3. Mengajarkan bahwa cinta berarti menginginkan yang terbaik bagi orang
lain.
4. Membantu para siswa memahami resiko fisik dan emosional hubungan seks
di luar nikah.
5. Mendorong para siswa membawa nilai dan pengajaran untuk memegang
teguh keyakinan religius mereka pada pertanyaan seksual.
6. Memberikan program bagi anak-anak laki-laki yang berhubungan dengan
tantangan khusus yang dikemukakan mereka (misalnya: sikap bahwa seks
merupakan bagian yang diperlukan ketika berkencan).
7. Menangani pertanyaan tentang homoseksual dalam suatu cara yang
mengakui pandangan berbeda; menekankan kewajiban untuk melakukan
kaum homoseksual dengan hormat tanpa memperhatikain pandangan
pribadi seseorang; dan mengajarkan bahwa tanpa memperhatikan orientasi
seksual, cara terbaik untuk menghindari AIDS dan penyakit menular seksual
lainnya adalah menahan diri untuk tidak berhubungan seks di luar hubungan
dewasa dan monogami yang dilandasi keyakinan dari kedua belah pihak.
8. Mencari bantuan orang tua di dalam mengajarkan perilaku seks yang sehat
dengan mengirimkan salinan pelajaran pendidikan seks di sekolah ke rumah,
melakukan workshop bagi para orang tua yang membahas seks pada anak-
anak, dan membuat para orang tua sadar akan dampak berbahaya
menunjukkan materi seksual yang tidak pantas kepada anakanak.
482 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

9. Meyakinkan bahwa para guru di kelas pendidikan seks merupakan model


peran yang tepat, dengan keyakinan personal yang kuat mengenai
pentingnya pantang berhubungan seks pada diri remaja.
10. Memberikan program khusus bagi remaja beresiko tinggi yang
mengembangkan keyakinan diri dan mengembangkan opsi kehidupan
mereka.
Dampak yang mengejutkan pada perkembangan remaja sebagai suatu
pribadi. Para gadis, utamanya, beresiko menyakiti perkembangan mereka
melalui penyerapan dalam hubungan seksual. Menurut psikiater New York
Samuel Kaufman: Seorang gadis yang terlalu dini masuk ke dalam
hubungan seks yang serius dengan seorang laki-laki dalam kehidupannya
mungkin belakangan nanti mengetahui kalau individualitasnya dirintangi.
Gadis ini menjadi bagian dari laki-laki tersebut dan gagal mengembangkan
keinginannya sendiri, pemahamannya akan identitas yang independen.
Dr. Reo Christenson dari Miami University, Ohio, mengidentifikasi
beberapa bahaya lainnya dalam hubungan seks para remaja: sifat
pengalaman seksual awal yang sering tidak terpuaskan, terutama bagi para
gadis; perasaan bersalah yang akan dialami para remaja; kesedihan
mendalam apabila kehamilan terjadi atau apabila aktifitas seks ketahuan;
penghentian aktifitas remaja normal kehadiran perhatian dan larangan
orang dewasa yang prematur apabila kehamilan terjadi; dan ibu muda yang
mungkin ditinggalkan oleh ayah muda.
Salah tugas pendidikan seks yang paling penting adalah membantu
orang muda memperoleh pengetahuan etika utama: Cinta itu menginginkan
yang terbaik bagi orang lain, sekarang dan di masa mendatang. Anda
mungkin dengan susah paya mengklaim diri mencintai seseorang apabila
berjudi dengan kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan sekarang dan di
masa mendatang orang yang bersangkutan.
Para remaja perlu mengetahui bahwa apabila seseorang memaksa
berhubungan seks dengan mengatakan, Kalau kau mencintaiku, kau pasti
mau melakukannya, mereka dapat membalasnya demikian: Kalau kau
mencintaiku, kau pasti tidak akan memintanya.

KAPAN AGAMA MASUK?


Pendidikan Seks | 483

Reo Christenson, yang menulis dalam Chistianity Today, memunculkan


isu lain yang masih sensitive: peran agama dalam pendidikan seks. Beliau
menunjukkan bahwa banyak orang tua berselisih paham dari pendidikan
seks sekolah negeri karena mereka yakin bahwa prinsip agama dan etika
krusial akan tidak diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan. Menurut
beliau, bagaimana mungkin suatu perspektif religius akan diikutsertakan
dalam suatu cara yang sesuai dengan Konstitusi?
Pendapatn Christenson: Menyusun pertanyaan para siswa ke dalam
permasalahan seks sehingga pertanyaan religius dimunculkan tepat
bersamaan dengan pertanyaan lain yang relevan. Misalnya, ketika
mengeksplorasi pertimbangan moral, para siswa akan meneliti pertanyaan-
pertanyaan seperti: Apa yang dikatakan agama Kristen atau Yahudi atau
Islam tentang seks pranikah? Apa yang dikatakan tradisi ini tentang
moralitas aborsi.
Beliau mengamati bahwa pertanyaan ke dalam hal-hal semacam itu
akan menjadi baik di dalam Konstitusi. Para guru tidak akan berpikiran
untuk menyampaikan kepada para siswa apakah keyakinan mereka sah atau
tidak, namun akan mendorong mereka untuk membawa keyakinan apapun
yang mereka miliki ke dalam pembahasan. Christenson menunjukkan, Hal
tersebut pada gilirannya akan mengharuskan para orang tua, pastur,
pendeta, dan rabbi untuk meyakinan bahwa warisan religius para siswa
dalam area ini diklarifikasi, sehingga para siswa dapat memperingatkan
para siswa secara akurat sembari merumuskan pandangan ini.
Dua temuan baru ini mendukung kebijaksanaan membantu para remaja
memegang teguh tradisi religius mereka pada pertanyaan seksualitas. Salah
satunya adalah bahwa para remaja yang mengatakan mereka sering
menghadiri layanan religius melaporkan tingkat aktifitas seksual yang
secara signifikan lebih rendah (18 persen di di antara remaja berusia 12-17
tahun) daripada mereka yang mengatakan jarang atau tidak pernah
menghadiri layanan religius (38 persen aktif secara seksual). Namun
demikian, polling lainnya mendapati bahwa persentase yang cukup tinggi
(43 persen) pada para remaja berusia 17 tahun di dalam keluarga evangelis
Protestan telah melakukan hubungan seksual. Tiga perempat dari para
remaja yang telah aktif secara seksual ini mengatakan bahwa mereka
sedikit atau sama sekali tidak memperoleh informasi apapun mengenai
seks dari gereja mereka. Sekolah dapat membantu dengan mendorong para
siswa untuk meneliti ajaran keyakinan mereka tentang seks.
484 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sensitifitas terhadap keyakinan religius juga pentng ketika sekolah


berurusan dengan suatu permasalahan sepert masturbasi. Penulis telah
berbicara dengan para pendidik seks yang berpikir kalau sekolah harus
mengajarkan kepada anak-anak bahwa masturbasi alternatif hubungan
seksual yang sehat, normal, dan aman. Namun hal tersebut mengabaikan
pandangan bahwa seks dimaksudkan Tuhan sebagai hal yang bersifat
relasional, suatu pernyataan kasih antara dua orang. Ketika secara umum
diakui bahwa masturbasi merupakan perilaku anak-anak yang umum,
bagaimanapun juga banyak orang tua yang dengan lembut ingin mendorong
anak-anak mereka untuk mencoba melawan godaan tersebut. Para guru
diwajibkan untuk menghormati nilai orang tua tersebut dan harus
mendorong anak-anak yang bertanya tentang masturbasi untuk berbicara
dengan orang tua mereka.

APA YANG HARUS DIKATAKAN SEKOLAH TENTANG


HOMOSEKSUALITAS?

Pada tanggal 22 April 1988, The New York Times memuat cerita yang
berjudul Sex Education Manual Prompts Moral Outrage (Bahasa
Indonesia: Panduan Pendidikan Seks Mendorong Penyakit Moral). Panduan
tersebut, yang diterbitkan oleh hibah federal klinik perencanaan keluarga
New Hampshire, memuat pernyataan berikut: Remaja gay dan lesbian
sangatlah wajar, dan ketertarikan seksual mereka terhadap jenis kelamin
yang sama adalah sehat.
Kritikus panduan tersebut, termasuk Gubernur New Hampshire,
menyatakan keberatan terhadap homoseksualitas yang dinyatakan kepada
siswa sebagai hal yang wajar dan sehat. Penulis panduan tersebut
membela dirinya dengan menyatakan bahwa tujuannya adalah membantu
para guru memberkan dukungan kepada para remaja homoseksual di dalam
kelas dan menanggapi keterangan yang diabaikan terhadap para remaja
homoseksual. Kami mengatakan bahwa homofobia adalah
permasalahannya.
Untuk memutuskan apa yang harus dikatakan tentang homofobia,
pertama-tama kita harus mengklarifikasi bahasanya. Homofobia telah
digunakan untuk mengartikan paling tidak tiga hal berbeda. Salah satunya
adalah ketakutan irasional homoseksual, seperti keyakinan bahwa
Pendidikan Seks | 485

seseorang dapat tertular AIDS melalui kontak biasa non-seksual dengan


kaum gay. Hal tersebut sebenarnya merupakan ketakutan irasional yang
tidak berdasar yang harus dikoreksi sekolah dengan informasi yang akurat.
Homofobia juga digunakan untuk mengartikan kebencian atau
perlakuan yang tidak adil dan tidak berbelas kasihan terhadap kaum
homoseksual. Tindakan semacam itu, yang berkisar dari penghinaan verbal
sampai dengan pembunuhan, semakin meningkat dan harus dinyatakan
bersalah dengan alasan yang sama bahwa kebencian dan perlakuan yang
tidak pantas terhadap kelompok apapun harus dinyatakan bersalah: Mereka
melanggar keadilan, martabat manusia, dan rasa hormat terhadap
kehidupan.
Namun homofobia juga digunakan dalam cara yang ketiga: untuk
mengartikan bahwa seseorang yang menentang perilaku homoseksual
dihakimi dengan cara yang sama bahwa seseorang dengan sikap rasis atau
seksis dihakimi. Namun demikian, apakah homoseksualitas itu benar dan
normal, hanya satu gaya hidup lainnya, merupakan masalaha penilaian
moral dan/atau religius (sebagaimana yang dipertentangkan oleh
dianggap) di mana orang-orang yang terhormat dapat dan memang tidak
setuju.
Beberapa orang, misalnya, yakin bahwa gaya hidup homoseksual pada
akhirnya merupakan perilaku yang merusak diri sendiri. Orang lain
menyatakan keberatannya dengan dasar agama: Seks kaum homoseksual
melanggar apa yang mereka anggap sebagai perintah Tuhan bahwa seks
diperuntukkan bagi pria dan wanita yang dipersatukan dalam pernikahan.
Seseorang dapat mewajibkan seluruh warga, tanpa memperhatikan
pandangan pribadi homoseksualitas, untuk menghormati hak sipil dan hak
asasi manusia kaum homoseksual. Namun demikian dan poin ini sering
hilang dalam perdebatan sekarang seorang tidak dapat menuduh orang
lain mabuk agama karena orang, dengan hati nurani yang baik, membuat
penilaian bahwa aktifitas homoseksual bukan merupakan yang benar atau
sehat. Kewajiban etika untuk memperlakukan setiap orang dengan adil tidak
berarti bahwa seseorang harus mengakui seluruh perilaku orang lain, entah
itu perilaku seksual atau perilaku lainnya.
Penulis yakin bahwa sekolah, dalam ikatan kebenaran, merasa peka
terhadap pluralisme dan menyuarakan pendidikan moral apabila:
1. Memperjelas bahwa perilaku homoseksual sangatlah controversial dalam
masyarakat kita dengan beberapa orang yang menganggapnya wajar
486 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

sedangkan yang lain memandangnya bertentangan dengan apa yang baik


dan wajar. (Pendidik seks harus menghormati fakta bahwa tidak ada
dukungan publik bagi posisi bahwa sekolah harus menyampaikan kepada
para siswa bahwa homoseksualitas bukan sekedar aktifitas seksual yang
berubah; posisi tersebut hanya dipegang oleh 24 persen orang dewasa di
Amerika dalam polling nasioinal untuk majalah Time.

2. Membedakan antara penilaian moral perilaku homoseksual, di mana


orang-orang dengan hati nurani yang baik tidak menyetujuinya, dan
perlakuan terhadap kaum homoseksual, yang harus diatur oleh prinsip
menghormati martabat manusia yang sama yang mengatur perlakuan bagi
semua orang; dan memberikan contoh nyata perlakuan yang tidak pantas
(memanggil sebutan, membuat graffiti, pelecehan, kekerasan) yang
merupakan pelanggaran berat bagi rasa hormat terhadap kaum
homoseksual sebagai manusia.

3. Tekankan bahwa, tanpa memperhatikan orientasi seksual, cara terbaik


bagi orang muda untuk menghindari AIDS dan penyakit menular seksual
lainnya adalah rekomendasi yang dibuat oleh panduan Departemen
Pendidikan Amerika Serikat (U.S. Department of Education) berjudul AIDS
and the Education for Our Children: untuk menahan diri dari aktifitas
seksual sampai dewasa dan siap untuk membentuk hubungan monogamy
yang dilandasi keyakinan kedua belah pihak.

APA PERANAN ORANG TUA?

Riset menunjukkan bahwa ketika orang tua berbicara tentang seks


secara terbuka dengan anak-anak mereka, sikap dan nilai seksual anakanak
lebih mungkin mencerminkan sikap dan nilai seksual orang tua mereka.
Apabila sekolah ingin memperbesar kesempatannya untuk
memengaruhi nilai seksual orang muda, maka sekolah harus meminta
bantuan orang tua. Untuk melakukannya, sekolah dapat:

Mengrimkan pernyataan tertulis tentang sasaran program pendidikan seks


dan paling tidak kerangka kurikulum terhadap semua orang tua; mengajak
orang tua yang berminat untuk bergabung dan mengupas bahan kurikulum
yang akan digunakan; dan memberikan opsi bagi keluarga untuk tidak
membiarkan anak mereka berpartisipasi dalam bagian apapun dari
Pendidikan Seks | 487

kurikulum tersebut, tidak dimandatkan oleh negara bagian, yang dapat


tidak disetujui oleh orang tua.

Mengirimkan salinan pelajaran di sekolah mengenai seks, seperti


matapelajaran Teen-Aid, Sex Respect, dan Atlantas Postponing Sexual
Involvement ke rumah.

Menyambut orang tua sebagai pengamat dalam kelas pendidikan seksual


sebagai suatu cara untuk membangun kepercayaan lebih jauh.

Mengadakan workshop bagi para orang tua tentang berbicara kepada


anak-anak mengenai nilai dan perilaku seksual.

Membiarkan orang tua mengetahui bahwa banyak anak sekolah yang


memberikan bukti dalam pembicaraan, sikap, dan perilaku seks mereka
yang terlalu dini atas paparan yang prematur dan tidak sehat terhadap
rangsangan seks. Kutiplah contoh kasus di mana pronografi telah
berbahaya bagi anak-anak. Berikan dukungan kepada orang tua dengan
mengatakan tidak untuk film dan acara TV yang memasukkan materi
seksual eksplisit atau yang mengambil sikap yang disukai terhadap perilaku
seks di luar nikah. Tekankan bahwa apabila anak-anak mengambil sikap
yang salah terhadap seks sejak dini, maka sekolah akan lebih sulit di dalam
mengajarkan sikap yang positif dan hambatan seksual nantinya.

Katakan pada orang tua, Anda adalah pendidik seks anak Anda yang palng
penting, pengaruh utama pada sikap seksual dan hati nurasi mereka.
Doronglah orang tua untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka
tentang seks secara terbuka, sering, dan lebih cepat.
Pada usia 3 tahun, misalnya, anak-anak tidak terlalu seriing diajari
tentang bagaimana caranya mengenali, melawan, dan melaporkan
sentuhan jahat. Pada usia 4 atau 5 tahun, anak-anak dapat diperkenalkan
kepada fakta tentang reproduksi melalui buku seperti buku karangan
Andrew Andry dan Steven Schepp yang bagus berjudul How Babies Are
Made (a Time-Life publication) (bahasa Indonesia: Bagaimana Bayi
Dibuat). Beberapa orang tua telah membuat surat kolom nasihat
(misalnya: Abby terkasih, aku hamil tapi aku sangat ketakutan untuk
memberitahukan hal ini kepada orang tuaku) untuk mengadakan diskusi
di meja makan (Saran apa yang seharusnya diberikan Abby) dan telah
mendapati hal tersebut sebagai sarana yang baik bagi pembicara nilai-nilai
keluarga sehubungan dengan seks.
488 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Biarkan orang tua mengetahui apa yang ditunjukkan studi atau penelitian:
Orang muda yang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri
kurang begitu mungkin untuk terlbat secara seksual. Hal ini berarti
membantu anak-anak untuk membangun gambaran diri yang positif di
rumah sebagaimana halnya di sekolah.

PENTINGNYA PERAN GURU

Baik orang tua maupun sekolah harus memperhatikan siapa yang


mengajarkan tentang seks kepada anak-anak. Program pro-pantangan di
awal bab ini merekomendasikan seluruh pentingnya idealisme dan batasan
guru sebagai model peran. Sayangnya, pengajaran banyak pendidik seks
dibentuk di era yang lebih permisif dan tid ak memiliki batasan pribadi yang
kuat mengenai hasrat pantangan remaja, kurang lebih tidak berhubungan
seks sampai menikah.
Penulis baru-baru ini bertemu dengan seorang pendidik ketika penulis
mengambil bagian dalam talk show di televisi dengan tema permasalahan
remaja. Setelah penulis berbicara tentang bahaya aktifitas seksual remaja
dan kebijaksanaan kesucian,

Saya seorang pendidik seksualitas. Putri saya masih reaja; dia sedang
berada di sini. Dalam dapur kita di rumah, saya memiliki kondom yang
berwarna d dinding seluruh warnanya berbeda. Saya ingin anak saya untuk
tumbuh dan merasa nyaman dengan kondom. Di sekolah, kami membagikan
kondom di kelas. Pertama-tama, anak-anak kaget dan mengatakan Oooh!
namun perlahan-lahan mereka menjadi nyaman dengan kondom tersebut.

Setelah acara ini selesai, penulis menghampiri orang ini dan memulai
pembicaraan yang berjalan sebagai berikut:

Penulis : dengan terlaku fokus kepada kondom,


bukankah anda mengirimkan pesan kepada anak-anak bahwa
satu-satunya hal yang perlu mereka perhatikan adalah dengan
menghindari kehamilan dan penyakit? Anda tampaknya tidak
berhubungan dengan moralitas keputusan awal remaja tentang
apakah ingin terlibat secara seksual atau tidak.
Pendidik : Kami benar-benar berhubungan dengan hal itu.
(Wanita)
Pendidikan Seks | 489

Penulis : Bagaimana caranya?

Pendidik : Kami bertanya kepada para siswa tentang nilai apa yang mereka
pegang dan apakah melakukan hubungan seksual sejalan
dengan nilai mereka.

Penulis : Bagaimana apabila seorang siswa berkata, Berhubungan seks dengan


pacar sejalan dengan nilai saya?

Pendidik : Kalau demikian, berarti itu adalah keputusan mereka.

Penulis : Tapi Anda tidak menggunakan pendekatan tersebut dengan obat-


obat, minuman keras, atau kebiasaan mengutil, bukan? Anda tidak
akan mengatakan, Apabila hal ini sejalan dengan nilai kalian,
maka sah-sah saja kalau kalian melakukannya.

Pendidik : Seks tidaklah seperti itu. Saya percaya seks itu sehat.

Penulis : Bagi remaja?

Pendidik : Iya.

Sudah jelas nilai wanita ini tidak mencerminkan nilai sebagian besar
orang dewasa yang mengatakan kalau mereka ingin mengajarkan kepada
para remaja bahwa mereka tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Sekolah sudah jelas memiliki tanggung jawab terhadap komunitasnya
sebagaimana halnya terhadap perkembangan moral dan kesejahteraan
orang muda untuk menyeleksi pendidik seks yang tidak menyetujui
keterlibatan seksual siswa mereka.
Untungnya, pendidikan seks yang baru memperoleh landasan. Dan
strategi yang baru sedang dikembangkan sepanjang waktu:
mengkombinasikan pendidikan seks dengan perencanaan karier dan
layanan komunitas atau masyarakat (sebagaimana halnya dalam Teen
Outreach Program di St. Louis); Teen Pregnancy Prevention Week (bahasa
Indonesia: Minggu Pencegahan Kehamilan Remaja) yang berlaku di seluruh
kota, termasuk musik rap, komedi pendek, tarian, dan poster buatan
remaja yang mengatakan Parenthood Is Permanent; Decide Today, Choose
Delay (bahasa Indonesia: Menjadi Orang Tua itu Pasti; Putuskan Sekarang,
Pilihlah Penundaan; melibatkan siswa lebih tua yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan kelas pendidikan seks; pembicara tamu para ayah
dan ibu muda, misalnya yang berbicara dengan panjang lebar tentang
kesalahan yang mereka buat dan bagaimana caranya untuk menghindari
490 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kesalahan tersebut; membentuk majelis yang menampilkan beberapa


pembicara, sepert Molly Kelly dari Pennsylvania (seorang ibu dari empat
orang remaja yang sudah memberikan ratusan ceramah di sekolah
menengah yang ada di Amerika Serikat dan Kanada), yang dapat
menjelaskan kesucian dengan sentuhan lembut dan dalam suatu cara yang
dapat diterima oleh para remaja dengan mudah; program yang
menargetkan utamanya para pemuda yang rentan, seperti anak-anak yang
potensial dikeluarkan dari sekolah, dengan membuat mereka terlibat dalam
aktifitas produktif yang membangun keahlian dasar mereka, keyakinan diri
mereka, dan harapan mereka di masa depan; dan meletakkan pondasi bagi
pendidikan seks di jenjang kelas dini, di mana diskusi dapat berhubungan
dengan topik-topik seperti afeksi fisik yang positif yang ditunjukkan
keluarga dan bagaimana caranya untuk mengatakan tidak pada sentuhan
yang tidak pantas.
Dalam melimpahnya pendidikan seks, sekolah dapat mengatur jalannya
matapelajaran yang benar- matapelajaran yang menjawab minat terbaik
siswa di masa sekarang di masa yang akan dating apabila mereka
mengingat hal ini dengan jelas: Sasaran sekolah dalam pendidikan seks
berbasis nilai adalah bukan hanya sekedar mereduksi kehamilan remaja dan
penyakit menular seksual, sama pentingnya dengan inti pendidikan seks itu
sendiri. Sasaran sekolah juga membantu para remaja menghindari semua
rasa sakit emosional pada diri sendiri dan pada orang lain yang diakibatkan
oleh hubungan seks yang premature dan tidak berkomitmen; membantu
para siswa mengembangkan kendali diri yang akan berperan dengan baik
bagi mereka di rentang kehidupan mereka; memajukan seks yang ideal
sebagai bagian dari komitmen pernikahan; dan membantu para siswa
mengembangkan pemahaman etika hubungan antara cinta dan seks.
Cara yang terbaik untuk mengejar seluruh sasaran pengembangan
karakter ini adalah mengadopsi kurikulum pro-pantangan yang didesain
dengan baik yang sudah tersedia. Program ini membantu para siswa untuk
sampai kepada kesimpulan bahwa bersikap abstain dalam berhubungan
seks merupakan satu-satunya pilihan yang bertanggung jawab yang dapat
mereka ambil.
Sumber baru yang sangat direkomendasikan:
Safe Sex: A Slide Program. Presentasi gambar slide/rekaman audio yang
sangat persuasif fakta medis itu sendiri bahwa satu-satunya seks yang benar-
Pendidikan Seks | 491

benar amain adalah seks dalam pernikahan. Tersedia dari Available from the
Medical Institute for Social Health, P.O. Box 4919, Austin, TX, 787654919
(nomor telp.: 512-476-1766).
Foundations for Family Life Education oleh Margaret Whitehead dan
Onalee McGraw. Pendidikan seks berbasis pantangan untuk jenjang K-10 dan
bibliografi lengkap kurikulum dan video yang sesuai dengan usia siswa.
Tersedia dari Education Guidance Institute, 927 S. Walter Reed Drivem suite
4, Alrington, VA, 22204 (nomore telp.: 730-486-8313). Juga tersedia dari
sumber yang sama: Love and Marriage at the Movies: Educating for
Character through the Film Classics.
BAB19

NARKOBA DAN ALKOHOL

tasiun KYW/TV di Philadelphia baru-baru ini menayangkan sebuah


Sprogram yang berjudul Seberapa JuJurkah Anak-anak Sekarang?
Peneliti bertugas sebagai salah satu anggota panel yang diminta untuk
memberikan komentar pada isu-isu seperti mengapa anak-anak berbohong
dan apakah masalah ini lebih besar dari pada yang seharusnya. Ketika
diskusi ini beralih pada narkoba, pembawa acara menjawab telepon dari
pemirsa yang menonton. Penelepon pertama adalah seorang gadis remaja
dan dialognya adalah sebagai berikut:

GADIS : Saya seorang remaja, dan saya pengguna narkoba.


PEMBAWA ACARA : Anda menggunakan narkoba.
GADIS : Ya.
PEMBAWA ACARA : Berapakah usiamu?
GADIS : Limabelas.
PEMBAWA ACARA : Mengapa kamu menggunakan narkoba?
GADIS : Saya menyukainya. Saya menyukai saat saya
menggunakannya.
PEMBAWA ACARA : Apakah Jenis narkoba yang kamu gunakan?
GADIS : Kokain. Ganja. Amphetamin.
PEMBAWA ACARA : Uh Apakah orangtuamu tahu pengguna
kamu narkoba?
GADIS : Tidak. Jika mereka tahu, mereka akan berkata, Kamu
keluar dari sini! Saya tidak menginginkan hal itu.
PEMBAWA ACARA : Dimana kamu mendapatkan narkoba ini? Bagaimana
kamu membayarnya?
GADIS : Tidak. Teman saya memberikannya pada saya.
Terkadang saya mendapatkan narkoba ini dari pacar saya.
Narkoba dan Alkohol | 493

483
PEMBAWA ACARA : Bagaiamana nilai-nilaimu di sekolah?
GADIS : Semua nilai saya baik-baik saja.
PEMBAWA ACARA : Akankah kamu berhenti menggunakan narkoba?
GADIS : Tidak.
PEMBAWA ACARA : Tidakkah berpikir dirimu adalah seorang pecandu?
GADIS : Saya tidak kecanduan. Saya sudah dua minggu tidak
menggunakan kokain. Saat ini saya hanya mengisap ganja
dan minum.

Peneliti melaporkan dialog ini pada sebuah kelas mahasiswa, yang baru
dua tahun lulus dari sekolah menengah atas.
Saya tidak terkejut akan hal itu, kata salah satu mahasiswa peneliti.
Saya tahu banyak anak-anak di sekolah menengah yang menggunakan
narkoba setiap saat, dan orang tua mereka tidak tahu sama sekali.
Mahasiswa lain menjelaskan suatu hal yang mudah untuk
menmyembunyikan mariyuana dan alkohol dengan menggunakan parfum
dan penyegar nafas, dan banyak anak pergi ke kamar mereka dan jarang
bertemu dengan orang tua mereka. Peneliti menanyakan berapa persentase
teman mereka di sekolah menengah yang mereka katakana menggunakan
narkoba secara teraturpaling sedikit seminggu sekali. Sekitar
setengahnya, kata mereka. Lebih dari 75 %. Kapan mereka mulai meminum
minuman beralkohol? Kelas delapan. Kemudian menggunakan narkoba.
Kelas sembilan.
Studi menunjukkan penggunaan narkoba oleh anak muda adalah
sepuluh kali lebih lazim dibandingkan yang diperkirakan pada orang tua.
Buku penuntun Departemen Pendidikan AS baru-baru ini tentang
pendidikan narkoba menyatakan dengan mutlak: Di Amerika sekarang ini,
ancaman yang paling serius terhadap kesehatan dan kehidupan anak-anak
kita adalah penggunaan narkoba. Pertimbangkan hal berikut:

Amerika Serikat memiliki tingkat tertinggi dalam remaja pengguna


narkoba dari semua negara industri (sepuluh kali lebih besar dari Jepang).

Hampir enam dari sepuluh siswa senior mengatakan mereka telah


menggunakan narkoba ilegal (tidak termasuk alkohol). Menurut laporan
nasional 1990, lebih dari 3,5 juta anak-anak usia 12 sampai 17 tahun telah
494 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menggunakan mariyuana (sekarang merupakan tanaman utama yang


diperdagangkan di negara ini).

Selama dekade yang lalu, menurut Pusat Pengendalian Penyakit, total


konsumsi kokain di AS hampir dua kali lipat. Meskipun keseluruhan
penggunaan kokain adalah diantara siswa sekolah menengah, penggunaan
crack, bentuk kokain yang paling keras telah neningkat secara dramatis.

Peneliti AIDS takut bahwa remaja pengguna narkoba, yang merasa tak
terkalahkan saat mereka sedang mabuk, akan muncul sebagai kelompok
berisiko AIDS yang baru. Kata Robert Fullilove, seorang peneliti pada
Universitas California di San Fransisco: Penggunaan crack membantu
untuk mengisi suatu epidemik penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual diantara remaja.

LSD kembali ke kancah narkoba. Satu diantara 12 siswa sekolah menengah


mengakui bereksperimen dengan obat yang menimbulkan halusinasi ini.

Menurut isu Desember 1988 pada Journal of the American Medical


Association, satu dari 15 siswa senior sekolah menengah telah
menggunakan steroid.

Para siswa mulai menggunakan narkoba pada usia muda dan lebih muda.
Persentase anak-anak yang menggunakan narkoba pada kelas enam telah
menjadi tiga kali lipat sejak 1975. Dalam survey yang dilakukan Weekly
Reader, 25 persen dari siswa kelas empat mengatakan mereka mengalami
sedikit sampai banyak tekanan dari rekannya untuk mencoba narkoba
atau alkohol.

Terdapat suatu gelombang dalam jumlah siswa yang menggunakan alat


penghirup anak-anak dengan usia muda setingkat kelas dua menghirup
uap dari semua benda seperti cat semprot sampai cairan penghapus tulisan.
Studi dari Texas A&M menemukan bahwa sepertiga pengguna alat
penghirup akan menyuntikkan narkoba yang lebih keras empat tahun
kemudian; hampir setengahnya minum minuman beralkohol dalam jumlah
yang akivalen dengan lima kaleng bir sehari.

Tahun 1989 dalam polling oleh Gallup, enam dari 10 remaja menempatkan
narkoba sebagai masalah terbesar dalam genarasi mereka.

ANAK-ANAK DALAM CENGKERAMAN NARKOBA


Narkoba dan Alkohol | 495

Seperti biasa, statistik yang suram , pucat menurut perbandingan dalam


ceritanya.
Di Fayetteville, sebuah sub urban di Syracuse, New York,
sekelompok remaja yang mabuk akibat bir kokain, dan LSD
memotongmotong seekor kucing dan menumpulkan darahnya
untuk ritual Setan.
Bob berusia 17 tahun dan seorang yunior di sekolah sub urban di
pusat kta New York. Kebiasaan mengkonsumsi narkobanya dimulai
ketika dia berada di kelas Sembilan. Pada tahun yuniornya dia
sangat putus asa karena kokain sehingga dia mulai berhubungan
seksual dengan dealer narkobanya yang juga laki-laki.
Maria berusia 16 tahun. Dua tahun lalu dia mengalami pengalaman
pertamanya dengan alat penghirupmenghirup kain yang
terendam bensin pada bis sekolah. Dari situ, teman-temannya
membujuk dia untuk untuk mencoba cat semprot dan Liquid paper.
Ini menjadikannya melupakan segalanya,ujarnya, termasuk
masalah dirumah. Segera dia mulai mencuri untuk mendukung
perilakunya. Kemudian dia mulai mengalami gejala yang makin
memburuk--mata merah, rasa sakit di perut dan kaki, dan hamper
tidak mampu berjalan. Takut dia akan mati, dia berhenti
menggunakan alat penghirup, tapi setelah dia tahu dirinya hamil.
Theresa mulai terjerat narkoba dan pelacuran saat usia 15 tahun.
Bayi perempuannya Candace dilahirkan keracunan kokain. Theresa
telah menyuntik kokain sampai pada dia melahirkan.
Mike merupakan stereotip remaja lelaki sub urban. Dia
memperoleh tanda penghargaan sebagai seorang Pramuka,
memenangkan kompetisi mobil Pinewood Derby, mendapatkan
nilai bagus di sekolah, dan bermain terompet di marching band
sekolahnya. Ayahnya bekerja sebagai pengusaha periklanan, ibunya
mengurus keluarga mereka yang berjumlah lima orang.
Usia 16 tahun, Mike pingsan di sekolah setelah mendengus Freon dari
canister isi ulang pendingin ruangan. Dia mulai mencuri pil dan pil
penghilang rasa sakit dari lemari obat di kamar mandi keluarganya.
Kemudian uang. Orang tuanya membawanya untuk konseling, yang
496 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membantunya untuk sementara. Kemudian satu malam dia pergi ke


kamarnya, menghidupkan stereo di kamarnya, dan gantung diri.

BAGAIMANA NARKOBA MENDATANGKAN MALAPETAKA

Pertama, anak-anak menggunakan narkoba untuk merasa nyaman.


Kemudian mereka menggunakannya untuk menjauhkan perasaan buruk.
Pada akhirnya narkoba itu sendiri akan meninggalkan jejak perasaan buruk.
Lebih dari separuh remaja yang bunuh diri berkaitan dengan narkoba.
Narkoba menghalangi, memperlambat dan mengubah kapasitas
manusia yang paling krusial: persepsi, perencanaan, koordinasi fisik, dan
penilaian moral. Narkoba mengacaukan informasi yang berkaitan dengan
pancaindera, mengurangi kendali diri, dan memnerikan pemahaman yang
salah pada penggunanya bahwa mereka berada pada keadaan yang terbaik
ketika mereka menggunakan narkobasuatu ilusi yang dapat mengarahkan
mereka untuk menghabcurkan diri mereka dan orang lain.
Paling membahayakan, gangguan penyiksaan diri pengguna pada
mental utama dan kapasitas motorik yang diperkuat dengan sensasi
kenikmatan yang tinggi. Dengan terus menggunakan narkoba, yang
mengacaukan pikiran dan tubuh seseorang menjadi kecanduan secara fisik
atau psikologis.
Narkoba dapat bertahan dalam tubuh dan menghasilkan efek samping
negative lama setelah digunakan. Narkoba yang dapat larut dalam lemak
seperti ganja, PCP, dan LSD masuk langsung pada organ tubuh yang tinggi
jaringan lemaknyaseperti otak, dan testis dan ovarium. Sekali berada
disana, mereka menumpuk. Pelepasan narkoba yang secara perlahan dari
waktu ke waktu dapat menyebabkan efek tertunda seperti minggu-minggu
sebelumnya dan bahkan berbulan setelah penggunaan narkoba dihentikan.
Akumulasi THC, bahan utama pengubah pikiran dalam mariyuana,
dapat menghambat formasi DNA, material genetic yang memerintah sel
tubuh untuk bertumbuh. Kerusakan DNA dapat berarti keturunan yang
abnormal.
Tahun 1981 American Medical Association menyatakan bahwa
bahkan penggunaan mariyuana yang moderat [kemudian tersedia]
berkaitan dengan kejiwaan, keadaan panik, dan gangguan kepribadian pada
Narkoba dan Alkohol | 497

anak remaja. Sejak saat dikeluarkannya pernyataan itu, sebagian besar


mariyuanan telah mengandung dua sampai tiga kali lipat untuk jumlah
THCnya yang mampu menyebabkan kerusakan fisik yang serius.
Crack, bentuk kokain murni yang dapat dihisap tersedia paliong sedikit
seharga $10, menghasilkan dorongan perasaan euphoria dengan cepat. Ini
dapat menyebabkan kecanduan dalam beberapa hari. Crack telah
menyebabkan banyak orang muda terjerumus dalam pencurian, prostitusi
dan peredaran narkoba untuk membayar perilaku mereka ini. Seperti
bentuk kokain lainnya, ini dapat juga membunuh dengan menyebabkan
berhentinya jantung atau mengganggu pengendalian otak atas jantung dan
paru-paru.
Beberapa desainer narkoba yang baru sedikit variasi kimia dari
narkoba ilegal yang sudah adatelah menyebabkan kerusakan otak
permanen dengan dosis tunggal.
Narkoba juga merusak pembelajaran dan lingkungan sekolah yang
diperlukan untuk belajar. Liz, 19, mengatakan mengisap ganja tersebar luas
di sekolah sun urbannya. Ini salah satu yang biasa dilakukan anakanak
untuk menggunakan kokain di belakang aula studi Orang akan memasukkan
LSD di kelas
Murid yang menggunakan ganja, sebuh studi menemukan, dua kali
seperti rata-rata nilai D dan F seperti murid lainnya. Murid pengguna berat
narkoba adalah tiga kali lipat membolos sekolah seperti murid bukan
pengguna narkoba. Empat dari lima murid dropout dalam sebuah studi di
Philadelphia menggunakan narkoba secara teratur.
Pada kebanyakan murid, penggunaan narkoba merupakan gejala dari
kesulitan yang lebih dalammasalah dirumah, percaya diri yang rendah,
tidak ada tujuan, tidak ada harapan. Tapi senyawa narkoba adalah masalah
yang sesungguhnya dan mempercepat penurunannya seperti spiral. Satu
dari tiga penelepon remaja pada hot line kokain nasional menyatakan
mereka menjual narkoba. Hampir dua dari tiga mengatakan mereka
mencuri dari keluarga mereka, teman atau majikan untuk membeli narkoba.
Anak-anak remaja menghadapi suatu keseluruhan tantangan dan
tekanan baruperubahan fisik, perubahan mood, tekanan dari orang tua,
tuntutan akademik, tekanan dari rekan sebaya, berkaitan dengan seks yang
berbeda, mengembangkan pemahaman akan kecukupannya, dan
menemukan nilai-nilai dan tujuan yang layak untuk hidup. Jika para remaja
498 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menghadapi tantangan yang membangun ini dan berusahan melaluinya,


mereka menjadi dewasa secara intelektual, emosional, social, dan moral.
Tapi pada tahap saat mereka menggunakan narkoba sebagai sebuah
pelarian atau pendukung, kedewasaan mereka diperlambat dan masa depan
mereka dalam bahaya.

TUMBUH DALAM BUDAYA NARKOBA

Survei Weekly Reader tahun 1987 menyoroti pada apa yang membuat
anak-anak usia sekolah dasar terlibat narkoba. Untuk anak-anak kelas 4
sampai 6, alasan paling penting menggunakan mariyuana adalah untuk
cocok dengan orang lain.
Untuk bersenang-senang merupakan alas an utama yang kedua,
diikuti dengan keinginan merasa lebih tua. Para murid juga
mengindikasikan bahwa TV dan film memainkan peran besar dalam
menjadikan narkoba dan minum nampak menarik. Dan anak-anak tumbuh
dalam dunia dimana potret narkoba hampir menjadi peristiwa berita tiap
hari. Pengungkapan rahasia penngunaan narkoba oleh para atlit dan
selebriti lain sama rutinnya. Maka laporan narkoba menjadi bagian
keseharian.
Pada usia pertengahan duapuluhan, menurut Institut Penelitan Sosial
Universitas Michigan, 75 sampai 80 % orang dewasa muda telah mencoba
narkoba yang dilarang. Lebih dari separuhnya telah bereksperimen dengan
narkoba ilegal selain mariyuana.
Salah satu murid di program pendidikan guru kamiseorang lelaki di
awal usia tigapuluhan yang ingin menjadi guru bahasa Inggris sekolah
menengah pertamadatang ke kantor peneliti suatu hari dan membawa
masalah narkoba. Saya menggunakan narkoba lima tahun
lalu,katanya,dimulai ketika saya berusia 20 tahun dan bekerja sebagai
tukang kayu. Industri konstruksi penuh dengan narkoba. Saya akan bangun
di pagi hari dan menghisap satu puntung. Saya tahu saya harus keluar dan
memasang paku, dan saya tidak mau melakukannya. Saya mengisap satu
punting lagi saat makan siang dan satu lagi sesudahnya.
Ini memperlambat otak saya, dan bukan hanya pada tahun-tahun saya
memakainya. Saya baik-baik saja ketika menulis, tapi ketika saya berbicara,
Narkoba dan Alkohol | 499

saya mengalami masalah dalam mengatur pikiran saya, menyatakan


pendapat saya. Ketika saya menghisap narkoba itu, saya tidak peduli akan
apapuntidak pekerjaan saya, tidak pernikahan saya, tak satupun. Saya
hampir menghancurkan hidup saya.
Dia berkata dia melihat anak-anak sekarang yang terlibat narkoba pada
kelas enam, tujuh atau delapan. Mereka duduk disana, dalam keadaan
linglung, menunggu dering bel sehingga mereka dapat pergi dan menghisap
puntung lainnya. Dan tidak ada seorang pun yang benar-benar berbicara
dengan mereka tentang hal ini, bagaimana mereka menghancurkan hidup
mereka, betapa baiknya hidup tanpa narkoba.
Salah satu alasan adalah banyak guru yang juga melakukan hal itu.
Terdapat sub kultur narkoba yang sangat besar di luar sana. Beberapa orang
seusia saya bahkan akan berbicara pada anak-anak itu dengan cara yang
mendorong mereka untuk memakai narkobaSaya tahu pasangan yang
sudah menikah yang memiliki anak kelas empat dan lima, mereka memakai
narkoba di depan anak-anaknya. Saya tahu orangtua yang mengisap ganja
bersama dengan anak mereka yang masih remaja. Orangorang ini yang
masuk dalam budaya narkoba di tahun enampuluhan, dan mereka masih
demikian adanya.Tidak satupun yang membicarakan hal ini, tapi ini adalah
masalah besar.
Tidaklah benar bahwa tak ada seorangpun yang berbicara langsung
pada anak-anak mengenai narkoba; banyak guru yang mengajarkan tentang
narkoba secara jujur, sepenuh hati, dan kredibel. Tapi pandangan yang lebih
besar dari murid-murid amat disayangkan sah.
Banyak orang tua yang memakai narkoba juga menyiksa anak-anak
mereka ketika berada dibawah pengaruhnya. Seorang ayah di Syracuse,
New York, berulang kali memperkosa dua anak perempuannya, 11 dan 10
tahun, ketika dia menggunakan crack. Komite Nasional untuk Pencegahan
Penyiksaan Anak melaporkan lonjakan 10 persen di 1989 dalam kasus
penyiksaan anak yang diketahui (sampai 2,4 juta)peningkatan terbesar
dalam lima tahun. Menurut juru bicara komite ini Anne Cohn, peningkatan
ini disebabkan terutama karena ledakan dalam penyiksaan zat kimia dari
orang tua,khususnya kokain crack.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN SEKOLAH?


500 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Berita baiknya adalah bahwa terdapat sekolah dan komunitas lintas


negara yang sedang menghadapi masalah narkoba dan membuat
perkembangan yang dapat terlihat.
Cerita sekolah yang telah menetapkan pandangan mereka pada
lingkungan yang sama sekali bebas narkoba dinyatakan dalam buku
pedoman Departemen Pendidikan AS Schools Without Drugs. Setiap kisah
dari sekolah digunakan untuk mengilustrasikan sebuah prinsip dasar dalam
pendidikan narkoba yang komprehensif. Beberapa contoh:
Prinsip 1: Tetapkan peraturan sekolah yang jeasl dan spesifik
mengenai pengunaan narkoba yang meliputi tindakan koreksi yang
kuat.
Studi kasus: Anne Arundel County School District di Annapolis,
Maryland, menemukan memiliki masalah narkoba serius. Bergerak untuk
mengimplementasikan sebuah kebijakan baru yang mengarahkan pejabat
sekolah untuk mengambil langkah tegas ketika para murid ditemukan
memiliki atau menggunakan narkoba:

Sekolah segera memberitahukan pada polisi, menelpon orang tua, dan


menskors murid tersebut selama satu sampai lima hari sekolah.

Seorang asisten khusus pada inspektur menemui murid dan orang tua
bersama-sama. Untuk kembali ke sekolah, murid tersebut harus menyatakan
dimana dan bagaiamana mereka menperoleh narkoba. Mereka harus pula
menyetujui untuk mengikuti program distrik Pendidikan Alternatif narkoba di
malam hari dan setidaknya lkonseling yang ditemani oleh orang tua.

Murid tersebut dikeluarkan bila tertangkap menggunakan narkoba untuk


kedua kalinya atau tertangkap mendistribusikan atau menjual narkoba.

Setelah kebijakan ini diimplementasikan, jumlah pelanggaran narkoba


menurun 60% selama enam tahun berikutnya.
Prinsip 2: Menjangkau komunitas untuk membantu dalam
membuat program kerja sekolah anti narkoba.
Studi kasus: Gompers Vocational-Technical High School di Bronx
Selatan di Kota New York. 95%dari 1500 muridnya adalah dari keluarga
berpenghasilan rendah.
Narkoba dan Alkohol | 501

Artikel New York Times di tahun 1979 menyebut Gompers sebuah


medan perang. Para murid menghisap ganja dan menjual baik di dalam
sekolah dan halaman sekolah. Polisi harus dipanggil setiap hari.
Dewan sekolah mempekerjakan seorang kepala sekolah baru, Victor
Herbert, yang mengambil tindakan ini:

Dia menetapkan program pendidikan narkoba bagi para guru, muted, dan
orang tua yang menitikberatkan untuk mengenali tanda-tanda
penggunaan narkoba.

Memberikan alternative positif bagi para murid pengganti narkoba, dia


membujuk perusahaan seperti IBM untuk mempekerajakan para murid
setelah sekolah dan kerja musim panas. Para murid harus bebas narkoba
untuk berpartisipasi.

Sistem kehadiran terkomputerisasi dipasang untuk memberitahukan pada


orang tua akan ketidakhadiran anak mereka. Asisten Keluarga
dipekerjakan untuk mengetahui keberadaaan para murid yang tidak hadir
dan membawa mereka kembali ke sekolah.

Bekerja sama dengan kapten polisi, Herbert menyusun dua petugas polisi
yang sama untuk merespon semua panggilan dari sekolah ini. Para petugas
ini dating untuk mengenal para murid, dan akhirnya para murid
menceritakan pada polisi tentang penjualan narkoba yang terjadi dekat
sekolah mereka.

Herbert menempatkan satuan pengaman dan pengajar di luar setiap kamar


mandi. Dia mengorganisir pembersihan aula untuk memastikan semua
murid berada di kelas dan tidak lagi diperbolehkan untuk minta ijin saat
makan siang.

Kepala sekolah yang sekarang di Gompers High School melaporkan


bahwa di tahun 1986 tidak terdapat insiden murid yang menggunakan
alkohol atau narkoba di sekolah atau di halaman sekolah, dan hanya satu
insiden kekerasan. Terlebih lagi, persentase murid yang terbaca pada atau
diatas level nilai meningkat dari 45 % di 1979-80 sampai 67 persen di 1984-
85.
Prinsip 3: Melibatkan para murid dalam mendukung murid lain
dalam melawan narkoba.
Studi kasus: R.H. Watkins High School di Jones County Mississipi,
menghasilkan tekanan posutuf temannya sebaya melawan narkoba dengan melatih
502 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

murid sebagai konselor teman sebaya dalam pendidikan narkoba. Murid yang
terpilih sebagai konselor teman sebayanya menerima kredit pendidikan narkoba
untuk memenuhii tanggung jawab berikut:

Tetap bebas narkoba

Mempertahankan nilai rata-rata C atau lebih baik di semua mata pelajaran

Berhasil dalam menyelesaikan pelatihan untuk program konseling,


termasuk unit mengidentifikasi penyalahgunaan narkoba, alasan
penyalahgunaan narkoba, dan aspek hokum dan ekonomi penyalagunaan
tersebut.

Melakukan presentasi tiap bulannya atas penyalahgunaan narkoba dalam


tiap sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan komunitas
kelompok dan gereja.

Berpartisipasi dalam sesi perbincangan kelompok atau konseling individu


untuk para murid.

Ini merupakan sekolah menengah atas di Liverpool, New York, yang


merupakan konselor murid sekolah dasar di komunitasnya.

Kami mengunjungi kelas lima dan enam. Guru tetap berada di ruang kelas,
tapi para muridnya tetap terbuka pada kami. Para guru mereka mengatakan
muridnya lebih mudah berbicara pada kami dari pada dengan mereka. Mereka
mendengarkan kami ketika kami menceritakan tentang masalah yang kami
hadapi dan bagaimana untuk menangani tekanan dari teman sebaya.

Murid yang lebih tua membantu untuk mengajar murid yang lebih muda
yang saat ini merupakan bagian dari gerakan nasional untuk membuat
manfaat yang lebih besar pada murid untuk menjadi sumber daya
pendidikan.Bahkan terdapat Asosiasi Penolong Teman Sebaya Nasional
(2730 Market Street, Suite 120, San Fransisco, CA 94114; tel 415626-1942),
yang akan memberikan saran pada sekolah-sekolah tentang bagaimana
mengembangkan program mereka sendiri. Ketika tiba pada konselor murid,
pemilihan yang teliti, pelatihan dan supervisi pada konselor tersebut
terbukti menjadi resep kesuksesan. Dengan persiapan yang tepat dan
bimbingan dari orang dewasa, para murid akan dapat membantu baik teman
seusianya dan teman sekolah yang lebih muda dengan isu-isu yang
bervariasi seperti narkoba dan alkohol, kesepian dan kebutuhan akan
Narkoba dan Alkohol | 503

persahabatan, kekerasan dan vandalisme, kesulitan akademis, hambatan


bahasa dan kebudayaan, dan resolusi konflik.
Prinsip 4: Mengimplementasikan sebuah program pencegahan
narkoba yang komprehensif, yang dimulai di taman kanak-kanak, yang
mengajarkan mengapa penggunaan narkoba adalah salah dan
merusak dan bagaimana untuk melawan narkoba dengan sukses.
Di Los Angeles, distrik sekolah dan departemen kepolisian telah membentuk
tim untuk menciptakan DARE (Drug Abuse Resistance Education= Pendidikan
Melawan Penyalahgunaan Narkoba), sekarang beroperasi lebih dari 400 sekolah
dari taman kanak-kanak sampai kelas delapan. Lebih dari 50 petugas polisi garda
depan yang telah terpilih dengan seksama dan terlatih dating ke kelas-kelas untuk
mengajarkan pada para murid bagaimana berkata tidak pada narkoba,
meningkatkan rasa percaya diri mereka, mengelola stress, menentang pesan media
pro narkoba, dan mengembangkan keahlian lain untuk membuat mereka bebas
narkoba.
Petugas Bill Guerrero memegang balon merah cerah du depan kelas
DARE enam. Ini adalah balon percaya diri, katanya sambil tersenyum.
Ketika hal baik terjadi pada kita, balon percaya diri kita bertambah besar.
Dia meniup balon itu.
Tapi ketik hal buruk terjadi pada kita, apa yang terjai pada balon
percaya diri kita? Dia mengempis, kata kelas itu. Betul, kata Petugas
Guerrero, mengeluarkan semua udara, membuat suara nyaring. Selurh
anggota kelas tertawa.
Kemudian Petugas Guerrero menyatakan pendapatnya secara serius.
Setiap orang melakukan yang baik, katanya. Mengidentifikasi kekuatan
kita sendiri adalah penting dalam membangun citra diri yang positif. Kita
tidak perlu bergantung pada orang lain untuk meniup balon percaya diri
kita. Dengan memompa percaya diri kita, kita dapat lebih mengendalikan
atas perilaku kita.
Instruktur DARE seperti Petugas Guerrero juga menghabiskan waktu di
taman bermain saat istirahat sehingga para murid dapat berkenalan dengan
mereka. Dan mereka berpartisipasi dalam pertemuan dengan guru, kepala
sekolah, dan orang tua untuk membahas kurikulum pendidikan narkoba.
DARE telah meningkatkan rasa percaya diri para murid, rasa tanggung
jawab bagi diri mereka dan polisi dan perlawanan terhadap narkoba. Dalam
sebuah studi evaluasi, 51 % dari murid kelas lima sebelum DARE
504 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menyamakan penggunaan narkoba dengan memiliki teman lebih banyak.


Setelah program ini, hanya 8 % melaporkan sikap ini.
DARE juga memiliki program malam hari yang mengajarkan para orang
tua tentang narkoba dan cara-cara untuk meningkatkan komunikasi dalam
keluarga. Sebelum mengambil program ini, 61 % orang tua berpikir bahwa
tidak satu pun yang dapat dilakukan orang tua tentang penggunaan narkoba
pada anak-anak mereka. Hanya 5% yang mengatakannya setelah program
tersebut. Sebelum DARE, 32 % orang tua berpikir merupakan hal yang baik
bagi anak-anak untuk minum alkohol pada saat pesta sepanjang ada orang
dewasa di sana; setelah DARE, tak satu pun orang tua yang melaporkan
pandangan tersebut.
Kerjasama DARE antara sekolah dan kepolisian juga menunjukkan
pentingnya menggabubgkan pendidikan hukum dalam pendidikan narkoba.
Terdapat sejumlah anak berjalan berkeliling yangberpikir mengisap
mariyuana adalah legal, kata Eric Mondchein, direktur program Hukum,
Pemuda dan Kewarganegaraan Asosiasi Bar Negara New York. Banyak
kurikulum pendidikan narkoba saat ini berkaitan dengan aspek kesehatan
akibat penyalahgunaan narkoba. Tapi anak-anak juga perlu sadar akan
konsekuensi hukuman narkoba. Jika anda tertangkap, ini dapat
memengaruhi apakah anda dapat masuk ke akademi tertentu, apa pekerjaan
yang dapat anda perolehdi sisa hidup anda.

KAUM MUDA BEBAS NARKOBA

Bennington High School di Bennington, Oklahoma (populasi, tiga ratus),


adalah sekolah yang sama sekali bebas narkoba.
Tidak selalu demikian. Banyak orang di sekitar sini selalu berkata
Bennington memiliki suatu masalah narkoba, kata Christie Wilson, seorang
mahasiswa tingkat dua di sekolah itu.
Tahun 1989, dalam sebuah usaha untuk benar-benar membersihkan
sekolah mereka dari narkoba, semua 75 murid di Bennington High School
menjadi relawan unruk program tes narkoba di selluruh daerah itu. Murid
yang lulus tes menerima kartu identifikasi bebas narkoba, produk diskon di
restoran, tempat bermain boling, dan tempat local lainnya. Murid yang gagal
tes yang berurutan, acak (diberikan 10 persen murid tiap bulannya)
Narkoba dan Alkohol | 505

kehilangan kartu mereka dan menerima konseling tapi tidak ada tindakan
disiplinlain.
Program ini menghasilkan tekanan teman sebaya bagi anak-anak untuk
tetap bersih, ujar sekolah Olan Ispell. Katy Morris, koordinator
pendidikan layanan pemuda di Bryan County, mengatakan bahwa 140.000
murid di 10 sekolah di daerah tersebut telah menjadi relawan untuk dites,
dan hanya sekitar selusin murid yang gagal di daerah tersebut. Tapi
Bennington High School merupakan satu-satunya sekolah sejauh ini yang
100 persen para muridnya setuju untuk memberikan satu sample urin.
Morris menambahkan bahwa dia tidak menerima satu keluhan apapaun
tentang proyek tersebut dari komunitas itu.
Ini menyenangkan untuk berkata anda berasal dari Bennington
sekarang, ujar Christie Wilson.Saya berharap sekolah mulai melakukan ini
dimana-mana.

KOMUNITAS SEKOLAH

Di tahun 1990 komisi perkotaan menetapkan untukmenemukan cara


baru dalam mencoba memperkuat komunitas dan membendung arus
narkoba.
Salah satu proposal terbaik yang diterima: Mengubah sekolah yang
sudah ada, dengan biaya relative sedang, menjadi komunitas sekolah
dengan tetap membuka sekolah selama 16 jam tiap hari. Sekolah yang
demimkian akan menjadi markas bagi layanan lokal: usaha penanggulangan
narkoba, menjangkau lebih banyak perawatan, kantor penempatan tenaga
kerja dan kesejahteraan, organisasi penyewa, kelas kesehatan public, dan
kelompok-kelompok kaum muda. Program rekreasi yang diorganisir akan
mendatangkan lebih banyak orang muda keluar dari jalanan.
Setuju dengan yang diamati dalam editorial New York Time, narkoba
berkembang di tempat keluarga, gereja, dan sekolah yang tidak melakukan
supervisi pada kaum mudanya.

MENGHARGAI KESEHATAN PRIBADI

Menghargai kesehatan pribadi berarti menghormati dan merawat akan


tubuh seseorang sebagai bagian dari seluruh harga diridan memahami
506 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

peran narkoba dalam tidak membantu atau tidak merusak kesehatan.


Beberapa narkoba, seperti obat-obatan, dapat membantu tubuh menjadi
sehat dan tetap sehat. Narkoba lain, seperti narkotik ilegal, dilarang oleh
hukum karena merusak tubuh. Ini merupakan ide besar, ketika anak-anak
harus disingkapkan tentang hal ini sejak mereka sekolah di tingkat paling
dasar.
Di sekolah menengah pertama, studi mengenai narkoba dan kesehatan
dapat menentukan bagaimana narkoba memengaruhi system sirkulasi
peredaran darah, , pencernaan, syaraf, reproduktif dan pernapasan. Para
murid dapat mempelajari khasiat narkoba ini dari para ahli (komunitas
dokter, sains, apoteker, atau polisi).; melakukan penelitian masalah narkoba
yang ada di sekolah, di komunitas, dan bidang olahraga dan hiburan; dan
mengunjungi pertemuan terbuka dari Pencandu Narkotik atau Alkoholik
yang anonim (kegiatan yang terakhir ini, memberikan kesaksian seorang
pendidik kesehatan, memberikan tingkat kesadaran bahwa murid tidak
dapat lepas dari buku).

MEMBUAT SEBUAH PENILAIAN MORAL TENTANG NARKOBA

Banyak kurikulum kesehatan dan kampanye media anti narkoba


menekankan bahwa memakai narkoba adalah tidak cerdas (Mengapa
anda pikir mereka menyebutnya dope?).
Sebuah kurikulum yang baik juga akan membantu para murid membuat
penilaian moral: Memakai narkoba adalah salah paling tidak untuk empat
alasan berikut:
1. Merusak diri sendirisuatu pelanggaran atas kewajiban kita untuk
menghormati dan merawat diri kita sendiri, mengembangkan potensi kita,
dan tidak menyia-nyiakan masa depan kita.
2. Penyalahgunaan narkoba hampir selalu mengarahkan pada perilaku yang
salah, seperti berbohong, mencuri, desakan narkoba untuk membayar
kebiasaan kita, atau ugal-ugalan dan perilaku yang kasar.

3. Penyalahgunaan narkoba menyebabkab penderitaan bagi orang-orang,


khusunya keluarga yang merawat pengguna narkoba.

4. Penyalahgunaan narkoba oleh orang yang belum dewasa atau sudah


dewasa memberikan kontribusi masalah masyarakat yang sangat merusak.
Narkoba dan Alkohol | 507

Jika anda berurusan dengan narkobamembeli atau menjual anda


menjadi bagian dari masalah nasional.

Membantu murid membuat penilaian moral yang jelas tentang


penyalahgunaan narkoba lebih kuat dalam mencegah mereka dari pada
hanya berpikir memakainya tidaklah cerdas. Narkoba, seperti perilaku
seksual, nilai moral murid mengatur pembuatan keputusan mereka.

MEMERANGI NARKOBA DAN ALKOHOL

Sekolah dapat melawan penyalahgunaan narkoba dengan:

1. Menetapkan dan melaksananakan peratutan sekoalah yang jelas mengenai


penggunaan narkoba.

2. Mencari bantuan dari komunitas (contoh, pekerjaan bagi murid bebas narkoba
dan keterlibatan polisi dalam pengajaran tentang narkoba) dalam membuat
program kerja sekolah.

3. Melibatkan murid dalam mendorong teman lain melawan narkoba.

4. Mengimplementasikan kurikulum pencegahan narkoba dari taman kanakkanak


sampai kelas duabelas yang mengajarkan anak-nanak untuk menghargai
kesehatan pribadi mereka, mengetahui hukum tentang narkoba, dan memahami
semua alasan mengapa penyakahgunaan narkoba tidak bertanggung jawab.

5. Membuat para murid menetapkan tujuan dalam menjadikan sekolah mereka


bebas narkoba secara total.

6. Membuat pembangunan lingkungan komunitas sekolah yang tetap buka


setelah jam sekolah untuk digunakan dalam cakupan komunitas yang luas

Sekolah dapat mencoba untuk mengurangi murid yang minum alkohol dengan:

1. Mengimplementasikan kurikulum pendidikan alkohol yang mengajar para murid


untuk:
Menghargai kesehatan mereka dan memahami efek yang merusak dari
penyalahgunaan alkohol dan ketergantungannya.
Memahami bagaimana periklanan memanipulasi orang muda untuk
minum.
Menghadapi masalah dari pada lari dari masalah dengan alkohol.
Menghormati hukum tentang penggunaan alkohol.
Jangan pernah minum alkohol dan menyetir.
508 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Memahami kewajiban moral untuk mempertahankan kendali diri dan


bagaimana mabuk menghancurkan hal itu.

2. Mencarai bantuan dari orang tua tidak mendukung peminum di bawah umur.

3. Mendukung formasi kelompok murid yang mempromosikan nilai akan para


remaja yang menjauhi alkohol.

ALKOHOL

Masalah narkoba paling serius di Amerika, karena sudah meluas, adalah


penyalahgunaan alkohol.

Lebih dari separuh murid senior di sekolah menengah Amerika mengatakan


mereka mabuk setidaknya satu kali dalam sebulan. Dua dari lima orang
mabuk setidaknya satu kali di akhir pekan.

Satu dari tiga remaja cukup minum beralkohol yang merugikan performa
di sekolah secara serius atau terlibat masalah hukum.

Hampir seperuh murid kelas sepuluh dan sepertiga murid kelas delapan
mengatakan selama bulan lalu mereka mengemudi dengan sopir yang
menggunakan alkohol atau narkoba.

Rata-rata usia peminum alkohol untuk pertama kali turun sampai 12,3
tahun (kelas tujuh).

Diperkirakan 100.000 anak berusia sepuluh dan sebelas tahun mabuk


setidaknya satu kali seminggu. Sama mudanya dengan kelas empat, satu
dari tiga anak mengatakan mereka mengalami tekanan dari teman sebaya
untuk minum bir, minuman keras, anggur, atau anggur ringan.

Kerugian pribadi dan masyarakat akibat penyalahgunaan alkohol


sangat mengejutkan:
Minum dan mengemudi merupakan pembunuh nomer satu bagi orang
dewasa.

Mencampur alkohol dan narkoba lain


merupakan penyebab bertambahnya 2.500 kematian di Amerika
Serikat tiap tahun.
Narkoba dan Alkohol | 509

Alkohol umumnya berperan sebagai pintu gerbang


narkoba, mengarahkan pada penyalahgunaan dalam bentuk yang lain.

Kaum muda yang minum alkohol secara teratur berisiko dalam


mengembangkan pola piker bahwa masalah mereka dapat terpecahkan
dalam alkohol. Ketika saya minum,ujar salah seorang remaja yang
bermasalah,Ketakutan saya hilang. Sya dapat berbicara pada semua
orang.

Diperkirakan 10 juta sampai 20 juta orang Amerika menderita karena


alkohol atau maslah yang berkitan dengan alkohol. Rentang waktu seorang
pecandu alkohol diperpendek dengan rata-rata 10 sampai 12 tahun. Setiap
orang yang menderita karena alkohol, empat orang lainnya (biasanya
keluarga) secra langsung terpengaruhi dengan cara yang berlawanan.

Sindrom alkohol fetal telah menjadi penyebab utama keterbelakangan


mental di dunia Barat.

Menurut Harvard Medical School Health Letter Book, alkohol terlibat dalam
separuh dari semua kematian akibat kecelakaan mobil, separuh dari semua
pembunuhan, separuh dari semua pemerkosaan, dan 25 persen bunuh diri.
Minum alkohol bagi kaum muda memberikan kontribusi pada kekerasan,
vandalism, perilakau seksual impulsive, dan berbagai kejahatan dan
kecelakaan serius.

Singkatnya, penyalahgunaan alkohol mengarah pada lebih banyak


masalah bagi pribadi, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan dari
pada penggunaan narkoba lainnya.

MENGAPA BANYAK ANAK REMAJA MINUM ALKOHOL?

Orang muda menggunakan alkohol karena mereka suka akan perasaan


melayang atau mabuk; mereka mengalami tekanan dari teman sebaya untuk
minum; mereka menegaskan kebebasan mereka; mereka menderita stress
yang tinggi atau rasa percaya diri yang rendah; orang tua mereka gagal
untuk menetapkan dan melaksanakan aturan tentang penggunaan alkohol
atau secara terbuka memperbolehkannya; mereka berasal dari keluarga
yang bermasalah dengan alkohol dimana orang tua mereka memberikan
contoh yang buruk; mereka merendahkan bahaya alkohol; mereka
kekurangan akan keahlian membuat keputusan.
510 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Faktor utama lainnya yang membuat alkohol digunakan oleh kaum


muda merupakan masalah yang berat: Alkohol, karena legal untuk orang
dewasa, secara konstan dipromosikan melalui iklan. Myths, Men and Beer,
studi terbaru yang dipublikasikan oleh Yayasan AAA untuk Keselamatan
Berlalu Lintas, memperkirakan pada saat mereka mencapai usia
mengemudi, anak-anak Amerika telah melihat dekat 100.000 iklan bir. Studi
ini menyimpulkan dengan merekomendasikan bahwa iklan bir dilarang di
televisiatau setidaknya tidak menggunakan citra yang mengkaitkan bir
dengan mengemudi dan kecepatan berkendara. Ini merupakan proposal
bahwa pnetapan pendidikan harus dilakukan kembali dengan penuh
semangat.

SEKOLAH MELAWAN MURID PEMINUM ALKOHOL: KITA


TIDAK DAPAT MELAKUKAN TUGAS INI SENDIRIAN

Kurikulum kelas yang baik merupakan sebuak awal dalam penididkan


tentang alkohol, tapi bukti yang tersedia mengatakan hal ini tidak dapat
dilakukan sendirian. Sebagai contoh, artikel bulan Januari 1988 dalam
Journal of Studies on Alkohol melaporkan evaluasi penelitian secara
menyeluruh pada kurikulum pendidikan alkhohol yang disebut Heres
Looking at You (LIhatlah Dirimu). Mempertimbangkan bentuknya,
kurikulum taman kanak-kanak sampai kelas duabelas menggunakan
berbagai kegiatan partisipasi yang didesain untuk meningkatkan rasa
percaya diri, memperbaiki pembuatan keputusan, mengembangkan
keahlian murid dalam menghadapi sesuatu, dan memberikan informasi
tentang alkohol dan narkoba lain. Disamping semua ini, studi evaluasi
menemukan bahwa program tersebut hanya memiliki dampak minimal
pada variabel psikososial yang diasumsikan terlibat dalam perilaku
meminum alkohol dan memiliki terutama pengaruh terukur yang dibawa
pada masalah perilaku [minum minuman beralkohol.(dititikberatkan).
Kesulitan yang dihadapi sekolah dalam mengendalikan penggunaan
alkohol pada muridnya dinyatakan dengan baik oleh Bill Baldwin, sekrang
adalah pensiunan kepala sekolah di Cortland Junior-Senior High School di
Cortland, New York. Dalam sebuah wawancara untuk surat kabar distrik
sekolah tersebut dia ditanya,Bagaimana sekolah menengah membantu
murid yang bermasalah dengan alkohol?Jawabnya:
Narkoba dan Alkohol | 511

Kami memiliki 56 kelompok ekstra kurikuler dan kegiatan di sekolah


menengan pertama dan atas bagi para murid untuk berpartisipasi dan
menjauhi masalah. Kita memiliki sumber daya manusia seperti konselor
hubungan sekolah-komunitas, konselor bimbingan, dan pekerja social sekolah.
Kami memiliki program SADD (Students Against Drunk Driving=Murid
Menentang Mengemudi dalam keadaan Mabuk); peristiwa dan materi khusus
yang kami bawa dari luar sekolah; dan akhirnya kurikulum sekolah itu
sendiri.Memang ini belum cukup. Kami tidak dapat melakukan pekerjaan ini
sendirian.

Apa yang diperlukan, Mr. Baldwin melanjutkan, adalah kerjasama dari


orangtua. Tapi survey terbaru padamurid di sekolahnya, 59 persen
memgatakan bahwa mereka sering sekali minum-minum di pesta, dan 47
persen berkata mereka diperbolehkan oleh orang tuanya untuk minum di
rumah.
Tugas terbesar dalam pendidikan alkohol adalah pendidikan orang tua.
Orang tua perlu disadarkan bahwa alkohol merupakan racun, dapat
merugikan performa di sekolah, sering kali sebagai factor dalam kegiatan
yang tidak bertanggung jawab dan berisiko tinggi (cth, minum minuman
beralkohol dan mengemudi, seks) oleh remaja, dapat menjadi
ketergantungan, dan sering mengarah pada penggunaan narkoba ilegal,
akadang dikombinasikan dengan alkohol. Dan orang tua perlu mengetahui
hukum:

Orang tua yang menjadi tuan rumah pesta yang menyajikan alkohol bagi
orang yang belum dewasa dapat dituntut jika seseorang dibawah umur
meninggalkan rumah mereka terluka dalam sebuah kecelakaan, dan dapat
pula dituntut untuk tiap kerusakan oleh anak dibawah umur yang rusak
akibat alkohol. Hukum yang ada menetapkan kewajiban bagi orang tua
bagi peminum dibawah umur di rumah mereka bahkan jika orang tuanya
tidak berada dirumah saat itu.
Bahkan jika tidak ada kecelakaan yang terjadi, orang ttua yang menjadi
tuan rumah dapat dikenai sanksi akibat kejahatan menyediakan alkohol
bagi anak dibawah umur atau membahayakan kesejahteraan anak tersebut
dengan mengijinkan penyediaan alkohol.

Sekolah dapat membantu orang tua melarang minum minuman


beralkohol dengan menyarankan perkataan yang dikatakan, yang terutama
adalah pesan yang sama yang disampaikan oleh sekolah:
512 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Ini merupakan tahun-tahun kritis ketika kalian meletakkan dasar untuk


seluruh masa depan anda. Kalian tidak perlu minum ketika kalian belajar
untuk mengemudi. Kalian tidak perlu minum ketika kalian belajar bagaimana
berhubungan dengan lawan jenis dan mengendalikan perasaan yang timbul.
Kalian tidak perlu minum ketika kalian belajar bagaimana bertahan dari
tekanan teman sebayamu.
Jika kalian minum sekarang, kalian juga tidak akan belajar cara lain untuk
menikmati hidupmu. Kalian berpikir bila tidak minum, tidaka ada kesenangan.
Kami sangat peduli akan kalian sehingga tidak mengijinkan kalian
menggunakan kalian selama tahun-tahun ini. Simpan saja minuman itu untuk
dikemudian hari, ketika kalian sudah dwasa, kalian akan mampu lebih baik
mengendalikan tekanan teman sebaya, dan akan legal bagi kalian untuk
minum saat itu.

Beberapa sekolah telah mengimplementasikan program untuk


mengajar keahlian menjadi orang tua yang membantu dalam mencegah
penyalahgunaan alkohol dan obat lainnya. Dalam program ini, orang tua
belajar bagaimana berkomunikasimsecara lebih efektif dengan anak remaja
mereka, menetapkan aturan jelas dalam melarang minum an beralkohol,
melakukan supervisi ketika remaja pewrgi dan apa yang mereka kerjakan,
dan menempatkan tanda larangan minum. Program ini juga
menginformasikan orang tua akan sebuah fakta penting: Remaja yang
diajarkan untuk minum dengan bertanggung jawab tumbuh menjadi
orang dewasa yang memiliki banyak masalah berkaitan dengan alkohol
seperti remaja yang tidak dijinkan untuk minum.
Suatu gerakan yang sangat memberikan harapanyang menyebar laus
di distrik sekolah di daerah tersebutadalah Safe Homes (Rumah yang
Aman). Dalam program berbasis komunitas ini, orang tua yang
berpartisipasi bersumpah:

Saya tidak akan menyediakan atau tidak mengijinkan siapapun yang dibawah
usia legal untuk mi num untuk mengkonsumsi alkohol di rumah saya atau
dalam properti saya.

Saya tidak akan mengijinkan penggunaan narkoba ilegal di rumah saya atau
di properti saya.

Saya tidak akan memengijinkan pesta atau pertemuan di rumah saya tanpa
supervisi yang tepat dari orang dewasa.
Narkoba dan Alkohol | 513

Untuk informasi lebih lanjut kirimkan surat Safe Homes, Guilderland


Central School, District Offices, State Farm Road, Guilderland, NY 12084.

PESAN MORAL PENTING DALAM PENDIDIKAN TENTANG


ALKOHOL

Sekolah perlu mengetahui bahwa ketika mereka menyelenggarakan


pendidikan tentang alkohol, seperti pendidikan tentang narkoba secara
umum, mereka menyelenggrakan pendidikan nilai. Ini merupakan pesan
moral paling penting yang coba disampaikan pada para murid:
1. Hargai kesehatan pribadi anda, dan jangan salahgunakan melalui alkohol.

2. Jangan minum minuman beralkohol dan mengemudi; melakukannya akan


berisiko bagi hidup orang lain seperti hidup anda sendiri. (Buklet Fighting
Drinking and Driving: Tips from Americass High School Students yang
menggambarkan lusinan strategi dan proyek pendidikan yang
memenangkan penghargaan dan tersedia di The National Association of
Secondary School Principals, 1904 Associatio Drive, Reston, VA 22070).

3. Jangan menggunakan alkohol untuk mencoba memecahkan masalah;


memecahkan masalah dengan menghadapinya dan carilah bantuan jika
memerlukan.

4. Hormati hokum dengan menunggu sampai anda berada uisa yang legal
untuk minum.

5. Ketika legal bagi anda untuk minum, lakukan dalam perilaku yang biasa
sehingga mempertahankan kendali tanggung jawab atas penilaian dan
tindakan anda. Buatlah tujuan bagi diri anda untuk tidak pernah mabuk.
Setiap orang tahu banyak anak remaja mulai minum beralkohol apapun
yang biar dikatakan orang tua maupun sekolah. Tapi beberapa penulis
mengambil fakta tersebut dan menggunakannya sebagai penilaian untuk
berbicara pada orang muda tentang bertanggung jawab minum minuman
beralkohol dibawah umur. Ini merupakan contoh nasehat untuk remaja dari
buku A Six Pack and a Fake I.D 1986 dari Susan dan David Cohen:

Jika kamu merencanakan pesta minuman, dan orang tua anda menerima
ide tersebut, maka setidaknya coba buat pestamu menjadi pesta yang aman,
menyenangkan dan menarik, daripada pesta mabuk-mabukan Jangan
514 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

member jumlah alkohol yang berlebihan dlam punch, dan jangan biarkan
orang lain menambahkannya.

Nasihat yang demikian,walaupun bertujuan baik, tapi salah dalam dua


hal. Pertama-tama, mengatakan pada murid sekolah untuk untuk minum
dengan mudahnya adalah tidak realistis, karena, sebagai remaja mereka
akan memberikan kesaksian, sebagain besar teman sebaya mereka untuk
mabuk di pesta. Kedua, nasihat cohen seperti mengatakan pada remaja dan
orang tuanya,Silakan dan langgar saja hukumnya.
Sekolah memiliki kewajiaban, sebagai sebuah institusi yang
dipercayakan dengan pendidikan kewarganegaraan, untuk mepromosikan
rasa hormat dan patuh pada hukum. Daripada memberikana pesan Hei,
anak-anak, kami tahu kalian mimun-minumberikut ini tips untuk
melakukannya dengan lunak,sekolah akan lebih baik dalam memberikan
pertanyaan Mengapa masyarakat menyakan pada kalian, melalui
hukumnya, untuk menunda minum minuman beralkohol?
Kewajiban pribadi untuk mempertahankan kendali diri merupakan
sebuah konsep moral yang haraus berada pada pusat tiap program
pendidikan alkohol. Untuk memulainya, orang muda perlu tahu bahwa
alkohol beraksi pertama kali pada bagian otak yang memengaruhi
pengendalian diri dan perilaku lain yang telah dipelajari. Oleh karena itu
mengapa peminum berat sering menjadikan orang menjadi kasar, nekat,
dan melakukan hal lain yang tidak mungkin mereka lakukan ketika waras.
Penulis Colleen reece menceritkan sebuah kisah Jennifer yang berusia
16 tahun. Dia tergoda ketika Kevin, seorang atlit bintang di sekolahnya,
mengajaknya untuk pesta kemenangannya dirumahnya. Orang tua Kevin
pergi dan, dia menemukannya saat tiba,ada minuman keras dalam jumlah
yang banyak. Jennifer tidak biasa minum, tapi setiap orang minum dan
tampaknya sekali atau dua kali minum tidak akan merugikan.

Lampu dilantai dasar sangat temaram dan tiap orang bercinta, kemudian
lari ke kamar lain. Kevin membuat saya minum dan menuntun saya ke kamar
orang tuanya. Saya selalu berpikir gadis yang mulai berhubungan seks saat
kencan adalah bodoh.Saya pikir saya mencoba untuk pergi, seperti itu, dan
saya bilang tidak. Tapi Kevin hanya tersenyum dan menarik saya dan
berkata,Apakah kamu tidak mau menjadi gadisku, Jennifer?
Narkoba dan Alkohol | 515

Saya tidak dapat berpikir jelas. Semua pemikiran saya tentang menunggu
sampaimenikah kabur dan susah untuk diingat. Apakah Kevin akan mengajak
saya berkencan lagi?Saya tidak ingat banyak kecuali bangun di pagi hari
berikutnya merasakan sakit atas apa yang bisa saya ingat.

Seorang pastor di sebuah universitas Katolik terkemuka mengatakan


bahwa dalampengakuan dosa sekarang ini, mahasiswa jarang mengaku,
seperti yang biasa dilakukan dulu, dosa karena mabuk (selalu
dipertimbangkan sebagai dosa besar dalam teologi moral Katolik). Ini bukan
bahwa mahasiswa sekarang di universitas itu tak pernah mabuk; banyak
yang melakuakannya. Tapi nampaknya mereka tidak berpikir, seperti
pendahulu mereka, bahwa mabuk merupakan kesalahan moral yang serius.
Mahasiswa tidak akan memandanga kemabukan sebagai kesalahan
yang serius kecuali mereka diajarkan prinsip moral yang telah diabaikan.:
Seseorang yang memiliki tanggung jawab moral untuk tetap mengendalikan
keinginannya. Keinginan ini merupakan kemampuan kritis yang
menghubungkan penilaian moral dengan perilaku; keinginan kita adalah
apa yang memampukan kita bertindak menurut apa yang kita tahu adalah
benar. Melemahkan keinginan, seperti minum yang berlebihan, dan anada
melemahkan kendali atas pembuatan keputusan moral dan perilaku moral.
Itulah mengapa menjadi mabuk adalah tiodak bertanggung jawab secara
moral, sering kali secara kriminal dan tragis.
Dalam jangka panjang, pertarungan melawan minum dibawah umur
akan menang, jika menang, melaluiperubahan di budaya teman sebaya. Hal
itu akan datang secara perlahan. Tapi ketika perkembangan dalam
perubahan perilaku terhadap pantang nafsu seksual muncul, norma teman
sebaya dapat dan benar-benar berubah. Dalam distrik sekolah Sweet Home
di luar Buffalo, New York, murid kelas enam berkampanye melawan baik
narkoba maupun minum minuman beralkohol. Di beberapa sekolah
lanjutan terdapat kelompok kaum muda untuk kaum muda dimana pesan
adaah tidak kerenuntuk minum minuman beralkohol.
Pertarungan jangka panjang melawan penyalagunaan narkoba dan
alkohol juga akan memmbutuhkan pergeseran nilai budayajauh dari
pengejaran gila-gilaan akan kesenangnan dan kepuasan diri menjadi
perasaan yang semakin dalam, semakin spiritual tentang apakah hidup itu.
Berhubungan dengan ini Saya memikirkan percakapan yang saya
lakukan dengan seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan untuk gelar
masternya di pendidikan fisik dan yang mengambil kelas pendidikan moral
516 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

yang peneliti ajarkan sebagai pilihan. Dia tinggal setelah kelas berakhir di
suatu malam untuk membicarakan sesuatuyang menurut dia sangat
menyusahkan. Saya mengangkat beban secara kompetitif,katanya tapi ini
semakin sulit karena tiap orang menggunakan steroid. Saya tidak dan tak
akan pernah memakainya. Tapi setiap orang yang saya tahu
menggunakannya, dan tak satupun yang ditangkap.
Saya mengatakan Bagaimana dengan semua risiko kesehatan? Anda
tidak adapat surat kabar ataui majalah tanpa membaca bagaimana steroid
menyebabkan sterilitas dan kanker dan semua jenis masalah lainnya.
Orang mengetahui semua itu,katanya,tapi itu tidak mengganggu
mereka.Kemudian dia mengatakan tentang artikel yang baru saja
dibacanya di salah satu kelas pendidikan fisiknya. Ini melaporkan hasil dari
sebuah survei bahwa lebih dari 100 atlit amatir yang ditanya akan
pertanyaan ini:Jika anda dapat memakai obat yang akan menjamin anda
memenangkan medali emas Olimpiade tapi akan membunuh anda dalam di
tahun tersebut, apakah anda akan menggunakannya? Lebih dari separuh
atlit yang disurvei menjawab ya.
Sejumlah besar orang muda, bertumbuh dalam masyarakat yang
mendewakan uang, kekuasaan, kenikmatan dan keberhasilan, yang secara
spiritual terkatung-katung.Seperti pendapat seorang ibu ketika mendengar
hasil adri survei ini,Mereka tidak tahu mengapa mereka disini.
Pendidikan nilai sekolah publik jelas tidak akan dengan sendirinya,
mengisi kekosongan spiritual yang menyebabkan banyak orang mencarinya
untuk peningkatan hidupnya pada narkoba atau alkohol dan untuk
mendatangkan risiko pada kesehatan dan masa depannya dalam prosesnya.
Tapi dalam bidang yang sulit ini, seperti di tempat lain, sekolah harus
memberikan kontribusi apa yang mereka dapat berikan. Mereka dapat
membantu orang muda untukmmengembangkan rasa tanggung jawab bagi
diri mereka dan orang lain dan mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya
berarti untuk menjalani hidup dengan baik.
Narkoba dan Alkohol | 517
BAB20

SEKOLAH , ORANG TUA, DAN MASYARAKAT YANG


BEKERJA SAMA

Sekolah tidak memperbaiki kegagalan keluarga. Pendidikan total pada anak


kami merupakan usaha kooperatif yang membutuhkan solidaritas komunitas,
Orang tua yang apatis yang membantu perkembangan-perkembangan
atmosfer yang serba membolehkan menciptakan masalah bagi setiap orang.

John Hansgate, ayah, Buffalo New


York.

Sebuah nasional survei pada 22.000 guru sekolah public, 90 persen mengatakan
kurang adanya dukungan orang tua akan suatu masalah, 89 persen melaporkan
anak-anak yang disiksa atau diabaikan dalam kelas mereka, dan hampir 70
persen menyebutkan muridnya sakit dan kurang gizi.

Laporan Yayasan Carnegie untuk


Kemajuan Pendidikan

eberhasilan jangka panjang akan pendidikan nilai-nilai yang baru


Kbergantung pada kekuatan diluar sekolahpada taraf dimana keluarga
dan komunitas bergabung dengan sekolah dalam usaha bersama untuk
memenuhi kebutuhan akan anak-anak dan membantu perkembangan
kesehatan mereka.
Pada saat banyak masalah moral, krisis dalam keluarga adalah masalah
paling serius dalam keluarga. Seseorang yang berbagi pandangan akan hal
ini adalah Dr. Steven Sample, presiden Univesity of Southern California. Dia
mengamati,Ini merupakan hal yang tidak biasa dalam masayarakat maju
manapun untuk memiliki sejumlah besar anak yang lahir dimana sang ayah
memperlihatkan rasa tidak memiliki sama seklai.Pada patologi sosial yang
demikian, seperti yang dinyakan oleh sample, hanya bagian dari trend
masyarakat yang lebih besar:lunturnya rasa tanggung jawab sebagai
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 519

bagian orang tua pada anak-anak dan hampir merupakan ketiadaan total
rasa tanggung jawab untuk komunitas yang lebih besar.

509
Kami kadang melupakan darimana kualitasi itu berasal,kata Dr.
Thomas Delaney, seorang psikologis di Olean, New York yang memberikan
konseling bagi keluarga yang berpindah-pindah dan anak-anak mereka yang
terlibat masalah.Kadang kita harus kemabali pada posisi tempat para orang
tua melihat prioritas utama dalam anak-anak mereka.

KELUARGA YANG MENDUKUNG

Bagaimana kita dapat mendukung dan memperkuat keluarga dalam


peran yang menghormati waktu sebagai pemberi perhatian dan guru moral
pada anak-anak?

DIPERLUKAN: KAMPANYE NASIONAL


Kita harus memulainya dengan sebuah kampanue nasional untuk
menyakinkan para orang tua betapa pentingnya mereka bagi anak-anak
mereka.
Para orang tua memerlukan informasi dan citra yang berkaitan dengan
semua cara dimana mereka dapat memengaruhi kesehatan, kebahagiaan,
rasa percaya diri dan karakter anak mereka. Para orang tua merupakan
orang-oarang yang berkuasa, tapi sebagaian besar dengan menyedihkan
meremehkan pentingnya mereka bagi anak-anak. Kata seorang guru kelas
tiga: Orang tua perlu mengetahui bahwa mereka dapat membuat
perbedaan besar dalam kehidupan anak mereka dengan memastikan bahwa
mereka tahu fakta pastinya.
Jepang sekarang ini menggunakan tayangan televisi selama 30 menit
untuk mempromosikan kebaikan dalam anak-anak dengan menunjukkan
seorang anak melakukan hal yang baik dan merasa senang karena menolong
orang lain. Dengan cara yang sama, televisi Amerika dan media lainnya
dapat digunakan untuk mempromosikan tanggung jawab dan kebahagiaan
orang tua. Orang tua akan berbicara dengan cara mereka sendiri tentang
bagaiamana mereka mencoba untuk membesarkan anak mereka untuk
520 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menjadi baik dan sopan. Berikut ini, contoh seoprang ibu yang menceritakan
bagaimana dia mengajarkan pada anaknya untuk membantu:
Ketika kami tahu kami akanmendapat bayi lagi, saya menjelaskan pada
mereka bahwa saya akan sangat sibuk dengan bayi itu dan saya akan
membutuhkan bantuan mereka. Anak lelaki saya yang beruisa tiga tahun
membawa cucian turun tiap hari dan mengambil popok, untuk saya ketika saya
memerlukannya. Dia merasa senang telah membantu dan menjadi bagian dari
keluarga. Dan dia juga mengerti dengan membantu saya melakukan pekerjaan
di rumah, dia memberikan waktu bagi saya untuk melakukan sesuatu
bersamanya.

Seorang ayah mengatakan bagaimana dia mampu menciptakan saluran


komunikasi dengan anak lelakinya:

Don dan saya pergi keluar untuk sarapan padi di Sbatu pagi. Kami
mengingat ketika dia berusia 10 tahun, dan saya khawatir bahwa kami tidak
cukup waktu untuk bersama. Kami menemukan kami menyukai satu sama lain
walau kami berbeda dalam banyak hal Ini luar biasa apa yang saya pelajari,
dan saya senang membuat Don merasa terbuka untuk berbicara dengan
ibunya dan saya tentang semua hal: masalah sekolah, para gadis, seks, rasa
takut.

Dan berikut ini adalah seorang ibu yang bercerita tentang bagaimana
dia dan suaminya melalui tradisi keluarga, mencoba untuk memberikan
warisan religius pada anak-anak mereka:

Kami ingin anak-anak kami mengerti bahwa Tuhan menciptakan mereka


untuk kebaikan. Kami memiliki tradisi berpuasa tidak makan malam pada
Senin malambiasanya sebuah apel atau jeruk untuk anak-anak dan satu
cangkir kuah daging untuk kami. Setiap orang memiliki makanan sebelum
tidur untuk menenangkan perut kami yang keroncongan, tapi idenya adalah
mengurangi diri kami sedikit sehingga kami memiliki apresiasi yang lebih baik
akan kelaparan di dunia. Uang yang kami tabung dengan secara teratur tidak
makan malam kami letakan pada sebuah bejana dan kami kirimkan ke Oxfam
Amerika di akhir bulan.
Kadang kami akan membaca surat dari Oxfam menegnai perkembangan
dalam menanggulangi kelaparan di suatu negara atau pecahnya krisis di suatu
tempat. Kami ingin anak-anak kami mengetahui betapa penderitaan yang ada
di dunia ini, dan bahwa Tuhan memanggil kita untuk mencintai tetangga kita
dimanapun tetangga kita itu.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 521

Dalam semua hal yang suram ini, pesan yang mendasar bagi orang tua
akan menjadi:Andadan kehidupan yang anda cipatakan sebagai senuah
keluargasangat diperlukan bagi anak anda. Tidak satupun yang dapat
menggantikan anda. Sebagai orang tua, anda terkait dalam semua pekerjaan
penting disana: membesarkan kehidupan manusia baru.

BANTUAN DARI PEMERINTAH

Pemerintah harus menjadi bagian dari solusi dari pada bagian dari
masalah. Kebijakan yang sekarang sering memberikan kontribusi pada
subversi kehidupan orangtua dan keluarga.
Sebagai contoh: Wanita yang bekerja tidak didukung oleh kebijakan cuti
kerja untuk tinggal di rumah dengan bayi mereka yang baru lahir dengan
periode yang cukup lama untuk memungkinkan terjadinya ikatan antar ibu
dan bayi. Dokter anak yang terkenal dari Harvard T. Berry Brazelton telah
melaporkan sebuah fenomena yang baru dan mengganggu yang dilihat di
prakteknya: Para ibu hamil yang mengetahui bahwa mereka akan kembali
bekerja kembali tiga bulan kemudian setelah bayinya lahir tidak
menunjukkan kegembiraan yang biasa terlihat atau komitmen akan
kelahiran yang dihadapinya. Seakan mereka menjaga diri mereka dari
limpahan kasih sayang, Brazelton mengatakan tentang 60 ibu hamil yang
menunjukkan emosi hambar ini.
Walaupun dia tidak mengamati masalah ini diantara para ibu yang hamil
yang berencana tinggal di rumah dengan bayi mereka setidaknya empat
bulan. Sebuah solusi yang nyata, kata Brazelton, adalah mendorong
untuk dibayarkan gaji selama cuti bersalin empat bulan. Ini merupakan
sebuah tujuan yang harus kita teruskan secara nasional. Ini merupakan
tujuan yang sederhana; banyak Negara Eropa sudah memberikan lebih
banyak dari ini.
Untungnya Pemerintah perlahan mulai mengakui betapa luas dan
dalamnya krisis dalam keluarga, tapi dibutuhkan kebijakan sosial untuk
memberikan dukungan bagi keluarga yang akan mendatangkan sebuah
perbedaan.

TAHUN KELUARGA DAN ORANGTUA SEBAGAI PROGRAM GURU


522 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Beberapa menyatakan telah mengambil peranan dalam menunjukkan


apa yang dapat dilakukan untuk memfokuskan perhatian publik tentang
peranan orangtua dan memberikan dukungan dan bantuan praktis bagi
orangtua.
Di Wisconsin, Departemen Instruksi Publik meluncurkan kampanye di
seluruh negara bagian tahun 1987yang disebut Tahun Pendidikan Keluarga.
Terdapat tiga tujuan: (1) mendidik para guru tentang peranan mereka
dalam mempromosikan keterlibatan orangtua secara lebih besar; (2)
berbagi informasi dengan sekolah mengenai bagaimana mereka dapat
meningkatkan komunikasi rumah-sekolah; dan (3) mendapatkan informasi
secara langsung dari orangtua mengenai pernana mereka dalam pendidikan
anak mereka. (Untuk informasi akan program ini dan paket informasi yang
ada, hubungi Department Of Public Instruction, Family in Education
Program, Box 7841, Madison, WI 53707; tel 608-266-9757).
Di Missouri, dengan dukungan awal dari Yayasan Danforth, Departemen
Pendidikan Dasar dan Lanjutan mengorganisir sebuah program yang sangat
sukses yang disebut Orangtua sebagai Guru (Parents as Teachers=PAT). PAT
didasarkan pada sebuah ide yang mendesak: membantu anak-anak
memperoleh awal yang paling baik dalam kehidupan dengan orangtua yang
mendukung sebagai guru anak mereka yang paling penting selama tahun-
tahun awal yang krusial.
Orangtua sebagai Guru, yang dengan sukarela dan bersedia tanpa biaya
atau tanpa batas untuk menjadi orangtua dari semua anak, termasuk:

Tiap bulan dikunjungi pendidik orangtua yang terlatih yang memberikan


tugas ringan untuk dilakmukan anak-anak (seperti permainan yang sesuai
atau menyusun kembali puzzle). Dengan mengamati, orangtua belajar cara
baru untuk bermain dengan anak mereka dan membantu mereka untuk
belajar. Pendidik yang berkunjung kerumah juga memberikan observasi
tentang bagaimana anak tersebut berkembang sejak kunjungan terakhir,
hal baru apakah yang dilakukannya, dan seterusnya.

Pertemuan sharing kelompok dengan para orangtua yang memiliki


anakanak sebaya.

Monitoring secara periodik untuk memastikan anak-anak yang belum


mencapai usia 3 tahun dengan cacat atau masalah perkembangan yang
belum terdeteksi.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 523

Di Missouri, Orangtua Sebagai Guru telah berkembang pesat, dari


sebuah program dengan 380 keluarga tahun 1981 menjadi layanan yang
didanai oleh negara yang diberikan pada 543 distrik sekolah di Missouri dan
mencapai lebih dari 50.000 keluarga setahun. PAT juga telah direplikasikan
di lebih dari 80 tempat di seluruh negara. (Untuk informasi lebih lanjut,
hubungi Parents as Teachers National Center, 800 Natural Bridge Road, St.
Louis, MO 63121; tel. 314-553-5738).

SEKOLAH DI ABAD DUAPULUH SATU

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, pada tahun 1980 total dari 70
% semua ibu dari anak usia 6 tahun sampai 17 tahun merupakan angkatan
kerja setidaknya kerja paruh waktu.
Dalam merespon kebutuhan yang besar akan perawatan anak yang
dapat dipercaya, berkualitas tinggi, DR. Edward Zigler, direktur Pusat
Perkembangan Anak dan Kebijakan Sosial Yale, mengemukakan ide ini:
Gunakan bangunan sekolah yang sudah ada dan difungsikan sebagai lima
layanan yang paling dibutuhkan:

1. Penitipan anak di tempat untuk usia 3-4 tahun.

2. Penitipan anak sebelum dan sesudah sekolah yang dikelola oleh personil yang
terlatih bagi anak usia 5-12 tahun.

3. Dukungan dan pelatihan bagi orang-orang di lingkungan sekitaryang


menawarkan penitipan anak di rumah mereka.

4. Kunjungan ke rumah dan pertemuan kelompok bagi orangtua baru dan ibu
hamil (serupa dengan program Orangtua sebagai Guru di Missouri).

5. Informasi dan penyerahan layanan bagi orangtua sejak awal kehamilan.

Zigler menyebut model ini sebagai sekolah abad duapuluhsatu.


Sekolah Missouri, sejak mereka memiliki komponen orangtua sebagai guru
di daerah mereka, berada diantara yang pertama menjalankan ide Zigler.
Kemudian ini menyebar pada sekolah di Colorado, North Carolina,
Wyoming, dan Connecticut.
Kata Elliot Ginsberg, komisioner sumber daya manusia di Connecticut:
Perubahan yang cepat dalam dunia anak dan orangtua telah mengancam
524 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

kemampuan keluarga untuk membesarkan anak-anak yang sehat dan


berhasil. Pusat sumber daya keluarga menyebutkan perubahan ini.
Kata seorang ibu yang memanfaatkan sekolah abad duapuluhsatu
ini:Saya merasa beruntung untuk hidup di sebuah tempat yang lingkungan
sekolahnya mulai mempedulikan anak saya bahkan sebelum dia lahir.

SEKOLAH DAN ORANGTUA SEBAGAI PARTNER DALAM


PENDIDIKAN NILAI-NILAI

Di samping usaha yang disebarluaskan ini untuk membantu orangtua


dan anak-anak, banyak hal yang dapat dilakukan sekolah untuk merekrut
orangtua sebagi partner dalam tugas khusus dalam mengembangkan nilai
moral dan karakter yang baik. Tantangan ini terdiri dari dua hal: (1)
mendorong dan membantu orangtua untuk melaksanakan peran mereka
sebagai pendidk utama moral anak dan (2) membuat orangtua mendukung
sekolah dalam usahanya untuk mengajarkan nilai moral positif.
Bagaimana sekolah dalam gerakan pendidikan nilai ini melakukan tugas
tersebut?

AKAN MENJADI SEPERTI APAKAH ANAK ANDA KELAK?

Jika anda orangtua, mendapat pertanyaan,Anda menginginkan anak


anda menjadi seperti apakah kelak?
Mengajukan pertanyaan yang demikian merupakan langkah pertama
yang bijaksana oleh Proyek Pengembangan Anak (lihat Bab 2). Proyek
Pengembangan Anak memulai usaha pendidikan nilainya di San Ramon,
California, di sebuah distrik yang menarik para muridnya dari beberapa
pengaruh, sub urban San Fransisco yang sangat kuat.Secara akademik
dirtrik tersbut berada dalam rangking 10 % teratas di system California.
Kami berharap orangtua dan dewan sekolah akan sangat tertarik pada
prestasi akademik, ujar direktur proyek Eric Schaps. Tapi Schaps dan
rekannya membuat para orangtua di San Ramon menyuarakan pendapat
mereka. Mereka mensurvei 2.300 orangtua di enam sekolah, memberikan
satu daftar 20 karakteristik yang merepresentasikan cara-cara yang anda
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 525

inginkan pada anak anda kelak. Orangtua diminta menilai tiap


karakteristik ini pada skala 1 (tidak penting) sampai 4 (sangat penting).
Berikut ini merupakan urutan yang dikerjakan, 10 karakteristik yang
mendapat nilai tertinggi:

1. Menjadi percaya diri

2. Menjadi bertanggung jawab, dapat diandalkan

3. Menjadi ingin tahu, ingin belajar

4. Menjadi mandiri, mengarahkan diri sendiri

5. Menjadi mampu bekerja dengan baik dengan anak lain

6. Menjadi sensitif dengan orang lain

7. Menjadi baik dan penuh perhatian

8. Menjadi pekerja keras

9. Mendapatkan nilai yang baik

10. Menjadi ramah, bertemperamen baik

Di bagian paling bawah,nomer 10, merupakan kualitas seperti berpikir


cepat, menjadi cerdas, disukai oleh orang lain, menjadi tegas, tidak
dipaksa, menjadi seorang pemimpin, dan menjadi atletis
Sebuah survey yang demikian mungkin mengungkapkan taraf bagi
banyak orangtua bahkan bagi mereka yang tinggal di pedesaan yang bebas,
tetap ingin anak mereka untuk menjadi orang yang baik dan sensitif dan juga
kompeten. Ini memberikan sesuatu yang solid bagi sekolah untuk
membangun dalam mencari dukungan atas usahanya dalam pendidikan
nilai. Sekolah dapat berkata pada Orangtua,Nilai-nilai yang ingin kami
ajarkan di kelastanggung jawab, kebaikan, kerja sama, kerja kerasyang
merupakan hal yang sama yang anda inginkan bagi anak anda.

ORANGTUA DALAM PERAN KEPEMIMPINAN

Sekolah dengan dukungan orangtua yang kuat pada program nilai


biasanya memiliki orangtua yang berfungsi dalam peran kepemimpinan.
526 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Di Baltimore County, Maryland, contohnya, para orangtua duduk di tiap


komite pendidikan nilai sekolah dan membanyu membentuk rencana
sekolah mereka. Di bagian tenggara daerah tersebut, yang
penganggurannya tinggi diantara para pekerja baja, orangtua menekankan
kebutuhan untuk menitikberatkan rasa harga diri. Bagaimanapun, di
Pikesville High School, tempat para murid bersaing dengan ketat untuk nilai
yang bagus, orangtua membantah untuk menitiberatkan pada isu kejujuran
akademis, seperti mencontek, plagiatisme, dan berbohong atau melebih-
lebihkan aplikasi akademi.
Proyek Pengembangan Anak di San Ramon, bagi tiap sekolah yang
berpartisipasi terdapat kelompok orangtua yang merencanakan bagaimana
keluarga dapat mengimplementasikan tujuan yang sama bahwa adalah para
guru yang bekerja di ruang kelas. Di Rancho Romero Elementary School,
kelompok orangtua berbicara dengan antusias tentang acara khusus yang
mereka bantu dakam perencanaannya:Grandparents Day,(Hari Kakek
Nenek), yang mengakui bahwa kakek dan nenek merupakan sumber nilai
yang penting.
Selama tiga minggu menjelang acara ini, anak-anak menyelidiki
pertanyaan berikut Apakah pengaruh yang kita peroleh dari kakek dan
nenek kita dan kerabat kita yang lain? Mereka mewawancara kakek dan
nenek mereka, membaca buku dan menonton film mengenai generasi kakek
dan nenek mereka. Pada acara Grandparents Day, para kakek dan nenek
yang tinggal di komunitas tersebut dating ke sekolah dan ambil bagian di
kelas. (Anak anak yang tidak memiliki kakek dan nenek dapat mengundang
orang yang lebih tua lainnya).
Salah satu acara yang baik untuk dikunjungi yang diorganisir oleh para
orangtua di Rancho Romero adalah Pameran Sains Keluarga. Di malam open
house musim panas sekolah, hamper 150 keluarga menampilkan proyek
sains yang telah mereka kerjakan bersma di rumah. Seorang ayah
berkomentar: Bekerja bersama dengan anak-anak pada proyek kami dan
memastikan mereka mendapatkan peran aktif memberikan pemahaman
yang lebih baik bagi saya akan kerja sama yang pernah saya alami. Dalam
sebuah surveipada Proyek Pengembangan Anak di sekolah, kira-kira 50 %
orangtua mengatakan mereka melakukan perubahan yang positif dalam
hidup berkeluarga sebagai hasil dari partisipasi mereka di kegiatan
Pameran Sains Keluarga.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 527

PENDIDIKAN ORANGTUA YANG DIDUKUNG SEKOLAH

Ini merupakan pengamatan yang biasa bahwa menjadi orangtua


merupakan pekerjaan terberat di duniadan yang tidak kita dapatkan
pelatihannya.
Memphis, Tennessee, sekolah menyebutkan bahwa masalah itu di
depan mata.Merupakan menyatukan sebuah program pelatihan orangtua,
dipilih dari penghargaan di Schools That Work Departemen Pendidikan AS
dan terkemuka karena telah berhasil dalam daerah dengan kemiskinan
yang tinggi dimana mayoritas muridnya berasal dari rumah orangtua
tunggal.
Sepuluh sekolah dasar berpartisipasi. Lokakarya mingguan bagi
orangtua dilaksanakan di sekolah dan lokasi yang nyaman di komunitas
tersebut.
Tiap lokakarya berkaitan dengan isu khusus, termasuk topik seperti:
Displin

Perencanaan dan monitoring belajar di rumah

Membangun harga diri

Keahlian berkomunikasi

Penyalahgunaan narkoba dan alkohol

Nutrisi

Program pelatihan orangtua telah menarik perhatian rata-rata 20


sampai 40 orangtua disetiap sekolah. Orangtua melaporkan pengertian
pengendalian yang diperbaharui atas anak merekadan kepuasan pribadi
karena langsung terlibat dalam pendidikan anak mereka.
Di Los Angeles, Pusat Peningkatan Pemeliharaan Anak (CICC=Center for
the Improvement of Child Caring), menawarkan sejumlah layanan pelatihan
bagi orangtua. Diakui secara luas keberhasilannya dalam menangani
orangtua yang kejam, CICC sekarang menjalankan program pelatihan
layanan orangtua secara nasional bagi pekerja peduli anak. CICC juga
528 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menawarkan sesuatu dengan kepentingan khusus: Pembelajaran Mengenai


menjadi Orangtua, sebuah program yang mengajarkan pada karyawan
sekolah bagaimana menetapkan sebuah kursus untuk murid sekolah
menengah untuk mempersiapkan mereka realita menjadi orangtua. Jika kita
serius dalam mempersiapkan generasi berikutnya untuk bertanggung
jawab menjadi orangtua, kita harus meminta semua murid sekolah
menengah mengambil kursus dalam perkembangan anak dan menjadi
orangtua. (Untuk informasi program CICC, kirimkan surat ke Dr. Kerby Alvy,
direktur, Center for the Improvement of Child Caring, 11331 Ventura
Boulevard, Suite 103, Studio City, Ca 91604; tel.818-980-0903).
EPIC Effective Parenting Information for Children (Informasi Orangtua
yang Efektif bagi Anak)dirancang untuk mencegah penyiksaan terhadap
anak, kehamilan pada remaja, dropout sekolah, dan penyalahgunaan
narkoba dan alkohol. Program ini menggabungkan lokakarya bagi orangtua
anak-anak kecil dan orangtua para remaja dengan pra taman kanak-kanan
melalaui kurikulum sampai kelas 9 Growing Up Together. (Untuk informasi
lebih lanjut, kirimkan surat ke EPIC, State
University di Buffalo, 1300 Elmwood Avenue, Buffalo, NY 14222; tel.
716884-4064.)

PEKERJAAN RUMAH PENDIDIKAN NILAI

Setidaknya system sekolah dimulai untuk bertindak pada prinsip bahwa


jika anada memiliki masalah dalam mengikutsertakan orangtua dalam
program, bawa program tersebut pada orangtua. Kirimkan materinya
kerumah.
Berikut ini bagaimana Proyek Pengembangan Anak San Ramon
melakukannya: Setiap dua sampai tiga minggu, para guru mengirim ke
rumah pekerjaan rumah keluarga melalui anak-anak. Pekerjaan rumah
keluarga ini terdiri dari ceria pendek atau puisi untuk dibaca bersama oleh
keluarga dan diperbincangkan. Pilihan literature ini secara tajam atau
jenaka mengilustrasikan situasi keluarga pada umumnya yang melibatkan
isu-isu seperti kemampun untuk menbantu, kewajaran, dan konflik antar
saudara. Diskusi yang saranakan disertakan di tiap tugas.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 529

Salah satu tugas pekerjaan rumah keluarga:Urutkan empat aturan yang


harus anda ikuti di rumah, kemudian diskusikan dengan orangtua anda alas
an di tiap aturan dan apakah iotu wajar. Tugas lainnya: Diskusikan tugas
keluarga dengan menggunakan puisi berikut ini sebagai pembuka yang
menceriakan hati:
Sarah Cynthia Sylvia Kuat
Tak Mau membawa Sampah Keluar

Sarah Cynthia Sylvia Kuat,


Tak Mau membawa Sampah Keluar,
Dia menggosok periuk dan panic,
Membuat manisan ubi dan membumbui ham,
Dan meskipun ayahnya menjerit dan berteriak,
Dia hanya tidak mau membawa sampah keluar
Dan dikumpulkan sampai ke atap,
Menjemur kopi, mengupas kentang,
Pisang terlalu masak, kacang polong membusuk
Sepotong keju lembut yang asam,
Mengisi kaleng, dan menutupi lantai
Memecahkan jendela dan menghalangi pintu

Para orangtua telah menyatakan apresiasinya pada kegiatan ini. Kata


Sheila Garcia, yang Joey anak lelakinyaadalah murid kelas tiga:

Saya selau berkata Saya tidak memiliki waktu, tapi kadang saya
menemukan 10 menit untuk dudukdan ketika anda memulainya, itberubah
menjadi menyenangkan. Joey mulai berbicara mengenai emosi
danperasaannya, dan saya belajar hal-hal yang belum pernah saya tahu
tentang dia. Dari pada seperti diskusi yang biasa,Apa yang kamu lakukan di
sekolah hari ini?, percakapan yang dimulai dengan pekerjaan rumah
keluarga, mebuat saya menemukan hal-hal didalam dirinya.

Sekolah yang berharap untuk menerima sampel paket pekerjaan


keluarga dapat menulis surat ke Child Development Project, 2000
Embarcadero, Suite 305, Oakland, CA 94606.
Melalui sebuah publikasi yang disebut Family Guide, system sekolah
Scotia-Glenville, di utara Schenectady, New York, menunjukkan pada para
530 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

orangtua pelajaran nilai yang diajarkan di hari itu di kelas anak-anak


merekadan menyarankan bagaimana mengikutinya dirumah. Untuk kelas
empat sampai lima, Family Guide telah ditulis oleh satu tim yang terdiri dari
para ibu.
Untuk setiap kelas, terdapat 12 unit kelas yang berkenaan dengan nilai-
nilai seperti menyesuaikan diri dengan orang lain, kebiasaan kerja yang
baik, kepercayaan diri, empati dan membuat keputusan yang baik.
Satu unit berlangsung selama satu minggu dan terdiri dari lima pelajaran,
yang membutuhkan 15 sampai 20 menit untuk mengajar pada awal hari.
(Selama sisa hari itu, para guru memperkuat pembelajaran ini ketika ada
kesempatan.
Contoh: Kurikulum nilai-nilai kelas pertama berfokus pada keanggotaan
dalam kelompok. Menggoda adalah salah satu topik yang dibahas. Saran
Family Guide bagi orangtua meliputi:

Kita semua kadang digoda. Catat dua insiden ketika anda digoda waktu kecil.
Minta anak anda untuk menceritakan bagaimana yang dirasakannya saat itu.

Situasi permainan peran menggoda dengan anak anda.

Memperbincangkan bagaimana yang dirasakan anak lain jika anak anda


menggodanya.

Pada Malam kembali ke Sekolah di bulan September, tiap guru secara


pribadi memberikan salinan Family Guide pada tiap orangtua dan
menjelaskan sasaran kurikulum karkter pada tiap level. Sepenuhnya 90 %
orangtua, kata Asisten Pengawas, Dr. Ruth Kellog, berubah karena
pertemuan ini. Dan di November, pada konferensi orangtua-guru, para guru
berbicara secara pribadi dengan orangtua mengenai program nilai dan
peran yang dimainkan oleh keluarga.
Di luar rasa hormat terhadap privasi anak, Dr. Kellog menagatakan,
seorang guru tidak akan pernah bertanya,Berapa banyak kali kamu
melakukan kegiatan bersama keluarga di malam hari? Tapi distrik tersebut
mendapatkan perkiraan kasar Dario kuesioner yang diikuti oleh keluarga
yang dikirmkan pada orangtua pada akhir tiap tahun program. Pada tahun
ini, labih dari separuh orangtua mengembalikan kusioner itu; dan dari
mereka ini, sebagian besar menggunakan Family Guide secara teratur.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 531

Kuesioner akhir tahun meminta para orangtua untuk mengevaluasi efek


kurikulum tahun lalu pada anak mereka. Apa yang paling tidak disukai anak
anada? Aapakah saran yang anda beriakn untuk meningkatkan program
ini? Menanyakan dan memanfaatkan input dari orangtua memperdalam
perasaan mereka terhadap kepemilikan akan program tersebut. (Untuk
informasi mengenai Family Guide dan sumber daya yang membantu dalam
program antar generasi, The Connection Dimension, hubungan Scotia-
Glenville Central schools, scotia, NY 12302.)

MENGENDALIKAN TV SEBAGAI GURU MORAL: APA YANG


DAPAT DILAKUKAN OLEH KELUARGA DAN SEKOLAH

Melalui sejarah, tiga institusi fomatifkeluarga, sekolah dan gereja


telah bertanggung jawab untuk pendidikan moral anak. Abad ini
bagaimanapun, telah melihat kebangkitan media massa sebagai penajam
nilai.
Tidak ada media massa yang berada dimana-mana seperti televisi. Sisi
terbaiknya, televisi merupakan jendela dunia, yang mengembangkan
horizon intelektual, estetika dan moral. Tapi sisi terburuknyadan
keburukan ini semakin meresaptelevisi merupakan bagian dari
meningkatnya gelombang budaya pekerjaan yang buruk . Ini membanjiri
orang muda dengan nilai-nilai buruk dan mengalihkan mereka dari
hubungan keluarga dan pencarian kesehatan. Dalam berbagai cara, televisi
merupakan pendidik moral yang salah yang paling membahayakan dan
berada dimana-mana dalam kehidupan anak-anak.
Rata-rata keluarga Amerika, TV dihidupkan tujuh jam dan lima menit
sehari (sebuah angaka yang naik, bukan turun). Murid sekolah dasar secara
tipikal menonton 32 seminggu. Survei yang baru-baru saja dilakukan oleh
Weekly Reader menemukan bahwa anak-anak sekolah dasar lebih memilih
menonton televisi daripada kegiatan hiburan lainnya. Membaca adalah
pilihan paling kurang disukai mereka.
Ujar ayah dari tiga anak: Saya akan pulang dari bekerja dan ingin
berbicara de ngan ana-anak saya, dan mereka akan kembali menonton TV.
Saya akan mematikannya, dan beberapa menit kemudian TV dihidupkan
kembali. Saya menjadi sangat benci dengan TV. Beberapa tahun lalu, Bill
Moyers Journal menayakan pada murid sekolah dasar,Jika kamu harus
532 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

menyerahkan salah satu dari dua pilihan ini untuk selamanya, apa yang akan
kamu berikan: menonton TV atau berbicara dengan ayah kamu?Sekitar
separuh menjawab,Berbicara dengan ayah saya.
Pola yang berikut telah diidentifikasikan oleh Pusat Penelitian Televisi
Keluarga Yale: Aanak-anak bangun, dengan segera menghidupkan televisi,
pulang ke rumah, dan menghidupkan TV lagi, Kemudian, dia bergabung
dengan orangtua, yang makan malam di depan TV. Terdapat sedikti
penyimpangan verbal diantara anggota keluarga sepanjang malam.
Akhirnya anak tersebut pergi tidur tanpa adanya masa tenang antara
menonton televisi dan waktu tidur.
Anak-anak, seperti yang kita lihat, memperoleh niali-nilai moral melalui
interaksi manusia. Sebuah bagian vital dari interaksi tersebut adalah
komunikasi langsung dengan orang dewasa tertentu. Televisi membanjiri
orangtua dan anak-anak dengan percakapan yang krusial percakapan
dimeja, kepercayaan, koreksi moral, bacaan menjelang tidur, bahkan
pendapatmelalui hubungan yang dikembangkan dan begitu banyak
pembelajaran moral yang terjadi.
Tapi komunikasi yang hilang hanya sebagian masalah dari televisi.
Bagian lainnya merupakan nilai-nilai negarif, model peran, dan gaya hidup
yang secara rutin disajikan bagi penonton muda. Berikut ini adalah Sam
Proctor, tercatat, pendidik yang mencatat hal-hal yang menyedihkan,
membicarakan tentang efek dunia TV yang gemerlap pada anak-anak kaum
minoritas:

TV hanya memperlihatkan orang dengan kemewahan. Tidak ada orang


sengsara di TV; setiap orang kaya dan berpenampilan baik. Anak-anak melihat
hal ini, dan mereka ingin lari dari kehidupam mereka dan melompat ke dalam
dunia itu. Itulah salah satu alasan mengapa di seluruh Harlem, anak-anak
berputar-putar dengan BMW yang mereka beli dengan uang yang dihasilkan
dari menjual cracktanpa berpikir mereka tentang bagaimana mereka akan
mati di usia 25 tahun atau masuk penjara selama 15 tahun.

Kekerasan di TV meminta korban lain. Pada pertengah usia remaja,


tipikal remaja Amerika telah menyaksikan secara literal ratusan ribu tindak
kekerasan di televisi. Efeknya adalah meningkatkan tendensi kekerasan
anak itu sendiri atau tidak menjadikan mereka peka akan tindak kekerasan
pada orang lain.
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 533

Sekarang ini posisi resmi Asosiasi Psikologis Amerikayang didukung


dengan sejumlah studimengamati kekerasan di TV memiliki efek
penyebab pada agresi baik pada anak-anak dan remaja. Generalisasi yang
demikian memiliki arti konkrit ketika kita mendengar laporan
anakanakyang secara tragis menirukan kekerasan dari televisi. Kisah berita
baru-baru ini mengisahklan seorang anak berusia 5 tahun di Boston yang
menonton Friday the 13th dan Nightmare on Elm Street, berbicara dengan
panjang lebar tentang karakter film tersebut dan adegan berlumuran darah
yang berani, dan kemudian menusuk gadis kecil berusia 21/2 tahun
sebanyak 17 kali dengan pisau dapur.
Banyak televisi juga berperan sebagai diet yang terus-menerus tentang
seks sepintas (delapan dari 10 prime time merujuk pada seks yang
merupakan seks di luar pernikahan), pelanggaran hukum, minum (tingkat
konsumsi alkohol tertinggi terjadi selama prime time), sensasionalisme,
agresi verbal di depan anda, menganggap sebagi humor, dan pesan
komersial yang tanpa henti membuat anda gembira. Pada akhirnya,
program hiburan TV menyajikan sebuah pandangan dunia yang secara
menarik kehilangan akan perasaan yang utama. Polling secara nasional
menunjukkan lebih dari 90 persen dari populasi orang dewasa mengakui
percaya akan Tuhan. ; namun seperti yang diamati oleh Benjamin Stein di
Wall Street Journal, hampir tidak pernah seorang karakter TV terlihat untuk
berdoa, pergi ke gereja atau sinagoga, mencari konseling spiritual, atau
melibatkan sebuah presepsi religius ketika membuat sebuah keputusan
moral.
Apa yang dapat dilakukan orangtua mengenai televisi, dan bagaimana
sekolah dapat membantunya? Orangtua memerlukan beberapa pedoman
dasar:
Berikan sebuah contoh yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa
orangtua yang sedikit menonton televisi cenderung memiliki anak yang juga
sedikit menonton televisi.
Mensyaratkan anak-anak untuk meminta ijin menonton televisi.
Anak-anak harus diajarkan bahwa menonton televisi merupakan hak
istimewa, bukan sebuah hak.Ini penting sekali untuk menetapkan kendali
orangtua. (Jika orangtua tidak ada untu mengawasi, mereka dapat minta
bantuan Plug-Lok, sebuah alat sederhana yang terkunci pada kabel TV dan
tersedia dengan harga 9,45 dollar As untuk dua buah dari Kenny company,
20 Ridgemoor, St. Louis, MO 63105.)
534 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Mengatur apa yang ditonton oleh anak-anak. Orangtua perlu


menyatakan posisinya atas nilai-nilai yang mereka seperti seorang ibu yang
berkata,Kami tidak akan membiarkan kamu memasukkan sampah ke
dalam perutmu; kami pasti tidak ingin kamu memasukkan sampah ke dalam
pikiranmu.
Kurangi jumlah waktu menyalakan TV. Beberapa keluarga
melakukan hal ini perlahan-lahan, dengan merancang satu atau dua malam
tiap minggu sebagai masa tenang ketika semua perangkat elektronik mati
sepanjang malam. Beberapa sekolah mensponsori Tiada Tv selama Satu
Minggu (atau dua minggu), yang memberikan ini sebagai proyek kelas; para
murid mengungkapkan pendapat akan alternative positif dari pada
menonton TV dan tetap menjaga bagaimana anggota kelaurga
menghabiskan waktunya. Pada akhir percobaan, banyak keluarga
mengembalikan televisi pada level yang secara signifikan di bawah yang
seharusnya sebelum percobaan penghentian televisi tersebut.
Pada beberapa sekolah, kepala sekolah mengirim surat ke rumah yang
menanyakan untuk mempertimbangkan dalam mengadopsi pedoman TV
yang direkomendasikanseperti tidak lebih dari satu setengah jam sehari
untuk anak-anak yang berada di kelas kedua dan sebelumnya, dan tidak
lebih dari satu jam setiap hari bagi anak-anak yang berada di kelas tiga dan
diatasnya. Surat tersebut menyatakan bahwa anak-anak lebih baik
beristirahat, memiliki rentang konsentrasi yang lebih baik, menjadi
pembaca yang lebih baik, dan menyesuaikan lebih baik dengan teman
sekelas ketika mereka kurang dalam menonton televisi. Banyak orangtua,
menemukan hal yang sulit untuk mengawasi dengan ketat pada TV miliknya,
bersyukur akan pengaruh ekstra atas surat yang diberikan sekolah pada
mereka.
Perpustakaan dapat juga mengarahakan caranya. Beberapa tahun lalu,
Dewan Perpustakaan Farmington, Connecticut dengan dukungan dari
Badan Pendidikan membujuk lebih dari 1.000 penduduk Farmington untuk
mematikan televisi satu bulan penuh pada bulan Januari. Farmington
gembira dengan efeknya pada kehidupan berkeluarga dan performa kelas
dan memperoleh begitu banyak penyelidikan seluruh negeri bahwa saat ini
disediakan TV turn-Off Kit, yang menjabarkan betapa tiap komunitas dapat
melaksanakan sebuah proyek serupa. (Alat ini tersedia pada Farmington
Library Council, 6 Monteith Drive, Farmington, CT
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 535

06032.)
Semua usaha yang didukung oleh sekolah ini membantu orangtua
merasakan mereka tidak sendiri jika mengekang TV.
Semua dapat pula mengajarkan anak-anak untuk menonton TV dengan
lebih kritis. Sebuah contoh baik dari pendekatan melek huruf media
adalah kurikulum Anak-anak dan TV: Mengajarkan anak-anak untuk
Menonton dengan Bijaksana(Children and TV: teaching Kids to Watch Wisely),
yang dikembangkan oleh guru Claudine Goller di Sekolah Alternatif
ScarBorough di Ontario. (Untuk informasi kirimkan surat pada Claudine
Goller, 5 Pegasus Trail, Scarborough, Ontario Canada M1G 3N3.)
Jadikan televisi sebagai peristiwa special dari pada sebuah kegiatan
harian. Ketika saya berbicara pada kelompok orangtua tentang televisi, saya
merekomendasikan satu kebijakan sangat spesial: Anda menonton TV
hanya jika terdapat program khusus yang layak ditonton (cth, program alam
National Geographic sebuah documenter yang baik, hari libur khusus,
peristiwa olahraga tertentu). Keuntungan kebijakan sangat special ini
bahwa menyalakan TV menjadi keputusan yang disengaja dari pada sebuah
kebiasaan yang tanpa pertimbangan. Anak-anak belajar bahwa televisi
seperti peralatan rumah lainnya: Keadaanya normalnya adalah
mati (off).
Bagaimanapun masalah televisi lebih besar dar pada membuat orangtua
melakukan pengendalian. Di negara kita, jaringan televisi bertanggung
jawab bukan pada siapapun kecuali sponsornya; TV kabel bukan pada
siapapun kecuali pada pelanggan yang membayarnya. Tak satu pun yang
bertanggung jawab pada standar tanggung jawab sosial apapun. Inggris
menawarkan sebaliknya: televisi BBC memulai dengan misi publikuntuk
menyiarkan budaya dan sejarah Inggirs yang terbaik.
Tekanan moral yang tersebar luasdari para pendidik,
orangtua,kelompok kepentingan publik, dan pimpinan politik nasional
diperlukan untuk membuat televisi menunjukkan sebuah ukuran tanggung
jawab yang lebih besar untuk kesejahteraan masyarakat yang
mendukungnya. Dan ukuran tanggung jawab yang bijaksana dari peraturan
pemerintah (cth, membatasi seks dan kekerasan selama jam prime time)
merupakan cara lain untuk diteruskan.
536 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

FILM

Dalam dekade yang lalu, dengan beberapa penegcualian, disayangkan


film telah menjadi pengaruh moral yang tidak sehat bagi anak-anak dan
remaja. Ini merupakan film kontemporer yang jarang bahwa tidak
memasukkan grafik kekerasan, seks pra nikah atau di luar pernikahan yang
digambarkan dengan bangga sebagai perilaku normal, bahasa yang salah,
atau secara umum karakter yang buruk dalam peran utama.Rating PG harus
dipahami secara harafiah: Bimbingan dari orangtua dibutuhkan.
VCR, sebuah keuntungan bagi orangtua yang ingin mengambil film yang
pantas untuk diperlihatkan di rumah, memiliki cara lain dalam menambah
masalah. Lingkungan yang tipikal menyediakan toko video, yang sejalan
dengan standar yang menyerang pornografi, item seperti Terror on Tape,
sebuah antologi dari adegan kekerasan seksual terhadap wanita, dan dan
Filmgore, sebuah klip kompilasi dari film pembunuh (iklan
perkenalannya:Lihat pembunuh yang haus darah, dan tukang jagal dan
pembunuh sadis menggorok, mencekik, dan memutilasi budak cantiknya
yang bertelanjang dada).
Seperti yang ditunjukkan Tipper Gore dalam Raising PG Kids in an
XRated Society (Membesarkan Anak Kelompok Bermain dalam Masyarakat
yang Bernilai-X), rekaman seks dan kekerasan ini dibeli dan disewakan
terutama oleh anak-anakkhususnya usia 11 sampai 15 tahundan
tersedia tanpa pembatasan. Dalam asrama mahasiswa di sebuah kampus
akademi, dinyatakan oleh laporan majalah Time,film pembunuhan secara
terus menerus diputar di ruang santai, bersama denga film prono. Di
masyarakat dimana kekerasaan seksual dan kekerasan lain terhadap wanita
sudah menjadi masalah serius, ini merupakan sebuah kegilaan untuk
menyuntikkan racun yang demikian ke dalam aliran darah budaya.kita.
Orangtua yang mengabaikan atau serba membolehkan adalah bagian
dari masalah. Kata salah seorang ibu:aanak perempaun saya yang berusia
10 tahun baru-baru ini diundang dalam pesta ulang tahun temannya dimana
hiburan yang direncanakan adalah film tentang tiga orang gadis yang
bersaing untuk melihat siapa yang pertama kali hilang keperawanannya.
Saya sangat marah, tapi tidak yakin apa yang harus dilakukan.
Yang harus dilakukan adalah apa yang disarankan oleh ibu laun yang
mengalami masalah serupa. Anak perempuannya yang berada dikelas lima
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 537

diundang teman sekelasnya untuk menginap dimana akan diperlihatkan


film bertingkat-R. Ibu ini menelepon ibu si empunya rumah dan berkata
denga cara yang ramah, Saya tidak mengijinkan Lisa untuk menonton film
bertingkat R; apakah saya harus menjemputnya sebelum film diputar, atau
apakah anada ingin saya tidak mengantar dia kesana sama sekali?
Ibu empunya rumah dengan segera mengerem dan berkata,Oh, tidak,
saya akan mencari film lain. Orang tua yang menegaskan pendirian akan
nilai-nilai mereka, disamping menetapkan contoh yang baik bagi anakanak
mereka, dapat secara positif memengaruhi orangtua yang lain.
Seperti film dan pada televisi, sekolah dapat membantu menetapkan
norma komunitas demi kepentingan terbaik bagi anak. Ini dapat
mendorong orangtua untuk memonitor film yang dilihat oleh anak-anak
mereka, memikirkan dampaknya, dan memperkuat pedoman yang
konsisten dengan nilai-nilai positif yang kiranya dinginkan sekolah maupun
rumah bagi anak-anak untuk berkembang. (Sumber yang
direkomendasikan: Preview:Movie Morality Guide, surat kabar dua
mingguan untuk orangtua yang menelaah dan menilai film keluaran terbaru
dan juga memberikan informasi spesifik, untuk tiap film, pada nahasa,
kekerasan, muatan seksual, ketelanjangan, dst. Ini tersedia dengan harga 25
dollar AS per tahun dari PREVIEW, 1309 Seminole Drive, Richardson, TX
75080. Juga tersedia dari sumber yang sama: Recomended Movies on Video,
sebuah buklet lebih dari 50.000kaset video yang dinilai bermanfaat
muatannya untuk penonton muda.)

SEKOLAH DAN ORANGTUA SEBAGAI PARTNER DALAM


KEDISPLINAN

Bab 7 melihat bagaimana para guru dapat merekrut bantuan orangtua


dalam menangani anak-anak dengan masalah disiplin. Pengelola sekolah
dapat melakukan hal yang sama.
Salah satu sampel imaginative akan kerjasama rumah-sekolah ini dapat
ditemukan di Wilson Junior High School di Hamilton Ohio, sebuah kota
industry dengan poupulasi yang beraneka ragam.Saya mendapatkan ide ini
tanpa sengaja, kata kepala sekolah John Lazares. Dia menjelaskan:

Seorang anak datang ke kantor saya yang memang sudah saya lihat
berulang kali karena masalah displinberbicara di kelas, terlamabat, tidakl
538 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

membawa materi pelajaran,membuat gurunya menjadi gila. Saya baru saja


makan dan berkata,Lain kali saya melihat kamu, kita akan mengundang
ibumu kemari dan melihat apa yang harus kita lakukan seharian. Reaksi yang
saya terima darinya adalah,lakukan apa saja yang Bapak mau, tapi jangan
panggil ibu saya kemari. Sesuatu terlintas dikepala saya.

Setelah itu, kepala sekolah Lazares mulai dengan apa yang dia
sebutprogram keterlibatan orangtua: Jika perilaku seorang murid
menmbuat dia terkena skorsing, dia memanggil orangtuanya dan
berkata,Jika anda datang dan menghabiskan satu hari dikelas bersama anak
anda, saya akan memcanut skorsing tersebut. Lusinan orangtua telah
memberikan hari mereka di Wilson, dan perilaku ank-anak mereka
bertambah baik secara dramatis.
Ini juga merupakan disiplin preventif,kata Lazares; para murid yang
telah melihat orangtua murid lainnya datang di sekolah berhenti
menyebabkan masalah karena mereka tidak ingin orangtua mereka datang
dan duduk bersama mereka sepanjang hari. Terlebih lagi, banyak
orangtuasaat ini menelpon sekali seminggu untuk memeriksa
perkembangan anak mereka. Dan jika seorang murid mengalami masalah
disiplin untuk waktu yang lama tidak menyebabkan maslah, Lazares
berkata, saya akan menelpon orangtuanya dan berkata,Anda melakukan
hal yang tepat.
Sejak program keterlibatan orangtua memperlihatkan hasil, Lazares
berkata, hukuman seusai sekolah telah berkurang dari 20 per hari menjadi
nol pada beberapa hari, dan pengusiran juga menurun.
Bekerja sama untuk kedisplinan dapat menjadi sama sederhananya
dengan konferensi orangtua. Perkataan kepala sekolah sekolah dasar New
Hampshire:

Sebuah konferensi orangtua dapat memiliki pengaruh yang positif bagi


seorang anak. Orang yang paling penting baginya telah membicarakan tentang
kesulitan Mereka cukup peduli. Kita selalu melihat sebuah kemajuan dalam
perilaku seorang anak sebelum dan sesudah sebuah konferensi orangtua.

ORANGTUA MEMBANTU ANAK-ANAK UNTUK BELAJAR


Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 539

Tugas pertama seorang anak di sekolah adalah untuk belajar, dan


dukungan paling mendasar yang dibutuhkan sekolah dari para orangtua
adalah dukungan untuk pembelajaran tersebut. Seperti yang kita lihat di bab
12, pembelajaran untk bekerja dan pengembangan disiplin diri untuk
melakukan yang terbaik adalah bagian dan bidang pendidikan karakter.
Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran anak-anaknya merupakan
sisi terdepan dari pembaharuan sekolah saat ini. Di Horace Mann
Elementary School di St. paul, Minnesotta, sebagai contoh, tiap Jumat para
guru menulis surat kerumah pada orangtua tentang perkembangan tiap
anak merekadan berharap surat yang sudah ditandatangani akan kembali
hari Senin.
Beberapa sekolah mengirimkan pada orangtua surat yang menjabarkan
bagaimana mereka dapat membantu anak mereka mengembangkan
kebiasaan pekerjaan rumah yang baik (cth, Menetapkan daerah studi
pekerjaan rumah dan waktu pekerjaan rumah setiap hari). Terdapat bukti
yang terlihat bahwa ketika orangtua dan guru bekerja erat bersama-sama
dengan cara ini, para murid akan melakukan lebih baik dan menyukai
sekolah lebih lagi.
Sejumlah sekolah juga sekarang ini melaksanakan lokakarya untuk
memperlihatkan pada orangtua bagaimana menambah pendidikan anak
mereka. Dr. Malcolm AStley dari Heath Elementary School (taman
kanakkanak sampai kelas delapan) di Brookline, Massachusetts, telah
mempelopori kerjasama rumah-sekolah yang demikian, program Great
Expectations. Kami ingin membantu untuk membantu para murid yang
nampaknya bekerja di bawah potensi mereka, jelas Astley. Sebuah surat
dikirmkan pada orangtua:

Anak lelaki atau perempuan anda telah diidentifikasi oleh para anggota staf
memiliki kemampuan lebih dari pada yang nampaknya dipergunakan secara
efektif di sekolah. Kami ingin bekerja sama dengan anda dan anak anda
mengenai hal ini dengan mengundang anda untuk memasukkan anak anda
dalam sebuah program baru sekolah kami.
Jika anda memutuskan untuk ikut ambil bagian, dari pada belajar di aula
studi, anak anda akan bertemu dalam dua periode seminggu di kelas untuk
membantu para murid lebih baik dalam memenuhi potensi mereka. Kelas
tersebut akan meliputi pelatihan keahlian dasar organisasi, keahlian
akademis, dan trik untuk bertahan dan berhasil dalam lingkungan sekolah.
540 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Karena keberhasilan bagi para murid jauh lebih mungkin jika orangtua dan
staf bekerja bersama-sama, kita akan bertemu dengan orangtua untuk enam
kelas pagi untuk menelaah keahlian yang digunakan dalam membantu anak
anada memenuhi eekspetasi yang lebih tinggi. Keahlian ini meliputi memotivai
murid, memonitor pekerjaan sekolah, dan mengawasi pekerjaan rumah secara
efektif.

Ronde pertama dari Great Expectations merupakan keberhasilan yang


solid. Pada sebuah evaluasi kuesioner, para murid yang berpartisipasi
memberikan rating dari sedang sampai sangat positif, dan orangtua mereka
bahkan memberikan nilai yang lebih tinggi.

MEMBANTU JARINGAN ORANGTUA

Sandra Adams adalah seorang konselor pengembangan di Summit


School (taman kanak-kanak sampai kelas sembilan) di luar Wisnton-Salem,
North Carolina. Dia memimpin kelompok perbincangan untuk murid kelas
enam sampai kelas Sembilan (sekitar 12 murid untuk sebuah kelompok).
Mereka bertemu beberapa kali seminggu, selama 45 menit satu sesi, untuk
memperbincangkan narkoba, minum, seksual, tekanan teman sebaya, dan
isu-isu lain yang dihadapi orang muda seusianya.
Tapi seperti yang dijelaskan salah seorang ibu, Perhatian untuk
anakanak di Summit School diperluas sampai keluar sekolah. Beberapa
tahun lalu, dia berkata, banyak anak kelas lima mulai saling pergi bersama.
Konselor Adams mengundang semua orang yang peduli pada suatu
pertemuan di rumah salah seorang orangtua murid.
Para orangtua menyetujui untuk tidak menajdi tuan rumah pesta anak
lelaki-perempuan mereka sampai mereka duduk di kelas tujuh. Mereka juga
bertukar nomor telepon dan menyetujui untuk saling menelepon jika
mereka ingin mengeceapa yang terjadi dengan anak-anak mereka pada
malam tertentuatau untuk alasan lain.
Pesan utamanya, kata seorang ibu, adalah,Tolong Menelpon. Dia
sendiri telah mendapat beberapa telepon. Salah satu diantaranya orangtua
menginformasikan anak lelakinya berencana keluar diam-diam dan
bergabung dengan anak-anak lain berusia 14 tahun yang merencanakan
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 541

pergi mengendarai mobil di malam hari dengan sepasang mobil orangtua


mereka (tanpa diketahui oleh orangtuanya).
Ketika sekolah membantu jaringan orangtua dengan cara ini, ini
membantu juga membangun kembali jenis komunitas yang kohesif yang
biasa menjadi normadimana orangtua merasa mereka memiliki ijin untuk
membiarkan orangtua lain mengetahui jika anak mereka akan melakukan
hal yang tidak baik.

SEKOLAH SEBAGAI KELOMPOK PENDUKUNG

Kelompok pendudkung bagi anak-anak yang mengalami pergolakan


keluarga menjadi sangat biasa di sekolah. Sejak tahun 1981, contohnya,
Ballston Spa Central School District di bagian utara New York telah
mengoperasikan Banana Splits, sebuah program untuk anak usia sekolah
dasar yang keluarganya mengalami transisi karena perpisahan, perceraian,
kematian orangtua atau perkawinan kembali. Elizabeth McGonagle, pendiri
dan direktur program, menjelaskan:

Ketika anak-anak bergabung diperlukan ijin orangtua- hal pertama yang


mereka lakukan adalah menggantung pisang di pohon pisang kami. Ini
menentramkan mereka untuk melihat semua pisang sudah berada
ditempatnya; mereka tak sendiri. Mereka mulai melihat diri mereka sebagai
orang yang selamat, bukan yang kalah.

Ketika anak-anak Banana Split bertemu mereka berbincang-bincang


dan saling membantu dalam menghadapi berbagai masalah: kunjungan
resmi (atau kurang kunjungan), perang hak pengasuhan, kemarahan
orangtua, kemarahan anak, penyesuaian kencan orangtua, dan akuisisi
orangtua tiri yang baru. Melalui menggambar, proyek khusus, diskusi,
humor, dan buku,ujar Mc Gonagle,anak-anak dibantu untuk menghadapi
luka mereka dan merubah apa yang bisa mereka ubah. Program Banana
Split mencakup sebuah kelompok pendukung bagi para orangtua, yang
bisasa dijalankan sendiri oleh orangtua.
Bagian tersulit dalam menetapkanprogram ini,ujar Mc Gonagle, adalah
membuat pengelola mengurus satu hal lagi Tapi ketika mereka terjun
kedalamnya, katanya, selebihnya tidak sulit. (Pedoman Banana Split baik
bagi kelompok anak maupun orangtua diterbitkan oleh Interact, Box 997,
Lakeside, CA 92040;tel 619-448-1474. Elizabeth McGonagle dapat
542 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

dihubungi di Ballston Spa Central School District, Wood Road School, 100
Wood Road, Ballston Spa, NY 12020; tel. 518-885-5361. Untuk informasi
akan program yang baik lainnya untuk membantu anak behubungan dengan
perpisahan atau kehilangan orangtuanya, tulis surat ke Rainbows for All
Gods children, Inc., 111 Tower Road,Schaumburg, IL 60173).

MELIBATKAN SELURUH KOMUNITAS

Karena seluruh komunitas memiliki andil dalam perekembang karakter


kaum mudanya, ini penting bagi sebuah sekolah yang melaksanakan
pendidikan nilai untuk melibatkan lebih dari sekedar orangtua.
Keterlibatan komunitas secara luas bermanfaat dalam beberapa cara:
Ini membantu untuk mengidentifikasikan dan memperoleh dukungan bagi
nilai-nilai yang harus diajarkan tersebut; ini menyediakan keahlian etika
yang berharga dalam komunitas; dan menginformasikan pada publik dan
menghasilkan publisitas yang positifbagi usaha sekolah di bidang ini. System
sekolah yang mencoba untuk meletakkan suatu program nilai pada
tempatnya tanpa menginformasikan dan melibatkan komunitas sering kali
menghadapi reaksi yang tidak baik yaitu kesalahpahaman, kecurigaan dan
perlawanan.
Cerita berikut ini menceritakan kisah sukses tentang keterlibatan
komunitas dalam pendidkan nilai. Seperti yang anda baca di akun ini, yang
diadaptasi dari sebuah laporan oleh yang kemudian Asisten Pengawas
Baltimore County Mary Ellen Saterlie, ingatlah selalu bahwa banyak system
sekolah telah meneruskan dengan cara lebih sederhana, tapi carilah cara
dimana anda dapat menggabungkan potongan-potongan model
keberhasilan Baltimore.
Terdapat semua cara untuk menjangkau komunitas untuk input dan
dukungan. Hal penting yaitu bahwa sekolah melakukan usaha yang nampak,
dan bermaksud baik.

KISAH BALTIMORE COUNTY

Di musim gugur 1982, Pengawas Robert Dubel menyebut Gugus Tugas untuk
Pendidikan Nilai (Task Force for Values Education) untuk merepresntasikan 148
sekolah Baltimore County. Gugus tugas ini meliputi para kepala sekolah dan staf
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 543

kantor pusat, pimpinan komunitas, dua anggota PTA Executive Board, tiga
perwakilan yang ditunjuk oleh Asosiasi Guru, dan presiden Asosiasi dewan Murid
Baltimore County. Keanggotaan yang beragam ini secara politik penting dan
produktif melalui pendidikan.
Gugus tugas ini kemudian mengundang para pemimpin yang dihormati di
daerah Baltimore untuk meberikan perspektif mereka tentang pendidkian nilai.
Para tamu termasuk dekan sekolah hukum, yang membahas etika dalam profesi
hukum dan bagaimana sekolah dapat mencoba untuk mengembangkan perilaku
beretika; presiden dari jaringan toserba, yang membahas, pencurian di toko,
pencurian internal, etika kerja, dan pengaruh ketiha hal tersebut pada ekonomi;
dan seorang analis berita televisi, yang sebelumnya adalah eksekutif daerah, yang
membahas etika dalam politik dan media dan mendesak para pendidik dan
orangtua untuk mengakui dan memengaruhi peran TV dalam membentuk nilai
kaum muda. Salah satu sesi yang paling menstimulasi dibawakan bersama oleh
direktur eksekutif Uni Kemerdekaan Sipil Amerika dan seorang fundamentalis
mengatur sebuah dialog untuk mengklarifikasi pemikiran liberal dan konservatif
dalam komunitas berkaitan dengan pendidikan nilai.
Sebuah perubahan yang tidak diharapkan:Semua pimipinan komunitas yang
memberikan kesaksian sebelum gugus tugas tersebut menjadi tertarik dalam
misinya bahwa mereka terus bekerja dengan proyek itu dan mendukung
implementasi pendidikan nilai di sekolah.
Anggota gugus tugas mendebat proposal dari para pembicara tamu, dan
membaca dan membahas artikel tentang pendekatan yang ada mengenai
pendidikan nilai. Mereka menganalisis kebijakan dan praktek yang dijalankan
saat ini di sekolah-sekolah untuk mengidentifikasi cara-cara mempromosikan dan
mengajarkan nilai-nilai di semua sekolah di Baltimore. Student Behavior
Handbook, pedoman kebijakan Dewan Sekolah, dan kurikulum pra taman
kanankanak sampai kelas 12 semuanya ditemukan memuat nilai-nilai, meskupun
kata nilai jarang digunakan.
Sebuah survei dilakukan oleh para guru dan orangtua, dan mengungkapkan
dukungan yang kuat tentang pendidikan nilai di kedua kelompok tersebut.
Setelah banyak berdiskusi, gugus tugas menyetujui bahwa Konstitusi AS harus
menyediakan sumber utama dari suatu inti nilai umum(cth, kejujuran, nilai dan
martabat manusia, keadilan, mendapat perlindungan, persamaan kesempatan)
untuk diajarkan di sekolah. Keputusan ini memenangkan dukungan secara luas
dari PTA, Dewan Sekolah, ACLU, serikat guru, gereja, dan komunitas kelompok
lainkarena menggambarkan dengan dasar yang luas tentang nilainilai sipil
tanpa melanggar atau mempromosikan keyakinan beragama.
Gugus tugas kemudian membebankan ini pada tiap 148 sekolah di baltimore
County: Tetapkan sendiri komite pendidikan nilai dan temukan cara-cara kreatif
untuk mengajarkan nilai-nilai inti melalui semua fase kehidupan sekolah. Sebuah
buklet yang disediakan oleh gugus tugas menawarkan garis pedoman umum.
544 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Sekolah berbasis sekolah diketuai oleh kepala sekolah (untuk memberikan


visibilitas dan kepentingan yang diinginkan) dan meliputi staf, orangtua, anggota
komunitas, dan murid. Sekolah individual sejak mendesain proyek yang temanya
berkisaran dari etika komputer untuk melatih sebagai model peran untuk insentif
pencarian kebenaran di sains.
Bagaimana sekolah menginformasikan pada semua orangtua dan mencoba
memenangkan dukungan mereka untuk program nilai yang baru?
Pertama, Dewan PTA mengembangkan sebuah brosur informatif, Values
Education in Baltimore County Public Schools: Question Parents Ask (Pendidikan
Nilai di Sekolah Publik di Baltimore: Pertanyaan yang Dajukan Orangtua), yang
dikirimkan ke tiap rumah. Ini menekankan pentingnya kerja sama anatar rumah
dan sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai positif.
Dua, Dewan PTA juga mensponsori Values Fair tiap tahun dimana sekolah
memperlihatkan proyek nilai dan materi yang telah mereka kembangkan.
Pameran ini telah memberikan dua keuntungan:Orangtua mampu melihat
bagaimana anak mereka diajarkan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah mampu saling
mempelajari. Values Fair pertama kali merupakan sebuah keberhasilan yang
besar, menarik lebih dari 1.000 orang di bagian tenggara daerah tersebut.

SEKOLAH DAN KOMUNITAS BEKERJA BERSAMA DALAM


MEMERANGI NARKOBA DAN ALKOHOL

Setidaknya beberapa penelitian mengindikasikan bahwa kerjasama


sekolah-rumah-komunitas memberikan hasil, walaupun masalah tersebut
setangguh narkoba dan alkohol.
Tanggal 9 Juni 1989 isu pada The Journal of The American Medical
Association melaporkan temuan yang membesarkan hati : sebuah program
sekolah-komunitas yang komprehensif yang mendukung pra remaja dan
remaja untuk menghindari rokok, alcohol, dan mariyuana jauh lebih
berhasil dari pada sebuah program yang hanya mengandalkan sekolah saja.
Studi yang ambisius ini melibatkan 22.500 murid kelas enam dan tujuh
di empatpuluhdua sekolah di Kansas City, Missouri, dan Kansas City ,Kansas.
Semua sekolah tersebut dibagi secara acak dalam dua kelompok: (1) suatu
kelompok eksperimen, yang didalamnya digunakan pendekatan program
sekolah-komunitas yang baru dan (2) suatu kelompok pengendali, yang
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 545

tetap menggunakan program biasa, program pendidikan kesehatan berbasis


sekolah.
Pada eksperimen pendekatan sekolah-komunitas:

Para murid diajarkan, dalam kelas kesehatan dan sains, tentang efek negative
dari narkoba dan bagaimana untuk menolak memakainya.

Para murid mengerjakan tugas pekerjaan rumah (yang kemudian dibahas di


kelas) yang melibatkan permainan peran dengan anggota keluarga dan
mewawancara mereka tentang sikap dan peraturan keluarga mengenai
penggunaan narkoba

Surat kabar komunitas memberikan serangkaian artikel tentang bagaimana


menolak penggunaan narkoba, dan stasiun TV dan radio mensponsori klip-klip
baru dan talk show dimana terdapat staf sekolah tampil membahas program
baru.

Setahun setelah dimulainya studi, para murid (sekarang murid kelas


tujuh dan sembilan) ditanya apakah mereka menggunakan tobacco, alcohol
atau mariyuana selama bulan lalu. Temuan utamanya; Peningkatan yang
lazim dalam penggunaan zat-zat ini pada kelompok usia mereka secara
signifikan melambat bagi anak-anak dalam kelompok program eksperimen.
Diantara mereka:

17 persen mengatakan mereka telah mengisap rokok, dibandingkan dengan 24


persen murid di program konvensional.

11 persen mengatakan mereka telah mabuk alcohol, dibandingkan dengan 16


persen di program konvensional.

7 persen mengatakan mereka telah memakai mariyuana, dibandingkan 10


persen di program konvensional.
Dr. Charles Schuster, direktur Institut Nasional Penyalahgunaan
Narkoba, menyebut studi ini salah satu studi pencegahan primer yang
paling penting yang pernah kita lihat.

BAGAIMANA SEKOLAH, ORANGTUA DAN KOMUNITAS DAPAT BEKERJA


BERSAMA-SAMA

Memberikan dukungan komunitas untuk kehidupan keluarga:


546 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

1. Sebuah kampanye nasional yang menyoroti semua cara-cara dimana orangtua


adalah penting bagi anak-anak.
2. Kebijakan pemerintah, seperti cuti kerja orangtua, yang mendukung ikatan
orangtua-bayi dan kehidupan keluarga.
3. Inisiatif Negara bagian, seperti Wisconsins The Year of Family in Education dan
Missouris Parents as Teachers, yang membantu orangtua menjadi guru yang
paling penting bagi anak-anak mereka.
4. Mengikuti model sekolah pada abad ke-21) untuk memberikan penitipan anak
sebelum dan sesudah sekolah dan dukungan lain bagi orangtua.

Kerjasama sekolah-orangtua dalam pendidikan nilai:


5. Sebuah survey nilai orangtua yang meminta orangtua mengidentifikasikan
kualitas karakter yang mereka inginkan untuk berkembang dalam anak
mereka.
6. Peran kepemimpinan untuk orangtua dalam merencanakan program nilai
sekolah, yang mendesain program partisipasi orangtua, dan mendorong
orangtua untuk mengajar nilai-nilai baik di rumah.
7. Lokakarya berbasis sekolah bagi keahlian menjadi orangtua.
8. Dibutuhkan sebuah kursus untuk murid sekolah menengah dalam
perkembangan anak dan menjadi orangtua.
9. Materi pembahasan nilai berbasis rumah, diberikan pada orangtua, yang
membangun pelajaran di kelas.
10. Mengendalikan pengaruh negative TV dan film.
11. Keterlibatan orangtua dalam mendukung kedisplinan sekolah.
12. Lokakarya (seperti program Great Expectations) yang mengajarkan orangtua
bagaimana membantu anak mereka melakukan lebih baik secara akademik di
sekolah.
13. Membantu jaringan orangtua untuk membahas urusan-urusan umum.
14. Kelompok pendukung berbasis sekolah seperti Banana Splits, untuk anak dan
orangtua dari keluarga transisi.

Strategi kooperatif lainnya:

15. Melibatkan seluruh komunitas dalam mengidentifikasikan nilai-nilai konsensus


bersama yang akan diajarkan di sekolah.

16. Berkomunikasi dengan orangtua melalui sebuah brosur tentang program nilai
sekolah .
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 547

17. Menciptakan suatu atmosfer sekolah yang kooperatif yang didalamnya sekolah
dan orangtuadapat secara konstruktif menyebutkan nilai-nilai konflik ketika itu
terjadi.

KONFLIK NILAI

Bahkan di sekolah kerjasama sekolah-rumah-komunitas yang paling


kooperatif sekalipun, muncul beberapa konflik nilai.
Carol Nylen sekarang mengajar di Helene Dyer School di South Portland,
Maine. Dia mengingat bagaimana, di sekolah lain, salah satu anak kelas
satunya dengan antusias berbagi dalam perlihatkan- dan-ceritakan bahwa
dia memiliki sepeda baru. Ketika guru Nylen berkata,Itu menarik ,Bill
bagaimana kamu mendapatkannya?,dia menjelaskan dengan sejujrunya
bahwa dia dan ayahnya pergi bersepeda, melihat sebuah sepeda di tepi jalan,
dan melemparkannya ke bak mobil mereka.
Seorang guru kelas tiga di pusat kota New York mengajar tentang
rasisme dan hari berikutnya masuk ke kelas seorang anak perempuan
dengan menangis. Malam sebelumnya, dia mengkoreksi ayahnya di meja
makan ketika mengatakan damn nigers dan dia disuruh pergi tidur tanpa
makan malam.
Tantangan para guru dalam kasus seperti ini adalah mengarahkan anak-
anak dengan lembut untuk mengadopsi atau mempertahankan penilaian
moral yang benarmencuri adalah salah, rasisme adalah salah sambil
menghindari komentar publik pada perilaku orangtua mereka yang salah.
Secara pribadi guru dapat membantu anak-anak memahami hal itu, semua
dari kita, orangtua dan guru termasuk, terkadang melakukan
danmengatakan hal-hal yang tidak baik, tapi bukan berarti kita orang jahat.
Kadang orangtualah yang mengajukan keluhan ke sekolah. Berikut ini
perkataan seorang ibu yang menelpon dalam suatu talk show yang diadakan
sebuah radio mengenai pendidikan nilai:

Sekolah di distrik kami tidak mengajarkan nilai-nilai yang ingin diajarkan


oleh orangtua. Selama periode liburan para murid duduk membahas
pertanyaan seperti Kapan kita boleh berbohong? dan Pilihlah hukum yang
ingin kamu langgar. Anak-anak diajarkan bahwa disana tidak ada hal-hal
yang bersifat absolut, tidak ada benar atau salah.
548 | Mendidik untuk Membentuk Karakter

Konflik nilai yang demikian bagaimanapun diminimalkan, ketika


sekolah dan orangtua telah bekerja bersama-sama untuk mengartikulasikan
nilai-nilai yang mereka inginkan untuk dipelajari oleh anak-anak mereka;
yang, ditambah menciptakan jenis iklim yang membantu perkembangan
rasa hormat, percaya dan komunikasi yang terbuka.
Kata Peggy Tharpe, kepala sekolah Sullivan Elementary School di luar
St. Louis: Hal-hal kecilbagaimana anda menjawab teleponberarti
banyak dalam menetapkan nada suara. Kami menagatakan,Terima kasih
sudah menelpon sekolah kamiada yang dapat kami bantu? Ketika
terdapat atmosfer sekolah yang ramah, ketegangan dalam hal nilai-nilai dan
isu lainnya memiliki kesempatan yang lebih baik untuk diselesaikan atau
paling tidak disebutkan dalam sikap yang sopan, konstruktif.
Ketika kita mendekati akhir abad ini, mood setidaknya di beberapa
tempat adalah sebuah harapan. Kata Ron wood, seorang guru di Birch
Meadow Elementary School di Reading Massachusets, yang mengajar lebih
dari 30 tahun:

Ketika saya mulai mengajar, nampak bagi saya kami memiliki dukungan
mungkin 80 % orangtua. Kemudian tiap tahun dukungan ini terus menurun
sampai sekitar separuhnya, dan kemudian nampak seakan 80% : 20%
melawan guru. Tapi dalam beberapa tahun terakhir ini saya telah melihat
perubahan, sampai sekarang saya berpikir kami mendapatkan dukungan lagi
dari sebagian besar orangtua.
Kadang anda merasa seperti memiliki pengaruh yang sangat kecil sebagai
seorang guru, mendayung melawan arus. Tapi kemudian anda menemukan di
luar sana lebih banyak orang seperti anda dari pada yang anda sadari, orang-
orang yang membagikan nilai-nilai anda. Mereka ada di luar sana.
Masalah yang luar biasa akan terus menerus adasebuah budaya
dimana keegoisan bermain sebagai gaya hidup, tak terhitung keluarga
yang berada dalam krisis, dan jutaan anak menderita akibat diabaikannya
kebutuhan mereka yang paling mendasar. Tapi bagi kebanyakan komunitas
yang memiliki orangtua menjadi sebuah prioritas menjadi lebih tinggi
antara sekolah dan keluarga yang bersama-sama berusaha saling
memperkuat keduanya.
Pada komunitas lain tetap harus menempa kerjasama yang serupa,
sehingga semua anak dapat memiliki apa yang harus menjadi hak dasar
Sekolah , Orang Tua, Dan Masyarakat Yang Bekerja Sama | 549

mereka: kesempatan untuk bertumbuh menjadi manusia yang sehat, cakap,


dan jujur.
LAMPIRAN A

MEMULAI DAN MEMPERTAHANKAN MOMENTUM

1. Kembangkan sebuah kelompok kepemimpinan. Bentuklah sebuah dewan


pendidikan moral atau sebuah satuan tugas yang akan membantu untuk
memilih nilai-nilai target, kembangkanlah pedoman program, dan
bertanggungjawablah untuk rencana dan implementasi program jangka
panjang. Kelompok ini sebaiknya dapat mewakili secara luas, termasuk kepala
sekolah, guru-guru, penasihat atau psikolog, orang tua, sekretaris, penjaga
sekolah, atau staff-staff pendukung sekolah lainnya, dan orang-orang yang
dapat membantu mengembangkan, mengimplementasi, dan memperoleh
dukungan yang luas untuk program nilai ini.

2. Lakukan sebuah survei analisis kebutuhan-kebutuhan. Kirimlah sebuah


kuisioner ke semua staff sekolah, orang tua, tokoh masyarakat (contohnya:
pimpinan bisnis atau politik, ulama, ketua karang taruna), dan para siswa.
Pertanyaan yang disarankan:

Dalam skala 1 sampai 5 (dimana 1 berarti tidak penting dan 5 berarti


sangat penting), seberapa penting menurut anda bagi sekolah untuk
mencoba mengajarkan nilai-nilai moral dan mengembakan karakter yang
baik? Mengapa anda berpendapat seperti itu?

Pilihlah lima nilai dari daftar berikut (contohnya: penghormatan, rasa


tanggung jawab, kejujuran, rasa sayang, keadilan, integritas, keberanian,
sopan santun, kerja keras, penghargaan diri) yang menurut anda harus
ditekankan oleh sekolah kami dalam program pendidikan moral.

Menurut anda nama apakah yang paling cocok untuk usaha sekolah dalam
membangun nilai dan karakter yang baik?

_____ Pendidikan moral


_____ Pengembangan karakter
_____ Pendidikan etika
_____ Pengajaran penghormatan dan tanggung jawab
_____ Dan lain-lain _____

3. Nilailah bagaimana sekolah anda sudah mencoba untuk mengajarkan


nilai moral. Tanyalah pada administrator sekolah, guru, staff pembantu, dan
541
Memulai dan Mempertahankan Momentum

orang tua, Apakah menurut anda sekolah kami sudah menjalankan


pengajaran nilai moral dan mengembangkan karakter yang baik? Bagaimana
kai dapat mengembangkan usaha kami dalam hal ini? (satu cara untuk menilai
kelengkapan usaha sekolah, para responden dapat menggunakan 12
komponen dari pendidikan moral yang dideskripsikan dalam buku ini).

4. Kembangkanlah sebuah rencana. Dengan menggunakan hasil dari survei


analisis kebutuhan dan penilaian sekolah, kembangkanlah sebuah rencana
yang mencakup sasaran jangka pendek (contohnya: untuk tahun pertama) dan
sasaran jangka panjang (contohnya: untuk tiga tahun kedepan). Sebagai
contoh:
RENCANA TAHUN PERTAMA
Sasaran 1: ____________________________________________________________________________________
Langka-langkah yang perlu diambil: Siapa yang melaksanakannya: Kapan:
Sasaran 2: ____________________________________________________________________________________

5. Dapatkan umpan balik dari rencana tersebut. Paparkan rencana tersebut


pada staff, orang tua, dan yang lain untuk mendapat umpan balik. Satukan
pendapat-pendapat untuk perbaikan dan sebarkan kembali rencana yang
telah direvisi.

6. Bentuklah komite orang tua. Mintalah para orang tua yang tergabung dalam
panitia pendidikan moral untuk membangun komite orang tua dan merekrut
anggota baru. Kelompok orang tua ini memiliki tanggung jawab untuk
mememastikan semua orang tua tetap terinformasikan tentang program
moral sekolah (contohnya: melalui laporan berkala), mengatur program
partisipasi orang tua dan mendorong orang tua untuk membantu
mengembangkan nilai-nilai yang sekolah coba ajarkan di rumah.

7. Buatlah subkomite-subkomite spesifik. Bentuklah satu atau lebih


subkomite yang fokus pada isu lingkungan sekolah dengan prioritas tinggi
atau masalah dimana ada sebuah kesempatan dalam membuat kemajuan
nyata di waktu yang dekat. Kemungkinan-kemungkinan:

Mengembangkan suatu kebijakan disiplin lingkungan sekolah


Mengembangkan kafe
Meningkatkan tingkah laku di tempat bermain
Mengembangkan kode etik berolahraga yang bagus di event atletik
Siswa mengadakan pertemuan
Kampanye anti perusakan
552 |

Layanan komunitas
Memulai dan Mempertahankan Momentum | 543

8. Membuat sebuah pusat sumber pendidikan nilai. Membuat sebuah tempat


di sekolah dimana sekolah, kurikulum, materi, majalah, dan sumber lainnya
tentang nilai pendidikan dapat dipelihara untuk digunakan staff dan para
orang tua.

9. Menyediakan pengembangan staff. Mendukung serangkaian pelatihan, yang


masing-masing fokus pada strategi pendidikan nilai tertentu. Mendorong
semua staff sekolah (termasuk sekretaris, pekerja kafe, pesuruh, penolong di
lapangan, dan pengemudi bis sekolah) untuk menghadiri minimal sesi
perkenalan di seluruh pendekatan sekolah dan alasan untuk mengusahakan
nilai-nilai pendidikan. Memberikan guru kebebasan untuk memilih strategi
tersebut yang mereka rasa yang paling nyaman untuk diterapkan.

10. Membangun sebuah sistem teman. Sudahkah guru memasangkan setiap


orang sehingga setiap orang memiliki seorang teman yang dengannya
membandingkan catatan aktivitas setelah pelatihan tersebut (apa yang
berhasil? Dan apa yang tidak? ) mendorong teman yang sukarela berkunjung.
Memberi waktu untuk berbagi antar kelas.

11. Mengembangkan atau memperluas pemerintahan siswa. Membangun


struktur pemerintahan yang memberi siswa tanggung jawab yang berarti
dalam membuat keputusan yang berakibat terhadap kehidupan sekolah (lihat
bab 17). Membangun sebuah sistem dalam pekerjaan sekolah sehingga setiap
kelas mempunyai tugas khusus.

12. Bekerja dengan kurikulum yang berpusat pada nilai. Menyusun, bagi guru,
untuk bertemu di grup setiap siswa di kelasnya untuk:

Mengidentifikasi nilai yang berkembang secara tepat untuk menekankan


pada setiap tingkatan kelas
Mengartikan tujuan pendidikan untuk setiap nilai
Mengembangkan kegiatan korespondensi kelas
Berikut ini merupakan dua contoh apa yang metode perencanaan ini
hasilkan ketika diterapkan terhadap tingkatan kelas yang berbeda:

KELAS DUA

Nilai : Aturan Hukum


Area Kurikulum : Pendidikan Sosial
Tujuan : Untuk mengembangkan pemahaman terhdap
kepentingan aturan-aturan

Memulai dan Mempertahankan Momentum

Aktifitas : Memainkan sebuah permainan seperti menendang


bola tanpa aturan tertentu. Setelah beberapa menit
permainan, berhenti dan evaluasi
bagaimana permainan tersebut dimainkan dan
kebutuhan akan aturan. Setelah bermain permainan
dengan aturan, diskusikan kebutuhan akan aturan dan
hukum di berbagai area kehidupan.

KELAS LIMA

Nilai : Kejujuran
Area Kurikulum : Seni Bahasa
Tujuan : Untuk mengembangkan pemahaman terhadap pilihan dan
konsekuensi
Aktifitas : Memprediksikan sebuah pembelajaran aksi dalam karakter di
dalam setiap cerita yang secara tidak sengaja
memecahkan kaca. Sarankan hasil yang mungkin untuk
setiap pilihan.

Tulis aktifitas yang dicoba dan dilakukan dengan sukses; simpan di sebuah
kotak data kurikulum nilai/aktifitas di dalam pusat sumber pendidikan
nilai.

13. Umumkan. Awalnya, susun ulasan media positif (termasuk foto) tentang
usaha pendidikan nilai di sekolah. Sediakan berita untuk surat kabar untuk
media cetak di interval regular.

14. Evaluasi program tersebut. Bagaimana sekolah akan mengevaluasi


kemajuan terhadap tujuan yang telah terbangun? (lihat bab 2 untuk beberapa
metode evaluasi). Indikator apa yang akan digunakan untuk mengukur
kemajuan perilaku moral siswa dan kebiasaan? Untuk mengukur jangakauan
yang guru implementasikan berbagai macam aspek program pendidikan nilai?
554 |

ABOUT THE AUTHOR

Dr. Thomas Lickona is a developmental psychologist and Professor of


Education at the State University of New York at Cortland, where he has done
award-winning work in teacher education and currently directs the Center
for the Fourth and Fifth Rs (Respect and Responsibility). He has also been a
visiting professor at Boston and Harvard Universities.
A past president of the Association for Moral Education, Dr. Lickona
serves on the Board of Directors of the Character Education Partnership and
the advisory councils of Character Counts Coalition and Medical Institute for
Sexual Health.
Dr. Lickona is a frequent consultant to schools on character education
and a frequent speaker at conferences for teachers, parents, religious
educators, and other groups concerned about the moral development of
young people. He has lectured across the United States and in Canada, Japan,
Singapore, Switzerland, Ireland, and Latin America on the subject of teaching
moral values in the school and in the home.
Dr. Lickona holds a Ph.D. in psychology from the State University of New
York at Albany and has done research on the growth of childrens moral
reasoning. He has been named a State University of New York Faculty
Exchange Scholar and the recipient of the Distinguished Alumni Award from
the State University of New York at Albany.
His publications include a graduate text, Moral Development and
Behavior (1976); a popular book for parents, Raising Good Children (1983);
a book describing his 12-point character education program, Educating for
Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (1991); and
a collection of essays by various authors, Character Development in Schools
and Beyond (1992). Educating for Character has been praised as the
definitive work in the field and was named winner of a 1992 Christopher
Award for affirming the highest values of the human spirit. Another work,
co-authored with his wife, Judith, and William Boudreau, M.D., is a book for
young people, Sex, Love and You, on the benefits of saving sex for marriage
(Ave Maria Press, 1994). His most recent books are Character MattersHow
to Help Our Children Develop Good Judgment,
545
About the Author

Integrity, and Other Essential Virtues (2004) and Character Quotations


(2004), co-authored with Dr. Matthew Davidson. Dr. Lickonas recent work
includes directing a two year study of high school character education, and
co-authoring with Dr. Matthew Davidson, Smart and Good High Schools:
Developing Excellence and Ethics for Success in School, Work, and Beyond
(2005).
Dr. Lickonas work has been featured in the New York Times Magazine
article cover story, Teaching Johnny to be Good (April 30, 1995); in two
videos, Character Education: Restoring Respect and Responsibility in our
Schools and Eleven Principles of Effective Character Education (National
Professional Resources); and in a four-part video training series on
character education (Quality Educational Media, Inc.) In 2001, the Character
Education Partnership presented Dr. Lickona with the Sanford N. McDonnell
Lifetime Achievement Award in Character Education.
Dr. Lickona has also been a guest on numerous radio and TV talk shows,
including The Larry King Live Radio Show, Good Morning America, and
Focus on the Family.
Dr. Lickona and his wife have two sons and eleven grandchildren and
live in Cortland, New York.
556 |

547

Anda mungkin juga menyukai