Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara

bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses ini untuk

menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan

bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan

beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam pikiran

seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam kehidupan

sehari-hari proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam kegiatan

diskusi. Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi kehidupam ,

terutama karena masa depan seseorang banyak ditentukan oleh pengambilan

keputusan sekarang. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai

suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari

beberapa alternative.1,2

Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap

yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan. Dalam

menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan

cermat. Dari masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan

menyeluruh.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pandangan tentang teori pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan

masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari

semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual

maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara

organisasional. Selain itu pengambilan keputusan juga merupakan sesuatu

yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa

yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup

lama.3,4

Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan

menjadi dua, yaitu sebagai berikut.2,4

1. Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa

sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.

2. Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah,

2
artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua

masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat

kontradiktif.

Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik

serta didukung oleh informasi yang tepat (accurate), benar(reliable) dan

tepat waktu (timeliness). Ada beberapa landasan yang digunakan dalam

pengambilan keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu

sendiri. Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar

pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :5,6,7

Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaam

memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.

Pengambilan keputusan berdasarkan intuisn ini mengandung

beberapa keuntungan dan kelemahan.

Keuntungan :

- waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih

pendek

- untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan

keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya

- kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan

itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahan :

3
- Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik

- Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur

kebenaran dan keabsahannya

- Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali

diabaikan.

Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat

bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat

memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung

ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang

memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam

membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama

dengan peristiwa yang terjadi kini.

Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakt dapat memberikan

keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat

kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi,

sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat

itu dengan rela dan lapang dada.

Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya

dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannyaatau orang yang

lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah

4
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini

juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan :

- Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah

penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa

- Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup

lama

- Memiliki daya autentisitas yang tinggi

Kelemahan :

- dapat menimbulkan sifat rutinitas

- mengasosiasikan dengan praktik diktatorial

- sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan

sehingga dapat menimbulkan kekaburan

Logika

Pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang

rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses

pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang

berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif,

logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil

atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan

mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan, yaitu :

5
- kejelasan masalah

- orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai

- pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya

dan konsekuensinya

- preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria

- hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas

hasil ekonomis yang maksimal

B. Aboulomania

Aboulomania adalah gangguan mental dimana pasien menderita

gangguan mental oleh kemauan yang lemah atau ketidak seimbangan

patologis. Aboulomania biasanya berhubungan dengan kecemasan, stres,

depresi dan kesedihan mental. Hal ini dapat sangat mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berfungsi secara sosial. Dalam kasus ekstrim,

ini bisa menyebabkan bunuh diri. Meskipun penyebab pasti aboulomania

tidak diketahui, kemungkinan besar melibatkan faktor biologis dan

perkembangan. Beberapa periset percaya bahwa pola asuh otoriter atau

overprotective dapat menyebabkan perkembangan aboulomania pada

orang-orang yang rentan terhadap kelainan ini. Biasanya, aboulomania

disebabkan oleh terlalu banyak gangguan dan perilaku mengganggu oleh

pengasuh utama mereka. Pengasuh dapat mendorong ketergantungan pada

anak untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan mereka sendiri, dan

mungkin menghargai kesetiaan yang ekstrem namun menolak usaha yang

dilakukan anak terhadap kemerdekaan. Keluarga orang-orang dengan

6
aboulomania seringkali tidak mengungkapkan emosinya dan

mengendalikan; mereka menunjukkan peran relasional yang didefinisikan

dengan buruk di dalam unit keluarga. Individu dengan aboulomania sering

kali dipermalukan secara sosial oleh orang lain di tahun-tahun

pembangunan mereka. Mereka mungkin membawa keraguan yang

signifikan tentang kemampuan mereka untuk melakukan tugas, mengambil

tanggung jawab baru, dan umumnya berfungsi secara independen dari

orang lain. Ini memperkuat kecurigaan mereka bahwa mereka tidak

mampu hidup secara mandiri. Menanggapi perasaan ini, mereka

menggambarkan ketidakberdayaan yang memunculkan perilaku

perilakunya dari beberapa orang dalam kehidupan mereka.4,8,9,10

Gejala:

Orang dengan gangguan ini tidak mempercayai kemampuan mereka

sendiri untuk membuat keputusan. Mereka mungkin sangat kecewa

dengan perpisahan dan kerugian. Mereka mungkin berusaha keras, bahkan

menderita penganiayaan, untuk tetap menjalin hubungan. Gejala

aboulomania meliputi: Menghindari sendirian, menghindari tanggung

jawab pribadi, menjadi mudah tersinggung oleh kritik atau

ketidaksetujuan, menjadi terlalu fokus pada ketakutan ditinggalkan,

menjadi sangat pasif dalam hubungan, merasa sangat kesal atau tak

berdaya saat hubungan berakhir, kesulitan membuat keputusan tanpa

dukungan dari orang lain, memiliki masalah dalam mengungkapkan

ketidaksepakatan dengan orang lain.8,11,12

7
Diagnosa:

Jika gejala hadir, dokter akan memulai evaluasi dengan melakukan riwayat

kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik. Meskipun tidak ada tes

laboratorium untuk mendiagnosis aboulomania secara spesifik, dokter

mungkin menggunakan berbagai tes diagnostik untuk menyingkirkan

penyakit fisik sebagai penyebab gejalanya. Jika dokter tidak menemukan

alasan fisik untuk gejala tersebut, dia mungkin akan merujuk orang

tersebut ke psikiater atau psikolog, profesional perawatan kesehatan yang

dilatih secara khusus untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit jiwa.

Psikiater dan psikolog menggunakan alat wawancara dan penilaian yang

dirancang khusus untuk mengevaluasi aboulomania. Faktor umur dan

budaya harus dipertimbangkan dalam mendiagnosis aboulomania. Norma

budaya tertentu menunjukkan sikap tunduk, sopan, atau tergantung dalam

hubungan dengan lawan jenis, atau figur otoritas. Aboulomania hanya

boleh didiagnosis saat memenuhi kriteria di atas dan jelas berada di luar

norma budaya seseorang. Diagnosis aboulomania didasarkan pada

wawancara klinis untuk menilai perilaku simtomatik. Mereka

menggunakan alat wawancara dan penilaian yang dirancang secara khusus

untuk mengevaluasi aboulomania. Seharusnya hanya didiagnosis jika

bukan karena gejala fisik dan jelas berada di luar norma budaya.10,13,14

Alat penilaian mencakup Wawancara Kepribadian MultiploY Minnesota,

Inventaris Multi-Aksial Millon Clinical, Tes Psikodiagnostik Rorschach,

dan Uji Apperception Tematik. Alat penilaian lainnya membantu dalam

8
mengkonfirmasikan diagnosis aboulomania meliputi: Minnesota

Multiphasic Personality Inventory (MMPI-2), Millon Clinical Multi-axial

Inventory (MCMI-II), Rorschach Tes Psikodiagnostik, Uji Temu Tematik

(TAT).11.14

Setelah didiagnosis dari psikolog atau psikiater, individu yang memiliki

aboulomania akan menjalani sesi konseling psikoterapi. Dengan pergi ke

terapi, individu akan belajar bagaimana mereka dapat menjadi kurang

bergantung pada orang lain dan bagaimana memiliki interaksi positif

dengan orang lain. Belajar bagaimana bersikap lebih asertif membantu

individu mendapatkan kepercayaan diri.

Pengobatan:

Seperti halnya dengan banyak gangguan kepribadian, orang dengan

aboulomania umumnya tidak mencari pengobatan untuk kelainan itu

sendiri. Sebaliknya, mereka mungkin mencari pengobatan bila ada

masalah dalam hidup mereka - seringkali akibat pemikiran atau perilaku

yang terkait dengan gangguan tersebut - menjadi sangat banyak, dan

mereka tidak lagi mampu mengatasinya. Orang dengan aboulomania

cenderung mengalami depresi atau kecemasan, dan gejala gangguan ini

mungkin mendorong individu untuk mencari pertolongan. Psikoterapi

(sejenis konseling) adalah metode pengobatan utama aboulomania. Tujuan

terapi adalah untuk membantu orang dengan aboulomania menjadi lebih

aktif dan mandiri, dan belajar membentuk hubungan yang sehat. Terapi

9
jangka pendek dengan tujuan spesifik lebih disukai karena terapi jangka

panjang dapat menyebabkan ketergantungan pada terapis. Strategi spesifik

mungkin termasuk pelatihan ketegasan untuk membantu orang dengan

aboulomania mengembangkan rasa percaya diri. Penggunaan obat bisa

digunakan untuk mengobati orang dengan aboulomania yang juga

menderita depresi atau kecemasan. Namun, terapi obat harus dipantau

dengan hati-hati karena orang tersebut mungkin menjadi tergantung pada

atau menyalahgunakan narkoba.15,16

Orang umumnya tidak mencari pengobatan untuk gangguan yang

sebenarnya, namun justru mencari pengobatan bila ada masalah dalam

hidup mereka, berakibat pada pemikiran atau perilaku yang berkaitan

dengan kelainan tersebut. Jika masalahnya menjadi luar biasa, dan mereka

tidak lagi mampu mengatasinya, mereka terpaksa mencari pengobatan,

terutama jika hal itu membawa perkembangan masalah lain, seperti

depresi atau kecemasan.13,14

Psikoterapi adalah bentuk pengobatan utama, dengan tujuan

membantu individu untuk menjadi lebih aktif dan mandiri, dan belajar

mengembangkan hubungan yang sehat. Terapi jangka pendek lebih

disukai, karena terapi jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan

pada terapis. Pelatihan asertif sering membantu individu untuk

mengembangkan rasa percaya diri.13,14

Tujuan ditetapkan sebelum sesi terapi dimulai dan karena ada

risiko individu menjadi terlalu bergantung pada terapis mereka, sesinya

10
terbatas. Mereka yang juga depresi atau yang mengalami kecemasan

mungkin diresepkan obatnya. Bila individu minum obat resep, mereka

harus diobservasi secara teratur untuk memastikan mereka tidak memiliki

ketergantungan pada pengobatan.

Pencegahan Abolumania

Aboulomania sulit dicegah karena penyebab pastinya tidak

diketahui. Gejala mungkin tidak muncul sendiri sampai seseorang

mengalami masalah dalam menghadapi masalah yang sangat sulit. Karena

gangguan ini tidak diketahui dan beberapa gejala memang sesuai dengan

kondisi lain, orang tidak akan mencari pengobatan untuk itu. Sebaliknya,

mereka akan mencari pengobatan untuk gejala dan seringkali tidak sampai

depresi atau kecemasan terjadi.17,18

Satu hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengurangi potensi

adalah membantu menumbuhkan dinamika yang lebih mandiri dalam

hubungan mereka dengan anak mereka. Selain itu, mereka harus mengajari

anak-anak mereka bagaimana mengatasi masalah saat mereka muncul dan

membuat keputusan, dan memberi anak mereka ruang untuk

melakukannya saat mereka bertambah tua.

11
Belajar menentukan melibatkan kemauan untuk mendekati

pengambilan keputusan secara berbeda.19,20

Langkah 1

Lepaskan kesempurnaan. Banyak kasus keragu-raguan berakar pada

kebutuhan untuk selalu membuat pilihan yang tepat, kata ilmuwan sosial

dan pendidik Michael J. Formica dalam "Psychology Today." Ketakutan

Anda akan konsekuensi negatif bisa membuat Anda tidak melanjutkan

hidup Anda. Formica menyarankan membangun keberanian untuk

menghadapi kesalahan, dan mengambil risiko itu. Dengan membebaskan

diri dari kebutuhan untuk menjadi sempurna, Anda bisa mendapatkan diri

Anda "melepaskan diri" dari rasa ragu-ragu dan membuat pilihan saat

Anda membutuhkannya.

Langkah 2

Dengarkan emosimu Ini tampaknya bertentangan dengan semua

kebijaksanaan umum tentang pengambilan keputusan yang rasional,

namun kenyataannya, ini mungkin lebih efisien, kata Jonah Lehrer di

Radio Publik Nasional. Karena korteks prefrontal otak dapat dengan

mudah diliputi oleh terlalu banyak pilihan, emosi atau naluri "usus" Anda

mungkin terbukti sebagai cahaya dalam kabut. Lehrer mengutip sebuah

penelitian tahun 1980an oleh ahli saraf Antonio Demasio, memeriksa

orang-orang yang sistem limbik atau emosional otaknya tidak dapat

diobati oleh tumor. Studi tersebut menemukan bahwa orang-orang ini

sangat ragu-ragu, menghabiskan waktu hingga lima jam untuk memilih

12
pulpen.

Langkah 3

Berlatih membuat keputusan kecil. Salah satu cara untuk meningkatkan

keberanian untuk mengambil risiko lebih besar adalah dengan

memutuskan hal-hal yang lebih kecil tanpa menyiksa. Menurut ahli terapi

kognitif Nando Pelusi dalam "Psychology Today," menguasai keputusan

yang lebih kecil dengan percaya diri dapat memberdayakan Anda untuk

mengatasi masalah yang lebih besar di masa depan. Perlahan maju ke

keputusan dengan risiko sedikit lebih tinggi.

13
BAB III

PENUTUP

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari

beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai

suatu cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan

dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal

permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara

individual maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara

organisasional. Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung

dari permasalahannya. Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan

terdiri atas tiga tahap yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan.

Aboulomania adalah gangguan psikiatri yang ditandai dengan seseorang

yang tidak dapat mengambil sebuah keputusan baik secara individu maupun

kelompok. Pengambilan keputusan yang tepat merupakan suatu indicator yang

penting bagi kelangsungan kehidupan setiap manusia. Oleh karena itu diperlukan

terapi yang cepat dan tepat terhadap aboulomania.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan, I. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia.2002


2. Mitchell, T. People in Organization: Understanding Their Behavior. New
York: McGraw-Hill. 2008
3. Siagian, S.. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji
Masagung. 2008
4. Syamsi, I. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta: Bina
Aksara. 2005
5. Wahab, Abdul Aziz. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2008
6. Suicide andmental disorders: do we know enough. Jose Manoel ,
Alexandra Fleischmann. British Journal Of Psychiatry. 2003
7. Decision Theory and Its Relevance to Real Estate Development Decisions
. Daniel Ibrahim Dabara1*, Ankeli Ipkeme Anthony. British Journal of
Economics, Management & Trade . 4(12): 1861-1869, 2014
8. Decision Theory. Mendoza, M. Dept. Probability and Statistics. Dept.
Probability and Statistics, , Ciudad Universitaria, Mxico. 2007
9. Decision Theory. Itzhak Gilboa. TheQuarterly Journal of Economics. 2005
10. Prevalence of Common Mental Disorders in a Rural District of Kenya, and
Socio-Demographic Risk Factors. Rachel Jenkins , Frank Njenga , Marx
Okonji. International Journal of Environmental Research and Public
Health. 2012
11. Family relationships and mental illness Impacts and service responses
Elly Robinson, Bryan Rodgers & Peter Butterworth. National Survey of
Mental Health. 2008
12. Decision theory as an aid to private choice Rex V. Brown. Judgment and
Decision Making, Vol. 7, No. 2, 2012
13. Mental Health Stigma as Social Attribution: Implications for Research
Methods and Attitude Change. Patrick W. Corrigan, University of
Chicago. 2005

15
14. The Stigma of Mental Illness. Stacy L. Overton and Sondra L. Medina
Journal of Counseling & Development. 2008
15. Beliefs and attitudes towards mental illness: an examination of the sex
differences in mental health literacy in a community sample Raymond J.
Gibbons, Einar B. Department of Psychology, School of Behavioural,
Cognitive and Social Sciences, University of New England, NSW,
Australia. 2015
16. Normative and Descriptive Theories of Decision Making under Risk: A
Short Review Niko Suhonen . Economics and Business Administration
University of Joensuu, Finland. 2007
17. European Psychiatric Association (EPA) guidance on prevention of mental
disorders. J. Campion a,*, K. Bhui b, D. Bhugra. Research Department,
Institute of Psychiatry, London. 2011
18. The Main Factors beyond Decision Making. Dr. Hussien Ahmad Al-
TarawnehIslamic International University Business Administration
Faculty. 2012
19. Strategic Decision Making. Kathleen M, Eienshard. Strategic Mnagement
journal. 2002
20. Goals and plans in decision making David H. Krantz. Department of
Psychology, Columbia University. Judgment and Decision Making, Vol.
2, No. 3, 2007

16

Anda mungkin juga menyukai