13010217410005
Estetika Resepsi
Resepsi secara bahasa dapat diartikan sebagai tanggapan atau respon. Resepsi dalam
sastra berarti melakukan tanggapan terhadap sebuah karya oleh penikmat. Berbicara
keindahan, tentu sebuah karya sastra tidak akan lengkap tanpa kehadiran penikmat sebagai
subjek. Melalui resepsi, pengalaman estetis penikmat karya terhadap sebuah objek akan
menghasilkan interpretasi sederhana menjadi pemahaman yang kritis, sehingga karya sastra
sebagai seni, akan terus berkembang sesuai dengan masanya. Membaca seni kontemporer ini
Membaca sebuah seni, tentu tidak lepas dari keindahan dalam sebuah objek, sehingga
perlu pemahaman tentang bagaimana sebuah objek melepaskan keindahannya. Letak estetika
pun pada suatu karya dapat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu kualitas keindahan dari
objeknya, ata dipengaruhi oleh proses kreatif dari creator yang bisa menjadikan objek indah,
dan yang terakhir ditentukan oleh subjek penerima sebagai pengamat dan pengapresiasi
karya.
Respon terhadap sebuah karya sastra bukan hal yang rumit, namun perlu bagi
penikmat karya untuk mengetahui batasan-batasan dan etika yang tepat untuk memberi
apresiasi terhadap sebuah karya. Melihat alam salah satu contohnya, manusia perlu
melestarikannya, adalah etika yang tepat untuk menyatu dengan alam. Begitu pun dengan
apresiasi terhadap karya seni. Selain memberikan tanggapan dan respon terhadap karya,
penikmat juga perlu merawat dan memertahankan unsur pentinga yang menjadi ciri khusus
Lebih jauh, hal yang memengaruhi keindahan karya ditentukan oleh aesthetic
distance yang dalam artian semakin jauh imajinasi karya lepas dari unsur pembentuknya,
maka semakin bernilai suatu karya tersebut, sehingga resepsi pembaca pada sebuah karya
seni merupakan suatu cerminan sebarapa jauh seseorang mengapresiasi estetika terhadap
sebuah objek. Oleh karenanya, bagi penulis, semakin jauh seorang pengamat memberikan
apresiasi, maka semakin tinggi kualitas sebuah karya. Semakin kaya interpretasi terhadap
sebuah karya seni, maka semakin berkualitas nilai karya seni tersebut.
Pada Ratna (2011:285) Segers membedakan tiga macam pembaca, pembaca nyata,
pembaca implisit, dan pembaca ideal. Selain ada pembaca nyata dan pembaca ideal, sebuah
karya sastra juga memiliki pembaca implisit. Menurut teori Wolfgang Iser dikatakan pembaca
implisit karena merupakan suatu instansi di dalam teks sastra yang memungkinkan terjadinya
komunikasi antara teks sastra dengan pembacanya. Dengan kata lain, pembaca yang
diciptakan oleh teks itu sendiri yang memungkinkan pembaca dalam membaca teks itu
Pada dasarnya, karya sastra sebagai objek yang telah jadi akan menghasilkan kritik
berupa tanggapan dan apresiasi penikmat karya sebagai subjek penerima. Hal itulah yang
kemudian melengkapa fungsi sebuah karya seni. Post-modern ini setiap pembaca kaya bebas
melakukan perannya dalam memberi apresiasi karya sastra. Justru sebuah karya sastra akan
tepat sasaran jika pembaca memahami isi yang disampaikan oleh objek dan pembuatnya.
Boleh saja sebuah creator membuat objek karya sastra yang melahirkan makna tunggal bagi
penikmatnya, namun suatu karya seni akan lebih sempurna jika melibatkan kritik pembaca