BLOK XIX
TUTORIAL 10
Vika Jati Awaliyah 20120310027
Denny Andrianto 20120310040
Kumalatus Sadea 20120310109
Andi Bagus Pribadi 20120310142
Aliannor 20120310165
Vika Aprilia Isnaeni 20120310171
Ahmad Zaki Romadlon 20120310180
Yunita Dwi Setyawati 20120310211
Luthfi Adinda Nindya Carera PH 20120310225
Avi Syifa 20120310242
Nedya Ulfadhina 20120310251
Lisdaryati 20120310270
Anamnesis
Keluhan utama : Batuk darah sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit : Tiga tahun sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh
sekarang batuk keluar darah warna merah segar 1x sebanyak 1 sendok.
Sebelumnya pasien mengeluh batuk-batuk lama lebih kurang
selama 1 bulan, didapatkan penurunan berat badan sekitar 5
kg dalam waktu 1 bulan, nafsu makan menurun, lemas,
keringat malam dan badan nggreges.
Riwayat penyakit : Suami juga didapatkan keluhan batuk lama yang tidak
keluarga sembuh-sembuh dan berat badan yang turun. Anak kandung
sedang dalam pengobatan flek paru di puskesmas
Hasil Pemeriksaan Fisik sebagai berikut :
Tanda vital : Tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 100 kali/menit, Respiratory
rate 28x/mnt, Suhu.37,2 C
Sinistra : Sonor
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (-), Hepar dan lien tidak teraba,
peristaltik normal. Nyeri tekan supra pubik tidak ada.
Ekstremitas : Tangan, kaki dan jari-jari teraba hangat, oedem tidak ada,
capillary refill time dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang :
Hb : 12,6
AL : 8,76
AT : 246
AE : 4,9
HT : 40
MCV : 79,8
MCH : 25,5
SGOT : 1596
SGPT : 628
UREUM: 37,8
CR : 0,8
GDS : 115
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan penunjang kultur sputum dan sensitivitas, dengan
hasil sebagai berikut :
Dokter mendiagnosis pasien : observasi hemoptisis et causa MDR TB. Pasien disarankan untuk
rawat inap untuk pemantauan kondisi, dilakukan edukasi untuk teratur minum obat dan diberi
terapi TB second line.
PROBLEM DEFINITION AND ANALYZING PROBLEM
Resistensi Obat Anti Tuberkulosis Resisten OAT adalah penyakit Tuberkulosis dimana
Mycobacterium tuberculosisresisten terhadap satu atau lebih obat anti tuberkulosis.
Klasifikasi resistensi:
a. Primary Resisten (Pasien TB baru)
Terdapat resisten pada kultur pasien TB tanpa pengobatan sebelumnya atau seseorang
yang kurang mendapatkan pengobatan TB dari 1 bulan. Biasanya terkena pada pasien
pasien dengan HIV AIDS.
b. Aquired resisten (Resisten yang didapat)
Resisten pada pasien yang telah mendapatkan pengobatan TB lebih dari 1 bulan.
c. Re treatment resisten
Terjadi resisten pada pasien dengan pengobatan yang diulang, setelah
pengobatannya selesai. Kejadiannya akan jauh lebih tinggi dibanding pada pasien
yang baru mendapatkan pengobatan
Klasifikasi resistensi obat TB berdasarkan Guidelines WHO (2008) dan direvisi pada
tahun 2013:
1. Rifampisin-resistant: adanya resistensi terhadap obat rifampisin.
2. Mono-resistant : adanya resistensi terhadap satu jenis obat anti tuberkulosis lini
pertama.
3. Poli resistant : resistensi terhadap lebih dari satu obat antituberkulosis lini pertama,
selain isoniazid dan rifampicin.
4. Multidrug resistant (MDR) : resistensi terhadap paling sedikit isoniazid dan
rifampisin.
5. Highly drug resistant (HDR) : MDR disertai resistensi terhadap minimal 2 dari 6
jenis obat lini kedua.
6. Extensively drug-resistant (XDR): MDR disertai resistensi terhadap semua jenis
fluorokuinon dan paling sedikit terhadap satu dari tiga jenis obat suntikan lini
kedua (capreomisin, kanamisin dan amikasin), MDR disertai resistensi tehadap
minimal 3 dari 6 jenis obat lini kedua.
Pengobatan pasien TB MDR menggunakan paduan OAT yang terdiri dari OAT lini
pertama dan lini kedua, yang di bagi atas 5 kelompok berdasarkan potensi dan
efikasinya, yaitu :
Golongan 1 ; Obat Lini Pertama
Isoniazid
Rifampiicin
Ethambutol
Pirazinamid
Streptomicin
Golongan 2 ; Obat suntik lini kedua
Kanamisin
Amikasin
Kapreomisin
Golongan 3 ; Golongan Florokuinolone
Levofloksasin
Moksifloksasin
Ofloksasin
Golongan 4 ; Obat bakteriostatik lini kedua
Etionamid
Protionamid
Sikloserin
Terizidon
Paraaminosalisilat
Golongan 5 ; Obat yang belum terbukti efikasinya dan belum direkomendasikan oleh
WHO
Clofazimin
Linezolid
Amoksisilin/ Asam Kalvulanat
Clarithromisin
Imipenem
Untuk saat ini pilihan paduan OAT TB MDR adalah paduan terstandar, yang pada
permulaan permulaan pengobatan akan diberikan sama kepada pasien TB MDR.
Adapaun paduan obat yang diberikan tersebut adalah :
Km Eto Lfx Cs Z-(E) / Eto Lfx Cs Z-(E)
Kanamisin Etionamid Levofloksazin Sikloserin Pirazinamid (Ethambutol) /
Etionamid Levofloksazin Sikloserin - Pirazinamid (Ethambutol)
Pemberian obat ini diberikan dalam dua tahap yakni tahap awal dan tahap lanjutan.
Tahap awal adalah tahap pemberian suntikan dengan lama paling sedikit 6 bulan. Tahap
lanjutan adalah pemberian OAT tanpa suntuikan setelah menyelesaikan tahap awal.
Ethambutol tidak diberikan jika terbukti sudah resisten.
Pada fase awal obat ditelan secara oral setiap hari, dan suntikan diberikan 5 hari dalam
seminggu. Pada fase lanjutan obat oral ditelan selama 6 hari dalam seminggu. Dosisnya
diberikan berdasarkan berat badan pasien. Obatnya sendiri akan disediakan dalam
bentuk paket. Selain OAT, diberikan pula nutrisi tambahan berupa protein, mineral dan
vitamin.
Lama pengobatan seluruhnya tahap awal dan tahap lanjutan paling sedikit adalah 18
bulan setelah konversi biakan. Cukup lama juga bukan. Oleh karena itu pasien benar-
benar harus teratur mengikuti pengobatan, dan karenanya PMO sangat penting untuk
menjamin pasien menyelesaikan setiap tahapan pengobatan dengan benar.
Edukasi Pasien TB :
Menjelaskan bahwa batuk berdahak yang dirasakan berasal dari gangguan paru dan
kekhawatiran mengenai komplikasi penyakitnya dapat dicegah bila pasien berobat
dan kontrol secra teratur,dan tidak putus obat. Menjelaskan pentingnya
penatalaksanaan secara holistic (terutama preventif dan kuratif) untuk keluhannya
itu agar harapan pasien tercapai.
Edukasi tentang penyakit tuberculosis (etiologi, gejala, terapi, pencegahan dan
penularan).
Edukasi mengenai hipertensi dan modifikasi gaya hidup dengan diet rendah garam,
mengurangi konsumsi kopi, olahraga dan berhenti merokok.
Edukasi bahaya dari prilaku self-medication kepada kesehatan.
Edukasi tentang pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang baik untuk
menciptakan rumah yang sehat.
Edukasi tentang lingkungan sehat dan bersih untuk meningkatkan taraf kesehatan.
Memberikan informasi tentang obat baik mengenai nama obat, dosis, aturan pakai
dan cara penggunaan obat.
Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien dan keluarganya
tentang efek terapi dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan.
Memberikan edukasi kepada pasien bahwa obat TBC harus di minum sampai
selesai sesuai dengan kategori penyakit atau sesuai petunjuk dokter/petugas
kesehatan lainnya dan diupayakan agar tidak lupa. Bila lupa satu hari, jangan
meminum dua kali pada hari berikutnya.
Memberikan edukasi kepada pasien bahwa obat harus di minum setiap hari atau
sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera minum obat jika waktunya dekat ke
waktu minum obat seharusnya. Tetapi jika lewat waktu minum obat sudah jauh,
dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuaikan saja dengan
waktu/dosis berikutnya.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat sesuai jadwal yang
diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya pada pagi hari.