Step 1
- Ronki basah
Suara nafas tambahan yg terputus-putus akibat getaran yang terjadi
karena cairan di jalan nafas yang dilalui udara
- Hipervaskularisasi
Peningkatan aliran darah
Step 2
1. Apa yang menyebabkan lemah, demam , nyeri otot pada pasien?
2. Mengapa batuk berdahak tidak berkurang meskipun sudah diobati?
3. Mekanisme timbulnya ronki basah?
4. Mekanisme batuk
5. DD
6. Mengapa ditemukan hipervaskularisasi pada pemeriksaan foto rontgen
7. Etiologi, patofisiologi
8. Tata laksana
9. Mengapa batuk berdahaknya kental
10.Mengapa ronki basah ditemukan dilobus bawah paru kanan dan hilang
setelah penderita batuk
11.Bagaiman pertahanan imun pada saluran pernafasan
12.Faktor pencetus dari skenario
Step 3
Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC
7. Bagaiman pertahanan imun pada saluran pernafasan?
Mekanisme pertahanan paru/saluran napas yang sangat kompleks
meliputi mekanik, imuniti alamiah, imuniti humoral yang didapat, baik
dari saluran napas atas dan bawah. Selain itu juga melimbatkan
mekanisme pertahanan parenkim (alveoli) dan imuniti selular didapat
khususnya pada saluran napas bawah. Imunoglobulin (Ig) A sekretori
merupakan Ig yang berperan pada saluran napas disebabkan fungsinya
sebagai barier pada epitel saluran napas mencegah penetrasi antigen ke
dalam mukosa selain fungsi sebagai antibodi pada umumnya kecuali
tidak untuk merangsang komplemen aktivasi sebagaimana peran IgG.
Asap rokok/polusi udara melemahkan mekanisme pertahanan saluran
napas antara lain melalui pengaruhnya terhadap ekspresi reseptor
polimerik Ig yang mengakibatkan penurunan produksi komponen
sekretori juga IgA sekretori dan melemahkan transport komponen
sekretori yang mengakibatkan rendahnya kadar IgAs dalam lumen
saluran napas. Hal itu menyebabkan penurunan mekanisme pertahanan
saluran napas menimbulkan mudahnya kolonisasi bakteri menimbulkan
refluks neutrofil dan degradasi IgAs oleh neutrofil maupun produk-
produk bakteri. Sehingga kejadian menimbulkan inflamasi, juga semakin
melemahkan mekanisme pertahanan, memudahkan infeksi kronik dan
meningkatkan jumlah neutrofil dan seterusnya.
Pillette C, Quadrhiri Y, Godding V, Vaerman JP, Sibille Y. Lung Mucosal Immunity : Immunoglobulin-A revisited.
Eur Respir J 2001; 18 : 571-88
8. DD?
9. Etiologi, patofisiologi?
Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan
dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor
lingkungan meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri
terbagi menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis,
mikroplasma), infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan
infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara meliputi polusi asap rokok
atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan faktor
penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat
penyakit paru yang sudah ada.
a. Bronkitis infeksiosa. Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus, terutama Mycoplasamapneumoniae dan
Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok
dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :
Sinusitis kronik
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronkitis iritatif. Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan
alergi terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah
bronkus. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu,
asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin,
hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok
lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan.
Patofisiologis
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan
inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia
menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya
bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan
dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan
penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan
fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi
perubahan paru yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan
emphysema dan bronchiectasis (Smeltzer & Bare, 2001).
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-indrafariz 6701-2-babii.pdf
10.Pemeriksaan fisik dan penunjang?
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen. Dari hasil foto rontgent pada kasus bronkitis akut di
dapatkan gambaran samar infiltrat atau gambaran pembuluh darah
di sekitar bronkus.
Poole PJ, Black PN. Oral Mucolytic drugs for exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease:
systematic review.BMJ 2001 May 26;322 (7297):1271-4
11.Tata laksana?
A. Pencegahan Primer. Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya
untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Menurut Soegito
(2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang
banyak
Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat
kalau bisa hingga sampe leher
Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan,
minuman dingin (es), dll.
Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan
memandikan anak dengan air hangat
Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum
makan
Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
B. Pencegahan Sekunder. Pencegahan sekunder merupakan upaya
untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:
Antibiotika
Penisilin. Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah
dengan perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik
(PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat
sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding
sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri
mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah
amoksisilin.
Quinolon. Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral
memberikan pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari
prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam
pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi
awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran
kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari
pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin,
lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih
luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi
nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin
tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan
penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi
dengan agen lain.
Mukolitik dan Ekspektoran.